UPAYA MENINGKATKAN PERHATIAN ANAK DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MELALUI METODE CERITA DI RAM NU MASYITHOH 14 DUWET SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) dalam Ilmu Tarbiyah
Oleh: UMUL KHUSNA Nim. 2021311055
JURUSAN TARBIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PEKALONGAN 2015
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini memegang peranan yang sangat penting dan menentukan bagi sejarah perkembangan anak selanjutnya sebab pendidikan anak usia dini merupakan fondasi dasar kepribadian anak. 1 Anak yang mendapatkan pembinaan yang baik sejak usia dini akan dapat meningkatkan kesejahteraan fisik dan mentalnya, dan tentunya akan berdampak pada peningkatan
prestasi
belajarnya
sehingga
anak
akan
lebih
mampu
mengoptimalkan potensi yang dimiliki. Raudlatul Athfal (RA) sebagai tempat pendidikan anak prasekolah menstimulasi berbagai aspek perkembangan anak yang berlandaskan ajaran Islam. Di RA ada 5 bidang pengembangan yaitu: Nilai Agama dan Moral (Pendidikan Agama Islam), Bahasa, Kognitif, FisikMotorikKasar, Fisik Motorik Halus, dan Sosial Emosional. Pelaksanaan pembelajaran di RA melibatkan kecerdasan majemuk yang berbasis pada ajaran Islam. Pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan aturan agama merupakan investasi terbesar dalam mewujudkan generasi penerus yang maju dan beradab.2 Dalam pencapaian tujuan pembelajaran yang diberikan, diperlukan suatu strategi pembelajaran, yaitu upaya perencanaan dan tindakan yang cermat
1
Siti Aisyah, dkk, Perkembangandan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), hlm. 8.2 2 Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, Departemen Agama RI, Pedoman Pelaksanaan Kurikulum Raudllatul Athfal (Jakarta, 2005), hlm .5
1
2
mengenai kegiatan pembelajaran agar kompetensi yang diharapkan tercapai. Selain itu, pemilihan metode dalam mengajar, teknik mengajar, dan penggunaan alat peraga atau media pembelajaran akan berpengaruh dari keberhasilan pembelajaran itu sendiri. 3 Guru memerlukan beberapa metode dan media yang menarik. Dengan media yang menarik anak akan lebih cepat menerima pembelajaran dibandingkan tanpa menggunakan alat peraga. Dengan media yang bervariasi anak tidak akan merasa jenuh dan sangat menikmati pembelajaran.4 Metode cerita memiliki dampak yang positif terhadap siswa yang rendah hasil belajarnya. Karena dalam metode cerita peserta didik diajak untuk ikut berpartipasi aktif dalam merumuskan tujuan pembelajaran bersama dengan membentuk kelompok–kelompok kecil kemudian mendengarkan penjelasan atau cerita dari guru. Maka peserta didik terdorong untuk selalu aktif mengikuti pembelajaran. Hasilnya adalah tumbuhnya semangat belajar atau motivasi peserta didik untuk belajar.5 Anak usia 3-6 tahun memahami arti nilai baik-buruk, konsep ketuhanan dan konsep keagamaan dalam konteks berpikirnya yang masih berada pada tataran praoperasional. Dengan tataran berpikirnya yang demikian maka penanaman nilai moral dan agama dapat disampaikan secara verbalis melalui cerita yang ditindaklanjuti dengan merealisasikan cerita tersebut dalam
3
Dimyati dan Mujiono, Belajar dan pembelajaran, (Jakarta : Rineka Cipta, 1994), hlm. 65 Nurbiana Dhieni, dkk., Metode Pengembangan Bahasa, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009), hlm. 2.5 5 Muhammad Nur, Pembelajaran Koopertif, (Surabaya: universitas Negeri Surabaya, 2006), hlm. 2 4
3
