PENURUNAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI UJIAN SEMESTER MELALUI TEKNIK DESENSITISASI SISTEMATIS PADA SISWA KELAS X DI SMA N 1 PLERET
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Hadiya Risyadi NIM 11104244051
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JANUARI 2016
ii
iii
iv
MOTTO
Musuh yang paling berbahaya di atas dunia ini adalah penakut dan bimbang. Teman yang paling setia, hanyalah keberanian dan keyakinan yang teguh (Andrew Jackson)
Janganlah hidup dalam kecemasan karena hanya akan membuatmu takut untuk maju dan berhasil (Hadiya Risyadi)
v
PERSEMBAHAN
Persembahan karyaku sebagai tanda kasihku kepada Bapak (Alm. Suparman) dan Ibuku (Umayah) tercinta atas segala kasih sayang, cinta, pengorbanan, dan doa yang selalu dipanjatkan, semoga Allah senantiasa memberikan rahmat serta kebahagiaan untuk keluarga ini. Kakak-kakakku (Risdianto dan Dede Wahyudi) tersayang, terima kasih atas dorongan semangat serta canda dan tawa. Almamaterku Universitas Negeri Yogyakarta. Agama, Nusa, dan Bangsa.
vi
PENURUNAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI UJIAN SEMESTER MELALUI TEKNIK DESENSITISASI SISTEMATIS PADA SISWA KELAS X DI SMA N 1 PLERET Oleh Hadiya Risyadi NIM 11104244051 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuipenurunan tingkat kecemasan siswa kelas X dalam menghadapi Ujian Semester di SMA N 1 Pleret dan prosesnya melalui teknik desensitisasi sistematis. Penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan (action research) dengan pendekatan kuantitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah lima siswa kelas X.1 SMA N 1 Pleret yang mempunyai kecemasan dalam menghadapi Ujian Semester kategori tinggi. Data penelitian ini diperoleh dengan menggunakan Skala Kecemasan dan pedoman observasi. Uji validitas instrumen menggunakan validitas logis dengan expert judgement, sedangkan uji skala realibilitas instrumen menggunakan rumus Alpha Cronbach dan diperoleh koefisien reliabilitas skala kecemasan sebesar 0,877. Untuk mengetahui adanya penurunan kecemasan dalam menghadapi Ujian Semester melalui teknik desensitisasi sistematis digunakan analisis deskriptif kuantitatif dengan kriteria keberhasilan sedang sampai dengan rendah dan uji wilcoxon. Hasil penelitian ini yaitu: 1) kecemasan siswa dapat diturunkan melalui teknik desensitisasi sistematis. Penurunan kecemasan siswa dibuktikan dengan perolehan rata-rata pre-test sebesar 126,6 atau kategori tinggi menjadi 99,2 atau kategori rendah setelah post-test. 2) Proses menurunkan kecemasan melalui teknik desensitisasi sistematis yaitu dengan mengidentifikasi kondisi yang menyebabkan kecemasan, kemudian mengubahnya dengan kondisi yang lebih nyaman melalui relaksasi dengan proses berulang-ulang dengan tujuan melawan kondisi kecemasan, sehingga membuat kecemasan sedikit demi sedikit menurun atau bahkan sampai tidak mengalami kecemasan lagi Kata kunci : kecemasan, ujian semester, desensitisasi sistematis
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan karena bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini perkenankanlah peneliti mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada yang terhormat: 1. Rektor
Universitas Negeri Yogyakarta,
yang telah memberikan
kesempatan untuk menempuh pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta. 2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan izin untuk mengadakan penelitian, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. 3. Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan yang telah menerima dan menyetujui judul penelitian ini. 4. Ibu Yulia Ayriza, M. Si. Ph. D. Dosen pembimbing yang penuh dengan kesabaran dalam memberikan bimbingan, motivasi, dan dorongan yang tiada henti-hentinya. 5. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan yang telah memberikan ilmu pengetahuan selama masa studi peneliti.
viii
6. Bapak Drs Imam Nurrohmat kepala sekolah SMA N 1 Pleret Bantul Yogyakarta yang telah memberikan izin penelitian sehingga peneliti dapat melakukan penelitian di SMA N 1 Pleret Bantul Yogyakarta. 7. Bapak Drs. Rusdiyanto dan Ibu Siti Qomariyah S. Pd guru bimbingan dan konseling SMA N 1 Pleret Bantul Yogyakarta yang telah banyak membantu pelaksanaan penelitian. 8. Siswa-siswi SMA N 1 Pleret Bantul Yogyakarta atas kesediaannya membantu dalam pelaksanaan penelitian. 9. Sahabatku tersayang Rully, Denny, Febrian, Zahrul, Kristianti, Dafid, dan semua teman-teman BK A 2011 yang tiada henti memberikan semangat, dorongan, dan motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. 10. Kekasih tercinta yang selalu mendoakan serta memberikan perhatian, pengertian,
kesabaran, dan dukungan semangat, terutama disaat
penyusunan skripsi ini. 11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang sudah memberikan bantuan dan dukungan demi terselesaikannya skripsi ini. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan masukan berupa saran dan kritik yang membangun dari pembaca. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca. Yogyakarta, 18 Oktober 2015 Peneliti
ix
DAFTAR ISI
hal HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. ii HALAMAN PERNYATAAN............................................................................. iii HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... .
iv
HALAMAN MOTTO .......................................................................................... v HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... vi ABSTRAK ........................................................................................................ vii KATA PENGANTAR ...................................................................................... viii DAFTAR ISI ....................................................................................................... x DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiv DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xv
BAB IPENDAHULUAN A. Latar Belakang ................................................................................................ 1 B. Identifikasi Masalah ........................................................................................ 9 C. Batasan Masalah............................................................................................ 10 D. Rumusan Masalah ......................................................................................... 10 E. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 11 F. Manfaat Penelitian......................................................................................... 10 G. Definisi Operasional ...................................................................................... 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori Mengenai Kecemasan ............................................................... 14 1. Pengertian Kecemasan ............................................................................. 14 2. Pengertian Kecemasan Menghadapi Ujian Semester ................................ 16 3. Ciri-ciri Kecemasan ................................................................................. 17 4. Faktor-faktor Penyebab Kecemasan ......................................................... 19
x
5. Jenis-jenis Kecemasan ............................................................................. 22 6. Gangguan Kecemasan ............................................................................. 25 7. Dampak Kecemasan ................................................................................ 27 8. Penanggulangan Kecemasan .................................................................... 29 B. Kajian Teori Mengenai Teknik Desensitisasi Sistematis ................................ 31 1. Pengertian Teknik Desensitisasi Sistematis .............................................. 31 2. Tujuan dan Manfaat Teknik Desensitisasi Sistematis ............................... 33 3. Tahapan Pelaksanaan Teknik Desensitisasi Sistematis ............................. 35 4. Kelebihan dan Kekurangan Teknik Desensitisasi Sistematis .................... 38 C. Teknik Desensitisasi Sistematis untuk Menurunkan Tingkat Kecemasan dalam Menghadapi Ujian Semester................................................................ 39 D. Kerangka Pikir .............................................................................................. 42 E. Hipotesis Tindakan ........................................................................................ 44 F. Pertanyaan Penelitian .................................................................................... 45 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian .................................................................................... 46 B. Subjek Penelitian ........................................................................................... 47 C. Variabel Penelitian ........................................................................................ 48 D. Tempat, Waktu, dan Setting Penelitian .......................................................... 49 E. Desain Penelitian ........................................................................................... 50 F. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................ 52 1. Kuesioner ................................................................................................ 52 2. Observasi................................................................................................. 53 G. Instrumen Penelitian ...................................................................................... 53 1. Skala Kecemasan ..................................................................................... 54 2. Pedoman Observasi ................................................................................. 59 H. Rencana Tindakan ......................................................................................... 60 1. Pra Tindakan ........................................................................................... 60 2. Rancangan Tindakan ............................................................................... 61 3. Observasi................................................................................................. 65 4. Refleksi ................................................................................................... 65
xi
I. Validitas dan Reliabilitas Instrumen .............................................................. 66 1. Uji Validitas Instrumen............................................................................ 66 2. Uji Realibilitas Instrumen ........................................................................ 68 J. Teknik Analisis Data ..................................................................................... 69 K. Kriteria Keberhasilan .................................................................................... 71 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................................ 72 1. Tempat Penelitian .................................................................................... 72 2. Waktu Penelitian ..................................................................................... 73 B. Subjek Penelitian ........................................................................................... 75 C. Pra Tindakan ................................................................................................. 76 D. Hasil Pelaksanaan Tindakan .......................................................................... 79 1. Perencanaan ............................................................................................ 79 2. Tindakan ................................................................................................. 80 3. Hasil Tindakan ........................................................................................ 94 4. Refleksi dan Evaluasi .............................................................................. 97 E. Pengujian Hipotesis Wilcoxon Match Pairs Test ............................................ 99 F. Pembahasan Hasil Data ............................................................................... 101 G. Keterbatasan dan Kelemahan Penelitian ...................................................... 106 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ................................................................................................. 107 B. Saran ........................................................................................................... 108 Daftar Pustaka ................................................................................................. 109 Lampiran ......................................................................................................... 112
xii
DAFTAR TABEL
hal Tabel 1.Kisi-kisi Skala Kecemasan Menghadapi Ujian Semester ....................... 56 Tabel 2.
Penskoran Aitem .............................................................................. 58
Tabel 3.
Kisi-kisi Pedoman Observasi ............................................................ 60
Tabel 4.
Rangkuman Aitem Gugur dan Sahih................................................. 67
Tabel 5.
Kategorisasi Kecemasan ................................................................... 70
Tabel 6.
Kegiatan Pemberian Tindakan .......................................................... 73
Tabel 7.
Hasil Pre-test Kelas X. 1 .................................................................. 78
Tabel 8.
Data Penurunan Skor Kecemasan Siswa ........................................... 96
Tabel 9.
Tabel kerja Uji Wilcoxon .................................................................. 99
xiii
DAFTAR GAMBAR
hal
Gambar 1.
Pengaruh Desensitisasi Sistematis Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan ....................................................................... 49
Gambar 2.
Proses Dasar Penelitian Tindakan dimodifikasi dari Burns ............ 51
Gambar 3.
Skema Penurunan Kecemasan Siswa dalam Menghadapi Ujian Semester ........................................................................................ 52
Gambar 4.
Hasil Pre-test Kelas X.1 ................................................................ 78
Gambar 5.
Penurunan Kecemasan Siswa Menghadapi Ujian Semester ............ 97
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
hal Lampiran 1
Uji Coba Skala Kecemasan..................................................... 112
Lampiran 2
Rekapitulasi Uji Coba Skala Kecemasan ................................ 119
Lampiran 3
Skala Kecemasan ................................................................... 127
Lampiran 4
Hasil Uji Pre-test .................................................................... 133
Lampiran 5
Daftar Hadir ........................................................................... 138
Lampiran 6
Lembar Persetujuan ................................................................ 140
Lampiran 7
Daftar Pengkondisian ............................................................. 142
Lampiran 8
Daftar Identifikasi Hirarki Kecemasan .................................... 144
Lampiran 9
Hasil Uji Post-test .................................................................. 146
Lampiran 10
Surat Izin Penelitian ............................................................... 148
xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah sebuah perhiasan dalam kemakmuran dan tempat bernaung dalam kesengsaraan. Pendidikan bukanlah persiapan hidup karena pendidikan adalah hidup itu sendiri. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan, hal ini berarti bahwa setiap manusia berhak untuk mendapatkannya dan diharapkan untuk selalu berkembang di dalamnya. Dunia pendidikan diperlukan untuk mempersiapkan generasi muda agar menjadi sumber daya manusia yang mampu bersaing dalam era persaingan bebas. Melalui pendidikan, taraf hidup suatu bangsa akan meningkat, karena dengan pendidikan dapat meningkatkan kualitas serta mengembangkan potensi sumber daya manusia. Seperti yang tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003, bahwa tujuan Pendidikan Nasional adalah untuk mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Depdiknas, 2003). Dalam dunia yang kompetitif saat ini, tidak bijaksana apabila mengabaikan pentingnya pendidikan untuk pengembangan masyarakat secara keseluruhan. Meningkatkan mutu pendidikan adalah jawaban dan suatu keharusan yang dilakukan untuk menciptakan sumber daya manusia yang lebih berkualitas dan berdaya saing. Guna meningkatkan mutu pendidikan
1
maka diadakan perbaikan dan peningkatan dalam standarisasi sistem pendidikan yang sudah ada, dengan disesuaikan perkembangan yang terjadi. Penyelenggaraan Ujian Nasional merupakan bentuk evaluasi guna meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia yang dilakukan pemerintah serta dijadikan sebagai salah satu penentu kelulusan dan dasar keberlanjutan pendidikan siswa ke jenjang berikutnya. Pada Permendikbud No. 144 Tahun 2014 tentang kriteria kelulusan siswa dalam Bab I bagian V, menjelaskan Ujian Nasional yang selanjutnya disebut UN adalah kegiatan pengukuran dan penilaian pencapaian standar kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu (Kemdiknas, 2014). Pelaksanaan Ujian Nasional pada beberapa tahun terakhir selalu penuh dengan kontroversial yang menimbulkan pro dan kontra di dunia pendidikan. Pro dan kontra timbul karena nilai UN dijadikan satu-satunya penentu kelulusan siswa. Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar Menengah Anies Baswedan mengungkapkan bahwa pemerintah tidak akan menghapus Ujian Nasional, namun hasil Ujian Nasional tidak jadi tolok ukur kelulusan, Ujian Nasional 2014/2015 hanya dijadikan pemetaan pemerataan kualitas pendidikan nasional (Kompasiana, 2014). Sebagai upaya untuk mengurangi polemik tentang pengadaan Ujian Nasional pada tahun ajaran 2014/2015 Pemerintah dan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) menggunakan formula baru yang tertuang dalam Permendikbud No. 144 Tahun 2014 berkenaan kriteria kelulusan Ujian Nasional atau penyelenggaraan Ujian Nasional. Kriteria kelulusan siswa
2
untuk Ujian Nasional SMA/MA/SMALB/SMK/MAK adalahnilai akhir setiap mata pelajaran yang di Ujian Nasional-kan paling rendah 4,0 dan rata-rata nilai akhir untuk semua mata pelajaran paling rendah 5,5. Sistem penghitungan nilai sebagai penilaian kelulusan adalah 50% nilai sekolah + 50% nilai Ujian Nasional. 50% nilai sekolah terdiri dari 70% Nilai Rapor + 30% Nilai Ujian Sekolah. Perbedaan yang paling mencolok adalah kelulusan tidak hanya ditentukan dari nilai Ujian Nasional saja seperti tahun-tahun sebelumnya, tetapi ditentukan juga oleh nilai sekolah. Nilai sekolah ini ialah nilai gabungan antara nilai Ujian Sekolah dengan Nilai rata-rata rapor. Pada tahun ajaran 2013/2014, pengumuman hasil Ujian Nasional yang mana tes sudah dilaksanakan pada tanggal 14-16 April 2014, pada tahun ajaran tersebut tercatat tingkat kelulusan Ujian Nasional jenjang SMA/MA mencapai 99,52% dari total peserta Ujian Nasional SMA/MA yang berjumlah 1.632.757 siswa, sebanyak 7.811 (0,48%) dinyatakan tidak lulus (Aktual Post, 20 Mei 2014). Pada tahun ajaran 2014/2015, dengan menggunakan formula baru diharapkan lebih meningkatkan lagi kelulusan siswa dalam Ujian Nasional. Keberhasilan pada peningkatan kelulusan siswa SMA yang hampir merata di berbagai daerah dengan menggunakan formula baru ternyata menimbulkan sebuah sumber ketakutan dan presepsi-prespsi baru yang negatif bagi siswa terhadap Ujian Semester. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap beberapa siswa SMA, hal itu diakui siswa setelah mereka
3
mengetahui sistem kelulusan yang baru.Ketakutan siswa dalam menghadapi Ujian Semester semakin besar, hal ini diakeranakan bagi siswa saat ini nilai dari Ujian Semester menjadi memiliki peran yang lebih penting lagi, selain sebagai penentu kenaikan kelas juga dijadikan sebagai salah satu penentu kelulusan siswa. Mendapatkan nilai terbaik di Ujian Nasional saat ini belum dapat menyelamatkan siswa untuk lulus sekolah, sehingga siswa harus lebih sungguh-sungguh dalam mengerjakan soal-soal Ujian Semester apabila ingin lulus sekolah. Perasaan takut serta memiliki presepsi negatif terhadap Ujian Semester itu dapat disebut sebagai kecemasan dalam menghadapi Ujian Semester. Hal ini diperkuat berdasarkan hasil penelitian kecemasan menghadapi Ujian Semester yang dilakukan oleh I Gede Tresna (2011: 103) menyatakan bahwa kecemasan menghadapi Ujian Semester dipicu oleh kondisi pikiran, perasaan dan perilaku motorik yang tidak terkendali. Manifestasi kognitif yang tidak terkendali menyebabkan kondisi menjadi tegang, manifestasi afektif yang tidak terkendali mengakibatkan timbulnya perasaan akan terjadinya hal buruk, dan perilaku motorik yang tidak terkendali menyebabkan siswa menjadi gugup dan gemetar saat menghadapi Ujian Semester. Sebuah penelitian oleh Ayu Kurnia Sari (2012: 2) menyatakan bahwa di sekolah, banyak sekali faktor pemicu timbulnya kecemasan pada diri siswa. Target kurikulum yang terlalu tinggi, iklim pembelajaran yang kompetitif, pemberian tugas yang sangat padat, serta sistem penilaian yang ketat merupakan faktor penyebab timbulnya kecemasan yang bersumber dari
4
faktor kurikulum, sedangkan faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang menimbulkan kecemasan adalah, bahwa siswa memersepsikan kondisi atau situasi yang akan dihadapinya tersebut dirasa sulit untuk menyelesaikannya. Berdasarkan hasil dari penelitian-penelitian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa Ujian Semester menjadi salah satu penyebab timbulnya kecemasan pada siswa. Perasaan takut serta memiliki persepsi yang negatif terhadap Ujian Semester itu dapat disebut sebagai kecemasan dalam menghadapi Ujian Semester. Kecemasan menghadapi Ujian Semester tampak terjadi di SMA N 1 Pleret. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bimbingan dan konseling di SMA N 1 Pleret, siswa kelas X mengalami kecemasan dalam menghadapi Ujian Semester.erdasarkan hasil pengamatan, kecemasan tampak terjadi pada siswa kelas X.1 di SMA Negeri 1 Pleret, apabila tidak mendapat penanganan, maka siswa yang mengalami kecemasan akan menjadi semakin parah, sehingga dapat berdampak negatif pada dirinya. Siswa kelas X.1 yang mengalami kecemasan dalam menghadapi Ujian Semester itu terlihat dari reaksi fisik mereka yang terlihat gugup dan tegang ketika sedang menghadapi Ujian Semester. Menanggapi permasalahan tersebut dan terkait dengan kewajiban konselor sekolah, maka sudah tentunya dibutuhkan model konseling yang efektif untuk menurunkan tingkat
kecemasan siswa tersebut yang
penyebabnya sangat variatif., maka dari itu guru bimbingan dan konseling dan peneliti sepakat untuk melakukan sebuah action research dengan teknik
5
desensitisasi sistematis ini untuk menurunkan tingkat kecemasan siswa dalam menghadapi Ujian Semester. Berdasarkan wawancara langsung dengan guru bimbingan dan konseling serta siswa SMA N 1 Pleret didapatkan informasi bahwa di SMA N 1 Pleret ini memang belum mendapatkan layanan bimbingan dan konseling secara maksimal. Hal ini dikarenakan dengan tidak adanya jam bimbingan konseling klasikal, sehingga guru bimbingan dan konseling hanya masuk kelas setiap ada jam kosong sebagai pengganti saja, namun itupun masih dirasa tidak efektif. Keadaan ini tentu saja membuat siswa tidak dapat merasakan layanan bimbingan dan konseling sebagaimana mestinya, serta belum sepenuhnya dapat memahami dan menjadikan bimbingan dan konseling sebagai sarana dalam mendapatkan layanan bimbingan dan konseling yang dibutuhkan. Selain itu, teknik yang digunakan oleh guru bimbingan dan konseling hanya ceramah dan pemberian saran serta solusi, sehingga perlu pula teknik-teknik lain yang lebih efektif dan menarik bagi siswa. Salah satunya peneliti memilih teknik desensitisasi sistematis untuk menurunkan tingkat kecemasan siswa dalam mengahdapi Ujian Semester di SMA N 1 Pleret. Wolpe (dalam Corey, 2009: 209) telah mengembangkan suatu respon yakni relaksasi, yang secara psikologis bertentangan dengan kecemasan yang secara sistematis disosialisasikan dengan aspek-aspek dari situasi yang mengancam. Desensitisasi sistematis adalah teknik yang cocok digunakan
6
untuk menangani fobia, tetapi keliru apabila menganggap teknik ini hanya dapat diterapkan pada penanganan ketakutan-ketakutan. Teknik ini bisa diterapkan secara efektif pada berbagai situasi pengahasil kecemasan terhadap ujian, kecemasan-kecemasan neurotik, serta impotensi dan frigditas seksual. Dalam relaksasi konseli dianjurkan untuk membayangkan situasi-situasi yang membuat santai seperti duduk di pinggir pantai, danau atau tempat santai lainnya. Hal yang terpenting adalah konseli diminta untuk mencapai keadaan tenang atau relaks, sehingga merasakan suatu kedamaian. Dalam penelitian ini, selain dianjurkan seperti cara yang sudah dipaparkan, peneliti juga menganjurkan cara-cara lain yang dapat digunakan oleh siswa dalam relaksasi untuk menurunkan tingkat kecemasan. Penelitian-penelitian yang membuktikan bahwa teknik desensitisasi sistematis dapat menurunkan tingkat kecemasan siswa telah banyak dilakukan, di antaranya penelitian Ayu Kurnia Sari (2012: 12) menyatakan penerapan model konseling behavioral dengan teknik desensitisasi sistematis efektif untuk menurunkan tingkat kecemasan siswa, hal ini terbukti dari peningkatan skor kecemasan siswa berdasarkan hasil penyebaran kuesioner kecemasan. Persentase skor kecemasan siswa 62,15% menjadi 66,3% pada siklus I dan dari 66,3% menjadi 82,85% pada siklus II, data tersebut menunjukan bahwa terjadi peningkatan persentase skor sebesar 4,15% dari kondisi awal ke siklus I dan 16,55% dari siklus I ke siklus II, semakin tinggi persentase skor kecemasan semakin rendah kriteria kecemasan yang dialami siswa ketika menghadapi Ujian Semester. Sebuah penelitian oleh Lumbang
7
Gaol (2014) menyatakan bahwa teknik desensitisasi sistematis berpengaruh terhadap penurunan tingkat kecemasan siswa, hal ini teruji dengan menggunakan uji t yang diperoleh dari perhitungan dengan hasil t hitung =10,13 > ttabel =1,796 ini berarti hipotesa yang menyatakan terdapat pengaruh teknik desensitisasi sistematis terhadap penurunan tingkat kecemasan siswa. Berdasarkan hasil dari penelitian-penelitian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa teknik desensitisasi sistematis diprediksikan mampu menurunkan tingkat kecemasan siswa dalam menghadapi Ujian Semester. Diprediksikan efektif karena pada dasarnya kecemasan siswa terjadi akibat kekurang mampuan momposisikan diri dalam situasi Ujian Semester, sehingga memunculkan ketegangan dan pikiran yang kurang rasional. Dalam hal ini dilakukan penelitian untuk mengatahui seberapa besar efektivitas pemberian model konseling tersebut sebagai upaya menurunkan tingkat kecemasan siswa dalam menghadapi Ujian Semester. Menurut Sofyan Willis (2004: 71) teknik desensitisasi sistematis bertujuan mengajarkan siswa untuk memberikan terapi terhadap respon yang tidak konsisten dengan kecemasan yang dialami siswa sehingga teknik ini akan berupaya mengkondisikan siswa dari yang tidak nyaman menjadi lebih tenang dan relaks dalam menghadapi Ujian Semester. Berdasarkan penelitian sebelumnya serta berbagai pertimbangan hasil yang akan didapat dari teknik desensitisasi sistematis dan bertitik tolak dari masalah kecemasan yang dialami siswa kelas X dalam menghadapi Ujian Semester, maka peneliti akan mengkaji secara ilmiah dengan penelitian
8
tentang “Penurunan Kecemasan Menghadapi Ujian Semester Melalui Teknik Desensitisasi Sistematis Pada Siswa Kelas X di SMA N 1 Pleret”. Dari penjabaran uraian yang telah dikemukakan, diharapkan dengan adanya penerapan teknik desensitisasi sistematis dapat berpengaruh terhadap penurunan tingkat kecemasan dalam menghadapi Ujian Semester, sehingga siswa yang memiliki persepsi bahwa Ujian Semester merupakan momok yang menakutkan secara bertahap berubah menjadi sesuatu hal yang tidak menakutkan dengan perasaan dapat menaklukannya.
B. Identifikasi Masalah Dari uraian latar belakang dapat diidentifikasi beberapa masalah antara lain: 1. Adanya formula baru untuk menentukan kriteria kelulusan siswa yang berbeda dari tahun sebelumnya yaitu mengikutsertakan nilai sekolah yang mana Ujian Semester termasuk di dalamnya, sehingga menyebabkan siswa mengalami kecemasan. 2. Kecemasan pada siswa menimbulkan dampak negatif dan siswa cenderung tidak segera menangani kecemasanya, sehingga siswa masuk dalam masalah yang dapat menimbulkan dampak yang sangat bahaya bagi kehidupan kedepannya. 3. Metode bimbingan untuk penurunan tingkat kecemasan siswa masih kurang, karena hanya melalui ceramah dan memberikan saran.
