UNIVERSITAS INDONESIA
AUDIT ATAS SELISIH KURS PT B
LAPORAN MAGANG Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
YENIAR HENDRA NINGRUM 1006712665
FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPOK JUNI 2013
Audit atas selisih …, Yeniar Hendra Ningrum, FE UI, 2013
Audit atas selisih …, Yeniar Hendra Ningrum, FE UI, 2013
Audit atas selisih …, Yeniar Hendra Ningrum, FE UI, 2013
Audit atas selisih …, Yeniar Hendra Ningrum, FE UI, 2013
KATA PENGANTAR Alhamdulillahhirabbil’alamin. Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Allah SWT karena atas berkat, rahmat, dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan magang ini untuk memenuhi persyaratan kelulusan dalam menyelesaikan studi di Program Sarjana Reguler (S1) Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Selama penyusunan laporan magang ini, penulis telah memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, sehingga penulisan dapat selesai tepat pada waktunya. Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada setiap pihak yang membantu penulis baik melalui doa, materi, tenaga, maupun segala nasihat dan masukan bagi penyelesaian laporan magang ini, yaitu: 1.
Kepada Allah Subhanahuwata’ala, atas rahmat dan karunia-Nya, laporan magang ini diberi kemudahan untuk dapat selesai tepat waktu.
2.
Ibu Selvy Monalisa, selaku dosen pembimbing dalam pembuatan laporan magang ini atas waktu, saran, arahan, dan motivasi yang tak henti-henti selama proses penulisan.
3.
Dosen penguji, Bu Nurul Husnah dan Pak Catur Sasongko, untuk masukan dan saran dalam penyempurnaan laporan magang ini.
4.
Segenap dosen dan karyawan FEUI untuk segala ilmu dan bantuan yang diberikan selama kuliah di FEUI.
5.
Keluarga penulis, yaitu Mama, Papa, Mba Eca, Mba Maya, Angga, Mami, dan Aldrich yang memberikan semangat, dukungan dan juga doa dalam proses penulisan laporan ini.
6.
Teman spesial penulis, Anugrah Pradana, untuk motivasi spesialnya, dan menjadi sumber semangat tersendiri untuk penulis agar segera menyelesaikan laporan magang ini.
7.
Tim audit KAP ABC, terutama untuk tim audit PT B, yaitu Adrianus, manajer baik hati, Itha, senior yang senantiasa membantu dalam memberi pemahaman dalam proses audit, Pandu dan Cecilia sebagai teman berbagi keluh kesah saat proses audit berlangsung, dan atas rasa kekeluargaan dan v
Audit atas selisih …, Yeniar Hendra Ningrum, FE UI, 2013
pembelajaran yang telah diberikan selama penulis melaksanakan program magang. 8.
Sahabat-sahabat yang selalu ada di kehidupan penulis, yaitu Erin, Ipeh, Dian, Ajeng, Fellis, Hany, Enggar, Tilay, dan Tika.
9.
Sahabat-sahabat senasib dan sepenanggungan kuliah dan magang, yaitu Sabrina, Catherine, Ola, dan Indri.
10.
Sahabat sejak semester awal kuliah hingga sekarang, Sasa, teman menginap, belajar bareng, hingga curhat apapun.
11.
Sosok-sosok hebat yang dipertemukan oleh acara The 10th Economix, Wildan, Sasa, Octo, Vivin, Faisal, dan Made. Terima kasih atas momen dan pelajaran berharganya.
12.
Divisi Keuangan Air Navigasi Indonesia, Pak Fadjar selaku manajer baik hati yang selalu memberi izin untuk mengerjakan tugas akhir di sela-sela waktu kerja, dan memberikan izin untuk bimbingan dikala hari kerja. Juga untuk staf keuangan Air Navigasi Indonesia untuk menjadi teman kerja yang menyenangkan.
13.
Semua pihak yang sudah menginspirasi, memberi banyak pelajaran, memberi momen-momen berharga selama empat tahun masa kuliah.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa laporan magang ini masih memiliki banyak kekurangan. Semoga laporan magang ini dapat memberikan manfaat bagi pembacanya. Terima kasih.
Depok,
Penulis
vi
Audit atas selisih …, Yeniar Hendra Ningrum, FE UI, 2013
Audit atas selisih …, Yeniar Hendra Ningrum, FE UI, 2013
ABSTRAK Nama : Yeniar Hendra Ningrum Program Studi : S1 Akuntansi Judul : Audit atas Selisih Kurs PT B Laporan magang ini membahas mengenai Audit atas Selisih Kurs PT B yang dilakukan oleh KAP ABC untuk periode yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2013. Secara lebih rinci, laporan magang ini membahas mengenai standar akuntansi, prosedur audit atas akun beban non-operasional, analisis atas hasil proses audit, termasuk temuan dan penyesuaian audit. PT B mengacu pada SAK-ETAP dalam pelaporan keuangannya dengan menggunakan mata uang Rupiah, padahal mata uang fungsional adalah Euro. Kerugian akibat selisih kurs jumlahnya signifikan dan dilaporkan sebagai beban non-operasional, namun PT B tidak melakukan transaksi lindung nilai untuk mengurangi potensi kerugian tersebut.
Kata kunci: beban, non-operasional, valuta asing, selisih kurs, audit, lindung nilai
ABSTRACT
Name Major Title
: Yeniar Hendra Ningrum : Bachelor of Accounting : Audit of Foreign Exchange Rates Differences in PT B
The report discusses the audit of non-operating expenses related to foreign exchange of PT B as conducted by ABC Accounting Firm for the period ended December 31, 2013. More specifically, this report explains the accounting standards, audit procedures on the accounts of non-operating expenses, analysis of the results of the audit process, including the findings and audit adjustments. PT B refers to SAK-ETAP in financial reporting by using Rupiah currency, whereas the functional currency is Euro. Foreign exchange losses caused large numbers in financial report and are reported as non-operating expenses, but PT B did not use any hedging transactions to mitigate potential losses.
Key words: Expenses, non-operating, foreign exchange, audit, hedging
viii
Audit atas selisih …, Yeniar Hendra Ningrum, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................. i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................. ii TANDA PERSETUJUAN LAPORAN AKHIR MAGANG ................................ iii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iv KATA PENGANTAR .......................................................................................... v HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ............................................................. vii ABSTRAK ............................................................................................................ viii ABSTRACT ............................................................................................................ viii DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xiii DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xiv BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang Program Magang ........................................................ 1 1.1.1 Tujuan Pelaksanaan dan Penulisan Laporan Magang ................. 2 1.1.2 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Program Magang .................... 2 1.2 Pelaksanaan Kegiatan Magang ............................................................ 3 1.3 Ruang Lingkup Penulisan .................................................................... 5 1.4 Sistematika Penulisan .......................................................................... 11 BAB 2 LANDASAN TEORI .............................................................................. 12 2.1 Akuntansi untuk Transaksi Terkait Valuta Asing ................................ 12 2.1.1 PSAK 10 Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing ................... 12 2.1.2 Standar Akuntansi Keuangan-Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP) Bab 25 dan Bab 26.................................... 13 2.2.3 International Accounting Standard (IAS) 21 .............................. 14 2.2 Teori Audit ........................................................................................... 14 2.2.1 Definisi Audit .............................................................................. 14 2.2.2 Perbedaan Tanggung Jawab Auditor Independen dengan Tanggung Jawab Manajemen ...................................................... 16 2.2.3 Asersi Manajemen ....................................................................... 17 2.2.4 Jenis Audit................................................................................... 18 2.2.5 Tujuan Audit Laporan Keuangan ................................................ 18 2.2.5.1 Tujuan Audit terkait Transaksi........................................ 19 2.2.5.2 Tujuan Audit terkait Saldo .............................................. 20 2.2.5.3 Tujuan Audit terkait Penyajian dan Pengungkapan ........ 22 2.2.6 Pengendalian Internal .................................................................. 22 2.2.7 Materialitas.................................................................................. 25 2.2.8 Bukti Audit .................................................................................. 25 2.2.9 Proses Audit ................................................................................ 27 2.2.9.1 Perencanaan dan Perancangan Pendekatan Audit ............. 28 ix
Audit atas selisih …, Yeniar Hendra Ningrum, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
2.2.9.2 Melakukan Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif Transaksi ........................................................... 30 2.2.9.3 Melakukan Prosedur Analitis dan Pengujian Detil Saldo . 30 2.2.9.4 Menyelesaikan Audit dan Mengeluarkan Laporan Audit ................................................................. 31 2.2.10 Opini Auditor ............................................................................ 31 2.3 Perbedaan Beban Operasional dan Beban non-Operasional ............... 33 2.4 Instrumen Keuangan Derivatif ............................................................ 34 2.4.1 Forward ................................................................................... 35 2.4.2 Futures ..................................................................................... 35 2.4.3 Opsi .......................................................................................... 36 BAB 3 GAMBARAN UMUM KAP DAN PT B ............................................... 38 3.1 Gambaran Umum Kantor Akuntan Publik (KAP) ABC ...................... 38 3.2 Gambaran Umum Kantor PT B ........................................................... 40 3.2.1 Operasi Bisnis ............................................................................. 40 3.2.2 Struktur Organisasi ..................................................................... 41 3.2.3 Pihak Terkait ............................................................................... 41 3.2.4 Pembiayaan ................................................................................. 42 3.2.5 Kompetensi Inti, Tujuan dan Strategi ......................................... 42 3.2.6 Transaksi dan Saldo dalam Mata Uang Asing ............................ 43 3.2.7 Pengakuan Pendapatan ................................................................ 43 BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS ........................................................ 45 4.1 Latar Belakang Pemilihan Topik ......................................................... 45 4.2 Perbedaan Selisih Kurs yang Telah Terealisasi (Realized) Dan Belum Terealisasi (Unrealized).................................................... 47 4.3 Sumber Akun Kerugian/Keuntungan atas Transaksi Mata Uang Asing .................................................................................................... 50 4.3.1 Pembelian Barang Mentah .......................................................... 50 4.3.2 Penjualan Barang Jadi atas Penjualan Perakitan Kustomisasi .... 52 4.3.2.1 Proses Pemesanan Customer ............................................ 53 4.3.2.2 Proses Produksi dan Pengepakan ..................................... 53 4.3.2.3 Proses Distribusi Barang .................................................. 53 4.3.2.4 Penagihan ......................................................................... 54 4.3.2.5 Penerimaan Pembayaran .................................................. 55 4.3.2.6 Penyesuaian dan Pemeliharaan Catatan ........................... 56 4.3.2.7 Dampaknya Terhadap Tingginya Rugi Selisih Kurs ....... 56 4.4 Audit atas Selisih Kurs PT B ............................................................... 57 4.5 Menilai Penentuan Mata Uang Fungsional .......................................... 60 4.5.1 Indikator Primer .......................................................................... 62 4.5.2 Indikator Sekunder ...................................................................... 62 4.6 Mata Uang Fungsional dibandingkan dengan Mata Uang Pelaporan PT B ................................................................................... 64 4.7 Transaksi Hedging dalam PT B .......................................................... 65 4.8 Posisi Selisih Kurs Dalam Komponen Beban Non-Operasional ........ 67 x
Audit atas selisih …, Yeniar Hendra Ningrum, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 70 5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 70 5.2 Saran ..................................................................................................... 71 5.2.1 Saran untuk PT B ........................................................................ 71 5.2.2 Saran untuk KAP ABC ............................................................... 72 5.2.3 Saran untuk Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi ............. 73
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 74 LAMPIRAN ......................................................................................................... 76
xi
Audit atas selisih …, Yeniar Hendra Ningrum, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Laporan Laba Rugi PT B .................................................................... 45 Tabel 4.2 Beban Non-Operasional terkait Selisih Kurs menurut Sumber Aktivitas................................................................................. 46 Tabel 4.3 Beban Non-Operasional terkait Selisih Kurs menurut Jenis Mata Uang .................................................................................. 47
xii
Audit atas selisih …, Yeniar Hendra Ningrum, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1
Nilai Tukar Mata Uang Rupiah Terhadap Euro Januari – Desember 2012 ......................................................................... 6
Gambar 1.2
Nilai Tukar Mata Uang Rupiah Terhadap Euro Januari – Desember 2013 ......................................................................... 7
Gambar 1.3
Nilai Tukar Mata Uang Emerging Markets vs. Dollar AS, Januari - September 2013 .......................................................... 8
Gambar 2.1
Definisi Audit ............................................................................ 15
Gambar 2.2
Tahap-Tahap Audit Laporan Keuangan .................................... 27
xiii
Audit atas selisih …, Yeniar Hendra Ningrum, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Pemilihan Sampel untuk TOD non-Statistical Sampling .............. 76 Lampiran 2 Pemilihan Sampel untuk TOD Targeted Testing .......................... 77 Lampiran 3 Result Template TOD non-Statistical Sampling dan Targeted Testing............................................................................. 78
xiv
Audit atas selisih …, Yeniar Hendra Ningrum, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Program Magang
Sarjana ekonomi merupakan salah satu lulusan paling umum yang ada di Indonesia, dikarenakan banyaknya institusi pendidikan yang menyediakan program tersebut dalam daftar program pendidikannya. Oleh karena itu, seorang sarjana ekonomi dituntut memiliki kemampuan yang memadai untuk bersaing di dunia kerja. Persaingan di dunia kerja yang semakin berat dikarenakan banyaknya lulusan sarjana ekonomi baik dari universitas dalam negeri ataupun luar negeri, menuntut universitas untuk mampu menghasilkan lulusan yang memiliki bekal softskill dan kemampuan teknikal yang baik agar siap untuk bersaing di pasar kerja global. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia sebagai institusi pendidikan negeri terbaik dalam bidang ekonomi di Indonesia yang juga tercatat sebagai penghasil lulusan sarjana ekonomi terbaik di Indonesia, mengemban tugas yang semakin berat untuk selalu menghasilkan lulusan ekonom terbaik dari waktu ke waktu. Salah satu cara untuk terus menghasilkan lulusan terbaik yaitu dengan menyediakan program magang yang bertujuan untuk memfasilitasi mahasiswa untuk mengaplikasikan ilmu yang telah dipelajari selama masa kuliah, yang pada akhirnya ditetapkan oleh Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia sebagai salah satu alternatif tugas akhir yang menjadi syarat kelulusan bagi mahasiswanya. Dengan adanya program magang ini, mahasiswa dipersiapkan untuk dapat terjun langsung dalam dunia kerja, bahkan sebelum mereka lulus, serta mengasah kemampuan softskill dan kemampuan teknikal dalam mengaplikasikan ilmu yang sudah dipelajari pada bangku kuliah, sehingga diharapkan pada saat mereka lulus, mereka sudah memiliki bekal yang cukup dan lebih kompeten untuk dapat bersaing pada persaingan pasar kerja global.
1
Audit atas selisih …, Yeniar Hendra Ningrum, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
2
1.1.1
Tujuan Pelaksanaan dan Penulisan Laporan Magang
Pelaksanaan program magang dari departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia selain sebagai sarana untuk mendapatkan pengalaman kerja secara langsung di dunia nyata sebagai mahasiswa, juga bertujuan untuk memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk dapat mengaplikasikan ilmu mereka pada dunia kerja secara langsung, dan juga untuk menambah keterampilan teknikal maupun softskill mereka dalam melaksanakan tugas dan memecahkan beberapa masalah yang dihadapi oleh manajemen perusahaan sehari-hari dengan menggunakan ilmu pengetahuan serta perangkat-perangkat akuntansi dan manajemen yang telah dipelajari. Selain itu, terkait dengan program magang sebagai salah satu syarat kelulusan, mahasiswa diwajibkan untuk menuliskan kegiatan mereka selama program berlangsung dan dikemas dalam bentuk laporan tertulis yang selanjutnya disebut laporan magang. Tujuan dibuatnya laporan tersebut adalah: 1. Sebagai bukti partisipasi dan salah satu syarat kelulusan dalam program magang. 2. Sebagai komponen utama dalam penilaian program magang. 3. Memberikan masukan dan pendapat kepada perusahaan tempat program magang dilaksanakan. 4. Sebagai sarana bagi penulis untuk menerapkan teori dan ilmu pengetahuan yang didapat ke dalam dunia kerja.
1.1.2 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Program Magang Program magang dilaksanakan di Kantor Akuntan Publik ABC yang berafiliasi dengan ABC International. Penulis ditempatkan dalam divisi CIPS/TICE (Consumer and Industrial Product Services) grup maroon, yang menangani klien yang sebagian besar merupakan perusahaan manufaktur dengan posisi vocational employee yang bertanggung jawab membantu tugas associates dan senior associates.
Audit atas selisih …, Yeniar Hendra Ningrum, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
3
Periode magang berlangsung selama tiga bulan sejak tanggal 3 Januari 2014 sampai dengan 1 April 2014. Pelaksanaan Kegiatan Magang
1.2
Selama program magang, penulis diposisikan sebagai junior auditor (vocational employee) yang memiliki tugas dan tanggung jawab mempersiapkan kertas kerja untuk beberapa akun dengan baik dan benar sesuai ABC Audit Guide, melakukan pengujian pengendalian, substantif, analisa prosedur, serta pengujian atas saldo untuk beberapa akun dalam neraca dan laporan laba rugi, serta membantu tim auditor untuk mengumpulkan data yang diperlukan serta mengevaliasi segala bukti yang ada. Selama pelaksanaan magang, penulis berada di bawah bimbingan seorang senior in charge serta pengawasan dari seorang manager yang bertanggung jawab atas klien yang diaudit. Penulis dipercaya untuk melakukan audit atas tiga perusahaan yang bergerak dalam sektor manufaktur, yaitu:
PT B merupakan perusahaan multinasional yang berdomisili di Bogor - Jawa barat dan berpusat di Jerman yang bergerak pada bisnis penjualan kompresor pendingin untuk Pesawat, Kereta, Apartemen, dan perkantoran.
PT D merupakan perusahaan multinasional yang berdomisili di Jakarta dan berpusat di Jerman yang bergerak pada bidang kimia dan penjualan alat kesehatan kepada rumah sakit dan distributor kecil.
PT M merupakan perusahaan multinational yang berdomisili di Karawang – Jawa Barat dan berpusat di Jepang yang bergerak pada bidang kimia dan penjualan suku cadang untuk mesin kendaraan bermotor.
Penulis mengemban beberapa tugas, yaitu: a. Melakukan audit lapangan (field work audit) Penulis melaksanakan prosedur audit dengan meminta data yang diperlukan kepada klien atas akun yang diaudit, serta melakukan wawancara (inquiry) atas akun tersebut untuk mendapatkan pemahaman dan melihat kesesuaian dengan
Audit atas selisih …, Yeniar Hendra Ningrum, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
4
ABC Audit Guide dengan melakukan beberapa pengujian agar memperoleh keyakinan. b. Menyiapkan template kertas kerja Penulis
menyiapkan
template
untuk
selanjutnya
digunakan
untuk
mendokumentasikan proses audit. Kertas kerja yang disiapkan antara lain Lead schedule dan pengujian yang di butuhkan sesuai dengan ABC Audit Guide seperti tes kontrol, tes substantif, serta pengujian atas saldo (test of detailed balances). c. Mengirimkan konfirmasi Penulis mengirimkansurat konfirmasi saldo atas akun-akun tertentu, seperti konfirmasi bank, konfirmasi piutang, konfirmasi utang, konfirmasi pemegang saham dan konfirmasi untuk perusahaan terkait (intercompany). d. Melakukan penindak lanjutan konfirmasi (follow up confirmation) Penulis melakukan follow up kepada perusahaan yang telah menerima surat konfirmasi melalui telepon dan email, dan memperbaharui data begitu surat konfirmasi balasan telah diterima. Apabila surat konfirmasi tidak diterima langsung melalui kantor ABC, maka penulis wajib mengkonfirmasi ulang saldo yang tertera melalui telefon untuk memastikan kebenaran atas informasi saldo tersebut. e. Melakukan vouching Penulis melakukan pengecekan atas data yang didapat dari sistem, ke dalam bukti catatan berupa invoice, purchase order, atau bank statement yang dapat mendukung kebenaran atas saldo suatu transaksi. f. Melakukan footing dan cross footing Penulis melakukan penghitungan kembali secara manual atas nilai dari suatu akun, sehingga tidak terjadi kesalahan dalam pencatatan total saldo. Biasanya hal ini dilakukan saat angka akan “dikunci” ke dalam laporan keuangan. g. Membuat jurnal penyesuaian dan jurnal reklasifikasi Penulis mengusulkan jurnal penyesuaian jika terdapat selisih antara saldo hasil audit dan saldo menurut pembukuan klien.
