e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
PENGARUH PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM MATA PELAJARAN IPS TERHADAP SIKAP SOSIAL SISWA DENGAN KOVARIABEL INTENSITAS HUBUNGAN DALAM POLA ASUH KELUARGA PADA SISWA KELAS IV SD DI PEDESAAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Luh Md. Sariasih1, Nym. Dantes2, I Md. Tegeh3 1
Jurusan PGSD, 2Jurusan BK, 3Jurusan TP, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendekatan saintifik terhadap sikap sosial, setelah diadakan pengendalian terhadap variabel intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga pada siswa kelas IV SD di Pedesaan. Jenis penelitian ini termasuk penelitian eksperimen. Desain yang digunakan yakni single factor independent groups design with use of covariate. Populasi dalam penelitian ini seluruh siswa kelas IV SD di Pedesaan, gugus III Kecamatan Dawan dengan jumlah sampel 51 siswa yang dipilih dengan teknik random sampling. Data dikumpulkan dengan metode kuesioner. Analisis hipotesis menggunakan anava, anakova, dan korelasi product moment. Hasil penelitian menunjukkan (1) Fhitung > Ftabel (165,128 > 3,23) sehingga Ho ditolak, artinya terdapat perbedaan sikap sosial antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan saintifik dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan konvensional. (2) Fhitung > Ftabel (77,67 > 5,32) sehingga Ho ditolak artinya setelah diadakan pengendalian terhadap intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga, terdapat perbedaan sikap sosial siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan saintifik dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan konvensional. (3) Fhitung > Ftabel (3,894 > 2,021) sehingga Ho ditolak, artinya terdapat kontribusi intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga terhadap sikap sosial siswa. Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif pendekatan saintifik terhadap sikap sosial, setelah diadakan pengendalian terhadap intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga pada siswa kelas IV SD di Pedesaan. Kata-kata kunci: saintifik, sikap sosial, pola asuh, pedesaan Abstract This research aims to determine the influence of scientific approaches to social attitude, having held control of variable intensity of relationships within the family on a parenting in fourth grade students in the countryside. This kind of research including research experiments. The design used the single factor independent groups design with use of covariate. The population in this research the entire of fourth grade students in the countryside, the cluster of fourth grade students at Gugus III Dawan with total sample 51 students who were selected by random sampling techniques. Data collected by questionnaire method. Analysis of hypothesis uses anava, anakova, and the product moment correlation. The results showed (1) F hitung > Ftabel (165,128 > 3.23) so Ho is rejected, meaning that there is a difference between social attitudes of students who follow a scientific approach to learning, and students who follow the conventional approach to learning. (2) F hitung > Ftabel (77,67 > 5.32) so Ho denied that once held control of intensity of relationships in family, parenting, there is a difference of the social attitudes of students who follow a scientific approach to learning, and students who follow the
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
conventional approach to learning. (3) F hitung > Ftabel (3,894 > 2,021) so that there is a meaning denied, Ho's contributions to the intensity of the relationships within the family parenting social attitude towards students. Based on the results of the study, it was concluded that there is a positive influence social attitudes towards scientific approaches, After having held control of the intensity of the relationships within the family on a parenting of fourth grade students in the countryside. Key words
: scientific, social attitude, parenting, countryside.
