ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA KERUPUK (STUDI KASUS PERUSAHAAN PERORANGAN ICHTIAR DI DESA CIBANTENG, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT)
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar SARJANA EKONOMI Pada Program Sarjana Manajemen Penyelenggaraan Khusus Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh Billy Eka Permana H24077007
PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
i
ABSTRAK Billy Eka Permana. H24077007. Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Kerupuk (Studi Kasus Perusahaan Perorangan Ichtiar di Desa Cibanteng Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat). Di bawah bimbingan Abdul Kohar Irwanto. Permintaan kerupuk berasal dari usaha penggorengan, agen/toko dan pedagang. Secara kuantitatif belum ada data yang menggambarkan jumlah konsumsi kerupuk. Meskipun demikian dapat diperkirakan bahwa jumlah konsumsi kerupuk relatif tinggi. Berdasarkan informasi yang didapatkan, permasalahan yang dihadapi dalam melaksanakan kegiatan usaha kerupuk Ichtiar adalah manajemen perusahaan yang tidak terlalu baik, sehingga membuat pemilik tidak terlalu mengetahui apakah usaha yang dijalankan layak atau tidak layak. Selain itu, pemilik usaha juga memiliki rasa keingintahuan terhadap usahanya apabila terjadi suatu pengembangan. Tujuan dari penelitian ini yaitu :1) Mengkaji potensi proyek dan permasalahan dilihat dari keadaan pasar, legalitas usaha, manajemen sumber daya manusia, produksi dan operasi, lingkungan ekonomi dan sosial serta keuangan yang terdapat pada usaha kerupuk Ichtiar. 2) Melakukan analisa finansial dan kelayakan pengembangan usaha kerupuk Ichtiar dan analisis sensitivitasnya. Pada aspek keuangan dihasilkan nilai NPV sebesar Rp 411.405.000,00, Gross B/C 1,11, dan Net B/C 2,23, IRR 34,75%, PBP Gross 1 tahun dan PBP Net 5,01 tahun, dan PI 3,03 menunjukan jika pengembangan usaha ini layak untuk dijalankan. Analisis sensitivitas dengan asumsi kenaikan harga bahan baku, menghasilkan NPV sebesar Rp 182.583.000,00, Gross B/C sebesar 1,06 dan Net B/C sebesar 1,55, IRR sebesar 26,67%, PBP Gross selama 1 tahun dan PBP Net selama 5,13 tahun dan PI sebesar 2,11. Dari hasil tersebut dapat dinyatakan jika perusahaan tetap layak untuk dikembangkan walau pun tejadi kenaikan harga bahan baku yang dipengaruhi inflasi sebesar 11%.
ii
Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Kerupuk (Studi Kasus Perusahaan Perorangan Ichtiar di Desa Cibanteng, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Nama
: Billy Eka Permana
Nrp
: H24077007
Menyetujui Pembimbing,
( Dr.Ir. Abdul Kohar Irwanto, M.Sc ) NIP : 1949.1210.1978.031002
Mengetahui Ketua Departemen,
( Dr.Ir. Jono M. Munandar, M.Sc ) NIP : 196101231986011002
Tanggal lulus :
xi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penelitian ini dapat diselesaikan. Penelitian yang dilakukan berjudul “Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Kerupuk (Studi Kasus Perusahaan Perorangan Ichtiar di Desa Cibanteng, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat”. Penelitian ini dilakukan sebagai syarat penulis untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Pada Program Sarjana Manajemen Penyelenggaraan Khusus, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Abdul Kohar Irwanto selaku dosen pembimbing yang telah memberi bimbingan dan arahan sehingga penelitian ini dapat terselesaikan. Penulis menyadari bahwa penulisan penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat diharapkan dalam rangka perbaikan dimasa yang akan datang. Akhir kalimat, Penulis berharap hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkannya, terutama untuk perusahaan kerupuk Ichtiar.
Bogor, April 2010
Penulis
iv
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 10 Juli 1985. Penulis merupakan putra tunggal dari Bapak Bakri dan Ibu Maryati. Pendidikan penulis dimulai pada tahun 1991 di Sekolah Dasar Negeri 1 Panaragan Bogor. Pada tahun 1997, penulis mulai memasuki jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMPN 6 Bogor.
Setelah penulis menyelesaikan pendidikan selama sembilan tahun,
selanjutnya penulis melanjutkan ke jenjang Sekolah Menengah Umum (SMU) di SMUN 6 Bogor pada tahun 2003. Pada tahun 2003 juga, penulis lulus seleksi dan diterima sebagai mahasiswa baru melalui jalur reguler pada Program Studi Diploma III Manajemen Bisnis Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Penulis mendapatkan gelar Ahli Madya pada tahun 2006.
Saat ini penulis sedang menyelesaikan studi di Program Sarjana
Manajemen Penyelenggaraan Khusus Departemen manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, dengan tujuan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi. Selama pendidikan, penulis aktif dibeberapa kegiatan dan organisasi. Kegiatan dan organisasi yang pernah penulis lakukan, yaitu seperti Pramuka, Paskibra, dan Kerohanian (ROHIS). Di lingkungan tempat tinggal, penulis aktif pada Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) dan Dewan Kemakmuran Masjid (DKM), serta Sekolah Sepak Bola (SSB).
Selain itu, penulis juga
mengikuti berbagai kegiatan seminar-seminar, Field Trip, dan pelatihan-pelatihan.
iii
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAK RIWAYAT HIDUP .....................................................................................
iii
KATA PENGANTAR .................................................................................
iv
DAFTAR ISI ................................................................................................
v
DAFTAR TABEL .......................................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................
viii
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
ix
I. PENDAHULUAN ..................................................................................
1
1.1. 1.2. 1.3. 1.4.
Latar Belakang ................................................................................. Perumusan Masalah ......................................................................... Tujuan Penelitian ............................................................................. Manfaat penelitian ...........................................................................
1 4 5 5
II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................
6
2.1. Makanan .......................................................................................... 2.2. Studi Kelayakan Bisnis .................................................................... 2.2.1. Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis .................................. 2.2.2. Manfaat Studi Kelayakan Bisnis .......................................... 2.3. Penelitian Terdahulu ........................................................................
6 7 8 13 14
III. METODOLOGI PENELITIAN .........................................................
16
3.1. Kerangka Penelitian ......................................................................... 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 3.3. Metode Penelitian ............................................................................ 3.3.1. Jenis, Sumber dan Pengumpulan Data ................................. 3.3.2. Pengolahan Data ................................................................... 3.3.3. Kriteria Investasi................................................................... 3.3.4. Analisis Pengembangan Usaha ............................................. 3.3.5. Analisis Sensitivitas ..............................................................
16 17 18 18 19 20 22 25
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................
27
4.1. Gambaran Umum Perusahaan ........................................................ 4.2. Analisis Studi Kelayakan Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar 4.2.1. Aspek Pemasaran ................................................................ 4.2.2. Aspek Hukum...................................................................... 4.2.3. Aspek Manajemen dan Sumber Daya Manusia .................. 4.2.4. Aspek Produksi dan Operasi ............................................... 4.2.5. Aspek Lingkungan, Ekonomi, dan Sosial ........................... 4.2.6. Aspek Keuangan (Finansial) .............................................. 4.3. Implikasi Manajerial.......................................................................
27 28 28 33 34 40 47 48 56
v
KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................
58
A. Kesimpulan ............................................................................................. B. Saran ........................................................................................................
58 59
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
60
LAMPIRAN .................................................................................................
61
vi
DAFTAR TABEL No.
Halaman
1. Konsumsi dan Pengeluaran Rata-rata per Kapita untuk Kerupuk Menurut Wilayah ......................................................................
3
2. Konsumsi Rata-rata per Kapita untuk Kerupuk Menurut Golongan Pengeluaran per Kapita Sebulan .............................................
3
3. Data Inflasi periode 2066-2009 di Indonesia ...........................................
26
4. Bahan baku untuk satu kali produksi. ......................................................
42
vii
DAFTAR GAMBAR No.
Halaman
1. Kerangka Pemikiran Penelitian pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar .............................................................................
17
2. Kerupuk Putih Konsumsi. ........................................................................
31
3. Saluran Distribusi Pemasaran ..................................................................
33
4. Peta Lokasi Perusahaan ............................................................................
41
viii
DAFTAR LAMPIRAN No.
Halaman
1. Perhitungan Rencana Kapasitas dan Kebutuhan Produksi pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar. ..........................................
61
2. Rencana Kebutuhan Fisik pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar ........................................................................................
62
3. Rencana Indeks Harga pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar ........................................................................................
63
4. Rencana Anggaran Biaya pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar. .......................................................................................
64
5. Perhitungan Biaya Penyusutan pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar ........................................................................................
65
6. Perhitungan Modal Awal Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar ........................................................................................
66
7. Perhitungan Penerimaan Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar ........................................................................................
67
8. Rekapitulasi Seluruh Biaya dan Perhitungan Harga Pokok Penjualan (HPP) pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar ........................................................................................
68
9. Perhitungan Harga Pokok Penjualan. ......................................................
69
10. Perhitungan Net Present Value (NPV), Net B/C, dan Internal Rate Ratio (IRR) pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar .......................................................................................
70
11. Perhitungan Gross B/C, BEP, Payback Periode (PBP), dan Profitability Index (PI) pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar .........................
71
12. Perhitungan Net Present Value (NPV), Net B/C, dan Internal Rate Ratio (IRR) pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar Lampiran (18%) ......................................................................................
72
13. Perhitungan Gross B/C, Payback Periode (PBP), dan Profitability Index (PI) pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar (18%) ..............
73
14. Analisis Sensitivitas Rekapitulasi Seluruh Biaya pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar ..................................................
74
15. Analisis Sensitivitas untuk Perhitungan Net Present Value (NPV), Net B/C, dan Internal Rate Ratio (IRR) pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar .........................................
75
16. Analisis Sensitivitas untuk Perhitungan Gross B/C, Payback Periode (PBP), dan Profitability Index (PI) pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar ..................................................
76
ix
17. Analisis Sensitivitas untuk Perhitungan Net Present Value (NPV), Net B/C, dan Internal Rate Ratio (IRR) pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar (pada tingkat suku bunga 18%) .........................
77
18. Analisis Sensitivitas untuk Perhitungan Gross B/C, Payback Periode (PBP), dan Profitability Index (PI) pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar (pada tingkat suku bunga 18%) ......................... 78
x
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Usaha Kecil Menengah (UKM) merupakan salah satu pelaku usaha yang terbukti survive dan mempunyai daya tahan yang kuat di tengah krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak tahun 1997. Daya tahan yang kuat ini disebabkan UKM tidak terlalu terkait dengan masalah kredit macet perbankan. Data survey dari Departemen Koperasi (Depkop) menunjukkan bahwa kredit macet yang dialami pelaku UKM tidak lebih dari 0.5% dari total hutangnya, sedangkan kredit macet industri besar mencapai 70% dari total hutangnya. Menurut data Biro Pusat Statistik dan Kementerian Koperasi dan UKM (2005), jumlah UKM di Indonesia mencapai 43,22 juta. Sektor UKM di
Indonesia
telah
terbukti
menyerap
79,6
juta
tenaga
kerja,
(http://nurulindarti.wordpress.com/2007/06/23/rendah-adopsi-teknologiinformasi -oleh-ukm-di-indonesia/). Pertumbuhan usaha kecil dan menengah (UKM) di Kabupaten Bogor dalam lima tahun terakhir terus mengalami peningkatan yang cukup signifikan, terutama industri agro dan hasil hutan (non fasilitas). Meningkatnya pertumbuhan UKM ini tidak lepas dari dukungan yang diberikan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) setempat. Dukungan Disperindag tersebut, antara lain melakukan pelatihan teknis kepada pelaku UKM secara continue, mencarikan mitra pembeli hasil produk UKM dan menyalurkan permodalan bagi unit usaha yang dinilai potensial. Berdasarkan catatan Disperindag Kabupaten Bogor, dari tahun 2002 sampai 2006, industri Agro menunjukkan grafik yang meningkat, dimana sektor usaha dari tahun 2002 ke 2003 naik dari hanya 34 unit usaha menjadi 65 unit atau sebesar 91,18%. Lalu pada 2004 naik menjadi 97 unit usaha atau 49,23%, kemudian pada 2005 unit usaha mencapai 117 unit atau naik sebesar 20,62%, dan di tahun 2006, kenaikannya sebesar 19,66% atau menjadi 140 unit usaha yang potensial dan mampu bersaing di pasar bebas.
2
Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan industri hasil agro itu, tentu di ikuti pula dengan meningkatnya arus investasi di sektor ini. Di mana pada tahun 2002, nilai investasi di sektor industri agro dan hasil hutan tercatat hanya Rp 14,9 miliar lebih. Namun di tahun berikutnya, naik menjadi Rp 54,7 miliar dan di tahun 2004 melonjak hingga 98,1 miliar. Nilai investasi tersebut naik lagi pada 2005, yakni sebesar 148,3 miliar dan di tahun 2006 tercatat
sebesar
Rp
175,4
miliar
(http://www.spirit-
otonomi.com/content.php?id=41&1=nasional). Menggali potensi keunggulan lokal dinilai mampu memproteksi perekonomian daerah dari terpaan krisis ekonomi. Di saat industri berskala besar melorot omsetnya, UKM malah semakin kokoh dengan memanfaatkan karakteristik daerah. Perkembangan tersebut bisa terpantau dari selalu meningkatnya jumlah UKM setiap tahun. Salah satu UKM di bidang industri makanan yang terdapat di Kabupaten Bogor yaitu Perusahaan Perorangan Ichtiar. Perusahaan ini terletak di Jalan Raya Cibanteng No.141 Rt 05 Rw 03, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Produk yang dihasilkan yaitu kerupuk. Krupuk atau kerupuk adalah makanan ringan yang dibuat dari adonan tepung tapioka dicampur bahan perasa seperti udang atau ikan. Kerupuk dibuat dengan mengukus adonan sebelum dipotong tipis-tipis, dikeringkan di bawah sinar matahari dan digoreng dengan minyak goreng yang banyak. Kerupuk bertekstur garing dan sering dijadikan pelengkap untuk berbagai makanan
Indonesia
seperti
nasi
goreng
dan
gado-gado
(http://id.wikipedia.org/wiki/Kerupuk). Permintaan kerupuk berasal dari usaha penggorengan, agen/toko dan pedagang. Secara kuantitatif belum ada data yang menggambarkan jumlah konsumsi kerupuk. Meskipun demikian dapat diperkirakan bahwa jumlah konsumsi kerupuk relatif tinggi, karena makanan olahan ini banyak digemari oleh masyarakat luas. Menurut data dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), penduduk wilayah perkotaan (urban) lebih banyak mengkonsumsi kerupuk dibanding penduduk wilayah pedesaan (rural). Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa pengeluaran untuk konsumsi kerupuk wilayah
3
perkotaan lebih besar dibanding pengeluaran konsumsi kerupuk penduduk wilayah pedesaan. Jumlah konsumsi kerupuk di wilayah perkotaan yang lebih tinggi dibanding pedesaan dikarenakan kepadatan penduduk di kota yang juga lebih tinggi bila dibandingkan dengan pedesaan. Urbanisasi dan mobilitas penduduk yang sehari-harinya bekerja di kota telah menumbuhkan usaha penjualan makanan. Selain itu sifat kerupuk sebagai makanan pelengkap ini sering diabaikan oleh penduduk desa karena lebih fokus pada pemenuhan kebutuhan yang lebih pokok. Tabel 1. berikut menunjukkan jumlah konsumsi kerupuk oleh penduduk di wilayah perkotaan dan pedesaan. Tabel 1. Konsumsi dan Pengeluaran Rata-rata per Kapita untuk Kerupuk Menurut Wilayah No. Daerah Banyaknya (ons) Nilai (Rp) 1 Perkotaan (Urban) 0.193 154 2 Pedesaan (Rural) 0.147 99 3 Perkotaan + Pedesaan 0.166 122 Sumber: Susenas, Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk Indonesia, 2003 Dikatakan bahwa kerupuk merupakan makanan yang sangat digemari oleh masyarakat luas baik penduduk miskin, pendapatan menengah maupun pendapatan tinggi. Dari Tabel 2. berikut dapat diketahui bahwa semakin tinggi pendapatan yang dimiliki oleh seseorang, semakin besar jumlah konsumsi kerupuk per bulannya. Tabel 2. Konsumsi Rata-rata per Kapita untuk Kerupuk Menurut Golongan Pengeluaran per Kapita Sebulan No. Golongan Pengeluaran (Rp) Konsumsi (ons) 1 Kurang dari 40.000 2 40.000-59.999 0.075 3 60.000-79.999 0.087 4 80.000-99.999 0.085 5 100.000-149.999 0.128 6 150.000-199.999 0.140 7 200.000-299.999 0.196 8 300.000-499.999 0.250 9 500.000 dan lebih 0.305 10 Rata-rata konsumsi per kapita 0.166 Sumber: Susenas, Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk Indonesia, 2003
4
Desa Cibanteng sebagai salah satu wilayah di Kabupaten Bogor relatif masih memiliki kekayaan sumber daya yang cukup besar. Salah satu perusahaan kecil yang melakukan aktivitas di daerah ini yaitu industri kecil kerupuk. Perusahaan perorangan Ichtiar telah berdiri selama kurang lebih dua puluh tahun. Pasar dari perusahaan kecil Ichtiar adalah daerah Bogor dan sekitarnya.
Jumlah penduduk di Kota dan Kabupaten Bogor pada tahun
2003, yaitu sekitar 4.625.781 jiwa. Dari data tersebut dapat dihitung jumlah permintaan kerupuk berdasarkan pada tingkat konsumsi per kapita dari tingkat pendapatan perkapita selama satu bulan yaitu sekitar sebesar 767.880 ons per bulan (76.788 Kg). Permintaan tersebut akan terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk setiap tahunnya. Dari hasil wawancara, dapat diketahui jumlah penawaran yang dapat memenuhi permintaan pasar kerupuk di Bogor yaitu sekitar sebesar 37.700 Kg per bulan. Dapat terlihat jika terdapat peluang pasar kerupuk di daerah Bogor (Produk yang ditawarkan tidak dapat memenuhi permintaan pasar). Dari data tersebut terdapat selisih sebesar 39.088 Kg per bulan permintaan kerupuk di bogor yang tidak dapat terpenuhi (peluang pasar). 1.2. Perumusan masalah Dalam menjalankan suatu usaha untuk mencapai tujuannya dengan baik, terdapat beberapa aspek yang dapat mempengaruhi keberhasilannya. Aspek-aspek tersebut secara garis besar yaitu aspek pemasaran, aspek hukum, aspek manajeman dan sumberdaya manusia, aspek produksi dan operasi, aspek lingkungan ekonomi dan sosial serta aspek keuangan. Setiap aspekaspek tersebut memiliki berbagai kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Keadaan manajemen perusahaan yang tidak terlalu baik, membuat pemilik tidak terlalu mengetahui apakah usaha yang dijalankan layak atau tidak. Sehingga, pemilik usaha memiliki rasa keingintahuan terhadap usaha yang dijalankan sebenarnya layak atau tidak layak. Selain itu, pemilik juga memiliki rasa keingintahuan terhadap usahanya, apabila terjadi suatu pengembangan. Pengembangan usaha kerupuk yang dilakukan yaitu dengan meningkatkan produksi yang berpengaruh terhadap adanya penambahan bahan baku produksi, beberapa fasilitas produksi, dan jumlah karyawan.
5
Pengembangan lain yang dapat dilakukan perusahaan diantaranya dengan memperjelas struktur organisasi dan pengembangan pada produk yang dapat dilakukan dengan cara merubah bentuk, rasa, dan warna. Hal ini membuat pengkajian terhadap aspek-aspek tersebut menjadi penting untuk dilakukan. Pengembangan usaha dilakukan tidak lain dengan tujuan untuk meningkatkan manfaat dan keuntungan perusahaan. Berdasarkan keterangan tersebut yang telah dijelaskan, maka permasalahan yang terjadi yaitu ; 1. Bagaimana keadaan pasar, legalitas, manajemen sumber daya manusia, produksi dan operasi, lingkungan ekonomi dan sosial serta keuangan yang terdapat pada usaha kerupuk Ichtiar? 2. Bagaimana kelayakan rencana pengembangan usaha kerupuk Ichtiar dan analisis sensitivitasnya? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalah yang terjadi, maka tujuan dari penelitian ini yaitu : 1. Mengkaji potensi proyek dan permasalahan dilihat dari keadaan pasar, legalitas usaha, manajemen sumber daya manusia, produksi dan operasi, lingkungan ekonomi dan sosial serta keuangan yang terdapat pada usaha kerupuk Ichtiar. 2. Melakukan analisis kelayakan pengembangan usaha kerupuk Ichtiar dan analisis sensitivitasnya. 1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memberikan informasi berupa keadaan pasar, produksi, sumberdaya manusia, dan keuangan yang terdapat pada usaha kerupuk Ichtiar. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat membantu pihak yang bersangkutan dalam mengembangkan usahanya. Baik itu sebagai bahan acuan atau pun hanya sebagai dasar pertimbangan menuju pengembangan usaha. Penelitian ini juga diharapkan dapat membantu semua pihak yang membutuhkannya.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kerupuk Menurut UU RI No. 5 tahun 1984 Pasal 1 tentang perindustrian, definisi Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri. Menurut Keputusan Presiden RI No. 99 Tahun 1998 pengertian usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat (http://www.baPBPekab.sidoarjokab.go.id/?file=04doc-hsl-kajian/rip-ukm.htm). Wirakartakusumah dan syah (1990) menyebutkan dahwa industri pangan merupakan industri yang menghasilkan berbagai produk olahan dalam bentuk makanan tradisional atau pun modern. Berdasarkan skala dan pola pertumbuhannya, industri pangan dikelompokan menjadi industri pangan besar, menengah dan kecil, industri katering, restoran dan hotel, dan industri makanan jajanan dan rumah tangga. Makanan adalah bahan, biasanya berasal dari hewan atau tumbuhan, dimakan oleh makhluk hidup untuk memberikan tenaga dana nutrisi. Setiap makhluk hidup membutuhkan makanan. Tanpa makanan, makhluk hidup akan sulit dalam mengerjakan aktivitas sehari-harinya. Makanan dapat membantu
makhluk
hidup
dalam
mendapatkan
energi,
membantu
pertumbuhan badan dan otak. Memakan makanan yang bergizi akan membantu pertumbuhan manusia, baik otak maupun badan. Setiap makanan mempunyai kandungan gizi yang berbeda. Protein, karbohidrat, lemak, dan lain-lain adalah salah satu contoh gizi yang terdapat dalam makanan. Setiap jenis gizi yang kita dapatkan mempunyai fungsi yang berbeda. Karbohidrat merupakan sumber tenaga yang manusia dapatkan sehari-hari. Salah satu contoh makanan yang mengandung karbohidrat adalah nasi. Protein
7
digunakan oleh tubuh untuk membantu pertumbuhan manusia, baik otak maupun tubuh. Lemak digunakan oleh tubuh sebagai cadangan makanan dan sebagai cadangan energi. Lemak akan digunakan saat tubuh kekurangan karbohidrat, dan lemak akan memecah menjadi glukosa yang sangat berguna bagi tubuh saat membutuhkan energi (http://id.wikipedia.org/wiki/Makanan). Kerupuk atau kerupuk adalah makanan ringan yang dibuat dari adonan tepung tapioka dicampur bahan perasa seperti udang atau ikan. Kerupuk dibuat dengan mengukus adonan sebelum dipotong tipis-tipis, dikeringkan di bawah sinar matahari dan digoreng dengan minyak goreng yang banyak. Kerupuk bertekstur garing dan sering dijadikan pelengkap untuk berbagai makanan Indonesia (http://id.wikipedia.org/wiki/Kerupuk). 2.2. Studi Kelayakan Bisnis Menurut Umar (2005), bisnis merupakan seluruh kegiatan yang diorganisasikan oleh orang-orang yang berkecimpung di dalam bidang perniagaan (produsen, pedagang, konsumen, dan industri dimana perusahaan berada) dalam rangka memperbaiki standar serta kualitas hidup. Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak layak suatu bisnis dibangun, tetapi juga saat dioperasionalkan secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan yang maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan. Menurut Ibrahim (2003), studi kelayakan bisnis merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu gagasan usaha yang direncanakan. Pengertian layak dalam penelitian ini adalah kemungkinan dari gagasan suatu usaha yang dilaksanakan memberi manfaat (benefit), baik dalam arti finansial benefit maupun dalam arti sosial benefit. Terdapat beberapa aspek yang perlu dilakukan untuk menentukan kelayakan suatu usaha. Masing-masing aspek tersebut tidak dapat berdiri sendiri, akan tetapi saling berkaitan. Secara umum prioritas aspek-aspek yang perlu dilakukan dalam studi kelayakan adalah aspek pemasaran, aspek hukum, aspek manajemen sumber daya manusia, aspek teknis dan operasi, aspek lingkungan ekonomi dan sosial, dan aspek finansial.
