perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENERAPAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS POKOK BAHASAN BANGUN DATAR PADA SISWA KELAS V SD NEGERI I PURWANTORO TAHUN AJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh : DWI IDA HASTUTI K7108034
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Mei 2012 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENERAPAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS POKOK BAHASAN BANGUN DATAR PADA SISWA KELAS V SD NEGERI I PURWANTORO TAHUN AJARAN 2011/2012
Oleh : DWI IDA HASTUTI K7108034
Skripsi diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Mei 2012 commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, 4 Mei 2012
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. A. Dakir, M. Pd. NIP. 19491106 197603 1 001
Matsuri, M. Pd. NIP. 19790323 200812 1 002
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Dwi Ida Hastuti. PENERAPAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS POKOK BAHASAN BANGUN DATAR PADA SISWA KELAS V SD NEGERI I PURWANTORO TAHUN AJARAN 2011/2012. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Mei 2012. Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis pokok bahasan bangun datar melalui penerapan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) pada siswa kelas V SD Negeri I Purwantoro tahun ajaran 2011/2012. Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) berlangsung selama 2 siklus. Tiap siklus berlangsung selama berlangsung selama 2 kali pertemuan. Tiap pertemuan terdiri dari empat tahap, yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas V semester II SD Negeri I Purwantoro Kabupaten Wonogiri tahun ajaran 2011/2012, berjumlah 27 siswa, terdiri dari 15 laki-laki dan 12 perempuan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, tes, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif meliputi tiga buah komponen yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan simpulan/verifikasi. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh; nilai rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa pada kondisi awal (sebelum dilaksanakan tindakan) yaitu 60,43 di mana siswa yang mendapat nilai di atas kriteria ketuntasan minimum (KKM) yaitu 65 hanya 11 siswa (40,74%), siklus I nilai rata-rata kemampuan berpikir kritis meningkat menjadi 68,67 sebanyak 18 siswa memperoleh nilai di atas KKM (66,67%), dan siklus II nilai rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa meningkat lagi menjadi 86,37 dengan 26 siswa memperoleh nilai di atas KKM (96,3%). Simpulan penelitian ini adalah penerapan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis pada pokok bahasan bangun datar siswa kelas V SD Negeri I Purwantoro tahun ajaran 2011/2012. Kata kunci: kemampuan berpikir kritis, realistic mathematics education
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Dwi Ida Hastuti. THE APPLICATION OF REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) TO IMPROVE THE CRITICAL THINKING CAPABILITY IN FLAT STRUCTURE SUBJECT MATTER IN THE V GRADERS OF SD NEGERI 1 PURWANTORO IN THE SCHOOL YEAR OF 2011/2012. Minithesis, Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret University Surakarta. May 2012. The objective of research is to improve the critical thinking capability in flat structure subject matter through the application of Realistic Mathematics Education (RME) approach in the V graders of SD Negeri (Public Elementary School) 1 Purwantoro in the school year of 2011/2012. This study was a Classroom Action Research (CAR) placed of of 2 cycles. Each cycle placed of of 2 meetings. Each meeting contained four stages: (1) planning, (2) acting, (3) observing, and (4) reflecting. The subject used in this research was the semester II of V graders of SD Negeri I Purwantoro of Wonogiri Regency in the school year of 2011/2012, consisting of 27 students: 15 boys and 12 girls. Techniques of collecting data used were interview, observation, test, and documentation. Technique of analyzing data used was an interactive model of analysis encompassing three components: data reduction, data display, and conclusions:drawing/verifying. The result of analysis are follows: The mean value of student critical thinking capability in prior condition (before action) was 60.43 in which only 11 (40.74%) students achieving the value above the minimum passing criteria (KKM) of 65, in cycle I this value increased to 68.67, in which 18 (66.67%) students achieving the value above KKM, and in cycle II this value increased to 86.37, in which 26 (96.3%) students achieving the value above KKM. Based on the research, a conclusion is drawn that the application of Realistic Mathematics Education (RME) approach could improve the critical thinking capability in flat structure subject matter of the V graders of SD Negeri 1 Purwantoro in the school year of 2011/2012.
Keywords: critical thinking capability, realistic mathematics education
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO “Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong agama Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS. Muhammad: 7) “Ketahuilah pertolongan itu ada bersama dengan kesabaran, jalan keluar itu akan selalu beriringan dengan cobaan, dan bersama kesulitan itu ada kemudahan.” (HR. Tirmidzy) “Karena tidak ada yang lebih mudah dibandingkan dengan berpikir, jadi tidak ada yang lebih sulit dibandingkan dengan berpikir baik.” (Penulis)
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan skripsi ini untuk:
Allah SWT yang memberikan Anugerah Teindah, Rahmat, Taufik dan Hidayah-Nya kepada setiap nafasku. Orang tuaku, Alm. Bapak Katino H. S. yang memberikan arti kasih sayang tanpa mengharap balas jasa dan aku selalu mendoakan semoga beliau dimasukan ke dalam surga-Nya. Amiin. Ibu Suharsi yang telah memberikan segala yang terbaik dan mendoakanku dalam setiap langkahku. Kakak dan adik, Mbak Eka, Mas Setya, Mas Tarom, Dik Fadlan, dan Dik Afrina yang selalu ada dan memberikan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini. FKIP UNS almamaterku tercinta tempatku menimba ilmu berkarakter kuat
dan cerdas untuk masa depan yang cerah.
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PENERAPAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS POKOK BAHASAN BANGUN DATAR PADA SISWA KELAS V SD NEGERI I PURWANTORO TAHUN AJARAN 2011/2012”. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Banyak hambatan dalam penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak maka hambatan ini dapat diatasi. Oleh sebab itu pada kesempatan yang baik ini ucapan terima kasih yang tulus penulis sampaikan kepada yang terhormat: 1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Drs. Rusdiana Indianto. M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Drs. Hadi Mulyono, M.Pd. selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Drs. Hasan Mahfud, M.Pd. selaku Sekretaris Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 5. Drs. A. Dakir, M. Pd. Selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, kepercayaan, dukungan, saran, dan kemudahan yang sangat membantu dalam penyelesaian skripsi ini. 6. Matsuri, M.Pd. selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini commit to user dengan baik. x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7. Bapak Puguh Heri Santoso, S. Pd. Selaku Kepala SDN I Purwantoro yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian. 8. Ibu Dwi Siswanti selaku guru kelas V SDN I Purwantoro yang dengan senang hati membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian. 9. Bapak/Ibu Guru SDN I Purwantoro yang telah memberikan motivasi dan sebagai informan terhadap penyusunan skripsi ini. 10. Keluarga penulis tercinta yang memberikan bantuan materiil dan nonmateriil serta dukungan demi kelancaran penyelesaian skripsi ini. 11. Kakak tingkat angkatan 2007 dan teman-temanku PGSD FKIP UNS yang telah memberikan semangat dan kerjasamanya.
Penulis telah berupaya untuk berbuat yang terbaik dalam penyusunan skripsi ini. Namun demikian, disadari hasilnya masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dapat menjadi bahan bacaan yang menarik dan mudah dipahami.
Surakarta,
Mei 2012
Penulis
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ...........................................................................................
i
HALAMAN PERNYATAAN .............................................................................
ii
HALAMAN PENGAJUAN ................................................................................
iii
HALAMAN PERSETUJUAN ...........................................................................
iv
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................
v
ABSTRAK .........................................................................................................
vi
ABSTRACT ...........................................................................................................
vii
HALAMAN MOTTO .........................................................................................
viii
HALAMAN PERSEMBAHAN .........................................................................
ix
KATA PENGANTAR ........................................................................................
x
DAFTAR ISI .......................................................................................................
xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................
xiv
DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xvii
BAB I
PENDAHULUAN ............................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................
1
B. Rumusan Masalah ......................................................................
5
C. Tujuan Penelitian .......................................................................
5
D. Manfaat Penelitian .....................................................................
5
LANDASAN TEORI ........................................................................
7
A. Tinjauan Pustaka ........................................................................
7
B. Hasil Penelitian Yang Relevan ..................................................
41
C. Kerangka Pemikiran .................................................................
41
D. Hipotesis Tindakan ....................................................................
44
BAB III METODE PENELITIAN...................................................................
45
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... commit to user B. Subjek Penelitian .......................................................................
45
BAB II
xii
46
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Sumber Data .............................................................................
47
D. Bentuk dan Strategi Penelitian ..................................................
47
E. Teknik Pengumpulan Data .........................................................
49
F. Validitas Data ............................................................................
51
G. Teknik Analisis Data .................................................................
52
H. Indikator Kinerja ........................................................................
54
I.
Prosedur Penelitian ....................................................................
55
BAB IV HASIL PENELITIAN .......................................................................
64
A. Deskripsi Lokasi Penelitian .......................................................
64
B. Deskripsi Kondisi Awal .............................................................
65
C. Pelaksanaan Tindakan (Siklus) ..................................................
69
D. Hasil Penelitian ..........................................................................
87
E. Pembahasan Hasil Penelitian .....................................................
92
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN .......................................
96
A. Simpulan ....................................................................................
96
B. Implikasi ....................................................................................
96
C. Saran ..........................................................................................
97
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................
99
LAMPIRAN .........................................................................................................
102
BAB V
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1.
Rincian Waktu Penelitian ....................................................................
2.
Daftar Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Pokok Bahasan Bangun Datar Siswa Kelas V pada Kondisi Awal .................
3.
46
66
Data Frekuensi Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Pokok Bahasan Bangun Datar Siswa Kelas V SD Negeri I Purwantoro pada Kondisi Awal ..............................................................................
4.
Daftar Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Pokok Bahasan Bangun Datar Siswa Kelas V pada Siklus I ..........................
5.
84
Perkembangan Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Pokok Bahasan Bangun Datar Siswa Kelas V pada Siklus I dan Siklus II ....................
10.
84
Data Frekuensi Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas V SD Negeri I Purwantoro pada Siklus II ...............................................
9.
76
Daftar Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Pokok Bahasan Bangun Datar Siswa Kelas V pada Siklus II ........................
8.
74
Perkembangan Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Pokok Bahasan Bangun Datar Siswa Kelas V Sebelum Tindakan dan Siklus I ...........
7.
74
Data Frekuensi Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas V SD Negeri I Purwantoro pada Siklus I ................................................
6.
67
86
Data Perkembangan Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Pokok Bahasan Bangun Datar Siswa Kelas V SD Negeri I Purwantoro pada Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II .........................................
commit to user xiv
88
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1.a
Segitiga Sembarang .............................................................................
22
1.b
Segitiga Samasisi .................................................................................
23
1.c
Segitiga Samakaki ................................................................................
23
1.d
Segitiga Siku-siku Sembarang .............................................................
23
1.e
Segitiga Siku-siku Samakaki ...............................................................
23
2.
Persegi Panjang ...................................................................................
23
3.
Persegi .................................................................................................
24
4.a
Trapesium Sembarang .........................................................................
24
4.b
Trapesium Samakaki ............................................................................
24
4.c
Trapesium siku-siku .............................................................................
24
5.
Jajargenjang ..........................................................................................
24
6.
Lingkaran .............................................................................................
25
7.
Belah ketupat .......................................................................................
25
8.
Layang-layang .....................................................................................
25
9.
Kerangka Berpikir ...............................................................................
43
10.
Model Analisis Data Interaktif ............................................................
53
11.
Bagan Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ........................................
56
12.
Grafik Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Pokok Bahasan Bangun Datar Siswa Kelas V SD Negeri I Purwantoro pada Kondisi Awal .....
13.
Grafik Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas V SD Negeri I Purwantoro pada Siklus I ................................................
14.
68
75
Perkembangan Nilai Evaluasi Kemampuan Berpikir Kritis Pokok Bahasan Bangun Datar Siswa Kelas V Sebelum Tindakan dan Siklus I Setelah Menerapkan Pendekatan RME ..................................
15.
16.
77
Grafik Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas V SD Negeri I Purwantoro pada Siklus II .....................................................
85
Perkembangan Nilai Evaluasi Kemampuan Berpikir Kritis Pokok to pada user Siklus I dan Siklus II ..... Bahasan Bangun Datar Siswacommit Kelas V
86
xv
perpustakaan.uns.ac.id
17.
digilib.uns.ac.id
Data Peningkatan Nilai Terendah Kemampuan Berpikir Kritis Pokok Bahasan Bangun Datar pada Siswa Kelas V SD Negeri I Purwantoro Sebelum Tindakan, Siklus I, dan Siklus II ..........................................
18.
89
Data Peningkatan Nilai Terendah Kemampuan Berpikir Kritis Pokok Bahasan Bangun Datar pada Siswa Kelas V SD Negeri I Purwantoro Sebelum Tindakan, Siklus I, dan Siklus II ..........................................
19.
89
Data Peningkatan Nilai Terendah Kemampuan Berpikir Kritis Pokok Bahasan Bangun Datar pada Siswa Kelas V SD Negeri I Purwantoro Sebelum Tindakan, Siklus I, dan Siklus II ..........................................
20.
90
Data Peningkatan Nilai Terendah Kemampuan Berpikir Kritis Pokok Bahasan Bangun Datar pada Siswa Kelas V SD Negeri I Purwantoro Sebelum Tindakan, Siklus I, dan Siklus II ..........................................
commit to user xvi
91
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1.
Deskripsi Wawancara Sebelum Tindakan ...........................................
102
2.
Silabi Matematika Kelas V ..................................................................
104
3.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I ............................
106
4.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II ..........................
121
5.
Lembar Kerja Kelompok I ...................................................................
136
6.
Lembar Kerja Kelompok II .................................................................
137
7.
Lembar Kerja Kelompok III ................................................................
138
8.
Lembar Kerja Kelompok IV ................................................................
139
9.
Kisi-Kisi Tugas Individu Siklus I ........................................................
140
10.
Kisi-Kisi Tugas Individu Siklus II ......................................................
142
11.
Tugas Individu I ..................................................................................
144
12.
Tugas Individu II .................................................................................
145
13.
Tugas Individu III ................................................................................
146
14.
Tugas Individu IV ...............................................................................
147
15.
Kunci Jawaban Tugas Individu ...........................................................
148
16.
Kriteria Penilaian Tugas Individu .......................................................
152
17.
Daftar Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Berdasarkan Nilai Tes Pada Kondisi Awal/Sebelum Siklus ....................................
18.
Daftar Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Berdasarkan Nilai Tes Pada Siklus I ........................................................................
19.
154
155
Daftar Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Berdasarkan Nilai Tes Pada Siklus II ........................................................................
158
20.
Lembar Observasi RPP Guru ..............................................................
161
21.
Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Guru ............................
163
22.
Lembar Observasi Penilaian Proses Siswa ...........................................
166
23.
Hasil Observasi RPP Guru Siklus I .....................................................
168
24.
Hasil Observasi RPP Guru Siklus II .................................................... to userGuru Siklus I ................. Hasil Observasi Pelaksanaancommit Pembelajaran
170
25.
xvii
172
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26.
Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Guru Siklus II .................
175
27.
Hasil Observasi Penilaian Proses Siswa Kondisi Awal ......................
178
28.
Hasil Observasi Penilaian Proses Siswa Siklus I ................................
180
29.
Hasil Observasi Penilaian Proses Siswa Siklus II ...............................
182
30.
Pedoman Wawancara untuk Guru Sebelum Diterapkan Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) .........................
31.
184
Pedoman Wawancara untuk Guru Setelah Diterapkan Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) .........................
186
32.
Deskripsi Wawancara Setelah Tindakan .............................................
188
33.
Contoh Pekerjaan Siswa (Tugas Individu) ..........................................
190
34.
Daftar Nilai Rata-rata Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Tentang Pokok Bahasan Bangun Datar Berdasarkan Nilai Tes Pada Kondisi Awal, Siklus I, Siklus II ................................
35.
198
Data Peningkatan Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Tentang Pokok Bahasan Bangun Datar Berdasarkan Nilai Tes Pada Kondisi Awal, Siklus I, Siklus II ................................
200
36.
Dokumentasi (Foto) .. ...........................................................................
201
37.
Surat Keterangan Penelitian Kepala SDN I Purwantoro ......................
204
38.
Surat Keputusan Dekan FKIP UNS ....................................................
205
39.
Surat Permohonan Ijin Penelitian ........................................................
208
40.
Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi ...........................................
209
commit to user xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah elemen yang sangat penting terhadap kelangsungan hidup bangsa. Pendidikan itu diberikan atau diselenggarakan dalam rangka mengembangkan seluruh potensi atau bakat alamiahnya sehingga menjadi manusia yang relatif lebih baik, lebih berbudaya, dan lebih manusiawi. Pendidikan juga memiliki peran yang penting berkaitan dengan pemeliharaan dan perbaikan kehidupan suatu masyarakat, terutama membawa generasi muda dalam pemenuhan kewajiban dan tanggung jawabnya dalam masyarakat. Selain itu pendidikan juga memiliki peranan penting dalam kehidupan yang serba maju, modern serta serba canggih seperti sekarang ini. Pendidikan sangat penting untuk menjamin kehidupan karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Hamruni (2009: 1) mengungkapkan bahwa kesuksesan dan keberhasilan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan ketepatan guru dalam memilih dan menggunakan strategi pembelajaran. Hal ini untuk mencapai tujuan pembelajaran Matematika seperti yang dicantumkan dalam KTSP yaitu agar peserta didik
memiliki
kemampuan
memahami
konsep
Matematika,
menjelaskan
keterkaitan antar konsep, dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. Mata pelajaran Matematika sangat penting diberikan kepada semua siswa mulai dari Sekolah Dasar sampai dengan tingkat Perguruan Tinggi. Pada dasarnya pelajaran Matematika berperan untuk melatih berpikir secara logis, analisis, sistematis, kritis, dan kreatif. Hal tersebut diperlukan agar siswa mampu untuk memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi bagi kelangsungan hidupnya. Jeanne Ellis Ormord (2008: 412), menjelaskan bahwa siswa memiliki basis pengetahuan (knowledge bases) yang berbeda-beda. Keberagaman semacam itu secara alamiah akan mempengaruhi kemampuan mereka menyelesaikan tugas-tugas user yang melibatkan pemikiran tingkatcommit tinggi. to Pengalaman belajar yang sebelumnya dari 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2 para siswa mungkin telah mengembangkan kemampuan berpikir tertentu dengan mengabaikan kemampuan berpikir lainnya. Sebagai contoh, sebagai hasil dari kognisi
tersituasi
(situated
cognition),
beberapa
siswa
mungkin
telah
mengembangkan strategi pemecahan masalah yang efektif dalam konteks rumah dan lingkungan tempat tinggal mereka sendiri tetapi mengalami kesulitan mentransfer apa yang telah mereka pelajari itu pada tugas-tugas yang lebih formal di kelas. Sampai saat ini masih banyak hambatan-hambatan yang dialami siswa dalam belajar Matematika. Salah satunya adalah banyaknya anggapan bahwa pelajaran Matematika itu sulit dipelajari dan dipahami. Anggapan tersebut akhirnya akan berpengaruh pada hasil belajar Matematika. Berbagai usaha telah ditempuh untuk mengurangi hambatan atas ketidakstabilan siswa dalam belajar Matematika, diantaranya adalah dengan adanya rekonstruksi kurikulum, penambahan jam pelajaran di luar sekolah dan peningkatan kualitas guru. Keberhasilan dalam pendidikan tidaklah lepas dari kegiatan proses belajar mengajar, dan keberhasilan siswa yang mengikuti pembelajaran tersebut. Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut, beberapa siswa memerlukan banyak bimbingan dan dukungan untuk menguasai kemampuan berpikir tingkat tinggi yaitu berpikir kritis dalam pembelajaran Matematika, sesuai dengan tujuan pendidikan Matematika sekolah yang memberi penekanan pada penataan nalar anak serta pembentukan pribadi anak. Oleh karena itu, sekolah perlu mengajarkan siswa untuk mengevaluasi argumen persuasif serta bukti ilmiah secara kritis. Siswa sekolah dasar berusia berkisar 6 atau 7 tahun, sampai 12 atau 13 tahun. Hamzah dan Masri (2009: 5), berpandangan bahwa perkembangan kognitif pada usia tersebut pada hakikatnya berada dalam fase operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah kemampuan dalam proses berpikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika, meskipun masih terikat dengan objek bersifat konkret yang dapat ditangkap oleh panca indera. Hal ini menyebabkan pembelajaran Matematika di sekolah dasar sangat diperlukan variasi mengajar, sehingga informasi lebih cepat dipahami dan dimengerti oleh siswa. Strategi latihan pengerjaan soal-soal (rehearsal) sebagai strategi yang umum commit to user sangat bergantung pada latihan diterapkan oleh guru telah membuat siswa-siswa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3 yang banyak dan hafalan luar kepala. Oleh karena itu, strategi pencekokan latihan soal tersebut mengakibatkan anak mudah jenuh dan kurang kreatif. Selain itu, pembelajaran Matematika khususnya pada materi bangun datar jika tidak didahului dengan penguasaan konsep maka akan justru mengalami kesulitan. Keadaan ini dapat dilihat dari sebagian besar siswa yang harus mengikuti remidi karena skor yang diperoleh kurang memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditetapkan. Berdasarkan
hasil
observasi
dan
wawancara
dengan
guru
kelas,
permasalahan yang terjadi di kelas V SD Negeri I Purwantoro saat ini adalah rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa pada pokok bahasan bangun datar dalam pembelajaran Matematika. Hal ini berpengaruh terhadap hasil belajarnya, dimana secara umum hasil belajar Matematika tentang bangun datar kurang memuaskan. Masih banyak siswa dengan nilai tes tertulis materi bangun datar yang belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal atau KKM sebesar ≥65. Siswa yang tuntas belajar hanya terdapat 11 siswa atau 40,74% dari 27 siswa, jadi 16 siswa atau 59,26% belum mencapai KKM (lampiran 17 halaman 154). Dengan demikian diketahui kemampuan berpikir kritis pada pokok bahasan bangun datar siswa kelas V SD Negeri I Purwantoro masih rendah. Rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SD Negeri I Purwantoro pada pokok bahasan bangun datar disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya pembelajaran yang berlangsung khususnya pada kelas V ini masih tergolong konvensional. Guru menggunakan model ceramah dengan media berupa papan tulis yang biasa terisi dengan tulisan maupun gambar hampir pada setiap pembelajaran bahkan dalam proses pembelajaran Matematika. Oleh karena itu, media nyata belum dimanfaatkan oleh guru secara optimal. Model pembelajaran ini kurang inovatif dan kurang mampu merangsang berpikir kritis siswa pada pokok bahasan bangun datar. Siswa hanya menerima apa yang diberikan oleh guru. Selain itu, model pembelajaran ini kurang dapat membangkitkan semangat siswa sehingga menjadikan siswa pasif dalam belajar dan tidak ada interaksi antar siswa dalam proses belajar (teacher centered). Hal tersebut kurang sesuai dengan tuntutan commit to user perkembangan pendidikan yang merekomendasikan pembelajaran student centered
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4 atau pembelajaran yang berpusat pada siswa. Pembelajaran student centered atau pembelajaran yang berpusat pada siswa menuntut siswa lebih aktif dalam proses belajar, sehingga diharapkan hasil belajar siswa menjadi tinggi. Masalah di atas merupakan kendala yang harus segera diatasi. Jika tidak maka berakibat kemampuan berpikir kritis siswa pada materi berikutnya juga bermasalah. Karena pembelajaran Matematika mengenal dalil konektivitas. Pokok bahasan Matematika satu berhubungan dengan pokok bahasan Matematika lain. Pokok bahasan bangun datar merupakan kemampuan prasyarat dalam pembelajaran bangun yang lain seperti menyelesaikan soal yang berhubungan dengan luas denah, mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang, menghitung luas permukaan bangun ruang, yang pada akhirnya menggunakan kemampuan berpikir kritis pokok bahasan bangun datar dalam kehidupan sehari-hari. Pemilihan pendekatan yang inovatif dan menarik harus dilakukan oleh guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, sehingga siswa antusias dan aktif serta dapat merangsang siswa untuk berpikir kritis. Pembelajaran inovatif yang dapat dijadikan solusi untuk pembelajaran ini adalah melalui pendekatan Realistic Mathematics Education (RME).
