MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI HUBUNGAN ANTARA KEADAAN AWAN DAN CUACA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICK DI KELAS III SDN 3 LIMBOTO KABUPATEN GORONTALO Sri Dahniar Mansur, Abdul Haris PanaI, Djotin Mokoginta1
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Hubungan Antara Keadaan Awan Dan Cuaca Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick di Kelas III SDN 3 Limboto Kabupaten Gorontalo Menrupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh peneliti untuk meraih Gelar Sarjana. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah Apakah melalui model pembelajaran kooperatif tipe talking stick dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi hubungan antara keadaan awan dan cuaca di kelas III SDN 3 Limboto. Tujuan penelitian untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe talking stick pada materi hubungan antara keadaan awan dan cuaca dikelas III SDN 3 Limboto. Adapun Jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan subjek penelitian 28 siswa kelas III SDN 3 Limboto. Hasil penelitian menunjukan bahwa pada siklus I. Siswa yang hasil belajarnya telah mencapai ketuntasan kriteria minimum pada mata pelajaran IPA yang telah ditetapkan sekolah yakni 75 sebanyak 20 siswa dengan presentase 71%. Sedangkan pada siklus II, Siswa yang hasil belajarnya telah mencapai ketuntasan sebanyak 28 siswa dengan presentase 100%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe talking stick dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi hubungan antara keadaan awan dan cuaca di kelas III SDN 3 Limboto Kabupaten Gorontalo.
Kata Kunci: Hubungan antara keadaan awan dan cuaca, Talking Stick.
1
Sri Dahniar Selaku Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan; Prof. Dr. Abdul Haris PanaI S.Pd, M.Pd Merupakan Pembimbing I Selaku Dosen Tetap Universitas Negeri Gorontalo, Djotin Mokoginta S.Pd, M.Pd Merupakan Pembimbing II Selaku Dosen Tetap Universitas Negeri Gorontalo,
Perkembangan kurikulum di Indonesia mengalami beberapa kali pembenahan. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004 yang pernah diterapkan di sekolah dinilai kurang berhasil sehingga dianggap perlu disempurnakan dengan mengeluarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 yang mengacu pada UU No. 20 Tahun 2003. Bahwa
sistem
pendidikan
nasional
harus
mampu
menjamin
pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global sehingga perlu dilakukan
pembaharuan
pendidikan
secara
terencana,
terarah
dan
berkesinambungan. Diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 memberikan keleluasaan pada sekolah untuk memilih materi pembelajaran yang dapat memberikan pengetahuan yang bermakna dengan menggunakan obyek atau fenomena yang muncul di lingkungan sekitar Siswa sehingga dapat memberikan gambaran tentang pentingnya peranan sains dalam kehidupan sehari-hari. Dan diharapkan dengan adanya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 SDN 3 Limboto sebagai penyempurnaan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004, guru dapat mengembangkan kemampuan serta karakteristik Siswa itu sendiri. Keberhasilan sebuah proses belajar mengajar sangat ditentukan oleh hasil belajar yang dicapai siswa. Ketuntasan hasil belajar ini menjadi cermin dari keberhasilan guru dalam nenerapkan model pembelajaran, dan hasil belajar yang dicapai siswa sangat dipengaruhi oleh aktifitas belajar siswa itu sendiri. Pembelajaran IPA di SD hendaknya membuka kesempatan untuk memupuk rasa ingin tahu anak didik secara alamiah. Hal ini akan membantu siswa mengembangkan kemampuan memahami dan mencari jawaban atas fenomena alam berdasarkan buku serta mengembangkan cara berfikir ilmiah. Program pembelajaran IPA SD hendaknya ditujukan untuk memupuk minat dan pengembangan anak didik terhadap dunia mereka di lingkungan mereka hidup.Dengan belajar IPA, siswa diajak untuk pertumbuhan dan perkembangan