perbuatan nyata.6Menurut Ernest Harms perkembangan beragama pada seseorang melewati 3 tahapan yaitu; Tahap dongeng (the fairy tale stage), Tahap kenyataan (the realistic stage) , Tahap individu (the individual stage).7 Anak usia 3-6 tahun masih berada pada tahap awal yaitu tahap dongeng, emosi anak dan daya imajinasi anak sangat dominan mempengaruhi pemahamannya terhadap konsep ketuhanan. Melihat tahapan dan karakteristik keagamaan yang dimiliki oleh anak usia 3-6 tahun maka pembelajaran pendidikan agama Islam sudah seharusnya disesuaikan dengan perkembangan anak pada usia tersebut. Metode cerita merupakan salah satu metode yang digunakan dalam pembelajaran PAI. Dengan metode cerita pendidik dapat memberikan pendidikan tentang nilai–nilai agama Islam terhadap anak. Dengan menyimak cerita yang disampaikan anak akan memetik nasihat dengan perasaan senang karena tidak ada paksaan. Di RAM 14 Duwet, metode cerita merupakan salah satu metode yang digunakan dalam pembelajaran PAI, namun dari hasil refleksi pembelajaran tersebut perhatian anak didik masih rendah, seperti: anak bermain sendiri saat pembelajaran, anak berbicara sendiri saat pembelajaran, dan anak kurang menangkap isi cerita yang disampaikan. Berdasarkan temuan identifikasi masalah tersebut ada beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya perhatian anak dalam pembelajaran yang dilaksanakan, yaitu:
6
WindaGunarti, LilisSuryani, danAzizahMuis, MetodePengembanganPerilaku Kemampuan Dasar Anak Usia Dini (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), hlm. 3. 19 7
Ibid., hlm. 3.19
Dan
4
1. Guru tidak menggunakan media yang menarik bagi anak 2. Pengusaan guru masih kurang dalam teknik bercerita yang baik Dengan penggunaan metode cerita dan variasi model dalam bercerita serta penguasaan teknik dalam bercerita diharapkan anak akan lebih tertarik untuk mengikuti kegiatan pembelajaran PAI, dan anak akan mendapatkan pendidikan nilai – nilai agama melalui cerita yang disampaikan oleh guru kepada anak didik. Berpangkal dari sinilah peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul’’upaya meningkatkan perhatian anak dalam pembelajaran PAI melalui metode cerita di RAM 14 Duwet’’.
B. RumusanMasalah 1. Bagaimana kondisi awal perhatian anak dalam pembelajaran PAI di RAM 14 Duwet? 2. Bagaimana peningkatan perhatian anak dalam pembelajaran PAI di RAM 14 Duwet setelah menggunakan metode cerita?
C. TujuanPenelitian Penelitian ini bertujuan sekaligus memberi jawaban terhadap pokok masalah seperti tersebut di atas, yaitu: 1. Untuk mengetahui kondisi awal perhatian anak
dalam pembelajaran
PAI di RAM 14 Duwet. 2. Untuk mengetahui peningkatan perhatian anak dalam pembelajaranPAI di RAM 14 Duwet melalui metode cerita.
5
D. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan berguna: 1. Secara Teoritis Penelitian ini dapat menambah wawasan tentang variasi metode cerita di bidang pengembangan pendidikan agama Islam di Taman Kanakkanak. 2. Secara Praktis Diharapkan pendidik menambah wawasan tentang stimulasi yang tepat dalam meningkatkan pembelajaran pendidikan agam Islam melalui metode cerita.
E. Tinjauan Pustaka 1. Analisis teoritis dan penelitian yang relevan Metode cerita ialah suatu cara mengajar dengan bercerita. Pada hakikatnya metode cerita sama dengan metode ceramah. Karena informasi disampaikan melalui penuturan atau penjelasan lisan dari seseorang kepada orang lain. 8 Bercerita mempunyai makna penting bagi perkembangan anak pra sekolah karena melalui bercerita guru dapat:9 a. Mengkomunikasikan nilai-nilai budaya b. Mengkomunikasikan nilai-nilai sosial c. Mengkomunikasikan nilai-nilai keagamaan 8
Zaenal Mustakim, Strategi dan Metode Pembelajaran, (Pekalongan : STAIN Pekalongan Press, 2013), hlm. 122 9 Isjoni, Model Pembelajaran Anak Usia Dini, (Bandung : Alfabeta, 2013), hlm. 90
6
d. Menanamkan etos kerja, etos waktu, etos alam e. Membantu mengembangkan daya fantasi anak f. Membantu mengembangkan dimensi kognitif anak g. Membantu mengembangkan bahasa anak Metode merupakan cara yang dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan kegiatan. Metode dipilih berdasarkan strategi kegiatan yang sudah dipilih dan ditetapkan. Dalam memilih suatu metode yang akan digunakan dalam program kegiatan anak di TK, guru perlu mempunyai alasan yang kuat dan faktor-faktor yang mendukung pemilihan metode tersebut seperti karakteristik tujuan dan karakteristik
anak
yang
diajar.
