e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
ANALISIS INTERAKSI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA SISWA KELAS II SEMESTER II SDN 1 PIDPID KECAMATAN ABANG KABUPATEN KARANGASEM TAHUN PELAJARAN 2015/2016 I Gede Marta Widana1, Ndara Tanggu Renda2, I Wayan Widiana3 1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected] 1,
[email protected] 2, wayan
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan interaksi pembelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas II semester II SD Negeri 1 Pidpid Kecamatan Abang Kabupaten Karangasem Tahun Pelajaran 2015/2016. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Subjek penelitian adalah siswa kelas II SDN 1 Pidpid berjumlah 22 orang. Data dalam penelitian dikumpulkan dengan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Data interaksi pembelajaran dikumpulkan dengan metode observasi dan wawancara, sedangkan dokumentasi digunakan untuk melengkapi data yang sudah ada. Data yang sudah terkumpul selanjutnya dianalisis menggunakan Flander’s Interaction Analysis Categories (FIAC). Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru bicara (GB) memiliki persentase sebesar 55,04%, siswa bicara (SB) sebesar 31,41%, kesunyian (K) memiliki persentase sebesar 12,59%, rasio respon guru (RRG) sebesar 43,83%, rasio inisiatif siswa (RIS) sebesar 8,19%, rasio respon langsung guru (RRLG) sebesar 61,06%, rasio pergantian konten (RPK) sebesar 59,36%, dan rasio tetap siswa (RTS) sebesar 0%. Karakteristik pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas mengindikasikan bahwa guru adalah orang yang bertugas menyediakan bahan pelajaran, tetapi yang mengolah dan mencerna adalah siswa. Kata kunci: Interaksi pembelajaran, pembelajaran bahasa indonesia. Abstract This study aimed to describe the interaction of learning Indonesian in the second semester of second grade students of SD Negeri 1 Pidpid Abang, Karangasem in the academic year 2015/2016. This research is descriptive. The subjects were grade II SDN 1 Pidpid was 22 people. The data was collected by observation, interview and documentation. Learning interaction data collected by observation and interviews, while the documentation used to supplement existing data. After collected the data then analyzed using Flander's Interaction Analysis Categories (FIAC). The results showed that teachers talk (GB) has a percentage of 55.04%, the students speak (SB) amounted to 31.41%, the silence (K) has a percentage of 12.59%, the ratio of teacher response (RRG) amounted to 43.83 %, the ratio of student initiative (RIS) amounted to 8.19%, the ratio of direct response to teacher (RRLG) amounted to 61.06%, turnover ratio content (RPK) of 59.36%, and a fixed ratio of students (RTS) amounted to 0%. Characteristics of Indonesian in the classroom learning indicate that the teacher is the person who is responsible for providing learning materials, but the process and the receiving are students. Key word: The interaction of learning, learning Indonesian.
1
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan salah satu wadah dalam pembentukan sumber daya manusia sesuai yang diharapkan. Pendidikan merupakan sebagai sarana pembentukan sumber daya manusia wajib dilakukan berkesinambungan guna mengikuti perubahan jaman dan perkembangan ilmu pengetahuan teknologi (IPTEK). Menurut Santyasa (2003:13), menyatakan pendidikan di Indonesia pada masa sekarang ini ternyata telah mengalami banyak perubahan. Perubahan-perubahan itu terjadi karena telah dilakukan berbagai usaha pembaharuan dalam pendidikan. Pendidikan bertujuan membangun dan mengembangkan potensi peserta didik sehingga menjadi manusia yang berkualitas. Pendidikan mempersiapkan peserta didik untuk hidup dalam masyarakat saat ini dan akan datang. Peranan pendidikan sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka dan demokratis. Oleh karena itu, pembaharuan dalam bidang pendidikan harus selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Tantangan pendidikan pada jenjang Sekolah Dasar (SD) di masa depan disadari akan semakin berat. Hal ini merupakan konsekuensi kemajuan dalam berbagai aspek kehidupan. Pertumbuhan penduduk dan peningkatan taraf hidup dengan sendirinya berdampak terhadap dunia pendidikan. Hal tersebut ditunjukkan dengan meningkatnya aspirasi terhadap perluasan kesempatan belajar maupun tuntutan akan pendidikan yang bermutu. Belajar merupakan kegiatan paling pokok dalam proses belajar mengajar manusia. Terutama dalam pencapaian tujuan institusional suatu lembaga pendidikan atau sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa berhasil tidaknya suatu pencapaian tujuan pendidikan tergantung bagaimana proses belajar mengajar yang dialami oleh individu. Menurut Oemar Hamalik (2011:154), belajar merupakan “perubahan tingkah laku yang relatif berkat latihan dan pengalaman”.
