RENCANA BISNIS PEMBUATAN MINYAK BEKATUL PADI BERBASIS WIRAKOPERASI DI KECAMATAN CILAMAYA KABUPATEN KARAWANG
RATU HUMAEROH
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Rencana Bisnis Pembuatan Minyak Bekatul Padi Berbasis Wirakoperasi di Kecamatan Cilamaya Kabupaten Karawang adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Maret 2015 Ratu Humaeroh NIM H34124033
ABSTRAK RATU HUMAEROH. Rencana Bisnis Pembuatan Minyak Bekatul Padi Berbasis Wirakoperasi di Kecamatan Cilamaya Kabupaten Karawang. Dibimbing oleh LUKMAN MOHAMMAD BAGA. Bekatul merupakan hasil samping penggilingan padi yang memiliki nilai gizi yang tinggi serta ketersediaanya melimpah namun penggunaannya hanya sebatas untuk pakan ternak. Untuk mengoptimalkan potensi bekatul padi, maka dengan menggunakan teknologi, bekatul dapat diolah menjadi minyak bekatul yang kaya akan vitamin dan oryzanol menjadikannya sebagai minyak sehat. Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimalkan potensi bekatul serta mendesain rencana bisnis pembuatan minyak bekatul padi berbasis wirakoperasi. Melalui konsep wirakoperasi diharapkan usaha ini dapat meningkatkan pendapatan petani. Hasil dari analisis finansial menunjukan rencana bisnis pembuatan minyak bekatul dikatakan layak untuk direalisasikan dilihat dari kriteria investasi yaitu NPV sebesar Rp5 771 920 329, Net B/C sebesar 3, IRR sebesar 56 persen, Gross B/C sebesar 1.04 dan Payback Period selama 3 tahun 11 bulan. Kata kunci: bekatul, minyak bekatul, rencana bisnis, wirakoperasi
ABSTRACT RATU HUMAEROH. Rice Bran Oil Manufacturing Business Plan Based on Cooperative Entrepreneur in District Cilamaya Karawang Regency. Supervised by LUKMAN MOHAMMAD BAGA. Rice bran is a by-product of rice mills which availability is abundant but its use is not fully optimized. To optimize the use of rice bran, then by using the technology, it can be processed into rice bran oil which is rich in vitamins and oryzanol. This research aims to optimize the potential of rice bran as well as designing a business plan based cooperative entrepreneur. Financial analysis shows that rice bran oil manufacturing business plan is feasible to be realized for investment because it has NPV of Rp5 771 920 329, Net B / C of 2, an IRR of 56 percent, Gross B / C of 1.04 and a payback period of 3 years 11 months. Keywords: business plan, cooperative entrepreneur, rice bran, rice bran oil
RENCANA BISNIS PEMBUATAN MINYAK BEKATUL PADI BERBASIS WIRAKOPERASI DI KECAMATAN CILAMAYA KABUPATEN KARAWANG
RATU HUMAEROH
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
Judul Skripsi : Rencana Bisnis Pembuatan Minyak Bekatul Padi Berbasis Wirakoperasi di Kecamatan Cilamaya Kabupaten Karawang : Ratu Humaeroh Nama NIM : H34124033
Disetujui oleh
Dr Ir Lukman M Baga, MAEc Pembimbing Skripsi
Diketahui oleh
Dr Ir Dwi Rachmina, MSi Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan November 2014 ini ialah Perencanaan Bisnis, dengan judul Rencana Bisnis Pembuatan Minyak Bekatul Padi Berbasis Wirakoperasi di Kecamatan Cilamaya Kabupaten Karawang. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Lukman M Baga, MA.Ec selaku pembimbing, dan Gamal, Safira, serta Selly selaku teman satu bimbingan skripsi. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada pimpinan dan staf CARE LPPM IPB, Bapak Bakri, Bapak Nano, dan pihak-pihak yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ibu, adik-adik, Danar dan teman-teman atas segala dukungan, doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Maret 2015 Ratu Humaeroh
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian TINJAUAN PUSTAKA Pengolahan Bekatul Padi Peran Wirakoperasi Rencana Bisnis KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka Pemikiran Operasional METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data Metode Analisis Data GAMBARAN UMUM LOKASI USAHA RENCANA BISNIS Rencana Pemasaran Rencana Operasional Rencana Manajemen dan Sumber Daya Manusia Rencana Kemitraan Analisis Risiko Rencana Keuangan Hasil Rencana Bisnis Berbasis Wirakoperasi SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
xii ii iii 1 1 4 6 6 6 7 7 7 8 9 9 18 20 20 20 20 21 25 25 25 27 35 40 42 43 49 50 50 50 50 53 61
DAFTAR TABEL 1 Luas panen, produksi, dan produktivitas padi di Pulau Jawa tahun 2012 2 Luas panen, produktivitas dan produksi padi di Jawa Barat tahun 2011 3 Perbandingan antioksidan alami pada beberapa jenis minyak makan 4 Perbedaan Studi Kelayakan Bisnis dan Rencana Bisnis 5 Kebutuhan bahan baku dan rencana jumlah produksi tiap bulan 6 Sifat fisiko – kimia minyak bekatul standar A.O.C.S 7 Rincian penentuan jumlah tenaga kerja 8 Rincian penentuan upah dan gaji 9 Matriks hubungan antara pihak yang terkait 10 Biaya investasi usaha pembuatan minyak bekatul padi 11 Biaya variabel usaha pembuatan minyak bekatul tahun ke-10 12 Biaya tetap usaha pembuatan minyak bekatul pada tahun 10 13 Rincian modal awal usaha 14 Harga pokok produksi 15 BEP minyak bekatul 16 Kriteria kelayakan investasi 17 Perbedaan pendekatan tanpa wirakoperasi dan dengan wirakoperasi
1 1 2 11 32 35 37 40 41 44 45 46 46 47 47 48 49
DAFTAR GAMBAR 1 Total jumlah ekspor rice bran oil India berdasarkan negara tujuan tahun 2014 3 2 Alur kerangka pemikiran operasional penelitian 19 3 Diagram alur distribusi pemasaran minyak bekatul padi 27 4 Contoh minyak bekatul 28 29 5 Rotatory dryer 6 Screw oil press 29 7 Vacuum oil filter 30 8 Frame type oil filter 31 9 Mesin pengemasan 31 10 Diagram manajemen pengumpulan bahan baku 32 11 Diagram alir proses pembuatan minyak bekatul 33 12 Struktur organisasi koperasi 36
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Karakteristik responden Desa Pasirukem 53 Karakteristik responden Desa Rawagempol 54 Jumlah suplai bekatul gabungan 55 Penjualan produk 55 Layout tempat usaha pengolahan minyak bekatul 53 Asumsi biaya listrik tahun ke-2-10 53 Rincian biaya investasi 54 Rincian biaya penyusutan 56 Arus kas 59
10 Laporan laba rugi 60
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi di Indonesia dimana kontribusi sektor pertanian terhadap total Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 14.43 persen, dan pertanian juga mampu menyerap 39.69 persen dari total angkatan kerja di Indonesia (KEMENTAN 2014). Padi merupakan salah satu komoditi dari subsektor pertanian yang memberikan kontribusi terbesar dalam Produk Domestik Bruto (PDB) dibandingkan tanaman bahan makanan lainnya seperti palawija, sayur-sayuran dan buah-buahan (BPS 2013). Salah satu Provinsi yang memproduksi padi terbesar di Indonesia adalah Provinsi Jawa Barat. Total produksi padi di Jawa Barat tahun 2012 sebanyak 10 753 612 ton dengan luas panen 1 792 955 hektar dan produktivitasnya mencapai 5.99 ton/Ha. Berikut merupakan data luas panen, produksi dan produktivitas padi yang dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Luas panen, produksi, dan produktivitas padi di Pulau Jawa tahun 2012 Luas Panen Produksi Produktivitas Propinsi (Ha) (ton) (ton/Ha) DKI Jakarta 1 897 11 004 5.82 Jawa Barat 1 792 955 10 753 612 5.99 Jawa Tengah 1 698 804 9 911 951 5.84 DI Yogyakarta 109 345 737 446 5.82 Jawa Timur 1 838 381 11 449 199 6.26 Banten 333 868 1 796 746 5.30 Sumber: Direktorat Jendral Tanaman Pangan 2013 (diolah)
Kabupaten Karawang merupakan daerah di Provinsi Jawa Barat yang dikenal sebagai salah satu sentra produksi padi bahkan sampai pada tingkat nasional. Dari luas wilayah Kabupaten Karawang yaitu 1 753.27 kilometer persegi atau 175 327 hektar, luas areal pertaniannya yaitu 186 366 hektar atau hampir separuhnya dengan hasil per hektar sebesar 60.42 kuintal dan produksi yang mencapai 1 126 073 ton (BPS 2011). Data mengenai luas panen, produktivitas dan produksi padi di Jawa Barat tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Luas panen, produktivitas dan produksi padi di Jawa Barat tahun 2011 Luas Panen Produksi Produktivitas Kabupaten (Ha) (ton) (ton/ha) Cianjur 125 100 744 266 5.95 Subang 175 173 1 055 547 6.03 Purwakarta 33 792 201 154 5.95 Karawang 186 366 1 126 073 6.04 Bekasi 98 427 574 251 5.83 Cirebon 84 619 520 993 6.16 Sumber: BPS Jawa Barat (2011)
2
Besarnya jumlah produksi padi di Kabupaten Karawang senantiasa disertai oleh produksi limbah atau hasil samping karena terjadi transformasi input menjadi output. Dalam proses penggilingan padi menjadi beras giling diperoleh hasil samping berupa (1) sekam (15 sampai 20 persen), yaitu bagian pembungkus atau kulit luar biji, (2) bekatul (8 sampai 12 persen) yang merupakan kulit ari, dihasilkan dari proses penyosohan, dan (3) menir (±5 persen) merupakan bagian beras yang hancur. Apabila produksi gabah kering giling nasional 76.57 juta ton/tahun (KEMENTAN 2014), maka akan diperoleh sekam 11.49 sampai 15.31 juta ton, bekatul 6.1 sampai 9.2 juta ton, dan menir 3.8 juta ton. Limbah atau produk samping yang dihasilkan padi ini umumnya belum dimanfaatkan secara optimal dan hanya digunakan menjadi pakan ternak. Hingga saat ini di Indonesia pemanfaatan bekatul lebih banyak dimanfaatkan sebagai pakan ternak, padahal nilai gizi bekatul sangat baik, kaya akan protein, lemak, serat, mineral, vitamin B kompleks, vitamin E dan tokoferol. Bekatul memiliki berbagai manfaat bagi kesehatan seperti menurunkan kadar kolesterol dalam darah, namun pemanfaatannya sebagai bahan pangan masih sangat terbatas. Contoh pemanfaatan bekatul sebagai bahan makanan maupun minuman telah dilakukan oleh Damayanthi dan Listyorini (2006) yang mengolah bekatul menjadi roti, keripik, biskuit (Sarbini et al 2009), sereal (Wirawati dan Nirmagustina 2009; Nurcholis dan Zubaidah 2011) dan minuman emulsi minyak bekatul berflavor (Nirmala 2012). Menurut Kustiyah et al (2013), daya terima terhadap produk pangan berbahan dasar bekatul masih rendah karena memiliki after taste sehingga perlu upaya pengembangan pada jenis produk tersebut. Salah satu pemanfaatan bekatul adalah melalui pembuatan minyak bekatul atau rice bran oil (RBO). Minyak bekatul merupakan hasil ekstrasi dari bekatul yang mengandung vitamin dan antioksidan yang diperlukan tubuh manusia. Minyak bekatul mengandung beberapa jenis lemak, yaitu 47 persen lemak monounsaturated, 33 persen polyunsaturated, dan 20 persen saturated, serta asam lemak yaitu asam oleat 38.4 persen, linoleat 34.4 persen, linolenat 2.2 persen, palmitat 21.5 persen, dan stearat 2.9 persen (Hadipernata 2007). Untuk melihat perbandingan antioksidan alami pada beberapa jenis minyak makan dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3 Perbandingan antioksidan alami pada beberapa jenis minyak makan Vitamin E Vitamin E Orizanol Total Jenis Minyak Tokoferol Tokotrienol (ppm) Antioksidan (ppm) (ppm) (ppm) Bekatul Padi 81 336 2 000 2 417 51 Zaitun 51 0 0 650 Kanola 650 0 0 487 Bunga Matahari 487 0 0 1 000 Kedelai 1 000 0 0 Sawit 256 149 0 405 Sumber : Rice Bran Oil-The World’s Healthiest Oil, 2006 dalam Hadipernata (2007)
Minyak bekatul atau rice bran oil (RBO) di dunia dimanfaatkan sebagai bahan pangan dan sebagai antioksidan karena mengandung vitamin E dan nutrisi lainnya. Dilihat dari Tabel 3 minyak bekatul atau rice bran oil (RBO) merupakan
3
minyak yang paling sehat dibandingkan dengan minyak nabati lainnya. Menurut Sugano dan Tsuji (1997) dan Kuriyan et al (2005) minyak bekatul memiliki kemampuan menurunkan kadar kolesterol plasma darah yang disebut dengan efek hipokolesterolemik. Produksi RBO dunia berkisar antara 1.0-1.4 juta ton per tahun. Minyak bekatul telah digunakan secara luas di Jepang, Korea, Cina, Taiwan, dan Thailand sebagai premium edible oil atau minyak makan kualitas terbaik. India, Cina, Jepang, dan Myanmar merupakan produsen utama minyak bekatul dunia yang menyumbang 95 persen produksi dunia. India memproduksi 700 sampai 900 ribu ton minyak bekatul tiap tahun. Harga minyak bekatul di pasar dunia berkisar antara 12 USD sampai 14 USD per liter1. Negara India merupakan produsen terbesar minyak bekatul padi yang mengekspor ke berbagai negara di dunia. Beberapa negara yang dijadikan tujuan ekspor meliputi United Arab Emirates, Singapur, New Zealand, Bahrain, Hongkong, Nepal, Malaysia, dan Mauritis. Berdasarkan Gambar 1, dapat dilihat negara tujuan ekspor terbesar adalah negara United Arab Emirates. Data ekspor India menjadi acuan untuk orientasi pasar ekspor minyak bekatul.