9
4. Guru bimbingan dan konseling belum begitu mengenal dan mengetahui tata cara penggunaan teknik desensitisasi sistematis yang baik dan benar serta belum pernah menggunakannya untuk menurunkan kecemasan.
C. Batasan Masalah Dalam penelitian ini, peneliti membatasi penelitian pada siswa yang mengalami kecemasan dalam menghadapi Ujian Semester dan menurunkan tingkat kecemasan dengan teknik desensitisasi sistematis. Pembatasan masalah ini dilakukan supaya penelitian lebih fokus, memperoleh hasil yang optimal, dan menjadi suatu teknik yang dapat menurunkan tingkat kecemasan.
D. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah yang telah diuraikan, maka rumusan masalah yang peneliti tetapkan adalah sebagai berikut: 1. Apakah teknik desensitisasi sistematis dapat menurunkan tingkat kecemasan siswa kelas X dalam menghadapi Ujian Semester? 2. Bagaimana upaya menurunkan tingkat kecemasan dalam menghadapi Ujian Semester melalui teknik desensitisasi sistematis?
10
E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang sudah peneliti tetapkan di atas, maka tujuan penelitian ini: 1. Untuk menurunkan tingkat kecemasan dalam menghadapi Ujian Semester dengan menggunakan teknik desensitisasi sistematis. 2. Untuk mengetahui proses menurunkan tingkat kecemasan dalam menghadapi Ujian Semester melalui teknik desensitisasi sistematis.
F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat antara lain meliputi: 1. Secara Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya dan mengembangkan data kajian hasil penelitian mengenai cara menurunkan kecemasan melalui teknikdesensitisasi sistematisdan cara menyelesaikan masalah siswa lain yang serupa melalui teknik desensitisasi sistematisdi bidang bimbingan dan konseling. 2. Secara Praktis a. Bagi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Bagi pihak jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, penelitian ini harapannya mampu memberikan kontribusi ilmiah dalam upaya untuk menurunkan tingkat kecemasan.
11
b. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling Guru Bimbingan dan Konseling (BK) mendapatkan pengetahuan mengenai manfaat teknik desensitisasi sistematis sebagai salah satu cara untuk menurunkan tingkat kecemasan, sehingga dapat diterapkan pada siswa bimbingannya, agar dapat secara optimal mengikuti kegiatan di sekolah maupun di luar sekolah.. c. Bagi siswa kelas X di SMA N 1 Pleret Siswa dapat menurunkan tingkat kecemasan mereka dengan menggunakan teknik desensitisasi sistematis, sehingga siswa dapat menghadapi Ujian Semester dengan tenang. d. Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian ini diharapkan mampu memberikan bahan referensi dalam mengembangkan teknik yang lebih efektif dan efisien dalam menurunkan tingkat kecemasan.
G. Definisi Operasional Sebagai cara untuk menghindari adanya kesalahpahaman tentang batasan istilah yang dimaksud dalam penelitian ini, maka peneliti memberikan batasan istilah sebagai berikut: 1. Desensitisasi Sistematis Teknik desensitisasi sistematis adalah model konseling behavioral dengan menekankan penggunaan teknik relaksasi yang dapat digunakan untuk merubah tingkah laku atau respon negatif yang tidak adaptif dengan
12
respon yang lebih adaptif. Individu dalam teknik desensitisasi sistematis ini, dilatih untuk santai dan mengasosiasikan keadaan santai dengan pengalaman pembangkit kecemasan yang dibayangkan. Situasi dihadirkan dalam suatu rangkaian dari yang sangat tidak mengancam kepada yang sangat mengancam. Hal ini terus diulang hingga terjadi penurunan secara bertahap dari respon cemas ke respon yang lebih adaptif. Teknik desensitisasi sistematis akan membantu siswa dalam memperbaiki pola tingkah lakunya dengan melakukan relaksasi yang menenangkan, sehingga gambaran Ujian Semester yang membuat kondisi psikis siswa mengalami kecemasan secara bertahap akan menurun. 2. Kecemasan Kecemasan merupakan manifestasi dari berbagai perasaan emosi yang tidak menenangkan dan bersifat mengancam diri individu, sehingga individu itu merasakan suatu ketakutan yang tidak diketahui pasti penyebabnya dan
menimbulkan kekhawatiran, was-was, serta tidak
mengetahui tentang suatu hal yang akan terjadi di masa yang akan datang. 3. Ujian Semester Ujian semester adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan siswa untuk mengetahui tingkat kemajuan belajar dan merupakan proses penilaian hasil belajar yang dilaksanakan pada akhir semester.
13
BAB II KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori Mengenai Kecemasan 1. Pengertian Kecemasan Manusia yang hidup di dunia tentu pernah mengalami kecemasan. Kecemasan biasanya timbul karena ancaman atau bahaya yang tidak nyata dan sewaktu-waktu mungkin terjadi pada diri individu. Secara umum, tidak ada definisi yang pasti mengenai kecemasan. Berikut ini akan dikemukakan pengertian kecemasan dari beberapa ahli menurut sudut pandangnya masing-masing. Kecemasan atau dalam bahasa inggrinya “anxiety” berasal dari bahasa latin “angustus” yang berarti kaku, dan “ango, anci” yang berarti mencekik. Kecemasan adalah suatu keadaan aprehensi atau keadaan khawatir yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi (Jeffrey, Rathus, & Greene, 2005: 163). Dalam hal ini, banyak situasi atau kondisi yang dapat dicemaskan misalnya, kesehatan, relasi sosial, ujian, karir, relasi internasional, dan kondisi lingkungan adalah beberapa hal yang dapat menjadi kekhawatiran. Menurut Barlow& Durand (2006: 158) kecemasan adalah keadaan suasana atau perasaan yang ditandai oleh gejala-gejala jasmaniah seperti ketegangan fisik dan kekhawatiran tentang masa depan. Pada dasarnya kecemasan merupakan hal wajar yang pernah dialami oleh setiap manusia. Kecemasan sudah dianggap sebagai bagian dari
14
kehidupan sehari-hari. Kecemasan adalah respon yang tepat terhadap ancaman, tetapi kecemasan dapat menjadi abnormal apabila tingkatannya tidak sesuai dengan proporsi ancaman atau datang tanpa ada penyebabnya yang bukan merupakan respon terhadap perubahan lingkungan (Jeffrey, Rathus, & Greene, 2005: 163). Dalam bentuknya yang ekstrem, kecemasan dapat menggangu fungsi individu dalam kehidupan sehari-hari. Yustinus Semiun (2006: 321) mengemukakan kecemasan adalah keadaan tegang yang berhubungan dengan ketakutan, kekhawatiran, perasaan-perasaan bersalah, perasaan tidak aman, dan kebutuhan akan kepastian, sedangkan Daswia (2006: 23) menyatakan bahwa kecemasan merupakan suatu keadaan pada diri individu dalam menghadapi situasi yang dirasakan mengancam tanpa adanya objek yang jelas dan keadaan ini mengarahkan individu untuk mencoba mengatasi keadaan yang tidak menyenangkan tersebut. Menyimak berbagai pendapat yang mengungkapkan pengertian kecemasan
yang dikemukakan oleh beberapa ahli tersebut, peneliti
mencoba menarik kesimpulan bahwa kecemasan merupakan manifestasi dari berbagai perasaan emosi yang tidak menenangkan dan bersifat mengancam diri individu, sehingga individu itu merasakan suatu ketakutan yang tidak diketahui pasti penyebabnya dan menimbulkan kekhawatiran, was-was, serta tidak mengetahui tentang apa yang akan terjadi di masa yang akan datang.
15
2. Pengertian Kecemasan Menghadapi Ujian Semester Ujian semester adalah suatu kegiatan yang dilakukan siswa untuk mengetahui tingkat kemajuan belajar dan merupakan proses penilaian hasil belajar yang dilaksanakan pada akhir semester. Shadily (Supriyantini, 2010: 14) ujian merupakan suatu pemeriksaan mengenai pengetahuan, keahlian atau kecerdasan siswa untuk diperkenankan atau tidak dalam mengikuti pendidikan pada tingkat tertentu. Menurut Jeffrey, Rathus, & Greene, (2005: 163) ujian merupakan salah satu sumber kecemasan bagi siswa. Siswa dikatakan normal, apabila merasa cemas atau khawatir dalam kategori rendah ketika menghadapi kesulitan di sekolah, seperti saat menghadapi ujian. Kecemasan menghadapi ujian adalah perasaan lebih dari sekedar tegang dalam menghadapi ujian. Kecemasan yang dihadapi oleh siswa ialah kecemasan berlebih. Menurut Santrock (2007: 529) kecemasan berlebihan yaitu kecemasan yang terus menerus dan berlangsung lama (sekurangkurangnya dalam jangka waktu 6 bulan) terhadap peristiwa-peristiwa yang akan datang (misalnya ujian, bahaya, peristiwa sosial), tingkah laku pada masa lampau dan kemampuan (sosial, akademik, dan atletik). Kecemasan yang berlangsung lama itu mengakibatkan simtomsimtom somatik yang dasar fisiknya tidak dapat ditemukan, dan juga menyebabkan siswa terlalu memikirkan atau memprihatinkan dirinya sendiri serta tidak mampu untuk bersikap tenang. Kecemasan terhadap kemampuan
dan
prestasi
dapat
16
menyebabkan
siswa
menjadi
perfeksionisme atau terobsesi dengan kesempurnaan,
yang dapat
mengganggu performansi aktual dan perkembangan sosial siswa (Yustinus Semiun, 2006: 322). Dari beberapa pendapat mengenai kecemasan menghadapi ujian, dapat ditarik kesimpulan bahwa kecemasan menghadapi Ujian Semester adalah manifestasi dari berbagai proses emosi yang bercampur baur berupa suatu keadaan, kondisi atau perasaan yang tidak menyenangkan yang mengakibatkan siswa mengalami ketakutan, tegang, tidak berdaya dan kekhawatiran yang berlebih dan berlangsung lama yang disebabkan oleh tafsiran kognitif siswa terhadap situasi yang mengancam karena ketidakmampuan menyesuaikan diri yang timbul pada saat menghadapi Ujian Semester.
3. Ciri-ciri Kecemasan Individu yang tergolong normal kadang kala mengalami kecemasan yang menampak, sehingga dapat disaksikan pada penampilan yang berupa gejala-gejala fisik maupun mental. Ciri-ciri kecemasan (Jeffrey, Rathus, & Greene, 2005: 164) adalah sebagai berikut: a.
Secara fisik meliputi kegelisahan, kegugupan, tangan atau anggota tubuh yang bergetar atau gemetar, banyak berkeringat, mulut atau kerongkongan terasa kering, sulit berbicara, sulit bernafas, jantung berdebar keras atau berdetak kencang, pusing, merasa lemas, mati rasa, selalu buang air kecil, merasa sensitif.
17
b.
Secara behavioral meliputi perilaku menghindar, perilaku melekat dan dependen, perilaku terguncang.
c.
Secara kognitif meliputi khawatir tantang sesuatu, perasaan terganggu atau ketakutanterhadap sesuatu yang terjadi di masa depan, keyakinan bahwa sesuatu yang mengerikan akan segera terjadi tanpa ada penjelasan yang jelas, ketakutan akan kehilangan kontrol, ketakutan akan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah, berfikir bahwa semuanya tidak dapat lagi dikendalikan, merasa sulit memfokuskan pikiran dan berkonsentrasi. Soemanto (Supriyantini, 2010: 11) menyatakan ciri-ciri kecemasan
terbagi atas dua indikator yaitu, indikator fisik dan psikis. Indikator fisik dalam kecemasan meliputi sakit kepala, sakit perut tanpa ada sebab fisik, berkeringat, berbicara tersendat. Indikator psikis dalam kecemasan meliputi kikuk, tidak dapat diam, kebingungan. Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli tersebut, peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa pada dasarnya ciri-ciri yang muncul dari kecemasan dapat bersifat fisik dan psikis. Ciri yang bersifat fisik diantaranya berkeringat, detak jantung makin cepat, kepala pusing, sesak nafas, sakit kepala. Ciri yang bersifat psikis diantaranya ketakutan, merasa akan ditimpa bahaya, tidak dapat memusatkan perhatian, tidak tentram, ingin lari dari kenyataan.
18
4. Faktor-faktor Penyebab Kecemasan Kecemasan akan terus berkembang selama jangka waktu tertentu dan sebagian besar tergantung pada seluruh pengalaman hidup individu. Peristiwa-peristiwa atau situasi khusus dapat mempercepat munculnya serangan kecemasan. Terdapat banyak ahli yang mencoba untuk mengungkapkan faktor kecemasan. Menurut Savitri Ramaiah (2003: 11) ada beberapa faktor yang menunjukkan reaksi kecemasan, diantaranya yaitu: a. Lingkungan atau sekitar tempat tinggal mempengaruhi cara berfikir individu tentang diri sendiri maupun orang lain. Hal ini disebabkan karena adanya pengalaman yang tidak menyenangkan pada individu dengan keluarga, sahabat, ataupun dengan rekan kerja, sehingga
individu
tersebut
merasa
tidak
aman
terhadap
lingkunganya. b. Emosi yang ditekan. c. Kecemasan
dapat
terjadi
apabila
individu
tidak
mampu
menemukan jalan keluar untuk perasaannya sendiri dalam hubungan personal ini, terutama apabila dirinya menekan rasa marah atau frustrasi dalam jangka waktu yang sangat lama. d. Pikiran dan tubuh senantiasa saling berinteraksi dan dapat menyebabkan timbulnya kecemasan. Hal ini terlihat dalam kondisi seperti kehamilan, semasa remaja dan sewaktu pulih dari suatu penyakit. Selama ditimpa kondisi-kondisi ini, perubahan-perubahan
19
perasaan lazim muncul, dan ini dapat menyebabkan timbulnya kecemasan. Ahli lain yang juga mengemukakan mengenai faktor kecemasan adalah Kholil Lur Rochman(2010: 167) menyatakan ada beberapa faktor penyebab kecemasan yaitu: a. Rasa cemas yang timbul akibat melihat adanya bahaya yang mengancam dirinya. Kecemasan ini lebih dekat dengan rasa takut, karena sumbernya terlihat jelas didalam pikiran. b. Cemas karena berdosa atau bersalah, karena melakukan hal-hal yang berlawanan dengan keyakinan atau hati nurani. Kecemasan ini selalu pula menyertai gejala-gejala gangguan mental, yang kadang-kadang terlihat dalam bentuk yang umum. c. Kecemasan yang berupa penyakit dan terlihat dalam beberapa bentuk.
Kecemasan
berhubungan
dengan
ini disebabkan oleh perasaan
takut
hal
yang
yang
tidak
mempengaruhi
keseluruhan kepribadian penderitanya. Kecemasan hadir karena adanya suatu emosi yang berlebihan. Selain itu, keduanya mampu hadir karena lingkungan yang menyertainya, baik lingkungan keluarga, sekolah, maupun penyebabnya. Musfir Az-Zahrani (2005: 511) menyebutkan faktor lingkungan yang mempengaruhi adanya kecamasan yaitu: a. Lingkungan keluarga
20
Keadaan rumah dengan kondisi yang penuh dengan pertengkaran atau penuh dengan kesalahpahaman serta adanya ketidakpedulian orangtua
terhadap
anak-anaknya,
dapat
menyebabkan
ketidaknyamanan serta kecemasan pada anak saat berada didalam rumah. b. Lingkungan sosial Lingkungan
sosial
adalah
salah
satu
faktor
yang
dapat
mempengaruhi kecemasan individu. Apabila individu tersebut berada pada lingkungan yang tidak baik dan individu tersebut menimbulkan suatu perilaku yang buruk, maka akan menimbulkan adanya berbagai penilaian buruk dimata masyarakat, sehingga menyebabkan munculnya kecemasan. Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli tersebut, peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa pada dasarnya faktor kecemasan adalah bermula dari adanya konflik perasaan yang ada dalam diri individu. Konflik yang terjadi muncul sebagai akibat individu tidak mampu melakukan penyesuaian dengan dirinya sendiri (harapan dan keinginan yang tidak terpenuhi atau tidak tercapai), dengan orang lain (orang tua, saudara, sahabat, guru, dan lain sebagainya) dan juga dengan lingkungan sekitarnya (suasana keluarga, lingkungan sosial, lingkungan pekerjaan, lingkungan pendidikan, dan lain sebagainya). Berdasarkan kesimpulan tersebut, kecemasan siswa dalam menghadapi Ujian Semester dapat dikatakan berasal dari dalam diri siswa yang merasa tidak mampu
21
mengatasi masalah yang akan dihadapinya, sehingga menimbulkan kepanikan, kekhawatiran dan ketakutan.
5. Jenis-jenis Kecemasan Kecemasan terjadi karena individu tidak mampu mengadakan penyesuaian diri terhadap dirinya sendiri di dalam lingkungan pada umumnya. Siti Sundari (2005: 51) mengatakan kecemasan timbul karena manifestasi perpaduan bermacam-macam proses emosi, misalnya orang sedang mengalami frustasi dan konflik. Mustamir Pedak (2009: 30) membagi kecemasan menjadi tiga jenis kecemasan yaitu : a. Kecemasan Rasional Merupakan suatu ketakutan akibat adanya objek yang memang mengancam, misalnya ketika menunggu hasil ujian. Ketakutan ini dianggap sebagai sumber suatu unsur pokok normal dari mekanisme pertahanan dasariah manusia. b. Kecemasan Irasional Yang berarti bahwa mereka mengalami emosi ini di bawah keadaan-keadaan
spesifik
yang
biasanya
tidak
dipandang
mengancam. c. Kecemasan Fundamental Kecemasan fundamental merupakan suatu pertanyaan tentang siapa dirinya, untuk apa hidupnya, dan akan kemanakah kelak hidupnya
22
berlanjut. Kecemasan ini disebut sebagai kecemasan eksistensial yang mempunyai peran fundamental bagi kehidupan manusia. Freud (dalam Corey, 2009: 17) membagi kecemasan berdasarkan penyebabnya menjadi tiga macam, antara lain : a. Kecemasan realistik adalah ketakutan terhadap bahaya dari dunia eksternal, dan taraf kecemasannya sesuai dengan ancaman yang ada. Dalam kehidupan sehari-hari kecemasan ini disebut sebagai rasa takut. b. Kecemasan moral merupakan kecemasan yang akan dirasakan ketika ancaman datang bukan dari dunia luar atau dari dunia fisik, tapi dari dunia sosial super ego yang telah diinternalisasikan ke dalam diri. Kecemasan moral ini adalah kata lain dari rasa malu, rasa bersalah, atau rasa takut mendapat sanksi. Kecemasan bentuk ini merupakan ketakutan terhadap hati nurani sendiri. c. Kecemasan neurotik yaitu perasaan takut jenis ini muncul akibat rangsangan-rangsangan id, apabila individu pernah merasakan kehilangan ide, gugup, tidak mampu mengendalikan diri, perilaku, akal dan bahkan pikiran, maka saat itu sedang mangalami kecemasan neurotik. Neurotik adalah kata lain dari gugup. Kecemasan jenis terakhir inilah yang paling menarik perhatian Freud dan biasanya hanya menyebutnya dengan kecemasan saja. Menurut Kartono Kartini (2006: 45) membagi kecemasan menjadi dua jenis kecemasan, yaitu :
23
a. Kecemasan ringan Kecemasan ringan dibagi menjadi dua kategori yaitu ringan sebentar dan ringan lama. Kecemasan ini sangat bermanfaat bagi perkembangan kepribadaian individu, karena kecemasan ini dapat menjadi suatu tantangan bagi individu untuk mengatasinya. Kecemasan ringan yang muncul sebentar adalah suatu kecemasan yang wajar terjadi pada individu akibat situasi-situasi yang mengancam dan individu tersebut tidak dapat mengatasinya, sehingga timbul kecemasan. Kecemasan ini akan bermanfaat bagi individu untuk berhati-hati dalam menghadapi situasi-situasi yang sama dikemudian hari. Kecemasan ringan yang lama adalah kecemasan yang dapat diatasi, tetapi karena individu tersebut tidak berkeinginan untuk mengatasi penyebab munculnya kecemasan, maka kecemasan tersebut mengendap lama dalam diri individu. b. Kecemasan berat Kecemasan berat adalah kecemasan yang terlalu berat berakar secara mendalam dalam diri individu. Apabila individu mengalami kecemasan semacam ini biasanya tidak dapat mengatasinya. Kecemasan ini mempunyai akibat menghambat atau merugikan perkembangan kepribadian individu. Kecemasan ini dibagi menjadi dua yaitu; pertama, kecemasan yang berat tetapi munculnya sebentar dan dapat menimbulkan traumatis pada individu apabila menghadapi situasi yang sama dengan situasi penyebab munculnya
24
kecemasan. Kedua, kecemasan yang berat tetapi munculnya lama dan akan merusak kepribadian individu. Hal ini akan berlangsung terus menerus bertahun-tahun dan dapat merusak proses kognisi individu. Kecemasan yang berat lama akan menimbulkan berbagai macam penyakit sepeti darah tinggi, tachycardia (percepatan darah), excited (heboh, gempar). Berdasarkan uraian dari beberapa pendapat ahli mengenai macammacam kecemasan, maka dapat disimpulkan bahwa kecemasan yang dialami siswa dalam menghadapi Ujian Semester merupakan perasaan ketakutan akibat adanya objek yang mengancam dirinya. Ujian Semester dapat dikatakan objek yang mengancam disebabkan karena siswa harus mampu melaluinya apabila ingin berlanjut ke tingkat atau jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Kecemasan dalam menghadapi Ujian Semester dapat dikategorikan kecamasan ringan karena penyebab munculnya kecemasan dapat diatasi baik dengan cara medis ataupun non medis.
6. Gangguan Kecemasan Gangguan kecemasan merupakan suatu gangguan yang memiliki ciri kecemasan atau ketakutan yang tidak realistik dan tidak dapat secara intensif ditampilkan dalam cara-cara yang jelas. Jeffrey, Rathus, & Greene, (2005: 164-175) membagi gangguan kecemasan dalam beberapa jenis, yaitu :
25
a. Gangguan panik Gangguan panik memiliki karakteristik terjadinya serangan panik yang spontan dan tidak terduga. Beberapa simtom yang dapat muncul pada gangguan panik antara lain; sulit bernafas, jantung berdetak kencang, mual, rasa sakit didada, berkeringat dingin, dan gemetar. Hal lain yang penting di dalam diagnosa gangguan panik merupakan pertanda datangnya kematian atau kecacatan. b. Ganggauan cemas menyeluruh Adalah kekhawatiran yang berlebihan dan bersifat pervasive, disertai dengan berbagai simtom somatik yang menyebabkan gangguan signifikan dalam kehidupan sosial atau pekerjaan pada penderita, dan menimbulkan stres yang nyata. c. Gangguan fobia Yaitu suatu ketakutan yang tidak diinginkan karena kehadiran atau antisipasi terhadap objek atau situasi yang spesifik. d. Gangguan obesif-kompulsif Kompulsi selalu kali terjadi sebagai jawaban terhadap pikiran obsesif dan muncul berulang kali dengan kuat, sehingga mengganggu kehidupan sehari-hari atau menyebabkan distres yang signifikan. e. Gangguan stres akut dan gangguan stres pascatrauma Gangguan stres akut adalah suatu reaksi maladaptif yang terjadi pada bulan pertama sesudah pengalaman traumatis, sedangkan
26
gangguan stres pascatrauma adalah reaksi maladaptif yang berkelanjutan terhadap suatu pengalaman traumatis. Berdasarkan
penjabaran
pendapat
ahli
mengenai
gangguan
kecemasan tersebut dapat disimpulkan bahwa kecemasan menghadapi Ujian Semester juga dapat menimbulkan gangguan yang sadar ataupun tidak sadar dialami oleh siswa, salah satunya adalah adanya kepanikan serta kekhawatiran berlebih yang pada akhirnya dapat menyebabkan stres. Kepanikan
dan
kekhawatiran
ini
lebih
disebabkan
oleh
rasa
ketidakmampuan siswa dalam menyelesaikan Ujian Semester dengan baik, sehingga nilai yang didapatkan tidak sesuai dengan standar kelulusan yang sudah ditetapkan.
7. Dampak Kecemasan Kecemasan akan dirasakan oleh semua manusia terutama apabila ada tekanan perasaan atau tekanan jiwa yang teramat sangat. Rasa takut dan cemas dapat menetap bahkan meningkat meskipun situasi yang betul-betul mengancam tidak ada. Disaat emosi-emosi ini tumbuh berlebihan dibandingkan dengan bahaya yang sesungguhnya, emosi ini menjadi tidak adaptif. Menurut artikel kesehatan yang membahas mengenai dampak dari kecemasan menyatakan, individu yang mengalami kecemasan akan menjadi ultra sensitif terhadap lingkungan dan kritik, serta menganggap sesuatu dan atau individu lain sebagai ancaman (Tabloid Nova, 18 Maret 2014). Penelitian lain dari artikel kesehatan yang dilakukan oleh Rizka
27
Ulfah menyatakan dampak lain dari kecemasan adalah kehidupan seharihari individu akan terganggu, misalnya kesulitan berkonsentrasi dalam bekerja, hubungan dengan orang sekitar terganggu, menjadi sangat mudah lelah, jam tidur jadi tidak teratur, dan prestasi kerja menurun (Kompasiana, 2014). Pendapat lain dikemukakan oleh Yustinus Semiun (2006: 321) yang membagi beberapa dampak dari kecemasan, antara lain: a. Simtom suasana hati Individu yang mengalami kecemasan memiliki perasaan akan adanya hukuman dan bencana yang mengancam dari suatu sumber tertentu yang tidak diketahui. b. Simtom kognitif Kecemasan dapat menyebabkan kekhawatiran dan keprihatinan pada individu mengenai hal-hal tidak menyenangkan yang mungkin terjadi. c. Simtom motor Individu yang mengalami kecemasan akan merasa tidak tenang, gugup, kegiatan motor menjadi tanpa arti dan tujuan, misalnya jarijari kaki mengetuk-ngetuk dan sangat kaget terhadap suara yang terjadi secara tiba-tiba. Berdasarkan uraian dari pendapat ahli mengenai dampak kecemasan tersebut dapat disimpulkan bahwa kecemasan secara umum akan mengakibatkan individu mengalami perasaan ketidaktenangan dalam
28
menjalani kehidupan sehari-hari. Jadi, inti kesimpulan dari pendapat tersebut untuk penelitian ini adalah siswa yang mengalami kecemasan dalam menghadapi Ujian Semester juga dapat menyebabkan terganggunya perasaan tenang di kehidupan sehari-hari siswa dalam lingkungan pendidikan, misalnya hilangnya konsentrasi belajar siswa, menurunnya prestasi belajar siswa, dan lain sebagainnya.
