PERENCANAAN BISNIS BRIKET TEMPURUNG KELAPA BERBASIS WIRAKOPERASI DI KABUPATEN BOGOR
FITRIA NA’IMATU SA’DIYAH
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perencanaan Bisnis Briket Tempurung Kelapa Berbasis Wirakoperasi di Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juni 2015 Fitria Na’imatu Sa’diyah NIM H34110006
*
Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.
ABSTRAK FITRIA NA’IMATU SA’DIYAH. Perencanaan Bisnis Briket Tempurung Kelapa Berbasis Wirakoperasi di Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh LUKMAN MOHAMMAD BAGA. Bogor mampu menghasilkan kelapa sebanyak 16 208 ton, sehingga akan menghasilkan limbah berupa tempurung kelapa yang banyak. Tempurung kelapa dapat bernilai ekonomi apabila diolah menjadi briket. Akan tetapi karakteristik dari sebagian besar petani kelapa Indonesia hanya memiliki sedikit pohon kelapa, sehingga produksinya rendah dan sulit untuk masuk dalam industri briket secara individu. Oleh karena itu para petani kelapa perlu bergabung dalam usaha berbasis wirakoperasi untuk memasuki industri briket. Para petani kelapa yang menjadi anggota koperasi akan mendapatkan bimbingan dalam mengolah tempurung kelapa menjadi arang. Arang yang dihasilkan petani dijadikan bahan baku pembuatan briket. Target pasar dari produk ini adalah Jepang. Produk ini dijual dengan harga Rp11 829 per kg. Secara finansial bisnis ini memberikan keuntungan jika dilihat dari nilai NPV yang lebih besar dari nol (Rp6.15 Miliar), gros B/C lebih besar dari satu 1.21), dan payback period sebesar 1.46 tahun. Sedangkan secara nonfinansial bisnis ini memberikan manfaat sosial dalam menyejahterakan petani dengan harga arang yang lebih tinggi dari harga pasar serta bagi hasil usaha briket. Kata kunci : investasi, wirakoperasi
ABSTRACT FITRIA NA’IMATU SA’DIYAH. Business Plan of Coconut Shell Charcoal Briquettes Based on Cooperative Entrepreneur in Bogor Regency. Supervised by LUKMAN MOHAMMAD BAGA. Bogor is capable of producing 16 208 tons of coconuts a year, and a big amount of coconut shells. This kind of shells can be a very valuable business commodity when processed into briquette. However the majority of Indonesian coconut farmers have only a little number of coconuts trees, so that the shell production is low and the farmers find it difficult to enter the briquette industry. Therefore, the coconut farmers need to join in the business based on cooperative approach to enter briquette industry.The coconut farmers who become members of the cooperative will get the guidance to process coconut shells into charcoal .The charcoal produced by farmers is used as raw material of making briquette. The market target of briquette will be Japan and the product will be sold at Rp11 829 per kilogram. This business gives financial benefit to the cooperative as the NPV is bigger than zero (Rp6.15 milliards), gross B/C is higher than one (1.21), and payback period is 1.46 years. Nonfinancially, this business gives social benefit to the farmers who are members of the cooperative, because the cooperative buys the farmers’ charcoal in a good price, i.e. higher than the market price. Besides, those farmers will also get share profit from the cooperative. Keywords : cooperative entrepreneur, investment
PERENCANAAN BISNIS BRIKET TEMPURUNG KELAPA BERBASIS WIRAKOPERASI DI KABUPATEN BOGOR
FITRIA NA’IMATU SA’DIYAH
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
Judul Skripsi : Perencanaan Bisnis Briket Tempurung Kelapa Berbasis Wirakoperasi di Kabupaten Bogor Nama : Fitria Na’imatu Sa’diyah NIM : H34110006
Disetujui oleh
Dr Ir Lukman M Baga MA Ec Dosen Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Dwi Rachmina MS Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Judul dari skripsi ini adalah “Perencanaan Bisnis Briket Tempurung Kelapa Berbasis Wirakoperasi di Kabupaten Bogor” yang penelitiannya dilakukan sejak bulan Desember 2015. Penulis mengucapkan terimakasih kepada Dr. Ir. Lukman M. Baga, MA.Ec selaku pembimbing yang telah memberikan banyak saran serta arahan dan bimbingannya. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Mahmudi selaku pemilik CV Mandiri Globalindo dan Bapak Baryono selaku karyawan CV Mandiri Globalindo yang telah memberikan informasi mengenai detail usaha briket tempurung kelapa. Kemudian penghargaan penulis sampaikan kepada staf Badan Pusat Statistik, staf Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, Badan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Kecamatan (Cibungbulang, Ciampea, dan Leuwiliang) yang membantu dalam pengumpulan data sekunder. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh anggota keluarga dan teman-teman atas dukungannya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Bogor, Juni 2015 Fitria Na’imatu Sa’diyah
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
4
Tujuan Penelitian
6
Manfaat Penelitian
6
Ruang Lingkup Penelitian
6
TINJAUAN PUSTAKA
7
Profil dan Peran Wirakop dalam Pengembangan Usaha
7
Peran Wirakop dalam Koperasi
7
Perencanaan Bisnis
8
KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka Pemikiran Operasional METODE PENELITIAN
8 8 18 19
Waktu dan Tempat Penelitian
19
Jenis dan Sumber Data
20
Metode Pengumpulan Data
20
Metode Analisis Data
20
ANALISIS SITUASI BISNIS
24
RENCANA USAHA
28
Asumsi Dasar
28
Gambaran Umum Lokasi Usaha
29
Rencana pada Aspek Pasar dan Pemasaran
30
Rencana pada Aspek Teknik dan Teknologi
35
Rencana Organisasi dan Sumber Daya Manusia
48
Rencana Kemitraan
58
Rencana Manajemen Risiko
61
Rencana Aspek Finansial
63
SIMPULAN DAN SARAN
66
Simpulan
66
Saran
67
DAFTAR PUSTAKA
68
LAMPIRAN
71
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Produksi dan luas areal tiga perkebunan rakyat terbesar di Indonesia Berbagai produk turunan kelapa Luas dan produksi tanaman kelapa di Kabupaten Bogor tahun 2012 Ekspor briket dan produk tersier kayu di Indonesia Ekspor briket tempurung kelapa di India Permintaan briket, batu bara, dan bahan bakar mineral tahun 2014 Kebutuhan bahan baku per bulan Standar mutu briket bedasarkan SNI No.1/6235/2000 Standar mutu briket para konsumen CV Mandiri Globalindo Perbedaan sesudah dan sebelum usaha briket tempurung kelapa berbasis wirakoperasi 11 Rencana biaya investasi unit usaha Tunas Kelapa 12 Rincian biaya tetap unit usaha Tunas Kelapa 13 Rincian biaya modal awal unit usaha Tunas Kelapa
1 2 4 4 31 32 35 36 37 60 63 64 65
DAFTAR GAMBAR
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Alur kerangka pemikiran operasional penelitian Diagram alir proses rencana pasar dan pemasaran Jenis risiko pada perusahaan Gambar kemasan briket Briket tempurung kelapa Alur pasokan bahan baku Diagram proses produksi briket Mesin penepung arang Mesin pengayak Mesin mixer (pengaduk bahan briket) Meja penggerak dan alat pemotong hasil cetakan Mesin pencetak briket Ruangan oven nampak dari luar Kipas besar di dalam oven Kipas kecil di dalam ruangan oven Tungku oven Kompor mawar (pemanas oven) Nampan oven Denah pabrik unit usaha Tunas Kelapa Logo unit usaha Tunas Kelapa Proses pembentukan unit usah Tunas Kelapa Bagan struktur organisasi unit usaha Tunas Kelapa Alur kerja antara koperasi, wirakop, kelompok tani kelap, unit usaha briket, dan investor
19 21 22 33 33 35 38 41 41 42 43 43 44 44 44 45 45 45 48 48 50 51 60
DAFTAR LAMPIRAN
1 Ringkasan eksekutif 2 Biaya investasi perizinan bangunan unit usaha Tunas Muda periode 10 tahun usaha 3 Biaya investasi bangunan pabrik unit usaha Tunas Muda periode 10 tahun usaha 4 Biaya investasi peralatan dan mesin unit usaha Tunas Muda periode 10 tahun usaha 5 Biaya tetap utility kantor unit usaha Tunas Muda periode 10 tahun usaha 6 Biaya tetap administrasi kantor unit usaha Tunas Muda periode 10 tahun usaha 7 Biaya tetap jaminan mutu unit usaha Tunas Muda periode 10 tahun usaha 8 Biaya tetap sarana perlengkapan produksi unit usaha Tunas Muda periode 10 tahun usaha 9 Biaya penyusutan unit usaha Tunas Muda periode 10 tahun usaha 10 Asumsi dalam perhitungan biaya variabel unit usaha Tunas Muda periode 10 tahun usaha 11 Biaya variabel pengiriman barang unit usaha Tunas Muda periode 10 tahun usaha 12 Biaya variabel pengemasan unit usaha Tunas Muda periode 10 tahun usaha 13 Biaya variabel bahan baku unit usaha Tunas Muda periode 10 tahun usaha 14 Biaya variabel secara keseluruhan unit usaha Tunas Muda periode 10 tahun usaha 15 Biaya Tunjangan Hari Raya (THR) per tahun unit usaha Tunas Muda periode 10 tahun usaha 16 Laporan laba rugi tahunan (proyeksi 10 tahun) unit usaha Tunas Muda 17 Laporan arus kas bulanan (proyeksi 1 tahun pertama) unit usaha tunas Tunas Kelapa 18 Laporan arus kas tahunan unit usaha Tunas Kelapa proyeksi 10 tahun 19 Bagi hasil 5 tahun pertama di mulai tahun ke dua pada usaha Tunas Kelapa proyeksi 10 tahun 20 Rincian pengembalian pinjaman kepada investor 21 Bagi hasil 4 tahun selanjutnya pada usaha Tunas Kelapa proyeksi 10 tahun 22 Siklus produksi 1 bulan pertama pada tahun pertama unit usaha Tunas Kelapa
71 72 72 73 73 73 74 74 75 76 76 77 77 78 78 79 80 81 82 82 82 83
1
PENDAHULUAN Latar Belakang
Kelapa merupakan tanaman yang mudah ditemui di Indonesia, baik di daerah pegunungan maupun dataran rendah banyak terdapat pohon kelapa. Pada umumnya pohon kelapa ini merupakan milik rakyat dan bukan merupakan tanaman yang dibudidayakan. Sedangkan tanaman kelapa yang dengan sengaja dibudidayakan dengan luasan lahan tertentu disebut perkebunan kelapa. Lahan yang digunakan sebagai perkebunan kelapa, yaitu sekitar 3 787 283 Ha dengan pertumbuhan sebesar 0.6 persen yang terjadi pada tahun 2013. Selain peningkatan luas lahan yang digunakan untuk perkebunan kelapa, terjadi pula peningkatan produktivitas kelapa sebesar 1.12 persen yang terjadi di tahun 2013 (BPS 2014). Tabel 1 Produksi dan luas areal tiga perkebunan rakyat terbesar di Indonesia Luas Areal (000 Ha) Tahun 2000 2008 2009 2010 2011 2012
Karet
Kelapa
3046 2900 2953 2949 2932 2987
3602 3724 3732 3697 3726 3740
Produksi (000 ton) Minyak Kelapa Kelapa Sawit Karet Kelapa Sawit 1190 1125 2951 1978 2882 2149 3176 6923 3061 1918 3181 7518 3387 2193 3126. 8459 3753 2359.8 3133 8798 4138 2430 3198 9198
Sumber: BPS (2015)
Berdasarkan Tabel 1, Indonesia memiliki posisi penting dalam pengadaan beberapa komoditas perkebunan utama, antara lain kelapa sawit, karet dan kelapa. Kelapa merupakan komoditas perkebunan rakyat terbesar ke-2 setelah kelapa sawit. Akan tetapi jika dilihat dari produktivitasnya, kelapa tergolong rendah yaitu sekitar 50 persen dari potensi produksinyaOleh karena itu produktivitas kelapa masih berpotensi untuk ditingkatkan1. Produktivitas yang belum maksimal ini juga antara lain disebabkan oleh rasa kurang antusias masyarakat terhadap kelapa karena nilai ekonomisnya yang dianggap rendah. Paradigma yang sudah melekat pada masyarakat ini karena jenis produk yang dihasilkan sebagian besar masih produk primer. Sedangkan produk turunan yang dihasilkan serta kegiatan research and development masih sangat terbatas. Padahal kelapa merupakan tanaman yang memiliki manfaat yang sangat banyak seperti yang ada pada Tabel 2. Hampir 1
Notulen Rapat Koordinasi Dewan Kelapa Indonesia (Dekindo) dengan Instansi Terkait tanggal 911 November 2009 [internet]. [Diunduh pada 4 mei 2014]. Tersedia pada: http://kelapaindonesia2020.wordpress.com/organisasi/dewan-kelapa-indonesia/notulen-rakordekindo/
2 semua bagian dari kelapa dapat dimanfaatkan, namun penanganan agribisnis pada komoditas kelapa dengan kapasitas industri pengolahan di Indonesia masih rendah. Tabel 2 Berbagai produk turunan kelapa Bagian pada kelapa Produk yang dihasilkan Pemakai produk Daging kelapa Minyak kelapa, kopra, Industri makanan dan kelapa parut, tepung minuman kelapa, santan pekat,dll Minyak kelapa Produk kao chemical Industri detergen Industri farmasi Industri kosmetik 1. Ampas dapat digunakan Industri makanan ternak untuk makan ternak Desiccated coconut Air kelapa 1. Nata de coco, kecap, Industri makanan/ asam cuka minuman Tempurung 1. Produk kerajinan Industri kecil kerajinan 2. Bahan pengisi pada kayu Industri kayu lapis lapis 3. Bahan baku asbes Industri asbes 4. Obat nyamuk Industri obat nyamuk 5. Arang tempurung Industri ban, farmasi 6. Briket Industri Sabut Produk rumah tangga Masyarakat umum dan industri Sabut berkaret, penyaring Industri mobil dan mebel udara, peredam panas dan peredam suara. 1. Gabus Pot bunga Daun Produk dari helai daun Industri kerajiann berupa kerajinan tangan Batang Akar
Sebagai bahan bangunan, Industri property sebagai bahan kerajinan. Industri kerajinan 1. Obat-obatan, zat warna Industri kemurgi
Sumber : Deperindag (2002)
Penggunaan kelapa pada masyarakat cenderung masih bersifat tradisional yang hanya memanfaatkan air maupun dagingnya saja. Namun, produk sampingan berupa tempurung kelapa biasanya hanya menjadi limbah yang akan dibuang begitu saja. Menurut BPS (2014), pada tahun 2013 produksi kelapa mencapai 3 228 110 ton per tahun. Produk kelapa tersebut akan menghasilkan produk sampingan berupa tempurung kelapa sebanyak 548 778 ton, dengan asumsi berat tempurung sebesar 15–19 persen dari berat kelapanya . Umumnya masyarakat sekitar hanya membuang tempurung kelapa ini. Padahal tempurung ini sebenarnya masih mempunyai nilai ekonomi jika digunakan secara benar. Maka akan sangat disayangkan jika tempurung ini hanya dibuang begitu saja.
3 Daya saing dari arang tempurung kelapa ini cukup tinggi karena mutunya yang baik dan sifatnya yang terbarukan. Selain itu, jika arang ini dibandingkan dengan arang yang terbuat dari kayu bakar arang memberikan kalor yang lebih besar namun menghasilkan asap yang lebih sedikit (Pari et al 2002). Mutunya yang baik membuat permintaan arang mulai meningkat, baik dari dalam maupun luar negeri. Arang yang terbuat dari tempurung kelapa ini dapat diolah lebih lanjut menjadi briket, yaitu arang yang telah dibentuk dan dikemas lebih menarik. Briket kelapa ini dibentuk dengan teknologi pemadatan dalam pemekatan. Dalam proses pemekatan itu sendiri dilakukan penekanan hingga produk mempunyai sifat yang kompak (high bulk density), mengandung sedikit air, mempunyai ukuran, dan sifat yang sama (Sutiyono 2007) Sifat dari briket tempurung kelapa yang terbarukan menjadi salah satu keunggulan dari produk ini yang dapat menjadi energi alternatif bagi masyarakat. Briket ini juga dapat mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar yang berasal dari minyak bumi seperti gas dan minyak tanah. Selain itu dengan tingginya harga minyak bumi di pasar global membuat daya saing briket tempurung kelapa meningkat sebagai bahan bakar yang ramah lingkungan. Permintaan briket tempurung kelapa datang dari luar negeri, antara lain Saudi Arabia, Eropa dan Korea Selatan. Permintaan yang datang dari Eropa sekitar 50 000 ton per tahun, namun Indonesia belum mampu untuk memenuhi semuanya. Indonesia hanya mampu menyuplai sebanyak 10 000 ton per tahun2. Permintaan yang banyak dari luar negeri karena musim dingin yang ada di negara tersebut, sehingga mereka membutuhkan briket tempurung kelapa sebagai bahan bakar pemanas ruangan. Selain itu, briket ini juga sering digunakan sebagai bahan bakar pada alat pemanggang daging yang sering digunakan di luar negeri. Keadaan over demand ini menjadi peluang yang sangat baik untuk melakukan bisnis di bidang ini. Walaupun peluang pasar akan bisnis briket tempurung kelapa ini besar, namun belum banyak orang yang berani untuk menjalankan bisnis ini. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi seperti modal yang besar yang dibutuhkan dan ketidaktahuan informasi peluang pasar. Selain itu sangat jarang sekali usaha briket yang sudah ada merupakan usaha yang didirikan oleh petani kelapa. Hal ini karena petani kelapa di Indonesia rata-rata merupakan petani yang hanya memiliki beberpa pohon kelapa saja, sehingga tidak ada keinginan untuk mengolahnya lebih lanjut agar mendapatkan nilai ekonomis yang lebih tinggi. Sebagian besar dari petani kelapa hanya mejual hasil kelapa secara utuh maupun digunakan sendiri. Oleh karena itu sangat dibutuhkan wirakop (wirausaha koperasi) yang dapat merangkul para petani untuk dapat terjun dalam usaha ini. Wirakop merupakan orang yang dapat bertindak inovatif dalam melihat peluang yang dapat dimanfaatkan demi kebermanfaatan bersama. Selain itu, seorang wirakop dalam menjalankan kegiatannya berpedoman pada nilai-nilai dalam koperasi yaitu oleh anggota dan untuk anggota. Sehingga wirakop harus dapat membuat anggota dari koperasi berperan aktif dalam pelaksanaan usaha di dalam koperasi tersebut. Seorang wirakop juga berperan dalam meyakinkan masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam peningkatan nilai dari produk tersebut. 2
Anonim, Tentang Briket Batok Kelapa. 2013. [internet]. [diakses pada 21 Desember 2014]. Tersedia pada : arangbriket.com/tentang-briket-arang-batok-kelapa/
4 Perumusan Masalah Kabupaten Bogor mempunyai potensi yang cukup besar dalam menghasilkan kelapa, karena pada tahun 2012 mampu menghasilkan kelapa sebanyak 16 208 ton per tahun seperti data pada Tabel 3. Produksi kelapa yang besar membuat tempurung kelapa yang dihasilkan juga dalam jumlah yang besar. Tempurung kelapa ini dapat diubah menjadi barang bernilai ekonomi tinggi, apabila dilakukan penambahan nilai dengan cara mengubahnya menjadi briket kelapa.
Tabel 3 Luas dan produksi tanaman kelapa di Kabupaten Bogor tahun 2012 Kecamatan Rumpin Leuwiliang Leuwisadeng Pamijahan Cibungbulang Ciampea Kalapa nunggal Lainnya Total Kabupaten Bogor
Luas (Ha) 404.10 466.56 335.82 332.10 463.41 485.76 367.95 3 870.91 6 726.61
Kelapa Produksi (Ton) 997.65 1059.68 724.75 777.78 983.03 1167.88 923.22 9 574.41 16 208.4
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor (2013)
Permintaan briket mempunyai kecenderungan yang terus meningkat, terutama di pasar internasional seperti pada Tabel 4. Walaupun data tersebut tidak hanya terdiri atas ekspor briket, namun setidaknya dapat mewakili data tentang potensi pasar dari briket. Briket pada data tersebut bukan briket tempurung kelapa tetapi briket yang terbuat dari kayu. Akan tetapi dapat diasumsikan bahwa briket tempurung kelapa dapat menggantikan briket kayu sehingga data ini digunakan untuk melakukan pendekatan dalam melihat peluang pasar.
Tabel 4 Ekspor briket dan produk tersier kayu di Indonesia Tahun Nilai (US$) Kuantitas (Kg) 2008 751 914 2 277 801 2009 686 758 2 706 146 2010 569 236 3 160 187 2011 604 227 3 657 225 2012 7 738 936 55 420 080 Sumber : Badan Pusat Statistik (2014)
5 Pada dasarnya briket tempurung kelapa memiliki kelebihan dibandingkan briket kayu, yaitu panas yang tinggi dan kontinyu sehingga baik untuk pembakaran yang lama dan ramah lingkungan. Adanya kelebihan tempurung kelapa dan permintaan yang banyak briket, membuat usaha ini masih mempunyai peluang besar untuk berkembang. Namun, belum banyak perusahaan briket tempurung kelapa di Indonesia, yang dibuktikan dengan belum tercatatnya briket kelapa menjadi komponen tersendiri pada data di Badan Pusat Statistik. Hal ini berarti belum banyak produksi briket tempurung kelapa yang dihasilkan di Indonesia. Petani kelapa kurang tertarik dengan bisnis ini, diduga karena kurangnya informasi yang diperoleh peluang usaha, serta keterbatasan sumberdaya modal usaha yang dimiliki. Selain itu, dalam menjalankan bisnis ini dibutuhkan banyak input tempurung kelapa, sedangkan kuantitas tempurung kelapa yang dimiliki oleh individu petani masih jauh dari persyaratan tersebut. Sehingga untuk dapat memasuki industri briket tempurung kelapa perlu adanya perencanaan bisnis berbasis wirakoperasi. Bisnis dengan sistem wirakoperasi adalah usaha yang dilakukan secara bergotong-royong dengan dipimpin oleh seorang wirakop. Wirakop merupakan orang yang memiliki prinsip koperasi dalam mengembangkan suatu bisnis. Wirakop sangat dibutuhkan sebagai perantara antara petani-petani yang memiliki produksi kelapa yang relatif sedikit dan usaha pengelolaan tempurung kelapa. Adanya sistem wirakoperasi yang diterapkan membuat pembangunan usaha berpegang teguh pada prinsip koperasi, yaitu mengutamakan anggota (petani kelapa). Para anggota ini dapat bekerja secara bersama dan terakumulasi dalam mengelola produk kelapa agar mendapatkan harga jual yang lebih kompetitif dibandingkan dengan menjual secara individu. Tidak hanya itu dengan sistem wirakoperasi maka komoditas penting ini dapat menembus pasar ekspor dengan tata cara dan alur bisnis yang benar dan menguntungkan. Perencanaan bisnis ini diperlukan oleh seorang wirakop untuk menjadi pedoman dalam pelaksanaan bisnis yang akan dijalankan. Penyusunan sebuah rencana bisnis merupakan satu tahap penting dalam pendirian setiap bisnis. Dalam mendirikan suatu usaha diperlukan rencana yang baik. Dengan perencanaan yang baik, keuntungan yang akan dicapai dapat diperkirakan dan hambatan yang mungkin akan dihadapi dapat diantisipasi. Rencana yang telah dibuat tersebut dapat membuat seorang wirakop memiliki gambaran yang jelas dan tegas terhadap sesuatu yang akan dikerjakan. Hasil dari peningkatan harga karena penambahan nilai dalam tempurung kelapa akan membuat petani memiliki daya tawar, motivasi, etos kerja, kualitas dan kuantitas akan tanamannya yang semakin meningkat. Secara otomatis akan menimbulkan efek positif yaitu terciptanya supply chain antara pemasok, industri, dan pasar. Hal ini tentunya akan sulit terwujud jika para petani melakukan produksi dan pemasaran briket secara individu dengan skala yang kecil. Diharapkan dengan penerapan wirakoperasi dapat mengembangkan potensi usaha yang ada, baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia. Wirakop pada sistem wirakoperasi berfungsi sebagai pemimpin para petani dalam melihat peluang usaha yang ada sehingga dapat membangkitkan kemauan petani untuk meningkatkan produktivitasnya.
6 Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Tahapan apa saja yang harus dilakukan dalam merancanakan usaha bisnis briket tempurung kelapa berbasis wirakoperasi ? 2. Apakah keuntungan bisnis briket tempurung kelapa dengan menggunakan konsep wirakoperasi di Kabupaten Bogor ?
Tujuan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan harapan dapat mencapai tujuan sebagai berikut: 1. Merumuskan tahapan dalam merencanakan usaha bisnis briket tempurung kelapa berbasis wirakoperasi. 2. Menganalisis keuntungan yang dapat diperoleh pada usaha briket tempurung kelapa yang berbasis wirakoperasi.
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi beberapa pihak seperti : 1. Bagi petani Penelitian ini diharapkan mampu membantu petani dalam meningkatkan kesejahteraannya karena penambahan pendapatan dari usaha briket dari tempurung kelapa ini. 2. Bagi penulis Penelitian ini diharapkan mampu untuk meningkatkan kesadaran peneliti akan pentingnya sistem wirakoperasi dalam suatu usaha. Penelitian ini juga dapat memberikan peningkatan kreativitas dalam bisnis di bidang pertanian 3. Bagi akademis Penelitian ini diharapkan mampu mejadi acuan ataupun perbandingan untuk penelitian mendatang. 4. Bagi investor Dengan adanya penelitian ini investor jadi mengetahui akan potensi dan peluang usaha briket tempurung kelapa.
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini membahas mengenai peluang dan potensi usaha briket dari tempurung kelapa yang berbasis wirakoperasi. Perencanaan bisnis yang akan dilakukan berupa pengolahan limbah tempurung kelapa menjadi briket yang disesuaikan dengan permintaan pasar luar negeri. Data yang digunakan untuk mengestimasikan input diperoleh dari data produksi kelapa di beberapa kecamatan di Kabupaten Bogor. Pembahasan dalam perencanaan bisnis ini hanya mencakup
7 bisnis briket tempurung kelapa yang diasumsikan sebagai salah satu unit usaha milik koperasi. Tidak dijelaskan secara lebih rinci mengenai anggaran untuk mengadakan petani dan sosialisasi kepada petani karena proses ini di bawah manajemen koperasi, sehingga masuk dalam keuangan koperasi pula. Perencanaan ini akan membahas beberapa aspek seperti aspek pasar, aspek teknis dan produksi, aspek operasional, aspek kerjasama kooperatif, aspek risiko, dan aspek keuangan.
