e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014)
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 KESIMAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Nengah Kadek Selamet1, Siti Zulaikha2, I Gede Meter3 1,2,3
Jurusan PGSD, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk 1) mendeskripsikan hasil belajar matematika melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI), 2) Mendeskripsikan hasil belajar matematika melalui penerapan pembelajaran konvensional, 3) Mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika antara siswa yang belajar melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI dengan siswa yang belajar melalui penerapan pembelajaran konvensional siswa kelas V SD Negeri 1 Kesiman Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 1 Kesiman Denpasar. Populasi penelitian adalah siswa kelas V semester II pada tahun pelajaran 2013/2014 sebanyak 2 kelas dan terdiri dari 71 siswa. Sampel penelitian yaitu kelas VA sebagai kelas eksperimen dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI dan kelas VB dengan penerapan pembelajaran konvensional. Data yang dikumpulkan berupa data kuantitatif berupa hasil belajar matematika. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh persen rata-rata gain skor ternormalisasi (NGS) siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI sebesar 75,2 dan kelompok siswa dengan penerapan pembelajaran konvensional sebesar 56,2. Uji independent sample t-test dengan menggunakan SPSS 15 for Windows menunjukkan signifikansi 0,000. Signifikansi < 0,05, sehingga Ho ditolak. Berarti terdapat perbedaan hasil belajar matematika yang signifikan. Dapat disimpulkan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri 1 Kesiman Denpasar. Kata-kata kunci : Group Investigation, hasil belajar matematika Abstract This research aims to 1) describe the mathematics learning outcomes through the implementation of cooperative learning model type Group Investigation (GI), 2) describe the mathematics learning outcomes through the implementation of conventional learning, 3) determine significant differences in learning outcomes between students who are learning mathematics through the implementation of cooperative learning model GI type with students who studies with the implementation of conventional learning fifth grade students of SD Negeri 1 Kesiman Denpasar academic year 2013/2014. This research carried on in SD Negeri 1 Kesiman Denpasar. The population is second semester of fifth grade students consist of 2 classes and 71 students. The sample is grade VA as experiment class with implementation of cooperative learning model GI cooperative learning model type and grade VB with the implementation of conventional learning. Data were collected is quantitative data of mathematical learning outcomes. Based on the research result obtained by the average percent of normalized gain scores of students with the implementation of cooperative learning model GI type is 75,2 and the group students with the implementation of conventional learning is 56,2. Independent sample ttest using SPSS 15 for windows shows significance 0,000. Significance < 0,000, so that H o is rejected. It can be concluded the implementation of cooperative learning model GI type influence on mathematics learning outcomes of fifth grade students of SD Negeri 1 Kesiman Denpasar. Keywords : Group Investigation, outcomes of mathematics learning
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014) PENDAHULUAN Matematika merupakan ilmu yang mempelajari tentang pola keteraturan dan struktur yang terorganisasi. Struktur ini dimulai dari unsur-unsur yang tidak terdefinisikan kemudian pada unsur yang didefinisikan, ke aksioma/postulat, dan akhirnya pada teorema. Konsep-konsep matematika tersusun secara hierarki, terstruktur, logis, dan sistematis mulai dari konsep yang paling sederhana sampai pada konsep yang paling kompleks. Dalam matematika terdapat topik atau konsep prasyarat sebagai dasar untuk memahami topik atau konsep selanjutnya (Ruseffendi, 2005). Menurut Piaget (dalam Hudojo, 2005) siswa SD berada pada perkembangan kognitif tahap operasi konkret. Karakteristik siswa pada tahap ini dapat memahami operasi logis dengan bantuan benda-benda konkrit, belum dapat berpikir deduktif, dan berpikir secara transitif. Sedangkan matematika adalah ilmu deduktif, formal, hierarki dan menggunakan