e-Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD NEGERI 8 PADANGSAMBIAN, KECAMATAN DENPASAR BARAT TAHUN AJARAN 2013/2014 Ni Komang Astri Mahyuni1, I Gede Meter2, I Made Suara3 1, 2, 3
Jurusan PGSD, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail:
[email protected] ,
[email protected] [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar IPA antara siswa yang mendapatkan pembelajaran sengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Negeri 8 Padangsambian, Kecamatan Denpasar barat tahun ajaran 2013/2014. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu dengan menggunakan desain penelitian Nonequivalet Control Group Desaign. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 8 Padangsambian yang terdiri dari tiga kelas yaitu kelas VA, kelas VB dan kelas VC dengan jumlah 124 siswa. Teknik pemilihan sampel yang digunakan adalah teknik random sampling. Setelah dirandom terpilih kelas VA sebagai kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dan kelas VC sebagai kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Teknik pengumpulan data yang digunakan tes objektif pilihan ganda. Analisis data yang digunakan untuk menganalisis data hasil penelitian adalah t-test. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dengan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional terhadap prestasi belajar IPA siswa kelas V SD Negeri 8 Padangsambian, Kecamatan Denpasar Barat tahun ajaran 2013/2014. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil t hitung lebih dari ttabel yaitu sebesar 6,336 > 2,000 dengan perolehan nilai rata-rata hasil belajar kelas eksperimen lebih dari pada kelas kontrol yaitu sebesar 78,50 > 70,58. Dengan demikian penggunaan model pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS) berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri 8 Padangsambian, Kecamatan Denpasar barat tahun ajaran 2013/2014. Kata-kata kunci : Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS), Prestasi Belajar, dan IPA. Abstract This study aims to determine the differences in achievement between students learning science get a bunch of learning Cooperative learning model type using two stay two stray (TSTS) with students who received conventional learning in the fifth grade students of SD Negeri 8 Padangsambian, west of Denpasar District of academic year 2013/2014. This research is a quasi-experimental study using a research design Nonequivalet Control Group Desaign. The population in this study were fifth grade students of SD Negeri 8 Padangsambian which consists of three classes, namely class
e-Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014 VA, VB class and the number of 124 VC-class students. The sampling technique used is random sampling technique. After the class was chosen randomly assigned VA as a class experiment using type Cooperative learning model two stay two stray (TSTS) and VC class as class control using conventional learning models. Data collection techniques used multiple choice objective test. Analysis of the data used to analyze the research data is the t-test. The results showed that there were significant differences in science learning outcomes of students who learned with Cooperative learning model type using two stay two stray (TSTS) with students who learned with conventional learning to science learning achievement fifth grade students of SD Negeri 8 Padangsambian, District of West Denpasar 2013/2014 school year. This is evidenced by the results of more than ttable tcount is equal to 6.336> 2.000 with an average value of the acquisition of learning outcomes experimental class more than the control class in the amount of 78.50> 70.58. Thus the use of cooperative learning model two stay two stray (TSTS) effect on science learning outcomes fifth grade students of SD Negeri 8 Padangsambian, west of Denpasar District of academic year 2013/2014. Key words: Cooperative Learning Model Type two stay two stray (TSTS), Learning Achievement, and IPA.
