Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI BERBASIS MASALAH SOSIAL BERPENGARUH TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD GUGUS MAYOR METRA DENPASAR UTARA TAHUN PELAJARAN 2013/2014 1
Susi Ernawati, 2 I Km. Ngr. Wiyasa, 3 MG. Rini
1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas PendidikanGanesha Singaraja, Indonesia
email :
[email protected],
[email protected],
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran inkuiri berbasis masalah sosial dan siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran konvensional dalam pembelajaran IPS kelas V SD Gugus Mayor Metra tahun pelajaran 2013/2014. Penelitian ini merupakan eksperimen semu (quasi experimen) dengan rancangan nonequivalent control group design. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas V SD Gugus Mayor Metra Denpasar Utara yang terdiri dari 15 kelas dengan siswa 642 orang. Sampel penelitian ini yaitu kelas VA di SD Negeri 18 Pemecutan sebagai kelas kontrol berjumlah 38 siswa dan kelas VB di SD Negeri 29 Pemecutan sebagai kelas eksperimen berjumlah 40 siswa. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik tes berupa tes objektif bentuk pilihan ganda biasa.Data dianalisis dengan uji prasyarat yaitu uji normalitas, uji homogenitas varian, dan uji hipotesis menggunakan uji t statistik parametrik. Hasil penelitian menunjukkan nilai rerata hasil belajar IPS kelompok eksperimen yaitu (82,22) lebih besar dari pada kelompok kontrol (65,21). Kriteria pengujian uji hipotesis adalah apabila thitung
ttabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Hasil uji hipotesis dengan uji t, menunjukkan (thit = 6,32>ttabel = 2,00) dengan db = 76 ( n1+n2-2 = 40+38–2 = 76) dalam taraf signifikansi 5%. Dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran inkuiri berbasis masalah sosial berpengaruh terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SD Gugus Mayor Metra Denpasar Utara Tahun Pelajaran 2013/2014. Kata kunci :model pembelajaran inkuiri, masalah sosial, hasil belajar ABSTRACT This research is aimedto know the significant difference of the study result of IPS among students who are are taught to use inquiry learning model with “social problems” with students who are taught to use conventional learning model toward students in grade 5 in SD Gugus Mayor Metra Denpasar Utara period 2013/2014. This study was a quasi-experimental design with nonequivalent control group design. This research population was all students of class V SD Gugus Mayor Metra Denpasar Utara which consists of 15 classes with 642 students. The sample of this research is in the grade 5 SD Negeri 18 Pemecutan as the control class of 38 students and in the grade 5 SD Negeri 29 Pemecutan as an experimental class of 40 students. Data was collected by an objective test
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) techniques such as multiple choice test usual. Data were analyzed with the “ttest”test is normality test, homogeneity of variance , and hypothesis testing using statistical parametric t test. The results showed a mean value of IPS that the experimental group ( 82.22 ) is greater than in the control group ( 65.21 ). Criteria for testing the hypothesis test is when tcountttable , then H0 is rejected and Ha accepted. The results of the t test hypothesis test , showing ( thit = 6.32 > table = 2.00 ) with db = 76 ( n1 + n2 -2 = 40 +38-2 = 76) in the 5 % significance level. It can be concluded that the implementation of inquiry learning model with social problems gives impact toward the IPS studying result of the students in grade 5 in SD Gugus Mayor Metra Denpasar Utara period 2013/2014. Keywords: inquiry learning model, social problems, IPS studying result. PENDAHULUAN Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan saat ini.Pendidikan harus dilaksanakan sebaik mungkin agar memiliki dampak yang bermanfaat bagi manusia. Pendidikan yang dilaksanakan secara optimal akan berdampak pada kemajuan suatu bangsa. Undang-Undang Dasar Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menjelaskan fungsi dan tujuan pendidikan yaitu pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Sejalan dengan tujuan pendidikan yaitu untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab, telah sesuai dengan tujuan salah satu cabang ilmu pengetahuan yaitu pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang terdapat dalam kurikulum pendidikan nasional. IPS dalam dunia pendidikan merupakan salah satu bidang studi yang memiliki peran penting. IPS diberikan pada pendidikan dari jenjang sekolah dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), dan