8
2.2.1. Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis 1. Aspek pemasaran (pasar) Pasar, menurut para ahli, merupakan tempat pertemuan antara penjual dan pembeli, atau saling bertemunya antara kekuatan permintaan dan penawaran untuk membentuk suatu harga. Pendapat yang lain mengatakan bahwa pasar merupakan suatu sekelompok orang yang diorganisasikan untuk melakukan tawar-menawar, sehingga dengan demikian terbentuk harga (Umar, 2005). Setiap perusahaan atau Organisasi perlu memiliki kemampuan untuk mengenal kesempatan-kesempatan pasar baru. Tidak ada perusahaan yang selamanya dapat menguntungkan diri pada produk dan pasar yang dimilikinya sekarang. Setiap manajer pemasaran membutuhkan sejumlah informasi akurat yang tersedia pada waktu yang tepat, seperti keadaaan lingkungan pemasaran, konsumen sasaran, pesaing, pensuplai, dan reseller, serta publik di masa lampau, masa sekarang, dan masa yang akan datang. Pemasaran adalah kegiatan manusia yang diarahkan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran. Philip Kotler (2004), salah seorang ahli teori manajemen terkemuka mengemukakan tujuan dari pemasaran ialah untuk mengetahui dan memahami konsumen demikian baiknya sehingga produk atau jasa cocok bagi konsumen dan produk atau jasa itu bisa terjual dengan sendirinya. Manajemen pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan
pemikiran,
penetapan
harga,
promosi,
serta
penyaluran gagasan, barang, dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memenuhi sasaran-sasaran individual dan organisasi. Konsep pemasaran menyatakan bahwa kunci untuk mencapai sasaran organisasional adalah terdiri dari penentuan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran (target markets) dan pemberian kepuasan yang diinginkan secara lebih efektif dan lebih efisien dari yang dilakukan para pesaing. Sekali perusahaan telah
9
memutuskan strategi penentuan posisinya, maka kemudian perusahaan tersebut siap memulai perencanaan yang terinci mengenai marketing mix. Marketing mix adalah perangkat variabel-variabel
pemasaran
terkontrol
yang
perusahaan
gabungkan untuk menghasilkan tanggapan yang diinginkannya dalam pasar sasaran. Empat unsur marketing mix yaitu, produk (product), harga (price), tempat (place) dan promosi (promotion) (Kotler, 2004). 2. Hukum Aspek ini mencakup kelengkapan dana dan keabsahan dokumen perusahaan mulai dari bentuk badan usaha hingga izin yang dimilikinya. Kelengkapan dan keabsahan dokumen sangat penting karena merupakan dasar hukum yang harus dipegang apabila terjadi suatu masalah (Kasmir dan Jakfar, 2007). Menurut Umar (2005) aspek hukum dalam studi kelayakan usaha mempelajari tentang siapa pelaksana bisnis, bisnis apa yang akan dilaksanakan,
waktu
pelaksanaan
bisnis,
di
mana
bisnis
dilaksanakan, bagaimana bisnis dilakukan, dan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Secara garis besar setiap bisnis yang dijalnkan harus meiliki keabsahaan dokumen perusahan dengan izin usaha yang dimilikinya. 3. Aspek Manajemen sumber daya manusia Suatu usaha atau proyek yang dijalankan akan berhasil apabila dilakukan oleh orang-orang yang profesional, mulai dari merencanakan, melaksankan, hingga akhirnya pada pengendalian terhadap penyimpangan-penyimpangan yang terjadi (Kasmir dan Jakfar, 2007).
Salah satu cara untuk mengembangkan usaha
perusahaan adalah dengan diversifikasi usaha. Keputusan untuk melakukan diversifikasi yaitu keputusan strategis perusahaan yang didasarkan pada analisis yang cukup mendalam. Aspek manajemen untuk pengembangan proyek bisnis dan implementasi bisnis didasarkan pada pendekatan perencanaan, pengorganisasian,
10
actuating, dan pengendalian (Umar, 2005). Keberadaan sumber daya manusia hendaknya dianalisis untuk mendapatkan jawaban apakah SDM yang diperlukan untuk pengembangan maupun pengimplementasian bisnis dapat dimiliki secara layak atau sebaliknya dilihat dari ketersediannya. Kajian dalam SDM dapat dimulai dari perencanaan, analisis pekerjaan, rekrutmen, seleksi dan orientasi,
produktivitas, pelatihan dan pengembangan,
presentasi, kompensasi, keselamatan dan kesehatan kerja, sampai pada pemutusan kerja. 4. Aspek Teknis dan Operasi Manajemen operasi adalah suatu disiplin ilmu yang diterapkan pada seluruh usaha produksi, baik di kantor, gedung, restoran, pusat perbelanjaan, maupun pabrik. Semua jenis usaha yang menghasilkan barang dan jasa membutuhkan manajemen operasi.
Proses produksi barang dan jasa yang efisien
membutuhkan penerapan konsep, alat-alat dan tehnik manajemen operasi yang eektif. Produksi adalah proses penciptaan barang dan jasa.
Manajemen operasi adalah serangkaian aktivitas yang
menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah masukan (input) menjadi keluaran (output), sehingga keluarannya akan lebih bermanfaat dari masukannya ( Heizer dan Render, 2006). 5. Aspek Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan Aspek ini melihat seberapa besar pengaruh atau kontribusi yang diberikan terhadap masyarakat sekitar. Pengaruh tersebut terutama dalam bidang ekonomi secara luas dan dampak sosial yang terjadi pada masyarakat sekitar dan lingkungannya. Hal ini didasarkan pada setiap proyek atau usaha yang dijalankan akan berdampak pada lingkungan sekitar, baik terhadap darat, air, udara, yang pada akhirnya akan berdampak pada makhluk hidup yang berada disekitarnya (Kasmir dan Jakfar, 2007).
11
6. Aspek Finansial Aspek Finansial dianalisis dengan tujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan, seperti ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan proyek untuk mebayar kembali dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan dan menilai apakah proyek akan dapat berkembang terus. Secara singkatnya apakah bisnis atau proyek ini dapat menghasilkan keuntungan (layak) atau malah sebaliknya dalam melakukan usahanya (tidak layak). Menurut Kasmir dan Jakfar (2007) Aspek ini meliputi seberapa lama investasi yang ditanamkan akan kembali, dari mana saja sumber pembiayaan bisnis tersebut dan bagaimana tingkat suku bunga yang berlaku, sehingga apabila dihitung dengan formula penilaian investasi sangat menguntungkan. Metode penilaian yang digunakan dalam menganalisis studi kelayakan usaha pada aspek keuangan ini, meliputi : a) Payback Periode (PBP) Payback Periode adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutupi
kembali
pengeluaran
investasi
(initial
cash
investment) dengan menggunakan aliran kas, dengan kata lain Payback Periode merupakan rasio antara initial cash investment dengan cash inflow-nya yang hasilnya merupakan satuan waktu (Umar, 2005). b) Internal Rate of Return (IRR) Metode ini digunakan untuk mencari tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan di masa datang, atau penerimaan kas, dengan mengeluarkan investasi awal (Umar, 2005).
12
c) Net Present Value (NVP) Net Present Value yaitu selisih antara Present Value dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih (aliran kas operasional maupun aliran kas terminal) di masa yang akan datang (Umar, 2005). d) Profitability Index (PI) Pemakaian metode Profitability Index ini caranya adalah dengan menghitung melalui perbandingan antara nilai sekarang (present value) dari rencana penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang dengan nilai sekarang (present value) dari investasi yang telah dilaksanakan (Umar, 2005). e) Benefit – Cost Ratio (B/C Ratio) Benefit – Cost Ratio (B/C Ratio) digunakan untuk kegiatan atau proyek-proyek makro dimana manfaatnya terutama dinikmati oleh sebagian atau seluruh masyarakat.
B/C Ratio dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu Gross B/C Ratio dan Net B/C Ratio (Firdaus, 2008). Pada saat kita menganalisis perkiraan arus kas di masa yang akan datang, kita berhadapan dengan ketidakpastian. Akibatnya, hasil perhitungan di atas kertas itu dapat menyimpang dari kenyataannya. Suatu keadaan yang tidak pasti itu dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan suatu proyek dalam beroperasi untuk menghasilkan laba atau keuntungan. menanggulangi
masalah ketidakpastian
tersebut
Untuk
kita dapat
menggunakan analisis kepekaan (sensitivity analysis).
Analisis
sensitivitas adalah suatu teknik untuk menguji secara matematis apa yang akan terjadi pada kapasitas penerimaan suatu proyek apabila terjadi kejadian-kejadian yang berbeda dengan perkiraan yang dibuat dalam perencanaan. Suatu analisis sensitivitas
13
dikerjakan dengan mengubah suatu unsur tertentu pada hasil analisis (Kadariah, 1976). 2.2.2. Manfaat Studi Kelayakan Bisnis (SKB) Hasil dari studi kelayakan bisnis adalah suatu laporan tertulis yang menyatakan bahwa suatu rencana bisnis layak tuk direalisasikan. Selain itu, laporan ini juga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan pihak-pihak terkait dalam memutuskan untuk turut serta menyetujui atau sebaliknya menolak kelayakan laporan studi sesuai dengan
kepentingannya.
Studi
Kelayakan
Bisnis
ini
juga
memungkinkan untuk dinyatakan layak tetapi akhirnya tidak di realisasikan. Hal ini dapat disebabkan oleh pengambil keputusan akhir menolak
karena
adanya
intervensi
pihak
lain
yang
merasa
kepentingannya tidak terpenuhi. Pihak-pihak yang membutuhkan studi kelayakan bisnis, yaitu : A. Pihak Investor : Pihak ini menjadikan laporan studi kelayakan bisnis sebagai dasar dalam mempelajari untuk dijadikan bahan pertimbangan akan menanamkan modal atau sebaliknya. Pihak yang memiliki kepentingan langsung tentang keuntungan yang akan diperoleh serta jaminan keselamatan atas modal yang akan ditanamkan. B. Pihak Kreditor : Pendanaan proyek dapat juga dipinjam dari Bank. Sebagai dasar pertimbangan pihak Bank dalam memutuskan untuk memberikan kredit (pinjaman) atau tidak. Pihak Bank akan mengkaji ulang studi kelayakan bisnis yang telah dibuat, termasuk mempertimbangkan
sisi-sisi
lain,
seperti
bonafitditas
dan
tersedianya angunan yang dimiliki perusahaan. C. Pihak Manajemen Perusahaan : Studi kelayakan bisnis dapat dibuat oleh pihak internal atau eksternal perusahaan. Laporan studi kelayakan
bisnis
ini
merupakan
upaya
dalam
rangka
merealisasikan ide proyek yang ujung-ujungnya bermuara pada peningkatan usaha untuk meningkatkan laba perusahaan. Sebagai pihak yang menjadi project leader, pihak manajemen perlu
14
mempelajari studi kelayakan itu, misalnya dalam hal pendanaan, berapa yang dialokasikan dari modal sendiri dan berapa pendanaan dari pihak investor dan pihak kreditor. D. Pihak Pemerintah dan Masyarakat : Penyusunan studi kelayakan bisnis perlu memperhatikan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah karena bagaimana pun pemerintah dapat secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kebijakan perusahaan. Penghematan devisa negara, penggalakan ekspor nonmigas dan pemakaian tenaga kerja massal merupakan contoh-contoh kebijakan pemerintah di sektor ekonomi. Proyekproyek bisnis yang membantu kebijakan pemerintah inilah yang diprioritaskan untuk dibantu, misalnya dengan subsidi dan keringanan lain. E. Bagi Tujuan Pembangunan Ekonomi : Dalam menyusun studi kelayakan bisnis perlu juga di analisis manfaat yang akan di dapat dan biaya
yang akan ditimbulkan oleh proyek terhadap
perekonomian nasional. Aspek-Aspek ini diantaranya yaitu aspek Rencana Pembangunan Nasional, Distribusi nilai tambah pada seluruh masyarakat, nilai investasi per tenaga kerja, pengaruh sosial, serta analisis kemanfaatan dan beban sosial. 2.3. Penelitian Terdahulu Miranti (2008) Pengembangan Usaha “Elsari Brownies and Bakery” Analisis Aspek Pasar dan Keuangan. Merupakan salah satu usaha kecil dan menengah (UKM) dibidang industri makanan yang terdapat di Bogor. Usaha ini bermaksud untuk membuka counter penjualan khusus produk Elsari di lokasi yang strategis. Untuk itu, diperlukan penelitian tentang kondisi pemasaran brownies di Kota Bogor, penilaian kondisi keuangan perusahaan, dan kelayakan rencana pengembangan tersebut. Untuk IRR yang diperoleh dari hasil kelayakan investasi adalah sebesar 18,66%. Payback period yang dibutuhkan untuk mengembalikan investasi yang ditanamkan adalah 8 tahun 4 bulan.
15
Arief Rivai (2009) Analisis Kelayakan Usaha Penggemukan Sapi Potong (Fattening) pada PT Zagrotech Dafa International (ZDI) Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Merupakan salah satu perusahaan swasta nasional di Indonesia yang bergerak di bidang agribisnis. Hal utama yang melatarbelakangi mendirikan usaha penggemukan sapi potong (fattening) yaitu melihat kondisi pertumbuhan populasi sapi potong yang cendrung statis, sedangkan kebutuhan akan daging sapi di dalam negeri meningkat setiap tahunya. Analisis data penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk mengkaji aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial, ekonomi dan lingkungan yang dijelaskan secara deskriptif. Untuk analisis kuantitatif digunakan dalam mengkaji analisis finansial.
Pada penelitian ini menggunakan dua skenario yaitu skenario
modal sendiri dan skenario modal pinjaman. Kedua skenario ini layak untuk dijalankan. Hal tersebut dapat dilihat dari masing-masing kriteria kelayakan yang menunjukan hasil layak untuk dijalankan. IRR yang diperoleh dari hasil kelayakan investasi adalah sebesar 37%. Net B/C yang dihasilkan yaitu 2,92 dan Payback period yang dibutuhkan untuk mengembalikan investasi yang ditanamkan adalah 3,5. Dengan skenario modal pinjaman IRR yang diperoleh dari hasil kelayakan investasi adalah sebesar 15%. Net B/C yang dihasilkan yaitu 1,07 dan Payback period yang dibutuhkan untuk mengembalikan investasi yang ditanamkan adalah 8,2 tahun.
16
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Usaha pengembangan kerupuk Ichtiar merupakan suatu usaha yang didirikan dengan tujuan untuk memanfaatkan peluang yang ada. Melihat dari adanya peluang tersebut pemilik usaha kerpuk Ichtiar bermaksud untuk meningkatkan volume penjualan. Peningkatan yang terjadi dimaksudkan untuk menghasilkan manfaat yang lebih tinggi bagi perusahaan dan lingkungan sekitar. Dalam menjalankan usahanya terdapat beberapa masalah mulai dari musim seperti penghujan dan manajemen yang tidak terlalu baik. Musim penghujan menjadi masalah dalam bisnis ini, karena mengganggu salah satu langkah dalam proses produksi, yaitu pada tahap penjemuran. Keadaan manajemen perusahaan yang kurang baik, membuat usaha ini kesulitan untuk mengatasi permasalahan yang terjadi. Untuk itu, pemilik usaha mendapatkan gagasan untuk melakukan studi kelayakan terhadap pengembangan usahanya. Studi kelayakan bisnis pada usaha pengembangan kerupuk ini bertujuan sebagai bahan pertimbangan pemilik dalam merealisasikan pengembangan usahanya. Selain itu, Rencana-rencana dan strategi yang akan atau harus dilakukan untuk memajukan usaha dapat tersusun secara baik. Secara umum, dengan studi kelayakan ini pemiliki dapat mengetahui layak atau tidak usahanya. Analisis kelayakan pengembangan usaha ini terdiri dari aspek pemasaran, aspek hukum, aspek manajemen sumber daya manusia, aspek teknis dan operasi, aspek lingkungan ekonomi dan sosial, dan aspek finansial. Pada aspek keuangan akan dilakukan penilaian atas kelayakan usaha berdasarkan Payback Periode (PBP), Internal Rate of Return (IRR), Net Present Value (NVP), Profitability Index (PI), dan Benefit – Cost Ratio (B/C Ratio). Untuk mengantisipasi perubahan yang akan terjadi di masa yang akan datang, mengingat banyaknya ketidakpastian dalam sebuah usaha maka akan dilakukan juga analisis sensitivitas. Ketidakpastian dimasa yang akan datang tersebut dapat disebabkan seperti apabila terjadi perubahan
17
indeks harga menjadi lebih tinggi dari kondisi normal karena adanya pengaruh tingkat inflasi. Kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
Usaha Kerupuk Ichtiar
Menganalisis pengembangan usaha dimasa yang akan datang
Umpan Balik
Mengkaji dan Mengatasi masalah yang terjadi serta memanfaatkan peluang yang ada
Potensi pengembangan usaha Kerupuk
Analisis Kelayakan Usaha
Layak
Tidak Layak
Implementasi
Re-evaluasi
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar. 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian studi pengembangan usaha ini dilakukan di Jalan Raya Cibanteng No.141 RT 05 RW 03 Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Waktu pelaksanaan dilapangan berlangsung selama tiga bulan, yaitu sejak bulan Oktober hingga bulan Desember 2009.
18
3.3. Metode Penelitian 3.3.1. Jenis, Sumber, dan Pengumpulan Data Data merupakan suatu realitas, mestinya data terbebas dari peneliti. Artinya, data tidak dipengaruhi oleh perasaan maupun pemikiran peneliti.
Data yang digunakan dalam penelitian
pengembangan usaha kerupuk Ichtiar berdasarkan ketersediannya terbagi menjadi data primer dan data skunder. Data primer adalah data yang belum tersedia, sehingga untuk menjawab masalah penelitian data harus diperoleh dari sumber aslinya (Simamora, 2004). Data primer ini di dapatkan dengan cara survey melalui teknik komunikasi langsung (wawancara) dan peninjauan langsung (observasi langsung) terhadap lingkungan internal perusahaan pengembangan usaha kerupuk Ichtiar dan pihak-pihak lainnya yang terkait.
Menurut
Simamora (2004), teknik komunikasi langsung ini merupakan cara pengumpulan data di mana peneliti malakukan komunikasi langsung atau tatap muka (face to face) dengan sumber data. Situasinya dapat disengaja diciptakan (seperti pada focus group), dan dapat juga dalam keadaan sebenarnya (seperti pada survey). Teknik Observasi langsung adalah cara mengumpulkan data melalui pengamatan dan pencatatan gejala-gejala yang terlihat pada objek penelitian.
Pelaksanaanya
langsung pada tempat dan waktu di mana sebuah peristiwa, keadaan, atau situasi sedang terjadi. Data sekunder adalah data yang sudah tersedia atau sudah dikumpulkan untuk suatu tujuan sebelumnya. Data ini mudah untuk didapatkan dan biasanya berbiaya rendah (Simamora, 2004). Pada perusahaan ini, data sekunder didapatkan dari beberapa instasi terkait seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Pemerintahan Kota dan Kabupaten Bogor, dan dari studi pustaka serta internet. Berdasarkan pada sifatnya, data yang digunakan dibedakan menjadi data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif adalah data yang merepresentasikan realitas secara deskriptif melalui kata-kata,
19
kalimat maupun uraian. Data kuantitatif adalah representasi realitas yang disimbolkan secara numerik (dengan angka-angka). Jenis-jenis data kuantitatif, baik yang ditransformasi dari data kualitatif maupu aslinya memang sudah kuantitatif, adalah data nominal, ordinal, data interval, dan rasio (Simamora, 2004).
Pada penelitian ini, data
berdasarkan sifatnya yang sering atau lebih banyak digunakan adalah jenis data kuantitatif. Data perlu diolah agar mudah diinterprestasikan. Informasi yang baik
diperoleh
dari
data
yang
baik,
yang
dianalisis
dan
diinterpretasikan dengan baik. Syarat-syarat data yang baik yaitu ; a. Relevan, yaitu sesuai dengan kebutuhan. b. Akurat,
yaitu
pengumpulan
dan
pelaporannya
dapat
dipertanggungjawabkan. c. Sesuai dengan kaidah-kaidah riset. d. Up-to-date, yaitu data masih menggambarkan keadaan saat ini. e. Impartial, artinya data sekunder dikumpulkan dan dilaporkan secara objektif. 3.3.2. Pengolahan Data Pengolahan data yang dilakukan dengan menggunakan data berdasarkan sifatnya, yaitu data kuntitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif adalah representasi realitas yang disimbolkan dengan numerik (dengan angka-angka). Pada penelitian ini salah satu data berupa kuantitatif yaitu pada aspek keuangan. Perhitungan yang akan dilakukan yaitu menghitung Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate Return (IRR), Payback Periode (PBP), dan Profitability Index (PI) serta analisis sensitivitas. Alat bantu yang digunakan yaitu Microsoft Excel. Data Kualitatif adalah data yang merepresentasikan realitas secara deskriptif melalui katakata, kalimat, maupun uraian. Data ini banyak digunakan pada aspek produksi, hukum, pemasaran, manajeman dan sumberdaya manusia, dan lingkungan ekonomi dan sosial.
20
3.3.3. Kriteria Investasi Pada aspek keuangan dilakukan penilaian atas kelayakan usaha berdasarkan Payback Periode (PBP), Internal Rate of Return (IRR), Net Present Value (NVP), Profitability Index (PI), dan Benefit – Cost Ratio (B/C Ratio).
Untuk menganalisis suatu aspek keuangan
dibutuhkan beberapa asumsi dasar yang disebut sebagai kriteria investasi. Kriteria investasi yang digunakan yaitu : 1) Periode analisis proyek pengembangan usaha kerupuk Ichtiar yaitu selama sepuluh tahun (2010-2020).
Proyek dimulai dengan
investasi awal pada tahun ke-0. Dasar pengambilan periode proyek selama sepuluh tahun yaitu dilihat dari umur ekonomis yang paling berpengaruh yaitu alat cetak kerupuk. 2) Penentuan harga awal menggunakan harga yang berlaku pada periode pengambilan data pada waktu sekarang bulan JanuariFebruari 2010. 3) Tingkat suku bunga yang digunakan adalah 14 persen. Tingkat suku bunga ini disesuaikan dengan asumsi rata-rata bunga pinjaman Bank BRI, BNI, dan Mandiri untuk modal usaha. 4) Jumlah tenaga kerja untuk menjalankan usaha ini terdiri atas 14 orang dengan waktu kerja sebelas bulan dalam setahun (libur satu bulan) dan dua puluh enam hari dalam satu bulan (libur empat hari). Pembayaran gaji untuk tenaga kerja ditetapkan oleh pemiliki dan sesuai UMR daerah yang berlaku dengan tidak ada dan adanya peningkatan selama umur proyek. 5) Jumlah produksi pada tahun pertama diperkirakan sebanyak 2.574.000 unit per tahun, dan pada tahun ke-6 terjadi penambahan produksi sebesar 5.148.000 unit per tahun, dengan asumsi perusahaan memanfaatkan peluang pasar yang disertai tersedianya sumber daya. 6) Harga jual pada tahun pertama per satuan yaitu Rp 300,00 per unit dan akan berubah dengan asumsi terdapat pengaruh inflasi.
