perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
UPAYA MENINGKATKAN PEMBELAJARAN LAY UP TENGAH BOLA BASKET MELALUI PENGGUNAAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS X TATA NIAGA SMK KRISTEN 1 SURAKARTA
SKRIPSI
Oleh : DARPITO DWI SASONGKO K4608007
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juli 2012
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama
: Darpito Dwi Sasongko
Nim
: K4608007
Jurusan/Program Studi
: POK/Penjaskesrek
Menyatakan bahwa skripsi saaya berjudul “ UPAYA MENINGKATKAN PEMBELAJARAN LAY UP TENGAH BOLA BASKET MELALUI PENGGUNAAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS X TATA NIAGA SMK KRISTEN 1 SURAKARTA ” ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka
Apabila pada kemudian hari terbit atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, Saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta,
Juli 2012
Darpito Dwi Sasongko commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
UPAYA MENINGKATKAN PEMBELAJARAN LAY UP TENGAH BOLABASKET MELALUI PENGGUNAAN ALAT BANTU PEMBELAJARANPADA SISWA KELAS X TATA NIAGASMK KRISTEN 1 SURAKARTA
Oleh : DARPITO DWI SASONGKO K4608007
Skripsi Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juli 2012
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta,
Juli2012
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. AgusMukholid,M.Pd NIP. 19640131 198903 1 001
SinggihHendarto, S.Pd,M.Pd NIP. 19720414 200604 1 001
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN
Skripsiinitelahdipertahankan
di
hadapan
Tim
PengujiSkripsiFakultasKeguruandanIlmuPendidikanUniversitasSebelasMaret SurakartadanditerimauntukmemenuhipersyaratanmendapatkangelarSarjanaPendid ikan.
Pada hari : Jumat Tanggal
: 27 Juli 2012
Tim Penguji Skripsi : (Nama Terang)
(Tanda Tangan)
Ketua
: Drs. H. Agus Margono, M.Kes
__________________
Sekretaris
: Djoko Nugroho, S.Pd.,M.Or
__________________
Anggota I : Drs. Agus Mukholid, M.Pd
__________________
Anggota II : SinggihHendarto, S.Pd.,M.Pd
__________________
Disahkan oleh: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret a.n Dekan, Pembantu Dekan I
Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si. commit to user NIP. 19660451 199103 1 0012 v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Darpito Dwi Sasongko. UPAYA MENINGKATKAN PEMBELAJARAN LAY UP TENGAH BOLA BASKET MELALUI PENGGUNAAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS X TATA NIAGA SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli. 2012. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatan pembelajaran Lay Up tengah bola basket melalui pendekatan bermain bola melayang pada siswa kelas X Tata Niaga SMK Kristen 1 Surakarta tahun pelajaran 2011/ 2012. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek data penelitian ini adalah siswa kelas X Tata Niaga SMK Kristen 1 Surakarta tahun pelajaran 2011/ 2012 berjumlah 28 orang yang terdiri atas 25 siswa putri dan 3 siswa putra. Teknik pengumpulan data dengan observasi dan tes penilaian pembelajaran Lay Up tengah bola basket. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara deskriptif yang didasarkan pada analisis kuantitatif dengan persentase. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh simpulan bahwa: pembelajaran melalui penggunaan alat bantu belajar, dapat meningkatkan pembelajaran Lay Up tengah bola basket pada siswa kelas X Tata Niaga SMK Kristen 1 Surakarta tahun pelajaran 2011/ 2012. Dari hasil analisis, diperoleh peningkatan yang signifikan dari kondisi awal, siklus 1 dan siklus 2. Hasil belajar Lay Up tengah bola basket pada siklus 1 dalam kategori tuntas adalah 53,57% sama dengan 15 siswa dari kondisi awal yang sejumlah 7 siswa (24,99%). Pada siklus 2 terjadi peningkatan persentase hasil belajar siswa dalam kategori tuntas sebesar 89,28% atau sebanyak 25 siswa.
Kata Kunci: Pembelajaran lay up tengah, alat bantu pembelajaran
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Darpito Dwi Sasongko. THE ATTEMPT OF IMPROVING THE BASKETBALL MIDDLE LAY UP LEARNING USING LEARNING TOOL IN THE X COMMERCE GRADERS OF SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty of Surakarta Sebelas Maret University. July 2012. This research aims to improve the Basketball middle lay up learning Using Learning Tool in the X Commerce Graders of SMK Kristen 1 Surakarta in the school year of 2011/2012. This study employed a Classroom Action Research (CAR) the subject of research data was the X Commerce Graders of SMK Kristen 1 Surakarta in the school year of 2011/2012 consisting of 28 students: 25 females and 3 males. Techniques of collecting data used were observation and test of Basketball middle lay up learning assessment. Technique of analyzing data used was a descriptive one based on the quantitative analysis with percentage. Based on the result of research, it could be concluded that: the learning through Learning Tool could improve the Basketball middle lay up learning in the X Commerce Graders of SMK Kristen 1 Surakarta in the school year of 2011/2012. From the result of analysis, it could be found a significant improvement from prior condition, cycle 1 and cycle 2. The learning achievement of basketball middle lay up belonged to passing category was 53.57% in cycle 1 equaling to 15 students from 7 students (24.99%) in prior condition. In cycle 2 this figure increased to 89.28% or 25 students.
Key Word: Basketball middle lay up learning, learning tool
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
# Tanah yang digadaikan bisa kembali dalam keadaan lebih berharga, tetapi kejujuran yang pernah digadaikan tidak pernah bisa ditebus kembali #
# Hidup tidak menghadiahkan barang sesuatupun kepada manusia tanpa bekerja keras #
# Seorang sahabat adalah orang yang menjawab apabila kita memanggil dan sering menjawab sebelum kita panggil #
# Cintailah kekasihmu secara wajar, boleh jadi akan menjadi musuhmu dihari lain. Bencilah orang yang kau benci secara wajar boleh jadi di lain hari akan menjadi cintamu #
# Cara terbaik keluar dari suatu persoalan adalah dengan cara memecahkannya #
# Kalau hari ini kita menjadi penonton bersabarlah menjadi pemain esok #
# Cara menjadi di depan adalah dengan memulai sekarang. Jika memulai sekarang, tahun depan Anda akan tahu banyak hal yang sekarang tidak diketahui, dan Anda tak akan mengetahui masa depan jika Anda menunggu-nunggu. (William Feather)#
#Keluarlah dari zona nyaman Anda, karena di luar telah menunggu pengalaman yang siap digali. (Wolay Backpacker)#
#Kaca, porselen dan nama baik adalah sesuatu yang gampang sekali pecah, dan tak akan dapat direkatkan kembali tanpa meninggalkan bekas yang nampak. (Benjamin Franklin)#
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Teriring syukurku pada-Mu, Kupersembahkan karya ini ini untuk : v ”Bapak dan Ibuku Tersayang” Terimakasih atas semua perhatian dan bimbinganya. Tak ada yang bisa aku berikan, semoga ini bisa membuat bangga Bapak dan Ibu. v ”Kakakku, Pekik Warnendya dan Fenti Hernawati” Ayo kita buat bangga Bapak dan Ibu. v ”Keluarga besar Karang Jambe dan Bancar Keluarga cemara adalah keluarga Kita. v ”Susan Timur Infantri” Terimakasih telah menemani hari-hariku. v ”Teman –teman Penjaskesrek JPOK UNS angkatan 2008” Kejarlah cita-cita kalian walaupun harus berdarah-darah. v ”Teman-teman Buffaloes Baseball-Softball Surakarta” Tanpa semangat kalian, Aku tidak akan maju.Salam dua tanduk. v ”Teman-teman Wolay Backpacker” Indonesia itu indah kawan, Ayo kita jelajahi bersama. v Ramagata (Persaudaraan Mahasiswa Purbalingga-Surakarta) Pusakaning Perwira Ambangun Negara.
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Selama pembuatan skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak.Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada: 1.
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.,Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2.
Drs. H. Mulyono, M.M., Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3.
Waluyo, S. Pd, M. Or selaku Ketua Program Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4.
Drs. Agus Mukholid, M.Pd selaku pembimbing I dan Singgih Hendarto, S.Pd,.M.Pd selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi.
5.
Sri Santoso Sabarini S.Pd,.M.Pd, selaku pembimbing akademik yang telah mengiringi perjalanan penulis selama menempuh kuliah di POK.
6.
Teman-teman Penjaskesrek 2008.Kejar mimpi kalian walaupun harus sampai berdarah-darah.
7.
Teman-teman Buffaloes Baseball-Softball Surakarta.Salam dua tanduk.
8.
Kepala SMK Kristen 1 Surakarta Drs. Siwi Widi Asmoro, M.Pd beserta para jajarannya.
9.
Guru Penjas SMK Kristen 1 Surakarta Susanto,BA terima kasih atas bantuan Bapak,serta tak lupa siswa kelas X Tata Niaga yang telah bersedia menjadi subjek penelitian.
10.
Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini. commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman JUDUL ..............................................................................................................
i
PERNYATAAN................................................................................................
ii
PENGAJUAN ...................................................................................................
iii
PERSETUJUAN ...............................................................................................
iv
PENGESAHAN ................................................................................................
v
ABSTRAK ........................................................................................................
vi
MOTTO ............................................................................................................ viii PERSEMBAHAN .............................................................................................
ix
KATA PENGANTAR ......................................................................................
x
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................
xv
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xvi DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvii BAB I. PENDAHULUAN ...............................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................
1
B. Rumusan Masalah ...........................................................................
5
C. Tujuan Penelitian ............................................................................
5
D. Manfaat Penelitian ..........................................................................
5
BAB II. LANDASAN TEORI ........................................................................
7
A. Tinjauan Pustaka ..............................................................................
7
1. Pengertian Pembelajaran ...........................................................
7
2. Pendidikan Jasmani ...................................................................
18
3. Modifikasi Pembelajaran Penjas ...............................................
25
4. Alat Bantu Pembelajaran……………………………………… 24 5. Permainan Bola Basket .............................................................
31
B. Kerangka Berfikir .............................................................................
40
BAB III. METODE PENELITIAN ............................................................... commit ......................................................... to user A. Tempat dan Waktu Penelitian
43
xii
43
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Subjek Penelitian ..............................................................................
44
C. Sumber Data .....................................................................................
44
D. Teknik Dan Alat Pengumpulan Data ................................................
44
E. Uji Validitas Data .............................................................................
45
F. Teknik Analisis Data ........................................................................
46
G. Prosedur Penelitian ...........................................................................
47
1. Rancangan Siklus I…………………………………………… .
48
a. Tahap Perencanaan………………………………………… 49 b. Pelaksanan Tindakan Siklus I……………………………… 49 c. Observasi……………………………………… ..................
49
d. Refleksi…………………………………………….. ...........
49
2. Rancangan Siklus II……………………………………………
51
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Tiap Siklus……………………………………………..
52
1. Kondisi Awal (Pra Siklus)……………………………………. .
52
2. Siklus I………………………………………………………... .
54
a. Rencana Tindakan Siklus 1………………………………..
55
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I…………………………….
56
c. Observasi Tindakan Pada Akhir Siklus I…………………..
59
d. Analisis dan Tindakan Siklus I…………………………….
61
3. Siklus 2………………………………………………………...
63
a. Rencana Tindakan Siklus 1………………………………..
63
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I…………………………….
64
c. Observasi Tindakan Pada Akhir Siklus I…………………..
66
d. Analisis dan Tindakan Siklus I…………………………….. 68 B. Pembahasan Hasil Penelitian……………………………………… 69 BAB V. SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan…………………………………………………………... 71 B. Implikasi…………………………………………………………..
71
C. Saran……………………………………………………………… commit to user
73
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………. .
74
LAMPIRAN………………………………………………………………….
76
commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1.Langkah Kaki Lay Up ......................................................................
37
Gambar 2.Lay Up Dengan Menggiring Bola ....................................................
39
Gambar 3. Alur Kerangka Berfikir ...................................................................
42
Gambar 4. Alur Tahap Siklus Penelitian Tindakan Kelas ................................
48
Gambar 5. Diagram Hasil Tes Siklus 1.............................................................
61
Gambar 6. Diagram Hasil Siklus 2....................................................................
67
commit to user xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1. Rincian Kegiatan Waktu dan Jenis Kegiatan………...........................43 Tabel 2. Teknik Pengumpulan Data Penelitian ................................................. 45 Tabel 3. Indikator Pencapaian Hasil Belajar Siswa ………………………… 50 Tabel 4. Deskripsi Kondisi Awal……………………………………………. 53 Tabel 5. Deskripsi Data Hasil Observasi Sikap Siswa (Siklus 1)…………… 60 Tabel 6. Deskripsi Data Hasil Observasi Sikap Siswa (Siklus 2)……………. 67 Tabel 7.Distribusi Frekuensi Nilai Siswa Pada Siklus 2…………………….. 69 Tabel 8. Pencapaian Aktivitas dan Pembelajaran Siswa…………………… 70
commit to user xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1.
Rancangan
Pelaksanaan
Pembelajaran
Siklus
1
Pertemuan Pertama ............................................................ Lampiran 2.
Rancangan
Pelaksanaan
Pembelajaran
Siklus
1
Pertemuan Kedua .............................................................. Lampiran 3.
Rancangan
Pelaksanaan
Pembelajaran
Siklus
Rancangan
Pelaksanaan
Pembelajaran
Siklus
95
2
Pertemuan Pertama ............................................................ Lampiran 5.
84
1
Pertemuan Ketiga .............................................................. Lampiran 4.
76
106
Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran Siklus Pertemuan Kedua.................................................................................
117
Lampiran 6.
Dukumentasi Penelitian ....................................................
128
Lampiran 7.
Data Awal Lay Up Tengah Bola Basket…………………
131
Lampiran 8.
Rekap Hasil Siklus I ……………………………...…….
132
Lampiran 9.
Rekap Hasil Siklus 2……………………..………………
133
Lampiran 10. Peningkatan Pembelajaran Lay Up Tengah Bola Basket………………………………………………...….
134
Lampiran 11. Hasil Tes Afektif…………………………………..…….
135
Lampiran 12. Hasil Tes Kognitif………………………………………..
136
Lampiran 13. Hasil Tes Psikomotor Siklus I…………………………....
137
Lampiran 14. Hasil Tes Psikomotor Siklus 2………………………..….
138
Lampiran 15. Surat Pengajuan Judul……………………………………
139
Lampiran 16. Surat Validasi Proposal Skripsi…………………………..
140
Lampiran 17. Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi……………….