jenjang Perguruan Tinggi juga masih diberikan. Menurut Gunawan (2011:36) menyatakan bahwa untuk tingkat sekolah dasar, pendidikan IPS merupakan suatu bahan kajian terpadu yang merupakan penyederhanaan, adaptasi, seleksi, dan modifikasi dari disiplin akademis ilmu-ilmu sosial yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedadogis-psikologis untuk tujuan institusional pendidikan dasar dan menengah dalam kerangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional berdasarkan pancasila. IPS diberikan di sekolah dasar karena kajian dalam IPS adalah ilmu sosial yang meliputi masyarakat tempat siswa berinteraksi dengan orang lain sehingga siswa dapat mempelajari masalah-masalah yang terjadi di lingkungannya, sehingga siswa akan mengerti dan memahami cara menghadapi masalah yang ada di lingkungan sosial masyarakatnya. Pembelajaran IPS di sekolah dasar pada umumnya lebih ditekankan pada penguasaan materi sebanyak mungkin.Selain itu model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran IPS di SD lebih banyak menggunakan ceramah dan budaya hafalan. Setelah mengetahui kondisi pembelajaran IPS yang selama ini menggunakan ceramah dan budaya hafalan, adapun hasil belajar siswa yang diperoleh dari kondisi dan teknik pembelajaran tersebut adalah sudah cukup baik. Hal ini dibuktikan dengan nilai ulangan harian siswa yang cukup baik pada pelajaran IPS.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Pembelajaran di sekolah saat ini dituntut untuk menggunakan pembelajaran yang berinovasi.Oleh karena itu, saya ingin mencoba menerapkan sesuatu yang baru dalam pembelajaran yaitu dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri berbasis masalah sosial.Melalui model pembelajaran tersebut diharapkan hasil belajar yang diperoleh siswa menjadi lebih baik. Model pembelajaran inkuiri merupakan pembelajaran yang menekankan siswa untuk berpikir kritis, kreatif, dan percaya diri sesuai dengan tujuan pembelajaran IPS. Inkuiri adalah proses pemecahan masalah melalui langkah-langkah yang sistematis dan logis.Inkuiri berasal dari bahasa Inggris yaitu inquiry, yang dapat diartikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukannya. Pertanyaan ilmiah adalah pertanyaan yang dapat mengarahkan pada kegiatan penyelidikan terhadap obyek pertanyaan. Dengan kata lain, inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis. Menurut Sanjaya (2006:194) “inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipercayakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa”. Sedangkan menurut Widowati (2007:21) “inkuiri adalah proses mendefinisikan dan menyelidiki masalah-masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, menemukan data, dan menggambarkan kesimpulan masalah-masalah tersebut. Lebih lanjut, dikemukakan bahwa esensi dari pengajaran inkuiri adalah menata lingkungan atau suasana belajar yang berfokus pada siswa dengan memberikan bimbingan secukupnya dalam menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip ilmiah”.Inkuiri juga diartikan sebagai
aktivitas siswa dimana mereka mengembangkan pengetahuan dan pemahaman tentang ilmu pengetahuan sebagaimana layaknya ilmuwan memahami fenomena alam, memperjelas pemahaman, dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.Mulyasa (2004:235) menyatakan bahwa inkuiri pada dasarnya adalah cara menyadari apa yang telah dialami, karena inkuiri menuntut peserta didik untuk berpikir. Metode ini menempatkan peserta didik pada situasi yang melibatkan mereka dalam kegiatan intelektual.Meskipun metode ini berpusat pada kegiatan peserta didik, namun guru tetap memegang peran penting sebagai pembuat desain pengalaman belajar. Guru berkewajiban menggiring peserta didik untuk melakukan kegiatan. Kadangkala guru perlu menjelaskan, membimbing diskusi, memberikan intruksi-intruksi, melontarkan pertanyaan, memberikan komentar dan saran kepada peserta didik. Dijelaskan bahwa inkuiri merupakan metode penyelidikan yang melibatkan proses mental dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut; yaitu mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang fenomena alam, merumuskan masalah yang ditemukan, merumuskan hipotesis, merancang dan melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, dan menarik kesimpulan. inkuiri merupakan teknik yang mempersiapkan peserta didik pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan mencari jawabannya sendiri, serta menghubungkan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang ditemukan peserta didik lainnya. Selain itu, menurut Mulyasa (2007:108) “inkuiri sebagai teknik pengajaran mengandung arti bahwa dalam proses kegiatan mengajar berlangsung harus dapat mendorong dan dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif dalam belajar”.Model pembelajaran inkuiri akan membantu siswa untuk menyelidiki dan menemukan sendiri serta melakukan percobaan secara langsung suatu konsep berdasarkan lingkungan sekitarnya, sehingga konsep yang telah ditemukan
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
sendiri oleh siswa akan menjadi ingatan yang kuat dan berjangka panjang karena siswa yang membangun pengetahuannya sendiri. Menurut Trianto (2007:109) menyatakan “inkuiri sebagai rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis dan analisis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri”. Sehingga melalui pembelajaran inkuiri siswa akan lebih tertarik dalam mengikuti proses pembelajaran, karena pembelajaran inkuiri memiliki karakteristik memberikan kesempatan kepada siswa untuk memiliki pengalaman belajar yang nyata dan aktif, siswa dilatih bagaimana memecahkan masalah sekaligus membuat keputusan. Salah satunya mengenai permaslahan sosial yang terjadi di masyarakat. Selain itu pembelajaran inkuiri dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. Model pembelajaran inkuiri juga menekankan siswa pada penyajian masalah, yaitu cara memahami dan mencermati permasalahan dari berbagai aspek. Belajar dengan inkuiri bisa memperpanjang masa ingatan.Pengetahuan yang diperoleh dari hasil pemikiran sendiri pun lebih mudah diingat.menghindarkan siswa dari belajar secara hapalan. Pembelajaran inkuiri menekankan kepada siswa untuk menemukan makna dari lingkungan sekelilingnya Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran inkuiri berbasis masalah sosial dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus Mayor Metra Denpasar Utara tahun pelajaran 2013/2014. METODE Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas V di SD Gugus Mayor Metra Denpasar Utara Semester 2 tahun ajaran 2013/2014.Pada dasarnya penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Berbasis Masalah Sosial terhadap Hasil Belajar IPS Siswa kelas V SD Gugus Mayor Metra Denpasar Utara Penelitian ini terdapat dua jenis variabel yaitu, variabel bebas (variabel independen) dan variabel terikat (variabel dependen).Variabel bebas atauvariabel independen merupakanvariabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat) (Sugiyono, 2011:61). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran inkuiri berbasis masalah sosial yang diterapkan pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional yang diterapkan pada kelas kontrol.Variabel terikat atauvariabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2011:61). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Hasil Belajar IPS. Penelitian ini dilaksanakan melalui tiga tahapan, yakni tahap persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian dan akhir penelitian. Pada tahapan persiapan penelitian ada beberapa hal yang dipersiapkan yaitu menyusun RPP, mempersiapkan media dan sumber belajar yang digunakan selama proses pembelajaran, menyusun instrumen penelitian berupa tes hasil belajar pada ranah kognitif untuk mengukur hasil belajar IPS siswa, dan mengadakan validasi instrumen penelitian yaitu tes hasil belajar. Tahap pelaksanaan penelitiandilakukan selama 6 kali pertemuan, baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol.Pada kelas eksperimen memperoleh perlakuan (treatment) yakni dengan penerapan model pembelajaran inkuiri berbasis masalah sosial.Sedangkan pada kelas kontrol diberikan perlakuan (treatment), dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. Tahap akhir penelitian dilakukan untuk mengetahui perbedaan hasil yang diperoleh setelah melaksanakan treatment (perlakuan) berupa model pembelajaran inkuiri berbasis masalah sosial terhadap kelas eksperimen dengan kelas kontrol yang diberikan perlakuan (treatment)
