Upaya Mengatasi Kecemasan Siswa Kelas IX Dalam Menghadapi Ujian Nasional Melalui Bimbingan Kelompok Di SMP Islam Ngadirejo Temanggung
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Setrata 1
Di Susun Oleh: Barozatul Munadhiroh 10220052 Pembimbing Skripsi Said Hasan Basri S.Psi, M.Psi. NIP.19750427200801 1 008
PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2016
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini ku persembahkan kepada:
“Bapak Muhammad Miftakhul Munir dan Ibu Sundariyah yang telah memberikan dukungan, do’a dan semangat.
v
MOTTO
Jika anak dibesarkan dengan celaan, Ia belajar memaki Jika anak dibesarkan dengan permusukan, Ia belajar berkelahi Jika anak dibesarkan dengan cemooh, Ia belajar rendah diri Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, Ia belajar menyesali diri Jika anak dibesarkan dengan toleran, Ia belajar menahan diri Jika anak dibesarkan dengan dorongan, Ia belajar percaya diri Jika anak dibesarkan dengan pujian, Ia belajar menghargai Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baik perlakuan, Ia belajar keadilan1
1
Dikutip dari Dorothy Law Nolte dalam buku Jalaludin Rahkmat, Refleksi-sosial Seseorang Cendakiawan Muslim (Bandung: Mizan, Cet.X, 1998), hlm. 187
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadiret Allah SWT, Maha Pemberi Kekuatan, Ketabahan serta Kesabaran kepada penulis selama menjalani proses penulisan skripsi yang berjudul “Upaya Mengatasi Kecemasan Siswa Kelas IX Dalam Menhgadapi Ujian Nasional Melalui Bimbingan Kelompok Di SMP Islam Ngadirejo Temanggung”. Tidak lupa penulis panjatkan shalawat serta salam kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, Nabi akhir zaman yang menjadi suri tauladan yang baik. Skripsi ini tidak akan terbit tanpa dorongan dan bantuan banyak orang baik moril maupun materi. 1.
Drs. KH Yudian Wahyudi, MA. Ph.D Rektor Univeristas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
2.
Dr. Nurjannah, M.Si selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
3.
Said Hasan Basri, S.Psi, M.Si. Selaku ketua jurusan Bimbingan dan Konseling Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan serta pembimbing yang selalu bersedia memberikan pikiran, tenaga, waktu dan ilmu untuk mengoreksi, membeimbing dan mengarahkan penulis guna mencapai hasil yang maksimal dalam penulisan skripsi ini.
4.
Dr. Irsyadunnas, M.Ag selaku Penasehat Akademik selama penulis menempuh studi di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
5.
Segenap para Dosen prodi Bimbingan dan Konseling Islam serta UPT Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
6.
Segenap karyawan dan karyawati fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
7.
Bapak Kepala Sekolah SMP Islam Ngadirejo Temanggung beserta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penulisan.
8.
Bapak waljua selaku koordinator BK di SMP Islam Ngadirejo Temanggung.
9.
Teman-teman BKI angkatan 2010 yang selalu memberikan dukungan, inspirasi dan bantuan dalam segala hal untuk menyusun skripsi ini.
Mudah-mudahan semua kebaikan, jasa dan bantuan yang telah Bapak/Ibu dan teman-teman berikan menjadi sesuatu yang sangat berarti dan mendapatkan balasan dean pahala dari Allah SWT. Amin. Akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu penulis mengharap masukan dan saran dari pemerhati untuk perbaikan selanjutnya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi khazanahkeilmuan Bimbingan dan Konseling Islam. Trakhir terimakasih bagi pembaca yang budiman, Jazakumullah Khairan Katsiron semoga skripsi ini bisa bermanfaat. Amin.
Yogyakarta, 21 Juni 2016 Penulis,
Barozatul Munadhiroh NIM 10220052
ABSTRAK
BAROZATUL MUNADHIROH. ”Upaya Mengatasi Kecemasan Siswa Kelas IX dalam Menghadapi Ujian Nasional Melalui Bimbingan Kelompok di SMP Islam Ngadirejo Temanggung”. Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam (BKI) Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2016. Penelitian ini berangkat dari adanya fenomena yang terjadi pada siswa kelas IX di SMP Islam Ngadirejo Temanggung yang cenderung mempunyai kecemasan diri tinggi dalam menghadapi ujian nasional. Sehingga permasalahan yang timbul banyak siswa yang merasa belum siap dalam menghadapi ujian nasional. Akan tetapi usaha yang dilakukan oleh guru BK belum maksimal, karena itu siswa mengikuti kegiatan asrama yang di dalamnya terdapat beberapa kegiatan seperti bimbingan kelompok, bimbingan belajar dan mujahadah untuk menguatkan agama atau spiritualitas siswa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pelaksanaan bimbingan kelompok, dan faktor-faktor yang menyebabkan kecemasan pada diri siswa kelas IX dalam menghadapi ujian nasional di SMP Islam Ngadirejo Temanggung. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif yang dilakukan langsung terhadap obyek yang diteliti (tindakan lapangan) untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan, dengan metode observasi, dokumentasi, dan wawancara. Subyek penelitian guru BK, Wali Kelas, Guru Pendamping, Siswa-siswi kelas IX yang ikut serta dalam bimbingan kelompok di SMP Islam Rejosar iNgadirejo Temanggung. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan kecemasan siswa kelas IX dalam menghadapi Ujian Nasional di SMP Islam Ngadirejo Temanggung, faktor kognitif, Ffaktor biologis, faktor sosial dan lingkungan, dan faktor agama. Sedangkan pelaksanaan bimbingan kelompok di SMP Islam Ngadirejo Temanggung yaitu tahap pembentukkan, tahap peralihan, tahap pelaksanaan, dan tahap pengakhiran. Sehingga dengan adanya faktor-faktor kecemasan yang dapat terungkap dari diri siswa dan tahap-tahap dalam kegiatan bimbingan kelompok, maka dapat mengurangi rasa cemas yang ada di diri siswa kelas IX dan siswa menjadi lebih siap dan mantap dalam menghadapi Ujian Nasional di SMP Islam Ngadirejo Temanggung. Adapun faktor faktor pendukung dalam kegiatan bimbingan kelompok yaitu, adanya keinginan siswa untuk menggali dan menyalurkan potensi dan kemampuannya kepada hal-hal yang positif, kesadaran diri siswa kelas IX yang tinggi, ahli yang mendampingi adalah orang-orang yang profesional (guru BK atau Wali guru BK). Sedangkan faktor penghambat dalam kegaiatn bimbingan kelompok yaitu, masih ada beberapa siswa yang mempunyai rasa cemas dalam dirinya yang lumayan tinggi dalam menghadapi ujian nasional, Kurangnya jumlah konselor atau guru BK, di SMP Islam Ngadirejo Temanggung.
Kata Kunci: Upaya, Kecemasan, Ujian Nasional.
ix
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ...............................................................................................i HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii SURAT PERSETUJUAN SKRIPSI ...................................................................... iii SURAT PERNYATAAN KEASLIAN .................................................................. iv HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................. v MOTTO ................................................................................................................... vi KATA PENGANTAR ............................................................................................. vii ABSTRAK ............................................................................................................... ix DAFTAR ISI ............................................................................................................ xv BAB I
PENDAHULUAN ....................................................................................1 A. B. C. D. E. F. G. H.
