perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA MATERI LINGKUNGAN SEHAT DAN TIDAK SEHAT MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) PADA SISWA KELAS III SD NEGERI JENALAS, GEMOLONG TAHUN AJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh: JULIATI X7111510
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Mei 2012 commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama
: Juliati
NIM
: X 7111510
Jurusan
: Ilmu Pendidikan/ Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA MATERI LINGKUNGAN SEHAT DAN TIDAK SEHAT MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) PADA SISWA KELAS III SD NEGERI JENALAS, GEMOLONG, SRAGEN TAHUN AJARAN 2011/2012” ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya
Surakarta, Mei 2012 Yang membuat pernyataan
commit to user
ii
Juliati
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA MATERI LINGKUNGAN SEHAT DAN TIDAK SEHAT MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) PADA SISWA KELAS III SD NEGERI JENALAS, GEMOLONG TAHUN AJARAN 2011/2012
Oleh: JULIATI X7111510
Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Mei 2012 commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan didepan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, Mei 2012
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. Sukarno, M.Pd
Drs. Kartono, M.Pd
NIP. 195702031983031001
NIP. 19540102197703
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari
:
Tanggal
:
Tim Penguji Skripsi Nama Terang
Tanda Tangan
Ketua
: Drs. Hadi Mulyono, M.Pd
Sekretaris
: Drs. Hasan Mahfud, M.Pd
Anggota I
: Drs. Sukarno, M.Pd
Anggota II
: Drs. Kartono, M.Pd
Disahkan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret a.n. Dekan, Pembantu Dekan I
Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si NIP. 19660415 199103 1 002
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
#
Sesungguhnya sholatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah semata. (QS. Al An’am: 162)
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN Dengan penuh cinta teriring doa. Penulis mempersembahkan karya kecil ini kepada:
Keluargaku: Suami, anak dan Menantuku.
Almamaterku Universitas Sebelas Maret Surakarta
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Juliati. UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA MATERI LINGKUNGAN SEHAT DAN TIDAK SEHAT MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) PADA SISWA KELAS III SD NEGERI JENALAS, GEMOLONG, SRAGEN TAHUN AJARAN 2011/2012. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Mei 2012. Tujuan penelitian ini adalah untuk untuk meningkatkan hasil belajar IPA materi Lingkungan Sehat dan Tidak Sehat melalui model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) Siswa Kelas III SD Negeri Jenalas Tahun Ajaran 2011/2012. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas 3 SD Negeri Jenalas, Kecamatan Gemolong, Kabupaten Sragen yang berjumlah 25 siswa. Sumber data berasal dari nilai harian siswa. Teknik pengumpulan data Observasi, Wawancara, Tes dan Dokumentasi. Validitas data menggunakan validitas isi dan triangulasi. Analisis data menggunakan reduksi data, paparan data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa dari prasiklus, siklus I dan siklus II. Pada pembelajaran prasiklus, pembelajaran hanya berfokus pada guru (teacher centered) sehingga siswa pasif dalam pembelajaran, selain itu pra siklus siswa yang pintar kurang bisa didayakan dengan baik ini menyebabkan hasil belajar siswa kurang maksimal. Terbukti dengan siswa yang belum lulus KKM sejumlah 40%. Peningkatan pada siklus I prestasi siswa meningkat walaupun belum maksimal siswa yang belum lulus KKM sejumlah 36%. Siklus II prestasi siswa semakin meningkat siswa yang belum lulus KKM sejumlah 28 % dan yang telah lulus KKM sejumlah 72%. Kesimpulan dari skripsi ini adalah penerapan model pembelajaran kooperativ tipe Students Teams Achivement Division (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada materi Lingkungan Sehat dan Tidak Sehat, siswa kelas 3 SD Negeri Jenalas, Kecamatan Gemolong, Kabupaten Sragen. Kata Kunci
: Pembelajaran Kooperatif, Studenst Teams Achivement Division (STAD), Hasil Belajar Siswa
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Juliati. EFFORTS TO IMPROVE THE MATTER OF LEARNING IPA HEALTHY AND UNHEALTHY ENVIRONMENT THROUGH THE MODEL TYPE OF STUDENT LEARNING Cooperative Achievement Teams DIVISION (STAD) STUDENTS IN CLASS III SD STATE JENALAS, Gemolong, SRAGEN ACADEMIC YEAR 2011/2012. Thesis, Faculty of Education and Pedagogy University of Surakarta of March. May 2012.The purpose of this research is to improve learning outcomes for science of matter and the Unhealthy Healthy Environment through cooperative learning model of type Student Teams Achievement Division (STAD) Class III Elementary School Students Jenalas Academic Year 2011/2012.This study is a Class Action Research (PTK), the research was conducted in two cycles. Each cycle consisting of planning, implementation of the action, and reflection. The subject of this study were elementary school students in grade 3 Jenalas, District Gemolong, Sragen totaling 25 students. The source data came from the student newspaper. Observation data collection techniques, interview, test and documentation. The validity of the data using content validity and triangulation. Analysis of data using data reduction, exposure data, and drawing conclusions.The results showed that through the implementation of cooperative learning type STAD can improve student learning outcomes of prasiklus, cycle I and cycle II. At prasiklus learning, learning only focuses on the teacher (teacher centered) so that students are passive in learning, in addition to pre-cycle of a smart student who could not properly didayakan this causes less than the maximum student learning outcomes. As evidenced by students who have not graduated KKM some 40%. The increase in the cycle of increased student achievement, although I have not been up students who have not graduated KKM some 36%. Cycle II is increasing student achievement of students who have not graduated KKM some 28% and have passed the KKM some 72%.The conclusion of this thesis is the application of learning models of type kooperativ Students Achivement Teams Division (STAD) can improve learning outcomes in materials science and Unhealthy Healthy Environment, 3rd grade elementary school students Jenalas, District Gemolong, Sragen.Keywords: Cooperative Learning, Students Achivement Teams Division (STAD), Student ResultsUrungkan pengeditan
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga skripsi yang berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Pada Materi Lingkungan Sehat Dan Tidak Sehat Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) Pada Siswa Kelas III SD Negeri Jenalas Tahun Ajaran 2011/2012” dapat diselesaikan dengan baik. Penulis juga menyadari bahwa selesainya penyusunan proposal ini tidak lepas dari bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat: 1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Prof. Dr. HM. Furqon Hidayatullah, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Drs. Hadi Mulyono, M.Pd selaku ketua Program Studi PGSD Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Drs. Sukarno, M.Pd selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan. 4. Drs. Kartono, M.Pd selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan 5. Drs. Suparno selaku Kepala Sekolah SD Negeri Jenalas yang telah mmberikan izin penelitian. 6. Rekan-rekan Mahasiswa PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta 7. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya proposal penelitian ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan karunianya kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan tersebut diatas. Penulis menyadari sepenuhnya akan kekurangan dan kelemahan panyusunan proposal ini dan semoga proposal dan penelitian yang akan dilaksanakan dapat berguna dan memberikan banyak manfaat. Terimakasih Surakarta, Mei 2012
commit to user
x
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL........................................................................................
i
KATA PENGANTAR .....................................................................................
ii
DAFTAR ISI....................................................................................................
iv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..................................................................
1
B. Perumusan Masalah .........................................................................
4
C. Tujuan Penelitian.............................................................................
4
D. Manfaat Penelitian...........................................................................
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori ..................................................................................
6
1. Pembelajaran IPA SD................................................................
6
3. Pembelajaran Kooperatif...........................................................
8
a. Pengertian Pembelajarn Kooperatif......................................
8
b. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif ........................................
9
c. Tujuan Pembelajaran ............................................................
10
d. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif .........................
11
e. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ..................................
13
f. Materi Lingkungan................................................................
15
B. Kerangka Berpikir…… .................................................................
17
C. Hipotesis Penelitian…...................................................................
19
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................
21
B. Bentuk dan Strategi Penelitian ......................................................
21
C. Data dan Sumber ...........................................................................
22
D. Subyek Penelitian..........................................................................
23
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ commit to user
23
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
F. Validitas Data ................................................................................
24
G. Analisis Data .................................................................................
24
H. Prosedur Penelitian .......................................................................
25
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Diskripsi Hasil Penelitian......................................................................
28
1. Pelaksanaan Tindakan Pada Siklus I .............................................
29
2. Pelaksanaan Tindakan Pada Siklus II .............................................
33
B. Temuan Hasil ........................................................................................
36
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan............................................................................................
39
B. Saran......................................................................................................
40
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
41
LAMPIRAN.....................................................................................................
42
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1.1 Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA Materi Lingkungan SD Negeri Jenalas..................................................................................
4
Tabel 2.1 Langkah-langkah Guru, menurut model pembelajaran Kooperetiv .......................................................................................
11
Tabel 2.2 Pengelompokan Siswa Berdasarkan Kemampuan Akademik .........
13
Tabel 2.3 Tipe Pembelajaran Koopertiv tipe STAD........................................
15
Tabel 4.1 Hasil Tes Akhir Siklus I...................................................................
32
Tabel 4.2 Hasil Akhir Siklus II ........................................................................
35
Tabel 4.3 Rata-rata Hasil Belajar siswa Siklus I..............................................
37
Tabel 4.4 Rata-rata Hasil Belajar siswa Siklus II ............................................
