“Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Learning Tipe Investigasi Kelompok Pada Materi Zat dan Wujudnya” Citra Dewi Yusuf, Muhammad Yusup*, Supartin** Jurusan Fisika, Program Studi S1. Pend. Fisika F. MIPA Universitas Negeri Gorontalo Email:
[email protected] ABSTRAK Citra Dewi Yusuf. 421 409 097. 2015. “ Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa melalui Pembelajaran Kooperatif Learning Tipe Investigasi Kelompok pada Materi Zat dan Wujudnya”. Skiripsi, Program Studi Fisika, jurusan Fisika, Fakultas Metematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Muhammad Yusup, S.Si. M.Si Pembimbing II Supartin, S.Pd. M.Pd. Penelitian ini dilaksanakan atas dasar masih rendahnya kualitas dan hasil pembelajaran fisika pada materi zat dan wujudnya di sekolah kelas VII SMP Negeri 1 Tapa. Tujuan penelitian ini untuk melihat sejauh mana model pembelajaran kooperatif learning tipe investigasi kelompok dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian di laksanakan di SMP Negeri 1 Tapa kelas VII dengan jumlah siswa 25 orang tahun ajaran 2013/2014. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah (1). Lembar pengamatan pengelolaan pembelajaran Guru, (2). Lembar pengamatan aktifitas siswa, (3). Lembar pengamatan keterampilan kooperatif learning tipe investigasi kelompok, (4). Tes hasil belajar. Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh pada siklus I etuntasan belajar hanya mencapai 52 % sehingga perlu dilanjutkan ke siklus 2 meningkat menjadi 100%. Dengan demikian , kegiatan belajar mengajar dengan menerapkan pembelajaran Kooperatif learning tipe investigasi kelompok dapat meningkatan kualitas dan hasil belajar siswa pada materi zat dan wujudnya di kelas VII SMP Negeri 1 Tapa pada tahun ajaran 20013/2014. Kata kunci : Investigasi Kelompok, Model Cooperatif Learning, Hasil Belajar.
ABSTRACT Citra Dewi Joseph. 421 409 097. 2014. "Efforts to Improve Student Results through Learning Cooperative Learning Material Type Investigation Group on Substances and His form". Skiripsi, Physics Studies Program, Department of Physics, Faculty of mathematical and Natural Sciences, State University of Gorontalo. Supervisor I Muhammad Yusuf, S.Si. M.Si Supervisor II Supartin, S.Pd. M.Pd. The research was conducted on the basis of the low quality and learning outcomes of physics at the material substance and manifestations in school class VII SMP Negeri 1 Tapa. The purpose of this study is to see how far the cooperative learning model type of investigation group can improve student learning outcomes. The research was conducted in SMP Negeri 1 Tapa class VII with the number of students 25 academic year 2013/2014. The instrument used in this study were (1). Teacher learning management observation sheet, (2). Observation of student activity sheet, (3). Cooperative learning skills of observation sheet type of investigation group, (4). Achievement test. Based on analysis of data obtained in the first cycle of learning mastery learning only reached 52 % so that the need to proceed to the second cycle increased to 100%. Thus, learning and teaching by applying cooperative learning group learning type of investigation can improve quality and student learning outcomes in material substance and manifestations in class VII SMP Negeri 1 Tapa in the academic year 20013/2014. Keywords: Investigation Group, cooperative learning model, Learning outcomes.
PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu permasalahan pendidikan yang di hadapi oleh bangsa indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah . rendahnya mutu pendidikan tidak terlepas dari kondisi tenaga kependidikan, sarana dan prasarana pendidikan, kurikulum, metode pengajaran, strategi mengajar, dan strategi belajar siswa itu sendiri. Berbagai upaya yang telah dilakukan pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan. Upaya itu antara lain melalui pembenahan sistem pendidikan, kurikulum pendidikan sampai pada proses pembelajaran di kelas serta pembenahan seluruh komponen pendidikan. Namun demikian, berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang memadai.