141
Lampiran 18. Permohonan Surat Pengantar Ijin Penelitian ……………
142
Lampiran 19. Suran Ijin Penelitian Disdikpora Surakarta………………
143
Lampiran 20. Surat Permohonan Ijin Reserch ……………….…………
145
Lampiran 21. Surat Ijin Penelitian Sekolah ………………………..….. commit to user
146
xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan Jasmani (Penjas) merupakan suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang dirancang dan disusun secara sistematik untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan ketrampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif serta kecerdasan emosi. Tujuan yang ingin dicapai melalui Penjas mencakup pengembangan individu secara menyeluruh. Artinya, cakupan Penjas tidak hanya pada aspek jasmani saja tetapi juga aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Selain itu Penjas juga mencakup aspek mental, emosional, sosial, dan spiritual. Penjas diajarkan dari tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), bahkan di Perguruan Tinggi. Penjas sebagai komponen pendidikan secara keseluruhan telah disadari oleh banyak kalangan. Namun, dalam pelaksanaanya pengajaran Penjas berjalan belum efektif seperti yang diharapkan. Pembelajaran Penjas cenderung konvensional, yaitu pembelajaran yang berpusat pada guru saja, dimana siswa dituntut untuk mengikuti perintah dari guru. Pada hal orientasi pembelajaran harus disesuaikan dengan perkembangan anak, serta isi dan urusan materi serta cara penyampaian harus disesuaikan sehingga menarik dan menyenangkan, sebab sasaran pembelajaran ditujukan bukan hanya mengembangkan keterampilan olahraga, tetapi perkembangan pribadi anak seutuhnya. Jadi konsep dasar Penjas dan model pengajaran Penjas yang efektif perlu dipahami oleh mereka yang hendak mengajar Penjas. Materi pelajaran Penjas yang meliputi: pengalaman mempraktekan ketrampilan dasar permainan dan olahraga disajikan untuk membantu siswa agar memahami mengapa manusia bergerak dan bagaimana cara melakukan gerakan to user Lewat program Penjas dapat secara aman, efisien ,efektif dancommit menyenangkan. 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2 diupayakan peranan pendidikan untuk mengembangkan kepribadian individu. Sumbangan nyata dari Penjas adalah untuk mengembangkan keterampilan gerak (psikomotor). Karena itu posisi Penjas menjadi unik, sebab berpeluang lebih banyak daripada mata pelajaran lainnya untuk membina keterampilan-keterampilan
lain,
hal
inilah
yang
membuat
sekaligus
mengungkapkan kelebihan Penjas dari pelajaran-pelajaran lainnya. Jika pelajaran lain lebih mementingkan pengembangan intelektual, maka melalui Penjas terbina sekaligus aspek penalaran, sikap, dan keterampilan. Dalam pelaksanaan pembelajaran Penjas, diajarkan beberapa macam cabang olahraga yang terangkum dalam kurikulum Penjas pada tiap-tiap sekolah. Salah satu cabang olahraga yang diajarkan adalah Bola Basket. Bola Basket adalah salah satu materi pokok yang wajib diajarkan dalam Penjas. Secara garis besar permainan bola basket dilakukan dengan mempergunakan tiga unsur teknik yang menjadi pokok permainan, yakni : mengoper dan menangkap bola (pasing and catching) , menggiring bola (dribbling), serta menembak Secara garis besar permainan Bola Basket dilakukan dengan mempergunakan tiga unsur teknik yang menjadi pokok permainan, yakni : mengoper dan menangkap bola (pasing and catching), menggiring bola Secara garis besar permainan Bola Basket dilakukan dengan mempergunakan tiga unsur teknik yang menjadi pokok permainan, yakni : mengoper dan menangkap bola (pasing and catching), menggiring bola (dribbling), serta menembak (shooting). Ketiga unsur teknik tadi berkembang menjadi berpuluh-puluh teknik lanjutan yang memungkinkan permainan Bola Basket hidup dan bervariasi. Misalnya, dalam teknik mengoper dan menangkap bola terdapat beberapa cara seperti : tolakan dada (chest pass), tolakan di atas kepala (overhead pass), tolakan pantulan Secara garis besar permainan bola basket dilakukan dengan mempergunakan tiga unsur teknik yang menjadi pokok permainan, yakni : mengoper dan menangkap bola (pasing and catching), menggiring bola (dribbling), serta menembak (shooting). Ketiga unsur teknik tadi berkembang menjadi berpuluh-puluh teknik lanjutan yang memungkinkan permainan Bola Basket hidup dan bervariasi. Misalnya, dalam teknik mengoper dan menangkap bola terdapat beberapa cara seperti : tolakan dada (chest pass),commit tolakantodiuser atas kepala (overhead pass), tolakan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3 pantulan (bounce pass), dan lain sebagainya.Ketiga unsur teknik tadi berkembang menjadi berpuluh-puluh teknik lanjutan yang memungkinkan permainan Bola Basket hidup dan bervariasi. Misalnya, dalam teknik mengoper dan menangkap bola terdapat beberapa cara seperti : tolakan dada (chest pass), tolakan di atas kepala (overhead pass), tolakan pantulan (bounce pass), dan lain sebagainya. (shooting). Ketiga unsur teknik tadi berkembang menjadi berpuluh-puluh teknik lanjutan yang memungkinkan permainan Bola Basket hidup dan bervariasi. Misalnya, dalam teknik mengoper dan menangkap bola terdapat beberapa cara seperti : tolakan dada (chest pass), tolakan di atas kepala (overhead pass), tolakan pantulan (bounce pass). Kemudian terdapat beberapa teknik gabungan seperti lay up. lay up adalah usaha memasukkan bola ke ring atau keranjang basket dengan dua langkah dan meloncat agar dapat meraih poin. Lay-up disebut juga dengan tembakan melayang. Dimana teknik lay up juga dibagi menjadi tiga macam diantaranya ada lay up kiri, lay up tengah dan lay up kanan. Berdasarkan ketiga teknik lay up diatas penelitian ini akan mengkaji dan meneliti tentang lay up tengah Melalui pengamatan peneliti selama observasi terhadap guru Penjas di SMK Kristen 1 Surakarta banyak siswa kelas X tahun ajaran 2011/2012 yang belum maksimal dalam proses belajar terutama dalam melaksanakan lay up tengah bola basket. Hal ini disebabkan ketika siswa mendapat materi lay up tengah, guru cenderung mengajar secara konvensional. Hal tersebut menjadikan pembelajaran pasif dan kaku sehingga siswa tidak begitu antusias terhadap pelajarn penjas. Akibatnya hasil belajar siswa kurang maksimal. Hal itu dikarenakan guru Penjas hanya mengejar bagaimana materi pelajaran tersebut dapat selesai tepat waktu, tanpa memikirkan bagaimana pembelajaran itu bermakna dan dapat diaplikasikan oleh siswa dalam kesehariannya. Tercermin dari saat pelajaran dimulai siswa langsung diambil nilai oleh guru Penjas, sehingga hasilnya pun kurang maksimal. Dalam hal ini untuk mengatasi menurunnya tingkat motivasi siswa dalam pembelajaran penjas dapat digunakan pendekatan bermain. Pendekatan bermain commit to user adalah salah satu cara belajar yang dalam pelaksanaannya dilakukan melalui
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4 bentuk permainan. Dalam pendekatan bermain siswa diberi kebebasan untuk mengekspresikan kemampuannya terhadap tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Dengan cara bermain diharapkan siswa dapat memiliki kreativitas dan inisiatif untuk memecahkan masalah yang muncul selama proses pembelajaran berlangsung. Melalui bermain dikembangkan juga unsur kompetitif, sehingga siswa saling berlomba menunjukkan kemampuannya. Sesuai dengan karakteristik siswa SMA dimana pada usia ini adalah masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Pada masa usia tersebut seluruh aspek perkembangan manusia baik itu kognitif, psikomotorik dan afektif mengalami perubahan. Perubahan yang paling mencolok adalah pertumbuhan dan perkembangan fisik dan psikologis. Untuk itu guru harus mampu mengembangkan pembelajaran yang efektif, menyenangkan dan menerapkan pendekatan pembelajaran yang baik dan tepat, disamping itu juga harus memahami dan memperhatikan karakteristik dan kebutuhan siswa. Dengan pendekatan pembelajaran yang tepat, siswa akan mudah menerima materi pelajaran dan hasilnya juga akan optimal.Dari data awal yang diperoleh ketika Praktik Pengalaman Lapangan (PPL), diperoleh data dari 28 jumlah siswa kelas X Tata Niaga yang melakukan ujian lay up bola basket, hanya 7 siswa yang bisa dikatakan lulus.Berikut data awal yang diperoleh peneliti ketika melaksanakan Praktik Pengalaman Mengajar (PPL) . Dari data yang peneliti kumpulkan didapat data awal dimana 7 dari jumlah siswa keseluruhan berjumlah 28 siswa saja yang bisa dikatakan lulus atau jika di prosentase kelulusan hanya berjumlah 24,99% saja. Melihat permasalahan seperti tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa salah satu penyebab munculnya permasalahan dalam kaitannya dengan hasil belajar siswa dalam melakukan lay up tengah bola basket yang kurang optimal dalam pencapaian nilai ketuntasan minimal adalah perlu adanya penggunaan media pembelajaran yang berbeda, bervariasi, kreatif, inovatif dan menyenangkan serta pendekatan yang efektif bagi siswa namun dalam penyajiannya di setiap proses belajar mengajar dengan tidak lupa selalu melibatkan siswa agar berperan aktif, yang mana pada akhirnya diharapkan dapat commit to user memacu meningkatkan prestasi hasil belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5 Dengan menyadari arti pentingnya metode yang tepat dalam proses pembelajaran bagi siswa, untuk itu penelitian ini mengambil judul “Upaya Meningkatkan Pembelajaran Lay Up Tengah Bola Basket Melalui Penggunaan Alat Bantu Pembelajaran Pada Siswa Kelas X Tata Niaga SMK Kristen 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/ 2012”.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka masalah yang ada dapat dirumuskan sebagai berikut: Bagaimanakah penerapan Penggunaan Alat Bantu Pembelajaran dapat meningkatkan pembelajaran lay up tengah bola basket pada siswa kelas X Tata Niaga SMK Kristen 1 Surakarta tahun pelajaran 2011/ 2012 ?
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, penelitian ini mempunyai tujuan untuk : Meningkatkan pembelajaran lay up tengah bola basket pada siswa kelas X Tata Niaga SMK Kristen 1 Surakarta tahun pelajaran 2011/ 2012, melalui penggunaan alat bantu bembelajaran.
D. Manfaat Penelitian Masalah dalam penelitian ini penting untuk diteliti dan dari hasil penelitian manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah : 1.
Bagi Siswa di Sekolah Subyek Penelitian Melalui metode pembelajaran yang akan digunakan dapat meningkatkan dan memacu siswa untuk lebih bersemangat dalam mengikuti pelajaran disekolah.
2.
Bagi Guru di Sekolah Subyek Penelitian Penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi guru penjas di SMK Kristen 1 Surakarta, bahwa penggunaan metode pembelajaran yang tepat dapat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6 meningkatkan penguasaan teknik siswa, sehingga dapat mendukung pencapaian hasil belajar secara maksimal. 3.
Bagi Peneliti di Sekolah Subyek Penelitian Peneliti mendapatkan fakta penggunaan metode pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan penguasaan teknik dan hasil belajar atau materi dalam proses pembelajaran
4. Bagi Sekolah Subyek Penelitian sebagai bahan masukan, saran, dan informasi terhadap sekolah, untuk mengembangkan metode pembelajaran yang tepat dalam rangka meningkatkan kualitas proses dan kuantitas hasil belajar siswa maupun lulusan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran
a.
Pengertian Pembelajaran Istilah pembelajaran menurut Purwadarminta, bahwa “pembelajaran sama dengan instruction atau pengajaran. Pengajaran mempunyai arti : Cara (perbuatan) mengajar atau mengajarkan” 1776 (dalam H.J Gino et al 1993 : 30) Bila pengajar diartikan sebagai perbuatan pengajar tentunya ada yang mengajar yaitu guru dan ada yang diajar atau yang belajar yaitu siswa. Dengan demikian pengajaran diartikan sama dengan perbuatan belajar mengajar. Kegiatan belajar-mengajar merupakan satu kesatuan dari dua kegiatan yang searah. Kegiatan belajar adalah kegiatan yang primer dalam kegiatan belajar-mengajar tersebut, sedangkan mengajar merupakan kegiatan sekunder yang dimaksudkan untuk dapat terjadi kegiatan belajar yang optimal. Situasi yang memungkinkan terjadi kegiatan pembelajaran yang optimal adalah situasi dimana siswa dapat berinteraksi dengan guru dan bahan pengajaran ditem pat tertentu yang telah diatur dalam rangka terciptanya tujuan. Situasi itu dapat dioptimalkan dengan menggunakan metode dan media yang tepat. Agar dapat diketahui keefektifan kegiatan belajar-mengajar, maka setaip proses dan hasilnya harus dievaluasi. Menurut H.J Gino et al (1993) bahwa kegiatan belajar-mengajar merupakan suatu kegiatan yang melibatkan beberapa komponen: 1) Siswa, adalah seseorang yang bertindak sebagai pencari, penerima, dan penyimpan isi pelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan; 2) Guru adalah seseorang yang bertindak sebagai pengelolah kegiatan belajar mengajar, katalisator belajar-mengajar, dan peran lainnya yang commit to user belajar-mengajar yang efektif ; memungkinkan berlangsungnya kegaitan 7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8 3) Tujuan yakni penyataan tentang perubahan perilaku yang diinginkan terjadi pada siswa setelah menikuti belajar-mengajar. Perubahan perilaku tersebut mencakup perubahan kognitif, psikomotor, dan afektif. 4) Isi pembelajaran, yakni segala informasi berupa fakta, prinsip, dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan; 5) Metode, yakni cara yang teratur untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan mereka untuk mencapai tujuan; 6) Media, yakni bahan pengajaran dengan atau tanpa peralatan yang digunakan untuk manyajikan informasi kepada para siswa agar mereka dapat mancapai tujuan; 7) Evaluasi, yakni cara tertentu yang digunakan untuk menilai suatu proses dan hasilnya. Evaluasi dilakukan terhadap seluruh komponen kegiatan belajar-mengajar
komponen-komponen
kegiatan
belajar-mengajar
tersebut selain berinteraksi satu dengan yang lain dan bermula serta bermuara pada tujuan, sehingga merupakan suatu sistem (hlm. 30). Kegiatan pembelajaran adalah kegiatan yang di dalamnya terdapat proses mengajar, membimbing, melatih, memberi contoh, dan atau mengatur serta memfasilitasi berbagai hal kepada peserta didik agar bisa belajar sehingga tercapai tujuan pendidikan. Pembelajaran juga diartikan sebagai usaha sistematis yang memungkinkan terciptanya pendidikan. Berdasarkan pernyataan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian pembelajaran yaitu upaya yang direncanakan dan dilakukan untuk memungkinkan terjadinya kegiatan belajar pada diri warga berguna untuk mencapai tujuan belajar. Dengan melalui kegiatan pembelajaran, pendekatan pembelajaran merupakan aspek yang sangat penting dan mempunyai hubungan fungsional untuk mencapai tujuan intruksional. Untuk itu seorang guru
harus memilih atau menentukan
pendekatan pembelajaran mana yang sesuai untuk pembelajaran yang tepat dan dapat memberikan peluang untuk terjadinya proses pembelajaran secara commit to Pembelajaran user efektif dalam kegiatan iteraksional. yang tepat ditentukan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9 berdasarkan analisis terhadap hal-hal tertentu. Dengan demikian kegiatan pembelajaran dengan sendirinya harus memperhatikan fektor-faktor internal dan eksternal yang merupakan faktor yang penting dalam menentukan pembelajaran.
2. Ciri–ciri Pembelajaran Proses pembelajaran dialamis epanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun. Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda.Dalam konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan( aspek kognitif ), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan ( aspek psikomotor) seseorang peserta didik. Pengajaran member kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan guru saja.Sedangkan pembelajaran juga menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan peserta didik. Berdasarkan hal tersebut, maka dalam pembelajaran terdapat ciri-ciri tertentu. Menurut H. J. Gino (1993) menyatakan, “Ciri-ciri pembelajaran terletak pada adanya unsur-unsur dinamis dalam proses belajar siswa yaitu (1) motivasi belajar, (2) bahan belajar, (3) alat bantu belajar, (4) suasana belajar dan (5) kondisi subyek belajar” (hlm. 36). Berdasarkan pendapat
tersebut menunjukkan bahwa, ciri-ciri
pembelajaran terdiri dari lima macam yaitu, motivasi belajar, bahan belajar, suasana belajar dan kondisi siswa belajar. Ciri-ciri pembelajaran tersebut harus diperhatikan dalam proses belajar mengajar. Secara singkat ciri-ciri pembelajaran dijelaskan sebagai berikut: 1) Motivasi Belajar Dalam kegiatan belajar mengajar, bila ada seorang siswa, misalnya tidak dapat berbuat sesuatu yang seharusnya dikerjakan, maka perlu diselidiki, mungkin ia sakit, ada problem pribadi mungkin ia tidak to user senang, dan sebagainya.commit Keadaan semacam ini perlu dilakukan daya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10 upaya yang dapat menentukan sebab-sebabnya dan kemudian mendorong siswa itu mau melakukan pekerjaan tersebut yang seharusnya dilakukan. Dengan kata lain siswa itu perlu diberi rangsangan agar tumbuh motivasi pada dirinya, atau diberikan motivasi. Menurut Aunurrahman mengemukakan (2010) “Motivasi dapat bersifat internal dan external. Motivasi internal adalah dorongan dari dalam diri individu untuk melakukan suatu aktivitas. Motivasi eksternal adalah dorongan yang berasal dari luar diri individu” (hlm. 115). Motivasi dapat dikatakan sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu dan bila tidak suka, maka akan berusaha untuk mengelakkan perasaan tidak suka tersebut. Jadi motivasi dapat dirangsang oleh faktor dari luar, tetapi motivasi itu tumbuh di dalam diri seseorang. Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri seseorang yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjalin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh siswa dapat tercapai. 2) Bahan Belajar Bahan belajar merupakan isi dalam pembelajaran. Bahan atau materi belajar perlu berorientasi pada tujuan yang akan dicapai siswa dan memperhatikan karakteristik siswa agar dapat diminati siswa. Dadang Sulaiman dalam H.J Gino et al (1993) menyatakan bahwa “pemilihan materi belajar yang dilakukan dengan teliti serta penggunaannya yang bijaksana, akan memberikan motivasi yang tinggi kepada para siswa untuk merespon terhadap pengajaran” (hlm. 37). Bahan pengajaran, yakni segala informasi yang berupa fakta, prinsip,
dan
konsep
yang
diperlukan
untuk
mencapai
tujuan
pembelajaran. Selain bahan yang berupa informasi, maka perlu diusahakan isi pengajarancommit dapat merangsang daya cipta atau yang bersifat to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11 menantang agar menumbuhkan dorongan pada diri siswa untuk menemukan atau memecahkannya, sehingga kelas menjadi hidup. 3) Alat Bantu Belajar Alat bantu belajar atau media belajar merupakan alat
yang
dapat membantu siswa belajar untuk mencapai tujuan belajar. Alat bantu pembelajaran adalah semua alat yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud menyampaikan pesan dari guru kepada siswa. Perlu ditambahkan bahwa informasi yang disampaikan melalui media, harus dapat diterima oleh siswa, dengan menggunakan salah satu atau gabungan alat indra siswa mampu dan dapat menerima isi pesan yang di sampaikan. Guru harus berusaha agar materi yang disampaikan atau disajikan mampu diserap dengan mudah oleh siswa. Apabila pengajaran disampikan dengan bantuan alat-alat yang menarik, maka siswa akan merasa senang dan pembelajaran dapat berlangsung dengan baik. 4) Suasana Belajar Adanya Komunikasi Dua arah (antara guru-siswa, siswa dengan siswa) yang intim dan hangat, sehingga hubungan guru-siswa yang secara hakiki setara, dan dapat berbuat bersama. Dengan adanya komunikasi yang intim dan hangat tersebut menunjukkan suasana yang gembira dan bebas, sehingga akan memperlancar jalannya proses belajarmengajar yang pada akhirnya dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar. Moedjiono dan Moh. Dimiyati (1991) dalam H.J Gino (1993), mengemukakan bahwa adanya kegairahan dan kegembiraan belajar. Suasana belajar-mengajar yang dapat meningkatkan kegairahan dan kegembiraan belajar akan terjadi apabila isi pelajaran yang disediakan berkesesuaian
dengan
karakteristik
siswa.
Adanya
kegairahan
dankegembiraan belajar pada diri siswa, akan memaksimalkan keaktifan siswa yang belajar (hlm. 39). 5) Kondisi Siswa yang Belajar Kondisi siswa memiliki sifat yang unik yang artinya, antara commit berbeda, to user tetapi juga memiliki kesamaan anak satu dengan yang lainnya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12 yaitu memiliki langkah-langkah perkembangan dan memiliki potensi yang perlu diaktualisasikan melalui pembelajaran. Dengan kondisi siswa yang demikian akan dapat berpengaruh pada partisipasi siswa dalam proses belajar. Bahwa kondisi siswa dapat dipengaruhi oleh faktor dari luar, yaitu segala sesuatu yang ada diluar diri siswa, termasuk situasi belajar-mengajar yang diciptakan guru dan faktor dari dalam misalnya motivasi. Untuk itu, kegiatan pengajaran lebih menekankan pada peranan dan partisipasi siswa bukan peran guru yang dominan, tetapi lebih berperan sebagai fasilitator, motivator dan sebagai pembimbing.
3. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Belajar
membawa
sesuatu
perubahan
pada
individu
yang
belajar.Menurut S.Nasution dalam H.J Gino et al (1993) , bahwa Perubahan akibat belajar tidak hanya mengenai jumlah pengetahuan, melainkan juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan, minat, penyesuaian diri, pendeknya mengenai segala aspek organisme atau pribadi seseorang (hlm. 51) . Perubahan akibat dari belajar adalah menyeluruh pada diri siswa. Untuk mencapai perubahan atau peningkatan pada diri siswa, maka dalam proses pembelajaran harus diterapkan prinsip-prinsip pembelajaran yang tepat. Untuk lebih jelasnya prinsip-prinsip pembelajaran tersebut diuraikan secara singkat sebagai berikut: 1) Perhatian dan Motivasi Pembelajaran Perhatian siswa waktu belajar akan sangat mempengaruhi hasil belajar. Belajar dengan penuh perhatian (konsentrasi) pada materi yang dipelajari akan lebih terkesan lebih mendalam dan tahan lama pada ingatan. Dengan motivasi dimaksud usaha-usaha menyediakan kondisikondisi sehingga anak itu mau, ingin melakukannya sesuatu. Di belakang setiap perbuatan kita terdapat suatu motivasi yang mendorong kita melakukannya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13 Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002) menyatakan bahwa motivasi mempunyai kaitan erat dengan minat. Siswa yang memiliki minat terhadap sesuatu bidang studi tertentu cenderung tertarik perhatiannya dan dengan demikian timbul motivasi untuk mempelajari bidang studi tersebut (hlm. 43). Motivasi juga dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dianggap penting dalam kehidupan. Perubahan nilai-nilai yang dianut akan mengubah tingkah laku manusia dan motivasinya. Karenanya, bahan-bahan pelajaran yang disajikan hendaknya disesuaikan dengan minat siswa dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. 2) Keaktifan Pembelajaran Dari
semua
unsur
belajar,
boleh
dikatakan
keaktifan
pembelajaraan prinsip terpenting karena belajar sendiri merupakan suatu kegiatan. Tanpa adanya kegiatan tak mungkin seseorang belajar. Keaktifan
siswa
dalam
proses
pembelajaran
bermacam-macam
bentuknya. Hal ini sesuai dengan jenis atau masalah yang dipelajari siswa. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002) bahwa dalam setiap proses belajar, siswa selalu menempatkan keaktifan-keaktifan itu beraneka ragam bentuknya. Mulai dari kegiatan fisik yang mudah berupa membaca, mendengar, menulis, berlatih keterampilan-keterampilan dan sebagainya. kita amaniti sampai kegiatan psikis yang susah diamati berupa menggunakan pengetahuan yang dimiliki untuk memecahkan masalah yang dihadapi, membandingkan satu konsep dengan yang lain, menyimpulkan hasil percobaan, dan kegiatan psikis yang lain (hlm. 45). Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran bermacam-macam bentuknya. Hal ini sesuai dengan jenis atau masalah yang dipelajari siswa. Menurut S. Nasution (1988) yang dikutip H.J. Gino et al. (1993) macam-macam keaktifan belajar siswa antara lain: “Visual activities, oral activities, listening activities, drawing activities, motor activities, mental commit to user activities, emotional activities”(hlm.53).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14 Keaktifan-keaktifan siswa dalam proses pembelajaran tersebut tidak terpisah satu dengan lainnya. Misalnya dalam keaktifan motoris terkandung keaktifan mental dan disertai oleh perasaan tertentu. Dalam setiap pelajaran dapat dilakukan bermacam-macam keaktifan. 3) Keterlibatan Langsung Siswa Belajar adalah suatu proses yang terjadi dalam diri setiap siswa. Belajar adalah suatu proses yang memungkinkan organ-organ siswa mengubah tingkah lakunya sebagai hasil pengalaman yang diperolahnya. Kunci pengertian belajar adalah hasil pengalaman, sebab pengalamanpengalaman yang diperoleh itulah yang menentukan perubahan tingkah laku siswa. Derektorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 1983 dalam H.J Gino et al (1993) “peristiwa belajar terjadi apabila terjadi perubahan tingkah laku pada diri siswa” (hlm. 53). Belajar adalah tanggung jawab masing-masing siswa, sebab belajar adalah hasil dari pengalaman yang diperoleh sendiri, bukan pengalaman yang didapat oleh orang lain. Oleh karena itu kualitas hasil belajar berbeda-beda antara siswa yang satu dengan yang lain, tergantung pada pengalaman yang diperoleh dan kondisi serta kemampuan tiap-tiap siswa. Dari kenyataan ini timbullah keyakinan bahwa tujuan pendidikan hanya dapat dicapai apabila setiap siswa mandapatkan pengalaman belajar sendiri sesuai dengan kondisi dan kemampuan yang di miliki. Maka dapat disimpulkan bahwa keterlibatan langsung siswa dalam mendapatkan pengalaman-pengalaman belajar sangat berpengaruh terhadap hasil belajar dan perubahan tingkah lakunya. 4) Penggulangan Belajar Menurut H.J Gino et al (1993) bahwa salah satu prinsip belajar adalah ulangan dan latihan itu perlu dalam proses belajar, tetapi harus didahului oleh pemahaman. Dengan ulangan-ulangan dan latihan-latihan dapat mempertinggi kesanggupan memperoleh pamahaman dalam situasi-situasi yang bersama yang telah banyak dihadapi sebelumnya commit to user (hlm. 54).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15 Melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas daya mengamat, menanggap, meningat, mengkhayal, merasakan, berpikir, dan sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan berkembang. Seperti halnya pisau yang selalu diasah akan menjadi tajam, mala daya-daya yang dilatih dengan pengadaan pengulanganpengulangan akan menjadi sempurna. 5) Sifat merangsang dan menantang dari materi yang dipelajari Materi yang dipelajari oleh siswa harus mempunyai sifat merangsang atau menantang. Artinya, materi tersebut mengandung banyak masalah-masalah yang merangsang untuk dipecahkan. Apabila siswa dapat mengatasi masalah yang dihadapinya, maka ia akan mendapatkan kepuasan Menurut S. Nasution (1988) dalam H.J Gino et al (1993) mengemukakan bahwa: manusia sanggup menghadapi dan memecahkan suatu masalah dalam hatinya. Ini berkat bahasa karena itu manusia dapat memperluas lapangan masalahnya di luar situasi yang konkrit, mengenai waktu dan tempat. Karena itu manusia dapat memecahkan masalah sebelum ia menghadapi secara konkrit. Dalam menghadapi masalah yang pelik dapat diikutinya cara ilmiah (hlm. 55). Dalam pendidikan kesanggupan untuk memecahakan soal harus dipelajari oleh siswa. Kepada siswa harus diajarkan metode ilmiah, sebab metode ini dapat digunakan untuk merangsang memecahkan masalah yang pelik dalam pelajaran. Menggunakan metode ilmiah bererti merangsang siawa untuk berpikir lebih sistematis, lebih logis, lebih teratur dan lebih teliti.
6) Pemberian Balikan dan Penguatan Kepada Siswa Pada umumnya pemberian balikan mempunyai pengaruh positif dalam kehidupan siswa, yaitu mendorong siswa untuk memperbaiki tingkah laku dan meningkatkan usaha belajarnya. Tingakah laku da usaha commit user baik, diberikan balikan dalam belajar serta penampilan siswato yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16 bentuk senyuman ataupun kata-kata pujian yang merupakan penguatan terhadap tingkah laku dan pembelajaran siswa Menurut Gage dan Berliner (1984) dalam Dimyatin dan Mudjiono
(2002)
, bahwa “dorongan belajar itu tidak saja oleh
penguatan yang menyenangkan tetapi juga yang tidak menyenangkan. Atau dangan kata lain penguatan positif maupun negatif dapat memperkuat belajar” (hlm. 48). Penguatan (reinforcement) adalah respon terhadap tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut. Memberi penguatan dalam kegiatan belajar kelihatannya sederhana sekali, yaitu tanda persetujuan guru terhadap tingkah laku siswa. Namun demikian, penguatan ini sangat besar manfaatnya terhadap peningkatan hasil belajar siswa. 7) Perbedaan individual Siswa merupakan individu yang unik artinya tidak ada dua orang siswa yang sama persis, tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan yang lain. Perbedaan itu terdapat pada karakteristik psikis, kepribadian, dan sifat-sifatnya. Setiap siswa memiliki karakteristik sendiri-sendiri yang berbeda satu dengan lainnya. Karena hal inilah, setiap siswa belajar menurut tempo atau kecepatannya masing-masing. Kesadaran bahwa dirinya berbeda dengan siswa lain akan membantu siswa menentukan cara belajar serta sasaran belajar bagi dirinya sendiri. Manfaat pembelajaran akan lebih berarti jika proses pembelajaran yang diterapkan, direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan karakteristik dan kondisi masing-masing siswa. Untuk mencapai hasil belajar yang optimal, maka guru harus memperhatikan perbedaan setiap individu dan dalam membelajarkannya harus disesuaikan dengan kemampuan masingmasing individu. Perbedaan individual ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa. Karenanya, perbedaan individu perlu diperhatikan oleh guru commit to user dalam upaya pembelajaran. Sistem pendidikan klasikal yang dilakukan di
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17 sekolah kurang memperhatikan masalah perbedaan individual. Umumnya pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan melihat siswa sebagai individu dengan kemampuan rata-rata, kebiasaan yang kurang lebih sama, demikian pula dengan pengetahuannya.
4. Pendekatan Pembelajaran
Dalam kegiatan belajar-mengajar guru dihadapkan pada siswa. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya keterampilan mengorganisasikan siswa agar belajar. Guru juga menghadapi bahan pengetahuan yang berasal dari buku teks, dari kehidupan, sumber informasilain, atau kenyataan di sekitar sekolah. Pembelajaran juga berarti meningkatkan kemampuan-kemampuan kognitif, afektif, dan keterampilan siswa. Kemampuan-kemampuan tersebut diperkembangkan bersama dengan memperoleh pengalaman belajar sesuatu. Dengan menghadapi siswa, berbagai pesan yang terkandung dalam bahan ajar, peningkatan kemampuan siswa, dan proses memperoleh pengalaman, maka guru memerlukan pengetahuan tentang pendekatan pembelajaran. Suatu prasyarat teknis untuk dapat membelajarkan adalah bahwa seorang guru sudah pernah bertindak belajar itu sendiri. Menurut
Dimyati
dan
Mudjiono
mengemukakan
pendekatan
pembelajaran dapat berarti anutan pembelajaran yang berusaha meningkatkan kemampuan-kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa dalam pengolahan pesan sehingga tercapai sasaran belajar. Dalam belajar tentang pendekatan pembelajaran tersebut, orang dapat melihat pengorganisasian, posisi guru-siswa dalam pengolahan pesan, dan pemerolehan kemampuan dalam pembelajaran (2002: 185). Dalam pembelajaran pada siswa terjadi peningkatan kemampuan. Semula siswa memiliki kemampuan pra-belajar; dalam proses belajar pada kegiatan belajar hal tertentu, siswa memperbaiki tingkat ranah-ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Keputusan tentang perbaikan tingkat ranah tersebut commit user kerja siswa dalam pemecahan didasarkan atas evaluasi guru dan tounjuk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18 masalah. Penerapan metode pembelajaran yang dilakukan seorang guru akan mempengaruhi pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Dengan metode pebelajaran yang tepat akan dapat membangkitkan motifasi belajar siswa, sehingga akan mendukung pencapaian hasil belajar lebih optimal.
5. Pendidikan Jasmani
a. Pengertian Pendidikan Jasmani Pendidikan jasmani merupakan media untuk mendorong perkembangan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan dan penalaran penghayatan nilai-nilai (sikap, mental, emosional, spiritual dan sosial), serta pembiasaan hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan yang seimbang .Menurut Soegito, Bambang Wijanarko dan Ismaryati (1994) bahwa“ Pendidikan jasmani adalah metode pendidikan melalui aktivitas jasmani yang dipilih dan terus dilakukan dengan sepenuhnya memperhatikan nilai-nilai di dalam pertumbuhan, perkembangan dan kelakuan manusia” (hlm.5). Sedangkan menurut Cholik Mutohir yang dikutip dalam Samsudin (2008) : Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai perorangan atau anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani untuk memperoleh pertumbuhan jasmani, kesehatan dan kesegaran jasmani, kemampuan dan keterampilan, kecerdasan dan perkembangan watak, serta kepribadian yang harmonis dalam rangka pembentukan manusia Indonesia berkualitas berdasarkan Pancasila (hlm. 2). Dan menurut Samsudin (2008) menyatakan bahwa “Pendidikan jasmani adalah proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif dan kecerdasan emosi” (hlm. 2) . Sedangkan menurut Abdul Ghofur (1983) : Pendidikan jasmani merupakan suatu proses yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani untuk memperoleh pertumbuhan jasmani, kesehatan dan kesegaran jasmani, kemampuan dan ketrampilan, kecerdasan dan perkembangan watak serta kepribadian commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19 yang harmonis dalam rangka membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas berdasarkan Pancasila. (hlm. 8-9) Dengan demikian dapat disimpulkan pendidikan jasamani adalah merupakan proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani dan direncanakan secara sistematik yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan kualitas individu dari segala aspek kehidupan. Pendidikan jasmani memberikan kesempatan pada siswa untuk terlibat langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, bermain, dan
berolahraga
terencana.Pengalaman
yang
dilakukan
belajar
itu
secara
diarahkan
sistematis, untuk
terarah
membina,
dan
sekaligus
membentuk gaya hidup sehat dan aktif sepanjang hayat. Dalam proses pendidikan jasmani, guru harus dapat mengajarkan berbagai keterampilan gerak dasar, teknik dan strategi permainan dan olahraga, internalisasi serta prasarana dan sarana olahraga.
b. Tujuan Pendidikan Jasmani Pendidikan jasmani mempunyai peranan penting untuk mendukung pencapaian tujuan pendidikan secara keseluruhan.Adapun tujuan pendidikan jasmani menurut Soegito, Bambang Wijanarko dan Ismaryati (1994) dapat dirumuskan sebagai berikut : a. b. c. d. e. f. g.
Meningkatkan perkembangan dan pertumbuhan badan. Meningkatkan kesegaran jasmani. Meningkatkan kehidupan yang sehat. Meningkatkan ketangkasan/keterampilan. Meningkatkan pengetahuan dan kecerdasan. Menampilkan rasa sosial, kehidupan yang kreatif dan rekreatif. Meningkatkan budi pekerti luhur. (hlm .5 ) Sedangkan dalam Samsudin (2008) menyebutkan tentang beberapa
tujuan pendidikan jasmani, diantaranya: 1) Meletakan landasan kuat yang melalui internalisasi nilai dalam pendidikan jasmani. 2) Membangun landasan kepribadian yang kuat, sikap cinta damai, sikap sosial dan toleransi dalam konteks kemajemukan budaya, etnis dan commit to user agama.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20 3) Menumbuhkan kemampuan berpikir kritis melalui tugas-tugas pembelajaran pendidikan jasmani. 4) Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, tanggung jawab, kerjasama, percaya diri dan demokratis melalui aktivitas jasmani. 5) Mengembangkan keterampilan gerak dan keterampilan teknik serta strategi berbagai permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, senam, aktivitas ritmis, akuatik (aktivitas air) dan pendidikan luar kelas (outdoor education) 6) Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani. 7) Mengembangkan keterampilan untuk menjaga diri sendiri dan orang lain. 8) Mengetahui dan memahami konsep aktivitas jasmani sebagai informasi untuk mencapai kesehatan, kebugaran dan pola hidup sehat. 9) Mampu mengisi waktu luang dengan aktivitas jasmani yang bersifat rekreatif. (hlm.3) Sedangkan menurut Toho Cholik M. dan Rusli Lutan (2001) pendidikan jasmani mempunyai beberapa tujuan diantaranya : 1) Perkembangan Pribadi a) Pertumbuhan fisik optimal b) Sehat fisik, mental dan sosial c) Kesegaran jasani optimal d) Cerdas e) Kreatif dan inovatif f) Terampil dalam gerak dan memecahkan masalah g) Jujur, disiplin, percaya diri, dan tanggung jawab 2) Hubangan Antar Pribadi dan Lingkungan a) Hormat pada sesama b) Gotong royong c) Luwes (mudah menyesuaikan diri) d) Komunikatif dalam ide (konsep) dan pemikiran e) Etika (sopan santun) f) Menghargai kondisi lingkungan g) Melestarikan lingkungan yang sehat dan harmonis 3) Ketahanan Nasional Politik a) Cinta tanah air b) Demokrasi Pancasila c) Loyal pada Pancasila dan UUD 1945 Ekonomi a) Penguasaan teknologi dan informasi b) Etos kerja Sosial Budaya commit to user a) Tertib hukum
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21 b) Kesetiakawanan sosial Budaya a) Menghargai karya orang lain b) Berfikir kritis c) Toleransi penerapan Iptek Hankam a) Kesiapan membela negara b) Partisipasi dalam Hankamrata (hlm. 30) c. Fokus Program Pembelajaran Penjas di Sekolah Menengah Atas Program pendidikan jasmani menekankan tentang pentingnya latihan sebagai akibat meningkatkan kesehatan dan kebugaran jasmani siswa.Siswa ingin belajar berbagai tingkat ketrampilan dan berbagai cabang olahraga.Siswa juga ingin berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas yang bermanfaat baginya dalam memanfaatkan waktu luang.Pada tingkat usia ini anak ingin bermain secara harmonis dengan orang lain sebagai tempat
dimana siswa dapat belajar
menghargai siswa lain. Program pendidikan jasmani harus memberikan suatu perubahan langkah dalam kegiatan akademik. Menurut Bucher yang dikutip Samsudin (2008) program pendidikan jasmani pada sekolah lanjutan meliputi halhal berikut: 1) 2) 3) 4) 5)
6)
7) 8)
Mencintai olahraga tim dan regu Kegembiraan dan minat dalam kepalatihan olahraga Pengelompokan ke dalam bagian-bagian tentang pokok bahasan (subject matter) Kelompok siswa yang berminat untuk bekerja dan beraktivitas Kepuasaan yang diperoleh dalam melihat siswa mentransfer keterampilan dari kelas pendidikan jasmani kegiatan di dalam sekolah (intramural) Tantangan yang membimbing siswa untuk melewati periode yang canggung, transisional dari ketidak tenangan dan ketidaktentuan pada masa sekolah lanjutan pertama Inspirasi yang diperoleh dari bekerja dengan staf dan kolega professional yang lain Mencintai makin banyak permainan dan aktivitas dengan organisasi tinggi. (hlm. 8)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22 d. Karakteristik Pembelajaran Penjas bagi Siswa Sekolah Menengah Atas Setiap tingkatan sekolah pembelajaran Penjas mempunyai karakteristik yang berbeda, mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi mempunyai karakterisitik tersendiri.Berikut karakteristik pembelajaran Penjas bagi siswa sekolah menengah atas menurut Samsudin (2008) : 1)
Pendidikan jasmani merupakan salah satu mata pelajaran yang ada di SMA, yang mempelajari dan mengkaji gerak manusia secara indisipliner. Gerak manusia aktivitas jasmani yang dilakukan secara sadar untuk meningkatkan kebugaran jasmani dan keterampilan motorik, mengembangkan sikap dan perilaku agar terbentuk gaya hidup yang aktif. Aktivitas jasmani yang dilakukan berupa aktivitas bermain, permainan, dan olahraga.