21
7) Sumber modal awal yang digunakan berasal dari modal sendiri dengan jumlah nilai sebesar Rp 944.988.000,00. Modal ini didasarkan pada penjumlahan biaya investasi awal pada tahun ke0, dan biaya operasional awal pada tahun pertama (tahun ke-1). 8) Pajak yang digunakan sebesar 25 persen. Perhitungan pajak ini dilakukan dengan menggunakan analisis rugi laba berdasarkan Undang-undang No.17 Tahun 2000 Pasal 17 tentang wajib pajak orang pribadi, yaitu sebagai berikut : a. < Rp 25.000.000,00 ; besarnya pajak yang harus dibayarkan yaitu 5 persen. b. Rp 25.000.000,00 > Rp 50.000.000,00 ; besarnya pajak yang harus dibayarkan yaitu 10 persen. c. Rp 50.000.000,00 > Rp 100.000.000,00 ; besarnya pajak yang harus dibayarkan yaitu 15 persen. d. Rp 100.000.000,00 > Rp 200.000.000,00 ; besarnya pajak yang harus dibayarkan yaitu 25 persen. e. Rp 200.000.000,00 > ; besarnya pajak yang harus dibayarkan yaitu 35 persen. 9) Asset-asset yang terkena biaya penyusutan merupakan asset-aset yang memiliki umur ekonomis lebih dari satu tahun. 10) Nilai sisa dihitung berdasarkan nilai seluruh capital budget yang masih memiliki umur ekonomis hingga periode analisis. 11) Analisis sensitivitas yang dilakukan yaitu peningkatan harga input produksi. Hal ini bertujuan untuk mengetahui sampai berapa besar pengaruh peningkatan tersebut terhadap kriteria-kriteria investasi. 3.3.4. Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Analisis kelayakan pengembangan usaha kerupuk Ichtiar dibuat selama sepuluh tahun periode usaha. Discount factor yang digunakan sesuai dengan tingkat suku bunga pinjaman Bank BRI, BNI, Mandiri yaitu 14% per tahunnya. Pengembangan usaha kerupuk yang dilakukan yaitu dengan meningkatkan produksi yang berpengaruh terhadap adanya penambahan bahan baku produksi, beberapa fasilitas produksi,
22
dan jumlah karyawan. Pengembangan lain yang dapat dilakukan perusahaan diantaranya dengan memperjelas struktur organisasi dan pengembangan pada produk yang dapat dilakukan dengan cara merubah bentuk, rasa, dan warna. Pengembangan ini dilakukan untuk mengoptimalisasikan aktivitas perusahaan, terutama pada aspek produksi dengan tujuan meningkatkan manfaat dan keuntungan perusahaan. Metode penilaian yang digunakan dalam menganalisis studi kelayakan pengembangan usaha pada penelitian ini, meliputi : 1) NPV (Net Present Value) NPV adalah nilai sekarang dari keuntungan bersih yang akan diperoleh pada masa mendatang dan merupakan selisih antara nilai sekarang dari penerimaan dengan nilai sekarang dari pengeluaran pada tingkat tertentu. Perhitungan ini menyamakan nilai investasi yang ditanamkan pada waktu sekarang terhadap keuntungan di masa mendatang (Nilai Rp 100,00 pada waktu sekarang akan sama nilainya dengan Rp 500,00 pada waktu 10 tahun yang akan datang). NPV dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
n
NPV =
Bt Ct
(1 r ) t 0
t
………………(1)
Keterangan :
Bt Ct n r t
: : : : :
Penerimaan usaha pada periode t Biaya usaha pada periode t Umur kegiatan usaha Tingkat suku bunga pinjaman yang dibebankan 0, 1, 2, 3,....., n
Dengan kriteria :
NPV > 0 : Usaha layak atau mengutungkan NPV = 0 : Usaha tidak untung dan tidak rugi NPV < 0 : Usaha dinyatakan rugi
NPV menunjukkan bahwa usaha yang akan dijalankan layak apabila NPV yang dihasilkan bernilai positif (NPV lebih besar dari nol) (Kadariah, 1976).
23
2) Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) digunakan untuk kegiatan atau proyek-proyek makro dimana manfaatnya terutama dinikmati oleh sebagian atau seluruh masyarakat. B/C Ratio dibedakan menjadi Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C) dan Net Benefit Cost Ratio (Net B/C). a. Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C) Merupakan perbandingan antara jumlah present value dari manfaat (benefit) kotor dengan jumlah present value dari biaya (cost) kotor (Firdaus, 2008).
Secara matematis dapat
dirumuskan sebagai berikut : Bt /(1 i) t t t 0 Ct /(1 i ) n
Gross B / C
....................... (2)
Dengan Kriteria : Jika B/C 1, maka kegiatan investasi itu layak dilaksanakan Jika B/C < 1, maka kegiatan investasi itu tidak layak untuk dilaksanakan.
b. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C). Net B/C adalah perbandingan antara total nilai sekarang dari penerimaan bersih yang bersifat positif dengan total nilai sekarang dari penerimaan bersih yang bersifat negatif (Kadariah,
1976).
Net
B/C
dapat
dihitung
dengan
menggunakan rumus : n
Net B / C
Bt Ct
(1 r ) t 0 n
t
Ct Bt t t o (1 r )
.............................(3)
Dengan kriteria : Net B/C > 1 : Usaha dinyatakan layak atau menguntungkan Net B/C = 1 : Usaha dinyatakan tidak untung dan tidak rugi Net B/C < 1 : Usaha dinyatakan tidak layak atau rugi
24
3) Internal Rate Return (IRR) Metode ini digunakan untuk mencari tingkat suku bunga yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan di masa datang
(Kadariah,
1976).
IRR
dapat
dihitung
dengan
menggunakan rumus :
IRR i '
NPV ' (i " i ' ) ' " ( NPV NPV )
....………….(4)
Keterangan :
i` i” NPV` NPV”
= = = =
Tingkat suku bunga yang menjadikan NPV positif Tingkat suku bunga yang menjadikan NPVnegatif NPV pada tingkat suku bunga i` NPV pada tingkat suku bunga i”
Dengan kriteria :
Jika IRR Discount rate, maka proyek dapat diterima. Jika IRR Discount rate, maka proyek tidak dapat diterima.
Perolehan IRR yang lebih besar dari tingkat suku bunga bank sebesar 18% per tahun menunjukkan bahwa usaha layak untuk dijalankan. Nilai IRR dapat dicari dengan interpolasi atau cobacoba (trial and error). Caranya hitung nilai sekarang dari arus kas suatu investasi dengan menggunakan suku bunga yang wajar, misalnya 10 persen, lalu dibandingkan dengan biaya investasi, jika nilai investasi lebih kecil, maka dicoba lagi dengan suku bunga yang lebih tinggi demikian seterusnya sampai biaya investasi menjadi sama besar (Umar, 2005). 4) Payback Periode (PBP) Payback Periode (PBP) adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan menggunakan aliran kas. Dengan kata lain payback periode merupakan rasio antara initial cash investment dengan cash inflow-nya yang hasilnya merupakan satuan waktu. Payback Periode (PBP) dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
25
PBP =
Nilai Investasi x 1Tahun .................... (5) Kas Masuk Bersih
Jika payback periode lebih pendek waktunya dari maximum payback periode-nya maka usulan investasi dapat diterima (Umar, 2005). 5) Profitability Index (PI) Metode Profitability Index (PI) menghitung melalui perbandingan antara nilai sekarang dari rencana penerimaan-penerimaan kas bersih masa yang akan datang dengan nilai sekarang (present value) dari investasi yang telah dilaksanakan. Profitability Index (PI) dapat dihitung dengan menggunakan rumus; PI
PV Kas Masuk ......................... (6) PV Kas Keluar
Kriteria ; Jika PV > 1, maka usulan proyek dinyatakan menguntungkan. Jika PV < 1, maka usulan proyek dinyatakan tidak menguntungkan.
3.3.5. Analisis Sensitivitas dan Switching Value Pada saat menganalisis perkiraan arus kas di masa datang, usaha berhadapan dengan ketidakpastian. Akibatnya, hasil perhitungan di atas
kertas
itu
dapat
menyimpang
jauh
dari
kenyataannya.
Ketidakpastian itu dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan suatu proyek bisnis dalam beroperasi untuk menghasilkan laba bagi perusahaan. Analisis sensitivitas adalah suatu teknik untuk menguji secara matematis apa yang akan terjadi pada kapasitas penerimaan suatu proyek apabila terjadi kejadian-kejadian yang berbeda dengan perkiraan yang dibuat dalam perencanaan. Suatu analisis sensitivitas dikerjakan dengan mengubah suatu unsur tertentu pada hasil analisis (Kadariah, 1976). Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengantisipasi
26
perubahan yang akan terjadi di masa yang akan datang, mengingat banyaknya ketidakpastian dalam sebuah usaha. Asumsi yang akan digunakan adalah kenaikan indeks harga bahan baku yang dipengaruhi oleh tingkat inflasi tertinggi sebesar 11%, selama empat tahun terakhir. Tingkat inflasi sangat berpengaruh terhadap nilai mata uang (rupiah), sehingga jika nilai inflasi meningkat maka nilai rupiah akan menurun dan hal ini menyebabkan peningkatan harga bahan baku produksi. Nilai inflasi empat tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 3. Data Inflasi Periode 2006 -2009.
Dalam
perhitungan nilai harga bahan baku di masa yang akan datang pada periode tertentu, dapat menggunakan rumus future value. Hasil perhitungan NPV, Net B/C, IRR, PBP dan PI setelah terjadi perubahan (analisis sensitivitas) kembali dilihat, apakah masih memenuhi syarat kelayakan atau tidak sesuai dengan kriteria masing-masing. Tabel 3. Data Inflasi periode 2006 – 2009 di Indonesia No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Bulan
Desember November Oktober September Agustus Juli Juni Mei April Maret Februari Januari Indeks Umum Rata-rata Kenaikan Inflasi Sumber : Badan Pusat Statistik (2009)
Tahun 2006 1,21 0,34 0,86 0,38 0,33 0,45 0,45 0,37 0,05 0,03 0,58 1,36 6,60
2007 1,10 0,18 0,79 0,80 0,75 0,72 0,23 0,10 -0,16 0,24 0,62 1,04 6,59
2008 -0,04 0,12 0,45 0,97 0,51 1,37 2,46 1,41 0,57 0,95 0,65 1,77 11,06
2009 0,33 -0,03 0,19 1,05 0,56 0,45 0,11 0,04 -0,31 0,22 0,21 -0,07 2,78 6,76
27
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan Usaha pengolahan kerupuk Ichtiar ini termasuk ke dalam golongan usaha perusahaan kecil dengan bidang usaha yaitu perdagangan barang. Jenis kegiatan usaha yang dilakukan adalah perdagangan dalam negeri. Perusahaan ini merupakan suatu tempat kegiatan usaha yang bergerak di bidang industri makanan, khususnya di bidang usaha pengolahan kerupuk. Pada awalnya, pemilik mendirikan perusahaan ini dikarenakan memiliki keahlian secara turun-temurun dari keluarganya. Selain dari keahlian, terdapatnya peluang pasar yang cukup besar dan persaingan usaha yang tidak terlalu tinggi menjadi dasar penilaian utama pemilik mendirikan perusahaan ini. Perusahaan pengolahan kerupuk ini sudah beraktivitas sejak tahun 1990 dan pada tahun 1994 mulai resmi didirikan dengan perizinan. Izin usaha yang dimiliki yaitu berupa Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP). Perusahaan pengembangan usaha kerupuk Ichtiar berlokasi di Desa Cibanteng, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor.
Kabupaten Bogor
merupakan salah satu wilayah yang berbatasan langsung dengan ibukota RI (Jakarta) dan secara geografis mempunyai luas sekitar 2.301,95 Km2 terletak antara 6.190 lintang selatan dan 10601' -1070103' bujur timur. Kabupaten Bogor memiliki 40 kecamatan, 427 desa/kelurahan, 3.516 RW dan 13.603 RT. Desa Cibanteng ini terletak pada ketinggian sekitar 300 – 500 meter dari permukaan laut.
Keadaan letak geografis perusahaan seperti ini, dapat
mendukung secara maksimal seluruh aktivitas perusahaan demi tercapainya tujuan perusahaan. Perusahaan yang tepat berada diantara perkotaan dan pedesaan, serta ketersediaan jalur transportasi yang merupakan jalan besar sangat mendukung berbagai aktivitas perusahaan. Letak geografis seperti ini, dapat memudahkan dalam aktivitas pengadaan sumberdaya (bahan baku produksi, tenaga kerja, dan energi) dan dapat juga mempermudah proses pemasaran hasil produksi.
28
4.2. Analisis Studi Kelayakan Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar Dalam melakukan suatu pengembangan usaha perlu dilakukan suatu kajian yang cukup mendalam untuk mengetahui apakah suatu usaha yang akan dilakukan itu layak atau tidak layak.
Kajian semacam ini disebut
dengan studi kelayakan usaha. Pada pengembangan usaha kerupuk Ichtiar ini studi kelayakan usaha akan dilihat dari aspek pemasaran, aspek hukum, aspek teknis dan operasi, aspek lingkungan (ekonomi dan sosial), dan aspek finansial. 4.2.1 Aspek Pemasaran Salah satu aspek dalam pengembangan usaha yang perlu untuk dikaji kelayakannya yaitu aspek pasar. Aspek pasar bertujuan untuk mengetahui tentang penjualan suatu produk demi pencapaian pendapatan.
Dengan aspek pemasaran, dapat diketahui perkiraan
volume penjualan suatu produk berdasarkan pada permintaan yang terjadi di pasar. Perkiraan penjualan ini bertujuan agar suatu usaha dapat menjual produknya sesuai dengan permintaan yang terdapat di pasar.
Hal ini dimaksudkan untuk menekan biaya operasional
(menghemat sumberdaya) ketika kurangnya permintaan di pasar dan memaksimalkan pendapatan ketika permintaan di pasar tinggi. Analisis aspek pemasaran dalam pengembangan usaha kerupuk Ichtiar meliputi Segmentasi, Target, dan Posisi di pasar dan Kebijakan Bauran Pemasaran (produk, harga, promosi, dan distribusi). 1) Segmentasi, Targeting, dan Posisi pasar. Dalam menjalankan pengembangan usahanya perusahaan harus mengetahui pasar di mana produk yang akan diproduksi akan ditawarkan.
Penentuan
segmentasi pasar.
pasar
ini
dapat
dilakukan
dengan
Menurut Kotler (2004), segmentasi pasar
merupakan suatu usaha untuk meningkatkan ketepatan pemasaran perusahaan. Untuk menentukan segmentasi pasar perlu dilakukan pengamatan mengenai ciri-ciri konsumen (variabel segmentasi), yang diantaranya yaitu aspek geografis, aspek demografis, aspek psikografis, dan aspek perilaku. Dalam menentukan segmentasi
29
pasar, setiap segmen harus dapat diukur, terjangkau, dan dapat dilaksanakan. Pada perusahaan pengembangan usaha kerupuk Ichtiar, wilayah Bogor dan sekitarnya merupakan wiliyah geografis yang menjadi pasar dari usaha ini.
Wilayah Bogor dan sekitarnya
dipilih, karena selain dari lidah penduduknya yang sudah terbiasa, perusahaan
juga
mempertimbangkan
sumber
daya
yang
dimilikinya.
Sehingga Bogor dan sekitarnya merupakan pasar
potensial untuk perusahaan, terlebih jika ditambah dengan pendapatan penduduk Bogor yang secara garis besar mampu untuk membeli kerupuk putih, yang merupakan hasil produksi dari perushaaan. Produk yang dihasilkan tidak membedakan konsumen dari kelompok umur secara khusus. Kerupuk putih konsumsi yang dihasilkan dapat diambil manfaatnya oleh seluruh golongan usia. Manfaat kerupuk putih konsumsi ini juga dapat digunakan oleh seluruh penduduk atau masyarakat tanpa membedakan kelas sosial, gaya
hidup,
dan
kepribadiannya
secara
lebih
mendalam.
Pendekatan pembelian yang dilakukan oleh usaha kerupuk Ichtiar yaitu dengan cara menjaga hubungan baik yang telah terjalin dengan pedagang pengecer selama ini, dan membuka hubungan baik
dengan
pihak-pihak pedangang pengecer baru
memungkinkan untuk dilakukan kerjasama.
yang
Sehingga, variabel
segmentasi yang lebih utama pada perusahaan pengembangan usaha kerupuk Ichtiar ini, yaitu aspek geografis dan perilaku. Kerupuk putih konsumsi yang dihasilkan perusahaan secara garis besar ditawarkan dan dijual kepada para pedagang pengecer. Perusahaan merubah bahan mentah menjadi barang setengah jadi, hingga barang jadi (kerupuk putih konsumsi), lalu disalurkan kepada pedagang pengecer, hingga akhirnya dapat dinikmati para konsumen akhir.
Melihat konsumen dari perusahaan bukan
konsumen akhir, sehingga sasaran atau target pasar perusahaan yaitu para pedagang pengecer.
Pasar yang akan dipilih oleh
30
perusahaan adalah para pedagang pengecer yang berada di wilayah Bogor. Dalam menentukan posisi pasar, perusahaan akan berdasarkan pada mutu atau kualitas dengan ukuran kuantitas yang lebih besar per satuan unit kerpuknya disertai dengan pelayanan yang lebih baik dalam penjualan. Perusahaan akan menetapkan untuk memberikan pelayanan yang cepat, sopan, dan santun dalam mendatangi para pedagang pengecer. 2) Bauran Pemasaran (marketing-mix) Pada
pemasaran
produk
berupa
barang,
manajemen
pemasaran akan dipecah atas empat kebijakan pemasaran yang lazim disebut sebagai bauran pemasaran (marketing-mix) atau dikenal dengan sebutan 4P yang terdiri dari empat komponen, yaitu produk (product), harga (price), distribusi (place), dan promosi (promotion) (Umar, 2005). A) Kebijakan Produk(Product) Produk adalah setiap tawaran yang dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan (Kotler, 2004). Pada pengembangan usaha kerupuk Ichtiar ini produk yang dihasilkan untuk memuaskan kebutuhan konsumen yaitu barang konsumsi berupa kerupuk putih yang biasa disebut sebut sebagai kerupuk mawar atau kerupuk usus.
Kerupuk putih yang
dihasilkan berbahan baku dasar berupa tepung sagu bermerk kerupuk.
Untuk memenuhi kebutuhan sagu kerupuk ini
perusahaan mendapatkan kiriman dari distributor sagu di daerah Parung, Bogor.
Bahan-bahan lain yang digunakan
dalam pengolahan kerupuk pada usaha ini antara lain, yaitu terigu, garam, botan, sasa, terasi, bawang putih, gula pasir, dan air. Bahan dasar berupa tepung sagu dan bahan-bahan lain diproduksi sesuai dengan tahapan-tahapan pengolahan produksi kerupuk yang akhirnya menjadi kerupuk putih berbentuk bulat siap konsumsi.
Secara lebih jelasnya,
31
kerupuk putih konsumsi yang merupakan produk perusahaan dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Kerupuk Putih Konsumsi. Produk yang dihasilkan oleh perusahaan pengembangan kerupuk Ichtiar ini berupa kerupuk putih yang memiliki ukuran kapasitas sedikit lebih besar dan lebih padat dibandingkan dengan pesaingnya. Selain dari kapasitas yang sedikit lebih besar dan lebih padat, kualitas rasa kerupuk juga tidak kalah dengan para pesaingnya.
Rasa kerupuk putih
tidak jauh beda dengan para pesaing karena rahasia dari pembuatan kerupuk ini telah diketahui juga oleh para pesaing yang merupakan keluarga dari pemilik.
Produk ini biasa
dikonsumsi sebagai makanan pelengkap untuk makanan lainnya seperti nasi, mie, dan bakso. B) Kebijakan Harga (price) Harga suatu barang adalah nilai pasar (nilai tukar) dari barang tersebut yang dinyatakan dalam jumlah uang. Menurut Umar (2005), keputusan-keputusan mengenai harga dipengaruhi oleh berbagai faktor, yakni faktor internal perusahaan dan faktor lingkungan eksternal. Pada perusahaan pengembangan usaha kerupuk Ichtiar ini, harga produk kerupuk putih siap konsumsi yaitu ditetapkan sebesar Rp 300,00 per unit. Penetapan harga ini ditetapkan berdasarkan pada harga pokok penjualan pada awalnya dan disesuaikan dengan mekanisme
32
pasar yang berlaku pada waktu sekarang.
Selain itu,
penetapan harga tersebut juga berdasarkan pada perhitungan harga pokok penjualan kerupuk mulai dari bahan mentah, bahan setengah jadi, sampai akhirnya menjadi kerupuk siap konsumsi dan dipasarkan.
Perhitungan Harga Pokok
Penjualan kerupuk putih siap konsumsi dapat terlihat pada Lampiran 9. Perhitungan Harga Pokok Penjualan. C) Kebijakan Promosi (Promotion) Promosi yang dilakukan yaitu dengan cara mempertahankan konsumen (pedagang pengecer) yang selama ini telah menjalin hubungan dengan baik.
Promosi dilakukan oleh
tenaga kerja pemasaran (pedagang perusahaan) yang sudah memiliki langganan-langganan khusus.
Selain itu, dalam
pengembangan usaha pengolahan kerupuk ini, perusahaan perlu memanfaatkan besarnya permintaan pasar dengan cara menjalin hubungan baru melalui penawaran langsung tatap muka atau penawaran dari mulut ke mulut (personal selling). Penawaran secara langsung tatap muka atau dari mulut ke mulut (personal selling) ini merupakan salah satu cara promosi yang dinilai cukup efektif untuk digunakan perusahaan. Promosi seperti ini efektif dikarenakan selain biaya promosi yang terjangkau, dengan melihat pasar sasaran perusahaan pun lebih tepat dengan menggunakan promosi seperti ini. D) Kebijakan Distribusi/penyaluran (Place) Perusahaan pengembangan usaha kerupuk Ichtiar sebagai produsen,
melakukan
distribusi
barang
dengan
cara
menyalurkan produk kepada para pedagang pengecer (pasar sasaran perusahaan). Penyaluran produk tersebut dilakukan oleh tenaga kerja bagian pemasaran (pedagang perusahaan) secara langsung kepada pihak pedagang pengecer. Dari pihak pedagang pengecer produk langsung dipasarkan kepada
33
konsumen.
Secara lebih jelas jalur distribusi usaha dapat
dilihat pada Gambar 3. Saluran Distribusi Pemasaran. Produsen
Pedangan Pengecer
Konsumen
Gambar 3. Saluran Distribusi Pemasaran 4.2.2. Aspek Hukum Aspek hukum ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah suatu rencana pengembangan usaha diyakini layak dilihat dari sisi legalitasnya. Perusahaaan pengembangan usaha kerupuk Ichtiar ini di bawah kepemilikan pimpinan usaha. Perusahaan pengolahan kerupuk ini termasuk ke dalam bentuk badan usaha perusahaan perseorangan, yang seluruh modalnya di tanggung oleh pemilik usaha. Pemilik usaha juga merupakan pimpinan struktural perusahaan.
Perusahaan
Perseorangan merupakan perusahaan yang diawasi dan dikelola oleh seseorang.