Karakteristik
tujuan
adalah
pengembangan kognitif, kreativitas, bahasa emosi, motorik dan pengembangan nilai serta pengembangan sikap-sikap nilai. 10 Cerita merupakan medium yang sangat baik. Cerita yang diceritakan dengan baik, dapat menginspirasikan suatu tindakan, membantu perkembangan apresiasi kultural, kecerdasan emosional, memperluas pengetahuan anak-anak, atau hanya menimbulkan kesenangan. 11 Metode bercerita merupakan metode kegiatan pengembangan yang ditandai dengan pendidik memberikan pengalaman belajar kepada anak melalui pembacaan cerita secara lisan. Pendidik perlu
10
Badru Zaman, dkk. Media dan Sumber Belajar TK, (Jakarta,Universitas Terbuka, 2008),
hlm.60 11
Subyantoro, Pembelajaran bercerita: Model Bercerita untuk Meningkatkan Kepekaan Emosi Dalam Berapresiasi sastra, (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2013), hlm.7
7
memilih isi cerita yang sesuai untuk anak. Dalam pengembangan perilaku, metode bercerita sangat efektif digunakan karena penanaman nilai moral sangat baik diberikan melalui metode cerita. Pembelajaran bermakna sebagai upaya untuk membelajarkan seseorang atau kelompok orang melalui berbagai upaya dan berbagai strategi, metode dan pendekatan ke arah tujuan yang telah direncanakan. 12 Pendidikan agama Islam adalah suatu program pendidikan yang menanamkan nilai-nilai Islam melalui proses pembelajaran. Zakiah Darajat dalam buku pendidikan Islam dalam keluarga dan sekolah mendefinisikanagama sebagai suatu keimanan yang diyakini oleh pikiran, diresapkan oleh perasaan dan dilaksanakan dalam tindakan. 13 Sifat agama pada anak-anak tumbuh mengikuti pola ideas concept onouthority, yaitu konsep keagamaan pada diri anak dipengaruhi olehfaktor dari luar diri mereka. Berdasarkan hal itu maka bentuk dan sifat agama pada diri anak diantaranya: 1) Tidak mendalam (unreflective) Anak menerima begitu saja pemahaman tentang konsep agama tanpa disertai dengan pemahaman yang mendalam. Anak mudah merasa puas dengan keterangan yang kadang-kadang kurang masuk akal.
12
Ahmad Zayadi, TADZKIROH Pembelajaran PAI berdasarkan pendekatan tekstual, (Jakarta : Raja Grafindo persada, 2005), hlm. 8 13 Zakiah Darajat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Masyarakat, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2002), hlm. 45
8
2) Egosentris 3) Anthromorphis Konsep
ketuhanan yang dimiliki oleh anak berasal dari
pengalamanya ketika melakukan interaksi dengan orang lain. 4) Verbalis dan ritualis 5) Imitatif 6) Rasa heran Berdasarkan karakteristik perkembangan keagamaan yang dimiliki pada anak usia 3-6 tahun. Ada lima metode yang dapat dikembangkan dalam melaksanakan pembelajaran pendidikan agama pada anak, yaitu:14 1. Pendidikan dengan keteladanan 2. Pendidikan dengan nasihat (cerita) 3. Pendidikan dengan pembiasaan 4. Pendidikan dengan memberi perhatian 5. Pendidikan dengan memberi hukuman Menurut Abdurrahaman An-Nahwi dalam bukunya yang berjudul Prinsip-Prinsip Dan Metode Pendidikan Islam Dalam Keluarga, Sekolah Dan Masyarakat, mengemukakan bahwa pengaruh penggunaaan metode bercerita tentang kisah-kisah nabi
14
Winda Gunarti, Lilis Suryani, Azizah Muis, op. Cit., hlm. 3.19-3.21
9
dalam kegiatan belajar mengajar mempunyai dampak yang positif terhadap peningkatan belajar anak khususnya.15 Selain literatur di atas, ditemukan juga penelitian yang relevan antara lain: a. Eni Yulianti dalam skripsinya yang berjudul “Upaya Pembinaan Akhlak Anak Melalui Metode Cerita di RA Fadhli Robbi”,. Penelitian ini adalah kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan metode cerita dalam proses belajar mengajar di RA Fadhli Robbi sangat efektif dalam upaya meningkatkan akhlak anak dengan mengambil cerita dari kisah-kisah nabi maupun orang-orang shaleh dengan metode bercerita dengan alat peraga maupun tanpa alat peraga.16 b. Yeni Rahmawati dalam skipsinya yang berjudul “ Penerapan Metode BCM dalam Meningkatkan Prestasi Belajar PAI di RAM Ambo kembang”, menjelaskan bahwa penggunaan metode bermain, bercerita dan menyanyi (BCM) dalam proses belajar, merangsang perhatian siswa untuk lebih fokus pada pembelajaran pendidikan agama islam. Karena dalam metode bermain, bercerita dan menyanyi (BCM) guru mendidik dan mengajar anak dengan jalan menyajikan sebuah permainan, membacakan sebuah kisah atau cerita serta menyanyikan sebuah lagu dengan maksud anak