2) Pendidikan jasmani menggunakan pendekatan interdisipliner, karena melibatkan berbagai ilmu seperti anatomi, fisiologi, psikologi. Pendukung utama pendidikan jasmania dalamh ilmu keolahragaan yang mencakup filsafat olahraga, sejarah olahraga, sosiologi olahraga, fisiologi olahraga dan biomekanika olahraga. 3) Materi pendidikan jasmani merupakan kajian terhadap gerak manusia yang dikemas dalam muatan yang esensial, factual dan aktual. Materi ini disampaikan dalam rangka memberikan kesempatan bagi siswa untuk tumbuh kembangkan secara proporsional, rasional, psikomotorik, kognitif, dan afektif. Agar pencapaian tujuan tersebut, proses pembelajaran yang dilaksanakan harus menyenangkan, menggembirakan dan mencerdaskan siswa. (hlm. 107)
6. Modifikasi Pembelajaran Penjas Penyelenggaraan program pendidikan jasmani hendaknya mencerminkan karakteristik program pendidikan jasmani itu sendiri, yaitu, “Developmentally Appropiate Practice”(DAP). Artinya adalah tugas ajar yang diberikan harus memperhatikan perubahan perubahan kemampuan anak dan dapat membantu mendorong perubahan tersebut. Dengan demikian tugas ajar tersebut harus sesuai dengan tingkat perkembangan anak didik yang sedang belajar. Tugas ajar harus mampu mengakomodasi setiap perubahan dan perbedaan karakteristik setiap individu dan mampu mendorong ke arah perubahan yang lebih baik. Modifikasi merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan oleh para commit to user guru agar pembelajaran mencerminkan DAP. Esensi modifikasi adalah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23 menganalisa
sekaligus
mengembangkan
materi
pelajaran
dengan
cara
menuntunnya dalam bentuk aktifitas belajar yang potensial dapat memperlancar siswa dalam belajarnya. Cara ini dimaksudkan untuk menuntun, mengarahkan dan membelajarkan siswa dari yang tadinya tidak busa menjadi bisa, dari tingkat yang tadinya rendak menjadi memiliki tingkat yang lebih tinggi. Cara-cara guru memodifikasi pembelajaran akan tercermin dari aktifitas pembelajaran yang diberikan guru dari mulai awal hingga akhir pelajaran. Beberapa aspek analisa modifikasi ini tidak terlepas dari pengetahuan guru tentang tujuan, karakteristik materi, kondisi lingkungan dan evaluasinya.
a. Modifikasi Kondisi Lingkungan Pembelajaran Modifikasi pembelajaran dapat dikaitkan dengan kondisi lingkungan pembelajarannya.
Modifikasi
lingkungan
pembelajaran
ini
dapat
diklasifikasikan ke dalam beberapa klasifikasi seperti yang diuraikan di bawah ini : 1. Peralatan Guru dapat mengurangi atau menambah tingkat komfleksitas dan kesulitan tugas ajar dengan cara memodifikasi peralatan yang dignakan untuk melakukan skill itu. Misalnya berat-ringannya, besar – kecilnya,
tinggi-rendahnya,
panjang-pendeknya
peralatan
yang
digunakan. 2. Penataan ruang gerak dalam berlatih Guru dapat mengurangi atau menambah tingkat komfleksita dan kesulitan tugas ajar dengan cara menata ruang gerak siswa dalam berlatih. Misal Dribling, pas bawah atau lempar-tangkap di tempat, bermain di ruang kecil atau besar. 3. Jumlah siswa yang terlibat Guru dapat mengurangi atau menambah tingkat komfleksitas dan kesulitan tugas ajar dengan cara mengurangi atau menambah jumlah siswa yang terlibat dalam melakukan tugas ajar. Misalnya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24 belajar pas bawah sendiri, berpasangan, bertiga, berempat dan lain seterusnya.
4. Alat Bantu Pembelajaran
a. Pengertian Alat Bantu Pembelajaran Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah berpengaruh terhadap penggunaan alat bantu mengajar di sekolah-sekolah dan lembaga pendidikan lainnya. Bagi sekolah-sekolah yang sudah maju dan mampu, telah menggunakan alat-alat tersebut sebagai alat bantu mengajar, sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien. Dengan kemajuan teknologi, perkembangan pendidikan di sekolah semakin lama semakin mengalami perubahan dan mendorong berbagai usaha perubahan.
Pendidikan
di
sekolah-sekolah
kita
telah
menunjukkan
perkembangan pesat pada bidang kurikulum, metodologi, peralatan dan penilaian. Begitu juga, telah terjadi perubahan pada bidang administrasi, organisasi, personil (SDM) dan supervisi pendidikan. Maka secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa perubahan yang terjadi merupakan pembaharuan dalam sistem pendidikan yang menyangkut semua aspek dan komponen yang ada. Sekarang ini, pembelajaran di sekolah mulai disesuaikan dengan perkembangan teknologi informasi, sehingga terjadi perubahan dan pergeseran paradigma pendidikan. Perkembangan pesat di bidang teknologi dan informasi mempercepat aliran ilmu pengetahuan yang menembus batasbatas dimensi ruang, birokrasi, kemapanan dan waktu. Kemajuan dan peranan teknologi sudah sedemikian menonjol, sehingga penggunaan alat, perlengkapan pendidikan, media pendidikan dan pengajaran di sekolah-sekolah mulai disesuaikan dengan kemajuan. Penggunaan alat bantu mengajar, alat-alat bantu peraga pendidikan, serta dengan materi, metode, dan tingkat pembelajar (siswa) untuk mencapai tujuan commit to user pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25 Perkembangan teknologi informasi telah mempengaruhi penggunaan berbagai jenis media,sebagai alat bantudalam proses pembelajaran. Maka pengajar diharapkan dapat menggunakan alat-alat atau perlengkapan tersebut secara efektif dan efisien dalam pembelajan di kelas. Tapi di sisi
lain,
pengajar juga diisyaratkan untuk dapat menggunakan berbagai alat-alat yang murah, efektif, efisien, mampu dimiliki sekolah, baik yang dibuat sendiri oleh pengajar, maupun alat-alat konvensional yang tersedia dan dimiliki sekolah, serta tidak menolak kemungkinan menggunakan alat-alat yang sesuai dengan tuntutan perkembangan kemajuan teknologi dalam pembelajaran. Alat bantu adalah alat-alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyanpaikan bahan pendidikan atau pengajaran. Alat bantu ini lebih sering disebut alat peraga karena berfungsi untuk membantu dan memperagakan sesuatu dalam proses pendidikan pengajaran. Alat bantu ini disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap manusia itu diterima atau ditangkap melalui panca indera. Semakin banyak indera yang digunakan untuk menerima Sesutu maka semakin banyak dan semakin jelas pula pengertian atau pengetahuan yang diperoleh. Dengan kata lain, alat peraga ini dimaksudkan untuk mengerahkan indera sebanyak mungkin kepada suatu objek sehingga mempermudah persepsi. Seseorang atu masyarakat di dalam proses pendidikan dapat memperoleh pengalaman atau pengetahuan melalui berbagai macam alat bantu pembelajaran. Tetapi masing-masing alat mempunyai intensitas yang berbeda-beda dalam membantu persepsi seseorang. Alat peraga dalam mengajar memegang peranan penting sebagai alat bantu untuk menciptakan proses belajar-mengajar yang efektif.Setiap proses belajar dan mengajar ditandai dengan adanya beberapa unsure antara lain tujuan, bahan, metode, alat dan evaluasi. Unsur metode dan alat merupakan unsure yang tidak bias dipisahkan dari unsur lain yang berfungsi sebagai cara atu teknik mengantarkan bahan pelajaran agar sampai pada tujuan. Dalam commit to pencapaian jalan tersebut, peranan alatuser bantu atau alat peraga memegang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26 peranan yang penting sebab dengan adanya alat bantu ini dapat dengan mudah dipahami oleh siswa. Alat tersebut berguna agar bahan pelajaran yang disampaikan guru mudah dipahami siswa. Dalam proses belajar mengajar alat bantu dipergunakan dengan tujuan membantu guru agar proses belajar siswa lebih efektif dan efisien.
b. Manfaat Alat Bantu Pembelajaran Menurut Soekidjo yandikutip oleh Agus Kristiyanto (2010) Secara terperinci, manfaat alat peraga antara lain adalah : 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8)
Menimbukan minat sasaran pendidikan. Mencapai sasaran yang lebih banyak. Membantu mengatasi hambatan bahasa. Merangsang sasaran pendidikan untuk melaksanakan pesan-pesan kesehatan. Membantu sasaran pendidikan untuk lebih banyak dan cepat. Merangsang sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan-pesan yang diterima kepada orang lain. Mempermudah penyampaian bahan pendidikan atau informasi oleh para pendidik pelaku pendidikan. Mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran pendidikan. (hlm. 129) Seperti diuraikan diatas bahwa pengetahuan yang ada pada seseorang
diterima melalui indera. Menurut penelitian para ahli indera, yang paling banyak menyalurkan pengetahuan ke otak adalah mata. Kurang lebih 75% sampai 87% dari pengetahuan manusia diperoleh atau disalurkan melalui mata. Sedangkan 13% sampai 25% lainnya tersalurkan melalui indera yang lain. Dari sini dapat disimpulkan bahwa alat-alat visual lebih mempermudah cara penyampaian dan penerimaan informasi atau bahan pendidikan. Mendorong keinginan seseorang untuk mengetahui kemudian lebih mendalami dan akhirnya memberikan pengertian yang lebih baik. Orang yang melihat sesuatu yang memang diperlukan akan menimbulkan perhatiannya. Dan apa yang dilihat dengan penuh perhatian akan memberikan pengertian baru baginya yang merupakan pendorong untuk melakukan atau memakai sesuatu yang baru tersebut. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27 Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh yang berarti didalam menerima sesuatu yang baru, manusia mempunyai kecenderungan untuk melupakan atau lupa. Untuk mengatasi hal tersebut, otak akn membantu menegakkan
pengetahuan-pengetahuan yang telah diterima oleh manusia
sehingga apa yamg diterima akan lebih lama tinggal atau disimpan di dalam ingatan. c.
Fungsi Dan Nilai Alat Bantu (Peraga) Menurut Nana Sudjana (2000) ada enam fungsi pokok dari alat peraga atau alat bantu dalam proses belajar-mengajar. Keenam fungsi tersebut adalah: 1)
2)
3)
4)
5)
6)
Penggunaan alat peraga dalam proses belajar-mengajar bukan merupakan fungsi tambahan tetapi mempunyai fungsi sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar-mengajar yang efektif. Penggunaan alat peraga atau alat bantu merupakan bagian yang integral dai keseluruhan situasi mengajar. Ini berarti bahwa alat bantu merupakan salah satu unsure yang harus dukembangkan guru. Alat peraga dalam pengajaran penggunanya integral dengan tujuan dan isi pelajaran. Fungsi ini mengandung pengertian bahwa pengguna alat peraga harus melihat kepada tujuan dan bahan pelajaran. Penggunaan alat bantu dalam pengajaran bukan semata-mata alat hiburan, dalam arti digunakan hanya sekedar melengkapi proses belajar supaya lebih menarik perhatian siwa. Penggunaan alat bantu dalam pengajaran lebih diutamakan untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam menagkap pengertian yang diberikan guru. Penggunaan alat bantu dalam pengajaran digunakan untuk mempertinggi mutu belajar-mengajar. Dengan perkataan lain menggunakan alat bantu, hasil belajar yang dicapai akan tahan lama diingat siswa, sehingga pelajaran mempunyai nilai tinggi. Disamping enam fungsi diatas penggunaan alat bantu dalam proses
belajar-mengajar mempunyai nilai-nilai di bawah ini: 1) 2) 3) 4) 5)
Dengan peragaan dapat meletakkan dasar-dasar yang nyata untuk berfikir, oleh karena itu dapat mengurangi terjadinya verbalisme. Dengan peragaan dapat memperbesar minat dan perhatian siswa untuk belajar Dengan pergaan dapat meletakkan dasar untuk perkembangan belajar sehingga hasil belajar bertambah mantab. Memberikan pengalaman yang nyata dan dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri pada setiap siswa. Menumbuhkan pemikiran yangto teratur commit user dan berkesinambungan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28 6) 7)
Membantu tumbuhnya pemikiran dan membantu berkembangnya kemampuan berbahasa. Memberikan pengalaman yang tak mudah diperoleh dengan cara lain serta membantu berkembangnya efisiensi dan pengalaman belajar yang lebih sempurna.(hlm. 99)
d. Syarat Alat Bantu Pembelajaran Yang Baik Suatu alat pembelajaran dapat dikatakan baik, apabila mempunyai tujuan pendidikan untuk: mengubah pengetahuan atau pengertian, pendapat dan konsep-konsep, mengubah sikap dan persepsi, menanamkan tingkah laku atau kebiasaan yang baru. Selain itu, alat bantu harus efisien dalam penggunaanya, dalam waktu yang singkat dapat mencakup isi yang luas dan tempat yang diperlukan tidak terlalu luas. Penempatan alat bantu perlu diperhatikan ketepatannya agar dapat diamati dengan baik oleh seluruh siswa. Efektif artinya memberikan hasil guna yang tinggi ditinjau dari segi pesannya dan kepentingan siswa yang sedang belajar. Sedangkan yang dimaksud dengan komunikatif ialah bahwa media tersebut mudah untuk dimengerti maksudnya, sehingga membuat siswa menjadi lebih mudah dalam menerima pembelajaran yang diberikan oleh guru.
e. Penerapan Alat Bantu dalam Pengajaran Menurut Nana Sudjana (2000) dalam menggunakan alat bantu guru memperhatikan sejumlah prinsip tertentu agar penggunaan alat bantu tersebut dapat mencapai hasi yang baik. Prinsip-prinsi ini adalah: 1)
2)
3)
4)
Menentukan jenis alat bantu dengan tepat, artinya sebaiknya guru memilih terlebih dulu alat bantu manakah yang sesuai dengan tujuan dan bahan pelajaran yang hendak diajarkan. Menetapkan atau memperhitungkan subjek yang tepat, artinya perlu diperhitungkan apakan penggunaan alat bantu itu sesuai dengan tingkat kematangan atau kemampuan anak didik. Menyajikan alat bantu dengan tepat, artinya teknik dan metode penggunaan alat bantu pembelajaran haruslah disesuaikan dengan tujuan, bahan, metode, waktu, dan sarana yang ada. Menempatkan atau memperlihatkan alat bantu pada waktu, tempat, situasi yang tepat. Artinya kapan dan dalam situasi mana pada waktu mengajar alat bantu digunakan. Tentu tidak setiap saat atau selama commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29 proses mengajar terus menerus memperlihatkan atau menjelaskan sesuatu dengan alat bantu. (hlm. 99) f.