TINJAUAN PUSTAKA Profil dan Peran Wirakop dalam Pengembangan Usaha Dalam penelitian yang dilakukan oleh Baga (2011) yang berjudul Profil dan Peran Wirakoperasi dalam Pengembangan Agribisnis menyatakan bahwa wirakoperasi merupakan wirausaha dengan karakteristik yang khusus. Karakter khusus ini karena peran sebagai wirakoperasi lebih kompleks dibandingkan dengan peran wirausaha pada umumnya. Wirakoperasi selain berusaha untuk dirinya sendiri, dia juga berusaha untuk para petani yang mengikutinya. Penelitian ini dilakukan di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Daerah Istimewa Yogyakarta dengan responden sebanyak 13 orang. Hasil dari penelitian ini adalah jumlah responden yang termasuk ke dalam orang yang mempunyai jiwa koperasi hanyalah 3 orang. Responden ini dianggap mempunyai jiwa koperasi karena memiliki karakter dengan locus of control yang sangat internal, mempunyai need for achievement yang tinggi, sikap altruisme yang tinggi, perilaku kepemimpinan yang efektif dengan orientasi pada tugas dan kesejahteraann manusia secara seimbang. Dengan adanya karakter yang kuat ini diharapkan mampu membantu pengembangan sektor agribisnis Indonesia. Hal ini karena pengembangan agribisnis di Indonesia akan sulit jika dilakukan secara individu dengan kualitas sumberdaya manusia yang belum memadai dan sumber daya modal yang tidak memungkinkan.
Peran Wirakop dalam Koperasi Penelitian terkait wirakoperasi telah dilakukan oleh Baga (2011) yang berjudul Peran Wirakoperasi dalam Pengembangan Sistem Agribisnis dengan mengambil studi kasus Koperasi Peternak Bandung Selatan (KPBS). Koperasi ini terbentuk karena upaya dalam melawan tengkulak dan peternak yang dominan. Koperasi ini didirikan oleh dokter hewan lulusan dari Institut Pertanian Bogor (IPB) yang bernama Daman Danuwidjaja dengan mengajak peternak susu di daerah Bandung Selatan. Daman ini merupakan tokoh wirakop yang mengupayakan peningkatan kesejahteraan peternak dengan melalui koperasi. Dalam usahanya membangun kesejahteraan peternak, Daman juga menjalin hubungan dengan koperasi susu lainnya dan membangun Gabungan Koperasi
8 Susu Indonesia (GKSI). GKSI ini dibangun dengan tujuan membantu koperasi susu yang ada untuk lebih berkembang. Adanya koperasi susu membuat peternak yang menjadi anggotanya mendapatkan beberapa keuntungan seperti mudahnya informasi peningkatan produktivitas. Peningkatan produktivitas terjadi karena adanya pengajaran inseminasi buatan dan pemeliharaan kesehatan ternak yang telah diajarkan kepada peternak. Selain itu adanya penggunaan teknologi peternakan modern seperti pengolahan pasteurisasi juga membantu peternak dalam meningkatkan kualitas susu dan daya saing mereka.
Perencanaan Bisnis Penelitian yang dilakukan oleh Wibowo (2011) mengenai Rencana Bisnis Industri Manisan Stroberi mengemukakan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap rencana bisnis untuk usahatani dan agroindutri stroberi meliputi jumlah permintaan, produk unggulan, lokasi usaha, rencana kebutuhan produksi, dan kelayakan finansial seperti net present value (NPV), break event point (BEP) , B/C ratio, serta pay back periode (PBP). Untuk mempermudah dalam menganalisis faktor-faktor yang ada dan melakukan pengambilan keputusan yang cepat dan tepat, maka diperlukan suatu rencana bisnis yang lengkap dan akurat. Hasil daripada penelitian ini adalah sebuah rencana bisnis Rancang Bangun Business Plan untuk Agroindustri Stroberi yang terdiri atas profil perusahaan, visi dan misi perusahaan, deskripsi produk, strategi usaha, aspek teknis, aspek bisnis, dan aspek pembiayaan. Sebelum dilakukan perincian biaya, terlebih dahulu menentukan asumsi-asumsi. Asumsi-asumsi finansial yang digunakan seperti umur ekonomis usaha, biaya-biaya operasional, kapasitas produksi, dan jumlah produk yang dijual. Rancangan bisnis ini dapat dimanfaatkan oleh para pelaku agroindustri stroberi, koperasi, lembaga keuangan, calon investor, dan pemerintah dalam menyusun rencana bisnis mengenai usaha yang akan dijalankan, dalam hal ini khususnya adalah agroindustri stroberi.
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Definisi Cooperative Enterpreneur (Wirakoperasi) Baga (2003) mendefinisikan wirakoperasi sebagai suatu konsep baru dalam pengembangan koperasi. Wirakoperasi seharusnya lahir dari kalangan insan koperasi, yaitu orang yang memahami dan menghayati benar hakekat, prinsipprinsip koperasi serta berupaya untuk mengembangkannya secara konsisten.
9 Seorang wirakoperasi juga harus mampu meyakinkan masyarakat untuk mau ikut berpartisipasi dalam peningkatan nilai dari produk tersebut Menurut hasil seminar nasional tentang kurikulum kewirausahaan koperasi di Kampus Institut Koperasi Indonesia Bandung pada tahun 1993 yang dijelaskan dalam Hendar (2010), kewirakoperasian merupakan istilah baku dari kewirausahaan koperasi yang artinya suatu sikap mental positif dalam berusaha secara kooperatif dengan mengambil prakarsa inovatif serta keberanian mengambil risiko dan berpegang teguh pada prinsip koperasi dalam mewujudkan terpenuhinya kebutuhan nyata serta peningkatan kesejahteraan bersama. Sedangkan orang yang memiliki jiwa kewirakoperasian disebut dengan wirakop. Setiap wirakop bertujuan memenuhi kebutuhan anggota koperasi dan meningkatkan kesejahteraan bersama, sehingga seorang wirakop harus dapat menyeimbangkan kepentingan anggota, perusahaan koperasi, karyawan, dan masyarakat sekitar.
Tugas Wirakop Mengacu pada dimensi orientasi kewirausahaan menurut Hendar (2010) mengenai tugas seorang wirakoperasi adalah sebagai berikut. 1. Meningkatkan pembelajaran dengan mencari, mengumpulkan, dan memanfaatkan pengetahuan secara terus menerus. 2. Meningkatkan prestasi atau kinerja organisasi koperasi. 3. Membangun kemandirian koperasi dengan mengurangi ketergantungan terhadap pihak lain, termasuk pemerintah. 4. Meningkatkan keunggulan bersaing. 5. Menciptakan suatu yang baru, seperti produk, pasar, proses, dan logistik yang baru. 6. Mengambil keputusan-keputusan penting pada tingkat risiko tertentu yang diperhitungkan. 7. Mencari dan menemukan peluang-peluang bisnis yang menguntungkan bagi koperasi.
Landasan Pelaksanaan Usaha dalam Koperasi Berikut merupakan beberapa isi Undang- Undang Nomor 17 Tahun 2012 yang menjadi landasan akan kegiatan dalam koperasi. 1. Organisasi a) Jenis koperasi hanya 4 (empat) yaitu; produsen, konsumen, koperasi simpan pinjam dan jasa lainnya (pasal 83). b) Pencantuman jenis koperasi dalam anggaran dasar koperasi (pasal 82). c) Koperasi dapat menjalankan usaha atas dasar prinsip ekonomi syari’ah (pasal 87, ayat 3). d) Koperasi simpan pinjam dilarang berinvestasi pada usaha sektor riil (pasal 93, ayat 5). e) Koperasi simpan pinjam harus memperoleh izin usaha dari
10 menteri (pasal 88). 2. Kelembagaan a) Rapat Anggota Rapat anggota untuk mengesahkan pertanggungjawaban pengurus diselenggarakan paling lambat lima bulan setelah tahun buku koperasi ditutup (pasal 36, poit 1 ayat 2). Undangan kepada anggota untuk menghadiri rapat anggota di kirim oleh pengurus paling lambat 14 hari sebelum rapat anggota diselenggarakan (pasal 34, ayat 4). Undangan juga meliputi pemberitahuan bahwa bahan yang akan di bahas dalam rapat anggota tersedia di koperasi. (pasal 34, ayat 5). b) Pengawas Pengawas, pengurus, dan pengelola harus memiliki standar kompetensi (pasal 92). Pengawas mengusulkan dan memberhentikan (sementara) pengurus (pasal 50). Pengawas mengusulkan calon pengurus (pasal 50, ayat 1 poin a). Memberhentikan pengurus untuk sementara waktu dengan menyebutkan alasannya (pasal 50, ayat 2 poin e). c) Pengurus Pengawas, pengurus, dan pengelola harus memiliki standar kompetensi (pasal 92). Pengurus dipilih dari orang perseorangan, baik anggota maupun non anggota (pasal 55). Pengurus dipilih dan diangkat pada rapat anggota atas usul pengawas (pasal 56, ayat 1 ). Gaji dan tunjangan setiap pengurus di tetapkan oleh rapat anggota atas usul pengawas (pasal 57). 3. Keanggotaan dan Permodalan a) Keanggotaan Keanggotaan koperasi bersifat terbuka (pasal 26, ayat 3). Keanggotaan koperasi tidak bisa dipindahtangankan (padal 28, ayat 2). Koperasi simpan pinjam wajib mendaftarkan nonanggota menjadi anggota koperasi paling lambat tiga bulan sejak berlakunya undangundang ini (pasal 123). b) Permodalan Modal awal terdiri atas setoran pokok dan sertifikat modal koperasi (pasal 66, ayat 1). Selain modal awal : (i) hibah; (ii) modal penyertaan; (iii) modal pinjaman yang berasal dari anggota, koperasi lainnya, bank dan lembaga keuangan lainnya, penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya, pemerintah dan pemerinrah daerah (pasal 66, ayat 2). Setoran pokok tidak dapat dikembalikan (pasal 67). Setiap anggota koperasi harus membeli sertifikat modal koperasi yang jumlah minimumnya ditetapkan dalam anggaran dasar (pasal 68, ayat 1).
11 Koperasi harus menerbitkan sertifikat modal koperasi dengan nilai nominal per lembar maksimum sama dengan nilai setoran pokok (pasal 68, ayat 2). Pembelian sertifikat modal koperasi dalam jumlah minimum sebagaimana dimaksud pada ayat 1, merupakan tanda bukti penyertaan modal anggota di koperasi (pasal 68, ayat 3). Sertifikat modal koperasi tidak memiliki hak suara (pasal 69, ayat 1). Sertifikat modal koperasi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dikeluarkan atas nama (pasal 69, ayat 2). Nilai nominal sertifikat modal koperasi harus dicantumkan dalam mata uang Republik Indonesia (pasal 69, ayat 3). Penyetoran atas sertifikat modal koperasi dapat dilakukan dalam bentuk uang dan atau dalam bentuk lainnya yang dapat dinilai dengan uang (pasal 69, ayat 4). Dalam hal penyetoran atas sertifikat modal koperasi dalam bentuk lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat, dilakukan penilaian untuk memperoleh nilai pasar wajar (pasal 69, ayat 5). Koperasi dapat menerima modal penyertaan dari: (i) pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, dan atau (ii) masyarakat berdasarkan perjanjian penempatan modal penyertaan (pasal 75 ayat 1). Pemerintah dan atau masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berhak mendapat bagian keuntungan yang diperoleh dari usaha yang dibiayai dengan modal penyertaan (pasal 75 ayat 4). Perjanjian penempatan modal penyertaan dari masyarakat sebagaimana dimaksud dalam pasal 75 ayat 1 b sekurang-kurangnya memuat: (i) besarnya modal penyertaan, (ii) risiko dan tanggung jawab terhadap kerugian usaha, (iii) pengelolaan usaha, dan (iv) hasil usaha (pasal 76). 4. Sisa Hasil Usaha (SHU) a) Mengacu pada ketentuan anggaran dasar dan keputusan rapat anggota, surplus hasil usaha disisihkan terlebih dahulu untuk dana cadangan dan sisanya digunakan seluruhnya atau sebagian untuk: (i) anggota sebanding dengan transaksi usaha yang dilakukan oleh masing-masing anggota dengan koperasi, (ii) anggota sebanding dengan sertifikat modal koperasi yang dimiliki, (iii) pembayaran bonus kepada pengawas, pengurus, dan karyawan koperasi, (iv) pembayaran kewajiban kepada dana pembangunan koperasi dan kewajiban lainnya, dan atau (v) penggunaan lain yang ditetapkan dalam anggaran dasar (pasal 78, ayat 1). b) Koperasi dilarang membagikan kepada anggota surplus hasil usaha yang berasal dari transaksi dengan nonanggota (pasal 78, ayat 2). c) Surplus hasil usaha yang berasal dari nonanggota sebagaimana dimaksud pada ayat 2, dapat digunakan untuk mengembangkan usaha koperasi dan meningkatkan pelayanan kepada anggota (pasal 78, ayat 3)
12 Perencanaan Bisnis Perencanaan bisnis merupakan pedoman untuk mempertajam rencana yang diharapkan berjalan dari sebuah usaha, karena perencanaan bisnis dapat menentukan posisi perusahaan saat ini, menentukan arah tujuan perusahaan, dan cara mencapai sasaran perusahaan. Perencanaan bisnis juga dapat dibuat untuk mendapatkan dana dalam menjalankan usaha dari pihak ketiga seperti pihak perbankan, investor, lembaga keuangan, dan sebagainya. Perencanaan bisnis dapat dimulai dengan gambaran umum rencana bisnis yang akan dijalankan, kemudian dilanjutkan dengan kondisi perusahaan saat ini, penjelasan mengenai produk yang akan dihasilkan oleh perusahaan, kondisi terkini dari pasar, manajemen, keuangan, operasional, dan lampiran-lampiran yang dibutuhkan. Rincian tersebut nantinya akan digunakan sebagai alat dalam menyusun strategi yang baik untuk mengembangkan usaha dimasa yang akan datang (Rangkuti 2005) Menurut Solihin (2007), perencanaan bisnis adalah cetak biru suatu bisnis yang dilengkapi dengan analisis dan konsep untuk menerapkan perubahanperubahan agar usaha lebih menguntungkan. Perencanaan bisnis juga digunakan untuk memanfaatkan peluang usaha yang ada (business opportunities) yang ada pada lingkungan eksternal dari perusahaan. Perencanaan bisnis juga dapat menjelaskan keunggulan bersaing (competitive advantage) suatu usaha yang kemudian dapat mengarahkan kepada langkah yang harus dilakukan untuk membuat bentuk usaha yang nyata.
Tujuan Perencanaan Bisnis Perencanaan yang baik terhadap suatu usaha dapat menjadikan pengusaha lebih siap dalam menghadapi risiko yang akan dihadapi dan juga dapat mendorong rasa percaya diri yang tinggi dan rasa optimis yang tinggi untuk sukses terhadap usaha yang dikelolanya (Suharyadi et al 2007). Menurut Pinson (2007), terdapat tiga tujuan utama dalam menulis sebuah rencana bisnis, yaitu: 1) sebagai panduan, 2) sebagai dokumentasi, 3) sarana memperluas ke pasar luar negeri. Sebagai panduan Salah satu tujuan dari penulisan rencana bisnis adalah untuk mengembangkan suatu panduan yang dapat diikuti dalam sepanjang usia bisnis. Perencanaan bisnis dapat memberikan informasi yang rinci mengenai semua aspek perusahaan pada masa lalu dan masa sekarang, serta memproyeksikannya pada masa yang akan datang yang dapat digunakan sebagai acuan dan pedoman dalam menentukan tindakan. Namun pada bisnis yang baru akan dilaksanakan tidak memiliki informasi masa lalu sehingga hanya dapat menggunakan informasi yang ada untuk memproyeksikannya dan menjadikannya sebagai garis besar pelaksanaan usaha dimasa yang akan datang. Rencana yang akan diberikan kepada pihak pemberi dana dapat terus diperbarui dengan berjalannya waktu, sehingga perencanaan diberikan menggunakan loose-leaf binder. 1.
13 2.
Sebagai dokumentasi pendanaan Perencanaan bisnis dapat digunakan sebagai dokumentasi pendanaan karena dalam perencanaan bisnis akan dijelaskan mengenai cara perusahaan mengatur arus kas sehingga dapat mamajukan usaha dan meningkatkan laba. Dari laporan keuangan yang dicatat pada laporan keuangan masa lalu, sekarang, dan proyeksi yang dilakukan juga dapat membantu menimbulkan rasa percaya para pemberi pinjaman karena dapat memberi alasan bahwa pengusaha dapat membayar pinjaman dan bunga tepat waktu. Laporan keuangan dalam perencanaan bisnis juga dapat berguna bagi para investor untuk memperkirakan uangnya dapat meningkatkan kekayaan bersih serta mendapatkan laba penanaman investasi yang dilakukan. Pengusaha harus dapat memberikan informasi yang terpercaya dan beralasan untuk dapat membuat investor dan pemberi pinjaman percaya. 3.
Memperluas ke pasar luar negeri Jika usaha yang dijalankan berskala internasional, maka perencanaan bisnis ini akan menggunakan informasi yang ada untuk menganalisis pangsa pasar di luar negeri. Dengan begitu dapat dinilai pantas atau tidaknya bisnis ini dikembangkan dengan skala internasional. Perencanaan bisnis juga dapat menjadi penuntun pada cara-cara untuk mengembangkan bisnis tersebut agar mampu bersaing secara global.
Isi Perencanaan Bisnis Perencanaan bisnis digunakan sebagai peta konsep dari berjalannya suatu bisnis. Selain itu, perencanaan bisnis yang dibuat juga harus dapat memproyeksikan usaha dalam jangka panjang. Menurut Solihin (2007), sebuah perencanaan bisnis harus mencakup 7 pokok elemen yaitu ringkasan eksekutif, uraian gambaran umum usaha, rencana pasar dan pemasaran, rencana teknik dan teknologi, rencana keuangan, rencana manajemen dan organisasi, serta rincian mengenai risiko yang mungkin dialami oleh perusahaan. Ringkasan Eksekutif Ringkasan eksekutif merupakan rangkuman yang berisi tentang tujuan usaha, strategi usaha, tujuan penyusunan rencana bisnis, uraian umum usaha, rencana pemasaran, rencana produksi, rencana keuangan, dan risiko-risiko di masa depan. Namun dalam pembahasan pada rangkuman ini tidak dilakukan secara meluas, hanya inti dari masing-masing subbab dalam pembahasan saja yang akan dicantumkan. Ringkasan umum juga harus ditulis secara terarah alurnya dan juga singkat, sehingga memudahkan dalam memahami isi dari perencanaan bisnis tersebut. 1.
2.
Gambaran Umum Usaha Gambaran umum usaha akan menjelaskan tentang usaha yang akan dijalankan, termasuk menjelaskan produk barang atau jasa yang akan dihasilkan oleh perusahaan. Tujuan dan strategi dalam mencapai tujuan yang ditetapkan juga dituliskan dalam gambaran umum. Selain itu akan dipaparkan juga mengenai perkembangan usaha saat penulisan perencanaan bisnis dilakukan dan juga proyeksi kedepannya yang dikaitkan dengan tujuan dan strategi perusahaan.
14 Kemudian dalam penjelasannya juga dijabarkan tentang target pasar, competitive advantage, tempat usaha didirikan, tokoh kunci sebagai pelaksana, badan usaha, dan juga bidang fungsional manajemen yang akan dijalankan. 3.
Perencanaan Aspek Pemasaran Menurut Kasmir (2006), pasar dapat diartikan sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli dalam melakukan transaksi. Dalam pengertian yang berbeda, pasar merupakan himpunan pembeli nyata dan pembeli potensial atas suatu produk. Pengetahuan mengenai informasi pasar harus lengkap agar dapat dilakukan perencanaan pemasaran. Informasi yang dibutuhkan mengenai besarnya pasar sekarang dan perkiraan yang akan datang. Pasar dan pemasaran merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Pemasaran adalah suatu kegiatan yang berkelanjutan dalam mengalirkan barang maupun jasa dari produsen sampai konsumen atau pengguna akhir (Cramer dan Jensen dalam Asmarantaka 2012). Dalam merencanakan aspek pemasaran akan mendeskripsikan cara untuk memasukan produk ke dalam pasar dan agar mampu bersaing di dalamnya. Hal yang perlu diperhatikan dalam menganalisis aspek pasar dan pemasaran adalah permintaan akan produk, dulu dan sekarang, komposisi permintaan tiap segmen pasar, kecenderungan perkembangan permintaan, proyeksi permintaan produk pada masa yang akan datang, serta seberapa besar porsi permintaan yang dapat dipenuhi (Sutojo 2000). Setelah analisis aspek pasar dan pemasaran, maka diperlukan pula strategi pemasaran dalam menyusun perencanaan aspek pemasaran yang baik. Menurut Asmarantaka (2012), strategi pemasaran adalah upaya dalam memadukan semua kegiatan dan sumber daya yang ada untuk memenuhi keinginan konsumen agar produsen mendapatkan laba. Salah satu strategi pemasaran yang terkenal adalah bauran pemasaran (marketing mix). Bauran pemasaran ini terdiri atas produk, harga, promosi, dan tempat (Downey dan Ericson dalam Asmarantaka 2012). Sebelum menentukan bauran pemasaran yang akan digunakan, maka perusahaan harus terlebih dahulu menganalisis segmenting, targeting, dan positioning dari ide bisnis yang akan dikembangkan. Segmentasi pasar merupakan pembagian pasar ke dalam beberapa kelompok pembeli yang berbeda yang memungkinkan mereka membutuhkan produk yang berbeda pula (Kasmir 2006). Menurut Kotler dalam Kasmir (2006), variabel yang penting dalam menentukan segmentasi pasar adalah sebagai berikut. a) Segmentasi berdasarkan geografik, pembagian pasar yang dilakukan dengan menjual produk kepada konsumen yang dilihat dari segi cakupan daerahnya, yaitu seperti: bangsa, provinsi, kabupaten, kecamatan. b) Segmentasi berdasarkan demografik merupakan pembagian pasar yang berlandaskan hal-hal seperti : umur, jenis kelamin, daur hidup keluarga, pekerjaan,
15 pendidikan, agama, ras, kebangsaan. c) Segmentasi berdasarkan psikografik, pembagian pasar yang berdasarkan hal-hal seperti : kelas sosial, gaya hidup, karakteristik kepribadian. d) Segmentasi berdasarkan perilaku, merupakan pembagian pasar yang dilakukan dengan menjual produk kepada pihak tertentu yang berlandaskan pada : pengetahuan, sikap, kegunaan, tanggapan terhadap suatu produk. Menurut Kasmir (2006), terdapat 4 cara dalam menentukan harga dalam rencana bauran pemasaran, yaitu : a) Cost plus pricing merupakan metode penentuan harga berdasarkan harga pokok penjualan. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut. Harga pokok = VC
Biaya tetap Total penjualan
b) Cost plus pricing dengan mark up merupakan penentuan harga berdasarkan harga pokok penjualan yang ditambahkan dengan keuntungan yang diinginkan. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut. Harga dengan mark up =
Harga pokok per unit -Laba yang diinginkan
c) Break event point (BEP) atau target pricing yaitu harga yang ditentukan oleh titik imbas atau penjualan pokoknya. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut. Harga BEP =
Biaya Tetap -
Biaya Variabel Penerimaan
d) Precieved value pricing yaitu harga yang didasarkan oleh persepsi pembeli terhadap produk yang ditawarkan. Terkadang mutu dan kualitas tidak sesuai dengan harga yang ditawarkan, mutu biasa saja tapi karena merk yang sudah terkenal sehingga harganya tinggi. Perencanaan Aspek Teknik dan Teknologi Aspek teknik dan teknologi dapat menjadi patokan apakah produk tersebut dapat dibuat (Sutojo 2000). Dalam aspek ini akan dijelaskan mengenai proses produksi, cara perusahaan dalam menjaga kualitas produk, cara pemerolehan pasokan bahan baku, pertimbangan pemilihan lokasi pabrik (Solihin 2007), 4.