bahasa simbol yang memiliki arti yang padat. Matematika didominasi oleh lambang-lambang sehingga tingkat abstraksinya lebih tinggi dibandingkan mata pelajaran yang lain (Rahmi, 2008) Perkembangan kognitif siswa SD yang berada pada tahap operasi konkret menyebabkan siswa sulit memahami matematika yang bersifat abstrak. Kesulitan ini berdampak pada rendahnya kualitas pendidikan matematika di Indonesia. Rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia dibuktikan oleh data TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study), Indonesia menempati peringkat 42 (Fauzy, 2013). Data lain yang menunjukkan rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia khususnya matematika berdasarkan hasil survei Pusat Statistik Internasional untuk Pendidikan (National Center for Education in Statistics) terhadap 41 negara dalam pembelajaran matematika, dimana Indonesia mendapatkan peringkat ke 39 di bawah Thailand dan Uruguay (Wimbarti, 2012). Matematika sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah dinilai sangat memegang peranan penting karena matematika dapat meningkatkan
pengetahuan siswa dalam berpikir secara logis, rasional, kritis, cermat, efektif, dan efisien. Pembelajaran matematika harus didasarkan atas karakteristik matematika dan siswa itu sendiri. Proses pembelajaran dapat diikuti dengan baik dan menarik perhatian siswa apabila menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa dan sesuai dengan materi pelajaran (Markaban, 2006). Seorang guru hendaknya mempunyai kemampuan untuk menghubungkan antara dunia anak yang belum dapat berpikir secara deduktif agar dapat mengerti matematika yang bersifat deduktif. Salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah dengan mengaitkan pembelajaran matematika dengan dunia nyata dan kehidupan sehari-hari. Selain itu, keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran sangat perlu ditingkatkan. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dapat didorong dengan memberi kesempatan pada siswa untuk bekerja dan berpikir membangun pengetahuannya sendiri. Siswa yang aktif dapat belajar lebih memaknai proses pembelajaran yang dilakukan, sehingga pembelajaran yang bermakna dapat tercapai. Adanya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran sesuai dengan teori kontruktivisme. Konstruktivisme adalah teori perkembangan kognitif yang menekankan pada peran aktif siswa dalam membangun pemahaman mereka sendiri tentang pengetahuan yang dipelajarinya (Kunandar, 2007). Pembelajaran matematika dalam pandangan konstruktivisme mendorong siswa untuk mampu mengaitkan informasi baru dengan informasi lain sehingga menyatu dengan skemata yang dimiliki siswa agar berbentuk pemahaman baru yang kompleks; dan berorientasikan investigasi dan penemuan yang esensinya adalah pemecahan masalah. Salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan teori konstruktivisme adalah model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI). Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk terlibat
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014) secara langsung dan aktif dalam proses pembelajaran mulai dari perencanaan sampai cara mempelajari suatu topik melalui investigasi. Model pembelajaran GI mendorong siswa untuk belajar lebih aktif dan lebih bermakna. Siswa dituntut berpikir mengenai suatu persoalan dan mencari sendiri cara penyelesaiannya. Hal tersebut menyebabkan siswa lebih terlatih dalam menggunakan keterampilan pengetahuannya, sehingga pengetahuan dan pengalaman belajar akan tertanam untuk jangka waktu yang cukup lama (Slavin, 2005). Melalui penerapan model pembelajaran tipe Group Investigation diharapkan mampu meningkatkan kemampuannya siswa sehingga siswa merasa nyaman dan senang saat mengikuti pembelajaran matematika dan dapat lebih mudah memahami konsep-konsepnya. Berdasarkan latar belakang tersebut, saya mencoba melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SD Negeri 1 Kesiman Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014”. METODE PENELITIAN Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen dalam bidang pendidikan. Dalam eksperimen ini tidak dilakukan pembentukan kelompokkelompok baru dengan mengacak siswa, namun peneliti telah menerima pengelompokkan (kelas) yang telah ada pada tempat penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri 1 Kesiman Denpasar pada tahun pelajaran 2013/2014 yang terdiri atas 2 kelas dengan jumlah siswa sebanyak 71 orang. Di SD Negeri 1 Kesiman Denpasar tidak terdapat kelas unggulan maupun nonunggulan dalam pengelompokan kelas. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Kepala SD Negeri 1 Kesiman Denpasar, bahwa kelas tersebut telah setara secara akademik dan tidak dirangking Dari populasi penelitian ditentukan sampel penelitian. Sampel penelitian didefinisikan “sebagai bagian dari jumlah
