UNICEF Berharap Program GELIAT Berkelanjutan UNAIR NEWS – Program Gerakan Peduli Ibu Hamil dan Anak Sehat (GELIAT) mendapatkan dukungan dari berbagai pihak, termasuk UNICEF. Organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa yang bertanggung jawab terhadap anak-anak kembali menyampaikan apresiasinya kepada program yang didirikan untuk mengurangi angka kematian ibu dan anak. “Ini program yang menarik, GELIAT ini bisa menekan angka kematian khususnya di Surabaya,” tutur Direktur Regional Asia Timur dan Pasifik (EAPRO) UNICEF, Karin Hulshof. Hulshof melontarkan apresiasi tersebut dalam pertemuan yang berlangsung di Kantor Manajemen Universitas Airlangga, Selasa (21/3). Pertemuan tersebut dihadiri oleh Wakil Rektor IV, Junaidi Khotib, Ph.D., Ketua Lembaga Pendidikan, Pelatihan, Pengembangan, dan Pengabdian Masyarakat, Prof. Jusuf Irianto, Ketua International Office and Partnership, Dian Ekowati, Ph.D., dan pemrakarsa GELIAT Dr. Nyoman Anita Damayanti. Menurut Hulshof, UNICEF akan lebih memperhatikan lagi kerja sama yang dibangun dengan GELIAT sejak tahun 2015. “Ada beberapa opsi terkait prospek kerja sama. Yang jelas, saya berharap hubungan ini akan terjadi secara berkelanjutan,” terang Hulshof. Pemrakarsa GELIAT, Nyoman, mengatakan saat ini pendampingan yang dilakukan oleh timnya telah menunjukkan hasil yang signifikan. Sejak awal pendampingan sampai saat ini, sebanyak 85 dari 165 ibu hamil telah melahirkan dengan selamat. Selain itu, ada 108 ibu hamil baru yang juga siap untuk didampingi oleh tim. Menurut dosen Administrasi Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, itu angka kematian ibu yang paling
tinggi di Jawa Timur justru berada di Surabaya. “Fasilitas kesehatan yang paling bagus di Jatim adalah Surabaya, namun angka kematiannya tinggi. GELIAT ada untuk mencegah itu. Sebanyak-banyaknya dokter, sebanyak-banyaknya rumah sakit pasti kalah dengan banyaknya masyarakat yang sakit,” kata Nyoman. Tingginya angka kematian ibu disebabkan kurangnya pemahaman ibu, suami, dan keluarga mengenai kesehatan ibu dan anak. Akibatnya, ibu hamil dan anak tak teredukasi dengan benar. Ketua IOP, Dian, berharap kolaborasi antara UNAIR dan UNICEF, bisa berkontribusi secara nyata bagi masyarakat. Penulis: Helmy Rafsanjani Editor: Defrina Sukma S
Metformin, Obat Diabetes Dengan Seratus Manfaat UNAIR NEWS – Obat Metformin telah lama terbukti dapat menurunkan kadar gula darah. Namun kebaikan Metformin tidak sebatas itu saja. Bagi penyandang diabetes, mengonsumsi Metformin dalam dosis tepat ternyata juga bisa memberikan proteksi lebih bagi penyandang diabetes melitus (DM), khususnya bagi mereka perokok aktif. Metformin merupakan obat lama yang menurut guideline dari American Diabetes Association (ADA) masih menjadi terapi lini pertama penyakit diabetes. Secara biomolekuler, obat ini memiliki seratus manfaat. Selain sebagai obat antidiabetes, obat ini juga dapat memberikan efek protektif terhadap sistem
metabolik, melindungi jantung dan ginjal. mencegah pertumbuhan sel tumor (MCRC).
