EFEKTIVITAS PERAN AUDITOR INTERNAL DAN PENDETEKSIAN FRAUD TERHADAP PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (SE)
Disusun Oleh:
Ummi Sa’diyah NIM. 1110082000011
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H / 2016 M
EFEKTIVITAS PERAN AUDITOR INTERNAL DAN PENDETEKSIAN FRAUD TERHADAP PENERAPAN GOOD COPORATE GOVERNANCE
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Di susun oleh: Ummi Sa’diyah NIM.1110082000077
Di bawah Bimbingan:
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS NIP. 19570617 1985 03 1 002
Yulianti, SE,. M.Si NIP. 19820318 201101 2 011
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H / 2016 M i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Kamis Tanggal 07 Bulan Juli Tahun 2014 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa: 1. Nama
: Ummi Sa’diyah
2. NIM
: 1110082000011
3. Jurusan
: Akuntansi (Audit)
4. Judul Skripsi
: Efektivitas Peran Auditor Internal dan Pendeteksian Fraud dalam Penerapan Good Corporate Governance.
Setelah mencermati dan memperhatikan penamilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut diatas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahan Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 07 Juli 2014
1. Zaenal Muttaqin, MPP NIP. 19790503 201101 1 006
(
2. Hepi Prayudiawan, SE, MM, Ak, CA NIP. 19720516 200901 1 006
(
3. Fitri Yani Jalil, M.Si NIDN. 2004068701
(
) Ketua
) Sekretaris
) Penguji Ahli
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Rabu, pada tanggal 22 Juni 2016 telah dilakukan ujian Skripsi atas Mahasiswa: 1. Nama
: Ummi Sa’diyah
2. NIM
: 1110082000011
3. Jurusan
: Akuntansi (Audit)
4. Judul Skripsi
: Efektivitas Peran Auditor Internal dan Pendeteksian Fraud dalam Penerapan Good Corporate Governance
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Audit Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 22 Juni 2016
1. Yessi Fitri, SE, M.Si, Ak NIP. 19760924 200604 2 002
(
2. Atiqah, SE., M.Si NIP. 19820120 200912 2 004
(
3. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS NIP. 19570617 1985 03 1 002
(
4. Yulianti, SE,. M.Si NIP. 19820318 201101 2 011
(
) Ketua
) Penguji Ahli
) Pembimbing I
) Pembimbing II
iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Ummi Sa’diyah
No. Induk Mahasiswa : 1110082000011 Fakultas
: Ekonomi dan Bisnis
Jurusan
: Akuntansi
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya: 1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan. 2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain. 3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa izin pemilik karya. 4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data. 5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu mempertanggungjawabkan atas karya ini. Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah memalui pembukuan yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya, Jakarta, Februari 2016
(Ummi Sa’diyah)
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. DATA PRIBADI 1. Nama
: Ummi Sa’diyah
2. Tempat, Tanggal Lahir
: Cirebon, 25 Desember 1992
3. Jenis Kelamin
: Perempuan
4. Alamat
: Jl. KH. Dewantoro Rt/Rw. 002/07. Kel. Sawah, Kec. Ciputat, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten
5. HP
:-
6. E-mail
:
[email protected]
B. PENDIDIKAN 1. Tahun 2010 – 2015
: S1 Ekonomi Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Tahun 2007 – 2010
: MAN Buntet Pesantren Cirebon
3. Tahun 2004 – 2007
: SMP Negeri 2 Jakarta
4. Tahun 1998 – 2004
: SD Negeri 04 Ciputat
5. Tahun 1996 – 1998
: TK Tunas Harapan
v
C. PENGALAMAN ORGANISASI 1. Panitia PROPESA Jurusan Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sebagai anggota divisi atribut, tahun 2011. 2. Panitia Think Acct UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sebagai anggota divisi konsumsi, tahun 2011. 3. Panitia FEB CUP SPORT GLADIATOR, sebagai anggota divisi catur, tahun 2013. 4. Anggota BEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis, sebagai anggota bagian kewiraswataan.
D. LATAR BELAKANG KELUARGA 1. Ayah
: Iing Solikhin
2. Tempat, Tanggal Lahir
: Cirebon, 06 Desember
3. Ibu
: Madikhasaroh
4. Tempat, Tanggal Lahir
: Cirebon 13 Maret
7. Alamat
: Jl. KH. Dewantoro Rt/Rw. 002/07. Kel. Sawah, Kec. Ciputat, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten
vi
EFFECTIVENESS OF INTERNAL AUDITOR AND DETECTION OF FRAUD TOWARD IMPLEMENTATION OF GOOD CORPORATE GOVERNANCE By: Ummi Sa’diyah
ABSTRACT
The purpose of this study is to analyze the influence effectiveness of the internal auditor and variable detection of fraud towards implementation of good corporate governance partially and simultaneously. Sampling methods in the study was purposive sampling. Data was acquired from the primery data by giving the questionnaire for employees of the finance. The data analysis was done by using multiple regression analysis. The results of this research show that there are simultaneous influence on variables (effectiveness of the internal auditor and detection of fraud) toward implementation of good corporate governance, seen significant value under 0.05 and value Fvalue (92.506) > Ftable (3.13). The results of this research also shows the value of the variable effectiveness of the internal auditor of tvalue (4.269) and service detection of fraud of tvalue (2.924) more this ttable (1.98) then declared there is effect toward implementation of good corporate governance. On the determination of the test there is influence of 72.6% of the independent variables (effectiveness of the internal auditor and detection of fraud) of the dependent variable (implementation of good corporate governance). Meanwhile, a total of 27.4% is affected by other variables and not included into this regression analysis, such as fraud prevention, leadership, internal control and ect.
Keywords: effectiveness of the internal auditor, detection implementation of good corporate governance.
vii
of
fraud,
EFEKTIVITAS PERAN AUDITOR INTERNAL DAN PENDETEKSIAN FRAUD TERHADAP PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE
Oleh: Ummi Sa’diyah
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh variabel efektivitas peran auditor internal dan variabel pendeteksian fraud terhadap variabel penerapan good corporate governance secara parsial dan secara simultan. Metode penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Data diperoleh dengan membagikan kuesioner pada karyawan bagian finance. Analisis data menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh secara simultan pada variabel (efektivitas peran auditor internal dan pendeteksian fraud) terhadap penerapan good corporate governance, terlihat nilai signifikan di bawah 0,05 dan nilai Fhitung (92,506) > Ftabel (3,13). Hasil penelitian ini juga menunjukkan nilai thitung pada variabel efektivitas peran auditor internal sebesar (4,269) dan pendeteksian fraud sebesar (2,924) lebih besar dari ttabel (1,98) maka dinyatakan terdapat pengaruh terhadap penerapan good corporate governance. Pada uji determinasi terdapat pengaruh sebesar 72,6% dari variabel independen (efektivitas peran auditor internal dan pendeteksian fraud) terhadap variabel dependen (penerapan good corporate governance). Sedangkan, sebanyak 27,4% dipengaruhi oleh variabel lain dan tidak termasuk ke dalam analisis regresi ini, seperti Pencegahan fraud, Kepemimpinan, pengendalian internal dan lain-lain.
Kata kunci: efektivitas peran auditor internal, pendeteksian fraud, good corporate governance
viii
KATA PENGANTAR
Assalamuallaikum Wr. Wb Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayat-Nya yang mampu menerangi jalan menuju kebenaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efektivitas Peran Auditor Internal dan Pendeteksian Fraud dalam Penerapan Good Corporate Governance”. Shalawat serta salam penulis hanturkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya. Skirpsi ini disusun dalam rangka untuk memenuhi syaratsyarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisns Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada
kesempatan
ini,
dengan
segala
kerendahan
hati
penulis
menyampaikan terima kasih atas bantuan, bimbngan, dukungan, semangat dan do’a,
baik langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini,
kepada: 1. Mamah dan Bapak tersayang serta kakak Akhmad Faturrohman yang tidak hentinya melantunkan do’a, mencurahkan kasih sayang dan perhatian untuk meluruskan segala pikiran buruk penulis sehingga dapat selalu berfikir positif guna melanjutkan skripsi ini. 2. Suami tercinta Machmud Junaedi dan buah hati tersayang Hasyena Shafwa Naurah yang selalu mendukung dan mendampingi dalam penulisan skripsi ini. 3. Kedua mertuaku mimi dan bapak, kakak dan adik ipar terbaik K’ Fajri, Yayu Uniy, A’Upi, Yayu Lia, A’Yudi, Yayu Uli, IIn, Basit dan Adi serta kelurga besar yang selalu mendo’akan dan memberikan dukungan untuk kesuksesan penulis. 4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, Ms. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
ix
5. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak, CA selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis. 6. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, Ms. Selaku Dosen Pembimbing Skripsi I yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. 7. Ibu Yulianti Selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. 8. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu dan karyawan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulah Jakarta yang telah memberikan bantuan kepada penulis. 9. Reni Octa P, Annisa Oktaviani, Imelia Silviana, Risky Rani P, Marini selaku sahabat berbagi yang telah memberikan motvasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini serta teman-teman Akuntansi B 2010 yang telah memberikan warna dan cerita yang tak terlupakan selama didunia perkuliahan. 10. Semua pihak yang tak bias penulis sebutkan satu persatu atas bantuannya dalam terselesainya penyusunan skripsi ini. Semoga amal kebaikan kalian semua dapat dibalas oleh Allah SWT. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Wassallamualaikum Wr. Wb. Jakarta, Febuari 2016
(Ummi Sa’diyah) x
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan Skripsi ............................................................................
i Lembar Pengesahan Komprehensif ............................................................... ii Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ................................................................. iii Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ................................................. iv Daftar Riwayat Hidup ..................................................................................... v Abstact ............................................................................................................... vi Abstrak .............................................................................................................. vii Kata Pengantar ................................................................................................ viii Daftar Isi ........................................................................................................... x Daftar Tabel ...................................................................................................... xii Daftar Gambar ................................................................................................. xiii Daftar Lampiran .............................................................................................. xiv BAB I
PENDAHULUAN ............................................................................ 1 A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1 B. Perumusan Masalah ...................................................................... 8 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................... 8 1. Tujuan Penelitian ..................................................................... 8 2. Manfaat Penelitian ................................................................... 9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 11 A. Tinjauan Literatur ......................................................................... 11 1. Teori Auditing .......................................................................... 11 2. Efektivitas ................................................................................ 12 3. Internal Audit ............................................................................ 15 4. Kualifikasi Auditor Internal .................................................... 24 5. Pendeteksian Fraud .................................................................. 27 6. Good Corporate Governance (GCG) ...................................... 63 B. Hasil Penelitian Terdahulu............................................................. 74 C. Kerangka Pemikiran ..................................................................... 76 D. Hipotesis Penelitian ..................................................................... 82
xi
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... 84 A. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................ 84 B. Metode Penentuan Sampel ............................................................ 84 C. Metode Pengumpulan Data ............................................................ 85 D. Metode Analisis Data .................................................................... 86 1. Statistik Deskriptif ................................................................... 86 2. Uji Kualitas Data ...................................................................... 87 3. Uji Asumsi Klasik .................................................................... 88 4. Koefisien Determinasi (Adjusted R2) ........................................ 90 5. Koefisien Persamaan Regresi Linier Berganda......................... 91 6. Uji Hipotesis Penelitian ............................................................ 91 E. Operasional Variabel Penelitian .................................................... 93 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 107 A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ................................. 107 1. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 107 2. Karakteristik Responden ........................................................... 108 B. Hasil Instrumen Penelitian ............................................................ 111 1. Hasil Uji Statistik Deskriptif .................................................... 111 2. Hasil Uji Kualitas Data ............................................................ 112 a. Hasil Uji Validitas ............................................................... 112 b. Hasil Uji Reliabilitas ........................................................... 115 3. Hasil Uji Asumsi Klasik .......................................................... 116 a. Hasil Uji Normalitas Data .................................................... 116 b. Hasil Uji Multikolinieritas ................................................... 119 c. Hasil Uji Heteroskedastisitas ............................................... 120 4. Hasil Koefisien Determinasi (Adjusted R2) ............................. 121 5. Hasil Koefisien Persamaan Regresi Linier Berganda .............. 122 6. Hasil Uji Hipotesis Penelitian .................................................. 123 C. Pembahasan .................................................................................. 127 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 130 A. Kesimpulan ................................................................................... 130 B. Saran ............................................................................................. 130
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 133 LAMPIRAN ...................................................................................................... 138 xii
DAFTAR TABEL
Nomor
Keterangan
Halaman
1.1
Contoh Kecurangan (Fraud) ........................................................... 5
2.1
Perbandingan Pengertian Internal Audit ......................................... 16
2.2
Hasil - Hasil Penelitian Terdahulu .................................................. 74
3.1
Operasional Variabel Penelitian ...................................................... 101
4.1
Data Sampel Penyebaran Kuesioner Penelitian .............................. 107
4.2
Data Distribusi Sampel Penelitian ................................................... 108
4.3
Jenis Kelamin Responden ............................................................... 109
4.4
Usia Responden Pegawai bagian Finance pada Perusahaan Swasta di Jakarta ............................................................................. 109
4.5
Tingkat Pendidikan Akhir Responden ............................................ 110
4.6
Hasil Uji Statistik Deskriptif ........................................................... 111
4.7
Hasil Uji Validitas Efektivitas Peran Auditor Internal .................... 113
4.8
Hasil Uji Validitas Pendeteksian Fraud ..........................................
4.9
Hasil Uji Validitas Penerapan Good Corporate Governance .......... 115
4.10
Hasil Uji Reliabilitas ....................................................................... 116
4.11
Hasil Uji Normalitas Secara Statistik .............................................. 119
4.12
Hasil Uji Multikolinearitas .............................................................. 119
4.13
Hasil Koefisien Determinasi (Adjusted R2) ..................................... 121
4.14
Hasil Koefisien Persamaan Regresi Linier Berganda ..................... 122
4.15
Hasil Uji Secara Simultan (Uji F) .................................................... 123
4.16
Hasil Uji Secara Parsial (Uji t) ........................................................ 124
xiii
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Keterangan
Halaman
2.1
Fraud Tree........................................................................................ 32
2.2
Fraud Triangle ................................................................................ 36
2.3
Kerangka Pemikiran ......................................................................... 82
4.1
Hasil Uji Normalitas Data Secara Grafik ......................................... 118
4.2
Hasil Uji Heteroskedastisitas ........................................................... 120
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Keterangan
Halaman
1
Lembar Kuesioner Penelitian .......................................................... 138
2
Data Mentah Jawaban Responden.................................................... 144
3
Pengolah Data Dengan SPSS .......................................................... 147
4
Surat Penelitian ............................................................................... 153
xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Perhatian dunia usaha terhadap tata kelola perusahaan meningkat sejak negara-negara di Asia di hantam krisis ekonomi pertengahan tahun 1997 dan terbukanya skandal keuangan perusahaan raksasa dunia, termasuk Enron Corporation, Worldcom dan Global Crossing. Krisis ini berdampak sangat luas terutama dalam merontokkan rezim-rezim politik yang berkuasa di Korea Selatan, Thailand dan Indonesia. Ketiga negara yang diawal tahun 1990-an dipandang sebagai “Macan Asia” harus mengakui bahwa pondasi ekonomi mereka rapuh, yang akhirnya berujung pada krisis keuangan, ekonomi dan akhirnya merambat ke krisis politik (Gusnardi, 2011). Menanggapi tuntutan akan adanya corporate governance yang baik, banyak negara yang telah mengembangkan berbagai pedoman maupun peraturan bagi perusahaan publik atas good corporate governance. Pemerintah Indonesia juga mendukung upaya tersebut dengan membentuk Komite Nasional tentang Kebijakan Corporate Governance (KNKCG) melalui Surat Keputusan Menteri Koordinator Bidang Ekonomi Keuangan dan Industri (EKUIN) No.Kep-10/M.EKUIN/08/1999 tentang Komite Nasional Kebijakan Corporate
Governance.
Secara
umum,
KNKCG
bertugas
untuk
memformulasikan dan merekomendasikan kebijakan nasional tentang Good Corporate Governance.Saat ini KNKCG telah menerbitkan Code of Good
1
Corporate Governance tahun 2001 yang berfungsi sebagaia cuan bagi perusahaan di Indonesia dalam menerapkan pripsip Good Corporate Governance (Forum for Corporation Governance in Indonesia, 2002). Di negara-negara maju dengan ekonomi yang relatif makmur, Good Corporate Governance (GCG) sudah lama dikenal dan menjadi isu. Sedangkan di Indonesia masalah ini muncul sejak terjadinya krisis moneter yang dimulai pada triwulan ketiga tahun 1997 (LaporanCorporate Governance Perception Index 2004, IICG). Perkembangan
dunia
usaha
membutuhkan ketahanan ditengah
yang
semakin
pesat
dewasa
ini
sengitnya persaingan. Salah satu usaha
untuk menciptakan ketahanan dan daya saing bagi perusahaan ialah dengan menggunakan internal auditor. Internal audit adalah suatu penilaian, yang dilakukan oleh pegawas perusahaan yang terlatih mengenai ketelitian, dapat dipercaya, efisiensi dan kegunaan catatan-catatan (akuntansi) perusahaan, serta pengendalian intern yang terdapat dalam perusahaan. Tujuannya adalah untuk membantu manajemen dalam melaksanakan tanggung jawabnya dengan memberikan analisa, penilaian, saran dan komentar mengenai kegiatan yang diaudit (Soeharmoro, 2012). Dalam penerapannya, corporate governance membutuhkan instrument pendukung yang cukup memadai untuk memastikan tujuannya tercapai dengan baik salah satu instrumen yang dibutuhkan oleh penerapan sistem ini adalah internal audit. Fungsi internal audit yang efektif mampu menawarkan sumbangan yang penting dalam meningkatkan proses corporate governance,
2
pengelolaan risiko dan pengendalian manajemen. Internal audit merupakan pendukung utama bagi komisaris, komite audit, direksi dan manajemen senior dalam membentuk fondasi pengembangan corporate governance. Internal audit secara structural bertanggungjawab kepada direktur utama, akan tetapi secara professional mempunyai akses langsung kepada komite audit atau lembaga sejenisnya dalam perusahaan tersubut (Suharto, 2003). Aspek penting lain pada tata kelola perusahaan yang baik telah meningkat di Indonesia. Praktik tata kelola perusahaan yang buruk telah menyebabkan perusahaan yang memiliki kegagalan dalam bisnis mereka dan munculnya kasus-kasus malpraktik keuangan. Sebagai hasilnya, good corporate governance (GCG) akhirnya menjadi isu penting di Indonesia karena ada banyak kasus mengenai pelanggaran yang dilakukan oleh komite korporasi di pasar modal yang ditandatangani oleh BABEPAM. Ini telah menunjukan praktik tata kelola perusahaan yang baik di Indonesia masih kurang dalam kualitas (Gusnardi, 2011). MenurutForum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI), terdapat 3 (tiga) komite yang memiliki peran penting dalam penerapan GCG, yakni Komite Kompensasi/Remunerasi, Komite Nominasi serta Komite Audit. Dalam struktur organisasi yang ideal berdasarkan konsep GCG, Komite Audit membawahi fungsi audit internal atau Internal Audit Department (IAD) (Agoes, 2012: 182). Prinsip-prinsip tata kelola yang baik meliputi keadilan, akuntabilitas, transparasi dan tanggung jawab. Keadilan berarti bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar, bebas dari salah saji material dan sesuai dengan standar
3
akuntansi yang berlaku di Indonesia yaitu Pedoman Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Akuntabilitas termasuk tanggung jawab manajemen untuk membentuk pengawasan yang efektif melalui komite audit. Prinsip transparasi berhubungan dengan kualitas informasi yang dirilis oleh perusahaan dan prinsip tanggung jawab yang berkaitan dengan tanggung jawab perusahaan dalam hal sosial, lingkungan dan ekonomi (Ahalik dan Lavina, 2013). Sorotan utama mengenai kecurangan (fraud)
pada umumnya dan
korupsi pada khususnya adalah pada kelemahan corporate governance atau kelemahan disektor korporasi maupun pemerintahan. Di Indonesia hal ini sangat jelas terlihat dalam perkara-perkara korupsi dari pada penyelenggara negara. Secara teoritis (dengan efficient market hypothesis) dapat dijelaskan bahwa perusahaan yang lemah governance nya, akan dihukum oleh pasar modal berupa lebih rendahnya harga saham meraka. Dengan kata lain, saham mereka seharusnya mempunyai nilai yang lebih tinggi apabila mereka mempunyai tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) (Tuanakotta, 2012: 44). Masih menurut (Tuanakotta, 2012: 45) Konsultan manajemen Mckinsey melakukan kajian global mengenai hal ini dalam tahun 2002. Hal yang dilihat adalah subtansi dari penerapan corporate governance dan bukan bentuk luarnya (substance over from). Syarat mengenai adanya dewan komisarisdan adanya direksi, mungkin saja seolah-olah terpenuhi. Namun, para komisaris dan direktur adalah anggota keluarga atau ada komisaris independen,tetapi pemegang saham mayoritas sangat dominan dalam pengambilan keputusan. Subtansi good corporate governance tidak ada karena penugasan (oversight) tidak berjalan.
4
Tabel 1.1 Contoh Kasus Kecurangan (Fraud) No. Nama Perusahaan 1. Bernard Madoff (USA, 2008). (Buckhoff Thomas A dan Bonita K. Peterson Kramer, 2011)
2.
Satyam (India, 2009). (Bhasin Madan, 2012)
3.
New Century Financial (Indonesia, 2009). (Grove Hugh and Elisabetta Basilico: 2011).
4.
PT. KAI (Indonesia, 2005). (Harian Kompas Tanggal 5 Agustus 2006)
Kasus Penipuan yang dilakukan oleh Bernard, fraud sebesar 50 miliar atau setara dengan Rp550 triliun, yang menjadikannya fraud terbesar sepanjang sejarah. Skema penipuan yang berupa skema investasi, dimana ia menjanjikan return tertentu bagi investornya. Padahal kenyataannya, investasinya tidak menguntungkan dan serupa dengan sistem money game atau gali lubang tutup lubang, dimana investor dibayar dengan setoran dari investor baru. Pemalsuan oleh pimpinan perusahaan terhadap saldo kas & bank Satyam. Dia juga memalsukan nilai pendapatan bunga diterima di muka (accrued interest), mencatat kewajiban lebih rendah dari yang seharusnya (understated liability) dan menggelembungkan nilai piutang (overstated debtors). Menyebabkan bangkrutnya New Century Financial. Hasil investigasi mengungkapkan bahwa salah seorang partner di KPMG menutupi kesalahan yang terdapat dalam Laporan Keuangan perusahaan dengan tujuan untuk menjaga hubungan bisnis dan juga menjaga fee yang berasal dari New Century. Manipulasi Laporan Keuangan PT KAI Transparansi serta kejujuran dalam pengelolaan lembaga. Perusahaan BUMN ini dicatat meraih keuntungan sebesar Rp. 6,9 miliar, padahal apabila diteliti dan dikaji lebih rinci seharusnya perusahaan menderita kerugian sebesar Rp. 63 miliar. Setelah hasil audit di teliti secara seksama terdapat kejanggalan bahwa pajak pihak ketiga sudah tiga tahun tidak pernah ditagih, tetapi dalam laporan keuangan tersebut dimasukan sebagai pendapatan PT. KAI selama tahun 2005.
Berlanjut halaman berikutnya
5
Tabel 1.1 (Lanjutan) No. Nama Perusahaan 5. New Century Financial (Indonesia, 2009). (Grove Hugh and Elisabetta Basilico: 2011).
6.
PT. KAI (Indonesia, 2005). (Harian Kompas Tanggal 5 Agustus 2006)
Kasus Menyebabkan bangkrutnya New Century Financial. Hasil investigasi mengungkapkan bahwa salah seorang partner di KPMG menutupi kesalahan yang terdapat dalam Laporan Keuangan perusahaan dengan tujuan untuk menjaga hubungan bisnis dan juga menjaga fee yang berasal dari New Century. Manipulasi Laporan Keuangan PT KAI Transparansi serta kejujuran dalam pengelolaan lembaga. Perusahaan BUMN ini dicatat meraih keuntungan sebesar Rp. 6,9 miliar, padahal apabila diteliti dan dikaji lebih rinci seharusnya perusahaan menderita kerugian sebesar Rp. 63 miliar. Setelah hasil audit di teliti secara seksama terdapat kejanggalan bahwa pajak pihak ketiga sudah tiga tahun tidak pernah ditagih, tetapi dalam laporan keuangan tersebut dimasukan sebagai pendapatan PT. KAI selama tahun 2005.
Sumber: Artikel - Artikel Dalam penelitian (Castro, 2013) menyebutkan bahwa manajemen memiliki kekuatan yang lebih atas tata kelola perusahaan pada sistem ekonomi yang terdesentralisasi, maka mereka dapat mengesampingkan pengendalian internal. Karenanya, ketika manajer dapat memanipulasi tata kelola perusahaan, maka sistem pada perusahaan tidak memberikan tanggung jawab sosial kepada masyarakat. Ketika manajemen mengalami kesulitan menjaga hubungan yang baik dengan pihak luar, hal ini akan menunjukkan manajemen bermasalah. Auditor Internal harus mengamati perilaku dan gaya hidup manajemen ketika auditor berada dalam keraguan dari bukti yang diberikan.
6
Peran internal auditor juga berfokus lebih pada penyelesaian masalah yang terjadi secara independen dan obyektif. Dengan demikian mengurangi kecurangan yang terjadi dalam perusahaan dan membuat perusahaan dapat berjalan sesuai dengan prinsip Good Corporate Governance, sehingga tercipta sistem tata kelola yang baik, tepat guna dan terpercaya baik untuk pihak internal perusahaan dan pihak eksternal perusahaan (Soeharmoro, 2012). Menurut (Tuanakotta, 2012:44) terjadinya kecurangan (fraud) pada umumnya diakibatkan karena kelemahan disektor corporate governance atau kelemahan di sektor korporasi. Secara teoritis dengan (efficient market hypotesis) dapat dijelaskan bahwa perusahaan yang lemah governance-nya akan dihukum oleh pasar modal berupa lebih rendahnya harga saham mereka. dengan perkataan lain, saham mereka seharusnya mempunyai nilai yang lebih tinggi kalau mereka mampunyai good corporate governance (tata kelola perusahaan yang baik). Penelitian mengenai efektivitas peran auditor internal dan pendeteksian Fraud terhadap Good Corporate Governance pernah dilakukan oleh (Ratnaningsih, 2005) dengan judul “Evaluasiatas Efektivitas Internal Auditor dalam Rangka Penerapan Good Corporate Governance”. Penelitiannya menemukan bahwa fungsi pemeriksaan seorang internal auditor dipandang efektif oleh karyawan yang menjadi responden atas kuesionernya dan menemukan bahwa internal auditor berpengaruh secara positif terhadap penerapan GCG oleh suatu perusahaan. Sedangkan perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian sekarang terletak pada variabel yang digunakan dimana penelitian sebelumnya menggunakan 1 (satu) variabel independen
7
yaitu, Evaluasi atas Efektivitas Internal Auditor dan penelitian sekarang menggunakan 2 (dua) variabel independen yaitu, Efektivitas Peran Auditor Internal dan Pendeteksian Fraud. Penelitian lain dilakukan oleh Japlani (2014) dalam penelitiannya yang berjudul “Hubungan Antara Penerapan Good Corporate Governance dengan Pencegahan dan Pendeteksian Fraud Pada Perusahaan”, Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat hubungan antara pendeteksian fraud terhadap good corpoerate governance. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian yang berjudul “Efektivitas Peran Auditor Internal dan Pendeteksian Fraud terhadap Penerapan Good Corporate Governance”. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka perumusan masalah yang hendak diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah efektivitas peran auditor internal berpengaruh signifikan terhadap penerapan good corporate governance? 2. Apakah pendeteksian fraud berpengaruh signifikan terhadap penerapan good corporate governance?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan dari dilakukannya penelitian terhadap efektivitas peran auditor internal dan pendeteksian fraud terhadap penerapan good corporate governance ini adalah:
8
a. Untuk menganalisis pengaruh efektivitas peran auditor internal terhadap penerapan good corporate governance. b. Untuk menganalisis pengaruh pendeteksian fraud terhadap penerapan good corporate governance.
2. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian efektivitas peran auditor internal dan pendeteksian fraud terhadap penerapan good corporate governance adalah sebagai berikut: a. Bagi Perusahaan Perusahaan dapat mengetahui informasi mengenai efektivitas peran auditor internal dalam penerapan tata kelola perusahaan yang baik dan mengetauhi informasi mengenai audit investigatif yang digunakan internal audit
untuk mendeteksi fraud. Informasi ini menambah
kewaspadaan perusahaan jika adanya fraud dilingkungan perusahaan sehingga fraud itu bisa diantisipasi. Sehingga tata kelola perusahaan dapat diterapkan dengan baik.
b. Bagi Pemerintah Pemerintah dapat mengetahui informasi mengenai audit investigatif yang digunakan internal audit untuk mendeteksi fraud. Informasi ini menambah kewaspadaan pemerintah jika adanya fraud dilingkungan pemerintah daerah hingga pusat sehingga fraud itu bisa diantisipasi.