16 jumlah mesin dan peralatan yang dibutuhkan, perancangan aliran bahan, analisis keterkaitan antar aktivitas, keperluan tenaga kerja, penentuan luas pabrik, dan perancangan tata letak pabrik (Husnan dan Suwarsono 2000). Menurut Kasmir (2006), dalam menjalankan usaha dibutuhkan tempat usaha yang biasa disebut lokasi usaha. Lokasi dibagi dalam beberapa bagian tergantung pada kegunaannya, seperti sebagai tempat pemajangan hasil produk, pelayanan konsumen, pelaksanaan produksi (pabrik), penyimpanan barang (gudang), dan pertemuan antara pihak-pihak yang berkepentingan dalam usaha (kantor). Dalam menentukan lokasi perlu juga dipikirkan tujuan dari lokasi yang akan dididirikan karena masing-masing lokasi memiliki pertimbangan yang berbeda-beda. Secara umum pertimbangan untuk menentukan lokasi yaitu: a) jenis usaha yang dijalankan, b) dekat konsumen atau pasar, c) ketersediaan tenaga kerja, d) sarana dan prasarana, e) dekat dengan pusat pemerintahan, f) dekat dengan lembaga keuangan, g) berada dikawasan industri, h) kemudahan dalam melakukan ekspansi, i) keadaan adat dan budaya masyarakat setempat, j) hukum yang berlaku. Menurut Sutojo (2000) dalam aspek teknis dan teknologi juga terdapat penentuan kapasitas produksi. Kapasitas produksi merupakan kuantitas satuan produk yang dihasilkan selama periode waktu tertentu. Penentuan estimasi jumlah produksi masa kini dan perkembangannya di masa yang akan datang dilakukan dengan melakukan perkiraan pada permintaan masa kini dan permintaan yang akan datang (Sukirno et al 2006). Setelah perencanaan kapasitas produksi, maka perlu dilakukan perencanaan penggunaan teknologi yang tepat, penentuan proses produksi dan juga penentuan tata letak pabrik. Tata letak dalam pabrik harus mempertimbangkan keterkaitan proses produksi seperti pergerakan bahan dari satu proses ke proses yang lainnya. Hal ini digunakan untuk meminimalisasi risiko kerusakan dan memperpendek jarak perpindahan. Hal yang perlu dihindari dalam perencanaan tata letak pabrik adalah urutan tata letak yang menyebabkan langkah balik pada proses produksi. Awal pergerakan bahan terletak pada gudang bahan baku dan berakhir pada gudang produk jadi, sehingga tata letak pabrik juga disesuaikan dengan alur tersebut. Selain itu, fleksibilitas juga perlu diperhatikan untuk mempersiapkan perluasan pabrik akibat dari penambahan kapasitas yang mungkin dilakukan di masa yang akan datang (Hadiguna 2009). Perencanaan Aspek Manajemen dan Organisasi Aspek manajemen dan organisasi dibagi menjadi dua, yaitu manajeman dalam pembangunan bisnis dan manajemen dalam masa operasi. Pada manajemen pembangunan bisnis mempelajari tentang tokoh pelaksana bisnis dan jadwal penyelesaian bisnis. Sedangkan pada manajemen operasi meliputi badan usaha yang dipilih, struktur organisasi, deskripsi masing-masing jabatan, banyaknya
17 tenaga kerja yang digunakan, dan menentukan siapa saja anggota direksi dan tenaga-tenaga inti (Nurmalina et al. 2010). Hal yang perlu diperhatikan dalam pendirian usaha adalah penentuan badan hukum dari usaha. Menurut Kasmir (2006), dalam pendirian usaha diperlukan juga mengurus dokumen-dokumen seperti : 1. Tanda Daftar Perusahaan (TDP). 2. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). 3. Bukti diri. 4. Surat izin Usaha Perdagangan. 5. Surat Izin Usaha Industri. 6. Izin domisili, dapat diperoleh dari keluarahan setempat. 7. Izin gangguan, diperoleh dari kelurahan tempat perusahaan berdiri. 8. Izin Mendirikan Bangunan (IMB), diperoleh dari pemerintah setempat. Perencanaan Aspek Penanganan Risiko Dalam merancang sebuah bisnis dibutuhkan perencanaan aspek penanganan risiko. Apabila mengetahui risiko-risiko yang mungkin terjadi, maka perusahaan akan meminimalisasi kerugian yang mungkin dialami. Menurut Fahmi (2010), pada umumnya risiko yang mungkin terjadi pada suatu usaha terbagi menjadi dua, yaitu risiko murni dan risiko spekulatif. Risiko murni merupakan risiko yang terjadi karena faktor yang tidak dapat diprediksi sebelumnya. Risiko murni terdiri atas: a) risiko aset fisik (kerugian akibat timbulnya kerusakan pada aset fisik), b) risiko karyawan (kerugian akibat kecelakaan yang dialami karyawan saat bekerja), dan c) risiko legal (kerugian akibat terjadinya kegagalan atau permasalahan dalam bidang kontrak dengan pihak lain). Sedangkan risiko spekulatif terdiri atas: a) risiko pasar (kerugian akibat pergerakan harga pasar), b) risiko kredit (kerugian akibat counter party gagal memenuhi kewajiban kepada perusahaan), c) risiko likuiditas (kerugian karena ketidak mampuan memenuhi kebutuhan kas, dan d) risiko operasional (kerugian akibat kegiatan operasional yang berjalan tidak lancar). Perencanaan Aspek Finansial Aspek finansial digunakan untuk menganalisis dana yang dibutuhkan untuk membangun dan mengoperasikan sebuah bisnis. Biaya yang digunakan untuk kegiatan prainvestasi, pengadaan tanah, gedung, mesin, peralatan, dan biaya pinjaman selama masa pembangunan usaha. Sedangkan yang disebut dengan modal kerja adalah dana yang dibutuhkan untuk beroperasi dalam bisnis. Selain biaya yang dikeluarkan, maka digambarkan pula pendapatan yang diperkirakan untuk diperoleh. Kemudian dibuatlah laporan keuangan untuk merangkum semua keuangan dalam perusahaan. Dalam aspek finansial juga akan membahas tentang kriteria investasi yang dapat menjelaskan tentang kelayakan usaha berdasarkan kriteria tersebut. Menurut Nurmalina et al (2010), kriteria investasi meliputi nilai bersih kini (net present value), rasio manfaat biaya (Gross B/C dan Net B/C), tingkat pengembalian internal (internal rate of return = IRR), dan jangka pengembalian modal investasi (payback period = PP). Namun menurut Kasmir
18 (2006), kriteria investasi juga meliputi profitability index, break even point, average rate of return, dan juga rasio-rasio keuangan.
Kerangka Pemikiran Operasional Sebelum menuliskan penelitian tentang perencanaan bisnis tempurung kelapa, maka perlu dibuat kerangka pemikiran operasional yang akan digunakan sebagai panduan dalam penyusunan perencanaan bisnis. Dalam pembentukan kerangka operasional tentunya diawali dengan analisis peluang usaha. Peluang usaha inilah yang dapat menjadi ide usaha dalam perencanaan bisnis. Sebuah ide bisnis biasanya diawali dengan sebuah permasalahan yang ada. Permasalahan yang ada pada saat sekarang ini adalah sumber daya yang belum termanfaatkan dengan baik di Indonesia. Lahan perkebunan rakyat di Kabupaten Bogor yang digunakan untuk menanam kelapa cukup luas, sehingga kelapa yang mampu dihasilkan juga tinggi. Dari kelapa yang dihasilkan ini terdapat limbah yang jarang dimanfaatkan oleh masyarakat, yaitu bagian tempurungnya. Disisi lain terdapat permintaan akan briket dari luar negeri yang besar. Briket dapat menggunakan beberapa alternatif bahan baku, dan salah satunya adalah tempurung kelapa. Oleh karena itu, peluang bisnis ini perlu untuk dimanfaatkan untuk dikembangkan. Informasi akan peluang bisnis briket tempurung kelapa belum banyak diketahui oleh para petani kelapa. Namun selain faktor informasi yang tidak menyebar, sumber daya juga menjadi faktor pendukung bagi masuknya petani dalam usaha ini. Sumber daya yang dimaksud meliputi sumber daya manusia (kemampuan manajemen), sumber daya modal (uang), dan karakteristik petani kelapa di Kabupaten Bogor. Karakteristik rata-rata petani kelapa di Kabupaten Bogor yang hanya memiliki 2-5 pohon, sehingga hasil kelapa yang dapat dihasilkan sekitar 20-50 butir per bulan. Hal membuat petani kelapa lebih memilih menjual kelapanya ke tengkulak atau bahkan dikonsumsi sendiri, sehingga jarang yang ingin untuk mengkomersialkannya. Permasalahan inilah yang akan dibuatkan model perancangan usaha briket tempurung kelapa dengan konsep wirakoperasi. Setelah ide usaha yang diperoleh dari permasalahan yang ada, maka dilanjutkan dengan menganalisis aspek pasar dan pemasaran yang meliputi peluang usaha, persaingan, dan juga upaya pemasarannya seperti penetapan segmenting, targeting, positioning dan bauran pemasaran (4P). Kemudian dilanjutkan dengan analisis teknik dan teknologi yang akan diterapkan dalam usaha yang akan dijalankan, yang meliputi spesifikasi bahan baku, ketersediaan bahan baku, penentuan kapasitas produksi, penentuan lokasi, serta perancangan tata ruang pabrik dan perkantoran. Setelah itu dilanjutkan dengan analisis manajemen dan organisasi, analisis aspek risiko, dan yang terakhir adalah analisis finansialnya. Adapun alur kerangka operasional penelitian secara ringkas dapat dilihat pada Gambar 1.
19
Pemasalahan : 1. Sumber daya kelapa yang melimpah termasuk di Kabupaten Bogor yang belum termanfaatkan secara maksimal. 2. Karakteristik petani kelapa dengan sumber daya yang terbatas sehingga kurang mengkomersilkan kelapa. 3. Tempurung kelapa hanya dibuang dan menjadi limbah.
wirakop Ide Bisnis: Bisnis briket tempurung kelapa
Peluang : Permintaan yang besar akan briket di luar negeri
Analisis aspek danlam perencanaan bisnis : 1. Aspek pasar dan pemasaran 2. Aspek teknik dan teknologi 3. Aspek manajemen dan organisasi 4. Aspek risiko 5. Aspek finansial
Perencanaan bisnis briket tempurung kelapa berbasis wirakoperasi Gambar 1 Alur kerangka pemikiran operasional penelitian
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di beberapa kecamatan yang merupakan tempat penghasil kelapa terbesar di Kabupaten Bogor, seperti Leuwiliang, Cibungbulang, dan Ciampea. Pemilihan lokasi dipilih secara sengaja atau purposive. Kegiatan penelitian dan pengumpulan data dilakukan selama bulan Desember hingga Maret 2015.
20 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan pihak-pihak terkait, diantaranya Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD), petani, Badan Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (BP3K), pengusaha arang, dan pengusaha briket. Selain itu juga dilakukan tinjauan lapang pada CV Mandiri Globalindo di Bekasi sebagai perusahaan penghasil briket tempurung kelapa.Sedangkan data sekunder diperoleh melalui literatur, jurnal maupun laporan hasil penelitian, laporan hasil seminar, buku-buku, internet serta data dari instansi terkait yaitu Badan Penyuluhan Pertanian Kabupaten Bogor, Badan Pusat Statistik, Kementrian Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia, dan Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat.
Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data primer pada penelitian ini dilakukan dengan wawancara secara mendalam kepada petani kelapa penyuluh pertanian di beberapa kecamatan di Bogor, dan pengusaha arang tempurung kelapa dan briket. Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui informasi produktivitas, harga komoditas di tingkat petani, mengetahui proses dan bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan briket tempurung kelapa. Sedangkan pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara studi literatur melalui buku, internet, dan pengumpulan data dari beberapa instansi terkait, seperti Badan Penyuluhan Pertanian Kabupaten Bogor, Badan Pusat Statistik, Kementrian Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia,dan Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat.
Metode Analisis Data Pengolahan data yang dilakukan meliputi analisis aspek non finansial dan aspek finansial. Dalam aspek non finansial terdiri atas aspek rencana pasar dan pemasaran, rencana teknik dan teknologi, rencana manajemen dan organisasi, rencana risiko. Sedangkan pada aspek finansial terdiri atas proyeksi laporan keuangan dan kriteria kelayakan investasi. Analisis Rencana Aspek Non Finansial 1. Analisis Pasar Beberapa hal yang dianalisis dalam rencana aspek pasar dan pemasaran adalah potensi pasar dan strategi pemasaran (bauran pemasaran dan segmenting, targeting, serta positioning). Langkah - langkah yang dilakukan dalam analisis rencana pemasaran dapat dilihat pada Gambar 2.
21 Pencarian data sekunder
Data Cukup ? Potensi pasar briket Penentuan strategi pemasaran briket
Penentuan STP (segmenting, targeting, posisitioning) dan bauran pemasaran 4P (price,place, promotion, product) Gambar 2 Diagram alir proses rencana pasar dan pemasaran 2. Analisis Rencana Aspek Teknik dan Teknologi Pada analisis aspek rencana teknik dan teknologi akan membahas tentang spesifikasi dan ketersediaan bahan baku, penentuan kapasitas produksi dan lokasi, pemilihan teknologi proses, mesin dan peralatan, serta perencanaan tata letak serta kebutuhan luas ruang produksi dari pabrik tersebut. Pemilihan jenis teknologi proses produksi berdasarkan kemudahan proses produksi dan perkiraan biaya produksi. Pemilihan mesin dan peralatan ditentukan berdasarkan teknologi dan proses produksi yang dipilih. Perencanaan tata letak pabrik dilakukan dengan menganalisis keterkaitan antar aktivitas, kemudian menentukan kebutuhan luas ruang dan alokasi area. Untuk menganalisis keterkaitan antar aktivitas, perlu ditentukan derajat hubungan aktivitas. Derajat hubungan aktivitas ditentukan berdasarkan tingkat keterkaitan satu kegiatan dengan kegiatan yang lainnya. Tahapan proses dalam merencanakan bagan keterkaitan antar aktivitas adalah sebagai berikut: a) Mengidentifikasi semua kegiatan penting dan kegiatan tambahan. b) Membagi kegiatan tersebut ke dalam kelompok kegiatan produksi dan perkantoran. c) Mengelompokkan data aliran bahan atau barang, informasi, pekerja, dan lainnya. d) Menentukan keterkaitan antar kegiatan (produksi, pekerja, dan aliran informasi) e) Menentukan derajat hubungan antar aktivitas. Perancangan tata letak pabrik didasarkan atas diagram alir proses produksi dan diagram keterkaitan aktifitas yang telah ditentukan sebelumnya. Tata letak pabrik disusun dengan denah yang efektif dan efisien serta disesuaikan dengan lahan yang tersedia. Keefektifan dan keefisienan perancangan tata letak pabrik ini diperoleh dari minimalnya jarak perpindahan bahan, keteraturan tempat kerja, dan runutnya aliran proses. Kebutuhan luas ruang produksi tergantung pada jumlah mesin dan peralatan, tenaga kerja atau operator yang menangani fasilitas produksi, serta jumlah dan jenis sarana yang mendukung kegiatan produksi.
22 3. Analisis Rencana Aspek Manajemen dan Organisasi Pada tahap analisis rencana manajemen dan organisasi akan membahas mengenai pemilihan bentuk perusahaan (aspek legalitas), kebutuhan tenaga kerja, struktur organisasi, upah, deskripsi dan spesifikasi kerja, serta bentuk kemitraan yang akan dibuat. 4. Analisis Manajemen Risiko Analisis manajemen risiko yang akan dilakukan pada penelitian ini mempertimbangkan jenis risiko menurut Fahmi (2010), sebagai berikut: Risiko perusahan Risiko spekulasi
Risiko murni
1. Risiko pasar 2. Risiko kredit 3. Risiko likuiditas 4. Risiko operasional
1. Risiko fisik 2. Risiko legal
Gambar 3 Jenis risiko pada perusahaan Analisis Rencana Aspek Finansial Pada analisis rencana aspek finansial terdiri atas analisis rencana laporan keuangan dan analisis kelayakan investasi. Pada analisis rencana laporan keuangan akan membahas mengenai perkiraan pendapatan dan pengeluaran yang kemudian akan disusun dalam proyeksi laba rugi dan juga arus kas. Sedangkan jika dalam analisis kelayakan investasi akan membahas mengenai kriteria investasi dengan mengacu pada penghitungan net present value (NPV), internal rate of return (IRR), net benefit-cost ratio (nett B/C), dan payback period (PP), break event point (BEP) (Nurmalina R et al 2010). Ukuran tersebut digunakan untuk mengukur kelayakan bisnis briket tempurung kelapa ini secara finansialnya. 1. Laporan Arus kas Laporan arus kas yaitu aktivitas keuangan yang memengaruhi posisi atau kondisi kas pada suatu periode tertentu (Nurmalina et al. 2010). Laporan arus kas menjadi sangat penting yang harus diperhatikan oleh pihak manajemen, investor, konsultan, dan stakeholder lainnya untuk memperhitungkan kelayakan berdasarkan kriteria investasinya. Suatu arus kas terdiri atas beberapa unsur yang nilainya disusun dari tahapan kegiatan bisnis. Unsur yang terdapat pada arus kas adalah : a) inflow (arus penerimaan), b) outflow (arus pengeluaran), c) manfaat bersih (net benefit), dan d) manfaat bersih tambahan (incremental net benefit) jika diperlukan.
23 Menurut Nurmalina et al (2010), kegiatan yang ada dalam inflow yaitu nilai produksi total, penerimaan pinjaman, grants (dana hibah), nilai sewa, dan salvage value. Biaya yang dikeluarkan masuk ke dalam aliran keluar arus kas atau yang disebut dengan outflow yang terdiri atas biaya investasi, biaya operasional, pembayaran bunga dan modal pinjaman, serta pajak yang harus dibayarkan. Sedangkan unsur manfaat bersih tambahan hanya digunakan jika terdapat faktor produksi yang sebelumnya tidak digunakan saat kondisi bisnis belum berjalan, tetapi bermanfaat saat bisnis berjalan. 2. Laporan Laba rugi Penyusunan laba rugi penting dilakukan untuk menggambarkan kinerja perusahaan dalam mencapai tujuan. Laporan laba rugi ini berisi tentang pengeluaran, penerimaan, dan kondisi keuangan yang dialami oleh suatu perusahaan dalam satu tahun akuntansi atau produksi. Menurut Nurmalina et al (2010), jenis kegiatan yang terangkum di dalam laporan laba rugi adalah sebagai berikut : a) pendapatan dari penjualan produk barang dan jasa, b) beban produksi untuk mendapatkan barang atau jasa yang akan dijual, c) beban yang timbul dalam memasarkan dan mendistribusikan produk atau jasa pada konsumen, serta yang berkaitan dengan beban administratif dan operasional, d) beban keuangan dalam menjalankan bisnis, seperti bunga, penyusutan, dan lain sebagainya. 3. Net Present Value (NPV) Net present value merupakan selisih antara total present manfaat dan total present value biaya, atau jumlah dari manfaat bersih yang diterima oleh perusahaan selama umur bisnis. Nilai yang dihasilkan dalam NPV adalah dalam satuan uang (rupiah). Suatu bisnis dikatakan layak apabila niali NPV melebihi nol sehingga bisnis ini dapat memberikan manfaat secara finansial. Secara matematis nilai NPV diperoleh dari : NPV ∑
n t
Bt i
t
∑
n t
Ct i
t
∑
n t
Bt Ct i
t
Keterangan : Bt = Manfaat pada tahun t Ct = Biaya pada tahun t t = Tahun kegiatan bisnist ( t = 0,1,2,3,........, n), tahun awal bisa tahun 0 atau tahun 1 tergantung karakteristik bisnisnya i = Discount rate (%) 4. Payback Period (PP) Payback period digunakan untuk mengetahui seberapa cepat investasi dapat kembali. Bisnis dengan nilai packback period yang kecil maka artinya bisnis tersebut cepat dalam pengembalian investasinya dan kemungkinan akan dipilih oleh para investor. Besaran dari packback period adalah tahun. Adapun rumus dalam mendapatkan payback period adalah sebgai berikut: I ay a r d Ab
24 Keterangan : I = besarnya biaya investasi yang diperlukan Ab = manfaat bersih yang dapat diperoleh pada setiap tahunnya 5. Gross Benefit – Cost Ratio Gross B/C digunakan untuk menggambarkan pengaruh tambahan biaya terhadap tambahan keuntungan yang diterima. Suatu bisnis akan dinilai layak jia dilihat melalui gross B/C apabila nilainya lebih besar dari satu. Adapun rumus matematis dari gross B/C adalah sebagai berikut : B Gross C
Bt
∑nt
(
∑nt
i)t Ct
(
i)t
Keterangan : Bt = Manfaat pada tahun t Ct = Biaya pada tahun t = Discount Rate (%) i t = Tahun 6. Break Event Point(BEP) Break event point merupakan titik impas dimana total penerimaan sama dengan total biaya yang dikeluarkan. Selama perusahaan berada di bawah titik break event point , maka perusahaan itu akan mengalami kerugian. BEP terbagi menjadi dua, yaitu BEP unit dan BEP harga. BEP unit merupakan jumlah produk yang harus terjual untuk mencapai titik dimana total penerimaan sama dengan total pengeluaran. Sedangkan BEP harga merupakan harga produk yang menunjukan total penerimaan sama dengan total pengeluaran. Dalam penelitan ini hanya menggunakan BEP unit saja. BEPunit
Biaya Tetap Harga Jual
Biaya Variabel Jumlah Produksi
ANALISIS SITUASI BISNIS Dalam menjalankan sebuah bisnis tentunya dipengaruhi oleh lingkungan dimana bisnis tersebut dilaksanakan. Lingkungan dapat berpengaruh poditif maupun negatif terhadap perkembangan dan keberlanjutan bisnis. Kondisi lingkungan bisnis inilah yang biasanya disebut sebagai atmosfir bisnis. Menurut Rathner (2014), tools yang dapat digunakan untuk menganalisis situasi bisnis antara lain analisis PESTE, dan analisis industri.
25 Analisis PESTE Analisis PESTE adalah tools merupakan analisis faktor eksternal dari organisasi bisnis yang memengaruhi kesuksesan bisnis secara keseluruhan. Faktor yang masuk dalam analisis PESTE adalah politik, ekonomi, sosial, teknologi, dan lingkungan. 1. Politik Tahun 2015 merupakan momen yang sangat bagus untuk melakukan sebuah permulaan di dunia bisnis. Dengan dicanangkannya program masyarakat ekonomi ASEAN membuat beberapa pihak baik pemerintah maupun swasta memberikan kredit khusus untuk mensukseskan program MEA 2015. Banyak seminar-seminar yang diadakan terutama dikalangan akademi yang mencoba memberikan motivasi untuk menjadi salah satu produsen dalam MEA 2015. Untuk itu biasanya pihak penyelenggara seminar memberikan kesempatan bagi para pengusaha muda untuk mendapatkan modal usaha gratis dari pemerintah maupun pihak sponsor (swasta). Biasanya modal usaha diberikan kepada mereka yang telah menjalankan sebuah bisnis yang memiliki prospek yang baik dan mau mengajukan proposal modal usaha. Selain itu, Kementrian Koperasi dan UMK pada tahun 2015 mengeluarkan kebijakan pengembangan wirausaha muda. Adapum fasilitas yang dapat mendukung antara lain pelatihan kewirausahaan dan bantuan modal maksimal Rp25 juta bagi wirausaha pemula, klinik konsultasi kewirausahaan dan pengembangan incubator bisnis yang akan dijalankan oleh Kementrian Koperasi dan UMK, pemerintah, pengusaha dan akademisi. Paket kebijakan lainnya berupa Kredit Usaha Rakyat (KUR), fasilitas kredit atau pembiayaan modal kerja dan atau investasi kepada usaha mikro kecil dan menengah di bidang usaha produktif yang layak namun belum bankable dengan plafon kredit sampai Rp500 juta yang sebagian dijamin oleh Perusahaan Penjamin. Di samping itu, ada pula Program Kemitraan dan Bina Lingkungan dan Program Pembiayaan melalui Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility/CSR), yang dananya berasal dari Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah dan Perusahaan Swasta. Paket kebijakan pendukung lainnya yakni pengembangan produk unggulan daerah melalui pendekatan satu desa satu produk (One Village One Product/OVOP), pengembangan koperasi pengelola energi baru, Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT) daerah, dan program peningkatan akses pasar. Kebijakan-kebijakan pemerintah tersebut dapat mendukung berjalannya usaha briket yang direncakan. 2. Dinamika Ekonomi Dinamika ekonomi suatu negara dimana bisnis itu dilaksanakan akan sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan bisnis. Pada dinamika ekonomi akan membahan mengenai kondisi sistem ekonomi terhadap operasi suatu usaha. Indonesia merupakan negara yang dipilih untuk melaksanakan kegiatan bisnis briket yang direncanakan. Jika dilihat dari gross domestic product (GDP), Indonesia mengalami penurunan pada tahun 2014. Hal ini menunjukan bahwa perekonomian Indonesia sedang mengalami penurunan pula. Pada tahun 2015 kuarter ke-2 pertumbuhan GDP Indonesia pun mengalami penurunan dari kuarter
26 pertama, serta lebih rendah dari tahun 2014 3 . Perekonomian yang mengalami penurunan ini dapat berdampak buruk bagi usaha yang akan dijalankan. Jumlah pengangguran di Indonesia juga terus menurun dari tahun 2006 hingga tahun 2014 4 . Berkurangnya jumlah pengangguran akan mengakibatkan persaingan yang diperkirakan akan terjadi dalam pemerolehan tenaga kerja ditambah dengan besarnya upah minimum regional di wilayah Bogor yang meningkat menjadi Rp 2 590 000 dapat menjadi faktor penghambat berkembangnya bisnis. Kemudian, inflasi yang terjadi pada tahun 2015 kuarter 3 cukup tinggi yaitu sebesar 7.15 persen5. Inflasi yang terjadi membuat mata rupiah melemah. Apabila mata uang melemah, maka dapat menguntungkan bagi bisnis yang berbasis ekspor. Hal ini karena nilai riil uang yang diterima dalam bentuk dolar akan bernilai tinggi, inilah yang akan terjadi pada bisnis briket berbasis ekspor yang akan direncanakan. 3. Sosial Dari segi sosial, masyarakat bogor di beberapa daerah memang sudah mengenal dan menjalankan koperasi maupun kelompok tani, terutama di beberapa kecamatan yang digunakan menjadi objek penelitian. Hal ini akan memudahkan dalam mensosialisasikan rencana program bisnis briket tempurung kelapa ini kepada para petani. Selain itu, petani-petani yang sudah mengenal koperasi maupun kelompok tani sebelumnya juga diduga memiliki rasa kebersamaan dan sepenanggungan yang tinggi, sehingga dapat memperkuat usaha yang berlandaskan koperasi tersebut. Akan tetapi belum terdapat kelompok tani maupun koperasi yang memproduksi briket, sehingga penjelasan terkait produk harus lebih diperjelas. Hal ini juga akan menjadi peluang bisnis karena belum ada pesaing usaha dibidang ini. 4. Teknologi Teknologi yang digunakan dalam pembuatan briket tempurung kelapa sudah maju. Hal ini karena dalam proses pembuatannya sudah menggunakan alat-alat modern yang dapat dipesan ke pada salah satu perusahan di Jogjakarta, yaitu Rumah Mesin. Alat-alat yang digunakan sebelumnya dapat dipesan melalui dengan kapasitas produksi yang dibutuhkan. Pemesanan trsebut dapat dilakukan secara online sehingga akan memudahkan dan mengurangi biaya transaksi. 5. Lingkungan Lingkungan dari usaha briket yang akan dilaksanakan yaitu di Bogor. Bahan baku berupa tempurung kelapa yang ada di Bogor cukup untuk memenuhi kebutuhan produksi briket. Hal ini karena belum ada usaha briket di daerah Bogor. Selain itu usaha-usaha yang menggunakan bahan baku tempurung kelapa (usaha arang) di Bogor tidak menggunakan tempurung kelapa dari Bogor, melainkan dari Banten. Hal ini diduga karena petani kelapa di Bogor rata-rata hanya memiliki 3
Anonim. Indonesia GDP Annual Growth Rate. [Internet]. [Dapat diakses pada : http://www.tradingeconomics.com/indonesia/gdp-growth-annual]. 4 Anonim. Indonesia Unemployed Persons. [Internet]. [Dapat diakses pada : http://www.tradingeconomics.com/indonesia/unemployed-persons]. 5 Anonim. Indonesia Inflation Rate. [Internet]. [Dapat diakses pada : http://www.tradingeconomics.com/indonesia/inflation-cpi].