Bahkan
dapat
Hal ini disampaikan Ketua Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) Prof. Dr. dr. Askandar Tjokroprawiro, SpPD, K-EMD, FINASIM. Dalam kesempatan khusus, Prof Askandar mengungkapkan efek proteksi yang diperoleh dengan mengonsumsi metformin telah banyak dipublikasikan di berbagai penelitian di luar negeri. “Sudah banyak dipublikasikan penelitian tentang benefit lebih dari Metformin ini. Mengonsumsi Metformin dalam jangka panjang mampu memperkecil benjolan tumor pada payudara maupun usus besar,” ungkapnya. Berdasarkan hasil penelitian pada Journal of Diabetes 2016
di
UK diperoleh kesimpulan bahwa pada pasien DM perokok aktif yang mengonsumsi Metformin mengalami resiko penyakit jantung koroner sebesar 24 persen lebih rendah di bandingkan dengan DM perokok aktif yang tidak mengonsumsi obat tersebut. Bahkan, resiko kematiannya hanya sebesar 48 persen lebih rendah dibanding dengan DM yang tidak mengonsumsi. Prof. Askandar menekankan, meskipun kebaikan Metformin membawa dampak mencegah efek nikotin terhadap resiko kanker, namun ada baiknya jika merokok.
penyandang
diabetes
menghindari
kebiasaan
Selain itu, Metformin ternyata dapat menghambat pertumbuhan tahi lalat. Bahkan, Obat ini dianjurkan pula bagi orang-orang yang gemar mengonsumsi makanan berlemak. Karena, efek Metformin dapat menghambat terjadinya penyempitan pembuluh darah. Metformin juga baik dikonsumsi oleh penderita hipotiroit. “Jika dikonsumsi oleh penderita serangan jantung, maka infact-nya tidak mudah meluas,” jelasnya. Meskipun banyak memberikan proteksi, penggunaannya Metformin harus diawali dengan rekomendasi dokter untuk memastikan kondisi ginjal terlebih dulu. Mengingat pemakaian obat
tersebut haris dalam kondisi ginjal yang baik dan dengan takaran dosis yang tepat. “Konsumsi Metformin tidak bisa asal-asalan. Tetap ada dosisnya, yaitu 500-200 ml/gram perhari. Itu pun dengan catatan kondisi ginjal harus baik. Karena jika tidak, Metformin justru akan memberikan efek komulatif mengendap di ginjal,” jelasnya. Prof. Askandar menuturkan, Metformin adalah salah satu solusi. Namun sebenarnya yang lebih penting adalah memperbaiki gaya hidup dengan mengatur dan menjaga pola makan, serta rutin melakukan aktifitas fisik. Sementara itu, pasien DM seringkali khawatir bila rutinitas mengonsumsi obat diabetes seumur hidup dapat merusak ginjal. Padahal sebenarnya tidak demikian. Prof Askandar menegaskan, obat-obatan untuk diabetes dan hipertensi tidak memiliki dampak buruk pada ginjal. Obat diabetes maupun hipertensi yang diberikan kepada pasien justru dapat melindungi ginjal dari kerusakan. Bila tidak dikonsumsi malah mengakibatkan gula darah dan tekanan darah jadi tidak terkontrol yang justru dapat merusak ginjal. Sebenarnya ada beberapa jenis obat yang memiliki efek samping terhadap kerusakan ginjal, seperti obat pereda nyeri dan rematik. Obat-obatan tersebut tetap aman dikonsumsi apabila mengalami keluhan, berlebihan.
