e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
DETERMINASI KECENDERUNGAN TIPE BELAJAR VISUAL AUDITORY KINESTETIK (VAK) TERHADAP SIKAP ILMIAH PADA MATA PELAJARAN IPA DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA KELAS V SD DI GUGUS I KECAMATAN BULELENG TAHUN PELAJARAN 2015/2016 I Komang Kardiyasa1, Nyoman Dantes2, Desak Putu Parmiti3 1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk. 1) mengetahui perbedaan sikap ilmiah antara siswa lali-laki dengan siswa perempuan, 2) mengetahui perbedaan sikap ilmiah antara siswa laki-laki dengan siswa perempuan dengan pengendalian kecenderungan tipe belajar visual, auditory, dan kinestetik. 3) mengetahui keeratan hubungan antara kecenderungan tipe belajar dengan sikap ilmiah. Penelitian ini digolongkan penelitian ex-post facto. Penelitian dilaksanakan di SD Gugus I Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng. Yang menjadi sampel penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD 3 dan 7 Banyuning. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah kuesioner dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Anava, Anakova, dan korelasi kontingensi yang dilakukan untuk menguji keterkaitan dari masing-masing variabel. Hasil penelitian menyatakan bahwa : (1) Perbedaan sikap ilmiah antara siswa laki laki dengan siswa perempuan menunjukkan tidak ada perbedaan, (2) Perbedaan sikap ilmiah antara siswa laki-laki dengan perempuan dengan pengendalian kovaraiabel kecenderungan tipe belajar menunjukkan tidak ada perbedaan, dan (3) Terdapat hubungan asosiasi antara kecenderungan tipe belajar dengan sikap ilmiah dengan derajat cukup tinggi.
Kata Kunci : Tipe Belajar (Visual, Auditory, Kinestetik), Sikap Ilmiah, Jenis Kelamin Abstract The purpose of this study was to. 1) know the difference between the scientific attitude anaesthetized male students to female students, 2) know the difference between the scientific attitude of male students to female students by controlling the tendency of types of learning visual, auditory, and kinesthetic. 3) determine the relationship between the tendency of types of learning with a scientific attitude. This study classified ex-post facto research. The experiment was conducted in SD Cluster I Sub Buleleng, Buleleng. The sample of this research is all students of class V SD 3 and 7 Banyuning. The method used to collect data in this study was a questionnaire and documentation. Analysis of the data used in this research is the analysis of Anova, Anacova, and correlation contingency conducted to test the relevance of each variable. The study states that: (1) Differences scientific attitudes among students male to female students showed no differences, (2) Differences scientific attitude among boys with women with control kovaraiabel tendency types of learning showed no difference, and (3 ) There is a relationship between inclination type association study with scientific attitude with a fairly high degree of
1
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 Keywords: Learning Type (Visual, Auditory, Kinesthetic), Scientific Attitude, Sex
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan aspek yang paling berperan untuk menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas.Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 menyatakan bahwa pendidikan ialah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sumber daya manusia yang berkualitas dapat dihasilkan salah satunya melalui pendidikan. Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (Damsar, 2011:8). Usaha dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sekolah sebagai lembaga formal merupakan tempat dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Sekolah sebagai tempat pendidikan formal dituntut untuk mampu menciptakan dan merancang kegiatan pembelajaran yang membuat siswa belajar.Selain sebagai pengajar guru juga memiliki peran sebagai pendidik, karena itu diharapkan seorang guru, terutama guru sekolah dasar mampu memberikan pengetahuan kepada siswanya agar dapat menjadi seorang siswa yang cerdas dan berkualitas. Dalam proses pembelajaran guru hendaknyamampu menggunakan pendekatan, strategi, metode serta media yang tepat untuk memudahkan siswa memahami materi yang diajarkan. Berbagai mata pelajaran yang ada di sekolah dasar yang memiliki bermacam konsep adalah IPA. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsipprinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi
peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalahmasalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana untuk menjaga dan memelihara kelestarian lingkungan. Di tingkat SMP/MTs diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) secara terpadu yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana. Di dalam proses pembelajaran, guru dituntut untuk kreatif merancang dan melaksanakan suatu pembelajaran menjadi menarik bagi siswa. Proses pembelajaran sangat penting diberikan kepada siswa, yang mana proses pembelajaran tersebut dapat dilaksanakan di dalam kelas ataupun di luar kelas. Di sekolah, guru memegang peranan yang sangat penting dalam perkembangan siswa. Dalam proses pembelajaran, guru mempunyai tugas yang sangat penting, yaitu menentukan, merancang, dan melaksanakan model pembelajaran yang akan digunakan. Selain itu, guru juga dapat menggunakan media-media untuk menarik perhatian dan minat siswa serta dapat disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan demi tercapainya tujuan pembelajaran. Jadi, guru harus professional. Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas mutu pendidikan 2
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 adalah dengan meningkatkan kualitas belajar bagi setiap pelajar karena dengan semakin aktif belajar, diprediksi kualitas sumber daya manusia Indonesia akan mengalami peningkatan. Keaktifan seseorang dalam belajarsangat dipengaruhi oleh bagaimana tipe belajarnya. Artinya, setiap orang memiliki tipe belajar yang dianggapnya sesuai atau tepat bagi prosesnya mempelajari suatu hal. Menurut Uno (dalam Yahya, 2009) mengerti perbedaan-perbedaan antar individu, seperti tipe kepribadian, tipe belajar, dan kecerdasan ganda. Hal ini perlu menjadi pusat perhatian, sebab ketika sudah memasuki era millinium baru, pembedaan menjadi sangat penting di dalam memberikan pelayanan kepada semua siswa. Untuk itulah, perlu sudut pandang baru dalam melihat dan mengamati adanya perbedaan dalam tipe belajar siswa.Beberapa penelitian di lingkungan pendidikan bermaksud mengidentifikasi tipe belajar siswa menemukan bahwa siswa dengan jenis tipe belajar tertentu menunjukkan prestasi yang lebih baik karena mereka lebih puas selama mengikuti pelajaran menunjukkan bahwa siswa dengan tipe belajar tertentu, cenderung memiliki kinerja yang lebih baik atau lebih tinggi tingkat kepuasannya. Kita tidak bisa memaksakan seorang anak harus belajar dengan suasanan dan cara yang kita inginkan karena masing masing anak memiliki tipe belajar tersendiri. Kemampuan anak dalam menangkap materi dan pelajaran tergantung dari tipe belajarnya. Banyak anak menurun prestasi belajarnya disekolah karena dirumah anak dipaksa belajar tidak sesuai dengan tipenya. Anak akan mudah menguasai materi pelajaran dengan menggunakan cara belajar mereka masing-masing. Menurut DePorter dan Hernacki (2002), tipe belajar adalah kombinasi dari menyerap, mengatur, dan mengolah informasi. Terdapat tiga jenis tipe belajar berdasarkan modalitas yang digunakan individu dalam memproses informasi (perceptual modality) Tipe Belajar Visual (Visual Learners) menitikberatkan pada ketajaman penglihatan. Artinya, bukti-bukti konkret harus diperlihatkan terlebih dahulu