RME merupakan salah satu pendekatan
pembelajaran yang berasumsi perlu adanya pengkaitan antara Matematika dengan realitas yang ada dan dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Masalah ini bukan masalah yang selalu kongkrit dilihat oleh mata tetapi termasuk hal-hal yang mudah dibayangkan oleh siswa. RME dijadikan sebagai solusi terhadap permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran. Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) memiliki beberapa keunggulan jika diterapkan dalam pembelajaran. Menurut Daitin Tarigan (2006: 3), murid diberi kesempatan untuk mengalami proses yang mirip dengan penciptaan Matematika, yaitu membangun sendiri alat dan gagasan Matematika, serta menemukan sendiri hasilnya. Selain itu, RME mengembangkan pola pikir praktis, logis, kritis, jujur dengan berorientasi pada penalaran Matematika dalam menyelesaikan masalah. Dengan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) siswa akan commit user aktif dalam pembelajaran sehingga akanto tercipta kondisi pembelajaran student
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5 centered atau pembelajaran berpusat pada siswa. Melalui penerapan pendekatan Realistic
Mathematics
Education
(RME)
diharapkan
dapat
meningkatkan
kemampuan berpikir kritis pokok bahasan bangun datar pada siswa kelas V SD Negeri I Purwantoro, Wonogiri tahun ajaran 2011/2012. Berdasarkan alasan tersebut maka peneliti melakukan penelitian pada kelas V SD Negeri I Purwantoro, Wonogiri. Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “PENERAPAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS
EDUCATION
(RME)
UNTUK
MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS POKOK BAHASAN BANGUN DATAR PADA SISWA KELAS V SD NEGERI I PURWANTORO TAHUN AJARAN 2011/2012’’.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini yaitu: “Apakah penerapan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis pokok bahasan bangun datar pada siswa kelas V SD Negeri I Purwantoro tahun ajaran 2011/2012?”
C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini yaitu untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis pokok bahasan bangun datar melalui penerapan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) pada siswa kelas V SD Negeri I Purwantoro tahun ajaran 2011/2012.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Manfaat hasil penelitian secara teoritis diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam memperbaiki dan mengembangkan kualitas pembelajaran khususnya peningkatan kemampuan berpikir kritis pokok bahasan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6 bangun datar siswa kelas V SD N I Purwantoro, Wonogiri tahun ajaran 2011/2012.
2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa 1) Mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa pada pokok bahasan bangun datar. 2) Dapat memberikan pengalaman baru dalam hal memecahkan masalah pembelajaran yang dialami khususnya mata pelajaran Matematika. 3) Meningkatkan minat dan motivasi belajar pada materi bangun datar. b. Bagi Guru 1) Dapat meningkatkan guru dalam mengatasi masalah pada materi bangun datar dengan menerapkan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME). 2) Dapat meningkatkan guru untuk mengajarkan cara berpikir yang benar pada siswanya. c. Bagi Sekolah 1) Penelitian ini dapat digunakan sebagai wacana mengembangkan prestasi sekolah melalui berbagai kegiatan. 2) Pengembangan kurikulum kelas. 3) Masukan solusi pada pembelajaran materi bangun datar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Hakikat Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) a.
Pengertian Pendekatan Pembelajaran Hamruni (2009: 6) menjelaskan bahwa pendekatan adalah titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk pada pandangan tentang terjadinya proses yang sifatnya masih sangat umum. Sejalan dengan pendapat tersebut, Sri Anitah (2009: 45) mengungkapkan bahwa pendekatan adalah suatu cara pandang terhadap sesuatu. Pembelajaran dapat dijelaskan dengan memahami kata dasarnya, yaitu belajar. Ada beberapa definisi belajar menurut para ahli, diantaranya Syaiful Sagala (2009: 11), bahwa belajar adalah suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu. Perubahan itu pada pokoknya didapatkannya kecakapan baru dan perubahan itu terjadi karena usaha yang disengaja. Sedangkan Winkel dalam Yatim Riyanto (2010: 5) mengungkapkan bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuanpemahaman, keterampilan, dan nilai-sikap. Lebih lanjut, Degeng menyatakan bahwa belajar merupakan pengaitan pengetahuan baru pada struktur kognitif yang sudah dimiliki si belajar. Hal ini mempunyai arti bahwa dalam proses belajar, siswa akan menghubung-hubungkan pengetahuan atau ilmu yang telah tersimpan dalam memorinya dan kemudian menghubungkan dengan pengetahuan yang baru. Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan dalam penelitian ini bahwa belajar adalah suatu proses untuk mengubah perilaku atau pribadi yang tidak terbatas misalnya pada keterampilan, skill, persepsi, emosi, proses berpikir, sehingga dapat menghasilkan perbaikan pada diri tersebut. commit to user 7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8 Sedangkan Corey dalam Syaiful Sagala (2009: 61) berpendapat bahwa pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu.
Hamruni (2009: 45) mengemukakan bahwa
pembelajaran adalah proses berpikir. Belajar berpikir menekankan kepada proses mencari dan menemukan pengetahuan melalui interaksi antara individu dan lingkungan. Menurut Suherman (2012), pendekatan (approach) pembelajaran Matematika adalah cara yang ditempuh guru dan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran agar konsep yang disajikan bisa beradaptasi dengan siswa. Pendekatan pembelajaran merupakan aktivitas guru dalam memilih kegiatan pembelajaran, untuk mempermudah bagi siswa memahami materi ajar yang disampaikan guru, dengan memelihara suasana pembelajaran yang menyenangkan. Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran adalah suatu jalan yang akan ditempuh oleh guru dalam mengajar yang digunakan untuk memaksimalkan hasil belajar. b. Pengertian Pendekatan RME Suatu ilmu pengetahuan akan sulit untuk kita terapkan jika ilmu pengetahuan tersebut tidak bermakna bagi kita. Suatu ilmu pengetahuan akan bermakna bagi pembelajar jika proses belajar melibatkan masalah seharihari. Salah satu pendekatan yang berorientasi pada matematisasi pengalaman sehari-hari dan menerapkan Matematika dalam pengalaman sehari-hari adalah Realistic Mathematic Education (RME). Pendekatan ini mengacu pada pendapat Freudenthal dalam Didi Supriyadi, dkk (2007: 176), bahwa pembelajaran haruslah dikaitkan dengan realita, dekat dengan pengalaman anak serta relevan untuk kehidupan masyarakat agar Matematika memiliki nilai kemanusiaan (human value). Selain itu, Freudenthal juga berpandangan bahwa Matematika sebaiknya tidaktodipandang sebagai suatu bahan ajar yang commit user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9 harus ditransfer secara langsung sebagai Matematika siap pakai, melainkan harus dipandang sebagai suatu aktivitas manusia atau human activity. Berdasarkan jurnal internasional yang ditulis oleh Devrim Uzel dan Sevinc Mert Uyangor (2006), dikatakan: Two of his important points of views are mathematics must be connected to reality and mathematics as human activity. First, mathematics must be close to children and be relevant to every day life situations. However, the word „realistic‟, refers not just to the connection with the real world, but also refers to problem situations which real in students‟ mind. Second, the idea of mathematics as a human activity is stressed. Uraian di atas dapat diartikan sebagai berikut: dua poin penting tentang pandangan RME, Matematika harus terhubung ke realitas dan Matematika sebagai aktivitas manusia. Pertama, Matematika harus dekat kepada anak-anak dan relevan dengan situasi kehidupan setiap hari. Namun, kata “realistis”, merujuk bukan hanya untuk koneksi dengan dunia nyata, tetapi juga mengacu situasi masalah yang nyata dalam pikiran siswa. Kedua, gagasan Matematika sebagai aktivitas manusia ditekankan. Dari pendapat tersebut dapat peneliti simpulkan bahwa dalam pandangan RME, masalah yang disajikan kepada siswa dihubungkan dengan konteks dunia nyata, tetapi tidak selalu diperlukan demikian. Matematika dapat dikaitkan dengan masalah yang nyata dalam pikiran siswa. Oleh karena itu, situasi masalah dapat juga dilihat sebagai aplikasi atau pemodelan. Selain itu, proses pembelajaran Matematika harus relevan dengan situasi kehidupan anak tersebut. Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) di Indonesia dikenal dengan istilah Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI). Realistik Mathematics Education atau RME merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang berasumsi perlu adanya pengkaitan antara Matematika dengan realitas yang ada dan dapat dijumpai dalam kehidupan sehari–hari. RME dijadikan sebagai solusi terhadap permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran. Dengan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) siswa commit akan aktif dalam pembelajaran sehingga akan to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10 tercipta kondisi pembelajaran student centered atau pembelajaran berpusat pada siswa. Istilah matematisasi digunakan dalam pendekatan RME yaitu proses mematematikakan dunia nyata. Ariyadi Wijaya (2012: 41) mengartikan mematematikakan sebagai memodelkan suatu fenomena secara matematis (dalam arti mencari matematika yang relevan terhadap suatu fenomena) ataupun membangun suatu konsep matematika dari suatu fenomena. De Lange dalam Ariyadi Wijaya (2012: 42) mengungkapkan bahwa dalam pendekatan RME dikenal dua jenis matematisasi yaitu matematisasi horizontal dan matematisasi vertikal. Contoh matematisasi horizontal adalah pentransformasian masalah dalam dunia nyata (real) ke dalam masalah Matematika. Adapun contoh matematisasi vertikal adalah representasi hubungan-hubungan dalam rumus, perbaikan dan penyesuaian model Matematika,
penggunaan
model-model
yang
berbeda
dan
penggeneralisasian. c.
Karakteristik RME RME mencerminkan suatu pandangan tentang Matematika sebagai subject matter, bagaimana anak belajar Matematika, dan bagaimana Matematika seharusnya diajarkan. Didi Supriyadi, dkk (2007: 177-178) menguraikan karakteristik RME yang sesuai dengan pandangan tersebut, yaitu: 1) Prinsip Aktivitas Matematika dipelajari melalui doing yakni dengan mengerjakan masalahmasalah yang didesain secara khusus. Anak tidak dipandang sebagai individu yang hanya siap menerima konsep-konsep Matematika, melainkan harus diperlakukan sebagai partisipan aktif dalam keseluruhan proses pendidikan. 2) Prinsip Realitas Tujuan utama pengajaran Matematika adalah agar siswa mampu menggunakan Matematika yang mereka pahami untuk menyelesaikan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11 masalah yang dihadapi. Dalam RME, prinsip realitas ini tidak hanya dikembangkan pada tahap akhir dari suatu proses pembelajaran melainkan dipandang sebagai suatu sumber untuk belajar Matematika. 3) Prinsip Tahap Pemahaman Proses belajar Matematika mencakup berbagai tahapan pemahaman mulai dari pengembangan kemampuan menemukan solusi informal yang berkaitan dengan konteks, menemukan rumus skema, sampai menemukan prinsip-prinsip keterkaitan. Persyaratan untuk sampai pada tahap pemahaman berikutnya menuntut adanya kemampuan untuk merefleksi aktivitas pengerjaan tugas-tugas Matematika yang telah dilakukan. 4) Prinsip Intertwinement Salah satu karakteristik dari RME dalam kaitannya dengan Matematika sebagai bahan ajar, adalah bahwa Matematika tidak dipandang sebagai suatu bahan ajar yang terpisah-pisah. Dengan demikian, menyelesaikan suatu masalah Matematika yang kaya-konteks mengandung arti bahwa siswa memiliki kesempatan untuk menerapkan berbagai konsep, rumus, prinsip, serta pemahaman secara terpadu dan saling berkaitan. 5) Prinsip Interaksi Dalam pendekatan RME, proses belajar Matematika dipandang sebagai aktivitas sosial. Dengan kata lain siswa diberi kesempatan untuk melakukan tukar pengalaman, strategi penyelesaian, serta temuan lainnya di antara sesama mereka. Interaksi tersebut memungkinkan siswa untuk melakukan refleksi pada akhirnya akan mendorong mereka pada perolehan pemahaman yang lebih tinggi dari sebelumnya. 6) Prinsip Bimbingan Salah satu prinsip kunci yang diajukan Freudenthal dalam pembelajaran Matematika adalah perlunya bimbingan agar siswa mampu menemukan kembali Matematika. Implikasi dari pandangan ini adalah bahwa baik guru maupun program pendidikan memegang peran yang sangat vital dalam proses bagaimana siswa memperoleh pengetahuan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12 Prinsip aktivitas dalam RME yang memberikan penekanan pada pentingnya siswa untuk melakukan sesuatu yang merupakan bagian dari kegiatan bermatematika, nampaknya dapat memberikan peluang bagi siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir matematik mereka. Hal ini disebabkan karena kegiatan bermatematika pada dasarnya merupakan aktivitas yang dapat dilakukan baik secara individual maupun berkelompok. Aktivitas individual dapat menjadi landasan yang efektif untuk terjadinya interaksi konstruktif dalam kegiatan kelompok. Demikian pula sebaliknya, hasil interaksi dalam kegiatan kelompok dapat menjadi pendorong untuk terjadinya proses berpikir lebih lanjut dalam tataran individual. Prinsip aktivitas yang sekaligus dapat mendorong terlaksananya prinsip interaksi, memiliki peran yang sangat penting dalam pengembangan kemampuan berpikir matematik tingkat tinggi, karena aspek-aspek berpikir seperti matematisasi
situasi,
melakukan
analisis,
melakukan
interpretasi,
mengembangkan model sendiri, memberikan argumen matematik, dan membuat generalisasi pada hakekatnya merupakan rangkaian aktivitas bermatematika. Menurut Siti Uswatun (2012) Realistic Mathematics Education (RME) mempunyai ciri antara lain, bahwa dalam proses pembelajaran siswa harus diberi kesempatan untuk menemukan kembali (reinvent) ide dan konsep Matematika dengan bimbingan orang dewasa melalui penjelasan berbagai situasi dan persoalan-persoalan dunia nyata (real word). Menurut Soedjadi dalam Irwan (2012) pembelajaran Matematika realistik mempunyai beberapa karakteristik dan komponen sebagai berikut. 1) The use of context (menggunakan konteks), artinya dalam RME lingkungan keseharian atau pengetahuan yang telah dimiliki siswa dapat dijadikan sebagai bagian materi belajar yang kontekstual bagi siswa. 2) Use models, bridging by vertical instrument (menggunakan model), artinya permasalahan atau ide dalam Matematika dapat dinyatakan dalam bentuk model, baik model dari situasi nyata maupun model yang commit to user mengarah ke tingkat abstrak.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13 3) Students
constribution
(menggunakan
kontribusi
siswa),
artinya
pemecahan masalah atau penemuan konsep didasarkan pada sumbangan gagasan siswa. 4) Interactivity (interaktif), artinya aktivitas proses pembelajaran dibangun oleh interaksi siswa dengan siswa, siswa dengan guru, siswa dengan lingkungan dan sebagainya. 5) Intertwining (terintegrasi dengan topik pembelajaran lainnya), artinya topik-topik
yang
berbeda
dapat
diintegrasikan
sehingga
dapat
memunculkan pemahaman tentang suatu konsep secara serentak.
d. Langkah–langkah Pendekatan RME Asikin dalam Irwan (2012) berpandangan perlunya guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkomunikasikan ide-idenya melalui presentasi individu, kerja kelompok, diskusi kelompok, maupun diskusi kelas. Negosiasi dan evaluasi sesama siswa dan juga dengan guru adalah faktor belajar yang penting dalam pembelajaran konstruktif ini. Implikasi dari adanya aspek sosial yang cukup tinggi dalam aktivitas belajar siswa tersebut maka guru perlu menentukan metode mengajar yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan tersebut. Salah satu metode mengajar yang dapat memenuhi tujuan tersebut adalah memasukkan kegiatan diskusi dalam pembelajaran siswa. Aktivitas diskusi dipandang mampu mendorong dan melancarkan interaksi antara anggota kelas. Menurut Kemp dalam Irwan (2012), diskusi adalah bentuk pengajaran tatap muka yang paling umum digunakan untuk saling tukar infor-masi, pikiran dan pendapat. Lebih dari itu dalam sebuah diskusi proses be-lajar yang berlangsung tidak hanya kegiatan yang bersifat mengingat informasi belaka, namun juga memungkinkan proses berfikir secara analisis, sintesis dan evaluasi. Selanjutnya perlu pula ditentukan
bentuk
diskusi
yang
hendak
dilaksanakan
dengan
mempertimbangkan kondisi kelas yang ada. Karena pembelajaran dalam rangka penelitian ini dilaksanakan dalam sebuah kelas yang pada umumnya to user beranggotakan 40 sampai commit 44 siswa dengan penempatan siswa yang sulit
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14 untuk membentuk kelompok diskusi besar, maka interaksi antar siswa dimunculkan melalui diskusi kelompok kecil secara berpasangan selain diskusi kelas. Langkah-langkah pembelajaran Realistic Mathematics Education (RME) menurut Irwan (2012), yang dilaksanakan dalam penelitian ini terdiri atas: 1) Memahami masalah kontekstual. Pada langkah ini guru menyajikan masalah kontekstual kepada siswa. Selanjutnya guru meminta siswa untuk memahami masalah itu terlebih dahulu. Karakteristik RME yang muncul pada langkah ini adalah pada penyajian masalah kontekstual sebagai titik tolak aktivitas pembelajaran siswa. 2) Menjelaskan masalah kontekstual. Langkah ini ditempuh saat siswa mengalami kesulitan memahami masalah kontekstual. Pada langkah ini guru memberikan bantuan dengan memberi petunjuk atau pertanyaan seperlunya yang dapat mengarahkan siswa untuk memahami masalah. Karakteristik RME yang muncul pada langkah ini adalah interaktif, yaitu terjadinya interaksi antara guru dengan siswa maupun antara siswa dengan siswa. Sedangkan prinsip guided reinvention setidaknya telah muncul ketika guru mencoba memberi arah kepada siswa dalam memahami masalah. 3) Menyelesaikan masalah kontekstual. Pada tahap ini siswa didorong menyelesaikan
masalah
kontekstual
secara
individual
berdasar
kemampuannya dengan memanfaatkan petunjuk-petunjuk yang telah disediakan. Siswa mempunyai kebebasan menggunakan caranya sendiri. Pada tahap ini dimungkinkan bagi guru untuk memberikan bantuan seperlunya (scaffolding) kepada siswa yang benar-benar memerlukan bantuan. 4) Membandingkan dan mendiskusikan jawaban. Pada tahap ini guru mulamula meminta siswa untuk membandingkan dan mendiskusikan jawaban dengan kelompoknya. Dari diskusi ini diharapkan muncul jawaban yang commit to Selanjutnya user dapat disepakati oleh kelompok. guru meminta siswa untuk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15 membandingkan dan mendiskusikan jawaban yang dimilikinya dalam diskusi kelas. Pada tahap ini guru menunjuk atau memberikan kesempatan kepada kelompok untuk mengemukakan jawaban yang dimilikinya ke muka kelas dan mendorong siswa yang lain untuk mencermati dan menanggapi jawaban yang muncul di muka kelas. Karakteristik RME yang muncul pada tahap ini adalah interaktif dan menggunakan kontribusi siswa. Interaksi dapat terjadi antara siswa dengan siswa juga antara guru dengan siswa. Dalam diskusi ini kontribusi siswa berguna dalam pemecahan masalah. 5) Menyimpulkan. Dari hasil diskusi kelas guru mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan mengenai pemecahan masalah, konsep, prosedur atau prinsip yang telah dibangun bersama. Pada tahap ini karakteristik RME yang muncul adalah interaktif serta menggunakan kontribusi siswa.
e.
Manfaat Penggunaan RME Sekolah artinya belajar menggunakan pikiran dengan baik, berpikir kreatif
menghadapi
persoalan-persoalan
penting,
serta
menanamkan
kebiasaan untuk berpikir. Untuk membantu siswa mengembangkan potensi intelektual mereka, RME mengajarkan langkah-langkah yang dapat digunakan dalam berpikir kritis serta memberikan kesempatan untuk menggunakan keahlian berpikir dalam tingkatan yang lebih tinggi ini dalam dunia nyata. Sizer dalam Elaine B. Johnson (2007: 182) mengungkapkan bahwa menggunakan keahlian berpikir dalam tingkatan yang lebih tinggi dalam konteks yang benar mengajarkan kepada siswa “kebiasaan berpikir mendalam, kebiasaan menjalani hidup dengan pendekatan yang cerdas, seimbang, dan dapat dipertanggungjawabkan”. Dengan menerapkan mata pelajaran seperti Matematika ke dalam tugas-tugas yang berhubungan dengan dunia nyata dan ke dalam masalah yang mereka hadapi, siswa sedikit demi sedikit akan membangkitkan kebiasaan berpikir dengan baik, commit to userlain dengan tulus, berpikir sebelum berpikiran terbuka, mendengarkan orang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16 bertindak, mendasari kesimpulan dengan bukti yang kuat dan melatih imajinasi. f.
Hakikat Pembelajaran Matematika di SD Pembelajaran Matematika pada Sekolah Dasar (SD) sangat penting dalam menumbuhkan dan mengembangkan pengetahuan siswa tentang konsep pengatahuan alam di sekitarnya. Pada tingkat SD siswa diharapkan mampu untuk mengembangkan dirinya dan meningkatkan pengetahuan dalam mempersiapkan diri untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Proses pembelajaran Matematika SD dibentuk sedemikian rupa dan pelaksanaannya dilaksanakan sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Russel dalam Hamzah dan Masri (2009: 108) mendefinisikan bahwa Matematika sebagai suatu studi yang dimulai dari pengkajian bagian-bagian yang sangat dikenal menuju arah yang tidak dikenal. Arah yang dikenal itu tersusun baik (konstruktif) secara bertahap menuju arah yang rumit yaitu dari bilangan bulat ke bilangan pecah, bilangan riil ke bilangan kompleks, dari penjumlahan dan perkalian ke diferensial dan integral, dan menuju Matematika yang lebih tinggi. Sedangkan Cockroft dalam Hamzah dan Masri (2009: 108) mengemukakan bahwa Matematika sangat dibutuhkan dan berguna dalam kehidupan sehari-hari, bagi sains, perdagangan dan industri, dan karena Matematika itu menyediakan suatu daya, alat komunikasi yang singkat dan tidak ambigius serta berfungsi sebagai alat untuk mendeskripsikan dan memprediksi. Matematika mencapai kekuatannya melalui simbol-simbolnya, tata bahasa dan kaidah bahasa pada dirinya, serta mengembangkan pola berpikir kritis. Dalam proses pembelajaran Matematika, siswa akan mendapatkan pengetahuannya baik itu dari dalam dirinya maupun lingkungan yang ada di sekitarnya. Jadi,
siswa akan mendapatkan
pengetahuannya dengan
menemukan dari proses pembelajaran yang dilaksanakan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17 Pembelajaran Matematika sangat bermanfaat dalam kehidupan seharihari siswa. Siswa dapat mengaplikasikan langsung akan pengetahuan yang mereka miliki dari sekolah dengan kehidupan atau lingkungan yang berada di sekitarnya. Jadi, pembelajaran Matematika sangat bermakna dan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pelaksanaan proses pembelajaran Matematika di SD harus dilaksanakan dengan cara yang tepat dan sesuai dengan perkembangan siswa untuk
mendapatkan
pengetahuan
tersebut.