8. Penanggulangan Kecemasan Penanggulangan kecemasan dapat dilakukan melalui bebrapa teknik atau cara. Secara medis menurut Savitri Ramaiah (2003: 42) kecemasan individu dapat diturunkan dengan menggunakan obat-obatan yang diminum secara langsung maupun melalui suntikan. Menurunkan kecemasan melalui obat-obatan dapat menimbulkan efek samping seperti kehilangan kontrol motorik, mual, dan halusinasi penglihatan. Kartini Kartono (2006: 121) menemukan sumber dari macammacam ketakutan, kesusahan, dan kegagalan, kemudian memberikan jalan penyesuaian yang sehat, serta memupuk kemauan dan motivasi agar individu yang bersangkutan berani memecahkan segala kesulitan hidupnya. Menurut pandangan Islam dalam sebuah hadis Rasulullah S.A.W menjelaskan, jadikanlah Al Qur’an sebagai teman hati, cahaya dada, pengusir kesedihan, dan penghilang kegundahan melainkan Tuhan akan menghilangkan kegundahan dan kesedihan serta Tuhan akan menggantikannya dengan
kegembiraan (HR.
29
Ahmad
No. 3712).
Berdasarkan hadis tersebut, Individu dapat menghilangkan ketegangan batin (frustrasi, konflik, cemas) dan akan memperoleh ketenangan serta kebahagiaan adalah melalui ditambahkannya keimanan, tawakal yang kuat, ibadah yang teratur, membaca dan mengamalkan Al Qur’an serta dzikir kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kecemasan juga dapat diturunkan melalui terapi pijat telinga. Menurut Oei Gin Djing (2006: 115) penangulangan kecemasan dengan pijat dan akupuntur telinga dilakukan sesuai dengan penyebabnya. Terkadang pada titik jantung terdapat tonjolan berwarna merah, biasanya pada telinga sebelah kiri. Dengan sentuhan pada bagian telinga disinyalir individu akan merasakan ketenangan ditiap pijitan di titik tertentu. Selain dengan cara yang sudah dikemukakan, kecemasan juga dapat diatasi dengan teknik desensitisasi sistematis. Teknik desensitisasi sistematis berupaya mengkondisikan individu dari yang tidak nyaman menjadi lebih tenang dan relaks. Dalimunthe (Ifdil, 2012) mengatakan desensitisasi sistematis yaitu suatu cara atau teknik untuk menurunkan perasaan takut atau cemas pada individu dengan memberikan rangsanganrangsangan yang menenangkan, sehingga membuat rasa takut atau cemas sedikit demi sedikit menurun dan berkurang atau bahkan sampai individu tidak merasakan takut atau cemas lagi. Teknik desensitisasi sistematisini diprediksi sangat efektif untuk menurunkan kecemasan. Salah satunya adalah kecemasan yang dialami oleh siswa dalam menghadapi Ujian Semester.
30
B. Kajian Teori Mengenai Teknik Desensitisasi Sistematis 1. Pengertian Teknik Desensitisasi Sistematis Wolpe
(dalam Ifidil,
2012)
mengungkapkan bahwa
teknik
desensitisasi sistematis merupakan salah satu teknik perubahan perilaku yang didasari oleh teori atau pendekatan behavioral klasikal. Pendekatan behavioral memandang manusia atau kepribadian manusia hakikatnya adalah perilaku yang dibentuk berdasarkan hasil pengalaman dari interaksi individu dengan lingkungannya. Perhatian behavioral terdapat pada perilaku yang nampak, sehingga terapi tingkah laku mendasarkan diri pada penerapan teknik dengan prosedur yang berakar pada teori belajar yakni menerapkan prinsip-prinsip belajar secara sistematis dalam proses perubahan perilaku menuju ke arah yang lebih adaptif. Menurut Wolpe (Natalia, 2008: 21) konseling behavioral merupakan suatu metode dengan mempelajari tingkah laku tidak adaptif melalui proses belajar yang normal. Tingkah laku tersusun dari respon kognitif, motorik, dan emosional yang dipandang sebagai respon terhadap stimulus eksternal dan internal dengan tujuan untuk memodifikasi koneksi-koneksi dan metode stimulus respon sedapat mungkin. Tujuan konseling behavioral adalah untuk membantu konseli membuang respon-respon yang lama merusak diri dan mempelajari respon-respon baru yang lebih sehat (Sofyan Willis, 2004: 70). Teknik desensitisasi sistematis adalah salah satu teknik yang paling luas digunakan dalam terapi tingkah laku. Teknik desensitisasi sitematis
31
digunakan untuk menghapus tingkah laku atau respon yang berlawanan dengan tingkah laku
yang hendak dihapuskan tersebut. Teknik
desensitisasi sistematis diarahkan kepada mengajar konseli untuk menampilkan suatu respon yang tidak konsisten dengan kecemasan. Teknik desensitisasi sistematis adalah teknik untuk menurunkan respon emosional yang menakutkan, mencemaskan atau tidak menyenangkan melalui aktivitas-aktivitas yang bertentangan dengan respon yang menakutkan tersebut (Sofyan Willis, 2004: 96). Menurut Gantina Komalasari (2011: 193) desensitisasi sistematis digunakan untuk mengahapus rasa cemas dan tingkah laku menghindar. Desensitisasi sistematis dilakukan dengan menerapkan pengkondisian klasik yaitu dengan melemahkan kekuatan stimulus penghasil kecemasan, gejala kecemasan dapat dikendalikan dan dihapus melalui penggantian stimulus. Melibatkan teknik relaksasi, melatih konseli untuk santai dan mengasosiasikan
keadaan
santai
dengan
pengalaman
pembangkit
kecemasan yang dibayangkan atau divisualisasi. Wolpe (1999: 213) mengatakan bahwa dalam desensitisasi sistematis penerapan relaksasi lebih ditekankan pada latihan yang terdiri atas kontraksi, dan lambat laun diteruskan pada pengenduran otot-otot yang berbeda sampai terjadi keadaan santai penuh. Berdasarkan disimpulkan
pendapat
teknik
ahli
desensitisasi
yang
telah
sistematis
dikemukakan adalah
teknik
dapat yang
menekankan penggunaan teknik relaksasi yang dapat digunakan untuk
32
mengubah tingkah laku atau respon negatif yang tidak adaptif dengan respon yang lebih adaptif. Individu dalam teknik desensitisasi sistematis ini, dilatih untuk santai dan mengasosiasikan keadaan santai dengan pengalaman pembangkit kecemasan yang dibayangkan. Situasi dihadirkan dalam suatu rangkaian dari yang sangat tidak mengancam kepada yang sangat mengancam. Hal ini terus diulang hingga terjadi penurunan secara bertahap dari respon cemas ke respon yang lebih adaptif. Teknik desensitisasi sistematis akan membantu siswa dalam memperbaiki pola tingkah lakunya dengan melakukan relaksasi yang menenangkan sehingga gambaran Ujian Semester yang membuat kondisi psikis siswa mengalami kecemasan secara bertahap akan menurun.
2. Tujuan dan Manfaat Teknik Desensitisasi Sistematis Tujuan dari teknik desensitisasi sistematis(Lutfi Fauzan, 2008: 57)adalah: a. Mengajar konseli untuk memberikan respon yang tidak konsisten dengan kecemasan yang dialami. b. Menurunkan sensitivitas emosional
yang berkaitan dengan
kecemasan, kelainan pribadi atau masalah sosial. Menurut Sofyan Willis (2004: 71) teknik desensitisasi sistematis bertujuan mengajarkan konseli untuk memberikan respon yang tidak konsisten
dengan
kecemasan
yang
dialami
konseli.
Teknik
ini
mengajarkan konseli untuk santai dan menghubungkan keadaan santai itu
33
dengan membayangkan pengalaman yang mencemaskan, menggusarkan, atau mengecewakan. Situasi yang dihadirkan disusun secara sistematis dari yang kurang mencemaskan hingga yang paling mencemaskan. Desensitisasi sistematis merupakan teknik yang digunakan untuk menghapus perilaku yang diperkuat secara negatif, biasanya berupa kecemasan dan disertakan respon yang berlawanan dengan perilaku yang akan dihilangkan. Dengan pengkondisian klasik, respon-respon yang tidak dikehendaki dapat dihilangkan secara bertahap. Menurut Lutfi Fauzan (2008: 66) manfaat desensitisasi sistematis antara lain: a. Untuk menurunkan maladaptasi kecemasan yang dipelajari lewat conditioning (seperti fobia) tetapi juga dapat diterapkan pada masalah lain, misalnya kecemasan dalam menghadapi tes. b. Untuk melemahkan atau menurunkan perilaku negatif tanpa menghilangkannya. Menyimak pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan dan manfaat teknik desensitisasi sistematis terhadap siswa yang mengalami kecemasan dalam menghadapi Ujian Semester adalah untuk menurunkan sensitivitas emosional yang berkaitan dengan kecemasan pada diri siswa, dimulai dengan memberikan respon yang berlawanan dengan penyebab kecemasan yang dialami oleh siswa melalui relaksasi secara bertahap dari kondisi penyebab kecemasan yang rendah hingga penyebab kondisi kecemasan yang tinggi dan dilakukan berulang-ulang, sehingga siswa perlahan akan lebih tenang dalam menghadapi konflik
34
psikis
yang
menyebabkan
kecemasan.
Jadi,
penggunaan
teknik
desensitisasi sistematis ini nantinya akan membuat siswa yang pada awalnya teridentifikasi mengalami respon tidak adaptif berupa kecemasan dalam menghadapi Ujian Semester perlahan akan menurun tingkatan kecemasannya dan berubah menjadi respon yang lebih adaptif.
3. Tahapan Pelaksanaan Teknik Desensitisasi Sistematis Gantina Komalasari (2011: 193) mengurutkan tahapan pelaksanaan teknik desensitisasi sitematis adalah sebagai berikut: a. Analisis tingkah laku yang membangkitkan kecemasan. b. Menyusun tingkat kecemasan. c. Membuat daftar situasi yang memunculkan atau meningkatkan taraf kecemasan mulai dari yang paling rendah ke yang paling tinggi. d. Melatih relaksasi, yaitu dengan berlatih pengenduran otot dan bagian tubuh dengan titik berat wajah, tangan, kepala, leher, pundak, punggung, perut, dada, dan anggota badan bagian bawah. e. Konseli mempraktikan 30 menit setiap hari, hingga terbiasa untuk santai dengan cepat. f. Pelaksanaan desensitisasi sistematis konseli dalam keadaan atau kondisi santai dan mata tertutup. g. Meminta konseli membayangkan dirinya berada pada satu situasi yang netral, menyenangkan, santai, nyaman, tenang. Saat konseli
35
santai
diminta
membayangkan
situasi
yang
menimbulkan
kecemasan pada tingkat yang paling rendah. h. Dilakukan terus secara bertahap sampai tingkat yang memunculkan rasa cemas dan dihentikan. i. Kemudian dilakukan relaksasi lagi sampai konseli santai dan diminta membayangkan lagi pada situasi dengan tingkat kecemasan yang lebih tinggi dari sebelumnya. j. Terapi selesai apabila konseli mampu tetap santai ketika membayangkan situasi yang sebelumnya paling menggelisahkan dan mencemaskan. Mubarok (dalam Sri Reski, 2013) menjelaskan,terdapat empat tahap utama dalam teknik desensitisasi sistematis yaitu; pertama, konselor dan konseli mendaftar situasi apa saja yang menyebabkan konseli diserang perasaan cemas dan kemudian menyusunnya secara hirarki mulai dari yang paling ringan (diatas) sampai yang paling berat (dibawah). Kedua, konselor melatih konseli untuk mencapai keadaan relaks atau santai, hal ini dilakukan melalui prosedur khusus yang disebut relaksasi. Ketiga, konselor melatih konseli untuk membuat respon-respon antagonistik yang dapat menghambat perasaan cemas, hal ini dapat dilakukan melalui prosedur imageri yaitu melatih konseli untuk membayangkan situasi lain yang menyenangkan, pada saat konselor menyaapabilan situasi yang menimbulkan kecemasan. Keempat, pelaksanaan intervensi pada tahap ini konselor mula-mula mengarahkan konseli agar dapat mencapai keadaan
36
relaks,
setelah
konseli
mencapai
keadaan
relaks,
konselor
memverbalisasikan (menyajikan) secara beruntun dari atas ke bawah situasi yang menimbulkan perasaan cemas, sebagaimana tersusun dalam hirarki dan meminta konseli membayangkannya. Apabila konseli dapat membayangkan situasi tersebut tanpa mengalami kecemasan, konselor menyaapabilan situasi berikutnya dan ini terus dilakukan dengan cara yang sama, sehingga seluruh situasi dalam hirarki yang telah disaapabilan dan kecemasan dapat dihilangkan. Berdasarkan uraian pendapat tersebut dapat disimpulkan inti dari tahapan pelaksanaan teknik desensitisasi sistematis terdapat tiga tahapan utama, yaitu: a. Mendaftar dan mengurutkan kondisi atau masalah yang membuat konseli mengalami kecemasan, yaitu tahapan konselor menyuruh konseli
untuk
menulis
daftar
situasi
atau
kondisi
yang
menyebabkan kecemasan terjadi, dalam penulisannya konseli harus mengurutkan dari situasi atau kondisi yang paling rendah hingga kondisi atau masalah yang paling tinggi. b. Latihan relaksasi dan atau membayangkan, yaitu tahapan konselor memulai dengan melatih konseli untuk santai. Latihan ini harus berlangsung dalam ruangan yang tenang, cukup pencahayaan, tidak ada kebisingan di luar ruangan, dalam latihan ini konselor mengarahkan
konseli
untuk
membayangkan
hal-hal
yang
menyenangkan sehingga konseli berada pada keadaan yang relaks.
37
c. Pelaksanaan teknik desensitsasi sistematis, yaitu tahapan konselor melakukan konseling, yang pertama konselor mengarahkan konseli ke dalam keadaan relaks seperti yang sudah dilatih sebelumnya, setelah konseli dalam keadaan yang relaks konselor menyajikan secara berurutan situasi atau kondisi yang sudah didaftar konseli sebelumnya dan meminta konseli membayangkan situasi atau kondisi yang ditulis. Hal ini dilakukan sampai situasi atau kondisi yang ditulis dan dibayangkan konseli tidak menyebabkan kecemasan lagi.
4. Kelebihan dan Kekurangan Teknik Desensitisasi Sistematis a. Kelebihan teknik desensitisasi sistematis Teknik desensitisasi sistematis dalam pelaksanaannya tidak dapat atau harus menggunakan bantuan teknik lain yaitu, teknik relaksasi (Wolpe,
1999: 213).
Stimulus
yang menimbulkan kecemasan
dipasangkan dengan stimulus yang menimbulkan keadaan santai. Pemasangan secara berulang-ulang, sehingga stimulus yang semula menimbulkan kecemasan hilang secara berangsur-angsur. Menurut Wolpe (dalam Corey, 2009: 210) desensitisasi sistematis umumnya digunakan pada konseli yang mengalami gangguan kecemasan, akan tetapi sebenarnya dapat juga digunakan untuk menurunkan kemarahan, mengatasi situasi sedih, dan berbagai rasa takut serta masalah-masalah sosial.
38
b. Kekurangan teknik desensitisasi sistematis Kekurangan
dari
teknik
desensitisasi
sistematis
yang
dikemukakan oleh Gantina Komalasari (2011: 194) adalah banyaknya konselor yang mengalami kegagalan dalam pelaksanaanya yaitu sebagai berikut: 1) Konseli kesulitan untuk melakukan tahapan relaksasi dengan baik. 2) Tingkatan kecemasan yang tidak relevan atau tidak tepat saat disusun bersama konseli. 3) Ketidakmampuan atau kesulitan konseli dalam membayangkan situasi. Dari uraian pendapat tersebut dapat dikatakan tidak semua konselor mampu berperan dalam penerapan teknik desensitisasi sistematis. Dalam teknik desensitisasi sistematis perlu melibatkan teknik-teknik lain untuk membantu konseli contohnya adalah relaksasi. Konselor banyak mengalami kesulitan dalam proses relaksasi, salah satunya karena ketidakseriusan konseli dalam membayangkan suatu situasi selama proses konseling.
C. Teknik Desensitisasi Sistematisuntuk Menurunkan Tingkat Kecemasan dalam Menghadapi Ujian Semseter Berawal dari teori atau pendekatan konseling behavioral, fokus perubahan tingkah laku terdiri dari tiga kategori antara lain memperkuat
39
tingkah laku dan melemahkan tingkah laku. Dikarenakan teknik desensitisasi sistematisberawal dari pendekatan behavioristik, maka prinsip perubahan tingkah laku menurut teknik ini termasuk didalam kategori melemahkan perilaku. Hal ini disebabkan, permasalahan yang dapat diatasi dengan menggunakan teknik desensitisasi sistematisseperti fobia, kecemasan dan lain-lain tidak perlu untuk dihilangkan sepenuhnya dari diri individu. Setiap individu tetap perlu memiliki perasaan-perasaan seperti takut, cemas asal dalam batasan yang wajar atau normal. Apabila individu tidak memiliki perasaan-perasaan seperti yang disebutkan di atas maka justru individu akan bermasalah. Wolpe
(dalam
Corey,
2009:
208)
mengatakan
desensitisasi
sistematismerupakan teknik yang digunakan untuk mengahapus perilaku yang diperkuat secara negatif, biasanya berupa kecemasan dan disertakan respon yang berlawanan dengan perilaku pengkondisian
klasik,
respon-respon
yang akan dihilangkan. Dengan yang
tidak
dikehandaki dapat
dihilangkan secara bertahap. Teknik ini dipilih karena merupakan perpaduan dari teknik memikirkan sesuatu, menenangkan diri dan membayangkan sesuatu dengan memanfaatkan ketenangan jasmaniah individu untuk melawan ketegangan jasmaniah individu yang mana apabila individu berada dalam situasi yang menakutkan atau menegangkan, sehingga sangat tepat untuk mengatasi gangguan kecemasan atau yang berhubungan dengan kalainan pribadi maupun masalah sosial. Studi penelitian yang dilakukan oleh I Gede Tresna (2011: 97)
mengemukakan, adapun yang memperkuat dalam
40
penggunaan teknik desensitisasi sistematis dalam menurunkan kecemasan menghadapi Ujian Semester adalah karena teknik tersebut sudah banyak digunakan dalam suatu penelitian yang berupaya menurunkan kecemasan yang dialami oleh siswa, baik kecemasan belajar, ujian serta ketika tampil dihadapan umum. Mengacu pada teori yang telah dikemukakan, maka yang dimaksud dengan teknik desensitisasi sistematis dalam penelitian ini adalah teknik yang diterapkan untuk membantu siswa guna memperbaiki pola tingkah lakunya dengan melakukan gerak-gerak relaksasi yang menyenangkan untuk menurunkan tingkat kecemasan dalam menghadapi Ujian Semester. Desensitisasi sistematis digunakan untuk menghapus tingkah laku yang diperkuat secara negatif dalam situasi menghadapi Ujian Semester, dan menyertakan pemunculan tingkah laku yang berlawanan dengan kondisi kecemasan menghadapi Ujian Semester yang hendak diturunkan tersebut. Studi penelitian yang dilakukan oleh Ayu Kurnia Sari (2012: 9) mengemukakan
bahwa
teknik
desensitisasi
sistematisefektif
untuk
menurunkan tingkat kecemasan dalam proses pembelajaran. Kecemasan menurun secara signifikan setelah diberikan teknik desensitisasi sistematis. Dalam penelitian tersebut didapatkan bahwa setelah diberikan intervensi teknik tersebut, kecemasan siswa dalam proses pembelajaran menurun. I Gede Tresna (2011: 103) membuktikan lewat penelitiannya, bahwa teknik desensitisasi
sistematisefektif
dalam
41
menurunkan
tingkat
kecemasan
menghadapi ujian pada siswa Sekolah Menengah Atas di Singaraja, sehingga dianjurkan terapi ini cocok digunakan dalam menurunkan kecemasan. Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya, maka teknik desensitisasi sistematis diprediksikan efektif untuk menurunkan tingkat kecemasan siswa dalam menghadapi Ujian Semester karena pada dasarnya kecemasan terjadi karena siswa kurang mampu memposisikan diri dalam situasi menghadapi Ujian Semester, sehingga memunculkan ketegangan dan pikiran yang kurang rasional.
D. Kerangka Pikir Berdasarkan hasil wawancara dan observasi terhadap kelas X.1 di SMA N 1 Pleret, diperoleh hasil bahwa permasalahan yang dihadapi siswa yang berhubungan dengan Ujian Semester semakin komplek. Hal ini disebabkan, saat ini siswa mengerjakan dan atau melaksanakan Ujian Semester tidak hanya digunakan sebagai salah satu penentu naik atau tidaknya siswa ke tingkatan kelas yang selanjutnya, namun Ujian Semester juga dijadikan sebagai salah satu bagian dari penilaian untuk menentukan lulus atau tidaknya siswa. Fenomena ini menimbulkan masalah kecemasan baru pada diri siswa, karena saat ini siswa tidak hanya cemas tidak naik kelas namun juga cemas tidak lulus sekolah, apabila siswa tidak dapat mengendalikan kecemasannya maka akan berdampak pada beberapa aspek gejala misalnya mengalami gangguan tidur, sakit kepala, merasa lemas, panas dingin, mudah marah dan
42
lain sebagainya (Jeffrey, Rathus, & Greene, 2005: 163). Masalah kecemasan ini juga dapat menyebabkan berkurangnya konsentrasi siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, menurunnya prestasi belajar siswa, dan lain sebagainya. Jadi, apabila kecemasan tidak segera ditangani, maka siswa yang mengalami kecemasan akan menjadi semakin parah sehingga dapat menyebabkan masalah-masalah baik fisik maupun psikis yang berakibat negatif pada dirinya. Menanggapi masalah tersebut, untuk mengatasinya peneliti mencoba memberi bantuan melalui teknik desensitisasi sistematis. Pelaksanaan teknik desensitisasi sistematis adalah salah satu teknik yang sudah banyak digunakan untuk menurunkan tingkat kecemasan, salah satu contohnya yaitu kecemasan yang dialami siswa dalam menghadapi Ujian Semester. Sofyan Willis (2004: 96) menyatakan bahwa teknik desensitisasi sistematis ini digunakan untuk menurunkan respon emosional yang menakutkan, mencemaskan, atau tidak menyenangkan melalui aktivitasaktivitas yang bertentangan dengan respon yang menakutkan tersebut. Wolpe (1999: 213) menambahkan untuk teknik desensitisasi sistematis penerapan relaksasi lebih ditekankan agar terjadi keadaan santai penuh. Kaitannya dengan kecemasan dalam menghadapi Ujian Semester, pemberian teknik desensitisasi sistematis ini sangat diperlukan dalam rangka menurunkan tingkat kecemasan yang dialami oleh siswa dalam menghadapi Ujian Semester. Berpedoman dari pendapat ahli, dalam penggunaan teknik ini menekankan teknik relaksasi yang akan membantu siswa untuk berada pada kondisi relaks. Dalam kondisi relaks siswa diminta untuk membayangkan
43
kondisi atau keadaan yang menimbulkan kecemasan agar terjadi asosiasi antara kondisi psikis siswa yang tenang dengan Ujian Semester yang mencemaskan, sehingga secara bertahap respon yang mencemaskan akan menurun dan berubah menjadi respon yang lebih adaptif. Hal ini akan membuat siswa lebih tenang dalam melaksanakannya, lebih percaya diri dalam mengerjakannya dan juga akan berpengaruh positif pada hasil atau nilai dari Ujian Semester. Pemberian teknik yang sesuai dengan kebutuhan siswa akan sangat membantu mengatasi masalah kecemasan yang dihadapinya. Siswa yang tenang dalam menghadapi Ujian Semester tidak akan menemui masalah dalam pengerjaan atau pelaksanaanya. Dengan kata lain, pemberian teknik desensitisasi sistematis yang baik dan benar ini, akan dapat menurunkan tingkat kecemasan yang dialami oleh siswa dalam menghadapi Ujian Semester, sehingga dalam penelitian ini peneliti akan mengujicobakan teknik desensitisasi sistematis untuk menurunkan tingkat kecemasan dalam menghadapi Ujian Semester pada siswa kelas X.1 di SMA N 1 Pleret.
E. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka pikir yang telah diuraikan, maka dapat diajukan hipotesis penelitian tindakan ini adalah penurunan kecemasan menghadapi Ujian Semester melalui teknik desensitisasi sistematis pada siswa kelas X.1 di SMA N 1 Pleret.
44
F. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka pikir yang telah diuraikan maka dapat diajukan pertanyaan penelitian tindakan ini adalah proses penurunan
kecemasan
menghadapi
desensitisasi sistematis.
