Upaya Mengurangi Kecemasan Menghadapi Ujian Melalui Konseling Rasional Emotif Teknik Relaksasi Pada Siswa Nasiatul Aisiyah (09220104) Mahasiswa Pendidikan Bimbingan dan Konseliing IKIP Veteran Semarang ABSTRAK Kecemasan merupakan suatu keadaan emosi yang tidak menyenangkan yang ditandai dengan perasaan tegang secara subjektif, keprihatinan dan kekhawatiran disertai dengan getaran susunan syaraf otonom dengan derajat yang berbeda-beda. Sumber kecemasan yang paling menonjol dan yang paling sering dialami siswa di sekolah selain kaitannya dengan guru yakni kekhawatiran mengalami kegagalan dalam ujian atau tes. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efektivitas konseling rasional emotif teknik relaksasi dalam mengurangi kecemasan menghadapi ujian siswa MA Taqwal Illah Semarang. Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan bimbingan dan konseling (PTBK). Hasil studi pendahuluan menunjukan bahwa konseling rasional emotif teknik relaksasi yang dilaksanakan di MA Taqwal Illah Semarang belum ideal. Kondisi ini menjadi salah satu penyebab tingginya tingkat kecemasan siswa dalam menghadapi ujian. Berdasarkan hasil studi pendahuluan, maka perlu dilaksanakan PTBK dengan menerapkan konseling rasional emotif teknik relaksasi untuk mengurangi kecemasan siswa dalam menghadapi ujian. Hasil pelaksanaan tindakan menunjukan kecemasan siswa menghadapi ujian mengalami penurunan. Rata-rata nilai pretest untuk tingkat kecemasan menghadapi ujian adalah 75,25. Nilai tersebut masuk pada kategori tinggi. Rata-rata skor posttest (setelah pelaksanaan tindakan) adalah 43,25.. Data ini menunjukan bahwa konseling rasional emotif teknik relaksasi efektif dalam mengurangi kecemasan menghadapi ujian siswa MA Taqwal Illah Semarang. Kata Kunci : konseling rasional emotif teknik relaksasi, siswa MA, kecemasan menghadapi
ujian PENDAHULUAN Kecemasan yang dialami siswa di sekolah bisa berbentuk kecemasan realistik, neurotik atau kecemasan moral. Di sekolah, banyak faktor pemicu timbulnya kecemasan pada diri siswa, yakni: (1) faktor penyebab timbulnya kecemasan yang berasal dari kurikulum; (2) kecemasan pada diri siswa yang bersumber dari faktor guru; (3) kecemasan pada siswa yang bersumber dari faktor manajemen sekolah. Sumber kecemasan yang paling menonjol yang paling banyak dialami siswa di sekolah selain hubungan dengan guru adalah kekhawatiran akan mengalami kegagalan dalam ujian atau tes. Berdasarkan hasil analisis kebutuhan melalui program check list pada awal tahun pelajaran untuk acuhan pembuatan program BK diketahui bahwa di MA Taqwal Illah Semarang yang memiliki jumlah siswa sebanyak 1057 siswa, masalah yang banyak dialami siswa adalah kecemasan. Dan presentase paling tinggi adalah kecemasan dalam menghadapi tes atau ujian, yakni sebanyak 450 siswa (39%). Mengingat kecemasan berdampak negatif terhadap pencapaian prestasi belajar dan kesehatan fisik atau mental siswa, maka perlu ada upaya-upaya tertentu untuk mencegah dan mengurangi kecemasan siswa di sekolah utamanya terkait dengan menghadapi ujian atau tes. Sekolah perlu 84
| JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
