UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAYA PIKIR ANAK DENGAN PENDEKATAN SAINS MELALUI PENCAMPURAN WARNA Penelitian Tindakan di Kelompok B4.Taman Kanak-kanak Melati Dharma Wanita Persatuan Kabupaten Bengkulu Selatan
Karya Ilmiah OLEH : ATIK TRISNA, A. Ma. NPM : A11112056
PROGRAM SARJANA (S-1) KEPENDIDIKAN BAGI GURU DALAM JABATAN (PSKGJ) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS BENGKULU 2014
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAYA PIKIR ANAK DENGAN PENDEKATAN SAINS MELALUI PENCAMPURAN WARNA Oleh: ATIK TRISNA, A. Ma. NPM: A11112056 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan daya pikir anak dalam pencampuran warna yaitu mengetahui hasil dari pencampuran warna dapat meningkatkan daya pikir anak. Subjek yang melalukan penelitian adalah peneliti dan rekan guru. Subjek yang menerima tindakan adalah semua anak didik di kelompok B4 TK. Melati Dharmawanita yang berjumlah 15 orang anak. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, percakapan, dokumentasi, dan hasil karya. Analisis data yang digunakan dengan teknik perbandingan antara hasil data dari catatan lapangan dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa siklus I aspek kemauan mengamati objek percampuran warna 26%, ketelitian dalam pencampuran warna 26%, keberanian melakukan percobaan 36%, kemauan berpikir membuat kombinasi warna 40%, kemauan berpikir membuat keputusan menunjukkan hasil yang berbeda 33%, kemampuan mengkomunikasikan hasil belajar 26%. Sedangkan siklus II meningkat pada aspek kemamuan mengamati objek pencampuran warna 86%, ketelitian dalam pencampuran warna 80%, keberanian melakukan percobaan juga 80%, aspek kemamuan berpikir membuat kombinasi warna 80%, kemampuan berpikir membuat keputusan meningkat 93%, dan kemampuan mengkomunikasikan hasil belajar 86%. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa melalui pencampuran warna dapat meningkatkan daya pikir anak. Kata kunci: daya pikir, pencampuran warna.
2
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kurangnya daya pikir anak dapat menyebabkan pengaruh terhadap perkembangan selanjutnya pada masa yang akan datang. Jadi, kondisi ini harus diatasi agar anak lebih produktif untuk kemajuan zaman era globalisasi. Permasalahan daya pikir anak sangat penting untuk direncanakan, hal itu jika terhadap permasalahan kurangnya daya pikir anak dalam membuat keputusan dan kemampuan mengkomunikasikan hasil belajar di kelompok B4 maka akan menyebabkan hambatan kecerdasan dimasa yang akan datang. Sehubungan dengan masalah tersebut, salah satu cara untuk mengatasinya yaitu dengan cara melakukan penelitian di kelas. Salah satunya dengan menerapkan kegiatan pencampuran warna yang diduga mampu untuk meningkatkan daya pikir anak. Hal yang perlu diperhatikan bahwa banyaknya pengetahuan baru yang diperoleh anak akan sangat tergantung dari kemampuan guru untuk mengolah dan mengembangkan kegiatan serta melengkapi alat-alat sebagai sarana penunjang pembelajaran di kelas. Selain itu juga, dipengaruhi oleh sebagaimana kemampuan guru dalam memberikan rangsangan terhadap daya pikir anak untuk lebih berkembang. Dengan demikian pengembangan daya pikir terdapat banyak sekali bahan dan kesempatan bagi anak untuk mengamati, bertanya, memiliki rasa ingin tahu yang besar, dan senang mencoba hal-hal yang baru. Bidang pengembangan kemampuan dasar merupakan kegiatan yang dipersiapkan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan kognitif. Kognitif itu adalah mengembangkan kemampuan berpikir anak untuk mengolah
3
perolehan belajarnya dan membantu anak untuk mengembangkan kemampuan sains. Selain itu anak akan belajar berani mencoba melakukan sesuatu hal yang baru, maka ia akan berpotensi besar untuk menjadi memori masa kecil yang menyenangkan. Konsekuensi langsung pada proses sains melalui hapalan saja atau anak tidak terlibat langsung pada proses sains menyebabkan anak-anak belu menunjukkan kemampuannya menguasai kemampuan dasr kognitif khususnya kemampuan sains, seperti yang telah diterapkan dalam Kurikulum 2004. Dari uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan ini mengadakan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan judul Upaya Meningkatkan Kemampuan Daya Pikir Anak dengan Pendekatan Sains Melalui Pencampuran Warna di Kelompok B4 TK Melati Dharmawanita Persatuan Kabupaten Bengkulu Selatan. B. Perumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah secara
umum
yaitu “Apakah
melalui
meningkatkan kemampuan daya pikir
Pencampuran
dapat
anak di kelompok B4 TK Melati
Dharmawanita Persatuan Bengkulu Selatan?”