dosisnya
pun
harus
sesuai,
tidak
Oleh karena itu, Prof. Askandar berharap tenaga medis dapat memberikan pemahaman yang tepat kepada para pasiennya. Khususnya terhadap kepatuhan dalam mengonsumsi obat-obatan untuk mengontrol kadar gula darah. Maka dari itu, tenaga medis perlu melakukan perbaruan skill dengan mengikuti berbagai kegiatan symposium. Seperti acara Quadruple Joint Symposium oleh Pusat Diabetes dan Nutrisi Surabaya-RSUD Dr. Soetomo- FK UNAIR misalnya. Kali ini acara
tersebut mengambil tema berjudul “ Cardiometabolic Health Toward-2020. Challenge in Prevention and Treatment of Obesity, MetS, CMR and the CMDs. Kegiatan ini rutin diselenggarakan tiap tahun. Diselenggarakan oleh Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) cabang Surabaya bekerjasama degan Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) Cabang Surabaya. Acara ini menghadirkan pembicara dan sejumlah pakar dari 14 pusat diabetes di seluruh Indonesia. Acara tersebut membahas, mencari solusi dan merumuskan informasi ilmiah terkini untuk para dokter dan tenaga kesehatan. Penulis: Sefya Hayu Editor: Nuri Hermawan
Tim Tari UNAIR Raih Juara I Lomba Tari Nasional UNAIR NEWS – Enam kontingen Universitas Airlangga yang tergabung dalam Unit Kegiatan Tari dan Karawitan (UKTK) berhasil memperoleh Juara I pada kompetisi tari yang diadakan oleh Universitas Indonesia, Jumat (17/3). Kompetisi tari itu bertajuk Lomba Tari National Folklore Festival Indonesia 2017. Pada kompetisi yang dilangsungkan di Auditorium Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, Depok itu, kontingen UKTK UNAIR berhasil memperoleh juara pertama, disusul kemudian kontingen dari Universitas Gadjah Mada pada posisi kedua, dan Universitas Negeri Jember pada posisi ketiga.
Kontingen UKTK membawakan tarian Jaripah, tarian yang mengangkat sejarah Barong dari Desa Kemiren, Kabupaten Banyuwangi. Tarian ini menceritakan tentang seorang laki-laki dengan paras cantik, lembut, sekaligus gagah perkasa yang berkelana di wilyah masyarakat Osing. Diceritakan juga, lakilaki itu menyebarkan pesan-pesan religius dan menjadi salah satu bagian dari persebaran agama di Jawa. Berdasarkan seleksi internal yang dilakukan, terjaring tujuh mahasiswa yang mewakili UNAIR dalam kompetisi itu. Namun, satu diantara mereka tidak dapat turut serta hingga kompetisi dilangsungkan dikarenakan sakit. Sebagai tarian rancak, keenam penari harus menunjukan kelincahan saat membawakan tarian Jaripah. Mereka juga harus pandai memerankan dua karakter sekaligus, yaitu karakter genit dan gagah. “Kedua karakter itu jadi tantangan tersendiri bagi saya,” ujar Ajeng Lailly, salah satu penari. Kiranya, dalam waktu 1.5 bulan anggota UKTK mempersiapkan untuk unjuk gaya pada kompetisi ini. Mereka mempersiapkan dengan rinci sebelum kompetisi berlangsung, mulai dari seleksi peserta internal UKTK, latihan olah tubuh kelenturan, latihan rutin dan intensif sejak sore hingga larut pagi. “Berproses di UKTK itu sangat luar biasa. Tidak hanya latihan saja tetapi juga belajar bagaimana menumbuhkan rasa pada tarian yang dibawakan. Apalagi waktu membawakan tarian Jaripah, dengan menjadi sosok centil (banci) dan membawa properti barong, itu menjadi tantangan terendiri bagi kami,” ujar Ajeng, salah satu penari lainnya. (*) Penulis: Disih Sugianti Editor: Binti Q. Masruroh