38
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gb 1 Alur Kerangka Berpikir...........................................................................
20
Gb 2 Model Penelitian Tindakan .....................................................................
22
Gb 3 Grafik Perbandingan Prasiklus, Siklus I dan siklus II.............................
38
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Silabus Pembelajaran.................................................................... 41 Lampiran 2 Rencana Pelaksanaaan Pembelajaran ...........................................
46
Lampiran 3 Soal ...............................................................................................
51
Lampiran 4 Ringkasan Materi..........................................................................
52
Lampiran 5 Format Penilaian...........................................................................
54
Lampiran 6 Penilaian Proses............................................................................
55
Lampiran 7 Hasil Wawancara..........................................................................
56
Lampiran 8 Gambar lingkungan sehat dan tidak sehat ....................................
57
Lampiran 9 Gambar dokumentasi pra siklus, siklus I dan siklus II.................
60
Lampiran 10 Surat keputusan dekan ................................................................
67
Lampiran 11 Permohonan Izin menyusun skripsi............................................
68
Lampiran 12 Permohonan Izin Penelitian........................................................
69
Lampiran 13 Surat Keterangan Melakukan Penelitian ....................................
70
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai institusi pendidikan dan miniatur masyarakat perlu mengembangkan pembelajaran sesuai tuntutan kebutuhan era global. Kehidupan pada era globalisasi menuntut manusia yang mempunyai kehidupan kuat, unggul, dan kreatif. Manusia yang berpikir kreatif adalah manusia yang mampu bersaing dan mampu memunculkan kreasi-kreasi yang baru. Jika tidak demikian seseorang dapat hanyut didalam globalisasi tersebut tanpa identitas. Sehubungan dengan itu, pendidikan memegang peranan penting karena pendidikan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pembangunan nasional dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Keberhasilan peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) melalui pendidikan, selain terikat dengan aspek kurikuler juga menyangkut kemampuan guru. Sampai saat ini, bahkan untuk hari-hari mendatang faktor guru tetap memegang kunci keberhasilan. Guru selalu dituntut kepedulian untuk selalu mengaktualisasikan diri dengan berbagai hal yang berhubungan dengan tugasnya kedalam, hal ini termasuk tuntutan terhadap guru kelas. Menurut Anita Lie (2008: 7) banyak guru menyatakan bahwa mereka telah melaksanakan metode belajar kelompok. Mereka telah membagi para siswa dalam kelompok dan memberikan tugas kelompok. Namun, guru-guru mengeluh bahwa hasil kegiatan-kegiatan ini tidak seperti yang mereka harapkan. Siswa bukannya memanfaatkan kegiatan tersebut dengan baik untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan mereka, malah memboroskan waktu dengan bermain, bergurau, dan sebagainya. Para siswa pun mengeluh tidak bisa bekerja sama dengan efektif dalam kelompok. Siswa-siswa yang rajin dan pandai merasa pembagian tugas dan penilaian kurang adil, sedangkan siswa yang kurang rajin dan pandai merasa minder bekerja sama dengan teman-temannya yang lebih maju. Kegiatan kelompok tersebut bukan pembelajaran Tujuan dari kerja kelompok commit kooperatif. to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
hanya menyelesaikan tugas. Kegiatan belajar mengajar tersebut biasanya hanya didominasi oleh siswa yang pandai, sementara siswa yang kemampuannya rendah kurang berperan dalam mengerjakan tugas kelompok. Disamping itu juga siswa tidak dilatihkan untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan menghargai pendapat orang lain. Akibat cara kerja kelompok seperti ini menyebabkan siswa yang kemampuannya kurang memperoleh hasil belajar yang tetap rendah dan adanya kesenjangan yang terlalu jauh antara hasil belajar siswa yang pandai dengan hasil belajar siswa yang kurang pandai. Peran guru dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan tradisional sangat dominan (teacher centered). Dengan kata lain, proses pembelajaran masih terpusat pada guru. Guru lebih menempatkan siswa sebagai objek dan bukan sebagai subjek didik. Siswa dianggap layaknya sebuah kotak kosong yang perlu diisi. Padahal, siswa memulai pembelajaran yang baru tidak dengan kepala kosong, tetapi sudah terisi dengan pengetahuan pengetahuan awal yang telah mereka peroleh dari pembelajaran sebelumnya dan pengalaman mereka dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu tugas utama seorang guru adalah melaksanakan kegiatan pembelajaran (intruction). Pembelajaran dipandang sebagai upaya mempengaruhi siswa agar memiliki rasa minat yang tinggi untuk belajar. Pembelajaran yang lebih mendapat penekanan adalah minat siswa untuk belajar atau secara singkat dapat dikatakan bahwa pembelajaran sebagai upaya membelajarkan siswa. Membelajarkan siswa sesuai dengan cara-cara belajar mereka agar
tujuan
pembelajaran dapat dicapai dengan optimal ada berbagai model pembelajaran. Dalam prakteknya, guru harus ingat bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling tepat untuk segala situasi dan kondisi. Oleh karena itu, dalam memilih model pembelajaran yang tepat haruslah memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan ajar, fasilitas media yang tersedia, dan kondisi guru itu sendiri. (http://www.muhfida.com)
Menurut Anita Lie (2008: 29-31) salah satu bentuk atau model pembelajaran yang dapat dijadikan solusi untuk meningkatkan minat dan hasil commit to user belajar IPA pada siswa yang belum dikembangkan di SD Negeri Jenalas adalah
2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pembelajaran kooperatif (cooperative learning) dengan tipe Student Teams Achievement Division (STAD). Model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada lima unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan
diantaranya:
saling
ketergantungan
positif,
tanggung
jawab
perseorangan, tatap muka, komunikasi antaranggota, dan evaluasi proses kelompok. Pelaksanaan prosedur model pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif. Siswa bekerja sama dalam situasi semangat pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) seperti membutuhkan kerja sama untuk mencapai tujuan bersama dan mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas dan siswa bisa lebih terlibat secara fisik maupun mental. Untuk itu melalui penelitian ini akan dicobakan suatu metode pembelajaran kooperatif tipe STAD. Keunggulan dari metode pembelajaran kooperatif tipe STAD
adalah adanya kerja sama dalam kelompok dan dalam menentukan
keberhasilan kelompok tergantung keberhasilan individu, sehingga setiap anggota kelompok tidak bisa menggantungkan pada anggota yang lain. Pembelajaran kooperatif tipe STAD menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai hasil belajar yang maksimal. Hasil belajar IPA tidak akan maksimal tanpa adanya minat belajar yang tinggi. Melalui penggunaan metode pembelajaran ceramah yang hanya terpusat pada guru, pada pembelajaran IPA materi lingkungan sehat dan tidak sehat tahun 2010 ternyata hasil belajar yang dicapai 76% siswa belum memenuhi standar ketuntasan belajar. Ketuntasan belajar baru tercapai setelah diadakan remidial. Selain itu juga terdapat perbedaan yang terlalu jauh antara hasil belajar siswa yang pandai dan hasil belajar siswa yang kurang pandai, walaupun nilai tugas kelompok cenderung baik dan merata. Berikut di sajikan tabel hasil belajar
commit to user
3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 1.1 Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA Meteri Lingkungan SD Negeri Jenalas
Tahun
2010/2011
Jumlah Seluruh Siswa 25
KKM > 70
Tuntas
%
6
24
KKM = 70 Tuntas % Minimal 9 36
KKM < 70 Belum % Tuntas 10 40
Sumber: Nilai harian siswa SD Negeri Jenalas, Gemolong, Sragen
Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin melaksanakan sebuah penelitian dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Pada Materi Lingkungan Sehat Dan Tidak Sehat Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) Pada Siswa Kelas III SD Negeri Jenalas Tahun Ajaran 2011/2012”
B. Perumusan Masalah Permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah: Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi Lingkungan Sehat dan Tidak Sehat Siswa Kelas III SD Negeri Jenalas, Gemolong, Sragen Tahun Ajaran 2011/2012?
C.
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar IPA materi Lingkungan Sehat dan Tidak Sehat melalui model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) Siswa Kelas III SD Negeri Jenalas Tahun Ajaran 2011/2012. D.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1.
Bagi Siswa, penelitian ini diharapkan dapat menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan bermaknacommit serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa, to user
4
perpustakaan.uns.ac.id
2.
digilib.uns.ac.id
Bagi Guru, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang peningkatan hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pembelajaran IPA yang efektif dan inovatif,
3.
Bagi Sekolah, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai model-model pembelajaran yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan hasil belajar IPA khususnya materi Lingkungan Sehat dan Tidak Sehat di sekolah,
4.