agar mereka paham Tipe belajar seperti ini mengandalkan penglihatan atau melihat dulu buktinya untuk kemudian bisa mempercayainya. Ada beberapa karakteristik yang khas bagi orang-orang yang menyukai tipe belajar visual ini. Pertamaadalah kebutuhan melihat sesuatu (informasi/pelajaran) secara visual untuk mengetahuinya atau memahaminya, kedua memiliki kepekaan yang kuat terhadap warna, ketiga memiliki pemahaman yang cukup terhadap masalah artistik, keempat memiliki kesulitan dalam berdialog secara langsung, kelimaterlalu reaktif terhadap suara, keenam sulit mengikuti anjuran secara lisan, ketujuh seringkali salah menginterpretasikan kata atau ucapan Tipe belajar Auditori (Auditory Learners) mengandalkan pada pendengaran untuk bisa memahami dan mengingatnya. Karakteristik model belajar seperti ini benar-benar menempatkan pendengaran sebagai alat utama menyerap informasi atau pengetahuan. Artinya, kita harus mendengar, baru kemudian kita bisa mengingat dan memahami informasi itu. Karakter pertama orang yang memiliki tipe belajar ini adalah semua informasi hanya bisa diserap melalui pendengaran, kedua memiliki kesulitanuntuk menyerap informasi dalam bentuk tulisan secara langsung, ketiga memiliki kesulitan menulis ataupun membaca. Tipe belajar Kinestetik (Kinesthetic Learners) mengharuskan individu yang bersangkutan menyentuh sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar ia bisa mengingatnya. Tentu saja ada beberapa karakteristik model belajar seperti ini yang tak semua orang bisa melakukannya. Karakter pertama adalah menempatkan tangan sebagai alat penerima informasi utama agar bisa terus mengingatnya. Hanya dengan memegangnya saja, seseorang yang memiliki tipe ini bisa menyerap informasi tanpa harus membaca penjelasannya. Sikap merupakan kondisi internal yang diperlukan dalam belajar. Dengan sikap maka pembelajar akan cenderung untuk memilih sesuatu. Kemahiran intelektual dan pengetahuan yang berkaitan dengan perilaku yang 3
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 ditampilkan oleh model harus telah diperoleh sebelumnya agar perilaku itu dapat diimitasi. Sikap memiliki pengaruh kuat terhadap perilaku dan belajar siswa karena sikap itu membantu siswa dalam merasakan dunianya dan memberikan pedoman kepada perilaku yang dapat membantu dalam menjelaskan dunianya. Sikap juga akan membantu seseorang merasa aman di suatu lingkungan yang pada mulanya tampak asing. Sikap akan memberikan pedoman dan peluang kepada seseorang untuk mereaksi secara lebih otomatis. Sikap akan membuat kehidupan lebih sederhana dan membebaskan seseorang dalam mengatasi unsur-unsur kehidupan seharihari yang bersifat unik. Sikap merupakan produk dari kegiatan belajar. Sikap diperoleh melalui pengalaman, pembelajaran, identifikasi, perilaku peran (guru-murid, orang tuaanak, dan sebagainya). Karena sikap itu dipelajari, sikap juga dapat dimodifikasi dan diubah. Pengalaman baru secara konstan mempengaruhi sikap, membuat sikap berubah, intensif, lemah, ataupun sebaliknya. Sikap merupakan proses yang dinamik, sehingga media, dankehidupan seseorang secara konstan akan selalu mempengaruhinya. Sikap dapat membantu secara personal karena berkaitan dengan harga diri yang positif, atau dapat merusak secara personal karena adanya intensitas perasaan yang gagal. Sikap ilmiah dalam pembelajaran sangat diperlukan oleh siswa karena dapat memotivasi kegiatan belajarnya. Di dalam sikap ilmiah terdapat gambaran bagaimana siswa seharusnya bersikap dalam belajar, menanggapi suatu permasalahan, melaksanakan suatu tugas, dan mengembangkan diri. Hal ini tentunya sangat mempengaruhi hasil dari kegiatan belajar siswa ke arah yang positif. Melalui penanaman sikap ilmiah dalam belajar siswa memiliki kemungkinan untuk lebih dapat belajar memahami dan menemukan. Berdasarkan uraian tersebut dilakukan penelitian yang berjudul Determinasi Kecenderungan Tipe Belajar Visual Audithori Kinestetik (VAK) Terhadap Sikap Ilmiah Pada Mata
Pelajaran IPA Ditinjau Dari Jenis Kelamin Siswa Kelas V SD Di Gugus I Kecamatan Buleleng. METODE PENELITIAN Berdasarkan karakteristik masalah yang diteliti, penelitian ini dapat diklasifikasikan ke dalam penelitian kausal komparatif karena secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengungkap kemungkinan adanya hubungan sebab dan akibat antar variabel tanpa manipulasi suatu variabel. Menurut Indriantoro & Supomo (dalam Agung, 2014) penelitian kausal komparatif adalah tipe penelitian dengan karakteristik masalah berupa hubungan sebab akibat antara dua variabel atau lebih. Penelitian kausal komparatif merupakan penelitian ex-post facto yaitu data yang dikumpulkan setelah terjadinya suatu fakta atau peristiwa dalam penelitian ini tidak dilakukan mengendalikan variabel bebas. populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, hasil menghitung maupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif daripada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas.Berdasarkan pengertian tersebut, populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD di Gugus I Kecamatan Buleleng.Distribusi populasi dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut. Tabel 3.1 Distribusi Populasi Siswa Kelas V SD di Gugus I Kecamatan Buleleng No
