Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Berbasis Lingkungan terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD di Gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar Selatan Komang Ayu Purnamawati1, I Wyn. Rinda Suardika2, I B. Surya Manuaba3 1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail :
[email protected]¹.
[email protected].
[email protected]³ Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan yang signifikan antara hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan melalui Model Pembelajaran Kontekstual Berbasis Lingkungan dengan yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional siswa kelas V SD di Gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar Selatan. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu dengan rancangan The nonequivalent control group design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD di Gugus I Gusti Ngu rah Rai Denpasar Selatan yang terdiri dari 8 kelas dengan jumlah siswa 334 siswa. Sampel ditentukan menggunakan teknik random sampling. Sampel dari penelitian ini adalah siswa kelas VA SDN 10 Sanur sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas VC SDN 10 Sanur sebagai kelas kontrol. Data hasil belajar IPA dikumpulkan menggunakan tes objektif. Data dianalisis dengan menggunakan uji-t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan melalui mode l pembelajaran kontekstual berbasis lingkungan dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional. Adapun t hit > ttabel (2,12 > 1,99 ) dengan db = 41 + 44 - 2 = 83 dengan taraf signifikansi 5%. Dimana rata-rata hasil belajar kelas eksperimen > rata-rata hasil belajar kelas kontrol (82,17 > 77,23). Berdasarkan paparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kontekstual berbasis lingkungan berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD di Gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar Selatan. Kata-kata kunci : Model pembelajaran kontekstual, lingkungan, hasil belajar IPA
Abstract This study aims to determine the significant differences in natural science’s learning outcomes between the student taught by using contextual model based environment learning with students taught by using conventional learning in the fifth grade of elementary school at cluster I Gusti Ngurah Rai, South Denpasar. This research was a quasi-experimental design with non-equivalent control group design. The population in this study were all of the student in fifth grade at cluster I Gusti Ngurah Rai, South Denpasar which consists of 8 classes with 334 students number of students. Sample was taken by using random sampling technique. The samples of this study was VA grade students of SDN 10 Sanur as experiment class and VC grade students of SDN 10 Sanur as control class. Science learning outcomes data were collected using an objective test . Data were analyzed using t-test. The results showed that there were significant differences in natural science’s learning outcomes between students taught by using contextual model based environment learning with students taught by using conventional learning. The tcount > ttable (2,12 > 1,99) with db = 41 + 44 - 2 = 83 with the significance level 5 % . Where the average of experiment class results more than the
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) averages of control class results ( 82,17 > 77,23 ). It can be concluded that the contextual model based environment learning significantly influence natural science’s learning outcomes on fifth grade elementary school at Cluster I Gusti Ngurah Rai South Denpasar . Key words : contextual learning model, environment , natural science’s learning outcomes
