PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
USAHA MENINGKATKAN PENGHAYATAN KEBAHAGIAAN SEJATI FRANSISKAN PARA SUSTER YUNIOR FRANSISKANES SANTA ELISABETH MELALUI KATEKESE SHARED CHRISTIAN PRAXIS
Skripsi
Diajukan Untuk Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Oleh: Betaria Br Sinuhaji NIM : 081124025
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2013 i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan kepada Yesus sumber kebahagiaan sejati yang telah memperkenankan aku berkenalan dengan kepahitan, agar aku mengenal manisnya hidup. Dia yang telah menganugerahkan “kasih” agar aku mengalami kebahagiaan dan kebahagiaanku akhirnya hanya dalam Kasih Untuk ibuku yang telah menuntunku menuju kebahagiaan yang telah membuatku terpesona atas kesabaran dan kelembutanmu dalam merangkul kehidupan. Untuk para dosenku yang telah bersedia menggoreskan ilmu, cinta yang menumbuhkan harapan dan cita-cita. Untuk para susterku, sahabat dan teman-temanku yang telah terlibat dalam mengisi pengalamanku yang penuh warna, membuatku berani memilih lebih baik hidup bersama dengan orang sulit daripada menjadi orang sulit itu sendiri.
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTTO
Bersyukurlah dan bersikap sabar dalam merangkul kehidupan terimalah dengan penuh kasih dan sukacita demi Kasih yang mengasihimu.
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
Skripsi yang berjudul USAHA MENINGKATKAN PENGHAYATAN KEBAHAGIAAN SEJATI FRANSISKAN PARA SUSTER YUNIOR FRANSISKANES SANTA ELISABETH MELALUI KATEKESE SHARED CHRISTIAN PRAXIS, berawal dari ketertarikan penulis merenungkan tentang kebahagiaan. Hidup yang tidak direfleksikan tidak layak dihidupi, hal ini mendorong penulis untuk mendalami kebahagiaan sejati Fransiskan yang merupakan bagian dari semangat hidup penulis sebagai seorang Fransiskan. Skripsi ini akan mendalami kebahagiaan sejati Fransiskan seturut semangat St. Fransikus dari Assisi. Salah satu tujuan pembinaan yunior adalah memiliki kebahagiaan sejati sebagai Fransiskan. Akan tetapi menurut hasil kapitel IV tujuan tersebut belum tercapai. Untuk mengetahui kenyataan yang sebenarnya maka penulis melakukan penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa para suster yunior FSE sebagian besar belum memahami dan menghayati kebahagiaan sejati Fransiskan. Hal ini disebabkan karena semangat untuk melakukan latihan rohani masih rendah serta kurangnya pemahaman tentang kebahagiaan sejati Fransiskan. Namun sebagian kecil para suster yunior sudah memahami dan menghayati kebahagiaan sejati Fransiskan. Maka penulis mengusulkan katekese model SCP untuk membantu para suster yunior FSE dalam penghayatan kebahagiaan sejati Fransiskan. Penulis melihat model SCP sangat cocok untuk para suster yunior karena banyak nilai yang dapat ditemukan. Melalui kegiatan ini para suster mempunyai kesempatan yang banyak untuk mengungkapkan pengalamannya, sekaligus untuk menghilangkan budaya bisu yang sering terjadi dalam setiap pertemuan. Para suster sungguh sebagai subyek, sehingga para suster semakin mampu menghargai pengalaman setiap pribadi. Pada akhir kegiatan SCP para suster yunior diharapkan sampai pada tindakan konkret. Katekese model SCP ini akan dilaksanakan dalam bentuk rekoleksi berdasarkan program yang telah direncanakan. Tema yang disusun berkaitan dengan hasil penelitian serta kebahagiaan sejati yang dimaksudkan oleh St. Fransiskus dari Assisi. Melalui kegiatan SCP ini, para suster yunior FSE diharapkan semakin memahami dan menghayati kebahagiaan sejati Fransiskan.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
The thesis entitled AN EFFORT ON IMPROVING THE APPRECIATION TO FRACISCAN TRUE BEATITUDE OF YUNIOR FRANCISCAN SISTERS OF SAINT ELIZABETH USING SHARED CHRISTIAN PRAXIS, began by the writer’s interest in contemplating happiness. Moved by an adage that life which is not lived seriously is something unworthy to be lived, the writer intended to study deeper what Franciscan true beatitude is, as a part of the writer’s spiritual passion as a Franciscan. This thesis would study the Franciscan true beatitude in line with the spiritual guidance of St. Francis of Assisi. One of the purposes of junior formation (initial formation) is empowering every sister to have true beatitude as a Franciscan. However, based on the result of the Congregation General Council IV, it can be concluded that the purpose does not come into being yet. In finding the adequate fact, the writer did a research. The research has dragged a fact out into evidence that a big number of FSE junior sisters do not yet grasp and take a deep consideration toward the Franciscan true beatitude. Yet, some of the sisters have already grasped and taken a deep appreciation of the Franciscan true beatitude. In accordance to the result of the research, the writer proposes a SCP model of catechesis to help FSE junior sisters in taking a deep appreciation of Franciscan true beatitude. The writer sees SCP model as an appropriate model for junior sisters regarding many worthwhile values which can be picked in this process. SCP model of catechesis would be applied in the form of recollection based on a planned program. The theme which has taken into arrangement is related to the result of the research and the true beatitude which St. Francis of Assisi himself meant for us. Through SCP activity, FSE junior sisters are expected to grasp and to take the Franciscan true beatitude deeper.
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Syukur dan pujian kepada Bapa sumber kebahagiaan sejati atas kasih dan rahmat-Nya yang memampukan penulis untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul USAHA MENINGKATKAN PENGHAYATAN KEBAHAGIAAN SEJATI FRANSISKAN
PARA
SUSTER
YUNIOR
FRANSISKANES
SANTA
ELISABETH MELALUI KATEKESE SHARED CHRISTIAN PRAXIS Penulis menyadari skripsi ini berhasil ditulis berkat dukungan dan uluran tangan kasih banyak pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu penulis mengucapkan rasa terimakasih kepada: 1. Rm. Drs. F.X. Heryatno Wono Wulung, S.J., M.Ed. selaku pembimbing utama sekaligus pembimbing akademik, yang dengan teliti. sabar, setia dan penuh kasih membimbing dan mencurahkan pikiran pada penulisan skripsi ini. 2. Drs. L. Bambang Hendarto Y., M. Hum selaku dosen penguji kedua yang dengan tulus memberi sapaan dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 3. Y.H. Bintang Nusantara, SFK.,M. Hum selaku penguji ketiga yang dengan penuh perhatian menyapa dan mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Segenap staf dosen dan karyawan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma. 5. Dewan Pimpinan Umum Persaudaraan Fransiskanes Santa Elisabeth (FSE), yang memberikan kesempatan, kepercayaan dan perhatian serta dukungan kepada penulis selama kuliah sampai dengan menyelesaikan skripsi ini. x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6. Para suster FSE secara khusus komunitas St. Yohanes Don Bosco Yogyakarta yang menjadi teman seperjuangan dan sehabat yang setia selama perkuliahan samapai dengan penyelesaian skripsi ini. 7. Para pembimbing junior Sr. M. Felixia FSE, Sr. M. Ignatia FSE, Sr.M. Roberta FSE, Sr. M. Patricia FSE, Sr. M. Gabriel FSE yang telah mendukung penulis dan bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. 8. Para suster yunior FSE dari setiap perwakilan komunitas-komunitas yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. Terimakasih atas waktu dan keterbukaannya yang sekaligus menjadi teman belajar penulis untuk semakin memahami dan mengalami kebahagiaan sejati Fransiskan. 9. Rm. Vitalis OFM yang setia mendukung dan membagikan pengalamannya seputar kebahagiaan seorang Fransiskan yang menjadi inspirasi bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 10. Teman-teman angkatan 2008 terimakasih atas kesetiaan kita untuk tetap saling mendukung dan berbagi kegembiraan bersama. 11. Sahabat dan teman-teman: Dina Sembiring dan Bernadetta Sinuhaji yang dengan setia meluangkan waktu dan memberikan semangat kepada penulis. 12. Staf perpustakaan Prodi IPPAK yang telah murah hati melayani penulis dalam meminjamkam buku-buku yang diperlukan penulis dalam penulisan skripsi ini hingga selesai. 13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberi dukungan dengan caranya masing-masing untuk membantu penulis sehingga skripsi ini selesai dengan baik.
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DATAR ISI Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .. .....................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................................
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...............................................................................
iv
MOTTO. ....................................................................................................................
v
PERNYATAAN KEASLIANKARYA ....................................................................
vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .....................................................
vii
ABSTRAK .................................................................................................................
viii
ABSTRACT .................................................................................................................
ix
KATA PENGANTAR ...............................................................................................
x
DAFTAR ISI ..............................................................................................................
xiii
DAFTAR SINGKATAN ...........................................................................................
xvi
BAB I. PENDAHULUAN .........................................................................................
1
A. Latar Belakang ...........................................................................................
1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................
6
C. Tujuan Penulisan .........................................................................................
6
D. Manfaat Penulisan .......................................................................................
6
E. Metode Penulisan ........................................................................................
7
F. Sistematika Penulisan .................................................................................
8
BAB II. KONGREGASI FRANSISKANES SANTA ELISABETH DAN KEBAHAGIAAN SEJATI FRANSISKAN .... ................................
9
A. Kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth ...................................................
9
1. Sejarah Kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth di Dunia .......................
9
2. Selayang Pandang Kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth di Indonesia ..................................................................................................
12
3. Spiritualitas Kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth...............................
14
B. Kebahagiaan ................................................................................................
19
1. Definisi Kebahagiaan ..................................................................................
19
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
a. Kebahagiaan Menurut Kitab Suci ..........................................................
20
b. Kebahagiaan Menurut Pendapat Tokoh-tokoh ......................................
29
C. Kebahagiaan Sejati Fransiskan ...................................................................
38
1. Kebahagiaan Masa Muda Santo Fransiskus ................................................
38
2. Tuhan Menuntun Fransiskus Menuju Kebahagiaan Sejati .........................
40
3. Kebahagiaan Sejati Fransiskus....................................................................
44
4. Ciri- ciri Orang yang Berbahagia Menurut Santo Fransiskus Asisi .........................................................................................
48
BAB III. PEMAHAMAN DAN PENGHAYATAN KEBAHAGIAAN SEJATI FRANSISKAN PARA SUSTER YUNIOR FRANSISKANES SANTA ELISABETH ................................................
51
A. Gambaran Suster Yunior Kongregasi FSE ................................................
51
B. Penelitian Tentang Pemahaman dan Penghayatan Kebahagiaan Sejati Fransiskan Para Suster Yunior FSE .................................................
54
1. Metodologi Penelitian .................................................................................
55
a. Latar Belakang Penelitian ........................................................................
55
b. Tujuan Penelitian .....................................................................................
56
c. Jenis Penelitian .........................................................................................
56
d. Instrumen Penelitian.................................................................................
57
e. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................................
57
f. Responden ................................................................................................
58
g. Variabel Penelitian ...................................................................................
58
2. Hasil Penelitian ...........................................................................................
59
a. Hasil penelitian: Para Suster Yunior ........................................................
60
b. Hasil Penelitian: Pembimbing Yunior .....................................................
82
c. Kesimpulan Hasil Penelitian ....................................................................
91
BAB IV.SUMBANGAN KATEKESE SHARED CHRISTIAN FRAXIS SEBAGAI USAHA UNTUK MENINGKATKAN PENGHAYATAN KEBAHAGIAAN SEJATI FRANSISKAN SUSTER YUNIOR FSE ............................................................................................
95
A. Katekese Model Shared Christian Praxis .......................................................
95
1. Tujuan Katekese Model Shared Christian Praxis ...........................................
96
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Tiga Komponen dalam Model Shared Christian Praxis .................................
97
3. Langkah-Langkah Katekese Model SCP ........................................................
98
B. Usulan Program katekese Model Shared Christian Praxis dalam Meningkatkan Penghayatan kebahagiaan Sejati Fransiskan Bagi Para Suster Yunior FSE ................................................................................. 102 1. Usulan Program ............................................................................................... 102 2. Alasan Pemilihan Program .............................................................................. 102 3. Alasan Pemilihan Tema dan Tujuan ................................................................ 103 4. Perumusan Tema dan tujuan............................................................................ 104 5. Gambaran Pelaksanaan Program ..................................................................... 106 6. Matrix Program Pembinaan ............................................................................. 107 7. Contoh Persiapan Rekoleksi Suster Yunior FSE............................................. 110 BAB V. PENUTUP .................................................................................................... 130 A. Kesimpulan .................................................................................................... 130 B. Saran .............................................................................................................. 131 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 133 LAMPIRAN ............................................................................................................... 133 1. Lampiran 1: Surat Permohonan Ijin Penelitian ..................................................... (1) 2. Lampiran 2: Surat Pengantar dan Daftar Pertanyaan Penelitian Kepada Pembimbing Yunior .............................................................................................
(2)
3. Lampiran 3: Contoh Hasil Penelitian dari Pembimbing Yunior ..........................
(5)
4. Lampiran 4: Daftar Pertanyaan Kepada Suster Yunior........................................
(7)
5. Lampiran 5: Contoh Hasil Penelitian dari Suster Yunior .................................... (10) 6. Lampiran 6: Daftar Lagu-lagu Rekoleksi ............................................................ (13) 7. Lampiran 7: Teks kisah “ Kegembiraan Sempurna”.............................................. (15) 8. Lampiran 8: Jadwal Kegiatan Rekoleksi ............................................................. (18)
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Kitab Suci Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci Deuterokanonika, penerbit Lembaga Alkitab Indonesia, terjemahan diterima dan diakui oleh Konferensi wali Gereja Indonesia, Jakarta: 1999. Gal
: Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Galatia
Kor
: Surat Paulus kepada Jemaat di Korintus
Luk
: Lukas
Mat
: Matius
Mrk
: Markus
Rm
: Surat Paulus kepada Jemaat di Roma
Yoh
: Yohanes
Kis
: Kisah Para Rasul
Yak
: Surat Yakobus
Sir
: Yesus Bin Sirakh
B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja Kan
: Kanon
KHK
: Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Cononici), diundangkan oleh Paus Yohanes Paulus II Tanggal 25 Januari 1983
C. Singkatan Lain AngOr III Reg : Anggaran Dasar Ordo Ketiga Regular Santo Fransiskus Art
: Artikel xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Bdk
: Bandingkan
Cel
: Celano
FAK
: Fransiskus dan Karya-karyanya
FSE
: Fransiskanes Santa Elisabeth
Hal
: Halaman
Konst
: Konstitusi
KGK
: Katekismus Gereja Katolik
KWI
: Konferensi Wali Gereja
K3S
: Kisah Tiga Sahabat
No
: Nomor
Pth
: Petuah-petuah St. Fransiskus
Psl
: Pasal
SCP
: Shared Christian Praxis
Sr
: Suster
St
: Santo atau Santa
Tgl
: Tanggal
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Setiap orang ingin hidupnya bahagia dan berhak untuk mengusahakannya. Maka dapat diterima bila berbagai cara dilakukan orang
untuk mencapai
kebahagiaan tersebut. Namun yang menjadi pertanyaan, apakah berbagai cara yang dilakukan tersebut sungguh menghantar orang kepada kebahagiaan?. Dengan demikian sangat wajar setiap orang kembali mempertanyakan makna dan arti kebahagiaan tersebut. Hidup
yang tidak direfleksikan tidak layak untuk
dihidupi, demikian ungkapan seorang filsuf. Bagi penulis kebahagiaan itu juga patut dipertanyakan dan menarik untuk direnungkan. Dalam Kitab Suci digambarkan tujuan hidup manusia adalah untuk bahagia, walaupun tidak diungkapkan secara langsung. Hal ini dapat dilihat mulai dari kisah penciptaan hingga kedatangan Yesus ke dunia. Berkaitan dengan tujuan hidup manusia Leteng mengungkapkan bahwa manusia dipanggil tidak hanya untuk tumbuh dan berkembang secara jasmani, melainkan juga secara spiritual. Pertumbuhan dan perkembangan yang dimaksud apabila pertumbuhan spiritual manusia baik dan benar maka situasi alam ciptaan akan berjalan dengan baik, benar, harmonis dan menyenangkan. Hal ini sangat jelas sejak awal manusia dipanggil untuk hidup nyaman yang tidak terlepas dengan relasi seluruh alam ciptaan (Leteng, 2012: 6). Manusia akan mengalami kebahagiaan ketika mengalami rasa aman dan ketika bebas berelasi dengan dunia sekitarnya. Rasa aman akan tercapai ketika manusia bebas dari rasa tertekan. Rasa tertekan merupakan gambaran manusia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2
yang belum bebas. Rasa tertekan tersebut dapat berupa rasa takut, cemas, ragu, kemiskinan, penindasan dan berbagai macam bentuk penderitaan lainnya. Situasi yang demikian ternyata semakin menguasai hidup manusia. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya jumlah penderita depresi atau stress, baik pada tingkat nasional maupun internasional yang diperkirakan pada tahun 2020 akan menempati peringkat kedua di bawah penyakit jantung koroner (Kompas 2012, 8 Oktober). Situasi ini menandakan bahwa manusia belum mencapai tujuannya untuk hidup bahagia. Pada kehidupan menggereja, pencarian kebahagiaan tersebut tampak dari banyaknya umat yang berusaha berkonsultasi dengan Romo bagian konsultasi keluarga. Pada umumnya Romo juga sungguh berusaha membantu pemahaman umat
yang
berkonsultasi
tentang
kebahagiaan
dan
membantu
mereka
memperjuangkan kebahagiaan yang pada awalnya tidak mereka pahami. Diharapkan dengan konsultasi tersebut, pemahaman umat tentang kebahagiaan menjadi baru. Pemahaman baru maksudnya umat semakin memahami bahwa kebahagiaan sejati tidak terbatas pada kehormatan, kekayaan, ketenaran, kekuasaan, kesehatan, kenikmatan, dan seluruh ciptaan, tapi hanya pada Allah (Hidup 2012, 21 Oktober). Kebahagiaan dalam hidup membiara dapat dilihat dari sikap kaum religius menghadapi persoalan hidup dalam panggilannya. Tidak sedikit kaum religius mencari kebahagiaannya melalui dunia maya, misalnya melalui situs jejaring sosial facebook atau twitter. Hal ini mengakibatkan relasi dalam komunitas menjadi semakin keruh dan kurang menggembirakan. Seringkali tugas utama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3
sebagai kaum religius akan terlupakan karena lebih banyak waktu yang dipakai untuk mengurus situs jejaring sosial tersebut. Pada dasarnya, komunitas bagi kaum religius merupakan tempat yang tepat untuk menemukan kebahagiaan dan menuangkan segala pengalaman suka duka dalam hidup. Namun kenyataannya pada jaman sekarang keberadaan
dunia maya membuat banyak kaum religius
mencari kebahagiaan melalui hal tersebut. Bahkan ada pengakuan dari seorang religius, bahwa dia menemukan cinta sejati melalui facebook (Rohani, No : 02, Februari 2011). Pada tahun 2011, banyak usaha yang telah dilakukan oleh kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth untuk menyegarkan semangat yunior sebagai orang yang terpanggil. Usaha tersebut antara lain melalui weekend tentang spiritualitas religius dalam menggunakan teknologi komunikasi, secara khusus penggunaan internet dan situs jejaring sosial facebook. Internet dan facebook dianggap sebagai salah satu penyebab keruhnya penghayatan yunior sebagai seorang Fransiskan, serta membuat keinginan tidak teratur dari para suster yunior. Pada pertemuan tersebut para suster yunior diminta membatasi diri menggunakan fasilitas internet, serta menutup akun facebook jika ada. Salah satu keprihatinan kongregasi akhir-akhir ini bahwa pembinaan para suster yunior masih belum mencapai tujuan. Tujuan yang dimaksud dari pembinaan para suster yunior adalah agar mereka sungguh memiliki identitas diri sebagai FSE. Identitas FSE yang dimaksud adalah hidup bersatu dengan Allah, yaitu hidup dalam kegembiraan rohani, hidup mencintai sebagai saudara dan hidup dalam kegembiraan Fransiskan. Walaupun masih suster yunior mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4
diharapkan sudah memiliki cinta bakti dan penyerahan diri, serta hidup sederhana dan rendah hati. Namun dari pendalaman bahan kapitel umum IV tahun 2012 yang lalu, berdasarkan hasil evaluasi hidup para suster FSE, diketahui bahwa para suster yunior belum mempunyai semangat mencintai sebagai saudara dan juga belum memiliki kegembiraan sejati Fransiskan. Mereka cenderung bercermin kepada hal-hal yang kurang baik, serta lebih banyak menuntut dan membandingbandingkan diri dengan suster yang sudah berkaul kekal. Menurut para pembina, adapun faktor-faktor penyebab kurang tercapainya tujuan pembinaan tersebut adalah jaman yang serba instan, konsumerisme, hedonisme, pergaulan bebas serta keadaan keluarga yang kurang mendukung sehingga nilai-nilai religius dan daya juang rendah. Para pembina mengakui kesulitan membina para calon yang baru masuk biara. Generasi muda jaman ini tidak luput dari pengaruh konsumerisme. Banyak hal yang menjadi pergulatan generasi muda, baik dari situasi keluarga, cara memandang kehidupan, serta gaya hidup yang instan, sehingga kehilangan wawasan ke depan (Darminta, 2006: 110-111). Hal tersebut mengakibatkan kaum religius generasi muda kesulitan untuk menghayati panggilannya sehingga membuat kaum religius tidak bahagia dalam panggilan. Para suster yunior FSE yang mendalami hidup Santo Fransiskus, penting untuk melihat kembali semangat hidup yang dimaksudkan, sehingga cara hidup yang dibaktikan itu kiranya membawa warna dan pencerahan yang sungguh menggembirakan bagi semua orang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5
Katekese merupakan komunikasi iman antar peserta yang berpangkal dari pengalaman peserta. Katekese Shared Christian Praxis merupakan salah satu model katekese yang menekankan proses berkatekese yang bersifat dialogal dan partisipatif, sehingga peserta terdorong mengkonfrontasikan nilai “tradisi” dan “visi” peserta dengan nilai “Tradisi” dan “Visi” Kristiani. Dengan demikian peserta baik secara pribadi maupun bersama mampu mengadakan penegasan dan mengambil keputusan demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah (Sumarno Ds, 2011: 14). Menurut penulis, katekese model SCP cocok untuk membantu para suster yunior mengolah pengalaman aktual dan harapan mereka. Hal ini sekaligus dapat membantu para suster untuk menghilangkan budaya bisu yang tidak jarang terjadi dalam pertemuan-pertemuan. Katekese model Shared Christian Praxis ini diharapkan membantu mereka untuk berani mengungkapkan pengalamannya dan menghargai pengalaman saudari yang lain. Dengan sikap terbuka dan menghargai pengalaman setiap saudari, mereka bersama-sama dapat saling meneguhkan dan memiliki semangat baru untuk mengusahakan praxis ke depan yang lebih baik. Adapun Praxis yang diusahan di sisni adalah mengarah pada pengahayatan kebahagiaan sejati Fransiskan, sebagaimana
yang
dimaksudkan oleh Santo
Fransiskus dari Assisi. Maka penulis mengangkat judul “Usaha Meningkatkan Penghayatan Kebahagiaan Sejati Fransiskan
Para Suster
Yunior
Fransiskanes Santa Elisabeth Melalui Katekese Shared Christian Praxis”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah pada karya tulis ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah yang dimaksud dengan kebahagiaan sejati Fransiskan? 2. Sejauh mana kebahagiaan sejati Fransiskan telah dihayati oleh para suster yunior Fransiskanes Santa Elisabeth? 3. Bagaimana Katekese Model Shared Christian Praxis dapat digunakan untuk meningkatkan penghayatan kebahagiaan sejati Fransiskan para suster yunior Fransiskanes Santa Elisabeth?
C. Tujuan Penulisan Tujuan penyusunan karya tulis ini adalah sebagai berikut 1.
Menggali serta memahami arti dan makna kebahagiaan sejati Fransiskan.
2.
Menemukan gambaran penghayatan para suster yunior Fransiskanes Santa Elisabeth dalam menghayati kebahagiaan sejati Fransiskan.
3.
Menggambarkan sejauh mana katekese Model Shared Christian Praxis dapat digunakan sebagai usaha untuk meningkatkan penghayatan kebahagiaan Fransiskan sejati para suster yunior Fransiskanes Santa Elisabeth dalam hidup panggilan setiap hari.
D. Manfaat Penulisan Manfaat dari penyusunan karya tulis ini adalah sebagai berikut: 1.
Bagi para suster Fransiskanes Santa Elisabeth
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7
a. Untuk mengetahui sejauh mana para suster yunior Fransiskanes Santa Elisabeth sudah menghayati kebahagiaan sejati Fransiskan. b. Agar para suster Fransiskanes Santa Elisabeth semakin menghayati kebahagiaan sejati Fransiskan. 2. Bagi Penulis a. Untuk semakin memperluas wawasan dan ketrampilan tentang katekese metodel shared christian praxis sebagai seorang katekis di tengah umat. b. Agar semakin menghayati kebahagiaan sejati Fransiskan dalam panggilan sebagai seorang biarawati. 3. Dapat menambah khasanah pengetahuan di kampus IPPAK-USD mengenai katekese metodel shared christian praxis dalam membantu umat dalam menghayati hidupnya pada mata kuliah tertentu.
E. Metode Penulisan Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan metode deskripsi analitis yaitu menggambarkan dan menganalisis permasalahan yang ada serta menemukan makna kebahagiaan sejati Fransiskan dan katekese Model Shared Christian Praxis. Selain itu penulis menggunakan buku-buku, artikel, serta tulisan dari sumber-sumber yang berkaitan dengan kebahagiaan dalam kegunaannya untuk pembinaan para suster dalam menghayati kebahagiaan sejati Fransiskan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8
F. Sistematika Penulisan Bab I.
Bab ini berisi gambaran umum tentang isi skripsi, yang meliputi: latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan.
Bab II. Bagian pertama bab ini membahas seputar sejarah Kongregasi di dunia, dan di Indonesia serta bagaimana situasi dan perjuangan pendiri Kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth. Bagian kedua menjelaskan beberapa hal tentang kebahagiaan menurut Kitab Suci dan tokoh-tokoh, serta mengungkapkan kebahagiaan sejati menurut Santo Fransiskus dan ciri-cirinya. Bab III. Bagian pertama bab ini menguraikan gambaran suster yunior FSE. Bagian
kedua
membahas
penelitian
tentang
pemahaman
dan
penghayatan kebahagiaan sejati Fransiskan para suster yunior. Bagian selanjutnya akan memaparkan pembahasan hasil penelitian. Bab IV. Bab ini akan menguraikan seputar katekese dan usulan program katekese model SCP, agar membantu para suster yunior Fransiskanes Santa Elisabeth dalam menghayati kebahagiaan sejati Fransiskan dalam hidup harian secara konkret. Bab ini juga akan membuat contoh persiapan rekoleksi untuk melaksanakan program tersebut bagi para suster yunior FSE. Bab V. Bagian terakhir dari karya ini merupakan penegasan dari intisari skripsi yang meliputi kesimpulan dan saran yang berkaitan dengan katekese model SCP.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9
BAB II KONGREGASI FRANSISKANES SANTA ELISABETH DAN KEBAHAGIAAN SEJATI FRANSISKAN
Pada bab ini akan diuraikan sejarah kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth di dunia dan di Indonesia. Situasi dan perjuangan hidup pendiri hingga terjadinya kongregasi baru serta semangat dan pergulatan yang dilalui pendiri akan dipaparkan pada bab ini. Kemudian akan dijabarkan seputar kebahagiaan dari Kitab Suci maupun dari tokoh-tokoh, secara khusus kebahagiaan sejati Fransiskan yang merupakan semangat hidup Santo Fransiskus Assisi, yang menjadi semangat kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth.
A. Kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth Kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth dikenal melalui sejarah, semangat pendiri dan spiritualitas kongregasi. Kongregasi FSE didirikan pada tahun 1880 di Breda oleh Sr Mathilda Leenders. Spiritualitas Kongregasi FSE adalah menghayati dan mengikuti semangat Santo Fransiskus Assisi sebagaimana yang telah diwariskan oleh ibu pendiri. Berikut akan dipaparkan tentang kedua hal tersebut secara lebih jelas. 1. Sejarah Kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth di Dunia Kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth selanjutnya disebut kongregasi FSE hadir di dunia pada tahun 1880. Hadirnya kongregasi FSE tidak terlepas dari situasi Eropa pada abad XXI, khususnya di negara Belanda. Sekitar tahun1878 1879, di kota Breda kebutuhan akan perawatan terhadap orang sakit dari rumah ke rumah semakin meningkat. Hal ini diakibatkan karena banyaknya orang miskin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10
yang tidak mampu membayar biaya opname, serta tidak tersedianya tempat di rumah sakit untuk menampung pasien yang membutuhkan waktu perawatan yang lama. Dilatarbelakangi oleh masalah sosial di atas, sebuah kongregasi yang berasal dari negara Belgia dari kota Antwerpen menghubungi Uskup Breda pada saat itu, Mgr Henricus Van Beek, untuk membuka biara di kota tersebut dengan tujuan agar bisa merawat orang sakit dari rumah ke rumah. Namun setelah diadakan perundingan dengan tokoh agama dan tokoh masyarakat setempat, diusulkan agar uskup mencari kongregasi atau tarekat yang berasal dari dalam negeri saja. Mgr Henricus Van Beek, yang akhirnya menjadi inspirator kongregasi FSE, meyakini bahwa pelayanan terhadap orang-orang sakit tersebut adalah hal yang memang sangat dibutuhkan pada saat itu. Namun beliau masih mencari kongregasi atau tarekat di Breda yang rela memberikan pelayanan yang seperti itu. Keuskupan Breda memiliki beberapa tarekat suster Peniten Rekolektin yang bergerak dalam bidang pelayanan orang sakit. Namun semua tarekat ini hidup dalam klausura, sehingga mustahil untuk meminta mereka melayani di luar biara. Meskipun menyadari hal ini, Mgr. Henricus Van beek, tetap memutuskan untuk meminta kepada para Suster Fransiskanes rumah sakit di Haagdijk. Biara Peniten Rekolektin ini bernama Mater Dei, dengan motto Alles Voor Allen (Semuanya Untuk Semua). Permohonan terhadap biara Mater Dei tersebut terbentur dengan tradisi para peniten rekolektin juga dengan masalah klausura abadi yaitu tentang pandangan mengenai peraturan hidup religius yang dipegang sampai sekarang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11
Meskipun Mgr Henricus Van Beek menjelaskan bahwa Anggaran Dasar Ordo III tidak bertentangan dengan permintaan yang diajukan, namun Kongregasi Mater Dei di Haagdijk tidak dapat mengabulkan permintaan untuk menugaskan anggotanya untuk merawat orang sakit dari rumah ke rumah. Setelah melihat bahwa tarekat yang sudah ada tidak mungkin melakukan pelayanan merawat orang sakit dari rumah ke rumah, maka para tokoh agama dan tokoh masyarakat menyarankan kepada uskup untuk mendirikan tarekat baru, dengan meminta beberapa suster untuk berpindah ke kongregasi yang akan didirikan. Sr Mathilda dikenal dikenal baik oleh warga dan dipandang mampu menjadi perintis. Sr Mathilda berasal dari kota Nijmegen, lahir pada tanggal 21 Desember 1825 dari keluarga Leenders dengan nama baptis Wilhelmina. Pada waktu dia diminta melaksanakan tugas tersebut beliau sudah berusia 55 tahun. Demi nama Tuhan dan dengan permenungan yang mendalam akhirnya Sr Mathilda setuju untuk meninggalkan biara lama dan masuk ke biara baru dengan tetap hidup sebagai religius yang taat pada kaul kebiaraan dan memenuhi permintaan uskup dan menyuarakan kebutuhan umat. Selain Sr. Mathilda ada beberapa suster lain yang menjadi pionir dalam kongregasi baru ini, yaitu Sr. Anna yang memutuskan untuk mengikuti Sr. Mathilda. Pada tanggal 25 Juli 1880, Sr. Mathilda dan Sr. Anna menandatangani surat yang menyatakan kerelaannya meninggalkan Biara Alles Voor Allen. Empat hari kemudian, tepatnya tanggal 29 Juli 1880, mereka meninggalkan biara Alles Voor Allen. Kemudian, pada tanggal 01 Agustus 1880, kongregasi baru resmi berdiri dengan nama Kongregasi Religieuze Penitenten Recolectinen van de
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12
Heilige Franciscus Van Assisi, dan dipercayakan di bawah perlindungan Santa Elisabeth dari Hongaria, karena santa ini dipercaya Gereja Katolik sebagai pencinta orang miskin dan menderita, khususnya orang-orang sakit. Secara otomatis Sr. Mathilda Leenders menjadi pemimpin kelompok baru tersebut. Tidak lama setelah kongregasi berdiri ada dua suster datang dari biara Alles Voor Allen untuk membantu, yakni Sr Yuliana dan Sr. Berta, namun setelah sembilan bulan kembali ke biara asal di Haagdijk. Kemudian ada dua orang suster yang masuk menjadi anggota baru sebagai novis, yaitu Sr. Perpetua dan Sr. Camila, dan pada tahun 1883, ada seorang gadis yang melamar menjadi postulan yang kemudian akan menjadi Sr. Bernarda. Demikianlah akhirnya, seiring perkembangan jumlah anggota kongregasi, maka pembagian tugas mulai diorganisir lebih jelas. Sr. Mathilda Leenders ditugaskan sebagai Pemimpin Umum, Sr. M. Anna Van Dun sebagai Wakil Pemimpin dan Sr. Perpetua sebagai Magistra Novis (Simbolon, 2009:176-191).
2. Selayang Pandang Kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth di Indonesia. Pada tahun 1922, atas permintaan Pastor H.A.F.M. de Wolff OFMCap yang sangat menginginkan kehadiran perawat Katolik khususnya biarawati untuk bekerja di rumah sakit pemerintah, maka Mgr. Mathias Brans, pemimpin misi OFMCap yang berpusat di Sumatera Barat (Padang) bermaksud mengembangkan misi Katolik di bidang pelayanan kesehatan di Sumatera Utara (Medan). Setelah membicarakan hal ini secara matang dengan pihak rumah sakit, maka Mgr. Mathias Brans menindaklanjuti rencana tersebut dengan meminta tenaga dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13
Belanda melalui Mgr. Petrus Hoopmans. Beliau memilih Kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth di Breda, karena kongregasi ini memiliki rumah sakit dan sudah berpengalaman dalam pelayanan kesehatan. Setelah melalui proses panjang, pada tanggal 13 Januari 1925 Kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth di Breda memutuskan dan mengumumkan nama keempat suster yang akan berangkat ke daerah misi, yaitu Sr. M. Pia Van Blaricum, Sr. M. Philotea Biemans, Sr. M. Gonzaga Van Gorp dan Sr. M. Antoinette Plug. Keempat suster ini beraangkat dari Belanda pada tanggal 29 Agustus 1925 dengan kapal Johan de Witt. Mereka tiba di Medan pada tanggal 29 September 1925. Kemudian para suster tinggal di sebuah rumah kontrakan di Jl. Wasir No.8 (Sekarang Jl. Kolonel Sugiono Medan). Rencana atas kedatangan tenaga perawat yang merupakan kesepakatan dengan pihak pemerintah setempat ternyata tidak jadi. Pemerintah setempat tidak menerima para perawat biarawati Katolik. Para suster merasa sedih, namun tidak putus asa. Penolakan ini justru menghantar mereka untuk melayani orang sakit dan menderita dari rumah ke rumah. Setelah delapan bulan, semakin banyak pelayanan yang menuntut para suster, bahkan orang sakit yang justru datang ke rumah suster. Untuk itu para suster membutuhkan tempat pelayanan yang layak, maka dibeli rumah yang sangat sederhana di Jl. S. Parman Padang Bulan untuk tempat tinggal para suster dan menanpung orang-orang sakit yang sedang dirawat (Syukur, 2009: 214-215).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14
Pada tanggal 11 Februari 1929, dibangunlah rumah sakit yang berdampingan dengan rumah suster di Jl. Imam Bonjol Medan. Rumah ini kelak akan menjadi rumah induk Kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth di Indonesia. Dari tahun ke tahun Kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth semakin berkembang, baik dari jumlah anggota maupun dalam karya dan pelayanan. Karya pelayanan semakin bertumbuh dan beragam, mulai dari rumah peristirahatan penderita TBC di Berastagi yang selanjutnya akan menjadi rumah retret Maranatha. Kemudian, karena calon suster FSE semakin banyak, maka sebagai langkah awal dibangun rumah pembinaan di Jalan Slamet Riyadi Medan. Dalam masa pembinaan ini, kepada para calon mulai dikenalkan tentang kongregasi FSE, juga ditanamkan tentang semangat pendiri, serta spiritualitas FSE sebagai pengikut Santo Fransiskus Assisi. Sebagai pengikut Santo Fransiskus Assisi, para suster FSE dipanggil untuk hidup dalam kebahagiaan sejati Fransiskan yang nyata dalam karya pelayanan dan persaudaraan. Maka dari awal berdirinya kongregasi, semangat kebahagiaan sejati Fransiskan sudah ditanamkan dari awal masa pembinaan, dan diharapkan meskipun masih dalam masa pembinaan sudah memiliki semangat kebahagiaan sejati Fransiskan (Kons. No. 12-16).
3. Spiritualitas Kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth Kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth menghayati dan mengikuti semangat Santo Fransiskus Assisi sebagaimana yang telah diwariskan oleh ibu pendiri. Karena itu kongregasi FSE mematuhi dan mengikuti Anggaran Dasar dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15
cara hidup Ordo Ketiga Regular yang disahkan oleh Paus Yohanes Paulus II pada tanggal 08 Desember 1982 serta kharisma Kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth. Sebagai pengikut Santo Fransiskus Assisi dengan cara hidup peniten rekolek, kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth mengikat diri seumur hidup pada cita-cita Injili dengan hidup dalam ketaatan, dalam kemiskinan, dan kemurnian (AD III Reg.1) dalam kesatuan persaudaraan. Mereka dijiwai oleh semangat doa dan samadi, semangat pengabdian dan pengorbanan, semangat tapa dan matiraga selaku peniten rekolek (Kons, No 3). Berdasarkan kutipan di atas, dapat dilihat bahwa semua anggota kongregasi FSE menjalani hidup seturut cita-cita Injili dengan hidup dalam ketaatan, kemiskinan dan kemurnian, yang diikrarkan dalam kaul-kaul suci. Para suster FSE juga diharapkan hidup dalam semangat pengabdian dan pengorbanan, semangat tapa dan matiraga sebagai angggota peniten rekolek. Adapun yang menjadi Kharisma kongregasi adalah ”Daya kasih Kristus yang menyembuhkan orang-orang kecil dan menderita sampai rela wafat di kayu salib”. Kharisma inilah yang membakar jiwa pendiri yaitu Mathilda Leenders sendiri. Kharisma kongregasi ini memuat empat unsur yaitu kasih, penyembuhan, orang kecil, dan salib. Allah adalah kasih (1Yoh.4:8). Melawat orang sakit dengan kasih merupakan dasar bagi para suster FSE. Pelayanan yang diberikan bukan karena profesi melainkan karena identitas diri sebagai FSE. Sebagaimana identitas FSE bahwa “orang yang bersatu dengan Allah tidak menyia-nyiakan daya kasih Kristus dalam bentuk pelayanan yang menyembuhkan orang-orang yang kecil, sakit dan menderita, seturut hidup peniten rekolek” (Statuta. No. 2.3).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16
Menjadi penyembuh merupakan salah satu bagian dari semangat hidup Yesus. Karya penyembuhan itu nyata dalam pelayanan FSE baik karya maupun persaudaraan. Untuk itu sebagai anggota FSE, pertama-tama setiap pribadi sudah menjadi penyembuh bagi dirinya sendiri. Hal ini nyata dalam sikap menerima diri dan mensyukuri segala keberadaanya. Dengan demikian juga mampu menerima setiap saudari yang dianugerahkan kepadanya serta memiliki semangat pengampunan, baik terhadap diri sendiri maupun kepada sesama. Maka untuk mendukung rahmat pengampunan, setiap saudari melakukan pengakuan dosa minimal sekali sebulan, dan melakukan ibadat tobat pada Kamis Putih dan akhir tahun sebelum perayaan Ekaristi (Statuta. No.15). Unsur ketiga kharisma FSE adalah keberpihakan kepada orang kecil. Orang kecil yang dimaksud di sini bukan hanya yang miskin atau sakit secara fisik, melainkan juga orang yang haus akan kasih dalam hidupnya. Orang kecil pada jaman ini dipahami semakin luas mencakup dalam karya pelayanan, dan juga di tengah-tengah persaudaraan. Orang sakit yang datang ke rumah sakit ada kalanya tidak menemukan solusi kesembuhan karena dia tidak membutuhkan resep dari dokter, tetapi ia membutuhkan lawatan hati. Demikian juga dengan orang kecil, mereka butuh didengarkan, butuh dipahami, dan butuh diperhatikan. Demikian juga dalam persaudaraan tidak jarang saudari mengalami rasa minder, dan tidak diterima banyak orang. Seharusnya hal ini menjadi perhatian utama bagi anggota persaudaraan kongregasi FSE (Kons. No. 7) Salib merupakan jalan keselamatan bagi orang Kristen, terlebih bagi seorang FSE. Menyadari bahwa melayani Yesus dalam diri orang menderita tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17
pernah terlepas dari salib, maka bersedia memanggul salib merupakan semangat pengorbanan demi cinta pada Kristus. Semangat pengorbanan yang dilakukan merupakan kesempatan untuk membagikan kasih kepada sesama (Statuta. No. 2.2) Sebagai Peniten Rekolek (pertobatan terus-menerus), FSE hidup dalam semangat pertobatan kepada Allah dan sesama. Bersedia membagaikan kasih Allah dalam semangat pengosongan diri, serta penuh kegembiraan dalam pengabdian kepada orang sakit dan menderita. Mencintai Yesus melalui orang sakit dan menderita merupakan cita-cita Injili yang menjadi semangat pendiri (Kons. No. 9) Melayani Yesus dalam diri orang sakit tertuang dalam motto kongregasi yaitu” ketika Aku sakit kamu melawat Aku” (Mat. 25:36). Seorang FSE lebih mengutamakan apa yang diutamakan Yesus, yaitu orang yang miskin dan menderita. Yesus menyamakan diri-Nya dengan orang yang miskin dan menderita. Seperti yang tertulis dalam Kitab Suci, apa yang kamu perbuat bagi saudara-Ku yang paling hina ini kamu lakukan untuk Aku (Mat. 25:40). Orang yang dipandang hina, orang miskin dan tertindas sesungguhnya lebih mudah mengalami rasa sakit dan penderitaan daripada orang yang sakit secara fisik. Maka bagi seorang anggota FSE, melayani Yesus akan menjadi nyata melalui pelayanan yang merangkul dengan penuh kasih dan kegembiraan pada diri orang menderita. Kongregasi FSE mengikuti jejak Kristus yang tersalib. Persaudaraan ini bertujuan untuk membaktikan diri kepada perutusan Gereja, khususnya lewat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18
usaha membuat anggotanya suci. Hal ini dilakukan lewat pelayanan kepada sesama, khususnya kepada orang sakit. Demikian juga dalam persaudaraan, adanya kesatuan saling menerima keunikan masing-masing dengan gembira merupakan suatu rahmat dan pemberian Allah (Kons. No. 7). Konstitusi No.78 menyatakan bahwa: Hidup sebagai saudara merupakan sumber kegembiraan yang dapat dinikmati setiap hari sebagai anugerah Allah. Di dalamnya Tuhan menantang kita untuk secara aktif menerima saudara yang diberikan Tuhan (bdk. Was. 14), menerima dan menghargai perbedaan guna saling melengkapi, saling mendengarkan, saling mempercayai, saling mengampuni dan menghargai misteri perjalanan hidup masing-masing dalam rangka menuju Tuhan yang satu dan sama. Kegembiraan itu kita alami lebih-lebih bila kita berhasil meringankan beban dan menanggung bersama kesulitan yang kita jumpai (bdk. AD III.Reg.23).
Berdasarkan kutipan di atas kita dapat melihat bahwa sebagai suster FSE, yang menjadi wadah kebahagiaan adalah persaudaraan. Dalam persaudaraan dianugerahkan saudari yang berbeda sebagai tantangan untuk mewujudkan kebahagiaan. Namun pada akhirnya kebahagiaan bukan hanya dalam hal memberi dan menerima tetapi juga dalam hal pengorbanan diri dan menanggung kesulitan bersama untuk menuju Tuhan sang sumber kebahagiaan. Agar persaudaraan yang membahagiakan dapat terpelihara dengan baik, maka setiap saudari secara pribadi maupun bersama harus menjalin persaudaraan sejati. Kita bersaudara dengan siapa saja dan dengan ramah mau menerima siapa pun juga yang datang kepada kita (bdk. AngTBul. 7.14 ). Dalam rangka itu, kita suka menerima tamu dan selalu bersedia membuka pintu bagi sekalian orang (Kons. No. 82).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19
Berdasarkan kutipan di atas kita dapat melihat bahwa sebagai suster FSE Persaudaraan yang dibangun, tidak terbatas hanya persaudaraan dalam kongregasi saja, tetapi membangun persaudaraan dengan siapa saja.
B. Kebahagiaan 1. Definisi Kebahagiaan Kebahagiaan berasal dari kata bahagia. Kebahagiaan biasanya sangat berdekatan dengan suasana hati, yang di dalamnya ada rasa damai dan tenang. Bahagia merupakan kata yang tidak pernah bosan di telinga setiap orang. Arti kebahagiaan sendiri sangat luas, bahkan setiap orang bebas untuk mengungkapkan pendapatnya. Arti kebahagiaan tergantung dari pemahaman dan pengalaman setiap pribadi. Semua orang mencari kebahagiaan, namun makna kebahagiaan sendiri sesungguhnya merupakan hal yang masih harus dipertanyakan. Tidak jarang orang membuat syarat untuk dirinya supaya bahagia. Tetapi ketika syarat itu terpenuhi orang tersebut belum tentu juga bahagia. Dalam hal ini Gede Prama menggunakan bahasa “kebahagiaan yang datang dan pergi” dengan “kebahagiaan yang lebih dalam”. Ada dua macam kebahagiaan. Kebahagiaan yang pertama adalah kebahagiaan yang dicari di luar dan dibeli, ia bersifat sama, datang dan pergi. Sementara kebahagiaan yang kedua adalah, kebahagiaan dengan akar di dalam dengan melewati tangga-tangga kesedihan. Kebahagiaan jenis yang kedua merupakan kebahagiaan yang lebih dalam (Gede Prama, 2007: 45).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20
Satu hal yang dapat diterima bersama bahwa semua orang menginginkan kebahagiaan, dan semua orang berhak untuk mendapatkannya. Demikian pula cara untuk memperoleh kebahagiaan tidak mempunyai suatu patokan. Untuk memperoleh kebahagiaan, kadang-kadang orang tidak memikirkan kebahagiaan orang lain. Namun agar kita bahagia kita harus hidup beragama (Kasim, 1964: 28). Kebahagiaan merupakan antonim dari penderitaan, namun keduanya adalah gambaran suasana batin dalam menghadapi kehidupan. Ukuran kebahagiaan untuk setiap orang tidak dapat ditentukan. Hal ini tergantung dari sikap setiap pribadi dalam menghadapi situasi hidupnya. Artinya kebahagiaan untuk orang tertentu, belum tentu menjadi kebahagiaan bagi orang yang lain. Dengan kata lain, penderitaan dan kebahagiaan lebih bersifat subjektif. Sesuatu yang bagi seseorang tampaknya seperti penderitaan, namun dapat terjadi hal yang sama justru merupakan kebahagiaan bagi orang lain (Riyanto, 2008: 24). Maka berdasarkan penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa kebahagiaan merupakan suasana hati yang nyata dalam diri seseorang yang mampu mengelola perasaannya untuk tetap merasa damai dan nyaman terlepas dari segala situasi yang sedang terjadi. Dalam hal ini ukuran kebahagiaan tersebut tergantung dari pemahaman dan penghayatan setiap pribadi. a. Kebahagiaan Menurut Kitab Suci Banyak hal yang menjadi alasan untuk bahagia bagi seorang kristiani. Dalam Kitab Suci sendiri, mulai dari Perjanjian Lama hingga Perjanjian Baru terdapat banyak ajakan untuk berbahagia. Untuk itu berkaitan dengan kebahagiaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21
sebagaimana yang termuat dalam Kitab Suci, sabda bahagia akan diulas secara khusus. ”Sabda bahagia sesuai dengan kerinduan kodrati akan kebahagiaan. Kerinduan ini berasal dari Allah. Ia telah meletakkannya di dalam hati manusia, supaya
menarik
mereka
kepada
diri-Nya,
karena
hanya
Allah
dapat
memenuhinya” (KGK art: 1718). Dalam arti ini semakin kita jauh melihat ke dalam, maka semakin disadari bahwa Allah memanggil manusia untuk berbahagia. Panggilan menuju kebahagiaan sebagai umat Kristen tertuang dalam sabda bahagia. Umat kristen dipanggil untuk hidup dalam kebahagiaan, dan kerinduan itu pertama-tama datang dari pihak Allah sendiri. Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan, membahagiakan manusia yang tertindas oleh dosa. Hal itu dilakukan-Nya tidak hanya dengan tindakan dan teladan tetapi juga dengan ajaran. Wejangan-Nya tentang kebahagiaan dapat ditemukan dalam kitab Injil, terutama Injil Santo Matius 5:3-12. Berikut adalah kutipan Sabda bahagia sebagaimana terungkap dalam kotbah Yesus di bukit. Ayat 3. Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Ayat 4. Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur. Ayat 5. Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi. Ayat 6. Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan. Ayat 7. Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan. Ayat 8. Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah. Ayat 9. Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah. Ayat10. Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Ayat 11. Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22
Ayat 12. Bersukacita dan bergembiralah karena upahmu besar di Sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu”.
Kebahagiaan berhubungan dengan Allah. Orang yang dipuji bahagia dalam kotbah itu adalah orang yang berhubungan dekat dengan Allah. Orang itu miskin di hadapan Allah (ayat 3). Miskin di hadapan Allah arti aslinya adalah miskin dalam Roh, dalam bahasa Yunani hoi ptokhoi to pneumati. Orang demikian adalah sederhana dan penuh hormat terhadap hal-hal yang rohani. Mereka hidup dalam kerendahan hati karena menyadari bahwa hidup spiritual mereka bukan apa-apa (Leks, 2003: 120). Mereka rendah hati dan tidak menggantungkan dirinya
pada hal pemilikan materi. Maka sangat penting
menyadari bahwa segala sesuatu, termasuk diri sendiri merupakan milik Allah. Kesadaran akan segala sesuatu milik Allah menghantar orang semakin dekat dengan Allah itu sendiri. Sikap ini merupakan langkah awal menuju kebahagiaan (Wesley, 2010: 42). Secara rohani mereka adalah orang yang menggantungkan diri kepada Allah. Mereka menyadari keberdosaan dan ketidakberdayaannya. Kesadaran ini membuat manusia datang kepada Allah, dan merasa tidak berdaya tanpa Allah sebab mereka sungguh menyadari kelemahannya. Kesadaran di hadapan Allah sebagai yang miskin hanya ketika melepaskan seluruh rasa kepemilikan itu kepada Allah. Kepemilikan itu termasuk juga keangkuhan, maka ketika itu dilepaskan orang akan merasa tenang, dan itu merupakan gambaran kerajaan surga. Disitulah letaknya Dia yang meraja (Anand Krisna, 2001: 21).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23
Berhubungan dengan apa yang telah diungkapkan di atas, orang tersebut suci hatinya (ayat 8). Adapun yang dimaksudkan dengan orang yang suci hatinya adalah orang yang bermotivasi murni dan lurus. Karena kesucian itu keinginaan orang tersebut hanya untuk menyenangkan Allah. Apa yang menjadi kepentingannya dipadukan dengan kepentingan Allah (Leks, 2003: 124). Kesucian hati membuat orang memiliki pandangan yang jernih dan jelas, sehingga orang mampu melihat Allah dibalik segala sesuatu ( Anand Krisna, 2001: 32). Maka orang demikian mengalami persekutuan dengan Allah yang membuat ia mampu melihat Allah melalui hal-hal yang sangat sederhana sekalipun. Apa yang dilakukan Allah dapat dilihat sebagai kemurahan hati Allah baik untuk dirinya, sesama dan dunianya (Wesley, 2010: 78). Orang yang suci hatinya ini dapat juga dikatakan sebagai orang yang lapar dan haus akan kebenaran (ayat 6). Kebenaran adalah apa yang dikehendaki Allah untuk dilakukan. Kebenaran juga ada dalam diri manusia yaitu ketika orang menyadari keilahian dalam dirinya sendiri. Untuk mengalami kesadaran itu orang harus berkorban banyak dengan tidak mau berkompromi dengan sesuatu yang nilainya rendah, kecuali kebenaran itu sendiri. Maka orang tersebut akan selalu instrospeksi atau bertanya diri apa yang dikehendaki Tuhan untuk dia lakukan. Orang tersebut akan menemukan apa yang dirindukannya (Leks, 2003: 122; bdk Anand Krisna: 2001: 29). Sebaliknya orang yang tidak haus akan kebenaran dan menjauh dari Allah akan mengalami dukacita, tetapi yang berdukacita karena-Nya akan dihibur oleh Allah sendiri (ayat 4). Dukacita yang dimaksudkan oleh Yesus alasannya karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24
Yesus itu sendiri. Orang berdukacita karena menyadari bahwa tidak mengalami kehadiran Allah, hidupnya berlalu tanpa mengalami Allah. Dukacita karena alasan demikian akan mendapat hiburan dari Dia sendiri, dan tidak mencari hiburan duniawi (Anand Krisna, 2001: 24). Dengan penghiburan yang diterima dari Tuhan sendiri tidak berarti bahwa orang tidak akan pernah mengalami pengalaman jatuh lagi. Perlu tetap disadari bahwa semua perihal dukacita dan kemiskinan roh merupakan kebodohan bagi dunia. Hal ini sekaligus menjadi kekuatan dan penghiburan bagi mereka yang berdukacita karena Allah ( Wesley, 2010: 52). Kebahagiaan karena dekat dengan Allah, menggantungkan hidup pada Allah dan terarah kepada Allah, membuat orang akan membawa damai dalam relasi dengan sesama. Karena itu membawa damai menjadi identitasnya sebagai anak Allah (ayat 9). Pembawa damai adalah orang yang melakukan hal yang baik kepada orang lain dalam segala kesempatan. Perbuatan baik tidak terbatas pada orang tertentu dan iman tertentu, tetapi juga terhadap dunia sekitarnya bahkan musuhnya sendiri. Menyediakan waktu dan membeli setiap kesempatan, karena semua orientasinya seolah-olah untuk Tuhan bukan untuk manusia. Sikap yang demikian dipakai Allah dalam pekerjaan iman dan kasih maka mereka disebut anak-anak Allah (Wesley, 2010: 82-84). Orang yang berbahagia akan mengalami damai sejati, dan akan bersikap lemah lembut serta menaklukkan orang lain dengan kelamahlembutannya (ayat 5). Orang yang bersikap lemah lembut tidak akan main kuasa, dan tidak mengandalkan kekuatannya. Demikianlah orang tersebut bertindak dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25
hidupnya di atas bumi ini sehingga seluruh isi bumi pun ikut berpihak kepadanya. Maka orang tersebut hidup harmoni dengan bumi, tanpa ada pertentangan (Leks, 2003: 122; bdk. Anand Krisna, 2001: 26). Orang yang bersikap seperti yang telah dijelaskan di atas akan memperoleh kemurahan (ayat 7). Orang yang murah hati mengalami kebahagiaan karena memperoleh kemurahan. Sikap murah hati berarti sikap mengasihi orang lain seperti dirinya sendiri. Kasih menghantar orang semakin rendah hati, dan menghancurkan kecongkakan. Tindakan kasih yang dilakukan merupakan ungkapan kemuliaan Allah, sehingga segala kesulitan yang ia tanggung tidak menghancurkan kasihnya, justru bagi dia kasih merupakan bukti untuk semua. Maka dengan sendirinya ia menerima kemurahan ribuan kali lipat. Sabda Yesus dalam
perumpamaan
talenta,
menyatakan
bahwa
jika
seorang
hamba
memanfaatkan talenta, maka semakin besar pula ditambahkan kepadanya. Ini sungguh menjadi alasan untuk berbahagia, karena ia akan menerima lebih daripada yang telah diberikannya (Wesley, 2010: 54-58). Kebahagiaan yang dialami dalam kedekatan dengan Allah dan keterarahan pada Allah, tak tergoncangkan oleh kesulitan apapun yang sedang dialami. Terjadi penganiayaan (ayat 10) dan dicela, difitnah (ayat 11), seperti yang dialami para nabi (ayat 12). Walaupun dianiaya dan dicela mereka tetap berbahagia sebab semua itu terjadi karena iman akan Allah dalam Yesus Kristus. Dia berbahagia karena dia berani mempertahankan imannya. Yesus bersabda bahwa orang yang menderita demi kebenaran iman kepada-Nya, akan mendapatkan kebahagiaan di surga. Kebahagiaan itu lebih besar dari kebahagiaan apa pun yang ada di dunia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26
Tidak jarang karena memberi kesaksian tentang Yesus, timbul pertentangan bahkan pemberitaan yang jahat dari dunia. Ketika mengalami penganiayaan dan tetap bertahan dalam penganiayaan tersebut demi iman, mereka akan sungguh berbahagia. Yesus sendiri menerima penganiayaan dari orang-orang yang mau diselamatkan dan dibahagiakan oleh-Nya. Dalam situasi itu, Dia tetap kuat karena berdamai dengan Bapa-Nya. Maka berbahagialah orang yang tetap setia ketika mengalami hal yang sama dengan yang dialami Yesus. Hal itu akan menghantar dia kepada kebahagiaan bersama Yesus (bdk. Wesley, 2012: 35-93). Sabda bahagia yang telah diulas secara sederhana di atas, menunjukkan bahwa kebahagiaan pada akhirnya adalah ikut mengalami apa yang dialami oleh Yesus sendiri. Kebahagiaan yang termuat dalam kotbah di bukit, mengarah pada konsekuensi akan iman kepada Yesus Kristus. Sehingga orang yang mengalami apa yang dialami oleh Yesus, akan menjadi seperti Yesus sendiri. Dapat dikatakan bahwa kebahagiaan merupakan persatuan dengan Dia yang menganugerahkan kebahagiaan itu sendiri. Selain kebahagiaan yang terungkap dalam sabda bahagia, beberapa kebahagiaan lain juga terungkap dalam kutipan Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Berikut adalah beberapa kutipan tentang kebahagiaan berdasarkan kutipan dari Alkitab. 1) Amsal 28:15 Berbahagialah orang yang senantiasa takut akan Tuhan, tetapi orang yang mengeraskan hatinya akan jatuh ke dalam malapetaka. Maksud dari kutipan di atas adalah kebahagiaan bagi orang yang takut akan Tuhan, yaitu karena suka pada perintah Tuhan. Suka dalam arti, kebahagiaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27
orang tersebut ada pada perintah Tuhan itu sendiri maka perintah tersebut sungguh dijaga dan dipelihara dalam diri serta sungguh menghormatinya. Tetapi orang yang tidak suka dan tidak memelihara perintah Tuhan tidak akan mendapatkan kebahagiaan. 2) Yohanes 20:29 Kata Yesus kepadaNya: ”Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat namun percaya”. Kepercayaan kepada Tuhan membawa kebahagiaan karena terlaksana apa yang dikehendaki Tuhan dalam dirinya. Percaya walaupun tidak melihat dengan mata kepala sendiri, itu merupakan anugerah. Hal ini terjadi karena orang tersebut bersedia membuka hatinya kepada Allah. Rahmat ini lebih istimewa dibandingkan dengan orang yang percaya setelah ia dapat melihat secara fisik. 3) Mazmur 65:5 Berbahagialah orang yang Engkau pilih dan yang Engkau suruh mendekat untuk diam di pelataran-Mu kiranya kami menjadi kenyang dengan segala yang baik di rumahMu, di bait-Mu yang kudus Hidup bersama dengan Allah mengalami kebahagiaan karena hidup dalam kelimpahan. Segala yang baik ada di dalam Tuhan sendiri dan itulah yang memuaskan mereka. Hal ini nyata bagi orang-orang pilihan Allah. 4) Kis 20:35 Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu, bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah dan harus mengingat perkataan Tuhan Yesus sebab Ia telah mengatakan: Adalah lebih berbahagia memberi daripada menerima Orang yang memberi lebih berbahagia daripada orang yang menerima. Maka membantu orang lain merupakan tindakan yang membahagiakan. Dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28
memberi akan ditambahkan kepadanya, sebagaimana perumpamaan talenta (bdk Mat 25:29). Artinya, kita memberi karena kita sudah menerima sebelumnya. Pada akhirnya kita memang diberi untuk memberi. 5) Yak 1:2-3 Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Pencobaan yang dialami merupakan suatu kebahagiaan sebab hal itu merupakan jalan menuju pemurnian iman. Peristiwa ini juga membuat orang semakin bertekun. Maka pencobaan itu bukan hal yang mesti dihindari, karena ia ibarat jalan menuju pada kesempurnaan. Maka pencobaan itu bukanlah beban tetapi tantangan dari konsekuensi dalam mencapai tujuan. 6) Sir 14:20 Berbahagialah orang yang merenungkan kebijaksanaan serta menimbangnimbang dengan pengertian. Merenungkan kebijaksanaan merupakan hal yang membahagiakan, sebab segala kebijaksanaan berasal dari Tuhan. Dengan demikian kebijaksanaan itu menjadi milik orang yang sungguh menaruh perhatian kepada kebijaksanaan itu. Dari beberapa ungkapan di atas, yaitu seputar kebahagiaan dari Kitab Suci baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru dapat dikatakan bahwa: untuk menemukan kebahagiaan dalam kehidupan perlu ada usaha untuk mencapainya. Adapun usaha yang harus dilakukan oleh manusia untuk mencapai kebahagiaan tersebut adalah dengan melakukan hal-hal yang baik atau hal yang benar di hadapan Allah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29
Akan tetapi rasa bahagia itu merupakan pemberian dari Allah. Sebab kemurahan hati Allah yang membuat manusia mampu mengalami kebahagiaan, walaupun ada unsur usaha yang dilakukan oleh manusia. Hal ini dapat dilihat dari salah satu contoh sikap manusia, yaitu memberi. Manusia mampu memberi jika ia terbiasa melatih dirinya memberi. Namun pada akhirnya memberi menjadi hal yang membahagiakan, karena rahmat Allah yang mengubah hatinya. b. Kebahagiaan Menurut Pendapat Tokoh-tokoh Sebagaimana yang telah diungkapkan di atas bahwa pemahaman tentang kebahagiaan sangat luas.
