ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PRODUK SEPATU DENGAN PENDEKATAN TEKNIK LOT SIZING DALAM MENDUKUNG SISTEM MRP (Studi Kasus di PT. Sepatu Mas Idaman, Bogor)
Oleh : NANANG TARYANA F 34104045
2008 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
Nanang Taryana. F 34104045. Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Pada Produk Sepatu Dengan Pendekatan Teknik Lot Sizing Dalam Mendukung Sistem MRP (Studi Kasus di PT. Sepatu Mas Idaman, Bogor). Di bawah bimbingan Machfud. 2008.
RINGKASAN Industri sepatu merupakan industri yang mempunyai peluang dan prospek pasar yang baik. Sepatu adalah salah satu produk non migas yang tidak hanya ditujukan untuk permintaan dalam negeri, tetapi juga dikembangkan untuk pasar ekspor. PT. Sepatu Mas Idaman merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak dalam memproduksi sepatu, yang telah melakukan ekspor sebesar 95% dan 5% untuk pasar lokal. Persediaan adalah salah satu aset yang sangat mahal dalam suatu perusahaan. Pada satu sisi, perusahaan menghendaki biaya yang tertanam pada persediaan itu minimum, namun dilain pihak seringkali konsumen mengeluh karena kehabisan persediaan. Sehingga agar kedua kepentingan tersebut terpenuhi memerlukan pengendalian persediaan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami dan menganalisis sistem pengendalian persediaan bahan baku di PT. Sepatu Mas Idaman, menentukan metode alternatif teknik lot sizing yang terbaik dalam rangka menjaga kelancaran produksi dan meningkatkan efisiensi, dan menentukan kinerjanya dalam hal penghematan biaya persediaan bahan baku. Metode yang digunakan dalam melakukan analisis pengendalian persediaan bahan baku diantaranya, model analisis ABC, normalitas data dengan uji Kolmogorov_Smirnov, teknik Lot Sizing yang terdiri dari teknik Economic Order Quantity (EOQ), Period Order Quantity (POQ), Least Unit Cost (LUC), Least Total Cost (LTC), dan Part Period Balancing (PPB), dengan kebijakan tanpa persediaan pengaman (non safety stock) dan dengan persediaan pengaman service level 80% dan 90%. Komponen yang dianalisis dalam penelitian ini meliputi jumlah pembelian bahan baku, frekuensi pemesanan, jumlah persediaan rata-rata, total biaya pemesanan, total biaya penyimpanan, total biaya persediaan, dan total biaya pembelian bahan baku. Bahan baku yang digunakan oleh PT. Sepatu Mas Idaman dalam proses produksi sangat beragam. Bahan baku yang digunakan terdiri dari 32 jenis bahan baku, yang tergolong ke dalam 7 kelas bahan baku utama. Pada model analisis ABC, bahan baku tersebut dikelompokkan ke dalam 3 kelompok besar yaitu kelompok A sebanyak 5 jenis bahan baku (15,65% dari 32 bahan baku) dengan kumulatif penyerapan modal sebesar 68,50%, kelompok B sebanyak 11 jenis bahan baku (34,38% dari 32 jenis bahan baku) dengan kumulatif penyerapan modal sebesar 23,95%, dan kelompok C sebanyak 16 jenis bahan baku (50% dari 32 jenis bahan baku) dengan kumulatif penyerapan modal sebesar 7,55%. Fokus penelitian ditentukkan pada bahan baku kelas A yaitu cow leather, sheep leather, pig skin, outsole, dan midsole. Pemakaian bahan baku PT. Sepatu Mas Idaman selama tahun 2007, diantaranya untuk bahan baku cow leather sebesar 130.997 sft, sheep leather 80.756 sft, pig skin 123.149 sft, outsole 72.797 psg, dan midsole sebesar 64.879 psg. Pada pengujian kenormalan data bahan baku dengan uji
Kolmogorov_Smirnov, diperoleh bahwa bahan baku cow leather, sheep leather, pig skin, outsole, dan midsole mengikuti pola sebaran normal, dengan nilai Pvalue (0,20)> (0,05). Biaya pemesanan bahan baku cow leather, pig skin, dan outsole sebesar Rp.1.385.000 per pesanan, sedangkan sheep leather dan midsole sebesar Rp.650.000. Biaya penyimpanan terdiri dari biaya penyimpanan variabel dan biaya penyimpanan tetap, biaya penyimpanan veriabel cow leather sebesar Rp.2.476 per sft/tahun, sheep leather sebesar Rp. 2.817 per sft/tahun, pig skin sebesar Rp. 1.722 per sft/tahun, outsole sebesar Rp. 1.595 per psg/tahun, dan midsole sebesar Rp. 1.781 per psg/tahun, sedangkan biaya penyimpanan tetap bahan baku cow leather, sheep leather, dan pig skin sebesar Rp. 1.686.000, dan biaya penyimpanan tetap bahan baku outsole dan midsole sebesar Rp. 1.335.000. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan teknik Lot Sizing, menunjukkan bahwa teknik LTC dan LUC memiliki performa yang baik. Apabila dibandingkan dengan kebijakan perusahaan, teknik LTC untuk bahan baku cow leather, jika tanpa persediaan pengaman memiliki penghematan total biaya persediaan sebesar 33,70%, dan jika dengan kebijakan safety stock sebesar 7,03%. Teknik LTC untuk bahan baku sheep leather, jika tanpa persediaan pengaman memiliki penghematan total biaya persediaan sebesar 46,27%, dan jika dengan kebijakan safety stock sebesar 17,81%. Sedangkan teknik LUC lebih tepat digunakan pada bahan baku outsole dan midsole, untuk bahan baku outsole jika tanpa persediaan pengaman memiliki penghematan total biaya persediaan sebesar 54,61%, dan jika dengan safety stock service level 80% sebesar 31,53%, service level 90% sebesar 13,19%. Untuk bahan baku midsole jika tanpa persediaan pengaman memiliki penghematan total biaya persediaan sebesar 54,68%, dan jika dengan safety stock service level 80% sebesar 32,00%, service level 90% sebesar 9,53%. Untuk bahan baku pig skin, dengan kebijakan non safety stock lebih tepat digunakan dengan teknik LUC yang memiliki penghematan total biaya persediaan sebesar 40,59%, sedangkan dengan kebijakan safety stock lebih tepat digunakan dengan teknik LTC yang memiliki penghematan masing-masing sebesar 8,70% (service level 80%) dan sebesar 6,21% (service level 90%).
Nanang Taryana. F 34104045. The Analysis Inventory Control of Raw Material at Product Shoe with Approach of Technique Lot Sizing to Supporting the System MRP (Case Study in PT. Shoe Mas Idaman, Bogor). Supervised by Machfud. 2008.
SUMMARY Shoe industry is the industry have a good opportunity and market prospect. The shoe are not an oil and natural gas product that are not only developed for domestic market but also for export market. PT. Sepatu Mas Idaman is a manufacture industry that produce the shoes, which have done the exporting equal to 95% and 5% for local market. Inventory is one of the aset that very costly in company. In one side, the company want the minimum inventory cost, but in another side, the customer complaint because the company running out of stock. So that both the importance fufilled need inventory control. The objective of this research are understand and analyze raw material inventory and controlling system at PT. Sepatu Mas Idaman, determine the alternative method of lot sizing technique the bestness in order to keep the production smoothness and improve efficiency, and determine its performance economizing on cost of raw material inventory. The method used in analysis inventory control of raw material are ABC analysis model, data normalization with Kolmogorov_Smirnov test, lot sizing technique consist of Economic Order Quantity (EOQ) technique, Period Order Quantity (POQ), Least Unit Cost (LUC), Least Total Cost (LTC), and Part Period Balancing (PPB), with the non safety stock policy and safety stock policy in service level 80% and 90%. The component analysed in this research are purchasings quantity of raw material, ordering frequency, average inventory quantity, total order cost, total holding cost, total inventory cost, and total raw material cost. The raw material used by PT. Sepatu Mas Idaman in productions process are very various. The raw material that used consist of 32 kind of raw material, which pertained into 7 especial raw material class. In ABC Analysis model, The raw material grouped into 3 big group, they are group A counted 5 kind of raw material (15,65% from 32 raw material), with cumulative of capital absorption equal to 68,50%, group B counted 11 kind of raw material (34,38% from 32 raw material), with cumulative of capital absorption equal to 23,95%, and group C counted 16 kind of raw material (50% from 32 raw material), with cumulative of capital absorption equal to 7,55%. Research focus determined at class raw material A that are chow leather, sheep leather, pig skin, outsole, and midsole. Usage of raw material PT. Sepatu Mas Idaman during year of 2007, they are cow leather equal to 130.997 sft, sheep leather equa; to 80.756 sft, pig skin equal to 123.149 sft, outsole equal to 72.797 psg, and midsole equal to 64.879 psg. At examination of raw material data normalization with Kolmogorov_Smirnov test, obtained that cow leather, sheep leather, pig skin, outsole, and midsole follow the normal speard pattern, with P-Value (0,20)> (0,05).
The order cost of cow leather, pig skin, and outsole equal to Rp. 1.385.000 per order, whereas sheep leather and midsole equal to Rp.650.000. The holding cost consist of variable holding cost and fix holding cost, variable holding cost cow leather equal to Rp.2.476 per sft/year, sheep leather equal to Rp. 2.817 per sft/year, pig skin equal to Rp. 1.722 per sft/year, outsole equal to Rp. 1.595 per psg/year, and midsole equal to Rp. 1.781 per psg/year. Whereas fix holding cost cow leather, sheep leather, and pig skin equal to Rp. 1.686.000, and fix holding cost outsole and midsole equal to Rp. 1.335.000. According to analysis result with using lot sizing technique, LTC and LUC technique have a good performance. If compared with a company policy, the LTC technique for cow leather with non safety stock have economizing of total inventory cost equal to 33,7%, and if with safety stock policy equal to 7,03%. the LTC technique for sheep leather with non safety stock have economizing of total inventory cost equal to 46,27%, and if with safety stock policy equal to 17,81%. Whereas, the LUC technique more precise used of raw material outsole and midsole. For outsole, if non safety stock have economizing of total inventory cost equal to 54,61%, and if with safety stock of service level 80% equal to 31,53%, and then safety stock of service level 90% equal to 13,19%. For Midsole, if non safety stock have economizing of total inventory cost equal to 54,68%, and if with safety stock of service level 80% equal to 32%, and then safety stock of service level 90% equal to 9,53%. Whereas for pig skin, with non safety stock policy more precise used with the LUC technique which have economizing of total inventory cost equal to 40,59%, and then with safety stock policy more precise used with the LTC technique which have economizing of total inventory cost each equal to 8,70% for service level 80% policy and equal to 6,21% for service level 90% policy.
SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul “Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Pada Produk Sepatu dengan Pendekatan Teknik Lot Sizing dalam Mendukung Sistem MRP, (Studi Kasus di PT. Sepatu Mas Idaman, Bogor) adalah hasil karya asli saya sendiri, dengan arahan dosen pembimbing akademik, kecuali dengan jelas ditunjukkan rujukannya.
Bogor, 9 Juni 2008 Yang Membuat Pernyataan
Nanang Taryana NRP. F 34104045
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PRODUK SEPATU DENGAN PENDEKATAN TEKNIK LOT SIZING DALAM MENDUKUNG SISTEM MRP (Studi Kasus di PT. Sepatu Mas Idaman, Bogor)
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh : NANANG TARYANA F 34104045
2008 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PRODUK SEPATU DENGAN PENDEKATAN TEKNIK LOT SIZING DALAM MENDUKUNG SISTEM MRP (Studi Kasus di PT. Sepatu Mas Idaman, Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh : NANANG TARYANA F 34104045 Dilahirkan pada tanggal 20 Agustus 1985 Di Subang, Jawa Barat
Tanggal Lulus : 4 Juni 2008
Disetujui : Bogor, 17 Juni 2008 Pembimbing Akademik
Dr. Ir. Machfud, MS. NIP. 130682670
BIODATA PENULIS Penulis dilahirkan di Subang, Jawa Barat pada tanggal 20 Agustus 1985. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dengan ayah bernama Asep Suyana dan ibu bernama Nani. Penulis menjalani pendidikan dari bangku SD Negeri IV Sagalaherang Subang dan menyelesaikan pendidikan sekolah dasar pada tahun 1998. Kemudian melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMP Negeri I Sagalaherang Subang pada tahun 1998 – 2001. Setelah lulus sekolah menengah pertama, penulis melanjutkan pendidikan menengah atas pada tahun 2001 – 2004 di SMA Negeri I Subang, Jawa Barat. Pada tahun 2004, penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui program USMI (Ujian Seleksi Masuk IPB) pada Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian dan menyelesaikan sarjananya pada tahun 2008. Memasuki semester ke tujuh, penulis melaksanakan Praktek Lapang di PT. PG. Rajawali Unit II Subang dengan judul ”Sistem Perencanaan dan Pengendalian Persediaan Bahan Pembantu di PT. PG. Rajawali Unit II Subang”. Pada Semester ke delapan, penulis melakukan penelitian ddi PT. Sepatu Mas Idaman dengan judul ”Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Sepatu Dengan Pendekatan Teknik Lot Sizing Dalam Mendukung Sistem MRP (Studi Kasus di PT. Sepatu Mas Idaman, Bogor)” dibawah bimbingan Bapak Dr. Ir. Machfud, MS.
KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan berkah-Nya yang telah dicurahkan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini disusun berdasarkan penelitian langsung di PT. Sepatu Mas Idaman dan hasil studi pustaka. Pada penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak dibantu dan bimbing oleh berbagai pihak yang terkait. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Dr. Ir. Machfud MS, selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan arahan dan bimbingannya dalam menyelesaikan skripsi ini.. 2. Dr. Ir. Erliza Noor dan Dr. Ir. Suprihatin selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran dalam menyelesaikan skripsi ini. 3. Ir. Aris, MM selaku manager HRD yang telah mengizinkan penulis melaksanakan penelitian di PT. Sepatu Mas Idaman, Bogor. 4. Bapak Iwan selaku manager PPIC yang telah memberikan arahan dan masukan kepada penulis dalam melaksanakan penelitian ini. 5. Bapak Irbi selaku store head yang telah memberikan izin, arahan, serta masukan kepada penulis dalam melaksanakan penelitian ini. 6. Ibu Murni selaku accounting staff yang telah membantu penulis dalam melakukan pencarian data yang diperlukan sesuai dengan penelitian. 7. Bapak setia yang selalu membantu dalam melakukan pencarian data yang diperlukan sesuai dengan penelitian. 8. Emih, Bapak, Neng dan Aa penulis yang telah memberikan dorongan moral dan doa kepada penulis. 9. Ayangku tersayang yang selalu mendukung dan memberikan motivasi kepada penulis, dalam menghadapi kesulitan yang dihadapi.
i
Penulis menyadari bahwa laporan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran sangat diharapkan demi kesempurnaan penyusunan laporan ini. Semoga laporan skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Bogor, Juni 2008
Penulis
ii
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.......................................................................................i DAFTAR ISI ...................................................................................................iii DAFTAR TABEL ........................................................................................... vi DAFTAR GAMBAR....................................................................................... ix DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... x
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ....................................................................................... 1 B. Tujuan.................................................................................................... 3 C. Ruang Lingkup....................................................................................... 4 D. Manfaat dan Keluaran ............................................................................ 4
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bahan Baku............................................................................................ 5 B. Persediaan .............................................................................................. 6 C. Tujuan Persediaan .................................................................................. 7 D. Fungsi Persediaan................................................................................... 8 E. Jenis-Jenis Persediaan ............................................................................ 8 F. Biaya-Biaya Persediaan.......................................................................... 9 G. Model Pengendalian Persediaan ........................................................... 10 1. Model Persediaan Determanistik............................................... 10 2. Model Persediaan Probabilistik ................................................. 12 3. Model Analisis ABC................................................................. 13 4. Model Material Requirement Planning (MRP) ......................... 15 H. Distribusi Data ..................................................................................... 23 I. Pengujian Distribusi Data ..................................................................... 24 J. Persediaan Pengaman (Safety Stock)..................................................... 25 K. Penelitian Terdahulu............................................................................. 27
iii
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran ............................................................................. 28 B. Pendekatan Berencana.......................................................................... 30 C. Tata Laksana ........................................................................................ 32 D. Analisis Data........................................................................................ 35
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Teknologi Proses Produksi ................................................................... 44 B. Pengelolaan Bahan Baku ...................................................................... 47 1. Organisasi Pengelola Bahan Baku .................................................. 47 2. Bahan Baku .................................................................................... 53 3. Analisis ABC ................................................................................. 55 C. Kondisi Persediaan Bahan Baku di Perusahaan 1. Kuantitas Pemesanan Bahan Baku .................................................. 60 2. Waktu Tunggu Kedatanganan Bahan Baku ..................................... 62 3. Tingkat Pemakaian Bahan Baku ..................................................... 63 4. Biaya-Biaya Persediaan .................................................................. 72 D. Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku 1. Persediaan Pengaman (safety stock) ................................................ 80 2. Teknik Lot Sizing Tanpa Persediaan Pengaman a. Economic Order Quantity (EOQ).............................................. 84 b. Period Order Quantity (POQ)................................................... 88 c. Least Unit Cost (LUC).............................................................. 93 d. Least Total Cost (LTC)............................................................. 96 e. Part Period Balancing (PPB).................................................... 99 3. Teknik Lot Sizing Dengan Persediaan Pengaman a. Economic Order Quantity (EOQ)............................................ 104 b. Period Order Quantity (POQ)................................................. 108 c. Least Unit Cost (LUC)............................................................ 112 d. Least Total Cost (LTC)........................................................... 115 e. Part Period Balancing (PPB).................................................. 118
iv
E. Analisis Perbandingan Teknik Lot Sizing dengan Kebijakan Perusahaan ......................................................................................... 121 1.
Cow Leather ............................................................................... 121
2.
Sheep Leather............................................................................. 125
3.
Pig Skin ...................................................................................... 127
4.
Outsole ....................................................................................... 129
5.
Midsole....................................................................................... 132
V. KESIMPULAN DAN SARAN................................................................ 136 DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 139 LAMPIRAN ................................................................................................. 141
v
DAFTAR TABEL Tabel 1. Format Material Requirement Planning (MRP).................................. 18 Tabel 2. Faktor pengaman (k) berdistribusi normal .......................................... 26 Tabel 3. Klasifikasi bahan baku utama sepatu dengan analisis ABC................. 57 Tabel 4. Frekuensi pemesanan dan kuantitas pesanan bahan baku cow leather, sheep leather, dan pig skin dengan metode perusahaan .......... 61 Tabel 5. Frekuensi pemesanan dan kuantitas pesanan bahan baku outsole dan midsole dengan metode perusahaan................................. 61 Tabel 6. Tingkat pemakaian bahan baku tahun 2007 ........................................ 64 Tabel 7. Tingkat persediaan bahan baku cow leather........................................ 67 Tabel 8. Tingkat persediaan bahan baku sheep leather ..................................... 68 Tabel 9. Tingkat persediaan bahan baku pig skin.............................................. 69 Tabel 10. Tingkat persediaan bahan baku outsole............................................. 70 Tabel 11. Tingkat persediaan bahan baku midsole............................................ 71 Tabel 12. Biaya pemesanan bahan baku di PT. Sepatu Mas Idaman ................. 73 Tabel 13. Opportunity Cost bahan baku cow leather tahun 2007 ..................... 74 Tabel 14. Opportunity Cost bahan baku sheep leather tahun 2007................... 75 Tabel 15. Opportunity Cost bahan baku pig skin tahun 2007 ........................... 76 Tabel 16. Opportunity Cost bahan baku outsole tahun 2007 ............................ 76 Tabel 17. Opportunity Cost bahan baku midsole tahun 2007 ........................... 77 Tabel 18. Biaya penyimpanan tetap setiap bahan baku ..................................... 78 Tabel 19. Total biaya penyimpanan bahan baku di perusahaan......................... 78 Tabel 20. Biaya persediaan bahan baku dengan teknik PPB safety stock service level 80%.............................................................................. 80 Tabel 21. Biaya persediaan bahan baku dengan teknik PPB safety stock service level 90%.............................................................................. 81 Tabel 22. Frekuensi dan kuantitas pemesanan bahan baku cow leather, sheep leather, dan pig skin dengan teknik EOQ non safety stock....... 85 Tabel 23. Biaya persediaan bahan baku dengan teknik EOQ ............................ 86 Tabel 24. Frekuensi pemesanan dan EOQ setiap bahan baku............................ 87 Tabel 25. Frekuensi dan kuantitas pemesanan bahan baku outsole dan
vi
midsole dengan menggunakan teknik EOQ non safety stock ............. 88 Tabel 26. Frekuensi dan kuantitas pemesanan bahan baku cow leather, sheep leather, dan pig skin dengan teknik POQ non safety stock....... 89 Tabel 27. Biaya persediaan bahan baku dengan teknik POQ............................. 90 Tabel 28. Economic Order Interval (EOI) setiap bahan baku ........................... 91 Tabel 29. Frekuensi dan kuantitas pemesanan bahan baku outsole dan midsole dengan menggunakan teknik POQ non safety stock.............. 92 Tabel 30. Frekuensi dan kuantitas pemesanan bahan baku cow leather, sheep leather, dan pig skin dengan teknik LUC non safety stock....... 93 Tabel 31. Biaya persediaan bahan baku dengan teknik LUC............................. 94 Tabel 32. Frekuensi dan kuantitas pemesanan bahan baku outsole dan midsole dengan teknik LUC non safety stock .................................... 95 Tabel 33. Frekuensi dan kuantitas pemesanan bahan baku cow leather, sheep leather, dan pig skin dengan teknik LTC non safety stock ....... 97 Tabel 34. Biaya persediaan bahan baku dengan teknik LTC ............................. 98 Tabel 35. Frekuensi dan kuantitas pemesanan bahan baku outsole dan midsole dengan teknik LTC non safety stock .................................... 99 Tabel 36. Frekuensi dan kuantitas pemesanan bahan baku cow leather, sheep leather, dan pig skin dengan teknik PPB non safety stock...... 100 Tabel 37. Biaya persediaan bahan baku dengan teknik PPB ........................... 101 Tabel 38. Economic Part Period (EPP) setiap bahan baku ............................. 102 Tabel 39. Frekuensi dan kuantitas pemesanan bahan baku outsole dan midsole dengan menggunakan teknik PPB non safety stock ............ 103 Tabel 40. Frekuensi dan kuantitas pemesanan bahan baku cow leather, sheep leather, dan pig skin dengan teknik EOQ safety stock service level 80%............................................................................ 105 Tabel 41. Biaya persediaan bahan baku dengan teknik EOQ safety stock service level 80%............................................................................ 105 Tabel 42. Frekuensi dan kuantitas pemesanan bahan baku cow leather, sheep leather, dan pig skin dengan teknik EOQ safety stock service level 90%............................................................................ 106 Tabel 43. Biaya persediaan bahan baku dengan teknik EOQ safety stock
vii
service level 90%............................................................................ 107 Tabel 44. Frekuensi dan kuantitas pemesanan bahan baku cow leather, sheep leather, dan pig skin dengan teknik POQ safety stock service level 80%............................................................................ 109 Tabel 45. Biaya persediaan bahan baku dengan teknik POQ safety stock service level 80%............................................................................ 109 Tabel 46. Frekuensi dan kuantitas pemesanan bahan baku cow leather, sheep leather, dan pig skin dengan teknik POQ safety stock service level 90%............................................................................ 110 Tabel 47. Biaya persediaan bahan baku dengan teknik POQ safety stock service level 90%............................................................................ 111 Tabel 48. Biaya persediaan bahan baku dengan teknik LUC safety stock service level 80%............................................................................ 113 Tabel 49. Biaya persediaan bahan baku dengan teknik LUC safety stock service level 90%............................................................................ 114 Tabel 50. Biaya persediaan bahan baku dengan teknik LTC safety stock service level 80%............................................................................ 116 Tabel 51. Biaya persediaan bahan baku dengan teknik LTC safety stock service level 90%............................................................................ 116
viii
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Model persediaan deterministik ...................................................... 11 Gambar 2. Model persediaan probabilistik ....................................................... 12 Gambar 3. Grafik Analisis ABC....................................................................... 14 Gambar 4. Hubungan antara kedua jenis biaya persediaan................................ 20 Gambar 5. Tingkat persediaan dengan asumsi EOQ ......................................... 21 Gambar 6. Kerangka pemikiran penelitian ....................................................... 29 Gambar 7. Tahapan pendekatan berencana....................................................... 32 Gambar 8. Diagram alir penelitian ................................................................... 34 Gambar 9. Diagram alir model persediaan pengaman (Safety stock) ................. 37 Gambar 10. Diagram alir kebutuhan bersih (Netting) ....................................... 37 Gambar 11. Diagram alir perhitungan persediaan ditangan............................... 38 Gambar 12. Diagram alir tekik Economic Order Quantity (EOQ) .................... 39 Gambar 13. Diagram alir tekik Period Order Quantity (POQ) ......................... 40 Gambar 14. Diagram alir tekik Least Unit Cost (LUC)..................................... 41 Gambar 15. Diagram alir tekik Least Total Cost (LTC).................................... 42 Gambar 16. Diagram alir tekik Part Period Balancing (PPB)........................... 43 Gambar 17. Proses produksi pembuatan sepatu ................................................ 45 Gambar 18. Struktur Produk Sepatu di PT. Sepatu Mas Idaman ....................... 46 Gambar 19. Diagram alir sistem penerimaan bahan baku di PT. Sepatu Mas Idaman ................................................................ 50 Gambar 20. Diagram alir sistem pengeluaran bahan baku di PT. Sepatu Mas Idaman. ............................................................... 52 Gambar 21. Diagram pareto hasil analisis ABC................................................ 58 Gambar 22. Tingkat pemakaian bahan baku tahun 2007................................... 64
ix
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Struktur Organisasi PT. Sepatu Mas Idaman............................... 141 Lampiran 2. Diagram Alir Sistem Pengadaan Bahan Baku ............................. 142 Lampiran 3. Perhitungan dengan Teknik LTC kebijakan non safety stock ...... 143 Lampiran 4. Perhitungan Persediaan Bahan Baku Cow Lether dan Sheep Leather dengan teknik Lot Sizing LTC........................................ 146 Lampiran 5. Perhitungan dengan Teknik LTC Service Level 80% .................. 148 Lampiran 6. Perhitungan Persediaan Bahan Baku Cow Lether, Sheep Leather, dan Pig Skin dengan teknik LTC Service Level 80%.......................... 152 Lampiran 7. Perhitungan dengan Teknik LTC Service Level 90% .................. 155 Lampiran 8. Perhitungan Persediaan Bahan Baku Cow Lether, Sheep Leather, dan Pig Skin dengan teknik LTC Service Level 90%.......................... 159 Lampiran 9. Perhitungan dengan Teknik LUC Kebijakan non safety stock ..... 162 Lampiran 10. Perhitungan Persediaan Bahan Baku Pig Skin, Outsole, dan Midsole dengan teknik LUC non safety stock ........................................... 167 Lampiran 11. Perhitungan dengan Teknik LUC service level 80% ................. 170 Lampiran 12. Perhitungan Persediaan Bahan Baku Outsole dan Midsole dengan teknik LUC Service Level 80% ............................................... 173 Lampiran 13. Perhitungan dengan Teknik LUC service level 90% ................. 175 Lampiran 14. Perhitungan Persediaan Bahan Baku Outsole dan Midsole dengan teknik LUC Service Level 90% ............................................... 178 Lampiran 15. Perbandingan Antara Teknik Lot Sizing MRP dengan Kebijakan Perusahaan.............................................................................. 180 Lampiran 16. Jumlah Produksi Sepatu Jenis Rock Port Tahun 2007............... 190 Lampiran 17. Contoh Jenis Produk Rock Port ................................................ 190
x
GLOSSARY BOM : Bill Of Material BPB
: Bukti Pengeluaran Barang
EOI
: Economic Order Interval
EOQ : Economic Order Quantity EPP
: Economic Part Period
FIFO : First In First Out Frek
: Frekuensi
LTC
: Least Total Cost
LUC
: Least Unit Cost
MPS
: Master Production Schedulle
MRP : Material Requirement Planning PO
: Purchasing Order
POQ : Period Order Quantity PPB
: Part Period Balancing
PPIC : Productions Planning and Inventory Control Psg
: Pasang
Semasi : Sepatu Mas Idaman Sft
: Square feet
I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Devisa negara bersumber dari sektor migas dan non migas. Industri sepatu merupakan industri yang mempunyai peluang dan prospek pasar yang baik. Sepatu merupakan salah satu produk non migas yang tidak hanya ditujukan untuk permintaan dalam negeri, tetapi juga dikembangkan untuk pasar ekspor. Sepatu adalah suatu jenis alas kaki (footwear) yang digunakan untuk melindungi kaki terutama bagian telapak kaki, (Wikipedia, Indonesia). Pengelompokkan sepatu biasanya dilakukan berdasarkan fungsinya, seperti sepatu resmi, sepatu santai, sepatu dansa, sepatu olah raga, dan sepatu kerja. Volume permintaan sepatu domestik dari tahun 2001 hingga tahun 2004 mengalami peningkatan, tetapi pada tahun 2005 menurun sekitar 4,34 pessen. Hal ini disebabkan oleh daya beli masyarakat yang berbeda terhadap produk sepatu nasional dan masuknya sepatu China kepasaran sepatu dunia, baik secara legal maupaun ilegal yang berdampak pada persaingan harga produk sepatu antar negara. Negara tujuan utama ekspor sepatu Indonesia adalah Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa (UE). Pada tahun 2006, pasar AS mampu menyerap produk sepatu Indonesia sebanyak 40,2 persen dan UE sebesar 35,8 persen dari total ekspor sepatu Indonesia (Aprisindo, 2006). Berdasarkan data Aprisindo, ekspor sepatu dari Indonesia mencapai US$1,6 miliar pada 2006, setara 3% dari total pasar sepatu dunia. Sekitar 70% ekspor alas kaki tersebut disumbang sepatu jenis sport dan sisanya non sport. Produsen sepatu non sport diperkirakan baru sekitar 12 perusahaan dengan delapan perusahaan masing-masing delapan pabrik di Jawa Barat dan empat pabrik di Jawa Timur. Saat ini, ekspor sepatu kulit nasional hanya 30% dari total ekspor alas kaki, yang 70% nya adalah sepatu olahraga. Selama periode 1999-2003, ekspor sepatu kulit Indonesia memiliki kontribusi sebesar 0,7% dari total ekspor sepatu kulit dunia dan melihat perkembangannya di tahun 2004 mengalami peningkatan yang cukup besar dibandingkan dengan tahun 2003 yaitu sebesar 100%. Dengan adanya peningkatan permintaan dari negara di Eropa, (Departemen Perdagangan, 2005).
1
PT. Sepatu Mas Idaman (SEMASI) adalah salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang industri sepatu, dimana didalam persaingan yang sangat ketat diantara perusahaan-perusahaan sejenis seperti adidas, nike, dan reebok. PT. Sepatu Mas Idaman bertekad untuk menghasilkan produk-produk yang kualitasnya bermutu tinggi dan dengan harga yang bersaing khususnya pada produk sepatu yang di ekspor. Kegiatan perusahaan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan kegiatan produksi. Perusahaan mengadakan kegiatan produksi untuk memenuhi kebutuhan pasar. Untuk mengadakan kegiatan produksi harus ada bahan baku. Oleh karena itu didalam dunia usaha masalah bahan baku adalah masalah yang sangat penting. Sehingga diperlukan pengendalian persediaan bahan baku yang efektif dan efisien. Pengendalian persediaan bahan baku merupakan salah satu aspek yang sangat penting bagi berlangsungnya kelancaran suatu produksi. Hal ini berlaku untuk semua
industri terutama
industri yang bergerak dalam
bidang
manufakturing, seperti industri sepatu. Pengendalian persediaan bahan baku pada produk sepatu merupakan salah satu sistem yang dapat menjamin kelancaran akan ketersediaan bahan baku, sehingga proses produksi akan berjalan dengan lancar. Pengendalian tersebut dapat mencegah terjadinya kekurangan bahan baku yang dapat mengakibatkan terhambatnya proses produksi atau dapat menghentikan kegiatan produksi yang menyebabkan perusahaan menderita kerugian. Masalah penentuan besarnya persediaan merupakan masalah penting bagi perusahaan, karena persediaan mempunyai efek langsung terhadap keuntungan perusahaan. Kesalahan dalam menentukan besarnya investasi dalam persediaan akan menekan keuntungan perusahaan. Adanya persediaan bahan baku yang terlalu besar dibandingkan kebutuhan perusahaan akan menambah beban bunga, biaya pemeliharaan dan penyimpanan dalam gudang, serta kemungkinan terjadinya penyusutan dan kualitas yang tidak bisa dipertahankan, sehingga semuanya ini akan mengurangi keuntungan perusahaan. Demikian pula sebaliknya, persediaan bahan baku yang terlalu kecil dalam perusahaan akan mengakibatkan terhambatnya proses produksi, mengakibatkan tidak terpenuhinya permintaan konsumen sehingga perusahaan akan menyebabkan kerugian juga.
2
Oleh karena itu diperlukan pengendalian persediaan bahan baku, agar proses produksi tetap berjalan dengan lancar dan diperoleh biaya persediaan yang rendah. Manajemen persediaan meliputi setiap aktivitas yang menjaga agar tingkat persediaan tetap berada dalam tingkatan yang diinginkan. Kebijakan dalam manajemen persediaan perlu dirumuskan secara tepat sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan oleh perusahaan. Terdapat metode-metode yang berbeda untuk menangani setiap bentuk persediaan, salah satunya adalah metode yang biasa digunakan untuk mengendalian tingkat persediaan bahan baku yang sifatnya tergantung pada jumlah produk akhir yang diproduksi yaitu sistem Material Requirement Planning (MRP). Tujuan dari MRP adalah menyediakan material pada saat dan jumlah yang tepat. Beberapa keuntungan dari kebijakan penerapan MRP dalam manajemen persediaan adalah investasi yang tertanam dalam persediaan bisa dijaga tetap minimum, sistemnya reaktif atau sensitif terhadap perubahan, jumlah pemesanan disesuaikan kebutuhan konsumsi, dan lai-lain. Salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan dalam implementasi MRP adalah penggunaan teknik lot sizing yang tepat sehingga dapat meminimalkan biaya total persediaan. Lot sizing merupakan penentuan ukuran lot pengadaan untuk material yang dimaksud. Tedapat beberapa macam teknik lot sizing yang tujuannya adalah meminimalkan biaya total persediaan yang terdiri dari biaya penyimpanan dan biaya pemesanan, dan memperlancar proses produksi.
B. TUJUAN Tujuan dari penelitian ini adalah 1. Memahami dan menganalisis sistem pengendalian persediaan bahan baku pada produk sepatu di PT. Sepatu Mas Idaman. 2. Menentukkan metode alternatif teknik lot sizing yang terbaik dalam rangka menjaga kelancaran produksi dan meningkatkan efisiensi terhadap pengendalian persediaan bahan baku pada produk sepatu bagi perusahaan. 3. Menentukan kinerja metode alternatif teknik lot sizing dibandingkan dengan kebijakan yang dilakukan oleh perusahaan dalam hal penghematan biaya persediaan bahan baku.
3
C. RUANG LINGKUP Ruang lingkup penelitian ini adalah 1.
Identifikasi dan formulasi permasalahan pengendalian persediaan bahan baku pada produk sepatu di PT. Sepatu Mas Idaman.
2.
Analisis data penggunaan bahan baku dengan model analisis ABC, model teknik Lot Sizing.
3.
Teknik Lot Sizing dengan kebijakan safety stock dan non safety stock.
4.
Teknik Lot Sizing yang digunakan meliputi Economic Order Quantity (EOQ), Period Order Quantity (POQ), Least Unit Cost (LUC), Least Total Cost (LTC), dan Part Period Balancing (PPB).
5.
Jenis bahan baku yang digunakan adalah yang termasuk dalam kelas A.
D. MANFAAT DAN KELUARAN Penelitian ini berguna untuk melatih kemampuan mahasiswa dalam menganalisa, mengobservasi pengendalian persediaan bahan baku pada produk sepatu dan melakukan interaksi dengan pihak-pihak yang terkait. Keluaran yang dihasilkan dari penelitian ini adalah model pengendalian persediaan bahan baku pada produk sepatu yang sesuai, efektif dan efisien bagi perusahaan dalam hal penghematan biaya persediaan bahan baku pada produk sepatu dan ketepatan saat dan jumlah pemesanan bahan baku. Hal ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan penentuan model sistem persediaan bahan baku pada produk sepatu yang efektif dan efisien, sehingga dapat tercipta proses produksi yang optimal. Model pengendalian persediaan tersebut antara lain teknik lot sizing dalam meminumkan biaya persediaan dan ketepatan saat dan jumlah pemesanan bahan baku, persediaan pengaman, dan titik pemesanan kembali.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA A. BAHAN BAKU Bahan baku atau yang lebih dikenal dengan sebutan Raw Material merupakan bahan mentah yang akan diolah menjadi barang jadi sebagai hasil utama dari perusahaan yang bersangkutan (Indrajit dan Djokopranoto, 2003). Menurut Mulyadi (1981), bahan baku merupakan bahan yang membentuk bagian utama dari produk jadi. Bahan baku merupakan bahan yang harus diperhitungkan dalam kelangsungan proses produksi. Banyaknya bahan baku yang tersedia akan menentukan besarnya penggunaan sumber-sumber didalam perusahaan dan kelancarannya (Assauri, 1993). Hal ini menunjukkan bahwa bahan baku merupakan faktor yang penting dalam suatu proses produksi karena bila terjadi kekurangan bahan baku maka kegiatan perusahaan tidak dapat berjalan lancar. Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2003), bahan baku dapat digolongkan berdasarkan beberapa hal diantaranya yaitu berdasarkan harga dan frekuensi penggunaan. Klasifikasi bahan baku berdasarkan harga dibagi menjadi tiga bagian yaitu 1. Bahan baku berharga tinggi (high value items) Bahan baku yang biasanya berjumlah ± 10% dari jumlah jenis persediaan, namun jumlah nilainya mewakili sekitar 70% dari seluruh nilai persediaan, oleh karena itu memerlukan tingkat pengawasan yang sangat tinggi. 2. Bahan baku berharga menengah (medium value items) Bahan baku yang biasanya berjumlah ± 20% dari jumlah jenis persediaan, dan jumlah nilainya juga sekitar 20% dari jumlah nilai persediaan, sehingga memerlukan tingkat pengawasan yang cukup. 3. Bahan baku berharga rendah (low value items) Jenis bahan baku ini biasanya berjumlah ± 70% dari seluruh jenis persediaan, tetapi memiliki nilai atau harga sekitar 10% dari seluruh nilai atau harga persediaan, sehingga tidak memerlukan pengawasan yang tinggi.
5
B. PERSEDIAAN Persediaan adalah sejumlah bahan-bahan, bagian-bagian yang disediakan dan bahan-bahan dalam proses yang terdapat dalam persuhaan untuk proses produksi, serta barang-barang jadi/produk yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari konsumen atau langganan setiap waktu (Rangkuti, 2002). Menurut Handoko (2000), persediaan merupakan segala sesuatu atau sumberdayasumberdaya organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan. Keberadaan persediaan berkaitan dengan faktor waktu, faktor ketidakpastian, faktor diskontinuitas, dan faktor ekonomi. Persediaan memiliki fungsi penting yang dapat menigkatkan efisiensi operasional suatu perusahaan. Dengan adanya persediaan maka proses produksi tidak terhambat oleh kekurangan bahan baku. Selain itu, prosedur untuk memperoleh dan menyimpan bahan baku yang dibutuhkan dapat dilaksanakan dengan biaya minimum (Bedworth dan Bailey, 1982). Pada pengendalian persediaan ada dua keputusan yang perlu diambil, yaitu jumlah setiap kali pemesanan dan kapan pemesanan itu harus dilakukan. Prinsip dari persediaan yaitu mempermudah dan memperlancar jalannya operasi perusahaan pabrik, yang harus dilakukan secara berturut-turut untuk memproduksi barang-barang, serta selanjutnya menyampaikan kepada pelanggan atau konsumen. Persediaan memungkinkan produk-produk dihasilkan pada tempat yang jauh dari pelanggan dan atau sumber bahan mentah (Rangkuti, 2002). Dari segi teori, persediaan digunakan untuk menentukan prosedur optimal dalam jumlah optimal produksi atau bahan yang disimpan untuk memenuhi permintaan pasar di masa depan (Bedworth dan Bailey, 1982). Pengendalian persediaan merupakan kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan penentuan kebutuhan material sedemikian rupa sehingga disatu pihak kebutuhan operasi dapat dipenuhi pada waktunya dan dilain pihak investasi persediaan material dapat ditekan secara optimal (Indrajit dan Djokopranoto, 2003). Persediaan merupakan suatu hal yang tak terhindarkan. Menurut Baroto (2002) penyebab timbulnya persediaan adalah sebagai berikut :
6
1. Mekanisme pemenuhan atas permintaan. Permintaan terhadap suatu barang tidak dapat dipenuhi seketika bila barang tersebut tidak tersedia sebelumnya. Untuk menyiapkan barang ini diperlukan waktu untuk pembuatan dan pengiriman, maka adanya persediaan merupakan hal yang sulit dihindarkan 2. Keinginan untuk meredam ketidakpastian. Ketidakpastian terjadi akibat, diantaranya yaitu permintaan yang bervariasi yang tidak pasti dalam jumlah maupun waktu kedatangan, waktu pembuatan yang cenderung tidak konstan antara satu produk dengan produk berikutnya, waktu tenggang (lead time) yang cenderung tidak pasti karena banyak faktor yang tak dapat dikendalikan. Ketidakpastian ini dapat diredam dengan mengadakan persediaan 3. Keinginan melakukan spekulasi yang bertujuan mendapatkan keuntungan besar dari kenaikan harga dimasa mendatang.
C. TUJUAN PERSEDIAAN Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2003) tujuan dari persediaan adalah untuk mencapai efisiensi dan efektivitas optimal dalam penyimpanan material. Persediaan yang diadakan mulai dari bahan baku sampai barang jadi antara lain bertujuan untuk (Rangkuti, 2002) : 1. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang 2. Menghilangkan resiko barang yang rusak 3. Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan 4. Mencapai penggunaan mesin yang optimal 5. Memberi pelayanan yang sebaik-baiknya bagi konsumen Menurut Johns dan Harding (1996), tujuan pengendalian persediaan adalah meminimalkan investasi dalam sediaan, namun tetap konsisten dengan penyediaan tingkat pelayanan yang diminta, sedangkan fungsi utama dari persediaan menurut Starr dan Miller (1986) yaitu menjamin bahwa fungsi produksi tidak dihambat oleh kekurangan bahan baku yang diperlukan dan untuk menjamin bahwa pengembangan prosedur untuk mendapatkan dan menyimpan bahan persediaan yang diperlukan telah dilaksanakan dengan biaya minimum.
7
D. FUNGSI PERSEDIAAN Fungsi persediaan yang diadakan mulai dari persediaan yang berbentuk bahan mentah sampai dengan barang jadi antara lain (Assauri, 1993) : 1. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang atau bahan-bahan yang dibutuhkan oleh perusahaan 2. Menghilangkan resiko dari material yang dipesan tidak memenuhi kualifikasi, sehingga harus dikembalikan 3. Menumpuk bahan-bahan yang dihasilkan secara musiman sehingga dapat digunakan bila bahan itu tidak ada dipasaran 4. Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan atau menjamin kelancaran arus produksi 5. Mencapai penggunaan mesin yang optimal 6. Memberikan pelayanan kepada pelanggan, dimana kebutuhan pelanggan dapat dipenuhi setiap saat
E. JENIS-JENIS PERSEDIAN Menurut Rangkuti (2002), Setiap jenis persediaan memiliki karakteristik tersendiri dan cara pengolahan yang berbeda. Persediaan dapat dibedakan menjadi beberapa jenis diantaranya sebagai berikut : 1. Persediaan bahan mentah (raw material) yaitu persediaan barang-barang berwujud, seperti besi, kayu, serta komponen-komponen lain yang digunakan dalam proses prouksi. 2. Persediaan komponen-komponen rakitan (purchased parts/components) yaitu persediaan barang-barang yang tediri dari komponen-komponen yang diperoleh dari perusahaan lain yang secara langsung dapat dirakit menjadi suatu produk. 3. Persediaan bahan pembantu atau penolong (supplies) yaitu persediaan barangbarang yang diperlukan dalam proses produksi, tetapi bukan merupakan bagian atau komponen barang jadi. 4. Persediaan barang dalam proses (work in process) yaitu persediaan barangbarang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam proses produksi
8
atau yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi masih perlu diproses lebih lanjut menjadi barang jadi. 5. Persediaan barang jadi (finished goods), persediaan barang-barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap dijual atau dikirim kepada pelanggan.
F. BIAYA-BIAYA PERSEDIAAN Menurut Rangkuti (2002), umumnya untuk pengambilan keputusan penentuan besarnya jumlah persediaan, biaya-biaya variabel berikut ini harus dipertimbangkan, diantaranya : 1. Biaya penyimpanan (holding costs atau carrying costs), terdiri atas biayabiaya yang bervariasi secara langsung dengan kuantitas persediaan. Biaya penyimpanan per periode akan semakin besar apabila kuantitas bahan yang dipesan semakin banyak atau rata-rata persediaan semakin tinggi. Biaya penyimpanan
merupakan variabel apabila
bervariasi dengan tingkat
persediaan. Apabila biaya fasilitas penyimpanan (gudang) tidak variabel, tetapi tetap, maka tidak dimasukkan dalam biaya penyimpanan per unit. 2. Biaya pemesanan atau pembelian (ordering costs atau procurement costs). Pada umumnya, biaya per pesanan (di luar biaya bahan dan potongan kuantitas) tidak naik apabila kuantitas pesanan bertambah besar. Tetapi, apabila semakin banyak komponen yang dipesan setiap kali pesan, jumlah pesanan per periode turun, maka biaya pemesanan total akan turun. Ini berarti, biaya pemesanan total per periode (tahunan) sama dengan jumlah pesanan yang dilakukan setiap periode dilakukan biaya yang harus dikeluarkan setiap kali pesan.
G. MODEL PENGENDALIAN PERSEDIAAN Pada dasarnya kebijakan pengendalian persediaan meliputi dua aspek yaitu (1) pada saat kapan atau pada tingkat persediaan berapa harus dilakukan pemesanan atau pengadaan persediaan dan (2) berapa banyak yang harus dipesan, diadakan atau diproduksi. Konsekuensi dari kedua aspek tersebut akan
9
menentukan tingkat persediaan pada waktu tertentu dan rata-rata tingkat persediaan (Machfud, 1999). Pembagian model atau kebijaksanaan pengendalian persediaan ini ditentukan oleh karakteristik dari permintaan atau kebutuhan terhadap persediaan selang waktu sejak dilakukan pemesanan hingga persediaan tersedia (waktu tunggu atau lead time), serta parameter-parameter biaya persediaan (Machfud, 1999). Menurut Assauri (1993), Kebijaksanaan persediaan berkaitan dengan penentuan pemesanan dan tingkat persediaan yang optimum, berapa jumlah yang dipesan agar pemesanan tersebut ekonomis dan kapan pemesanan itu dilakukan. Berdasarkan sifat permintaan dan waktu tunggu, model persediaan dapat bersifat deterministik (diketahui dengan pasti) atau probabilistik (dijabarkan dengan sebuah fungsi probabilitas dan dikenal pula dengan istilah stokastik).
1. Model Persediaan Deterministik dan Probabilistik Menurut Taha (1997), model persediaan dapat bersifat deterministik atau probabilistik. a. Model Persediaan Deterministik Menurut Taha (1997), permintaan deterministik dapat bersifat statis dalam arti bahwa laju pemakaian tetap konstan sepanjang waktu dan diketahui dengan pasti, permintaan deterministik dapat bersifat dinamis yaitu permintaan diketahui dengan pasti tetapi bervariasi dari satu periode ke periode berikutnya. Model deterministik merupakan model yang didasarkan pada asumsi bahwa laju permintaan diketahui untuk suatu selang periode. Asumsi-asumsi yang digunakan pada umumnya yaitu bahan yang dipesan satu macam, kebutuhan per periode diketahui, dan bahan yang dibutuhkan segera dapat tersedia. Model persediaan yang paling sederhana terjadi ketika permintaan tetap sepanjang waktu dengan jumlah pemesanan diterima sekaligus dan tidak ada kekurangan. Model deterministik dapat dilihat pada Gambar 1. berikut ini (Love, 1979). Pada Gambar 1, diasumsikan permintaan terjadi pada laju b (per unit waktu) dan to = waktu awal, dimana tingkat yang tertinggi dari persediaan terjadi ketika jumlah pemesanan y diterima. Pada model deterministik, parameter permintaan, biaya persediaan, dan tenggang
waktu (lead time) dapat
10
diperhitungkan dengan secara pasti. Dengan kata lain jumlah permintaan dan biaya persediaan diasumsikan dapat ditentukan secara pasti. Demikian halnya terhadap waktu tunggu pemesanan dapat diasumsikan konstan. Tingkat Persediaan
y
y
Rata-rata Persediaan
to=y/b
waktu
Gambar 1. Model persediaan deterministik (Rangkuti, 2000) Akibat adanya biaya pemesanan dan biaya penyimpanan, jumlah y harus ditentukan sehingga diperoleh total biaya minimum. Apabila k adalah biaya pemesanan yang terjadi setiap waktu pemesanan dan biaya penyimpanan per unit persediaan per unit waktu adalah h, maka total biaya per unit waktu (TCU) yaitu : TCU =
k + hy y/b
..........................................................................................(1)
2
Nilai optimum dari y didapat dengan meminimumkan TCU (y) yaitu : dTCU(y) = dy
k + hy y/b
..................................................................................(2)
2
Sehingga : y* = √ 2kb h Dimana : y* = jumlah pemesanan optimum k = biaya pemesanan per pesanan b = jumlah permintaan bahan per periode h = biaya penyimpanan per unit bahan
11
b. Model Persediaan Probabilistik Model probabilistik merupakan model yang melibatkan distribusi peluang permintaan maupun peluang waktu tunggu (lead time). Model probabilistik dapat dilihat pada Gambar 2. Q
R
Waktu tunggu
Waktu tunggu
Gambar 2. Model persediaan probabilistik (Rangkuti, 2000) Pada Gambar 2 diatas, variabel acak R adalah jumlah yang dibutuhkan, sehingga P(R) merupakan peluang bahwa dibutuhkan R satuan. Q merupakan jumlah yang dipesan sebagai persediaan. Bila R
Q maka (R-Q) adalah jumlah kebutuhan yang tidak terpenuhi, akibatnya biaya yang diderita adalah (R-Q)Cp, dimana Cp adalah biaya yang terjadi akibat kekurangan bahan baku, dimana biaya tiap satuan bila kebutuhan melebihi persediaan. Menurut Waters (1992), Model probabilistik dibedakan menjadi dua yaitu model untuk permintaan diskrit dan model untuk permintaan kontinu. Model untuk
permintaan
diskrit
digunakan
untuk
barang-barang
yang
sifat
permintaannya tidak kontinu sedangkan untuk model permintaan kontinu digunakan untuk barang-barang yang permintaannya berkesinambungan atau terus menerus. Model untuk tingkatan seperti model permintaan kontinu adalah model service level atau model tingkat pelayanan. Pemintaan probabilistik memiliki dua klasifikasi serupa yaitu kasus stasioner, dimana fungsi kepadatan probabilistik permintaan tetap tidak berubah
12
sepanjang waktu dan kasus dinamis, dimana fungsi kepadatan probabilitas bervariasi dengan waktu (Taha, 1997).
