UNIVERSITAS INDONESIA
METAFORA DALAM KOMIK LE PETIT SPIROU
MAKALAH NON-SEMINAR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Humaniora
AMADEA DWI PRADHIPTA 1006776694
FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA PROGRAM STUDI SASTRA PRANCIS DEPOK JUNI 2014
Metafora komik ..., Amadea Dwi Pradhipta, FIB UI, 2014
2 Metafora komik ..., Amadea Dwi Pradhipta, FIB UI, 2014
3 Metafora komik ..., Amadea Dwi Pradhipta, FIB UI, 2014
4 Metafora komik ..., Amadea Dwi Pradhipta, FIB UI, 2014
Metafora dalam Komik Le Petit Spirou Amadea Dwi Pradhipta, Myrna Laksman-Huntley
Program Studi Sastra Prancis, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Kampus UI Depok, 16424, Indonesia
Email:
[email protected]
Abstrak Artikel ini merupakan penelitian mengenai metafora yang terdapat dalam komik humor Le Petit Spirou: Tu Comprendras Quand Tu S’ras Grand!. Dalam komik ini, ditemukan banyak penggunaan metafora yang dipakai untuk mewakili maksud yang ingin disampaikan oleh pembuat komik. Dengan menggunakan teori metafora menurut Lehmann dan Martin-Berthet, dengan ruang lingkup penelitian yang dibatasi pada kata dan frasa, penelitian ini menemukan jenis-jenis metafora yang muncul pada komik. Jenis metafora dominan yang muncul kemudian dilihat keterkaitannya dengan komik. Hasil dari penelitian ini memperlihatkan bahwa jenis metafora dominan yang muncul adalah metafora konkret ke konkret. Pada metafora konkret ke konkret, terdapat objek konkret yang menjadi acuan (Lehmann, 2002: 80) sehingga metafora ini lebih banyak dipakai karena lebih mudah dimengerti oleh pembaca komik. Kemudian, metafora konkret ke konkret yang dominan muncul adalah metafora binatang. Terkait dengan jenis komik, metafora ini banyak dipakai karena berfungsi untuk menambah unsur pembangun humor. Hal ini memperkuat pendapat Ullmann (1964: 215). Di samping itu, dari penelitian ini juga ditemukan bahwa gejala metafora di dalam komik tidak dapat dilepaskan dari konteks ceritanya. Kata kunci : jenis metafora; komik humor; metafora
Metaphor in Le Petit Spirou Comic Abstract This article is a research of metaphor that is contained in Tome and Janry’s humor comic titled Le Petit Spirou: Tu Comprendras Quand Tu S’ras Grand!. In this comic, can be found many metaphor that is used to represent the intention of the comic maker. By using the theory of metaphor according to Lehmann and MartinBerthet, with the scope of research that is limited to words and phrases, this research found the types of metaphors that appeared in the comic. The dominant metaphor type appeared shown its relevance to the comic. This study showed that the dominant type of metaphor is concrete to concrete metaphor. In concrete to concrete metaphor, there is a concrete object which becomes the reference (Lehmann, 2002: 80) so that this type of metaphor is more widely used because it is more easily understood by readers of comic. Then, concrete to concrete metaphor that often appeared was the metaphor of animal. Related with this type of comic, this metaphor is widely used because it serves to add the element of humor. This is the opinion of Ullmann (1964: 215). In addition, this research also found that symptoms of metaphor in the comic cannot be separated from the context of the story. Keyword : humor comic; metaphor; type of metaphor
5 Metafora komik ..., Amadea Dwi Pradhipta, FIB UI, 2014
Latar Belakang Bahasa merupakan sebuah alat yang digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dengan manusia lain. Bahasa memiliki sifat semena, yang artinya bersifat sosial, berbeda dengan komunikasi binatang yang bersifat instingtif (Cahyono, 1995: 12). Berdasarkan pengertian tersebut, kita dapat memahami bahwa bahasa memiliki fungsi yang berbeda dari bentuk komunikasi lain. Bahasa memiliki fungsi sebagai alat untuk menyampaikan dan menerima pesan. Dalam proses penyampaian pesan, seringkali terlihat adanya penggunaan gaya bahasa. Gaya bahasa adalah cara menggunakan bahasa agar daya ungkap atau daya tarik atau sekaligus kedua-duanya bertambah (Sumardjo, 1991: 127). Salah satu contoh gaya bahasa yang sering digunakan adalah metafora. Metafora dapat ditemukan pada puisi, pantun, syair lagu, surat kabar, bahkan pidato kenegaraan. Metafora merupakan sebuah kiasan berdasarkan kemiripan, yang menyebabkan pergeseran makna berdasarkan perbandingan implisit. Metafora merupakan majas berdasarkan persamaan pada makna denotatif, konotatif, atau hal di luar bahasa. Hubungan metaforis menyatakan acuan A dan acuan B berdasarkan adanya kemiripan antara dua makna (Lehmann, 2002: 79). Menurut Lehmann dan Berthet, metafora terbagi menjadi dua jenis, yaitu metafora konkret ke konkret dan metafora konkret ke abstrak. Metafora konkret ke konkret adalah metafora yang terjadi ketika sesuatu yang konkret atau dapat dilihat wujudnya mengalami pergeseran makna menjadi sesuatu yang masih dapat dilihat wujudnya. Bentuk metafora konkret ke konkret biasanya lebih mudah dimengerti karena terdapat objek konkret yang menjadi acuan. Contoh penggunaan metafora konkret ke konkret dapat dilihat sebagai berikut. “Fanzine a raison! Il faut un chef unique à la tête du village et tu dois dire et prouver à ceux qui d’en face que tu es ce chef!” ‘Fanzine benar! Harus ada kepala desa tunggal yang memimpin desa ini dan kamu harus mengatakan dan membuktikan kepada mereka bahwa kamulah pemimpinnya!’ Unsur bahasa yang dicetak tebal pada contoh tersebut merupakan metafora konkret ke konkret karena dari sesuatu yang dapat terlihat wujudnya berupa tête (kepala), yang memiliki makna spesifik ‘berada di bagian paling atas tubuh’, terjadi pengalihan makna menjadi sesuatu yang 6 Metafora komik ..., Amadea Dwi Pradhipta, FIB UI, 2014