dan karakteristik oleh populasi tersebut” (Sugiyono, 2011:118). Sampel penelitian dilakukan dengan sistem sampel jenuh. Sistem sampel jenuh didefinisikan “sebagai teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel” (Arikunto, 2010:134). Sampel penelitian ini yaitu kelas VA sebagai kelas eksperimen dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI dan kelas VB dengan penerapan pembelajaran konvensional. Rancangan penelitian yang digunakan adalah pretest posttest control group design (Ruseffendi, 2005). Tes dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum perlakuan (pretest-O1) dan sesudah perlakuan (posttest-O2). Pada pretest dan postest digunakan soal yang sama yaitu sebanyak 20 soal pilihan ganda dan 4 soal uraian. Variabel dalam penelitian ini meliputi variabel bebas, variabel terikat dan variabel kontrol (variabel pengendali). 1) Variabel bebas berupa penerapan model pembelajaran yang dibatasi pada dua variasi model, yaitu penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI dan konvensional pada pembelajaran matematika SD. Model pembelajaran tipe GI merupakan model pembelajaran kooperatif yang melibatkan siswa secara maksimal dalam kegiatan pembelajaran mulai dari merencanakan topik-topik yang akan dipelajari, bagaimana melaksanakan investigasinya, hingga melakukan presentasi kelompok dan evaluasi (Huda, 2011). Santyasa (2007) menyatakan pembelajaran konvensional sebagai pembelajaran yang lazim atau sudah biasa diterapkan, seperti kegiatan sehari-hari di kelas oleh guru. 2) Variabel terikat, yaitu hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI dan konvensional pada pembelajaran matematika SD. Sugihartono,dkk. (2007) berpendapat bahwa hasil belajar adalah hasil pengukuran yang berwujud angka maupun pernyataan yang mencerminkan tingkat penguasaan materi pelajaran bagi para siswa.
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014) 3) Variabel kontrol (pengendali) yaitu pembelajaran matematika kelas V SD. Pembelajaran Matematika kelas V SD adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada siswa melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga siswa memperoleh kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajari (Lenterak, 2011). Data yang dikumpulkan meliputi data kuantitatif yang berupa data hasil belajar siswa dengan penerapan kedua model pembelajaran. PROSEDUR PENELITIAN Langkah-langkah dalam prosedur penelitian yang dilaksanakan dimulai dari proses pembuatan perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian. Instrumen penelitian adalah “alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga mudah diolah (Arikunto, 2006:151).” Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah tes hasil belajar. Arikunto (2010:52) menyatakan “tes adalah suatu alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturanaturan tertentu.” Tes hasil belajar digunakan untuk mengukur penguasaan materi siswa. Tes hasil belajar terdiri dari 20 soal objektif dan 4 soal uraian. Perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian meliputi, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa (LKS) dan tes hasil belajar siswa. Sebelum digunakan dilakukan uji coba dan validasi perangkat pembelajaran yang digunakan dalam penelitian. Uji validasi yang dilakukan meliputi validitas isi adalah kerepresentatifan sampling yang terdapat dalam muatan suatu instrumen pengukur (Sudjana, 2005). Validitas isi ditentukan melalui analisis kesesuaian isi melalui kisi-kisi assessmen dengan masukan dosen pembimbing. Analisis awal validitas isi dilakukan dengan menganalisis penjabaran butir-butir instrumen penilaian sesuai dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator dan sasaran. Untuk tes hasil belajar, tes tersebut
dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan (Arikunto, 2010). Uji coba butir tes hasil belajar Uji keandalan suatu instrumen penelitian perlu dilakukan karena data yang diperoleh dengan semua instrumen di bidang pendidikan mengandung galat pengukuran (Arikunto, 2010). Uji-uji yang digunakan meliputi validitas tes hasil belajar, reliabilitas tes hasil belajar, tingkat kesukaran tes hasil belajar dan uji daya beda tes hasil belajar. Berdasarkan keseluruhan uji yang telah disajikan di atas maka, diputuskan banyaknya soal yang digunakan untuk tes hasil belajar adalah 20 butir soal pilihan ganda dan empat butir soal uraian. Validitas butir soal ditetapkan dengan mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang dicapai masingmasing individu. Salah satu metode yang digunakan dalam uji butir soal adalah metode konsistensi internal. Kesejajaran antara skor item dengan skor total dapat diartikan sebagai korelasi. Reliabilitas tes hasil belajar berhubungan dengan taraf kepercayaan yang tinggi dari suatu tes karena dapat memberikan hasil yang tetap. Instrumen yang baik memberikan data secara ajeg sesuai dengan kenyataan.. Taraf kesukaran soal tes dihitung dengan cara membandingkan siswa yang menjawab soal dengan benar terhadap jumlah subjek seluruhnya. Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai atau berkemampuan tinggi dengan siswa yang kurang pandai atau berkemampuan rendah (Arikunto, 2010). Setelah proses uji coba instrumen dan perangkat pembelajaran dilakukan proses penentuan sampel kelas penelitian. Dalam penelitian ini dipilih dua sampel kelas penelitian. Kelas yang pertama sebagai kelas eksperimen dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI dan kelas kedua sebagai kelas kontrol dengan penerapan pembelajaran konvensional. Sebelum dilakukan penerapan kedua proses pembelajaran tersebut, pada masing-masing kelas
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014) dilakukan pretest untuk mengetahui kemampuan awal siswa mengenai kompetensi dasar yang akan dibahas. Setelah penerapan kedua proses pembelajaran tersebut kembali dilakukan postest untuk memperoleh data hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI dan penerapan pembelajaran konvensional. METODE ANALISIS DATA Penelitian ini diawali dengan pemberian pretest pada masing-masing sampel penelitian. Setelah data hasil pretest dan posttest dari kedua sampel terkumpul, maka dilakukan penghitungan gain skor ternormalisasi (NGS) masingmasing siswa untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol. NGS setiap siswa pada masing-masing kelas dihitung dengan rumus: NGS = (Spost – Spre)/(Smax – Spre) x 100% Ket : NGS = skor perolehan belajar ternormalisasi; Spost = skor posttest; Spre = skor pretest; Smax = skor maksimum. Deskripsi hasil belajar pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI dan konvensional dikategorikan berdasarkan pedoman acuan patokan (PAP) (Djemari, 2008). Berdasarkan PAP hasil belajar siswa digolongkan menjadi 5 kategori, yaitu kategori sangat baik (skor 85 - 100), baik (skor 70 - 84), cukup (55 - 69), kurang (40 - 54) dan kategori sangat kurang (skor 0 - 39). Untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika antara siswa yang belajar dengan penerapan model pembelajaran kooperatif GI dan pembelajaran konvensional siswa kelas V SD Negeri 1 Kesiman Denpasar, maka digunakan statistik inferesial. Sebelum dilakukan uji statistik inferesial dilakukan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas dan homogenitas data. 1) Uji Normalitas Data Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Rumus yang digunakan adalah rumus uji normalitas data Liliefors (Kolmogorov-
Smirnov). Dalam penelitian ini uji normalitas data Liliefors (Kolmogrov-Smirnov) dilakukan dengan bantuan SPSS 15 for Windows pada taraf signifikansi 5%. Pada uji normalitas data diajukan hipotesis yaitu: Ho : gain skor yang diperoleh siswa berdistribusi normal Ha : gain skor yang diperoleh siswa tidak berdistribusi normal Dalam pengujian hipotesis, kriteria untuk menolak atau tidak menolak Ho berdasarkan signifikansi adalah sebagai berikut. Jika signifikansi < 0,05, maka Ho ditolak. Jika signifikansi ≥ 0,05, maka Ho diterima. 