Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
ADA PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MID BERBANTUAN MEDIA TEKA TEKI SILANG DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD GUGUS UNTUNG SURAPATI DENPASAR TIMUR Desak Made Agung Ratih Rosmilasari1, I Wyn. Sujana2, I Wayan Wiarta3, 123 Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail :
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang mengikuti model pembelajaran Meaningfull Instructional Design (MID) berbantuan media teka teki silang dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas V semester 2 SD Gugus Untung Surapati Denpasar Timur tahun ajaran 2013/2014, (2) mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dengan siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah serta (3) pengaruh interaksi antara penerapan model pembelajaran dan motivasi berprestasi terhadap hasil belajar IPS. Rancangan analisis penelitian ini adalah rancangan faktorial 2X2. Faktor pemilahnya adalah variabel moderator motivasi berprestasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD di Gugus Untung Surapati Denpasar Timur tahun ajaran 2013/2014 . Data yang dikumpulkan adalah data motivasi berprestasi siswa dan hasil belajar IPS. Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang mengikuti model pembelajaran MID berbantuan media teka teki silang dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional(FA=52.26 lebih dari Ftabel 3,96; < α=0,05); (2) terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dengan siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah.(FB=80.46 lebih dariFtabel 3,96;< α=0,05) (3) terdapat pengaruh interaksi yang signifikan antara penerapan model pembelajaran MID berbantuan media teka teki silang dan motivasi berprestasi terhadap hasil belajar IPS (F AB=5.47 lebih dari Ftabel 3,96; < α=0,05); (4) untuk siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi, hasil belajar IPS siswa yang mengikuti model pembelajaran MID lebih tinggi daripada siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional (thitung=5.91 lebih dari ttabel1,99; < α=0,05); (5) untuk siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah, hasil belajar IPS siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional lebih tinggi daripada siswa yang mengikuti model pembelajaran MID (thitung=-4.37 lebih dari ttabel1,99; < α=0,05). Atas dasar temuan tersebut, dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh penerapan model pembelajaran MID berbantuan media teka teki silang dan motivasi berprestasi terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SD gugus untung surapati Denpasar Timur tahun ajaran 2013/2014. Kata-kata kunci :Meaningfull Insructional Design (MID), hasil belajar, teka teki silang (TTS), motivasi berprestasi
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) Abstrack This study aims (1) to determinea significant the differences in IPS outcomes learning between students who following Meaningfull Instructional Design (MID) learning model assisted crossword media with students who carry out conventional learning in class fifthsecond semester SD Gugus Untung Surapati East Denpasar academic year 2013/2014,(2)to determinea significant the differences in IPS outcomes learning between the results of social studies students who have high achievement motivation is higher with students who have low achievement motivation, (3) and influence interaction between the application model of learning and achievement motivation on learning outcomes IPS. . The design of this research is the dividing factor 2X2. The factorial design is a moderator variable achievement motivation . The population in this study were all fifth grade elementary school students in Gugus Untung Surapati East Denpasar in the academic year 2013/2014 . The samples were taken with a random sampling technique . The data collected is the data obtained student achievement motivation through the distribution of a questionnaire consisting of 20 statements and the results of social (IPS) studies which is the combination of cognitive and affective value. The results showed that: 1 ) there are significant results of study in IPS outcomes learning bettween students who following learning model MID assisted crossword mediawith students who carry out conventional learning ( FA = 52.26 < α = 0.05 ), 2) there aresignifikan results ofthe differences in IPS outcomes learning between the results of social studies students who have high achievement motivation is higher with students who have low achievement motivation ( FB = 80.46 < α = 0.05 ), 3 ) there are significant interaction effect between the application learning modelMID assisted crossword mediaand achievement motivation on learning outcomes IPS ( F AB = 5.47 < α = 0.05 ) ; 4) to students who have high achievement motivation , the results of students who following the social studies learning model MID higher than students who following conventional learning (thitung = 5.91 < α = 0.05 ) ; 5 ) for students who have low achievement motivation, student learning outcomes IPS which follows the conventional learning higher than students who following learning model MID (thitung= -4.37 < α = 0.05). On the basic of these findings ,there are someinfluences the implementing MID learning model assisted crossword puzzle media and achievement motivation toward the result of study of social class student in the fifth grade SD gugus untung surapati east Denpasar in the academic year 2013/2014. Kata-kata kunci :Meaningfull Insructional Design, outcomes learning, crossword puzzle,achievement motivation