Audit atas selisih …, Yeniar Hendra Ningrum, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
5
h. Menyiapkan laporan tahunan yang sudah diaudit Penulis membantu associates untuk menyiapkan laporan keuangan akhir tahun dengan cara, mengunci angka (lock amount), memperbarui data (update data) informasi terkait perusahaan, dan melakukan perhitungan ulang untuk memastikan akurasi saldo akhir (footing dan cross footing). i. Poof-read Setelah
menyiapkan
laporan
keuangan
tahunan,
penulis
melakukan
pemeriksaan atas kebenaran kata, huruf, dan format penulisan dalam laporan keuangan sebelum diserahkan kepada manajer.
Pada Klien PT B, penulis mendapat banyak kesempatan untuk mendapatkan pemahaman serta melakukan audit dari tahap perencanaan (planning) hingga pelaporan (reporting). Waktu yang penulis habiskan pada klien PT B yaitu lima minggu, dan penulis dipercaya untuk melakukan semua tugas yang telah dijabarkan di atas sebelumnya. Pada klien PT D, penulis mengikuti proses audit selama dua minggu, dan hanya meneruskan pekerjaan tim auditor sebelumnya, di sini penulis sebagian besar melakukan audit lapangan, vouching, mengirimkan konfirmasi dan menindaklanjuti konfirmasi. Pada klien PT M, penulis mengikuti proses audit selama empat minggu, dari perencanaan hingga pelaporan tahap satu, di sini penulis dipercaya untuk melakukan beberapa prosedur audit, yaitu melakukan audit lapangan, mempersiapkan kertas kerja, vouching, mengirimkan dan menindaklanjuti konfirmasi, membuat jurnal penyesuaian, serta menyiapkan laporan keuangan akhir tahun. 1.3
Ruang Lingkup Penulisan
Dalam laporan magang ini, penulis akan membahas mengenai prosedur audit atas akun beban non-operasional PT B yang ruang lingkupnya dibatasi terhadap audit atas beban non-operasional terkait dengan transaksi mata uang asing. Ada beberapa hal yang melatarbelakangi penulis untuk membahas audit atas selisih kurs PT B.
Audit atas selisih …, Yeniar Hendra Ningrum, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
6
Menurut Fx-Exchange.com, nilai tukar rupiah terus melemah sejak awal tahun 2012 lalu. Dalam setahun, rupiah terus melemah dari Rp9.000 menjadi Rp9.650 per dolar AS. Hal ini semakin memburuk pada tahun 2013, pada bulan januari 2013, Rupiah di buka pada level Rp9.600 dan pada akhir 2013 nilai tukar rupiah menembus level terendah di Rp12.100 per dolar Amerika Serikat. Selain terhadap mata uang Dollar, Rupiah juga terus mengalami penurunan nilai terhadap mata uang Euro sejak pertengahan tahun 2012 hingga desember 2013. Gambar di bawah ini menggambarkan trend penurunan nilai Rupiah terhadap mata uang Euro.
Gambar 1.1 Nilai Tukar Mata Uang Rupiah terhadap Euro Januari - Desember 2012 Sumber: http://eur.fx-exchange.com/idr/exchange-rates-history.html
Jika dilihat pada Gambar 1.1 di atas, terlihat bahwa rupiah sempat menguat pada level Rp11.400 pada bulan juli 2012, dan secara konstan melemah hingga mencapai level Rp12.300 pada akhir bulan desember 2013. Tidak sampai di situ saja, pada tahun 2013, Rupiah dibuka pada level Rp12.300 dan berfluktuasi hingga bulan juli 2013 sebelum akhirnya secara konstan melemah terhadap Euro hingga mencapai level terburuknya pada Rp14.500 di akhir tahun 2013. Gambar 1.2 menggambarkan fluktasi nilai tukar Rupiah terhadap Euro pada tahun 2013.
Audit atas selisih …, Yeniar Hendra Ningrum, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
7
Gambar 1.2 Nilai Tukar Mata Uang Rupiah terhadap Euro Januari - Desember 2013 Sumber: http://eur.fx-exchange.com/idr/exchange-rates-history.html
Hal yang sama juga dialami oleh mata uang beberapa negara berkembang yang sedang mengalami pertumbuhan ekonomi dengan cepat (emerging markets) lainnya (Wells Fargo, 2013, p.4). Selama Juni-Agustus 2013, nilai tukar Lira Turki jatuh sebesar 10 persen; nilai tukar Rupee India jatuh sebesar 20 persen; dan nilai tukar Rupiah serta Real Brazil jatuh sekitar 15 persen. Trend melemahnya nilai tukar mata uang beberapa negara emerging markets selama Juni-Agustus 2013 bisa dilihat dalam Gambar 1.3.
Nilai tukar sebuah mata uang ditentukan oleh relasi penawaran-permintaan (supplydemand) atas mata uang tersebut. Jika permintaan atas sebuah mata uang meningkat, sementara penawarannya tetap atau menurun, maka nilai tukar mata uang itu akan naik. Kalau penawaran sebuah mata uang meningkat, sementara permintaannya tetap atau menurun, maka nilai tukar mata uang itu akan melemah.
Audit atas selisih …, Yeniar Hendra Ningrum, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
8
Gambar 1.3 Nilai Tukar Mata Uang Emerging Markets vs. Dollar AS, Januari-Agustus 2013 Sumber: Wells Fargo Securities Economics Group, LLC, Weekly Economic & Financial Commentary, 30 Agustus 2013, hlm. 4,https://www.wellsfargo.com/downloads/pdf/com/insights/economics/weeklycommentary/WeeklyEconomicFinancialCommentary_08302013.pdf.
Penyebab pelemahan rupiah seperti di lansir dari kolom bisnis keuangan Kompas.com yaitu yang pertama, karena permintaan dolar AS yang sangat tinggi di pasar, namun permintaan tidak diimbangi dengan ketersediaan di pasar. Kedua, adanya isu redenominasi cenderung membuat pasar panik. Adanya anggapan di masyarakat bahwa redenominasi ini sama seperti dengan sanering (memotong nilai mata uang). Padahal, kondisi tersebut sebenarnya malah sebaliknya. Ketiga, neraca perdagangan Indonesia terus defisit, Artinya, ekspor lebih kecil daripada impor. Hal ini dipengaruhi oleh impor migas yang terus membesar, dan juga harga minyak mentah dunia semakin melonjak. Keempat, akibat dari naiknya harga subsidi bahan bakar minyak (BBM) membuat investor menilai kondisi fiscal Indonesia sedang kurang sehat, sehingga menyebabkan indeks harga saham gabungan (IHSG) melemah. Kelima, keluarnya sejumlah besar investasi portofolio asing dari Indonesia. Keluarnya investasi portofolio asing ini
Audit atas selisih …, Yeniar Hendra Ningrum, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
9
menurunkan nilai tukar Rupiah, karena dalam proses ini, investor menukar Rupiah dengan mata uang negara lain untuk diinvestasikan di negara lain. Artinya, terjadi peningkatan penawaran atas Rupiah. Dampak ketika nilai tukar sebuah mata uang melemah, yang paling terkena dampaknya adalah harga komoditi impor, baik yang menjadi obyek konsumsi maupun alat produksi (bahan baku dan barang modal), karena harga komoditi impor dipatok dengan mata uang negara asal, maka jika nilai mata uang negara tujuan jatuh, harga komoditi impor akan naik. Misalnya, jika di Indonesia, nilai tukar rupiah jatuh sebesar 10% dari 1 Euro = Rp10.000 menjadi 1 Euro = Rp11.000, maka harga komoditi impor pun akan naik sebesar 10%. Komoditi yang harganya Rp1,5 juta akan naik Rp150 ribu menjadi Rp1,65 juta. Secara luas, pihak-pihak yang paling terkena dampaknya yaitu pertama, konsumen, terutama konsumen kelas bawah, sejauh pendapatan mereka tidak bisa mengimbangi kenaikan harga barang. Kedua, pihak-pihak dalam rantai distribusi komoditi impor mulai dari importir sampai pengecer, karena mereka menghadapi pasar dalam negeri yang menyusut. Ketiga, para usahawan yang berorientasi pasar dalam negeri, namun alat-alat produksinya, terutama bahan bakunya, impor, seperti pengusaha tekstil, alas kaki, kemasan, dan sebagainya. Keempat, rakyat pekerja yang sudah terpukul dari sisi konsumsi akibat kenaikan harga barang, juga akan dijepit dari sisi upah oleh pengusaha yang terjepit oleh kenaikan harga alat-alat produksi impor (Badan Pusat Statistik, 2013) Melihat dari data di atas, diketahui bahwa PT B sangat terkena dampak atas melemahnya kurs rupiah ini. Pokok bisnis dari PT B adalah penjualan barang jadi yang diimpor langsung dari perusahaan induk (distributor), yaitu BCZ dan penjualan barang sesuai pesanan pelanggan yang sebagian suku cadang berasal dari BCZ selaku perusahaan induk. Selaku importir, PT B sangat terkena dampak kenaikan harga barang impor, yang berakibat pada mahalnya barang yang akan dijual kembali dalam mata uang Rupiah.
Audit atas selisih …, Yeniar Hendra Ningrum, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
10
Dampak pada naiknya harga impor ini, mengakibatkan tingginya beban nonoperasional pada akun laba/rugi dari selisih kurs (foreign exchange gain/loss). Terjadi kenaikan yang sangat signifikan, yaitu sebesar hampir 300% pada tahun 2012 sampai 2013, dan menjadikan porsi nilai akun beban non-operasional terlihat signifikan dalam laporan laba rugi PT B. Hal ini tentu harus diperhatikan secara lebih seksama oleh perusahaan terkait, karena efeknya selain menurunkan laba bersih, juga membuat banyak piutang jatuh tempo di karenakan ketidak mampuan pembeli membayar utangnya dikarenakan kenaikan kurs secara signifikan dalam kurun waktu beberapa bulan saja. Penulis memilih topik “Audit atas Selisih Kurs PT B”, karena dalam kesempatan program magang ini penulis banyak melakukan analisis terhadap akun beban, dan melihat adanya kenaikan yang signifikan dalam akun tersebut. Selain itu, penulis berkesempatan untuk mengikuti proses audit secara lengkap dari tahap perencanaan hingga pelaporan. Dengan demikian, penulis mendapat pemahaman yang lebih mendalam dibandingkan klien lainnya. 1.4
Sistematika Penulisan
Laporan akhir magang ini terdiri atas lima bab, yaitu:
BAB 1: Pendahuluan Bab ini membahas latar belakang dsn tujuan diadakannya program magang, tujuan penulisan laporan magang, waktu dan tempat pelaksanaan program magang, ruang lingkup penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB 2: Konsep dan Pengertian Bab ini berisi mengenai uraian konsep dan pengertian yang dijadikan landasan dalam pembahasan laporan. Konsep dan pengertian yang dimaksud meliputi konsep pengertian akuntansi. Konsep dan pengertian audit, pencatatan beban dan standar akuntansi yang relevan dengan beban non-operasional yang terkait dengan transaksi mata uang asing.
Audit atas selisih …, Yeniar Hendra Ningrum, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
11
BAB 3: Gambaran Umum KAP dan PT B Bab ini menjelaskan gambaran umum dari KAP ABC, perusahaan tempat penulis melaksanakan program magang dan PT B, klien tempat penulis melakukan penugasan audit yang menjadi sumber penulisan laporan magang ini.
BAB 4: Pembahasan Bab ini menguraikan tentang prosedur dan aktivitas audit terhadap beban nonoperasional yang terkait transaksi mata uang asing dari PT B, temuan audit selama penugasan, dan analisis mengenai kesesuaian pencatatan beban non-operasional dengan standar yang berlaku.
BAB 5: Kesimpulan dan Saran Bab ini berisi kesimpulan dari analisis yang dilakukan oleh penulis dan saran penulis baik yang terkait dengan topik bahasan dalam laporan maupun saran untuk perusahaan tempat pelaksanaan program magang.
Audit atas selisih …, Yeniar Hendra Ningrum, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Akuntansi untuk Transaksi Terkait Valuta Asing Terkait masalah transaksi mata uang asing, terdapat beberapa peraturan yang dijadikan acuan untuk pembahasan laporan ini, yaitu PSAK 10, SAK-ETAP Bab 25, dan IAS 21. 2.1.1
PSAK 10 Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing
PSAK 10 mengatur akuntansi untuk transaksi dalam mata uang asing yang meliputi penentuan kurs yang digunakan dan pengakuan pengaruh keuangan dari perubahan kurs valuta asing dalam laporan keuangan. PSAK 10 berlaku efektif untuk laporan keuangan yang mencakup periode laporan yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2012. Pada dasarnya, PSAK 10 telah sangat jelas menjelaskan mengenai perbedaan mata uang fungsional dan mata uang pelaporan, akuntansi untuk transaksi dalam mata uang asing, penjabaran laporan keuangan, anak perusahaan dan perusahaan asosiasi asing, persyaratan pengungkapan, dan ketentuan transisi. Dalam butir-butirnya dijelaskan bagaimana pencatatan dalam beberapa kondisi terkait selisih kurs valuta asing. PSAK 10 dibuat berdasarkan IAS 21 The Effect of Changes in Foreign Exchange Rates yang dikeluarkan oleh IASB. Tidak ada perbedaan antara PSAK 10 dan IAS 21. PSAK 10 hanya menuliskan bahwa laporan keuangan yang dilaporkan di Indonesia umumnya menggunakan rupiah sebagai mata uang pelaporannya. SAK ETAP bab 25 mengenai Mata Uang Pelaporan merupakan peraturan akuntansi lain yang mengatur mengenai transaksi mata uang asing, yang merupakan bentuk sederhana dari PSAK 10. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara PSAK 10 dan SAK ETAP bab 25 dalam hal akuntansi terkait valuta asing, yang berbeda hanya ruang lingkup dan kompleksitasnya, jika PSAK 10 berlaku secara umum untuk seluruh perusahaan dan mengatur secara detail untuk beberapa jenis transaksi, SAK ETAP bab 25 hanya diperbolehkan untuk entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan dan tidak menerbitkan laporan
12
Audit atas selisih …, Yeniar Hendra Ningrum, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
13
keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statement) bagi pengguna eksternal. Ruang lingkup yang dijabarkan juga merupakan bentuk sederhana untuk pelaporan valuta asing dalam usaha kecil dan menengah. Di dalam beberapa hal, SAKETAP memberikan banyak kemudahan dibandingkan dengan PSAK dengan ketentuan pelaporan yang lebih kompleks. 2.1.2
Standar Akuntansi Keuangan-Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK
–ETAP) Bab 25 dan Bab 26 Standar Akuntansi Keuangan- Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK –ETAP) mulai berlaku efektif sejak tanggal 19 Mei 2009. SAK- ETAP bab 25 mengenai Mata Uang Pelaporan, dan Bab 26 mengenai Transaksi Mata Uang Asing, digunakan sebagai rujukan dalam mengatur pelaporan transaksi dalam mata uang asing, mengingat PT B merupakan entitas tanpa akuntabilitas publik, sehingga dapat menggunakan SAKETAP sebagai rujukan dalam pelaporannya. Dalam SAK-ETAP Bab 25 ayat 5 dijelaskan bahwa mata uang pelaporan yang digunakan oleh entitas di Indonesia adalah mata uang rupiah, namun entitas dapat menggunakan mata uang selain rupiah sebagai mata uang pelaporan hanya jika mata uang tersebut memenuhi kriteria mata uang fungsional. Dalam ayat selanjutnya juga dikatakan bahwa mata uang pencatatan harus sama dengan mata uang pelaporan. Pada umumnya laporan keuangan dilaporkan dalam mata uang lokal. Namun demikian, jika entitas menggunakan mata uang selain mata uang lokal (misalnya dolar Amerika) sebagai mata uang pelaporan, maka mata uang pelaporan tersebut harus merupakan mata uang fungsional. Mata uang fungsional dapat merupakan mata uang rupiah atau mata uang selain rupiah (misalnya dolar Amerika), bergantung pada fakta substansi ekonominya. Laporan keuangan dimaksudkan untuk memberikan informasi finansial tentang kinerja, posisi keuangan, dan arus kas entitas. Laporan keuangan dihasilkan dari catatan akuntansi entitas, sehingga mata uang yang digunakan dalam catatan akuntansi adalah
Audit atas selisih …, Yeniar Hendra Ningrum, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
14
mata uang yang digunakan dalam laporan keuangan. Dengan konsep ini, prosedur pengukuran kembali dari catatan akuntansi laporan keuangan atau penjabaran laporan keuangan tidak diperlukan lagi, karena pada hakikatnya laporan keuangan telah disajikan pada mata uang fungsionalnya. 2.1.3
International Accounting Standard (IAS) 21
International Accounting Standard (IAS) 21 mengenai Pengaruh Perubahan Nilai Tukar Mata Uang Asing. IAS 21 mengatur akuntansi untuk transaksi dalam mata uang asing yang meliputi penentuan kurs yang digunakan dan pengakuan pengaruh keuangan dari perubahan kurs valuta asing dalam laporan keuangan.Standar ini menunjukkan bagaimana untuk menterjemahkan laporan keuangan dalam mata uang pelaporan, yang merupakan mata uang dimana laporan keuangan disajikan, berbeda dengan mata uang fungsional, yang merupakan mata uang lingkungan ekonomi utama dimana entitas beroperasi. IAS 21 digunakan sebagai peraturan rujukan tambahan untuk PT B menentukan mata uang pelaporan dalam laporan keuangannya. 2.2 Teori Audit 2.2.1 Definisi Audit Menurut Arens (2009), audit adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bukti mengenai informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat hubungan antara informasi dengan kriteria yang telah ditetapkan, dilakukan oleh seorang yang kompeten dan independen. Gambar 2.1 berikut ini menunjukkan definisi audit.
Audit atas selisih …, Yeniar Hendra Ningrum, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
15
Gambar 2.1 Definisi Audit Sumber: Arens (2009). (Telah diolah kembali)
Audit dilakukan oleh orang yang memiliki kompetensi dan independensi. Tahap pertama adalah pengumpulan bukti yang akan dievaluasi. Selanjutnya, informasi yang disediakan oleh manajemen, dalam hal ini adalah laporan keuangan, dibandingkan dengan kriteria yang berlaku, contohnya Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Sesuai asersi manajemen, laporan keuangan dilihat apakah memang sudah wajar disajikan dan diungkapkan sesuai dengan PSAK yang berlaku. Tahap akhir adalah menyiapkan laporan audit dimana auditor mengeluarkan opini atas laporan keuangan perusahaan tersebut.