tetap dapat terlihat wujudnya berupa seseorang yang posisinya berada di bagian teratas dalam struktur kepengurusan sebuah desa atau disebut juga pemimpin (Fajarianti, 2008: 25-26). Sementara, metafora konkret ke abstrak adalah metafora yang terjadi ketika sesuatu yang konkret atau dapat dilihat wujudnya mengalami pergeseran makna menjadi sesuatu yang sudah tidak dapat dilihat wujudnya. Dalam metafora konkret ke abstrak, objek yang menjadi acuan tidak dipertimbangkan dalam aspek sensorik (Lehmann, 2002: 80). Contoh penggunaan metafora konkret ke abstrak dapat dilihat sebagai berikut. “Enfin un peu d’activité! Cette ville s’encroûte! Déjà quatre heures sans bagarre” ‘Akhirnya ada sedikit aktivitas! Desa ini karatan! Sudah empat jam tanpa perkelahian’ Unsur bahasa yang dicetak tebal pada contoh tersebut merupakan metafora konkret ke abstrak karena dari s’encroûte (tertutupi), yang memiliki makna spesifik ‘kerak/endapan’ dan ‘tidak berfungsi’, terjadi pengalihan makna menjadi sesuatu yang tidak dapat terlihat wujudnya berupa keadaan yang membosankan karena tidak ada aktivitas (Fajarianti, 2008: 36-37). Stephen Ullmann mengungkapkan bahwa metafora memiliki fungsi sebagai saluran emosi yang kuat dan sebagai alat untuk mengisi senjang dalam kosakata (1964: 212). Oleh karena itu, metafora dapat dengan mudah ditemukan pada berbagai macam karya sastra. Metafora sengaja digunakan oleh para sastrawan untuk memperindah karyanya melalui efekefek yang ditimbulkan (Erinita, 1997: 1). Karya sastra yang dibuat oleh para sastrawan akan menimbulkan efek yang biasa saja apabila seluruhnya hanya menggunakan bahasa yang biasa digunakan. Karya sastra yang sering menggunakan metafora salah satunya adalah komik1. Di dalam komik, metafora digunakan untuk mewakili maksud yang ingin disampaikan oleh pembuatnya sekaligus menambah daya tarik bagi pembacanya, termasuk sebagai salah satu unsur pembangun humor dalam komik karena metafora binatang dapat mengandung konotasi humor (Ullmann, 1964: 215). Komik adalah gabungan antara gambar dan bahasa tulisan yang membentuk sebuah cerita (Grove, 2010: 16). Salah satu komik humor berbahasa Prancis yang populer adalah komik Le Petit Spirou. Hal ini dapat dilihat dari pemaparan yang terdapat pada situs internet BDCentral2 yang menyebutkan bahwa komik tersebut merupakan salah satu dari komikkomik paling populer di Eropa. Komik tersebut dibuat oleh Tome dan Janry mulai tahun 1990. Komik ini menceritakan kehidupan sehari-hari seorang anak kecil bernama Spirou yang 1 2
Menurut Marcel Bonnef, seorang peneliti komik, komik merupakan salah satu karya sastra (2008: 7) (http://www.bdcentral.com/Petit/)
7 Metafora komik ..., Amadea Dwi Pradhipta, FIB UI, 2014
sering mengalami kejadian-kejadian lucu dengan orang-orang di sekitarnya. Spirou seringkali merasa terintimidasi oleh guru olahraganya, Monsieur Mégot, yang sangat disiplin. Meskipun begitu, ia tetap menjalani hari-harinya dengan ceria karena memiliki seorang kekasih bernama Suzette dan guru matematika yang sangat menawan bernama Claudia Chiffre3. Latar cerita dalam komik ini biasanya hanya seputar tempat tinggal dan sekolah Spirou. Komik Le Petit Spirou yang dipakai untuk dianalisis dalam penelitian ini adalah Le Petit Spirou: Tu Comprendras Quand Tu S’ras Grand! yang diterbitkan oleh Dupuis pada tahun 2011. Komik ini merupakan komik kesepuluh dari seri Le Petit Spirou yang memiliki tema besar l’éducation sexuelle atau edukasi seks4. Dalam komik ini, Spirou beserta temantemannya; yaitu Vertignasse, Ponchelot, Cassius, dan Masseur; dan kekasihnya, Suzette, berusaha memenuhi keingintahuan mereka mengenai kehidupan orang-orang dewasa. Pemilihan komik ini didasari untuk melihat keterkaitan metafora yang dominan muncul dengan komik humor bertema edukasi seks. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, metafora memiliki sifat implisit. Dengan demikian, penggunaan metafora tidak dapat dikenali maknanya secara langsung. Oleh karena itu, untuk mengetahui makna dari metafora-metafora yang muncul pada komik Le Petit Spirou: Tu Comprendras Quand Tu S’ras Grand! tersebut, perlu dilakukan analisis tertentu.
Pembahasan Dengan melihat komponen makna dari kamus Le Petit Robert Micro yang terbit tahun 2011 dan menggunakan teori metafora menurut Alise Lehmann dan François Martin-Berthet dalam yang telah diutarakan pada latar belakang, analisis dilakukan terhadap komik Le Petit Spirou: Tu Comprendras Quand Tu S’ras Grand!. Dalam komik tersebut, terdapat metaforametafora yang termasuk metafora jenis konkret ke konkret dan metafora konkret ke abstrak. Berikut adalah hasil analisis metafora-metafora tersebut.