PENDAHULUAN Kurikulum merupakan acuan dasar dalam pelaksanaan pembelajaran disekolah sebagai suatu kebijakan yang berkaitan dengan masa depan bangsa. Kurikulum saat ini menuntut perkembangan kualitas pendidikan yang lebih maju. Peningkatan kualitas untuk memajukan pendidikan sudah dilalui dengan berbagai cara mulai dari perubahan kurikulum yang terjadi seiring perkembangan jaman dan teknologi yang semakin pesat. Banyaknya pembaharuan yang dilakukan merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh pemerintah untuk peningkatan kualitas tersebut khususnya dalam bidang pendidikan. Pendidikan memiliki peranan penting dalam membangun masyarakat yang cerdas, damai, terbuka dan
demokratis. Pendidikan merupakan kebutuhan yang mendasar bagi setiap individu. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Menurut Solihatin (2011: 1) “ kualitas dan keberhasilan pembelajaransangat dipengaruhi oleh kemampuan dan ketepatan guru dalam memilih dan menggunakan model pembelajaran”. Hal ini berarti perlu adanya suatu inovasi dalam pengembangan pembelajaran khususnya
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Dalam kurikulum, IPS merupakan suatu bahan kajian terpadu yang merupakan penyederhanaan, adaptasi, seleksi, dan modifikasi yang diorganisasikan dari konsep-konsep dan keterampilan-keterampilan Sejarah, Geografi, Sosiologi, Antropologi, dan Ekonomi (Puskur Depdiknas, 2007). Materi pelajaran IPS merupakan penggunaan konsep-konsep dari ilmu sosial yang terintegrasi dalam tema-tema tertentu. Penggunaan model pembelajaran dan media yang mendukung sangat mempengaruhi keberhasilan suatu pembelajaran guna meningkatkan hasil belajar IPS siswa. Kebutuhan akan sarana dan prasarana juga menjadi kebutuhan mendasar dalam peningkatan kualitas pembelajaran tersebut. IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar mulai dari kelas I dalam bentuk tematik. Mulyono (1980:8) menyatakan IPS merupakan perwujudan dari suatu pendekatan inter disipliner dari pengajaran ilmu-ilmu sosial.IPSmerupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, dan ilmu politik. Menurut Gunawan (2011:20) tujuan IPS SD adalah (a) membekali anak didik dengan pengetahuan sosial yang berguna dalam kehidupan kelak di masyarakat; (b) membekali anak didik dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisis dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan di masyarakat; (c) membekali anak didik dengan kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga masyarakat dan berbagi bidang keilmuan serta keahlian; (d) membekali anak didik dengan kesadaran sikap dan mental yang positif serta keterampilan terhadap pemanfaatan lingkungan hidup yang menjadi bagian dari kehidupan; (e) memiliki anak didik dengan kemampuan mengembangkan pengetahuan dan keilmuan IPS sesuai dengan perkembangan kehidupan masyarakat, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Kenyataannya, mata pelajaran IPS kurang diminati oleh siswa. Hal ini dikarenakan pelajaran IPS lebih banyak mengulas
mengenai sejarah yang mana siswa dituntut untuk lebih banyak menghafal. Keadaan ini hendaknya dapat mengubah paradigma seseorang mengenai pelajaran IPS agar pelajaran IPS tetap diminati layaknya mata pelajaran lainnya. Perbaikan kualitas pendidikan yang seperti ini hendaknya dicarikan solusi dalam pemecahan masalahnya. Guru merupakan salah satu faktor yang dapat memperbaiki kualitas pendidikan. Peran guru sangatlah dibutuhkan untuk mendukung terciptanya susasana proses pembelajaran yang menyenangkan, aktif, kreatif dan memungkinkan anak berprestasi secara optimal. Dalam pembelajaran guru perlu menyajikan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi siswa, yang bertujuan untuk terpenuhinya suatu kompetensi dan profesionalisme guru dalam membelajarkan siswa. Teknik penyajian dalam pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara – cara membelajarkan siswa yang dikuasai oleh guru untuk melakukan kegiatan pembelajaran atau menyajikan pembelajaran pada siswa di dalam kelas. Semuanya harus disesuaikan dengan indikator yang ingin dicapai dalam pembelajaran tersebut, serta waktu yang diperlukan dalam mencapai ketuntasan tersebut. Pembelajaran yang inovatif merupakan pengembangan dari suatu proses pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang lebih bermutu. Berbagai model pembelajaran yang ditawarkan dapat memperbaiki pembelajaran yang monoton. Pembelajaran yang inovatif ini juga harus didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai. Dalam hal ini kemampuan guru untuk mengkolaborasikan model – model pembelajaran yang tepat dan efektif digunakan dalam suatu pembelajaran khususnya dalam pelajaran IPS. Penggunaan model pembelajaran yang disertai dengan media yang mendukung juga mempunyai kontribusi dalam meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar. Media memiliki fungsi sebagai pembawa informasi dari sumber (guru) menuju penerima (siswa). Penggunaan media pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran dapat membangkitkan minat