Jasa audit menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2001) adalah satu dari jasa atestasi. Suatu perikatan atestasi adalah perikatan untuk menerbitkan komunikasi tertulis yang menyatakan suatu simpulan tentang keandalan asersi tertulis yang menjadi tanggung jawab pihak lain. Atestasi (attestation) adalah suatu pernyataan pendapat atau pertimbangan orang yang independen dan kompeten tentang apakah asersi suatu entitas sesuai, dalam semua hal yang material dengan kriteria yang telah ditetapkan. Asersi (assertion) adalah suatu deklarasi, atau suatu rangkaian deklarasi secara keseluruhan oleh pihak yang bertanggung jawab atas deklarasi tersebut. Jadi, asersi adalah pernyataan yang dibuat oleh satu pihak yang secara implisit dimaksudkan untuk
Audit atas selisih …, Yeniar Hendra Ningrum, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
16
digunakan oleh pihak lain (pihak ketiga). Untuk laporan keuangan historis, asersi merupakan pernyataan dalam laporan keuangan oleh manajemen sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
2.2.2 Perbedaan Tanggung Jawab Auditor Independen dengan Tanggung Jawab Manajemen Dalam mengaudit, manajemen dan auditor harus mengetahui perbedaan tanggung jawab masing-masing agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam penugasan audit. SA 110 paragraf 2 dan 3 (SPAP, 2011) menyebutkan bahwa auditor mempunyai tanggung jawab untuk merencanakan dan melakukan audit untuk mendapatkan keyakinan yang layak atas apakah laporan keuangan bebas dari salah saji, baik karena kesalahan maupun kecurangan. Karena sifat dari bukti audit dan karakteristik dari kecurangan, auditor mampu mendapatkan keyakinan yang layak, namun tidak absolut, bahwa salah saji material terdeteksi. Auditor tidak mempunyai tanggung jawab untuk merencanakan dan melakukan audit untuk mendapatkan keyakinan yang layak bahwa salah saji yang tidak material terhadap laporan keuangan terdeteksi, baik karena kesalahan maupun kecurangan. Jika auditor juga membuat laporan atas keefektifan internal control perusahaan atas pelaporan keuangan, maka auditor juga bertanggung jawab untuk mengidentifikasi kelemahan material internal control atas pelaporan keuangan tersebut (Arens, 2009).
Di sisi lain, manajemen mempunyai tanggung jawab untuk mengadopsi kebijakan akuntansi yang berlaku, mempertahankan internal control yang memadai, dan membuat representasi yang wajar di dalam laporan keuangan. Karena manajemen menjalankan aktivitas operasional perusahaan sehari-hari, maka manajemenlah yang jauh lebih mengetahui mengenai transaksi-transaksi perusahaan dan seluruh aset, liabilitas serta ekuitas perusahaan yang terkait (Arens, 2009).
Audit atas selisih …, Yeniar Hendra Ningrum, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
17
2.2.3 Asersi Manajemen Audit dilakukan atas asersi yang dibuat oleh manajemen. Menurut Arens (2009), asersi manajemen adalah representasi baik yang dinyatakan secara langsung maupun tidak langsung oleh manajemen tentang pengelompokan transaksi dan akun-akun dan pengungkapan yang berhubungan dengan transaksi tersebut di dalam laporan keuangan. Berdasarkan SA Seksi 326 paragraf 3 (SPAP, 2011), asersi manajemen dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Existence atau occurrence Existence berhubungan dengan apakah aset, liabilitas, dan ekuitas yang termasuk dalam neraca benar-benar ada pada tanggal pelaporan neraca. Sedangkan occurrence menyatakan apakah transaksi yang tercatat dan termasuk dalam laporan keuangan memang benar-benar terjadi selama periode akuntansi. b. Completeness Asersi ini menyatakan bahwa apakah seluruh transaksi dan akun maupun pengungkapan yang seharusnya ada di dalam laporan keuangan memang sudah benarbenar disajikan secara lengkap. c. Right and obligation Asersi ini menyatakan apakah benar bahwa aset adalah benar hak perusahaan dan liabilitas adalah benar kewajiban perusahaan pada tanggal tertentu. d. Valuation or allocation Valuation or allocation menyatakan apakah aset, liabilitas, dan ekuitas telah dilaporkan pada laporan keuangan dalam jumlah yang benar.
Audit atas selisih …, Yeniar Hendra Ningrum, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
18
e. Presentation and disclosure Asersi ini menyatakan apakah komponen-komponen dalam laporan keuangan telah dikelompokkan, dijelaskan dan diungkapkan dengan tepat. Asersi-asersi manajemen di atas akan dibandingkan dengan tujuan audit auditor. 2.2.4 Jenis Audit Terdapat tiga jenis jasa audit, yaitu audit operasional, audit ketaatan, dan audit atas laporan keuangan. Audit operasional merupakan penelaahan efisiensi dan efektifitas atas bagian prosedur dan metode. Contoh audit operasional adalah pengevaluasian terhadap ketepatan proses transaksi atas penggajian. Audit ketaatan (compliance audit) bertujuan mempertimbangkan apakah klien telah mengikuti prosedur yang spesifik atau aturan tertentu yang telah ditetapkan oleh otoritas yang lebih tinggi. Contoh audit ketaatan adalah memeriksa apakah perusahaan memenuhi ketentuan upah minimum. Audit laporan keuangan (financial statement audit) bertujuan menentukan apakah laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan criteria yang telah ditentukan. (Arens, 2009) 2.2.5 Tujuan Audit Laporan Keuangan SAS 1 (AU 110) menyatakan tujuan audit laporan keuangan yang dilakukan auditor independen adalah pernyataan pendapat atas kewajaran dalam semua hal yang bersifat material, posisi keuangan, hasil operasi, dan arus kas, untuk kesesuaiannya dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Auditor menganggap cara yang paling efisien untuk melaksanakan proses audit adalah dengan memperoleh kombinasi antara keyakinan atas kelas-kelas transaksidengan keyakinan atas saldo akun-akun yang terkait. Oleh karena itu, dalam melaksanakan proses audit, auditor harus dapat memenuhi tujuan audit padatransaksi dan saldo akun tertentu. Untuk setiap kelas transaksi, ada beberapa tujuan audit yang terkait transaksi (transaction-related audit objectives) yang harus terpenuhi sebelum auditor menyatakan bahwa transaksi tersebut telah dicatat dengan benar. Terdapat juga beberapa tujuan audit yang terkait saldo
Audit atas selisih …, Yeniar Hendra Ningrum, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
19
(balance-related audit objectives) untuk memastikan bahwa saldo telah dicatat secara wajar. (Public Company Accounting Oversight Board, 1997) Tujuan audit yang terkait atas saldo memiliki perbedaan dengan tujuan audit yang terkait transaksi. Perbedaannya terletak pada objek tujuan audit masing masing. Tujuan audit yang terkait transaksi dilakukan atas terjadinya transaksi-transaksi tertentu, sedangkan tujuan audit yang terkait saldo dilakukan atas jumlah saldo akun-akun tertentu. Tujuan audit yang terkait transaksi memiliki enam komponen, sedangkan tujuan audit yang terkait saldo memiliki sembilan komponen. (Arens, 2009) 2.2.5.1 Tujuan Audit Terkait Transaksi (transaction-related audit objectives) Tujuan audit yang terkait transaksi ini dapat dijadikan sebagai kerangka kerjaaudit untuk membantu auditor dalam mengumpulkan bukti-bukti audit kompeten yang memadai atas kelas transaksi tertentu sesuai dengan standar kerja lapangan audit. Tujuan audit terkait transaksi terdiri dari: • Occurrence Tujuan ini berguna untuk mengetahui bahwa transaksi-transaksi yang telah tercatat sebelumnya benar-benar terjadi pada waktu tertentu. Jika auditor menemukan transaksi yang tercatat sebenarnya tidak terjadi, perlu tindakan lebih lanjut seperti konfirmasi dan pemeriksaan ulang kepada klien. • Completeness Tujuan ini berguna untuk mengetahui bahwa seluruh transaksi yang terjadi telah masuk dalam pencatatan klien sesuai dengan dokumen-dokumen pendukung. Jika terdapat salah satu transaksi yang belum tercatat, maka perlu ditindak lanjuti dengan cara konfirmasi kepada klien. Kelengkapan dan keberadaan menekankan pada perhatian audit (audit concern) yang bertentangan. Kelengkapan berhubungan dengan kemungkinan
terjadinya
understatement
oleh
klien,
sedangkan
keberadaan
berhubungan dengan kemungkinan terjadinya overstatement oleh klien.
Audit atas selisih …, Yeniar Hendra Ningrum, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
20
• Accuracy Tujuan ini berguna untuk mengetahui bahwa nilai transaksi telah dicatat secara benar dan akurat. Jika terdapat perbedaan antara nilai transaksi penjualan yang dicatat dengan nilai barang yang diantar dan tercantum pada dokumen pengiriman, maka tujuan ini belum terpenuhi. • Classification Tujuan ini berguna untuk mengetahui bahwa transaksi-transaksi telah diklasifikasikan pada akun yang seharusnya. • Timing Tujuan ini berguna untuk mengetahui bahwa transaksi dicatat pada tanggal terjadinya. Jika terdapat transaksi yang tidak dicatat pada tanggal terjadinya, maka tujuan ini belum terpenuhi. • Posting and Summarization Tujuan ini berguna untuk mengetahui bahwa transaksi-transaksi tertentu telah dicatat ke buku besar yang benar dan disimpulkan secara tepat dan komprehensif. 2.2.5.2 Tujuan Audit Terkait Saldo (balance-related audit objectives) Tujuan audit terkait saldo dijadikan sebagai kerangka kerja audit oleh auditor dalam mengumpulkan bukti-bukti audit kompeten yang memadai. Tujuan audit terkait saldo terdiri dari: • Existence Tujuan ini berguna untuk memastikan bahwa catatan jumlah saldo pada suatu transaksi memiliki nilai transaksi yang sebenarnya.
Audit atas selisih …, Yeniar Hendra Ningrum, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
21
• Completeness Tujuan ini berguna untuk mengetahui bahwa nilai-nilai transaksi yang seharusnya tercatat telah masuk dalam pencatatan. • Accuracy Tujuan ini berguna untuk mengetahui bahwa nilai transaksi yang dicatat telah tercatat secara akurat dan benar serta sistematis. • Classification Tujuan ini berguna untuk mengetahui bahwa nilai-nilai transaksi yang tercatat telah diklasifikasikan pada akun-akun yang seharusnya. • Cut off Tujuan ini berguna untuk mengetahui bahwa transaksi-transaki telah dicatat dengan benar sesuai dengan periodenya. Transaksi-transaksi yang paling mungkin tidak tercatat pada periode yang benar adalah transaksi transaksiyang terjadi dekat pada akhir periode akuntansi. • Detail Tie-in Tujuan ini berguna untuk menentukan bahwa nilai-nilai yang tercatat pada laporan keuangan telah didukung dengan catatan pada general ledger atau master file yang telah dibuat sebelumnya oleh klien. • Realizable Value Tujuan ini lebih menekankan pada bahwa nilai aset telah dicatat pada posisi netonya. Dengan kata lain, telah dikurangi dengan penurunan dari nilai perolehan (historical cost) ke nilai sebenarnya saat ini (realizable value). • Rights and Obligations
Audit atas selisih …, Yeniar Hendra Ningrum, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
22
Tujuan ini berguna untuk mendukung tujuan keberadaan. Setiap aset harus dimiliki secara sah terlebih dahulu baru diakui dan dicatat. Begitu juga dengan kewajiban (liability). Rights selalu dikatikan dengan aset dan obligation dikaitkan dengan kewajiban (liability). 2.2.5.3 Tujuan Audit terkait Penyajian dan Pengungkapan Untuk memenuhi tujuan ini, auditor menguji dan memastikan bahwa setiap detil akunakun neraca dan laporan laba rugi telah dilaporkan dengan benar dalam laporan keuangan. 2.2.6 Pengendalian Internal (Internal Control) Pengendalian
internal
erat
kaitannya
dengan
audit.
Pengendalian
internal
mempengaruhi seberapa banyak bukti yang dibutuhkan ketika audit fieldwork. Oleh karena itu, perlu bagi auditor untuk menilai pengendalian internal kliennya. Pengendalian internal adalah sekumpulan kebijakan dan prosedur dibentuk untuk menyediakan keyakinan yang layak bagi manajemen bahwa perusahaan mencapai target dan tujuannya (Arens, 2009). Manajemen umumnya mempunyai tiga tujuan umum dalam membentuk pengendalian internal yang efektif: 1. Keandalan dari laporan keuangan Pengendalian internal yang efektif dapat membantu manajemen untuk meyakinkan bahwa laporan keuangan dapat diandalkan dan disajikan secara wajar sesuai dengan ketentuan yang berlaku, seperti PSAK. 2. Efisiensi dan keefektifan operasi perusahaan Pengendalian internal erat kaitannya dengan efektivitas dan efisiensi perusahaan. Dengan pengendalian internal yang efektif, perusahaan dapat meningkatkan efisiensi dan keefektifan operasi perusahaan sehingga dapat membantu perusahaan memaksimalkan tujuan perusahaan. 3. Kepatuhan terhadap hukum dan regulasi yang berlaku Pengendalian internal yang efektif dapat membantu manajemen untuk semakin dapat meningkatkan kepatuhan atas hukum dan regulasi yang berlaku. Kepatuhan
Audit atas selisih …, Yeniar Hendra Ningrum, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
23
tersebut dapat menambah nilai perusahaan di mata pemangku kepentingannya. Manajemen membuat pengendalian internal yang dapat memenuhi ketiga tujuan tersebut agar dapat menyediakan pengendalian yang andal dalam penyajian laporan keuangan. Pengendalian internal memiliki beberapa komponen. Berdasarkan Internal Control – Integrated Framework yang dikeluarkan oleh Committee of Sponsoring Organizations (COSO) (AICPA, 2012), terdapat lima komponen dari internal control: a. Lingkungan pengendalian (control environment) Penerapan pengendalian internal dapat dilihat dari bagaimana manajemen memandang pentingnya lingkungan pengendalian di perusahaan. Jika manajemen puncak percaya bahwa pengendalian yang efektif adalah penting, maka seluruh bagian perusahaan akan merasakan sikap manajemen puncak tersebut dan mengikutinya. Sebaliknya, jika manajemen puncak tidak memperdulikan pentingnya pengendalian, maka hampir bisa dipastikan bahwa tujuan pengendalian manajemen tidak akan tercapai dengan efektif. b. Penilaian risiko (risk assessment) Manajemen melakukan penilaian risiko secara berkala. Jika manajemen dapat mengidentifikasi risiko perusahaan, maka manajemen dapat membuat langkah-langkah pencegahan terjadinya risiko tersebut. c. Aktivitas pengendalian (control activities) Manajemen
melakukan
aktivitas
langsung
untuk
mengendalikan
perusahaannya. Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu manajemen memastikan tindakan-tindakan yang perlu diambil untuk penanganan risiko dalam mencapai tujuan perusahaan. d. Informasi dan komunikasi (information and communication) Setiap perusahaan mempunyai sistem informasi dan komunikasi masing masing. Tujuan dari sistem informasi dan komunikasi akuntansi perusahaan adalah untuk mengawali, mencatat, memproses, dan melaporkan transaksitransaksi perusahaan untuk menjaga akuntabilitas untuk aset terkait.
Audit atas selisih …, Yeniar Hendra Ningrum, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
24
e. Pengawasan (monitoring) Manajemen melakukan penilaian secara periodik yang berkelanjutan atas kualitas pengendalian internal oleh manajemen untuk menentukan apakah pengendalian telah berjalan sesuai dengan yang direncanakan atau apakah diperlukan adanya perubahan yang sesuai dengan perubahan kondisi.
Jika kelima komponen tersebut terpenuhi, pengendalian internal perusahaan dapat menyediakan keyakinan memadai bahwa tujuan pengendalian dapat dipenuhi. Untuk menyediakan fokus yang lebih luas terhadap manajemen risiko perusahaan, COSO juga mengeluarkan Enterprise Risk Management (ERM). ERM menjadi tambahan panduan untuk menerapkan pengendalian internal. Berdasarkan Executive Summary yang dikeluarkan oleh COSO (AICPA, 2004), kelima komponen pengendalian internal di atas juga menjadi komponen ERM, ditambah dengan: a. Lingkungan internal (internal environment) Efektif atau tidaknya suatu pengendalian internal di perusahaan dapat dilihat dari lingkungan internalnya. Lingkungan internal mencakup sikap perusahaan dan menjadi dasar bagaimana risiko dipandang dan ditindaklanjuti oleh pihak-pihak di perusahaan. b. Penentuan tujuan (objective setting) Pengendalian internal yang baik memastikan bahwa manajemen telah menciptakan proses penentuan tujuan yang sesuai dengan visi misi perusahaan. c. Identifikasi kejadian (event identification) Dalam menerapkan pengendalian internal yang efektif dan efisien, kejadian internal dan eksternal harus diidentifikasi apakah menjadi sebuah peluang atau risiko bagi perusahaan. Peluang kemudian diproses sesuai dengan strategi manajemen dan penetapan tujuan. Pengimplementasian ketiga komponen tersebut dapat semakin meningkatkan keyakinan atas pengendalian internal perusahaan.
Audit atas selisih …, Yeniar Hendra Ningrum, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
25
2.2.7 Materialitas Tanggung jawab seorang auditor terbatas hanya pada informasi yang material. Selain itu, materialitas menjadi sangat penting karena sangat tidak praktis bagi auditor untuk menyediakan keyakinan pada hal-hal yang tidak material. SPAP Seksi 312 (2011) mengharuskan auditor untuk menentukan materialitas dalam kerja lapangan audit. Berdasarkan Financial Accounting Standard Board (FASB) 2 – Qualitative Characteristics of Accounting Information, materialitas didefinisikan sebagai besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji dari informasi akuntansi yang, bergantung kepada keadaan sekelilingnya, memungkinkan keputusan orang yang mengandalkan informasi tersebut berubah atau terpengaruh dengan adanya nilai yang dihilangkan atau salah saji tersebut (Arens, 2009).
Penentuan materialitas didasarkan baik pada faktor kuantitatif maupun faktor kualitatif. Faktor kuantitatif biasanya ditentukan berdasarkan perhitungan atas ukuran tertentu, contohnya materialitas diukur berdasarkan penjualan bersih, laba kotor, atau total aset. Sedangkan faktor kualitatif membutuhkan pertimbangan profesional auditor, contohnya salah saji yang secara nominal kecil dapat menjadi material jika terdapat konsekuensi yang berasal dari kewajiban kontraktual. Nilai nominal materialitas sendiri bukan merupakan konsep yang absolut yang dapat berbeda antara satu perusahaan dengan perusahaan lain. Bahkan ketika kerja lapangan audit sedang berjalan, materialitas bisa berubah jika ditemukan fakta baru yang dapat merubah pertimbangan auditor (Arens, 2009).
2.2.8 Bukti Audit Bukti audit merupakan hal mendasar yang diperlukan dalam proses audit. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2001), bukti audit yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan dankonfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan. Terdapat delapan cara perolehan bukti audit yang dapat digunakan auditor. Auditor dapat memilih kombinasi
Audit atas selisih …, Yeniar Hendra Ningrum, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
26
untuk perolehan bukti audit yang diperlukan dari delapan tipe bukti audit berikut: (Arens, 2009) 1. Pemeriksaan fisik (physical examination) Pemeriksaan fisik merupakan inspeksi atau perhitungan yang dilakukan auditor terhadap tangible aset. Pemeriksaan fisik merupakan salah satu bukti audit yang paling andal atas keberadaan sebenarnya seperti keberadaan aset. 2. Konfirmasi Konfirmasi adalah penerimaan respon dari pihak ketiga yang independen mengenai kebenaran informasi yang ditanyatakan auditor, baik berbentuk lisan maupun tulisan. Bukti ini memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi karena berasal dari pihak ketiga secara langsung. 3. Dokumentasi Dokumentasi adalah penelusuran auditor atas dokumen dan catatan yang dimiliki oleh klien untuk menentukan informasi yang harus dicantumkan dalam laporan keuangan. 4. Prosedur analitis Prosedur analitis dilakukan dengan membandingkan dan menghubungkan data laporan keuangan yang diaudit dengan data penting lainnya, seperti data tahun lalu, data industri, maupun data perusahaan lain yang sejenis. 5. Tanya jawab dengan klien (inquiry) Tanya jawab merupakan proses perolehan informasi baik secara tertulis maupun lisan dari klien dalam menjawab pertanyaan yang diajukan auditor. 6. Perhitungan ulang (recalculation) Perhitungan ulang mencakup pemeriksaan ulang atas perhitungan yang dilakukan klien untuk memeriksa kembali hasil ketepatan perhitungan klien. 7. Reperformance Auditor independen melakukan tes atas prosedur akuntansi atau kontrol yang merupakan bagian atas akuntansi entitas dan sistem pengendalian internal.