Di satu pihak ia memperoleh semua keuntungan
perusahaan, dan di lain pihak ia juga menangggung semua risiko yang timbul dalam kegiatan perusahaan (Umar, 2005). Perusahaan pengembangan usaha kerupuk Ichtiar ini termasuk kedalam golongan usaha perusahaan kecil (PK). Bidang usaha yang dilakukan yaitu bergerak pada bidang pengolahan makanan, khususnya yaitu kerupuk putih konsumsi. Jenis kegiatan usaha yang dilakukan adalah perdagangan dalam negeri.
Perizinan yang dimiliki oleh
perusahaan pengembangan usaha kerupuk Ichtiar ini berupa Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dengan No. SIUP ; 238 / 10-21 / PK / V / 1994.
Pemilik yang merupakan pimpinan dari perusahaan juga
memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). NPWP yang dimiliki
34
atas nama Otih Sutiarah, dengan No. 09.222.223.1 - 404.001. Ibu Otih Sutiarah ini merupakan pemilik dan pemimpin perusahaan dengan bertanggung jawab terhadap seluruh aktivitas perusahaan. 4.2.3. Aspek Manajemen Sumber Daya Manusia Aspek manajemen sumber daya manusia ini bertujuan untuk mengetahui apakah pembangunan dan implementasi pengembangan usaha dapat direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan, sehingga pengembangan usaha dapat dinyatakan layak atau sebaliknya dilihat dari aspek sumber daya manusia. Aspek manajemen sumber daya manusia yang dikaji dalam penelitian ini meliputi fungsi manajemen yang
terdiri
dari
perencanaan
(planning),
pengoranisasian
(Organizing), pelaksanaan (actuating), dan pengendalian (controlling). 1) Perencanaan (planning) Perencanaan
pada
perusahaan
pengembangan
usaha
kerupuk Ichtiar menggunakan pendekatan campuran. Pendekatan campuran
merupakan
suatu
pendekatan
gabungan
antara
pendekatan atas-bawah (top-down) dan pendekatan bawah-atas (bottom-up).
Pimpinan memberikan petunjuk perencanaan
organisasi secara garis besar, sedangkan perencanaan secara detailnya diserahkan kepada kreativitas unit perusahaan di bawahnya (tenaga kerja produksi dan pemasaran) dengan tetap mematuhi aturan yang ada (Umar, 2005). Melalui pendekatan ini, perusahaan akan memperkirakan waktu maksimum pengembangan usaha, yang pada perusahaan ini sekitar sepuluh tahun. Dengan memperkirakan waktu tersebut perusahaan akan memecah perencanaan jangka panjang menjadi beberapa kali pelaksanaan perencanaan menengah, sehingga setiap tahap akan disesuaikan dengan prioritas. Rencana pekerjaan yang akan dilakukan pada perusahaan pengembangan usaha kerupuk Ichtiar ini secara garis besar mulai dari rencana kebutuhan fisik, rencana anggaran biaya, dan rencana waktu kerja.
Secara lebih jelas rencana kebutuhan fisik dapat
35
dilihat pada Lampiran 2. Rencana Kebutuhan Fisik pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar dan rencana anggaran biaya dapat dilihat pada Lampiran 4. Rencana Anggaran Biaya pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar.
Rencana waktu kerja
dalam satu tahun perusahan akan bekerja selama sebelas bulan, dan dalam satu bulan bekerja selama 26 hari kerja. Waktu libur yang di dapat yaitu hari atau bulan besar dalam Islam.
Hal ini
disebabkan, seluruh tenaga kerja beragama Islam. 2) Pengorganisasian (Organizing) Struktur organisasi menjadi penting dalam organisasi karena dapat mempengaruhi sikap dan perilaku tenaga kerja. Efektifitas dan efisiensi para tenaga kerja dalam melakukan pekerjaan demi mencapai tujuan perusahaan sangatlah didukung dengan bentuk struktur organisasi yang digunakan. Menurut T. Hani Handoko (2003) struktur organisasi menunjukan kerangka dan susunan perwujudan pola terhadap hubungan-hubungan diantara
fungsi-fungsi,
bagian-bagian,
tugas-wewenang
dan
tangggung jawab yang berbeda-beda dalam suatu organisasi. Struktur tersebut mengandung unsur spesialisasi kerja, standarisasi, koordinasi, sentralisasi atau desentralisasi dalam pembuatan keputusan dan ukuran satuan kerja. Pada pengembangan usaha pengolahan kerupuk Ichtiar ini, struktur organisasi yang digunakan adalah struktur organisasi lini atau garis.
Struktur organisasi ini digunakan karena dapat
memudahkan perusahaan dalam melakukan aktivitasnya. Dengan struktur organisasi ini, pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan cepat. Struktur organisasi pada usaha ini terdari dari satu orang pimpinan yang merupakan pemilik usaha, empat orang tenaga kerja produksi, dan sembilan orang tenaga kerja pedagang (pemasaran).
36
A) Deskripsi Pekerjaan 1) Pimpinan Dalam pengembangan perusahaan kerupuk Ichtiar ini, pemimpin yang merupakan pemilik merupakan posisi tertinggi. Seperti halnya perusahaan atau organisasi lain, pemimpin memiliki tugas yang sangat penting.
Hal
tersebut dikarenakan seorang pemimpin harus mengetahui dan bertanggung jawab secara penuh terhadap seluruh kegiatan yang diperlukan dan dilakukan oleh perusahaan. Tugsa-tugas yang dimiliki oleh seorang pemimpin atau pemilik pada perusahaan kerupuk Ichtiar ini yaitu : a) Bertanggung jawab tehadap pengelolaan perusahaan agar perusahaan dapat berjalan sesuai dengan tujuannya untuk memperoleh manfaat. b) Mengambil keputusan secara tepat juga cepat dan sesuai dengan yang dibutuhkan perusahaan. c) Menciptakan dan memberikan kebijakan-kebijakan terhadap seluruh kegiatan perusahaan, mulai dari kegiatan manajerial, produksi, pemasaran, hingga keuangannya. d) Menjalin dan menjaga hubungan dengan pihak eksternal perusahaan seperti konsumen. Selain dari kewajiban, pemilik yang merupakan pimpinan perusahaan ini memiliki beberapa wewenang atau hak dalam menjalankan tugasnya.
Wewenang atau hak dari
seorang pemilik yang merupakan pimpinan perusahaan diantaranya, yaitu ; 1) Menentukan kegiatan-kegiatan perusahaan. 2) Menetapkan aturan-aturan perusahaan. 3) Mengatur keluar masuknya tenaga kerja. 4) Mendapatkan kompensasi penggajian dan keutungan perusahaan.
37
2) Tenaga Kerja Produksi. Tenaga kerja produksi pada perusahaan ini terdari dari empat orang. Tugas pokok yang wajib untuk dikerjakan dalam kesehariannya yaitu menciptakan barang mentah menjadi barang setengah jadi. Deskripsi pekerjaan tenaga kerja ini yaitu bertanggung jawab terhadap kegiatan penciptaan produk setengah jadi berupa kerupuk mentah (babangi),
mulai
dari
mempersiapkan
pembuatan adonan, dan pengeringan.
peralatan,
Tenaga kerja ini
mayoritas memiliki umur yang lebih muda dibandingkan dengan tenaga kerja pemasaran (pedagang) dan masih melajang (belum menikah). 3) Tenaga Kerja Pemasaran. Tenaga kerja ini bertugas untuk melanjutkan kegiatan tenaga kerja produksi. Tugas pokok itu berupa merubah barang setengah jadi menjadi barang jadi (barang siap konsumsi).
Deskripsi kerja tenaga kerja ini, yaitu
bertanggung jawab terhadap tugasnya dalam melakukan penjualan barang jadi perusahaan, atau dengan kata lain tenaga
kerja
bertugas
sebagai
bagian
pemasaran
perusahaan. B) Sistem Kompensasi Perusahaan Tenaga kerja yang terlibat pada pengembangan usaha kerupuk Ichtiar merupakan tenaga kerja tetap. Tenaga kerja ini mendapatkan kompensasi berupa gaji dengan jumlah yang tetap pada tahun pertama dan diberikan setiap akhir bulan. Gaji yang diberikan disesuaikan dengan tingkat upah minimum daerah sekitar.
Gaji yang diberikan pada awal tahun
pengembangan berjumlah Rp 900.000,00 per bulan untuk tenaga kerja produksi dan sebesar Rp 1.200.000,00 per bulan untuk tenaga kerja pemasaran. Untuk tahun-tahun berikutnya tingkat upah disesuaikan dengan keadaan dan situasi pada
38
waktu yang akan datang. Besarnya gaji meningkat pada tahun ke-4 dan tahun ke-8, dengan dasar peningkatan disebabkan terdapatnya pengaruh inflasi. Selain itu, para tenaga kerja juga diberikan Tunjagan Hari Raya (THR) pada akhir tahun. Jumlah yang diberikan untuk THR yaitu sebesar satu bulan gaji. C) Sistem Penerimaan Tenaga Kerja Kriteria untuk menjadi seorang tenaga kerja pada perusahaan ini dapat dikatakan tidak sulit, atau bahkan sederhana. Kriteria tersebut yaitu hanya dengan bermodalkan kejujuran dan beridentitas jelas, memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP). Perusahaan mengambil tenaga kerja ini dari daerah sekitar, sehingga dapat mengurangi tingkat pengaguran daerah sekitar walau jumlahnya tidak besar.
Proses
penerimaan tenaga kerja yang dilakukan dapat dikatakan cukup selektif dibandingkan dengan pesaingnya, walau kriteria yang diberikan sederhana. Proses tersebut terdiri dari wawancara dan tes kerja.
Wawancara dilakukan agar perusahaan dapat
mengetahui keseriusan calon tenaga kerja dalam bekerja. Kemauan dan keseriusan ini diharapkan nantinya dapat tetap menjaga atau bahkan meningkatkan produktivitas tenaga kerja itu sendiri.
Untuk tes kerja dilakukan dengan tujuan agar
perusahaan dapat mengetahui sejauh mana tingkat keahlian yang dimiliki calon tenaga kerja.
Hal ini berfungsi agar
perusahaan dapat mengetahui sejauhmana tindakan perusahaan yang akan dilakukan untuk menjadikan calon tenaga kerja itu menjadi tenaga ahli, seperti memberikan pelatihan. 3) Pelaksanaan (Actuating) Dalam pelaksanaannya agar dapat berjalan dengan baik, perusahaan harus dapat mengkaji fungsi dari pelaksanaan itu sendiri, dan sikap perilaku seorang pemimpin yang harus memenuhi keriteria sebagai pemimpin dalam menggerakan bawahannya.
Pada perusahaan pengembangan usaha kerupuk
39
Ichtiar dalam pelaksanaannya dilakukan dengan menjaga jalannya komunikasi antara tenaga kerja, rasa tanggung jawab yang didasari oleh kejujuran tenaga kerja, dan menciptakan suasana kerja kekeluargaan yang nyaman dengan tidak memaksakan kemampuan tenaga kerja. Pelaksanaan tersebut juga didukung dengan sikap pimpinan yang penuh dengan tanggung jawab, bijaksana dalam menghadapi setiap masalah yang terjadi (mendengarkan bawahan), dan memberikan motivasi dengan mencontohkan sikap disiplin, jujur, optimis (berfikiran positif), dan bekerja keras. Selain itu, perusahaan juga memberikan berbagai fasilitas untuk mendukung pelaksanaan daalm aktivitas perusahaan, seperti tempat tinggal dan fasilitasnya. 4) Pengendalian (Controlling) Pengendalian
terhadap
seluruh
aktivitas
manajemen
perusahaan dilakukan untuk mencegah terjadinya penyimpangan atau kesalahan, memperbaiki penyimpangan yang telah terjadi, mendinamiskan organisasi ke arah yang yang lebih efektif dan efisien, dan mempertebal rasa tangggung jawab (Umar, 2005). Pada
perusahaan
pencegahan
pengembangan
terjadinya
kesalahan
usaha
kerupuk
dilakukan
dengan
Ichtiar, cara
pengawasan setiap hari kerja oleh pimpinan perusahaan. Hal ini dilakukan karena lingkup kerja yang memungkinkan untuk dilakukan pengawasan setiap harinya. Jika terjadi suatu kesalahan pimpinan memberikan arahan secara bijaksana untuk memperbaiki kesalahan yang telah terjadi. Untuk mendinamisasikan organisasi, perusahaan selalu menjaga adanya komunikasi yang baik antara tenaga kerja, berdisiplin terhadap aturan-aturan kerja, dan saling menghargai dan menghormati antara pekerja.
Rasa tanggung
jawab yang dimiliki setiap tenaga kerja didasarkan pada deskripsi pekerjaan (tugas dan wewenang) dan sikap ketegasan yang disertai kebijaksanaan dalam menghadapi setiap masalah yang terjadi, sehingga mendapatkan keputusan yang tepat.
40
4.2.4. Aspek Produksi dan Operasi Setelah dilihat dari aspek pemasaran, dan telah dianggap layak, maka tahap berikutnya adalah mengenai aspek teknis dan operasi. Aspek ini merupakan suatu kegiatan (di dalam perusahaan) untuk mengubah masukan menjadi keluaran, sehingga keluarannya akan lebih bermanfaat dari masukannya.
Manajemen operasi adalah
serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan menggubah input menjadi output. Dalam perusahan manufaktur dapat terlihat dengan jelas aktivitas produksi yang menghasilkan barang (produk). Pada perusahaan pengolahan kerupuk ini barang atau produk yang dihasilkan yaitu kerupuk. Tujuan dari aspek ini yaitu untuk menyakini apakah secara teknis, perusahaan pengembangan dapat dilaksanakan secara layak atau tidak, baik pada saat pembangunan proyek atau operasional rutin. Dalam hal ini, perusahaan pengembangan usaha kerupuk Ichtiar merubah bahan dasar sagu yang merupakan bahan baku utama menjadi produk siap konsumsi berupa kerupuk. Aspek produksi dan operasi dalam pengembangan usaha kerupuk ini meliputi pemilihan lokasi, proses produksi dan fasilitas produksi. 1) Pemilihan Lokasi Perusahaan dalam pemilihan lokasinya mempertimbangkan berbagai faktor, seperti ; ketersedian bahan baku, ketersedian energi, ketersedian tenaga kerja, ketersedian jalur trasportasi yang digunakan, dan letak pasar sasarannya.
Secara geografis letak
perusahaan terdapat di Kabupaten Bogor, tetapi jarak terhadap pusat Kota Bogor lebih dekat dibandingkan dengan jarak terhadap pusat Kabupaten Bogor. Letak lokasi yang berada diantara pusat kota dengan pedesaan ini, sangat memudahkan perusahaan dalam hal pengadaan bahan baku, energi, dan tenaga kerja. Bahan dasar sagu dikirimkan langsung dari daerah Parung Bogor, sedangkan bahan baku lainnya di dapatkan dari pasar setempat. Ketersedian energi (air dan listrik)
41
yang dibutuhkan juga tidak sulit untuk didapatkan dengan keadaan kondisi geografis yang seperti ini.
Jenis pekerjaan yang tidak
terlalu membutukan daya fikir dan tidak terlalu banyak jumlahnya, membuat daerah menyediakan tenaga kerja yang berlebih untuk perusahaan. Perusahaan juga letaknya berada tidak jauh, bahkan tepat di pinggir jalur lintas kota (jalan besar). Jalur lalulintas yang seperti ini sangat membantu perusahaan dalam memenuhi segala kebutuhan untuk mendukung pelaksanaan seluruh aktivitas. Letak perusahaan yang
berada tidak jauh dari pasar sasaran sangat
memudahkan kegiatan pemasaran perusahaan. Dengan berbagai manfaat tersebut, Desa Cibanteng, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, menjadi pemilihan letak lokasi yang tepat untuk perusahaan. Lebih jeasnya dapat dilihat pada Gambar 4. Peta Lokasi perusahaan.
Gambar 4. Peta Lokasi Perusahaan
2) Proses Produksi Proses produksi merupakan urutan atau tahapan-tahapan dalam merubah bahan baku dasar menjadi barang setangah jadi dan barang jadi siap konsumsi.
Urutan proses produksi pada
pengembangan usaha kerupuk Ichtiar dapat terlihat pada Gambar 4.
42
Persiapan Wadah dan Bahan Baku
Pembuatan Adonan dan Pencetakan Pengeringan
Pengorengan dan Pengepakan Gambar 4. Bagan Proses Produksi a) Persiapan Wadah dan Bahan Baku Wadah yang digunakan yaitu berupa wajan dengan diameter sekitar satu meter.
Persiapan wadah dilakukan dengan
pembersihan menggunakan air, lalu dikeringkan dengan menggunakan kain lap dan dipanaskan. Seluruh bagian atas wajan dioleskan dengan minyak sayur yang berfungsi agar bahan baku yang dimasukan tidak melekat pada wadah. Setelah persiapan wadah, langkah selanjutnya yaitu mempersiapkan bahan baku. Bahan baku yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 4. Bahan baku untuk satu kali produksi. Tabel 4. Bahan baku untuk satu kali produksi (80 Kg). No Bahan baku Satuan Jumlah 1 Tepung Sagu Kg 110 2 Garam Pak 2 3 Terigu Kg 5 4 Botan Kaleng 3 5 Sasa Kg 0,5 6 Terasi Pak 1 7 Bawang putih Kg 0,5 8 Gula pasir Kg 0,5 9 Air Kg 25 Sumber ; Data diolah, 2010
43
b) Pembuatan Adonan dan Pencetakan Pembuatan adonan yaitu suatu kegiatan produksi merubah bahan baku dasar menjadi suatu adonan kerupuk yang siap untuk dicetak. Kegiatan ini diawali dengan memasukan bahan baku kedalam wadah yang telah disiapkan. Pada tahap ini sagu yang digunakan sebanyak 10 kg dan dicampurkan dengan bahan baku lainnya. Sagu dan bahan baku tersebut diaduk secara merata hingga menyatu dan kental, yang disebut sebagai bubur kerupuk. Pada saat proses untuk merubah bahan baku manjadi bubur, dilakukan juga kegiatan pemanasan air hingga benarbenar panas untuk mencampurkan bubur dengan sagu. Langkah selanjutnya adalah mencampurkan bubur kerupuk, sagu sebanyak 100 kg, dan air yang telah dipanaskan hingga benarbenar panas. Setelah dicampurkan, kemudian kembali diaduk secara merata hingga berbentuk kental. Bahan ini dinamakan sebagai adonan kerupuk yang siap untuk dicetak. Adonan kerupuk ini disimpan selama satu malam, dan agar tidak melekat diberikan minyak sayur diatas adonan tersebut. Setelah penyimpanan selama satu malam, adonan dimasukan kedalam mesin molen untuk lebih dihaluskan.
Adonan yang telah
dihaluskan oleh mesin molen, dimasukan kedalam mesin hidrolik pencetakan untuk dicetak menjadi unitan-unitan kerupuk yang siap untuk dikeringkan. Unitan kerupuk yang telah dicetak disimpan diatas wadah penjemuran yang disebut sebagai ebeg. Dari produksi sekitar 100 kg adonan kerupuk dapat menghasilkan sekitar 10.000 ribu unit kerupuk yang siap untuk dikeringkan. c) Pengeringan Unitan-unitan yang telah disimpan diatas ebeg dijemur pada lamporan penjemuran kerupuk. Ebeg yaitu suatu wadah yang terbuat dari anyaman kayu bambu dan berfungsi sebagai wadah penyimpanan unitan kerupuk untuk dikeringkan. Pengeringan
44
unitan kerupuk menggunakan cahaya matahari kurang lebih 6 jam. Setelah itu, unitan kerupuk kembali dikeringkan dengan openan pada ruangan open dalam pabrik selama satu jam. Butian yang telah melalui tahap pengeringan ini siap untuk dilanjutikan pada tahap penggorengan. d) Penggorengan dan Pengepakan. Tahap penggorengan merupakan tahapan akhir dalam proses produksi pembuatan kerupuk. Pada tahap ini, unitan yang telah melalui poses pengeringan dimasukan pada wajan kecil yang telah dilengkapi dengan minyak goreng dan telah dipanaskan. Proses pada tahap penggorengan awal ini sekitar satu menit. Setelah itu, unitan kerupuk yang mulai berkembang langsung dipindahkan ke dalam wajan yang lebih besar dengan minyak goreng yang lebih panas. Hal ini bertujuan agar hasil penggorengan
kerupuk
mendapatkan
hasil
seperti
yang
diinginkan. Kerupuk yang dihasilkan dapat berkembang lebih baik dan mutu produk yang lebih terjaga kualitas rasa dan bentuknya. Daya tahan kerupuk yang dihasilkan dengan bahan baku dan proses seperti pada tahapan-tahapan tersebut yaitu sekitar 7 hari (satu minggu). Kerupuk yang siap konsumsi ini langsung dikemas kedalam kaleng kerupuk besar (Rombong) dan siap untuk dipasarkan. Hingga pada tahap pengemasan tentunya terdapat kerupuk-kerupuk yang cacat, terutama bentuknya (tidak layak jual). Jumlah dari kerupuk yang cacat sekitar 10% dari total hasil produksi adonan kerupuk menjadi unitan kerupuk dan sisa penjualan. Sedangkan untuk kerupuk sisa penjualan yang melewati waktu daya tahannya digunakan untuk pakan ikan penduduk di sekitar. Kerupuk yang cacat bentuk dapat dikonsumsi oleh pemilik, maupun pegawai. Sehingga dalam satu kali produksi dapat menghasilkan 9.000 unit kerupuk yang siap untuk dipasarkan.
45
3) Fasilitas Produksi Dalam melakukan aktivitas produksi diperlukan beberapa fasilatas berupa peralatan produksi (bentuk fisik). Rencana fisik pada perusahaan pengolahan kerupuk ichtiar ini, yaitu sebagai beirkut : a) Kantor dan Fasilitas Kantor Kantor dan fasilitas kantor berfungsi sebagai
tempat kerja
pemilik atau pimpinan perusahaan. Luas dari bangunan ini yaitu 54 meter persegi. Bangunan ini terbagi menjadi dua bagian ruangan.
Bangunan pertama terdiri dari beberapa ruangan
yang terdiri dari ruang kerja, ruang tamu, dan kamar mandi. Untuk bagian kedua yaitu bangunan berupa kamar mandi yang terletak tersendiri diluar bangunan kantor. Ketersedian fasilitas kantor ini bertujuan untuk memudahkan para tenaga kerja dalam mennggunakannya.
Umur ekonomis dari kantor dan
fasilitas kantor yaitu sekitar 25-35 tahun.
Pada rencana
pengembangan usaha perusahaan pengolahan kerupuk ini di tetapkan sekitar 25tahun, dengan dasar umur minimum suatu bangunan. b) Mes Karyawan Pada perusahaan kerupuk Ichtiar ini disediakan bangunan khusus sebagai tempat beristirahat para tenaga kerja yang disebut sebagai mes karyawan. Mes karyawan ini terdiri dari 13 kamar dengan luas masing-masing kamar yaitu sekitar 12 meter persegi, sehingga secara keseluruhan memiliki luas sekitar 156 meter persegi. c) Pabrik dan lamporan penjemuran Pabrik ini merupakan suatu tempat dimana terjadinya aktivitas proses produksi. Pabrik pada perusahaan ini terbagi menjadi dua bagian ruangan, yaitu ruangan alat-alat pencetakan dan pengorengan
yang
menjadi
satu
dan
ruangan
khusus
pengopenan. Ukuran dari pabrik yang dimiliki yaitu panjang 25
46
meter dan lebar 10 meter, sehingga kurang lebih memiliki luas sekitar 250 meter persegi. Lamporan penjemuran yaitu suatu tempat tanpa bangunan (lahan kosong) yang berfungsi sebagai tempat penjemuran unitan kerupuk (hasil percetakan adonan kerupuk), sebelum masuk tahap produksi penggorengan. Luas lamporan yang dimiliki pada perusahaan ini yaitu sebesar 540 meter persegi. d) Alat percetakan kerupuk Dalam aktivitas proses penciptaan produk, dibutuhkan alat-alat pendukung.