27 jumlah produksi kelapa yang sedikit, sehingga tidak dapat mencukupi permintaan tersebut. Akan tetapi, usaha briket yang direncanakan untuk dibangun akan menggunakan pendekatan wirakopeasi, sehingga memungkinkan untuk menggunakan sumber daya berupa tempurung kelapa dari petani yang bersifat terpisah-pisah tersebut. Apabila dilihat dari lingkungan alam, maka usaha briket ini tidak mencemari lingkungan. Hal ini karena tidak ada limbah yang dihasilkan yang dapat merusak lingkungan. Selain itu, pelatihan pembuatan arang yang diperoleh petani dari pihak koperasi juga mengguanakan sistem uap terkondensasi, sehinga uap pembuatan arang hanya kan menjadi asap cair dan tidak akan mencemari udara.
Analisis Industri Analisis industri merupakan evaluasi dari persaingan usaha yang dialami oleh suatu organisasi dalam lingkup usaha. rt r’s Fiv F r merupakan cara yang efektif dalam menganalisis situasi bisnis (Rathner, 2014). Dalam rt r’s Five Force terdapat lima yang memengaruhi bisnis sukses dalam suatu organisasi, antara lain ancaman pendatang baru, ancaman dari produk pengganti, posisi tawar pembeli, posisi tawar dari supplier, dan tantangan kompetisi pada bisnis yang sudah ada 1. Posisi Tawar Suppliers Posisi tawar dari suppliers biasanya akan dipengaruhi oleh jumlah produsen dalam industri. Dalam industri briket, terutama briket tempurung kelapa di Indonesia diduga masih belum banyak produsennya ataupun rata-rata produsen belum memiliki produktivitas yang tinggi. Hal ini dibuktikan dengan belum tercatatnya briket tempurung kelapa sebagai produk ekspor tersendiri. Akan tetapi, target dari pemasaran briket yang direncanakan adalah ekspor, sehingga pesaing tidak hanya datang dari dalam negeri namun juga dari luar negeri. Sehingga produsen total dari industri briket banyak, bila dilihat dari daftar pengekspor briket diseluruh dunia (UN Comtrade, 2015). Sehingga dapat disimpulkan bahwa posisi tawar produsen briket tidak tinggi. 2. Posisi Tawar Konsumen Posisi tawar konsumen dipengaruhi oleh jumlah konsumen dalam industry. Dalam Industri briket tempurung kelapa posisi tawar konsumen juga tidak tinggi karena jumlah konsumen briket dari seluruh dunia yang banya dengan jumlah permintaan yang besar (UN Comtrade, 2015). 3. Ancaman Produk Pengganti Ancaman produk pengganti dari bisnis briket tempurung kelapa adalah jenisjenis briket yang terbuat dari bahan baku lainnya, seperti briket dari sampah, dedaunan, serbuk kayu, dan sebagainya. Akan tetapi terdapat keunggulan dari prouk briket yang menggunakan bahan baku tempurung kelapa dibandingkan briket yang menggunakan bahan baku lainnya, yaitu niali kalor yang dihasilkan lebih tinggi (Pari et al 2012). Walaupun memang harga briket yang terbuat dari
28 dedaunan relatif lebih murah. Hal ini karena bahan baku yang digunakan lebih murah. 4. Ancaman Pendatang Baru Apabila hambatan masuk industry rendah maka akan banyak perusahaan baru yang akan memasuki industry, sehingga mengakibatkan kejenuhan pasar. akan tetapi terdapat hambatan utama untuk masuk industri briket seperti biaya yang dibutuhkan. Modal yang dibutuhkan dalam menjalankan bisnis ini cukup besar. Selain itu bahan baku juga dapat menjadi hambatan apabila akan didirikan pada daerah-daerah yang bukan merupakan sentra kelapa. Hal ini juga menjadi hambatan bagi para pengusaha Indonesia karena hasil produksi kelapa Indonesia memenag besar, akan tetapi sebagian besar berasal dari perkebunana rakyat. Perkebunan rakyat yang dimaksud adalah produksi yang dihasilkan oleh petani kelapa secara individu. Sedangkan petani kelapa Indonesia rata-rata hanya memiliki 5-10 pohon, sehingga akan sulit untuk mendapatkan tempurung kelapa dalam jumlah yang besar. Akan tetapi rencana usaha yang akan dijalankan menggunakan konsep wirakoperasi, sehingga akan memudahkan dalam melewati hambatan tersebut. 5. Persaingan Bisnis yang Sudah Ada dalam Industri Persaingan bisnis yang sudah ada dalm indutri cukup tinggi. Hal ini dibuktikan engan banyaknya jumlah produsen, baik di dalam maupun luar negeri. Pada tahun 2015, perusahaan briket tempurung kelapa sebanyak 60 perusahaan6. Selain itu, pada tahun 2014 terdapat 56 negara pengekspor brikettepurung kelapa (UN Comtrade, 2014).
RENCANA USAHA Asumsi Dasar Asumsi dasar sangat dibutuhkan dalam perencanaan bisnis agar dapat memperkirakan kapasitas produksi dan perhitungan finansialnya. Sehingga dalam perencanaan bisnis briket ini juga menggunakan beberapa asumsi dasar, seperti jumlah input yang diperoleh dari petani kelapa di Kabupaten Bogor yaitu dari Kecamatan Leuwiliang, Leuwisadeng, Pamijahan, Cibungbulang, Ciampea, Kelapa Nunggal dan Rumpin yang jumlahnya kurang lebih 1 440 ton kelapa per tahun. Lokasi ini dipilih karena merupakan memiliki hasil produksi yang paling besar di Kabupaten Bogor seperti yang dipaparkan pada Tabel 4 sebelumnya. Badan hukum yang digunakan adalah sudah berdiri, yaitu Koperasi Sejahtera Bersama. Hal ini didasarkan oleh informasi yang didapat bahwa Koperasi Sejahtera Bersama sedang mencari usaha yang dapat dikembangkan. Kapasitas produksi pabrik dalam satu kali produksi memerlukan 2 ton tepung arang kelapa. Oleh karena itu dibutuhkan kurang lebih 6 ton tempurung 6
http://www.indotrading.com/showcase/arang-batok-kelapa. [Internet]
29 kelapa, karena tempurung kelapa yang telah dikarbonisasi akan menyusut menjadi 30 persen dari berat awal. Dalam satu bulan produksi akan dilakukan sebanyak 20 kali, dengan asumsi satu minggu terdapat 5 hari kerja. Dengan kapasitas tersebut maka dibutuhkan tempurung kelapa sebanyak 120 ton per bulan. Namun tempurung kelapa ini akan diolah menjadi arang oleh kelompok tani di bawah bimbingan koperasi, sehingga bahan baku yang masuk pada unit usaha briket ini sudah berupa arang. Dalam kelompok tani tersebut terdapat beberapa pengrajin arang yang merupakan anggota koperasi dan juga merupakan petani yang telah diberikan pelatihan dalam membuat arang dari bahan baku tempurung kelapa. Tempat pengrajin yang membuat arang terpisah satu dengan yang lainnya, disesuaikan dengan kesepakatan kelompok taninya. Namun secara finansial pembuatan kegiatan arang ini diluar pembiayaan yang ada pada usaha briket, karena pembiayaannya masuk dalam manajemen koperasi. Bahan baku yang sudah menjadi tepung arang nantinya akan dicampurkan dengan kanji sebanyak 2.5 - 3 persen dari berat tepung arang yang digunakan. Oleh karena itu diperkirakan dalam satu kali produksi dapat menghasilkan 2.05 ton briket. Akan tetapi karena pada awal berjalannya bisnis ini diasumsikan efisiensi akan produksi yang tercapai hanya 90 persen, maka pada tahun pertama rata-rata briket yang dapat dihasilkan hanya 1.8 ton per hari. Kemudian di tahun ke-2 dan seterusnya efisiensi yang dicapai dapat mencapai 100 persen sehingga dapat mencapai 2 ton per harinya Dana yang digunakan untuk menjalankan bisnis ini diasumsikan berasal dari investor dengan pembagian keuntungan sebanyak 25 persen dari laba yang diperoleh koperasi. Dana pinjaman ini rencananya dapat dikembalikan dalam waktu 6 tahun dimulai dari tahun ke-2 sampai tahun ke-6. Asumsi proyeksi keuangan dibuat 10 tahun, mengikuti umur ekonomis dari mesin. Pajak dihitung berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 Pasal 3 Ayat 3 dan 4, serta dirinci pada pasal 17 ayat 2a [(0.25- (0.6 M/penghasilan kotor))x PKP]. Selain itu pajak pertambahan nilai yang ditetapkan untuk briket adalah nol persen sesuai dengan ketetapan Menteri Keuangan Nomor 2369/KM.4/2013 tentang penetapan harga ekspor untuk perhitungan bea keluar. Hal ini karena bea keluar hanya dikenakan untuk produk crude palm oil (CPO) dan turunannya, karet, biji kakao dan kulit.
Gambaran Umum Lokasi Usaha Pada dasarnya Bogor dibagi menjadi dua wilayah administratif, yaitu Kota Bogor dan Kabupaten Bogor. Namun usaha briket akan dibangun di Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Hal ini karena Kabupaten Bogor menghasilkan kelapa lebih banyak dari pada Kota Bogor, sehingga guna membuat tempat usaha lebih dekat dengan bahan baku maka dipilihlah Kabupaten Bogor. Secara geografis Kabupaten Bogor terletak pada diantara 6° 8”0” – 6°47” 0” Lintang Selatan dan 06°23”45” – 07° 3”30” Bujur Timur. Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Bogor adalah : - Sebelah Selatan
: Kabupaten Sukabumi
30 - Sebelah Utara : Kota Depok - Sebelah Timur : Kabupaten Purwakarta - Sebelah Barat : Kabupaten Lebak - Sebelah Barat Daya : Kabupaten Tangerang - Sebelah Timur Laut : Kabupaten Sukabumi - Sebelah Tenggara : Kabupaten Cianjur Daerah Kabupaten Bogor rata-rata terletak pada ketinggian 1 500 - 2 500 mdpl. Suhu rata-rata di daerah berkisar antara 20 0C sampai 30 0C dengan curah hujan tahunan yang mencapai 2 500 mm sampai 5 000 mm per tahun. Sedangkan syarat tumbuhnya kelapa adalah daerah dimana suhu rata-ratanya 24 0C sampai 29 0C dengan curah hujan tidak kurang dari 1 200 mm pertahun. Hal ini menandakan bahwa Kabupaten Bogor sesuai dengan tempat syarat tumbuh kelapa. Oleh karena itu akan mudah mendapatkan bahan baku usaha ini karena kelapa mudah untuk dikembangkan pula pada usaha ini, sehingga kontinuitas dari bahan baku dapat terjaga.
Rencana pada Aspek Pasar dan Pemasaran Potensi Pasar Briket Potensi pasar dari usaha briket ini dapat dilihat dari permintaan akan briket yang terus meningkat setiap tahunnya, seperti yang terlihat pada Tabel 5. Pada tabel menunjukan peningkatan ekspor briket dari tahun 2013 ke tahun 2014. Sedangkan pada tahun 2015 untuk 3 bulan yang telah terhitung saja nilainya 40 persen dari nilai total ekspor pada tahun 2014, sehingga diproyeksikan pada tahun 2015 jumlah briket yang diekspor juga akan meningkat kembali. Pendekatan ekspor dari perusahaan di India ini dilakukan untuk memprediksi permintaan dari briket di pasar internasional. Dengan nilai ekspor yang terus meningkat, maka menjelaskan bahwa permintaan akan briket juga meningkat. Data dari perusahaan India ini digunakan karena data khusus briket di Indonesia tidak dapat ditemukan. Dalam menganalisis potensi pasar juga harus memperhatikan pesaing usaha. Akan tetapi, karena di Indonesia sendiri belum banyak produsen yang menghasilkan briket (dilihat dari tidak adanya variabel tersendiri untuk briket tempurung kelapa di pendataan Badan Pusat Statistik di bagian ekspor), maka peluang pasarnya masih tinggi. Sedangkan jika dilihat dari pesaing dari luar negeri, maka keunggulan dari usaha briket ini adalah konsep wirakoperasi yang diterapkan sehingga selain memberikan keuntungan sosial, juga dapat menjaga kontinuitas usaha dalam pasokan bahan baku. Hal ini karena rasa kepemilikan usaha yang besar dari para pemasok yang merupakan anggota koperasi sekaligus pemilik usaha ini.
31 Tabel 5 Ekspor briket tempurung kelapa di India Tahun Bulan Kuantitas (Kg) Kuantitas per tahun (Kg) Maret 25 000 2015 Febuari 49 900 176 300 Januari 101 400 Oktober 24 820 September 51 536 Agustus 51 997 Juli 66 750 Juni 115 000 2014 440 680 Mei 22 400 April 37 000 Maret 45 676 Febuari 316 Januari 25 185 Desember 49 875 November 8 325 Oktober 50 600 September 16 000 Juni 49 900 2013 314 870 Mei 25 500 April 41 000 Maret 24 970 Febuari 20 500 Januari 28 200 Sumber : www.zauba.com (2014, diolah)
Strategi Pemasaran Setelah mengetahui bahwa usaha briket memiliki peluang untuk dijalankan, maka langkah berikutnya adalah penyusunan strategi pemasaran. Strategi pemasaran merupakan cara yang dilakukan dalam menentukan langkah yang akan dilakukan dalam bidang pemasaran agar tujuan dari usaha dapat tercapai dengan baik. Strategi pemasaran akan membahas tentang segmenting, targeting dan positioning serta bauran pemasaran yang terdiri atas place, price, product, dan promotion. 1. Segmenting Segmentasi dari produk ini merupakan pabrik-pabrik yang menggunakan produk ini sebagai bahan bakar, importir dan industry wholesale yang akan menyalurkannya kepada masyarakat di negara tersebut. Pengelompokan segmentasi berdasarkan geografis adalah perusahaan pengimpor di luar negeri. Hal ini karena permintaan akan briket banyak yang berdatangan dari luar negeri. Permintaan yang banyak datang dari luar negeri karena produk ini biasa digunakan sebagai bahan bakar penghangat ruangan dan bahan bakar sisha yang sering digunakan di luar negeri.
32 2. Targeting Target pasar adalah negara Jepang. Hal ini karena permintaannya yang paling banyak seperti yang terlihat pada Tabel 6. Selain itu, dalam rangka memperluas pasar maka akan dilakukan pula promosi pada 5 negara dengan permintaan terbanyak selain Jepang, yaitu Irlandia, Prancis, Cina,dan Republik Ceko. Tabel 6 Permintaan briket, batu bara, dan bahan bakar mineral tahun 2014 Negara Kuantitas (Kg) Japan 94 489 000 Irlandia 68 002 011 Prancis 43 513 246 Cina 37 528 737 Republik Ceko 27 230 478 Inggris 14 381 913 Polandia 13 379 830 Afrika Utara 10 258 822 Slovakia 7 851 364 Negara-negara lainnya 18 114 120 Total 334 749 521 Sumber : comtrade.un.org (2015, diolah)
Nilai (US$) 32 266 880 14 599 534 9 803 737 3 571 670 3 716 504 3 249 494 1 702 620 1 218 759 1 516 355 8 340 998 79 986 551
3. Positioning Briket tempurung kelapa merupakan produk akhir yang siap dikonsumsi oleh konsumen secara langsung untuk bahan bakar industri, rokok sisha, dan penghangat ruangan. 4. Marketing Mix Marketing mix atau bauran pemasaran terdiri atas : a) Product (produk) Produk dari usaha ini adalah briket tempurung kelapa yang merupakan produk yang siap pakai. Teknologi yang digunakan dalam pembuatannya adalah penghancuran arang menjadi tepung, pengadukan tepung dengan kanji, pembakaran dengan oven, pencetakan dan pengemasan. Dalam pengemasan tidak menggunakan vakum pengemas kedap udara karena sifat produk yang tidak terpengaruh dengan keadaan kedap udara. Briket yang dihasilkan akan berbentuk kubus. Hal ini karena bentuk silinder maupun bentuk dengan banyaknya segi lebih dari 4 berpotensi untuk mengalami kegagalan dalam perpindahan dari proses pencetakan menuju proses pembakaran atau pengeringan untuk menjadi bentuk yang sempurna. Produk briket yang dihasilkan mempunyai sisi persegi dengan panjangan masing-masing 2.5 cm dan tinggi 1.5 cm. Briket dibungkus plastik dan dimasukan dalam kemasan dengan berat satu kilogram untuk satu kemasannya. Dalam satu kemasan terdapat 120 pcs briket.
33
Gambar 4 Briket tempurung kelapa roduk ini akan dikemas degan plastik yang kemudian dimasukan dalam kardus kemasan. Kardus kemasan tersebut diisi briket dengan berat satu kilogram. Pengemasan akan dilakukan secara manual dengan mempekerjakan ibu-ibu di sekitar pabrik. Produk kemasan ini akan mencantumkan tanggal pengemasan, brand, dan logo produk serta tempat pengemasan. Pada kemasan produk briket ini akan diberi nama produk “Extra Fire”. Diharapkan dengan adanya brand ini dapat lebih menarik konsumen. Kemudian dalam kemasan juga akan di tampilkan kandungan dalam briket yang telah diuji dalam laboratorium.
Gambar 5 Gambar kemasan briket b) Price (harga) Harga jual dari produk ini adalah sebesar Rp11 829. Harga ini ditetapkan berdasarkan pertimbangan harga dunia dan juga keuntungan yang dapat diperoleh. Menurut International Trade Statistic Database (UN Comtrade, 2015), harga dunia untuk briket pada tahun 2014 adalah Rp12 196. Akan tetapi karena usaha briket ini bukan merupakan market leader, maka harga yang diterapkan akan lebih rendah dari harga dunia, namun dengan tetap memertimbangkan harga pokok dan juga laba yang diinginkan. Oleh karena itu harga yang ditetapkan hanya 97 persen dari harga dunia, namun harga ini tetap memberikan keuntungan yang tinggi yaitu 23 persen laba yang diinginkan. Hal ini diperoleh dari 97 persen harga dunia ditetapkan menjadi harga dengan laba yang diinginkan (harga mark up), adapun perhitungannya adalah sebagai berikut :
34 Harga pokok = VC per unit = = 9 077 Harga dengan mark up = 11 829 =
Biaya tetap Total penjualan satu bulan
40000 Harga pokok per unit -Laba yang diinginkan 9 077 -Laba yang diinginkan 586 – 9 077
Laba yang diinginkan = 586 = 0.23 = 23 persen Biaya variabel yang digunakan merupakan biaya variabel pada bulan-bulan di tahun kedua. Hal ini karena pada bulan ini produksi sudah mencapai efisiensi 100 persen. Kemudian penjualan ditahun kedua dan selanjutnya juga diasumsikan sudah mulai stabil. Sedangkan total penjualan merupakan banyaknya produk yang akan terjual dalam satu bulan, satuan yang digunakan adalah kilogram. Laba yang diinginkan ditetapkan 23 persen berdasarkan acuan CV Mandiri Globalindo yang juga menerapkan laba yang diinginkan kurang lebih sebesar 20 persen. c) Promotion (promosi) Pemasaran yang akan dilakukan dari bisnis ini menggunakan media internet agar dapat berhubungan langsung dengan para konsumen. Usaha ini akan membuat web untuk memberikan info terkait produk secara terperinci. Kemudian, akan memasang beberapa iklan di internet untuk menawarkan produk ini. Selain itu, promosi juga dilakukan dengan cara menawarkan kerjasama dengan beberapa perusahaan yang memasang pengumuman bahwa mereka membutuhkan briket yang ada di internet. Selain menggunakan media internet, promosi yang dilakukan juga mengirimkan surat penawaran kepada perusahaan-perusahaan yang membutuhkan briket, asosiasi importir negara-negara di Jepang, atase perdagangan dalam negeri, perwakilan badan promosi seperti Japan External Trade Organization (JETRO), kemudian mengirim juga ke atase perdagangan di luar negeri, badan pengembangan ekspor nasional, serta kantor Indonesia Trade Promotion Centre di Jepang. d) Place (tempat) Pabrik pengolahan terletak di Jalan Raya Sinagar Desa Cihideung Udik, Ciampea, Bogor. Lokasi pabrik ini dipilih karena akses yang mudah dan strategis jika dilihat dari tempat pengumpulan bahan baku yang terletak di daerah Bogor Barat. Pendistribusian produk dilakukan memalui portal ekspor yang terdapat di daerah Tanjung Priok dengan sistem FOB shipping point, yaitu tanggung jawab pengiriman hanya sampai pelabuhan saja, selanjutnya biaya dan tanggung jawab pengiriman sampai tempat konsumen ditanggung oleh konsumen itu sendiri.
35 Rencana pada Aspek Teknik dan Teknologi Rencana Ketersediaan Bahan Baku Usaha ini menggunakan bahan baku berupa arang batok kelapa yang dibuat oleh pengrajin arang yang juga sebagai anggota koperasi. Pengrajin arang ini dapat juga merupakan petani yang menghasilkan buah kelapa. Nantinya para petani penghasil kelapa ini diajari cara pembuatan arang batok kelapa, sehingga mereka dapat secara berkelompok membuat arang batok kelapa tersebut. Bahan baku berupa arang kelapa diperoleh dari para petani di wilayah Bogor, khususnya di Kecamatan Leuwiliang, Leuwisadeng, Pamijahan, Cibungbulang, Ciampea, Kelapa Nunggal, dan Rumpin. Peran penting petani bukan hanya sebagai pemasok bahan baku saja, melainkan petani sebagai mitra sekaligus anggota koperasi. Koperasi tidak hanya membeli arang tempurung kelapanya saja, namun juga keseluruhan bagian dari buah kelapa. Para petani yang akan menyetorkan hasil buah kelapanya harus terlebih dahulu memisahkan buah kelapa menjadi beberapa bagian, seperti daging, air, tempurung, dan sabutnya. Nantinya koperasi akan membantu dalam menjualkannya. Bagian tempurung nantinya akan diolah oleh kelompok tani menjadi arang, kemudian dijual ke unit usaha briket tempurung kelapa ini yang merupakan milik koperasi juga. Adapun poses pengumpulan bahan baku dapat dilihat pada Gambar 7.
Petani kelapa
Batok kelapa Batok kelapa
Kelompok tani
Petani kelapa Petani kelapa
Arang
Batok kelapa
Unit usaha briket tempurung arang
Gambar 6 Alur pasokan bahan baku Bahan baku yang berupa arang tempurung kelapa dari kelompok tani yang dibutuhkan adalah sebanyak 2 ton per harinya. Selain tempurung kelapa dibutuhkan juga kanji yang digunakan sebagai perekat dari briket. Kanji yang digunakan adalah sebanyak 2.5 – 3 persen dari berat tepung karbon. Oleh karena itu kanji yang digunakan kurang lebih 50 kg. Adapun rincian bahan baku yang digunakan terangkum dalam Tabel 6. Tabel 7 Kebutuhan bahan baku per bulan No Rincian Jumlah (ton) 1 Bahan Baku Kanji 1 Arang tempurung kelapa 40 2 Output Briket tempurung kelapa 40
36 Rencana Perumusan Standar Mutu Input dan Output Perumusan standar mutu input dan output sangat penting untuk dilakukan guna mendapatkan hasil yang sesuai yang diinginkan baik oleh pihak koperasi selaku produsen dan konsumen selaku pengguna produk. Input yang baik akan mempengaruhi hasil output, walaupun input bukan merupakan faktor tunggal penentu mutu output. Hal ini karena output juga dipengaruhi oleh proses produksinya. Pengecekan standar mutu input dan output dilakukan oleh manajer produksi. Standar mutu yang akan diterapkan pada usaha briket ini mencakup standar mutu input dan standar mutu output. 1. Standar Mutu Input Input yang digunakan adalah arang tempurung kelapa yang kadar kelembabannya tidak lebih dari 10 persen dan kadar abu harus di bawah 3 persen. Pengecekan dilakukan dengan cara menyangrai arang tersebut, setelah selesai disangrai maka dilakukan penimbangan ulang terhadap arang tersebut. Penyusutannya tidak boleh lebih dari 20 persen berat awal. Inilah arang yang ideal yang digunakan sebagai bahan baku. Kondisi bahan baku berupa arang ini sangat berpengaruh terhadap proporsi penambahan air dalam proses pencampuran tepung arang dan kanji. Jika keadaan arang yang lembab, maka air yang diberikan akan dikurangi, begitu pula sebaliknya. Kondisi arang pun mempengaruhi lamanya proses pengeringan, karena semakin lembab arang maka semakin lama pula proses oven yang harus dilakukan. 2. Standar Mutu Output. Standar mutu briket yang dihasilkan minimal harus memenuhi ketentuan briket yang baik menurut Standar Nasional Indonesia (SNI). Standar mutu yang ditetapkan di Indonesia menjelaskan lima komponen batasan kandungan pada suatu briket, yaitu kadar air, kadar abu, kadar karbon, kadar zat menguap, dan nilai kalor. Adapun nilai batas-batasnya ada pada Tabel 8. Tabel 8 Standar mutu briket bedasarkan SNI No.1/6235/2000 Parameter Nilai Kadar air (%) ≤8 Kadar abu (%) ≤8 Kadar zat menguap (%) ≤5 Nilai kalor (kal /g) ≥5000 Kadar karbon (%) ≥77 Namun karena tujuan utama dari penjualan briket ini adalah pasar ekspor, maka standar mutu produk juga harus mengikuti memperhatikan permintaan konsumen. Menurut CV Mandiri Globalindo mutu produk yang biasa diinginkan oleh para pembeli dapat dilihat di Tabel 9.