45
Ujian
Semester
melalui
teknik
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan (action research). Creswwel (dalam Sugiyono, 2013: 484) menjelaskan bahwa penelitian tindakan merupakan penelitian terapan yang fokus pada tindakan tertentu. Penelitian tindakan dapat menggunakan teknik pengumpulan data kuantitatif, kualitatif atau kombinasi keduanya. Burns (dalam Suwarsih Madya, 2011: 9) menambahkan bahwa yang dimaksud dengan penelitian tindakan merupakan penerapan penemuan fakta dan pemecahan masalah dalam situasi sosial untuk meningkatkan kualitas tindakan yang dilakukan didalamnya, dengan melibatkan kolaborasi dan kerjasama para peneliti, praktisi, dan orang awam. Suwarsih Madya (2011: 250) menyatakan bahwa tujuan utama penelitian tindakan ini adalah untuk mengubah perilaku penelitinya, perilaku orang lain, dan untuk mengubah kerangka kerja organisasi atau struktur lain yang pada gilirannya menghasilkan perubahan pada perilaku penelitipenelitinya dan orang lain. Penelitian tindakan lazimnya dimaksudkan untuk mengembangkan keterampilan atau pendekatan baru dan untuk memecahkan masalah dengan penerapan langsung. Berdasarkan pendapat yang telah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan merupakan prosedur sistematis yang dilakukan peneliti sebagai upaya penemuan fakta dan pemecahan suatu masalah yang 46
fokus pada tindakan tertentu dengan tujuan dapat mengubah perilaku yang lebih baik dari sebelumnya. Fokus penelitian ini terletak pada tindakan-tindakan alternatif yang dibuat oleh peneliti,
kemudian diberikan atau
dilaksanakan untuk
menghasilkan pemecahan masalah yang dihadapi oleh siswa. Asumsi yang digunakan dalam pemilihan jenis penelitian tindakan adalah penelitian ini bertujuan untuk menurunkan tingkat kecemasan mengahadapi Ujian Semester melalui teknik desensitisasi sistematis, sehingga sesuai dengan menggunakan pendekatan penelitian tindakan. Pada penelitian ini, peneliti bekerjasama dengan guru bimbingan dan konseling serta rekan mahasiswa jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan.
B. Subjek Penelitian Saifuddin Azwar (2013: 34-35) menjelaskan subjek penelitian adalah sumber utama data penelitian, yaitu yang memiliki data mengenai variabelvariabel yang diteliti. Subjek mempunyai posisi yang sangat penting dalam penelitian karena terdapat data tentang variabel yang akan diteliti. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X. 1 di SMA N 1 Pleret Bantul yang berjumlah 28 (dua puluh delapan) siswa. Pemilihan dan penentuan subjek dikelas tersebut berdasarkan pada assessment yang dilakukan peneliti sebelumnya dengan pengamatan secara langsung dan berdasarkan saran dari guru bimbingan dan konseling.
47
Pada penelitian ini, peneliti memilih subjek dengan pertimbanganpertimbangan khusus yaitu siswa yang memiliki tingkat kecemasan dalam menghadapi
Ujian
Semester
dengan
kategori
tinggi.
Berdasarkan
pertimbangan tersebut, peneliti memilih 5 (lima) siswa dari kelas X. 1 yang terdiri dari 2 orang siswa laki-laki dan 3 orang siswa perempuan yang memiliki tingkat kecemasan menghadapi Ujian Semester dengan kategori tinggi.
C. Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011: 61). Ahli lain menyatakan, variabel adalah suatu atribut atau sifat yang terdapat pada subjek penelitian yang dapat bervariasi secara kuantitatif maupun kualitatif (Saifuddin Azwar, 2013: 59). Jadi, variabel adalah sebuah objek ataupun masalah yang akan diteliti yang di dalamnya memiliki variasi jenis dan tingkatan yang akan menjadi sasaran pada suatu penelitian. Saifuddin Azwar (2013: 62) membedakan variabel menjadi dua jenis yaitu: 1. Variabel
bebas
(X),
yaitu
suatu
variabel
yang
variasinya
mempengaruhi variabel lain atau dapat pula dikatakan bahwa variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain.
48
2. Variabel terikat (Y), yaitu variabel penelitian yang diukur untuk mengetahui besarnya efek atau pengaruh variabel lain. Variabel dalam penelitian ini meliputi variabel bebas (X) yaitu penggunaan teknik desensitisasi sistematis dan variabel terikat (Y) yaitu penurunan tingkat kecemasan siswa dalam menghadapi Ujian Semester. Hubungan antara variabel bebas dan terikat dalam penelitian ini adalah asimetris, yaitu X mempengaruhi Y. Skema hubungan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Desensitisasi Sistematis (X)
Penurunan Tingkat Kecemasan (Y)
Gambar 1. Pengaruh Desensitisasi Sistematis Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan
D. Tempat, Waktu dan Setting Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA N 1 Pleret Bantul yang beralamat lengkap di Jl. Kedaton Kecamatan Pleret Kabupaten Bantul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari yang dimulai dengan penyusunan proposal dan revisinya, pertengahan bulan Juli mengadakan survei awal, akhir bulan Juli mengadakan pre-test, serta awal bulan Agustus pelaksanaan tindakan dan proses pengukuran pasca tindakan(post-test), kemudianbulan September untuk penyusunan skripsi.
49
Waktu penelitian mengambil waktu di jam pelajaran yang telah mendapatkan kesepakatan izin dari guru mata pelajaran, guru bimbingan dan konseling, serta siswa yang menjadi subjek penelitian. Hal-hal yang dilakukan yaitu pengambilan data dan pemberian tindakan dengan teknik desensitisasi sistematis. Setting yang digunakan selama kegiatan tindakan yakni setting kelompok kecil yang dilaksanakan di ruangan Bimbingan dan Konseling. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa apabila tindakandilakukan di dalam ruangan Bimbingan dan Konseling, maka proses pelaksanaan tindakanakan lebih terfokus.
E. Desain Penelitian Desain penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan model Kemmis dan McTaggart. Menurut Kemmis dan McTaggart (Suwarsih Madya, 2011: 59) proses dasar pelaksanaan tindakan dalam penelitian tindakan meliputi empat alur (langkah): (1) penyusunan rencana; (2) pelaksanaan tindakan; (3) observasi; dan (4) refleksi. Alur (langkah) pelaksanaan tindakan yang dimaksud dapat dilihat pada gambar berikut:
50
Gambar 2. Proses Dasar Penelitian Tindakan dimodifikasi dari Burns (Suwarsih Madya: 2011: 67) Keterangan: A : Siklus I
5 : Proses lanjutan
B : Siklus II
1 : Refleksi awal
6 : Tindakan/Observasi II
2 : Perencanaan
7 : Refleksi
3 : Tindakan/Observasi I 4 : Refleksi Penelitian ini menggunakan siklus yang di dalamnya membuat perencanaan, tindakan dan pengamatan yang dilakukan disaat bersamaan dan diakhiri dengan refleksi untuk mengetahui hasil tindakan yang telah dilakukan. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila hasilnya sesuai dengan tujuan dari penelitian ini yaitu apabila siswa mencapai kategori sedang sampai dengan rendah tingkatan kecemasannya atau skor pada skala kecemasan menghadapi Ujian Semester yang diperoleh sudah mencapai skor dengan
hasil
≤
101,25.
Proses
51
menurunnya
kecemasan
dalam
tindakanmenggunakan teknik desensitisasi sistematis dapat dilihat pada skema tindakan berikut: Tingginya kecemasan siswa dalam menghadapi UjianSemester
Pemberian tindakan dengan teknik desensitisasi sistematis
Menurunnya kecemasan siswa dalam menghadapi Ujian Semester Gambar 3. Skema Menghadapi Ujian Semester
Penurunan
Kecemasan
Siswa
dalam
F. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data ialah suatu cara untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian. Terdapat beberapa cara untuk mengumpulkan data, diantaranya menggunakan teknik wawancara, angket kuesioner, observasi, studi dokumentasi, dan face group discussion. Pada penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan ialah kuesioner dan observasi. 1. Kuesioner Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2007: 199). Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien jika peneliti tahu dengan pasti variabel 52
yang akan diukur dan tahu apa yang dapat diharapkan dari responden. Suwarsih Madya (2011: 82) membagi pernyataan dalam kuesioner yaitu berupa pernyataan tertutup dan terbuka yang diberikan kepada responden secara langsung maupun tidak langsung (melalui surat atau e-mail). Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang berisikan pernyataan-pernyataan tertutup yang diberikan kepada subjek penelitian secara langsung. 2. Observasi Observasi dilakukan pada saat pelaksanaan tindakan dan setelah pelaksanaan tindakan. Observasi pada saat pelaksanaan digunakan untuk mengetahui pemahaman proses siswa dalam pelaksanaan teknik desensitisasi sistematis tersebut, sedangkan observasi setelah tindakan digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh teknik desensitisasi sistematis terhadap penurunan kecemasan siswa dalam menghadapi Ujian Semester. Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi terstruktur yangdengan pedoman sebagai instrumen peneltian.
G. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti (Sugiyono, 2011: 133). Penyusunan instrumen dimulai dengan membuat definisi operasional dari variabel penelitian dan selanjutnya ditentukan indikator yang akan diatur. Indikator ini kemudian dijabarkan menjadi butir-butir pertanyaan atau pernyataan. Untuk
53
memudahkan penyusunan, maka perlu digunakan kisi-kisi instrumen. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan skala kecemasan dengan modifikasi dari model Likertdan pedoman observasi. 1. Skala Kecemasan Menurut Saifudin Azwar (2008: 32) menjelaskan bahwa model Likert adalah alat ukur yang berisi pernyataan yang jawabannya memperlihatkan tingkat kesesuaian. Kesesuaian jawaban dapat berupa: sangat sesuai, sesuai, tidak sesuai, dan sangat tidak sesuai. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan alternatif jawaban sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), sangat tidak sesuai (STS). Penggunaan skala kecemasan tersebut mempermudah peneliti untuk mendapatkan data mengenai tingkat kecemasan yang dialami siswa dalam menghadapi Ujian Semester. Skala kecemasan disusun berdasarkan aspekaspek kecemasan. Langkah-langkah untuk membuat skala kecemasan menghadapi Ujian Semester adalah sebagai berikut: a. Mengidentifikasi variabel penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah teknik desensitisasi sistematis dan kecemasan menghadapi Ujian Semester. Namun, dalam penelitian ini hanya kecemasan menghadapi Ujian Semester yang dapat dijadikan skala. Teknik desensitisasi sistematis merupakan variabel bebas. b. Penyusunan definisi operasional
54
Setelah mendapatkan variabel, maka dibuat definisi operasional. Pada penelitian ini definisi operasionalanya adalah kecemasan siswa dalam menghadapi Ujian Semester merupakan manifestasi dari berbagai proses emosi yang bercampur baur dalam suatu keadaan, kondisi atau perasaan tidak menyenangkan yang disebabkan oleh tafsiran kognitif siswa
terhadap
situasi
mengancam
karena
ketidakmampuan
menyesuaikan diri yang timbul pada saat menghadapi Ujian Semester. Gejala-gejala kecemasan menghadapi Ujian Semester dapat ditinjau dari reaksi fisik, reaksi psikis dan reaksi tingkah laku. c. Mencari indikator dari definisi operasional Dari definisi operasional yang telah dijabarkan dapat ditemukan sub variabelnya yaitu: 1) Reaksi fisik, suatu keadaan dalam gejala kecemasan yang menyerang pada bagian fisik seseorang dalam merespon kondisi kecemasan karena tuntutan atau tekanan maupun masalah. 2) Reaksi psikis, suatu keadaan dalam gejala kecemasan yang muncul melalui perasaan-perasaan kurang nyaman karena sedang dalam kondisi tertekan akan suatu masalah. 3) Reaksi tingkah laku, suatu keadaan dalam gejala kecemasan yang dapat mengganggu interaksi maupun hubungan dengan orang lain. d. Dari setiap indikator di deretkan menjadi deskriptor 1) Fisik
55
Reaksi fisik yang biasa terjadi seperti gejala somatik, sensorik, kardioveskuler, pernapasan, gastrointestinal (gangguan saluran pencernaan), urogenital dan vegetatif. 2) Psikis Reaksi psikis yang biasa terjadi seperti perasaan cemas, ketegangan, ketakutan, gangguan kecerdasan dan perasaan depresi. 3) Tingkah laku Reaksi tingkah laku yang biasa terjadi seperti mengalami gejala insomnia seperti sukar tidur, terbangun malam hari, bangun lesu, dan sering mimpi buruk. Kondisi prilakunya yang menyendiri dan tidak tenang dalam mengerjakan sesuatu. e. Membuat kisi-kisi skala kecemasan menghadapi Ujian Semester Kisi-kisi kecemasan menghadapi Ujian Semester dibuat berdasarkan definisi operasional yang telah dikemukakan. Adapun kisi-kisi skala kecemasan menghadapi Ujian Semester dapat dilihat pada tabel berikut:
Variabel
Kecemasan
Tabel 1. Kisi-kisi Skala Kecemasan Menghadapi Ujian Semester Nomer Item Indikator Deskriptor Favourable Unfavourable 1. Mengalami gejala somatik seperti kedutan otot dan 1, 2 gagap Reaksi Fisik 2. Mengalami gejala sensorik seperti penglihatan kabur, 3, 4, 5 pucat, dan merasa lemas
56
Jumlah 2
3
Reaksi Psikis
3. Mengalami gejala kardioveskuler seperti nyeri dada dan jantung berdebar lebih cepat dari biasanya.
6, 7
2
4. Menglami gejala pernapasan seperti sesak nafas dan sering menarik nafas
8, 9
2
5. Mengalami gejala gastrointesnal seperti muntah, mual, perut melilit, dan berat badan menurun.
10, 11, 12
3
6. Mengalami gejala urogenital seperti tidak teratur buang air kecil dan tidak dapat menahan buang air kecil.
13, 14
2
7. Mengalami gejala vegetatif seperti mulut kering, mudah berkeringat, sering pusing dan bulu roma berdiri.
15, 16, 17, 18
4
8. Kondisi perasaan cemas misalnya mudah tersinggung dan merasakan firasat buruk.
19, 21, 23, 24, 50, 52, 54, 55
20, 22, 51
11
9. Mengalami ketegangan misalnya gemetar, gelisah, mudah terkejut, dan mudah menangis.
25, 26, 28, 30, 32
27, 29, 31, 33
9
10. Mengalami ketakutan pada suatu objek (hidup atau mati)
34, 36, 38
35, 37, 39
6
11. Mengalami gangguan kecerdasan seperti daya ingat menurun dan konsentrasi melemah.
40, 42, 44, 45
41, 43, 46
7
12. Kondisi perasaan depresi dan persaan yang berubahubah sepanjang hari.
47, 49, 53
48
4
57
Reaksi Tingkah Laku
13. Mengalami gejala insomnia seperti sukar tidur, terbangun malam hari, bangun lesu, dan mimpi buruk.
56, 58, 60, 61
57, 59, 62
7
14. Kondisi perilakunya menyendiri dan tidak tenang dalam mengerjakan sesuatu.
63, 64, 66, 68, 69
65, 67, 70
8
51
21
70
Jumlah Item
f. Penyusunan item atau pernyataan skala berdasarkan kisi-kisi Sistem penilaian dalam penelitian ini mengadopsi pengukuran dengan skala Likert yaitu merupakan metode pernyataan sikap yang menggunakan distribusi respon sebagai dasar penentuan nilai skalanya (Sugiyono, 2011: 134). Menurut Saifudin Azwar (2013- 98-99) cara penskalaan (scaling) dapat menggunakan cara pemberian skor dengan melihat aitem favourable (positif) dan unfavourable (negatif). Skor untuk masing-masing kelompok aitem adalah sebagai berikut: Tabel 2. Penskoran Aitem Respon Skor Respon Sangat Sesuai (SS) 4 Sangat Sesuai (SS) Sesuai (S) 3 Sesuai (S) Tidak Sesuai (TS) 2 Tidak Sesuai (TS) Sangat Tidak Sesuai Sangat Tidak Sesuai (STS) 1 (STS) Aitem kelompok favourable Aitem kelompok unfavourable
Skor 1 2 3 4
Hasil skala ini memaparkan skala yang menyatakan bahwa siswa tersebut memiliki penurunan kecemasan menghadapi Ujian Semester atau tidak. Hasil skala ini nantinya akan disesuaikan dengan standar
58
nilai untuk mengukur kecemasan siswa dalam menghadapi Ujian Semester. g. Melengkapi instrumen dengan instruksi dan kata pengantar Tahap akhir dalam membuat instrumen adalah dengan melengkapi pedoman instrumen dengan cara: melengkapi data diri atau identitas subjek, bahasa yang digunakan jelas dan mudah dipahami, pernyataan tidak terlalu panjang, dan dilengkapi dengan contoh sehingga siswa paham dalam mengerjakan skala dalam penelitian ini. 2. Pedoman Observasi Pedoman observasi dalam penelitian ini berisi aspek-aspek yang berkaitan dengan keaktifan siawa selama proses tindakan dilaksanakan. Aspek
yang
akan
diobservasi
adalah
kemampuan
siswa
dari
mengidentifikasi sampai pelaksanaan pemberian tindakan dengan teknik desensitisasi sistematis pada aspek verbal dan non verbal. Pedoman observasi digunakan untuk mencatat sikap dan perilaku siswa selama dan setelah pelaksanaan tindakan. Hasil observasi terhadap sikap dan perilaku siswa dapat dijadikan sebagai bahan reflekasi bagi guru bimbingan dan konseling untuk melakukan perbaikan tindakan apabila tindakan yang dilakukan belum berhasil dan sebagai pendukung. Kisi-kisi observasi dapat dilihat pada tabel berikut ini:
59
Tabel. 3 Kisi-kisi Pedoman Observasi No Aspek yang di Observasi 1 Perilaku selama proses pemberian tindakan. 2 Pemahaman terhadap teknik desensitisasi sistematis. 3 Kemampuan mengidentifikasi situasi dan kondisi penyebab kecemasan dalam menghadapi Ujian Semester 4 Perilaku selama proses pelatihan relaksasi. 5. Praktik teknik desensitisasi sistematis.
H. Rencana Tindakan 1. Pra Tindakan Tahap ini merupakan tahap penelitian sebelum dilaksanakannya tindakan. Langkah pra tindakan yang dilakukan peneliti agar dapat mengetahui kondisi awal mengenai kecemasan siswa dalam menghadapi Ujian Semester meliputi : a. Peneliti menyebarkan skala kecemasan untuk mengetahui tingkat kecemasan sebelum pemberian tindakan (pre test). b. Peneliti mengidentifikasi kondisi awal kecemasan subjek penelitian melalui skala kecemasan pre test. c. Peneliti memberikan informasi pada guru bimbingan dan konseling mengenai konsep teknik desensitisasi sistematis, kegunaan, kelebihan, dan prosedur pelaksanaannya. d. Permintaan izin penelitian kepada pihak sekolah dan pihak terkait lainnya.
60
2. Rancangan Tindakan a. Perencanaan Perencanaan tindakan sebelum tindakanmenurunkan kecemasan siswa dalam menghadapi Ujian Semester melalui teknik desensitisasi sistematis dilaksanakan, perlu beberapa langkah yaitu sebagai berikut: 1) Menyusun dan menyiapkan skala pre-test untuk mengetahui kondisi awal kecemasan pada siswa dalam menghadapi Ujian Semester. 2) Setelah mengetahui hasil dari pre-test kemudian peneliti menentukan subjek penelitian yang memiliki kriteria dalam kategori kecemasan tinggi sampai dengan sangat tinggi dalam menghadapi ujian semester. 3) Peneliti memberitahukan dan berkoordinasi dengan guru bimbingan dan konseling mengenai hal-hal yang berhubungan dengan
tindakan-tindakan
yang
akan
dilakukan
dalam
penelitian. 4) Menyusun jadwal dan menetukan tempat pelaksanaan dalam melakukan tindakan penelitian. b. Tes awal atau pre-test Tes ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kecemasan siswa dalam menghadapi Ujian Semester sebelum pemberian perlakuan atau tindakan. Pre-test kecemasan dilaksanakan pada subjek penelitian.
61
Hasil pre-test kemudian dianalisis untuk mengetahui kondisi awal tingkat kecemasan siswa dalam menghadapi Ujian Semester. c. Tindakan atau tindakan Pemberian tindakanatau perlakuan dalam penelitian ini yaitu menggunakan teknik desensitisasi sistematis. Adapun langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam pelaksanaan tindakandengan teknik desensitisasi sistematis ini dibagi menjadi tiga tahapan tindakan. Pertama, peneliti menjelaskan mengenai teknik desensitisasi sistematis yang dapat digunakan untuk menurunkan tingkat kecemasan siswa dalam menghadapi Ujian Semester. Pada tahapan ini peneliti menjelaskan tentang konsep teknik desensitisasi sistematis yang dapat digunakan untuk menurunkan kecemasan siswa dalam menghadapi Ujian Semester melalui pemaparan dengan powerpoint dan diskusi. Pada tahap ini peneliti juga memerintahkan siswa untuk mendaftar dan mengurutkan situasi atau kondisi yang membuat timbulnya kecemasan, diurutkan dari mulai yang paling ringan ke yang paling berat. Langkah pelaksanaan tindakanpertama sebagai berikut: 1) Peneliti menyiapkan perlengkapan yang digunakan dalam proses pemberian tindakantahap pertama berupa materi mengenai teknik desensitisasi sistematis yang dapat digunakan untuk menurunkan tingkat kecemasan siswa dalam menghadapi Ujian Semester dan lembar daftar urutan kondisi siswa yang menyebabkan kecemasan.
62
2) Menjelaskan konsep teknik desensitisasi sistematis. 3) Peneliti menyimpulkan inti materi yang telah disampaikan. Kedua,peneliti melakukan pelatihan relaksasi atau latihan membayangkan sesuatu yang menyenangkan, sehingga membuat siswa dalam situasi atau kondisi tenang dan nyaman. Pada tahap pelatihan relaksasi ini peneliti juga mencari tahu keadaan seperti apa yang akan membuat siswa menjadi tenang dan nyaman, terutama prihal kondisi ketenangan tempat atau lingkungan. Media musik relaksasijuga digunakan untuk membantu siswa mencapai kondisi menenangkan selama proses relaksasi. Langkah pelaksanaan tindakankedua sebagai berikut: 1) Peneliti menyiapkan perlengkapan yang akan digunakan dalam proses pemberian tindakantahap kedua berupa pengeras suara yang digunakan sebagai pengantar musik relaksasi. 2) Peneliti membantu siswa mendapatkan ketenangan selama proses pelatihan relaksasi. 3) Peneliti menyajikan musik relaksasisebagai pemicu ketenangan selama pelatihan relaksasi. 4) Setelah siswa sudah terbiasa dalam mencapai kondisi yang tenang dengan relaksasi, peneliti mengidentifikasi hal-hal yang membuat siswa lebih nyaman dan tenang. 5) Peneliti menyimpulkan inti materi yang telah disampaikan.
63
Ketiga, peneliti melaksanakan tahapan utama tindakandengan menggunakan teknik desensitisasi sistematis. Pada tahapan ini peneliti melakukan proses membantu siswa menurunkan tingkat kecemasan dalam menghadapi Ujian Semester. Peneliti memulai tahapan ketiga dengan membantu siswa mencapai kondisi setenang mungkin dalam dirinya
melalui relaksasi,
kemudian peneliti membantu
siswa
menurunkan tingkat kecemasannya, setelah itu tindakandiakhiri dengan peneliti yang meminta siswa menceritakan kondisi sesudah tindakan dan peneliti kemudian menyimpulkan inti kegiatan dan memberikan semangat.Keseluruhan tahapan sebelumnya digunakan pada tahapan ini. Tahapan ini dilakukan sampai kondisi siswa tidak mengalami kecemasan lagi. Langkah pelaksanaan tindakanketiga sebagai berikut: 1) Peneliti menyiapkan perlengkapan yang akan digunakan dalam proses pemberian tindakantahap ketiga. 2) Peneliti membantu siswa untuk mencapai kondisi setenang mungkin dalam dirinya melalui relaksasi. 3) Peneliti membantu siswa menurunkan tingkat kecemasan dalam menghadapi Ujian Semester. 4) Peneliti meminta siswa untuk menceritakan kondisi setelah tindakan. 5) Peneliti menyimpulkan inti kegiatan dan memberikan semangat kepada siswa dalam menghadapi Ujian Semester. 64
d. Post-test Post-test
diberikan
setelah
pemberian
tindakanselesai
dilaksanakan. Tujuan dari post-test ini adalah untuk mengetahui pencapaian penurunan tingkat kecemasan siswa dalam menghadapi Ujian Semester setelah diberi perlakuan atau tindakan berupa teknik desensitisasi sistematis.
3. Observasi Observasi pelaksanaan tindakan di dalam kelas pada saat tindakan sedang dilakukan. Peneliti melakukan observasi terhadap sikap dan perilaku siswa saat proses pelaksanaan dan setelah proses pelaksanaan tindakan. Observasi di sini memiliki dua fungsi, yaitu: pertama, untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan tindakan dengan rencana tindakan; kedua, untuk perubahan sebagaimana yang diharapkan yakni menurunnya kecemasan dalam menghadapi Ujian Semester siswa kelas X. 1 di SMA Negeri 1 Pleret.
4. Refleksi Refleksi adalah mengingat dan merenungkan kembali suatu tindakan persis seperti yang telah dicatat dalam observasi (Suwarsih Madya, 2011: 63). Refleksi berusaha memahami proses, masalah, persoalan, dan kendala yang nyata dalam tindakan strategi. Refleksi mempertimbangkan ragam perspektif yang mungkin ada dalam situasi sosial, memahami persoalan
65
dan keadaan tempat timbulnya persoalan itu. Kegiatan refleksi dalam penelitian ini adalah mengevaluasi dan menganalisis hasil observasi dan interpretasi siswa selama pelaksanaan tindakan sehingga diperoleh kesimpulan bagian mana yang perlu diperbaiki atau disempurnakan dan bagian mana yang telah memenuhi target. Keberhasilan tindakan diindikasikan dengan menurunnya kecemasan siswa dalam menghadapi Ujian Semester.