Audit atas selisih …, Yeniar Hendra Ningrum, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
27
8. Observasi Observasi adalah penggunaan indera untuk mengukur aktivitas tertentu dari klien.
2.2.9 Proses Audit Dalam melaksanakan audit, terdapat beberapa tahap yang harus dilaksanakan untuk memperoleh keyakinan yang memadai atas kewajaran nilai pada laporan keuangan. Agar tujuan audit dapat tercapai, terdapat empat tahapan proses audit yang digambarkan pada gambar 2.2, yaitu: (Arens,2009) 1. Merencanakan dan mendesain sebuah pendekatan audit 2. Melakukan uji pengendalian dan uji substantif atas transaksi 3. Melakukan prosedur analitis dan uji substantif atas detil saldo 4. Menyelesaikan audit dan menerbitkan laporan audit
Gambar 2.2 Tahap-Tahap Audit Laporan Keuangan Sumber: Arens (2009).
Audit atas selisih …, Yeniar Hendra Ningrum, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
28
Berikut ini merupakan penjelasan ringkas atas tahap-tahap tersebut. 2.2.9.1 Perencanaan dan Perancangan Pendekatan Audit Berikut ini proses yang dilakukan pada perencanaan audit: a. Memahami Lingkungan Industri Klien dan Entitas Bisnis Auditor perlu memahami lingkungan industri klien dan entitas bisnis agar dapat menjalankan audit serta menilai risiko bisnis dan risiko salah saji material dalam laporan keuangan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam memahami lingkungan industri dan entitas bisnis adalah pemahaman lingkungan industri dan eksternal, pemahaman operasi dan proses bisnis, pemahaman manajemen klien dan pemerintahan, pemahaman strategi dan objektif klien, serta pengetahuan atas kinerja dan penilaian klien. b. Memahami Pengendalian Internal dan Menetapkan Risiko Pengendalian Pemahaman atas pengendalian internal klien dibutuhkan auditor untukmenentukan besarnya pengendalian risiko yang dimiliki klien. Pengendalian internal yang lemah akan memperbesar pengendalian risiko (control risk) dimana akan mempengaruhi besarnya bukti audit yangdiperlukan dan prosedur audit yang dilakukan selama proses audit. Committee of Sponsoring Organization of the Treadway Comissions (COSO) mendefinisikan pengendalian internal sebagai sebuah sistem,struktur, atau proses yang diimplementasikan oleh direksi, manajemen,dan pihak-pihak di dalam perusahaan untuk memperoleh keyakinan yang memadai atas tujuan pengendalian yaitu pelaksanaan operasi perusahaan yang efektif dan efisien, memperoleh keandalan dari pelaporan keuangan,kepatuhan atas hukum dan peraturan yang berlaku, serta mencegah asset perusahaan dari kehilangan maupun penyalahgunaan. Auditor harus memiliki pemahaman yang memadai atas pengendalian internal perusahaan untuk merencanakan audit dan menentukan luasnya pengujian yang akan dilakukan berdasarkan risiko pada perusahaan yang telah dianalisa. Pengujian pengendalian internal entitas mencakup pemahaman perancangan pengendalian internal yang ada
Audit atas selisih …, Yeniar Hendra Ningrum, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
29
dan penerapan terhadap perancangan tersebut. Perancangan dan penerapan pengendalian internal yang baik dan efektif akan mengurangi risiko salah saji sehingga dapat mengurangi jumlah sampel yang akan diambil untuk melakukan pengujian substantif. Menurut COSO (Wilkinson, 2011), terdapat lima komponen pengendalian internal, yaitu:
Lingkungan Pengendalian (Control Environment) Merupakan prosedur dan kebijakan manajemen tentang pentingnya fungsi pengendalian internal yang menetapkan corak suatu organisasi. Lingkungan pengendalian merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian.
Penilaian Risiko (Risk Assessment) Merupakan pengidentifikasian dan analisis risiko yang mungkin timbul dalam hubungannya dengan penyusunan laporan keuangan oleh manajemen. Penilaian risiko ini bertujuan untuk meminimalkan terjadinya kesalahan (errors) dan kecurangan (frauds). Proses penilaian risiko ini meliputi identifikasi faktor-faktor penyebab timbulnya risiko, juga membentuk suatu dasar untuk menentukan bagaimana risiko tersebut harus dikelola.
Aktivitas Pengendalian (Control Activities) Kebijakan prosedur yang dibuat manajemen untuk meminimalkan risiko kesalahan (errors) dan kecurangan (frauds) guna mencapai tujuan perusahaan.
Informasi dan Komunikasi (Information and Communication) Merupakan pengidentifikasian dan pertukaran informasi dalam suatu bentuk dan waktu yang memungkinkan orang melaksanakan tanggungjawab mereka.
Pengawasan (Monitoring) Merupakan penilaian manajemen secara periodik mengenai pengendalian internal perusahaan. Memastikan bahwa pengendalian internal perusahaan berfungsi secara efektif atau perlu diadakan peningkatan dan perbaikan. Informasi hasil pengawasan dapat diperoleh dari laporan auditor internal atau tanggapan karyawan dari aktivitas pengendalian. Pemahaman pengendalian internal dapat dilakukan dengan memahami manual standard operational procedure (SOP) dari suatu perusahaan
Audit atas selisih …, Yeniar Hendra Ningrum, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
30
organisasi yang sudah diotorisasi. Setelah itu, dapat dilakukan observasi terhadap aktivitas pengendalian perusahaan serta melakukan tanya jawab ke klien. Pengujian pengendalian internal dilakukan terhadap key control seperti otorisasi dokumen, dokumen dan pencatatan yang prenumbered, pemisahan tugas, kontrol atas aset, penelahan oleh pihak independen, rekonsiliasi dan pembandingan, serta pemrosesan informasi.
c. Menetapkan materialitas dan menilai risiko salah saji Materialitas merupakan besaran kesalahan atau salah saji pada informasi yang dapat mempengaruhi pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan. Menetapkan batas materialitas diperlukan untuk menentukan jumlah sampel bukti audit yang dibutuhkan. 2.2.9.2 Melakukan Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif Transaksi Tahapan selanjutnya adalah pengujian substantif, yaitu prosedur yang dirancang untuk menguji kesalahan atau kecurangan yang mempengaruhi penyajian saldo-saldo laporan keuangan yang wajar untuk mengetahui bahwa tujuan audit terkait transaksi sudah terpenuhi. Selain itu, auditor juga dapat melakukan pengendalian terhadap klien, seperti otoritas atas transaksi, pemisahan tugas atau wewenang, pembatasan akses, pengendalian fisik, dan cek independen. 2.2.9.3 Melakukan Prosedur Analitis dan Pengujian Detil Saldo Prosedur analitis bertujuan untuk menganalisis perubahan nilai suatu akun dalam suatu periode. Dengan melakukan prosedur ini, kita dapat melihat ketidakwajaran atau perubahan yang signifikan dalam kinerja klien. Prosedur analitis mencakup perhitungan rasio dari data klien tahun berjalan untuk dibandingkan dengan rasio periode sebelumnya, data industrinya, data non keuangan, dan data lain yang berhubungan. Contoh dari prosedur analitis antara lain membandingkan penjualan, penagihan, piutang usaha, dan persentase laba. Pengujian detil saldo terfokus pada saldo akhir dalam buku besar, baik untuk laporan neraca dan laporan laba rugi.
Audit atas selisih …, Yeniar Hendra Ningrum, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
31
2.2.9.4 Menyelesaikan Audit dan Mengeluarkan Laporan Audit Berbagai hal yang harus dilakukan auditor pada tahap ini antara lain: (Arens, 2009)
Review contingent liabilities, yaitu kewajiban yang timbul di masa mendatang akibat suatu aktivitas yang sudah terjadi dan nilainya tidakdapat dipastikan.
Review subsequent events, yaitu kejadian-kejadian yang terjadi setelah tanggal neraca sebelum audit report dikeluarkan.
Mendapatkan bahan bukti akhir, misalnya melakukan prosedur analitis akhir, mendapatkan surat pernyataan klien, mengevaluasi asumsi going concern klien untuk satu periode ke depan.
Mengisi daftar periksa audit yang bertujuan untuk memastikan hal-hal yang belum terpenuhi sudah terpenuhi.
Menyiapkan management letter yang berisi temuan dan rekomendasi dari auditor.
Mengkomunikasikan hasil audit kepada komite audit dan manajemen klien.
2.2.10 Opini Auditor Setelah proses audit dilaksanakan, auditor akan mengeluarkan opini atas laporan audit klien. Laporan audit yang dikeluarkan akan menyatakan opini auditor atas laporan keuangan perusahaan. Jenis-jenis opini yang dapat dikeluarkan adalah: (Arens, 2009) • Unqualified Opinion Unqualified opinion dapat diberikan jika syarat-syarat berikut sudah terpenuhi: - Semua laporan (neraca, laporan laba rugi, laporan laba ditahan, dan laporan arus kas) sudah termasuk dalam laporan keuangan. - Bukti yang cukup sudah dikumpulkan dan auditor sudah melaksanakan audit dengan memenuhi semua standar yang berlaku. - Laporan keuangan yang disajikan sudah memenuhi semua standar.
Audit atas selisih …, Yeniar Hendra Ningrum, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
32
- Tidak ada kondisi yang membutuhkan paragraf penjelasan atau modifikasi kata-kata dalam laporan. • Unqualified with Explanatory Paragraph or Modified Wording Opini ini diberikan jika audit membuktikan bahwa laporan keuangan sudah disajikan dengan wajar, tetapi auditor percaya bahwa laporan audit membutuhkan tambahan informasi. Kondisi-kondisi yang membuat laporan audit membutuhkan paragraf tambahan antara lain: - Penerapan standar yang tidak konsisten - Ada keraguan mengenai keberlangsungan perusahaan - Auditor setuju dengan praktik yang tidak sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku - Untuk memberikan penekanan pada suatu masalah seperti transaksi related party yang signifikan atau peristiwa penting yang terjadi setelah tanggal pelaporan - Laporan audit yang melibatkan auditor lain membutuhkan modifikasi kata– kata dalam pelaporan • Qualified Opinion Qualified opinion dapat terjadi karena batasan pada lingkup audit atau tidak terpenuhinya suatu regulasi. Qualified opinion hanya bisa dikeluarkan jika laporan keuangan telah disajikan dengan wajar secara keseluruhan. Jika kondisi yang ada berdampak material, maka opini yang harus diberikan adalah adverse opinion atau disclaimer of opinion. • Adverse Opinion Adverse opinion dikeluarkan jika auditor percaya bahwa laporan keuangan perusahaan secara keseluruhan memiliki kesalahan yang material atau misleading sehingga laporan keuangan tidak disajikan dengan wajar.
Audit atas selisih …, Yeniar Hendra Ningrum, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
33
• Disclaimer of Opinion Disclaimer of opinion dikeluarkan jika auditor tidak bisa mendapatkan keyakinan bahwa laporan keuangan yang disajikan sudah disajikan dengan benar. Hal ini dapat terjadi karena pembatasan ruang lingkup audit atau hubungan yang tidak independen dengan perusahaan. Perbedaan antara adverse opinion dan disclaimer of opinion adalah disclaimer of opinion dapat terjadi karena kurangnya informasi, sedangkan adverse opinion terjadi karena laporan keuangan tidak disajikan secara wajar. 2.3 Perbedaan Beban Operasional dan Beban Non-operasional Menurut Mulyadi (2002) beban (expenses) adalah kas atau setara kas yang dikorbankan untuk memperoleh barang atau jasa yang diharapkan memberikan manfaat baik sekarang maupun di masa yang akan datang. Sedangkan menurut Bustami (2007), Beban atau expense adalah biaya yang telah memberikan manfaat dan sekarang telah habis. Beban ini dimasukkan ke dalam laba/rugi, sebagai pengurangan dari pendapatan. Definisi beban menurut Standar Akuntansi Keuangan No.12 (2002), mencakup baik kerugian maupun beban yang timbul dalam melaksanakan aktifitas perusahaan yang biasa meliputi misalnya: beban pokok penjualan, gaji, dan penyusutan. Beban tersebut biasanya berbentuk arus keluar atau berkurangnya aset seperti kas dan aset tetap. Beban di bagi dua, yaitu beban operasional dan beban non-operasional. Beban operasional yaitu biaya berupa pengeluaran uang untuk melaksanakan kegiatan pokok, yaitu berupa biaya penjualan dan administrasi untuk memperoleh pendapatan, tidak termasuk pengeluaran yang telah diperhitungkan dalam harga pokok penjualan dan penyusutan. Beban non-operasional adalah biaya yang timbul dari kegiatan yang bersifat insidentil dan bukan akibat dari kegiatan utama, yang termasuk biaya nonoperasional yaitu beban bunga, beban administrasi bank, dan beban selisih kurs.
Audit atas selisih …, Yeniar Hendra Ningrum, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
34
2.4 Instrumen Keuangan Derivatif Derivatif adalah sebuah kontrak bilateral atau perjanjian penukaran pembayaran yang nilainya diturunkan atau berasal dari produk yang menjadi acuan pokok atau juga disebut produk turunan (underlying product) (Sartono, 2009). Daripada memperdagangkan atau menukarkan secara fisik suatu aset, pelaku pasar membuat suatu perjanjian untuk saling mempertukarkan uang, aset atau suatu nilai di suatu masa yang akan datang dengan mengacu pada aset yang menjadi acuan pokok. Derivatif digunakan oleh manajemen investasi/manajemen portofolio, perusahaan dan lembaga keuangan serta investor perorangan untuk mengelola posisi yang mereka miliki terhadap risiko dari pergerakan harga saham dan komoditas, suku bunga, nilai tukar valuta asing tanpa mempengaruhi posisi fisik produk yang menjadi acuannya (underlying). Suatu transaksi derivatif merupakan sebuah perjanjian antara dua pihak yang dikenal sebagai pihak-pihak yang saling berhubungan (counterparties). Saat ini, transaksi derivatif terdiri dari sejumlah acuan pokok (underlying) yaitu suku bunga (interest rate), kurs tukar (currency), komoditas (commodity), ekuitas (equity) dan indeks (index) lainnya. Mayoritas transaksi derivatif adalah produk-produk Over the Counter (OTC) yaitu kontrak-kontrak yang dapat dinegosiasikan secara pribadi dan ditawarkan langsung kepada pengguna akhir, sedangkan kontrak-kontrak yang telah distandarisasi (futures) diperjualbelikan di bursa. Menurut para dealer dan pengguna akhir (end user) fungsi dari suatu transaksi derivatif adalah untuk melindungi nilai (hedging) beberapa jenis risiko tertentu. Instrumen keuangan derivative teridiri dari tiga instrument paling dasar, yaitu Forward, Futures, dan Option.
Audit atas selisih …, Yeniar Hendra Ningrum, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
35
2.4.1 Forward Kontrak serah atau yang dalam bahasa asing disebut forward contract adalah suatu persetujuan antara dua belah pihak untuk menjual atau membeli suatu aset (atau bentuk apapun juga) di suatu waktu yang telah ditetapkan sebelumnya (Kieso,2011). Oleh karena itu, tanggal penjualan dan tanggal penyerahan barang dilakukan berbeda. Kontrak serah ini digunakan untuk mengendalikan dan meminimalkan risiko, sebagai contoh risiko perubahan nilai mata uang (contoh: kontrak forward untuk transaksi mata uang). Saat terjadi transaksi forward, belum terjadi pertukaran/pembayaran uang. Pembayaran dan pengiriman barang dilakukan sesuai dengan jadwal dan aturan yang telah disepakati. Kontrak forward adalah perjanjian yang dinegosiasikan secara langsung antara dua pihak di luar bursa (Over the Counter-OTC). Pelaku kontrak forward yaitu, arbitrager (melakukan transaksi dengan memanfaatkan ketidak seimbangan kurs), pedagang (untuk meraih keuntungan), hedger (bank berskala besar) dan spekulator. 2.4.2
Future
Kontrak berjangka atau juga dikenal dengan sebutan futures contract merupakan suatu kesepakatan kontrak tertulis antara dua pihak (pembeli dan penjual) untuk melakukan dan menerima penyerahan sejumlah aset/komoditi dalam jumlah, harga dan batas waktu tertentu (Kieso,2011). Tanggal dimasa akan datang tersebut disebut dengan istilah tanggal penyerahan atau dikenal juga dengan istilah delivery date atau tanggal penyelesaian akhir (final settlement date). Harga tertentu disebut dengan istilah harga kontrak berjangka (futures price). Harga dari aset acuan pada saat tanggal penyerahan disebut dengan istilah harga penyelesaian (settlement price). Suatu kontrak berjangka menimbulkan "kewajiban" kepada pemegang kontrak guna melaksanakan pembelian atau penjualan. Pada kontrak berjangka ini, kedua belah pihak "wajib" untuk melaksanakan kewajiban masing-masing pada tanggal penyelesaian, dimana si penjual akan menyerahkan komoditi yang dijadikan aset acuan kepada pembeli dan pembeli wajib membeli dengan harga penyelesaian yang telah disepakati.
Audit atas selisih …, Yeniar Hendra Ningrum, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
36
Tujuan dari kontrak futures pada instrumen keuangan adalah untuk mengalihkan risiko perubahan pada harga sekuritas di masa datang dari satu pihak ke pihak lain dalam kontrak tersebut. Karena itu instrumen futures ini menawarkan suatu cara untuk mangatur tingkat risiko yang ada di pasar finansial. 2.4.3 Opsi Opsi dapat didefinisikan sebagai suatu produk efek (sekuritas) yang memberikan hak kepada pemiliknya untuk membeli atau menjual aset finansial tertentu dalam jumlah tertentu pada harga tertentu dan dalam jangka waktu tertentu. Agus Sartono (2009), menyatakan bahwa opsi adalah suatu kontrak yang memberikan pemilik atau pemegangnya suatu hak untuk membeli atau menjual suatu aset pada harga tertentu selama jangka waktu yang telah ditentukan. Karakteristik utama yang membedakan opsi dari future adalah bahwa dalam opsi, pemiliknya tidak berkewajiban untuk menggunakan haknya atas opsi yang dimilikinya. Jadi, opsi memberikan hak, bukan kewajiban. Jika opsi tidak lagi memberikan keuntungan, maka pemilik opsi berhak untuk membiarkannya sampai jatuh tempo (tidak digunakan). Opsi menawarkan manfaat utama hedging, di mana meliputi offsetting atau perlindungan terhadap risiko pergerakan harga yang merugikan, dan secara simultan mencegah risiko tersebut, serta melindungi kemungkinan memanfaatkan profit dari pergerakan harga yang menguntungkan. Namun, opsi memiliki kelemahan dari segi biaya yang lebih tinggi daripada kontrak future dan forward. Sebagai produk derivatif, opsi hanya akan memiliki nilai selagi terhubung ke aset finansial yang bersangkutan. Yang dimaksud dengan aset finansial dalam hal ini adalah saham biasa, obligasi dan obligasi konvertibel. Opsi diterbitkan oleh writer. Untuk mendapatkan hak opsi ini investor harus membayar sejumlah premi kepada writer. Writer bukanlah perusahaan publik yang menerbitkan saham tersebut. Writer adalah seorang investor yang menerbitkan opsi untuk dijual kepada investor lainnya. Emiten saham atas opsi tersebut tidak terlibat dalam transaksi opsi tersebut. Dengan opsi,
Audit atas selisih …, Yeniar Hendra Ningrum, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
37
writer menjamin adanya hak (bukan kewajiban) bagi pembeli opsi untuk membeli atau menjual aset tertentu pada waktu dan harga yang telah ditetapkan. Opsi terbagi atas dua jenis, call option atau opsi beli dan put option atau opsi jual. Opsi beli (call option) adalah hak untuk membeli sekuritas tertentu dengan harga yang telah ditentukan dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan put option atau opsi jual adalah hak untuk menjual sekuritas tertentu dengan harga yang telah ditentukan dalam jangka waktu tertentu. Seorang pemilik call option akan memperoleh keuntungan apabila harga pasar sekuritas pada saat maturity lebih tinggi daripada nilai opsi, karena dengan demikian investor tersebut dapat membeli sekuritas dengan harga yang lebih murah daripada yang seharusnya. Sebaliknya, put option akan memberikan keuntungan bagi investor jika harga pasar sekuritas lebih rendah daripada nilai opsi karena investor dapat menjual sekuritas yang dimilikinya dengan harga yang lebih tinggi dibandingkan harga pasar.