Metafora konkret ke konkret:
3 4
(http://www.dupuis.com/seriebd/le_petit_spirou/101) (http://www.goodreads.com/book/show/6640892-tu-comprendras-quand-tu-s-ras-grand)
8 Metafora komik ..., Amadea Dwi Pradhipta, FIB UI, 2014
Analisis 1: Pada halaman 5, diceritakan mengenai Suzette yang mendapatkan pengetahuan baru mengenai salah satu kebiasaan para wanita. Para wanita cenderung memiliki kebiasaan untuk saling mengeluarkan keluh kesah mengenai
Gambar 1
keadaan
fisik
mereka
sambil
bercermin di dalam toilet. Mereka terbiasa bertukar pendapat mengenai kekurangan fisik mereka ataupun saling pinjam-meminjam alat rias untuk mempercantik wajah mereka. Dari gambar 1, dapat dilihat terdapat seorang wanita yang menanyakan adakah di antara temantemannya yang memiliki tikus. «Personne n’a une souris?» ‘Adakah seseorang yang memiliki tikus?’ Makna denotatif dari souris ‘tikus’ adalah ‘hewan mamalia kecil’. Berdasarkan kamus Le Petit Robert Micro, souris juga memiliki makna familiar ‘gadis muda, wanita muda’, ‘unit yang terhubung ke sebuah komputer, yang dapat dipakai untuk membuat pilihan pada layar dan memberikan instruksi’, dan ‘otot berdaging yang terletak pada ujung paha kaki’. Setelah melihat konteks, dapat diketahui bahwa salah satu makna familiar tersebut kemudian dialihkan dan membuat acuan beralih dari acuan A ke acuan B, yaitu otot berdaging yang terletak pada ujung paha kaki karena memiliki kemiripan bentuk. Souris A: B:
‘hewan mamalia kecil’ ‘otot berdaging yang terletak pada ujung paha kaki’
Metafora tersebut termasuk metafora berjenis konkret ke konkret karena dari sesuatu yang dapat terlihat wujudnya berupa tikus, beralih menjadi sesuatu yang tetap dapat terlihat wujudnya berupa otot yang terletak pada paha kaki.
9 Metafora komik ..., Amadea Dwi Pradhipta, FIB UI, 2014
Analisis 2: Pada halaman 6, diceritakan Monsieur sedang
mengenai Mégot
dalam
yang
keadaan
mabuk di sebuah pesta. Dari gambar 2, dapat dilihat bahwa ia sedang berdansa bersama seorang gadis. Namun, gadis itu tidak
begitu
tertarik
terhadap Monsieur Mégot karena ekspresi wajahnya terlihat datar. Kemudian,
Gambar 2
di
tengah-tengah
pesta,
Monsieur
Mégot
masuk
ke
dalam
sebuah
toilet.
Di dalam toilet, seperti yang dapat dilihat dari gambar
3,
ia
membersihkan gigi dan merapikan penampilannya agar dapat lebih menarik perhatian Setelah
gadis
itu. selesai
mempersiapkan diri, ia pun keluar dari toilet dan memanggil kembali gadis
Gambar 3
yang sebelumnya ia ajak berdansa. «Hep! Poulette!» ‘Hei! Anak ayam!’ Makna denotatif dari poulette ‘anak ayam’ adalah ‘ayam betina yang masih muda’. Namun, setelah melihat konteks, dapat diketahui bahwa makna tersebut kemudian dialihkan dan membuat acuan beralih dari acuan A ke acuan B, yaitu gadis karena memiliki kemiripan, yakni masih muda dan berjenis kelamin perempuan. Poulette A:
‘ayam betina yang masih muda’ 10 Metafora komik ..., Amadea Dwi Pradhipta, FIB UI, 2014
B:
‘gadis’
Metafora tersebut termasuk metafora berjenis konkret ke konkret karena dari sesuatu yang dapat terlihat wujudnya berupa anak ayam, beralih menjadi sesuatu yang tetap dapat terlihat wujudnya berupa gadis. Metafora ini juga muncul sebanyak satu kali pada halaman 30, pada ucapan «Une p’tite bière pour la route, poulette? La boisson des hommes».
Analisis 3: Pada halaman 10, diceritakan bahwa ada seorang anak kecil yang cintanya selalu ditolak oleh orang lain karena keadaan fisiknya yang buruk. Selain itu, teman-temannya pun juga sering mengolok-olok karena rupanya yang buruk. Dari gambar 4, dapat dilihat bahwa anak kecil tersebut memiliki banyak
Gambar 4
jerawat
di
wajahnya.
«Il se fait du souci, attrape des petits boutons. On se moque de lui.» ‘Ia gelisah, memiliki banyak kancing kecil. Kami menghinanya.’ Makna denotatif dari bouton ‘kancing’ adalah ‘kepingan kecil, biasanya berbentuk bulat, digunakan sebagai dekorasi pakaian atau sebagai penyambungan bagian-bagian pakaian’ dan ‘tombol kecil’. Namun, setelah melihat konteks, dapat diketahui bahwa makna tersebut kemudian dialihkan dan membuat acuan beralih dari acuan A ke acuan B, yaitu jerawat karena memiliki kemiripan bentuk, yakni kecil dan biasanya berbentuk bulat. Bouton A:
‘kepingan kecil, biasanya berbentuk bulat, digunakan sebagai dekorasi pakaian atau sebagai penyambungan bagian-bagian pakaian’, ‘tombol kecil’
B:
‘jerawat’
Metafora tersebut termasuk metafora berjenis konkret ke konkret karena dari sesuatu yang dapat terlihat wujudnya berupa kancing, beralih menjadi sesuatu yang tetap dapat terlihat wujudnya berupa jerawat.