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi semua manusia karena manusia lahir dalam keadaan yang tidak mempunyai apa-apa dan tidak tahu apapun, dengan pendidikanlah manusia dapat memilih kemampuan pengetahuan dan juga kepribadian yang selalu berkembang. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dikatakan bahwa : " Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirirnya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”. Dalam proses belajar mengajar akan terjadi interaksi antara peserta didik dan pendidik. Salah satu hal penting yang harus diperhatikan dalam proses belajar mengajar adalah seorang guru mampu mengkondisikan proses belajar mengajar berlangsung menyenangkan dan menarik perhatian siswa (Sanjaya, 2009:99). Untuk meningkatkan mutu pendidikan, guru perlu mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran yang berkualitas dengan mengadakan inovasi dalam model, metode, startegi, pendekatan dan media dalam proses pembelajaran. Kualitas pendidikan,
harus disadari juga terdapat banyak faktor penentu keberhasilannya, akan tetapi yang dipandang sebagai kunci utama keberhasilannya adalah proses pembelajaran di dalam kelas dimana siswa dapat aktif dan memahami pembelajaran dengan baik khususnya dalam pembelajaran IPA. Masalah utama dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) saat ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini terlihat pada prestasi belajar IPA siswa yang senantiasa masih sangat memprihatinkan. Masalah ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranyaa dalam poses belajar mengajar guru dominan menggunakan metode ceramah, Tanya jawab dan pemberian tugas individu yang ada di buku pelajaran. Pembelajaran yang berlangsung lebih didominasi oleh guru dimana siswa jarang diberikan kesempatan untuk memperoleh pengalaman belajar secara langsung. Tercapainya tujuan pembelajaran IPA dapat dilihat dari prestasi belajar IPA yang diperoleh siswa. Prestasi belajar IPA berkaitan dengan hasil belajar pada mata pelajaran IPA yang diperoleh siswa. Prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya (Winkel, 1996:162). Untuk mengetahui prestasi belajar dilakukan tes
e-Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014 prestasi belajar yang hasilnya dapat menunjukkan tinggi rendahnya prestasi belajar yang dicapai siswa pada setiap bidang studi. Norma pengukuran tingkat keberhasilan siswa setelah mengikuti proses pembelajaran salah satunya yaitu norma skala dari 0 sampai dengan 100. Semakin tinggi skor yang diperoleh siswa, menunjukkan semakin tinggi prestasi belajar yang diperolehnya (Syah, 2011:150) Menurut Dimyati dan Mudjiono (2010: 4-5) menyatakan prestasi belajar adalah suatu pencapaian tujuan pengajaran yang ditunjukan dengan peningkatan kemampuan mental siswa. Prestasi belajar ini sebagai dampak pengajaran dan dampak pengiring. Dampak pengajaran adalah hasil yang dapat diukur, seperti tertuang dalam rapor, angka dalam ijazah, atau kemampuan meloncat setelah latihan. Dampak pengiring adalah terapan pengetahuan dan kemampuan di bidang lain, suatu transfer belajar. Prestasi belajar yang belum optimal, tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu factor eksternal, internal dan pendekatan belajar. Menurut Nasution (1996 :19) factor strategi pembelajaran yang meliputi model pembelajaran mempengaruhi prestasi belajar. Dengan demikian diperlukan adanya perubahan, pembelajaran harus turut berubah seiring dengan perubahan aspek yang lainnya sehingga terjadi keseimbangan dan kesesuaian dalam meningkatkan prestasi belajar IPA. Pembelajaran yang dapat dijadikan paradigma baru untuk menjawab tantangan perubahan zaman adalah pembelajaran yang inovatif. Salah satu teknik atau model pembelajaran yang memberdayakan siswa adalah model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray (TSTS) atau dua tinggal dua tamu. Tipe pembelajaran Two Stay Two Stray ini dikembangkan oleh Spencer Kagan pada tahun 1992. Menurut Lie (2002:59) “Struktur Two Stay Two Stray memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagi hasil dan informasi dengan kelompok lain”. Hal ini dilakukan karena banyak kegiatan pembelajaran yang diwarnai dengan kegiatan-kegitan individu. Siswa bekerja sendiri dan tidak diperbolehkan melihat pekerjaan siswa