menyediakan layanan konseling bagi siswa yang mengalami kecemasan mengikuti tes atau ujian di sekolah. Layanan bimbingan dan konseling dapat dijadikan sebagai kekuatan inti di sekolah guna mencegah dan mengatasi kecemasan siswa. Konseling rasional emotif (KRE) merupakan salah satu pendekatan konseling yang menawarkan dimensi kognitif dan menantang klien menguji rasionalitasnya. Menilai dari beberapa uraian tersebut, maka KRE dipilih untuk membantu siswa dalam menurunkan tingkat kecemasan dalam menghadapi ujian atau tes. Konseling dengan pendekatan rasional emotif telah digunakan secara meluas untuk mengatasi atau menghilangkan berbagai gangguan emosional yang dapat merusak diri, seperti benci, takut, cemas, was-was sebagai akibat berpikir yang irasional dan melatih menghadapi kenyataan secara rasional. Terdapat berbagai teknik yang dipergunakan dalam KRE, diantaranya adalah disentisasi sistematis, pengkondisian instrumental, relaksasi dan modeling. Dalam penelitian ini peneliti akan mempergunakan teknik relaksasi. Menurut Pudjosuwarno (2003:90) teknik relaksasi tepat digunakan bila kondisi klien sedang berada dalam tahap pertentangan antara keyakinan yang irasional dan menimbulkan ketegangan. Dalam hal ini ketegangan yang dimaksud adalah ketegangan yang berlebihan yang dapat menimbulkan perilaku tidak tepat karena ketegangan dalam batas wajar adalah suatu gejala psikologis yang menunjukkan adanya keuntungan ke arah kemajuan dibandingkan hanya santai atau rileks saja dalam suatu kehidupan. Selain itu dengan melemasnya otot dalam relaksasi yang dapat mengurangi strukturisasi ketegangan tersebut dan individu dalam keadaan rileks secara otomatis akan mempermudah proses terjadinya pengubahan pola pikir yang tidak logis atau keyakinan yang irasional menjadi pola pikir yang rasional. Relaksasi dapat digunakan sebagai keterampilan copying yang aktif jika digunakan untuk mengajar individu kapan dan bagaimana menerapkan di bawah kondisi yang menimbulkan kecemasan. Berdasarkan pemaparan tersebut, peneliti berasumsi untuk memberikan bantuan konseling pada siswa yang mengalami kecemasan dalam menghadapi ujian atau tes dengan pendekatan rasional emotif yang selanjutnya disebut konseling rasional emotif dan dengan teknik relaksasi pada siswa MA Taqwal illah Semarang.
TINJAUAN PUSTAKA Kecemasan dalam Menghadapi Ujian a. Pengertian Kecemasan Lazaru dalam (Dewi, 2008:88) berpendapat bahwa kecemasan merupakan suatu keadaan atau kondisi emosi yang tidak menyenangkan dan merupakan pengalaman yang samar-samar ditandai dengan perasaan yang tidak berdaya dan tidak menentu. Pada umumnya kecemasan bersifat subjektif, yang ditandai dengan adanya perasaan tegang, khawatir, takut dan disertai adanya perubahan fisiologis, seperti banyak keringat, termor, mulut kering, jantung berdebar85
| JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
debar, perubahan pernafasan dan tekanan darah. Sedangkan May (dalam Boeree, 2008:88) mendefinisikan kecemasan sebagai ketidakjelasan perasaan yang dipancing oleh satu ancaman dimana eksistensi seorang individu merasa sangat terganggu sebagai sebuah diri. Lebih lanjut Hamalik (2004:54) menambahkan bahwa kecemasan merupakan keadaan psikologis dimana individu terus menerus berada dalam perasaan khawatir yang ditimbulkan adanya inner conflict. b. Macam-macam Kecemasan Freud dalam (Boeree, 2008:64) membagi kecemasan dalam tiga tipe, yakni sebagai berikut: 1) Kecemasan realistik, yaitu rasa takut terhadap ancaman atau bahaya-bahaya nyata yang ada di luar dunia atau lingkungannya. 2) Kecemasan neurotic, yakni rasa takut dari dalam individu yang menyebabkan dia berbuat sesuatu yang bisa membuatnya dihukum. 3) Kecemasan moral yaitu rasa takut terhadap suara hati (super ego). c. Gejala Kecemasan Siswa dalam Menghadapi Ujian Elliot (2000:124) menjelaskan bahwa siswa yang mengalami kecemasan mengikuti ujian atau tes dapat diidentifikasikan melalui gejala-gejala sebagai berikut: 1) Siswa memberikan respon yang tidak proporsional, seperti merasa takut menghadapi ujian atau tes, khawatir kepada pengawas ujian, tidak senang kepada teman. 