2. Model Analisis ABC Pada umumya persediaan terdiri dari berbagai jenis barang yang sangat banyak jumlahnya. Masing-masing jenis barang membutuhkan analisis tersendiri untuk mengetahui besarnya order size dan order point. Namun demikian, berbagai jenis barang yang ada dalam persediaan tersebut tidak seluruhnya memiliki tingkat prioritas yang sama. Dengan demikian, untuk mengetahui jenis-jenis barang yang perlu mendapat prioritas, maka dapat digunakan analisis ABC. Analisis ini mengklasifikasikan jenis barang berdasarkan tingkat kepentingannya (Rangkuti, 2002). Jenis item persediaan yang terdapat pada suatu industri beragam, dan tergantung keadaan jenis dan lingkup industrinya. Item persediaan yang dikendalikan bisa hanya beberapa jenis atau bestatus jenis persediaan. Untuk industri yang mengelola banyak item persediaan (bentuk bahan baku/bahan pembantu atau jenis produk) maka tidak efisien kalau setiap jenis persediaan tersebut dikendalikan (Machfud, 1999). Analisis ABC merupakan suatu alat yang sangat berguna untuk menentukan persediaan mana yang penting untuk dikendalikan berdasarkan kriteria tertentu yang dianggap penting bagi perusahaan. Oleh karena setiap unit item persediaan merupakan kapital, maka kriteria yang umum digunakan dalam satu tahun yang dicari dengan mengalikan jumlah persediaan yang digunakan dalam satu tahun dengan biaya per unit persediaan (Machfud, 1999). Menurut
Herjanto
(2003),
analisis
ABC
bertujuan
untuk
mengklasifikasikan persediaan, biasanya berdasarkan jumlah rupiah yang tertanam pada barang-barang tersebut. Pada analisis ini terbagi menjadi tiga kelompok yaitu A (sangat penting), B (penting), dn C (kurang penting). Secara umum kelompok A tersedia sekitar 15% dari total persediaan dengan biaya sebesar 70-80% dari total biaya persediaan. Kelompok B tersedia sekitar 35% dari total persediaan dengan jumlah biaya persediaan sebesar 15-25% dari total biaya persediaan, dan kelompok C tersedia sebesar 50% dari total persediaan dan
13
memerlukan biaya persediaan sebesar 5% dari total biaya persediaan. Grafik analisis ABC dapat dilihat pada Gambar 3. berikut ini % Nilai Rp Bahan Baku 80 70 60 50 40 30 20 % Persediaan
10
Bahan Baku 10
20
30
40 50
60
70
80
90
100
Sumber : Herjanto, 2003 Gambar 3. Grafik Analisis ABC Analisis ABC digunakan sebagai alat untuk menetapkan (Gaspersz, 2002): a. Frekuensi perhitungan inventori, dimana material-material kelompok A harus lebih sering diuji dalam hal akurasi catatan inventori dibandingkan materialmaterial kelompok B dan C. b. Prioritas rekayasa, dimana material-material kelompok A dan B memberikan petunjuk pada bagian rekayasa dalam peningkatan program reduksi biaya ketika mencari material-material tertentu yang perlu difokuskan. c. Prioritas pembelian, dimana aktivitas pembelian seharusnya difokuskan pada bahan-bahan baku bernilai tinggi (high cost) dan penggunaan dalam jumlah yang tinggi (high usage). Fokus pada material-material kelompok untuk pemasokan (sourcing) dan negosiasi. d. Keamanan, meskipun nilai biaya per unit merupakan indikator yang lebih baik dibandingkan nilai penggunaan namun analisis ABC boleh digunakan sebagai indikator dari material-material (kelompok A dan B yang seharusnya lebih aman disimpan dalam ruangan terkunci untuk mencegah kehilangan, kerusakan atau pencurian.
14
e. Sistem pengisian kembali, dimana pengelompokkan ABC akan membantu mengidentifikasi metode pengendalian yang digunakan. f. Keputusan investasi, hal ini menjadi sangat penting mengingat materialmaterial pada kelompok A akan menggambarkan investasi yang lebih besar dalam inventori, maka perlu berhati-hati dalam membuat keputusan tentang kuantitas pesanan dan stok pengaman terhadap material-material kelompok A dibandingkan dengan material-material kelompok B dan C.
3. Model Material Requirements Planning (MRP) Material Requirement Planning (MRP) adalah suatu sistem perencanaan dan penjadwalan kebutuhan material untuk produksi yang memerlukan beberapa tahapan proses/fase atau dengan kata lain adalah suatu rencana produksi untuk sejumlah produk jadi yang diterjemahkan ke bahan mentah (komponen) yang dibutuhkan dengan menggunakan waktu tenggang sehingga dapat ditentukan kapan dan berapa banyak yang dipesan untuk masing-masing komponen suatu produk yang akan dibuat (Rangkuti, 2004). Sistem MRP merencanakan ukuran lot sehingga barang-barang tersebut tersedia pada saat dibutuhkan. Ukuran lot adalah kuantitas yang akan dipesan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku perusahaan dengan kuantitas yang dapat meminimalkan biaya persediaan sehingga perusahaan akan memperoleh keuntungan. Sistem pengendalian dengan menggunakan metode MRP memang lebih kompleks pengelolaannya, namun mempunyai banyak kelebihan dibandingkan dengan sistem ukuran pesanan tetap untuk pengendalian barang-barang produksi. Menurut Heizer dan Render (1993) bahwa kelebihan MRP dalam menangani barang-barang diantaranya : a. Meningkatkan pelayanan dan kepuasan pelanggan Sistem MRP merencanakan produk yang akan dihasilkan dan kapan produk tersebut akan diproduksi sehingga produk akan tersedia sesuai dengan permintaan atau pesanan konsumen yang pada akhirnya akan meningkatkan kepercayaan dan kepuasan konsumen terhadap perusahaan.
15
b. Meningkatkan penggunaan fasilitas dan tenaga kerja Untuk menghasilkan produk sesuai dengan permintaan konsumen, pada sistem MRP dibuat Master Production Schedulling yang berisi jadwal produksi dan komponen-komponen yang diperlukan dalam proses produksinya, sehingga akan meningkatkan penggunaan fasilias dan tenaga kerja agar proses produksi dapat sesuai dengan jadwal produksinya. c. Perencanaan dan penjadwalan yang lebih baik Dalam sistem MRP terdapat penjadwalan produksi yang memuat komponen yang diperlukan dalam proses produksi, sehingga dengan sistem ini bahan-bahan yang diperlukan akan tersedia pada saat proses produksi berjalan. d. Respon lebih cepat terhadap permintaan pasar Jadwal produksi pada sistem MRP masih memungkinkan adanya perubahan permintaan pasar, sehingga dengan sistem ini akan lebih cepat merespon permintaan pasar. e. Mengurangi tingkat persediaan tanpa mengurangi pelayanan kepada pelanggan Adanya jadwal produksi memungkinkan perusahaan untuk menyimpan persediaan dalam jumlah yang cukup dan tidak terlalu besar sesuai dengan kebutuhannya sehingga tidak mengganggu kelancaran produksi perusahaan. Menurut Rangkuti (2002), Sasaran MRP (Material Requirement Planning) meliputi : a. Pengurangan jumlah persediaan MRP menentukan berapa banyak komponen yang dibutuhkan dan kapan dibutukannya sehingga MRP membantu manager menyediakan komponen saat dibutuhkan sehingga biaya kelebihan persediaan dapat dihindari. b. Pengurangan produksi dan tenggang waktu pengiriman MRP mengidentifikasi jumlah material yang dibutuhkan, waktu, ketersediaan, perolehan dan produksinya untuk menyelesaikan pada waktu yang dibutuhkan untuk dikirim. c. Komitmen yang realistis Janji untuk memenuhi pengiriman barang dapat memberi kepuasan lebih kepada konsumen.
16
d. Meningkatkan efisiensi MRP menyediakan koordinasi yang dekat antara bermacam divisi kerja (work center) yang terlibat dalam proses produksi. Akibatnya, produksi dapat berjalan lebih efisien karena keterlibatan secara tidak langsung dengan karyawan dapat dikurangi dan kegiatan interupsi produksi tanpa rencana dapat dikurangi. Akhirnya MRP dapat diatur dengan rapi sehingga meningkatkan efisiensi. Menurut Rangkuti (2002), Komponen sistem MRP terdiri dari a. Data persediaan (Inventory Record File) Data ini menjadi landasan untuk pembuatan MRP karena memberikan informasi tentang jumlah persediaan bahan pembantu dan barang jadi yang aman (minimum) serta keterangan lainnya, seperti : kapan kita mendapat kiriman barang, berapa jangka waktu pengiriman barang (lead time), berapa besar kelipatan jumlah pemesanan barang (lot size). b. Jadwal produksi Untuk mengetahui jadwal masing-masing barang yang akan diproduksi, kapan barang tersebut akan dibutuhkan, berapa banyak dibutuhkan sehingga dapat digunakan sebagai landasan dalam penyusunan MRP. c. Bill Of Material (BOM) Untuk mengetahui susunan barang yang akan diproduksi menggunakan bahan apa saja, apakah bahan tersebut langsung beli atau dibuat dengan bahan dasar lain sehingga jelas dalam menentukan pemesanan bahan-bahan baku agar produksi tetap berjalan lancar. Menurut Gaspersz (1998), Bill Of Material (BOM) merupakan daftar dari semua material disertai keterangan mengenai kuantitas yang dibutuhkan untuk memproduksi suatu unit produk. Informasi tersebut akan bermanfaat untuk mengetahui jenis bahan baku apa saja yang akan digunakan. d. lead Time jangka waktu yang dibutuhkan sejak MRP menyarankan suatu pesanan sampai item yang dipesan itu siap untuk digunakan, atau waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan berbagai komponen.
17
Format yang digunakan pada sistem MRP seperti pada Tabel 1 berikut. Tabel 1. Format Material Requirement Planning (MRP) overdue
1
2
3
Time Periode 4 5 6 7
8
9
Total
10
Gross Requirements Projected On-Hand Projected Net Requirements Planned Order Receipts Planned Order Release Keterangan : 1. Gross Requirements adalah total dari semua kebutuhan, termasuk kebutuhan yang diantisipasi yang telah ditentukan sebelumnya pada saat penjadwalan produksi. 2. Projected On-Hand adalah perkiraan persediaan yang ada ditangan pada suatu periode. Apabila tidak terdapat net requirements dan planned order receipts pada periode tersebut, maka besarnya projected on-hand pada suatu periode tersebut adalah projected on-hand periode sebelumnya dikurangi gross requirements periode tersebut. Sedangkan apabila terdapat net requirements dan planned order receipts pada periode tersebut, maka projected on-hand untuk suatu periode adalah sebesar planened order receipts periode tersebut ditambah pojected on-hand periode sebelumnya dikurangi gross requirement periode tersebut. 3. Net Requirements adalah kebutuhan bahan baku yang tidak dapat lagi dipenuhi oleh persediaan perusahaan. Apabila projected on-hand lebih besar dari gross requiremnt, maka tidak terdapat net requirement untuk periode tersebut. Tetapi, jika projected on-hand lebih kecil dari gross requirement, maka net requirements adalah gross requirements dikurangi dengan jumlah projected on-hand ditambah safety stock. 4. Planned Order Receipts adalah besar pesanan yang direncanakan akan diterima untuk suatu periode tertentu. Besarnya planned order receipts ditentukan berdasarkan teknik penentuan lot yang digunakan, atau lot sizing.
18
5. Planned Order Release adalah besar pesanan yang direncanakan akan dipesan pada suatu periode dengan harapan akan diterima oleh perusahaan pada saat yang tepat. Pesanan diasumsikan akan diterima ketika barang terakhir meninggalkan persediaan dan tingkat persediaan diisi dengan barang yang dipesan. Planned order release besarnya sama dengan planned order receipts, hanya saja periode pelaksanaannya adalah sebesar waktu sebelum rencana penerimaan pesanan, ditentukan berdasarkan lead time, (Gaszper, 2002). Teknik lot sizing adalah teknik yang seringkali digunakan untuk menentukan jumlah item yang harus diorder atau diproduksi, dengan kala lain teknik lot sizing ini seringkali digunakan dalam membangun MRP. Beberapa teknik lot sizing yang dapat digunakan dalam menentukan ukuran lot pada sistem MRP adalah :
a.
Teknik Economic Order Quantity (EOQ) Russel dan Taylor (2003) menyatakan bahwa model EOQ digunakan
untuk menentukan kuantitas pesanan persediaan yang meminimumkan biaya langsung penyimpanan persediaan dan biaya pemesanan persediaan. Menurut Rangkuti (2002), Model EOQ dapat diterapkan apabila asumsi-asumsi berikut ini dipenuhi: 1. Permintaan akan produk adalah konstan, seragam dan diketahui 2. Harga per unit produk adalah konstan 3. Biaya penyimpanan per unit per tahun konstan 4. Biaya pemesanan per pesanan konstan 5. Waktu antara pesanan dilakukan dan barang-barang diterima konstan 6. Tidak terjadi kekurangan bahan atau back orders Rumus EOQ yang bisa digunakan adalah : EOQ =
2CoD Cc
Dimana : D = penggunaan atau permintaan yang diperkirakan per periode waktu Co = biaya pemesanan per pesanan
19
Cc = biaya penyimpanan per unit per tahun Setelah diperoleh nilai kuantitas pesanan optimal dengan teknik EOQ, maka model MRP dapat dilakukan dengan melakukan pesanan sebesar kelipatan dari EOQ yang lebih besar dan terdekat dengan kebutuhan bersih. Apabila terdapat persediaan awal yang cukup besar, maka perusahaan tidak perlu melakukan rencana penerimaan bahan baku sampai persedaan awal tersebut tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan bahan baku perusahaan. Pesanan direncanakan akan diterima pada saat dan jumlah yang mencukupi dan mendekati kebutuhan bersih sesuai dengan kelipatan EOQ yang telah dihitung sebelumnya. Dengan model EOQ, jumlah pesanan optimal akan muncul dititik dimana biaya penyimpanan totalnya sama dengan biaya pemesanan totalnya. Berikut ini disajikan grafik yang menunjukkan hubungan antara kedua biaya tersebut, biaya penyimpanan dan biaya pemesanan. Biaya total
Biaya total TC = H Q/2 + S D/Q
Biaya penyimpanan = H Q/2
Biaya pemesanan = S D/Q
EOQ
Kuantitas (Q)
Gambar 4. Hubungan antara kedua jenis biaya persediaan. Pada Gambar 5, terlihat bahwa perusahaan dapat memesan saat persediaan bahan baku sudah mencapai D unit, yaitu saat persediaan hanya mencukupi untuk kebutuhan pemakaian selama waktu tunggu. Pesanan sebesar E unit, datang saat persediaan sudah habis. Asumsi EOQ bersifat konstan sehingga tidak ada kekurangan persediaan karena peningkatana pemakaian bahan baku atau keterlambatan datangnya bahan baku.
20
Kelebihan teknik EOQ yaitu sederhana, mudah dianalisis dan dapat diolah secara manual. Bagi perusahaan yang memiliki tingkat pemakaian dan waktu tunggu yang berfluktuasi maka dapat ditambahkan persediaan pengaman untuk menerapkan teknik ini. Kelemahannya teknik EOQ yaitu kurang peka terhadap fluktuasi pemakaian dan waktu tunggu yang umumnya terjadi pada perusahaan. Selain itu teknik ini hanya menghitung jumlah pemesanan yang optimum dan frekuensi pemesanannya. Meskipun demikian teknik EOQ ini dapat dijadikan sebagai salah satu teknik dalam pengendalian persediaan yang dapat meminimalkan biaya. Tingkat persediaan dengan asumsi EOQ dapat dilihat pada Gambar berikut
E Tingkat Persediaan (unit)
D 0
C
A-B
Waktu
Gambar 5. Tingkat persediaan dengan asumsi EOQ Dimana : 0
= persediaan habis
A-B = waktu tunggu C
= pesanan dilakukan
D
= tingkat persediaan saat melakukan pesanan
E
= tingkat persediaan saat pesanan diterima
b. Teknik Period Order Quantity (POQ) Teknik POQ disebut juga dengan Economic Time CycIe. Teknik POQ ini digunakan untuk menentukan interval waktu order (Economic Order Interval).
21
Keuntungan menggunakan teknik POQ adalah dapat menghasilkan lot size order yang berbeda dalam memenuhi net requirement. Teknik POQ ini akan lebih baik kemampuannya jika digunakan pada saat biaya setup tiap tahun sama tetapi biaya carryingnya lebih rendah, (Imam, 2005).
c. Teknik Least Unit Cost (LUC) Metode
lot
sizing
heuristik
LUC
menetapkan
lot
size
yang
memperhitungkan sejumlah periode permintaan sehingga total biaya per unit paling rendah atau minimum. LUC ini merupakan metode dengan pendekatan trial and error yang dibagi dalam beberapa iteratif. Setiap iteratif menghitung banyaknya unit yang harus diorder untuk memenuhi kebutuhan pada periode awal atau sampai pada beberapa periode selanjutnya sedemikian hingga total biaya per unitnya minimum. Total biaya per unit dalam setiap iteratif dihitung dari total biaya setup dan biaya holding sampai akhir periode T dibagi dengan kumulatif demand sampai akhir periode T, (Imam, 2005).
d. Teknik Least Total Cost (LTC) Pendekatan ini memilih lot size dan berapa kali order yang meminimumkan total cost, melalui kombinasi kebutuhan di mana holding cost mendekati order cost. Berdasar logika bahwa kurve total cost adalah diskret (dapat dievaluasi dengan basis periode ke periode) untuk permintaan yang dependen, total cost minimum biasanya terjadi pada titik yang paling dekat dengan keseimbangan total holding cost dan total order cost, (Imam, 2005).
e. Teknik Part Period Balancing (PPB) Teknik Part Periode Balancing merupakan pendekatan yang lebih dinamis untuk menyeimbangkan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan (Render dan Heizer, 2001). Teknik ini membentuk bagian periode ekonomis yang merupakan rasio antara biaya pemesanan dengan biaya penyimpanan. PPB secara sederhana menambahkan kebutuhan sampai nilai bagian periode mencapai EPP (Economic Part Periode). EPP adalah kuantitas pembelian yang dapat menyeimbangkan
22
biaya pemesanan dan biaya penyimpanan berdasarkan kebutuhan bersih kumulatif dari beberapa periode yang digabungkan yang dapat dihitung dengan rumus yaitu EPP = Co Cc Dimana : Co = biaya pemesanan per pesanan Cc = biaya penyimpanan per unit per tahun Teknik PPB berusaha memiliki prinsip menggabungkan suatu periode ke periode berikutnya dan menghitung kumulatif kebutuhan bersih dari periode gabungan tersebut dan juga menghitung kumulatif bagian periodenya. Kumulatif bagian periode diperoleh dengan mengkumulatifkan perkalian kebutuhan bersih suatu periode dengan periode tambahan yang ditanggung. Bagian gabungan periode yang paling mendekati nilai EPP adalah merupakan pilihan gabungan periode yang dipilih, demikian juga untuk periode berikutnya. Besar pesanan adalah sebesar kebutuhan bersih kumulatif yang dilakukan sebelum kebutuhan tersebut terjadi dengan harapan akan diterima tepat pada awal periode gabungan tersebut dan akan digunakan selama periode gabungan.
H. DISTRIBUSI DATA Menurut Watson dan Balckstone (1989), hal utama yang perlu diketahui dalam pemilihan distribusi peluang untuk model yang digunakan adalah frekuensi distribusi dari data dan mencari teori distribusi peluang dimana data dapat masuk. Apabila distribusi peluang yang diduga atau yang ditemukan sesuai dengan distribusi peluang teoritis, maka dapat digunakan perhitungan yang sejalan dengan dstribusi peluang tersebut. Uji distribusi perlu dilakukan untuk mengetahui bentuk distribusi peluang suatu kejadian. Menurut Walpole (1992), sebaran normal adalah sebaran peluang kontinu yang paling penting dalam statistika. Sebaran ini memiliki bentuk grafik berupa lonceng terbalik yang simetris dan dapat digunakan untuk gugusan data yang terjadi di alam, indsutri maupun penelitian. Persamaan matematika distribusi
23
normal tergantung pada dua faktor yaitu µ dan δ, yaitu rataan dan simpangan baku. Rata-rata dapat dihitung dengan rumus : µ = Σ Xi n Dimana : µ = rata-rata n
= banyaknya jumlah data
x = data hasil pengamatan Kemudian rumus untuk perhitungan standar deviasi yaitu σ2 = Σ (Xi - µ)2 n Dimana : σ = standar deviasi µ = rata-rata n
= banyaknya jumlah data
x
= data hasil pengamatan
I. PENGUJIAN DISTRIBUSI DATA Menurut Nasution dan Barizi (1983) pengujian normalitas data dapat digunakan dengan menggunakan salah satu tipe uji yang termasuk ke dalam uji Kolmogorov_Smirnov.
Menurut
Siegel
(1988),
uji
Kolmogorov_Smirnov
merupakan suatu tes goodness of fit yaitu pengujian dilakukan untuk mengetahui kesesuaian antara distribusi sampel pengamatan dengan suatu distribusi teoritis tertentu. Uji ini mencakup perhitungan distribusi frekuensi kumulatif yang akan terjadi dibawah distribusi teoritisnya, serta membandingkan distribusi frekuensi tersebut dengan distribusi frekuensi kumulatif hasil observasi. Bentuk hipotesis yang dipakai untuk tes kenormalan data adalah : Ho : Data berdisrtibusi normal H1 : Data tidak berdistribusi normal Dalam pengujian hipotesis, kriteria untuk menolak atau tidak menolak H0 berdasarkan P-Value adalah sebagai berikut : 1. Jika P-value < , maka H0 ditolak
24
2. Jika P-value > , maka H0 tidak dapat ditolak. Dalam program SPSS digunakan istilah significance (yang disingkat Sig.) untuk P-Value; dengan kata lain P-Value = Sig, (Uyanto, 2006). Menurut Hasan (2003), penerimaan H0 terjadi jika nilai uji statistik berada diluar nilai kritisnya, dan penolakan H0 terjadi jika nilai uji statistik berada didalam nilai kritisnya.
J. PERSEDIAAN PENGAMAN (Safety Stock) Persediaan pengaman (safety stock) merupakan persediaan yang ditujukan untuk menanggulangi kelebihan permintaan atau pemakaian bahan baku karena adanya ketidakpastian tingkat permintaan dan waktu tunggu, yang disimpan untuk mengurangi resiko terjadinya kekurangan bahan baku tersebut (Assauri, 1999). Menurut Viale (2000), persediaan pengaman adalah jumlah stok yang disimpan untuk melindungi dari fluktuasi permintaan dan atau pasokan yang tidak diharapkan. Persediaan pengaman dapat pula diartikan sebagai persediaan tambahan yang diadakan untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan baku (stock out). Pada persediaan pengaman, cara menghitung nilai safety stock yang memiliki lead time yang bersifat konstan dapat menggunakan rumusan seperti dibawah ini yaitu : SS = k √ L(σD2) Dimana : SS = persediaan pengaman k = faktor pengaman (safety factor) L = waktu tunggu (lead time) σD = standar deviasi data permintaan Standar deviasi digunakan untuk menentukan besarnya persediaan pengaman dengan pendekatan service level. Service level merupakan peluang tidak terjadi kekurangan persediaan selama waktu tunggu. Service level digambarkan dalam bentuk persentase (%), dimana faktor pengaman (k) pada frekuensi service level dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini
25
Tabel 2. Faktor pengaman (k) berdistribusi normal Service Level Service Factor
Service Level
Service Factor
50.00%
0.00
90.00%
1.28
55.00%
0.13
91.00%
1.34
60.00%
0.25
92.00%
1.41
65.00%
0.39
93.00%
1.48
70.00%
0.52
94.00%
1.55
75.00%
0.67
95.00%
1.64
80.00%
0.84
96.00%
1.75
81.00%
0.88
97.00%
1.88
82.00%
0.92
98.00%
2.05
83.00%
0.95
99.00%
2.33
84.00%
0.99
99.50%
2.58
85.00%
1.04
99.60%
2.65
86.00%
1.08
99.70%
2.75
87.00%
1.13
99.80%
2.88
88.00%
1.17
99.90%
3.09
89.00%
1.23
99.99%
3.72
Sumber : Green (1996) Menurut Rangkuti (2002), terdapat beberapa faktor yang menentukan besarnya persediaan pengaman yaitu (1) penggunaan bahan baku rata-rata, (2) faktor waktu, dan (3) biaya-biaya yang digunakan. Tujuan dari safety stock yaitu untuk menetukan berapa besar stok yang dibutuhkan selama masa tenggang untuk memenuhi besarnya permintaan. Persediaan pengaman mempunyai dua aspek dalam pembiayaan perusahaan yaitu (1) persediaan pengaman akan mengurangi biaya yang timbul karena kehabisan persediaan, dimana makin besar persediaan pengaman maka semakin kecil kemungkinan kehabisan persediaan, sehingga semakin kecil pula biaya karena kehabisan persediaan, dan (2) tetapi adanya persediaan pengaman akan menambah biaya penyediaan barang, dimana semakin besar persediaan pengaman akan semakin besar pula biaya persediaan barang.
26
K. PENELITIAN TERDAHULU Sirait (2004) meneliti tentang analisis pengadaan dan pengendalian persediaan bahan baku kayu (studi kasus di PT. Daisen Wood Frame). Metode yang digunakan yaitu MRP dengan teknik LFL (Lot For Lot) dan EOQ (Economic Order Quantity) tanpa adanya persediaan pengaman. Perhitungan dengan menggunakan teknik LFL menghasilkan penghematan paling besar, tetapi teknik ini tidak dapat diterapkan perusahaan karena tidak sesuai dengan kondisi perusahaan yang menginginkan adanya persediaan bahan baku kayu. Puspitawati (1992), merancang model pengendalian persediaan bahan baku industri kelapa parut dengan menggunakan model EOQ. Penelitian-penelitian terdahulu seperti yang telah disebutkan diatas memiliki relevansi (keterkaitan) dengan penelitian yang penulis lakukan. Keterkaitan tersebut berupa informasi adanya jumlah permintaan bahan baku, biaya-biaya persediaan, lead time, frekuensi dan kuantitas pemesanan, jumlah persediaan, jumlah pemesanan bahan baku dan persediaan pengaman (safety stock). Dalam penelitian ini, penulis melakukan pendekatan dengan teknik lot sizing dalam melakukan pengendalian persediaan bahan baku. Model yang memiliki total biaya paling minimum dan ketepatan saat dan jumlah pemesanan bahan baku akan diusulkan sebagai model sistem yang lebih optimal untuk perusahaan.
27
III. METODOLOGI PENELITIAN A. KERANGKA PEMIKIRAN Bahan baku merupakan salah satu bahan masukan (input) pada suatu proses produksi yang mempunyai kedudukan strategis, baik perannya sebagai bahan baku utama, maupun dilihat dari besarnya nilai investasi yang harus dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhannya. Keberhasilan produksi yang dilakukan oleh suatu industri atau perusahaan ditentukan oleh banyak faktor, salah satu diantaranya yaitu kecukupan persediaan bahan baku yang dibutuhkan untuk proses produksi. Kekurangan persediaan bahan baku akan menyebabkan produksi terhenti dan tidak terpenuhinya permintaan konsumen, hal ini tentunya dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Disisi lain, kelebihan persediaan bahan baku dapat menimbulkan biaya penyimpanan yang besar, hal tersebut dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Oleh karena itu, diperlukan sistem pengendalian persediaan bahan baku yang tepat dan sesuai dengan karaketristik dari proses produksi dan sistem manajemen perusahaan. Konsep operasional penelitian diawali dengan mengidentifikasi motif perusahaan dalam melaksanakan sistem pengendalian persediaan bahan baku. Identifikasi ini penting karena motif perusahaan sangat mempengaruhi dalam penerapan manajemen persediaannya, termasuk dalam hal pengendalian. Motif perusahaan mencakup alasan atau tujuan perusahaan dalam melaksanakan sistem manajemen pengendalian persediaan bahan baku yang dikaitkan juga dengan kondisi perusahaan. Langkah selanjutnya yang perlu dilakukan adalah mengidentifikasi karakteristik bahan baku yang digunakan dalam proses produksi. Karakteristik ini mencakup jenis dan asal bahan baku, sistem pemesanan bahan baku, sistem penerimaan dan pengeluaran bahan baku, dan harga masing-masing bahan baku. Pada tahap berikutnya adalah analisis kondisi persediaan bahan baku, yang terdiri dari volume pemakaian bahan baku, waktu tunggu sejak bahan baku dipesan hingga bahan baku diterima digudang, frekuensi dan jumlah pemesanan bahan baku, dan biaya-biaya persediaan bahan baku.
28
Gambar 6. Kerangka Pemikiran Penelitian Setelah data-data tersebut diperoleh, selanjutnya dapat dilakukan analisis komparasi atas metode yang dilakukan perusahaan dan metode pengendalian persediaan yang mencakup model analisis ABC, teknik Lot Sizing yang terdiri dari lima teknik yaitu teknik Economic Order Quantity (EOQ), Period Order Quantity (POQ), Least Unit Cost (LUC), dan Least Total Cost (LTC), dan Part
29
Period Balancing (PPB), dengan kebijakan tanpa persediaan pengaman (non safety stock) dan dengan persediaan pengaman (safety stock) service level 80% dan 90%. Pada masing-masing teknik lot sizing tersebut dilakukan analisis perbandingan terhadap kebijakan yang dilakukan perusahaan untuk masingmasing bahan baku. Analisis perbandingannya meliputi jumlah penerimaan, frekuensi pemesanan, jumlah persediaan rata-rata, total biaya pemesanan, total biaya penyimpanan, total biaya pembelian, dan total biaya persediaan bahan baku. Model teknik lot sizing yang terbaik adalah yang memiliki total biaya persediaan yang paling rendah dan memperoleh penghematan biaya persediaan yang besar.
B. PENDEKATAN BERENCANA Pada penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan berencana. Pendekatan berencana (planned approach) dapat digunakan untuk mengembangkan dan menerapkan model-model kuantitatif dalam pemecahan masalah-masalah spesifik (Thierauf dan Klekamp, 1975). Dalam pendekatan berencana akan diawali dengan pengamatan atau meneliti permasalahan seperti pertentangan-pertentangan atau ketidaksesuaian dan sebagainya. Setelah itu, metode yang dibentuk sebagai metode penyelesaian disesuaikan dengan tujuan, kebijaksanaan, batasan, serta asumsi dari alternatif solusi permasalahan yang tersedia. Pada gambar tahapan pendekatan berencana seperti diatas, terdapat enam tahapan utama dalam menyelesaikan serta membuat solusi dari sebuah permasalahan. Dimana solusi yang diberikan oleh sebuah pendekatan berencana adalah solusi yang bersifat operasional. Ke enam tahapan tersebut diantaranya 1. Tahapan observasi Pada tahapan ini akan dilakukan terlebih dahulu pengenalan terhadap berbagai jenis bahan baku yang digunakan atau dibutuhkan untuk proses produksi pembuatan pada produk sepatu. Setelah itu, dilakukan observasi terhadap permasalahan mengenai pengendalian persediaan, observasi yang dilakukan tersebut berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan dilapangan.
30
2. Definisi permasalahan yang sebenarnya atau nyata Definisi permasalahan yang sebenarnya merupakan interaksi yang efektif dari fakta-fakta yang ditemukan di lapangan (nyata). Menentukan faktor-faktor peubah yang akan mempengaruhi sistem atau kebijakan, tujuan, sasaran, dan batasan terhadap penyelesaian masalah mengenai pengendalian persediaan bahan baku. Kemudian memformulasikan permasalahan berdasarkan fakta yang ditemukan atau nyata terjadi. 3. Pengembangan alternatif penyelesaian berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi permasalahan Pada tahapan ini, analisis data yang didapatkan kemudian dikembangkan alternatif-alternatif penyelesaian yang mungkin berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi. 4. Pemilihan penyelesaian atau solusi optimal berdasarkan analisa alternatifalternatif. Solusi-solusi pemecahan masalah tersebut yang telah dijabarkan satu per satu kemudian dipilih menjadi suatu solusi masalah yang optimal. Pemilihan solusi tersebut melalui tahapan analisa yang menggunakan model simulasi sistem persediaan. Kemudian merancang percobaan simulasi dari model simulasi yang terpilih. 5. Verifikasi dari solusi atau penyelesaian optimal melalui tahapan implementasi Pada tahapan ini, dibentuk penyelesaian optimum melalui tahapan implementasi, dimana penyelesaian atau solusi tersebut diuji melalui tahapan implementasi, sehingga didapatkan peubah-peubah kritis dan analisa hasil yang didapatkan. 6. Pembuatan kendali yang tepat dan sesuai Pada tahapan akhir, dibuat pengendalian yang tepat dan sesuai untuk medekati perubahan yang mungkin terjadi dan dapat mempengaruhi model penyelesaian. Dalam tahapan ini ketepatan serta kesesuaian dari formulasi permasalahan akan lengkap dengan memberikan umpan balik terhadap observasi permasalahan pengendalian persediaan pada tahan awal.
31
Data yang diperlukan
Tahap Pemecahan Masalah
Fakta, ide, pendapat, dan lain-lain
Observasi terhadap gejala permasalahan dan masalah yang nyata
Definisi permasalahan yang sebenarnya atau nyata
Teknik yan digunakan
Peralatan standar (metode, teknik, dan model)
Informasi dari seluruh sumber yang dibutuhkan
Pengembangan alternatif penyelesaian berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi permasalahan
Pengembangan model maksimasi dan minimasi
Data empiris contoh
Pemilihan penyelesaian atau solusi optimal berdasarkan analisa alternatifalternatif
Alat Bantu komputer
Data empiris
Verifikasi dari solusi atau penyelesaian optimal melalui tahapan implementasi
Pembuatan kendali yang sesuai yang digunakan untuk mendeteksi perubahan yang dipengaruhi oleh solusi
Umpan Balik
Gambar 7. Tahapan Pendekatan Berencana (Thierauf dan Klekamp, 1975)
C. TATA LAKSANA Tata laksana pada penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan diantaranya yaitu : 1. Identifikasi Masalah Tahapan pertama dari sebuah penelitian adalah identifikasi terhadap masalah serta faktor-faktor dan peubah-peubah yang mempengaruhi pemasalahan tersebut. Dalam hal ini yaitu mengenai pengendalian persediaan bahan baku. Bahan baku merupakan suatu faktor yang tidak dapat dipisahkan dari suatu proses produksi, karena hal tersebut merupakan hal pokok dari proses produksi. Bahan baku yang akan diidentifikasi lebih lanjut adalah bahan baku dalam proses pembuatan pada produk sepatu. Identifikasi yang dilakukan adalah mengenai sistem pengendalian bahan baku dalam proses pembuatan pada produk sepatu yang telah ditetapkan pada perusahaan, daftar dari semua bahan baku disertai keterangan mengenai kuantitas yang dibutuhkan untuk memproduksi pada produk sepatu, permasalahan yang
32
mungkin timbul dari penerapan sistem pengendalian persediaan yang ada, sistem pemesanan bahan baku yang diterapkan perusahaan, sistem penerimaan, sistem pengeluaaran bahan baku, dan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengendalikan bahan baku.
2. Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan, pencatatan langsung di lapangan dan wawancara dengan pihak yang terkait di perusahaan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari literatur yang terdapat di perusahaan. Data yang digunakan berupa data tahun 2007 yang berhubungan dengan kebijakan perusahaan dalam pengadaan dan penanganan bahan baku, frekuensi dan pemesanan bahan baku, jadwal poduksi yang dilakukan perusahaan, data persediaan bahan baku, daftar dari semua bahan baku disertai keterangan mengenai kuantitas yang dibutuhkan untuk memproduksi sepatu, harga bahan baku, waktu tunggu kedatangan bahan baku, biaya persediaan bahan baku, dan data lain yang mendukung dalam penelitian ini.
3. Pengolahan Data Pada tahap ini dilakukan pengolahan data terhadap data primer dan data sekunder yang telah diperoleh dari perusahaan. Data primer dan data sekunder yang dikumpulkan tersebut berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Data kuantitatif akan disajikan dalam bentuk tabel dan angka, sedangkan data kualitatif akan disajikan dalam bentuk uraian data. Uji distribusi data permintaan bahan dilakukan untuk mengetahui data yang diuji memiliki distribusi normal atau tidak. Pengolahan data untuk uji statisktik pada penelitian ini menggunakan perangkat lunak SPSS 13 for Windows. Sedangkan untuk analisis ABC dan teknik lot sizing menggunakan perangkat lunak program Microsoft office excel. Program Microsoft office excel digunakan untuk membuat model logika matematika dari sistem lot sizing. Pada tahapan analisis metode sistem pengendalian persediaan ini dilakukan identifikasi kondisi perusahaan dalam pengendalian persediaan bahan
33
baku. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah model analisis ABC, teknik Lot Sizing yang terdiri dari lima teknik yaitu teknik Economic Order Quantity (EOQ), Period Order Quantity (POQ), Least Unit Cost (LUC), Least Total Cost (LTC), dan Part Period Balancing (PPB), dengan kebijakan tanpa persediaan pengaman (non safety stock) dan dengan persediaan pengaman (safety stock) service level 80% dan 90%.
4. Pemilihan Model Pada tahap ini dilakukan pemilihan model sistem pengendalian persediaan bahan baku yang sesuai dan tepat bagi perusahaan berdasarkan permasalahan yang sedang dikaji. Model tersebut diselesaikan dengan menggunakan teknik lot sizing untuk mendapatkan solusi yang efektif dan efisien. Kemudian membandingkannya dengan keadaan perusahaan. Sehingga diperoleh model teknik lot sizing yang terbaik dalam hal total biaya persediaan yang lebih rendah, dan memiliki penghematan biaya persediaan yang lebih besar.
Gambar 8. Diagram alir penelitian
34
D. ANALISIS DATA Dalam penentuan model sistem pengendalian persediaan ini, rumus matematika yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. Pengujian distribusi Data Dalam pengujian distribusi data ini akan ditemukan rata-rata permintaan bahan baku untuk produksi dan standar deviasinya. Nilai rata-rata dan standar deviasi tersebut digunakan untuk mengetahui nilai z, nilai z ini mengukur berapa simpangan baku sebuah pengamatan terletak diatas atau dibawah rata-ratanya. Terdapat beberapa cara dalam melakukan uji normalitas data, salah satunya dengan uji Komogorov_Smirnov. Uji Komogorov_Smirnov menetapkan suatu titik dimana kedua distribusi yaitu distribusi teoritis dan distribusi observasi memiliki penyimpangan (deviasi) terbesar. Tes kenormalan data dilakukan dengan cara uji Kolmogorov - Smirnov yang menggunakan bantuan software SPSS 13 For Windows. Dalam hal ini menggunakan α = 5% dengan alasan karena tingkat kepercayaan yang dikehendaki adalah 95 %. Bentuk hipotesis untuk uji normalitas adalah sebagai berikut : Ho : data berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1 : data tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal Dalam pengujian hipotesis, kriteria untuk menolak Ho berdasarkan PValue adalah jika P-Value > α, maka Ho tidak dapat ditolak, namun jika P-value < α, maka Ho ditolak. Dalam SPSS digunakan istilah significance (yang disingkat Sig.) untuk P-Value; dengan kata lain P-Value = Sig.
2. Model Sistem Pengendalian Persediaan Model sistem pengendalian persediaan yang diusulkan didasarkan pada sistem persediaan yang ditetapkan perusahaan. a. Model Analisis ABC Di dalam analisis metode ABC terdiri dari beberapa tahapan yaitu : Ø Penentuan volume penggunaan dari material-material inventori (bahan baku yang ingin dikelompokkan per periode waktu yang pada umumnya per tahun).
35
Ø Hitung nilai total penggunaan biaya per periode waktu untuk setiap material inventori tersebut, dengan cara mengalikan (menggandakan) volume penggunaan per periode waktu (per tahun) dari setiap material inventori dengan biaya per unitnya. Ø Hitung nilai total penggunaan biaya agregat (keseluruhan) dengan cara menjumlahkan nilai total penggunaan biaya dari semua material inventori tersebut. Ø Tentukan persentase nilai total penggunaan biaya dari setiap material inventori dengan cara nilai total penggunaan biaya dari setiap material inventori dibagi dengan nilai total penggunan biaya agregat. Ø Setelah didapatkan hasil dari langkah sebelumnya, maka langkah selanjutnya adalah buat rank persentase nilai total penggunaan biaya dari material-material tersebut dengan urutan menurun yaitu dari urutan tertinggi sampai terendah. Ø Kemudian klasifikasikan material-material inventori tersebut ke dalam tiga kelompok A, B, dan C. Dimana, kriteria 20% dari jenis material tersebut dikelompokkan ke dalam kelompok A, 30% dari jenis material tersebut dikelompokkan ke dalam kelompok B, dan 50% dari jenis material tersebut dikelompokkan ke dalam kelompok C.
b. Model Teknik Lot Sizing Material Requirement Planning (MRP) 1. Menentukan Persediaan Pengaman (Safety Stock) Safety stock atau persediaan pengaman merupakan persediaan bahan baku yang diadakan perusahaan untuk mencegah terjadinya kehabisan barang yang disebabkan oleh meningkatnya permintaan bila terjadi pada waktu yang tidak terduga. Dimana rumus untuk menghitung persediaan pengaman (Rangkuti, 2002), yaitu SS = k √ L(σD2) Dimana : SS = persediaan pengaman k = faktor pengaman (safety factor) L = waktu tunggu (lead time)
36
σD = standar deviasi data permintaan Diagram alir model persediaan pengaman berikut ini:
Gambar 9. Diagram alir model persediaan pengaman (Safety stock)
2. Netting (Kebutuhan Bersih) dan Persediaan ditangan
Gambar 10. Diagram Alir Kebutuhan Bersih (Netting) 37
Mulai
Kebutuhan kotor minggu T (dT) Persediaan minggu T ( PT) Rencana penerimaan minggu T (rT)
Persediaan ditangan : PT-1 – dT + rT
Output : Persediaan ditangan minggu T
Selesai
Gambar 11. Diagram Alir Perhitungan Persediaan Ditangan.
3. Metode Economic Order Quantity (EOQ) EOQ merupakan salah satu model yang digunakan untuk pengendalian persediaan. Model EOQ ini digunakan untuk mengidentifikasi jumlah pesanan atau pembelian optimal. Rumus untuk menghitung EOQ (Handoko, 2000). Langkah-langkah perhitungan dengan teknik EOQ : 1. Tentukan nilai EOQ : EOQ =
2S x D H
2. Mulai dari T, ketika netting > 0 3. Tentukan jumlah pesanan (Q); QT = EOQ Dimana : EOQ = jumlah pemesanan optimal D
= Total permintaan bahan baku per tahun
S
= biaya pemesanan per pesanan
H
= biaya penyimpanan per unit per tahun Diagram alir model Ecinomic Order Quantity (EOQ) dapat dilihat pada
Gambar berikut :
38
2 *S * D
H
Gambar 12. Diagram alir tekik Economic Order Quantity (EOQ)
4. Metode Period Order Quantity (POQ) Menggunakan EOI dalam menentukan kuantitas pesanan bahan baku, dimana EOQ sebagai dasar dalam menentukan EOI (Economic Order Interval), (Imam, 2005). Pada teknik ini, ukuran lot ditetapkan sama dengan kebutuhan aktual dalam jumlah periode tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Langkah-langkah perhitungan dengan teknik POQ yaitu : 1. Tentukkan nilai EOI = N x EOQ / D 2. Mulai dari T, ketika netting > 0 3. Tentukkan jumlah pesanan yaitu : QT = dT + dT +1 + ......... + dT + (n -1), n = periode, T = minggu 4. Berhenti ketika EOI = n-1 5. Lakukan perhitungan periode berikutnya, saat T, ketika netting > 0 Dimana : EOI
= Selang periode antar pesanan
D
= Total permintaan bahan baku per tahun
EOQ = Jumlah pemesanan ekonomis N
= Jumlah periode dalam satu tahun
dT
= Kebutuhan pada minggu T
39
Gambar 13. Diagram alir tekik Period Order Quantity (POQ)
5. Metode Least Unit Cost (LUC) LUC ini merupakan metode dengan pendekatan trial and error yang dibagi dalam beberapa iteratif. Setiap iteratif menghitung banyaknya unit yang harus diorder untuk memenuhi kebutuhan pada periode awal atau sampai pada beberapa periode selanjutnya sedemikian hingga total biaya per unitnya minimum. Total biaya per unit dalam setiap iteratif dihitung dari total biaya pemesanan dan biaya penyimpanan sampai akhir periode T dibagi dengan kumulatif kebutuhan sampai akhir speriode T. Langkah-langkah perhitungan dengan teknik LUC yaitu : 1. Mulai dari T, ketika netting > 0 2. Hitung biaya penyimpanan setiap periode : HT = HT-1 + (Σ CT x dT), CT : biaya per minggu 3. Hitung biaya per unit = (S + HT) / ΣdT 4. Berhenti ketika : (S + HT + 1) / ΣdT + 1 > (S + HT) / ΣdT
40
5. Tentukkan jumlah pesanan yaitu : ΣdT ketika CT minimum atau QT = dT + dT +1 + ......... + dT + (n -1), n = periode, T = minggu 6. Berhenti ketika (S + HT + 1) / ΣdT + 1 > (S + HT) / ΣdT 7. Lakukan perhitungan periode berikutnya, saat T, ketika netting > 0 Mulai Biaya per minggu T (CT ) Lot Size QT = 0
Kebutuhan minggu T (dT ) False
IF Netting > 0 True Biaya penyimpanan HT =HT-1 + ( CT x dT)
Biaya / unit (S + HT) / dT Berhenti
(S + HT + 1) /
dT + 1 > (S + HT) /
dT
Lot Size : dT, ketika CT minimum
Selesai
Gambar 14. Diagram alir tekik Least Unit Cost (LUC)
6. Metode Least Total Cost (LTC) Pendekatan ini memilih lot size dan berapa kali order yang meminimumkan total cost, melalui kombinasi kebutuhan di mana biaya penyimpanan mendekati biaya pemesanan.
41
Mulai Biaya per minggu T (CT ) Periode (n) Lot Size QT = 0
Kebutuhan minggu T (dT ) False
IF Netting > 0 True
Biaya penyimpanan HT = CT x n x dT
Biaya Penyimpanan Kumulatif PT = HT + PT-1
Berhenti
HT + PT-1
S
Berhenti Lot Size QT = dT + dT +1 + ......... + dT + (n -1)
Selesai
Gambar 15. Diagram alir tekik Least Total Cost (LTC) Langkah-langkah perhitungan dengan teknik LTC yaitu : 1. Mulai dari T, ketika netting > 0 2. Hitung biaya penyimpanan setiap periode yaitu : HT = CT x n x dT 3. Hitung biaya penyimpanan kumulatif (PT) yaitu : PT = HT + PT-1 4. Berhenti ketika : HT + PT-1 ∼ S 5. Tentukkan jumlah pesanan yaitu : QT = dT + dT +1 + ......... + dT + (n -1), n = periode, T = minggu 6. Berhenti ketika : HT + PT-1 ∼ S
7. Metode Part Periode Balancing (PPB) Dalam teknik PPB, besarnya pesanan dilakukan sebesar kebutuhan kotor pada suatu periode yang dapat digabungkan. Penggabungan periode dilakukan
42
untuk gabungan berurutan yang memiliki nilai kumulatif bagian periode mendekati nilai Economic Part Period (EPP). Langkah-langkah perhitungan dengan teknik PPB : 1. Menentukan nilai EPP = S/H 2. Mulai dari T, ketika netting > 0 3. Hitung kumulatif bagian periode (K) yaitu : (dT x (n – 1)) ; n = jumlah periode yang digabungkan, T = minggu ke4. Berhenti ketika :
(dT x (n – 1)) > EPP
5. Tentukkan jumlah pesanan = kebutuhan kumulatif yaitu : QT = dT + dT +1 + ......... + dT + (n -1) 6. Berhenti ketika :
(dT x (n – 1)) > EPP
7. Lakukan perhitungan periode berikutnya, saat T, ketika netting > 0 S : biaya pemesanan per pesanan H : biaya penyimpanan per minggu Berikut ini merupakan diagram teknik Part Period Balancing (PPB)
Gambar 16. Diagram alir tekik Part Period Balancing (PPB)
43
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.
TEKNOLOGI PROSES PRODUKSI Proses produksi PT. Sepatu Mas Idaman bermula dari adanya permintaan
dari konsumen melalui departemen pemasaran yang kemudian tercantum sebagai pesanan yang terlebih dahulu dibuat perjanjian atas jenis produk yang dipesan dan model produk yang diinginkan dari berbagai sampel yang disediakan. Proses produksi yang dilakukan di PT. Sepatu Mas Idaman diantaranya adalah sebagai berikut ini 1. Cutting/Skiving Dalam proses ini bahan baku terutama kulit, dilakukan pemotongan sesuai pola dan model yang dipesan, disini kulit yang ada berbeda jenis dan ukurannya yang disesuaikan dengan pola dan bagian sepatu yang membutuhkan, antara lain untuk membuat upper (bagian atas sepatu) yang memerlukan kulit lebih banyak, selain itu bagian yang mendukung upper ini adalah bagian linning (bagian kulit yang biasanya oleh busa atau bisa juga tanpa busa). 2. Sewing/Stitching Pada proses ini dilakukan penjahitan dan pengeleman pada bahan baku berupa kulit yang sudah dipotong sesuai pola dan model yang dipesan setelah sebelumnya terlebih dahulu dilakukan pengeleman kulit dengan busa pada bagian lining proses tersebut dilakukan agar sepatu lebih kuat. Pada bagian upper bahan yang telah melalui proses lining dibentuk sesuai cetakan yang terbuat dari kayu yang terlebih dahulu diberi lapisan bensol (lembaran yang menyerupai karton) baru kemudian dilakukan pencetakan, pengeleman dan penjahitan. Kemudian dilakukan pemasangan beberapa assesories. 3. Rajut/Hand Sewing Pada proses ini bagian yang telah dijahit, dibagian tertentu dilakukan perajutan baik secara manual maupun dengan menggunakan mesin, pada bagian ini dilakukan perajutan bagian upper. 4. Sole Dalam proses sole yang terdiri dari outsole biasanya berupa karet keras dan insole yang berupa kulit lentur atau agak keras disatukan dengan cara
44
pengeleman dan di press, selanjutnya pada bagian hell (bagian tumit pada sole) dilakukan pengeleman dan dipress.