9
c. Bagi Masyarakat Masyarakat dapat mengetahui informasi mengenai peran efektivitas pendeteksi fraud yang digunakan Internal Auditor untuk mengungkap fraud. Hal ini akan membuat masyarakat semakin waspada dan bisa melaporkan ke pihak terkait jika menemukan kecurangan diperusahaan maupun instansi pemerintah dilingkungannya. d. Bagi Akademika Untuk mengetahui informasi mengenai peranan efektivitas pendeteksian fraud
dan peranan efektivitas internal auditor, baik swasta maupun
pemerintah terhadap efektivitas penerapan Good Corporate Governance. e. Bagi Peneliti Peneliti bisa memperoleh pemahaman lebih mengenai good corporate governance dan mengetahui apakah efektivitas pendeteksian fraud efektif untuk mengungkap fraud oleh Auditor Internal dalam penerapan good corporate governance.
10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur 1. Teori Auditing Audit adalah suatu proses yang sistematis dalam mendapatkan dan mengevaluasi secara objektif bukti berkaitan dengan penilaian mengenai peristiwa ekonomi untuk memastikan tingkat kesesuaian antara penilaianpenilaian tersebut dan membentuk kriteria serta menyampaikan hasilnya ke para pengguna yang berkepentingan (Boynton, 2006:6). Pengertian Auditing menurut (O’regan, 2003:10) adalah sebagai berikut: “Auditing is systematic process of objectively gathering and evaluating evidence relating to assertions about economic actions and events in which the individual or organization making the assertion has been engage, to ascertain the degree of the correspondence between those assertion and established criteria and communicating the result to users of the reports in which the assertion are made”. Menurut (Tunggal, 2013:4) ada tiga jenis audit yang biasa dikenal dan dilakukan sampai saat ini, yaitu: a. Laporan Keuangan(Financial Statement Audit) Analisis aktivitas ekonomi dari suatu kesatuan usaha untuk mengukur dan melaporkan dengan metode akuntansi. b. Audit Kepatuhan (Compliance Audit) Peninjauan baik pengendalian finansial maupun operasional dari transaksi untuk melihat bagaimana baiknya mereka memenuhi standar yang ditentukan.
11
c. Audit operasional (Operational Audit) Peninjauan yang komprehensif dari aktivitas unit, sistem dan pengendalian dalam suatu perusahaan untuk mencapai ekonomisasi, efisiensi, efekifitas (3E) atau tujuan yang lain. Sedangkan menurut (Arens dkk., 2012:24) auditing adalah sebagai berikut: “Auditing is the accumulation an evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence between the information and established criteria. Auditing should be done by a competent, independent person”. Sedangkan menurut
(Agoes, 2012:4) mendefinisikan auditing
sebagai berikut: “Pemeriksaan (Auditing) adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut”. 2. Efektivitas a. Definisi Efektivitas Menurut Hans Kartikahadi yang dikutip oleh (Agoes, 2012: 183) tentang efektivitas menyatakan bahwa yang dimaksud efektivitas adalah produk akhir suatu kegiatan operasi telah mencapai tujuannya baik ditinjau dari segi kualitas hasil kerja, kuantitas hasil kerja maupun batas waktu yang ditargetkan. Menurut Peter F. Drucker yang dikutip oleh (Moenir, 2008:166) secara singkat menyatakanpengertian efektivitas adalah: “Effectiveness, on the other hand, is the ability to choose appropriate objectives. An effective manager is one who selects the right things to get done”.
12
Efektivitas pada sisi lain adalah kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat. Seorang manajer efektif adalah orang yang memilih hal benar untuk dilakukan. Yang dimaksud efektif adalah ukuran keberhasilan suatu kegiatan atau program yang dikaitkan dengan tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan effectiveness (efektivitas) adalah tingkat kinerja yang sebenarnya dibandingkan dengan sasaran kinerja yang telah ditetapkan (Tunggal, 2014: 8). Efektivitas mempunyai pengertian yang berbeda bagi setiap organisasi tergantung pada kerangka acuan yang dipakainya. Bagi seorang ahli ekonomi efektivitas organisasi adalah keuntungan, laba investasi dan bagi seorang ilmuan di bidang riset efektivitas dijabarkan dalam
jumlah paten, penemuan atau produk baru. Sedangkan bagi
sejumlah sarjana ilmu sosial, efektivitas sering ditinjau dari segi kualitas kehidupan pekerja. Efektivitas (effectiveness) menekankan hasil aktual dari dampak atau kekuatan untuk menghasilkan dampak tertentu (Sawyer’s, 2009:211). Efektivitas adalah segala sesuatu berhubungan dengan penentu apakah tujuan perusahaan yang telah ditetapkan telah tercapai. Hasil penjualan, kegiatan operasional dan laporan realisasi anggaran dapat dijadikan sebagai contoh atas nilai efektivitas dari kinerja perusahaan selanjutnya. Efektivitas menunjukan keberhasilan perusahaan dalam merealisasikan tujuan perusahaannya. Dengan demikian efektivitas adalah kemampuan suatu unit kerja untuk mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan sebelumnya (Anthony dan Govindarajan, 2005:174).
13
Menurut (Siagian, 2002:24) mendefinisikan efektivitas adalah sebagai berikut: “Efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atas jasa kegiatan yang dijalankannya. Efektivitas menunjukan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran, berarti makin tinggi efektivitasnya”. b. Pengukuran Efektivitas Menurut (Anthony dan Govindarajan, 2005:175) pengukuran efektivitas dapat menggunakan beberapa pendekatan lain: 1) Pendekatan Kuantitatif Akuntansi Pendekatan ini digunakan untuk mendapatkan objektivitas dan idependensi yang tinggi dari perusahaan. Pengukuran pendekatan ini melalui penggunaan informasi akuntansi dan keuangan yang ada pada perusahaan. Namun pendekatan ini memiliki kelemahan-kelemahan, sehingga dibutuhkan pendekatan lain yaitu kuantitatif manajemen. 2) Pendekatan Kuantitatif Manajemen Pendekatan ini mengkomodasi variabel-variabel kuantitatif yang bersifat nonfinansial dan diluar sistem akuntansi. Pendekatan ini membantu sebagai
perumusan-perumusan
alat
analisa
dalam
permasalahan
pemecahan
yang
dihadapi
permasalahan,
serta
memperjelas kesimpulan yang akan diambil dalam analisis kuantitatif akuntansi. 3) Digunakan Sebagai Pelengkap Hasil Kedua Pendekatan Hasil
analisa
kualitatif
ini
dimaksudkan
untuk
memperjelas
kesimpulan yang akan diambil dari kedua pendekatan di atas. Sedangkan untuk mengukur efektivitas auditor dapat menggunakan
14
seperti pemeriksa, membandingkan, memeriksa dokumen dasar (vouching), menganalisa, mengecek, menginspeksi, menghitung, menelusuri (trace), serta memverifikasi (verify). Menurut (Cohen dan Sayag, 2010) ada dua pendekatan utama untuk konsep efektivitas internal audit. Menurut pendekatan pertama, efektivitas internal audit ditentukan oleh antara audit dan beberapa standar universal ekstrapolasi dari dana karakteristik internal audit. Pendekatan kedua, bahwa efektivitas audi tinternal bukan realitas dihitung, melainkan ditentukan oleh evaluasi subjektif ditugaskan untuk fungsi ini dengan manajemen. Dengan kata lain, keberhasilan setiap internal audit hanya dapat diukur terhadap harapan para pemangku kepentingan yang relevan. 3. Internal Audit a. Definisi Internal Audit Auditor internal diseluruh dunia melakukan pekerjaan mereka secara berbeda, tergantung pada lingkup audit yang diinginkan manajemen senior. Akibatnya, sulit mendefinisikan berbagai aktivitas yang dilakukan auditor. IIA’S Board of Directors mendefinisikan Internal auditing sebagai berikut: “Internal auditing is an independent, objective assurance and consulting activity designed to add value and improve an organizations/operations. It help an organization accomplish its ate and improve the effectiveness of risk management, control and governance process” (Tunggal, 2013:184). Beberapa definisi audit internal
modern telah dikembangkan.
American Accounting Association mendefinisikannya sebagai:
15
“Proses sistematis untuk secara objektif memperoleh dan mengevaluasi asersi mengenai tindakan dan kejadian-kejadian ekonomis untuk meyakinkan derajat kesesuaian antara asersi ini dengan kriteria yang ditetapkan dan mengkomunikasikannya ke pengguna yang berkepentingan.” IIA memperkenalkan Standard is for the Professional Practice of Internal Auditing-SPPIA (standar) yang berisi definisi berikut ini: “Audit Internal adalah fungsi penilaian independen yang dibentuk dalam perusahaan untuk memeriksa dan mengevaluasi aktivitas-aktivitasnya sebagai jasa yang diberikan kepada perusahaan (IIA:1978).” Sedangkan menurut (Sawyer’s, 2009:8) yang dimaksud dengan internal auditor adalah: “Internal Auditing is an independen appraisal established within an organization to examine and its activities as a service to organization.” Sedangkan menurut (Tunggal, 2013:185) pengertian internal audit dibandingkan dengan pengertian lama dan baru, sebagai berikut: Tabel 2.1 Perbandingan Pengertian Internal Audit Definisi lama Fungsi penilaian independen yang dibentuk dalam suatu organisasi. Fungsi penelitianbagi organisasi. Membantu para anggota organisasi agar dapat menjalankan tanggung jawabnya secara efektif. Memberi hasil analisis, penilaian, rekomendasi, konseling dan informasi yang berkaitan dengan aktivitas yang dikaji dan menciptakan pengendalian efektif dengan biaya wajar.
Definisi Baru Suatu aktivitas independen dan obyektif. Aktivitas pemberian jaminan keyakinan dan konsultasiorganisasi. Membantu organisasi dalam usaha mencapai tujuannya. Memberikan suatu pendekatan disiplin yang sistematis untuk mengevaluasi dan meningkatkan keefektifan manajemen risiko, pengendalian dan proses pengaturan dan pengelolaan organisasi.
Sumber: (Tunggal, 2013: 185).
16
Menurut (Tunggal, 2013:185) pertimbangan yang mendasari definisi baru adalah: 1) Gambaran tentang profesi internal audit secara lebih baik akan diperoleh dari seberapa baik jasa/pelayanan yang diberikan, bukan siapa yang melaksanakannya dan apa saja jasa yang dapat diberikan. 2) Agar tetap bertahan, profesi internal audit harus dapat memberikan nilai tambah bagi organisasi. 3) Internal audit perlu mengadopsi semua sudut pandang dari seluruh rantai nilai (value Chain). 4) Struktur konseptual internal audit harus dapat menjangkau hal-hal di luar berbagai proses intern yang dilakukannya, untuk mencerminkan internal audit sebagai pendorong tersedianya jasa organisasional. 5) Standar dan pedoman profesi tidak hanya sekedar menjadi pedoman bagi anggota profesi, namun juga harus dapat mensimbolisasikan kualitas/keahlian internal audit kepada pasar.
b. Auditor Internal Menurut (Tedjasukma, 2012) auditor internal yang bekerja pada suatu perusahaan dan berstatus sebagai karyawan didalam perusahaan tersebut dan tugas utama dari auditor internal ini adalah membantu manajer perusahaan dalam memberikan informasi kepada manajer guna membantu manajer dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan efektifitas dari perusahaan.
17
Definisi dari auditor internal adalah seseorang yang bekerja didalam suatu organisasi yang mereka audit. Audit internal dalam suatu organsasi disebut juga sebagai layanan untuk organisasi. Tujuan audit internal
adalah
untuk
membantu
manajemen
organisasi
dalam
pelaksanaan yang efektif dari tanggung jawabnya (Tedjasukma, 2012). Menurut (Sawyer’s, 2009) yang dikutip oleh (Tedjasukma, 2012) seorang auditor internal merupakan karyawan dari sebuah perusahaan yang secara langsung berkaitan dengan pencegahan kecurangan dalam segala bentuknya didalam suatu perusahaan dan berfungsi untuk menelaah kejadian-kejadian yang terjadi dalam perusahaan tersebut secara independen, tetapi juga siap sedia menanggapi kebutuhan dan keinginan dari semua tingkat manajemen. c. Efektivitas Internal Audit Menurut (Kurniawan, 2012) beberapa hal yang harus diperhatikan oleh manajemen agar fungsi auditor internal bisa efektif adalah: 1) Auditor internal harus mempunyai kedudukan yang independen dalam organisasi perusahaan dalam arti, tidak boleh terlibat kegiatan operasional
perusahaan
dan
bertanggungjawab
kepada
atau
melaporkan kegiatannya kepada manajemen puncak. 2) Auditor internal harus mempunyai uraian tugas secara tertulis sehingga dapat mengetahui dengan jelas mengenai tugas, wewenang dan tanggung jawab yang dimiliki. 3) Auditor internal harus mempunyai kemampuan terkait dengan pemahaman proses manual.
18
4) Harus ada dukungan yang kuat dari manajemen puncak kepada auditor internal, dukungan yang kuat dari manajemen puncak dapat berupa penempatan auditor internal dalam posisi yang independen. 5) Auditor internal harus memiliki sumber daya yang profesional, capable, bisa bersikap obyektif dan mempunyai integritas serta loyalitas yang tinggi. 6) Auditor internal harus bisa bekerjasama dengan akuntan publik, maka audit fee yang harus dibayar kepada kantor akuntan publik bisa ditekan menjadi lebih rendah. 7) Menciptakan struktur pengkajian yang wajar dan pantas. 8) Mengadakan rotasi dan pengaturan hak cuti karyawan. 9) Memberikan sanksi yang tegas kepada yang melakukan fraud dan memberikan penghargaan kepada yang berprestasi. 10) Membuat program bantuan kepada pegawai yang mendapatkan kesulitan baik dalam hal keuangan maupun non keuangan. 11) Menetapkan kebijakan pemberian dari luar. 12) Menyediakan sumber tertentu dalam rangka mendeteksi fraud karena sulit ditemukan. 13) Menyediakan saluran untuk melaporkan telah terjadinya fraud hendaknya diketahui oleh staf agar dapat diproses pada jalur yang benar. d. Peran Internal Auditor Menurut Fitrawansyah (2014:16) pendeteksian fraud oleh auditor internal merupakan salah satu peran dari kegiatan internal auditing yang
19
dijalankan dalam organisasi. Standards No. 1210.A2 menyatakan sebagai berikut: “The internal auditor should have sufficient knowledge to identify the indicator of fraud but is not expected to hace the expertise of a person whose primary responsibility is detecting ang investigating fraud”. Merujuk pada standar profesi diatas, auditor internal diharuskan memiliki pengetahuan yang cukup untuk mendeteksi adanya indikasi fraud dalam organisasi. Pengetahuan yang harus dimiliki auditor termasuk pula pengetahuan mengenai karakteristik fraud, teknikteknikyang digunakan dalam melakukan fraud dan jenis-jenis fraud yang mungkin terjadi pada berbagai proses bisnis. Auditor internal bertanggungjawab dalam mendeteksi fraud yang mungkin telah terjadi sedini mungkin, sebelum membawa dampak yang lebih buruk pada organisasi. Pendeteksian tersebut dapat dilakukan pada saat menjalankan kegiatan internal audit.Pada saat melakukan audit, auditor internal dapat memfokuskan diri pada area-area yang memiliki risiko tinggi terjadinyafraud
seperti
transaksi
kas,
rekonsiliasi
bank,
proses
pengadaan, penjualan dan lain-lain (Fitrawansyah, 2014:16). Jika auditor internal menemukan suatu indikasi terjadinya fraud dalam organisasi, auditor internal harus melaporkannya kepada pihakpihak terkait dalam organisasi tersebut, seperti audit commite.Auditor internal dapat memberikan rekomendasi dilakukannya investigasi yang diperlukan untuk menyelidiki fraud tersebut (Fitrawansyah, 2014:17).
20
Standards for the Professional Practice of Internal Auditing dari IIA menyebutkan bahwa auditor internal harus melakukan pemeriksaan internnya
dengan
hati-hati
dan
menggunakan
kemahiran
jabatannya.Dalam hal ini auditor harus memperhatikan kemungkinankemungkinan terjadinya kecurangan, kesalahan, manipulasi, inefesiensi, pemborosan, ketidakefektifan dan conflict of interst.Mereka juga harus hati-hati terhadap kondisi dan kegiatan yang memungkinkan terjadinya irregularities.Berarti
auditor
harus
membuka
mata
lebar-lebar,
memasang telinga dengan baik dan harus mengetahui modus operasi terjadinya macam-macam kecurangan (Agoes, 2013:214). Menurut (Agoes, 2013:214) jika auitor internal menemukan indikasi dan mencurigai terjadinya kecurangan di perusahaan, maka ia harus memberitahukan hal tersebut kepada top management. Jika indikasi tersebut cukup kuat, manajemen akan menugaskan suatu tim untuk melakukan investigasi. Tim tersebut biasanya terdiri dari auditor internal, lawyer, investigator, security dan spesialis dari luar atau dalam perusahaan (misalnya ahli komputer, ahli perbankan dan lain-lain). Hasil investigasi tim harus melaporkan secara tertulis kepada top management yang mencakup fakta, temuan, kesimpulan, saran dan tindakan perbaikan yang perlu dilaporkan. Top management setelah mempelajari laporan tersebut, akan
memutuskan apakah kecurangan diselesaikan secara
hukum (melalui kepolisian atau pengadilan). Peran auditor internal dalam menemukan indikasi terjadinya kecurangan dan melakukan investigasi terhadap kecurangan sangat besar.
21
Peran auditor internal yang independen sangat penting dalam penerapan GCG di perusahaan, dimana anggota auditor internal tidak mempunyai saham baik langsung maupun tidak langsung pada perusahaan tersebut, tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan direksi, komisaris dan pemegang saham utama perusahaan tersebut dan tidak memiliki hubungan usaha baik langsung maupun tidak langsung dengan perusahaan tersebut. GCG juga menuntutsejauh mana auditor internal dapat berperan dengan baik untuk mewujudkannya pada sektor swasta. Auditor internal dituntut untuk menyediakan informasi mengenai kecukupan dan efektivitas sistem pengendalian internal yang ada di dalam perusahaan (Wardoyo, 2010). Auditor Internal merupakan salah satu pilar GCG yang memiliki peran cukup penting dalam implementasi GCG, terutama dari aspek pengendalian. Auditor Internal dapat berperan untuk mendorong implementasi
GCG
melalui
pencegahan,
pendeteksian
dan
penginvestigasian tindak kecurangan (fraud) yang terjadi di suatu organisasi atau perusahaan. Melalui pencegahan Auditor Internal akan mampu mengimplemtasikan GCG dengan lebih mudah. Pencegahan saja tidaklah memadai seorang Audior Internal dalam mengimplementasikan GCG, perusahaan harus memahami pula bagaimana cara mendeteksi secara dini terjadinya fraud (Effendi, 2010:17). Auditor yang dipekerjakan oleh satu perusahaan, persekutuan, badan pemerintah, individu dan entitas lainnya merupakan auditor internal.Diperusahaan besar, staf internal audit bisa sangat banyak dan
22
direktur audit internal biasanya adalah pangkat yang paling tinggi dalam suatu entitas. IIA mendefinisikan audit internal sebagai aktivitas independen, kepastian objektif dan konsultasi yang dirancang untuk menambah nilai dan meningkatkan operasi organisasi. Audit ini membantu organisasi mencapai tujuannya dengan membawa pendekatan sistematis dan disiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas manajemen risiko, pengendalian dan proses kepengurusan (Messier, 2005:67). Auditor Internal haruslah seseorang yang mempunyai kompetensi di bidang keuangan, kerena Auditor Internal lebih berperan untuk mengawasi kegiatan manajemen, kompetensi di bidang audit merupakan suatu keharusan bagi seseorang yang akan melakukan tugasnya di bidang audit. Disamping pengetahuan di bidang audit, auditor tentunya diharapkan mempunyai pengetahuan yang memadai dalam substansi yang diaudit karena itulah kompetensi anggota internal audit sangat diperlukan untuk menjembatani kebutuhan Dewan Komisaris akan peran auditing dan pengendalian internal yang efektif dengan kendala daya serap terhadap masalah-masalah yang teknis dalam akuntansi, auditing dan pengendalian internal (Wardoyo, 2010). Hasil penelitian (Gusnardi, 2011) mengatakan bahwa seluruh keputusan yang dibuat oleh komisaris independent, tidak terpisahkan dari berjalannya mekanisme pengendalian internal ditubuh emiten termasuk adanya Komite Audit.
Komite Audit yang ahli berhubungan positif
dengan kualitas laporan keuangan dan Auditor Internal yang baik dapat
23
mencegah Kecurangan. Dari besarnya pengaruh komite audit tersebut terhadap pencegahan kecurangan, ternyata pengaruh yang paling besar adalah
pengaruh
pelaksanaan
tata
kelola
perusahaan.
Hal
ini
menunjukkan bahwa semakin baik pelaksanaan tata kelola perusahaan maka akan dapat mencegah terjadinya kecurangan lebih dini.
Peran
Komite Audit, Pengendalian Internal, Audit Internal dan Pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan berpengaruh terhadap Pencegahan Kecurangan, artinya peran yang optimal dari Komite Audit, penerapan Pengendalian Internal, Audit Internal dan Pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan dapat mencegah terjadinya Kecurangan dalam perusahaan. Secara parsial, pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan mempunyai pengaruh terbesar terhadap pencegahan kecurangan. Besarnya pengaruh Peran Komite Audit, Pengendalian Internal, Audit Internal dan Pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan secara simultan, mengindikasikan bahwa kecuranganpada perusahaan dapat dicegah jika Komite Audit, penerapan Pengendalian Internal, Audit Internal serta Pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan dapat berperan sesuai yang disyaratkan baik melalui piagam Komite Audit ataupun piagam Audit Internal. 4. Kualifikasi Auditor Internal Menurut (Tunggal, 2014: 22) auditor yang baik mempunyai kualifikasi sebagai berikut: a. Pendidikan dan latihan Karena audit berhubungan dengan analisis dan pertimbangan, auditor internal harus mengerti catatan keuangan dan akuntansi sehingga
24
dapat melakukan verifikasi dan analisis dengan baik. Selain itu, ia harus memiliki pengetahuan yang luas mengenai masalah perusahaan yang diperiksa. Kepada auditor internal perlu diberikan pengetahuan mengenai ilmu kemanusiaan, filosofi dan praktik manajemen sebagai komunikasi.
b. Pengalaman Praktik akuntansi dan auditing diperlukan bagi seorang auditor internal yang baru. Di perusahaan manapun ia bekerja, pertama-tama ia harus dibimbing oleh auditor yang kompeten. Gambaran mengenai auditor internal harus diberikan secara luas dan mudah menyesuaikan diri dengan keadaan dan lingkungannya. c. Kualitas Pribadi Auditor internal yang kompeten harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) Sifat Ingin Mengetahui Auditor internal harus tertarik dan ingin mengetahui semua operasional perusahaan.Ia harus mempunyai perhatian terhadap prestasi dan persoalan karyawan perusahan baik di tingkat bawah maupun tingkat atas. Ia harus berusaha agar karyawan mau berbicara secara terbuka tentang pekerjaannya sehingga menghasilkan kritik yang membangun dan ide-ide baru. 2) Ketekunan Auditor internal harus mencoba terus menerus sampai mengerti suatu persoalan.Ia melakukan pengujian, memeriksa dan lainnya sampai ia puas bahwa pekerjaan telah dilakukan seperti apa yang dijelaskan kepadanya.
25
3) Pendekatan yang Membangun Ia harus memandang suatu kesalahan sebagai sesuatu yang harus diselesaikan bukan sebagai suatu kejahatan. Ia harus memikirkan supaya kesalahan tersebut dapat dihindarkan, bukannya menuduh siapa yang bertanggungjawab. Suatu kesalahan dianggap sebagai pedoman untuk perbaikan dimasa yang akan datang. 4) Kewirausahaan Dia menelaah semua pengaruh yang terjadi terhadap profitabiliitas dan efisiensi kegiatan perusahaan secara luas. Dia tidak dikuasai oleh pengetahuan yang mendasar atas kepercayaan dalam menetapkan :yang benar” atau “yang salah”. 5) Kerjasama (Cooperation) Dia melihat dirinya sendiri sebagai kawan-usaha, bukan sebagai saingan dengan siapa yang diperiksa.Tujuannya adalah membantu mereka dan meninjau kembali nasihat-nasihat yang diberikan dengan pihak
perusahaan.Titik
perhatian
seorang
auditor
adalah
meningkatkan kegiatan usaha dan lebih mementingkan peningkatan itu terjadi dari pada memperoleh balas jasa atas tercapainya peningkatan tersebut. 6) Daya Khayal (Imagination) Didefinisikan sebagai perpaduan pemikiran ide-ide baru dari bagianbagian yang dialami secara terpisah.Dengan disadari atau tidak, auditor internal selalu terbuka secara terus menerus terhadap bagian-
26
bagian yang terpisah ini dan merupakan suatu kewajiban bagi mereka untuk mengatur suatu pola tertentu yang memungkinkan terjalinnya suatu penafsiran yang baik.
5. Pendeteksian Fraud a. Definisi Deteksi Pendekatan baru untuk deteksi dan pencegahan penipuan kerah putih dan memeriksa empat bidang yang memainkan peran dominan dalam pemeriksaan fraud: akuntansi dan audit, investigasi, hukum dan kriminologi. Bagian pertama memeriksa kriminologi dengan penekanan spesial diberikan kepada teori pelaku kerah putih. Bagian berikutnya tentang hukum memeriksa pengadilan, berbagai prosedur untuk membuktikan metters penipuan dan berbagai undang-undang pidana dan perdata
dimana
pelaku
penipuan
dihukum.
Bagian
auditing
menggambarkan teknik-teknik khusus yang dibutuhkan untuk memeriksa buku-buku dan catatan untuk aktivitas penipuan. Bagian akhir investigasi menyediakan teknik tentang cara untuk mendapatkan yang terbaik metode wawancara informasi trought (Yuhertiana, 2005). Beberapa atribut yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya indikasikecurangan
di
dalam
fraudulent
financial
reporting
di
perusahaan, antara lain (Yuhertiana, 2005): 1) Terdapat kelemahan dalam pengendalian intern (internal control). 2) Perusahaan tidak memiliki komite audit. 3) Terdapat
hubungan
kekeluargaan
(family
relationship)
antara
manajemen (director) dengan karyawan perusahaan.
27
Langkah pertama dalam mendeteksi fraud investigatif adalah untuk mengembangkan pemahaman yang menyeluruh dari organisasi tersangka dan lingkungan di mana ia beroperasi. Selain itu, kinerja perekonomian secara keseluruhan dan pengaruhnya terhadap industri dan organisasi harus dilakukan. Mendeteksi kecurangan merupakan suatu tantangan bagi auditor, hal ini bisa di sebabkan karena auditor tidak memiliki banyak pengalaman dalam mendeteksi kecurangan atau teman yang kemungkinan merupakan kecurangan telah disamarkan oleh pihak lain yang sebelumnya telah mengantisipasi bagaimana auditor berpikir dan bertindak (Yuhertiana, 2005). b. Definisi Fraud (Kecurangan) Pengertian kecurangan (fraud) berdasarkan Standar Profesional Akuntan Publik (PSAP No. 70 seksi 316.2 paragraf 4) adalah salah saji atau penghilangan secara sengaja jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan untuk mengelabuhi pemakai laporan keuangan. Pemakai laporan keuangan disini termasuk pihak luar maupun dalam entitas itu sendiri. Menurut (Tunggal, 2014:3) kecurangan (fraud) adalah suatu tindakan yang disengaja (intentional) oleh suatu individu atau lebih dalam manajemen, pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola karyawan atau pihak ketiga, yang melibatkan penggunaan tipu muslihat untuk memperoleh suatu keuntungan secara tidak adil atau melanggar hukum. Menurut Black Law Dictonary yang dikutip (Priantara, 2013:3) yaitu:
28
“The intentional use of deceit, a trick or some dishonest means to deprive another of his money, property or legal right, either as a cause of action or as a fatal element in the action it self.” “Suatu perbuatan sengaja untuk menipu atau membohongi, suatu tipu daya atau cara-cara tidak jujur untuk mengambil atau menghilangkan uang, harta, hak yang sah milik orang lain baik-baik, karena suatu tindakan atau dampak yang fatal dari tindakan itu sendiri”. Sedangkan menurut Standar the Institute of Internal Auditors tahun 2013 yang dikutip oleh (Priantara, 2013:4) yaitu: “Any illegal act characterized by deceit, concealment, or violation of trust. These acts are not dependent upon the threat of violence or physical force. Frauds are perpetrated by parties and organizations to obtain, money, property or services, to avoid payment or loss of services, or to secure personal or business advantage”. Yang dapat diartikan sebagai segala perbuatan yang dicirikan dengan pengelabuhan atau pelanggaran kepercayaan untuk mendapatkan uang, aset, jasa atau mencegah pembayaran atau kerugian atau untuk menjamin keuntungan atau manfaat pribadi dan bisnis. Perbuatan ini tidak tergantung pada ancaman kekerasan oleh pelaku terhadap orang lain (Priantara, 2013:4). Definisi kecurangan menurut Jack Bologna, Robert J. Lindquist Josep T. Wells yang dikutip oleh (Tunggal, 2014:4) adalah: “Fraud is criminal intended of financially benefit the deivers”. Menurut Howard R. David yang dikutip oleh (Tunggal, 2014:3) mendefinisikan kecurangan (fraud) sebagai berikut: “Fraud is an intentional pervertion of the truth to induct another to act with some valuable thing belonging to him or her”. Kitab Undang-undang hukum pidana seperti yang dikutip oleh (Tuanakotta, 2012:194) menyebutkan pasal-pasal yang mencakup pengertian fraud diantaranya:
29
“Pasal 362 pencurian: Mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum. Pasal 368 Pemerasan dan Pengancaman: Dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum. Memaksa seseorang dengan kekuasaan atau ancaman kekerasan untuk memberikan barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang itu atau orang lain, atau supaya membuat utang maupun menghapuskan piutang. Pasal 372 Penggelapan: Dengan sengaja melawan hukum memiliki barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagiannya adalah kepunyaan orang lain tetapi yang ada dalam kekuasaan hukum karena kejahatan. Pasal 378 Perbuatan curang: Dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melanggar hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat ataupun rangkaian kebohongan, menggerakkan orang lain untuk menyerahkan sesuatu barang kepadanya atau supaya memberi utang maupun menghapus piutang”. Fraud merupakan suatu perbuatan yang dilakukan secara sadar dan dengan sengaja untuk menutupi atau menghilangkan informasi yang bersifat material yang dapat menyesatkan pengguna informasi tersebut. Tindakanfraud ini melalui penyusunan strategi atau taktik atau tipuan agar kecurangannya tidak diketahui oleh pihak lain. Menurut (Singleton, 2006) yang dikutip oleh (Tedjasukma, 2012) mendefinisikan kecurangan (fraud) sebagai tindakan dari seseorang yang menginginkan keuntungan lebih dengan cara memberikan laporan palsu kepada pihak-pihak lain, tindakan penipuan ini dapat berupa tindakan yang tidak jujur, tipuan dan kelicikan yang dilakukan dalam menyajikan laporan keuangan yang belum diaudit. Masih menurut (Singleton, 2006) yang dikutip oleh (Tedjasukma, 2012) memberikan pengertian fraud dari tugas sudut pandang, yaitu: 1) Corporation
fraud
adalah
segala
bentuk
kecurangan
yang
dipersiapkan oleh, untuk atau melawan perusahaan.