Audit atas selisih …, Yeniar Hendra Ningrum, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
BAB 3 Gambaran Umum KAP dan PT B 3.1 Profil KAP ABC Kantor Akuntan Publik ABC berafiliasi dengan ABC International, yang merupakan perusahaan penyedia jasa professional terbesar di dunia di antara the big four lainnya. KAP ABC pertama kali berdiri pada tahun 1938, dengan nama KAP TEO. Lalu pada tahun 1971 memulai hubungan korespondensi dengan ABC International. Setelah itu, KAP ini berganti nama menjadi KAP HSR. Lalu pada tahun 1990, KAP tersebut melakukan partnership dengan ABC International. Lebih dari 40 tahun, KAP ABC Indonesia turut meramaikan dan mendukung kisah kesuksesan pertumbuhan ekonomi dan perkembangan social di Indonesia, dengan nilai inti perusahaan yakni: excellence, teamwork, dan leadership. KAP ABC menawarkan tiga lini jasa utama, yaitu pada bidang assurance, tax dan advisory services untuk perusahaan publik dan swasta. 1. Assurance Lini jasa asurans KAP ABC memberikan jasa-jasa professional yang bertujuan meningkatkan keandalan informasi yang disusun klien yang nantinya digunakan untuk keperluan investor, kreditur, dan pemangku kepentingan lain. Selain itu, lini jasa ini juga dapat digunakan untuk klien yang ingin menyesuaikan laporan keuangannya sesuai dengan standar akuntansi yang sedang berlaku saat ini, seperti IFRS dan PSAK agar dapat digunakan secara umum. Jasa-jasa yang diberikan oleh lini jasa asurans KAP ABC antara lain financial statement audit, financial accounting, sistem& process assurance (SPA), IT security, dan jasa asurans lainnya.
38
Audit atas selisih …, Yeniar Hendra Ningrum, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
39
Pada lini jasa asurans, KAP ABC membagi industri kliennya menjadi tiga grup besar sesuai dengan jenis bisnis perusahaan dan ukuran perusahaan. Grup tersebut terdiri atas: a. Financial Services (FS) Klien yang ada di grup ini merupakan perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam industri perbankan, asuransi, reksadana, dan lainnya.
b. Energy, Utilities, dan Mining (EUM) Klien yang ada di grup ini merupakan perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam industri penambangan sumber daya alam seperti minyak bumi, gas, batubara, tembaga, nikel dan lainnya; industri utilitas seperti penyedia air minum dan listrik; serta perusahaan yang bergerak dalam industri yang mendukung kegiatan industri-industri di atas.
c. Consumer Industrial Product and Services, Technology, Information, Communication, and Entertainment Media (CIPS TICE) Klien yang ada di grup ini merupakan perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam industri manufaktur produk konsumen dan industri, industri teknologi, industri informasi, industri komunikasi, industri hiburan, serta industri-industri selain industri yang masuk dalam kategori EU&M serta F&S.
2. Advisory Lini jasa advisory memberikan jasa berupa konsultasi yang berhubungan dengan tujuan stratejik perusahaan yang dapat membantu para kliennya membentuk perencanaan yang matang, serta penerapan inisiatif stratejik yang tepat waktu guna mencapai tujuan stratejik perusahaan. Jasa-jasa yang diberikan tersebut antara lain divestments, IPOs and capital raisings, leveraged buy-outs, private equity transactions, mergers & acquisitions, dan strategic options analysis.
Audit atas selisih …, Yeniar Hendra Ningrum, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
40
3. Tax Terakhir adalah lini jasa perpajakan. Sebagai konsultan perpajakan terbaik di Indonesia, dibutuhkan pengetahuan dan pemahaman terhadap bisnis klien, kebutuhan dan tujuan apa yang dimiliki klien sebagai landasan untuk memberikan solusi guna mencapai tujuan stratejik perusahaan. Selain itu, lini perpajakan juga mengawasi penerapan yang telah mereka rekomendasikan kepada klien-kliennya. Area-area yang menjadi fokus lini perpajakan diantaranya tax advisory services, tax compliance services, tax dispute resolutions, transfer pricing, indirect tax and world trade management services, mergers and acquisitions, International Assignment Services (IAS), corporate advisor, dan payroll services. 3.2 Gambaran Umum Kantor PT B 3.2.1
Operasi Bisnis
PT B adalah sebuah perusahaan manufaktur yang bergerak dalam industri kompresor atau pendingin ruangan, yang terletak di daerah Bogor-Jawa Barat, yang merupakan anak perusahaan dari induk perusahaan BCZ yang berada di Jerman. PT B didirikan dalam rangka Penanaman Modal Asing Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1970, berdasarkan akta notaris No. 19 tanggal 28 Agustus 2002.
Sumber pendapatan PT B berasal dari penjualan barang jadi dan suku cadang impor dari perusahaan BCZ, juga penjualan barang rakitan yang beberapa suku cadang merupakan hasil impor dari Jerman, namun terdapat tambahan suku cadang yang dibuat di Indonesia dan dirakit di Indonesia sesuai dengan permintaan pelanggan. Sedangkan biaya timbul dari beban administrasi dan umum, beban penjualan, beban aktivitas gudang, beban untuk penggajian, dan beban lainnya.
Audit atas selisih …, Yeniar Hendra Ningrum, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
41
3.2.2
Struktur Organisasi
Struktur organisasi adalah susunan dan hubungan antara tiap bagian baik secara posisi maupun tugas yang ada pada perusahaaan dalam menjalin kegiatan operasional untuk mencapai tujuan (Timothy, 2008). Struktur organisasi PT B dipimpin oleh seorang Managing Director, yang membawahi General Manager yang merupakan wakil dari perusahaan Induk yang ada di Jerman. General Manager ini membawahi langsung Executive PA to GM, Sales & Marketing Manager, Deputy Manager and Fin & Acc. Manager, Procurement & Warehouse Manager, Production Manager, Deputy Technical Manager, dan PPIC Adm in Green Point. Divisi Keuangan dan Akuntansi terdiri dari bagian Keuangan, Pembelian, Penjualan, dan IT supervisor.
3.2.3
Pihak Terkait
Perusahaan melakukan transaksi dengan entitas induk, entitas terkait yang merupakan anak perusahaan induk lainnya, dan pihak terkait lainnya. Transaksi tersebut dilakukan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak. Transaksi antara PT B dengan pihak dan entitas terkait: -
Berdasarkan perjanjian, BCZ sebagai entitas induk akan menyediakan sebagian besar suku cadangkompresor yang dibutuhkan untuk beroperasi di Indonesia, untuk pembelian, terdapat perjanjian pemberian diskon tergantung kesepakatan saat pembelian, namun tidak ada perjanjian komisi penjualan antar entitas induk dan entitas cabang.
-
Berdasarkan perjanjian antar anak perusahaan yang tersebar di tiga benua, yaitu Asia, Eropa dan Australia, PT B berhak menerima komisi atas penjualan barang yang pembuatannya dilakukan oleh PT B di Indonesia, yang dijual oleh anak perusahaan lain, sebesar 2% dari total penjualan (tidak termasuk pajak).
-
PT B memiliki hutang sebagian besar kepada entitas Induk berdasarkan pemesanan barang impor untuk dijual kembali ataupun dirakit kembalki di Indonesia. Sebagian besar piutang adalah kepada pembeli yang bukan
Audit atas selisih …, Yeniar Hendra Ningrum, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
42
merupakan entitas anak lainnya, atau dengan kata lain pembeli pihak ke tiga (third party)
Selain transaksi dengan entitas induk dan pihak terkait, perusahaan juga melakukan transaksi dengan ekspeditur. Tugas ekspeditur di sini adalah sebagai perantara antar PT B dengan pihak Bea cukai. Transaksi tersebut dilakukan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak. Secara umum, skema kesepakatan tersebut meliputi:
-
Ekspeditur bertugas untuk mengurus pembebasan dan pengantaran barang impor dan dokumen terkait dari pelabuhan sampai tiba di pabrik PT B yang terletak di Bogor, Jawa Barat.
-
Jika biaya bea dan cukai di bawah Rp100 juta, maka ekspeditur akan menggunakan uang nya terlebih dahulu untuk mengambil barang tersebut dari pelabuhan.
-
Jika biaya bea dan cukai di atas Rp100 juta, maka PT B diharuskan mengirimkan uang terlebih dahulu untuk pengambilan barang tersebut dari pelabuhan.
3.2.4
Pembiayaan
Pembiayaan PT B seluruhnya berasal dari penanaman modal asing yang dilakukan oleh perusahaan induk yang berada di Jerman. Seluruh modal digunakan untuk keberlangsungan bisnis di Indonesia.
3.2.5
Kompetensi Inti, Tujuan, dan Strategi
Kompetensi utama perusahaan adalah penyediaan perlengkapan kompresor serta penyedia jasa perakitan kompresor sesuai dengan pemesanan, yang semuanya di atur dan mengikuti standard pelayanan perusahaan induk. Selain itu, PT B memiliki pabrik besar di Indonesia dengan mempekerjakan beberapa tenaga kerja asing untuk
Audit atas selisih …, Yeniar Hendra Ningrum, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
43
mengawasi jalannya proses produksi dan menjadi patokan apakah produk yang dihasilkan sudah sesuai dengan standard yang telah berlaku international.
Majunya perekonomian di Indonesia membuat makin banyak investor asing berlombalomba menanamkan modalnya di Indonesia. Hal ini juga membuat maraknya persaingan antar perusahaan multi-national di Indonesia. Namun jika dilihat dengan bidang bisnisnya, terlihat bahwa PT B memiliki keunikan, yaitu penyedia barang dan jasa khusus untuk kompresor, sehingga menjadikan PT B merupakan salah satu perusahaan penyedia kompresor terbesar dan terbaik di Indonesia.
3.2.6
Transaksi dan Saldo dalam Mata Uang Asing
Seluruh transaksi mulai dari pembelian hingga penjualan ke dalam ataupun ke luar negeri menggunakan kurs Euro, kecuali untuk perhitungan dan pembayaran pajak. Pada tanggal neraca, aset dan kewajiban moneter dalam mata uang asing disesuaikan untuk mencerminkan kurs yang berlaku pada tanggal tersebut. Namun, untuk transaksi yang berkaitan dengan pembelian atau penjualan barang, sistemakan secara otomatis mengkalkulasi kerugian atau keuntungan yang di akibatkan oleh transaksi pada tanggal transaksi dilakukan, yang pada akhirnya akan di posting kedalam akun untung/rugi selisih kurs valuta asing. Kurs yang digunakan adalah kurs BI. Keuntungan atau kerugian kurs yang timbul dikreditkan atau dibebankan pada operasi tahun berjalan.
3.2.7
Pengakuan Pendapatan
Perusahaan menggunakan SAK ETAP 20 par 8, PSAK 23 par 13, dan IAS 18 par 14 sebagai acuan untuk pengakuan pendapatan. Pendapatan dari penjualan barang harus diakui bila seluruh kondisi berikut telah dipenuhi: -
entitas telah mengalihkan kepada pembeli risiko secara signifikan dan manfaat kepemilikan barang;
-
entitas tetap tidak lagi mengelola tingkat biasanya berhubungan dengan kepemilikan atau melakukan pengendalian efektif atas barang yang dijual;
Audit atas selisih …, Yeniar Hendra Ningrum, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
44
-
jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal;
-
besar kemungkinan manfaat ekonomi yang dihubungkan dengan transaksi akan mengalir ke entitas; dan
-
biaya yang terjadi atau yang akan terjadi sehubungan transaksi penjualan dapat diukur dengan andal.
Untuk penjualan dalam negeri atau lokal, pendapatan diakui saat barang telah keluar dari gudang PT B, atau dengan kata lain menggunakan sistem Ex-Works. Semua proses pengantaran ditanggung oleh kustomer yang biasanya menggunakan ekspeditur. Untuk penjualan ke luar negeri, perusahaan menggunakan terminology CIF (Cost, Insurance, and Freight) dan FOB (Free on Board), sama seperti domestik, ekspeditur akan mengambil barang langsung dari gudang PT B. Jika menggunakan CIF, maka eksportir yang akan menanggung semua biaya pengiriman, namun jika FOB, perusahaan yang akan menanggung semua biaya pengiriman.
Audit atas selisih …, Yeniar Hendra Ningrum, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS 4.1 Latar Belakang Pemilihan Topik Seperti yang sudah disampaikan sebelumnya, penulis mengambil topik “Audit atas Selisih Kurs PT B”.
Tabel 4.1 Laporan Laba Rugi PT B 31 Desember 2013 dan 2012 (dalam Rp000)
2013
Penjualan
% Terhadap Penjualan
2012
% Terhadap Penjualan
% kenaikan
77.339.356
100.0%
59.097.259
100.0%
31%
(61.307.530)
-79.3%
(47.405.701)
-80.2%
29%
Laba bruto
16.031.826
20.7%
11.691.558
19.8%
37%
Beban penjualan
(3.554.142)
-4.6%
(3.644.787)
-6.2%
-2%
Beban administrasi dan umum
(6.256.323)
-8.1%
(5.290.251)
-9.0%
18%
Keuntungan/kerugian selisih kurs Pendapatan lainnya
(7.808.873)
-10.1%
(2.018.403)
-3.4%
287%
14.144.739
18.3%
480.471
0.8%
2844%
Laba sebelum pajak
12.557.227
16.2%
1,218.588
2.1%
930%
Beban pajak penghasilan
(3.960.066)
-5.1%
(723.032)
-1.2%
448%
8.597.161
11.1%
495.556
0.8%
1635%
Beban Pokok Penjualan
Laba bersih
Sumber: Laporan keuangan PT B (telah diolah kembali)
Kerugian atas selisih kurs mata uang asing di PT B meningkat drastis sebesar hampir 300% dari Rp2 miliar (2012) menjadi Rp7,8 miliar (2013) merujuk pada laporan laba
45
Audit atas selisih …, Yeniar Hendra Ningrum, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
46
rugi PT B pada Tabel 4.1. Mengacu pada presentase terhadap penjualan, dapat dilihat bahwa nilai dari kerugian selisih kurs terbilang signifikan yaitu 10% dari total penjualan, melebihi nilai beban penjualan yang hanya 4,6% dari total penjualan, dan mendekati nilai total beban operasional perusahaan yaitu 12% dari total penjualan. Hal ini patut disoroti karena kerugian selisih kurs yang merupakan beban non-operasional tidak seharusnya memiliki nilai yang begitu signifikan dalam komponen laporan laba rugi perusahaan. Proporsi yang luar biasa ini tentunya sangat mempengaruhi pencatatan laba bersih perusahaan yang menurun jauh jika dibandingkan tahun sebelumnya. Tabel 4.2 Beban Non-operasional terkait Selisih Kurs Menurut Sumber Aktivitas (dalam Rp000) Nama Akun
2013
2012
Rugi Selisih kurs dari Aktivitas Pembelian
4.558.825
497.710
Rugi Selisih Kurs dari Aktivitas Penjualan
3.250.047
1.520.692
Total –Beban Non-operational
7.808.873
2.018.403
Sumber: Kertas Kerja Audit PT B (telah diolah kembali)
Penulis melakukan analisis lebih jauh untuk mengetahui asal dari akun selisih kurs di atas, dan setelah dilakukan pengecekan jurnal melalui penarikan sistem, dapat dilihat bahwa untuk akun dengan nama akun Rugi Selisih Kurs Unrealized-EUR, USD, dan SGD, sebagian besar berasal dari transaksi pembelian bahan mentah, dan untuk akun dengan Rugi Selisih Kurs Realized-EUR, sebagian besar berasal dari transaksi penjualan barang jadi kepada pelanggan. Maka dari itu, penulis memilih topik ini untuk mengetahui secara detil bagaimana proses audit atas selisih kurs PT B dan apakah pemilihan mata uang fungsional telah sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Audit atas selisih …, Yeniar Hendra Ningrum, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
47
4.2 Perbedaan Selisih Kurs yang Telah Terealisasi (Realized) dan Belum Terealisasi (Unrealized) Tabel 4.3 Beban Non-operasional terkait Selisih Kurs Menurut Jenis Mata Uang (dalam Rp000) Nama Akun Rugi Selisih Kurs Mata Uang Asing EUR–Realized
2013 4.173.806
2012 424.636
Rugi Selisih Kurs Mata Uang Asing AUS-Realized
-
145
Rugi Selisih Kurs Mata Uang Asing USD–Realized
361.306
67.605
Rugi Selisih Kurs Mata Uang Asing SGD-Realized
23.711
5.322
Rugi Selisih Kurs Mata Uang Asing EUR-Unrealized
3.250.047
1.520.692
Total –Beban Non-operasional
7.808.873
2.018.403
Sumber: Kertas Kerja Audit PT B (telah diolah kembali)
Dari Tabel 4.3 di atas terlihat bahwa sebagian besar selisih kurs berasal dari transaksi berbasis mata uang Euro yang terealisasi (realized), yang mencapai Rp4 miliar, disusul dengan transaksi mata uang asing yang belum terealisasi (unrealized) sebesar Rp3 miliar. Transaksi yang telah terealisasi adalah selisih kurs telah memiliki dampak terhadap arus kas perusahaan karena perusahaan telah melakukan pembayaran atau terjadi penerimaan kas atas rugi selisih kurs. Sedangkan transaksi yang belum terealisasi terdiri dari transaksi pengakuan terlebih dahulu (accrual) atas selisih kurs terkait transaksi mata uang asing, hal ini diakui ketika perusahaan menyajikan piutang atau utang setiap akhir bulan (tutup buku bulanan) menggunakan kurs tengah Bank Indonesia. Berikut saya jelaskan lebih lanjut melalui ilustrasi di bawah ini. Unrealized
2 Januari 2013
31 Januari 2013
17 Febuari 2013
Realized
Audit atas selisih …, Yeniar Hendra Ningrum, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
48
Pada tanggal 31 Januari 2013 perusahaan melakukan tutup buku bulanan terhadap selisih kurs menggunakan kurs tengah BI. Misalkan pada tanggal 2 Januari 2013 perusahaan membeli bahan mentah sebesar 1000 Euro dengan Kurs Rp16.000 dan jatuh tempo pada tanggal 17 Febuari 2013. Pada tanggal 31 Januari 2013, kurs tengah BI adalah Rp16.500/Euro. Saat perusahaan melakukan tutup buku bulanan, PT B akan mencatat rugi selisih kurs-Unrealized sebesar (Rp16.500 – Rp16.000) x 1000 = Rp500.000. Saat jatuh tempo tanggal 17 Febuari 2013, kurs tengah BI yaitu Rp17.000/Euro, sehingga pada saat pelunasan, perusahaan akan mencatat rugi selisih kurs-Realized sebesar (Rp17.000 – Rp 16.000) x 1.000 = Rp1.000.000. Secara teoretis, ada dua cara untuk menangani selisih kurs, yaitu ‘perspektif satu transaksi’ dan ‘perspektif dua transaksi’ (Juan, 2012). Dari ‘perspektif satu transaksi’, transaksi dagang dan transaksi pelunasan dianggap sebagai transaksi tunggal dan selisih kurs akan disesuaikan dengan transaksi dagang. ‘perspektif dua transaksi’, artinya transaksi dagang dan transaksi pelunasan dipandang sebagai dua transaksi yang berbeda dan selisih kurs akan dicatat scara terpisah sebagai rugi atau laba selisih kurs. PSAK 10 mensyaratkan penggunaan ‘perspektif dua transaksi’, hal ini dinyatakan dalam paragraf 28 yang mensyaratkan bahwa selisih kurs diakui sebagai pendapatan atau beban pada periode selanjutnya (Juan, 2012). ‘Perspektif dua transaksi’ dalam paragraf 28 juga berlaku untuk ‘selisih kurs belum direalisasi’, yaitu selisih kurs yang timbul akibat perubahan kurs antara tanggal transaksi dan tanggal pelaporan. Pada PT B, perusahaan menggunakan ‘perspektif dua transaksi’ dalam pencatatan selisih kurs. Namun terdapat sedikit perbedaan terhadap nama jurnal yang digunakan PT B dengan yang disyaratkan oleh PSAK 10. Dalam PSAK 10, rugi selisih kurs yang terjadi, baik yang telah terealisasi dan yang belum direalisasi, akan dicatat dengan nama akun yang sama, yaitu ‘Rugi Selisih Kurs’. Berbeda dengan PT B, dalam pencatatan selisih kurs yang terealisasi, PT B mencatat dengan nama akun ‘Rugi Selisih Kurs- Realized’ dan untuk selisih kurs yang belum terealisasi PT B akan mencatat dengan nama akun ‘Rugi Selisih Kurs- Unrealized’.