2) Siswa bersikap apatis, pesimis, acuh tak acuh, murung dan merasa putus asa mengerjakan ujian atau tes. 3) Siswa merasa tertekan, tidak berdaya, kehilangan harapan dan tidak mampu rileks menghadapi ujian atau tes. 4) Siswa bertindak berbeda dengan karakter dasarnya pada saat ujian, seperti bertindak kaku padahal dia seorang yang luwes. 5) Siswa merasa bersalah, tidak mampu bekerja dengan baik, merasa dendam dan benci kepada seseorang jika menjawab ujian atau tes. 6) Siswa mengeluh tidak mampu menyelesaikan ujia atau tes dengan baik, menyesali diri, menganggap dirinya tidak berharga jika tidak mampu memenuhi standar hasil ujian atau tes yang diinginkan. Konseling Rasional Emotif dengan Teknik Relaksasi a. Konsep Pokok Konseling Rasional Emotif Konseling rasional emotif merupakan aliran psikoterapi yang berlandaskan bahwa manusia dilahirkan dengan potensi. Baik untuk berpikir rasional dan jujur maupun untuk berpikir irrasional dan jahat (Corey, 1990 dalam Nandang Rusmana, 2009:53). Menurut Ellis dalam (Nandang Rusmana, 2009:53) memandang bahwa manusia itu mempunyai sifat rasional dan irrasional. Konseling Rational-Emotif menekankan bahwa perilaku menyalahkan adalah merupakan inti dari sebagian besar gangguan emosional. Oleh karena itu untuk menemukan orang yang neurotik atau psikotik konselor harus menghentikan penyalahan diri dan penyalahan pada orang 86
| JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
lain yang ada pada orang tersebut (Corey dalam Nandang Rusmana, 2009:53). Menurut Corey, orang perlu belajar untuk menerima dirinya sendiri dengan semua kekurangannya. Oleh karena itu, untuk menyembuhkannya orang harus didorong untuk memiliki pemikiran-pemikiran yang objektif dan rasional terhadap perasaan-perasaan yang berkembang pada dirinya. Konsep konseling kelompok rasional emotif dikerangkakan dalam model A-B-C, dimana A adalah activating experiences atau pengalaman-pengalaman pemicu, seperti kesulitan-kesulitan keluarga, kendala-kendala pekerjaan, trauma-trauma masa kecil, dan hal-hal lain yang kita anggap sebagai penyebab ketidakbahagiaan. B adalah beliefs, yaitu keyakinan-keyakinan, terutama yang bersifat irasional dan merusak diri sendiri yang merupakan sumber ketidakbahagiaan kita. C adalah consequence, yaitu konsekuensi-konsekuensi berupa gejala neurotik dan emosi-emosi negatif seperti panik, dendam dan amarah karena depresi yang bersumber dari keyakinan-keyakinan kita yang keliru. b. Pengertian dan Peranan Teknik Relaksasi Atkinson et al (2008) mendefinisikan relaksasi adalah suatu prosedur dan teknik yang bertujuan untuk melawan pikiran negatif serta membantu individu bereaksi lebih adaptif terhadap gangguan emosi dengan belajar bagaimana caranya rileks. Sedangkan Cormier dan Cormier dalam (Atkinson et al, 2008) menguatkan pendapat tersebut dengan menambahkan bahwa relaksasi sebagai usaha mengajari seorang untuk rileks, dengan menjadikan itu sadar tentang perasaan-perasaan tegang dan perasaan-perasaan rileks kelompok-kelompok otot utama seperti tangan, muka, leher, dada, bahu, punggung, perut, dan kaki. Dengan cara itu seseorang akan mengalami dan menyadari tentang perasaan-perasaan tersebut untuk beberapa saat lamanya. Dengan adanya perubahan perasaan tegang ke perasaan rileks tersebut, dapat mempengaruhi tekanan darah seseorang, kecepatan denyut jantung, kecepatan pernapasan dan juga dapat mempengaruhi proses-proses di dalam tubuh serta cara-cara seseorang berbuat atau merespon secara lahiriah. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, teknik relaksasi sebagai salah satu sub bab teknik counter conditioning dalam konseling dengan pendekatan rasional emotif dipilih dalam penelitian ini sebagai usaha untuk mengurangi kecemasan siswa dalam menghadapi ujian. Teknik ini digunakan untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah terkait akar-akar keyakinan irasional dan ilogis yang menimbulkan kecemasan dan ketegangan dalam diri klien sehingga pada akhirnya klien atau siswa dapat dilatih untuk berpikir rasional dan logis melalui latihan relaksasi. Peranan konselor yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagi penasihat dan pelatih, sedangkan klien atau siswa berpartisipasi aktif dalam latihan relaksasi. c. Langkah-langkah Pelaksanaan Konseling Rasional Emotif Suherman (2008:325) mengemukakan 4 langkah dalam proses konseling rasional emotif teknik relaksasi, yaitu sebagai berikut:
87
| JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
1) Langkah I: menunjukkan kepada konseli bahwa mereka tidak logis, membantu individu memahami bagaimana dan mengapa mereka menjadi demikian, dan mendemonstrasikan hubungan irrasional mereka yang menjadi sumber ketidakbahagiaan dan gangguan emosional. 2) Langkah II: konseling rasional emotif teknik relaksasi berjalan dengan menunjukkan konseli bahwa mereka memelihara gangguan dengan terus berpikir tidak logis. 3) Langkah III: mengubah cara berpikir individu dan meninggalkan ide-ide irasionalnya. 4) Langkah IV: menggunakan ide-ide tidak logis yang lebih khusus dan mempertimbangkan ideide irrasional yang lebih umum bersama-sama dengan filosofi yang lebih rasional, sehingga konseli dapat terhindar dari kepercayaan-kepercayaan dan ide-ide irrasionalnya.
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan bimbingan dan konseling (PTBK). Pada dasarnya pemahaman terhadap PTBK dapat diperoleh lewat telaah definisi PTK yang dikemukakan oleh para ahli (Sukiman, 2011:138). Asumsi Sukiman tersebut menandakan jika konsep dasar pelaksanaan PTBK adalah sama dengan PTK, yakni melewati empat tahapan berupa perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi, dimana keempat tahapan tersebut dinamakan siklus. Subjek Penelitian Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa yang mempunyai masalah kecemasan dalam menghadapi ujian. Peneliti mengambil 8 siswa sebagai subjek penelitian. Pengambilan subjek penelitian berdasarkan kriteria siswa yang memiliki masalah kecemasan dalam menghadapi ujian. Metode dan Alat Pengumpulan Data Instrumen Pedoman observasi
Tujuan Analisis Mengetahui pelaksanaan tindakan (konseling Deskriptif rasional emotif teknik relaksasi). kualitatif
Skala kecemasan menghadapi ujian
Untuk mengetahui tingkat kecemasan Deskriptif menghadapi ujian siswa, sebelum dan sesudah kuantitatif diberi tindakan.
Teknik Analisis Data Analisis data dalam penelitian merupakan tahapan yang sangat penting karena data yang diperoleh akan dijabarkan sampai akhirnya dapat untuk disimpulkan. Teknik analisis data yang digunakan peneliti ada dua jenis, yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Analisis data kuantitatif digunakan untuk mengetahui seberapa besar penurunan kecemasan menghadapi ujian pada siswa. Data kualitatif digunakan untuk mengetahui proses pelaksanaan tindakan.
88
| JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
HASIL PENELITIAN 1. Tingkat Kecemasan Menghadapi Ujian Sebelum Pelaksanaan Tindakan No.