Bagi Peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana untuk memperoleh pengalaman langsung dalam memilih srategi pembelajaran.
commit to user
5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Pembelajaran IPA SD Kurikulum untuk mata pelajaran di sekolah dasar dalam KTSP, ditekankan untuk memahami diri sendiri dan alam sekitar beserta penerapanpenerapan konsep tersebut. Mengacu pada kurikulum, pembelajaran IPA di Sekolah Dasar harus memberikan sebuah pengalaman belajar yang nyata untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajah dan memahami alam sekitar secara alamiah. Mata pelajarn IPA yang ditetapakan oleh KTSP bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut
(Depdiknas, 2006:484): (a)
memperoleh keyakinan terhadap Tuhan YME berdasarkan keberadaan, keindahan,
dan
keteraturan
alam
ciptaan-Nya;
(b)
Mengembangkan
pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; (c) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat; (d) mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelediki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan; (e) meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam; (f) meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan; (g) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs. Dari tujuan di atas dapat disimpulkan bahwa KTSP menekankan bahwa pembelajaran IPA di Sekolah Dasar bukan saja hanya tataran konsep yang hanya harus dihafal oleh siswa, tetapi sbuah mata pelajaran yang mengenalkan to user dengan sesuatu yang nyata agar tentang semua yang ada padacommit alam diawalu
6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tumbuh rasa syukur terhadap Tuhan YME dan tumbuhjuga rasa cinta dan sayang terhadap lingkungan sekitar. Mata pelajarn IPA di sekolah dasar juga memiliki ruang lingkup. Adapun ruang lingkup mata pelajaran IPA di sekolah dasar yang tercantum dalam KTSP adalah sebagai berikut. (Depdiknas. 2006:485): (a) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan; (b) Benda atau materi, sifatsifat dan keguaannya meliputi cair, padat dan gas; (c) Energi dan perubahannya meliputi gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana; (d) Bumi dan alam semesta meliputi tanah, bumi, tata surya dan benda-benda langit lainnya. Pada penelitian ini ruang lingkup yang dipelajari adalah ruang lingkup Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan pada topik lingkungan. Semua pola pikir anak SD berdasarkan dari pengalaman dan contoh benda nyata. Anak usia SD yakni 7-12 tahun sulit untuk berpikir dengan sesuatu yang bersifat abstrak. Anak Usia SD lebih senang jika pembelajaran di kelas dirancang supaya anak dapat melihat, melakukan sesuatu, dan langsung terlibat dalam proses pembelajaran sehingga mempermudah siswa dalam mengkonstruksi konsep atau materi yang diajarkan. Pada hakikatnya siswa sekolah dasar memiliki sifat yang unik pada setiap individunya. Sifat-sifat tersebut memang muncul secara alamiah sesuai dengan tahap perkembangannya. Di bawah ini merupakan sifat-sifat khas siswa sekolah dasar menurut Sri Sulistyorini (2006:7) yang harus diperhatikan oleh guru ketika sedang mengajar: (a) Sangat ingin tahu tentang segala sesuatu yang ada dalam dunia realitas di sekitarnya;
(b) Tidak semata-mata
tergantung pada orang yang lebih tua; (c) Suka melakukan kegiatan-kegiatan yang berguna terhadap lingkungannya; (d) Telah dapat melakukan kompetisi dengan sehat; (e) Sudah mulai muncul kesadaran terhadap diri sendiri dan orang lain.
commit to user
7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pembelajaran IPA di sekolah dasar harusnya sangat memerhatikan sifat unik dan tahap perkembangan siswa tersebut. Pembelajaran IPA yang cenderung menitik beratkan pada konsep, proses dan hasil harus melibatkan peran aktif siswa dalam pembelajarannya agar konsep-konsep yang ada dalam mata pelajaran IPA yang bersifat abstrak dapat dicerna dengan mudah oleh pemikiran siswa yang berpola konkrit. Sebisa mungkin guru mata pelajaran IPA di sekolah dasar menggunakan media-media atau kit IPA dengan disertai strategi pembelajaran yang variatif dalam mengajar, agar konsep, proses dan hasil dapat tercapai tanpa kesulitan yang berarti baik untuk siswa maupun guru. Berdasarkan karakteristik yang dimiliki oleh peserta didik, lebih-lebih dari ranah perkembangan kognitifnya, sudah selayaknya guru mampu menciptakan pembelajaran yang dapat mengena dan dapat membuat siswa lebih bersemangat dalam belajar, dan khususnya pada mata pelajaran IPA.
2. Pembelajaran Kooperatif a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan
faham
konstruktivis. Pembelajaran
merupakan
strategi belajar dengan
kelompok
kecil
yang
tingkat
kooperatif
sejumlah siswa sebagai kemampuannya
berbeda.
anggota Dalam
menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama
dan saling membantu untuk memahami materi
pelajaran. Dalam pembelajaran
kooperatif, belajar dikatakan belum
selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut (Lungdren dalam Anton 1994:28): (1) Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersama”; (2) Para siswa harus memiliki tanggungjawab terhadap siswa atau peserta didik user lain dalam kelompoknya,commit selain totanggungjawab terhadap diri sendiri
8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dalammempelajari
materi
yang
dihadapi;
(3)
Para
siswa
harus
berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama; (4) Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggungjawab di antara para anggota kelompok; (5) Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok; (6) Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja
sama
selama
belajar;
(7)
Setiap
siswa
akan
diminta
mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif. Menurut Thompson, dkk. (dalam Yusup 2003:24), pembelajaran kooperatif
turut
pembelajaran
menambah
unsur-unsur
interaksi
sosial
pada
sains. Di dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar
bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4 atau 6 orang siswa, dengan kemampuan yang heterogen. Maksud kelompok heterogen adalah terdiri dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan dan bekerja dengan teman yang berbeda latar belakangnya. Pada pembelajaran kooperatif diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja sama di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan (Slavin, 1995). Seluruh peserta didik, khususnya peserta didik dalam jenjang Sekolah Dasar sudah selayaknya diberikan pengertian tetang pentingnya hidup saling tolong menolong antar sesama. Tentu saja tolong menolong disini dalam kebaikan. Sama halnya dengan prinsip pembelajaran kooperativ, dengan belajar menggunakan pembelajaran kooperativ diharapkan peserta didik saling mempunyai ketergantungan yang positiv antar sesama peserta didik, sehingga konsep manusia adalah makhluk commit to user sosial dapat diterapkan dalam proses belajar mengajar.
9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif Tujuan
pembelajaran
kooperatif
berbeda
dengan
kelompok
tradisional yang menerapkan sistem kompetisi, di mana keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi di mana keberhasilan individu
ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya
(Slavin dalam Yusup, 2003:26). Model
pembelajaran kooperatif
dikembangkan untuk mencapai
stidak- tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum oleh Ibrahim, et al. (dalam Yusup 2000:2), yaitu: (1) Hasil belajar akademik, Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa
ahli berpendapat bahwa model
membantu siswa memahami model ini telah menunjukkan
ini unggul dalam
konsep-konsep sulit. Para bahwa
model
pengembang
struktur penghargaan
kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan
perubahan norma yang berhubungan dengan
samping
mengubah norma
hasil belajar. Di
yang berhubungan dengan hasil belajar,
pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik; (2) Penerimaan terhadap perbedaan individu, Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain; (3) Pengembangan keterampilan sosial, Tujuan penting ketiga pembelajaran
kooperatif adalah, mengajarkan kepada siswa commit to user keterampilan bekerja sama. Keterampilan-keterampilan sosial, penting
10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial.
c. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Urutan langkah-langkah prilaku guru menurut model pembelajaran kooperatif yang diuraiakan oleh Ibrahim dkk (2003:10) adalah sebagaimana terlihat pada tabel berikut.
Tabel 2.1 Langkah-langkah guru menurut model pembelajaran kooperatif Fase Tingkah laku Guru
Fase 1: Guru
Menyampaikan tujuan dan pelajaran yang
menyampaikan semua
ingin dicapai pada pelajaran memotivasi
tujuan
siswa tersebut dan memotivasi siswa belajar
Fase 2: Guru menyajikan
Menyajikan
informasi
informasi kepada siswa
demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
Fase 3:
Guru
Mengorganisasikan siswa
bagaimana caranya membentuk kelompok
ke dalam kelompok-
belajar dan membantu setiap kelompok
kelompok belajar
agar melakukan transisi secara efisien.
Fase 4: Membimbing
Guru membimbing kelompok-kelompok
kelompok bekerja dan
pada saat mereka mengerjakan tugas dan
belajar
belajar mereka
Fase 5: Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang
menjelaskan
dengan
kepada
jalan
siswa
materi yang telah dipelajari atau masingmasing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Fase 6: Memberikan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai
penghargaan
baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok commit to user
11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Namun perlu diketahui juga bahwa sebelum pembelajaran kooperatif dimulai, sebaiknya kepada siswa diperkenalkan terlebih dahulu apa itu pembelajaran kooperatif dan bagaimana aturan-aturan yang harus diperhatikan. Agar pembelajaran dapat berjalan lancar, sebaiknya kepada siswa diberitahukan petunjuk-petunjuk tentang apa yang akan dilakukan. Petunjuk-petunjuk tersebut antara lain adalah : (1) Tujuan pembelajaran; (2) Apa saja yang akan dikerjakan siswa dalam kelompok; (3) Batas waktu untuk menyelesaikan tugas; (4) Jadwal pelaksanaan kuis untuk STAD; (5) Jadwal presentasi kelas untuk Kelompok Penyelidikan; (6) Prosedur pemberian nilai perbandingan individu dan kelompok; (7) Format presentasi laporan. Selain hal di atas, perlu juga diketahui bagaimana cara membentuk kelompok, pedoman penilaian, dan sistem penghargaan.