Pembelajaran
harus
menumbuhkan keingintahuan anak akan lingkungan di sekitarnya. Jadi, proses pembelajaran dilaksanakan dengan mengkaitkan pengetahuan yang dimilikinya dengan dunia nyata mereka. Sehingga pembelajaran atau pengetahuan yang mereka dapatkan akan lebih bermakna dan nyata dalam kehidupan mereka. Untuk mencapai pengetahuan tersebut di atas, sekolah harus mampu menciptakan proses pembelajaran Matematika dengan menggunakan konsep pembelajaran dan pendekatan yang tepat. Sehingga pengetahuan yang siswa dapatkan dapat benar-benar bermanfaat dalam kehidupan mereka. Dari berbagai pandangan dan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa Matematika adalah alat sebagai suatu bidang ilmu yang merupakan alat pikir, berkomunikasi, alat untuk memecahkan berbagai persoalan praktis, yang unsurnya bahasa simbol untuk mengekspresikan hubungan kuantitatif dan keruangan yang mendasari perkembangan teknologi modern dan memajukan daya pikir manusia serta berguna untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Cara dan pendekatan dalam pembelajaran Matematika sangat dipengaruhi oleh cara pandang guru terhadap Matematika dan siswa dalam pembelajaran. Adams dan Hamm dalam Ariyadi Wijaya (2012: 5) menyebutkan empat macam pandangan tentang posisi dan peran Matematika, yaitu: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18 1) Matematika sebagai suatu cara untuk berpikir Pandangan ini berawal dari bagaimana karakter logis dan sistematis dari Matematika berperan dalam proses mengorganisasi gagasan, menganalisis informasi, dan menarik kesimpulan antardata. 2) Matematika sebagai suatu pemahaman tentang pola dan hubungan (pattern and relationship) Dalam mempelajari Matematika, siswa perlu menghubungkan suatu konsep Matematika dengan pengetahuan yang sudah mereka miliki. Penekanan pada hubungan ini sangat diperlukan untuk kesatuan dan kontinuitas konsep dalam Matematika sekolah sehingga siswa dapat dengan segera menyadari bahwa suatu konsep yang mereka pelajari memiliki persamaan atau perbedaan dengan konsep yang sudah pernah mereka pelajari. 3) Matematika sebagai suatu alat (mathematics as a tool) Pandangan ini sangat dipengaruhi oleh aspek aplikasi dan aspek sejarah dari konsep Matematika. Banyak konsep Matematika yang bisa kita temukan dan gunakan dalam kehidupan sehari-hari. Selain aspek aplikasi Matematika pada masa sekarang, perkembangan Matematika juga sebenarnya disebabkan adanya kebutuhan manusia. 4) Matematika sebagai bahasa atau alat untuk berkomunikasi Matematika merupakan bahasa yang paling universal karena simbol Matematika memiliki makna yang sama untuk berbagai istilah dari bahasa yang berbeda. Selain dipengaruhi oleh pandangan guru tentang posisi dan peran Matematika, arah pembelajaran Matematika juga dipengaruhi oleh tujuan pembelajaran Matematika. Mathematical Sciences Education Board – National Researh Council dalam Ariyadi Wijaya (2012: 7) merumuskan empat macam tujuan pendidikan Matematika jika ditinjau dari posisi Matematika dalam lingkungan sosial. Empat tujuan pendidikan Matematika tersebut adalah: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19 1) Tujuan praktis (practical goal) Tujuan praktis berkaitan dengan pengembangan kemampuan siswa untuk menggunakan Matematika untuk menyelesaikan masalah yang terkait dengan kehidupan sehari-hari. 2) Tujuan kemasyarakatan (civic goal) Tujuan ini berorientasi pada kemampuan siswa untuk berpartisipasi secara aktif dan cerdas dalam hubungan kemasyarakatan. Tujuan kemayarakatan menunjukkan bahwa tujuan pendidikan Matematika tidak hanya mengembangkan kemampuan kognitif, tetapi juga kemampuan afektif siswa.
Pendidikan
Matematika
seharusnya
bisa
mengembangkan
kemampuan sosial siswa, khususnya kecerdasan intrapersonal. 3) Tujuan profesional (professional goal) Pendidikan Matematika harus bisa mempersiapkan siswa untuk terjun ke dunia kerja. Tujuan pendidikan ini memang dipengaruhi oleh pandangan masyarakat secara umum yang sering menempatkan pendidikan sebagai alat untuk mencari pekerjaan. 4) Tujuan budaya (cultural goal) Pendidikan merupakan suatu bentuk dan sekaligus produk budaya. Oleh karena itu, pendidikan Matematika perlu menempatkan Matematika sebagai hasil kebudayaan manusia sekaligus sebagai suatu proses untuk mengembangkan kebudayaan.
g.
Pokok Bahasan Matematika di SD Menurut Mulyono Abdurrahman (2003: 251), banyak orang yang memandang Matematika sebagai bidang studi yang paling sulit. Meskipun demikian, semua orang harus mempelajarinya karena merupakan sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari. Selain itu hampir semua bidang studi memerlukan Matematika yang sesuai. Pelajaran Matematika menurut Brownell dalam Didi Supriyadi, dkk (2007: 163), merupakan suatu sistem yang terdiri atas ide, prinsip, dan proses to user tersebut harus dibangun dengan sehingga keterkaitan antarcommit aspek-aspek
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20 penekanan bukan pada memori atau hapalan melainkan pada aspek penalaran atau intelegensi anak. Selanjutnya dijelaskan bahwa pembelajaran Matematika harus diarahkan pada pengembangan kemampuan berikut: 1) memperhatikan serta menggunakan koneksi matematik antar berbagai ide matematik; 2) memahami bagaimana ide-ide Matematika saling terkait satu dengan lainnya sehingga terbangun pemahaman yang menyeluruh; dan 3) memperhatikan serta menggunakan Matematika dalam konteks di luar Matematika. Paling dalam Mulyono Abdurrahman (2003: 252) mengemukakan bahwa: Matematika adalah suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia; suatu cara menggunakan informasi, menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran, menggunakan pengetahuan tentang menghitung, dan yang paling penting adalah memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat dan menggunakan hubungan-hubungan. Berdasarkan uraian di atas dapat peneliti simpulkan bahwa Matematika merupakan suatu bidang studi yang terdiri atas ide, prinsip, dan proses yang saling terkait satu dengan lainnya sehingga keterkaitan antar aspek-aspek tersebut harus dibangun dengan penekanan bukan pada memori atau hapalan melainkan pada aspek penalaran atau intelegensi anak sebagai sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari. Menurut Didi Supriyadi, dkk (2007: 162), cakupan materi Matematika untuk sekolah dasar meliputi: bilangan, geometri dan pengukuran, pengolahan data, pemecahan masalah, serta penalaran dan komunikasi. Dengan begitu dapat dikatakan bahwa pelajaran Matematika merupakan
segala
sesuatu
yang
berkaitan
dengan
manusia
dan
permasalahannya. Artinya, peningkatan berpikir matematik dapat diterapkan dalam menghadapi berbagai permasalahan baik dalam kaitannya dengan bidang akademik di sekolah maupun dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu Matematika merupakan pelajaran yang penting pada commit to user tingkat SD. Selanjutnya pada kelas V (lima) SD juga diberikan pelajaran
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21 Matematika yang berisi berbagai macam pokok bahasan. Diantaranya dari semester 1 yaitu: 1) bilangan bulat; 2) pengerjaan hitung bilangan bulat; 3) waktu; 4) sudut; 5) jarak dan kecepatan; 6) luas trapesium dan layanglayang; dan 7) pengukuran volume. Sedangkan pada semester 2 yaitu: 1) pecahan; 2) bangun datar dan bangun ruang; dan 3) kesebangunan dan simetri. Dari berbagai macam pokok bahasan kelas V (lima), materi yang akan dikaji dalam penelitian ini pada pokok bahasan semester 2 (dua) yaitu bangun datar. Yang dipelajari dalam pokok bahasan bangun datar adalah mengidentifikasi
sifat-sifat
bangun dan menggambar bangun datar
berdasarkan sifatnya. h. Pengertian dan Jenis-jenis Bangun Datar Daitin Tarigan (2006: 63) mendefinisikan bangun datar sebagai bangun yang rata yang mempunyai dua dimensi panjang dan lebar tetapi tidak mempunyai tinggi atau tebal. Senada dengan pendapat mengenai pengertian
bangun
datar
tersebut,
Pipin
Prasetiyawati
(2012)
mengungkapkan bahwa bangun datar tidak memiliki ruang hanya sebuah bidang datar saja. Sedangkan menurut Wikipedia (2012), bangun datar merupakan sebutan untuk bangun-bangun dua dimensi. Jenis bangun datar bermacam-macam, antara lain persegi, persegi panjang, segitiga, jajar genjang, segi lima, layang-layang, belah ketupat, trapesium, lingkaran, dan oval. 1) Lingkaran dan Jajargenjang Lingkaran adalah himpunan semua titik pada bidang dalam jarak tertentu, yang disebut jari-jari, dari suatu titik tertentu, yang disebut pusat. Jajargenjang adalah suatu bangun datar yang terbentuk oleh segitiga dengan bayangannya jika diputar setengah putaran pada salah satu sisi yang dimilikinya. 2) Persegi dan Belah Ketupat Persegi adalah bangun datar yang memiliki empat buah sisi sama panjang. Belah ketupat adalah bangun datar dua dimensi yang dibentuk oleh empat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22 buah rusuk yang sama panjang, dan memiliki dua pasang sudut bukan siku-siku yang masing-masing sama besar dengan sudut di hadapannya. 3) Persegi Panjang dan Layang-layang Persegi panjang adalah bangun datar mirip bujur sangkar namun dua sisi yang berhadapan lebih pendek atau lebih panjang dari dua sisi yang lain. Dua sisi yang panjang disebut panjang, sedangkan yang pendek disebut lebar. Layang-layang adalah bangun datar dua dimensi yang dibentuk oleh dua pasang rusuk yang masing-masing pasangannya sama panjang dan saling membentuk sudut. 4) Segitiga dan Segilima Segitiga adalah nama suatu bentuk yang dibuat dari tiga sisi yang berupa garis lurus dan tiga sudut. Segilima adalah bangun datar dengan lima sisi yang sama panjang. 5) Trapesium Trapesium adalah bangun datar dua dimensi yang dibentuk oleh empat buah rusuk yang dua diantaranya saling sejajar namun tidak sama panjang.
i.
Sifat-sifat Bangun Datar Tiap bangun datar mempunyai sifat-sifat yang berbeda. 1) Segitiga Segitiga adalah bangun datar yang memiliki tiga sisi dan tiga titik sudut. Segitiga ada bermacam-macam seperti disebutkan di bawah ini. Tiap jenis segitiga itu memiliki sifat-sifat masing-masing. a) Segitiga Sembarang Segitiga ABC adalah segitiga sembarang.
B
Sisi: AB ≠ BC ≠ CD Sudut: ∠ A ≠ ∠ B ≠ ∠ C C
A
Gambar 1.a
Keterangan: ≠dibaca tidak sama dengan.
∠ dibaca sudut. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23 b) Segitiga Sama Sisi BB
Sisi: AB = BC = CA Sudut: ∠ A = ∠ B =∠ C Masing-masing sudut besarnya 60° C C
A
Jadi, ∠ A = 60° , ∠ B = 60°, ∠ C = 60°.
Gambar 1.b c) Segitiga Sama Kaki B
Sisi: AB = BC Sudut: ∠ A = ∠ C
A
C
Gambar 1.c d) Segitiga Siku-siku Sembarang B
Sisi: AB ≠BC ≠CA C
A
Sudut: ∠ A = 90° ∠ B ≠∠ C
Gambar 1.d e) Segitiga Siku-siku Samakaki B
Sisi: AB = AC Sudut: ∠A = 90°
A
C
∠B=∠C
Gambar 1.e 2) Persegi Panjang B
C
Persegi panjang adalah bangun datar yang sisi-sisi
berhadapan
sama
panjang,
keempat sudutnya siku-siku. D
A
Gambar 2.
Sisi: AB = CD dan AD = BC. Sudut: ∠A = ∠B = ∠C = ∠D = 90°.
commit to user
dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24 3) Persegi B
Persegi adalah bangun datar yang keempat
C
sisinya sama, dan keempat sudutnya sikusiku. A
Sisi: AB = BC = CD = DA
D
Sudut: ∠A = ∠B = ∠C = ∠D = 90°. Gambar 3. 4) Trapesium a) Trapesium Sembarang Sisi: AB sejajar CD AD ≠ AB ≠ BC ≠ CD Sudut: ∠A ≠ ∠B ≠ ∠C ≠ ∠D Gambar 4.a
b) Trapesium Samakaki Q
Sisi: PS sejajar QR
R
PQ = SR dan QR ≠ PS P
Sudut ∠ P = ∠ S ∠ Q = ∠ R
S
Gambar 4.b c) Trapesium Siku-siku R
QQ
Sisi: PS sejajar QR PQ ≠ QR ≠ RS ≠ SP Sudut ∠ P = ∠ Q = 90°
S
P
Gambar 4.c 5) Jajargenjang Jajargenjang adalah bangun datar segiempat dengan sisi sisinya yang berhadapan sejajar dan sama panjang. L
M
Sisi: KN sejajar LM, KN = LM KL sejajar NM, KL = NM
K
N
Gambar 5.
Sudut: ∠ K = ∠ M dan ∠ L = ∠ N. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25 6) Lingkaran Lingkaran adalah bangun datar yang jarak semua titik pada lingkaran dengan titik pusat (P) sama panjang. P : titik pusat lingkaran
B
BA : garis tengah lingkaran (diameter, d)
r
P r
d
PA = PB : radius (r) atau jari-jari lingkaran
A
Gambar 6. 7) Belah Ketupat Belah ketupat merupakah bangun datar segiempat, yang keempat sisinya sama, dan sudut-sudut yang berhadapan sama besar. D
C
Sisi: AB = BC = CD = DA. Sudut: ∠ A = ∠ C ∠ B=∠ D
A
B
Gambar 7.
Belah ketupat disebut juga jajargenjang yang semua sisinya sama panjang.
8) Layang-layang Bangun seperti gambar di samping ini disebut layang-layang. Sisi: AB = BC CD = AD Sudut: ∠ A = ∠ C ∠B ≠∠D Gambar 8. j.
Menggambar Bangun Datar dari Sifat-sifat Bangun Datar yang Diberikan Untuk menggambar berbagai bangun datar, kita harus memiliki alatalat berupa: mistar (penggaris), sepasang segitiga, jangka, dan pensil yang baik (selalu runcing). 1) Menggambar Segitiga Samasisi commit to user Bagaimana menggambar segitiga samasisi, yang panjang sisinya 4 cm?
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26 Caranya: a) Gambar ruas garis yang panjangnya 4 cm, namai ruas garis itu AB. b) Ukurkan jangka pada ruas garis AB, dengan bagian jangka yang tajam di A, dan putarkan jangka, sehingga membentuk busur di atas ruas garis AB. c) Pindahkan bagian jangka yang tajam ke B, dan putar jangka sehingga membentuk busur yang akan berpotongan dengan busur pertama. Namai perpotongan itu C. Sekarang, hubungkan titik C dengan A dan B. Jadilah segitiga ABC samasisi. 2) Menggambar Segitiga Samakaki Bagaimana menggambar segitiga ABC samakaki, yang alasnya 3 cm dan kaki-kakinya 5 cm? Caranya: a) Gambar ruas garis AC = 3 cm. b) Ukurkan jangka pada penggaris sepanjang 5 cm, dan jangan sampai jangka berubah. c) Pasang bagian jangka yang tajam di titik A, putarlah jangka sehingga membentuk busur di atas ruas garis AC. d) Angkat jangka dan pasang bagian yang tajam di titik C, dan putarlah, sehingga membentuk busur yang berpotongan dengan busur pertama. Namai titik perpotongan itu B. e) Hubungkan titik B dengan A dan C. Jadilah segitiga samakaki yang dimaksud, AB = CB. 3) Menggambar Bangun Persegi Banyak cara untuk menggambar persegi. Dapat menggunakan pojok sikusiku, sepasang segitiga, atau menggunakan mistar dan jangka. Mari kita gunakan sepasang segitiga untuk menggambar persegi. Perhatikan cara pemasangan kedua segitiga. Caranya: a) Pasang kedua segitiga seperti terlihat pada gambar di atas. Dengan pemasangan seperti itu, telah terbentuk 2 sisi persegi yang akan commit to user digambar.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27 b) Untuk menggambarkan sisi lainnya, ubah letak sepasang segitiga itu. c) Akhirnya kita akan mendapatkan sebuah bangun persegi. Gunakan cara dan alat ini untuk menggambar persegi panjang dan jajargenjang. 4) Menggambar Trapesium Langkah-langkah menggambar trapesium seperti di bawah ini. a) Gambarlah ruas garis AB. b) Gambarlah ruas garis miring atau tegak dari titik A, misalnya ruas garis AD. c) Dari titik D, gambarlah ruas garis sejajar AB dan lebih pendek dari AB, misalnya ruas garis DC. d) Hubungkan titik C dengan B. Terbentuklah trapesium. 5) Menggambar Belah Ketupat Langkah-langkah menggambar belah ketupat. a) Gambarlah ruas garis AB. b) Gambarlah ruas garis miring dari titik A, yang sama panjangnya dengan AB, misalnya AD. c) Gambarlah ruas garis sejajar AB dari titik D, yang panjangnya sama dengan AD, namai DC. d) Hubungkan titik B dan C. Jadilah belah ketupat. 6) Menggambar Layang-Layang Mari kita ikuti langkah-langkahnya. a) Gambar garis mendatar AC. b) Gambar ruas garis tegak lurus di tengah-tengah AC, misalnya ruas garis itu BD. c) Hubungkan titik-titik ujung pada ruas garis-ruas garis tadi. d) Hilangkan ruas garis-ruas garis yang saling tegak lurus tadi 7) Menggambar Lingkaran Lingkaran mempunyai titik pusat. Besar kecilnya lingkaran bergantung pada jari-jari lingkaran. Untuk menggambar lingkaran diperlukan jangka dan penggaris. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28 2. Hakikat Kemampuan Berpikir Kritis a.
Pengertian Kemampuan Sesuai dengan pembentukan kata kemampuan berasal dari kata dasar “mampu” yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996) berarti bisa atau sanggup. Sedangkan kemampuan menurut Wikipedia (2012), adalah kapasitas seorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan. Kemampuan adalah sebuah penilaian terkini atas apa yang dapat dilakukan seseorang. Kemampuan intelektual adalah kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas mental berpikir, menalar, dan memecahkan masalah. Dari beberapa pengertian di atas, kemampuan berarti suatu kesanggupan
dalam
melakukan
sesuatu. Setiap individu memiliki
kemampuan yang berbeda-beda dalam melakukan suatu tindakan sehingga mempengaruhi potensi yang ada dalam diri individu. Kemampuan dan keterampilan memliki arti yang sama yaitu mengenai kesanggupan seseorang dalam menyelesaikan suatu tugas atau permasalahan. Dalam penelitian ini yang menjadi pokok bahasan yaitu mengenai kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran pada materi bangun datar. b. Pengertian Kemampuan Berpikir Kemampuan berpikir dapat didefinisikan sebagai proses kognitif yang dipecah-pecah ke dalam langkah-langkah nyata yang kemudian digunakan sebagai pedoman berpikir. Contoh kemampuan berpikir adalah menarik kesimpulan (inferring), yang didefinisikan sebagai kemampuan untuk menghubungan berbagai petunjuk (clue) dan fakta atau informasi dengan pengetahuan yang telah dimiliki untuk membuat sesuatu prediksi hasil akhir yang terumuskan. Ashman Conway dalam Wowo Sunaryo Kuswana (2011: 24) mengungkapkan bahwa kemampuan berpikir melibatkan enam jenis berpikir. 1) Metakognisi. commit to user 2) Berpikir kritis.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29 3) 4) 5) 6)
Berpikir kreatif. Proses kognitif (pemecahan masalah dan pengambilan keputusan). Kemampuan berpikir inti (seperti representasi dan meringkas). Memahami peran konten pengatahuan.
Kemampuan berpikir mengisyaratkan bahwa terdapat situasi belajar dan mengajar yang dapat mendorong proses-proses yang menghasilkan mental yang diinginkan dari kegiatan. Hal ini diperkuat dengan penilaian bahwa pemikiran melalui campur tangan seorang guru dan mensyaratkan adanya penggunaan proses mental untuk merencanakan, mendeskripsikan dan mengevaluasi proses berpikir dan belajar. c.
Pengertian Berpikir Kritis Kata “berpikir” berasal dari kata dasar “pikir” yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996) berarti akal budi, ingatan, angan-angan. “Berpikir” artinya menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu, menimbang-nimbang dalam ingatan. Menurut Wowo Sunaryo Kuswana (2011: 2) pengertian berpikir, menurut etimologi yang dikemukakan, memberikan gambaran adanya sesuatu yang berada dalam diri sesesorang dan mengenai apa yang menjadi “nya”. Isi yang terkandung di dalam potensi seseorang bisa berupa subjek aktif dan aktivitas idealisasi atau bisa juga berupa interaksi aktif yang bersifat spontanitas. Pengertian berpikir secara umum dilandasi oleh asumsi aktivitas mental atau intelektual yang melibatkan kesadaran dan subjektivitas individu. Sedangkan dalam www. lintasberita. com/ Dunia/ Berita- Dunia/ pengertian- berpikir (2012), dijelaskan bahwa berpikir adalah proses mental yang lebih tinggi yang terjadi di dalam otak. Mengingat kembali, mengundang pengalaman terdahulu ke alam pikiran dan mulai membentuk rantai asosiasi. Rantai asosiasi tidak merujuk pada apa yang secara nyata kita lihat tetapi
sebagai
khayalan-khayalan
mental.