I.
Validitas dan Reliabilitas Instrumen 1. Uji Validitas Instrumen Skala yang mampu menghasilkan data yang akurat sesuai dengan tujuannya diperlukan suatu proses pengujian validitas. Menurut Saifudin Azwar (2008: 6) suatu alat ukur yang valid tidak sekedar mampu mengungkapkan data dengan tepat akan tetapi juga harus memberikan gambaran yang cermat mengenai data tersebut. Akan tetapi, makna dasar validitas untuk penelitian tindakan berbeda dengan yang dituntut oleh penelitian kuantitatif atau konfesional. Menurut Suwarsih Madya (2011: 37)
makna dasar validitas dalam penelitian tindakan condong ke makna
dasar dalam penelitian kualitatif. Sebuah instrumen dapat dikatakan baik apabila instrumen tersebut dapat mengukur yang hendak diukur. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi namun sebaliknya, instrumen yang tidak valid berarti memiliki validitas rendah, dengan kata lain instrumen
66
dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Uji validitas instrumen dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh instrumen penelitian mampu mencerminkan isi sesuai dengan hal dan sifat yang diukur. Artinya, setiap butir instrumen telah benar-benar menggambarkan keseluruhan isi atau sifat bangun konsep yang menjadi dasar penyusunan instrumen. Penelitian ini menggunakan validitas logis untuk melihat instrumen mengenai kecemasan menghadapi Ujian Semester layak atau tidak. Menurut Saifudin Azwar (2013: 112) untuk mengetahui kelayakan isi aitem sebagai jabaran dari indikator maka perlu dianalisis lebih dalam. Validitas logis dilakukan oleh expert yaitu Yulia Ayriza, M.Si. Ph.D, bukan oleh peneliti. Butir pernyataan pada skala kecemasan menghadapi Ujian Semester dianalisis menggunakan analisis kualitatif dengan memperbaiki kata atau kalimat pada setiap pernyataan yang tidak sesuai dengan saran ahli. Dari 70 aitem skala kecemasan menghadapi Ujian Semester terdapat 45 aitem yang sahih dan 25 aitem yang gugur. Tabel 4. Rangkuman Aitem Gugur dan Sahih Variabel Indikator Jumlah Aitem Gugur 8 (2, 3, 8, 10, 11, 13, Reaksi Fisik 14, 16)
Kecemasan
Reaksi Psikis
Reaksi Tingkah Laku Jumlah
14 (19, 20, 23, 28, 30, 31, 32, 33, 35, 40, 43, 44, 48, 50) 3 (64, 66, 68) 25 67
Jumlah Aitem Sahih 9 (1, 4, 5, 6, 7, 9, 12, 17, 18) 23 (21, 22, 24, 25, 26, 27, 29, 34, 36, 37, 38, 39, 42, 44, 41, 46, 47, 49, 51, 52, 53, 54, 55) 12 (56, 57, 58, 59, 60, 61, 62, 63, 65, 67, 69, 70) 45
2. Uji Realibilitas Instrumen Suatu instrumen dikatakan memiliki nilai realibilitas yang tinggi apabila tes yang dibuat mempunyai hasil konsistensi dalam mengukur yang hendak diukur (Saifuddin Azwar, 2013: 109). Realibilitas menunjukan sejauh mana alat ukur dapat diandalkan sebagai alat pengumpul data. Perhitungan uji realibilitas instrument dalam penelitian
ini
menggunakan rumus Alpha Choronbach (Burhan Nurgiyantoro, Gunawan, & Marzuki, 2009: 350) sebagai berikut:
[
−
][ −
∑ ∑
]
Keterangan: r11
: reliabilitas
instrumen
k
: banyaknya butir pertanyaan
ƩƠí2
: jumlah varian butir
2 Ơ
: varian total
Alasan penggunaan rumus tersebut karena skor untuk skala bukan 0 atau 1, tetapi bertingkat dari 0 atau 1 sampai berapa saja menurut kemauan dan pertimbangan peneliti. Realibilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas yang angkanya berkisar antara 0 sampai 1,00. Semakin tinggi koefisien reliabilitas mendakati 1,00, maka semakin tinggi realibilitasnya. Menurut Saifuddin Azwar (2013: 126) penentuan
68
kriteria kategori reliabilitas ini dapat pula disesuaikan dalam kriteria penafsiran mengenai indeks korelasinya sebagai berikut: a.
Antara 0,800 sampai 1,00 = sangat tinggi
b.
Antara 0,600 sampai 0,799 = tinggi
c.
Antara 0,400 sampai 0,599 = cukup tinggi
d.
Antara 0,200 sampai 0,399 = rendah
e.
Antara 0,00 sampai 0,199 = sangat rendah
Setelah dilakukan uji coba instrumen pada skala kecemasan, diperoleh nilai realibilitas Alpha Croabach sebasar 0,877. Hal ini menunjukan bahwa instrumen penelitian memiliki realibilitas yang sangat tinggi karena berada pada kisaran 0,800 sampai 1.
J. Teknik Analisis Data Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain sehingga mudah dipahami dan temuan dapat diinformasikan kepaada orang lain. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kuantitatif. Teknik analisis data kuantitatif berupa skala untuk mengetahui penurunan kecemasan siswa dalam menghadapi Ujian Semester. Skala kecemasan berupa skala Likert. Berdasarkan penjelasan Saifuddin Azwar (2015: 107) langkah-langkah perhitungannya adalah sebagai berikut: a. Menentukan skor tertinggi (Smax) dan skor terendah (Smin) Smax = Jumlah aitem soal x skor maksimal
69
= 45 x 4 Smax = 180 Smin = Jumlah aitem soal x skor minimal = 45 x 1 Smin = 45 b. Menentukan rata-rata skor ideal (mean ideal) Mean ideal =
(Smax + Smin)
=
(180 + 45)
=
(225)
Mean ideal = 112,5 c. Menghitung standar deviasi (SD) SD =
(Smax - Smin)
=
(180 - 45)
=
(135)
SD = 22,5 Kategori untuk kecemasan siswa dalam menghadapi Ujian Semester dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 5. Kategorisasi Kecemasan Batas/Interval Rumus X ≤ 78,75 X ≤ (μ)-1,5σ 78,75 < X ≤ 101,25 (μ)-1,5σ< X ≤ (μ)-0,5σ 101,25 < X ≤ 123,75 (μ)-0,5σ< X ≤ (μ) +0,5σ 70
Kategori Kecemasan Sangat rendah Rendah Sedang
123,75 < X ≤ 146,25 146,25 < X
(μ)+0,5σ< X ≤ (μ)+1,5σ (μ)+1,5σ< X
Tinggi Sangat tinggi
K. Kriteria Keberhasilan Kriteria keberhasilan tindakanmenggunakan teknik desensitisasi sistematis untuk menurunkan tingkat kecemasan dalam menghadapi Ujian Semester adalah: 1. Siswa lebih tenang dalam persiapan menghadapi Ujian Semester. 2. Siswa lebih percaya diri dalam menghadapi Ujian Semester. 3. Siswa lebih siap dalam menghadapi Ujian Semester. Kriteria tersebut dinyatakan berhasil apabila siswa telah mencapai kategori sedang sampai dengan rendah tingkatan kecemasannya atau skor yang diperoleh sudah mencapai skor dengan hasil ≤ 101,25, tetapi apabila belum mencapai skor yang diharapkan akan dilanjutkan ke siklus berikutnya.
71
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Pleret yang terletak di Jl. Kedaton, kecamatan Pleret, kabupaten Bantul, provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, yang merupakan salah satu sekolah atau lembaga pendidikan yang berperan dalam mengembangkan dan meningkatkan kualitas serta mutu siswa di bidang formal mapun non formal. Secara fisik, sekolah ini memiliki 18 ruangan kelas yang terdiri dari dua program studi yaitu MIA dan IIS, masing-masing ruangan kelas telah dilengkapi dengan LCD proyektor dan fasilitas lain yang mendukung proses belajar mengajar di dalam kelas. Sarana dan prasarana di sekolah ini sudah tergolong baik, semua fasilitas dan perangkat yang mendukung proses belajar mengajar baik formal maupun informal sudah tersedia. Kondisi kelas maupun bangunan-bangunan lainnya di SMA Negeri 1 Pleret sangat baik. Sekolah ini mengusung model sekolah yang mengedepankan iman dan taqwa dengan motto cerdas IMTAQ, IPTEK, cinta seni budaya dan olahraga.
72
2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 27 Juli 2015 sampai dengan 15 Agustus 2015. 27 Juli sampai dengan 7 Agustus dilakukan pengurusan perizinan penelitian dan pengumpulan data-data pendukung penelitian seperti penyebaran skala pre-test, observasi, dan wawancara langsung dengan guru bimbingan dan konseling dan siswa. Proses pemberian tindakan dimulai tanggal 8 Agustus sampai dengan 15 Agustus dan dilakukan melalui satu siklus yang terdiri dari tiga pemberian tindakan. Setiap tindakan dalam penelitian ini dilaksanakan satu kali pertemuan dan di setiap kali pertemuan dilaksanakan beberapa kegiatan. Berikut ini adalah pembagian waktu kegiatan dan deskripsi pemberian kegiatan: Tabel 6. Kegiatan Pemberian Tindakan No Tanggal Kegiatan 1 8 Agustus 2015 Tindakan I
Siswa
Deskripsi Kegiatan memahami
dan
mengidentifikasi kondisi yang menyebabkan kecemasan, dan peneliti memberikan penjelasan mengenai teknik desensitisasi sistematis. 2
12 Agustus 2015
Tindakan II
Siswa dilatih untuk melakukan relaksasi
atau
membayangkan
73
sesuatu
latihan yang
menyenangkan,
sehingga
membuat siswa dalam kondisi atau
keadaan
tenang
dan
nyaman. 3
15 Agustus 2015
Tindakan III Siswa dan post-test
menjalani
menurunkan
tingkat
kecemasannya menghadapi melalui
proses
dalam Ujian
teknik
Semester
desensitisasi
sistematis.
Proses atau kegiatan pemberian tindakan-tindakan dalam penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 8 Agustus, 12, dan 15 Agustus 2015. Kegiatan tindakan Idilaksanakan pada tanggal 8 Agustus 2015 dengan deskripsi kegiatan peneliti menjelaskan
tentang konsep teknik
desensitisasi sistematis kepada siswa, kemudian siswa memahami dan mengidentifikasi
kondisi atau situasi yang membuat cemas. Kegiatan
tindakan II dilaksanakan pada tanggal 12 Agustus 2015 dengan deskripsi kegiatan
peneliti
melakukan
pelatihan
relaksasi
atau
latihan
membayangkan sesuatu yang menyenangkan, sehingga membuat siswa dalam kondisi atau situasi tenang dan nyaman. Kegiatan Tindakan III dilaksanakan pada tanggal 15 Agustus 2015 dengan kegiatan peneliti melaksanakan tahapan utama tindakanmelalui teknik desensitisasi
74
sistematis, yaitu proses membantu siswa menurunkan tingkat kecemasan dalam menghadapi Ujian Semester, setelah kegiatan selesai dilaksanakan post-test menggunakan skala kecemasandan evaluasi bersama dengan guru bimbingan dan konseling serta siswa yang menjalani proses tindakan.
B. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X.1 SMA Negeri 1 Pleret yang berjumlah 28 siswa, namun dalam penelitian ini subjek yang akan diteliti berjumlah 5 siswa yang terdiri dari 2 orang siwa laki-laki dan 3 orang siswa perempuan. Pemilihan subjek dilakukan berdasarkan hasil dari uji pretest skala kecemasan serta wawancara dengan siswa dan guru bimbingan dan konseling. Tidak semua siswa dikelas X.1 dilibatkan, alasannya siswa yang menjadi subjek penelitian adalah siswa dengan kriteria yang memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang lain di kelas X.1. Berdasarkan wawancara dengan 5 siswa yang memiliki tingkat kecemasan menghadapi Ujian Semester dengan kategori tinggi, siswa mengungkapkan bahwa dirinya merasa tidak percaya diri dengan kemampuan yang dimiliki dan mereka merasa lelah dan stres apabila sudah mendekati Ujian Semester. Hal ini dikarenakan saat ini Ujian Semester berperan sangat penting dalam kelulusan siswa, 50% nilai akumulasi Ujian Semester dari kelas X menjadi tolok ukur kelulusan siswa, sehingga siswa merasa cemas apabila hasil dari nilai Ujian Semesternya tidak maksimal. Hal lainnya yang
75
diungkapkan siswa yaitu, setiap menjelang Ujian Semester tugas-tugas selalu diberikan oleh guru mata pelajaran dan ulangan harian juga dilaksanakan hampir bersamaan dengan Ujian Semester. Oleh karena itu, siswa merasa menjadi tidak percaya diri dan cemas hasilnya tidak maksimal karena mereka merasa tidak memiliki cukup waktu untuk mempersiapkan dan mematangkan diri dalam menghadapi Ujian Semester. Salah satu siswa menambahkan keluhannya yang merasa tenaga dan pikiran yang harusnya disiapkan untuk Ujian Semester namun digunakan untuk tugas-tugas dan ulangan harian sehingga mengakibatkan fokus terpecah. Hal-hal tersebut yang menyebabkan kecemasan tinggi dalam menghadapi Ujian Semester pada siswa yang menjadi subjek penelitian ini.
C. Pra Tindakan Pada penelitian ini, peneliti melakukan pre-test terlebih dahulu sebelum melaksanakan tindakan dengan tujuan untuk mengukur tingkat kecemasan siswa, yangdilaksanakan pada tanggal 1 Agustus 2015. Data pretest kecemasan siswa diambil dengan menggunakan skala kecemasan yang terdiri dari 45 aitem, yang mana pernyataan–pernyataan tersebut telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Setelah dilakukan pre-test, selanjutnya dilakukan proses tindakan dan kemudian dilakukan post-test menggunakan skala kecemasan untuk mengukur tingkat kecemasan setelah diberikan tindakan. Hasil pre-test menunjukkan bahwa dari 28 siswa, skor yang tertinggi yaitu 139 kemudian skor terendah yaitu 59, dan skor rata-rata 99,60. Setelah
76
diketahui skor tingkat kecemasan yang dimiliki siswa, selanjutnya kecemasan siswa tersebut dikategorisasikan berdasarkan batas atau interval skor kecemasan. Tujuan Kategorisasi ini adalah menempatkan subjek ke dalam kelompok-kelompok yang posisinya berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan atribut yang diukur (Saifuddin Azwar, 2015: 147). Skala kecemasan dalam penelitian ini terdiri dari 45 aitem yang masing-masing aitemnya diberi skor yang berkisar mulai dari 1 sampai dengan 4. Dengan demikian, skor terkecil yang diperoleh subjek adalah 45 (yaitu hitungan dari, 1x45), skor terbesar adalah 180 (yaitu hitungan dari, 4x45), mean (μ) adalah 112,5 (yaitu hitungan dari,
(skor tertinggi+skor
terendah)), dan standar deviasi (σ) adalah 22,5 (yaitu hitungan dari,
(skor
tertinggi-skor terendah)). Berikut ini norma kategorisasi yang digunakan dalam penelitian ini (Saifuddin Azwar, 2015: 148): X ≤ (μ)-1,5σ
; untuk kategori sangat rendah
(μ)-1,5σ< X ≤ (μ)-0,5σ
; untuk kategori rendah
(μ)-0,5σ< X ≤ (μ) +0,5σ
; untuk kategori sedang
(μ)+0,5σ< X ≤ (μ)+1,5σ
; untuk kategori tinggi
(μ)+1,5σ< X
; untuk kategori sangat tinggi
Berikut ini hasil dari pre-test di kelas X.1:
77
Tabel 7. Hasil Pre-test Kelas X.1 No 1 2 3 4 5
Kategorisasi Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
Batas/Interval X≤ 78,75 78,75<X ≤101,25 101,25 <X ≤123,75 123,75 <X ≤146,25 146,25 <X Total
f
%
0 10 13 5 0 28
0% 35,71% 46,43% 17,86% 0% 100%
Berikut ini disajikan gambar dari rangkuman hasil pre-test di kelas X.1:
KATEGORISASI KECEMASAN Jumlah Siswa
Persentase Kecemasan 46.43
35.71 10
13
0 0.00
17.86 5
0 0.00
Kecemasan Sangat Rendah
Kecemasan Rendah
Kecemasan Sedang
Kecemasan Tinggi
Kecemasan Sangat Tinggi
1
2
3
4
5
Gambar 4. Hasil Pre-Test kelas X.1 Berdasarkan hasil data pre-test kelas X.1pada Tabel 7 (halaman 78) dan Gambar 4 (halaman 78) dapat dilihat bahwa dari jumlah total 28 siswa dikelas X.1, siswa yang memiliki kecemasan pada kategori sangat rendah tidak ada (0%), kategori rendah berjumlah 10 siswa (35,71%), kategori
78
sedang berjumlah 13 siswa (46,43)%, kategori tinggi berjumlah 5 siswa (17,86%), dan kategori sangat tinggi tidak ada (0%). Hasil dari rata-rata skor pre-test di kelas X.1 menunjukkan bahwa 46,43% siswa memiliki kecemasan pada kategori sedang, namun masih terdapat 17,86% siswa yang memiliki kecemasan pada kategori tinggi, sehingga penelitian ini tetap dilaksanakan karena dalam penelitian ini siswa yang dikenai tindakan adalah mereka yang memiliki tingkat kecemasan pada kategori tinggi. Peneliti beserta guru bimbingan dan konseling sepakat untuk melakukan tindakan guna menurunkan kecemasan siswa dalam menghadapi Ujian Semester pada 5 siswa dikelas X.1 dengan kategorisasi tingkat kecemasan tinggi. Berdasarkan wawancara 5 siswa dengan kategorisasi tingkat kecemasan tinggi terungkap bahwa kecemasan muncul cukup sering dan tidak dapat dikendalikan sampai mengganggu aktivitas sehari-hari.
D. Hasil Pelaksanaan Tindakan 1. Perencanaan Perencanaan awal yang dilakukan oleh peneliti yaitu menyusun dan menyiapkan skala pre-test untuk mengetahui kondisi awal tingkat kecemasan pada peserta didik dalam menghadapi Ujian Semester. Peneliti juga membuat kriteria indikator keberhasilan pada penelitian ini yaitu penelitian dikatakan berhasil apabila skor kecemasan minimal mencapai < 101,25 atau kecemasan dengan kategori sedang sampai rendah. Sebelum
79
melaksanakan penelitian, peneliti mengurus surat izin penelitian, berdiskusi dengan guru bimbingan dan konseling di SMA N 1 Pleret untuk merencanakan proses pemberian tindakan secara kolaboratif, membuat kesepakatan jadwal untuk pelaksanaan pemberian tindakan, menyiapkan sarana dan prasarana yang dibutuhkan selama penelitian berlangsung dan membentuk tim penelitian. Peneliti membentuk tim peneliti yang terdiri atas 2 guru bimbingan dan konseling SMA N 1 Pleret dan 2 mahasiswa prodi bimbingan dan konseling angkatan 2011 serta peneliti sendiri. Dengan demikian, tim peneliti berjumlah 5 orang yaitu Drs. Rusdiyanto, Siti Qomariyah S.Pd, peneliti sendiri (Hadiya Risyadi), Denny Sulistyanta, dan Febrian Amir. Peneliti memilih Drs. Rusdiyanto sebagai pendamping dan penasehat selama penelitian berlangsung, Siti Qomariyah S.Pd sebagai guru bimbingan dan konseling yang mengarahkan siswa selama penelitian, dan Denny Sulistyanta beserta Febrian Amir membantu pelaksanaan proses tindakan selama penelitian. Pemilihan tim penelitian berdasarkan pada kompetensi yang dimiliki untuk melaksanakan tindakan yaitu berupa teknik desensitisasi sistematis dengan baik.
2. Tindakan Tindakan yang dilaksanakan selama penelitian pada umumnya berjalan dengan baik dan lancar. Proses pelaksanaan dalam penelitian ini terdapat tiga tindakan dengan tiga kali pertemuan, setiap pemberian
80
tindakan selalu dihadiri oleh semua siswa yang menjadi subjek dalam penelitian ini. Kegiatan pada setiap tindakan berjalan sesuai dengan daftar kegiatan yang telah dibuat sehingga semua tindakan berjalan dengan lancar. Berikut ini hasil pelaksanaan tindakan dalam setiap pertemuan: a. Pertemuan pertama, 8 Agustus 2015 Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari sabtu, 8 Agustus 2015 pukul 12.45 sampai dengan selesai. kegiatan pada pertemuan pertama ini adalah diskusi tentang kecemasan dan penjelasan menganai teknik desensitisasi sistematis yang akan digunakan untuk menurunkan kecemasan siswa dalam menghadapi Ujian Semester. Kegiatan ini bertujuan agar siswa mengetahui tujuan, manfaat, dan proses pelaksanaan teknik desensitisasi sistematis dengan baik dan benar. Kegiatan selanjutnya pada pertemuan pertama adalah siswa mengidentifikasi kecemasan yang dialaminya terutama kecemasan yang timbul karena Ujian Semester, kemudian siswa mendaftar dan mengurutkan kondisi atau situasi yang membuat cemas tersebut dari mulai yang paling ringan hingga ke yang paling berat. Selanjutnya peneliti dan siswa melakukan focus group discussion (diskusi kelompok terarah) untuk menyimpulkan dan menyepakati hasil dari daftar kondisi atau situasi siswa yang menyebabkan kecemasan menjadi suatu hirarki kecemasan dengan empat tingkatan kondisi atau situasi yang menyebabkan kecemasan secara umum (hasil terinci akan diuraikan di halaman 80-81).
81
Kegiatan awal dibuka oleh Bu Siti Qomariyah S.Pd selaku guru bimbingan dan konseling dan dilanjutkan dengan saling memperkenalkan diri baik dari pihak tim peneliti maupun siswa dengan tujuan agar saling mengenal, saling memahami dan membangun hubungan yang baik antara tim peneliti dengan siswa sehingga menimbulkan keakraban. Kegiatan selanjutnya adalah peneliti menjelaskan prosedur kegiatan pada pertemuan pertama. Melihat kondisi siswa yang tampak sedikit lelah dan kurang konsentrasi, peneliti memberikan joke-joke lucu dengan tujuan agar siswa tidak terlihat tegang dan kembali bersemangat.
Peneliti
juga
mengajak siswa
agar
menceritakan pengalaman-pengalaman lucu yang pernah dialami dengan tim peneliti dan siswa lainnya, setiap siswa menceritakan pengalamannya dan siswa lain beserta tim peneliti meledek dengan pertanyaan-pertanyaan lucu yang tidak membuat siswa yang bercerita tersinggung. Hal ini menimbulkan semua siswa tertawa termasuk tim peneliti. Setelah beberapa siswa bercerita, peneliti menjelaskan makna dari bercerita pengalaman-pengalaman lucu dalam suatu kelompok pertemanan akan menimbulkan rasa nyaman yang ditunjukan dengan tawa, sehingga dapat melupakan masalah-masalah yang menyebabkan
kecemasan.
Sama
halnya
proses
pemberian
tindakkan dalam penelitian ini yang mengedepankan proses
82
relaksasi yang membuat siswa sampai pada kondisi atau situasi paling nyaman. Selanjutnya
pada
kegiatan
inti,
peneliti
menjelaskan
pengertian kecemasan, gejala-gejala kecemasan, dan tingkatan kecemasan, kemudian peneliti menjabarkan mengenai pengertian, tujuan, dan manfaat dari penggunaan teknik desensitisasi sistematis. Bu Siti Qomariyah menambahkan mengenai formula baru yang diterapakan sebagai dasar penentuan kelulusan yaitu kelulusan tidak hanya ditentukan dengan nilai Ujian Nasional namun juga Ujian Semester yang berperan sangat penting dalam penentuan kelulusan, sehingga siswa harus lebih serius dan siap dalam mengerjakan Ujian Semester. Kegiatan ini bersifat diskusi, sehingga siswa boleh melontarkan pertanyaan apabila kurang memahami atau mengerti dengan yang dijelaskan oleh peneliti dan guru bimbingan dan konseling. Beberapa siswa sebelumnya beranggapan dengan penjelasan yang diberikan oleh peneliti mengenai teknik desensitisasi sistematis yang digunakan untuk menurunkan kecemasan dalam menghadapi Ujian Semester siswa mengira bahwa teknik yang akan diberikan sama dengan teknik hipnotis aktor UK di televisi yang
juga
menggunakan
kata
relaksasi
dalam
setiap
pertunjukannya, siswa takut apabila aibnya akan terbongkar semuanya.
Peneliti
menjelaskan
83
bahwa
teknik
relaksasi
membongkar aib tidak pernah ada, peneliti juga menambahkan bahwa yang ditunjukkan oleh aktor UK ditelevisi hanya untuk hiburan dan pertunjukan semata untuk menaikan ratting stasiun televisi yang bersangkutan. Peneliti juga menjelaskan jika teknik desensitisasi sistematis tidak sama dengan hipnotis, proses relaksasi dalam teknik ini digunakan untuk merubah tingkah laku atau respon negatif yang tidak adaptif dengan respon yang lebih adaptif. Setelah siswa memahami dan mengerti mengenai kecemasan dan teknik desensitisasi sistematis, guru bimbingan dan konseling mengulang dalam memberikan informasi-informasi atau penjelasan terbaru terkait sistem atau formula baru yang dikira belum banyak diketahui oleh siswa
yang dapat menjadi sumber-sumber
kecemasan baru bagi siswa. Hal ini dilakukan agar saat mengidentifikasi kecemasan nanti hasilnya akan lebih maksimal. Selanjutnya
guru
bimbingan
dan
konseling
memberikan
kesempatan kembali untuk bertanya mengenai sistem atau formula baru yang diterapkan untuk menenutukan kelulusan. Setelah menunggu beberapa saat tidak ada siswa yang bertanya, namun terdapat beberapa siswa yang mengungkapkan rasa kaget melaui sebuah pernyataan diantaranya “wah takut bu, jadi makin banyak yang harus dipikirin”,”iya bu, jadi ribet banget, pusing deh jadinya”.