Dalam kurikulum SD, terdapat lima mata pelajaran pokok yang dibelajarkan kepada peserta didik, salah satunya adalah mata pelajaran Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia merupakan salah satu pelajaran yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesusastraan manusia Indonesia. Peran aktif guru dalam penyampaian materi pelajaran Bahasa Indonesia di kelas sangat menentukan diterima atau tidaknya pesan dan informasi oleh siswa. Secara umum, pembelajaran bahasa terjadi semenjak usia dini. Pada masa inilah daya tangkap dan daya ingat anak berkembang dengan pesat dan mampu menyimpan memori dengan sangat baik. Oleh karena itu, guru yang mengajarkan Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar khususnya kelas rendah sejatinya harus ekstra hati-hati dalam memberikan materi, agar anak tidak salah konsep dan memiliki minat verbal (bahasa) yang buruk di kemudian hari. Peaget (dalam suarni dan Gading, 2007:64), menyatakan tingkat perkembangan anak usia SD yang masih dalam kategori praoperasional dengan ciri anak mulai menerima berbagai rangsangan yang masih terbatas. Kemampuan bahasa anak mulai berkembang, meskipun pola pikirnya masih bersifat statis dan masih belum mampu untuk berpikir secara abstrak, persepsi mengenai waktu dan mengenai tempat masih tetap terbatas dan pada tahap operasional konkret cirinya anak sudah mulai berpikir secara rasional, dalam tahap ini tugas-tugas seperti menyusun, melipat, melakukan pemisahan, penggabungan, menderetkan dan membagi sudah dapat dilakukan oleh anak. Bertolak dari pernyataan tersebut, guru harus memiliki inovasi-inovasi agar proses pembelajaran berjalan dengan baik. Dengan adanya inovasi-inovasi, diharapkan nantinya akan tercipta pola
2
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
interaksi yang baik dalam kegiatan pembelajaran. Guru harus mempunyai pola interaksi dan karakteristik pembelajaran yang efektif agar siswa dapat memahami materi yang disampaikan guru tersebut. Tepat atau tidaknya pola interaksi dan karakteristik pembelajaran guru dalam mengajarkan materi di kelas dapat diketahui dari interaksi dalam pembelajaran yang tercipta. Interaksi pembelajaran di dalam kelas menunjukkan tingkah laku antara guru dan siswa, meliputi pertukaran ide, berbagi perasaan dan pengalaman, bersosialisasi, serta perilaku guru terhadap kesalahan siswa. Menurut Chaudron (dalam Purwani, 2009:3), ada empat peran guru yang berpengaruh dalam interaksi kelas yaitu timbal balik antara guru dan siswa, bertanya dan menjawab pertanyaan, negosiasi makna, dan umpan balik (feedback). Interaksi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan hal yang menarik untuk ditelaah. Berdasar pada kenyataan di lapangan, bahwa siswa di kelas rendah masih gemar bercanda, usil dan bermain bersama teman-temannya dibanding mendengar penjelasan guru. Hal ini ditemukan ketika melakukan observasi pada tanggal 11 Januari 2016 di beberapa SD pada gugus VI Kecamatan Abang Kabupaten Karangasem pada saat pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas II. Adapun SD yang dijadikan objek observasi antara lain, SDN 1 Pidpid, SDN 1 Nawe Kerti dan SDN 1 Kesimpar. Diantara ketiga SD yang diteliti, ditemukan interaksi yang paling menarik terjadi di SDN 1 Pidpid. Dibandingkan kedua SD lainnya, SDN 1 Pidpid tampak adanya interaksi yang unik dan tidak kaku dalam pembelajaran. Saat mengikuti pelajaran, siswa dibiarkan untuk berekspresi dan bebas berinteraksi dengan teman di bangku lain. Tidak ada larangan bagi siswa untuk tetap tertib di bangku, sehingga suasana belajar yang terjadi tidak terkesan kaku dan lebih dinamis. Siswa juga tidak segan-segan menyampaikan permasalahan mereka pada guru. Hanya tampak beberapa