30
2) Management fraud adalah kekeliruan yang disengaja didalam perusahaan atau pada tingkat kinerja karyawan untuk melayani dan mendukung peran manajemen dalam mencari keuntungan dari suatu kecurangan, seperti promosi, bonus atau insentif keuangan dan kenaikan pangkat. 3) Layperson’s definition of fraud. Fraud seperti yang telah diketahui sampai saat ini berarti suatu ketidakjujuran yang telah disengaja dalam meggambarkan suatu fakta yang ada. Tuntutan terhadap pengembangan atau peningkatan penerapan tata kelola perusahaan yang baik agar suatu entitas bisnis yang dirumuskan dalam kerangka badan hukum perseroan terbatas untuk dapat mengembangkan usahanya secara efisien dan berkesinambungan. Hal tersebut berkaitan erat juga dengan cara perusahaan mengatasi kendala yang ada pada abad sekarang seperti fraud, karena dengan pengendalian internal,model kepemimpinan, manajemen risiko dan sumber daya manusia yang baik pada tata kelola perusahaan yang baik dapat mencegah kecurangan dan investigasi kecurangan,external auditor,etika bisnis dan konsultasi yang kompeten dapat mendeteksi fraud yang terjadi. Hal ini yang merupakan aset perusahaan dalam jangka pendek maupun jangka panjang untuk bersaing dalam dunia bisnis modern (Simbolon, 2010). c. Pohon Kecurangan (Fraud Tree) 1) Definisi Pohon Kecurangan (Fraud Tree) Menurut Tuanakotta (2012: 195) secara skematis, Assosiation of
certified
Fraud
Examination
(ACFE)
menggambarkan
31
occupationalfraud
dalam
bentuk
fraud
tree.
Pohon
ini
menggambarkan cabang-cabang dari fraud dalam hubungan kerja, beserta ranting dan anak rantingnya. Fraud tree ini disajikan dalam Gambar bagan 2.1: Gambar 2.1 Fraud Tree
Sumber: Thodorus M, 2012
32
Occuptional fraud tree ini mempunyai tiga cabang utama, yakni corruption, asset misappropiation dan fraudelent statement. a)
Korupsi (Corruption) Menurut (Tuanakotta, 2010:196) istilah corruption disini serupa tetapi tidak sama dengan istilah korupsi dalam ketentuan perundang-undangan kita. Dalam ranting-ranting yang terdapat pada fraud tree terdapat empat bentuk ranting-ranting yaitu, conflicts of interest, bribery, illegal gratuities, economic extortion. Conflicts of interest atau benturan kepentingan sering kita jumpai dalam berbagai bentuk, diantaranya bisnis pelat merah atau bisnis pejabat (penguasa) dan keluarga serta kroni mereka yang menjadi pemasok atau rekanan dilembaga-lembaga pemerintah dan didunia bisnis sekalipun. Bisnis yang mengandung benturan kepentingan sering disamarkan dengan kegiatan sosial-keagamaan dan muncul dalam bentuk yayasan-yayasan. Konsep conflicts of interest digunakan dalam konvensi PBB mengenai pemberantasan korupsi (United Nations Convention Against Corruption). Indonesia meratifkasi konvensi ini (Tuanakotta, 2012:196). Masih menurut (Tuanakotta, 2012:198) Bribery atau penyuapan merupakan bagian yang akrab dalam kehidupan bisnis dan politik di Indonesia. Kickbacks (secara harafiah berarti tendangan balik) merupakan salah satu bentuk penyuapan dimana
33
si penjual mengikhlaskan sebagian dari hasil penjualannya. Kicbacks berbeda dari bribery. Dalam halbribery pemberinya tidak mengorbankansuatu
penerimaan.
Illegal
gratuities
adalah
pemberian atau hadiah yang merupakan bentuk terselubung dari penyuapan. b) Penyimpangan atas Aset (Asset Misappropriation) Asset misappropriation atau pengambilan aset secara ilegal dalam bahasa sehari-hari disebut mencuri. Namun dalam istilah hukum mengambil aset secara ilegal (tidak sah atau melawan hukum) yang dilakukan oleh seseorang yang diberi wewenang untuk
mengelola
atau
mengawasi
aset
tersebut,
disebut
menggelapkan. Istilah pencurian, dalam fraud tree disebut larceny. Istilah penggelapan dalam bahas inggrisnya adalah embezzlement. Dalam fraudtree ACFE, kelihatannya istilah larceny dipergunakan sebagai sinonim dari embezzlement (Tuanakotta, 2012:199). Sedangkan (Priantara, 2013:68) menyebutkan bahwa asset misappropriation meliputi penyalahgunaan, penggelapan atau pencurian aset atau harta perusahaan oleh pihak didalam atau pihak diluar perusahaan. c) Pernyataan atau Pelaporan yang Menipu atau dibuat Salah (Fraudulent Statement) Menurut (Tuanakotta, 2012:205) jenis fraud ini sangat dikenal para auditor yang melakukan general audit (opinion audit).
34
Ranting pertama mnggambarkan fraud dalam menyusun laporan keuangan. Fraud ini berupa salah saji (misstatements baik overstatements maupun understatements). Cabang dari ranting ini ada dua. Pertama, menyajikan aset atau pendapatan lebih tinggi dari yang sebenarnya (asset/revenue overstatements). Kedua, menyajikan aset atau pendapatan lebih rendah dari yang sebenarnya (asset/revenue understatements). Sedangkan
menurut
(Priantara,
2013:68)
fraudulent
statement meliputi tindakan yang dilakukan oleh pejabat atau eksekutif dan manajer senior suatu perusahaan atau instansi pemerintah untuk menutupi kondisi keuangan yang sebenarnya dengan melakukan rekayasa keuangan (financial engineering) atau mempercantik penyajian laporan keuangan guna memperoleh keuntungan atau manfaat pribadi mereka terkait dengan kedudukan dan tanggung jawabnya. d) Manfaat Fraud Tree Fraud tree yang dibuat ACFE sangat bermanfaat. Fraud tree memetakan fraud dalam lingkungan kerja. Peta ini membantu akuntan forensik mengenali dan mendiagnosis fraud yang terjadi. Ada gejala-gejala “penyakit” fraud yang dalam auditing dikenal sebagai red flags. Dengan memahami gejala-gejala ini dan menguasai teknik-teknik audit investigatif, akuntan forensik dapat mendeteksi fraud tersebut (Tuanakotta, 2012:205).
35
d. Segitiga Kecurangan (Fraud Triangle) Segitiga Fraud ini adalah gagasan dari seorang mahasiswa yang bernama (Donald R.Cressy) yang ada pada waktu itu, dia melakukan penelitian disertai doktornya dibidang sosiologi tentang Kriminalitas di Masyarakat. Segitiga penipuan juga akan menjadi pedoman internal auditor dalam mendeteksi fraud. Paraauditor internal bisa maju dengan rencana risiko audit dengan mengamati perubahan perilaku manajemen, dan kemudian menghasut kepribadian skeptis seperti pikiran ingin tahu (Castro, 2013). Menurut (Priantara, 2013:44) Cressey tertarik pada embezzlers yang disebutnya “trust violators” atau “pelanggar kepercayaan”, yakni mereka yang melanggar kepercayaan atau amanah yang dititipkan kepada mereka. Dalam perkembangan hipotesa ini lebih dikenal sebagai fraud Triangle. Tiga faktor tersebut digambarkan sebagai berikut: Gambar 2.2 Fraud Triangle Opportunity
Fraud Triangle
Pressure
Rationalization
(Sumber: Theodorus M, 2007:106)
36
Tiga kondisi kecurangan yang berasal dari pelaporan keuangan yang curang dan penyalahgunaan aktiva diuraikan dalam SAS 99 (AU 316). Ketiga kondisi ini disebut sebagai segitiga kecurangan (fraud triangle), yaitu: 1) Tekanan (Insentive or Pressure) Menurut (Priantara, 2013: 44) pressure adalah dorongan orang untuk melakukan fraud. Pada umumnya tekanan muncul karena kebutuhan atau masalah finansial, tapi banyak juga yang didorong oleh keserakahan. Manajemen atau pegawai lain merasakan insentif atau tekanan untuk melakukan kecurangan. Penggelapan uang perusahaan oleh pelakunya bermula dari suatu tekanan (pressure) yang menghimpitnya. Orang ini mempunyai kebutuhan yang mendesak, yang tidak dapat diceritakan kepada orang lain. Konsep yang penting disinilah adalah tekanan yang menghimpit hidupnya (berupa kebutuhan akan uang), padahal ia tidak bisa berbagi (sharing)
dengan
orang
lain.
Setidak-tidaknya
itulah
yang
dirasakannya. Konsep ini dalam bahasa inggris disebut perceived non shareable financial need. (Tuanakotta, 2012:207). Incentive or pressure (dorongan atau tekanan) adalah segala sesuatu yang berasal dari target waktu maupun target pelaksanaan yang tidak realistis yang dilimpahkan kepada seseorang ataupun kelompok orang yang memiliki sifat/kebiasaan yang kurang baik. Pengaruh tekanan insentif untuk membuat individu ataupun entitas melakukan fraud sangat besar (Hanchox, 2013).
37
Menurut (Priantara, 2013:44) Cressey juga menemukan bahwa non-sharable
problems
yang
dihadapi
orang-orang
yang
diwawancarainya timbul dari situasi yang dapat dibagi dalam 6 (enam) kelompok, yaitu: a) Pelanggaran terhadap Kewajiban (Violation of ascribed obligation) Suatu kedudukan atau jabatan dengan tanggung jawab keuangan, membawa konsekuensi tertentu bagi yang bersangkutan dan juga menjadi harapan atasan atau majikan (Priantara, 2013:45).
b) Masalah Akibat Kegagalan Pribadi (Problems resulting from personal failure) Kegagalan
pribadi
juga
merupakan
situasi
yang
dipersiapkan oleh orang yang mempunyai kdudukan yang dipercaya
dalam
bidang
keuangan,
sebagai
kesalahannya
menggunakan akal sehatnya dan karena itu menjadi tanggung jawab pribadinya (Priantara, 2013:45).
c) Pembalikan Bisnis (Business revelsals) Cressey menyimpulkan bahwa kegagalan bisnis merupakan kelompok
situasi
yang
juga
mengarah
kepada
non-
shareableproblem. Kegagalan itu karena inflasi yang tinggi atau krisis moneter atau ekonomi, tingkat bunga yang tinggi dan lainlain (Priantara, 2013: 45).
38
d) Isolasi fisik (Physical isolation) Secara bebas, situasi ini dapat diterjemahkan sebagai keterpurukan dalam kesendirian. Dalam situasi ini, orang itu bukan tidak mau berbagi keluhan dengan orang lain. Ia tidak mempunyai orang lain tempat ia berkeluh dan mengungkapkan masalahnya.
e) Status Mendapatkan (Status gaining) Situasi kelima ini tidak lain dari kebiasaan (buruk) untuk tidak mau kalah dengan “tetangga”. Orang lain punya harta tertentu, ia juga harus punya seperti itu atau lebih dari itu. f) Hubungan Pengusaha-Pekerja (Relations of Employer-employee). Cressey menjelaskan bahwa pada umumnya situasi keenam mencerminkan kekesalan (atau kebencian) seorang pegawai yang menduduki jabatan yang sama ia merasa tidak ada pegangnya sekarang, tetapi pada saat yang sama ia merasa tidak ada pilihan baginya, yakni ia harus tetap menjalankan apa yang dikerjakannya sekarang. 2) Kesempatan (Opportunity) Menurut (Priantara, 2013:46) opportunity adalah peluang yang memungkinkan terjadinya fraud. Para pelaku percaya bahwa aktivitas mereka tidak akan terdeteksi. Menurut (Hanchox, 2013) Opportunity adalah sebuah cara untuk menyelesaikan masalah yang tidak dapat diungkapkan dan bersifat rahasia dengan melanggar kepercayaan. Secara umum
39
kesempatan ada karena lemahnya pengendalian internal. Contoh dari kesempatan ini adalah kondisi dimana tidak cukupnya pengawasan dan review, tidak adanya pemisahan tugas dan lemahnya sistem pengendalian. Sedangkan menurut pendapat Cressey yang dikutip oleh (Tuanakotta, 2012:211) ada dua komponen dari persepsi tentang peluang ini. Pertama,
general information,
yang merupakan
pengetahuan bahwa kedudukan yang mengandung trust atau kepercayaan, dapat dilanggar tanpa konsekuensi. Kedua, technical skill atau keahlian atau keterampilan yang dibutuhkan untuk melaksanakan kejahatan tersebut. 3) Sikap / Rasionalisasi (Attitude or Rationalization) Sudut ketiga dari fraud triangle adalah rationalization atau mencarai
pembenaran
sebelum
melakukan
kejahatan,
bukan
sesudahnya. Ada sikap, karakter atau serangkaian nilai-nilai etis yang membolehkan manajemen atau pegawai untuk melakukan tindakan yang tidak jujur (Tuanakotta, 2012:212). Sedangkan
menurut
(Priantara,
2013:7)
rasionalisasi
merupakan bagian dari fraud triangel yang paling sulit diukur. Bagi mereka yang terbiasa tidak jujur, mungkin lebih mudah untuk merasionalisasi fraud. Menurut
(Hanchox,
2013)
rationalization
or
attitude
(rasionalisasi) adalah bagian yang sangat penting untuk semua fraud
40
karena sebagian besar orang harus merekonsiliasi perilaku mereka terhadap nilai-nilai umum mengenai tanggung jawab dan kepercayaan. Para pelaku fraud biasanya selalu mencari pemakluman atas perilakunya dan berusaha memaafkan perbuatan curangnya terhadap pihak lain. Ini dilakukan untuk menghilangkan atau mengurangi rasa bersalah mereka. Dibeberapa kasus, rationalization or attitude dilakukan oleh para pelaku fraud untuk menutupi kecurangan yang telah dilakukannya. Ini dilakukan untuk menghilangkan atau mengurangi rasa bersalah mereka. Dibeberapa kasus, rationalization or attitude dilakukan oleh para pelaku fraud untuk menutupi kecurangan yang telah dilakukannya. Hal ini sangat manusiawi dilakukan oleh mereka. Contoh dari rationalization or attitude adalah tindakan manajemen korupsi yang membatasi lingkup ataupun akses informasi untuk auditor saat mengaudit.
e. Pendeteksian Kecurangan (Fraud) Menurut Agoes (2013:15) dalam mencegah dan mendeteksi serta menangani fraud sebenarnya ada beberapa pihak yang terkait yaitu, akuntan (baik sebagai auditor internal, auditor eksternal atau auditor forensik) dan manajemen perusahaan.Peran dan tanggungjawab masingmasing pihak ini dapat digambarkan sebagai suatu siklus yang dinamakan fraud deterrence cycle atau siklus pencegahan fraud. Siklus tersebut terdiri dari:
41
1) Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance) Dilakukan oleh manajemen yang dirancang dalam rangka mengeliminasi atau setidaknya menekan kemungkinan terjadinya fraud.Corporate governance meliputi budaya perusahaan, kebijakankebijakan dan pendelegasian wewenang. 2) Proses Pengendalian Tingkat Transaksi (Transaction Level Control Process) Dilakukan oleh auditor internal, pada dasarnya adalah proses yang lebih bersifat preventif dan pengendalian yang bertujuan untuk memastikan bahwa hanya transaksi yang sah, mendapat otorisasi yang memadai yang dicatat dan melindungi perusahaan dari kerugian. 3) Retrospektif Pemeriksaan (Retrospective Examination) Dilakukan oleh auditor eksternal diarahkan untuk mendeteksi fraud sebelum menjadi besar dan membahayakan perusahaan investigation
dan
remediation
yang dilakukan oleh
forensik
auditor.Peran auditor forensik adalah menentukan tindakan yang harus diambil terkait dengan ukuran dan tingkat kefatalan fraud, tanpamemandang apakah fraud itu hanya berupa pelanggaran kecil terhadap kebijakan perusahaan ataukah pelanggaran besar yang berbentuk kecurangan dalam laporan keuagan atau penyalahgunaan aset. Secara garis besar salah satu unsur pencegahan kecurangan yaitu pembentukan tata kelola perusahaan, sebuah sistem yang bagus harus
42
lahir bersamaan dengan perusahaan itu sendiri, tumbuh dalam kompleksitas dan mencapai kedewasaan atau kecakapan sesuai dengan kemajuan perusahaan. Dengan kata lain, sistem tata kelola perusahaan harus bertumbuh seiring dengan perubahan dalam perusahaan dan lingkungan luarnya. Sistem ini harus selalu lebih canggih atau mendahului kehebatannya dari pada kecurangan yang mungkin terjadi. Tata kelola perusahaan adalah berupa pengaturan dan monitoring tujuan, peraturan, kebijakan, manajemen risiko, akuntabilitas dan kinerja. Dalam definisinya
sendiri,
kebijakan,
prosedur,
mengandung delegasi
pengertian
wewenang dan
seperangkat kontrol
sikap,
yang di
komunikasikan dengan semua konstituen, termasuk manajemen senior, bahwa kecurangan tidak akan terjadi (Wind, 2014 :25). Mencegah fraud adalah bagian dari fraud audit yang bersifat proaktif, sedangkan mendeteksi fraud adalah bagian dari fraud audit yang bersifat investigatif (Tuanakotta, 2012: 285). Davia menganjurkan standar untuk pemeriksaan yang secara spesifik ditujukan untuk menemukan fraud. Ia menyebutnya fraud-specific examinations. Para praktisi harus tahu apa yang mereka harapkan dari standar untuk pemeriksaan yang secara spesifik ditujukan untuk menemukan fraud (Tuanokotta, 2012: 292). Sekurang-kurangnya para praktisi harus menyadari hal-hal berikut ini:
43
1) Mereka tidak bisa, karenanya tidak boleh, memberikan jaminan bahwa mereka bisa menemukan fraud. Klien dapat membatasi upaya menemukan fraud di atas jumlah tertentu dengan pengertian bahwa potensi menemukan fraud ini bergatung kepada waktu dan keahlian yang digunakan pada giliran berikutnya, ini tercermin dari fee. 2) Seluruh pekerjaan didasarkan atas standar audit. Di Indonesia untuk pekerjaan KAP standar ini adalah SPAP. 3) Jumlah fee
bergantung pada luasnya upaya pemeriksaan yang
ditetapkan klien. Jadi klien bisa memilih penugasan yang bernilai Rp.100 juta, RP.200 juta, Rp. 1 miliar dan seterusnya. 4) Praktisi tersedia untuk memperluas jasanya dari tahap proactive review ke tahap pendalaman apabila ada indikasi terjadinya fraud. Tentunya dengan tambahan fee. Sedangkan menurut (Priantara, 2013: 211) risiko yang dihadapi perusahaan diantaranya adalah integrity risk atau risiko fraud yaitu risiko terjadinya fraud oleh manajemen atau pegawai perusahaan, tindakan ilegal oleh perusahaan atau tindakan penyimpangan lainnya. Adanya risiko tersebut mengharuskan perusahaan untuk menyusun tindakan pencegahan (prevention) untuk menangkal terjadinya kecurangan. Namun, pencegahan saja tidaklah memadai, perusahaan harus memahami pula bagaimana cara mendeteksi secara dini terjadinya fraud. Kecurangan akan tercermin melalui timbulnya karakteristik tertentu, baik yang merupakan keadaan lingkungan maupun perilaku seseorang.
44
Karakteristik yang bersifat kondisi/situasi tertentu, prilaku/kondisi seseorang tersebut dinamakan red flag, symptom atau fraud indicators. Masih menurut (Priantara, 2013:211) meskipun timbulnya red flag tidak selalu otomatis fraud namun red flag biasanya selalu muncul disetiap kasus fraud yang terjadi. Pemahaman, naluri dan analisis lebih lanjut terhadap red flag sangat membantu langkah selanjutnya untuk memperoleh bukti awal atau mendeteksi adanya fraud yang selanjutnya akan menentukan berhasilnya pengungkapan fraud. Menurut Albrecht yang dikutip oleh Priantara (2013:211) menjelaskan bahwa indikasi fraud dapat dikenali atau dideteksi dari gejala-gejala atau tanda-tanda (red flag) sebagai berikut: 1) Anomali dokumentasi bukti transaksi meliputi antara lain: a) Terdapat dokumen sumber transaksi yang hilang atau penggunaan dokumen tidak asli (foto kopi) atau banyak dijumpai penggantian dokumen. b) Nama dan alamat penerima pembayaran sama dengan nama dan alamat pembeli atau pegawai perusahaan. c) Piutang yang telah melewati tanggal jatuh tempo dan berusia sangat lanjut. d) Jumlah item penyebab selisih yang direkonsiliasi banyak dan belum tuntas atau berasal dari periode lalu. e) Pembayaran dengan bukti transaksi duplikat (salinan).
45
2) Anomali akuntansi meliputi antara lain: a) Ayat (entry) jurnal yang salah atau tidak sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku baik salah dalam klasifikasi akun maupun salah dalam pengukuran atau salah dalam saat pengakuan. b) Buku besar (ledger) yang tidak akurat seperti ledger yang tidak seimbang dan akun master atau akun kontrol pada buku besar (general ledger) tidak sama dengan jumlah akun dari customer atau pemasok secara individual pada buku pembantu (subsidiary ledger). 3) Kelemahan struktur pengendalian intern baik level transaksi maupun level entitas meliputi antara lain: a) Tidak ada pemisahan tugas. b) Tidak ada pengamanan yang memadai untuk aset. c) Tidak ada pengecekan dan penelaahan independen. d) Tidak ada otoritas yang tepat. e) Mengesampingkan atau mengabaikan pengendalian (control) yang dibuat. f) Sistem akuntansi yang tidak memadai. 4) Anomali dari prosedur analitis, contohnya antara lain: a) Pendapatan yang meningkat dengan persediaan yang menurun. b) Pendapatan yang meningkat dengan piutang yang menurun. c) Pendapatan yang meningkat dengan arus kas masuk yang menurun. d) Persediaan yang meningkat dengan utang yang menurun.
46
e) Volume penjualan yang meningkat dengan penambahan biaya per unit yang menurun. f) Volume produksi yang meningkat dengan jumlah scrap yang menurun. g) Persediaan yang meningkat dengan biaya pergudangan yang menurun. 5) Gaya hidup mewah. 6) Perilaku yang tidak biasa. 7) Pengaduan dan komplain. Menurut
(Priantara,
2013:212)
pendeteksian
fraud
dapat
dilakukan secara proaktif sebagai berikut: 1) Pelaksanaan audit internal yang menerapkan proactive fraud auditing. 2) Pengumpulan data intelijen terhadap gaya hidup dan kebiasaan pribadi pegawai. 3) Penerapan prinsip pengecualian (exception) didalam pengendalian dan prosedur intern dimana setiap exception harus ditelusuri dengan cermat. 4) Pelaksanaan review
terhadap penyimpangan (variances)
dalam
kinerja operasi (standar, tujuan, sasaran, anggaran dan rencana). 5) Adanya laporan pengaduan dan keluhan atau whistleblower hotmail. 6) Intuisi atasan pegawai atau sesama pegawai melihat kejanggalan atau kecurigaan.
47
f. Investigasi Fraud Mendeteksi fraud baik mencegah maupun mendeteksi merupakan cakupan fraud audit. Mencegahfraud adalah bagian dari fraud audit yang bersifat proaktif, sedangkan mendeteksi fraud adalah bagian dari fraud audit yang bersifat investigatif. Pemeriksa fraud atau investigator perlu mengetahui tiga aksioma dalam pemeriksaan fraud. Suatu investgasi dimulai apabila ada dasar yang layak, yang dalam investigasi dikenal sebagai predication. Investigasi secara sederhana dapat didefinisikan sebagai upaya pembuktian. Umumnya pembuktian ini berakhir di pengadilan dan ketentuan hukum (acara) yang berlaku. Tujuan audit investigatif adalah mengumpulkan bukti-bukti yang dapat diterima oleh ketentuan perundang-undangan yang berlaku atau mengumpulkan bukti hukum dan barang bukti sesuai dengan hukum acara atau hukum pembuktian yang berlaku (Tuanakotta, 2013:321). Lingkup atau intensitasnya audit investigatif lebih dalam dan lebih luas dari audit atas laporan keuangan, karena bukti hukum dan barang bukti yang dikumpulkan akuntan forensik, akan diuji dalam persidangan (pengadilan atau luar pengadilan). Pengujian inilah yang akan menentukan apakah bukti dan barang bukti ini dapat menjadi alat bukti yang dapat memberikan keyakinan kepada majelis hukum (didalam pengadilan) atau (diluar pengadilan) (Tuanakotta, 2012:360). 1) Definisi Audit Investigasi Menurut Jack Bologna dan Paul Shaw yang dikutip oleh (Tunggal, 2013: 27):
48
“Forensic Accounting sometimes called fraud auditing or Investigative accounting is skill that goes beyond the realm of corporation and management fraud, embezzlement, or commercial bribery indeed, forensic accounting skills go beyond the general realm of white collar crime”. Pendapat lain tentang audit investigatif dikemukakan oleh (Messier dkk., 2006:21) yaitu: “Forensic audit is an audit to detection or defference of a wide variety of fraudelent activities. The use of auditors to conduct forensi audits has grown significantly, especially where the fraud involves financial issue”. Menurut (Tunggal, 2014:80) Fraud auditing yang kadangkadang juga dinamakan forensic accounting atau investigative accounting merupakan disiplin yang relatif baru.Tidak seperti halnya financial auditing dan operational auditing yang mempunyai sejarah akseptasi yang lama. Association of Certified fraud Examiner seperti dikutip (Tunggal, 2014: 80), mendefinisikan Audit Investigatif sebagai berikut: “Fraud auditing is an initial approach (proactive) to detecting financial fraud, using accounting records and information, analytical relationship and an awareness of fraud perpetation and concealment efford”. Sedangkan menurut (Agoes, 2013: 21) audit investigasi adalah bagian dari manajemen kontrol yang dilaksanakan dalam kegiatan internal audit, disamping audit lainnya, seperti audit keuangan dan audit kepatuhan atau compliance audit.
49
Dari definisi audit investigatif di atas, dapat disimpulkan bahwa audit investigatif merupakan suatu cara yang dapat dilakukan untuk mendeteksi dan memeriksa kecurangan terutama dalam laporan keuangan yang kemungkinan sedang atau sudah terjadi menggunakan keahlian tertentu dari seorang auditor (teknik audit). Berdasarkan siapa yang melakukan audit investigatif, menurut (Karni, 2000:7) dapat dikelompokan menjadi 2 yaitu: a) Audit Investigatif Dilakukan Atas Inisiatif Lembaga Audit Dasar pelaksanaan audit investigatif yang dilakukan atas dasar inisiatif lembaga audit pada umumnya adalah pengembangan temuan audit sebelumnya dan informasi atau pengaduan dari masyarakat. Apabila audit bersumber dari pengaduan masyarakat sebelum melakukan audit, umumnya dilakukan dahulu penelitian awal untuk mengidentifikasikan kasus yang akan diaudit. Apabila dari penelitian awal tersebut dapat disumpulkan bahwa dapat dilakukan audit investigatif baru dapat dibuat satu surat khusus. Hal yang terpenting adalah sejauh mana kewenangan lembaga audit untuk melakukan audit investigatif terutama apabila hasil auditnya terbukti
ada
pelanggaran
hukum
formal
atau
material,
kemungkinan akan diserahkan kepada jaksa untuk diselesaikan secara hukum. b) Audit Investigatif Dilakukan Secara Dasar Permintaan Penyidik Sesuai pasal 120 ayat (1) Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHP), bila penyidik menganggap perlu, dapat meminta pendapat orang ahli atau orang yang memiliki keahlian khusus.