Gambar 1 Total jumlah ekspor rice bran oil India berdasarkan negara tujuan tahun 20142. Sampai saat ini Indonesia belum memproduksi minyak bekatul dalam skala besar sehingga Indonesia masih mengimpor dari negara lain. Mengingat bahan untuk memproduksi minyak bekatul banyak terdapat di Indonesia dan masih belum dimanfaatkan secara optimal, maka perencanaan bisnis pembuatan minyak bekatul kiranya potensial untuk dilaksanakan. Perencanaan bisnis ini dapat menjadi pedoman bagi pelaksanaan kegiatan untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai aspek non finansial serta aspek finansial dari usaha pembuatan minyak bekatul. 1
Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol 29, No.4, Tahun 2007 (Diacu 11 Oktober 2014) 2 https://www.zauba.com/export-FORTUNE+RICE+BRAN+OIL-hs-code.html (Diacu 2015 Maret 10)
4
Karawang sebagai sentra penghasil padi dapat menjadi peluang bisnis untuk pengolahan hasil samping padi khususnya bekatul menjadi produk yang benilai jual tinggi. Hanya saja semua petani padi di Karawang langsung menjual padinya dalam bentuk gabah basah atau kering ke tengkulak sehingga hasil samping penggilingan padi menjadi milik tengkulak. Bergaining position petani menjadi lemah karena yang menentukan harga gabah adalah tengkulak. Petani juga perlu adanya tambahan pendapatan selain dari penjualan gabah. Oleh karena itu, perlu adanya terobosan berbasis teknologi untuk menambahkan pendapatan petani. Wirakoperasi atau kegiatan wirausaha yang dilakukan secara kolektif diyakini dapat membangkitkan pertumbuhan agribisnis di pedesaan dan mampu mendatangkan nilai tambah ekonomi bagi para pelaku bisnis (Baga 2011). Tujuan utama setiap wirakoperasi adalah meningkatkan kesejahteraan bersama. Peran seorang wirakoperasi berbeda dengan wirausaha pada umumnya. Wirakoperasi tidak berlari sendirian, melainkan berlari bersama dengan puluhan dan bahkan ribuan anggotanya (Baga 2011), sehingga wirakoperasi maka akan meningkatkan skala ekonomi, membuka pasar baru, meningkatkan penggunaan teknologi, dan memperkuat bargaining power dibanding dengan melakukan usaha seorang diri sehingga akan meningkatkan kesejahteraan anggota (Baga et al 2009). Perencanaan bisnis ini disusun secara wirakoperasi karena dengan wirakoperasi diharapkan akan adanya terobosan berbasis teknologi untuk mengolah bekatul menjadi minyak bekatul, membuka peluang pasar untuk pengolahan bekatul sehingga petani mendapatkan pendapatan tambahan.
Perumusan Masalah Kabupaten Karawang dikenal sebagai lumbung padi Jawa Barat yang mensuplai bahan pangan khususnya beras ke berbagai wilayah di Indonesia. Sentra penghasil padi Karawang tersebar di 22 kecamatan dengan kecamatan Cilamaya sebagai penyumbang utama (BPS 2013). Perkembangan produksi padi di Karawang tahun 2010 sampai 2011 sebesar 1 126 073 ton. Proses penggilingan padi akan menghasilkan bekatul sebanyak 10 persen atau sebesar 112 607.3 ton dari total produksi padi di Kabupaten Karawang. Besarnya jumlah produksi padi di Karawang tidak berbanding lurus dengan pendapatan petani. Pendapatan petani di Karawang masih tergolong rendah meskipun produktivitas padi meningkat. Selama ini pemerintah fokus pada pemberian bantuan teknologi untuk meningkatkan produktivitas padi, sedangkan pengolahan hasil samping penggilingan padi belum cukup mendapatkan bantuan teknologi. Pemanfaatan hasil samping padi khususnya bekatul masih terbatas, masyarakat karawang hanya memanfaatkan bekatul sebagai pakan ternak. Pemanfaatan bekatul yang masih terbatas dikarenakan petani di karawang belum mengetahui informasi mengenai pengolahan bekatul selain untuk pakan ternak serta teknologi untuk menghasilkan produk-produk yang dihasilkan dari bekatul. Hambatan lainnya yaitu sifat komoditas ini yang mudah rusak/tengik. Proses produksi bekatul menjadi bahan pangan harus dilakukan di bawah 24 jam setelah digiling agar bekatul tidak rusak atau tengik. Berbeda dengan Indonesia, di negara lain pemanfaatan bekatul dalam industri pangan yang telah dilakukan salah satunya adalah diolah menjadi minyak bekatul. Penggunaan minyak bekatul yang
5
paling populer adalah sebagai minyak makan, minyak bekatul banyak dikonsumsi di berbagai negara, seperti Jepang, Korea, Cina, India dan beberapa negara Asia Tenggara (Hadipernata 2007). Minyak bekatul adalah minyak hasil ekstraksi bekatul yang merupakan salah satu produk dari industri penggilingan padi. Berdasarkan hasil penelitian BB-Pascapanen, rendemen minyak bekatul yang dihasilkan sekitar 14 sampai 17 persen. Selanjutnya Tahira et al (2007) memperoleh rendemen minyak bekatul rata-rata sebesar 19.32 persen. Minyak bekatul telah digunakan secara luas di Asia Timur dan Amerika sebagai premium edible oil. Di Indonesia, minyak goreng bekatul tersedia di berbagai supermarket sejak 2009 yang diimport oleh PT Hero Intiputra dari Kasisuri.Co.Ltd., Thailand. Selain untuk minyak goreng, minyak bekatul juga dapat dijadikan minyak salad, bahan baku kosmetik serta suplemen kesehatan. Untuk saat ini, produsen utama minyak bekatul adalah India, Cina, Jepang dan Myanmar. India sendiri mampu memproduksi minyak bekatul 700 sampai 900 ribu ton minyak bekatul tiap tahun. Besarnya produksi bekatul di Indonesia belum menjadikan Negara ini sebagai produsen dari minyak bekatul. Padahal dengan produksi bekatul yang besar, Indonesia seharusnya menjadi salah satu produsen minyak bekatul. Potensi pengolahan bekatul padi menjadi miyak bekatul (Rice Bran Oil) membuka peluang pasar bagi pasar domestik maupun ekspor. Terbukanya batasbatas antar negara mempermudah mobilitas dari suatu negara ke negara lain sehingga terbuka peluang untuk bersaing di pasar global untuk mengeksport minyak bekatul. Usaha pengolahan bekatul padi di Karawang masih terbuka lebar karena pemanfaatan dan pengolahannya yang masih relatif sedikit. Usaha pembuatan minyak bekatul juga sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan pendapatan petani di Karawang. Usaha ini perlu dikembangkan dalam skala industri karena adanya terobosan teknologi seperti penggunaan mesin-mesin untuk produksi pembuatan minyak bekatul dalam skala besar. Oleh karena itu, usaha pembuatan minyak bekatul tidak tepat bila dilakukan melalui pendekatan wirausaha kecil tetapi harus dibuat dengan pendekatan usaha bersama (wirakoperasi) sehingga diperoleh keuntungan dalam jumlah besar. Dengan kemampuan membaca peluang usaha maka peluang usaha tersebut dapat ditransfer kepada para pelaku usahatani untuk melakukan usaha bersama (wirakoperasi) sehingga dapat dikembangkan kelembagaan bisnis seperti koperasi yang berfungsi sebagai wadah usaha bersama dengan para pelaku usahatani yang kedepannya akan mampu menembus pasar global. Tujuan usaha secara wirakoperasi adalah mencari peluang untuk mengembangkan potensi bekatul padi dalam bersaing secara global sebagai prioritas. Kegiatan pertanian itu sebagian besar berada di pedesaan sehingga diperlukan kondisi yang kondusif untuk membangun sektor pertanian di pedesaan. Salah satu kondisi kondusif yang perlu diperhatikan ialah perlu adanya wirausaha dan kemitraan usaha sehingga wirakoperasi turut berperan dalam pembangunan agribisnis di pedesaan. Berbagai kendala yang dihadapi dalam memanfaatkan hasil samping penggilingan padi adalah pada pengetahuan petani yang masih terbatas dan teknologi yang belum dikenal di kalangan petani sementara peluang bisnis untuk mengolah hasil samping penggilingan padi sangat potensial. Keuntungan yang relatif rendah dari beras, seharusnya dapat ditingkatkan melalui usaha
6
pemanfaatan hasil samping penggilingan padi oleh para petani. Meskipun masih dijumpai banyak kendala tetapi potensi pemanfaatan hasil samping penggilingan padi masih sangat besar. Skala usahatani yang kecil dan terbatasnya pengetahuan petani serta belum masuknya teknologi menjadikan petani terkendala untuk memanfaatkan dan mengolah bekatul padi menjadi suatu produk samping yang memiliki nilai tambah dan nilai jual bagi petani. Sehingga diperlukan kelembagaan pertanian yang dapat memberikan kontribusi nyata bagi para petani dalam melakukan usaha bersama. Berdasarkan uraian tersebut, dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu: 1. Bagaimana cara mengoptimalkan potensi dan manfaat bekatul? 2. Bagaimana melakukan usaha pembuatan minyak bekatul padi melalui pendekatan wirakoperasi?
Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian permasalahan diatas, penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengidentifikasi potensi dan manfaat bekatul padi untuk lebih dioptimalkan. 2. Menyusun rencana bisnis pembuatan minyak bekatul padi melalui pendekatan wirakoperasi.
Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain: 1. Bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukan informasi dalam melakukan usaha berbasis wirakoperasi dalam bentuk rencana bisnis. 3. Manfaat bagi investor atau lembaga keuangan adalah, memberikan gambaran dan informasi untuk menanamkan investasi.
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini akan mengkaji rencana bisnis pembuatan minyak bekatul padi berbasis wirakoperasi pada gabungan kelompok tani di Karawang Jawa Barat yang meliputi dua desa yaitu Desa Pasirukem dan Desa Rawagempol. Penelitian ini dimaksudkan agar kedepannya dapat dibuat suatu usaha pengolahan bekatul padi untuk meningkatkan nilai jual bekatul. Aspek perencanaan bisnis yang dianalisis meliputi rencana pemasaran, rencana produksi, rencana manajemen dan sumberdaya manusia, rencana kemitraan, analisis risiko dan ketidakpastian serta rencana keuangan.