Penegasan Judul .................................................................................1 Latar Belakang Masalah ....................................................................6 Rumusan Masalah ..............................................................................11 Tujuan Penelitian ...............................................................................12 Manfaat Penelitian .............................................................................12 Kajian Pustaka ...................................................................................13 Kerangka Teori ..................................................................................15 Metode penelitian ..............................................................................29
BAB II GAMBARAN UMUM BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMP ISLAM NGADIREJO TEMANGGUNG .............................................36 A. Gambaran Umum SMP Islam Ngadirejo Temanggung ....................36 1. Letak Geografis SMP Islam Ngadirejo Temanggung .................36 2. Visi dan Misi SMP Islam Ngadirejo Temanggung .....................37 3. Sarana dan Prasarana SMP Islam Ngadirejo Temanggung .........38 B. Gambaran Umum BK SMP Islam Ngadirejo Temanggung .............39 1. Gambaran Umum BK SMP Islam Ngadirejo Temanggung .......39 2. Profil BK SMP Islam Ngadirejo Temanggung ...........................40 3. Visi dan Misi BK SMP Islam Ngadirejo Temanggung ..............40 4. Struktur Organisasi BK SMP Islam Ngadirejo Temanggung .....42 5. Sarana dan Prasarana BK SMP Islam Ngadirejo Temanggung ...48
x
BAB III FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKABKAN KECEMASAN SISWA, PELAKSANAAN BIMBINGAN KELOMPOK DAN FAKTOR PENGHAMBAT DAN PENDUKUNG DALAM MENGHADAPI UJIAN NASONAL DI SMP ISLAM NGADIREJO TEMANGGUNG ....................................................................................55 A. Faktor-faktor Kecemasan Kelas IX SMP Islam Ngadirejo Temanggung Dalam Menghadapi UN ................................................55 B. Pelaksanaan Bimbingan Kelompok Upaya Mengatasi Kecemasan Siswa Kelas IX Dalam Menghadapi UN ........................59 C. Faktor Penghambat Dan Pendukung Bimbingan Kelompok Di SMP Islam Ngadirejo Temanggung ..............................................72 BAB IV PENUTUP .................................................................................................76 A. Kesimpulan .........................................................................................76 B. Saran-saran .........................................................................................77 C. Kata Penutup ......................................................................................77 DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................78 LAMPIRAN-LAMPIRAN .....................................................................................81
xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul Untuk memahami dan memberikan gambaran yang dijelaskan agar nantinya tidak salah pengertian dalam penulisan maka perlu dijelaskan beberapa istilah dalam judul skripsi “Upaya Mengatasi Kecemasan Siswa kelas IX Dalam Menghadapi Ujian Nasional Melalui Bimbingan Kelompok SMP Islam Ngadirejo Temanggung”, yakni: 1. Upaya Mengatasi Kecemasan Pengertian upaya dalam kamus bahasa Indonesia adalah ikhtiar untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan dan mencari jalan keluar dan sebagainya.1 Berdasarkan makna dalam kamus bahasa Indonesia tersebut, dapat disimpulkan bahwa kata upaya memiliki kesamaan arti dengan kata usaha, dan demikian pula dengan kata ikhtiar, dan upaya dilakukan dalam rangka mencapai suatu maksud, memecahkan masalah, mencari jalan keluar dan sebagainya. Mengatasi dapat diartikan menguasai, mengalahkan, menanggulangi keadaan dan masalah yang sedang dihadapinya.2
1
Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), ed, 3, Cet. Ke-4, hlm. 1250. 2
http://www.artikata.com/arti-358436-mengatasi.html, diakases pada 10 Desember 2015.
1
2
Kecemasan
adalah
kondisi
kejiwaan
yang
penuh
dengan
kekhawatiran dan ketakutan atas apa yang mungkin terjadi, baik berkaitan dengan permasalahan yang terbatas maupun hal-hal yang aneh. Deskripsi secara umum kecemasan yaitu “perasaan tertekan dan tidak tenang serta berpikiran kacau dengan disertai banyak penyesalan”. Hal ini sangat berpengaruh pada tubuh, hingga tubuh dirasa menggigil, menimbulkan banyak keringat, jantung berdegup cepat, lambung terasa mual, tubuh terasa lemas, kemampuan berproduktivitas berkurang hingga banyak manusia yang melarikan diri kedalam imajinasi sebagai bentuk terapi sementara. 3 Kondisi rasa cemas ini bisa berupa fisik maupun psikologis, tetapi pada intinya kecemasan merupakan rasa yang timbul terhadap apa yang sedang dihadapi, yakni atas sesuatu yang kadang-kadang tidak bisa diatasi oleh setiap individu, sehingga mengakibatkan kekhawatiran yang mendalam. Dengan demikian, kecemasan harus diatasi dengan berbagai macam cara. Jadi yang dimaksud dengan upaya mengatasi kecemasan adalah suatu usaha yang dilakukan untuk menghilangkan rasa kekhawatiran dan ketakutan atas apa yang mungkin terjadi. 2. Siswa Kelas IX Dalam kamus besar bahasa Indonesia siswa mempunyai persamaan arti dengan murid, anak didik, dan anak sekolah yaitu anak yang masih dalam usia sekolah, orang yang berguru dan menerima ilmu. 4
hlm. 715
3
Musafir Bin Said, Konseling Terapi, (Jakarta: Gema Insani Press, 2005), hlm. 512.
4
TIM Prima Pena, Kamus Besar Indonesia (Tanpa Kata, Gita Media Press, Tanpa Judul),
3
Siswa kelas IX adalah siswa SMP Islam Ngadirejo Temanggung yang akan menghadapi ujian nasional tahun ajaran 2015/ 2016 yang berjumlah 82 siswa. Jadi yang dimaksud siswa diatas adalah anak yang masih menimba ilmu dan akan melaksanakan ujian nasional di SMP Islam Ngadirejo Temanggung. 3. Ujian Nasional Ujian Nasional bisa disingkat UN/UNAS (selanjutnya akan ditulis dengan UN) adalah sistem evaluasi standar pendidikan dasar dan menengah secara nasional. UN yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sistem evaluasi standar pendidikan dasar dan menengah yang dilakukan di SMP Islam Ngadirejo Temanggung. Persamaan mutu tingkat pendidikan antara daerah yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Pendidikan, Depdiknas di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomer 20 tahun 2003 menyatakan bahwa dalam rangka pengendalian mutupendidikan secara nasional dilakukan evaluasi sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggaraan pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Lebih lanjut dinyatakan bahwa evaluasi dilakukan oleh lembaga yang mandiri secara berkala,menyeluruh, transparan, dan proses pemantauan evaluasi tersebut harus dilakukan secara berkesinambungan. Sedangkan UN menurut Badan
4
Standar Nasional Pendidikan yaitukegiatan pengukuran dan penelitian kompetensi siswa secara nasional pada jenjang pendidikan menengah.5 Jadi yang dimaksud UN dalam penelitian ini adalah suatu ujian yang diselenggarakan oleh tiap-tiap institusi sekolah, baik itu swasta maupun negeri yang dilaksanakan pada akhir masa pembelajaran sebagai bentuk pengukuran kemampuan siswa dan prasyarat dalam menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Adapun dalam penelitian ini, secara khusus peneliti mengacu pada UN pada jenjang pendidikan sekolah menengah pertama di SMP Islam Ngadirejo Temanggung. 4. Bimbingan Kelompok Bimbingan kelompok adalah suatu teknik pelayanan bimbingan yang diberikan oleh pembimbing kepada beberapa siswa dengan tujuan membantu satu, dua atau lebih siswa menghadapi masalah-masalah belajar dengan menempatkan dirinya dalam suatu kehidupan atau kegiatan kelompok yang sesuai.6 Menurut Gazda dalam kutipan Priyatno dan Amni, mengemukakan bahwa bimbingan kelompok disekolah merupakan kegiatan informasi kepada sekelompok siswa untuk membantu siswa menyusun rencana dan keputusan yang tepat. Pengertian di atas menekankan pada kegiatan
5
Lampiran peraturan menteri pendidikan nasional No. 20 Tahun 2007 tanggal 11 juni 2007 tentang strandar penilaian pendidikan, hlm. 2. 6
Dewa ketut Sukardi, Organisasi Bimbingan dan Konseling di sekolah, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), hlm.157.
5
pemberian informasi dalam suasana kelompok dan adanya penyusunan rencana untuk mengambil keputusan.7 Jadi yang dimaksud bimbingan kelompok dalam penelitian ini adalah suatu cara yang dilakukan oleh guru pembimbing dalam membantu siswa dalam usaha meningkatkan kepercayaan diri bagi siswa di SMP Islam Ngadirejo Temanggung. 5. SMP Islam Ngadirejo Temanggung SMP Islam adalah sekolah menengah pertama yang merupakan lembaga pendidikan formal yang menyelenggarakan proses pendidikan selama tiga (3) tahun sesuai dengan kurikulum Nasional yang berbasis kompetensi dan kurikulum yayasan yang terpadu dengan nilai-nilai Islam.8 SMP Islam Ngadirejo adalah sekolah SMP swasta yang terletak di Desa Ngadirejo, Kabupaten Temanggung, Provinsi Jawa Tengah. Sekolah ini menggunakan agama islam sebagai pegangan utama pendidikan agamanya. Berdasarkan penegasan istilah diatas, maka yang dimaksud secara keseluruhan dengan judul “Upaya Mengatasi Kecemasan Siswa Kelas IX dalam Menghadapi Ujian Nasional Melalui Bimbingan Kelompok di SMP Islam Ngadirejo Temanggung” adalah suatu usaha pemberian bantuan dalam mengatasi kekhawatiran siswa kelas XI ketika akan menghadapi UN di SMP Islam Ngadirejo Temanggung melalui bimbingan kelompok. 7
Priyatno dan Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan konseling, (Yogyakarta Rineka Cipta, 2013), hlm. 309. 8
Lihat “Tentang SMP Islam Terpadu Bina Anak Sholeh Yogyakarta”. Dalam (https://dirihari.wordpress.com) diakses pada 11 Desember 2015.