Sumber : PT. Sepatu Mas Idaman Gambar 17. Proses Produksi Pembuatan Sepatu 5. Assembling Pada proses ini upper beserta lining dipadukan dengan bagian sole yang masing-masing telah diberi lem terlebih dahulu kemudian dipres, agar hasil yang diperoleh menjadi kuat. 6. Finishing Pada proses ini dilakukan pengechekan kualitas apakah telah baik mutunya dan layak untuk dipasarkan atau masih perlu adanya perbaikan. Pemeriksaan dilakukan dengan cara membersihkan sepatu dari sisa-sisa lem dan kotoran yang menempel pada sepatu yang terdiri dari footbed (bantalan busa atau karet untuk alas kaki), dan pemberian merek atau label.
45
Setelah semua proses telah diselesaikan kemudian dilakukan pengepakan dimana sepatu dibungkus dengan rapi dan dimasukkan kedalam box yang sudah disediakan dan selanjutnya dikirim pada pemesan. PT. Sepatu Mas Idaman merupakan industri perakitan yang menghasilkan sepatu sebagai produknya. Hal ini tentunya perusahaan memerlukan beberapa komponen penyusun dalam menghasilkan produk sepatu. Berikut ini merupakan struktur produk sepatu yang terdapat di PT. Sepatu Mas Idaman.
Gambar 18. Struktur Produk Sepatu di PT. Sepatu Mas Idaman Berdasarkan Gambar 18, menunjukkan bahwa untuk memproduksi sepatu memerlukan komponen upper, lining (lapisan), dan sole. Begitu juga untuk menghasilkan upper diperlukan bahan baku leather dan assesories, untuk menghasilkan lining (lapisan) diperlukan bahan baku leather, sedangkan untuk menghasilkan sole diperlukan bahan baku outsole, insole, dan footbed. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai jenis-jenis bahan baku dan keterangannya dapat diketahui pada bab berikutnya. Analisis yang dilakukan pada penelitian ini, hanya pada jenis-jenis bahan baku yang digunakan untuk menyusun komponen penyusun sepatu. Bidang usaha yang dilakukan oleh PT. Sepatu Mas Idaman adalah memproduksi sepatu kulit, dengan dua jenis produk yang dihasilkan yakni : a. Ladies Casual (sepatu wanita) b. Man Casual (sepatu pria) Adapun negara tujuan ekspor antara lain Amerika, Canada, Australia, Jerman, dan Italia serta beberapa negara asia lainnya seperti Jepang, Singapura, Korea, dan Taiwan. Untuk negara Jerman dan Italia, eksport baru dimulai tahun 1998. Untuk pemasaran lokal PT. Sepatu Mas Idaman baru memasuki pasar pulau
46
Jawa, Sumatera, Bali, dan Sulawesi. Perusahaan ini menghasilkan beberapa merek yang cukup terkenal diantaranya Gino Marini, Cavelaro, Mephisto, Vins, Kickers, Lacoste, Valentino, Bens Sherman, Lloyd, Erk Calssic, Dockers, Husspuppies, dan Camell. Merek-merek yang menjadi langganan untuk ekspor dengan tujuan tertentu adalah sebagai berikut : 1. Bens Sherman untuk diekspor ke Eropa, dan Amerika 2. Lacoste untuk diekspor ke Asia, Eropa, dan Amerika 3. Rockport untuk dieksport ke Amerika 4. BJ Corporation untuk diekspor ke Jepang 5. Polombo untuk diekspor ke Jepang 6. Standard Shoe untuk diekspor ke Jepang Selain itu beberapa merek yang ada dipasar lokal diantaranya Andre Laurent, Piere Cardin, Ever Best, Crocodile, Maschino, Polo Club, dan lain-lain. Produk untuk pemasaran lokal ini, ditujukan untuk beberapa departemen store diantaranya yaitu Matahari Departemen Store, Yogya Departemen Store, Galeria, Metro Pondok Indah, Metro Senayan, Mall Taman Anggrek, Sogo, dan Sarinah Pasar Raya. Dalam penjualannya perusahaan ini telah melakukan eksport sebesar 95% dan sisanya untuk pasar lokal, kecuali pada tahun 1998 terjadi penurunan untuk eksport sebesar 90% dan 10% untuk pasar lokal.
B.
PENGELOLAAN BAHAN BAKU
1.
Organisasi Pengelola Bahan Baku
a.
Sistem Pengadaaan Bahan Baku PT. Sepatu Mas Idaman, dalam melakukan sistem pengadaan bahan baku
melibatkan beberapa departemen diantaranya departemen Marketing, departemen Production Planing and Inventory Control (PPIC), departemen Purchasing, dan deparetemen Material Warehouse.
a.1. Departemen Marketing Besarnya produksi sepatu di PT. Sepatu Mas Idaman bergantung dari pesanan yang diketahui berdasarkan data dari departemen marketing, karena PT. Sepatu Mas Idaman memproduksi sepatu berdasarkan pada pesanan konsumen.
47
Departemen marketing menerima pesanan dari konsumen, pada awalnya konsumen mendownload Purchasing Order (PO) yang terdiri dari style, color, size run, dan quantity yang diperlukan oleh konsumen. Jika terjadi kesalahan maka dilakukan pengecekkan kembali ke konsumen tersebut. Jika tidak terjadi kesalahan maka membuat PO dalam sistem informasi yang terdapat di PT. Sepatu Mas Idaman, yaitu SiSAPP. Setelah PO selesai, maka ditransfer ke bagian Production Planning and Inventory Control (PPIC).
a.2. Departemen Production Planing and Inventory Control (PPIC) Departemen PPIC mengimport PO buyer ke sistem informasi SiSAPP, kemudian membuat MRS (Material Requirement Status) BOM yang terdiri dari beberapa material yang diperlukan dalam proses pembuatan sepatu. Semua jenis material dan jumlahnya yang dibutuhkan dalam proses pembuatan sepatu terdapat dalam MRS BOM. Setelah selesai menyusun MRS BOM, kemudian bagian PPIC mengecek terlebih dahulu jumlah stock yang terdapat digudang, jika terdapat beberapa stock yang masih tersedia maka pembelian bahan baku disesuaikan dengan ketersediaan bahan baku yang di gudang. Namun, jika di gudang tidak terdapat stock maka dilakukan pembelian bahan baku sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan berdasarkan MRS BOM. Jika MRS belum disetujui, maka dilakukan pengecekan kembali ke bagian gudang, tetapi jika MRS telah disetujui maka MRS BOM ditransfer ke departemen purchasing.
a.3. Departemen Purchasing Departemen purchasing membuat Purchasing Order (PO), yang akan ditujukan kepada supplier bahan baku, kumudian dilakukan pengechekan terhadap jumlah kebutuhan bahan baku yang diperlukan oleh PT. Sepatu Mas Idaman. Jika sudah OK, maka supplier segera mengirimkannya ke perusahaan. Departemen purchasing sendiri melakukan penjadwalan terhadap kedatangan bahan baku dengan memperhatikan terhadap lead time kedatangan bahan baku. Diagram alir sistem pengadaan bahan baku dapat dilihat pada Lampiran 2.
48
b.
Sistem Penerimaan Bahan Baku PT. Sepatu Mas Idaman, dalam melakukan sistem penerimaan bahan baku
melibatkan beberapa departemen diantaranya departemen Purchasing, Material Warehouse, dan Quality Control.
b.1. Departemen Purchassing Departemen purchasing menerima surat jalan/invoice dari supplier, kemudian dilakukan pengecekkan terhadap purchasing order (PO), hal ini dilakukan untuk mengetahui kesesuaian antara pemesanan yang dilakukan oleh PT. Sepatu Mas Idaman terhadap supplier. Surat jalan yang telah dicocokkan dengan PO purchasing terhadap quantity dan items barang harus ditanda tangani oleh pejabat yang berwenang di departemen purchasing.
b.2. Departemen Warehouse Departemen warehouse melakukan pengecekkan terhadap quantity, hal ini dilakukan untuk mengetahui jumlah yang diterima sesuai dengan yang dibutuhkan untuk proses selanjutnya. Jika jumlah yang dikirim tidak sesuai dengan yang diperlukan maka departemen warehouse melaporkan ke departemen purchasing yang selanjutnya akan di informasikan ke supplier, agar dilakukan pengiriman kembali sesuai dengan jumlah kekurangan bahan bakunya. Jika sesuai dengan jumlah bahan baku yang diperlukan, maka departemen warehouse melakukan pengkodean terhadap berbagai items yang masuk (barcoding). Proses barcoding dilakukan saat bahan baku masuk ke gudang (scan in) dan saat bahan baku keluar dari gudang (scan out). Dalam tahapan ini, proses barcoding hanya dilakukan saat bahan baku masuk yaitu scan in.
b.3. Departemen Quality Control Departemen QC melakukan pengecekkan terhadap kualitas, jika terjadi reject maka dilakukan claim melalui purchasing yang selanjutnya akan di informasikan ke supplier, akan tetapi jika tidak terjadi reject, maka bahan baku tersebut di simpan dalam gudang penyimpanan.
49
PENERIMAAN MATERIAL
PURCHASSING
START
SURAT JALAN/ INVOICE
REPLACEMENT
SUPPLIER
NO
CHECK TO PO
YES SIGNED SURAT JALAN/INVOICE
CLAIM
UNLOADING
MATERIAL W/H
QTY CHECK
NO
REPORT TO PCH
FINISH
YES
CREATE BARCODE
SCAN IN
SCAN BARANG REJECT
STORE
STOCK UPDATE
BPS
QUALITY CONTROL
NO
QUALITY CHECK
NO
YES
Gambar 19. Diagram alir sistem penerimaan bahan baku di PT. Sepatu Mas Idaman.
50
c.
Sistem Pengeluaran Bahan Baku PT. Sepatu Mas Idaman, dalam melakukan sistem pengeluaran bahan baku
melibatkan beberapa departemen diantaranya departemen Production Planning and Inventory Control (PPIC), Purchasing, Material Warehouse, dan Production. c.1. Departemen Productions Planning and Inventory Control (PPIC) Departemen PPIC mengecek stok terlebih dahulu yang terdapat di gudang, kemudian PPIC membuat dayplan untuk melakukan proses poduksi. Dayplan ini digunakan sebagai acuan untuk mengeluarkan bahan baku dari gudang. Sebelum menurunkan dayplan harus dilakukan pengechekkan terlebih dahulu terhadap fisik bahan baku di gudang. c.2. Departemen Purchassing Dalam
sistem
pengeluaran
bahan
baku,
departemen
purchasing
mengintruksikan return material atau material yang akan masuk ke gudang. Hal ini tentunya akan membantu departemen warehouse dalam mempersiapkan bahan baku yang akan dikeluarkan. c.3. Departemen Warehouse Sebelum mengeluarkan bahan baku dari gudang, depertemen warehouse harus mengecek terlebih dahulu TPB (Tanda Pengeluaran Barang) yang dikeluarkan oleh PPIC. Departemen warehouse harus mengeluarkan material berdasarkan TPB (standard PPIC). Setelah itu warehouse melakukan persiapan terhadap bahan baku yang akan dikeluarkan terlebih dahulu. Bahan baku yang akan dikeluarkan harus di scan out terlebih dahulu. Hal ini dilakukan, agar bahan baku yang keluar terdeteksi dalam data base dan sesuai dengan yang dibutuhkan oleh departemen produksi. c.4. Departemen Productions Departemen produksi melakukan pengecekan terlebih dahulu terhadap jumlah dan size run, jika sesuai maka dikirim ke produksi, yang kemudian untuk dilakukan proses produksi pembuatan sepatu. Jika dalam proses produksi terjadi reject/extra, maka dibuat worksheet preparation yang terlebih dahulu harus diaproval oleh kepala bagian, cell leader, manager produksi, manager purchasing, dan direktur, yang ditujukan ke bagian gudang agar dilakukan pengiriman kembali bahan baku untuk melakukan proses produksi.
51
Gambar 20. Diagram alir sistem pengeluaran bahan baku di PT. Sepatu Mas Idaman.
52
Metode yang digunakan dalam pengaturan bahan baku dari gudang bahan baku (Raw Material House) menggunakan sistem FIFO (First In First Out). Dalam sistem ini, setiap bahan baku yang pertama masuk ke raw material house, maka akan keluar pertama untuk diproduksi. Hal ini dilakukan agar bahan baku yang digunakan untuk proses produksi tidak melewati batas waktu kadaluarsa. Pengaturan bahan baku juga menggunakan sistem barcoding, yaitu untuk setiap bahan baku yang akan mengalami proses produksi harus diberi kode terlebih dahulu dengan menempelkannya pada bahan baku tersebut. Penggunaan barcoding bertujuan untuk melakukan scan out terhadap bahan baku yang akan dilakukan proses produksi, dimana dilakukan pengecekkan terlebih dahulu terhadap jumlah dan kualitas yang diperlukan untuk melakukan proses produksi.
2.
Bahan Baku
a.
Jenis Bahan Baku Bahan baku yang digunakan di PT. Sepatu Mas Idaman dapat dibedakan
menjadi dua bagian besar yaitu bahan baku utama dan bahan baku penolong. Bahan baku utama yang digunakan dalam memproduksi sepatu terdiri dari tujuh bagian besar, diantaranya : a.1. Leather (kulit) Kulit merupakan bahan baku terpenting dalam proses pembuatan sepatu. Kulit digunakan untuk bagian upper atau bagian dalam sepatu. Jenis-jenis kulit yang digunakan dalam proses pembuatan sepatu diantaranya yaitu cow leather (kulit sapi), pig skin (kulit babi), buffalo leather (kulit kerbau), sheep leather (kulit domba), dan goat leather (kulit kambing). a.2. Outsole Outsole merupakan komponen bagian bawah yang letaknya paling luar dan langsung berhubungan dengan lantai atau tanah, berfungsi sebagai alas kaki. Bahan yang digunakan cukup kuat, tebal dan liat sesuai dengan kebutuhan. Jenisjenis outsole yang digunakan dalam proses pembuatan sepatu diantaranya yaitu sole SMI, sole injections, sole RP, heel, dan outsole.
53
a.3. Insole Insole merupakan komponen bagian bawah yang menjadi pondasi sepatu, bentuknya seperti telapak acuan, tempat untuk meletakkan bagian atas. Jenis-jenis insole yang digunakan dalam proses pembuatan sepatu diantaranya yaitu midsole, Sank, TPU welt, TPR welt, cambrella, eva, dan bontex. a.4. Lining (lapisan) Lining digunakan untuk berbagai jenis bahan baku yang fungsinya sebagai lapisan, bahan baku ini biasanya digunakan pada bagian atas atau bawah sepatu dan juga bagian samping sepatu. Jenis-jenis lining yang digunakan dalam proses pembuatan sepatu diantaranyta yaitu mesh, stretch, cotton drill, textile la chemise, dan canvas. a.5. Assesories Assesories merupakan bahan baku sepatu fungsinya untuk memperindah, dan membuat style terhadap sepatu agar lebih menarik dan sesuai dengan fungsinya. Jenis-jenis assesories yang digunakan dalam proses pembuatan sepatu diantaranya yaitu lace, eyelet, nylon tape, buckle, hang tag, label, dan sticker. a.6. Footbed Jenis-jenis footbed yang digunakan dalam proses pembuatan sepatu diantaranya yaitu footbed dan foam. a.7. Carton Jenis bahan baku carton yang digunakan dalam proses pembuatan sepatu yaitu outer carton.
b.
Supplier Bahan Baku Setiap jenis bahan baku utama tersebut didatangkan dari dalam negeri dan
luar negeri. Pada kelompok bahan baku leather, hanya cow leather dan pig skin yang berasal dari suplier import, sedangkan jenis bahan baku leather lainnya hanya didatangkan dari dalam negeri saja, yaitu jenis sheep leather, buffallo leather, dan goat leather. Selain itu, jenis bahan baku dari kelompok lain yang didatangkan dari suplier lokal diantaranya yaitu midsole, eva, bontex, sole SMI, stretch, cotton drill, kelompok jenis footbed, carton, dan assesories. Sedangkan jenis bahan baku yang didatangkan dari suplier import diantaranya yaitu Sank,
54
TPU welt, TPR welt, cambrella, sole RP, heel, mesh, outsole, textile la chemise, canvas, dan sole injections. Dalam kegiatannya, baik supplier lokal maupun luar negeri, memiliki komitmen sebagai supplier bahan baku sepatu di PT. Sepatu Mas Idaman. Bahan baku yang dikirim oleh supplier sesuai dengan Purchasing Order (PO) yang dilakukan oleh PT. Sepatu Mas Idaman. Untuk bahan baku leather, jumlah pemesanan yang dilakukan oleh perusahaan kepada supplier menggunakan satuan square feet bukan dalam satuan lembar. Untuk satu lembar leather sebesar 25 square feet. Bahan baku kulit yang didatangkan dari supplier import yaitu berasal dari negara China, Thailand, dan Korea. Sedangkan untuk bahan baku kulit yang berasal dari supplier lokal yaitu dari Tangerang dan Garut.
3.
Analisis ABC Model analisis ABC digunakan untuk mengklasifikasi persediaan dalam
katagori berdasarkan kepentingannya. Analisis ABC mengklasifikasi persediaan dalam tiga kategori, yaitu A, B dan C dengan basis volume penggunaan biaya persediaan dalam setahun. Analisis ini sering disebut sebagai Pareto Analysis karena menggunakan prinsip-prinsip yang dikembangkan Vilfredo Pareto (ahli ekonomi Italia). Bahan baku yang digunakan oleh PT. Sepatu Mas Idaman dalam proses produksi sangat beragam. Umumnya persediaan terdiri dari berbagai jenis barang dengan jumlah yang banyak, dimana masing-masing jenis barang membutuhkan analisis sendiri untuk mengetahui besarnya order size dan order point. Berbagai jenis bahan baku tersebut tidak seluruhnya memiliki tingkat prioritas yang sama. Oleh karena itu, untuk mengetahui jenis-jenis bahan baku yang perlu mendapat prioritas maka dapat menggunakan analisis ABC. Analisis ABC merupakan alat yang sangat berguna untuk menentukan jenis persediaan bahan baku sepatu mana yang penting untuk dikendalikan berdasarkan kriteria tertentu yang dianggap penting bagi perusahaan, karena setiap unit persediaan bahan baku merupakan modal, sehingga kriteria yang
55
umum digunakan adalah dalam satu tahun, yang dicari dengan mengalikan jumlah persediaan yang digunakan dalam satu tahun dengan harga per unit persediaan. Bahan baku yang digunakan oleh perusahaan adalah sebanyak 32 jenis bahan baku, yang tergolong ke dalam 7 kelas bahan baku utama yaitu leather, outsole, insole, lining, assesories, footbed, dan carton. Pada model analisis ABC, bahan baku tersebut dikelompokan ke dalam 3 kelompok besar yaitu kelompok A (sangat penting), B (penting), dan C (kurang penting). Setiap kelompok tersebut memiliki porsi penyerapan modal dan jumlah bahan baku yang berbeda-beda. Untuk menghitung penggunaan biaya jenis persediaan tertentu, basis yang digunakan adalah jumlah unit kebutuhan persediaan per tahun dikalikan dengan biaya per unit. Katagori persediaan A adalah persediaan yang berjumlah hanya sekitar 15% dari jumlah total persediaan, tetapi menghabiskan sekitar 65% - 80% dari total biaya persediaan dalam setahun. Katagori B adalah persediaan dengan jumlah sekitar 35% dari jumlah total persediaan, tetapi menghabiskan dana sekitar 15% - 25% dari total biaya persediaan. Katagori C adalah persediaan dengan jumlah sekitar 50% dari total persediaan dan hanya menghabiskan dana sekitar 5 10% saja dari total biaya persediaan per tahun. Berdasarkan Tabel 3, dapat dilihat bahwa bahan baku yang termasuk dalam kelompok A adalah cow leather, sheep leather, pig skin, outsole, dan midsole. Kelompok A memiliki persentase kumulatif jumlah bahan baku sebesar 15,63% atau sebanyak 5 jenis bahan baku dari jumlah total jenis bahan baku utama (32 jenis). Selain itu, kelompok A memiliki persen kumulatif penyerapan modal sebesar 68,50% atau sejumlah Rp. 11.539.551.510 dari jumlah total biaya persediaan bahan baku Rp. 16.846.764.457. Bahan baku yang termasuk dalam kelompok B adalah heel, nylon tape, footbed, lace, shank, stretch, eva, TPU welt, midsole, goat leather, buffalo leather, dan cotton drill. Kelompok B memiliki persentase jumlah bahan baku sebanyak 34,38% atau sebanyak 11 jenis bahan baku dari jumlah total jenis bahan baku utama (32 jenis). Selain itu, kelompok B memiliki persen kumulatif penyerapan modal sebesar 23,95% atau sejumlah Rp. 4.034.948.587 dari jumlah total biaya persediaan bahan baku Rp. 16.846.764.457.
56
Tabel 3. Klasifikasi bahan baku utama sepatu dengan analisis ABC No
Kelompok
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Leather Leather Leather Outsole Insole Outsole Assesories Footbed Assesories Insole Lining Insole Insole Outsole Leather
16
Leather
17 18 19 20 21 22 23
Lining Lining Assesories Lining Insole Assesories Carton
24
Lining
25 26 27 28 29 30 31 32
Insole Insole Footbed Outsole Assesories Outsole Assesories Assesories
Nama Bahan Baku Cow Leather Sheep Leather Pig Skin Outsole Midsole Heel Nylon Tape Footbed Lace Shank Stretch Eva TPU Welt Sole RP Goat Leather Buffalo Leather Cotton Drill Canvas Buckle Mesh TPR Welt Eyelet Outer Carton Textile La Chemise Bontex Cambrella Foam Sole SMI Hang Tag Sole Injections Sticker Label
Volume Biaya (%) 22,31 15,65 14,59 7,99 7,95 5,36 5,16 4,39 1,74 1,67 1,28 1,08 0,89 0,81 0,79
Jumlah Item (%) 3,13 6,25 9,38 12,50 15,63 18,75 21,88 25,00 28,13 31,25 34,38 37,50 40,63 43,75 46,88
0,78
50,00
0,57 0,57 0,56 0,55 0,55 0,54 0,53
53,13 56,25 59,38 62,50 65,63 68,75 71,88
0,52
75,00
0,51 0,51 0,51 0,44 0,34 0,32 0,27 0,24
78,13 81,25 84,38 87,50 90,63 93,75 96,88 100,00
Kumulatif Penyerapan Modal (%)
Kumulatif Jumlah Item (%)
Kelas
68,50
15,63
A
23,95
34,38
B
7,55
50,00
C
Bahan baku yang termasuk dalam kelompok C memiliki persentase jumlah bahan baku sebanyak 50,00% atau sebanyak 16 jenis bahan baku dari jumlah total jenis bahan baku utama (32 jenis). Selain itu, kelompok C memiliki persen kumulatif penyerapan modal sebesar 7,55% atau sejumlah Rp. 1.272.264.360 dari jumlah total biaya persediaan bahan baku Rp. 16.846.764.457. Bahan baku yang termasuk dalam kelompok C adalah canvas, buckle, mesh, TPR welt, eyelet, outer
57
carton, textile la chemise, bontex, cambrella, foam, sole SMI, hang tag, sole injections, stricker, label. Dari klasifikasi bahan baku ini perusahaan dapat membuat kebijakan sebagai berikut : a.
pengembangan sumber dana untuk penerimaan bahan baku katagori A lebih ditingkatkan daripada bahan baku katagori C,
b.
untuk bahan baku katagori A dibutuhkan pengendalian yang lebih ketat dibandingkan dengan bahan baku katagori B dan C,
c.
peramalan bahan baku katagori A harus lebih hati-hati dibanding peramalan bahan baku katagori B dan C. Dari Tabel tersebut di atas, kemudian dapat dibuat diagram Pareto seperti
terlihat pada Gambar berikut 80,00
%Volume Biaya
70,00
68,50
60,00 50,00 50,00 40,00 30,00 20,00
% kumulatif modal
34,38
% kumulatif jumlah item
23,95 15,63 7,55
10,00 0,00 A
B
C Klasifikasi
Gambar 21. Diagram pareto hasil analisis ABC Berdasarkan hasil analisis ABC, perusahaan harus mengendalikan persediaan bahan baku yang lebih ketat terhadap bahan baku yang termasuk kelompok A, karena kelompok A memiliki jumlah pemakaian yang lebih banyak dibandingkan dengan kelompok B dan C. Selain itu pada kelompok A memiliki penyerapan modal pesediaan bahan baku yang lebih besar dibandingkan kelompok B dan C. Oleh karena itu, perusahaan harus melakukan analisis ABC terhadap bahan baku sepatu secara periodik terutama jika terjadi perubahan volume produksi, penambahan jenis persediaan, sehingga manajemen atau pengendalian persediaan tetap terkontrol dengan baik.
58
Dalam penelitian ini, jenis bahan baku yang akan dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengendalian persediaannya yaitu bahan baku kelas A diantaranya cow leather, sheep leather, pig skin, outsole, dan midsole. Hal ini dilakukan karena bahan baku ini memerlukan pengendalian yang lebih ketat dibandingkan dengan bahan baku kelas B dan C, yang disebabkan oleh penyerapan modal yang lebih besar dari pada bahan baku kelas B dan C.
C.
KONDISI PERSEDIAAN BAHAN BAKU DI PERUSAHAAN Pengendalian persediaan bahan baku merupakan salah satu aspek yang
sangat penting bagi berlangsungnya kelancaran suatu produksi. Hal ini berlaku untuk semua
industri terutama
industri yang bergerak dalam
bidang
manufakturing, seperti industri sepatu. Pengendalian persediaan bahan baku pada produk sepatu merupakan salah satu sistem yang dapat menjamin kelancaran akan ketersediaan bahan baku, sehingga proses produksi akan berjalan dengan lancar. Tujuan lain dari sistem pengendalian persediaan bahan baku adalah untuk meminimumkan biaya persediaan bahan baku. PT. Sepatu Mas Idaman merupakan perusahaan manufaktur yang melaksanakan proses produksinya dengan menggunakan bahan baku yang besar kuantitasnya. Kuantitas yang besar ini terdiri dari berbagai bahan baku yang berbeda jenis dan kebutuhannya dalam menghasilkan produk sepatu. Mengingat begitu pentingnya pengadaan bahan baku untuk mendukung aktivitas produksi, maka perusahaan memandang perlu untuk dilakukan pengelolaan persediaan bahan baku yang terpadu sehingga efektifitas pengadaan bahan baku dapat tercapai. PT. Sepatu Mas Idaman berkeyakinan bahwa pengelolaan yang baik adalah melalui pengendalian terhadap segala aspek bahan baku. Motivasi perusahaan dalam melaksanakan sistem manajemen pengendalian persediaan bahan baku adalah tercapainya efisiensi dan efektifitas produksi dimana kelangsungan proses produksi dapat berjalan dengan lancar. Hal ini berarti dengan adanya manajemen pengendalian persediaan bahan baku yang baik dapat menjamin tersedianya bahan baku dalam jumlah, mutu, dan waktu yang tepat,
59
serta dengan biaya yang rendah, tentunya akan memberikan dukungan terhadap kelancaran produksi.
1.
Kuantitas Pemesanan Bahan Baku Dalam menentukan jumlah pemesanan bahan baku, PT. Sepatu Mas
Idaman melakukan perhitungan jumlah kebutuhan bahan baku sesuai dengan target produksi perusahaan berdasarkan pada permintaan konsumen. Besarnya jumlah pemesanan bahan baku berdasarkan pada MRS (Material Requirement Status) BOM (Bill Of Material), dimana dalam MRS BOM terdiri dari jenis bahan baku yang akan dipesan dan jumlah yang diperlukan untuk melakukan proses produksi. Setelah diketahui berapa kebutuhan bahan baku yang diperlukan untuk proses produksi, Departemen purchasing melakukan pemesanan bahan baku ke supplier, namun terlebih dahulu harus dilakukan pengechekkan persediaan material di gudang bahan baku. Hal ini menunjukkan, besarnya jumlah pemesanan bahan baku ditentukan oleh besarnya kebutuhan bahan baku yang diperlukan untuk proses produksi, jumlah persediaan yang ada di gudang dan rencana produksi. Penentuan jumlah pemesanan bahan baku merupakan hal yang sangat penting bagi suatu perusahaan. Hal ini tentunya akan mempengaruhi terhadap jumlah persediaan rata-rata yang akan disimpan pada periode berikutnya. Jika suatu perusahaan melakukan pemesanan dalam jumlah yang besar, maka akan menyebabkan biaya pemesanannya rendah, namun biaya penyimpanannya akan tinggi. Sebaliknya, jika suatu perusahaan melakukan pemesanan dalam jumlah yang kecil, maka akan menyebabkan biaya pemesanan tinggi, namun biaya penyimpanannya akan rendah, akibat kecilnya persediaan rata-rata yang disimpan di gudang penyimpanan. Berdasarkan Tabel 4 dan 5, frekuensi pemesanan bahan baku cow leather sebanyak 16 kali, sheep leather sebanyak 19 kali, pig skin sebanyak 15 kali, outsole sebanyak 15 kali, dan midsole sebanyak 17 kali. Sehingga setiap minggunya perusahaan harus melakukan pemesanan bahan baku cow leather, sheep leather, dan pig skin.
60
Tabel 4. Frekuensi pemesanan dan kuantitas pesanan bahan baku cow leather, sheep leather, dan pig skin dengan metode perusahaan tahun 2007. Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total
Cow Leather Frek Kuantitas (kali) (sft) 2 23.523 1 12.513 1 10.237 2 15.147 1 11.325 1 9.146 1 11.734 2 15.153 1 10.789 1 8.346 1 10.341 2 17.042 16 155.296
Rata-rata/pesanan
9.706
Rata-rata 1,33 12.941,33 Sumber : PT. Sepatu Mas Idaman
Sheep Leather Frek Kuantitas (kali) (sft) 3 15.262 1 7.243 1 6.357 2 8.415 2 8.526 1 5.845 1 6.853 2 9.414 1 5.157 1 5.875 2 8.548 2 10.878 19 98.373 per 5.176 pesaan 1,58 8.197,75
Pig Skin Frek Kuantitas (kali) (sft) 2 26.275 1 11.435 1 9.125 2 15.147 1 11.325 1 9.146 1 11.734 1 11.433 1 10.789 1 8.346 1 10.634 2 15.174 15 150.563 Per 10.038 pesaan 1,25 12.546,92
Tabel 5. Frekuensi pemesanan dan kuantitas pesanan bahan baku outsole dan midsole dengan metode perusahaan tahun 2007. Outsole Frek Kuantitas (kali) (psg) Januari 2 19.462 Februari 1 6.368 Maret 1 5.363 April 1 5.034 Mei 1 6.127 Juni 1 5.738 Juli 1 6.156 Agustus 2 11.433 September 1 6.418 Oktober 1 8.346 November 1 5.658 Desember 2 15.174 Total 15 101.277 Rata-rata/pesanan 6.752 Rata-rata 1,25 8.439,75 Sumber : PT. Sepatu Mas Idaman Bulan
Midsole Frek (kali)
Kuantitas (psg)
3 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 2 17 per pesaan 1,42
13.637 5.126 6.356 5.623 4.104 4.356 5.662 8.365 4.856 4.734 7.459 7.846 78.124 4.596 6.510,33
61
Perbedaan jumlah frekuensi pemesanan dan komposisi penggunaan bahan baku leather menyebabkan kuantitas pemesanan berbeda pula. Kuantitas pesanan untuk bahan baku cow leather sebesar 155.296 sft, bahan baku sheep leather sebesar 98.373 sft, pig skin sebesar 150.563 sft, outsole sebesar 101.277 psg, dan kuantitas pesanan bahan baku midsole sebesar 78.124 psg. Jumlah pesanan per pesanan untuk setiap bahan baku diantaranya yaitu bahan baku cow leather sebesar 9.706 sft, sheep leather sebesar 5.176 sft, pig skin sebesar 10.038 sft, outsole sebesar 6.752 psg, dan bahan baku midsole sebesar 4.596 psg. Semakin tinggi frekuensi pemesanan bahan baku, maka akan semakin tinggi biaya pemesanan bahan baku, akan tetapi biaya penyimpanan bahan baku semakin rendah, begitu juga sebaliknya. Hal ini menunjukkan bahwa untuk bahan baku yang berasal dari luar negeri memiliki frekuensi pemesanan yang lebih kecil bila dibandingkan dengan bahan baku dari dalam negeri. Bahan baku tersebut adalah cow leather, pig skin, dan outsole. PT. Sepatu Mas Idaman melakukan frekuensi pemesanan bahan baku yang tinggi pada bahan baku lokal, hal ini tentunya untuk mengurangi biaya penyimpanan bahan baku, karena asumsinya biaya penyimpanan bahan baku memiliki total cost yang lebih besar dibandingkan dengan biaya pemesanan bahan baku. Selain itu pada bahan baku lokal memiliki biaya pemesanan yang lebih kecil dari pada bahan baku import.
2.
Waktu Tunggu Kedatanganan Bahan Baku Waktu tunggu pengadaan bahan baku merupakan waktu yang dibutuhkan
sejak bahan baku dipesan sampai dengan bahan baku tersebut diterima atau tiba di perusahaan. PT. Sepatu Mas Idaman, memesan bahan baku dari berbagai supplier. Bahan baku yang didatangkan dari supplier lokal yaitu midsole dan sheep leather, sedangkan bahan baku yang didatangkan dari supplier import yaitu cow leather, pig skin, dan outsole. Setiap bahan baku yang dipesan kepada supplier memiliki waktu tunggu kedatanganan bahan baku yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan setiap bahan baku diperoleh dari supplier yang berbeda-beda. Tentunya supplier yang berasal
62
dari dalam negeri akan memiliki waktu tunggu yang lebih cepat dibandingkan dengan bahan baku yang berasal dari luar negeri. Pada bahan baku yang didatangkan dari luar negeri memiliki lead time selama 1 bulan atau sama dengan 4 minggu. Sedangkan bahan baku yang berasal dari dalam negeri memiliki lead time selama 0,5 bulan atau sama dengan 2 minggu. Sehingga untuk bahan baku cow leather, pig skin, dan outsole memiliki waktu tunggu kedatanganan bahan baku selama 4 minggu. Sedangkan untuk bahan baku midsole dan sheep leather memiliki waktu tunggu kedatangan bahan baku selama 2 minggu.
3.
Tingkat Pemakaian Bahan Baku Sistem pemakaian bahan baku yang dipergunakan oleh PT. Sepatu Mas
Idaman menggunakan metode FIFO (Firts In First Out) yaitu bahan baku yang lebih dahulu masuk ke gudang penyimpanan akan terlebih dahulu digunakan untuk proses produksi. Gudang bahan baku akan mengeluarkan bahan baku, jika terdapat rencana produksi harian yang dikeluarkan oleh departemen PPIC. Jumlah pemakaian bahan baku setiap bulannya berfluktuatif, hal ini dipengaruhi oleh jumlah permintaan konsumen yang cenderung akan meningkat maupun menurun. Bahan baku yang digunakan oleh PT. Sepatu Mas Idaman, dalam proses produksiya berbeda-beda kuantitasnya dari setiap jenisnya. Hal ini menunjukkan bahwa pembuatan produk sepatu memiliki jumlah kebutuhan yang berbeda dari setiap jenis bahan baku untuk membuat produk sepatu tertentu. Produk sepatu yang dihasilkan PT. Sepatu Mas Idaman bervariasi tipe, bentuk dan ukurannya. Untuk tipe dan ukuran tertentu memiliki komposisi bahan penyusun yang berbeda dibandingkan dengan tipe dan ukuran lain. Perbedaan ini menghasilkan konsumsi yang berbeda-beda untuk tiap jenis bahan baku yang digunakan dalam pembuatan berbagai tipe produk sepatu. Pada Tabel 6, terlihat bahwa pada tahun 2007, PT. Sepatu Mas Idaman menggunakan bahan baku cow leather sebesar 130.997 sft, bahan baku sheep leather sebesar 80.756 sft, pig skin sebesar 123.149 sft, outsole sebesar 72.797 psg, dan midsole sebesar 64.879 psg. Pemakaian setiap bahan baku di PT. Sepatu Mas Idaman tidak sama setiap bulannya. Hal ini disebabkan pemakaian bahan
63
baku bergantung pada permintaan pasar yang berbeda setiap bulannya namun masih dalam kisaran normal. Pemakaian bahan baku yang terbesar yaitu bahan baku leather, baik cow leather, sheep leather, maupun pig skin. Hal ini disebabkan karena pada produk sepatu, kulit merupakan bahan baku yang utama disamping bahan baku lainnya. Sedangkan pemakaian bahan baku yang terkecil yaitu bahan baku midsole sebesar 64.879 psg. Tabel 6. Tingkat pemakaian bahan baku tahun 2007 No
Pemakaian Sheep Leather Pig Skin Outsole Midsole (sft) (sft) (psg) (psg) 5.045 8.043 4.381 3.716 7.380 11.345 6.716 6.056 6.869 10.235 6.205 5.545 5.952 9.721 5.288 4.628 5.189 8.542 4.525 3.865 5.587 9.462 4.923 4.263 7.759 11.732 7.095 6.435 9.979 13.634 9.315 8.655 5.078 8.346 4.414 3.754 4.805 7.112 4.141 3.481 8.768 12.734 8.104 7.444 8.345 12.243 7.690 7.037 80.756 123.149 72.797 64.879 6.729,67 10.262,42 6.066,42 5.406,58
Bulan
Cow Leather (sft) 1 Januari 8.695 2 Februari 11.997 3 Maret 10.887 4 April 10.373 5 Mei 9.194 6 Juni 10.114 7 Juli 12.384 8 Agustus 14.286 9 September 8.998 10 Oktober 7.788 11 November 13.386 12 Desember 12.895 Total 130.997 Rata-rata 10.916,42 Sumber : PT. Sepatu Mas Idaman 16.000
Pemakaian Bahan Baku
14.000 12.000
Cow Leather
10.000
Sheep Leather
8.000
Pig Skin
6.000
Outsole Midsole
4.000 2.000 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Bulan
Gambar 22. Tingkat pemakaian bahan baku tahun 2007
64
Pemakaian bahan baku terbesar terjadi pada bulan Agustus dengan perinciannya dimana bahan baku cow leather sebesar 14.286 sft, bahan baku sheep leather sebesar 9.979 sft, pig skin sebesar 13.634 sft, outsole sebesar 9.315 psg, dan midsole sebesar 8.655 psg. Hal ini dipengaruhi oleh permintaan konsumen akan produk sepatu semakin meningkat, tentunya akan mempengaruhi terhadap pemakaian bahan baku. Sedangkan pemakaian bahan baku terkecil terjadi pada bulan Oktober dengan perinciannya dimana bahan baku cow leather sebesar 7.788 sft, bahan baku sheep leather sebesar 4.850 sft, pig skin sebesar 7.112 sft, outsole sebesar 4.141 psg, dan midsole sebesar 3.481 psg. Rendahnya pemakaian bahan baku dikarenakan waktu kerja yang lebih sedikit dibandingkan dengan bulan lainnya yang ditandai adanya hari raya lebaran. Pemakaian bahan baku untuk proses produksi mengalami fluktuasi sehingga jumlahnya tidak dapat diketahui dengan pasti. Berdasarkan data pemakaian bahan baku untuk proses produksi sepatu maka dilakukan uji distribusi. Pengujian distribusi data pemakaian bahan baku menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Uji Kolmogorov_Smirnov merupakan suatu tes goodness of fit yaitu pengujian dilakukan untuk mengetahui kesesuaian antara distribusi sampel pengamatan dengan suatu distribusi teoritis tertentu. Uji ini mencakup perhitungan distribusi frekuensi kumulatif yang akan terjadi dibawah distribusi teoritisnya, serta membandingkan distribusi frekuensi tersebut dengan distribusi frekuensi kumulatif hasil observasi. Tes kenormalan data dilakukan dengan cara uji Kolmogorov - Smirnov yang menggunakan bantuan software SPSS 13 For Windows. Pada hasil sebaran data dengan menggunakan Kolmogorov_Smirnov yang terdapat pada aplikasi SPSS 13 For Windows menghasilkan dan memperlihatkan nilai P-Value. P-Value merupakan peluang untuk menolak hipotesis nol. Setelah didapatkan nilai P-Value maka langkah selanjutnya adalah dibandingkan dengan tingkat kepercayaan (selang kepercayaan), selang kepercayaan yang digunakan adalah sebesar 95% (α = 5%) dengan alasan karena tingkat kepercayaan yang dikehendaki adalah 95 %. Hipotesa yang dipakai untuk tes kenormalan data adalah : Ho : Data berdisrtibusi normal H1 : Data tidak berdistribusi normal
65
Berdasarkan hasil uji Kolmogorov-Smirnov pada bahan baku cow leather, sheep leather, pig skin, outsole, dan midsole memiliki nilai P-value sebesar 0,200 dan nilai ini lebih besar dari pada nilai α yaitu sebesar 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa jika nilai p-value > nilai α, maka data berasal dari populasi yang berdistribusi normal Dari hasil pengujian distribusi data tersebut menunjukkan bahwa tingkat pemakaian bahan baku untuk proses produksi sepatu yang terdiri dari cow leather, sheep leather, pig skin, outsole, dan midsole berdistribusi normal. Hal ini ditunjukkan berdasarkan nilai P-value pada setiap bahan baku tersebut lebih besar dari pada nilai α. maka hipotesa tentang data berdistribusi normal akan diterima (gagal tolak Ho).
a.
Cow Leather Timbulnya persediaan bahan baku di perusahaan biasanya disebabkan oleh
adanya perbedaan antara jumlah penerimaan dan pemakaian bahan baku, sehingga persediaan bahan baku yang dilakukan perusahaan bervariasi per bulannya, tergantung dari besarnya jumlah penerimaan dan pemakaian bahan baku. Pemakaian rata-rata bahan baku cow leather selama tahun 2007 sebesar 10.916 sft per bulan. Sedangkan penerimaan rata-rata bahan baku cow leather sebesar 12.941 sft per bulan. Jumlah persediaan bahan baku cow leather di PT. Sepatu Mas Idaman tidak sama setiap bulannya. Tingkat persediaan yang disimpan tergantung dari penerimaan dan pemakaian bahan baku cow leather. Bahan baku cow leather memiliki persediaan awal sebesar 12.038 sft. persediaan awal pada bulan Januari 2007 merupakan sisa produksi dari proses produksi pada bulan Desember 2006. Persediaan akhir pada bulan Januari 2007 merupakan persediaan awal pada bulan tersebut ditambah dengan penerimaannya yang kemudian dikurangi dengan pemakaian bahan baku selama bulan Januari 2007. Persediaan akhir pada bulan Januari 2007 akan menjadi persediaan awal bahan baku pada bulan Februari 2007, begitu seterusnya sampai bulan Desember. Persediaan awal bahan baku cow leather terkecil disebabkan oleh pemakaian bahan baku pada bulan sebelumnya lebih besar dibandingkan dengan bulan lainnya, yang dipengaruhi oleh adanya permintaan dari konsumen,
66
sementara penerimaan bahan baku tergolong rendah. Sedangkan persediaan bahan baku terbesar disebabkan oleh tingginya penerimaan bahan baku pada bulan sebelumnya, sementara pemakaian bahan baku yang tergolong rendah. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat persediaan bahan baku dipengaruhi oleh jumlah penerimaan bahan baku, jumlah pemakaian bahan baku, dan persediaan awal yang tersedia digudang penyimpanan pada awal periode. Tabel 7. Tingkat persediaan bahan baku cow leather tahun 2007 No
Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
8.695 11.997 10.887 10.373 9.194 10.114 12.384 14.286 8.998 7.788 13.386 12.895 130.997 10.916
26.866 27.382 26.732 31.506 33.637 32.669 32.019 32.886 34.677 35.235 32.190 36.337 382.136 31.845
Persediaan Rata-Rata (sft) 19.452 27.124 27.057 29.119 32.572 33.153 32.344 32.453 33.782 34.956 33.713 34.264 369.987 30.832
1.979
3.106
4.277
Persediaan Penerimaan Pemakaian Persediaan Awal (sft) (sft) (sft) Akhir (sft)
Januari 12.038 23.523 Februari 26.866 12.513 Maret 27.382 10.237 April 26.732 15.147 Mei 31.506 11.325 Juni 33.637 9.146 Juli 32.669 11.734 Agustus 32.019 15.153 September 32.886 10.789 Oktober 34.677 8.346 November 35.235 10.341 Desember 32.190 17.042 Total 357.837 155.296 Rata-rata/bln 29.820 12.941 Standar 6.046 4.052 Deviasi Sumber : PT. Sepatu Mas Idaman
Pada Tahun 2007, total pemakaian bahan baku cow leather sebesar 130.997 sft,
dengan standar deviasinya sebesar 1.979. Sedangkan total
penerimaan bahan baku cow leather sebesar 155.296 sft,
dengan standar
deviasinya sebesar 4.052. Total persediaan rata-rata bahan baku cow leather sebesar 369.987 sft, dengan persediaan rata-rata sebesar 30.832 sft per bulan. Semakin banyak persediaan bahan baku cow leather yang terdapat digudang tentunya terdapat investasi yang besar dalam pesediaan bahan baku.
67
b.
Sheep Leather Pemakaian rata-rata bahan baku sheep leather selama tahun 2007 sebesar
6.730 sft per bulan. Sedangkan penerimaan rata-rata bahan baku sheep leather sebesar 8.198 sft per bulan. Tingkat persediaan bahan baku sheep leather di PT. Sepatu Mas Idaman pada tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel 8. berikut ini Tabel 8. Tingkat persediaan bahan baku sheep leather tahun 2007 No
Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
15.262 7.243 6.357 8.415 8.526 5.845 6.853 9.414 5.157 5.875 8.548 10.878 98.373 8.198
5.045 7.380 6.869 5.952 5.189 5.587 7.759 9.979 5.078 4.805 8.768 8.345 80.756 6.730
14.855 14.718 14.206 16.669 20.006 20.264 19.358 18.793 18.872 19.942 19.722 22.255 219.660 18.305
Persediaan Rata-Rata (sft) 9.747 14.787 14.462 15.438 18.338 20.135 19.811 19.076 18.833 19.407 19.832 20.989 210.852 17.571
2.663
1.643
2.465
3.154
Persediaan Penerimaan Pemakaian Persediaan Awal (sft) (sft) (sft) Akhir (sft)
Januari 4.638 Februari 14.855 Maret 14.718 April 14.206 Mei 16.669 Juni 20.006 Juli 20.264 Agustus 19.358 September 18.793 Oktober 18.872 November 19.942 Desember 19.722 Total 202.043 Rata-rata/bln 16.837 Standar 4.265 Deviasi Sumber : PT. Sepatu Mas Idaman
Pada Tabel 8, terlihat bahwa bahan baku sheep leather memiliki persediaan awal sebesar 4.638 sft. Besarnya penerimaan bahan baku sheep leather pada bulan Januari 2007 dipengaruhi oleh persediaan awal bahan baku sheep leather. Semakin kecil persediaan awal pada bulan Januari, maka akan semakin besar penerimaan bahan baku yang dilakukan oleh PT. Sepatu Mas Idaman. Persediaan rata-rata bahan baku sheep leather dipengaruhi oleh persediaan awal bahan baku dan persediaan akhir bahan baku. Tingginya persediaan rata-rata bahan baku sheep leather disebabkan pada bulan sebelumnya masih terdapat banyak persediaan bahan baku sheep leather, ditambah lagi dengan penerimaan yang tinggi. Pada Tahun 2007, total pemakaian bahan baku sheep leather sebesar 80.756 sft, dengan standar deviasinya sebesar 1.642,63. Sedangkan total
68
penerimaan bahan baku sheep leather sebesar 98.373 sft, dengan standar deviasinya sebesar 2.663. Total persediaan rata-rata bahan baku cow leather sebesar 210.852 sft, dengan persediaan rata-rata sebesar 17.571 sft per bulan. Semakin banyak persediaan bahan baku sheep leather yang terdapat digudang tentunya terdapat investasi yang besar dalam pesediaan bahan baku.
c.
Pig Skin Pemakaian rata-rata bahan baku pig skin selama tahun 2007 sebesar
10.262 sft per bulan. Sedangkan penerimaan rata-rata bahan baku pig skin sebesar 12.547 sft per bulan. Tabel 9. Tingkat persediaan bahan baku pig skin tahun 2007 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Bulan
8.043 11.345 10.235 9.721 8.542 9.462 11.732 13.634 8.346 7.112 12.734 12.243 123.149 10.262
29.817 29.907 28.797 34.223 37.006 36.690 36.692 34.491 36.934 38.168 36.068 38.999 417.792 34.816
Persediaan Rata-Rata (sft) 20.701 29.862 29.352 31.510 35.615 36.848 36.691 35.592 35.713 37.551 37.118 37.534 404.085 33.674
1.982
3.321
4.820
Persediaan Penerimaan Pemakaian Persediaan Awal (sft) (sft) (sft) Akhir (sft)
Januari 11.585 26.275 Februari 29.817 11.435 Maret 29.907 9.125 April 28.797 15.147 Mei 34.223 11.325 Juni 37.006 9.146 Juli 36.690 11.734 Agustus 36.692 11.433 September 34.491 10.789 Oktober 36.934 8.346 November 38.168 10.634 Desember 36.068 15.174 Total 390.378 150.563 Rata-rata/bln 32.532 12.547 Standar 7.023 4.605 Deviasi Sumber : PT. Sepatu Mas Idaman
Pada Tabel 9, terlihat bahwa persediaan awal bahan baku pig skin sebesar 11.585 sft. Pada Tahun 2007, total pemakaian bahan baku pig skin sebesar 123.194 sft, dengan standar deviasinya sebesar 1.982. Sedangkan total penerimaan bahan baku pig skin sebesar 50.563 sft, dengan standar deviasinya sebesar 4.605. Total persediaan rata-rata bahan baku pig skin sebesar 404.085 sft, dengan persediaan rata-rata sebesar 33.674 sft per bulan. Besarnya persediaan rata-rata dipengaruhi oleh adanya penerimaan bahan
69
baku dan pemakaian bahan baku pada bulan tersebut. Semakin tinggi penerimaan bahan baku dari pada pemakaian bahan baku, maka akan menyebabkan persediaan bahan baku akan semakin tinggi. Sebaliknya, semakin tinggi pemakaian bahan baku dari pada penerimaan bahan baku, maka akan menyebabkan persediaan bahan baku akan semakin rendah. Hal ini, tentunya berkaitan dengan jumlah permintaan dari konsumen.
d.