Penyakit Mulut Tingkatkan Risiko Diabetes Mellitus UNAIR NEWS – “Diabetes Mellitus (DM) menjadi isu publik menyeluruh di berbagai belahan dunia. Prevalensi DM semakin meningkat dari tahun ke tahun. Dari data yang diambil tahun lalu di RSUD Dr. Soetomo, tiga penderita DM masuk, satu yang meninggal,” terang pakar penyakit dalam Prof. Dr. Agung Pranoto, dr., Sp.PD., K-EMD., dalam Forum Temu Ilmiah Berkala (TIB), Selasa (21/3) di Ruang Garuda Muka Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Airlangga. Agung menyatakan, pasien dengan diabetes tipe 1 atau tipe 2 biasanya diderita oleh orang yang memiliki kesehatan mulut yang buruk seperti gigi berlubang, penyakit periodontal (gingivitis dan periodontitis), dan pada akhirnya kehilangan gigi. Bahkan, penderita periodontitis risikonya meningkat tiga kali lipat untuk mengidap diabetes, dibandingkan orang yang tak mengalami periodontitis. Namun, prevalensi diabetes tak hanya ditentukan oleh keparahan periodontitis, tetapi juga saat kondisi berlangsung. Kesehatan mulut yang buruk pada penderita diabetes dapat meningkatkan risiko glikemik yang buruk dan menyebabkan komplikasi diabetes. Agung juga menjelaskan bahwa diabetes dan periodontitis memiliki beberapa karakteristik gangguan yang sama. Diabetes dapat disebabkan oleh konsumsi berlebihan produk akhir glikasi lanjut, senyawa yang berasal dari makanan yang dimasak pada suhu tinggi, dan juga proses alamiah metabolisme. Peningkatan risiko penyakit periodontal dipengaruhi berbagai faktor seperti reaksi glikasi gula darah yang memberikan kontribusi terhadap perkembangan aterosklerosis, dan peningkatan stres yang menghambat perbaikan jaringan. Diabetes
juga menurunkan jumlah kolagen dalam jaringan periodontal, baik dengan mengurangi sintesis kolagen dan meningkatkan degradasinya. “Penelitian menunjukkan bahwa pasien yang sebelumnya sehat dengan periodontitis parah berada pada peningkatan risiko terkena diabetes. Selain itu, periodontitis dapat memiliki efek samping yang signifikan pada hasil diabetes. Sebagai contoh, periodontitis parah pada orang dengan diabetes telah terbukti meningkatkan risiko kontrol glikemik yang buruk, yang menciptakan prevalensi tinggi penyakit ginjal, komplikasi kardiovaskular, dan mortalitas. Ini juga terkait dengan perkembangan diabetes tipe 2 pada orang yang sebelumnya sehat,” lanjutnya. Pemateri kedua, Dr. Iwan Hernawan, drg., Sp.PM(K), menjelaskan orang yang mengidap diabetes tipe 2 terjadi resintensi insulin. Hal ini umumnya didahului oleh peradangan sistemik, yang dapat menyebabkan gangguan fungsi sel beta pankreas, kematian sel, dan resistensi insulin. Adapun penyebab utama mortalitas dan morbiditas penyakit DM bukanlah terletak pada tingginya kadar glukosa (hiperglikemi) yang merupakan manifestasi klinis penyakit ini, melainkan pada komplikasi diakibatkan oleh hiperglikemi.
vaskuler
darah utama yang
Namun, bukan berarti penyakit DM tak memiliki solusi. “Cukup setengah hingga satu cangkir teh hijau yang dikonsumsi setiap pagi dan sore. Hal ini dapat mencegah datangnya DM,” tandasnya. Penulis: Ainul Fitriyah Editor: Defrina Sukma S
Menyukai Hitung-hitungan, Rara Dzikrina Lulus Terbaik S-1 FEB UNAIR UNAIR NEWS – Menggemari suatu bidang ilmu menjadi hal yang wajar bagi banyak orang. Namun menggemari ilmu dengan dasar hitung-hitungan dan angka, penggemarnya masih terbatas. Dari yang masih terbatas dan kurang disukai inilah justru Rara Dzikrina Istiqomah mencintainya. Bahkan disukai sejak kecil. Jadi tak heran jika ia memilih jurusan Akuntansi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universtas Airlangga. Benar juga, Rara pun menjadi lulusan/wisudawan terbaik jenjang S1 FEB pada wisuda Maret 2017 ini. ”Saya menyukai matematika sejak kecil, dan jurusan akuntansi sangatlah dekat dengan angka dan penggunaan logika matematis,” kata Rara, gadis kelahiran Surabaya 12 Juli 1994 ini. Ia