15
Abdurrahman An-Nahwi, Prinsip-Prinsip Dan Metode Pendidikan Islam Dalam Keluarga, Sekolah Dan Masyarakat, (Jakarta: Rineka Cipta,2003), hlm. 103 16 Eni Yulianti, “Upaya Pembinaan Akhlak Anak Melalui Metode Cerita di RA Fadhli Robbi”, skipsi, (Pekalongan:STAIN Pekalongan, 2013) hlm.11
10
dapat mengambil pelajaran dari kisah yang disampaikan sehingga berpengaruh pada prestasi belajar Pendidikan Agama Islam. 17 Dalam
judul
skripsi
ini,
pembahasan
akan
lebih
menekankan pada upaya meningkatkan perhatian anak dalam pembelajaran PAI melalui metode cerita di RAM NU Masyithoh 14 Duwet. Penggunaan metode cerita dalam pembelajaran PAI dengan berbagai alat peraga menjadikan daya tarik anak bertambah,
sehingga
perhatian
anak
meningkat
dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam. 3. Kerangka Berpikir Metode cerita adalah suatu cara mendidik dengan jalan menyajikan sebuah cerita dengan tujuan anak dapat mengambil pelajaran dari cerita tersebut. Usaha guru dalam meningkatkan pembelajaran PAI terhadap anak didik di RA melalui metode cerita merupakan salah satu metode yang sesuai dengan perkembangan sikap keagamaan anak pada usia tersebut. Agar tujuan pendidikan PAI ini dapat tercapai dengan baik, maka dalam metode bercerita guru harus menyiapkan cerita yang akan disampaikan, sesuai tahapan berpikir anak. Guru harus menguasai isi cerita dan pesan moral yang akan disampaikan kepada anak agar dapat dicerna, serta penguasaan guru terhadap model-model
17
Yeni Rahmawati, “ Penerapan Metode BCM dalam Meningkatkan Prestasi Belajar PAI di RAM Ambokembang”,skripsi,(Pekalongan:STAIN,2013), hlm.10
11
dalam bercerita, maupun penggunaan berbagai media sebagai alat peraga dalam bercerita. Dengan menggunakan metode cerita diharapkan anak didik lebih fokus dalam pembelajaran, sehingga
menjadi mudah
dipahami oleh siswa, karena dengan metode cerita siswa diberi penjelasan langsung tentang materi yang sedang diajarkan melalui cerita. Dengan perhatian intensif siswa
terhadap cerita yang
disampaikan oleh guru diharapkan pembelajaran pendidikan agama Islam dapat ditingkatkan.
Rendahnya perhatian anak dalam pembelajran PAI
Penggunaan metode cerita dalam pembelajaran PAI
Meningkatnya perhatian anak dalam pembelajaran PAI
F.Sistematika Pembahasan Untuk mendapatkan pembahasan yang konsisten dan sistematis, maka perlu disusun sistematika pembahasan yang sedemikian rupa sehingga dapat menjawab dari apa yang dirumuskan dalam rumusan masalah dan dapat menunjukan totalitas pembahasan secara utuh. Adapun sistematika penulisan pembahasan dalam skripsi ini akan dibagi dalam lima bab, yaitu:
12
Bab I. Pendahuluan, yang berisi Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Tinjauan Pustaka yang meliputi analisis teori dan kerangka berfikir, Sistematika Pembahasan. Bab II. Landasan Teori, berisi tentang teori metode cerita dan teori tentang perhatian serta pembelajaran PAI. Teori tentang metode cerita meliputi: pengertian bercerita, tujuan bercerita, manfaat metode bercerita, macam-macam bentuk metode cerita, kelebihan dan kekurangan metode bercerita, kriteria pemilihan metode bercerita. Teori perhatian meliputi: pengertian perhatian, macam-macam perhatian, cara membangkitkan perhatian anak. Pembelajaran PAI, yang meliputi: pengertian pendidikan tujuan umum dan arah Pendidikan Agama Islam, Pendidikan Agama Islam di RA, Program pengembangan PAI di RA. Bab III.Tentang penerapan metode bercerita untuk meningkatkan perhatian anak dalam pembelajaran PAI di RAM NU Masyithoh 14 Duwet Tahun Pelajaran 2014-2015. Metodologi penelitian, meliputi: jenis penelitian,
setting
kolaborator, objek
penelitian,
subjek penelitian, pelaksana dan
penelitian, sumber data
penelitian, teknik
pengumpulan data, teknik analisis data. Prosedur penelitian, meliputi: rencana
tindakan,
gambaran prosedur
penelitian,
langkah-langkah
prosedur penelitian. Bab IV. Hasil penelitian dan pembahasan, yakni berisi analisis peningkatan perhatian anak dalam pembelajaran PAI melalui metode
13
bercerita di RA Duwet, yang meliputi : hasil penelitian per siklus, analisis dan pembahasan. Bab V. PENUTUP, yang berisi tentang simpulan dan saran-saran.