siswa yang masih malu-malu. Namun selebihnya siswa sudah leluasa berekspresi menyampaikan masalah mereka kepada guru. Sementara itu, di SDN 1 Nawe Kerti memang memiliki murid paling banyak, sehingga setiap kelasnya dibagi menjadi kelas a dan b. Jumlah murid yang banyak inilah yang membuat guru berupaya keras mengatur anak didiknya yang masih sulit diatur agar mampu tertib mengikuti pelajaran. Saat dilakukan observasi, tidak jauh berbeda dengan yang terjadi di SDN 1 Pidpid. Hanya saja di SDN 1 Nawa Kerti guru lebih menekankan siswa untuk tertib dan memberikan batasan waktu pada siswa jika hendak beraktivitas di luar bangku mereka. Namun siswa tetap dibebaskan untuk berinteraksi dengan teman di sekitar tempat duduk mereka. Lain halnya dengan yang terjadi di SDN 1 Kesimpar. Di SDN 1 Kesimpar, siswa jauh lebih taat kepada guru. Selain itu, jumlah siswa di SDN 1 Kesimpar paling sedikit dibandingkan dengan dua SD sebelumnya. Sehingga, guru lebih mudah mengatur siswa. Guru tidak mengekang sepenuhnya siswa dalam berinteraksi dan berekspresi. Hanya saja di SDN 1 Kesimpar siswa jauh lebih mudah diatur dibandingkan dua sekolah sebelumnya. Berdasarkan hasil observasi secara umum dalam pembelajaran pada ketiga SD tersebut, ditemukan interaksi yang paling unik terdapat pada kelas II SDN 1 Pidpid, sehingga penelitian akan dilakukan di SDN 1 Pidpid. Penelitian dilakukan dengan mengamati interaksiinteraksi unik yang terjadi di kelas II SDN 1 Pidpid. Berdasarkan uraian-uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang interaksi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Karena itu, penting dilakukannya penelitian dengan judul “Analisis Interaksi Pembelajaran Bahasa Indonesia Pada Siswa Kelas II Semester II SDN 1 Pidpid Kecamatan Abang Kabupaten Karangasem Tahun Pelajaran 2015/2016.”
3
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
METODE Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif ditunjukkan untuk mendeskripsikan/menggambarkan suatu keadaan atau fenomena-fenomena apa adanya pada saat penelitian dilakukan. Rancangan kegiatan pada penelitian ini ada tiga tahapan penelitian. Tahapan tersebut meliputi tahap persiapan, tahap pelaksanaan di lapangan, dan tahap pasca lapangan. Subjek penelitian adalah sesuatu yang diteliti baik orang, benda, ataupun lembaga. Subjek penelitian pada dasarnya adalah yang dikenai kesimpulan hasil penelitian. Subjek dalam penelitian ini adalah guru kelas II, dan siswa kelas II berjumlah 22 orang. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode. Metode merupakan langkah strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi untuk mengtahui pola interaksi pembelajaran dan pedoman wawancara untuk guru.
Data yang terkumpul dalam penelitian adalah data interaksi selama proses pembelajaran Bahasa Indonesia di dalam kelas. Data akan dianalisis menggunakan dua langkah. Langkah pertama adalah peneliti menggunakan teknik Flander’s Interaction Analysis Categories (FIAC) untuk mengetahui pola interaksi yang terjadi antara siswa dan guru. Langkah yang kedua yaitu mensinkronkan hasil analisis dari langkah pertama untuk mendeskripsikan karakteristik proses pembelajaran dengan menggunakan teori Lasen-Freeman. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Data penelitian ini adalah interaksi pembelajaran Bahasa Indonesia kelas II semester II SD Negeri 1 Pidpid Kecamatan Abang Kabupaten Karangasem Tahun Pelajaran 2015/2016. Data diperoleh dengan menggunakan instrumen observasi. Adapun analisis data hasil penelitian interaksi pembelajaran Bahasa Indonesia dapat dilihat pada tabel 1 & 2 berikut.