4
warna
KAJIAN PUSTAKA A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti 1. DayaPikir 1. Pengertian Daya Pikir Perkembangan daya pikir diartikan sebagai perkembangan dari unsur kematangan dan pengadilan kematangan otak anak. Ada tiga unsur yang menentukan dalam perkembangan berpikir, yaitu otak, syaraf dan otot. Ketika kegiatan berlangsung, ketiga unsur tersebut melaksanakan masing-masing perannya secara interaktif positif, artinya unsur-unsur yang satu saling berkaitan, saling menunjang, saling melengkapi dengan unsur lainnya untuk mencapai kondisi yang lebih sempurna keadaannya. Jadi, ketiga unsur tersebut saling bekerja sama sehingga terbentuk suatu kegiatan yang bertujuan. Adapun, pengertian lain dari daya pikir yaitu merupakan kemampuan kecerdasan intelektual yang sifatnya potensial dan dapat diukur atau dapat diamati oleh tampilannya. Daya pikir merupakan kemampuan memecahkan masalah secara rasional, logis dan taat azas. Daya pikir adalah kemampuan untuk memberi satu-satunya jawaban yang tepat terhadap suatu pertanyaan atau stimulus(Elvi, 2006: 4). 2. Tujuan Perkembangan Daya Pikir Mahasiswa atau guru dapat memahami bahwa pengembangan daya pikir
untuk
usia
TK
bertujuan
agar
anak
kelak
mampu
menghubungkan kemampuan yang sudah ada dengan pengetahuan yang
sudah
diketahui
dengan
dengan
pengetahuan
baru
diperolehnya antara lain: 1. Menghubungkan kemampuan berpikir logis dan pengetahuan akan ruang waktu
5
2. Mampu mengembangkan pengetahuan yang sudah ada dengan pengetahuan baru yang diperolehnya. 3. Mengembangkan kemampuan memahami sesuatu dengan cara melihat
bermacam-macam hubungan antara suatu objek dan
objek lain berdasarkan persamaaan dan perbedaan. 4. Mengembangkan imajisi melalui berbagai kegiatan. 5. Memberi
kesempatan
untuk
mengolah
lingkungan
atau
membangun dunianya secara aktif. 6. Agar anak dapat menghargai dan mencintai isi alam sebagai ciptaaan tuhan 7. Agar anak dapat berpikir secara kreatif. 2. Sains a. Pengertian Sains Dari sudut bahasa, sains atau science (bahasa inggris) berasal dari bahasa latin, yaitu dari kata scientia artinya pengetahuan yang tersusun atau terorganisasikan secara sistematis. Ada pun pengertian sains dan batasan sains, yaitu: 1. Sains sebagai bidang ilmu ilmiah, dengan ruang lingkup zat dan energi, baik yang terdapat pada makhluk hidup maupun tak hidup, lebih banyak mendiskusikan tentang alam (natural science) seperti fisika, kimia dan biologi. 2. Sains adalah sebagai suatu deretan konsep serta skema konseptual yang berhubungan satu sama lain, yang tumbuh sebagai hasil serangkaian percobaan dan pengamatan serta dapat diamati dan diuji cobakan lebih lanjut. Secara analitis, beberapa ahli mencoba memberikan batasan sains dengan membagi sains berdasarkan dimensi pengkajiannya. 1. Sumaji (1988 dalam Oktariyani, 2012: 12). Bahwa secara sempit sains adalah ilmu pengetahuan alam (IPA) terdiri atas physcal
6
science (ilmu astronomi, kimia, geologi, menerologi, fisika) dan life science (biologi, zoologi, dan fisiologi). 2. Ernest hagel memandang sains dari 3 aspek: a) Aspek tujuan sains adalah sebagai alat untuk mengusai alam dan untuk memberikan sumbangan kesejahteraan manusia. b) Sains sebagai suatu pengetahuan yang sistematis dan tangguh dalam arti merupakan suatu hasil atau kesimpulan yang didapat dari berbagai peristiwa c) Sains
sebagai
perangkataturan