37 Tabel 9 Standar mutu briket para konsumen CV Mandiri Globalindo Parameter Nilai Kadar air (%) 5-8 Kadar abu (%) 3-8 Nilai kalor (kal /g) 7000 Kadar sulfur (%) 0.01 Sumber : CV Mandiri Globalindo
Untuk dapat memenuhi keinginan pembeli, maka akan dikirimkan contoh produk dengan lembar uji yang telah dilakukan. Salah satu lembaga uji yang sudah diakui secara internasional di Indonesia adalah perusahaan Sucofindo, maka sebelum contoh produk dikirim, akan dilakukan pengecekan kandungan produk pada perusahaan Sucofindo. Setelah pengiriman dilakukan, baru akan diadakan kesepakatan jika konsumen tersebut menganggap produk yang ditawarkan sesuai dengan kriteria yang diinginkan. Rencana Jumlah Kapasitas Produksi Proses produksi dilakukan 5 hari kerja dalam seminggu, dalam sehari direncanakan dapat menghasilkan dua ton briket. Dalam proses produksi yang dilakukan memerlukan beberapa mesin untuk mengubah tempurung kelapa menjadi arang dan dilanjutkan dibentuk menjadi briket. Kapasitas mesin yang digunakan berbeda-beda waktu yang bervariasi pula. Namun setelah diakumulasikan akan dapat menghasilkan dua ton per harinya. Namun untuk tahun pertama pelaksanaan usaha efisiensi dari produksi diasumsikan hanya 8090 persen, sehingga hanya mampu menghasilkan 1.8 ton per harinya. Akan tetapi pada tahun seterusnya diasumsikan sudah mampu mencapai target produksi 2 ton per hari. Rencana Proses Produksi Proses produksi yang dilakukan pada usaha ini adalah mengubah tempurung kelapa menjadi briket. Tempurung kelapa yang bernilai rendah diupayakan untuk bernilai tinggi hingga dapat diekspor ke luar negeri. Namun sebelum berubah menjadi briket, tempurung kelapa mengalami beberapa proses seperti yang terdapat pada diagram alir berikut :
38 Penggilingan arang
Tepung Arang
Pengayakan tepung arang Pencampuran tepung arang dengan kanji dan air
Adonan briket
Pencetakan
Briket basah
Pengeringan dengan oven
Briket kering
Pengemasan Gambar 7 Diagram proses produksi briket 1. Penggilingan arang Tahap ini adalah proses dimana mengubah arang tempurung kelapa menjadi tepung arang. Pada proses ini digunakan mesin yang berkapasitas 200 kg per jam, sehingga untuk melakukan penggilingan dua ton arang diperlukan waktu 5 jam. Hal ini karena alat yang yang digunakan untuk menggiling sebanyak 2 buah. Alat yang dipakai ini dibuat agar tepung arang yang dihasilkan rata-rata berukuran 60 mesh sesuai dengan ketentuan SNI 01-6235-2000. 2. Pengayakan tepung arang Pengayakan dilakukan untuk membuat tepung arang yang dipakai yang berukuran berukuran 60 mesh ataupun lebih kecil. Hal ini karena mesin pengayak yang digunakan memiliki ukuran penyaring 60 mesh. Pengayakan ini dilakukan untuk mengantisipasi adanya arang yang mengalami penggilingan tidak sempurna, sehingga ukuranya masih terlalu besar. Ukuran tepung arang ini akan mempengaruhi kemampuan merekat dan menghilangkan kemungkinan adanya batu-batuan, sampah, dan pasir yang ada dalam tepung arang tersebut. Proses pengayakan dilakukan selama 8 jam. Dalam sekali proses pengayakan dibutuhkan waktu 1 jam dengan kapasitas 250 kg. Pada proses pengayakan memungkinkan pengurangan jumlah dari tepung arang sekitar dua sampai tiga persen. Namun pengurangan ini akan tertutupi oleh percampuran tepung arang dengan lem kanji pada tahap berikutnya. Oleh karena itu, kekurangan yang ada dapat tertutupi.
39 3. Pencampuran tepung arang dengan lem kanji. Pencampuran lem kanji dimaksudkan untuk menjadi perekat dalam pembentukan briket. Lem kanji yang digunakan sebanyak 2.5 - 3 persen dari berat tepung arang, sehingga diperkirakan lem kanji yang digunakan untuk dua ton tepung arang adalah 50 kg. Proses pencampuran ini menggunakan alat yang disebut mixer dengan kapasitas 100 kg per proses. Lamanya satu kali proses yang dilakukan adalah sepuluh menit, sehingga waktu yang dibutuhkan adalah 4 jam. Pada tahap ini akan dihasilkan adonan briket yang siap untuk dicetak. 4. Pencetakan Setelah tepung arang tercampur dan lem kanji tercampur dengan baik, maka proses yang seanjutnya dilakukan adalah pencetakan briket. Briket yang akan dihasilkan berbentuk kubus dengan ukuran 1,5 x 2,5 x 2,5 cm. Pencetakan dilakukan selama 8 jam dengan menggunakan mesin pencetak yang berkapasitas 250 kg per jam. Pada proses pencetakan ini akan diperoleh briket namun dengan kadar air yang masih tinggi sehingga masih lembek yang siap diproses ketahap selanjutnya yaitu pengeringan menggunakan oven. 5. Pengeringan dengan oven Proses pengeringan dilakukan untuk membuat briket menjadi padat dan keras. Proses pengeringan ini dilakukan dengan menggunakan oven ruangan dengan mesin pemanas. Pengeringan dilakukan selama 8 jam dengan suhu 800C. Kapasitas ruangan oven sebanyak 2 – 2.5 ton. Dari hasil pengeringan dengan menggunakan oven ini akan didapatkan briket yang siap untuk dikemas. 6. Pengemasan Proses pengemasan dilakukan secara manual dengan menggunakan tenaga manusia. Briket yang sudah jadi dimasukan dalam plastik kemudian dimasukan ke dalam kardus kemasan.
Perumusan Standar Operating Procedure (SOP) dalam Proses Produksi Perumusan SOP dilakukan untuk memberikan petunjuk pelaksanaan secara teknis kepada para karyawan yang turun langsung terutama dalam proses produksi. Hal ini dilakukan agar produk yang dihasilkan dapat konsisten dalam jangka panjang. Adapun beberapa SOP yang diterapkan dalam proses produksi briket adalah sebagai berikut : 1. Bahan baku berupa arang tempurung kelapa yang berasal dari para petani dilakukan penyortiran sesuai dengan kriteria standar mutu input yang telah dijelaskan sebelumnya 2. Bahan baku yang sudah lulus dalam proses penyortiran kemudian dilanjutkan ke proses penggilingan selama 5 jam 3. Saat proses penggilingan pegawai wajib menggunakan masker yang sifatnya sekali pakai. Selain itu pegawai juga harus menggunakan sarung tangan. Penggilingan dilakukan selama 5 jam, dengan menggunakan 2 mesin. Setiap mesin penggilingan di bawah tanggung jawab 2 tenaga kerja. Satu tenaga kerja sebagai operator mesin yang bertugas mengkondisikan hasil olahan dan bahan
40
4.
5.
6.
7.
baku yang akan dimasukan dalam mesin. Kemudian tenaga kerja satunya mengantarkan hasil olahan ke area proses berikutnya dan juga membawa bahan baku dari gudang agar dapat diproses. Pengayakan dilakukan selama kurang lebih 8 jam. Proses pengayakan dilakukan oleh 2 orang tenaga kerja. Tenaga kerja ini wajib menggunakan masker yang sifatnya sekali pakai dan juga sarung tangan. Pencampuran tepung kanji dengan persentase 2.5 - 3 persen dari kuantitas tepung arang yang digunakan. Pengadukan dilakukan selama 10 menit untuk sekali prosesnya dengan kapasitas 100 kg. Proses pengadukan dilakukan oleh 2 tenaga kerja. Setiap tenaga kerja wajib menggunakan masker yang sifatnya sekali pakai dan juga sarung tangan. Proses pencetakan dilakukan oleh 3 orang tenaga kerja. Satu orang sebagai operator mesin, dan memasukkan bahan baku ke mesin. Satu orang melakukan pengontrolan dalam pemotongan. Satu orang meletakkan hasil cetakkan di atas nampan. Setelah briket basah di atas nampan, maka dilakukan proses butik, yaitu proses memisah-misahkan hasil potongan agar tidak menempel satu dengan yang lain. Proses ini dilakukan oleh 2 orang. Pada proses pencetakkan tenaga kerja hanya wajib menggunakan masker saja. Tenaga kerja yang bertugas dalam proses butik juga berkewajiban menata nampan ke dalam oven. Pengeringan menggunakan oven dilakukan dengan menggunakan suhu 800C selama 8 jam. Proses ini di bawah tanggung jawab 1 orang. Orang tersebut berkewajiban melakukan pengecekan terhadap masing-masing kompor, dan menjaga agar api selalu menyala. Tenaga kerja ini wajib menggunakan masker.
Tenaga kerja dalam proses pengemasan wajib melaporkan dengan mengisi catatan banyaknya jumlah produk yang telah dikemas, agar memudahkan dalam penghitungan upah nantinya. Banyaknya tenaga kerja dalam proses ini tidak dibatasi. Rencana Teknologi yang Digunakan Beberapa teknologi modern diterapkan dalam proses produksi pada usaha ini, seperti penghancuran dan penghalusan batok kelapa yang telah menjadi arang. Proses tersebut menggunakan mesin yang disebut crusher. Setelah proses penghancuran akan dilanjutkan dengan proses pengayakan, kemudian pencampuran antara tepung arang dangan kanji menggunakan mesin yang dinamakan mixer. Kemudian dilanjutkan dengan penggunaan mesin pencetak, yang kemudian akan dimasukan kedalam oven yang berukuran sangat besar. Proses ini digunakan untuk mengeringkan adonan briket. 1. Crusher/ Penepung Arang Crusher merupakan alat yang digunakan untuk menghaluskan arang batok kelapa. Sehingga nantinya arang yang akan digunakan dalam pembuatan briket sudah dalam bentuk tepung. Alat ini berkapasitas hingga 200 kg per jam. Oleh karena itu, dibutuhkan 2 mesin untuk dapat menggiling 2 ton per hari. Dengan menggunakan 2 mesin, maka dibutuhkan kurang lebih 5 jam waktu penggilingan. Mesin ini memiliki ukuran 6 x 7 x 10 cm. Mesin ini dijalankan dengan menggunakan tenaga dynamo 10 Hp 380 V 3 phase. Harga satuan dari mesin ini
41 adalah Rp19 500 000, harga ini belum termasuk biaya pengiriman dan pajak. Pajak yang dikenakan adalah 10 persen dari harga sehingga harganya akan menjadi Rp21 450 000. Namun karena dibutuhkan 2 mesin, maka biaya yang perlu dikeluarkan sebanyak Rp42 900 000
Sumber : www.rumahmesin.com
Gambar 8 Mesin penepung arang 2. Pengayak Pengayak merupakan alat yang digunakan untuk menyaring tepung arang yang telah dihasilkan dari mesin crusher. Penyaringan ini dilakukan agar tepung arang yang didapatkan merupakan tepung yang halus sehingga dapat merekat dengan baik nantinya. Menurut SNI 01-6235-2000 ukuran tepung arang yang baik digunakan adalah 60 mesh. Oleh karena itu, lubang-lubang yang terbuat dari kawat yang digunakan dalam alat ini dibentuk dengan ukuran 60 mesh. Mesin ini memiliki dimensi 3 x 8 x 3cm. Mesin ini menggunakan penggerak elektro motor 1 Hp 220 V dengan spesifikasi rangka besi. Kapasitas mesin ini adalah 250 kg per jam. Harga alat pengayak ini Rp11 000 000 belum termasuk biaya pengiriman dan pajak. Pajak sebesar 10 persen, sehingga mesin menjadi seharga Rp12 100 000.
Sumber : www.rumahmesin.com
Gambar 9 Mesin pengayak
42 3. Mixer Mixer merupakan alat yang digunakan untuk mencampur tepung arang yang telah diayak dengan kanji. Mesin ini memiliki spesifikasi bahan body platezer dengan rangka besi siku. Mesin ini digerakan dengan mengunakan penggerak diesel 12 Pk / 10 Hp 380 V 3 phase. Kapasitas mesin ini adalah 100 kg per proses. Waktu yang dibutuhkan dalam sekali proses adalah 10 menit. Sehingga untuk mengolah 2 ton tepung arang dengan 50 kg kanji memerlukan kurang lebih 4 jam. Dalam proses produksi cukup dengan satu mesin saja. Harga satu mesin mixer ini adalah Rp19 500 000, belum termasuk biaya pengiriman dan pajak. Pajak yang dikenakan sebesar 10 persen sehingga mesin menjadi seharga Rp21 450 000
Sumber : www.rumahmesin.com
Gambar 10 Mesin mixer (pengaduk bahan briket) 4. Pencetak Briket Mesin ini digunakan untuk mencetak adonan briket yang telah selesai diproses oleh mesin pengaduk sebelumnya. Mesin ini dilengkapi dengan 2 model hasil cetakan yang dapat dipesan. Bentuk yang banyak diinginkan pelanggan adalah kubus dan silinder sehingga dalam pembelian mesin ini dipilih bentuk cetakan produk yang kubus dan silinder. Material body dan cetakannya menggunakan plat besi cor, sedangkan material rangkanya menggunakan canal UNP atau besi siku atau plat besi. Sedangkan penggeraknya menggunakan motor listrik 12 Pk / 10 Hp 380 V 3 phase. Kapasitas dari mesin pencetak ini adalah 250 kg per jam. Oleh karena itu untuk proses produksi cukup menggunakan satu alat pencetak ini saja. Harga satu mesin pencetak ini kurang lebih Rp19 500 000, belum termasuk biaya pengiriman dan pajak. Pajak yang dikenakan sebesar 10 persen sehingga biaya yang harus ditanggung untuk membeli mesin ini sebesar Rp21 450 000.
43
Sumber : www.rumahmesin.com
Gambar 11 Mesin pencetak briket Selain mesin pencetak, dibutuhkan pula mesin pemotong dan meja berjalan yang digunakan dalam proses pencetakan. Meja dengan dasar karet yang dapat berjalan tersebut digunakan untuk menggerakan hasil cetakan, dan mengantarkannya kepada mesin pemotong. Meja berjalan yang dibutuhkan adalah 6 m. Harga dari meja berjalan tersebut adalah Rp5 000 000, sedangkan harga alat pemotong seperangkatnya adalah Rp8 500 000. Alat pemotong dan meja berjalan ini digerakan dengan EM ½ Hp. Adapun seperangkat alat pemotong dapat dilihat pada Gambar12.
Gambar 12 Meja penggerak dan alat pemotong hasil cetakan
5. Oven Oven merupakan alat yang digunakan untuk memanaskan dan mengeringkan adonan briket yang sudah dicetak sebelumnya. Alat yang digunakan sebagai pengering ini terdiri atas 4 bagian, yaitu alat selang gas, 2 buah kipas besar, nampan, dan sebuah ruangan. Ruangan yang digunakan untuk mengeringkan yaitu berukuran 5 m x 3 m x 4.25 m. Ruangan ini mempunyai
44 kapasitas 2 000 – 2 500 kg. Proses pengeringan dalam oven yaitu 6-8 jam. Harga pembuatan ruangan oven mesin pengering ini sekitar sekitar Rp40 000 000
Gambar 13 Ruangan oven nampak dari luar
Gambar 14 Kipas besar di dalam oven
Gambar 15 Kipas kecil di dalam ruangan oven
45
Gambar 16 Tungku oven
Gambar 17 Kompor mawar (pemanas oven) Tungku oven seperti pada Gambar 17 digunakan sebagai tempat memasukannya api yang dinyalakan oleh LPG. Untuk memanaskan satu ruangan digunakan 3 tungku pemanas. Masing-masing tungku pemasan ini dipasangkan dengan selang yang nantinya disambungkan dengan tabung LPG dan kompor mawar. Kompor mawar digunakan untuk menyalakan api dari gas LPG. Harga dari selang kompor adalah Rp70 000, sedangkan harga dari kompor mawar adalah Rp300 000.
Gambar 18 Nampan oven
46 Nampan pemanas yang digunakan sebagai tempat menaruh briket di dalam oven yang dibutuhkan adalah sekitar 600 buah. Satu buah nampan pemanas ini dapat digunakan untuk menaruh kurang lebih 3.5 kg briket. Harga untuk satu nampan adalah Rp80 000, sehingga dibutuhkan biaya sebesar Rp48 000 000 untuk mendapatkan 600 buah nampan tersebut. Perencanaan Tata Letak dan Lokasi Lokasi pendirian usaha rencananya akan terletak di Jalan Raya Sinagar Desa Cihideung Udik, Ciampea, Bogor. Lokasi pabrik ini dipilih karena akses yang mudah dan strategis jika dilihat dari tempat pengumpulan bahan baku yang terletak di daerah Bogor Barat. Selain itu daerah ini juga tidak terlalu padat akan rumah penduduk sehingga jika ada sanitasi akan lebih mudah. Letak yang cukup strategis ini diharapkan mampu mempermudah akses pengiriman sehingga dapat membuat terciptanya efisiensi waktu. Rencananya tanah yang akan digunakan untuk usaha seluas 266.5 m2. Bangunan yang akan didirikan akan berada dalam satu atap, sehingga hanya dipisahkan oleh beberapa tembok penyekat. Secara garis besar area bangunan terbagi menjadi dua, yaitu area produksi dan area kantor. Area kantor direncanakan akan memiliki luas sekitar 35 m2. Dalam area kantor terdapat ruang tamu, ruang pengelola usaha, mushola, toilet, dapur dan ruang pengarsipan. Ruang tamu mempunyai luasan 2 x 3 m. Ruangan pengelola usaha mempunyai luasan 4 x 3 m. Kemudian ruangan pengarsipan mempunyai ukuran 2 x 2.5 m. Pada kantor juga terdapat toilet untuk pegawai dengan ukuran 2 x 1.5 m. Untuk memudahkan pegawai pengelola usaha, di dalam kantor juga di sediakan dapur dan mushola dengan ukuran masing-masing 1.5 x 1 m dan 3 x 1.5 m. Pada area produksi terdapat 2 gudang, yang digunakan sebagai gudang bahan baku dan gudang produk yang sudah jadi. Masing-masing gudang memiliki ukuran 3 x 3 m. Area penggilingan tidak disekat dengan tembok, namun diperkirakan area penggilingan ini memerlukan wilayah seluas 9 m2. Selanjutnya ada area pengayakan, pengadukan, pencetakan dan pengemasan yang juga tidak terdapat penyekat antar areanya. Hanya saja dapat diperkirakan masing-masing area ini memerlukan luasan 9 m2 untuk dapat berproduksi secara baik. Perkiraan ini dilandaskan atas tata letak pabrik CV Mandiri Globalindo yang juga berproduksi dengan kapasitas yang sama yaitu 2 ton per hari. Tata letak area produksi diatur sesuai dengan alur produksi, sehingga diharapkan dapat memudahkan proses perpindahan dari satu proses ke proses berikutnya. Di sebelah area pencetakan terdapat ruangan yang digunakan untuk mengeringkan adonan briket yang telah dicetak. Ruangan oven ini memerlukan luasan 30 m2 dengan ukuran 5 x 6 m. Ruangan oven memiliki dua pintu yang digunakan sebagai sarana memasukan adonan dan mengeluarkan adonan. Pintu untuk memasukan adonan sengaja dirancang dekat dengan area pencetakan agar lebih cepat dalam proses memindahkannya. Begitu pula pintu yang digunakan untuk mengeluarkan hasil dari oven yang dirancang dekat dengan area pengemasan. Dalam pabrik juga terdapat mushola karyawan dengan ukuran 3 x 2.5 m. selain itu juga terdapat toilet dan juga kantin yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan dari karyawan. Toilet yang direncanakan akan dibangun sebanyak dua buah, dengan ukuran masing-masingnya 1 x 1.5 m. Kemudian kantin yang
47 dibangun untuk karyawan ini mempunyai ukuran 3 x 2.5 m. Adapun denah lokasi dapat dilihat pada Gambar 20.
48 Gambar 19 Denah pabrik unit usaha Tunas Kelapa Rencana Organisasi dan Sumber Daya Manusia
Bentuk Organisasi Koperasi merupakan jenis badan usaha yang dipilih untuk menaungi usaha briket. Hal ini karena tujuan utama dari pendirian bisnis adalah untuk membantu para petani dalam meningkatkan nilai tambah tempurung kelapa yang sekaligus diharapkan dapat meningkatkan perekonomian para petani itu sendiri, sehingga usaha ini didirikan atas dasar kebersamaan yang mementingkan kepentingan bersama seperti konsep koperasi. Dalam pelaksanaannya usaha ini menggunakan konsep kewirakoperasian, yaitu suatu sikap positif yang mengambil prakarsa secara inovatif dalam pengambilan risiko yang berpegang pada prinsip koperasi dengan tujuan peningkatan kesejahteraan bersama. Usaha briket tempurung kelapa ini merupakan usaha yang berada di bawah badan hukum koperasi, sehingga termasuk dalam unit usaha dalam koperasi. Unit usaha briket ini akan diberi nama Tunas Kelapa, nama ini diambil dari bahan baku utama bisnis yang akan dijalankan, yaitu kelapa. Kemudian kata “tunas” diharapkan dapat mencerminkan koperasi yang akan menjadi cikal bakal tumbuhnya usaha yang kuat seperti pohon kelapa. Selain itu kata “kelapa” juga diharapkan dapat merepresentasikan makna kebermanfaatan bagi koperasi dan anggotanya. Hal ini karena kelapa sering dikenal sebagai tanaman yang dapat memberikan manfaat kepada manusia, mulai dari daun, bahkan sampai akar dapat digunakan
Gambar 20 Logo unit usaha Tunas Kelapa
Visi dan Misi Usaha Dalam menjalankan sebuah usaha visi dan misi sangatlah penting ditentukan sebagai penuntun dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Visi dapat digunakan sebagai tujuan, keinginan maupun gambaran tentang masa depan dari usaha briket ini. Sedangkan misi adalah cara yang memungkinkan untuk ditempuh dalam mewujudkan visi tersebut. Adapun visi dan misi dari usaha ini adalah sebagai berikut : Visi : Terwujudnya usaha yang berdaya saing internasional dan dapat memberikan kesejahteraan secara lokal. Misi :
49 1. Menjalankan usaha berlandaskan nilai-nilai koperasi. 2. Meningkatkan peran serta anggota koperasi dan meningkatkan pembinaan anggota dalam pengembangan usaha. 3. Memenuhi harapan costumer secara professional dengan orientasi pada kualitas produk dan pelayanan yang memuaskan. Aspek Legal dan Ruang Lingkup Usaha Pendirian sebuah usaha tentunya perlu adanya surat perizinan yang harus diurus meliputi tanda daftar perusahaan (TDP), nomor pokok wajib pajak (NPWP), bukti diri, surat izin usaha perdagangan (SIUP), surat izin usaha industri (SIUI), izin domisili, dapat diperoleh dari kelurahan setempat, Izin gangguan, diperoleh dari kelurahan tempat perusahaan berdiri, izin mendirikan bangunan (IMB), diperoleh dari pemerintah setempat. Dalam mengurus suratsurat tersebut, unit usaha ini akan menggunakan badan hukum koperasi. Koperasi yang menaungi usaha ini diasumsikan adalah Koperasi Sejahtera Bersama. Jenis ini adalah koperasi produsen (productive cooperation), yang artinya koperasi yang menaungi usaha yang dimiliki oleh para anggotanya. Para anggota disini merupakan para petani yang menjadi pemasok bahan baku. Selain menjadi pemasok, petani juga diharapkan dapat berperan aktif dalam kelompok tani untuk membuat arang tempurung kelapa. Bagian-bagian kelapa sebelum disetorkan kepada koperasi, maka akan di pisah-pisahkan terlebih dahulu oleh petani. Bagian-bagian yang telah ditampung oleh koperasi, kemudian akan dijual kepada beberapa perusahaan yang membutuhkan, seperti daging kelapa yang dapat dijual kepada perusahaan kopra maupun perusahaan minyak kelapa yang membutuhkannya. Kemudian bagian sabut kelapa dapat dijual kepada perusahaan pengolah sabut seperti perusahaan penghasil cocofiber. Air kelapa yang telah dikumpulkan juga dapat dijual kepada perusahaan nata de coco. Sedangkan untuk tempurung kelapanya akan diolah oleh kelompok tani menjadi arang. Nantinya arang ini akan dibeli oleh usaha briket milik koperasi ini. Akan tetapi, perencanaan mengenai unit usaha briket ini hanya akan berfokus pada arang yang diterima sebagai bahan baku dan juga briket sebagai hasilnya, sehingga analisis keuangan akan bagian-bagian kelapa yang ikut ditampung koperasi selain arang tidak dimasukan dalam analisis usaha briket. Pembentukan usaha ini diawali dengan usaha oleh wirakop kepada Koperasi Sejahtera Bersama, kemudian dilanjutkan ke beberapa masyarakat desa yang mempunyai tanaman kelapa untuk bergabung. Sosialisasi ini dibantu oleh beberapa badan pertanian daerah setempat seperti Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) dan Badan Penyuluh Pertanian, dan Kehutanan (BP3K). Dari UPTD dapat diperoleh data dan keterangan mengenai desa-desa yang berpotensi dalam hal tanaman kelapa, setelah itu sosialisasi dapat dilaksanakan dengan bantuan para penyuluh yang mengampu masing-masing desa tersebut. Setelah sosialisasi mengenai ide bisnis, langkah selanjutnya adalah pembentukan kelompok tani (POKTAN) kelapa untuk setiap desa yang berpotensi dalam tanaman kelapa. Setelah terbentuk poktan, maka akan dilakukan pelatihan tentang pembuatan arang secara intensif. Setelah POKTAN sudah mampu menghasilkan arang, maka akan tetap dilakukan pengecekan
50 terhadap proses produksi arang agar kualitas yang dihasilkan tetap terjaga. Adapun proses pembentukan unit usaha briket tempurung kelapa adalah sebagai berikut.
Sosialisasi
POKTAN
Arang
Usaha briket
BP3K
UPTD
Koperasi
Ide Gambar 21 Proses pembentukan unit usah Tunas Kelapa
Struktur Organisasi Struktur organisasi yang akan dibentuk dalam unit usaha briket ini seperti koperasi pada umumnya dengan posisi tertinggi adalah rapat anggota (RA), diikuti dengan pengawas, dan pengurus. Hal yang membedakan struktur organisasi koperasi ini dengan yang lain adalah beberapa posisi yang kewenangannya dibawah pengurus seperti koordinator usaha, manajer produksi, manajer keuangan, dan manajer pemasaran. Pengurus koperasi terdiri atas ketua, sekretaris, bendahara, dan pengawas yang masing-masing posisinya disamakan dengan Koperasi Sejahtera Bersama. Kemudian karyawan terdiri atas koordinator usaha yang merupakan seorang wirakop, manajer pemasaran, manajer produksi, manajer keuangan, dan beberapa tenaga kerja di bagian produksi. Pada bagian produksi terdapat 2 orang tenaga kerja untuk proses penggilingan, 2 orang tenaga kerja untuk proses pengayakan, 2 orang tenaga kerja untuk pengadukan, begitu pula pada proses pencetakan dan pengeringan menggunakan oven. Sedangkan pada proses pengemasan terdapat beberapa tenaga kerja tidak tetap yang diberikan upah berdasarkan banyaknya kemasan yang mereka hasilkan. Tenaga kerja tidak tetap ini berkisar 8-10 orang. Selain itu terdapat buruh angkut untuk membawa produk ke dalam truk kontainer. Buruh angkut ini bersifat borongan dalam pemberian upahnya
.