7
TINJAUAN PUSTAKA
Pengolahan Bekatul Padi Menurut Zuhra (2006), bekatul mengandung berbagai zat gizi, yaitu protein (11-17 persen), lemak (2.52-5.05 persen), karbohidrat (58-72 persen) dan serat. Damayanthi et al (2010) menambahkan bahwa bekatul juga mengandung vitamin B dari golongan tiamin, riboflavin, niasin, dan pirodoxin. Komponen bioaktif dalam bekatul terdiri dari tokoferol (vitamin E), tokotrienol, oryzanol, dan asam pangamat. Selain itu, bekatul juga mengandung serat pangan sekitar 22.9 persen yang bermanfaat bagi kesehatan (Nurcholis dan Zubaidah 2011). Penelitian Damayanthi et al (2010) menunjukkan bahwa ratarata dalam 100 gram bekatul mampu mereduksi radikal bebas DPPH yang setara dengan kemampuan 28.74 mg vitamin C. Bekatul yang merupakan hasil samping dari penggilingan padi biasanya hanya digunakan sebagai pakan ternak. Namun, saat ini bekatul telah banyak diteliti dan terbukti dapat berpengaruh dalam peningkatan kesehatan manusia serta dapat diolah menjadi nilai tambah bagi penghasilan petani. Pemanfaatan bekatul sebagai bahan makanan maupun minuman sudah dilakukan seperti dalam penelitian Damayanthi dan Listyorini (2006) yang mengolah bekatul menjadi roti, keripik, biskuit (Sarbini et al 2009), sereal (Wirawati dan Nirmagustina 2009; Nurcholis dan Zubaidah 2011) dan minuman emulsi minyak bekatul berfalvor (Ovani 2013 dan Nirmala 2012). Menurut Kustiyah et al (2013) daya terima terhadap produk pangan berbahan dasar bekatul masih rendah karena memiliki after taste sehingga perlu upaya pengembangan pada jenis produk tersebut. Salah satu pemanfaatan bekatul adalah melalui pembuatan minyak bekatul atau rice bran oil (RBO).
Peran Wirakoperasi Menurut Baga (2003) dan Fajrian (2013) peran seorang wirakoperasi (cooperatirative entrepreneur) adalah menemukan peluang berkoperasi dan mewujudkannya dalam bentuk kesempatan usaha yang menguntungkan anggotanya. Seorang wirakoperasi akan berupaya, berkreasi dan berinovasi untuk memperoleh nilai tambah bagi produk agribisnis yang dihasilkan anggota koperasinya serta memberikan manfaat untuk orang lain. Seorang wirakoperasi tidak sendiri melainkan melibatkan sebanyak-banyaknya orang lain dalam lingkup usaha yang dilakukannya dengan tujuan orang-orang yang terlibat dapat juga merasakan keuntungan dari usaha yang dilakukan secara bersama. Usaha secara wirakoperasi akan meningkatkan skala ekonomi, membuka pasar baru, meningkatkan penggunaan teknologi, bargaining power akan lebih kuat dibanding dengan melakukan usaha seorang diri sehingga akan meningkatkan kesejahteraan anggota. Daman Danuwidjaja merupakan seorang wirakoperasi dalam agribisnis persusuan. Koperasi Peternak Bandung Selatan (KPBS) didirikan pada tahun 1969 yang beranggotakan para peternak sapi di daerah Bandung Selatan. Selanjutnya,
8
selain mengembangkan KPBS, Daman Danuwidjaja juga mendirikan Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) sebagai koperasi susu tingkat sekunder yang berskala nasional (Baga 2003). Wahyudin sebagai pemilik CV. Bunga Indah Farm juga merupakan seorang wirakoperasi dengan membuat inovasi pada tanaman hias yang di Indonesia merupakan tanaman yang menjadi pagar rumah. Batang suji dikemas atau dirangkai dalam berbagai bentuk yang digunakan sebagai tanaman indoor kemudian di ekspor ke negara Korea Selatan (Fajrian 2013). Keberhasilan peran seorang wirakoperasi dibuktikan melalui penelitian Baga dan Firdaus (2009) pada kasus belimbing dewa di Kota Depok serta penelitian Fajrian (2013) pada CV. Bunga Indah Farm di Kabupaten Sukabumi. Kedua penelitian ini menunjukkan peranan seorang wirakoperasi mampu memajukan usaha tidak hanya secara keuntungan pribadi tetapi juga usaha anggotanya. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya pendapatan petani setelah melakukan kemitraan serta meningkatnya skala usaha petani.
Rencana Bisnis Perencanaan bisnis merupakan tahap penting dalam pendirian bisnis baru maupun yang sudah berjalan serta merupakan alat penting dalam pengambilan keputusan kebijakan perusahaan secara cepat, tepat dan efisien. Perencanaan bisnis digunakan sebagai pedoman untuk mencapai keuntungan yang sudah diperkirakan dan mengantisipasi hambatan yang mungkin dihadapi. Sebuah rencana bisnis mencakup profil perusahaan, visi dan misi perusahaan, tujuan perusahaan, deskripsi produk, strategi, aspek teknis, rencana, aspek bisnis, aspek pembiayaan dan kelayakan usaha sesuai dengan pernyataan (Wibowo 2011) dalam penelitiannya yang berjudul Rencana Bisnis Industri Manisan Stroberi dan (Harris 2008) dalam penelitiannya yang berjudul Rancang Bangun Business Plan untuk Agroindustri Paprika. Dalam aspek finansial perencanaan bisnis (Wibowo 2011; Harris 2008) dilakukan dengan cara menghitung titik impas (BEP) dan menggunakan kriteria investasi yang terdiri dari NPV, Net B/C, B/C Ratio, IRR serta Payback Period (PP). Hasil perhitungan Break Even Point (BEP) manisan stroberi sebanyak 13 520 kg/tahun dengan harga jual Rp125 000/kg (Wibowo 2011), Break Even Point (BEP) usaha agroindustri paprika tercapai pada tingkat harga jual produk Rp10 919 untuk paprika hijau, Rp14 577 untuk paprika merah dan Rp15 577 untuk paprika kuning dengan kapasitas produksi sebesar 39 926 kg untuk paprika hijau, 350 005 kg untuk paprika merah dan 312 603 untuk paprika kuning (Harris 2008). Analisis finansial dengan kriteria investasi pada penelitian Wibowo (2011) menunjukkan nilai NPV sebesar Rp1070 841 068, IRR mencapai 33 persen, B/C Rasio 2.4 dan PP selama 4 tahun 4 bulan. Penelitian Harris (2008) menunjukkan nilai NPV sebesar Rp132 947 684 dengan tingkat B/C ratio sebesar 1.69 dan PP selama 2.26 tahun.
9
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Bekatul Padi Menurut definisinya, bekatul (bran) adalah hasil samping proses penggilingan padi, terdiri atas lapisan sebelah luar butiran padi dengan sejumlah lembaga biji. Sementara bekatul (polish) adalah lapisan sebelah dalam dari butiran padi, termasuk sebagian kecil endosperm berpati. Namun, karena alat penggilingan padi tidak memisahkan antara dedak dan bekatul maka umumnya dedak dan bekatul bercampur menjadi satu dan disebut dengan dedak atau bekatul saja. Dalam proses penggilingan padi menjadi beras giling, diperoleh hasil samping berupa (1) sekam (15-20 persen), yaitu bagian pembungkus/kulit luar biji, (2) dedak/bekatul (8-12 persen) yang merupakan kulit ari, dihasilkan dari proses penyosohan, dan (3) menir (±5 persen) merupakan bagian beras yang hancur. Limbah atau produk samping yang dihasilkan padi ini umumnya belum dimanfaatkan secara optimal dan dibuang begitu saja bahkan dapat menjadi sampah yang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan.
Minyak Bekatul Menurut Hadipernata (2007) minyak bekatul atau rice bran oil merupakan minyak hasil ekstraksi bekatul padi yang mengandung beberapa jenis lemak, yaitu 47 persen lemak monounsaturated, 33 persen polyunsaturated, dan 20 persen saturated, serta asam lemak yaitu asam oleat 38.4 persen, linoleat 34.4 persen, linolenat 2.2 persen, palmitat 21.5 persen, dan stearat 2.9 persen. Selain itu minyak bekatul juga mengandung antioksidan alami tokeferol, tokotrienol, dan orizanol yang bermanfaat melawan radikal bebas dalam tubuh terutama sel kanker, serta membantu menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Senyawa orizanol yang hanya terdapat pada bekatul ini merupakan antioksidan yang sangat kuat serta lebih aktif dari vitamin E dalam melawan radikal bebas, menurunkan kolesterol dalam darah dan kolesterol liver, serta menghambat menopouse sehingga minyak bekatul ini dapat dimanfaatkan sebagai suplemen pangan untuk meningkatkan kualitas kesehatan manusia.
Wirakoperasi Menurut Baga (2011) Seorang wirakoperasi adalah orang yang memiliki keyakinan yang tinggi bahwa koperasi merupakan satu jalan pemecahan dari berbagai masalah pelik yang dihadapi oleh masyarakat lemah seperti halnya petani. Wirakoperasi juga yakin bahwa meningkatkan kesejahteraan anggota
10
melalui gerakan koperasi bukanlah suatu utopi, tapi merupakan suatu hal yang achieveable. Bagi pengembangan koperasi agribisnis, wirakoperasi juga dituntut memiliki pengetahuan dalam aspek spesifik atau komoditi yang diusahakan. Jika untuk peternakan dibutuhkan lulusan bidang peternakan atau kedokteran hewan, maka untuk komoditi perkebunan dibutuhkan ahli agronomi, dan untuk komoditi perikanan laut dibutuhkan, misalnya, ahli penangkapan dan pengolahan ikan. Disamping itu, penguasaan aspek teknis (teknologi) ini juga memungkinkan timbulnya dorongan positif dalam membangun visi, misi dan strategi bagi aktivitas koperasi. Peran seorang wirakoperasi adalah menemukan peluang berkoperasi dan mewujudkannya dalam bentuk usaha yang menguntungkan bagi para anggotanya (Baga 2011). Wirakoperasi menggabungkan antara jiwa kewirausahaan dengan sikap kooperatif pada diri seorang pemimpin. Seorang wirakoperasi tidak hanya mementingkan keberhasilan usahanya tetapi juga bertanggung jawab dalam meningkatkan kesejahteraan para anggota dan para petani.
Perencanaan Bisnis Menurut Rangkuti (2006), perencanaan bisnis merupakan alat yang sangat penting bagi pengusaha maupun pengambil keputusan kebijakan perusahaan. Perencanaan bisnis mencakup uraian tentang gambaran umum rencana, kondisi perusahaan, produk/jasa yang akan diberikan oleh perusahaan, kondisi pasar, kondisi manajemen, kondisi keuangan, kondisi operasional, strategi untuk pengembangan di masa yang akan datang, informasi keuangan yang dibutuhkan dan lampiran-lampiran. Perencanaan bisnis dapat digunakan sebagai alat untuk mencari pinjaman dari pihak ketiga, seperti pihak perbankan, investor, lembaga keuangan, dan sebagainya. Menurut Solihin (2007), meskipun terdapat variasi dalam penyusunan rencana bisnis, tetapi sebuah rencana bisnis yang baik sekurang-kurangnya akan mencantumkan tujuh elemen pokok, yaitu ringkasan eksekutif, uraian umum usaha, rencana pasar, rencana teknik dan teknologi, rencana keuangan, rencana manajemen dan organisasi, dan risiko-risiko utama yang dihadapi perusahaan di masa depan serta antisipasinya untuk menghadapi resiko tersebut.
Studi Kelayakan Bisnis Studi Kelayakan Bisnis menurut Umar (2009) merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak layak bisnis dibangun, tetapi juga saat dioperasionalkan secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan yang maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan. Maksud layak atau tidak di sini adalah prakiraan bahwa usaha yang akan dijalankan akan memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan. Informasi mengenai kelayakan bisnis penting bagi pengusaha sebagai pegangan pada tahap awal operasi usaha maupun pada tahap operasional dan merupakan proyeksi pegangan bagi investor maupun bank dalam kaitan pendanaan.