Khusnu
Ridlo
(2012)
mengungkapkan bahwa berpikir adalah memanipulasi data, fakta dan informasi untuk membuat keputusan berperilaku. Jangkauan pikiran dimulai dari lamunan biasa, selanjutnya pemecahan commit to user masalah yang kreatif. Aktivitas
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30 mental dalam perasaan dan pemahaman bergantung pada perangsangan dari luar dalam proses yang disebut sensasi dan atensi. Kata “kritis” sebagaimana digunakan dalam ungkapan “berpikir kritis”, berkonotasi pentingnya atau sentralitas dari pemikiran yang mengarah pada pertanyaan isu atau masalah yang memprihatinkan. “Kritis” dalam konteks ini tidak berarti “penolakan” atau negatif. Ada yang positif dan berguna, misalnya merumuskan solusi yang terbaik untuk masalah, berunding dengan kelompok tentang tindakan apa yang harus diambil, atau menganalisis kualitas metode yang digunakan secara ilmiah dalam menguji suatu hipotesis. John Caffee dalam Hendra Surya (2011: 130) menjelaskan bahwa berpikir kritis sebagai sebuah proses aktif, teratur, dan penuh makna yang kita gunakan untuk memahami dunia. Elaine B. Johnson (2007: 183) mengungkapkan bahwa sebagian besar orang tua dan pendidik menyetujui bahwa dalam masyarakat modern saat ini, anak-anak harus menguasai kemampuan berpikir dalam tingkatan yang lebih tinggi. Kemampuan berpikir dengan jelas menilai bukti, bermain logika, dan mencari alternatif imajinatif dari ide-ide konvensional. Berpikir kritis merupakan proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk, dan menganalis asumsi. Berpikir kritis memungkinkan siswa untuk mempelajari masalah secara sistematis, menghadapi berjuta tantangan dengan cara yang terorganisasi, merumuskan pertanyaan inovatif, dan merancang solusi. McPeck dalam Wowo Sunaryo Kuswana (2011: 21) medefinisikan berpikir kritis sebagai ketepatan penggunaan skeptis reflektif dari suatu masalah, yang dipertimbangkan sebagai wilayah permasalahan sesuai wilayah disiplin materi. Sedangkan Edward de Bono (2007: 251), mengungkapkan bahwa peran berpikir kritis adalah memeriksa logika yang digunakan. Dengan logika, kita mencoba memperoleh kebenaran yang lebih luas lagi dari kebenaran yang sudah kita miliki. Beyer dalam Jeanne Ellis Ormrod (2009: 409) mengungkapkan commit to user penilaian terhadap dua hal yaitu bahwa proses berpikir kritis melibatkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31 akurasi dan kelayakan informasi, serta alur penalaran. Menurut Ellis Ormrod (2009: 411), kemampuan berpikir kritis muncul secara perlahan selama masa kanak-kanak sampai masa remaja. Namun begitu sering siswa pada semua tingkatan kelas “menelan” begitu saja informasi yang mereka baca di buku teks, iklan, media, dan lain sebagainya tanpa bersikap kritis. Siswa lebih mungkin melihat seara analitis dan kritis informasi baru jika mereka yakin bahwa bahkan pemahaman ahli sekalipun mengenai suatu topik terus berubah seiring munculnya bukti baru. Sebaliknya, siswa cenderung kurang terlibat dalam pemikiran kritis jika mereka yakin bahwa pengetahuan merupakan suatu entitas yang mutlak dan tidak bisa berubah. Lebih lanjut Elaine B. Johnson (2007: 187) menjelaskan bahwa berpikir kritis tidak hanya berpikir secara sengaja, tetapi juga meneliti begaimana kita dan orang lain menggunakan bukti dan logika. Mereka mengevaluasi pemikiran tersirat dari apa yang mereka dengar dan baca, dan mereka meneliti proses berpikir mereka sendiri. Pemikir kritis memeriksa sebuah dalil untuk melihat apakah dalil tersebut didukung oleh kebenaran atau tidak. Hendra Surya (2011: 130) mengartikan berpikir kritis sebagai sebuah “proses aktif” dan cara berpikir secara teratur dan sistematis” untuk memahami informasi secara mendalam, sehingga membentuk sebuah keyakinan kebenaran informasi yang didapat atau pendapat yang disampaikan. Proses aktif menunjukkan keinginan atau motivasi untuk menemukan jawaban dan mencapai pemahaman. Menurut Reber dalam Muhibbin Syah (2006: 120), dalam berpikir kritis siswa dituntut menggunakan strategi kognitif tertentu yang tepat untuk menguji keandalan gagasan pemecahan masalah dan mengatasi kesalahan atau kekurangan. Berpikir kritis tidak sama dengan berdebat, mengkritisi orang lain, sikap argumentasi atau mengecam orang lain. Namun, berpikir kritis dimaksudkan untuk menggali kejelasan dengan mempertanyakan segala hal yang berhubungan dengan informasi yang disampaikan dan menghasilkan kesimpulan secara objektif. Berpikir kritis adalah perwujudan perilaku belajar terutama yang bertalian dengan pemecahan masalah. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32 Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat peneliti simpulkan bahwa berpikir kritis merupakan proses aktif, teratur/sistematis, dan penuh makna untuk memeriksa logika dan memahami informasi secara mendalam, sehingga membentuk sebuah keyakinan kebenaran informasi yang didapat atau pendapat yang disampaikan. d. Aspek-aspek Kemampuan Berpikir Kritis Kemampuan berpikir kritis adalah suatu proses atau aktivitas berpikir untuk menarik kesimpulan atau membuat pernyataan yang benar berdasarkan pada kenyataan yang telah dibuktikan (diasumsikan) kebenarannya. Menurut Dwi Nurjanah (2010: 5-6), berpikir kritis dirinci dalam beberapa aspek yaitu: Pertama, kemampuan mengajukan dugaan mengandung indikator bila siswa diberi pertanyaan secara lisan atau tertulis, maka siswa mampu menjawabnya, siswa berani maju ke depan untuk menjawab pertanyaan yang diberikan secara langsung. Misalkan, untuk menjawab satu soal misalkan mengukur dan membandingkan suatu berat maka siswa cukup memberi jawaban lebih dari atau kurang dari dengan memberi alasan dan alasan tersebut diharapkan singkat dalam bahasan Matematika. Kedua, kemampuan manipulasi Matematika. Manipulasi adalah mengatur (mengerjakan) dengan cara yang pandai sehingga tercapai tujuan yang dikehendaki. Mempunyai indikator bila siswa diberi permasalahan, siswa mampu menyelesakan masalah dengan cara matematis siswa mampu menunjukkan pertanyaan yang benar dan pernyataan yang salah dalam pembelajaran. Contoh: siswa diberi PLSV: n + 5 > -4, maka siswa mampu memanipulasi variabel n untuk menunjukkan pernyataan yang benar dan pernyataan yang salah. Ketiga,
kemampuan
menarik
kesimpulan,
menyusun
bukti,
memberikan alasan atau bukti terhadap kebenaran solusi mempunyai indikator bila siswa diberi permasalahan dan pernyataan maka siswa mampu membuktikan kebenaran dari permasalahan atau solusi. Siswa mampu menunjukkan jawaban yangcommit benar sesuai to userpermasalahan yang ada. Pernyataan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33 indikator yang dimaksud adalah jika siswa diberi pertanyaan dengan suatu pernyataan maka siswa mampu menjawab pertanyaan dengan berbagai cara. Keempat,
kemampuan
memeriksa
kesahihan
suatu
argumen
mempunyai indikator jika siswa diberi suatu argumen, siswa mampu menyelidiki benar atau tidaknya argumen tersebut. Contoh argumen: besar suatu sudut lancip sama dengan selisih dari pelurusnya dengan dua kali penyikunya. Kelima, kemampuan menemukan pola atau sifat dari gejala matematis
untuk
membuat
generalisasi
indikatornya
adalah
siswa
menemukan suatu permasalahan. Siswa juga dapat menentukan jawaban melalui suatu gambar jika siswa diberi permasalahan yang berhubungan dengan bentuk benda, misalnya benda yang memiliki sudut. Contoh: (1) siswa mampu menemukan bahwa hasil kali dua bilangan negatif selalu berupa bilangan positif pula. (2) siswa diberi tiga gambar rangkaian segitiga yang sisinya tersusun dari batang-batang korek api. Banyak korek api pada tiga rangkaian tersebut membentuk pola bilangan. Siswa dapat menentukan banyaknya korek api pada rangkaian kesepuluh dengan atau melalui gambar. e.
Berpikir Kritis dalam Matematika Soejadi dalam Lambertus (2009) mengungkapkan bahwa kemampuan berpikir kritis perlu dikembangkan dalam pembelajaran Matematika, sesuai dengan tujuan pendidikan Matematika sekolah yang memberi penekanan pada penataan nalar anak serta pembentukan. Materi Matematika dan kemampuan berpikir kritis merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, karena materi Matematika dipahami melalui berpikir kritis, dan berpikir kritis dilatih melalui belajar Matematika. Matematika sebagai suatu disiplin ilmu memiliki karakteristik yang berbeda dengan disiplin ilmu lainnya. Matematika mempelari tentang pola, struktur, keteraturan yang terorganisasi, yang dimulai dari unsur-unsur yang tidak terdefinisikan kemudian ke unsur-unsur yang terdefinisikan, terus ke aksioma atau postulat sampai dalil-dalil atau teorema. Komponencommitke to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34 komponen Matematika ini membentuk suatu sistem yang saling berhubungan dan terorganisir dengan baik. Mengingat karakteristik Matematika yang tidak sama dengan disiplindisiplin ilmu lain, maka berpikir kritis dalam Matematika tentunya harus sesuai dengan konsep dan metodologi Matematika. Glazer dalam Lambertus (2009) menyatakan berpikir kritis dalam Matematika adalah keterampilan kognitif dan disposisi untuk menggabungkan pengetahuan, penalaran, serta strategi
kognitif
dalam
membuat
generalisasi,
membuktikan,
dan
mengavaluasi situasi matematik yang tiak dikenali dengan cara reflektif. Selanjutnya Glazer menyebutkan syarat-syarat untuk berpikir kritis dalam Matematika. 1) Adanya situasi yang tidak dikenal atau akrab sehingga seorang individu tidak dapat secara langsung mengenali konsep Matematika atau mengetahui bagaimana menentukan solusi suatu masalah. 2) Menggunakan pengetahuan yang telah dimilikinya, penalaran Matematika dan strategi konitif. 3) Menghasilkan generalisasi, pembuktian dan evaluasi. 4) Berpikir reflektif yang melibatkan pengkomunikasian suatu solusi, rasionalisasi argumen, penentuan cara lain untuk menjelaskan suatu konsep atau memecahkan suatu maasalah, dan pengembangan studi lebih lanjut.
f.
Manfaat Berpikir Kritis Berdasarkan jurnal internasional yang ditulis oleh Devrim Uzel dan Sevinc Mert Uyangor (2006), dikatakan: Critical thinking is a necessary skill in promoting the students' thoughts. Critical thinking is one of the new models in education system. This model pays special attention to the development of individual and social features of people so that mental power and social responsibilities will be fostered among the learners. Uraian di atas dapat diartikan sebagai berikut: Berpikir kritis adalah commit to user kemampuan yang diperlukan dalam mempromosikan pemikiran siswa.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35 Berpikir kritis adalah salah satu model baru dalam sistem pendidikan. Model ini memberikan perhatian khusus terhadap pengembangan fitur individu dan sosial masyarakat sehingga kekuatan mental dan tanggung jawab sosial akan dibina di kalangan pelajar. Dari pendapat dalam jurnal di atas dapat peneliti simpulkan bahwa berpikir
kritis
merupakan
kemampuan
yang
bermanfaat
dalam
pengembangan kekuatan mental individu dan tanggung jawab sosial dalam kehidupan masyarakat. g.
Tahapan Berpikir Kritis Tahapan atau kemampuan dasar berpikir kritis perlu dikuasai sebelum melaksanakan langkah-langkah berpikir kritis. Hendra Surya (2011:161-162) menjabarkan kemampuan dasar tersebut antara lain: 1) Kemampuan Berpikir Analisis Kemampuan berpikir analisis, yaitu suatu kemampuan untuk mengurai (identifikasi) sebuah struktur atau suatu pokok masalah menjadi berbagai bagian atau komponen-komponen dan melakukan penelaahan atas bagian-bagian tersebut serta mencari hubungan antarbagian untuk memperoleh pengertian dan pemahaman yang tepat arti keseluruhan (bangunan konsep) atau untuk mengetahui pengorganisasian struktur yang membentuk pokok masalah tersebut. Dalam kemampuan tersebut tujuan pokoknya adalah memahami sebuah konsep global dengan cara menguraikan atau memerinci globalitas tersebut ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil dan terperinci. Untuk mengembangkan kemampuan berpikir analisis ini, berarti ada kegiatan berpikir analitis seperti kegiatan mengurai, memerinci, mengidentifikasi, memilih alternatif serta kegiatan menghitung dan mengkaji hubungan maupun sebab akibat. 2) Kemampuan Berpikir Sintesis Kemampuan berpikir sintesis ini merupakan kebalikan dari kemampuan analisis. Kemampuan berpikir sintesis, yaitu kemampuan untuk melakukan penyusunan unsur-unsur commit to user atau bagian-bagian komponen
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36 sedemikian rupa, sehingga dapat membentuk atau mewujudkan satu, kesatuan yang utuh atau menjadi sebuah konsep pokok atau bentukan susunan yang baru. Untuk mengembangkan kemampuan berpikir sintesis ini, berarti ada kegiatan berpikir atau tindakan, seperti menggabung, mencipta,
menghimpun,
mengorganisir,
mensistematisasi
dan
sebagainya. 3) Kemampuan Memecahkan Masalah Kemampuan untuk memecahkan masalah adalah kemampuan yang dibutuhkan oleh hampir semua orang dalam setiap aspek kehidupannya. Dalam pengertian yang sederhana kemampuan pemecahan masalah dapat diartikan sebagai suatu proses penghilangan perbedaan atau ketidaksesuaian yang terjadi antara hasil yang diperoleh dan hasil yang diinginkan. Kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, seperti mengamati, mengenali masalah, identifikasi kecenderungan dan pola masalah, menganalisis, membuat hipotesis, menyintesis, membuat alternatif dan menyusun inferensi (kesimpulan) atas pokok masalah yang dihadapi. 4) Kemampuan Menyimpulkan Kemampuan
menyimpulkan,
yaitu
kemampuan
untuk
menarik
interpretasi (menafsirkan) hasil-hasil analisis data, fakta, dan logika berupa temuan baru maupun ungkapan menyeluruh dari hasil analisis data yang berfungsi sebagai informasi objektif dan pendapat yang teruji tentang jawaban dari pokok permasalahan. Kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kemampuan menyimpulkan, seperti: berusaha menafsirkan hubungan sebab akibat dari beberapa komponen yang membentuk pokok masalah, mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi, menemukan hal-hal baru berdasarkan informasi data yang dianalisis dan sebagainya. 5) Kemampuan Mengevaluasi Atau Menilai Kemampuan ini menuntut pemikiran yang matang dalam menentukan commit to user maupun pendapat untuk maksud nilai suatu materi, metode, informasi,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37 tertentu atau kesanggupan memberi pertimbangan berdasarkan kriteria tertentu atau kesanggupan memberi pertimbangan berdasarkan kriteria yang dipakai. Kemampuan menilai menghendaki pemikir kritis agar memberikan penilaian tentang nilai yang diukur dengan menggunakan acuan (standar) tertentu. Kegiatan yang dapat dilakukan, seperti: menilai, membedakan, memberi pendapat, mempertentangkan, memutuskan, dan lain-lain berdasarkan tolok ukur atau parameter pengamatan analisis, sintesis, uji kelayakan (eksperimen) maupun pengalaman empirik yang telah dilakukan.
h. Hambatan Berpikir Kritis Elaine B. Johnson (2007: 185) mengungkapkan bahwa tujuan dari berpikir kritis adalah untuk mencapai pemahaman yang mendalam. Hambatan yang ditemui terkadang mungkin pemikir kritis tajam dalam berpikir, yang secara tersirat juga berarti terlalu keras. Kenyataannya, penilaian yang keras dan pertanyaan yang disampaikan hanya untuk mematahkan keyakinan merupakan hambatan bagi pemikiran kritis. Proses berpikir kritis mengharuskan keterbukaan pikiran, kerendahan hati, dan kesabaran. Kualitas-kualitas tersebut membantu seseorang mencapai pemahaman yang mendalam. Menurut Hendra Surya (2011: 148), sangat mungkin orang merasa bahwa nilai kebenaran yang mereka pegang dan percayai selama ini adalah sesuatu yang mutlak sehingga tidak bisa diganggu gugat lagi. Ada banyak kendala yang menyebabkan mengapa kita tidak bersikap kritis, antara lain: kurangnya informasi yang memadai, pikiran tertutup, tidak percaya pada nalar, penyangkalan, berpikir jangka pendek, takut akan perubahan, dan sebagainya. Lebih lanjut Bimo Walgito (2004: 191) memaparkan hambatanhambatan yang mungkin timbul dalam proses berpikir antara lain karena (1) data yang kurang sempurna, sehingga masih banyak lagi data yang harus to userkeadaan confuse, data yang satu diperoleh, (2) data yang commit ada dalam
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38 bertentangan dengan data yang lain, sehingga hal ini akan membingungkan dalam proses berpikir. Kekurangan data dan kurang jelasnya data akan menjadikan hambatan dalam proses berpikir seseorang, lebih-lebih kalau datanya bertentangan satu dengan yang lain. Oleh karena itu rumit tidaknya suatu masalah, lengkap tidaknya data akan dapat membawa sulit tidaknya dalam proses berpikir seseorang. i.
Cara Melatih Kemampuan Berpikir Kritis Hendra Surya (2011: 133) mengungkapkan bahwa menurut para ahli, melatih berpikir kritis dapat dilakukan dengan cara mempertanyakan apa yang dilihat dan didengar. Setelah itu, dilanjutkan dengan bertanya mengapa dan bagaimana tentang hal tersebut. Intinya, jangan langsung menerima mentah-mentah informasi yang masuk. Dari mana pun sumber informasi yang diperoleh harus dicerna dengan baik dan cermat sebelum akhirnya disimpulkan. Karena itu, berlatih berpikir kritis artinya juga berperilaku hatihati dan tidak grusa-grusu (tergesa-gesa) dalam menyikapi permasalahan. Menurut Jeanne Ellis Ormord (2009: 411), mungkin karena berpikir kritis mencakup begitu banyak keterampilan, penelitian tentang bagaimana mendorong perkembangannya di kelas cenderung kurang lengkap. Meskipun demikian, para ahli menawarkan beberapa saran. 1) Ajarkan sedikit topik namun mendalam. 2) Dorong
skeptisisme
intelektual,
misalnya
mendorong
siswa
mempertanyakan dan menantang berbagai ide yang mereka dengan atau baca dan komunikasikan pesan bahwa pengetahuan dan pemahaman kita mengenai suatu topik akan berubah seiring waktu. 3) Berilah contoh tentang pemikiran kritis, mungkin dengan mengutarakan dengan keras (sehingga didengar siswa) hasil analisis mengenai suatu argumen persuasif atau laporan ilmiah. 4) Berikan siswa banyak kesempatan untuk melatih pemikiran kritis, dengan mengidentifikasikan kelemahan argumen dari suatu esai persuasif, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39 mengevaluasi kualitas dan kegunaan suatu temuan ilmiah, menggunakan bukti dan logika untuk mendukung pandangan mereka, dan lain sebagainya. 5) Berikan pertanyaan-pertanyaan untuk mendorong pemikiran kritis 6) Tanamkan keterampilan berpikir kritis dalam konteks aktivitas-aktivitas otentik sebagai cara untuk membantu siswa memanggil kembali (retrieve) keterampilan-keterampilan itu di kemudian hari. 7) Alih-alih mengajarkan Matematika sebagai kumpulan fakta untuk dihafal, seorang guru melukiskan mata pelajaran tersebut sebagai usaha yang kaya perpektif. Para siswa bekerja dalam kelompok kecil untuk membuat argumen untuk mendukung atau menentang permasalahan. Untuk menemukan bukti yang mendukung argumen mereka, para siswa mengaplikasikan apa yang telah mereka pelajari ketika mereka membaca dan menganalisis soal Matematika. Beberapa strategi yang potensial mendorong berkembangnya proses kognitif tingkat tinggi: 1) Tekankan pembelajaran yang bermakna dan pemahaman konseptual daripada penghafalan luar kepala. Siswa bisa mengaplikasikan dan mengupas dengan lebih baik materi pelajaran di kelas jika mereka memperoleh pemahaman yang menyeluruh dan kohesif mengenai materi yang dipelajari itu. Dengan demikian, mengajarkan sedikit topik secara mendalam lebih efektif daripada mengajarkan begitu banyak topik secara dangkal. 2) Ajarkan keterampilan berpikir tingkat tinggi dalam konteks topik-topik yang spesifik. 3) Komunikasikan bahwa banyak yang kita “ketahui” mengenai dunia tunduk terhadap perubahan ketika bukti baru ditemukan. Keyakinan menganai disiplin akademis tertentu mempunyai dampak yang signifikan tehadap bagaimana pembelajar belajar, apa yang mereka pelajari, seberaoa sigap mereka mengaplikasikan materi pelajaran yang didapatkan di kelas, commit to user dan seberapa sering mereka mengevaluasinya secara kritis.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40 4) Dorong pemikiran tingkat tinggi melalui diskusi dan tugas kelompok. Ketika
siswa
berbicara
antara
satu
sama
lain,
mereka
harus
memverbalisasikan dan karena itu menjadi lebih sadar secara metakognitif mengenai apa dan bagaimana mereka sendiri
berpikir. Mereka juga
mendangar ide-ide, tafsiran, strategi pemecahan masalah, dan analisis kritis yang lain (yang mungkin lebih baik). 5) Gunakan
aktivitas-aktivitas
otentik
untuk
mendorong
transfer
keterampilan berpikir pada setting kehidupan sehari-hari. Kita tidak hanya menjejali siswa dengan berbagai aktivitas otentik selama seharian jam sekolah, melainkan juga perlu memberi mereka kesempatan untuk mempraktikan beberapa hal tanpa banyak gangguan (misalnya fakta-fakta dasar Matematika, simbol beberapa elemen dalam kimia, dsb). Meski demikian, kecuali aktivitas-aktivitas otentik merupakan bagian kegiatan kurikulum reguler sekolah, siswa bisa jadi beranggapan bahwa memikirkan materi pelajaran sekolah dengan cara-cara yang lebih canggih kecil sekali relevansinya dengan kehidupan mereka di dunia luar. Masukkan pemikiran tingkat tinggi sebagai salah satu aspek dalam kegiatan asesmen. Cukup mudah menyusun tugas dan tes yang menilai pengetahuan tentang berbagai fakta dan prosedur dasar. Namun yang lebih penting adalah menilai apa yang dapat dilakukan siswa dengan pengetahuan tersebut. Berdasarkan sebuah artikel pada jurnal kependidikan yang ditulis oleh Lambertus (2009: 144), dikatakan bahwa pembelajaran yang memungkinkan terjadinya diskusi merupakan salah satu cara yang efektif dalam melatih dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis, karena: (1) melalui diskusi, siswa berbagi pendapat, berpikir perspektif, dan mendapat pengalaman; (2) melalui diskusi siswa dapat mempertimbangkan, menolak atau menerima pendapatnya sendiri maupun pendapat siswa lain agar sesuai dengan jawaban atau pendapat kelompok; dan (3) melalui diskusi pula, siswa dapat melakukan penyesuaian atau mengurangi hambatan-hambatan antara dirinya to berpikir user dengan siswa lain sehinggacommit ia bebas atau bertindak. Interaksi antara
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41 sesama siswa, siswa dengan guru yang dilakukan dalam diskusi inilah yang sangat berpengaruh terhadap tumbuh dan berkembangnya disposisi berpikir kritis siswa.
B. Hasil Penelitian Yang Relevan Penelitian yang akan dikemukakan oleh peneliti sekarang ini mengacu pada penelitian yang telah ada sebelumnya. Caslam
(2007)
dalam
skripsinya
berjudul
“Implementasi
Model
Pembelajaran Realistic Mathematics Education (RME) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VI SD Negeri Limbangan 03 Tahun Pelajaran 2006/2007 dalam Pokok Bahasan Operasi Hitung Bilangan Pecahan”. Siklus I diperoleh nilai rata-rata 59,6 dengan siswa yang memperoleh nilai ≥ 68 sebanyak 37 % dari 49 siswa yang hadir, kemudian siklus II diperoleh nilai rata-rata 71,1 dengan siswa yang memperoleh nilai ≥ 68 sebanyak 67 % dari 49 siswa, sedangkan siklus III diperoleh nilai rata-rata 69,2 dengan siswa yang memperoleh nilai ≥ 68 sebanyak 63 % dari 49 siswa. Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan hasil belajar Matematika dalam pokok bahasan operasi hitung pada bilangan pecahan dengan menggunakan model pembelajaran RME. Dwi Nurjanah (2010) dalam skripsinya berjudul “Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Melalui Pendekatan Realistic Mathematics Education SD Negeri 3 Mojopuro, Wuryantoro Kelas III Tahun Ajaran 2009/2010”. Jumlah siswa dalam mengerjakan soal dengan benar sebanyak 10 siswa (35,71%) pada putaran I, 12 siswa pada putaran II dan 15 siswa (53,57%) pada putaran III. Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas ini dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa dalam pemecahan soal Matematika mengalami peningkatan. Farida Rahmawati (2011) dalam skripsinya yang berjudul “Meningkatkan Keterampilan
Berpikir
Kritis
Tentang Sifat-Sifat
Bangun Ruang dengan
Menerapkan Tipe Numbered Heads Together Pada Siswa Kelas V SD Negeri Balerejo 01 Kebonsari Madiun Tahun Pelajaran 2010/2011”. Nilai rata-rata siswa commit to userklasikal sebesar 71,42% dan siklus pada siklus I 68,9 dengan prosentase ketuntasan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42 II nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 84,09 dengan prosentase ketuntasan klasikal sebesar 85,71%. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis tentang sifat-sifat bangun ruang siswa kelas V SD Negeri Balerejo 01 Kebonsari Kabupaten Madiun.