11 Metafora komik ..., Amadea Dwi Pradhipta, FIB UI, 2014
Analisis 4: Pada halaman 25, diceritakan mengenai kakek Spirou yang sedang menunggu kekasihnya, Gourmandine, datang ke rumah untuk menghabiskan malam bersama. Dari gambar 5, dapat dilihat bahwa kakek tersebut sedang dalam keadaan
berbunga-bunga,
yang
ditunjukkan
dengan
banyaknya gambar simbol hati di sekeliling kakek itu.
Gambar 5
«Hardi, ma panthère!» ‘Ayo, jangan takut, panterku!’ Makna denotatif dari panthère ‘panter’ adalah ‘mamalia karnivora besar yang berasal dari Afrika dan Asia, berbulu hitam atau kuning dengan bintik-bintik hitam’. Selain makna denotatif, panthère juga memiliki makna konotatif, yakni kewanitaan karena panter merupakan simbol kewanitaan5. Setelah melihat konteks, dapat diketahui bahwa makna konotatif tersebut kemudian dialihkan dan membuat acuan beralih dari acuan A ke acuan B, yaitu kekasih wanita. Panthère A:
‘mamalia karnivora besar yang berasal dari Afrika dan Asia, berbulu hitam atau kuning dengan bintik-bintik hitam’
B:
‘kekasih wanita’
Metafora tersebut termasuk metafora berjenis konkret ke konkret karena dari sesuatu yang dapat terlihat wujudnya berupa panter, beralih menjadi sesuatu yang tetap dapat terlihat wujudnya berupa kekasih wanita.
Analisis 5: Pada halaman 26, diceritakan bahwa Spirou seringkali merasa takut untuk tidur sendiri ketika malam hari karena selalu terbayang akan ada banyak monster yang berdatangan untuk menakutnakutinya. Ia tidak dapat menahan rasa takutnya dan berteriak memanggil ibunya untuk menemani. Dari gambar 6, dapat dilihat bahwa akhirnya sang ibu datang untuk menenangkan anaknya itu. Gambar 6
«Il n’y a rien sous le lit, mon p’tit loup.» ‘Tidak ada apa-apa di bawah tempat tidur, serigala kecilku.’
5
http://www.grandpalais.fr/fr/article/la-panthere-nouveau-symbole-feminin
12 Metafora komik ..., Amadea Dwi Pradhipta, FIB UI, 2014
Makna denotatif dari loup ‘serigala’ adalah ‘mamalia karnivora liar yang bentuknya terlihat seperti anjing besar’. Berdasarkan kamus Le Petit Robert Micro, mon loup atau mon petit loup juga memiliki makna familiar ‘istilah afektif yang diberikan untuk orang tercinta’. Setelah melihat konteks, dapat diketahui bahwa makna konotatif tersebut tersebut kemudian dialihkan dan membuat acuan beralih dari acuan A ke acuan B, yaitu anak tercinta. Loup A: B:
‘mamalia karnivora liar yang bentuknya terlihat seperti anjing besar’ ‘anak tercinta’
Metafora tersebut termasuk metafora berjenis konkret ke konkret karena dari sesuatu yang dapat terlihat wujudnya berupa serigala, beralih menjadi sesuatu yang tetap dapat terlihat wujudnya berupa anak tercinta. Metafora ini juga muncul sebanyak satu kali pada halaman 34, pada ucapan «Bonjour, mon p’tit loup, je peux t’aider?».
Analisis 6: Pada
halaman
27,
diceritakan mengenai Monsieur Mégot
yang
sedang
mengenalkan salah satu bentuk akrobat, yaitu loncat indah, kepada murid-muridnya yang masih lugu dan belum banyak mengetahui
Gambar 7
tentang
loncat
indah. Dari gambar 7, dapat dilihat bahwa murid-muridnya tersebut hanya bergeming ketika pelajaran
berlangsung
sehingga
terlihat
bodoh.
«Silence, bandes de moules!» ‘Diam, kerang-kerang!’ Makna denotatif dari moule ‘kerang’ adalah ‘moluska yang dapat dimakan, terdapat dalam cangkang berbentuk lonjong yang berwarna biru seperti batu sabak’. Selain makna denotatif, moule juga memiliki makna konotatif, yakni bodoh6 karena moluska tersebut tidak memiliki otak. Setelah melihat konteks, dapat diketahui bahwa makna konotatif tersebut kemudian dialihkan dan membuat acuan beralih dari acuan A ke acuan B, yaitu anak-anak karena
6
http://forum.wordreference.com/showthread.php?t=1496505
13 Metafora komik ..., Amadea Dwi Pradhipta, FIB UI, 2014
biasanya anak-anak hanya bergeming ketika diajarkan sesuatu dan membuat mereka tampak belum mengetahui hal-hal yang ada di sekitarnya Moule A:
‘moluska yang dapat dimakan, terdapat dalam cangkang berbentuk lonjong yang berwarna biru seperti batu sabak’
B:
‘anak-anak’
Metafora tersebut termasuk metafora berjenis konkret ke konkret karena dari sesuatu yang dapat terlihat wujudnya berupa kerang, beralih menjadi sesuatu yang tetap dapat terlihat wujudnya berupa anak-anak. Metafora ini juga muncul sebanyak empat kali pada halaman 27, 35, 41, dan 42 pada ucapan «Bande de moules?», «La bière, bande de moules...», «Bande de gnnn... Moules terroristes!», dan «Bande de moules...?!».