6
B. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan di setiap negara. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentag sistem Pendidikan Nasional, menerangkan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecemasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.9 Pemerintah telah mengambil kebijakan untuk menerapkan UN sebagai salah satu bentuk evaluasi pendidikan. UN wajib dilaksanakan pada semua satuan pendidikan sebagai syarat kelulusan para siswanya. Hal tersebut sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Hasil ujian dapat dijadikan bukti konkrit tentang kesanggupan belajar berfikir secara logis melalui proses yang memenuhi standar kompetensi yang ditentukan dan sesuai dengan prosedur akademik.10 Melihat pentingnya ujian di sekolah sebagai alat untuk mengukur keberhasilan siswa dalam menempuh pendidikan, hal tersebut menjadi tantangan dan beban tersendiri bagi siswa. Menurut Barber sebagaimana yang dikutip oleh Mutmainah, menyebutkan bahwa ujian memiliki konteks sosial 9
Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bab 1. 10
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, bab X (Standar Penilaian Pendidikan).
7
dan implikasi yang menonjol terhadap siswa, karena ujian ini menimbulkan ancaman kedudukan sosial bagi siswa dengan yang lainnya.11 Setiap evaluasi yang mempertaruhkan sesuatu yang dievaluasi, pasti bisa menimbulkan dampak. Seperti UN ini, yang dipertaruhkan adalah kelulusan, oleh sebab itu sedikit banyak akan berdampak pada individu-individu yang menghadapinya, misalnya cemas sebelum UN berlangsung. Kecemasan menghadapi ujian walaupun dianggap sebagai suatu yang wajar dan tidak seluruhnya merugikan bahwa dalam tingkat dibutuhkan siswa terutama yang berkaitan dengan motivasi belajar, akan tetapi pada kenyataannya, kecemasan menghadapi ujian dapat berakibat buruk terhadap hasil prestasi belajar. Bahkan apabila kecemasan tersebut terlalu berlebihan akan mempengaruhi kehidupan akademik dan sosial siswa dan berakibat rendahnya motivasi siswa, kemampuan koping strategi yang buruk dan evaluasi diri yang negatif serta kesulitan berkonsentrasi.12 Setiap diri cenderung memiliki emosi yang berubah-ubah. Rasa cemas merupakan salah satunya, rasa ini timbul akibat perasaan terancam terhadap sesuatu hal yang bisa jadi belum begitu jelas. Kecemasan dapat terjadi terhadap siapapun, kapanpun dan dimanapun tidak terkecuali siswa remaja yang menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP). Penyebab terjadi kecemasan tergantung situasi dan kondisinya, antara lain di sekolah, misalnya terlalu tinggi target kurikulum, iklim pembelajaran yang tidak kondusif,
11
Mutmainah, Hubungan Antara Kecemasan Menghadapi Tes dengan Optimisme, Religiusitas, dan Dukungan Sosial, Tesis (Yogyakarta: Tidak Diterbitkan, 2005), hlm. 5. 12
Ibid, hlm. 6.
8
padatnya pemberian tugas, kurang bersahabatnya sikap dan perlakuan guru, penerapan disiplin sekolah yang ketat, kurang nyamannya iklim sekolah, serta sarana dan prasarana belajar yang sangat terbatas juga merupakan faktor pemicu tebentuknya kecemasan pada siswa yang bersumber dari faktor menejemen sekolah. Faktor lain yang diduga dapat menimbulkan kecemasan pada diri siswa adalah faktor perasaan khawatir berkaitan penyelesaian tugas. Hal ini biasanya terjadi saat siswa akan menghadapi evaluasi pembelajaran di sekolah baik saat ulangan harian, Ujian Tengah Semester (UTS), Ujian Akhir Semester (UAS), dan UN. Siswa merasa sulit menjawab soal, takut salah memilih jawaban, khawatir nilai yang diperoleh rendah dan mengharuskan siswa mengikuti remidial. Kecemasan bisa menjadi penghambat dalam proses belajar mengajar. Sieber mengatakan kecamasan dalam ujian merupakan faktor penghambat dalam belajar yang dapat mengganggu kinerja fungsi-fungsi psikologis seseorang, seperti dalam berkonsentrasi, mengingat, takut gagal, pembentukan konsep dan pemecahan masalah. Pada tingkat kronis dan akut, gejala kecemasan dapat berbentuk gangguan fisik (somatik), seperti gangguan pada saluran pencernaan, sering buang air, gangguan jantung, sesak di dada, gemetaran bahkan pingsan.13 Menurut hasil penelitian Hill, sebagaimana yang dikutip oleh Hasan, membuktikan bahwa kecemasan dapat menjadi faktor penghambat dalam
13
Ibid, hlm. 8.
9
belajar. Penelitian ini melibatkan 10.000 siswa sekolah dasar menengah di Amerika menunjukkan bahwa sebagian besar siswa yang mengikuti tes gagal menunjukkan kemampuan mereka yang sebenarnya disebabkan oleh situasi dan suasana tes yang membuat mereka cemas. Sebaliknya, para siswa ini memperlibatkan hasil yang lebih baik jika berada pada kondisi yang lebih optimal, dalam arti unsur-unsur yang membuat siswa di bawah tekanan dikurangi atau dihilangkan sama sekali. Ini menunjukkan bahwa sebenarnya para siswa tersebut menguasai materi yang diujikan tapi gagal melibatkan kemampuan mereka yang sebenarnya karena kecemasan yang melanda mereka saat menghadapi tes.
14
Mengingat dampak yang ditimbulkan kecemasan
menghadapi ujian beragam, maka perlu diadakan upaya untuk mengurangi kondisi tersebut, dalam penelitian ini peneliti menggunakan bimbingan kelompok. Salah satu cara untuk mengatasi kecemasan siswa dalam menghadapi UN adalah dengan bimbingan kelompok, yang mana dalam bimbingan kelompok adanya interaksi saling mengeluarkan pendapat, memberikan tanggapan, saran dan sebagainya. Dengan demikian siswa bisa mengutarakan permasalahan yang sedang mereka alami dan diharapkan dengan adanya bimbingan kelompok, anak dapat menyelesaikan permasalahannya.15
14
Hasan, Sisi Lain dari Ujian Nasional. (http://spiritentete.blogspot.com) Diakses pada tanggal 1 Desember 2015. 15
Prayitno, Layanan Bimbingan dan Konseling kelompok, (Dasar dan Profil), (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1995), hlm. 75.
10
Melakukan bimbingan secara kelompok biasanya sangat membantu siswa-siswa yang tengah mengalami kesulitan mengatasi kondisi stres yang ditimbulkan karena adanya tantangan kehidupan.Para ketua kelompok membantu para anggotanya berpartisipasi untuk mengurangi dampak dari banyaknya kondisi stress yang nantinya berpotensi memunculkan masalah kesehatan dan kesehatan mental yang diinginkan.16 Bimbingan kelompok ini terutama berfokus pada ekplorasi dan resolusi terhadap masalah-masalah yang menganggu, sehingga siswa-siswa yang terlihat bisa memodifikasi keyakinan, sikap-sikap serta perilaku-perilaku mereka
dan
juga
sangat
bermanfaat
mencegah
masalah-masalah
perkembangan. Para partisipan mempunyai kesempatan untuk melakukan sharing atas pengalaman, pemikiran dan perasaan-perasaan pribadi mereka. Kelompok ini juga mendapat dukungan, dorongan dan umpan baik yang ada kaitannya dengan masalah perilaku, keyakinan dan sikap mereka. Sehingga para siswa bisa menemukan lebih banyak hal dalam diri mereka dan menyadari bahwa mereka mempunyai lebih banyak pilihan dari pada mereka pikirkan sebelumnya dalam kaitannya dengan perubahan perilaku dan sikap mereka.17 Dengan demikian, dapat dirumuskan bahwa bimbingan kelompok adalah salah satu layanan bimbingan kelompok yang dilaksanakan secara berkelompok, kegiatan bimbingan kelompok
merupakan hubungan antar
pribadi yang menekankan pada proses berfikir secara sadar, perasaan-perasaan 16
Ibid, hlm. 76.
17
Kathry Geldard dan David Geldard, Menangani Anak Dalam kelompok “Panduan Untuk Konselor, Guru dan Pekerja Sosial”, hlm. 29-30.
11
dan
perilaku-perilaku
anggota
untuk
meningkatkan
kesadaran
akan
pertumbuhan dan perkembangan individu yang sehat. Hal ini memberi gambaran bahwa kelompok konseling dapat membantu siswa dalam meningkatkan dan membantu siswa agar dapat mengembangkan kemampuan secara optimal. Salah satunya adalah dengan menurunkan kecemasan yang dirasakan siswa dalam menghadapi ujian. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait kecemasan siswa dalam menghadapi UN. C. Rumusan Masalah Penjabaran latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kecemasan siswa SMP Islam Ngadirejo Temanggung dalam menghadapi UN? 2. Bagaimana pelaksanaan bimbingan kelompok mengatasi kecemasan siswa dalam menghadapi UN di SMP Islam Ngadirejo Temanggung? 3. Faktor-faktor apa saja yang menghambat dan mendukung pelaksanaan bimbingan kelompok di SMP Islam Ngadirejo Temanggung dalam menghadapi UN ? D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian. a. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan kecemasan siswa SMP Islam Ngadirejo Temanggung dalam menghadapi UN.