C. Kerangka Pemikiran Pada kondisi awal, siswa kelas V SDN 01 Purwantoro mengalami kesulitan dalam berpikir kritis pada pokok bahan bangun datar. Hal ini terjadi karena guru masih menggunakan metode yang konvensional serta kurang menarik sehingga Kemampuan berpikir kritis siswa pokok bahasan bangun datar di kelas V rendah. Hal ini berpengaruh terhadap hasil belajarnya, dimana nilai tes tertulis siswa materi bangun datar masih banyak yang belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal atau KKM sebesar ≥65. Dari hasil wawancara dengan guru kelas dapat diketahui bahwa nilai tes tertulis sebelum tindakan materi bangun datar siswa terdapat 11 siswa atau 39,29% dari 28 siswa yang memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan KKM, jadi 17 siswa atau 60,71% belum mencapai KKM. Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan yang dialami oleh guru kelas V beserta siswanya adalah dengan menggunakan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME). Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) merupakan suatu pendekatan yang berasumsi perlu adanya pengkaitan antara Matematika dengan realitas yang ada dan dapat dijumpai dalam kehidupan sehari–hari. Melalui kolaborasi antara peneliti dan guru kelas, pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) akan diterapkan dengan menggunakan siklus I dan siklus II yang melalui tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Siklus I memiliki indikator ketercapaian kemampuan berpikir kritis sebesar 70% dan siklus II ditingkatkan menjadi 80%. Bertolak dari kerangka berpikir tersebut, maka pada kondisi akhir yakni pembelajaran dengan penerapan Realistic Mathematics Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pokok bahasan bangun datar. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43 Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat dengan jelas pada gambar 1 di bawah ini :
Kondisi Awal
Kemampuan berpikir kritis siswa pokok bahasan bangun datar di kelas V rendah
Guru belum menggunakan Pendekatan Realistic Mathematic Education(RME) dan masih menggunakan metode konvensional
Perencanaan
Tindakan
Kondisi Akhir
Dalam pembelajaran guru menggunakan Pendekatan Realistic Mathematic Education(RME)
Siklus I Indikator ketercapaian kemampuan Siklus I berpikir kritis Indikator 70% Keberhas
Observasi Refleksi
ilan Siklus II Indikator Siklus ketercapaian kemampuan II berpikir kritis 80%
Melalui Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pokok bahasan bangun datar
Gambar 1. Kerangka Berpikir
commit to user
Tindakan
Perencanaan Tindakan Observasi Refleksi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44 D. HIPOTESIS TINDAKAN Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka dalam penelitian ini dapat dikemukakan hipotesis sebagai berikut: “Penerapan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis pokok bahasan bangun datar pada siswa kelas V SD Negeri 1 Purwantoro tahun ajaran 2011/2012”.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri I Purwantoro tahun ajaran 2011/2012. Alamat sekolah dasar terletak di Desa Bangsri, Kecamatan Purwantoro, Kabupaten Wonogiri. Alasan pemilihan tempat tersebut adalah berdasarkan beberapa pertimbangan sebagai berikut: a. Peneliti sudah cukup mengenal dan berhubungan baik dengan sekolah tersebut. b. Sekolah tersebut belum pernah diadakan penelitian yang serupa, hingga terhindar penelitian ulang. c. Lokasi sekolah mudah dijangkau oleh peneliti. d. Sekolah tersebut mengijinkan untuk dilaksanakan kegiatan penelitian dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas sekolah.
2. Waktu Penelitian Penelitian ini dimulai dari tahap perencanaan hingga tahap pelaporan hasil penelitian, yakni mulai bulan Januari sampai dengan Mei 2012. Tahap perencanaan dilaksanakan pada bulan Januari-Februari, tahap pelaksanaan pada bulan Maret-April, sedangkan tahap pelaporan pada bulan April-Mei 2012. Adapun rinciannya ada pada Tabel 1 berikut:
commit to user 45
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46 Tabel 1. Rincian Waktu Penelitian No
Kegiatan
1
Tahap perencanaan dan persiapan a. Pengajuan judul dan penyusunan proposal b. Penyusunan Instrumen c. Pengajuan surat ijin Tahap pelaksanaan a. Siklus 1 b. Siklus 2 Tahap pelaporan a. Pengumpulan data b. Analisis data c. Penyusunan laporan Ujian Skripsi
2
3
4
Bulan Bulan Bulan Bulan Bulan Januari Februari Maret April Mei 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
B. Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah peserta didik kelas V semester II SD Negeri I Purwantoro Kabupaten Wonogiri tahun ajaran 2011/2012, berjumlah 27 peserta didik, terdiri dari 15 laki-laki dan 12 perempuan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47 C. Sumber Data Menurut Arikunto (2010: 172) sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Sumber data merupakan asal data tersebut diperoleh. Jenis sumber data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : 1. Data Primer Data primer dalam penelitian ini adalah informasi yang diperoleh dari narasumber mengenai situasi dan kondisi lapangan secara langsung. Sumber data primer meliputi tes (lampiran 18, 19, dan 33) dan wawancara guru (lampiran 1 dan 32). 2. Data Sekunder Data sekunder dalam penelitian ini bersumber secara tidak langsung dari para pelaku tetapi data yang diperoleh melalui observasi (lampiran 27) dan dokumentasi (lampiran 2 dan 17). Dokumentasi yang dimaksud antara lain nilai ulangan harian pada pokok bahasan bangun datar siswa tahun ajaran 2011/2012 serta arsip pendukung seperti silabus dan daftar kelas V SD Negeri I Purwantoro tahun ajaran 2011/2012. D. Bentuk dan Strategi Penelitian 1. Bentuk Penelitian Bentuk penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Penelitian ini dikategorikan sebagai bentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) karena penelitian ini berupa suatu tindakan dengan menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) untuk mengatasi masalah rendahnya kemampuan berpikir kritis pokok bahasan bangun datar siswa terkait kegiatan proses belajar mengajar pada suatu kelas. Arikunto (2007: 3) menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama yang bertujuan memperoleh hasil belajar peserta didik yang memuaskan. Penelitian tindakan kelas termasuk penelitian yang reflektif. Kegiatan commit to user penelitian dimulai dari permasalahan yang riil yang dihadapi oleh guru dalam
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
48 proses pembelajaran, kemudian direfleksikan alternatif pemecahan masalah tersebut. Setelah itu, masalah tersebut ditindaklanjuti dengan tindakan-tindakan terencana dan terukur. Menurut Supardi dalam Arikunto, dkk (2007: 103), PTK terkait dengan persoalan praktik pembelajaran sehari-hari yang dihadapi oleh guru. 2. Strategi Penelitian Strategi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah strategi model siklus. Rancangan penelitian tindakan kelas secara rinci diuraikan sebagai berikut: a. Tahap perencanaan tindakan meliputi langkah-langkah sebagai berikut: 1) Membuat skenario pembelajaran 2) Mempersiapkan instrumen penelitian 3) Mempersiapkan dan merancang tindakan yang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar. 4) Mengajukan solusi alternatif. b. Tahap pelaksanaan tindakan yang meliputi siapa melakukan apa, kapan, dimana, dan bagaimana melakukannya. Skenario tindakan yang telah direncanakan, dilaksanakan dalam situasi yang aktual. Kegiatan ini juga disertai dengan kegiatan observasi dan interpretasi serta diikuti dengan kegiatan refleksi. c. Tahap pengamatan dan interprestasi dilakukan dengan mengamati dan menginterprestasi
aktivitas
penerapan
tindakan
pada
pembelajaran.
Interprestasi ini berguna untuk mengumpulkan bukti hasil tindakan agar dapat dievaluasi dan dijadikan landasan dalam melakukan refleksi. d. Tahap analisis dan refleksi dilakukan dengan menganalisis hasil pengamatan dan interprestasi sehingga diperoleh simpulan tentang bagian yang perlu diperbaiki dan bagian yang telah mencapai tujuan penelitian.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49 E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah : 1.
Wawancara Mendalam (in Dept Interview) Rusman (2010: 279) menjelaskan, wawancara merupakan teknik penilaian lisan yang digunakan untuk memperoleh jawaban dari seseorang. Wawancara dilakukan terhadap guru kelas V SD Negeri I Purwantoro sebagai informan guna memperoleh data yang berkenaan dengan aspek–aspek pembelajaran, penentuan tindakan, dan respon yang timbul sebagai akibat dari tindakan yang dilakukan. Wawancara dilakukan sebelum dan sesudah menerapkan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) dalam pembelajaran Matematika pokok bahasan bangun datar. Wawancara oleh peneliti terhadap guru dilakukan secara terstruktur artinya dengan berdasarkan pada pedoman wawancara yang sudah dipersiapkan. Wawancara dilakukan dengan berpedoman pada lembar wawancara untuk guru sebelum dan setelah diterapkan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) yang sudah dipersiapkan (lampiran 30 dan 31).
2.
Observasi Menurut Suharsimi, dkk. (2007: 127) observasi adalah kegiatan pengamatan
atau pengambilan data untuk memotret seberapa jauh efek
tindakan telah mencapai sasaran. Pedoman yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar pengamatan proses siswa yaitu observasi seluruh aktivitas siswa selama proses pembelajaran (lampiran 22). Lembar pengamatan digunakan untuk memperoleh data tentang perilaku dan respon siswa selama proses pembelajaran berlangsung pada tiap siklus. Pengamatan peneliti terhadap siswa dalam penelitian ini lebih menekankan pada aktivitas inti pembelajaran yaitu aktivitas siswa saat mengikuti pembelajaran matematika materi bangun datar. Observasi dilakukan oleh peneliti dan pengamat (guru kelas) di kelas V SD Negeri I Purwantoro. Observasi meliputi kegiatan menilai aktivitas siswa saat menggunakan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50 penggaris dengan benar, kemudian bagaimana siswa membuat bangun datar yang diperintahkan oleh guru. Selain observasi aktivitas siswa, dalam pelaksanaan siklus dilakukan observasi pelaksanaan pembelajaran guru (lampiran 21). Dalam hal ini, peneliti bertindak sebagai partisipan aktif, yaitu peneliti yang melakukan tindakan (sebagai guru pengajar) kegiatan pembelajaran kemampuan berpikir kritis pokok bahasan bangun datar dengan pendekatan RME di kelas V. Sedangkan, guru kelas V sebagai pengamat pasif terhadap proses pembelajaran sehingga lebih leluasa dalam mengamati jalannya pembelajaran. Pengamatan meliputi persiapan guru memulai kegiatan pembelajaran, kemampuan guru mengelola kelas, kemampuan mengelola waktu pembelajaran, kemampuan memberikan apersepsi, kemampuan menyampaikan materi, kemampuan guru memberikan pertanyaan, kemampuan membimbing diskusi dan melakukan penjelasan konsep, perhatian guru terhadap siswa, kemampuan mengembangkan aplikasi, dan kemampuan menutup pelajaran. Selanjutnya, hasil pengamatan yang telah dilakukan didiskusikan untuk dianalisis bersama untuk menemukan berbagai kelemahan proses pembelajaran dan untuk mencari solusi kelemahan tersebut. Hasil diskusi yang berupa solusi berbagai kelemahan tersebut kemudian dijadikan acuan untuk pelaksanaan siklus berikutnya. tindakan. 3.
Tes Menurut Nurkancana dan Sumartana dalam Sarwiji Suwandi (2011: 39) tes adalah suatu cara untuk melakukan penilaian yang berbentuk tugas-tugas yang harus dikerjakan siswa untuk mendapatkan data tentang nilai dan prestasi siswa tersebut yang dapat dibandingkan dengan yang dicapai teman-temannya atau nilai standar yang ditetapkan. Dilihat dari pelaksanaannya, tes dapat dibedakan menjadi tes lisan, dan tes perbuatan. Dilihat dari bentuk tes dapat dibedakan menjadi tes subjektif (essay) dan tes objektif (pilihan ganda). Tes akhir dalam penelitian ini berbentuk soal esai dan dilaksanakan setiap akhir pertemuan (lampiran 11, commit pada to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
51 12, 13, dan 14). Pemberian tes tulis esai dimaksudkan untuk mengukur seberapa tinggi tingkat kemampuan berpikir kritis pokok bahasan bangun datar siswa kelas V SD Negeri 1 Purwantoro setelah kegiatan pemberian tindakan. Tes juga bertujuan untuk mengetahui perkembangan atau keberhasilan pelaksanaan tindakan. 4.
Dokumentasi (Foto) Teknik dokumntasi oleh Yin dalam H.B. Sutopo (2006: 81) disebut sebagai content analysis, sebagai cara untuk menemukan beragam hal sesuai dengan kebutuhan dan tujuan penelitiannya. Metode dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengambilan gambar. Dokumentasi merupakan data yang cukup penting sebagai bukti terjadinya peristiwa. Dokumen sangat penting karena dapat memperjelas data yang lain. Foto dapat menjelaskan bagaimana respon siswa saat pembelajaran berlangsung. Pengambilan foto dilakukan pada saat melakukan beberapa kegiatan misalnya: (1) proses awal pembelajaran, (2) respon siswa saat dibagi dalam pasangan heterogen, (3) reaksi siswa dalam pembagian soal secara individu, (4) respon siswa saat menggunakan media ajar, (5) antusias siswa menjawab soal. Foto kegiatan proses pembelajaran dapat dilihat pada lampiran 34.
F. Validitas Data Suatu informasi yang dijadikan data penelitian diperiksa validitasnya sehingga data tersebut bisa dipertanggungjawabkan dan dapat dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam menarik kesimpulan. Teknik yang digunakan untuk memeriksa validitas adalah teknik triangulasi. Menurut Sugiyono (2008:83), triangulasi diartikan sebagai pengecekan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber yang telah ada. Berdasarkan pendapat di atas, dalam penelitian ini digunakan teknik triangulasi data. Triangulasi data adalah data atau informasi yang diperoleh selalu dikomparasikan dan diuji dengan data dan informasi lain, baik dari segi koheren sumber yang sama atau sumber commit yang berbeda. to user Untuk menggali data yang sejenis
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
52 bisa diperoleh dari nara sumber (manusia), dari kondisi lokasi, dari aktivitas yang menggambarkan perilaku warga masyarakat atau dari sumber yang berupa catatan atau arsip yang memuat catatan yang berkaitan dengan data yang dimaksud. Pada penelitian ini peneliti mendapatkan data perbandingan nilai mata pelajaran Matematika pokok bahasan bangun datar dari guru kelas V SD Negeri I Purwantoro Kabupaten Wonogiri sebelum menggunakan Pendekatan RME dan setelah menggunakan Pendekatan RME. Selain itu juga beberapa informasi dari Kepala sekolah SD Negeri I Purwantoro Kabupaten Wonogiri tentang hasil belajar Matematika pokok bahasan bangun datar siswa kelas V. Dari sumber data yang berbeda-beda ini, data sejenis dapat teruji kemantapan dan kebenarannya.
G. Teknik Analisis Data Lexy J. Moleong (2007: 280) mendefinisikan analisis data sebagai proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis yang menggunakan model analisis interaktif. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Miles dan Huberman (1992:19), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Model analisis interaktif tersebut mempunyai tiga komponen yaitu: (1) Reduksi Data (Data Reduction), (2) Penyajian Data (Data Display), (3) Penarikan Simpulan (Verification).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
53 Interaksi ketiga komponen utama tersebut dapat divisualisasikan pada Gambar 10 sebagai berikut:
Penyediaan Data
Data Display
Reduksi Data
Data Collection
Gambar 10. Model Analisis Data Interaktif
1. Reduksi Data (Data Reduction) Reduksi yaitu proses proses pemilihan dan penyederhanaan data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Data-data penelitian yang telah dikumpulkan selanjutnya direduksi. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan reduksi data terkait data aktivitas siswa dan aktivitas mengajar guru kelas V saat pembelajaran Matematika serta data nilai hasil pembelajaran Matematika pada pokok bahasan bangun datar siswa kelas V SD Negeri I Purwantoro Kabupaten Wonogiri. 2. Penyajian Data (Data Display) Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Hasil dari data-data penelitian selanjutnya digabungkan dan disimpulkan. Dalam penelitian ini, penyajian data dilakukan pada saat mengolah dan mengambil tindakan terhadap data yang masuk, kemudian disusun dan didisplay dalam bentuk tabel, grafik, dan dinarasikan dalam pembahasan penelitian. Dalam penelitian yang dilaksanakan di kelas V SD Negeri I Purwantoro, data yang disajikan meliputi data yang berasal dari nilai tes Matematika siswa kelas V pada pokok bahasan commit to user bangun datar, observasi kegiatan guru, dan observasi aktivitas siswa.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
54 3. Penarikan Simpulan (Verification) Kegiatan ini dilakukan untuk memantapkan simpulan dari tampilan data agar benar-benar dapat dipertanggungjawabkan. Simpulan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu peningkatan kemampuan berpikir kritis pokok bahasan bangun datar melalui pendekatan RME pada siswa kelas V SD Negeri I Purwantoro. Seluruh hasil analisis yang terdapat dalam reduksi data maupun penyajian data diambil suatu simpulan. Penarikan simpulan tentang peningkatan yang terjadi dilaksanakan secara bertahap mulai dari simpulan sementara, simpulan yang ditarik pada akhir siklus I, dan simpulan terakhir yaitu pada akhir siklus II. Simpulan yang pertama sampai dengan yang terakhir harus terkait. Hasil simpulan akhir dilakukan refleksi untuk menentukan atau menyusun rencana tindakan berikutnya.
H. Indikator Kinerja Menurut Suwandi (2011: 66), indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang dijadikan acuan atau tolak ukur dalam menentukan keberhasilan atau keefektifan penelitian. Indikator kinerja dalam penelitian ini bersumber dari dokumentasi, hasil observasi, hasil wawancara, dan tes yang berpatokan pada KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal), yaitu 65. Indikator kinerjanya yaitu apabila kemampuan berpikir kritis pokok bahasan bangun datar pada siswa kelas V SD Negeri I Purwantoro meningkat dari kemampuan berpikir kritis pokok bahasan bangun datar pada siswa kelas V sebelum menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME). Indikator kinerja pada siklus I yaitu apabila nilai kemampuan berpikir kritis siswa secara klasikal meningkat dari nilai kemampuan berpikir kritis sebelum menerapkan Realistic Mathematics Education (RME) dan siswa yang memperoleh nilai ≥65 adalah 70% dari 27 siswa. Setelah siklus pertama selesai kemudian kekurangan yang timbul pada siklus satu disempurnakan pada siklus berikutnya atau siklus II, sedangkan kelebihannya dipertahankan dan ditingkatkan. Pada siklus II ketercapaian tujuan penelitian apabila siswa secara klasikal memperoleh nilai commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
55 ≥65 sebesar 80% dari jumlah siswa. Jika indikator tersebut belum tercapai maka dilakukan siklus berikutnya sampai target yang diharapkan tercapai.
I. Prosedur Penelitian Penelitian ini merupakan proses pengkajian sistem berdaur sebagaimana kerangka berpikir yang dikembangkan oleh Arikunto (2007:16). Prosedur penelitian mencakup tahapan-tahapan sebagai berikut: (1) perencanaan (planning); (b) pelaksanaan tindakan (action); (c) mengobservasi dan mengevaluasi proses dan hasil tindakan (observation and evaluation); dan (d) melakukan refleksi (reflecting). Dan seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai (kriteria keberhasilan). Prinsip utama dalam PTK adalah pemberian tindakan dalam siklus yang bertahap dan berkelanjutan sampai memperoleh hasil yang ditetapkan. Siklus yang dinamis dengan tindakan yang sama.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
56 Sistem prosedur penelitian ini digambarkan pada gambar 11 sebagai berikut: Perencanaan
Refleksi
SIKLUS 1
Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Refleksi
SIKLUS 2
Pelaksanaan
Pengamatan
Dan seterusnya..
Gambar 11. Bagan Prosedur Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto, 2007: 16)
Setiap tindakan upaya meningkatkan indikator tersebut dirancang dalam satu unit sebagai satu siklus. Prosedur penelitian terdiri dari siklus I dan siklus II yang masing-masing akan dijelaskan sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
57 1. Rancangan Siklus I Rancangan kegiatan pada siklus I, antara lain: planning (perencanaan), action (penerapan tindakan), observation and evaluation (observasi dan evaluasi), sampai reflection (refleksi). a. Tahap Perencanaan (Planning) Adapun langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah: 1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan
pendekatan pembelajaran Realistic Mathematics Education (RME). 2) Mengembangkan skenario pembelajaran. 3) Menyusun lembar observasi siswa selama menggunakan pendekatan
pembelajaran Realistic Mathematics Education (RME). 4) Menyusun instrumen untuk evaluasi yang berupa soal tes tertulis.
b. Tahap Tindakan (Acting) Setelah membuat rencana yang matang maka langkah selanjutnya adalah melaksanakan rencana tersebut sebagai tindakan yang mengacu pada skenario dan langkah kegiatan mengajar. Dalam pelaksanaan guru harus mengingat dan berusaha menaati apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan yang telah dibuat. Pelaksanaan tindakan pada siklus I terdiri atas 2 kali pertemuan, yakni mempelajari tentang kompetensi dasar “mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar” pada indikator “menyebutkan sifat-sifat bangun datar (sisi, sudut) dan menggambar bangun datar berdasarkan sifat-sifatnya. Adapun kegiatan yang dilaksanakan sebagai berikut: 1) Kegiatan Awal a) Guru mengkondisikan kesiapan belajar siswa. b) Berdoa bersama dan presensi kehadiran siswa. c) Memberi apersepsi. d) Menyampaikan tujuan pembelajaran. e) Membagi siswa ke dalam beberapa kelompok secara heterogen. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
58 2) Kegiatan Inti a) Siswa dan guru mengadakan tanya jawab tentang bangun datar yang ada di lingkungan sekitar (Eksplorasi). b) Siswa dengan aktif menyebutkan bagian-bagian dari bangun datar yang ada di lingkungan sekitar (Eksplorasi). c) Siswa mendengarkan penjelasan guru menjelaskan tentang materi sifatsifat bangun datar dengan menggunakan alat peraga kertas karton bangun datar (Eksplorasi). d) Siswa menunjukkan bagian-bagian dari masing-masing bentuk bangun ruang (sisi, sudut, jari-jari, garis tengah, dsb) pada bangun/alat peraga yang ditunjukkan guru (Eksplorasi). e) Siswa memulai kegiatan diskusi kelompok (Elaborasi). f) Guru mengajukan pertanyaan “LKPD” kepada siswa dari yang umum hingga yang bersifat spesifik tentang sifat-sifat bangun datar (Elaborasi). g) Siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap anggota dalam timnya telah mengetahui jawaban tersebut (Elaborasi). h) Guru mengamati jalannya diskusi siswa dan menjawab pertanyaan yang diajukan oleh siswa yang mengalami kesulitan (Elaborasi). i) Perwakilan
dari
kelompok
maju
menyampaikan
hasil
diskusi
(Konfirmasi). j) Siswa bersama guru mengevaluasi hasil diskusi (Konfirmasi). k) Khusus pada pertemuan kedua siswa diberi tes tertulis siklus I untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa (Konfirmasi).