Kebahagiaan dapat dipahami dari mentalitas orang
dalam menghadapi situasi hidupnya. Berikut adalah pendapat beberapa tokoh terkait dengan pandangan mereka tentang kebahagiaan. 1) Gobind Vashdev Vashdev adalah seorang pencinta alam dan sekitar dua puluh tahun hidup sebagai vegetarian. Bagi Vashdev, alam merupakan guru yang sangat baik pada manusia sehingga patut dihormati dan dipelihara. Bahkan ia tidak menggunakan sabun, sampo, pasta gigi, atau bahan-bahan yang membebani alam ini. Kebahagiaan Vashdev ialah dengan berbagi dan memberikan apa yang dimiliki kepada orang lain. Hidup bukan sebuah perlombaan mengumpulkan sebanyak-banyaknya,
tetapi
memberi
kepada
dunia
sebelum
kita
meninggalkannya. Menurut paham Vashdev kebahagiaan adalah suatu hal yang sangat sederhana (simpel), bahkan karena sederhananya sampai-sampai tidak banyak orang yang percaya. Untuk bahagia manusia tidak memerlukan apa-apa,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30
tidak perlu mencarinya di luar, bahkan tidak perlu usaha keras (Vashdev, 2012: 228). Bagi tokoh ini satu-satunya hal yang membuat orang bahagia adalah dengan bersyukur. Kebahagiaan seseorang tergantung dari rasa syukur yang dimilikinya. Bersyukur merupakan kunci membuka pintu kebahagiaan. Namun kenyataanya banyak orang tidak mendapatkan kebahagiaan. Hal ini terjadi karena tidak terbiasa memberi melainkan menerima. Memberi sama dengan melepaskan, melepaskan artinya bukan melepaskan keinginannya tetapi melepaskan hasilnya, sebab kita tidak dilarang untuk menginginkan atau mengharapkan sesuatu. Melepaskan apa yang diharapkan dan bersyukur atas apa yang telah terjadi. Dalam kebahagiaan, seseorang akan memperoleh ketenangan, maka rasa takut merupakan hal yang perlu dilepaskan untuk mengalami kebahagiaan. Di dunia ini tidak ada orang yang jahat, melainkan orang yang ketakutan. Takut akan masa depan, hari tua, penghasilan, takut tidak dicintai dan seterusnya dan hal ini membuat manusia tidak bahagia (Vashdev, 2012: 217-231). 2) Andrew Matthews Menjadi bahagia bukanlah hal yang mudah, bahkan kadang-kadang membutukan kerja keras, ibarat menjaga rumah agar tetap asri. Untuk bahagia hendaknya mencari hal-hal yang baik-baik saja. Kebahagiaan ditentukan dari bagaimana kita bereaksi terhadap apa yang terjadi, dan yang memutuskan reaksi itu adalah kita sendiri. Maka kebahagiaan itu adalah sebuah keputusan, dan hal ini membutuhkan tekad, ketekunan, dan disiplin yang bisa dikerahkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31
Kedewasaan diri dibutuhkan agar bertanggung jawab atas kebahagiaan itu sendiri dan mampu memilih untuk berkonsentrasi dari apa yang kita miliki, bukan yang tidak dimiliki. Yang mengendalikan kita bahagia atau tidak adalah keputusan kita dalam berpikir. Jika mengikuti pikiran yang membahagiakan maka akan bahagia demikian juga sebaliknya (Matthews, 2000: 52). 3) Franz Magniz-Suseno Magnis Suseno menghubungkan kebahagiaan dengan etika, dari pemikiran Robert Spaemann, seorang filosof Jerman tentang dasar moralitas. Magniz Suseno menganggap pemikiran Spaemann yang mengidentifikasikan kebaikan hati dan persahabatan sebagai fenomena moral paling dasar, serta bagaimana moralitas dapat diketahui secara intuitif dalam pengalaman cinta yang menyatukan kembali kebahagiaan, kewajiban dan kebaikan hati, sebagai sumbangan yang paling penting dalam etika. Spaemann menelusuri arti kebahagiaan dari sejarah etika, serta menunjukkan arti dan sebab dari etika pada hakekatnya harus eudemonistik berdasarkan pemikiran dari beberapa tokoh berikut. a) Plato Menurut Spaemann, Plato sudah merumuskan dengan tepat pertanyaan dasar para filosof tentang “Apa itu yang baik?”. Plato ingin mempertahankan citacita kalonkagatgon. Kalon artinya yang baik atau pantas dicari, dan agathon artinya yang indah atau luhur. Plato berpendapat bahwa kebahagiaan manusia adalah apabila kebahagian tersebut berpatokan kepada Yang Baik. Antara kalon dan agathon adalah antara keutamaan dan kebahagiaan dan keduanya tidak ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32
keterpisahan. Artinya bahwa kebahagiaan itu merupakan keutamaan. Plato ingin memperlihatkan bahwa yang indah, juga baik untuk dirinya sendiri. Hal ini tidak berkaitan dengan kebiasaan manusia, melainkan merupakan kepentingan manusia yang bersifat luhur. Bagi yang mencintai kebijaksanaan, tak ada perpisahan sama sekali antara yang baik pada diri sendiri dan yang baik baginya (Magnis,2005: 247). Artinya adalah bagi orang bijaksana akan mampu memahami segala sesuatu yang baik dan luhur untuk dirinya. b) Aristoteles Menurut
Aristoteles,
hidup
yang
bijaksana
adalah
hidup
yang
menghasilkan kebahagiaan atau eudaimonia, dan kebahagiaan tertinggi yang dapat dicapai oleh manusia adalah theoria yaitu memandang hal-hal yang abadi. Etika Aristoteles adalah etika seorang yang realistis. Aristoteles menyatakan bahwa kebahagiaan yang dialami manusia dalam hidup bersama selalu hanya bersikap kurang lebih. Karena manusia tidak dapat menghasilkan kebahagiaan yang sebenarnya tetapi hanya dapat mendekatinya. Hal ini desebabkan karena dalam hidup tidak ada yang abadi baik kesuksesan maupun kegagalan (Magnis, 2005: 249). c) Stoa Menurut Stoa, manusia bahagia jika kehidupannya berhasil, dan kehidupannya berhasil jika ia dapat mempertahankan diri. Cita-cita dalam pemahaman kebahagiaan Stoa adalah ataraxia. Dalam ataraxia manusia merasa bahagia, dan manusia bahagia jika apa pun yang dialaminya itu sesuai dengan kehendaknya. Stoa juga tidak tanggung-tanggung dalam kesimpulannya tentang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33
kebahagiaan atau sesuatu yang dapat diasimilasikan secara “stoikal”, jalan terkahir yang dilakukan untuk mempertahankan ataraxia adalah dengan bunuh diri. Dalam etika Stoa bunuh diri adalah pilihan terakhir yang paling rasional untuk bahagia (Magnis, 2005: 249). Artinya lebih baik tidak mengalami kehidupan daripada menghidupi yang tidak dihendaki, cara menghindari apa yang tidak dikehendaki dengan mengahiri hidup itu sendiri. d) Epikorus Menurut Spaemann, ketajaman pemikiran Epikuros sangat menentukan letak persoalan dasar kebahagiaan. Epikuros yang adalah seorang tokoh hedonis mempunyai pemikiran yang canggih dengan cita-cita apathia, yaitu suatu keadaan dimana kita tidak menderita. Epikuros menyadari bahwa dengan menjadi seorang hedonisme yang mencari kenikmatan sebanyak-banyaknya, tidak akan menghasilkan kebahagiaan jika masih terkekang faktor waktu masa lalu dan masa depan. Patokan Epikuros adalah berpeganglah pada saat ini. Lupakan masa lampau yang sering membuat kita merasa sedih, dan jangan pikirkan masa depan yang sering membuat kita merasa takut, artinya hiduplah semata-mata untuk saat ini (Magnis, 2005: 248) e) Etika Kristiani Etika Kristiani menyatakan bahwa kebahagiaan yang sebenarnya hanya dapat tercapai dalam visio beatifica yaitu memandang Tuhan. Dalam kehidupan sebelum kematian kita menghayati hidup yang bermoral untuk mencapai kesempurnaan dan kebahagiaan sesudah kematian. Kebahagiaan di dunia tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34
menjamin kita hidup bermoral. Maka hidup bermoral di dunia terletak pada kebahagiaan di alam sana sebagai ganjaran. Titik tolak kritik Spaemann adalah masukan dari dua filosof. Yang pertama adalah Leibniz yang menunjuk pada cinta kasih: cinta adalah delectatio in felicitate alterius, “kebahagiaan karena kebahagiaan orang lain”. Filosof kedua yaitu Aristoteles yang mengatakan bahwa puncak kebahagiaan dialami manusia dalam persahabatan. Cinta adalah kebahagiaan dalam kebahagiaan dia yang dicintai. Artinya letak kebahagiaan nyata dalam relasi persahabatan. Cinta tidak egoistik, karena tindakan cinta yang membahagiakan adalah demi yang dicintai bukan yang mencintai. Cinta adalah kebahagiaan tertinggi tetapi tidak mementingkan diri sendiri dan jauh melebihi segala pertimbangan kewajiban. Hal ini membuat kita menyadari akan kewajiban terhadap yang dicintai. Pengalaman cinta adalah pengalaman kehidupan yang berhasil. Apa yang memotivasi tindakan moral-cinta adalah sekaligus apa yang menjadi pemenuhannya dipikirkan sebagai kebahagiaan (Magnis, 2005: 252-254). Dari ulasan beberapa Filsuf dan penjabaran lainnya yang telah diungkapkan Magnis Suseno, maka diketahui bahwa setiap tindakan yang dilakukan bukan hanya karena atau bukan sekedar kewajiban adalah untuk mencapai sebuah kebahagiaan. Pada akhirnya segala tindakan itu bertujuan agar kita bahagia. Tindakan Kebahagiaan itu tidak hanya sekedar tangungjawab moral, melainkan kesadaran untuk membahagiakan yang dicintai. Maka kebahagiaan dapat dinyatakan dalam persahabatan sebagai perwujudan cinta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35
4) Gede Prama Gede prama adalah seorang pecinta keheningan, dan seorang vegetarian. Gede Prama seorang meditatif tetapi juga seorang penulis yang telah banyak menerbitkan buku dan menulis ribuan artikel. Dari sekian banyak tulisannya ia mengupas salah satu secara lebih dalam tentang kebahagiaan. Menurut Gede Prama kebahagiaan tidak pernah terlepas dari penderitaan. Bahkan Gede Prama pernah mengungkapkan bahwa orang tidak akan dapat mengenal kebahagiaan jika tidak pernah mengenal penderitaan. Gede Prama membagi kebahagiaan menjadi dua, yaitu kebahagiaan yang berakar ke luar dan kebahagiaan yang berakar ke dalam. Kebahagiaan yang berakar ke luar biasanya dicari melalui hal-hal yang berupa materi, seperti uang, rumah, profesi dan sebagainya. Dengan tercapainya hal-hal tersebut, kebahagiaan yang berakar ke luar dapat segar dan berbuah. Namun ketika musim layu tiba, yaitu ketika hal-hal tersebut tidak tercapai maka kebahagiaan itu juga segera hilang. Kebahagiaan jenis ini cepat layu dan diterbangkan oleh angin kehidupan itu sendiri. Sementara kebahagiaan yang berakar ke dalam, ibarat bambu yang kokoh karena berakar kuat ke dalam. Bambu adalah pohon yang tidak berbunga dan berbuah, namun tetap segar di segala musim. Kebahagiaan jenis ini tetap bertahan walau musim kehidupan membawa penderitaan, bahkan penderitaan membuat kebahagiaan tersebut menjadi lebih dalam. Dengan kata lain kebahagiaan yang melewati tangga-tangga kesedihan, cenderung berakar lebih dalam dibandingkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36
dengan kebahagiaan yang tanpa melewati kesedihan. Maka sesungguhnya kebahagiaan berhutang pada kesedihan (Gede Prama, 2007: 40-46). Sehingga bisa dimaklumi kenapa kebahagiaan jadi barang langka di jaman ini, karena manusia di dalamnya serba penuh (ego, keinginan, kebencian, kemarahan, permusuhan, persaingan). Disinari cahaya-cahaya bambu seperti inilah, kemudian layak dipertimbangkan untuk lebih menggali sumber-sumber kebahagiaan di dalam. (Gede Prama, 2007: 47). Berdasarkan kutipan di atas dapat dilihat bahwa kenyataannya pada jaman sekarang, banyak orang tidak sampai pada kebahagiaan walaupun telah mengalami kesedihan dan air mata. Hal ini karena orang tersebut belum mengosongkan dirinya. Ia lebih memilih untuk egois pada dirinya sendiri, artinya semangat matiraga masih sangat jauh dan lebih dikuasai oleh nafsu belaka. Maka kesedihan tersebut malah dilampiaskan dengan kebencian, kemarahan, frustrasi, sakit hati, bahkan tidak sedikit orang mengambil jalan pintas dengan bunuh diri. Ada beberapa hal yang dapat menghantar kesedihan menjadi kebahagiaan. Pada situasi sekarang manusia tetap mengalami kegelisahan jika ada orang yang melebihi dirinya, khususnya yang berkaitan dengan harta duniawi. Namun akan melelahkan jika selalu berusaha untuk lebih dari orang lain. Karena
sekaya
apapun orang tersebut, dia tetap merasa miskin. Sangat dibutuhkan untuk berkata cukup pada diri sendiri serta mengarahkan pikiran secara bijaksana, agar kebahagiaan bukan lagi jadi hal yang langka dalam hidup. Dengan demikian meskipun miskin, orang akan tetap merasa cukup bahkan merasa berkelimpahan. Mengingat bahwa begitu banyak pengalaman kesedihan membawa orang kepada sikap putus asa, maka sangat penting
sikap untuk mengelola harapan.
Harapan merupakan hal yang sangat menarik untuk diperbincangkan. Karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37
tidak sedikit orang yang berharap, justru menjadi putus asa karena apa yang dia harapkan tidak menjadi kenyataan. Maka dalam hal ini mengelola harapan artinya menempatkan harapan sebagai sumber energi. Kita tetap memiliki harapan namun membebaskan diri dari hasil yang diharapkan dengan menerima kenyataan sekarang, bukan apa yang diharapkan sebelumnya (Gede Prama, 2007:53-59). Berdasarkan pandangan dari tokoh-tokoh di atas dapat disimpulkan tentang kebahagiaan sebagai berikut: 1) Kebahagiaan itu terletak dari rasa syukur dan melepaskan diri dari rasa takut serta membiasakan diri untuk memberi. Kebahagiaan itu sangat sederhana, tapi banyak orang tidak bahagia karena tidak terbiasa memberi. 2) Kebahagiaan adalah sebuah keputusan dari cara kita berpikir. Jika berpikir yang membahagiakan akan bahagia, demikian juga sebaliknya. Namun mengusai pikiran tidak mudah dan membutuhkan latihan. 3) Kebahagiaan merupakan suatu tindakan yang disadari untuk membahagiakan yang dicintai bukan sekedar tangungjawab moral melainkan jauh melebihi segala pertimbangan kewajiban. Hal ini diwujudkan dalam persahabatan sebagai puncak kebahagiaan manusia. Cinta yang dimaksudkan di sini tidak egoistik melainkan tindakan cinta yang membahagiakan demi yang dicintai bukan yang mencintai. 4) Kebahagiaan itu ada 2 jenis yaitu kebahagiaan yang berakar ke luar dan kebahagiaan ke dalam. Berakar ke luar, kebahagiaan yang tidak bertahan lama berupa meteri, sementara yang berakar ke dalam kebahagiaan yang melewati tangga-tangga kesedihan. Melalui pengalaman sulit orang dapat dikuatkan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38
maka perlu diolah supaya pengalaman sulit tidak mengantar pada sikap putus asa melainkan pengalaman yang membahagiakan.
C. Kebahagiaan Sejati Fransiskan Kebahagiaan sejati Fransiskan berpangkal pada kebahagiaan sejati St. Fransiskus dari Assisi. Kebahagiaan Fransiskus seharusnya menjiwai para pengikutnya dalam menjalani hidup sebagai religius Fransiskan. Kebahagiaan sejati dialami oleh St. Fransiskus sebagai buah dari proses panjang
dalam
pencarian kebahagiaan hidup. Dalam proses panjang itu Tuhan menuntun Fransiskus untuk bersatu dengan-Nya dalam Yesus Kristus yang merendah. Kesatuan itulah yang membahagiakan dia secara mendalam yang disebut dengan kebahagiaan sejati. Berikut adalah proses pencarian kebahagiaan yang dialami St. Fransiskus. 1. Masa Muda Santo Fransiskus Dalam buku Kisah Tiga Sahabat yang sering disebut K3S, sangat jelas diuraikan bagaimana pengertian dan pencarian Fransiskus untuk hidup bahagia. Kebahagiaan yang didambakan Fransiskus memiliki kesamaan dengan orangorang pada umumnya. Ia mengartikan kebahagiaan itu sebagai rasa gembira, sukacita, senang, damai, tenang. Seperti kebanyakan orang Fransiskus berpikir bahwa kebahagian itu mesti diperjuangkan oleh manusia sendiri. Dalam arti yang demikian Fransiskus memang mempunyai segalanya untuk mendapatkannya. Ia sendiri berwatak periang dan berjiwa puitis. Ia adalah seorang anak pedagang kain yang kaya, jadi ia mempunyai banyak uang. Fransiskus senang berkumpul, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39
berpesta dengan teman-temannya dan ia sendiri menjadi pemimpin dalam kelompok itu. Fransiskus merasa bahagia dengan hidup seperti itu, sering disanjung, dipuji-puji. Jelas bahwa kebahagiaan seperti itu berkaitan erat dengan kedudukan, atau kehormatan, kekayaan yang membuatnya bisa berpesta pora dengan temantemanya. Tentu kebahagiaan yang demikian merupakan kebahagiaan yang dapat diusahakan, dikerjakan, diraih oleh manusia (Celano, 1981: 2-3; bdk. Groenen, 2000: 32). Fransiskus semakin berpikir untuk mendapatkan kebahagian yang lebih mendalam, lebih bertahan lama yang dapat memuaskannya. Ia membayangkan bahwa kebahagiaan seperti itu akan diraih kalau ia menjadi ksatria atau pahlawan. Kesempatan untuk itupun tiba, ketika terjadi peperangan dengan kota tetangga, Perugia; karena media untuk menjadi kesatria adalah perang dan menang. Akan tetapi pada perang tersebut kota Assisi yang kalah maka Fransiskus dan kawankawannya menjadi tawanan perang dan dipenjara di Perugia. Dalam pengalaman serba susah di penjara, Fransiskus yang berwatak periang, masih mampu menghibur teman-temannya. Namun pengalaman sengsara sebagai orang terpenjara dan pengalaman sakit membuat Fransiskus mulai mempertanyakan seluruh jalan hidupnya. Ia kembali bertanya dalam hati: ‘Betulkah uang, kedudukan, kehormatan dapat menjamin kebahagiaan?’ Fransiskus meragukannya dan mulai tidak tertarik lagi pada hal-hal yang selama ini dianggapnya membahagiakan (Celano, 1981: 4-5; bdk. Gobry, 1978: 14-16).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa kebahagiaan yang dipahami Fransiskus pada masa mudanya berkaitan dengan apa yang dimiliki. Kebahagiaan merupakan hasil yang diperoleh manusia, seperti materi, kekayaan, kedudukan atau kekuasaan. Artinya bahwa kebahagiaan itu juga, tergantung pada kondisi hidup manusia itu sendiri.
2. Tuhan Menuntun Fransiskus Menuju Kebahagiaan Sejati Thomas dari Celano, salah satu dari penulis-penulis biografi St. Fransiskus Assisi, berkata bahwa Tuhan campur tangan
dalam kegagalan Fransiskus
menjadi kesatria. Celano berkata bahwa Tuhan mengendalikan mulutnya, menyerbu inderanya, mendatangkan kegelisahan batin dan gangguan badani. Tuhan mengendalikannya justru supaya ia tidak binasa dan sebaliknya mau menuntun dia mencapai kebahagiaan sejati melalui jalan yang diinginkan Tuhan yaitu menjadi alat untuk mewartakan kemuliaan-Nya. Tentu saja campur tangan dan rencana Allah ini tidak diketahui oleh Fransiskus (Celano, 1981: 1-4). Karena kehadiran Allah tidak dapat dilihat dan didengar oleh telinga dan mata secara fisik. Bagi Fransiskus tampaknya berat untuk melepaskan seluruh kebiasaan lama. Maka, ketika ada tawaran dan kesempatan untuk ikut berperang ke Apulia, Fransiskus berpikir: ‘Siapa tau kali ini berhasil jadi kesatria’. Tetapi sekali lagi Tuhan mencegat dia. Dalam rangka memenuhi ambisi itu Fransiskus mengalami penglihatan di Spoleto, yang mengharuskan dia untuk kembali ke Assisi. Allah di Spoleto adalah Allah yang bersuara: artinya Fransiskus sungguh mendengar suara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41
yang berkata “Pulanglah ke tempatmu, di sana akan dikatakan kepadamu apa yang harus kaubuat” (Groenen, 2000:37). Maka Fransiskus kembali ke Assisi dengan gembira karena berharap bahwa kehendak Tuhan akan tersingkap baginya untuk kebahagiaannya. Pada suatu ketika Fransiskus, tiba-tiba bertemu dengan orang kusta. Biasanya ia merasa jijik dan mau melempar uang saja kepada orang kusta, lalu melarikan diri. Tetapi tiba-tiba timbul keinginan dari dalam dirinya untuk mencoba merasakan kesusahan seperti orang kusta. Ia turun dari kuda, bergerak menuju orang kusta dan melepaskan uang pada tangannya yang tak berbentuk, dan Fransiskus merasakan sesuatu yang lain dalam dirinya. Pada saat itu Fransiskus sungguh merasakan hakekat kekristenan: Fransiskus dapat merasakan kehadiran Tuhan dalam setiap orang, bahkan dalam diri orang yang menderita, seperti orang kusta tersebut. Dalam wajah orang-orang menderita Fransiskus mampu melihat Tuhan sendiri. Karena itu memberi sedekah saja rasanya tidak cukup, maka ia memberikan ciuman damai (Groenen,2000:47-51; bdk. Celano,1981:14-15). Kebahagiaan dalam kemanisan persaudaraan Kristiani-Injili ini terekam kuat dalam hati dan ingatan Fransiskus sampai akhir hidupnya. Hal itu tertuang dalam Wasiatnya yang didiktekannya beberapa saat sebelum meninggalnya. Peristiwa misterius itu dilihatnya sebagai pembalikan tata nilai: yang dahulu pahit, sekarang menjadi manis (Ladjar, 2006: 193). Selain peritiwa di atas Fransiskus juga dituntun Allah ketika ia berjalan lewat dekat Kapel San Damiano, yang hampir roboh dan telah lama ditinggalkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42
orang. Ketika Fransiskus masuk untuk berdoa, Fransiskus berada persis didepan Salib. Secara tiba-tiba Fransiskus merasa lain. Ia melihat gambar Kristus yang tersalib memanggilnya. “Fransiskus, pergilah, perbaikilah rumahku, yang hampir roboh”. Fransiskus sangat terkejut dan takut. Sejak saat itu dalam hatinya timbul rasa iba pada Dia yang tersalib. Allah yang dialami St. Fransiskus di Kapel San Damiano adalah Allah yang bersuara dan berwajah Yesus Kristus yang tersalib. Dengan suka cita ia mengambil kain-kain dari tokoh ayahnya dan bersama kudanya dijualnya di Foligno, lalu seluruh uang diberikan kepada pastor di gereja tua itu (Groenen, 2000: 52-53) Setelah peritiwa kedua di atas perjumpaan dengan orang kusta dan mendengar suara dari salib, maka di depan Uskup Assisi dan ayahnya, dalam sebuah Pengadilan Gereja, Fransiskus menegaskan pilihan hidup selanjutnya. Adapun pilihan hidup yang ditegaskan Fransiskus yaitu mengabdi Allah saja. Pada saat itu Fransiskus berkata demikian: Dengarlah kalian semua, sampai sekarang Pietro Bernardone adalah ayah saya, tetapi selanjutnya, Bapa kami yang ada di surga. Lalu setelah dikenakan uskup mantol kepada Fransiskus, karena ia telah melepaskan semua pakaian di badannya, ia berlari ke dalam hutan sambil bernyanyi gembira, memuji Allah. Ia berbahagia secara mendalam, justru ketika ia melepaskan semua yang diandalkannya selama ini yaitu materi, uang, kekuasaan, kemuliaan, dan hanya mengandalkan Bapa di surga (Groenen, 2000: 65-67). Ketika mendengar penjelasan dari pastor tentang maksud Injil yang dibacakan pada pesta Rasul Matias, yaitu tentang perutusan para murid Yesus,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43
Fransiskus bersorak kegirangan dan berkata: “Inilah yang kucari, inilah yang akan kulakukan dengan dengan segenap hatiku” (Celano, 1981: 18). Walaupun Fransiskus telah membuat keputusan di depan uskup Assisi yang telah diungkapakan di atas, sesungguhnya ia belum tahu bagaimana bentuk kehidupan pengabdian kepada Allah. Fransiskus telah mencoba hidup di beberapa biara, tetapi merasa bahwa bentuk kehidupan itu tidak cocok baginya. Akan tetapi setelah penjelasan yang didengarnya pada pesta Rasul Matias tersebut Fransiskus tahu apa yang harus dilakukannya. Maka Fransiskus berkeliling mewartakan Kerajaan Allah dan pertobatan tanpa membawa apa-apa sebagai bekal hidup. Ia sangat bergembira dengan penemuan ini dan dilaksanakannya tanpa menundanunda. Dari penyampaian singkat proses panjang pertobatan Fransiskus di atas jelas bagaimana Allah menuntun Fransiskus secara tahap demi tahap menuju kebahagiaan sejati. Secara singkat dapat dipaparkan sebagai berikut a) Di Spoleto Allah menuntun Fransiskus dengan dengan seruan untuk tidak meneruskan ambisinya menjadi pahlawan perang dan menyuruh dia kembali ke Assisi. Ia kembali ke Assisi dengan gembira sambil mengharapkan bahwa rencana Tuhan baginya akan tersingkap di Assisi. b) Dalam perjumpaan
dengan orang kusta ada dorongan dari dalam diri
Fransiskus untuk melakukan sesuatu yang tidak lazim dan kemudian ia mengalami kemanisan persaudaraan bersama dengan orang kusta. Kebahagiaan itu terekam kuat dalam hati dan ingatan Fransiskus sampai akhir hidupnya, dan hal ini merupakan suatu pembalikan tata nilai dalam diri Fransiskus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44
c) Fransiskus segera menempatkan diri pada undangan Kristus tersalib: “Fransiskus, pergilah perbaikilah rumahku, yang hampir roboh “. Dengan suka cita ia mengambil kain-kain dari toko ayahnya dan bersama kudanya dijualnya di Foligno, lalu seluruh uang diberikan kepada pastor di gereja tua itu. Fransiskus sungguh menanggapi suara tersebut secara harafiah. d) Keputusan definitif di depan uskup untuk mengandalkan Allah saja dan ketika melepaskan semua andalan duniawi justru membuat Fransiskus mengalami kegembiraan yang mendalam. Kebahagiaan Fransiskus terletak pada Persatuan dengan Allah sebagai jaminan kebahagiaan sejati. e) Setelah mendapatkan penjelasan pastor tentang Injil yang dibacakan pada pesta Rasul Matias Fransiskus bersorak gembira: “Inilah yang kucari, inilah yang ingin kulakukan dengan segenap hatiku”. Ia sangat bergembira karena ia menemukan bentuk dan cara untuk mengabdi kepada Allah.