manusia dan mencari tahu serta mengenal hubungan antara keadaan awan dan cuaca di lingkungan. Pembelajaran yang dilakukan guru, khususnya pada hubungan antara keadaan awan dan cuaca, selama ini masih menggunakan metode ceramah, sehingga pembelajaran hanya berfokus pada guru. Modelyang digunakan guru menyebabkan siswa tidak aktif selama proses pembelajaran, sehingga siswa tidak dapat mengembangkan materi IPA yang seharusnya bisa dikembangkan melalui diskusi-diskusi dalam kelompok. Permasalahan yang dihadapi di kelas III SDN 3 Limboto, khususnya pembelajaran IPA/Sains tentang “Hubungan antara keadaan awan dan cuaca” adalah : a) Kurangnya partisipasi dan respon siswa pada penjelasan guru, b) Kurangnya kemampuan siswa dalam memecahkan soal-soal latihan, c) Rendahnya hasil yang dicapai siswa pada evaluasi, serta d) Kurangnya kemauan siswa untuk mengajukan pertanyaan maupun menjawab pertanyaan yang diajukan guru. Keadaan tersebut berpengaruh pada hasil ulangan harian IPA yang diperoleh siswa, yang berimbas pada ketuntasan yang ditetapkan, yakni 75. Hal ini dapat dilihat pada rata-rata nilai IPA selama tahun 2013/2014 dengan rata-rata nilai 64,89 Berdasarkan rata-rata nilai siswa tersebut, dapat digambarkan bahwa secara umum rata-rata nilai untuk tahun terakhir yakni cenderung mengalami peningkatan, namun belum mencapai standar ketuntasan yang dipersyaratkan pada mata pelajaran IPA yakni rata-rata nilai minimal 75. Hal ini disebabkan oleh Kurangnya hasil belajar siswa dalam belajar. Proses pembelajaran menggunakan model ceramah menyebabkan siswa menjadi bosan dalam menerima pelajaran, sehingga berdampak pada hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Model pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik. Penggunaan model pembelajaran bertujuan untuk menarik perhatian siswa dalam proses pembelajaran.
Upaya yang dapat dilakukan untuk memecahkan masalah adalah melalui model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick (bantuan tongkat). Model Talking Stick adalah salah satu model pembelajaran dengan menggunakan tongkat sebagai alat bantú (Kiranawati, 2007). Model pembelajaran ini melatih siswa untuk berfikir cepat dalam pembelajaran sekaligus mengasah kemampuan siswa melalui pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru. Pada model Talking Stick, diharapkan siswa selalu siap setiap pembelajaran, sehingga berdampak pada meningkatnya hasil belajar yang dicapai siswa. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti bermaksud melakukan penelitian dengan judul ”Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Hubungan Antara Keadaan Awan Dan Cuaca Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick Di Kelas III SDN 3 Limboto Kabupaten Gorontalo”. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti mengidentifikasi beberapa masalah berikut ini. 1. Pelaksanaan pembelajaran yang efektif di sekolah belum optimal sehinggaperlu sebuah inovasi pendekatan pembelajaran yang dapat menciptakanpembelajaran yang efektif. 2. Siswa kurang aktif saat mengikuti pembelajaran IPA di kelas sehingga diperlukan model pembelajaran yang mampu meningkatkan aktivitas siswa di dalam pembelajaran.
3. Hasil Belajar siswa masih rendah yakni 64,89%, sehinggadiperlukan upaya untuk membantu siswa dengan penggunaan model pembelajaran tipe talking stick
4. Kurangnya penggunaan model pembelajaran menyebabkan siswa merasa bosan dalam menerima pelajaran. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut, ”Apakah model pembelajaran kooperatif tipe talking stick dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada materi hubungan antara keadaan awan dan cuaca kelas III SDN 3 Limboto Kabupaten Gorontalo?” Cara Pemecahan Masalah Pemecahan masalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick (bantuan tongkat) difokuskan pada pertanyaan-pertanyaan yang harus disiapkan guru untuk siswa yang mendapatkan tongkat. Menurut (Kiranawati, 2007) Dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada materi hubungan antara keadaan awan dan cuaca dengan menggunakan model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick dapat dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut: 1. Guru menjelaskan materi hubungan antara keadaan awan dan cuaca 2. Guru menggunakan media atau strategi yang tepat 3. Guru menyiapkan bahan pertanyaan serta model pembelajaran berupa tongkat 4. Siswa diberikan motivasi dan keaktifan dalam pembelajaran KAJIAN TEORITIS Pengertian Hasil Belajar Siswa Dengan kata lain, bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan setelah menerima pengalaman belajar
berinteraksi
dengan
lingkungannya
(Sudjana,
2009:27).