Outsole Pemakaian rata-rata bahan baku outsole selama tahun 2007 sebesar 6.066
psg per bulan. Sedangkan penerimaan rata-rata bahan baku outsole sebesar 8.440 psg per bulan. Pada Tabel 10, terlihat bahwa persediaan awal bahan baku outsole sebesar 7.256 psg. Pada Tahun 2007, total pemakaian bahan baku outsole sebesar 72.797 psg, dengan standar deviasinya sebesar 1.643. Sedangkan total penerimaan bahan baku outsole sebesar 101.277 psg, dengan standar deviasinya sebesar 4.386. Total persediaan rata-rata bahan baku outsole sebesar 285.970 psg, dengan persediaan rata-rata sebesar 23.831 psg per bulan. Tabel 10. Tingkat persediaan bahan baku outsole tahun 2007 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Bulan
4.381 6.716 6.205 5.288 4.525 4.923 7.095 9.315 4.414 4.141 8.104 7.690 72.797 6.066
Persediaan Akhir (psg) 22.337 21.989 21.147 20.893 22.495 23.310 22.371 24.489 26.493 30.698 28.252 35.736 300.210 25.018
Persediaan Rata-Rata (psg) 14.797 22.163 21.568 21.020 21.694 22.903 22.841 23.430 25.491 28.596 29.475 31.994 285.970 23.831
1.643
4.327
4.358
Persediaan Penerimaan Pemakaian Awal (psg) (psg) (psg)
Januari 7.256 19.462 Februari 22.337 6.368 Maret 21.989 5.363 April 21.147 5.034 Mei 20.893 6.127 Juni 22.495 5.738 Juli 23.310 6.156 Agustus 22.371 11.433 September 24.489 6.418 Oktober 26.493 8.346 November 30.698 5.658 Desember 28.252 15.174 Total 271.730 101.277 Rata-rata/bln 22.644 8.440 Standar 5.460 4.386 Deviasi Sumber : PT. Sepatu Mas Idaman
70
Besarnya persediaan rata-rata dipengaruhi oleh adanya penerimaan bahan baku dan pemakaian bahan baku pada bulan tersebut. Semakin tinggi penerimaan bahan baku dari pada pemakaian bahan baku, maka akan menyebabkan persediaan bahan baku akan semakin tinggi. Sebaliknya, semakin tinggi pemakaian bahan baku dari pada penerimaan bahan baku, maka akan menyebabkan persediaan bahan baku akan semakin rendah. Hal ini, tentunya berkaitan dengan jumlah permintaan dari konsumen.
e.
Midsole Pemakaian rata-rata bahan baku midsole selama tahun 2007 sebesar 5.407
psg per bulan. Sedangkan penerimaan rata-rata bahan baku midsole sebesar 6.510 psg per bulan. Tingkat persediaan bahan baku midsole di PT. Sepatu Mas Idaman pada tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel 11 berikut ini Tabel 11. Tingkat persediaan bahan baku midsole tahun 2007 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Bulan
13.637 5.126 6.356 5.623 4.104 4.356 5.662 8.365 4.856 4.734 7.459 7.846 78.124 6.510
3.716 6.056 5.545 4.628 3.865 4.263 6.435 8.655 3.754 3.481 7.444 7.037 64.879 5.407
14.675 13.745 14.556 15.551 15.790 15.883 15.110 14.820 15.922 17.175 17.190 17.999 188.416 15.701
Persediaan Rata-Rata (psg) 9.715 14.210 14.151 15.054 15.671 15.837 15.497 14.965 15.371 16.549 17.183 17.595 181.794 15.149
2.528
1.644
1.194
1.924
Persediaan Penerimaan Pemakaian Persediaan Awal (psg) (psg) (psg) Akhir (psg)
Januari 4.754 Februari 14.675 Maret 13.745 April 14.556 Mei 15.551 Juni 15.790 Juli 15.883 Agustus 15.110 September 14.820 Oktober 15.922 November 17.175 Desember 17.190 Total 175.171 Rata-rata/bln 14.598 Standar 3.123 Deviasi Sumber : PT. Sepatu Mas Idaman
Pada Tabel 11, terlihat bahwa persediaan awal bahan baku midsole sebesar 2.245 psg. Pada Tahun 2007, total pemakaian bahan baku midsole sebesar 64.879 psg, dengan standar deviasinya sebesar 1.644. Sedangkan total penerimaan bahan baku midsole sebesar 78.124 psg, dengan standar deviasinya sebesar 2.528. Total
71
persediaan rata-rata bahan baku midsole sebesar 181.794 psg, dengan persediaan rata-rata sebesar 15.149 psg per bulan.
4.
Biaya-Biaya Persediaan PT. Sepatu Mas Idaman mengeluarkan sejumlah biaya atas persediaan
bahan baku yang digunakan untuk proses produksi sepatu, yang dapat dibagi menjadi dua jenis biaya yaitu biaya pemesanan dan biaya penyimpanan.
a.
Biaya pemesanan Biaya pemesanan merupakan biaya yang harus dikeluarkan perusahaan
dalam melakukan pemesanan bahan baku sampai bahan baku tersebut diterima oleh perusahaan. Biaya ini besarnya dipengaruhi frekuensi pemesanan bahan baku. Dalam periode tahunan, jika dilakukan kuantitas pesanan yang besar setiap kali pesan, maka frekuensi pemesanan akan semakin kecil sehingga biaya pemesanan akan semakin kecil dalam periode tahunan. Sebaliknya, jika kuantitas pesanan yang kecil setiap kali pesan dalam periode tahunan, maka frekuensi pemesanan akan semakin besar sehingga biaya pemesanan bahan baku akan semakin besar dalam periode tahunan. Biaya pemesanan yang dikeluarkan berbeda untuk bahan baku yang dipesan di dalam negeri dan impor dari negara lain. Untuk bahan baku yang berasal dari dalam negeri, perusahaan hanya mengeluarkan biaya administrasi dan biaya transportasi sebagai biaya pemesanannya. Biaya administrasi pesan terjadi karena perusahaan mengeluarkan dana untuk pembuatan dokumen-dokumen pemesanan dan biaya upah yang dikeluarkan untuk pemrosesan pesanan tersebut. Jumlah biaya administrasi ini sebesar Rp. 85.000 per pesanan. Sedangkan biaya transportasi adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan sebagai biaya perjalanan dari supplier sampai dengan berada di lokasi perusahaan. Jumlah biaya transportasi ini adalah sebesar Rp. 565.000. Pada bahan baku yang berasal dari luar negeri, perusahaan juga mengeluarkan biaya administrasi sebagai biaya pemesanannya sebesar Rp. 85.000 per pesanan. Selain itu perusahaan juga mengeluarkan sejumlah dana untuk biaya ekspedisi dan ijin impor.
72
Biaya ekspedisi adalah biaya perjalanan angkutan truk dari pelabuhan sampai dengan berada di lokasi perusahaan yaitu sebesar Rp. 600.000. Bahan baku yang berasal dari negara lain, hal ini mengakibatkan perusahaan harus mengeluarkan biaya untuk ijin impor sebesar Rp. 700.000. Tabel 12. Biaya pemesanan bahan baku di PT. Sepatu Mas Idaman Import Lokal Jumlah Jumlah Komponen Komponen Biaya Biaya Administrasi 85.000 Cow Ekspedisi 600.000 Leather Ijin Import 700.000 Sheep Administrasi 85.000 Leather Transportasi 565.000 Administrasi 85.000 Pig Skin Ekspedisi 600.000 Ijin Import 700.000 Administrasi 85.000 Pig Skin Ekspedisi 600.000 Ijin Import 700.000 Administrasi 85.000 Midsole Transportasi 565.000 Sumber : Departemen Accounting PT. Sepatu Mas Idaman Bahan Baku
Total
1.385.000 650.000 1.385.000
1.385.000 650.000
Total biaya pemesanan untuk bahan baku yang berasal dari luar negeri sebesar Rp. 1.385.000, jenis bahan baku yang berasal dari luar negeri yaitu cow leather, pig skin, dan outsole. Sedangkan total biaya pemesanan untuk bahan baku yang berasal dari dalam negeri yaitu sebesar Rp. 650.000, jenis bahan baku yang berasal dari dalam negeri yaitu sheep leather dan midsole.
b.
Biaya Penyimpanan Biaya penyimpanan merupakan biaya yang berkaitan dengan penyimpanan
bahan baku sebagai stok di gudang. Besarnya biaya penyimpanan dipengaruhi oleh jumlah persediaan rata-rata bahan baku. Biaya penyimpanan per periode akan semakin besar apabila jumlah persediaan rata-rata bahan baku semakin tinggi. Komponen biaya penyimpanan PT. Sepatu Mas Idaman meliputi biaya penyimpanan variabel dan biaya penyimpanan tetap. Biaya penyimpanan yang relevan dalam penelitian ini, yaitu opportunity cost yang termasuk pada biaya variabel. Opportunity cost besarnya dipengaruhi oleh jumlah rata-rata persediaan
73
bahan baku, karena jumlah persediaan bahan tidak bergerak di gudang penyimpanan. Opportunity cost merupakan biaya imbangan yang disebabkan adanya persediaan sebagai investasi yang tidak bergerak. Biaya ini dipengaruhi oleh harga rata-rata bahan baku cow leather, sheep leather, pig skin, outsole, dan midsole, besarnya tingkat suku bunga rata-rata yang berlaku selama tahun 2007, yaitu sebesar 8,63 persen dan jumlah persediaan rata-rata setiap bahan baku. Biaya ini disebut juga biaya modal yaitu biaya yang terjadi karena kehilangan pendapatan berupa bunga bank yang seharusnya diperoleh tetapi tidak diperoleh karena uang yang ada digunakan untuk membelikan bahan baku yang tidak bergerak. Tabel 13. Opportunity Cost bahan baku cow leather tahun 2007 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Bulan
Persediaan Rata-Rata (sft) 19.452 27.124 27.057 29.119 32.572 33.153 32.344 32.453 33.782 34.956 33.713 34.264 369.987 30.832
Suku Bunga (%)
Januari 9,75 Februari 9,25 Maret 9,00 April 9,00 Mei 8,75 Juni 8,50 Juli 8,25 Agustus 8,25 September 8,25 Oktober 8,25 November 8,25 Desember 8,00 Total 103,50 Rata-rata/bln 8,63 Rp/sft/thn Sumber : Depertemen Accounting dan www.bi.go.id, 2007
Opportunity Cost (Rp) 48.172.193 67.171.631 67.005.708 72.112.179 80.662.173 82.102.238 80.098.777 80.367.474 83.658.696 86.567.304 83.487.820 84.557.384 915.963.576 76.330.298 2.476
Berdasarkan Tabel 13, terlihat bahwa total opportunity cost bahan baku cow leather sebesar Rp.915.963.576, dengan rata-rata per bulannya sebesar Rp.76.330.298. Besarnya opportunity cost dipengaruhi oleh suku bunga, persediaan rata-rata, dan harga bahan baku cow leather. Harga rata-rata bahan baku cow leather sebesar Rp. 28.696, biaya penyimpanan variabel per sft sebesar Rp. 2.476. Biaya penyimpanan variabel ini diperoleh dari perkalian jumlah persediaan rata-rata bahan baku dengan harga bahan baku/sft dan tingkat suku bunga rata-rata selama tahun 2007.
74
Berdasarkan Tabel 14, terlihat bahwa total opportunity cost bahan baku sheep leather sebesar Rp. 593.982.396, dengan rata-rata per bulannya sebesar Rp.49.498.533. Besarnya opportunity cost dipengaruhi oleh suku bunga, persediaan rata-rata, dan harga bahan baku sheep leather. Harga rata-rata bahan baku sheep leather sebesar Rp. 32.654, biaya penyimpanan variabel per sft sebesar Rp. 2.817. Tabel 14. Opportunity Cost bahan baku sheep leather tahun 2007 No
Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Persediaan Rata-Rata (sft) 9.747 14.787 14.462 15.438 18.338 20.135 19.811 19.076 18.833 19.407 19.832 20.989 210.852 17.571
Suku Bunga (%) 9,75 9,25 9,00 9,00 8,75 8,50 8,25 8,25 8,25 8,25 8,25 8,00 103,50 8,63
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total Rata-rata/bln Rp/sft/thn Sumber : Depertemen Accounting dan www.bi.go.id, 2007
Opportunity Cost (Rp) 27.466.029 41.668.951 40.754.497 43.503.496 51.675.812 56.741.239 55.828.194 53.755.526 53.070.742 54.689.706 55.887.373 58.940.829 593.982.396 49.498.533 2.817
Berdasarkan Tabel 15. terlihat bahwa total opportunity cost bahan baku pig skin sebesar Rp. 695.726.474, dengan rata-rata per bulannya sebesar Rp.57.977.206. Besarnya opportunity cost dipengaruhi oleh suku bunga, persediaan rata-rata, dan harga bahan baku pig skin. Harga rata-rata bahan baku pig skin sebesar Rp. 19.957, biaya penyimpanan variabel per sft sebesar Rp.1.722. Berdasarkan Tabel 16, terlihat bahwa total opportunity cost bahan baku outsole sebesar Rp.456.215.150, dengan rata-rata per bulannya sebesar Rp.38.017.929. Besarnya opportunity cost dipengaruhi oleh suku bunga, persediaan rata-rata, dan harga bahan baku outsole. Harga rata-rata bahan baku outsole sebesar Rp.18.493, biaya penyimpanan variabel per psg sebesar Rp. 1.595. Biaya penyimpanan variabel ini diperoleh dari perkalian jumlah persediaan ratarata bahan baku dengan harga bahan baku/sft dan tingkat suku bunga rata-rata selama tahun 2007.
75
Tabel 15. Opportunity Cost bahan baku pig skin tahun 2007 No
Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Persediaan Rata-Rata (sft) 20.701 29.862 29.352 31.510 35.615 36.848 36.691 35.592 35.713 37.551 37.118 37.534 404.085 33.674
Suku Bunga (%)
Januari 9,75 Februari 9,25 Maret 9,00 April 9,00 Mei 8,75 Juni 8,50 Juli 8,25 Agustus 8,25 September 8,25 Oktober 8,25 November 8,25 Desember 8,00 Total 103,50 Rata-rata/bln 8,63 Rp/sft/thn Sumber : Depertemen Accounting dan www.bi.go.id, 2007
Opportunity Cost (Rp) 35.653.107 51.430.997 50.552.630 54.269.330 61.338.465 63.462.909 63.192.509 61.298.853 61.507.249 64.673.678 63.927.927 64.418.821 695.726.474 57.977.206 1.722
Tabel 16. Opportunity Cost bahan baku outsole tahun 2007 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Bulan
Persediaan Rata-Rata (sft) 14.797 22.163 21.568 21.020 21.694 22.903 22.841 23.430 25.491 28.596 29.475 31.994 285.970 23.831
Suku Bunga (%) 9,75 9,25 9,00 9,00 8,75 8,50 8,25 8,25 8,25 8,25 8,25 8,00 104 9
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total Rata-rata/bln Rp/sft/thn Sumber : Depertemen Accounting dan www.bi.go.id, 2007
Opportunity Cost (Rp) 23.614.414 35.370.949 34.421.361 33.546.783 34.622.450 36.551.151 36.452.202 37.393.012 40.682.257 45.636.871 47.040.505 50.883.194 456.215.150 38.017.929 1.595
Berdasarkan Tabel 17, terlihat bahwa total opportunity cost bahan baku midsole sebesar Rp. 323.817.239, dengan rata-rata per bulannya sebesar Rp.26.984.770. Besarnya opportunity cost dipengaruhi oleh suku bunga,
76
persediaan rata-rata, dan harga bahan baku midsole. Harga rata-rata bahan baku midsole sebesar Rp.20.647, biaya penyimpanan variabel per psg sebesar Rp.1.781. Tabel 17. Opportunity Cost bahan baku midsole tahun 2007 No
Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Persediaan Rata-Rata (sft) 9.715 14.210 14.151 15.054 15.671 15.837 15.497 14.965 15.371 16.549 17.183 17.595 181.794 15.149
Suku Bunga (%) 9,75 9,25 9,00 9,00 8,75 8,50 8,25 8,25 8,25 8,25 8,25 8,00 104 9
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total Rata-rata/bln Rp/sft/thn Sumber : Depertemen Accounting dan www.bi.go.id, 2007 Pada
biaya
penyimpanan,
selain
biaya
Opportunity Cost (Rp) 17.309.647 25.319.891 25.213.872 26.822.870 27.922.263 28.218.047 27.612.223 26.665.177 27.388.603 29.486.715 30.616.399 31.241.533 323.817.239 26.984.770 1.781
variabel
terdapat
biaya
penyimpanan tetap. Komponen biaya penyimpanan tetap terdiri dari biaya pemeliharaan dan biaya listrik. Pada PT. Sepatu Mas Idaman, biaya gudang tidak dihitung sebagai biaya penyimpanan karena gudang adalah milik perusahaan yang merupakan investasi sebagai asset perusahaan. Biaya pemeliharaan merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam melakukan pemeliharaan bahan baku, yang digunakan untuk membersihkan barang dari gudang, mengawetkan barang agar tidak mudah rusak, cleaning service dan kegiatan lain sejenis itu. Berdasarkan Tabel 18, terlihat bahwa total biaya penyimpanan tetap pada bahan baku cow leather, sheep leather, dan pig skin memiliki nilai biaya penyimpanan tetap yang sama yaitu sebesar Rp. 1.686.000/tahun. Hal ini karena bahan baku tersebut disimpan dalam gudang yang sama, yaitu gudang kulit. Sehingga besarnya biaya pemeliharaan dan biaya listrik untuk ketiga jenis bahan baku tersebut sama, dimana total biaya pemeliharaan sebesar Rp. 174.000/bulan, dan total biaya listrik 247.500/bulan.
77
Tabel 18. Biaya penyimpanan tetap setiap bahan baku tahun 2007 Bahan Baku
Komponen
Biaya Penyimpanan Tetap (Rp/Bulan)
Biaya Penyimpanan Tetap (Rp/Tahun)
Biaya 58,000 696,000 Pemeliharaan Biaya Listrik 82,500 990,000 Biaya 58,000 696,000 Sheep Pemeliharaan leather Biaya Listrik 82,500 990,000 Biaya 58,000 696,000 Pemeliharaan Pig skin Biaya Listrik 82,500 990,000 Biaya 36,000 432,000 Pemeliharaan Outsole Biaya Listrik 75,300 903,000 Biaya 36,000 432,000 Pemeliharaan Midsole Biaya Listrik 75,300 903,000 Sumber : Departemen Accounting PT. Sepatu Mas Idaman Cow leather
Total Biaya (Rp/Tahun)
1,686,000
1,686,000
1,686,000
1,335,000
1,335,000
Selain itu, untuk bahan baku outsole dan midsole juga memiliki total biaya penyimpanan tetap yang sama yaitu sebesar Rp. 1.335.000/tahun. Hal ini karena bahan baku tersebut disimpan dalam gudang yang sama, yaitu gudang sole. Sehingga besarnya biaya pemeliharaan dan biaya listrik untuk kedua jenis bahan baku tersebut sama, dimana total biaya pemeliharaan sebesar Rp. 72.000/bulan, dan total biaya listrik 150.600/bulan. Besarnya total biaya penyimpanan tetap tidak dipengaruhi oleh besarnya jumlah persediaan yang ada digudang penyimpanan. Tabel 19. Total biaya penyimpanan bahan baku di perusahaan tahun 2007 Biaya Penyimpanan Nama Bahan Baku
Variabel
Tetap
Cow Leather 915.963.576 1.686.000 Sheep Leather 593.982.396 1.686.000 Pig Skin 695.726.474 1.686.000 Outsole 456.215.150 1.335.000 Midsole 323.817.239 1.335.000 Total 2.985.704.834 7.728.000 Sumber : Departemen Accounting PT. Sepatu Mas Idaman
Total Biaya Penyimpanan (Rp/Tahun) 917.649.576 595.668.396 697.412.474 457.550.150 325.152.239 2.993.432.834
78
Berdasarkan analisis tersebut, maka untuk menentukan besarnya total biaya penyimpanan bahan baku setiap bahan baku di PT. Sepatu Mas Idaman, diperoleh dari penjumlahan biaya penyimpanan variabel dan biaya penyimpanan tetap untuk setiap bahan baku. Berdasarkan Tabel 19, terlihat bahwa pada total biaya penyimpanan, komponen biaya penyimpanan variabel mempunyai kontribusi terbesar yaitu sebesar Rp. 2.985.704.834 atau sekitar 98,76 persen dari total biaya penyimpanan bahan baku tersebut. Bahan baku cow leather memiliki total biaya penyimpanan bahan baku terbesar dari pada bahan baku lainnya. Hal ini disebabkan jumlah persediaan bahan baku cow leather yang ada di gudang penyimpanan perusahaan, lebih banyak dibandingkan dengan bahan baku lainnya. Sedangkan biaya penyimpanan terkecil terjadi pada bahan baku midsole dibandingkan bahan baku lainnya. Adapun total biaya penyimpanan bahan baku untuk ke lima bahan baku tersebut adalah sebesar Rp. 2.526.608.919.
D.
ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU Bahan baku sebagai salah satu bahan masukan (input) pada suatu proses
produksi mempunyai kedudukan strategis baik perannya sebagai bahan baku utama, maupun dilihat dari besarnya nilai investasi yang harus dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhannya. Ketersediaan bahan baku sangat menentukan kelancaran proses produksi, sehingga tidak jarang manajemen terpaksa melakukan persediaan bahan baku, terutama sebagai antisipasi seandainya proses produksi atau pemakaian atas bahan baku tersebut tidak menentu, atau tidak dapat dikendalikan. Dipihak lain, kita menyadari konsekuensi logis dari adanya persediaan bahan baku, yaitu timbulnya biaya-biaya persediaan. Untuk menyeimbangkan antara kebutuhan dengan keinginan untuk menghemat biaya akibat pemenuhannya, perlu dicari metoda yang dapat meningkatkan service level, sekaligus mampu meminimasi persediaan dan meningkatkan produktivitas produksi. Untuk menjawab sasaran ini telah banyak dikembangkan model-model pengendalian material. Dalam penelitian ini model persediaan bahan baku yang dikembangkan yaitu teknik lot sizing, dengan
79
kebijakan adanya persediaan pengaman (safety stock) dan kebijakan tanpa persediaan pengaman (non safety stock).
1.
Persediaan Pengaman (Safety Stock) Perhitungan besarnya perediaan pengaman dapat dilakukan dengan
menggunakan pendekatan berdasarkan tingkat
pelayanan (sevice level).
Persediaan pengaman merupakan persediaan tambahan yang diadakan oleh perusahaan untuk melindungi dan menjaga kekurangan bahan baku. Besarnya persediaan pengaman dipengaruhi oleh standar deviasi dari pemakaian bahan baku, waktu tunggu, dan faktor kebijakan dari tingkat pelayanan. Tingkat pelayanan merupakan tingkat kemampuan persediaan pengaman untuk memenuhi kebutuhan pemakaian pelanggan selama waktu tunggu. Service level yang digunakan oleh PT. Sepatu Mas Idaman adalah sebesar 80%. Angka 80% ini berarti terdapat peluang sebesar 20% untuk mengalami kekurangan bahan baku dalam persediaannya. Pada Tabel 20, terlihat bahwa berdasarkan tingkat pelayanan sebesar 80%, maka diperoleh nilai persediaan pengaman untuk masing-masing bahan baku, diantaranya cow leather sebesar 1.662 sft, sheep leather sebesar 976 sft, pig skin sebesar 1.665, outsole sebesar 1.380 psg, dan midsole sebesar 976 psg. Setelah dilakukan perhitungan, maka diperoleh besarnya persediaan pangaman berdasarkan tingkat pelayanannya, dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 20. Persediaan pengaman bahan baku sepatu dengan service level 80 %. Jenis Bahan Baku Cow Leather Sheep Leather Pig Skin Outsole Midsole
Tingkat Pelayanan 80%
Faktor Lead Time Konversi (bulan) 0,84 1
Standar Deviasi 1.979,01
Persediaan Pengaman 1.662
80%
0,84
0,5
1.642,63
976
80% 80% 80%
0,84 0,84 0,84
1 1 0,5
1.982,18 1.643,37 1.644,37
1.665 1.380 977
Semakin tinggi tingkat pelayanan, maka akan semakin tinggi kemampuan persediaan bahan baku untuk memenuhi pemakaian bahan baku. Sehingga semakin besar pula persediaan pengamannya. Bila tingkat pelayanan rendah berarti jumlah kekurangan persediaan meningkat sehingga menyebabkan jumlah
80
persediaan pengaman akan menurun. Jadi apabila perusahaan ingin memperkecil resiko kehabisan persediaan bahan baku, maka perusahaan akan memilih tingkat pelayanan tinggi dengan jumlah persediaan pengaman yang lebih besar. Berikut ini disajikan kebijakan service level sebesar 90%. Tabel 21. Persediaan pengaman bahan baku dengan service level 90% Standar Deviasi
Persediaan Pengaman
1,28
Lead Time (bulan) 1
1.979,01
2.533
90%
1,28
0,5
1.642,63
1.487
90% 90% 90%
1,28 1,28 1,28
1 1 0,5
1.982,18 1.643,37 1.644,37
2.537 2.104 1.488
Jenis Bahan Baku
Tingkat Pelayanan
Faktor Konversi
Cow Leather Sheep Leather Pig Skin Outsole Midsole
90%
Tingkat pelayanan persediaan pengaman bahan baku cow leather 80% menyatakan bahwa dengan persediaan pengaman sebesar 1.662 sft terdapat peluang sebesar 20% untuk mengalami kekurangan persediaan bahan baku cow leather. Selain itu, dengan tingkat pelayanan 90% maka berarti dengan adanya persediaan pengaman bahan baku cow leather sebesar 2.533 sft terdapat peluang sebesar 10% untuk mengalami kekurangan persediaan bahan baku kulit. Hal ini menunjukkan bahwa sebaiknya perusahaan harus dapat meningkatkan tingkat pelayanannya dengan cara menyediakan persediaan pengaman. Tingkat pelayanan persediaan pengaman bahan baku sheep leather 80% menyatakan bahwa dengan persediaan pengaman sebesar 976 sft terdapat peluang sebesar 20% untuk mengalami kekurangan persediaan bahan baku outsole. Selain itu, dengan tingkat pelayanan 90% maka berarti dengan adanya persediaan pengaman sebesar 1.487 sft terdapat peluang sebesar 10% untuk mengalami kekurangan persediaan bahan baku sheep leather. Tingkat pelayanan persediaan pengaman bahan baku pig skin 80% menyatakan bahwa dengan persediaan pengaman sebesar 1.665 sft terdapat peluang sebesar 20% untuk mengalami kekurangan persediaan bahan baku pig skin. Selain itu, dengan tingkat pelayanan 90% maka berarti dengan adanya persediaan pengaman sebesar 2.537 sft terdapat peluang sebesar 10% untuk mengalami kekurangan persediaan bahan baku pig skin.
81
Tingkat pelayanan persediaan pengaman bahan baku outsole 80% menyatakan bahwa dengan persediaan pengaman sebesar 1.380 psg terdapat peluang sebesar 20% untuk mengalami kekurangan persediaan bahan baku outsole. Selain itu, dengan tingkat pelayanan 90% maka berarti dengan adanya persediaan pengaman sebesar 2.103 psg terdapat peluang sebesar 10% untuk mengalami kekurangan persediaan bahan baku outsole. Tingkat pelayanan persediaan pengaman bahan baku midsole 80% menyatakan bahwa dengan persediaan pengaman sebesar 977 psg terdapat peluang sebesar 20% untuk mengalami kekurangan persediaan bahan baku midsole. Selain itu, dengan tingkat pelayanan 90% maka berarti dengan adanya persediaan pengaman sebesar 1.488 psg terdapat peluang sebesar 10% untuk mengalami kekurangan persediaan bahan baku midsole. Berdasarkan analisa tersebut, adanya persediaan pengaman diperlukan untuk menghadapi diantaranya apabila terjadi kenaikan pemakaian bahan baku diluar kebutuhan yang diperhitungkan, dan apabila terjadi keterlambatan kedatanganan barang yang dipesan. Sehingga dengan adanya persediaan pengaman dapat mengatasi adanya fluktuasi permintaan dan waktu tunggu kedatanganan bahan baku. Penentuan besarnya safety stock merupakan suatu proses yang harus dilakukan dengan cermat dan tepat. Hal ini dikarenakan dengan adanya persediaan pengaman akan mengurangi biaya yang timbul akibat kehabisan persediaan. Makin besar persediaan pengaman, makin kecil kemungkinan kehabisan persediaan, sehingga makin kecil pula biaya karena kehabisan persediaan, tentunya perusahaan tidak akan mengalami kerugian akibat tidak terpenuhinya permintaan konsumen karena kehabisan persediaan, dan proses produksi akan berjalan dengan lancar. Namun demikian, adanya persediaan pengaman akan menambah biaya penyimpanan bahan baku, semakin tinggi persediaan pengaman, makin besar pula biaya penyimpanan bahan baku. Oeh karena itu, perusahaan harus dengan cermat dan tepat dalam menentukan persediaan pengaman agar persediaan tersebut dapat berperan sesuai dengan fungsinya.
82
2.
Pengendalian Persediaan Bahan Baku dengan Metode Teknik Lot Sizing Material Requirement Planing (MRP) Material Requirement Planning (MRP) adalah suatu sistem perencanaan
dan penjadwalan kebutuhan material untuk produksi yang memerlukan beberapa tahapan proses/fase atau dengan kata lain adalah suatu rencana produksi untuk sejumlah produk jadi yang diterjemahkan ke bahan mentah (komponen) yang dibutuhkan dengan menggunakan waktu tenggang sehingga dapat ditentukan kapan dan berapa banyak yang dipesan untuk masing-masing komponen suatu produk yang akan dibuat. MRP merupakan metode perencanaan dan pengendalian pesanan dan inventory untuk item-item dependent demand. Permintaan dependen berarti pemakaian suatu produk berkaitan dengan pemakaian untuk produk lainnya. Besarnya permintaan dependen diperoleh dari perhitungan yang berkaitan dengan produk lain dan tidak boleh diramalkan (forcasting). Permintaan dependen untuk setiap material terjadi di PT. Sepatu Mas Idaman, yang menerapkan strategi assemble to order. Adanya permintaan dependen untuk setiap material dan strategi assemble to order, sehingga perusahaan cocok untuk menerapkan model Material Requirement Planning (MRP). MRP ini menghitung kebutuhan kuantitas, tanggal kebutuhan, dan rencana tanggal pesanan untuk setiap sub-assemblies, komponen dan bahan yang dibutuhkan dalam memproduksi barang, sesuai dengan Master Production Schedulle (MPS). Dalam penelitian ini, tidak dilakukan analisis sistem MRP secara keseluruhan. Tetapi penelitian dilakukan, berdasarkan teknik lot sizing yang digunakan untuk menentukkan besarnya kuantitas pemesanan, frekuensi pemesanan, kapan melakukan pemesanan kembali, dan analisis terhadap jumlah biaya persediaan, yang dilakukan berdasarkan adanya kebijakan persediaan pengaman (safety stock) dan tanpa persediaan pengaman (non safety stock).
a.
Menentukan kebutuhan kotor Dalam metode teknik lot sizing, kebutuhan kotor setiap bahan baku harus
ditentukkan terlebih dahulu. Tentunya jumlah kebutuhan kotor setiap bahan baku
83
bersifat dependen. Artinya jumlah kebutuhan kotor setiap bahan baku dipengaruhi oleh besarnya target produksi sepatu di PT. Sepatu Mas Idaman. Kebutuhan kotor ditetapkan berdasarkan target produksi sepatu di perusahaan. Untuk satu pasang sepatu memerlukan 2,8 sft kulit, satu pasang midsole dan outsole. Jumlah kebutuhan kotor setiap bahan baku telah diuraikan pada sub bab sebelumnya. Jumlah tersebut diperoleh berdasarkan kebijakan perusahaan, dalam periode tahun 2007 yang mentargetkan produksi sepatu sebesar 265.374 pasang sepatu atau 530.747 unit sepatu.
b.
Menentukaan Kebutuhan Bersih (Netting) Proses netting dilakukan untuk menghitung kebutuhan bersih (mencakup
jumlah dan waktu) yang besarnya merupakan selisih antara kebutuhan kotor dengan persediaan ditangan ditambah persediaan pengaman. Oleh karena itu terlebih dahulu perlu diketahui kebutuhan kotor serta status persediaan pada awal perencanaan. Netting nilainya positif jika kebutuhan bahan baku pada periode tersebut tidak dapat lagi dipenuhi oleh persediaan yang ada. Sebaliknya netting nilainya negatif jika kebutuhan bahan baku pada periode masih dapat dipenuhi oleh persediaan yang ada.
c.
Lotting / Lot Sizing Teknik lot sizing merupakan proses untuk menentukan besarnya pesanan
yang memberikan total biaya persediaan minimal. Dalam penelitian ini, teknik lot sizing yang digunakan untuk menentukan besarnya pesanan diantaranya yaitu teknik Economic Order Quantity (EOQ), Part Period Balancing (PPB), Period Order Quantity (POQ), Least Unit Cost (LUC), dan Least Total Cost (LTC).
c.1. Teknik Lot Sizing Tanpa Persediaan Pengaman (non safety stock) 1.
Teknik Economic Order Quantity (EOQ) Model pengendalian persediaan bahan baku dengan metode MRP teknik
EOQ melakukan pemesanan bahan baku sebesar pesanan ekonomis (EOQ). Nilai EOQ merupakan kuanititas optimal dalam melakukan pemesanan.
84
1.a. Cow Leather Pada awal bulan Januari 2007, terdapat persediaan awal cow leather sebesar 12.038 sft di gudang sebagai sisa produksi pada bulan Desember 2006. Kebutuhan awal ini mampu mencukupi kebutuhan produksi selama lima minggu. Dengan waktu tunggu selama empat minggu, maka untuk memenuhi kebutuhan bahan baku cow leather pada minggu ke enam, perusahaan harus mulai memesan pada awal minggu ke dua, demikian pula untuk periode seterusnya. Tabel 22. Frekuensi dan kuantitas pemesanan bahan baku cow leather, sheep leather, dan pig skin dengan teknik EOQ non safety stock Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total Rata-rata
Cow Leather Frek Kuantitas (kali) (sft) 1 12.106 1 12.106 1 12.106 1 12.106 1 12.106 1 12.106 1 12.106 1 12.106 0 0 1 12.106 1 12.106 0 0 10 121.060 1 10.088
Sheep Leather Frek Kuantitas (kali) (sft) 1 6.105 1 6.105 1 6.105 1 6.105 1 6.105 1 6.105 2 12.210 1 6.105 1 6.105 1 6.105 1 6.105 1 6.105 13 79.365 1 6.614
Pig Skin Frek Kuantitas (kali) (sft) 1 14.075 1 14.075 0 0 1 14.075 1 14.075 1 14.075 1 14.075 0 0 1 14.075 1 14.075 0 0 0 0 8 112.600 1 9.383
Berdasarkan hasil perhitungan, kuantitas pemesanan ekonomis (EOQ) cow leather adalah sebesar 12.106 sft setiap kali pemesanan, dengan frekuensi pemesanan bahan baku selama tahun 2007 sebanyak 10 kali. Total penerimaan bahan baku cow leather adalah sebesar 121.060 sft, dengan jumlah persediaan rata-rata sebesar 281.675 sft. Berdasarkan hasil perhitungan dengan teknik EOQ, total biaya pemesanan bahan baku cow leather per tahun yang harus dikeluarkan perusahaan sebesar Rp.13.850.000, total biaya penyimpanan variabel sebesar Rp. 697.427.300, dan total biaya penyimpanan tetapnya sebesar Rp. 1.686.000. Sehingga total biaya persediaan bahan baku cow leather yang harus dikeluarkan perusahaan dengan
85
menggunakan teknik EOQ sebesar Rp.712.963.300 yang diperoleh dari penjumlahan antara total biaya pemesanan dengan total biaya penyimpanan.
1.b. Sheep Leather Berdasarkan hasil perhitungan, kuantitas pemesanan ekonomis (EOQ) sheep leather adalah sebesar 6.105 sft setiap kali pemesanan, dengan frekuensi pemesanan bahan baku selama tahun 2007 sebanyak 13 kali. Total penerimaan bahan baku sheep leather adalah sebesar 79.365 sft, dengan jumlah persediaan rata-rata sebesar 151.888 sft. Tabel 23. Biaya persediaan bahan baku dengan teknik EOQ Bahan Baku Cow Leather Sheep Leather Pig Skin Outole Midsole
Biaya Frek Pemesanan
Biaya Penyimpanan (Rp/thn) Variabel Tetap
Total Biaya Persediaan (Rp/thn)
10
13.850.000
697.427.300
1.686.000
712.963.300
13
8.450.000
427.868.496
1.686.000
438.004.496
8 6 9
11.080.000 8.310.000 5.850.000
595.214.466 408.674.090 281.976.825
1.686.000 1.335.000 1.335.000
607.980.466 418.319.090 289.161.825
Berdasarkan hasil perhitungan dengan teknik EOQ, total biaya pemesanan bahan baku sheep leather per tahun yang harus dikeluarkan perusahaan sebesar Rp. 8.450.000, total biaya penyimpanan variabel sebesar Rp. 427.868.496, dan total biaya penyimpanan tetapnya sebesar Rp. 1.686.000. Sehingga total biaya persediaan bahan baku sheep leather yang harus dikeluarkan perusahaan dengan menggunakan teknik EOQ sebesar Rp. 438.004.496 yang diperoleh dari penjumlahan antara total biaya pemesanan dengan total biaya penyimpanan.
1.c Pig Skin Berdasarkan hasil perhitungan, kuantitas pemesanan ekonomis (EOQ) pig skin adalah sebesar 14.075 sft setiap kali pemesanan, dengan frekuensi pemesanan bahan baku selama tahun 2007 sebanyak 8 kali. Total penerimaan bahan baku pig skin adalah sebesar 112.600 sft, dengan jumlah persediaan rata-rata sebesar 345.653 sft.
86
Berdasarkan hasil perhitungan dengan teknik EOQ, total biaya pemesanan bahan baku pig skin per tahun yang harus dikeluarkan perusahaan sebesar Rp.11.080.000, total biaya penyimpanan variabel sebesar Rp. 595.214.466, dan total biaya penyimpanan tetapnya sebesar Rp. 1.686.000. Sehingga total biaya persediaan bahan baku pig skin yang harus dikeluarkan perusahaan dengan menggunakan teknik EOQ sebesar Rp. 607.980.466 yang diperoleh dari penjumlahan antara total biaya pemesanan dengan total biaya penyimpanan. Tabel 24. Frekuensi pemesanan dan EOQ setiap bahan baku Bahan Baku Cow leather Sheep leather Pig skin Outsole Midsole
Pemakaian /tahun
Biaya Pemesanan /pesanan (Rp)
Biaya Penyimpanan /tahun (Rp)
EOQ
Frekuensi
130.997
1.385.000
2.476
12.106
10
80.756
650.000
2.817
6.105
13
123.149 72.797 64.879
1.385.000 1.385.000 650.000
1.722 1.595 1.781
14.075 11.244 6.882
8 6 9
1.d. Outsole Berdasarkan hasil perhitungan, kuantitas pemesanan ekonomis (EOQ) outsole adalah sebesar 11.244 psg setiap kali pemesanan, dengan frekuensi pemesanan bahan baku selama tahun 2007 sebanyak 6 kali. Total penerimaan bahan baku outsole adalah sebesar 67.644 psg dengan jumlah persediaan rata-rata sebesar 256.222 psg. Berdasarkan hasil perhitungan dengan teknik EOQ, total biaya pemesanan bahan baku outsole per tahun yang harus dikeluarkan perusahaan sebesar Rp.8.310.000, total biaya penyimpanan variabel sebesar Rp. 408.674.090, dan total biaya penyimpanan tetapnya sebesar Rp. 1.335.000. Sehingga total biaya persediaan bahan baku outsole yang harus dikeluarkan perusahaan dengan menggunakan teknik EOQ sebesar Rp. 418.319.090 yang diperoleh dari penjumlahan antara total biaya pemesanan dengan total biaya penyimpanan.
87
Tabel 25. Frekuensi dan kuantitas pemesanan bahan baku outsole dan midsole dengan menggunakan teknik EOQ non safety stock Outsole Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total Rata-rata
Frek (kali) 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 6 1
Midsole
Kuantitas (sft)
Frek (kali)
Kuantitas (psg)
11.244 0 11.244 0 11.244 0 11.244 11.244 0 11.244 0 0 67.464 5.622
1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 9 1
6.882 6.882 0 6.882 6.882 0 6.882 6.882 6.882 6.882 6.882 0 61.938 5.162
1.e. Midsole Berdasarkan hasil perhitungan, kuantitas pemesanan ekonomis (EOQ) midsole adalah sebesar 6.882 psg setiap kali pemesanan, dengan frekuensi pemesanan bahan baku selama tahun 2007 sebanyak 9 kali. Total penerimaan bahan baku midsole adalah sebesar 61.938 psg dalam satu tahun 2007. Berdasarkan hasil perhitungan dengan teknik EOQ, total biaya pemesanan bahan baku midsole per tahun yang harus dikeluarkan perusahaan sebesar Rp.5.850.000, total biaya penyimpanan variabel sebesar Rp. 281.976.825, dan total biaya penyimpanan tetapnya sebesar Rp. 1.335.000. Sehingga total biaya persediaan bahan baku sheep leather yang harus dikeluarkan perusahaan dengan menggunakan teknik EOQ sebesar Rp. 289.161.825 yang diperoleh dari penjumlahan antara total biaya pemesanan dengan total biaya penyimpanan.
2.
Teknik Period Order Quantity (POQ) Teknik POQ ini digunakan untuk menentukan interval waktu order
(Economic Order Interval). Sistem pengendalian persediaan bahan baku dengan
88
teknik POQ menggunakan EOQ sebagai penentuan interval waktu order atau waktu antar pesanan.
2.a. Cow Leather Berdasarkan hasil perhitungan dengan kuantitas pemesanan ekonomis (EOQ) cow leather adalah sebesar 12.106 sft setiap kali pemesanan, dan frekuensi pemesanan bahan baku selama tahun 2007 sebanyak 10 kali. Sehingga untuk menentukan interval waktu ordernya yaitu jumlah minggu dalam satu tahun dibagi dengan frekuensi pemesanan dalam satu tahun. Maka pada bahan baku cow leather memiliki nilai EOI adalah sebesar 5 minggu. Dengan menggunakan teknik POQ, total penerimaan bahan baku cow leather adalah sebesar 120.205 sft dalam periode tahun 2007, dengan frekuensi pemesanan sebanyak 9 kali, dan jumlah persediaan rata-rata sebesar 376.502 sft. Tabel 26. Frekuensi dan kuantitas pemesanan bahan baku cow leather, sheep leather, dan pig skin dengan menggunakan teknik POQ non safety stock Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total Rata-rata
Cow Leather Frek Kuantitas (kali) (sft) 1 18.255 1 15.002 0 0 1 14.837 1 18.215 0 0 1 17.943 1 13.129 0 0 1 18.940 1 3.884 0 0 8 120.205 1 10.017
Sheep Leather Frek Kuantitas (kali) (sft) 1 8.561 1 8.134 1 7.346 0 0 1 6.761 1 9.115 1 11.293 1 6.070 0 0 1 9.311 1 10.301 0 0 9 76.892 1 6.408
Pig Skin Frek Kuantitas (kali) (sft) 1 19.646 0 0 1 16.329 1 16.624 0 0 1 22.349 0 0 1 13.247 0 0 1 21.256 1 3.721 0 0 7 113.172 1 9.431
Berdasarkan hasil perhitungan dengan teknik POQ, total biaya pemesanan bahan baku cow leather per tahun yang harus dikeluarkan perusahaan sebesar Rp.11.080.000, total biaya penyimpanan variabel sebesar Rp. 932.218.952, dan total biaya penyimpanan tetapnya sebesar Rp. 1.686.000. Sehingga total biaya
89
persediaan bahan baku cow leather yang harus dikeluarkan perusahaan dengan menggunakan teknik POQ sebesar Rp. 944.984.952 yang diperoleh dari penjumlahan antara total biaya pemesanan dengan total biaya penyimpanan.
2.b. Sheep Leather Berdasarkan hasil perhitungan dengan kuantitas pemesanan ekonomis (EOQ) sheep leather adalah sebesar 6.105 sft setiap kali pemesanan, dengan frekuensi pemesanan bahan baku selama tahun 2007 sebanyak 13 kali. Maka pada bahan baku sheep leather memiliki nilai EOI adalah sebesar 4 minggu. Dengan menggunakan teknik POQ, total penerimaan bahan baku sheep leather adalah sebesar 76.892 sft dalam satu tahun 2007, dengan frekuensi pemesanan sebanyak 9 kali, dan jumlah persediaan rata-rata sebesar 198.648 sft. Berdasarkan hasil perhitungan dengan teknik POQ, total biaya pemesanan bahan baku sheep leather per tahun yang harus dikeluarkan perusahaan sebesar Rp. 5.850.000, total biaya penyimpanan variabel sebesar Rp. 559.591.416dan total biaya penyimpanan tetapnya sebesar Rp. 1.686.000. Sehingga total biaya persediaan bahan baku sheep leather yang harus dikeluarkan perusahaan dengan menggunakan teknik POQ sebesar Rp. 567.127.416 yang diperoleh dari penjumlahan antara total biaya pemesanan dengan total biaya penyimpanan. Tabel 27. Total biaya persediaan bahan baku dengan menggunakan teknik POQ Bahan Baku Cow Leather Sheep Leather Pig Skin Outole Midsole
Biaya Penyimpanan (Rp/thn) Variabel Tetap
Total Biaya Persediaan (Rp/thn)
Frek
Biaya Pemesanan
8
11.080.000
932.218.952
1.686.000
944.984.952
9
5.850.000
559.591.416
1.686.000
567.127.416
7 6 8
9.695.000 8.310.000 5.200.000
726.895.806 409.286.570 292.782.152
1.686.000 1.335.000 1.335.000
738.276.806 418.931.570 299.317.152
2.c. Pig Skin Berdasarkan hasil perhitungan dengan kuantitas pemesanan ekonomis (EOQ) pig skin adalah sebesar 14.075 sft setiap kali pemesanan, dengan frekuensi pemesanan bahan baku selama tahun 2007 sebanyak 8 kali. Maka pada bahan
90
baku pig skin memiliki nilai EOI adalah sebesar 6 minggu. Dengan menggunakan teknik POQ, total penerimaan bahan baku pig skin adalah sebesar 113.172 sft dalam periode tahun 2007, dengan frekuensi pemesanan sebanyak 7 kali, dan jumlah persediaan raa-rata sebesar 422.123 sft. Berdasarkan hasil perhitungan dengan teknik POQ, total biaya pemesanan bahan baku pig skin per tahun yang harus dikeluarkan perusahaan sebesar Rp.9.695.000, total biaya penyimpanan variabel sebesar Rp. 726.895.806, dan total biaya penyimpanan tetapnya sebesar Rp. 1.686.000. Sehingga total biaya persediaan bahan baku pig skin yang harus dikeluarkan perusahaan dengan menggunakan teknik POQ sebesar Rp. 738.276.806. Tabel 28. Economic Order Interval (EOI) setiap bahan baku Bahan Baku Cow leather Sheep leather Pig skin
Biaya Biaya Pemakaian Pemesanan Penyimpanan /thn /pesanan /tahun (Rp) (Rp)
EOQ
Frek
EOI
130.997
1.385.000
2.476
12.106
10
5
80.756
650.000
2.817
6.105
13
4
123.149
1.385.000
1.722
14.075
8
6
Outsole
72.797
1.385.000
1.595
11.244
6
7
Midsole
64.879
650.000
1.781
6.882
9
5
2.d. Outsole Berdasarkan hasil perhitungan dengan kuantitas pemesanan ekonomis (EOQ) outsole adalah sebesar 11.244 psg setiap kali pemesanan, dengan frekuensi pemesanan bahan baku selama tahun 2007 sebanyak 6 kali. Maka pada bahan baku outsole memiliki nilai EOI adalah sebesar 7 minggu. Dengan menggunakan teknik POQ, total penerimaan bahan baku outsole adalah sebesar 65.800 psg dalam satu tahun 2007, dengan frekuensi pemesanan sebanyak 6 kali, dan jumlah persediaan rata-rata sebesar 256.606 psg. Berdasarkan hasil perhitungan dengan teknik POQ, total biaya pemesanan bahan baku outsole per tahun yang harus dikeluarkan perusahaan sebesar Rp.8.310.000, total biaya penyimpanan variabel sebesar Rp. 409.286.570, dan total biaya penyimpanan tetapnya sebesar Rp. 1.335.000. Sehingga total biaya
91
persediaan bahan baku outsole yang harus dikeluarkan perusahaan dengan menggunakan teknik POQ sebesar Rp. 410.621.570 yang diperoleh dari penjumlahan antara total biaya pemesanan dengan total biaya penyimpanan. Tabel 29. Frekuensi dan kuantitas pemesanan bahan baku outsole dan midsole dengan menggunakan teknik POQ non safety stock Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total Rata-rata
Frek (kali) 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 6 1
Outsole Kuantitas (psg) 12.499 0 10.253 0 14.340 0 10.747 0 15.158 0 2.803 0 65.800 5.483
Midsole Frek (kali)
Kuantitas (psg)
1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 8 1
9.311 0 6.877 6.210 0 9.773 9.231 0 6.549 11.030 0 1.248 60.229 5.019
2.e. Midsole Berdasarkan hasil perhitungan dengan kuantitas pemesanan ekonomis (EOQ) midsole adalah sebesar 6.882 psg setiap kali pemesanan, dengan frekuensi pemesanan bahan baku selama tahun 2007 sebanyak 9 kali. Maka pada bahan baku midsole memiliki nilai EOI adalah sebesar 5 minggu. Dengan menggunakan teknik POQ, total penerimaan bahan baku midsole adalah sebesar 60.229 psg dalam satu tahun 2007, dengan frekuensi pemesanan sebanyak 8 kali, dan jumlah persediaan rata-rata sebesar 164.392 psg. Berdasarkan hasil perhitungan dengan teknik POQ, total biaya pemesanan bahan baku midsole per tahun yang harus dikeluarkan perusahaan sebesar Rp.5.200.000, total biaya penyimpanan variabel sebesar Rp. 292.782.152, dan total biaya penyimpanan tetapnya sebesar Rp. 1.335.000. Sehingga total biaya persediaan bahan baku sheep leather yang harus dikeluarkan perusahaan dengan
92
menggunakan teknik POQ sebesar Rp. 299.317.152 yang diperoleh dari penjumlahan antara total biaya pemesanan dengan total biaya penyimpanan.
3.
Teknik Least Unit Cost (LUC) Kebijakan ini mengharuskan penentuan jumlah order secara coba-coba
pada awal periode, kemudian melakukan evaluasi untuk periode-periode berikutnya. Perhitungan biaya masing-masing alternatif lot size order yang berorientasi kepada cost/unit minimum dapat dilihat pada Lampiran.
3.a. Cow Leather Pada prinsipnya teknik LUC digunakan untuk menentukan jumlah order pada biaya per unit yang minimum. Dengan menggunakan teknik LUC, total penerimaan bahan baku cow leather adalah sebesar 120.205 sft, dengan frekuensi pemesanan sebanyak 10 kali, dan jumlah persediaan rata-rata sebesar 300.591 sft. Tabel 30. Frekuensi dan kuantitas pemesanan bahan baku cow leather, sheep leather, dan pig skin dengan teknik LUC non safety stock Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total Rata-rata
Cow Leather Frek Kuantitas (kali) (sft) 1 12.221 1 10.887 1 12.246 1 12.740 1 14.758 0 0 1 14.286 1 10.890 1 12.810 1 15.483 1 3.884 0 0 10 120.205 1 10.017
Sheep Leather Frek Kuantitas (kali) (sft) 1 6.347 1 5.709 1 5.904 1 6.081 1 5.496 1 5.540 2 14.819 1 5.078 1 4.805 1 6.812 1 7.175 1 3.126 13 78.530 1 6.544,17
Pig Skin Frek Kuantitas (kali) (sft) 1 9.411 2 17.745 1 8.819 1 9.185 1 7.439 2 9.798 1 10.340 1 8.346 1 7.112 1 17.962 2 7.015 0 0 14 113.172 1 9.431
Berdasarkan hasil perhitungan dengan teknik LUC, total biaya pemesanan bahan baku cow leather per tahun yang harus dikeluarkan perusahaan sebesar Rp.13.850.000, total biaya penyimpanan variabel sebesar Rp. 744.263.316, dan
93
total biaya penyimpanan tetapnya sebesar Rp. 1.686.000. Sehingga total biaya persediaan bahan baku cow leather yang harus dikeluarkan perusahaan dengan menggunakan teknik LUC sebesar Rp. 759.799.316 yang diperoleh dari penjumlahan antara total biaya pemesanan dengan total biaya penyimpanan.