yang lain. Padahal dalam kenyataan hidup di luar sekolah, kehidupan dan kerja manusia saling bergantung satu sama lainnya. Sesuai dengan penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), yang disempurnakan dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), guru mempunyai kebebasan dalam memilih dan menggunakan metode pembelajaran pada suatu pembelajaran untuk menciptakan pembelajaran yang lebih bervariasi. Dengan merancang suasana kelas sedemikian rupa maka siswa mendapatkan kesempatan untuk berinteraksi satu dengan yang lainnya. Salah satu pembelajaran yang mampu meningkatkan interaksi dan kerjasama antarsiswa adalah pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang banyak digunakan dan menjadi perhatian serta dianjurkan oleh para ahli pendidikan. Hal ini dikarenakan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Slavin (1995) dinyatakan bahwa: (1) penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap toleransi, dan menghargai pendapat orang lain, (2) pembelajaran kooperatif dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam berpikir kritis, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan pengalaman. Dengan alasan tersebut, model pembelajaran kooperatif diharapkan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran (Rusman, 2010:205). Salah satu teknik atau model pembelajaran kooperatif adalah tipe Two Stay Two Stray (TSTS) atau dua tinggal dua tamu. Tipe pembelajaran Two Stay Two Stray ini dikembangkan oleh Spencer Kagan pada tahun 1992. Menurut lie (2002:59) “ struktur dua tinggal dua tamu memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagi hasil dan informasi dengan kelompok lain”. Hal ini dilakukan karena banyak kegiatan pembelajaran yang diwarnai dengan kegiatan-kegiatan individu. Siswa bekerja sendiri dan tidak diperbolehkan melihat pekerjaan siswa yang lain. Padahal dalam kenyataan hidup
e-Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014 diluar sekolah, kehidupan dan kerja manusia saling bergantung satu dengan yang lainnya. Menurut Suyatno (2009:660) pembelajaran model Two Stay Two Stray adalah dengan cara siswa berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan kelompok lain. Sintaknya adalah kerja kelompok dua siswa bertamu kekelompok lain dan dua siswa lainnya tetap dikelompoknya untuk menerima dua orang dari kelompok lain, kerja kelompok, kembali kekelompok asal, kerja kelompok dan laporan kelompok. Model pembelajaran Two Stay Two Stray adalah salah satu model pembelajaran yang dapat memberikan siswa untuk saling membagi dan menerima informasi, menerima dan menyikapi pendapat serta dapat beriteraksi dengan siswa lainnya sehingga siswa diharapkan dapat lebih aktif dan dapat berpikir kreatif dalam membagi ataupun menerima informasi. kelebihan pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) adalah siswa lebih aktif dalam proses belajar mengajar dan pembelajaran menjadi lebih bermakna sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar. Sedangkan kekurangan dalam pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) membutuhkan persiapan yang matang karena membutuhkan waktu dalam mengelola kelas yang optimal. METODE Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas V SD N 8 Padangsambian. dasarnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan prestasi belajar IPA antara siswa yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray dengan siswa yang menerapkan model pembelajaran konvensional pada mata pelajaran IPA dengan variabel bebas yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray, dan variabel terikatnya adalah prestasi belajar IPA siswa kelas V SDN 8 Padangsambian Tahun ajaran 2013/2014. Penelitian dilakukan oleh peneliti secara langsung dalam mengajar baik di
kelas control dan juga di kelas eksperimen. Desain eksperimen dilakukan dengan memberikan Posttest-Only Control Design untuk menyetarakan kelas kontrol dan kelas eksperimen. Penelitian ini didahului dengan pengundian/teknik Simple Random Sampling kelas eksperimen dan control dengan memberikan post test tanpa pre test. Dalam penelitian ini, terdapat dua kelompok yang menjadi sampel penelitian yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen diberikan perlakuan berupa model pembelajaran kooperatif tipe Two stay Two Stray dan kelompok kontrol diberikan perlakuan berupa pembelajaran konvensional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SDN 8 Padangsambian tahun ajaran 2013/2014 yang merupakan kelas parallel yaitu VA, VB dan VC. Siswa yang menjadi populasi adalah keseluruhan kelas V SDN 8 Padangsambian. Dari populasi ini sampel yang didapat setelah menggunakan teknik Simple random Sampling yaitu menggunakan kelas Va yang berjumlah 43 siswa dan kelas Vb yang berjumlah 40 siswa. Jadi sampel yang digunakan adalah keseluruhan jumlah kelas Va dan Vb yaitu 83 siswa. Desain eksperimen semu yang digunakan adalah nonequivalent control group design dengan rancangan sebagai berikut.