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Akhir penelitian dilakukan dengan memberikan post test kepada siswa di kelas eksperimen dan siswa di kelas kontrol. Populasiadalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/ subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011:117). Dalam penelitian ini populasi adalah seluruh siswa kelas V di Gugus Mayor Metra Denpasar Utara yang terdiri dari 15 kelas yakni kelas Va, Vb dan Vc. Jumlah populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 642 siswa. Sugiyono (2011:118) menyatakan bahwa sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara teknik random sampling.Sukardi (2010:58) menyatakan bahwa “teknik random sampling secara teoritis semua anggota mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel”.Dalam teknik ini semua individu di dalam populasi, baik secara sendiri-sendiri atau bersama-sama diberi kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. Pengacakan yang dilakukan adalah acak kelas, hal ini dikarenakan dalam penelitian ini tidak dimungkinkan melakukan pembentukan kelas baru apabila yang dilakukan adalah acak individu.Sampel yang telah ditentukan tersebut kemudian diuji kesetaraannya dengan menggunakan( Uji-t ). Penggunaan uji-t adalah untuk menguji kesetaraan sampel harus memenuhi prasyarat statistik parametrik.Data yang dianalisis harus berdistribusi normal dan homogen.Setelah terbukti normal dan homogen dilanjutkan pengujian kesetaran dengan rumus polled varians.Apabila kedua kelas telah setara maka dilanjutkan dengan melakukan random kelas untuk menentukan kelas
eksperimen dan kelas kontrol.Berdasarkan random kelas tersebut maka ditetapkan kelas VB SD Negeri 29 Pemecutan sebagai kelas eksperimen dan kelas VASD Negeri 18 Pemecutan sebagai kelas kontrol. Instrumen penelitian merupakan alat-alat yang digunakan untuk memperoleh atau mengumpulkan data dalam rangka memecahkan masalah penelitian atau mencapai tujuan penelitian.Suatu instrumen dikatakan memiliki kualitas yang baik jika memenuhi dua hal yaitu ketepatan dan ketetapan.Dalam penelitian ini data yang diperlukan yaitu data hasil belajar IPS siswa kelas V. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang hasil belajar IPS adalah tes hasil belajar IPS. Instrumen untuk mengukur kemampuan kognitif siswa baik kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada penelitian ini adalah tes jenis objektif/ dalam bentuk tes pilihan ganda biasa.Menurut Sudijono (2011:106)menyatakan bahwa tes objektif adalah salah satu jenis tes hasil belajar yang terdiri dari butir-butir soal (items) yang dapat dijawab oleh siswa dengan jalan memilih salah satu atau lebih diantara beberapa kemungkinan jawaban yang telah dipasangkan pada masing-masing items atau dengan jalan menuliskan (mengisikan) jawabannya berupa kata-kata atau simbolsimbol tertentu pada tempat atau ruang yang telah disediakan untuk masing-masing butir items yang besangkutan. Tes yang digunakan pada penelitian ini harus diuji kelayakannya sebelum digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar IPS siswa. Adapun syarat uji kelayakan yang dilakukan meliputi uji validitas, uji reliabilitas, uji daya beda dan uji tingkat kesukaran. Pada penelitian ini uji validitas terhadap tes menggunakan teknik pengujian validitas item.Validitas adalah ketetapan alat penilaian terhadap konsep yang dinilai sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai (Sudjana, 2011:12). Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut dapat mengukur dan mampu menyingkap objek yang hendak diukur (ketepatan alat ukur dengan hal yang diukur) (Agung, 2010:44).Jenis tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes obyektif pilihan ganda. Maka uji validitas
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