3.b. Sheep Leather Dengan menggunakan teknik LUC, total penerimaan bahan baku sheep leather adalah sebesar 78.530 sft dalam satu tahun 2007, dengan frekuensi pemesanan sebanyak 13 kali, dan jumlah persediaan rata-rata sebesar 137.957 sft. Berdasarkan hasil perhitungan dengan teknik LUC, total biaya pemesanan bahan baku sheep leather per tahun yang harus dikeluarkan perusahaan sebesar Rp. 8.450.000, total biaya penyimpanan variabel sebesar Rp. 388.624.869, dan total biaya penyimpanan tetapnya sebesar Rp. 1.686.000. Sehingga total biaya persediaan bahan baku sheep leather yang harus dikeluarkan perusahaan dengan menggunakan teknik POQ sebesar Rp. 398.760.869 yang diperoleh dari penjumlahan antara total biaya pemesanan dengan total biaya penyimpanan. Tabel 31. Total biaya persediaan bahan baku dengan menggunakan teknik LUC Bahan Baku Cow Leather Sheep Leather Pig Skin Outole Midsole
Biaya Penyimpanan (Rp/thn) Variabel Tetap
Total Biaya Persediaan (Rp/thn)
Frek
Biaya Pemesanan
10
13.850.000
744.263.316
1.686.000
759.799.316
13
8.450.000
388.624.869
1.686.000
398.760.869
14 11 14
19.390.000 15.235.000 9.100.000
405.596.436 200.539.350 141.933.233
1.686.000 1.335.000 1.335.000
426.672.436 217.109.350 152.368.233
3.c. Pig Skin Dengan menggunakan teknik LUC, total penerimaan bahan baku pig skin adalah sebesar 113.172 sft dalam satu tahun 2007, dengan frekuensi pemesanan sebanyak 14 kali, dan jumlah persediaan rata-rata sebesar 235.538 sft. Berdasarkan hasil perhitungan dengan teknik LUC, total biaya pemesanan bahan baku pig skin per tahun yang harus dikeluarkan perusahaan sebesar Rp.19.390.000, total biaya penyimpanan variabel sebesar Rp. 405.596.436, dan
94
total biaya penyimpanan tetapnya sebesar Rp. 1.686.000. Sehingga total biaya persediaan bahan baku pig skin yang harus dikeluarkan perusahaan dengan menggunakan teknik LUC sebesar Rp. 426.672.436 yang diperoleh dari penjumlahan antara total biaya pemesanan dengan total biaya penyimpanan.
3.d. Outsole Pada Lampiran, terlihat jumlah order untuk minggu ke-7 yaitu sebesar 7.259 psg, karena memiliki biaya per unit minimum pada siklus tersebut. Jumlah tersebut hanya mampu memenuhi kebutuhan sampai minggu ke-10, sehingga perlu
dilakukan
perhitungan
untuk
minggu-minggu
berikutny.
Dengan
menggunakan teknik LUC, total penerimaan bahan baku outsole adalah sebesar 65.796 psg dalam satu tahun 2007, dengan frekuensi pemesanan sebanyak 11 kali, dan jumlah persediaan rata-rata sebesar 207.627 psg. Tabel 32. Frekuensi dan kuantitas pemesanan bahan baku outsole dan midsole dengan teknik LUC non safety stock Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total Rata-rata
Outsole Frek Kuantitas (kali) (psg) 1 7.259 1 5.240 1 5.417 1 4.832 1 4.876 1 9.464 1 6.655 1 4.092 1 6.101 1 9.057 1 2.803 0 0 7 65.796 1 5.483
Midsole Frek (kali)
Kuantitas (psg)
1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 14 1
5.122 4.189 3.224 7.548 3.340 4.240 6.821 8.605 4.862 5.241 5.789 1.284 60.265 5.022
Berdasarkan hasil perhitungan dengan teknik LUC, total biaya pemesanan bahan baku outsole per tahun yang harus dikeluarkan perusahaan sebesar Rp.15.235.000, total biaya penyimpanan variabel sebesar Rp. 200.539.350, dan total biaya penyimpanan tetapnya sebesar Rp. 1.335.000. Sehingga total biaya
95
persediaan bahan baku outsole yang harus dikeluarkan perusahaan dengan menggunakan teknik LUC sebesar Rp. 217.109.350 yang diperoleh dari penjumlahan antara total biaya pemesanan dengan total biaya penyimpanan.
3.e. Midsole Dengan menggunakan teknik LUC, total penerimaan bahan baku midsole adalah sebesar 60.265 psg dalam satu tahun 2007, dengan frekuensi pemesanan sebanyak 14 kali, dan jumlah persediaan rata-rata sebesar 79.693 psg. Berdasarkan hasil perhitungan dengan teknik LUC, total biaya pemesanan bahan baku midsole per tahun yang harus dikeluarkan perusahaan sebesar Rp.9.100.000, total biaya penyimpanan variabel sebesar Rp. 141.933.233, dan total biaya penyimpanan tetapnya sebesar Rp. 1.335.000. Sehingga total biaya persediaan bahan baku midsole yang harus dikeluarkan perusahaan dengan menggunakan teknik LUC sebesar Rp. 152.368.233 yang diperoleh dari penjumlahan antara total biaya pemesanan dengan total biaya penyimpanan.
4.
Teknik Least Total Cost (LTC) Pendekatan
ini memilih lot
size dan berapa kali order yang
meminimumkan total cost, melalui kombinasi kebutuhan di mana holding cost mendekati order cost. Berdasar logika bahwa kurve total cost adalah diskret (dapat dievaluasi dengan basis periode ke periode) untuk permintaan yang dependen, total cost minimum biasanya terjadi pada titik yang paling dekat dengan keseimbangan total holding cost dan total order cost.
4.a. Cow Leather Pada prinsipnya teknik LTC digunakan untuk menentukan jumlah order ketika biaya penyimpanannya mendekati biaya pemesanan bahan baku. Pada Lampiran, terlihat bahwa untuk minggu ke-6 dilakukan order sebesar 9.900 sft. Nilai tersebut merupakan penjumlahan kebutuhan dari minggu ke-6 sampai ke-8. Hal ini, karena pada minggu ke-8 memiliki kumulatif biaya penyimpanan bahan baku yang mendekati biaya pemesanannya. Kemudian dilakukan perhitungan yang sama sampai pada minggu ke-48. Dengan menggunakan teknik LTC, total
96
penerimaan bahan baku cow leather adalah sebesar 120.205 sft dalam satu tahun 2007, dengan frekuensi pemesanan sebanyak 12 kali, dan jumlah persediaan ratarata sebesar 244.276 sft. Tabel 33. Frekuensi dan kuantitas pemesanan bahan baku cow leather, sheep leather, dan pig skin dengan menggunakan teknik LTC Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total Rata-rata
Cow Leather Frek Kuantitas (kali) (sft) 1 9.900 1 10.887 1 10.373 1 9.194 1 10.114 2 19.298 1 12.116 1 8.102 1 10.854 1 12.026 1 7.341 0 0 12 120.205 1 10.017
Sheep Leather Frek Kuantitas (kali) (sft) 1 4.133 2 11.297 1 3.784 1 4.827 2 8.117 1 5.233 2 10.191 1 4.942 1 4.756 2 11.267 1 5.219 1 3.126 16 76.892 1 6.408
Pig Skin Frek Kuantitas (kali) (sft) 1 13.938 1 13.218 1 10.753 0 0 1 11.396 1 13.092 1 14.758 1 11.040 0 0 1 12.734 1 12.243 0 0 9 113.172 1 9.431
Berdasarkan hasil perhitungan dengan teknik LUC, total biaya pemesanan bahan baku cow leather per tahun yang harus dikeluarkan perusahaan sebesar Rp.16.620.000, total biaya penyimpanan variabel sebesar Rp. 604.827.376, dan total biaya penyimpanan tetapnya sebesar Rp. 1.686.000. Sehingga total biaya persediaan bahan baku cow leather yang harus dikeluarkan perusahaan dengan menggunakan teknik LTC sebesar Rp. 623.133.376 yang diperoleh dari penjumlahan antara total biaya pemesanan dengan total biaya penyimpanan.
4.b. Sheep Leather Dengan menggunakan teknik LTC, total penerimaan bahan baku sheep leather adalah sebesar 76.892 sft dalam satu tahun 2007, dengan frekuensi pemesanan sebanyak 16 kali, dan jumlah persediaan rata-rata sebesar 111.680 sft. Berdasarkan hasil perhitungan dengan teknik LTC, total biaya pemesanan bahan baku sheep leather per tahun yang harus dikeluarkan perusahaan sebesar
97
Rp. 10.400.000, total biaya penyimpanan variabel sebesar Rp. 314.602.560, dan total biaya penyimpanan tetapnya sebesar Rp. 1.686.000. Sehingga total biaya persediaan bahan baku sheep leather yang harus dikeluarkan perusahaan dengan menggunakan teknik POQ sebesar Rp. 326.688.560. Tabel 34. Total biaya persediaan bahan baku dengan teknik LTC Bahan Baku Cow Leather Sheep Leather Pig Skin Outole Midsole
Biaya Penyimpanan (Rp/thn) Variabel Tetap
Total Biaya Persediaan (Rp/thn)
Frek
Biaya Pemesanan
12
16.620.000
604.827.376
1.686.000
623.133.376
16
10.400.000
314.602.560
1.686.000
326.688.560
9 7 10
12.465.000 9.695.000 6.500.000
526.467.060 341.789.360 202.339.410
1.686.000 1.335.000 1.335.000
540.618.060 352.819.360 210.174.410
4.c. Pig Skin Dengan menggunakan teknik LTC, total penerimaan bahan baku pig skin adalah sebesar 113.172 sft dalam satu tahun 2007, dengan frekuensi pemesanan sebanyak 9 kali, dan jumlah persediaan rata-rata sebesar 305.730 sft. Berdasarkan hasil perhitungan dengan teknik LTC, total biaya pemesanan bahan baku pig skin per tahun yang harus dikeluarkan perusahaan sebesar Rp.12.465.000, total biaya penyimpanan variabel sebesar Rp. 526.467.060, dan total biaya penyimpanan tetapnya sebesar Rp. 1.686.000. Sehingga total biaya persediaan bahan baku pig skin yang harus dikeluarkan perusahaan dengan menggunakan teknik LTC sebesar Rp. 540.618.060.
4.d. Outsole Dengan menggunakan teknik LTC, total penerimaan bahan baku outsole adalah sebesar 65.796 psg dalam satu tahun 2007, dengan frekuensi pemesanan sebanyak 7 kali, dan jumlah persediaan rata-rata sebesar 214 288 psg. Berdasarkan hasil perhitungan dengan teknik LTC, total biaya pemesanan bahan baku outsole per tahun yang harus dikeluarkan perusahaan sebesar Rp. 9.695.000, total biaya penyimpanan variabel sebesar Rp. 341.789.360, dan total biaya penyimpanan tetapnya sebesar Rp. 1.335.000. Sehingga total biaya
98
persediaan bahan baku outsole yang harus dikeluarkan perusahaan dengan menggunakan teknik LUC sebesar Rp. 352.819.360. Tabel 35. Frekuensi dan kuantitas pemesanan bahan baku outsole dan midsole dengan menggunakan teknik LTC non safety stock Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total Rata-rata
Outsole Frek Kuantitas (kali) (psg) 1 11.400 0 0 1 9.802 0 0 1 8.570 1 12.823 0 0 1 9.775 0 0 1 12.020 1 1.406 0 0 7 65.796 1 5.483
Midsole Frek (kali)
Kuantitas (psg)
1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 10 1
6.739 5.796 0 5.691 5.197 6.435 6.672 5.737 5.684 7.345 4.933 0 60.229 5.019
4.e. Midsole Dengan menggunakan teknik LTC, total penerimaan bahan baku midsole adalah sebesar 60.229 psg dalam satu tahun 2007, dengan frekuensi pemesanan sebanyak 10 kali, dan jumlah persediaan rata-rata sebesar 113.610 psg. Berdasarkan hasil perhitungan dengan teknik LTC, total biaya pemesanan bahan baku midsole per tahun yang harus dikeluarkan perusahaan sebesar Rp. 6.500.000, total biaya penyimpanan variabel sebesar Rp. 202.339.410, dan total biaya penyimpanan tetapnya sebesar Rp. 1.335.000. Sehingga total biaya persediaan bahan baku sheep leather yang harus dikeluarkan perusahaan dengan menggunakan teknik LUC sebesar Rp. 210.174.410.
5.
Teknik Part Period Balancing (PPB) Sistem pengendalian persediaan bahan baku dengan teknik PPB
melakukan pemesanan sebesar kebutuhan pada suatu periode yang dapat digabungkan. Penggabungan periode dilakukan untuk gabungan periode berurutan
99
yang memiliki nilai kumulatif bagian periode mendekati nilai Economic Part Periode (EPP). PBB adalah kebijakan yang berupaya menyeimbangkan antara biaya pemesanan dengan biaya penyimpanan, tujuannya adalah agar total cost bisa ditekan. Untuk mengaplikasi kebijakan PPB harus diketahui terlebih dahulu Economic Part Period (EPP). EPP adalah ratio antara biaya pemesanan dengan biaya penyimpanan.
5.a. Cow Leather Berdasarkan perhitungan yang dilakukan, diperoleh niali EPP bahan baku cow leather sebesar 26.850, nilai tersebut diperoleh dari ratio antara biaya pemesanan terhadap biaya penyimpanan bahan baku cow leather. Tabel 36. Frekuensi pemesanan dan kuantitas pesanan bahan baku cow leather, sheep leather, dan pig skin dengan teknik PPB non safety stock Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total Rata-rata
Cow Leather Frek Kuantitas (kali) (sft) 1 12.221 1 13.208 1 12.828 1 12.211 1 0 1 12.384 1 14.286 0 10.890 1 9.353 1 12.026 1 10.798 0 0 10 120.205 1 10.017
Sheep Leather Frek Kuantitas (kali) (sft) 1 4.133 1 7.923 1 5.904 1 6.081 1 5.496 1 5.540 2 16.133 1 4.917 1 3.652 1 6.812 1 7.175 1 3.126 13 76.892 1 6.408
Pig Skin Frek Kuantitas (kali) (sft) 1 13.938 1 15.429 1 0 0 12.858 1 13.668 1 16.844 1 0 0 13.651 1 14.541 1 0 1 12.243 0 0 8 113.172 1 9.431
Berdasarkan hasil perhitungan, menunjukan bahwa total penerimaan cow leather dengan menggunakan teknik PPB adalah sebesar 120.205 sft, dengan ratarata pemesanan bahan baku sebesar 10.017 sft, dan jumlah persediaan rata-rata sebesar 280.604 sft. Frekuensi pemesaan bahan baku selama tahun 2007 sebanyak 10 kali, dengan kuantitas pemesanan yang bervariasi setiap kali pemesanan sesuai dengan kebutuhan bersih beberapa periode yang digabungkan yang mendekati nilai EPP yaitu sebesar 26.850.
100
Berdasarkan hasil perhitungan dengan teknik Part Periode Balancing (PPB), total biaya pemesanan yang harus dikeluarkan perusahaan sebesar Rp.13.850.000, total biaya penyimpanan variabel sebesar Rp. 694.775.504, dan total biaya tetapnya sebesar Rp. 1.686.000. Sehingga total biaya persediaan bahan baku cow leather yang harus dikeluarkan perusahaan dengan menggunakan teknik PPB sebesar Rp. 710.311.504 per tahun, yang diperoleh dari penjumlahan antara total biaya pemesanan dengan total biaya penyimpanan.
5.b. Sheep Leather Berdasarkan perhitungan yang dilakukan, diperoleh niali EPP bahan baku sheep leather sebesar 11.076, nilai tersebut diperoleh dari ratio antara biaya pemesanan terhadap biaya penyimpanan bahan baku sheep leather. Berdasarkan hasil perhitungan, menunjukan bahwa total penerimaan sheep leather dengan menggunakan teknik PPB adalah sebesar 76.892 sft dengan ratarata pemesanan bahan baku sebesar 6.408 sft, dan jumlah persediaan rata-rata sebesar 137.009 sft. Frekuensi pemesaan bahan baku selama tahun 2007 sebanyak 13 kali, dengan kuantitas pemesanan yang bervariasi setiap kali pemesanan sesuai dengan kebutuhan bersih beberapa periode yang digabungkan yang mendekati nilai EPP yaitu sebesar 11.076. Tabel 37. Biaya persediaan bahan baku dengan menggunakan teknik PPB Bahan Baku Cow Leather Sheep Leather Pig Skin Outole Midsole
Biaya Penyimpanan (Rp/thn) Variabel Tetap
Total Biaya Persediaan (Rp/thn)
Frek
Biaya Pemesanan
10
13.850.000
694.775.504
1.686.000
710.311.504
13
8.450.000
385.954.353
1.686.000
396.090.353
8 6 9
11.080.000 8.310.000 5.850.000
598.729.068 357.953.090 218.845.718
1.686.000 1.335.000 1.335.000
611.495.068 367.598.090 226.030.718
Berdasarkan hasil perhitungan dengan teknik Part Periode Balancing (PPB), total biaya pemesanan yang harus dikeluarkan perusahaan sebesar Rp.8.450.000 total biaya penyimpanan variabel sebesar Rp. 385.954.353, dan total
101
biaya tetapnya sebesar Rp. 1.686.000. Total biaya persediaan bahan baku sheep leather dengan menggunakan teknik PPB sebesar Rp. 396.090.353.
5.c. Pig Skin Berdasarkan perhitungan yang dilakukan, diperoleh niali EPP bahan baku pig skin sebesar 38.606, nilai tersebut diperoleh dari ratio antara biaya pemesanan terhadap biaya penyimpanan bahan baku pig skin. Berdasarkan hasil perhitungan, menunjukan bahwa total penerimaan pig skin dengan menggunakan teknik PPB adalah sebesar 113.172 sft, dengan ratarata pemesanan bahan baku sebesar 9.431 sft, dan jumlah persediaan rata-rata sebesar 347.694 sft. Frekuensi pemesanan bahan baku selama tahun 2007 sebanyak 8 kali. Tabel 38. Economic Part Period (EPP) setiap bahan baku Bahan Baku
Biaya Pemesanan/pesanan (Rp)
Biaya Penyimpanan/unit/minggu (Rp)
EPP
1.385.000
52
26.850
650.000
59
11.076
1.385.000 1.385.000 650.000
36 33 37
38.606 41.680 17.518
Cow leather Sheep leather Pig skin Outsole Midsole
Berdasarkan hasil perhitungan dengan teknik Part Periode Balancing (PPB), total biaya pemesanan yang harus dikeluarkan perusahaan sebesar Rp.11.080.000 total biaya penyimpanan variabel sebesar Rp 598.729.068, dan total biaya tetapnya sebesar Rp. 1.686.000. Sehingga total biaya persediaan bahan baku pig skin yang harus dikeluarkan perusahaan dengan menggunakan teknik PPB sebesar Rp. 611.495.068.
5.d. Outsole Berdasarkan perhitungan yang dilakukan, diperoleh niali EPP bahan baku outsole sebesar 41.680, nilai tersebut diperoleh dari ratio antara biaya pemesanan terhadap biaya penyimpanan bahan baku outsole.
102
Berdasarkan hasil perhitungan, menunjukan bahwa total penerimaan outsole dengan menggunakan teknik PPB adalah sebesar 67.317 psg dengan ratarata pemesanan bahan baku sebesar 5.609 psg, dan jumlah persediaan rata-rata sebesar 224.422 psg. Frekuensi pemesanan bahan baku selama tahun 2007 sebanyak 6 kali, dengan kuantitas pemesanan yang bervariasi setiap kali pemesanan sesuai dengan kebutuhan bersih beberapa periode yang digabungkan yang mendekati nilai EPP yaitu sebesar 41.680. Berdasarkan hasil perhitungan dengan teknik Part Periode Balancing (PPB), total biaya pemesanan yang harus dikeluarkan perusahaan sebesar Rp.8.310.000, total biaya penyimpanan variabel sebesar Rp. 357.953.090, dan total biaya tetapnya sebesar Rp. 1.335.000. Sehingga total biaya persediaan bahan baku outsole yang harus dikeluarkan perusahaan dengan menggunakan teknik PPB sebesar Rp. 367.598.090 yang diperoleh dari penjumlahan antara total biaya pemesanan dengan total biaya penyimpanan. Tabel 39. Frekuensi pemesanan dan kuantitas pesanan bahan baku outsole dan midsole dengan teknik PPB non safety stock Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total Rata-rata
Outsole Frek (kali) Kuantitas (psg) 1 12.499 0 0 1 10.249 0 0 1 9.384 0 0 1 13.729 0 0 1 10.455 1 9.480 0 0 0 0 6 65.796 1 5.483
Midsole Frek (kali) Kuantitas (psg) 1 7.955 1 0 1 5.503 0 6.625 1 5.597 1 0 1 8.804 1 7.783 0 5.684 1 7.345 1 4.933 0 0 9 60.229 1 5.019
5.e. Midsole Berdasarkan perhitungan yang dilakukan, diperoleh niali EPP bahan baku midsole sebesar 17.518, nilai tersebut diperoleh dari ratio antara biaya pemesanan terhadap biaya penyimpanan bahan baku midsole.
103
Berdasarkan hasil perhitungan, menunjukan bahwa total penerimaan midsole dengan menggunakan teknik PPB adalah sebesar 60.229 psg dengan ratarata pemesanan bahan baku sebesar 5.019 psg, dan jumlah persediaan rata-rata sebesar 122.878 psg. Frekuensi pemesanan bahan baku selama tahun 2007 sebanyak 9 kali. Berdasarkan hasil perhitungan dengan teknik Part Periode Balancing (PPB), total biaya pemesanan yang harus dikeluarkan perusahaan sebesar Rp. 5.850.000, total biaya penyimpanan variabel sebesar Rp. 218.845.718, dan total biaya tetapnya sebesar Rp. 1.335.000. Sehingga total biaya persediaan bahan baku midsole yang harus dikeluarkan perusahaan dengan menggunakan teknik PPB sebesar Rp. 226.030.718 yang diperoleh dari penjumlahan antara total biaya pemesanan dengan total biaya penyimpanan.
c.2. Teknik Lot Sizing Dengan Persediaan Pengaman (safety stock) 1.
Teknik Economic Order Quantity (EOQ)
1.a. Cow Leather Berdasarkan hasil perhitungan, service level yang digunakan dalam menentukan persediaan pengaman yaitu sebesar 80% dan 90%. Frekuensi pemesanan bahan baku selama tahun 2007 dengan service level 80% dan service level 90% sebanyak 10 kali. Total penerimaan bahan baku cow leather dan service level 90% sebesar 121.060 sft, dengan jumlah persediaan rata-rata service level 80% sebesar 366.417 sft, dan service level 90% sebesar 414.841 sft. Berdasarkan hasil perhitungan dengan teknik EOQ adanya persediaan pengaman, total biaya pemesanan bahan baku cow leather per tahun dengan service level 80% sebesar Rp.13.850.000, dan service level 90% sebesar Rp.15.235.000, total biaya penyimpanan variabel dengan service level 80% sebesar Rp.907.248.492 dan service level 90% sebesar Rp.1.057.120.722, dan total biaya penyimpanan tetapnya sebesar Rp. 1.686.000. Sehingga total biaya persediaan bahan baku cow leather dengan service level 80% sebesar Rp.922.784.492, dan service level 90% sebesar Rp.1.074.041.772, yang diperoleh dari penjumlahan antara total biaya pemesanan dengan total biaya penyimpanan
104
Tabel 40. Frekuensi dan kuantitas pemesanan bahan baku cow leather, sheep leather, dan pig skin dengan teknik EOQ kebijakan persediaan pengaman dengan service level 80% Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total Rata-rata
Cow Leather Frek Kuantitas (kali) (sft) 1 12.106 1 12.106 1 12.106 1 12.106 1 12.106 1 12.106 1 12.106 1 12.106 0 0 1 12.106 1 12.106 0 0 10 121.060 1 10.088
Sheep Leather Frek Kuantitas (kali) (sft) 1 6.105 2 12.210 0 0 1 6.105 1 6.105 1 6.105 2 12.210 1 6.105 1 6.105 1 6.105 2 12.210 0 0 13 79.365 1 6.614
Pig Skin Frek Kuantitas (kali) (sft) 1 14.075 1 14.075 1 14.075 0 0 1 14.075 1 14.075 1 14.075 0 0 1 14.075 1 14.075 1 14.075 0 0 9 126.675 1 10.556
1.b. Sheep Leather Frekuensi pemesanan bahan baku selama tahun 2007 dengan service level 80% dan service level 90% sebanyak 13 kali. Total penerimaan bahan baku sheep leather dengan service level 80% dan service level 90% sebesar 79.365 sft, dengan jumlah persediaan rata-rata service level 80% sebesar 200.728 sft, dan service level 90% sebesar 219.043 sft. Tabel 41. Biaya persediaan bahan baku dengan teknik EOQ kebijakan persediaan pengaman service level 80% Bahan Baku Cow Leather Sheep Leather Pig Skin Outole Midsole
Biaya Frek Pemesanan
Biaya Penyimpanan (Rp/thn) Variabel Tetap
Total Biaya Persediaan (Rp/thn)
10
13.850.000
907.248.492
1.686.000
922.784.492
13
8.450.000
565.450.776
1.686.000
575.586.776
9 6 10
12.465.000 8.310.000 6.500.000
716.400.216 498.344.990 367.774.719
1.686.000 1.335.000 1.335.000
730.551.216 507.989.990 375.609.719
105
Berdasarkan hasil perhitungan dengan teknik EOQ adanya persediaan pengaman, total biaya pemesanan bahan baku sheep leather per tahun dengan service level 80% dan service level 90% sebesar Rp.8.450.000, total biaya penyimpanan variabel dengan service level 80% sebesar Rp.565.450.776 dan service level 90% sebesar Rp.617.044.131, dan total biaya penyimpanan tetapnya sebesar Rp. 1.686.000. Sehingga total biaya persediaan bahan baku sheep leather dengan service level 80% sebesar Rp.575.586.776, dan service level 90% sebesar Rp.627.180.131. Tabel 42. Frekuensi dan kuantitas pemesanan bahan baku cow leather, sheep leather, dan pig skin dengan teknik EOQ kebijakan persediaan pengaman dengan service level 90% Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total Rata-rata
Cow Leather Frek Kuantitas (kali) (sft) 1 12.106 1 12.106 1 12.106 1 12.106 1 12.106 1 12.106 1 12.106 1 12.106 0 0 1 12.106 1 12.106 0 0 10 121.060 1 10.088
Sheep Leather Frek Kuantitas (kali) (sft) 1 6.105 2 12.210 1 6.105 1 6.105 0 0 1 6.105 2 12.210 1 6.105 1 6.105 1 6.105 2 12.210 0 0 13 79.365 1 6.614
Pig Skin Frek Kuantitas (kali) (sft) 1 14.075 1 14.075 1 14.075 0 0 1 14.075 1 14.075 1 14.075 0 0 1 14.075 1 14.075 1 14.075 0 0 9 126.675 1 10.556
1.c Pig Skin Frekuensi pemesanan bahan baku selama tahun 2007 dengan service level 80% dan service level 90% sebanyak 9 kali. Total penerimaan bahan baku pig skin dengan service level 80% dan service level 90% sebesar 126.675 sft, dengan jumlah persediaan rata-rata service level 80% sebesar 416.028 sft, dan service level 90% sebesar 458.253 sft. Berdasarkan hasil perhitungan dengan teknik EOQ adanya persediaan pengaman, total biaya pemesanan bahan baku pig skin per tahun dengan service
106
level 80% dan service level 90% sebesar Rp.12.465.000, total biaya penyimpanan variabel dengan service level 80% sebesar Rp.716.400.216 dan service level 90% sebesar Rp.789.111.666, dan total biaya penyimpanan tetapnya sebesar Rp.1.686.000. Sehingga total biaya persediaan bahan baku pig skin dengan service level
80%
sebesar
Rp.730.551.216,
dan
service
level
90%
sebesar
Rp.803.262.666. Tabel 43. Biaya persediaan bahan baku dengan teknik EOQ kebijakan persediaan pengaman service level 90% Bahan Baku Cow Leather Sheep Leather Pig Skin Outole Midsole
Biaya Penyimpanan (Rp/thn) Variabel Tetap
Biaya Frek Pemesanan
Total Biaya Persediaan (Rp/thn)
11
15.235.000
1.057.120.772
1.686.000
1.074.041.772
13
8.450.000
617.044.131
1.686.000
627.180.131
9 7 9
12.465.000 9.695.000 5.850.000
789.111.666 588.015.890 392.288.403
1.686.000 1.335.000 1.335.000
803.262.666 599.045.890 399.473.403
1.d. Outsole Frekuensi pemesanan bahan baku selama tahun 2007 dengan service level 80% sebanyak 6 kali, dan dengan service level 90% sebanyak 7 kali. Total penerimaan bahan baku outsole dengan service level 80% sebesar 67.464 psg dan service level 90% sebesar 78.708 psg, dengan jumlah persediaan rata-rata service level 80% sebesar 312.442 psg, dan service level 90% sebesar 368.662 psg. Berdasarkan hasil perhitungan dengan teknik EOQ adanya persediaan pengaman, total biaya pemesanan bahan baku outsole per tahun dengan service level 80% sebesar Rp.8.310.000, dan service level 90% sebesar Rp.9.695.000, total
biaya
penyimpanan
variabel
dengan
service
level
80%
sebesar
Rp.498.344.990 dan service level 90% sebesar Rp.588.015.890, dan total biaya penyimpanan tetapnya sebesar Rp. 1.335.000. Sehingga total biaya persediaan bahan baku outsole dengan service level 80% sebesar Rp.507.989.990, dan service level 90% sebesar Rp.599.045.890.
107
1.e. Midsole Frekuensi pemesanan bahan baku selama tahun 2007 dengan service level 80% dan service level 90% sebanyak 9 kali. Total penerimaan bahan baku midsole dengan service level 80% dan service level 90% sebesar 61.938 psg, dengan jumlah persediaan rata-rata service level 80% sebesar 206.499 psg, dan service level 90% sebesar 220.263 psg. Berdasarkan hasil perhitungan dengan teknik EOQ adanya persediaan pengaman, total biaya pemesanan bahan baku midsole per tahun dengan service level 80% dan service level 90% sebesar Rp.5.850.000, total biaya penyimpanan variabel dengan service level 80% sebesar Rp.367.774.719 dan service level 90% sebesar Rp.392.288.403, dan total biaya penyimpanan tetapnya sebesar Rp.1.335.000. Sehingga total biaya persediaan bahan baku midsole dengan service level
80%
sebesar
Rp.374.959.719,
dan
service
level
90%
sebesar
Rp.399.473.403.
2.
Teknik Period Order Quantity (POQ)
2.a. Cow Leather Berdasarkan hasil perhitungan, service level yang digunakan dalam menentukan persediaan pengaman yaitu sebesar 80% dan 90%. Frekuensi pemesanan bahan baku selama tahun 2007 dengan service level 80% dan service level 90% sebanyak 8 kali. Total penerimaan bahan baku cow leather dengan service level 80% dan service level 90% sebesar 122.302 sft, dengan jumlah persediaan rata-rata service level 80% dan service level 90% sebesar 460.347 sft. Berdasarkan hasil perhitungan dengan teknik POQ adanya persediaan pengaman, total biaya pemesanan bahan baku cow leather per tahun dengan service level 80% dan service level 90% sebesar Rp.11.080.000, total biaya penyimpanan variabel dengan service level 80% dan service level 90% sebesar Rp.1.139.819.712, dan total biaya penyimpanan tetapnya sebesar Rp. 1.686.000. Sehingga total biaya persediaan bahan baku cow leather dengan service level 80% dan service level 90% sebesar Rp.1.152.585.172.
108
Tabel 44. Frekuensi dan kuantitas pemesanan bahan baku cow leather, sheep leather, dan pig skin dengan teknik POQ kebijakan persediaan pengaman dengan service level 80% Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total Rata-rata
Cow Leather Frek Kuantitas (kali) (sft) 1 16.850 1 16.407 0 0 1 13.836 1 17.856 0 0 1 19.030 1 12.042 0 0 1 18.940 1 7.341 0 0 8 122.302 1 10.192
Sheep Leather Frek Kuantitas (kali) (sft) 1 7.612 1 9.083 1 7.176 1 6.931 0 0 1 7.854 1 12.505 1 6.231 1 7.918 0 0 1 11.284 1 1.563 10 78.157 1 6.513
Pig Skin Frek Kuantitas (kali) (sft) 1 15.872 1 15.429 1 0 0 12.858 1 16.878 1 0 1 18.052 0 11.040 1 0 1 17.962 1 7.015 0 0 8 115.106 1 9.592
2.b. Sheep Leather Frekuensi pemesanan bahan baku selama tahun 2007 dengan service level 80% dan service level 90% sebanyak 8 kali. Total penerimaan bahan baku sheep leather dengan service level 80% dan service level 90% sebesar 78.157 sft, dengan jumlah persediaan rata-rata service level 80% dan service level 90% sebesar 257.325 sft. Tabel 45. Biaya persediaan bahan baku dengan teknik POQ kebijakan persediaan pengaman service level 80% Bahan Baku Cow Leather Sheep Leather Pig Skin Outole Midsole
Biaya Frek Pemesanan
Biaya Penyimpanan (Rp/thn) Variabel Tetap
Total Biaya Persediaan (Rp/thn)
8
11.080.000
1.139.819.172
1.686.000
1.152.585.172
10
6.500.000
724.884.525
1.686.000
733.070.525
8 5 8
11.080.000 6.925.000 5.200.000
777.539.826 569.440.520 367.942.133
1.686.000 1.335.000 1.335.000
790.305.826 577.700.520 374.477.133
109
Berdasarkan hasil perhitungan dengan teknik POQ adanya persediaan pengaman, total biaya pemesanan bahan baku sheep leather per tahun dengan service level 80% dan service level 90% sebesar Rp.6.500.000, total biaya penyimpanan variabel dengan service level 80% dan service level 90% sebesar Rp.724.884.525, dan total biaya penyimpanan tetapnya sebesar Rp. 1.686.000. Sehingga total biaya persediaan bahan baku sheep leather dengan service level 80% dan service level 90% sebesar Rp.733.070.525. Tabel 46. Frekuensi dan kuantitas pemesanan bahan baku cow leather, sheep leather, dan pig skin dengan teknik POQ kebijakan persediaan pengaman dengan service level 90% Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total Rata-rata
Cow Leather Frek Kuantitas (kali) (sft) 1 16.850 1 16.407 0 0 1 13.836 1 17.856 0 0 1 19.030 1 12.042 0 0 1 18.940 1 7.341 0 0 8 122.302 1 10.192
Sheep Leather Frek Kuantitas (kali) (sft) 1 7.612 1 9.083 1 7.176 1 6.931 0 0 1 7.854 1 12.505 1 6.231 1 7.918 0 0 1 11.284 1 1.563 10 78.157 1 6.513
Pig Skin Frek Kuantitas (kali) (sft) 1 15.872 1 15.429 0 0 1 12.858 1 16.878 0 0 1 18.052 1 11.040 0 0 1 17.962 1 7.015 0 0 8 115.106 1 9.592
2.c Pig Skin Frekuensi pemesanan bahan baku selama tahun 2007 dengan service level 80% dan service level 90% sebanyak 8 kali. Total penerimaan bahan baku pig skin dengan service level 80% dan service level 90% sebesar 115.106 sft, dengan jumlah persediaan rata-rata service level 80% dan service level 90% sebesar 451.533 sft. Berdasarkan hasil perhitungan dengan teknik POQ adanya persediaan pengaman, total biaya pemesanan bahan baku pig skin per tahun dengan service level 80% dan service level 90% sebesar Rp.11.080.000, total biaya penyimpanan
110
variabel dengan service level 80% dan service level 90% sebesar Rp.777.539.826, dan total biaya penyimpanan tetapnya sebesar Rp.1.686.000. Sehingga total biaya persediaan bahan baku pig skin dengan service level 80% dan service level 90% sebesar Rp.790.305.826. Tabel 47. Biaya persediaan bahan baku dengan teknik POQ kebijakan persediaan pengaman service level 90% Bahan Baku Cow Leather Sheep Leather Pig Skin Outole Midsole
Biaya Penyimpanan (Rp/thn) Variabel Tetap
Total Biaya Persediaan (Rp/thn)
Frek
Biaya Pemesanan
8
11.080.000
1.139.819.172
1.686.000
1.152.585.172
10
6.500.000
724.884.525
1.686.000
733.070.525
8 6 8
11.080.000 8.310.000 5.200.000
777.539.826 590.389.250 426.895.014
1.686.000 1.335.000 1.335.000
790.305.826 600.034.250 433.430.014
2.d. Outsole Frekuensi pemesanan bahan baku selama tahun 2007 dengan service level 80% sebanyak 5 kali, dan dengan service level 90% sebanyak 6 kali. Total penerimaan bahan baku outsole dengan service level 80% sebesar 67.317 psg dan service level 90% sebesar 68.416 psg, dengan jumlah persediaan rata-rata service level 80% sebesar 357.016 psg, dan service level 90% sebesar 370.150 psg. Berdasarkan hasil perhitungan dengan teknik POQ adanya persediaan pengaman, total biaya pemesanan bahan baku outsole per tahun dengan service level 80% sebesar Rp.6.925.000, dan service level 90% sebesar Rp.8.310.000, total
biaya
penyimpanan
variabel
dengan
service
level
80%
sebesar
Rp.569.440.520 dan service level 90% sebesar Rp.590.389.250, dan total biaya penyimpanan tetapnya sebesar Rp. 1.335.000. Sehingga total biaya persediaan bahan baku outsole dengan service level 80% sebesar Rp.577.700.520, dan service level 90% sebesar Rp.600.034.250.
2.e. Midsole Frekuensi pemesanan bahan baku selama tahun 2007 dengan service level 80% dan dengan service level 90% sebanyak 8 kali. Total penerimaan bahan baku
111
midsole dengan service level 80% sebesar 61.163 psg dan service level 90% sebesar 62.013 psg, dengan jumlah persediaan rata-rata service level 80% sebesar 206.593 psg, dan service level 90% sebesar 239.694 psg. Berdasarkan hasil perhitungan dengan teknik POQ adanya persediaan pengaman, total biaya pemesanan bahan baku midsole per tahun dengan service level 80% dan service level 90% sebesar Rp.5.200.000, total biaya penyimpanan variabel dengan service level 80% sebesar Rp.367.942.133 dan service level 90% sebesar Rp.426.895.014, dan total biaya penyimpanan tetapnya sebesar Rp.1.335.000. Sehingga total biaya persediaan bahan baku midsole dengan service level
80%
sebesar
Rp.374.477.113,
dan
service
level
90%
sebesar
Rp.433.430.014.
3.
Teknik Least Unit Cost (LUC)
3.a. Cow Leather Frekuensi pemesanan bahan baku selama tahun 2007 dengan service level 80% dan service level 90% sebanyak 10 kali. Total penerimaan bahan baku cow leather dengan service level 80% dan service level 90% sebesar 122.301 sft, dengan jumlah persediaan rata-rata service level 80% dan service level 90% sebesar 405.045 sft. Berdasarkan hasil perhitungan dengan teknik LUC adanya persediaan pengaman, total biaya pemesanan bahan baku cow leather per tahun dengan service level 80% dan service level 90% sebesar Rp.13.850.000, total biaya penyimpanan variabel dengan service level 80% dan service level 90% sebesar Rp.1.002.891.420, dan total biaya penyimpanan tetapnya sebesar Rp. 1.686.000. Sehingga total biaya persediaan bahan baku cow leather dengan service level 80% dan service level 90% sebesar Rp.1.018.427.420.
3.b. Sheep Leather Frekuensi pemesanan bahan baku selama tahun 2007 dengan service level 80% dan service level 90% sebanyak 13 kali. Total penerimaan bahan baku sheep leather dengan service level 80% dan service level 90% sebesar 78.157 sft,
112
dengan jumlah persediaan rata-rata service level 80% dan service level 90% sebesar 200.411 sft. Berdasarkan hasil perhitungan dengan teknik LUC adanya persediaan pengaman, total biaya pemesanan bahan baku sheep leather per tahun dengan service level 80% dan service level 90% sebesar Rp.8.450.000, total biaya penyimpanan variabel dengan service level 80% dan service level 90% sebesar Rp.564.557.787, dan total biaya penyimpanan tetapnya sebesar Rp. 1.686.000. Sehingga total biaya persediaan bahan baku sheep leather dengan service level 80% dan service level 90% sebesar Rp.574.693.787. Tabel 48. Biaya persediaan bahan baku dengan teknik LUC kebijakan persediaan pengaman service level 80% Bahan Baku Cow Leather Sheep Leather Pig Skin Outole Midsole
Biaya Penyimpanan (Rp/thn) Variabel Tetap
Total Biaya Persediaan (Rp/thn)
Frek
Biaya Pemesanan
10
13.850.000
1.002.891.420
1.686.000
1.018.427.420
13
8.450.000
564.557.787
1.686.000
574.693.787
8 11 14
11.080.000 15.235.000 9.100.000
752.867.010 310.948.440 218.188.529
1.686.000 1.335.000 1.335.000
765.633.010 327.518.440 228.623.529
3.c Pig Skin Frekuensi pemesanan bahan baku selama tahun 2007 dengan service level 80% dan service level 90% sebanyak 8 kali. Total penerimaan bahan baku pig skin dengan service level 80% dan service level 90% sebesar 115.106 sft, dengan jumlah persediaan rata-rata service level 80% sebesar 437.205 sft, dan service level 90% sebesar 450.577 sft. Berdasarkan hasil perhitungan dengan teknik LUC adanya persediaan pengaman, total biaya pemesanan bahan baku pig skin per tahun dengan service level 80% dan service level 90% sebesar Rp.11.080.000, total biaya penyimpanan variabel dengan service level 80% sebesar 752.867.010, dan service level 90% sebesar Rp. 775.893.594, dan total biaya penyimpanan tetapnya sebesar Rp.1.686.000. Sehingga total biaya persediaan bahan baku pig skin dengan service
113
level
80% sebesar Rp. 765.633.010 dan
service
level 90%
sebesar
Rp.788.659.594. Tabel 49. Biaya persediaan bahan baku dengan teknik LUC kebijakan persediaan pengaman service level 90% Bahan Baku Cow Leather Sheep Leather Pig Skin Outole Midsole
Biaya Frek Pemesanan
Biaya Penyimpanan (Rp/thn) Variabel Tetap
Total Biaya Persediaan (Rp/thn)
10
13.850.000
1.002.891.420
1.686.000
1.018.427.420
13
8.450.000
564.557.787
1.686.000
574.693.787
8 11 14
11.080.000 15.235.000 9.100.000
775.893.594 398.673.440 293.743.892
1.686.000 1.335.000 1.335.000
788.659.594 415.243.440 304.178.892
3.d. Outsole Frekuensi pemesanan bahan baku selama tahun 2007 dengan service level 80% dan service level 90% sebanyak 11 kali. Total penerimaan bahan baku outsole dengan service level 80% sebesar 67.314 psg dan service level 90% sebesar 68.413 psg, dengan jumlah persediaan rata-rata service level 80% sebesar 194.952 psg, dan service level 90% sebesar 249.952 psg. Berdasarkan hasil perhitungan dengan teknik LUC adanya persediaan pengaman, total biaya pemesanan bahan baku outsole per tahun dengan service level 80% dan service level 90% sebesar Rp. 11.080.000, total biaya penyimpanan variabel dengan service level 80% sebesar Rp. 310.948.440 dan service level 90% sebesar Rp.398.673.440, dan total biaya penyimpanan tetapnya sebesar Rp. 1.335.000. Sehingga total biaya persediaan bahan baku outsole dengan service level 80% sebesar Rp. 327.518.440, dan service level 90% sebesar Rp.415.243.440.
3.e. Midsole Frekuensi pemesanan bahan baku selama tahun 2007 dengan service level 80% dan dengan service level 90% sebanyak 14 kali. Total penerimaan bahan baku midsole dengan service level 80% sebesar 61.163 psg dan service level 90%
114
sebesar 62.013 psg, dengan jumlah persediaan rata-rata service level 80% sebesar 122.509 psg, dan service level 90% sebesar 164.932 psg. Berdasarkan hasil perhitungan dengan teknik LUC adanya persediaan pengaman, total biaya pemesanan bahan baku midsole per tahun dengan service level 80% dan service level 90% sebesar Rp. 9.100.000, total biaya penyimpanan variabel dengan service level 80% sebesar Rp. 218.188.529 dan service level 90% sebesar Rp. 293.743.892, dan total biaya penyimpanan tetapnya sebesar Rp. 1.335.000. Sehingga total biaya persediaan bahan baku midsole dengan service level
80%
sebesar
Rp.228.623.529,
dan
service
level
90%
sebesar
Rp.304.178.892.
4.
Teknik Least Total Cost (LTC)
4.a. Cow Leather Frekuensi pemesanan bahan baku selama tahun 2007 dengan service level 80% dan service level 90% sebanyak 12 kali. Total penerimaan bahan baku cow leather dengan service level 80% dan service level 90% sebesar 122.302 sft, dengan jumlah persediaan rata-rata service level 80% dan service level 90% sebesar 345.477 sft. Berdasarkan hasil perhitungan dengan teknik LTC adanya persediaan pengaman, total biaya pemesanan bahan baku cow leather per tahun dengan service level 80% dan service level 90% sebesar Rp.16.620.000, total biaya penyimpanan variabel dengan service level 80% dan service level 90% sebesar Rp.855.401.052, dan total biaya penyimpanan tetapnya sebesar Rp. 1.686.000. Sehingga total biaya persediaan bahan baku cow leather dengan service level 80% dan service level 90% sebesar Rp.873.707.052.
4.b. Sheep Leather Frekuensi pemesanan bahan baku selama tahun 2007 dengan service level 80% dan service level 90% sebanyak 16 kali. Total penerimaan bahan baku sheep leather dengan service level 80% dan service level 90% sebesar 78.157 sft, dengan jumlah persediaan rata-rata service level 80% dan service level 90% sebesar 173.118 sft.
115
Berdasarkan hasil perhitungan dengan teknik LTC adanya persediaan pengaman, total biaya pemesanan bahan baku sheep leather per tahun dengan service level 80% dan service level 90% sebesar Rp.10.400.000, total biaya penyimpanan variabel dengan service level 80% dan service level 90% sebesar Rp.487.673.406, dan total biaya penyimpanan tetapnya sebesar Rp. 1.686.000. Sehingga total biaya persediaan bahan baku sheep leather dengan service level 80% dan service level 90% sebesar Rp.499.759.406. Tabel 50. Biaya persediaan bahan baku dengan teknik LTC kebijakan persediaan pengaman service level 80% Bahan Baku Cow Leather Sheep Leather Pig Skin Outole Midsole
Biaya Frek Pemesanan
Biaya Penyimpanan (Rp/thn) Variabel Tetap
Total Biaya Persediaan (Rp/thn)
12
16.620.000
855.401.052
1.686.000
873.707.052
16
10.400.000
487.673.406
1.686.000
499.759.406
10 7 11
13.850.000 9.695.000 7.150.000
640.160.388 432.235.430 275.105.727
1.686.000 1.335.000 1.335.000
655.696.388 443.265.430 283.590.727
4.c Pig Skin Frekuensi pemesanan bahan baku selama tahun 2007 dengan service level 80% dan service level 90% sebanyak 10 kali. Total penerimaan bahan baku pig skin dengan service level 80% dan service level 90% sebesar 115.106 sft, dengan jumlah persediaan rata-rata service level 80% sebesar 371.754 sft, dan service level 90% sebesar 382.160 sft. Tabel 51. Biaya persediaan bahan baku dengan teknik POQ kebijakan persediaan pengaman service level 90% Bahan Baku Cow Leather Sheep Leather Pig Skin Outole Midsole
Biaya Frek Pemesanan
Biaya Penyimpanan (Rp/thn) Variabel Tetap
Total Biaya Persediaan (Rp/thn)
12
16.620.000
855.401.052
1.686.000
873.707.052
16
10.400.000
487.673.406
1.686.000
499.759.406
10 7 11
13.850.000 9.695.000 7.150.000
658.079.520 517.885.335 347.303.905
1.686.000 1.335.000 1.335.000
673.615.520 528.915.335 355.788.905
116
Berdasarkan hasil perhitungan dengan teknik LTC adanya persediaan pengaman, total biaya pemesanan bahan baku pig skin per tahun dengan service level 80% dan service level 90% sebesar Rp. 13.850.000, total biaya penyimpanan variabel dengan service level 80% sebesar 640.160.388, dan service level 90% sebesar Rp. 658.079.520, dan total biaya penyimpanan tetapnya sebesar Rp.1.686.000. Sehingga total biaya persediaan bahan baku pig skin dengan service level
80%
sebesar
Rp.
655.696.388
dan service
level 90%
sebesar
Rp.673.615.520.
5.d. Outsole Frekuensi pemesanan bahan baku selama tahun 2007 dengan service level 80% dan service level 90% sebanyak 7 kali. Total penerimaan bahan baku outsole dengan service level 80% sebesar 67.317 psg dan service level 90% sebesar 68.416 psg, dengan jumlah persediaan rata-rata service level 80% sebesar 270.994 psg, dan service level 90% sebesar 324.693 psg. Berdasarkan hasil perhitungan dengan teknik LTC adanya persediaan pengaman, total biaya pemesanan bahan baku outsole per tahun dengan service level 80% dan service level 90% sebesar Rp. 9.695.000, total biaya penyimpanan variabel dengan service level 80% sebesar Rp. 432.235.430 dan service level 90% sebesar Rp.517.885.335, dan total biaya penyimpanan tetapnya sebesar Rp. 1.335.000. Sehingga total biaya persediaan bahan baku outsole dengan service level 80% sebesar Rp. 443.265.430, dan service level 90% sebesar Rp.528.915.335.
6.e. Midsole Frekuensi pemesanan bahan baku selama tahun 2007 dengan service level 80% dan dengan service level 90% sebanyak 11 kali. Total penerimaan bahan baku midsole dengan service level 80% sebesar 61.163 psg dan service level 90% sebesar 62.013 psg, dengan jumlah persediaan rata-rata service level 80% sebesar 154.467 psg, dan service level 90% sebesar 195.005 psg. Berdasarkan hasil perhitungan dengan teknik LTC adanya persediaan pengaman, total biaya pemesanan bahan baku midsole per tahun dengan service
117
level 80% dan service level 90% sebesar Rp. 7.150.000, total biaya penyimpanan variabel dengan service level 80% sebesar Rp.275.105.727dan service level 90% sebesar Rp. 347.303.905, dan total biaya penyimpanan tetapnya sebesar Rp.1.335.000. Sehingga total biaya persediaan bahan baku midsole dengan service level 80% sebesar Rp. 283.590.727, dan service level 90% sebesar Rp.355.788.905.