O1 O3
x
O2 O4
Gambar 1. Desain nonequivalent control group design (Sumber: Sugiyono, 2012:79) Keterangan : O1, O3 = Pre test O2, O4 = Post tes X = Teratment (perlakuan) dengan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS)
e-Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014 Tahapan-tahapan dari prosedur penelitian yang digunakan adalah (1) menentukan materi-materi yang dibahas selama penelitian, (2) menyiapkan instrumen pembelajaran (RPP dan LKS), (3) menyiapkan instrumen penelitian (menyusun tes dan menyiapkan kuncijawaban), (4) mengkonsultasikan instrument. penelitian dengan dosen IPA dan dosen pembimbing, (5) mengadakan uji coba instrumen, (6) melaksanakan pembelajaran, (7) memberikan post-test kepada kepada kedua kelompok, (8) Menganalisis hasil penelitian untuk menguji hipotesis yang diajukan. Pengumpulan data hasil belajar dalam penelitian ini menggunakan metode tes. Yang
merupakan alat untuk mengukur prestasi belajar IPA. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu analisis statisti deskriptif dan analisis statistik inferinsial. Analisis inferensial digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. Sebelum dilakukan analisis data terlebih dahulu dilakukan uji normalitas distribusi dan homogenitas varians terhadap data di sekolah. HASIL DAN PEMBAHASAN Deskirpsi data hasil belajar kelompok eksperimen dan kontrol disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Data Prestasi Belajar Kelompok Ekperimen Dan Kontrol Rata-rata 𝑋1 Standar Deviasi SD Jumlah Subjek N
Kelompok ekperimen 78.50 9,64 43
Hasil perhitungan uji normalitas data hasil belajar IPA pada kelompok eksperimen dengan menggunakan rumus chi-kuadrat, diperoleh Xhitung < Xtabel . berdasarkan tabel distribusi untuk taraf signifikan5% dan dk = 5 diperoleh Xhitung = 5,12 dan Xtabel = 11,07 maka data prestasi belajar IPA untuk kelas eksperimen berdistribusi normal. Hasil uji normalitas data hasil belajar IPA siswa pada kelompok control menunjukan bahwa diperoleh Xhitung < Xtabel . berdasarkan tabel distribusi untuk taraf signifikan5% dan dk = 5 diperoleh Xhitung = 9,75 dan Xtabel = 11,07 maka data prestasi belajar IPA untuk kelas kontrol berdistribusi normal. Rangkuman hasil uji normalitas data kelompok eksperimen dan kelompokkontrol Homogenitas varians data hasil belajar dianalisis dengan uji F dengan
Kelompok Kontrol 70.58 8.03 43
kriteia kelompok memilki varians homogenitas jika Fhitung < F tabel. hasil uji homogenitas varians data hasil belaajr IPA siswa yaitu F hitung 1,44 dan F tabel 1,80 berarti Fhitung < Ftabel, maka prestasi belajar IPA siswa kelas pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol mempunyai varians yang homogen. Hipotesis penelitian yang di uji adalah terdapat perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar IPA siswa yang menggunakan model kooperatif tipe TSTS dan siswa yang menggunakan model konvensional. Kritetia pengujian dalah Ho ditolak jika t hitung >t tabel dimana t tabel diperoleh dari tabel distribusi t pada taraf signifikan 5% dengan dk (n1 +n2) – 2. Rangkuman hasil analisis uji-t ditunjukan pada Tabel 2.
Tabel 2. Rangkuman Hasil Uji-t Kelompok Eksperimen Kontrol
N 43 43
Dk 84
thitung 6,33
t tabel 2.00
e-Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014
Berdasarkan kriteria pengujian karena t hitung > t tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya terdapat perbedaaan yang signifikan prestasi belajar IPA antara siswa yang menggunakan model kooperatif tipe TSTS dengan model konvensional siswa kelas V SD N 8 Padangsambian, Tahun Ajaran 2013/2014 Berdasarkan uji-t diperoleh thitung > ttabel berarti hipotesis yang menyebutkan bahwa terdapat perbedaan secara signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang diberi pembelajaran menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dengan siswa yang diberi pembelajaran konvensional pada taraf signifikansi 5% diterima. Hal ini mengandung arti bahwa siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS) prestasi belajarnya lebih baik daripada siswa yang diajar menggunakan model konvensional. Hal ini disebabkan karena model pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS) merupakan model pembelajaran yang melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status. Menempatkan para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lain dalam mempelajari materi pelajaran. Sehingga pembelajaran ini, para siswa dapat saling membantu, saling berdiskusi dan