3) Kegiatan Akhir a) Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan pembelajaran yang telah dilakukan (Konfirmasi). b) Melaksanakan refleksi tentang pembelajaran yang telah dilaksanakan (Konfirmasi). commit user kelompok maupun individu. c) Guru meminta hasil kerja siswatosecara
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
59 d) Guru memberikan penilaian dan penguatan. e) Guru memberikan kesempatan untuk bertanya. f) Guru menutup pelajaran dengan salam.
c. Tahap Observasi dan Evaluasi (Observation and Evaluation) Observasi dilakukan oleh guru kelas V terhadap pelaksanaan tindakan oleh peneliti dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME). Pada tahap pengamatan dilakukan beberapa hal, diantaranya sebagai berikut: 1) Pelaksanan observasi terhadap siswa dan kerja guru selama proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME). 2) Mencatat semua hasil pengamatan pada lembar observasi.
d. Tahap Refleksi (Reflection) Refleksi pada siklus I dilakukan untuk melihat kekurangan-kekurangan yang tampak dari data hasil observasi dan catatan lapangan saat pembelajaran, agar dapat dilakukan perbaikan pada siklus selanjutnya. Selain itu peneliti bersama kolaborator menganalisis hasil belajar siswa sesuai dengan nilai saat evaluasi untuk mengetahui sejauh mana kekritisan siswa dalam memahami pokok bahasan yang disampaikan menggunakan pendekatan RME. Hasil refleksi merupakan jawaban atas pertanyaan peneliti serta tolok ukur siklus selanjutnya. Setelah siklus pertama selesai kemudian dilaksanakan siklus kedua. Kelemahan yang timbul pada siklus satu disempurnakan pada siklus berikutnya sedangkan kelebihannya dipertahankan dan ditingkatkan. Temuan yang terdapat pada siklus I yaitu terjadi peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa. Ketuntasan klasikal siklus I mencapai 66,67%. Siswa juga sudah terlihat aktif dan antusias dibanding dengan kondisi awal. Namun, kondisi ini belum mencapai indikator akhir ketercapaian penelitian sehingga perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
60 2. Rancangan Siklus II Rancangan kegiatan pada siklus II masih sama dengan siklus I, antara lain: planning (perencanaan), action (penerapan tindakan), observation and evaluation (observasi dan evaluasi), sampai reflection (refleksi). a. Tahap Perencanaan (Planning) Adapun langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah: 1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan pendekatan pembelajaran Realistic Mathematics Education (RME). 2) Menpersiapkan fasilitas dan sarana pendukung pembelajaran. 3) Menyusun lembar observasi siswa selama menggunakan pendekatan pembelajaran Realistic Mathematics Education (RME). 4) Menyusun instrumen untuk evaluasi yang berupa soal tes tertulis.
b. Tahap Tindakan (Acting) Setelah membuat rencana yang matang maka langkah selanjutnya adalah melaksanakan rencana tersebut sebagai tindakan yang mengacu pada skenario dan langkah kegiatan mengajar. Guru harus mengingat dan berusaha menaati apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan pelaksanaan pembelajaran yang sudah dibuat. Pelaksanaan tindakan pada siklus II ini terdiri atas 2 kali pertemuan, yakni mempelajari tentang kompetensi dasar “mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar” pada indikator “menyebutkan sifatsifat bangun datar (sisi, sudut) dan menggambar bangun datar berdasarkan sifat-sifatnya”. Adapun kegiatan yang dilakukan sebagai berikut : 1) Kegiatan Awal a) Guru mengkondisikan kesiapan belajar siswa. b) Memberi apersepsi. c) Menyampaikan tujuan pembelajaran. d) Membagi siswa ke dalam beberapa kelompok secara heterogen.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
61 2) Kegiatan Inti a) Siswa dan guru mengadakan tanya jawab tentang contoh-contoh bangun datar (segitiga, persegi, persegi panjang, jajargenjang, layang-layang, belah ketupat, trapesium, dan lingkaran), yang ada di lingkungan sekitar (Eksplorasi). b) Siswa dengan aktif menyebutkan bagian-bagian dari bangun datar yang ada di lingkungan sekitar (Eksplorasi). c) Siswa menyebutkan ciri masing-masing bangun (segitiga, persegi, persegi panjang, jajargenjang, layang-layang, belah ketupat, trapesium, dan lingkaran) d) Siswa mendengarkan penjelasan guru menjelaskan tentang perbedaan sifat masing-masing bangun datar dengan menggunakan alat peraga kertas karton bangun datar (Eksplorasi). e) Siswa menunjukkan bagian-bagian dari masing-masing bentuk bangun ruang (sisi, sudut, jari-jari, garis tengah, dsb) pada bangun/alat peraga yang ditunjukkan guru (Eksplorasi). f) Siswa memulai kegiatan diskusi kelompok (Elaborasi). g) Guru mengajukan pertanyaan “LKPD” kepada siswa dari yang umum hingga yang bersifat spesifik tentang sifat-sifat bangun datar (Elaborasi). h) Siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap anggota dalam timnya telah mengetahui jawaban tersebut (Elaborasi). i) Guru mengamati jalannya diskusi siswa dan menjawab pertanyaan yang diajukan oleh siswa yang mengalami kesulitan (Elaborasi). j) Perwakilan
dari
kelompok
maju
menyampaikan
hasil
diskusi
(Konfirmasi). k) Siswa bersama guru mengevaluasi hasil diskusi (Konfirmasi). l) Khusus pada pertemuan kedua siswa diberi tes tertulis siklus I untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa (Konfirmasi). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
62 3) Kegiatan Akhir a) Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan pembelajaran yang telah dilakukan (Konfirmasi). b) Melaksanakan refleksi tentang pembelajaran yang telah dilaksanakan (Konfirmasi). c) Guru meminta hasil kerja siswa secara kelompok maupun individu. d) Guru memberikan penilaian dan penguatan. e) Guru memberikan kesempatan untuk bertanya. f) Guru menutup pelajaran dengan salam.
c. Tahap Observasi dan Evaluasi (Observation and Evaluation) Tindakan guru pada peremuan kedua siklus II selanjutnya adalah memberi soal evaluasi untuk mengukur sejauh mana tingkat berpikir kritis siswa selama pembelajaran bangun datar melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang guru gunakan. Selain itu, observer melakukan pengamatan yang sama dengan tindakan pada siklus I terhadap siswa dan observasi terhadap guru yang mengajar di kelas V SD Negeri I Purwantoro selama pembelajaran tentang bangun datar melalui pendekatan pembelajaran Realistic Mathematics Education (RME). Observasi diarahkan pada poin-poin dalam pedoman yang telah disiapkan guru. Adapun langkah yang dikerjakan dalam observasi masih sama dengan tindakan pada siklus II, antara lain : 1) Pelaksanan observasi terhadap siswa saat proses pembelajaran yang sedang berlangsung. 2) Melakukan observasi terhadap guru saat mengajar pokok bahasan bangun datar melalui pendekatan pembelajaran Realistic Mathematics Education (RME). 3) Mencatat semua hasil pengamatan dalam lembar observasi dan catatan lapangan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
63 d. Tahap Refleksi (Reflection) Peneliti bersama guru kelas V membuat refleksi atas tindakan pada siklus II. Pada tahap refleksi peneliti melakukan analisis terhadap proses pelaksanaan pembelajaran dan hasil belajar siswa pada siklus II tentang kemampuan berpikir kritis dengan menggunakan pendekatan pembelajaran Realistic Mathematics Education (RME). Peneliti juga berdiskusi dengan kolaborator untuk menemukan temuan-temuan pada siklus II. Temuan yang terdapat pada siklus II yaitu terjadi peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa secara signifikan. Ketuntasan klasikal hasil belajar kemampuan berpikir kritis mencapai 96,3%. Berdasarkan data tersebut, kemampuan berpikir kritis sudah mencapai indikator ketercapaian penelitian sehingga siklus (tindakan) dapat dihentikan. Hal ini membuktikan bahwa pendekatan pembelajaran Realistic Mathematics Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis kelas V SD Negeri I Purwantoro tahun ajaran 2011/2012.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN Hasil penelitian dan pembahasan dari penelitian ini akan dikemukakan pada bab ini. Beberapa hal yang akan diuraikan meliputi: (a) deskripsi lokasi penelitian, (b) deskripsi kondisi awal, (c) pelaksanaan tindakan (siklus), (d) hasil penelitian, dan (e) pembahasan hasil penelitian. A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Tinjauan Historis Sekolah Dasar Negeri I Purwantoro Sekolah Dasar Negeri I Purwantoro Kabupaten Wonogiri Provinsi Jawa Tengah, berdiri pada tahun 1984. Sejak berdiri, status SD Negeri I Purwantoro adalah Sekolah Dasar Negeri. Sejak awal berdirinya SD Negeri I Purwantoro sampai sekarang telah mengalami beberapa pergantian kepala sekolah. Kepala sekolah yang menjabat saat ini adalah Bapak Puguh Heri Santoso, S. Pd. Pergantian kepala sekolah dilakukan melalui prosedur yang benar sesuai dengan peraturan yang ada. SD Negeri I Purwantoro telah terakreditasi. Hal ini mendorong pihak sekolah untuk berusaha dalam meningkatkan kinerja dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. 2. Keadaan Personel SD Negeri I Purwantoro SD Negeri I Purwantoro Kabupaten Wonogiri pada tahun ajaran 2011/2012 dipimpin oleh seorang kepala sekolah dan memiliki 9 guru yang telah berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS), 3 orang guru yang masih Wiyata Bakti (WB), 1 orang tenaga administrasi, 1 orang penjaga, dan 1 orang penjaga sekolah. Sedangkan jumlah seluruh siswa SD Negeri I Purwantoro pada tahun ajaran 2011/2012 adalah 154 siswa yang memiliki latar belakang sosial yang berbeda– beda.
commit to user 64
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
65 3. Keadaan Geografis Sekolah Dasar Negeri I Purwantoro Secara geografis, Sekolah Dasar Negeri I Purwantoro berada di desa Bangsri, Kecamatan Purwantoro, Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah. Sekolah Dasar Negeri I Purwantoro berada di antara pemukiman yang ramai dan lokasinya sangat strategis yaitu di tepi jalan raya, sehingga memberikan kemudahan bagi sekolah dalam urusan kedinasan. Selain itu lokasi tersebut juga tersedia berbagai sumber belajar yang dapat digunakan secara langsung untuk proses pembelajaran sehingga menarik bagi siswa untuk semangat belajar. B. Deskripsi Kondisi Awal Sebelum melaksanakan tindakan, terlebih dahulu peneliti melaksanakan kegiatan survey awal dengan tujuan mengetahui keadaan nyata yang ada di lapangan. Kondisi awal pembelajaran Matematika kelas V SD Negeri I Purwantoro, Wonogiri diperoleh dari wawancara dengan guru kelas dan pengamatan proses pembelajaran Matematika pokok bahasan bangun datar pada semester II di kelas V. 1. Hasil Wawancara dengan Guru Wawancara dengan guru dan peserta didik dilakukan pada hari Senin, 9 Januari 2012. Peneliti sebagai pewawancara sedangkan guru kelas V Ibu Dwi Siswanti, S. Pd sebagai narasumber. Wawancara terhadap guru kelas V dilakukan secara terstruktur yang sebelumnya pedoman wawancara sudah disusun oleh peneliti kemudian hasil wawancara ditulis secara ringkas pada kolom jawaban (lampiran 30 halaman 184). Setting wawancara bertempat di ruang kelas V pada waktu istirahat pukul 09.00 WIB. Deskripsi hasil wawancara dapat dilihat pada
lampiran 1 halaman 102. Berdasarkan hasil wawancara
tersebut diindikasikan bahwa terjadi permasalahan dalam kemampuan berpikir kritis pada siswa kelas V SD Negeri I Purwantoro. Menurut guru, pembelajaran Matematika masih sulit untuk dilakukan secara optimal mengingat rendahnya minat siswa terhadap pelajaran Matematika dan kurangnya usaha penerapan guru mengenai pendekatan pembelajaran yang inovatif. Siswa banyak mengalami to user kesulitan dalam mengikuti commit pelajaran Matematika karena menganggap
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
66 Matematika sebagai mata pelajaran yang sulit, penuh dengan simbol–simbol yang rumit, padahal tidak jika menggunakan pendekatan pembelajaran yang tepat dan inovatif. Keadaan seperti ini terjadi pada siswa kelas V SD Negeri I Purwantoro pada pokok bahasan bangun datar. 2. Pengamatan Proses Pembelajaran di Kelas Pengamatan proses pembelajaran di kelas peneliti laksanakan pada hari Selasa, 8 Januari 2012. Peneliti bertindak sebagai observer dan guru kelas V Ibu Dwi Siswanti, S.Pd. bertindak sebagai guru pengajar. Pengamatan dilakukan dengan berpedoman pada lembar observasi penilaian proses siswa yang sudah dipersiapkan (lampiran 22 halaman 166). Peneliti mengamati bahwa dalam proses pembelajaran, banyak siswa masih menemui kesulitan dalam memahami materi karena guru jarang mengupayakan media yang nyata dan pendekatan yang tepat dan menarik untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa sehingga hasil yang diperoleh pun belum maksimal. Siswa cenderung mudah bosan dan tidak memperhatikan materi pada saat pembelajaran, sehingga berakibat pada rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa. Berdasarkan wawancara dengan guru kelas diperoleh nilai hasil belajar Matematika pokok bahasan bangun datar pada siswa kelas V (lihat lampiran 17 halaman 154). Daftar nilai kemampuan berpikir kritis Matematika siswa kelas V pada kondisi awal atau sebelum tindakan dengan penerapan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) secara singkat dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.
Tabel 2. Daftar Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Pokok Bahasan Bangun Datar Siswa Kelas V pada Kondisi Awal No. Urut 1 2 3 4 5 6
Nilai 60 45 70 60 65 35
KKM (65) TT TT T TT T TT
No. KKM Nilai Urut (65) 11 35 TT 12 80 T 13 70 T 14 45 TT 15 60 TT commit to user 16 55 TT
No. Urut 21 22 23 24 25 26
Nilai 60 70 70 60 60 60
KKM (65) TT T T TT TT TT
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
67 No. Urut 7 8 9 10
Nilai 70 60 65 65
Keterangan : T
KKM No. KKM No. Nilai Nilai (65) Urut (65) Urut T 17 50 TT 27 60 TT 18 65 T T 19 55 TT Rerata Kelas T 20 65 T Ketuntasan Klasikal = 11 : 27 X 100% = 40,74% : Tuntas
TT
:
KKM (65) TT 60,43
Tidak Tuntas
Berdasarkan data penilaian kemampuan berpikir kritis siswa pada kondisi awal dapat dikelompokkan dalam Tabel 3 berikut ini:
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Pokok Bahasan Bangun Datar Siswa Kelas V SD Negeri I Purwantoro pada Kondisi Awal No
Interval Nilai
Frekuensi (fi)
Nilai Tengah (xi)
fi.xi
Prosenta se (%)
Keterangan
1
35–42
2
38,5
77
7,4
Di bawah KKM
2
43–50
3
46,5
139,5
11,11
Di bawah KKM
3
51–58
2
54,5
109
7,4
Di bawah KKM
4
59–66
14
62,5
875
51,85
Di bawah KKM
5
67–74
5
70,5
352,5
18,52
Di atas KKM
6
75–82
1
78,5
78,5
3,7
Di atas KKM
1631,5
100
Jumlah
27
Nilai rata–rata = 1631,5 : 27 = 60,43 Ketuntasan klasikal = 11 : 27 X 100% = 40,74% Nilai tertinggi = 80 Nilai terendah = 35
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
68 Data penilaian hasil belajar kemampuan berpikir kritis pokok bahasan bangun datar sebelum diadakan tindakan pada siswa kelas V SD Negeri I
Frekuensi
Purwantoro tersebut dapat disajikan pada Gambar 12 dibawah ini:
14 12 10 8 6 4 2 0 35-42
43-50
51-58
59-66
67-74
75-82
Interval Nilai
Gambar 12. Grafik Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Pokok Bahasan Bangun Datar Siswa Kelas V SD Negeri I Purwantoro pada Kondisi Awal
Berdasarkan Tabel 3 dan Gambar 12 di atas ditunjukkan bahwa siswa yang mendapat nilai dalam interval 35–42 sebanyak 2 siswa (7,4%), interval nilai 43–50 terdapat 3 siswa (11,11%), interval nilai 51–58 sejumlah 2 siswa (7,4%), interval nilai 59–66 sejumlah 14 siswa (51,85%), interval nilai 67–74 sejumlah 5 siswa (18,52%), dan terdapat 1 siswa (3,7%) mendapat nilai dalam interval 75–82. Nilai rata–rata kelas adalah 60,43 dengan ketuntasan klasikal sebanyak 11 siswa (40,74%) dari jumlah siswa. Berdasarkan kondisi awal tersebut, selanjutnya guru dan peneliti melakukan diskusi untuk mencari solusi permasalahan yaitu rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa pada pokok bahasan bangun datar, sehingga dicapailah kesepakatan bahwa peneliti akan melakukan penelitian tindakan kelas bersama guru kelas V dengan judul ”Penerapan Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir commit to user Kritis Siswa Pokok Bahasan Bangun Datar Siswa Kelas V SD Negeri I
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
69 Purwantoro Tahun Ajaran 2011/2012”. Penerapan tindakan ini difokuskan pada peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dan jumlah ketuntasan belajar siswa dengan menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME). C. Pelaksanaan Tindakan (Siklus) Proses penelitian ini dilakukan dalam dua siklus yang masing–masing terdiri atas empat tahapan, yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi. 1. Siklus I Tindakan siklus I dilaksanakan 2 kali pertemuan. Setiap pertemuan terdiri dari 2 jam pelajaran (2x35 menit). Siklus I dilaksanakan pada hari Senin, 27 Februari 2012 (pertemuan 1) dan Senin, 5 Maret 2012 (pertemuan 2). Tahapan– tahapan pada siklus I adalah sebagai berikut: a. Perencanaan Tindakan Peneliti menggunakan acuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan kelas V semester II tahun 2007 pokok bahasan bangun datar. Tahap–tahap perencanaan pada siklus I meliputi kegiatan sebagai berikut : 1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). (lampiran 3) 2) Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung a) Mempersiapkan ruang kelas yang akan digunakan, yaitu ruang kelas V yang biasa digunakan setiap hari. b) Mempersiapkan materi pembelajaran tentang sifat–sifat bangun datar dan cara menggambar bentuk bangun datar sesuai dengan sifat masing– masing bangun datar yang diberikan (lampiran 3). c) Mempersiapkan media
pembelajaran, media
pembelajaran
yang
digunakan adalah media bangun datar warna–warni, papan berpaku, buku berpetak, kertas lipat, dan benda–benda yang relevan di lingkungan kelas. Media bangun datar merupakan model bangun datar dari bahan user kertas karton dengan commit memberito warna–warni pada bagian–bagian yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
70 memiliki ciri/sifat khusus. Papan berpaku adalah sepotong kayu dengan 9, 16, 25, atau 36 paku yang disusun dalam bentuk bujur sangkar. Selanjutnya media buku berpetak, kertas lipat dan kertas karton diterapkan untuk pemantapan pengertian tentang sifat–sifat bangun datar melalui benda–benda realistik serta pembinaan keterampilan. 3) Menyiapkan Lembar Observasi: RPP (lampiran 20), Pelaksanaan Pembelajaran
Guru
(lampiran
21),
dan
Penilaian
Proses
Siswa
(lampiran 22) untuk mengetahui kondisi belajar mengajar di kelas ketika diajarkan dengan pendekatan RME. 4) Membuat Instrumen Penilaian Peneliti dan guru menyusun instrumen penelitian yang berupa penilaian tes dan nontes. Instrumen tes yaitu LKS I (lampiran 5), LKS II (lampiran 6), tugas individu I (lampiran 11), tugas individu II (lampiran 12) untuk melihat apakah kemampuan berpikir kritis siswa pada pokok bahasan bangun datar dengan menerapkan pendekatan RME dapat ditingkatkan. Sedangkan instrumen nontes dinilai berdasarkan hasil observasi penilaian proses siswa (lampiran 22). b. Pelaksanaan Tindakan Tindakan siklus I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin, 27 Februari 2012 dan pertemuan kedua pada hari Senin, 5 Maret 2012. Pelaksanaan tindakan tersebut dilaksanakan di ruang kelas V SD Negeri I Purwantoro. Dalam pelaksanaan tindakan I ini, peneliti bertindak sebagai guru pengajar proses kegiatan pembelajaran pokok bahasan bangun datar dengan menggunakan
pendekatan
Realistic
Mathematics
Education
(RME),
sedangkan guru kelas V melakukan observasi atau pengamatan terhadap jalannya proses pembelajaran. Peneliti bertindak sebagai partisipan aktif yang mengendalikan dan mengamati jalannya pembelajaran di dalam kelas. Deskripsi pelaksanaan tindakan siklus I adalah sebagai berikut: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
71 1) Pertemuan 1 Pertemuan pertama siklus I ini berlangsung selama 2x35 menit. Pelaksanaan tindakan terdiri dari kegiatan awal, inti, dan penutup. RPP Siklus I pertemuan 1 dapat dilihat pada lampiran 3. Kegiatan yang dilakukan guru dalam inti pembelajaran terdapat tiga bentuk tindakan nyata yakni eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Secara sistematika awal inti pembelajaran dilakukan tindakan eksplorasi agar siswa mampu menggali pemahaman awal yang ada pada dirinya. Guru mengadakan tanya jawab dengan siswa tentang contoh–contoh bentuk bangun datar yang ada di lingkungan sekitar. Kegiatan elaborasi, siswa menyimak penjelasan dari guru tentang materi yang berkaitan tentang bangun datar, yaitu: mengidentifikasi sifat–sifat bangun datar serta membedakan ciri–ciri tiap bangun datar dengan media bangun datar warna– warni dan papan berpaku. Secara ringkas, isi materi pada pertemuan pertama dapat dilihat pada RPP Siklus I lampiran 3. Media bangun datar warna–warni merupakan kertas karton dengan bagian–bagian yang memiliki ciri/sifat khusus yang diberi warna–warni sehingga siswa dapat menemukan sendiri sifat–sifat bangun datar. Siswa menunjukkan bagian– bagian dari masing–masing bentuk bangun datar (sisi, sudut, jari–jari, dan garis tengah) pada bangun datar. Selanjutnya, guru membagi jumlah siswa ke dalam 5 kelompok secara acak dari 27 siswa. Guru membagikan Lembar Kerja Kelompok I (lampiran 5) kepada masing–masing kelompok. Melalui diskusi kelompok, siswa mulai menjawab pertanyaan tentang sifat–sifat bangun datar. Kemudian siswa mengerjakan soal evaluasi secara individu pada lembar tugas individu I (lampiran 11) 2) Pertemuan 2 Pertemuan kedua siklus I ini berlangsung selama 2x35 menit. Pelaksanaan tindakan terdiri dari kegiatan awal, inti, dan penutup. RPP Siklus I pertemuan 2 dapat dilihat pada lampiran 3. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
72 Materi yang disampaikan pada pertemuan 2 berkaitan dengan cara menggambar bentuk bangun datar yang telah dipelajari pada pertemuan 1. Tujuan utama pembelajaran yaitu siswa mampu menggambar bangun datar sesuai dengan sifat masing–masing bangun datar yang diberikan dengan benar. Bentuk tindakan pada kegiatan inti pembelajaran yakni eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Secara sistematika awal inti pembelajaran dilakukan tindakan eksplorasi yaitu siswa diberi waktu 1 menit untuk menemukan bangun–bangun persegi, persegipanjang, segitiga, dan lingkaran (siswa berpikir). Tindakan elaborasi pembelajaran menggunakan metode demonstrasi yaitu memperagakan tentang materi yang disampaikan dengan media bangun datar dari karton. Berdasarkan sifat–sifat bangun datar tersebut kemudian siswa memperhatikan penjelasan guru tentang cara menggambar bangun datar dengan benar pada kertas berpetak. Secara ringkas, isi materi pada pertemuan kedua ini dapat dilihat pada bagian RPP siklus I lampiran 3. Siswa mengerjakan LKS II (lampiran 6) tentang menggambar bangun datar. Siswa membuat potongan–potongan kertas yang ditentukan kemudian ditempelkan pada kertas lain dan dipajang. Kegiatan akhir kurang lebih menghabiskan waktu 10 menit. Siswa bersama guru menyimpulkan hasil pembelajaran sebagai bentuk refleksi yang dilakukan guru. Siswa mengerjakan tes secara individual pada lembar tugas II (lampiran 12). Guru memberikan tindak lanjut kepada siswa mencari sebanyak mungkin contoh–contoh pesegi, persegi panjang, segitiga, trapesium, layang–layang, dan lingkaran secara berkelompok. c. Observasi Tahap observasi siklus I pada tanggal 27 Februari dan 5 Maret 2012 yaitu dilakukan pengamatan terhadap kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran. Proses pengamatan dilakukan oleh guru kelas V terhadap RPP, pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru, dan penilaian proses siswa ketika mengikuti pembelajaran dengan pendekatan RME. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
73 Berdasarkan kegiatan observasi, secara garis besar diperoleh gambaran tentang hasil dan jalannya pembelajaran dari mata pelajaran Matematika pada pokok bahasan bangun datar dengan menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) sebagai berikut: 1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran guru RPP guru (peneliti) dinilai oleh guru kelas V dengan lembar pengamatan RPP yang sudah dipersiapkan. Hasil penilaian RPP siklus I dapat dilihat pada lampiran 23. RPP yang digunakan oleh peneliti sudah termasuk kategori baik dengan rata–rata nilai 3,58. Secara garis besar RPP yang disusun sudah relevan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ada dengan sistematika yang runtut dan tujuan pembelajaran yang jelas mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. 2) Kegiatan Pelaksanaan Pembelajaran Guru Hasil pengamatan terhadap kegiatan pelaksanaan pembelajaran oleh guru pada siklus I dapat dilihat pada lampiran 25. Hasil pengamatan difokuskan pada tujuh aspek kemampuan guru yaitu: (1) guru di dalam mempersiapkan ruang, fasilitas pembelajaran, dan kesiapan siswa kategori baik dengan nilai 3,5, (2) membuka pelajaran dalam kategori sangat baik dengan nilai 4, (3) menguasai materi pembelajaran serta mengaitkan materi dengan realitas kehidupan
dengan
nilai
3,5
kategori
baik,
(4)
melaksanakan
pendekatan/strategi pembelajaran dengan nilai 3,75 dalam kategori sangat baik, (5) pemanfaatan sumber belajar/media pembelajaran dalam kategori sangat baik dengan nilai 3,6, (6) memicu dan memelihara keterlibatan siswa dalam pembelajaran serta menunjukkan sikap terbuka dengan nilai baik 3,5 kategori baik, (7) memantau kemajuan belajar selama proses serta melakukan penilaian akhir dengan nilai 3,5 kategori baik, (8) menggunakan bahasa lisan dan tulis secara baik dengan nilai 3,5 kategori baik, dan (9) melakukan refleksi serta tindak lanjut sebagai pengayaan dengan nilai 3,5 dalam kategori baik. Sehingga disimpulkan nilai rata–rata kegiatan pembelajaran guru adalah 3,59 dalam kategori baik. Sedangkan to user kekurangan/catatan yangcommit diberikan oleh observer yaitu guru kurang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
74 memperhatikan dan menegur siswa yang ramai. Kesan kerja guru masih perlu ditingkatkan. 3) Hasil penilaian tes tertulis kemampuan berpikir kritis siswa dengan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Setelah diadakan tes tertulis pada siklus I diperoleh data hasil nilai kemampuan berpikir kritis. Daftar nilai kemampuan berpikir kritis siswa siklus I dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini.