Tabel 1. Aktivitas Guru dan Siswa Observasi I, II & III Kategori
Observasi 1
Observasi 2 Observasi 3
Motivasi
9,90%
5,21%
4,82%
Pujian
0,99%
3,13%
4,82%
Menerima ide siswa
0,99%
1,04%
1,20%
Bertanya
20,79%
25%
21,69%
Mengajar
6,93%
5,21%
7,23%
Mengarahkan
12,87%
10,42%
13,25%
Mengkritik/memberi alasan
2,97%
3,13%
1,20%
Respon siswa
27,72%
32,29%
28,92%
Inisiatif siswa
4,95%
2,08%
3,61%
Diam /ramai
11,88%
12,50%
13,25%
4
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Tabel 2. Hasil Analisis Variabel Interaksi Pembelajaran Bahasa Indonesia Observasi I, II & III Karakteristik Interaksi Observasi Observasi Observasi RataI II III rata Guru Bicara 57,76% 53,13% 54,22% 55,04% Siswa Bicara 32,14% 34,48% 27,62% 31,41% Kesunyian 13,10% 12,5% 13,25% 12,95% Rasio Respon Guru 47,62% 40,91% 42,96% 43,83% Rasio Inisiatif Siswa 7,41% 6,06% 11,11% 8,19% Rasio Respon Langsung Guru 58,65% 60,90% 63,64% 61,06% Rasio Pergantian Konten 59,52% 60,42% 57,83% 59,36% Rasio Tetap Siswa 0% 0% 0% 0% Pembahasan Pola Interaksi Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas II SDN 1 Pidpid. Pola interaksi yang terjadi saat pembelajaran Bahasa Indonesia berlangsung dapat dijawab melalui data aktivitas guru dan siswa dan interpretasi variabel interaksi pembelajaran Bahasa Indonesia. 1. Aktivitas Guru dan Siswa Berdasarkan data aktivitas guru dan siswa observasi I, II & II pada tebel 1 di atas, dapat diketahui bahwa nilai persentase guru dalam memotivasi siswa mengalami penurunan dari observasi pertama, kedua dan ketiga. Pada observasi pertama, persentase guru memotivasi siswa sebesar 9,90%, mengalami penurunan pada obseravsi kedua sebesar 4,69% menjadi 5,21% dan kembali mengalami penurunan pada observasi ketiga sebesar 0,39% menjadi 4,82%. Data tersebut menunjukkan bahwa pada setiap pertemuan persentase motivasi yang diberikan oleh guru tidak selalu sama, tergantung situasi dan kondisi pada saat pembelajaran berlangsung. Kategori pujian mengalami peningkatan dari observasi pertama, kedua dan ketiga. Kategori pujian pada observasi pertama, yaitu 0,99%, mengalami peningkatan pada observasi kedua sebesar 2,14% menjadi 3,13%. Dan pada observasi ketiga mengalami peningkatan kembali sebesar 1,69% menjadi 4,82%. Data tersebut menunjukkan guru sering memberikan
pujian agar siswa mau termotivasi untuk maju. Hal tersebut dibuktikan dengan peningkatan yang terus terjadi dari observasi pertama, kedua dan ketiga. Kategori menerima ide siswa mengalami peningkatan pada observasi pertama, kedua dan ketiga. Pada observasi pertama kategori menerima ide siswa memiliki persentase sebesar 0,99%. Pada observasi kedua mengalami peningkatan sebesar 0,05% menjadi 1,04% dan pada observasi ketiga kembali mengalami peningkatan sebesar 0,16% menjadi 1,20%. Data tersebut menunjukkan bahwa guru berusaha untuk menerima, mengklarifikasi, membangun, atau mengembangkan ide siswa setiap pertemuan pada saat pembelajaran Bahasa Indonesia berlangsung. Kategori bertanya pada observasi kedua memiliki persentase paling tinggi dibandingkan observasi pertama dan ketiga. Pada observasi kedua kategori bertanya memiliki persentase sebesar 25% sedangkan observasi pertama dan kedua kategori bertanya sebesar 20,79% dan 21,69%. Data tersebut menunjukkan bahwa dalam kegiatan pembelajaran guru sering melakukan tanya jawab meskipun persentase bertanya observasi pertama, kedua dan ketiga berbeda. Dibandingkan aktivitas lainnya, guru bertanya memliki persentase terbesar selama observasi dan bisa dikatakan guru selalu mengajukan pertanyaan untuk memancing siswa
5
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
mengekspresikan opininya dalam menjawab pertanyaan. Kategori mengajar pada observasi pertama, kedua dan ketiga memiliki nilai persentase yang berbeda-beda. Pada observasi pertama kategori mengajar sebesar 6,93%, observasi kedua sebesar 5,21% dan observasi ketiga sebesar 7,23%. Data tersebut menunjukan bahwa pada setiap pertemuan persentase guru mengajar tidak selalu sama, tergantung bahan/materi yang disampaikan pada saat pembelajaran berlangsung. Kategori mengarahkan pada observasi pertama, kedua dan ketiga memiliki persentase berbeda-beda. Pada observasi pertama kategori mengarahkan memiliki persentase sebesar 12,87%. Pada observasi kedua mengalami penurunan menjadi 10,42% dan pada observasi ketiga mengalami peningkatan menjadi 13,25%. Data tersebut menunjukkan bahwa pada setiap pertemuan persentase guru mengarahkan tidak selalu sama, tergantung situasi dan kondisi pada saat pembelajaran berlangsung. Kategori mengkritik/ memberi alasan pada observasi pertama, kedua