Klasifikasi Alat Bantu Pembelajaran Dalam proses pembelajaran ada tujuan hasil atau hasil yang ingin dicapai. Untuk mencapai keinginan tersebut, diperlukan fasilitas. Karena fasilitas berfungsi sebagai sarana penunjang untuk memudahkan pelaksanaan proses pembelajaran. Di lingkungan pendidikan dan di sekolah, dikenal dengan prasarana dan sarana pendidikan, yang diperlukan dalam proses pembelajaran baik yang bergerak ,aupun tidak bergerak, agar pencapaian tujuan pembelajaran dapat berjalan lancer, teratur, efektif dan efisien. Alatalat sarana tersebut dibagi menjadi dua, yaitu: 1) Prasarana pendidikan, yakni sesuatu yang ada sebelum adanya sarana, seperti bangunan sekolah, tanah dan gedung, meja, kursi, lemari dan alatalat kantor tata usaha. 2) Sarana pendidikan, yakni alat yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran, seperti alat-alat pelajaran, alat-alat peraga, dan media pembelajaran, apabila ditinjau dari sudut fungsinya atau peranannya dalam proses pembelajaran. Dalam pembicaraan sehari-hari, biasanya alat pelajaran, alat-alat peraga, dan media pembelajara sering dicampuradukkan satu sama lain. Sebuah alat mungkin saja dapat disebut sebagai alat pelajaran dan sekaligus juga dapat dikatakan sebagai alat peraga, dan sebaliknya. Suatu benda lain pada suatu saat menjadi alat pelajaran, tetapi disaat lain juga berubah menjadi alat peraga. Sebenarnya pemisahan alat pelajaran, alat peraga dan media pembelajaran sesungguhnya dapat terjadi sewaktu benda tersebut telah masuk kedalam salah satu jenis yang berhubungan dengan sebagian besar dari fungsi alat tersebut atau karena benda tersebut sudah berfungsi tetap. Contoh papan tulis belum dapat dikatakan sebagai media, tetapi sebagai alat pelajaran. Apabila papan tulis tersebut telah digunakan untuk commit to user menyampaikan pesan atau bahan pelajaran atau papan tulis tersebut
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30 fungsinya sendiri etlah menyampaikan pesan atau informasi yang dapat dipahami oleh penerima pesan. Jadi klasifikasi alat peraga, alat pelajaran dan media pembelajaran, sangat perlu dilihat dari fungsinya, karena dapat memudahkan kita untuk memahami apakah alat-alat tersebut porsinya hanya sebagai alat semata atau fungsinya telah berubah digunakan untuk menyampaikan pesan atau fungsi tetapnya untuk menyampaikan informasi yang dapat dipahami oleh penerima pesan. Itulah yang disebut dengan media pembelajaran, maka untuk lebih jelasnya, kita perlu mengenal dan mengkaji klasifikasi ketiga alat tersebut, yang dikenal dan digunakan dalam proses pembelajaran di kelas yaitu: 1) Alat pelajaran Alat atau benda yang digunakan secara langsung oleh pengajar maupun pembelajar dalam proses pembelajaran. Alat-alat yang dikategorikan sebagai alat pelajaran adalah: a) Buku-buku
di
perpustakaan,
buku
pegangan
dan
buku
pembelajaran b) Alat peraga, digunakan pengajar pada saat mengajar c) Alat praktik, di laboratorium, bengkel, dan lain-lain d) Alat tulis menulis, papan tulis, pensil, dan lain-lain Kemudian lat-alat tersebut dapat juga dibedakan menurut beberapa cara, yaitu menurut yang menggunakan dibedakan menjadi alat pelajaran bersama-sama dan alat pembelajaran individual. Alat pelajaran bersama-sama sebagai contoh papan tulis, bola dan sebagainya. Sedangkan alat pembelajaran Individu digunakan oleh masing-masing pembelajar sebagai contoh buku pelajaran, buku tulis. 2) Alat peraga Alat-alat yang digunakan pengajar untuk mempergakan atau memperjelas materi pelajaran atau alat bantu pendidikan dan pengajaran yang berupa perbuatan-perbuatan dan benda-benda yang to userkepada pmbelajar dari perbuatan memudahkan membercommit pengertian
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31 yang abstrak sampai kepada yang konkret. Bertitik tolak dari segi fungsi alat-alat tersebut, maka alat peraga dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: a) Alat perga langsung, yaitu pengajar menerangkan dengan menunjuk benda-benda sesungguhnya. Benda-benda tersebut dapat dibawa ke kelas atau pembelajar diajak ke lokasi di mana alat tersebut berada. b) Alat
peraga
tidak
langsung,
yaitu
pengajar
mengadakan
penggantian terhadap benda yang sesungguhnya (benda tiruan atau miniatur). c) Alat peraga atau peragaan, berupa perbuatan pengajar atau kegiatan yang dilakukan pengajar. Contoh jika pengajar menerangkan bagaimana orang senam, membaca dan sebagainya, maka pengajara tidak perlu menggunakan alat peraga, tetapi pengajar langsung memperagakan perbuatan tersebut dalam pe,belajaran di dalam maupun di luar kelas. 3) Media pembelajaran Sarana yang dapat digunakan untuk menampilkan atau menyampaikan pelajaran yang dalam pengertian lebih luas disebut dengan media pembelajaran. Secara umum ada tiga jenis media yang perlu diketahui, yaitu media audio (dapat didengar), media visual (dapat dilihat). Dan media audio-visual ( didengar dan dilihat).
5. Permainan Bola Basket
a. Sejarah Bola Basket Bola basket diciptakan oleh Dr. Jemas A. Naismith di Amerika pada tahun 1891. Gagasan yang mendorong untuk menciptakan permainan baru itu disebabkan adanya kenyataan pada waktu itu bahwa keanggotaan dan commit user pengunjung kegiatan olahraga padatoperkumpulan YMCA ( young Men’s
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32 Christian Association) semakin hari semakin sedikit bertambah merosot hal itu disebabkan karena para anggotanya menjadi sedikit bosan dengan latihanlatihan olahraga senam yang kaku latihan-latihannya. Juga kebutuhan yang dirasakan dalam musim-musim dingin untuk tetap melakukan kegiatan olahraga yang menarik, merupakan desakan yang semakin hari semakin dirasakan Dr. Luther Gulick, pengawas kepala bagian olahraga pada Sekolah Guru Pendidikan Jasmani YMCA dari Springfield, Masachusets menyadari akan gejala-gejala kegiatan olahraga yang kurang baik itu, dan segera menghubungi Dr. James A Naismith salah seorang rekan guru di Springfield dan memberikan tugas padanya menyusun suatu kegiatan olahraga permainan yang baru, yang dapat dimainkan di dalam ruangan tertutup diwaktu sore. Dr. James A. Naismith menyambut tugas itu, dengan mulai menyusun suatu gagasan permainan baru yang bentuknya akan dapat memenuhi syarat-syarat yang dimintakanya. Kemudian Dr. James A. Naismith mencoba dan menguji gubahangubahan dari permainan-permainan football, baseball, lacrosse dan sepakbola, terapi satupun tidak cocok dengan syarat dan tuntutannya, sebab di samping sulit untuk di pelajari juga masih terlalu kasar untuk permainan di dalam ruangan tertutup yang berlampu. Dari pengalaman eksperimen yang dilakukan itu, timbullah inspirasi tentang bentuk dan gaya permainan yang diidamkan itu. Bahwa permainan itu jelas harus dimainkan dengan bola yang berbentuk bulat, tidak ada unsur menendang, tidak ada unsur membawa lari bola, tanpa unsur menjegal dan harus menghilangkam gawang sebagai sasaran tembakan, sebab hal yang terakhir ini akan merangsang terhadap kepada unsur-unsur penggunaan kekuatan. Untuk menjinakan gerakan bola, maka sebagai gantinya lari dengan bola seperti dalam football, maka bergeraknya bola hanya dilakukan dengan mengoperkan atau mendribbel. Untuk menjinakan tembakan ke arah sasaran sebagai puncak kegairahan, maka gawang pun di ganti dengan sasaran yang sempit dan terletak diatas para pemain. Sehingga dengan bentuk obyek sasaran yang demikian itu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33 pengutamaan tembakan
tidak dengan
kekuatan, tetapi justru pada
ketepatannya.
b. Teknik Menembak (Shooting) Bola Basket Menembak atau shooting merupakan bentuk keterampilan yang memiliki unsur gerakan yang cukup kompleks. Dalam gerakan menembak terdapat beberapa unsur gerakan yang saling berkaitan satu dengan lainnya. Untuk memperoleh hasil tembakan yang baik unsur-unsur yang terlibat dalam gerakan menembak dengan baik dan benar. Akros Abidin mengemukakan hampir semua dalam permainan basket menembak (shooting) dengan menggunakan 7 teknik dasar tembakan, yaitu: tembakan sat tengan, tembakan bebas, tembakan sambil meloncat, tembakan tiga angka, tembakan mengkait, lay-up, dan runner (1999: 59). Adapun mekanika dasar dari ketujuh tembakan diatas akan dijelaskan sebagai berikut: 1) Tembakan Satu Tangan Untuk
melakukan
tembakan
satu
tangan
posisi
tangan
dipertahankan agar tetap seimbang sampai bola terlepas dari tengan. Sedangkan kekuatan dorongan bola tergantung pada jarak tembakan, yaitu antara penembak dengan ring basket. Untuk tembakan jarak dekat memerlukan kelentukan pergelangan tangan dan jari memberikan dorongan yang lebih kuat, sedangkan pada tembakan jarak jauh memerlukan tenaga atau dorongan dari kedua kaki, punggung dan bahu. 2) Tembakan Bebas Untuk
melakukan
keberhasilan
terhadap
tembakan
bebas
diperlukan keyakinan, dan teknik yang benar, seta kepercayaan diri. Saat menerima bola posisis kaki tepat ditengah garis tembakan bebas, atur posisi kaki untuk melakukan tembakan dan bola segaris dengan ring basket bagian tengah. Siap dengan sikap berdiri seimbang dan memantulkan bola terlebih dahulu beberapa kali ke lantai. Gunakan posisi tengah yang rileks dan searah dengan jari tengah pada sumbu bola. commit to user Kemudian kontrolah perataan siku, sambil atur nafas untuk rileks.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34 Visualisasi sebelum menembak agar dapat membuahkan tembakan yang mulus dan pusatkan perhatian pada sasaran. Langakah yang penting sebelum mengawali tembakan bebas adalah menghilangkan semua gangguan dan pikiran dan pusatkan perhatian pada ring basket. 3) Tembakan Meloncat Pada gerakan tembakan melompat harus disertai dengan lompatan dan kemudian pada puncak lompatan tembakan, bola harus sudah dilepaskan melalui lengan, pergelangan, dan jari tangan dengan seluruh tenaga, kemudian angkat bola secara serentak dengan kaki, punggung dan bahu serentak ke atas. Tembakan melompat bola harus diangkat tinggi dan menembak setelah melompat, agar hasil tembakan mendekati ring. 4) Tembakan Tiga Angka Pada umumnya tembakan tiga angka dilakukan sambil melakukan gerakan lompatan, baik dilakukan dengan satu tangan maupun dengan menggunakan dua tangan. Sebelum melakukan tembakan ini biasanya lutut sedikit di tekuk dan siap untuk mendorong kedua kaki ke atas dan setelah melompat tinggi lepaskan bola yang telah dikendalikan oleh jari-jari tangan. Biasanya tembakan yang diawali dengan lompatan,akan lebih menguntungkan karena akan sulit di block lawan. Gerakan ini akan berhasil apabila penembak memiliki power yang baik. 5) Tembakan Mengait Tembakan mengait hanya dilakukan apabila penembak dekat denga ring basket yang jarak antara 3 sampai 4 meter. Gerakan dari tembakan mengait diawali mulai dari sikap seimbang dengan punggung menghadap ke ring basket, kaki direntangkan selebar bahu dan lutuu sedikit tertekuk. Pandangan sasaran melalui bahu pada arah tembakan, dengan sudut 45 derajat terhadap papan ring basket. Ketepatan terbantu dengan menggunakan papan ring untuk melunakan tembakan. Gunakan user kaki berlawanan dengan commit sisi yangtomenembak, menyingkir dari penjagaan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35 lawan. Ketika melangkah peganglah bola kembali dan lindungi dengan kepala dan bahu. Lakukan pivot dengan memutar tubuh ke arah ring, angkat lutut pada sisi yang menembak dan lompat pada kaki yang melakukan pivot atau tumpuaannya. Tembakan mengait yang gagal dianggap sebagai operan pada diri sendiri, lawan yang berusaha menghalai tembakan mengait tidak akan berada di luar lingkaran, karena ia akan tetap berusaha keras untuk menghalangi lawan. 6) Lay Up Tembakan lay up dilakukan dekat dengan ring basket, setelah menggiring bola. Untuk dapat melakukan lompatan yang tinggi dalam gerakan lay up, maka dibutuhkan kecepatan pada tiga atau empat langkah terakhri mendapat bola. Melangkah dengan kaki, langkah sebelum melakukan lay up harus pendek sehingga dapat segera membungkuk lalu mangangkat lutut melakukan gerakan lompatan. Angkat lutut sambil menembak dan bola lurus keatas sambil melompat di antara teling dan bahu. Arahkan lengan, pergelangan, dan jari-jari lurus ke arah ring basket, dengan sudut tengah dengan sentuhan halus. Lakukan gerakan follow sthough dengan tetap mengangkat lengan dan lurus terentang pada siku, telunjuk menunjukan lurus pada terget dan telapak tangan untuk menembak menghadap kebawah. 7) Runner (lay up yang diperpanjang) Tembakan lay up yang diperpanjang digunkan jauh dari ring basket. Tembakan runner dilakukan dengan cara seperti lay up, kecuali ancang-ancang melompat agak lebih jauh dari ring basket. Bila menembak runner dilakukan pada irama yang teratur dan selesaikan follaw through. c. Lay Up Tembakan lay up dilakukan dekat dengan ring basket, setelah menggiring bola. Untuk dapat melakukan lompatan yang tinggi dalam gerakan lay up, maka dibutuhkan kecepatan pada tiga atau empat langkah to user dengan kaki, langkah sebelum terakhir mendapat bola.commit Melangkah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36 melakukan lay up harus pendek sehingga dapat segera membungkuk lalu mangangkat lutut melakukan gerakan lompatan. Angkat lutut sambil menembak dan bola lurus keatas sambil melompat di antara telinga dan bahu. Arahkan lengan, pergelangan, dan jari-jari lurus ke arah ring basket, dengan sudut tengah dengan sentuhan halus. Lakukan gerakan follow through dengan tetap mengangkat lengan dan lurus terentang pada siku, telunjuk menunjukan lurus pada terget dan telapak tangan untuk menembak menghadap kebawah. Latihan lay up dapat dilakukan dengan dua tahap yaitu : 1) Latihan langkah, pada latihan ini tidak menggunakan bola. Cara melakukan latihan ini adalah sebagai berikut : a) Menolak dengan salah satu kaki, misalnya dengan kaki kiri b) Langkah kaki kanan, kemudian kaki kiri lagi c) Lakukan berulang-ulang d) Setelah lancar latihan tersebut Lakukan teknik tersebut di atas dengan berlari a) Untuk langkah pertama harus panjang, badan condong ke depan dan ntuk melatih langkah pertama itu dapat dipergunakan rintangan supaya dapat merasakan saat melayang. b) Langkah kedua pendek dilanjutkan dengan melakukan tolakan ke atas setinggi mungkin sambil meluruskan kanan ke atas. c) Mendarat dengan ke dua kaki mengeper. d) Lakukan berulang-ulang sampai gerakan itu benar-benar dikuasai 2) Latihan
langkah
dilanjutkan
dengan
tembakan
lay
up
dengan
menggunakan bola. Cara ini dapat dilakukan gerakan sebagai berikut : a) Berlari kemudian melangkah, pada waktu badan melayang ambil bola dari tangan kawan yang telah disediakan. b) Lakukan dua irama langkah, langkah yang terakhir pendek dan langsung menolak ke atas setinggi-tingginya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37 c) Lurus lengan yang memegang bola, lepaskan bola ke papan pantul tepat pada garis yang tegak lurus di atas ring, pandangan ke papan pantul. d) Kalau bola tepat mengenai garis yang tegak lurus dengan tidak terlalu keras, maka bola akan masuk ke keranjang. e) Mendarat dengan dua kaki. f) Lakukan berulang- ulang sampai bola dikuasai. Tembakan lay up adalah jenis tembakan yang efektif, sebab dilakukan pada jarak yang sedekat-dekatnya dengan ring basket. Hal ini menguntungkan karena menembak dari jarak yang jauh dapat diperdekat ke ring basket dengan melakukan lompat – langkah – lompat. Pada lompatan terakhir ini pada posisi setinggi-tingginya mendekati ring basket, diteruskan dengan memasukan bola. Pada posisi tersebut tembakan dapat dilakukan dengan mudah. Tembakan ini dimulai dari menangkap bola sambil melayang kemudian menumpu satu kaki diteruskan melangkah kaki yang lain kedepan dilanjutkan menumpu satu kaki dan melompat setinggi-tingginya atau sedekat-dekatnya dengan ring basket. Biasanya tembakan ini dilakukan dari sampaing (kiri,kanan atau tengah) ring basket dan bola dipantulkan lebih dulu ke papan. Cara ini adalah yang paling mudah dilakukan, tinggal memperhitungkan sudut pantulan bola dan kekuatan tangan melepas bola. Momen-momen ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 1. Langkah kaki lay up Sumber : Keven A. Prusak. (2007). Permainan Bola Basket 50 commit to user Kegiatan Membangun Keterampilan Bola Basket.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38 Teknik tembakan lay up ada dua cara, yaitu : 1) Tembakan melalui operan kawan Cara ini dilakukan melalui operan kawan secara tepat (bola setinggi dada),siswa berusaha menjemput bola sambil melompat, dan pada saat melayang inilah hendaknya penangkapan bola dilakukan. Setelah itu menumpu kaki yang lain untuk melompat sambil membawa bola untuk ditembak. Cara melatih tembakan lay up ini adalah tentukan seorang pemain di bawah ring basket sambil memegang bola. Pemain yang lain berderet di garis samping tengah lapangan . Satu dengan menangkap bola dari teman (di bawah ring basket) dan diteruskan dengan tembakan. Setelah menembak kemudian menggantikan pelempar bola di bawah ring basket, dan pelempar pindah ke belakang sederet pemain di dekat garis samping lapangan. Pemain urutan ke dua melakukan lay up dan terus menggantikan sebagai pelempar. Begitu seterusnya sehingga giliran latihan hampir sama bagi setiap pemain lamanya latihan ini tergantung kepada pertimbangan guru sendiri. 2) Lay up dengan menggiring bola Cara ini dilakukan dengan menggiring bola sendiri menuju ke ring basket, setelah dekat ke ring basket kemudian melakukan tembakan lay up tergantung pada perkiraan dan keterampilan masing-masing. Penangkapan bola dilakukan dari pantulan bola dari lantai sambil melayang
(melompat),
melangkah
kemudian
diteruskan
dengan
melompat untuk menembak persis seperti tembakan lay up yang dilakukan dengan bola dari teman. Bedanya hanyalah pada saat menerima bola, yaitu dari teman dan dari diri sendiri disaat menggiring. Tujuannya adalah sama, yaitu melekukan tembakan sedekat-dekatnya pada basket. Cara melatihnya hampir sama dapat dilakukan dengan formasi barisan, kemudian satu persatu menggiring bola dari tepi lapangan menuju ke ring basket. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39 Setelah sampai pada jarak tertentu dilakukan tembakan lay up. Dibawah ini merupakan gambar gerakan lay up secara keseluruhan.