12
b. Mengetahui proses pelaksanaan Bimbingan Kelompok dalam mengatasi kecemasan dalam menghadapi UN di SMP Islam Ngadirejo Temanggung c. Mengetahui
faktor-faktor
yang
menghambat
dan
mendukung
pelaksanaan bimbingan kelompok di SMP Islam Ngadirejo Temanggung dalam menghadapi UN 2. Manfaat Penelitian a. Secara teoritis, diharapkan dapat menambah wawasan dan pemikiran dalam bidang keilmuan bimbingan dan koseling. Khususnya terkait dengan mengatasi kecemasan siswa dalam menghadapi UN melalui bimbingan kelompok b. Secara praktis 1) Bagi penulis: Penelitian
ini
diharapkan
bermanfaat
untuk
menjadi
sumbangan pemikiran, berguna sebagai data untuk kegiatan penelitian selanjutnya, dan mampu memperkaya literatur ilmiah dalam upaya mengatasi kecemasan UN di SMP Islam Ngadirejo Temanggung 2) Bagi sekolah: Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan yang berarti bagi SMP Islam Ngadirejo Temanggung dan khususnya guruguru bimbingan konseling dengan mengatasi kecemasan siswa dalam menghadapi UN melalui bimbingan kelompok.
13
E. Kajian Pustaka Tinjauan pustaka merupakan telaah terhadap penelitian-penelitian terdahulu, buku-buku serta sumber lain yang menunjang dengan penelitian yang akan dilaksanakan. Peneliti menemukan beberapa skripsi yang dianggap relevan dan dapat dijadikan bahan telaah oleh peneliti. Disamping itu, hal ini dikarenakan adanya kemiripan dengan tema permasalahan dalam penelitian ini sehingga menjadi sumber rujukan bagi penulis skripsi ini yakni: Skripsi yang ditulis oleh Yunia Sukmawati yang berjudul “Bimbingan dan Konseling Belajar Dalam Meningkatkan Kepercayaan Diri Menghadapi Ujian Nasional (Studi Kasus di MAN IYogyakarta)” Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa bimbingan dan konseling belajar kelas XII dapat meningkat sebanyak 80% dalam menghadapi UN. Adapun sebagian kecil siswa menyatakan bahwa bimbingan dan konseling belajar tidak berperan dalam meningkatkan kepercayaan diri siswa dikarenakan lebih banyak peran orang tua dalam meningkatkan kepercayaan diri, dan bimbingan belajar di luar biasa lebih meningkatkan kepercayaan diri.18 Skripsi yang ditulis oleh Novita Ardiana yang berjudul “Hubungan Antara Konsep Diridengan Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional Pada Siswa”. Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Hasil dari penelitian menunjukkan adanya hubungan negatif yang
18
Yunia Sukmawati, “Bimbingan dan Konseling Belajar Dalam Meningkatkan Kepercayaan Diri Menghadapi Ujian Nasional (Studi Kasus di MAN Ypgyakarta 1)”, (Skripsi Fakultas Dakwah Universitas Negri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
14
signifikan antara konsep diri dengan kecemasan menghadapi UN yang mengindikasikan bahwa semakin baik konsep diri siswa maka semakin rendah kecemasan yang dialami ketika menghadapi UN.19 Skripsi yang ditulis oleh Kamaruddin dengan judul “Hubungan Antara Efikasi Diri Akademik dengan Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional Pada Siswi MTS Pandureso Kebumen”. Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa MTS Padureso Kebumen mengalami kecemasan yang rendah dalam menghadapi UN begitupun dengan tingkat efikasi diri akademik siswa. Hal ini dapat menjelaskan bahwa efikasi diri akademik dapat menurunkan kecemasan siswa dalam menghadapi UN.20 Jurnal yang ditulis oleh Laila Fida Nabihah Sholehah dengan judul “Factors Causing Student? Anxiety to Face National Examination (FaktorFaktor Penyebab Kecemasan Siswa dalam Menghadapi Ujian Nasional). Dalam penelitian ini, penulis mencoba merumuskan beberapa faktor kecemasan siswa dalam menghadapi UN, sehingga penulis tidak secara langsung melakukan pemecahan masalah terhadap rasa cemas yang dimiliki
19
Novita Ardiana, “Hubungan Antara Konsep Diri (Self Concept) Dengan Kecemasan Menghadapi Ujian Nasionl (UN) Pada Siswa”,(Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta). 20
Kamaruddin, “Hubungan Antara Efikasi Diri Akademik Dengan Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional Pada Siswi MTS Pandureso Kebumen”, (Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta).
15
oleh siswa ketika akan menghadapi UN tetapi hanya mengungkapkan faktorfaktor kecemasa dalam menghadapi UN.21 Berdasarkan beberapa penelitian yang sudah pernah dilakukan diatas, baik berupa skripsi maupun jurnal, terlihat jelas bahwa fokus pembahasan penelitian-penelitian tersebut berbeda dengan fokus pembahasan pada penelitian yang peneliti lakukan, adapun penelitian yang sebelumnya lebih fokus pada metode, subjek penelitian, dan faktor-faktor yang menyebabkan kecemasan. Fokus pembahasan pada penelitian ini yaitu pada “Upaya Mengatasi Kecemasan Siswa kelas IX Dalam Menghadapi Ujian Nasional Melalui Bimbingan Kelompok SMP Islam Ngadirejo Temanggung”, selain itu sejauh penulis ketahui belum ada yang mengembangkan penelitian dengan judul dan pembahasan yang sama disekolah ini. F. Kerangka Teori 1. Tinjauan tentang Kecemasan Menghadapi UN a. Pengertian Kecemasan Menurut Greist dan Javerson, sebagaimana dikutip oleh Dwita dan Johanna mengatakan bahwa kecemasan adalah pengalaman manusiawi yang universal, suatu respon emosional yang tidak menyenangkan dan penuh kekhawatiran sehingga tidak dapat berkonsentrasi dengan baik, suatu reaksi antisipatif, serta rasa takut yang tidak terekspresikan dan tidak terarah, karena sumber ancaman atau pikiran tentang sesuatu yang
21
Laila Fida Nabihah Sholehah, “Factors Causing Student? Anxiety to Face National Examination (Faktor-Faktor Penyebab Kecemasan Siswa dalam Menghadapi Ujian Nasional, (dalam Jurnal Perspektif: Universitas Negeri Jakarta, 2008), hlm. 56.
16
akan datang tidak jelas dan tidak terdefinisikan. 22 Spielberger dalam bukunya Slameto membedakan kecemasan atas dua bagian: kecemasan sebagai suatu sifat (trait anxiety), yaitu kecenderungan pada diri sendiri seseorang untuk merasa terancam oleh sejumlah kondisi yang sebenarnya tidak berbahaya, dan kecemasan sebagai suatu keadaan (state anxiety), yaitu suatu keadaan atau kondisi emosional sementara pada diri seseorang yang ditandai dengan perasaan tegang dan kekhawatiran yang dihayati secara sadar serta bersifat subjektif dan meningginya aktivitas sistem saraf otonom. Sebagai suatu keadaan, kecemasan biasanya berhubungan dengan situasi-situasi lingkungan yang khusus. Misalnya situasi tes.23 Sebagaimana penyakit rohani lain cemas juga dapat menimbulkan bahaya yang serius dalam pribadi seseorang. Jika seseorang diliputi rasa cemas dan bahkan menjadi watak, maka orang itu akan terus menerus dirundung penderitaan batin.24 Hal-hal yang sebenarnya tidak sulit maka akan menjadi sulit dan menyulitkan. Beberapa penjelasan diatas disimpulkan bahwa kecemasan adalah suatu
keadaan
yang
tidak
menyenangkan
penuh
kekhawatiran,
kegelisahan yang menyebabkan hilangnya konsentrasi disertai gejala 22
Anindya Dwita dan Johanna, “Pengaruh Musik Terhadap Kecemasan Penderita Katarak Menjelang Operasi”,Anima,Indonesia Psichological Jourmal, 17-2 (Fakultas Psikologi Universitas Surabaya, 2002), hlm. 180. 23
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995),hlm. 185. 24
Musthafa Fahmi, Kesehatan Jiwa Dalam Keluarga Sekolah Dan Masyarakat,(Jakarta: Bulan Bintang, 1977), hlm. 130
17
fisik dan mental serta penyebab timbulnya tidak jelas atau tidak kelihatan dan lebih karena inteprestasi subjektif dari orang yang mengalaminya. b. Faktor-faktor Penyebab Kecemasan Faktor-faktor munculnya kecemasan, menurut Zakiah Darajat adalah: 1) Rasa cemas yang timbul akibat melihat dan mengetahui adanya bahaya yang mengancam dirinya. 2) Rasa cemas yang berupa penyakit dan terlihat dalam beberapa bentuk, seperti cemas karena sesuatu yang tidak jelas, tidak ada hubungan dengan apa-apa dan cemas dengan benda atau hal-hal tertentu seperti melihat darah. 3) Cemas yang timbul akibat perasaan berdosa atau bersalah karena melakukan hal-hal yang berlawanan dengan keyakinan atau hati nurani.25 Sebagaiman pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa faktor kecemasan dapat disebabkan oleh timbulnya perasaan cemas yakni kurangnya kepercayaan diri siswa terhadap kemampuan yang dimilikinya. Oleh karena itu, banyak siswa yang merasa pesimis dalam menghadapi UN. Sehingga penentuan secara jelas terhadap faktorfaktor yang mempengaruhi kecemasan siswa dalam mengadapi UN dapat membantu memahami sejauh mana batasan-batasan rasa cemas
25
Zakiah Darajat, Kesehatan Mental, (Jakarta: Gunung Mulia, 1978), hlm. 27.