Tabel 2.2 Pengelompokkan siswa berdasarkan kemampuan akademik
Kemampuan
Tinggi
Sedang
Rendah
Rangking 1
Kelompok A
2
2
B
3
3
C
4
4
D
5
5
D
6
6
C
7
7
B
8
8
A
9
9
A
10
10
B
11
11
C
12
12
D
13
D
No. 1
13
Nama
commit to user
12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14
14
C
15
15
B
16
16
A
d. Pembelajaran kooperatif model Student Teams Achievement Division (STAD) Walaupun prinsip dasar pembelajaran terdapat beberapa
kooperatif tidak berubah,
variasi dari model
pembelajaran kooperatif cukup banyak seperti
tersebut. Ragam model STAD (Student Teams
Achievement Division), TGT (Teams Games Tournamen), TAI (Team Assisted Individualization), Jigsaw, Jigsaw II, CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition), dan sebagainya. Pada bagian ini akan dipaparkan secara khusus pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD digunakan dalam penelitian ini. STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John
Hopkin
dan merupakan pendekatan
pembelajaran
kooperatif yang paling sederhana. Guru yang menggunakan STAD, juga mengacu kepada belajar kelompok siswa, menyajikan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu menggunakan presentasi verbal atau teks. Siswa dalam suatu kelas tertentu dipecah menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang, setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri dari lakilaki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat
pembelajaran
yang lain untuk menuntaskan materi
pelajarannya dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui tutorial, kuis, satu sama lain dan atau melakukan diskusi. Secara individual setiap minggu atau setiap dua minggu siswa diberi kuis. Kuis itu diskor, dan tiap individu diberi skor perkembangan. Skor perkembangan ini tidak berdasarkan pada skor commit to user mutlak siswa, tetapi berdasarkan pada seberapa jauh skor itu melampaui
13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
rata-rata skor yang lalu. Setiap minggu
pada suatu lembar penilaian
singkat atau dengan cara lain, diumumkan
tim-tim
dengan
skor
tertinggi, siswa yang mencapai skor perkembangan tinggi, atau siswa yang mencapai skor sempurna pada kuis-kuis itu. Kadang-kadang seluruh tim yang mencapai kriteria tertentu dicantumkan dalam lembar itu. Untuk melihat dengan jelas tipe pembelajaran kooperatif model STAD dapat dilihat pada tabel berikut ini. ( Arends dalam Yusup 2001:34).
Tabel 2.3 Tipe Pembelajaran Kooperatif tipe STAD STAD
Tujuan
Informasi akademik sederhana
kognitif
Tujuan sosial
Kerja kelompok dan kerja sama
Struktur tim
Kelompok belajar heterogen dengan 4-5 orang anggota
Pemilihan
Biasanya guru
menanyakan kepada siswa tentang
topik pelajaran topik pelajarannya
Tugas utama
Siswa dapat menggunakan lembar kegiatan dan saling membantu menuntaskan materi belajarnya
Penilaian
Pengakuan
Tes mingguan
Lembar pengetahuan dan publikasi lain
e. Materi Lingkungan 1) Lingkungan Sehat Tentu kamu akan merasa nyaman di lingkungan yang sehat. Berbeda jika kamu berada di lingkungan yang tidak sehat. Ciri-ciri lingkungan sehat antara lain sebagai berikut. a) Udara bersih, segar, dan terasa sejuk. Selain itu, juga tidak berbau. commit to user
14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b) Ada tempat sampah dan keadaannya bersih. Dengan adanya tempat sampah, sampah jadi tidak berserakan. Dengan demikian, tidak menimbulkan bau yang tidak sedap. c) Terdapat saluran air yang bersih dan lancar. Air dalam saluran air akan mengalir dengan lancar. Hal ini karena tidak tersumbat oleh sampah. d) Terdapat berbagai tumbuhan hijau yang terpelihara dan tertata rapi. Dengan adanya tumbuhan, udara akan menjadi lebih bersih. Selain itu, keadaan lingkungan rumah akan terlihat lebih indah.
2) Lingkungan Tidak Sehat Lingkungan tidak sehat berbeda dengan lingkungan sehat. Tentu saja kamu tidak merasa nyaman di lingkungan tersebut. Ciri- ciri lingkungan tidak sehat antara lain sebagai berikut. a) Udara kotor dan berbau. Udara tersebut akan menyesakkan napas kita. b) Tidak tersedianya tempat sampah. Sampah menumpuk dan berserakandi mana-mana. Tentu saja hal ini akan merusak pemandangan lingkungan sekitar. Sampah yang menumpuk akan menimbulkan bau yang tidak sedap. c) Tidak ada saluran air. Meskipun ada, tetapi keadaannya kotor. Terdapat sampah yang menyumbat saluran air. Akibatnya, aliran air tidak lancar. d) Tidak terdapat tumbuhan sehingga terlihat gersang. Kalaupun ada, tetapi tidak terpelihara. Misalnya, terdapat rumput liar. e) Terdapat banyak hewan liar yang kelihatan kotor. Hewan tersebut tidak terpelihara dengan baik.
commit to user
15
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3) Pencemaran Udara Pencemaran udara dapat menyebabkan lingkungan tidak sehat. Misalnya, asap kendaraan bermotor, asap pabrik dan asap rokok. Bau dari tumpukan sampah dan debu. Juga dapat mencemari udara. Kendaraan bermotor menggunakan bahan bakar, misalnya bensin dan solar. Dari pembakaran bahan bakar inilah menyebabkan terjadinya asap. Begitu pula dengan asap dari pabrik. Asap ini dapat membahayakan tubuh kita. Hal ini karena mengandung gas beracun, yaitu karbon monoksida (CO). 4) Pencemaran Air Selain menghasilkan asap, pabrik juga menghasilkan limbah. Limbah mengandung zat-zat kimia berbahaya. Jika limbah pabrik dibuang ke sungai dapat menyebabkan pencemaran air. Limbah rumah tangga juga penyebab pencemaran air. Misalnya, air bekas cucian dan air limbah dari WC. Ciri-ciri air yang tercemar antara lain, berbau, dan berwarna. Sebaliknya, air yang bersih tampak jernih (tidak berwarna). Air bersih juga tidak berbau dan tidak berasa. 5) Pencemaran Tanah Plastik adalah bahan yang tidak dapat membusuk. Plastik juga tidak
dapat
terurai.
Sampah
plastik
menyebabkan
terjadinya
pencemaran tanah. Sampah yang tertimbun berserakan membuat lingkungan kotor. Selain sampah, racun serangga juga dapat mencemari tanah. Sampah dapat menyuburkan tanah. Daun dan kotoran hewan dapat dijadikan pupuk. Caranya dengan menimbun sampah tersebut dengan tanah. Daun dan kotoran hewan mudah membusuk. Tumbuhan yang membusuk dapat dibuat pupuk kompos. Hewan yang membusuk atau kotoran hewan dapat dibuat pupuk kandang. Pupuk dapat membuat tanaman tumbuh subur.
commit to user
16
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6) Pengaruh Lingkungan terhadap kesehatan Lingkungan tidak sehat disebabkan oleh pencemaran. Penyebabnya antara lain sebagai berikut. Udara kotor dapat memengaruhi kesehatan kita. Misalnya, mata kita menjadi pedih jika terkena asap. Pernapasan juga menjadi sesak. Pencemaran udara dapat menimbulkan penyakit pernapasan
seperti
penyakit
paru-paru.
Air
yang
tercemar
mengakibatkan ikan-ikan tidak dapat hidup. Zat pencemar yang terkandung di air bersifat racun sehingga dapat mematikan ikan. Kita juga tidak dapat menggunakan air tercemar untuk memenuhi kebutuhan. Mengapa demikian? Air yang tercemar dapat menyebabkan penyakit kulit dan diare. Jika masyarakat menggunakannya untuk mandi dan mencuci, kulit dapat menjadi gatal. Jika menggunakan air tercermar untuk memasak, kita dapat mengalami diare. 7) Cara Memelihara Lingkungan Rumah yang bagus belum tentu sehat. Rumah sederhana dapat menjadi lingkungan yang sehat. Syarat-syarat rumah sehat antara lain sebagai berikut. a) Terdapat ventilasi pertukaran cahaya matahari dan udara. b) Ada kamar mandi dan WC yang bersih. c) Ada saluran pembuangan limbah yang bersih. d) Ada sumber air yang bersih. e) Ada tempat pembuangan sampah bertutup dan bersih. f) Ada halaman rumah yang bersih. Hal-hal yang diperhatikan untuk menciptakan halaman yang bersih adalah sebagai berikut. a) Menanam tumbuhan rindang dan menghasilkan buah. Misalnya jambu, mangga, dan rambutan. Untuk mempercantik halaman dapat ditanam tumbuhan berbunga. Misalnya, mawar, anggrek, dan melati.
commit to user
17
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b) Membuat selokan air. Selokan air membuat air tidak menggenang. Air yang menggenang dapat menjadi sarang nyamuk. c) Membersihkan sampah di halaman rumah secara teratur setiap hari. d) Menjaga halaman rumah tidak lembap. Oleh karena itu, usahakan cukup cahaya matahari. Kita dapat menanam tumbuhan dalam pot. Tumbuhan dapat membuat udara bersih, sejuk, dan segar. Tumbuhan juga membuat lingkungan tampak lebih indah. Untuk lingkungan perumahan, perlu dibuat jalan atau gang. Hal ini bertujuan untuk memperlancar transportasi.