Gambar 2. Lay up dengan menggiring bola Sumber : Keven A. Prusak. (2007). Permainan Bola Basket 50 Kegiatan Membangun Keterampilan Bola Basket.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40 B. Kerangka Berpikir
Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang mampu melibatkan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar yakni menggunakan kegiatan siswa sendiri secara efektif di dalam pembelajaran. Siswa diarahkan untuk menyelesaikan masalah yang sesuai dengan konsep pembelajaran yang sedang dipelajari. Dalam hal ini peran guru hanya sebagai motivator dan fasilitator. Guru bukanlah satu-satunya sumber belajar bagi siswa, siswa diberi kesempatan seluasluasnya untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya dalam menyelesaikan masalah yang sesuai dengan materi pembelajaran. Permasalahan umum dalam pembelajaran Penjas adalah kurangnya sarana atau peran aktif siswa dalam kegiatan belajar. Proses pembelajaran yang berlangsung belum mewujudkan adanya partisipasi siswa secara penuh. Di sini siswa berperan sebagai objek pembelajaran, yang hanya mendengarkan dan mengaplikasikan apa yang disampaikan oleh guru. Selain itu, proses pembelajaran kurang mengoptimalkan penggunaan modifikasi pembelajaran serta pendekatan yang efektif yang dapat memancing partisipasi siswa. Penggunaan suatu model nyata yang dapat diamati dan dipegang secara langsung oleh siswa memungkinkan siswa untuk terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar. Model nyata yang dimaksud adalah alat bantu pembelajaran. Penggunaan modifikasi pembelajaran memungkinkan siswa untuk lebih banyak melakukan kegiatan seperti melihat, menyentuh, merasakan, atau mengalami melalui modifikasi tesebut. . Alat peraga dalam mengajar memegang peranan penting sebagai alat bantu untuk menciptakan proses belajar-mengajar yang efektif.Setiap proses belajar dan mengajar ditandai dengan adanya beberapa unsure antara lain tujuan, bahan, metode, alat dan evaluasi. Unsur metode dan alat merupakan unsure yang tidak bias dipisahkan dari unsur lain yang berfungsi sebagai cara atu teknik mengantarkan bahan pelajaran agar sampai pada tujuan. Dalam pencapaian jalan tersebut, peranan alat bantu ataucommit alat peraga to usermemegang peranan yang penting
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41 sebab dengan adanya alat bantu ini dapat dengan mudah dipahami oleh siswa. Alat tersebut berguna agar bahan pelajaran yang disampaikan guru mudah dipahami siswa. Dalam proses belajar mengajar alat bantu dipergunakan dengan tujuan membantu guru agar proses belajar siswa lebih efektif dan efisien. Dalam pelaksanaan pembelajaran ini akan menggunakan beberapa alat bantu yang digunakan untuk membantu proses belajar mengajar. Penggunaan alat bantu dalam pelaksanaan tindakan tiap siklusnya disesuaikan dengan topik materi yang sedang dipelajari. Secara lebih rinci jenis-jenis alat bantu tersebut dijabarkan dalam RPP tiap-tiap pertemuan. Kurangnya kreatifitas guru yang dapat mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa antara lain kurang kreatifnya guru Penjas di sekolah dalam membuat dan mengembangkan alat bantu pembelajaran sederhana, guru miskin akan akan model-model pembelajaran, sehingga dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah dilaksanakan dalam situasi dan kondisi yang monoton, guru hanya menggunakan metode ceramah dan metode tugas,karena mereka hanya mengejar bagaimana materi pelajaran tersebut dapat selesai tepat waktu, tanpa memikirkan bagaimana pembelajaran itu bermakna dan dapat diaplikasikan oleh siswa dalam kesehariannya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42 Secara sederhana kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat digambarkan pada gambar sebagai berikut:
Kondisi awal
Tindakan
Kondisi akhir
Guru belum memberikan penggunaan alat bantu pembelajaran masih menggunakan metode konvensional kepada siswa dalam melakukan lay up
- siswa kurang tertarik & cepat bosan dengan pelajaran lay up tengah bola basket hasil belajar lay up tengah bola basket rendah
Menerapkan model pembelajaran lay up tengah bola basket melalui penggunaan alat bantu pembelajaran. Melalui penggunaan alat bantu pembelajaran dapat meningkatkan pembelajaran lay up tengah bola basket siswa (siswa lebih bersemangat dan prestasi belajar meningkat)
Gambar 3.Kerangka Pemikiran
commit to user
Siklus I: guru & peneliti menyusun bentuk pengajaran yang bertujuan untuk meningkatkan pembelajaran lay up tengah bola basket siswa.
Siklus II :upaya perbaikan dari tindakan dari siklus I sehingga melalui penggunaan alat bantu pembelajaran, target ketuntasan siswa dalam pembelajaran lay up tengah bola
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian
1.
Waktu Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan pada bulan April 2012 sampai dengan bulan Juni 2012. Untuk lebih jelasnya rincian waktu dan jenis kegiatan penelitian sebagai berikut:
Tabel 1: Rincian Kegiatan Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian N o
Rencana Kegiatan
Tahun 2012 Jan
1.
Feb
Persiapan a. Observasi b. Identifikasi Masalah c. Penentuan tindakan d. Pengajuan Judul e. Penyusunan Proposal
2.
f. Pengajuan Izin Penelitian Pelaksanaan a. Seminar proposal
3.
b. Pengumpulan Data Penelitian Penyusunan laporan a. Penulisan Laporan b. Ujian skripsi
commit to user 43
Mar
Apr
Mei
Jun
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44 2.
Tempat Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SMK Kristen 1 Surakarta.
B. Subjek Penelitian Subjek yang diteliti dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah siswa kelas X Tata Niaga SMK Kristen 1 Surakarta tahun pelajaran 2011/2012, yang berjumlah 28 siswa, yang terdiri dari 3 siswa laki laki dan 25 siswa perempuan.
C. Sumber Data Sumber data dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah sebagai berikut: 1.
Siswa, untuk mendapatkan data tentang lay up tengah bola basket melalui penggunaan alat bantu pembelajaran pada kelas X Tata Niaga SMK Kristen 1 Surakarta tahun pelajaran 2011/2012.
2.
Guru sebagai kolaborator, untuk melihat tingkat keberhasilan penggunaan alat bantu pembelajaran dalam pembelajaran lay up tengah bola basket SMK Kristen 1 Surakarta tahun pelajaran 2011/2012.
D. Teknik Pengolahan Data Adapun teknik pengumpulan data pada penelitian ini diantaranya melalui tes praktek, observasi lapangan. Teknik pengumpulan data dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini terdiri dari; tes dan observasi. 1. Tes: dipergunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar lay up tengah bola basket yang dilakukan siswa. 2. Observasi: dipergunakan sebagai teknik untuk mengumpulkan data tentang aktivitas siswa selama mengikuti proses belajar mengajar saat melalui pendekatan bermain bola melayang dalam pembelajaran lay up tengah bola basket. Sedangkan alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian sebagai berikut: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45 Tabel 2. Teknik Pengumpulan Data Penelitian
No
Sumber Data
Jenis Data
Teknik Pengumpulan Afektif
Instrumen
Skala sikap melalui observasi lapangan (sesuai
dengan
rubrik
penilaian
aspek afektif pada RPP) Kognitif 1
Siswa
Hasil belajar siswa
Soal
tes
(sesuai
dengan
rubrik
penilaian
aspek
kognitif pada RPP) Psikomotor
Unjuk kerja praktik yang
meliputi
kemampuan teknik lay up tengah bola basket
(sesuai
dengan
rubrik
penilaan
aspek
psikomotorik pada RPP)
E. Uji Validitas Data Cara untuk mengembangkan validitas data penelitian. Triangulasi merupakan cara yang paling umum digunakan bagi peningkatandatadalam penelitian. Triangulasi yang digunakan yaitu: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46 1. Triangulasi data 2. Triangulasi sumber 3. Triangulasi metode Validitas data PTK ini menggunakan : 1. Triangulasi data yaitu data yang sama akan lebih mantap kebenarannya bila digali dari beberapa sumber data yang berbeda. 2. Triangulasi sumber yaitu mengkroscekkan datayang diperoleh dengan informan atau nara sumber yang lain baik dari siswa, guru lain atau pihakpihak lain (Kepala Sekolah, rekan guru guru, orang tua/wali murid). 3. Triangulasi metode yaitu mengumpulkan data dengan metode yang berbeda agar hasilnya lebih mantap (metode observasi, tes) sehingga didapat hasi yang akurat mengenai subyek.
F. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah deskriptif kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor Lexy yang dikutip J. Moleong (2002) mendifinisikan “metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati”(hlm. 3). Menurut Lexy J. Moleong (2002) mengemukakan bahwa “ analisis data kualitatif adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, katagori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (hlm. 103). Dari rumusan tersebut di atas dapat ditarik garis bawah analisis data bermaksud pertama-tama mengorganisasikan data. Data yang terkumpul banyak sekali dan terdiri dari catatan lapangan dan komentar penelitian, gambar, foto, dokumen berupa laporan, biografi, artikel, dan sebagainya. Analisis data dalam hal ini ialah mengatur, mengurutkan, mengelompokan, memberikan kode, dan mengkatagorikan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47 G. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian adalah langkah – langkah yang harus dilalui oleh peneliti dalam menerapkan metode yang akan digunakan dalam penelitian. Langkah selanjutnya adalah menentukan banyaknya tindakan yang dilakukan dalam setiap siklus. Dalam Penelitian Tindakan Kelas ini akan dilaksanakan tindakan yang berlangsung secara terus menerus kepada subjek penelitian. Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR). Menurut Agus Kristiyanto (2010) yakni “langkah-langkah Penelitaian Tindakan Kelas pada prinsipnya meliputi empat langkah pokok pada setiap siklus. Keempat langkah tersebut meliputi perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi (hlm. 53). Penjelasan mengenai prosedur penelitian tindakan tersebut dipaparkan memalui penjelasan sebagai berikut : 1. Perencanaan (Planing) adalah sebuah langkah paling awal. Langkah untuk merencanakan tindakan yang telah dipilih untuk memperbaiki keadaan. 2. Penerapan Tindakan (Action) adalah tahap untuk melaksanakan hal-hal yang telah direncanakan dalam tahap perencanaan. 3. Observasi (Observation) adalah tahap mengamati kejadian yang ada pada saat pelaksanaan tindakan. 4. Refleksi (Reflection) adalah suatu bentuk perenungan yang sangat mendalam dan lengkap atas apa yang telah terjadi, sehingga dapat digunakan untuk merancang program penelitian pada siklus berikutnya.
Keempat tahap yang telah dipaparkan diatas merupakan rancangan tindakan dalam satu siklus penelitian. Pada siklus berikutnya rancangan program penelitian yang digunakan berpedoman pada hasil refleksi yang dihasilkan pada siklus sebelumnya, begitu seterusnya hingga target penelitian tercapai. Adapun tahapan siklus pada Penelitian Tindakan Kelas ini dapat diterangkan melalui gambar sebagai berikut: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
48 Tahap I Perencanaan Tahap IV
Siklus I
Tahap II Pelaksanaan
Refleksi Tahap III Pengamatan Tahap I Perencanaan Tahap IV
Siklus II
Refleksi
Tahap II Pelaksanaan
Tahap III Pengamatan
Gambar 4. Alur Tahapan Siklus Penelitian Tidakan Kelas
a. Rancangan Siklus 1 1) Tahap Perencanaan Pada tahap ini peneliti dan guru kelas menyusun sekenario pembelajaran yang terdiri dari : a) Menyusun Rencana Program Pembelajaran (RPP) dengan mengacu pada tindakan yang diterapkan dalam PTK, yaitu pembelajaran lay up tengah bola basket. b) Menyusun instrumen tes lay up tengah bola basket c) Menyusun lembar penilaian dan hasil pembelajaran commit to user d) Menyusun lembar observasi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49 e) Menyiapkan lembar tes f) Menyiapkan media yang diperlukan untuk membantu pengajaran g) Menyiapkan tempat penelitian h) Penetapan alokasi waktu pelaksanaan i) Sosialisai kepada subyek
2) Tahap Pelaksanaan Tahap pelaksanaan dilakukan dengan melaksanakan sekenario pembelajaran yang telah direncanakan, sebagai berikut : a) Melakukan Pemanasan. b) Melakukan teknik shooting khususnya lay up tengah bola basket. c) Melakukan bentuk-bentuk gerakan pendekatan bermain yang telah disiapkan oleh guru dan penelitian. d) Melaksanakan penenangan/pendinginan 3) Tahap Observasi Kegiatan obeservasi dilakukan bersama dengan kegiatan pelaksanaan tindakan. Pada tahap ini dilakukan pengamatan terhadap penerapan model pembelajaran langsung pendidikan jasmani model penggunaan alat bantu pembelajaran yang diterapkan terhadap proses pembelajaran lay up tengah bola basket.
4) Tahap Refleksi Dilakukan dengan menganalisis hasil observasi dan interprestasi sehingga diperoleh kesimpulan apa saja yang perlu diperbaiki dan apa saja yang perlu dipertahankan. Tahap ini mengemukakan hasil penemuan dari pelaksanaan tindakan I yang memerlukan perbaikan pada siklus berikutnya. Prosentase indikator pencapaian keberhasilan penelitian pada tabel berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50 Tabel 3. Idikator Pencapaian Hasil Belajar Siswa
Prosentase
Aspek yang diukur
Sikap
siswa
mengikuti
target capaian
dalam
pelaksanaan
materi lay up tengah bola
Cara Mengukur
Melalui skala sikap sesuai 70%
dengan
pedoman
rubrik
penilaian RPP
basket Pemahaman
siswa
terhadap materi lay up tengah bola basket
Melalui 70%
tes
kemampuan
kognitif siswa sesuai dengan pedoman
rubrik
penilaian
RPP Kemampuan lay up tengah bola basket pada siswa
Diamati 70%
melalui
proses
pembelajaran dan unjuk kerja praktik
sesuai
dengan
pedoman
rubrik
penilaian
RPP Ketuntasan hasil belajar siswa
Diukur 70%
melalui
ketuntasan
belajar siswa pada materi lay up tengah bola basket melalui hasil afektif,
penjumlahan
(aspek
kognitif
dan
psikomotorik) sesuai dengan KKM sekolah : 70
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
51 b. Rancangan Siklus II Pada rancangan siklus II tindakan dikaitkan dengan hasil yang telah dicapai pada tingkatan siklus I sebagai upaya perbaikan dari siklus tersebut dengan materi pembelajaran sesuai dengan silabus mata pelajaran pendidikan jasmani. Demikian juga termasuk perwujudan tahap pelaksanaan, observasi dan refleksi yang juga mengacu pada siklus sebelumnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
52 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Tiap Siklus
1. Kondisi Awal (Pra Siklus) Sebelum melaksanakan proses penelitian tindakan kelas, terlebih dahulu peneliti melakukan kegiatan survei awal dan pengambilan data awal dimana hal itu digunakan untuk mengetahui keadaan nyata yang ada di lapangan. Hasil kegiatan survei awal dan pengambilan data pada tanggal 10 dan 22 Oktober 2011 ketika praktek pengalaman lapangan (PPL) sedang berlangsung adalah sebagai berikut: a. Siswa kelas X Tata Niaga tahun pelajaran 2011/2012, yang mengikuti materi Lay Up tengah bola basket adalah 28 Siswa, yang terdiri atas 3 siswa putra dan 25 siswa putri. Dilihat dari proses pembelajaran, dapat dikatakan proses pembelajaran Lay Up tengah bola basket dalam kategori kurang berhasil. b. Siswa kurang memiliki perhatian dan motivasi dalam pembelajaran Lay Up tengah bola basket, sebab guru kurang memiliki metode mengajar yang tepat dalam pembelajaran Lay Up tengah bola basket, dalam memberikan pembelajaran bola basket khususnya Lay Up tengah bola basket. Seperti yang diketahui Lay Up tengah bola basket memiliki 3 teknik yang mesti dikuasai dalam pembelajarannya. c. Dari hasil pengamatan peneliti, siswa putri lebih senang bergerombol dan bercerita sendiri. Sedangkan siswa putra malah asik bermain sendiri, berlarilarian di sisi lain lapangan. d. Dari hasil pengamatan peneliti, ketika siswa melakukan gerakan Lay Up tengah bola basket mereka seenaknya sendiri, tidak sesuai dengan instruksi yang diberikan guru ketika memberi penjelasan di awal pembelajaran inti. Selain itu, guru juga harus memberi koreksi yang sama pada setiap siswa yang melakukan kesalahan yang sama, karena banyak siswa yang tidak memperhatikan ketika guru mengoreksi siswa lain yang sedang melakukan. commitkesalahan to user yang sama yang dilakukan oleh Seharusnya siswa tidak mengulang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
53
e. siswa lain apabila mereka memperhatikan guru ketika memberi penjelasan atau mengoreksi gerakan siswa. f. Penggunaan metode yang kurang tepat sehingga siswa kurang sungguhsungguh dalam mengikuti pembelajaran, bisa dikatakan siswa mengalami kebosanan dalam proses belajar pembelajaran tersebut. g. Dilihat dari hasil penilaian peneliti dan guru pendidikan jasmani pada materi Lay Up tengah bola basket, kelas X Tata Niaga yang bisa dikatakan lulus dalam melakukan teknik dasar Lay Up tengah bola basket hanya 7 siswa saja, yang artinya hanya 24,99% saja dari 28 siswa. Dari hasil pengamatan, kebanyakan dari siswa putra dan siswa putri yang aktif dan memperhatikan guru yang lulus. h. Guru kesulitan menemukan model dan media pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran yang monoton atau konvensional mengakibatkan motivasi belajar siswa menurun, perhatian siswa pada pembelajaran pun kurang sehingga akan berdampak pada rendahnya kemampuan dan hasil belajar Lay Up tengah bola basket siswa. Kondisi di atas dapat juga dilihat dari hasil penilaian guru pada materi pembelajaran lompat jauh gaya jongkok. Berikut merupakan hasil observasi nilai yang ditunjukkan sebelum diberi tindakan berupa pengunaan pembelajaran pendekatan bermain dalam kegiatan belajar mengajar (pra siklus), dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4. Deskripsi Kondisi Awal Aspek yang Diukur Ketuntasan hasil belajar siswa (KKM : 70)
Kondisi Awal Siswa yang Tuntas Persentase ketuntasan 7
commit to user
24,99%
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
54
Dari data di atas dapat diketahui bahwa hanya 7 siswa saja yang mampu melakukan rangkaian gerakan Lay Up tengah bola basket dengan baik atau memperoleh nilai 70 atau 70 ke atas, artinya siswa tersebut tuntas dalam pembelajaran Lay Up tengah bola basket. Untuk memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran siswa dalam proses pembelajaran Lay Up tengah bola basket, maka akan dilakukan tindakan berupa penggunaan pembelajaran pendekatan bermain bola melayang dilakukan dalam proses belajar mengajar yang berlangsung. Dari hasil observasi awal, ada dua siklus yang diterapkan untuk menyelesaikan dan menjawab permasalahan yang terjadi di dalam kelas. Pada setiap siklus yang diterapkan masing-masing menggunakan pembelajaran pendekatan bermain bola melayang yang sesuai dengan materi pembelajaran dan juga menggunakan beberapa alat bantu yang tepat. Untuk mengetahui adanya perubahan dari proses yang diakibatkan oleh tindakan tersebut, maka evaluasi dilakukan dengan cara melakukan observasi dan penilaian setiap tindakan tersebut. Sehingga pengamatan (observasi) dan penilaian dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Dari hasil observasi dan penilaian tersebut kemudian dilakukan analisa, evaluasi dan refleksi untuk merencanakan tindakan selanjutnya. Pelaksanaan tindakan akan dilakukan sebanyak 2 siklus, yang masing masing siklus terdiri atas 4 tahapan, yakni: (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan Tindakan, (3) Observasi dan Interpretasi, (4) Analisis dan Refleksi.