Analisis 7: Pada halaman 29, diceritakan bahwa ada seorang anak kecil badung yang sering mengganggu teman-temannya. Suatu hari, anak tersebut bertemu
dengan
Spirou
dan
Suzette
dan
bermaksud memalak permen dari mereka. Dari gambar 8, dapat dilihat bahwa Spirou dan Suzette merupakan sepasang kekasih karena Gambar 8
mereka berdua terlihat sedang bergandengan tangan dan terdapat beberapa gambar simbol hati di sekeliling mereka. «Hep! Les tourterelles!» ‘Hei! Burung-burung perkutut!’ Makna denotatif dari tourterelle ‘burung perkutut’ adalah ‘burung sejenis merpati, tetapi berukuran lebih kecil’. Berdasarkan kamus Le Petit Robert Micro, tourterelle juga memiliki makna ‘kekasih’. Setelah melihat konteks, dapat diketahui bahwa makna tersebut kemudian dialihkan dan membuat acuan beralih dari acuan A ke acuan B, yaitu sepasang kekasih. Tourterelle A: ‘burung sejenis merpati, tetapi berukuran lebih kecil’ B: ‘sepasang kekasih’ Metafora tersebut termasuk metafora berjenis konkret ke konkret karena dari sesuatu yang dapat terlihat wujudnya berupa burung perkutut, beralih menjadi sesuatu yang tetap dapat terlihat wujudnya berupa sepasang kekasih. 14 Metafora komik ..., Amadea Dwi Pradhipta, FIB UI, 2014
Analisis 8: Pada halaman 30, diceritakan bahwa ada seorang pria bertubuh kekar yang ditakuti oleh orang lain karena sikapnya yang kasar. Namun, pria tersebut ternyata memiliki kelemahan perhatian Gambar 9
karena seorang
tidak wanita
dapat
menarik
cantik
yang
dicintainya. Dari gambar 9, dapat dilihat
bahwa pria tersebut sedang berusaha berbicara kepada wanita cantik itu. «Ma gazelle,...» ‘Rusa gazelku,...’ Makna denotatif dari gazelle ‘rusa gazel’ adalah ‘mamalia berkuku dari Afrika dan Asia’, ‘pemamah biak’, ‘memiliki kaki yang tipis dan panjang’, dan ‘memiliki tanduk berbentuk seperti cincin’. Selain makna denotatif, gazelle juga memiliki makna konotatif, yakni cantik7. Setelah melihat konteks, dapat diketahui bahwa makna konotatif tersebut kemudian dialihkan dan membuat acuan beralih dari acuan A ke acuan B, yaitu wanita cantik. Gazelle A:
‘mamalia berkuku dari Afrika dan Asia’, ‘pemamah biak’, ‘memiliki kaki yang tipis dan panjang’, ‘memiliki tanduk berbentuk seperti cincin’
B:
‘wanita cantik’
Metafora tersebut termasuk metafora berjenis konkret ke konkret karena dari sesuatu yang dapat terlihat wujudnya berupa rusa gazel, beralih menjadi sesuatu yang tetap dapat terlihat wujudnya berupa wanita cantik.
Analisis 9:
Pada halaman 33, diceritakan mengenai Suzette yang ingin sekali menarik perhatian temanteman lelakinya di sekolah. Ia pun memakai pakaian yang sangat terbuka ke sekolah dan teman-temannya mengatakan menyukai pakaian tersebut. Namun, Gambar 10 7
http://www.schoolj.com/quelle-est-la-signification-exacte-du-mot-gazelle-lorsquun-marocain-sadresse-a-unetouriste.html
15 Metafora komik ..., Amadea Dwi Pradhipta, FIB UI, 2014
setelah tindakannya diketahui oleh pengawas sekolah ia pun dimarahi karena tindakannya dianggap melanggar norma-norma di sekolah. Dari gambar 10, dapat dilihat bahwa Suzette, yang memakai pakaian terbuka, sedang menangis ketika dimarahi oleh pengawas sekolah. «Ouais, c’est ça: on montre d’abord le nombril et puis le trululu et le tagada... On n’est pas au Moulin Rouge!» ‘Ya, sudah cukup: Pertama-tama menunjukan pusar, kemudian trululu dan tagada... Kita tidak sedang berada di Moulin Rouge!’ Moulin Rouge mempunyai makna denotatif ‘tempat wisata terkenal di Prancis yang menyajikan pertunjukan kabaret’8. Moulin Rouge merupakan tempat yang di dalamnya terdapat wanita-wanita berpakaian terbuka karena penari-penari pada pertunjukan kabaret tersebut biasanya memakai pakaian yang terbuka. Setelah melihat konteks, dapat diketahui bahwa makna tersebut tersebut kemudian dialihkan dan membuat acuan beralih dari acuan A ke acuan B, yaitu tempat yang di dalamnya terdapat anak perempuan berpakaian terbuka. Moulin Rouge A:
‘tempat wisata terkenal di Prancis yang menyajikan pertunjukan kabaret’
B:
‘tempat yang di dalamnya terdapat anak perempuan berpakaian terbuka’
Analisis 10:
Pada halaman 34, diceritakan mengenai keadaan sebuah toko buku yang sering didatangi oleh Spirou dan teman-temannya untuk melihat-lihat majalah dewasa. Gambar 11 merupakan gambar salah satu pekerja yang ada di toko buku tersebut. «Voici la tête du libraire...» ‘Ini adalah kepala toko buku...’ Gambar 11
Makna denotatif dari tête ‘kepala’ adalah ‘berada di paling atas tubuh’, ‘terdapat mulut dan beberapa organ-organ indera utama’, dan ‘terdapat pada manusia dan hewan’. Salah satu dari makna tersebut, yaitu ‘berada di paling atas tubuh’, dialihkan ke seseorang yang posisinya berada di paling atas atau yang sering dikenal sebagai kepala atau pemimpin.
8
http://www.bonjourparis.com/story/moulin-rouge-history-pigalle-cabaret/
16 Metafora komik ..., Amadea Dwi Pradhipta, FIB UI, 2014
Setelah melihat konteks, dapat diketahui bahwa makna tersebut kemudian dialihkan dan membuat acuan beralih dari acuan A ke acuan B, yaitu kepala toko buku. Tête A:
‘berada di paling atas tubuh’, ‘terdapat mulut dan beberapa organ-organ indera utama’, ‘terdapat pada manusia dan hewan’
B:
‘kepala toko buku
Metafora tersebut termasuk metafora berjenis konkret ke konkret karena dari sesuatu yang dapat terlihat wujudnya berupa kepala, beralih menjadi sesuatu yang tetap dapat terlihat wujudnya
berupa
seorang
kepala
toko
buku.