Perlu
diadakan
kerja
bakti
antarwarga
untuk
membersihkan lingkungan sekitar. Jangan terlalu sering menggunakan bahan-bahan yang mengandung zat beracun. Misalnya, detergen dan racun pembasmi hama. Jangan pula membuat WC atau jamban di sungai. Di kota besar seperti Jakarta banyak terjadi pencemaran udara. Udara dikatakan tercemar jika sudah tercampur berbagai zat. Zat tersebut seperti debu, asap, dan bau yang tidak sedap. Hal-hal berikut dilakukan untuk menjaga udara agar tetap bersih. a) Menanam tumbuhan untuk penghijauan. b) Membuang sampah pada tempatnya. c) Merawat kendaraan agar tidak mengeluarkan asap terlalu banyak. d) Tidak merokok.
B. Kerangka Berpikir Proses belajar merupakan kegiatan yang utama dalam pembelajaran. Pihak-pihak yang terlibat dalam proses belajar mengajar secara langsung adalah siswa dan guru. Peranan guru adalah pembelajar siswa, oleh karena guru dituntut untuk mampu mengajar dengan tepat agar tugas pembelajaran murid dapat berhasil. Mengajar yang berhasil adalah guru menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkan, menguasai metode penyampaian bahan secara tepat dan mampu menciptakan suasana belajar yang mendukung proses belajar. Berkaitan dengan commit to user
18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
hal tersebut tugas guru sangat berperan dalam upaya peningkatan minat siswa dalam belajar. Pembelajaran pada mata pelajaran IPA akan lebih efektif apabila siswa dan guru terlibat langsung dalam proses belajar mengajar dimana dalam proses pembelajaran
tersebut
didukung
oleh
karakteristik
siswa,
faktor
yang
mempengaruhi belajar, dan adanya model pembelajaran yang kooperatif yaitu dengan metode Student Teams Avhievement Divisions (STAD). Sehingga hasil belajar akan meningkat secara bertahap. Secara lebih jelasnya, skema kerangka berfikir dapat dilihat pada skema sebagai berikut.
Kondisi awal
Tindakan
Guru Belum menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
Hasil belajar IPA Materi Lingkungan Sehat dan Tidak Sehat Rendah
Siklus I 50% siswa tuntas KKM
Siklus II 80% siswa tuntas KKM
Hasil Belajar IPA Materi Lingkungan Sehat dan Tidak Sehat Meningkat
Kondisi Akhir
Gambar 1 Alur Kerangka Berpikir commit to user
19
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka berfikir, maka hipotesisnya yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah: 1. Jika pembelajaran menggunakan model pemebalajaran Kooperatif Tipe STAD maka hasil belajar siswa pada materi Lingkungan Sehat dan Tidak Sehat di kelas 3 SD Negeri Jenalas akan meningkat.
commit to user
20
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SD Negeri Jenalas Kecamatan Gemolong Kaupaten Sragen pada materi Lingkungan Sehat dan Tidak Sehat Tahun Pelajaran 2011/2012. Penelitian Tindakan Kelas dilakukan pada hari Kamis tanggal 16 Februari 2012 sampai dengan Rabu 29 Februari 2012.
B. Bentuk dan Strategi Penelitian Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research). Penelitian Tindakan Kelas merupakan penelitian yang dilaukan oleh guru dikelas atau disekolah tempat guru tersebut mengajar. Penekanan pada PTK adalah penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses dalam pembelajaran. Penelitian Kelas merupakan penelitian yang dapat dilakukan sendiri oleh guru. Penelitian Tindakan Kelas juga dapat dilakukan dengan bekerjasama antara peneliti, guru , siswa dan karyawan suatu sekolah yang bertujuan untuk memperbaiki sistem serta kerja guru dalam rangka meningkatkan mutu, proses dan hasil belajar siswa. Dalam strategi penelitian ini menggunakan strategi tindakan kelas. Menurut Arikunto, dkk (2007:16) model penelitian divisualisasikan pada gambar berikut ini.
commit to user
21
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Perencanaan Refleksi
Siklus I
Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Pelaksanaan Refleksi
Siklus II
Pengamatan
Hasil
Gambar 2. Model Penilitian Tindakan C. Data dan Sumber Data yang dikumpulkan berupa: 1.
Daftar nilai siswa kelas 3 SD Negeri Jenalas, Gemolong, Sragen pada mata pelajaran IPA materi Lingkungan Sehat dan Tidak Sehat pra tindakan.
2.
Nama Siswa kelas 3.
3.
Dokumen-dokumen yang lain berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran guru, Hasil prestasi siswa kelas 3 SD Negeri Jenalas, Gemolong, Sragen.
commit to user
22
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D. Subyek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas 3 SD Negeri Jenalas Gemolong Kabupaten Sragen. Dipilihnya kelas 3 SD Negeri Jenalas Gemolong Sragen dikarenakan hasil belajar IPA pada materi Lingkungan Sehat dan Tidak Sehat masih jauh di bawah KKM. E. Teknik Pengumpulan Data 1.
Observasi Observasi adalah kegiatan pengamatan (pengambila data) untuk melihat seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran. Observasi dilakukan dengan format check list. Check list berisikan serangakaian daftar kejadian penting yang akan diamati. Ketika pengamatan berlangsung, peneliti secara objektif memilih dengan cepat dan memberi tanda cek pada daftar kejadian. Observasi dilakukan pada siswa untuk mengetahui kegiatan siswa selama proses pembelajaran. Selain itu observasi juga dilakukan pada guru untuk mengetahui kinerja guru dalam pembelajaran.
2.
Wawancara Dengan wawancara peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterprestasikan situasi dan fenomena yang terjadi yang tidak bisa ditemukan melalui observasi. Wawancara dilakukan pada siswa kelas 3 SD Negeri Jenalas, Gemolong, Sragen setelah tindakan dilakukan.
3.
Tes Tes yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis berupa Post Test yang dilakukan masing-masing pada akhir siklus. Bentuk tesnya adalah tes uraian. Tes diberikan pada siswa kelas 3 SD Negeri Jenalas, Gemolong, Sragen.
4.
Dokumentasi Dokumen bisa berupa audio, visual maupun audio visual. Biasanya dokumen dikelompokkan menjadi dokumen resmi dan pribadi. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dokumen resmi. Dokumen dapat digunakan untuk user mengambil data awal berupacommit daftar to nilai siswa kelas 3 SD Negeri Jenalas,
23
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gemolong, Sragen pada pelajaran IPA materi Lingkungan Sehat dan Tidak Sehat. Dokumen juga diambil berupa foto selama proses tindakan didalam kelas. F. Validitas Data Cara yang digunakan untuk mengukur validitas data yaitu menggunakan validitas isi dan triangulasi. 1.
Validitas isi. Tes dikatakan memiliki isi apabila didalamnya mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan oleh guru dalam pembelajaran. Pada penelitian ini data yang diukur menggunakan validitas isi.
2.
Triangulasi Menurut Lexy J. Moeloeng (2007:330) Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Triangulasi yang digunakan yaitu: a) Triangulasi data Yaitu membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Triangulasi data dilaksanakan dengan cara membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara. b) Triangulasi Metode Menurut H.B Sutopo (2006:95) triangulasi metode dilakukan dengan mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunkan teknik atau metode pengumpulan data yang berbeda. Misalnya wawancara dan observasi. G. Analisis Data Teknis analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif
Interaktif dengan langkah sebagai berikut :
commit to user
24
perpustakaan.uns.ac.id
1.
digilib.uns.ac.id
Reduksi data adalah merupakan proses menyeleksi, menentukan fokus, menyederhanakan, meringkas, dan mengubah bentuk data mentah yang ada dalam catatan lapangan menjadi informasi yang bermakna.
2.
Paparan data yaitu berbagai macam data penelitian tindakan yang telah direduksi perlu dibeberkan dengan tertata rapi dalam bentuk paparan narasi, representasi tabular dalam format matriks, grafik, atau diagram.
3.
Penarikan kesimpulan yaitu proses pengambilan intisari dari sajian data yang telah terorganisir tersebut dalam bentuk pernyataan kalimat atau formula yang singkat dan padat tetapi mengandung pengertian yang luas. H. Prosedur Penelitian Penelitian yang akan dilaksanakan adalah penelitian tindakan kelas.
Peneliti merencanakan untuk melakukan minimal 2 siklus. Apabila dari hasil refleksi siklus II tidak terjadi peningkatan pada siswa, maka dilaksanakan siklus ke III. Setiap siklus meliputi perencanaan, tindakan dan observasi, serta refleksi. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut: 1.
Urutan Kegiatan a) Survai dan penjajakan Survai dan penjajakan dilakukan secara langsung untuk mengetahui kemungkinan dan kesediaan sekolah yang bersangkutan untuk dijadikan tempat penelitian. Tujuan survai adalah untuk memperoleh informasi baik fisik maupun non fisik di dalam sekolah dan sarana pembelajaran siswa di sekolah. b) Penyusunan Proposal Penyusunan proposal atau rencana tindakan terlebih dahulu dikonsultasikan dengan dosen pembimbing c) Perijinan Perijinan diperoleh dengan prosedur yang ada dengan ijin dan rekomendasi lembaga terkait untuk penerjunan lapangan.