Alat percetekan kerupuk berfungsi sebagai alat
bantu dalam merubah bahan mentah menjadi produk setengah jadi. Satu set alat percetakan kerupuk ini terdiri dari beberapa bagian seperti ; Mesin molen (pengaduk dan penghalus bahanbahan dasar agar menjadi adonan), Mesin Hidrolik (Alat pencetak dengan delapan tangan), Piring cetakan, Loyang, Gayung, dan Tungku. Alat percetakan kerupuk ini, memiliki kapasitas maksimum produksi sebesar 220 ton per hari adonan kerupuk (20.000 unitan kerupuk) dengan tenaga kerja berjumlah delapan orang. e) Alat Penjemuran Pada proses produksi pengolahan kerupuk, setelah tahapan percetakan langkah selanjutnya adalah tahapan penjemuran unitan kerupuk yang telah dicetak.
Dalam pelaksanaan
kegiatannya tahapan penjemuran ini membutuhkan fasilitas alat penjemuran berupa wadah yang disebut sebagai Ebeg. Alat penjemuran (Ebeg)terbuat dari bahan bambu yang dianyam dan telah dibersihkan, dihaluskan, dan dicat. Umur ekonomis dari alat ini sekitar dua tahun.
47
f) Alat Penggorengan Alat penggorengan digunakan dalam proses perubahan bahan setengah jadi (unitan kerupuk) menjadi bahan jadi (kerupuk konsumsi).
Wajan yang digunakan sebagai wadah untuk
menggoreng kerupuk ini dibeli dari daerah tasikmalaya. Wajan dengan merk dagang matahari ini, mrupakan wajan khusus untuk penggorengan kerupuk.
Alat penggorengan lainnya
berupa kompor yang berfungsi untuk pengapian. g) Kaleng kerupuk Terdapat dua ukuran kaleng kerupuk yang digunakan. Kaleng kerupuk yang pertama, merupakan kaleng kerupuk besar yang di sebut sebagai rombong. Rombong digunakan sebagai wadah kerupuk dalam melakukan pemasaran kepada pedagang pengecer. Kaleng kerupuk yang satunya lagi, memiliki ukuran jauh lebih kecil.
Kalenng kerupuk ini, digunakan untuk
disimpan di pedagang pengecer sebagai wadah dalam pemasaran kepada konsumen akhir. 4.2.5. Aspek Lingkungan, Ekonomi, dan Sosial Dalam menyusun suatu studi kelayakan bisnis, sebagai titik tolak untuk melakukan analisa, diperlukan informasi lingkungan luar perusahaan untuk mengetahui seberapa jauh lingkungan luar tersebut memberikan peluang sekaligus ancaman bagi rencana bisnis dan mengetahui apa saja yang dapat disumbangkan proyek bisnis terhadap lingkungan luar jika telah direalisasikan.
Setiap proyek yang
dijalankan akan sangat besar pengaruhnya terhadap lingkungan di sekitarnya, baik terhdap darat, air, dan udara, yang akhirnya akan berdampak terhadap kehidupan mahkluk hidup yang ada disekitarnya (Kasmir dan Jakfar, 2007). Aspek lingkungan ini memiliki tujuan, yaitu apakah secara lingkungan hidup, misalnya dari sisi darat, udara, dan air, rencana bisnis diperkirakan dapat dilaksanakan secara layak atau sebaliknya (Umar, 2005)
48
Pada perusahaan kerupuk Ichtiar ini, pengelolaan atau dalam memproduksi kerupuk memiliki dampak terhadap lingkungan alam sekitar berupa limbah abu yang merupakan sisa dari pembakaran. Limbah abu ini dapat menjadi pupuk organik yang digunakan pada daerah pertanian masyarakat sekitar pabrik. Abu ini diberikan kepada masyarakat
sekitar
yang membutuhkan, dengan timbal balik
pengambilan abu menjadi tanggung jawab masyarakat tersebut. Pada aspek ekonomi dan sosial apakah proyek yang diusulkan memberikan kontribusi nyata atau tidak terhadap pembangunan perekonomian dan sosial secara keseluruhan dalam menentukan penggunaan sumberdaya yang diperlukan dari sudut pandang masyarakat keseluruhan.
Pengaruh pengembangan usaha kerupuk
Ichtiar terhadap masyarakat disekitarnya, yaitu memberikan kontribusi bagi pendapatan daerah dan kesejahteraan masyarakat. Dampak atau pengaruh yang diberikan untuk masyarakat sekitar yaitu dengan menggunakan sumber daya masyarakat (tenaga kerja) sekitar sebagai tenaga kerja yang diproritaskan. penduduk
setempat
pemerintah
daerah
menyatakan dalam
Tenaga kerja yang merupakan perusahaan
mengatasi
pengangguran di wilayah sekitar.
telah
membantu
pengurangan
jumlah
Selain itu, perusahaan memiliki
kontribusinya dalam peningkatan pendapatan daerah melalui bentuk pembayaran PBB (Pajak Bumi dan Bangunan) dan PBPh (Pajak Penghasilan). 4.2.6. Aspek Keuangan (Finansial) Aspek finansial merupakan suatu aspek yang dapat melihat layak atau tidak layaknya suatu usaha untuk dijalankan dengan perhitungan yang menggunakan formula penilaian investasi. Aspek ini dapat menilai biaya-biaya apa saja dan seberapa besar biaya-biaya tersebut dikeluarkan untuk mendapatkan manfaat berupa penerimaan dalam menjalankan suatu usaha. Menurut Umar (2005) tujuan menganalisis
aspek
keuangan
dari
suatu
studi
kelayakan
pengembangan usaha adalah untuk menentukan rencana investasi
49
melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Hal tersebut dapat terlihat diantaranya seperti dari ketersedian dana, biaya modal, kemampuan proyek untuk membayar kembali dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan dan menilai apakah proyek akan dapat berkembang secara berkelanjutan (continue). Analisis aspek keuangan pada perusahaan pengembangan usaha kerupuk Ichtiar, meliputi rencana Kebutuhan Fisik, Indeks Harga, Rencana Anggaran Biaya (RAB), Nilai Penyusutan, Biaya Operasional, Modal dan Penerimaan, dan Analisis Kelayakan Investasi. 1) Rencana Kebutuhan Fisik Rencana kebutuhan fisik merupakan suatu perencanaan perusahaan dalam memenuhi perlengkapan fisiknya dalam rangka mendukung seluruh aktivitasnya. Pada perusahaan pengembangan usaha kerupuk Ichtiar ini rencana kebutuhan fisik terdiri dari kebutuhan bangunan, peralatan produksi, bahan baku produksi, energy, dan tenaga kerja. Kebutuhan fisik bangunan berupa kantor dan fasilitasnya termasuk didalamnya kamar mandi dengan luas 54 meter persegi, Mes karyawan yang berfungsi sebagai tempat istirahat karyawan terdiri dari 13 kamar dengan luas 156 meter persegi, dan pabrik beserta lamporan penjemuran dengan luas 790 meter persegi. Untuk peralatan produksi yang dibutuhkan yaitu berupa satu unit alat percetakan kerupuk, dua ratus unit alat penjemuran (ebeg), satu unit alat penggorengan, delapan belas unit kaleng kerupuk besar (rombong) dan sembilan puluh unit kaleng kerupuk. Bahan baku produksi merupakan kebutuhan fisik yang digunakan setiap kali
perusahaan melakukan produksinya.
Kebutuhan bahan baku ini dengan kata lain merupakan kebutuhan fisik satu kali pakai atau sekali habis, berbeda dengan kebutuhan fisik akan bangunan dan peralatan produksi. Bahan baku yang terpakai yaitu tepung sagu, garam, terigu, botan, sasa, terasi, bawang putih, dan gula pasir. Selain dari bahan baku produksi,
50
kebutuhan fisik yang dipakai dalam melakukan aktivitas produksi yaitu kebutuhan akan energi.
Kebutuhan energi terdiri dari
minyak, kayu bakar, solar, air, dan listrik.
Untuk rencana
kebutuhan fisik yang terakhir tidak lain adalah kebutuhan akan sumber daya manusia atau tenaga kerja. Kebutuhan tenaga kerja di bagi menjadi tiga bagian berdasarkan fungsi dan job deskripsi masing-masing bagian yang dibutuhkan. Pada perusahaan ini di pimpin oleh satu orang pimpinan yang merupakan seorang pemilik keseluruhan permodalan perusahaan. Demi mendukung jalannya aktivitas perusahaan, pimpinan membutuhkan bantuan tenaga kerja lainnya yang dibagi ke dalam bagian produksi dan bagian pemasaran (karyawan pedagang). Secara lebih rinci kebutuhan akan rencana fisik selama umur proyek dapat dilihat pada Lampiran 2. Rencana Kebutuhan Fisik pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar. 2) Indeks Harga Indeks harga
merupakan nilai mata uang (rupiah) atau
harga per satuan kebutuhan fisik perusahaan. Hal ini meliputi nilai atau harga per meter persegi bangunan dan lahan yang digunakan, nilai atau harga per kg bahan baku produksi, nilai per liter dan per meter kubik (m3) energi, dan upah tenaga kerja per orang kerja per satuan waktu kerja.
Lebih jelasnya indeks harga selama umur
proyek dalam ribuan rupiah dapat dilihat pada Lampiran 3. Rencana Indeks Harga pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar. 3) Rencana Anggaran Biaya (RAB) Rencana jumlah keseluruhan biaya yang dibutuhkan perusahaan untuk memenuhi segala bentuk kebutuhan dalam mendukung lancarnya jalan aktivitas perusahaan itu sendiri disebut sebagai Rencana Anggaran Biaya (RAB). RAB pada perusahaan pengelolaan kerupuk Ichtiar meliputi biaya Investasi dan biaya operasional perusahaan. Rencana anggaran biaya ini merupakan
51
hasil kali dari jumlah per satuan kebutuhan fisik dengan indeks harganya. Rincian lebih lengkap RAB pada perushaan pengelolaan kerupuk Ichtiar dapat dilihat pada Lampiran 4. Rencana Anggaran Biaya pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar. 4) Biaya Penyusutan Biaya yang dibebankan ke dalam biaya tetap (fix cost), akibat adanya penyusutan nilai buku dari asset sampai akhir tahun umur ekonomis asset. Secara kumulatif beban ini merupakan dana yang dapat digunakan kembali untuk membeli asset yang baru. Asset-asset yang terkena biaya penyusutan biasanya merupakan asset yang memiliki umur ekonomis lebih dari satu tahun. Pada perusahaan pengembangan usaha kerupuk Ichtiar, asset-asset yang terkena biaya penyusutan diantaranya, yaitu kantor dan fasilitas kantor, mes karyawan (tempat tinggal karyawan), pabrik dan lamporan, alat percetakan kerupuk, alat penjemuran, alat penggorengan, kaleng kerupuk besar yang biasa disebut sebagai rombong, dan kaleng kerupuk. Jumlah biaya penyusutan dari asset yang dimiliki perusahan sebesar Rp 15.250.500,00 selama umur proyek sepuluh tahun. Secara lebih jelas biaya penyusutan dapat dilihat pada Lampiran 5.
Perhitungan Biaya Penyusutan pada
Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar. 5) Modal dan Rencana Penerimaan Dalam merealisasikan proyek bisnis dibutuhkan dana untuk investasi. Dana tersebut diklasifikasikan atas dasar aktiva tetap berwujud seperti tanah, bangunan, pabrik dan mesin-mesin serta aktiva tetap tak berwujud seperti paten, lisensi, biaya-biaya pendahuluan dan biaya-biaya sebelum operasi. Di samping untuk aktiva tetap, terdapat juga dana yang dibutuhkan untuk kegiatan kerja (Umar, 2005). Dana yang diperlukan untuk seluruh investasi dan dana awal untuk melakukan seluruh kegiatan usaha di sebut sebagai modal. Modal yang dimiliki perusahaan pengembangan usaha kerupuk Ichtiar ini, berasal seluruhnya dari pemilik. Jumlah
52
modal yang diinvestasikan perusahaan pada tahun awal yaitu sebesar Rp
944.988.000,00.
Modal awal yang dimiliki ini
merupakan suatu penjumlahan dari biaya untuk investasi sebesar Rp 333.600.000,00 dan biaya kerja awal yang merupakan biaya operasional (biaya tetap dan biaya tidak tetap) tanpa biaya penyusutan pada tahun pertama sebesar Rp 611.388.000,00. Secara lebih jelasnya perhitungan permodalan pada perusahaan pengembangan kerupuk Ichtiar dapat dilihat pada Lampiran 6. Perhitungan Modal Awal Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar. Penerimaan merupakan seluruh manfaat atau pendapatan yang dapat diterima oleh perusahaan.
Pada perusahaan
pengembangan usaha kerupuk Ichtiar, penerimaan berasal dari penjualan produk kerupuk putih konsumsi dan nilai sisa atas asset yang terkena biaya penyusutan.
Penerimaan yang diperoleh
perusahaan pada tahun pertama sebesar Rp 772.200.000,00 dari seluruh hasil penjualan produk. Pada tahun terakhir proyek (tahun ke-10), penerimaan yang didapatkan perusahaan sebesar Rp 2.513.085.000,00. Jumlah penerimaan perusahaan yang jauh lebih besar dari tahun pertama, disebabkan oleh adanya rencana penambahan produksi, kenaikan harga jual yang di sebabkan karena terjadinya kenaikan harga produksi yang di dasarkan pada pengaruh inflasi, dan adanya penambahan dari nilai sisa penyusutan asset perusahaan itu sendiri. Secara lebih jelas dan terperinci, jumlah penerimaan perusahaan setiap tahunnya, dapat dilihat pada Lampiran 7. Perhitungan Penerimaan Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar. 6) Biaya Operasional Biaya
operasional
merupakan
jumlah
dana
yang
dikeluarkan perusahaan dalam memenuhi seluruh kebutuhan yang mendukung jalannya aktivitas prusahaan.
Pada perusahaan ini
biaya operasional yang digunakan sebesar Rp
626.639.000,00
pada tahun pertama. Jumlah biaya operasional ini berasal dari
53
penjumlah biaya tetap (fix cost) dan biaya variabel (variabel cost). Biaya
tetap
merupakan
sejumlah
dana
yang
dikeluarkan
perusahaan tanpa dipengaruhi oleh kegiatan produksi. Biaya upah tenaga kerja, biaya perawatan, biaya penyusutan, dan biaya yang dikeluarkan untuk pembayaran abudemen listrik dan air merupakan biaya tetap perusahaan. Junlah biaya tetap perusahaan pada tahun awal (tahun ke-1) yaitu sebesar Rp 235.177.000,00. Untuk biaya variabel yaitu biaya-biaya yang hanya dikeluarkan pada saat adanya kegiatan produksi.
Pada perusahaan ini, biaya yang
tergolong kedalam biaya variabel diantaranya biaya bahan baku, enrgi, dan transportasi. Junlah biaya variabel pada tahun awal (tahun ke-1) yaitu sebesar Rp 391.462.000,00.
Secara lebih
jelasnya perhitungan biaya operasional perusahaan untuk tahuntahun berikutnya dapat dilihat pada Lampiran 8.
Rekapitulasi
Seluruh Biaya dan Perhitungan Harga Pokok Penjualan (HPBP) pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar. 7) Analisis Kelayakan Investasi Analisis
Kelayakan
Investasi
pada
perusahaan
pengembangan usaha kerupuk Ichtiar dibuat selama sepuluh tahun periode usaha.
Discount factor yang digunakan sesuai dengan
suku bunga Bank BRI, BNI, dan Mandiri yaitu 14% per tahunnya. Analisis kelayakan investasi pada perusahaan pengembangan usaha kerupuk Ichtiar terdiri dari Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate Return (IRR), Payback periode (PBP), dan Profitability Index (PI). a. Net Present Value (NPV) Net Present Value (NPV) yaitu nilai sekarang dari keuntungan bersih yang akan diperoleh pada masa mendatang dan merupakan selisih antara nilai sekarang dari penerimaan dengan nilai sekarang dari pengeluaran pada tingkat tertentu.
Nilai
NPV pada pengembangan usaha kerupuk Ichtiar ini
adalah
sebesar Rp 411.405.000,00.
Angka ini menunjukan bahwa
54
sampai akhir periode pengembangan usaha selama sepuluh tahun, perusahaan akan mendapatkan jumlah keuntungan sebesar Rp 411.405.000,00 jika dinilai pada saat sekarang berdasarkan tingkat suku bunga 14% per tahun.
Hal ini
menunjukkan bahwa usaha yang akan dijalankan layak dan menguntungkan karena NPV lebih besar dari nol. b. Benefit Cost Ratio (Net B/C) Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) digunakan untuk kegiatan atau proyek-proyek makro dimana manfaatnya terutama dinikmati oleh sebagian atau seluruh masyarakat. B/C Ratio dibedakan menjadi Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C) dan Net Benefit Cost Ratio (Net B/C).
Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C) Merupakan perbandingan antara jumlah present value dari manfaat (benefit) kotor dengan jumlah present value dari biaya (cost) kotor. Gross B/C yang diperoleh yaitu sebesar 1,11.
Hal ini menunjukan bahwa usaha yang akan
dijalankan
merupakan
usaha
yang
layak
dan
menguntungkan, karena Gross B/C yang diperoleh lebih besar dari satu.
Artinya setiap Rp 1,00 biaya yang
dikeluarkan akan mendapatkan manfaat kotor Rp 1,11 selama umur proyek berdasarkan tingkat suku bunga 14% per tahun.
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Net B/C adalah perbandingan antara total nilai sekarang dari penerimaan bersih yang bersifat positif dengan total nilai sekarang dari penerimaan bersih yang bersifat negatif. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) yang diperoleh pada usaha ini yaitu sebesar 2,23. Hal ini menunjukkan bahwa usaha yang akan dijalankan merupakan usaha yang layak dan menguntungkan, karena Net B/C yang diperoleh lebih besar dari satu.
Artinya setiap biaya yang dikeluarkan
55
sebesar Rp 1,00 akan mendapatkan manfaat bersih sebesar Rp 2,23 selama umur proyek berdasarkan tingkat suku bunga 14% per tahun. c. Internal Rate Return (IRR) Metode ini digunakan untuk mencari tingkat suku bunga yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan di masa mendatang. Pada perusahaan pengembangan usaha kerupuk Ichtiar, IRR yang diperoleh sebesar 34,75%. Perolehan IRR yang lebih besar dari tingkat suku bunga bank sebesar 14% per tahun, menunjukkan bahwa pengembangan usaha ini layak untuk dijalankan. Perusahaan ini akan mendapatkan keuntungan sebesar 34,75% per tahun selama umur proyek atas investasi yang telah ditanamkan dalam usaha. d. Payback periode (PBP) Payback Periode (PBP) adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan menggunakan aliran kas. Dengan kata lain payback periode merupakan rasio antara initial cash investment dengan cash inflow-nya yang hasilnya merupakan satuan waktu. Payback period yang diperoleh pada usaha ini yaitu selama 1 tahun untuk penerimaan kotor dan selama 5,01 tahun untuk penerimaan bersih. Hal ini menunjukkan bahwa modal investasi akan kembali setelah 5,01 tahun dengan indikator pembanding menggunakan pendapatan bersih. Perolehan payback periode selama 5,01 tahun menunjukan jika usaha ini layak untuk dijalankan, karena nilai ini masih di bawah periode proyek selama sepuluh tahun. e. Profitability Index (PI). Metode
Profitability
Index
(PI)
menghitung
melalui
perbandingan antara nilai sekarang dari rencana penerimaanpenerimaan kas bersih masa yang akan datang dengan nilai sekarang (present value) dari investasi yang telah dilaksanakan.
56
Pada pengembangan usaha kerupuk Ichtiar ini, nilai profitability index yang diperoleh sebesar 3,03. Hal ini artinya usaha layak untuk dijalankan, karena nilai profitability index yang dihasilkan lebih besar dari nol. 8) Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas digunakan untuk melihat pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan yang berubah-ubah. Analisis sensitivitas dapat dilakukan dengan cara mengubah besarnya variabel-variabel menentukan
penting,
seberapa
perubahan tersebut.
dengan
pekanya
persentase
hasil
tertentu
perhitungan
dan
terhadap
Pada perusahaan pengembangan usaha
kerupuk Ichtiar ini, asumsi yang akan digunakan adalah kenaikan indeks harga bahan baku yang dipengaruhi oleh tingkat inflasi tertinggi sebesar 11%, selama empat tahun terakhir.
Dengan
adanya kenaikan harga bahan baku sebesar 11%, menghasilkan NPV sebesar Rp 182.583.000,00, Gross B/C sebesar 1,06 dan Net B/C sebesar 1,55, IRR sebesar 26,67%, PBP Gross selama 1 tahun dan PBP Net selama 5,13 tahun dan PI sebesar 2,11. Dari hasil tersebut dapat dinyatakan jika perusahaan tetap layak untuk dikembangkan walau pun tejadi kenaikan harga bahan baku sebesar 11%. 4.3 Implikasi Manajerial Hasil penelitian ini diharapkan memiliki implikasi manajerial bagi perusahaan pengembangan usaha kerupuk Ichtiar. Implikasi manajerial yang dapat dilakukan yaitu : 1. Perusahaan pengembangan usaha kerupuk Ichtiar dapat memenuhi kebutuhan konsumsi kerupuk masyarakat dengan produk yang lebih bermutu dan strategi pemasaran yang jelas dan tepat. Produk yang lebih bermutu dapat dilakukan perusahaan dengan cara merubah bentuk,
rasa,
dan
warna
produk.
Perubahan
yang
paling
memungkinkan adalah perubahan bentuk pada kerupuk, karena hal ini dilakukan dengan mengubah cetakan dasar. Perubahan bentuk kerupuk
57
dapat membuat pilihan pada konsumen dalam melakukan pembelian dan terlihat lebih menarik dibandingkan produk pesaing. Pasar sasaran yang ditetapkan perusahaan yaitu para pedagang pengecer di wilayah Bogor. Dalam menentukan posisi pasar, perusahaan akan berdasarkan pada mutu atau kualitas dengan ukuran kuantitas yang lebih besar per satuan unit kerpuknya disertai dengan pelayanan yang lebih baik dalam penjualan. Pelayanan yang lebih baik dilakukan dengan cara menjaga kualitas produk dan terus melakukan perubahan produk sesuai dengan yang diinginkan oleh konsumen. Selain itu, tenaga kerja pedagang bersikap ramah dan memberikan senyuman juga bersikap bersahabat terhadap konsumennya. 2. Pada aspek manajemen sumber daya manusia, perusahaan dapat merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, dan mengendalikan seluruh aktivitas dengan lebih rapih dan teratur. Pendekatan campuran yang digunakan perusahaan dapat mendukung dalam merencanakan berbagai kebutuhan dan aktivitasnya.
Perusahaan menggunakan
struktur organisasi sederhana, dengan menerapkan sistem penggajian yang sesuai dengan upah minimum regional. Setelah perusahaan dapat merencanakan seluruh aktivitasnya dengan baik dan didukung oleh sumber daya manusia yang tertib organisasi, akan memudahkan dalam pelaksanaan seluruh aktivitas. Untuk menciptakan suasana yang baik di likungan perusahaan, komunikasi harus tetap dijaga dan pengawasan terhadap seluruh kegiatan akan membantu dalam meminimalisasi resiko perusahaan. 3. Pada aspek keuangan perusahaan dapat mengetahui modal awal, biaya operasional, dan penerimaan selama periode pengembangan dilakukan. Perhitungan analisis studi kelayakan dapat diterapkan, dengan melihat NPV, IRR, B/C Ratio, Payback Periode dan Profitability Index menunjukan jika perusahaan pengembangan usaha kerupuk Ichtiar layak untuk dijalankan. Berdasarkan analisis studi kelakayan yang telah dilakukan, perusahaan dapat melakukan pengembangan usahanya untuk meningkatkan manfaat dan laba perusahaan.