PENDAHULUAN Sekolah dasar (SD) merupakan jenjang pendidikan dasar yang berfungsi sebagai peletakan dasardasar keilmuan dan membantu mengoptimalkan perkembangan siswa melalui pembelajaran yang dibimbing oleh guru. Guru sebagai pengelola pembelajaran memiliki peran dalam menciptakan iklim belajar yang memungkinkan siswa dapat belajar secara nyaman. Melalui pengelolaan kelas yang baik, guru dapat menjaga kelas agar tetap kondusif untuk terjadinya proses belajar seluruh siswa. Sehingga proses pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Ausubel mengenai belajar bermakna (meaningful learning). Ausubel menyatakan bahwa belajar merupakan asimilasi bermakna. Materi yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Ausubel melanjutkan belajar lebih bermakna bagi siswa jika materi pelajaran diurutkan dari umum ke khusus. Selain itu, pembelajaran dirancang dengan advance organizers sebagai kerangka dalam bentuk abstrak atau ringkasan konsep-konsep dasar tentang apa yang dipelajari dan hubungannya dengan materi yang telah ada dalam struktur kognitif siswa (Komalasari, 2011:21). Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, termasuk pada jenjang SD. IPA adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. Susanto (2013:167) mengemukakan bahwa IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran,
serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan suatu simpulan. Badan Standar Nasional Pendidikan (2011:11) menyatakan bahwa IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Samatowa (2011:2) menjelaskan bahwa IPA di sekolah dasar hendaknya membuka kesempatan untuk memupuk rasa ingin tahu anak didik secara alamiah. Hal ini akan membantu siswa mengembangkan kemampuan bertanya dan mencari jawaban berdasarkan bukti serta mengembangkan cara berpikir ilmiah. Salah satu tolak ukur tercapainya tujuan pembelajaran khususnya pembelajaran IPA dapat dilihat dari hasil belajar yang diperoleh siswa. Sudjana (2005:11) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Jadi hasil belajar IPA adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar IPA. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan pada siswa kelas V SD di Gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar Selatan, hasil belajar IPA
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) masih belum optimal. Proses pembelajaran IPA sudah berlangsung dengan baik namun guru kurang melibatkan siswa dalam proses menemukan konsep-konsep yang sedang dipelajari. Metode pembelajaran yang digunakan dalam membelajarkan IPA juga kurang inovatif. Sehingga siswa menjadi kurang aktif dan hanya terpaku pada penjelasan guru saja. Memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja dalam bentuk kelompok masih kurang. Sehingga siswa hanya berinteraksi dengan buku sumber saja tanpa melakukan interaksi dengan siswa lainnya. Mengaitkan konsep pembelajaran IPA dengan fakta yang ada di sekitar siswa masih belum optimal. Hal ini menyebabkan pembelajaran IPA menjadi kurang bermakna bagi siswa dan hasil belajar IPA menjadi rendah. Berdasarkan hasil temuan dan data tersebut peneliti ingin mengujicobakan model pembelajaran IPA yang inovatif yaitu model pembelajaran kontekstual berbasis lingkungan. Model pembelajaran kontekstual berbasis lingkungan ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh pengalaman belajar secara langsung dengan menemukan sendiri konsep yang dipelajari dan mengaitkannya dengan fakta yang ada di lingkungan sekitar siswa. Model pembelajaran kontekstual berbasis lingkungan adalah suatu model yang mendorong siswa agar belajar tidak tergantung dari apa yang ada dalam buku yang merupakan pegangan guru. Konsep pembelajaran ini berangkat dari belajar kontekstual dengan lebih mengedepankan bahwa hal yang perlu dipelajari terlebih dahulu oleh siswa adalah apa yang ada pada lingkungan. Kegiatan belajar dimungkinkan akan lebih menarik, tidak membosankan dan menumbuhkan antusiasme siswa untuk lebih giat belajar sehingga hasil belajar IPA siswa kelas V SD di Gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar Selatan akan meningkat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan yang