item yang digunakan yaitu dengan teknik korelasi point biserial. Setelah dilakukan uji validitas, dilakukan uji reliabilitas.Agung (2010:48) menyatakan bahwa suatu tes dikatakan memiliki reliabilitas tinggi, jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap (ajeg).Yang dimaksud hasil yang tetap (ajeg) adalah kemampuan tes yang digunakan relatifsama meskipun telah berulangkali digunakan. Uji realibilitas dilakukan terhadap butir soal yang valid saja. Dengan demikian uji realibilitas bisa dilakukan setelah dilakukannya uji validitas.Dalam penelitian iniyang diukur adalah ketelitian hasil perhitungan maka rumus yang digunakan adalah KR20. Daya pembeda (DP) dari sebuah butir soal merupakan kemampuan soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah.Menurut Agung (2010:54) menyatakan bahwa daya butir tes ialah kemampuan butir tes tersebut membedakan antara testee kelompok atas (siswa pintar) dan testee kelompok bawah (siswa yang kurang pintar).Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi disingkat D (d besar).Daya beda dapat dilakukan dengan mengambil masing-masing 27% dari jumlah sampel untuk kelompok atas dan 27% untuk kelompok bawah. Tingkat kesukaran butir tes merupakan bilangan yang menunjukkan proporsi peserta ujian yang dapat menjawab betul butir soal tersebut.Sedangkan tingkat kesukaran perangkat tes adalah bilangan yang menunjukkan rata-rata proporsi testee yang dapat menjawab betul seluruh (perangkat) tes tersebut (Agung, 2010:53).Tingkat kesukarandipandang sebagai kesanggupan atau kemampuan siswa menjawab tes yang diberikan atau dapat dikatakanbahwa tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan proporsi peserta tes yang menjawab dengan benar butir soal yang diberikan. Tingkat kesukaran suatu butir soal dinyatakan dengan bilangan yang disebut dengan indeks kesukaran (difficulty index). Indeks kesukaran ini diberi simbol P (p besar), singkatan dari kata “proporsi”. Besarnya indeks kesukaran antara 0,00
sampai dengan 1,00. Indeks kesukaran ini menunjukkan taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks kesukaran 0,00 menunjukkan bahwa soal terlalu sukar, sebaliknya indeks kesukaran 1,00 menunjukkan bahwa soalnya terlalu mudah. Berdasarkan uji coba instrumen yang meliputi uji validias, uji reliabilitas, uji daya beda dan uji tingkat kesukaran, melibatkan responden sebanyak 95siswa. Diperoleh 41 butir tes yang layak digunakan dalam penelitian dari total 50 butir tes yang diujicobakan.Dalam penelitian ini teknik yang digunakan untuk menganalisis hasil belajar IPS adalah dengan menggunakan analisis statistik yaitu uji-t.Sebelum dilakukan uji-t, dilakukan uji prasyarat yang meliputi uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians. Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah uji hipotesis dengan statistik parametrik bisa dilakukan atau tidak. Apabila sebaran data sudah berdistribusi normal, maka uji lanjut dengan menggunakan statistik parametrik bisa dilakukan. Sebaliknya, bila data tidak berdistribusi normal maka uji lanjut dengan menggunakan statistik non parametrik. Untuk mengetahui apakah sebaran data skor hasil belajar IPS siswa masing-masing kelompok berdistribusi normal atau tidak, digunakan analisis Chi Square. Uji homogenitas memiliki tujuan untuk mencari tahu apakah dari beberapa kelompok data penelitian memiliki varian yang sama ataupun tidak. Uji homogenitas berarti himpunan data yang diteliti mempunyai karakteristik yang sama. Uji homogenitas data dilakukan dengan uji F dari Havley. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini data yang diperoleh dikelompokan menjadi 2 yaitu data hasil belajar IPS siswa yang mengikuti model pembelajaran inkuiri berbasis masalah sosial dan data hasil belajar IPS siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Data hasil belajar IPS siswa Kelas VBSD Negeri 29 Pemecutan sebagai kelas ekperimen diperoleh melalui post test yang diberikan setelah mendapatkan treatment
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
sebanyak 6 kali. Hasil yang diperoleh adalah rerata = 82,22, standar deviasi = 10,09 dan varians = 101,92. Sedangkan untuk data hasil belajar IPS siswa Kelas VASD Negeri 18 Pemecutan sebagai kelas kontrol diperoleh melalui post test yang juga diberikan setelah mendapatkan treatmentsebanyak 6 kali. Hasil yang diperoleh adalah rerata = 65,21, standar deviasi = 13,50 dan varians = 182,44. Data hasil belajar IPS yang diperoleh pada kedua kelompok dianalisis untuk menguji hipotesis penelitian.Pengujian hipotesis dilakukan dengan mempergunakan rumus polled varians. Sebelum pengujian hipotesis data,dilakukan uji prasyarat terlebih dahulu, yakni dengan melakukan uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui sebaran data hasil penelitian berdistribusi normal atau tidak.Untuk pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan analisis Chi-Square dengan rumus: 2 χ2hit