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) belajar siswa. Tanpa media, pembelajaran tidak akan berlangsung secara optimal (Daryanto, 2007:7). Guru dituntut untuk menguasai penggunaan berbagai macam media dan strategi yang menyenagkan serta disesuaikan dengan keadaan sekolah tersebut. Disamping penggunaan model pembelajaran yang memacu semangat siswa untuk belajar, siswa akan dapat belajar dengan baik apabila ia memiliki potensi yang cukup dan belajar sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Oleh karena potensi yang ada pada diri individu berbeda, maka hasil belajarnya juga berbeda satu dengan yang lainnya. Potensi yang dimaksud salah satunya adalah motivasi berprestasi siswa. Ada yang memiliki motivasi berprestasi tinggi danada yang memiliki motivasi berprestasi rendah. Motivasi artinya menggerakkan seseorang untuk bertindak, memiliki fungsi khusus dalam menunjang prestasi. Motivasi merupakan salah satu faktor internal selain konsep diri, minat, kebiasaan, kemandirian belajar, dan lainlain yang mendukung pencapaian prestasi belajar. Sedangkan, faktor eksternal antara lain sarana prasarana, guru, orang tua dan lain-lain (Muhammad Yaumi, 2008). Irwanto dkk (1996) menyatakan motivasi sering disebut sebagai penggerak perilaku (the energizer of behaviour), dengan kata lain motivasi adalah suatu konstruk teoritis terjadinya perilaku yang didalamnya terkandung aspek-aspek pengaturan, pengarahan, dan tujuan. Dengan demikian motivasi berprestasi didefinisikan sebagai keinginan untuk mencapai prestasi sesuai dengan standart yang telah ditetapkan. Menurut Murray (dalam Degeng 2000:3) mendefinisikan motivasi berprestasi sebagai berikut: … the desire or tendency to do things as rapidly and/or aswell as possible…to accomplish something difficult. To master, manipulate and organize physical object, human beings, or idea. To do this as rapidly, and as independently, as possible.To overcome obstacles and attain a high standard. To excel one’s self. To rival and surpass others. To increase self-
regard by the successful exercise of talent. Motivasi berprestasi memiliki landasan teoritik dan empiric yang kokoh, dan perilaku ini telah banyak diamati pada bidang bisnis, sekolah, dan latar lainnya. Berdasarkan observasi yang dilakukan di SD Gugus Untung Surapati Denpasar Timur pada tanggal 2 Desember 2013, perolehan hasil belajar IPS siswa belum optimal. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil belajar IPS siswa sebelumnya pada tahun ajaran 2013/2014 masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebanyak 70%. Faktor lain yang juga mempengaruhi yaitu kegiatan pembelajaran yang masih terpusat pada guru sebagai sumber belajar, guru masih menggunakan cara mengajar konvensional karena belum menguasai model dan pendekatan pembelajaran kreatif inovatif, serta dalam membelajarkan siswa guru belum memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar . Mencermati berbagai permasalahan dan realitas belajar sebagaimana diuraikan diatas, dicoba diterapkan model pembelajaran Meaningfull Instructional Design (MID). Model pembelajaran MID merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kebermaknaan belajar dan efektivitas dengan cara membuat kerangka kerja aktivitas secara konseptual kognitif konstruktivistik. Sintaknya adalah (a) lead-in dengan melakukan kegiatan yang terkait dengan pengalaman, dan konsep – ide; (b) reconstruction melakukan fasilitas pengalaman belajar; (c) production melalui ekspresi – apresiasi konsep. Pada penelitian ini model MID diharapkan nantinya dapat menjadi langkah awal yang akan diterapkan untuk membelajarkan siswa dan menjadi solusi pemecahan dalam menghadapi permasalahan peningkatan hasil belajar IPS untuk mencapai standar ketuntasan karena dengan pembelajaran bermakna ini dapat membantu siswa dalam memahami suatu materi serta melatih pola pikir siswa yang divergen. Terkait dengan permasalahan tersebut, dilakukan penelitian dengan judul“Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Meaningfull Instructional Design(MID)
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) Berbantuan Media Teka – Teki Silang dan Motivasi Berprestasi terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD Gugus Untung Surapati Denpasar Timur Tahun Ajaran 2013/2014 ’’. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPS antara siswa yang melaksanakan model pembelajaran Meaningfull Instructional Design (MID) berbantuan media teka teki silang dengan siswa yang melaksanakan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V semester 2 SD Gugus Untung Surapati Denpasar Timur tahun ajaran 2013/2014, mengetahui perbedaan hasil belajar anatara siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dengan siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah serta pengaruh interaksi antara penerapan model pembelajaran dan motivasi berprestasi terhadap hasil belajar IPS. METODE Penelitian ini dilaksanakan di SD Gugus Untung Surapati Denpasar Timur. Objek penelitiannya adalah siswa kelas V semester genap tahun ajaran 2013/2014. Pada dasarnya penelitian ini bertujuan untukmengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang mengikuti model pembelajaran Meaningfull Instructional Design (MID) berbantuan media teka teki silang dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas V semester 2 SD Gugus Untung Surapati Denpasar Timur tahun ajaran 2013/2014, mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dengan siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah serta pengaruh interaksi yang signifikan antara penerapan model pembelajaran MID berbantuan media teka teki silang dan motivasi berprestasi terhadap hasil belajar IPS. Variabel yang dimanifulasi pada penelitian ini adalah variabel bebas ,variable moderator dan variabel terikat. Variabel bebas merupakan variabel yang dipilih untuk mengetahui pengaruhnya terhadap variabel terikat. Menurut Kerlinger
(dalam Sugiyono,2012:4) variabel bebas merupakan variable yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variable terikat. Sejalan dengan pendapat di atas Darmadi (20011:21) menyatakan variable bebas adalah “ variabel yang menjadi sebab munculnya variabel terikat”.Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran MID berbantuan media teka teki silang.Variabel moderator merupakan variabel yang mempengaruhi hubungan antar variabel baik memperkuat atau memperlemah hubungan. Menurut Tuckman (1988) menyatakan bahwa variabel moderator merupakan variable yang mempengaruhi atau memperkuat hubungan antara variable bebas dengan variable terikat. Variabel moderator dalam penelitian ini adalah motivasi berprestasi. Penggunaan motivasi berprestasi sebagai variabel moderator dimaksudkan untuk menganalisis motivasi prestasi tinggi dan motivasi prestasi rendah pada siswa.Variabel terikat merupakan variabel yang berkaitan erat dengan variabel bebas. Terkait dengan hal tersebut Kidder (1981) menyatakan bahwa variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat, karena adanya variable bebas. Hasil belajar merupakan perilaku yang dimiliki peserta didik sebagai akibat dari proses belajar yang ditempuhnya dan berupa suatu konsep yang bersifat umum didalamnya tercakupi hasil belajar. IPS merupakan perpaduan dari ilmu – ilmu social, karena materinya mengambil bahan – bahan dari ilmu sosial (Etin Solihatin, 2005:14).Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPS. Penelitian ini menggunakan eksperimen semu (quasy experiment) menggunakan Non Equivalent Control Group Design.Dalam rancangan ini, pengambilan subjek tidak dilakukan secara rambang. Rancangan ini dipilih karena selama eksperimen tidak memungkinkan untuk mengubah kelas yang telah ada. Pra tes digunakan untuk menyetarakan pengetahuan awal kedua kelompok sedangkan post tes digunakan untuk mengukur motivasi berprestasi siswa
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) setelah diberi perlakuan (Campbell 1966 : 47). Rancangan analisis penelitian ini adalah rancangan faktorial 2X2. Faktor pemilahnya adalah variabel moderator motivasi berprestasi. Pemilahan dibagi atas dua tingkatan yaitu motivasi tinggi di atas ratarata kelompok (27 % dari atas) dan di bawah rata-rata kelompok (27 % dari bawah ) setelah data diurutkan dari yang paling besar ke yang paling kecil. Dengan pemilahan ini diharapkan dapat menambah kecermatan penelitian ini. Dalam pelaksanaan penelitian ini, pemisahan tingkat motivasi berprestasi siswa bersifat semu artinya dalam kegiatan eksperimen, para siswa tidak dipisahkan secara nyata antara yang memiliki tingkat motivasi tinggi dan motivasi rendah. Dalam suatu penelitian terdapat lingkup yang menjadi daerah generalisasi dari hasil penelitian tersebut yang dinamakan populasi.Trianto (2010:255) menjelaskan populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan populasi adalah keseluruhan subjek yang diteliti yang meliputi manusia, hewan, tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup dan sebagainya sehingga dapat menjadi sumber data penelitian.Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD di Gugus Untung Surapati Denpasar Timur yang terdiri dari 9 SD,yaitu
SD 4 Sumerta, SD 6 Sumerta, SD 7 Sumerta, SD 9 Sumerta, SD 11 Sumerta, SD 14 Dangri, SD Saraswati 3, SD Mi Tawakaldan SD Kuncup Bunga. Setelah populasi ditentukan dilanjutkan dengan menentukan sampel penelitian. Sampel adalah bagian dari populasi (contoh), untuk dijadikan sebagai bahan penelahan dengan harapan contoh yang diambil dan populasi tersebut dapat mewakili (representatif) terhadap populasi (Supangat, 2008:4). Sejalan dengan pendapat diatas menyatakan bahwa sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Trianto, 2010 : 256). Dalam pemilihan sampel penelitian ini tidak dilakukan pengacakan individu, karena