2. Perencanaan dan Pelaksanaan Tindakan a) Perencanaan Tindakan
commit to user
25
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Langkah ini dimulai dengan mempersiapkan materi yang akan diberikan dalam kegiatan pembelajaran IPA kelas 3 SD Negeri Jenalas dengan materi lingkungan sehat dan tidak sehat. Adapun metode yang digunakan mengacu pada metode pembelajaran tipe STAD. Pada tahap ini dilakukan persiapan pelaksanaan pembelajaran STAD yang meliputi: 1) Penentuan materi yang akan diberikan 2) Pembentukan kelompok pembelajaran 3) Membuat skenario pembelajaran STAD 4) Menyusun lembar observasi pembelajaran b) Pelaksanaan dan Tindakan Pelaksanaan dan tindakan ini dilakukan dengan melaksanakan pembelajaran STAD. Metode STAD adalah merupakan suatu model pembelajaran kooperatif yang efektif dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Masingmasing kelompok merencanakan kegiatan belajar dalam kelompok untuk menyelesaikan tugas yang dikaji sesuai subtopik yang dipilih. Kelompok melaksanakan rencana belajar yang telah disepakati dengan menggunakan sumber yang relevan. Para siswa melaksanakan pembahasan, analisis berbagai informasi dan fakta serta membuat sajian yang menarik ringkas dan komunikatif. Guru melakukan evaluasi secara kelompok atau individu. 3. Pengamatan atau Obeservasi Pengamatan atau observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat. Pengamatan dilakukan selama pelaksanaan pembelajaran. Adapun aspek yang diamati adalah minat siswa dan pengaruh penerapan metode STAD dalam proses pembelajaran IPA 4. Refleksi Pada kegiatan ini refleksi dilakukan berdasarkan hasil observasi untuk memperoleh perbaikan dan mengontrol jalannya penelitian agar berjalan sesuai dengan tujuan penelitian. Dengan adanya refleksi, peneliti dan guru dapat mengetahui kekurangan-kekurangan dari siklus pertama sehingga dapat dilakukan perbaikan pada siklus berikutnya. commit to user
26
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian Dalam Penelitian Tindakan Kelas ini, akan diperoleh hasil temuan dari masing-masing siklus yang telah dilaksanakan. Hasil penelitiann yang telah dilaksanakan kemudian akan dideskripsikan, dianalisis dan direfleksi untuk mengetahui
kekuarangan
dari
masing-masing
pembelajaran
yang
telah
dilaksanakan dari masing-masing siklus. Kekurangan dari setiap pembelajaran yang disampaikan kepada siswa akan dijadikan evaluasi bagi guru dalam perbaikan, baik perbaikan dalam membuat Rencana Pembelajaran maupun dalam pelaksanaan pembelajaran. Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan dalam 4 Tahap. Siklus pertama dalam Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanan pada hari Kamis tanggal 16 Februari 2012 dan hari Jum’at tanggal 17 Februari 2012, untuk siklus kedua dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 28 Febuari 2012 dan Rabu 29 Februari 2012. Penelitian Tindakan Kelas di laksanakan di SD Negeri Jenalas, Kecamatan Gemolong, Kabupaten Sragen pada kelas III dengan materi Lingkungan Sehat dan Tidak Sehat pada pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Sebelum melakukan Penelitian Tindakan Kelas Ini, Peneliti terlebih dahulu melakukan observasi dan identifikasi masalah terhadap situasi dan kondisi pembelajaran di kelas III SD Negeri Jenalas, Kecamatan Gemolong, Kabupaten Sragen. Dari hasil observasi di peroleh fakta bahwa hanya 24% siswa tuntas KKM dengan baik, 36% tuntas minimal dan 40% siswa belum tuntas. Apabila hanya dilihat data diatas, maka akan terlihat bahwa siswa yang belum tuntas KKM hanya 40% sisanya 60% siswa telah tuntas KKM. Padahal pada kenyataan di lapangan, guru harus melakukan pengayaan kepada siswa yang hanya tuntas minimal. Jadi pada dasarnya jumlah siswa yang belum tuntas dan tuntas minimal apabila diprosentase sejumlah 76%.
commit to user
27
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, didapat beberapa identifikasi masalah antara lain: 1. Dalam pengkondisian kelas dan apersepsi dirasakan belum kondusif dan maksimal, keaan ini mungkin dikarenakan guru maupun siswa sudah jenuh dengan proses pembelajaran yang konvensional. 2. Dalam proses pembelajaran ternyata siswa pasif dan kurang bersemangat, hal ini dikarenakan kegiatan pembelajaran hanya monoton, yaitu guru menjelaskan sedangkan siswa mendengarkan sambil mencatat. 3. Ketika melaksanakan tanya jawab, siswa cenderung untuk pasif karena tidak percaya diri dalam negemukakan pendapat. Akan tetapi ada beberapa siswa yang aktif, biasanya siswa yang menonjol dan pandai. 4. Dalam proses belajar mengajar, guru jarang menerapkan kerja kelompok. Kalaupun kerja kelompok dilaksanakan guru tidak mengelompokkan siswa berdasarkan kemampuan akademis. Jadi apabila dilaksanakan kerja kelompok biasanya siswa yang menonjol akan mencari teman kelompok yang menonjol pula sedangkan siswa yang tidak begitu menonjol karena minder akan memilih teman sekelompok yang tidak menonjol pula. 5.
Kalaupun
guru
melakukan
kerja-kerja
kelompok,
kelompok
belum
dikondisikan sehingga kesan kerja kelompok tidak terarah dengan baik. 6. Guru kurang bisa memaksimalkan potensi siswa yang pandai menjadi tutor sebaya bagi temannya. Padahal apabila siswa yang pandai dimanfaatkan dengan baik oleh guru, hasilnya bisa maksimal. 1. Pelaksanaan Tindakan Pada Siklus I Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu mempersiapkan beberapa perencanaan yang akan dipergunakan sebagai acuan dalam penelitian antara lain: a) membuat silabus pembelajaran IPA materi Lingkungan sehat dan Tidak Sehat; b) Menyusun rencana dan strategi pembelajaran; c) membagi siswa menjadi kelompok-kelompok, sesuai dengan pedoman STAD; d) mempersiapkan lembar kerja kelompok. Siklus pertama pada penelitian ini dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Pertemuan pertama pada hari Kamis tanggal 16 commit dilaksanakan to user
28
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Februari 2012 pada pukul 09.00 WIB dan selesai pada pukul 10.45 WIB. Tindakan sengaja dilaksanakan setelah jam istirahat, ini dengan pertimbangan siswa masih dalam kondisi sangat fresh dan konsentrasi karena masih pagi dan siswa telah cukup istirahat dari pelajaran sebelumnya. Sedangkan pertemuan kedua langsung diadakan pada hari Jum’at tanggal 17 Februari 2012 pada pukul 07.00 WIB dan selesai pukul 08.30 WIB. Sama dengan pertemuan pertama waktu dipilih pada jam pertama dengan maksud kondisi siswa masih dalam keadaan fresh. Pada tahap pertama, sesuai dengan Rencana Pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya peneliti membuka pelajaran dengan mengkondisikan siswa, apresepsi dalam apresepsi ini peneliti memberikan pertanyaan tentang lingkungan sehat dan lingkungan tidak sehat tentu saja berdasarkan pendapat dari siswa. Pertanyaan dari peneliti juga dimaksudkan untuk mengetahui seberapa siswa faham dengan materi yang akan diajarkan. Setelah apresepsi, lalu peneliti memperlihatkan kepada siswa gambar tentang lingkungan sehat dan tidak sehat. Setelah siswa faham dengan maksud gambar yang diperlihatkan peneliti, lalu siswa diajak keluar kelas untuk membandingkan dalam kehidupan nyata apa yang dimaksud dengan lingkungan sehat dan tidak sehat. Setelah pengamatan selesai, lalu peneliti dan siswa menyimpulkan pelajaran yang didapat pada pertemuan pertama. Pada jam terakhir, siswa diberikan pretest untuk mengetahui seberapa siswa faham akan materi yang besok akan diajarkan. Pada pertemuan pertama siswa hanya diperlihatkan oleh peneliti ciri-ciri lingkungan sehat dan tidak sehat melalui media yang tersirat (gambar dan keadaan disekitar). Peneliti belum memberikan materi yang sesungguhnya tentang lingkungan sehat dan tidak sehat. Pertemuan kedua, siswa langsung diarahkan keluar ruangan menuju sawah didekat sekolahan. Guru melakukan apersepsi dengan bertanya tentang keadaan udara disawah, lalu siswa diminta membayangkan kalau sawah ini adalah jalan raya, apakah udaranya tetap sama atau berubah. Setelah pengkondisian dan apersepsi, lalu peneliti membagi siswa menjadi 4 kelompok. Pembagian commit to user
29
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kelompok sama dengan pengelompokan model STAD seperti yang terdapat pada latar belakang, masing-masing kelompok siswa diberikan bahan diskusi yang berbeda-beda. Diskusi kelompok dipimpin oleh satu siswa yang ditunjuk oleh peneliti, siswa yang ditunjuk adalah siswa yang mempunyai prestasi yang bagus pada pelajaran IPA. Siswa yang ditunjuk oleh peneliti akan mengkondisikan dan memimpin diskusi kelompok. Selain itu, siswa yang ditunjuk juga memberikan pengertian kepada siswa lain yang belum faham dengan materi diskusi yang diberikan oleh peneliti. Materi yang diberikan, antara kelompok satu dengan yang lainnya berbeda. Setelah siswa selesai membahas dan mendiskusikan materi yang diberikan, lalu hasil diskusi dijadikan satu dan dipaparkan satu persatu oleh masing-masing perwakilan kelompok. Tahap selanjutnya yang dilakukan adalah post test secara individu untuk mengukur tingkat materi yang terserap oleh masing-masing siswa. Kegiatan selanjutnya pada siklus pertama adalah wawancara dengan perwakilan siswa. Siswa yang dipilih oleh peneliti yaitu perwakilan dari siswa yang mempunyai prestasi tinggi, sedang dan rendah. a. Wawancara Wawancara dilakukan sesuai dengan pedoman wawancara yang telah ditetapkan. Seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya, wawancara dilakukan pada perwakilan siswa dengan prestasi tinggi, sedang dan rendah. Hasil wawancara siswa dengan kategori prestasi tinggi menyatakan bahwa belajar IPA dengan metode STAD sangat jelas dan menyenangkan, mereka beralasan bahwa belajar dengan teman lebih menyenangkan. Hasil wawancara siswa dengan kategori sedang menyatakan bahwa belajar IPA dengan metode STAD membuat mereka faham, jelas dan tidak membosankan. Sedangkan siswa dengan kategori prestasi rendah lebih menyukai belajar dengan teman sebaya, mereka beralasan bahwa apabila dengan teman sebaya tidak malu bertnya apabila ada materi yang belum jelas.