mengaku tak merasa terbebani saat mulai kuliah di jurusan akuntansi yang penuh dengan angka-angka. Dari jurusan yang sudah menjadi passion–nya inilah Rara menjadi wisudawan terbaik FEB UNAIR dengan IPK 3,86. ”Saya kurang begitu suka dengan mata kuliah yang tidak memakai angka dan lebih mengandalkan hafalan. Jadi untuk hal yang kurang saya sukai itu, biasanya mempersiakan lebih banyak waktu belajar saat mau ujian, sekitar 4-5 hari,” imbuhnya. Rara punya cara tersendri perihal belajar. Ia suka meluangkan waktu untuk melakukan hobby, keluar besama teman atau keluarga, sehingga dengan pikiran lebih segar maka daya serap otak akan hal-hal baru juga akan lebih baik. Kiat itu yang mengantarkan sang Juara Harapan 1 dalam Accounting Debate
Competition di UNESA ini, selalu mendapatkan IPK baik dalam setiap semesternya. Ia menyelesaikan studi ini dengan mempertahankan skripsinya yang berjudul “Pengaruh Corpore Goverance dan Barriers to Entry Terhadap Finacial Performance dengan Intellectual Capital Sebagai Variabel Mediasi Perusahaan SektorPertambangan yang terdaftar di BEI”. Dalam menyelesaikan tugas akhirnya ini ia mengaku kesulitan mencari jurnal pendukung tentang barriers to entry, karena penelitian itu baik yang nasional dan internasional masih jarang yang menggunakan variabel barriers to entry. “Namun karena saya mempunyai pedoman untuk tidak malas dalam mencari tahu dari berbagai sumber, sehingga saya dapat menyelesaikan semua tugas-tugas saya ini dengan baik,” kata Rara. Satu hal lagi, kiatnya untuk bisa berhasil baik ini: “Dalam menyelesaian segala tugas yang cukup sulit itu, saya selau berusaha mengerjakannya pada hari yang sama dengan hari penugasan dosen tersebut.” Demikian kiat-kiat Rara. (*) Penulis: Akhmad Janni Editor: Bambang Bes
Sira Patandean, Konselor Lapas Itu Lulus Terbaik S-2 Psikologi UNAIR UNAIR NEWS – Awal memasuki studi S-2 di UNAIR, Sira Te’dang Patandean S.Psi., M.Psi., sudah mempunyai keinginan untuk menjadi wisudawan terbaik dengan lulus tepat waktu. Kini keinginan itu telah ia genggam. Lulus dengan IPK 3,89, Sira
sangat bersyukur kepada Tuhan karena telah mengabulkan asanya. “Saya tidak menyangka dengan IPK itu, padahal dosen di sini sangat sulit memberi nilai tinggi. Apalagi ditambah dengan dosen yang tegas saat mengajar. Jika di kelas tidak ada yang ingin didiskusikan, dosen akan keluar,” curhat wanita kelahiran Ujung Pandang ini. Berfokus terhadap hal yang dilakukan, itulah yang menjadi prinsip Sira. Sejak kecil, wanita yang pernah menjadi konselor di lapas Makasar ini diajarkan untuk selalu fokus dengan hal yang ia lakukan. Selama pikiran lurus, pasti semuanya dapat dilalui. Dengan berbekal wejangan dari orang tua, Sira selalu melakukan segalanya dengan tetap fokus terhadap hal yang sedang dijalankannya. “Selain fokus, saya juga punya sandaran, dan sandaran saya adalah Tuhan”, tuturnya. Menjadi bagian dari dunia Lapas selama 7 tahun, membuat Sira untuk memutuskan menulis tesisnya dengan judul Efektivitas Cognitive Behavior Therapy untuk menurunkan kecemasan narapidana menjelang bebas di Lapas Narkotika Kelas II A Pamekasan. Bagi seorang Sira, ia yakin apapun bisa dilakukan asal ada empat hal, yang pertama ialah konsisten dengan yang dikerjakan, yang kedua harus selalu berdoa kepada Tuhan, yang ketiga adalah usaha keras, dan yang ke empat harus memiliki teman bersaing (balapan). “Jangan melulu mengeluh dengan takdir, karena Tuhan selalu ada untuk hamba-Nya. Yang terpenting selalu libatkan Tuhan disetiap kegiatanmu”, pungkas Sira. (*) Penulis: Ainul Fitriyah Editor: Nuri hermawan