11
Pengertian studi kelayakan bisnis dengan rencana bisnis sering kali membingungkan. Hal ini karena baik studi kelayakan bisnis maupun rencana bisnis menganalisis beberapa aspek yang sama, yaitu aspek hukum, lingkungan, pasar dan pemasaran. Teknis dan operasional, manajemen dan SDM, serta aspek keuangan. Selain itu baik studi kelayakan bisnis maupun rencana bisnis mempunyai fungsi membantu pengambilan keputusan bisnis. Namun, untuk perbedaan studi kelayakan bisnis dengan rencana bisnis menurut Solihin (2007) dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Perbedaan Studi Kelayakan Bisnis dan Rencana Bisnis No Faktor Pembeda Studi Kelayakan Bisnis Rencana Bisnis Berdasarkan data 1 Jenis data Data estimasi empiris perusahaan Sumber 2 Data ekternal Data internal data Pihak internal Pihak eksternal (manajemen), 3 Penyusun/Analis (Konsultan/Pakar) perusahaan (direksi perusahaan) Merencanakan Menilai kelayakan kegiatan bisnis untuk 4 Tujuan gagasan bisnis masa yang akan datang Investor, Bank, 5 Pengguna Manajemen, Kreditor Pemerintah, LSM 6 Waktu Pembuatan Bisa lebih dari 1 tahun Kurang dari 1 Tahun Relatif kebih kecil 7 Biaya Relatif Besar dari studi kelayakan bisnis (Solihin 2007)
Rencana Pemasaran Tahap pertama dalam membuat perencanaan bisnis adalah dengan membuat rencana pemasaran terlebih dahulu, karena sebelum perusahaan memiliki kejelasan tentang sasaran pasar, target pasar, dan posisi pasar serta bauran pemasaran lainnya, maka perusahaan belum dapat melakukan perencanaan aspekaspek lainnya dalam perencanaan bisnis. Sebelum melakukan produksi suatu barang atau jasa, langkah awal adalah menentukan aspek pasar terlebih dahulu agar mengetahui pasar yang dituju serta produk yang dihasilkan akan diterima atau tidak di pasar. Kegiatan pemilihian pasar dimulai dari pengenalan peluang pasar, potensi pasar, analisis persaingan, analisis pelanggan, sampai pemilihan pasar sasaran (Solihin 2007). Menurut Umar (2009) pasar merupakan tempat pertemuan antara penjual dan pembeli, atau saling bertemunya antara kekuatan permintaan dan penawaran untuk membentuk suatu harga. Analisis yang dilakukan mengenai target pasar mencakup permintaan dan penawaran, pengembangan pasar, serta bauran pemasaran yang dapat
12
meningkatkan kepuasan konsumen. Strategi pemasaran terdiri dari analisis pasar dan marketing mix development (Nurmalina et al 2010). Analisis pasar meliputi segmentasi, targetting, dan positioning. Segmentasi adalah pemilahan pasar menjadi beberapa kelompok konsumen berdasarkan kriteria geografi, demografi, dan psikografi. Targeting adalah penempatan produk beserta bauran pemasarannya pada segmen pasar yang telah dipilih. Positioning adalah penempatan produk dalam benak konsumen agar terbedakan dan diinginkan dengan produk pesaing. Analisis bauran pemasaran merupakan analisis yang dilakukan secara lebih rinci terhadap strategi produk, harga, komunikasi pemasaran, distribusi dan sumber daya manusia yang dimiliki pesaing dalam kegiatan pemasarannya. (Solihin 2007). Indikator-indikator menurut Bagodenta (2013) yang terdapat dalam pengembangan bauran pemasaran (marketing mix development) terdiri atas: 1)
Product (Produk) Strategi produk, misalnya menyangkut atribut apa saja yang akan digunakan produk perusahaan agar produk tersebut memiliki keunggulan kompetitif dibandingkan dengan pesaing (Solihin 2007). Terdiri dari spesifikasi produk yang akan ditawarkan oleh suatu perusahaan seperti bentuk kemasan, pelabelan, merk produk, serta informasi lain mengenai produk tersebut.
2) Price (Harga) Strategi harga, misalnya menyangkut berapa harga jual produk yang harus ditetapkan perusahaan dengan mempertimbangkan aspek persaingan dan laba (Solihin 2007). Secara teoritis, penetapan harga meliputi analisis kompetitif; strategi penetapan harga, tingkat dan perubahan harga, target pasar, diskon, pemberian kupon berhadiah, kebijaksanaan penjualan, metode atau cara pembayaran. 3) Place (Tempat) Terdiri dari lokasi cakupan penjualan maupun pendistribusian produk, manajemen penyimpanan, manajemen integrasi vertikal dan horizontal, standar tingkat pelayanan, serta ketersediaan fasilitas. 4) Promotion (promosi) Aspek promosi dalam strategi bauran pemasaran ini terdiri dari beberapa jenis promosi yaitu iklan, promosi penjualan, serta pemasaran langsung.
Rencana Produksi Menurut Solihin (2007) rencana produksi menjelaskan antara lain proses produksi, bagaimana perusahaan menjaga kualitas produk, bagaimana perusahaan memperoleh pasokan bahan baku, pertimbangan pemilihan lokasi pabrik, anggaran produksi.
13
1. Perencanaan Produk Produk merupakan sesuatu yang dijual oleh produsen kepada konsumen guna mendapatkan keuntungan. Produk yang dijual dapat berupa fresh product, intermediate product atau final product. Fresh product adalah produk segar yang belum dilakukan pemrosesan terlebih dahulu. Fresh product umumnya tidak menghasilkan margin yang tinggi bagi pelakunya, karena tidak memiliki nilai tambah. Intermediate product adalah produk yang telah diproses namum memerlukan proses selanjutnya untuk kemudian dijual kepada konsumen akhir. Intermediate product umumnya dipasarkan pada industri manufaktur produk akhir. Final product adalah produk yang langsung dapat dikonsumsi atau digunakan langsung oleh konsumen akhir. 2. Perencanaan Kapasitas dan Teknologi Kapasitas merupakan kemampuan produksi dari fasilitas yang biasanya dinyatakan dalam volume output per satuan waktu. Tujuan perencanaan kapasitas adalah usaha perusahaan untuk mengatasi fluktuasi permintaan. Perencanaan kapasitas yang dilakukan dengan baik, maka diharapkan perusahaan akan menghasilkan produknya sesuai dengan jumlah kebutuhan konsumen (Bagodenta 2013). Dalam pemilihan jenis teknologi dapat ditentukan dengan beberapa kriteria seperti ketepatan jenis teknologi, kamampuan pengetahuan penggunaan teknologi dan pertimbangan akan adanya teknologi lanjutan. 3. Penentuan Lokasi dan Layout Lokasi penting bagi perusahaan, karena akan mempengaruhi kedudukan perusahaan dalam persaingan dan menentukan kelangsungan hidup perusahaan tersebut (Bogadenta 2013). Penentuan lokasi dengan cara memperhatikan sumber daya yang akan dipakai baik sumber daya bahan baku, sumber daya manusia, transportasi dan dampak terhadap lingkungan sekitar (Nurmalina et al 2010). Tata letak (layout) merupakan keseluruhan proses penentuan bentuk dan penempatan fasilitas-fasilitas yang dimiliki suatu perusahaan. Tata letak (layout) mencakup urutan-urutan proses produksi, mulai dari proses bahan baku menjadi barang jadi.
Rencana Manajemen dan Sumberdaya Manusia Aspek manajemen mempelajari tentang manajemen dalam masa pembangunan bisnis dan manajemen dalam masa operasi. Tujuan dari aspek manajemen adalah untuk mengetahui apakah pembangunan dan implementasi bisnis dapat direncanakan, dilaksanakan dan dikendalikan sehingga rencana bisnis dapat dikatan layak atau sebaliknya (Umar 2009). Rencana sumber daya manusia antara lain berisi uraian mengenai jumlah personel yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha, spesifikasi yang dibutuhkan oleh masing-masing personel tersebut dilihat dari pengetahuan, keahlian dan kemampuan yang dibutuhkan, anggaran tenaga kerja dan lain sebagainya (Solihin 2007). 1. Aspek Legal Mendirikan suatu usaha perlu dilakukan pembentukan badan usaha serta melakukan pendaftaran ijin usaha. Salah satu bentuk badan usaha adalah
14
Koperasi. berkaitan dengan aspek hukum dalam hal pendirian suatu usaha. Koperasi adalah perkumpulan yang otonom dari orang-orang yang bergabung secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi ekonomi, sosial dan budaya mereka yang sama melalui perusahaan yang dimiliki dan diawasi secara demokrasi (International Cooperative Alliance 1995 dalam Baga et al 2009). 2. Struktur Organisasi Struktur organisasi menggambarkan tentang hierarki kepengurusan dari organisasi bisnis. Struktur organisasi terdiri dari susunan bagian-bagian yang diperlukan untuk menjalankan fungsi-fungsi manajemen dalam organisasi bisnis tersebut. Pada struktur organisasi akan digambarkan hubungan kerja antara orang yang satu dengan yang lainnya dengan memperhatikan aturan bentuk badan hukum dan disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan. 3. Deskripsi Pekerjaan Deskripsi pekerjaan (job content) merupakan pemaparan mengenai tugas dan tanggung jawab dari masing-masing tenaga kerja maupun pengurus perusahaan yang terdiri dari uraian pekerjaan (job description), tugas yang harus dilaksanakan, wewenang yang dimiliki serta tanggung jawab dari pemegang jabatan akan menentukan persyaratan jabatan tertentu yang memerlukan kemampuan, keahlian yang terdiri atas keahlian konseptual, keahlian teknik, keahlian bersosialisasi dan keahlian computer, serta sikap tertentu dari sumber daya manusia yang akan terlibat dalam kegiatan produksi. 4. Gaji dan Upah Gaji merupakan imbalan yang diberikan dengan jumlah yang tetap setiap bulannya, sedangkan upah merupakan imbalan yang diberikan per jam kerja sehingga besaran upah tergantung kepada banyaknya jam kerja. Besaran pemberian gaji dan upah disesuaikan dengan besarnya tanggung jawab yang dibebankan serta kontribusi tenaga kerja tersebut.
Rencana Kemitraan Kemitraan usaha agribisnis adalah hubungan bisnis usaha pertanian yang melibatkan satu atau sekelompok orang atau badan hukum dimana masing-masing pihak memperoleh penghasilan dari dari usaha bisnis yang sama atau saling berkaitan (Baga et al 2009). Menurut Suswandi (1995) dalam Baga et al (2009), manfaat yang diperoleh jika melakukan kemitraan usaha adalah terciptanya keseimbangan, keselarasan dan keterpaduan yang dilandasi rasa saling menguntungkan, memerlukan dan saling melaksanakan etika bisnis.
Analisis Risiko Menurut Solihin (2007), definisi risiko adalah uncertainty concerning the occurance of a loss atau ketidakpastian yang berkaitan dengan terjadinya suatu kerugian. Perbedaan risiko dengan ketidakpastian adalah peluang kejadiannya.
