PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG MELALUI PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATIC EDUCATION NIA FATMAWATI PAUD PPs Universitas Negeri Jakarta Jl. Rawamangun Muka, Jakarta Timur. E-mail:
[email protected]
Abstract: Research is result purposed to increase numeracy ability with application realistic mathematic education approach. The method usedin this research was action research who developed by Kemmis and Taggart. Action taken in this research consisted oft wocycles; the first cycle consists of eight treatments and the second cycles consists of seven treatments. Data is used to observation, interview, and documentation throughout the study. Analys data is used based on the statistic depcription and interaktif model Miles and Huberman by steps: data reduction, display, and conclusion drawing or verification by. Ability numeracy of student at pre-intervention is 50%, cycle of one is 75%, and cycle of two is 81,25%. The result showed that the lesson use of realistic mathematic education approach can increase numeracy ability student. Keywords: Numeracy Ability, Approach, Realistic Mathematic Education
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung siswa melalui pendekatan Realistic Mathematic Education. Metode dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan yang dikembangkan oleh Kemmis danTaggart. Tindakan dilakukan dalam dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari tahapan perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Teknik pengumpulan data adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data menggunakan statistik deskriptif dan model interaktif Miles dan Huberman, meliputi: data reduction, display, and conclusion drawing or verification. Analisis data penelitian diperoleh berdasarkan pada peningkatan kemampuan berhitung siswa dari pra-tindakan sampai pada siklus kedua. Kemampuan berhitung siswa pada pra-tindakan adalah 50%, siklus satu 75%, dan siklus dua mencapai 81,25%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan Realistic Mathematic Education dapat meningkatkan kemampuan berhitung siswa. Kata kunci: Kemampuan Berhitung, Pendekatan, Realistic Mathematic Education
hitungan sebagai kegiatan matematika Kegiatan
berhitung
dalam
awal anak. Konsep dasar dari berhi-
konteks yang sederhana telah dikenal-
tung adalah sistem angka dan jumlah
kan sebelum siswa memasuki usia
(hitungan) yang merupakan dasar dari
sekolah dasar. Baik siswa prasekolah
sistem matematika. Banyak siswa
maupun sekolah dasar menjadikan
mengalami kesulitan dalam belajar
315
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 8 Edisi 2, November 2014
matematika
salah
satunya
karena
matematika memiliki sifat yang abs-
diberikan oleh guru jika hal tersebut dilakukan secara mandiri. Hasil observasi juga menun-
trak. Perkembangan kognitif Piaget pada
jukkan bahwa guru belum maksimal
rentang usia 7-11 tahun berada pada
dalam memanfaatkan media yang ada
tahap operasional konkret. Pada tahap
Siswa
ini siswa memandang ”dunia” secara
media-media realistik yang menun-
objektif
secara
jang pembelajaran. Beberapa siswa
KTSP
yang dapat melakukan operasi hitung
(Kurikulum Tingkat Satuan Pendi-
bilangan adalah siswa yang memiliki
dikan) menuntut perubahan paradig-
media
ma dalam pendidikan dan pembela-
siswa yang tidak memiliki media
jaran. Pendekatan yang semula lebih
tersebut terlihat kesulitan dalam men-
banyak bersifat tekstual perlu diubah
jawab soal-soal hitungan yang diberi-
menjadi kontekstual.
kan oleh guru. Proses pembelajaran
menjelaskan
dan
konseptual.