84
Kegiatan selanjutnya yaitu peneliti membagikan lembar identifikasi kecemasan, peneliti membuat 4 tingkatan untuk mengidentifikasi kondisi atau masalah kecemasan yang dialami siswa dalam menghadapi Ujian Semester. Langkah berikutnya peneliti memberikan instruksi pada siswa untuk mengidentifikasi kondisi-kondisi kecemasan yang muncul akibat dari Ujian Semester dalam pikiran mereka. Siswa menulis kemudian mendaftar
dan
mengurutkan
kondisi
atau
situasi
yang
menyebabkan kecemasan berlebih dalam menghadapi Ujian Semester. Kondisi kecemasan diurutkan mulai dari kondisi atau situasi kecemasan yang paling rendah ke kondisi atau situasi kecemasan yang paling tinggi menurut siswa. Hasil dari identifikasi tersebut yang paling dominan adalah siswa khawatir tidak mampu mengerjakan soal. Peneliti dan siswa melakukan focus group discussion (diskusi kelompok terarah) untuk menyimpulkan dan menyepakati hasil identifikasi dari 5 siswa tersebut dan menjadikan urutan hirarki kecemasan secara umum untuk dasar pemberian tindakan pada teknik desensitisasi sistematis sebagai berikut: 1) Khawatir tidak mampu mengerjakan soal. 2) Takut gagal dan mengecewakan orang tua. 3) Khawatir akan mendapatkan hambatan dalam Ujian Semester.
85
4) Khawatir tidak memiliki harapan dan cita-cita terhenti. Nomer 1 sampai dengan 4 adalah urutan dari kondisi atau situasi yang paling berat ke yang paling ringan, maka secara umum menurut siswa kondisi yang paling menyebabkan kecemasan adalah khawatir apabila tidak dapat mengerjakan soal Ujian Semester dan seterusnya sampai dengan masalah yang paling rendah secara umum menurut siswa yaitu khawatir tidak memiliki harapan dan cita-cita terhenti. Urutan hirarki tersebut disimpulkan berdasarkan perspektif dari frekuensi identifikasi kondisi atau situasi yang menyebabkan kecemasan menurut siswa. sedangkan menurut perspektif peneliti urutan hirarki kecemasan seharusnya disusun berdasarkan masalah kehidupan secara keseluruhan. Jadi, urutan hirarki menurun peneliti adalah 4, 2, 3, 1 dari yang paling berat ke yang paling ringan, hal ini dilihat dari keterkaitan situasi atau kondisi penyebab kecemasan satu sama lain. Meskipun terdapat perbedaan perspektif antara peneliti dan siswa, penelitian ini tetap dilaksanakan dengan urutan hirarki menurut perspektif siswa yaitu, menyimpulkan situasi atau kondisi berdasarkan frekuensi identifikasi penyebab kecemasan melalui focus group discussion. Peneliti dapat memaklumi perihal urutan hirarki kecemasan, karena kemungkinan usia siswa yang tergolong masih sangat muda, sehingga siswa berfikiran masalah paling berat adalah khawatir
86
tidak mampu mengerjakan soal. Meskipun demikian, penelitian ini akan tetap dilaksanakan sesuai dengan kegiatan pemberian tindakan yang telah dibuat sebelumnya. Kegiatan penutup pada pertemuan ini, peneliti menyimpulkan dan review ulang penjelasan pada pertemuan hari ini yaitu mengenai kecemasan, teknik yang digunakan untuk menurunkan tingkat kecemasan, hasil hirarki dari identifikasi kecemasan siswa, dan dilanjutkan dengan memberikan informasi tentang kegiatan pada pertemuan berikutnya. Kegiatan pada pertemuan ini diakhiri dengan doa. Kesimpulan pada tindakan I yaitu dari hasil wawancara dan pengamatan peneliti secara langsung, siswa mengaku menjadi memahami dan mengerti tentang kecemasan dan tipe-tipe kecemasan, selain itu siswa juga jadi menyadari jika kecemasan yang dialaminya dapat diturunkan dengan teknik desensitisasi sistematis. Siswa berharap kecemasan yang dialami saat ini dapat diturunkan. b. Pertemuan Kedua, 12 Agustus 2015 Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari rabu, 12 Agustus 2015 pukul 12:45 WIB sampai dengan selesai. Kegiatan pada pertemuan kedua adalah pelatihan membuat diri siswa relaks atau nyaman. Media yang digunakan untuk pelatihan adalah musikmusik relaksasi.
87
Kegiatan diawali dengan berdoa dan dilanjutkan dengan penjelasan prosedur pelaksanaan kegiatan pada pertemuan kegiatan yaitu pelatihan relaksasiatau membayangkan sesuatu hal yang membuat diri menjadi lebih nyaman. Setelah peneliti menjelaskan prosedur kegiatan pada pertemuan kedua, selanjutnya peneliti merefleksi
hasil
kegiatan
pada
pertemua
pertama
yang
dilaksanakan pada tanggal 8 Agustus 2015, dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan tentang kecemasan dan teknik desensitisasi sistematis, hasilnya siswa masih ingat dan masih memahami serta mengerti maksud dari kecemasan dan teknik desensitisasi sistematis. Pada kegiatan inti pertemuan kedua ini, peneliti memberikan stimulus bahwa kecemasan dalam menghadapi Ujian Semester dapat diturunkan dengan menggunakan teknik desensitisasi sistematis yang mana penggunaan relaksasi ditekankan dalam penggunaan teknik ini. Siswa tampak antusias untuk mengikuti proses pelatihan relaksasi atau membuat kondisi menjadi lebih nyaman. Antusiasme yang ditunjukkan siswa membuat peneliti menjadi lebih mudah dalam memberikan pelatihan relaksasi. Peneliti memulai dengan memberikan penjelasan mengenai tahapan-tahapan untuk mencapai kondisi nyaman, kemudian peneliti memberikan contoh terlebih dahulu pada salah satu siswa
88
dan siswa yang lainnya memperhatikan terlebih dahulu. Kondisi lingkungan yang kurang kondusif menjadi penghambat proses relaksasi namun peneliti mencoba mengalihkan perhatian siswa terhadap lingkungan yang sedikit kurang kondusif ke musik relaksasi. Setelah proses pelatihan relaksasi pada satu siswa selesai, sebelum melanjutkan ke pelatihan pada semua siswa, terlebih dahulu peneliti menanyakan kepada siswa yang telah direlaksasi prihal yang dirasakan, siswa lain juga mendapatkan kesempatan untuk bertanya pada teman yang telah direlaksasi. Dari jawaban siswa atas pertanyaan yang dilontarkan dapat disimpulkan bahwa awalnya siswa tersebut mengaku terganggu dengan suara siswa dari kelas lain yang sedang mengikuti kegiatan ektrakulikuler bola voli namun lambat laun menghilang dan berganti menjadi alunan suara musik yang membuat kondisi menjadi nyaman, siswa juga mengakui kalau dirinya menjadi seperti lebih ringan dari yang sebelumnya yaitu, pikiran menjadi lebih tenang. Pelatihan dilanjutkan pada 4 siswa yang tersisa secara bersamaan dan 1 siswa mengamati proses pelatihan relaksasi. Sama halnya dengan yang sebelumnya proses pelatihan pada 4 siswa secara bersamaanpun berjalan dengan baik, selanjutnya diadakan diskusi untuk menanyakan perasan siswa setelah direlaksasi.
89
Sebelum kegiatan diakhiri peneliti menyimpulkan kegiatan pada pertemuan kedua ini. Secara umum semua siswa dapat mengikuti pelatihan dengan baik dan dapat mengikuti kegiatan kedua ini dengan baik dan antusias. Siswa sudah memahami makna relaksasi dalam teknik desensitisasi sistematis ini, siswa juga mampu mencapai titik kenyamanan dengan sangat baik. Hasil dari pertemuan kedua ini, berdasarkan hasil wawancara atau diskusi dengan siswa, walaupun masih tahap pelatihan namun siswa mengakui menjadi lebih semangat dan optimis, hal itu terlihat saat siswa menjadi lebih merasa lebih bahagia setelah memahami manfaat teknik desensitisasi sistematis. Kegiatan pada hari kedua ini ditutup dengan evaluasi dan refleksi oleh peneliti dan diakhiri dengan doa oleh guru bimbingan dan konseling. c. Pertemuan ketiga, 15 Agustus 2015 Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari sabtu, 15 Agustus 2015 pukul 10:45 WIB sampai dengan selesai. Pertemuan ketiga ini dilaksanakan pada mulai jam ke enam pembelajaran dalam kelas. Peneliti sebelumnya meminta izin kepada guru mata pelajaran yang bersangkutan untuk meminjam 5 siswanya yang menjadi subjek dalam penelitian ini. Peneliti, mempersiapkan ruangan dan alat-alat atau media yang akan digunakan pada pertemuan ketiga ini. Kegiatan pada pertemuan ketiga adalah tahapan utama pelaksanaan tindakan dengan pemberian teknik desensitisasi sistematis pada
90
siswa untuk menurunkan kecemasan dalam menghadapi Ujian Semester. Kegiatan diawali dengan berdoa, setelah itu peneliti menjelaskan prosedur kegiatan pada pertemuan ketiga ini. Sebelum memulai proses pemberian tindakan, peneliti melakukan refleksi terlebih dahulu dengan menanyakan hasil pertemuan kedua pada tanggal 8 Agustus 2015, peneliti menanyakan “apakah adik-adik masih ingat tahapan bagaimana cara mencapai rasa nyaman?”, semua siswa menjawab dengan tegas masih ingat tapi masih butuh bantuan untuk menyamankan diri. Hasil dari refleksi dengan siswa, peneliti dapat memprediksikan jika pertemuan ketiga ini juga akan dapat diikuti siswa dengan baik. Kegiatan inti pada pertemuan ketiga ini adalah sebelum memulai proses pemberian tindakan peneliti memberikan stimulus bahwa kecemasan yang dialami siswa dalam menghadapi Ujian Semester dapat diturunkan dimulai dari saat ini. Pada tahapan ini peneliti melakukan proses membantu siswa menurunkan tingkat kecemasan dalam menghadapi Ujian Semester. Proses ini dilaksanakan secara bersamaan, peneliti memulai tahapan ketiga dengan membantu kelima siswa mencapai kondisi senyaman mungkin dalam dirinya melalui relaksasi. Media musik relaksasi yang digunakan sangat membantu siswa mencapai kenyamanan yang maksimal meskipun tempat yang digunakan
91
tidak
begitu
kondusif
karena
terganggu
dengan
proses
pembunganan gedung baru. Setelah semua siswa sampai pada kondisi yang sangat nyaman, dengan mata yang terpejam peneliti memberikan stimulus untuk dibayangkan oleh siswa. Stimulus yang diberikan oleh peneliti adalah empat tingkatan hirarki kecemasan yang telah disepakati bersama pada pertemuan sebelumnya. Peneliti memulai dengan situasi yang paling ringan menimbulkan kecemasan sampai pada situasi yang paling berat yang menimbulkan kecemasan. Proses ini dilakukan berulangulang sampai dengan siswa merasa nyaman dan kondisi siswa tidak mengalami kecemasan lagi. Setelah
proses
pemberian
tindakan
berakhir
peneliti
memberikan semangat kepada siswa dengan kata-kata mutiara yang membangkitkan semangat, sehingga rasa cemas yang disebabkan oleh Ujian Semester perlahan benar-benar menurun dan berubah menjadi kondisi atau sitausi yang membuat siswa lebih nyaman. Langkah
selanjutnya,
peneliti
melakukan
evaluasi
untuk
mengetahui kondisi dan situasi siswa setelah pemeberian tindakan. Siswa mengakui jika awalnya benar-benar takut atau cemas, namun lama kelamaan berangsur menurun rasa takutnya. Siswa juga mengungkapkan bahwa sudah tidak membayangkan
hal buruk
akan menimpa terkait dengan Ujian Semester, siswa menjadi percaya diri, lebih semangat, dan siap untuk menghadapi Ujian
92
Semester dan siswa tidak murung lagi bahkan sudah dapat mengontrol emosinya. Siswa juga mengakui kalau rasa cemasnya terhadap Ujian Semester sudah menurun. Setelah peneliti dan
guru bimbingan dan konseling
mengetahui kondisi siswa benar-benar sudah dapat menurunkan tingkat
kecemasannya
dalam
menghadapi Ujian Semester,
kemudian peneliti memberikan skala post-test pada siswa untuk mengetahui tingkat kecemasan siswa setelah diberikan tindakan. Hasil
dari
post-test
ini
nantinya
akan
digunakan
untuk
membandingkan dengan hasil pre-test yang telah dilakukan sebelumnya Setelah semua
kegiatan selesai dilaksanakan peneliti
menyampaikan kesimpulan dari kegiatan hari ini dan juga seluruh rangkaian kegiatan dari awal sampai pertemuan terakhir. Guru bimbingan dan konseling juga memberikan motivasi dan saran agar siswa selalu optimis dan dapat selalu membuat situasi atau kondisi nyaman dalam segala keadaan yang menyebabkan kecemasan. Sebelum mengakhiri kegiatan, peneliti memberikan pujian pada semua siswa yang sudah mengikuti semua proses kegiatan pemberian tindakan dan akan melakukan proses tindak lanjut apabila pemberian tindakan pada satu siklus ini ternyata belum mampu menurunkan tingkat kecemasan siswa dalam menghadapai Ujian Semester sampai kategori sedang atau rendah. Selanjutnya
93
siswa
diminta
untuk
memberikan
kesan-kesannya
selama
mengikuti proses pemberian tindakan melalui teknik desensitisasi sistematis., siswa mengucapkan terima kasih banyak dan merasa menjadi pribadi yang baru dan lebih baik. Kegiatan diakhiri dengan ucapan terima kasih dari tim peneliti dan ditutup dengan doa.
3. Hasil Tindakan Dalam penelitian ini, tindakan yang dilakukan untuk menurunkan kecemasan siswa dalam menghadapi Ujian Semester dilaksanakan melalui satu siklus yang terdiri dari tiga pertemuan. Tindakan pertama yaitu memberikan penjelasan menganai teknik desensitisasi sistematis dan tentang kecemasan. Pada tindakan pertama ini siswa mengidentifikasi atau memahami kondisi kecemasan yang
ada
dalam dirinya masing-masing, kemudian peneliti menyimpulkan dan menyepakati dengan siswa melalui focus group discussion (diskusi kelompok terarah) dari setiap kondisi atau situasi yang dialami siswa sehingga menjadi suatu hirarki yang terdiri dari empat tingkatan kecemasan secara umum yang di alami oleh siswa. Kondisi atau situasi pertama yang menyebabkan kecemasan adalah khawatir tidak mampu mengerjakan soal, kedua takut gagal dan mengecewakan orang tua, ketiga khawatir akan mendapatkan hambatan dalam Ujian Semester, keempat khawatir tidak memiliki harapan dan cita-cita terhenti.
94
Setalah siswa mengidentifikasi dan memahami kondisi atau situasi yang menyebabkan kecemasan, kemudian lanjut ke tindakan kedua yaitu, pelatihan relaksasi atau membuat kondisi atau situasi dalam diri menjadi lebih tenang dan nyaman. Pelatihan ini dilakukan agar pada saat pemberian teknik desensitisasi sistematis siswa dapat mengikuti prosesnya dengan baik karena telah memahami terlebih dahulu teknik relaksasi. Kegiatan selanjutnya yaitu proses pemberian tindakan dengan menggunakan teknik desensitisasi sistematis, proses ini tidak dilaksanakan dalam satu kali, namun dilakukan berulang kali hingga kecemasan siswa benar-benar menurun dan atau tidak merasakan kecemasan lagi. Dalam pemberian teknik desensitisasi sistematis ini, siswa dapat mengikuti arahan dan petunjuk penggunaan teknik dengan baik. Hasil tindakan dari pelaksanaan teknik desensitiasi sistematis untuk menurunkan tingkat kecemasan siswa dalam penelitian ini dapat dilihat dari hasil post-test yang dilakukan setalah kegiatan pemberian tindakan ketiga selesai. Tindakan dinilai berhasil jika skor yang diperoleh sudah mencapai skor dengan hasil ≤ 101,25 dengan kategori sedang sampai dengan rendah, sehingga membawa pengaruh positif terhadap penampilan belajar dan meningkatkan hasil belajar. Pendapat ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Elliot, dkk (1996: 342), bahwa pada dasarnya kecemasan dalam tingkat rendah sampai sedang
berpengaruh positif
terhadap penampilan belajar siswa, salah satunya dapat meningkatkan
95
motivasi belajar. Sebaliknya, akan memberikan pengaruh buruk apabila kecemasan tersebut pada taraf yang tinggi. Berdasarkan hasil post-test yang dilakukan pada tanggal 15 Agustus 2015 terjadi penurunan dari rata-rata pre-test dan post-test. Berikut ini data dari penurunan skor kecemasan subjek: Tabel 8. Data Penurunan Skor Kecemasan Siswa x Pre-test Penurunan No Nama Skor Skor Kategori
x Post-test Skor
Kategori
1
AD
131
Tinggi
22
109
Sedang
2
DR
128
Tinggi
31
97
Rendah
3
IB
125
Tinggi
29
96
Rendah
4
IO
124
Tinggi
24
100
Rendah
5
UI
125
Tinggi
31
94
Rendah
Rata-rata
126,6
Tinggi
27.4
99,2
Rendah
Dalam Tabel 8 (halaman 96) dapat dilihat hasil dari rata-rata skor tingkat kecemasan siswa mengalami penurunan sebesar 27,4 poin, yaitu dari skor pre-test 126,6 menurun menjadi 99,2 pada skor post-test. Siswa yang mendapatkan skor tingkat kecemasan dengan kategori rendah sebanyak 4 siswa dan 1 siswa mendapatkan skor tingkat kecemasan dengan kategori sedang, yang artinya sudah sesuai dengan hasil kriteria keberhasilan yang ditentukan peneliti.
96
Kecemasan siswa sudah menurun, sehingga siswa tidak lagi membayangkan hal-hal buruk tentang Ujian Semester, tidak menggagap dirinya bodoh, tidak mengaggap semua yang dilakukan sia-sia dan tidak memilik target-target terlalu tinggi yang tidak realistis. Berikut ini disajikan gambar dari rangkuman menurunnya kecemasan siswa dari hasil pre-test dan post-test:
Gambar 5. Penurunan Kecemasan Siswa Menghadapi Ujian Semester Dari Gambar 5 (halaman 97) dapat diketahui bahwa secara skor tingkat kecemasan siswa dalam menghadapi Ujian Semester telah menurun pada satu siklus pemberian tindakan dengan teknik desensitisasi sistematis. Tingkat kecemasan siswa sudah mencapai kondisi yang cukup baik. Secara rata-rata, skor siswa menurun dari kategori tinggi menjadi rendah, dengan demikian skor tersebut sudah mencapai kriteria keberhasilan penelitian sehingga guru bimbingan dan konseling dan
97
peneliti yang menjadi satu dalam tim penelitian sepakat untuk menghentikan penelitian atau tidak melanjutkan ke siklus berikutnya.
4. Refleksi dan Evaluasi Refleksi dilaksanakan melalui diskusi antara peneliti dengan guru bimbingan dan konseling. Pemberian tindakandengan teknik desensitisasi sistematis untuk menurunkan kecemasan siswa dalam menghadapi Ujian Semester pada setiap kegiatan tindakan berjalan dengan baik dan sesuai dengan rencana. Pada setiap pertemuan dalam proses kegiatan pemberian tindakan siswa selalu datang tepat waktu dan mengikuti proses kegiatan dengan antusias, sehingga proses pemberian tindakan dengan teknik desensitisasi sistematis dapat dimulai dengan tepat waktu dan berjalan dengan baik, serta lancar sesuai dengan yang diharapkan oleh tim peneliti. Guru bimbingan dan konseling merasakan telah terjadi perubahan yang sangat baik pada diri siswa. Secara keseluruhan kegiatan pemberian tindakan dengan teknik desensitisasi sistematis pada siswa sudah dapat menurunkan tingkat kecemasan siswa dalam menghadapi Ujian Semester. Dilihat dari hasil post-test pada akhir kegiatan pemberian tindakan sudah menunjukkan penurunan kecemasan siswa, dengan demikian, tim peneliti sepakat tidak akan diadakan kegiatan pemberian tindakan lagi atau tindakan lanjutan untuk membantu siswa dalam menurunkan kecemasan menghadapi Ujian Semester.
98
Dari tabel 8 (halaman 96) dapat dilihat bahwa skor rata-rata kecemasan pada pre-test 126,6 dan post-test 99,2 jadi mengalami penurunan kecemasan sebanyak 27,4 poin, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa penerapan teknik desensitisasi sistematis dapat menurunkan tingkat kecemasan siswa dalam menghadapi Ujian Semester. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini sudah sesuai dengan kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan oleh peneliti yaitu menurunkan tingkat kecemasan siswa dalam menghadapi Ujian Semester dan skor ratarata mencapai kategori rendah sampai sedang. Pada pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini peneliti mengalami banyak hambatan misalnya kondisi lingkungan yang tidak tenang dan kondusif karena kegiatan proses belajar mengajar yang dilakukan di luar kelas seperti olaharga serta sedang dikerjakannya pembangunan gedung baru, akan tetapi semuanya dapat teratasi pada saat pelatihan sehingga tidak mempengaruhi hasil yang telah dicapai.
E. Pengujian Hipotesis Wilcoxon Match Pairs Test Pengujian hipotesis untuk mengetahui teknik desensitisasi sistematis dapat menurunkan tingkat kecemasan siswa kelas X di SMA Negeri 1 Pleret dalam menghadapi Ujian Semester, dapat diketahui melalui analisis data yang diperoleh dari hasil pra tindakan (pre-test) dan pasca tindakan (post-test) dengan menggunakan uji wilcoxon match pairs test. Hasil tersebut dapat diketahui melalui tabel berikut:
99
Tabel 9. Tabel kerja Uji Wilcoxon Subjek
X1
X2
AD DR IB IO UI
131 128 125 124 125
109 97 96 100 94 Jumlah
Keterangan X1 X2 X1-X2 Rangking
X1-X2
Rangking
22 31 29 24 31
4 1 2 3 1
Tanda Jenjang + 4 0 1 0 2 0 3 0 1 0 11 0
: : hasil pre-test : hasil post-test : hasil pre-test – hasil post-test : dicari berdasarkan hasil X1-X2
Setelah perhitungan tabel selesai, masukan hasilnya ke dalam rumus Z, dengan n = 5 dan T = 0 (rangking yang digunakan adalah yang terkecil). Adapun perhitungannya adalah sebagai berikut: (
−
=
(
=
)(
0− (
=
)
( )( .
)
) )
−7,5 ×
=
=
=
−7,5
−7,5 13,75
−7,5 3,7 100
= −2,027 Berdasarkan hasil perhitungan uji wilcoxon tersebut di atas diperoleh zhitungsebesar -2,027, karena nilai ini adalah mutlak sehingga tanda negatif tidak diperhitungkan dan nilai zhitung menjadi 2,027. selanjutnya nilai zhitungini dibandingkan dengan nilai ztabel dengan taraf signifikansi 5%, harga ztabel = 0. Maka zhitung = 2.027 > ztabel= 0, maka Ha diterima. Perhitungan dengan thitung nilainya adalah 11, ttabel untuk n = 5 dengan taraf kesalahan 5% adalah 0, sehingga thitung11≥ttabel 0 atau berarti Ha diterima dan Ho ditolak. Hasil tersebut menunjukan bahwa teknik desensitisasi sistematis dapat menurunkan tingkat kecemasan dalam menghadapi Ujian Semester.