metode, untuk
yaitu
memecahkan
merupakan masalah,
suatu untuk
mendapat atau mengetahui penyebab dari suatu kejadian dan untuk mendapat hukum-hukum atau teori-teori dari objek yang diamati. b. Peran Guru dalam Proses Pembelajaran Sains di Taman Kanakkanak Orang tua adalah guru pertama dan utama bagi anak usia dini termasuk anak usia taman kanak-kanak. Sedangkan, guru adalah pemegang kendali dalam proses pendidikan anak usia dini. Karena memegang peranan penting dalam proses pendidikan, maka dalam upaya mengembangkan seluruh potensi anak didik, seorang guru harus bisa merencanakan, mempersiapkan, dan melaksanakan kegiatan belajar yang disesuaikan dengan karakteristik anak. Guru harus mengatur penempatan semua peralatan dan perabotan yang akan digunakan dalam kegiatan sesuai dengan kebutuhan dan keamanan anak. Selain itu, dalam mempersiapkan semua kegiatan yang akan dilakukan, sebaiknya memiliki tingkat kesulitan yang berbeda dengan tujuan mengetahui sampai sejauh mana tingkat pemahaman dan penguasaan anak terhadap konsepkonsep dasar yang telah diajarkan.
7
Dalam tugasnya sebagai pengamat, guru harus melakukan observasi terhadap interaksi antaranak maupun interaksi anak dengan benda-benda di sekitarnya. Guru harus melakukan elaborasi dengan tujuan agar mampu merangsang anak untuk mengembangkan
daya
pikirnya
selama
melakukan
kegiatan
bermain. Peran guru sebagai perencana dalam kegiatan bermain adalah merencanakan suatu pengalaman yang baru agar anak-anak terdorong untuk mengembangkan minat mereka. (Yulianti dwi. 2010:40) 3. Warna Warna dapat diartikan sebagai sebuah spektrum tertentu yang terdapat di dalam cahaya yang sempurna/ putih. Warna bisa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok warna, yaitu: a. Warna netral adalah warna-warna yang tidak lagi memiliki kemurnian warna atau dengan kata lain bukan merupakan warna primer maupun sekunder. Warna ini merupakan campuran ketiga warna sekaligus, tetapi tidak dalam komposisi tepat sama. b. Warna kontras atau komplementer yaitu warna yang berkesan berlawanan satu dengan yang lainnya. Contoh warna kontras adalah merah dengan hijau, kuning dengan ungu dan biru dengan jingga. c. Warna panas adalah kelompok warna dalam rentang setengah lingkaran di dalam lingkaran warna mulai dari merah hingga kuning. d. Warna dingin adalah kelompok warna dalam rentang setengah lingkaran di dalam lingkaran warna mulai dari hijau hingga ungu (Rantinah Sastra. 2007: 2)
8
4. Pengertian pencampuran warna Pencampuran warna adalah perpaduan warna yang satu dengan warna yang lain sehingga menghasilkan warna baru. Pencampuran terjadi ketika dua warna atau lebih warna datang bersama untuk membentuk warna yang berbeda. Ada dua sistem pencampuran warna yakni salah satu sistem pencampuran warna terjadi ketika pencampuran pewarna seperti cat, tinta, dan pewarna, sedangkan yang kedua adalah metode lain dari pencampuran warna terjadi ketika dua atau lebih sumber cahaya berwarna digabungkan. Melakukan aktivitas pencampuran warna pada anak usia dini merupakn hal yang sangat penting bagi perkembangan saraf otak. Selain memancing kepekaan terhadap pengelihatan, pencampuran warna juga bermanfaat untuk meningkatkan daya pikir serta kreativitas anak. Di samping itu aktivitas pencampuran warna juga merupakan pengetahuan yang mampu mendorong anak membuat suatu inovasi yang besar.