3. Kebahagiaan Sejati Fransiskus Berdasarkan proses kebahgiaan Fransiskus yang telah dipaparkan di atas dapat dikatakan bahwa kebahagian bagi Fransiskus atau sesudah masa mudanya berkaitan dengan rencana Allah. Kebahagiaan yang akan disingkapkan kepadanya adalah persaudaraan dengan orang-orang tersingkir sebagai wujud perdamaian dengan Allah dan perintah Tuhan untuk memperbaiki Gereja. Melalui perjumpaan dengan Allah yang merendah dalam Yesus Kristus tersalib, pelepasan dari hal-hal duniawi dan hanya mengandalkan Allah serta penemuan cara hidup yang akan dijalani dalam mengabdi Allah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45
Maka kebahagiaan sejati tidak berkaitan dengan hal-hal duniawi. Justru ketika
Fransiskus meninggalkan semua yang duniawi itu, ia mengalami
kebahagiaan yang mendalam. Penulis
Fioretti menyampaikan perumpamaan
yang diceritakan Fransiskus kepada saudara Leo, yang di dalamnya Fransiskus mementaskan diri sebagai pelaku utama. Melalui perumpamaan tersebut Fransiskus mau mengatakan bahwa sumber kebahagiaan/sukacita sejati bukanlah keberhasilan. Disana dicontohkan ordo berkembang, menarik orang-orang terkemuka di Eropa dan sukses dalam karya misalnya mentobatkan banyak orang, semua ini bukanlah kebahagiaan sejati (Leo, 2005: 45-47). Sehubungan dengan itu kebahagiaan sejati bukanlah perasaan-perasaan enak yang terjadi ketika semua berlangsung sesuai dengan perhitungan dan keinginan manusiawi. Seperti telah diperlihatkan di atas, kebahagiaan sejati berkaitan erat dengan Allah. Sumber kebahagiaan adalah persatuan dengan Allah. Dalam dan demi persatuan dengan Allah Fransiskus melaksanakan dengan gembira perintah Allah memperbaiki Gereja. Hal itu ia mulai dengan menjalani hidup pertobatan yang dilakukannya dengan sukacita. Dalam kesatuannya dengan Allah ia membawa damai, persahabatan dengan semua orang, terutama dengan orangorang yang menderita, termasuk dengan musuh; ia juga berdamai dengan alam. Bagi Fransiskus Allah itu konkrit dalam Yesus Kristus yang menjadi manusia, berkeliling menjumpai orang, menderita sengsara, mati demi keselamatan manusia, seperti dikisahkan dalam Injil. Maka persatuan dengan Allah selalu berarti persatuan dengan Allah dalam Kristus yang merendah. Karena persatuan dengan Allah itu menjadi jaminan kebahagiaan, keselamatan maka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46
persatuan dengan Allah itu terus-menerus dipelihara selama kehidupannya melalui karya terutama doa. Begitu besar kerinduaannya untuk bersatu dengan Yesus Kristus sehingga pada menjelang akhir hidup ia menginginkan keserupaan lahirbatin dengan Yesus Kristus yang menderita. Setelah retret panjang di gunung La Verna, ia menerima stigmata. Kebahagiaan yang bersumberkan persatuan dengan Allah dalam Yesus Kristus memberikan kekuatan rohani dan daya membangun. Maka orang yang berbahagia akan tetap bertahan dan berkreasi dalam keadaan sulit sekali pun. Dalam situasi konflik, ia tetap tampil membagi damai. Dalam situasi hidup serba sulit, ia tampil memberi dorongan moril. Ketika secara fisik sangat lemah karena sakit dan menjelang kematian Fransiskus menyapa maut sebagai “saudari”. Dari ulasan kebahagiaan sejati Fransiskan yang telah dipaparkan di atas, dapat dikatakan untuk mencapai kebahagiaan sejati mempunyai proses yang cukup panjang dan membutuhkan latihan rohani. Hal ini dapat dilihat dari proses yang dialami oleh Fransiskus dalam menemukan kebahagiaan sejati. Kebahagiaan sejati terletak pada pengalaman kesatuan dengan Allah. Bagi Fransiskus kebahagiaan sejati itu tidak dapat dipengaruhi oleh situasi dunia sekitar, tetapi juga tidak menghindarinya. Melainkan hidup ditengah situasi dunia yang ada bahkan ketika hidup bersama orang miskin justru menjadi ungkapan relasi yang intim dengan Tuhan. Maka Fransiskus mengajak setiap saudara bergembira dalam setiap situasi yang sulit. Kegembiraan itu bukan ketika mampu membuat lelucon dan membuat orang banyak tertawa, tetapi ketika setiap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47
waktu
menjadi kesempatan untuk melakukan kasih sebagaimana yang telah
dilakukan oleh sang Kasih itu sendiri. Apa yang dipahami dan yang dialami oleh Fransiskus, berkaitan dengan apa yang diungkapkan oleh Nouwen. Nouwen mengungkapkan bahwa kegembiraan tidak tergantung pada situasi kehidupan yang gelap atau cerah, berhasil atau gagal Pengalaman kegembiraan seperti ini karena adanya persatuan yang mesra dengan-Nya. Maka kegembiraan itu mencakup seluruh kehidupan, tidak mengesampingan kesulitan bahkan kematian sekalipun (Nouwen, 1988: 81). Kebahagiaan sejati Fransiskan tidak berhenti pada suasana kegembiraan dan canda tawa, sekalipun dalam persaudaraan situasi tersebut dapat diungkapkan dan dinikmati bersama. Akan tetapi kebahagiaan itu pada kekuatan serta kemampuan merasakan kasih Allah dalam segala situasi, khususnya pada situasi sulit. Bahkan Fransiskus mengungkapkan bahwa sumber kegembiraan sempurna adalah ketika pengalaman sulit dapat ditanggung dengan sabar, senang hati sambil mengenang penderitaan Kristus dan hal ini dilakukan demi cinta akan Dia. Maka yang menjadi sumber kegembiraan sempurna adalah cinta akan Kristus.. Untuk mencapai kebahagiaan Fransiskan ini pada akhirnya harus siap dipandang dunia sebagai orang bodoh. Kemampuan untuk mengalami hal yang demikian hanya jika ada rasa cinta yang mendalam akan pribadi Yesus. Maka sangat dibutuhkan sikap yang radikal untuk mengikuti-Nya. Bahkan hal-hal yang tidak masuk akal juga sangat dibutuhkan untuk mengalami kebahagiaan sejati sebagaimana pengalaman yang telah dialami oleh St. Fransiskus sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48
4. Ciri-ciri Orang yang Berbahagia Menurut Santo Fransiskus Assisi Kebahagiaan sejati yang dimaksudkan Fransiskus adalah kebahagiaan yang bersumber pada persatuan dengan Allah dalam Yesus Kristus. Adapun ciriciri tersebut sebagai berikut: a) Tetap sabar, tenang Dalam bukun Fioretti disampaikan wejangan Fransiskus kepada Leo tentang sukacita sejati. Dikatakan, dalam bentuk perumpamaan, bahwa Fransiskus, seorang pendiri ordo yang dalam waktu singkat berkembang pesat, pulang dari Perugia dan tiba di Porziuncula tengah malam pada musim dingin. Ia mengetuk-ngetuk pintu dan saudara yang berada di dalam rumah yang enggan menjawab serta membuka pintu pada akhirnya menjawab dengan kasar: “ enyahlah kamu, pencuru-pencuri kotor! Pergilah ke rumah miskin kerena kamu bukan bermaksud untuk makan atau menginap di sisni” (Leo, 2005:47). Fransiskus berkata bahwa kalau dalam situasi itu orang tetap sabar, itulah sukacita sejati. Jadi kalau seseorang tetap sabar, tenang ketika diperlakukan secara tidak adil, oleh saudara yang lain yang seharusnya diperlakukannya dengan baik, sopan, orang itu adalah orang yang berbahagia. b) Tetap percaya diri dan tidak sombong Orang yang berbahagia tidak menganggap dirinya lebih lebih baik dari yang lain, lebih tinggi apalagi merasa bahwa dirinya serba hebat, sekalipun mendapat pujian atau penghormatan.. Sebaliknya tetap mampu percaya diri ketika dihina, direndahkan sebab nilai seseorang terletak dalam relasinya dengan Tuhan (Ladjar,2001:21-217).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49
c) Rendah hati dan siap melepaskan Religius yang berbahagia tidak berambisi, apalagi menggunakan segala cara, untuk menjadi “atasan”. Ketika ia dipercayai untuk suatu tugas ia menerimanya dengan rendah hati dan menjalankannya sebagai pelayanan. Ketika masa jabatannya selesai ia siap, dan dengan senang hati melepaskannya (Ladjar, 2001:26). d) Siap menerima kritik Orang yang berbahagia menerima peringatan, tuduhan dan teguran dari orang lain dengan sabar dan dengan senang hati. Ia melihat semua itu sebagai bantuan bagi dirinya untuk memperbaiki dirinya sendiri. e) Pertobatan Terus-menerus Orang yang berbahagia bersedia untuk selalu melakukan pertobatan. Sebab sekalipun ia tidak melepaskan diri sepenuhnya dari Allah namun, ia tetap merasa bersalah jika sikap egoisme masih menguasai dirinya. Bahkan ketika gusar terhadap dosa seorang saudarapun ia bersedia untuk bertobat dan dengan gembira penuh kasih menegurnya sebagai saudara (Ladjar, 2001:212 ; bdk. Syukur, 2007: 83). f) Memenangkan Keutaman Dalam buku Fransiskus dan Karya-karyanya atau disebut dengan FAK, keutamaan adalah anugerah Allah yang membuat orang menjadi tempat kediaman Allah. Maka orang yang berbahagia, selalu mengusahakan agar Allah yang berdiam dalam diri, mengusai dan merajainya. Adapun keutamaan yang diperjuangkan adalah cinta akan Allah (Ladjar, 2001: 223 bdk; Bodo, 2003: 173)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50
Kebahagiaan sejati Fransiskan dipahami sebagai suatu cara atau sikap dalam menanggapi kehidupan. Sikap yang dimaksudkan adalah mampu bersikap sabar, tenang rendah hati dan sukacita meskipun dalam situasi sulit. Segala usaha yang dilakukannya demi cintanya kepada Tuhan, maka ia tetap setia sekalipun dalam penderitaan. Kemampuan untuk bersikap demikian disadari karena anugerah Tuhan, maka relasi dengan Allah menjadi hal yang utama. Maka akhirnya sumber kebahagiaan sejati adalah Allah. Jadi kebahagiaan sejati Fransiskan bukan pada suasana tertawa dan kesenangan tetapi lebih pada cara menanggapi kehidupan. Dalam arti ini tidak berarti tertawa dan rasa senang disingkirkan, justru sebagai seorang Fransiskan hal tersebut semestinya terpancar dalam persaudaraan dan karya pelayanan. Pengalaman sulit tidak memadamkan semangat dalam persaudaraan atau pelayanan, justru pengalaman sulit sebagai kesempatan ikut ambil bagian untuk mengalami pegalaman Dia yang tersalib, sekaligus sebagai tanda cinta kepadaNya. Maka sangat wajar Fransiskus mengajak setiap saudara untuk bermegah atas salib penderitaan dan kemalangan (Leo, 2005: 48 ; bdk. Groenen, 1986:43).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51
BAB III PEMAHAMAN DAN PENGHAYATAN KEBAHAGIAAN SEJATI FRANSISKAN PARA SUSTER YUNIOR FRANSISKANES SANTA ELISABET
Kongregasi FSE menghayati kebahagiaan sejati Fransiskan dalam persaudaraan dan karya pelayanan. Hal ini telah diwariskan sejak awal berdirinya kongregasi, dengan menghayati semangat Santo Fransiskus dari Assisi. Untuk menghidupi semangat tersebut, telah ditanamkan kepada para suster sejak masa pembinaan. Maka penting melihat kembali sejauh mana hal itu tercapai sebagaimana yang diharapkan. Untuk mengetahui pemahaman dan penghayatan para suster yang berkaitan dengan kebahagiaan sejati Fransiskan, maka akan dilakukan penelitian. Adapun metode penelitian yang direncanakan adalah dengan melakukan wawancara kepada para suster yunior dan pembimbing yunior sendiri serta melakukan studi dokumen. Alasan pemilihan para suster yunior FSE sebagai responden dari penelitian ini adalah karena masa yuniorat masih merupakan masa pembinaan. Meskipun masih pada masa pembinaan, para suster yunior diharapkan sudah mengetahui dan menghidupi kebahagiaan sejati Fransiskan tersebut.
A. Gambaran Suster Yunior Kogregasi FSE Masa yuniorat merupakan langkah awal dalam hidup religius. Tahap ini dimulai dengan mengikrarkan profesi religius. Dengan menjanjikan tiga nasihat Injil para saudari digabungkan dalam satu tarekat yang membaktikan diri kepada Allah lewat pelayanan Gereja (bdk. KHK. Kan.654). Dalam Anggaran Dasar III
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52
Reguler menyatakan bahwa: “Kaul sementara dilaksanakan dalam bentuk janji kepada Allah untuk mengikat diri kepada kongregasi dengan menghayati hidup Injil dalam ketaatan, dalam kemiskinan, dan kemurnian (AD III Reg, 1984: 9). Dalam kongregasi FSE, yuniorat merupakan masa peleburan atau penyatuan ke dalam tubuh FSE. Maka masa yuniorat diharapkan menghantar para suster yunior semakin memiliki identitas diri sebagai FSE. Maka tujuan pendidikan masa yuniorat lebih mengutamakan pendalaman hidup FSE, bukan persiapan untuk pelayanan (Pedoman Pembinaan, 2004: 31-32). Dalam Kitab Hukum Kanonik 1983 dijelaskan: pembinaan para religius setiap tarekat hendaknya diperhatikan sesuai dengan penghayatan khas tarekat. Hal ini sudah dimulai sejak profesi pertama (KHK. Kan. 659). Artinya setiap orang yang telah menggabungkan diri selayaknya mendapat pembinaan agar semakin menghayati hidup sesuai dengan semangat tarekat. Kongregasi FSE sungguh menanggapi pembinaan setiap anggotanya. Dalam konstitusi FSE tahun 2000 ditegaskan bahwa: para suster yang berkaul sementara mendapat pembinaan yang intensif dari pihak kongregasi baik untuk perkembangan pribadi maupun untuk karyanya dalam kongregasi. Pelaksanaan pembinaan ini diserahkan kepada tim pembina yang dianggap memiliki kompeten untuk tugas itu. Adapun bahan pembinaan yang dilakukan dalam kongregasi FSE meliputi aspek kepribadian, kharisma kongregasi, kefransiskanan, hidup religius/kaul dan aspek kerasulan. Demi tercapainya tujuan pembinaan yang dimaksudkan di atas, sudah banyak bentuk-bentuk kegiatan yang dilakukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53
Bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan untuk suster yunior yaitu weekend 3 (tiga) kali dalam setahun, triduum sebelum pembaharuan kaul, bimbingan rohani setiap bulan kepada pembimbing rohani masing-masing dan konsultasi rutin 3 (tiga) bulan sekali dengan pimpinan komunitas. Selain dari pembinaan yang ditetapkan oleh kongregasi, para suster yunior juga diharapkan meluangkan waktu untuk mengikuti kursus-kursus yang diadakan dalam tingkat keuskupan. Demi tercapainya tujuan pembinaan masa yuniorat, maka para suster yunior diusahakan tinggal seputar kota Medan agar seluruh kegiatan dapat dilaksanakan semaksimal mungkin. Adapun suster yunior yang berada di komunitas luar kota Medan adalah karena alasan studi. Pembinaan ini dilakukan oleh tim pembina dengan mengunjungi komunitas yang bersangkutan. Untuk itu pembina melakukan kegiatan dengan menyatukan seluruh suster yunior di luar kota Medan. Komunitas tersebut biasanya adalah komunitas Jakarta dan Yogyakarta. Selain bimbingan tatap muka setiap tiga bulan sekali, diadakan juga bimbingan rutin melalui surat menyurat. Selama masih dalam profesi sementara, para suster wajib melaksanakan pembinaan di atas. Waktu pembinaan berlangsung antara tiga sampai enam tahun, dan dapat diperpanjang menjadi sembilan tahun dengan alasan tertentu. Misalnya karena sakit, studi, pertimbangan pimpinan, atau permintaan sendiri. Dalam KHK 1983 pada Kan. 657, dinyatakan bahwa profesi sementara dapat diperpanjang atas wewenang dan hukum tarekat, namun tidak melebihi sembilan tahun. Dengan kata lain batas akhir masa yuniorat adalah selama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54
sembilan tahun. Maka dalam kongregasi FSE ada istilah menunda untuk berkaul kaul kekal atau memperpanjang masa profesi sementara. Waktu yang dimaksudkan di sini adalah antara enam sampai sembilan tahun. Berikut adalah keberadaan para suster FSE yang saat ini sedang menjalani masa yuniorat. Tabel 3.1 Keberadaan Para Suster Yunior FSE Tahun Profesi I II
Tempat Berkarya
III
Rumah tangga Panti asuhan, rumah retret, pendidikan dan rumah sakit Studi
IV
Studi
V
Studi
VI
Studi
VII
Studi, Rumah sakit, Keuskupan Rumah sakit Jumlah:
VIII
Komunitas
Jumlah
Medan Medan
4 Orang 6 Orang
Jakarta dan Yogyakarta Medan, Jakarta dan Yogyakarta, Medan dan Yokyakarta Medan dan Yogyakarta Medan dan Yogyakarta Medan
2 Orang 13 Orang 3 Orang 3 Orang 5 Orang 1 Orang 37 orang
B. Penelitian Tentang Pemahaman dan Penghayatan Kebahagiaan Sejati Fransiskan Para Suster Yunior FSE Banyak kaum religius merasa bangga terhadap orang kudus yang dianugerahkan dalam Gereja, terutama ketika orang kudus tersebut menjadi pendiri atau pelindung kongregasinya. Bahkan tidak jarang kaum religius merasa bahwa orang kudus itu sudah menjadi milik ordo atau kongregasi, serta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55
membandingkan orang kudus yang satu dengan yang lain. Demikian juga, para suster yunior FSE sangat bangga akan cara hidup St. Fransiskus Assisi. Dalam hal ini mereka tidak cukup hanya tinggal dalam rasa bangga saja. Diharapkan sebagai suster FSE, mereka memiliki semangat hidup yang dimiliki oleh St. Fransiskus. Kekhasan sebagai seorang Fransiskan hendaknya juga menjadi khas dalam hidup para suster yunior. Untuk memiliki kegembiraan sejati sebagaimana yang dimaksudkan Fransiskus Assisi tentu tidak cukup hanya melalui pendidikan tentang Fransiskan pada masa Novisiat. Oleh karena itu para suster yunior perlu dibina lebih serius melalui kegiatan-kegiatan untuk mendalami spiritualitas Fransiskan secara khusus kebahagiaan sejati Fransiskan.
1. Metodologi Penelitian a. Latar Belakang Penelitian Setiap pilihan hidup manusia, diharapkan memberi kebahagiaan bagi yang menjalaninya. Menjalani hidup sebagai seorang yang terpanggil menjadi seorang religius, juga diharapkan akan menjadi pilihan hidup yang membawa kebahagiaan bagi yang menjalaninya. Berawal dari keprihatinan penulis, yang melihat banyaknya keluhan dari para suster senior FSE, terhadap para suster muda atau suster yunior FSE. Keluhan tersebut antara lain adalah tidak tercapainya tujuan pembinaan para suster yunior. Salah satu tujuan dari pembinaan tersebut adalah para suster yunior diharapkan sudah memiliki semangat mencintai sebagai saudara, dan memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56
kegembiraan sejati Fransiskan, namun pada kenyataannya hal tersebut belum tercapai (Hasil Pendalaman Bahan Kapitel Umum IV, 2012: 14-15). Maka penulis menilai bahwa penting untuk meninjau hal tersebut lebih dalam serta mengetahui faktor-faktor tidak tercapainya tujuan pembinaan tersebut melalui penelitian. Dengan mengetahui faktor-faktor tersebut, diharapkan dapat menemukan sarana yang dapat membantu tercapainya tujuan pembinaan tersebut.
b. Tujuan Penelitian 1) Mengetahui sejauh mana pemahaman dan penghayatan kebahagiaan sejati Fransiskan suster yunior FSE. 2) Mengetahui faktor-faktor yang mendukung dan menghambat
penghayatan
kebahagiaan sejati Fransiskan yang merupakan salah satu tujuan pembinaan suster yunior FSE.
c. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang memanfaatkan wawancara terbuka untuk menelaah dan memahami sikap, pandangan, perasaan, dan prilaku individu atau sekelompok orang (Moleong, 2009: 5). Pada penelitian kualitatif peneliti menjadi instrumen kunci, artinya peneliti menjadi sumber utama dari penelitian. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif karena peneliti ingin meneliti sikap dan pandangan dari para suster yunior dengan menggunakan pertanyaan terbuka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57
d. Instrumen Penelitian Instrumen adalah alat yang digunakan sebagai pengumpul data penelitian (Nana Sudjana, 1989: 97). Berikut adalah instrumen yang dipergunakan pada penelitian ini. 1) Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) sebagai pengaju/pemberi pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) sebagai pemberi jawaban atas pertanyaan itu (Basrowi, 2008:127). Bentuk wawancara dalam penelitian ini adalah terstruktur dengan mengajukan beberapa pertanyaan dalam bentuk tertulis kepada responden. 2) Studi Dokumen Dokumen adalah setiap bahan tertulis atau film. Studi dokumen digunakan sebagai sumber data yang dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan bahkan untuk meramalkan (Maleong, 2009: 216-217). Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumen resmi internal. Dokumen internal adalah aturan dalam suatu lembaga yang digunakan dalam kalangan sendiri (Maleong, 2009: 219). Dokumen yang dipakai dalam penelitian ini adalah hasil pendalaman program dewan pimpinan umum 2010-2011 dan bahan kapitel umum IV 2012.
e. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di komunitas Medan, Jakarta dan Yogyakarta Kongregasi FSE. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Desember 2012.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58
f. Responden Responden dalam penelitian ini adalah para suster yunior kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth. Teknik penarikan sampel dengan menggunakan Area Sampling dan purposive sampling. Area Sampling ialah teknik sampling yang dilakukan dengan cara mengambil wakil dari setiap wilayah geografis yang ada (Riduwan, 2008: 60). Purposive sampling ialah teknik sampling yang digunakan karena pertimbangan tertentu misalnya dianggap orang tersebut paling tahu tantang apa yang diharapkan peneliti (Sugiyono,2011: 219). Berdasarkan teknik tersebut, penulis menentukan wakil dari suster yunior yang ada dalam setiap komunitas suster FSE serta pembimbing yunior FSE yang lebih mengetahui tentang pengalaman suster yunior FSE. Jumlah suster yunior mulai dari tahun internalisasi sampai tahun ke VIII yang belum berkaul kekal adalah 37 orang. Ada sembilan komunitas yang ditempati oleh para suster yunior. Maka penulis menentukan bahwa jumlah responden yang diteliti sebagai wakil dari setiap komunias yang ada adalah sebesar 20 orang dan ditambah 5 orang pembimbing yunior. Jadi jumlah responden adalah 25 orang.
g. Variabel Penelitian Adapun variabel Penelitian tertera dalam tabel berikut: Tabel 3.2 Variabel penelitian No
Variabel
Sr.
Pembimbing
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 59
Yunior
Yunior
Nomor Item 1
Pemahaman
tentang
kebahagiaan
sejati
1 dan 2
1
3, 4 dan 5
2
6 dan 7
3 dan 4
8 dan 9
_
Fransiskan para suster yunior FSE 2
Penghayatan kebahagiaan sejati Fransiskan para suster yunior FSE
3
Faktor
pendukung
dan
penghambat
penghayatan kebahagiaan sejati Fransiskan para suster yunior FSE 4
Harapan para suster yunior berkaitan tentang penghayatan kebahagiaan sejati Fransiskan
5
Harapan pembimbing yunior untuk
suster
5
yunior tentang penghayatan kebahagiaan sejati Fransiskan
2. Hasil Penelitian Untuk mengetahui sejauhmana pemahaman dan penghayatan kebahagiaan sejati para suster yunior sebagai Fransiskan, maka penulis melakukan wawancara kepada yunior dan pembimbing yunior dalam bentuk tertulis kepada responden. Adapun pertanyaan yang diajukan penulis memuat beberapa aspek yaitu pemahaman, penghayatan, faktor pendukung dan faktor penghambat serta harapan responden berkaitan dengan kebahagiaan sejati Fransiskan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 60
Penulis mengajukan bentuk pertanyaan yang sama, baik kepada yunior maupun kepada pembimbing yunior. Jumlah pertanyaan yang diajukan kepada yunior sebanyak10 butir dan kepada pembimbing yunior sebanyak 5 butir. Pertanyaan yang diajukan kepada yunior lebih banyak daripada kepada pembimbing yunior, dengan alasan untuk mengetahui pengalaman yunior secara lebih konkret. Berikut ini akan disajikan laporan hasil penelitian sesuai dengan aspek yang mau diukur untuk mengetahui pemahaman dan pengahayatan responden.
a. Hasil penelitian: Para suster yunior Untuk mempersentasikan hasil penelitian penulis menggunkan rumus sebagai berikut: 100% Keterangan: ∑
= Jumlah Skor Item
N
= Jumlah Responden
1). Pemahaman suster yunior tentang kebahagiaan sejati sebagai seorang Fransiskan. Pertanyaan: Apa yang saudari pahami tentang kebahagiaan sejati sebagai seorang Fransiskan?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61
a) Hasil Penelitian Tabel 3.3 Aspek Pemahaman Kebahagiaan Sejati Fransiskan N=20 ∑
%
(2)
(3)
(4)
Mampu bersyukur, sabar dan memaknai pengalaman hidup serta berpikir positif, dan dapat memaafkan orang yang menyakiti hati. Mampu merasakan kebahagiaan walaupun terjadi sesuatu hal yang tidak diharapkan. Suatu sikap yang mampu mesyukuri dan menerima dengan tulus iklas saat tidak diterima atau direndahkan. Di dalam kegagalan atau penderitaan tidak putus asa, tetap berjuang dan semangat dibalik perjuangan itu mampu menemukan kebahagiaan Kebahagiaan yang dialami dari persaudaraan, karya, lingkungan masyarakat, dapat menemukan kegembiraan dalam situasi apapun Pengalaman menyenangkan maupun tidak menyenangkan menjadikan saya lebih dewasa dan menyadari bahwa Dia adalah segalanya bagiku Mau menerima diri apa adanya serta menerima kelebihan dan kekurangan sesama, bahagia ketika membantu yang lemah, yang tidak dapat membalas apa yang telah diberikan Rela menanggung duka, derita dan memperkuat citra diri, serta menggali bakat yang saya miliki sebagai anugerah Allah. Adanya kesadaran persatuan dengan Allah Ketika mampu saling berbagi rasa dalam persaudaraan, mempu memberi diri dan menerima orang lain sebagai saudara Selalu mampu memaknai pengalaman hidup, saat ditolak dimaknai sebagai anugerah dari Tuhan
5
25
5
25
3
15
1
5
1
5
1
5
1
5
1
5
1
5
1
5
No
Jawaban Responden
(1) 1
2 3 4
5
6
7
8
9
10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62
b) Pembahasan Hasil Penelitian Tabel 3.3 berisi tentang hasil wawancara dengan 20 responden. Berdasarkan jawaban yang diperoleh dari hasil wawancara tersebut, penulis meringkasnya menjadi 10 butir jawaban tentang pemahaman kebahagiaan sejati Fransiskan. Dari 10 butir jawaban tersebut, penulis membaginya menjadi 4 jenis pemahanan responden tentang kebahagiaan sejati Fransiskan. Adapun keempat pemahaman tersebut adalah sebagai berikut. 1) Kebahagiaan sebagai suatu sikap. Bagi para suster yunior kebahagiaan sejati adalah suatu kemampuan untuk bersyukur, rela memaafkan dan berpikir positif dalam menerima pengalaman hidup. Kebahagiaan adalah sesuatu yang ada di dalam diri dan tidak terkait dengan apapun yang ada di luar diri. Yang diperlukan adalah rasa bersyukur dengan apa yang kita terima (Vashdev, 2012: 231). Kebahagiaan terletak pada rasa bersyukur seseorang untuk menerima hidupnya. Orang yang bersyukur mampu berpikir
positif sehingga dapat memaafkan orang lain. Maka dapat
dikatakan orang yang bahagia adalah orang yang bersikap positif dalam menerima kehidupan. 2) Kebahagiaan merupakan keputusan Menurut para suster yunior kebahagiaan sejati adalah kemampuan untuk tetap mengalami kebahagiaan walaupun tidak sesuai dengan apa yang diinginkan. Kebahagiaan ditentukan dari bagaimana kita bereaksi terhadap apa yang terjadi, dan yang memutuskan reaksi itu adalah kita sendiri (Matthews, 2000: 52). Kebahagiaan dalam arti ini merupakan sebuah pilihan atau keputusan seseorang,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 63
artinya seseorang tetap bisa bahagia karena ia memilih dirinya untuk bahagia. Maka dalam situasi apapun, seseorang mampu mengalami kebahagiaan jika memilih untuk tetap bahagia. 4) Kebahagiaan merupakan sesuatu yang real. Menurut para suster yunior, kebahagiaan sejati adalah kebahagiaan yang di alami di tengah-tengah persaudaraan. Perwujudan
kebahagiaan adalah ketika
mampu memberi kepada orang lain, meskipun orang tersebut tidak mampu membalasnya. Kebahagiaan itu sangat sederhana yaitu melepaskan artinya memberi, namun tidak semua orang dapat mengalami kebahagiaan karena kita sering diajarkan untuk mendapat bukan untuk memberi (Vashdev, 2012: 228229). Kebahagiaan merupakan hal yang nyata dengan memberi sebagai bentuk melepaskan dan sekaligus mempunyai pengaruh bagi orang lain. 5) Kebahagiaan merupakan suatu kemampuan untuk memaknai pengalaman Menurut para suster yunior kebahagiaan sejati adalah ketika seseorang mampu menemukan makna pengalaman ketika ditolak, menderita bahkan direndahkan orang lain. Berkaitan dengan menemukan makna ketika ditolak, Fransiskus memberikan contoh kepada saudara Leo. Saat mengalami pengalaman ditolak mampu menerima dengan penuh cinta dan berpikir, bahwa Allahlah yang menggerakkan hati orang tersebut untuk menghukum kita (Leo, 2005: 47). Kemampuan untuk memaknai pengalaman merupakan kebahagiaan karena di sana ditemukan rencana Allah untuk dirinya. c) Tingkat pemahaman para suster yunior tentang kebahagiaan sejati sebagai seorang Fransiskan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 64
Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan pemahaman kebahagiaan sejati para suster yunior sebagai seorang Fransiskan terbagi dalam empat
sudut pandang yang meliputi; kebahagiaan adalah suatu sikap,
kebahagiaan merupakan sebuah keputusan, kebahagiaan merupakan hal yang real, kebahagiaan merupakan kemampuan dalam memaknai pengalaman. Berdasarkan tabel 3.2 dapat dilihat bahwa sebagian suster yunior sudah memahami kebahagiaan sejati sebagai seorang Fransiskan. Hal ini dapat dilihat dari
penjelasan
St.