dan ketiga memiliki persentase berbedabeda. Pada observasi pertama kategori mengkritik/memberi alasan memiliki nilai persentase sebesar 2,97%. Pada observasi kedua mengalami peningkatan sebesar 0,16% menjadi 3,13%. Sedangkan pada observasi ketiga mengalami penurunan sebesar 1,93% menjadi 1,20%. Data tersebut menunjukkan bahwa pada setiap pertemuan persentase guru mengkritik tidak selalu sama, tergantung situasi dan kondisi pada saat pembelajaran berlangsung. Hasil analisis terhadap aktivitas yang dilakukan siswa, diketahui bahwa persentase aktivitas siswa pada observasi pertama dalam memberi respon kepada guru lebih rendah yaitu sebesar 27,72% dibandingkan pada observasi kedua yang mengalami peningkatan sebesar 4,57% menjadi 32,29%. Pada observasi ketiga menagalami penurunan sebesar 3,37% menjadi 28,92%. Data tersebut
menunjukkan bahwa respon yang dtunjukan siswa terhadap guru tidak selalu sama, tergantung stimulus yang diberikan guru dan situasi kondisi pada saat pembelajaran berlangsung. Nilai persentase siswa dalam mengungkapkan inisiatifnya pada observasi pertama paling tinggi yaitu sebesar 4,95% dibandingkan pada observasi kedua yaitu sebesar 2,08% dan observasi ketiga yaitu sebesar 3,61%. Data tersebut menunjukkan bahwa inisiatif siswa dalam berbicara hampir sama dari pertemuan satu sampai ketiga. Nilai persentase keramaian atau kesunyian pada observasi pertama lebih rendah yaitu sebesar 3,3% dibandingkan nilai persentase pada observasi kedua dan ketiga yaitu sebesar 12,50% dan 13,25%. Data tersebut menunjukkan bahwa seberapa besar keramaian/keributan yang tercipta pada saat pembelajaran Bahasa Indonesia berlangsung. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran masih banyak dikendalikan oleh guru. Hal tersebut terlihat dari persentase guru bertanya kepada siswa merupakan persentae tertinggi ditinjau dari aktivitas guru. Guru sering menstimulus siswa dengan bertanya untuk memancing siswa agar mau mengikuti pembelajaran pada saat pembelajaran berlangsung. Dan respon siswa juga menunjukkan adanya niat siswa untuk merespon rangsangan dari guru pada saat pembelajaran berlangsung. Hal inilah yang kemudian menciptakan pola interaksi dalam pembelajaran (guru-siswa, siswa-guru dan siswa-siswa). Pernyataan tersebut sejalan dengan sardiman (2014:1), menyatakan interaksi adalah “suatu proses komunikasi atau interaksi baik antara individu satu dengan individu lainya”. 2.
Interpretasi Variabel Interaksi Pembelajaran Bahasa Indonesia Berdasarkan data mengenai variabel interaksi pembelajaran pada Tabel 2. Di atas, dapat dideskripsikan bahwa proporsi guru berbicara (GB),
6
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Siswa Berbicara (SB) dan Kesunyian (K) menunjukkan proporsi aktivitas yang berbeda-beda antara guru dan siswa. Guru berbicara (GB) memiliki persentase yaitu 55,04%. Hal ini mengindikasikan bahwa selama pelajaran berlangsung interaksinya berpusat pada guru yaitu guru yang lebih banyak beraktivitas di kelas dibandingkan dengan siswa. Aktivitas guru meliputi aktivitas secara lisan dan tertulis. Nilai siswa berbicara (SB) sebesar 31,41%, nilai tersebut mengindikasikan interaksi yang dihabiskan oleh siswa selama pelajaran berlangsung. Disi lain, nilai kesunyian memiliki persentase yaitu 12,95%. Nilai kesunyian mengindikasikan bahwa kesunyian atau percakapan yang tidak terindikasikan selama pelajaran berlangsung. Rasio Respon Guru (RRG) sebesar 43,83%, ini mengindikasikan kecenderungan guru dalam bereaksi terhadap ide siswa. Guru cukup responsif dalam berinteraksi dengan siswa. Guru mengulangi jawaban siswa untuk menunjukkan kesetujuannya. Terkadang dia juga memberikan pujian terhadap jawaban siswa. Rasio Inisiatif Siswa (RIS) mengindikasikan proporsi inisiatif siswa dalam memulai pembicaraan. Nilai Rasio Inisiatif Siswa (RIS) sebesar 8,19%, ini menunjukkan siswa memiliki sedikit keinginan untuk mengekspresikan ide mereka. Ini biasanya terjadi pada interaksi yang berpusat pada guru yaitu guru memiliki kekuasaan di dalam kelas dan siswa mengikuti instruksinya. Hal ini mengindikasikan bahwa pertanyaan siswa hanya merupakan hasil stimulus guru (materi yang dijelaskan oleh guru). Ketika siswa diam, guru secara spontan memberikan pancingan kepada siswa dengan cara memuji atau menyatukan ide siswa untuk didiskusikan di dalam kelas. Hal ini ditunjukkan oleh nilai Rasio Respon Langsung Guru (RRLG) sebesar 61,06%. Nilai ini menunjukkan bahwa guru cukup aktif membangun suasana. Guru mengampu kelas dengan baik dengan cara memberi materi lain atau pertanyaan yang menarik siswa untuk mengikuti pelajaran.