15
Risiko peluang kejadinnya dapat dikendalikan sedangkan ketidakpastian adalah peluang kejadiannya sulit dikendalikan. Menurut Johan (2011), jenis-jenis risiko mungkin timbul dan tindakan antisipasi yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Perubahan kondisi politik Kebijakan pemerintah akan mempengaruhi kegiatan ekonomi setiap bisnis sehingga kita selaku pelaku bisnis perlu melakukan antisipasi terhadap perubahan kebijakan pemerintah. 2. Perubahan kondisi ekonomi Perubahan kebijakan ekonomi maupun pertumbuhan ekonomi yang berjalan di sebuah negara maupun di sebuah daerah akan mempengaruhi usaha. 3. Perubahan kondisi sosial budaya Masyarakat mengalami perubahan sosial budaya, dibandingkan pada saat permulaan kita memulai sebuah usaha. Pada saat awal masyarakat mungkin tidak sensitif terhadap suatu hal, tetapi pada saat ini, sensitivitas usaha meningkat. 4. Perubahan harga bahan baku Semakin tinggi harga bahan baku maupun bahan penunjang, kita juga harus mengantisipasi akan perubahan bahan baku maupun bahan penunjang. 5. Perubahan harga jual Setiap industri pasti ada kompetisi, pada umumnya kompetisi harga merupakan hal yang termudah dilakukan dalam pasar. Menimbang harga merupakan faktor yang paling mudah diperbandingkan dan dilihat konsumen. 6. Masuknya kompetitor Sebagaimana harga, kompetisi merupakan sebuah kondisi yang tidak bisa dihindari, dengan semakin menguntungkan sebuah industri atau pasar, akan semakin banyak pemain baru masuk ke dalam pasar. Masuknya pemain baru, akan menggerogoti pangsa pasar pemain lama dalam jangka pendek maupun jangka panjang. 7. Perubahan teknologi Inovasi teknologi sangat diperlukan untuk menciptakan dan mempertahankan pangsa pasar. 8. Perubahan karateristik sumber daya manusia Sejalan dengan berjalannya perekonomian dan kompetisi, maka sumber daya manusia menjadi faktor penting karena kumudahan faktor ini untuk berpindah dari suatu usaha ke usaha lainnya. 9. Ketergantungan dengan pemasok dan distributor Konflik yang terjadi antara perusahaan dengan pemasok maupun distributor dapat menimbulkan risiko kerugian bagi perusahaan. Demikian halnya apabila perusahaan merupakan usaha yang bergerak di bidang distribusi, perusahaan memiliki peluang risiko akibat konflik yang terjadi dengan perusahaan penghasil produk. Menurut Solihin (2007), ada empat metode yang digunakan untuk mengelola risiko. Pertama, menghindari risiko yang memiliki makna bahwa kerugian tertentu akan diperoleh perusahaan karena sudah menghindari risiko tersebut. Kedua, mencegah timbulnya kerugian. Ketiga, mengurangi kerugian menunjukan berbagai langkah yang digunakan perusahaan untuk mengurangi beban kerugian, apabila kerugian terjadi. Keempat, transfer risiko merupakan
16
metode untuk mengurangi risiko dengan menstransfer risiko kerugian yang mungkin terjadi kepada perusahaan asuransi.
Rencana Keuangan Kelayakan suatu usaha dapat dilihat dari beberapa aspek, aspek yang penting dalam kelayakan suatu usaha adalah aspek keuangan. Tujuan menganalisis aspek keuangan dari suatu kelayakan perencanaan usaha adalah untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan, seperti ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan usaha untuk membayar kembali dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan dan menilai keberlanjutan usaha untuk dapat berkembang (Umar 2009). Rencana keuangan ini meliputi Arus kas (Cash flow), Proyeksi laba rugi, Perhitungan titik impas (BEP), kriteria investasi meliputi Net Present Value (NPV), Gross Benefit-Cost Ratio (Gross B/C), Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR) dan Payback Period (PP). 1. Arus kas Arus kas adalah bagian terpenting dalam laporan keuangan karena pihak manajemen, investor, konsultan dan stakeholder akan memperhitungkan usaha layak atau tidaknya dari arus kas. Arus kas berisikan pengaruh kas dari kegiatan operasi, kegiatan transaksi investasi dan kegiatan transaksi pembiayaan/pendanaan serta kenaikan atau penurunan bersih dalam kas suatu perusahaan selama satu periode. Menurut Nurmalina et al (2010), arus kas disusun untuk menunjukkan perubahan kas selama satu periode tertentu serta memberikan alasan mengenai perubahan kas tersebut dengan menunjukkan dari mana sumbersumber kas dan penggunaannya. Suatu arus kas terdiri dari beberapa unsur yang nilainya disusun berdasarkan nilai tahapan bisnis. Unsur-unsur tersebut terdiri dari komponen inflow (arus penerimaan), outflow (arus pengeluaran), Net Benefit (manfaat bersih) dan Incremental Net Benefit (manfaat bersih tambahan). Komponen inflow meliputi nilai produksi total, penerimaan pinjaman, grants (bantuan), nilai sewa, dan salvagevalue (nilai sisa). Komponen outflow terdiri dari biaya investasi, biaya operasional/produksi, pajak dan debt service (bunga pinjaman). 2. Proyeksi laba rugi Proyeksi laba/rugi merupakan suatu laporan yang sistematis tentang penghasilan, biaya, dan laba/rugi yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama periode tertentu (Bagodenta 2013). Laporan laba/rugi akan memudahkan untuk menentukan besarnya aliran kas tahunan yang diperoleh suatu perusahaan, selain itu dapat juga digunakan untuk menghitung berapa penjualan minimum baik dari kuantitas ataupun nilai uang dari suatu aktivitas bisnis, nilai produksi atau penjualan minimum tersebut merupakan titik impas (break even point) (Nurmalina et al.2010). Laporan laba rugi terdiri dari beberapa komponen yaitu Total Revenue (TR), Total Fixed Cost (TFC), Total Variable Cost (TVC), laba kotor, pajak dan laba bersih setelah pajak.
17
3.
Break Event Point (BEP) Menurut Rangkuti (2006), Break Even Point (BEP) merupakan suatu titik atau keadaan dimana perusahaan di dalam operasinya tidak memperoleh keuntungan dan tidak mengalami kerugian atau dengan kata lain keuntungan atau kerugian sama dengan nol. Analisis BEP dapat memberikan informasi mengenai hubungan antara volume penjualan, cost/biaya, dan tingkat keuntungan yang akan diperoleh pada tingkat penjualan tertentu (Bogadenta 2013). 4.
Kriteria Investasi Kriteria investasi digunakan untuk mengukur manfaat yang diperoleh dan biaya yang dikeluarkan dari suatu usaha. Kriteria investasi dapat dipakai sebagai pertimbangan dalam menentukan apakah suatu bisnis layak atau tidak untuk dilaksanakan (Nurmalina et al 2010). Kriteria investasi terdiri dari Net Present Value (NPV), Gross Benefit-Cost Ratio (Gross B/C), Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate Of Return (IRR) dan Payback Period (PP).
a. Net Present Value (NPV) Net Present Value (NPV) menunjukkan manfaat bersih yang diterima dari suatu usaha selama umur bisnis pada tingkat discount rate tertentu. Suatu bisnis dapat dinyatakan layak jika jumlah seluruh manfaat yang diterimanya melebihi biaya yang dikeluarkan. Selisih antara manfaat dan biaya disebut dengan manfaat bersih atau arus kas bersih. Suatu bisnis dinyatakan layak jika NPV lebih besar dari 0 (NPV>0) yang artinya bisnis menguntungkan atau memberikan manfaat. Dengan demikian jika suatu bisnis mempunyai NPV lebih kecil dari 0 maka bisnis tersebut tidak layak untuk dijalankan (Nurmalina et al 2010). b. Gross Benefit-Cost Ratio (Gross B/C) Gross B/C ratio merupakan kriteria kelayakan lain yang biasa digunakan dalam analisis bisnis. Baik manfaat maupun biaya adalah nilai kotor (gross). Dengan menggunakan kriteria ini akan lebih menggambarkan pengaruh dari adanya tambahan biaya terhadap tambahan manfaat yang diterima (Nurmalina et al. 2010). c. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio) Net B/C ratio adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Dengan kata lain, manfaat bersih yang menguntungkan bisnis yang dihasilkan terhadap setiap satu satuan kerugian dari bisnis tersebut (Nurmalina et al 2010). d. Internal Rate of Return (IRR) IRR adalah tingkat discount rate (DR) yang menghasilkan NPV sama dengan 0. Besaran yang dihasilkan dari perhitungan ini adalah dalam satuan persentase (%). Sebuah bisnis dikatakan layak apabila IRR-nya lebih besar dari opportunity cost of capital-nya (DR) (Nurmalina et al 2010).
18
e. Payback Period (PP) Metode ini mencoba mengukur seberapa cepat investasi bisa kembali. Bisnis yang pacback period-nya singkat atau cepat pengembaliannya termasuk kemungkinan besar akan dipilih. Masalah utama dari metode ini adalah sulitnya menentukan periode payback maksimum yang disyaratkan, untuk dipergunakan sebagai angka pembanding. Secara normatif, tidak ada pedoman yang bisa dipakai untuk menentukan payback maksimum ini. Dalam prakteknya, dipergunakan payback yang umumnya terjadi dari perusahaan yang sejenis (Nurmalina et al 2010).
Kerangka Pemikiran Operasional Ketersediaan bekatul padi di Karawang yang melimpah selama ini hanya dimanfaatkan untuk pakan ternak dengan nilai jual yang rendah yaitu Rp2 500 per kilogram. Belum optimalnya pemanfaatan bekatul disebabkan karena kurangnya pengetahuan petani tentang manfaat, potensi dan teknologi pengolahan bekatul. Bekatul memiliki nilai gizi yang baik, kaya akan protein, lemak, serat, mineral, vitamin B kompleks, vitamin E dan tokoferol serta memiliki berbagai manfaat bagi kesehatan seperti menurunkan kadar kolesterol dalam darah memiliki peluang dan potensi untuk dikembangkan baik di pasar domestik maupun di pasar internasional. Bekatul dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan, salah satunya adalah untuk diolah menjadi minyak bekatul. Pembuatan minyak bekatul memiliki potensi yang besar secara ekonomi karena banyak negara yang mengkonsumsi minyak bekatul untuk kesehatan. Untuk membuat usaha pembuatan minyak bekatul diperlukan peran pelaku usaha yang menerapkan konsep wirakoperasi agar tidak hanya pengusaha yang mendapatkan keuntungan, tetapi petani juga mendapatkan keuntungan dan meningkatkan kesejahteraan petani. Peran seorang wirakoperasi adalah sebagai perantara antara para petani padi dan para penggiling yang tergabung dalam gabungan kelompok tani atau gapoktan dengan industri pembuatan minyak bekatul untuk memasarkan produk. Seorang wirakoperasi juga memiliki peran untuk memberikan keuntungan kepada petani, seperti memberikan kepastian harga, memberikan kepastian pasar, memberikan pelatihan mengenai cara menghasilkan produk yang optimal dan memberikan rasa kepercayaan serta rasa kepemilikan atas usaha yang di jalankan. Bisnis yang akan dijalankan yaitu pendirian usaha pembuatan minyak bekatul dengan melibatkan para petani dan para pemilik penggilingan padi yang tergabung dalam gapoktan untuk melakukan usaha kolektif sehingga nilai tambah dari bekatul padi dapat ditingkatkan. Usaha pengolahan diharapkan dapat memenuhi permintaan pasar dalam negeri serta berkontribusi terhadap permintaan pasar di luar negeri. Untuk memulai usaha pembuatan minyak bekatul ini diperlukan perencanaan bisnis terlebih dahulu agar dapat menjadi pedoman bagi pelaksanaan kegiatan dan memiliki gambaran yang jelas dan tegas terhadap sesuatu yang akan dikerjakan sehingga dibuat rencana bisnis pembuatan minyak bekatul berbasis wirakoperasi di Karawang. Rencana bisnis yang akan dijalankan meliputi rencana pemasaran, rencana produksi, rencana manajemen dan sumber daya manusia,
19
rencana kemitraan, serta rencana keuangan yang mengkaji penyusunan arus kas (cash flow), proyeksi laporan laba/rugi, perhitungan titik impas (BEP), kriteria investasi meliputi Net Present Value (NPV), Gross Benefit-Cost Ratio (Gross B/C), Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), Payback Period (PP). Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan penghasilan bagi petani sehingga tingkat kesejahteraan petani meningkat dan limbah sekam dapat dimanfaatkan secara maksimal. Kerangka pemikiran operasional penelitian dapat dilihat pada Gambar 2. Ketersediaan bekatul padi yang melimpah di Karawang yang pemanfaatannya hanya sebagai pakan ternak dengan harga jual yang rendah dikarenakan kurangnya pengetahuan petani
Peluang pangsa pasar untuk minyak bekatul (kaya akan vitamin dan antioksidan) terbuka lebar karena meningkatnya kesadaran masyarakat akan kesehatan
Peran Wirakoperasi Peningkatan nilai tambah bekatul menjadi minyak bekatul, kemudian melakukan usaha bersama pembuatan minyak bekatul
Rencana Bisnis Pembuatan Minyak Bekatul Berbasis Wirakoperasi di Kecamatan Cilamaya Kabupaten Karawang
Pemasaran
Produksi
Kemitraan
Keuangan
Manajemen sumberdaya manusia
Peningkatan kesejahteraan petani karena mengoptimalkan potensi bekatul Gambar 2 Alur kerangka pemikiran operasional penelitian
20
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada 26 orang petani dan 6 petani sekaligus penggiling padi yang ada di Desa Pasirukem Kecamatan Cilamaya Kulon dan Desa Rawagempol Kecamatan Cilamaya Wetan, Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan pertimbangan lokasi tersebut merupakan sentra padi di Karawang sehingga strategis untuk dijadikan tempat penelitian dan memiliki potensi besar dalam mengusahakan pengolahan bekatul padi menjadi minyak bekatul. Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2014 sampai Februari 2015 untuk pengumpulan dan pengolahan data.
Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari para petani dan penggiling mengenai keadaan usaha, perkembangan usaha, dan kegiatan pengolahan limbah padi yang dilakukan serta data lain yang berkaitan dengan penelitian. Data kuantitatif diperoleh dari hasil produksi, jumlah penjualan, harga produk, dan data lain yg berkaitan dengan penelitian. Data yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara observasi langsung di lokasi penelitian, wawancara dan diskusi kepada responden serta pengisian kuesioner. Responden penelitian ini adalah petani dan pemilik penggiling padi yang tergabung dalam gabungan kelompok tani (gapoktan). Penentuan responden dilakukan dengan pertimbangan bahwa responden yang terpilih dapat mewakili penelitian ini. Data sekunder diperoleh dari beberapa buku, skripsi, jurnal, artkiel, dan literatur lain yang berkaitan dengan materi penelitian, serta pengolahan data yang diperoleh dari Dinas Direktorat Jendral Tanaman Pangan, Badan Pusat Statistik (BPS), Kementerian Perdagangan dan Kementrian Pertanian.
Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data primer pada penelitian ini dilakukan dengan melakukan observasi, wawancara, dan diskusi dengan responden, yaitu para petani dan pemilik penggiling padi yang berada di Karawang. Wawancara mendalam dilakukan untuk mengetahui informasi mengenai luas lahan, jumlah panen, harga bahan baku, status sebagai petani, keikutsertaan dalam kelompok tani serta opini terhadap pengadaan usaha. Wawancara dan diskusi dilakukan terhadap 32 responden yang terdiri dari 13 responden dari Desa Pasirukem dan 19 responden dari Desa Rawagempol. Penentuan jumlah responden untuk setiap Desa ditentukan dari luas lahan dan keanggotaan dalam kelompok tani, jumlah responden di Desa Rawagempol lebih banyak dari pada jumlah responden di Desa Pasirukem karena luas lahan petani di Desa Rawagempol lebih besar
21
dibandingkan dengan petani di Desa Pasirukem. Rata-rata luas lahan petani di Desa Rawagempol adalah 5.8 Ha, sedangkan rata-rata luas lahan petani di Desa Pasirukeum adalah 2.6 Ha. Selain dari luas lahan, penentuan responden juga ditentukan dari keanggotaan dalam kelompok tani agar memudahkan untuk bergabung dengan usaha ini. Karakteristik responden dapat dilihat pada lampiran 1 dan 2. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara studi literatur dari beberapa buku dan penelusuran melalui internet serta mengumpulkan informasi beberapa instansi, seperti Kementerian Perdagangan dan Kementrian Pertanian mengenai data yang berkaitan dengan penelitian.
Metode Analisis Data Dalam penelitian ini, pengolahan data dilakukan menggunakan dua jenis analisis yaitu Analisis Non Finansial dan Analisis Finansial (Nurmalina. dkk, 2010). Aspek Non Finansial Pada penelitian ini, analisis non finansial mengkaji mengenai rencana pemasaran, rencana produksi, rencana manajemen dan organisasi serta rencana kemitraan. Rencana pemasaran terdiri dari analisis pasar yang meliputi segmentasi, targeting, positioning serta analisis bauran pemasaran (Marketing Mix Analysis) yang terdiri atas Product (Produk), Price (Harga), Place (tempat), Promotion (promosi). Rencana produksi meliputi rencana jumlah produksi, desain produk dan jasa, desain proses dan kapasitas, kualitas produk, rencana penggunaan teknologi serta penentuan lokasi dan layout. Rencana manajemen dan sumberdaya manusia meliputi aspek legal yang meliputi pembentukan badan usaha dan membuat ijin usaha, kebutuhan tenaga kerja, struktur organisasi, deskripsi masing-masing jabatan, serta sistem upah dan gaji. Rencana kemitraan terdiri dari pihak-pihak yang bermitra seperti pemasok bahan baku, pelaku usaha, pemerintah, seorang wirakoperasi dan badan usaha yang memiliki badan hukum. Kemitraan yang dilakukan dengan berbagai pihak akan memiliki pengaruh terhadap aspek sosial, aspek ekonomi dan aspek lingkungan. Aspek Finansial Rencana finansial akan menguraikan perencanaan biaya dan pendanaan yang diperlukan dalam pelaksanaan usaha pengolahan bekatul menjadi minyak bekatul. Aspek finansial diperlukan untuk menilai kelayakan usaha dari segi finansial. Alat ukur kelayakan usaha yang digunakan antara lain terdiri dari beberapa komponen yaitu Proyeksi Laporan Laba Rugi, Proyeksi Cashflow, dan kriteria investasi. Metode analisis yang digunakan untuk mengkaji aspek finansial menggunakan metode cash flow atau arus kas. Dengan metode tersebut, maka dapat diketahui seberapa besar penerimaan perusahaan. Rencana keuangan ini meliputi Arus kas (Cash flow), Proyeksi laba rugi, Perhitungan titik impas (BEP), Kriteria investasi digunakan untuk mengukur manfaat yang diperoleh dan biaya yang dikeluarkan dari suatu usaha meliputi Net Present Value (NPV), Gross Benefit-Cost Ratio (Gross B/C), Net Benefit-Cost
22
Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR) dan Payback Period (PP), kriteria investasi ini bertujuan untuk melihat perkembangan usaha tersebut layak atau tidak berdasarkan analisis finansial (Nurmalina et al 2010). Analisis finansial diolah menggunakan kalkulator dan Microsoft Excel. 1.
Perhitungan Titik Impas atau Break Event Point (BEP) Break Event Point adalah keadaan dimana suatu perusahaan berada dalam titik impas yaitu tidak memperoleh keuntungan dan tidak pula mengalami kerugian (P = ATC minimum) dengan kata lain keuntungan atau kerugian sama dengan nol. Berikut ini adalah rumus Break Even Point (BEP):
2.
Kriteria Kelayakan Investasi a. Net Present Value (NPV) Suatu bisnis dapat dinyatakan layak jika jumlah seluruh manfaat bersih yang diterimanya melebihi biaya yang dikeluarkan. Selisih antara manfaat dan biaya disebut dengan manfaat bersih atau arus kas bersih. Suatu bisnis dinyatakan layak jika NPV lebih besar dari 0 (NPV>0) yang artinya bisnis menguntungkan atau memberikan manfaat. Dengan demikian jika suatu bisnis mempunyai NPV lebih kecil dari 0 maka bisnis tersebut tidak layak untuk dijalankan (Nurmalina et al. 2010). Berikut ini adalah rumus Net Present Value (NPV):
Keterangan: Bt : Manfaat pada tahun t Ct : Biaya pada tahun t t : Tahun kegiatan bisnis (t=1) atau disebut juga tahun awal usaha dijalankan. Penentuan awal mula proyek pada tahun ke-1 adalah karena usaha yang dikembangkan merupakan unit bisnis yang ada sebelumnya sehingga tidak dibutuhkan persiapan atau waktu khusus untuk memulai pengembangan bisnis ini. i : Tingkat DR (%)
23
b.
Gross Benefit-Cost Ratio (Gross B/C) Gross B/C ratio merupakan kriteria kelayakan lain yang biasa digunakan dalam analisis bisnis. Baik manfaat maupun biaya adalah nilai kotor (gross). Dengan menggunakan kriteria ini akan lebih menggambarkan pengaruh dari adanya tambahan biaya terhadap tambahan manfaat yang diterima (Nurmalina et al. 2010). Secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut:
Gross B/C = Keterangan: Bt : Manfaat pada tahun t Ct : Biaya pada tahun t n : Umur bisnis i : Discount rate (%) c.
Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) Net B/C ratio adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Dengan kata lain, manfaat bersih yang menguntungkan bisnis yang dihasilkan terhadap setiap satu satuan kerugian dari bisnis tersebut (Nurmalina et al. 2010). Secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut: Net B/C =
Keterangan: Bt : Manfaat pada tahun t Ct : Biaya pada tahun t i : Discount rate (%) t :Tahun kegiatan bisnis (t=1) atau disebut juga tahun awal usaha dijalankan Penentuan awal mula proyek pada tahun ke1 adalah karena usaha yang dikembangkan merupakan unit bisnis yang ada sebelumnya sehingga tidak dibutuhkan persiapan atau waktu khusus untuk memulai pengembangan bisnis ini. Suatu proyek atau kegiatan investasi dapat dikatakan layak bila Net B/C >1 dan dikatakan tidak layak bila Net B/C <1. d.
Internal Rate Of Return (IRR) Internal rate of return IRR adalah tingkat Discount Rate (DR) yang menghasilkan NPV sama dengan 0. Besaran yang dihasilkan dari perhitungan ini adalah dalam satuan persentase (%). Internal rate of return (IRR) digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian bisnis terhadap investasi yang ditanamkan. Sebuah bisnis dikatakan layak apabila IRR-nya lebih besar dari opprtunity cost of capital-nya (DR) (Nurmalina et al.2010). Di dalam praktiknya menghitung tingkat IRR umumnya dilakukan dengan menggunakan metode interpolasi diantara tingkat discount rate yang lebih rendah
24
(yang menghasilkan NPV positif) dengan tingkat discount rate yang lebih tinggi (yang menghasilkan NPV negatif). Berikut rumus IRR: IRR = Keterangan: : Discount Rate yang menghasilkan NPV positif : Discount Rate yang menghasilkan NPV negatif : NPV Positif : NPV Negatif Kriteria Kelayakan:
e.
Usaha dikatakan layak jika IRR > Opportunity Cost Of Capital atau Discount Rate Usaha dikatakan tidak layak jika IRR < Opportunity Cost Of Capital atau Discount Rate
Payback Period (PP) Metode ini mencoba mengukur seberapa cepat investasi bisa kembali. Bisnis yang pacback period-nya singkat atau cepat pengembaliannya termasuk kemungkinan besar akan dipilih. Masalah utama dari metode ini adalah sulitnya menentukan periode payback maksimum yang disyaratkan, untuk dipergunakan sebagai angka pembanding. Secara normatif, tidak ada pedoman yang bisa dipakai untuk menentukan payback maksimum ini. Dalam prakteknya, dipergunakan payback yang umumnya terjadi dari perusahaan yang sejenis (Nurmalina et al.2010). Kelemahan-kelemahan lain dari metode ini diantaranya yaitu: a. Diabaikannya nilai waktu mata uang (time value of money) b. Diabaikannya cash flow setelah periode payback Untuk mengatasi kelemahan yang pertama maka kadang dipakai discounted payback periode. Metode payback period ini merupakan metode pelengkap penilaian investasi. Payback Period = Keterangan: I : besarnya biaya investasi yang diperlukan Ab : manfaat bersih yang dapat diperoleh pada setiap tahunnya
25
GAMBARAN UMUM LOKASI USAHA
Kabupaten Karawang berada di bagian utara Provinsi Jawa Barat yang secara geografis terletak antara 107002’-107040’ BT dan 5056’–6034’ LS dengan luas wilayah 1 753.27 km2 atau 3.37 persen dari luas Propinsi Jawa Barat dan memiliki laut seluas 4 mil x 84.23 km, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut: a. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Laut Jawa b. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Subang c. Sebelah Tenggara : Berbatasan dengan Kabupaten Purwakarta d. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Cianjur e. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kabupaten Bekasi Topografi di Kabupaten Karawang sebagian besar berbentuk dataran yang relatif rata dengan variasi antara 0 – 5 m diatas permukaan laut dan wilayahnya sebagian tertutup dataran pantai yang luas. Kabupaten Karawang yang terdiri dari dataran rendah yang mempunyai temperatur udara rata-rata 270C dengan tekanan udara rata-rata 0,01 milibar, penyinaran matahari 66 persen dan kelembaban nisbi 80 persen serta curah hujan berkisar antara 1 100 – 3 200 mm/tahun. Kecepatan angin antara 30 – 35 km/jam. Luas lahan sawah di Karawang adalah 97 529 Ha, besarnya areal persawahan tersebut maka banyak tersebar pula mesin penggilingan padi disetiap kecamatannya. Proses dari penggiling padi menghasilkan output utama yaitu beras. Selain itu proses dari penggiling padi juga menghasilkan produk samping seperti sekam, bekatul dan menir. Besarnya produksi padi di Karawang berpotensi untuk dikembangkannya usaha pengolahan hasil samping penggilingan padi yang salah satunya adalah bekatul. Salah satu usaha untuk mengoptimalkan potensi bekatul ini dengan cara membuat usaha pengolahan bekatul menjadi minyak bekatul.