Audit atas selisih …, Yeniar Hendra Ningrum, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
49
Pada akhirnya, jurnal akun yang berbeda ini tidak akan memberikan pengaruh pada proses pencatatan transaksi selisih kurs, karena akun ‘Rugi Selisih Kurs-Unrealized’ akan dihapuskan segera setelah proses pelunasan dilakukan. Sehingga hanya akan menyisakan akun ‘Rugi selisih kurs-Realized’. Jika dalam laporan keuangan PT B masih terdapat akun ‘Rugi Selisih Kurs-Unrealized’, hal ini terjadi karena masih ada transaksi yang beredar terkait penjualan dan pembelian (outstanding), dan belum terjadi proses pembayaran terkait transaksi tersebut. Berikut ilustrasi jurnal pencatatan selisih kurs berdasarkan PSAK 10. Utang Dagang PT INA sebesar Rp660.000.000 pada tanggal 10 April 20X1 (sesuai ketentuan paragraf 21) harus disaji ulang menjadi Rp 664.000.000 pada tanggal 30 Juni 20X1 (sesuai ketentuan paragraf 23), sehingga menimbulkan selisih kurs belum direalisasi sebesar Rp4.000.000. Selisih kurs belum direalisasi sebesar Rp4.000.000 ini seharusnya dimasukkan kedalam laporan laba rugi komprehensif tahun 20X1 sebagai rugi kurs menurut ketentuan paragraf 28. Jurnal dalam contoh ini adalah sebagai berikut (dalam 000). Transaksi Pembelian pada tanggal 10 April 20X1 Pembelian Utang Dagang
660.000 660.000
Pencatatan selisih kurs belum direalisasi pada tanggal 30 Juni 20X1 Rugi Selisih Kurs Utang Dagang
4.000 4.000
Pelunasan Utang pada tanggal 30 Juli 20X1 Rugi Selisih Kurs Utang Dagang Kas
6.000 66.000 72.000
Audit atas selisih …, Yeniar Hendra Ningrum, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
50
4.3 Sumber Akun Kerugian/Keuntungan atas Transaksi Valuta Asing Seperti yang sudah di jelaskan di atas, pokok bisnis dari PT B adalah penjualan kembali barang jadi yang di import dari BCZ dan barang rakitan yang dibuat berdasarkan permintaan dan kebutuhan pelanggan. Semua transaksi pembelian dan penjualan menggunakan mata uang Euro berdasarkan keputusan manajemen. Hal ini tentu menyebabkan kerugian selisih kurs mata uang asing yang sangat besar, mengingat rendahnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing di sepanjang tahun 2013. Terdapat beberapa transaksi yang menjadi penyebab tingginya kerugian PT B yang diakibatkan selisih kurs mata uang asing. Transaksi-transaksi tersebut di jelaskan di bawah ini: 4.3.1 Pembelian Barang Mentah (Raw Material) Pembelian barang mentah sebagian besar berasal dari perusahaan induk BCZ yang berlokasi di jerman dengan Euro sebagai kurs fungsional. PT B sebagai anak perusahaan, diharuskan menggunakan barang mentah yang disediakan induk perusahaan untuk menjaga kualitas barang yang dihasilkan di Indonesia. Namun, tidak semua barang mentah tersedia di perusahaan induk, ada beberapa suku cadang yang di buat sendiri di Indonesia, atau pun impor ke Negara lain yang juga merupakan anak perusahaan BCZ, dengan alasan BCZ tidak menyediakan suku cadang dengan model tersebut. Proses pembelian PT B secara singkat dapat dijelaskan sebagai berikut: -
Bagian pembelian pada awal tahun membuat perencanaan produksi dan penjualan beserta divisi terkait, guna untuk mengetahui seberapa banyak bahan mentah yang dibutuhkan untuk proses produksi perusahaan selama satu tahun.
-
Pembelian bahan mentah di lakukan paling tidak satu bulan sekali untuk persediaan gudang, dan akan melakukan pembelian ulang jika persediaan gudang telah berada di bawah standar yang ditetapkan.
Audit atas selisih …, Yeniar Hendra Ningrum, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
51
-
Pengiriman barang dilakukan menggunakan kapal, dengan menggunakan Incoterm Ex-Work, yaitu perpindahan resiko dari penjual ke pembeli terjadi saat barang keluar dari gudang penjual, dan seluruh biaya pengantaran menjadi tanggung jawab pembeli. Sehingga, pengakuan pembelian terjadi saat barang keluar dari gudang penjual. Lama waktu pengantaran bisa berkisar antara 30 hari sampai dengan 90 hari hingga sampai ke gudang PT B.
Setiap transaksi pembelian yang dilakukan akan dicatat sesuai tanggal transaksi sebagai utang perusahaan. Berikut ilustrasi transaksi pembelian bahan mentah (raw material): Pada tanggal 25 Maret 2013, PT B membeli bahan mentah dari BCZ dengan total sebesar 278.215 Euro, dan dicatat dalam mata uang rupiah. Kurs tengah BI tanggal 25 Maret 2013 adalah Rp12.669/ EUR. Jurnal pencatatan transaksi pembelian yang dikutip dari buku pencatatan PT B yaitu: Pembelian persediaan EUR278.215 dengan kurs Rp12.669/ EUR Persediaan Utang
3.524.705.835 3.524.705.835
Lalu selisih kurs yang terjadi akan dihitung secara otomatis oleh sistem setiap akhir bulan per transaksi invoice yang masih beredar dan belum terbayar. Hal ini selalu dilakukan oleh sistem setiap akhir bulan, hingga utang tersebut terbayar. Sistemakan mencatat utang perusahaan dalam laporan penuaan utang (aged payables report), dan kemudian selisihnya
akan ditarik otomatis
oleh sistem ke dalam akun
kerugian/keuntungan selisih kurs. Pada tanggal 31 Agustus 2013, sistem akan merevaluasi nilai utang perusahaan sebelum dilakukan pembayaran, nilai rupiah per tanggal 31 Agustus yaitu Rp14.470/ EUR, dan jurnal pencatatannya adalah:
Audit atas selisih …, Yeniar Hendra Ningrum, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
52
Pencatatan selisih kurs tengah BI tanggal 31 Agustus 2013 Rp14.470/ EUR Selisih kurs Utang
501.065.215 501.065.215
Sementara itu, pencatatan untuk transaksi pembayaran utang yang dilakukan PT B atas suatu transaksi pembelian, akan di catat selisih kursnya sejak invoice itu diterbitkan oleh penjual, hingga dibayarkan oleh PT B. Kurs yang digunakan adalah kurs tengah BI. Kurs tengah BI pertanggal 25 September 2013 untuk rupiah yaitu Rp 15.590/ EUR, dan jurnal pencatatan ketika utang tersebut di bayar yaitu: Pelunasan utang pada kurs tengah BI tanggal 25 September 2013 Rp 15.590/ EUR Utang Rugi selisih kurs-realized Rugi selisih kurs-unrealized Kas
3.524.705.835 812.666.015 501.065.215 3.836.306.635
Berdasarkan aged payables report, utang PT B kepada BCZ sebagian besar sudah jatuh tempo, dan berumur lebih dari 90 hari, sehingga semakin besar kerugian atas mata uang asing yang di tanggung PT B untuk transaksi pembelian barang mentah. Ditambah tidak adanya aktivitas lindung nilai (hedging) dalam PT B untuk mengamankan nilai tukar rupiah atas mata uang asing semakin memperparah keadaan ini. Transaksi pembelian inilah yang menjadi salah satu alasan yang melatarbelakangi tingginya kerugian atas nilai tukar mata uang asing, karena nilai rupiah melemah drastis pada pertengahan tahun 2012 hingga akhir tahun 2013. Tercatat kurs terendah nilai rupiah mencapai Rp12.000/USD, ini merupakan kurs terendah setelah masa krisis moneter di tahun 1998. (lihat dalam gambar 1.3). 4.3.2
Penjualan Barang Jadi atau Penjualan Perakitan Kustomisasi.
Pokok bisnis dari PT B adalah penjualan barang jadi yang diimpor langsung dari BCZ, ataupun berupa barang perakitan kustomisasi berdasarkan permintaan spesifik pelanggan. Transaksi ini dilakukan dalam mata uang Euro. Berikut siklus singkat penjualan yang dilakukan oleh PT B:
Audit atas selisih …, Yeniar Hendra Ningrum, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
53
4.3.2.1 Proses Pemesanan Customer Staf penjualan menerima pemesanan dari pelanggan, lalu pemesanan akan dilanjutkan kepada kepala penjualan pelanggan untuk menyiapkan harga konfirmasi yang mengacu pada daftar harga. Harga konfirmasi telah di periksa dan di setujui oleh general manager. Setelah mendapat persetujuan harga, staf penjualan akan membuat konfirmasi pesanan (order confirmation-OC). Konfirmasi pesanan ini akan diteruskan ke pelanggan melalui pos/faksimili sebagai komitmen mereka tentang harga, jadwal pengiriman, dan jangka waktu pembayaran. 4.3.2.2 Proses Produksi dan Pengepakan Proses produksi untuk unit standar biasanya memakan waktu 2 minggu, termasuk framing, perakitan, proses pengecatan, dan lain lain. Tapi itu bisa membutuhkan waktu lebih lama tergantung pada permintaan modifikasi pelanggan, sehingga tidak ada work in progress (WIP) yang dicatat. Petugas penjualan akan membuat catatan pengiriman (delivery note-DN) dalam sistem (menunjuk ke OC tertentu) berdasarkan email dan dokumen, lalu dikirim ke gudang untuk distribusi dan proses pengiriman. Sebelum mengirim DN ke gudang, control pengecekan kredit bagi pelanggan dilakukan melalui pengecekan aging receivables report yang disediakan oleh bagian akuntansi, DN ini akan disetujui oleh manajer akuntansi dan keuangan untuk proses pengiriman. 4.3.2.3 Proses Distribusi Barang DN dari petugas penjualan akan ditandatangani oleh personil gudang yang melakukan distribusi atau pemuatan barang dan ditandatangani oleh pihak ketiga yang menerima barang yang dikirim (customer/ekspedisi/forwarder). Pengiriman ke pelanggan bervariasi berdasarkan Incoterms yaitu:
Audit atas selisih …, Yeniar Hendra Ningrum, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
54
1. Lokal/penjualan domestik - Exwork di gudang PT B, biasanya ekspedisi dari pelanggan akan mengambil barang dari gudang. Kemudian ekspedisi akan menandatangani nota pengiriman. Catatan pengiriman ini akan dikirim oleh petugas gudang kepada petugas penjualan untuk proses lebih lanjut. 2. Penjualan ekspor - CIF & FOB, sama dengan dalam pengiriman negeri, forwarder akan mengambil barang dari gudang dan menandatangani nota pengiriman. Untuk CIF, pengiriman dibebankan oleh pelanggan. Untuk FOB, freight tidak dibebankan kepada pelanggan, tetapi atas nama PT B. - Ex-work, pelanggan akan mengurus bagaimana untuk mengambil barang dari gudang PT B, biasanya mereka memiliki forwarder sendiri (picker), sehingga biaya pengiriman adalah tanggung jawab pelanggan. Dan untuk kondisi tertentu untuk penjualan lokal, biasanya didasarkan pada perjanjian tersebut, perusahaan akan mengirimkan barang langsung kepada pelanggan. Setelah barang telah diterima pelanggan akan menandatangani nota pengiriman. 4.3.2.4 Penagihan Setelah petugas penjualan memvalidasi bahwa DN selesai dengan melakukan pencocokan tiga tahap dengan membandingkan OC, PO dan DN, mereka akan melanjutkannya ke staf akuntansi yang bertanggung jawab mencatat piutang. Staf akuntansi bagian piutang akan membuat faktur penagihan yang digunakan menandatangani nota pengiriman sebagai dasar yang dihasilkan dari sistem. Faktur ini akan ditinjau dan disetujui oleh manajer keuangan dan akuntansi. Setelah meninjau faktur dengan membandingkan ke OC. Berikut pencatatan jurnal penjualan yang dikutip dari buku pencatatan PT B:
Audit atas selisih …, Yeniar Hendra Ningrum, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
55
Penjualan tanggal 14 Januari 2013 senilai EUR347.769, dengan BPP EUR306.036, dan kurs Rupiah pada kurs tengah BI yaitu Rp12.951/ EUR, sehingga manajer keuangan dan akuntansi akan membuat jurnal berikut dalam rupiah: Penjualan persediaan EUR347.769 dengan kurs Rp12.951/ EUR Piutang Penjualan Beban Pokok Penjualan Persediaan
4.503.956.319 4.503.956.319 3.963.472.236 3.963.472.236
Pada tanggal 31 Januari, sistem akan merevaluasi nilai piutang perusahaan sebelum adanya transaksi pembayaran, nilai rupiah per tanggal 31 Januari 2013 yaitu Rp13.154/EUR, dan jurnalnya adalah: Pencatatan selisih kurs tengah BI tanggal 31 Januari 2013 Rp13.154/ EUR Piutang Untung selisih kurs-Unrealized
70.597.107 70.597.107
Dalam hal ini, terlihat bahwa, jika nilai kurs rupiah melemah pada saat jeda antara tanggal penjualan dan tanggal pembayaran, maka perusahaan akan mencatat untung selisih kurs (gain forex unrealized) atas transaksi penjualan tersebut, sebaliknya perusahaan akan mencatat rugi selisih kurs (loss forex unrealized) jika nilai rupiah menguat antara jeda waktu pembayaran. Staf akuntansi bagian piutang mengontrol beredarnya DN dengan memeriksa ke dalam sistem untuk memastikan bahwa semua DN telah ditagih. DN yang masih beredar dan yang belum ditagih ditindaklanjuti oleh petugas penjualan setiap hari. 4.3.2.5 Penerimaan Pembayaran Staf akunting memonitor pendapatan bank dengan memeriksa laporan bank setiap hari sesuai dengan piutang yang beredar dan jadwal pembayaran dari pelanggan. Semua transaksi penjualan lokal maupun ekspor menggunakan mata uang Euro dan faktur pajak dibuat dalam Rupiah.
Audit atas selisih …, Yeniar Hendra Ningrum, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
56
Kemudian voucher penerimaan akan dibuat oleh staf akunting, bersama dengan faktur tagihan, laporan piutang (aging) dan salinan pernyataan bank. Voucher ini akan ditinjau oleh manajer akunting dan keuangan untuk memeriksa akurasi dan ia akan memposting jurnal sistem sebagai berikut: Pada tanggal 18 Juni 2013, PT B menerima pembayaran tagihan, dan kurs tengah BI saat itu ialah Rp13.247/ EUR. Pelunasan piutang pada kurs Rp13.247/ EUR Kas 4.536.298.836 Untung Selisih Kurs-unrealized 70.597.107 Untung Selisih Kurs-realized 102.939.624 Piutang 4.503.956.319
4.3.2.6 Penyesuaian dan Pemeliharaan Catatan Penuaan (aging) piutang yang dihasilkan dari sistem dan dikelola oleh staf akuntansi untuk memantau tanggal jatuh tempo dan piutang yang telah lama beredar. Staf akunting akan menginformasikan staf penjualan secara bulanan untuk menindaklanjuti piutang kepada pelanggan dan secara langsung akan menindaklanjuti piutang untuk penjualan lokal. Provisi dibuat untuk piutang lebih dari 90 hari (3 bulan), jurnal akan dikirim ke sistem oleh manajer keuangan, dan akan menilai ketentuan untuk provisi ini pada akhir tahun. 4.3.2.7 Dampaknya Terhadap Tingginya Rugi Selisih Kurs Selain pembelian barang mentah, penjualan barang juga merupakan faktor penting yang menyumbang banyak kerugian akibat selisih kurs. Dikarenakan semua transaksi penjualan menggunakan mata uang Euro, baik ke dalam ataupun ke luar negeri. Dari aktivitas penjualan ini, perusahaan akan secara otomatis menghitung untung/rugi selisih kurs unrealized akibat selisih kurs ini, hingga piutang dibayarkan oleh customer. Belum lagi banyaknya customer yang tagihannya telah jatuh tempo lebih dari 90 hari
Audit atas selisih …, Yeniar Hendra Ningrum, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
57
yang harus dimasukkan kedalam provisi (AFDA), sehingga perusahaan semakin tertekan dengan rugi selisih kurs yang harus di tanggungnya. Melemahnya nilai tukar rupiah menjadi efek domino bagi PT B. Dengan meningkatnya harga barang mentah, harga penjualan tentu harus ikut ditingkatkan untuk menekan biaya. Hal ini menyebabkan penjualan tahun 2013 menurun di bandingkan tahun 2012. Dan pelanggan yang telah membeli barang secara utang, harus semakin terbebani dikarenakan kurs rupiah yang terus melemah dari waktu ke waktu selama tahun 2013. Hal ini juga yang mengakibatkan banyaknya pelanggan yang utangnya telah jatuh tempo dan mencapai lebih dari 90 hari pada tahun 2013. 4.4 Audit atas Selisih Kurs PT B Penulis melakukan proses audit atas akun beban non-operasional mengikuti ABC audit guide. Prosedur yang dilakukan yaitu: 1. Mendapatkan daftar rinci (detailed listing) pendapatan non-operasional dan transaksi biaya mengecek kesesuaian saldo dan menguji akurasi matematika. Hasil Analisa Audit: Penulis mendapatkan daftar rinci pendapatan non-operasional dan transaksi beban, dari buku besar (general ledger) dari akun-akun yang di butuhkan, diantaranya yaitu untuk nama akun ‘Rugi Selisih Kurs Unrealize-EUR, USD, dan SGD’, berdasarkan data buku besar yang diberikan oleh klien. Setelah mendapatkan buku besar (general ledger), penulis melakukan pengecekan kesesuaian atas total dari daftar rinci untuk pendapatan dan pengeluaran per buku besar beban non-operasi, dan tidak ada kesalahan ditemukan. Lalu penulis melakukan uji akurasi matematika dari daftar rinci, dengan cara melakukan kalkulasi ulang secara manual, dan tidak ada kesalahan ditemukan.
Audit atas selisih …, Yeniar Hendra Ningrum, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
58
2. Tes pendapatan non-operasional dan transaksi biaya a.
Mengecek kesesuaian transaksi ke dokumen pendukung untuk memverifikasi bahwa transaksi telah diakui dengan tepat.
b.
Menentukan apakah transaksi tersebut diklasifikasikan dengan tepat.
Hasil Analisa Audit: Penulis melakukan TOD (test of detail balance) untuk akun beban non operasi. Terdapat dua macam TOD untuk akun ini, yaitu TOD Non-statistical sampling dan TOD Targeted Sampling. TOD Non-Statistical sampling menggunakan metode pemilihan sampel acak (Random) setelah di ketahui berapa jumlah sampel yang akan di ambil. Berbeda dengan TOD-Targeted Testing, metode ini mengambil seluruh transaksi yang nilai nominalnya lebih besar atau sama dengan nilai Summary of Uncorrected Misstatement (SUM) yang ditetapkan sebelumnya. Penggunaan kedua macam TOD ini bertujuan untuk meminimalisir adanya kesalahan atau risiko kecurangan yang mungkin luput dari pengecekan auditor. ABC mempertimbangkan jika hanya menggunakan metode pengambilan sampel acak, mungkin transaksi yang bernilai besar dan memiliki resiko tinggi untuk terjadinya fraud, akan luput dari perhatian auditor. Sehingga dilakukan TOD—Targeted Testing untuk mengecek transaksi yang memiliki nominal besar, agar auditor mendapatkan kepercayaan (assurance) dan kenyamanan (comfort) dalam mengaudit. Tujuan audit meliputi: Accuracy, Completeness, dan Existence/Occurrence.