2) Uji Homogenitas Varians Uji homogenitas bertujuan untuk mencari tahu apakah dari beberapa kelompok data penelitian memiliki varians yang sama atau tidak. Dengan kata lain, homogenitas berarti bahwa himpunan data yang kita teliti memiliki karakteristik yang sama. Dalam penelitian ini uji homogenitas data Levene dilakukan dengan bantuan SPSS 15 for Windows pada taraf signifikansi 5%. Pada uji homogenitas data diajukan hipotesis yaitu: Ho : gain skor yang diperoleh siswa berasal dari populasi yang homogen Ha : gain skor yang diperoleh siswa berasal dari populasi yang tidak homogen Dalam pengujian hipotesis, kriteria untuk menolak atau tidak menolak Ho berdasarkan signifikansi adalah sebagai berikut. Jika signifikansi < 0,05, maka Ho ditolak.Jika signifikansi ≥ 0,05, maka Ho diterima. 3) Uji Hipotesis Jika NGS kedua sampel berdistribusi nomal dan homogen, maka uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan independent sample t-tes bantuan SPSS 15 for Windows pada taraf signifikansi (α) = 5%. Independent sample t-test (uji-t dua sampel independen) digunakan untuk membandingkan selisih dua purata (mean) dari dua sampel yang independent dengan asumsi data berdistribusi normal. Hipotesis yang diajukan adalah:
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014) Hipotesis nol (Ho) : tidak terdapat perbedaan hasil belajar matematika yang signifikan antara siswa yang belajar melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI dengan siswa yang belajar melalui penerapan pembelajaran konvensional siswa kelas V SD Negeri 1 Kesiman Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014. Hipotesis alternatif (Ha): terdapat perbedaan hasil belajar matematika yang signifikan antara siswa yang belajar melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI dengan siswa yang belajar melalui penerapan pembelajaran konvensional siswa kelas V SD Negeri 1 Kesiman Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014. Secara matematis hipotesis tersebut dapat dituliskan sebagai berikut. H0 : μGI ≤ μkonvensional Ha : μGI > μkonvensional Uji hipotesis yang digunakan adalah uji hipotesis satu arah dengan taraf signifikansi 5%. Dalam pengujian hipotesis, kriteria untuk menolak atau tidak menolak Ho berdasarkan signifikansi adalah sebagai berikut. Jika signifikansi < 0,05, maka Ho ditolak. Jika signifikansi ≥ 0,05, maka Ho diterima. Sebaliknya, jika %NGS tidak terdistribusi normal dan tidak homogen, maka uji hipotesis dilakukan dengan Uji Mann-Wihtney dengan bantuan SPSS 15 for Windows pada taraf signifikansi (α) = 5%. Uji Mann-Withney adalah uji nonparametrik yang cukup kuat sebagai pengganti independent sample t-test, dalam hal asumsi distribusi normal tidak dipenuhi (Ruseffendi, 2005). Misalnya distribusinya tidak normal dan uji selisih rerata yang variansinya tidak sama. Uji Mann-Whitney berdasarkan jumlah peringkat (rank) data. Data dari kedua sampel digabungkan dan diberi peringkat dari terkecil hingga terbesar. Dalam pengujian hipotesis, kriteria untuk menolak atau tidak menolak Ho berdasarkan signifikansi adalah sebagai berikut. Jika signifikansi < 0,05, maka Ho ditolak. Jika signifikansi ≥ 0,05, maka Ho diterima.
HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 1) Deskripsi Data Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Kesiman Denpasar tahun pelajaran 2013/2014. Dalam pelaksanaannya digunakan dua kelas penelitian, yakni kelas VA sebagai kelas eksperimen dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI dan kelas VB dengan penerapan pembelajaran konvensional. Masing-masing kelas diberikan 1 kali pretest pada awal pertemuan. Pemberian perlakuan dilakukan sebanyak 4 kali pertemuan dan diakhiri dengan 1 kali posttest untuk masing-masing kelas. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa berupa skor pretest-posttest siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI dan pembelajaran konvensional. Dalam penelitian ini diperoleh skor rata-rata pretest kelompok siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI sebesar 7,6 dan rata-rata pretest kelompok siswa dengan penerapan pembelajaran konvensional sebesar 7,3. Sedangkan rata-rata skor posttest kelompok siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI sebesar 77,1 dan skor posttest kelompok siswa dengan penerapan pembelajaran konvensional sebesar 59,5. Berdasarkan skor pretest-postest pada masing-masing kelompok siswa ditentukan NGS. Diperoleh rata-rata NGS kelompok siswa dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe GI sebesar 75,6. Sesuai dengan pedoman acuan patokan (PAP), NGS siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif GI termasuk dalam kategori baik. Sedangkan rata-rata NGS kelompok siswa dengan penerapan pembelajaran konvensional sebesar 56,32 termasuk kategori cukup.