bahwa
siswa
berorientasi Berlakunya
kurang
berupa
difasilitasi
abakus,
dengan
sementara
dengan
yang kurang maksimal dapat menye-
guru, guru mengungkapkan bahwa
babkan kemampuan yang kurang
nilai matematika siswa khususnya
maksimal. Rendahnya kemampuan
berhitung berada di atas rentangan 80
berhitung siswa dapat dilihat dari
ke atas jika soal-soal yang diberikan
ulangan harian dalam mata pelajaran
tersebut dikerjakan di rumah karena
matematika. Perolehan nilai rata-rata
dapat dibantu oleh anggota keluarga
untuk mata pelajaran matema-tika
siswa, namun jika pengerjaannya
khususnya materi berhitung, pada
dilakukan di kelas, maka nilai-nilai
siswa kelas 1 Sekolah Dasar Negeri
tersebut berbanding terbalik. Siswa
12 Metro Pusat di semester ganjil
sering mendapat nilai rendah atau di
tahun ajaran 2013/2014 yaitu 47,66,
bawah 60 jika pekerjaan itu dilakukan
sedang-kan KKM (Kriteria Ketun-
di dalam kelas. Hal ini menunjukkan
tasan
bahwa siswa kurang mampu dalam
adalah 55,00. Siswa yang belum
mengerjakan soal-soal hitungan yang
tuntas mencapai 56%, atau sebanyak 9
Hasil
wawancara
Minimal)
yang
ditetapkan
316
Peningkatan Keterampilan Berhitung Nia Fatmawati
orang siswa dari 16 orang siswa. Ini
dengan operasi bilangan bulat melalui
menunjukkan
keberhasilan
penjumlahan, pengurangan, perkalian
dalam belajar berhitung baru menca-
serta pembagian dan pemakaian hasil-
pai 44%. Dengan adanya permasa-
nya dalam kehidupan sehari-hari,
lahan di atas, maka diperlukan suatu
sedangkan
upaya
salah
bungan dengan pemecahan masalah
satunya yaitu dengan menerapkan
dalam hal bentuk dan keruangan
pendekatan
(Kajal Deb, 2006: 10)
untuk
bahwa
mengatasinya,
Realistic
Mathematic
operasi
spasial
berhu-
Education. Matematika Matematika tidak akan lepas
Kemampuan Berhitung Kemampuan sebagai suatu daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan latihan (Semiawan, 1984: 1). Standar NCTM (National Council of Teacher of Mathematics) memberikan gambaran rinci mengenai proses dan isi matematika, fokus pada siswa usia dini adalah pemahaman pada angka, sistem angka dan operasi hitung, khususnya penambahan dan pengurangan. Dasar pembelajaran berhitung bagi usia dini salah satunya terdapat dalam teori perkembangan kognitif. Pada tahap perkembangan kognitif anak, Piaget menjelaskan bahwa pada usia 7 tahun perkembangan kognitif anak memasuki tahap operasional konkret. Operasi logika aritmatika berhubungan
dari konsep berhitung. Matematika merupakan ilmu deduktif, aksiomatik, formal,
hirarkis,
abstrak,
bahasa
simbol yang padat arti dan semacamnya
adalah
sebuah
sistem
yang
berisikan model-model yang dapat digunakan untuk mengatasi persoalanpersoalan nyata (Subarinah, 2006: 1). Ahli lain seperti Hans Freudenthal memandang
bahwa
matematika
merupakan kegiatan insani dan terkait dengan realitas, dekat dengan dunia anak, dan relevan bagi masyarakat, sehingga apa yang harus dipelajari bukanlah matematika sebagai sistem tertutup, melainkan sebagai suatu kegiatan, yakni proses matematisasi matematika
(Tarigan,
2006:
3).
Belajar matematika hakikatnya adalah
317
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 8 Edisi 2, November 2014
membaca aktivitas dari realitas kehi-
bangkan di Belanda sejak tahun 1971.
dupan kita sendiri (Manfaat, 2010: 9).
Menurut
Semakin jauh matematika pada reali-
‘realistic’ tidak hanya sekedar menun-
tas kehidupan manusia atau sesuatu
jukkan adanya suatu koneksi dengan
yang real, maka semakin tidak pasti,
dunia nyata tetapi lebih mengacu pada
semakin jauh dari kepastian, maka
fokus Realistic Mathematic Education
tidak merujuk pada yang riil. Mate-
dalam
matika
dengan
suatu situasi yang bisa dibayangkan
kegiatan sehari-hari yang dilakukan
atau dipikirkan (imaginable) oleh
anak, sehingga matematika menjadi
siswa (Wijaya, 2012: 20). Pendekatan
salah satu keterampilan untuk diterap-
Realistic
kan dalam kehidupan sehari-hari. Jadi
menawarkan kesempatan pada siswa
dapat disimpulkan bahwa matematika
untuk memanipulasi benda-benda atau
merupakan kegiatan yang mengajak
alat peraga yang dapat diotak-atik.