18
yang dialami oleh siswa tersebut, baik secara psikologis maupun kondisi sosial yang dihadapinya. c. Komponen-komponenKecemasan Menurut Calhoun dan Acocella dalam Duwi Rohmah,
26
Komponen-komponen kecemasan dapat dikelompokan menjadi tiga reaksi, yaitu: 1) Reaksi emosional, yaitu komponen kecemasan yang berkaitan dengan presepsi individu terhadap pengaruh psikologi dari kecemasan. Individu merasakan keprihatinan, ketegangan, sedih, mencela diri sendiri atau orang lain. 2) Reaksi kognitif, yaitu ketakutan dan kekhawatiran yang berpengaruh terhadap kemampuan berfikir jernih sehingga menganggu dalam memecahkan masalah dan menguasai tuntutan lingkungan sekitarnya. 3) Reaksi fisiologis, yaitu reaksi yang ditampilkan oleh tubuh terhadap sumber ketakutan dan kekhawatiran. Reaksi ini berkaitan dengan sistem saraf yang mengendalikan berbagai otot, kelenjar tubuh sehingga timbul reaksi dalam bentuk jantung berdetak lebih keras, nafas lebih cepat dan tekanan darah meningkat. Menurut berbagai pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa komponen kecemasan dapat berupa reaksi emosional (keprihatinan, ketegangan,sedih, mencela diri sendiri atau orang lain), reaksi kognitif (sulit berkonsentrasi, sulit menemukan pemecahan masalah), dan reaksi 26
Duwi Rohmah, Hubungan Keimanan Pada Qadha dan Qadar dengan Tingkat Kecemasa Menghadapi Ujian Nasional, Skripsi, (Yogyakarta: Tidak diterbitkan, 2014), hlm. 14.
19
fisiologis (jantung berdetak lebih keras, nafas bergerak lebih cepat dan tekanan darah meningkat). 2. Tinjauan tentang Bimbingan Kelompok a. Pengertian Bimbingan Kelompok Adapun bimbingan kelompok menurut Prayitno adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok, artinyasemua peserta dalam kegiatan kelompok saling berinteraksi, bebas mengeluarkan pendapat, menanggapi, memberi saran, dan lain-lain sebagainya, apa yang dibicarakan itu semuanya bermanfaat untuk peserta yang bersangkutan sendiri dan untuk peserta lainnya.27 Menurut W.S Winkel dalam buku Namoral Lomongga menyatakan bahwa konseling kelompok merupakan pelaksanaan proses konseling yang dilakukan oleh seorang konselor profesional dan beberapa klien sekaligus dalam kelompok kecil. Lebih lanjut menurut Gazda dalam buku Namora Lomongga konseling kelompok merupakan hubungan antara beberapa siswa yang berfokus pada pemikiran dan tingkah laku yang disadarinya. Adapun tujuan konseling kelompok adalah untuk memberikan dorongan dan pemahaman pada siswa untuk memecahkan masalahnya.28
27
28
Prayitno, Layanan Bimbingan dan Konseling kelompok, (Dasar dan Profil), hlm. 198.
Namoral Lomongga, Memahami Dasar-Dasar Konseling dalam Teori dan Praktik, hlm.
198.
20
Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan kelompok adalah suatu aktivitas kelompok yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika dalam kelompok yakni adanya interaksi mengeluarkan pendapat memberi tanggapan dan saran dimana pemimpin kelompok menyediakan informasi-informasi yang bermanfaat untuk membantu individu dalam kelompok tersebut guna mencapai perkembangan yang optimal. b. Tujuan Bimbingan kelompok Dilaksanakannya bimbingan kelompok, sebagaimana diungkapkan oleh Mudyaningsih memiliki beberapa tujuan sebagai berikut: 1) Untuk menolong agar individu lebih baik dalam hubungan sosialnya serta lebih baik sifat-sifat pribadinya. Misalkan seorang anak yang mengalami kesulitan dalam bergaul, egoistis, dan tidak memiliki rasa toleransi maka akan menjadi anak yang memiliki rasa kasih sayang, toleransi, demokrasi, saling menghargai, kerjasama dan lain-lain. 2) Mengatasi masalah yang sifatnya global atau umum sehingga bentuk penyelesaianpun dilakukan dengan cara bersama-sama. Semisal masalah tentang cara belajar yang baik, bimbingan menghadapi UN, dan lain-lain. 3) Adanya permasalahan yang harus diselesaikan dengan cara bimbingan kelompok, yaitu dengan cara berdiskusi dengan cara berkelompok. Karena jika dikerjakan dengan cara individu cenderung untuk saling menyalahkan dan sulit untuk menemukan jawaban yang
21
pasti, akan tetapi dengan bimbingan kelompok setiap individu akan tahu kesalahan-kesalahannya.29 Bimo walgito mengungkapkan tetang tujuan bimbingan kelompok, yaitu: 1) Membiasakan hidup bergaul dengan teman-temannya, karena dalam kelompok adanya belajar untuk mengungkapkan pendapat dan menerima pendapat orang lain. 2) Belajar untuk hidup bersama agar tidak adanya rasa canggung ketika akan hidup dengan masyarakat yang lebih luas. 3) Memupuk rasa gotong-royang.30 Melihat dari alasan dan tujuan yang ada tersebut, maka bimbingan kelompok sudah selayaknya dilaksanakan dilingkungan sekolah dengan tujuan agar senantiasa membantu dan dapat menyelesaikan persoalanpersoalan yang dihadapi siswa, terlebih permasalahan belajar dan hubungan sosial. c. Fungsi Bimbingan Kelompok Fungsi dari layanan bimbingan kelompok di antaranya adalah sebagai berikut:31 29
Mudaningsih, Teknik Pendekatan Secara Kelompok dalam Rangka Membimbing, (Salatiga: Lokakarya Bimbingan, 1973), hlm.46. 30
Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling (Studi dan Karier), (Yogyakarta: Andi Offset. 2010), hlm. 124. 31
Namoral Lomongga, Memahami Dasar-Dasar Konseling dalam Teori dan Praktik, (Jakarta: Kharisma Putra Utama, 2011),hlm. 198.