Jadi,
“Kemampuan yang diperoleh dari usaha belajar inilah yang disebut hasil belajar.Selain itu, kegiatan belajar bertujuan untuk memperoleh perubahan tingkah laku, sehingga perbuatan, reaksi, sikap, serta penambahan pengetahuan sebagai produk dari hasil belajar.” Hasil belajar pada kawasan kognitif berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui pengetahuan dan keterampilan intelektual, sedangkan kawasan afektif berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui minat atau perhatian, sikap, serta nilai-nilai.Kawasan psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan fisik. Untuk lebih memperdalam kajian hasil belajar IPA, dalam penelitian ini difokuskan pada hasil belajar IPA kognitif.
pada kawasan
Jadi, hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2009:22). Dengan kata lain, hasil belajar akan dicapai jika siswa telah melakukan kegiatan pembelajaran. Hasil Belajar Siswa Tentang Hubungan Antara Keadaan Awan Dan Cuaca Hubungan keadaan awan dan cuaca S. Rositawaty dan Aris Muharam, (2008:122) jika langit diliputi awan, tampak sinar matahari ke bumi terhalang oleh awan. Oleh karenanya udara tidak terlalu panas. Pada siang hari cuaca cerah dan langit tidak berawan. Jika matahari bersinar terang, udara akan terasa hangat. Cuaca akan terasa panas, saat matahari langsung menyinari bumi tanpa terhalang oleh awan. “Rinawan Abdi dan Emi Sulami (2010:123-125) Cuaca adalah keadaan udara pada suatu tempat dalam waktu tertentu.Ilmu yang mempelajari cuaca dinamakan meteorology. Timbulnya cuaca disebabkan oleh perubahan udara di sekeliling bumi saat udara memanas atau mendingin”. Keadaan cuaca bermacammacam sebagai berikut : a. Cuaca cerah Cuaca cerah adalah yang menunjukkan keadaan langit terang, terdapat awan yang berlapis-lapis tipis, serta cahaya matahari bersinar terang, dan udara tidak terlalu panas. Pada siang hari, awan tersebut tampak putih bersih. Pada saat menjelang matahari terbit dan terbenam, awan tampak berwarna merah atau kuning cerah. Cuaca cerah biasanya tidak menyebabkan hujan b. Cuaca Berawan Cuaca berawan adalah cuaca yang menunjukkan keadaan langit yang diliputi awan. Awan merupakan kumpulan uap air yang terdapat di udara. Uap air tersebut berasal dari kolam, air danau, air laut, serta air sungai yang naik ke atas. Selanjutnya, uap air bergabung dengan udara karena pengaruh panas matahari. Pancaran matahari akan terhalang oleh awan sehingga udara tidak terlalu panas
c. Cuaca Panas Cuaca panas adalah cuaca yang dirasakan saat matahari bersinar terang. Pada saat cuaca panas, langit umumnya tidak berawan. Udara terasa panas, terutama pada tengah hari. Hal ini karena matahari tepat berada diatas kepala kita.Pancaran matahari jatuh tegak lurus ke bumi. Cuaca panas umumnya terjadi saat musim kemarau dan di daerah khatulistiwa. Daerah khatulistiwa merupakan tempat di bumi yang menerima lebih banyak sinar matahari daripada tempat lainnya. Misalnya beberapa wilayah di Indonesia. Cuaca panas juga lebih terasa di dataran rendah dari pada dataran tinggi. d. Cuaca Dingin Cuaca dingin artinya udara terasa dingin. Hal ini terjadi karena kelembapan udara tinggi, angin bertiup kencang, dan suhu udara rendah. Kulit akan merasakan dingin karena adanya suhu udara yang lebih rendah dibandingkan suhu udara pada umumnya. e. Cuaca Hujan Cuaca hujan berarti turun titik-titik air hujan dari langit. Hujan sering terjadi pada musim hujan, dilangit tampak awan tebal berwarna hitam. Awan hitam tebal menandakan kandungan titik-titik air semakin banyak. Titik-titik air akan bergabung menjadi tetes-tetes air. Tetestetes air semakin lama akan semakin besar dan menjadi berat. Tetestetes air yang telah berat akan jatuh ke bumi menjadi hujan. f. Cuaca Berangin Angin merupakan udara yang bergerak. Udara bergerak dari daerah yang bertekanan udara tinggi menuju daerah yang bertekanan udara rendah. Pada waktu siang hari, daratan lebih cepat panas daripada lautan.Oleh karenanya, tekanan udara di atas daratan lebih rendah daripada tekanan udara di atas lautan. Akibatnya angin akan bertiup dari laut menuju daratan. Angin tersebut dinamakan angin laut.Angin daratan yaitu angin yang bertiup dari daratan ke lautan dan terjadi pada waktu malam hari.