Fransiskus
kepada
saudara
Leo
tentang
kebahagiaan/kegembiraan sejati. Disana dijelaskan kebahagiaan sejati memiliki sikap sabar dalam menanggung derita, menerima dengan penuh cinta. Bahkan dijelaskan bahwa ketika menanggung dengan sabar, senang hati sambil mengenang penderitaan Kristus yang terpuji, dan menahan semua demi cinta akan Dia, maka itulah sumber kegembiraan sempurna ( Leo, 2005: 45-48). Selain itu pemahaman para suster yunior tentang kebahagiaan sejati sepaham dengan beberapa tokoh yang telah diungkapkan pada bab II. Tokoh yang dimaksud adalah
Vashdev dan Matthews, dimana
mereka mengungkapkan
bahwa kebahagiaan terletak pada rasa syukur, serta kebahagiaan merupakan sebuah pilihan atau keputusan.
2). Salah satu contoh kebahagiaan sejati menurut St. Fransiskus Pertanyaan: Berikanlah salah satu contoh kebahagiaan sejati menurut St. Fransiskus? a) Hasil Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65
Tabel 3.4 Aspek Pemahaman Kebahagiaan Sejati Fransiskan N = 20 No
Jawaban responden
∑
%
(1)
(2)
(3)
(4)
Saat Fransiskus ditolak, di usir ia tidak kecewa namun mampu menanggungnya dan bersyukur atas hal itu Ketika Fransiskus mencium orang kusta, yang dulunya merasa jijik kini menjadi kemanisan Ketika Fransiskus melepaskan kenikmatan duniawi dan saat Fransiskus merasakan penderitaan Kristus ia mengalami kebahagiaan Ketika seseorang ditolak tetapi tidak putus asa melainkan mampu bersyukur dan melihat hal yang positif Katika saya membawakan dalam doa bagi saudari yang egois saya mengalami kebahagiaan, dan saya sadari bahwa semuanya hanya untuk Tuhan Dalam segala sesuatu mencoba untuk menemukan kebahagiaan, bahkan meminta penderitaan sebanyakbanyaknya, karena di balik derita itu Fransiskus menemukan sukacita sejati Ketika Fransiskan meninggalkan hidupnya yang mapan, melepaskan pakaianya di depas uskup dan ia mengenakan jubah pengemis Ketika saya ditolak oleh saudari lain, tetapi hal itu tidak membuat saya terhambat untuk tetap berbuat baik, namun menjalaninya sebagai suatu rahmat Ketika mengalami penolakan dari orang lain, tidak dipedulikan, tetapi bersyukur dan tidak menaruh benci dalam hati, maka akan mengalami kebahagiaan sejati. Fransiskus selalu bergembira untuk mengikuti Yesus dengan mau hidup bersama orang hina, di tengah-tengah orang miskin yang tidak berdaya dan orang kusta mejadi pokok sukacita dan kegembiraannya
9
45
3
15
1
5
1
5
1
5
1
5
1
5
1
5
1
5
1
5
1 2 3
4 5
6
7
8
9
10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 66
b) Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan tabel 3.4 penulis menemukan 20 butir jawaban dari 20 responden, kemudian penulis meringkasnya menjadi 10 butir jawaban tentang salah satu contoh kebahagiaan sejati menurut St. Fransiskus. Selanjutnya 10 butir jawaban tersebut dikelompokkan menjadi dua jenis bentuk jawaban berikut ini. ● Menurut pemahaman dan penghayatan St. Fransiskus Menurut para suster yunior salah satu contoh kebahagiaan sejati menurut St. Fransiskus adalah ketika St. Fransiskus ditolak dan diusir ia tidak kecewa, tetapi menanggungnya dan
tetap bersyukur, itulah kebahagiaan sejati.
Kebahagiaan yang demikian merupakan kebahagiaan sebagaimana yang dipahami oleh St. Fransiskus, dan hal ini dijelaskan kepada saudara Leo sebagai contoh kebahagiaan sejati (Leo, 2005: 47). Jawaban para suster yang berkaitan dengan pengalaman St. Fransiskus sendiri adalah ketika Fransiskus mencium orang kusta yang dulunya menjijikkan bagi Franiskus. Fransiskus menjumpai orang kusta yang menjijikan, memberikan uang dan memegang tangan terulur yang mulai membusuk lalu menciumnya. Saat itu perasaan bahagia mengalir ke seluruh tubuh Fransiskus, dan hubungannya dengan Tuhan bertambah kuat (Gobry, 1978:19). Para suster yunior memberikan jawaban contoh kebahagiaan sejati St. Fransiskus adalah saat Fransiskus meninggalkan kenikmatan dunia, akhirnya kegembiraannya adalah mengikuti Yesus yang tersalib. Fransiskus bukan hanya menolak harta ayahnya akan tetapi dengan penuh sukacita Fransiskus dengan rela hati menerima konsekuensi atas pilihan hidupnya (Celano, 1981:12). Contoh ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 67
merupakan kebahagiaan yang dialami oleh St. Fransiskus pada masa pertobatannya. ● Pemahaman dan pengalaman responden Dari
20 responden sebanyak 30% jawaban lainnya merupakan suatu
pemahaman dan pengalaman responden sendiri. Para suster yunior memberikan contoh orang yang mengalami kebahagiaan sejati ketika seseorang ditolak tetapi tidak putus asa melainkan mapu bersyukur. Selain itu responden menjawab pengalamannya ketika ditolak tetapi tidak menghambatnya melakukan hal yang baik. c) Contoh kebahagiaan sejati menurut St.Fransiskus sebagaimana yang dipahami suster yunior FSE Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa para suster yunior sebagian besar sudah memahami contoh kebahagiaan sejati menurut St. Fransiskus. Hal ini dapat dilihat dari contoh-contoh yang diberikan di atas. Adapun yang mereka pahami dari contoh yang diungkapkan adalah sesuai dengan pemahaman dan pengalaman St Fransiskus. Akan tetapi masih ada sebagian para suster yunior belum mampu memberikan contoh kebahagiaan sejati sebagaimana yang dimaksudkan oleh St Fransiskus sendiri.
3) Kebahagiaan Sebagai Suster FSE Pertanyaan: Apakah saudari sungguh merasa bahagia sebagai suster FSE? Berikan alasan yang jelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68
a) Hasil Penelitian Tabel 3.5 Penghayatan kebahagiaan sejati N = 20 No
Jawaban Responden
∑
%
(1)
(2)
(3)
(4)
1
Bahagia karena persaudaraan mendukung saya, menguatkan saya dalam panggilan, dan menghantar saya kepada Tuhan. Persaudaraan yang hangat dan secara khusus pelayanan terhadap sesama yang kecil dan menderita. Bahagia sebagai FSE karena dapat mengaktualisasikan diri. Mengaplikasikan semangat St. Fransiskus walaupun belum seberapa. Bahagia karena dapat menjadi pribadi yang luwes, jujur, dapat mencintai, menerima kekurangan, dan kelelebihan saudari-saudari serta menjadi tempat berbagi suka dan duka Bahagia karena masih dapat setia menjalani panggilan
6
30
4
20
3
15
2
10
Bahagia karena melalui kongregasi FSE saya diarahkan untuk melihat kehidupan yang sesungguhnya, menghargai, menikmati, mensyukuri, memaknai pengalaman hidup dan hal ini saya terima lewat pembinaan maupun bimbingan. Tidak bahagia karena tidak sesuai dengan apa yang saya pikirkan, banyak manipulasi ada saya temui siapa yang kuat itu menang Bahagia karena tarekat telah mengajari dan mengenalkan saya pada kasih, sehingga dapat mengalami kasih dan merasakan kehadiran Alah dalam sesama secara khusus orang-orang kecil, dan pengalaman sehari-hari Bahagia karena imanku semakin bertumbuh dan berkembang, bebas melakukan kehendak Bapa, yakni mengasihi orang kecil dan menderita
2
10
1
5
1
5
1
5
2
3
4 5
6
7
8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 69
b) Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan tabel 3.5 di atas penulis membagi jawaban respoden, menjadi dua kelompok sebagai berikut: ● Dari 20 responden sebanyak 95% merasa bahagia sebagai suster FSE. Alasan kebahagiaan tersebut adalah karena tiga hal, yaitu karena suasana persaudaran, spiritualitas kongregasi FSE, dan responden menemukan tujuan hidup dan menjadi diri sendiri yang otentik dalam kongregasi FSE. ● Sebanyak 5% responden merasa tidak bahagia sebagai FSE, karena tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh suster tersebut. c) Kualitas penghayatan kebahagiaan sejati suster yunior FSE Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa penghayatan kebahagiaan sejati suster yunior berkaitan dengan keberadaannya sebagai suster FSE responden mengalami kebahagiaan sebagi FSE. Adapun alasan kebahagiaan itu karena mengalami persaudaraan yang mendukung, dapat mengaktualisasikan diri melalui spiritualitas kongregasi, saling menerima satu dengan yang lain.
4) Pengalaman Kebahagiaan Sejati Pertanyaan:
Apakah saudari sudah mengalami kebahagiaan sejati
Fransiskan? Jika sudah atau sebaliknya, ceritakanlah pengalaman saudari. a) Hasil Penelitian Tabel 3.6 Penghayatan kebahagiaan sejati N = 20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 70
No
Jawaban Responden
∑
%
(1)
(2)
(3)
(4)
‘Belum mengalami kebahagiaan sejati karena kebahagiaan masih dipengaruhi oleh situasi di luar diri. Terkadang tidak mampu menjalani panggilan. Tidak mampu mengalami kebahagiaan karena ditolak Sudah karena saya berusaha menerima dan memahami saudari yang menyakiti atau menolak saya. Mampu melihat kebutuhan sesama, menjadi hamba yang rendah hati dan berusaha bertanggung jawab Tidak ambil pusing tetapi mencoba mencari maknanya. Tetap bersyukur meski butuh perjungan. Tidak mau meneladani saudari yang saling mencurigai, tetapi lebih melihat makna Sudah mengalami sedikit karena dulunya orang miskin, pencuri saya benci tetapi saya semakin menyadari itu juga kemiskinan saya dan mendoakan mereka. Ketika ditolak tapi saya coba membawakannya dalam doa. Sudah berjuang untuk memberi senyum kepada suster yang memarahi saya, walaupun saat dia tidak ada saya kembali menggerutu. Sudah karena saya dapat mendengarkan dan memberi nasihat kepada sudari yang mengalami pengalaman pahit Kadang-kadang mengalami kadang tidak, karena saat dicueki saya mampu bersikap bebas, namun adakalanya saya menangis di kamar. Kadang mampu menerima teguran tapi juga adakalanya sulit diterima Kebahagiaan sejati tergantung bagaimana memaknainya, secara pribadi melakukan sikap netral kepada saudari yang menjadi batu sandungan. Kurang mengalami kebahagiaan tersinggung dan tidak ramah karena kata-kata seorang suster Kebahagiaan yang saya alami belum sepenuhknya karena mudah mengeluh, kurang berpikir positif, kurang mampu mengusai diri. Mengalami kebahagiaan ketika saya mendapat pergulatan di komunitas, tidak didukung, dipandang remeh, tetapi saya merasakan bahwa rahmat Tuhan melimpah dalam diri saya.
6
30
2
10
2
10
2
10
2
10
2
10
1
5
1
5
1
5
1
5
1
2
4
5
6
7
8
9 10
11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71
b) Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan tabel 3.6 penulis meringkas jawaban responden menjadi 11 butir jawaban dan mengelompokkan jawaban tersebut menjadi 3 bagian berikut ini. ● Sebanyak 20% responden sudah mengalami kebahagiaan sejati Fransiskan, karena sudah
sesuai dengan pengalaman responden, dimana responden
berusaha untuk menerima dan memahami serta mampu melihat kebutuhan saudari yang lain. Selain itu responden dapat menemukan makna dalam pengalaman hidup sehari-hari, dan berjuang untuk memberi yang terbaik. ● Sebanyak 30% responden belum mengalami kebahagiaan sejati Fransiskan karena kebahagiaan responden masih dipengaruhi oleh situasi dari luar dirinya. Hal tersebut membuat responden tidak mampu menjalani panggilan, dan ketika ditolak tidak mampu mengalami kebahagiaan. ● Sebanyak 50% responden ragu dalam menjawab apakah sudah mengalami kebahagiaan sejati Fransiskan atau belum. Hal ini dilihat dari jawaban responden yang mengatakan kadang-kadang, sedikit atau belum sepenuhnya. Bahkan ada responden yang hanya mengungkapkan ciri-ciri orang yang mengalami kebahagiaan tetapi responden
tidak memiliki pengalaman
kebahagiaan sendiri. c) Tingkat pengalaman kebahagiaan sejati Fransiskan para suster yunior FSE Berkaitan dengan pengalaman responden dari hasil penelitian dan pembahasan di atas, dapat dikatakan bahwa para suster yunior FSE sebagian besar belum mengalami kebahagiaan sejati Fransiskan. Sedangkan sebanyak 20%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72
suster yunior yang sudah mengalami kebahagiaan adalah karena faktor situasi persaudaraan yang mendukung.
5) Pengalaman kebahagiaan dalam persaudaraan Pertanyaan: Ceritakanlah salah satu pengalaman kebahagiaan saudari dalam persaudaraan. a) Hasil Penelitian Tabel 3.7 Penghayatan Kebahagiaan Sejati N = 20 No Jawaban Responden (1) (2) 1 Dalam persaudaaraan dapat saling menghibur, sharing, saling menegur walau beda suku, dan umur. 2 Saat makan bersama dalam persaudaraan saling mendengarkan, membahagiakan saudari lain. 3 Ketika saya mengalami banyak tantangan dipersalahkan, dipojokkan. Namun ketika saya membawakan dalam doa saya menjadi lebih berpikir positif dan menyadari sebagai ujian untuk kesetiaanku 4 Bagi anggota komunitas yang kurang akur ada saling memaafkan untuk memulai relasi yang lebih baik 5 Diterima berkaul 6 Ketika mendengar ungkapan lapar dari saudari yang sudah lansia, mengubah hatiku yang tadinya jengkel menjadi lembut dan lebih sabar 7 Ketika ulang tahun para suster di komunitas sangat mendukung lewat doa, sapaan dan perhatian lainnya 8 Ketika seorang saudari yang tidak pernah terlibat di komunitas, namun pada saat itu dia ikut ambil bagian dan dia juga bisa diganggu hal itu sangat menggembirakan saya 9 Ketika saya sakit, tetapi ada seorang saudari yang cuek, namun dengan doa saya dapat menerimanya walau awalnya saya sakit hati dan dapat memaafkannya 10 Ketika saya dimarahi oleh seorang suster dan saya diusir di depan teman-teman saya. Tidak lama kemudian dia memanggil saya latihan koor dan tersenyum, hal itu membuat saya bahagia
∑ (3) 5
% (4) 25
3
15
3
15
2
10
1 1
5 5
1
5
1
5
1
5
1
5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 73
11
Ketika ada saudari yang selalu memperhatikan keluarganya, saya sharingkan kepada saudari yang lain akhirnya saya mampu menerima situasi suster tersebut walau dengan proses.
1
5
b) Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan tabel 3.7 di atas penulis mengelompokkan pengalaman responden menjadi dua jenis pengalaman kebahagiaan dalam persaudaraan. Berikut adalah jenis pengalaman kebahagiaan dalam persaudaraan. ● Suasana dalam persaudaraan Berkaitan dengan suasana persaudaraan sebanyak
60%
responden
mengalami pengalaman kebahagiaan. Adapun pengalaman kebahagiaan tersebut dialami pada suasana persaudaraan yang saling mendengarkan, komunitas yang saling memaafkan, pada saat perayaan ulang tahun, dan pada saat diterima berkaul. ● Relasi dengan para suster yang lain Sebanyak 40% responden mengalami kebahagiaan melalui relasi dengan para suster. Adapun pengalaman kebahagiaan yang dialami para suster yunior adalah ketika seorang saudari dapat mengubah dirinya yang sebelumnya cuek dapat menjadi lembut. Saat mengalami banyak tantangan dalam relasi dengan para suster, dapat dilihat sebagai ujian untuk kesetiaannya. Ketika sakit kurang mendapat perhatian tetapi suater yunior mampu menerima situasi tersebut. c) Tingkat pengalaman kebahagiaan responden dalam persaudaraan Berdasarkan hasil peneltian dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pengalaman kebahagiaan responden dalam persaudaraan adalah karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74
suasana komunitas yang harmonis, saat merasa diterima, saling meneguhkan dan menghibur satu dengan yang lain. Selain itu responden juga mengalami kebahagiaan melalui relasi dengan para saudari yang lain.
6) Faktor pendukung penghayatan kebahagiaan sejati Pertanyaan: faktor-faktor apa saja yang mendukung saudari dalam penghayatan kebahagiaan sejati Franssiskan? a) Hasil Penelitian Tabel 3.8 Aspek Pendukung Penghayatan Kebahagiaan Sejati Fransiskan N =20 No Jawaban Responden (1) (2) 1 Relasi dengan Tuhan, kedewasaan diri, refleksi, mampu bersyukur, situasi komunitas, motivasi dalam menjalani panggilan 2 Dukungan persaudaraan dan keinginan untuk membuka diri 3 Sharing dari pengalaman para suster senior, doa-doa dan teladan para kudus 4 Lingkungan, pengalaman yang baik maupun yang tidak baik 5 Ketika dimarahi langsung minta maaf, dukungan saudari lain (teguran, saling bertanya) 6 Adanya kesadaran hidup bersama orang lain 7
Selalu ingat akan ketiga kaul dan berusaha untuk menjalaninya.
∑ (3) 13
% (4) 65
2
10
1
5
1
5
1
5
1
5
1
5
b) Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan tabel 3.8 di atas, penulis membagi jawaban responden menjadi dua bagian. Jawaban tersebut berkaitan dengan faktor pendukung dalam m enghayati kebahagiaan sejati Fransiskan yang dipaparkan sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75
● Faktor intern/pribadi Faktor intern adalah faktor pendukung dalam menghayati kebahagiaan sejati Fransiskan yang berasal dari dalam diri atau pribadi responden sendiri. Adapun faktor intern tersebut adalah memilliki relasi yang baik dengan Tuhan, memliki kebiasaan berefleksi, kedewasaan diri, kesadaran hidup dengan orang lain, kerendahan hati, dan selalu mengingat dan menghayati ketiga kaul. ● Faktor ekstern Faktor ekstern adalah faktor pendukung dalam menghayati kebahagiaan sejati Fransiskan yang berasal dari luar diri responden. Adapun faktor tersebut adalah komunitas atau persaudaraan dan relasi dengan para suster. c) Faktor-faktor pendukung penghayatan kebahagiaan sejati Fransiskan para suster yunior Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa faktor pendukung penghayatan kebahagiaan sejati Fransiskan, penekanannya lebih pada diri sendiri daripada faktor yang lain. Artinya responden menemukan bahwa faktor utama dalam penghayatan kebahagiaan sejati adalah diri sendiri dan pentingnya kesadaran dan kebiasaan yang baik dalam diri responden. Responden juga mengungkapkan bahwa lingkungan atau komunitas yang baik juga akan mendukung dalam penghayatan kebahagiaan sejati Fransiskan.
7) Faktor Penghambat Pengahayatan Kebahagiaan Sejati Pertanyaan: Faktor-faktor apa saja yang menghambat saudari dalam penghayatan kebahagiaan sejati Fransiskan?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76
a) Hasil Penelitian Tabel 3.9 Faktor Penghambat Penghayatan Kebahagiaan Sejati N =20 No Jawaban Responden (1) (2) 1 Dari diri sendiri: merasa jenuh, ingin mendapatkan kenyamanan, egois, curiga, tidak siap dikritik Dari luar: sikap saudari yang mengecewakan, menilai tidak objetif, kurang mendukung orang lain untuk berkembang 2 Mengeluh bila mendapat tantangan, hidup doa monoton/dangkal. Tidak mau mendengarkan 3 Kurang setia membina doa, komitmen dan dari luar diri saya kurang mendukung, dan berbagai godaan yang mempengaruhi diri 4 Bersikap egois, kurang rendah hati, kurang mau terbuka, mudah tersinggung dan tdak saba 5 Kurang bersyukur dan menerima kritikan orang lain
∑ (3) 5
% (4) 25
5
25
5
25
4
20
1
5
b) Pembahasan Hasil Penelitian Berdasakan tabel 3.9 di atas penulis membagi jawaban responden tentang faktor penghambat penghayata kebahagiaan sejati Fransiskan menjadi dua bagian yang dipaparkan sebagi berikut. ● Faktor intern Faktor intern adalah faktor penghambat penghayatan kebahagiaan sejati Fransiskan
yang berasal dari diri responden sendiri. Adapun faktor-faktor
tersebut adalah adanya keinginan mendapatkan kenyamanan, sikap egois dan sikap curiga, tidak siap dikeritik, keadaan doa yang menoton dan tidak mau rendah hati.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77
● Faktor ekstern Faktor ekstern adalah faktor penghambat penghayatan kebahagiaan sejati Fransiskan yaitu situasi lingkungan di luar diri responden. Adapun faktor-faktor tersebut adalah persaudaran yang menilai tidak objetif dan kurang mendukung orang lain untuk berkembang. c) Faktor-faktor penghambat penghayatan kebahagiaan sejati Fransiskan Berdasarkan hasil penelitian pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor penghambat penghayatan kebahagiaan sejati Fransiskan bagi responden adalah faktor dari diri sendiri dan faktor dari luar diri. Dari jawaban responden diketahui bahwa faktor pribadi atau prilaku responden menjadi faktor penghambat paling besar dalam menghayati kebahagiaan sejati Fransiskan.
8) Harapan responden agar semakin mewujudkan kebahagiaan sejati Pertanyaan: Apakah harapan saudari baik secara pribadi maupun bersama agar penghayatan kebahagiaan sejati Fransiskan semakin dapat diwujudkan? a) Hasil Penelitian Tabel 3.10 Aspek Harapan Dalam Kebahagiaan Sejati N = 20 No (1) 1 2 3 4
Jawaban Responden (2) Meningkatkan hidup doa, mementingkan hidup bersama, saling mendukung Baik pribadi maupun bersama dapat semakin memahami dan mewujudkan kebahagiaan sejati Saling mendukung dalam persaudaraan Setiap orang menyadari panggilannya, berani keluar dari
∑ (3) 6
% (4) 30
5
25
4 1
20 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 78
5 6 7
8
zona aman Saling berpikir positif, aturan tidak kaku, tidak menilai secara subjektif Agar iman saya didewasakan sehingga tidak mudah emosi Baik bersama maupun pribadi semakin bisa melihat bahwa ketidakenakan itu bukan sebagai penghalang melainkan sebagai kebahagiaan sejati, semakin mampu bermatiraga Pembahasan/sharing pengalaman kebahagiaan sejati
1
5
1 1
5 5
1
5
b) Pembahasan Hasil Penelitian Dari tabel 3.10 di atas jawaban responden yang berkaitan dengan harapan, baik secara pribadi maupun bersama untuk semakin mewujudkan penghayatan kebahagiaan sejati Fransiskan dibagi menjadi dua bagian, yang dipaparkan sebagai berikut. ● Harapan Pribadi Responden berharap untuk semakin dapat mewujudkan penghayatan kebahagiaan sejati Fransiskan. Secara pribadi perlu meningkatkan hidup doa, menyadari panggilan hidup dan berpikir positif, serta berharap agar pengalaman yang tidak baik dapat menghantar kepada kebahagiaan sejati. ● Harapan Secara Bersama Responden berharap agar penghayatan kebahagiaan sejati Fransiskan semakin dapat diwujudkan. Untuk mencapai harapan tersebut maka responden merasa perlu mendalami kebahagiaan sejati Fransiskan, juga agar setiap orang menyadari panggilannya, saling mendukung dan menerapkan aturan secara tidak kaku. c) Harapan responden baik secara pribadi maupun bersama agar semakin mewujudkan kebahagiaan sejati Fransiskan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa harapan responden baik secara pribadi maupun bersama adalah perlunya menyadari panggilan masing-masing, serta perlu pendalaman tentang kebahagiaan sejati Fransiskan agar semakin dapat menghayatinya.
9) Usulan atau harapan terhadap kongregasi Pertanyaan: Sebagai suster yunior apa usul anda terhadap Kongregasi agar penghayatan kebahagiaan sejati Fransiskan semakin dapat diwujudkan? a) Hasil Penelitian Tabel 3.11 Aspek Harapan Para Suster yunior N =20 No Jawaban Responden (1) (2) 1 Mengadakan pendalaman tentang kebahagiaan sejati baik yang sudah tua maupun muda, juga dalam pembinaan 2 Saling memberi dukungan dalam hidup bersama 3 Tidak membuat perbedaan antara suster yunior dengan yang sudah berkaul kekal. Meningkatkan hidup persaudaraan 4 Masing-masing menyadari panggilan dan tugas perutusannya 5 Mengadakan retret, weekend, seminar atau rekoleksi bertemakan kebahagiaan sejati 6 Masing-masing anggota dapat saling membahagiakan 7 Mengadakan pertemuan untuk mempererat persaudaraan 8 Antara suster yang yunior dengan suster senior tidak saling mempersalahkan dan pentingnya mengembangkan semangat doa 9 Tentang kebahagiaan sejati diberikan sejak aspiran 10 Sharing pengalaman iman antara suster yunior dan senior agar semakin menghayati kebahagiaan sejati Fransiskan 11 Pembinaan hidup doa para suster
∑ (3) 5
% (4) 25
3 2
15 10
2 2
10 10
1 1 1
5 5 5
1 1
5 5
1
5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 80
b) Pembahasan Hasil Penelitian Dari tabel 3.11 di atas penulis membagi jawaban tentang usul responden terhadap kongregasi agar penghayatan kebahagiaan sejati Fransiskan semakin dapat diwujudkan. Jawaban tersebut dibagi menjadi tiga bagian yang dipaparkan sebagai berikut. ● Kegiatan konkret Berkaitan dengan tindakan konkret, dari 20 jawaban sebanyak 50% responden mengusulkan diadakan pendalaman tentang kebahagiaan sejati Fransiskan misalnya dalam bentuk retret, rekoleksi atau weekend. Namun ada responden mengusulkan agar pendalaman tersebut tidak hanya diberikan kepada suster yunior tetapi juga suster senior. Selain itu juga ada usul agar dilakukan kegiatan sharing antara suster yunior dengan suster senior. Sebanyak 10% responden mengusulkan ada pertemuan untuk mempererat persaudaran dan pembinaan hidup doa para suster. ● Sikap anggota persaudaraan Sebanyak 40% responden mengusulkan agar penghayatan kebahagiaan sejati Fransiskan semakin dapat diwujudkan dengan tidak membuat perbedaan antara suster yunior dengan suter yang berkaul kekal. Selain itu untuk meningkatkan persaudaraan, para suster perlu menyadari panggilannya masingmasing, saling mendukung dan membahagiakan satu dengan yang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 81
c) Kesimpulan usul para suster yunior terhadap kongregasi agar pengahayatan kebahagiaan sejati Fransiskan semakin dapat diwujudkan. Dari hasil peneltian dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa usul responden terbagi menjadi dua sudut pandang yaitu sebanyak 60% mengusulkan diadakan kegiatan untuk mendalami kebahagiaan sejati Fransiskan dan sebanyak 40% menekankan sikap atau prilaku setiap anggota agar semakin dapat mewujudkan kebahagiaan sejati Fransiskan.