2) Hasil Uji Hipotesis Sebelum dilakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas NGS antarkelompok perlakuan. Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah data yang
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014) diperoleh dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Rumus yang digunakan adalah rumus uji normalitas data Liliefors (Kolmogorov-Smirnov). Dalam penelitian ini uji normalitas data Liliefors (KolmogrovSmirnov) dilakukan dengan bantuan SPSS 15 for Windows pada taraf signifikansi 5%. Pada uji normalitas data diajukan hipotesis yaitu: Ho : gain skor yang diperoleh siswa berdistribusi normal Ha : gain skor yang diperoleh siswa tidak berdistribusi normal Dalam pengujian hipotesis, kriteria untuk menolak atau tidak menolak Ho berdasarkan signifikansi adalah sebagai berikut. Jika signifikansi < 0,05, maka Ho ditolak. Jika signifikansi ≥ 0,05, maka Ho diterima . Berdasarkan hasil uji normalitas data terhadap NGS kelas eksperimen dengan penerapan model pembelajaran kooperatif GI diperoleh signifikansi sebesar 0,200. Signifikansi sebesar 0,200 > 0,05, maka Ho diterima. Hal ini menunjukkan NGS kelas eksperimen dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI berdistribusi normal. Uji normalitas NGS kelas kontrol dengan penerapan pembelajaran konvensional juga menunjukkan signifikansi sebesar 0,200. Signifikansi sebesar 0,200 > 0,05, maka Ho diterima. Hal ini menunjukkan NGS kelas kontrol dengan penerapan pembelajaran konvensional berdistribusi normal. Uji homogenitas bertujuan untuk mencari tahu apakah dari beberapa kelompok data penelitian memiliki varians yang sama atau tidak. Dengan kata lain, homogenitas berarti bahwa himpunan data yang kita teliti memiliki karakteristik yang sama. Dalam penelitian ini uji homogenitas data Levene dilakukan dengan bantuan SPSS 15 for Windows pada taraf signifikansi 5%. Pada uji homogenitas data diajukan hipotesis yaitu: Ho : gain skor yang diperoleh siswa berasal dari populasi yang homogen Ha : gain skor yang diperoleh siswa berasal dari populasi yang tidak homogen Dalam pengujian hipotesis, kriteria untuk menolak atau tidak menolak Ho
berdasarkan signifikansi adalah sebagai berikut. Jika signifikansi < 0,05, maka Ho ditolak. Jika signifikansi ≥ 0,05, maka Ho diterima. Berdasarkan hasil uji homogenitas data terhadap NGS kelas eksperimen dengan penerapan model pembelajaran kooperatif GI dan kelas kontrol dengan penerapan pembelajaran konvensional diperoleh signifikansi berdasarkan rata-rata NGS sebesar 0,869. Signifikansi sebesar 0,869 > 0,05, maka Ho diterima. Hal ini menunjukkan NGS kelas eksperimen dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI dan kelas kontrol dengan penerapan pembelajaran konvensional memiliki varians yang homogen. Berdasarkan uji normalitas dan uji homogenitas data diperoleh bahwa kedua kelas perlakuan (GI dan konvensional) berdistribusi normal dan berasal dari varians yang homogen, sehingga diputuskan untuk uji selanjutnya menggunakan uji independent sample ttest. Independent sample t-test (uji-t dua sampel independen) digunakan untuk membandingkan selisih dua purata (mean) dari dua sampel yang independent dengan asumsi data berdistribusi normal. Hipotesis yang diajukan adalah: Hipotesis nol (Ho) : tidak terdapat perbedaan hasil belajar matematika yang signifikan antara siswa yang belajar melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI dengan siswa yang belajar melalui penerapan pembelajaran konvensional siswa kelas V SD Negeri 1 Kesiman Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014. Hipotesis alternatif (Ha) : terdapat perbedaan hasil belajar matematika yang signifikan antara siswa yang belajar melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI dengan siswa yang belajar melalui penerapan pembelajaran konvensional siswa kelas V SD Negeri 1 Kesiman Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014. Uji hipotesis yang digunakan adalah uji hipotesis satu arah dengan taraf signifikansi 5%. Dalam pengujian hipotesis, kriteria untuk menolak atau tidak menolak Ho berdasarkan signifikansi adalah sebagai berikut. Jika signifikansi < 0,05, maka Ho ditolak.