berargumentasi untuk mengasah khasanah ilmu pengetahuan yang mereka kuasai dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing (Slavin, 2005). Aktivitas belajar dirancang sedemikian rupa sehingga memungkinkan siswa dapat belajar lebih santai, disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, dan rasa percaya diri pada siswa. Prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor. Diketahui bahwa prestasi belajar yang dicapai siswa di sekolah tidak tumbuh dan berkembang begitu saja, akan tetapi merupakan hasil proses suatu interaksi dari berbagai faktor yang mempengaruhi. Faktor-faktor yang mempengaruhi dan menentukan prestasi belajar sangat kompleks. Faktor-faktor itu menentukan tinggi rendahnya prestasi
belajar siswa, dan merupakan hal penting yang perlu dikaji. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi belajar itu sendiri. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa, pada garis besarnya dibedakan menjadi tiga macam, yaitu (1) faktor eksternal yakni kondisi lingkungan di luar siswa, (2) faktor internal yakni keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa, dan (3) faktor pendekatan belajar yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materimateri pelajaran (Syah, 2011:129). Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang diujikan dalam ujian akhir nasional tingkat sekolah dasar. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan dan memiliki sikap yang dilandasi metode ilmiah. Pendidikan ilmu pengetahuan alam menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah dan siswa diarahkan untuk “mencari tahu dan berbuat” sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Menurut Darmojo dan Kaligis (1991:3-5) IPA dapat dipandang sebagai suatu proses dari upaya manusia untuk memhami berbagai gejala alam. Untuk itu diperlukan cara tertentu yang sifatnya analisis, cermat, lengkap dan menghubungkan gejala alam yang satu dengan gejala alam yang lain. IPA dapat dipandang sebagai suatu produk dari upaya manusia memahami berbgai gejala alam. IPA dapat pula dipandang sebagai fakta yang menyebabkan sikap dan pandangan yang mitologis menjadi sudut pandang ilmiah. Iskandar (1997:1), “Ilmu Pengetahuan Alam adalah penyelidikan yang terorganisir untuk mencari pola atau keteraturan dalam alam”. Sedangkan
e-Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014 menurut Darmojo dan kaligis (1991:3-5) mengemukakan bahwa, “ IPA adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dan segala isinya “. Pembelajaran IPA merupakan upaya guru dalam membelajarkan siswanya tentang sains. Mengajar dalam pengertian ini memberi arah sekaligus mengembangkan pemerolehan konsep-konsep sains oleh siswa sendiri. Oleh sebab itu proses mengajar lebih didasarkan oleh kepentingan siswa dalam mendapatkan konsep-konsep, prinsip-prinsip, ketrampilan serta sikap yang dilandasi metode ilmiah. Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka dapat dikatakan Ilmu Pengetahuan Alam merupakan bidang study yang bersifat rasional dan objektif dalam mengembangkan kreativitas berpikir siswa yang melibatkan keterampilanketrampilan dalam memperoleh suatu pengetahuan.Pada hakikatnya IPA dapan dipandang dari segi produk, proses dan segi pengembangan sikap. Artin ya belajar IPA memiliki (1) dimensi proses yaitu proses untuk mendapatkan IPA itu sendiri melalui suatu proses atau metode ilmiah, (2) dimensi hasil (produk) atau sebagai hasil proses berupa pengetahuan yang diajarkann dalam sekolah atau diluar sekolah ataupun bahan bacaan untuk penyebaran pengetahuan yang terdiri dari fakta, konsep, prinsip, teori dan hukum, dan (3) dimensi pengembangan sikap ilmiah terhadap alam sekitar dapat dikembangkan ketika siswa melakukan kegiatan belajar seperti pada saat melaksanakan diskusi kelompok, percobaan, dan simulasi (Sulistyorini,2007:9) Kurikulum pendidikan dasar (1995:61) menyebutkan ada beberapa tujuan dari mata pelajaran IPA yaitu: 1) Memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan seharihari, 2) Memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan, gagasan tentang alam sekitar, 3) Mempunyai minat untuk mengenal dan mempelajari bendabenda serta kejadian di lingkungan sekitar, 4) Bersikap ingin tahu, tekun, terbuka, kritis, mawas diri, bertanggung jawab, bekerjasama, dan mandiri, 5) Mampu menerapkan berbagai konsep IPA untuk menjelaskan gejala-gejala alam dan