10) Usulan Program Pertanyaan:
Apakah
saudari
setuju
jika
diadakan
pendalaman
iman/katekese tentang kebahagiaan sejati Fransiskna ? Mengapa ! berikan alasan yang jelas a) Hasil Penelitian Tabel 3.12 Aspek harapan para suster yunior N =20 No Jawaban Responden (1) (2) 1 Setuju diadakan katekese untuk semakin memahami tentang kebahagiaan sejati Fransiskan agar semakin dapat diwujudkan. Agar kebahagiaan sejati semakin dimiliki 2 Setuju, supaya diingatkan, atau disegarkan kembali 4 Setuju diadakan katekese agar semakin mengenal diri dan tujuan hidup 5 Setuju supaya hidup para suster lebih Fransiskan lagi 6 Setuju agar semakin mengerti arti kebahagiaan dalam persaudaraan 7 Diadakan katekese tidak hanya untuk suster yunior
∑ (3) 13
% (4) 65
3 1
15 5
1 1
5 5
1
5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 82
b) Pembahasan Hasil Penelitian Dari tabel 3.12
di atas
sebanyak 100% responden setuju diadakan
katekese tentang kebahagiaan sejati Fransiskan.
Dari 100% responden yang
setuju, sebanyak 65% responden setuju dengan alasan agar semakin memahami dan memiliki kebahagiaan sejati Fransiskan. Sebanyak 15% responden setuju dengan alasan supaya diingatkan atau disegarkan kembali tentang kebahagiaan sejati Fransiskan. Sebanyak 5 % responden setuju dengan alasan agar mengerti arti kebahagiaan dalam persaudaraan. Sebanyak 5% responden setuju dengan alasan agar para suster lebih Fransiskan. Sebanyak 5% setuju dengan alasan untuk semakin mengenal diri dan tujuan hidup. Sebanyak 5% responden setuju diadakan katekese, namun tidak hanya untuk suster yunior tetapi juga untuk suster senior. c) Kesimpulan usulan program mengadakan katekese tantang kebahagiaan sejati Fransiskan. Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan para suster yunior FSE setuju diadakan ketekese tentang kebahagiaan sejati Fransiskan agar semakin memahami,dan memiliki kebahagiaan sejati Fransiskan. Selain itu responden setuju dengan alasan untuk penyegaran, semakin mengenal diri dan tujuan hidup. Akan tetapi suster yunior mengharapkan ketekse ini juga diadakan terhadap para suster senior.
b. Hasil Penelitian: Pembimbing yunior Dalam kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth setiap suster yunior akan diberi kesempatan untuk memilih suster yang telah dipersiapkan kongregasi untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 83
menjadi pembimbing rohani yunior. Jumlah pembimbing rohani yunior pada priode terakhir ini adalah sebanyak 5 orang. Untuk mengetahui lebih dalam pemahaman dan penghayatan kebahagiaan sejati Fransiskan suster yunior FSE, penulis mengajukan 5 butir pertanyaan kepada pembimbing yunior. Adapun jawaban yang diperoleh dari 5 orang suster pembimbing yunior serta rumus yang digunakan berikut.
100% Keterangan: ∑
= Jumlah Skor Item
N
= Jumlah Responden
1) Pemahaman kebahagiaan sejati Pertanyaan : Apakah suster yunior dapat dikatakan sudah memahami tentang kebahagiaan sejati sebagi seorang Fransiskan? Berikan alasannya. a) Hasil Penelitian Tabel 3.13 Aspek Pemahaman Kebahagiaan Sejati N= 5 No Jawaban Responden (1) (2) 1 Ada yang belum ada yang sudah memahami karena ada yunior yang belum paham secara teori apa itu kebahagiaan sejati sebagai seorang Fransiskan. 2 Secara teori memahami karena sejak masa novis dan yunior sudah diberikan dengan baik, juga buku-buku materi tersedia dengan lengkap 3 Sudah memahami karena sudah mampu menerima setiap saudari dan menanggung beban secara bersama
∑ (3) 3
% (4) 60
1
20
1
20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 84
b) Pembahasan Hasil Penelitian Dari tabel 3.13 di atas, penulis meringkas jawaban responden menjadi dua jenis jawaban. Sebanyak 60% responden menjawab bahwa belum semua suster yunior memahami kebahagiaan sejati Fransiskan. Sebanyak 20% responden menjawab bahwa
para suster yunior sudah memahami kebahagiaan sejati
Fransiskan, dengan alasan bahwa hal itu sudah diterima sejak pembinaan. Sementara sebanyak 20% responden menjawab bahwa para suster yunior sudah memahami kebahagiaan sejati Fransiskan, dengan alasan bahwa suster yunior sudah mampu menerima setiap saudari dan menanggung beban bersama. c) Tingkat pemahaman kebahagiaan sejati suster yunior menurut pembimbing yunior Berdasarkan hasil penelitian pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa menurut responden belum semua
para suster yunior memahami
kebahagiaan sejati Fransiskan. Sebagian kecil memang sudah memahami kebahagiaan sejati Fransiskan dilihat dari praktek hidup, namun sebagian baru memahaminya secara teori. 2) Penghayatan kebahagiaan sejati Pertanyaan: Apakah suster yunior sudah menghayati kebahagiaan sejati sebagai seorang Fransiskan ? Berikan alasannya. a) Hasil Penelitian Tabel 3.14 Aspek Penghayatan Kebahagiaan sejati N =5 No
Jawaban Responden
∑
%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 85
(1) (2) 1 Ada yang sudah ada yang belum karena ada yang sudah mampu bersyukur dalam menghadapi/mengalami tantangan, penderitaan dalam hidup, namun ada yang masih belum mampu mengalami hal itu, kebahagiaan masih dipahami kalau tidak ada tantangan, derita atau kesulitan 2 Sejauh saya perhatikan mayoritas belum menghayati karena kalau disampaikan sesuatu menyangkut doa, tapa dan tugas jarang spontan menerima, wajah cemberut, tidak siap sedia menanggapi saran. Kurang rendah hati, tidak ada perasaan bersalah 3 Suster yunior sudah menghayati karena berusaha kerjasama, saling mendukung, melayani sesama, rendah hati, ramah tamah 4 Belum menghayati karena masih banyak sikap yang menunjukkan bahwa kebahagiaan tersebut adalah situasi senang tapi semu
(3) 2
(4) 40
1
20
1
20
1
20
b) Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan tabel 3.14 di atas penulis membagi jawaban responden menjadi 3 bagian berikut ini. ● Pembimbing yunior yang berfungsi sebagai responden adalah sebanyak 5 orang. Dari 5 orang pembimbing yunior tersebut, sebanyak 40% berpendapat bahwa diantara suster yunior ada yang sudah menghayati kebahagiaan sejati Fransiskan, namun demikian ada juga yang belum menghayati kebahagiaan sejati Fransiskan tersebut. ●
Sebanyak
40% responden
berpendapat bahwa para suster yunior belum
menghayati kebahagiaan sejati Fransiskan. Pendapat tersebut berdasarkan pengalaman
responden sebagai pembimbing yunior. Hal ini dilihat dari
kurangnya perhatian para yunior dalam hal doa, menanggapi teguran secara negatif dan kebahagiaan hanya dapat dilihat pada saat-saat yang menyenangkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 86
● Sebanyak 20% dari jumlah responden berpendapat bahwa para suster yunior sudah menghayati kebahagiaan sejati sebagai seorang Fransiskan dengan alasan sudah berusaha untuk bekerjasama dan saling mendukung. c) Kualitas penghayatan para suster yunior tentang kebahagiaan sejati Fransiskan Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa para suster yunior ada yang sudah menghayati kebahagiaan sejati Fransiskan, namun ada juga yang belum menghayatinya.
3) Pendukung Penghayatan Kebahagiaan Sejati Pertanyaan: faktor apa saja yang mendukung para suster yunior dalam menghayati kebahagiaan sejati sebagai seorang Fransiskan? a) Hasil Penelitian Tabel 3.15 Aspek Pendukung Penghayatan Kebahagiaan Sejati N =5 No Jawaban Responden (1) (2) 1 Persaudaraan yang selalu berpikir positif, pembinaan bersama maupun secara pribadi, relasi dengan Tuhan, kesadaran akan tujuan hidup/panggilan 2 Keinginan yang kuat menjadi seorang Fransiskan, pemahaman akan makna kebahagiaan sejati, keterbukaan, peran komunitas. 3 Hidup doa, kerendahan hati, kesederhanaan 4 Setia bimbingan, melakukan doa bukan karena terpaksa dukungan dari komunitas, motivasi yang baik 5 Pembinaan terus-menerus dan memiliki komitmen dalam menata hidup sebagai FSE
∑ (3) 1
% (4) 20
1
20
1 1
20 20
1
20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 87
b) Pembahasan Hasil Penelitian Dari tabel 3.15 di atas jawaban responden dibagi menjadi dua bagian yang mendukung penghayatan kebahagiaan sejati sebagai seorang Fransiskan. Adapun kedua bagian tersebut dipaparkan di bawah ini. ● Sikap para suster yunior Responden
berpendapat
bahwa
hal-hal
yang
dapat
mendukung
penghayatan kebahagiaan sejati Fransiskan tersebut bagi para suster yunior adalah dengan membangun relasi dengan Tuhan. Selain itu keinginan yang kuat menjadi seorang Fransiskan, memahami dan memaknai kebahagiaan sejati, terbuka, sederhana, rendah hati, setia bimbingan memiliki motivasi yang baik dan berkomitmen juga menjadi faktor pendukung kebahagiaan sejati Fransiskan. ● Komunitas atau suasana persaudaraan. Responden melihat komunitas atau suasana persaudaraan menjadi faktor pendukung pengahayatan kebahagiaan sejati Fransiskan. Hal tersebut karena dukungan komunitas dan persaudaraan menjadi salah satu hal yang turut berperan dalam pembinaan yunior. c) Diemensi pendukung penghayatan kebahagiaan sejati Fransiskan para suster yunior FSE. Berdasarkan pembahasan di atas dapat dilihat sebagian besar responden berpendapat bahwa yang menjadi faktor pendukung para suster yunior dalam menghayati kebahagiaan sejati Fransiskan adalah sikap mereka dalam menanggapi panggilannya. Sikap tersebut diantaranya adalah sikap dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 88
membangun relasi dengan Tuhan, bimbingan rohani serta membuka diri. Sedangkan faktor yang lain adalah faktor dari komunitas atau persaudaraan. 4) Penghambat Penghayatan Kebahagiaan Sejati Pertanyaan: Faktor apa saja yang menghambat para suster yunior dalam menghayati kebahagiaan sejati sebagai seorang Fransiskan? a) Hasil Penelitian Tabel 3.16 Aspek Penghambat Kebahagiaan Sejati N =5 No Jawaban Responden (1) (2) 1 Doa kurang dibatinkan, kurang terbuka, kurang mampu mengolah hidup, gaya hidup instan, daya juang yang lemah 2 Mengharapkan kebahgiaan dari luar diri, hidup doa yang kurang mendalam, komunitas yang kurang kondusif 3 Persudaraan yang kurang mendukung, kurang tekun dalam membina diri lewat pembinaan yang diberikan, melalaikan relasi dengan Tuhan, kurang kesadaran tujuan hidup/Allah memanggil. 4 Kurang pemahaman tentang kebahagiaan sejati, kurang kesadaran, pengaruh dunia jaman ini, terlalu diberi kemudahan
∑ (3) 2
% (4) 40
1
20
1
20
1
20
b) Pembahasan Hasil Penelitia Berdasarkan tabel 3.16 di atas penulis membagi
jawaban responden
menjadi tiga bagian yang menghambat penghayatan kebahagiaan sejati Fransiskan. Adapun ketiga bagian tersebut akan dipaparkan sebagai berikut. ● Sikap para suster yunior Responden
berpendapat
bahwa
kebahagiaan sejati Fransiskan para
faktor
penghambat
penghayatan
suster yunior disebabkan oleh karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 89
kekurangtekunan membina diri, mengharapkan kebahagiaan dari luar, doa kurang mendalam, gaya hidup instan dan daya juang lemah. ● Pemahaman dan penghayatan Responden berpendapat bahwa para suster yunior
kurang memahami
tentang kebahagiaan sejati serta kurang kesadaran diri dan memiliki tujuan hidup yang kurang jelas. ● Persaudaraan Responden berpendapat bahwa situasi komunitas yang kurang kondusif juga menjadi salah satu faktor penghambat penghayatan kebahagiaan sejati para suster yunior. Hal tersebut karena di komunitas seringkali para suster yunior terlalu diberi kemudahan dalam memperoleh hidup dan terlalu banyak kompromi. c) Dimensi penghambat penghayatan kebahagiaan Sejati Fransiskan bagi para suster yunior FSE Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa yang menghambat penghayatan kebahagiaan sejati Fransiskan bagi para suster yunior adalah sikap para suster yunior dalam menanggapi panggilan hidupnya, kurangnya pemahaman tentang kebahagiaan sejati serta persaudaraan yang kurang mendukung.
5) Usul-usul Pertanyaan: Berikanlah usul suster sebagai pembimbing, agar para suster yunior dapat semakin menghayati kebahagiaan sejati sebagai seorang Fransiskan!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 90
a)
Hasil Penelitian Tabel 3.17 Aspek Harapan Pembimbing Yunior N =5 No Jawaban Responden (1) (2) 1 Menanamkan kesadaran akan tujuan hidup, dalam pembinaan mengajak yunior untuk menemukan nilai-nilai rohani, mendalami spiritualitas kongregasi, membina relasi dengan Tuhan 2 Diberi tantangan untuk melatih kerendahan hati, jangan terlalu diberi kemudahan 3 Agar para suster yunior menyadari perlunya bimbingan yang teratur, dan menyadari tugas dan kewajibannya sebagaimana yang tercantum dalam kostitusi dan stuta 4 Memberi pemahaman tentang kebahagiaan, meningkatkan daya juang para suster yunior 5 Secara kontinue diberi pengajaran tentang spiritualitas Fransiskan, melalui pertemuan rutin/weekend berhubungan dengan persaudaraan
∑ (3) 1
% (4) 20
1
20
1
20
1
20
1
20
b) Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan tabel 3.17 di atas jawaban responden sebagai usul untuk semakin menghayati kebahagiaan sejati Fransiskan dibagi menjadi tiga bagian yang dipaparkan sebagai berikut.
1) Harapan Terhadap Formator Kongregasi Adapun usul-usul responden adalah agar para suster yunior semakin mampu menghayati kebahagiaan sejati Fransiskan, yaitu dengan memberikan pembinaan dan mendalami spiritualitas kongregasi kepada para suster yunior agar semakin memah+ami kebahagiaan sejati. 2) Harapan Kepada Para Suster Yunior
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 91
Selain dari tindakan konkret yang dilakukan untuk membina para suster yunior agar semakin menghayati kebahagiaan sejati Fransiskan, para suster yunior diharapkan membangun relasi yang baik dengan Tuhan melalui hidup doa. 3) Harapan Terhadap Kongregasi Para pembimbing yunior sebagai responden berharap agar kongregasi ikut dalam proses pembinaan para suster yunior dengan tidak memberikan kemudahan kepada suster yunior dalam arti agar para suster yunior dilatih untuk semakin rendah hati dan siap menghadapi tantangan. c) Usul-usul para suster sebagai pembimbing yunior untuk menghayatai kebahagiaan sejati sebagai seorang Fransiskan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas diperoleh kesimpulan sebagai harapan dari responden sebagai pembimbing yunior. Adapun harapan responden tersebut adalah agar kebahagiaan sejati Fransiskan semakin dihayati oleh para suster yunior dengan mendalami kembali spiritualitas kongregasi, dan meningkatkan hidup doa, serta untuk membina diri melatih kerendahan hati.
c. Kesimpulan Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis kepada responden
baik
kepada
suster
yunior
maupun
kepada
pembimbing
yunior,diperoleh kesimpulan sebagai berikut. 1. Berdasarkan aspek yang diukur berkaitan dengan pemahaman yunior tentang kebahagiaan sejati Fransiskan yang terdapat pada pertanyaan item 1 dan 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 92
untuk yunior, dan pertanyaan pada item 1 pada pembimbing yunior sebagai berikut: Para suster yunior sebagian sudah memahami kebahagiaan sejati Fransiskan, namun dilihat dari tabel serta penjelasan yang diberikan lebih banyak para suster yunior belum memahami kebahagiaan sejati Fransiskan. Hal ini dapat dilihat dari penjelasan yang diberikan, dimana pemahaman tentang kebahagiaan sejati lebih mendekati pada pemahaman kebahagiaan yang dipahami secara umum. Pendapat para suster yunior lebih mendekati pada beberapa tokoh atau paham tertentu tentang kebahagiaan. Selain itu pembimbing
yunior juga berpendapat bahwa ada yang sudah memahami
kebahagiaan sejati dengan alasan sudah diberikan pada masa pembinaan, dan sudah memahami karena dilihat dari cara hidupnya. Berdasarkan alasan tersebut serta contoh yang diberikan para suster yunior yang terdapat pada item dua, dapat disimpulkan masih sedikit atau lebih banyak para suster yang belum memahami kebahagiaan sejati Fransiskan. 2. Berkaitan dengan aspek penghayatan, mayoritas para suster yunior dapat dikatakan belum menghayati kebahagiaan sejati sebagai seorang Fransiskan. Berdasarkan jawaban para suster yunior tentang penghayatan dan pengalaman mereka yang terdapat pada item 4 dan 5 serta alasan kebahagiaan mereka sebagai suster FSE (item 3)
masih pada kebahagiaan manusiawi pada
umumnya. Para suster yunior merasa bahagia sebagai FSE karena suasana persaudaraan dan kekhasan kongregasi. Selain itu pembimbing yunior berpendapat bahwa mayoritas para suster yunior belum menghayati (item 2).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 93
Hal ini dapat dilihat dari cara dan sikap suster yunior dalam menanggapi pengalamannya. Para suster yunior juga dilihat masih sulit menerima tantangan, atau pengalaman yang kurang baik dan sulit menerima teguran. Adapun suster yunior yang sudah menghayati kebahagiaan sejati dilihat dari kemampuan menerima setiap saudari dan berusaha melayani kebutuhan saudari yang lain. 3. Ada dua hal yang menjadi faktor utama yang berkaitan dengan faktor pendukung dan penghambat pengahayatan kebahagiaan sejati kebahagiaan Fransiskan. Para suster yunior (item 6 dan 7) maupun pembimbing yunior (item 3 dan 4) yang menjadi faktor pendukung dan penghambat adalah dari diri yunior sendiri dan dari komunitas. Berdasarkan alasan yang diberikan faktor yang paling kuat adalah sikap yunior sendiri yang kurang membina diri, misalnya semangat doa, kurang memahami kebahagiaan sejati, sikap egois dan kurang rendah hati dan kurang semangat, serta daya juang rendah. Selain itu suasana komunitas memiliki peran penting menjadi faktor pendukung dan sekaligus penghambat penghayatan yunior. Jika komunitas bersikap positif akan memberi pengaruh yang baik untuk mendukung para suster yunior dalam menghayati kebahagiaan sejati Fransiskan. Akan tetapi jika komunitas bersikap negatif akan memberi pengaruh negatif bagi para suster yunior dan menghambat mereka dalam menghayati kebahagiaan sejati Fransiskan. 4. Pembimbing yunior berharap agar para suster yunior semakin menghayati kebahagiaan sejati Fransiskan. Maka pembimbing yunior memberikan usul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 94
agar diadakan pendalaman spiritualitas kongregasi dan pemahaman tentang kebahagiaan sejati. 5. Setelah melihat
hasil penelitian yang dilakukan tentang pemahaman dan
pengahayatan kebahagiaan sejati para suster yunior sebagai seorang Fransiskan, penulis berpendapat bahwa para suster yunior pada umumnya belum menghayati kebahagiaan sejati Fransiskan. Hal ini berdasarkan atas jawaban yang diberikan oleh para suster yunior maupun pembimbing yunior sebagai responden. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil pendalaman bahan kapitel umum yang menyatakan bahwa para suster yunior belum menghayati kebahagiaan sejati Fransiskan yang merupakan tujuan pembinaan masa yuniorat. 6. Untuk menanggapi keprihatinan kurang tercapainya tujuan pembinaan yang berkaitan dengan kebahagiaan sejati Fransiskan, maka penulis mengusulkan program untuk menanggapi keprihatinan tersebut. Adapun program yang diusulkan
penulis dengan mengadakan katekese model Shared Christian
Praxis yang disebut dengan SCP.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 95
BAB IV SUMBANGAN KATEKESE SHARED CHRISTIAN PRAXIS SEBAGAI USAHA UNTUK MENINGKATKAN PENGHAYATAN KEBAHAGIAAN SEJATI FRANSISKAN SUSTER YUNIOR FSE
Pada bab sebelumnya, diketahui bahwa para suster yunior FSE belum memahami dan menghayati kebahagiaan sejati Fransiskan. Maka pada bab ini akan dipaparkan suatu rancangan atau kegiatan baru untuk menanggapi keprihatinan
dan
harapan
responden
dalam
meningkatkan
penghayatan
kebahagiaan sejati Fransiskan. Dari hasil penelitian para suster setuju untuk diadakan katekese tentang kebahagiaan sejati Fransiskan. Maka penulis mengambil salah satu model katekes yaitu Shared christian praxis atau SCP. Katekese model SCP diharapakan dapat membantu para suster yunior untuk semakin menghayati kebahagiaan sejati Fransiskan. Bab ini akan memaparkan katekese model SCP dan usulan program sebagai kegiatan pembinaan suster yunior serta salah satu contoh persiapan kegiatan model SCP yang dilaksanakan dalam bentuk rekoleksi. A. Katekese Model Shared Christian Praxis Romo Heryatno Wono Wulung SJ, yang menyadur buku Thomas H. Groome berpendapat bahwa shared Christian Praxis atau SCP berawal dari kebutuhan para ketekis untuk menemukan suatu pendekatan berkatekese yang handal dan afektif. Pendekatan tersebut mempunyai dasar teologis yang kuat, karena menggunakan model pendidikan yang progresif dan memiliki keprihatinan pastoral yang jelas. Proses katekese model SCP selain bersifat dialogis-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 96
partisipatif, peran dan keberadaan peserta sungguh sebagai subyek yang bebas dan bertanggungjawab (Heryatno, 2012:1). Dalam katekese model SCP pengalaman hidup peserta akan direfleksikan secara kritis yaitu antara “tradisi” dan “visi” peserta dengan “Tradisi” dan “Visi” Kristiani. Melalui refleksi kritis ini para peserta diharapkan mampu mengadakan penegasan dan pengambilan keputusan demi terwujudnya nilai-nilai kerajaan Allah (Sumarno Ds, 2011:14-15).
1. Tujuan Katekese Model Shared Christian Praxis Sebagaimana ditegaskan oleh Pendeta Tabita Kartika Christiani berdasarkan buku Thomas H. Groome, tujuan katekese Model Shared Christian Praxis adalah untuk mewujudkan Kerajaan Allah di dunia. Artinya SCP sebagai cara atau pendekatan membantu peserta menjadi rekan kerja Allah agar kerajaan-Nya menjadi nyata di atas bumi. Dapat dikatakan bahwa SCP dimaksudkan untuk membantu umat Kristiani menghidupi imannya dalam mewujudkan nilai-nilai kerajaan Allah di dunia, sehingga semua orang dan alam ciptaan mengalami nilai-nilai kerajaan Allah (Kartika Christiani, 2008:24). Melalui proses model SCP ini peserta diharapkan sampai pada sikap dan kesadaran baru yang memberi motivasi pada keterlibatan baru. Maka praksis tersebut sungguh nyata sesuai dengan kondisi masyarakat setempat, sehingga praksis tidak hanya berhenti antara pendamping dan peserta tetapi juga nyata dalam hidup masyarakat itu sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 97
2. Tiga Komponen Pokok dalam Katekese Model Shared Christian Praxis Adapun komponen-komponen yang dimaksudkan dalam katekese Model Shared Christian Praxis adalah sebagai berikut. a. Shared Istilah shared merupakan pengertian komunikasi yang timbal balik, sikap partisipasif, aktif dan kritis serta keterbukaan terhadap kehadiran sesama maupun terhadap rahmat Tuhan dari semua peserta. Dalam komunikasi timbal balik atau sharing, peserta saling terbuka baik saat mensharingkan pengalaman maupun saat mendengarkan. Setiap peserta dan pendamping saling menghormati pengalaman masing-masing dan mengakui eksistensinya sebagai subyek yang unik. Maka sangat diharapkan dalam bertukar pengalaman ini para peserta dapat berkomunikasi dengan hati (Groome, 1997:4). Dalam sharing ini ada dua unsur, yaitu membicarakan dan mendengarkan. Membicarakan berarti mengungkapkan apa yang sungguh dialami yaitu menyampaikan kebenaran dari apa yang dialami sebagaimana adanya, bukan sekedar apa yang didengar apalagi yang dipikirkan oleh orang lain. Mendengarkan berarti melibatkan seluruh diri, sehingga dapat menemukan diri sendiri dan menemukan kehendak Tuhan (Sumarno Ds, 2011:17). b. Christian Model Shared Christian Praxis mengusahakan supaya kekayaan iman Kristiani dan visinya semakin terjangkau, dekat, dan relevan sesuai dengan situasi peserta. Ada dua unsur pokok dalam model ini yaitu pengalaman hidup iman Kristiani sepanjang sejarah (tradisi) dan visinya. Tradisi yang dimaksudkan di sini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 98
meliputi Kitab Suci, spiritualitas, refleksi teologis, sakramen, liturgi, seni dan nyanyian rohani, kepemimpinan, kehidupan jemaat (Groome, 1997:2-3). Sementara Visi “merupakan manifestasi konkret dari jawaban manusia terhadap janji Allah yang terwujudkan dalam sejarah atau Tradisi”(Sumarno Ds, 2011:17). Dalam model ini bagaimana menjadikan Tradisi dan Visi menjadi milik peseta yang sekaligus menjadi kritik dan ukuran keberimanannya. c. Praxis Pengertian Praxis dalam model katekese ini tidak hanya sekedar praktek yang merupakan lawan dari teori melainkan suatu tindakan yang sudah direfleksikan yang meliputi seluruh keterlibatan manusia dalam dunia dan mempunyai tujuan tertentu (Sumarno DS, 2011:15). Dalam unsur praxis terkandung kesatuan dialektis antara praktek dengan teori yaitu kreativitas, antara kesadaran historis dengan refleksi kritis yaitu keterlibatan baru yang dapat dipertanggungjawabkan (Heryatno, 2012:6-7).
3. Langkah-langkah Katekese Model SCP Adapun langkah-langkah Katekese Model Shared Christian Praxis adalah sebagai berikut. a. Langkah Pendahuluan Tujuan pada langkah ini adalah untuk mendorong peserta untuk bertolak dari pengalaman konkret mereka, sekaligus menjadi sumber utama untuk menemukan topik berkatekese. Maksud dari langkah pendahuluan ini adalah untuk menemukan tema seturut kebutuhan peserta. Langkah pendahuluan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 99
merupakan langkah awal sebelum pelaksanaan katekese. Jika dimulai dari langkah pendahuluan, maka peserta ikut terlibat dalam menentukan tema (Sumarno Ds, 2011:18-19). b. Langkah Pertama: Pengungkapan Praksis Faktual. Langkah pertama bermaksud untuk mengajak peserta mengungkapkan pengalaman hidup dan keterlibatan mereka. Pengalaman mereka dapat diungkapakan dalam bentuk lambang, cerita, puisi, drama singkat, lukisan atau bentuk lain yang dapat dimengerti oleh peserta lain. Selain mengungkapkan pengalaman pribadinya, peserta juga dapat mengungkapkan pengalaman orang lain atau keadaan masyarakat di sekitarnya. Hal ini dapat membantu peserta menyadari apa yang sedang terjadi, serta keprihatinan-keprihatinan dalam Gereja, masyarakat atau orang-orang tertentu di lingkungannya (Groome, 1997:11; bdk. Sumarno Ds, 2011:19). Dalam proses ini, pendamping sebagai fasilitator perlu memperhatikan kondisi peserta dari segi jumlah, profesi, dan tempat agar prosesnya dapat berjalan dengan baik dan tidak sampai menyinggung privacy peserta. Di samping itu pendamping harus mampu menyadari tujuan dan pokok pikiran dasar dari langkah pertama. Pertanyaan yang diajukan harus tepat, menyentuh dan membantu peserta untuk terlibat (Groome, 1997:5 ;11-13) . Peserta hendaknya tidak mempertentangkan antara praksis pribadi dengan praksis kelompok atau masyarakat, karena keduanya saling berkaitan. Di samping itu peserta diharapkan mampu mengungkapkan kesadarannya sendiri, sekalipun bukan seperti yang diharapkan secara pribadi maupun kelompok. Maka dalam hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 100
ini perlu keyakinan iman, sehingga pengungkapan akan kesadaran itu semakin mendalam (Groome, 1997:5 -11). c. Langkah Kedua: Refleksi Kritis terhadap Komunikasi Praksis Faktual. Pada langkah kedua peserta merefleksikan pengalaman yang telah diungkapkan pada langkah pertama, untuk menghantar pada kesadaran kritis terhadap pengalaman hidup pribadi dan hidup bermasyarakat. Melalui refleksi tersebut fasilitator mendorong peserta, untuk sampai pada nilai dan visi yang akan dikonfrontasikan dengan pengalaman iman Gereja sepanjang sejarah dan visi Kristiani. (Sumarno Ds, 2011:20). d. Langkah Ketiga: Mengusahakan Tradisi dan Visi Kristiani Menjadi Terjangkau Pada langkah ketiga, peserta mendialogkan “tradisi” dan “visi” mereka dengan tradisi dan visi Gereja sepanjang sejarah. Maksudnya adalah supaya perbendaharaan iman Kristiani dapat terjangkau, dan peserta terdorong secara kritis dan kreatif mempribadikan makna dan warta gembiranya (Heryatno, 2012:22). Dapat dikatakan bahwa pada langkah ini diusahakan agar tradisi dan visi Kristiani dapat lebih terjangkau, mengena dan relevan bagi peserta. Fasilitator membantu peserta dengan memberikan informasi, bukan mendikte atau memberi pengajaran, tetapi sebagai partner peserta dalam mencari dan menegaskan kehendak Allah yang diwujudkan dalam kehidupan mereka. Sehingga Visi Kristiani yang merupakan pewahyuan Allah dapat terwujud. Visi utama tradisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 101
iman Kristiani adalah mewujudkan nilai-nilai kerjaan Allah di tengah-tengah kehidupan manusia (Groome, 1997:19-20). e. Langkah Keempat : Hermeneutik Dialektis antara Tradisi dan Visi Kristiani Dengan Tradisi dan Visi Peserta Pada langkah keempat, ditekankan interpretasi yang dialektis antara tradisi dan visi peserta dengan nilai tradisi dan visi Kristiani. Hal ini dimaksudkan untuk melahirkan kesadaran dan sikap-sikap baru yang hendak diwujudkan demi penegakan Kerajaan Allah. Proses ini merupakan langkah yang cukup menantang karena peserta tidak hanya menerima atau menolak interpretasi pendamping, melainkan peserta sudah mulai berpikir, merasa, dan membayangkan apa yang akan dilakukan (Heryatno, 2012:32-33). Peserta sungguh berusaha memahami, menilai serta memutuskan pokok-pokok kebenaran Kristiani yang hendak diwujudkan (Groome, 1997:30). Hal ini sekaligus menjadi pertanyaan bagi peserta, bagaimana tradisi dan visi Kristiani dapat meneguhkan, mengkritik dan mengembangkan hidup peserta demi terwujudnya Kerajaan Allah (Sumarno Ds, 2011:22). f. Langkah Kelima : Keterlibatan Baru Demi Makin Terwujudnya Kerajaan Allah Langkah kelima ini mengajak peserta supaya mengusahakan metanoia yang terus-menerus. Maka keputusan yang diambil pada langkah ini merupakan bagian dari metanoia tersebut. Keputusan yang terjadi beranekaragam, baik dari segi bentuk dan sifatnya, subjek dan arahnya. Keputusan secara pribadi menghantar seseorang ke dalam pemahaman diri yang lebih dalam serta identitasnya sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 102
orang beriman. Pada akhirnya hal ini bersangkutan dengan segi interpersonal dan sosial peserta (Groome, 1997:36).