5.
Teknik Part Period Balancing (PPB)
5.a. Cow Leather Frekuensi pemesanan bahan baku selama tahun 2007 dengan service level 80% dan service level 90% sebanyak 10 kali. Total penerimaan bahan baku cow leather dengan service level 80% dan service level 90% sebesar 122.302 sft, dengan jumlah persediaan rata-rata service level 80% dan service level 90% sebesar 386.199 sft. Berdasarkan hasil perhitungan dengan teknik PPB adanya persediaan pengaman, total biaya pemesanan bahan baku cow leather per tahun dengan service level 80% dan service level 90% sebesar Rp.13.850.000, total biaya penyimpanan variabel dengan service level 80% dan service level 90% sebesar Rp.956.228.724, dan total biaya penyimpanan tetapnya sebesar Rp. 1.686.000. Sehingga total biaya persediaan bahan baku cow leather dengan service level 80% dan service level 90% sebesar Rp.957.914.724.
5.b. Sheep Leather Frekuensi pemesanan bahan baku selama tahun 2007 dengan service level 80% dan service level 90% sebanyak 13 kali. Total penerimaan bahan baku sheep leather dengan service level 80% dan service level 90% sebesar 78.157 sft, dengan jumlah persediaan rata-rata service level 80% dan service level 90% sebesar 199.332 sft. Berdasarkan hasil perhitungan dengan teknik PPB adanya persediaan pengaman, total biaya pemesanan bahan baku sheep leather per tahun dengan service level 80% dan service level 90% sebesar Rp.8.450.000, total biaya penyimpanan variabel dengan service level 80% dan service level 90% sebesar
118
Rp.561.518.244, dan total biaya penyimpanan tetapnya sebesar Rp. 1.686.000. Sehingga total biaya persediaan bahan baku sheep leather dengan service level 80% dan service level 90% sebesar Rp.563.204.244. Tabel 50. Biaya persediaan bahan baku dengan teknik PPB kebijakan persediaan pengaman service level 80% Bahan Baku Cow Leather Sheep Leather Pig Skin Outole Midsole .
Biaya Penyimpanan (Rp/thn) Variabel Tetap
Total Biaya Persediaan (Rp/thn)
Frek
Biaya Pemesanan
10
13.850.000
956.228.724
1.686.000
971.764.724
13
8.450.000
561.518.244
1.686.000
571.654.244
9 6 9
12.465.000 8.310.000 5.850.000
687.257.088 479.771.215 305.177.912
1.686.000 1.335.000 1.335.000
701.408.088 489.416.215 312.362.912
4.c Pig Skin Frekuensi pemesanan bahan baku selama tahun 2007 dengan service level 80% dan service level 90% sebanyak 9 kali. Total penerimaan bahan baku pig skin dengan service level 80% dan service level 90% sebesar 115.106 sft, dengan jumlah persediaan rata-rata service level 80% sebesar 399.104 sft, dan service level 90% sebesar 409.510 sft. Tabel 51. Biaya persediaan bahan baku dengan teknik PPB kebijakan persediaan pengaman service level 90% Bahan Baku Cow Leather Sheep Leather Pig Skin Outole Midsole
Biaya Penyimpanan (Rp/thn) Variabel Tetap
Total Biaya Persediaan (Rp/thn)
Frek
Biaya Pemesanan
10
13.850.000
956.228.724
1.686.000
971.764.724
13
8.450.000
561.518.244
1.686.000
571.654.244
9 6 9
12.465.000 8.310.000 5.850.000
705.176.220 575.901.865 386.574.955
1.686.000 1.335.000 1.335.000
719.327.220 585.546.865 393.759.955
Berdasarkan hasil perhitungan dengan teknik PPB adanya persediaan pengaman, total biaya pemesanan bahan baku pig skin per tahun dengan service level 80% dan service level 90% sebesar Rp. 12.465.000, total biaya penyimpanan variabel dengan service level 80% sebesar 687.257.088, dan service level 90%
119
sebesar Rp. 705.176.220, dan total biaya penyimpanan tetapnya sebesar Rp.1.686.000. Sehingga total biaya persediaan bahan baku pig skin dengan service level
80%
sebesar
Rp.
701.408.088
dan service
level 90%
sebesar
Rp.719.327.220.
5.d. Outsole Frekuensi pemesanan bahan baku selama tahun 2007 dengan service level 80% dan service level 90% sebanyak 6 kali. Total penerimaan bahan baku outsole dengan service level 80% sebesar 67.317 psg dan service level 90% sebesar 68.416 psg, dengan jumlah persediaan rata-rata service level 80% sebesar 300.797 psg, dan service level 90% sebesar 361.067 psg. Berdasarkan hasil perhitungan dengan teknik PPB adanya persediaan pengaman, total biaya pemesanan bahan baku outsole per tahun dengan service level 80% dan service level 90% sebesar Rp. 8.310.000, total biaya penyimpanan variabel dengan service level 80% sebesar Rp. 479.771.215 dan service level 90% sebesar Rp. 575.901.865, dan total biaya penyimpanan tetapnya sebesar Rp.1.335.000. Sehingga total biaya persediaan bahan baku outsole dengan service level 80% sebesar Rp. 489.416.215, dan service level 90% sebesar Rp.585.546.865.
6.e. Midsole Frekuensi pemesanan bahan baku selama tahun 2007 dengan service level 80% dan dengan service level 90% sebanyak 9 kali. Total penerimaan bahan baku midsole dengan service level 80% sebesar 61.163 psg dan service level 90% sebesar 62.013 psg, dengan jumlah persediaan rata-rata service level 80% sebesar 171.352 psg, dan service level 90% sebesar 217.055 psg. Berdasarkan hasil perhitungan dengan teknik PPB adanya persediaan pengaman, total biaya pemesanan bahan baku midsole per tahun dengan service level 80% dan service level 90% sebesar Rp. 5.850.000, total biaya penyimpanan variabel dengan service level 80% sebesar Rp. 305.177.912 dan service level 90% sebesar Rp. 386.574.955, dan total biaya penyimpanan tetapnya sebesar Rp.1.335.000. Sehingga total biaya persediaan bahan baku midsole dengan service
120
level 80% sebesar Rp. 312.362.912, dan service level 90% sebesar Rp.393.759.955.
E.
ANALISIS PERBANDINGAN ANTARA METODE TEKNIK LOT SIZING DENGAN METODE PERUSAHAAN Perbandingan hasil pengendalian persediaan bahan baku pada PT. Sepatu
Mas Idaman selama tahun 2007 dilakukan dengan membandingkan antar metode analisis. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode perusahaan dengan metode MRP teknik EOQ, teknik POQ, teknik LUC, teknik LTC, dan teknik PPB. Perbandingan antar metode per bahan baku yaitu bahan baku cow leather, sheep leather, pig skin, outsole, dan midsole yang dilakukan meliputi beberapa hal yaitu perbandingan jumlah penerimaan, frekuensi pemesanan, jumlah persediaan rata-rata, total biaya pemesanan, total biaya penyimpanan, total biaya pembelian, dan total biaya persediaan bahan baku. Metode yang dibandingkan adalah kebijakan perusahaan dengan metode MRP teknik EOQ, teknik POQ, teknik LUC, teknik LTC, dan teknik PPB dengan kebijakan adanya persediaan pengaman (safety stock), dan tanpa persediaan pengaman (non safety stock).
1. Cow Leather Analisis perbandingan hasil pengendalian persediaan bahan baku cow leather selama tahun 2007 dilakukan dengan tiga kebijakan diantaranya tanpa persediaan pengaman, adanya persediaan pengaman dengan service level 80%, dan persediaan pengaman dengan service level 90%. Perbandingan dilakukan antara metode perusahaan dengan metode MRP teknik EOQ, POQ, LUC, LTC, dan PPB. Jumlah pembelian cow leather tertinggi diperoleh dengan metode perusahaan sebesar 155.296 sft. Sedangkan jumlah pembelian terendah diperoleh dengan metode POQ, LUC, LTC, dan PPB tanpa persediaan pengaman sebesar 120.205 sft. Namun dengan kebijakan persediaan pengaman service level 80% dan 90%, teknik EOQ memiliki jumlah pembelian terkecil dari pada teknik lainnya. Hal ini tentunya akan mempengaruhi terhadap total biaya pembelian yang
121
dikeluarkan perusahaan. Semakin rendah jumlah pembeliannya maka akan semakin rendah pula biaya pembelian yang dikeluarkan perusahaan. Sehingga metode tersebut memiliki total biaya pembelian yang rendah karena kuantitas pembeliannya yang redah. Pada ke lima teknik lot sizing tersebut, memiliki total biaya pembelian yang lebih kecil dari pada metode perusahaan. Hal ini dikarenakan memiliki jumlah pembelian bahan baku cow leather yang lebih kecil dari pada metode perusahaan. Frekuensi pemesanan cow leather dengan metode perusahaan paling sering dilakukan yaitu sebanyak 16 kali. Sedangkan frekuensi pemesanan terendah diperoleh dengan teknik POQ sebesar 8 kali, baik dengan kebijakan tanpa persediaan pengaman maupun dengan adanya persediaan pengaman. Hal ini akan berakibat terhadap biaya pemesanan bahan baku cow leather. Semakin sering melakukan pemesanan, maka akan semakin tinggi biaya pemesanannya. Sehingga total biaya pemesanan bahan baku cow leather paling tinggi terjadi pada metode perusahaan yaitu sebesar Rp. 22.160.000 dibandingkan dengan teknik lot sizing. Sedangkan total biaya pemesanan yang paling rendah terjadi pada teknik POQ sebesar Rp. 11.080.000. Hal ini disebabkan pada teknik POQ memiliki frekuensi pemesanan yang rendah. Jumlah persediaan rata-rata terkecil terjadi pada teknik LTC, dengan kebijakan tanpa persediaan pengaman sebesar 20.356 sft, dengan persediaan pengaman service level 80% dan 90% sebesar 28.790 sft. Hal ini tentunya akan mempengaruhi terhadap total biaya penyimpanannya. Semakin kecil jumlah persediaan rata-rata bahan baku, maka akan semakin rendah biaya penyimpanan bahan bakunya. Sehingga pada teknik LTC memiliki total biaya penyimpanan bahan baku paling rendah yaitu sebesar Rp. 606.513.373 dengan kebijakan safety stock, dan sebesar Rp. 857.087.052 dengan kebijakan safety stock service level 80% dan 90%. Sedangkan total biaya penyimpanan tertinggi terjadi pada teknik POQ sebesar Rp. 1.141.505.172. Hal ini disebabkan pada teknik POQ memiliki jumlah persediaan rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode lainnya.
122
Total biaya persediaan cow leather terkecil terjadi pada teknik LTC, dengan kebijakan tanpa persediaan pengaman sebesar Rp.623.133.376, dengan persediaan pengaman service level 80% dan 90% sebesar Rp.873.707.052. Sedangkan total biaya persediaan cow leather terbesar terjadi pada teknik POQ, dengan kebijakan tanpa persediaan sebesar Rp.944.984.952, dengan persediaan pengaman service level 80% dan 90% sebesar Rp.1.152.585.172. Total biaya persediaan bahan baku diperoleh dari penjumlahan biaya pemesanan dengan biaya penyimpanan. Hal ini menunjukkan bahwa dalam penelitian ini, biaya penyimpanan mempunyai pengaruh yang signifikan dari pada biaya pemesanan. Besarnya biaya penyimpanan akan mempengaruhi terhadap total biaya persediaan bahan baku. Sedangkan semakin besar biaya pemesanan belum tentu memiliki total biaya persediaan bahan baku yang besar juga. Berdasarkan hasil analisis perbandingan, terlihat bahwa teknik lot sizing memiliki % penghematan dalam mengendalikan persediaan bahan baku. Penghematan jumlah pembelian terbesar terjadi pada teknik POQ, LUC, LTC, dan PPB tanpa persediaan pengaman sebesar 22,60%. Namun dengan kebijakan persediaan pengaman service level 80% dan 90%, teknik EOQ memiliki penghematan terbesar sebesar 22,05%. Hal ini akan mempengaruhi terhadap total biaya pembelian yang dikeluarkan perusahaan. Dengan berkurangnya jumlah pembelian bahan baku, maka akan menghemat modal dalam bentuk penghematan biaya pembelian. Teknik lot sizing dengan teknik POQ menghasilkan penghematan terbesar dalam biaya pemesanan bahan baku cow leather yaitu sebesar 50%, baik dengan kebijakan tanpa persediaan pengaman maupun dengan adanya persediaan pengaman (service level 80% dan 90%). Sedangkan penghematan terkecil terjadi pada teknik LTC yaitu sebesar 25%. Hal ini tentunya dipengaruhi oleh frekuensi pemesanan bahan baku. Semakin besar penghematan biaya pemesanan, maka akan semakin kecil frekuensi pemesanan bahan bakunya. Penerimaan dengan kuantitas besar menyebabkan persediaan yang disimpan lebih tinggi dibandingkan penyimpanan persediaan yang jumlah penerimaannya lebih kecil. Penghematan biaya penyimpanan terbesar adalah dengan menggunakan teknik lot sizing LTC, baik dengan kebijakan tanpa
123
persediaan pengaman maupun tanpa persediaan pengaman. Dengan kebijakan tanpa persediaan pengaman, penghematan biaya penyimpanan sebesar 33,91%. Sedangkan dengan kebijakan persediaan pengaman service level 80% dan 90% sebesar 6,60%. Besarnya penghematan biaya penyimpanan bahan baku dipengaruhi oleh penghematan
jumlah
persediaan
rata-rata.
Pada
teknik
LTC
memiliki
penghematan jumlah persediaan rata-rata sebesar 33,98% (non safety stock), 6,62% (safety stock service level 80% dan 90%). Semakin kecil persediaan yang disimpan tentunya akan mengakibatkan biaya penyimpanan bahan baku akan semakin kecil. Pada total biaya persediaan bahan baku cow leather yang memiliki biaya penghematan terbesar terjadi pada teknik lot sizing LTC sebesar 33,70% (non safety stock), dan sebesar 7,03% dengan kebijakan adanya persediaan pengaman service level 80% dan 90%. Hal ini menunjukkan bahwa total biaya persediaan bahan baku dengan teknik LTC memiliki biaya persediaan yang lebih kecil dibandingkan dengan metode perusahaan dan teknik lot sizing lainnya, baik dengan kebijakan safety stock maupun non safety stock. Berdasarkan analisis yang dilakukan, maka teknik yang direkomendasikan adalah teknik yang sesuai dengan kebijakan perusahaan dalam pengendalian persediaannya dan menghasilkan penghematan atas biaya persediaan dan biaya pembelian yang terbesar. Dari kelima metode alternatif tersebut, teknik lot sizing LTC menghasilkan penghematan yang terbesar dalam hal total biaya persediaan bahan baku cow leather dibandingkan dengan teknik lot sizing lainnya, baik dengan kebijakan adanya persediaan pengaman maupun tanpa adanya persediaan pengaman. Berdasarkan uraian diatas, secara keseluruhan metode MRP dengan teknik LTC dapat dipilih sebagai prioritas alternatif yang dapat digunakan perusahaan dalam pengendalian persediaan bahan baku cow leather, baik dengan kebijakan persediaan pengaman maupun tanpa persediaan pengaman, dengan asumsi tidak ada backorder dan sifat kebutuhan deterministik tetapi bervariasi.
124
2. Sheep Leather Jumlah pembelian sheep leather tertinggi diperoleh dengan metode perusahaan sebesar 98.373 sft. Sedangkan jumlah pembelian terendah diperoleh dengan metode POQ, LUC, LTC, dan PPB tanpa persediaan pengaman sebesar 76.892 sft. Semakin rendah jumlah pembeliannya maka akan semakin rendah pula biaya pembelian yang dikeluarkan perusahaan. Frekuensi pemesanan sheep leather dengan metode perusahaan paling sering dilakukan yaitu sebanyak 19 kali. Sedangkan frekuensi pemesanan terendah diperoleh dengan teknik POQ sebesar 9 kali dengan kebijakan tanpa persediaan pengaman, dan 10 kali dengan kebijakan adanya persediaan pengaman. Hal ini akan berakibat terhadap biaya pemesanan bahan baku sheep leather. Semakin sering melakukan pemesanan, maka akan semakin tinggi biaya pemesanannya. Sehingga total biaya pemesanan bahan baku sheep leather paling tinggi terjadi pada metode perusahaan yaitu sebesar Rp. 12.350.000 dibandingkan dengan teknik lot sizing. Sedangkan total biaya pemesanan yang paling rendah terjadi pada teknik POQ sebesar Rp. 5.850.000 (non safety stock) dan Rp.6.500.000 (safety stock service level 80% dan 90%). Jumlah persediaan rata-rata terkecil terjadi pada teknik LTC, dengan kebijakan tanpa persediaan pengaman sebesar 9.307 sft, dengan persediaan pengaman service level 80% dan 90% sebesar 14.427 sft. Hal ini tentunya akan mempengaruhi terhadap total biaya penyimpanannya. Semakin kecil jumlah persediaan rata-rata bahan baku, maka akan semakin rendah biaya penyimpanan bahan bakunya. Sehingga pada teknik LTC memiliki total biaya penyimpanan bahan baku paling rendah yaitu sebesar Rp. 316.288.560 dengan kebijakan safety stock, dan sebesar Rp. 489.359.406 dengan kebijakan safety stock service level 80% dan 90%. Total biaya persediaan sheep leather terkecil terjadi pada teknik LTC, dengan kebijakan tanpa persediaan pengaman sebesar Rp.326.688.560, dengan persediaan pengaman service level 80% dan 90% sebesar Rp.499.759.406. Sedangkan total biaya persediaan sheep leather terbesar terjadi pada teknik POQ, dengan kebijakan tanpa persediaan sebesar Rp.567.127.416, dengan persediaan pengaman service level 80% dan 90% sebesar Rp.733.070.525.
125
Berdasarkan hasil analisis perbandingan, terlihat bahwa teknik lot sizing memiliki % penghematan dalam mengendalikan persediaan bahan baku. Penghematan jumlah pembelian terbesar terjadi pada teknik POQ, LUC, LTC, dan PPB tanpa persediaan pengaman sebesar 21,84%. Dengan berkurangnya jumlah pembelian bahan baku, maka akan menghemat modal dalam bentuk penghematan biaya pembelian. Teknik lot sizing dengan teknik POQ menghasilkan penghematan terbesar dalam biaya pemesanan bahan baku sheep leather yaitu sebesar 52,63% (non safety stock) dan sebesar 47,37% (safety stock service level 80% dan 90%). Sedangkan penghematan terkecil terjadi pada teknik LTC yaitu sebesar 15.79%. Hal ini tentunya dipengaruhi oleh frekuensi pemesanan bahan baku. Semakin besar penghematan biaya pemesanan, maka akan semakin kecil frekuensi pemesanan bahan bakunya. Penghematan biaya penyimpanan terbesar adalah dengan menggunakan teknik lot sizing LTC, baik dengan kebijakan tanpa persediaan pengaman maupun tanpa persediaan pengaman. Dengan kebijakan tanpa persediaan pengaman, penghematan biaya penyimpanan sebesar 46,90%. Sedangkan dengan kebijakan persediaan pengaman service level 80% dan 90% sebesar 17,85%. Hal ini disebabkan pada metode ini jumlah persediaan yang disimpan dapat ditekan sekecil mungkin. Besarnya penghematan biaya penyimpanan bahan baku dipengaruhi oleh penghematan
jumlah
persediaan
rata-rata.
Pada
teknik
LTC
memiliki
penghematan jumlah persediaan rata-rata sebesar 47,03% (non safety stock), 17,90% (safety stock service level 80% dan 90%). Semakin kecil persediaan yang disimpan tentunya akan mengakibatkan biaya penyimpanan bahan baku akan semakin kecil. Pada total biaya persediaan bahan baku sheep leather yang memiliki biaya penghematan terbesar terjadi pada teknik lot sizing LTC sebesar 46,27% (non safety stock), dan sebesar 17,81% dengan kebijakan adanya persediaan pengaman service level 80% dan 90%. Hal ini menunjukkan bahwa total biaya persediaan bahan baku dengan teknik LTC memiliki biaya persediaan yang lebih kecil
126
dibandingkan dengan metode perusahaan dan teknik lot sizing lainnya, baik dengan kebijakan safety stock maupun non safety stock. Berdasarkan analisis yang dilakukan, maka teknik yang direkomendasikan adalah teknik yang sesuai dengan kebijakan perusahaan dalam pengendalian persediaannya dan menghasilkan penghematan atas biaya persediaan dan biaya pembelian yang terbesar. Dari kelima metode alternatif tersebut, teknik lot sizing LTC menghasilkan penghematan yang terbesar dalam hal total biaya persediaan bahan baku sheep leather dibandingkan dengan teknik lot sizing lainnya, baik dengan kebijakan adanya persediaan pengaman maupun tanpa adanya persediaan pengaman.
3. Pig skin Jumlah pembelian pig skin tertinggi diperoleh dengan metode perusahaan sebesar 150.563 sft. Sedangkan jumlah pembelian terendah diperoleh dengan teknik EOQ tanpa persediaan pengaman sebesar 112.600 sft. Namun dengan kebijakan persediaan pengaman service level 80% dan 90%, teknik EOQ memiliki jumlah pembelian terbesar dari pada teknik lainnya. Hal ini tentunya akan mempengaruhi terhadap total biaya pembelian yang dikeluarkan perusahaan. Frekuensi pemesanan pig skin dengan metode perusahaan paling sering dilakukan yaitu sebanyak 15 kali. Sedangkan frekuensi pemesanan terendah diperoleh dengan teknik POQ sebesar 7 kali (non safety stock), dan sebesar 8 kali (safety stock). Semakin sering melakukan pemesanan, maka akan semakin tinggi biaya pemesanannya. Sehingga total biaya pemesanan bahan baku pig skin paling tinggi terjadi pada metode perusahaan yaitu sebesar Rp. 20.775.000 dibandingkan dengan teknik lot sizing. Sedangkan total biaya pemesanan yang paling rendah terjadi pada teknik POQ sebesar Rp. 9.695.000 dengan kebijakan tanpa persediaan pengaman. Hal ini disebabkan pada teknik POQ memiliki frekuensi pemesanan yang rendah. Jumlah persediaan rata-rata terkecil terjadi pada teknik LUC, dengan kebijakan tanpa persediaan pengaman sebesar 19.628 sft dimana biaya penyimpanannya
sebesar
Rp.407.282.436,
sedangkan
dengan
persediaan
pengaman service level 80% terjadi pada teknik LTC sebesar 30.980 sft dan
127
service level 90% sebesar 31.847 sft, dimana biaya penyimpanan masing-masing Rp.641.846.388 (service level 80%), dan Rp.659.765.520 (service level 90%). Semakin kecil jumlah persediaan rata-rata bahan baku, maka akan semakin rendah biaya penyimpanan bahan bakunya. Total biaya persediaan pig skin terkecil terjadi pada teknik LUC, dengan kebijakan tanpa persediaan pengaman sebesar Rp.426.672.436, dengan persediaan pengaman service level 80% terjadi pada teknik LTC sebesar Rp.655.696.388 dan service level 90% sebesar Rp.673.615.520. Sedangkan total biaya persediaan pig skin terbesar terjadi pada teknik POQ sebesar Rp.738.276.806 (non safety stock), dengan persediaan pengaman service level 80% dan 90% sebesar Rp.790.305.826. Penghematan jumlah pembelian terbesar terjadi pada teknik EOQ tanpa persediaan pengaman sebesar 25,21%. Hal ini akan mempengaruhi terhadap total biaya pembelian yang dikeluarkan perusahaan. Dengan berkurangnya jumlah pembelian bahan baku, maka akan menghemat modal dalam bentuk penghematan biaya pembelian. Teknik lot sizing dengan teknik POQ menghasilkan penghematan terbesar dalam biaya pemesanan bahan baku pig skin yaitu sebesar 53,33%, dengan kebijakan tanpa persediaan pengaman (non safety stock). Hal ini tentunya dipengaruhi oleh frekuensi pemesanan bahan baku. Semakin besar penghematan biaya pemesanan, maka akan semakin kecil frekuensi pemesanan bahan bakunya. Penerimaan dengan kuantitas besar menyebabkan persediaan yang disimpan lebih tinggi dibandingkan penyimpanan persediaan yang jumlah penerimaannya lebih kecil. Penghematan biaya penyimpanan terbesar adalah dengan menggunakan teknik lot sizing LUC tanpa persediaan pengaman sebesar 41,60%. Sedangkan dengan kebijakan persediaan pengaman service level 80% terjadi pada teknik LTC sebesar 7,97% dan service level 90% sebesar 5,40%. Besarnya penghematan biaya penyimpanan bahan baku dipengaruhi oleh penghematan
jumlah persediaan rata-rata.
Pada teknik
LUC
memiliki
penghematan jumlah persediaan rata-rata sebesar 41,71% (non safety stock). Sedangkan dengan kebijakan persediaan pengaman service level 80% terjadi pada teknik LTC sebesar 8,00% % dan service level 90% sebesar 5,43%.
128
Pada total biaya persediaan bahan baku pig skin yang memiliki biaya penghematan terbesar terjadi pada teknik lot sizing LUC tanpa persediaan pengaman sebesar 40,59%. Sedangkan dengan kebijakan persediaan pengaman service level 80% terjadi pada teknik LTC sebesar 8,70% dan service level 90% sebesar 6,21%. Berdasarkan analisis yang dilakukan, maka teknik yang direkomendasikan adalah teknik yang sesuai dengan kebijakan perusahaan dalam pengendalian persediaannya dan menghasilkan penghematan atas biaya persediaan dan biaya pembelian yang terbesar. Jika dalam melakukan pengendalian persediaan bahan baku dilakukan adanya kebijakan safety stock, maka sebaiknya perusahaan menggunakan teknik LTC dalam pengendalian persediaan bahan baku pig skin. Sedangkan jika dalam melakukan pengendalian persediaan bahan baku dilakukan tanpa
persediaan
pengaman
(non
safety
stock),
sebaiknya
perusahaan
menggunakan teknik LUC, karena memiliki total biaya persediaan bahan baku yang paling kecil.
4. Outsole Jumlah pembelian outsole tertinggi diperoleh dengan metode perusahaan sebesar 101.277 psg. Sedangkan jumlah pembelian terendah diperoleh dengan metode LUC, LTC, dan PPB tanpa persediaan pengaman sebesar 65.796 psg. Namun dengan kebijakan persediaan pengaman service level 80% sebesar 67.464 psg dan service level 90% sebesar 78.708 psg, teknik EOQ memiliki jumlah pembelian terbesar dari pada teknik lainnya. Semakin rendah jumlah pembeliannya maka akan semakin rendah pula biaya pembelian yang dikeluarkan perusahaan. Frekuensi pemesanan outsole dengan metode perusahaan paling sering dilakukan yaitu sebanyak 15 kali. Sedangkan frekuensi pemesanan terendah diperoleh dengan teknik POQ sebesar 5 kali, dengan kebijakan persediaan pengaman service level 80%. Hal ini akan berakibat terhadap biaya pemesanan bahan baku outsoele. Semakin sering melakukan pemesanan, maka akan semakin tinggi biaya pemesanannya. Sehingga total biaya pemesanan bahan baku outsole paling tinggi terjadi pada metode perusahaan yaitu sebesar Rp. 20.775.000
129
dibandingkan dengan teknik lot sizing. Sedangkan total biaya pemesanan yang paling rendah terjadi pada teknik POQ dengan persediaan pengaman service level 80% sebesar Rp. 6.925.000. Jumlah persediaan rata-rata terkecil terjadi pada teknik LUC, dengan kebijakan tanpa persediaan pengaman sebesar 10.478 psg, dengan persediaan pengaman service level 80% sebesar 16.246 psg dan service level 90% sebesar 20.829 psg. Hal ini tentunya akan mempengaruhi terhadap total biaya penyimpanannya. Semakin kecil jumlah persediaan rata-rata bahan baku, maka akan semakin rendah biaya penyimpanan bahan bakunya. Sehingga pada teknik LUC memiliki total biaya penyimpanan bahan baku paling rendah yaitu sebesar Rp. 201.874.350 dengan kebijakan non safety stock, dan sebesar Rp. 312.283.440 dengan kebijakan safety stock service level 80% dan dengan kebijakan safety stock service level 90% sebesar Rp.400.008.440. Sedangkan total biaya penyimpanan tertinggi terjadi pada teknik POQ. Hal ini disebabkan pada teknik POQ memiliki jumlah persediaan rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode lainnya. Total biaya persediaan outsole terkecil terjadi pada teknik LUC, dengan kebijakan tanpa persediaan pengaman sebesar Rp.217.109.350, dengan persediaan pengaman service level 80% sebesar Rp.327.518.440 dan service level 90% sebesar Rp.415.243.440. Sedangkan total biaya persediaan outsole terbesar terjadi pada teknik POQ, dengan kebijakan tanpa persediaan sebesar Rp.446.861615, dengan persediaan pengaman service level 80% sebesar Rp.577.700.520 dan service level 90% sebesar Rp.600.034.250. Berdasarkan hasil analisis perbandingan, terlihat bahwa teknik lot sizing memiliki % penghematan dalam mengendalikan persediaan bahan baku. Penghematan jumlah pembelian terbesar terjadi pada teknik LUC, LTC, dan PPB tanpa persediaan pengaman sebesar 35,03%. Sedangkan dengan kebijakan persediaan pengaman service level 80% sebesar 33,39% dan dengan service level 90% sebesar 22,28%, teknik EOQ memiliki penghematan terkecil. Hal ini akan mempengaruhi terhadap total biaya pembelian yang dikeluarkan perusahaan. Dengan berkurangnya jumlah pembelian bahan baku, maka akan menghemat modal dalam bentuk penghematan biaya pembelian.
130
Teknik lot sizing dengan teknik POQ menghasilkan penghematan terbesar dalam biaya pemesanan bahan baku outsole yaitu sebesar 66,67%, dengan kebijakan adanya persediaan pengaman service level 80%, dan dengan service level 90% sebesar 60%. Sedangkan penghematan terkecil terjadi pada teknik LUC yaitu sebesar 26,67% dengan kebijakan safety stock service level 80% dan 90%. Sedangkan dengan kebijakan non safety stock, penghematannya sebesar 26,67%. Hal ini tentunya dipengaruhi oleh frekuensi pemesanan bahan baku. Semakin besar penghematan biaya pemesanan, maka akan semakin kecil frekuensi pemesanan bahan bakunya. Penerimaan dengan kuantitas besar menyebabkan persediaan yang disimpan lebih tinggi dibandingkan penyimpanan persediaan yang jumlah penerimaannya lebih kecil. Penghematan biaya penyimpanan terbesar adalah dengan menggunakan teknik lot sizing LUC dengan kebijakan non safety stock sebesar 55,88%, sedangkan dengan kebijakan safet stock service level 80% sebesar 31,75%, dan service level 90% sebesar 12,58%. Hal ini disebabkan pada metode ini jumlah persediaan yang disimpan dapat ditekan sekecil mungkin. Besarnya penghematan biaya penyimpanan bahan baku dipengaruhi oleh penghematan
jumlah persediaan rata-rata.
Pada teknik
LUC
memiliki
penghematan jumlah persediaan rata-rata sebesar 56,03% (non safety stock), 31,83% (safety stock service level 80%), 12,60% (safety stock service level 90%). Semakin kecil persediaan yang disimpan tentunya akan mengakibatkan biaya penyimpanan bahan baku akan semakin kecil. Pada total biaya persediaan bahan baku outsole yang memiliki biaya penghematan terbesar terjadi pada teknik lot sizing LUC sebesar 54,61% (non safety stock), dan sebesar 31,53% dengan kebijakan adanya persediaan pengaman service level 80% dan service level 90% sebesar 13,19%. Hal ini menunjukkan bahwa total biaya persediaan bahan baku dengan teknik LUC memiliki biaya persediaan yang lebih kecil dibandingkan dengan metode perusahaan dan teknik lot sizing lainnya, baik dengan kebijakan sadety stock maupun non safety stock. Berdasarkan analisis yang dilakukan, maka teknik yang direkomendasikan adalah teknik yang sesuai dengan kebijakan perusahaan dalam pengendalian persediaannya dan menghasilkan penghematan atas biaya persediaan dan biaya
131
pembelian yang terbesar. Dari kelima metode alternatif tersebut, teknik lot sizing LUC menghasilkan penghematan yang terbesar dalam hal total biaya persediaan bahan baku outsole dibandingkan dengan teknik lot sizing lainnya, baik dengan kebijakan adanya persediaan pengaman maupun tanpa adanya persediaan pengaman.
5. Midsole Jumlah pembelian midsole tertinggi diperoleh dengan metode perusahaan sebesar 78.124 psg. Sedangkan jumlah pembelian terendah diperoleh dengan metode POQ, LTC, dan PPB tanpa persediaan pengaman sebesar 60.229 psg. Namun dengan kebijakan persediaan pengaman service level 80%, teknik EOQ memiliki jumlah pembelian terbesar dari pada teknik lainnya yaitu sebesar 61.938 psg. Sedangkan dengan service level 90%, teknik POQ, LUC, LTC, dan PPB memiliki jumlah pembelian terbesar dari pada teknik lainnya. Semakin rendah jumlah pembeliannya maka akan semakin rendah pula biaya pembelian yang dikeluarkan perusahaan. Frekuensi pemesanan outsole dengan metode perusahaan paling sering dilakukan yaitu sebanyak 17 kali. Sedangkan frekuensi pemesanan terendah diperoleh dengan teknik POQ sebesar 8 kali, baik dengan kebijakan persediaan pengaman maupun tanpa persediaan pengaman. Hal ini akan berakibat terhadap biaya pemesanan bahan baku midsole. Semakin sering melakukan pemesanan, maka akan semakin tinggi biaya pemesanannya. Sehingga total biaya pemesanan bahan baku outsole paling tinggi terjadi pada metode perusahaan yaitu sebesar Rp. 11.050.000 dibandingkan dengan teknik lot sizing. Sedangkan total biaya pemesanan yang paling rendah terjadi pada teknik POQ, baik dengan kebijakan persediaan pengaman maupun tanpa persediaan pengaman sebesar Rp.5.200.000. Jumlah persediaan rata-rata terkecil terjadi pada teknik LUC, dengan kebijakan tanpa persediaan pengaman sebesar 6.641 psg, dengan persediaan pengaman service level 80% sebesar 10.209 psg dan service level 90% sebesar 13.744 psg. Hal ini tentunya akan mempengaruhi terhadap total biaya penyimpanannya. Semakin kecil jumlah persediaan rata-rata bahan baku, maka akan semakin rendah biaya penyimpanan bahan bakunya. Sehingga pada teknik
132
LUC memiliki total biaya penyimpanan bahan baku paling rendah yaitu sebesar Rp. 143.268.233 dengan kebijakan non safety stock, dan sebesar Rp. 219.523.529 dengan kebijakan safety stock service level 80% dan dengan kebijakan safety stock service level 90% sebesar Rp.295.078.892. Total biaya persediaan outsole terkecil terjadi pada teknik LUC, dengan kebijakan tanpa persediaan pengaman sebesar Rp.342.195.065, dengan persediaan pengaman service level 80% sebesar Rp.327.518.440 dan service level 90% sebesar Rp.415.243.440. Sedangkan total biaya persediaan outsole terbesar terjadi pada teknik POQ, dengan kebijakan tanpa persediaan sebesar Rp.446.861615, dengan persediaan pengaman service level 80% sebesar Rp.577.700.520 dan service level 90% sebesar Rp.600.034.250. Berdasarkan hasil analisis perbandingan, terlihat bahwa teknik lot sizing memiliki % penghematan dalam mengendalikan persediaan bahan baku. Penghematan jumlah pembelian terbesar terjadi pada teknik POQ, LTC, dan PPB tanpa persediaan pengaman sebesar 22,91%. Namun dengan kebijakan persediaan pengaman service level 80%, teknik EOQ memiliki penghematan jumlah pembelian terkecil dari pada teknik lainnya yaitu sebesar 20,72%. Sedangkan dengan service level 90%, teknik POQ, LUC, LTC, dan PPB memiliki jumlah pembelian terkecil yaitu sebesar 20,62%. Dengan berkurangnya jumlah pembelian bahan baku, maka akan menghemat modal dalam bentuk penghematan biaya pembelian. Teknik lot sizing dengan teknik POQ menghasilkan penghematan terbesar dalam biaya pemesanan bahan baku midsole yaitu sebesar 52,94%, baik dengan kebijakan adanya persediaan pengaman maupun tanpa persediaan pengaman. Sedangkan penghematan terkecil terjadi pada teknik LUC yaitu sebesar 17,65%, baik dengan kebijakan adanya persediaan pengaman maupun tanpa persediaan pengaman. Hal ini tentunya dipengaruhi oleh frekuensi pemesanan bahan baku. Semakin besar penghematan biaya pemesanan, maka akan semakin kecil frekuensi pemesanan bahan bakunya. Penerimaan dengan kuantitas besar menyebabkan persediaan yang disimpan lebih tinggi dibandingkan penyimpanan persediaan yang jumlah penerimaannya lebih kecil. Penghematan biaya penyimpanan terbesar adalah
133
dengan menggunakan teknik lot sizing LUC dengan kebijakan non safety stock sebesar 55,94%, sedangkan dengan kebijakan safet stock service level 80% sebesar 32,49%, dan service level 90% sebesar 9,25%. Hal ini disebabkan pada metode ini jumlah persediaan yang disimpan dapat ditekan sekecil mungkin. Besarnya penghematan biaya penyimpanan bahan baku dipengaruhi oleh penghematan
jumlah persediaan rata-rata.
Pada teknik
LUC
memiliki
penghematan jumlah persediaan rata-rata sebesar 56,16% (non safety stock), 32,61% (safety stock service level 80%), 9,28% (safety stock service level 90%). Semakin kecil persediaan yang disimpan tentunya akan mengakibatkan biaya penyimpanan bahan baku akan semakin kecil. Pada total biaya persediaan bahan baku midsole yang memiliki biaya penghematan terbesar terjadi pada teknik lot sizing LUC sebesar 54,68% (non safety stock), dan sebesar 32% dengan kebijakan adanya persediaan pengaman service level 80% dan service level 90% sebesar 9,53%. Hal ini menunjukkan bahwa total biaya persediaan bahan baku dengan teknik LUC memiliki biaya persediaan yang lebih kecil dibandingkan dengan metode perusahaan dan teknik lot sizing lainnya, baik dengan kebijakan sadety stock maupun non safety stock. Berdasarkan analisis yang dilakukan, maka teknik yang direkomendasikan adalah teknik yang sesuai dengan kebijakan perusahaan dalam pengendalian persediaannya dan menghasilkan penghematan atas biaya persediaan dan biaya pembelian yang terbesar. Dari kelima metode alternatif tersebut, teknik lot sizing LUC menghasilkan penghematan yang terbesar dalam hal total biaya persediaan bahan baku midsole dibandingkan dengan teknik lot sizing lainnya, baik dengan kebijakan adanya persediaan pengaman maupun tanpa adanya persediaan pengaman. Berdasarkan hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa teknik lot sizing yang tepat digunakan untuk masing-masing bahan baku berbeda. Hal ini disebabkan karena tingkat variasi pengkonsumsian bahan baku yang berbeda dan komponen biaya persediaan bahan baku yang berbeda. Secara umum teknik lot sizing yang memiliki performa cukup baik adalah Least Total Cost (LTC) dan Least Unit Cost (LUC). Untuk teknik LTC lebih tepat digunakan pada bahan baku Cow Leather dan sheep leather baik dengan kebijakan safety stock maupun non
134
safety stock, sedangkan untuk teknik LUC lebih tepat digunakan pada bahan baku outsole dan midsole baik dengan kebijakan safety stock maupun non safety stock. Namun untuk bahan baku pig skin, teknik LUC lebih tepat digunakan dengan kebijakan non safety stock, sedangkan teknik LTC lebih tepat digunakan dengan kebijakan safety stock. Dalam kondisi nyatanya, sistem teknik lot sizing ini akan bekerja secara efektif dan efisien sesuai yang diharapkan perusahaan, dengan asumsi diantaranya sifat kebutuhan deterministik tetapi bervariasi untuk masing-masing bahan baku, tidak adanya backorder untuk masing-masing bahan baku, dan komponen biaya yang sama. Perusahaan dapat menerapkan kebijakan teknik lot sizing tersebut, untuk tahun masa datang, dengan asumsi jumlah permintaan bahan baku tetap dan tidak terjadi perubahan secara signifikan serta biaya-biaya persediaan dalam keadaan sama nilainya. Tentunya jika terjadi perubahan terhadap input tersebut, belum tentu teknik lot sizing tersebut terbaik, karena adanya perubahan terhadap berbagai input berupa data permintaan dan biaya-biaya persediaan. Sehingga akan mempengaruhi terhadap output yang dihasilkan. Oleh karena itu, untuk mengetahui tingkat permintaan bahan baku pada tahun mendatang dapat dilakukan dengan cara melakukan forecasting terhadap produk sepatu, kemudian di break down sampai pada setiap bahan baku yang diperlukan untuk memproduksi sepatu. Sehingga akan diketahui teknik lot sizing yang terbaik untuk masing-masing bahan baku.
135
V. KESIMPULAN DAN SARAN A.
KESIMPULAN Tujuan perusahaan dalam melaksanakan sistem manajemen pengendalian
persediaan bahan baku adalah tercapainya efisiensi dan efektifitas produksi dimana kelangsungan proses produksi dapat berjalan dengan lancar. Hal ini berarti dengan adanya manajemen pengendalian persediaan bahan baku yang baik dapat menjamin tersedianya bahan baku dalam jumlah, mutu, dan waktu yang tepat, serta dengan biaya yang rendah, tentunya akan memberikan dukungan terhadap kelancaran produksi. Faktor-faktor yang berpengaruh pada sistem pengendalian persediaan bahan baku di perusahaan adalah jumlah permintaan bahan baku, waktu tunggu kedatangan bahan baku, frekuensi dan kuantitas pemesanan bahan baku, jumlah persediaan bahan baku, biaya pemesanan, biaya penyimpanan dan biaya persediaan bahan baku. Sistem pengendalian persediaan bahan baku di perusahaan dimulai dengan adanya sistem pengadaan bahan baku yang melibatkan departemen marketing, PPIC, dan purchasing. Departemen marketing menerima pesanan berupa PO dari konsumen, PO diimport oleh departemen PPIC yang kemudian di buat BOM, departemen purchasing membuat PO untuk pemesanan bahan baku kepada supplier. Pada sistem penerimaan bahan baku melibatkan departemen purchasing, material warehouse, dan quality control. Departemen purchasing menerima surat jalan dan PO dari supplier, pengecekkan terhadap jumlah dilakukan oleh departemen warehouse, dan pengecekkan terhadap kualitas dilakukan oleh departemen qulity control yang selanjutnya bahan baku disimpan di gudang penyimpanan. Pada sistem pengeluaran bahan baku, departemen PPIC membuat day plan untuk mengeluarkan bahan baku dari gudang, departemen warehouse harus mengeluarkan bahan baku berdasarkan standar PPIC, departemen produksi menerima baha baku dan melakukan pengecekkan terhadap jumlah dan size run yang diperlukan oleh departemen produksi.
136
Berdasarkan hasil analisis ABC, perusahaan harus mengendalikan persediaan bahan baku yang lebih ketat terhadap bahan baku yang termasuk dalam kelompok A, yaitu bahan baku cow leather, sheep leather, pig skin, outsole, dan midsole, karena kelompok A memiliki penyerapan modal pesediaan bahan baku yang lebih besar dibandingkan kelompok B dan C. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan teknik Lot Sizing, menunjukkan bahwa teknik LTC dan LUC memiliki performa yang baik. Untuk teknik LTC lebih tepat digunakan pada bahan baku cow leather dan sheep leather, bahan baku cow leather memiliki penghematan total biaya persediaan terbesar baik dengan kebijakan safety stock maupun non safety stock dibandingkan dengan teknik lot sizing lainnya maupun dengan kebijakan perusahaan. Sedangkan teknik LUC lebih tepat digunakan pada bahan baku outsole dan midsole, karena memiliki penghematan total biaya persediaan terbesar baik dengan kebijakan safety stock maupun non safety stock dibandingkan dengan teknik lot sizing lainnya maupun dengan kebijakan perusahaan. Untuk bahan baku pig skin, dengan kebijakan non safety stock teknik LUC lebih tepat digunakan karena memiliki penghematan total biaya persediaan terbesar dibandingkan dengan teknik lot sizing lainnya maupun dengan kebijakan perusahaan, sedangkan dengan kebijakan safety stock teknik LTC lebih tepat digunakan dalam mengendalikan persediaan bahan baku pig skin. Dengan menggunakan asumsi komponen besar biaya persediaan yang sama, berdasarkan data tahun 2007 pengendalian persediaan bahan baku dengan pendekatan teknik lot sizing memberikan penghematan total biaya persediaan bahan baku dibandingkan dengan kebijakan yang diterapkan perusahaan.
B.
SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di PT. Sepatu Mas Idaman,
terdapat beberapa hal yang dijadikan saran yaitu : 1. Dalam melakukan pengendalian persediaan bahan baku, perusahaan dapat menerapkan model Material Requirement Planning (MRP). 2. Dalam menerapkan model MRP, sebaiknya perusahaan menggunakan teknik Lot Sizing LTC untuk bahan baku cow leather, sheep leather, dan pig skin,
137
sedangkan untuk bahan baku outsole dan midsole sebaiknya perusahaan menggunakan teknik Least Unit Cost (LUC) dalam melakukan pengendalian persediaan bahan bakunya. 3. Kebijakan teknik lot sizing LUC dan LTC dapat diterapkan untuk perencanaan pengadaan persediaan bahan baku pada tahun mendatang, jika tidak terjadi perubahan yang signifikan dalam hal pola permintaan bahan baku dan komponen biaya persediaan. 4. Untuk mengetahui tingkat permintaan bahan baku pada tahun mendatang dapat dilakukan dengan cara melakukan forecasting terhadap produk sepatu, kemudian di break down sampai pada setiap bahan baku yang diperlukan untuk memproduksi sepatu. 5. Perusahaan dapat menerapkan analisis ABC, untuk mengklasifikasikan bahan baku berdasarkan tingkat penyerapan modalnya. Sehingga dengan analisis ABC perusahaan dapat mengetahui jenis bahan baku yang mempunyai prioritas utama untuk dikendalikan.
138
DAFTAR PUSTAKA Assauri, S. 1993. Manajemen Produksi. Lembaga Penerbit FE-UI, Jakarta. Baroto, T. 2002. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Penerbit Gahlia Indonesia, Jakarta Bedworth, D. D dan J. E. Bailey. 1982. Integrated Production Control System Management Analysis Design. Jhon Wiley and Sons Inc., New York. Chang, Y. L. 1997. Quantitative System Business Version 1.00 For Windows. Department of System Engineering , United States Military Academy. Gaspersz, V. 2002. Production Planning and Inventory Control. PT. Gramedia Pustaka Umum, Jakarta. Gottfried, B. S. 1984. Element of Stochastic Process Simulation. Prentice Hall Inc., New Jersey. Handoko, T. H. 2000. Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi. BPFE, Yogyakarta. Herjanto, E. 2003. Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi Kedua. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta. Hiller, F. C. dan G. J. Liberman. 1990. Introduction to Operation Research. McGraw Hill, New York. Indrajit, Eko Richardus dan R. Djokopranoto. 2003. Manajemen Persediaan. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta. Imam, Kamarul. 2005. Manajemen Produksi. Fakultas Ekonomi Universitas Jember. Jember. Johns dan Harding. 1996. Manajemen Operasi untuk Meraih Keunggulan Kompetitif. PT. Ikrar Mandiri Abadi, Jakarta. Love, Stephen. 1979. Inventory Control. USA:McGraw-Hill Book Company. Machfud. 1999. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Diktat. Jurusan Teknologi Industri Pertanian IPB, Bogor. Mulyadi. 1981. Akuntansi Manajemen. YKPN, Yogyakarta. Muslich, S. 1993. Metode Kuantitatif. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, Jakarta.
139
Nasution, A. H. dan Barizi. 1983. Metoda Statistika Untuk Penarikan Kesimpulan. PT. Gramedia, Jakarta. Rangkuti, Freddy. 2002. Manajemen Persediaan Aplikasi Bisnis. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Render, B. dan J. Heizer. 2001. Prinsip-Prinsip Manajemen Operasi. Terjemahan. PT. Gramedia, Jakarta. Siegel, S. 1985. Statistika Non Parametrik untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Terjemahan. PT. Gramedia, Jakarta. Starr, M. K. dan D. W. Miller. 1986. Inventory Control : Theory and Practice. India Offset, New Delhi. Steel, R. G. D. dan J. H. Torrine. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika Suatu Pendekatan Biometrik. Taha, H. A. 1997. Riset Operasi : Suatu Pengantar. Jilid I. Terjemahan. Binarupa Aksara, Jakarta. Thierauf, R. J. dan R. C. Klekamp. 1975. Decision Making Through Operation Research. John willey and Sons Inc., New York. Viale, J. D. 2000. Dasar-Dasar Manajemen. Terjemahan. Penerbit PPM, Jakarta. Walpole, C. D. J. 1992. Pengantar Statistika. Edisi ke-3. Terjemahan. PT. Gramedia Pustaka Umum, Jakarta. Waters, C. D. J. 1992. Inventory Control and Management. John Willey and Sons Inc., Singapore. Watson, H. J. dan J. H. Balckstone, Jr. 1989. Computer Simulation. John Wiley and Sons Inc., Singapore. Yamit, Zulian. 1998. Manajemen Persediaan. Yogyakarta : Penerbit Ekonisia, Fakultas Ekonomi UII.