tidak bisa mengubah kelas yang telah terbentuk sebelumnya. Kelas dipilih sebagaimana telah terbentuk tanpa campur tangan peneliti. Penentuan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan teknik random sampling.Cara yang digunakan untuk merandom adalah masing-masing kelas dari sembilan sekolah diberi nomor urut. Dari kesembilan kelas yang ada di Gugus Untung Surapati Denpasar Timur diundisehingga muncul dua sekolah yang dijadikan sampel. Dari hasil random, dua kelas yang muncul yaitu SD 9 Sumerta dan SD 4 Sumerta.Selanjutnta dua sekolah yang muncul diundi kembali untuk mrnentukan kelas eksperimen dan kelas control.Berdasarkan teknik sampling tersebut diperoleh siswa kelas V SD 9 Sumerta sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas V SD 4 Sumerta sebagai kelas kontrol. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data motivasi berprestasi siswadan data hasil belajar IPS.Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode observasi menggunakan kuesioner untuk memperoleh data motivasi berprestasi siswa dan tes menggunakan soal pilihan ganda biasa untuk memperoleh hasil belajar siswa.Jadi untuk memperoleh data tersebut dibutuhkan instrumen.Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan dalam kegiatan mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sitematis dan dipermudah oleh adanya instrumen tersebut diantaranya angket, daftar cocok, pedoman wawancara, lembar pengamatan, soal tes dan skala (Trianto, 2010:263).Dalam penelitian ini instrumen pengumpulan data kognitif yang digunakan adalah dalam bentuk tes. Darmadi (2011:97) mengungkapkan bahwa tes merupakan prosedur sistematik di mana individu yang dites direpresentasikan dengan suatu set stimuli jawaban mereka yang dapat menunjukkan ke dalam angka. Tes biasanya digunakan untuk mengukur hasil belajar kognitif yang berkenaan dengan penguasaan bahan pembelajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pembelajaran. Tes terdiri dari dua jenis yakni tes uraian (esay) dan tes
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) objektif.Karena data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data motivasi berprestasi siswa dan data hasil belajar IPS maka instrumen yang digunakan adalah kuesioner motivasi berprestasi dan tes pilihan ganda biasa.Dalam penelitian ini menggunakan kuesioner dengan pernyataan berjumlah 20 butir dan tes pilihan ganda dengan jumlah butir pertanyaan 35 soal yang telah diuji validitas, reliabelitas, daya beda, dan indeks kesukarannya sehingga perangkat tes dipercaya dapat mengungkapkan penguasaan siswa terhadap pelajaran IPS kelas V. Untuk analisis data digunakan teknik analisis anava dua jalur. Sebelum dilakukan analisis menngunakan uji anava harus dianalisis terlebih dahulu normalitas dan homogenitas data. Formula untuk pengujian signifikansi digunakan uji F. Untuk mengetahui kelompok mana yang lebih unggul, perhitungan berikutnya dilakukan dengan uji simple effect dengant-Scheffe . HASIL DAN PEMBAHASA Berdasarkan hasil deskripsi data diperoleh : 1) hasil belajar IPS siswa yang mengikuti model MID berbantuan media TTS frekuensi paling banyak pada kelas interval 6,9 – 7,4 = 16 orang dan paling sedikit pada kelas interval 8,1-8,6 = 1 orang ; 2) hasil belajar IPS siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional diperoleh frekuensi paling banyak pada kelas interval 5,6 – 6 = 21 orang dan paling sedikit pada kelas interval 4,6-5 = 1 orang; kelas interval 7,1- 7,5 = 1 orang; kelas interval 7,6-8 = 1 orang; 3) hasil belajar IPS siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi, frekunsi paling banyak diperoleh pada kelas interval 69-72 = 15 orang dan paling sedikit diperoleh pada kelas interval 77-80 = 2 orang; kelas interval 81-84 = 2 orang; 4) hasil belajar IPS siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah, frekuensi paling banyak diperoleh pada kelas interval 56-59 = 15 orang; kelas interval 64-67 = 12 dan paling sedikit diperoleh pada kelas interval 77-80 = 2 orang; 5) hasil belajar IPS siswa yang dibelajarkan dengan model MID berbantuan media TTS dan memiliki motivasi berprestasi tinggi diperoleh
frekuensi paling banyak pada kelas interval 6,6-6,9 = 10 orang dan paling sedikit pada kelas interval 8,6-8,9 = 1 orang; 6) hasil belajar IPS siswa yang dibelajarkan dengan model MID berbantuan media TTS dan memiliki motivasi berprestasi rendah diperoleh frekuensi paling banyak pada kelas interval 6,3 – 6,6= 9 orang dan paling sedikit pada kelas interval 5,1-5,4 = 2 orang; kelas interval 5,5-5,8 = 2 orang; 5,96,2 = 2 orang; 7) hasil belajar IPS siswa yang dibelajarkan secara konvensional dan memiliki motivasi berprestasi tinggi diperoleh frekuensi paling banyak pada kelas interval 6,3-6,5 = 9 orang dan paling sedikit pada kelas interval 7,5-7,7 = 1 orang; 8) hasil belajar IPS siswa yang dibelajarkan secara konvensional dan memiliki motivasi berprestasi rendah diperoleh frekuensi paling banyak pada kelas interval 5,5-5,7= 9 orang dan paling sedikit pada kelas interval 4,6-4,8 = 1 orang. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan Chi-kuadrat (X2) pada kedelapan kelompok data yaitu: 1) Kelompok A1 = data kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran IPS dengan model MID berbantuan media TTS ; 2) Kelompok A2 = data kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran IPS dengan pembelajaran konvensional ; 3) Kelompok B1 = data kelompok siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi; 4) Kelompok B2 = data kelompok siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah; 5) Kelompok A1B1 = data kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran IPS dengan model MID berbantuan media TTS dan memiliki motivasi berprestasi tinggi; 6) Kelompok A2B1 = data kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran IPS dengan pembelajaran konvensional dan memiliki motivasi berprestasi tinggi ; 7) Kelompok A1B2 = data kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran IPS dengan model MID berbantuan media TTS dan memiliki motivasi berprestasi rendah; dan 8) Kelompok A2B2 = data kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran IPS dengan pembelajaran konvensional dan memiliki motivasi berprestasi rendah. Perhitungan uji Chi-kuadrat (X2) menunjukkan bahwa harga X2hitungkurang
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) dari harga X2tabel untuk semua kelompok. Ini berarti h0 diterima (gagal tolak), maka kedelapan kelompok data berdistribusi normal. Pengujian homogenitas varians dimaksudkan untuk meyakinkan bahwa perbedaan yang diperoleh dari uji ANAVA dua jalur benar – benar berasal dari perbedaan antar kelompok, bukan disebabkan oleh perbedaan di dalam kelompok. Uji homogenitas varians dalam penelitian ini dilakukan dengan uji Bartlett. Kriteria pengujian terhadap homogenitas yaitu jika nilai yang diperoleh ( 2 2 hitung ) < ( tabel ) dengan signifikansi (0,05),
diperoleh
( hitung ) 2
>
2 ( tabel )
pada
signifikansi (0,05), maka varians setiap sampel tidak sama (tidak homogen ). Dari perhitungan uji homogenitas varians didapat X2hit= 3,31 sedangkan X2tab = 7,81. Ternyata X2hit< X2tab, sehingga H0 diterima. Ini berarti semua kelompok data memiliki varians yang sama atau homogen. Berdasarkan hasil uji prasyarat, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas varians maka data dari semua kelompok berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan mempunyai varians yang sama atau homogen. Oleh karena itu, uji hipotesis dengan ANAVA dua jalur dapat maka varians setiap sampel sama dilakukan.Pengujian terhadap hipotesis (homogen). Akan tetapi, jika nilai yang penelitian dilakukan dengan menggunakan teknik analisis variansdua jalur. Tabel 4.11Tabel Analisis Varians Dua Jalur pada Hasil Belajar IPS SUMBER VARIASI A B inter AB dalam Total
Ftab JK
db
RJK
Fhit
α 0,05
10.49
1
10.49
52.26087
16.15 1.098890 48 16.26
1
16.15
80.46624
1 81
1.10 0.20
5.473553
Karena terdapat perbedaan yang signifikan antara siswa yang dibelajarkan menggunakan model MID berbantuan media TTS dengan siswa yang dilajarkan secara konvensional, siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dengan siwa yang memiliki motivasi berprestasi rendah dan terdapat interaksi yang signifikan penerapan model MID berbantuan media TTS dengan motivasi berprestasi maka perhitungan dilanjutkan untuk mengetahui kelompok mana yang lebih unggul. Karena jumlah n1 dan n2 berbeda maka dilakukan dengan uji simple effect dengan t-Scheffe (thitung), dengan rumus sebagai berikut. Berdasarkan analisis varians dua jalur diperoleh nilai FA sebesar 52,26 sedangkan harga Ftabel sebesar 3,96 untuk taraf signifikansi 0,05%. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS
KEPUTUSAN
terdapat perbedaan 3.96 signifikan Terdapat perbedaan 3.96 signifikan terdapat interaksi 3.96 signifikan
yang yang yang
antara siswa yang mengikuti model pembelajaran MID berbantuan media TTS dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional tahun ajaran 2013/2014. Berdasarkan analisis varians dua jalur diperoleh nilai FB = 80,46 sedangkan harga Ftabel = 3,96 untuk taraf signifikansi 0,05%. Ini berarti hipotesis nol (H0) yang menyatakan tidak terdapat perbedaan hasil belajar IPS antara siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dengan siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah ditolak.Sebaliknya, hipotesis alternatif (Hi) yang menyatakan terdapat perbedaan hasil belajar IPS antara siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dengan siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah diterima.Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang memiliki motivasi berprestasi
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) tinggi dengan siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah tahun ajaran 2013/2014. Hasil perhitungan ANAVA dua jalur menunjukan bahwa, diperoleh FAB = 5,47 sedangkan Ftabel = 3,96 pada taraf signifikansi (0,05). Ternyata FAB lebih dari Ftabel, sehingga H0 ditolak. Hal ini berarti, terdapat interaksi antara penerapan model pembelajaran dan motivasi berprestasi terhadap hasil belajar IPS siswa tahun ajaran 2013/2014.
Tabel uji t 1-2
n1
n2
20
Berdasarkan hasil uji hipotesis pertama, kedua dan ketiga dapat diketahui bahwa, penerapan model pembelajaran MID berbantuan media TTS dan motivasi berprestasi berpengaruh terhadap hasil belajar IPS siswa tahun ajaran 2013/2014. Karena Hi I, II, III diterima secara signifikan maka perhitungan dilanjutkan untuk mengetahui kelompok mana yang lebih unggul. Karena jumlah n1 dan n2 berbeda maka dilakukan dengan uji simple effect dengan t-Scheffe (thitung).