commit to user
30
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Hasil Tes Akhir (Post Tes) Hasil post test dibawah ini akan dipakai sebagai perbandingan dalam prestasi siswa dikelas. Tabel 4.1 Hasil tes akhir siklus I
No
Nama Siswa
1 Dwi Elsa 2 Itsna Khonita 3 Indah Listiawati Wahyu 4 Romadhoni 5 Adi Kurniawan 6 Adilia Putri 7 Alam Saputra 8 Aldi Saputra 9 Amalia Wahyu P 10 Amir Slamet 11 Anik Susilowati 12 Ananda Bagus 13 Arfan Makrul 14 Ayu Sofiyyatus 15 Dewi Sri N 16 Fahri Nur 17 Indri Cahyani 18 Khusnul K 19 Mira Widiastuti 20 Muhammad Iqbal 21 Nurcholish 22 Novia Ayu 23 Pratama U 24 Rama Nur 25 Saiful Gunawan
1 V V V
Butir soal 2 3 4 V V V V V -
5 V V V
V V V V V V V V V V V V V V V V V V V
V V V V V V V V V V V V V V V V
V V V V V V V V V V V V V V V V V
V V V V V V V V V V V V V -
V V V V V V V V V V V V V V V
Rata-rata Sumber: Data yang diolah
TB
TS
NA
4 3 4
1 2 1
80 60 80
4 4 4 4 4 2 4 3 4 3 4 3 4 5 3 3 4 4 3 4 3 4
1 1 1 1 1 3 1 2 1 2 1 2 1
80 80 80 80 80 40 80 60 80 60 80 60 80 100 60 60 80 80 60 80 60 80
2 2 1 1 2 1 2 1
Ket
72.8
Berdasarkan tabel diatas, hasil tes dari siklus 1 yang telah dilaksanakan didapat perolehan nilai rata-rata siswa 72,8. Pada silus 1 hasil belajar siswa yang tuntas berjumlah 16 siswa dengan prosentase 64%%, sedangkan yang commit to user belum tuntas berjumlah 9 orang siswa (36%). Berdasarkan hasil dari KKM 31
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang harus dicapai yaitu 70 bahwa penggunaan metode pembelajaran STAD pada materi Lingkungan Sehat dan Tidak Sehat mata pelajaran IPA, dinyatakan telah memenuhi harapan. c. Refleksi Selama pertemuan siklus pertama berlangsung, terdapat beberapa masalah yang menjadi kendala dalam pembelajaran, diantaranya yaitu: a) Kondisi kelas yang kurang kondusif, dengan terganggunya siswa yang tidak mau bekerjasama dengan temannya dan malah berbincang-bincang dengan teman lainnya. Jadi suasana waktu kerja kelompok terkesan seperti tidak dikondisikan. b) Saat kerja kelompok masih terdapat beberapa siswa yang tidak ikut aktif dalam bekerja sama, masih menggantungkan pada teman lainnya. c) Karena ini penerapan metode baru, siswa harus beradaptasi terlebih dahulu dengan metode baru. Dalam proses adaptasi ini siswa terlihat bingung dan tidak tahu apa yang akan dilakukan, akan tetapi ini tidak berlangsung berlarut-larut karena langsung dijelaskan oleh peneliti. Setelah penggunaan metode STAD, siswa menunjukkan beberapa perubahan. Nilai siswa mengalami peningkatan bahkan ada satu siswa yang mendapat nilai sempurna. 2. Pelaksanaan Tindakan Pada Siklus II Siklus kedua dilaksanakan pada dua tahap, yaitu hari Selasa tanggal 28 Februari 2012 dan hari Rabu tanggal 29 Februari 2012. Sama dengan pelaksanaan siklus I, pelaksanaan siklus II meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, dan refleksi dari hasil pembelajaran siklus I. Peneliti tidak perlu membuat kelompok kembali, karena kelompok diskusi masih sama dengan siklus I. Tahap I dilaksanakan pada pukul 11.00 WIB sampai dengan 12.10 WIB (tepat pada jam pelajaran terakhir). Pada tahap ini, peneliti akan melakukan kegiatan pembelajaran di dalam kelas. Hal ini dikarenakan pembelajaran di luar kelas tidak memungkinkan karena user kondisi sawah yang pada siklus commit pertamatodigunakan sebagai tempat melakukan
32
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tindakan dalam keadaan sangat panas. Sebelum pelaksaan tindakan siklus II peneliti membuka pelajaran dengan mengkondisikan siswa, apersepsi dan tanya jawab kemudian sedikit pemberian konsep kepada siswa. Setelah pemaparan kosep selesai, siswa langsung dikondisikan kedalam kelompok (sesuai siklus I), siswa diberikan lembar kerja kelompok untuk didiskusikan dengan timnya. Berdasarkan refleksi yang telah dilakukan pada siklus I, terdapat temuan bahwa banyak siswa yang tidak aktif dan hanya menjadi ”penggembira” saja dalam tim. Untuk meminimaslisirkan hal ini, peneliti menyediakan 2 hadiah. Hadiah pertama diberikan kepada kelompok yang paling aktif dan hadiah yang ke dua diberikan kepada kelompok yang paling kompak. Karena adanya hadiah, siswa menjadi lebih semangat dan kompak dalam melaksanakan diskusi kerja kelompok. Setelah diskusi
kelompok
selesai,
perwakilan
siswa
masing-masing
kelompok
memaparkan hasil diskusi kelompok secara berkantian. Setelah pemaparan materi oleh wakil kelompok selesai, lalu diadakan tanya jawab dengan peneliti. Tahap ke dua dari siklus II, peneliti hanya melakukan wawancara dan postest pada siswa untuk mengetahui seberapa besar presentase materi dapat diserap oleh siswa. a. Hasil Wawancara Wawancara dilakukan sesuai dengan pedoman wawancara yang telah ditetapkan. Wawancara kembali dilakukan oleh peneliti kepada perwakilan siswa dari setiap kelompok dengan prestasi tinggi, sedang dan rendah. Hasil dari siswa dengan prestasi tinggi menyatakan pembelajaran IPA menggunakan metode STAD sangat jelas dan menyenangkan. Dari kelompok siswa prestasi sedang menyatakan bahwa pembelajaran IPA dengan menggunakan metode STAD b. Hasil Tes Akhir Hasil postes ini akan digunakan sebagai perbandingan prestasi siswa dalam pembelajaran IPA. Tabel 4.2 Hasil akhir Siklus II
No
Nama Siswa
1
Butir soal 2commit 3 to 4user 5
33
TB
TS
NA
Ket
perpustakaan.uns.ac.id
1 Dwi Elsa 2 Itsna Khonita 3 Indah Listiawati Wahyu 4 Romadhoni 5 Adi Kurniawan 6 Adilia Putri 7 Alam Saputra 8 Aldi Saputra 9 Amalia Wahyu P 10 Amir Slamet 11 Anik Susilowati 12 Ananda Bagus 13 Arfan Makrul 14 Ayu Sofiyyatus 15 Dewi Sri N 16 Fahri Nur 17 Indri Cahyani 18 Khusnul K 19 Mira Widiastuti 20 Muhammad Iqbal 21 Nurcholish 22 Novia Ayu 23 Pratama U 24 Rama Nur 25 Saiful Gunawan
digilib.uns.ac.id
V V V
V V V
V V
V V
V V
4 3 5
1 2 0
80 60 100
V V V V V V V V V V V V V V V V V
V V V V V V V V V V V V V V V V V V -
V V V V V V V V V V V V V V V
V V V V V V V V V V V V V V V V V V
V V V V V V V V V V V V V V V V V V
5 3 5 5 5 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4
0 2 0 0 0 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 2 2 1
100 60 80 100 100 60 80 80 80 80 80 80 80 80 60 60 80 80 80 60 60 80
Rata-rata Sumbe: Data yang diolah
77.6
Berdasarkan tabl diatas, hasil tes dari siklus II yang telah dilaksanakan didapat perolehan nilai rata-rata 77,6. Berdasarkan hasil dari KKM yang harus dicapai yaitu 70 dan dinyatakan sudah memenuhi harapan. Pada siklus II hasil balajar siswa yang tuntas sejumlah 18 siswa (72%) dan yang belum tuntas sejumlah 7 siswa (28%). Hasil siswa yang tuntas lebih dari setengah jumlah seluruh siswa membuktikan bahwa penggunaan metode pembelajaran STAD dalam materi lingkungan sehat dan tidak sehat pada pelajaran IPA telah sesuai dengan harapan dan prestasi belajar siswa dalam kategori meningkat. commit to user
34