Subjek
Skor
Kategori
1
UA
80
Tinggi
2
EM
78
Tinggi
3
RB
76
Tinggi
4
MF
81
Tinggi
5
AS
68
Sedang
6
AW
74
Tinggi
7
KL
70
Sedang
8
WH
75
Tinggi
75,25
Tinggi
Rata-rata
Dari tabel di atas terlihat jika siswa yang terpilih menjadi subjek penelitian rata-rata nilai pretest untuk tingkat kecemasan menghadapi ujian adalah 75,25. Nilai tersebut masuk pada kategori tinggi. Ini artinya tingkat kecemasan subjek penelitian dalam menghadapi ujian adalah tinggi. Hasil pretest ini selaras dengan kriteria yang digunakan oleh peneliti, guru BK, dan guru mapel dalam memilih subjek penelitian. 2. Pelaksanaan Tindakan: KRE Teknik Relaksasi Tidakan dilaksanakan dalam setting kelompok dengan mengacu pada konsep dari Sukiman (2011:149) dan ditambah teori tentang langkah pelaksanaan konseling rasional emotif dari Uman Suherman ((2008:325) maka dalam proses pelaksanaan penelitian, peneliti melaksanakan 4 tahapan layanan kelompok. Peneliti membagi tindakan dalam 2 siklus. Siklus yang pertama, peneliti membuat 2 kali pertemuan. Materi yang disampaikan merupakan dasar dari konseling RET, yakni: (1) pembinaan hubungan; dan (2) pemahaman akan ABC-DE. Hal ini perlu ditekankan agar anggota kelompok memahami dengan baik tentang hakikat, manfaat, dan tujuan dari konseling rasional emotif teknik relaksasi. Selanjutnya peneliti melaksanakan siklus 2 yang merupakan kelanjutan dari siklus 1. Artinya bahwa di siklus 2 peneliti tidak melaksanakan kegiatan yang sudah dilaksanakan di siklus 1, akan tetapi peneliti akan mempraktikan teknik relaksasi dalam RET untuk mengatasi kecemasan menghadapi ujian. Di siklus yang ke-2 peneliti akan melaksanakan pertemuan sebanyak 3 kali agar hasil yang dicapai bisa optimal.
89
| JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
3. Hasil Siklus 1 a. Hasil Observasi Tahapan Pembentukan
Peralihan
Pertemuan 1 1) Pemimpin kelompok sudah bisa menerima anggota kelompok dengan terbuka dan baik. 2) Pemimpin kelompok terlalu terburu-buru dalam menjelaskan tujuan kegaiatan. 3) Anggota kelompok masih canggung/ragu karena belum mengenal pemimpin kelompok sebelumnya. 1) Anggota kelompok masih tampak ragu untuk melanjutkan ke kegiatan selanjutnya. 2) Pemimpin kelompok menunjukan empati dengan baik.
Kegiatan
Anggota kelompok masih ragu dan canggung dalam menyampaikan pendapatnya. Mereka merasa kurang yakin dengan apa yang disampaikan.
Pengakhiran
Anggota kelompok sudah mulai aktif dalam kegiatan. Mereka sudah mau tersenyum, bergurau. Hal itu menandakan jika interaksi sosial di dalam kelompok semakin baik.
Pertemuan 2 1) Situasi lebih kondusif, tidak kaku lagi. Anggota kelompok sudah mau bersikap terbuka terhadap pemimpin kelompok. 2) Keakraban antar anggota kelompok juga meningkat. 3) Pemimpin kelompok bisa lebih santai dalam memberi penjelasan tentang tujuan kegiatan. 1) Anggota kelompok sudah merasa yakin untuk mengikuti kegiatan lanjutan. Mereka tampak lebih bersemangat. 2) Pemimpin kelompok tetap bersikap terbuka dan empati terhadap anggota kelompok. Anggota kelompok lebih yakin dalam berpendapat. Cara mereka berkomunikasi juga semakin lancar, walaupun apa yang disampaikan terkadang kurang sesuai dengan topik bahasan. Ada rasa keengganan untuk mengakhiri kegiatan karena topik yang dibahas masih belum sepenuhnya tuntas. Ada beberapa hal yang masih ingin disampaikan oleh anggota kelompok.