1 2 3 4 5 6 7 8
4
Sumber Populasi
Perem puan
Juml ah Sisw a
30
21
51
22
19
41
10
10
20
8
7
15
20
15
35
17
13
30
10
10
20
32
20
52
Lakilaki
Kelas V SD N 1 Buleleng Kelas V SD N 2 Buleleng Kelas V SD N 3 Buleleng Kelas V SD N 4 Buleleng Kelas V SD N 5 Buleleng Kelas V SD N 6 Buleleng Kelas V SD N 7 Buleleng Kelas V SD N 8 Buleleng Jumlah
264
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 sebaliknya jika nilai Correlated Item – Total Correlation< 0,30 maka Suatu konstruk atau variabel tersebut dikatakan tidak valid. Berdasarkan hasil uji validitas yang dilakukan dengan bantuan program SPSS disimpulkan bahwa nilai Correlated Item – Total Correlation untuk masingmasing 30 item pernyataan pada variabel tipe belajar serta sikap ilmiah menunjukkan nilai lebih besar dari 0,300 sehingga dapat disimpulkan bahwa item item dari pernyataan pada variabel tipe belajar serta sikap ilmiah dinyatakan valid, dan dapat digunakan sebagai data penelitian
Penelitian ini dilakukan di SDN 3 Banyuning dan SDN 7 Banyuning, yang beralamat di desa Banyuning, Kec. Buleleng, Kab. Buleleng. Responden penelitian ini adalah siswa kelas V pada SD tersebut yang di ambil secara random sampling dengan jumlah 40 responden Metode pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari dua metode yaitu metode utama dan metode pelengkap, sebagai metode utama digunakan kuesioner. Kuesioner merupakan cara memperoleh atau mengumpulkan data dengan mengirimkan suatu daftar pertanyaan/ pernyataanpernyataan kepada responden/subyek penelitian. Sebagai metode pelengkap dipilih metode observasi. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Teknik observasi dalam tulisan ini adalah dengan cara memperoleh data secara langsung ke sekolah mengadakan penelitian langsung. Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data di lapangan sesuai dengan kebutuhan. Penelitian ini menggunakan dua jenis instrumen yaitu kuesioner tipe belajar dan kuesioner sikap ilmiah dengan kisi-kisi sebagai berikut. Teknik analisis data yang digunakan yakni ada tiga jenis yang pertama analisis varians one way, untuk mengetahui perbedaan sikap ilmiah antara siswa laki-laki dengan siswa perempuan di tempat penelitian, kemudian analisis kovarians one way analisis ini digunakan untuk mengetahui perbedaan sikap ilmiah antara siswa lakilaki dengan siswa perempuan setelah dikendalikan oleh kovariabel kecenderungan tipe belajar, kemudian analisis korelasi kontingensi, analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara sikap ilmiah dengan kecenderungan tipe belajar. Untuk mengukur validitas dapat diketahui dengan bantuan SPSS yaitu dengan melihat output Cronbach’s Alpha yang ada pada kolom Correlated Item – Total Correlation. Suatu konstruk atau variabel dikatakan valid jika nilai Correlated Item – Total Correlation> 0,30
Penelitian ini dilakukan di SDN 3 Banyuning dan SDN 7 Banyuning, yang beralamat di desa Banyuning, Kec. Buleleng, Kab. Buleleng. Responden penelitian ini adalah siswa kelas V pada SD tersebut yang di ambil secara random sampling dengan jumlah 40 responden. Peneliti menetapkan skala pengukuran dengan menggunakan skala likert yaitu : sangat tidak setuju (=1), tidak setuju (=2), ragu-ragu (=3), setuju (=4),sangat setuju (=5). Dalam penelitian ini, tipe belajar siswa serta jenis kelamin merupakan variabel yang mempunyai pengaruh dengan sikap ilmiah siswa. Indikator tipe belajar siswa yang efektif diukur melalui tipe belajar visual, tipe belajar auditory dan tipe belajar kinestetik sedangkan untuk jenis kelamin diukur dengan laki-laki dan perempuan. Tabel 4.1 Hasil Analisis Deskriptif Tipe Belajar dan Sikap Ilmiah Tipe Sikap KATEGORI Belajar Ilmiah Mean 102,70 107,80 Median 109 110 Varians 575,728 324,677 Standar 23,932 18,019 Deviasi Rentang 85 65 Minimum 61 68 Maksimum 146 133 Berdasarkan tabel 4.1 diatas, dapat diketahui bahwa data hasil analisis deskriptif untuk tipe belajar, diperoleh rata5