PENDAHULUAN IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) merupakan salah satu mata pelajaran wajib di Sekolah Dasar. IPS menurut Susanto (2013) adalah “ilmu pengetahuan yang yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial dan humaniora”. Pembelajaran IPS di SD bertujuan untuk memberikan pengetahuan dasar dan mengembangkan keterampilan berpikir serta sikap dasar siswa yang sesuai dengan kenyataan kehidupan sosial siswa sehari-hari di masyarakat (Nasution, 2004). Pendidikan IPS juga mengembangkan sikap dan keterampilan peserta didik agar dapat hidup bermasyarakat, bangsa, dan negara. Manusia pada hakikatnya merupakan makhluk sosial, sehingga dalam kesehariannya manusia selalu melakukan interaksi dengan individu lain dalam masyarakat. Untuk dapat melakukan interaksi sosial, manusia memiliki sikap sosial. Sikap sosial menentukan cara individu untuk menghadapi individu lainnya dalam masyarakat atau masyarakat luas. Sikap sosial seseorang akan membantunya untuk dapat berada di tengah-tengah kelompok sosial atau masyarakat. Setiap orang sejak lahir sudah memiliki sikap sosial. Sikap sosial tersebut akan berkembang lagi saat siswa memasuki lingkungan sekolah. Gerungan (2000:165) menyatakan “sikap sosial merupakan respon yang sama dan terus menerus diberikan kepada objek sosial sehingga terjadi tingkah laku yang berulang terhadap objek sosial, tidak hanya oleh satu orang tapi oleh banyak orang”. Tujuan utama pendidikan sikap sosial adalah membangun kesadaran interpersonal yang mendalam dalam diri siswa. Siswa dibimbing agar mampu menjalin hubungan sosial yang harmonis dengan orang lain melalui sikap dan
perilaku yang baik, sikap yang perlu dilatih yakni empati, suka menolong, jujur, bertanggung jawab, dan menghargai pendapat orang lain. Sikap sosial seseorang dapat dilihat dari beberapa aspek seperti disiplin, tanggung jawab, jujur, toleransi, gotong royong, sopan santun, dan percaya diri. Sikap sosial sangat diperlukan untuk dapat membantu mengembangkan diri siswa dalam bidang sosial, pengetahuan, dan keterampilan sehingga siswa dapat berkembang menjadi warga negara yang memiliki kepribadian baik dan dapat mengembangkan keterampilan bergaul (Djaali, 2008). Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah telah mengisyaratkan tentang perlunya proses pembelajaran yang dipandu dengan kaidah-kaidah ilmiah. Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada siswa dalam mengenal dan memahami berbagai materi meggunakan pendekatan ilmiah. Siswa diarahkan agar aktif mencari informasi dari berbagai sumber. Guru hanya sebagi pembimbing dan memfasilitasi siswa dalam belajar. Hal ini dilakukan agar dapat mengembangkan sikap, keterampiln dan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa secara optimal. Namun kenyataannya di lapangan, sikap sosial yang dimiliki oleh siswa masih tergolong rendah. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas dan observasi langsung saat pembelajaran, sikap sosial siswa dapat dikatakan masih tergolong rendah. Masih banyak siswa yang tidak disiplin dalam kelas, seperti tidak memperhatikan guru saat menjelaskan dan mengobrol dalam kelas. Selain iru, siswa masih mali-malu dan enggan ketika diminta untuk menanggapi pertanyaan maupun
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
bertanya. Saat diskusi kelompok, siswa mengeluh karena tidak ingin satu kelompok dengan teman yang kurang atau nakal. Secara umum siskap sosial siswa kelas IV di gugus III Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung masih kurang. Terdapat banyak faktor yang menyebabkan tidak berkembangnya sikap sosial siswa ke arah yang posistif sehingga dikatakan siswa memiliki sikap sosial yang rendah. Salah satunya yakni proses pembelajaran di sekolah karena sebagian besar waktu siswa dihabiskannya di sekolah. Pembelajaran yang diterapkan oleh guru kurang melibatkan siswa secara aktif dalam setiap pembelajarannya. Guru yang tinggal dipedesaan cenderung masih tetap menggunakan pendekatan pembelajaran satu arah atau yang biasa disebut pendekatan konvensional. Pembelajaran yang diterapkan oleh guru hanya sebatas pada kegiatan guru menerangkan, siswa mendengarkan, kemudian guru memberikan tugas kepada siswa untuk dijawab sendiri tanpa adanya interaksi antara siswa dengan guru maupun dengan siswa lainnya. Siswa menjadi tidak terbiasa bertanya maupun berpendapat. Kegiatan yang monoton dan tidak melibatkan siswa menyebabkan siswa cepat merasa bosan sehingga lebih memilih untuk melakukan aktivitas lain yang tidak berhubungan dengan pembelajaran. Tidak adanya interaksi antara siswa dengan guru maupun siswa dengan siswa juga menyebabkan siswa hanya akan bergaul dengan teman dekatnya atau hanya dengan teman yang pintar. Penerapan pendekatan seperti diatas, tidak akan dapat menumbuhkan serta mengembangkan sikap sosial siswa ke arah yang posistif. Oleh karena itu, untuk mewujudkan pelaksanaan pembelajaran yang berkualitas, bermakna, dan dapat mengembangkan sikap sosial siswa ke arah yang positif diperlukan pendekatan pembelajaran yang efektif di kelas untuk lebih mengoptimalkan perkembangan sikap siswa. Pembelajaran yang menyenangkan, melibatkan siswa secara aktif, dan adanya komunikasi dan interaksi multi arah tentu dapat menumbuhkan dan mengembangkan sikap sosial siswa ke arah yang positif.