B. Usulan Program Katekese Model Shared Christian Praxis dalam Meningkatan Penghayatan Kebahagiaan Sejati Fransiskan Bagi Para Suster Yunior FSE 1. Usulan Program Untuk mengetahui situasi serta keprihatinan yang dialami para suster yunior FSE, maka diperlukan keterbukaan diantara mereka. Dengan demikian setiap pribadi mendapat peneguhan serta menemukan sikap untuk menanggapi situasi yang dialami oleh setiap pribadi maupun bersama. Tujuan
ini dapat dicapai
melalui katekese sebagai komunikasi iman. Katekese model shared christian praxis merupakan salah satu model katekese yang membantu suster yunior untuk saling bertukar pengalaman. Dalam proses katekese ini setiap pengalaman peserta sungguh dihargai, dan setiap pribadi mendapat kesempatan untuk mengungkapkan pengalamannnya. Peserta diharapkan tidak tergantung kepada pendamping atau orang lain, tetapi peserta menjadi subyek yang aktif dalam seluruh proses katekese.
2. Alasan Pemilihan Program Adapun kegiatan yang telah dilakukan selama ini dalam pembinaan yunior antara lain retret, triduum, seminar, weekend dan rekoleksi. Penulis memilih katekese model SCP dalam bentuk rekoleksi. Meskipun katekese model SCP belum pernah dilaksanakan, tetapi diharapkan kegiatan ini dapat membantu para
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 103
suster yunior FSE agar semakin mampu menghidupi kebahagiaan sejati Fransiskan. Dalam rangka pendalaman kebahagiaan sejati Fransiskan, melalui program katekese akan dipilih tema-tema berdasarkan kebahagiaan sejati Fransiskan. Kebahagiaan sejati Fransiskan yang dimaksudkan adalah sebagaimana yang telah dijelaskan pada bab II dan hasil penelitian yang diperoleh pada bab III. Hasil penelitian yang diperoleh pada bab III mengungkapkan bahwa masih sebagian kecil suster yunior FSE yang sungguh memahami dan menghayati kebahagiaan sejati Fransiskan. Untuk membantu para suster yunior mendalami kebahagiaan sejati Fransiskan tersebut, dibutuhkan suatu model dan sarana tertentu. SCP merupakan suatu model yang dapat dimanfaakan untuk menggali pengalaman para suster yunior, yang nantinya diharapkan dapat membantu dalam penghayatan kebahagiaan sejati Fransiskan. Model ini sekaligus untuk menghilangkan budaya bisu yang sering terjadi dalam pertemuan yunior.
3. Alasan Pemilihan Tema dan Tujuan Alasan pemilihan tema untuk pembinaan para suster yunior adalah untuk menanggapi keprihatinan dari tujuan pembinaan yunior yang belum tercapai dalam menghayati kebahagiaan sejati Fransiskan. Pemahaman kebahagiaan para suster yunior masih berhenti pada suasana senang serta mendambakan kebahagiaan yang ditawarkan oleh dunia. Kesuksesan atau kehormatan dijadikan sebagai ukuran kebahagiaan. Hal tersebut menimbulkan kurangnya kesadaran bahwa Allah adalah sumber utama kegembiraan, sehingga hal-hal rohani
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 104
terlupakan. Kesederhanaan dan kerendahan hati tidak lagi menjadi hal yang menarik, sehingga setiap pribadi berusaha untuk selalu lebih dari orang lain. Kenyataan tersebut membuat kebahagiaan yang diperjuangkan tidak sesuai dengan semangat hidup Fransiskan. Program pembinaan katekese model SCP ini akan dilaksanakan dalam kegiatan rekoleksi setiap tiga bulan sekali pada akhir bulan. Alasan untuk melaksanakan katekese model SCP dalam bentuk rekoleksi tiga bulan sekali adalah karena para suster tinggal di komunitas yang jaraknya berjauhan. Alasan yang lain adalah karena jadwal kunjungan pembimbing yunior untuk melaksanakan bimbingan kepada yunior diadakan setiap tiga bulan sekali ke tiap komunitas. Pelaksanaan rekoleksi dimulai dari Sabtu sore dan diakhiri pada Minggu siang. Usulan program ini tidak bersifat kaku, tetapi disesuaikan dengan situasi para suster dan tetap fokus pada tujuan yang dimaksud.
4. Perumusan Tema dan Tujuan Menurut pembahasan sebelumnya, adapun tema umum dan tema-tema khusus dirumuskan sebagai berikut: Tema Umum: Mewujudkan Kebahagiaan Sejati Fransiskan Suster Yunior FSE Tujuan Umum: Agar para suster yunior FSE menjadi seorang religius
yang
memperjuangkan kebahagiaan sejati Fransiskan, sehingga semakin
mengalami kebahagiaan sejati dalam panggilannya
seturut nasehat Injil. Tema I:
Kebahagiaan Sejati Sebagai Anugerah Allah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 105
Tujuan:
Agar para peserta semakin menyadari kebahagiaan sejati tidak dapat dicapai hanya dengan usaha manusia sehingga semakin berani
mengandalkan
rahmat
Allah
dalam
seluruh
perjuangannya. Tema II:
Tantangan Menuju Kebahagiaan Sejati
Tujuan:
Agar para peserta semakin menyadari bahwa untuk sampai kepada kebahagiaan sejati akan mengalami berbagai tantangan, sehingga kesulitan dan tantangan yang dihadapi bukan sebagai penghalang tetapi melihatnya sebagai kesempatan untuk mengalami kebahagiaan sejati.
Tema III:
Sikap Lepas Bebas Sebagai Konsekuensi untuk Mengalami Kebahagiaan Sejati
Tujuan :
Agar peserta semakin menyadari pentingnya untuk tidak terikat terhadap
hal-hal materi dan jabatan serta hal-hal duniawi
lainnya, melainkan menjadi orang yang merdeka dalam pelayanan mapun dalam persaudaraan. Tema IV:
Kesetiaan dalam persaudaraan sebagai Ungkapan Kebahagiaan Sejati
Tujuan:
Agar peserta semakin menyadari pentingnya membangun kesetiaan dalam persaudaraan baik dalam suka maupun dalam duka,
sehingga keharmonisan persaudaraan tetap terpelihara
dan setiap saudari dapat mengalami kebahagiaan sejati.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 106
5. Gambaran Pelaksanaan Program Program rekoleksi bagi para suster yunior FSE yang akan dilaksanakan empat kali dalam setahun, rencananya diadakan di Rumah Pembinaan Samadi Maranatha Berastagi, Sumatera Utara. Rencana penentuan tempat
ini adalah
karena para suster yunior FSE mayoritas tinggal di komunitas-komunitas Keuskupan Agung Medan. Waktu pelaksanaan rekoleksi ini ditargetkan selama dua hari, yaitu dimulai Sabtu sore dan berakhir pada Minggu siang. Harapannya adalah agar perkembangan para suster dapat diikuti oleh para pembina yunior sebelum rekoleksi tiga bulan ke depan. Para suster junior diharapkan sudah mendalami empat tema sebanyak empat kali pertemuan dalam setahun, yang dilakukan sesuai dengan langkah-langkah dalam model SCP. Adapun tema yang telah disusun akan dilaksanakan secara kontinu, dan setiap akhir pertemuan akan ditutup dengan perayaan Ekaristi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 107
6. Matrix Program Pembinaan Dalam Meningkatkan Penghayatan Kebahagiaan Sejati Fransiskan Para Suster Yunior FSE. Tema Umum
: Mewujudkan Kebahagiaan Sejati Fransiskan Suster Yunior FSE
Tujuan Umum
: Agar para suster yunior FSE menjadi seorang religius yang memperjuangkan kebahagiaan sejati Fransiskan, sehingga semakin mengalami kebahagiaan sejati dalam panggilannya seturut nasehat Injil.
No
Tema
Tujuan
Metode
Sarana
Sumber Bahan
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(5)
1
Kebahagiaan Sejati
Agar para peserta semakin menyadari
- Refleksi
- Teks lagu
- Mat 6: 25:1- 34
Sebagai Anugerah
kebahagiaan sejati tidak dapat dicapai
- Sharing
- Teks cerita
- Celano,
Allah
hanya dengan usaha manusia, sehingga
- Pengambilan
semakin berani mengandalkan rahmat
keputusan
Allah dalam seluruh perjuangannya.
Kegembiraan sempurna
1981:2-6 - Groenen,
- Dialog
- LCD
1986:41- 45
- Diskusi
- Laptop
- Foley, 2007:47-
Kelompok
- Lilin dan Salib
52
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 108
- Leks,
2003:178-185 2
Tantangan menuju
Agar para peserta semakin menyadari
kebahagiaan sejati
bahwa untuk sampai kepada kebahagiaan - Refleksi sejati
akan
tantangan,
mengalami
sehingga
berbagai
kesulitan
dan
tantangan yang dihadapi bukan sebagai penghalang tetapi melihatnya sebagai kesempatan
untuk
mengalami
- Informasi
- Sharing - Pengambilan keputusan - Diskusi Kelompok
- Hand out
- Mat 19: 12-22
- Teks cerita “
- Conti,
nelayan”
1986:129-140
- Teks Lagu
- Bodo, 2003:61-
- Panduan
62
refleksi
- Sumantri, 1996:
- Game
155
- Tali rafia
kebahagiaan sejati.
- Lilin dan Salib 3
Sikap lepas bebas Agar
menyadari
- Nonton
- LCD
- Mat 13:44-46
pentingnya untuk tidak terikat terhadap
- Refleksi
- Film life is
- Groenen,
konsekuensi untuk hal-hal materi dan jabatan serta hal-hal
- Sharing
sebagai
peserta
lainnya,
semakin
mengalami
duniawi
melainkan
kebahagiaan sejati
orang yang merdeka dalam pelayanan mapun dalam persaudaraan.
menjadi
- Pengambilan
- Lap top
keputusan
- Spidol
- Diskusi Kelompok
2000:32-36
beautiful
- Lilin Salib
- Celano, 1981:4-5 dan
- AngrOr Reg Psl 6
III
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 109
4
Kesetiaan
dalam Agar
persaudaraan sebagai
peserta
semakin
menyadari
- Pengalaman
- Teks lagu
- Mrk 12:41-44
- Film
- Celano, 1981:8-
pentingnya membangun kesetiaan dalam
peserta
ungkapan persaudaraan baik dalam suka maupun
- Reflesi
Pertobatan
sehingga keharmonisan
pribadi
Fransiskus
persaudaraan tetap terpelihara dan setiap
- Sharing
kebahagiaan
dalam duka,
saudari dapat mengalami kebahagiaan sejati.
kelompok
Assisi
- Laptop”
- Pengambilan
- Lilin
keputusan
Salb
- Conti, 1986:143-161
- LCD
- Nonton
9
- Groenen, 2000: 65-67 dan
- Kons. No 78-80
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 110
7. Contoh Persiapan Rekoleksi Suster Yunior FSE A. Identitas pelaksanaan Tema
: Kebahagiaan Sejati Sebagai Anugerah Allah
Tujuan
: Agar para peserta semakin menyadari kebahagiaan sejati tidak dapat dicapai hanya dengan usaha manusia, sehingga semakin berani mengandalkan rahmat Allah dalam seluruh perjuangannya.
Peserta
: Para suster yunior FSE
Tempat
: Samadi Maranatha Berastagi Keuskupan Agung Medan
Waktu
: Sabtu Pukul 15.00 s/d Minggu Pukul 13.00
Metode
: Refleksi, Sharing, Pengambilan keputusan, Dialog, Diskusi Kelompok
Model
: Shared Christian Praxis
Sarana
: Teks lagu, Teks cerita “Kegembiraan sempurna” LCD Laptop, Lilin dan Salib
Sumber bahan : - Mat 6: 25:1- 34 - Celano, 1981:2-6 - Groenen, 1986:41- 45 - Foley, 2007:47-52 - Leks, 2003: 178-185.
B. Pemikiran dasar Kaum religius yang telah memilih cara hidup untuk membaktikan diri kepada Tuhan dan sesama diharapkan mengalami kebahagiaan atas pilihan tersebut. Namun dalam kenyataan hidup sehari-hari, banyak kaum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 111
religius mencari kebahagiaan melalui kesuksesan atau jabatan dalam karya. Sebab melalui hal-hal yang demikian mereka menemukan kepuasan tersendiri. Maka sekalipun melelahkan dan membutukan kerja keras namun mereka tetap berusaha untuk melakukannya. Tetapi ketika terjadi kegagalan atau kesulitan mereka akan sulit menerimanya, sehingga mereka saling mempersalahkan dan bersungut-sungut. Dalam hidup bersama maupun dalam karya perutusan, kebahagiaan kaum religius seharusnya tidak tergantung pada jabatan dan kesuksesan. Namun kenyataannya banyak kaum religius yang menggantungkan kebahagiaannya pada hal-hal tersebut. Bahkan tidak jarang terjadi ada kaum religius yang memilih-milih pekerjaan dan tidak bersedia ditempatkan di suatu tempat jika tidak sesuai dengan yang diinginkannya. Artinya kaum religius merasa bahagia jika sesuatu itu sesuai dengan apa yang diharapkannya dan kebahagiaan itu seolah-olah dapat diperjuangkan dengan usaha dan kerja kerasnya dalam berkarya. Orang yang terpanggil menjadi seorang religius mengalami kebahagiaan dalam panggilannya setiap hari. Kebahagiaanya bukan ketika melakukan kehendak sendiri tetapi hendaknya kebehagiaannya ketika menyesuiakan kehendak Tuhan menjadi kehendaknya. Dari pengalaman St. Fransiskus dari Assisi kita dapat belajar bagaimana ia sampai pada pengalaman kebahagiaan sejati. Dalam proses pencarian kebahagiaan hidup Fransiskus tidak terlepas dari godaan menjadi orang terhormat, bahkan ia berusaha menemukannya di setiap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 112
kesempatan yang ada. Namun Fransiskus semakin menyadari kebahagiaan apa yang sesungguhnya ia cari (Groenen,2000: 32-38). Demikian kita hendaknya sampai pada kebahagiaan seajti sebagaimana pengalaman kebahagiaan Fransiskus sendiri. Darai sikap-sikap yang telah digambarkan pada teks Kitab Suci di atas juga menjadi kritikan bagi kaum religius yang telah mempercayakan hidupnya kepada panggilan Tuhan. Tidak jarang pula banyak kecemasan dan ketakutan dalam diri seorang religius, sehingga banyak hal yang dipikirkan dan ingin mengerjakan hal yang lebih banyak lagi. Adakalanya kaum religius lupa dan kehilangan kesadaran diri bahwa Tuhan sesungguhnya memelihara hidup manusia. Tuhan tidak melarang manusia bekerja, tetapi tidak sedikit kaum religius yang mengusahakan sesuatu secara berlebihan sampai lupa pada tujuan panggilan hidupnya. Kaum religius diingatkan kembali akan tugas panggilannya yaitu mencari kerajaan Allah dan kehendak-Nya. Dengan menjawab panggilan Tuhan, diharapkan kerajaan Allah di dunia ini semakin nyata dengan berusaha melakukan apa yang dikehendaki-Nya. Artinya seluruh perjuangan dan kebahagiaan seorang religius hendaknya melakukan kehendak Tuhan. Dari
pertemuan
ini
kita
berharap
akan
semakin
berani
mengandalkan Tuhan dalam hidup, serta mampu melepaskan ambisiambisi yang membuat kita tidak menemukan kebahagiaan. Kebahagiaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 113
dalam Dia dapat ditemukan jika kita bersedia membebasakan diri dari segala keinginan kita.
C . Pengembangan langkah-langkah a. Pengantar Para suster yang terkasih dalam Yesus Kristus, kita berkumpul di sini karena rahmat Allah. Sore hari ini kita berkumpul dari komunitaskomunitas dan bertemu dengan saudari-saudari muda dalam keadaan sehat dan bahagia. Kita bangga dan bahagia karena masih diberi kesempatan untuk bertemu dan bersedia meninggalkan tugas dan rutinitas kita untuk saling berbagi satu dengan yang lain. Selama dua hari ini kita akan mencoba bersama-sama mendalami semangat hidup St. Fransiskus seputar kebahagiaan sejati. Untuk membuka rekoleksi ini kita akan bernyanyi pujilah Tuhan dari teks. b. Lagu pembuka : “ Pujilah Tuhan” (dari teks) c. Doa pembuka: Bapa
sumber
kebahagiaan
sejati,
kami
bersyukur
dan
berterimakasih atas rahmat yang telah Engkau berikan kepada kami hingga sampai saat ini. Secara khusus kami bersyukur atas kesempatan yang Engkau berikan kepada kami untuk mengikuti kegiatan rekoleksi ini, bantulah kami dalam seluruh permenungan kami, semoga hari-hari yang berahmat ini dapat kami manfaatkan sebaik mungkin. Kami mau mencoba selama rekoleksi ini menggali dan merefleksikan pengalaman hidup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 114
sebagai seorang Fransiskan yang diharapkan memiliki kegembiraan rohani baik dalam persaudaran maupun dalam karya perutusan kami. Bimbinglah kami agar semakin mampu menemukan kebahagiaan sejati sebagaimana yang telah dialami oleh hamba-Mu St. Fransiskus dari Asisi. Semoga karena kesetiaan-Mu mendampingi kami, kami juga mampu untuk setia mengikuti seluruh proses kegiatan rekoleksi ini. Semua ini kami mohon kepada-Mu melalui Putra-Mu Yesus Kristus, Sang kebahagiaan sejati kini dan sepanjang masa. Amin d. Pendamping memberikan jadwal acara atau kegiatan yang akan dilaksanakan selama rekoleksi, dan selanjutnya para suster diajak sejenak untuk mengungkapkan tugas dan komunitas masing-masing agar para suster semua mengetahui tugas dan tanggung jawab masing-masing, sekaligus untuk mencairkan suasana. 1. Langkah pertama (Sesi pertama) : Mengungkapkan pengalaman hidup peserta a. Membagikan teks cerita “Sumber Kegembiraan yang Sempurna” kepada peserta dan memberikan kesempatan kepada peserta untuk membaca dan mempelajari terlebih dahulu (teks terlampir). b. Penceritaan kembali isi cerita: pendamping meminta salah satu peserta untuk mencoba menceritakan kembali dengan singkat tentang isi pokok dari cerita “Sumber Kegembiraan yang Sempurna”. c. Intisari ceritera “Sumber Kegembiraan yang Sempurna” sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 115
Cerita tadi mengisahkan tentang pandangan Fransiskus tentang kegembiraan sejati. Saat itu ketika Fransiskus dan saudara Leo melakukan perjalanan saat musim dingin menuju Biara Santa Maria Para Malikat, Fransiskus memaparkan apa itu kebahagiaan sejati. Dalam kisah ini Fransiskus mengungkapakan ada 5 (lima) hal yang bukan menjadi kegembiraan sejati dan 2 (dua) hal yang menjadi kegembiraan sejati dan pada akhirnya ada satu hal yang yang menjadi kegembiraan sempurna. Adapun hal-hal yang bukan menjadi kegembiraan sajati dalam kisah
tersebut
adalah
bahwa
sekalipun
saudara-saudara
dina
memberikan contoh yang hebat, kekudusan dan pembangunan itu bukan kegembiraan sejati. Fransiskus melanjutkan, kalaupun saudara dina mampu berbicara dengan bahasa malaikat, mengetahui tentang bumi, bahasa tumbuh-tumbuhan, binatang dan seterusnya
itu juga
bukan kegembiraan sejati. Selanjutnya Fransiskus berkata lebih keras bahkan bila saudara dina begitu fasih berkhotbah sehingga mampu mempertobatakannya menjadi percaya akan Kristus hal itu bukanlah kegembiraan sempurna. Fransiskus berkata bila mereka tiba di biara Santa Maria tersebut, ketika mengetuk pintu hendak masuk, mereka ditolak dan dihina dan memaksa untuk tetap berdiri di luar semalaman dan dengan rasa lapar dalam situasi kedinginan, namun jika menerima dengan sabar tenang tanpa mengeluh dan
rendah hati dan penuh cinta berpikir bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 116
Allahlah yang menggerakkannya untuk menghukum Fransiskus dan saudara Leo, itulah kegembiraan sejati. Ketika mencoba lagi mengetuk pintu karena rasa lapar dan dingin dan memohon agar pintu dibuka, namun justru penjaga pintu lebih kejam lagi dan berkata bagsat dan mencampakkan mereka ke tanah. Bila menanggungnya dengan sabar, senang hati sambil mengenang penderitaan Kristus yang terpuji itu disanalah sumber kegembiraan sempurna. Pada akhirnya dalam kisah cerita ini Fransiskus membuat kesimpulan bahwa tidak ada yang perlu dimegahkan selain dari salib Kristus sendiri. d. Pengungkapan pengalaman peserta: peserta diajak untuk mendalami cerita tersebut dengan tuntunan beberapa pertanyaan: 1) Hal-hal apa saja yang menjadi kegembiraan sejati bagi St. Fransiskus? 2) Hal-hal apa saya yang bukan menjadi kegembiraan sejati bagi St. Fransikus? 3) Selama ini hal-hal apa saja yang membuat saudari bahagia dan bagaimana saudari mengusahakannya? e. Peserta dibagi dalam beberapa kelompok untuk mensharingkan pengalamannya f. Pada akhir sharing setiap saudari membuat lambang diri masing-masing sebagai gambaran diri dari hasil pengalaman yang telah disharingkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 117
g. Setelah
sharing
selesai
dalam
kelompok,
Setiap
kelompok
mensharingkan pengalaman mereka yang terjadi dalam kelompok. h. Suatu contoh arah rangkuman Dalam cerita tadi yang menjadi kebahagiaan atau kegembiraan sejati bagi
St. Fransiskus adalah saat dihina ditolak oleh saudara
sendiri walaupun dalam situasi hujan dingin dan malam tidak diperkenankan untuk masuk. Bahkan ketika mengetuk pintu kembali justru penjaga pintu keluar dengan geramnya sambil mencaci dan memukul dan dikatakan sebagai pencuru-pencuri kotor. Jika dapat menanggung semuanya dengan sabar, dengan senang hati dan penuh cinta kasih itulah kegembiraan sejati. Demikianpun dalam perjalanan hidup kita pengalaman ditolak, gagal, sakit merasa tersisih dari saudari lain merupakan hal yang tidak jarang terjadi. Kita ingin selalu menemukan kebahagiaan namun kita sulit untuk menemukannya karena tidak kuat untuk menerima kenyataan. Akan tetapi justru saat kita merasa dierima, diakui dan didukung apalagi saat suskes kita bahagia dan semangat dalam hidup harian kita Dari setiap kelompok yang telah kita dengarkan bersama ada yang membuat lambang kebahagiaannya seperti air dalam gelas, ada yang menggambar macam-macam musim atau cuaca ada yang melukis namanya dalam telapak tangan Tuhan dan seterusnya. Kebahagiaan
kita ketika
diperhatikan waktu ulang tahun, saat mendapat nilai atau IP yang tinggi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 118
ketika mendapat hadiah serta pengalaman piknik dengan saudari yang lain. Ada juga pengalaman kebahagiaannya saat menyadari perlindungan Tuhan. Seluruh pengalaman kebahagiaan kita mayoritas ketika mendapat sesuatu yang sungguh manusiawi. Kebahagiaan yang kita ungkapkan tadi juga merupakan dambaan banyak orang. Ketika hal itu tidak kita temukan kita menjadi lesu dan memikirkan apa yang mesti saya buat agar kebahagiaan itu kembali saya rasakan dalam hidup saya. Kita akan berusaha untuk meraihnya dengan menunjukkan kemampuan kita melalui bakat-bakat yang kita miliki atau mencari orang yang dapat menerima atau menghibur kita untuk merasakan kebahagiaan. Melalui pertemuan ini kita semakin mengetahui sejauh pada pengalaman kebahagiaan kita. Semoga hal ini juga membuat kita semakin mengenal diri dan sesama suster, untuk semakin memahami. i. Pada akhir sesi ini salah satu peserta diminta untuk memimpin doa untuk menutup kegiatan sesi pertama. 2. Langkah kedua (Sesi kedua): Mendalami pengalaman hidup peserta secara kritis a. Untuk memulai pertemuan peserta diajak untuk bernyanyi dan doa singkat, dalam memulai sesi kedua b. Peserta diajak untuk merefleksikan pengalamannya secara kritis dengan hantaran sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 119
Para suster yang terkasih setelah kita diperkaya dengan pengalaman dari setiap saudari dalam sharing kelompok maupun yang telah dibagikan secara umum dalam kelompok besar kita semakin mengenal dan diperkaya akan pengalaman yang membahgiakan. Kita bersyukur atas semua pengalaman itu dan membuat kita tertawa. Adapun yang tidak dapat menemukan kebahgiaan dalam persaudaraan karena situasi komunitas. Tentu hal ini juga memperkaya kita dan kita juga syukuri pengalaman saudari kita yang tidak menemukan pengalaman kebahagiaan, hal membantu kita juga untuk semakin memahami satu dengan yang lain. Para saudari yang terkasih sebagaimana yang telah kita alami bersama bahwa pada dasarnya kita mengalami kebahagiaan jika situasi tersebut mendukung kita. Perlu kita sadari dan penting untuk diperhatikan bahwa kenyataan sekarang ini manusia semakin sibuk dengan dirinya sendiri. Sikap yang demikian sudah membudaya dalam hidup membiara. Banyak saudari kita yang sibuk dengan hand phone masing-masing, sibuk dengan pekerjaannya di depan laptop bahkan waktu rekreasi atau makan bersama sudah terbiasa menerima telepon atau sms. Istilah sekarang yang jauh menjadi dekat yang dekat menjadi jauh. Hal ini merupakan suatu tanda-tanda bahwa perhatian untuk sesama yang ada dihadapn kita semakin berkurang. Bagaimana dengan kebahagiaan yang telah kita sharingkan bersama. Masihkah kita mendapatkan kebahagiaan beberapa tahun kedepan dengan melihat perkembangan jaman dan pergeseran sikapsikap yang sudah mulai kita rasakan?. Jika setiap orang mengharapkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 120
perhatian dan dukungan dari saudarinya dan setiap orang pula akan bersikap menjadi individualisme, masih mungkinkah kita bahagia?. Para saudari yang terkasih jika setiap saudari hanya memikirkan kebahagiaannya masing-masing, bagaimana situasi kongregasi ini ke dapan?. Pada malam hari ini kita mau mencoba merefleksikan kembali pengalaman yang telah kita sharingkan dan juga pengalaman-pengalaman yang telah kita dengar. c. Peserta diajak untuk merefleksikan lambang dan pengalaman yang telah disharingkan dalam kelompok. Tuntunan pertanyaan dibagikan kepada peserta untuk direfleksikan secara pribadi dengan bantuan pertanyaan berikut: 1)
Mengapa saya belum atau sudah mengalami kebahagiaan baik dalam persudaraan maupun dalm karya perutusan ?