berhubungan
erat
siswa untuk mencari, menemukan,
Van
den
menempatkan
Mathematic
Realistic
Heuvel
kata
penggunaan
Education
Mathematic
dan membangun pengetahuan berda-
Education merupakan suatu pende-
sarkan perhitungan dengan aktivitas
katan
nyata dalam kehidupan.
dikembangkan untuk mendekatkan
belajar
matematika
yang
matematika kepada siswa (Aisyah, Pendekatan Realistic Mathematic Education Pendekatan Realistic Mathematic
Education
dikembangkan
2007: 7.1). Benda-benda nyata yang akrab dengan keseharian siswa dapat dijadikan
sebagai
alat
dalam
Hans
pembelajaran matematika. Pembela-
Freudenthal yang menyatakan bahwa
jaran Realistic Mathematic Education
‘Mathematics
activity
merupakan pendekatan yang orienta-
(Freudenthal, 1991: 14). Menurut
sinya menuju kepada penalaran siswa
Hans, matematika merupakan sebuah
yang bersifat realistik (Tarigan, 2006:
aktifitas yang dilakukan. Realistic
4). Menurut Tarigan, matematika
Mathematic Education telah dikem-
adalah
berdasarkan
pemikiran
as
an
sebuah
pendekatan
yang
318
Peningkatan Keterampilan Berhitung Nia Fatmawati
berorientasi kepada pemikiran untuk
yang
menyediakan
hal
tersebut
menalar sesuatu yang bersifat pasti.
kepada siswa. Siswa dapat merekons-
Mathematic
truksi kembali temuan-temuan dalam
Education adalah pembelajaran yang
bidang matematika melalui kegiatan
menggunakan dunia nyata sebagai
eksplorasi dalam memanipulasi objek
Realistic
titik awal untuk pengembangan ide
realistik
Strategi Pembelajaran Realistic Mathematic Education Gravemeijer mengidentifika-
dikenal dua jenis matematisasi yang
sikan kegiatan pembelajaran matema-
diformulasikan oleh Treffers yaitu
tika
matematisasi horizontal dan matema-
karakteristik yaitu penggunaan kon-
tisasi vertikal (Aisyah, 2007: 7.3).
teks, Instrumen vertikal, konstribusi
Dalam proses horizontal siswa men-
siswa, kegiatan interaktif, dan keter-
coba menyelesaikan soal-soal dari
kaitan topik. Pada prinsipnya dalam
dunia nyata dengan cara mereka
pendekatan
sendiri, dan menggunakan bahasa dan
Education seorang siswa didorong
simbol mereka sendiri. Sedangkan
secara aktif untuk memahami sesuatu.
matematisasi vertikal adalah proses
Fakta matematika telah ditemukan
formalisasi
matematika.