22
1) Memberikan
kesempatan
yang
luas
untuk
berpendapat
dan
memberikan tanggapan tentang berbagai hal yang terjadi di lingkungan sekitar. 2) Terpecahnya atau teratasinya berbagai permasalahan yang dialami siswa. 3) Membantu siswa dalam memelihara dan mengembangkan keseluruhan kepribadianya secara mantab, terarah dan berkelanjutan. 4) Mempumyai pemahaman yang efektif, objektif, tepat dan cukup luas tentang berbagai hal apa yang mereka bicarakan. 5) Menimbulkan sikap yang positif terhadap keadaan diri dan lingkungan mereka yang berhubungan dengan hal-hal yang mereka bicarakan dalam kelompok. 6) Menyusun program-program kegiatan untuk mewujudkan penolakan terhadap sesuatu hal yang buruk dan memberikan dukungan terhadap sesuatu hal yang baik. 7) Melaksanakan kegiatan-kegiatan yang nyata dan langsung untuk membuahkan hasil sebagaimana apa yang mereka programkan semula. d. Tahap-tahap Pelaksanaan Bimbingan Kelompok Menurut Prayitno, tahap-tahap pelaksanaan bimbingan kelompok dalam bimbingan melalui pendekatan kelompok sangat penting yang pada dasarnya tahapan perkembangan kegiatan kelompok sama dengan
23
tahapan yang terdapat dalam konseling kelompok. 32 Agar bimbingan kelompok dapat terlaksana dengan baik, maka disusun langkah-langkah yang sistematis. Hal tesebut dilakukan guna mempermudah dalam melaksanakan evaluasi serta menentukan tindakan selanjutnya. 1) Tahapan Pembentukan Mengungkapkan pengertian dan tujuan kegiatan kelompok, saling memperkenalkan dan mengungkapkan diri, menjelaskan cara dan asa kegiatan kelompok. Pada tahap ini dilakukan upaya untuk munumbuhkan minat bagi terbentuknya kelompok, yang meliputi pemberian penjelasan tentang kelompok yang dimaksud, tujuan dan manfaat adanya kelompok tersebut, ajakan untuk memasuki dan mengikuti kegiatan.33 2) Tahap Peralihan Pemimpin kelompok menjelaskan apa yang akan dilakukan oleh anggota kelompok pada kegiatan selanjutnya dalam kegiatan kelompok, yaitu kegiatan inti dari keseluruhan kegiatan. Serta membahas suasana yang terjadi dan meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota.34
32
Prayitno, Layanan Bimbingan dan Konseling kelompok Dasar dan Profil, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1995), hlm.40-60. 33
Siti Hartinah, Konsep Dasar Bimbingan Kelompok, (Bandung: Refika Aditama, 2009),
hlm.22. 34
Siti Hartinah, Konsep Dasar...,hlm. 137.
24
3) Tahap Pelaksanaan Kegiatan Mengemukakan masalah atau topik, anggota membahas masalah atau topik secara mendalam, tanya jawab antar anggota dan pemimpin kelompok tentang hal-hal yang belum jelas yang menyangkut masalah atau topik yang sedang dibicarakan.35 4) Tahap Pengakhiran Pemimpin
kelompok
mengemukakan
bahwa
kegiatan
kelompok akan segera berakhir, pemimpin dan anggota kelompok mengemukakan kesan dan hasil-hasil kegiatan, membahas kegiatan selanjutnya.36 e. Metode Bimbingan Kelompok Metode adalah suatu cara untuk memahami suatu objek, adapun metode bimbingan kelompok yaitu:37 1) Metode Teaching Group, yaitu kelompok yang sengaja dibuat oleh guru pembimbing untuk memberikan salah satu aspek dalam bimbingannya, misalnya bagaimana tentang tata cara yang baik, pergaulan, penyesuaian lingkungan rumah atau sekolah, penyelesaian masalah pribadi dan lain-lain.
35
Ibid, hlm 147.
36
37
Ibid, hlm. 151.
Ridwan, Pengantar Efektif Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2004), hlm.24.
25
2) Metode Grup Counceling adalah konseling yang dilakukan dalam kelompok
sehingga
setiap
anggota
kelompok
berkesempatan
menggunakan pengalaman dan kesulitannya. Tujuan dari kedua metode tersebut tidak lain untuk memberikan kemudahan pada diri siswa sehingga dapat memecahkan masalah secara bersama-sama serta memberikan kesempatan kepada anggota kelompoknya untuk melepaskan diri dari sikap puas, keraguraguan, takut dan lain-lain. f. Bentuk-bentuk Bimbingan Kelompok Beberapa bentuk bimbingan kelompok menurut W.S Winkel dalam Namoral Lomongga,38 adalah sebagai berikut: 1) Pelajaran Bimbingan (Group Guidance Class) Ahli bimbingan menghadapi kelompok yang sudah dibentuk untuk keperluan pengajaran. Jadi tidak terjadi pengelompokan kembali, tidak dipertahankan satuan-satuan kelas yang sudah ada. 2) Kelompok Diskusi Dibentuk kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai dengan enam siswa. Siswa mendiskusikan sesuatu bersamaan, masalah yang didiskusikan ditentukan oleh ahli. 3) Kelompok Kerja Siswa mengerjakan suatu tugas bersama dapat berupa tugas studi dan dapat dipakai sebagai sarana dalam rangka pengajaran.
38
Ibid, hlm. 215.
26
4) Home Room Pertemuan kelompok siswa tertentu (25-30) orang tertentu guna kegiatan bimbingan. Kegiatan ini dapat berupa pembahasan suatu masalah, sosiodrama tau persiapan suatu acara. Sedangkan tokoh lain menambahkan dalam beberapa bentukbentuk bimbingan kelompok antara lain: 1) Pembahasan suatu masalah Masalah yang dibahas harus merupakan masalah yang berkaitan dengan perkembangan siswa yang biasanya tidak dibicarakan dalam pelajaran-pelajaran biasa yang menarik bagi siswa, karena sesuai dengan kebutuhan-kebutuhannyadan yang dihadapi oleh sebagian besar siswa. 2) Sosiodrama Kegiatan sosiodrama merupakan suatu dramatisasi dari konflik-konflik yang biasanya timbul dalam pergaulan sehari-hari. Melalui dramatisasi ini para pemain memproyeksikan sikap, perasaan dari orangyang diperlukan. 3) Ekstrakurikuler Ekstrakurikuler adalah macam-macam kegiatan sekolah yang tidak termasuk kurikulum pengajaran tetapi bersifat kegiatan reaktif, kesenian olah raga (di luar jam-jam pelajaran).39 Kegiatan ini dapat dimanfaatkan sebagai aktivitas murid untuk memberikan 39
W.S. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, (Jakarta Gramedia, 1989), hlm. 101
27
kesempatan pada
mereka agar bekerja sama dengan teman,
mendapatkan pengalaman serta mengembangkan diri mengenai bakat dan potensinya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa bimbingan kelompok
memiliki
empat
bentuk-bentuk
yang
terdapat
didalamnya, sehingga aktifitas bimbingan kelompok memiliki kegiatan yang beragam, tidak monoton pada satu kegiatan saja. Hal ini memberikan peluang positif bagi berkembangnya sistem bimbingan kelompok yang lebih baik dan mampu memberikan upaya dalam mengatasi kecemasan siswa dalam menghadapi UN. 3. Perspektif Al-Qur’an Tentang Kecemasan Menghadapi UN Setelah kerja keras dalam proses melaksanakan bimbingan kelompok sebagai bentuk usaha dari siswa dalam menghadapi UN, maka disinilah pentingnya kesiapan mental siswa untuk bisa menerima segala kenyataan yang ada. Disamping tidak mengabaikan kesiapan siswa dalam penguasaan materi yang akan diajukan. Dalam mempersiapkan diri menghadapi UN ini, para siswa sudah banyak dibekali dari pihak sekolah seperti: adanya bimbingan kelompok, try out, les, drill soal-soal, dan pemadatan materi. Disamping
persiapan-persiapan
yang bersifat
keilmuan
atau
akademik sebagaimana diatas, tak sedikit pula sekolah yang membekali siswanya dengan persiapan yang bersifat spiritual untuk menguatkan mental mereka dalam menghadapi UN nanti, baik sebelum, saat pelaksanaan maupun sesudah berlangsungnya UN yakni saat menerimahasil kelulusan.
28
Persiapan spiritual yang dilakukan untuk menghadapi UN adalah dengan berdzikir secarai idividu atau kelompok. Secara esensial berdzikir adalah solusi kejiwaan dan merupakan ketentraman bagi hati yang galau dan takut bagi jiwa yang lemah dan tenggelam dalam materi dan syahwat. 40 Ketika seorang manusia mengingat Tuhannya secara benar dan ikhlas, hatinya akan tenang dan jiwanya pun akan tentram. Sebagaimana firman Allah SWT:
Artinya: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah SWT. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram”.41 Sesungguhnya dzikir dapat menyucikan hati dari berbagai penyakit dan jiwa dari berbagai kotorannya. Dzikir dapat memberikan keamanan, ketenangan, keadilan dan ketentraman kedalam jiwa. Dzikir dapat menghidupkan optimisme dan cita-cita.42Sebagaimana firman Allah SWT:
Artinya: “hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya”.43
40
Amir An-Najar, Psikoterapi Sufistik dalam Kehidupan Modern, trj. Ija Suntana, Hikmah, (Jakarta: PT Mizan Publika, 2004), hlm. 32. 41
Qur’an Digital, Muhammad Toufiq, Versi 1,3.
42
Ibid, hlm. 32.
43
Qur’an Digital, Muhammad Taofiq, Versi 1,3.