2) Jika setiap saudari dan termasuk diriku akan mengalami kebahagiaan dalam kesibukan, kesuksesan dan kerja keras serta pujian dari orang lain, apa yang akan terjadi dalam kongregasi ini? 3) Jika setiap saudari dalam kongregasi ini mampu menemukan kebahagiaan dalam situasi apapun dan tidak mengharapkan hal-hal duniawi untuk membahagiakannya, bagaimana situasi kongregasi ini ke depan? d. Masing-masing suster merefleksikan pengalamannya, kemudian dilanjutkan dengan sharing.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 121
e. Dari jawaban yang telah diungkapkan oleh peserta, pendamping memberikan arahan rangkuman singkat misalnya: Pengalaman kebahagiaan dan penderitaan seorang religius tidak terpisahkan dari hidup bersama. Pengalaman rasa didukung, diperhatikan dan diterima merupakan pengalaman yang membahagiakan dalam hidup bersama. Akan tetapi ketika tidak mendapatkan dukungan dari saudari lain, sesungguhnya bukan menjadi alasan tidak bahagia. Setiap orang membutuhkan dukungan dan hal tersebut tidak salah. Namun jika satu sama lain hanya mengharapkan dukungan yang lain, maka pada akhirnya berhenti pada sikap saling menuntut. Dengan menyadari bahwa dukungan itu penting, maka kita perlu juga mendukung saudari yang lain namun kebahagiaan kita tidak terletak pada dukungan tersebut. Jika setiap suster tidak menuntut orang lain membahagiakan dirinya sendiri, namun berusaha saling membahagiakan satu sama lain, maka suasana sukacita dan damai akan jadi nyata dalam hidup bersama. f. Peserta diajak untuk melanjutkan pemeriksaan batin sekaligus mengakhiri pertemuan sesi kedua. 3.
Langkah ketiga (Sesi ketiga): Menggali pengalaman iman Kristiani
a. Salah satu peserta diminta memimpin lagu” Pandanglah” dan doa singkat untuk memulai pertemuan. b. Salah seorang peserta dimohon bantuannya untuk membacakan perikop langsung dari Kitab Suci dari Injil Matius 6:25-34.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 122
c. Peserta diberi waktu untuk hening sejenak sambil secara pribadi merenungkan dan menanggapi bacaan Kitab Suci dengan dibantu beberapa pertanyaan, sebagai berikut: 1) Ayat-ayat mana yang menunjukkan sikap-sikap yang dikehendaki Allah? 2) Ayat-ayat mana yang menunjukkan sikap-sikap yang tidak percaya akan penyelenggaraan Allah? 3) Makna apa yang dapat dipetik dari perikop di atas sebagai orang yang mempercayakan hidupnya kepada Allah ? d. Peserta diajak untuk mencari sendiri dan menemukan pesan inti perikope sehubungan dengan jawaban atas 3 (tiga) pertanyaan c di atas. e.
Pendamping
memberikan
tafsir
dari
Matius
6:25-34
dan
menghubungkannya dengan tanggapan peserta dalam hubungan dengan tema dan tujuan, misalnya sebagai berikut: Ayat 31, Yesus mau menegaskan bahwa orang yang mau mencari kehendak Allah tidak mencemaskan masalah makanan, minuman atau pakaian. Ayat 32 menjelaskan bahwa orang yang sibuk atau khawatir dengan urusan-urusan materi yang telah diungkapkan pada ayat sebelumnya adalah sikap orang yang tidak mengenal Allah. Segala kesibukan dan kegelisahan bukan hal yang terpenting, karena Tuhan lebih mengetahui apa yang butuhkan oleh orang yang mencari kehendak-nya. Ayat 33 mengajak kita untuk pertama-tama mengutamakan kerajaan Allah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 123
dan kehendak-Nya, artinya yang menjadi orientasi utama adalah apa yang dikehendaki Tuhan untuk dilakukan dalam diri kita. Rangkaian perikope ini menawarkan sikap hidup yang sungguh mempercayakan diri kepada Tuhan. Seorang religius adalah orang yang percaya akan penyelenggaraan Tuhan sehingga ia berani untuk memilih hidup dengan cara yang demikian. Seorang religius harus siap dengan cara hidup yang ditawarkan Yesus, sebagaimana cara hidup Yesus sendiri yang tidak mencemaskan urusan tubuh secara fisik. Orang-orang yang terpanggil untuk hidup sebagaimana cara hidup Yesus diharapkan mampu menaruh kebahagiaannya pada Yesus itu sendiri. Dalam perikope ini Yesus mau menegaskan bahwa para pengikutnya perlu lebih mengutamakan kehendak-Nya. Dalam hal ini Yesus tidak bermaksud agar para pengikutnya tidak bekerja, tetapi para pengikutnya hendaknya tidak memperhatikan hal yang duniawi secara berlebihan. Yesus memberi contoh hewan, bunga dan tanaman lainnya. Hal ini sebagai contoh supaya dapat dilihat secara jelas bahwa baik burung, bunga dan rumput di ladang tanpa dipelihara manusia,
tetap
dipelihara Allah. Ungkapan ini merupakan sebuah teguran kepada para pengikutnya. Sikap yang terlalu cemas atau hidup dalam kekhawatiran disamakan dengan orang yang tidak percaya. Melalui perikope ini pengikutnya diharapkan percaya akan penyelenggaraan Tuhan, sehingga tidak dikuasai oleh kecemasan tetapi mengalami kebahagiaan. Rasa
cemas, takut
akan masa depan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 124
memelihara tubuh secara berlebihan, membuat kita tidak mampu menikmati hari-hari hidup kita sehingga tidak dapat lagi mengalami kehadiran Tuhan. Teguran Yesus kepada para pengikut-Nya merupakan teguran juga bagi kita yang tidak jarang hanya berjuang untuk sebuah kesuksesan dan melupakan kehendak Tuhan. Kebahagiaan
seolah-olah
hanya
ditemukan
dalam
sebuah
keberhasilan, sementara hal-hal sederhana tidak jarang diabaikan bahkan dhindari. Maka tidak jarang sikap ini merusak suasana persaudaraan. Melalui teguran Yesus hari ini kita dingatkan untuk berani bersandar kepada-Nya, serta tidak dikuasai oleh ambisi-ambisi yang mendatangkan kecemasan yang melelahkan kita. e. Pada akhir sesi ke tiga akan ditutup dengan lagu “Bapaku Satria Jaya” (teks terlapir) 4. Langkah ke empat (Sesi ke empat): Menerapkan iman Kristiani dalam situasi peserta konkret a. Salah satu peserta diminta untuk memimpin doa untuk memulai pertemuan b. Peserta diajak untuk menerapkan iman Kristiani Para saudari yang terkasih dalam pembicaraan tadi kita sudah menemukan
sikap-sikap
sebagai
orang
yang
berbahagia
dalam
penyelengaraan Tuhan. Sebagai suster Fransiskanes Santa Elisabet, kita dipanggil untuk bersikap sebagai orang yang menemukan kebahagiaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 125
dalam Dia. Sikap orang yang menemukan kebahagiaan dalam Tuhan bebas dari rasa khawatir dan percaya akan penyelengaraan Tuhan. Sebagai seorang Fransiskan hendaknya kebahagiaan kita berada dalam Tuhan. Artinya kita bahagia bukan hanya karena diperlakukan orang lain dengan baik tetapi bahagia karena kita berada dalam pihak Tuhan. Akan tetapi dalam perjalanan hidup, kita sering tidak mampu bersikap sebagai orang yang berbahagia dalam Tuhan. Hal ini karena banyaknya tantangan yang kita alami dalam hidup bersama, adakalanya kita saling menuntut untuk dibahagiakan. Sebagai orang yang terpanggil seharusnya kebahagiaan kita ada dalam Dia yang memanggil kita, bukan kebahagiaan manusiawi yang sering menjadi keinginan kita. c. Sebagai bahan refleksi agar kita semakin dapat menyandarkan diri pada Allah satu-satunya sebagai pedoman hidup, sebagai kebahagiaan sejati, kita akan melihat situasi konkret dalam persaudaraan dan pelayanan kita. 1) Sebagai seorang Fransiskan apa arti Yesus bagiku sebagai sumber kebahagiaan sejati ? 2) Sikap-sikap apa yang
bisa diperjuangkan agar dapat mengalami
kebahagiaan dalam Dia ? c. Saat hening (Musik instrumen) Peserta diberi kesempatan untuk mengungkapkan hasil renungan pribadinya. Sebagai bahan refleksi, pendamping dapat memberi rangkuman singkat sesuai dengan hasil-hasil renungan pribadi para suster, misalnya sebagi berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 126
Contoh rangkuman penerapan pada situasi peserta: Yesus
sebagai
sumber
kebahagiaan
sejati
telah
banyak
menawarkan nilai-nilai yang sangat berguna bagi kita sebagai seorang Fransiskan. Marilah kita kembali menyadari sikap dan cara hidup kita dalam mengalami dan memperjuangkan kebahagiaan baik dalam persaudaraan maupun dalam karya pelayanan kita. Hendaknya sikap hidup kita membantu sesama semakin mengenal dan menemukan kebahagiaan sejati. Tidak mudah mengandalkan rahmat Allah untuk menemukan kebahagiaan di dalam hidup. Dengan kekuatan sendiri kita tidak mampu menciptakan kebahagiaan, tetapi dengan rahmat dan kekuatan Allah, memampukan kita untuk menemukan kebahagiaan dalam hidup kita setiap hari. 5. Langkah ke lima (Sesi kelima): Mengusahakan suatu aksi konkret a. Pengantar Para suster yang terkasih dalam Yesus Kristus, setelah kita bersama-sama menggali pengalaman kita sebagai orang terpanggil untuk mengalami kebahagiaan, maka kita ketahui bersama bahwa kebahagiaan merupakan suatu anugerah, kita tidak dapat memperjuangkan kebahagiaan itu secara pribadi. Kebahagiaan tidak ada artinya jika masih ditentukan oleh orang lain. Kebahagiaan juga tidak dapat dialami selagi masih dikuasai oleh keinginan-keinginan duniawi yang kuat atau keinginan yang tidak teratur. Pada akhirnya kebahagiaan menjadi kebahagiaan sejati ketika kita berani hidup sebagaimana yang Dia kehendaki.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 127
Dalam Injil Matius yang telah kita renungkan bersama, kita semakin memahami apa yang diharapkan Yesus dari kita untuk mengalami kebahagiaan sejati. Kita diharapkan untuk percaya akan penyelenggaraanNya sehingga kita tidak dikuasai oleh kecemasan-kecemasan duniawi yang dapat menghantar kita untuk bahagia. Kita telah mendapat wawasan baru, semangat baru, harapan baru serta kemauan untuk semakin menemukan kebahagiaan dalam Dia. Dalam seluruh perjuangan
hidup,
kita senantiasa menyadari bahwa Allah
sungguh menyertai dan membimbing hidup kita, bahkan dalam segala kesulitan dan tantangan yang kita hadapi. Untuk itu marilah kita memikirkan sejenak keputusan atau tindakan baru apa yang dapat kita perbuat agar semakin menemukan kebahagiaan sejati. b. Memikirkan niat-niat dan bentuk keterlibatan yang baru (pribadi kelompok atau bersama) untuk semakin menemukan kebahagiaan dalam Dia melalui panggilan kita setiap hari. Berikut ini pertanyaan penuntun untuk membantu peserta membuat niat-niat: 1) Apa yang dapat kita lakukan agar mampu mengalami kebahagiaan sejati dalam persaudaraan kita? 2) Hal-hal apa saja yang perlu kita perhatikan dalam mewujudkan keputusan tersebut. c. Selanjutnya
peserta
diberi
kesempatan
dalam
suasana
hening
memikirkan sendiri-sendiri tentang keputusan yang dapat dilaksanakan secara pribadi/bersama. (Diiringi musik instrumen).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 128
d. Keputusan dan niat pribadi diungkapkan dalam kelompok kecil untuk saling meneguhkan. e. Kemudian, pendamping mengajak peserta untuk membicarakan dan mendiskusikan bersama guna menentukan keputusan baru secara bersama konkret, yang dapat segera diwujudkan, agar mereka semakin memperbaharui
sikap
bersama/kelompok
sebagai
religius
yang
mengandalkan Allah untuk mengalami menemukan kebahagiaan. f. Penutup 1) Setelah selesai membuat keputusan secara bersama maupun pribadi, kemudian menyanyikan lagu “Serikat persaudaraan”. 2) Hening sejenak untuk merenungkan isi lagu tersebut. Sementara itu, lilin dan salib dapat diletakkan di tengah peserta untuk dinyalakan. 3) Doa spontan, yang diawali oleh doa dari pendamping. Setelah itu doa disusul secara spontan oleh para peserta yang lain. Doa dilanjutkan dengan doa “Bapa Kami” secara bersama-sama dan ditutup dengan doa penutup dari pendamping yang merangkum keseluruhan langkah dalam SCP ini. 4) Doa Penutup: Bapa sumber kebahagiaan sejati, kami bersyukur kepadaMu atas panggilan yang Kau tanamkan dalam diri kami untuk mengalami kebahagiaan dalam Engkau. Engkau telah mengajak kami untuk berani melepaskan keinginan kami yang tidak teratur,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 129
serta melepaskan kecemasan yang dicemaskan oleh dunia ini. Yesus Sang kebahagiaan sejati bantulah kami untuk berani mengandalkan Engkau dalam hidup kami, sehingga kami sungguh mengalami kebahagiaan itu. Semoga dengan cara kami menemukan kebahagiaan sejati orang-orang disekitar kamipun semakin tertarik untuk menemukan kebahagiaan di dalam Engkau. Oleh sebab itu bantulah kami semakin menemukan kebahagiaan dalam seluruh perjuangan hidup kami setiap hari. Karena kami percaya sekalipun dalam kesulitan kami dapat mengalami kebahagiaan karena kasihMu yang menguatkan kami Sebab Engkaulah sumber kebahagiaan sejati kini dan sepanjang masa, Amin. 5) Sesudah doa penutup, pertemuan diakhiri dengan lagu” Serikat persaudaraan”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 130
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini dikemukakan mengenai kesimpulan skripsi dan saran yang dapat berguna bagi para suster yunior Fransiskanes Santa Elisabeth. A.
Kesimpulan
1. Kebahagiaan sejati Fransiskan merupakan pengalaman kebahagiaan yang ditemukan oleh St. Fransiskus Assisi dalam proses yang panjang. Pengalaman kebahagiaan ini merupakan semangat hidup St. Fransiskus yang diwariskan kepada para pengikutnya. Kebahagiaan sejati dipahami sebagai suatu sikap dalam menanggapi kehidupan. Adapun sikap yang dimaksudkan adalah mampu bersikap sabar, tenang
rendah hati dan sukacita meskipun dalam
situasi sulit. Pengalaman sulit sebagai kesempatan untuk terlibat dalam pengalaman Yesus yang menderita. Maka orang tersebut tetap mampu untuk setia karena seluruh usahanya demi cintanya kepada Tuhan. Untuk sampai pada pengalaman pentingnya persekutuan dengan Tuhan, maka dibutuhkan latihan rohani karena pada akhirnya sumber kebahagiaan sejati adalah Allah sendiri. 2. Kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth merupakan salah satu kongregasi yang menghidupi semangat St. Fransiskus dari Assisi. Semangat St Fransiskus dari Assisi telah ditanamkan kepada para suster sejak masa pembinaan. Maka seorang suster FSE diharapkan sudah memiliki kebahagiaan sejati dalam hidup bersama. Dari hasil penlitian dapat dikatakan bahwa para suster yunior FSE masih sebagian kecil yang sudah memahami dan menghayati kebahagiaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 131
sejati Fransiskan. Pemahaman mereka tentang kebahagiaan sejati Fransiskan sejalan dengan apa yang dimaksudkan St. Fransiskus Assisi. Akan tetapi sebagian besar para suster yunior belum memahami dan menghayati kebahagiaan sejati Fransiskan. Pengalaman kebahagiaan mereka ditentukan oleh orang-orang yang di sekitarnya. Mereka merasa bahagia jika diterima, didukung atau diperhitungkan, dan jika hal ini tidak terjadi mereka tidak mampu menerimanya. Hal ini disebabkan karena kurangnya pemahaman para suster yunior tentang kebahagiaan sejati Fransiskan, selain itu semangat doa mereka rendah, kurang tekun dalam latihan-latihan rohani, serta mudah menyerah dan daya juang masih kurang.
B. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis melihat ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh kongregasi FSE yang terlibat dalam pembinaan para suster yunior terutama formator kongregasi FSE. Oleh karena itu penulis memberikan saran sebagai upaya meningkatkan penghayatan kebahagiaan sejati Fransiskan para suster. 1. Diadakan
pertemuan
khusus
untuk
mendalami
kebahagiaan
sejati
Fransiskan untuk membantu pemahaman dan penghayatan para suster yunior tentang kebahagiaan sejati Fransiskan, sehingga pemahaman dan pengahayatan tidak berhenti pada pemahaman secara secara umum. 2. Perlu ditekankan kepada para suster yunior untuk membaca, mendalami dan merenungkan ajakan Fransiskus tentang
kebahagiaan sejati. Untuk itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 132
kongregasi perlu menyediakan buku-buku tersebut supaya dapat dijadikan sebagai buku bacaan rohani harian. 3. Katekese model SCP perlu dipergunakan untuk mendalami kebahagiaan sejati Fransiskan agar dapat membantu para suster yunior dalam mengolah pengalaman mereka, dan setiap akhir kegiatan melakukan aksi konkret yang dapat dievaluasi pada pertemuan selanjutnya. 4. Katekese model SCP yang telah disusun dalam bentuk rekoleksi hendaknya dilaksanakan oleh para pembina untuk pembinaan yunior secara berkesinambungan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 133
DAFTAR PUSTAKA
Anand Krishna. (2001). Sabda Pencerahan. Jakarta: Gramedia. Anggaran Dasar dan Cara Hidup Saudara-Saudari Ordo Ketiga Regular Santo Fransiskus. (1984). Jakarta: SEKAFI. Basrowi. (2008). Memahami penelitian Kualitatif. Jakarta: RINEKA CIPTA. Bodo, Murray. (2003). Perjalanan dan Impian. (Disadur dari buku Francis: The Journey and The Dream oleh Paskalis, dkk). Jakarta: SEKAFI Celano, Thomas. (1981). St. Fransiskus Dari Assisi. (Wahjasudibja, P.J penerjemah.). Jakarta: SEKAFI. Darminta, J. (2006). Penegasan Panggilan. Yogyakarta: Kanisius. Foley, Leonard. (2007). Spiritualitas Untuk Kaum Awam. ( disadur dari To Live as Francis Lived oleh Paskalis B. Syukur). Jakarta: SEKAFI Gede Prama. (2006). Kesedihan, Kebahagiaan, Keheningan. Jakarta: Gramedia. Gobry, Ivan. (1978). Fransiskus dari Asisi. Flores: Nusa Indah. Groenen, Cletus. (2000). Kisah Ketiga Sahabat Riwayat Hidup Santo Fransiskus dari Asisi. Jakarta: SEKAFI. _______. (1986). Fransiskus Dihadapan Allah. Jakarta: SEKAFI. Groome, T. H. (1997). Shared Christian Praxisat (disadur dari buku, sharing Faith: A Comprehensive Approach to Religious Education and Pastoral Ministry Oleh Heryatno Wono Wulung SJ). Yogyakarta: Puskat Hasil Pendalaman bahan Kapitel Umum IV.(2012) Kongregasi FSE. Medan Hasil pertemuan dan program dewan pimpinan umum.(2011). Kongregasi FSE. Medan Heryatno Wono Wulung, F. X. (2012). Belajar Bersama Model Berkatekese: Shared Christian Praxis. Makalah Disampaikan Kepada Tim Bidang Sumber Kevikepen Madiun Keuskupan Surabaya yang Diselenggarakan Pada Tanggal 4-5 Pusat Kateketik Yogyakarta. Hidya Tjaya, Thomas. (2011). Peziarahan Hati. Yogyakarta: Kanisius. Kasim, Muh. ( 1964). Berbahagia di Dunia dan di Achirat. Bandung: Pelita Masa. Katekismus Gereja Katolik. (1993). (Disahkan oleh Uskup Propinsi Gerejani Ende dan diakui oleh Konferensi Wali Gereja Indonesia). Ende: Arnoldus. Kitab Hukum Kanonik. (2006). (R. D. R. Rubiyatmoko. Ed). Jakarta: KWI. Konstitusi Kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth.(2000). Medan Krispina. (20011). Relasi Baru Lewat Facebook. Rohani. 02. Hal. 21. Februari Ladjar, Leo L. (2006). Karya-Karya Fransiskus. Jakarta: SEKAFI. Leks, Stefan. (2003). Tafsir Injil Matius. Yogyakarta: Kanisius. Leo, Sherley.(2005). Fioretti. Disadur dari Buku The Little Flowers of Saint Francis with Five Consideration on The Sacred Stigmata oleh Tim Sekafi. Jakarta: SEKAFI. Leteng, Hubertus. (2012). Pertumbuhan Spiritual Jalan Pencerahan Hidup. Jakarta: Obor. Magnis-Suseno, Frans. (2005). Pijar-Pijar Filsafat. Yogyakarta: Kanisius. Matthews, Andrew. (2000). Being Happy. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 134
Moleong, Lexy J. (2009). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Nana Sudjana. (1989). Penelitian dan Peniliaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru. Nouwen. (1988). Tanda-tanda Kehidupan. Yogyakarta: Kanisius. Pedoman Pembinaan FSE. (2004). Kongregasi FSE: Medan. Phang Benny. (2012). Kaum Muda dan Hedonisme. Hidup. 43. Hal 35. Oktober. Riduwan. (2008). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta. Riyanto.(2008). Membangun Hidup Religius Yang Damai & Sejahtera. Yogyakarta: Kanisius. Simbolon, Wilfrida. (2009). “Dari Breda ke Breda” buku Gerakan Awal Kongregasi Peniten Rekolek. Dalam Antonius Eddy Kristiyanto (Ed). Yogyakarta: Kanisius. Sinansari Ecip, dkk. (2012). Wabah Bisu Pencetus Bunuh Diri. Kompas. Tgl.8 Oktober Statuta Kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth. (2000). Medan Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. Sumantri Yustinus, (1996). Angin Barat Angin Timur100 cerita Bijak.Yogyakarta: Kanisius Sumarno Ds, M. (2011). Pengantar Pendidikan Agama Katolik Paroki. Diktat Mata Kuliah Pengantar Pendidikan Agama Katolik Paroki untuk Mahasiswa Semester VI, Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. Syukur. (2009). “Reinterpretasi Spiritualitas Peniten Rekolek di Indonesia” buku Gerakan Awal Kongregasi Peniten Rekolek. Dalam Antonius Eddy Kristiyanto (Ed). Yogyakarta: Kanisius Tabita Kartika Christiani. (2008). Shared Christian Praxis dalam Konteks Indonesia. Makalah Disampaikan dalam Pengayaan Para Dosen Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma, yang diselenggarakan pada tanggal 18-19 Juni 2008. Vashdev, Gobind. (2012). Happiness Inside. Jakarta: Noura Books. Wesley, John. (2012). Khotbah Terbesar Sepanjang Masa. Yogyakarta: Andi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 1: Surat Permohonan Ijin Penelitian
(1)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 2 : Surat Pengantar dan Daftar Pertanyaan Penelitian Kepada Pembimbing Yunior
Kepada Yth. Pembimbing Suster Junior FSE ________________ di Tempat
Dengan hormat Melalui perantaraan surat ini saya mohon kepada suster, agar sudi kiranya memberikan informasi tentang para suster junior FSE. Adapun maksud informasi ini adalah untuk mengetahui sejauh mana para suster junior menghayati kebahagiaan sejati Fransiskan. Informasi yang saya peroleh dari suster sangat membantu saya dalam penulisan skripsi yang berjudul: “Usaha Meningkatkan Pengahayatan Kebahagiaan Sejati Fransiskan Para Suster Junior Fransiskanes Santa Elisabeth Melalui Katekese Shared Christian Praxis”.
Demikianlah permohonan ini saya sampaikan, atas kesedian dan dukungan suster saya ucapkan terimakasih.
Hormat saya, Peneliti
Betaria Sinuhaji, FSE
NB. Daftar Pertanyaan Terlampir (2)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Petunjuk Mengerjakan : Bacalah pertanyaan secara teliti dan jawablah pertanyaan berikut, sesui dengan pengalaman suster dalam membimbing dan mendampingi para suster junior.
1. Apakah suster junior dapat dikatakan sudah memahami tentang kebahagiaan sejati sebagai seorang Fransiskan?. Berikan alasannya. ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ...........................................................................................................................
2. Apakah suster junior sudah mengahayati kebahagiaan sejati sebagai seorang Fransiskan?. Berikan alasannya. ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ...........................................................................................................................
(3)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Faktor apa saja yang mendukung para suster junior dalam menghayati kebahagiaan sejati sebagai seorang Fransiskan?. ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ...........................................................................................................................
4. Faktor apa saja yang menghambat para suster junior dalam mengahayati kebahagiaan sejati sebagai seorang Fransiskan? ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ...........................................................................................................................
5. Berikanlah usul suster sebagai pembimbing, agar para suster junior dapat semakin menghayati kebahagiaan sejati sebagai seorang Fransiskan! ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ..........................................................................................................................
(4)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 3: Contoh Hasil Penelitian dari Pembimbing Yunior
(5)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(6)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 4: Daftar Pertanyaan Kepada Suster Yunior Nama Komunitas
:
Tahun Profesi
:
Bacalah pertanyaan secara teliti dan jawablah pertanyaan berikut, sesuai dengan pemahaman dan pengalaman saudari.
1. Apa yang saudari pahami tentang kebahagiaan sejati sebagai seorang Fransiskan? ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... .......................................................................................................................... 2. Berikanlah salah satu contoh kebahagiaan sejati menurut Santo Fransiskus ! ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... 3. Apakah saudari sungguh merasa bahagia sebagai suster FSE ?. Berikan alasan yang jelas. ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... 4. Apakah saudari sudah mengalami kebahagiaan sejati Fransiskan? Jika sudah atau sebaliknya, ceritakanlah pengalaman saudari. ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... (7)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5. Ceritakanlah
salah
satu
pengalaman
kebahagiaan
saudari
dalam
persaudaraan ? ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... 6. Faktor-faktor apa saja yang
mendukung saudari dalam penghayatan
kebahagiaan sejati Fransiskan ? ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... 7. Faktor-faktor apa saja yang menghambat saudari dalam penghayatan kebahagiaan sejati Fransiskan ? ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... 8. Apa harapan saudari baik secara pribadi maupun bersama agar penghayatan kebahagiaan sejati Fransiskan semakin dapat diwujudkan? ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ...........................................................................................................................
(8)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9. Sebagai suster junior apa usul anda terhadap Kongregasi agar penghayatan kebahagiaan sejati Fransiskan semakin dapat diwujudkan? ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... 10. Apakah saudari setuju jika diadakan pendalaman iman/katekese tentang kebahagiaan sejati Fransiskan? Mengapa ! berikan alasan yang jelas. ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ...........................................................................................................................
(9)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 5: Contoh Hasil Penelitian dari Suster Yunior
(10)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(11)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(12)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 6: Daftar Lagu-lagu Rekoleksi
PANDANGLAH Pandanglah burung-burung dilangit Tak menabur dan tak menuai Dan tak punya bekal dalam lumbung Bapa disurga s’lalu memberi
PUJILAH TUHAN Bahagia tak terkira sungguh kurasa Tuhan senatiasa dekat pada hambaNya Gembira sejahtera Aman sentasa Bila tetap berlangkah Pada jalan yang t’lah Tuhan tunjukkan
Reff Senantiasalah kita bersyukur Karena jauh melebihi mereka Bapa mengasihi, melindungi Setiap saat dan tiada henti
Besarlah kasih setiaNya Agunglah namaNya Besarlah kerahimanNya Bagi yang berharap padaNya
Fine.. Bapa mengasihi, melindungi Setiap saat tiada henti
Puji Tuhan alleluya Puji allah alleluya Madahkan lagu gembira Dengan sluruh alam semesta
SERIKAT PERSAUDARAAN
Tiada kata yang indah dapat kulukiskan Hanya ucapan syukur dari hati yang rendah Tiada lagu yang indah dapat kubawakan Hanya madah pujian sembah hormat kini dan s’panjang masa Tuhan sumber gembiraku Tuhan pujaanku Dengan paduan surgawi Jiwaku ingin berseru Tuhan Raja MahaMulya Allah sekalian bangsa Hingga selama-lamanya KeajaanNya tetap jaya
Serikat persaudaraan berdirilah teguh Sempurnakan persatuan di dalam Tuhanmu Bersama-sama majulah dikuatkan iman Berdamai dan bersaudara dengan pengasihan Serikatmu tetap teguh diatas landasan Yaitu satu Tuhanmu dan satulah iman Dan satu juga baptisan dan Bapa satulah Yang olehmu sekalian dipuji di sembah
Dan masing-masing darimu t’rima anugerah Supaya kamupun tekun dan rajin bekerja Hendaklah hatimu rendah turut p’rintah Allah Umat menurut firmanNya berkasih-kasihan.
(13)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAPAKU SATRIA JAYA
PEMBAWA DAMAI
Bapaku satria jaya bangsawan puri surga Luhur budinya ku bangga Kupuji semanganya.. Reff: Hai Bapa salamku Perwira slamku Megah dan bangga rasaku Satria bapaku
Tuhan jadikanlah daku Pembawa damaiMu Dimana ada kebencian kubawa cinta Tuha
Pakaian jubah peminta Lembut hati pertanda Perisai diwaktu yuda Tak tembus kan senjata .. Reff.
Bahagia bagi pembawa damai Mereka menjadi anak Allah Dimana ada kesesatan Kubawa kebena...ran
Bapaku satria jaya Pendukung bala papa Tak kunjung henti kupuja Kekal selama-lama...Reff.
Tuhan jadikanlah daku Pembawa damaiMu Dimana ada kebimbangan Kubawa kepastian
Pembawa damai mu Dimana ada rasa dendam Kubawa pengampuna
Bahagia bagi pembawa dmai mereka menjadi anak Allah dimana ada putus asa kubawa penghara...pan Bahagia bagi pembawa damai Mereka manjadi anak Allah Dimana ada perselisihan Kubawa persatu....an
(14)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 7: Teks Kisah “Kegembiraan Sempurna”
(15)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(16)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(17)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 8: Jadwal Kegiatan Rekoleksi
(18)