sebelumnya namun belum pernah
Realistic
diajarkan secara langsung. Adapun
siswa
langkah-langkah pembelajaran dengan
dan
konsep
pendekatan
Dalam Mathematic
matematika. matematika
konsep pendekatan
Education
Dalam
realistik
memiliki
Realistic
beberapa
Mathematic
dipandang sebagai insan yang memi-
pendekatan
liki potensi dan seperangkat pengeta-
Education menurut Nyimas yaitu:
huan serta pengalaman yang diperoleh
persiapan, pembukaan, proses pembe-
melalui interaksi dengan lingkungan-
lajaran, dan penutup (Zulkardi, 2007:
nya. Siswa dapat mengembangkan
7.20). Persiapan, guru menyiapkan
pengetahuan dan pemahaman mate-
masalah kontekstual dan benar-benar
matika apabila diberikan ruang dan
memahami masalah serta memiliki
kesempatan untuk itu. Kelas Realistic
berbagai macam strategi. Pembukaan,
Realistic
Mathematic
Mathematic Education adalah kelas
319
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 8 Edisi 2, November 2014
ada bagian ini siswa diperkenalkan
tahap operasional konkret maka dalam
kepada masalah dari dunia nyata
belajar berhitung anak membutuhkan
kemudian
untuk
objek nyata. Hal ini pun didukung
memecahkan masalah tersebut dengan
oleh teori belajar Bruner yang berlan-
cara mereka sendiri. Proses pembe-
daskan pada tiga model tahapan yaitu
lajaran,
siswa
model tahap enaktif, tahap ikonik, dan
dengan media-media konkret untuk
tahap simbolis. Tahapan ini menjelas-
memecahkan suatu masalah. Siswa
kan bahwa dalam belajar, siswa
mencoba
untuk
terlebih
menyelesaikan masalah sesuai dengan
konkret,
kemudian
pengalamannya dan media realistik
disajikan
melalui
yang telah difasilitasi oleh guru. Hal
selanjutnya pembelajaran direpresen-
ini dapat dilakukan secara perorangan
tasikan dalam bentuk simbol-simbol
maupun secara kelompok. Kemudian
abstrak. Pembelajaran dengan pende-
setiap siswa atau kelompok mempre-
katan Realistic Mathematic Education
sentasikan hasil kerjanya di depan
mengaitkan secara langsung kegiatan
siswa atau kelompok lain dan siswa
pembelajaran dengan dunia nyata
atau kelompok lain memberi tanggap-
siswa, memiliki karakteristik konteks-
an terhadap hasil kerja siswa atau
tual, bergerak berdasar instrumen
kelompok penyaji. Penutup, Setelah
vertikal yang disajikan dengan objek-
mencapai kesepakatan tentang peme-
objek
cahan masalah yang diberikan melalui
gambar, adanya kontribusi siswa dan
diskusi kelas, siswa diajak menarik
kegiatan interaktif antara siswa dan
kesimpulan dari pelajaran saat itu.
guru, serta keterkaitan topik yang
Pada akhir pembelajaran siswa harus
terintegrasi.
siswa
guru
diminta
memfasilitasi
berbagai
strategi
dahulu
konkret
diberikan
objek
pembelajaran gambar,
serta
dan
representasi
mengerjakan soal evaluasi dalam benMETODE PENELITIAN
tuk matematika formal. Berlandaskan
teori
Piaget
yang menyatakan bahwa perkembangan anak usia 7-11 tahun memasuki
Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan (action research). Metode ini bersifat partisi-
320
Peningkatan Keterampilan Berhitung Nia Fatmawati
patif dan kolaboratif. Pendekatan
penghitungan point biserial dan uji
kualitatif menjelaskan peristiwa yang
reliabilitas menggunakan KR-20. Uji
dilakukan dalam penelitian sehingga
kredibilitas
mendapatkan gambaran dan penjelas-
dengan triangulasi, member-check,
an yang lengkap dalam pelaksanaan
audit
penelitian
community
tindakan.
Keberhasilan
trail,
penelitian,
dilakukan
expert
opinion,
validation
atau
dan peer-
71%
debriefing. Analisis data kualitatif
siswa tuntas dalam kegiatan belajar
yang digunakan ialah berdasarkan
berhitung, yaitu dengan mendapatkan
pada model Miles dan Huberman,
nilai
ketuntasan
dengan langkah-langkah: (1) data
minimal (55,00). Sumber data yang
reduction, (2) data display, and (3)
dikenai tindakan adalah siswa kelas 1
conclusion drawing or verification.