50
Terdapat kelemahan atau hambatan perundang-undangan yang dihadapi auditor karena tidak diatur lebih lanjut dalam KUHP atau Undang-undang Tindak Pidana Korupsi. Auditor bekerja atau melaksanakan tugas atas nama penyidik (Polisi atau Jaksa). Para audit yang dilaksanakan atas dasar permintaan penyidik, auditor bertanggung jawab atas nama pribadi yang ditunjuk. Oleh karena itu apabila pernyataan yang dikemukakan oleh auditor adalah pernyataan palsu, auditor tersebut terjerat hukum. 2) Standar Audit Investigatif Akuntan publik memiliki Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP). SPAP memuat standar-standar audit, atestasi, pengendalian mutu dan lain-lain. Namun SPAP tidak secara khusus mengatur audit investigatif atau audit fraud. Secara sederhana, standar adalah ukuran mutu. K.H. Spencer Pickett dan Jennifer Pickett yang dikutip oleh (Tuanakotta, 2012: 115) merumuskan beberapa standar untuk melakukan investigasi terhadap fraud. Konteks yang mereka rujuk adalah investigasi atas fraud yang dilakukan oleh pegawai diperusahaan. Standar tersebut adalah: a) Seluruh investigasi harus dilandasi praktik yang diakui (accepted best practices). b) Kumpulkan bukti-bukti dengan prinsip kehati-hatian (due care) sehingga bukti-bukti tadi dapat diterima di pengadilan.
51
c) Pastikan bahwa seluruh dokumentasi dalam keadaan aman, terlindungi dan diindeks dan jejal audit tersedia. d) Pastikan bahwa seluruh investigator mengerti hak-hak asasi pegawai dan senantiasa menghormatinya. e) Beban pembuktian ada pada yang “menduga” pegawainya melakukan kecurangan dan pada penuntut umum yang mendakwa pegawai tersebut, baik dalam kasus hukum administratif maupun hukum pidana. f) Cukup seluruh subtansi investigasi dan “kuasai” seluruh target yang sangat kritis ditinjau dari segi waktu. g) Liput seluruh tahapan kunci dalam proses investigasi, termasuk perencanaan, pengumpulan bukti dan barang.
3) Aksioma dalam Investigasi Menurut (Tuanakotta, 2012:322) dalam pandangan para filsuf Yunani, aksioma adalah klaim atau pernyataan yang dapat dianggap benar, tanpa perlu pembuktian lebih lanjut. Tradisi ini diteruskan dalam logika yang tradisional, bahkan sampai kepada ilmu-ilmu eksakta. Aksioma atau postulate adalah pernyataan (proposition) yang tidak dibuktikan atau tidak diperagakan dan dianggap sudah jelas dengan sendirinya (self-evident). Kebenaran dari proposisi ini tidak dipertanyakan lagi (taken for granted). Aksioma merupakan titik tolak untuk menarik kesimpulan tentang suatu kebenaran yang harus dibuktikan (melalui pembentukan teori).
52
Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) menyebut tiga aksioma dalam melakukan investigasi atau pemeriksaan fraud. Ketiga aksioma ini oleh ACFE diistilahkan fraud axioms (aksioma fraud), yang terdiri atas, Fraud is Hidden, Reverse proof, dan Existence of Fraud (Tuanakotta, 2013:322). Priantara (2013:226) menjelaskan ketiga aksioma fraud tersebut sebagai berikut: a) Fraud Itu Pasti Tersembunyi Dan Pasti Disembunyikan (Fraud is Hidden). Upaya-upaya yang dilakukan oleh pelaku untuk menutupi perbuatannya sangat beragam dan seringkali sangat canggih sehingga hampir semua orang termasuk auditor intern dan auditor independen sekalipun akan terkecoh. Adalah suatu kebodohan apabila pelaku tidak menutupi dan menyembunyikan perbuatannya maka seorang fraud examiner
wajib hukumnya dengan
pengetahuan, kemampuan dan keterampilannya membongkar dan mengungkap fraud. b) Melakukan Pembuktian Dua Sisi (Reverse Proof). Dalam upayanya yang sangat keras untuk mengumpulkan buktibukti yang sah untuk membongkar dan mengungkap fraud serta menuduh tersangka melakukan fraud, fraud examiner wajib hukumnya memperhatikan kemungkinan adanya bukti-bukti yang dapat membuktikan tersangka tidak melakukan fraud. Demikian
53
juga sebaliknya, untuk membuktikan bahwa fraud tidak terjadi, fraud examiner wajib hukumnya berusaha keras membuktikan tersangka melakukan fraud, maka dia harus memperhatikan dan mendapatkan bukti-bukti bahwa yang bersangkutan melakukan tindakan fraud. Aksioma ini mengajarkan fraud examiner agar bekerja mandapatkan fakta atau bukti yang dapat membuktikan tersangka melakukan fraud, namun setiap bukti atau fakta yang dibuat harus dibuat simulasi what-if yaitu bagaimana jika ternyata terdapat alibi atau bukti sebaliknya yang menghapus semua konstruksi fraud theory. Oleh karena itu bukti yang didapat harus diuji dengan ketat validitasnya sesuai hukum acara dan unsur-unsur yang dituduhkan. c) Keberadaan Fraud (Existence of Fraud) Kepastian adanya suatu fraud atau korupsi baru dapat dipastikan jika telah diputuskan oleh hakim melalui proses pengadilan. Dengan demikian, dalam melaksanakan tugasnya, seorang fraud examiner dalam laporannya tidak boleh memberikan opini mengenai kesalahan atau tanggung jawab salah satu pihak jawab atas terjadinya suatu fraud atau korupsi. Fraud examiner hanya mengungkapkan fakta dan proses kejadian, beserta pihak-pihak yang terkait dengan terjadinya kejadian tersebut berdasarkan buktibukti yang telah dikumpulkannya.
54
4) Tujuan Audit Investigasi Audit ivestigatif termasuk dalam audit ketaatan (compliance) walaupun terkadang ada juga yang mengelompokkannya secara terpisah. Menurut pendapat (Karni, 2000:4) tentang audit investigatif adalah: “Audit ketaatan bertujuan untuk mengetahui apakah seorang klien telah melaksanakan prosedur atau aturan yang telah ditetapkan oleh pihak yang memiliki otoritas lebih tinggi. Dalam audit investigatif, ketentuan yang harus ditaati sangat luas, tidak hanya kebijakan manajemen, auditor investigatif sampai dengan hukum formal, hukum material dan lain-lain. Untuk itu, audit investigatif tidak hanya cukup untuk menguasai bidang ekonomi, tetapi juga mengerti tentang hukum-hukum yang berlaku”. Tujuan audit investigasi adalah mencari temuan lebih lanjut atas temuan audit sebelumnya, serta melaksanakan audit untuk membuktikan kebenaran berdasarkan pengaduan atau informasi dari masyarakat. Tanggung jawab pelaksanaan audit investigasi ada pada lembaga audit atau satuan pengawas. Prosedur dan teknik audit investigasi mengacu pada standar auditing dan penyesuaian dilakukan sesuai dengan keadaan yang dihadapi. Dalam merencanakan dan melaksanakan audit investigasi, auditor menggunakan sikap skeptic yang professional (skeptic professionalism) serta menerapkan asas praduga tidak bersalah. Audit investigasi sebaiknya dilaksanakan oleh tim atau minimal salah satu auditor yang telah mengembangkan temuan audit sebelumnya. Tim audit baru dapat dibentuk apabila sumber informasi berasal dari informasi dan pengaduan masyarakat. Laporan hasil audit invetigasi menetapkan siapa yang terlibat atau
55
bertanggung jawab dan ditandatangani oleh kepala lembaga atau satuan audit. Sumber informasi audit investigasi adalah: a) Pengembangan temuan audit sebelumnya. b) Adanya pengaduan dari masyarakat. c) Adanya permintaan dari dewan komisaris atau DPR untuk melakukan audit, misalnya karena adanya dugaan penyelewengan oleh manajemen atau pejabat. Menurut (Tuanakotta, 2012:360) tujuan audit investigatif adalah mengumpulkan bukti-bukti yang dapat diterima oleh ketentuan perundang-undangan yang berlaku atau mengumpulkan bukti hukum dan barang bukti sesuai dengan hukum acara atau hukum pembuktian yang berlaku. Lingkup atau intensitasnya juga berbeda. Dalam audit atas laporan keuangan, auditor mengumpulkan bukti audit untuk memberikan reasonable assurance atau keyakinan yang memadai. Audit investigatif lebih dalam dan lebih luas dari audit atas laporan keuangan, karena bukti hukum dan barang bukti yang dikumpulkan akuntan forensik, akan diuji dalam persidangan. Menurut (Priantara, 2013:247) tujuan utama investigatif adalah bukan untuk mencari-cari kesalahan seseorang karena keseluruhan tujuan adalah untuk menemukan dan menentukan adanya fakta kebenaran yang harus dijalankan secara objektif (to find and establish the truth). Jadi pada investigasi sama sekali tidak boleh ada rekayasa, termasuk tidak boleh ada penangkapan sebelum diketahui
56
siapa pelakunya yang jelas, tidak boleh ada tuduhan sebelum reverse proof sudah dipastikan dievaluasi dan seluruh bukti atau fakta menguatkan serta berbicara yang sebenarnya terjadi dan tidak bertentangan satu dengan yang lain.
5) Jenis Audit Investigatif Menurut Ikatan Akuntan Indonesia Edisi No.20/Tahun IV/Maret/2008 mengemukakan bahwa ada dua jenis audit investigatif: a) Audit Investigatif Proaktif Dilakukan pada entitas yang mempunyai resiko penyimpangan tetapi entitas tersebut dalam proses awal auditnya belum atau tidak didahului oleh informasi tentang adanya indikasi penyimpangan, yang berpotensi menimbulkan kerugian keuangan/kekayaan Negara dan atau perekonomian Negara. b) Audit Investigatif Reaktif Audit Investigatif reaktif mengandung langkah-langkah pencarian dan pengumpulan bahan bukti yang diperlukan untuk mendukung dugaan/sangkaan awal tentang adanya indikasi penyimpangan yang dapat menimbulkan kerugian keuangan/kekayaan Negara dan atau perekonomian Negara.
6) Investigatif dengan Teknik Audit Menurut (Tuanakotta, 2012:349) audit investigatif diarahkan kepada pembuktian ada atau tidak adanya fraud (termasuk korupsi)
57
dan perbuatan melawan hukum lainnya. Teknik audit adalah cara-cara yang dipakai dalam mengaudit kewajaran penyajian laporan keuangan. Hasil dari penerapan teknik audit adalah bukti audit. Menurut (Tuanakotta, 2012:350) ada tujuh teknik, yang dirinci dalam bentuk kata kerja bahasa Indonesia, dengan jenis bukti auditnya dalam kurung (kata benda bahasa Inggris), yakni: a) Memeriksa Fisik Dan Mengamati (Physical Exaination) Memeriksa fisik atau physical examination lazimnya diartikan sebagai perhitungan uang tunai (baik dalam mata uang rupiah atau mata uang asing), kertas berharga, persediaan barang, aktiva tetap dan barang berwujud (tangible asset) lainnya. Mengamati sering diartikan sebagai pemanfaatan indera kita untuk mengetahui sesuatu. Maka peneliti tidak membedakan pemeriksaan fisik dan pengamatan. Dalam kedua ini teknik ini investigator menggunakan inderanya, untuk mengetahui atau memahami sesuatu. b) Meminta Informasi Dan Konfirmasi (Confirmation) Meminta informasi baik lisan ataupun tulisan kepada auditan,
merupakan
prosedur
biasa
dilakukan
auditor.
Pertanyaannya, apakah dalam investigatif hal itu perlu dilakukan, apakah sebagainya kita tidak meminta informasi supaya yang diperiksa tidak mengetahui apa yang kita cari? Yang bersangkutan juga mempunyai kepentingan dan peluang untuk berbohong (Tuanakotta, 2012:353).
58
Seperti dalam audit, juga dalam investigasi, permintaan informasi harus dibarengi, diperkuat atau dikolaborasi dengan informasi dari sumber lain atau diperkuat (substantatied) dengan cara lain. Permintaan informasi sangat penting dan juga memerlukan prosedur yang normal dalam suatu investigasi. Meminta konfirmasi adalah meminta pihak lain (dari yang diinvestigasikan) untuk menegaskan kebenaran dan ketidakbenaran suatu informasi. Dalam audit, teknik ini umumnya diterapkan untuk mendapatkan kepastian mengenai saldo piutang. Tapi sebenarnya ia dapat diterapkan untuk berbagai informasi, keuangan maupun non keuangan. Dalam investigatif ini harus memperhatikan apakah pihak
ketiga
mempunyai
kepentingan
dalam
investigatif
(Tuanakotta, 2012:353). c) Memeriksa Dokumen (Documentation) Tidak ada investigasi tanpa pemeriksaan dokumen. Hanya saja, dengan kemajuan teknologi, definisi dokumen menjadi lebih luas, termasuk informasi yang diolah, disimpan dan dipindahkan secara elektronis atau digital (Tuanakotta, 2012:353). d) Review Analitikal (Analitycal Review) Dellote Haskin den Sells (disingkat DHS), cikal bakal dari Delliote Touche Tohmatsu) mencatat penggunaan teknik ini dalam audit manual mereka ditahun 1930-an. Diakhiri 1960-an dan awal 1970-an DHS mengembangkan berbagai perangkat lunak review analikal, diantaranya Statical Techniques for Analytical Review
59
(STAR) in auditing. Penalaran yang membawa seorang auditor atau investigator pada gambaran mengenai wajar, layak atau pantasnya suatu data individual disimpulkan dari gambaran yang diperoleh secara global, menyeluruh atau agregat. e) Membandingkan Anggaran dengan Realisasi. Membandingkan
anggaran
dengan
realisasi
dapat
mengindikasikan adanya fraud. Yang harus benar-benar diketahui adalah seluruh mekanisme pelaksanaan anggaran, evaluasi atas pelaksanaan anggaran, dan intensif (keuangan maupun non keuangan) yang terkandung didalamnya sistem anggaran. Dalam entitas yang merupakan profit center atau revenue center, pejabat tertentu menerima intensif (bonus) sesuai dengan keberhasilan
yang
diukur
dengan
Investigator
perlu
mengantisipasi
pelampauan
anggaran.
kecendrungan
realisasi
penjualannya dibuat tinggi (overstated). f) Hubungan antara Satu Data dengan Data Keuangan lainnya. Beberapa akun, baik dalam suatu maupun beberapa laporan keuangan, bias mempunyai keterkaitan yang dapat dimanfaatkan untuk review awal. g) Menggunakan Data Non Keuangan Inti dari review anatikal ini adalah mengenal pola hubungan (relationship pattern). Pola hubungan ini tidak mesti hanya antara satu data keuangan dengan data keuangan lainnya. Pola hubungan non keuangan pun biasa bermacam-macam bentuknya.
60
h) Regresi atau Analitis Trend Dengan data historical yang memadai (makin banyak makin
baik,
carteris
pribus)
review
analitikal
dapat
mengungkapkan trend. Berbagai perangkat lunak mempermudah hitungan dan grafiknya.
Misaknya STAR, perangkat lunak
Delloite. i) Menggunakan Indikator Ekonomi Makro Ada hubungan antara besarnya pajak penghasilan yang diperoleh dalam suatu tahun dengan indikator-indikator ekonomi seperti inflasi, tingkat pengangguran, cadangan devisa, indikator ekonomi. Negara-negara yang menjadi partner perdagangan Indonesia,
harga
minyak
mentah
dan
komoditi
lain-lain.
Kehandalan perumusan ekonometri akan membantu auditor dan investigator
melalui
data
agregat,
tanpa
harus
memasuki
pemeriksaan SPT sebagai langkah pertama.
7) Menghitung Kembali Menghitung kembali atau reperform tidak lain dari mengecek kebenaran perhitungan (kali, bagi, tambah, kurang dan lain-lain). Ini prosedur yang sangat lazim dalam audit. Biasanya tugas ini diberikan kepada seorang yang baru mulai bekerja sebagai auditor, seorang auditor
junior di kantor akuntan. Dalam investigatif, perhitungan
yang dihadapi umumnya sangat kompleks, didasarkan atas kontrak atau perjanjian yang rumit, mungkin sudah terjadi perubahan dan
61
renegosiasi berkali-kali dengan pejabat (atau kabinet) yang berbeda. Perhitungan ini dilakukan atau disupervisi oleh investigator yang berpengalaman (Tuanakotta, 2012:359).
8) Kesimpulan dalam hasil audit investigasi Menurut (Indra, 2007:49) hasil audit investigasi, pada umumnya dapat disimpulkan sebagai berikut: a) Apa yang dilaporkan masyarakat tidak terbukti. b) Apa yang diadukan terbukti, misalnya terjadi penyimpangan dari suatu aturan dan ketentuan yang berlaku namun tidak merugikan perusahaan atau Negara. c) Terjadi kerugian bagi perusahaan akibat perbuatan melanggar hukum yang dilakukan oleh karyawan. d) Terjadi ketekoran atau kekurangan kas atau persediaan barang milik negara dan bendaharawan tidak dapat menbuktikan bahwa kekurangan tersebut bukan diakibatkan karena kesalahan atau kelalaian bendaharawan. e) Terjadi kerugian negara sabagai akibat terjadinya wanprestasi atau kerugian dari perikatan yang lahir dari undang-undang. f) Terjadi kerugian negara sebagai akibat dari perbuatan melawan hukum dan tindak pidana lainnya. Laporan audit investigasi bersifat rahasia. Laporan tersebut akan diserahkan kepada kejaksaan. Dalam menyusun laporan tersebut, auditor tetap menggunakan asas praduga tak bersalah. Pada umumnya,
62
audit investigasi berisi: dasar audit, temuan audit, tindak lanjut dan saran. Sementara laporan audit yang akan diserahkan kepada kejaksaan berisi temuan audit yang terdiri atas: modus operasi, sebab terjadinya penyimpangan, bukti yang diperoleh dan kerugian yang ditimbulkan (Indra, 2007:49).
6. Good Corporate Governance (GCG) a. Definisi Good Corporate Governance Akibat cara sumber daya diinvestasikan dan dikelola dalam dunia bisnis modern, sistem tata kelola perusahaan diperlukan, dimana melaluinya manajer diawasi dan dibimbing. Definisi sederhananya, corporate governance terdiri atas semua orang, proses dan aktivitas yang ditempatkan untuk membantu memastikan pengelolaan yang tepat atas aset entitas. Corporate governance adalah implementasi dan eksekusi dari proses untuk memastikan bahwa siapa pun yang mengelola entitas telah dengan tepat memanfaatkan waktunya, bakat dan sumber daya yang tersedia untuk sebaik-baiknya kepentingan pemilik yang tidak hadir. (Messier, 2006:43). Definisi tata kelola yang baik menurut The Organizations for Economic Cooperation and Development (OECD) yang dikuti oleh (Priantara, 2013:199) adalah: “Corporate governance is the system by which business corporations are directed and controlled. The corporate governance structure specifies the distribution of rights and responsibilities among different participant in the corporation, such as the board, the manajers, shareholders and other stakeholders and spells ou the rules and
63
procedure for making decisions on corporate affairs. By doing this, it also provides the structure through which the company objectives and monitoring performance”. GCG merupakan sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan yang menciptakan nilai tambah untuk semua stakeholders. GCG memberikan struktur untuk pembagian hak dan tanggung jawab yang seimbang antara dewan (komisaris dan direksi), eksekutif, pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya, aturan dan prosedur pengambilan keputusan terhadap masalah-masalah korporasi dan memberikan struktur untuk tujuan perusahaan dan pemantauan kinerja (Priantara, 2013:199) Surat Edaran Meneg PM & P. BUMN No.S.106/M.PMP BUMN 2000 tanggal 17 April 2000 tentang kebijakan perapan corprate governance yang dikutip oleh (Tunggal, 2013:214) menyatakan bahwa: “Good Corporate Governance adalah suatu hal yang berkualitas dengan mengambil keputusan yang efektif yang bersumber dari Budaya Perusahaan, Etika, Nilai, Sistem, Proses Bisnis, Kebijakan dan Struktur Organisasi Perusahaan yang bertujuan untuk mendorong dan mendukung: pengembangan perusahaan, pengelolaan sumber daya dan risiko secara lebih efisien, efektif dan pertanggung jawaban perusahaan kepada pemegang sahan dan stakeholders lainnya”. Corporate Governance dapat didefinisikan dari berbagai disiplin ilmu (Turnbull, 1997), yang di kutip oleh (Syakhroza, 2003:13) misalnya hukum, phychology, ekonomi, manajemen, keuangan, akuntansi, philsafat bahkan dalam disiplin ilmu agama. Oleh karena itu sering kali kita melihat beberapa faktor mendefinisikan Corporate Governance secara eksplisit berbeda.
64
Menurut (Trunbull, 1997) yang dikutip oleh (Syakhroza, 2003:13) mendefinisikan Corporate Gorvernance sebagai berikut: “Corporate Governance discribe all infliences, affecting the intitutional process including those for appointing the controllers and or regulators, involvedin organizing the production and sale of goods and service”. Turnbull lebih menekankan bagaimana melakukan tata kelola dalam sebuah organisasi dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi kepada proses organisasi dalam rangka menghasilkan dan menjual barang atau jasa. Disamping itu, Turnbull juga berpendapat bahwa penunjukan “controllers dan regulators” merupaka juga substansi penting dalam membangun Good Corporate Governance (Syakhroza, 2003:14). Sedangkan menurut Organization for economic Coorperation and Development (OECD) mendefinisikan corporate governance sebagai keterlibatan dari: “A set of regulationship between a company’s management, its board, its shareholders. Corporate gvernance also proides the structure through which the objectivites of the company are set, and the means of attaining those objectives and monitoring performance are determined. Good corporate governance should provide proper insentive for board and management to pursue objectives that are in interst of the company and shareholders and shold facilitate monitoring there by encoraging firms to use resources more efficiency.” Para pakar dari the OECD mendefinisikan corporate governance sebagai sistem dengan seperangkat hubungan antar manajemen, dewan komisaris/direksi
dan
pemilik
saham
yang
mengarahkan
dan
mengendalikan perusahaaan korporasi. Mereka berpendapat bahwa
65
struktur corporate governance menetapkan pendistribusian hak dan tanggung jawab diantara berbagai pihak yang terkait dalam perusahaan, seperti dewan komisaris/direksi, manajer pelaksana atau eksekutif, para pemilik saham dan pihak lain yang punya kepentingan dengan perusahaan (stakeholders) dan menguraikan peraturan dan prosedur dalam pengambilan keputusan untuk kepentingan perusahaan. Corporate governance akan menyediakan struktur melalui tujuan perusahaan yang lebih dahulu disusun dan menyediakan sarana, serta memantau kinerja dalam mencapaian tujuan tersebut (Tampubolon, 2005:48). Syakhroza (2003:14) telah mendefinisikan corporate governance secara lebih mudah dan jelas dimana ia mengatakan bahwa: “Corporate governance adalah suatu sistem yang dipakai “Board” untuk mengarahkan dan mengendalikan serta mengawasi (directing, controlling and supervising) pengelolaan sumber daya organisasi secara efisien, efektif, ekonomis dan produktif (E3P) dengan prinsip-prinsip transparancy, accountable, responsible, independent dan fairness (TARIF) dalam rangka mencapai tujuan organisasi”. Sedangkan menurut (Litbang KPK, 2009), good corporate governance adalah seperangkat tata hubungan diantara manajemen, direksi, dewan komisaris, pemegang saham dan para pemangku kepentingan (stakeholder) lain yang mengatur dan mengarahkan kegiatan perusahaan. Good corporate governance (GCG) diperlukan untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan melalui pengelolaan yang didasarkan
pada
asas
transparansi,
akuntabilitas,
responsibilitas,
independensi serta kewajaran dan kesetaraan.
66
Berdasarkan definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa GCG pada intinya adalah mengenai sistem, proses dan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholders)
terutama dalam arti sempit hubungan
antara pemegang saham, dewan komisaris dan dewan direksi demi tercapainya tujuan organisasi. GCG dimaksud untuk mengatur hubunganhubungan ini dan mencegah terjadinya kesalahan-kesalahan (mistake) yang signifikan dalam strategi korporasi dan untuk memastikan bahwa kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat diperbaiki dengan segera (Agoes, 2012: 14). b. Prinsip - Prinsip Good Corporate Governance. Menurut Agoes (2012:15) dalam kaitan tumbuhnya kesadaran akan
pentingya
Corporate
Governance,
maka
OECD
telah
mengembangkan prinsip Good Corporate Governance dan dapat diterapkan secara luwes sesuai keadaan, budaya dan tradisi masingmasing negara. Pada asumsinya prinsip-prinsip corporate governance terdiri dari 5 (lima) yaitu: 1) Keadilan (Fairness) Seluruh pemangku kepentingan harus memiliki kesempatan untuk
mendapatkan
perlakuan
yang
adil
dari
perusahaan.
Pemberlakuan prinsip ini di perusahaan akan melarang praktik-praktik tercela yang dilakukan oleh orang dalam yang merugikan pihak lain. Setiap anggota direksi harus melakukan keterbukaan jika menemukan transaksi-transaksi yang menganung benturan kepentingan.
67
Perlakuan yang sama terhadap pemegang saham, terutama kepada pemegang saham minoritas dan pemegang saham asing, dengan keterbukaan informasi yang penting serta melarang pembagian untuk pihak sendiri dan perdagangan saham oleh orang dalam (Agoes, 2012:15). Prinsip fairness menuntut adanya perlakuan yang sama (equal) terhadap para pemegang saham, baik mayoritas maupun minoritas (Tunggal, 2013:215).
2) Transparansi (Transparency) Prinsip ini informasi harus diungkapkan secara tepat waktu dan akurat. Informasi yang diungkapkan antara lain keadaan keuangan,
kinerja
keuangan,
kepemilikan
dan
pengelolaan
perusahaan. Audit yang dilakukan atas informasi dilakukan secara independen. Keterbukaan dilakukan agar pemegang saham dan orang lain mengetahui keadaan perusahaan sehingga nilai pemegang saham dapat ditingkatkan. Hak pemegang saham, yang harus diberi informasi benar dan tepat waktu mengenai perusahaan, dapat berperan serta dalam pengambilan perusahaan
keputusan dan
mengenai
memperoleh
perubahan
bagian
mendasar
keuntungan
atas
perusahaan.
Pengungkapan yang akurat dan tepat waktu serta transparansi mengenai semua hal penting bagi kinerja perusahaan, kepemilikan, serta pemegang kepentingan (Agoes, 2012:15). Transparansi berarti tidak ada yang disembunyikan. Transaparansi dimulai dengan
68
menyajikan laporan keuangan yang akurat dan tepat waktu, sistem penyajian eksekutif dan komisaris diperusahaan sampai dengan informasi-informasi lain yang relevan di pasar modal (Tunggal, 2013:216).
3) Akuntabilitas (Accountanbility) Prinsip ini memuat kewenang-wenangan yang harus dimiliki oleh dewan komisaris dan direksi beserta kewajiban-kewajibannya kepada pemegang saham dan stakeholder lainya. Dewan direksi bertanggung jawab atas keberhasilan pengelolaan perusahaan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh pemegang saham. Komisaris bertanggung jawab atas keberhasilan pengawasan dan wajib
memberikan
nasehat
kepada
direksi
atas
pengelolaan
perusahaan sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. Pemegang saham bertanggung jawab atas keberhasilan pembinaan dalam rangka pengelolaan perusahaan. Tanggung jawab manajemen pengawasan efektif berdasarkan keseimbangan kekuasaan antara manajer, pemegang saham, dewan komisaris dan auditor, merupakan bentuk pertanggung jawaban manajemen kepada perusahaan dan pemegang saham (Agoes, 2012:15). Dalam sebuah perusahaan yang sahamnya sebagian besar dimiliki oleh publik, peran pemegang saham sebagai pihak yang mengendalikan manajemen hampir tidak ada. Hal ini disebabkan karena para investor lebih suka berperan sebagai traders dibandingkan
69
sebagai owners. Jika pemegang saham tidak menyukai kebijakan manajemen mereka tinggal melepas saham yang mereka miliki demikian
juga
sebaliknya.
Untuk
itu
corporate
governance
menganjurkan perlunya suatu sistem yang menjamin agar manajemen tetap menjaga akuntabilitas kepada stakeholders (Tunggal, 2013:215).
4) Pertanggungjawaban (Responsibility) Prinsip ini menuntut perusahaan maupun pimpinan dan manajer perusahaan hendaknya melaksakan kegiatannya secara bertanggung jawab. Sebagai pengelola perusahaan hendaknya dihindari segala biaya transaksi yang berpotensi merugikan pihak ketiga maupun pihak lain di luar ketentuan yang telah disepakati, seperti tersirat pada undang-undang, regulasi, kontrak maupun pedoman operasional bisnis perusahaan. Peran pemegang saham harus diakui sebagaimana ditetapkan oleh hukum dan kerja sama yang aktif antara perusahaan serta pemegang kepentingan dalam menciptakan kekayaan, lapangan kerja dan perusahaan yang sehat dari aspek keuangan (Agoes, 2012:15). Paradigma para pengelola perusahaan dewasa ini hanya terbatas pada motif mengejar laba. Kondisi ini membuat mereka lupa bahwa sebagai bagian dari suatu komunitas, perusahaan juga memiliki tanggung jawab sosial kepada masyarakat. Oleh karena itu, corporate governance menawarkan konsep triple bottom line, yaitu mengejar laba, memenuhi tanggung jawab sosial dan menjaga pertumbuhan yang berkesinambungan (sustainable) (Tunggal, 2013: 215).