Untuk meningkatkan hasil belajar siswa, seorang guru dituntut untuk memiliki strategi yang tepat dalam pembelajaran terutama dalam menggunakan pendekatan dalam pembelajaran, yaitu model pembelajaran kooperatif learning tipe investigasi kelompok. Sebagian besar mutu pendidikan yang sangat rendah di sekolah dasar dan menengah adalah mutu pendidikan ilmu sains, khususnya pada sains fisika. Hal ini dapat dilihat pada hasil observasi yang dilakukan peneliti dikelas 7 SMP Negeri 1 Tapa, diperoleh data hasil belajar peserta didik selama 2 tahun pelajaran 2011/2012 telah di tentukan KKM yaitu 70 namun perolehan nilai rata –rata peserta didik di bawah standar nilai yang telah di tentukan yaitu 62,75 . hal yang sama terulang embali masih menunjukkan hasil dibawah rata-rata KKM 75 namun perolehan nilai peserta didik hanya mencapai 64,70. Jadi hasil belajar peserta didik masih dalam kategori rendah. Lebih
jelas lagi dapat dilihat pada perolehan nilai raport atau ulangan harian, ujian semester yang sangat rendah bila dibandingkan dengan perolehan nilai dengan pada mata pelajaran lain. Kenyataan yang dihadapi sekarang adalah sebagian besar pembelajaran di sekolah menoton pembelajaran langsung yang lebih berpusat pada guru, pembelajaran lebih menekankan pada aspek ingatan dan guru tidak mengoptimalkan pengetahuan siswa. Kreatvitas memilih metode pembelajaran yang cocok untuk setiap pokok bahasan hampir tidak ditemukan, akibatnya akan timbul rasa bosan dan jenuh pada diri siswa terhadap model dan metode pembelajaran yang selalu diterapkan oleh guru. Ini akan berdampak pada sulitnya siswa menerima informasi yang disampaikan oleh guru, sehingga akan sulit dicapai hasil belajar yang maksimal. Keberhasilan pembelajaran disekolah tergantung pada keterampilan guru dalam menyajikan materi, hal ini berhubungan erat dengan pendekatan dan pemilihan metode yang tepat. Oleh karena itu, perlunya pembaharuan agar proses pembelajaran di kelas tidak menoton guru yang berperan aktif. Siswa di usahakan lebih berperan aktif dalam pembelajaran sehingga mereka menemukan sendiri pengetahuan dan lebih memahami apa yang mereka peroleh. Salah satu alternatif yang dapat digunakan adalah pemilihan model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran ini merupakan suatu model pembelajaran yang dapat menciptakan peran aktif siswa dalam pembelajaran di kelas, serta melatih siswa untuk lebih mandiri dan dapat bekerja sama dengan orang lain. Selain itu pemilihan strategi mengajar juga perlu diperhatikan sehingga di harapkan siswa tidak hanya mampu bekerja sama dengan orang lain tetapi juga dapat menemukan bagaimana strategi belajar yang baik. Salah satu strategi belajar yang dapat dilakukan adalah pendekatan Ivestigasi Kelompok (IK).