14
BAB II PEMBAHASAN METODE BERCERITA, PERHATIAN DAN PEMBELAJARAN PAI
A. METODE BERCERITA 1. Pengertian Bercerita Cerita adalah uraian, gambaran, atau deskripsi tentang peristiwa atau kejadian
tertentu.
Menurut
Hidayat,
bercerita
merupakan
aktivitas
menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan, pengalaman, atau kejadian yang sungguh-sungguh terjadi maupun hasil rekaan.18 Bercerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang secara lisan kepada orang lain dengan alat atau tanpa alat peraga, apa yang harus disampaikan dalam bentuk pesan, informasi atau sebuah dongeng yang untuk didengarkan dengan rasa menyenangkan, oleh karena itu orang yang akan menyajikan cerita harus menyampaikannya dengan menarik. 19 Dalam buku lain diterangkan bahwa bercerita adalah kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menyampaikan suatu pesan, informasi atau sebuah dongeng belaka, yang bisa dilakukan secara lisan atau tertulis. Cara penuturan cerita tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan alat peraga atau tanpa alat peraga. Seorang anak yang berada pada rentang usia 3-4 tahun mulai
18
Aprianti Yofita Rahayu, Menumbuhkan Kepercayaan Diri melalui Kegiatan Bercerita,( Jakarta: PT Indeks,2013), hlm. 80 19 Nur Biana Dhieni, Metode Pengembangan Bahasa, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), hlm. 6.4
15
menyukai tuturan cerita atau ia sendiri mulai senang untuk menuturkan sebuah cerita.20 2. Pengertian Metode Bercerita Metode bercerita adalah cara penyampaian atau penyajian materi pembelajaran secara lisan dalam bentuk cerita dari guru kepada anak didik Taman Kanak-kanak. Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajran di Taman Kanak-kanak, metode bercerita dilaksanakan dalam upaya memperkenalkan, memberikan keterangan, atau penjelasan tentang hal baru dalam rangka menyampaikan
pembelajaran
yang
dapat
mengembangkan
berbagai
kompetensi dasar anak usia dini. Metode bercerita lebih dikenal dan banyak dipergunakan di Taman Kanak-kanak. Pada dasarnya, metode bercerita ini padanan dari metode ceramah, dengan kata lain untuk anak usiaTaman Kanak-kanak dipergunakan istilah metode bercerita sedangkan untuk anak usia sekolah dan orang dewasa menggunakan istilah metode ceramah.21 3. Tujuan Bercerita Tujuan bercerita bagi anak usia 4-6 tahun adalah untuk memberikan informasi atau menanamkan nilai-nilai social, moral, dan keagamaan, pemberian informasi tentang lingkungan fisik dan lingkungan social. 22
20
Winda Gunarti, Lilis Suryani, dan Azizah Muis, Metode pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar Anak Usia Dini, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), hlm. 5.3 21 Soegeng Santoso, dkk, Dasar-Dasar Pendidikan TK, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), hlm. 4.22 22 Moeslichatoen,Metode Pengajaran Di Taman Kanak-Kanak,(Jakarta: Rineka Cipta, 1999),hlm. 171
16
Menurut Winda Gunarti, dkk, menyebutkan tujuan dari metode bercerita adalah sebagai berikut: a. Mengembangkan kemampuan berbahasa anak. b. Mengembangkan kemampuan berpikir anak. c. Menanamkan pesan-pesan moral dan nilai-nilai agama. d. Mengembangkan kepekaan social-emosi. e. Melatih daya ingat anak atau memori anak. f. Mengembangkan potensi kreatif anak.23 4. Manfaat Metode Bercerita Moeslichatoen mengemukakan bahwa manfaat dari metode bercerita adalah dapat mengkomunikasikan nilai-nilai budaya, social, keagamaan, etos kerja, etos waktu, etos alam, mengembangkan fantasi anak, dimensi kognisi anak, dan dimensi bahasa anak. Yudha mengemukakan manfaat dari kegiatan bercerita antara lain, cerita mampu melatih daya konsentrasi anak, melatih anak-anak berasosiasi, mengasah kreativitas anak, media bersosialisasi, menumbuhkan kepercayaan dalam diri anak, melatih anak berpikir kritis dan sistematis, kegiatan pembelajaran yang menyenangkan bagi anak, dan yang terakhir melatih kemampuan bahasa anak. Di samping itu, kegiatan bercerita mampu membawa suasana kelas menjadi lebih alamiah, walaupun di dalamnya harus berlangsung tranmisi