tindakan
ditetapkan
di
atas
sebesar
standar
Sekolah Dasar Negeri 12 Metro Pusat sebanyak
16
orang
siswa
pada
semester II tahun ajaran 2013/2014 dan guru kelas 1 Sekolah Dasar
Hasil penelitian setelah kegiatan pembelajaran berhitung diberikan tindakan dengan penerapan pendek-
Negeri 12 Metro Pusat. Pengumpulan
HASIL DAN PEMBAHASAN
data
dalam
penelitian menggunakan instrumen tes dan non tes. Non tes terdiri atas observasi, wawancara, dan dokumentasi. Uji validitas instrumen terdiri dari validitas konstruk dan validitas isi yang dilakukan dengan meminta pendapat para ahli. Selanjutnya dilakukan juga uji validitas eksternal yang diujikan pada siswa sekolah dasar kelas 1 yang memiliki karakteristik sama dengan karakteristik sumber data. Uji validitas ini menggunakan
atan Realistic Mathematic Education, terdapat peningkatan skor kemampuan berhitung dari pra-tindakan sampai pada akhir siklus II. Dari segi individu, setiap siswa mengalami peningkatan kemampuan berhitung mulai dari pra tindakan hingga akhir siklus II. Nilai terendah diperoleh oleh DR dengan nilai pra tindakan 0, siklus 1 meningkat menjadi 15, dan siklus 2 mengalami
peningkatan
kembali
dengan pencapaian nilai 40. Setelah dilakukan analisis melalui penga-
321
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 8 Edisi 2, November 2014
matan dan wawancara dengan guru,
untuk mengikuti kegiatan pembela-
terdapat beberapa faktor yang menye-
jaran.
babkan DR belum tuntas dalam
Data hasil kemampuan berhi-
kegiatan pembelajaran berhitung, an-
tung secara klasikal bertujuan untuk
tara lain: latar belakang keluarga,
melihat keberhasilan kelas secara
absensi, dan komunikasi.
keseluruhan. Hasil penelitian mem-
Nilai tertinggi pada akhir
buktikan terjadi peningkatan kemam-
siklus II diperoleh MI dan BSP. Pada
puan berhitung siswa. Peningkatan
pra tindakan MI memperoleh nilai 40,
terjadi pada perolehan nilai siswa
pada siklus II MI mengalami pening-
yang mencapai Kriteria Ketuntasan
katan kemampuan berhitung yang
Minimal (KKM). Pada pra tindakan,
cukup signifikan yaitu dengan penca-
persentase jumlah siswa yang nilainya
paian nilai 100, begitu pula pada
lebih dari atau sama dengan 55
siklus II, MI mendapatkan nilai 100.
sebesar 50% dengan nilai rata-rata
Pada BSP, mulai dari pra tindakan
48,44, pada siklus 1 mencapai 75%
hingga pada siklus II, BSP mampu
dengan nilai rata-rata 63,13 dan pada
mempertahankan nilai 100 yang dipe-
siklus II mencapai 81,25% dengan
rolehnya. Peningkatan pada MI terjadi
nilai rata-rata 72,19. Sementara itu hal
karena MI merasa senang dalam
sebaliknya terjadi pada perolehan nilai
belajar. Sedangkan pada BSP berda-
siswa yang kurang dari atau sama
sarkan wawancara dengan guru, BSP
dengan 55. Pada pra tindakan nilai
memang termasuk anak yang mudah
yang kurang dari atau sama dengan 55
sekali dalam memahami pembela-
sebanyak 50%, sedangkan pada siklus
jaran. Baik itu berhitung, Bahasa
I menurun menjadi 25%, dan pada
Indonesia, IPA, IPS, ataupun mata
siklus II menjadi lebih kecil lagi yaitu
pelajaran lainnya. Dari segi absensi,
18,75%.