Pendekatan ini memberi kesempatan kepada siswa untuk menentukan sub topik yang paling mereka senangi dari topik yang diajukan untuk dibahas, sehingga siswa dapat menyesuaikan dengan kemampuan dan kesenangan mereka terhadap sub topik yang dipilih. Dengan pendekatan ini tidak akan ada rasa jenuh yang dialami siswa terhadap materi yang diajarkan oleh guru karena siswa mempunyai kontribusi terhadap pemilihan sub topik tadi. Jika sub topik yang dibahas dipilih sendiri oleh siswa maka pada pelaksanaannya pasti sub topok tersebut akan dapat dibahas dengan baik, sungguh-sungguh dan perasaan senang oleh siswa yang nantinya akan melahirkan keseriusan siswa. Hal lain yang menjamin keberhasilan pendekatan investigasi kelompok adalah di mungkinkannya pemilihan sumber-sumber belajar yang berbeda baik didalam atau diluar kelas. Ini tentunya akan memberikan suasana baru dalam proses pembelajaran yang biasanya terpusat pada guru dan sumber belajar didalam kelas. Suasana baru dan sumber belajar baru inilah yang memungkinkan lahirnya kreativitas baru dalam pemecahan suatu topik atau sub topik yang di ajukan baik oleh guru atau oleh siswa itu sendiri. Sehingga konsistensi dan antusiaame siswa dalam belajar selalu terjaga, ini tentu akan mendorong pemecahan sub topik dan topik secara sungguh-sungguh dan tepat yang pada akhirnya akan berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa. Dari latar belakang tersebut di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan mengambil judul “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa melalui Model Pembelajaran Kooperative Learning Tipe Investigasi Kelompok pada materi zat dan wujudnya” Identifikasi Masalah
Adapun latar belakang di atas maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah 1). Proses pembelajaran IPA d SMP Negeri 1 Tapa masih mengalami berbagai kendala dalam proses pembelajaran,sehingga berdampak pada rendahnya hasil belajar peserta didik. Dimana hasil belajar siswa belum sesuai dengan KKM yang telah di tentukan di sekolah. 2). Siswa belum memahami konsep yang dibelajarkan 3). Keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran harus maksimal agar mencapai ketuntasan yang klasikal Rumusan Masalah Berdasarkan identifiasi masalah, maka rumusan masalahnya adalah adalah " Apakah melalui pembelajaran kooperatif Learning Tipe investigasi kelompok pada materi zat dan wujudnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa?” Cara Pemecahan Masalah Untuk mengatasinya, diperlukan suatu model pembelajaran dan metode yang disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan. Salah satu melalui penerapan pembelajaran kooperatif dengan pendekatan investugasi kelompok. Pendekatan pembelajaran ini dilaksanakan dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menentukan pilihan atas topik yang mereka senangi yang nantinya akan di bahas dan di presentasikan. Dengan pendekatan ini diharapkan siswa dapat membahas materi yang dipilih dengan baik, sungguh-sungguh yang nantinya akan melahirkan keseriusan siswa. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII SMP N 1 TAPA Pada materi zat dan wujudnya. melalui pembelajaran kooperatif Learning Tipe Investigasi Kelompok . Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Bagi siswa : Melalui penelitian ini dapat di peroleh solusi yang tepat dalam meningkatan proses pembelajaran dan motivasi siswa dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik serta terbentuk sikap kerjasama antar siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. b. Bagi guru : Penelitian ini di harapkan dapat memperoleh suatu variasimmodel pembelajaran yang lebih efektif dalam pembelajaran fisika untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Membantu guru dalam mendapatkan pendekatan pembelajaran yang tepat sesuain dengan karakteristik peserta didik. c. Bagi sekolah: Penelitian ini secara tidak langsung dapat meningkatkan hasil belajar siswa serta memperoleh masukan atau sumbangan untuk proses pembelajaran bagi SMP Negeri 1 Tapa dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa. d. Bagi Peneliti : Memperoleh jawaban dari permasalahan yang ada dan memiliki pengalaman langsung dalam menerapkan pembelajaran kooperatif Learning Tipe investigasi kelompok pada pembelajaran fisika. KAJIAN TEORETIS Tinjauan Model Cooperative Learning Menurut Suprijono (2009:54), mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Istilah kooperatif digunakan dalam