58
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 1. Perusahaan pengembangan usaha kerupuk Ichtiar menetapkan para pedagang pengecer di daerah Bogor sebagai pasar sasarannya dengan keunggulan mutu produk dan pelayanan dalam penjualan sebagai posisi pasarnya. Produk yang dihasilkan berupa kerupuk putih konsumsi yang bermutu dengan harga yang ditetapkan berdasarkan pada harga pokok penjualan yang disesuaikan dengan harga pasar agar dapat bersaing dengan perusahaan sejenis. Perizinan yang dimiliki perusahaan berupa Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP). Dalam menjalankan kegiatan manajemen perusahan menetapkan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,
dan
pengawasan.
Kegiatan
produksi
perusahaan
berdasarkan pada proses produksi yang didukung oleh kebutuhan fisiknya. Limbah abu perusahaan dapat dijadikan sebagai pupuk organik untuk petani di daerah sekitar dan limbah berupa asap tidak terlalu berpengaruh karena jumlahnya yang tidak terlalu tinggi juga disertai cerobong asap yang mengatur pengeluarannya. Perusahaan berpengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar dan pengurangan pengangguran di daerah, karena tenaga kerja perusahaan berasal dari daerah sekitar. 2. Studi kelayakan pengembangan usaha kerupuk Ichtiar ini menghasilkan NPV sebesar Rp 411.405.000,00, Gross B/C 1,11, dan Net B/C 2,23, IRR 34,75%, PBP Gross 1 tahun dan PBP Net 5,01 tahun, dan PI 3,03 menunjukan jika pengembangan usaha ini layak untuk dijalankan. Analisis sensitivitas dengan asumsi kenaikan harga bahan baku, menghasilkan NPV sebesar Rp 182.583.000,00, Gross B/C sebesar 1,06 dan Net B/C sebesar 1,55, IRR sebesar 26,67%, PBP Gross selama 1 tahun dan PBP Net selama 5,13 tahun dan PI sebesar 2,11. Hasil tersebut menyatakan jika perusahaan tetap layak untuk dikembangkan walau pun tejadi kenaikan harga bahan baku yang dipengaruhi inflasi sebesar 11%.
59
B. Saran 1. Perusahaan tetap menjaga hubungan yang telah terjalin dengan baik terhadap pedagang pengecer dan perlu membuka hubungan baru dengan pedagang pengecer lain yang belum bekerjasama. menjalin
hubungan
kerjasama
dengan
konsumen
Salah satu cara yaitu
dengan
mempertahankan dan meningkatkan mutu produk dan pelayanan yang sudah dimiliki. Pengawasan terhadap seluruh aktivitas kerja harus tetap dilakukan dan ditingkatkan perhatiannya, dengan
tujuan untuk
memperkecil terjadinya kesalahan atau resiko yang dimiliki oleh perusahaan. 2. Analisis studi kelayakan ini menetapkan perusahaan layak jika dilakukan pengembangan usaha.
Untuk itu, jika perusahaan menginginkan
meningkatkan manfaat yang di dapat, perusahaan perlu melakukan pengembangan terhadap usahanya.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. Tingkat Inflasi di Indonesia, 2009. http//bps.go.id Dinas
Pemerintahan Kota Bogor. http://www.bogorkab.go.id/.
Geografi
dan
Demografi,
2009.
Dinas Pemerintahan Kabupaten Bogor. Geografi dan Demografi, 2009. http://www.kotabogor.go.id . Firdaus. 2008. Manajemen Agribisnis. Bumi Aksara, Jakarta. Halim, A. 2009. Analisis Kelayaklan Investasi Bisnis Kajian dari Aspek Keuangan. Edisi I. Penerbit Graha Ilmu,Yogyakarta. Handoko T H. 1984. Dasar-Dasar Manajemen Produksi Dan Operasi. Yogyakarta : universitas Gajah Mada Heizer, J dan B. Render. 2006. Manajemen Operasi. Salemba Empat, Jakarta. Ibrahim, Y. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. PT. Asdi Mahasatya, Jakarta. Kadariah. 1976. Pengantar Evaluasi Proyek (jilid 1). Jakarta : Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Kotler P. 2004. Manajemen Pemasaran. Teguh H, Rony A, Rusli dan B Molan, Penerjemah. Jakarta : PT Indeks. Terjemahan dari : Marketing Management. Kasmir dan Jakfar. 2007. Studi Kelayakan Bisnis. Edisi kedua. Kencana Prenada Media Group, Jakarta. Miranti. 2008. Pengembangan Usaha “Elasari Brownies and Bakery” Analisis Aspek Pasar dan Keuangan. Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakulatas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Nazir. 2005. Metode Penelitian. Penerbit Ghalia Indonesia, Bogor. Peta Lokasi Desa Cibanteng, Kecamatan Ciamepa, Kabupaten Bogor, 2009. http://maps.google.com. Rivai, A. 2009. Analisis Kelayakan usaha Penggemukan Sapi Potong (fattening) pada PT Zagrotech Dafa International (ZDI) Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakulatas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Simamora, B. 2004. Riset Pemasaran : Falsafah, Teori, dan Aplikasi. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Umar, H. 2005. Studi Kelayakan Bisnis : Teknik Menganalisis Kelayakan Rencana Bisnis secara Komprehensif. Edisi 3. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Wikipedia. 2009. Kerupuk. http://id.wikipedia.org/wiki/Kerupuk Wirakartakusumah, M.A. dan Dahrul Syah. 1990. “Perkembangan Industri Pangan di Indonesia”. Pangan. Vol II (5). Bogor. www.investasi.belitungisland.com. 2003. Konsumsi Rata-rata per Kapita untuk Kerupuk Menurut Golongan Pengeluaran per Kapita Sebulan .
LAMPIRAN
xii
Lampiran 1. Perhitungan Rencana Kapasitas dan Kebutuhan Produksi pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar.
Perhitungan Rencana Kapasitas dan Kebutuhan Produksi pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar No A
Uraian Rencana Kapasitas Produksi ( 26 hari kerja/bln dan 11bln/th dengan produksi 9000 butir/hr)
B 1 2 3 4 5 6 7 8 C 1 2 3 4 5 D 1 2 3
Kebutuhan Bahan Baku Tepung Sagu Garam Terigu Botan Sasa Terasi Bawang Putih Gula Pasir Kebutuhan Energi Minyak Kayu Bakar Solar Air Listrik Tenaga Kerja Pimpinan Karyawan produksi Karyawan pedagang
Satuan
Tahun ke5 6
1
2
3
4
butir/hari butir/bulan butir/thn
9.000 234.000 2.574.000
9.000 234.000 2.574.000
9.000 234.000 2.574.000
9.000 234.000 2.574.000
9.000 234.000 2.574.000
kg/thn pak/thn kg/thn kaleng/thn kg/thn pak/thn kg/thn kg/thn
31.460 572 1.430 858 143 286 143 143
31.460 572 1.430 858 143 286 143 143
31.460 572 1.430 858 143 286 143 143
31.460 572 1.430 858 143 286 143 143
kg/thn paket mobil/thn liter/thn m3/thn kWh/thn
13.728 71,5 5.720 414,70 7.700
13.728 71,5 5.720 414,70 7.700
13.728 71,5 5.720 414,70 7.700
1 4 9
1 4 9
1 4 9
orang/thn orang/thn orang/thn
7
8
9
10
18.000 468.000 5.148.000
18.000 468.000 5.148.000
18.000 468.000 5.148.000
18.000 468.000 5.148.000
18.000 468.000 5.148.000
31.460 572 1.430 858 143 286 143 143
62.920 1.144 2.860 1.716 286 572 286 286
62.920 1.144 2.860 1.716 286 572 286 286
62.920 1.144 2.860 1.716 286 572 286 286
62.920 1.144 2.860 1.716 286 572 286 286
62.920 1.144 2.860 1.716 286 572 286 286
13.728 71,5 5.720 414,70 7.700
13.728 71,5 5.720 414,70 7.700
27.456 143 11.440 429,00 7.700
27.456 143 11.440 429,00 7.700
27.456 143 11.440 429,00 7.700
27.456 143 11.440 429,00 7.700
27.456 143 11.440 429,00 7.700
1 4 9
1 4 9
1 8 18
1 8 18
1 8 18
1 8 18
1 8 18
Lampiran 2. Rencana Kebutuhan Fisik pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar.
Rencana Kebutuhan Fisik pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar No
ITEM
Bangunan 1 Kantor dan Fasilitas Kantor (15th) 2 Mes Karyawan (15th) 3 Pabrik dan Lamporan Penjemuran (15th) B Peralatan Produksi 1 Alat Percetakan Kerupuk (10th) 2 Alat Penjemuran (2th) 3 Alat Penggorengan (10th) 4 Kaleng Kerupuk Besar (Rombong) (5th) 5 Kaleng Kerupuk (5th) C Bahan Baku Produksi 1 Tepung Sagu 2 Garam 3 Terigu 4 Botan 5 Sasa 6 Terasi 7 Bawang Putih 8 Gula Pasir D Energi 1 Minyak 2 Kayu Bakar (satu paket = satu mobil) 3 Solar 4 Air
Satuan
0
1
2
3
Tahun ke5
4
6
7
8
9
Jumlah
10
A
5 Listrik E
Tenaga Kerja 1 Pimpinan 2 Karyawan produksi 3 Karyawan pedagang
m2 m2 m2
54 156 790
unit unit unit unit unit
1 200 1 18 90
200
200
200
200
200
200
200
36 180
kg/thn pak/thn kg/thn kaleng/thn kg/thn pak/thn kg/thn kg/thn
31.460 572 1.430 858 143 286 143 143
31.460 572 1.430 858 143 286 143 143
31.460 572 1.430 858 143 286 143 143
31.460 572 1.430 858 143 286 143 143
31.460 572 1.430 858 143 286 143 143
62.920 1.144 2.860 1.716 286 572 286 286
62.920 1.144 2.860 1.716 286 572 286 286
62.920 1.144 2.860 1.716 286 572 286 286
62.920 1.144 2.860 1.716 286 572 286 286
62.920 1.144 2.860 1.716 286 572 286 286
kg/thn paket/thn liter/thn per 10 m3 10 - 20 m3 > 20 m3 per 60 Kwh > 60 kWh
13.728 71,5 5.720 110 110 194,7 660 7.040
13.728 71,5 5.720 110 110 194,7 660 7.040
13.728 71,5 5.720 110 110 194,7 660 7.040
13.728 71,5 5.720 110 110 194,7 660 7.040
13.728 71,5 5.720 110 110 194,7 660 7.040
27.456 143 11.440 110 110 209 660 7.040
27.456 143 11.440 110 110 209 660 7.040
27.456 143 11.440 110 110 209 660 7.040
27.456 143 11.440 110 110 209 660 7.040
27.456 143 11.440 110 110 209 660 7.040
1 4 9
1 4 9
1 4 9
1 4 9
1 4 9
1 8 18
1 8 18
1 8 18
1 8 18
1 8 18
orang/thn orang/thn orang/thn
54 156 790 1 1.600 1 54 270 471.900 8.580 21.450 12.870 2.145 4.290 2.145 2.145 205.920 1.073 85.800 1.100 1.100 2.019 6.600 70.400 10 60 135
Lampiran 3. Rencana Indeks Harga pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar
Rencana Indeks Harga pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar (000Rp) No A 1 2 3 B 1 2 3 4 5 C 1 2 3 4 5 6 7 8 D 1 2 3 4
ITEM Bangunan Kantor dan Fasilitas Kantor Mes Karyawan Pabrik dan Lamporan Peralatan Produksi Alat Percetakan Kerupuk Alat Penjemuran Alat Penggorengan Kaleng Kerupuk Besar (Rombong) Kaleng Kerupuk Bahan Baku Produksi Tepung Sagu Garam Terigu Botan Sasa Terasi Bawang Putih Gula Pasir Energi Minyak Kayu Bakar Solar Air
5 Listrik E
Upah/Gaji Tenaga Kerja 1 Pimpinan 2 Karyawan produksi 3 Karyawan pedagang
Satuan
0
Rp/m2 Rp/m2 Rp/m2
300 300 300
Rp/unit Rp/unit Rp/unit Rp/unit Rp/unit
22.000 12,5 3.250 200 25
Rp/kg Rp/pak Rp/kg Rp/kaleng Rp/kg Rp/pak Rp/kg Rp/kg Rp/kg Rp/paket mobil Rp/liter Rp/per 10 m3 Rp/10 - 20 m3 Rp/> 20 m3 Rp/per 60 kWh Rp/> 60 kWh Rp/orang/thn Rp/orang/thn Rp/orang/thn
1
Tahun ke5
2
3
4
6
7
8
9
12,5
12,5
12,5
16,5
200 25
200 25
200 25
5,0 3,6 6,2 7,5 21,0 4,0 14,0 10,5
5,0 3,6 6,2 7,5 21,0 4,0 14,0 10,5
8,0 240,0 4,5 1,600 2,990 3,410 0,445 0,495 33.000 9.900 13.200
16,5
16,5
16,5
21,5
21,5
21,5
262 33
262 33
262 33
262 33
344 43
344 43
344 43
5,0 3,6 6,2 7,5 21,0 4,0 14,0 10,5
6,5 4,7 8,2 10,0 27,5 5,0 18,0 14,0
6,5 4,7 8,2 10,0 27,5 5,0 18,0 14,0
6,5 4,7 8,2 10,0 27,5 5,0 18,0 14,0
6,5 4,7 8,2 10,0 27,5 5,0 18,0 14,0
8,5 6,2 10,7 13,0 36,0 7,0 24,0 18,0
8,5 6,2 10,7 13,0 36,0 7,0 24,0 18,0
8,5 6,2 10,7 13,0 36,0 7,0 24,0 18,0
8,0 240,0 4,5 1,600 2,990 3,410 0,445 0,495
8,0 240,0 4,5 1,600 2,990 3,410 0,445 0,495
10,5 315,0 6,0 2,097 3,919 4,470 0,583 0,649
10,5 315,0 6,0 2,097 3,919 4,470 0,583 0,649
10,5 315,0 6,0 2,097 3,919 4,470 0,583 0,649
10,5 315,0 6,0 2,097 3,919 4,470 0,583 0,649
14,0 412,0 8,0 2,749 5,137 5,859 0,765 0,850
14,0 412,0 8,0 2,749 5,137 5,859 0,765 0,850
14,0 412,0 8,0 2,749 5,137 5,859 0,765 0,850
33.000 9.900 13.200
33.000 9.900 13.200
44.000 13.200 16.500
44.000 13.200 16.500
44.000 13.200 16.500
44.000 13.200 16.500
55.000 16.500 22.000
55.000 16.500 22.000
55.000 16.500 22.000
Catatan ; Dasar perubahan harga pada tahun ke-4 dan ke-8, dengan asumsi adanya pengaruh peningkatan inflasi sebesar 7%. Hal ini juga didasarkan pada pengalaman yang telah terjadi di pasar selama perusahan berdiri. Perhitungan kenaikan harga, dilakukan dengan penghitungan nilai yang akan datang (Future Value ). Menurut Halim (2009), perhitungan nilai yang akan datang dapat dihitung dengan cara : Dimana ; Mn = Nilai awal periode I = tingkat suku bunga per periode Mn = Mo (1+i)^n. Mo = Nilai akhir periode pd thn ke-n n = periode waktu
10
Kantor dan Fasilitas Kantor Mes Karyawan Pabrik dan Lamporan
Rp/m2 Rp/m2 Rp/m2
19.440.000 56.160.000 284.400.000 360.000.000
3000 900 1200 5100
4.000 1.200 1.500 6700
5.000 1.500 2.000 8500
360.000,00
Lampiran 4. Rencana Anggaran Biaya pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar.
Rencana Anggaran Biaya pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar (000Rp) No A 1 2 3 B 1 2 3 4 5 C 1 2 3 4 5 6 7 8 D 1 2 3 4
ITEM Bangunan Kantor dan Fasilitas Kantor Mes Karyawan Pabrik dan Lamporan Total Biaya Bangunan Peralatan Produksi Alat Percetakan Kerupuk Alat Penjemuran Alat Penggorengan Kaleng Kerupuk Besar (Rombong) Kaleng Kerupuk Total Biaya Peralatan Bahan Baku Produksi Tepung Sagu Garam Terigu Botan Sasa Terasi Bawang Putih Gula Pasir Total Biaya Bahan Baku Energi Minyak Kayu Bakar Solar Air
5 Listrik Total Biaya Energi
Satuan
0
Rp Rp Rp
16.200 46.800 237.000 300.000
Rp Rp Rp Rp Rp
22.000 2.500 3.250 3.600 2.250 33.600
1
2
3
Tahun ke5
4
2.500
-
-
2.500
-
6
7
8
9
10
3.300
3.300
3.300
4.300
4.300
4.300
3.300
9.432 5.940 18.672
3.300
4.300
4.300
4.300
Rp/thn Rp/thn Rp/thn Rp/thn Rp/thn Rp/thn Rp/thn Rp/thn
157.300 2.059 8.866 6.435 3.003 1.144 2.002 1.502 182.311
157.300 2.059 8.866 6.435 3.003 1.144 2.002 1.502 182.311
157.300 2.059 8.866 6.435 3.003 1.144 2.002 1.502 182.311
204.490 2.688 11.726 8.580 3.933 1.430 2.574 2.002 237.423
204.490 2.688 11.726 8.580 3.933 1.430 2.574 2.002 237.423
408.980 5.377 23.452 17.160 7.865 2.860 5.148 4.004 474.846
408.980 5.377 23.452 17.160 7.865 2.860 5.148 4.004 474.846
534.820 7.093 30.602 22.308 10.296 4.004 6.864 5.148 621.135
534.820 7.093 30.602 22.308 10.296 4.004 6.864 5.148 621.135
534.820 7.093 30.602 22.308 10.296 4.004 6.864 5.148 621.135
Rp/thn Rp/thn Rp/thn Rp/thn Rp/thn Rp/thn Rp/thn Rp/thn
109.824 17.160 25.740 176,00 328,90 663,93 293,70 3.484,80 157.671,33
109.824 17.160 25.740 176,00 328,90 663,93 293,70 3.484,80 157.671,33
109.824 17.160 25.740 176,00 328,90 663,93 293,70 3.484,80 157.671,33
144.144 22.523 34.320 230,67 431,09 870,31 384,78 4.568,96 207.472,31
144.144 22.523 34.320 230,67 431,09 870,31 384,78 4.568,96 207.472,31
288.288 45.045 68.640 230,67 431,09 934,23 384,78 4.568,96 408.522,73
288.288 45.045 68.640 230,67 431,09 934,23 384,78 4.568,96 408.522,73
384.384 58.916 91.520 302,39 565,07 1.224,53 504,90 5.984,00 543.400,89
384.384 58.916 91.520 302,39 565,07 1.224,53 504,90 5.984,00 543.400,89
384.384 58.916 91.520 302,39 565,07 1.224,53 504,90 5.984,00 543.400,89
Lanjutan Lampiran 4. Rencana Anggaran Biaya pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar.
Rencana Anggaran Biaya pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar (000Rp) No E 1 2 3 F 1 2 3 4
ITEM Upah Tenaga Kerja Pimpinan Karyawan produksi Karyawan pedagang Total Biaya Upah/Gaji TK Biaya Lainnya Biaya Perawatan Biaya Transportasi Biaya Sewa Tanah Biaya Pajak Bumi dan Bangunan Total Biaya Lainnya
Satuan
0
1
2
3
4
Tahun ke5
6
7
8
9
10
Rp/thn Rp/thn Rp/thn
33.000 39.600 118.800 191.400
33.000 39.600 118.800 191.400
33.000 39.600 118.800 191.400
44.000 52.800 148.500 245.300
44.000 52.800 148.500 245.300
44.000 105.600 297.000 446.600
44.000 105.600 297.000 446.600
55.000 132.000 396.000 583.000
55.000 132.000 396.000 583.000
55.000 132.000 396.000 583.000
Rp/thn Rp/thn Rp/thn Rp/thn
3.000 51.480 7.500 550 62.530
3.000 51.480 7.500 550 62.530
3.000 51.480 7.500 550 62.530
3.900 64.350 9.800 720 78.770
3.900 64.350 9.800 720 78.770
3.900 128.700 9.800 720 143.120
3.900 128.700 9.800 720 143.120
5.200 180.180 12.000 945 198.325
5.200 180.180 12.000 945 198.325
5.200 180.180 12.000 945 198.325
Lampiran 5. Perhitungan Biaya Penyusutan pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar
Perhitungan Biaya Penyusutan pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar No A 1 2 3 B 1 2 3 4 5
Jenis Asset Terkena Biaya Penyusutan Bangunan Kantor dan Fasilitas Kantor Mes Karyawan Pabrik dan Lamporan Peralatan Produksi Alat Percetakan Kerupuk Alat Penjemuran Alat Penggorengan Kaleng Kerupuk Besar (Rombong) Kaleng Kerupuk Total Penyusutan
1
Rumus :
2
Biaya Penyusutan
3
Nilai Awal
4
Nilai Akhir
5
Umur Ekonomi
7
8
Nilai Akhir Umur Asset (Rp) Ekonomi (th)
Penyusutan Asset (Rp)
Nilai Buku Asset (Rp)
16.200 46.800 237.000
1.620 4.680 23.700
25 25 25
583,20 1.684,80 8.532,00
10.368 29.952 151.680
22.000 2.500 3.250 3.600 2.250 333.600
2.200 250 325 360 225 33.360
10 2 10 5 5
1.980,00 1.125,00 292,50 648,00 405,00 15.250,50
2.200 325
194.525,00
PENJELASAN PERHITUNGAN BIAYA PENYUSUTAN
No
6
Nilai Awal Asset (Rp)
Umur Teknis (Pelayanan)
Asset
Nilai Buku
(Nilai
Awal - Nilai Akhir ) / Umur Teknis
Biaya yang dibebankan ke dalam biaya tetap akibat adanya penyusutan nilai buku dari asset sampai akhir tahun umur ekonomis asset. Secara kumulatif beban ini merupakan dana yang dpt digunakan kembali untuk membeli yang baru, (Rp/th). Harga beli asset dalam kondisi baru, (RP) Nilai Buku asset pada akhir tahun Umur Ekonomi. Nilai ini disebut nilai rongsokan suatu asset dimana tidak ekonomis lagi untuk digunakan karena umur Ekonomisnya sudah habis. Biasanya : Nialai Akhir = 10 % Nilai Awal Periode waktu dimana asset tersebut masih dianggap layak secara ekonomis untuk digunakan terus. Untuk suatu mesin / alat biasanya ditetapkan oleh pabrik berdasarkan hasil uji coba (satuan dalam : jam pemakaian). Untuk bangunan umumnya umur ini berkisar antara 20 - 35 thn (tergantung kondisi) Periode waktu dimana asset masih dianggap layak secara teknis untuk digunakan terus. Untuk suatu mesin / alat biasanya panjang umur ditentukan oleh perawatan & pemeliharaan yang besarnya semakin meningkat. Barang bergerak dan tidak bergerak yang dimiliki perusahan; Berupa : bangunan, mesin, kelengkapan dan perlengkapan produksi, kendaraan, dll.
Nilai akhir asset yang memiliki umur ekonomi lebih dari umur proyek. Untuk asset yang memiliki umur ekonomi = umur proyek, nilai buku asset akan sama dengan nilai akhir. Untuk asset yang memiliki umur ekonomi kurang dari umur proyek, maka nilai bukunya sama dengan nilai akhir pada periode umur ekonomi.