140
Lampiran 1. Struktur Organisasi PT. Sepatu Mas Idaman
Lampiran 2. Diagram Alir Sistem Pengadaan Bahan Baku
Lampiran 3. Perhitungan dengan Teknik LTC kebijakan non safety stock Bahan Baku : Cow Leather
Biaya pemesanan : 1.385.000
Cost/minggu : Rp. 52 Minggu
Unit
Periode
Biaya Penyimpanan
Biaya Penyimpanan Kumulatif
6 7 8
2.097 3.457 4.346 9.900 2.321 2.532 3.502 2.532 10.887 2.321 2.321 3.357 2.374 10.373 2.097 2.097 2.903 2.097 9.194 2.321 2.321 3.098 2.374 10.114 2.097 3.457 3.457 9.011 3.373 3.457 3.457 10.287 3.915 3.457 2.374 2.370 12.116 2.370 1.884 1.892 1.956 8.102 1.956
1 2 3
109.044 359.528 677.976
109.044 468.572 1.146.548
1 2 3 4
120.692 263.328 546.312 526.656
120.692 384.020 930.332 1.456.988
1 2 3 4
120.692 241.384 523.692 493.792
120.692 362.076 885.768 1.379.560
1 2 3 4
109.044 218.088 452.868 436.176
109.044 327.132 780.000 1.216.176
1 2 3 4
120.692 241.384 483.288 493.792
120.692 362.076 845.364 1.339.156
1 2 3
109.044 359.528 539.292
109.044 468.572 1.007.864
1 2 3
175.396 359.528 539.292
175.396 534.924 1.074.216
1 2 3 4
203.580 359.528 370.344 492.960
203.580 563.108 933.452 1.426.412
1 2 3 4
123.240 195.936 295.152 406.848
123.240 319.176 614.328 1.021.176
1
101.712
101.712
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39
40 41 42 43 44 45 46 47 48
1.984 3.457 3.457 10.854 3.357 3.115 2.097 3.457 12.026 3.457 3.884 7.341
2 3 4
206.336 539.292 719.056
308.048 847.340 1.566.396
1 2 3 4
174.564 323.960 327.132 719.056
174.564 498.524 825.656 1.544.712
1 2
179.764 403.936
179.764 583.700
Lampiran 3 (Lanjutan). Perhitungan dengan Teknik LTC non safety stock Bahan Baku : Sheep Leather
Biaya pemesanan : 650.000
Cost/minggu : Rp. 59 Minggu
Unit
Periode
Biaya Penyimpanan
4 5 6
1.181 1.265 1.687 4.133 2.214 2.214 1.948 6.376 1.547 1.687 1.687 4.921 1.265 1.265 1.254 3.784 2.168 1.224 1.435 4.827 1.265 1.265 1.254 3.784 1.712 1.265 1.356 4.333 1.356
1 2 3
69.679 149.270 298.599
Biaya Penyimpanan Kumulatif 69.679 218.949 517.548
1 2 3
130.626 261.252 344.796
130.626 391.878 736.674
1 2 3
91.273 199.066 298.599
91.273 290.339 588.938
1 2 3
74.635 149.270 221.958
74.635 223.905 445.863
1 2 3
127.912 144.432 253.995
127.912 272.344 526.339
1 2 3
74.635 149.270 221.958
74.635 223.905 445.863
1 2 3
101.008 149.270 240.012
101.008 250.278 490.290
1
80.004
80.004
7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
144
26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48
1.563 2.314 5.233 2.526 2.644 5.170 2.644 2.377 5.021 2.314 1.314 1.314 4.942 1.254 1.196 1.153 1.153 4.756 1.181 1.318 2534 5.033 1732 2546 1956 6.234 2435 2784 5219 1563 1563 3126
2 3
184.434 409.578
264.438 674.016
1 2
149.034 311.992
149.034 461.026
1 2
155.996 280.486
155.996 436.482
1 2 3
136.526 155.052 232.578
136.526 291.578 524.156
1 2 3 4
73.986 141.128 204.081 272.108
73.986 215.114 419.195 691.303
1 2 3
69.679 155.524 448.518
69.679 225.203 673.721
1 2 3
102.188 300.428 346.212
102.188 402.616 748.828
1 2
143.665 328.512
143.665 472.177
1 2
92.217 184.434
92.217 276.651
145
Lampiran 4. Perhitungan Persediaan Bahan Baku Cow Lether dan Sheep Leather dengan teknik Lot Sizing LTC Bahan Baku : Cow Leather Persediaan Awal : 12.038 sft
Lead Time : 4 minggu Safety Stock : 0
Komponen Periode Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana penerimaan pesanan Rencana pelaksanaan pesanan Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana penerimaan pesanan Rencana pelaksanaan pesanan Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana penerimaan pesanan Rencana pelaksanaan pesanan Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana penerimaan pesanan Rencana pelaksanaan pesanan Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana penerimaan pesanan Rencana pelaksanaan pesanan
Minggu
12.038
1 2.321 9.717 -9.717 0 11 3.502 3.778 -3.778 0 21 2.321 9.039 1.075 10.114 9.011 31 3.915 9.447 2.669 12.116 8.102 41 3.457 4.703 -4.703 0
2 2.321 7.396 -7.396 0 9.900 12 2.532 1.246 -1.246 0
3 2.097 5.299 -5.299 0
4 1.956 3.343 -3.343 0 14 2.321 6.977 -6.977 0
22 2.321 6.718 -6.718 0
13 2.321 9.298 1.075 10.373 9.194 23 3.098 3.620 -3.620 0
32 3.457 5.990 -5.990 0
33 2.374 3.616 -3.616 0
42 3.457 1.246 -1.246 0
43 3.357 9.915 2.111 12.026 7.341
24 2.374 1.246 -1.246 0 10.287 34 2.370 1.246 -1.246 0 44 3.115 6.800 -6.800 0
5 2.097 1.246 -1.246 0 10.887 15 3.357 3.620 -3.620 0
6 2.097 9.049 851 9.900
7 3.457 5.592 -5.592 0
8 4.346 1.246 -1.246 0
16 2.374 1.246 -1.246 0
25 2.097 8.160 851 9.011
26 3.457 4.703 -4.703 0
35 2.370 6.978 1.124 8.102 10.854 45 2.097 4.703 -4.703 0
36 1.884 5.094 -5.094 0
17 2.097 8.343 851 9.194 10.114 27 3.457 1.246 -1.246 0 12.116 37 1.892 3.202 -3.202 0
46 3.457 1.246 -1.246 0
47 3.457 5.130 2.211 7.341
48 3.884 1.246 -1.246 0
Total
10 2.532 7.280 -7.280 0
59.980
18 2.097 6.246 -6.246 0
9 2.321 9.812 1.075 10.887 10.373 19 2.903 3.343 -3.343 0
20 2.097 1.246 -1.246 0
45.343
28 3.373 8.160 2.127 10.287
29 3.457 4.703 -4.703 0
30 3.457 1.246 -1.246 0
48.841
38 1.956 1.246 -1.246 0
39 1.956 10.144 710 10.854 12.026
40 1.984 8.160 -8.160 0
55.123
130.997 34.989 120.205 120.205
146
Lampiran 4 (Lanjutan). Perhitungan Persediaan Bahan Baku Cow Lether dan Sheep Leather dengan teknik Lot Sizing LTC Bahan Baku : Sheep Leather Persediaan Awal : 4.638 sft
Lead Time : 2 minggu Safety Stock : 0
Komponen Periode Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana penerimaan pesanan Rencana pelaksanaan pesanan Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana penerimaan pesanan Rencana pelaksanaan pesanan Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana penerimaan pesanan Rencana pelaksanaan pesanan Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana penerimaan pesanan Rencana pelaksanaan pesanan Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana penerimaan pesanan Rencana pelaksanaan pesanan
Minggu
4.638
1 1.334 3.304 -3.304 0 11 1.687 2.461 -2.461 0 3.784 21 1.254 774 -774 0
2 1.265 2.039 -2.039 0 4.133 12 1.687 774 -774 0 22 1.712 3.395 938 4.333
31 2.377 774 -774 0
32 2.314 3.402 1.540 4.942
41 2.534,0 774 -774 0
42 1.732,0 5.276 958 6.234
3 1.265 774 -774 0
4 1.181 3.726 407 4.133
13 1.265 3.293 491 3.784
14 1.265 2.028 -2.028 0 4.827 24 1.356 774 -774 0
23 1.265 2.130 -2.130 0 5.233 33 1.314 2.088 -2.088 0 4.756 43 2.546,0 2.730 -2.730 0 5.219
5 1.265 2.461 -2.461 0 6.376 15 1.254 774 -774 0 25 1.356 4.651 582 5.233
34 1.314 774 -774 0
35 1.254 4.276 480 4.756
44 1.956,0 774 -774 0
45 2.435,0 3.558 1.661 5.219 3.126
6 1.687 774 -774 0
7 2.214 4.936 1.440 6.376
16 2.168 3.433 1.394 4.827
17 1.224 2.209 -2.209 0 3.784 27 2.314 774 -774 0
26 1.563 3.088 -3.088 0 5.170 36 1.196 3.080 -3.080 0 46 2.784,0 774 -774 0
37 1.153 1.927 -1.927 0 5.033 47 1.563,0 2.337 789 3.126
8 2.214 2.722 -2.722 0 4.921 18 1.435 774 -774 0
9 1.948 774 -774 0
10 1.547 4.148 773 4.921
19 1.265 3.293 491 3.784
28 2.526 3.418 1.752 5.170 5.021 38 1.153 774 -774 0
29 2.644 774 -774 0
20 1.265 2.028 -2.028 0 4.333 30 2.644 3.151 1.870 5.021 4.942 40 1.318 3.308 -3.308 0 6.234
39 1.181 4.626 407 5.033
48 1.563,0 774 -774 0
Total 25.658
21.067
22.929
25.029
80.756 16.997 76.892 76.892
147
Lampiran 5. Perhitungan dengan Teknik LTC Service Level 80% Bahan Baku : Cow Leather
Biaya pemesanan : 1.385.000
Cost/minggu : Rp. 52 Minggu
Unit
Periode
Biaya Penyimpanan
Biaya Penyimpanan Kumulatif
5 6 7
2.097 2.097 3.457 7.651 4.346 2.321 2.532 3.502 12.701 2.532 2.321 2.321 3.357 10.531 2.374 2.097 2.097 2.903 9.471 2.097 2.321 2.321 3.098 9.837 2.374 2.097 3.457 3.457 11.385 3.373 3.457 3.457 10.287 3.915 3.457 2.374 2.370 12.116 2.370 1.884 1.892 1.956 8.102
1 2 3
109.044 218.088 539.292
109.044 327.132 866.424
1 2 3 4
225.992 241.384 394.992 728.416
225.992 467.376 862.368 1.590.784
1 2 3 4
131.664 241.384 362.076 698.256
131.664 373.048 735.124 1.433.380
1 2 3 4
123.448 218.088 327.132 603.824
123.448 341.536 668.668 1.272.492
1 2 3 4
109.044 241.384 362.076 644.384
109.044 350.428 712.504 1.356.888
1 2 3 4
123.448 218.088 539.292 719.056
123.448 341.536 880.828 1.599.884
1 2 3
175.396 359.528 539.292
175.396 534.924 1.074.216
1 2 3 4
203.580 359.528 370.344 492.960
203.580 563.108 933.452 1.426.412
1 2 3 4
123.240 195.936 295.152 406.848
123.240 319.176 614.328 1.021.176
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
148
39 40 41 42 43 44 45 46 47 48
1.956 1.984 3.457 3.457 10.854 3.357 3.115 2.097 3.457 12.026 3.457 3.884 7.341
1 2 3 4
101.712 206.336 539.292 719.056
101.712 308.048 847.340 1.566.396
1 2 3 4
174.564 323.960 327.132 719.056
174.564 498.524 825.656 1.544.712
1 2
179.764 403.936
179.764 583.700
Lampiran 5 (Lanjutan). Perhitungan dengan Teknik LTC Service Level 80% Bahan Baku : Sheep Leather
Biaya pemesanan : 650.000
Cost/minggu : Rp. 59 Minggu
Unit
Periode
Biaya Penyimpanan
3 4 5
1.265 1.181 1.265 3.711 1.687 2.214 2.214 6.115 1.948 1.547 1.687 5.182 1.687 1.265 1.265 1.254 5.471 2.168 1.224 1.435 4.827 1.265 1.265 1.254 3.784 1.712 1.265 1.356
1 2 3
74.635 139.358 223.905
Biaya Penyimpanan Kumulatif 74.635 213.993 437.898
1 2 3
99.533 261.252 391.878
99.533 360.785 752.663
1 2 3
114.932 182.546 298.599
114.932 297.478 596.077
1 2 3 4
99.533 149.270 223.905 295.944
99.533 248.803 472.708 768.652
1 2 3
127.912 144.432 253.995
127.912 272.344 526.339
1 2 3
74.635 149.270 221.958
74.635 223.905 445.863
1 2 3
101.008 149.270 240.012
101.008 250.278 490.290
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
149
25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48
4.333 1.356 1.563 2.314 5.233 2.526 2.644 5.170 2.644 2.377 5.021 2.314 1.314 1.314 4.942 1.254 1.196 1.153 1.153 4.756 1.181 1.318 2534 5.033 1.732 2.546 1.956 6.234 2.435 2.784 5.219 1.563 1.563 3.126
1 2 3
80.004 184.434 409.578
80.004 264.438 674.016
1 2
149.034 311.992
149.034 461.026
1 2
155.996 280.486
155.996 436.482
1 2 3
136.526 155.052 232.578
136.526 291.578 524.156
1 2 3 4
73.986 141.128 204.081 272.108
73.986 215.114 419.195 691.303
1 2 3
69.679 155.524 448.518
69.679 225.203 673.721
1 2 3
102.188 300.428 346.212
102.188 402.616 748.828
1 2
143.665 328.512
143.665 472.177
1 2
92.217 184.434
92.217 276.651
Lampiran 5 (Lanjutan). Perhitungan dengan Teknik LTC Service Level 80% Bahan Baku : Pig Skin
Biaya pemesanan : 1.385.000
Cost/minggu : Rp. 36 Minggu
Unit
Periode
Biaya Penyimpanan
5 6 7 8
1.934 1.934 3.294 4.183 11.345 2.158 2.369 3.339 2.369
1 2 3 4
69.624 139.248 355.752 602.352
Biaya Penyimpanan Kumulatif 69.624 208.872 564.624 1.166.976
1 2 3 4
77.688 170.568 360.612 341.136
77.688 248.256 608.868 950.004
9 10 11 12
150
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48
2.158 12.393 2.158 3.194 2.211 1.934 1.934 11.431 2.740 1.934 2.158 2.158 2.935 11.925 2.211 1.934 3.294 3.294 10.733 3.210 3.294 3.294 3.752 13.550 3.294 2.211 2.207 2.207 1.721 11.640 1.729 1.793 1.783 1.807 3.294 10.406 3.294 3.194 2.952 1.934 11.374 3.294 3.294 3.721 10.309
5
388.440
1.338.444
1 2 3 4 5
77.688 229.968 238.788 278.496 348.120
77.688 307.656 546.444 824.940 1.173.060
1 2 3 4 5
98.640 139.248 233.064 310.752 528.300
98.640 237.888 470.952 781.704 1.310.004
1 2 3 4
79.596 139.248 355.752 474.336
79.596 218.844 574.596 1.048.932
1 2 3 4
115.560 237.168 355.752 540.288
115.560 352.728 708.480 1.248.768
1 2 3 4 5
118.584 159.192 238.356 317.808 309.780
118.584 277.776 516.132 833.940 1.143.720
1 2 3 4 5
62.244 129.096 192.564 260.208 592.920
62.244 191.340 383.904 644.112 1.237.032
1 2 3 4
118.584 229.968 318.816 278.496
118.584 348.552 667.368 945.864
1 2 3
118.584 237.168 401.868
118.584 355.752 757.620
151
Lampiran 6. Perhitungan Persediaan Bahan Baku Cow Lether, Sheep Leather, dan Pig Skin dengan teknik LTC Service Level 80% Bahan Baku : Cow Leather Persediaan Awal : 12.038 sft
Lead Time : 4 minggu Safety Stock : 1.662 sft
Komponen Periode Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana penerimaan pesanan Rencana pelaksanaan pesanan Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana penerimaan pesanan Rencana pelaksanaan pesanan Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana penerimaan pesanan Rencana pelaksanaan pesanan Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana penerimaan pesanan Rencana pelaksanaan pesanan Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana penerimaan pesanan Rencana pelaksanaan pesanan
Minggu
12.038
1 2.321 9.717 -8.055 0 7.651 11 3.502 3.343 -1.681 0 21 2.321 8.762 -7.100 0 31 3.915 11.544 2.234 12.116 8.102 41 3.457 6.800 -5.138 0
2 2.321 7.396 -5.734 0
3 2.097 5.299 -3.637 0
12 2.532 11.342 851 10.531 9.471 22 2.321 6.441 -4.779 0
13 2.321 9.021 -7.359 0 23 3.098 3.343 -1.681 0
32 3.457 8.087 -6.425 0
33 2.374 5.713 -4.051 0
42 3.457 3.343 -1.681 0
43 3.357 12.012 1.676 12.026 7.341
4 1.956 3.343 -1.681 0 12.701 14 2.321 6.700 -5.038 0 24 2.374 12.354 693 11.385 10.287 34 2.370 3.343 -1.681 0 44 3.115 8.897 -7.235 0
5 2.097 8.897 416 7.651
6 2.097 6.800 -5.138 0
7 3.457 3.343 -1.681 0
15 3.357 3.343 -1.681 0
16 2.374 10.440 693 9.471 9.837 26 3.457 6.800 -5.138 0
17 2.097 8.343 -6.681 0
25 2.097 10.257 -8.595 0 35 2.370 9.075 689 8.102 10.854 45 2.097 6.800 -5.138 0
8 4.346 11.698 2.665 12.701 10.531 18 2.097 6.246 -4.584 0
9 2.321 9.377 -7.715 0
10 2.532 6.845 -5.183 0
19 2.903 3.343 -1.681 0
28 3.373 10.257 1.692 10.287
29 3.457 6.800 -5.138 0
36 1.884 7.191 -5.529 0
27 3.457 3.343 -1.681 0 12.116 37 1.892 5.299 -3.637 0
20 2.097 11.083 416 9.837 11.385 30 3.457 3.343 -1.681 0
38 1.956 3.343 -1.681 0
39 1.956 12.241 275 10.854 12.026
46 3.457 3.343 -1.681 0
47 3.457 7.227 1.776 7.341
48 3.884 3.343 -1.681 0
40 1.984 10.257 -8.595 0
Total 72.715
73.204
71.700
76.093
130.997 51.765 122.302 122.302
152
Lampiran 6 (Lanjutan). Perhitungan Persediaan Bahan Baku Cow Lether, Sheep Leather, dan Pig Skin dengan LTC Service Level 80% Bahan Baku : Sheep Leather Persediaan Awal : 4.638 sft
Lead Time : 2 minggu Safety Stock : 976 sft
Komponen Periode Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana penerimaan pesanan Rencana pelaksanaan pesanan Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana penerimaan pesanan Rencana pelaksanaan pesanan Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana penerimaan pesanan Rencana pelaksanaan pesanan Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana penerimaan pesanan Rencana pelaksanaan pesanan Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana penerimaan pesanan Rencana pelaksanaan pesanan
Minggu
4.638
1 1.334 3.304 -2.328 0 3.711 11 1.687 2.039 -1.063 0
2 1.265 2.039 -1.063 0
3 1.265 4.485 202 3.711
12 1.687 5.823 624 5.471
13 1.265 4.558 -3.582 0
21 1.254 2.039 -1.063 0
22 1.712 4.660 649 4.333
31 2.377 2.039 -1.063 0
32 2.314 4.667 1.251 4.942
41 2.534,0 2.039 -1.063 0
42 1.732,0 6.541 669 6.234
23 1.265 3.395 -2.419 0 5.233 33 1.314 3.353 -2.377 0 4.756 43 2.546,0 3.995 -3.019 0 5.219
4 1.181 3.304 -2.328 0 6.115 14 1.265 3.293 -2.317 0 4.827 24 1.356 2.039 -1.063 0
5 1.265 2.039 -1.063 0
6 1.687 6.467 624 6.115
15 1.254 2.039 -1.063 0
16 2.168 4.698 1.105 4.827
25 1.356 5.916 293 5.233
34 1.314 2.039 -1.063 0
35 1.254 5.541 191 4.756
26 1.563 4.353 -3.377 0 5.170 36 1.196 4.345 -3.369 0
44 1.956,0 2.039 -1.063 0
45 2.435,0 4.823 1.372 5.219 3.126
46 2.784,0 2.039 -1.063 0
7 2.214 4.253 -3.277 0 5.182 17 1.224 3.474 -2.498 0 3.784 27 2.314 2.039 -1.063 0 37 1.153 3.192 -2.216 0 5.033 47 1.563,0 3.602 500 3.126
8 2.214 2.039 -1.063 0
9 1.948 5.273 885 5.182
18 1.435 2.039 -1.063 0
19 1.265 4.558 202 3.784
28 2.526 4.683 1.463 5.170 5.021 38 1.153 2.039 -1.063 0
29 2.644 2.039 -1.063 0 39 1.181 5.891 118 5.033
10 1.547 3.726 -2.750 0 5.471 20 1.265 3.293 -2.317 0 4.333 30 2.644 4.416 1.581 5.021 4.942 40 1.318 4.573 -3.597 0 6.234
48 1.563,0 2.039 -1.063 0
Total 36.929
35.814
35.579
37.679
80.756 27.117 78.157 78.157
153
Lampiran 6 (Lanjutan). Perhitungan Persediaan Bahan Baku Cow Lether, Sheep Leather, dan Pig Skin dengan LTC Service Level 80% Bahan Baku : Pig Skin Persediaan Awal : 11.585 sft
Lead Time : 4 minggu Safety Stock : 1.665 sft
Komponen Periode Kebutuhan kotor Persediaan di tangan 11.585 Kebutuhan bersih Rencana penerimaan pesanan Rencana pelaksanaan pesanan Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana penerimaan pesanan Rencana pelaksanaan pesanan Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana penerimaan pesanan Rencana pelaksanaan pesanan Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana penerimaan pesanan Rencana pelaksanaan pesanan Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana penerimaan pesanan Rencana pelaksanaan pesanan
Minggu 1 2.158 9.427 -7.762 0 11.345 11 3.339 8.069 -6.404 0
2 2.158 7.269 -5.604 0
3 1.934 5.335 -3.670 0
4 1.793 3.542 -1.877 0
12 2.369 5.700 -4.035 0
13 2.158 3.542 -1.877 0
14 2.158 12.815 281 11.431
21 2.158,0 8.635 -6.970 0
22 2.158,0 6.477 -4.812 0
23 2.935,0 3.542 -1.877 0
31 3.752,0 3.542 -1.877 0
32 3.294,0 11.888 1.417 11.640
33 2.211,0 9.677 -8.012 0
41 3.294,0 3.542 -1.877 0
42 3.294,0 11.622 1.417 11.374 10.309
43 3.194,0 8.428 -6.763 0
24 2.211,0 12.064 334 10.733 13.550 34 2.207,0 7.470 -5.805 0 10.406 44 2.952,0 5.476 -3.811 0
5 1.934 12.953 57 11.345 12.393 15 3.194 9.621 -7.956 0 11.925 25 1.934,0 10.130 -8.465 0
6 1.934 11.019 -9.354 0
7 3.294 7.725 -6.060 0
8 4.183 3.542 -1.877 0
9 2.158 13.777 281 12.393
16 2.211 7.410 -5.745 0
17 1.934 5.476 -3.811 0
18 1.934 3.542 -1.877 0
19 2.740 12.727 863 11.925
26 3.294,0 6.836 -5.171 0
27 3.294,0 3.542 -1.877 0
29 3.294,0 10.588 -8.923 0
35 2.207,0 5.263 -3.598 0
36 1.721,0 3.542 -1.877 0
37 1.729,0 1.813 -148 0
39 1.783,0 8.643 -6.978 0
40 1.807,0 6.836 -5.171 0
45 1.934,0 3.542 -1.877 0
46 3.294,0 10.557 1.417 10.309
47 3.294,0 7.263 -5.598 0
28 3.210,0 13.882 1.333 13.550 11.640 38 1.793,0 10.426 1.645 10.406 11.374 48 3.721,0 3.542 -1.877 0
10 2.369 11.408 -9.743 0 11.431 20 1.934 10.793 -9.128 0 10.733 30 3.294,0 7.294 -5.629 0
Total 85.997
79.695
82.990
69.100
123.149 53.972 115.106
154
Lampiran 7. Perhitungan dengan Teknik LTC Service Level 90% Bahan Baku : Cow Leather
Biaya pemesanan : 1.385.000
Cost/minggu : Rp. 52 Minggu
Unit
Periode
Biaya Penyimpanan
5 6 7
2.097 2.097 3.457 7.651 4.346 2.321 2.532 3.502 12.701 2.532 2.321 2.321 3.357 10.531 2.374 2.097 2.097 2.903 9.471 2.097 2.321 2.321 3.098 9.837 2.374 2.097 3.457 3.457 11.385 3.373 3.457 3.457 10.287 3.915 3.457 2.374 2.370 12.116 2.370 1.884 1.892 1.956 8.102 1.956
1 2 3
109.044 218.088 539.292
Biaya Penyimpanan Kumulatif 109.044 327.132 866.424
1 2 3 4
225.992 241.384 394.992 728.416
225.992 467.376 862.368 1.590.784
1 2 3 4
131.664 241.384 362.076 698.256
131.664 373.048 735.124 1.433.380
1 2 3 4
123.448 218.088 327.132 603.824
123.448 341.536 668.668 1.272.492
1 2 3 4
109.044 241.384 362.076 644.384
109.044 350.428 712.504 1.356.888
1 2 3 4
123.448 218.088 539.292 719.056
123.448 341.536 880.828 1.599.884
1 2 3
175.396 359.528 539.292
175.396 534.924 1.074.216
1 2 3 4
203.580 359.528 370.344 492.960
203.580 563.108 933.452 1.426.412
1 2 3 4
123.240 195.936 295.152 406.848
123.240 319.176 614.328 1.021.176
1
101.712
101.712
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39
155
40 41 42 43 44 45 46 47 48
1.984 3.457 3.457 10.854 3.357 3.115 2.097 3.457 12.026 3.457 3.884 7.341
2 3 4
206.336 539.292 719.056
308.048 847.340 1.566.396
1 2 3 4
174.564 323.960 327.132 719.056
174.564 498.524 825.656 1.544.712
1 2
179.764 403.936
179.764 583.700
Lampiran 7 (Lanjutan). Perhitungan dengan Teknik LTC Service Level 90% Bahan Baku : Sheep Leather
Biaya pemesanan : 650.000
Cost/minggu : Rp. 59 Minggu
Unit
Periode
Biaya Penyimpanan
3 4 5
1.265 1.181 1.265 3.711 1.687 2.214 2.214 6.115 1.948 1.547 1.687 5.182 1.687 1.265 1.265 1.254 5.471 2.168 1.224 1.435 4.827 1.265 1.265 1.254 3.784 1.712 1.265 1.356 4.333 1.356
1 2 3
74.635 139.358 223.905
Biaya Penyimpanan Kumulatif 74.635 213.993 437.898
1 2 3
99.533 261.252 391.878
99.533 360.785 752.663
1 2 3
114.932 182.546 298.599
114.932 297.478 596.077
1 2 3 4
99.533 149.270 223.905 295.944
99.533 248.803 472.708 768.652
1 2 3
127.912 144.432 253.995
127.912 272.344 526.339
1 2 3
74.635 149.270 221.958
74.635 223.905 445.863
1 2 3
101.008 149.270 240.012
101.008 250.278 490.290
1
80.004
80.004
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
156
26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48
1.563 2.314 5.233 2.526 2.644 5.170 2.644 2.377 5.021 2.314 1.314 1.314 4.942 1.254 1.196 1.153 1.153 4.756 1.181 1.318 2534 5.033 1732 2546 1956 6.234 2435 2784 5219 1563 1563 3126
2 3
184.434 409.578
264.438 674.016
1 2
149.034 311.992
149.034 461.026
1 2
155.996 280.486
155.996 436.482
1 2 3
136.526 155.052 232.578
136.526 291.578 524.156
1 2 3 4
73.986 141.128 204.081 272.108
73.986 215.114 419.195 691.303
1 2 3
69.679 155.524 448.518
69.679 225.203 673.721
1 2 3
102.188 300.428 346.212
102.188 402.616 748.828
1 2
143.665 328.512
143.665 472.177
1 2
92.217 184.434
92.217 276.651
Lampiran 7 (Lanjutan). Perhitungan dengan Teknik LTC Service Level 90% Bahan Baku : Pig Skin
Biaya pemesanan : 1.385.000
Cost/minggu : Rp. 36 Minggu
Unit
Periode
Biaya Penyimpanan
5 6 7 8
1.934 1.934 3.294 4.183 11.345 2.158 2.369 3.339 2.369 2.158
1 2 3 4
69.624 139.248 355.752 602.352
Biaya Penyimpanan Kumulatif 69.624 208.872 564.624 1.166.976
1 2 3 4 5
77.688 170.568 360.612 341.136 388.440
77.688 248.256 608.868 950.004 1.338.444
9 10 11 12 13
157
14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48
12.393 2.158 3.194 2.211 1.934 1.934 11.431 2.740 1.934 2.158 2.158 2.935 11.925 2.211 1.934 3.294 3.294 10.733 3.210 3.294 3.294 3.752 13.550 3.294 2.211 2.207 2.207 1.721 11.640 1.729 1.793 1.783 1.807 3.294 10.406 3.294 3.194 2.952 1.934 11.374 3.294 3.294 3.721 10.309
1 2 3 4 5
77.688 229.968 238.788 278.496 348.120
77.688 307.656 546.444 824.940 1.173.060
1 2 3 4 5
98.640 139.248 233.064 310.752 528.300
98.640 237.888 470.952 781.704 1.310.004
1 2 3 4
79.596 139.248 355.752 474.336
79.596 218.844 574.596 1.048.932
1 2 3 4
115.560 237.168 355.752 540.288
115.560 352.728 708.480 1.248.768
1 2 3 4 5
118.584 159.192 238.356 317.808 309.780
118.584 277.776 516.132 833.940 1.143.720
1 2 3 4 5
62.244 129.096 192.564 260.208 592.920
62.244 191.340 383.904 644.112 1.237.032
1 2 3 4
118.584 229.968 318.816 278.496
118.584 348.552 667.368 945.864
1 2 3
118.584 237.168 401.868
118.584 355.752 757.620
158
Lampiran 8. Perhitungan Persediaan Bahan Baku Cow Lether, Sheep Leather, dan Pig Skin dengan teknik LTC Service Level 90% Bahan Baku : Cow Leather Persediaan Awal : 12.038 sft
Lead Time : 4 minggu Safety Stock : 2.533 sft
Komponen Periode Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana penerimaan pesanan Rencana pelaksanaan pesanan Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana penerimaan pesanan Rencana pelaksanaan pesanan Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana penerimaan pesanan Rencana pelaksanaan pesanan Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana penerimaan pesanan Rencana pelaksanaan pesanan Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana penerimaan pesanan Rencana pelaksanaan pesanan
Minggu
12.038
1 2.321 9.717 -7.184 0 7.651 11 3.502 3.343 -810 0 21 2.321 8.762 -6.229 0 31 3.915 11.544 3.105 12.116 8.102 41 3.457 6.800 -4.267 0
2 2.321 7.396 -4.863 0
3 2.097 5.299 -2.766 0
12 2.532 11.342 1.722 10.531 9.471 22 2.321 6.441 -3.908 0
13 2.321 9.021 -6.488 0
32 3.457 8.087 -5.554 0
33 2.374 5.713 -3.180 0
42 3.457 3.343 -810 0
43 3.357 12.012 2.547 12.026 7.341
23 3.098 3.343 -810 0
4 1.956 3.343 -810 0 12.701 14 2.321 6.700 -4.167 0
5 2.097 8.897 1.287 7.651
6 2.097 6.800 -4.267 0
7 3.457 3.343 -810 0
15 3.357 3.343 -810 0
17 2.097 8.343 -5.810 0
24 2.374 12.354 1.564 11.385 10.287 34 2.370 3.343 -810 0
25 2.097 10.257 -7.724 0
16 2.374 10.440 1.564 9.471 9.837 26 3.457 6.800 -4.267 0
44 3.115 8.897 -6.364 0
35 2.370 9.075 1.560 8.102 10.854 45 2.097 6.800 -4.267 0
8 4.346 11.698 3.536 12.701 10.531 18 2.097 6.246 -3.713 0
9 2.321 9.377 -6.844 0
10 2.532 6.845 -4.312 0
19 2.903 3.343 -810 0
28 3.373 10.257 2.563 10.287
29 3.457 6.800 -4.267 0
36 1.884 7.191 -4.658 0
27 3.457 3.343 -810 0 12.116 37 1.892 5.299 -2.766 0
20 2.097 11.083 1.287 9.837 11.385 30 3.457 3.343 -810 0
38 1.956 3.343 -810 0
39 1.956 12.241 1.146 10.854 12.026
46 3.457 3.343 -810 0
47 3.457 7.227 2.647 7.341
48 3.884 3.343 -810 0
40 1.984 10.257 -7.724 0
Total 72.715
73.204
71.700
76.093
130.997 51.765 122.302 122.302
159
Lampiran 8 (Lanjutan). Perhitungan Persediaan Bahan Baku Cow Lether, Sheep Leather, dan Pig Skin dengan LTC Service Level 90% Bahan Baku : Sheep Leather Persediaan Awal : 4.638 sft
Lead Time : 2 minggu Safety Stock : 1.487 sft
Komponen Periode Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana penerimaan pesanan Rencana pelaksanaan pesanan Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana penerimaan pesanan Rencana pelaksanaan pesanan Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana penerimaan pesanan Rencana pelaksanaan pesanan Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana penerimaan pesanan Rencana pelaksanaan pesanan Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana penerimaan pesanan Rencana pelaksanaan pesanan
Minggu
4.638
1 1.334 3.304 -1.817 0 3.711 11 1.687 2.039 -552 0
2 1.265 2.039 -552 0
3 1.265 4.485 713 3.711
12 1.687 5.823 1.135 5.471
13 1.265 4.558 -3.071 0
21 1.254 2.039 -552 0
22 1.712 4.660 1.160 4.333
31 2.377 2.039 -552 0
32 2.314 4.667 1.762 4.942
41 2.534,0 2.039 -552 0
42 1.732,0 6.541 1.180 6.234
23 1.265 3.395 -1.908 0 5.233 33 1.314 3.353 -1.866 0 4.756 43 2.546,0 3.995 -2.508 0 5.219
4 1.181 3.304 -1.817 0 6.115 14 1.265 3.293 -1.806 0 4.827 24 1.356 2.039 -552 0
5 1.265 2.039 -552 0
6 1.687 6.467 1.135 6.115
15 1.254 2.039 -552 0
16 2.168 4.698 1.616 4.827
25 1.356 5.916 804 5.233
34 1.314 2.039 -552 0
35 1.254 5.541 702 4.756
26 1.563 4.353 -2.866 0 5.170 36 1.196 4.345 -2.858 0
44 1.956,0 2.039 -552 0
45 2.435,0 4.823 1.883 5.219 3.126
46 2.784,0 2.039 -552 0
7 2.214 4.253 -2.766 0 5.182 17 1.224 3.474 -1.987 0 3.784 27 2.314 2.039 -552 0 37 1.153 3.192 -1.705 0 5.033 47 1.563,0 3.602 1.011 3.126
8 2.214 2.039 -552 0
9 1.948 5.273 1.396 5.182
18 1.435 2.039 -552 0
19 1.265 4.558 713 3.784
28 2.526 4.683 1.974 5.170 5.021 38 1.153 2.039 -552 0
29 2.644 2.039 -552 0 39 1.181 5.891 629 5.033
10 1.547 3.726 -2.239 0 5.471 20 1.265 3.293 -1.806 0 4.333 30 2.644 4.416 2.092 5.021 4.942 40 1.318 4.573 -3.086 0 6.234
48 1.563,0 2.039 -552 0
Total 36.929
35.814
35.579
37.679
80.756 27.117 78.157 78.157
160
Lampiran 8 (Lanjutan). Perhitungan Persediaan Bahan Baku Cow Lether, Sheep Leather, dan Pig Skin dengan LTC Service Level 90% Bahan Baku : Pig Skin Persediaan Awal : 11.585 sft
Lead Time : 4 minggu Safety Stock : 2.537 sft
Komponen Periode Kebutuhan kotor Persediaan di tangan 11.585 Kebutuhan bersih Rencana penerimaan pesanan Rencana pelaksanaan pesanan Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana penerimaan pesanan Rencana pelaksanaan pesanan Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana penerimaan pesanan Rencana pelaksanaan pesanan Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana penerimaan pesanan Rencana pelaksanaan pesanan Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana penerimaan pesanan Rencana pelaksanaan pesanan
Minggu 1 2.158 9.427 -6.890 0 11.345 11 3.339 8.069 -5.532 0
2 2.158 7.269 -4.732 0
3 1.934 5.335 -2.798 0
4 1.793 3.542 -1.005 0
12 2.369 5.700 -3.163 0
13 2.158 3.542 -1.005 0
14 2.158 12.815 1.153 11.431
21 2.158,0 8.635 -6.098 0
22 2.158,0 6.477 -3.940 0
23 2.935,0 3.542 -1.005 0
31 3.752,0 3.542 -1.005 0
32 3.294,0 11.888 2.289 11.640
41 3.294,0 3.542 -1.005 0
42 3.294,0 11.622 2.289 11.374 10.309
33 2.211,0 9.677 -7.140 0 10.406 43 3.194,0 8.428 -5.891 0
24 2.211,0 12.064 1.206 10.733 13.550 34 2.207,0 7.470 -4.933 0 44 2.952,0 5.476 -2.939 0
5 1.934 12.953 929 11.345 12.393 15 3.194 9.621 -7.084 0 11.925 25 1.934,0 10.130 -7.593 0
6 1.934 11.019 -8.482 0
7 3.294 7.725 -5.188 0
8 4.183 3.542 -1.005 0
9 2.158 13.777 1.153 12.393
16 2.211 7.410 -4.873 0
17 1.934 5.476 -2.939 0
18 1.934 3.542 -1.005 0
19 2.740 12.727 1.735 11.925
26 3.294,0 6.836 -4.299 0
27 3.294,0 3.542 -1.005 0
29 3.294,0 10.588 -8.051 0
35 2.207,0 5.263 -2.726 0
36 1.721,0 3.542 -1.005 0
37 1.729,0 12.219 724 10.406
39 1.783,0 8.643 -6.106 0
40 1.807,0 6.836 -4.299 0
45 1.934,0 3.542 -1.005 0
46 3.294,0 10.557 2.289 10.309
47 3.294,0 7.263 -4.726 0
28 3.210,0 13.882 2.205 13.550 11.640 38 1.793,0 10.426 -7.889 0 11.374 48 3.721,0 3.542 -1.005 0
10 2.369 11.408 -8.871 0 11.431 20 1.934 10.793 -8.256 0 10.733 30 3.294,0 7.294 -4.757 0
Total 85.997
79.695
82.990
79.506
123.149 53.972 115.106 115.106
161
Lampiran 9. Perhitungan dengan Teknik LUC Kebijakan non safety stock Bahan Baku : Pig Skin 1.934 5.228 9.411 11.569
Biaya Pemesanan 1.385.000 1.385.000 1.385.000 1.385.000
Biaya Penyimpanan 69.624 306.792 909.144 1.530.648
1.454.624 1.691.792 2.294.144 2.915.648
Biaya Unit 752 324 244 252
9 10 11 12
2.158 4.527 7.866 10.235
1.385.000 1.385.000 1.385.000 1.385.000
77.688 248.256 729.072 1.411.344
1.462.688 1.633.256 2.114.072 2.796.344
678 361 269 273
12 13 14 15 16
2.369 4.527 6.685 9.879 12.090
1.385.000 1.385.000 1.385.000 1.385.000 1.385.000
85.284 240.660 551.412 1.471.284 2.744.820
1.470.284 1.625.660 1.936.412 2.856.284 4.129.820
621 359 290 289 342
16 17 18 19 20
2.211 4.145 6.079 8.819 10.753
1.385.000 1.385.000 1.385.000 1.385.000 1.385.000
79.596 218.844 497.340 1.286.460 2.400.444
1.464.596 1.603.844 1.882.340 2.671.460 3.785.444
662 387 310 303 352
20 21 22 23 24
1.934 4.092 6.250 9.185 11.396
1.385.000 1.385.000 1.385.000 1.385.000 1.385.000
69.624 225.000 535.752 1.381.032 2.654.568
1.454.624 1.610.000 1.920.752 2.766.032 4.039.568
752 393 307 301 354
24 25 26 27
2.211 4.145 7.439 10.733
1.385.000 1.385.000 1.385.000 1.385.000
79.596 218.844 693.180 1.641.852
1.464.596 1.603.844 2.078.180 3.026.852
662 387 279 282
27 28 29 30
3.294 6.504 9.798 13.092
1.385.000 1.385.000 1.385.000 1.385.000
118.584 349.704 824.040 1.772.712
1.503.584 1.734.704 2.209.040 3.157.712
456 267 225 241
30 31 32 33
3.294 7.046 10.340 12.551
1.385.000 1.385.000 1.385.000 1.385.000
118.584 388.728 863.064 1.499.832
1.503.584 1.773.728 2.248.064 2.884.832
456 252 217 230
33 34 35
2.211 4.418 6.625
1.385.000 1.385.000 1.385.000
79.596 238.500 556.308
1.464.596 1.623.500 1.941.308
662 367 293
Minggu
Jumlah
6 7 8 9
Total
162
36 37
8.346 10.075
1.385.000 1.385.000
1.051.956 2.047.860
2.436.956 3.432.860
292 341
37 38 39 40 41
1.729 3.522 5.305 7.112 10.406
1.385.000 1.385.000 1.385.000 1.385.000 1.385.000
62.244 191.340 448.092 968.508 2.865.852
1.447.244 1.576.340 1.833.092 2.353.508 4.250.852
837 448 346 331 409
41 42 43 44
3.294 6.588 9.782 12.734
1.385.000 1.385.000 1.385.000 1.385.000
118.584 355.752 815.688 1.665.864
1.503.584 1.740.752 2.200.688 3.050.864
456 264 225 240
44 45 46 47
2.952 4.886 8.180 11.474
1.385.000 1.385.000 1.385.000 1.385.000
106.272 245.520 719.856 1.668.528
1.491.272 1.630.520 2.104.856 3.053.528
505 334 257 266
47 48
3.294 7.015
1.385.000 1.385.000
118.584 386.496
1.503.584 1.771.496
456 253
Lampiran 9 (lanjutan). Perhitungan dengan Teknik LUC non safety stock Bahan Baku : Outsole 2.048 4.096 5.878 7.259 8.780
Biaya Pemesanan 1.385.000 1.385.000 1.385.000 1.385.000 1.385.000
Biaya Penyimpanan 67.584 202.752 437.976 802.560 1.605.648
1.452.584 1.587.752 1.822.976 2.187.560 2.990.648
Biaya Unit 709 388 310 301 341
11 12 13 14 15
1.521 3.042 4.141 5.240 6.328
1.385.000 1.385.000 1.385.000 1.385.000 1.385.000
50.193 150.579 295.647 585.783 1.160.247
1.435.193 1.535.579 1.680.647 1.970.783 2.545.247
944 505 406 376 402
15 16 17 18 19
1.088 3.090 4.148 5.417 6.516
1.385.000 1.385.000 1.385.000 1.385.000 1.385.000
35.904 168.036 307.692 642.708 1.222.980
1.420.904 1.553.036 1.692.692 2.027.708 2.607.980
1.306 503 408 374 400
19 20 21 22 23
1.099 2.198 3.286 4.832 5.931
1.385.000 1.385.000 1.385.000 1.385.000 1.385.000
36.267 108.801 252.417 660.561 1.240.833
1.421.267 1.493.801 1.637.417 2.045.561 2.625.833
1.293 680 498 423 443
Minggu
Jumlah
7 8 9 10 11
Total
163
23 24 25 26 27
1.099 2.289 3.479 4.876 7.024
1.385.000 1.385.000 1.385.000 1.385.000 1.385.000
36.267 114.807 271.887 640.695 1.774.839
1.421.267 1.499.807 1.656.887 2.025.695 3.159.839
1.293 655 476 415 450
27 28 29 30 31
2.148 4.508 6.986 9.464 11.675
1.385.000 1.385.000 1.385.000 1.385.000 1.385.000
70.884 226.644 553.740 1.207.932 2.375.340
1.455.884 1.611.644 1.938.740 2.592.932 3.760.340
678 358 278 274 322
31 32 33 34 35
2.211 4.359 5.507 6.655 7.743
1.385.000 1.385.000 1.385.000 1.385.000 1.385.000
72.963 214.731 366.267 669.339 1.243.803
1.457.963 1.599.731 1.751.267 2.054.339 2.628.803
659 367 318 309 340
35 36 37 38 39
1.088 2.118 3.105 4.092 5.107
1.385.000 1.385.000 1.385.000 1.385.000 1.385.000
35.904 103.884 234.168 494.736 1.030.656
1.420.904 1.488.884 1.619.168 1.879.736 2.415.656
1.306 703 521 459 473
39 40 41 42 43
1.015 2.167 4.535 6.101 8.481
1.385.000 1.385.000 1.385.000 1.385.000 1.385.000
33.495 109.527 422.103 835.527 2.092.167
1.418.495 1.494.527 1.807.103 2.220.527 3.477.167
1.398 690 398 364 410
43 44 45 46 47
2.380 4.170 6.439 9.057 10.454
1.385.000 1.385.000 1.385.000 1.385.000 1.385.000
78.540 196.680 496.188 1.187.340 1.924.956
1.463.540 1.581.680 1.881.188 2.572.340 3.309.956
615 379 292 284 317
47 48
1.397 2.803
1.385.000 1.385.000
46.101 138.897
1.431.101 1.523.897
1.024 544
Lampiran 9 (lanjutan). Perhitungan dengan Teknik LUC non safety stock Bahan Baku : Midsole 1.356 3.239 5.122 6.739
Biaya Pemesanan 650.000 650.000 650.000 650.000
Biaya Penyimpanan 50.172 189.514 468.198 946.830
700.172 839.514 1.118.198 1.596.830
Biaya Unit 516 259 218 237
1.617
650.000
59.829
709.829
439
Minggu
Jumlah
6 7 8 9 9
Total
164
10 11 12
2.833 4.189 5.545
650.000 650.000 650.000
149.813 350.501 751.877
799.813 1.000.501 1.401.877
282 239 253
12 13 14 15
1.356 2.290 3.224 4.147
650.000 650.000 650.000 650.000
50.172 119.288 257.520 530.728
700.172 769.288 907.520 1.180.728
516 336 281 285
15 16 17 18
923 2.760 3.653 4.757
650.000 650.000 650.000 650.000
34.151 170.089 302.253 629.037
684.151 820.089 952.253 1.279.037
741 297 261 269
18 19 20 21 22
1.104 2.038 2.972 3.895 5.276
650.000 650.000 650.000 650.000 650.000
40.848 109.964 248.196 521.404 1.338.956
690.848 759.964 898.196 1.171.404 1.988.956
626 373 302 301 377
22 23 24 25
1.381 2.315 3.340 4.365
650.000 650.000 650.000 650.000
51.097 120.213 271.913 575.313
701.097 770.213 921.913 1.225.313
508 333 276 281
25 26 27 28
1.025 2.257 4.240 6.435
650.000 650.000 650.000 650.000
37.925 129.093 422.577 1.072.297
687.925 779.093 1.072.577 1.722.297
671 345 253 268
28 29 30 31
2.195 4.508 6.821 8.867
650.000 650.000 650.000 650.000
81.215 252.377 594.701 1.200.317
731.215 902.377 1.244.701 1.850.317
333 200 182 209
31 32 33 34
2.046 4.029 5.012 5.995
650.000 650.000 650.000 650.000
75.702 222.444 367.928 658.896
725.702 872.444 1.017.928 1.308.896
355 217 203 218
34 35 36 37 38
983 1.906 2.771 3.593 4.415
650.000 650.000 650.000 650.000 650.000
36.371 104.673 232.693 476.005 962.629
686.371 754.673 882.693 1.126.005 1.612.629
698 396 319 313 365
38 39 40 41
822 1.672 2.659 4.862
650.000 650.000 650.000 650.000
30.414 93.314 239.390 891.478
680.414 743.314 889.390 1.541.478
828 445 334 317
165
42
6.263
650.000
1.720.870
2.370.870
379
42 43 44 45
1.401 3.616 5.241 7.345
650.000 650.000 650.000 650.000
51.837 215.747 456.247 1.079.031
701.837 865.747 1.106.247 1.729.031
501 239 211 235
45 46 47 48
2.104 4.557 5.789 7.037
650.000 650.000 650.000 650.000
77.848 259.370 441.706 811.114
727.848 909.370 1.091.706 1.461.114
346 200 189 208
166
Lampiran 10. Perhitungan Persediaan Bahan Baku Pig Skin, Outsole, dan Midsole dengan teknik LUC non safety stock Bahan Baku : Pig Skin Persediaan Awal : 11.585 sft
Lead Time : 4 minggu Safety Stock : 0 sft
Komponen Periode Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana penerimaan pesanan Rencana pelaksanaan pesanan Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana penerimaan pesanan Rencana pelaksanaan pesanan Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana penerimaan pesanan Rencana pelaksanaan pesanan Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana penerimaan pesanan Rencana pelaksanaan pesanan Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana penerimaan pesanan Rencana pelaksanaan pesanan
Minggu
11.585
1 2.158 9.427 -9.427 0
21 2.158 6.701 -6.701 0
2 2.158 7.269 -7.269 0 9.411 12 2.369 9.118 761 9.879 8.819 22 2.158 4.543 -4.543 0
31 3.752 4.902 -4.902 0
32 3.294 1.608 -1.608 0
41 3.294 8.096 1.686 9.782
42 3.294 4.802 -4.802 0
11 3.339 1.608 -1.608 0
3 1.934 5.335 -5.335 0
4 1.793 3.542 -3.542 0
13 2.158 6.960 -6.960 0
14 2.158 4.802 -4.802 0
5 1.934 1.608 -1.608 0 7.866 15 3.194 1.608 -1.608 0
6 1.934 9.085 326 9.411
7 3.294 5.791 -5.791 0 17 1.934 6.282 -6.282 0 27 3.294 8.112 1.686 9.798
28 3.210 4.902 -4.902 0
35 2.207 3.329 -3.329 0
16 2.211 8.216 603 8.819 9.185 26 3.294 1.608 -1.608 0 10.340 36 1.721 1.608 -1.608 0
8 4.183 1.608 -1.608 0 9.879 18 1.934 4.348 -4.348 0
23 2.935 1.608 -1.608 0 9.798 33 2.211 7.743 603 8.346 7.112 43 3.194 1.608 -1.608 0 7.015
24 2.211 6.836 603 7.439
25 1.934 4.902 -4.902 0
34 2.207 5.536 -5.536 0
38 1.793 5.198 -5.198 0
45 1.934 4.902 -4.902 0
46 3.294 1.608 -1.608 0
37 1.729 6.991 121 7.112 9.782 47 3.294 5.329 1.686 7.015
44 2.952 6.836 1.344 8.180
9 2.158 7.316 550 7.866
10 2.369 4.947 -4.947 0
19 2.740 1.608 -1.608 0