signifikan antara hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan melalui Model Pembelajaran Kontekstual Berbasis Lingkungan dengan yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional siswa kelas V SD di Gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar Selatan METODE Arikunto (2002: 136) menyatakan bahwa metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Variasi metode adalah angket, wawancara, pengamatan atau observasi, tes dan dokumentasi. Metode yang baik untuk meneliti suatu masalah adalah metode yang dapat memberikan hasil yang sesuai dengan tujuan untuk memecahkan masalah yang diteliti. Dengan demikian, sangat jelas bahwa kepentingannya untuk membantu mempermudah tercapainya tujuan yang diharapkan dari penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas V SD di Gugus I Gusti Ngurah Rai, Denpasar Selatan pada semester genap Tahun Pelajaran 2013/2014. Langkah awal dari penelitian ini adalah penentuan kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan melakukan pengacakan kelas bukan pengacakan individu. Hal ini karena peneliti tidak dapat mengubah kelas yang telah ada sebelumnya. Pada dasarnya tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kontekstual berbasis lingkungan terhadap hasil belajar IPA siswa. Peneliti secara langsung melaksanakan pembelajaran baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen semu (quasi experiment) dan menggunakan desain The Nonequivalent Control Group Design. Pada desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih. Satu kelas sebagai kelompok eksperimen dan kelas yang lainnya sebagai kelompok kontrol. Masing-masing kelas diberikan pre-test untuk mengetahui keadaan awal dari kedua kelompok. Pemberian pre-test dalam penelitian ini bertujuan untuk penyetaraan kelompok. Setelah mendapat perlakuan yakni membelajarkan kelompok eksperimen
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) dengan model pembelajaran kontekstual berbasis lingkungan dan kelompok kontrol dengan model konvensional, kedua kelompok diberikan post-test. Post-test digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. Prosedur penelitian yang ditempuh dalam penelitian ini terdiri dari tiga tahapan, yaitu persiapan, pelaksanaan dan pengakhiran eksperimen. Pada tahap persiapan eksperimen langkah-langkah yang dilakukan adalah : menyusun media pembelajaran yang nantinya digunakan selama proses pembelajaran pada kelompok eksperimen, menyusun instrumen penelitian berupa tes hasil belajar IPA untuk mengukur hasil belajar siswa, mengkonsultasikan instrumen penelitian pada guru IPA serta dosen pembimbing, dan mengadakan validasi instrumen penelitian. Pada tahapan pelaksanaan eksperimen langkah-langkah yang dilakukan adalah: melakukan uji kesetaraan terhadap sampel. Sampel yang telah disetarakan kemudian di random untuk menentukan satu kelas eksperimen dan satu kelas control, melaksanakan penelitian yang memberikan perlakuan kepada kelas eksperimen berupa model pembelajaran kontekstual berbasis lingkungan. Perlakuan model pembelajaran kontekstual berbasis lingkungan akan dilakukan sebanyak 8 kali pertemuan, 1 kali pretest, 6 kali treatment (tindakan) dan 1 kali post test. Membelajarkan kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional yang juga dilakukan sebanyak 8 kali pertemuan, 1 kali prestest, 6 kali treatment (tindakan) dan 1 kali post test. Pada tahap pengakhiran eksperimen langkah-langkah yang dilakukan adalah memberikan post-test pada akhir penelitian, baik untuk kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Dantes (2012:37) menyatakan bahwa populasi merupakan sejumlah kasus yang memenuhi seperangkat kriteria tertentu yang diteliti oleh
peneliti. Kasus-kasus bisa berbentuk peristiwa-peristiwa, manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan sebagainya. Sedangkan menurut Noor (2011:137) populasi adalah seluruh elemen/anggota dari suatu wilayah yang menjadi sasaran penelitian atau merupakan keseluruhan dari objek penelitian. Secara umum, populasi adalah keseluruhan obyek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda, hewan, tumbuhan, gejala, nilai tes, atau peristiwa, sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam suatu penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah sekolah yang termasuk ke dalam Gugus I Gusti Ngurah Rai. Sekolah yang termasuk ke dalam Gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar Selatan yaitu : SD Negeri 3 Sanur, SD Negeri 4 Sanur, SD Negeri 10 Sanur, SD Negeri 11 Sanur, dan SD Bina Tunas. Oleh karena SD Bina Tunas belum memiliki siswa kelas V, maka SD Bina Tunas tidak diikutsertakan dalam penelitian. Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sejalan dengan pendapat tersebut, Noor (2011:147) mendefinisikan sampel adalah sejumlah anggota yang dipilih dari populasi. Dalam penelitian ini, pemilihan sampel tidak dilakukan dengan mengacak individu karena tidak bisa mengubah kelas yang terbentuk sebelumnya tanpa campur tangan peneliti. Kemungkinan pengaruh dari keadaan subyek mengetahui dirinya dilibatkan dalam eksperimen dapat dikurangi sehingga penelitian ini benar-benar menggambarkan pengaruh perlakuan yang diberikan. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel pada penelitian ini yaitu dengan menggunakan Random Sampling. Teknik Random Sampling adalah teknik acak yang semua anggota dalam populasi mempunyai probabilitas atau kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel. Dalam teknik ini kelas-kelas populasi akan dipilih dengan cara diundi. Sampel yang diperlukan untuk penelitian ini adalah
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) dua kelas. Satu kelas sebagai kelas eksperimen dan satu lagi sebagai kelas kontrol. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VA SDN 10 Sanur yang berjumlah 41 orang dan siswa kelas VC SDN 10 Sanur yang berjumlah 44 orang. Sampel-sampel ini setara karena kelas V SD di Gugus I Gusti Ngurah Rai tidak terdapat kelas unggulan dan peneliti telah mengadakan uji kesetaraan dengan teknik uji beda mean (uji-t). Noor (2011:47) menjelaskan bahwa variabel adalah pengelompokan secara logis dari dua atau lebih atribut dari objek yang diteliti. Sementara Sugiyono (2013:2) menyatakan bahwa variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik simpulannya. Dari kedua pendapat tersebut maka dapat dirangkum bahwa variabel merupakan suatu obyek yang diamati oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik simpulannya. Dalam penelitian ini terbadapat dua variabel yakni variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model kontekstual berbasis lingkungan yang akan diterapkan pada kelompok eksperimen dan pembelajaran konvensional yang dikenakan pada kelompok kontrol. Sementara variabel bebas dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPA siswa kelas V SD di Gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar Selatan. HASIL DAN PEMBAHASAN Perlakuan (treatment) diberikan sebanyak 6 kali pertemuan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Seluruh siswa di kelas eksperimen dan kelas control pada akhir penelitian diberikan post-test berupa tes objektif pilihan ganda biasa. Berdasarkan hasil post-test diperoleh nilai rata-rata kelompok eksperimen sebesar 82,17 dengan perolehan nilai minimum sebesar 57 dan nilai maksimum sebesar 93. Berdasarkan hasil analisis, dapat diketahui bahwa
Pada penelitian ini, instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar IPA pada aspek kognitif adalah tes hasil belajar secara tertulis menggunakan tes objektif pilihan ganda biasa. Sudjana (2005:48) mengemukakan bahwa tes pilihan ganda biasa adalah bentuk tes yang mempunyai satu jawaban yang benar atau paling tepat. Sebelum membuat butir tes, peneliti menyusun kisi – kisi agar tes yang dibuat tidak menyimpang dari materi pelajaran yang akan disampaikan. Aspek kognitif yang diteliti dalam penelitian ini hanya empat tingkatan kemampuan berpikir saja, yakni pengetahuan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), dan analisis (C4). Instrumen penelitian tersebut kemudian diuji validitas, daya beda, tingkat kesukaran, dan reliabilitas. Sebelum melakukan uji hipotesis, data terlebh dahulu diuji menggunakan uji prasyarat yaitu uji normalitas data dan uji homogenitas varian. Uji normalitas menggunakan rumus chi kuadrat dan uji homogenitas varian menggunakan uji F. Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah hipotesis nol (H0) yang berbunyi : “tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti model pembelajaran kontekstual berbasis lingkungan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD di Gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar Selatan.” Analisis statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian adalah uji beda mean (uji-t). Karena n1≠n2 maka rumus uji-t yang digunakan adalah rumus polled varians. terdapat 32 siswa atau 78,05% siswa memperoleh hasil belajar dalam kategori sangat baik, 8 siswa atau 19,51% siswa memperoleh hasil belajar dalam kategori baik, dan 1 siswa atau 2,44% siswa memperoleh hasil belajar dalam kategori cukup. Berdasarkan hasil post-test diperoleh nilai rata-rata kelompok kontrol sebesar 77,23 dengan perolehan nilai minimum sebesar 43 dan nilai maksimum sebesar 93. Berdasarkan hasil analisis, dapat diketahui bahwa terdapat 30 siswa atau 68,18% siswa memperoleh hasil belajar dalam kategori sangat baik, 10
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) siswa atau 22,73% siswa memperoleh hasil belajar dalam kategori baik, 4 siswa atau 9,09% siswa memperoleh hasil belajar dalam kategori cukup. Sebelum melakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis uji-t, uji prasyarat harus dipenuhi terlebih dahulu. Uji prasyarat yang harus dipenuhi adalah uji normalitas data dan uji homogenitas varians. Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran data hasil penelitian berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas data dilakukan terhadap post-test hasil belajar IPA kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan analisis Chi-Square dengan taraf signifikansi 5 % dan derajat kebebasan (dk) = k - 1. Dari hasil analisis data dapat dilihat bahwa nilai x2hitung yang diperoleh dari kelompok eksperimen adalah 9,93. Nilai tersebut kemudian dibandingkan dengan nilai x2tabel dengan dk = 5 dan taraf signifikansi 5% sehingga diperoleh nilai x2tabel = 11,07, karena x2hitung < x2tabel (9,93 < 11,07) maka H0 diterima atau Ha ditolak. Ini berarti sebaran data hasil belajar IPA dari kelompok eksperimen berdistribusi normal. Dari hasil analisis data pada kelompok kontrol diperoleh nilai x2hitung adalah 10,99. Nilai tersebut kemudian dibandingkan dengan nilai x2tabel dengan dk = 5 dan taraf signifikansi 5% sehingga diperoleh harga x2tabel = 11,07, karena x2hitung < x2tabel (10,99 < 11.07) maka H0 diterima atau Ha ditolak. Ini berarti sebaran data hasil belajar IPA kelompok kontrol berdistribusi normal. Uji homogenitas varians dilakukan berdasarkan pada data hasil belajar IPA
kelas eksperimen yang dibelajarkan melalui model pembelajaran kontekstual berbasis lingkungan dan kelas kontrol yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional. Kelompok eksperimen berjumlah 41 orang dan kelompok kontrol berjumlah 44 orang. Uji homogenitas varians untuk kedua kelas dalam penelitian ini menggunakan uji F. Pengujian dilakukan pada taraf signifikansi 5% dengan derajat kebebasan untuk pembilang n1 – 1 (41 – 1) dan derajat kebebasan untuk penyebut n2 – 1 (44 – 1). Berdasarkan nilai Ftabel pada taraf signifikansi 5% diperoleh hasil Ftabel = 1,68, dan diperoleh hasil hitung sebesar Fhitung = 1,37. Ini menunjukkan Fhitung < Ftabel sehingga varians data hasil belajar IPA antara kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sama atau homogen. Dalam penelitian ini, hipotesis yang diuji adalah hipotesis nol (H0) yang berbunyi: “Tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan dengan Model Kontekstual Berbasis Lingkungan dan siswa yang dibelajarkan secara konvensional pada kelas V SD di Gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar Selatan”. Adapun kriteria pengujiannya adalah apabila thitung < ttabel, maka H0 diterima (gagal ditolak) dan Ha ditolak (gagal diterima). Sebaliknya apabila thitung > ttabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan dk = n1 + n2 – 2 dan taraf signifikansi 5% (α = 0,05) atau taraf kepercayaan 95%. Hasil analisis uji hipotesis hasil belajar IPA dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1 Hasil Analisis Uji-t Data Post-test No 1
Sampel Kelompok eksperimen
N
Dk
41
82,77
Kelompok kontrol
44
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh thitung sebesar 2,12. Nilai tersebut kemudian dibandingkan dengan nilai ttabel.
77,23
ttabel
2,12
1,99
113,19
83 2
thitung
155,66
Nilai ttabel diperoleh dari tabel nilai-nilai dalam distribusi T dengan dk = 41 + 44 – 2 = 83 dan taraf signifikansi 5% .