Langganan Juara, Michael Jonatan Wisudawan Berprestasi FK UNAIR UNAIR NEWS – Kesuksesan seseorang tidak dapat seketika direngkuh secara instan. Pemahaman ini tampaknya begitu melekat sebagai prinsip bagi Michael Jonatan. Setumpuk prestasi level nasional hingga internasional berhasil ia raih. Pantas jika mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga ini kemudian dinobatkan sebagai mahasiswa berprestasi tingkat universitas. Michael memang cukup lekat dengan segudang prestasinya. Hingga saat ini, telah terkumpul tiga penghargaan internasional dan delapan penghargaan nasional. Masing-masing terkumpul juara I hingga III. Penghargaan tersebut adalah pembuktiannya setelah mengalahkan para kompetitor mulai tingkat mahasiswa, dokter spesialis, doktor, dan profesor. “Dari sekian banyak prestasi, yang paling berkesan adalah pencapaian saya di ajang Indonesian Society of Hypertension 2017 (InaSH) yang berlangsung di Jakarta. Meski lomba ini hanya tingkat nasional, namun ini amat membanggakan karena lomba ini berkaitan dengan minat dan cita-cita saya,” kata Michael. Dalam kompetisi tersebut, Michael menyampaikan presentasi bertema hipertensi di hadapan para kompetitor dari kalangan dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, hingga para pakar di bidang hipertensi. Bahkan sebagian tim juri pun didatangkan dari Inggris dan Malaysia. Michael juga tak jarang tampil sebagai pembicara di berbagai
pertemuan ilmiah, baik di tingkat nasional maupun internasional. Yang paling bergengsi adalah ketika ia presentasi dalam acara The 33th World Congress of Internal Medicine pada tahun 2016 di Bali. “Pada saat itu, saya berbicara di depan para pakar Ilmu Penyakit Dalam dari hampir seluruh dunia, seperti Jepang, Rusia, dan Inggris,” ungkapnya. Michael berkeyakinan di tingkat nasional seseorang yang unik kompetensi umum dari
bahwa nama besar UNAIR akan semakin jaya dan internasional. “Saya ingin menjadi dan punya kemampuan tambahan di luar mahasiswa kedokteran,” ungkapnya.
”Bagi saya, untuk meminimalisir gangguan pada kegiatan perkuliahan, saya lebih memilih untuk mengalokasikan waktu luang dengan mengikuti berbagai kegiatan kompetisi,” imbuh penghobi renang. Michael berkeinginan besar untuk menjadi seorang dokter spesialis jantung dan pembuluh darah. Ia menyadari untuk bisa mencapai keberhasilan diperlukan ketekunan, keberanian, kesabaran, dan memanfaatkan waktu sebaik mungkin. “Saya ingin buktikan bahwa ketika saya bersungguh-sunguh, saya bisa mencapai hal yang saya inginkan. When there is a will, there is a way,” ungkapnya. (*) Penulis: Sefya Hayu Istighfaricha Editor: Defrina Sukma
Aryo Seno Bagaskoro, Pemuda
15 Tahun Paparkan Kebangsaan di Mahasiswa
Kondisi Hadapan
UNAIR NEWS – Pemuda berusia 15 tahun yang juga pelopor Gerakan Pelajar Surabaya, Aryo Seno Bagaskoro, memaparkan kondisi kebangsaan di hadapan mahasiwa program studi S-1 Hubungan Internasional, Senin (20/3). Paparan itu ia sampaikan dalam kelas mata kuliah Studi Strategis Indonesia. Seno, siswa kelas X SMAN 5 Surabaya, memaparkan bahwa pemuda adalah kunci dari perubahan bangsa. “Cerminan suatu bangsa tolok ukurnya adalah pemuda. Karena anak muda inilah yang menentukan wajah Indonesia 20 hingga 30 tahun mendatang,” paparnya. Di hadapan puluhan mahasiswa HI, Seno juga mengatakan mengenai peranan pemuda dalam menyongsong kejayaan bangsa. Mengutip pernyataan Tan Malaka, idealisme adalah kemewahan terakhir yang hanya dimiliki oleh pemuda, Seno juga mengajak agar hadirin untuk memaksimalkan kekuatan gagasan yang dimilikinya. “Seratus tahun Indonesia di 2045 yang digadangkan sebagai kejayaan bangsa ini akan ditentukan oleh pemuda hari ini,” tegas Seno. Ditanya perihal pandangan mengenai mahasiswa, Ketua Aliansi Pelajar Surabaya (APS) tersebut mengatakan bahwa kondisi mahasiswa sekarang berada pada era keterbukaan dan akses informasi yang sangat luar biasa. Namun, Seno menyayangkan, saat arus informasi dengan mudah didapat membuat ruang gerak mahasiswa tidak seperti perjuangan pemuda di awal-awal kemerdekaan. “Mahasiswa sekarang memang mendapatkan input informasi yang