Kadaan cuaca dapat diamati dengan melihat kenampakan awan. Awan mempunyai bentuk berubah-ubah sesuai dengan keadaan cuaca. Berdasarkan bentuk dan ketinggiannya, awan dibagi menjadi tiga jenis sebagai berikut : a. Awan Sirus Awan Sirus berbentuk seperti bulu atau serabut-serabut halus. Awan sirus tampak seperti rambut yang berwarna putih. Awan sirus terletak paling tinggi di antara semua jenis awan. Adanya awan sirus menunjukkan tanda-tanda akan turun hujan. b. Awan Kumulus Awan kumulus berbentuk gumpalan putih. Bagian atasnya menyerupai bunga kol dengan dasar rata. Jika disentuh, awan tersebut terasa basah. Awan ini terdapat pada ketinggian yang berbeda-beda. Letak awan cumulus yaitu di bawah awan sirus. c. Awan Stratus Awan stratus berbentuk lembaran tipis berlapis-lapis dan mendatar. Awan stratus letaknya paling dekat dengan permukaan bumi. Awan ini berada pada ketinggian kurang dari 500 meter. Awan ini juga sering menutupi daerah yang tinggi. Warna awan tersebut yaitu abu-abu. Awan ini dapat berubah menjadi kabut dan sering menimbulkan hujan gerimis. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick Pembelajaran Kooperatif adalah salah satu strategi belajar, yang memandang siswa dalam kelas sebagai kelompok atau dibagi dalam beberapa kelompok. Penerapan model pembelajaran kooperatif akan sangat membantu guru dalam pembelajaran, sebab siswa bisa berbagi pengetahuan yang dimiliki dengan teman dalam kelompok. Talking Stick adalah salah satu tipe dari beberapa tipe model pembelajaran kooperatif Talking Stick (bantuan tongkat) adalah metode pembelajaran dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya (Kiranawati, 2007:28). Jadi, dalam penerapan Talking Stick ini, guru terlebih dahulu membimbing siswa untuk mempelajari materi pokok. Selain itu, guru
harus mempersiapkan sejumlah pertanyaan yang berhubungan dengan materi, yang nantinya akan ditanyakan kepada siswa yang memegang tongkat. Adapun langkah-langkah Talking Stick (Kiranawati, 2007:34) adalah sebagai berikut : a. Guru menyiapkan sebuah tongkat b. Guru menyiapkan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi pada pegangannya/paketnya. c. Setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya guru mempersilahkan siswa untuk menutup bukunya d. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberi pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru e. Guru memberikan kesimpulan f. Evaluasi g. Penutup Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick Dalam Pembelajaran IPA Kelas III SD Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick pada penerapannya dalam pembelajaran IPA kelas III SD dengan materi hubungan antara keadaan awan dan cuaca menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick (bantuan tongkat) adalah metode pembelajaran dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya (Kiranawati, 2007:28). Jadi, dalam penerapan Talking Stick ini Guru menyiapkan sebuah tongkat, Guru menyiapkan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi pada pegangannya/paketnya. Setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya guru mempersilahkan siswa untuk menutup bukunya, Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberi pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut
harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe talking stick di atas, siswa dan guru harus sama-sama memiliki kesiapan. Guru, sebagai pemberi pertanyaan harus menyiapkan sejumlah pertanyaan yang akan ditanyakan pada saat tongkat diserahkan. Sedangkan siswa sebagai penerima pertanyaan, harus siap dengan jawaban yang nantinya akandisampaikan pada saat menerima tongkat. Dengan cara ini, siswa dilatih untuk memahami materi dengan cepat sekaligus mengasah kemampuan siswa untuk menjawab pertanyaan dengan cepat. Hipotesis Tindakan Hipotesis penelitian ini dirumuskan sebagai berikut, ”Jika pada materi hubungan antara keadaan awan dan cuaca di kelas III SDN 3 Limboto diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick, maka hasil belajar siswa akan meningkat.” Indikator Keberhasilan Penelitian ini dinyatakan berhasil apabila memenuhi beberapa kriteria berikut ini : a. Pengelolaan pembelajaran yang dinilai melalui lembar pengamatan dinyatakan berhasil apabila sebanyak 75% kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru memperoleh nilai baik (B) dan sangat baik (SB). b. Standar ketuntasan minimal hasil belajar siswa secara klasikal adalah 75% dari jumlah siswa yang memperoleh nilai minimal 75 (nilai cukup ke atas). METODOLOGI PENELITIAN Latar Penelitian Tempat yang digunakan peneliti untuk melakukan penelitian adalah SDN 3 Limboto Kabupaten Gorontalo, alasan peneliti memilih sekolah ini karena letaknya strategis sehingga mempermudah dalam melaksanakan penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di kelas III SDN 3 Limboto Kabupaten Gorontalo. SDN 3 Limboto memiliki fasilitas sarana dan prasarana yang cukup, berupa bangunan fisik yang terdiri dari 7 ruang kelas dan 1 ruang dewan guru.
Karakteristik Penelitian Adapun yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas III SDN 3 Limboto Kabupaten Gorontalo dengan jumlah siswa 28 orang yang terdiri dari laki-laki 11 orang dan perempuan 17 orang. Prosedur Penelitian Persiapan Pelaksanaan Tindakan Pemantauan dan Evaluasi Analisis Dan Refleksi Teknik Pengumpulan Data Berikut ini adalah instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data penelitian tindakan kelas. a. Lembar pengamatan pengelolaan pembelajaran b. Tes Hasil Belajar Teknik Analisis Data Data tentang hasil pengamatan kegiatan guru, yang diperoleh melalui check list dan data hasil belajar yang diperoleh melalui tes hasil belajar dianalisis melalui tiga tahap, yaitu reduksi data, paparan data, dan penyimpulan. Deskripsi Hasil Penelitian Hasil Pelaksanaan Tindakan Kelas Siklus 1 Hasil pengamatan aktivitas siswa pada pembelajaran pada kegiatan siklus I yakni yang terdiri dari 22 aspek (dapat dilihat pada lampiran 4). Namun ada beberapa hal yang belum terlaksana dengan baik dimana 22 aspek diantaranya 5 aspek (22%) yang terlaksana dengan sangat baik (SB) 11 aspek (50%) terlaksana dengan baik (B) 3 aspek (14%) terlaksana cukup (C) dan 3 aspek (14%) masih terlaksana dengan kriteria kurang (K). Dapat kita lihat pada tabel dibawah ini: Tabel 4.2 Pengamatan Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran Pada Kegiatan Siklus I Kriteria Penilaian Sangat Baik
Ju mlah 5
Persent ase 22%
(SB) Baik (B)
11
50%
Cukup (C)
3
14%
Kurang (K)
3
14%
(Sumber : Data Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I)
Mencermati data hasil pengamatan kegiatan siswa dapat di jelaskan hal-hal yang perlu di tingkatkan pada Tindakan Kelas Siklus II yakni aktivitas siswa bertanya saat proses penjelasan materi, siswa menyampaikan pendapatnya, keaktifan siswa mencatat penjelasan penting, kemampuan siswa mengemukakan pendapatnya dengan bahasa yang benar, kemampuan menjawab pertanyaan serta keaktifan siswa memberikan rangkuman. Penilaian Hasil Belajar Siswa Selanjutnya pengamatan penilaian belajar siswa pada siklus I dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada materi hubungan antara keadaan awan dan cuaca melalui model talking stick dapat dilihat pada rekapitulasi penilaian di bawah ini: Tabel Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus I BUTIR SOAL No
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.