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014) Jika signifikansi ≥ 0,05, maka Ho diterima. Berdasarkan hasil uji independent sample t-test diperoleh signifikansi sebesar 0,000. Signifikansi 0,000 < 0,05, maka Ho ditolak. Hal ini menunjukkan terdapat perbedaan hasil belajar matematika yang signifikan antara siswa yang belajar melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI dengan siswa yang belajar melalui penerapan pembelajaran konvensional siswa kelas V SD Negeri 1 Kesiman Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014. PEMBAHASAN Dalam penelitian ini, kegiatan pembelajaran dilakukan sebanyak 6 kali pertemuan terdiri dari 4 kali tatap muka di kelas dan 2 kali pertemuan untuk pretest dan postest. Pembelajaran menggunakan model pembelajaran (perlakuan) yang berbeda. Pada kelas eksperimen diberi perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe GI sedangkan pada kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional. Pada pertemuan pertama dilakukan pretest pada kedua kelas. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh ratarata skor pretest kelompok siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif sebesar 7,6 dan rata-rata pretest kelompok siswa dengan penerapan pembelajaran konvensional sebesar 7,3. Berdasarkan hasil pretest tersebut diasumsikan bahwa kemampuan awal siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sama. Setelah diberikan perlakuan yang berbeda, maka diadakan postest pada akhir pembelajaran. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh rata-rata skor posttest siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI siswa kelas V SD Negeri 1 Kesiman Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014 sebesar 77,1. Sedangkan rata-rata gain NGS sebesar 75,4. Sesuai dengan pedoman acuan patokan (PAP) rata-rata NGS siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI termasuk dalam kategori baik. Sedangkan rata-rata skor posttest siswa melalui penerapan pembelajaran konvensional kelas V SD Negeri 1 Kesiman
Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014 sebesar 59,5 yang termasuk dalam kategori cukup. Berdasarkan uji normalitas dan uji homogenitas data diperoleh bahwa kedua kelas perlakuan (GI dan konvensional) berdistribusi normal dan berasal dari varians yang homogen, sehingga diputuskan menggunakan uji independent sample t-test untuk menganalisis data. Berdasarkan uji analisis data hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI dan pembelajaran konvensional pada kompetensi dasar menggunakan Faktor Prima untuk menentukan FPB dan KPK siswa kelas V SD Negeri 1 Kesiman Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014, menunjukkan terdapat perbedaan hasil belajar matematika yang signifikan antara siswa yang belajar melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI dengan siswa yang belajar melalui penerapan pembelajaran konvensional. Berdasarkan anailisis data %NGS matematika siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI berbeda secara signigikan dengan %NGS matematika siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Hal ini menunjukkan efektivitas penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI Siswa yang mendapat perlakuan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation mendapat kesempatan yang lebih luas untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini mendorong siswa belajar secara lebih bermakna dalam membangun pengetahuannya sesuai dengan paham konstruktivisme (Kunandar, 2009). Belajar secara bermakna memberi efek positif, sehingga pengetahuan dan pengalaman belajar akan tertanam untuk jangka waktu yang cukup lama (Slavin, 2005). Heruman (2008) menyatakan dalam pembelajaran matematika SD, diharapkan terjadi reinvention (penemuan kembali). Pada penerapan model pembelajaran kooperatif siswa belajar secara berkelompok menginvestigasi permasalahan yang diberikan dalam melakukan penemuan kembali. Kelompok dijadikan sebagai sarana sosial dalam
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014) proses pembelajaran. Rencana kelompok mendorong keterlibatan maksimal para siswa untuk menemukan pengetahuannya. Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif siswa mengaitkan pengalaman belajar dengan konsep yang dipelajari, sehingga terjadi pembelajaran yang lebih bermakna (meaningful), siswa tidak hanya belajar untuk mengetahui sesuatu (learning to know about), tetapi juga belajar melakukan (learning to do), belajar menjiwai (learning to be), dan belajar bagaimana seharusnya belajar (learning to learn), serta bagaimana bersosialisasi dengan sesama teman (learning to live together). Pembelajaran kooperatif melalui pembentukan kelompok-kelompok kecil dalam pembelajaran matematika meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran dibandingkan dengan mereka yang bekerja dalam suasana konvensional yang mengikutsertakan seluruh siswa dalam ruang kelas. Dalam kelompok-kelompok kecil terdapat hubungan interpersonal yang lebih intens dan lebih kompleks. Selanjutnya siswasiswa yang bekerja dalam kelompokkelompok kecil memiliki rasa tanggung jawab lebih besar untuk membantu siswa lain. Siswa yang berada dalam kelompok kecil lebih komunikatif satu sama lain. Secara umum dapat dijabarkan keunggulan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI dalam pembelajaran matematika siswa kelas V SD Negeri 1 Kesiman Denpasar dibandingkan dengan penerapan pembelajaran konvensional terletak pada sinergisme antara karakteristik siswa SD, karakteristik pembelajaran matematika dan karakteristik model pembelajaran kooperatif tipe GI. Pembelajaran matematika yang bersifat abstrak dapat dipahami oleh anak SD yang berada dalam tahap perkembangan kognitif operasional konkret dengan penemuan kembali dan belajar secara bermakna dalam kelompok kecil melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI. Beberapa Penelitian mengenai penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI telah dilakukan. Diantaranya penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh Hanisah, dkk (2013) diperoleh bahwa