2. Siklus 1 Berdasarkan data kondisi awal kemampuan dan hasil pembelajaran Lay Up tengah bola basket siswa kelas X Tata Niaga tahun pelajaran 2011/2012, maka persentase nilai ketuntasan perlu ditingkatkan dengan pembelajaran yang tepat yaitu membuat siswa tertarik, tidak bosan, tidak cepat lelah dan mudah melakukannya dengan cara menggunakan pendekatan bermain bola melayang. Pendekatan bermain bola melayang dalam pembelajarannya merupakan bentuk pembelajaran yang dapat menimbulkan ketertarikan, kemudahan sehingga rasa commit user pertama pembelajaran Lay Up senang muncul pada peserta didik. Padato siklus
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
55 tengah bola basket menggunakan pendekatan bermain bola melayang. Pembelajaran dengan pendekatan bermain bola melayang pada siklus 1 dilakukan selama 3 kali pertemuan.
A. Rencana Tindakan Siklus 1 Kegiatan perencanaan tindakan 1 peneliti dan guru penjas yang bersangkutan (mitra kolaboratif) mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan dalam proses penelitian ini, seluruh rencana tindakan pada siklus 1 termuat dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus 1. Melalui RPP siklus 1 tersebut maka pelaksanaan tindakan siklus 1 terdapat 3 kali pertemuan. Peneliti dan kolaborator merancang rencana pelaksanaan tindakan siklus 1 sebagai berikut: 1) Peneliti bersama kolaborator merancang model pembelajaran dengan menggunakan pendekatan bermain bola melayang dan beberapa alat bantu pembelajaran untuk mengoptimalkan kemampuan dan pembelajaran Lay Up tengah bola basket. 2) Peneliti dan kolaborator menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Lay Up tengah bola basket dimana pelaksanaannya menggunakan pendekatan bermain bola melayang. 3) Peneliti dan guru menyiapkan beberapa alat bantu pembelajaran penjas yang akan digunakan dalam pelaksanaan proses pembelajaran Lay Up tengah bola basket dengan pendekatan bermain melayang. 4) Peneliti dan kolaborator menyusun instrument penelitian berupa tes dan non tes serta lembar pengamatan (observasi) pembelajaran. Instrumen non tes dinilai berdasarkan pedoman observasi yang dilakukan oleh peneliti dan guru dengan mengamati aktivitas dan sikap siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung dan melalui formulir penilaian / rubrik penilaian siswa yang tercantum dalam RPP.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
56 B. Pelaksanaan Tindakan Siklus 1 Tindakan siklus 1 dilaksanakan tiga kali pertemuan, yakni pada jam pelajaran penjas hari Jumat 13 April 2012 , 20 April 2012 dan 27 April 2012, di lapangan basket SMK Kristen 1 Surakarta. Masing-masing pertemuan dilaksanakan selama 2 x 45 menit. Sesuai dengan RPP pada siklus 1 ini pembelajaran dilakukan oleh peneliti dan guru kelas yang bersangkutan, dan sekaligus
melaksanakan
observasi
dan
penilaian
terhadap
proses
pembelajaran. Materi pada pelaksanaan tindakan siklus 1, pertemuan pertama pada hari Jumat 13 April 2012 adalah mempraktekkan gerak dasar Lay Up tengah bola basket melalui pendekatan bermain bola melayang. Selama tindakan 1 berlangsung, dilakukan juga pengamatan dan penilaian terhadap aktivitas dan gerakan siswa terkait dengan materi Lay Up tengah bola baket. Selama proses pembelajaran berlangsung. Adapun urutan pelaksanaan tindakan yang telah direncanakan dalam RPP adalah : 1) Siswa disiapkan, berdoa, presensi, memberi motivasi dan penjelasan materi Lay Up tengah bola basket. 2) Pemanasan dengan permainan kompetisi bola kardus. Jumlah siswa dibagi dua rata, dibariskan dua berbanjar ke belakang.Semua siswa dibekali dengan 1 bola tenis.Di depan siswa terdepan terdapat rintangan berupa hula hop dengan jumlah 2 dan satu kardus bekas.Cara permainan siswa melakukan gerakan menyerupai Lay Up dengan melangkah masuk hula hop kemudian melompat pada saat kardus terakhir.Pada saat kardus terakhir terdapat masing – masing teman yang sudah membawa kardus kosong diatas kepala, sehingga setelah salah sat siswa melompat pada kardus terakhir langsung memasukkan bola yang dipegang kearah teman yang di depannya membawa kardus kosong sebagai ring pengganti.Tim yang menang adalah tim yang memasukkan bola paling banyak. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
57 3) Siswa melakukan latihan teknik dasar Lay Up tengah bola basket dengan koordinasi yang baik. Tiap teknik tersebut diajarkan melalui per bagian dengan berbagai pendekatan bermain bola melayang sesuai RPP. 4) Siswa mencoba gerakan Lay Up sesungguhnya pada ring basket. 5) Evaluasi pelaksanaan pembelajaran dan mengkoreksi kesalahan-kesalahan yang terjadi selama pembelajaran. 6) Siswa berdoa dan dibubarkan. Materi pada pelaksanaan tindakan siklus 1, pertemuan ke dua Jumat 20 April 2012 adalah mengulangi materi pada pertemuan pertama, dengan ditambah level ketinggian serta jarak hula hop sebelum melewati kardus bekas. Hal tersebut untuk menambah semangat dan antusiasme siswa. Setelah pengulangan materi, siswa mencoba melakukan langkah ke dalam hula hup serta melompatai kardus dan yang teakhir menyentuh bola yang sudah tergantung di atasnya. Selama proses pembelajaran berlangsung peneliti dan kolaborator melakukan pengamatan dan penilaian terhadap aktivitas dan gerakan-gerakan setiap siswa untuk melihat proses pembelajaran siswa. Urutan pelaksanaan tersebut : 1) Siswa dibariskan, berdoa, presensi dan memberi penjelasan materi. 2) Siswa
melakukan
pemanasan
permainan
ular-ular.Siswa
dibagi
dua.kemudian membuat satu berbanjar ke belakang dengan cara memegang pundak teman yang ada di depannya menyerupai tubuh ular.Cara bermain siswa terdepan berusaha memegang siswa paling ujung dari tim lawan. 3) Siswa mengulang
teknik dasar Lay Up tengah bola basket dengan
pendekatan bermain bola melayang sesuai dengan RPP. 4) Siswa mencoba gerakan Lay Up sesungguhnya pada ring basket. 5) Siswa dikumpulkan, untuk istirahat sejenak sambil diberikan evaluasi tentang pembelajaran yang telah berlangsung. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
58 6) Setelah selesai siswa kembali dievaluasi, sekaligus pendinginan dengan duduk melemaskan kaki. 7) Siswa berdoa dan dibubarkan. Materi pada pelaksanaan tindakan siklus 1, pertemuan ke tiga Jumat 27 Mei 2012 adalah mengulangi materi pada pertemuan pertama, dengan ditambah level ketinggian bola serta jarak hula hop sebelum melewati kardus bekas. Hal tersebut untuk menambah semangat dan antusiasme siswa. Setelah pengulangan materi, siswa mencoba melakukan langkah ke dalam hula hup serta melompati kardus dan yang teakhir menyentuh bola yang sudah tergantung di atasnya. Selama proses pembelajaran berlangsung peneliti dan kolaborator melakukan pengamatan dan penilaian terhadap aktivitas dan gerakan-gerakan setiap siswa untuk melihat proses pembelajaran siswa. Urutan pelaksanaan tersebut : 1) Siswa dibariskan, berdoa, presensi dan memberi penjelasan materi. 2) Siswa melakukan pemanasan permainan rintangan.Siswa dibagi dua, kemudian dari dua tim itu dibagi lagi setengah berada di seberang.Untuk rintangannya menggunakan masing-masing tim 2 kardus bekas. Cara bermain dimulai dari barisan sebelah kanan lari melompati kardus yang terdapat di depannya kemudian setelah melompati siswa bergantian melompati kardus dengan teman satu tim yang ada di seberang dengan cara tos.Yang menang adalah tim yang paling cepat melompati kardus. Siswa mengulang
teknik dasar Lay Up tengah bola basket dengan
pendekatan bermain bola melayang sesuai dengan RPP. 3) Siswa dikumpulkan, untuk istirahat sejenak sambil diberikan evaluasi tentang pembelajaran yang telah berlangsung. 4) Penilaian hasil belajar siswa akhir siklus 1 untuk melihat kemajuan dari pembelajaran yang telah dilakukan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
59 5) Setelah selesai siswa kembali dievaluasi, sekaligus pendinginan dengan duduk melemaskan kaki. 6) Siswa berdoa dan dibubarkan.
C. Observasi Tindakan Pada Akhir Siklus 1 Selama proses pembelajaran berlangsung dilakukan observasi dan penilaian terhadap aktivitas siswa. Observasi dilakukan dengan cara pengamatan langsung terkait materi Lay Up tengah bola basket pada akhir pembelajaran tiap siklus. Dari hasil observasi keterampilan teknik dasar Lay Up tengah bola basket yang dilakukan siswa, masih banyak yang mengalami kesulitan terutama pada teknik awalan dan saat melayang di udara sehingga belum terlihat maksimal. Dari hasil pengamatan guru bahwa pembelajaran siswa pada mata pelajaran Pendidikan Jasmani pokok bahasan Lay Up tengah bola basket setelah menggunakan pendekatan bermain bola melayang selama pembelajaran ternyata dari kondisi awal (pra siklus) pada akhir siklus I mengalami peningkatan. Walaupun belum keseluruhan siswa, tetapi hal ini dirasa cukup, sebab target sebesar 70% siswa kelas X Tata Niaga tuntas dalam pokok bahasan Lay Up tengah bola basket, seperti terlihat pada tabel berikut:
Tabel 5. Deskripsi Data Hasil Observasi Sikap Siswa (Siklus 1) Aspek yang Diukur Ketuntasan hasil belajar siswa (KKM : 70)
Kondisi Awal Siswa yang Persentase Tuntas ketuntasan 7
24,99%
Akhir siklus 1 Siswa yang Persentase Tuntas ketuntasan 15
53,57%
Dari kondisi tersebut pada kenyataannya belum bisa dikatakan berhasil, sebab hanya 15 siswa dari 28 siswa yang tuntas pada pembelajaran ini. Tetapi mengingat yang terjadi saat pendekatan bermain diterapkan dalam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
60 pembelajaran Lay Up tengah bola basket pada siklus 1, peneliti dan guru kolaborator optimis akan lebih baik pada siklus 2.
15
7
Gambar 5. Hasil Tes Siklus 1 D. Analisis dan Refleksi Tindakan Siklus 1 Berdasarkan hasil pengamatan guru dan hasil belajar yang diperoleh siswa pada siklus pertama diperoleh hal-hal sebagai berikut: 1) Keberhasilan guru/siswa: Pertemuan pertama pada siklus 1 menunjukkan keaktifan dan sikap siswa dari yang sangat kurang sehingga mempengaruhi nilai afektif siswa. Hal ini disebabkan, siswa masih asing dengan peneliti, beberapa siswa ada yang menyepelekan, bertingkah seenaknya sendiri. Kemudian pada pertemuan kedua siklus 1 peneliti mengubah cara mengajar dengan adanya aturan-aturan yang telah disepakati diakhir pertemuan pertama seperti adanya reward dan punishment terhadap perilaku siswa. Sehingga pada pertemuan kedua terjadi perubahan sikap yang ditunjukkan siswa. Berdasarkan pada kondisi awal, siswa menunjukkan pembelajaran Lay Up tengah bola basket yang cukup bagus dengan persentase siswa yang tuntas commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
61 53,57% atau 15 siswa dari kondsi awal 24,99% atau 7 siswa dari 28 siswa kelas X Tata Niaga. 2) Kendala yang dihadapi guru/siswa: Kendala yang dihadapi adalah banyaknya siswa putri yang belum menguasai teknik dasar Lay Up tengah bola basket, kebanyakan dari siswi itu masih malu-malu dalam melakukan gerakan dan merasa dirinya pendek. Yang paling mencolok adalah teknik langkah dan saat melayang di udara, kadang juga para siswa putra menggoda, sehingga saat melakukan gerakan terkesan asal-asalan. Siswa putra yang cenderung menyepelekan peniliti, hal itu terlihat dari merka yang suka bercanda dan main-main sendiri. Ketika mendapat pembelajaran dengan pendekatan bermain bola melayang terkadang siswa kurang termotivasi dan menganggap tidak perlu. 3) Rencana Perbaikan: Berdasarkan
hasil
pengamatan
dan
kendala-kendala
dalam
pembelajaran siklus satu, maka perlu ada perbaikan-perbaikan pada siklus berikutnya, antara lain adalah: a) Memperbaiki manajemen waktu, alat dan siswa dengan baik. b) Meningkatkan keaktifan siswa dengan cara menunjuk beberapa siswa untuk memperagakan apa yang telah diajarkan. Dengan demikian siswa dilatih untuk lebih berani dan mempunyai kemauan untuk berlatih. c) Peneliti tetap harus memberikan pemahaman dan motivasi sistem pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan permainan. d) Sebaiknya peneliti memberikan pemanasan permainan kompetisi antar kelompok sehingga siswa semakin antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. e) Menggunakan permainan yang lebih menarik lagi tetapi tetap mengarah pada teknik dasar Lay Up tengah bola basket. f) Peneliti memberikan penjelasan lebih jelas dan mudah dipahami oleh siswa dengan cara memberi contoh secara langsung. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
62 3.
Siklus 2
Siklus 2 merupakan, tidak lanjut dari hasil analisis dan refleksi yang dilakukan pada Siklus 1, dimana dalam pelaksanaan tindakan dalam Siklus 1, rata–rata siswa menunjukan hasil yang kurang maksimal dan sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Pelaksanaan Siklus 2 mengacu pada pelaksanaan Siklus 1, karena merupakan perbaikan dari Siklus 1. Adapun tahapan yang dilakuan pada Siklus 2 ini diantarannya: A. Rencana Tindakan Siklus 2 Peneliti
dan
kolaborator
yang
bersangkutan
mendiskusikan
perencanaan tindakan atau siklus 2 yang akan dilakukan dalam proses penelitian ini, seluruh rencana tindakan pada siklus 2, mengacu pada hasil analisis dan refleksi tindakan 1 yang termuat dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tindakan atau siklus 2. Peneliti dan kolaborator merancang rencana pelaksanaan tindakan siklus 2 sebagai berikut: 1) Peneliti bersama kolaborator merancang pembelajaran Lay Up tengah dengan alat bantu berupa bola yang digantung lebih banyak dari yang sebelumnya hanya satu ditambah menjadi tiga buah dengan maksud untuk mengoptimalkan
atau
memperbanyak kesempatan siswa mencoba
sehingga diharapkan pembelajaran bisa lebih aktif. 2) Peneliti dan kolaborator menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Lay Up tengah bola basket dimana pelaksanaannya menggunakan alat bantu berupa hula hup warna – warni sebagai cek mark langkah kaki untuk mempermudah siswa melakukan teknik dasar Lay Up tengah bola basket. 3) Peneliti dan kolaborator menyusun instrument penelitian berupa tes dan non tes serta lembar pengamatan (observasi) pembelajaran. Instrumen non tes dinilai berdasarkan pedoman observasi yang dilakukan oleh peneliti dengan
mengamati
keaktifan
dan
sikap
siswa
selama
kegiatan
pembelajaran berlangsung dan melalui formulir penilaian / rubrik penilaian siswa yang tercantum dalam RPP. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
63 B. Pelaksanaan Tindakan Siklus 2 Tindakan siklus 2 dilaksanakan dua kali pertemuan, yakni pada jam pelajaran penjas hari Rabu tanggal 4 Mei 2012 dan 11 Mei 2012, di lapangan basket SMK Kristen 1 Surakarta. Masing-masing pertemuan dilaksanakan selama 2 x 45 menit. Sesuai dengan RPP pada siklus 2, pembelajaran dilakukan oleh peneliti dan guru kelas yang bersangkutan, dan sekaligus melaksanakan observasi dan penilaian terhadap proses pembelajaran. Materi pada pelaksanaan tindakan siklus 2, pertemuan pertama pada hari Jumat tanggal 4 Mei 2012 adalah mempraktekkan teknik dasar Lay Up tengah bola basket melalui pendekatan bola melayang. Selama tindakan siklus 2 berlangsung, dilakukan juga pengamatan dan penilaian terhadap aktivitas dan gerakan siswa terkait dengan Lay Up tengah bola basket selama proses pembelajaran berlangsung. Adapun urutan pelaksanaan tindakan yang telah direncanakan dalam RPP adalah : 1) Siswa disiapkan, berdoa, presensi,
memberi motivasi dan penjelasan
materi Lay Up tengah bola basket. 2) Pemanasan dengan gerakan dinamis statis, dilanjutkan dengan pemanasan permainan isi. Di pojok-pojok lapangan disiapkan hula hup yang didalamnya sudah diisi angka. Semua siswa bergandengan satu sama lain membentuk sebuah lingkaran besar,kemudian semua siswa berputar searah jarum jam sambil bernyanyi.Setelah bunyi peluit siswa berlomba lari mengisi hula hup yang telah tersedia disesuaikan jumlah angka yang tertera. 3) Siswa melakukan teknik dasar Lay Up tengah bola basket melalui pendekatan bermain bola melayang sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat. 4) Siswa mencoba gerakan Lay Up sesungguhnya pada ring basket. 5) Evaluasi pelaksanaan pembelajaran dan mengkoreksi kesalahan-kesalahan commit to user yang terjadi selama pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
64 6) Siswa berdoa dan dibubarkan. Materi pada pelaksanaan tindakan siklus 2, pertemuan kedua Jumat 11 Mei 2012 adalah mengulangi materi pada pertemuan pertama, dengan ditambahkan suasana kompetisi. Hal tersebut untuk menambah semangat, kerjasama dan antusiasme siswa. Setelah pengulangan materi, siswa mencoba melakukan latihan Lay up tengah bola basket Selama proses pembelajaran berlangsung peneliti dan kolaborator melakukan pengamatan dan penilaian terhadap aktivitas dan gerakan-gerakan setiap siswa yang terkait materi Lay Up tengah bola basket, urutan pelaksanaan tersebut : 1) Siswa dibariskan, berdoa, presensi dan memberi penjelasan materi. 2) Pemanasan permainan. Semua siswa bergandengan satu sama lain membentuk sebuah lingkaran besar,kemudian semua siswa berputar searah jarum jam sambil bernyanyi. Setelah bunyi peluit siswa diharuskan mencari tempat pijakan lain selain tanah, satu tempat hanya boleh terisi 7 orang saja. Siswa melakukan teknik Lay Up tengah bola basket menggunakan
permainan
bola
melayang
sesuai
dengan
rencana
pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat. 3) Siswa dikumpulkan, untuk istirahat sambil mengerjakan soal bersangkutan dengan materi pembelajaran. 4) Penilaian hasil belajar siswa akhir siklus 2 untuk melihat kemajuan dari pembelajaran yang telah dilakukan. 5) Evaluasi pelaksanaan pembelajaran dan mengkoreksi kesalahan-kesalahan yang terjadi ketika siswa berlatih menggunakan alat sebenarnya. 6) Siswa berdoa dan dibubarkan.