51
RA (Rapat Anggota)
Pengurus
ANGGOTA KOPERASI Pengawas
Koordinator Usaha
Manajer Pemasaran LUAR ANGGOTA KOPERASI
Manajer Produksi
Manajer Keuangan
Tenaga Kerja Produksi
Gambar 22 Bagan struktur organisasi unit usaha Tunas Kelapa
Deskripsi dan Spesifikasi Kerja 1. Rapat anggota (RA) Menurut pasal 1 UU No. 17 Tahun 2012, RA merupakan perangkat organisasi koperasi yang memegang kekuasaan tertinggi dalam koperasi. Dalam pasal 32 UU No. 17 Tahun 2012 dijelaskan bahwa rapat anggota berwenang untuk: a) menetapkan kebijakan umum koperasi, b) mengubah anggaran dasar, c) memilih, mengangkat, dan memberhentikan pengawas dan pengurus, d) menetapkan rencana kerja, rencana anggaran pendapatan dan belanja koperasi, e) menetapkan batas maksimum pinjaman yang dapat dilakukan oleh pengurus untuk dan atas nama koperasi, f) meminta keterangan dan mengesahkan pertanggungjawaban pengawas dan pengurus dalam pelaksanaan tugas masing-masing, g) menetapkan pembagian sisa hasil usaha, h) memutuskan penggabungan, peleburan, kepailitan, dan pembubaran koperasi, dan i) menetapkan keputusan lain dalam batas yang ditentukan oleh undangundang ini. 2. Pengawas Menurut pasal 48 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012, pengawas merupakan seseorang yang dipilih dan oleh anggota pada rapat anggota. Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 Pasal 50 pengawas bertugas untuk : a) mengusulkan calon pengurus,
52 b) memberi nasihat dan pengawasan kepada pengurus, c) melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan dan pengelolaan koperasi yang dilakukan oleh pengurus, dan d) melaporkan hasil pengawasan kepada rapat anggota. Dalam pasal tersebut juga diatur mengenai wewenang pengawas sebagai berikut: a) menetapkan penerimaan dan penolakan anggota baru serta pemberhentian anggota sesuai dengan ketentuan dalam anggaran dasar, b) meminta dan mendapatkan segala keterangan yang diperlukan dari pengurus dan pihak lain yang terkait, c) mendapatkan laporan berkala tentang perkembangan usaha dan kinerja koperasi dari pengurus, d) memberikan persetujuan atau bantuan kepada pengurus dalam melakukan perbuatan hukum tertentu yang ditetapkan dalam anggaran dasar, dan e) dapat memberhentikan pengurus untuk sementara waktu dengan menyebutkan alasannya. 3. Pengurus Pengurus merupakan orang yang dipilih baik yang merupakan anggota maupun bukan anggota yang dianggap berkompeten untuk dapat memajukan koperasi. Pengurus juga merupakan orang yang tidak pernah menjadi pengawas ataupun pengurus suatu koperasi atau komisaris atau direksi suatu perusahaan yang dinyatakan bersalah karena menyebabkan koperasi atau perusahaan itu pailit. Hal ini dilakukan agar koperasi dapat terhindar dari hal-hal buruk yang dapat menimpa akibat dari perbuatan pengurus dimasa yang akan datang. Selain itu pengurus juga harus merupakan orang yang bersih secara hukum selama 5 tahun sebelum pengangkatan. Dalam pasal 58 UU No 17 Tahun 2012 dijelaskan mengenai tugas dan wewenang pengurus sebagai berikut : a) mengelola koperasi berdasarkan anggaran dasar, b) mendorong dan memajukan usaha anggota, c) menyusun rancangan rencana kerja serta rencana anggaran pendapatan dan belanja koperasi untuk diajukan kepada rapat anggota, d) menyusun laporan keuangan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas untuk diajukan kepada rapat anggota, e) menyusun rencana pendidikan, pelatihan, dan komunikasi koperasi untuk diajukan kepada rapat anggota, f) menyelenggarakan pembukuan keuangan dan inventaris secara tertib, g) menyelenggarakan pembinaan karyawan secara efektif dan efisien, h) memelihara buku daftar anggota, buku daftar pengawas, buku daftar pengurus, buku daftar pemegang sertifikat modal koperasi, dan risalah rapat anggota, i) melakukan upaya lain bagi kepentingan, kemanfaatan, dan kemajuan koperasi sesuai dengan tanggung jawabnya dan keputusan rapat anggota, j) pengurus berwenang mewakili koperasi di dalam maupun di luar pengadilan. Pengurus terdiri atas ketua, sekretasris. dan bendahara. Setiap posisi memiliki spesifikasi kerja yang berbeda. Adapun tugas dan wewenang dari masing-masing jabatan dalam kepengurusan koperasi adalah sebagai berikut.
53 a) Ketua Mengkoordinasi, mengawasi, memberi petunjuk, dan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan tugas anggota, pengurus, dan karyawan. Memberikan laporan pertanggungjawaban kepada rapat anggota. Memimpin rapat pengurus dengan manajer dan badan pengawas. Mengambil keputusan terakhir dalam kepengurusan koperasi dengan tetap memperhatikan usul, saran, dan pertimbangan dari pemegang fungsi di bawahnya. b) Sekretaris Mengadakan dan memelihara semua arsip, buku, surat, keputusan rapat anggota dan buku keutusan rapat pengurusan. Merancang dan membuat peraturan tertulis serta ketentuan lainnya seperti SOP bagi setiap karyawan. Menyusun laporan-laporan organisasi untuk disampaikan pada rapat anggota. Bertanggung jawab atas bidang administrasi. Membuat pencatatan terhadap perjanjian kemitraan terhadap petani kelapa baik angota maupun non anggota koperasi. Mengurus dan menyusun perizinan usaha. c) Bendahara Menetapkan dan membuat pembukuan pengeluaran dan pemasukan koperasi sebagai data pertanggungjawaban pada rapat anggota. Membuat perencanaan anggaran belanja dalam jangka pendek dan jangka panjang. Mengatur keuangan agar tidak melebihi anggaran belanja yang telah ditetapkan sebelumnya. Mencari sumber informasi mengenai kesempatan yang dapat digunakan untuk mendapatkan dana dengan syarat yang tidak memberatkan koperasi. Membimbing dan mengawasi pengeluaran yang dilakukan pada setiap divisi, seperti divisi pemasaran, divisi produksi, dan divisi keuangan dalam unit usaha yang dijalankan. 4. Koordinator usaha (Wirakop) Kooordinator usaha merupakan orang yang diangkat oleh pengurus dan diberikan kekuasaan untuk mengelola dan mengatur jalannya satu unit bisnis koperasi, dalam hal ini bisnis briket yang dimaksudkan. Koordinator usaha merupakan wirakop yang merintis ide usaha briket. Ada pun tugas dan wewenang koordinator usaha briket adalah sebagai berikut : a) Mengkoordinasikan penyusunan rencana kerja anggota dari masingmasing bagian dan mengajukan rencana kerja tersebut kepada pengurus. b) Membantu pengurus dalam menjelaskan rencana kerja dan anggaran dasar saat rapat anggota. c) Menjalankan kebijakan bidang usaha yang telah ditetapkan oleh pengurus yang telah disetujui saat rapat anggota. d) Memimpin, memberi pengarahan, dan pengawasan kepada para manajer disetiap divisi agar pelaksanaan usaha tetap sejalan dengan rencana yang telah ditetapkan.
54 e) Mengajukan usulan kepada pengurus pada rapat anggota mengenai jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dalam usaha briket kemudian dilanjutkan melakukan perekrutan tenaga kerja. f) Mempelajari laporan dari masing-masing divisi yang berada dibawah tanggung jawabnya. Laporan ini digunakan agar dapat mengevaluasi dan selanjutnya dapat digunakan sebagai acuan dalam mengambil langkah strategis untuk menghadapi risiko yang dihadapi serta untuk memajukan usaha. g) Mencari sumber dana untuk menjalankan dan mengembangkan usaha. h) Membangun kemitraan dan membuat usulan rancangan perjanjian mengenai kemitraan terhadap petani kelapa yang merupakan anggota maupun non anggota koperasi. Keunggulan koperasi dapat diperoleh secara baik dengan memadukan tugas wirakop dengan peluang yang ada. Adapun tugas wirakop sebagai upaya pendukung dalam memperkuat keunggulan koperasi adalah sebagai berikut . a) Menciptakan kekuatan dalam pasar Apabila para petani bersatu untuk membentuk koperasi maka dapat memperluas pasar serta memperkuat kedudukan petani dalam pasar. Hal ini akan semakin terlaksana jika para petani membentuk koperasi pada tingkat di atas koperasi primer, yaitu pembentukan koperasi sekunder, tersier, dan seterusnya. Dengan begitu kekuatan dalam pasar akan diperoleh melalui integrasi vertikal dari hulu hingga hilir. Integrasi ini sangat mungkin dilaksanakan dengan para petani dari anggota koperasi yang menguasai bahan baku dari usaha koperasi. Tugas wirakoperasi disini adalah meningkatkan efisiensi koperasi melalui integrasi vertikal, salah satunya dengan bentuk pooling. b) Mereduksi biaya transaksi Biaya transaksi dapat muncul akibat dari transaksi yang dilakukan usaha dalam koperasi dengan anggota maupun dengan non anggota. Untuk dapat menekan biaya transaksi ini, wirakop dapat melakukan cara-cara sebagai berikut : pembelian dalam jumlah banyak sehingga akan menurunkan biaya per unitnya, membangun sosial control dari anggota sehingga memungkinkan biaya pengendalian piutang menjadi rendah. c) Mengembangkan interlinkage market Wirakop bertugas menciptakan kerjasama yang dapat saling menguntungkan antara pelaku dalam interlinkage market dalam usaha di bawah naungan koperasi. d) Memperbesar trust capital Wirakop bertugas membangun kepercayaan para anggota koperasi untuk mempercayakan dana yang dimiliki untuk membiayai pendirian dan pertumbuhan koperasi demi kesejahteraan bersama. e) Melakukan upaya pengendalian ketidakpastian Wirakop memiliki tugas untuk meningkatkan rasa memiliki koperasi pada para anggota agar anggota tidak ingin merugikan koperasinya sendiri dan juga mau menanggung risiko yang mungkin dihadapi secara bersama. Untuk meningkatkan rasa kepemilikan anggota terhadap koperasi, maka
55 harus ada kebermanfaatan yang dirasakan oleh anggota dengan mengikuti koperasi. Oleh karena itu, wirakop harus berupaya meningkatkan pelayanan dengan menyediakan pelatihan-pelatihan dalam meningkatkan produksi kelapa dan arang. f) Melakukan inovasi Peningkatan pertumbuhan usaha koperasi dapat dilakukan dengan upaya wirakop dalam berinovasi. Wirakop harus mampu menciptakan inovasi yang menguntungkan bagi perusahaan koperasi lebih cepat dibandingkan laju inovasi para pesaing koperasi. g) Meningkatkan partisipasi anggota Wirakop bertugas mengelola partisipasi efektif yang dapat memotivasi anggota dalam meningkatkan partisipasinya dalam berbagai bentuk. 5. Manajer produksi (Wirakop) Merupakan seseorang yang telah direkrut oleh koordinator usaha dengan persetujuan pengurus dengan diberikan tanggung jawab atas pelaksanaan proses produksi secara keseluruhan. Spesifikasi dari manajer produksi yang lebih rinci adalah sebagai berikut : a) Melakukan pengawasan atas pelaksanaan proses produksi, mulai dari penerimaan sampai produksi siap untuk dikirim. b) Merancang strategi produksi yang efektif dan efisien kepada koordinator usaha. c) Melakukan pengecekan terhadap persediaan produk dan bahan baku di gudang. d) Memastikan bahan baku tercukupi dan berjalan dengan lancar. e) Melakukan sortasi terhadap bahan baku yang masuk agar sesuai dengan kriteria bahan baku yang telah ditetapkan. f) Membawa produk ke laboratorium berbayar yang dapat mengetahui kandungan briket secara berkala. Selain manajer produksi, terdapat pula beberapa tenaga kerja produksi yang tetap maupun yang tidak tetap. Tenaga kerja yang tetap meliputi tenaga kerja pada bagian karbonisasi, penggilingan, pengayakan, pengadukan, pencetakan, dan pengeringan menggunakan oven. Tenaga kerja tetap merupakan tenaga kerja yang secara penuh harus bekerja pada jam operasional pabrik atau saat jam kerja yang telah ditentukan. Upah yang diberikan pada tenaga kerja tetap berdasarkan upah bulanan yang nilainya tetap. Sedangkan tenaga kerja yang tidak tetap adalah tenaga kerja yang jam kerjanya tidak ditentukan dan tidak harus ada saat jam operasional pabrik. Tenaga kerja tidak tetap ada di bidang pengemasan. Pada bagian pengemasan memanfaatkan tenaga kerja ibu-ibu yang dibayar berdasarkan banyaknya produk yang dikemas setiap harinya. Untuk lebih jelasnya berikut akan lebih diuraikan dari masing-masing spesifikasi kerja dari tenaga kerja yang ada. a) Tenaga kerja produksi bagian penggilingan Spesifikasi kerja : Melakukan penggilingan arang sesuai dengan SOP produksi yang telah ditentukan. Melakukan pengecekan mesin sebelum dan sesudah pemakaian mesin pengayakan. Membawa hasil penggilingan ke tempat pengayakan
56 b) Tenaga kerja produksi bagian pengayakan Spesifikasi kerja: Melakukan proses pengayakan sesuai dengan SOP yang telah ditentukan. Melakukan pengecekan mesin sebelum dan sesudah pemakaian mesin pengayakan. Membawa hasil pengayakan untuk dibawa ketempat pengadukan. c) Tenaga kerja produksi bagian pengadukan Spesifikasi kerja : Melakukan proses pengadukan sesuai dengan SOP yang telah ditentukan. Melakukan pengecekan mesin sebelum dan sesudah pemakaian mesin pencetakan. Membawakan hasil pengadukan ke bagian pencetakan. d) Tenaga kerja produksi bagian pencetakan Spesifikasi kerja: Melakukan proses pencetakan sesuai dengan SOP yang telah ditentukan. Melakukan pengecekan mesin sebelum dan sesudah pemakaian mesin. Membawa hasil briket yang sudah dicetak ke bagian pengeringan. e) Tenaga kerja produksi bagian pengeringan Spesifikasi kerja : Melakukan proses pengeringan selama 8 jam dalam suhu 800C sesuai dengan SOP yang ditentukan. Melakukan pengecekan suhu pada oven untuk menjaga kestabilan proses pengeringan. Membawa hasil briket yang sudah jadi ke bagian pengemasan. f) Tenaga kerja produksi bagian pengemasan Spesifikasi kerja : Mengemas briket yang sudah jadi ke dalam plastik, kemudian dimasukan ke dalam kerdus kemasan . Dari briket yang sudah dalam kardus kemasan, kemudian dikemas lagi ke dalam kerdus yang besar untuk selanjutnya disimpan dalam gudang. 6. Manajer keuangan Manajer keuangan merupakan seseorang yang bertanggungjawab atas keuangan usaha briket. Adapun spesifikasi dari menajer keuangan adalah sebagai berikut : a) Merencanakan anggaran belanja dan pendapatan usaha yang akan datang. b) Membuat pencatatan dan pengontrolan tentang pengeluaran dan pemasukan yang telah dilakukan untuk setiap kegiatan usaha yang telah dilakukan. c) Mencari informasi mengenai sumber pendanaan yang memungkinkan dan meringankan dalam mengembangkan usaha briket. 7. Manajer pemasaran Manajer pemasaran merupakan sesesorang yang bertanggungjawab atas pemasaran produk yang dilakukan. Dalam penerapannya manajer pemasaran memiliki peranan yang penting karena manajer pemasaran inilah yang menjadi penghubung antara konsumen dengan produk. Adapun spesifikasi dari pekerjaan yang harus dilakukan seorang manajer pemasaran adalah sebagai berikut.
57 a) Membuat dan mengoperasikan web dan media sosial lainnya mengenai usaha briket untuk memasarkan produk briket ke pasar ekspor. b) Bertanggung jawab atas distribusi produk kepada konsumen. c) Merencanakan dan melaksanakan strategi pemasaran yang sebelumnya dirundingkan terlebih dahulu dengan koordinator usaha. d) Bertanggung jawab atas hubungan dengan konsumen yang akan memesan produk. e) Membuat surat penawaran dan perjanjian kerjasama dengan pihak pembeli. 8. Kuli angkut briket Kuli angkut briket adalah tenaga kerja yang mengangkut produk briket yang sudah siap untuk dikirimkan dari gudang ke dalam kontainer. Selain itu kuli angkut juga bertugas untuk mengangkut bahan baku dari petani ke truk dan juga dari truk ke dalam pabrik. Jam kerjanya tidak pasti, hanya saat penjemputan bahan dan saat akan mengirim barang saja. 9. Penjaga malam Penjaga malam merupakan seseorang yang bertugas mengamankan pabrik. Jam operasional satpam ini hanya setelah pabrik tutup hingga pabrik dibuka kembali. Satpam dianggap diperlukan untuk mengamankan berbagai barang berharga yang ada di kantor maupun pabrik dari risiko pencurian. 10. Supir Supir bertugas untuk membawa truk untuk mengambil bahan baku dari kelompok-kelompok tani. Jam kerjanya hanya setengah hari saja, karena jika bahan baku sudah sampai pabrik, supir truk tersebut diperbolehkan untuk pulang. Namun supir pabrik juga bertanggung jawab atas pemeliharaan mesin truk dengan cara melakukan service truk secara rutin. Biaya service akan ditanggung koperasi. Upah dan Gaji Besarnya upah dan gaji yang diberikan kepada setiap tenaga kerja dalam usaha briket ini berbeda-beda tergantung dengan spesifikasi dan tanggung jawabnya. Adapun rincian upah dan gaji tenaga kerja dalam usaha briket tertera dalam Tabel 7. Selain tenaga kerja dalam usaha briket ini gaji juga diberikan kepada para pengurus koperasi. Sesuai Pasal 57 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang perkoperasian disebutkan bahwa gaji setiap pengurus ditetapkan oleh rapat anggota atas usul pengawas. Namun gaji dari pengurus masuk dalam manajemen koperasi, sehingga tidak dirincikan dalam usaha briket ini. Gaji yang diberikan karyawan berdasarkan upah minimum regional (UMR) daerah Kabupaten Bogor tahun 2015 yaitu sebesar Rp2 590 000. Akan tetapi pada upah tenaga kerja pengangkut dan supir menggunakan sistem pembayaran pada setiap pengangkutan. Pengangkutan pengambilan bahan baku 2 kali dalam satu minggu, sehingga pengangkutan yang dilakuka supir sebanyak 8 kali pula. Lain halnya dengan pengangkutan yang dilakukan oleh kuli angkut yang sebanyak 10 kali karena pemindahan produk briket ke dalam kontainer yang akan diekspor
58 sebanyak 2 kali ditambah dengan pengangkutan yang dilakukan saat pengambilan bahan baku dari petani.
Tabel 7 Rincian upah dan gaji tenaga kerja usaha briket per bulan Posisi Koordinator usaha Manajer keuangan Manajer produksi Manajer pemasaran Tenaga kerja produksi bagian penggilingan Tenaga kerja produksi bagian pengayakan Tenaga kerja produksi bagian pengadukan Tenaga kerja produksi bagian pencetakan Tenaga kerja produksi bagian pengeringan dengan oven Total upah tenaga kerja pengangkutan Penjaga malam Supir
Biaya satuan (Rp000) 5 000 3 750 4 000 3 800 2 590 2 590 2 590 2 590 2 590 3 00 2 590 1 00
Total
Jumlah 1 1 1 1 2 2 2 2 2 10 x Borongan 1 8x kepergian
Jumlah biaya (Rp000) 5 000 3 750 4 000 5 180 5 180 5 180 5 180 5 180 5 180 3 000 2 590 8 00 48 840
Rencana Kemitraan Pola kemitraan yang akan dijalankan adalah pola kemitraan vertikal. Hal ini karena kemitraan yang akan dibangun terkait dengan kemitraan dalam penyediaan bahan baku dan kemitraan dalam penyediaan modal usaha. Kemitraan dalam penyediaan bahan baku akan dilakukan dengan para petani kelapa yang ada di Kabupaten Bogor. Para petani dari beberapa kecamatan yang telah dipilih kemudian akan dikumpulkan dan diajak untuk membuat kelompok tani, kemudian dilanjutkan dengan pembentukan gabungan kelompok tani. kemudian proses berikutnya adalah mengajak para petani ini untuk bersama-sama membangun unit usaha briket. Sehingga kerjasama yang dilakukan dengan petani menjadikan petani sebagai pemasok bahan baku dari usaha briket dan juga sebagai anggota koperasi. Kerjasama yang dilakukan dengan para petani diharapkan nantinya dapat membantu dalam meningkatkan perekonomian petani kelapa. Hal ini dilakukan dengan meningkatkan nilai tambah pada kelapa yang dimiliki oleh para petani. Kelompok tani yang dimiliki memiliki peran untuk sarana berbagi pengetahuan dan berdiskusi mengenai cara meningkatkan produktivitas kelapa yang baik, selain itu tujuan utamanya adalah untuk sarana sebagai pengumpulan kelapa yang sudah dipisahkan bagian-bagiannya dan pengolahan tempurung menjadi arang. Jadi setiap kelompok tani memiliki perwakilan yang bertanggung jawab untuk mengurus pengumpulan tersebut hingga diambil oleh pihak koperasi. Pola kerjasama kooperatif ini selain bertujuan untuk meningkatkan pendapatan petani akan tempurung kelapa yang dimilikinya, juga diharapkan dapat membantu kelancaran usaha briket tempurung kelapa dalam mendapatkan
59 bahan baku sehingga kelangsungan dari usaha ini akan terjaga dengan baik. Usaha briket ini didirikan berdasarkan nilai-nilai dasar koperasi yaitu kekeluargaan, menolong diri sendiri, bertanggung jawab, demokrasi, persamaan, berkeadilan dan kemandirian. Pada kerjasama yang dilakukan dengan pihak petani kelapa yang menjadikan petani kelapa sebagai pemilik sekaligus pelanggan koperasi yang diupayakan dapat merasa puas atas usaha yang dijalankan ini. Petani kelapa memiliki dual identity yang dapat mengikat para petani untuk lebih berperan aktif dalam memajukan usaha koperasi demi kesejahteraan bersama. Sebagai pemilik koperasi petani dapat berpartisipasi dalam hal berikut : 1. Berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dalam rapat anggota berupa kehadiran, keaktifan, dan menyampaikan gagasan, saran maupun kritikan terhadap semua kegiatan koperasi. 2. Berperan aktif dalam pengadaan modal, misalnya melakukan pembayaran berbagai jenis simpanan (pokok dan sukarela) secara rutin. 3. Berpartisipasi dalam pengawasan jalannya kegiatan koperasi. 4. Berpartisipasi dalam pengadaan bahan baku usaha briket, yaitu dengan menjual arang tempurung arang yang dihasilkan. Sedangkan sebagai pelanggan koperasi, anggota berhak mendapatkan keuntungan dari adanya koperasi itu sendiri. Keuntungan yang didapatkan tidak hanya berupa materi namun juga pengetahuan dan pelatihan-pelatihan yang nantinya diadakan oleh koperasi. Dengan adanya sistem ini diharapkan terjadi ketergantungan yang menguntungkan antara koperasi dan anggotanya yang mampu membuat anggota merasakan manfaat yang berarti dari ikut bergabungnya dalam koperasi. Partisipasi dalam kelompok merupakan dorongan mental dan emosional dari orang-orang dalam situasi kelompok yang membuat orang tersebut berkontribusi terhadap tujuan dan bertanggungjawab atas pencapaian tujuan tersebut. Oleh karena itu akan dilakukan beberapa cara untuk meningkatkan partisipasi anggota, yaitu dengan menggunakan materi dan non materi. Metode yang menggunakan materi disini adalah keuntungan akan usaha briket arang yang ditawarkan kepada petani yang tergabung dalam koperasi. Selain itu juga pemberian harga yang lebih tinggi akan arang tempurung kelapa kepada anggota yang menjual kepada koperasi daripada harga di pasar. Harga ini pun akan diberikan di atas harga di pasar. Kemudian metode non materi yang diberikan adalah dengan cara memberikan motivasi agar terlibat secara langsung dalam proses perencanaan dan pengambilan keputusan, meminta informasi tentang semua komponen usaha serta meningkatkan pendelegasian. Pendelegasian ini dapat berupa pemberian tanggung jawab yang kepada salah seorang anggota dalam kelompok tani untuk mengumpulkan tempurung kelapa secara bergantian. Hubungan kemitraan yang dibangun tidak hanya dengan petani, namun hubungan kemitraan secara vertikal juga diterapkan dengan para investor untuk mendapatkan modal. Dana yang didapat dari investor ini memiliki jangka pengembalian selama 5 tahun. Prinsip kerjasama yang ditawarkan kepada investor adalah prinsip bagi hasil. Dengan adanya usaha briket tempurung kelapa dibawah naungan koperasi ini diharapkan mampu memberikan manfaat untuk banyak pihak. Ada pun hubungan keterkaitan yang saling menguntungkan ini dapat dilihat pada Gambar 23.
60
Wirakop Menawarkan kerjasmsama
Penggerak
Anggota Modal Pinjaman
Investor
Badan hukum
KOPERASI Bagi hasil+cicialan
Bagi hasil+Laporan kegiatan
Pelatihan
Unit usaha Briket
Anggota
Kelompok tani kelapa
Bahan baku (arang)
Gambar 23 Alur kerja antara koperasi, wirakop, kelompok tani kelap, unit usaha briket, dan investor Usaha briket yang dijalankan dengan berlandaskan prinsip koperasi dengan menggunakan sistem kewirakoperasian ini diharapkan mampu memberikan banyak kemajuan dalam berbagai aspek. Adapun manfaat yang diharapkan dapat tercapai dengan adanya usaha ini dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10 Perbedaan sesudah dan sebelum usaha briket tempurung kelapa berbasis wirakoperasi Usaha briket Usaha briket dengan Sebelum adanya Uraian tanpa konsep konsep usaha briket kewirakoperasian kewirakoperasian Arang tempurung kelapa
Belum dapat dihasilkan petani
Rp4 000 per kg
Sistem jual
Tidak menjual arang karena petani belum dapat memproduksinya Belum ada
Di jual dari petani ke pengumpul
Rp5 000 per kg, namu petani akan mendapatkan tambahan uang dari sisa bagi hasil usaha briket Melalui kelompok tani ke koperasi
Tidak ada
Ada
Tidak ada
Belum ada kepastian pasar karena belum ada kontrak antara pengusaha dan petani secara individu
Adanya kepastian pasar karena adanya kemitraan yang telah dibangun antara petani dengan koperasi
Pelatihan mengenai budidaya kelapa yang baik Kepastian pasar
61 Rencana Manajemen Risiko Setiap usaha pasti akan mengandung risiko, untuk itu perlu dilakukan langkah-langkah perencanaan yang baik dalam meminimalisir maupun menghindari risiko tersebut. Risiko pada usaha sulit untuk dihindari, namun setidaknya dengan pengambilan tindakan yang direncanakan dapat mengurangi kemungkinan risiko itu terjadi. Melalui informasi yang diperoleh dari usaha yang serupa, macam-macam kerugian akibat yang ditimbulkan oleh beberapa risiko yang pernah dialami oleh CV Mandiri Globalindo yang digolongkan dalam risiko murni dan risiko spekulatif.