9
METODE PENELITIAN A. Model Penelitian Jenis penelitian ini dirancang menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK), yaitu sebagai peneliti berkolaborasi dengan teman sejawat guna memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran, terutama dalam hal ini meningkatkan kemampuan daya pikir anak melalui pencampuran warna. Penelitian ini bertempat di TK Melati Melati DWP pada anak kelompok B4 dijalan Affan Bachsin Kota Manna Bengkulu Selatan. waktu penelitian dilaksanakan pada bulan September sampai dengan Desember 2013. Subjek penelitian ini yaitu anak-anak kelompok B4 TK Melati Dharmawanita Kota Manna Bengkulu Selatan yang berjumlah 15 orang anak terdiri atas 3 anak laki-laki dan 12 anak perempuan. B. Instrumen-instrumen Pengumpulan Data yang Digunakan Instrumen-instrumen pengumpulan data yang akan digunakan adalah: 1. Format lembar observasi aktivitas anak kelompok B4 TK Melati pada aktivitas pencampuran warna. 2. Lembar penelitian hasil pencampuran warna , merupakan lembar yang digunakan untuk mengamati gejala-gejala tindakan/perilaku anak, yang muncul
ketika
proses
pembelajaran
berlangsung,
yang
dapat
digunakan sebagai pendukung dalam melakukan pengolahan data.
10
Lembar Observasi Aktivitas Anak Dalam Proses Pencampuran Warna No
Aspek yang Diamati
1.
Kemauan mengamati objek pencampuran warna
2.
Ketelitian dalam mencampur warna
3.
Keberanian melakukan percobaan
B
C
K
Lembar Penelitian Hasil Pencampuran Warna No
Aspek daya pikir yang diamati
1.
Kemampuan berpikir membuat kombinasi
2.
Kemampuan berpikir membuat keputusan
3.
Kemampuan mengkomunikasikan hasil belajar kreatif
Penilaian B
C
K
Kriteria penilaian: a. B (Baik) Bila anak mempunyai kemauan mengamati pencampuran tanpa bantuan guru. b. C (Cukup) Bila nak mempunyai kemauan mengamati percampuran dengan sedikit bantuan guru. c. K (Kurang) Bila anak belum mempunyai kemauan mengamati percampuran warna meskipun dengan bantuan guru. Keterangan: B= 3, C= 2, K= 1
11
C. Teknik Analisis Data Analisis data dalam penulisan ini adalah teknik analisis yang diterapkan secara sistematis dan induktif, data yang dianalisis mencakup peningkatan pengembangan kemampuan daya pikir anak. Rumus yang digunakan : P=n/Nx100% Keterangan: P: jumlah keberhasilan n: jumlah nilai diperoleh anak dalam meningkatkan daya pikir anak waktu melakukan kegiatan N: jumlah nilai maksimal siswa D. Indikator Keberhasilan Siswa Indikator keberhasilan anak merupakan target yang hendak dicapai dalam menentukan tindakan. Dalam penelitian tindakan kelas ini baru dikatakan berhasil sangat baik apabila mencapai 80% siswa telah dapat mencampur
warna
dengan
kemampuan
daya
pikir
yang
telah
berkembangan, penelitian berhasilan dengan baik apabila mencapai 75% dan kala hanya mencapai 60% maka dikatakan ragu-ragu, bila keberhasilannya hanya mencapai kurang dari 50% maka harus mengulang
12