20 1.934 8.859 326 9.185 7.439 30 3.294 8.654 1.686 10.340
29 3.294 1.608 -1.608 0 8.346 39 1.783 3.415 -3.415 0
40 1.807 1.608 -1.608 0 8.180
48 3.721 1.608 -1.608
Total 55.928
53.409
49.474
41.938
123.149 34.789 113.172
167
Lampiran 10 (lanjutan). Perhitungan Persediaan Bahan Baku Pig Skin, Outsole, dan Midsole dengan teknik LUC non safety stock Bahan Baku : Outsole Persediaan Awal : 7.256 psg
Lead Time : 4 minggu Safety Stock : 0 psg
Komponen Periode Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana penerimaan pesanan Rencana pelaksanaan pesanan Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana penerimaan pesanan Rencana pelaksanaan pesanan Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana penerimaan pesanan Rencana pelaksanaan pesanan Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana penerimaan pesanan Rencana pelaksanaan pesanan Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana penerimaan pesanan Rencana pelaksanaan pesanan
Minggu
7.256
1 1.168 6.088 -6.088 0
2 1.099 4.989 -4.989 0
11 1.521 3.974 1.266 5.240 5.417 21 1.088 1.801 -1.801 0
12 1.521 2.453 -2.453 0
31 2.211 4.699 1.956 6.655 4.092 41 2.368 1.821 -1.821 0
32 2.148 2.551 -2.551 0
22 1.546 255 -255 0
42 1.566 255 -255 0
3 1.099 3.890 -3.890 0 7.259 13 1.099 1.354 -1.354 0
4 1.015 2.875 -2.875 0
5 1.099 1.776 -1.776 0
6 1.521 255 -255 0
14 1.099 255 -255 0
16 2.002 2.582 -2.582 0
23 1.099 4.032 844 4.876 9.464 33 1.148 1.403 -1.403 0
24 1.190 2.842 -2.842 0
15 1.088 4.584 833 5.417 4.832 25 1.190 1.652 -1.652 0
43 2.380 6.932 2.125 9.057 2.803
44 1.790 5.142 -5.142 0
35 1.088 3.259 833 4.092 6.101 45 2.269 2.873 -2.873 0
34 1.148 255 -255 0
Total
7 2.048 5.466 1.793 7.259 5.240 17 1.058 1.524 -1.524 0
8 2.048 3.418 -3.418 0
9 1.782 1.636 -1.636 0
10 1.381 255 -255 0
30.648
18 1.269 255 -255 0
20 1.099 2.889 -2.889 0
23.858
28 2.360 5.211 -5.211 0
30 2.478 255 -255 0
26.607
36 1.030 2.229 -2.229 0
27 2.148 7.571 1.893 9.464 6.655 37 987 1.242 -1.242 0
19 1.099 3.988 844 4.832 4.876 29 2.478 2.733 -2.733 0 39 1.015 5.341 760 6.101 9.057
40 1.152 4.189 -4.189 0
25.423
46 2.618 255 -255 0
47 1.397 1.661 1.142 2.803
48 1.406 255 -255 0
26 1.397 255 -255 0
38 987 255 -255 0
72.797 19.194 65.796
168
Lampiran 10 (lanjutan). Perhitungan Persediaan Bahan Baku Pig Skin, Outsole, dan Midsole dengan teknik LUC non safety stock Bahan Baku : Midtsole Persediaan Awal : 4.754 psg
Lead Time : 2 minggu Safety Stock : 0 psg
Komponen Periode Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana penerimaan pesanan Rencana pelaksanaan pesanan Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana penerimaan pesanan Rencana pelaksanaan pesanan Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana penerimaan pesanan Rencana pelaksanaan pesanan Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana penerimaan pesanan Rencana pelaksanaan pesanan Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana penerimaan pesanan Rencana pelaksanaan pesanan
Minggu
4.754
1 998 3.756 -3.756 0
2 934 2.822 -2.822 0
3 934 1.888 -1.888 0
11 1.356 104 -104 0
12 1.356 1.972 1.252 3.224
21 923 104 -104 0
22 1.381 2.063 1.277 3.340
31 2.046 3.070 1.942 5.012
32 1.983 1.087 -1.087 0 3.593 42 1.401 3.944 1.297 5.241
13 934 1.038 -1.038 0 3.653 23 934 1.129 -1.129 0 4.240 33 983 104 -104 0
41 2.203 104 -104 0
43 2.215 1.729 -1.729 0 5.789
4 850 1.038 -1.038 0 5.122 14 934 104 -104 0
5 934 104 -104 0
6 1.356 3.870 1.252 5.122
15 923 2.834 819 3.653
24 1.025 104 -104 0
25 1.025 3.319 921 4.240
34 983 2.714 879 3.593
35 923 1.791 -1.791 0
44 1.625 104 -104 0
45 2.104 3.789 2.000 5.789
16 1.837 997 -997 0 3.895 26 1.232 2.087 -2.087 0 6.821 36 865 926 -926 0 4.862 46 2.453 1.336 -1.336 0 1.284
7 1.883 1.987 -1.987 0 4.189 17 893 104 -104 0
8 1.883 104 -104 0
9 1.617 2.676 1.513 4.189
18 1.104 2.895 1.000 3.895
19 934 1.961 -1.961 0
27 1.983 104 -104 0
28 2.195 4.730 2.091 6.821
37 822 104 -104 0
38 822 4.144 718 4.862
29 2.313 2.417 -2.417 0 5.012 39 850 3.294 -3.294 0
47 1.232 104 -104 0
48 1.248 140 1.144 1.284
10 1.216 1.460 -1.460 0 3.224 20 934 1.027 -1.027 0 3.340 30 2.313 104 -104 0 40 987 2.307 -2.307 0 5.241
Total 19.705
13.036
16.161
19.541
64.879 11.250 60.265
169
Lampiran 11. Perhitungan dengan Teknik LUC service level 80% Bahan Baku : Outsole Biaya Biaya Total Pemesanan Penyimpanan 1.385.000 50.193 1.435.193 1.385.000 185.361 1.570.361 1.385.000 455.697 1.840.697 1.385.000 926.145 2.311.145 1.385.000 1.655.313 3.040.313
Biaya Unit 944 440 328 312 346
Minggu
Jumlah
6 7 8 9 10
1.521 3.569 5.617 7.399 8.780
10 11 12 13 14
1.381 2.902 4.423 5.522 6.621
1.385.000 1.385.000 1.385.000 1.385.000 1.385.000
45.573 145.959 346.731 636.867 1.217.139
1.430.573 1.530.959 1.731.731 2.021.867 2.602.139
1.036 528 392 366 393
14 15 16 17 18
1.099 2.187 4.189 5.247 6.516
1.385.000 1.385.000 1.385.000 1.385.000 1.385.000
36.267 108.075 372.339 651.651 1.321.683
1.421.267 1.493.075 1.757.339 2.036.651 2.706.683
1.293 683 420 388 415
18 19 20 21 22
1.269 2.368 3.467 4.555 6.101
1.385.000 1.385.000 1.385.000 1.385.000 1.385.000
41.877 114.411 259.479 546.711 1.362.999
1.426.877 1.499.411 1.644.479 1.931.711 2.747.999
1.124 633 474 424 450
22 23 24 25 26
1.546 2.645 3.835 5.025 6.422
1.385.000 1.385.000 1.385.000 1.385.000 1.385.000
51.018 123.552 280.632 594.792 1.332.408
1.436.018 1.508.552 1.665.632 1.979.792 2.717.408
929 570 434 394 423
26 27 28 29 30
1.397 3.545 5.905 8.383 10.861
1.385.000 1.385.000 1.385.000 1.385.000 1.385.000
46.101 187.869 499.389 1.153.581 2.461.965
1.431.101 1.572.869 1.884.389 2.538.581 3.846.965
1.024 444 319 303 354
30 31 32 33 34
2.478 4.689 6.837 7.985 9.133
1.385.000 1.385.000 1.385.000 1.385.000 1.385.000
81.774 227.700 511.236 814.308 1.420.452
1.466.774 1.612.700 1.896.236 2.199.308 2.805.452
592 344 277 275 307
34 35 36 37
1.148 2.236 3.266 4.253
1.385.000 1.385.000 1.385.000 1.385.000
37.884 109.692 245.652 506.220
1.422.884 1.494.692 1.630.652 1.891.220
1.239 668 499 445
170
38
5.240
1.385.000
1.027.356
2.412.356
460
38 39 40 41 42
987 2.002 3.154 5.522 7.088
1.385.000 1.385.000 1.385.000 1.385.000 1.385.000
32.571 99.561 251.625 876.777 1.703.625
1.417.571 1.484.561 1.636.625 2.261.777 3.088.625
1.436 742 519 410 436
42 43 44 45 46
1.566 3.946 5.736 8.005 10.623
1.385.000 1.385.000 1.385.000 1.385.000 1.385.000
51.678 208.758 445.038 1.044.054 2.426.358
1.436.678 1.593.758 1.830.038 2.429.054 3.811.358
917 404 319 303 359
46 47 48
2.618 4.015 5.421
1.385.000 1.385.000 1.385.000
86.394 178.596 364.188
1.471.394 1.563.596 1.749.188
562 389 323
Lampiran 11 (lanjutan). Perhitungan dengan Teknik LUC service level 80% Bahan Baku : Midsole Biaya Biaya Total Pemesanan Penyimpanan 650.000 34.558 684.558 650.000 134.902 784.902 650.000 413.586 1.063.586 650.000 970.954 1.620.954
Biaya Unit 733 343 255 268
Minggu
Jumlah
5 6 7 8
934 2.290 4.173 6.056
8 9 10 11
1.883 3.500 4.716 6.072
650.000 650.000 650.000 650.000
69.671 189.329 369.297 770.673
719.671 839.329 1.019.297 1.420.673
382 240 216 234
11 12 13 14
1.356 2.712 3.646 4.580
650.000 650.000 650.000 650.000
50.172 150.516 288.748 565.212
700.172 800.516 938.748 1.215.212
516 295 257 265
14 15 16 17
934 1.857 3.694 4.587
650.000 650.000 650.000 650.000
34.558 102.860 374.736 639.064
684.558 752.860 1.024.736 1.289.064
733 405 277 281
17 18 19 20 21
893 1.997 2.931 3.865 4.788
650.000 650.000 650.000 650.000 650.000
33.041 114.737 252.969 529.433 1.075.849
683.041 764.737 902.969 1.179.433 1.725.849
765 383 308 305 360
21 22
923 2.304
650.000 650.000
34.151 136.345
684.151 786.345
741 341
171
23 24
3.238 4.263
650.000 650.000
274.577 577.977
924.577 1.227.977
286 288
24 25 26 27
1.025 2.050 3.282 5.265
650.000 650.000 650.000 650.000
37.925 113.775 296.111 883.079
687.925 763.775 946.111 1.533.079
671 373 288 291
27 28 29 30
1.983 4.178 6.491 8.804
650.000 650.000 650.000 650.000
73.371 235.801 578.125 1.262.773
723.371 885.801 1.228.125 1.912.773
365 212 189 217
30 31 32 33
2.313 4.359 6.342 7.325
650.000 650.000 650.000 650.000
85.581 236.985 530.469 821.437
735.581 886.985 1.180.469 1.471.437
318 203 186 201
33 34 35 36 37
983 1.966 2.889 3.754 4.576
650.000 650.000 650.000 650.000 650.000
36.371 109.113 245.717 501.757 988.381
686.371 759.113 895.717 1.151.757 1.638.381
698 386 310 307 358
37 38 39 40 41
822 1.644 2.494 3.481 5.684
650.000 650.000 650.000 650.000 650.000
30.414 91.242 217.042 509.194 1.813.370
680.414 741.242 867.042 1.159.194 2.463.370
828 451 348 333 433
41 42 43 44
2.203 3.604 5.819 7.444
650.000 650.000 650.000 650.000
81.511 185.185 513.005 994.005
731.511 835.185 1.163.005 1.644.005
332 232 200 221
44 45 46 47
1.625 3.729 6.182 7.414
650.000 650.000 650.000 650.000
60.125 215.821 578.865 943.537
710.125 865.821 1.228.865 1.593.537
437 232 199 215
47 48
1.232 2.480
650.000 650.000
45.584 137.936
695.584 787.936
565 318
172
Lampiran 12. Perhitungan Persediaan Bahan Baku Outsole dan Midsole dengan teknik LUC Service Level 80% Bahan Baku : Outsole Persediaan Awal : 7.256 psg
Lead Time : 4 minggu Safety Stock : 1.380 psg
Komponen Periode Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana penerimaan pesanan Rencana pelaksanaan pesanan Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana penerimaan pesanan Rencana pelaksanaan pesanan Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana penerimaan pesanan Rencana pelaksanaan pesanan Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana penerimaan pesanan Rencana pelaksanaan pesanan Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana penerimaan pesanan Rencana pelaksanaan pesanan
Minggu
7.256
1 1.168 6.088 -4.708 0 11 1.521 4.396 -3.016 0 21 1.088 1.776 -396 0 31 2.211 5.072 -3.692 0 41 2.368 1.776 -396 0
2 1.099 4.989 -3.609 0 7.399 12 1.521 2.875 -1.495 0
3 1.099 3.890 -2.510 0
4 1.015 2.875 -1.495 0
5 1.099 1.776 -396 0
13 1.099 1.776 -396 0
15 1.088 4.836 -3.456 0
22 1.546 5.255 1.150 5.025 8.383 32 2.148 2.924 -1.544 0
23 1.099 4.156 -2.776 0
14 1.099 5.924 703 5.247 4.555 24 1.190 2.966 -1.586 0
42 1.566 8.212 1.170 8.002 5.421
43 2.380 5.832 -4.452 0
34 1.148 4.881 752 4.253 5.522 44 1.790 4.042 -2.662 0
33 1.148 1.776 -396 0
6 1.521 7.654 1.125 7.399 5.522 16 2.002 2.834 -1.454 0
7 2.048 5.606 -4.226 0
8 2.048 3.558 -2.178 0
9 1.782 1.776 -396 0
17 1.058 1.776 -396 0
19 1.099 3.963 -2.583 0
27 2.148 6.614 -5.234 0
35 1.088 3.793 -2.413 0
26 1.397 8.762 1.001 8.383 7.985 36 1.030 2.763 -1.383 0
18 1.269 5.062 873 4.555 5.025 28 2.360 4.254 -2.874 0
39 1.015 5.296 -3.916 0
45 2.269 1.773 -393 0
46 2.618 4.576 2.225 5.421
47 1.397 3.179 -1.799 0
38 987 6.311 591 5.522 8.002 48 1.406 1.773 -393 0
25 1.190 1.776 -396 0
37 987 1.776 -396 0
29 2.478 1.776 -396 0
10 1.381 5.917 985 5.522 5.247 20 1.099 2.864 -1.484 0 30 2.478 7.283 2.082 7.985 4.253 40 1.152 4.144 -2.764 0
Total 44.129
36.306
44.618
38.736
72.797 31.163 67.314 67.314
173
Lampiran 12. Perhitungan Persediaan Bahan Baku Outsole dan Midsole dengan teknik LUC Service Level 80% Bahan Baku : Midsole Persediaan Awal : 4.754 psg
Lead Time : 2 minggu Safety Stock : 977 psg
Komponen Periode Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana penerimaan pesanan Rencana pelaksanaan pesanan Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana penerimaan pesanan Rencana pelaksanaan pesanan Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana penerimaan pesanan Rencana pelaksanaan pesanan Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana penerimaan pesanan Rencana pelaksanaan pesanan Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana penerimaan pesanan Rencana pelaksanaan pesanan
Minggu
4.754
1 998 3.756 -2.779 0
2 934 2.822 -1.845 0
11 1.356 3.328 1.295 3.646
12 1.356 1.972 -995 0 3.694 22 1.381 1.972 -995 0 3.282 32 1.983 1.038 -61 0
21 923 3.353 862 3.238 31 2.046 3.021 -2.044 0 3.754 41 2.203 4.654 2.142 5.819
42 1.401 3.253 -2.276 0 6.182
3 934 1.888 -911 0 4.173 13 934 1.038 -61 0
4 850 1.038 -61 0
5 934 4.277 873 4.173
14 934 3.798 873 3.694
23 934 1.038 -61 0
24 1.025 3.295 964 3.282
33 983 3.809 922 3.754
34 983 2.826 -1.849 0
43 2.215 1.038 -61 0
44 1.625 5.595 1.564 6.182
15 923 2.875 -1.898 0 3.865 25 1.025 2.270 -1.293 0 6.491 35 923 1.903 -926 0 3.481 45 2.104 3.491 -2.514 0 2.480
6 1.356 2.921 -1.944 0 4.716 16 1.837 1.038 -61 0
7 1.883 1.038 -61 0
8 1.883 3.871 1.822 4.716
17 893 4.010 832 3.865
18 1.104 2.906 -1.929 0
26 1.232 1.038 -61 0
27 1.983 5.546 1.922 6.491
36 865 1.038 -61 0
37 822 3.697 761 3.481
28 2.195 3.351 -2.374 0 6.342 38 822 2.875 -1.898 0
46 2.453 1.038 -61 0
47 1.232 2.286 1.171 2.480
48 1.248 1.038 -61 0
9 1.617 2.254 -1.277 0 3.646 19 934 1.972 -995 0 3.238 29 2.313 1.038 -61 0 39 850 2.025 -1.048 0 5.819
Total
10 1.216 1.038 -61 0
24.903
20 934 1.038 -61 0
23.975
30 2.313 5.067 2.252 6.342
27.968
40 987 1.038 -61 0
23.270
64.879 22.393 61.163 61.163
174
Lampiran 13. Perhitungan dengan Teknik LUC service level 90% Bahan Baku : Outsole Biaya Biaya Total Pemesanan Penyimpanan 1.385.000 36.267 1.421.267 1.385.000 136.653 1.521.653 1.385.000 406.989 1.791.989 1.385.000 947.661 2.332.661 1.385.000 1.888.557 3.273.557
Biaya Unit 1.293 581 384 347 385
Minggu
Jumlah
5 6 7 8 9
1.099 2.620 4.668 6.716 8.498
9 10 11 12 13
1.782 3.163 4.684 6.205 7.304
1.385.000 1.385.000 1.385.000 1.385.000 1.385.000
58.806 149.952 350.724 752.268 1.332.540
1.443.806 1.534.952 1.735.724 2.137.268 2.717.540
810 485 371 344 372
13 14 15 16 17 18
1.099 2.198 3.286 5.288 6.346 7.615
1.385.000 1.385.000 1.385.000 1.385.000 1.385.000 1.385.000
36.267 108.801 252.417 780.945 780.945 2.121.009
1.421.267 1.493.801 1.637.417 2.165.945 2.165.945 3.506.009
1.293 680 498 410 341 460
18 19 20 21 22
1.269 2.368 3.467 4.555 6.101
1.385.000 1.385.000 1.385.000 1.385.000 1.385.000
41.877 114.411 259.479 546.711 1.362.999
1.426.877 1.499.411 1.644.479 1.931.711 2.747.999
1.124 633 474 424 450
22 23 24 25 26
1.546 2.645 3.835 5.025 6.422
1.385.000 1.385.000 1.385.000 1.385.000 1.385.000
51.018 123.552 280.632 594.792 1.332.408
1.436.018 1.508.552 1.665.632 1.979.792 2.717.408
929 570 434 394 423
26 27 28 29 30
1.397 3.545 5.905 8.383 10.861
1.385.000 1.385.000 1.385.000 1.385.000 1.385.000
46.101 187.869 499.389 1.153.581 2.461.965
1.431.101 1.572.869 1.884.389 2.538.581 3.846.965
1.024 444 319 303 354
30 31 32 33 34
2.478 4.689 6.837 7.985 9.133
1.385.000 1.385.000 1.385.000 1.385.000 1.385.000
81.774 227.700 511.236 814.308 1.420.452
1.466.774 1.612.700 1.896.236 2.199.308 2.805.452
592 344 277 275 307
34 35 36
1.148 2.236 3.266
1.385.000 1.385.000 1.385.000
37.884 109.692 245.652
1.422.884 1.494.692 1.630.652
1.239 668 499
175
37 38
4.253 5.240
1.385.000 1.385.000
506.220 1.027.356
1.891.220 2.412.356
445 460
38 39 40 41 42
987 2.002 3.154 5.522 7.088
1.385.000 1.385.000 1.385.000 1.385.000 1.385.000
32.571 99.561 251.625 876.777 1.703.625
1.417.571 1.484.561 1.636.625 2.261.777 3.088.625
1.436 742 519 410 436
42 43 44 45 46
1.566 3.946 5.736 8.005 10.623
1.385.000 1.385.000 1.385.000 1.385.000 1.385.000
51.678 208.758 445.038 1.044.054 2.426.358
1.436.678 1.593.758 1.830.038 2.429.054 3.811.358
917 404 319 303 359
46 47 48
2.618 4.015 5.421
1.385.000 1.385.000 1.385.000
86.394 178.596 364.188
1.471.394 1.563.596 1.749.188
562 389 323
Lampiran 13. Perhitungan dengan Teknik LUC service level 90% Bahan Baku : Midsole Biaya Biaya Total Pemesanan Penyimpanan 650.000 31450 681.450 650.000 100.566 750.566 650.000 301.254 951.254 650.000 858.622 1.508.622 650.000 1.973.358 2.623.358
Biaya Unit 802 421 303 300 380
Minggu
Jumlah
4 5 6 7 8
850 1.784 3.140 5.023 6.906
8 9 10 11
1.883 3.500 4.716 6.072
650.000 650.000 650.000 650.000
69.671 189.329 369.297 770.673
719.671 839.329 1.019.297 1.420.673
382 240 216 234
11 12 13 14
1.356 2.712 3.646 4.580
650.000 650.000 650.000 650.000
50.172 150.516 288.748 565.212
700.172 800.516 938.748 1.215.212
516 295 257 265
14 15 16 17
934 1.857 3.694 4.587
650.000 650.000 650.000 650.000
34.558 102.860 374.736 639.064
684.558 752.860 1.024.736 1.289.064
733 405 277 281
17 18 19 20 21
893 1.997 2.931 3.865 4.788
650.000 650.000 650.000 650.000 650.000
33.041 114.737 252.969 529.433 1.075.849
683.041 764.737 902.969 1.179.433 1.725.849
765 383 308 305 360
176
21 22 23 24
923 2.304 3.238 4.263
650.000 650.000 650.000 650.000
34.151 136.345 274.577 577.977
684.151 786.345 924.577 1.227.977
741 341 286 288
24 25 26 27
1.025 2.050 3.282 5.265
650.000 650.000 650.000 650.000
37.925 113.775 296.111 883.079
687.925 763.775 946.111 1.533.079
671 373 288 291
27 28 29 30
1.983 4.178 6.491 8.804
650.000 650.000 650.000 650.000
73.371 235.801 578.125 1.262.773
723.371 885.801 1.228.125 1.912.773
365 212 189 217
30 31 32 33
2.313 4.359 6.342 7.325
650.000 650.000 650.000 650.000
85.581 236.985 530.469 821.437
735.581 886.985 1.180.469 1.471.437
318 203 186 201
33 34 35 36 37
983 1.966 2.889 3.754 4.576
650.000 650.000 650.000 650.000 650.000
36.371 109.113 245.717 501.757 988.381
686.371 759.113 895.717 1.151.757 1.638.381
698 386 310 307 358
37 38 39 40 41
822 1.644 2.494 3.481 5.684
650.000 650.000 650.000 650.000 650.000
30.414 91.242 217.042 509.194 1.813.370
680.414 741.242 867.042 1.159.194 2.463.370
828 451 348 333 433
41 42 43 44
2.203 3.604 5.819 7.444
650.000 650.000 650.000 650.000
81.511 185.185 513.005 994.005
731.511 835.185 1.163.005 1.644.005
332 232 200 221
44 45 46 47
1.625 3.729 6.182 7.414
650.000 650.000 650.000 650.000
60.125 215.821 578.865 943.537
710.125 865.821 1.228.865 1.593.537
437 232 199 215
47 48
1.232 2.480
650.000 650.000
45.584 137.936
695.584 787.936
565 318
177
Lampiran 14. Perhitungan Persediaan Bahan Baku Outsole dan Midsole dengan teknik LUC Service Level 90% Bahan Baku : Outsole Persediaan Awal : 7.256 psg
Lead Time : 4 minggu Safety Stock : 2.104 psg
Komponen Periode Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana penerimaan pesanan Rencana pelaksanaan pesanan Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana penerimaan pesanan Rencana pelaksanaan pesanan Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana penerimaan pesanan Rencana pelaksanaan pesanan Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana penerimaan pesanan Rencana pelaksanaan pesanan Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana penerimaan pesanan Rencana pelaksanaan pesanan
Minggu
7.256
1 1.168 6.088 -3.984 0 6.716 11 1.521 4.396 -2.292 0
2 1.099 4.989 -2.885 0
3 1.099 3.890 -1.786 0
4 1.015 2.875 -771 0
12 1.521 2.875 -771 0
13 1.099 8.122 328 6.346
21 1.088 2.875 -771 0
22 1.546 6.354 775 5.025 8.383 32 2.148 4.023 -1.919 0
23 1.099 5.255 -3.151 0
14 1.099 7.023 -4.919 0 4.555 24 1.190 4.065 -1.961 0
42 1.566 9.311 795 8.002 5.421
43 2.380 6.931 -4.827 0
31 2.211 6.171 -4.067 0 41 2.368 2.875 -771 0
33 1.148 2.875 -771 0
34 1.148 5.980 377 4.253 5.522 44 1.790 5.141 -3.037 0
5 1.099 8.492 328 6.716 6.205 15 1.088 5.935 -3.831 0
6 1.521 6.971 -4.867 0
7 2.048 4.923 -2.819 0
8 2.048 2.875 -771 0
16 2.002 3.933 -1.829 0
17 1.058 2.875 -771 0
25 1.190 2.875 -771 0
27 2.148 7.713 -5.609 0
35 1.088 4.892 -2.788 0
26 1.397 9.861 626 8.383 7.985 36 1.030 3.862 -1.758 0
18 1.269 6.161 498 4.555 5.025 28 2.360 5.353 -3.249 0
45 2.269 2.872 -768 0
46 2.618 5.675 1.850 5.421
47 1.397 4.278 -2.174 0
37 987 2.875 -771 0
38 987 7.410 216 5.522 8.002 48 1.406 2.872 -768 0
Total
9 1.782 7.298 1.011 6.205 6.346 19 1.099 5.062 -2.958 0
10 1.381 5.917 -3.813 0
54.318
20 1.099 3.963 -1.859 0
50.345
29 2.478 2.875 -771 0
30 2.478 8.382 1.707 7.985 4.253 40 1.152 5.243 -3.139 0
39 1.015 6.395 -4.291 0
55.608
49.726
72.797 39.955 68.413 68.413
178
Lampiran 14. Perhitungan Persediaan Bahan Baku Outsole dan Midsole dengan teknik LUC Service Level 90% Bahan Baku : Midsole Persediaan Awal : 4.754 psg
Lead Time : 2 minggu Safety Stock : 1.488 psg
Komponen Periode Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana penerimaan pesanan Rencana pelaksanaan pesanan Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana penerimaan pesanan Rencana pelaksanaan pesanan Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana penerimaan pesanan Rencana pelaksanaan pesanan Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana penerimaan pesanan Rencana pelaksanaan pesanan Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana penerimaan pesanan Rencana pelaksanaan pesanan
Minggu
4.754
1 998 3.756 -2.268 0 11 1.356 4.178 956 3.646 21 923 4.203 523 3.238 31 2.046 3.871 -2.383 0 3.754 41 2.203 5.504 1.803 5.819
2 934 2.822 -1.334 0 5.023 12 1.356 2.822 -1.334 0 3.694 22 1.381 2.822 -1.334 0 3.282 32 1.983 1.888 -400 0
3 934 1.888 -400 0
4 850 6.061 450 5.023
5 934 5.127 -3.639 0
13 934 1.888 -400 0
14 934 4.648 534 3.694
23 934 1.888 -400 0
24 1.025 4.145 625 3.282
33 983 4.659 583 3.754
34 983 3.676 -2.188 0
42 1.401 4.103 -2.615 0 6.182
43 2.215 1.888 -400 0
44 1.625 6.445 1.225 6.182
15 923 3.725 -2.237 0 3.865 25 1.025 3.120 -1.632 0 6.491 35 923 2.753 -1.265 0 3.481 45 2.104 4.341 -2.853 0 2.480
6 1.356 3.771 -2.283 0 4.716 16 1.837 1.888 -400 0
7 1.883 1.888 -400 0
8 1.883 4.721 1.483 4.716
17 893 4.860 493 3.865
18 1.104 3.756 -2.268 0
26 1.232 1.888 -400 0
27 1.983 6.396 1.583 6.491
36 865 1.888 -400 0
37 822 4.547 422 3.481
28 2.195 4.201 -2.713 0 6.342 38 822 3.725 -2.237 0
46 2.453 1.888 -400 0
47 1.232 3.136 832 2.480
48 1.248 1.888 -400 0
9 1.617 3.104 -1.616 0 3.646 19 934 2.822 -1.334 0 3.238 29 2.313 1.888 -400 0 39 850 2.875 -1.387 0 5.819
Total
10 1.216 1.888 -400 0
35.026
20 934 1.888 -400 0
32.475
30 2.313 5.917 1.913 6.342
36.468
40 987 1.888 -400 0
31.770
64.879 29.193 62.013 62.013
179
Lampiran 15. Analisis Perbandingan Antara Teknik Lot Sizing dengan Kebijakan Perusahaan Untuk Bahan Baku Cow Leather
Komponen Jumlah Pembelian
Frekuensi Pemesanan
Kebijakan Perusahaan 155.296
16
Persediaan Rata-rata
30.832
Total Biaya Pemesanan
22.160.000
Total Biaya Penyimpanan
917.649.576
Total Biaya Persediaan
939.809.576
Total Biaya Pembelian
4.456.374.016
Kebijakan Tanpa Safety Stock Safety Stock 80% Safety Stock 90% Tanpa Safety Stock Safety Stock 80% Safety Stock 90% Tanpa Safety Stock Safety Stock 80% Safety Stock 90% Tanpa Safety Stock Safety Stock 80% Safety Stock 90% Tanpa Safety Stock Safety Stock 80% Safety Stock 90% Tanpa Safety Stock Safety Stock 80% Safety Stock 90% Tanpa Safety Stock Safety Stock 80% Safety Stock 90%
EOQ
POQ
121.060
120.205
121.060 121.060
Lot Sizing LUC
LTC
PPB
120.205
120.205
120.205
122.302 122.302
122.301 122.301
122.302 122.302
122.302 122.302
10
8
10
12
10
10 10
8 8
10 10
12 12
10 10
23.473
31.375
25.049
20.356
23.384
30.535 34.570
38.362 38.362
33.754 33.754
28.790 28.790
32.183 32.183
13.850.000
11.080.000
13.850.000
16.620.000
13.850.000
13.850.000 13.850.000
11.080.000 11.080.000
13.850.000 13.850.000
16.620.000 16.620.000
13.850.000 13.850.000
699.113.300
933.904.952
745.949.316
606.513.376
696.461.504
908.934.492 1.058.806.772
1.141.505.172 1.141.505.172
1.004.577.420 1.004.577.420
857.087.052 857.087.052
957.914.724 957.914.724
712.963.300
944.984.952
759.799.316
623.133.376
710.311.504
922.784.492 1.072.656.772
1.152.585.172 1.152.585.172
1.018.427.420 1.018.427.420
873.707.052 873.707.052
971.764.724 971.764.724
3.473.937.760
3.449.402.680
3.449.402.680
3.449.402.680
3.449.402.680
3.473.937.760 3.473.937.760
3.509.578.192 3.509.578.192
3.509.549.496 3.509.549.496
3.509.578.192 3.509.578.192
3.509.578.192 3.509.578.192
180
Lampiran 16. Penghematan Hasil Analisis Perbandingan Antara Teknik Lot Sizing dengan Kebijakan Perusahaan Untuk Bahan Baku Cow Leather
Komponen Jumlah Pembelian Frekuensi Pemesanan Persediaan Rata-rata Total Biaya Pemesanan Total Biaya Penyimpanan Total Biaya Persediaan Total Biaya Pembelian
Kebijakan Tanpa Safety Stock Safety Stock 80% Safety Stock 90% Tanpa Safety Stock Safety Stock 80% Safety Stock 90% Tanpa Safety Stock Safety Stock 80% Safety Stock 90% Tanpa Safety Stock Safety Stock 80% Safety Stock 90% Tanpa Safety Stock Safety Stock 80% Safety Stock 90% Tanpa Safety Stock Safety Stock 80% Safety Stock 90% Tanpa Safety Stock Safety Stock 80% Safety Stock 90%
EOQ
POQ
22,05 22,05 22,05 37,50 37,50 37,50 23,87 0,96 -12,12 37,50 37,50 37,50 23,81 0,95 -15,38 24,14 1,81 -14,14 22,05 22,05 22,05
22,60 21,25 21,25 50,00 50,00 50,00 -1,76 -24,42 -24,42 50,00 50,00 50,00 -1,77 -24,39 -24,39 -0,55 -22,64 -22,64 22,60 21,25 21,25
Lot Sizing (%) LUC 22,60 21,25 21,25 37,50 37,50 37,50 18,76 -9,48 -9,48 37,50 37,50 37,50 18,71 -9,47 -9,47 19,15 -8,37 -8,37 22,60 21,25 21,25
LTC
PPB
22,60 21,25 21,25 25,00 25,00 25,00 33,98 6,62 6,62 25,00 25,00 25,00 33,91 6,60 6,60 33,70 7,03 7,03 22,60 21,25 21,25
22,60 21,25 21,25 37,50 37,50 37,50 24,16 -4,38 -4,38 37,50 37,50 37,50 24,10 -4,39 -4,39 24,42 -3,40 -3,40 22,60 21,25 21,25
181
Lampiran 17. Analisis Perbandingan Antara Teknik Lot Sizing dengan Kebijakan Perusahaan Untuk Bahan Baku Sheep Leather
Komponen Jumlah Pembelian
Frekuensi Pemesanan
Kebijakan Perusahaan 98.373
19
Persediaan Rata-rata
17.571
Total Biaya Pemesanan
12.350.000
Total Biaya Penyimpanan
595.668.396
Total Biaya Persediaan
608.018.396
Total Biaya Pembelian
2.822.911.608
Kebijakan Tanpa Safety Stock Safety Stock 80% Safety Stock 90% Tanpa Safety Stock Safety Stock 80% Safety Stock 90% Tanpa Safety Stock Safety Stock 80% Safety Stock 90% Tanpa Safety Stock Safety Stock 80% Safety Stock 90% Tanpa Safety Stock Safety Stock 80% Safety Stock 90% Tanpa Safety Stock Safety Stock 80% Safety Stock 90% Tanpa Safety Stock Safety Stock 80% Safety Stock 90%
EOQ
POQ
79.365
76.892
79.365 79.365
Lot Sizing LUC
LTC
PPB
76.892
76.892
76.892
78.157 78.157
78.157 78.157
78.157 78.157
78.157 78.157
13
9
13
16
13
13 13
10 10
13 13
16 16
13 13
12.657
16.554
11.496
9.307
11.417
16.727 18.254
21.444 21.444
16.701 16.701
14.427 14.427
16.611 16.611
8.450.000
5.850.000
8.450.000
10.400.000
8.450.000
8.450.000 8.450.000
6.500.000 6.500.000
8.450.000 8.450.000
10.400.000 10.400.000
8.450.000 8.450.000
429.554.496
561.277.416
390.310.869
316.288.560
387.640.353
567.136.776 618.730.131
726.570.525 726.570.525
566.243.787 566.243.787
489.359.406 489.359.406
563.204.244 563.204.244
438.004.496
567.127.416
398.760.869
326.688.560
396.090.353
575.586.776 627.180.131
733.070.525 733.070.525
574.693.787 574.693.787
499.759.406 499.759.406
571.654.244 571.654.244
2.277.458.040
2.206.492.832
2.206.492.832
2.206.492.832
2.206.492.832
2.277.458.040 2.277.458.040
2.242.793.272 2.242.793.272
2.242.793.272 2.242.793.272
2.242.793.272 2.242.793.272
2.242.793.272 2.242.793.272
182
Lampiran 18. Penghematan Hasil Analisis Perbandingan Antara Teknik Lot Sizing dengan Kebijakan Perusahaan Untuk Bahan Baku Sheep Leather
Komponen Jumlah Pembelian Frekuensi Pemesanan Persediaan Rata-rata Total Biaya Pemesanan Total Biaya Penyimpanan Total Biaya Persediaan Total Biaya Pembelian
Kebijakan Tanpa Safety Stock Safety Stock 80% Safety Stock 90% Tanpa Safety Stock Safety Stock 80% Safety Stock 90% Tanpa Safety Stock Safety Stock 80% Safety Stock 90% Tanpa Safety Stock Safety Stock 80% Safety Stock 90% Tanpa Safety Stock Safety Stock 80% Safety Stock 90% Tanpa Safety Stock Safety Stock 80% Safety Stock 90% Tanpa Safety Stock Safety Stock 80% Safety Stock 90%
EOQ
POQ
19,32 19,32 19,32 31,58 31,58 31,58 27,96 4,80 -3,88 31,58 31,58 31,58 27,89 4,79 -3,87 27,96 5,33 -3,15 19,32 19,32 19,32
21,84 20,55 20,55 52,63 47,37 47,37 5,79 -22,04 -22,04 52,63 47,37 47,37 5,77 -21,98 -21,98 6,73 -20,57 -20,57 21,84 20,55 20,55
Lot Sizing (%) LUC 21,84 20,55 20,55 31,58 31,58 31,58 34,57 4,95 4,95 31,58 31,58 31,58 34,48 4,94 4,94 34,42 5,48 5,48 21,84 20,55 20,55
LTC
PPB
21,84 20,55 20,55 15,79 15,79 15,79 47,03 17,90 17,90 15,79 15,79 15,79 46,90 17,85 17,85 46,27 17,81 17,81 21,84 20,55 20,55
21,84 20,55 20,55 31,58 31,58 31,58 35,02 5,46 5,46 31,58 31,58 31,58 34,92 5,45 5,45 34,86 5,98 5,98 21,84 20,55 20,55
183
Lampiran 19. Analisis Perbandingan Antara Teknik Lot Sizing dengan Kebijakan Perusahaan Untuk Bahan Baku Pig Skin
Komponen Jumlah Pembelian
Frekuensi Pemesanan
Kebijakan Perusahaan 150.563
15
Persediaan Rata-rata
33.674
Total Biaya Pemesanan
20.775.000
Total Biaya Penyimpanan
697.412.474
Total Biaya Persediaan
718.187.474
Total Biaya Pembelian
4.320.555.848
Kebijakan Tanpa Safety Stock Safety Stock 80% Safety Stock 90% Tanpa Safety Stock Safety Stock 80% Safety Stock 90% Tanpa Safety Stock Safety Stock 80% Safety Stock 90% Tanpa Safety Stock Safety Stock 80% Safety Stock 90% Tanpa Safety Stock Safety Stock 80% Safety Stock 90% Tanpa Safety Stock Safety Stock 80% Safety Stock 90% Tanpa Safety Stock Safety Stock 80% Safety Stock 90%
EOQ
POQ
112.600
113.172
126.675 126.675
Lot Sizing LUC
LTC
PPB
113.172
113.172
113.172
115.106 115.106
115.106 115.106
115.106 115.106
115.106 115.106
8
7
14
9
8
9 9
8 8
8 8
10 10
9 9
28.804
35.177
19.628
25.478
28.975
34.669 38.188
37.628 37.628
36.434 37.548
30.980 31.847
33.259 34.126
11.080.000
9.695.000
19.390.000
12.465.000
11.080.000
12.465.000 12.465.000
11.080.000 11.080.000
11.080.000 11.080.000
13.850.000 13.850.000
12.465.000 12.465.000
596.900.466
728.581.806
407.282.436
528.153.060
600.415.068
718.086.216 790.797.666
779.225.826 779.225.826
754.553.010 777.579.594
641.846.388 659.765.520
688.943.088 706.862.220
607.980.466
738.276.806
426.672.436
540.618.060
611.495.068
730.551.216 803.262.666
790.305.826 790.305.826
765.633.010 788.659.594
655.696.388 673.615.520
701.408.088 719.327.220
3.231.169.600
3.247.583.712
3.247.583.712
3.247.583.712
3.247.583.712
3.635.065.800 3.635.065.800
3.303.081.776 3.303.081.776
3.303.081.776 3.303.081.776
3.303.081.776 3.303.081.776
3.303.081.776 3.303.081.776
184
Lampiran 20. Penghematan Hasil Analisis Perbandingan Antara Teknik Lot Sizing dengan Kebijakan Perusahaan Untuk Bahan Baku Pig Skin
Komponen Jumlah Pembelian
Frekuensi Pemesanan
Persediaan Rata-rata
Total Biaya Pemesanan Total Biaya Penyimpanan Total Biaya Persediaan
Total Biaya Pembelian
Kebijakan Tanpa Safety Stock Safety Stock 80% Safety Stock 90% Tanpa Safety Stock Safety Stock 80% Safety Stock 90% Tanpa Safety Stock Safety Stock 80% Safety Stock 90% Tanpa Safety Stock Safety Stock 80% Safety Stock 90% Tanpa Safety Stock Safety Stock 80% Safety Stock 90% Tanpa Safety Stock Safety Stock 80% Safety Stock 90% Tanpa Safety Stock Safety Stock 80% Safety Stock 90%
EOQ
POQ
25,21 15,87 15,87 46,67 40,00 40,00 14,46 -2,96 -13,41 46,67 40,00 40,00 14,41 -2,96 -13,39 15,35 -1,72 -11,85 25,21 15,87 15,87
24,83 23,55 23,55 53,33 46,67 46,67 -4,46 -11,74 -11,74 53,33 46,67 46,67 -4,47 -11,73 -11,73 -2,80 -10,04 -10,04 24,83 23,55 23,55
Lot Sizing (%) LUC 24,83 23,55 23,55 6,67 46,67 46,67 41,71 -8,20 -11,51 6,67 46,67 46,67 41,60 -8,19 -11,49 40,59 -6,61 -9,81 24,83 23,55 23,55
LTC
PPB
24,83 23,55 23,55 40,00 33,33 33,33 24,34 8,00 5,43 40,00 33,33 33,33 24,27 7,97 5,40 24,72 8,70 6,21 24,83 23,55 23,55
24,83 23,55 23,55 46,67 40,00 40,00 13,96 1,23 -1,34 46,67 40,00 40,00 13,91 1,21 -1,35 14,86 2,34 -0,16 24,83 23,55 23,55
185
Lampiran 21. Analisis Perbandingan Antara Teknik Lot Sizing dengan Kebijakan Perusahaan Untuk Bahan Baku Outsole
Komponen Jumlah Pembelian
Frekuensi Pemesanan
Kebijakan Perusahaan 101.277
15
Persediaan Rata-rata
23.831
Total Biaya Pemesanan
20.775.000
Total Biaya Penyimpanan
457.550.150
Total Biaya Persediaan
478.325.150
Total Biaya Pembelian
2.906.244.792
Kebijakan Tanpa Safety Stock Safety Stock 80% Safety Stock 90% Tanpa Safety Stock Safety Stock 80% Safety Stock 90% Tanpa Safety Stock Safety Stock 80% Safety Stock 90% Tanpa Safety Stock Safety Stock 80% Safety Stock 90% Tanpa Safety Stock Safety Stock 80% Safety Stock 90% Tanpa Safety Stock Safety Stock 80% Safety Stock 90% Tanpa Safety Stock Safety Stock 80% Safety Stock 90%
EOQ
POQ
67.464
65.800
67.464 78.708
Lot Sizing LUC
LTC
PPB
65.796
65.796
65.796
67.317 68.416
67.314 68.413
67.317 68.416
67.317 72.545
6
6
7
7
6
6 7
5 6
11 11
7 7
6 6
21.352
21.384
17.302
17.857
18.702
26.037 30.722
29.751 30.846
16.246 20.829
22.583 27.058
25.066 30.089
8.310.000
8.310.000
9.695.000
9.695.000
8.310.000
8.310.000 9.695.000
6.925.000 8.310.000
15.235.000 15.235.000
9.695.000 9.695.000
8.310.000 8.310.000
410.009.090
410.621.570
332.500.065
343.124.360
359.288.090
499.679.990 589.350.890
570.775.520 591.724.250
312.283.440 400.008.440
433.570.430 519.220.335
481.106.215 577.236.865
418.319.090
418.931.570
342.195.065
352.819.360
367.598.090
507.989.990 599.045.890
577.700.520 600.034.250
327.518.440 415.243.440
443.265.430 528.915.335
489.416.215 585.546.865
1.935.946.944
1.888.196.800
1.888.082.016
1.888.082.016
1.888.082.016
1.935.946.944 2.258.604.768
1.931.728.632 1.963.265.536
1.931.642.544 1.963.179.448
1.931.728.632 1.963.265.536
1.931.728.632 2.081.751.320
186
Lampiran 22. Penghematan Hasil Analisis Perbandingan Antara Teknik Lot Sizing dengan Kebijakan Perusahaan Untuk Bahan Baku Outsole
Komponen Jumlah Pembelian
Frekuensi Pemesanan
Persediaan Rata-rata
Total Biaya Pemesanan Total Biaya Penyimpanan Total Biaya Persediaan
Total Biaya Pembelian
Kebijakan Tanpa Safety Stock Safety Stock 80% Safety Stock 90% Tanpa Safety Stock Safety Stock 80% Safety Stock 90% Tanpa Safety Stock Safety Stock 80% Safety Stock 90% Tanpa Safety Stock Safety Stock 80% Safety Stock 90% Tanpa Safety Stock Safety Stock 80% Safety Stock 90% Tanpa Safety Stock Safety Stock 80% Safety Stock 90% Tanpa Safety Stock Safety Stock 80% Safety Stock 90%
EOQ
POQ
33,39 33,39 22,28 60,00 60,00 53,33 10,40 -9,26 -28,92 60,00 60,00 53,33 10,39 -9,21 -28,81 12,55 -6,20 -25,24 33,39 33,39 22,28
35,03 33,53 32,45 60,00 66,67 60,00 10,27 -24,84 -29,44 60,00 66,67 60,00 10,26 -24,75 -29,32 12,42 -20,78 -25,44 35,03 33,53 32,45
Lot Sizing (%) LUC 35,03 33,53 32,45 53,33 26,67 26,67 27,40 31,83 12,60 53,33 26,67 26,67 27,33 31,75 12,58 28,46 31,53 13,19 35,03 33,53 32,45
LTC
PPB
35,03 33,53 32,45 53,33 53,33 53,33 25,07 5,24 -13,54 53,33 53,33 53,33 25,01 5,24 -13,48 26,24 7,33 -10,58 35,03 33,53 32,45
35,03 33,53 28,37 60,00 60,00 60,00 21,52 -5,18 -26,26 60,00 60,00 60,00 21,48 -5,15 -26,16 23,15 -2,32 -22,42 35,03 33,53 28,37
187
Lampiran 23. Analisis Perbandingan Antara Teknik Lot Sizing dengan Kebijakan Perusahaan Untuk Bahan Baku Midsole
Komponen Jumlah Pembelian
Frekuensi Pemesanan
Kebijakan Perusahaan 78.124
17
Persediaan Rata-rata
15.149
Total Biaya Pemesanan
11.050.000
Total Biaya Penyimpanan
325.152.239
Total Biaya Persediaan
336.202.239
Total Biaya Pembelian
2.241.846.304
Kebijakan Tanpa Safety Stock Safety Stock 80% Safety Stock 90% Tanpa Safety Stock Safety Stock 80% Safety Stock 90% Tanpa Safety Stock Safety Stock 80% Safety Stock 90% Tanpa Safety Stock Safety Stock 80% Safety Stock 90% Tanpa Safety Stock Safety Stock 80% Safety Stock 90% Tanpa Safety Stock Safety Stock 80% Safety Stock 90% Tanpa Safety Stock Safety Stock 80% Safety Stock 90%
EOQ
POQ
61.938
60.229
61.938 61.938
Lot Sizing LUC
LTC
PPB
60.265
60.229
60.229
61.163 62.013
61.163 62.013
61.163 62.013
61.163 62.013
9
8
14
10
9
9 9
8 8
14 14
11 11
9 9
13.194
13.699
6.641
9.468
10.240
17.208 18.355
17.216 19.975
10.209 13.744
12.872 16.250
14.279 18.088
5.850.000
5.200.000
9.100.000
6.500.000
5.850.000
5.850.000 5.850.000
5.200.000 5.200.000
9.100.000 9.100.000
7.150.000 7.150.000
5.850.000 5.850.000
283.311.825
294.117.152
143.268.233
203.674.410
220.180.718
369.109.719 393.623.403
369.277.133 428.230.014
219.523.529 295.078.892
276.440.727 348.638.905
306.512.912 387.909.955
289.161.825
299.317.152
152.368.233
210.174.410
226.030.718
374.959.719 399.473.403
374.477.133 433.430.014
228.623.529 304.178.892
283.590.727 355.788.905
312.362.912 393.759.955
1.777.372.848
1.728.331.384
1.729.364.440
1.728.331.384
1.728.331.384
1.777.372.848 1.777.372.848
1.755.133.448 1.779.525.048
1.755.133.448 1.779.525.048
1.755.133.448 1.779.525.048
1.755.133.448 1.779.525.048
188
Lampiran 24. Penghematan Hasil Analisis Perbandingan Antara Teknik Lot Sizing dengan Kebijakan Perusahaan Untuk Bahan Baku Midsole
Komponen Jumlah Pembelian
Frekuensi Pemesanan
Persediaan Rata-rata
Total Biaya Pemesanan Total Biaya Penyimpanan Total Biaya Persediaan
Total Biaya Pembelian
Kebijakan Tanpa Safety Stock Safety Stock 80% Safety Stock 90% Tanpa Safety Stock Safety Stock 80% Safety Stock 90% Tanpa Safety Stock Safety Stock 80% Safety Stock 90% Tanpa Safety Stock Safety Stock 80% Safety Stock 90% Tanpa Safety Stock Safety Stock 80% Safety Stock 90% Tanpa Safety Stock Safety Stock 80% Safety Stock 90% Tanpa Safety Stock Safety Stock 80% Safety Stock 90%
EOQ
POQ
20,72 20,72 20,72 47,06 47,06 47,06 12,91 -13,59 -21,16 47,06 47,06 47,06 12,87 -13,52 -21,06 13,99 -11,53 -18,82 20,72 20,72 20,72
22,91 21,71 20,62 52,94 52,94 52,94 9,57 -13,64 -31,85 52,94 52,94 52,94 9,54 -13,57 -31,70 10,97 -11,38 -28,92 22,91 21,71 20,62
Lot Sizing (%) LUC 22,86 21,71 20,62 17,65 17,65 17,65 56,16 32,61 9,28 17,65 17,65 17,65 55,94 32,49 9,25 54,68 32,00 9,53 22,86 21,71 20,62
LTC
PPB
22,91 21,71 20,62 41,18 35,29 35,29 37,51 15,03 -7,27 41,18 35,29 35,29 37,36 14,98 -7,22 37,49 15,65 -5,83 22,91 21,71 20,62
22,91 21,71 20,62 47,06 47,06 47,06 32,41 5,74 -19,40 47,06 47,06 47,06 32,28 5,73 -19,30 32,77 7,09 -17,12 22,91 21,71 20,62
189
Lampiran 16. Jumlah Produksi Sepatu Jenis Rock Port Tahun 2007
No
Bulan
Jumlah Sepatu (Psg)
Jumlah Sepatu (unit)
1
Januari
17.638
35.277
2
Februari
24.337
48.674
3
Maret
22.085
44.170
4 5
April Mei
21.042 18.651
42.085 37.301
6
Juni
20.517
41.034
7
Juli
25.122
50.244
8
Agustus
28.980
57.960
9
September
18.253
36.506
10
Oktober
15.799
31.597
11
November
27.154
54.309
12
Desember
26.158
52.317
265.737
531.474
Jumlah
Lampiran 17. Contoh Jenis Produk Sepatu Rock Port