Risiko Murni Risiko murni adalah risiko yang tidak dapat diduga sebelumnya. Adapun risiko yang termasuk di dalam risiko murni yang terdapat dalam usaha briket tempurung kelapa adalah risiko aset fisik dan risiko kecelakaan pada karyawan. 1. Risiko aset fisik Risiko aset fisik merupakan risiko mengenai kerusakan pada aset yang dapat mengahambat jalannya produksi. Pada CV Mandiri Globalindo terkadang proses produksi terhenti akibat mesin yang rusak. Untuk menghindari terjadinya masalah tersebut maka akan dilakukan pengecekan alat dan biaya perawatan alat atau service untuk setiap bulannya. 2. Risiko kecelakaan karyawan Risiko terjadinya kecelakaan pada proses produksi memang tidak dapat dihindari, seperti halnya kecelakaan kebakaran yang terjadi karena kelalaian karyawan dalam mengoperasikan mesin oven pada CV Mandiri Globalindo. Oleh karena itu, untuk menghindarinya perlu diterapkan kedisiplinan dalam proses produksi. Kedisiplinan yang diterapkan agar karyawan menjalankan proses produksi sesuai dengan SOP produksi.
Risiko Spekulatif Risiko spekulatif adalah risiko yang dapat diperkirakan kejadiannya. Adapun risiko spekulatif yang mungkin terjadi pada usaha briket tempurung kelapa adalah risiko pasar, dan risiko produksi 1. Risiko Produksi Risiko produksi merupakan risiko yang diakibatkan oleh kesalahan yang dilakukan pada kegiatan produksi. Risiko produksi datang dari pihak eksernal maupun pihak internal. Adapun kerugian yang pernah dialami oleh CV Mandiri Globalindo dan dapat digunakan pelajaran agar tidak mengalaminya. Sangat memungkinkan untuk tidak menyerap semua tempurung kelapa yang dihasilkan oleh para petani karena mutunya yang tidak memenuhi kriteria bahan baku yang dibutuhkan. Hal ini akan berpengaruh kepada kuantitas yang dapat
62 diterima belum mencukupi kebutuhan akan bahan baku. Oleh karena hal ini juga dapat menjadi risiko yang mengancam kontinuitas usaha briket. Untuk itu dibutuhkan cara untuk mengatasi kemungkinan ini yaitu dengan cara melakukan pembimbingan dan pengontrolan secara berkala akan proses produksi arang yang dilakukan oleh kelompok tani agar tetap sesuai dengan SOP pembuatan arang yang baik. Pengecekan bahan baku berupa arang juga perlu untuk dilakukan sebelum menggunakan arang pada proses produksi. Akan tetapi apabila produk yang sudah jadi masih belum memenuhi standar output, maka produk tersebut di hancurkan lagi untuk diproduksi ulang dengan penambahan bahan baku yang baik dengan pengurangan porsi penggunaan kanji. 2. Risiko Pasar Risiko pasar sangat mungkin terjadi pada semua jenis bisnis karena keadaan pasar yang dinamis. Risiko pasar yang mungkin dialami pada usaha briket yaitu risiko pemutusan kontrak pembelian, menurunnya permintaan pasar luar negeri, dan risiko harga. a) Pemutusan kontrak pembelian Dalam suatu kerjasama yang dilakukan dengan pihak pembeli dapat terjadi risiko yang tidak dapat diduga sebelumnya, yaitu pemutusan hubungan kerjasama. Hal ini bisa dilakukan akibat ketidakpuasan konsumen dengan produk maupun pelayanan yang diberikan oleh produsen, mungkin dapat berupa keterlambatan pengiriman maupun ketidaksesuaian mutu. Oleh karena itu, diperlukan antisipasi terhadap kemungkinan ini dengan menjaga kualitas mutu produk dan juga menjaga kepercayaan terhadap waktu pengiriman. Waktu pengiriman akan tepat jika dilakukan manajemen waktu dalam produksi yang baik. Dengan adanya jadwal produksi yang terencana maka dapat memperkirakan pesanan yang dapat diterima dan ketepatan waktu pengiriman akan tercapai. Selain itu juga perlunya dibuat kontrak yang jelas terkait ketentuan kerjasama jual beli, sehingga pihak pembeli tidak dapat memutuskan hubungan kerja sama atas alasan yang tidak jelas. b) Produk ditolak konsumen Target pasar produk ini adalah pasar ekspor, untuk itu memang diperlukan spesifikasi dan kualitas yang baik untuk dapat diterima. Oleh karena itu akan muncul risiko penolakan produk yang telah dihasilkan karena dianggap tidak sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan oleh konsumen. Untuk itu perlu dilakukan pencegahan dengan mencari informasi yang jelas mengenai spesifikasi yang diinginkan oleh konsumen, sehingga dapat diperkirakan apakah nantinya produk briket yang dihasilkan dapat memenuhi kriteria atau tidak. Kemudian juga dibutuhkan kontrol terhadap kandungan produk yang dapat dilakukan dengan pengecekan kandungan briket secara teratur pada laboratorium berbayar (PT Sucofindo). c) Risiko harga Harga yang berlaku dapat berubah-ubah sewaktu-waktu, untuk itu harga juga merupakan risiko dalam usaha briket ini yang dapat merugikan koperasi. Oleh karena itu, langkah preventif yang dapat dilakukan yaitu melakukan kontrak kerjasama dengan menetapkan nilai harga yang menjadi kesepakatan bersama, sehingga perubahan harga tidak akan mempengaruhi harga jual produk pada konsumen dalam jangka waktu kerjasama yang ditentukan.
63 Rencana Aspek Finansial Rencana Investasi Investasi yang akan dilakukan adalah dengan membeli semua keperluan pabrik, sehingga tidak menerapkan sistem sewa. Aset ini nantinya diharapkan dapat menunjang kelancaran usaha briket hingga jangka panjang. Biaya investasi diperoleh dari para investor dan juga anggota koperasi. Biaya investasi yang dibutuhkan untuk mendirikan usaha briket ini sebesar Rp580 juta. Adapun rincian dari biaya investasi yang dikeluarkan ada pada Tabel 11. Tabel 11 Rencana biaya investasi unit usaha Tunas Kelapa Total biaya investasi Biaya alat produksi Biaya alat dan furnitur perkantoran Biaya bangunan Komponen biaya perizinan Total
Biaya (Rp 000) 275 860 36 985 257 562 10 300 580 707
Biaya mesin dan alat produksi terdiri atas pembelian mesin crusher, mesin pengayak, mesin pengaduk, mesin pencetak, oven, tabung gas, truk bekas, tempat sampah besar, dan timbangan gantung digital yang terangkum dalam Lampiran 4. Sedangkan biaya yang dikeluarkan untuk pembelian alat dan furnitur perkantoran digunakan untuk membeli meja komputer, kursi kantor, satu set sofa, papan tulis, lemari dan laci penyimpanan arsip, faximile, pemasangan telepon dan internet, pemasangan listrik, lampu, kursi lipat, tempat sampah, komputer PC, dan printer yang terangkum dalam Lampiran 5. Selain itu dalam biaya investasi juga memperhitungkan biaya perizinan usaha yang meliputi biaya pembuatan izin mendirikan bangunan (IMB), surat izin usaha perdagangan (SIUP), surat domisili perusahaan, serta cadangan biaya perizinan lainnya yang di rincikan pada Lampiran 2. Kemudian biaya pembuatan bangunan adadalam Lampiran 3. Aset yang merupakan investasi dapat berlaku dalam jangka panjang, atau minimal lebih dari satu tahun. Namun dalam penggunaannya aset tersebut akan mengalami penyusutan nilai. Besarnya nilai penyusutan dari aset dipengaruhi oleh umur teknisnya. Jika umur teknis barang telah habis, maka barang tersebut harus diganti dengan barang yang baru. Metode yang digunakan dalam upaya menghitung biaya penyusutan dari barang investasi adalah metode garis lurus. Metode ini menggunakan cara mengurangkan biaya pembelian barang dengan nilai sisa, kemudian dibagi dengan umur teknis. Hal ini lah yang membuat nilai sisa dari masing-masing aset berbeda. Nilai penyusutan ini akan dimasukan dalam perhitungan sebagai biaya tetap yang harus dikeluarkan setiap tahunnya. Sedangkan nilai sisa merupakan nilai yang akan dimasukan dalam komponen inflow pada tahun terakhir dalam periode yang ditentukan. Proyeksi akan usaha briket tempurung kelapa ini adalah sepuluh tahun, sehingga nilai sisa akan dimasukan pada komponen inflow pada tahun ke sepuluh.
64 Nilai penyusutan yang dimiliki usaha briket tiap tahunnya sebesar Rp43 juta. Sedangkan nilai sisa yang di dapatkan pada tahun ke sepuluh adalah Rp116 juta. Rincian penyusutan atas nilai barang investasi yang dimiliki dapat dilihat pada Lampiran 9. Biaya Operasional Dalam menjalankan sebuah usaha, selain membutuhkan biaya investasi juga membutuhkan biaya operasional. Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan dalam menopang berjalannya usaha tersebut. Biaya ini terdiri atas biaya variabel dan juga biaya tetap. Biaya variabel merupakan biaya yang besarannya tergantung pada kuantitas produk pada proses produksi yang dilaksanakan, sedangkan biaya tetap jumlahnya relatif lebih stabil dan tidak terlalu bergantung dengan jumlah produk yang dihasilkan. Biaya variabel akan bertambah seiring dengan pertambahan yang dilakukan pada kuantitas produksi. Biaya yang termasuk ke dalam biaya variabel dalam proses produksi adalah biaya supir dan biaya kuli angkut, biaya pengemasan, biaya bahan baku produksi, biaya tenaga kerja produksi, biaya pengiriman barang, dan biaya transportasi pengadaan bahan baku. Biaya variabel yang dibutuhkan pada tahun pertama adalah Rp1.78 miliar. Kemudian pada tahun selanjutnya sekitar Rp3.72 miliar. Rincian biaya variabel dapat dilihat pada Lampiran 14.
Tabel 12 Rincian biaya tetap unit usaha Tunas Kelapa Komponen Biaya
Per bulan Tenaga kerja tetap 43 290 Biaya utility 1 460 Administrasi perkantoran 235 Biaya jaminan mutu 7 700 perlengkapan kerja 350 Total 53 035
Jumlah Biaya (Rp 000) Tahun pertama Tahun selanjutnya 259 740 519 480 8 760 17 520 1 410 2 820 46 200 92 400 2 100 4 200 318 210 636 420
Selain biaya variabel, dalam biaya operasional juga memperhitungkan biaya tetap. Biaya tetap terdiri atas biaya tenaga kerja tetap, utility, administrasi perkantoran, jaminan mutu, dan penyusutan. Biaya utility terdiri atas biaya telepon dan biaya internet yang digunakan untuk berhubungan dengan stackholder eksternal. Biaya tetap yang dibutuhkan dalam satu bulannya adalah Rp53 juta . sedangkan biaya tetap yang dibutuhkan dalam satu tahun adalah sekitar Rp636 juta. Adapun rincian biaya tetap yang dikeluarkan dapat dilihat pada Tabel 12.
65 Modal Awal Dalam upaya menjalankan usaha briket ini memerlukan modal awal sebagai pijakan pertama dalam menjalankan berbagai kegiatannya. Modal awal yang diperlukan berupa baiaya investasi pada tahun pertama, biaya tetap dan biaya variabel 1 bulan pada tahun pertama. Biaya variabel dan tetap dalam pertama dimasukan dalam modal awal untuk menjaga kestabilan keuangan pada awal berdirinya bisnis. Hal ini karena pada awal berdirinya bisnis belum tentu semua produk dapat terjual akibat dari belum adanya pelanggan. Modal awal yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha briket ini adalah Rp710 juta. Adapun rincian modal awal yang dibutuhkan terdapat pada Tabel 13. Tabel 13 Rincian biaya modal awal unit usaha Tunas Kelapa Uraian Jumlah Biaya (Rp 000) Biaya investasi 580 707 Biaya tetap pada satu bulan di tahun pertama 53 035 Biaya variabel pada satu bulan di tahun pertama 76 743 Total 710 485
Penerimaan Penjualan Jumlah produk akan briket yang mampu dihasilkan pada seiap bulannya adalah 40 ton. Akan tetapi, pada tahun pertama produksi dimulai pada bulan ke tujuh dengan asumsi penjualan 80 persen di bulan pertama, 85 persen di bulan ke2 dan ke-3, dan penjualan sebesar 90 persen pada tahun ke-11 dan bulan ke-12. Kemudian pada bulan pertama semua proses produksi tidak dapat dijalankan karena jadwal produksi yang berurutan dan satu proses membutuhkan satu hari untuk menghasilkan bahan untuk proses selanjutnya seperti pada Lampiran 22. Oleh karena itu, maka total penjualan pada tahun pertama hanya sebanyak 25.2 ton. Harga dari 1 kg briket adalah Rp11 829, sehingga penerimaan yang diperkirakan diperoleh pada tahun pertama adalah sekitar Rp2.09 miliar dan Rp5.68 miliar pada tahun selanjutnya. Proyeksi Kriteria Investasi Usaha briket tempurung kelapa ini cukup menjanjikan karena pada proyeksi arus kas pada Lampiran 18 diperoleh informasi bahwa nilai NPV sebesar Rp6.15 miliar, karena nilainya lebih besar dari nol maka bisnis ini dikatakan layak. Kemudian nilai payback period sebesar 1.46, yang artinya besarnya nilai investasi akan kembali dalam jangka waktu 1.46 tahun. Selain itu terdapat informasi mengenai nilai gross B/C sebesar 1.21 yang artinya setiap Rp1 biaya yang dikeluarkan akan memperoleh keuntungan kotor sebesar Rp1.21. Pada setiap kriteria investasi yang dihasilkan menunjukan bahwa bisnis ini layak secara finansial. Oleh karena itu, bisnis ini akan sangat berpotensi untuk dilaksanakan dan dikembangkan dengan nilai BEP unit sebesar 102 oada tahun pertama dan
66 156.03 pada tahun berikutnya hingga tahun ke-10. Maksud dari BEP unit adalah minimal produk yang hars terjual sebesar 102 ton briket pada tahun pertama dan 156.03 ton per tahun pada pada tahun berikutnya hingga tahun ke-10. Proyeksi Laporan Laba Rugi Pada laporan proyeksi laba rugi dihasilkan rugi bersih sebesar Rp54 juta pada tahun pertama, kemudian pada tahun ke dua sampai tahun ke sepuluh mengalami laba bersih sebesar Rp354 juta. Dalam pengembalian pinjaman investasi menggunakan sistem bagi hasil. Investor mendapatkan 20 persen dari laba yang diperoleh setelah pajak. Bagi hasil ini akan dilakukan mulai dari tahun kedua sampai tahun ke enam. Kemudian wirakop juga mendapatkan 15 persen dari laba setelah pajak, petani 25 persen, koperasi sebanyak 10 persen, dan laba ditahan 30 persen. Akan tetapi, pada tahun ke tujuh persentase bagi hasil tiap tahunnya berubah karena sudah tidak ada lagi bagi hasil untuk investor, sehingga proporsinya menjadi petani 40 persen, wirakop 25 persen, koperasi 10 persen, dan laba ditahan sebanyak 25 persen. Selain sistem bagi hasil, pengembalian kepada investor juga dalam bentuk kewajiban kredit investasi, sehingga diasumsikan besarnya uang yang dipinjam dari investor dibagi menjadi 5 (sesuai dengan lamanya pengembalian terhitung dari tahun ke-2 produksi).
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Rencana usaha briket yang dilakukan meliputi asumsi dasar, rencana pada aspek pasar dan pemasaran, teknis dan teknologi, organisasi dan sumber daya manusia, manajemen risiko, serta finansial. Briket tempurung kelapa merupakan produk yang sangat diminati dan prospektif. Hal ini karena jika dilihat dari permintaannya yang banyak dan cenderung naik. Briket yang rencananya akan dipasarkan ke negara Jepang ini akan dijual dengan harga Rp11 829 untuk 1 kg nya dan tentunya akan disesuaikan dengan nilai dolar dengan asumsi 1 dolar sama dengan Rp13 065. Usaha briket tempurung kelapa ini akan menguntungkan banyak pihak apabila dilaksanakan dengan berbasiskan kewirakoperasian. Hal ini dapat dilihat dari segi finansial dan nonfinansial. Secara finansial, semua pihak mendapatkan untung berupa bagi hasil dengan besaran investor 20 persen, wirakop 15 persen, petani 25 persen, koperasi 10 persen, dan laba ditahan 30 persen. Akan tetapi, pada tahun ke tujuh persentase bagi hasil berubah karena sudah tidak ada lagi bagi hasil untuk investor, sehingga proporsinya menjadi petani 40 persen, wirakop 25 persen, koperasi 10 persen, dan laba ditahan sebanyak 25 persen. Prospek keuntungan secara finansial juga didukung dengan kriteria investasi yang memenuhi syarat, NPV yang lebih besar dari nol (Rp6.15miliar), gross B/C lebih
67 besar dari satu (1.21), payback period 1.46 tahun. Selain itu dari segi nonfinansial dengan adanya bisnis briket berbasis wirakoperasi juga akan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani kelapa. Hal ini karena para petani kelapa yang menjadi anggota koperasi bisa mendapatkan pelatihan terkait produksi kelapa yang baik, serta keterampilan membuatarang dari batok kelapa.
Saran Berdasarkan hasil penelitian ini, maka terdapat beberapa saran yang perlu diperhatikan. Apabila dilakukan penelitian lebih lanjut, sebaiknya mengkaji lebih dalam terkait pesaing usha serta menganalisis kekuatan, kelemahan, ancaman dan peluang dalam usaha briket tempurung kelapa berbasis wirakoperasi. Selanjutnya dilakukan perencanaan strategi dari bisnis tersebut.
68
DAFTAR PUSTAKA
Andini I.Y, Norsain. 2013. Pendapatan Bagi Hasil dan Penyajian Laporan Keuangan pada Bank Syariah : Studi Kasus pada PT BPRS Bhakti Sumekar Sumenep. Jurnal “PERFORMANCE” Bisnis dan Akuntasnsi. Vol III no.1. [Internet]. [Diunduh 2015 Jan 20]. Tersedia pada : http://download.portalgaruda.org/article.php?article=267529&val=6828&title= PENDAPATAN%20BAGI%20HASIL%20DAN%20PENYAJIAN%20LAPO RAN%20KEUANGAN%20PADA%20BANK%20SYARIAH%20%20(STUD I%20KASUS%20PADA%20PT.%20BPRS%20BHAKTI%20SUMEKAR%20 SUMENEP). Asmarantaka R.W. 2012. Pemasaran Agribisnis (Agrimarketing). Bogor (ID): Departemen Agribisnis FEM-IPB Alma B. 2009. Pengantar Bisnis. Bandung (ID) : Alfabeta Baga L.M. 2003. Peran Wirakoperasi dalam Pengembangan Sistem Agribisnis Kajian Terhadap Pengembangan Agribisnis Persusuan di Indonesia. Makalah pada Seminar Dwibulanan ISTECS Eropa di Pusat Studi Asia Tenggara di Universitas Frankfurt. Jerman. [Internet]. [Diunduh 2014 Desember 21].Tersedia pada : http://www.geocities.ws/mma5ugm/PeranWirakoperasiDlmAgribisnis.p df. Baga L.M. 2011. Profil dan Peran Wirakoperasi dalam Pengembangan Sistem Agribisnis. Jurnal. Dalam Prosiding Seminar Penelitian Unggulan Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Balowe T. 2008. External Analysis. [Internet]. [Diunduh 2015 Juni10]. Tersedia pada : http://onstrategyhq.com/resources/external-analysis/ [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor. 2013. Luas dan Produksi Perkebunan Rakyat Kabupaten Bogor Menurut Jenis dan Dirinci per Kecamatan. Kabupaten Bogor dalam Angka. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Luas Areal Tanaman Perkebunan Rakyat Menurut Jenis Tanaman, 2000-2013. [Internet]. [Diunduh 2014 Desember 1]. Tersedia ada: http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1669 [BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Exim Tanhut All Comodity. Badan Pusat Statistik Republik Indonesia [BPS] Badan Pusat Statistik. 2015. Luas Areal Tanaman Perkebunan Rakyat Menurut Jenis Tanaman, 2000-2013. File. http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1669 [18 Maret 2015] Budi E. 2011. Tinjauan Proses Pembentukan dan Penggunaan Arang Tempurung Kelapa Sebagai Bahan Dasar. Jurnal Penelitian Sains [Internet]. [Diunduh 2014 September 28]. Tersedia pada: https://jpsmipaunsri.files.wordpress.com/2012/01/v14-no4-b-3-budi.pdf. [Dekindo] Dewan Kelapa Indonesia. 2009. Notulen Rapat Koordinasi Dewan Kelapa Indonesia (Dekindo) dengan Instansi Terkait tanggal 9-11 November 2009 [internet]. [Diunduh pada 4 Mei 2014]. Tersedia pada:
69 http://kelapaindonesia2020.wordpress.com/organisasi/dewan-kelapaindonesia/notulen-rakor-dekindo/ [Deperindag] Departemen Perindustrian dan Perdagangan. 2003. Pengembangan Industri Kecil Pangan Berbasis Kelapa. Direktorat Jenderal Pegembangan Ekspor Nasional. 2013. Panduan Menjadi Eksportir. Jakarta : Kementrian Perdagangan republic Indonesia (ID). [Ditjenbun] Direktorat Jenderal Perkebunan Kementrian Pertanian. 2012. Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan: Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Kelapa Tahun 2013. Jakarta (ID). Fahmi I. 2010. Manajemen Risiko (Teori, Kasus, dan Solusi). Bandung (ID) : Alfabeta. Hadiguna RA. 2009. Manajemen Pabrik : Pendekatan Sistem untuk Efisiensi dan Efektivitas. Jakarta (ID):Bumi Aksara. Halim A. 2012. Analisis Kelayakan Investasi Bisnis: Kajian dari Aspek Keuangan. Yogyakarta (ID) : Graha Ilmu. Hendar. 2010. Manajemen Perusahaan Koperasi. Semarang (ID) : Erlangga. Husnan S, Suwarsono M. 2005. Studi Kelayakan Proyek. UPP AMP YKPN, Yogyakarta (ID). Jumingan. 2009. Studi Kelayakan Bisnis : Teori dan Pembuatan Proposal Kelayakan. Jakarta(ID) : Bumi Aksara. Kasmir. 2006. Kewirausahaan. Jakarta (ID) : Rajawali Pers. Lorette K. 2014. A Situational Analysis of a Startegic Marketing Plan. Houston Chronicle. Nugraha D.Y. 2014. Rencana Pengembangan Agribisnis Daun Kumis Kucing dengan Pendekatan Cooperative Entrepreneur di Bogor [Skripsi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor. Nurmalina R, Tintin S, Arif K. 2010. Studi Kelayakan Bisnis. Bogor (ID): Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB. Nurhayati P. 2012. Kelayakan Usaha Pembibitan Domba Melalui Program Kemitraan dan Inkubasi Bisnis dalam Rangka Pemberdayaan Masyarakat di Kabupaten Bogor. Di dalam : Prosiding Seminar (Penelitian Unggulan Departemen Agribisnis). Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Palungkun R. 2004. Aneka Produk Olahan Kelapa. Jakarta (ID) : Penebar Swadaya. Pari G, Mahfudin, Jajuli. 2012. Teknologi Pembuatan Arang, Briket Arang dan Arang Aktif serta Pemanfaatannya. Semarang : Kementrian Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan [Internet]. [Diunduh pada 2014 September 25]. Tersedia pada : http://www.forda-mof.org/files/arangGustam.pdf. Pinson L. 2003. Anatomy Of A Business Plan. Jakarta (ID): Canary. Rangkuti F. 2005. Business Plan : Teknik Membuat Perencanaan Bisnis Dan Analisis Kasus. Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka Utama. Rathner J.S. 2014. Situational Analysis : Visit Philadelphia. Temple University. Rohmawati I, Sarwono, Ridho H. Studi Eksperimental karakteristik Briket Organik Bahan Baku dari Twa Gunung Batu. [Internet]. [Diunduh pada 2014 September 25]. Tersedia pada: http://digilib.its.ac.id/public/ITSUndergraduate-13000-studi-eksperimental-karakteristik-briket-organik-bahanbaku-dari-twa-gunung-baung.pdf
70 Warren C.S, James M.R, dan Philip E.F. 2008. Acounting 21st Edition . Jakarta (ID) : Salemba empat. Sholichah E, Nok A. 2011. Studi Banding Penggunaan pelarut Air dan Asap Cair Terhadap Mutu Briket Arang Tongkol Jagung. Di dalam : Prosiding Nasional dan PKM Sains, Teknologi, dan Kesehatan. Bandung (ID): LPPM Universitas Bandung. Hlmn 303-310. Sitio A, Tamba H. 2001. Koperasi Teori dan Praktik. Jakarta (ID) : Erlangga. Solihin I. 2007. Memahami Business Plan. Jakarta (ID) : Salemba Empat. Suharyadi, Arisetyanto N, Purwanto SK, Maman F. 2007. Kewirausahaan (Membangun Usaha Sukses Sejak Usia Muda). Jakarta (ID) : Salemba Empat Suherman E. 2011. Praktik Bisnis Berbasis Entrepreneurship. Bandung :Alfabeta. Sukirno S et al. 2006. Pengantar Bisnis. Jakarta (ID) : Kencana. Sutiyono. 2007. Pembuatan Briket Arang dari Tempurung Kelapa dengan Bahan Pengikat Tetes Tebu dan Tapioka. Jurnal Kimia dan Teknologi vol 10 : 217222 Sutojo S. 2000. Studi Kelayakan Proyek. Jakarta (ID) : PT Pustaka Binaman Pressindo Umar H. 2005. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta (ID) : Gramedia Pustaka Utama UN Comtrade (International Trade Statistics Database). 2015. [Internet]. [Diunduh pada 2015 Maret 10]. Tersedia pada: http://contrade.un.org Wibowo M.I.A. 2011. Rencana Bisnis Industri Manisan Stroberi [Skripsi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor
71
LAMPIRAN
Lampiran 1 Ringkasan eksekutif Isu terhadap menipisnya energi yang berasal dari bumi seperti arang dan batu bara membuat manusia harus mempunyai alternatif energi. Briket merupakan salah satu yang dapat digunakan sumber energy untuk menggantikan penggunaan arang, LPG, solar dan bartu bara. Kemudian briket juga memiliki kegunaan lain, yaitu sebagai bahan bakar sisha. Melihat permintaan briket yang kini mulai meningkat seperti yang ada pada Tabel 5, maka memberikan peluang terhadap bisnis briket untuk dijalankan. Briket adalah sejenis arang yang bentuknya lebih teratur, karena dibentuk dari proses pencetakan tepung arang dengan perekat. Serbuk arang yang digunakan data dari arang organik apapun, seperti sampah organik, daun-daunan, bambu, kayu, tempurung kelapa dan sebagainya. Kelebihan briket dibandingkan arang adalah sifatnya yang tahan lama saat di bakar, dan juga kalor yang diberikan lebih tinggi7. “Tunas Kelapa” merupakan unit usaha dari Koperasi Sejahtera Bersama yang bekerja dibidang pengolahan yang menghasilkan briket tempurung kelapa. Briket tempurung kelapa yang dihasilkan rencananya akan dipasarkan di luar negeri. Pemilihan pasar luar negeri karena permintaan akan briket di luar negeri lebih banyak dari pada di Indonesia. Rencana pengelolaan bisnis ini menggunakan sistem wirakoperasi, yaitu dengan mengajak para petani kelapa untuk bermitra dan menjadi anggota aktif di koperasi sehingga dapat merasakan kepemilikan atas usaha ini juga. Petani disini bertugas mengumpulkan tempurung kelapa dan mengolahnya menjadi arang, kemudian arang tersebut akan ditampung dan diolah oleh pabrik menjadi briket. Pengolahan tempurung kelapa menjadi arang dengan akan terus dalam pengawasan pihak koperasi agar mutu terjamin. Penggunaan konsep wirakoperasi ini diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan petani dalam aspek ekonomi karena mampu memberikan pembahian hasil usaha. Selain itu konsep ini juga digunakan untuk menjaga kestabilan pasokan bahan baku. Hal ini karena pemasok merupakan petani yang notabenenya merupakan pemilik dari usaha ini juga, maka akan membuat petani memiliki tanggung jawab akan kelancaran bisnis, dengan begitu petani akan termotivasi untuk menghasilkan arang yang baik pula. Rencananya usaha ini akan didirikan di Jalan Raya Sinagar Desa Cihideung Udik, Ciampea, Bogor dengan luasan bangunan 266.5 m2. Pemilihan lokasi ini berdasarkan kedekatannya dengan bahan baku yang diambil dari beberapa kecamatan di kabupaten Bogor seperti Kecamatan Leuwiliang, Leuwisadeng, Pamijahan, Cibungbulang, Ciampea, Kelapa Nunggal dan Rumpin. Kapasitas produksi pabrik yaitu 40 ton briket per bulan dengan keperluan bahan baku 40 ton arang per bulannya. Struktur organisasi dalam usaha ini yaitu terdiri atas koordinator usaha (wirakop) yang membawahi manajer keuangan, manajer produksi, dan manajer 7
Rohmawati I, Sarwono, Ridho Hantoro dalam Studi Eksperimental Karakteristik Briket Organik Bahan Baku dari Twa Gunung Baung.