tulisan ini karena kata “kooperatif” memiliki makna lebih luas, yaitu menggambarkan keseluruhan proses sosial dalam belajar dan mencakup pula pengertian kolaboratif. Pembelajaran Kooperatif merujuk kepada kaidah pengajaran yang memerlukan pelajar dari berbagai kebolehan bekerja sama dalam kPembelajaran kooperatif dapat membantu siswa dalam memenuhi konsep-konsep yang sulit. Menurut Abdurrahman dan bintoro ( dalam Nurhadi, Dkk 2004 ; 61), Pembelajaran Kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang silih asa, silih asih, dan sislih asuh antar sesama siswa sebagai latihan hidup didalam masyarakat., Pembelajaran Kooperatif merujuk kepada kaidah pengajaran yang memerlukan pelajar dari berbagai kebolehan bekerja sama dalam kumpulan kecil untuk mencapai tujuan yang sama. Pembelajaran Kooperatif menggalakkan murid agar berinteraksi secara aktif dan positif dalam kumpulan/kelompok. Ciri-ciri pembelajaran ini merupakan salah satu aspek yang di tekankan dalam proses pembelajaran berdasarkan masalah. Menurut Ibrahim (2000: 3), mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang menuntut adanya kerjasama siswa dan saling ketergantungan dalam struktur tugas, tujuan dan kaidah. Dalam pembelajaran ini siswa dituntut untuk saling bekerja sama dan saling mengkoordinasi dalam menyelesaikan tugas serta dalam pencapaian suatu penghargaanumpulan kecil untuk mencapai tujuan yang sama. Investigasi Kelompok Investigasi kelompok adalah pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling kompleks diterapkan. Menurut Ibrahim (2000:23), investigasi kelompok adalah :"
pendekatan pembelajaran kooperatif yang melibatkan siswa dalam perencanaan topik dan jalannya penyelidikan”. Dalam implementasinya siswa dibagi menjadi 5 atau 6 orang yang heterogen dengan mempertimbangkan keakraban persahabatan atau minat yang sama dalam topik tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki, melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang dipilih dan menyiapkan serta mempresentasikan laporan dalam kelas. Burn (Tukiran, dkk (2011- 72) Secara umum perencanaan pengorganisasian kelas dengan menggunakan teknik kooperatif investigasi kelompok adalah kelompok dibentuk oleh siswa itu sendiri dengan beranggotakan 2-6 orang, tiap kelompok bebas memilih subtopik dari keseluruhan unit materi (pokok bahasan) yang akan diajarkan, kemudian membuat atau menghasilkan laporan kelompok. Selanjutnya, setiap kelompok mempresentasikan atau memamerkan laporannya kepada seluruh kelas, untuk berbagi dan saling tukar inforamsi temuan mereka. Ada 6 langkah dalam penerapan investigasi kelompok, Sharan ( Ibrahim;2000:23), yaitu : 1. Pemilihan topik 2. Perencanaan Kooperatif 3. Implementasi 4. Analisis dan sintesis 5. Presentasi hasil final 6. Evaluasi Karakteristik Investigasi Kelompok Menurut Sharan dan Slavin (Tukiran, dkk. (2011: 75) karakteristik investigasi kelompok ada pada integrasi dari empat fitur dasar yaitu investigasi, interaksi, penafsiran, dan motivasi intrinsik. Adapun penjelasannya sebagai berikut : 1). Investigasi 2). Interaksi 3). Penafsiran
4). Motivasi Intrinsik Menurut Santoso (2011), dalam pemanfaatan model pembelajaran investigasi kelompok terdapat beberapa kelebihan dan kelemahan sebagai berikut: Kelebihan 1. Dapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berpikir mandiri, kritis,kreatif,reflektif,dan produktif. 2. Dapat melatih siswa untuk mengembangkan sikap saling memahami dan menghormati. 3. Dapat melatih siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi. 4. Dapat menumbuhkan sikap saling bekerja sama antar siswa. Kekurangan 1. Merupakan model paling kompleks dan paling sulit dilakukan dalam proses belajar mengjar. 2. Dalam pelaksanaannya membutuhkan waktu yang relative lama. 3. Sulit diterapkan apabila siswa tidak memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik. Berdasarkan uraian yang diatas dapat disimpulkan bahwa investigasi kelompok adalah pendekatan pembelajaran yang menuntut peran aktif siswa dalam hal perencanaan topik jalannya penyelidikan dan pemaparan hasil penyelidikan. pembelajaran kooperatif lebih diarahkan oleh guru seperti penetapan tugas serta penyediaan bahan informasi untuk membantu siswa dalam menyelesaikan suatu masalah (Suprijono, 2009:54).