Salah satu pendekatan yang dapat diterapkan oleh guru yakni pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik menurut Edwerd dan Loviregde (dalam Kurniasih, 2014) merupakan pendekatan pembelajaran yang mengajarkan tentang pembelajaran berdasar pada pengalaman yang didapat dari lingkungan dan dikaitkan dengan pembelajaran yang dilalui. Sedangakan menurut Daryanto (2014) pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif menemukan sendiri konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, menyimpulkan, dan mengomunikasikan konsep atau prinsip yang ditemukan. Pendekatan saintifik bertujuan agar peserta didik mengenal, memahami berbagai materi dengan menggunakan pendekatan ilmiah, dan memahami bahwa materi atau informasi tidak hanya datang dari guru saja namun materi atau informasi tersebut bisa datang kapan saja dan dari mana saja. Kurniasih (2013) juga menyatakan pendekatan saintifik ini sangat relevan dengan dua teori belajar, yakni teori belajar Bruner dan teori Piaget. Dalam teori belajar Bruner yang disebut juga dengan teori belajar penemuan. Siswa akan dapat mengembangkan potensi yang dimiliki apabila siswa terlibat langsung dalam melakukan penemuan-penemuan untuk mengetahui masalah dan mengumpulkan informasi guna menyelesaikan permasalahan tersebut. Hal ini sejalan dengan langkah-langkah pembelajaran yang terdapat dalam pendekatan saintifik yakni 5M (mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/mencoba, mengasosiasi/menalar, dan mengkomunikasikan). Siswa terlibat langsung dalam menemukan jawaban dari permasalahan. Peserta didik adalah subjek yang memiliki kemampuan untuk secara aktif mencari, mengolah, mengkonstruksi, dan menggunakan pengetahuan. Untuk itu pembelajaran harus berkenaan dengan kesempatan yang diberikan kepada peserta
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
didik untuk mengkonstruksi pengetahuan dalam proses kognitifnya. Agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, peserta didik perlu didorong untuk bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, dan berupaya keras mewujudkan ide-idenya. Selain faktor pembelajaran di sekolah, terdapat faktor lain yang juga dapat mempengaruhi pembentukan dan perkembangan sikap sosial siswa. Faktor tersebut yakni intensitas hubungan dalam pola asuh yang diterapkan dalam keluarga siswa itu sendiri. Keluarga berfungsi mendidik dan membimbing anak agar dapat bertindak sesuai dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Oleh sebab itu, intensitas atau kecendrungan orang tua dalam mengasuh, mendidik, dan membimbing anak akan menentukan sikap yang dimilikianaknya kelak. Pola asuh yang diterapkan oleh satu keluarga, berbeda dengan keluarga lainnya dan dapat berubah-ubah atau tidak tetap. Kecendrungan atau intensitas pola asuh tersebut bergantung pada diri masingmasing orang tua dan situasi serta kondisi lingkungan dalam keluarga. Oleh karena intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga yang berbeda-beda, maka intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga tersebut harus dikendalikan agar guru dapat mengembangkan sikap sosial siswa secara optimal melaui penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran. Berdasarkan uraian tersebut, dapat dilihat bahwa pembelajaran pendekatan saintifik sangat berbeda dengan pembelajaran pendekatan konvensional.
Perbedaan ini dapat dilihat dari sintaks yang digunakan dalam pembelajaran. Dengan adanya perbedaan-perbedaan tersebut diyakini memberikan efek yang berbeda terhadap pemahaman sikap sosial siswa. Selain adanya penerapan pendekatan dalam pembelajaran, terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi sikap sosial siswa, dalam hakl ini dalah intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga. Dengan demikian tujuan dari penelitian ini yakni (1) mengetahui perbedaan sikap sosial antara kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan pendekatan saintifik dan kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan pendekatan konvensional pada siswa kelas IV SD di Pedesaan, (2) mengetahui perbedaan sikap sosial antara kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan pendekatan saintifik dan kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan pendekatan konvensional setelah diadakan pengendalian terhadap intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga, (3) mengetahui kontribusi intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga terhadap sikap sosial siswa. METODE Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen. Desain penelitiannya yakni “Single Factor Independent Groups Design With Use Of Covariate”. Desain ini meneliti pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dengan mengendalikan variabel lain yang mungkin mempengaruhi variabel terikat selain variabel bebas yang diteliti oleh peneliti. Desain ini dapat dilihat pada Tabel 1. berikut ini.