29
Implikasi dari ayat diatas, para siswa harus sanggup membawa keinginan lulus UN itu pada bingkai religiusitas, yaitu sebagai bagian dari ibadah atau bagian dari pengabdian kepada Allah SWT dengan begitu, perhatian utamanya ialah pada pelurusan niat dan penyempurnaan ikhtiar agar tercapai amal ibadahnya. Niat bersekolah, belajar dan ingin lulus agar memperoleh keridhoan Tuhan sebagai ultimate goal. Soal hasil lulus atau tidak, serahkan semuanya kepada Allah Yang Maha Mengetahui. G. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan salah satu cara guna mendapatkan data dengan tujuan kegunaan tertentu. 44 Untuk mendapatkan karya ilmiah yang akan dipertanggungjawabkan maka penelitian ini menggunakan metode sebagai berikut: 1. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah jenis penelitian lapangan, yaitu data-data yang akandihasilkan bersumber dari lapangan. Sedangkan sifat penelitian adalah kualitatif yakni bentuk penelitian sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orangorang dan prilaku yang diamati.45 Maka peneliti menguraikan keadaan atau gambaran fakta-fakta yang terjadi di SMP Islam Ngadirejo Temanggung.
44
Sugiyono, Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2007), hlm.
2. 45
Moh. Kasiram, Metodologi Penelitian Kuantitatif- Kualitatif, (Malang: UIN-Miliki Press, 2010), hlm. 175.
30
2. Penentuan Subjek dan Objek a. Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis maupun lisan dengan kata lain responden.
46
Adapun penentuan terhadap subjek
penelitian adalah mereka yang terlibat secara aktif dalam kegiatan bimbingan kelompok, yakni guru BK dan siswa kelas IX SMP Islam. Dengan demikian, subjek peneliti atau informan penelitian ini terdiri dari: 1) Peserta bimbingan kelompok adalah siswa kelas IX yang berjumlah 82 siswa. Dari 82 tersebut kemudian terbagi menjadi 7 kelompok dengan jumlah masing-masing kelompok antara 10-12 siswa. Setiap kelompok diambil secara acak masing-masing siswa dari kelas A sampai F, sehingga anggota kelompok tersebut adalah siswa campuran dari kelas reguler, semi unggulan dan unggulan yang masih mengalami kecemasan dalam menghadapi ujian nasioal di SMP Islam Ngadirejo Temanggung 2) Informan dalam penelitian ini adalah Guru BK SMP Islam Ngadirjo Temanggung sebagai pelaksanaan dalam proses pemberian layanan bimbingan konseling yang membantu segala permasalahan yang dihadapi siswa dan memberikan layanan bimbingan konseling secara keseluruhan guna proses bimbingan agar berjalan dengan baik untuk mencapai hasil yang telah ditetapkan. Data yang didapat adalah dari 46
hlm. 232.
Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: 1996),
31
pengamatan dalam proses bimbingan kelompok dan wawancara secara mendalam. b. Objek penelitian Adapun yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah bimbingan kelompok untuk mengatasi kecemasan dalam menghadapi UN di SMP Islam Ngadirejo Temanggung. Di samping itu, faktor-faktor penting yang menyebabkan kecemasan siswa sangatlah beragama, mulai dari factor bilogis, lingkungan sosial, sampai factor keagamaan. Oleh sebab itu, dalam hal ini objek penelitian yang berupa bimbingan kelompok dirasa sangat perlu dan penting untuk mengatasi kecemasan siswa dalam menghadapi UN. 3. Metode Pengumpulan Data Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Observasi Metode observasi adalah teknik pengumpulan data dimana peneliti mengadakan pengamatan baik secara langsung atau tidak langsung terhadap gejala-gejala, subjek atau objek yang diselidiki, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi khusus yang sengaja diadakan.47 Dalam penelitian ini penulis menggunakan tehnik observasi partisipan yaitu penulis mengadakan observasi dengan turut ambil serta
47
Winarno Surahmat, Pengantar Penelitian Ilmiah; Dasar dan Teknik, (Bandung: Tarsito, 1992), hlm. 162.
32
dalam pelaksanaan layanan bimbingan kelompok terhadap orang-orang yang diobservasi. Adapun data yang akan diungkap melalui observasi ini adalah terkait dengan proses bimbingan kelompok yang di dalamnya terdapat pelajaran bimbingan, kelompok diskusi, kelompok kerja, serta home room, sehingga bentuk-bentuk dari bimbingan kelompok ini dapat diobservasi secara mendalam dan komprehensif. Sementara itu, tempat observasi dilakukan di sekolah SMP Islam
Temanggung tepatnya
melalui obyek penelitian yang meliputi para guru BK, siswa-siswi yang akan melaksanakan UN, dan yang terpenting adalah bimbingan kelompok yang dilakukan oleh siswa-siswi kelas IX. b. Wawancara Metode wawancara adalah cara pengumpulan bahan-bahan keterangan yang dilakukan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan. 48 Adapun jenis wawancara dalam penelitian ini adalah menggunakan wawancara terstruktur, dengan wawancara terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama dan peneliti mencatatnya. Disamping itu, dalam melakukan wawancara peneliti telah menyiapkan instrumen
penelitian
berupa
pertanyaan-pertanyaan
tertulis
yang
alternatif jawabannya pun telah disiapkan.49
48
Anas Sudjiono, Teknik Evaluasi Pendidikan Suatu Pengantar, (Yogyakarta: U.D.Rama, 1986), hlm. 38. 49
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, hlm. 319.
33
Metode ini di samping berguna untuk menguji kebenaran data yang diperoleh dengan metode observasi, juga berguna untuk memperoleh keterangan dari koordinator guru BK Bapak Waluja dan siswa kelas IX di SMP Islam Ngadirejo Temanggung mengenai upaya untuk mengatasi kecemasan siswa dalam menghadapi UN melalui bimbingan kelompok. Guru BK dan sebagian siswa SMP Islam Ngadirejo Temanggung menjadi subjek yang diwawancarai secara mendalam. c. Dokumentasi Metode dokumentasi yaitu suatu metode penelitian yang mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, bukudan brosur.50 Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan metode wawancara dalam penelitian kualitatif.51 Metode ini digunakan untuk mendapatkan data tentang jumlah siswa, guru dan karyawan, struktur organisasi, sarana dan prasarana,letak dan keadaan geografis SMP Islam Ngadirejo Temanggung serta upaya untuk mengatasi kecemasan siswa dalam mengahadapi UN melalui bimbingan kelompok di SMP Islam Ngadirejo Temanggung. d. Metode Analisis Data Metode analisis data adalah merupakan suatu usaha untuk mengelola data yang diperoleh menjadi berarti. Banyaknya data dan
50
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 206. 51
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, hlm. 329.
34
tingginya nilai data yang terkumpul apabila terolah secara sistematis maka data tersebut belum memiliki arti. Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya adalah mengklasifikasi data tersebut dan menganalisasinya menggunakan teknik deskriptif analitik, yaitu teknik yang digunakan terhadap suatu data yang telah dikumpulkan, kemudian disusun, dijelaskan dan selanjutnya dianalisis.52 Sesuai dengan penelitian yang bersifat deskriptif analisis non statistik, maka untuk menganalisa data kualitatif digunakan pola pikir induktif yaitu cara menarik kesimpulan dengan berangkat dari fakta-fakta yang khusus menuju kesimpulan yang bersifat umum atau dengan kata lain penulis mula-mula bergerak dari fakta-fakta khusus menuju sebuah statetment yang menerangkan fakta-fakta itu.53 Mengutip pendapat Miles dan Huberman, 54 sebagaimana telah menjelaskan bahwa analisis data meliputi tiga alur kegiatan yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Adapun langkah-langkah yang diambil peneliti dalam menentukan langkah analisis data adalah sebagai berikut: 1)
Reduksi data, yaitu proses pemilihan data, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan
52
Winarno Surahmat, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode dan Teknik, (Bandung: Taristo, 1992), hlm. 140. 53
Miles, Matthew, And Huberman, Michael , Analisa Data Kualitatif, Terj. Roehendi Rohidin, (Jakarta: UI Press, 1992), hlm 16. 54
Ibid, hlm. 19.
35
data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan, finalnya dapat ditarik suatu kesimpulan dan verifikasi. 2)
Penyajian data, dalam penyajian data ini, seluruh data-data dilapangan yang berupa dokumen hasil wawancara dan observasi akan dianalisis sehingga dapat memunculkan deskripsi tentang interaksi edukatif guru dan siswa dalam proses bimbingan kelompok.
3)
Penarikan kesimpulan, adalah kegiatan penggambaran secara utuh dari objek yang diteliti pada proses penarikan kesimpulan berdasarkan pada gabungan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang pada penyajian data melalui informasi tersebut, peneliti dapat melihat segala sesuatu yang diteliti dan menarik kesimpulan mengenai objek penelitian.
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dalam BAB III, Maka dapat disimpulan sebagai berikut: Faktor-faktor yang menyebabkan kecemasan siswa kelas IX dalam menghadapi Ujian Nasional di SMP Islam Ngadirejo Temanggung diantaranya : faktor kognitif, faktor biologis, faktor sosial dan lingkungan dan faktor agama. Pelaksanaan bimbingan kelompok di SMP Islam Ngadirejo Temanggung, meliputi: tahap pembentukkan, tahap peralihan, tahap pelaksanaan dan tahap pengakhiran. Sedangkan faktor penghambat dan pendukung bimbingan kelompok di SMP Islam Ngadirejo Temanggung adalah : Faktor penghambat: Internal, dipengaruhi siswa itu sendiri. Ekternal: dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan keluarga. Dan Faktor pendukung: Internal, siswa yang mengalami kecemasan dan rendahnya rasa percaya diri dalam menghadapi UN. Eksternal, kurangnya personil guru BK. B. Saran-saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis dapat memberikan beberapa saran, di antaranya sebagai berikut : 1. Perlu ditingkatkan lagi kesadaran diri siswa-siswi di SMP Islam Ngadirejo Temanggung, dengan didukung oleh semua guru dan elemen yang ada di sekolah.
76
77
2. Kegiatan bimbingan kelompok juga perlu ditingkatkan agar siswa di SMP Islam Ngadirejo Temanggung dapat lebih siap menghadapi ujian nasional. 3. Perlu penanganan khusus untuk siswa yang mempunyai kecemasan diri cukup tinggi dibanding yang lainnya. 4. Butuh adanya kerjasama antar pihak sekolah dengan orangtua siswa, agar program kegiatan untuk menghadapi ujian berjalan dengan baik. 5. Jumlah konselor/ guru BK di SMP Islam Ngadirejo Temanggung perlu ditambah, karena jumlah siswa yang cukup banyak tidak maksimal ditangani oleh hanya satu konselor. C. Kata Penutup Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Upaya mengatasi kecemasan siswa kelas IX dalam menghadapi ujian nasional melalui bimbingan kelompok di SMP Islam Ngadirejo Temanggung.” Penulis
telah mengupayakan
yang terbaik
dalam
penyusunan skripsi ini, namun penulis menyadari bahwa penulisan skripsi jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari berbagai pihak. Atas kritik dan saran yang diberikan, penulis mengucapkan terima kasih. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan dukungan sehingga skripsi
ini mampu
diselesaikan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan
78
keilmuan Bimbingan dan Konseling Islam selanjutnya. Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita berserah diri dan memohon pertolongan, semoga Allah SWT memberikan ridho-Nya kepada kita. Amiin.
78
DAFTAR PUSTAKA Alwi Hasan, Kamus besar Bahasa Indonesia, jakarta: Balai Pustaka, 2007. An-najar, Amir, Psikoterapi Sufistik Dalam Kehidupan Modern, terj. Ija Suntana, Hikmah, Jakarta: PT. Mizan Publika, 2004. Arikumto, Suharsini, Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktik, jakarta: 1996 Darajat Zakiah, Kesehatan Mental, Jakarta: Gunung Mulia, 1978. Dwita Anindya dan Johanna, “Pengaruh Musik Terhadap Kecemasan Penderita Katarak Menjelang Operasi”,Anima,Indonesia Psichological Jourmal, 172 Fakultas Psikologi Universitas Surabaya, 2002. Fahmi Musthafa, Kesehatan Jiwa Dalam Keluarga Sekolah Dan Masyarakat, Jakarta: Bulan Bintang, 1977. Hartinah, Siti, Konsep dasar Bimbingan Kelompok, Bandung: Refika Aditama, 2009. Kasiran, Moh, Metodelogi Penelitian Kuantitatif – Kualitatif, UIN-Miliki Press, 2010
Kathry Geldard dan David Geldard, Menangani Anak Dalam kelompok “ Panduan Untuk Konselor, Guru Dan pekerja Sosial”, Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2003 Lampiran peraturan materi pendidikan nasional No. 20 Tahun 2007 tanggal 11 juni 2007 tentang standar penelitian pemdidikan. Lomongga Namoral , Memahami Dasar-Dasar Konseling dalam Teori dan Praktik, Jakarta: Kharisma Putra Utama 2011. Laila Fida Nabihah Sholehah, “Factors Causing Student? Anxiety to Face National Examination (Faktor-Faktor Penyebab Kecemasan Siswa dalam Menghadapi Ujian Nasional. Dalam Jurnal Perspektif: Universitas Negeri Jakarta, 2008. Miles, Matthew B. And Huberman, Michael A, Analisis Data Kualitatif, (Terjemahan: Tjetjep Roehendi Rohidin), jakarta,UI Press, 1992.
79
Mudaningsih, Tehnik Pendekatan Secara Kelompok Dalam Tori dan Praktik, Salatiga: Lokalkarya Bimbingan, 1937. Mutmainah, Hubungan Antara Kecemasan Menghadapi Tes dengan Optimisme, Religiusitas, dan Dukungan Sosial, Tesis, Yogyakarta: Tidak Diterbitkan, 2005. Priyatno dan Amti, Dasar-Dasar Bimbingan Konseling, Yogyakarta: Rineka Cipta, 2013. Prayitno, Layanan Bimbingan dan Konseling kelompok (dasar dan Profil), jakarta: Ghalia Indonesia, 1995. Ridwan, Penanganan Efektif Bimbingan dan kelompok di Sekolah, Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2004. Atkinson, Rita,Pengantar Psikologi, cet. ke-8, Jakarta: Erlangga, 1990. Said, Mufsir Bin, Konseling Terapi, Jakarta: Gema Insani, 2005. Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta, 1995. Sudjiono, Anas, Teknik Efaluasi Pendidikan Suatu Pengantar, Yogyakarta: U.D. Rama, 1986. Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2008. Sukardi, Dewa Ketut, Organisasi Bimbingan dan Konseliing di Sekolah, jakarta: Rineka Cipta, 2010. Surahmad, Winarno, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Dan Teknik, Bandung: Tarsito, 1992. Walgito Bimo, Bimbingan dan Konseling (Studi dan Karir), Yogyakarta: Andi Offset, 2010 Winkel. W.S, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, Jakarta Gramedia, 1989. http://www.artikata.com/arti-358436-mengatasi.html.Diakses pada 10 Desember 2015 https://dirihari.word.press.com. Diakses pada 11 Desember 2015.
80
Hasan, Sisi lain dari Ujian Nasional, (http://spiritentete.blogspot.com) diases pada tanggal 1 Desember 2015. Novita Ardiana, “Hubungan Antara Konsep Diri (Self Concept) Dengan Kecemasan Menghadapi Ujian Nasionl (UN) Pada Siswa”, skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Kamaruddin, “Hubungan Antara Efikasi Diri Akademik Dengan Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional Pada Siswi MTS Pandureso Kebumen”, skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Yunia Sukmawati, “Bimbingan dan Konseling Belajar Dalam Meningkatkan Kepercayaan Diri Menghadapi Ujian Nasional (Studi Kasus di MAN Ypgyakarta 1)”, skripsi Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Duwi Rohmah, Hubungan Keimanan Pada Qadha dan Qadar dengan Tingkat Kcemasan Mneghadapi Ujian Nasional, skripsi Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. SMP Islam Rejosari Ngadirejo Temanggung, Dokumentasi Tata Usaha, Sejarah Berdiri SMP Islam Rejosari Ngadirejo Temanggung, dikutip 23 Febuari 2016. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomer 111 Tahun 2014 SMP Islam Rejosari Ngadirejo Temanggung, Rapat Wali Murid SMP Islam Ngadirejo Tahun Pelajaran 2015/2016, Sabtu 22 Agustus 2015.
81
Lampiran Salah satu kegiatan Bimbingan Kelompok di Kelas IX K di SMP Islam Ngadirejo Temanggung: Deskripsi Masalah hasil Konseling : Konselor (Pak Waluyo) Klien (Siswa-siswi Kelas IX K, berjumlah 6 Siswa) Konselor menjelaskan tentang bimbingan konseling kepada siswa-siswi, agar mereka mempunyai gambaran terkait bimbingan kelompok tersebut. Konselor memberikan tema pembahasan terkait dengan kecemasan diri siswa ketika menjelang ujian nasional. Dari proses konseling tersebut didapatkan hasil bahwa, di kelas IX K mayoritas masih mempunyai kecemasan diri yang cukup tinggi. Misalnya, mereka merasa deg-degan ketika mendengar kata-kata ujian nasional, merasa minder dan pesimis ketika akan mengerjakan soal ujiannasional. Sehingga rasa percaya diri untuk lulus sangat minim. Hal ini yang perlu menjadi garapan dari konselor sekolah, agar mereka lebih optimis ketika menghadapi ujian nasional di sekolah di SMP Islam Ngadirejo Temanggung.
DOKUMENTASI LAPANGAN SAAT KEGIATAN BIMBINGAN KELOMPOK