F. Pembahasan Hasil Data Pelaksanaan teknik desensitisasi sistematis dalam rangka menurunkan tingkat kecemasan siswa dalam menghadapi Ujian Semester telah selesai dilaksanakan dengan baik dan telah berjalan sesuai dengan tujuan karena hasil dari rata-rata skala menunjukkan adanya penurunan, yaitu skor rata-rata kecemasan pada pre-test 126,6 dan post-test 99,2 maka mengalami penurunan kecemasan sebanyak 27,4 poin. Penurunan kecemasan siswa menghadapi Ujian Semester pada penelitian ini dilakukan dengan mengubah atau menghapus tingkah laku respon yang berlawanan dengan tingkah laku yang hendak dihapuskan menggunakan teknik desnsitisasi sistematis. Hal ini sejalan dengan pendapat Gantina Komalasari (2011: 193) yang mengatakan bahwa desensitisasi 101
sistematis digunakan untuk menghapus rasa cemas dan tingkah laku menghindar secara bertahap. Desensitisasi sistematis dalam penelitian ini dilakukan dengan menerapkan pengkondisian klasik, yaitu melemahkan kekuatan stimulus penghasil kecemasan, gejala kecemasan dapat dikendalikan dan dihapus melalui penggantian stimulus. Teknik desensitisasi sistematis melibatkan relaksasi untuk melatih siswa mengasosiasikan keadaaan santai atau situasi yang membuat nyaman dan tenang dengan pengalaman pembangkit kecemasan yang dibayangkan atau divisualisasi. Situasi atau pengalaman pembangkit kecemasan dihadirkan dalam suatu rangkaian dari yang paling ringan ke yang paling berat. Purnomo (dalam Ifdil, 2012) mengatakan relaksasi dilakukan pada setiap situasi dalam suatu hirarki yang dimulai dari situasi yang paling kecil menimbulkan kecemasan. Pada penelitian ini situasi atau pengalaman pembangkit kecemasan diurutkan dari kesimpulan dan kesepakatan hasil daftar identifikasi penyebab kecemasan dengan melakukan focus group discussion (urutan hirarki dapat dilihat pada halaman 80-81). Berdasarkan urutan hirarki dari hasil focus group discussion, siswa menempatkan masalah khawatir tidak mampu mengerjakan soal pada penyebab paling berat dan khawatir tidak memiliki harapan dan cita-cita terhenti pada penyebab paling ringan. Urutan hirarki tersebut disimpulkan berdasarkan perspektif dari frekuensi identifikasi kondisi atau situasi yang menyebabkan kecemasan menurut siswa. sedangkan menurut perspektif peneliti urutan hirarki kecemasan seharusnya disusun
102
berdasarkan masalah kehidupan secara keseluruhan.Hal ini sejalan dengan pendapat Wolpe (dalam Corey, 2009: 212) yang mengatakan relaksasi secara psikologis
bertentangan
dengan
kecemasan
yang
secara
sistematis
diasosiasikan dengan aspek-aspek dari situasi yang mengancam. Jadi, urutan hirarki menurut peneliti adalah 4, 2, 3, 1 dari yang paling berat ke yang paling ringan, hal ini dilihat dari keterkaitan situasi atau kondisi penyebab kecemasan satu sama lain. Perbedaan perspektif antara peneliti dan subjek ini seharusnya dinegosiasikan terlebih dahulu pada saat focus group discussion agar terjadi persamaan perspektif. Namun, hal ini baru peneliti sadari setelah penelitian selesai dilaksanakan. Meskipun urutan hirarki tidak sesuai dengan perspektif peneliti, namun penelitian ini masih tetap berjalan sesuai hirarki yang disepakti bersama dalam focus group discussion dan berhasil sesuai dengan yang peneliti harapkan. Sebelum
melakukan
penelitian,
peneliti
memberikan
pre-test
menggunakan skala kecemasan yang digunakan untuk melihat kondisi awal subjek sebelum pemberian tindakan. Berdasarkan hasil pre-test dikelas X.1 dari 28 siswa terdapat 5 siswa dengan kecemasan pada kategori tinggi (lihat Tabel 7, halaman 77). Hal ini menjadikan peneliti dan guru bimbingan dan konseling sepakat untuk melakukan tindakan guna menurunkan tingkat kecemasan dalam menghadapi Ujian Semester pada 5 siswa dikelas X.1 dengan kecemasan pada kategori tinggi. Kecemasan yang dialami siswa tersebut adalah kecemasan ringan, sebagaimana pendapat yang diungkapkan oleh Kartono Kartini (2006: 45) bahwa kecemasan ringan adalah suatu
103
kecemasan yang wajar terjadi pada individu akibat situasi-situasi yang mengancam dan individu tersebut tidak dapat mengatasinya. Hasil dari wawancara dengan 5 siswa tersebut, bahwa kecemasan muncul cukup sering dan tidak dapat dikendalikan sampai mengganggu kegiatan sehari-hari. Dalam penelitian ini, dilakukkan satu siklus dengan tiga kali pemberian tindakan, hasil dari pemberian tindakan tersebut menunjukkan siswa mengalami penurunan kecemasan dalam menghadapi Ujian Semester. Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan pemberian tindakan dengan teknik desensitisasi sistematis dilakukan dengan baik dan benar sesuai dengan tahapan-tahapan yang dijelaskan oleh Gantina Komalasari (2011: 193) yaitu mulai dari analisis tingkah laku yang membangkitkan kecemasan, menyusun tingkat kecemasan, pelatihan relaksasi, sampai dengan pelaksanaan desensitisasi sistematis. Setelah pemberian tindakan selesai, peneliti memberikan post-test menggunakan skala kecemasan yang digunakan untuk mengetahui hasil setelah pemberian tindakan selesai dilakukan.
Hasil dari
post-test
menggunakan skala kecemasan padasiswa yang dilakukan setelah pemberian tindakan ketiga selesai adalah siswa AD menurun dari 131 poin menjadi 109 poin, siswa DR dari 128 poin menjadi 97 poin, siswa IB menurun dari 125 poin menjadi 96 poin, siswa IO menurun dari 124 poin menjadi 100 poin, dan siswa UI menurun dari 125 poin menjadi 94 poin serta hasil rata-rata siswa menurun dari 126,6 poin menjadi 99,2poin (lihat Tabel 8, halaman 96). Dengan demikian, berdasarkan hasil skor yang didapatkan siswa secara rata-
104
rata tersebut sudah mencapai kriteria keberhasilan penelitian, seperti yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya, kriteria keberhasilan penelitian ini adalah skor dengan hasil ≤ 101,25 dengan kategorisasi sedang sampai dengan rendah (lihat Tabel 7, halaman 78), sehingga guru bimbingan dan konseling dan peneliti yang menjadi satu dalam tim penelitian sepakat untuk menghentikan penelitian atau tidak melanjutkan ke siklus selanjutnya. Hasil dari penelitian ini sejalan atau sesuai dengan hasil penelitian relevan yang dilakukan sebelumnya oleh I Gede Tresna pada tahun 2011 mengenai teknik desensitisasi sistematis yang berhasil untuk menurunkan tingkat kecemasan. Meskipun kecemasan dalam penelitian ini telah mengalami penurunan setelah pemberian tindakan dengan teknik desensitisasi sistematis, namun penelitian ini masih bersifat sementara, sehingga guru bimbingan dan konseling serta siswa yang bersangkutan perlu mengulangi lagi. Hal ini sejalan dengan pendapat Marfiati (dalam Ifdil, 2012) yang mangatakan dengan pengkondisian klasik, respon-respon yang tidak dikehendaki dapat dihilangkan namun secara bertahap. Dengan ini, pada akhirnya tingkat kecemasan siswa dalam menghadapi Ujian Semester diharapkan dapat menurun secara permanen.
105
G. Keterbatasan dan Kelemahan Penelitian Selama proses penelitian dilakukan, peneliti menyadari bahwa masih banyak kelemahan dan keterbatasan. Keterbatasan-keterbatasan yang dihadapi peneliti selama penelitian dilaksanakan adalah: 1. Pelaksanaan penelitian dilakukan bersamaan dengan pembangunan gedung baru di sekolah tersebut, sehingga kondisi lingkungan saat penelitian tidak begitu kondusif. Kegiatan belajar mengajar yang dilakukan diluar kelas yang menimbulkan kegaduhan seperti olahraga dan kegiatan ektrakulikuler juga menyebabkan lingkungan menjadi tidak kondusif. 2. Terdapat perbedaan perspektif antara peneliti dengan siswa mengenai urutan hirarki kecemasan dari yang paling berat ke yang paling ringan, namun perbedaan ini baru disadari peneliti setelah penelitian selesai dilaksanakan, seharusnya perbedaan ini didiskusikan pada saat focus group
discussion
agar
terjadi
membuahkan hasil yang lebih efektif.
106
persamaan
persepsi
sehingga
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1.
Penerapan teknik desensitisasi sistematis efektif untuk menurunkan tingkat kecemasan siswa kelas X.1 di SMA Negeri 1 Pleret. Hal ini terbukti dengan penurunan rata-rata skor kecemasan pada siswa yaitu dari kategori kecemasan tinggi saat pre-test menjadi kategori kecemasan rendah saat post-test.
2.
Proses menurunkan kecemasan melalui teknik desensitisasi sistematis yaitu dengan mengidentifikasi kondisi atau situasi penyebab kecemasan yang dirasakan siswa dan mengurutkannya menjadi hirarki penyebab kecemasan dari yang paling ringan ke yang paling berat, kemudian mengubahnya dengan kondisi atau situasi yang membuat siswa menjadi lebih nyaman melalui relaksasi dengan proses berulang-ulang, sehingga membuat kecemasan sedikit demi sedikit menurun atau bahkan sampai tidak merasakan kecemasan lagi.
107
B. Saran Berdasarkan kesimpulan yang sudah dikemukakan sebelumnya, dapat disampaikan beberapa saran diantaranya: 1. Kepada siswa yang sudah mendapatkan pelatihan relaksasi dalam tenik desensitisasi sistematis supaya dapat melatihnya sendiri meskipun tidak didampingi oleh peneliti atau guru bimbingan dan konseling, sebagai suatu keterampilan khusus yang sangat berguna untuk menurunkan tingkat kecemasan yang dapat mengganggu kehidupan sehari-hari dan prestasi akademik. 2. Kepada guru bimbingan dan konseling, terkait dengan proses bimbingan dan konseling disarankan untuk menerapkan teknik desensitisasi sistematis untuk menurunkan tingkat kecemasan siswa. 3. Kepada peneliti selanjutnya dianjurkan untuk lebih memperhatikan lagi prihal dalam mengurutan hirarki penyebab kecemasan, sehingga teknik ini lebih efektif lagi dalam menurunkan tingkat kecemasan siswa.
108
DAFTAR PUSTAKA
Aktual Post. (2014). Pengumuman Hasil Kelulusan SMA 2014. Diakses dari http://m.aktualpost.com/2014/05/pengumuman-hasil-kelulusan-sma2014-dilakukan-hari-ini/.html, pada tanggal 16 Juni 2014, jam 19.30 WIB. Ayu Kurnia Sari. (2013). Penerapan Model Konseling Behavioral dengan Teknik Desensitisasi Sistematis untuk Meminimalisi Tingkat Kecemasan dalam Proses Pembelajaran. LaporanPenelitian. FIP-BKUniversitas Pendidikan Ganesha. Barlow, David & Durand, Mark. (2006). Psikologi Abnormal. (Alih bahasa: Helly Prajitno). Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar. Burhan Nurgiyantoro, Gunawan, & Marzuki. (2009). Statistik Terapan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Corey, Gerald. (2009). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. (Alih bahasa: E. Koswara). Jakarta: Penerbit Refika Aditama. Daswia. (2006). Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Prestasi Pelajar Belajar Siswa Kelas VII Berdasarkan Jenis Kelaminnya. Laporan Penelitian. FIP-BK Universitas Pendidikan Indonesia. Elliot, S.N., Kratochwill, T.R., Litlefield, J., & Travers, J.F. (1996). Educational Psychology (2nd). Madition: Brown and Benemark Company. Gantina Komalasari. (2011).Teori dan Teknik Konseling. Jakarta: Indeks. Ifdil. (2012). Desensitisasi. Diakses dari http://konselingindonesia.com, pada tanggal 9 Oktober 2014, jam 10.19 WIB. I Gede Tresna. (2011). Efektivitas Konseling Behavioral Dengan Teknik Desensitisasi Sistematis Untuk Mereduksi Kecemasan Menghadapi Ujian. Laporan Penelitian. FIP-BK Undiksha Singaraja. Kartini Kartono. (2006). Kenakalan Remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Kemendiknas, Permendikbud No. 144 Tahun 2014 tentang Kriteria Kelulusan Ujian Nasional. Kholil Lur Rochman. (2010). Kesehatan Mental. Purwokerto: Fajar Media Press. Lumbang Gaol. (2014). Pengaruh Teknik Desensitisasi Sistematik Terhadap Pengurangan Tingkat Kecemasan Siswa Kelas XI SMP N 30 Medan dalam Menghadapi Ujian Nasional. Laporan Penelitian. FIP-BK Universitas Negeri Medan.
109
Lutfi Fauzan. (2008). Prosedur Pelemahpekaan Berangsur Terhadap Gangguan Phobia dan Kecemasan. Laporan Penelitian. FIP-BK Universitas Negeri Malang. Musfir Az-Zahrani. (2005). Konseling Terapi. Jakarta: Gema Insani Press. Mustamir Pedak. (2009). Metode Supernol Menaklukan Stres. Jakarta: Hikmah Publishing House. Jeffrey, N., Rathus, A.S., & Greene B. (2005).Psikologi Abnormal. (Alih bahasa: Tim Fakultas Psikologi UI). Jakarta:Penerbit Erlangga. Oei Gin Djing. (2006). Terapi Pijat Telinga. Depok: Penebar Swadaya. Rizka
Ulfah. (2014). Hati-Hati Rasa Cemas Berlebihan. Diakses darihttp://www.kompasiana.com/zkasweetcat/hati-hati-rasa-cemasberlebihan_552c1a926ea83499598b4569.html, pada tanggal 20 Agustus 2014, Jam 19.45 WIB.
Saifuddin Azwar. (2013). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. ----------------------. (2015). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Santrock. J.W. (2007). Perkembangan Masa Hidup. Jakarta: Erlangga. Savitri Ramaiah. (2003). Kecemasan Bagaimana Cara Mengatasi Penyebabnya. Jakarta: Pustaka Populer Obor. Sugiyono. (2007). Statistika Untuk Penelitian dan Aplikasinya. Bandung: Alfabeta. -------------. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. -------------. (2013). Cara Mudah Menyusun Skripsi Tesis dan Disertasi. Bandung: Alfabeta. Siti Sundari. (2005). Kesehatan Mental dalam Kehidupan. Jakarta: Rineka Cipta. Sofyan Willis. (2004). Konseling Individual Teori dan Praktek. Bandung: Alfabeta. Sri Reski. (2013). Makalah Modifikasi Perilaku Desensitisasi Sistematis. Diakses dari http://srireskipsikologi.blogspot.co.id/2013/05/makalah-modifikasiperilaku.html, pada tanggal 18 Maret 2014, jam 19.00 WIB. Suwarsih Madya. (2011). Teori dan Praktik Penelitian Tindakan. Bandung: Alfabeta.
110
Tabloid Nova (2014). Cemas Berlebihan Mengganggu Kesehatan. Diakses darihttp://m.tabloidnova.com/layout/set/print/Nova/Kesehatan/Umum/Ce masBerlebihanMenggangguKesehatan.html, pada tanggal 14 Juni 2014, jam 20.00 WIB. Yustinus Semiun. (2006). Teori Kepribadian dan Terapi Psikoanalitik Freud. Yogyakarta: Kanisius.
111
LAMPIRAN 1. UJI COBA SKALA KECEMASAN
112
A. Petunjuk Penggunaan 1. Isilah identitas diri secara lengkap pada bagian yang telah disediakan. 2. Pada penelitian ini tidak ada jawaban benar atau salah, baik atau uruk, sehingga tidak ada jawaban yang dianggap salah. Semua jawaban adalah benar, jika anda menjawab sesuai dengan keadaan anda. 3. Informasi yang anda berikan melalui skala ini tidak berdampak pada siapapun. Peneliti akan menjaga kerahasiaan anda. 4. Baca dan pahami baik-baik setiap butir pernyataan, kemudian jawablah semua pernyataan tersebut sesuai keadaan atau kondisi yang anda alami saat ini atau akhir-akhir ini yang mengganggu aktifitas anda. 5. Berilah tanda check list () pada salah satu dari empat pilihan jawaban yang tersedia. Adapun pilihan jawabannya adalah sebagai berikut: SS
: Apabila pernyataan Sangat Sesuai dengan yang anda rasakan.
S
: Apabila pernyataan Sesuaidengan yang anda rasakan.
TS
: Apabila pernyataan Tidak Sesuai dengan yang anda rasakan.
STS
: Apabila pernyataan Sangat Tidak Sesuai dengan yang anda
rasakan. 6. CONTOH Contoh soal : No 1
Pernyataan Jantung berdebar atau berdetak lebih cepat dari biasanya.
113
SS
S
TS
STS
Apabila pernyataan diatas sangat sesuai dengan yang anda rasakan, maka berilah tanda check list () pada pilihan jawaban Sangat Sesuai (SS). No 1
Pernyataan
SS
S
TS
STS
Jantung berdebar atau berdetak lebih cepat dari biasanya.
Apabila anda hendak mengganti jawaban, berilah tanda (=), kemudian buatlah tanda check list () baru. Contoh : No 1
Pernyataan
SS
Jantung berdebar atau berdetak lebih cepat dari biasanya.
S
TS
≠
7. Atas partisipasi dan ketersedian anda peneliti mengucapkan terima kasih.
B. Identitas Responden 1. Nama Lengkap
: ……………..……………………………………..
114
STS
2. Jenis Kelamin
: L/P
3. Kelas
: ..…………………………………………………..
4. Tanggal Pengisian
: ……………………………………………..……..
Isilah sesuai dengan petunjuk diatas ! No
Pernyataan
SS
Ketika akan menghadapi Ujian Semester saya merasa…… 1
Otot bagian leher atau rahang tegang/kaku.
2
Mendadak sulit berbicara atau gagap.
3
Penglihatan kabur atau buram.
4
Badan menjadi lemas.
5
Wajah berubah pucat
6
Sakit atau nyeri pada bagian dada.
7
Jantung berdebar atau berdetak lebih cepat dari biasanya.
8
Sulit untuk bernafas atau sesak nafas.
9
Kerap menarik nafas.
10
Perut melilit.
11
Mual, kembung, hingga merasa ingin muntah.
12
Berat badan menurun.
13
Buang air kecil berulang kali.
14
Tidak dapat menahan buang air kecil.
15
Mulut terasa kering.
115
S
TS
STS
16
Mudah berkeringat.
17
Pusing atau sakit kepala
18
Bulu roma berdiri
19
Mudah tersinggung.
20
Tidak mudah tersinggung
21
Sensitif (emosional).
22
Tidak sensitif.
23
Takut nilai yang didapatkan buruk.
24
Khawatir tidak mampu mengerjakan soal.
25
Salah satu bagian tubuh gemetar.
26
Gelisah.
27
Tenang atau tentram.
28
Grogi (Nerveus).
29
Tidak canggung.
30
Mudah Terkejut,
31
Tidak mudah terperanjat (kaget).
32
Mudah menangis.
33
Tidak mudah menangis (tegar).
34
Takut dengan suasana ujian.
35
Tetap tenang dengan suasana ujian.
36
Takut menghadapi soal ujian.
37
Tetap tenang dalam menghadapi soal ujian.
116
38
Takut melihat pengawas.
39
Tidak takut melihat pengawas.
40
Ragu-ragu dalam menjawab soal ujian.
41
Yakin dalam menjawab soal ujian.
42
Daya ingat menurun.
43
Daya ingat tidak menurun.
44
Pikiran tiba-tiba kosong atau blank.
45
Daya konsentrasi melemah.
46
Daya konsentrasi tidak melemah.
47
Pikiran menjadi galau.
48
Pikiran nyaman.
49
Berpikiran berbuat curang.
50
Berpikiran akan gagal dalam ujian.
51
Berpikiran akan berhasil dalam ujian.
52
Berpikiran soal yang dikeluarkan pasti sulit.
53
Berpikiran tidak memiliki harapan lagi.
54
Berpikiran akan mendapatkan hambatan dalam ujian.
55
Berpikiran tidak mampu mengerjakan soal ujian.
56
Sulit tidur (Insomnia).
57
Mudah tidur.
58
Tidur tidak pulas.
59
Tidur pulas.
117
60
Mimpi buruk.
61
Bangun tidur kondisi tubuh lesu.
62
Bangun tidur kondisi tubuh fit.
63
Mengalami sensasi panas dingin.
64
Lebih suka menyendiri.
65
Lebih suka berkumpul dengan teman.
66
Tidak tenang dalam mengerjakan sesuatu hal.
67
Tetap tenang dalam mengerjakan sesuatu hal.
68
Cenderung menjadi pemurung.
69
Menjadi malas
70
Menjadi rajin.
118
LAMPIRAN 2. REKAPITULASI UJI COBA SKALA KECEMASAN
119
DATA KECEMASAN PESERTA DIDIK NO
NAMA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Adinda Risqia Fadhila Akbar Adji Baskoro P Almareta Dicka Lathifah Anggit Agus Prabowo Arum Setyaningsih Astri Kurniwati Azahra Esa Susila Bimantara Sakti Cahyandra Yan U Dewi Fitri Astuti Dhestya Chris Defanti Dika Nanda Pangestu Dwi Nur Aini Dyah Annisa Fachrul Hidayat Fajar Afiat Wijaya Fani Rizka Irawan Fifiana Dwi Anggraini Firdaus Galuh Prihastu Galih Ramadhan Al Waasith Heppy Norma Dwi J Ika Fatma Febriani Irfan Ariq Dhaifullah Irma Purnamasari Izha Nur Rahmania Kalista Ekaluari Lily Kusuma Wardani Lingga Altiara Devinta Mega Putri Handayani Muhammad AndreaN Nabilatulfikra Shanelia Z Nadia Sekar Nurlitasari Niko Astano Rachma Riadicha Millenia Saniyya Putri D Siyamtri Sonia Arba Fortuna W Vina Rahmatika Wakhid Choirur Rizki Yanuar Fikri
1
2 3
4 5
6 7
3 1 1 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 1 3 2 1 3 1 2 2 1 2 2 1 2 1 1 1 1 3 2 1 2 2 2 3 3 2 1 75
2 1 1 2 2 2 1 2 1 3 2 3 2 1 2 2 1 3 2 2 2 1 2 3 1 2 2 2 1 3 2 2 2 2 2 2 1 2 1 1 73
2 1 1 3 2 2 1 3 2 1 2 3 3 1 2 3 2 1 1 3 2 2 2 1 1 2 3 3 3 2 2 3 2 2 3 1 2 2 2 1 80
2 1 2 3 1 2 2 2 1 2 2 2 3 2 2 2 1 2 1 3 2 1 1 1 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 1 1 2 1 1 68
2 1 1 1 1 1 2 3 1 3 2 1 2 2 2 1 1 1 4 3 2 1 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 1 68
2 1 1 2 2 1 2 2 1 1 2 2 3 1 3 2 2 2 1 1 2 1 2 1 1 2 3 3 2 1 3 2 1 2 3 1 2 3 1 1 71
KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN SEMESTER nM 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 2 3 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 3 3 4 3 1 1 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 1 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 1 1 2 2 1 1 1 1 2 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 3 1 2 160 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 3 4 3 4 4 2 1 1 1 1 2 2 4 1 2 1 2 2 1 2 2 1 1 2 1 3 3 3 2 2 1 1 2 3 1 2 1 1 2 1 2 1 1 2 1 3 4 1 2 2 1 1 121 2 2 3 3 1 3 2 2 3 1 1 2 1 2 2 2 3 3 3 2 2 2 3 2 4 3 2 2 2 3 2 3 2 3 1 3 2 2 2 2 1 1 1 1 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 1 2 1 3 1 137 2 4 2 2 4 2 1 3 2 4 3 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 2 1 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 2 3 2 4 3 4 4 4 4 2 3 3 3 4 4 3 3 3 1 1 208 1 2 1 1 3 2 2 3 3 2 2 1 2 3 4 3 2 3 2 2 2 4 1 3 1 2 2 2 3 2 2 4 3 3 3 4 2 3 3 2 3 2 2 2 3 2 3 3 3 4 2 4 3 3 3 2 2 2 3 3 3 2 3 170 2 3 2 1 1 2 2 1 3 2 2 3 3 2 3 3 3 2 1 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 1 2 2 3 4 3 3 1 1 2 2 1 1 2 3 3 3 2 4 2 2 2 3 2 2 3 3 1 1 153 2 2 2 2 2 2 4 4 4 4 3 3 3 2 2 2 2 4 2 2 1 3 4 3 3 1 2 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 2 3 3 1 3 2 2 3 1 1 2 2 2 3 3 1 3 2 2 3 2 1 1 1 2 1 147 3 2 4 3 2 2 2 3 2 2 1 1 3 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 2 3 3 1 3 2 2 3 1 1 2 1 2 2 3 1 2 4 1 2 1 2 1 2 2 3 1 2 2 3 2 2 3 2 1 1 2 1 2 1 136 1 2 1 1 1 1 3 3 3 4 1 1 1 2 2 3 3 1 3 2 3 1 1 1 4 4 3 3 4 3 4 2 4 1 3 4 4 3 1 3 3 4 3 1 4 1 3 4 1 1 4 4 1 2 2 1 1 1 2 1 1 3 1 155 2 2 1 3 2 3 3 1 3 3 2 2 2 1 1 2 1 2 2 3 3 1 3 2 2 3 1 1 2 1 2 2 3 1 3 1 2 1 2 2 4 3 2 2 1 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 161 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 150 1 1 2 1 2 2 3 1 3 1 2 1 2 1 3 2 2 1 1 3 2 3 3 1 1 1 2 3 3 2 3 3 2 1 2 3 3 3 1 1 2 3 1 1 2 1 2 2 3 1 3 1 2 1 2 2 1 2 2 13 2 2 1 147 2 4 3 1 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 4 4 4 4 3 3 3 2 2 2 2 4 2 4 2 3 3 3 2 3 3 4 4 3 3 3 1 2 1 3 2 3 3 3 3 2 3 1 4 3 4 3 3 3 3 1 3 3 184 2 1 2 2 3 2 2 3 2 3 3 2 2 2 3 2 1 2 3 3 3 2 2 2 3 2 4 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 3 2 1 2 2 3 2 2 3 2 3 3 2 2 2 3 2 1 2 2 151 2 2 1 2 2 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 2 1 1 2 3 4 3 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 1 3 2 2 3 1 1 2 1 2 2 3 1 3 1 2 1 2 143 3 4 4 1 1 1 2 3 3 3 2 1 2 4 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 2 2 4 2 4 2 3 3 4 2 4 4 3 4 4 3 3 2 4 2 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 1 2 2 3 2 2 202 2 2 1 1 1 2 2 2 1 2 1 2 1 2 1 3 3 2 2 2 2 3 2 3 3 1 1 2 1 2 2 1 3 2 3 3 1 3 3 2 2 2 1 2 1 2 2 3 2 1 2 2 2 2 2 2 1 1 2 1 2 2 2 129 2 3 2 2 2 2 3 3 3 2 2 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 3 2 3 2 2 1 2 2 2 1 2 3 1 2 2 1 161 1 2 1 2 1 2 2 2 1 1 1 1 1 2 1 2 2 3 3 1 3 2 2 3 1 1 2 1 2 2 2 2 3 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 2 2 1 2 1 1 1 1 1 113 2 3 2 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 3 4 3 4 4 2 1 1 1 1 2 2 4 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 3 3 3 4 1 1 1 2 2 3 3 2 2 3 3 2 2 3 3 3 2 3 1 2 2 3 2 144 2 3 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 3 3 3 4 4 2 4 4 3 3 2 3 2 2 3 2 4 2 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 4 3 4 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 184 2 3 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 3 2 4 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 1 2 2 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 2 1 1 2 1 2 1 1 1 132 1 1 1 2 1 1 1 1 1 3 1 1 4 1 2 4 3 1 3 3 1 4 1 2 1 2 1 2 2 3 1 2 2 3 2 2 3 3 3 2 3 1 3 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 1 2 2 2 2 1 2 2 133 1 1 1 2 1 3 4 3 3 1 2 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 2 3 3 1 3 2 2 3 1 1 2 1 2 2 3 1 3 1 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 4 4 4 4 3 3 3 2 2 2 2 4 2 142 1 2 3 2 2 2 1 3 1 2 1 1 1 2 1 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 4 2 2 2 4 3 3 2 2 3 3 1 1 2 1 2 2 1 3 2 3 3 1 3 3 2 2 2 1 137 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 3 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 156 2 2 3 2 3 3 1 1 2 3 2 2 2 2 4 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 1 1 1 1 2 1 2 2 3 3 1 3 2 2 3 2 1 1 1 2 1 1 1 2 1 3 4 3 3 1 2 143 2 2 3 2 3 3 1 1 2 1 2 2 1 3 2 3 3 1 3 3 2 2 2 1 1 1 1 2 1 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 3 3 1 3 1 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 139 3 3 4 1 1 1 2 3 2 2 1 3 3 2 3 4 2 2 3 3 3 3 3 3 1 1 1 2 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 1 4 1 2 2 3 3 2 2 3 3 1 1 3 1 2 3 3 2 2 2 2 3 2 161 2 3 3 1 1 1 2 3 3 2 3 3 2 1 2 3 3 3 1 1 4 1 2 1 1 2 1 1 1 2 3 3 2 2 2 1 1 2 1 1 2 3 2 1 2 2 3 2 2 3 2 3 3 2 2 2 3 2 1 1 1 1 1 136 3 2 2 2 2 2 2 2 4 4 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 4 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 141 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 3 3 4 3 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 3 2 2 1 162 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 3 1 2 4 3 2 1 2 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 4 2 2 1 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 1 132 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 4 2 2 2 4 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 3 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 158 2 3 2 2 2 2 2 3 3 3 2 3 3 3 4 2 4 2 4 3 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 2 2 2 3 3 2 2 2 1 1 2 171 2 3 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 2 3 2 2 2 1 3 1 2 1 1 1 2 1 1 1 2 1 2 2 3 2 2 3 2 1 1 1 2 1 1 1 2 1 3 4 3 3 1 2 2 1 3 1 1 1 1 1 1 114 1 3 2 1 1 2 2 3 2 2 2 1 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 1 1 1 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 1 2 2 136 2 3 2 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2 4 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 3 2 3 3 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 167 1 3 2 1 1 2 2 3 3 2 2 1 2 2 2 3 3 2 1 3 4 2 2 2 1 2 2 2 3 1 2 2 3 3 2 2 3 3 3 2 3 1 2 2 3 2 3 3 2 3 3 3 2 2 3 2 2 1 3 2 2 2 2 151 1 2 1 2 1 1 1 2 3 3 1 1 4 1 2 3 3 1 3 2 3 3 2 4 1 1 1 1 1 1 1 1 3 2 2 3 3 1 3 1 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 2 3 1 1 2 117
3 3 1 4 3 3 1 2 3 1 3 3 3 3 2 3 2 3 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 1 3 3 2 2 4 2 1 99 73 95 81 68 70 74 82 89 94 87 74 72 88 85 95 116 106 90 91 94 102 96 90 94 76 80 83 82 90 79 88 88 94 80 94 94 99 102 100 91 98 75 81 77 92 68 85 83 86 99 89 98 81 85 93 85 83 79 82 91 72 75 67
120
N 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70
KATEGORISA SI SEDANG RENDAH RENDAH TINGGI SEDANG RENDAH RENDAH RENDAH SEDANG SEDANG RENDAH RENDAH SEDANG RENDAH RENDAH TINGGI RENDAH SEDANG RENDAH RENDAH SEDANG RENDAH RENDAH RENDAH RENDAH SEDANG RENDAH RENDAH SEDANG RENDAH RENDAH SEDANG RENDAH SEDANG SEDANG RENDAH RENDAH SEDANG RENDAH RENDAH
RELIABILITY /VARIABLES=A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z AA AB AC AD AE AF AG AH AI AJ AK AM AN AO AP AQ AR AS AT AU AV AW A X AY AZ BA BB BC BD BE BF BG BH BI BJ BK BL BM BN BO BP BQ BR /SCALE('ALL VARIABLES') ALL /MODEL=ALPHA /STATISTICS=DESCRIPTIVE SCALE /SUMMARY=TOTAL.