X1 X2 RJKdalam t hit t tabel (0,05;81) keputusan 7.2 24 0 6.40 0.20 5.91 1.99 h0 ditolak
Dari hasil perhitungan di atas, diperoleh thit = 5,91 lebih dari ttabel = 1,99 menyatakan H0 ditolak dan Hi diterima. Hal ini berarti siswa yang dibelajarkan dengan model MID berbantuan media TTS yang Tabel uji t 1-3
n1
n3 20
X1
21
RJK dalam
X3
7.20
memiliki motivasi berprestasi tinggi memiliki perbedaan yang signifikan dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan secara konvensional yang memiliki motivasi berprestasi tinggi.
5.64
t tabel (0,05;81) keputusan
t hit
0.20
11.16
1.99 h0 ditolak
Dari hasil perhitungan di atas, perbedaan yang signifikan dibandingkan diperoleh thit = 11,16 lebih dari ttabel = 1,99 dengan siswa yang dibelajarkan secara menyatakan H0 ditolak dan Hi diterima.Hal ini konvensional yang memiliki motivasi berarti siswa yang dibelajarkan dengan berprestasi rendah. model MID berbantuan media TTS yang memiliki motivasi berprestasi tinggi memiliki Tabel RJK t tabel uji t 1-4 n1 n4 X1 X4 dalam t hit (0,05;81) keputusan 20
20
7.20
6.25
0.20
6.72
1.99 h0 ditolak
Dari hasil perhitungan di atas, perbedaan yang signifikan dibandingkan diperoleh thit = 6,72 lebih dari ttabel = 1,99 dengan siswa yang dibelajarkan dengan menyatakan H0 ditolak dan Hi diterima. Hal model MID berbantuan media TTS yang ini berarti siswa yang dibelajarkan dengan memiliki motivasi berprestasi rendah. model MID berbantuan media TTS yang memiliki motivasi berprestasi tinggi memiliki Tabel RJK t tabel uji t 2-3 n2 n3 X2 X3 dalam t hit (0,05;81) keputusan 24
21
6.40
5.64
Dari hasil perhitungan di atas, diperoleh thit = 5,69 lebih dari ttabel = 1,99 menyatakan H0 ditolak dan Hi diterima. Hal
0.20
5.69
1.99 h0 ditolak
ini berarti siswa yang dibelajarkan secara konvensional yang memiliki motivasi
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) konvensional yang memiliki motivasi berprestasi tinggi memiliki berprestasi rendah. perbedaan yang signifikan dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan secara Tabel RJK t tabel uji t 2-4 n2 n4 X2 X4 dalam t hit (0,05;81) keputusan 24
20
6.40
6.25
Dari hasil perhitungan di atas, diperoleh thit = 1,11 kurang dari ttabel = 1,99 menyatakan Hi ditolak dan H0 diterima. Hal ini berarti siswa yang dibelajarkan secara konvensional yang memiliki motivasi Tabel uji t 3-4
0.20
1.11
1.99 h0 diterima
berprestasi tinggi tidak memiliki perbedaan yang signifikan dibandingkan dengan siswa yang dengan model MID berbantuan media TTS yang memiliki motivasi berprestasi rendah.
RJK t tabel n3 n4 X3 X4 dalam t hit (0,05;81) keputusan 21 20 5.64 6.25 0.20 -4.37 1.99 h0 ditolak
Dari hasil perhitungan di atas, harga thit= 4,37 uji dua pihak berarti harga mutlak, sehingga nilai (-) tidak dipakai. Selanjutnya harga thit dibandingkan dengan ttabel . Ternyata harga thit = 4,37 lebih dari harga ttabel = 1,99. Dengan demikian H0 ditolak dan Hi diterima (Sugiono, 2012 : 181).Hal ini berarti siswa yang dibelajarkan dengan model MID berbantuan media TTS yang memiliki motivasi berprestasi tinggi memiliki perbedaan yang signifikan dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan secara konvensional yang memiliki motivasi berprestasi tinggi. Berdasarkan hasil analisis data padauji hipotesis pertama, ditemukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang mengikuti model pembelajaran MID berbantuan media TTS dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Model pembelajaran MID merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kebermaknaan belajar dan efektivitas dengan cara membuat kerangka kerja aktivitas secara konseptual kognitif konstruktivistik (Suyatno,2009:64).Secara keseluruhan, dengan tidak memperhatikan variabel kendali berupa jenis kelamin, hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran model MID berbantuan media TTS lebih tinggidibandingkan dengan hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajarankonvensional.Sehingga,
temuan ini membuktikan bahwa model pembelajaran yang diterapkan oleh guru IPS dalam pembelajaran, terutama model pembelajaran MID dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa. Berdasarkan hasil analisis data padauji hipotesis kedua, ditemukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dengan siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah. Hal ini berarti hasil belajar IPS siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah.Motivasi berprestasi didefinisikan sebagai keinginan untuk mencapai prestasi sesuai dengan standart yang ditetapkan sebelumnya yang dibedakan menjadi dua yakni motivasi berprestasi tinggi dan motivasi berprestasi rendah. Siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi cenderung berani untuk mengambil resiko gagal sedangkan siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah tidak berani untuk mngambil resiko atau dapat dikatakan hanya mengikuti alur saja.Berdasarkan penjelasan di atas, jadi pada uji hipotesis yang kedua pada siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dan didukung dengan penerapan model pembelajaran yang tepat, maka secara tidak sadar telah mendorong semangat, keinginan atau kemauan, dan ketekunan siswa untuk belajar. Dengan demikian hasil