C. Observasi Tindakan Siklus 2 Hasil pengamatan terhadap perubahan tindakan yang diberikan pada siklus kedua ini ternyata mengalami perubahan yang cukup berarti bagi siswa dalam memahami konsep latihan tekniktodasar commit user Lay Up tengah bola basket melalui
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
65 pendekatan bermain bola melayang. Dengan pemberian reward pada siswa yang dapat mempraktekkan teknik Lay Up tengah bola basket dengan benar dapat memacu siswa yang lain untuk berani tampil dan menampilkan gerakan terbaik mereka sesuai yang telah diajarkan Kesesuaian waktu yang telah ditulis dalam perencanaan pelajaran untuk setiap aspek keterampilan membuat KBM lebih terarah dan terinstruktur dengan baik, siswa pun dapat menerima pembelajaran dengan lebih baik. Pendekatan pembelajaran yang sesuai membuat hampir seluruh siswa berada dalam keadaan aktif selama pembelajaran berlangsung, peneliti telah berhasil membangkitkan semangat siswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran, sehingga penguasaan keterampilan teknik dasar lompat jauh gaya jongkok diperoleh secara maksimal. Dari hasil observasi yang dilakukan peneliti dan kolaborator selama proses pembelajaran berlangsung menunjukkan perubahan aktivitas siswa ke arah yang positif. Berikut perubahan yang ditunjukkan siswa selama siklus 2: Tabel 6. Deskripsi Data Hasil Observasi Sikap Siswa (Siklus 2) Aspek yang Diukur
Ketuntasan hasil belajar siswa (KKM : 70)
Kondisi Awal Siswa Persentase yang ketuntasan Tuntas
7 siswa
24,99%
Akhir siklus 1 Siswa Persentase yang ketuntasan Tuntas
15 siswa
commit to user
53,57%
Akhir siklus 2 Siswa Persentase yang ketuntasan Tuntas
25 siswa
89,28%
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
66
D. Analisis dan Refleksi Tindakan 2 Berdasarkan hasil pengamatan guru dan hasil belajar siswa yang diperoleh pada siklus kedua ini guru dapat mengerti kekurangan-kekurangan yang telah dialami selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Penggunaan pembelajaran pendekatan bermain bola melayang dilaksanakan membuat siswa termotivasi dan terkonsentrasi untuk bergerak sehingga penguasaan keterampilan teknik dasar Lay Up tengan bola basket diperoleh secara maksimal. Peneliti juga telah berhasil membangkitkan semangat siswa untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan tertib. Siswa juga tidak cepat bosan dengan meteri pembelajaran yang diberikan, guru telah mampu memancing respon siswa terhadap stimulus yang diberikan, siswa sudah mampu melakukan teknik dasar Lay Up tengah bola basket dengan baik, meskipun masih ada beberapa siswa yang kurang baik dalam melakukan gerakan. Dari deskripsi data terlihat bahwa hasil belajar siswa sudah cukup baik dengan memperoleh ketuntasan hasil belajar dengan persentase 89,28 % atau 25 siswa, ini berarti secara klasikal proses belajar mengajar telah tuntas karena telah melebihi indikator ketuntasan hasil belajar dari 70%, artinya keaktifan, kemandirian dan kemampuan siswa sudah meningkat sesuai yang diharapkan dan pembelajaran dinyatakan commit berhasil to meningkatkan hasil belajar siswa. Model user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
67 pembelajaran dengan pendekatan bermain bola melayang yang diterapkan oleh peneliti dan guru mampu mengatur kondisi kelas, sehingga proses belajar mengajar serta transfer materi dapat berlangsung lebih maksimal, serta penguatan materi yang dilakukan pada siklus 2 dapat terlaksana dengan baik, melihat hasil yang diperoleh pada tindakan 2 maka Penelitian Tindakan Kelas telah memenuhi target dari rencana target yang telah ditentukan. Dan dirasa sudah optimal sesuai dengan yang diharapkan. B. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas pada siswa kelas X Tata Niaga SMK Kristen 1 Surakarta tahun pelajaran 2011/2012 dapat dinyatakan bahwa terjadi peningkatan kualitas pembelajaran dari siklus satu ke siklus lainnya. Meskipun secara keseluruhan menunjukkan peningkatan yang cukup baik, ada beberapa siswa yang menunjukkan penurunan hasil unjuk kerja mereka. Perbandingan peningkatan kemampuan Lay Up tengah bola basket siswa kelas X Tata Niaga SMK Kristen 1 Surakarta tahun pelajaran 2011/2012 dari kondisi awal ke siklus 1 dan siklus 2 disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut: Tabel 7. Distribusi Frekuensi Nilai Siswa Pada Siklus 2 No.
Interval Nilai
Kategori
Kurang
Persen-
Frekuensi
Nilai
(fi)
Tengah (xi)
3
67
201
10,7
Fixi
tase
Keterangan
(%)
Tidak
1.
65 – 69
2.
70 – 74
Kurang
11
72
792
39,3
Tuntas
3.
75 – 78
Cukup
10
76,5
765
35,7
Tuntas
4.
79 – 83
Baik
3
81
243
10,7
Tuntas
5.
84 – 87
0
85,5
0
0
Tuntas
Sekali
Baik Sekali
commit to user
Tuntas
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
68 6.
88 - 92
Baik Sekali
Jumlah
1
90
28
90
3,6
2091
100
Tuntas
Ketuntasan Klasikal = 25 : 28 x 100% = 89,286%
Pada kondisi awal diperoleh hasil ketuntasan belajar yang kurang maksimal. Pada kondisi awal hanya 7 siswa (24,99%) yang mencapai kriteria tuntas, sedangkan sisanya belum. Pada akhir tindakan siklus 1 (pertemuan kedua) sejumlah 15 siswa (53,57%) mencapai kriteria tuntas. Pada akhir siklus 2 (pertemuan kedua) terjadi peningkatan sejumlah 25 siswa (83,33%) mencapai kriteria tuntas. Sampai akhir pertemuan terdapat 3 siswa (10,71%) yang belum tuntas. Melalui peningkatan yang terjadi sejak kondisi awal hingga diberikan tindakan 1, dan 2 dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran dengan pendekatan bermain bola melayang dapat meningkatkan pembelajaran Lay Up tengah bola basket siswa kelas X Tata Niaga SMK Kristen 1 Surakarta tahun pelajaran 2011/2012. Secara keseluruhan hasil capaian aktivitas dan pembelajaran siswa kelas X Tata Niaga SMK Kristen 1 Surakarta tahun pelajaran 2011/2012 pada materi Lay Up tengah bola basket kelas X Tata Niaga SMK Kristen 1 Surakarta dapat dilihat melalui pemaparan tabel pencapaian aktivitas dan hasil belajar siswa berikut: Tabel 8. Pencapaian Aktivitas dan Pembelajaran Siswa Persentase ketercapaian Aspek yang diukur Ketuntasan hasil belajar siswa
Kondisi awal 24,99%
Siklus 1
Siklus 2
53,57%
89,28%
commit to user
Cara mengukur Diukur melalui ketuntasan belajar siswa pada materi Lay Up tengah bola basket melalui hasil penjumlahan tiga aspek (aspek psikomotor, afektif dan kognitif) sesuai dengan KKM sekolah : 70
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan Penelitian Tindakan Kelas pada siswa kelas X Tata Niaga SMK Kristen 1 Surakarta dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri atas empat tahapan, yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan interpretasi, dan (4) analisis dan refleksi. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan dan pembahasan yang telah diungkapkan pada BAB IV, diperoleh simpulan bahwa: Pembelajaran melalui pendekatan bermain bola melayang, dapat meningkatkan pembelajaran Lay Up tengah bola basket pada siswa kelas X Tata Niaga SMK Kristen 1 Surakarta. Dari hasil analisis yang diperoleh peningkatan yang signifikan dari siklus 1 dan siklus 2. Pembelajaran Lay Up tengah bola basket pada siklus 1 dalam kategori tuntas adalah 53,57% jumlah tersebut sama dengan 15 siswa dari kondisi awal sebesar 24,99% atau 7 siswa. Pada siklus 2 terjadi peningkatan persentase hasil belajar siswa dalam kategori tuntas sebesar 89,28%, sejumlah 25 siswa.
B. Implikasi Penelitian
ini
memberikan
suatu
gambaran
yang jelas
bahwa
keberhasilan proses pembelajaran tergantung pada beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut berasal dari pihak guru maupun siswa serta metode/ model pembelajaran yang digunakan. Faktor dari pihak guru yaitu kemampuan guru dalam mengembangkan materi, kemampuan guru dalam menyampaikan materi, kemampuan guru dalam mengelola kelas, metode yang digunakan guru dalam proses pembelajaran, serta teknik yang digunakan guru sebagai sarana untuk menyampaikan materi. Sedangkan faktor dari siswa yaitu minat dan motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Ketersediaan alat/media serta metode/ model pembelajaran yang menarik dapat juga membantu motivasi siswa belajar siswa sehingga akan diperoleh hasil belajar yang optimal. commit to user 69
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
70 Faktor-faktor tersebut saling mendukung satu sama lain, sehingga harus diupayakan dengan maksimal agar semua faktor tersebut dapat dimiliki oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran yang berlangsung di kelas maupun di lapangan. Apabila guru memiliki kemampuan yang baik dalam menyampaikan materi dan dalam mengelola kelas serta didukung oleh teknik dan sarana dan prasarana yang sesuai, maka guru akan dapat menyampaikan materi dengan baik. Materi tersebut akan dapat diterima oleh siswa apabila siswa juga memiliki minat dan motivasi yang tinggi untuk aktif dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar, kondusif, efektif, dan efisien. Penelitian ini juga memberikan deskripsi yang jelas bahwa melalui model pembelajaran pendekatan bermain bola melayang dalam pembelajaran Lay Up tengah bola basket dapat meningkatkan pembelajaran siswa (baik proses maupun hasil), sehingga penelitian ini dapat digunakan sebagai suatu pertimbangan bagi guru yang ingin menggunakan media pengajaran dengan model pembelajaran pendekatan bermain. Bagi guru bidang studi Penjas, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai suatu alternatif dalam melaksanakan proses pembelajaran Penjas khususnya yang berkaitan dengan peningkatan pembelajaran Lay Up tengah bola basket yang efektif dan menarik yang membuat siswa lebih aktif serta menghapus persepsi siswa mengenai pembelajaran Penjas yang pada awalnya membosankan menjadi pembelajaran yang menyenangkan. Apalagi bagi guru yang memiliki kemampuan yang lebih kreatif dalam membuat model-model pembelajaran yang lebih banyak. Ia dapat menyalurkan kemampuannya tersebut dan memanfaatkan fasilitas yang tersedia di sekolah dalam upaya meningkatkan kinerja sebagai seorang pendidik yang profesional dan inovatif. Pemberian tindakan dari siklus 1 dan siklus 2 memberikan deskripsi bahwa terdapat kekurangan atau kelemahan yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Namun, kekurangan-kekurangan tersebut dapat diatasi pada pelaksanaan tindakan pada siklus-siklus berikutnya. Dari pelaksanaaan tindakan yang kemudian dilakukan refleksi terhadap proses pembelajaran, dapat commitkualitas to user pembelajaran Penjas (baik proses dideskripsikan terdapatnya peningkatan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
71 maupun hasil) dan peningkatan pembelajaran siswa. Dari segi proses pembelajaran Penjas, penerapan model pembelajaran melalui pendekatan bermain bola melayang ini dapat merangsang aspek motorik siswa. Dalam hal ini siswa dituntut untuk aktif dalam pembelajaran Penjas yang nantinya dapat bermanfaat untuk
mengembangkan
kebugaran
jasmani,
mengembangkan
kerjasama,
mengembangkan skill dan mengembangkan sikap kompetitif yang kesemuanya ini sangat penting dalam pendidikan jasmani.
C. Saran Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disarankan beberapa hal, khususnya pada guru Penjas SMK Kristen 1 Surakarta, sebagai berikut: 1. Guru
hendaknya
lebih
inovatif
dalam
menerapkan
metode
untuk
menyampaikan materi pembelajaran. 2. Guru hendaknya memberikan pembelajaran kepada siswa dengan permainan yang sederhana tetapi tetap mengandung unsur materi yang diberikan, agar siswa tidak terlalu jenuh dan minat mengikuti pembelajaran dengan baik. 3. Guru hendaknya memberikan alat bantu pembelajaran yang sederhana, efisien, efektif, dan tidak memerlukan biaya yang mahal untuk membuatnya yang dapat dilihat atau dipegang langsung oleh siswa, karena dapat memotivasi siswa untuk selalu mencoba dan mengulangi secara terus menerus. 4. Guru hendaknya terus berusaha untuk meningkatkan kemampuannya dalam mengembangkan materi, menyampaikan materi, serta dalam mengelola kelas, sehingga kualitas pembelajaran yang dilakukannya dapat terus meningkat seiring dengan peningkatan kemampuan yang dimilikinya. Selain itu, guru hendaknya mau membuka diri untuk menerima berbagai bentuk masukan, saran, dan kritikan agar dapat lebih memperbaiki kualitas mengajarnya. 5. Sekolah hendaknya berusaha menyediakan fasilitas yang dapat mendukung kelancaran kegiatan belajar mengajar Penjas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
72 DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rohim. (2010). Olahraga Bola Basket. Semarang : CV. Aneka Ilmu. Andang, S. & Yoyok, B. (1999/2000). Prinsip-Prinsip Pengembangan Dan Modifikasi Cabang Olahraga. Disdikbud-Ditjen. Pendidikan Dasar dan Menengah. Andang, S. & Rusli, L. (1999/2000). Perencaan Pembelajaran Penjaskes. Disdikbud-Ditjen. Pendidikan Dasar dan Menengah. Agus Margono. (2010). Permainan Bolabasket. Surakarta : UNS Press. Aip Syarifuddin dan Muhadi. (1991/1992). Pendidikan jasmani dan kesehatan. Jakarta : Depdikbud. Derjendikti. Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan. Akros Abidin. (1999). Bola Basket Kembar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Perseda. Aunurrahman. (2010). Belajar dan Pembelajaran. Bandung : CV Alfabeta. Danny Kosasih. (2008). Fundamental Basketball First Step To Win. Semarang : Karangturi Media. Yayasan Pendidikan Nasional Karangturi. Dimyati & Mudjiono. (2002). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT Rineka Cipta. Hal Wissel. (1994). Bola Basket Dilengkapi Dengan Program Pemahiran Teknik dan Taktik. Ahli bahasa. Bagus Pribadi. Jakarta : PT. RajaGrafindo Perseda. H.J. Gino, Suwarni, Suripto, Maryanto dan Sutijan. (1993). Belajar dan Pembelajaran I. Surakarta : UNS Press. Keven A. Prusak. (2007). Permainan Bola Basket 50 Kegiatan Membangun Keterampilan Bola Basket. Penerjemah. Arif Furqon. Yogyakarta : PT Citra Aji Parama. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
73 Lexy J. Moleong. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Saifuddin Azwar. (1998). Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Samsudin. (2008). Pembelajaran Jasmani Olahraga dan Kesehatan SMA/MA. Jakarta : Litera. Toho Cholik & Rusli Lutan. (2001). Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Bandung : CV. Maulana.
commit to user