72 pemasaran. Akan tetapi karena usaha ini merupakan unit usaha dari koperasi maka wewenang koordinator usaha masih di bawah pengurus, pengawas dan juga rapat anggota. Usaha ini rencananya akan mempekerjakan 12 orang termasuk koordinator usaha dan para manajer kecuali pekerja bagian pengemasan dan pengangkutan yang merupakan pekerja borongan. Harga produk didasarkan 97 persen harga dunia yang setara dengan keuntungan laba yan diinginkan sebesar 23 persen, sehingga harga satu kilogram produk yaitu Rp 11 829. Kemudian dalam upaya memasarkan produk briket ini akan dilakukan dengan membuat website, mengirimkan surat penawaran kepada perusahaan-perusahaan yang membutuhkan briket, asosiasi importir negaranegara di Jepang, atase perdagangan dalam negeri, perwakilan badan promosi seperti Japan External Trade Organization (JETRO), kemudian mengirim juga ke atase perdagangan di luar negeri, badan pengembangan ekspor nasional, serta kantor Indonesia Trade Promotion Centre di Jepang. Rencananya untuk membangun usaha ini dibutuhkan modal awal sebesar Rp710 juta. Usaha ini dapat dikatakan layak untuk dijalankan dengan melihat nilai kriteria investasinya. Secara finansial bisnis ini memberikan keuntungan jika dilihat dari nilai NPV yang lebih besar dari nol (Rp6.15 Miliar), gros B/C lebih besar dari satu 1.21), dan payback period sebesar 1.46 tahun. Investasi yang ditanamkan investor bersifat pinjaman yang akan dikembalikan dengan cara diangsur atau kredit dan pengembalian bunga berupa bagi hasil. Cicilan yang akan dilakukan pada tahun ke-2 jalannya usaha sampai tahun ke-6, dengan besar cicilan pokok yang tetap. Akan tetapi pada setiap tahunnya mulai dari tahun ke dua berjalannya bisnis sampai tahun ke enam investor akan mendapatkan bagi hasil sebanyak 20 persen dari keuntungan setelah pajak yang didapatkan. Lampiran 2 Biaya investasi perizinan bangunan unit usaha Tunas Muda periode 10 tahun usaha Rincian Perizinan pendirian bangunan (IMB) Surat keterangan domisili perusahaan (SKDP) Cadangan biaya perizinan lain-lain Total
Jumlah 1 1 1
Biaya (Rp 000) 5 000 300 5 000 10 300
Lampiran 3 Biaya investasi bangunan pabrik unit usaha Tunas Muda periode 10 tahun usaha Komponen biaya Tanah Bangunan Pemasangan listrik 5500 VA Total
Satuan
Jumlah
m2
267
Unit
1
Biaya (Rp 000) Harga satuan Jumlah biaya 200 4 262
53 300 200 000 4 262 257 562
73 Lampiran 4 Biaya investasi peralatan dan mesin unit usaha Tunas Muda periode 10 tahun usaha Komponen biaya Mesin crusher Mesin pengayak Mesin pengaduk Mesin pencetak Meja berjalan Alat pemotong Mesin ruangan pengering (oven) Kompor mawar Selang kompor mawar Nampan pemanas Tabung gas Truk bekas Tempat sampah besar Timbangan gantung digital Biaya pengadaan mesin dan alat (pengiriman dan pemasangan) Total
Satuan Jumlah Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Jasa
1 1 1 1 1 1 1 3 3 600 30 1 2 1
Biaya (Rp 000) Biaya per Jumlah unit biaya 42 900 42 900 12 100 12 100 21 450 21 450 21 450 21 450 5 000 5 000 8 500 8 500 40 000 40 000 300 900 70 210 80 48 000 275 8 250 50 000 50 000 50 100 5 000 5 000 12 000 275 860
Lampiran 5 Biaya tetap utility kantor unit usaha Tunas Muda periode 10 tahun usaha Biaya (Rp 000) Komponen biaya Per bulan Per tahun Listrik kantor 300 3 600 Biaya telepon 1 000 12 000 Biaya internet 160 1 920 Total 1 460 17 520 Keterangan : menggunakan pendekatan pengeluaran CV Mandiri Globalindo
Lampiran 6 Biaya tetap administrasi kantor unit usaha Tunas Muda periode 10 tahun usaha Jumlah Biaya (Rp 000) Komponen biaya Jumlah per bulan Satuan Satuan Per bulan Per tahun Kertas Rim 2 30 60 720 Tinta printer (infus) Unit 1 38 75 900 Alat tulis Set 1 100 1 200 Total 235 2 820
74 Lampiran 7 Biaya tetap jaminan mutu unit usaha Tunas Muda periode 10 tahun usaha Jumlah biaya (Rp 000) Komponen biaya Per bulan Per Tahun Uji kandungan briket 500 6 000 Biaya perawatan mesin dan truk 2 000 24 000 Biaya uji mutu output ke laboratotium 5 200 62 400 Total 7 700 92 400
Lampiran 8 Biaya tetap sarana perlengkapan produksi unit usaha Tunas Muda periode 10 tahun usaha Harga Biaya Rincian Satuan Jumlah (Rp Keterangan (Rp 000) 000) Setiap karyawan bagian produksi mengganti sarung Sarung tangan 5 10 50 tangannya 2 kali dalam satu bulan Masker 1.5 200 300 Setiap hari ganti Total 350
75 Lampiran 9 Biaya penyusutan unit usaha Tunas Muda periode 10 tahun usaha Komponen biaya
1.Alat prduksi a) Mesin crusher b) Mesin pengayak c) Mesin pengaduk d) Mesin Pencetak e) Meja berjalan f) Alat pemotong g) Mesin ruangan pengering (oven) h) Kompor mawar i) Selang kompor mawar j) Nampan pemanas k) Tabung gas l) Truk bekas m)Tempat sampah besar n) Timbangan gantung digital 2.Alat dan furnitur perkantoran a) Meja komputer b) Kursi kantor c) Sofa d) Papan tulis (90x120 cm) e) Lemari penyimpan arsip f) Laci plastik penyimpan arsip (4 laci) g) Faximile h) Pesawat telpon i) Lampu besar j) Lampu 20 watt k) Tempat sampah besar l) Komputer PC
Jumlah fisik
Umur ekonomis (tahun)
2 1
10 10
1
10
1
10
1 1 1
10 10 10
Jumlah biaya (Rp 000)
Nilai sisa tahun ke 10 (Rp 000)
Biaya penyusutan (Rp 000) per tahun
42 900 12 100
-
4 290
-
1 210
21 450
-
2 145
21 450
-
2 145
5 000 8 500
-
500 850
40 000
-
4 000
900
-
90
210
-
21
48 000
-
4 800
8 250 50 000
16 667
825 3 333
100
-
50
5 000
-
500
3
10
3
10
600
10
30 1 2
10 15 2
1
10
4 4 1 1
10 10 10 5
4 000 1 200 5 000 300
-
400 120 500 60
1
10
1 000
-
100
2
10
1 000
-
100
1 1 5 10 2
10 10 5 5 5
1 800 300 450 200 100
-
180 30 90 40 20
4
5
35 000
-
7 000
76 m) Printer
1
5
1 400
Total
16 667
280 32 854
Lampiran 10 Asumsi dalam perhitungan biaya variabel unit usaha Tunas Muda periode 10 tahun usaha 1. 2. 3.
4.
5.
6. 7.
8. 9.
Asumsi biaya variabel Kebutuhan tenaga kerja sebagai supir truk untuk mengambil dan mengangkut bahan baku dari kelompok tani ke pabrik Plastik yang digunakan sebagai pembungkus utama (plastik inner). 1 Kg plastik berisi 200 lembar Kardus kemasan kapasitas 1 kg dengan 20 hari kerja maka dihasilkan 40ton briket sehingga dibutuhkan 40000 kemasan sekunder. Harga satu kardus Rp 950 [sumber : CV. Mandiri Globalindo] Pada tahun pertama, mulai produksi pada bulan ke tujuh dengan asumsi 25.2 ton pada bulan pertama, dan 36 ton pada bulan berikutnya. Sedangkan pada tahun berikutnya baru memungkinkan untuk mencapai produksi 40 ton per bulan. Kardus besar sebagai luaran untuk sarana pengangkutan dengan kapasitas 10 kg sehingga dibutuhkan 4 000 kadus. Harga 1 kardus besar Rp3 400 [sumber : CV Mandiri Globalindo] Penggunaan Gas LPG untuk mesin pengering adalah 897.5 kg per bulan [sumber : CV Mandiri Globalindo] Biaya tenaga kerja pengemas dihitung dengan satuan kardus yang telah dikemas oleh pekerja. Kardus yang dihitung merupakan kardus kecil dan kardus besar. Untuk biaya mengemas dari plastik dan kardus kecil diberi upah Rp500 sedangkan untuk mengemas ke dalam kardus besar diberi upah sebanyak Rp200 Biaya tenaga kerja borongan untuk mengangkut ke kontainer dan juga untuk mengangkut bahan baku dari kelompok tani ke truk Biaya bahan bakar truk pengangkut bahan baku untuk setiap kali pengambilan yaitu Rp100 000
Lampiran 11 Biaya variabel pengiriman barang unit usaha Tunas Muda periode 10 tahun usaha Jumlah Komponen biaya FOB Pengurursan surat ekspor Biaya transportasi pemasaran ke kantorkantor pengekspor Total
2 2 5
Jumlah biaya (Rp 000) Satu Per Per an bulan tahun 2 150 4 300 51 600 2 000 4 000 48 000 300
1 500 8 300
99 600
77
Lampiran 12 Biaya variabel pengemasan unit usaha Tunas Muda periode 10 tahun usaha Kuantitas Pada Pada bulan Pada bulan di Komponen biaya Satuan bulan selanjutnya di tahun pertama tahun pertama selanjutnya Kemasan primer (plastik inner kapasitas) Kg 25 200 36 000 40000 Kemasan sekunder (kardus kemasan 1 kg) Lembar 25 200 36 000 40000 Master (kardus besar) Pcs 2 520 3 600 4000 Biaya mengemas plastik dan kardus kecil Kardus 25 200 36 000 40 000 Biaya mengemas kardus besar Kardus 2 520 3 600 4 000 Total 80 640 115 200 128 000
Harga per satuan 0.16 0.95 3.40 0.50 0.20
Jumlah Biaya (Rp 000) Tahun Pertama
Tahun Selanjutnya
32 832 194 940 69 768 102 600 4 104 404 244
76 800 456 000 163 200 240 000 9 600 945 600
Lampiran 13 Biaya variabel bahan baku unit usaha Tunas Muda periode 10 tahun usaha Rincian Kanji Gas LPG Arang Listrik pabrik Total
Satuan ton kg ton
Jumlah per bulan 1 897.5 40
Harga satuan (Rp 000) 6 400 8.3 5 000 4 500
Jumlah biaya (rp 000) Tahun pertama (6 bulan produksi) Tahun selanjutnya 38 400 76 800 44 696 89 391 1 200 000 2 400 000 27 000 54 000 1 310 096 2 620 191
78 Lampiran 14 Biaya variabel secara keseluruhan unit usaha Tunas Muda periode 10 tahun usaha
Komponen biaya
Biaya tenaga supir Tenaga angkut Biaya pengemasan Biaya bahan baku produksi Biaya transportasi pengadaan bahan baku Biaya Pemasaran dan pengiriman barang Total
Satuan
Kepergian Pengangku tan
Jumlah Biaya (Rp 000) Bulan Bulan Bulan Bulan Bulan Tahun tahun tahun Per pertama selanjutnya Tahun pertama (6 Tahun perta selanjut satuan pada tahun pada tahun Selanjut bulan selanjut nya ma nya pertama pertama nya produksi) 8 8 100 800 800 800 4 800 9 600 10
10
10
300
3 000
10
49 644 218 349 100 800 4 150 276 743.3
3 000
3 000
70 920 78 218 349 218 800 8 300 8 302 169 310
800 349 800 300 049
18 000 404 1 310 4 45 1 787
244 096 800 650 590
36 000 945 2 620 9 99 3 720
600 191 600 600 591
Lampiran 15 Biaya Tunjangan Hari Raya (THR) per tahun unit usaha Tunas Muda periode 10 tahun usaha Jumlah biaya (Rp 000) Rincian Satuan Jumlah per bulan Harga satuan (rp 000) Tahun pertama (6 bulan produksi) Tahun selanjutnya Kanji ton 1 6 400 38 400 76 800 Gas LPG kg 897.5 8.3 44 696 89 391 Arang ton 40 5 000 1 200 000 2 400 000 Listrik pabrik 4 500 27 000 54 000 Total 1 310 096 2 620 191
79 Lampiran 16 Laporan laba rugi tahunan (proyeksi 10 tahun) unit usaha Tunas Muda Dalam Rp (000) Komponen Penjualan Biaya Operasional Variabel a) Biaya tenaga supir b) Tenaga angkut c) Biaya pengemasan d) Biaya bahan baku produk e) Biaya transportasi pengadaan bahan baku f) Biaya Pemasaran dan pengiriman barang Total biaya operasional variabel Margin kotor Biaya operasional tetap a) Tenaga kerja tetap b) Biaya utility c) Administrasi perkantoran d) Biaya jaminan mutu e) Perlengkapan kerja f) THR g) Penyusutan Total biaya operasional tetap Laba kotor sebelum pajak Pajak Laba setelah pajak a) Bagi hasil investor b) Bagi hasil petani c) Bagi hasil wirakop d) Bagi hasil koperasi Total bagi hasil Laba ditahan
Tahun 1 2 091 067
2 5 678 389
3 5 678 389
4 5 678 389
5 5 678 389
6 5 678 389
7 5 678 389
8 5 678 389
9 5 678 389
10 5 678 389
4 800 18 000 404 244 1 310 096 4 800 45 650 1 787 590 303 477
9 600 36 000 945 600 2 620 191 9 600 99 600 3 720 591 1 957 798
9 600 36 000 945 600 2 620 191 9 600 99 600 3 720 591 1 957 798
9 600 36 000 945 600 2 620 191 9 600 99 600 3 720 591 1 957 798
9 600 36 000 945 600 2 620 191 9 600 99 600 3 720 591 1 957 798
9 600 36 000 945 600 2 620 191 9 600 99 600 3 720 591 1 957 798
9 600 36 000 945 600 2 620 191 9 600 99 600 3 720 591 1 957 798
9 600 36 000 945 600 2 620 191 9 600 99 600 3 720 591 1 957 798
9 600 36 000 945 600 2 620 191 9 600 99 600 3 720 591 1 957 798
9 600 36 000 945 600 2 620 191 9 600 99 600 3 720 591 1 957 798
259 740 8 760 1 410 46 200 2 100 6 700 32 854 357 764 (54 287) (54 287)
429 600 8 760 2 820 92 400 4 000 6 700 32 854 577 134 1 380 664 199 280 1 181 384
429 600 8 760 2 820 92 400 4 000 6 700 32 854 577 134 1 380 664 199 280 1 181 384
429 600 8 760 2 820 92 400 4 000 6 700 32 854 577 134 1 380 664 199 280 1 181 384
429 600 8 760 2 820 92 400 4 000 6 700 32 854 577 134 1 380 664 199 280 1 181 384
429 600 8 760 2 820 92 400 4 000 6 700 32 854 577 134 1 380 664 199 280 1 181 384
429 600 8 760 2 820 92 400 4 000 6 700 32 854 577 134 1 380 664 199 280 1 181 384
429 600 8 760 2 820 92 400 4 000 6 700 32 854 577 134 1 380 664 199 280 1 181 384
-
236 277 295 346 177 208 118 138 826 969 354 415
429 600 429 600 8 760 8 760 2 820 2 820 92 400 92 400 4 000 4 000 6 700 6 700 32 854 32 854 577 134 577 134 1 380 664 1 380 664 199 280 199 280 1 181 384 1 181 384 Rincian Bagi Hasil 236 277 236 277 295 346 295 346 177 208 177 208 118 138 118 138 826 969 826 969 354 415 354 415
236 277 295 346 177 208 118 138 826 969 354 415
236 277 295 346 177 208 118 138 826 969 354 415
472 554 295 346 118 138 886 038 295 346
472 554 295 346 118 138 886 038 295 346
472 554 295 346 118 138 886 038 295 346
472 554 295 346 118 138 886 038 295 346
80 Lampiran 17 Laporan arus kas bulanan (proyeksi 1 tahun pertama) unit usaha tunas Tunas Kelapa Dalam (Rp 000) Rincian komponen Inflow 1. Penjualan 2. Investor Total intflow Outflow 1. Biaya investasi Total biaya investasi 2. Biaya operasional a. Biaya tetap b. Biaya variabel Total biaya opersional 3. Biaya non operasional a. Tunjangan hari raya (THR) b. Kewajiban kredit investasi c. Pajak Total biaya non operasional Total outflow Net benefit Total nett benefit tahun pertama
1 sampai 6
580 707 580 707
7
8
Bulan ke 9
10
11
12
238 492 129 778 368 271
361 997
361 997
361 997
383 291
383 291
361 997
361 997
361 997
383 291
383 291
53 035 276 743 329 778
53 035 302 169 355 204
53 035 302 169 355 204
53 035 302 169 355 204
53 035 302 169 355 204
53 035 302 169 355 204
355 204 6 793
355 204 6 793
355 204 28 087
355 204 28 087 108 345
580 707 580 707
6 700
580 707 -
329 778 38 492
6 700 361 904 93
81 Lampiran 18 Laporan arus kas tahunan unit usaha Tunas Kelapa proyeksi 10 tahun Dalam (Rp 000)
Rincian komponen Inflow 1. Penjualan 2. Pinjaman 3. Nilai sisa Total inflow Outflow 1. Biaya investasi Total biaya investasi 2. Biaya operasional A. Biaya tetap B. Biaya variabel Total biaya opersional 3. Biaya non operasional a. Tunjangan hari raya (thr) b. Kewajiban kredit investasi c. Pajak d. Total biaya non operasional Total outflow Net benefit Kriteria investasi DF dengan asumsi DR=7.5% PV per tahun NPV BEP unit (ton) tahun pertama BEP unit (ton) tahun selanjutnya Gross B/C Payback period
1
2
3
4
5
Tahun 6
7
8
9
10
2 091 067 710 485
5 678 389
5 678 389
5 678 389
5 678 389
5 678 389
5 678 389
5 678 389
5 678 389
5 678 389
2 801 551
5 678 389
5 678 389
5 678 389
5 678 389
5 678 389
5 678 389
5 678 389
5 678 389
16 667 5 695 056
580 707 580 707
100 100
100 100
37 150 37 150
100 100
318 210 1 787 590 2 105 800
636 420 3 720 591 4 357 011
636 420 3 720 591 4 357 011
636 420 3 720 591 4 357 011
636 420 3 720 591 4 357 011
636 420 3 720 591 4 357 011
636 420 3 720 591 4 357 011
636 420 3 720 591 4 357 011
636 420 3 720 591 4 357 011
636 420 3 720 591 4 357 011
6 700
6 700 142 097 199 280 348 077 4 705 188 973 201
6 700 142 097 199 280 348 077 4 705 088 973 301
6 700 142 097 199 280 348 077 4 705 188 973 201
6 700 142 097 199 280 348 077 4 742 238 936 151
6 700 142 097 199 280 348 077 4 705 188 973 201
6 700
6 700
6 700
6 700
199 280 205 980 4 562 991 1 115 398
199 280 205 980 4 563 091 1 115 298
199 280 205 980 4 562 991 1 115 398
199 280 205 980 4 600 341 1 094 715
0.87 842 143
0.80 783 469
0.75 728 734
0.70 652 084
0.65 630 597
0.60 672 312
0.56 625 350
0.52 581 773
0.49 531 149
6 700 2 693 206 108 345 0.93 100 787 6 148 397 102 156.03 1.21 1.46
100 100
37 350 37 350
82
Lampiran 19 Bagi hasil 5 tahun pertama di mulai tahun ke dua pada usaha Tunas Kelapa proyeksi 10 tahun Dalam (Rp 000)
Rincian Investor Petani Wirakop Koperasi Laba di tahan
Persentase pembagian 20% 25% 15% 10% 30%
2 236 277 295 346 177 208 107 543 354 415
Perolehan pada tahun 3 4 5 236 277 236 277 236 277 295 346 295 346 295 346 177 208 177 208 177 208 107 543 107 543 107 543 354 415 354 415 354 415
6 236 277 295 346 177 208 107 543 354 415
Lampiran 20 Bagi hasil 4 tahun selanjutnya pada usaha Tunas Kelapa proyeksi 10 tahun Dalam (Rp 000)
Perolehan pada tahun
Rincian
Persentase pembagian
7
Investor Petani Wirakop Koperasi Laba di tahan
40% 25% 10% 25%
472 554 295 346 107 543 295 346
8 472 554 268 859 107 543 295 346
9 472 554 268 859 107 543 295 346
10 472 554 268 859 107 543 295 346
Lampiran 21 Rincian pengembalian pinjaman kepada investor Dalam Rp (000) Tahun Rincian 2 3 4 5 6 Cicilan pokok 142 097 142 097 142 097 142 097 142 097 Bagi hasil 25% 236 277 236 277 236 277 236 277 236 277 Total pengembalian per tahun 378 374 378 374 378 374 378 374 378 374 Keterangan: 1. Besar cicilan asumsi pinjam hanya untuk modal awal tanpa biaya pembelian arang karena pembayaran awal dengan sistem bayar dibelakang. 2. Nilai besar cicilan adalah nilai modal awal dikurangi besar biaya pembelian arang keudian dibagi tahun pengembalian (5tahun).
83
Lampiran 22 Siklus produksi 1 bulan pertama pada tahun pertama unit usaha Tunas Kelapa Hari kerja 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Penggilingan
Pengayakan
Pengadukan
Pencetakan
Pengeringan
Total output di bulan pertama Keterangan : Pada bulan di tahun pertama selanjutnya sudah dapat stabil menjadi 36 ton per bulan Sedangkan pada bulan di tahun berikutnya menjadi 2 ton per hari sehingga per bulan menghasilkan 40 ton
Pengemasan
Output (Ton)
1.8 1.8 1.8 1.8 1.8 1.8 1.8 1.8 1.8 1.8 1.8 1.8 1.8 1.8 25.2
84
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Pemalang pada tanggal 1 April 1993 sebagai anak dari pasangan Sukamto dan Umi Eryanti. Penulis merupakan anak terakhir dari tiga berasaudara. Pada tahun 2011 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Pemalang dan pada tahun itu juga penulis masuk menjadi mahasiswa Institur Pertanian Bogor melalui jalur Undangan. Penulis diterima menjadi mahasiswa di Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama mengikuti masa perkuliahan penulis menjadi asisten praktikum Ekonomi Umum dari tahun 2013 sampai 2015. Selain itu penulis juga aktif dalam mengajar les privat untuk Mata Kuliah Ekonomi Umum dan juga mata pelajaran SMA. Penulis juga pernah aktif sebagai staf Departemen Pengembangan Sumberdaya Mahasiswa Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen (BEM FEM) pada periode 2013/2014.