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) Berdasarkan tabel nilai-nilai dalam distribusi T diperoleh nilai ttabel sebesar 1,99, karena thitung>ttabel (2,12 > 1,99) maka H0 ditolak atau Ha diterima. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan Model Kontekstual Berbasis Lingkungan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Berdasarkan uji-t diperoleh thitung > ttabel, berarti hipotesis yang menyebutkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan Model Kontekstual Berbasis Lingkungan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Hasil belajar siswa pada kelompok eksperimen lebih baik apabila dibandingkan dengan hasil belajar siswa pada kelompok kontrol. Hal ini disebabkan oleh model pembelajaran kontekstual berbasis lingkungan yang diterapkan pada kelompok eksperimen memiliki banyak keunggulan. Komalasari (2011:7) menyatakan bahwa pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata siswa seharihari, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat maupun warga Negara, Dengan tujuan untuk menemukan makna materi tersebut bagi kehidupan siswa. Lingkungan merupakan sumber belajar yang dekat dengan siswa. Pembelajaran kontekstual berbasis lingkungan model pembelajaran kontekstual berbasis lingkungan adalah suatu model yang mendorong siswa agar belajar tidak tergantung dari apa yang ada dalam buku yang merupakan pegangan guru. Konsep pembelajaran ini berangkat dari belajar kontekstual dengan lebih mengedepankan bahwa hal yang perlu dipelajari terlebih dahulu oleh siswa adalah apa yang ada pada lingkungan. Model kontekstual berbasis lingkungan adalah model pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa secara penuh, baik fisik maupun mental. Kelas dalam pembelajaran kontekstual berbasis lingkungan bukan sebagai tempat untuk memperoleh informasi, akan tetapi sebagai tempat untuk menguji data hasil
temuan mereka di lapangan. Materi pelajaran dapat ditemukan sendiri oleh siswa, bukan hasil pemberian dari guru. Penerapan pembelajaran kontekstual berbasis lingkungan dapat menciptakan suasana pembelajaran yang bermakna. Menerapkan pembelajaran kontekstual berbasis lingkungan dapat mengoptimalkan hasil belajar IPA siswa. Karena dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi sendiri pemahaman konsep maka minat dan kecerdasan siswa terhadap pelajaran IPA akan tinggi. Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar dapat memberikan pengalaman belajar secara langsung sehingga memotivasi siswa untuk belajar Kurang optimalnya hasil belajar ini, disebabkan oleh pembelajaran yang berlangsung kurang kondusif. Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan cara menyampaikan sejumlah materi kepada siswa yang diselingi dengan tanya jawab kemudian diikuti dengan pemberian tugas dan sesekali melakukan diskusi kelompok. Sehingga siswa mempunyai kesempatan yang terbatas untuk mengembangkan kemampuan berpikir, kesempatan untuk bekerjasama dengan teman sebaya, serta memecahkan masalah yang ditemui. Pembelajaran seperti ini, membuat siswa merasa bosan dan kurang memiliki motivasi belajar sehingga sulit untuk memahami materi pelajaran. Pembelajaran seperti ini akan membuat siswa merasa bosan dan jenuh sehingga sulit untuk memahami materi pelajaran. Hal ini tentu akan berdampak pada hasil belajar siswa. Hasil penelitian ini didukung dengan hasil penelitian yang disampaikan oleh Wahyuni (2012) yang menyatakan bahwa pembelajaran kontekstual bermuatan klarifikasi nilai berpengaruh positif terhadap hasil belajar PKN siswa kelas IV SD Gugus 8 Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung Tahun Ajaran 2012/2013. Dimana rata-rata kelompok eksperimen yang dibelajarkan melalui pembelajaran kontekstual bermuatan klarifikasi nilai lebih besar dari kelompok yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional. Sejalan dengan hasil penelitian tersebut, Ekayanti (2013) juga menyatakan bahwa pembelajaran
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) berorientasi lingkungan sekolah berpengaruh positif terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V Semester Ganjil SD No.
2 Tibubeneng Kuta Utara Tahun Ajaran 2013/2014.
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat ditarik simpulan yaitu sebagai berikut. Berdasarkan hasil posttest diperoleh nilai rata-rata kelompok eksperimen sebesar 82,17 dengan perolehan nilai minimum sebesar 57 dan nilai maksimum sebesar 93. Berdasarkan hasil analisis, dapat diketahui bahwa terdapat 32 siswa atau 78,05% siswa memperoleh hasil belajar dalam kategori sangat baik, 8 siswa atau 19,51% siswa memperoleh hasil belajar dalam kategori baik, dan 1 siswa atau 2,44% siswa memperoleh hasil belajar dalam kategori cukup. Hal ini menunjukkan bahwa kecenderungan siswa memperoleh hasil belajar dengan kategori sangat baik. Berdasarkan hasil post-test diperoleh nilai rata-rata kelompok kontrol sebesar 77,23 dengan perolehan nilai minimum sebesar 43 dan nilai maksimum sebesar 93. Berdasarkan hasil analisis, dapat diketahui bahwa terdapat 30 siswa atau 68,18% siswa memperoleh hasil