b. Refleksi 1) Proses pelaksanaan tindakan pada dasarnya sudah berjalan sesuai dengan perencanaan. Akan tetapi di pertemuan yang pertama peran serta dari anggota kelompok kurang optimal. Penyebabnya karena pemimpin kelompok terlalu tergesa-gesa dalam menjelaskan maksud dan
tujuan diadakannya kegiatan. Selain itu, waktu yang terlalu siang dan tidak
disediakannya konsumsi bagi anggota kelompok juga membuat mereka merasa jenuh sehingga mengurangi semangat untuk mengikuti kegiatan layanan.
90
| JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
2) Pemberian permainan di tahap pembentukan bisa menumbuhkan keakraban antara pemimpin dan anggota kelompok. 3) Sikap empati, terbuka, dan penuh perhatian yang diberikan oleh pemimpin kelompok mampu membuat anggota kelompok merasa nyaman dan senang dalam mengikuti kegiatan layanan sehingga pada pertemuan yang ke-2 mereka lebih menunjukan peran aktifnya. 4. Hasil Siklus 2 a. Hasil Observasi Tahapan Pembentukan
Peralihan
Kegiatan
Pengakhiran
91
Pertemuan 3 Situasi lebih kondusif, tidak kaku lagi. Anggota kelompok sudah mau bersikap terbuka terhadap pemimpin kelompok. Anggota kelompok sudah merasa yakin untuk mengikuti kegiatan lanjutan. Mereka tampak lebih bersemangat. Anggota kelompok lebih yakin dalam berpendapat. Cara mereka berkomunikasi juga semakin lancar, walaupun apa yang disampaikan terkadang kurang sesuai dengan topik bahasan.
Pertemuan 4 Pemimpin dan anggota kelompok bisa berinteraksi dengan baik.
Pertemuan 5 Interaksi antara pemimpin dan anggota kelompok semakin baik.
Anggota kelompok sudah merasa yakin untuk mengikuti kegiatan lanjutan. Mereka tampak lebih bersemangat.
Ada rasa keengganan untuk mengakhiri kegiatan karena topik yang dibahas masih belum sepenuhnya tuntas. Ada beberapa hal yang masih ingin
Ada rasa keengganan untuk mengakhiri kegiatan karena topik yang dibahas masih belum sepenuhnya tuntas. Ada beberapa hal yang masih ingin disampaikan oleh
Anggota kelompok sudah merasa yakin untuk mengikuti kegiatan lanjutan. Mereka tampak lebih bersemangat. Anggota kelompok lebih yakin dalam berpendapat. Cara mereka berkomunikasi juga semakin lancar, walaupun apa yang disampaikan terkadang kurang sesuai dengan topik bahasan. Mereka bisa melaksanakan relaksasi dengan baik. Ada rasa keengganan untuk mengakhiri kegiatan karena topik yang dibahas masih belum sepenuhnya tuntas. Ada beberapa hal yang masih ingin
Anggota kelompok lebih yakin dalam berpendapat. Cara mereka berkomunikasi juga semakin lancar, walaupun apa yang disampaikan terkadang kurang sesuai dengan topik bahasan. Mereka bisa melaksanakan relaksasi dengan baik.
| JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
disampaikan oleh anggota kelompok.
anggota kelompok.
disampaikan oleh anggota kelompok.
b. Hasil Skala Kecemasan Menghadapi Ujian Setelah Pelaksanaan Siklus 2 No.