RENCANA BISNIS Rencana Pemasaran Asumsi dasar yang digunakan dalam analisis rencana pemasaran ini adalah mengenai ketetapan bea keluar atas produk yang dihasilkan, yaitu minyak bekatul. Berdasarkan ketetapan Menteri Keuangan No 2369/KM.4/2013 tentang penetapan harga ekspor untuk perhitungan bea keluar bahwa komoditas bekatul tidak dikenakan bea keluar. Selain ketetapan bea keluar, ketetapan pajak peghasilan (PPh) dan pajak pertambahan nilai (PPn) dalam usaha pembuatan minyak bekatul ini mengacu pada ketetapan pajak terbaru. Besarnya tarif pajak penghasilan yang diberlakukan adalah sebesar 1 persen dari omzet perusahaan (berdasarkan UU No.46 tahun 2013) dan tarif PPn atas barang ekspor kena pajak adalah sebesar 0%3. Negara tujuan ekspor ditentukan berdasarkan data ekspor minyak bekatul 3
http://www.pajak.go.id/sites/default/files/BookletPPN.pdf (Diakses 2014 April 20)
26
india ke beberapa negara4. Harga jual produk (FOB value) minyak bekatul dengan kemasan botol adalah Rp123 000 atau 10.25 USD per liter (berdasarkan data penjualan minyak bekatul dari www.alibaba.com di negara India) dengan asumsi 1 USD = Rp12 000. Analisis Pasar 1. Segmenting Segmen pasar dipilih berdasarkan banyaknya volume ekspor minyak bekatul padi yang dikirim ke beberapa negara tujuan. Ekspor terbesar adalah ke negara United Arab Emirates. Hal tersebut menunjukan bahwa konsumen dari United Arab Emirates memiliki minat terhadap minyak bekatul padi. Oleh sebab itu, segmentasi pasar usaha pembuatan minyak bekatul adalah negara United Arab Emirates. 2.
Targeting Target pasar produk minyak bekatul yang telah ditentukan adalah masyarakat menengah atas yang peduli akan kesehatan karena minyak bekatul mengandung banyak gizi yang baik. Minyak bekatul memiliki kandungan oryzanol yang baik untuk antioksidan tubuh.
3.
Positioning Penetapan posisi pasar ditujukan agar produk dapat dikenali konsumen. Produk minyak bekatul merupakan produk minyak sehat dengan kandungan gama-orizanol dan kandungan lainnya dapat menurunkan kolesterol, menghambat waktu menopause, mencegah kardiovaskuler dan kanker.
Bauran Pemasaran 1. Product Produk yang akan dihasilkan dari usaha ini berupa produk akhir yaitu minyak bekatul atau yang dikenal dengan rice bran oil. Minyak bekatul hasil dari ekstraksi bekatul padi dengan rendeman 16 persen akan dikemas dengan menggunakan botol plastik dengan berat 1 liter dan pada bagian depan botol tersebut diberi label “Oryzanol Sativa” yang disertai perizinan usaha Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), kode ekspor, berat bersih, dan sertifikasi SNI. Pada bagian belakang botol diberi label yang berisi kandungan dari minyak bekatul, bar-code, dan tanggal kadaluarsa dari produk tersebut. 2.
Price Harga jual yang ditetapkan untuk produk minyak bekatul ini adalah Rp123 000 atau 10.25 USD per liter (1 USD = Rp 12 000). Penetapan harga ini didasarkan data penjualan minyak bekatul dari www.alibaba.com di negara India. Harga yang ditetapkan tersebut masih di atas harga pokok produksi per liter yaitu sebesar Rp106 285 pada tahun pertama.
4
https://www.zauba.com/export-FORTUNE+RICE+BRAN+OIL-hs-code.html (Diacu 2015 Maret 10)
27
3.
Place Lokasi tempat usaha pembuatan minyak bekatul akan didirikan di lokasi yang dekat dengan bahan baku bekatul yaitu di Jalan Raya Rawagempol, Karawang. Saluran distribusi ini adalah dengan melakukan pengiriman langsung minyak bekatul ke perusahaan SAS Worldwide, United Arab Emirates. Diagram alur distribusi dapat dilihat pada Gambar 3. Koperasi pembuatan minyak bekatul
SAS Worldwide
Konsumen akhir
Gambar 3 Diagram alur distribusi pemasaran minyak bekatul padi 4.
Promotion Pemasaran produk dilakukan dengan menggunakan media internet dengan cara membuat website perusahaan yang akan memperkenalkan dan mempromosikan produk. Mengikuti dan berpartisipasi dalam pameran dagang Internasional yang akan dihadiri oleh perusahaan-perusahaan dari luar serta melakukan kerjasama dengan Kementrian Perdagangan Republik Indonesia sebagai mediator antara eksportir dan importir. Analisis Pesaing Belum ada pesaing dari usaha pembuatan minyak bekatul padi, karena di Indonesia belum ada perusahaan yang memproduksi minyak bekatul dalam skala besar dan komersial. Usaha pengolahan bekatul padi menjadi minyak bekatul memiliki peluang usaha yang besar karena akan menjadi pelopor.
Rencana Operasional Asumsi dasar yang digunakan dalam analisis rencana operasional antara lain mengenai kegiatan produksi termasuk penetapan hari kerja, kebutuhan alat-alat pengolahan, kebutuhan bahan baku dan kapasitas produksi. Berikut penjelasan asumsi dasar dalam analisis rencana operasional; 1. Dalam proses penggilingan padi menghasilkan bekatul dengan rendemen sebesar 10%. 2. Panen di Karawang sebanyak 2 kali (4 bulan sekali panen, 2 bulan masa banjir, 2 bulan masa bera). 3. Dalam satu bulan terdiri dari 20 hari kerja dengan sistem proses produksi bergulir. 4. Dibutuhkan bekatul segar sebanyak 6.25 kg untuk menghasilkan 1 liter minyak bekatul (rendemen 16%) dan sisa ekstraksi minyak bekatul dijual untuk pakan ternak. 5. Suplai bekatul dari gabungan mitra sebesar 101 ton sekali panen dengan luas lahan gabungan sebesar 144.27 Ha (panen tiap 4 bulan sekali, jadi petani mitra baru dapat memasok hanya untuk 2 bulan produksi dan sisanya dari penggiling mitra) (dapat dilihat pada lampiran 3)
28
6.
Produk yang dihasilkan pada tahun pertama adalah 8 080 liter minyak bekatul per bulan, dengan asumsi produk gagal minyak bekatul adalah 10% atau 808 liter. Tahun ke dua produk yang dihasilkan 16 000 liter per bulan dengan asumsi produk gagal adalah 5% atau 800 liter, tahun ke dua sampai tahun ke sepuluh produk yang dihasilkan sama dengan asumsi produk gagal adalah 5%. 7. Selain menjual minyak bekatul, koperasi juga menjual ampas bekatul sisa ekstraksi dengan harga jual Rp2 000 per kilogram. 8. Pengemasan minyak bekatul menggunakan botol plastik yang nantinya akan dikemas dengan cara memakai mesin pengemas. 9. Proses produksi pembuatan minyak bekatul ditetapkan berdasarkan Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol 29, No.4, Tahun 2007. 10. Mesin-mesin pengolahan bekatul menjadi minyak bekatul ditetapkan berdasarkan informasi dari China Bangla Engineers & Consultants LTD. Perencanaan Produk Produk yang akan dihasilkan dari bisnis ini adalah produk akhir berupa minyak bekatul. Minyak bekatul yang dihasilkan menggunaan bahan baku bekatul yang nantinya distabilisasi terlebih dahulu untuk menghilangkan kandungan air dan enzim lipase sehingga berat bekatul konstan. Selanjutnya setelah distabilisasi, bekatul kemudian diekstraksi dengan tambahan etanol untuk mendapatkan minyak bekatul, kemudian dipurifikasi untuk mendapatkan kejernihan minyak bekatul. Sisa ekstraksi bekatul dijual untuk tambahan pakan ternak dengan harga Rp2 000 per kilogram. Produk yang telah dibuat akan menerapkan prosedur SNI untuk penggunaan tanda SNI pada produk dan mendapatkan sertifikat produk. Produk akan didaftarkan ke Badan Standardisasi Nasional (BSN) agar memperoleh SNI 01-4439-1998 kategori produk minyak bekatul. Selain itu produk akan dicantumkan sertifikasi BPOM. Berikut merupakan contoh minyak bekatul yang ditunjukkan pada Gambar 4.
Gambar 4 Contoh minyak bekatul Teknologi Teknologi yang digunakan dalam menjalankan usaha pengolahan bekatul menjadi minyak bekatul adalah menggunakan mesin rotatory dryer untuk menghilangkan kandungan air dan enzim lipase (stabilisasi), setelah dikeringkan bekatul diekstraksi menggunakan screw oil press untuk mendapatkan minyak bekatul, dan selanjutnya untuk purifikasi minyak bekatul menggunakan vacuum
29
oil filter dan frame type oil filter. Untuk pengemasan menggunakan multifunctional locking and capping machine. Fungsi dan spesifikasi mesin-mesin tersebut adalah sebagai berikut: 1. Rotatory dryer Untuk proses stabilisasi bekatul, bekatul dipanaskan atau dikeringkan dengan menggunakan rotatory dryer pada suhu 110ºC. Bentuk mesin dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5 Rotatory dryer Sumber: www.cebcl.info
Spesifikasi: Model: 6GT-1000 Dimensi: panjang x lebar x tinggi (2100 x 1070 x 1420 mm) Daya: 2200 watt Berat: 300 kg Kapasitasi: 500-600 kg/jam 2. Screw oil press Bekatul yang telah distabilisasi (dikeringkan) selanjutnya adalah proses ekstraksi menggunakan screw oil press untuk menghasilkan minyak bekatul. Bentuk mesin dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6 Screw oil press Sumber: www.cebcl.info
30
Spesifikasi: Model: 6YL-95 Daya: 7500 watt Berat: 550 kg Material: Carbon steel Kapasitas: 5 ton/hari Dimensi: 1920x550x765mm 3. Vacuum oil filter Setelah didapat minyak bekatul dari hasil ekstraksi, maka dilakukan penyaringan yang nantinya menghasilkan minyak bekatul kasar. Penyaringan pertama menggunakan mesin vacuum oil filter . Bentuk mesin dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7 Vacuum oil filter Sumber: www.cebcl.info
Spesifikasi: Model: DZK-550-15 Daya: 2200 watt Berat: 150 kg Kapasitas: 250 kg/jam Dimensi: 1350x1200x950 mm 4. frame type oil filter Minyak bekatul kasar yang telah difilter dalam mesin vacuum oil filter, untuk mendapatkan kejernihan lebih baik serta memasukan minyak bekatul ke dalam botol maka menggunakan mesin frame type oil filter ini Bentuk mesin dapat dilihat pada Gambar 8.