Hasil Belajar Seorang siswa dapat dikatakan telah belajar jika telah ada perubahan tingkah laku pada siswa tersebut, yaitu pada perubahan tingkah laku yang relatif menetap. Menurut Skinner (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2009:9), bahwa belajar adalah suatu perilaku pada saat orang belajar maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun. Menurut ( Dimyati dan Mujiono : 2009 : 20) Hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar terjadi terutama berkat evaluasi guru, hasil belajar berupa dampak respon dan pengiring kedua dampak tersebut bermanfaat bagi guru dan siswa. Menurut taksonomi Bloom ( dalam Suprijono, 2009: 6-7), mengemukakan bahwa hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Domain kognitif adalah pengetahuan yang meliputi ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Domain afektif sikap menerima, memberi, nilai, karakter.domain psikomotor mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, social, manajerial, intelektual. Hipotesis Tindakan Menurut Sugiyono (2009:96), hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah dalam penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Berdasarkan uraian – uraian di atas, maka yang menjadi Hipotesis tindakan dalam
penelitian ini adalah “ jika pembelajaran kooperatif dengan pendekatan investigasi kelompok diterapkan pada mata pelajaran sains Fisika materi Zat dan Wujudnya, maka hasil belajar siswa akan meningkat”.
1.
Indikator Kinerja Untuk mengtahui tingkat keberhasilan siswa terhadap proses belajar mengajar yang telah dilakukan sekaligus juga untuk mengetahui keberhasilan mengajar guru, dalam penelitian ini dikatan berhasil jika memenuhi kriteria sebagai berikut :
2.
1. Indikator hasil belajar dalam kegiatan pembelajaran dapat dikatakan berhasil jika mencapai nilai 75 berdasarkan KKM yang ditetapkan di sekolah. 2. Kegiatan siswa dikatakan berhasil selama proses pembelajaran, jika minimal mencapai skor 75% dengan kategori baik dan sangat baik. 3. Kegiatan guru dikatakan berhasil selama proses pembelajaran jika minimal mencapai skor 75% dengan kategori baik dan sangat baik 4. Keterlaksanaan pembelajaran dikatakan berhasil selama proses pembelajaran jika minimal mencapai skor 75% dengan kategori baik dan sangat baik. METODE PENELITIAN Setting dan Karakteristik Penelitian Penelitian tindakan kelas ( PTK) ini dilaksanakan SMP Negeri 1 Tapa. Subjek yang dikenakan tindakan adalah siswa kelas VII pada semester genap yang berjumlah 25 orang yang terdiri dari 12 siswa laki – laki dan 13 orang siswa perempuan yang memiliki kemampuan yang berbeda tentang materi zat dan wujudnya. Waktu pelaksanaan dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2013-2014. Variabel Penelitian
3.
Variabel input yaitu menyangkut perilaku yang diberikan kepada siswa pada saat proses belajar mengajar berlangsung, sumber belajar yang digunakan, prosedur evaluasi, lingkungan belajar dan sebagainya. Variabel proses merupakan suatu proses selama pembelajaran berlangsung. Variabel ini dapat diukur melalui aktivitas lembar pengamatan aktifitas guru, lembar pengamatan aktivitas siswa dan lembar pengamatan keterampilan kooperatif learning tipe investigasi kelompok.Keterampilan kooperatif yang digunakan dalam penelitian ini hanya dibatasi seperti kegiatan pemilihan topik, bekerja sama, implementasi,menyimpulkan materi dan mengevaluasi siswa. Variabel output pada penelitian ini adalah hasil belajar siswa yang diukur melalui tes pembelajaran