Rasio pergantian konten (RPK) menunjukkan seberapa besar peran guru dalam mengarahkan isi pembicaraan. Nilai Rasio Pergantian Konten sebesar 59,36%, nilai tersebut mengindikasikan bahwa guru cenderung langsung mengarahkan siswa ke topik tertentu. Pada saat observasi, guru menggunakan pernyataan dan pertanyaan dalam memberikan informasi kepada siswa. Setelah memberi penjelasan, guru memberikan pemodelan agar siswa bisa memahami apa yang disampaikan guru. Jika kemampuan siswa dalam memahami materi sudah terkesan baik, barulah guru memberikan evaluasi kepada siswa. Evaluasi yang dilakukan berupa soal dengan memberikan pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang sudah disampaikan. Evaluasi tersebut digunakan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam memahami materi yang sudah diberikan. Rasio Tetap Siswa (RTS) adalah indeks kecepatan interaksi guru dan siswa. Nilai rasio tetap siswa sebesar 0%, nilai ini menunjukkan bahwa tidak ada interaksi cepat saat pembelajaran berlangsung. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pola interaksi yang terjadi dalam pembelajaran bersifat multi arah yaitu interaksi guru-siswa, siswaguru, dan siswa-siswa. Interaksi multi arah sama halnya dengan interaksi arah banyak. Interaksi arah banyak menurut Hidayat (2013) yaitu “proses pembelajaran memungkinkan terjadinya arah komunikasi ke segenap penjuru dan masing-masing berlangsung secara timbal balik”. Arah komunikasi bisa terjadi dari guru ke siswa, siswa ke siswa dan siswa ke guru. Namun, interaksinya berpusat pada guru artinya guru memiliki kekuasaan terbesar di dalam pembelajaran dan siswa menjadi objek interaksi. Dalam pembelajaran, guru dan siswa saling memberikan respon timbal balik, sedangkan interaksi siswa satu dengan siswa yang lain berupa diskusi dalam pembelajaran dan tidak melenceng dari materi pengajaran. Inilah sebabnya pola interaksinya bersifat multi arah. Disamping bersifat multi arah, interaksi
7
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
yang terjadi juga bersifat edukatif. Artinya, interaksi guru dan siswa berlangsung dalam suatu ikatan untuk tujuan pendidikan dan pengajaran. Karakteristik Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas II SDN 1 Pidpid Menurut Freeman (1986:2), ada sembilan karakteristik yang menjadi dasar untuk menyimpulkan hasil analisis interaksi kelas. Karakteristik-karakteristik tersebut bisa menggambarkan teknik dan prinsip yang digunakan guru dalam mengajar siswa Sekolah Dasar kelas rendah. Berikut deskripsi karakterikstik pembelajaran di dalam kelas. 1. Metode Pembelajaran Metode pembelajaran yang digunakan guru SD Negeri 1 Pidpid dalam pembelajaran Bahasa Indonesia yaitu metode ceramah, diskusi, domonstrasi, tanya jawab dan penugasan. Penggunaan metode pembelajaran di kelas tergantung situsi dan kondisi dalam pembelajaran. Hal itu dikarenakan agar penggunaan metode bisa tepat sasaran dan kompetensi yang ingin dicapai bisa tercapai dengan baik. Hal itu dibenarkan oleh guru kelas II yang menyatakan memang biasanya dalam mengajar Bahasa Indonesia menggunakan metode ceramah, diskusi, demonstrasi, tanya jawab dan penugasan. 2.Tujuan Guru Menggunakan Metode Pembelajaran Berdasarkan hasil observasi, fokus utama aktivitas pembelajaran adalah agar siswa mampu memahami materi yang disampaiakan guru. Oleh karena itu, dibutuhkan penggunaan metode pembelajaran. Tujuan penggunaan metode pembelajaran yaitu agar kompetensi yang ingin dicapai dapat tercapai dengan baik. Dengan penggunaan metode pembelajaran diharapkan siswa mampu memahami materi yang disampaikan guru pada saat pembelajaran berlangsung. 3. Peran Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran Hasil analisis data mengenai proporsi bicara guru dan siswa di dalam kelas menunjukkan bahwa nilai guru