BSP tergolong anak yang rajin masuk
Kemampuan berhitung siswa
sekolah. Pada saat penelitian dengan
meningkat seiring dengan meningkat-
15 kali pertemuan, BSP selalu hadir
nya berbagai aktivitas dan tindakan Realistic Mathematic Education yang
322
Peningkatan Keterampilan Berhitung Nia Fatmawati
dilakukan guru dan siswa. Pening-
Principle of Activity “One learns only
katan terjadi karena pada siklus I dan
by some activities in the neural
II guru telah sukses melaksanakan
system: seeings, hearing, smelling,
rencana-rencana perbaikan. Diantara-
feeling, thinking, physical or motor
nya yaitu dalam aspek pemahaman
activity. The learner must actively
konsep, pada saat berkeliling mem-
engage in the ‘learning’, whether it be
bimbing kelompok, guru mengarah-
of
kan siswa mengaitkan konsep yang
understanding, a habit, an ideal, an
sedang
attitude, an interest, or the nature of a
dipelajari
dengan
konsep
matematika yang lain dan kehidupan
information
a
skill,
an
task” (Hamalik, 2009: 172).
sehari-hari. Selain itu pula masih
Hal ini menjelaskan bahwa
berkaitan dengan pemahaman konsep,
dalam pembelajaran terdapat beberapa
guru
siswa
sistem aktivitas yang harus digunakan
kelompok
secara aktif oleh pembelajar. Pembe-
dengan bantuan gambar pada papan
lajaran dengan pendekatan Realistic
tulis, yaitu dengan cara meminta
Mathematic Education adalah pembe-
bantuan
mengondisikan
menjelaskan
jawaban
agar
dari
perwakilan
lajaran yang efektif karena menyedia-
dapat
menggam-
kan kesempatan pada anak melakukan
barkan jawaban kelompok pada papan
berbagai aktivitas sehingga diperoleh
tulis. Penelitian dengan pendekatan
kemampuan berhitung yang mening-
Realistic Mathematic Education siswa
kat disetiap siklusnya. Pemanfaatan
diberikan kesempatan untuk melihat,
konstruksi siswa telah mampu mem-
mendengar,
memikirkan,
bangkitkan aktivitas siswa dengan
memanipulasi objek, dan aktivitas
melatih siswa bekerja sendiri atau
psikis atau motorik lainnya sehingga
turun
terjadi sebuah kemampuan dalam
berlangsung. Dengan bimbingan yang
memperoleh dan memahami infor-
diberikan guru siswa dapat melaksa-
masi. Kegiatan-kegiatan tersebut seja-
nakan kegiatan dengan menjadi lebih
lan dengan apa yang diungkapkan
mudah. Apabila peran guru sebagai
oleh Mehl-Mill-Douglass tentang The
pembimbing tidak terlaksana maka
siswa
kelompok
yang
meraba,
aktif
selama
pembelajaran
323
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 8 Edisi 2, November 2014
prinsip-prinsip
lah, menyelesaikan masalah, melapor-
lainnya pun juga tidak dapat terlak-
kan jawaban penyelesaian masalah
sana dengan baik. Dari uraian hasil
dan menyimpulkan jawaban. Hal ini
analisis data terlihat bahwa pening-
menunjukkan
katan kinerja atau tindakan-tindakan
bukanlah satu kumpulan aturan atau
yang dilakukan guru berakibat terha-
sifat-sifat yang sudah lengkap yang
dap
harus
kemungkinan
besar
peningkatan
keaktifan
siswa
siswa
bahwa
matematika
pelajari,
matematika
sekaligus berakibat terhadap mening-
bukan merupakan suatu objek yang
katnya kemampuan berhitung siswa.
siap saji untuk siswa, melainkan suatu
Proses belajar siswa hanya
kegiatan yang dinamis yang dapat
akan terjadi jika pengetahuan (know-
dipelajari dengan cara melakukannya.
ledge) yang dipelajari bermakna bagi
Berdasarkan hasil temu-an yang telah
siswa.
akan
peneliti paparkan di atas dan didu-
menjadi bermakna bagi siswa jika
kung dengan teori belajar yang telah
proses
diuraikan
Suatu
pengetahuan
pembelajaran
dilaksanakan
sebelumnya,
dalam suatu konteks atau permasa-
menunjukkan
lahan realistik (Wijaya, 2012: 20).
matematika realistik dapat meningkat-
Hasil penelitian juga membuktikan
kan kemampuan berhitung siswa.