Analisis 11: Pada mengenai
halaman Spirou
41,
yang
diceritakan
sedang
bermain
kelereng di sebuah pantai bersama Vertignasse dan Ponchelot. Kemudian, datanglah Monsieur Mégot yang mengusir mereka untuk pergi ke tempat lain dan mengatakan bahwa tempat
Gambar 12
yang
mereka
pakai
bermain
kelereng
adalah
tempatnya
untuk
beristirahat. Dari gambar 12, dapat dilihat bahwa ia sedang berusaha mengusir Spirou dan Ponchelot
yang
sedang
bermain
di
pantai.
«...les nains!» ‘...orang-orang kerdil!’ Makna denotatif dari nain ‘orang kerdil’ adalah ‘orang yang tingginya abnormal atau kerdil’ dan ‘karakter dalam dongeng yang berukuran kecil (seperti kurcaci atau peri)’. Namun, setelah melihat konteks, dapat diketahui bahwa makna tersebut kemudian dialihkan dan membuat acuan beralih dari acuan A ke acuan B, yaitu anak-anak karena memiliki kemiripan fisik berdasarkan tinggi badan. Nain A:
‘orang yang tingginya abnormal atau kerdil’, ‘karakter dalam dongeng yang berukuran kecil (seperti kurcaci atau peri)’
B:
‘anak-anak’
Metafora tersebut termasuk metafora berjenis konkret ke konkret karena dari sesuatu yang dapat terlihat wujudnya berupa orang kerdil, beralih menjadi sesuatu yang tetap dapat terlihat wujudnya berupa anak-anak.
17 Metafora komik ..., Amadea Dwi Pradhipta, FIB UI, 2014
Metafora konkret ke abstrak:
Analisis 12: Pada halaman 1516, diceritakan mengenai cara
Monsieur
Mégot
mengajar kelas olahraga. Cara
Monsieur
mengajar
Mégot dianggap
keterlaluan karena materi yang diberikan melebihi kemampuan
murid-
muridnya. Dari gambar 13, dapat dilihat bahwa caranya memang Spirou
Gambar 13
mengajar buruk
karena
tampak
sangat
tersiksa ketika pelajaran olahraga sedang berlangsung. Ia dipaksa melakukan pull-up sembari mengangkat
tubuh
guru
olahraganya
itu.
Kemudian,
dari
gambar 14, dapat dilihat bahwa ada dua orang dari pihak manajemen sekolah Spirou
yang
sedang
berunding mengenai cara Monsieur Gambar 14
Mégot
mengajar kelas olahraga.
Gambar 15
«Il paraît que ce cours de gym serait une torture» ‘Tampaknya kelas olahraga ini akan menjadi sebuah penyiksaan’ Makna denotatif dari torture ‘penyiksaan’ adalah ‘penderitaan fisik yang diderita seseorang untuk membuat ia mengaku apa yang ia tolak untuk diungkapkan’, ‘sarana atau benda yang menyakiti’, dan ‘penderitaan fisik atau penderitaan mental yang tidak tertahankan’. Namun, setelah melihat konteks, dapat diketahui bahwa makna tersebut kemudian dialihkan dan
18 Metafora komik ..., Amadea Dwi Pradhipta, FIB UI, 2014
membuat acuan beralih dari acuan A ke acuan B, yaitu sesuatu yang menyiksa karena memiliki kemiripan makna, yakni membuat menderita. Torture A: ‘penderitaan fisik yang diderita seseorang untuk membuat ia mengaku apa yang ia tolak untuk diungkapkan’, ‘sarana atau benda yang menyakiti’, ‘penderitaan fisik atau penderitaan mental yang tidak tertahankan’ B:
‘sesuatu yang menyiksa
Metafora tersebut termasuk metafora berjenis konkret ke abstrak karena dari sesuatu yang dapat terlihat wujudnya berupa penyiksaan, beralih menjadi sesuatu yang tidak dapat terlihat wujudnya berupa sesuatu yang menyiksa. Selain muncul pada gambar 14, penggunaan kata torture juga muncul pada gambar 13 dan 15. Namun, kata torture yang digunakan hanya sebagai pengulangan ucapan, bukan sebagai metafora. «Je veux pour dans une minute... le nom de celui qui est allé se plaindre à la direction que le cours est une “torture”!» ‘Saya ingin tahu dalam satu menit... nama seseorang yang pergi ke pihak manajemen dan melaporkan bahwa pelajaran ini adalah sebuah “penyiksaan”!’ «Une “torture”?!» ‘Sebuah “penyiksaan”?!’ Hal ini menunjukkan, meskipun sebuah kata digunakan sebagai metafora, kata yang sama juga dapat digunakan sebagai kata biasa. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa metafora di dalam komik dapat menjadi sebuah metafora tergantung dari konteks ceritanya.
Analisis 13: Pada
halaman
18,
diceritakan
mengenai bibi Celestine yang sedang dalam masa berkabung karena ditinggal mati oleh anjingnya, Fido. Dari gambar 16, dapat
dilihat
bahwa
Celestine
membawakan sebuket bunga mawar besar
Gambar 16
berbentuk tulang bertuliskan ‘untuk Fido’ yang menandakan perasaannya sangat sedih atas kehilangan anjingnya tersebut. «Tout de même, ça va faire un vide!» ‘Namun, hal itu akan membuat sebuah kekosongan!’