Tabel 1. Design Single Factor Independent Group Design With Use Of Covariat A1 A2 X Y X Y (Dantes, 2012) Keterangan: A1 = pendekatan saintifik, A2 = pendekatan konvensional, X = intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga, Y = sikap sosial Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswakelas IV SD di gugus III Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung
yang berjumlah 107 siswa. Dari 4 SD yang di gugus III dilakukan uji kesetaraan untuk menentukan sampel setara atau tidak.
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
Penentuan sampel menggunakan teknik random sampling. Teknik random sampling ini dilakukan terhadap pasangan-pasangan kelas setara yang terpilih sebagai sampel di SD Gugus III Kecamatan Dawan. Hal ini dilakukan mengingat kelas-kelas sudah tersedia dan tidak memungkinkan mengubah kelas yang ada. Hasil uji kesetaraan pada populasi didapatkan 2 sekolah yang setara yaitu SD N 2 Kusamba dan SD N 4 Kusamba.kemudian dari 2 SD tersebut dilakukan pengundian untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. dari hasil pengundian, didapatkan SD N 2 Kusamba sebagai kelas eksperimen dan SD N 4 Kusamba sebagai kelas kontrol. Pada kelas eksperimen diterapkan pembelajaran dengan pendekatan saintifik dan kelas kontrol diterapkan pembelajaran dengan pendekatan konvensional. Variabel terikat dalam penelitian ini adalahsikap sosial siswa. Sedangkan variabel bebasnya dalah pendekatan saintifik pada kelompok eksperimen dan pendekatan konvensional pada kelompok kontrol. Data dikumpulkan dengan menggunakan menggunakan metode kuesioner intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga dan sikap sosial siswa. Masing-masing kuesioner terdiri atas
20 pernyataan dengan 5 alternatif jawaban yang sesuai dengan skala Linkert. Sebelum melakukan analisis data, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yakni uji normalitas sebaran data dengan rumus chi-kuadrat, uji homogenitas antar kelompok menggunakan uji Bartlet, uji linieritas dan keberartian arah regresi. Selanjutnya dilakukan uji hipotesis, hipoteis pertama menggunakan anava satu alur, hipotesis kedua menggunakan anakova, dan hipotesis ketiga menggunakan analisis product moment yang perhitungannya dilakukan dengan bantuan Microsoft Excel 2010 for Windows. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis deskripsi data dilakukan terhadap skor hasil kuesioner intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga dan sikap sosial pada kelas kontrol dan kelas eksperimen yang meliputi rata-rata, median, modus, standar deviasi (SD), varians, rentangan, skor maksimum, dan skor minimum. Secara ringkas, hasil perhitungan deskripsi data intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga dan sikap sosial siswa pada kelas kontrol dan eksperimen disajikan pada Tabel 1. berikut.
Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Analisis Deskripsi Data Intensitas Hubungan dalam Pola Asuh Keluarga dan Sikap Sosial Siswa Analisis Mean Median Modus Varians Standar deviasi Skor minimum Skor maxsimum Rentangan
A1 X 74,38 74,50 76,00 56,17 7,49 56 90 34
Sebelum melakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat penelitian yang terdiri dari uji normalitas sebaran data, uji homogenitas varians, dan uji linieritas dan keberartian arah regresi. Uji normalitas sebaran data ini dilakukan untuk mengetahui sebaran data dari masingmasing kelas kontrol dan eksperimen
A2 Y 89,35 90,50 95,00 29,44 5,43 74 96 22
X 64,36 62,00 60,09 94,99 9,75 51 85 34
Y 68,36 67,50 65,00 38,74 6,22 56 79 23
berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan rumus chi kuadrat. Berdasarkan hasil perhitungan data intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga kelas kontrol didapatkan hasil X2hitung < X2tabel (7,684 < 11,070). Sedangkan pada kelas eksperimen didapatkan hasil
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
X2hitung < X2tabel (3,426 < 11,070) sehingga sebaran data intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga pada kelas kontrol dan eksperimen tersebut berdistribusi normal. Hasil analisis uji normalitas sebaran data sikap sosial siswa kelas kontrol 2 2 mendapatkan hasil X hitung < X tabel (4,784 < 11,070). Sedangkan pada kelas eksperimen mendapatkan hasil X2hitung < X2tabel (3,434 < 11,070) sehingga sebaran data sikap sosial siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen tersebut berdistribusi normal. Hasilo uji homogenitas data intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga menunjukkan Fhitung < Ftabel (0,5913 < 4,38, sedangkan data sikap sosial siswa juga menunjukkan Fhitung < Ftabel (0,7599 < 4,38), sehingga data intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga dan sikap sosial siswa bersifat homogen atau sama. Hasil uji linieritas dan keberartian arah regresi mendapatkan hasil Fhitung yang diperoleh yakni sebesar 1,94. Sedangkan Ftabel 2,01, sehingga Fhitung lebih kecil dari Ftabel (Fhitung < Ftabel) sehingga bentuk regresi
linier. Pengujian keberartian arah regresi memperoleh hasil Fhitung sebesar 62,885. Sedangkan Ftabel 4,26, sehingga Fhitung > Ftabel yang berarti koefisien arah regresi bersifat nyata (signifikan) sehingga regresi yang diperoleh berarti. Setelah melakukan uji prasyarat, kemudian dilanjutkan dengan uji hipotesis. Uji hipotesis pertama menggunakan analisis varians (Anava). Hipotesis yang diuji adalah Terdapat perbedaan yang signifikan, sikap sosial antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan saintifik dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan konvensional pada siswa kelas IV SD di Pedesaan. Berdasarkan hasil analisis uji Anava diperoleh Fhitung sebesar 165,128 dan Ftabel dengan dk pembilang 1 dan dk penyebut 49 serta taraf signifikansi 5% sebesar 3,23. Berarti Fhitung > Ftabel. Rekapitulasi hasil perhitungan uji Anava disajikan pada tabel 2. berikut.
Tabel 2. Tabel Ringkasan Analisis Varians Satu Jalur Sumber JK Dk RJK Fh Variasi JKantar 1 5613,179 165,128 5613,179 JKdal
1665,645
Total
7278,824
49
Ftab (0,05)
3,23
33,992
--
--
--
--
--
Hasil analisis data menunjukkan bahwa kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik (A1) memiliki rata-rata skor sikap sosial sebesar 89,35, sedangkan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan konvensional memiliki rata-rata skor sikap sosial sebesar 68,36. Jadi dari hasil analisis data serta uji Anava menunjukkan bahwa sikap sosial siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan saintifik berbeda dengan pendekatan konvensional . Dengan demikian hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Artinya terdapat perbedaan yang signifikan, sikap sosial antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan saintifik dan siswa yang mengikuti pembelajaran
Keterangan Signifikan
dengan pendekatan konvensional pada siswa kelas IV SD di Pedesaan. Hipotesis kedua dianalisis dengan menggunakan analisis kovarian (Anakova). Adapun hipotesis yang diuji yakni terdapat perbedaan yang signifikan, sikap sosial antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan saintifik dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan konvensional setelah kovariabel intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga dikendalikan pada siswa kelas IV SD di Pedesaan. Hasil perhitungan dengan analisis kovarian mendapatkan hasil Fhitung = 77,67 dan Ftabel dengan dengan dk pembilang 1 dan dk penyebut 48 serta taraf signifikansi 5% adalah 5,32. Hasil rekapitulasi uji Anakova disajikan pada Tabel 3. berikut.