70
5) Kemandirian (Indpendency) Prinsip ini menurut para pengelola perusahaan agar dapat bertindak secara mandiri sesuai peran dan fungsi yang dimilikinya tanpa ada tekanan-tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan sistem operasional perusahaan yang berlaku. Tersirat dengan prinsip ini bahwa pengelola perusahaan harus tetap memberikan pengakuan terhadap hak-hak stakeholder yang ditentukan dalam undang-undang maupun peraturan perusahaan (Agoes, 2012:15). c. Tujuan Good Corporate Governance GCG bertujuan untuk memberikan nilai tambah bagi pencapaian tujuan perusahaan secara keseluruhan. Penerapan prinsip-prinsip GCG yang didukung dengan agulasi yang memadai akan mencegah berbagai bentuk ovestated, ketidakjujuran dalam financial disclousure yang merugikan para
stakeholders, misalnya karena ekpetasi yang jauh
melampaui kinerja perusahaan yang sesungguhnya (Tjager, 2003). Menurut (Litbang KPK, 2009), GCG diperlukan dalam rangka: 1) Mendorong
tercapainya
kesinambungan
perusahaan
melalui
pengelolaan yang didasarkan pada asas transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi serta kesetaraan dan kewajaran. 2) Mendorong pemberdayaan fungsi dan kemandirian masing-masing organ perusahaan, yaitu Dewan Komisaris, Direksi dan Rapat Umum Pemegang Saham. 3) Mendorong pemegang saham, anggota Dewan Komisaris dan anggota direksi agar dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakannya dilandasi oleh nilai moral yang tinggi dan kepatuhan
terhadap
peraturan perundang-undangan.
71
4) Mendorong timbulnya kesadaran dan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar perusahaan. 5) Mengoptimalkan nilai perusahaan bagi pemegang saham dengan tetap memperhatikan pemangku kepentingan lainnya. 6) Meningkatkan daya saing perusahaan secara nasional maupun internasional, sehingga meningkatkan kepercayaan pasar yang dapat mendorong arus investasi dan pertumbuhan ekonomi nasional yang berkesinambungan. d. Unsur - Unsur Corporate Governance Yang Baik Menurut
Tampubolon
(2005:49)
sesuai
dengan
definisi
manajemen control, corporate governance yang baik sekurangnya kaan mencakup: 1) Standar (Standars) Dewan komisaris dan direksi wajib menetapkan nilai-nilai budaya perusahaan (corporate values) code of conduct dan standar prilaku yang baik lainnya serta sistem yang dapat digunakan untuk memastikan adanya kepatuhan kepada semua standar ini dari semua pegawai. 2) Perancanaan Strategi (Strategic Planning) Dewan komisaris dan direksi wajib menyusun rencana strategis yang diartikulasikan dengan baik. Rencana yang ukuran-ukuran untuk memenuhi sasaran dan tujuan perusahaan ini dipakai sebagai pengukur sukses perusahaan secara keseluruhan maupun kontribusi yang diberikan masing-masing individu pegawai.
72
3) Desain Organisasi (Organization Design) Dewan komisaris direksi wajib menetapkan struktur dan jalur-jalur komunikasi bagi dewan, menejemen dan auditor untuk saling berinteraksi dan saling bekerja sama. 4) Kepemimpinan (Leadership) Dewan komisaris dan direksi wajib mengkomunikasikan sasaran dan tujuan-tujuan perusahaan melalui visi perusahaan. 5) Kepengurusan (Stewardship) Dewan komisaris wajib menekankan akuntabilitas yang jelas disertai kewenangan untuk mengambil keputusan untuk melindungi dan memelihara sasaran dan tujuan-tujuan perusahaan agar dapat dipenuhi. Penetapan ini dilengkapi dengan jenjang hierarchy bagi seorang individu yang untuk mendapatkan approval yang diperlukan dari atasannya, memulai dari bawahan keatas, secara berjenjang terus sampai dewan komisaris. 6) ManajemenRisiko (Risk management) Dewan komisaris dan direksi wajib menempatkan aset perusahaan pada kegiatan yang mengandung resiko yang berpeluang besar untuk menghasilkan return yang memadai. 7) Kepastian (Assurance) Dewan komisaris dan direksi harus sedemikan rupa memungkinkan adanya umpan balik (feed back) mengenai proses governance yang baik dalam arti efisien dan efektif.
73
8) Lain (Others) Dewan komisaris dan direksi membangun proses pemantauan khusus eksposure karena benturan kepentingan antar fungsi, jalur informasi yang memadai untuk kepentingan intern maupun untuk publik dan insentif yang ditawarkan kepada seluruh jajaran menejemen dan pegawai yang mematuhi standar, kebijakan dan prosedur yang ada, baik dalam bentuk kompensasi, promosi dan bentuk penghargaan lainnya. B. Hasil Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu merupakan acuan dalam suatu penelitian, sebagai pembanding penelitian saat ini dengan penelitian sebelumnya. Adapun penelitian terdahulu yang dapat dijadikan perbandingan dengan penelitian sebelumnya disajikan pada tabel berikut: Tabel 2.2 Hasil - Hasil Penelitian Terdahulu No.
Peneliti
Judul Penelitian 1. Ningsih Evaluasi (2005) Atas Efektivitas Internal Audit dalam Rangka Penerapan Good Corporate Governance (Studi kasus: BPR Harta Tanama). Berlanjut halaman berikutnya
Variabel
Metode
Terdapat 1 (satu) variabel independen yaitu Efektivitas Internal Audit
Analisis Deskriptif
Hasil Penelitian Fungsi pemeriksaan SPI telah dipandang efektif oleh karyawan.
74
Tabel 2.2 (Lanjutan) No.
Peneliti
2. Susilawati (2013)
3. Karagiorgos, dkk (2010)
4. Soeharmono (2012)
Judul Penelitian Penerapan Audit Intern dalam Penerapan Good Corporate Governance yang efektif (Studi Kasus PT. XYZ, Bandung). Internal Auditing As An Effectivie Tool for for Corporate Governance
Peranan Internal Auditor dalam Pendeteksi dan Pencegahan Kecurangan (fraud)
Variabel
Metode
Terdapat 2 Analisis variabel Deskriptif yaitu, independen variabel Audit Intern dan dependen variabel efektivitas good corporate governance. Dua variabel, yaitu variabel X, Dua Internal Auditing variabel Y, Penerapan Good Corporate Governance pada PT. Syarikat Takaful Indonesia Terdapat 2 (dua) variabel, yaitu variabel independen (X) Peranan Internal Auditor dan variabel dependen (Y) Pendeteksian dan pencegahan kecurangan
Hasil Penelitian Bahwa audit internal di PT XYZ memiliki memadai dan berperan dalam pelaksanaan perwujudan tata kelola perusahaan yang efektif.
Analisa Deskriptif
Audit internal yang memainkan peran penting fraud tata kelola perusahaan yang efektif
Analisis Deskriptif
Sistem tata kelola perusahaan yang baik dapat memberikan perlindungan yang efektif kepada pemegang saham dan kreditur.
Berlanjut halaman berikutnya
75
Tabel 2.2 (Lanjutan) No.
Peneliti
5. Japlani (2014)
Judul Penelitian Hubungan Antara Penerapan Good Corporate Governance dengan Pencegahan dan Pendeteksian Fraud Pada Perusahaan
Variabel
Metode
Terdapat 2 Uji variabel Korelasi yaitu, independen variabel pendeteksian fraud dan dependen variabel penerapan good corporate governance.
Hasil Penelitian Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat hubungan antara pendeteksian fraud terhadap good corpoerate governance
Sumber: Jurnal Penelitian Terdahulu C. Kerangka Pemikiran 1. Pengaruh Evektivitas Peran Auditor Internal terhadap Good Corporate Governance Untuk
dapat
melaksanakan
Good
Corporate
Governance
sebagaimana yang diharapkan semua pihak perusahaan, diperlukan peran yang optimal dari Komite Audit, Pengendalian Internal dan Audit Internal. Dengan terlaksananya corporategovernance diharapkan perusahaan dapat berjalan dengan baik dan kecurangan yang selama ini merugikan mayoritas perusahaan dapat dikurangi bahkan dihindari.Komite Audit berusaha untuk meningkatkan pelaksanaan tugasnya dalam mengawasi organisasi dengan mengandalkan Internal Auditsebagai sumber utama dalam membantu mereka untuk memastikan kualitas corporategovernance. Auditor harus mewaspadai terhadap penipuan dan mengambil langkah segera untuk mengivestigasi kecurigaannya, jika fraud auditor dapat bekerja dengan baik
76
maka tindakan kecurangan (fraud)dapat dikurangi bahkan diberantas, sehingga akan terwujud tata kelola perusahaan(Gusnardi, 2011). Hasil penelitian (Gusnardi, 2011) mengatakan bahwa seluruh keputusan yang dibuat oleh komisaris independent, tidak terpisahkan dari berjalannya mekanisme pengendalian internal ditubuh emiten termasuk adanya Komite Audit. Komite Audit yang ahli berhubungan positif dengan kualitas laporan keuangan dan Auditor Internal yang baik dapat mencegah kecurangan. Dari besarnya pengaruh komite audit tersebut terhadap pencegahan kecurangan, ternyata pengaruh yang paling besar adalah pengaruh pelaksanaan tata kelola perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik pelaksanaan tata kelola perusahaan maka akan dapat mencegah terjadinya kecurangan lebih dini. Peran Komite Audit, Pengendalian Internal, Audit Internal dan Pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan berpengaruh terhadap pencegahan kecurangan, artinya peran yang optimal dari komite audit, penerapan Pengendalian Internal, Audit Internal dan pelaksanaan tata kelola perusahaan dapat mencegah terjadinya kecurangan dalam perusahaan. Secara parsial, pelaksanaan tata kelola perusahaan mempunyai pengaruh terbesar terhadap pencegahan kecurangan. Besarnya pengaruh peran komite audit, pengendalian internal, audit internal dan pelaksanaan tata kelola perusahaan secara simultan, mengindikasikan bahwa kecurangan pada perusahaan dapat dicegah jika Komite Audit, penerapan Pengendalian Internal, audit internal serta pelaksanaan tata kelola perusahaan dapat berperan sesuai yang disyaratkan baik melalui piagam komite audit ataupun piagam Audit Internal (Gusnardi, 2011).
77
2. Pengaruh Pendeteksian Freud terhadap Good Corporate Governance Secara garis besar salah satu unsur pencegahan kecurangan yaitu pembentukan tata kelola perusahaan, sebuah sistem yang bagus harus lahir bersamaan dengan perusahaan itu sendiri, tumbuh dalam kompleksitas dan mencapai kedewasaan atau kecakapan sesuai dengan kemajuan perusahaan. Dengan kata lain, sistem tata kelola perusahaan harus bertumbuh seiring dengan perubahan dalam perusahaan dan lingkungan luarnya. Sistem ini harus selalu lebih canggih atau mendahului kehebatannya dari pada kecurangan yang mungkin terjadi. Tata kelola perusahaan adalah berupa pengaturan dan monitoring tujuan, peraturan, kebijakan, manajemen risiko, akuntabilitas dan kinerja. Dalam definisinya sendiri, mengandung pengertian seperangkat sikap, kebijakan, prosedur, delegasi wewenang dan kontrol yang di komunikasikan dengan semua konstituen, termasuk manajemen senior bahwa kecurangan tidak akan terjadi (Wind, 2014:25). Merujuk pada standar profesi, auditor internal diharuskan memiliki pengetahuan yang cukup untuk mendeteksi adanya indikasi fraud dalam organisasi. Pengetahuan yang harus dimiiki auditor termasuk pula pengetahuan mengenai karakteristik fraud, teknik-teknik yang digunakan dalam melakukan fraud dan jenis - jenis fraud yang mungkin terjadi pada berbagai
proses
bisnis.
Auditor
internal
bertanggungjawab
dalam
mendeteksi fraud yang mungkin telah terjadi sedini mungkin, sebelum membawa dampak yang lebih buruk pada organisasi (Fitrawansyah, 2014:16). Auditor Internal merupakan salah satu pilar GCG yang memiliki peran cukup penting dalam implementasi GCG, terutama dari aspek pengendalian.
Auditor
Internal
dapat
berperan
untuk
mendorong
78
implementasi
GCG
melalui
pencegahan,
pendeteksian
dan
penginvestigasian tindak kecurangan (fraud) yang terjadi di suatu organisasi atau perusahaan. Melalui pencegahan Auditor Internal akan mampu mengimplemtasikan GCG dengan lebih mudah. Pencegahan saja tidaklah memadai seorang Audior Internal dalam mengimplementasikan GCG, perusahaan harus memahami pula bagaimana cara mendeteksi secara dini terjadinya fraud (Effendi, 2010:17). Mendeteksi fraud audit yang bersifat investigatif, tujuan audit investigatif adalah mengumpulkan bukti-bukti yang dapat diterima oleh ketentuan perundang-undangan yang berlaku atau mengumpulkan bukti hukum dan barang bukti sesuai dengan hukum acara atau hukum pembuktian yang berlaku. Dengan demikian mendeteksi fraud dengan cara audit investigatif dapat dilakukan untuk mendeteksi dan memeriksa kecurangan terutama dalam laporan keuangan yang kemungkinan sedang atau sudah terjadi menggunakan keahlian tertentu dari seorang auditor. Sehingga Auditor Internal yang mendeteksi fraud
dapat membantu
manajemen dalam mengimplementasikan GCG (Tuanakotta, 2013:321). Berkaitan dengan cara perusahaan mengatasi kendala yang ada pada abad sekarang seperti fraud, mendeksi fraud dapat di lakukan dengan mudah dengan bantuan pengendalian internal, model kepemimpinan, manajemen risiko dan sumber daya manusia yang baik pada tata kelola perusahaan yang baik. Dengan menggunakan pendeteksian pada fraud yang ada di dalam perusahaan, perusahaan dapat menjalankan tuntutan terhadap pengembangan atau peningkatan penerapan tata kelola perusahaan yang baik agar suatu entitas bisnis yang di rumuskan dalam kerangka badan hukum perseroan terbatas (PT) dapat mengembangkan usahanya secara
79
efisien dan berkesinambungan. Hal ini merupakan aset perusahaan dalam jangka pendek maupun jangka panjang untuk bersaing dalam dunia bisnis modern yang menerapkan tata kelola perusahaan yang baik (Simbolon, 2010). Sedangkan menurut (Priantara, 2013:211) risiko yang dihadapi perusahaan diantaranya dalah integrity risk atau risiko fraud yaitu risiko terjadinya kecurangan oleh manajemen atau pegawai perusahaan, tindakan ilegal oleh perusahaan atau tindakan penyimpangan lainnya. Adanya risiko tersebut mengharuskan perusahaan untuk menyusun tindakan pencegahan dan perusahaan harus memahami pula bagaimana mendeteksi secara dini terjadinya fraud. Mendeteksi fraud secara dini pada perusahaan dapat membantu sistem tata kelola perusahaan yang diperlukan, dimana melalui sistem tata kelola perusahaan, manajer di awasi dan di bimbing. Secara sederhana tata kelola perusahaan terdiri atas semua orang, proses dan aktivitas yang di tempatkan untuk membantu memastikan pengelolaan yang tepat atas entitas. Pendeteksian pada fraud pun dapat membantu mengimplementasi dan eksekusi tata kelola perusahaan dari proses untuk memastikan bahwa siapa pun yang mengelola entitas telah dengan tepat memanfaatkan waktunya, bakat dan sumber daya yang tersedia untuk sebaik-baiknya bagi pemilik saham yang tidak hadir. Good corporate governance dimaksud untuk mengatur hubunganhubungan antar pemegang saham dan mencegah terjadinya kesalahankesalahan dan kecurangan yang signifikan dalam strategi korporasi dan untuk memastikan bahwa kesalahan atau kecurangan yang terjadi dapat di
80
ketahui atau pun di perbaiki dengan segera, dalam tata kelola perusahaan dibutuhkan tindakan pencegahan dan pendeteksian atas kesalahan dan kecurangan yang sudah terjadi maupun belum terjadi, dengan demikian kesalahan dan kecurangan dapat diketahui dan diperbaiki dengan segera. Dan pada good coporate governance pun diperlukan untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan melalui pengelolaan yang di dasarkan pada asas
transparansi,
akuntabilitas,
responsibilitas,
independensi,
serta
kewajaran atau kesetaraan (Agoes, 2012:14). Tanggung jawab utama untuk pencegahan dan pendeteksian kecurangan berada pada dua pihak yaitu yang bertanggung jawab atas tata kelola entitas dan manajemen. Merupakan hal penting bahwa manajemn dengan pengawasan oleh pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola, menekankan pencegahan kecurangan yang dapat mengurangi peluang terjadinya kecurangan dan pencegahan kecurangan, yang dapat membujuk individu-individu agar tidak melakukan kecurangan karena kemungkinan akan terdeteksi dan terkena hukuman. Hal ini memerlukan komitmen untuk menciptakan budaya jujur dan perilaku etis yang dapat ditegakkan dengan pengawasan aktif oleh pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola. Pengawasan oleh pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola meliputi pertimbangan tentang potensi pengesampingan pengendalian atau pengaruh tidak patut atas proses pelaporan keuangan, seperti usaha manajemen untuk mengelola laba dengan tujuan untuk mempengaruhi persepsi analisis kinerja dan profitabilitas entitas (IAPI, 2012). Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam gambar 2.1.
81
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran Efektivitas Peran Auditor Internal dan Pendeteksian Fraud terhadap Penerapan Good Corporate Governance
Adanya Skandal Akuntansi dan Pelanggaran yang dilakukan oleh Perusahaan
Faktor-faktor Penyebab Skandal dan Pelanggaran Perusahaan
Basis Teori: Teori Efektivitas, peran, auditing dan teori-teori agensi
Variabel Independen (X) Efektivitas Auditor Internal (X1)
PendeteksianFraud (X2)
Variabel Dependen (Y)
Good Corporate Governance (Y)
Metode Analisis: Regresi Linier Berganda
D. Hipotesis Penelitian Pengembangan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah efektivitas peran internal auditor dan pendeteksian fraud berpengaruh signifikan terhadap penerapan good corporate governance.
82
Berdasarkan pemikiran tersebut maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Ha1 : Efektivitas peran auditor internal berpengaruh signifikan terhadap penerapan Good Corporate Governance. 2. Ha2 : Pendeteksian fraud berpengaruh signifikan terhadap penerapan Good Corporate Governance. 3. Ha3 : Efektivitas peran auditor internal dan pendeteksian fraud, berpengaruh signifikan terhadap Penerapaan Good Corporate Governance.
83
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan kausalitas yang digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel independen, yaitu efektivitas auditor internal dan pendeteksian fraud terhadap variabel dependen, yaitu good corporate governance (GCG). Penelitian ini dilakukan dibeberapa perusahaan swasta di Jakarta Selatan. Penelitian dilakukan berupa survei dengan menyebarkan kuesioner ke perusahaan
swasta untuk mengetahui pendapat
karyawan bagian financial mengenai pendeteksian fraud terhadap good corporate governance.
B. Metode Penentuan Sampel Menurut Sugiyono (2012:81) sampel didefinisikan sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Populasi dalam
penelitian ini adalah auditor internal perusahaan swasta. Populasi ini dipilih karena diharapkan dapat memberikan informasi yang relevan mengenai topik penelitian. Sampel pada penelitian ini adalah karyawan yang bekerja diperusahaan swasta diwilayah Jakarta Selatan. Karyawan yang masuk ke dalam sampel adalah karyawan yang terdapat dalam bagian financial. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2012:68). Pada
84
penelitian ini kriteria yang ditentukan adalah karyawan yang terdapat dalam bagian financial, berstatus aktif atau masih bekerja dalam perusahaan tersebut, berpendidikan minimal D3, mempunyai pengalaman bekerja minimal 1 tahun.
C. Metode Pengumpulan Data Sugiyono (2012:93) menjelaskan bahwa Instrumen penelitian atau metode pengumpulan data adalah suatu alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam sebuah penelitian. Penelitian ini pada dasarnya adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena-fenomena sosial, maka dalam penelitian ini harus ada alat yang tepat. Memperoleh data-data pada penelitian ini, penelitian menggunakan dua cara yaitu penelitian pustaka dan penelitian lapangan (Indriantoro dan Supomo, 2009:146) yaitu: 1. Penelitian Pustaka (Library Research) Peneliti memperoleh data yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti melalui buku, jurnal, skripsi, tesis, internet dan perangkat lain yang berkaitan dengan judul penelitian. 2. Penelitian Lapangan (Field Research) Penelitian ini menggunakan survei lapangan, dengan mendatangi langsung responden untuk diberikan kuesioner. Kuesioner yang diberikan kepada responden ada yang bersifat tertutup dan ada yang bersifat terbuka. Kuesioner yang bersifat terbuka yaitu mengenai data diri responden yang diisi sendiri oleh responden. Kuesioner yang bersifat tertutup yaitu pertanyaan mengenai pendeteksian fraud dengan teknik audit investigatif.
85
Teknik angket (kuesioner) merupakan suatu pengumpulan data dengan memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan/ pernyataan kepada responden dengan harapan memberikan respon atas daftar pertanyaan tersebut (Umar, 2010:49). Sedangkan untuk jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu atau perseorangan seperti hasil dari wawancara atau hasil pengisian kuesioner yang biasa dilakukan peneliti (Umar, 2010:43). D. Metode Analisis Data Penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif. Data yang diperoleh akan diukur dengan skala likert (skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, efektivitas dan persepsi seseorang terhadap fenomena sosial) dengan skala 1-5 dimana dinilai dari “sangat tidak efektif” sampai dengan “sangat efektif”. Sebelum kuesioner diberikan kepada responden, akan dilakukan uji instrumen terlebih dahulu. Metode analisis data menggunakan statistik deskriptif, uji kualitas data, uji asumsi klasik, analisis regresi linier berganda dan uji hipotesis. 1. Statistik Deskriptif Statistik
deskriptif
digunakan
untuk
memberikan
informasi
mengenai karakteristik variabel penelitian yang utama dan daftar demografi responden. Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum (Ghozali, 2013:19).
86
2. Uji Kualitas Data Untuk melakukan uji kualitas data atas data primer ini, maka peneliti menggunakan uji validitas dan reliabilitas. a. Uji Validitas Sebagaimana dikemukakan dimuka, bahwa validitas adalah ukuran yang menunjukkan sejauh mana instrumen pengukur yang menunjukkan bahwa instrumen pengukur mampu mengukur apa yang diukur. Uji Validitas digunakan utnuk mengulur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Uji Validitas dilakukan dengan membandingkan nilai rhitung dengan rtabel, Dengan membandingkan nilai rhitung dari hasil output (Corrected Item- Total Correlation) dengan rtabel, jika rhitung lebih besar dari rtabel maka butir pertanyaan tersebut adalah valid, tetapi jika rhitung lebih kecil dari pada rtabel maka butir pertanyaan tersebut tidak valid (Ghozali, 2013:52).
b. Uji Reliabilitas Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk diinginkan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang tidak baik akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang realibel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga.
87
Reliabilitas adalah alat ukur untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Uji reliabilitas ini digunakan untuk menguji konsistensi data dalam jangka waktu tertentu, yaitu untuk mengetahui sejauh mana pengukuran yang digunakan dapat dipercaya atau diandalkan. Variabel-variabel tersebut dikatakan cronbach alpha nya memiliki nilai lebih besar 0,70 yang berarti bahwa instrumen tersebut dapat dipergunakan sebagai pengumpul data yng handal yaitu hasil pengukuran relatif koefisien jika dilakukan pengukuran ulang. Uji realibilitas ini bertujuan untuk melihat konsistensi alat ukur yang akan. (Ghozali, 2013:47).
3. Uji Asumsi Klasik Untuk melakukan uji asumsi klasik atas data primer ini, maka peneliti
melakukan
uji
multikolonieritas,
uji
normalitas
dan
uji
heteroskedastisitas. a. Uji Normalitas Data Menurut Ghozali (2013:160) uji normalitas bertujuan apakah dalam model regresi variabel dependen (terikat) dan variabel independen (bebas) mempunyai kontribusi atau tidak. Penelitian yang menggunakan metode yang lebih handal untuk menguji data mempunyai distribusi normal atau tidak yaitu dengan melihat Normal Probability Plot. Model Regresi yang baik adalah data distribusi normal atau mendekati normal, untuk mendeteksi normalitas dapat dilakukan dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal grafik. Terdapat dua cara untuk
88
mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik (uji Kolmogorov – smirnov). (Ghozali, 2013:160), berikut penjelasannya: 1) Analisis Grafik Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik, jika data menyebar sekitar garis diagonal dan mengikuti
arah
garis
diagonal
atau
grafik
histogramnya
menunujukkan pola distribusi normal (Ghozali, 2013:163). 2) Analisis Statistik Uji normalitas dengan grafik dapat menyesatkan kalau tidak hati-hati secara visual keliatan normal, pada hal secara statistik bisa sebaliknya. Uji normalitas dengan analisis statistik dapat dilihat dengan menggunakan uji statistik non-parametik Kolmogorov-smirnov (K-S), jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) > 0,05 maka dinyatakan normal (Ghozali, 2013:165). b. Uji Multikolinearitas Uji Multikolinearitas ini bertujuan untuk menguji apakah suatu model regresi terdapat korelasi antar variabel bebas (independen). Pengujian multikolinearitas dilihat dari besaran VIF (variance inflation factor) dan tolerance. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF = 1/Tolerance. Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai Tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10 (Ghozali, 2013:106). 89
c. Uji Heterokedastisitas Uji heteroksiditas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke satu pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroksiditas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas
atau
jika
terjadi
heteroskedastisitas
(Ghozali,
2013:139). Pada saat mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat ditentukan dengan melihat grafik Plot antara nilai prediksi variabel terikat
(ZPRED)
dengan
residual
(SRESID).
Jika
grafik
plot
menunjukkan suatu pola titik yang bergelombang atau melebar kemudian menyempit,
maka
dapat
disimpulkan
bahwa
telah
terjadi
heteroskedastisitas. Namun, jika tidak ada pola yang jelas, serat titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2013:139). 4. Koefisien Determinasi (Adjusted R2) Menurut Imam Ghozali (2013:177) menyatakan Uji koefisien determinasi bertujuan untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel bebas menjelaskan variabel terikat yang dilihat melalui adjusted R². Adjusted R² ini digunakan karena variabel bebas dalam penelitian ini lebih dari dua. Nilainya terletak antara 0 dan 1. Jika hasil yang diperoleh > 0,5, maka model yang digunakan dianggap cukup handal dalam membuat estimasi.
90
Semakin besar angka Adjusted R² maka semakin baik model yang digunakan untuk menjelaskan hubungan variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Jika Adjusted R² semakin kecil berarti semakin lemah model tersebut untuk menjelaskan variabilitas dari variabel terikatnya.
5. Koefisien Persamaan Regresi Linier Berganda Sesuai dengan masalah penelitian yang ditulis, yaitu untuk menganalisis pengaruh variabel.Untuk dapat menganalisis pengaruh variabel efektivitas peran auditor internal dan pendeteksian fraud terhadap penerapan good corporate governance, maka teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis regresi linier berganda dirumuskan sebagai berikut: Y = a + b1 X1 + b2 X2 + ei Dimana: Y
: Variabel Penerapan Good Corporate Governance
a
: Konstanta
b1….b2
: Koefisien regresi terhadap dugaan
X1
: Variabel Efektivitas Peran Auditor Internal
X2
: Variabel Pendeteksian Fraud
6. Uji Hipotesis Penelitian Pengujian hipotesis terdiri dari dua, yaitu pengujian secara simultan (Uji F) dan pengujian secara parsial (Uji t), berikut penjelasannya:
91
a. Uji Secara Simultan (Uji F) Pengujian ini bertujuan untuk membuktikan apakah variabelvariabel independen (X) secara simultan (bersama-sama) mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen (Y). (Ghozali, 2013:177). Apabila Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen dengan menggunakan tingkat signifikan sebesar 5%, jika nilai Fhitung > Ftabel maka secara bersama-sama seluruh variabel independen mempengaruhi variabel dependen. Selain itu, dapat juga dengan melihat nilai probabilitas. Jika nilai probabilitas lebih kecil daripada 0,05 (untuk tingkat signifikansi=5%), maka variabel independen secara
bersama-sama
berpengaruh
terhadap
variabel
dependen.