Kriteria
Nama Siswa
AGUNG SUILA ALPIN PAKAYA HAIKAL DJAFAR HENDRA SETIAWAN MOH. ALHASBIL SYAFDIN MOH. FAREL ABD. GANI MOH. TRI PATRIO TUNA MOH. REVAGIL ASIARI MOH. RIVALDO AHMAD MOH. SYAHDAN KAI MOH. NAZRIL IBRAHIM AMELIA RAMADHANI A. DELPHI ANISA P. LAODE DWI REGINA S. MAUNTI GLEDIS DAULIMA MITHA MUTIARANI MAKMUR MUTIA POMANGE MARDATILA POLAMOLO NABILA WARDHANI P. HUSNAN
Jml 1
2
3
4
5
2 3 3 5 5 5 3 5 4 3 3 3 3 3 3 5 4 5 4
3 4 4 3 4 3 3 5 4 4 4 3 6 4 4 4 3 3 4
5 3 4 3 3 4 4 4 4 4 3 3 5 5 4 3 4 4 4
3 4 4 4 4 5 4 5 5 4 5 4 3 4 4 5 5 3 3
2 2 4 4 4 4 2 2 2 4 4 2 2 5 4 4 3 2 4
Nilai T
15 16 19 19 20 21 16 21 19 19 19 15 19 21 19 21 19 17 19
60 64 76 76 80 84 64 84 76 76 76 60 76 84 76 84 76 68 76
T T
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28.
NUR FADILA IBRAHIM PUPUT MALIKI REKA HUSAIN RISMA HALIMA TAIB REZITA ALDILA AKUBA SYAUKIA A. ABUKARIA SITI FATIMA MAKMUR SITI ABDULLAH SELVIAWATY ANTON Jumlah Persentase
4 4 4 4 4 4 4 3 3
4 3 4 3 4 3 3 5 3
4 4 4 3 3 5 2 4 4
5 3 3 5 4 3 4 3 3
2 2 4 4 4 4 2 4 2
19 16 19 19 19 19 15 19 15 348 18
76 64 76 76 76 76 60 76 60 1392 73
√ √ √ √ √ √ √ √ 20 71
√ 8 29
(Sumber : Pengolahan Data Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus I)
Berdasarkan tabel di atas bahwa keberhasilan pembelajaran pada kegiatan siklus I dimana dari 28 orang siswa, jumlah siswa yang tuntas ada 20 orang siswa (71%) dan 8 orang siswa (29%) yang masuk dalam kategori tidak tuntas. Sesuai capaian hasil peneliti dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini menunjukkan bahwa model talking stick dapat meningkatkan hasil belajar siswa Dibandingkan dengan observasi awal pada siklus I sudah menunjukkan peningkatan terhadap hasil belajar siswa. Akan tetapi belum mencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan sehingga perlu dilanjutkan tindakan pada siklus II. Pelaksanaan Tindakan Kelas Siklus II Berdasarkan pengamatan kegiatan siswa pada tindakan kelas siklus II dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel Pengamatan Kegiatan Siswa Pada Tindakan Kelas Siklus II Kriteria Penilaian
Jumlah
Persentase
Sangat Baik (A)
9
41%
Baik (B)
12
54%
Cukup (C) Kurang (D)
1 -
5% -
(Sumber : Pengamatan Kegiatan Siswa Siklus II)
Mencermati data hasil pengamatan kegiatan siswa dapat dijelaskan pada 22 aspek pada kegiatan pembelajaran dimana ada 9 aspek (41%) yang dapat terlaksana dengan kriteria sangat baik (SB) 12 aspek (54%) yang terlaksana
dengan kriteria baik (B) dan 1 aspek (5%) yang terlaksana dengan kriteria cukup (C). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 7. Penilaian Hasil Belajar Siswa Selanjutnya pengamatan penilaian hasil siklus II dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada materi hubungan antara keadaan awan dan cuaca melalui model talking stick dapat dilihat pada penilaian di bawah ini : Tabel Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus II BUTIR SOAL No
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28.