Definisi Operasional dan Konseptual Variabel Hasil belajar adalah skor yang Diperoleh melalui tes belajar siswa yang disusun berdasarkan variabel dan indikator, sedangkan secara konseptual hasil belajar merupakan hasil usaha yang diperoleh siswa melalui proses belajar berdasarkan tujuan pembelajaran yang telah ditentukan, dan diukur melalui tes / evaluasi. Aktivitas siswa merupakan semua kegiatan yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran berlangsung yang berkaitan dengan kegiatan siswa yang diukur dengan menggunakan lembar pengamatan aktivitas siswa, sedangkan definisi konseptual aktivitas siswa merupakan fase-fase yang dilakukan oleh siswa itu sendiri yang meliputi kegiatan pemilihan topik, bekerja sama, implementasi, menyimpulkan materi dan mengevaluasi siswa. Aktivitas guru merupakan segala bentuk kegiatan yang dilakukan oleh guru yang
berkaitan dengan proses pembelajaran selama proses itu berlangsung yang diukur melalui lembar pengamatn aktivitas guru, sedangkan secara konseptual aktivitas guru adalah semua hal menjadi aktivitas guru dalam proses pembelajaran seperti mengawali kelas, membuka pelajaran, menyampaikan materi dan menutup pelajaran. Prosedur penelitian Tahap persiapan dan perencanaan Dalam tahap ini, adapun hal-hal yang harus dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut : a. Melapor dan meminta izin pada kepala sekolah dalam melaksanakan penelitian. b. Mengadakan obsevarsi dan wawancara dengan semua pihak yang terlibat dalam proses belajar mengajar dalam pelaksanaan tindakan kelas ini. c. Menyiapkan perangkat pembelajaran meliputi silabus,RPP dan buku penunjang. d. Menetapkan waktu pelaksanaan tindakan e. Mempersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan pada saat proses pembelajaran berlangsung. f. Membuat alat evaluasi yang dijadikan dasar untuk mempertimbangkan pelaksanaan tindakan selanjutnya. Tahap Pelaksanaan Tindakan Pada tahap pelaksanaan tindakan ini terdiri atas satu siklus, dengan langkahlangkah sebagai berikut : Siklus I 1. Melaksanakan pembelajaran dikelas sebanyak 2 kali pertemuan sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah direncanakan, pada materi zat dan wujudnya 2. Bersama-sama guru mata pelajaran fisika lainnya memantau dan mengamati pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan lembar pengamatan sebagai alat bantu dalam menentukan tindakan selanjutnya.
3. Mengevaluasi hasil pembelajaran sesuai indicator capaian yang telah dirumuskan pada rencana pembelajaran 4. Menganalisa hasil evaluasi pembelajaran 5. Menyimpulkan hasil yang dicapai siswa Siklus II Apabila ketuntasan belajar siswa secara klasikal pada siklus 1 belum mencapai criteria ketuntasan belajar (80%) dengan skor minimal 6,5 dari seluruh siswa yang dikenai tindakan, maka pelaksanaan tindakan dilanjutkan pada siklus II. Adapun kegiatan yang dilaksanakan pada siklus II adalah : 1. Mereview dan merencakan tindakan baru pada aspek yang belum tuntas. 2. Melaksanakan tindakan baru, yaitu pembelajaran dikelas sebanyak 2 kali pertemuan sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah direncanakan pada materi zat dan wujudnya, untuk topik yang berbeda. 3. Melaksanakan pemantauan aspekaspek dalam kegiatan pembelajaran. 4. Mengevaluasi hasil pembelajaran sesuai indicator capaian. 5. Menganalisis data dan merefleksi. Tahap Pemantauan dan Evaluasi Pada tahap ini peneliti melakukan dua jenis kegiatan sekaligus yakni pemantauan dan penilaian hasil belajar siswa dalam pembelajaran kooperatif dengan pendekatan investigasi kelompok. Kegiatan ini bertujuan untuk melihat apakah hasil belajar tersebut tetap seperti perolehan hasil pada siklussiklus yang telah dilaksanakan. Untuk mempermudah penelitian ini peneliti menggunakan alat atau instrumen yaitu berupa lembar observasi, dan tes hasil belajar siswa. Tahap Analisis dan Refleksi