Accuracy: untuk mengetahui bahwa nilai selisih kurs yang terjadi telah dicatat secara benar dan akurat.
Audit atas selisih …, Yeniar Hendra Ningrum, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
59
Completeness: untuk mengetahui bahwa seluruh transaksi yang mengakibatkan selisih kurs telah masuk dalam pencatatan klien sesuai dengan dokumendokumenpendukung.
Existence/Occurrence: untuk mengetahui bahwa transaksi-transaksi yangtelah tercatat sebelumnya benar-benar terjadi pada span waktu yang tepat sesuai dengan dokumen pendukung.
Langkah-langkah dalam melakukan Test of Detail Balance-Non Statistical Sampling. Dalam hal ini, yang terpenting adalah menentukan berapa banyak sampel yang akan diambil untuk dilakukan pengecekan. Populasi yang akan diambil sebagai sampel adalah semua transaksi kurs yang terjadi selama tahun 2013. Sebelum penulis mengolah data populasi tersebut, penulis harus mengecek kesesuaian nilai total populasi dalam buku besar, dengan nilai yang tercatat dalam trial balance, apabila sudah sesuai, baru auditor akan mendapatkan kepercayaan bahwa data tersebut eligible atau dapat digunakan. Untuk mendapatkan total sampel yang akan diambil, ABC menggunakan software Aura. Dengan mengetahui nilai total populasi, dan performance materiality, yaitu batas materialitas per satu akun, sistem akan mengkalkulasi berapa sampel yang harus di ambil untuk dapat mewakili seluruh populasi sampel. Diketahui bahwa total populasi akun beban non-operasional adalah Rp7,8 miliar, dan performance materiality PT B adalah Rp1 miliar. Dalam akun beban non-operasional melalui kriteria pengambilan sample menggunakan software Aura didapatkan sampel untuk TOD Non-Statistical Sampling adalah 6 transaksi (lihat Lampiran 1). Setelah itu, penulis akan meminta dokumen yang dibutuhkan terkait 6 sampel tersebut. Sampel tersebut harus ada dan dilengkapi paling tidak dengan dua dokumen pendukung, dokumen pendukung dapat berupa purchase order, order confirmation, invoice, payment voucher dan bank statement. Setelah itu, penulis akan melakukan proses pengecekan ke dokumen-dokumen pendukung (vouching) berdasarkan data atau nilai yang tercatat pada buku besar. Jika sesuai, penulis akan memberikan keterangan
Audit atas selisih …, Yeniar Hendra Ningrum, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
60
“no exception noted”, jika ada perbedaan, maka penulis akan memberikan keterangan “notes A”, dan memberikan keterangan lanjutan terkait penjelasan perbedaan yang terjadi antara pencatatan dalam dokumen pendukung, dengan nilai yang ada di buku besar (lihat Lampiran 3). Langkah-langkah dalam melakukan Test of Detail Balance- Targeted Testing Dalam TOD- Targeted Testing, penentuan sampel yang akan di ambil menggunakan nilai SUM (summary of uncorrected misstatement), yaitu sebesar Rp100 juta. SUM bertindak sebagai batas nilai suatu transaksi akan dijadikan sampel atau tidak. Jika suatu transaksi bernilai di atas Rp100 juta, maka transaksi tersebut akan dijadikan sampel untuk TOD—Targeted Testing. Dalam akun beban non-operasional melalui kriteria pengambilan sample menggunakan software Aura didapatkan sampel TOD— Targeted Testing sebanyak 14 buah transaksi (lihat Lampiran 2). Hasil akhir dari audit atas selisih kurs PT B adalah tidak ditemukan adanya kesalahan material dalam pencatatan transaksi selisih kurs (no exception noted). Lihat Lampiran 3 untuk hasil vouching template Test of Details Balance. 4.5 Menilai Penentuan Mata Uang Fungsional PT B menggunakan mata uang Euro dalam transaksi pembelian barang mentah dan penjualan ke dalam atau pun luar negeri. Namun, PT B menggunakan Rupiah sebagai mata uang fungsional dan mata uang pelaporannya. Hal ini disebabkan perusahaan merujuk pada aturan SAK-ETAP sebagai pedoman pelaporan akuntansinya. Selanjutnya di bawah ini akan dijelaskan lebih mendetil. Perusahaan menggunakan SAK-ETAP sebagai pedoman pelaporan akuntansinya. Entitas tanpa akuntabilitas publik adalah entitas yang: a. Tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan; dan b. Tidak menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statement) bagi pengguna eksternal. Contoh pengguna eksternal
Audit atas selisih …, Yeniar Hendra Ningrum, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
61
adalah pemilik yang tidak terlibat langsung dalam pengelolaan usaha, kreditur, dan lembaga pemeringkat kredit.
Perlu diketahui, tujuan audit dari PT B merupakan persyaratan yang diajukan oleh perusahaan induk yaitu BCZ, yang mengharuskan semua anak perusahaan diaudit secara berkala setiap tahunnya. Dan PT B bukan merupakan perusahaan terbuka yang memperdagangkan sahamnya dalam bursa, sehingga laporan keuangan tidak diperuntukkan untuk tujuan umum dan pengguna eksternal. Oleh karena itu, PT B memenuhi
persyaratan
untuk
menggunakan
SAK-ETAP
dalam
pelaporan
keuangannya. Menurut SAK-ETAP, mata uang fungsional adalah mata uang utama yang dicerminkan dalam kegiatan operasi entitas. Sedangkan, mata uang pelaporan adalah mata uang yang digunakan dalam menyajikan laporan keuangan. Dan mata uang pencatatan adalah mata uang yang digunakan oleh entitas untuk membukukan transaksi. Pasal yang menjadi sumber teknikal penentuan mata uang fungsional SAK-ETAP Bab 25 tentang Mata Uang Pelaporan dan Bab 26 tentang Transaksi dalam Mata Uang Asing. Selain SAK ETAP. Selain SAK ETAP, sumber teknikal lainnya adalah standar ‘Manual of Accounting – Foreign Currencies” berdasarkan IAS 21 mengenai Pengaruh Perubahan Nilai Tukar Mata Uang Asing. Berdasarkan sumber teknikal di atas, KAP ABC melakukan penilaian dengan cara wawancara, pengecekan dokumen, dan pengamatan siklus transaksi yang berperan sebagai indikator penting dalam transaksi perusahaan terkait mata uang asing. Terdapat indikator primer dan indikator sekunder dalam penentuan mata uang fungsional yang dijelaskan lebih lanjut di bawah ini.
Audit atas selisih …, Yeniar Hendra Ningrum, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
62
4.5.1 Indikator Primer 1. Penjualan dan Arus Kas Masuk Yang termasuk dalam indikator primer yaitu transaksi penjualan dan yang terkait dengan arus kas masuk. Dalam hal ini, mata uang fungsional yaitu mata uang yang paling mempengaruhi dan sering digunakan dalam harga jual barang dan jasa. Dengan kata lain, jika pasar penjualan lokal yang aktif untuk produk entitas menggunakan harga dalam mata uang lokal, dan pendapatan dikumpulkan juga dalam mata uang lokal,maka mata uang lokal adalah mata uang fungsional. Selain itu, mata uang fungsional adalah mata uang negara yang memiliki kekuatan kompetitif dan peraturannya kebanyakan menentukan harga penjualan barang dan jasa. Dimana harga penjualan produk entitas ditentukan oleh kompetisi lokal dan peraturan pemerintah daerah, bukan kompetisi di seluruh dunia atau dengan harga internasional, sehingga mata uang lokal merupakan mata uang fungsional. 2. Beban dan Arus Kas Keluar Indikator primer selanjutnya adalah transaksi terkait beban dan arus kas keluar. Mata uang fungsional dapat merupakan mata uang yang paling mempengaruhi tenaga kerja, material dan biaya lainnya untuk memproduksi barang dan jasa. 4.5.2 Indikator Sekunder Indikator sekunder adalah indikator yang tidak terkait langsung dengan transaksi inti perusahaan. Indikator sekunder yang digunakan adalah aktivitas pendanaan meliputi kegiatan untuk memperoleh kas dari investor dan kreditor yang diperlukan untuk menjalankan dan melanjutkan kegiatan perusahaan (PSAK No. 2, 2002). Mata uang fungsional yaitu di mana dana dari aktivitas pendanaan dihasilkan. Berdasarkan hasil penilaian, perusahaan mempunyai pinjaman intercompany dalam mata uang Euro. Komposisi kas dan bank dalam
Audit atas selisih …, Yeniar Hendra Ningrum, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
63
perusahaan 95% disimpan dalam mata uang Euro, sementara 5% lainnya disimpan dalam Rupiah untuk mendukung aktivitas operasi. Berdasarkan hal tersebut, Analisis yang dapat kita simpulkan yaitu: 1. Gambaran Bisnis Entitas ini didirikan dengan tujuan utama untuk mendukung produksi dan distribusi produk BCZ di Indonesia melalui PT B. Pendapatan perusahaan hanya dari satu aliran pendapatan, yang merupakan penjualan kompresor. Tidak ada peraturan spesifik yang mempengaruhi PT B. Berdasarkan kegiatan bisnis yang ada pada tahun 2013, pendapatan perusahaan terdiri dari 44% dari penjualan domestik, 53% dari penjualan ekspor, dan 3% dari penjualan afiliasi. Semua penjualan dalam mata uang euro. 2. Penentuan Harga dan Biaya Harga jual ditentukan berdasarkan rumus: biaya (bahan, overhead, tenaga kerja) + marjin yang ditentukan. Mayoritas dari harga jual didominasi oleh biaya bahan dalam mata uang Euro, Perusahaan biasanya meninjau dan menyesuaikan harga setahun sekali tergantung pada situasi pasar. Penyesuaian harga diusulkan untuk menarik lebih banyak penjualan. Berdasarkan analisis kedua indikator di atas, diketahui bahwa mata uang fungsional dari entitas adalah Euro, namun untuk menentukan mata uang pelaporan bagi perusahaan, KAP menggunakan ayat 25.5 SAK ETAP. Walaupun mata uang fungsional dari entitas adalah Euro, perusahaan dapat menyajikan laporan keuangan dalam mata uang Rupiah. Perusahaan dapat menggunakan selain rupiah sebagai mata uang pelaporan, kecuali mata uang lainnya memenuhi indikator mata uang fungsional dan memenuhi syarat tujuan pelaporan kelompok (group reporting purposes).
Audit atas selisih …, Yeniar Hendra Ningrum, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
64
4.6 Mata Uang Fungsional dibandingkan dengan Mata Uang Pelaporan PT B Dengan menerapkan SAK ETAP sebagai dasar pelaporannya, PT B dapat menyusun laporan keuangannya dengan standar yang lebih sederhana dalam implementasinya dibanding PSAK atau IFRS. Meskipun lebih sederhana, namun SAK-ETAP tetap memberikan informasi yang handal dalam penyajian laporan keuangan sehingga dapat di audit untuk mendapatkan opini audit, yang nantinya digunakan untuk memenuhi prasyarat dan kepentingan perusahaan lainnya. Namun karena dalam peraturan SAKETAP banyak mengabaikan hal yang tidak relevan, dikhawatirkan kesederhanaan penyajian laporannya dapat menyebabkan banyak informasi perusahaan yang tidak diungkapkan secara wajar. Dalam SAK-ETAP tidak ada suatu keharusan yang menyatakan bahwa perusahaan seharusnya menggunakan mata uang fungsional sebagai mata uang pelaporan untuk mencapai keefektivan pelaporan keuangannya. Menurut penulis, dalam hal pemilihan mata uang pelaporan sebaiknya PT B menggunakan mata uang Euro yang merupakan mata uang fungsionalnya, dengan tujuan mengabaikan rugi selisih kurs terhadap mata uang Euro yang mendominasi 90% dari porsi rugi selisih kurs dalam laporan keuangan. Jika menggunakan Euro sebagai mata uang pelaporan, rupiahlah yang akan menjadi mata uang asing bagi PT B, dan berdasarkan data yang penulis peroleh hanya 5% dari aktivitas perusahaan menggunakan
Rupiah.
Menurut
Juan
(2012),
PSAK
10
pada
dasarnya
memperbolehkan perusahaan untuk menyajikan laporan keuangannya dengan menggunakan mata uang apa saja, namun jika melihat pada PSAK 10 paragraf 38 juga menyatakan bahwa mata uang pelaporan di Indonesia adalah Rupiah. Hal inilah yang menyebabkan perusahaan menganggap pelaporan dalam mata uang Rupiah adalah suatu keharusan bagi sebagian besar perusahaan di Indonesia. Lagipula PT B bukan usaha kecil dan menengah yang biasanya menggunakan SAKETAP sebagai pedoman pelaporan akuntansinya. PT B memiliki pabrik besar yang berlokasi di Bogor-Jawa Barat, mempekerjakan ratusan pegawai, memiliki pendapatan yang tinggi, dan mendominasi pangsa pasar penjualan kompresor di Indonesia. PT B
Audit atas selisih …, Yeniar Hendra Ningrum, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
65
akan lebih baik jika menggunakan IAS dan/atau PSAK sebagai acuan, dan merubah mata uang pelaporannya sesuai dengan mata uang fungsionalnya, yaitu Euro. Selain itu, PT B merupakan anak perusahaan dari BCZ yang berada di Jerman yang menggunakan mata uang Euro dalam pelaporan keuangannya. Laporan keuangan PT B yang sudah diaudit nantinya akan di konsolidasikan dengan laporan keuangan pusat beserta anak perusahaan lainnya. Jika PT B menggunakan Euro sebagai mata uang pelaporannya, proses pengkonsolidasian akan lebih mudah karena tidak membutuhkan proses translasi mata uang laporan keuangan. 4.7 Transaksi Hedging dalam PT B Hedging adalah strategi trading untuk "membatasi" atau "melindungi" dana trader dari fluktuasi nilai tukar mata uang yang tidak menguntungkan. Hedging memberi kesempatan bagi trader untuk melindungi diri dari kemungkinan rugi (loss) meski tengah melakukan transaksi. Caranya adalah dengan memperkecil risiko merugi ketika pergerakan nilai tukar mata uang tidak memungkinkan trader meraih profit. Berdasarkan wawancara kepada manajemen PT B, diketahui bahwa PT B tidak melakukan transaksi lindung nilai (hedging) untuk aktivitas bisnisnya. Hal ini telah diatur dalam keputusan manajemen pusat di BCZ, dan diketahui bahwa seluruh entitas anak BCZ tidak menggunakan transaksi hedging dalam aktivitas bisnisnya. Manajemen menilai, dampak selisih kurs tidak akan berdampak signifikan kepada perusahaan, karena aktivitas pembelian barang mentah atau barang jadi dan juga seluruh aktivitas penjualan dilakukan menggunakan mata uang Euro. Diketahui pada pembahasan sebelumnya, 90% aktivitas perusahaan dilakukan dalam mata uang Euro. Hal ini dikarenakan transaksi pembelian bahan mentah menggunakan Euro, serta harga barang penjualan juga didominasi oleh bahan mentah dalam mata uang Euro, dan penjualan juga dilakukan dalam mata uang Euro baik penjualan lokal, ekspor, dan afiliasi. Bentuk dana simpanan bank 95% disimpan dalam mata uang Euro, dan hanya 5% dalam mata uang Rupiah yang digunakan untuk mendanai aktivitas operasional
Audit atas selisih …, Yeniar Hendra Ningrum, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
66
perusahaan. Sehingga pada dasarnya perusahaan tidak memerlukan transaksi lindung nilai (hedging). Namun, timbul masalah baru dalam analisis ini, dikarenakan PT B menggunakan rupiah dalam pelaporan keuangannya, merujuk pada peraturan SAK ETAP ayat 25.5, sehingga seluruh transaksi bisnis pada akhirnya harus di ubah dalam mata uang rupiah dalam laporan keuangan. Hal ini mengakibatkan terjadinya selisih kurs yang besar dalam laporan keuangan tahunan PT B. Hedging dianggap penting bagi perusahaan yang melakukan transaksi perdagangan internasional. Dana berikut laba atau biaya dimasa depan dalam mata uang asing, memiliki resiko terhadap perubahan nilai mata uang. Perhitungan pada PT B menggunakan mata uang Euro, oleh karenanya sebagai akibat dari penilaian item-item pemasukan dan pengeluaran berdasarkan mata uang asing, apabila nilai mata uang tersebut berubah maka hal ini bisa berubah menjadi keuntungan atau kerugian. Hedging dari resiko mata uang adalah pertahanan dana dari perubahan nilai mata uang, berupa penetapan nilai mata uang aktual dengan maksud untuk menutup transaksi. Hedging mengarah kepada suatu fakta bahwa resiko terhadap fluktuasi mata uang telah dihapus dari perusahaan. Fakta ini memberikan kesempatan untuk perencanaan bisnis yang akan datang dan memperoleh hasil dana yang pasti, yang tidak akan terpengaruh oleh fluktuasi mata uang. Hal ini juga memberikan kemudahan dalam penetapan harga, menghitung keuntungan, gaji, dan lain lain. Sehingga menurut penulis, selama PT B masih menggunakan Rupiah sebagai mata uang pelaporannya, hedging dapat dilakukan oleh PT B sebagai upaya menghindari terjadinya kerugian selisih kurs yang signifikan. PT B dapat melakukan transaksi Currency Forward Contract untuk melindungi nilai mata uang di masa depan, sehingga potensi besarnya kerugian atas selisih kurs dapat ditekan. Transaksi Forward dirasa penulis paling tepat bagi PT B ditinjau dari kebutuhan dan rendahnya biaya dibandingkan dengan kedua instrumen derivatif lainnya.
Audit atas selisih …, Yeniar Hendra Ningrum, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
67
Tujuan hedging bukan meningkatkan keuntungan tapi mengurangi potensi kerugian. Itulah mengapa efisiensi hedging di masa krisis dan dua - tiga tahun setelahnya dapat dianggap sebagai langkah yang tepat dari aktivitas sebuah perusahaan trading. Program hedging yang baik bukan hanya mengurangi resiko kerugian tetapi juga membebaskan sumber daya perusahaan dari pengeluaran yang tidak semestinya. 4.8 Posisi Selisih Kurs dalam Komponen Beban Non-Operasional Beban selisih kurs menurut PT B dikategorikan dalam akun beban non-operasional, karena dianggap bukan berasal dari kegiatan utama perusahaan. Namun jika dilihat asal dari rugi selisih kurs, sebagian besar berasal dari pembelian bahan mentah dan penjualan barang yang merupakan aktivitas pokok perusahaan. Hal ini yang menyebabkan kerancuan penempatan selisih kurs dalam komponen beban perusahaan. Untuk pelaporan eksternal perusahaan, sesuai dengan PSAK 10 paragraf 28 yang mensyaratkan penggunaan ‘perspektif dua transaksi’, PT B menggunakan perspektif ini untuk mencatat selisih kurs yang belum terealisasi sebagai laba atau rugi kurs. Namun di sisi lain, pencatatan dengan ‘perspektif dua transaksi’ menyebabkan kerugian selisih kurs yang besar bagi PT B. Menurut penulis, PT B dapat menggunakan ‘perspektif satu transaksi’ untuk pencatatan selisih kurs untuk keperluan analisis internal perusahaan dan juga sebagai sarana pengambilan keputusan manajemen. Maksudnya adalah, transaksi dagang dan transaksi pelunasan dipandang sebagai transaksi tunggal dan selisih kurs akan disesuaikan dengan transaksi dagang (Juan, 2012). Dengan menggunakan ‘perspektif satu transaksi’, PT B akan mencatat pembelian sementara dalam pembukuan sebesar nilai historisnya pada tanggal transaksi, dan disesuaikan dengan jumlah selisih kurs yang terjadi pada tanggal pelunasan.