19 Metafora komik ..., Amadea Dwi Pradhipta, FIB UI, 2014
Makna denotatif dari vide ‘kekosongan’ adalah ‘ruang yang tidak diisi oleh zat’ dan ‘ruang yang tidak ditempati oleh sesuatu atau orang’. Namun, setelah melihat konteks, dapat diketahui bahwa makna tersebut kemudian dialihkan dan membuat acuan beralih dari acuan A ke acuan B, yaitu kekosongan jiwa karena memiliki kemiripan makna. Vide A:
‘ruang yang tidak diisi oleh zat’, ‘ruang yang tidak ditempati oleh sesuatu atau orang’
B:
‘kekosongan jiwa’
Metafora tersebut termasuk metafora berjenis konkret ke abstrak karena dari sesuatu yang dapat terlihat wujudnya berupa kekosongan, beralih menjadi sesuatu yang tidak dapat terlihat wujudnya berupa kekosongan jiwa.
Analisis 14: Pada halaman 19, diceritakan bahwa Spirou memiliki dua kekasih sekaligus, yaitu Suzette dan Raoulette. Ia pun merasa kewalahan ketika mereka berdua mengajak berkencan pada waktu yang bersamaan. Ketika Spirou mengaku bahwa ia memiliki dua kekasih sekaligus, Raoulette merasa kesal dan tidak mau lagi berhubungan dengan Spirou. Dari gambar 17, dapat dilihat bahwa
Gambar 17
Raoulette sedang menendang Spirou karena merasa sangat kesal. «T’es qu’une glaire!» ‘Kamu adalah sebuah lendir!’ Makna denotatif dari glaire ‘lendir’ adalah ‘cairan kental seperti putih telur mentah’ dan ‘disekresi oleh mukosa’. Selain makna denotatif, glaire juga memiliki makna konotatif, yakni menjijikkan. Setelah melihat konteks, dapat diketahui bahwa makna konotatif tersebut kemudian dialihkan dan membuat acuan beralih dari acuan A ke acuan B, yaitu kejijikan. Glaire A: B:
‘cairan kental seperti putih telur mentah’, ‘disekresi oleh mukosa’ ‘kejijikan’
Metafora tersebut termasuk metafora berjenis konkret ke abstrak karena dari sesuatu yang dapat terlihat wujudnya berupa lendir, beralih menjadi sesuatu yang tidak dapat terlihat wujudnya berupa kejijikan.
20 Metafora komik ..., Amadea Dwi Pradhipta, FIB UI, 2014
Analisis 15: Sama seperti yang telah disebutkan pada analisis 8, pada halaman 30, diceritakan bahwa ada seorang pria bertubuh kekar yang ditakuti oleh orang lain karena sikapnya yang kasar. Namun,
pria
kelemahan Gambar 18
perhatian
tersebut
karena seorang
ternyata
tidak
memiliki
dapat
wanita
menarik
cantik
yang
dicintainya. Dari gambar 18, dapat dilihat bahwa ekspresi pria tersebut sangat sedih karena belum berhasil mendapatkan hati wanita itu. «...pourquoi me briser ainsi le cœur?» ‘...mengapa mematahkan hatiku?’ Makna denotatif dari briser ‘mematahkan’ adalah ‘menghancurkan hingga berbentuk potongan-potongan’ dan ‘membuat sesuatu menjadi tidak lagi efektif akibat kekerasan’. Namun, setelah melihat konteks, dapat diketahui bahwa makna tersebut kemudian dialihkan dan membuat acuan beralih dari acuan A ke acuan B, yaitu mematahkan hati karena memiliki kemiripan makna, yakni bersifat menghancurkan. Briser A:
‘menghancurkan hingga berbentuk potongan-potongan’ dan ‘membuat sesuatu menjadi tidak lagi efektif akibat kekerasan’
B:
‘mematahkan hati’
Metafora tersebut termasuk metafora berjenis konkret ke abstrak karena dari sesuatu yang dapat terlihat wujudnya berupa tindakan menghancurkan, beralih menjadi sesuatu yang tidak dapat terlihat wujudnya berupa mematahkan hati.
Analisis 16: Sama seperti yang telah disebutkan pada analisis 11, pada halaman 41, diceritakan mengenai
Spirou
kelereng
di
Vertignasse Gambar 19
yang
sebuah dan
sedang
bermain
pantai
bersama
Ponchelot.
Kemudian,
datanglah Monsieur Mégot yang mengusir
mereka untuk pergi ke tempat lain dan mengatakan bahwa tempat yang mereka pakai bermain kelereng adalah tempatnya untuk beristirahat. Dari gambar 19, dapat dilihat bahwa ia sedang berusaha mengusir Spirou dan Ponchelot yang sedang bermain di pantai. 21 Metafora komik ..., Amadea Dwi Pradhipta, FIB UI, 2014
«Du balai,...» ‘Sapu,...’ Makna denotatif dari balai ‘sapu’ adalah ‘alat yang terdiri atas pegangan panjang yang di ujungnya terpasang seikat jerami, bulu kuda, atau sikat dan digunakan untuk menghilangkan debu atau sampah’. Namun, setelah melihat konteks, dapat diketahui bahwa makna tersebut kemudian dialihkan dan membuat acuan beralih dari acuan A ke acuan B, yaitu menghilangkan atau mengusir. Balai A:
‘alat yang terdiri dari pegangan panjang yang di ujungnya terpasang seikat
jerami,
bulu
kuda,
atau
sikat
dan
digunakan
untuk
menghilangkan debu atau sampah’ B:
‘menghilangkan atau mengusir’
Metafora tersebut termasuk metafora berjenis konkret ke abstrak karena dari sesuatu yang dapat terlihat wujudnya berupa sapu, beralih menjadi sesuatu yang tidak dapat terlihat wujudnya berupa mengusir.