23
Winda Gunarti, dkk, op.cit.,hlm. 5.5
17
tatanan nilai budaya.Anak –anak menjadi lebih bersemngat belajar karena pada hakekatnya anak senang dengan cerita. 24 5. Bentuk-Bentuk Metode cerita Bentuk-bentuk metode bercerita terbagi dua jenis, yaitu bercerita tanpa alat peraga dan bercerita dengan alat peraga. a. Bercerita Tanpa Alat Peraga 1) Pengertian Bercerita Tanpa Alat Peraga Bercerita tanpa alat peraga adalah kegiatan bercerita yang dilakukan guru saat bercerita tanpa menggunakan media atau alat peraga yang diperlihatkan kepada anak didik. Artinya kegiatan bercerita yang dilakukan guru hanya mengandalkan suara, mimic dan panto mimic atau gerak anggota tubuh guru. Ketentuan kegiatan bercerita tanpa alat ini adalah kemampuan guru secara penuh dalam hal isi cerita, vocal atau suara yang jelas, tenang dan tempo yang baik, intonasi bicara, gaya bahasa, mimic atau ekspresi muka dan panto mimic atau keterampilan gerak tubuh yang menyenangkan bagi anak TK untuk mendengarkan dan memperhatikan guru bercerita. Namun demikian diharapkan penampilan gurubtidak dibuat-buat secara berlebihansehingga membuat anak tidak nyaman mendengarkanya dan tidak tertarik untuk memperhatikanya. Misalnya, saat guru bercerita dengan maksud agar anak ikut merasa terharu ketika isi ceritanya demikian, namun ternyata
24
anak tertawa karena dianggap lucu atau merasa takut karena
Aprianti Yofita Rahayu, op.cit.,hlm. 82-83
18
dianggap menyeramkan ketika melihat ekspresi dan gaya guru yang sedang sedih. Bercerita tanpa alat peraga ini mempunyai kelebihan dan kekurangan dalam penyampaian isi cerita. Kelebihan Bercerita Tanpa Alat Peraga, antara lain: a) Melatih daya konsentrasi anak (perhatian anak) b) Melatih anak untuk menjadi pendengar yang baik c) Mengembangkan daya fantasi anak terhadap hal yang tidak konkret d) Mengembangkan daya ingat anak Kekurangan Bercerita Tanpa Alat Peraga: a) Anak akan cepat merasa jenuh karena tidak didukung dengan adanya media yang menarik. b) Guru kurang berekspresi dengan baik dalam bercerita, sehingga anak kurang tertarik. c) Tanpa adanya media dalam bercerita, tuturan cerita terkesan sangat verbal. d) Anak menjadi pasif menahan banyak hal yang ingin ia ketahui. 25 b. Bercerita Dengan Alat Peraga Kegiatan bercerita dengan alat peraga adalah kegiatan bercerita yang dalam pelaksanaannya menggunakan alat peraga langsung maupun tidak langsung seperti boneka, gambar-gambar, papan flannel, buku, atau bendabenda lain. Sebaiknya pada anak usia TK kegiatan bercerita menggunakan
25
Winda Gunarti, dkk, op.cit., hlm.5.5-5.6
19
alat peraga. Hal ini dimaksudkan untuk menggambarkan peristiwa atau kejadian tentang apa yang akan disampaikan. 26 Bercerita menggunakan alat peraga berarti guru menggunakan media atau alat pendukung untuk memperjelas penuturan cerita yang kita sampaikan. Alat peraga atau media tersebut digunakan untuk menarik perhatian dan mempertahankan focus perhatian anak dalam jangka waktu tertentu. Penggunaan alat peraga hendaknya aman bagi anak, menarik serta sesuai dengan tahap perkembangan anak. Bercerita dengan alat peraga dapat dibagi menjadi dua bentuk, yaitu: a. Bercerita dengan alat peraga langsung b. Bercerita dengan alat peraga tidak langsung 1). Bercerita dengan menggunakan alat peraga langsung Bercerita dengan menggunakan alat peraga langsung, yaitu kegiatan bercerita
dengan
menggunakan
alat
peraga
asli,
sesuai
dengan
kenyataanya.Alat peraga ini dapat berupa benda hidup atau benda mati. 27 Dengan menggunakan alat peraga langsung diharapkan anak dapat memahami isi cerita dan dapat melihat langsung cirri-ciri dan kegunaan dari benda tersebut. Ketentuan yang harus diperhatikan dalam melakukan kegiatan bercerita dengan menggunakan alat peraga langsung, yaitu: a. Isi cerita sesuai dengan tahapan perkembangan anak b. Menggunakan gaya bahasa yang mudah dipahami anak 26 27