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe GI yang dilaksanakan sesuai dengan langkah-langkahnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika pada siswa kelas V. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Radiyanti, dkk (2012) diperoleh bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe GI dapat meningkatkan hasil belajar IPS kelas IV SD. Kedua hasil penelitian tersebut secara umum menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI dapat meningkatkan hasil belajar siswa SD. Berdasarkan kajian teori, penelitian yang relevan dan analisis hasil penelitian diperoleh bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri 1 Kesiman Denpasar pada tahun pelajaran 2013/2014. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, dapat ditarik simpulan sebagai berikut. 1) Rata-rata skor posttest siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI sebesar 77,1, sedangkan rata-rata NGS sebesar 75,4. Sesuai dengan PAP, hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri 1 Kesiman Denpasar tahun pelajaran 2013/2014 tergolong baik. 2) Rata-rata skor posttest siswa melalui penerapan pembelajaran konvensional sebesar 59,5, sedangkan rata-rata NGS sebesar 56,32. Sesuai dengan PAP, hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri 1 Kesiman Denpasar tahun pelajaran 2013/2014 tergolong cukup. 3) Berdasarkan hasil uji independent sample t-test diperoleh signifikansi sebesar 0,000. Signifikansi 0,000 < 0,05, maka Ho ditolak. Hal ini menunjukkan terdapat perbedaan hasil belajar matematika yang signifikan antara siswa yang belajar melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI dengan siswa yang belajar melalui penerapan
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014) pembelajaran konvensional siswa kelas V SD Negeri 1 Kesiman Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014. Berdasarkan kajian teori, penelitian yang relevan dan analisis hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri 1 Kesiman Denpasar pada tahun pelajaran 2013/2014. Berdasarkan simpulan di atas, saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Bagi guru, hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI terhadap hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri 1 Kesiman Denpasar pada tahun ajaran 2013/2014. Untuk itu para guru hendaknya dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe GI pada pembelajaran matematika sebagai alternatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa sesuai dengan tingkat perkembangan dan karakteristik siswa. 2) Bagi siswa, dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe GI dalam penelitian ini, diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam pembelajaran matematika, serta menciptakan pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan bagi siswa. 3) Bagi sekolah diperolehnya hasil belajar yang maksimal dengan pemilihan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa sesuai dengan tuntutan kurikulum, salah satunya model pembelajaran kooperatif tipe GI untuk meningkatkan kualitas hasil belajar. 4) Bagi peneliti lain, perlu diadakan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui efektifitas model pembelajaran kooperatif tipe GI pada kompetensi dasar lain dalam rangka optimalisasi pembelajaran matematika untuk meningkatkan proses dan hasil belajar. DAFTAR RUJUKAN Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
-----------, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Ed Revisi VI. Jakarta: PT Rineka Cipta. Fauzy, Akhmad. 2013. “Pendidikan Indonesia Memprihatinkan”. Tersedia pada http://www.suaramerdeka.com (diakses pada tanggal 8 Januari 2014) Hanisah, A., dkk. Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation dalam Peningkatan Pembelajaran Matematika Tentang Pecahan pada Siswa Kelas V SD. Jurnal penelitian, tersedia pada http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/pg sdkebumen/article/viewFile/1592/1168 (diakses pada tanggal 24 Mei 2014) Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Penerapan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Hudojo, Herman. 2005. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang: UM Press Kunandar. 2007. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Satuan Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada Markaban.2006.Model Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Penemuan Terbimbing. Yogyakarta: Departemen pendidikan nasional pusat pengembangan dan penetaran guru matematika. Radiyanti, S.,dkk. 2012. Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation dalam Peningkatan Hasil Belajar IPS di Kelas IV S. Jurnal penelitian, tersedia pada http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/pg sdkebumen/article/viewFile/1592/1168 (diakses pada tanggal 24 Mei 2014. Rahmi. 2008. Model Pembelajaran Kooperatif Number Head Together
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014) (NHT) Sebagai Upaya Meningkatkan Pemahaman Siswa dalam