memecahkan dalam kehidupan sehari-hari, 6) Mampu menggunakan teknologi sederhana yang berguna untuk memecahkan suatu masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, 7) Mengenal dan memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar, sehingga menyadari kebesaran dan keagungan Tuhan Yang Maha Esa. Untuk dapat memahami dan mengingat materi yang diberikan oleh guru, diperlukannya pembelajaran yang inovatif yang sesuai dengan materi yang diberikan sehingga siswa menjadi lebih aktif dan kreatif. Pembelajaran IPA merupakan upaya guru dalam membelajarkan siswanya tentang sains. Mengajar dalam pengertian ini memberi arah sekaligus mengembangkan pemerolehan konsepkonsep sains oleh siswa sendiri. Oleh sebab itu proses mengajar lebih didasarkan oleh kepentingan siswa dalam mendapatkan konsep-konsep, prinsipprinsip, ketrampilan serta sikap yang dilandasi metode ilmiah. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran terdapat pula pada peningkatan prestasi belajar IPA dan dianggap sesuai dengan tujuan pembelajaran IPA. Pembelajaran yang menarik sangat mempengaruhi minat dan motivasi siswa untuk belajar, sedangkan pembelajaran yang bermakna dapat dilihat dari keaktifan siswa pada saat pembelajaran. Pembelajaran yang menyenangkan akan memberi kesan sendiri bagi siswa sehingga pelajaran mudah dipahami dan tidak mudah dilupakan. Dengan merancang suasana kelas sedemikian rupa maka siswa mendapatkan kesempatan untuk berinteraksi satu dengan yang lainnya. Salah satu pembelajaran yang mampu meningkatkan interaksi dan kerjasama antarsiswa adalah pembelajaran kooperatif. Salah satu teknik atau model pembelajaran kooperatif adalah tipe Two Stay Two Stray (TSTS) atau dua tinggal dua tamu. Tipe pembelajaran Two Stay Two Stray ini dikembangkan oleh Spencer Kagan pada tahun 1992. Tercapainya tujuan pembelajaran IPA dapat dilihat dari prestasi belajar IPA yang diperoleh siswa. Prestasi belajar IPA berkaitan dengan hasil belajar pada mata
e-Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014 pelajaran IPA yang diperoleh siswa. Untuk mencapai Prestasi belajar IPA yang baik maka pengembangan pembelajaran disesuaikan dengan tujuan dan tahap perkembangan anak Sekolah Dasar yang berada pada tahap operasional konkrit. Dalam hal ini, diperlukan upaya-upaya guru yang dapat mempermudah pemahaman siswa, baik dari strategi pembelajaran maupun penggunaan media yang sesuai dengan materi dan karakter siswa agar pembelajaran khususnya IPA dapat menjadi pembelajaran yang menarik dan bermakna bagi siswa. Hal ini didukung temuan di lapangan selama proses belajar mengajar menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS), siswa terlihat lebih aktif. Siswa cenderung siap mengikuti kegiatan pembelajaran dengan mempelajari terlebih dahulu materi yang akan dibahas di kelas. Model pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS) ini, kecenderungan guru menjelaskan materi hanya dengan ceramah dapat dikurangi, sehingga siswa lebih bisa mengkontruksi pengetahuannya sendiri sedangkan guru lebih banyak berfungsi sebagai fasilitator daripada pengajar. Berbeda dengan pembelajaran IPA yang menggunakan pembelajaran konvensional, selama proses belajar mengajar siswa terlihat kurang begitu aktif. Siswa hanya mendengarkan secara teliti serta mencatat poin-poin penting yang dikemukakan oleh guru. Hal ini mengakibatkan siswa pasif, karena siswa hanya menerima apa yang disampaikan guru sehingga siswa mudah jenuh, kurang inisiatif dan bergantung kepada guru. Dalam pembelajaran IPA menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS) siswa dapat bekerja sama dengan teman kelompoknya di mana siswa saling bekerjasama dalam mempelajari materi yang dihadapi. Dalam pembelajaran ini siswa dilatih untuk mempresentasikan kepada teman sekelas apa yang telah mereka kerjakan. Dari sini siswa memperoleh informasi maupun
pengetahuan serta pemahaman yang berasal dari sesama teman dan guru (Slavin, 2005). Perbedaan prestasi belajar yang muncul juga disebabkan karena siswa yang diberi pembelajaran menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS) mempunyai pengalaman dalam bekerja dengan teman kelompoknya tanpa ada rasa canggung dan mampu mempresentasikan pendapatnya dan hasil pekerjaannya kepada teman dalam kelompok lain (Slavin, 2005). Sehingga siswa tidak akan lupa dengan pelajaran IPA khususnya pada standar kompetensi memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam, sehingga hasil belajar IPAnya lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diberi pembelajaran konvensional. Hal ini mendukung