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) belajar IPS siswa akan maksimal, karena motivasi berprestasi yang dimiliki memperkuat tujuan belajarnya. Berdasarkan hasil analisis data padauji hipotesis ketiga, ditemukan bahwa terdapat interaksi yang signifikan antara penerapan model pembelajaran MID berbantuan media TTS dan motivasi berprestasi terhadap hasil belajar IPS. Hal ini telah ditunjukkan melalui analisis varians duajalur bahwa hasil belajar IPS siswa yang memilki motivasi berprestasi tinggi lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar IPS siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah.Siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan lebih mudah menyesuaikan dan menghubungkan apa yang telah dipahaminya dengan apa yang dibelajarkan oleh guru sebagai sebuah pengetahuan baru dibandingkan dengan siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah. Selanjutnya, siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi akan lebih cepat melakukan pemahaman konsep dan generalisasi secara utuh melalui prosesakomodasi sosialakademis. Selanjutnya, siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah akan lebih lambat melakukan pemahaman konsep dan generalisasi secara utuh.Berdasarkan penjelasan di atas, pengujian hipotesis yang ketiga dapat disimpulkan dengan cara mengkaji pengaruh dua variabel penelitian. Interaksi antara model pembelajaran dengan motivasi berprestasi yang dimiliki siswamempunyai pengaruh interaksi yang cukup signifikan terhadap hasil belajar IPS siswa. Hal ini tampak dari perbedaan perolehan hasil belajar IPS pada setiap kombinasi model pembelajaran yang digunakan dengan motivasi berprestasi yang dimiliki oleh siswa. Motivasi berprestasi yang berperan sebagai variabel moderator atau variabel bebas yang kedua dapat mempengaruhi (memperkuat atau memperlemah) proses dan perolehan hasil belajar IPS siswa pada setting pembelajaran tertentu. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkanhasilpengujian hipotesis dalam penelitian ini diperoleh simpulan yaituada pengaruh penerapan model pembelajaran MID berbantuan media teka
teki silang dan motivasi berprestasi terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SD gugus untung surapati Denpasar Timur tahun ajaran 2013/2014. Berdasarkan kesimpulan tersebut maka ada beberapa saran yang yang dapat diberikan diantaranya, (1) Dari hasil penelitian ini yang menunjukan bahwa model pembelajaran MID berbantuan media teka teki silang memberikan pengaruh terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SD Gugus Untung Surapati Denpasar Timur tahun ajaran 2013/2014. Maka dari itu bagi guru sebagai variasi strategi pembelajaran disarankan untuk menerapkan model pembelajaran MID berbantuan media teka teki silang dalam pelaksanaan pembelajaran IPS. (2) Kepada peneliti lain diharapkan melakukan penelitian dengan model MID berbantuan teka teki silang pada materi IPS yang lain atau mata pelajaran selain IPS serta dengan melibatkan sampel yang lebih luas. DAFTAR RUJUKAN Agung, A.A Gede. 2011. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja : Jurusan Teknologi Pendidikan FIP Undiksha. ------. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Singaraja : Jurusan Teknologi Pendidikan FIP Undiksha. Arikuto,
Suharsimi.2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.
Arsyad,
Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada.
Awalluddin,
dkk. 2009. Statistik Pendidikan 2 SKS. Jakarta Dirjen Depdiknas.
Dahar, Ratna Wilis. 2006. Teori – Teori Belajar & Pembelajaran. Jakarta : Erlangga. Darmadi, Hamid. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Degeng, I Nyoman Sudana. 2000. Applied Approach. Malang: LP3 Universitas Negeri Malang
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) Dimiyati,Gufron.2012.Strategi Belajar Mengajar.Jakarta : Alfabeta
Sugiyono. 2012. Statistika untuk Penelitian . Bandung: Alfabeta.
Irianto, Agus. 2003. Statistik Konsep Dasar Dan Aplikasinya. Jakarta:Kencana Prenada Media Group.
Suyatno.2009.Menjelajah Pembelajaran Inovatif.Surabaya:Masmedia Buana Pustaka. Trianto.
2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta : Prenada Media Group.
Trianto.
2010. Pengantar Penelitian Pendidikan Bagi Pengembangan Dan Profesi Pendidikan Dan Tenaga Kependidikan. Jakarta : Prenada media group
Trianto.
2012. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta : Bumi Aksara
Solihatin, Etin & Raharjo. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta: PT Bumi Aksara. Slavin,
Robert E. 2008. Cooperatif Learning (Teori, Riset dan Praktik). Bandung:Nusa Media
Sudjana, Nana. 1991. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:Remaja Rosdakarya. Sugiyono.
2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Uno, B. Hamzah. 2008. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta : PT. Bumi Aksara.