Salah satu ciri khas propesionalitas dalam penelitian adalah dilakukannya pengambilan keputusan ahli sebelum,sedang dan setelah tindakan layanan ahli dilaksanakan. Untuk dapat melakukan hal itu secara efektif harus dilakukan refleksi yang disertai dengan analisis. Oleh karena itu, kegiatan analisis dan refleksi dilakukan setelah akhir siklus. Kegiatan analisis dan refleksi ini bertujuan untuk melihat, memperbaiki dan meningkatkan hasil yang telah dicapai dalam kegiatan yang telah dilaksanakan pada setiap siklus serta merencanakan tindakan yang akan dilaksanakan pada tahap berikutnya Instrumen Penelitian Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini diperlukan instrument sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Adapun instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Lembar pengamatan aktifitas pengelolaan pembelajaran guru Lembar pengamatan pengelolaan pembelajaran di gunakan untuk mengukur sejauh mana tingkat pengelolaan proses pembelajaran di dalam kelas, yang minimal memperoleh hasil pengamatan 75 %. dinilai melalui lembar kegiatan guru yang terdapat pada RPP. Adapun aspek yang diamati meliputi, proses pembelajaran ( kegiatan awal , kegiatan inti , dan kegiatan penutup), serta situasi kelas selama proses pembelajaran berlangsung. 2. Lembar pengamatan aktivitas siswa pada pembelajaran Lembar pengamatan aktivitas peserta didik digunakan untuk mengukur sejauh mana tingkat aktivitas peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung di kelas minimal memperoleh hasil 75 % dengan mencapai kategori baik. Pengamatan
dilakukan sejak awal pembelajaran dimulai sampai akhir proses pembelajaran. Pengamatan dilakukan oleh guru pada masing – masing peserta didik baik secara individual maupun kelompok. 3. Tes hasil belajar Tujuan pembelajaraan tes hasil belajar untuk mengukur tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi pembelajaran setelah diberi tindakan dengan mencapai 75 % dari jumlah siswa yang dikenakan tindakan. Soal – soal yang di berikan berupa tes essay yang mencakup aspek pengetahuan, pemahaman, dan penerapan. Analisis Data Dalam proses penelitian tindakan kelas, analisis data merupakan hal yang penting. Analisis data ini dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan yang dilakukan setiap akhir siklus kegiatan atau pembelajaran. Data hasil penelitian ini dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang dicapai pada siklus I dan II menunjukkan bahwa pada hasil belajar siswa terhadap materi zat dan wujudnya. Data yang ada menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa. Hal ini terlihat baik dari lembar pengamatan sebagai instrument dari proses pembelajaran maupun dari hasil belajar siswa. Hasil pengamatan pen gelolaan pembelajaran kooperatif dan pendekatan investigasi kelompok pada siklus I, aspek yang memperoleh kriteria sangat baik dan baik adalah 3,12% dan 68.72% dan kriteria cukup memperoleh 28,13%.
Rendahnya aktivitas siswa pada siklus I disebabkan oleh kurangnya partisipasi siswa selama proses pembelajaran, kurangnya interaksi siswa dalam kelompok, serta rendahnya kemampuan siswa dalam mengemukakan gagasan. Hal ini kemudian di perbaiki pada siklus II, sehingga aktivitas siswa pada siklus II meningkat. Dengan demikian pengelolaan pembelajaran kooperatif pada siklus I mengalami peningkatan pada siklus II yaitu dari 71,87% menjadi 93,75 Gambar 1 : Pengamatan pengelolaan aktivitas siswa pada pembelajaran kooperatif pada siklus 1 Pada siklus 1, pengelolaan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru belum mencapai kriteria ketuntasan yang di harapkan. Aspek – aspek yang belum tuntas ini pada siklus 1 kemudian di perbaiki pada siklus II. Hasil yang di peroleh dapat dilihat pada gambar di atas. Pada siklus II,untuk kriteria sangat baik mencapai 75%, kriteria baik 18,75%, dan 6,25% mencapai kriteria cukup.