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 rata (mean): 102,70, median: 109, varians: 575,728, standar deviasi: 23,932, rentang: 85, minimum: 61 dan maksimum: 146. Sedangkan hasil analisis deskriptif untuk sikap ilmiah diperoleh rata-rata (mean): 107,80, median: 110, varians: 324,667, standar deviasi: 18,019, rentang: 65, minimum: 68 dan maksimum: 133. Berdasarkan tabel 4.1 diatas, dapat diketahui bahwa data hasil analisis deskriptif untuk tipe belajar, diperoleh ratarata (mean): 102,70, median: 109, varians: 575,728, standar deviasi: 23,932, rentang: 85, minimum: 61 dan maksimum: 146. Sedangkan hasil analisis deskriptif untuk sikap ilmiah diperoleh rata-rata (mean): 107,80, median: 110, varians: 324,667, standar deviasi: 18,019, rentang: 65, minimum: 68 dan maksimum: 133. Diketahui dari 40 siswa yang memiliki kecenderungan tipe belajar visual sebanyak 14 orang, audio sebanyak 10 orang, kinestetik sebanyak 16 orang. Jika digambarkan dengan grafik histogram maka akan tampil sebagai berikut.
Kategori Skor Sikap Ilmiah 30 25 20 15 10 0
Untuk mendeteksi normalitas data pada penelitian ini, dilakukan uji statistik Shapiro-Wilk (S-W). Apabila nilai probabilitas signifikan S-W ≤ 5% atau 0,05 maka data tersebut dinyatakan berdistribusi normal. Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Variabel
Kategori Tipe Belajar 35 30 25 Jumlah
15 10 5 0 Visual
Audio
Shapiro-Wilk Statistic
df
Sig.
Tipe 0,936 40 0,025 Belajar Sikap 0,943 40 0,044 Ilmiah Sumber: Data diolah, (2016) Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa nilai signifikansi(Sig.) pada kolom Shapiro-Wilk untuk tipe belajar 0,025<0,05 sedangkan untuk sikap ilmiah 0,044<0,05, berdasarkan hasil tersebut tipe belajar dan sikap ilmiah memiliki nilai signifikansi kurang dari 0,05 maka dapat disimpulkan data pada penelitian ini berdistribusi normal. Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui bahwa kedua kelompok mempunyai varians yang sama atau tidak. Jika kedua kelompok tersebut mempunyai varians yang sama maka kelompok tersebut dikatakan homogen.
40
20
Jumlah
5
Kinestetik
Diketahui dari 40 siswa yang memiliki kategori skor tipe belajar tinggi sebanyak 12 orang, sedang sebanyak 24 orang, rendah sebanyak 4 orang. Jika digambarkan dengan grafik histogram maka akan tampil sebagai berikut.
6
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas Sumber: Data diolah, (2016)
Sumber : Data Diolah, (2016) Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai Sig. Pada Deviation from Linearity adalah 0,057 lebih besar dari 0,05. Kemudian Deviation from Linearity pada kolom F menunjukkan hasil 2,775 lebih kecil dari F tabel = 2,87 jadi dapat disimpulkan antara sikap ilmiah dan Tipe belajar mempunyai hubungan yang linier Sikap ilmiah antara siswa lali-laki dengan siswa perempuan pada mata pelajaran IPA kelas V SD di gugus I Kecamatan Buleleng Tabel 4.8 Hasil Uji Hipotesis 1 ANOVA Sikap Ilmiah Sum of Mean Square Squar s df e F Sig. Antara 44,10 0,13 0,71 44,100 1 grup 0 3 8 Dalam 12618,3 332,0 38 grup 00 61 Total 12662,4 39 00
Test of Homogeneity of Variance Grup Statistik Y
df1
df2
Sig.
Dasar pada rata-rata
0,048
1
38 0,827
Dasar pada nilai tengah
0,000
1
38 0,990
Dasar pada nilai tengah dan disesuaik an dengan derajat kebebasa n
0,000
1
38,82 0,990 8
Berdasar kan ratarata
0,010
1
38 0,919
Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai Sig. Pada Base on mean adalah 0,827 lebih besar dari 0,05 jadi dapat disimpulkan bahwa data sikap ilmiah siswa kelas V di kedua SD menunjukkan signifikansi > 0,05, yaitu 0,889 > 0,05, maka dapat dinyatakan varians data sikap ilmiah pada kelompok siswa kelas V di SDN 3 Banyuning dan SDN 7 Banyuning adalah homogen.