Kriteria
Nama Siswa
AGUNG SUILA ALPIN PAKAYA HAIKAL DJAFAR HENDRA SETIAWAN MOH. ALHASBIL SYAFDIN MOH. FAREL ABD. GANI MOH. TRI PATRIO TUNA MOH. REVAGIL ASIARI MOH. RIVALDO AHMAD MOH. SYAHDAN KAI MOH. NAZRIL IBRAHIM AMELIA RAMADHANI A. DELPHI ANISA P. LAODE DWI REGINA S. MAUNTI GLEDIS DAULIMA MITHA MUTIARANI MAKMUR MUTIA POMANGE MARDATILA POLAMOLO NABILA WARDHANI HUSNAN NUR FADILA IBRAHIM PUPUT MALIKI REKA HUSAIN RISMA HALIMA TAIB REZITA ALDILA AKUBA SYAUKIA A. ABUKARIA SITI FATIMA MAKMUR SITI ABDULLAH SELVIAWATY ANTON Jumlah Persentase
Jml 1
2
3
4
5
3 3 3 6 6 6 6 6 4 3 3 3 6 3 3 6 4 6 3 4 4 4 6 4 3 4 6 3
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
5 3 3 3 3 4 5 4 4 4 3 3 5 5 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 5 2 5 4
3 4 4 4 4 5 5 5 5 4 5 4 5 4 4 5 5 3 3 5 3 3 5 4 3 4 5 3
6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
Nilai T
20 19 19 22 22 24 25 24 22 20 20 19 25 21 19 23 22 22 19 22 20 20 23 20 20 19 25 19 398 21
80 76 76 88 88 96 100 96 88 80 80 76 100 84 76 92 88 88 76 88 80 80 92 80 80 76 100 76 1592 84
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 28 100
T T
-
(Sumber : Pengolahan Data Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus II)
Berdasarkan tabel di atas bahwa keberhasilan pembelajaran pada kegiatan siklus II sudah nampak, dimana dari 28 orang siswa, yang masuk dalam kategori tuntas ada 28 siswa (100%) dan yang tidak tintas ada 0%. Jadi pada siklus II
sudah menunjukkan peningkatan terhadap hasil belajar siswa. Sehingga tercapai indikator yang diharapkan. Penilaian belajar dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada materi hubungan antara keadaan awan dan cuaca melalui model pembelajaran kooperatif tipe talking stick di kelas III SDN 3 Limboto, Hal ini menunjukkan bahwa hasil evaluasi belajar siswa yang telah laksanakan sudah mencapai keberhasilan melebihi indikator kinerja yang ditetapkan. Pembahasan Sehubungan dengan pelaksanaan tindakan kelas peneliti telah melakukan observasi awal di kelas III SDN 3 Limboto pada materi hubungan antara keadaan awan dan cuaca. Berdasarkan hasil observasi awal pada 28 orang siswa didapati 10 orang dengan persentase 36% sudah mendapatkan nilai belajar baik, namun masih ada 18 orang siswa atau 64% yang mendapatkan nilai kurang dari kriteria ketuntasan minimal sehingga diketahui minat belajar siswa dalam materi hubungan antara keadaan awan dan cuaca sangat kurang. sehingga peneliti mengambil inisiatif dengan melakukan penelitian tindakan kelas. Dengan diadakannya pelaksanaan tindakan yang dilakukan dengan 2 siklus. Pada pelaksanaan tindakan siklus I masih terdapat banyak kelemahan, seperti pada kegiatan guru, perlu adanya interaksi antara guru dengan siswa, kemampuan guru dalam menciptakan suasana kelas, kemampuan siswa dalam menjawab, kemampuan guru dalam menyampaikan materi ajar yang sesuai dengan hierarki belajar, kemampuan menunjukkan keterampilan dalam penggunaan media pembelajaran secara efektif dan efisien, serta memberikan penilaian akhir yang sesuai dengan kompetensi atau tujuan pembelajaran. Dengan kelemahankelemahan tersebut, menyebabkan minat belajar siswa masih rendah yakni hanya 20 siswa dengan persentase ketuntasan mencapai 71%. Sehingga belum mencapai indikator yang ditetapkan, maka penelitian dilanjutkan ke siklus berikutnya. Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, dilakukan perbaikan proses belajar mengajar pada siklus II,