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Refleksi Pada tahap pembelajaran siklus II sudah memperoleh penilaian yang baik. Berdasarkan proses pembelajaran yang sudah dilaksanakan pada siklus pertama terdapat beberapa temuan yang harus diperbaiki dalam proses pembelajaran berikutnya. Upaya perbaikan yang dapat dilakukan yaitu 1) Untuk mengkondisikan kelas yang kurang kodusif karena adanya siswa yang tidak proaktif dalam bekerjasama dengan anggota tim yang lain, peneliti memberikan hadiah (reward) bagi siswa yang paling aktif dan kelompok yang paling kompak. Dengan adanya reward tersebut siswa menjadi bersemangat dan aktif dalam melakukan kerja kelompok. Karena siswa dalam keadaan aktif dan bersemangat, peneliti menjadi mudah dalam mengkondisikan keadaan siswa, dan ini berdampak pada kerja tim yang produktif. 2) Saat kerja tim siswa menjadi lebih semangat, proaktif dan produktif dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. 3) Pada awalnya siswa sedikit bingung dengan metode pembelajaran yang akan digunakan. Faktor yang membuat siswa bingung dengan metode pembelajaran karena metode STAD tergolong metode baru dan siswa belum pernah belajar dengan menggunakan metode tersebut. Akan tetapi pada siklus kedua siswa telah faham apa yang dimaksudkan oleh peneliti, sehingga proses pembelajaran berlangsung lebih rapi, tertip dan bermakna. Siswa sudah dapat memberikan respon yang sangat positif pada metode ini. B. Temuan Hasil Pelaksanaan penelitian dilakukan berdasarkan pada hasil observasi sebelum penelitian dilaksanakan ternyata masih banyak kendala-kendala yang dialami baik oleh guru maupun siswa dalam proses pembelajaran. Seperti masih ada siswa yang kurang aktif dalam proses pembelajaran, guru dikelas belum bisa memanfaatkan siswa yang menonjol sebagai guru sebaya dalam membantu kesulitan belajar temannya, guru pernah (bukan sering) melakukan kerja commit tokurang user terarah dan bermakna karena kelompok akan tetapi kerja kelompok
35
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pembentukan anggota tiap kelompok tidak diorganisasikan dengan baik. Seperti dengan keadaan sebelumnya, siswa yang aktif hanya siswa yang mempunyai prestasi menonjol dan siswa yang aktif saja, sedangkan siswa yang pasif dan kurang menonjol dalam prestasi hanya menjadi anggota ”penggembira” yang tidak memberikan kontribusi apapun pada timnya. Beranjak dari hal tersebut, peneliti melaksanakan penelitian tindakan kelas guna melakukan perbaikan dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian berdasarkan kajian materi yang dilakukan sebelumnya oleh peneliti, maka peneliti membuat cara untuk menyampaikan materi kepada siswa dengan menggunakan metode pembelajaran Student Teams Achivement Division (STAD). Proses pembelajaran dilakukan dalam 2 siklus tindakan. Masing-masing siklus tindakan terdiri dari dua kali pertemuan. Dengan menggunakan metode Pembelajaran kooperatif tipe STAD secara optimal, maka hasil belajar yang dicapai oleh siswa sangat memuaskan. Hasil belajar yang memuaskan mengindikasikan kenaikan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran IPA khususnya materi Lingkungan Sehat dan Lingkungan Tidak Sehat. Selama proses pembelajaran berlangsung, siswa sangat faham akan materi-materi yang didiskusikan bersama temannya melalui kerja kelompok, ini terbukti banyaknya siswa yang memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum lebih dari 50% selain itu nilai mata pelajaran IPA pada materi Lingkungan Sehat dan Tidak Sehat mengalami peningkatan yang signifikan. Dapat dilihat dari perbandingan grafik dan tabel dibawah ini:
Tabel 4.3 Rata-rata hasil belajar siswa siklus I Skor
Frekuensi Prosentase S x F
40
1
4
40
60
8
32
480
80
15
60
1200
100
1
4
100
Jumlah commit to user Skor rata-rata 1820:25 = 72,8 36
1820
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.4 Rata-rata hasil belajar siswa siklus I Skor
Frekuensi Prosentase S x F
60
7
28
420
80
14
56
1120
100
4
16
400
Jumlah
1940
Skor rata-rata 1940:25 = 77,6 Gb 3 Grafik Perbandingan Prasiklus, Siklus I dan siklus II
Sebelum menggunakan STAD
Siklus I
Siklus II
Berdasarkan data dalam tabel dan grafik diatas, dapat disimpulkan hasil belajar siswa pada siklus I mempunyai rata-rata72,8 dan hasil belajar pada siklus II rata-rata 77,6. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan metode pembelajaran kooperatif ti Student Teams Achivement Devision (STAD) pada materi Lingkungan Sehat dan Tidak Sehat mata pelajaran IPA kelas III SD Negeri Jenalas, Kecamatan Gemolong, Kabupaten Sragen dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
commit to user
37
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan Sebelum dilakukan PTK, Kondisi Belajar sekaligus Hasil Belajar siswa kelas III SD Negeri Jenalas, Kecamaatan Gemolong, Kabupaten Sragen pada palajaran IPA materi Lingkungan Sehat dan Tidak Sehat rata-rata masih dibawah KKM 24% siswa tuntas KKM dengan baik, 36% tuntas minimal dan 40% siswa belum tuntas. Hal ini dikarenakan beberapa faktor, yaitu :1) Metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru monoton, dengan guru sebagai pusat pemebaljaran dan terkesan monoton; 2) Siswa yang pintar kurang diberdayakan oleh guru untuk membantu kesulitan belajar teman sekelasnya (tutor sebaya); 3) Dalam proses pembelajaran siswa yang berprestasi kurang menonjol (mempunyai nilai dibawah KKM) cenderung pasif dan tidak aktif dalam pembelajaran; 4) Guru pernah menerapkan kerja kelompok tapi kurang efektif dan siswa yang tidak menonjol hanya menjadi ”penggembira” didalam kelompok. Berdasarkan kondisi inilah selanjutnya dilakukan Penelitian Tindakan Kelas. Pada Siklus I dilakukan pembelajaran dengan model STAD, namun berdasarkan hasil dari tindakan pertama diperoleh hasil yang belum maksimal. Hal ini dikarenakan kurang optimalnya penerapan model STAD dikarenakan siswa belum pernah belajar kelompok menggunakan metode ini sehingga masih bingung ketika menjalankan metode ini. Pada silus 1 hasil belajar siswa yang tuntas berjumlah 16 siswa dengan prosentase 64%%, sedangkan yang belum tuntas berjumlah 9 orang siswa (36%). Karena pada siklus pertama belum mendapatkan hasil yang optimal, maka dilanjutkan dengan siklus kedua. Pada siklus II, hasil belajar siswa sudah sangat memuaskan dengan hasil belajar naik dengan cukup signifikasn apabila dibandingkan dengan siklus II. Pada siklus II hasil balajar siswa yang tuntas sejumlah 18 siswa (72%) dan yang belum tuntas sejumlah 7 siswa (28%).
commit to user
38
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Saran Dengan memperhatikan kesimpulan diatas, dapat diketahui indikasi PTK lemah pada hasil belajar dan guru yang tidak varitif dalam mengembangkan metode pembelaran. Maka disampaikan saran sebagai berikut: 1. Guru seharusnya lebih variatif dalam mengembangkan metode pembelajaran sehingga siswa tidak bosan dan jenuh dengan pembelajaran dikelas. 2. Untuk meningkatkan hasil belajar IPA. Guru SD Negeri Jenalas diharapkan dapat mengembangkan kreativitas dan kerjasama siswa dalam menemukan konsep-konsep pelajaran IPA, sehingga keaktifan siswa dapat lebih ditingkatkan dan siswa tidak cepat bosan dalam menerima materi pelajaran. 3. Pembelajaran tidak harus dilakukan di dalam kelas saja. Siswa akan lebih fresh ketika proses pembelajaran sering dilakukan di luar kelas. 4. Siswa juga harus antusias dan proaktif mendukung guru untuk menciptakan metode-metode baru dalam pembelajaran.
commit to user
39