berbicara (GB) sebesar 55,04%, nilai siswa berbicara (SB) sebesar 31,41% dan kesunyian (K) sebesar 12,95%. Guru berbicara memiliki nilai terbesar yaitu 55,04%, dari nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa guru merupakan satu-satunya orang yang berkuasa di dalam kelas pada saat pembelajaran. Hal ini menunjukkan bahwa interaksinya berpusat pada guru. Guru adalah yang mengatur kelas, menentukan topik diskusi dan memberi pengetahuan baru kepada siswa. Guru menjadi contoh bagi siswa dalam proses pengajaran. Dalam setiap aktivitas, guru akan memulai dari dirinya sendiri kemudian diikuti oleh para siswa. 4. Proses Pembelajaran Proses pembelajaran yang dilakukan di kelas dilukakan seperti pada umumnya. Pada dasarnya proses pembelajaran yang baik memerlukan proses interaksi oleh semua komponen yang terlibat dalam pembelajaran di kelas, baik antara guru dengan siswa, hingga antar sesama siswa itu sendiri. Adapun proses pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas oleh guru kelas II sebagai berikut. Membuka pelajaran, menyajikan materi pembelajaran, menyimpulkan pembelajaran, memberikan umpan balik, melaksanakan penilaian. 5.
Interaksi Guru-Siswa, Siswa-Guru, dan Siswa-Siswa. Interaksi yang terjadi antara guru dan siswa dalam pembelajaran bersifat multi arah. Interaksi multi arah berarti guru dan siswa saling memberikan respon dalam berinteraksi bahkan siswa satu dengan siswa yang lain juga memiliki kesempatan untuk melakukan interaksi yang tidak melenceng dari materi pembelajaran. Pernyataan tersebut dikuatkan oleh nilai Rasio Respon Guru (RRG) yaitu sebesar 43,83% dan nilai Rasio Inisiatif Siswa (RIS) yaitu sebesar 8,19%. Nilai Rasio Respon Guru (RRG) menunjukkan bahwa guru cukup responsif dalam menyikapi ide dan inisiatif siswa, sedangkan nilai Rasio Inisiatif Siswa (RIS) mengindikasikan bahwa proporsi bicara siswa dalam merespon guru dan mengekspresikan
8
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
ide/inisiatif cukup tinggi. Interaksi siswa satu dengan siswa yang lain terjadi dalam bentuk diskusi yang tidak melenceng dari materi pembelajaran. Pernyataan tersebut dibuktikan oleh nilai siswa dalam berbicara (GB) sebesar 31,41%. Jika Rasio Inisiatif Siswa (RIS) sebesar 8,19%, maka nilai interaksi siswa satu dengan siswa lain sebesar 23,22%. 6. Perasaan Siswa Selama Pembelajaran Guru sangat memperhatikan perasaan siswa selama pembelajaran berlangsung. Guru selalu memberikan perhatian kepada siswa yang kurang bersemangat dalam belajar, yaitu dengan cara memberikan motivasi kepada mereka. Ketika siswa sudah merasa bosan dengan pembelajaran, guru selalu mengadakan trik-trik khusus untuk membuat para siswa kembali semangat dengan cara memberikan reward dan sesekali mengajak mereka bernyanyi, dengan catatan semua itu tidak melenceng dari topik utama pengajaran 7. Peran Bahasa Siswa Selama berinteraksi di dalam kelas, guru dan siswa lebih sering menggunakan bahasa Indonesia sebagai komunikasi bukan sekedar sebagai pengatahuan saja karena memang dalam mengajarkan Bahasa dan Sastra Indonesia guru dituntut selalu menggunakan bahasa Indonesia sebagai komunikasi. Dari hasil observasi, dapat disimpulkan bahwa penguasaan bahasa Indonesia siswa kelas II SD Negeri 1 Pidpid sudah baik. Ini terkait dengan fokus pelajaran yang akan membuat siswa fokus pada kemampuan berbahasa Indonesia. Siswa menggunakan bahasa bali ketika siswa tidak tahu bagaimana mengekspresikan ide ke dalam bahasa Indonesia, sebaliknya guru juga menggunakan bahasa bali ketika siswa tidak memahami materi yang diajarkan. 8. Konsep Evaluasi Evaluasi yang digunakan guru berupa tes. Tes dilakuakan pada saat evaluasi. Dari hasil tes inilah dapat diketahui tingkat kemampuan siswa kelas II dalam memahami materi yang sudah diajarkan. Tingginya tingkat kemampuan