Aprianti Yofita Rahayu,op.cit.,hlm. 88 Winda Gunarti, dkk,op.cit., hlm. 5.6-5.8
20
c. Alat peraga yang digunakan tidak membahayakan d. Alat peraga tersebut hendaknya tersimpan dalam tempatnya, misalnya burung merpati dalam sangkarnya, dan dapat dipegang langsung seperti sayuran dan buah-buahan. 2). Bercerita dengan alat peraga tidak langsung Bercerita dengan alat peraga tidak langsung adalah bercerita dengan menggunakan alat peraga atau media bukan asli atau tiruan.Media atau alat peraga tersebut bisa berupa benda tiruan.Media tersebut bisa terbuat dari kayu, plastic, atau dari bahan-bahan lain namun tidak membahayakan. Macammacam bentuk model bercerita dengan alat peraga tidak langsung, antara lain: (1). Bercerita dengan menggunakan gambar Media yang digunakan yaitu gambar tunggal dan gambar seri.Gambar tunggal, yaitu suatu gambar yang memuat seluruh rangkaian isi cerita dalam satu kertas.Gambar seri yaitu, beberapa gambar yang dituangkan dalam beberapa kertas terpisah, memuat keterkaitan isi cerita antara gambar yang satu dengan yang lainya. Gambar yang digunakan untuk anak usia 3-4 tahun tentu saja adalah gambar sederhana, sesuai dengan tahapan berpikirnya, serta ukuran gambar disesuaikan dengan jangkauan penglihatan anak. (2). Bercerita dengan menggunakan buku cerita Kegiatan bercerita ini menggunakan buku cerita sebagai media dalam bercerita.Kegiatan bercerita ini sering disebut juga dengan kegiatan membacakan cerita.Kelebihan dari kegiatan bercerita dengan menggunakan buku cerita adalah mampu memupuk kecintaan anak pada buku, melatih
21
konsentrasi dan mengembangkan kemampuan menyimak.Bercerita dengan membacakan langsung dari buku cerita dapat dilakukan jika guru memiliki buku cerita yang sesuai dengan anak, terutama dikaitkan dengan pesan-pesan yang tersirat di dalam cerita tersebut.Teknik bercerita dengan membacakan langsung perlu memperhatikan pula teknik membaca.Hal itu perlu agar cerita yang dibawakan menjadi menarik serta “berjiwa” karena guru membacakanya dengan intonasi suara, lafal dan ekspresi wajah yang tepat. (3). Bercerita dengan menggunakan papan flannel Kegiatan bercerita ini menggunakan papan yang terbuat dari bahan flannel dan potongan-potongan gambar lepas yang bisa direkatkan dan dilepaskan
dari
papan
flannel.
Potongan
gambar
lepas
tersebut
menggambarkan tokoh cerita yang berupa potongan gambar. (4). Bercerita dengan menggunakan boneka Kegiatan bercerita ini menggunakan media boneka sebagai pemeran tokoh dalam cerita.Boneka yang digunakan bisa berupa boneka jari, boneka tangan dan boneka wayang.Boneka jari, yaitu boneka yang dapat dimasukkan ke dalam jari tangan, bentuknya kecil seukuran jari tangan orang dewasa.Boneka tangan adalah boneka yang ukuranya lebih besar dari boneka jari dan bisa dimasukkan ke tangan.Boneka wayang adalah boneka berbentuk dua dimensi atau tiga dimensi yang diberi kayu sebagai pegangan untuk dimainkan seperti halnya memainkan wayang. 28
28
Ibid.,hlm. 5.10-5.18
22
Bentuk-bentuk pelaksanaan sandiwara boneka dapat menggunakan satu boneka,dua boneka dst, untuk anak usia 4-5 tahun jumlah boneka yang dimainkan maksimal lima. 29 (5) Bercerita sambil memainkan jari-jari tangan Bercerita denga teknik ini memungkinkan guru berkreasi dengan menggunakan jari tangannya sendiri. Guru dapatmenciptakan bermacammacam cerita dengan memainkan jari tangan, sesuai kreativitas guru masingmasing. (6) Dramatisasi suatu cerita Teknik bercerita dengan dramatisasi seperti ini adalah bercerita dengan cerita memainkan perwatwkan tokoh-tokoh dalam suatu cerita yang disukai anak dan merupakan daya tarik yang bersifat universal.Cerita yang ditampilkan adalah cerita yang disukai oleh anak.Pemilihan isi cerita dapat disesuaikan dengan tema yang dikembangkan, atau sikap yang ingin ditanamkan pada anak.