dengan memberikan bimbingan secara optimal dan
mendorong minat belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe talking stick. Berdasarkan tindakan yang dilakukan pada siklus II hasil belajar
siswa pada materi hubungan antara keadaan awan dan cuaca mengalami peningkatan menjadi 28 orang siswa dengan persentase 100%. Beberapa fakta yang menunjukkan meningkatnya hasil belajar siswa mengenai materi hubungan antara keadaan awan dan cuaca, yakni: 1) Siswa serius memperhatikan materi pembelajaran; 2) Siswa aktif bertanya saat proses penjelasan materi; 3) adanya interaksi positif antar siswa; 4) adanya interaksi positif antar siswa dan guru; 5) siswa terlibat aktif dalam kegiatan belajar; 6) siswa aktif mencatat penjelasan penting; 7) siswa tertarik pada materi dan model pembelajaran. Secara umum hasil rekapitulasi hasil belajar siswa dari observasi awal 10 siswa dengan persentase 36%, siklus 1 mencapai 20 siswa dengan persentase 71% dan pada siklus II mencapai 28 siswa dengan persentase 100% ditampilkan pada gambar berikut : 120% 100% 80% 60% 40% 20% 0%
Persentase Observasi Awal
Siklus I
Siklus II
Sumber : (Pengolahan Data Primer)
Gambar 4.1 Grafik Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Sejak Observasi Awal sampai dengan Siklus II Dengan fakta tersebut menunjukkan bahwa hipotesis penelitian tindakan kelas menyatakan, ”Jika guru menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick, maka hasil belajar siswa pada materi Hubungan antara keadaan awan dan Cuaca akan meningkat”, dapat diterima. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick, materi hubungan antara keadaan awan dan cuaca dapat meningkatkan hasil belajar siswa
Saran Berdasarkan kesimpulan tersebut di atas, peneliti memberikan beberapa saran, sebagai berikut: a. Diharapkan kepada guru kelas yang mengajarkan materi hubungan antara keadaan awan dan cuaca menggunakan model kooperatif tipe talking stick sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang diajarkan. b. Diharapkan guru untuk mengajar model pembelajaran ini sebagai variasi dalam proses belajar mengajar untuk menghindarkan kejenuhan siswa dalam mengikuti pembelajaran sehingga kualitas pelajaran dapat meningkat. c. Sebelum menggunakan model pembelajaran talking stick ini, guru harus mampu menguasai langkah-langkah model pembelajaran, sehingga dengan mudah guru menyampaikan serta siswa pun cepat tanggap menggunakan model pembelajaran ini, sehingga tujuan pembelajaran yang diinginkan dapat tercapai. d. Diharapkan kepada pihak-pihak terkait dapat memberikan dukungan terhadap kegiatan yang dilakukan oleh setiap guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa. DAFTAR PUSTAKA Hamalik Oemar. 2009. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Bumi Aksara: Jakarta Rositawaty, S. Aris Muharam. 2008. Senang Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Untuk Kelas III Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. Jepe Press Books Media Utama: Surabaya Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya: Bandung Suprijono, Agus. 2010. Cooperative Learning Teori & Aplikasi Paikem. Pustaka Pelajar: Yogyakarta Susmayanti. 2008. Media Pembelajaran. Diakses 11 Januari 2012
http://susmayanti.blogspot.com.
Syaifullah. 2008. Some Theories About English Teaching http://syaifullaheducationinformationcenter.blogspot.com. Diakses 14 Januari 2012
Media.