fo
fh
fh
(1)
Data berdistribusi normal apabila hasil X2hitung ≤ X2tabel (signifikansi ≥ 0,05) sebaliknya jika hasil X2hitung ≥ X2tabel (signifikansi ≤ 0,05) dinyatakan tidak normal. Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan diperoleh harga x2hitung dari kelas eksperimen adalah 7,14. Harga tersebut kemudian dibandingkan dengan harga x2tabel dengan dk = 5 dan taraf signifikansi 5% sehingga diperoleh harga x2tabel = 11,07, karena x2hitung < x2tabel (7,14< 11,07) maka sebaran data hasil belajar IPS kelas eksperimen berdistribusi normal. Pada kelas kontrol diperoleh harga x2hitung adalah4,02. Harga tersebut kemudian dibandingkan dengan harga x2tabel
dengan dk = 5 dan taraf signifikansi 5% sehingga diperoleh harga x2tabel = 11,07, karena x2hitung<x2tabel (4,02< 11.,07) maka sebaran data hasil belajar IPS kelas kontrol berdistribusi normal. Selanjutnya, dilakukan uji homogenitas. Uji homogenitas varians untuk kedua kelompok dalam penelitian ini menggunakan uji F dari Havley dengan rumus sebagai berikut: Fhit =
Varians terbesar Varians terkecil
(2)
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan diperoleh Fhitung = 1,79, Harga tersebut kemudian dibandingkan dengan harga Ftabel = 2,26 (pembilang = 39,penyebut = 37) pada taraf signifikansi 5%. Karena harga Fhitung < Ftabel (1,79<2,64), maka varians data hasil belajar IPS antara kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sama atau homogen. Data yang telah memenuhi semua prasyarat selanjutnya diuji hipotesis dengan menggunakan analisis uji-t dengan rumus sebagai berikut.
(3) Adapun kriteria pengujiannya adalah apabila thitungttabel, maka Ho ditolak dan Haditerima. Dengan dk = n1 + n2 – 2 dan taraf signifikansi 5% (α = 0,05) atau taraf kepercayaan 95%. Hasil analisis uji-t dari data post-test hasil belajar IPS siswa dapat dilihat pada tabelberikut.
Tabel Hasil Analisis Uji-t Data Post-test No Sampel 1 Kelompok eksperimen 2 Kelompok kontrol Berdasarkan hasil analisis data diperolehthitung = 6,32. Harga tersebut
N 40 38
Dk 76
82,22 101,92 65,21 182,44
thitung
ttabel
6,32
2,00
kemudian dibandingkan dengan harga ttabel.Harga ttabel dengan taraf signifikan 5%
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) dan db = 40 + 38 - 2 = 76 adalah 2,00, karena thitung > ttabel (6,32 > 2,00) maka H0 ditolak atau H1 diterima. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran inkuiri berbasis masalah sosial dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus Mayor Metra Denpasar Utara tahun pelajaran 2013/2014. Adapun nilai rerata hasil belajar IPS siswa di kelas eksperimen adalah 82,22, yang lebih besar daripada rerata kelas kontrol = 65,21. Perbedaan yang diperoleh disebabkan karena pembelajaran model pembelajaran inkuiri berbasis masalah sosial siswa diberi kesempatan untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari permasalahan yang diberikan dengan pengamatan dari pengalaman sendiri.Sesuai dengan keunggulan model pembelajaran inkuiri yang dikemukakan oleh Sitiavata (2013:104) yaitu model pembelajaran inkuiri dapat menghindarkan siswa dari belajar secara hapalan.Pembelajaran inkuiri menekankan kepada siswa untuk menemukan makna dari lingkungan sekelilingnya. Secara umum, inkuiri adalah proses yang bervariasi dan meliputi kegiatan-kegiatan mengobservasi, merumuskan pertanyaan yang relevan, mengevaluasi buku dan sumber-sumber informasi lain secara kritis, merencanakan penyelidikan atau investigasi, mereview apa yang telah diketahui, melaksanakan percobaan atau eksperimen dengan menggunakan alat untuk memperoleh data, menganalisis dan mengintepretasi data serta membuat prediksi dan mengkomunikasikan hasilnya (Amri, 2010:86). Menurut Trianto (2007:109) menyatakan bahwa inkuiri sebagai rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis dan analisis sehingga mereka dapat
merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Amri (2010:103) menyatakan bahwa model inkuiri sebagai pembelajaran yang mempersiapkan situasi bagi anak untuk melakukan eksperimen sendiri, dalam arti luas ingin melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, ingin menggunakan simbolsimbol dan mencari jawaban atas pertanyaan sendiri, menghubungkan penemuan satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukan dengan apa yang ditemukan orang lain. Inkuiri sebagai pembelajaran penemuan (discovery learning) karena siswa dibimbing secara berhati-hati untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapkan kepadanya”. Dalam hal ini, siswa menyelidiki dan menemukan serta melakukan percobaan secara langsung mengenai suatu konsep berdasarkan lingkungan sekitarnya, konsep yang telah ditemukan sendiri oleh siswa akan menjadi ingatan yang kuat dan berjangka panjang karena siswa yang membangun pengetahuannya sendiri. Sanjaya (2006:208) menyatakan bahwa model pembelajaran inkuiri memiliki beberapa keunggulan, (1) yaitu pembelajaran inkuiri merupakan pembelajaran yang menekankan pada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui pembelajaran ini dianggap jauh lebih bermakna; (2) pembelajaran inkuiri dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka: (3) pembelajaran inkuiri dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman; (4) keuntungan lain adalah dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas ratarata. Artinya siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar. Tujuan utama dari pembelajaran inkuiri menurut Amri (2010:91) adalah (1) mengembangkan keinginan dan motivasi siswa untuk mempelajari prinsip dan
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) konsep sains; (2) mengembangkan keterampilan ilmiah siswa sehingga mampu bekerja seperti layaknya seorang ilmuwan; (3) membiasakan siswa bekerja keras untuk memperoleh pengetahuan. Inkuiri memberikan kesempatan kepada siswa untuk memiliki pengalaman belajar yang nyata dan aktif, siswa dilatih bagaimana memecahkan masalah sekaligus membuat keputusan”. Sedangkan menurut Sitiatava (2013:104) menyatakan bahwa ada beberapa keunggulan dari model pembelajaran inkuiri yaitu (1) model pembelajaran inkuiri meningkatkan potensi intelektual siswa. Hal ini dikarenakan siswa diberi kesempatan untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari permasalahan yang diberikan dengan pengamatan dari pengalaman sendiri; (2) siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat penyelidikan karena terlibat langsung dalam proses penemuan; (3) belajar dengan inkuiri bisa memperpanjang masa ingatan. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil pemikiran sendiri pun lebih mudah diingat; (4) proses pembelajaran inkuiri dapat membentuk dan mengembangkan konsep diri siswa. Keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran inkuiri lebih besar, sehingga memberikan kemungkinan kepadanya untuk memperluas wawasan dan mengembangkan konsep diri; (5) Model pembelajaran inkuiri memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencerna dan mengatur informasi yang didapatkan; (6) model pembelajaran inkuiri dapat menghindarkan siswa dari belajar secara hapalan. Pembelajaran inkuiri menekankan kepada siswa untuk menemukan makna dari lingkungan sekelilingnya. Model pembelajaran inkuiri memiliki langkah-langkah pembelajaran. Sanjaya (2006:199) menyatakan bahwa secara umum proses pembelajaran inkuiri mengikuti langkah-langkah yaitu (1) orientasi; (2) merumuskan masalah; (3) merumuskan hipotesis; (4) mengumpulkan data; (5) menguji hipotesis; dan (6) merumuskan kesimpulan.
Model pembelajaran inkuiri berbasis masalah sosial lebih menekankan siswa untuk menyelidiki dan menemukan sendiri serta melakukan percobaan secara langsung suatu konsep berdasarkan masalah yang terjadi lingkungan sekitarnya (masyarakat), sehingga konsep yang telah ditemukan sendiri oleh siswa akan menjadi ingatan yang kuat dan berjangka panjang karena siswa yang membangun pengetahuannya sendiri. Hal ini secara tidak langsung akan berpengaruh pada kemampuan yang dimiliki siswa akan meningkat. Sehingga melalui model pembelajaran inkuiri berbasis masalah sosial ini, maka hasil belajar IPS siswa menjadi optimal. Hasil penelitian ini memperkuat hasil penelitian I Made Adiyasa yang menunjukkan adanya pengaruh hasil belajar melalui model pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar IPS siswa dengan hasil terdapat pengaruh hasil belajar melalui model pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SD Negeri 10 Dauh Puri Denpasar Barat Tahun Ajaran 2011/2012. Selain itu penelitian Ni Komang Ayu Martini dengan hasil bahwa terdapat pengaruh dari masalah sosial terhadap hasil belajar siswa kelas IV SDN Gugus 8 Kecamatan Gianyar Kabupaten Gianyar Tahun Ajaran 2012/2013.