6. Kelebihan dan Kekurangan Metode Bercerita Metode bercerita sangat menarik bagi anak-anak usia dini, namun metode bercerita juga mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan metode bercerita, antara lain: a. Dapat menjangkau jumlah anak yang relative lebih banyak b. Waktu yang tersedia dapat dimanfaatkan dengan efektif dan efisien
29
Departemen Pendidikan Nasional, DIDAKTIK METODIK DI TK (Jakarta:2001), hlm. 26
23
c. Pengaturan kelas menjadi lebih sederhana d. Guru dapat menguasai kelas dengan mudah e. Mengembangkan daya konsentrasi anak, serta daya imajinasi anak f. Tidak banyak mengeluarkan biaya Kekurangan metode bercerita, antara lain: a. Anak didik menjadi pasif, karena lebih banyak mendengarkan atau menerima penjelasan dari guru. b. Daya tangkap anak didik yang satu dengan yang lainya berbeda sehingga sukar memahami tujuan pokok cerita c. Cepat menumbuhkan rasa jenuh apabila penyajian dalam bercerita tidak menarik perhatian anak.
7. Kriteria Pemilihan Cerita a. Isi cerita harus terkait dengan dunia kehidupan anak TK agar dapat mudah memahami isi dari suatu cerita. b. Kegiatan bercerita diusahakan dapat memberikan perasaan gembira, lucu, dan mengasyikkan. c. Kegiatan bercerita harus diusahakan menjadi pengalaman bagi anak yang bersifat unik dan menarik. Kemampuan guru yang harus diperhatikan dalam bercerita: 1. Menguasai isi cerita secara tuntas. 2. Memiliki keterampilan bercerita 3. Berlatih dalam irama dan modulasi suara secara terus-menerus
24
4. Menggunakan media yang menarik perhatian 5. Menciptakan situasi emosional sesuai dengan tuntutan cerita 30
B. PERHATIAN 1). Pengertian Perhatian Perhatian adalah konsentrasi atau aktifitas jiwa terhadap pengamatan, pengertian dengan mengesampingkan yang lain. Perhatian adalah pemusatan tenaga psikis tertuju pada suatu objek. Dengan demikian maka apa yang diperhatikan akan betul-betul disadari oleh individu, dan akan betul-betul jelas bagi individu yang bersangkutan.31 Perhatian adalah mekanisme yang kita gunakan untuk mengantar hal-hal tertentu pada kesadaran dan untuk menenangkan atau tidak memedulikan yang lainya. Perhatian adalah alat pemilih dan penyaring yang memungkinkan kita memfokouskan pada apa yang perlu kita lihat atau kita dengar. 32 2). Macam-macam perhatian Ditinjau dari segi timbulnya perhatian dibedakan menjadi perhatian spontan dan perhatian tidak spontan. a. Perhatian spontan, yaitu perhatian yang timbul dengan sendirinya timbul dengan secara spontan. Perhatian ini erat hubunganya dengan minat
10.3
30
Masitoh, dkk. Strategi Pembelajaran TK (Jakarta: Universitas Terbuka, 2011), hlm.
31
Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: CV. Andi offset, 2010)., hlm.
32
Wendy L. Ostroff, Memahami Cara Anak-anak Belajar, (Jakarta: PT Indeks, 2013) hlm.
110
51
25
individu. Apabila individu telah mempunyai minat terhadap sesuatu objek, maka terhadap objek tersebut timbul perhatian secara spontan. b. Perhatian tidak spontan, yaitu perhatian yang ditimbulkan dengan sengaja, karena ia harus ada kemauan untuk menimbulkannya. Dilihat dari banyaknya objek yang dapat dicakup oleh perhatian pada suatu waktu, perhatian dibedakan menjadi perhatian yang sempit dan perhatian yang luas. 1. Perhatian yang sempit, yaitu perhatian individu pada suatu waktu hanya dapat memperhatikan sedikit objek. 2. Perhatian yang luas, yaitu perhatian individu pada suatu waktu dapat memperhatikan banyak objek sekaligus. Sehubungan dengan ini perhatian dapat juga dibedakan atas perhatian yang terpusat dan perhatian yang terbagi-bagi a. Perhatian yang terpusat, yaitu individu pada suatu waktu hanya dapat memusatkan perhatiannya pada sesuatu objek. b. Perhatian yang terbagi-bagi, yaitu individu pada suatu waktu dapat memperhatikan banyak hal atau objek. Dilihat dari fluktuasi perhatian, maka perhatian dapat dibedakan menjadi perhatian yang statis dan perhatian yang dinamis. a. Perhatian yang statis, yaitu individu dalam waktu tertentu dapat dengan statis perhatiannya tertuju pada objek tertentu.
26
b. Perhatian dinamis, yaitu individu dapat memindahkan perhatiannya secara lincah dari satu objek ke objek lain. 33 Hal-hal yang menarik perhatian, yaitu: 1. Dipandang dari segi objek, maka dapat dirumuskan bahwa hal yang menarik perhatian adalah sesuatu yang keluar dari konteksnya. 2. Dipandang dari segi subyek, hal yang menarik perhatian adalah yang sangat bersangkut paut dengan pribadi si subyek. 34
33
Ibid., hlm. 112 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan,(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995).,hlm. 14 34
27