Gambar 1 : Pengamatan pengelolaan pembelajaran kooperatif pada siklus I dan II Demikian juga, aktivitas siswa baik pada pembelajaran kooperatif learning tipe investigasi kelompok menunjukkan adanya peningkatan. Untuk masing – masing aspek yang telah di amati. Pada siklus I, siswa lebih banyak mendengarkan penjelasan guru dibandingkan dengan bekerja dan berlatih dengan menggunakan keterampilan kooperatif. Bentuk siklus II, siswa lebih antusias dalam belajar serta mereka belajar menggunakan keterampilan kooperatif learning tipe investigasi kelompok.
Gambar 1 : Pengamatan pengelolaan aktivitas siswa pada pembelajaran kooperatif pada siklus 2
Pada evaluasi yang dilakukan pada akhir siklus I menunjukkan bahwa pada 5 orang siswa ( 10 % ) memperoleh nilai pada rentang nilai 85-100%, 8 orang siswa ( 32% ) memperoleh nilai pada rentang nilai 75-84, 12 orang ( 48 % ) memperoleh nilai 55-64.
Hasil menunjukkan bahwa nilai yang diperoleh siswa masih termasuk pada kategori yang tidak tuntas. Untuk itulah, proses pembelajaran dilanjutkan ke siklus II. Pada siklus II, 12 orang siswa ( 78%)memperoleh nilai dalam rentang 85100 dan 13 orang siswa ( 52%) memperoleh nilai dalam rentang 74-84. Dengan melihat hasil capaian pada pelaksanaan tindakan kegiatan belajar mengajar dan hasil belajar pada siklus I dan II, model pembelajaran koopertaif dan pendekatan investigasi kelompok dapat meningkatkan hasil belajar siswa PENUTUP
3. Pada pembelajaran model investigasi kelompok guru harus pandai mengelola waktu, memotivasi siswa dan memperhatikan bagaimana proses interaksi antar siswa pada saat melakukan diskusi kelompok. 4. Diminta kepada guru – guru pengajar agar supaya dapat menerapkan materi pembelajaran kooperatif lerning dengan tipe investigasi kelompok. DAFTAR PUSTAKA Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah, Saiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa: Penggunaan model pembelajaran kooperatif learning tipe investigasi kelompok dapat meningkatkan hasil belajar siswa, dimana pada siklus I ketuntasan belajar hanya mencapai 52%. Dan pada siklus II ketuntasan belajar mencapai 100%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penggunaan metode pembelajaran kooperatif learning tipe investigasi kelompok cocok untuk diterapkan.
Dyah. 2009. Model Pembelajaran Kelompok. http://gurupn3smp.blogspot.com/2009/03/Mo del – pembelajaran – kelompok.html 10 September 2011. 15.00 WITA
Saran Berdasarkan penelitian yang dilakukan disekolah SMP N 1 Tapa dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA melalui melalui Model Pembelajaran Kooperative Learning Tipe Investigasi Kelompok pada materi zat dan wujudnya”. Maka peneliti memberikan saran, sebagai berikut :
http://organisasi.org/perubahan_zat_at au_benda_cair_padat_gas_pelajaran_imia_da n _fisika.Diakses 10 September 2011. 17.00 WITA
1. Guru dalam mengajar hendaknya melibatkan siswa secara aktif. 2. Pembelajaran metode investigasi kelompok dapat dicobakan penerapannya pada pembelajaran materi yang lain.
Hamalik, Oemar,2001. Perencanaan pengajaran fisika. Jakarta : PT Bumi Aksara Ibrahim, M. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : Universitas Negeri Surabaya. Lohat, Alexander San. 2009. Perbedaan Zat Padat, Zat Cair dan Zat Gas.
Manna, Akhmad. 2006. Ipa Fisika Kelas VII untuk SMP dan MTS Jakarta : Intan Pariwara Muslimin, Ibrahim. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : Universitas Negeri Surabaya, Muhfida. 2009. Model Pembelajaran. http://www.muhfida.com/model
pembelajaran.html. tanggal 4 oktober 2011. 17.00 WITA Sudjana, Nana.1990. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning ( Teori dan Aplikasi Paikem) Pustaka Pelajar. Surabaya