Reliability [DataSet0]
Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N Cases
Valid a
Excluded Total
% 40
100.0
0
.0
40
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.908
69
Item Statistics Mean
Std. Deviation
N
A
1.88
.723
40
B
1.82
.636
40
121
C
1.70
.723
40
D
2.00
.751
40
E
1.78
.733
40
F
1.70
.608
40
G
2.48
.784
40
H
1.82
.594
40
I
2.38
.807
40
J
2.02
.862
40
K
1.70
.608
40
L
1.75
.742
40
M
1.85
.662
40
N
2.05
.749
40
O
2.22
.891
40
P
2.35
.834
40
Q
2.18
.931
40
R
1.85
.662
40
S
1.80
.723
40
T
2.20
.853
40
U
2.12
.822
40
V
2.38
.952
40
W
2.90
.928
40
X
2.65
.921
40
Y
2.25
.954
40
Z
2.28
.933
40
AA
2.35
.864
40
AB
2.55
.815
40
AC
2.40
.810
40
AD
2.25
.670
40
AE
2.35
.864
40
AF
1.90
.810
40
AG
2.00
.716
40
122
AH
2.08
.859
40
AI
2.05
.639
40
AJ
2.25
.870
40
AK
1.98
.577
40
AM
2.20
.723
40
AN
2.35
.834
40
AO
2.00
.641
40
AP
2.35
.770
40
AQ
2.35
.834
40
AR
2.48
.716
40
AS
2.55
.714
40
AT
2.50
.816
40
AU
2.28
.751
40
AV
2.45
.846
40
AW
1.88
.883
40
AX
2.02
.862
40
AY
1.92
.656
40
AZ
2.30
.823
40
BA
1.70
.687
40
BB
2.12
.791
40
BC
2.08
.829
40
BD
2.15
.864
40
BE
2.48
.905
40
BF
2.22
.947
40
BG
2.45
.904
40
BH
2.02
.974
40
BI
2.12
.791
40
BJ
2.32
.656
40
BK
2.12
.723
40
BL
2.08
.829
40
BM
1.98
.800
40
123
BN
2.05
.815
40
BO
2.28
1.894
40
BP
1.80
.791
40
BQ
1.88
.822
40
BR
1.68
.616
40
Item-Total Statistics Scale Mean if Item
Scale Variance if
Corrected Item-
Cronbach's Alpha
Deleted
Item Deleted
Total Correlation
if Item Deleted
A
145.52
430.256
.312
.907
B
145.58
434.507
.197
.908
C
145.70
444.523
-.161
.910
D
145.40
425.990
.438
.906
E
145.62
428.599
.362
.906
F
145.70
426.062
.547
.905
G
144.92
423.507
.496
.905
H
145.58
432.251
.305
.907
I
145.02
422.281
.519
.905
J
145.37
429.779
.269
.907
K
145.70
440.626
-.033
.909
L
145.65
426.951
.412
.906
M
145.55
439.126
.021
.909
N
145.35
435.721
.123
.908
O
145.17
426.763
.342
.907
P
145.05
432.767
.193
.908
Q
145.22
424.846
.376
.906
R
145.55
426.767
.473
.906
S
145.60
434.810
.159
.908
T
145.20
438.523
.025
.909
124
U
145.27
421.999
.517
.905
V
145.02
425.410
.352
.907
W
144.50
427.487
.307
.907
X
144.75
423.833
.408
.906
Y
145.15
425.003
.362
.906
Z
145.12
423.958
.398
.906
AA
145.05
415.690
.673
.904
AB
144.85
431.259
.243
.907
AC
145.00
428.718
.321
.907
AD
145.15
437.515
.078
.908
AE
145.05
439.228
.005
.910
AF
145.50
438.154
.039
.909
AG
145.40
435.221
.148
.908
AH
145.32
420.840
.527
.905
AI
145.35
432.233
.283
.907
AJ
145.15
416.079
.657
.904
AK
145.42
433.174
.276
.907
AM
145.20
425.908
.459
.906
AN
145.05
424.818
.426
.906
AO
145.40
434.092
.211
.908
AP
145.05
424.869
.463
.906
AQ
145.05
426.049
.389
.906
AR
144.92
431.148
.285
.907
AS
144.85
428.797
.366
.906
AT
144.90
429.733
.288
.907
AU
145.12
425.599
.451
.906
AV
144.95
423.638
.454
.906
AW
145.52
428.717
.291
.907
AX
145.37
424.240
.427
.906
AY
145.47
434.974
.173
.908
AZ
145.10
420.195
.571
.905
125
BA
145.70
425.497
.500
.905
BB
145.27
423.589
.490
.905
BC
145.32
416.738
.672
.904
BD
145.25
420.192
.542
.905
BE
144.92
422.943
.440
.906
BF
145.17
419.481
.510
.905
BG
144.95
420.510
.507
.905
BH
145.37
424.856
.357
.906
BI
145.27
426.461
.400
.906
BJ
145.08
425.661
.519
.905
BK
145.27
423.897
.528
.905
BL
145.32
425.763
.400
.906
BM
145.42
432.302
.216
.908
BN
145.35
423.567
.474
.905
BO
145.12
431.753
.061
.914
BP
145.60
424.759
.453
.906
BQ
145.52
433.128
.185
.908
BR
145.72
431.640
.318
.907
Scale Statistics Mean 147.40
Variance 440.144
Std. Deviation
N of Items
20.980
69
126
LAMPIRAN 3. SKALA KECEMASAN
127
A. Petunjuk Penggunaan 1.
Isilah identitas diri secara lengkap pada bagian yang telah disediakan.
2.
Pada penelitian ini tidak ada jawaban benar atau salah, baik atau buruk, sehingga tidak ada jawaban yang dianggap salah. Semua jawaban adalah benar, jika anda menjawab sesuai dengan keadaan anda.
3.
Informasi yang anda berikan melalui skala ini tidak berdampak pada siapapun. Peneliti akan menjaga kerahasiaan anda.
4.
Baca dan pahami baik-baik setiap butir pernyataan, kemudian jawablah semua pernyataan tersebut sesuai keadaan atau kondisi yang anda alami saat ini atau akhir-akhir ini yang mengganggu aktifitas anda.
5.
Berilah tanda check list () pada salah satu dari empat pilihan jawaban yang tersedia. Adapun pilihan jawabannya adalah sebagai berikut: SS
: Apabila pernyataan Sangat Sesuai dengan yang anda
rasakan. S
: Apabila pernyataan Sesuaidengan yang anda rasakan.
TS
: Apabila pernyataan Tidak Sesuai dengan yang anda rasakan.
STS 6.
: Apabila pernyataan Sangat Tidak Sesuai dengan yang anda rasakan.
CONTOH Contoh soal :
128
No 1
Pernyataan
SS
S
TS
STS
Jantung berdebar atau berdetak lebih cepat dari biasanya.
Apabila pernyataan diatas sangat sesuai dengan yang anda rasakan, maka berilah
No 1
Pernyataan
SS
S
TS
STS
Jantung berdebar atau berdetak lebih cepat dari biasanya. tanda check list () pada pilihan jawaban Sangat Sesuai (SS).
Apabila anda hendak mengganti jawaban, berilah tanda (=), kemudian buatlah tanda check list () baru. Contoh : No 1
Pernyataan
SS
Jantung berdebar atau berdetak lebih cepat dari biasanya.
S
≠
7. Atas partisipasi dan ketersedian anda peneliti mengucapkan terima kasih.
129
TS
STS
B. Identitas Responden 1. Nama Lengkap
: ……………………………………………………
2. Jenis Kelamin
: L/P
3. Kelas
: ……………………………………………………
4. Tanggal Pengisian
: ……………………………………………………
Isilah sesuai dengan petunjuk diatas ! No
Pernyataan
SS
Ketika akan menghadapi Ujian Semester saya merasa…… 1.
Otot bagian leher atau rahang tegang/kaku.
2.
Badan menjadi lemas.
3.
Wajah berubah pucat
4.
Sakit atau nyeri pada bagian dada.
5.
Jantung berdebar atau berdetak lebih cepat dari biasanya.
6.
Kerap menarik nafas.
7.
Berat badan menurun.
8.
Mulut terasa kering.
9.
Pusing atau sakit kepala
10
Bulu roma berdiri
11.
Sensitif (emosional).
130
S
TS
STS
12.
Tidak sensitif.
13.
Khawatir tidak mampu mengerjakan soal.
14
Salah satu bagian tubuh gemetar.
15.
Gelisah.
16.
Tenang atau tentram.
17.
Tidak canggung.
18.
Takut dengan suasana ujian.
19.
Takut menghadapi soal ujian.
20.
Tetap tenang dalam menghadapi soal ujian.
21.
Takut melihat pengawas.
22.
Tidak takut melihat pengawas.
23.
Yakin dalam menjawab soal ujian.
24.
Daya ingat menurun.
25.
Pikiran tiba-tiba kosong atau blank.
26.
Daya konsentrasi tidak melemah.
27.
Pikiran menjadi galau.
28.
Berpikiran berbuat curang.
29.
Berpikiran akan berhasil dalam ujian.
30.
Berpikiran soal yang dikeluarkan pasti sulit.
31.
Berpikiran tidak memiliki harapan lagi.
32.
Berpikiran akan mendapatkan hambatan dalam ujian.
131
33.
Berpikiran tidak mampu mengerjakan soal ujian.
34.
Sulit tidur (Insomnia).
35.
Mudah tidur.
36.
Tidur tidak pulas.
37.
Tidur pulas.
38.
Mimpi buruk.
39.
Bangun tidur kondisi tubuh lesu.
40.
Bangun tidur kondisi tubuh fit.
41.
Mengalami sensasi panas dingin.
42.
Lebih suka berkumpul dengan teman.
43.
Tetap tenang dalam mengerjakan sesuatu hal.
44.
Menjadi malas
45.
Menjadi rajin.
132
LAMPIRAN 4. HASIL UJI PRE-TEST
133
DATA KECEMASAN PESERTA DIDIK NO
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN SEMESTER NAM JENIS A KELAMIN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 nM AD Perempuan 2 2 2 3 3 3 3 4 2 2 4 4 3 2 3 3 2 4 4 3 2 3 3 3 2 2 4 3 2 4 4 3 4 2 3 4 3 3 3 3 2 2 3 3 3 131 AA Laki-laki 2 3 2 2 4 4 2 2 1 3 3 4 2 2 4 4 1 3 3 2 2 4 3 3 2 4 4 3 3 3 2 2 3 2 4 3 3 2 3 3 2 2 2 2 2 121 BFI Laki-laki 2 2 2 2 4 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 4 2 3 3 2 3 3 2 3 3 4 1 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 1 1 2 2 2 118 BMJ Perempuan 2 3 2 3 2 3 3 2 2 3 3 3 1 4 4 4 4 4 4 1 2 2 1 4 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 3 3 3 4 2 2 117 CLI Perempuan 2 2 2 2 2 3 2 3 2 3 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 99 DPN Perempuan 2 3 3 2 4 2 2 4 3 2 3 2 4 4 4 4 1 2 1 2 1 4 2 2 3 3 2 1 4 1 3 3 3 3 4 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 115 DR Perempuan 2 2 2 2 2 3 3 4 3 4 3 4 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 2 2 1 3 3 2 4 2 2 3 3 3 1 2 3 2 2 2 3 128 DSP Perempuan 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 101 EP Perempuan 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3 2 3 3 2 3 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 4 2 2 2 3 2 3 3 2 3 2 2 2 3 2 2 2 3 3 107 FO Perempuan 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 94 HE Perempuan 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 97 IBN Laki-laki 3 3 2 2 4 3 3 3 3 2 3 2 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 2 3 4 3 3 2 3 2 3 3 2 1 2 2 1 2 2 2 125 IDW Perempuan 2 3 3 3 1 3 3 1 3 2 3 3 3 2 2 2 3 3 2 2 1 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 98 IOP Perempuan 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 2 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 2 4 3 4 3 3 4 3 2 3 2 2 4 3 4 2 3 3 3 124 LA Perempuan 3 3 2 2 3 3 3 3 3 4 4 2 3 3 3 3 2 2 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 2 122 LS Perempuan 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 121 MA Perempuan 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 3 3 2 1 3 3 2 3 2 2 3 4 2 2 2 2 2 1 1 2 1 1 1 2 3 3 3 2 3 3 1 1 2 2 2 97 MF Laki-laki 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 94 ML Laki-laki 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3 2 4 4 3 3 4 2 1 2 3 3 4 3 4 3 3 3 2 2 2 1 2 2 3 4 3 4 3 2 3 2 1 2 2 2 116 MQ Laki-laki 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 4 2 3 3 3 3 2 2 3 4 4 3 3 2 3 2 2 2 2 4 2 2 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 2 114 MI Laki-laki 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 2 3 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 100 MR Laki-laki 2 3 4 3 2 3 2 3 2 3 2 3 4 1 3 4 2 3 1 2 3 4 2 2 2 2 3 3 1 3 4 3 4 2 3 2 3 2 2 3 2 2 4 2 2 117 RB Laki-laki 3 2 1 2 1 2 1 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 3 2 3 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 98 SA Perempuan 2 3 3 3 2 3 1 2 2 3 3 3 3 1 1 1 2 2 3 2 3 4 3 2 4 2 2 2 3 2 2 2 2 4 3 3 4 2 2 2 2 2 2 3 3 110 SP Perempuan 2 3 2 3 3 3 3 2 3 4 2 2 3 2 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 114 SK Perempuan 2 2 2 2 3 3 2 3 3 2 2 3 2 2 3 2 1 2 1 2 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 1 2 2 2 91 UI Perempuan 2 2 3 1 4 3 4 2 3 4 3 4 4 3 3 3 4 3 3 2 2 3 3 3 3 2 2 1 3 2 1 3 2 4 3 3 3 3 1 2 3 3 4 3 3 125 WU Perempuan 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3 3 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 3 4 3 2 2 2 4 2 2 2 2 105
61 66 62 62 73 80 66 72 65 76 75 80 83 67 81 82 65 71 68 62 64 83 69 70 74 69 68 62 62 68 64 68 70 70 77 71 76 63 61 67 63 54 66 61 62
134
N 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45
KATEGORI TINGGI SEDANG SEDANG SEDANG RENDAH SEDANG TINGGI RENDAH SEDANG RENDAH RENDAH TINGGI RENDAH TINGGI SEDANG SEDANG RENDAH RENDAH SEDANG SEDANG RENDAH SEDANG RENDAH SEDANG SEDANG RENDAH TINGGI SEDANG
Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N Cases
Valid a
Excluded Total
% 28
100.0
0
.0
28
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items .877
45
item-Total Statistics Cronbach's Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Corrected ItemItem Deleted
Total Correlation
Alpha if Item Deleted
VAR00001
108.5000
142.333
.107
.877
VAR00002
108.3214
139.782
.300
.875
VAR00003
108.4643
140.776
.177
.877
VAR00004
108.4643
142.332
.076
.878
VAR00005
108.0714
132.587
.503
.871
VAR00006
107.8214
141.115
.204
.876
VAR00007
108.3214
134.078
.569
.870
VAR00008
108.1071
135.507
.400
.873
VAR00009
108.3571
140.386
.216
.876
VAR00010
107.9643
138.036
.272
.876
135
VAR00011
108.0000
134.222
.568
.870
VAR00012
107.8214
135.708
.409
.873
VAR00013
107.7143
136.582
.339
.874
VAR00014
108.2857
136.508
.323
.875
VAR00015
107.7857
134.693
.448
.872
VAR00016
107.7500
136.417
.362
.874
VAR00017
108.3571
135.794
.368
.874
VAR00018
108.1429
136.349
.411
.873
VAR00019
108.2500
130.787
.628
.868
VAR00020
108.4643
139.739
.297
.875
VAR00021
108.3929
135.951
.423
.873
VAR00022
107.7143
137.619
.282
.875
VAR00023
108.2143
135.063
.455
.872
VAR00024
108.1786
133.708
.635
.869
VAR00025
108.0357
137.147
.370
.874
VAR00026
108.2143
137.804
.353
.874
VAR00027
108.2500
138.861
.233
.876
VAR00028
108.4643
139.295
.209
.877
VAR00029
108.4643
137.221
.331
.874
VAR00030
108.2500
135.009
.460
.872
VAR00031
108.3929
136.766
.344
.874
VAR00032
108.2500
138.343
.318
.875
VAR00033
108.1786
135.930
.374
.874
VAR00034
108.1786
137.708
.358
.874
VAR00035
107.9286
140.735
.152
.877
VAR00036
108.1429
136.497
.442
.873
VAR00037
107.9643
137.665
.388
.874
VAR00038
108.4286
138.328
.478
.873
VAR00039
108.5000
142.481
.035
.879
VAR00040
108.2857
140.286
.251
.876
VAR00041
108.4286
137.291
.320
.875
136
VAR00042
108.7500
140.935
.176
.877
VAR00043
108.3214
136.448
.381
.873
VAR00044
108.5000
140.407
.317
.875
VAR00045
108.4643
139.147
.422
.874
137
LAMPIRAN 5. DAFTAR HADIR
138
DAFTAR HADIR PENELITIAN TINDAKAN (ACTION RESEACH) “PENURUNAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI UJIAN SEMESTER MELALUI TEKNIK DESENSITISASI SISTEMATIS PADA SISWA KELAS X DI SMA N 1 PLERET”
Hari/tanggal
:
Kegiatan
:
No.
Subjek Penelitian
Tanda Tangan
1. 2. 3. 4. 5.
Mengetahui,
Pleret,
Guru Bimbingan dan Konseling
Peneliti
SITI QOMARIYAH S.Pd
HADIYA RISYADI
NIP. 19710412 199802 2 008
NIM. 11104244051
139
LAMPIRAN 6. LEMBAR PERSETUJUAN
140
LEMBAR PERSETUJUAN KEIKUTSERTAAN PENELITIAN
Nama
:
Usia
:
Jenis Kelamin (L/P)
:
Kelas
:
Bersedia menjadi subjek penelitian dan mengikuti semua proses penelitian ini secara suka rela dan tanpa adanya paksaan dari pihak manapun. Adapun fasilitas yang akan diperoleh dalam penelitian ini : 1. 2. 3. 4. 5.
Alat tulis Snack Pengalaman baru Penurunan kecemasan dalam menghadapi Ujian Semester Jiwa dan semangat baru
Pleret, Subjek Penelitian
141
LAMPIRAN 7. DAFTAR PENGKONDISIAN
142
DOKUMEN RAHASIA Nama : 1. 2. 3. 4.
Tempat liburan yang paling disukai: Pilih salah satu; pantai, gunung, atau taman: Warna kesukaan: Hal yang membuat kamu nyaman:
DOKUMEN RAHASIA
Nama : 1. 2. 3. 4.
Tempat liburan yang paling disukai: Pilih salah satu; pantai, gunung, atau taman: Warna kesukaan: Hal yang membuat kamu nyaman:
DOKUMEN RAHASIA
Nama : 1. 2. 3. 4.
Tempat liburan yang paling disukai: Pilih salah satu; pantai, gunung, atau taman: Warna kesukaan: Hal yang membuat kamu nyaman:
143
LAMPIRAN 8. DAFTAR IDENTIFIKASI HIRARKI KECEMASAN
144
DOKUMEN RAHASIA Nama :
1
2
3
4
1. 2. 3. 4.
145
LAMPIRAN 9. HASIL UJI POST-TEST
146
DATA KECEMASAN PESERTA DIDIK KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN SEMESTER JENIS NO NAMA KELAMIN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 nM N KATEGORI
1 2 3 4 5
AD DR IB IO UI
Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Perempuan
2 2 2 2 2 10
3 2 2 2 2 11
3 2 2 2 1 10
2 1 2 2 2 9
3 2 2 2 3 12
3 3 3 2 3 14
2 2 1 2 1 8
2 2 1 2 2 9
2 2 1 2 2 9
2 2 2 2 2 10
3 3 2 2 4 14
2 3 2 2 2 11
3 2 2 2 3 12
3 2 2 2 2 11
3 2 2 2 4 13
2 2 2 2 2 10
2 2 3 3 2 12
3 2 2 2 1 10
3 2 2 2 1 10
3 2 2 2 2 11
2 2 3 2 2 11
2 2 3 2 2 11
2 2 1 2 1 8
147
2 2 3 2 2 11
2 2 2 2 3 11
2 3 2 3 3 13
3 2 3 3 3 14
2 3 2 2 2 11
2 2 2 2 1 9
3 2 3 3 2 13
2 3 2 3 1 11
3 2 3 2 1 11
2 2 2 3 1 10
2 3 3 2 3 13
2 2 2 3 1 10
3 3 3 3 2 14
3 2 2 2 1 10
3 2 2 3 2 12
3 2 2 3 2 12
3 2 2 2 3 12
2 2 2 2 3 11
2 2 3 2 1 10
2 2 2 2 2 10
2 2 2 2 4 12
2 2 1 2 3 10
109 97 96 100 94
45 45 45 45 45
SEDANG RENDAH RENDAH RENDAH RENDAH
LAMPIRAN 10. SURAT IZIN PENELITIAN
148
149
150
151
152