Sedangkan jika nilai probabilitas lebih besar dari pada 0,05 maka variabel independen secara serentak tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
b. Uji Secara Parsial (Uji t) Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel individu independen secara individu dalam menerangkan variabel dependen (Ghozali, 2013:178). Apabila thitung > ttabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen dengan menggunakan tingkat signifikan sebesar 5%, jika nilai Fhitung > Ftabel maka secara satu persatu variabel
92
independen mempengaruhi variabel dependen. Selain itu, dapat juga dengan melihat nilai probabilitas. Jika nilai probabilitas lebih kecil daripada 0,05 (untuk tingkat signifikansi=5%), maka variabel independen secara satu persatu berpengaruh terhadap variabel dependen. Sedangkan jika nilai probabilitas lebih besar dari pada 0,05 maka variabel independen secara satu persatu tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian Sebagai variabel dependen dalam penelitian ini adalah berpengaruhnya terhadap upaya meminimalisasi kecurangan pada penerapan good corporate governance di dalam perusahaan. Sedangkan variabel independennya adalah efektivitas auditor internal dan pendeteksian fraud. Dalam penelitian ini, skala pengukuran yang digunakan adalah skala likert yang dikembangkan oleh Rensis Likers. Skala Likers umumnya menggunakan lima angka penelitian, yaitu: (1) sangat setuju, (2) setuju, (3) tidak pasti atau netral, (4) tidak setuju, (5) sangat tidak setuju. Pada bagian ini akan diuraikan definisi dari masingmasing variabel yang digunakan berikut dengan definisi operasional dan cara pengukurannya. 1. Variabel Independen Adalah tipe yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel lain, terdiri dari: b. Efektivitas Auditor Internal Menurut (Kurniawan, 2012) beberapa hal yang harus diperhatikan oleh manajemen agar fungsi auditor internal bisa efektif adalah:
93
1) Auditor internal harus mempunyai kedudukan yang independen dalam organisasi perusahaan dalam arti, tidak boleh terlibat kegiatan operasional
perusahaan
dan
bertanggungjawab
kepada
atau
melaporkan kegiatannya kepada manajemen puncak. 2) Auditor internal harus mempunyai uraian tugas secara tertulis sehingga dapat mengetahui dengan jelas mengenai tugas, wewenang dan tanggung jawab yang dimiliki. 3) Auditor internal harus mempunyai kemampuan terkait dengan pemahaman proses manual. 4) Harus ada dukungan yang kuat dari manajemen puncak kepada auditor internal, dukungan yang kuat dari manajemen puncak dapat berupa penempatan auditor internal dalam posisi yang independen. 5) Auditor internal harus memiliki sumber daya yang profesional, capable, bisa bersikap obyektif dan mempunyai integritas serta loyalitas yang tinggi. 6) Auditor internal harus bisa bekerjasama dengan akuntan publik, maka audit fee yang harus dibayar kepada kantor akuntan publik bisa ditekan menjadi lebih rendah. 7) Menciptakan struktur pengkajian yang wajar dan pantas. 8) Memiliki pengetahuan yang cukup untuk mendeteksi adanya indikasi kecurangan dalam organisasi. 9) Melakukan
pemeriksaan
internnya
dengan
hati-
hati
dan
menggunakan kemahiran jabatannya. 10) Mempunyai kemampuan melakukan penilaian dan korektif terhadap laporan operasional
94
11) Seorang yang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan perusahaan 12) Seseoang yang mampu fokus pada area-area yang memiliki resiko terjadinya kecurangan 13) Seseorang yang dapat memberikan rekomendasi dilakukannya dt 5investigasi yang diperlukan 14) Menyediakan informasi mengenai kecukupan dan efektivitas sistem pengendalian internal 15) Memiliki kualifikasi sebagai auditor yang baik c. Pendeteksian Fraud Menurut Albrecht yang dikutip oleh Priantara (2013:211) menjelaskan bahwa indikasi fraud dapat dikenali atau dideteksi dari gejala-gejala atau tanda-tanda (red flag) sebagai berikut: 1) Anomali dokumentasi bukti transaksi meliputi antara lain: a) Terdapat dokumen sumber transaksi yang hilang atau penggunaan dokumen tidak asli (foto kopi) atau banyak dijumpai penggantian dokumen. b) Nama dan alamat penerima pembayaran sama dengan nama dan alamat pembeli atau pegawai perusahaan. c) Piutang yang telah melewati tanggal jatuh tempo dan berusia sangat lanjut. d) Jumlah item penyebab selisih yang direkonsiliasi banyak dan belum tuntas atau berasal dari periode lalu. e) Pembayaran dengan bukti transaksi duplikat (salinan).
95
2) Anomali akuntansi meliputi antara lain: a) Ayat (entry) jurnal yang salah atau tidak sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku baik salah dalam klasifikasi akun maupun salah dalam pengukuran atau salah dalam saat pengakuan. b) Buku besar (ledger) yang tidak akurat seperti ledger yang tidak seimbang dan akun master atau akun kontrol pada buku besar (general ledger) tidak sama dengan jumlah akun dari customer atau pemasok secara individual pada buku pembantu (subsidiary ledger). 3) Kelemahan struktur pengendalian intern baik level transaksi maupun level entitas meliputi antara lain: a) Tidak ada pemisahan tugas. b) Tidak ada pengamanan yang memadai untuk aset. c) Tidak ada pengecekan dan penelaahan independen. d) Tidak ada otoritas yang tepat. e) Mengesampingkan atau mengabaikan pengendalian (control) yang dibuat. f) Sistem akuntansi yang tidak memadai. 4) Anomali dari prosedur analitis, contohnya antara lain: a) Pendapatan yang meningkat dengan persediaan yang menurun. b) Pendapatan yang meningkat dengan piutang yang menurun. c) Pendapatan yang meningkat dengan arus kas masuk yang menurun. d) Persediaan yang meningkat dengan utang yang menurun.
96
e) Volume penjualan yang meningkat dengan penambahan biaya per unit yang menurun. f) Volume produksi yang meningkat dengan jumlah scrap yang menurun. g) Persediaan yang meningkat dengan biaya pergudangan yang menurun. 5) Gaya hidup mewah. 6) Perilaku yang tidak biasa. 7) Pengaduan dan komplain. 2. Variabel Dependen Menurut Agoes (2012:15) dalam kaitan tumbuhnya kesadaran akan pentingya Corporate Governance, maka OECD telah mengembangkan prinsip Good Corporate Governance dan dapat diterapkan secara luwes sesuai keadaan, budaya dan tradisi masing-masing negara. Pada asumsinya prinsip-prinsip corporate governance terdiri dari 5 (lima) yaitu: a. Keadilan (Fairness) Seluruh pemangku kepentingan harus memiliki kesempatan untuk mendapatkan perlakuan yang adil dari perusahaan. Pemberlakuan prinsip ini di perusahaan akan melarang praktik-praktik tercela yang dilakukan oleh orang dalam yang merugikan pihak lain. Setiap anggota direksi harus melakukan keterbukaan jika menemukan transaksi-transaksi yang menganung benturan kepentingan. Perlakuan yang sama terhadap pemegang saham, terutama kepada pemegang saham minoritas dan pemegang saham asing, dengan keterbukaan informasi yang penting serta melarang pembagian untuk
97
pihak sendiri dan perdagangan saham oleh orang dalam (Agoes, 2012:15). Prinsip fairness menuntut adanya perlakuan yang sama (equal) terhadap para pemegang saham, baik mayoritas maupun minoritas (Tunggal, 2013:215). b. Transparansi (Transparency) Prinsip ini informasi harus diungkapkan secara tepat waktu dan akurat. Informasi yang diungkapkan antara lain keadaan keuangan, kinerja keuangan, kepemilikan dan pengelolaan perusahaan. Audit yang dilakukan atas informasi dilakukan secara independen. Keterbukaan dilakukan agar pemegang saham dan orang lain mengetahui keadaan perusahaan sehingga nilai pemegang saham dapat ditingkatkan. Hak pemegang saham, yang harus diberi informasi benar dan tepat waktu mengenai perusahaan, dapat berperan serta dalam pengambilan keputusan mengenai perubahan mendasar atas perusahaan dan memperoleh bagian keuntungan perusahaan. Pengungkapan yang akurat dan tepat waktu serta transparansi mengenai semua hal penting bagi kinerja perusahaan, kepemilikan, serta pemegang kepentingan (Agoes, 2012:15). Transparansi berarti tidak ada yang disembunyikan. Transaparansi dimulai dengan menyajikan laporan keuangan yang akurat dan tepat waktu, sistem penyajian eksekutif dan komisaris diperusahaan sampai dengan informasi-informasi lain yang relevan di pasar modal (Tunggal, 2013:216). c. Akuntabilitas (Accountanbility) Prinsip ini memuat kewenang-wenangan yang harus dimiliki oleh dewan komisaris dan direksi beserta kewajiban-kewajibannya kepada
98
pemegang saham dan stakeholder lainya. Dewan direksi bertanggung jawab atas keberhasilan pengelolaan perusahaan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh pemegang saham. Komisaris bertanggung jawab atas keberhasilan pengawasan dan wajib memberikan nasehat kepada direksi atas pengelolaan perusahaan sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. Pemegang saham bertanggung jawab atas keberhasilan pembinaan dalam rangka pengelolaan perusahaan. Tanggung jawab manajemen pengawasan efektif berdasarkan keseimbangan kekuasaan antara manajer, pemegang saham, dewan komisaris dan auditor, merupakan bentuk pertanggung jawaban manajemen kepada perusahaan dan pemegang saham (Agoes, 2012:15). Dalam sebuah perusahaan yang sahamnya sebagian besar dimiliki oleh publik, peran pemegang saham sebagai pihak yang mengendalikan manajemen hampir tidak ada. Hal ini disebabkan karena para investor lebih suka berperan sebagai traders dibandingkan sebagai owners. Jika pemegang saham tidak menyukai kebijakan manajemen mereka tinggal melepas saham yang mereka miliki demikian juga sebaliknya. Untuk itu corporate governance menganjurkan perlunya suatu sistem yang menjamin agar manajemen tetap menjaga akuntabilitas kepada stakeholders (Tunggal, 2013:215). d. Pertanggungjawaban (Responsibility) Prinsip ini menuntut perusahaan maupun pimpinan dan manajer perusahaan hendaknya melaksakan kegiatannya secara bertanggung jawab. Sebagai pengelola perusahaan hendaknya dihindari segala biaya
99
transaksi yang berpotensi merugikan pihak ketiga maupun pihak lain di luar ketentuan yang telah disepakati, seperti tersirat pada undang-undang, regulasi, kontrak maupun pedoman operasional bisnis perusahaan. Peran pemegang saham harus diakui sebagaimana ditetapkan oleh hukum dan kerja sama yang aktif antara perusahaan serta pemegang kepentingan dalam
menciptakan kekayaan,
lapangan kerja dan
perusahaan yang sehat dari aspek keuangan (Agoes, 2012:15). Paradigma para pengelola perusahaan dewasa ini hanya terbatas pada motif mengejar laba. Kondisi ini membuat mereka lupa bahwa sebagai bagian dari suatu komunitas, perusahaan juga memiliki tanggung jawab sosial kepada masyarakat. Oleh karena itu, corporate governance menawarkan konsep triple bottom line, yaitu mengejar laba, memenuhi tanggung jawab sosial dan menjaga pertumbuhan yang berkesinambungan (sustainable) (Tunggal, 2013:215).
e. Kemandirian (Indpendency) Prinsip ini menurut para pengelola perusahaan agar dapat bertindak secara mandiri sesuai peran dan fungsi yang dimilikinya tanpa ada tekanan-tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan sistem operasional perusahaan yang berlaku. Tersirat dengan prinsip ini bahwa pengelola perusahaan harus tetap memberikan pengakuan terhadap hakhak stakeholder yang ditentukan dalam undang-undang maupun peraturan perusahaan (Agoes, 2012:15).
100
Tabel 3.1 Operasional Variabel Penelitian No.
Variabel
1. Efektivitas Auditor Internal (Kurniawa, 2012).
Sub Variabel Auditor internal yang efektif
Indikator 1. Independen 2. Mempunyai uraian tugas secara tertulis 3. Mempunyai kemampuan terkait dengan proses manual. 4. Mempunyai dukungan yang kuat dari top manajemen. 5. Memiliki sumber daya yang professional, capable, bisa bersikap objective dan mempunyai integritas serta loyalitas yang tinggi. 6. Bisa bekerja sama dengan akuntan publik. 7. Dapat menciptakan struktur pengkajian yang wajar dan pantas. 8. Memiliki pengetahuan yang cukup untuk mendeteksi adanya indikasi kecurangan dalam organisasi. 9. Melakukan pemeriksaan internnya dengan hati- hati dan menggunakan kemahiran jabatannya.
Skala Pengukuran Skala Interval
Berlanjut pada halaman berikutnya
101
Tabel 3.1 (Lanjutan) No.
Variabel
Sub Variabel
Indikator 10. Seseorang yang mempunyai kemampuan melakukan penilaian dan korektif terhadap laporan operasional 11. Seorang yang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan perusahaan 12. Seseoang yang mampu fokus pada area-area yang memiliki resiko terjadinya kecurangan 13. Seseorang yang dapat memberikan rekomendasi dilakukannya investigasi yang diperlukan 14. Mampu menyediakan informasi mengenai kecukupan dan efektivitas sistem pengendalian internal 15. Seseoarang yang memiliki kualifikasi sebagai auditor yang baik
Skala Pengukuran Skala Interval
Berlanjut pada halaman berikutnya
102
Tabel 3.1 (Lanjutan) No.
Variabel
2. Pendeteksian Fraud (Priantara, 2013: 211)
Sub Variabel Anomali dokumentasi bukti transaksi
Anomali akuntansi
Kelemahan struktur pengendalian intern baik level maupun level entitas. Anomali dari prosedur analitis.
Gaya hidup mewah. Prilaku yang tidak biasa.
Pengaduan dan complain. Berlanjut pada halaman berikutnya
Indikator 1. Dokumeng yang tidak lengkap dan palsu 2. Kesamaan nama dan alamat antara pembeli dan penerima pembayaran 3. Piutang jatuh tempo 4. Rekonsiliasi yang belum tertulis 5. Adanya bukti transaksi duplikat 6. Ayat jurnal yang salah atau tidak sesuai standar 7. Buku besar yang tidak akurat 8. Kelemahan dalam pengandalian intern (internal control) 9. Adanya hubungan kekeluargaan antara manajemen dengan karyawan perusahaan 10. Pendapatan yang meningkat dengan arus kas masuk yang menurun 11. Pendapatan yang meningkat dengan piutang menurun 12. Tidak adanya komite audit 13. Perubahan gaya hidup dan kebiasan pegawai 14. Intuisi atasan pegawai atau sesame pegawai melihat kejanggalan atau kecurgaan 15. Laporan pengaduan atau keluhan
Skala Pengukuran Skala Interval
Skala Interval
Skala Interval
Skala Interval
Skala Interval Skala Interval
Skala Interval
103
Tabel 3.1 (Lanjutan) No.
Variabel
3. Good Corporate Governance (Agoes, 2011:15).
Sub Variabel Keadilan
Indikator
1. Informasi keuangan perusahaan disediakan kepada stockholder untuk membuat keputusan, dalam hal informasi yang dapat dipercaya, disampaikan tepat waktu dan diberikan untuk menunjukkan perbandingan. Transparansi 2. Informasi keuangan perusahaan disediakan kepada pemegang saham untuk membuat keputusan berinvestasi khusunya dalam hal informasi yang tepat dan dapat dipercaya disampaikan tepat waktu dan diberikan untuk menunjukan perbandingan. 3. Informasi keuangan dan analisis manajemen terdapat di internet 4. Pemegang saham diberikan kesempatan yang cukup untuk menerima dan memeriksa laporan keuangan. Akuntabilitas 5. Adanya pedoman good corporate governance tertulis dimana di dalamnya di rinci aturanaturan mengenai pengungka-pan (disclosure) Berlanjut pada halaman berikutnya
Skala Pengukuran
Skala Interval
104
Tabel 3.1 (Lanjutan) No.
Variabel
Sub Variabel
Pertanggung jawaban
Kemandirian
Indikator 6. Adanya pejabat khusus (semacam compliance officer) yang bertugas untuk memastikan perundangundangan yang ada. 7. Adanya pedoman etika dan tingkah laku (code of conduct/ ethic) tertulis. 8. Pedoman etika dan tingkah laku tersebut di distribusikan kepada semua karyawan. 9. Terdapat potensi benturan kepentingan antara perusahaan dengan direksi dan komisaris. 10. Adanya daftar saham yang dimiliki oleh anggota direksi dan komisaris. 11. Adanya kebijakan internal tertulis mengenai anggota direksi dengan kedudukan rangkap sebagai direktur pada perusahaan lain. 12. Stockholder diberikan kesempatan yang cukup untuk menerima dan memeriksa laporan keuangan sehingga dapat diagendakan dalam RUPS tahunan.
Skala Pengukuran Skala Interval
Skala Interval
Berlanjut pada halaman berikutnya 105
Tabel 3.1 (Lanjutan) No.
Variabel
Sub Variabel
Indikator 13. Adanya perlakuan yang sama terhadap pemegang saham 14. Penyajian laporan keuangan yang akurat dan tepat waktu 15. Sistem yang menjamin agar dapat menjaga akuntabilitas kepada stakeholders
Skala Pengukuran Skala Interval
Berlanjut pada halaman berikutnya
106
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Auditor Internal yang bekerja di perusahaan Swasta di daerah Jakarta Selatan dengan jenis perusahaan yang berbeda. Pada penelitian ini penulis mencoba untuk menganalisis efektivitas peran auditor internal dan pendeteksian fraud terhadap penerapan good corporate governance, dimana objek penelitian ini adalah Auditor Internal. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan melalui metode penyebaran kuesioner penelitian yang dibagikan secara langsung kepada responden. Penyebaran kuesioner dimulai pada tanggal 30 Oktober 2014 sampai 5 November 2014, dengan pembagian kuesioner sebanyak 80 buah disebar kepada setiap bagian finance perusahaan di Jakarta Selatan, rincian distribusi kuesioner dalam penelitian disajikan dalam tabel 4.1 berikut ini: Tabel 4.1 Data Sampel Penyebaran Kuesioner Penelitian Keterangan Jumlah pengiriman kuesioner Kuesioner tidak kembali Kuesioner kembali namun tidak dapat diolah Kuesioner yang dapat diolah Sumber: Data primer yang diolah
Jumlah Presentasi 80 100% 10 13% 0 0% 70 87%
Pada tabel 4.1 dapat dilihat bahwa jumlah kuesioner yang disebar dan dapat diolah adalah sebanyak 70 buah atau 87%. Data distribusi penyebaran kuesioner penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 4.2, yaitu:
107
Tabel 4.2 Data Distribusi Sampel Penelitian No.
Keterangan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
PT. Garuda Food PT. FIF Group PT. Garda Oto PT. Elnusa Petrofin PT. Bakrie & Brothers PT. Trakindo Utama PT. Prima Internusa PT. AON Indonesia PT. AIA PT. Laiqa Inspirasi Media PT. Sarana Citra Adicarya PT. Indonesia Berdikari PT. Indofood PT. Pasifik Artha Utama PT. Sophie Paris Indonesia PT. Kencana Internusa Artha Finance PT. Fedex Express PT. Mandiri Global Sejahtera PT. Inet Global Indo PT. Transpatindo Abadi Sejahtera Jumlah Sumber: Data Primer yang diolah
Kuesioner Kuesioner dikirim dikembalikan 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 80 70
2. Karakteristik Responden Berdasarkan
hasil
penyebaran
kuesioner
dapat
dijabarkan
karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, usia responden dan tingkat pendidikan responden, yaitu: a. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Berikut ini merupakan penjelasan mengenai karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin:
108
Tabel 4.3 Jenis Kelamin Responden Jenis kelamin
Frekuensi
Presentase (%)
Pria
28
40%
Wanita
42
60%
Jumlah
70
100%
Sumber: Data Primer yang diolah Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa jumlah responden pegawai bagian finance berdasarkan jenis kelamin terbanyak pada pria jumlah 28 orang atau 40%, sedangkan sisanya 42 orang atau 60% berjenis wanita. Hal ini menjelaskan bahwa sebagian besar pegawai bagian finance pada perusahaan swasta di jakarta selatan yang menjadi responden adalah wanita. b. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Responden Berikut ini merupakan penjelasan mengenai karakteristik responden berdasarkan usia responden: Tabel 4.4 Usia Responden Pegawai bagian Finance pada Perusahaan Swasta di Jakarta Usia
Frekuensi
Presentase (%)
20 - 25 tahun
25
36%
26 - 30 tahun
22
31%
31 - 35 tahun
10
14%
36 - 40 tahun
7
10%
41 - 45 tahun
4
6%
46 - 50 tahun
2
3%
Jumlah
70
100 %
Sumber: Data Primer yang diolah
109
Pada tabel 4.4 dapat dilihat bahwa jumlah responden pegawai bagian finance pada perusahaan swasta di Jakarta Selatan berdasarkan usia yang tesebar, responden berusia 20 - 25 tahun sebanyak 25 orang atau 36% dari 70 responden. Responden yang berusia 26 - 30 tahun sebanyak 22 orang atau 31%, responden yang berusia 31 - 35 tahun sebanyak 10 orang atau 14% dari 70 responden. Responden yang berusia 36 - 40 tahun sebanyak 7 orang atau 10% dari 70 responden. Responden yang berusia 41 - 45 tahun sebanyak 4 orang atau 6% dari 70 responden. Dan responden yang berusia 46 - 50 tahun sebanyak 2 orang atau 3% dari 70 responden. Kondisi ini menunjukkan bahwa sebagian besar pegawai bagian finance pada perusahaan swasta di Jakarta Selatan rata-rata berusia 20 - 25 tahun.
c. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Akhir Berikut ini merupakan penjelasan mengenai karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan akhir responden: Tabel 4.5 Tingkat Pendidikan Akhir Responden Pendidikan
Frekuensi
Presentase
S1
42
60,0%
S2
21
30,0%
S3
7
10,0%
Jumlah
70
100%
Sumber: Data Primer yang diolah Pada tabel 4.5 dapat dilihat bahwa jumlah responden pegawai bagian finance pada perusahaan swasta di Jakarta Selatan berdasarkan 110
jenjang pendidikan terakhir tersebar pada pendidikan S1 (Strata Satu) sebanyak 42 orang atau 60,0% , responden yang berpendidikan terakhir dengan kategori S2 (Strata Dua) sebanyak 21 orang atau 30,0%, dan responden yang jenjang pendidikannya S3 (Strata Tiga) sebanyak 7 orang atau 10,0%. Kondisi ini menunjukkan bahwa responden pegawai bagian finance pada perusahaan swasta di Jakarta Selatan sebagian besar berpendidikan S1.
B. Hasil Instrumen Penelitian 1. Hasil Uji Statistik Deskriptif Penelitian statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskriptif suatu data yang dapat dilihat dari maksimum, minimum, nilai rata-rata (mean) dan standar deviasi (Ghozali, 2013:19). Pada instrumen penelitian ini akan menggambarkan nilai dari hasil pengujian statistik deskriptif antara efektivitas peran auditor internal dan pendeteksian fraud terhadap good corporate governance. Hasil pengujian tersebut dapat dilihat dari tabel berikut: Tabel 4.6 Hasil Uji Statistik Deskriptif Descriptive Statistics EPAI PF GCG Valid N (listwise)
N Minimum 70 3.07 70 3.00 70 3.00 70
Maximum 5.00 4.73 4.93
Mean Std. Deviation 4.0800 .47815 4.0700 .43957 4.0596 .43748
Sumber: Data Primer yang diolah
111
Berdasarkan tabel di atas menjelaskan bahwa jumlah responden (N) yang valid dan dapat diproses lebih lanjut sebanyak 70 responden. Nilai minimum menunjukkan nilai akumulasi paling rendah dari masing-masing jawaban responden pada tiap variabel, sedangkan nilai maksimum menunjukkan
nilai
akumulasi
tertingginya.
Mean
(nilai
rata-rata)
menunjukkan nilai rata-rata keseluruhan jawaban pada setiap elemen variabel dan standar deviasi pada penelitian ini digunakan untuk menilai tingkat dispersi atau pesebaran rata-rata atas jawaban dari seluruh responden. Dalam tabel di atas menunjukkan bahwa pada variabel efektivitas peran auditor internal minimun jawaban responden sebesar 3,07 dan maksimum sebesar 5,00 dengan rata-rata total jawaban 4,0800 dan standar deviasi sebesar 0,47815. Pada variabel pendeteksian fraud minimum jawaban responden sebesar 3,00 dan maksimum sebesar 4,73 dengan ratarata total jawaban 4,0700 dan standar deviasi sebesar 0,43957. Pada variabel penerapan good corporate governance minumum jawaban responden sebesar 3,00 dan maksimum sebesar 4,93 dengan rata-rata total jawaban 4,0596 dan standar deviasi sebesar 0,43748.
2. Hasil Uji Kualitas Data a. Hasil Uji Validitas Pengujian validitas dari instrumen penelitian dilakukan dengan menghitung angka korelasional atau rhitung dari nilai jawaban tiap
112
responden untuk tiap butir pertanyaan, kemudian dibandingkan dengan rtabel. Nilai rtabel 0,235, didapat dari jumlah kasus - 2, atau 70 - 2 = 68, tingkat signifikansi 5%, maka didapat rtabel 0,235. Setiap butir pertanyaan dikatakan valid bila angka korelasional yang diperoleh dari perhitungan lebih besar atau sama dengan rtabel (Ghozali, 2013:53). Berdasarkan hasil pengujian didapatkan bahwa semua pernyataan dikatakan valid, karena koefisien korelasi (rhitung) > rtabel. Tabel di bawah ini menunjukkan hasil uji validitas dari variabel efektivitas peran auditor internal dengan 70 sampel responden. Tabel 4.7 Hasil Uji Validitas Efektivitas Peran Auditor Internal Pertanyaan
Nilai rhitung
Nilai rtabel
Kriteria
EPAI1
0,707
0,235
Valid
EPAI2
0,575
0,235
Valid
EPAI3
0,631
0,235
Valid
EPAI4
0,654
0,235
Valid
EPAI5
0,534
0,235
Valid
EPAI6
0,612
0,235
Valid
EPAI7
0,596
0,235
Valid
EPAI8
0,685
0,235
Valid
EPAI9
0,492
0,235
Valid
EPAI10
0,565
0,235
Valid
EPAI11
0,740
0,235
Valid
EPAI12
0,623
0,235
Valid
EPAI13
0,527
0,235
Valid
EPAI14
0,559
0,235
Valid
EPAI15
0,687
0,235
Valid
Sumber: Data primer yang diolah 113
Variabel efektivitas peran auditor internal terdiri atas 15 butir pernyataan, dari ke-15 butir pernyataan adalah valid (rhitung > rtabel). Tabel di bawah ini menunjukkan hasil uji validitas dari variabel pendeteksian fraud dengan 70 sampel responden. Tabel 4.8 Hasil Uji Validitas Pendeteksian Fraud Pertanyaan
Nilai rhitung
Nilai rtabel
Kriteria
PF1
0,440
0,235
Valid
PF2
0,649
0,235
Valid
PF3
0,478
0,235
Valid
PF4
0,542
0,235
Valid
PF5
0,426
0,235
Valid
PF6
0,428
0,235
Valid
PF7
0,572
0,235
Valid
PF8
0,505
0,235
Valid
PF9
0,408
0,235
Valid
PF10
0,570
0,235
Valid
PF11
0,654
0,235
Valid
PF12
0,598
0,235
Valid
PF13
0,521
0,235
Valid
PF14
0,563
0,235
Valid
PF15
0,729
0,235
Valid
Sumber: Data primer yang diolah Variabel pendeteksian fraud terdiri atas 15 butir pernyataan, dari ke-15 butir pernyataan adalah valid (rhitung > rtabel). Tabel di bawah ini menunjukkan hasil uji validitas dari variabel penerapan good corporate governance dengan 70 sampel responden.
114
Tabel 4.9 Hasil Uji Validitas Penerapan Good Corporate Governance Pertanyaan
Nilai rhitung
Nilai rtabel
Kriteria
GCG1
0,490
0,235
Valid
GCG2
0,677
0,235
Valid
GCG3
0,607
0,235
Valid
GCG4
0,477
0,235
Valid
GCG5
0,504
0,235
Valid
GCG6
0,572
0,235
Valid
GCG7
0,518
0,235
Valid
GCG8
0,515
0,235
Valid
GCG9
0,543
0,235
Valid
GCG10
0,610
0,235
Valid
GCG11
0,425
0,235
Valid
GCG12
0,516
0,235
Valid
GCG13
0,529
0,235
Valid
GCG14
0,556
0,235
Valid
GCG15
0,496
0,235
Valid
Sumber: Data primer yang diolah Variabel penerapan good corporate governance terdiri atas 15 butir pernyataan, dari ke-15 butir pernyataan adalah valid (rhitung > rtabel).
b. Hasil Uji Reliabilitas Uji reliabilitas hanya dapat dilakukan setelah suatu instrumen telah dipastikan validitasnya. Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini untuk menunjukan tingkat reliabilitas konsistensi internal teknik yang digunakan adalah dengan mengukur koefisien Cronbach’s Alpha dengan
115
bantuan program SPSS 20. Nilai alpha bervariasi dari 0 – 1, suatu pertanyaan dapat dikategorikan reliabel jika nilai alpha lebih besar dari 0,70 dalam (Ghozali, 2013:48). Tabel 4.10 Hasil Uji Reliabilitas Variabel
Cronbach's
N of
Alpha
Items
0,913
15
Reliabel
Pendeteksian Fraud
0,881
15
Reliabel
Penerapan Good Corporate
0,879
15
Reliabel
Efektivitas Peran Auditor
Keterangan
Internal
Governance Sumber: Data primer yang diolah Tabel di atas menunjukkan nilai cronbach’s alpha atas variabel efektifitas peran auditor internal sebesar 0,913, variabel pendeteksian fraud sebesar 0,881 dan variabel good corporate governance sebesar 0,879. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pernyataan dalam kuesioner semua variabel ini reliabel karena mempunyai nilai cronbach’s alpha lebih besar dari 0,70.