siswa dapat diasumsikan bahwa guru telah berhasil dalam mengajarkan materi yang diberikan. 9. Respon Guru Terhadap Kesalahan Siswa Dalam memeberikan pendapat, pasti ada siswa yang salah dalam mengajukan jawaban. Bagaimanakah cara guru merespon siswa yang salah tersebut? Pada saat proses pembelajaran, terlihat guru kelas II SDN 1 Pidpid dalam mengoreksi kesalahan siswa selalu mengutamakan perasaan siswa. Pada saat mengajar guru selalu memberikan kata reward/pujian meskipun siswa salah menjawab pertanyaan dari guru. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut. Pola interaksi yang terjadi pada pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas II SDN 1 Pidpid bersifat multi arah dan berpusat pada guru. Interaksi multi arah berupa interaksi guru-siswa, siswa-guru, dan siswa-siswa. Interaksi yang berpusat pada guru artinya guru yang memiliki kekuasaan terbesar dalam pembelajaran di dalam kelas namun tidak bersifat diktator dan siswa menjadi objeknya. Pernyataan tersebut dapat dibuktikan dengan nilai yang dihasilkan pada aktivitas guru berbicara (GB) yang memiliki nilai yaitu 55,04%, Rasio Respon Guru (RRG) menghasilkan nilai rata-rata sebesar 43,83%, dan Rasio Respon Langsung Guru (RRLG) menghasilkan nilai rata-rata sebesar 61,06%. Namun, dalam pembelajaran guru tidak bersifat diktator karena guru mengimbangi aktivitas ber bicaranya dengan aktivitas berbicara siswa yaitu sebesar 31,41% dan Rasio Inisiatif siswa (RIS) sebesar 8,19%. Interaksi yang terjadi dalam pembelajaran merupakan jenis interaksi edukatif. Artinya, interaksi guru dan siswa berlangsung dalam suatu ikatan untuk tujuan pendidikan dan pengajaran. Karakteristik pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas yang dilakukan guru dan siswa kelas II SD Negeri 1 Pidpid mengindikasikan bahwa guru adalah
9
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
orang yang bertugas menyediakan bahan pelajaran, tetapi yang mengolah dan mencerna adalah para siswa. Oleh karena itu guru selalu membimbing dan menyediakan kondisi yang kondusif agar anak didik dapat berkembang dengan cara memberikan kesempatan sebanyakbanyaknya kepada siswa dalam mengekspresikan ide/inisiatif dan bakatnya serta menciptakan suasana pembelajaran yang santai dan tidak kaku dengan cara sesekali mengajak siswa untuk bernyanyi. Kemudian secara umum bahasa indonesi lebih banyak digunkan dalam proses pembelajaran dan bahasa bali digunakan apabila siswa tidak memahami apa yang disampaikan guru. DAFTAR PUSTAKA Abbas, Saleh. 2006. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas Rendah. Singaraja: Pendidikan Dasar IKIP Negeri Singaraja. Agung, A. A. Gede. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan Undiksha. Agung, A. A. Gede. 2014. Buku Ajar Metodologi Penelitian. Malang: Aditya Media Publishing. Candiasa, I M. 2011. Statistik Multivariat Disertai Aplikasi dengan SPSS. Buku Ajar (Tidak Diterbitkan). Undiksha Singaraja. Purwani, Rani. 2009. “Deskripsi Interaksi Siswa dan Guru dalam Pembelajaran Membaca Puisi Anak di Sekolah Dasar Kelas Rendah Melalui Teori Flander dan LarsenFreeman”. Tersedia pada:www. hebes. mdx. ac. uk/ teaching/ research/ PEPBL/ methpap6. pdf. (10/01/2016). Sardiman. 2014. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.
10