lebih banyak dibanding awal kemerdekaan yang masih berinformasi dari radio. Tapi, meski informasi terbatas, mereka bergerak. Inilah tantangan kita,” tandas Seno. Menanggapi adanya gebrakan yang dilakukan FISIP UNAIR, Drs. Suko Widodo, M.Si., selaku dosen Ilmu Komunikasi menuturkan bahwa keterlibatan pemuda dalam menyongsong peradaban sebuah bangsa adalah hal yang penting. “Ada anak masih 15 tahun memikirkan Indonesia, ini kan gila,” tegasnya. Tidak hanya itu, Suko yang juga Ketua PIH UNAIR tersebut menjelaskan bahwa tantangan pemuda di eranya tidak seberat tantangan yang menghadang pemuda hari ini, khususnya dalam arus informasi media. Pakar komunikasi politik tersebut juga berharap bahwa UNAIR bisa memberikan wadah yang tepat melalui kajian untuk mengajak pemuda dan semua komponen diskusi bersama dalam sebuah forum kebangsaan. “UNAIR harus memberikan ruang publik baru untuk hal itu,” pungkasnya. Penulis: Nuri Hermawan Editor: Defrina Sukma S
Fokus Kuliah, Chyntia Winny Jadi Wisudawan Terbaik S-1 FKM UNAIR UNAIR NEWS – Berkat kegigihannya dalam belajar, Chyntia Winny Widayanti, S.KM., berhasil meraih predikat sebagai wisudawan
terbaik S-1 Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga, dalam wisuda periode Maret 2017. Ia lulus dengan meraih IPK 3,88. Chyntia menulis skripsi berjudul “Kepatuhan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan dalam Pengisian Surat Rujukan Balik Berdasarkan Enam Dimensi Table of Eleven (Studi di Instalasi Rawat Jalan RSUD Bhakti Dharma Husada Surabaya)”. Melalui skripsinya itu, ia mengevaluasi kepatuhan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) dalam pengisian surat rujukan balik sebagai variabel terikat dan enam dimensi table of eleven (knowledge of rules, degree of acceptance, respect fo authority, cost and benefit, social control, risk of being reported) sebagai variabel bebas. ”Saya berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi peningkatan kualitas pelayanan rujukan peserta BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) Kesehatan. Sebab era BPJS yang baru dimulai tahun 2014, masih menjadi perbincangan hangat hingga saat ini,” ujar gadis yang pernah juga menjadi lulusan terbaik D-3 Kebidanan di Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya tahun 2013. Pada tahun pertama kuliah, gadis kelahiran 1 Februari 1993 ini sempat menjalani rutinitasnya sambil bekerja. Namun selanjutnya, ia memilih fokus kuliah demi hasil yang maksimal. Chyntia mengaku, dirinya tak memiliki tantangan tertentu dalam menyelesaikan kuliahnya. Namun, ia tak menampik dirinya sempat merasa malas dan mengeluh. Namun, ia berhasil mengendalikan tantangan tersebut dan berhasil menjadi wisudawan terbaik pada kali kedua. Setelah studi S-1 ini selesai, Chyntia memiliki beberapa keinginan dan rencana. Gadis asal Surabaya ini akan mendaftar beasiswa master, bekerja, dan mengembangkan usaha milik orang tua. “Tapi tentu saja saya harus membuat prioritas untuk itu. Mungkin saat ini saya akan fokus mencari kerja dulu sambil
membantu usaha orang tua,” pungkas Chyntia. (*) Penulis: Binti Quryatul Masruroh Editor: Defrina Sukma Satiti.