Audit atas selisih …, Yeniar Hendra Ningrum, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
68
Penyesuaian dapat dilakukan dengan mengalokasikan rugi selisih kurs pada beban pokok penjualan atau nilai persediaan. Ilustrasi jurnal ‘perspektif satu transaksi’ sebagai berikut: Pembelian bahan mentah pada tanggal 1 Januari 2013, dengan total harga pembelian 2000 Euro. Kurs tengah BI pada tanggal tersebut adalah RP15.000/EUR. Pembelian persediaan EUR2.000 dengan kurs Rp15.000/EUR Persediaan Utang
30.000.000 30.000.000
Pada 31 Januari 2013, perusahaan akan merevaluasi nilai persediaannya sesuai dengan fluktuasi selisih kurs yang terjadi pada bulan tersebut. Kurs tengah BI pada hari itu Rp16.000/EUR. Sehingga selisih kurs atas transaksi pembelian pada bulan Januari 2013 sebesar Rp1.000 X 2.000 Euro = Rp2.000.000. Jurnalnya yaitu: Pencatatan selisih kurs tengah BI tanggal 31 Januari 2013 Rp16.000/EUR Bahan Mentah Utang
2.000.000 2.000.000
Dengan menggunakan perspektif ini, selisih kurs dapat dibebankan ke harga bahan mentah, sehingga harga pokok penjualan dapat ditingkatkan seiring dengan harga jual produk untuk menekan kerugian perusahaan. Sehingga, pada saat pelunasan utang, jurnalnya adalah sebagai berikut: Pelunasan utang pada kurs Rp16.500/EUR. Persediaan belum terjual saat pelunasan utang Utang dagang Persediaan Kas
32.000.000 1.000.000 33.000.000
Audit atas selisih …, Yeniar Hendra Ningrum, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
69
Persediaan sudah terjual saat pelunasan utang Utang dagang BPP Kas
32.000.000 1.000.000 33.000.000
Dengan dibebankannya selisih kurs pada harga pokok penjualan, PT B dapat melakukan penyesuaian harga penjualan barang jadi ataupun kustomisasi. Agar pendapatan bruto PT B dapat ditingkatkan, yang nantinya akan berdampak pada meningkatnya laba bersih perusahaan. Tentunya pencatatan dengan ‘perspektif satu transaksi’ dalam pelaporan internal perusahaan dan juga dampaknya pada kenaikan harga penjualan harus di diskusikan terlebih dahulu dengan manajemen puncak PT B dan BCZ demi mencapai tujuan stratejik perusahaan. Berikut ilustrasi perbandingan antara jurnal dengan ‘perspektif dua transaksi’dan Jurnal ‘perspektif satu transaksi’ dikutip dari Juan Ng, 2012: Tanggal
Perspektif Dua Transaksi
Perspektif Satu Transaksi
Pembelian persediaan EUR2000 dengan kurs Rp15.000/EUR 1-Jan
Persediaan
30,000,000
Utang dagang
Persediaan 30,000,000
30,000,000
Utang dagang
30,000,000
Pencatatan selisih kurs tengah BI tanggal 31 Jan-13 Rp16.000/EUR 31-Jan
Rugi selisih kurs-unrealized
2,000,000
Utang dagang
Persediaan 2,000,000
2,000,000
Utang dagang
2,000,000
Pelunasan utang pada kurs Rp16.500/EUR 17-Feb
Utang dagang
32,000,000
Utang dagang
32,000,000
Rugi selisih kurs-realized
3,000,000
Persediaan
1,000,000
Rugi selisih kurs-unrealized Kas
2,000,000
Kas
33,000,000
33,000,000 Persediaan belum terjual saat pelunasan utang Utang dagang
32,000,000
BPP
1,000,000
Kas
33,000,000
Persediaan sudah terjual saat pelunasan utang
Audit atas selisih …, Yeniar Hendra Ningrum, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1
Kesimpulan
KAP ABC melakukan audit atas laporan keuangan PT B untuk periode yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2012. Audit yang dilakukan bertujuan untuk menyatakan sebuah opini atas kewajaran dimana perusahaan telah menyajikan secara wajar, dalam hal-hal yang material, posisi finansial, hasil operasi perusahaan serta arus kas sesuai dengan PSAK yang berlaku di Indonesia. Berdasarkan pembahasan yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, penulis dapat menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Setelah dilakukan prosedur pengujian substantif, tidak ditemukan adanya salah saji material dalam akun beban non-operasional terkait selisih kurs valuta asing. Kesimpulan ini diambil berdasarkan result template untuk test of detail balances (lihat Lampiran 1). Perhitungan dan pencatatan yang dilakukan oleh PT B untuk akun tersebut sudah sesuai dengan PSAK dan SAK-ETAP sebagai acuannya. 2. Mata uang fungsional PT B diketahui adalah Euro, namun PT B menggunakan Rupiah sebagai mata uang pelaporan dengan alasan tidak ada keharusan menggunakan mata uang fungsional sebagai mata uang pelaporan berdasarkan SAK-ETAP yang menjadi acuan oleh perusahaan. Hal ini yang mengakibatkan tingginya rugi selisih kurs pada PT B di tahun 2013. 3. Klasifikasi selisih kurs sebagai beban non-operasional sudah sesuai dengan aturan PSAK yang berlaku, walaupun jumlahnya signifikan yaitu Rp7,8 miliar (10% dari total penjualan) dibandingkan dengan beban operasional sebesar Rp9,8 miliar (12% dari total penjualan). 4. PT B tidak melakukan transaksi lindung nilai yang menurut penulis sudah tepat karena transaksi pembelian dan penjualan dilakukan dalam mata uang Euro dan 90% aktivitas perusahaan dilakukan dalam mata uang Euro.
70
Audit atas selisih …, Yeniar Hendra Ningrum, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
71
5.2
Saran
Berikut adalah beberapa saran yang dapat Penulis berikan berdasarkan pengalaman ketika mengikuti program magang di KAP ABC: 5.2.1
Saran untuk PT B
1. Dalam hal pemilihan mata uang pelaporan, sebaiknya PT B menggunakan mata uang Euro yang merupakan mata uang fungsionalnya, karena 95% aktivitas bisnisnya menggunakan mata uang Euro dengan tujuan mengabaikan rugi selisih kurs terhadap mata uang Euro yang mendominasi 90% dari porsi rugi selisih kurs dalam laporan keuangan. Menurut Juan (2012), PSAK 10 pada dasarnya memperbolehkan perusahaan untuk menyajikan laporan keuangannya dengan menggunakan mata uang apa saja, namun jika melihat pada PSAK 10 paragraf 38 juga menyatakan bahwa mata uang pelaporan di Indonesia adalah Rupiah. Hal inilah yang menyebabkan perusahaan menganggap pelaporan dalam mata uang Rupiah adalah suatu keharusan bagi sebagian besar perusahaan di Indonesia. Laporan keuangan PT B yang sudah diaudit nantinya akan di konsolidasikan dengan laporan keuangan pusat beserta anak perusahaan lainnya. Jika PT B menggunakan Euro sebagai mata uang pelaporannya, proses pengkonsolidasian akan lebih mudah karena tidak membutuhkan proses translasi mata uang laporan keuangan. PT B sebaiknya merubah mata uang pelaporannya menggunakan Euro sesuai dengan mata uang fungsionalnya. 2. Untuk pelaporan eksternal perusahaan, PT B menggunakan ‘perspektif dua transaksi’ yang mencatat selisih kurs secara terpisah sebagai laba atau rugi kurs. Hal ini sesuai dengan PSAK 10 paragraf 28 yang mensyaratkan penggunaan ‘perspektif dua transaksi’. Namun di sisi lain, pencatatan dengan ‘perspektif dua transaksi’ menyebabkan kerugian selisih kurs yang besar bagi PT B. Menurut penulis, PT B dapat menggunakan ‘perspektif satu transaksi’ untuk
Audit atas selisih …, Yeniar Hendra Ningrum, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
72
pencatatan selisih kurs untuk keperluan analisis internal perusahaan dan sebagai sarana manajemen dalam mengambil keputusan. Dengan menggunakan ‘perspektif satu transaksi’, PT B akan mencatat pembelian sementara dalam pembukuan sebesar nilai historisnya pada tanggal transaksi, dan disesuaikan dengan jumlah selisih kurs yang terjadi pada tanggal pelunasan.
3. Manajemen menilai, dampak selisih kurs tidak akan berdampak signifikan kepada perusahaan karena 90% aktivitas perusahaan dilakukan dalam mata uang Euro. Hal ini dikarenakan transaksi pembelian bahan mentah menggunakan Euro, serta harga barang penjualan juga didominasi oleh bahan mentah dalam mata uang Euro, dan penjualan juga dilakukan dalam mata uang Euro baik penjualan Lokal, Ekspor, dan Afiliasi. Bentuk dana simpanan bank 95% disimpan dalam mata uang Euro, dan hanya 5% dalam mata uang Rupiah yang digunakan untuk mendanai aktivitas operasional perusahaan. Sehingga pada dasarnya perusahaan tidak memerlukan transaksi lindung nilai (hedging). Namun, selama PT B masih menggunakan Rupiah sebagai mata uang pelaporannya, hedging dapat dilakukan oleh PT B sebagai upaya menghindari terjadinya kerugian selisih kurs yang signifikan. PT B dapat melakukan transaksi Currency Forward Contract untuk melindungi nilai mata uang di masa depan, sehingga potensi besarnya kerugian atas selisih kurs dapat ditekan.
5.2.2 Saran untuk KAP ABC KAP ABC sebaiknya memberikan pelatihan audit yang lebih dalam terhadap peserta magang. Pelatihan yang diberikan penulis rasa sangat terbatas untuk pemahaman proses audit. Akibatnya, saat terjun ke dalam praktik audit, peserta magang merasa tidak memiliki pengetahuan yang cukup, terlebih lagi peserta magang umumnya hanya diminta untuk membantu rekan tim yang lebih senior untuk mengerjakan hal-hal yang teknikal tanpa diberitahu terlebih dahulu hubungannya dengan konsep audit yang dijalankan. Sehingga peserta magang tidak mendapatkan pemahaman saat
Audit atas selisih …, Yeniar Hendra Ningrum, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
73
mengerjakan proses audit tersebut dan tidak dapat menghubungkannya dengan teori audit dan akuntansi yang telah dipelajari. Akan lebih baik jika rekan yang lebih senior berbagi ilmu dan pengalaman audit kepada peserta magang dan melakukan pengenalan perusahaan klien terlebih dahulu saat awal penugasan audit agar tujuan dari program magang yang diadakan oleh KAP ABC dapat tercapai, yaitu mendidik peserta magang agar mendapatkan pemahaman audit dalam praktik audit yang sebenarnya. 5.2.3 Saran untuk Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Program magang yang diselenggarakan oleh departemen akuntasi sebagai salah satu syarat kelulusan telah memberikan para mahasiswanya kesempatan untuk belajar dan menerapkan ilmunya dalam praktik kerja yang sebenarnya. Akan lebih baik jika departemen akuntansi bekerja sama dengan beberapa perusahaan dalam hal penyelenggaraan program magang pada perusahaan tersebut. Dengan begitu departemen akuntansi dapat memantau dan menerapkan standar serta kualifikasi pekerjaan dan pelatihan yang diberikan dalam program magang yang diikuti oleh mahasiswa akuntansi.
Audit atas selisih …, Yeniar Hendra Ningrum, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
74
DAFTAR PUSTAKA Arens, Alvin A., Randal J. Elder, Mark S. Beasley, Amir Abadi Jusuf. (2009). Auditing and Assurance Services: An Integrated Approach, An IndonesianAdaptation Edition. New Jersey: Pearson Education Badan Pusat Statistik, “Indeks Harga Konsumen dan Inflasi Bulanan Indonesia,” http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=2&tabel=1&daftar=1&id_subyek=03&n otab=7. Diakses pada Rabu, 16 April 2014 14.30. Bustami, Bastian (2007). Akuntansi Biaya: Teori & Aplikasi. Jakarta: Graha Ilmu Harnanto, Yunus Hadori (1992). Akuntansi Keuangan Lanjutan (Edisi 1). Yogyakarta: BPFE. http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/07/23/1541395/Ini.Sebab.Nilai.Tukar.R upiah.Terus.Melemah diakses pada Rabu, 16 April 2014 14.15 http://eur.fx-exchange.com/idr/exchange-rates-history.html diakses pada Kamis, 26 Juni 2014 11.05. http://www.tempo.co/read/news/2013/09/01/090509138. Diakses pada Rabu, 16 April 2014 16.21. Ikatan Akuntan Indonesia. (2010). Interpretasi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 10– Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing (Revisi 2009). Jakarta: IAI Ikatan Akuntan Indonesia. (2009). Laporan Arus Kas (Revisi 2009). Jakarta: IAI Ikatan Akuntan Indonesia. (2009). Standar Akuntansi Keuangan Entitas tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP). Jakarta: IAI Juan, Ng Eng & Wahyuni, Ersa Tri. (2012). Panduan Praktis Standar Akuntansi Keuangan (Edisi 2). Jakarta: Penerbit Salemba Empat. Kieso, D.E., Weygandt, J.J., & Warfield, T.D. (2011). Intermediate Accounting volume: 2: IFRS edition. New Jersey: John Wiley & Sons Inc. Mulyadi. (2002). Sistem Akuntansi (Edisi 2). Jakarta: Penerbit Salemba Empat. Republik Indonesia dan Bank Indonesia, Statistik Utang Luar Negeri Indonesia, Vol: IV, Agustus 2013, hlm. 14, http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/A0877A2B-7A364119-947A-8449A51A58AF/29883/EDSAugust2014.pdf. Diakses pada Rabu, 16 April 2014 17.25.
Audit atas selisih …, Yeniar Hendra Ningrum, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
75
Sartono, Agus. (2009). Manajemen Keuangan: Teori dan Aplikasi (Edisi 4). Yogyakarta: BPFE. Wells Fargo Securities Economics Group, LLC, Weekly Economic & Financial Commentary, 30 Agustus 2013, hlm. 4, https://www.wellsfargo.com/downloads/pdf/com/insights/economics/weeklycommentary/WeeklyEconomicFinancialCommentary_08302013.pdf. Diakses pada Rabu, 16 April 2014 14.23.
Audit atas selisih …, Yeniar Hendra Ningrum, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
76 LAMPIRAN Lampiran 1. Pemilihan Sampel untuk TOD Non-Statistical Sampling
Audit atas selisih …, Yeniar Hendra Ningrum, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
77 Lampiran 2. Pemilihan Sampel untuk TOD Targeted Sampling
Audit atas selisih …, Yeniar Hendra Ningrum, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
78
Lampiran 1. Result Template TOD Non-Statistical dan TOD Targeted Sampling Test non-operating income and expense balances (forex accounts) DOCUMENTATION OF SAMPLE Sample number
Description
Doc. Number
DOCUMENTATION OF TESTING Transaction Date
Currency
Documents checked
Initial recorded date
Amount (Original)
BI Middle rate for initial record
Amount (IDR)
392,585
12,810
BI middle Amount Realised rate for Recorded per Gain/Loss realisation book in IDR at (PwC Calculation) date/closi the date of ng date realisation/closi ng date 13,154 5,028,953,892 5,164,014,776 135,060,883
Realised Gain/Loss (Client Calculation)
Notes
0
Targeted
13,154
3,396,105,915
12,708
3,281,049,408
115,056,507
115,056,507
-
0
Targeted
-
8
Targeted
Differenc e
1 Gain on Acct Balance 12/31/2012 2 Loss on Acct Balance 1/31/2013
AUTO
1/31/2013
EUR
bank statement
12/31/2012
AUTO
2/28/2013
EUR
bank statement
1/31/2013
258,183
3 Gain on Acct Balance 7/31/2013 4 Gain on Acct Balance 7/31/2013
AUTO
8/31/2013
EUR
bank statement
7/31/2013
347,769
13,634
4,741,577,536
14,470
5,032,381,614
290,804,078
290,804,070
AUTO
8/31/2013
EUR
bank statement
7/31/2013
137,398
13,634
1,873,320,769
14,470
1,988,212,767
114,891,999
114,891,999
5745
9/25/2013
EUR
invoice,payment voucher
3/25/2013
107,471
12,669
1,361,580,829
15,590
1,675,519,308
313,938,480
313,938,480
-
0
Targeted
Currency Loss 5647 9/10/2013
AUTO
9/30/2013
EUR
invoice,payment voucher
106,201,057
106,201,057
-
0
Targeted
Currency Gain BR-13-108B 9/3/2013
AUTO
9/30/2013
EUR
invoice,payment voucher
9/3/2013
146,938
14,485
2,128,468,930
15,671
2,302,690,377
174,221,448
174,210,611 - 10,837
Targeted
Vend-BGGbH-02
Inv No-110428937
5807
10/7/2013
EUR
invoice,payment voucher
4/9/2013
50,000
12,724
636,194,000
15,651
782,562,000
146,368,000
146,368,000
Targeted
Vend-BGGbH-02
Inv No-110428937
5883
10/24/2013
EUR
invoice,payment voucher
4/9/2013
65,842
12,724
837,769,142
15,537
1,023,021,636
185,252,494
185,252,494
Vend-BGGbH-02
Inv No-110429005
5977
11/8/2013
EUR
invoice,payment voucher
3/22/2013
37,839
12,580
476,020,675
15,298
578,878,726
102,858,051
102,858,051
Vend-BGGbH-02
Inv No-110429005
5977
11/8/2013
EUR
invoice,payment voucher
3/22/2013
44,024
12,580
553,826,888
15,298
673,497,224
119,670,336
119,670,336
Vend-BCT101-02
Inv No-146058449
5978
11/8/2013
EUR
invoice,payment voucher
7/22/2013
99,859
13,244
1,322,580,854
15,298
1,527,692,444
205,111,590
Currency Loss 5977 11/8/2013
AUTO
11/30/2013
EUR
invoice,payment voucher
Currency Loss 5978 11/8/2013
AUTO
11/30/2013
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Vend-BGGbH-02
Inv No-110427941
EUR
supporting document(5977)(5647)'!A1
supporting document(5977)(5647)'!A1
invoice,payment voucher
supporting doc (5978)'!A1 Total
1 Vend-BGGbH-02 2 Vend-BSM201-03
Inv No-110394709 Inv No-JKT333508
0044 0006
1/14/2013 1/11/2013
Targeted
-
0
Targeted
205,111,590
-
0
Targeted
146,166,751
146,166,751
-
0
Targeted
101,038,436
101,038,436
-
0
Targeted
2,256,640,108
13-Jun-12
USD
3-Dec-12
321
9,598
3,076,543
9,660
3,096,416
19,873
7-Oct-13
3,167
9,244
29,277,236
9,270
29,358,723
81,487
12,951
292,528,378
-
0
invoice,payment voucher
266,665,074
Targeted
Targeted
invoice,payment voucher
11,806
-
0
EUR
22,587
135,060,883
25,863,305
-
2,256,629,263 - 10,845
-
Non stat
-
Non stat
81,487
-
Non stat
25,863,305 19,873
3 Vend-FEG001-04
Inv No-2305316
5989
11/12/2013
SGD
invoice,payment voucher
4 Vend-FEG001-04
Inv No-2305123
5989
11/12/2013
SGD
invoice,payment voucher
21-Sep-13
2,559
9,109
23,309,752
9,270
23,722,442
412,690
412,690
-
Non stat
0005
1/11/2013
USD
invoice,payment voucher
7-Dec-12
378
9,625
3,641,619
9,660
3,654,861
13,242
13,242
-
Non stat
EUR
invoice,payment voucher
27-Jun-12
60,908,343
60,908,343
-
Non stat
87,298,941
87,298,941
5 Vend-LPI101-02 6 Vend-BGGbH-02
Inv No-IN-ID1212-00071 Inv No-110394599
0044
1/14/2013
54,866
11,841
649,669,245
12,951
710,577,589 Total
-
Conclusion: no exception noted
Audit atas selisih …, Yeniar Hendra Ningrum, FE UI, 2013
Universitas Indonesia