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang diperoleh bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran inkuiri berbasis masalah sosial dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus Mayor Metra tahun pelajaran 2013/2014. Hal tersebut dapat dilihat pada perolehan nilai rerata hasil belajar siswa kelas eksperimen = 82,22 yang lebih daripada nilai rerata hasil belajar siswa kelas kontrol = 65,21 serta perolehan thitung = 6,32 yang lebih daripada ttabel = 2,00 pada taraf signifikansi 5%, sehingga Ho ditolak dan Ha diterima.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) Dapat disimpulkan bahwamodel pembelajaran inkuiri berbasis masalah sosial yang diterapkan di kelas eksperimen berpengaruh terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SD Negeri 29 Pemecutan tahun pelajaran 2013/2014, karena dari hasil analisis diperoleh ratarata ( ) nilai kelompok eksperimen (82,22) yang termasuk ke dalam kategori tinggi dan rata-rata ( ) nilai kelompok kontrol (65,21) yang termasuk ke dalam kategori sedang.Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar IPS siswa yang mengikuti model pembelajaran inkuiri berbasis masalah sosial lebih baik daripada hasil belajar IPS siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Hasil analisis uji-t diperoleh thit (6,32) sedangkan ttab (2,00) sehingga (6,32>2,00) berarti diperoleh thit>ttabel. Dalam penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran inkuiri berbasis masalah sosial dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Berdasarkan simpulan tersebut maka disarankan bahwa guru hendaknya model pembelajaran ini menjadi suatu inovasi yang dapat dikembangkan dalam membelajarkan siswa pada mata pelajaran IPS sehingga menciptakan pelajaran IPS yang aktif dan menyenangkan. Dalam proses pembelajaran siswa hendaknya turut aktif dan lebih memanfaatkan waktu yang ada untuk lebih banyak berbuat dan berinteraksi dengan siswa yang lainnya. Saling membantu dalam memahami materi pelajaran. Instansi atau lembaga yang terkait hendaknya menyediakan sarana dan prasarana yang maksimal untuk menunjang pembelajaran agar siswa semakin termotivasi untuk belajar dan memanfaatkan sarana tersebut untuk mengoptimalkan hasil belajar siswa sehingga mutu sekolah menjadi semakin meningkat. Peneliti lain hendaknya melakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri berbasis masalah sosial pada materi
pembelajaran yang berbeda pada sumber data/sampel yang berbeda khususnya pada pelajaran IPS sehingga hasil penelitian benar-benar dapat menggambarkan keadaan sesungguhnya yang terjadi di lapangan. DAFTAR RUJUKAN Agung, A.A Gede. 2010. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Singaraja: Jurusan Teknologi Pendidikan FIP Undiksha. Amri, S. dan Ahmadi, K. 2010.Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif dalam Kelas. Jakarta: Prestasi Pustaka Raya. Depdikbud. 2003. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Semarang: Aneka Ilmu. Gunawan, Rudy. 2011.Pendidikan IPS Filosofi, Konsep dan Aplikasi. Bandung: Alfabeta. Mulyasa. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik, dan Implementasinya. Bandung: PT. Rosdakarya. ---------. 2004. Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran. Bandung: Kencana Perdana Media Group. Sitiatava. 2013. Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains. Jogjakarta: Diva Press. Sudijono, Anas. 2011. Penghantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan “Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D”. Bandung: Alfabeta. Sukardi. 2010. Evaluasi Pendidikan: Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta: Bumi Aksara. Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik Konsep, Landasan Teoritis, Praktis, dan Implementasinya. Jakarta: Prestasi Pustaka. Widowati, Asri. 2007. Penerapan Pendekatan Inquiry dalam Pembelajaran Sains Sebagai Upaya
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) Pengembangan Cara Berpikir Divergen. Jakarta: Majalah Ilmiah Pembelajaran.