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian pada siklus I menunjukkan bahwa kemauan anak berpikir membuat kombinasi warna mempunyai nilai baik, yaitu 40% dan kemampuan berpikir membuat keputusanmempunyai nilai baik, yaitu 33% dan kemampuan mengkomunikasikan hasil belajar juga mempunyai nilai baki, yaitu 26%. Sedangkan pada siklus II dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan dari siklus I terbukti dengan aktivitas anak dalam kegiatan pencampuran warna siklus II mencapai 80% dan hasil pencampuran warna sudah mencapai 86%. Hal ini terbukti bahwa: a) Anak bisa mencampur warna tanpa bantuan guru b) Anak dapat teliti dalam mengamati kegiatan pencampuran warna. c) Anak menjadi lebih mengetahui setelah melihat langsung hasil dari pencampuran warna tersebut. Tabel Ketuntasan Belajar Siswa Siklus
Jumlah Siswa
Jumlah Siswa Tuntas Belajar
%
Keterangan
1
15
10
40%
Belum tuntas
2
15
13
80%
Tuntas
Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa tahapan yang dilakukan peneliti mengalami peningkatan yang lebih baik dimana nilai ratarata dan persentase pada siklus kedua sesuai yang diharapkan, hal ini menunjukan bahwa penggunaan pencampuran warna dapat meningkatkan daya pikir anak TK Melati. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan diterapkannya kegiatan pencamuran warna dapat meningkatkan kemampuan daya pikir anak. Hali ini terbukti dari hasil perhitungan tes pada siklus I dan II.
13
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran pencampuran warna dapat meningkatkan daya pikir anak dibuktikan
dengan
meningkatnya
hasil
pelaksanaan
siklus
kedua
dibanding dengan pelaksanaan siklus kesatu, yaitu siklus pertama anak yang dapat mengembangkan daya pikirnya dalam kegiatan pencampuran warna sendiri tanpa bantuan guru baru 40%, sedangkan menurut penilaian hasil kegiatan siklus kedua meningkat mencapai 80%. Hal ini disimpulkan bahwa kegiatan pencampuran warna dapat meningkatkan daya pikir anak dan dapat mengetahui perubahan warna tersebut. B. Rekomendasi Berdasarkan kesimpulan penelitian dapat dikemukakan beberapa rekomendasi antara lain: 1. Untuk guru dalam meningkatkan daya pikir saat pencampuran warna hendaknya guru memberikan motivasi kepada anak. 2. Untuk orang tua diharapkan mendukung kegiatan pencampuran warna yang dilakukan di sekolah 3. Untuk sekolah, sebaiknya menyiapkan sarana dan prasarana yang berhubungan dengan belajar sains.
14
DAFTAR PUSTAKA Aisyah, Siti dkk. 2007. Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka. Anggora, M. Toha dkk. 2008. Metode Penelitian. Jakarta: Universitas Terbuka. Ningsih, Elvi Hervina. 2012. PKP Upaya Meningkatkan Daya Pikir Anak Melalui Bermain Plastisin. Nugraha, Ali. 2007. Dasar-dasar Matematika dan Sains. Jakarta: Universitas Terbuka. Rantinah, Sastra. 2007. Mengenal Warna .Klaten: PT Intan Prawira. Wardhani, Igak. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka. Yulianti, Dwi. 2010. Bermain Sambil Belajar Sains di Taman Kanak-kanak. Jakarta: PT Indeks. 2011PAUDUNMUHJember/
[email protected]/UNMUHJember http://novaoktryani.blogspot.com/2012/12/PengembanganPembelajaranSains-pada.html http://chip.co.id/articles/mag/tag/adobe-rgb-color-space
15