3. Hasil Uji Asumsi Klasik a. Hasil Uji Normalitas Data Data-data bertipe skala sebagai pada umumnya mengikuti asumsi distribusi normal. Namun, tidak mustahil suatu data tidak mengikuti asumsi normalitas. Untuk mengetahui kepastian sebaran data yang diperoleh
harus
dilakukan
uji
normalitas
terhadap
data
yang
116
bersangkutan. Dengan demikian, analisis statistika yang pertama harus digunakan dalam rangka analisis data adalah analisis statistik berupa uji normalitas. Uji normalitas bertujuan untuk menguji variabel independen dan variabel dependen yaitu efektivitas peran auditor internal dan pendeteksian fraud terhadap penerapan good corporate governance keduanya memiliki distribusi normal atau tidak. Terdapat dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik (uji Kolmogorov – smirnov), adapun penjelasan mengenai uji normalitas data adalah sebagai berikut (Ghozali, 2013:160): 1) Hasil Analisis Grafik Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendeteksi distribusi normal. Namun demikian hanya dengan melihat histogram hal ini dapat menyesatkan khususnya untuk jumlah sampel yang kecil. Metode yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk suatu garis lurus diagonal dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal (Ghozali, 2013:163). Adapun hasil perhitungan uji normalitas dengan melihat dari segi grafik yang ditunjukan pada gambar grafik p-p plot berikut ini:
117
Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas Data Secara Grafik
Sumber: data primer yang diolah Pada grafik normal plot terlihat titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Kedua grafik ini menunjukkan bahwa model regresi layak dipakai karena asumsi normalitas (Ghozali 2013:163).
2) Hasil Uji Normalitas secara Statistik Uji normalitas secara grafik dapat menyesatkan kalau tidak hati-hati secara visual kelihatan normal, padahal secara statistik bisa sebaliknya. Oleh sebab itu dianjurkan disamping uji grafik dilengkapi dengan uji statistik (Ghozali, 2011:163). Adapun hasil perhitungan uji normalitas secara statistic yang dilihat berdasarkan uji kolmogorofsmirnov adalah sebagai berikut:
118
Tabel 4.11 Hasil Uji Normalitas Secara Statistik One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test N a,b Normal Parameters Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Test Statistic Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. c. Lilliefors Significance Correction. d. This is a lower bound of the true significance.
Unstandardized Residual 70 .0000000 .22557281 .082 .061 -.082 .082 c,d .200
Sumber: data primer yang diolah Berdasarkan uji kolmogorov-smirnov dapat diketahui bahwa nilai unstandardized residual memiliki nilai sig. > 0,05, ini mengartikan bahwa semua data terdistribusi dengan normal. b. Hasil Uji Multikolinearitas Pengujian multikolinearitas dilakukan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Untuk mendeteksi adanya problem multikolinearitas, maka dapat dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF) serta besaran korelasi antar variabel independen. Tabel 4.12 Hasil Uji Multikolinearitas a Model 1
Coefficients Collinearity Statistics Tolerance
VIF
(Constant)
EPAI PF a. Dependent Variable: GCG
.261 .261
3.836 3.836
Sumber: data primer yang diolah Pada tabel di atas menunjukkan bahwa masing-masing variabel mempunyai nilai tolerance mendekati angka 1 dan nilai variance inflation factor (VIF) disekitar angka 1. efektifitas peran auditor internal mempunyai nilai tolerance 0,261, pendeteksian fraud mempunyai nilai 119
tolerance 0,261 dan efektifitas peran auditor internal mempunyai nilai VIF 3,836, pendeteksian fraud mempunyai nilai VIF 3,836. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa persamaan regresi tidak terdapat problem multikolinearitas karena nilai tolerance di atas 0,10 dan nilai VIF (variance inflation factor) di bawah 10. c. Hasil Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan yang lain. Heteroskedastisitas menunjukan bahwa variasi variabel tidaksama untuk semua pengamatan. Pada heterokedastisitas kesalahan yang terjadi tidak secara acak tetapi menunjukan hubungan yang sistematis sesuai dengan besarnya satu atau lebih variabel. Berdasarkan hasil pengolahan data, maka hasil Scatterplot dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 4.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber: data primer yang diolah 120
Dari grafik Scatterplot yang ada pada gambar di atas dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar secara acak, serta tersebar baik di atas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi (Ghozali 2013:139). 4. Hasil Koefisien Determinasi (Adjusted R2) Koefisien determinasi digunakan untuk menentukan seberapa besar variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen, maka perlu diketahui nilai koefisien determinasi (Adjusted R-Square). Adapun hasil uji determinasi Adjusted R2. Tabel 4.13 Hasil Koefisien Determinasi (Adjusted R2) b
Model Summary Model R R Square a 1 .857 .734 a. Predictors: (Constant), PF, EPAI b. Dependent Variable: GCG
Adjusted R Square .726
Std. Error of the Estimate Durbin-Watson .22891 2.282
Sumber: data primer yang diolah Hasil pengujian menunjukkan besarnya koefisien korelasi berganda (R), koefisien determinasi (Adj R Square), dan koefisien determinasi yang disesuaikan (Adjusted R Square). Berdasarkan tabel model summaryb di atas diperoleh bahwa nilai koefisien korelasi berganda (R) sebesar 0,857. Ini menunjukkan bahwa variabel efektifitas peran auditor internal dan pendeteksian fraud terhadap penerapan good corporate governance mempunyai hubungan yang sangat kuat. Hasil pada tabel di atas juga menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi (R Square) sebesar 0,734 dan nilai koefisien determinasi yang sudah disesuaikan (Adjusted R Square)
121
adalah 0,726. Hal ini berarti 72,6% variasi dari penerapan good corporate governance bisa dijelaskan oleh variasi variabel independen (efektifitas peran auditor internal dan pendeteksian kecurangan). Sedangkan sisanya (100% - 72,6% = 27,4%) dijelaskan oleh variabel lain yang tidak ada dalam penelitian ini, seperti Pencegahan fraud, Kepemimpinan, pengendalian internal dan lain-lain
5. Hasil Koefisien Persamaan Regresi Linier Berganda Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen, adapun hasil uji regresi linier berganda adalah sebagai berikut: Tabel 4.14 Hasil Koefisien Persamaan Regresi Linier Berganda a
Model 1
Coefficients Unstandardized Coefficients B Std. Error (Constant)
EPAI PF a. Dependent Variable: GCG
.633
.258
.482 .359
.113 .123
Standardized Coefficients Beta .527 .361
Sumber: data primer yang diolah Berdasarkan hasil yang telah diperoleh dari koefisien regresi di atas, maka dapat dibuat suatu persamaan regresi sebagai berikut:
Y= 0,633 + 0,482 X1 + 0,359 X2 Pada persamaan regresi di atas menunjukkan nilai konstanta sebesar 0,633. Hal ini menyatakan bahwa jika variabel efektifitas peran auditor internal dianggap konstan atau bernilai 0 (nol), maka penerapan good corporate governance akan meningkat sebesar 0,633 satuan atau 63,3%. 122
Koefisien regresi pada variabel efektifitas peran auditor internal sebesar 0,482, hal ini berarti jika variabel efektifitas peran auditor internal bertambah satu satuan maka variabel penerapan good corporate governance akan meningkat sebesar 0,482 satuan atau 48,2%, dengan catatan variabel lain dianggap konstan. Koefisien regresi pada variabel pendeteksian fraud sebesar 0,359, hal ini berarti jika variabel pendeteksian fraud bertambah satu satuan maka variabel penerapan good corporate governance akan meningkat sebesar 0,359 satuan atau 35,9%, dengan catatan variabel lain dianggap konstan.
6. Hasil Uji Hipotesis Penelitian a. Hasil Uji Secara Simultan (Uji F) Hasil uji statistik F dapat dilihat pada tabel di bawah ini, jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima dan menolak Ho, sedangkan jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima dan menolak Ha. Tabel 4.15 Hasil Uji Secara Simultan (Uji F) a
Model 1
Regression Residual
ANOVA Sum of Squares 9.695
df 2
Mean Square 4.847
3.511
67
.052
13.206
69
Total
F 92.506
Sig. b .000
a. Dependent Variable: GCG b. Predictors: (Constant), PF, EPAI
Sumber: data primer yang diolah Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa dari hasil uji F diperoleh nilai Fhitung sebesar 92,506 > Ftabel sebesar 3,13 dengan tingkat
123
signifikansi 0,000 < 0,05. Karena tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima, sehingga dapat dikatakan bahwa efektifitas peran auditor internal dan pendeteksian fraud terhadap penerapan good corporate governance berpengaruh secara simultan (bersama-sama).
b. Hasil Uji Secara Parsial (Uji t) Uji statistik t berguna untuk menguji pengaruh dari masingmasing variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen dapat dilihat pada tingkat signifikansi 0,05. Hasil uji statistik t dapat dilihat pada tabel 4.14, jika nilai signifikan < 0,05 maka Ha diterima, sedangkan jika nilai signifikan > 0,05 maka Ha ditolak. (Ghozali, 2013:178). Tabel 4.16 Hasil Uji Secara Parsial (Uji t) a
Model 1
Coefficients Unstandardized Coefficients B Std. Error (Constant)
.633
.258
EPAI PF a. Dependent Variable: GCG
.482 .359
.113 .123
Standardized Coefficients Beta .527 .361
T
Sig.
2.447
.017
4.269 2.924
.000 .005
Sumber: data primer yang diolah Berdasarkan hasil pengujian dari tabel 4.14 dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Pengaruh Efektifitas Peran Auditor Internal terhadap Penerapan Good Corporate Governance Hasil uji hipotesis 1 yang ditunjukkan pada tabel 4.14, terlihat bahwa thitung koefisien efektifitas peran auditor internal adalah 4,269, 124
Sedang ttabel bisa dihitung pada tabel t-test, dengan α = 0,05, karena digunakan hipotesis dua arah, ketika mencari ttabel, nilai α dibagi 2 menjadi 0,025 dan df = 68 (didapat dari rumus n - 2, dimana n adalah jumlah data, 70 - 2 = 68). Didapat ttabel adalah 1,99. Variabel efektifitas peran auditor internal memiliki nilai sig. (0,000) < 0,05 artinya signifikan, sedangkan thitung > ttabel, (4,269 > 1,99), Hal ini berarti Ha1 diterima sehingga dapat dikatakan bahwa efektifitas peran auditor internal berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerapan good corporate governance, hal ini menunjukan bahwa semakin baiknya efektifitas peran auditor internal maka akan semakin baik penerapan good corporate governnace. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Ningsih (2005) yang menyatakan bahwa Fungsi pemeriksaan SPI telah dipandang efektif oleh karyawan, penelitian lain dilakukan oleh Susilawati (2013) hasilnya menyatakan bahwa audit internal di PT XYZ memiliki memadai dan berperan dalam pelaksanaan perwujudan tata kelola perusahaan yang efektif. Penelitian lain yang sejalan juga dilakukan. Karagiorgos (2010) yang menyaatakan bahwa auditor internal yang memainkan peran penting terhadap pendeteksian fraud yang berpengaruh terhadap tata kelola perusahaan (penerapan good corporate governance).
125
2) Pengaruh
Pendeteksian
Fraud
terhadap
Penerapan
Good
Corporate Governance Hasil uji hipotesis 2 yang ditunjukkan pada tabel 4.14, terlihat bahwa thitung koefisien pendeteksian fraud adalah 2,924, Sedang ttabel bisa dihitung pada tabel t-test, dengan α = 0,05, karena digunakan hipotesis dua arah, ketika mencari ttabel, nilai α dibagi 2 menjadi 0,025 dan df = 68 (didapat dari rumus n - 2, dimana n adalah jumlah data, 70 - 2 = 68). Didapat ttabel adalah 1,99. Variabel pendeteksian fraud memiliki nilai sig. (0,005) < 0,05 artinya signifikan, sedangkan thitung > ttabel, (2,924 > 1,99), Hal ini berarti Ha2 diterima sehingga dapat dikatakan bahwa pendeteksian fraud berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerapan good corporate governnace, hal ini menunjukan bahwa semakin baiknya pendeteksian fraud maka akan semakin baik penerapan good corporate governance. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Gusnardi (2011) yang menyatakan bahwa pengaruh yang paling besar terhadap pencegahan atau pendeteksian kecuranga adalah pengaruh pelaksanaan tata kelola perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik pelaksanaan tata kelola perusahaan maka akan dapat mencegah atau mendeteksi kecurangan lebih dini. Hasil penelitian lain yang konsisten dengan penelitian dilakukan oleh Japlani (2014). Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat hubungan antara pendeteksian fraud terhadap good corpoerate governance.
126
C. Pembahasan Berdasarkan hasil pengujian dari tabel di atas dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Efektivitas Peran Auditor Internal terhadap Penerapan Good Corporate Governance Pengujian statistik pada hipotesis (Ha1) menunjukan bahwa efektivitas peran auditor internal berpengaruh terhadap penerapan good corporate governance. Pada tabel 4.14 dapat dilihat nilai uji t variabel efektivitas peran auditor internal terhadap penerapan good corporate governance 4,269 dengan melihat p berada di bawah nilai signifikan 0,05 yaitu 0,000. Dengan demikian hipotesis alternatif pengujian statistik pada hipotesis (Ha1) menunjukan bahwa efektivitas peran auditor internal berpengaruh terhadap penerapan good corporate governance. Hal ini berarti semakin tinggi efektivitas peran auditor internal maka baik pula sistem tata kelola perusahaan yang ada pada perusahaan. Semakin tinggi peran auditor internal maka akan semakin mendukung kinerja implementasi GCG. Dengan demikian hipotesis alternatif yang menyatakan terdapat pengaruh efektivitas peran auditor internal terhadap good corporate governance berhasil di dukung dan dapat diterima. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa efektivitas peran auditor internal berpengaruh terhadap penerapan good corporate governance, dimana efektivitas peran auditor internal merupakan salah satu pilar good
127
corporate governance, terutama dari aspek pengendalian. Efektivitas auditor internal
berperan
untuk
mendorong
implementasi
GCG
melalui
pendeteksian tindak kecurangan (fraud) yang terjadi disuatu organisasi atau perusahaan. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Karagiorgos (2010) yang menyaatakan bahwa auidor internal yang memainkan peran penting terhadap pendeteksian fraud yang berpengaruh terhadap tata kelola perusahaan. Penelitian ini juga mendukung penelitian yang dilakukan oleh Susilawati (2013) dan Ningsih (2005).
2. Pendeteksian Fraud terhadap Penerapan Good Corporate Governance Pengujian statistik pada hipotesis (Ha2) menunjukan bahwa pendeteksian fraud berpengaruh terhadap penerapan good corporate governance. Pada tabel 4.14 dapat dilihat nilai uji t variabel pendeteksian fraud terhadap penerapan good corporate governance sebesar 2,924 dengan melihat p berada di bawah nilai signifikan 0,05 yaitu 0,005. Hal ini berarti semakin tinggi pendeteksian fraud yang dilakukan auditor internal maka semakin tinggi pula penerapan good corporate governance dapat dilakukan dengan baik. Dengan demikian hipotesis alternatif yang menyatakan terdapat pengaruh pendeteksian fraud terhadap penerapan good corporate governance berhasil di dukung dan dapat diterima. Hasil
penelitian
ini
membuktikan
bahwa
semakin
tinggi
pendeteksian fraud dilakukan, maka semakin tinggi tata kelola persahaan yang lebih baik pula. Kebermanfaatan dari pendeteksian fraud
yang
128
semakin
tinggi,
maka
akan
meningkatkan
pelaksanaan
corporate
governance berjalan dengan baik dan kecurangan yang selama ini merugikan mayoritas perusahaan dapat dikurangi bahkan dihindari. Mendeteksi fraud secara dini pada perusahaan dapat membantu sistem tata kelola perusahaan yang diperlukan, dimana melalui sistem tata kelola perusahaan, manajer diawasi dan dibimbing. Pendeteksian pada fraud pun dapat memebantu mengimplementasi dan eksekusi tata kelola perusahaan dari proses untuk memastikan bahwa siapa pun yang mengelola entitas telah dengan tepat memanfaatkan waktunya, bakat dan sumber daya yang tersedia untuk sebaik-baiknya bagi pemilik saham yang tidak hadir. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Gusnardi (2011) yang menyatakan bahwa pengaruh yang paling besar terhadap pencegahan atau pendeteksian kecurangan adalah pengaruh pelaksanaan tata kelola perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik pelaksanaan tata kelola perusahaan maka akan dapat mencegah atau mendeteksi kecurangan lebih dini. Penelitian ini juga mendukung penelitian yang dilakukan oleh Japlani (2014) dan Karagiorgos (2010).
129
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas peran auditor internal dan pendeteksian fraud terhadap penerapan good corporate governance. Responden penelitian ini berjumlah 70 karyawan financial pada 20 perusahaan swasta di daerah Jakarta Selatan. Berdasarkan pada data yang telah dikumpulkan dan hasil pengujian yang telah dilakukan terhadap permasalahan dengan menggunakan model regresi berganda, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Variabel efektivitas peran auditor internal berpengaruh secara siginifikan terhadap penerapan good corporate governance. Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Ningsih (2005), Christine (2013) dan Karagiorgos (2010). 2. Variabel pendeteksian fraud berpengaruh secara signifikan terhadap penerapan good corporate governance. Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Simbolon (2010), Karagiorgos (2010) dan Gusnardi (2011). B. Saran Berdasarkan
kesimpulan
penelitian
diatas
ditemukan
bahwa
Pelaksanaan GCG merupakan standar yang dituntut masyarakat untuk menciptakan iklim yang kondusif. Implementasi GCG mensyaratkan adanya
130
transparansi dalam pelaporan kondisi keuangan perusahaan untuk melindungi kepentingan investor, kreditor dan pihak lain yang terkait. Organisasi profesi internal auditor berkeyakinan bahwa fungsi audior internal yang efektif mampu menawarkan sumbangan penting dalam meningkatkan proses corporate governance, pengelolaan risiko, dan pengendalian manajemen. Berikut saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Fungsi audit internal adalah salah satu persyaratan mendasar checks and balances untuk terlaksananya tata kelola yang baik (good governance). Saat ini fungsi audit internal yang dijalankan secara sehat dan objektif, dengan kemampuan untuk mengidentifikasikan permasalahan pengendalian risiko serta kewenangan untuk menindaklanjutinya adalah hal mendasar bagi praktik terbaik pelaksanaan tanggung jawab top manajemen. Di sisi lain peranan audit internal dalam penerapan GCG juga menunjukkan tingkat kepentingan yang tinggi. Auditor internal berpengaruh secara signifikan terhadap implementasi GCG, semakin tinggi peran auditor internal maka akan semakin mendukung kinerja implementasi GCG. 2. Berdasarkan kesimpulan penelitian diatas ditemukan bahwa pendeteksian fraud
berpengaruh
signifikan
terhadap
penerapan
good
corporate
governance. Hal ini membuktikan penerapan Pengendalian Internal melalui auditor internal dalam Pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan dapat mencegah terjadinya kecurangan dalam perusahaan. Secara parsial pelaksanaan tata kelola Perusahaan mempunyai pengaruh terbesar terhadap pencegahan kecurangan. Besarnya pengaruh efektivitas peran auditor internal dalam
131
pelaksanaan tata kelola perusahaan secara simultan, mengindikasikan bahwa kecurangan pada perusahaan swasta di Jakarta Selatan dapat dicegah jika Auditor Internal serta Pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan dapat berperan sesuai yang disyaratkan . 3. Dalam rangka pengembangan ilmu, bagi peneliti lainnya yang tertarik dengan permasalahan serupa sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan setelah penelitian ini dengan menambah variabel dan unit analisisnya diperluas tidak hanya perusahaan swasta yang ada di Jakarta Selatan saja. 4. Untuk perusahaan atau organisasi, perlu diupayakan untuk mendeteksi kecurangan melalui pencegahan, mencegah adalah akar penyebab persoalan kecurangan. Jika belum atau tidak dapat mencegah, perusahaan atau organisasi hendaknya dapat segera mendeteksi, menginvestigasi, dan menindaklanjuti sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 5. Bagi perusahaan agar selalu mengawasi perusahaan/emiten dalam menerapkan Tata Kelola Perusahaan, terutama tentang code of corporate governance. Dengan harapan bahwa perusahaan telah menerapkan Tata Kelola Perusahaan dengan baik akan dapat mencegah praktik kecurangan yang merugikan banyak pihak.
132
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno, “Auditing. Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik”, Buku Satu, Salemba Empat, Jakarta, 2012. _____, “Auditing. Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik”, Buku Dua, Edisi Empat, Salemba Empat, Jakarta, 2013. Ahalik dan Lavina, “The Impact of Indonesia Sustainability reporting Award (ISRA), Annual Report Award (ARA), Capital Market Award, Corporate Image Award (IMAC) and Good Corporate Governance (GCG) Award to Share and Earning Per Share. For Companies Listed in Indonesia Stock Exchange for Period 2009-2011”, Media Ilmiah Akuntansi, 2013. Anthony, Robert N, dkk, “Sistem Pengendalian Manajemen”, Salemba Empat, Jakarta, 2005. Arens, A.Alvin, dkk, “Auditing dan Jasa Assurance. Pendekatan Terpadu (Akuntansi Indonesia)”, Salemba Empat, Jakarta, 2012. _____,”Auditing and Assurance Services An Integrated Approach:An Indonesian Adaptation”, 19th edition, Salemba Empat, Jakarta, 2012. Bhasin, Madan,“Corporate Accounting Frauds: A Case Study of Satyam Computers Limited”, International Journal of Contemporary Business Studies Vol: 3, No: 10, October, 2012. Boynton, Wiliam C, Johnson Raymond N, “Modern Auditing: Assurance Service and The Integrity of Financial Reporting”, Eighth Edition, John Wiley & Sons, Inc, Amerika, 2006. Buckhoff, Thomas A dan Bonita K. Peterson Kramer, “Conducting Effective Ponzi Scheme Investigations”, Journal of Forensic and Investigative Accounting Vol. 3, Issue 3, 2011. Castro. Gloria S, “Internal Auditors Skepticism In Detecting Fraud: A Quantitative Study”, Essay Capella University, 2013. Cohen, Aahon dan Gabriel Sayag, “The Effectiveness of Internal Auditing: An Empirical Examination of it Determinants in Israeli Organisations”, Journal Australian Accounting Review, No 54. Vol. 20 Issue 3, 2010. Cristine, Dwi Karya Sulilawati dan Hendro Soetjipta, Felix, “Peranan Audit Intern dalam Penerapan Good Corporate Governance yang Efektif (Studi Kasus PT. XYZ, Bandung)”, Jurnal Ilmiah Akuntansi ISSN:2086-4159, Nomor 10 Tahun ke-3 (tiga), Bulan Mei-Agustus 2013.
133
Effendi Arief, Muh, “Peranan Forensic Auditing dalam Penegakan Good Corporate Governance”, Kuliah Umum Universitas Kristen Maranatha, Bulan Juni, Bandung, 2010. Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI), Tata kelola perusahaan (Corporate Governance).“The Essence of Good Corporate Governance: konsep dan implementasi Perusahaan Publik dan Koorporasi Indonesia”, Yayasan Pendidikan Pasar Modal Indonesia dan Sinergy Communication, Jakarta, 2002. Fitrawansyah, “Fraud & Auditing”, Jakarta: Mitra Wacana Media, 2014. Ghozali, Iman, “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21”. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2013. Grove, Hugh and Elisabetta Basilico,”Major Financial Reporting Frauds of the 21st Century: Corporate Governance and Risk Lessons Learned”, Journal of Forensic and Investigative AccountingVol. 3, Issue 2, Special Issue, 2011. Gusnardi, “ Pengaruh Peran Komite Audit, Pengendalian Internal, Audit Internal dan Pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan Terhadap Pencegahan Kecurangan”, Ekuitas Vol. 15 No. 1 Maret 2011. Hamid Abdul, “Buku Panduan Penulisan Skripsi”, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2007. Hancox, Steven J, “Red Flags ForFraud, Deputy Comptroller. Divition of Local Government and School Accountability”, Artikel. Diakses pada tanggal 16 Desember 2013. Indra, Bastian, “ Audit Sektor Publik”, Salemba Empat, Jakarta, 2007. Indriantoro Nur, Supomo Bambang, “Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi & Manajemen”, Edisi Pertama Cetakan Pertama, BPFE, Yogyakarta, 2002. Karni, Soejono, “Auditing. Audit Khusus Dan Audit Forensik Dalam Praktik”, FEUI, Jakarta, 2000. Karagiorgos,Theofanis, George Drogalas, Evaggelos Gotzamanis dan Ioannis Tampakoudis, “Internal Auditing as an Efective Tool for Corporate Governance”, Journal of Business Management vol. 2 No. 1, JanuaryJune, 2010. Komisi Pemberantasan Korupsi, “Membasmi Untuk Memberantas”, KPK, Jakarta, 2006.
134
Kuncoro, Mudrajad, “Metode Kuantitatif. Teori dan Aplikasi untuk Bisnis & Ekonomi”, Edisi Keempat, UPP STIM YKPN, Yogyakarta, 2011. Kurniawan, Yuanita, “Persepsi Auditor Internal terhadap Deteksi Fraud”, Berkala Ilmiah Mahasiswa Akuntansi-Vol 1, No. 2, Maret 2012, Jakarta, 2012. Litbang, KPK, “Implementasi Good Corporate Governance di Sektor Swasta”, BUMN dan BUMD”, Jakarta, 2009. Messier, Glover dan Prawitt, “Auditing and Assurance Service A Systematic Approach”, Four Edition, Mc Graw-Hill, New York, 2006. Moenir, H.A.S, ”Manajemen Pelayan Umum di Indonesia”, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2008. O’Regan, David, International Auditing Practical Resources Guide. The Instituteof Internal Auditors, America, 2003. Priantara, Diaz, “Fraud Audit & Investigation”, Mitra Wacana Media, Jakarta, 2013. Ratnaningsih, Rini, “Evaluasi atas Efektivitas Internal Audit dalam Rangka Penerapan Good Corporate Governance, Studi Kasus: BPR Harta Tanamas”, Jurnal Akuntansi Universitas Indonesia, Jakarta, 2005. Rezaee, Zabihalloh, “Corporate Governance and Ethics”, John Wiley and Sons, inc, 2009. Rokhim, Rofikoh, “Mengapa GCG Bagi Bank Begitu Penting?”, Bisnis Indonesia, 21 Pebuari 2006. Sawyer’s, Lawrens B, Dittenhofer, Mortimer A dan Scheiner, James H,”Internal Auditing Audit Internal Sawyer”, Edisi Lima, Salemba Empat, Jakarta, 2009. Sedarmayanti, ”Good Governance (Kepemerintahan yang baik) dan Good Corporate Governance (Tata kelola perusahaan yang baik)”, CV Mandar Maju, Bandung, 2007. Siagian, Sondang P, “Kiat Meningkatkan Produktiviats Kerja”, Rienika Cipta, Jakarta, 2002. Simbolon, Harry Andrian, “(Business and Accounting, For the Better Business Practice. Mengupas Seluk Beluk Fraud dan Cara Mengatasinya) Diskusi Audit Kecurangan, 22 Desember 2010, Jurnal Akuntansi, Jakarta, 2010.
135
Sugiyono.“Metode Penelitian Kuantatif, Kualitatif dan R & D”, CV. Alfabeta, Bandung, 2011. _____,“Metode Penelitian Kuantatif, Kualitatif”, CV. Alfabeta, Bandung, 2012. Suharto, Harry, “Peran Internal Audit Menegakkan Corporate Governance”, Media Akuntansi No. 36/ November-Desember 2003, Jakarta, 2003. Soeharmoro, “Peranan Internal Auditor dalam Pendeteksian dan Pencegahan Kecurangan”, Berkala Ilmiah Mahasiswa Akuntansi - Vol. 1, No. 3, Mei 2012, Jakarta, 2012. Soelendro, Arie, “Paradigma Baru Aparat Pengawasan Intern Pemerintah”, Prosiding KNA IV IAI, Jakarta, 2000. Stettler, H.F., “Auditing Principles”, Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall. 1982. Standards for the Professional Practice of Internal Auditing (AltomonteSpirings, FL: The Institute of Internal Auditors, 1978). Syakhroza, Akhmad, “Best Practices Corporate Govenance dalam Konteks Kondisi Lokal Perbankan Indonesia”, Majalah Usahawan, Agustus 2003, Jakarta, 2003. _____, “Teori Corporate Governance”, Majalah Usahawan, Juni 2003, Jakarta, 2003. Tampubolon, Robert, ”Risk and System - Based Internal Auditing”, PT. Elex Media Koputindo, Jakarta, 2005. Tedjasukma, Fanny Novian. “Pentingnya Red Flag Bagi Auditor Independen untuk Mendeteksi Kecurangan dalam Laporan Akuntansiran Keuangan”, Jurnal Ilmu Ekonomi, Vol 1, No. 3, Mei. 2012, Jakarta, 2012. The Indonesia Institute for Corporate Governance (IICG), “Internalisasi Good Corporate Governance dalam Proses Bisnis”, Laporan Corporate Governance Perception Index 2004. Tjager , I nyoman, Alijiyo, F, Antonius, Djemat, Humphrey R dan Soembodo, Bambang, “Corporate Governance: Tantangan dan Kesempatan Bagi Komunitas Bisnis Indonesia, PT. Prenhalindo, Jakarta, 2003. Tuanakotta. Theodorus. M, “Akuntansi Forensik & Audit Investigatif”, Salemba Empat, Jakarta, 2012. Tugiman, Hiro, “Tantangan dan Prospek Profesi Internal Auditor di Indonesia”, Yayasan Pendidikan Internal Audit (YPIA) dan Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA), Jakarta, 2004.