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
Tabel 3. Tabel Rangkuman Anakova Satu Jalur Sumber JK db RJK FA* variasi Antar 14938,7 1 14938,7 77,67 Dalam (error) 9321,376 48 192,32 Total (residu) 24170,08 49 Berdasarkan hasil analisis kovarian diperoleh Fhitung = 77,67. Sehingga Fhitung > Ftabel yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi terdapat perbedaan yang signifikan sikap sosial antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan saintifik dan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan konvensional, setelah kovariabel intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga dikendalikan. Untuk menguji hipotesis ketiga dilakukan dengan menggunakan analisis korelasi Product Moment. Hipotesis yang diuji yakni terdapat kontribusi intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga terhadap sikap sosial pada siswa kelas IV SD di Pedesaan. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh rxyhitung = 0,49 dan rxy tabel dengan dk = 1 dan N = 51 untuk taraf signifikansi 5% = 0,195. Berarti rxyhitung > rxytabel sehingga terdapat kontribusi intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga terhadap sikap sosial siswa. Besarnya kontribusi tersebut dalam persen adalah sebesar 23,63%. Dengan demikian hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima, sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat kontribusi intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga terhadap sikap sosial siswa kelas IV SD di Pedesaan. Berdasarkan asil pengujian hipotesis yang dilakukan, dapat diperoleh hasil sebagai berikut. Pertama, hasil hipotesis pertama dengan anava satu jalur menunjukkan Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan sikap sosial antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan saintifik dan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan konvensional pada siswa kelas IV SD di pedesaan. Kedua, penelitian ini telah berhasil menolak Ho yang menyatakan tidak
5% 5,32
Keterangan Signifikan
terdapat perbedaan yang signifikan sikap sosial antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan saintifik dan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan konvensional, setelah kovariabel intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga dikendalikan pada siswa kelas IV SD di pedesaan. Berarti terdapat perbedaan yang signifikan sikap sosial antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan saintifik dan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan konvensional, setelah kovariabel intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga dikendalikan pada siswa kelas IV SD di pedesaan. Ketiga, terdapat kontribusi intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga terhadap sikap sosial siswa. kontribusi yang terjadi adalah kontribusi posistif. Besarnya kontribusi intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga terhadap sikap sosial siswa yakni sebesar 23, 63%. Rata-rata sikap sosial siswa yang dibelajarkan dengan pendekatan saintifik ( X = 89,35) lebih besar dibandingkan rata-rata sikap sosial siswa yang dibelajarkan dengan pendekatan konvensional ( X = 68,36). Adapun penjelasan mengenai perbedaan rata-rata sikap sosial siswa yang dibelajarkan dengan pendekatan saintifik dan dengan pendekatan konvensional. Pendekatan konvensional sangat baik diterapkan dalam pembelajaran. Dalam pendekatan saintifik terdapat langkahlangkah pembelajaran yang terdiri dari 5M yakni mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi dan mengkomunikasikan (Kurniasih, 2014). dengan diterapkannnya langkah-langkah pembelajaran tersebut siswa dapat aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran. Siswa
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
dilibatkan secara langsung dan secara aktif menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Siswa yang tidak terbiasa bertanya dengan dilibatkan secara langsung akan aktif untuk bertanya, aktif mengumpulkan informasi baik dari buku atau diskusi dengan teman, dan aktif serta mampu berkomunikasi dengan baik. Setiap siswa dapat mengembangkan kemampuan berkomunikasinya melalui bertanya, diskusi dan menyampaikan hasil pekerjaannya. Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran dapat menumbuhkan rasa toleransi antar siswa. Dengan adanya komunikasi yang baik serta interaksi antar siswa melalui diskusi atau kegiatan kelompok akan dapat mningkatkan toleransi antar siswa. siswa tidal lagi membedabedakan teman satu sama lain dan mau menerima pendapat teman yang berbeda dari pendapatnya. Selain itu, penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran juga dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa (Daryanto, 2014). Adanya kegiatan menanya, mengumpulkan informasi dan mengasosiasi secara diskusi, serta mengkomunikasikan hasil pekerjaan akan meningkatkan rasa percaya diri siswa. Pembelajaran yang terjadi akan semakin menarik perhatian siswa karena melibatkan siswa secara langsung. Hal ini juga akan berdampak pada suasana belajar di kelas. Siswa akan tetap fokus memperhatikan pengarahan yang diberikan oleh guru. suasana belajar akan menjadi kondusif. Siswa akan mudah memahami materi sehingga tepat waktu dalam mengumpulkan tugas sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Hal ini secara tidak langsung akan meningkatkan sikap sosial siswa. Rasa percaya diri toleransi, toleransi, dan disiplin merupakan beberpa dimensi dari sikap sosial. Siswa dibimbing agar mampu menjalin hubungan sosial yang harmonis dengan orang lain melalui sikap dan perilaku yang baik, sikap yang perlu dilatih yakni empati, suka menolong, jujur, bertanggung jawab, dan menghargai pendapat orang lain. Sedangkan penerapan pendekatan konvensional dalam pembelajaran cenderung berpusat pada guru (Sanjaya,
2009). Guru hanya memberikan materi dengan metode ceramah, kemudian bertanya apakah ada yang belum dipahami oleh siswa dan selanjutnya memberikan tugas. Sumber belajar dalam pembelajaran konvensional adalah berupa informasi verbal yang diperoleh dari buku dan penjelasan guru atau ahli. Siswa dituntut untuk menguasai potogan–potongan informasi yang disampaikan oleh guru. Sehingga sumber belajar yang sering digunakan dalam pembelajaran lebih banyak bersifat tesktual bukan kontekstual. Oleh karena itu, apa yang terjadi selama proses belajar dan pembelajaran jauh dari upaya–upaya untuk terjadinya pemahaman. Siswa dituntut untuk menunjukkan kemampuan menghafal dan menguasai potongan–potongan informasi yang disampaikan oleh guru sebagai prasyarat untuk mempelajari keterampilan yang sifatnya lebih kompleks. Artinya siswa telah mempelajari pengetahuan dasar tertentu diharapkan mampu menggabungkan sub– sub pengetahuan tersebut untuk menampilkan perilaku (hasil belajar) yang optimal. Penerapan pendekatan seperti ini akan membuat siswa bosan, sehingga siswa pasif dalam pembelajaran. Selain itu, siswa akan cepat bosan dan lebih memilih bermain atau mengobrol dengan teman sehingga suasana kelas menjadi tidak kondusif. Siswa juga menjadi tidak tepat waktu dalam mengumpulkan tugas yang diberikan. Tidak adanya interaksi antar siswa, maupun siswa dengan guru menyebabkan kurangnya rasa toleransi yang dimiliki oleh siswa. Berdasarkan hasil penelitian ini guru perlu menyadari bahwa tidak semua pokok bahasan cocok dibelajarkan dengan pendekatan pembelajaran yang sama. Proses pembelajaran diarahkan dan diharapkan untuk melatih siswa mampu menyelesaikan permasalahan secara sistematis dan logis serta membuat pembelajaran menjadi lebih bermakna. Oleh karena itu, guru harus sebisa mungkin menciptakan pembelajaran yang memuat eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi dengan mengedepankan penyelesaian masalah secara ilmiah menggunakan langkah-langkah penyelesaian masalah secara ilmiah.
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
Selain faktor pendekatan pembelajaran yang diterapkan oleh guru, terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi sikap sosial siswa. Salah satunya yakni intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga. Intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga ialah kecendrungan atau keseringan interaksi orang tua dengan anak dalam menerapkan pola asuh yang diterapkan (Wibowo, 2012). Anak sejak dari lahir telah meakukan interaksi dengan orang tuanya, dan sejak dari lahir pula orang tua telah menerapkan pola asuh terhadap anaknya (Hurlock, 2006). Namun intensitas hubungan dalam pola asuh yang diberikan setiap keuarga berbeda antara keluarga yang satu dengan keluarga yang lainnya. Intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga ini nantinya dapat berpengaruh terhadap permbentukan dan perkembangan sikap sosial siswa. Sikap sosial yang dimiliki oleh anak bergantung pada intensitas hubungan dalam pola asuh yang diberikan oleh keluarganya. Sikap sosial siswa dapat berkembang ke arah yang posistif, namun juga dapat berkembang ke arah yang negatif. Hasil penelitian yang dilakukan relevan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti. Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Johan, 2014), dengan judul tesisnya Pengaruh Pembelajaran Pendekatan Saintifik Terhadap Hasil Belajar Biologi dan Keterampilan Proses Sains Pada Pelajaran Biologi Siswa MA Mu’allimat NW Pancor Selong Kabupaten Lombok Timur Nusa Tenggara Barat”, menyimpulkan bahwa p pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik lebih baik daripada menggunakan pendekatan konvensional dalam meningkatkan hasil belajar dan keterampilan proses siswa. Begitu juga hasil penelitian yang dilakukan oleh (Widiantara, 2013) dengan judul tesisnya Determinasi Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Sosial Terhadap Sikap Sosial dan Hasil Belajar IPS Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Singaraja Pada Tahun Ajaran 2012/2013, hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan sikap sosial dan hasil belajar siswa yang diterapkan model inkuiri sosial dibandingkan dengan sikap sosial dan hasil