hipotesis yang menyatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dengan prestasi belajar IPA siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh maodel Kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) Terhadap prestasi belajar IPA siswa kelas V SD Negeri 8 Padangsambian, Kecamatan Denpasar barat Tahun Ajaran 2013/2014. Dari hasil analisis data yang telah dilakukan dengan uji-t diketahui bahwa thit = 6,336 > ttab = 2,000 (taraf signifikan 5% dan dk = 84 ), maka H0 ditolak dan Ha diterima. Pembelajaran menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray, Guru sebagai fasilitator yang dilanjutkan oleh siswa dengan menggali pengetahuannya sendiri dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagi dan menerima informasi sehingga siswa dapat lebih aktif dan dapat berpikir kreatif dalam membagi ataupun menerima informasi. Dalam pembelajaran IPA menggunakan model pembelajaran
e-Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014 Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS) siswa dapat bekerja sama dengan teman kelompoknya di mana siswa saling bekerjasama dalam mempelajari materi yang dihadapi sehingga siswa memperoleh informasi maupun pengetahuan serta pemahaman yang berasal dari sesama teman dan guru. Ini mengakibatkan pada prestasi belajar IPA yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diberi pembelajaran konvensional. Berdasarkan dengan hasil penelitian yang diperoleh, maka beberapa saran yang dapat diajukan adalah sebagai berikut. 1. Para guru, agar menerapkan model pembelajaran yang inovatif dalam pembelajaran di kelas sehingga prestasi belajar siswa dapat tercapai dengan optimal. 2. Bagi siswa, diharapkan dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai. 3. Sekolah hendaknya dapat menyediakan fasilitas pembelajaran yang lengkap agar guru yang membelajarkan siswa dengan model-model pembelajaran inovatif seperti model pembelajaran Kuantum berbantuan media video Kontekstual, tidak mengalami kendala dalam membelajarkan siswa, sehingga kualitas sekolah akan sejajar atau dapat lebih baik dari sekolah-sekolah yang lain
Burrows, Williams E, Langford, Joseph D. (2003). Learning programming using Visual Basic .NET. McGrawHill. USA Brooks
GF. 1993. Mikrobiologi kedokteran.Alih Bahasa. Mudihardi E, Kuntaman,WasitoEB et al. Jakarta: Salemba Medika
Darmodjo, Hendro Kaligis. 1991. Pendidikan IPA II. Jakarta: Departemen P dan K Dirjen Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kerja Depdiknas, 200 Depdiknas. 2006. Kurikulum 2006 Standar Kompetensi Mata Pelajaran. Jakarta: Depdiknas. Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta : Rineka Cipta Djamarah,Syaiful Bahri. 1994. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya:Usaha Nasional FTK, 2011. Pedoman Kuliah Microteching Jurusan/Prodi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK). UIN Sunan Gunung Djati Bandung: Tidak Diterbitkan. Iskandar. 2011. Hasil Belajar. Jakarta: Pres
DAFTAR RUJUKAN Agustina, Lya Bhektia. 2007. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Dua Tinggal Dua Tamu untuk Meningkatkan Proses dan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X-I Semester 1 SMA Wahid Hasyim. Skripsi. Malang:Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Negeri Malang. Alwi, Hasan. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Arikunto, S. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pensisikan. Jakarta: Bumi Aksara
Lie, Anita.2002. Mempraktikkan Cooperatif Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta : PT. Gramedia. Nurkancana. 2003. Evaluasi Hasil Belajar Mengajar. Surabaya:Usaha nasional Rusman. 2012. Pembelajaran Menggembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta :PT Raja Grafindo Persada Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
e-Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014 Solihatin, Etin dan Raharjo. 2007. Cooperatif Learning. Jakarta: PT Bumi Aksara. Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada Sudjana, Nana 1992. Metode Statistik. Bandung: Tarsito. Sugiyono, 2012. Metode penelitian pendidikan Kualitatif Kuantitatif dan D&R. Bandung: Alfabeta Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajarasn Inovatif. Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka. Syah, Muhibbin.2011. Psikologi Pendiikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset. Winarsunu. 2010. Statistik Dalam Penelitian Psikologi dan Pendidikan. Malang: Universitas Negeri Malang