Tabel 4. Daftar Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Pokok Bahasan Bangun Datar Siswa Kelas V pada Siklus I No. Urut 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
KKM No. KKM No. Nilai Nilai (65) Urut (65) Urut 65 T 11 45 TT 21 80 55 TT 12 100 T 22 100 90 T 13 100 T 23 100 62,5 TT 14 40 TT 24 65 80 T 15 70 T 25 65 40 TT 16 45 TT 26 70 100 T 17 45 TT 27 75 65 T 18 70 T 65 T 19 55 TT Rerata Kelas 60 TT 20 90 T Ketuntasan Klasikal = 18 : 27 X 100% = 66,67%
Nilai
Keterangan : T
: Tuntas
TT
:
KKM (65) T T T T T T T 68,67
Tidak Tuntas
Data nilai kemampuan berpikir kritis tersebut dikelompokkan ke dalam Tabel 5 berikut:
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas V SD Negeri I Purwantoro pada Siklus I No
Interval Nilai
Frekuensi (fi)
1
35–45
5
2
46–56
2
Nilai Tengah (xi) 40
fi.xi
Prosentase (%)
Keterangan
200
18,52
Di bawah KKM
7,4
Di bawah KKM
51 commit to 102 user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
75
No
Interval Nilai
Frekuensi (fi)
3
57–67
7
Nilai Tengah (xi) 62
4
68–78
4
5
79–89
6
90–100 Jumlah
fi.xi
Prosentase (%)
Keterangan
434
25,93
Di bawah KKM
73
292
14,81
Di atas KKM
2
84
168
7,4
Di atas KKM
7
95
665
25,93
Di atas KKM
1861
100
27
Nilai rata–rata = 1861 : 27 = 68,67 Ketuntasan klasikal = 18 : 27 X 100% = 66,67% Nilai tertinggi = 100 Nilai terendah = 40
Berdasarkan data pada Tabel 5 maka dapat disajikan dalam Gambar 13 dibawah ini:
Frekuensi
8 6 4
2 0 35-45 46-56
57-67
68-78
79-89
90-100
Interval Nilai
Gambar 13. Grafik Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas V SD Negeri I Purwantoro pada Siklus I Berdasarkan Tabel 4 dan Gambar 13 di atas, nilai rata–rata kelas sebesar 68,67. Siswa yang mendapat nilai pada kelas 35–45 terdapat sebanyak 5 siswa, pada kelas 46–56 terdapat sebanyak 2 siswa, pada commit to user kelas 57–67 terdapat 7 siswa, pada kelas 68–78 terdapat sebanyak 4 siswa,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
76 pada kelas 79–89 terdapat sebanyak 2 siswa, dan pada kelas 90–100 terdapat sebanyak 7 siswa. Dengan jumlah keseluruhan 27 siswa, masih terdapat 9 siswa yang belum tuntas KKM. Pada siklus I indikator kemampuan berpikir kritis yang ingin dicapai adalah 70% siswa dapat tuntas KKM. Dilihat dari banyaknya siswa yang tuntas KKM diketahui sebanyak 18 siswa atau 66,67% sudah tuntas dan masih terdapat 9 siswa atau 33,33% yang belum tuntas KKM. Dengan jumlah ketuntasan seperti itu dapat dikatakan indikator kinerja siklus I hampir tercapai. Akan tetapi, pada siklus I nilai siswa belum memuaskan karena kebanyakan siswa hanya memperoleh nilai pada interval nilai sedang. Masih terdapat kekurangan yang harus diperbaiki dan diharapkan kemampuan berpikir kritis siswa semakin meningkat. Oleh karena itu, penelitian ini dilanjutkan ke siklus II. d. Refleksi Data hasil perkembangan nilai siswa yang diambil dari lampiran 17 yang berisi nilai siswa sebelum tindakan dan lampiran 18 yang berisi nilai siswa pada siklus 1 dapat dibuat tabel perkembangan nilai siswa dan dapat dilihat pada Tabel 6 sebagai berikut:
Tabel 6. Perkembangan Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Pokok Bahasan Bangun Datar Siswa Kelas V Sebelum Tindakan dan Siklus I Keterangan
Sebelum tindakan
Siklus I
Nilai terendah
35
40
Nilai tertinggi
80
100
60,43
68,67
40,74%
66,67%
Rata– rata nilai Ketuntasan Klasikal
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
77 Dari Tabel 6 di atas dapat digambarkan dalam Gambar 14 sebagai berikut: nilai terendah 100
nilai tertinggi
rata - rata nilai
ketuntasan klasikal
80 60 40 20
0
sebelum tindakan siklus I
Grafik 14. Perkembangan Nilai Evaluasi Kemampuan Berpikir Kritis Pokok Bahasan Bangun Datar Siswa Kelas V Sebelum Tindakan dan Siklus I Setelah Menerapkan Pendekatan RME
Berdasarkan Tabel 6 dan Grafik 14 di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan kemampuan berpikir kritis dari kondisi awal (sebelum siklus) ke siklus I. Hal ini terbukti nilai terendah meningkat dari 35 pada sebelum tindakan menjadi 40 pada siklus I. Nilai tertinggi meningkat dari 80 pada sebelum tindakan meningkat menjadi 100 pada siklus I. Nilai rata–rata klasikal pada sebelum tindakan sebesar 60,43 meningkat pada siklus I menjadi 68,67. Sejumlah 27 siswa yang melakukan tes pokok bahasan bangun datar, 18 siswa atau sekitar 66,67% telah mencapai ketuntasan belajar dengan mendapat nilai di atas 65 (KKM). Ketuntasan belajar ini mengalami peningkatan sebesar 25,93% dari kondisi awal dengan ketuntasan klasikal sebesar 40,74% (lampiran 35 halaman 200). Namun, selain ada keberhasilan juga masih terdapat kekurangan dari tindakan pada siklus I yang menyebabkan hasil belajar kemampuan berpikir kritis pokok bahasan bangun datar kurang maksimal. Setelah berdiskusi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
78 dengan guru kelas V, diperoleh simpulan mengenai hal–hal yang menyebabkan nilai siswa kurang maksimal antara lain: 1) Keberanian siswa juga belum terlihat maksimal atau masih malu mengungkapkan gagasan di depan kelas. 2) Kurangnya ketelitian siswa dalam mengerjakan tugas. 3) Sebagian siswa masih berbicara dengan temannya di luar materi dan kurang terlihat fokus dalam mengikuti pembelajaran. 4) Guru jarang menegur atau memperingatkan siswa yang tidak fokus terhadap proses pembelajaran yang sedang berlangsung. 5) Siswa pada umumnya belum dapat memanfaatkan waktu saat berdiskusi kelompok. Hal ini karena siswa tidak memikirkan betapa terbatasnya waktu yang tersedia sehingga mereka kurang bisa memanfaatkan waktu dengan baik. 2. Siklus II Tindakan pada siklus II dilaksanakan 2 kali pertemuan. Setiap pertemuan terdiri dari 2 jam pelajaran (2x35 menit). Siklus II dilaksanakan pada tanggal 12 Maret 2012 (pertemuan 1) dan 19 Maret 2012 (pertemuan 2). Bertolak dari hasil refleksi pada siklus I, maka peneliti bersama guru kelas V yang sekaligus bertindak sebagai observer, berdiskusi mengenai cara yang tepat untuk memperbaiki kekurangan yang ada pada siklus I. Tahap ini dilakukan pada hari Selasa, 6 Maret 2012 di ruang kelas V SD Negeri I Purwantoro setelah dilaksanakannya siklus I. Proses pembelajaran pokok bahasan bangun datar pada siklus II ini, rencananya akan dilakukan dengan beberapa langkah perbaikan dari tindakan siklus I, yaitu: 1) Guru meningkatkan aspek minat, keaktifan, kerjasama, dan kesungguhan siswa
di
dalam
proses
pembelajaran
dengan
menciptakan
kondisi
pembelajaran yang menyenangkan dan memotivasi siswa untuk belajar. 2) Siswa yang belum aktif berdiskusi, perlu dibangkitkan semangatnya sehingga diskusi yang dilaksanakan bermanfaat untuk menyempurnakan hasil kerjanya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
79 3) Guru lebih memotivasi siswa agar berani dan percaya diri tampil menyampaikan idenya di depan kelas dengan cara penguatan verbal dan pemberian penghargaan. 4) Menciptakan situasi belajar yang lebih menyenangkan agar siswa semakin berminat dalam mengikuti pelajaran sehingga akan lebih meningkatkan keaktifannya. 5) Guru selalu memberikan arahan dan perhatian pada siswa agar mempunyai rasa tanggung jawab terhadap kelompoknya. 6) Guru menyarankan agar siswa mampu mengembangkan keterampilannya saat mengerjakan tugas kelompok. 7) Guru lebih memberikan perhatian kepada siswa dengan cara pendekatan individu dan menegur bagi siswa yang tidak fokus pada proses pembelajaran. Tahapan–tahapan pada siklus II adalah sebagai berikut: a. Perencanaan Tindakan Peneliti dan guru kelas V mendiskusikan rencana tindakan yang akan dilakukan dalam proses penelitian siklus II ini untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis pokok bahasan bangun datar siswa. Peneliti menggunakan acuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan kelas V semester II tahun 2007 pokok bahasan bangun datar. Tahap–tahap perencanaan pada siklus I meliputi kegiatan sebagai berikut : 1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). (lampiran 4) 2) Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung. a) Mempersiapkan ruang kelas yang akan digunakan, yaitu ruang kelas V yang biasa digunakan setiap hari. b) Mempersiapkan materi pembelajaran tentang sifat–sifat bangun datar dan cara menggambar bentuk bangun datar sesuai dengan sifat masing– masing bangun datar yang diberikan (lampiran 4). c) Mempersiapkan media
pembelajaran, media
pembelajaran
yang
digunakan adalah media papan berpaku, tangram, bangun datar warna– warni, dan benda–benda yang relevan di lingkungan kelas. Dengan commit to diharap user peserta didik dapat menemukan media bangun datar warna warni
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
80 sendiri sifat–sifat bangun datar. Papan berpaku adalah sepotong kayu dengan 9, 16, 25, atau 36 paku yang disusun dalam bentuk bujur sangkar. Tangram adalah potongan–potongan dari papan kayu berbentuk macam–macam bangun datar yang dapat disusun pada tempat yang disediakan. 3) Menyiapkan Lembar Observasi: RPP, Pelaksanaan Pembelajaran Guru, dan Penilaian Proses Siswa. 4) Menyiapkan Lembar Observasi: RPP (lampiran 20), Pelaksanaan Pembelajaran
Guru
(lampiran
21),
dan
Penilaian
Proses
Siswa
(lampiran 22) untuk mengetahui kondisi belajar mengajar di kelas ketika diajarkan dengan pendekatan RME. 5) Menyiapkan Instrumen Penilaian Peneliti dan guru menyusun instrumen penelitian yang berupa penilaian tes dan nontes .Instrumen tes yaitu LKS III (lampiran 7), LKS IV (lampiran 8), tugas individu III (lampiran 13), tugas individu IV (lampiran 14) untuk melihat apakah kemampuan berpikir kritis siswa pada pokok bahasan bangun datar dengan menerapkan pendekatan RME dapat ditingkatkan. Sedangkan instrumen nontes dinilai berdasarkan hasil observasi penilaian proses siswa (lampiran 22). b. Pelaksanaan Tindakan Tindakan siklus II dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 12 Maret 2012 dan pertemuan kedua pada tanggal 19 Maret 2012. Pelaksanaan tindakan tersebut dilaksanakan di ruang kelas V SD Negeri I Purwantoro. Deskripsi pelaksanaan tindakan siklus II adalah sebagai berikut: 1) Pertemuan I Pertemuan pertama siklus II ini ini berlangsung selama 2x35 menit. Pelaksanaan tindakan terdiri dari kegiatan awal, inti, dan penutup. RPP Siklus II pertemuan 1 dapat dilihat pada lampiran 4. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
81 Materi yang diajarkan adalah mengulang kembali mengenai sifat– sifat bangun datar dan membahas materi yang dianggap sulit dipahami oleh siswa pada siklus sebelumnya. Isi materi pada pertemuan pertama dapat dilihat pada bagian RPP siklus II pada lampiran 4. Kegiatan yang dilakukan guru dalam inti pembelajaran terdapat tiga bentuk tindakan nyata yakni eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Tindakan eksplorasi, guru mengadakan tanya jawab dengan siswa tentang bangun datar yang ada di lingkungan sekitar. Siswa mencari sebanyak mungkin contoh–contoh persegi, persegipanjang, segitiga, trapesium, layang–layang, dan lingkaran yang pernah dilihatnya misalnya dalam kehidupan sehari–hari kemudian menuliskan contoh–contoh bangun datar tersebut pada papan tulis. Tindakan selanjutnya yaitu elaborasi, dalam kegiatan elaborasi siswa menyimak penjelasan dari guru tentang pokok bahasan yang berkaitan dengan sifat–sifat bangun datar. Guru menjelaskan materi ini dengan menggunakan media bangun datar warna–warni dan papan berpaku. Media bangun datar warna–warni merupakan kertas karton yang pada bagian–bagian tertentu memiliki ciri/sifat khusus diberi warna– warni sehingga siswa dapat menemukan sendiri sifat–sifat bangun datar. Setelah itu, guru memperlihatkan media papan berpaku kepada siswa dan empat siswa maju untuk membuat bangun datar pada papan berpaku kemudian diminta menunjukkan sifat–sifatnya. Siswa menunjukkan bagian–bagian dari masing–masing bentuk bangun datar (sisi, sudut, jari– jari, dan garis tengah) pada bangun datar. Sebelum siswa mengerjakan tugas kelompok, guru menanyakan kesulitan dan kejelasan dari materi yang sudah dijelaskan. Selanjutnya, guru membentuk diskusi kelompok siswa dengan duduk saling berhadapan seperti kelompok pada siklus I. Guru membagikan LKS III (lampiran 7) kepada masing–masing kelompok. Melalui diskusi kelompok, siswa mulai menjawab pertanyaan tentang sifat–sifat bangun datar. Kemudian siswa mengerjakan soal evaluasi secara individu pada commit to 13). user lembar tugas individu III (lampiran
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
82 2) Pertemuan 2 Pertemuan kedua siklus II ini berlangsung selama 2x35 menit. Pelaksanaan tindakan terdiri dari kegiatan awal, inti, dan penutup. RPP Siklus II pertemuan 2 dapat dilihat pada lampiran 4. Materi yang disampaikan berkaitan dengan cara menggambar bentuk bangun datar yang telah dipelajari pada pertemuan I. Tujuan utama pembelajaran yang akan dicapai pada pertemuan II ini yaitu siswa mampu menggambar bangun datar sesuai dengan sifat masing–masing bangun datar yang diberikan dengan benar. Bentuk tindakan pada kegiatan inti pembelajaran yakni eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Tindakan eksplorasi, guru mengadakan tanya jawab dengan siswa tentang bentuk–bentuk bangun datar yang ada di lingkungan sekitar. Tindakan elaborasi, siswa dijelaskan kembali hal–hal yang perlu diperhatikan dalam menggambar bangun datar, seperti cara membuat garis yang sejajar, membuat garis dengan ukuran sisi yang tepat, dan memegang jangka dengan benar. Selain itu, siswa sambil diingatkan kembali ciri–ciri bangun datar dengan media bangun datar warna–warni. Untuk menciptakan situasi belajar yang menyenangkan, siswa secara berkelompok melakukan permainan/game yaitu menyusun tangram. Potongan–potongan dari papan kayu berbentuk bangun datar disusun pada tempat yang disediakan. Siswa secara berkelompok mengerjakan LKS IV (lampiran 14) tentang menggambar bangun datar. Siswa mengerjakan tes secara individual pada lembar tugas IV (lampiran 14). c. Observasi Tahap observasi siklus II dilakukan pada tanggal 12 Maret 2012 dan 19 Maret 2012. Berdasarkan kegiatan observasi, secara garis besar diperoleh gambaran tentang hasil dan jalannya pembelajaran dari mata pelajaran Matematika pada pokok bahasan bangun datar dengan menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) sebagai berikut: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
83 1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran guru Hasil penilaian RPP siklus II dapat dilihat pada lampiran 24. Guru menilai RPP yang digunakan oleh peneliti dengan hasil rata–rata nilai 3,81 yang menunjukkan penyusunan RPP dalam kategori sangat baik. Secara garis besar RPP yang disusun sudah relevan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ada dengan sistematika yang runtut dan tujuan pembelajaran yang jelas mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. 2) Kegiatan Pelaksanaan Pembelajaran Guru Hasil pengamatan terhadap kegiatan pelaksanaan pembelajaran oleh guru pada siklus II dapat dilihat pada lampiran 26. Hasil pengamatan difokuskan pada tujuh aspek kemampuan guru yaitu: (1) guru di dalam mempersiapkan ruang, fasilitas pembelajaran, dan kesiapan siswa kategori sangat baik dengan nilai 4, (2) membuka pelajaran dalam kategori sangat baik dengan nilai 4, (3) menguasai materi pembelajaran serta mengaitkan materi dengan realitas kehidupan dengan nilai 3,75 kategori sangat baik, (4) melaksanakan pendekatan/strategi pembelajaran dengan nilai 3,83 dalam kategori sangat baik, (5) pemanfaatan sumber belajar/media pembelajaran dalam kategori sangat baik dengan nilai 3,75, (6) memicu dan memelihara keterlibatan siswa dalam pembelajaran serta menunjukkan sikap terbuka dengan nilai baik 3,75 kategori sangat baik, (7) memantau kemajuan belajar selama proses serta melakukan penilaian akhir dengan nilai 3,5 kategori baik, (8) menggunakan bahasa lisan dan tulis secara baik dengan nilai 3,5 kategori baik, dan (9) melakukan refleksi serta tindak lanjut sebagai pengayaan dengan nilai 3,5 dalam kategori baik. Sehingga nilai rata–rata kegiatan pembelajaran guru adalah 3,73 termasuk dalam kategori sangat baik. Berdasarkan rata–rata nilai tersebut menunjukkan kualitas pembelajaran dari guru meningkat dibandingkan dengan siklus I. 3) Hasil penilaian tes tertulis kemampuan berpikir kritis siswa dengan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Daftar nilai kemampuan berpikir kritis siswa siklus II dapat dilihat commit to user pada lampiran 19.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
84 Tabel 7. Daftar Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Pokok Bahasan Bangun Datar Siswa Kelas V pada Siklus II No. Urut
Nilai
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
75 82,5 92,5 77,5 65 67,5 100 97,5 75 92,5
KKM (65)
No. Urut
Nilai
KKM (65)
No. Urut
Nilai
KKM (65)
T 11 77,5 T 21 100 T T 12 97,5 T 22 100 T T 13 100 T 23 100 T T 14 92,5 T 24 87,5 T T 15 92,5 T 25 95 T T 16 67,5 T 26 97,5 T T 17 62,5 TT 27 85 T T 18 87,5 T T 19 92,5 T Rerata Kelas 86,37 T 20 100 T Ketuntasan Klasikal = (26 : 27) X 100% = 96,30% Keterangan : T : Tuntas TT : Tidak Tuntas
Data nilai dalam Tabel 7 dapat dikelompokkan ke dalam Tabel 8 berikut:
Tabel 8. Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas V SD Negeri I Purwantoro pada Siklus II No
Interval Nilai
Frekuensi (fi)
1
59–65
2
Nilai Tengah (xi) 62
2
66–72
2
3
73–79
4
fi.xi
Presentase (%)
Keterangan
124
7,4
Di bawah KKM
69
138
7,4
Di atas KKM
4
76
304
14,81
Di atas KKM
80–86
2
83
166
7,4
Di atas KKM
5
87–93
7
90
630
25,93
Di atas KKM
6
94–100
10
97
970
37,04
Di atas KKM
2332
100
Jumlah
27
Nilai rata–rata = 2332 : 27 = 86,37 Ketuntasan klasikal = 26 : 27 X 100 % = 96,3 % Nilai tertinggi = 100 commit to user Nilai terendah = 62,5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
85 Berdasarkan data pada Tabel 8 dapat disajikan dalam Gambar 15 dibawah ini:
Frekuensi
10 8 6 4 2 0
59-65
66-72
73-79
80-86
87-93
94-100
Interval Nilai
Gambar 15. Grafik Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas V SD Negeri I Purwantoro pada Siklus II Berdasarkan Tabel 8 dan Gambar 15 di atas, dari 27 siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri I Purwantoro, hanya terdapat sebesar 3,7% siswa belum tuntas KKM, sedangkan sisanya sebesar 96,3% siswa sudah tuntas KKM. Nilai siswa pada kelas 59–65 sebanyak 2 siswa (7,4%), dalam kelas 66–72 sebanyak 2 siswa (7,4%), pada kelas 73–79 sebanyak 4 siswa (14,81%), pada kelas 80–86 sebanyak 2 siswa (7,4%), pada kelas 87–93 sebanyak 7 siswa (25,93%), dan interval kelas 94–100 terdapat 10 siswa (37,04%). Nilai rata– rata klasikal sebesar 86,37. Dengan jumlah keseluruhan 27 siswa, hanya terdapat 1 siswa yang belum tuntas KKM. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ketuntasan hasil kemampuan berpikir kritis siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 (KKM) sudah mencapai 80% sesuai target capaian sehingga tindakan dapat dihentikan karena dianggap tuntas. d. Refleksi Data hasil perkembangan nilai siswa yang diambil dari lampiran 18 commit to user yang berisi nilai siswa pada siklus I dan lampiran 19 yang berisi nilai siswa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
86 pada siklus II dapat dibuat tabel perkembangan nilai siswa dan dapat dilihat pada Tabel 9 sebagai berikut:
Tabel 9. Perkembangan Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Pokok Bahasan Bangun Datar Siswa Kelas V pada Siklus I dan Siklus II Keterangan
Siklus I
Siklus II
Nilai terendah
40
62,5
Nilai tertinggi
100
100
68,67
86,37
66,67%
96,3%
Rata– rata nilai Ketuntasan Klasikal
Dari Tabel 9 dapat digambarkan dalam grafik pada Gambar 16 sebagai berikut:
nilai terendah
nilai tertinggi
rata - rata nilai
ketuntasan klasikal
100 80 60 40 20 0
siklus I siklus II
Gambar 16. Perkembangan Nilai Evaluasi Kemampuan Berpikir Kritis Pokok Bahasan Bangun Datar Siswa Kelas V pada Siklus I dan Siklus II
Berdasarkan Tabel 9 dan Grafik 16 dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan yang signifikan kemampuan berpikir kritis pokok bahasan bangun userperbaikan pada siklus I dibuktikan datar siklus II dari siklus I. commit Bertolakto dari
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
87 bahwa pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) pada siklus II ini dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Hal ini terbukti nilai terendah meningkat dari siklus I sebesar 40 menjadi 62,5 pada siklus II. Nilai tertinggi dari siklus I ke siklus II sama yaitu 100. Nilai rata–rata klasikal dari siklus I sebesar 68,67 meningkat pada siklus II menjadi 86,37. Sejumlah 27 siswa yang melakukan tes pokok bahasan bangun datar, 26 siswa atau sebesar 96,3% telah mencapai ketuntasan belajar dengan mendapat nilai di atas 65 (KKM). Ketuntasan belajar ini mengalami peningkatan yang signifikan dari siklus I sebesar 29,63%, dari kondisi awal dengan ketuntasan klasikal sebesar 66,67% (lampiran 35 halaman 200). Secara
umum
semua
kelemahan
yang
ada
dalam
proses
pembelajaran pokok bahasan bangun datar pada siklus II sudah dapat diatasi dengan baik walaupun masih ada beberapa siswa yang kurang aktif
dan
kurang
bersungguh–sungguh.