Rumus Nilai Buku = ((Nilai Awal - Nilai Akhir) / Umur Teknis) x (Umur Teknis - Umur Proyek) + Nilai Akhir
Contoh Nilai Buku : Nilai Akhir = 10% dari Nilai awal Nilai Awal = 16.200 Umur Ekonomis = 15 th Umur Proyek 10 th Tahun (N) Nilai Penyusutan 0 1 583,20 2 583,20 3 583,20 4 583,20 5 583,20 6 583,20 7 583,20 8 583,20 9 583,20 10 583,20 11 583,20 12 583,20 13 583,20 14 583,20 15 583,20
Nilai Buku 16.200,00 15.616,80 15.033,60 14.450,40 13.867,20 13.284,00 12.700,80 12.117,60 11.534,40 10.951,20 10.368,00 9.784,80 9.201,60 8.618,40 8.035,20 7.452,00
Dari tabel di atas di dapat ; Rumus Nilai Buku = ((Nilai Awal - Nilai Akhir)/Umur Teknis) x (Umur Teknis - Umur Proyek) + Nilai Akhir Contoh ; Nilai Buku = ((16.200-1.620)/25) x (25-10) + 1.620 Nilai Buku =10,368
Lampiran 6. Perhitungan Modal Awal Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar
No
Perhitungan Modal Awal
Lanjutan Perhitungan Modal Awal
Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar (000Rp)
Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar (000Rp)
Uraian
A Bangunan 1 Kantor dan Fasilitas Kantor 2 Mes Karyawan 3 Pabrik dan Lamporan Total Bangunan B Peralatan Produksi 1 Alat Percetakan Kerupuk 2 Alat Penjemuran 3 Alat Penggorengan 4 Kaleng Kerupuk Besar (Rombong) 5 Kaleng Kerupuk Total Peralatan Produksi Total Modal Investasi (TMI) = A + B C Bahan Baku Produksi 1 Tepung Sagu 2 Garam 3 Terigu 4 Botan 5 Sasa 6 Terasi 7 Bawang Putih 8 Gula Pasir Total Bahan Baku Produksi
Satuan
Tahun ke0
Rp Rp Rp Rp
16.200 46.800 237.000 300.000
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
22.000 2.500 3.250 3.600 2.250 33.600 333.600
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
1
No D 1 2 3 4
Uraian Energi Minyak Kayu Bakar Solar Air
5 Listrik Total Energi Tenaga Kerja Pimpinan Karyawan produksi Karyawan pedagang Total Tenaga Kerja F Biaya Lainnya 1 Biaya Perawatan 2 Biaya Transportasi
E 1 2 3 157.300 2.059 8.866 6.435 3.003 1.144 2.002 1.502 182.311
Satuan
1
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
109.824,00 17.160,00 25.740,00 176,00 328,90 663,93 293,70 3.484,80 157.671
Rp Rp Rp Rp
33.000 39.600 118.800 191.400
Rp Rp 3 Biaya THR Tenaga Kerja Rp 4 Abudemen Listrik Rp 5 Abudemen Air Rp 6 Sewa tanah Rp 7 Pajak bumi dan bangunan Rp Total Biaya Lainya Rp Total Modal Kerja Awal (TMKA) = C + D + E + F Total Modal Awal Rp (TMI + TMKA)
Catatan ; Modal awal yang di gunakan merupakan jumlah dari seluruh biaya yang dikeluarkan pada periode awal proyek, tanpa biaya penyusutan.
Tahun ke0
3.000 51.480 17.400,0 66,4 10,0 7500 550
80.006 611.388 944.988
Lampiran 7. Perhitungan Penerimaan Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar
Perhitungan Penerimaan Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar (000Rp) No
Uraian
A Penjulan Hasil Produksi 1. Penjualan Hasil Produksi ( 26 hari kerja/bln dan 11bln/th dengan produksi 9000 butir/hr) 2. Terjadi kenaikan harga jual pada tahun ke-4 3. Penambahan produksi pada tahun ke-6 4. Terjadi kenaikan harga jual pada tahun ke-8 B Nilai Sisa Nilai Buku Alat Penjemuran (2th) Nilai Buku Rombong (5th) Nilai Buku Kaleng Kerupuk (5th) Nilai Buku Lainnya Total Penerimaan
Satuan
Harga Rp per stn
Jumlah
butir
0,30
2.574.000
butir
0,35
2.574.000
butir
0,35
5.148.000
butir
0,45
5.148.000
unit unit unit unit
12,5 200 25
200 18 90
1
2
3
772.200
772.200
772.200
4
5
900.900
Tahun ke6
7
9
10
2.316.600
2.316.600
2.316.600
1.375 360 225 194.525 2.513.085
900.900 1.801.800
250
8
250
1.801.800
250
250
250
250
1.802.050
1.802.050
2.316.850
2.316.850
360 225 772.200
772.450
772.200
901.150
901.485
Lampiran 8. Rekapitulasi Seluruh Biaya pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar
Rekapitulasi Seluruh Biaya pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar (000Rp) No A
B
C
D
Jenis Biaya Biaya Investasi 1. Bangunan 2. Peralatan Produksi Total Biaya Investasi (BI) Biaya Tetap (BT=FC) 1. Biaya Upah Tenaga Kerja 2. Biaya Perawatan 3. Biaya Penyusutan 4. Biaya THR Tenaga Kerja 5. Abudemen Listrik 6. Abudemen Air 7. Sewa Tanah 8. Pajak Bumi dan Bangunan Total Biaya Tetap Biaya Tidak Tetap (BTT=VC) 1. Bahan Baku Produksi 2. Energi 3. Biaya Transportasi Total Biaya Tidak Tetap Jumlah Biaya Operasional (BT+BTT) Total Biaya (BI + BO)
Tahun ke0 300.000 33.600 333.600
333.600
1
2
-
3
-
2.500 2.500
4
-
5
6
7
3.300 3.300
18.672 18.672
8
9
10
3.300 3.300
4.300 4.300
4.300 4.300
4.300 4.300
191.400 3.000 15.251 17.400 66,4 10,0
191.400 3.000 15.251 17.400 66,4 10,0
191.400 3.000 15.251 17.400 66,4 10,0
245.300 3.900 15.251 22.300 87,0 13,1
245.300 3.900 15.251 22.300 87,0 13,1
446.600 3.900 15.251 40.600 87,0 13,1
446.600 3.900 15.251 40.600 87,0 13,1
583.000 5.200 15.251 53.000 114,2 17,2
583.000 5.200 15.251 53.000 114,2 17,2
583.000 5.200 15.251 53.000 114,2 17,2
7.500
7.500
7.500
9.800
9.800
9.800
9.800
12.000
12.000
12.000
550 235.177
550 235.177
550 235.177
720 297.371
720 297.371
720 516.971
720 516.971
945 669.527
945 669.527
945 669.527
182.311 157.671 51.480 391.462 626.639 626.639
182.311 157.671 51.480 391.462 626.639 626.639
182.311 157.671 51.480 391.462 626.639 629.139
237.423 207.472 64.350 509.245 806.616 806.616
237.423 207.472 64.350 509.245 806.616 809.916
474.846 408.523 128.700 1.012.069 1.529.039 1.547.711
474.846 408.523 128.700 1.012.069 1.529.039 1.532.339
621.135 543.401 180.180 1.344.716 2.014.243 2.018.543
621.135 543.401 180.180 1.344.716 2.014.243 2.018.543
621.135 543.401 180.180 1.344.716 2.014.243 2.018.543
Perhitungan Harga Pokok Penjualan (HPP) pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar No A B C D E F G H I J
KETERANGAN TOTAL BT TOTAL BTT PAJAK 35 % TOTAL BIAYA KAP. PROD HPP AWAL MARK UP 20 % HPP AKHIR HPP AKHIR sesuai pasar MARK UP sesuai pasar IRR
Satuan Rp/thn Rp/thn Rp/thn Rp/thn butir/thn Rp/butir Rp/butir Rp/butir Rp/butir persen #REF!
1 227.127 345.182 36.390 608.699 2.574 236 47,30 284 300 0,27
2 227.127 345.182 36.453 608.762 2.574 237 47,30 284 300 0,27
3 227.127 345.182 35.765 608.074 2.574 236 47,25 283 300 0,27
Tahun ke4 5 286.851 286.851 451.695 451.695 23.634 22.892 762.179 761.438 2.574 2.574 296 296 59,22 59,16 355 355 400 400 0,35 0,35
6 506.451 890.169 63.585 1.460.204 5.148 284 56,73 340 400 0,41
7 8 9 506.451 656.582 656.582 890.169 1.173.436 1.173.436 67.428 74.577 74.577 1.464.047 1.904.594 1.904.594 5.148 5.148 5.148 284 370 370 56,88 73,99 73,99 341 444 444 400 450 450 0,41 0,22 0,22
10 656.582 1.173.436 123.636 1.953.653 5.148 379 75,90 455 450 0,19
Pimpinan
1
3.000
4.000
5.000
4 9 1 8 18
900 1.200 5.100 3.000 7.200 21.600
1.200 1.500 6.700 4.000 9.600 27.000
1.500 2.000 8.500 5.000 12.000 36.000
1
31.800
40.600
53.000
11
349.800
446.600
583.000
Lampiran 9. Perhitungan Harga Pokok Penjualan.
PERHITUNGAN HARGA POKOK PENJUALAN (HPP) No A B C D E F G H I J
KETERANGAN TOTAL BT (Rp/thn) TOTAL BTT (Rp/thn) PAJAK 35 % (Rp/thn) TOTAL BIAYA (Rp/thn) KAP. PROD (butir/thn) HPP AWAL (Rp/butir) MARK UP 20 % (Rp/butir) HPP AKHIR (Rp/butir) HPP AKHIR sesuai pasar MARK UP sesuai pasar
SATUAN Rp/thn Rp/thn Rp/thn Rp/thn butir/thn Rp/butir Rp/butir Rp/butir Rp/butir persen
1 2 3 4 5 6 235.177 235.177 235.177 297.371 297.371 516.971 391.462 391.462 391.462 509.245 509.245 1.012.069 36.453 35.765 23.634 22.892 63.585 36.390 663.029 663.092 662.404 830.249 829.508 1.592.624 2.574 2.574 2.574 2.574 2.574 5.148 258 258 257 323 322 309 51,52 51,47 64,51 64,45 61,87 51,52 309 309 309 387 387 371 300 300 300 350 350 350 9% 13% 16% 16% 17% 9%
7 516.971 1.012.069 67.428 1.596.467 5.148 310 62,02 372 350 13%
8 669.527 1.344.716 74.577 2.088.819 5.148 406 81,15 487 450 11%
9 669.527 1.344.716 74.577 2.088.819 5.148 406 81,15 487 450 11%
10 669.527 1.344.716 123.636 2.137.878 5.148 415 83,06 498 450 8%
Total Produksi Penerimaan Pajak 10%
2.574
2.574
2.574
2.574
2.574
5.148
5.148
5.148
5.148
5.148
772.200
772.450
772.200
901.150
901.485
1.802.050
1.802.050
2.059.450
2.059.450
2.263.260
77.220
77.245
77.220
90.115
90.149
180.205
180.205
205.945
205.945
226.326
Peneriman bersih
694.980
695.205
694.980
811.035
811.337
1.621.845
1.621.845
1.853.505
1.853.505
2.036.934
Jumlah Biaya (BT+BTT)
559.251
559.251
559.251
722.188
722.188
1.361.962
1.361.962
1.784.760
1.784.760
1.784.760
Harga jual Harga per unit Keuntungan Mark up persent
300 217,27 82,73 38,08%
300 217,27 82,73 38,08%
300 217,27 82,73 38,08%
350 280,57 69,43 24,75%
350 280,57 69,43 24,75%
350 264,56 85,44 32,29%
350 264,56 85,44 32,29%
400 346,69 53,31 15,38%
400 346,69 53,31 15,38%
400 346,69 53,31 15,38%
Harga jual Harga per unit Keuntungan Mark up persent
300 217,27 82,73 38,08%
300 217,27 82,73 38,08%
300 217,27 82,73 38,08%
400 280,57 119,43 42,57%
400 280,57 119,43 42,57%
400 264,56 135,44 51,19%
400 264,56 135,44 51,19%
500 346,69 153,31 44,22%
500 346,69 153,31 44,22%
500 346,69 153,31 44,22%
Lampiran 10. Perhitungan Net Present Value (NPV), Net B/C, dan Internal Rate Ratio (IRR) pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar
Perhitungan Net Present Value (NPV) dan Net B/C pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar NO
A B C D E F G H I J
ITEM
Penerimaan Total Penerimaan Pengeluaran Total Pengeluaran Pendapatan Kotor Pajak (25%) Pendapatan Bersih Discon Factor DF 14% PV PV+ PVNPV Net B/C
0
1
772.200 333.600 (333.600) (333.600) 1 (333.600) 745.005 (333.600) 411.405 2,23
2
772.450
3
772.200
TAHUN ANALISA 4 5
901.150
901.485
626.639 626.639 629.139 806.616 809.916 145.561 145.811 143.061 94.534 91.569 36.390 36.453 35.765 23.634 22.892 109.171 109.358 107.296 70.901 68.677 0,877193 0,7694675 0,6749715 0,5920803 0,5193687 95.764 84.148 72.422 41.979 35.669
6
1.802.050
7
1.802.050
8
2.316.850
9
2.316.850
10
2.513.085
1.547.711 1.532.339 2.018.543 2.018.543 2.018.543 254.339 269.711 298.307 298.307 494.542 63.585 67.428 74.577 74.577 123.636 190.754 202.283 223.731 223.731 370.907 0,4555865 0,39963732 0,35055905 0,30750794 0,26974381 86.905 80.840 78.431 68.799 100.050
Perhitungan Internal Rate Ratio (IRR) pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar NO
ITEM
A Pendapatan Bersih B Suku BungaPositif ( I+ ) DF PV+ NVP+ C Suku BungaPositif ( I- ) DF PVNVPD IRR IRR (persentase)
TAHUN ANALISA 0 1 2 3 4 5 6 (333.600) 109.171 109.358 107.296 70.901 68.677 190.754 14% 1 0,877193 0,769468 0,674972 0,592080 0,519369 0,455587 (333.600) 95.764 84.148 72.422 41.979 35.669 86.905 411.405 35% 1 0,740741 0,548697 0,406442 0,301068 0,223014 0,165195 80.867 60.005 43.610 21.346 15.316 31.512 (333.600) (2.444) 0,3488 34,75%
7 202.283
8 223.731
9 223.731
10 370.907
0,399637 80.840
0,350559 78.431
0,307508 68.799
0,269744 100.050
0,122367 24.753
0,090642 20.279
0,067142 15.022
0,049735 18.447
IRR PV PV+ PVGVP
35% (333.600) 993.340 (333.600) 2,98
0,3386 127.685
112.197
96.562
55.972
47.558
115.873
107.787
104.574
91.732
133.400
I+ DF PV+ NVP+
40% 1 0,71429 0,51020 0,36443 0,26031 0,18593 0,13281 (333.600,00) ######## ######## ######## ######## ######## 25.334,12 (46.163,28)
0,09486 19.189,49
0,06776 15.160,06
0,04840 10.828,62
0,03457 12.822,85
IPV PVNVP-
41% 1 0,709220 0,502993 0,356732 0,253002 0,179434 0,127258 (333.600,00) ######## ######## ######## ######## ######## 24.275,00 (53.679,16)
0,090254 18.256,85
0,064010 14.320,97
0,045397 10.156,72
0,032197 11.941,91
Lampiran 11. Perhitungan Gross B/C, Payback Periode (PBP), dan Profitability Index (PI) pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar
Perhitungan Gross B/C, Payback Periode (PBP), dan Profitability Index (PI) NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
A
B
ITEM OC + Maintainance (=OMi) Investasi + OMC (=TC) Pajak Penghasilan 25% Total Cost + Pajak Penerimaan Kotor (Gross Benefit) =GB Penerimaan Bersih (Net Benefit) = NB Faktor Diskonto DF (r=14%) PV dari OMi (=PVOMi) PV dari TC (=PVTC) PV dari TC + Pajak (=PVTCP) PV dari GB (=PVGB) Jumlah Kumulatif GB PV dari NB (PVNB) Jumlah Kumulatif NB
GROSS B/C = GROSS B/C =
Jumlah PVGB = Jumlah PVOMi = Jumlah TI = Total Investasi
0
1
333.600 333.600
(333.600)
2
3
4
TAHUN ANALISA 5 6
7
8
9
10
626.639
626.639
626.639
806.616
806.616
1.529.039
1.529.039
2.014.243
2.014.243
2.014.243
626.639
626.639
629.139
806.616
809.916
1.547.711
1.532.339
2.018.543
2.018.543
2.018.543
36.390
36.453
35.765
23.634
22.892
63.585
67.428
74.577
74.577
123.636
663.029
663.092
664.904
830.249
832.808
1.611.296
1.599.767
2.093.119
2.093.119
2.142.178
772.200
772.450
772.200
901.150
901.485
1.802.050
1.802.050
2.316.850
2.316.850
2.513.085
109.171
109.358
107.296
70.901
68.677
190.754
202.283
223.731
223.731
370.907
1 0,877192982
0,769467528 0,674971516 0,592080277 0,519368664 0,455586548 0,399637323 0,350559055 0,307507943 482.178
422.963
477.581
418.931
696.610
611.061
706.111
619.396
543.329
333.600
549.683
482.178
424.651
477.581
420.645
705.116
612.380
707.618
620.718
544.489
333.600
581.605
510.228
448.791
491.574
432.534
734.085
639.327
733.762
643.651
577.839
677.368
594.375
521.213
533.553
468.203
820.990
720.166
812.193
712.450
677.889
677.368
1.271.744
1.792.957
2.326.510
2.794.713
3.615.703
4.335.869
5.148.062
5.860.512
6.538.401
95.764
84.148
72.422
41.979
35.669
86.905
80.840
78.431
68.799
100.050
95.764
179.912
252.333
294.312
329.981
416.886
497.726
576.156
644.955
745.005
PERHITUNGAN GROSS B/C Jumlah PV GB / Jumlah PV TC 6.538.401 / 5.878.661
G B/C =
PROFITABILITY INDEX (PI) 6.538.401 Jmlh sampai tahun ke 10 5.527.844 Jmlh sampai tahun ke 10 333.600 yaitu pd tahun ke 0
1,11
PI = PI =
( Jmlh PVGB - Jmlh PVOMi ) / Jmlh TI 3,03
14.870.370
0,26974381
549.683
(333.600)
PV
5.527.844 5.878.661 6.126.996 6.538.401 411.405
Lanjutan Lampiran 11. C p = Thn dimana PVGB melebihi TI Tp-1 = Thn sebelum PBP Jumlah PVGB p = C1 Jumlah PVGB p-1 = Jumlah PVGB Jumlah TI = Tptal Investasi
1 0 677.368 0 677.368 333.600
p = Thn dimana PVNB melebihi TI Tp-1 = Thn sebelum PBP Jumlah PVNB p = C2 Jumlah PVNB p-1 = Jumlah PVNB Jumlah TI = Tptal Investasi
6 5 416.886 329.981 86.905 333.600
C3
PBP Tahun Pertama = PBP Tahun Pertama = PBP Tahun Pertama = PBP Tahun Pertama =
PERHITUNGAN PAYBACK PERIODE (PBP) PBP = (Tp-1) + (JUM TI - JUM PVGB p-1) / PVGB p (PVGB) ( JML sampai th ke 1) ( JML sampai th ke 0) ( yaitu pd th ke 10 ) (pada th ke 0 )
PBP = 1 tahun (PVGB)
PBP = (PVNB) ( JML sampai th ke 6) ( JML sampai th ke 5) ( yaitu pd th ke 6 ) (pada th ke 0 )
(Nilai Investasi / kas masuk bersih) x 1 tahun (TC / NB) x 1 tahun (333,600 / 109,171) x 1 tahun 3,06 tahun
PBP = (PVNB)
(Tp-1) + (JUM TI - JUM PVNB p-1) / PVNB p 5,01 tahun
Lampiran 12. Perhitungan Net Present Value (NPV), Net B/C, dan Internal Rate Ratio (IRR) pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar(18%)
Perhitungan Net Present Value (NPV) dan Net B/C pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar NO
A B C D E F G H I J
ITEM
Penerimaan Total Penerimaan Pengeluaran Total Pengeluaran Pendapatan Kotor Pajak (25%) Pendapatan Bersih Discon Factor DF 18% PV PV+ PVNPV Net B/C
0
1
772.200
2
772.450
3
772.200
TAHUN ANALISA 4 5
901.150
901.485
626.639 626.639 629.139 806.616 809.916 145.561 145.811 143.061 94.534 91.569 36.390 36.453 35.765 23.634 22.892 (333.600) 109.171 109.358 107.296 70.901 68.677 1 0,8474576 0,7181844 0,6086309 0,5157889 0,4371092 92.518 78.539 65.304 36.570 30.019 (333.600) 617.942 (333.600) 284.342 1,85 333.600 (333.600)
6
1.802.050
7
1.802.050
8
2.316.850
9
2.316.850
10
2.513.085
1.547.711 1.532.339 2.018.543 2.018.543 2.018.543 254.339 269.711 298.307 298.307 494.542 63.585 67.428 74.577 74.577 123.636 190.754 202.283 223.731 223.731 370.907 0,3704315 0,31392503 0,26603816 0,22545607 0,19106447 70.661 63.502 59.521 50.441 70.867
Perhitungan Internal Rate Ratio (IRR) pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar NO
ITEM
A Pendapatan Bersih B Suku BungaPositif ( I+ ) DF PV+ NVP+ C Suku BungaPositif ( I- ) DF PVNVPD IRR IRR (persentase)
TAHUN ANALISA 0 1 2 3 4 5 6 (333.600) 109.171 109.358 107.296 70.901 68.677 190.754 18% 1 0,847458 0,718184 0,608631 0,515789 0,437109 0,370432 (333.600) 92.518 78.539 65.304 36.570 30.019 70.661 284.342 35% 1 0,740741 0,548697 0,406442 0,301068 0,223014 0,165195 80.867 60.005 43.610 21.346 15.316 31.512 (333.600) (2.444) 0,3486 34,75%
7 202.283
8 223.731
9 223.731
10 370.907
0,313925 63.502
0,266038 59.521
0,225456 50.441
0,191064 70.867
0,122367 24.753
0,090642 20.279
0,067142 15.022
0,049735 18.447
IRR PV PV+ PVGVP
35% (333.600) 823.923 (333.600) 2,47
0,3386 123.357
104.719
87.071
48.760
40.026
94.215
84.669
79.361
67.255
94.489
I+ DF PV+ NVP+
40% 1 0,71429 0,51020 0,36443 0,26031 0,18593 0,13281 (333.600,00) ######## ######## ######## ######## ######## 25.334,12 (46.163,28)
0,09486 19.189,49
0,06776 15.160,06
0,04840 10.828,62
0,03457 12.822,85
IPV PVNVP-
41% 1 0,709220 0,502993 0,356732 0,253002 0,179434 0,127258 (333.600,00) ######## ######## ######## ######## ######## 24.275,00 (53.679,16)
0,090254 18.256,85
0,064010 14.320,97
0,045397 10.156,72
0,032197 11.941,91
Lampiran 13. Perhitungan Gross B/C, Payback Periode (PBP), dan Profitability Index (PI) pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar (18%)
Perhitungan Gross B/C, Payback Periode (PBP), dan Profitability Index (PI) NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
A
ITEM OC + Maintainance (=OMi) Investasi + OMC (=TC) Pajak Penghasilan 25% Total Cost + Pajak Penerimaan Kotor (Gross Benefit) =GB Penerimaan Bersih (Net Benefit) = NB Faktor Diskonto DF (r=18%) PV dari OMi (=PVOMi) PV dari TC (=PVTC) PV dari TC + Pajak (=PVTCP) PV dari GB (=PVGB) Jumlah Kumulatif GB PV dari NB (PVNB) Jumlah Kumulatif NB
GROSS B/C = GROSS B/C =
Jumlah PVGB = B Jumlah PVOMi = Jumlah TI = Total Investasi
0 333.600 333.600
(333.600) 1 333.600 333.600
(333.600)
TAHUN ANALISA 4 5
1
2
626.639
626.639
626.639
806.616
806.616
1.529.039
1.529.039
2.014.243
2.014.243
2.014.243
626.639
626.639
629.139
806.616
809.916
1.547.711
1.532.339
2.018.543
2.018.543
2.018.543
36.390
36.453
35.765
23.634
22.892
63.585
67.428
74.577
74.577
123.636
663.029
663.092
664.904
830.249
832.808
1.611.296
1.599.767
2.093.119
2.093.119
2.142.178
772.200
772.450
772.200
901.150
901.485
1.802.050
1.802.050
2.316.850
2.316.850
2.513.085
109.171
109.358
107.296
70.901
68.677
190.754
202.283
223.731
223.731
370.907
0,847457627
3
6
7
8
9
10
PV
14.870.370
0,71818443 0,608630873 0,515788875 0,437109216 0,370431539 0,313925033 0,266038164 0,225456071 0,191064467
531.050
450.042
381.392
416.043
352.579
566.404
480.004
535.865
454.123
384.850
531.050
450.042
382.913
416.043
354.022
573.321
481.040
537.009
455.093
385.672 409.294
561.889
476.222
404.681
428.233
364.028
596.875
502.207
556.850
471.906
654.407
554.762
469.985
464.803
394.047
667.536
565.709
616.371
522.348
480.161
654.407
1.209.168
1.679.153
2.143.956
2.538.004
3.205.540
3.771.248
4.387.619
4.909.967
5.390.128
92.518
78.539
65.304
36.570
30.019
70.661
63.502
59.521
50.441
70.867
92.518
171.057
236.361
272.930
302.950
373.611
437.113
496.634
547.075
617.942
PERHITUNGAN GROSS B/C Jumlah PV GB / Jumlah PV TC 5.390.128 / 4.899.805
G B/C =
PROFITABILITY INDEX (PI) 5.390.128 Jmlh sampai tahun ke 10 4.552.354 Jmlh sampai tahun ke 10 333.600 yaitu pd tahun ke 0
1,10
PI = PI =
( Jmlh PVGB - Jmlh PVOMi ) / Jmlh TI 2,51
4.552.354 4.899.805 5.105.786 5.390.128 284.342
Lanjutan Lampiran 13. C p = Thn dimana PVGB melebihi TI Tp-1 = Thn sebelum PBP Jumlah PVGB p = C1 Jumlah PVGB p-1 = Jumlah PVGB Jumlah TI = Tptal Investasi
1 0 654.407 0 654.407 333.600
p = Thn dimana PVNB melebihi TI Tp-1 = Thn sebelum PBP Jumlah PVNB p = C2 Jumlah PVNB p-1 = Jumlah PVNB Jumlah TI = Tptal Investasi
6 5 373.611 302.950 70.661 333.600
C3
PBP Tahun Pertama = PBP Tahun Pertama = PBP Tahun Pertama = PBP Tahun Pertama =
PERHITUNGAN PAYBACK PERIODE (PBP) PBP = (PVGB) ( JML sampai th ke 1) ( JML sampai th ke 0) ( yaitu pd th ke 10 ) (pada th ke 0 )
PBP = 1 tahun (PVGB)
PBP = (PVNB) ( JML sampai th ke 6) ( JML sampai th ke 5) ( yaitu pd th ke 6 ) (pada th ke 0 )
(Nilai Investasi / kas masuk bersih) x 1 tahun (TC / NB) x 1 tahun (333,600 / 109,171) x 1 tahun 3,06 tahun
(Tp-1) + (JUM TI - JUM PVGB p-1) / PVGB p
PBP = (PVNB)
(Tp-1) + (JUM TI - JUM PVNB p-1) / PVNB p 5,08 tahun
Lampiran 14. Analisis Sensitivitas Rekapitulasi Seluruh Biaya pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar
Rekapitulasi Seluruh Biaya pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar (000Rp) No A
B
C
D
Jenis Biaya Biaya Investasi 1. Bangunan 2. Peralatan Produksi Total Biaya Investasi (BI) Biaya Tetap (BT=FC) 1. Biaya Upah Tenaga Kerja 2. Biaya Perawatan 3. Biaya Penyusutan 4. Biaya THR Tenaga Kerja 5. Abudemen Listrik 6. Abudemen Air 7. Sewa Tanah 8. Pajak Bumi dan Bangunan Total Biaya Tetap Biaya Tidak Tetap (BTT=VC) 1. Bahan Baku Produksi 2. Energi 3. Biaya Transportasi Total Biaya Tidak Tetap Jumlah Biaya Operasional (BT+BTT) Total Biaya (BI + BO)
Tahun ke0 300.000 33.600 333.600
333.600
1
2
-
3
-
2.500 2.500
4
-
5
6
7
3.300 3.300
18.672 18.672
8
9
10
3.300 3.300
4.300 4.300
4.300 4.300
4.300 4.300
191.400 3.000 15.251 17.400 66,4 10,0
191.400 3.000 15.251 17.400 66,4 10,0
191.400 3.000 15.251 17.400 66,4 10,0
245.300 3.900 15.251 22.300 87,0 13,1
245.300 3.900 15.251 22.300 87,0 13,1
446.600 3.900 15.251 40.600 87,0 13,1
446.600 3.900 15.251 40.600 87,0 13,1
583.000 5.200 15.251 53.000 114,2 17,2
583.000 5.200 15.251 53.000 114,2 17,2
583.000 5.200 15.251 53.000 114,2 17,2
7.500
7.500
7.500
9.800
9.800
9.800
9.800
12.000
12.000
12.000
550 235.177
550 235.177
550 235.177
720 297.371
720 297.371
720 516.971
720 516.971
945 669.527
945 669.527
945 669.527
182.311 157.671 51.480 391.462 626.639 626.639
182.311 157.671 51.480 391.462 626.639 626.639
182.311 157.671 51.480 391.462 626.639 629.139
274.131 207.472 64.350 545.953 843.324 843.324
274.131 207.472 64.350 545.953 843.324 846.624
548.262 408.523 128.700 1.085.485 1.602.455 1.621.127
548.262 408.523 128.700 1.085.485 1.602.455 1.605.755
838.323 543.401 180.180 1.561.904 2.231.431 2.235.731
838.323 543.401 180.180 1.561.904 2.231.431 2.235.731
838.323 543.401 180.180 1.561.904 2.231.431 2.235.731
Perhitungan Harga Pokok Penjualan (HPP) pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar No A B C D E F G H I J
KETERANGAN TOTAL BT TOTAL BTT PAJAK 35 % TOTAL BIAYA KAP. PROD HPP AWAL MARK UP 20 % HPP AKHIR HPP AKHIR sesuai pasar MARK UP sesuai pasar IRR
Satuan Rp/thn Rp/thn Rp/thn Rp/thn butir/thn Rp/butir Rp/butir Rp/butir Rp/butir persen #REF!