belajar siswa yang diterapkan dengan menggunakan model konvensional. Hasil penelitian (Jiwa, 2014) dengan judul tesis Kontribusi Motivasi Belajar, Sikap, Dan Pola Asuh Orang Tua Tehadap Disiplin Siswa Dalam Belajar Pada Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Bangli”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi motivasi belajar tehadap disiplin siswa dalam belajar, kontribusi sikap terhdap disiplin siswa belajar, kontribusi pola asuh orang tua terhadap disiplin belajar siswa, dan kontribusi secara bersama motivasi belajar, sikap, dan pola asuh orang tua tehadap disiplin belajar siswa. Hasil yang didapatkan yakni terdapat kontribusi yang signifikan motivasi, sikap, dan pola asuh orang tua terhadap disiplin belajar siswa. Berdasarkan temuan hasil penelitian yang telah dilakukan serta hasil penelitian yang relevan dari peniliti, mengindikasikan bahwa penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran sangat efektif diterapkan di Sekolah Dasar. Oleh karena itu, penerapan pendekatan yang dapat mengaktifkan siswa dan menumbuhkan sikap sosial positif sangat diperlukan dalam rangka perbaikan pembelajaran. Perbaikan pembelajaran di kelas dalam rangka mengembangkan serta meningkatkan sikap sosial siswa ke arah yang posistif. Terbentuknya sikap sosial yang positif diharapkan dapat juga meningkatkan hasil belajar siswa. Anak-anak dapat menerapkan sikap sosialnya setelah mendapatkan pemahaman dari pembelajaran IPS. Agar dapat mewujudkan hal tersebut peran guru yang kreatif serta inovatif sangat diperlukan. Guru dapat mengembangkan pembelajaran sesuai dengan karkter siswa sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran dan tujuan pendidikan nasional. SIMPULAN DAN SARAN Terdapat perbedaan yang signifikan sikap sosial antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan saintifik dan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan konvensional pada siswa kelas IV SD di pedesaan. Rata-rata sikap sosial siswa yang dibelajarkan dengan
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
pendekatan saintifik ( X = 89,35), lebih besar dari rata-rata sikap sosial siswa yang dibelajarkan dengan pendekatan konvensional ( X = 68,36). Terdapat perbedaan yang signifikan sikap sosial antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan saintifik dan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan konvensional, setelah kovariabel intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga dikendalikan pada siswa kelas IV SD di pedesaan. Rata-rata sikap sosial siswa yang dibelajarkan dengan pendekatan saintifik ( X = 81,21), lebih besar dari rata-rata sikap sosial siswa yang dibelajarkan dengan pendekatan konvensional ( X = 62,92). Terdapat kontribusi intensitas hubungan dalam pola asuh dalam keluarga terhadap sikap sosial sebesar 23,63%. Sedangkan sisanya 76,37% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti oleh peneliti. Saran yang dapat disampaikan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut. Pertama, untuk siswa, agar dapat menjaga hubungan sosialnya baik dengan keluarga maupun dengan seluruh warga sekolah. Kedua, guru disarankan agar mengggunakan pendekatan saintifik dalam melakukan pembelajaran di kelas untuk dapat mengembangkan sikap sosial siswa ke arah yang posistif karena pendekatan saintifik lebih banyak menuntut keaktifan siswa (student centered). Ketiga, untuk menciptakan siswa agar lebih aktif dalam pembelajaran hendaknya kepala sekolah selalu mengawasi dan memfasilitas segala sesuatu yang dapat meningkatkan pembelajaran di kelas. Keempat, peneliti yang berminat agar mengadakan penelitian lebih lanjut tentang pendekatan saintifik dalam bidang ilmu IPS maupun bidang ilmu lainnya yang sesuai agar memperhatikan kendala-kendala yang dialami dalam penelitian ini sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan dan penyempurnaan penelitian yang akan dilaksanakan.
DAFTAR RUJUKAN Dantes, Nyoman. 2012. Metode Penelitian. Yogyakarta: C. V. Andi OFFSET. Djaali. 2008. Psokologi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara. Daryanto. 2014. Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta: Gava Media. Hurlock, Elizabeth. 2006. Developmenral Psychology. Jakarta: Erlangga. Kurniasih dan Berlin Sani. 2014. Implementasi Kurikulum 2013. Surabaya: Kata Pena. Nasution, S. 2004. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Permendikbud No. 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Wibowo, Agus. 2012. Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.