Namun,
secara
garis
besar
siswa merasa termotivasi dalam belajar, senang hati, dan antusias dalam melakukan kegiatan karena siswa belajar sambil bekerja sama dengan temannya secara kompak. Selain itu, peningkatan kualitas hasil kemampuan berpikir kritis pada siklus II sudah mencapai indikator ketercapaian yaitu 80% dari jumlah siswa yang ada. Oleh karena itu, penelitian dapat dihentikan dan dinyatakan berhasil. Walaupun masih ada 3,7% yang belum tuntas. Solusi yang peneliti gunakan adalah memberikan remidiasi dan motivasi pada siswa tersebut. D. Hasil Penelitian Hasil penelitian ini akan disajikan dalam bentuk peningkatan dari hubungan antarsiklus. Berdasarkan pengamatan dari analisis data yang ada, dapat dilihat adanya peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SD Negeri I Purwantoro Wonogiri dalam pembelajaran Matematika dengan penerapan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME). Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa ditunjukkan dari perhitungan rata–rata nilai evaluasi Matematika pokok bangun datar siswa kelas V SD commit to bahasan user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
88 Negeri I Purwantoro, Wonogiri. Peningkatan terlihat dari sebelum tindakan dan setelah tindakan yaitu siklus I dan siklus II. Dari Tabel 6 dan Tabel 9 tentang perkembangan nilai siswa dapat dibuat tabel tentang peningkatan dari sebelum tindakan sampai siklus II sebagai berikut:
Tabel 10. Data Perkembangan Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Pokok Bahasan Bangun Datar Siswa Kelas V SD Negeri I Purwantoro pada Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II
1.
Nilai Terendah
Sebelum Tindakan (Kondisi Awal) 35
2.
Nilai Tertinggi
80
100
100
3.
Nilai Rata–Rata Presentase Ketuntasan Klasikal (%)
60,43
68,67
86,37
40,74
66,67
96,3
Pembelajaran Matematika (Bangun Datar)
No
4.
Sesudah Dilaksanakan Tindakan Siklus I
Siklus II
40
62,5
Berdasarkan Tabel 10 di atas, dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥65 (KKM) mengalami peningkatan yang signifikan dari kondisi awal sampai siklus II. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran Matematika pada pokok bahasan bangun datar yang dilaksanakan oleh guru dapat dinyatakan berhasil. Peningkatan rata–rata nilai kemampuan berpikir kritis pada pokok bahasan bangun datar melalui penerapan pembelajaran dengan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat disajikan dalam Gambar 17 sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
89
Nilai Terendah 70 60
50 40 30
Nilai Terendah
20 10 0
Sebelum Tindakan
Siklus I
Siklus II
Gambar 17. Data Peningkatan Nilai Terendah Kemampuan Berpikir Kritis Pokok Bahasan Bangun Datar pada Siswa Kelas V SD Negeri I Purwantoro Sebelum Tindakan, Siklus I, dan Siklus II Berdasarkan data perbandingan di atas diketahui nilai terendah pada sebelum tindakan sebesar 35. Nilai terendah pada siklus I meningkat menjadi 40. Sedangkan pada siklus II nilai terendah diketahui sebesar 62,5. Hal tersebut berarti dari sebelum tindakan sampai siklus II besarnya nilai terendah mengalami peningkatan yang signifikan.
Nilai Tertinggi 120 100 80 60 Nilai Teringgi
40 20 0 Sebelum Tindakan
Siklus I
Siklus II
Gambar 18. Data Peningkatan Nilai Terendah Kemampuan Berpikir Kritis Pokok Bahasan Bangun Datar pada Siswa Kelas V SD Negeri I Purwantoro commit to user Sebelum Tindakan, Siklus I, dan Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
90 Berdasarkan data di atas diketahui perbandingan tertinggi dari sebelum tindakan sampai siklus II. Nilai tertinggi siswa pada kondisi awal (sebelum tindakan) sebesar 80, kemudian pada siklus I nilai tertinggi meningkat menjadi 100. Selanjutnya nilai tertinggi kemampuan berpikir kritis pada siklus II juga 100. Hal tersebut berarti dari sebelum tindakan sampai siklus II nilai tertinggi mengalami peningkatan.
Nilai Rata-rata 100 80 60 40
Nilai Rata-rata
20 0
Sebelum Tindakan
Siklus I
Siklus II
Gambar 19. Data Peningkatan Nilai Terendah Kemampuan Berpikir Kritis Pokok Bahasan Bangun Datar pada Siswa Kelas V SD Negeri I Purwantoro Sebelum Tindakan, Siklus I, dan Siklus II
Perbandingan nilai rata–rata kelas dari sebelum tindakan sampai siklus II terjadi peningkatan. Nilai rata–rata siswa pada kondisi awal (sebelum tindakan) sebesar 60,43 kemudian pada siklus I nilai rata–rata kelas meningkat 8,24 menjadi 68,67. Selanjutnya nilai rata–rata kelas kemampuan berpikir kritis mengalami peningkatan signifikan sebesar 17,7 pada siklus II menjadi 86.37 (lampiran 35 halaman 200). Peningkatan tersebut membuktikan bahwa pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) tepat untuk membantu meningkatkan kemampuan berpikir kritis.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
91
Ketuntasan Klasikal 120 100 80 60 Prosentase (%)
40 20
0 Sebelum tindakan
Siklus 1
Siklus 2
Gambar 20. Data Peningkatan Nilai Terendah Kemampuan Berpikir Kritis Pokok Bahasan Bangun Datar pada Siswa Kelas V SD Negeri I Purwantoro Sebelum Tindakan, Siklus I, dan Siklus II Presentase ketuntasan klasikal meningkat dari kondisi awal (sebelum tindakan) sebesar 40,74% menjadi 66,67% pada siklus I dan meningkat lagi pada siklus II menjadi 96,3%. Oleh karena itu, peningkatan presentase ketuntasan klasikal dari kondisi awal ke siklus I 25,93 dan dari siklus I ke siklus II sebesar 29,63% (lampiran 35 halaman 200). Masih terdapat satu siswa yang belum tuntas KKM dalam pokok bahasan bangun datar pada akhir siklus. Kelemahan siswa tersebut pada kurangnya ketelitian siswa saat mengerjakan evaluasi. E. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian tindakan dapat dinyatakan bahwa terjadi peningkatan nilai kemampuan berpikir kritis dengan menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) pada siklus I dan siklus II. Secara garis besar, penelitian ini telah berhasil menjawab rumusan masalah yang telah dikemukakan peneliti pada bagian Bab I. Pembahasan hasil penelitian ini akan dijabarkan secara garis besar hasil belajar kemampuan berpikir kritis dari kondisi awal (sebelum siklus) dan setelah dilaksanakan tindakan pada siklus I dan siklus II dengan menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Educationcommit (RME).to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
92 Pembahasan hasil penelitian ini sebagai berikut : 1. Kondisi Awal Pembelajaran Matematika masih sulit untuk dilakukan secara optimal mengingat rendahnya minat siswa terhadap pelajaran Matematika dan kurangnya usaha penerapan guru mengenai pendekatan pembelajaran yang inovatif tentang pembelajaran Matematika. Pembelajaran pokok bahasan bangun datar masih menggunakan cara konvensional yaitu siswa diminta mengomentari persoalan faktual yang dikemukakan guru secara individu. Meskipun pendekatan pembelajaran ini menuntut siswa untuk aktif tetapi suasana pembelajaran terkesan
membosankan
karena
siswa
masih
bingung
mengemukakan
permasalahan kehidupan yang dialaminya sehingga siswa yang menanggapi juga merasa kesulitan. Selain itu siswa merasa takut ketika diminta menyampaikan gagasannya secara individu di depan kelas. Hal ini membuat siswa tidak antusias mengikuti pembelajaran pokok bahasan bangun datar yang diberikan oleh guru. Nilai kemampuan berpikir kritis pokok bahasan bangun datar yang diperoleh siswa pada kondisi awal masih rendah. Siswa yang belum tuntas KKM sebanyak 16 siswa, sedangkan yang sudah tuntas KKM sebanyak 11 siswa atau 40,74%. Nilai terendah pada kondisi awal adalah 35 dan nilai tertinggi yang dicapai siswa adalah 80. Nilai dari masing–masing siswa tersebut dapat dilihat pada lampiran 17. Siswa yang memperoleh nilai pada kelas 35–42 sebanyak 2 siswa atau 7,4%, pada kelas 43–50 sebanyak 3 siswa atau 11,11%, pada kelas 51–58 sebanyak 2 siswa atau 7,4%, pada kelas 59–66 sebanyak 14 siswa atau 51,85%, pada kelas 67–74 sebanyak 5 siswa atau 18,52%, dan pada kelas 75–82 sebanyak 1 siswa atau 3,7%. Selama kondisi awal nilai rata–rata klasikal yang dicapai adalah 60,43. Nilai rata–rata ini dapat dikatakan rendah karena nilai yang diperoleh siswa pun juga masih rendah. Oleh karena itu dilakukan tindakan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
93 2. Siklus I Berdasarkan tindakan yang sudah dilaksanakan pada siklus I terbukti adanya peningkatan nilai kemampuan berpikir kritis siswa. Dalam proses pembelajaran pokok bahasan bangun datar siklus I ini peneliti menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME). Proses pembelajaran dapat lebih bermakna dan menyenangkan karena pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata meskipun hasilnya belum maksimal. Siswa lebih berminat dan terlihat aktif dalam pembelajaran terutama ketika mempraktikan alat peraga yang disiapkan guru. Kerjasama dan kesungguhan siswa sangat jelas terlihat karena pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) ini dilakukan secara kelompok yang mengutamakan kerjasama dan keseriusan dari anggota kelompoknya. Indikator kemampuan berpikir kritis yang ingin dicapai pada siklus I adalah 70% siswa dapat tuntas KKM. Hal ini berarti dalam siklus I diharapkan sebanyak 19 siswa memperoleh nilai di atas KKM. Dilihat dari banyaknya siswa yang tuntas KKM diketahui sebanyak 18 siswa atau 66,67% sudah tuntas dan masih terdapat 9 siswa atau 33,33% yang belum tuntas KKM. Dengan jumlah ketuntasan seperti itu dapat dikatakan indikator kinerja siklus I hampir tercapai. Akan tetapi, pada siklus I nilai siswa belum memuaskan. Karena kebanyakan siswa hanya memperoleh nilai pada interval nilai sedang. Peningkatan nilai kemampuan berpikir kritis siswa pada siklus I belum memuaskan dan masih terdapat kekurangan yang harus diperbaiki. Oleh karena itu, penelitian ini dilanjutkan ke siklus II. 3. Siklus II Nilai kemampuan berpikir kritis siklus II terjadi peningkatan dari tindakan sebelumnya. Dilihat dari proses pembelajaran pokok bahasan bangun datar dengan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME), siswa semakin berminat yang ditandai dengan banyaknya siswa yang lebih antusias dan memperhatikan jalannya proses pembelajaran pokok bahasan bangun datar. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
94 Indikator ketercapaian pada siklus II adalah 80% atau sebanyak 22 siswa mampu tuntas KKM dalam pembelajaran pokok bahasan bangun datar. Dari 27 siswa kelas V setelah diadakan tindakan siklus II terdapat 26 siswa atau 96,3% tuntas KKM dan 1 siswa atau 3,7% belum tuntas KKM. Dari 27 siswa kelas V ditunjukkan pada kelas 59–65 sebanyak 2 siswa atau 7,4%, pada kelas 66–72 sebanyak 2 siswa atau 7,4%, pada kelas 73–79 sebanyak 4 siswa atau 14,81%, pada kelas 80–86 sebanyak 2 siswa atau 7,4%, pada kelas 87–93 sebanyak 7 siswa atau 25,93%, dan pada kelas 94–100 sebanyak 10 siswa atau 37,04%. Dilihat dari nilai rata–rata klasikal siswa juga terdapat peningkatan. Nilai rata– rata klasikal pada siklus I sebesar 68,67 meningkat menjadi 86,37 pada siklus II. Peningkatan kualitas poses dan hasil kemampuan berpikir kritis dengan menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) pada siklus II sudah memuaskan dan mencapai indikator ketercapaian sebesar 80 %. Oleh karena itu, pelaksanaan tindakan dapat dihentikan dan terbukti dinyatakan berhasil. Walaupun masih ada 3,7% yang belum tuntas. Solusi yang peneliti gunakan adalah memberikan remidiasi dan motivasi pada siswa tersebut untuk lebih giat dalam belajar. Nilai tes tertulis kemampuan berpikir kritis siswa dengan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) yang telah dilaksanakan guru menunjukkan peningkatan dari siklus I sampai siklus II dibandingkan dengan kondisi awal. Ketuntasan klasikal akhir siklus mencapai 96,3% dengan nilai rata– rata 86,37. Berdasarkan atas tindakan yang dilakukan pada siklus I dan II, keberhasilan pembelajaran pokok bahasan bangun datar dengan menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat dilihat dari indikator– indikator yang secara garis besar dijelaskan sebagai berikut : a. Siswa telah mampu menyebutkan sifat–sifat bangun datar: segitiga, persegi, persegi panjang, trapesium, jajargenjang, lingkaran, belah ketupat, dan layang–layang. Secara klasikal siswa dapat menyebutkan sifat–sifat bangun datar dengan tepat. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
95 b. Siswa mampu mengidentifikasi sifat–sifat bangun datar: segitiga, persegi, persegi panjang, trapesium, jajargenjang, lingkaran, belah ketupat, dan layang–layang. Secara umum siswa sudah mampu menjelaskan sifat–sifat bangun datar dengan rinci dan benar. c. Siswa mampu membedakan ciri–ciri masing–masing bangun datar segitiga, persegi, persegi panjang, trapesium, jajargenjang, lingkaran, belah ketupat, dan layang–layang. Hal ini ditunjukkan ketika diberi pertanyaan tentang perbedaan masing–masing bangun datar siswa secara klasikal mampu menjawabnya. d. Siswa mampu menggambar benrtuk bangun datar sesuai dengan sifat masing– masing bangun datar yang diberikan. Ketepatan siswa dalam menggambar bangun datar sesuai dengan jenis dan ukuran yang ditentukan guru, secara klasikal dalam kategori baik dan tepat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam dua siklus di atas, dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis pada pokok bahasan bangun datar siswa kelas V SD Negeri I Purwantoro tahun pelajaran 2011/2012. Peningkatan kemampuan berpikir kritis tersebut dapat dibuktikan dengan meningkatnya nilai kemampuan berpikir kritis siswa pada setiap siklusnya yaitu pada kondisi awal (sebelum dilaksanakan tindakan) nilai rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa 60,43, siklus I nilai rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa 68,67, dan siklus II nilai rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa 86,37. Tingkat ketuntasan nilai kemampuan berpikir kritis siswa pada kondisi awal sebanyak 11 siswa atau 40,74%. Pada siklus I sebanyak 18 siswa atau 66,67%, sedangkan pada siklus II sebesar 26 siswa atau 96,3%. Hal ini menunjukkan peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 29,63%, sedangkan peningkatan ketuntasan dari kondisi awal sampai siklus II sebesar 55,56%. Dengan demikian secara klasikal kemampuan berpikir kritis Matematika pokok bahasan bangun datar telah mencapai ketuntasan belajar. B. Implikasi Penelitian ini memberikan gambaran nyata bahwa penerapan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) merupakan pendekatan yang sesuai dengan karakteristik siswa sekolah dasar. Siswa membangun sendiri pengetahuannya sehingga tidak pernah lupa tentang hal-hal yang dipelajari. Suasana dalam pembelajaran menyenangkan karena menggunakan realitas kehidupan, sehingga siswa tidak cepat bosan untuk belajar Matematika. Berdasarkan simpulan penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diketahui bahwa penerapan pendekatan RME efektif untuk meningkatkan commit to user 96
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
97 kemampuan berpikir kritis siswa kelas V sekolah dasar. Dengan demikian, implikasi penelitian tindakan kelas ini adalah: 1. Implikasi Teoritis Penerapan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada pokok bahasan bangun datar siswa kelas V SD Negeri I Purwantoro tahun pelajaran 2011/2012. Meningkatnya partisipasi siswa dalam pembelajaran menjadikan kondisi kelas lebih kondusif dan pada akhirnya kemampuan berpikir kritis pada siswa meningkat. Melalui kegiatan pembelajaran terebut siswa diarahkan untuk menemukan sendiri prinsip atau konsep Matematika sehingga dapat memancing siswa untuk berpikir kritis. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan acuan bagi guru untuk menentukan pendekatan dan strategi pembelajaran yang tepat sehingga dapat meningkatkan kualitas pada proses belajar mengajar serta kemampuan berpikir kritis siswa. 2. Implikasi Praktis Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan penelitian yang telah dijelaskan pada bab IV di atas, maka penelitian ini dapat digunakan dan dikembangkan oleh guru yang menghadapi masalah sejenis yang pada umumnya dimiliki oleh sebagian besar siswa. Adanya kendala yang dihadapi dalam pembelajaran Matematika melalui pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) harus diatasi untuk mendukung keberhasilan pembelajaran khususnya Matematika. C. Saran Berdasarkan hasil penelitian mengenai penerapan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) pada siswa kelas V SD Negeri I Purwantoro tahun ajaran 2011/2012, maka saran-saran yang diberikan sebagai sumbangan pemikiran untuk meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya dan meningkatkan kompetensi siswa SD Negeri I Purwantoro commit to pada user khususnya sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
98 1. Bagi Siswa a. Siswa diharapkan dapat menggunakan kemampuan berpikir kritisnya dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari hari. b. Siswa diharapkan selalu membiasakan “berpikir mendalam”, kebiasaan menjalani hidup dengan pendekatan yang cerdas dan seimbang dalam menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan dunia nyata dan terkait dengan hal-hal yang dialami siswa.
2. Bagi Guru a. Guru hendaknya melakukan persiapan yang lebih baik dalam menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME), terutama dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS) dan evaluasi, serta masalah-masalah yang konkret sehingga pembelajaran mudah dipahami oleh siswa. b. Guru hendaknya cermat dalam memilih alat peraga yang mampu membantu proses berpikir siswa dan sesuai topik Matematika yang dipelajari siswa.
3. Bagi Sekolah a. Sekolah hendaknya aktif mengupayakan pelatihan bagi guru untuk dapat lebih inovatif, kreatif, dan efektif menggunakan pendekatan pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan harapan. b. Sekolah hendaknya menyediakan sarana dan prasarana semaksimal mungkin agar
proses
pembelajaran
khususnya
dengan
pendekatan
Realistic
Mathematics Education (RME) lebih efektif dan optimal.
4. Bagi Peneliti Lain Peneliti yang hendak mengkaji permasalahan yang sama hendaknya lebih cermat, kreatif, dan lebih luas dalam pengkajian teori-teori yang berkaitan dengan pembelajaran Realistic Mathematics Education (RME) guna melengkapi kekurangn yang ada serta sebagai salah satu alternatif dalam penelitian agar diperoleh hasil yang lebih baik. commit to user