1 227.127 345.182 36.390 608.699 2.574 236 47,30 284 300 0,27
2 227.127 345.182 36.453 608.762 2.574 237 47,30 284 300 0,27
3 227.127 345.182 35.765 608.074 2.574 236 47,25 283 300 0,27
Tahun ke4 5 286.851 286.851 451.695 451.695 23.634 22.892 762.179 761.438 2.574 2.574 296 296 59,22 59,16 355 355 400 400 0,35 0,35
6 506.451 890.169 63.585 1.460.204 5.148 284 56,73 340 400 0,41
7 8 9 506.451 656.582 656.582 890.169 1.173.436 1.173.436 67.428 74.577 74.577 1.464.047 1.904.594 1.904.594 5.148 5.148 5.148 284 370 370 56,88 73,99 73,99 341 444 444 400 450 450 0,41 0,22 0,22
10 656.582 1.173.436 123.636 1.953.653 5.148 379 75,90 455 450 0,19
Pimpinan
1
3.000
4.000
5.000
4 9 1 8 18
900 1.200 5.100 3.000 7.200 21.600
1.200 1.500 6.700 4.000 9.600 27.000
1.500 2.000 8.500 5.000 12.000 36.000
1
31.800
40.600
53.000
11
349.800
446.600
583.000
Lampiran 15. Analisis Sensitivitas untuk Perhitungan Net Present Value (NPV), Net B/C, dan Internal Rate Ratio (IRR) pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar (pada tingkat suku bunga 14%)
Perhitungan Net Present Value (NPV) dan Net B/C pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar NO
A B C D E F G H I J
ITEM
Penerimaan Total Penerimaan Pengeluaran Total Pengeluaran Pendapatan Kotor Pajak (25%) Pendapatan Bersih Discon Factor DF 14% PV PV+ PVNPV Net B/C
0
1
772.200 333.600 (333.600) (333.600) 1 (333.600) 516.183 (333.600) 182.583 1,55
2
772.450
3
772.200
TAHUN ANALISA 4 5
901.150
901.485
626.639 626.639 629.139 843.324 846.624 145.561 145.811 143.061 57.826 54.861 36.453 35.765 14.457 13.715 36.390 109.171 109.358 107.296 43.370 41.146 0,877193 0,7694675 0,6749715 0,5920803 0,5193687 95.764 84.148 72.422 25.678 21.370
6
1.802.050
7
1.802.050
8
2.316.850
9
2.316.850
10
2.513.085
1.621.127 1.605.755 2.235.731 2.235.731 2.235.731 180.923 196.295 81.119 81.119 277.354 45.231 49.074 20.280 20.280 69.339 135.692 147.221 60.839 60.839 208.016 0,4555865 0,39963732 0,35055905 0,30750794 0,26974381 61.819 58.835 21.328 18.709 56.111
Perhitungan Internal Rate Ratio (IRR) pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar NO
ITEM
A Pendapatan Bersih B Suku BungaPositif ( I+ ) DF PV+ NVP+ C Suku BungaPositif ( I- ) DF PVNVPD IRR IRR (persentase)
TAHUN ANALISA 4 5 6 43.370 41.146 135.692
7 147.221
8 60.839
9 60.839
10 208.016
0,455587 61.819
0,399637 58.835
0,350559 21.328
0,307508 18.709
0,269744 56.111
0 1 2 3 (333.600) 109.171 109.358 107.296 14% 1 0,877193 0,769468 0,674972 0,592080 0,519369 (333.600) 95.764 84.148 72.422 25.678 21.370 182.583 27% 1 0,787402 0,620001 0,488190 0,384402 0,302678 (333.600) 85.961 67.802 52.381 16.671 12.454 (3.238) 0,2677 26,67%
0,238329 32.339
0,187661 27.628
0,147765 8.990
0,116350 7.079
0,091614 19.057
IRR PV PV+ PVGVP
27% (333.600) 688.244 (333.600) 2,06
0,2123 127.685
112.197
96.562
34.238
28.493
82.426
78.447
28.437
24.945
74.815
I+ DF PV+ NVP+
40% 0,51020 0,36443 0,26031 1 0,71429 (333.600,00) ######## ######## ######## ######## (95.538,03)
0,18593 7.650,42
0,13281 18.021,30
0,09486 13.966,05
0,06776 4.122,50
0,04840 2.944,64
0,03457 7.191,44
IPV PVNVP-
41% 1 0,709220 0,502993 0,356732 0,253002 0,179434 (333.600,00) ######## ######## ######## ######## 7.382,95 (100.627,21)
0,127258 17.267,90
0,090254 13.287,28
0,064010 3.894,32
0,045397 2.761,93
0,032197 6.697,38
Lampiran 16. Analisis Sensitivitas untuk Perhitungan Gross B/C, Payback Periode (PBP), dan Profitability Index (PI) pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar (pada tingkat suku bunga 14%)
Perhitungan Gross B/C, Payback Periode (PBP), dan Profitability Index (PI) NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
A
ITEM OC + Maintainance (=OMi) Investasi + OMC (=TC) Pajak Penghasilan 25% Total Cost + Pajak Penerimaan Kotor (Gross Benefit) =GB Penerimaan Bersih (Net Benefit) = NB Faktor Diskonto DF (r=14%) PV dari OMi (=PVOMi) PV dari TC (=PVTC) PV dari TC + Pajak (=PVTCP) PV dari GB (=PVGB) Jumlah Kumulatif GB PV dari NB (PVNB) Jumlah Kumulatif NB
GROSS B/C = GROSS B/C =
Jumlah PVGB = B Jumlah PVOMi = Jumlah TI = Total Investasi
0 333.600 333.600
(333.600) 1
2
626.639
626.639
626.639
843.324
843.324
1.602.455
1.602.455
2.231.431
2.231.431
2.231.431
626.639
626.639
629.139
843.324
846.624
1.621.127
1.605.755
2.235.731
2.235.731
2.235.731
36.390
36.453
35.765
23.634
22.892
63.585
67.428
74.577
74.577
123.636
663.029
663.092
664.904
866.957
869.516
1.684.712
1.673.183
2.310.308
2.310.308
2.359.366
772.200
772.450
772.200
901.150
901.485
1.802.050
1.802.050
2.316.850
2.316.850
2.513.085
109.171
109.358
107.296
34.193
31.969
117.338
128.867
6.542
6.542
153.719
0,877192982
3
4
TAHUN ANALISA 5
1
6
7
8
9
0,769467528 0,674971516 0,592080277 0,519368664 0,455586548 0,399637323 0,350559055 0,307507943
10
482.178
422.963
499.315
437.996
730.057
640.401
782.248
686.183
601.915
333.600
549.683
482.178
424.651
499.315
439.710
738.564
641.720
783.756
687.505
603.075
333.600
581.605
510.228
448.791
513.308
451.599
767.532
668.666
809.899
710.438
636.424
677.368
594.375
521.213
533.553
468.203
820.990
720.166
812.193
712.450
677.889
677.368
1.271.744
1.792.957
2.326.510
2.794.713
3.615.703
4.335.869
5.148.062
5.860.512
6.538.401
95.764
84.148
72.422
20.245
16.604
53.458
51.500
2.293
2.012
41.465
95.764
179.912
252.333
272.578
289.181
342.639
394.139
396.433
398.444
439.909
PERHITUNGAN GROSS B/C Jumlah PV GB / Jumlah PV TC 6.538.401 / 6.183.757
G B/C =
PROFITABILITY INDEX (PI) 6.538.401 Jmlh sampai tahun ke 10 5.832.940 Jmlh sampai tahun ke 10 333.600 yaitu pd tahun ke 0
1,06
PI = PI =
( Jmlh PVGB - Jmlh PVOMi ) / Jmlh TI 2,11
14.870.370
0,26974381
549.683
(333.600)
PV
5.832.940 6.183.757 6.432.092 6.538.401 106.309
Lanjutan Lampiran 16. C p = Thn dimana PVGB melebihi TI Tp-1 = Thn sebelum PBP Jumlah PVGB p = C1 Jumlah PVGB p-1 = Jumlah PVGB Jumlah TI = Tptal Investasi
1 0 677.368 0 677.368 333.600
p = Thn dimana PVNB melebihi TI Tp-1 = Thn sebelum PBP Jumlah PVNB p = C2 Jumlah PVNB p-1 = Jumlah PVNB Jumlah TI = Tptal Investasi
6 5 342.639 289.181 53.458 333.600
C3
PBP Tahun Pertama = PBP Tahun Pertama = PBP Tahun Pertama = PBP Tahun Pertama =
PERHITUNGAN PAYBACK PERIODE (PBP) PBP = (Tp-1) + (JUM TI - JUM PVGB p-1) / PVGB p (PVGB) ( JML sampai th ke 1) ( JML sampai th ke 0) ( yaitu pd th ke 10 ) (pada th ke 0 )
PBP = 1 tahun (PVGB)
PBP = (PVNB) ( JML sampai th ke 6) ( JML sampai th ke 5) ( yaitu pd th ke 6 ) (pada th ke 0 )
(Nilai Investasi / kas masuk bersih) x 1 tahun (TC / NB) x 1 tahun (333,600 / 109,171) x 1 tahun 3,06 tahun
PBP = (PVNB)
(Tp-1) + (JUM TI - JUM PVNB p-1) / PVNB p 5,13 tahun
Lampiran 17. Analisis Sensitivitas untuk Perhitungan Net Present Value (NPV), Net B/C, dan Internal Rate Ratio (IRR) pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar (pada tingkat suku bunga 18%)
Perhitungan Net Present Value (NPV) dan Net B/C pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar NO
A B C D E F G H I J
ITEM
Penerimaan Total Penerimaan Pengeluaran Total Pengeluaran Pendapatan Kotor Pajak (25%) Pendapatan Bersih Discon Factor DF 18% PV PV+ PVNPV Net B/C
0
1
772.200
2
772.450
3
772.200
TAHUN ANALISA 4 5
901.150
901.485
333.600 (333.600)
626.639 626.639 629.139 843.324 846.624 145.561 145.811 143.061 57.826 54.861 36.453 35.765 14.457 13.715 36.390 (333.600) 109.171 109.358 107.296 43.370 41.146 1 0,8474576 0,7181844 0,6086309 0,5157889 0,4371092 (333.600) 92.518 78.539 65.304 22.370 17.985 442.843 (333.600) 109.243 1,33
6
1.802.050
7
1.802.050
8
2.316.850
9
2.316.850
10
2.513.085
1.621.127 1.605.755 2.235.731 2.235.731 2.235.731 180.923 196.295 81.119 81.119 277.354 45.231 49.074 20.280 20.280 69.339 135.692 147.221 60.839 60.839 208.016 0,3704315 0,31392503 0,26603816 0,22545607 0,19106447 50.265 46.216 16.186 13.717 39.744
Perhitungan Internal Rate Ratio (IRR) pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar NO
ITEM
A Pendapatan Bersih B Suku BungaPositif ( I+ ) DF PV+ NVP+ C Suku BungaPositif ( I- ) DF PVNVPD IRR IRR (persentase)
TAHUN ANALISA 4 5 6 43.370 41.146 135.692
7 147.221
8 60.839
9 60.839
10 208.016
0,370432 50.265
0,313925 46.216
0,266038 16.186
0,225456 13.717
0,191064 39.744
0 1 2 3 (333.600) 109.171 109.358 107.296 18% 1 0,847458 0,718184 0,608631 0,515789 0,437109 (333.600) 92.518 78.539 65.304 22.370 17.985 109.243 27% 1 0,787402 0,620001 0,488190 0,384402 0,302678 (333.600) 85.961 67.802 52.381 16.671 12.454 (3.238) 0,2674 26,67%
0,238329 32.339
0,187661 27.628
0,147765 8.990
0,116350 7.079
0,091614 19.057
IRR PV PV+ PVGVP
27% (333.600) 590.457 (333.600) 1,77
0,2123 123.357
104.719
87.071
29.826
23.980
67.019
61.622
21.581
18.289
52.993
I+ DF PV+ NVP+
40% 0,51020 0,36443 0,26031 1 0,71429 (333.600,00) ######## ######## ######## ######## (95.538,03)
0,18593 7.650,42
0,13281 18.021,30
0,09486 13.966,05
0,06776 4.122,50
0,04840 2.944,64
0,03457 7.191,44
IPV PVNVP-
41% 1 0,709220 0,502993 0,356732 0,253002 0,179434 (333.600,00) ######## ######## ######## ######## 7.382,95 (100.627,21)
0,127258 17.267,90
0,090254 13.287,28
0,064010 3.894,32
0,045397 2.761,93
0,032197 6.697,38
Lampiran 18. Analisis Sensitivitas untuk Perhitungan Gross B/C, Payback Periode (PBP), dan Profitability Index (PI) pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar (pada tingkat suku bunga 18%)
Perhitungan Gross B/C, Payback Periode (PBP), dan Profitability Index (PI) NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
A
ITEM OC + Maintainance (=OMi) Investasi + OMC (=TC) Pajak Penghasilan 25% Total Cost + Pajak Penerimaan Kotor (Gross Benefit) =GB Penerimaan Bersih (Net Benefit) = NB Faktor Diskonto DF (r=18%) PV dari OMi (=PVOMi) PV dari TC (=PVTC) PV dari TC + Pajak (=PVTCP) PV dari GB (=PVGB) Jumlah Kumulatif GB PV dari NB (PVNB) Jumlah Kumulatif NB
GROSS B/C = GROSS B/C =
Jumlah PVGB = B Jumlah PVOMi = Jumlah TI = Total Investasi
0
1
333.600 333.600
(333.600) 1
2
3
4
TAHUN ANALISA 5
6
7
8
9
10
626.639
626.639
626.639
843.324
843.324
1.602.455
1.602.455
2.231.431
2.231.431
2.231.431
626.639
626.639
629.139
843.324
846.624
1.621.127
1.605.755
2.235.731
2.235.731
2.235.731
36.390
36.453
35.765
23.634
22.892
63.585
67.428
74.577
74.577
123.636
663.029
663.092
664.904
866.957
869.516
1.684.712
1.673.183
2.310.308
2.310.308
2.359.366
772.200
772.450
772.200
901.150
901.485
1.802.050
1.802.050
2.316.850
2.316.850
2.513.085
109.171
109.358
107.296
34.193
31.969
117.338
128.867
6.542
6.542
153.719
0,847457627
14.870.370
0,71818443 0,608630873 0,515788875 0,437109216 0,370431539 0,313925033 0,266038164 0,225456071 0,191064467
531.050
450.042
381.392
434.977
368.625
593.600
503.051
593.646
503.090
426.347
333.600
531.050
450.042
382.913
434.977
370.067
600.517
504.087
594.790
504.059
427.169
333.600
561.889
476.222
404.681
447.167
380.074
624.070
525.254
614.630
520.873
450.791
(333.600)
PV
654.407
554.762
469.985
464.803
394.047
667.536
565.709
616.371
522.348
480.161
654.407
1.209.168
1.679.153
2.143.956
2.538.004
3.205.540
3.771.248
4.387.619
4.909.967
5.390.128
92.518
78.539
65.304
17.636
13.974
43.466
40.455
1.741
1.475
29.370
92.518
171.057
236.361
253.997
267.971
311.436
351.891
353.631
355.106
384.477
PERHITUNGAN GROSS B/C Jumlah PV GB / Jumlah PV TC 5.390.128 / 5.133.271
G B/C =
PROFITABILITY INDEX (PI) 5.390.128 Jmlh sampai tahun ke 10 4.785.819 Jmlh sampai tahun ke 10 333.600 yaitu pd tahun ke 0
1,05
PI = PI =
( Jmlh PVGB - Jmlh PVOMi ) / Jmlh TI 1,81
4.785.819 5.133.271 5.339.252 5.390.128 50.877
Lanjutan Lampiran 18. C p = Thn dimana PVGB melebihi TI Tp-1 = Thn sebelum PBP Jumlah PVGB p = C1 Jumlah PVGB p-1 = Jumlah PVGB Jumlah TI = Tptal Investasi
1 0 654.407 0 654.407 333.600
p = Thn dimana PVNB melebihi TI Tp-1 = Thn sebelum PBP Jumlah PVNB p = C2 Jumlah PVNB p-1 = Jumlah PVNB Jumlah TI = Tptal Investasi
6 5 311.436 267.971 43.466 333.600
C3
PBP Tahun Pertama = PBP Tahun Pertama = PBP Tahun Pertama = PBP Tahun Pertama =
PERHITUNGAN PAYBACK PERIODE (PBP) PBP = (Tp-1) + (JUM TI - JUM PVGB p-1) / PVGB p (PVGB) ( JML sampai th ke 1) ( JML sampai th ke 0) ( yaitu pd th ke 10 ) (pada th ke 0 )
PBP = 1 tahun (PVGB)
PBP = (PVNB) ( JML sampai th ke 6) ( JML sampai th ke 5) ( yaitu pd th ke 6 ) (pada th ke 0 )
(Nilai Investasi / kas masuk bersih) x 1 tahun (TC / NB) x 1 tahun (333,600 / 109,171) x 1 tahun 3,06 tahun
PBP = (PVNB)
(Tp-1) + (JUM TI - JUM PVNB p-1) / PVNB p 5,21 tahun