Subjek
Skor
Kategori
1
UA
40
Kurang
2
EM
38
Rendah
3
RB
52
Kurang
4
MF
54
Kurang
5
AS
50
Kurang
6
AW
42
Kurang
7
KL
36
Rendah
8
WH
34
Rendah
43,25
Kurang
Rata-rata
Berdasarkan tabel di atas, siswa yang menjadi anggota kelompok ada 5 yang kecemasan menghadapi ujiannya berada pada kategori kurang, da nada 3 anggota kelompok yang tingkat kecemasan menghadapi ujiannya rendah. Secara rata-rata skor posttest adalah 43,25. Ini berarti kondisi rata-rata kecemasan menghadapi ujian pada anggota kelompok setelah pelaksanaan konseling rasional emotif mengalami penurunan dari 75,25 menjadi 43,25. Penurunan yang terjadi sebesar 32. Hasil tersebut menunjukan bahwa layanan konseling rasional emotif teknik relaksasi efektif untuk menurunkan kecemasan menghadapi ujian pada siswa di MA Taqwal Illah Semarang. c. Refleksi 1) Proses pelaksanaan tindakan sudah berjalan sesuai dengan perencanaan. Pemimpin dan anggota kelompok melaksanakan peran dan fungsinya secara optimal sehingga dinamika dalam kelompok bisa tercipta dengan baik. 2) Pemberian permainan di tahap pembentukan bisa menumbuhkan keakraban antara pemimpin dan anggota kelompok. 3) Sikap empati, terbuka, dan penuh perhatian yang diberikan oleh pemimpin kelompok mampu membuat anggota kelompok merasa nyaman dan senang dalam mengikuti kegiatan layanan. 4) Layanan konseling rasional emotif teknik relaksasi mampu megurangi tingkat kecemasan siswa yang menjadi anggota kelompok. hal ini dibuktikan dengam perolehan skor posttest yang lebih rendah dari skor pretest untuk skala kecemasan menghadapi ujian.
92
| JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
KESIMPULAN a. Rata-rata tingkat kecemasan menghadapi ujian siswa di MA Taqwal Illah Semarang sebelum diberi layanan konseling rasional emotif adalah 75,25. Skor rata-rata tersebut termasuk kategori tinggi. Ini artinya sebelum diberi layanan konseling rasional emotif rata-rata tingkat kecemasan menghadapi ujian siswa adalah tinggi. b. Layanan konseling rasional emotif teknik relaksasi dilaksanakan dalam 2 siklus. Pada siklus pertama ada 2 pertemuan, dan siklus 2 ada 3 kali pertemuan. Prosedur yang dikembangkan dalam tindakan melewati 4 tahapan layanan kelompok yang sudah baku, yakni tahap pembentukan, tahap peralihan, tahap kegiatan, dan tahap pengakhiran. c. Rata-rata tingkat kecemasan menghadapi ujian setelah diberi layanan konseling rasional emotif teknik relaksasi adalah 43,25. Skor rata-rata tersebut termasuk kategori kurang. Ini artinya setelah diberi layanan konseling rasional emotif teknik relaksasi rata-rata tingkat kecemasan menghadapi ujian siswa adalah kurang.
DAFTAR PUSTAKA
Boeree. 2008. Personality Theories. Melacak Kepribadian Anda Bersama Psikolog Dunia. Diterjemahkan oleh Inyiak Ridwan Muzir. Yogyakarta: Prisma Sophie. I. Dewi. 2008. Anxiety Order: Dapat Dialam Pula oleh Anak dan Remaja. 20 Desember 2012 [www.kabarindonesia.com]. Nandang Rusmana. 2009. Bimbingan dan Konseling Kelompok di Sekolah. Bandung: Rizqi Press. Rita Atkinson et al. 2008. Pengantar Psikologi. (11th ed). Diterjemahkan oleh Dr. Wijayakusuma. Batam: Interaksara. S. N Elliott et al. 2000. Educational Psychology: Effective Teaching, Effective Learning (3rd ed). Boston: The McGraw-Hill Book Company. S. Pudjosuwarno 2003. Berbagai Pendekatan dalam Konseling. Jakarta: Menara Mas Offset. Uman Suherman. 2008. Konseling Karir Sepanjang Rentang Kehidupan. Bandung: Sekolah Pascasarjana UPI.
93
| JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING