UPAYA MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERHITUNG MELALUI KOLAM PANCING (Penelitian Tindakan Kelas terhadap Anak Kelompok B di TK Tohkuning 03 Kecamatan Karangpandan Kabupaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2012/ 2013)
LASRINI REDYOWATI A53A100015 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Penelitian bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berhitung melalui kolam pancing di TK Tohkunig 03, Karangpandan, Karanganyar. Jenis penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan kolaboratif dengan teman sejawat. Subjek penelitian adalah anak kelompok B Tahun Pelajaran 2012/2013 yang terdiri dari 9 laki-laki dan 6 perempuan. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah observasi dan catatan lapangan. Teknik analisis data dilakukan secara analisis komparatif. Penelitian ini menunjukkan hasil adanya peningkatan kemampuan berhitung anak, yaitu pada tahap prasiklus sebesar 49%, siklus I 77,9% dan siklus II 86%. Indikator kemampuan berhitung yang dikembangkan yaitu: membilang/ menyebut urutan bilangan dari 1-20, membilang dengan menunjuk benda (mengenal konsep bilangan dengan bendabenda sampai 10, menghubungkan/ memasangkan lambing bilangan dengan benda-benda sampai 10 dan menyebutkan hasil penambahan (menghubungkan dua kumpulan benda) dan pengurangan (memisahkan kumpulan benda dengan benda sampai 10). Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kemampuan berhitung anak dapat dikembangkan melalui media kolam pancing. Kata kunci : kemampuan berhitung, kolam pancing.
1
?S'14[
"f,.S
)IN .{uuprc6-gn6
Eulqrurqus4 El9Z uenlmf I E ?Ue>lBrnS
'e,{rmlrsdos ue>lermEredrp' redup e8oues .rsnqrp uunfr4esed u?Drru,qn
'ueryselgqndrp
Inlun rnfnlesrp pdep wp ry,ft1 .1nqes.re1Ie{lue qe:IsEN
GtOZt UAZ uuru[u1e6 unquI ruduu8uurry ueludnqull uupuudiuara1 uulutuarex t0 Bu;un4qo; XI lp g rloduolay {utry dupeqlal sBIeX us{BpuJJ uqlgaue4) BuJruu4 rtr"Jo1 InIsIotrAI Eunlrqreg uunduuuray uo18uuqua8uetr41 ufud11 : rsdplg 1ntrlf 1uIC
elsn ryuV ue{lplpued : Ipnts
ue$or; uurPN
peaaodpeS Frus"T
nuN
st000IVtgV
: a!\srseqeru uep (rn11u seEnl) rsd1ry uesalEuF u*pdn"reu Eue.,{ 'qerurp rsaplqnd lo)[ile rln,[snu Bau.,ocueur uepecequ,,., qelar
:
XIN/dIN euuf{
'lS'W''A.S,qeulsreq.[11.rq:
:rItPIs se8nl Trsduls Eurqurrquod 1ul qE!\uq Ip uuEuuf upuegoq
EueI
prce'srun@surn : pr.ce.s{un.l\,,u1vv/:dgq: ellsqe16 Ircurg ZoILS weTems SwSrL: xel'LI?LIL Qtei 'd1a1 umsegey 'oqnqn4 - I sod loruo{ rus .V -,, N\.xr(IloNf,d llr^iar Nv(I Nvnun3tr)t svrroxyd
YIUYXYUO
S
ITYAI(YIAIhMI{NhI SYIISUf, AINN
1.
Pendahuluan Dalam pedoman pembelajaran bidang pengembangan kognitif di Taman Kanak-Kanak (2007:3) disebutkan bahwa pengembangan kognitif adalah suatu proses berpikir berupa kemampuan untuk menghubungkan, menilai
dan
mempertimbangkan
sesuatu.
Salah
satu
aspek
dalam
pengembangan kognitif adalah pengembangan pembelajaran berhitung. Kegiatan pengembangan pembelajaran berhitung untuk anak usia dini dirancang agar anak mampu menguasai berbagai pengetahuan dan keterampilan berhitung yang menekankan pada kemampuan memecahkan masalah. Berhitung merupakan bagian dari matematika yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, terutama konsep bilangan yang merupakan dasar bagi pengembangan kemampuan berhitung maupun kesiapan untuk mengikuti pendidikan dasar (Depdiknas, 2007:1). Gessel dan Amatruda (Sujiono, 2007 : 2.8) mengemukakan bahwa usia 4-5 tahun merupakan masa belajar berhitung. Dalam tahap ini anak sudah mulai belajar berhitung sederhana, misalnya menyebutkan bilangan, menghitung urutan bilangan, dan penguasaan jumlah kecil dari benda-benda. Sujono (2000:14) mengemukakan agar tujuan pembelajaran tercapai dan tercipta proses belajar mengajar yang tidak membosankan, guru dapat menggunakan media pembelajaran yang tepat. Sejalan dengan pendapat tersebut, Nurlalela (2009:35) juga menyatakan bahwa bilangan bersifat abstrak, sehingga untuk memberikan materi tentang bilangan kepada anak, guru diharapkan dapat menyajikan materi tersebut dengan menarik. Media pembelajaran dapat menjembatani konsep-konsep materi yang abstrak menjadi lebih konkrit, sehingga anak dapat memahami materi yang disajikan guru. Penggunaan media pembelajaran sangat penting dalam berlangsungnya proses belajar mengajar, karena media pembelajaran merupakan alat bantu yang digunakan dalam proses belajar mengajar sehingga komunikasi antara guru dan anak akan berlangsung secara efektif. Oleh karena itu, dalam mengenalkan konsep berhitung pada anak usia dini
2
sebaiknya menggunakan media yang konkrit sehingga anak lebih mudah untuk memahami dan untuk lebih mengerti. Agar kegiatan berhitung di TK dapat menyenangkan, guru harus menyiapkan bahan ajar yang mudah didapat, karena bahan ajar merupakan ide bagi guru yang mengajari anak usia 3-6 tahun. Menurut pendapat Montesorri, pelajaran berhitung dapat dilaksanakan dengan menciptakan alatalat belajar dari benda-benda yang akrab di sekeliling anak-anak, karena mengenalkan kuantitas benda merupakan dasar-dasar berhitung yang lebih penting daripada menghafal angka-angka. Studi awal yang dilakukan peneliti pada anak kelompok B TK Tohkuning 03 Tahun Pelajaran 2012/2013 memperoleh hasil bahwa kemampuan berhitung anak kelas B masih rendah. Hal tersebut dilihat dari indikator sulitnya anak menghitung jumlah benda, mengenal konsep angka, dan mengenal penjumlahan serta pengurangan benda. Guru di kelompok B TK Tohkuning 03 Tahun Pelajaran 2012/2013 masih menggunakan model pembelajaran tradisional, tanpa alat peraga yang nyata. Anak hanya mendengarkan dan melihat apa yang disampaikan oleh guru di papan tulis. Pada masa ini anak belum mempunyai kemampuan berpikir abstrak, sehingga anak mengalami kesulitan dalam memahami konsep berhitung. Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian tindakan kelas ini difokuskan pada kajian mengenai mengembangkan kemampuan berhitung melalui kolam pancing pada anak kelompok B di TK Tohkuning 03 Kecamatan
Karangpandan
Kabupaten
Karanganyar
Tahun
Pelajaran
2012/2013. Sedangkan metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah observasi dan catatan lapangan. Secara khusus penelitian bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berhitung anak di TK Tohkuning 03 Kecamatan Karangpandan Kabupaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2012/ 2013 melalui media kolam pancing.
3
2.
Metode Penelitian Penelitian menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau classroom action research yang dilaksanakan berdasarkan masalah yang diajukan dalam penelitian yang lebih menekankan pada proses perbaikan di kelas. Secara garis besar penelitian tindakan kelas terdiri atas rangkaian empat kegiatan yang dilakukan siklus secara berulang, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan di kelompok B TK Tohkuning 03 Kecamatan Karangpandan Kabupaten Karanganyar pada semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013. Subjek dalam penelitian ini adalah 15 siswa kelompok B TK Tohkuning 03, yang terdiri dari 9 siswa putra dan 6 siswa putri. Peneliti memilih kelompok B TK Tohkuning 03 sebagai subjek penelitian setelah melalui studi awal yang menunjukkan bahwa siswa tersebut memiliki kemampuan berhitung yang masih rendah. Variabel penelitian adalah kemampuan berhitung dan kolam pancing. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan catatan lapangan. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis komparatif. Analisis data dari hasil observasi terhadap guru sebagai pelaksana kegiatan pembelajaran bertujuan untuk melakukan refleksi agar peneliti dapat menentukan tindakan yang akan diambil. Sedangkan analisis data terhadap kemampuan berhitung anak dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: memberikan nilai atau skor untuk setiap deskriptor; membuat tabulasi skor observasi pengembangan kemampuan berhitung anak yang terdiri dari nomor, nama anak, butir amatan dan jumlah skor; menghitung persentase peningkatan kemampuan berhitung anak melalui permainan kolam pancing; membandingkan hasil persentase pencapaian pada setiap anak dengan persentase keberhasilan pada setiap siklus yang telah ditentukan oleh peneliti sebelumnya
4
3.
Hasil Penelitian dan Pembahasan Melalui hasil pengamatan dan hasil evaluasi belajar anak kelompok B TK Tohkuning 03 Tahun Pelajaran 2012/ 2013 yang dilakukan peneliti, diperoleh hasil dari 15 anak didik hanya : 6 anak yang mampu menyebutkan bilangan dari 1-20 secara urut dengan baik; 2 anak yang mampu menyebutkan bilangan dari 1-20 secara acak dengan acak; 6 anak yang mampu mengambil gambar ikan sebanyak 10; 3 anak yang mampu menunjukkan kembali dengan cara menghitung dan memasukkan gambar ikan kedalam mangkok yang nomornya sama dengan ikan berangka; 3 anak yang mampu menghitung ikan yang berhasil di tangkap; 3 anak yang mampu menunjukkan angka yang ditempel pada ikan; 3 anak yang mampu menghitung jumlah; dan 1 anak yang mampu menyebutkan hasil penambahan dan pengurangan. Secara garis besar, pada tahap prasiklus kemampuan berhitung anak kelompok B TK Tohkuning 03 Tahun Pelajaran 2012/ 2013 masih rendah. Hal tersebut dilihat dari 15 anak yang menjadi sampel penelitian, 2 anak mempunyai kemampuan berhitung belum berkembang, 9 anak mempunyai kemampuan berhitung mulai berkembang, 3 anak mempunyai kemampuan berhitung berkembang sesuai harapan dan 1 anak yang mempunyai kemampuan berhitung berkembang sangat baik. Data di atas menunjukkan fakta bahwa kemampuan berhitung anak kelompok B TK Tohkuning 03 Kecamatan Karangpandan Kabupaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2012/ 2012 masih rendah. Berdasarkan data hasil penelitian, diketahui bahwa kemampuan berhitung anak pada tahap prasiklus sampai dengan tindakan siklus ke II terus mengalami peningkatan. Pada prasiklus persentase kemampuan berhitung anak sebesar 49%, siklus I 67,9% dan siklus II 85%. Setiap siklus sendiri terdiri dari dua pertemuan, dan setiap pertemuan pada masing-masing siklus kemampuan berhitung anak mengalami peningkatan yang terus-menerus. Siklus I pertemuan pertama persentase kemampuan berhitung anak 59%, mencapai 67,9% pada akhir siklus I. Sedangkan siklus II pertemuan pertama persentase kemampuan berhitung anak mencapai 77,9% dan mencapai 86%
5
pada akhir siklus II. Hal tersebut sudah melebihi indikator keberhasilan setiap siklus yang ditentukan oleh peneliti yaitu 65% pada siklus I dan 85% pada siklus II. Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh peneliti, peningkatan kemampuan berhitung anak dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya suasana pembelajaran yang menyenangkan bagi anak. Selain itu, peneliti memberikan tanda bintang bagi anak yang aktif dalam kegiatan sebagai bentuk reward. Hal tersebut dirasakan memacu motivasi anak untuk mengikuti kegiatan pembelajaran dengan lebih aktif dan antusias. Penggunaan permainan kolam pancing dalam kegiatan pembelajaran juga merupakan hal yang baru bagi anak sehingga anak sangat tertarik pada kegiatan tersebut, mengingat anak-anak menyukai sesuatu hal yang baru. Peningkatan kemampuan berhitung anak pada setiap siklusnya tidak menunjukkan suatu kestabilan. Persentase peningkatan kemampuan berhitung dari prasiklus ke siklus I pertemuan pertama sebesar 10%, kemudian menurun menjadi 8,9% pada akhir siklus I. Penurunan tersebut diimbangi dengan peningkatan persentase kemampuan berhitung anak pada pada siklus II pertemuan pertama sebesar 10%, kemudian menurun lagi menjadi 8,1% pada akhir siklus II. Ketidakstabilan peningkatan tersebut disebabkan karena pada awalawal kegiatan, ketertarikan anak pada permainan kolam pancing masih sangat tinggi karena merupakan hal yang baru dalam kegiatan pembelajaran. Sehingga anak amsih sangat antusias dan bersemangat terhadap permainan kolam pancing. Akan tetapi pada akhir siklus I, selisih peningkatan tersebut menurun. Peneliti melihat penurunan tersebut karena anak mengalami penurunan ketertarikan pada ikan yang berasal dari kertas. Setelah peneliti mengganti ikan kertas tersebut dengan ikan mainan pada siklus II pertemuan pertama, ketertarikan anak dalam kegiatan menunjukkan peningkatan lagi. Akan tetapi, pada akhir siklus II ketertarikan anak mengalami penurunan lagi. Hal tersebut dikarenakan anak mengalami kebosanan dengan kegiatan yang sama dan dilaksanakan pada waktu berdekatan. Meskipun demikian, secara
6
garis besar kemampuan berhitung anak pada setiap siklusnya mengalami peningkatan. Kemampuan berhitung anak kelompok B TK Tohkuning 03 juga beragam. Hal tersebut berpengaruh pada rata-rata indikator pencapaian kemampuan berhitung. Menurut Hartono (Warjinah, 2012:21) kemampuan berhitung anak dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain faktor biologis, faktor budaya di sekitar anak berupa pangaruh orang tua dan pengaruh sekolah. Beberapa butir amatan yang mudah untuk dilakukan anak antara lain: anak mampu mengambil gambar ikan sebanyak 10, anak mampu menyebutkan urutan bilangan dari 1-20 secara urut, anak mampu menghitung ikan yang berhasil ditangkap dan anak mampu menghitung jumlah. Hal tersebut disebabkan karena setiap harinya anak sudah terbiasa mendengar dan melihat lambang bilangan 1-20. Selain itu anak sering diajak menyanyikan lagu yang berhubungan dengan urutan lambang bilangan. Anak juga dibiasakan untuk menghitung kembali atau mencocokkan mainan setiap kali selesai bermain. Selain itu kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan alat peraga kolam pancing sangat menyenangkan bagi anak dan tidak membuat anak tidak cepat bosan. Beberapa butir amatan yang sulit dilakukan yaitu anak mampu menunjukkan kembali dengan cara menghitung dan memasukkan gambar ikan ke dalam mangkok yang nomornya sama dengan ikan berangka dan anak mampu menyebutkan hasil penambahan dan pengurangan. Hal tersebut disebabkan
karena
belum
semua
anak
mampu
menguasai
konsep
penjumlahan dan pengurangan, sehingga sebagian anak masih memerlukan bantuan dalam kegiatan ini. Kemampuan berhitung anak yang diberi tindakan melalui kolam pancing mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan sebelum diberi tindakan. Hal tersebut mendukung hipotesis yang menyatakan bahwa kemampuan berhitung anak dapat dikembangkan melalui media kolam pancing.
7
4.
Simpulan a.
Simpulan Teoritis 1) Penggunaan
media
kolam
pancing
dapat
mengembangkan
kemampuan berhitung anak kelompok B TK Tohkuning 03 Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2012/ 2013. 2) Melalui media kolam pancing anak lebih mudah dalam memahami pembelajaran berhitung sehingga lebih memotivasi anak dalam belajar. b.
Simpulan Praktis Hasil penelitian menggunakan media kolam pancing menunjukkan
bahwa kemampuan berhitung anak pada prasiklus 49%, siklus I 68% dan siklus II sebesar 86%. Hal tersebut menunjukkan bahwa media kolam pancing dapat mengembangkan kemampuan berhitung anak, dilihat dari peningkatan indikator keberhasilan pada setiap siklusnya. 5.
Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan dan Praktik. Rineka Cipta: Jakarta. Asruah, Siti. (2012). Meningkatkan Kemampuan Berhitung Anak Melalui Kegiatan Bermain Alat Musik Perkusi. Skripsi pada Jurusan PGPAUD Bumi Siliwangi Universitas Pendidikan Indonesia: tidak diterbitkan. Charner, Kathy. (2005). Brain Power, Aktivitas Tematik untuk Anak. Erlangga:Jakarta. Copley, J. V. (2000). The Young Child and Mathematics. Boston. Depdikbud. (1981). Pembinaan Nilai Budaya Melalui Permainan Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta. Depdikbud: Yogyakarta. Depdiknas. (2000). Permainan Berhitung di Taman Kanak-Kanak. Depdiknas: Jakarta. Depdiknas. (2002). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Depdiknas. (2007). Pedoman Pembelajaran, Permainan Berhitung Permulaan di Taman Kanak-Kanak. Depdiknas: Jakarta.
8
Hamzah, Zakir. (1995). Berhitung Sambil Bermain. Angkasa Raya: Bandung. Ian.
(2010). Pengertian Kemampuan. [Online]. tersedia: http://ian43.wordpress.com/2010/12/23/pengertian-kemampuan/. Html [28 November 2012]
Kurnianingsih, Tri. (2012). Peningkatan Keterampilan Berhitung Anak Usia Taman Kanak-Kanak Melalui Metode Demonstrasi dengan Media Manipulatif (Penelitian Tindakan Kelas pada Kelompok B TK Gelatik Jl. Sawo No. 09 Kec Bandung Wetan Kota Bandung Tahun Pelajaran 20112012). Skripsi pada Jurusan PGPAUD Bumi Siliwangi Universitas Pendidikan Indonesia: tidak diterbitkan. Kurniati, Euis. (2006). Program Bimbingan untuk Mengembangkan Keterampilan Sosial Anak Melalui Permainan Tradisional. Tesis. PPB FIP UPI: tidak diterbitkan. Madyawati, Lilis. (2012). Permainan & Bermain (Untuk Anak). Prenada: Jakarta. Mongkar, I. F. (2009). Mengajarkan Anak Matematika, Sebaiknya Dimulai Sejak Balita. [online]. tersedia: www.ibudanbalita.com [25 April 2012]. NAEYC (National Association of Early Childhood). (2010). The Core of DAP. [online]. tersedia: www.naeyc.org. [20 April 2012]. Nurwidia, Agnesa. (2011). Upaya Meningkatkan Kemampuan Berhitung Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Pemanfaatan Media Balok Cuisenaire (Penelitian Tindakan Kelas pada Kelompok B TK Gelatik Jl. Sawo No. 09 Kec Bandung Wetan Kota Bandung Tahun Ajaran 2010-2011). Skripsi pada Jurusan PGPAUD Bumi Siliwangi Universitas Pendidikan Indonesia: tidak diterbitkan. Putro, W. P. E. (2008). Pendidikan Matematika pada Anak Usia Dini. [online]. tersedia: www.re-searchengines.com [20 April 2012]. Rahardjo, Mudjia. (2010). Triangulasi dalam Penelitian Kualitatif. [online]. tersedia: http://www.mudjiarahardjo.com [8 Januari 2013] Rohmitawarti. (2008). Mengasah Kecerdasan Matematika Logis Anak Sejak Usia Dini. [online]. tersedia: www.p4tkmatematika.org [20 April 2012] Ruslani, B. K. (1994). Bermain dengan Matematika. Angkasa: Bandung. Sriningsih, N. (2008). Implementasi Pembelajaran Matematika Terpadu untuk Anak Usia Dini. Pustaka Sebelas: Bandung.
9
Sujiono, Yuliani Nurani. (2007). Metode Pengembangan Kognitif. Universitas Terbuka: Jakarta. Surtikanti. (2010). Media dan Sumber Belajar untuk Anak Usia Dini. PGPAUD: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Warta PAUDNI. (2012). APE Alat Peraga Edukatif, Main dengan APE Yuk!. [Online]. tersedia: http://www.paudni.kemdikbud.go.id Warjinah. (2012). Peningkatan Kemampuan Berhitung Permulaan Melalui Permainan Alat Peraga Pohon Hitung pada Anak Rudhotul Athfal (RA) Sudirman Desa Sumberejo Kecamatan Kerjo Kabupaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2011/2012. Skripsi pada Program Studi PAUD Universitas Muhammadiyah Surakarta: tidak diterbitkan.
10