pendapat dari Hans Freudenthal yang
Pengalaman langsung memberikan
mengatakan bahwa belajar matema-
kesan paling utuh dan paling bermak-
tika akan berhasil apabila pembela-
na mengenai informasi dan gagasan
jaran
sebagai
yang terkandung dalam pembelajaran
aktivitas manusia atau “mathematics
karena hampir melibatkan seluruh
is an activity” (Freudenthal, 1991:
indera, pemahaman yang didapat dari
14). Penelitian dengan pendekatan
kegiatan melakukan adalah sebesar
pembelajaran Realistic Mathematic
90%
Education terbukti membuat mate-
internalisasi pada siswa terjadi secara
matika khususnya pembelajaran ber-
optimal karena guru telah menerapkan
hitung menjadi serangkaian aktivitas
tiga model tahapan seperti apa yang
matematika
dibuat
(Fajar,
bahwa
penelitian
2004:
pendekatan
88).
Proses
siswa, mulai dari memahami masa-
324
Peningkatan Keterampilan Berhitung Nia Fatmawati
diungkapkan oleh Bruner, yaitu model
Realistic Mathematic Education pada
enaktif, ikonik, dan simbolis.
siswa kelas 1 Sekolah Dasar Negeri
Pelaksanaan penelitian deng-
12 Metro Pusat ialah dengan berlan-
an pendekatan matematika realistik ini
daskan pada dunia nyata sebagai
guru juga telah memberi kesempatan
objek
kepada siswa untuk memanipulasi
pengetahuan. Setelah diberikan tin-
benda-benda konkret atau alat peraga
dakan dengan penerapan pendekatan
yang
Realistic
dapat
diotak-atik,
sehingga
konkret
dalam membentuk
Mathematic
Education,
siswa menemukan dan memahami
kemampuan berhitung siswa menga-
konsep berhitung dengan baik. Hal ini
lami peningkatan. Ketuntasan siswa
sejalan dengan prinsip pendekatan
pada awal observasi di semester 1
Realistic Mathematic Education itu
ialah 44% dengan nilai rata-rata 47,66
sendiri yang menerapkan penggunaan
dan pada saat pra penelitian di
konteks dan konstruksi model yang
semester 2 ketuntasan mencapai 50%
bergerak
menuju
dengan nilai rata-rata 48,44. Setelah
vertikal (Aisyah, 2007: 7.4). Hasil
dilaksanakan penelitian pada siklus I
dari penelitian ini menunjukkan ter-
ketuntasan
jadinya peningkatan yang cukup sig-
keberhasilan 75% siswa tuntas dan
nifikan terhadap kemampuan berhi-
nilai rata-rata 63,13. Selanjutnya pada
tung siswa disetiap siklusnya. Dari
siklus II ketuntasan mencapai 81,25%
data yang diperoleh pada saat obser-
dengan rata-rata nilai 72,19.
dari
horizontal
meningkat 25% dengan
vasi, pra tindakan, tindakan siklus I dan Siklus II diperoleh peningkatan sebesar 33,59% yang persentase akhir yang diperoleh adalah 81,25% dengan nilai rata-rata 72,18. SIMPULAN Peningkatan berhitung
melalui
kemampuan pendekatan
DAFTAR PUSTAKA Aisyah, Nyimas dkk. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas, 2007. Deb, Kajal. Cognitive Development in Classroom. New Delhi: Adhyayan Publishers & Distributors, 2006. Fajar, Arnie. Portofolio. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2004.
325
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 8 Edisi 2, November 2014
Freudenthal, Hans. Revisting Mathematics Education. Dordrecht: Kluwer Academic Publisher, 1991. Manfaat, Budi. Membumikan Matematika dari Kampus ke Kampung. Cirebon: Eduvision Publishing, 2010. Subarinah, Sri. Inovasi Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar.
Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikti, 2006. Tarigan, Daitin. Pembelajaran Matematika Realistik. Jakarta: Dirjen Pendidikan Tinggi Depdiknas, 2006. Wijaya, Ariyadi. Pendidikan Matematika Realistik. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012.
326