belajar dalam kategori sangat baik, 10 siswa atau 22,73% siswa memperoleh hasil belajar dalam kategori baik, 4 siswa atau 9,09% siswa memperoleh hasil belajar dalam kategori cukup. Hal ini menunjukkan bahwa kecenderungan siswa memperoleh hasil belajar dengan kategori sangat baik. Berdasarkan hasil analisis data posttest menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar IPA siswa kelompok eskperimen lebih tinggi daripada rata-rata hasil belajar IPA siswa kelompok kontrol (82,17 > 77,23). Berdasarkan hasil analisis uji-t diperoleh thitung sebesar 2,12 dan ttabel dengan dk 41 + 44 – 2 = 83 pada taraf signifikansi 5% adalah 1,99, karena thitung > ttabel (2,12 > 1,99), maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini membuktikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kontekstual berbasis lingkungan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan
model pembelajaran kontekstual berbasis lingkungan berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD di Gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar Selatan. Keberhasilan dalam pembelajaran IPA dengan menerapkan model pembelajaran kontekstual berbasis lingkungan merupakan suatu cara untuk melaksanakan pembelajaran guna mencapai hasil belajar yang optimal. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka saran yang dapat diajukan adalah sebagai berikut. Bagi guru, dengan diadakan penelitian ini, guru diharapkan untuk lebih menambah wawasan atau pengetahuan tentang pembelajaran inovatif, dan mampu mengembangkan inovasi pembelajaran dengan menerapkan strategi, metode, model maupun media pembelajaran sehingga memberikan kontribusi yang baik terhadap hasil belajar siswa. Bagi sekolah, diharapkan dengan hasil penelitian ini sekolah dapat menciptakan kondisi yang mampu mendorong para guru untuk mencoba menerapkan modelmodel pembelajaran yang baru agar siswa semakin termotivasi untuk belajar dan memanfaatkan sarana tersebut untuk mengoptimalkan hasil belajar siswa sehingga mutu sekolah menjadi semakin meningkat. Bagi peneliti lain, dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan peneliti lain melakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual berbasis lingkungan, pada materi pembelajaran yang berbeda pada sumber data/sampel yang berbeda khususnya pada pelajaran IPA sehingga hasil penelitian benar-benar dapat menggambarkan keadaan sesungguhnya yang terjadi di lapangan. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2012. DasarDasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2. Jakarta: Bumi Aksara.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
BSNP. 2011. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Kemendiknas. Dantes, Nyoman. 2012. Metodelogi Penelitian. Yogyakarta: ANDI. Ekayanti, Ni Putu. 2013. Pengaruh Pembelajaran Berorientasi Lingkungan Sekolah terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V Semester Ganjil SD No 2 Tibubeneng Kuta Utara Tahun Ajaran 2013/2014. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan PGSD, FIP Universitas Pendidikan Ganesha. Hamalik, Oemar. 2013. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Hamruni. 2012. Pembelajaran. Insan Madani.
Strategi Yogyakarta:
Komalasari, Kokom. 2011. Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi. Bandung : Refika Aditama. Koyan, I Wayan. 2011. Asesmen dalam Pendidikan. Singaraja: Undiksha. Noor, Juliansyah. 2012. Metodelogi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah. Jakarta : Kencana. Purwanto. 2009. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Rusman.2012. Pembelajaran
Model-model :
Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers. Samatowa, Usman. 2011. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Indeks. Sanjaya, Wina. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana. Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers. -------------------. 2012. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers. Sudjana, Nana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. -------------. 2013. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sukardi. 2011. Evaluasi Pendidikan : Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta: Bumi Aksara. Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana. Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran InovatifProgresif : Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta : Kencana.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) Uno,
Hamzah B. dan Nurdin Mohamad. 2011. Belajar dengan Pendekatan PAILKEM. Jakarta : Bumi Aksara.
Wahyuni, Si Ayu Sri. 2013. Pengaruh Pembelajaran Kontekstual Bermuatan Klarifikasi nilai terhadap Hasil Belajar PKN siswa kelas IV SD Gugus 8 Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung Tahun Ajaran 2012/2013. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan PGSD, FIP Universitas Pendidikan Ganesha. Winarsunu. 2006. Statistik dalam Penelitian Psikologi dan Pendidikan. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang. Yamin, Martinis. 2011. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada Press.