Rangkuman Pembahasan
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, metafora yang ditemukan dalam komik Le Petit Spirou: Tu Comprendras Quand Tu S’ras Grand! berjumlah 22 buah. Metaforametafora tersebut mencakup metafora berjenis konkret ke konkret dan konkret ke abstrak. Metafora berjenis konkret ke konkret yang ditemukan dalam komik tersebut berjumlah sebanyak 17 buah dari keseluruhan metafora yang ditemukan. Sementara, metafora berjenis konkret ke abstrak hanya berjumlah sebanyak lima buah. Dari hasil penghitungan jumlah metafora yang ditemukan, dapat dilihat bahwa jenis metafora dominan yang muncul adalah metafora berjenis konkret ke konkret. Pada metafora konkret ke konkret, terdapat objek konkret yang menjadi acuan (Lehmann, 2002: 80) sehingga banyak dipakai karena lebih mudah dimengerti oleh pembaca. Hal ini menunjukkan, penggunaan jenis metafora yang mudah dimengerti lebih banyak dipakai karena keterbatasan ruang dalam komik mengharuskan pembuat komik memilih kata-kata yang menarik namun bisa cepat dimengerti oleh pembaca. Selanjutnya, dari semua metafora berjenis konkret ke konkret yang muncul, metafora yang dominan muncul adalah metafora binatang yang dialihkan kepada manusia. Metafora binatang ditemukan sebanyak 13 buah dari 17 buah metafora berjenis konkret ke konkret yang ada. Metafora ini meliputi metafora souris ‘tikus’, poulette ‘ayam betina’, panthère 22 Metafora komik ..., Amadea Dwi Pradhipta, FIB UI, 2014
‘panter’, loup ‘serigala’, moule ‘kerang’, tourterelle ‘burung perkutut’, dan gazelle ‘rusa gazel’. Metafora binatang yang paling banyak ditemukan ini sesuai dengan pernyataan Ullmann (1964: 215) bahwa metafora binatang biasanya mengandung konotasi humor. Dengan demikian, metafora binatang banyak digunakan dalam komik ini untuk menambah unsur pembangun humor. Meskipun, tidak setiap pembaca akan berpendapat bahwa metafora binatang dapat mengandung konotasi humor karena selera humor setiap pembaca berbedabeda. Kemudian, metafora dominan yang muncul tidak terlihat memiliki keterkaitan dengan edukasi seks. Metafora yang muncul tidak dipakai untuk menggambarkan istilah-istilah dalam edukasi seks ataupun membantu penyampaian pengetahuan mengenai seks. Metafora tersebut hanya dipakai untuk menambah unsur pembangun humor. Dalam analisis yang telah dilakukan, peneliti menemukan bahwa sebuah kata dapat menjadi metafora ataupun hanya kata biasa dalam sebuah komik yang sama. Hal ini dapat dilihat pada analisis 12, yang memperlihatkan bahwa kata torture dapat digunakan sebagai metafora atau hanya sebagai pengulangan ucapan. Oleh karena itu, gejala metafora di dalam komik tidak dapat dilepaskan dari konteks ceritanya.
Kesimpulan Jenis metafora yang ditemukan dalam komik Le Petit Spirou: Tu Comprendras Quand Tu S’ras Grand! terdiri atas dua jenis, yaitu metafora konkret ke konkret dan metafora konkret ke abstrak. Akan tetapi, jenis metafora dominan yang muncul adalah metafora konkret ke konkret. Pada metafora konkret ke konkret, terdapat objek konkret yang menjadi acuan (Lehmann, 2002: 80) sehingga metafora ini lebih banyak dipakai karena lebih mudah dimengerti oleh pembaca komik. Kemudian, metafora konkret ke konkret yang dominan muncul adalah metafora binatang. Seperti yang diuraikan oleh Ullmann (1964: 215), metafora binatang di dalam komik ini banyak dipakai karena berfungsi untuk menambah unsur pembangun humor. Namun, dari analisis yang telah dilakukan, metafora-metafora binatang yang muncul tidak terlihat memiliki keterkaitan dengan edukasi seks.
Daftar Referensi Bonnef, Marcel. (2008). Komik Indonesia. Jakarta: Gramedia. Cahyono, Bambang Yudi. (1995). Kristal-kristal Ilmu Bahasa. Surabaya: Airlangga University Press.
23 Metafora komik ..., Amadea Dwi Pradhipta, FIB UI, 2014
Erinita, Dwi Agus. (1997). Metafora Seputar Liga Dunhill. Depok: Universitas Indonesia. Fajarianti, Fanny. (2008). Metafora dalam Komik. Depok: Universitas Indonesia. Grove, Lawrence. (2010). Comics in French: The European Bande Dessinée in Context. New York: Berghahn Books. Lehman, Alise & Françoise Martin-Berthet. (2002). Introduction à la Lexicologie: Sémantique et Morphologie. Paris: Nathan. McCloud, Scott. (1993). Understanding Comics: The Invisible Art. New York: HarperCollins Publishers. Rey, Alain. (2011). Le Petit Robert Micro. Paris: Le Robert. Sumardjo, Jakob & K.M., Saini. (1991). Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Ullmann, Stephen. (1964). Semantics: An Introduction to the Science of Meaning. Oxford: Basic Blackwell & Mott Ltd. http://www.bdcentral.com/Petit/, diunduh 15 Maret 2014 http://www.bonjourparis.com/story/moulin-rouge-history-pigalle-cabaret/, diunduh 19 Oktober 2013 http://bookos.org/md5/B74611E9274E8112013F647872A29E23, diunduh 18 Oktober 2013 http://forum.wordreference.com/showthread.php?t=1496505, diunduh 19 April 2014 http://www.dupuis.com/seriebd/le_petit_spirou/101, diunduh 11 April 2014 http://www.goodreads.com/book/show/6640892-tu-comprendras-quand-tu-s-ras-grand, diunduh 19 Oktober 2013 http://www.grandpalais.fr/fr/article/la-panthere-nouveau-symbole-feminin, diunduh 24 Maret 2014 http://www.schoolj.com/quelle-est-la-signification-exacte-du-mot-gazelle-lorsquun-marocain-sadresse-a-unetouriste.html, diunduh 19 Oktober 2013
24 Metafora komik ..., Amadea Dwi Pradhipta, FIB UI, 2014