Sumber : Data Diolah, (2016) Selanjutnya untuk melihat apakah ada perbedaan sikap ilmiah antara siswa lakilaki dengan perempuan, kita lihat tabel ANOVA , dari tabel itu pada kolom Sig. diperoleh nilai p (p-value) = 0,718 Dengan demikian pada taraf nyata = 0,05 menolak H1, sehingga kesimpulan yang didapatkan adalah tidak terdapat perbedaan sikap ilmiah antara siswa lali-laki dengan siswa perempuan pada mata pelajaran IPA kelas V SD di gugus I Kecamatan Buleleng
Uji linieritas digunakan untuk mengetahui apakah dua variabel mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan.Untuk menguji linearitas regresi.
Sikap ilmiah antara siswa laki-laki dengan siswa perempuan pada mata Tabel 4.6 Hasil Uji Linieritas Jumlah dalam kotak Sikap Ilmiah * Tipe Belajar
Antar group
Dalam grup Total
(Gabungan)
df
Kotak rata-rata
F
Sig.
11515,775
30
383,859
3,229
0,034
Linearitas
2017,470
1
2017,470
16,969
0,003
Penyimpangan dari Linearitas
9498,305
29
327,528
2,755
0,057
1070,000
9
118,889
12585,775
39
7
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 pelajaran IPA kelas V SD di Gugus I Kecamatan Buleleng dengan pengendalian kecenderungan tipe belajar visual, auditory, dan Kinestetik.
kovariabel tipe belajar, tidak terdapat perbedaan sikap ilmiah antara siswa lakilaki dengan siswa perempuan pada mata pelajaran IPA kelas V SD di Gugus I Kecamatan Buleleng dengan pengendalian kecenderungan tipe belajar visual, auditory, dan Kinestetik.
Tabel 4.9 Hasil Uji Hipotesis 2 Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:SikapIlmiah
Source Model dikoreksi Hambata n Tipe Belajar Jenis Kelamin kesalahan Total Total dikoreksi
Jenis III Kotak Jumlah
Kotak rata-rata
df
2478,665 a
2 1239,332
Hubungan kecenderungan tipe belajar visual, Auditori, dan Kinestetik terhadap sikap ilmiah pada siswa kelas V SD di Gugus I Kecamatan Buleleng.
F
Sig.
4,503 0,018
9284,878
1 9284,878 33,734 0,000
2434,565
1 2434,565
8,845 0,005
1
72,355
0,263 0,611
37
275,236
72,355 10183,73 5 477496,0 00 12662,40 0
Visual Audio Kinest etik Jumlah
40 39
Tabel 4. 10 Kategori Sikap Sikap Ilmiah Ting Seda Rend gi ng ah 9 4 1 3 7 0 9
6
1
Juml ah 14 10 16
21 17 2 40 Sumber : Data Diolah, (2016)
Berdasarkan data pada tabel tersebut maka di peroleh perhitungan sebagai berikut:
a. R Squared = ,196 (Adjusted R Squared = ,152)
Sumber : Data Diolah, (2016) Hasil analisis menunjukkan bahwa harga F untuk jenis kelamin besarnya 0,263 dengan signifikansi 0,611. Ternyata hasil analisis menunjukkan bahwa sig. besarnya 0,611 lebih besar dari pada α=0,05. Tabel 4. 11 Data Perhitungan Chi Kuwadrat Sel
Fo
Fh
(Fo-Fh)
(Fo-Fh)2
(Fo-Fh)2/Fh
Vt
9
7,35
1,65
2,7225
0,370408163
Vs
4
5,95
-1,95
3,8025
0,63907563
Vr
1
0,7
0,3
0,09
0,128571429
At
3
5,25
-2,25
5,0625
0,964285714
As
7
4,25
2,75
7,5625
1,779411765
Ar
0
0,5
-0,5
0,25
0,5
Kt
9
8,4
0,6
0,36
0,042857143
Ks
6
6,8
-0,8
0,64
0,094117647
Kr
1
0,8
0,2
0,04
0,05 4,568727491
Sumber : Data Diolah, (2016)
Dengan demikian H0 diterima. Jadi kesimpulannya, setelah dikendalikan oleh 8
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 Auliaty dengan judul “Meningkatkan Sikap Ilmiah Dalam Pembelajaran IPA Melalui Media Audio Visual Di Kelas V SDN Jakasampurna I Bekasi Barat” dengan hasil penelitian yang menunjukkan media audio visual dapat meningkatkan sikap ilmiah siswa di kelas V SDN jakasampurna 1 Bekasi Barat dengan rata rata sikap ilmiah siswa sangat tinggi mencapai 85%. Hal ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan media dalam pembelajaran dapat mempengaruhi tinggi rendahnya sikap ilmiah siswa Kemudian untuk hipotesis kedua setelah dianalisis setelah dikendalikan oleh kovariabel tipe belajar