136
_____, ”Peran Auditor Internal dalam Good Corporate Governance“, YPIA, Jakarta, 2000. Tunggal, Amin Widjaja, “Pengantar Efective Internal Audit. Konsep, Soal Jawab dan Kasus”, Harvarindo, Jakarta, 2012. _____, ”Seluk-Beluk Internal Auditing”, Harvarindo, Jakarta, 2012. _____, ”Dasar - dasar Fraud Auditing”, Harvarindo, Jakarta, 2013. _____,“Memahami Fraud Audit. Bagaimana Mendeteksi dan Mencegah Kecurangan Bisnis”, Harvarindo, Jakarta, 2014. Umar, Husein, “Desain Penelitian Manajemen Strategik: Cara Mudah Meneliti Masalah-MasalahManagemen Strategik untuk Skripsi, Tesis dan Praktik Bisnis”, PT. Rajawali Pers, Jakarta, 2010. Wardoyo, Trimanto S dan Lena, “ Penerapan Auditor Internal dalam Menunjang Pelaksanaan Good Corporate Governance (Studi Kasus Pada PT. Dirgantara Indonesia)”, Akurat Jurnal Ilmiah Akuntansi NO. 3 Tahun ke1 September-Desember 2010, Jakarta, 2010. Wells. Josept T, “Fraud Examination: Investigative and Audit Procedures”, Article Journal of The American Society of CLU & ChFC, America, 1994. Yuhertiana, Indrawati, “Peran Audit Investigasi dalam Penegakan Good Governance di Indonesia”, Diskusi Audit Investigasi, 25 Mei 2005. Widarjnono, Agus, “Analisis Statistika Multivariat Terapan”, UPP STIM YKPN, Yogyakarta, 2010. Wind, Ajeng, “ Forensic Accounting, untuk Pemula & Orang Awam”, Dunia Cerdas, Jakarta, 2014.
137
Lampiran 1: Lembar Kuesioner Penelitian
KUESIONER
EFEKTIVITAS PERAN AUDITOR INTERNAL DAN PENDETEKSIAN FRAUD TERHADAP PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE
Ummi Sa’diyah NIM. 1110082000011
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H / 2016 M
138
Yang Terhormat Bapak/Ibu/Sdr Responden Di Tempat
Assalamualaikum Wr.Wb. Pertama-tama saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya atas kesediaan Bapak/Ibu/Sdr untk meluangkan waktunya dalam mengisi kuesioner yang akan saya pergunakan dalam rangka menyelesaikan tugas akhir. Kuesioner ini digunakan untuk menganalisis “Efektivitas Peran Auditor Internal dan Pendeteksian Fraud terhadap Penerapan Good Corporate Governance “. Bapak/Ibu/Sdr dapat dengan bebas menentukan jawaban sesuai dengan yang diyakini. Identitas dan jawaban yang Bapak/Ibu/Sdr berikan dalam kuesioner ini akan dijaga kerahasiaanya. Demikian permohonan ini, saya meminta maaf atas segala keterbatasan dan kesederhanaan dalam penyampaian. Atas bantuan dan partisipasi yang Bapak/Ibu/Sdr berikan, saya sampaikan terima kasih. Jazzakumullah Khairan Katsier.
Wassalmualaikum Wr.Wb
Jakarta, Januari 2016 Penulis,
(Ummi Sa’diyah)
139
DAFTAR PERTANYAAN KUESIONER
A. Pertanyaan Umum Beri tanda (X) atau (√) pada identitas pengenal Bapak/Ibu/Saudara 1. Nama
:
2. Nama Perusahaan
:
3. Posisi dalam Perusahaan
:
4. Jenis Kelamin
:
5. Umur
:
6. Pendidikan Terakhir
:
7. Keahlian di Bidang
:
8. Pengalaman Kerja
:
B. Pernyataan Penelitian Data pada bagian ini akan digunakan untuk keperluan analisis. Pernyataan dibawah ini untuk mengetahui pendapat anda tentang “Efektivitas Peran Auditor Internal dan Pendeteksian Fraud terhadap Penerapan Good Corporate Governance “. Pada setiap pertanyaan telah disediakan bagian lima poin skala disampingnya dengan keterangan sebagai berikut: 1. Sangat setuju
(SS)
2. Setuju
(S)
3. Netral
(N)
4. Tidak Setuju
(TS)
5. Sangat tidak setuju
(STS)
Anda diminta untuk memberikan jawaban yang tersedia di samping pertanyaan sesuai dengan jawaban/keadaan anda dengan cara memberi tanda cheklist (√).
140
Efektivitas Auditor Internal (X1) No. Pernyataan 1. Auditor internal harus mempunyai kedudukan yang independen dalam perusahaan. 2. Auditor internal harus mempunyai uraian tugas secara tertulis. 3. Auditor internal harus mempunyai kemampuan terkait dengan proses manual. 4. Auditor internal harus mempunyai dukungan yang kuat dari top manajemen. 5. Auditor internal harus memiliki sumber daya yang professional, capable, objective, integrity dan loyalitas. 6. Auditor internal harus bias bekerja sama dengan akuntan publik. 7. Auditor internal dapat menciptakan struktur pengkajian yang wajar dan pantas. 8. Auditor internal harus memiliki pengetahuan yang cukup. 9. Auditor internal harus melakukan pemeriksaan internnya dengan hati-hati dan menggunakan kemahiran jabatannya. 10. Auditor internal harus mampu melakukan penilaian dan korektif terhadap laporan operasional. 11. Auditor internal dapat menyesuaikan diri dengan keadaan dan lingkungan perusahaan. 12. Auditor internal dapat memfokuskan diri pada area-area yang memilliki risiko tinggi terjadinya fraud. 13. Auditor internal dapat memberikan rekomendasi dilakukannya investigasi yang diperlukan. 14. Auditor internal mampu menyediakan informasi mengenai kecukupan dan efektivitas sistem pengendalian internal perusahaan. 15. Auditor internal harus memiliki kualifikasi auditor yang baik.
STS
TS
N
S
SS
141
Pendeteksian Fraud (X2) No. Pernyataan 1. Dokumen dan sumber transaksi yang tidak lengkap atau palsu. 2. Terdapat kesamaan nama dan alamat antara pembeli dan penerima pembayaran. 3. Terdapat piutang yang jatuh tempo. 4. Terdapat rekonsiliasi yang belum tertulis. 5. Pembayaran dengan bukti transaksi duplikat (salinan). 6. Ayat jurnal yang salah atau tidak sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku. 7. Buku besar yang tidak akurat antara general ledger dengan subsidiary ledger. 8. Terdapat kelemahan dalam pengandalian intern (internal control) 9. Terdapat hubungan kekeluargaan antara manajemen dengan karyawan perusahaan 10. Pendapatan yang meningkat degan arus kas masuk yang menurun. 11. Pendapatan yang meningkat dengan piutang yang menurun. 12. Perusahaan tidak memiliki Komite Audit. 13. Perubahan gaya hidup dan kebiasaan pegawai. 14. Intuisi atasan pegawai atau sesame pegawai melihat kejanggalan atau kecurgaan terhadap perilaku yang tidak biasa. 15. Adanya laporan pengaduan atau keluhan.
STS
TS
N
S
SS
STS
TS
N
S
SS
Good Corporate Governance (Y) No 1
2
Pernyataan Informasi keuangan perusahaan disediakan kepada stockholder untuk membuat keputusan. Pengelola perusahaan dapat bertindak secara mandiri sesuai dengan peran dan fungsi yang dimilikinya.
142
No 3
4
5
6
7 8 9
10
11
12
13
14 15
Pernyataan Perusahaan menempatkan laporan keuangan dan analisa manajemennya di internet. Stockholder diberikan kesempatan untuk menerima dan memeriksa laporan keuangan. Perusahaan memiliki pedoman tertulis mengenai aturan pengungkapan (disclosure). Dapat memastikan bahwa perusahaan taat pada hokum dan peraturan-peraturan perundangan yang berlaku. Perusahaan memiliki pedoman etika dan tingkah laku. Pedoman dan etika tingkah laku tersebut di distribusikan kepada semua karyawan. Terdapat potensi benturan kepentingan antara perusahaan dengan direksi dan komisaris. Perusahaan merasa penting memiliki daftar saham yang dimiliki oleh anggota direksi dan komisaris. Perusahaan selalu menerbitkan laporan keuangan dan analisa manajemennya kepada para analis. Stockholder diberikan kesempatan untuk menerima dan memeriksa laporan keuangan. Terdapat perlakuan yang sama terhadap pemegang saham mayoritas maupun minoritas. Penyajian laporan keuangan yang akurat dan tepat waktu. Terdapat suatu sistem yang menjamin agar manajemen tetap menjaga akuntabilitas kepada stakeholders.
STS
TS
N
S
SS
143
Lampiran 2: Data Mentah Jawaban Responden Efektivitas Peran Auditor Internal (X1) No EPAI1 EPAI2 EPAI3 EPAI4 EPAI5 EPAI6 EPAI7 EPAI8 EPAI9 EPAI10 EPAI11 EPAI12 EPAI13 EPAI14 EPAI15 Total_EPAI Average 1 5 5 4 5 5 4 4 5 5 4 4 4 5 4 4 67 4.47 2 4 4 4 4 4 5 5 4 4 5 5 5 4 4 5 66 4.40 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 3 4 4 3 54 3.60 4 3 3 5 3 3 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 53 3.53 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 5 68 4.53 6 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4 65 4.33 7 4 4 5 3 4 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 53 3.53 8 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 53 3.53 9 5 4 5 5 5 3 4 5 5 4 4 4 4 5 5 67 4.47 10 4 5 4 4 4 4 5 4 4 5 5 5 5 4 4 66 4.40 11 3 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 51 3.40 12 3 5 4 4 3 3 3 5 5 5 4 4 5 2 4 59 3.93 13 4 5 5 5 4 4 4 4 5 5 5 5 4 5 5 69 4.60 14 4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4 5 5 4 4 64 4.27 15 3 3 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 2 4 53 3.53 16 5 5 5 5 5 4 4 5 4 5 5 4 4 5 5 70 4.67 17 3 4 3 3 3 4 3 3 4 4 3 4 4 3 3 51 3.40 18 4 5 5 5 4 5 4 4 5 5 4 5 4 3 5 67 4.47 19 5 4 5 5 5 4 5 5 4 4 5 4 5 5 5 70 4.67 20 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 46 3.07 21 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 4 3 4 51 3.40 22 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 60 4.00 23 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 75 5.00 24 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 4 71 4.73 25 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 47 3.13 26 3 5 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 5 4 3 56 3.73 27 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 5 4 4 63 4.20 28 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 3 3 48 3.20 29 5 5 5 5 4 5 4 5 4 5 5 5 4 5 5 71 4.73 30 3 3 4 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 54 3.60 31 4 4 5 4 4 4 4 5 5 5 4 5 4 5 4 66 4.40 32 5 5 4 5 5 5 5 4 4 4 5 4 5 4 5 69 4.60 33 3 3 4 3 3 3 3 4 4 4 3 4 3 4 3 51 3.40 34 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 3 4 54 3.60 35 4 4 4 5 5 5 5 4 4 4 5 4 4 4 4 65 4.33 36 5 5 5 4 4 4 4 5 5 5 4 5 5 5 5 70 4.67 37 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 3 3 4 4 4 54 3.60 38 3 3 3 4 4 4 4 4 5 4 4 4 3 3 3 55 3.67 39 4 4 4 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 4 4 68 4.53 40 5 5 5 4 4 4 4 5 5 4 4 4 5 5 5 68 4.53 41 3 3 4 4 4 3 3 4 3 3 3 4 4 4 3 52 3.47 42 4 4 5 4 4 4 4 5 5 5 4 4 5 5 4 66 4.40 43 4 5 5 4 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 4 70 4.67 44 4 5 4 4 5 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 64 4.27 45 4 4 3 4 3 4 4 3 4 3 4 3 3 3 4 53 3.53 46 5 4 5 4 4 5 5 5 4 5 5 4 5 5 5 70 4.67 47 4 4 4 4 4 3 3 4 4 5 3 4 3 4 4 57 3.80 48 5 4 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 4 2 5 68 4.53 49 5 5 4 4 4 5 5 4 5 5 5 4 4 4 5 68 4.53 50 3 3 3 3 3 3 3 4 5 5 3 3 3 3 3 50 3.33 51 4 5 3 3 5 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 58 3.87 52 5 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 64 4.27 53 5 4 5 5 4 5 5 5 4 4 5 5 4 5 5 70 4.67 54 5 5 5 5 4 4 4 5 5 5 4 4 5 5 4 69 4.60 55 4 3 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 58 3.87 56 4 5 5 4 5 3 3 4 5 5 3 4 5 5 3 63 4.20 57 4 4 4 5 3 4 4 4 4 3 4 5 4 4 4 60 4.00 58 4 4 3 4 4 3 3 4 3 4 3 4 4 3 3 53 3.53 59 4 3 5 4 4 5 5 4 4 4 5 4 3 4 5 63 4.20 60 5 3 5 4 5 3 3 5 5 5 3 4 3 2 3 58 3.87 61 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 60 4.00 62 5 4 5 4 3 5 5 4 5 4 5 4 5 3 4 65 4.33 63 4 4 4 4 4 4 3 4 5 4 4 4 4 4 4 60 4.00 64 4 5 4 4 4 4 4 5 5 5 4 5 4 5 5 67 4.47 65 4 5 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 3 4 62 4.13 66 4 5 4 3 4 5 4 4 4 4 5 4 5 5 4 64 4.27 67 4 4 4 4 4 4 3 5 4 4 4 4 4 4 5 61 4.07 68 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 60 4.00 69 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 62 4.13 70 3 3 4 3 4 5 4 4 5 4 5 4 5 4 4 61 4.07
144
Pendeteksian Fraud (X2) No PF1 PF2 PF3 PF4 PF5 PF6 PF7 PF8 PF9 PF10 PF11 PF12 PF13 PF14 PF15 Total_PF Average 1 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 64 4.27 2 5 4 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 70 4.67 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 50 3.33 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 55 3.67 5 5 5 4 4 5 4 4 5 5 5 4 5 4 5 4 68 4.53 6 4 4 4 5 4 5 5 4 4 4 5 4 5 4 5 66 4.40 7 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 4 3 4 3 4 51 3.40 8 4 4 3 3 4 3 3 4 4 4 3 4 3 4 3 53 3.53 9 5 5 5 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 66 4.40 10 4 4 4 5 4 5 5 5 4 5 5 4 5 4 5 68 4.53 11 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48 3.20 12 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 5 4 58 3.87 13 5 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5 4 5 4 5 70 4.67 14 5 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 5 5 4 5 66 4.40 15 3 4 2 3 3 3 4 3 4 4 3 4 3 4 3 50 3.33 16 4 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 71 4.73 17 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 4 51 3.40 18 5 5 3 4 5 5 4 4 5 5 4 5 5 4 5 68 4.53 19 4 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 4 4 5 4 69 4.60 20 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 45 3.00 21 4 3 3 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 51 3.40 22 4 4 4 4 5 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 63 4.20 23 5 5 5 5 3 3 5 5 3 5 5 5 5 5 5 69 4.60 24 4 5 5 4 4 4 5 5 4 5 5 4 5 5 4 68 4.53 25 4 3 3 3 5 5 3 5 5 5 3 4 3 3 3 57 3.80 26 4 4 4 3 4 4 4 4 4 5 4 3 4 3 4 58 3.87 27 5 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 5 4 4 4 60 4.00 28 4 3 3 3 5 3 3 5 5 4 3 4 3 3 3 54 3.60 29 4 5 5 5 4 5 5 3 3 4 5 4 5 5 5 67 4.47 30 3 4 4 3 5 4 5 5 4 5 4 4 4 4 4 62 4.13 31 4 4 5 4 4 4 5 5 5 4 4 5 4 5 3 65 4.33 32 5 5 4 5 3 4 3 3 3 3 5 4 4 4 3 58 3.87 33 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 4 3 50 3.33 34 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 57 3.80 35 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 68 4.53 36 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 4 5 4 5 5 71 4.73 37 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 5 4 3 53 3.53 38 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 53 3.53 39 4 5 4 4 5 5 5 4 4 5 5 4 5 4 4 67 4.47 40 5 5 5 5 4 4 4 3 5 4 4 5 4 5 5 67 4.47 41 3 4 4 4 4 3 4 5 4 4 3 4 4 4 4 58 3.87 42 4 5 5 4 4 4 4 4 5 3 4 5 4 5 5 65 4.33 43 5 5 5 5 4 5 5 4 5 4 5 5 4 5 5 71 4.73 44 5 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 63 4.20 45 4 3 3 5 4 3 5 3 3 3 4 3 3 3 3 52 3.47 46 4 5 5 4 5 4 3 4 4 4 5 5 5 5 5 67 4.47 47 4 3 4 4 3 5 4 5 5 5 3 4 3 4 4 60 4.00 48 4 4 2 5 5 4 5 4 4 4 5 5 4 5 5 65 4.33 49 5 4 4 4 5 3 4 3 3 3 5 4 5 4 4 60 4.00 50 3 3 3 4 3 4 3 4 4 4 3 3 3 4 4 52 3.47 51 4 4 3 5 4 5 4 5 5 5 4 3 3 4 4 62 4.13 52 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 62 4.13 53 5 5 5 5 5 4 5 4 3 4 5 5 5 4 5 69 4.60 54 5 5 5 5 4 4 5 4 4 4 4 5 5 4 5 68 4.53 55 3 4 4 5 5 5 4 4 5 5 4 3 4 4 4 63 4.20 56 3 3 5 3 4 5 4 4 4 5 3 4 4 4 4 59 3.93 57 5 4 4 5 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 60 4.00 58 4 3 3 3 4 4 4 4 5 4 3 4 4 4 4 57 3.80 59 4 5 4 4 4 4 4 4 3 4 5 4 4 4 4 61 4.07 60 4 3 2 4 5 5 5 5 5 5 3 4 5 5 5 65 4.33 61 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 3 4 4 60 4.00 62 5 4 3 5 4 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 54 3.60 63 5 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 4 58 3.87 64 5 5 5 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 66 4.40 65 4 4 3 5 4 5 5 5 5 5 4 4 4 5 4 66 4.40 66 4 4 5 4 4 4 5 5 4 4 4 3 3 5 4 62 4.13 67 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 5 64 4.27 68 4 4 4 4 3 4 5 4 3 4 4 3 4 5 4 59 3.93 69 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 62 4.13 70 5 4 4 5 3 5 3 4 4 4 4 4 3 3 4 59 3.93
145
Penerapan Good Corporate Governance (Y) No GCG1 GCG2 GCG3 GCG4 GCG5 GCG6 GCG7 GCG8 GCG9 GCG10 GCG11 GCG12 GCG13 GCG14 GCG15 Total_GCG Average 1 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 67 4.47 2 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 68 4.53 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 52 3.47 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 53 3.53 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 61 4.07 6 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 74 4.93 7 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 59 3.93 8 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 46 3.07 9 5 4 4 5 4 4 4 4 4 5 5 5 5 4 4 66 4.40 10 4 5 5 4 5 5 5 5 4 5 4 4 4 5 5 69 4.60 11 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 4 3 3 4 50 3.33 12 3 4 4 4 4 4 4 4 2 4 5 4 5 3 3 57 3.80 13 4 4 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 4 4 4 68 4.53 14 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 5 4 5 64 4.27 15 3 4 3 4 4 4 4 4 2 3 3 3 4 3 4 52 3.47 16 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 4 5 4 71 4.73 17 3 4 3 3 3 4 4 4 3 3 4 3 3 4 3 51 3.40 18 4 4 4 5 5 4 4 5 3 4 5 4 5 5 4 65 4.33 19 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 73 4.87 20 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 45 3.00 21 4 3 3 4 3 3 4 4 3 4 3 4 3 3 4 52 3.47 22 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 62 4.13 23 5 5 5 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 73 4.87 24 4 5 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 4 70 4.67 25 3 3 5 5 5 3 4 4 3 3 4 3 3 3 4 55 3.67 26 3 4 4 4 5 4 3 4 4 3 5 3 3 3 3 55 3.67 27 4 4 4 3 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 5 62 4.13 28 3 3 5 5 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3 4 54 3.60 29 5 5 3 3 4 5 4 4 5 5 5 5 4 5 4 66 4.40 30 3 5 5 4 5 5 3 5 4 3 3 4 3 4 3 59 3.93 31 5 5 5 5 4 5 5 4 5 4 4 4 4 4 4 67 4.47 32 3 3 3 3 3 3 4 4 4 5 5 4 3 4 5 56 3.73 33 4 3 3 3 3 3 4 5 4 3 4 4 4 4 3 54 3.60 34 4 4 4 4 4 4 3 5 3 4 4 4 4 4 4 59 3.93 35 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 62 4.13 36 4 5 5 5 5 4 5 4 5 5 4 4 4 4 4 67 4.47 37 5 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 5 5 4 3 61 4.07 38 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 4 4 4 5 4 54 3.60 39 5 4 5 5 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 5 66 4.40 40 5 5 5 4 5 4 4 4 5 5 4 3 4 4 4 65 4.33 41 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 56 3.73 42 3 4 5 5 5 4 3 4 5 4 4 5 4 4 4 63 4.20 43 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 3 4 4 5 68 4.53 44 5 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 3 5 4 64 4.27 45 4 4 3 3 3 5 3 4 3 5 4 4 4 4 4 57 3.80 46 3 4 5 4 5 3 5 4 5 4 4 4 4 4 5 63 4.20 47 3 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 54 3.60 48 4 4 4 5 5 5 4 4 2 5 5 4 4 3 5 63 4.20 49 3 5 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 5 5 5 65 4.33 50 5 3 3 3 3 3 3 5 3 4 5 5 4 4 3 56 3.73 51 3 5 4 5 3 4 4 4 3 5 4 3 4 4 4 59 3.93 52 5 5 5 4 4 5 4 5 4 4 5 4 3 3 4 64 4.27 53 5 4 4 4 5 5 4 4 5 5 3 5 5 5 5 68 4.53 54 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4 4 4 4 69 4.60 55 5 3 3 3 3 4 4 3 4 5 3 3 3 3 4 53 3.53 56 4 5 5 4 4 4 5 4 5 3 4 4 4 4 3 62 4.13 57 5 4 4 3 4 4 3 4 4 5 4 4 5 5 4 62 4.13 58 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 5 4 4 3 57 3.80 59 4 3 3 3 4 4 4 5 4 4 4 3 3 4 5 57 3.80 60 4 3 3 4 4 5 5 4 2 4 3 4 4 3 3 55 3.67 61 5 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 5 5 5 4 66 4.40 62 5 4 5 4 3 4 5 4 5 4 5 4 4 5 4 65 4.33 63 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 59 3.93 64 5 5 4 5 4 4 5 5 4 5 5 4 5 4 5 69 4.60 65 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 3 3 4 4 60 4.00 66 4 5 5 4 3 4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 63 4.20 67 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 5 5 4 5 64 4.27 68 5 4 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 4 53 3.53 69 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 5 4 5 5 4 62 4.13 70 3 3 5 4 4 4 4 4 5 3 3 3 4 4 4 57 3.80
146
Lampiran 3: Pengolah Data Dengan SPSS Validitas dan Reliabilitas Efektivitas Peran Auditor Internal (X1) Case Processing Summary N % Valid 70 100.0 a Excluded 0 .0 Total 70 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Cases
Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items .913 15 Item Statistics EPAI1 EPAI2 EPAI3 EPAI4 EPAI5 EPAI6 EPAI7 EPAI8 EPAI9 EPAI10 EPAI11 EPAI12 EPAI13 EPAI14 EPAI15
EPAI1 EPAI2 EPAI3 EPAI4 EPAI5 EPAI6 EPAI7 EPAI8 EPAI9 EPAI10 EPAI11 EPAI12 EPAI13 EPAI14 EPAI15
Mean 61.20
Mean 4.03 4.13 4.17 4.04 4.06 4.04 4.01 4.17 4.20 4.11 4.06 4.11 4.13 3.90 4.03
Std. Deviation .701 .741 .701 .669 .700 .711 .732 .659 .694 .692 .740 .649 .700 .854 .722
Scale Mean if Item Deleted 57.17 57.07 57.03 57.16 57.14 57.16 57.19 57.03 57.00 57.09 57.14 57.09 57.07 57.30 57.17
N 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70
Item-Total Statistics Corrected ItemScale Variance Total if Item Deleted Correlation 44.260 .707 45.082 .575 44.927 .631 45.033 .654 45.805 .534 45.004 .612 44.965 .596 44.869 .685 46.232 .492 45.587 .565 43.573 .740 45.471 .623 45.864 .527 44.271 .559 44.231 .687
Scale Statistics Variance Std. Deviation 51.351 7.166
Cronbach's Alpha if Item Deleted .904 .908 .906 .906 .909 .907 .907 .905 .911 .908 .902 .907 .910 .909 .904
N of Items 15
147
Pendeteksian Fraud (X2) Case Processing Summary N % Valid 70 100.0 a Excluded 0 .0 Total 70 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Cases
Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items .881 15 Item Statistics Mean 4.14 4.09 3.90 4.13 4.06 4.09 4.10 4.09 4.09 4.11 4.04 3.97 4.03 4.10 4.13
PF1 PF2 PF3 PF4 PF5 PF6 PF7 PF8 PF9 PF10 PF11 PF12 PF13 PF14 PF15
PF1 PF2 PF3 PF4 PF5 PF6 PF7 PF8 PF9 PF10 PF11 PF12 PF13 PF14 PF15
Std. Deviation .666 .717 .854 .721 .700 .676 .725 .737 .756 .733 .731 .680 .680 .684 .700
Scale Mean if Item Deleted 56.91 56.97 57.16 56.93 57.00 56.97 56.96 56.97 56.97 56.94 57.01 57.09 57.03 56.96 56.93
Mean 61.06
N 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70
Item-Total Statistics Corrected ItemScale Variance Total if Item Deleted Correlation 39.384 .440 37.304 .649 37.758 .478 38.154 .542 39.275 .426 39.419 .428 37.868 .572 38.347 .505 39.072 .408 37.823 .570 37.145 .654 38.022 .598 38.637 .521 38.273 .563 36.821 .729
Scale Statistics Variance Std. Deviation 43.504 6.596
Cronbach's Alpha if Item Deleted .877 .868 .877 .873 .878 .878 .871 .875 .879 .872 .868 .871 .874 .872 .865
N of Items 15
148
Penerapan Good Corporate Governance (Y) Case Processing Summary N % Valid 70 100.0 a Excluded 0 .0 Total 70 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Cases
Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items .879 15 Item Statistics GCG1 GCG2 GCG3 GCG4 GCG5 GCG6 GCG7 GCG8 GCG9 GCG10 GCG11 GCG12 GCG13 GCG14 GCG15
GCG1 GCG2 GCG3 GCG4 GCG5 GCG6 GCG7 GCG8 GCG9 GCG10 GCG11 GCG12 GCG13 GCG14 GCG15
Mean 60.90
Mean 4.06 4.09 4.10 4.04 4.06 4.09 4.07 4.17 3.99 4.07 4.10 4.01 4.01 4.00 4.04
Std. Deviation .778 .737 .764 .751 .720 .676 .688 .564 .860 .729 .684 .691 .712 .681 .690
Scale Mean if Item Deleted 56.84 56.81 56.80 56.86 56.84 56.81 56.83 56.73 56.91 56.83 56.80 56.89 56.89 56.90 56.86
N 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70
Item-Total Statistics Corrected ItemScale Variance Total if Item Deleted Correlation 37.787 .490 36.501 .677 36.858 .607 38.095 .477 38.076 .504 37.864 .572 38.202 .518 39.128 .515 36.688 .543 37.130 .610 38.974 .425 38.190 .516 37.929 .529 37.946 .556 38.356 .496
Scale Statistics Variance Std. Deviation 43.077 6.563
Cronbach's Alpha if Item Deleted .874 .865 .868 .874 .873 .870 .872 .873 .872 .868 .876 .873 .872 .871 .873
N of Items 15
149
Hasil Pengolahan Data dengan SPSS 20.0 Descriptive Statistics EPAI PF GCG Valid N (listwise)
N Minimum Maximum 70 3.07 5.00 70 3.00 4.73 70 3.00 4.93 70
Mean Std. Deviation 4.0800 .47815 4.0700 .43957 4.0596 .43748
Correlations Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
N
GCG EPAI PF GCG EPAI PF GCG EPAI PF
GCG 1.000 .837 .814 . .000 .000 70 70 70
EPAI .837 1.000 .860 .000 . .000 70 70 70
PF .814 .860 1.000 .000 .000 . 70 70 70 b
Model Summary Adjusted R Model R R Square Square a 1 .857 .734 .726 a. Predictors: (Constant), PF, EPAI b. Dependent Variable: GCG
Std. Error of the Estimate Durbin-Watson .22891 2.282
a
Model 1
Regression Residual
ANOVA Sum of Squares df 9.695 2
Total
3.511
67
13.206
69
Mean Square 4.847
F 92.506
Sig. b .000
.052
a. Dependent Variable: GCG b. Predictors: (Constant), PF, EPAI a
Model 1
Coefficients Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta (Constant)
.633
.258
EPAI .482 PF .359 a. Dependent Variable: GCG
.113 .123
.527 .361
t
Sig.
2.447
.017
4.269 2.924
.000 .005
Collinearity Statistics Tolerance VIF .261 .261
3.836 3.836
150
151
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test N a,b Normal Parameters Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Test Statistic Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. c. Lilliefors Significance Correction. d. This is a lower bound of the true significance.
Unstandardized Residual 70 .0000000 .22557281 .082 .061 -.082 .082 c,d .200
152
Lampiran 4: Surat - Surat Penelitian
153
154
155
156
157
158
159
160
161
162
163
164
165
166
167
168
169
170
171
172
173
174
175
176
177
178
179
180
181
182