didapat pula kesimpulan yang sama dengan hipotesis yang pertama yaitu tidak terdapat perbedaan sikap ilmiah antara siswa lakilaki maupun perempuan di sekolah penelitian walaupun sudah dikendalikan oleh kovariabel kecenderungan tipe belajar dengan nilai F sebesar 0,263 dengan signifikansi sebesar 0,661. Tipe belajar merupakan kecenderungan siswa untuk mengadaptasi strategi tertentu dalam belajarnya sebagai bentuk tanggung jawabnya untuk mendapatkan satu pendekatan belajar yang sesuai dengan tuntutan belajar di kelas/sekolah maupun tuntutan dari mata pelajaran (Slamento,2003). Secara realita jenis tipe belajar seseorang merupakan kombinasi dari beberapa tipe belajar. Hal ini didukung penelitian yang dilakukan oleh Andia dan Niken dengan judul “Gaya Belajar Ditinjau dari Tipe Kepribadian dan Jenis Kelamin” yang menunjukkan hasil pada umumnya siswa memiliki kecenderungan tipe belajar yang sama dalam gaya belajar visual, auditori dan kinestetik meski mungkin memiliki perbedaan dalam tipe kepribadian dan jenis kelamin. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun tipe belajar diikut sertakan dalam memberikan pengaruhnya, kesimpulannya tipe belajar tidak akan mempengaruhi perbedaan sikap ilmiah siswa laki-laki maupun perempuan Namun pada hipotesis ketiga setelah dianalisis dapat disimpulkan bahwa tipe belajar dengan sikap ilmiah memiliki korelasi yang cukup tinggi dengan nilai derajat korelasi sebesar 0,34. Hal ini didukung oleh Restami dengan
Dengan demikian maka dari hasil perhitungan diperoleh nilai chi kuwadrat sebesar 4,56 =
= 0,32
Untuk mengetahui tingkat hubungan antara variabel tersebut dibuktikan dengan mengukur selisih yang didapat antara Cmax dengan CC. Cmax = = 0,66 Dari hasil perhitungan tersebut maka dapat dicari selisih antara Cmax dengan CC adalah 0,66 – 0,32 = 0,34. Selisih Cmax dengan CC adalah 0,34 ,ini berarti derajat korelasi yang didapat adalah cukup tinggi. Berdasarkan hal diatas maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima. Kesimpulannya, Terdapat hubungan antara tipe belajar terhadap sikap ilmiah pada siswa kelas V SD di Gugus I Kecamatan Buleleng. PEMBAHASAN Sebagai hasil penelitian, setelah dilakukan analisa data dengan metode statistik maka dapat diketahui untuk hipotesis pertama ditemukan bahwa antara siswa laki-laki dengan siswa perempuan tidak ada perbedaan sikap ilmiah hal ini menunjukkan bahwa siswa laki-laki maupun perempuan pada penelitian ini memiliki sikap ilmiah yang sama tanpa dipengaruhi oleh jenis kelamin. Di dalam sikap ilmiah terdapat gambaran bagaimana siswa seharusnya bersikap dalam belajar, menanggapi suatu permasalahan, melaksanakan suatu tugas, dan mengembangkan diri. Hal ini tentunya sangat mempengaruhi hasil dari kegiatan belajar siswa ke arah yang positif. Melalui penanaman sikap ilmiah dalam belajar siswa memiliki kemungkinan untuk lebih dapat belajar memahami dan menemukan. Sikap ilmiah itu sendiri antara lain ialah sikap jujur, terbuka, toleran, skeptis, optimis, pemberani, dan kreatif (Purnama, 2008:115). Berdasarkan pada pendapat tersebut disimpulkan bahwa sikap ilmiah tidak memandang jenis kelamin laki-laki ataupun perempuan namun sikap ilmiah tersebut kembali pada individu masing-masing dalam mengembangkan diri. Hal ini didukung penelitian yang dilakukan oleh Yetty 9
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 judul “Pengaruh Model Pembelajaran POE (Predict-Observe-Explain) Terhadap Pemahaman Konsep Fisika Dan Sikap Ilmiah Dari Gaya Belajar Siswa” yang menunjukkan hasil terdapat pengaruh interaksi antara model pembelajaran dan gaya belajar terhadap pemahaman konsep fisikaq dan sikap ilmiah.
dan lebih baik. Kepada Kepala Sekolah, penelitian ini agar dapat ditindak lanjuti dan diharapkan kepala sekolah dapat membina guru-guru yang ada di sekolah yang dipimpin dalam pemahaman akan tipe belajar dan sikap ilmiah siswa. DAFTAR PUSTAKA .
SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan kajian yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat disimpulkan menjadi beberapa hal sebagai berikut. (1) diketahui bahwa Jenis kelamin antara siswa Laki-laki dan perempuan tidak berpengaruh terhadap sikap ilmiah siswa kelas V SD di gugus I Kecamatan Buleleng, (2) diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan sikap ilmiah antara siswa laki-laki dengan siswa perempuan pada mata pelajaran IPA kelas V SD di Gugus I Kecamatan Buleleng meski dengan pengendalian kecenderungan tipe belajar visual, auditory, dan Kinestetik. (3) diketahui bahwa terdapat hubungan antara kecenderungan tipe belajar terhadap sikap ilmiah pada siswa kelas V SD di gugus I Kecamatan Buleleng
Agung, Gede. A. A . 2014. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Aditya Media Publishing Andia, dkk. 2012.”Gaya Belajar Ditinjau dari Tipe Kepribadian dan Jenis Kelamin.Pesona, Jurnal Psikologi Indonesia. Volume 1, No.2. http://download.portalgaruda.org/ article.php?article=253794&val=6 847&title=Gaya%20Belajar%20Di tinjau%20dari%20%20Tipe%20K epribadian%20dan%20Jenis%20 Kelamin. 30 November 2016 Auliaty, Yetty.2011. “Meningkatkan Sikap Ilmiah Dalam Pembelajaran IPA Melalui Media Audio Visual Di Kelas V SDN Jakasampurna I Bekasi Barat”.Volume III, No.2. http://jurnal.pgsdunj.org/index.ph p/pgsd/article/viewFile/62/58, 30 November 2016 Damsar.2011. Pengantar Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Prenada Media De Porter, Bobbi., dkk. 2005. Quantum Teaching Mempraktikkan Quantum Learning di Ruangruang Kelas. Bandung : Kaifa. Restami, dkk.2013.” Pengaruh Model Pembelajaran POE (PredictObserve-Explain) Terhadap Pemahaman Konsep Fisika Dan Sikap Ilmiah Dari Gaya Belajar Siswa”.Jurnal Penelitian Pascasarjana Undiksha, Volume 3, No.1. http://pasca.undiksha.ac.id/ejournal/index.php/jurnal_ipa/articl e/view/716 30 Oktober 2016 Uno, B. 2012. Orientasi baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.
SARAN Dari kesimpulan yang telah diperoleh, maka dapat diberikan saran – saran sebagai berikut. Kepada Guru, dalam proses pembelajaran diharapkan guru dapat membuka diri terhadap berbagai kemungkinan seperti memaham tipe belajar dan sikap ilmiah siswa. Dalam proses pembelajaran penting juga untuk seorang guru melihat tipe belajar maupun sikap ilmiah siswanya agar dapat menerapkan strategi maupun model pembelajaran yang tepat untuk siswa. Kepada Siswa, diharapkan siswa menjadi lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran serta mampu membangun pengetahuannya sendiri untuk mencapai hasil belajar IPA yang optimal. Kepada Peneliti lain, Untuk peneliti lain yang ingin meneliti tipe belajar dan sikap ilmiah dapat mengambil variabel lain untuk dikaitkan, guna memberikan hasil yang beragam
10