31
Gambar 8 Frame type oil filter Sumber: www.cebcl.info
Spesifikasi: Model: 6LB-350 Daya: 1100 watt Berat: 480 kg Kapasitas: 100-200 kg/jam Dimensi: 1220x680x920 mm 5. multifunctional locking and capping machine Minyak bekatul yang telah dimasukan ke dalam botol, selanjtutnya botol minyal bekatul ditutup menggunakan mesin pengemasan ini. Bentuk mesin dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9 Mesin pengemasan Sumber: http://www.tokomesin.com
Spesifikasi: Model: DK-50/Z Daya: 370 watt Diameter suitabale: 20-40 mm Lebar seal: 10-35 mm Tinggi botol: 100-300 mm Kecepatan pengelasan: 1200 botol/jam Ukuran mesin: 56x20x92 cm Berat mesin: 65 kg
32
Rencana Pasokan Bahan Baku dan Jumlah Produksi Bahan baku dari usaha pembuatan minyak bekatul adalah bekatul padi yang diperoleh dari para petani padi dan para pemilik penggilingan padi di wilayah Kabupaten Karawang. Petani padi dan pemilik penggilingan padi tersebut merupakan mitra usaha dan juga sebagi pemasok tetap bahan baku bekatul. Manajemen pengumpulan bahan baku yang dilakukan yaitu, gabah dari petani akan dikumpulkan oleh gapoktan atau kelompok tani yang kemudian akan disalurkan ke koperasi. Koperasi sebagai unit usaha yang akan menggiling gabah tersebut kepada penggiling mitra, hasil samping penggilingan berupa bekatul akan diolah menjadi minyak bekatul. Manajemen pengumpulan bahan baku dapat dilihat pada Gambar 10
GAPOKTAN Petani Wirakoperasi Petani sekaligus penggiling
Koperasi
Keterangan : Aliran Produk Aliran Informasi Aliran Uang Gambar 10 Diagram manajemen pengumpulan bahan baku Semakin banyak petani dan penggiling padi yang bermitra maka suplai bahan baku akan semakin besar. Petani yang bermitra dalam usaha pembuatan minyak bekatul pada tahun pertama terdiri dari 32 orang yang berasal dari Desa Pasirukem dan Desa Rawagempol. Kebutuhan bahan baku tiap bulannya dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Kebutuhan bahan baku dan rencana jumlah produksi tiap bulan Tahun 1, Tahun 2-10, Bekatul Bekatul 50.5 Bekatul 100 ton/bulan ton/bulan 16% Minyak Bekatul 8 080 16 000 74% Ampas Bekatul 42 420 84 000 Produk gagal 808 800 Jumlah minyak bekatul yang dijual 7 272 15 200
33
Bahan baku yang dipasok dari 32 petani mitra pada tahun pertama sebesar 101 ton setiap musim panen. Bahan baku tersebut terpakai untuk dua bulan produksi, sedangkan sisanya berasal dari penggiling mitra. Pada tahun kedua dan tahun berikutnya produksi meningkat karena jumlah petani dan penggiling mitra bertambah. Penjualan produk dapat dilihat pada Lampiran 4. Proses Produksi Proses produksi pengolahan bekatul menjadi minyak bekatul terdiri dari beberapa tahapan, yaitu tahap stabilisasi (pengeringan), ekstraksi, purifikasi (dua kali penyaringan), dan tahap terakhir adalah pengemasan. Alur proses produksi pengolahan bekatul menjadi minyak bekatul dapat dilihat pada Gambar 11 Bekatul Padi
Stabilisasi
Ekstraksi
Penyaringan
Ampas Bekatul
Minyak Bekatul Kasar
Pakan Ternak
Purifikasi
Minyak Bekatul
Pengemasan Minyak Bekatul
Gambar 11 Diagram alir proses pembuatan minyak bekatul
34
1. Tahap pertama, bekatul dikeringkan atau distabilisasi dengan menggunakan rotatory dryer yang bertujuan untuk menghilangkan kandungan air dalam bekatul serta menginaktifkan enzim lipase yang terdapat dalam bekatul. 2. Bekatul yang telah distabilisasi selanjutnya diekstraksi menggunakan screw oil press dan dibantu dengan etanol untuk mendapatkan minyak bekatul. 3. Minyak bekatul yang dihasilkan masih berupa minyak bekatul kasar dan harus disaring lagi, maka digunakan mesin vacuum oil filter dan sisanya menjadi ampas bekatul yang masih bermanfaat untuk tambahan pakan ternak. 4. Setelah disaring dengan mesin vacuum oil filter, minyak bekatul sekali lagi harus disaring untuk mendapatkan kejernihan dan sekaligus untuk dimasukan kedalam kemasan botol dengan menggunakan mesin frame type oil filter. 5. Tahap akhir adalah dilakukan pengemasan. Minyak bekatul yang sudah dimasukan ke dalam botol perlu ditutup menggunakan mesin multifunctional locking and capping machine, dan selanjutnya diberi label merek, BPOM serta kandungan yang ada dalam minyak bekatul dan SNI. Perencanaan Lokasi dan Tata Letak (Layout) Letak kantor dan pabrik usaha pengolahan bekatul ini adalah di Desa Rawagempol Kulon Kecamatan Cilamaya Wetan Kabupaten Karawang. Pemilihan lokasi ini karena letaknya dekat dengan lokasi bahan baku. Bangunan usaha berdiri diatas lahan seluas 1000 m2 yang terdiri dari tiga area utama yaitu area produksi, area gudang penyimpanan dan kantor administrasi. Perencanaan layout adalah cara pengaturan dan penempatan semua fasilitas produksi yang diperlukan ke dalam suatu proses tertentu atau khusus. Perencanaan layout adalah cara pengaturan dan penempatan semua fasilitas produksi yang dasarnya adalah untuk memudahkan pengawasan dalam aktivitas produksi, sehingga dapat dilakukan penghematan biaya. Ruangan yang terdapat di area produksi terdiri dari ruang stabilisasi, ruang ekstraksi, dan ruang pengemasan. Area gudang untuk penyimpanan sementara produk jadi. Area kantor terdiri dari ruang kerja manajer, staf keuangan dan pemasaran, ruang administrasi, mushola, toilet, dan ruang tunggu tamu. Layout dapat dilihat pada Lampiran 5. Standar Mutu Input dan Output Untuk menghasilkan produk yang berkualitas dan memberi kepuasan terhadap konsumen, maka perlu dirumuskan standar mutu input dan output agar menghasilkan produk yang berkualitas. Standar mutu input berupa spesifikasi dari bahan baku yang dipasok untuk menghasilkan suatu produk. Standar mutu output berupa spesifikasi dari produk jadi yang disesuaikan dengan standar yang ditetapkan oleh industri pengolahan edible oil khususnya minyak bekatul sebagai target pasar tujuan. a. Standar mutu input Input yang digunakan adalah bekatul padi yang diperoleh dari petani mitra dan selanjutnya digiling oleh pemilik penggilingan padi yang juga telah bermitra. Standar mutu input yang ditetapkan untuk membuat produk minyak bekatul adalah bekatul yang langsung hasil penggilingan padi, bukan bekatul yang telah disimpan beberapa hari.
35
b. Standar mutu output Output yang dihasilkan adalah minyak bekatul. Standar mutu output atau minyak bekatul menurut standar A.O.C.S (American Oil Chemist Society) dalam Wibisono (2009) dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Sifat fisiko – kimia minyak bekatul standar A.O.C.S Uraian Usual Limit A.O.C.S Titik beku, ºC 2 Bilangan Penyabunan 179 – 195 183 – 194 Inedks bias pada 20ºC 61 – 68 61.7 – 66.4 Bilangan yod 85 – 109 99 – 108 Bilangan thiocyanogen 65 – 70 68 – 70 Bobot Jenis, 15/15ºC 0.918 – 0.928 0.920 – 0.928 Asam lemak bebas, 5 – 80 sebagai oleic (%) Bahan-bahan tak 4–7 2–5 tersabunkan Titer 25 24 - 28 (Wibisono, 2009)
Rencana Manajemen dan Sumber Daya Manusia Aspek Legal dan Ruang Lingkup Usaha Bentuk usaha yang dipilih dalam menjalankan usaha ini adalah koperasi. Koperasi merupakan perkumpulan yang otonom dari orang-orang yang bergabung secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi ekonomi, sosial dan budaya yang sama melalui perusahaan yang dimiliki dan diawasi secara demokratis (Baga et al 2011). Pemilihan koperasi sebagai bentuk usaha pengolahan ini karena koperasi mempunyai keunggulan dibandingkan bentuk usaha lainnya. Keunggulan koperasi menurut Baga et al (2009) adalah koperasi tidak hanya mencari keuntungan, tetapi mengutamakan pemberian pelayananan kepada anggota-anggotanya yang mana dalam usaha ini akan mengutamakan pelayanan terhadap petani dan penggiling mitra, dan keuntungan lainnya adalah sifat demokrasi dalam koperasi akan menghindarkan terjadinya konsentrasi kekuasaan berada di beberapa tangan. Berikut langkah-langkah untuk mendirikan koperasi menurut Subandi (2011): 1. Mengadakan pertemuan pendahuluan diantara orang-orang yang ingin mendirikan koperasi. 2. Mengadakan penelitian mengenai lingkungan daerah kerja koperasi. 3. Menghubungi kantor Departemen Koperasi setempat. 4. Membentuk panitia pendirian koperasi yang bertugas mempersiapkan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga. 5. Mengadakan rapat pembentukan koperasi. Hal-hal yang perlu dilakukan pada rapat anggota yaitu: a. Memilih pengurus b. Memilih pengawas c. Menetap anggaran dasar dan anggaran rumah tangga
36
6.
Mengajukan permohonan status badan hukum koperasi dengan melampirkan petikan berita acara pembentukan koperasi serta daftar nama anggota pengurus dan pengawas. Selain pemilihan bentuk usaha, untuk mendirikan usaha ini harus melakukan perizinan usaha agar kegiatan usaha legal dan berjalan dengan lancar. Beberapa jenis perijinan usaha diantaranya adalah Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), Surat Izin Tempat Usaha (SITU) dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Selain itu, untuk usaha yang akan melakukan ekspor, harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu (Kementrian Perdagangan, 2013): 1. Perusahaan memiliki badan hukum. 2. Perusahaan memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). 3. Perusahaan mempunyai salah satu izin yang dikeluarkan oleh pemerintah. 4. Perusahaan memiliki angka pengenal ekspor (APE). Struktur Organisasi Struktur organisasi usaha pengolahan bekatul menjadi minyak bekatul terdiri dari Rapat Umum Anggota (RUA), pengurus (ketua, sekretaris, bendahara), pengawas, manajer, kepala dan staf keuangan dan administrasi, kepala dan staf pemasaran, kepala produksi dan karyawan produksi. Pengurus koperasi berasal dari anggota yang terdiri dari petani dan penggiling mitra, sedangkan manajer dan staf lainnya adalah orang-orang yang ahli dalam bidangnya yang bisa berasal dari anggota ataupun dari luar anggota. Susunan struktur organisasi usaha ini dapat dilihat pada Gambar 12 Rapat Umum Anggota
Pengurus Koperasi
Pengawas
Manajer Usaha
Kepala Keuangan & Administrasi
Kepala Produksi
Kepala Pemasaran
Staf Keuangan & Administrasi
Karyawan Bagian Stabilisasi
Staf Pemasaran
Karyawan Bagian Ekstraksi
Karyawan Bagian Purifikasi
Gambar 12 Struktur organisasi koperasi
Karyawan Bagian Pengemasan
37
Kebutuhan Tenaga Kerja Aktivitas usaha (planning, organizing, directing, dan controlling) pengolahan bekatul tidak akan mencapai tujuan tanpa adanya manusia atau tenaga kerja yang akan menjalankan usaha ini. Maka dari itu perlu direncanakan mengenai kebutuhan tenaga kerja dalam usaha ini. Rincian jumlah tenaga kerja yang diperlukan dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 7 Rincian penentuan jumlah tenaga kerja Jumlah Kualifikasi No Uraian Sifat (orang) Pendidikan 1 Pengurus koperasi: Ketua Temporer 1 Diploma (D3) 1 Sekretaris Temporer SMA sederajat Bendahara Temporer 1 SMA sederajat 2 Pengawas koperasi Temporer 1 Sarjana (S1) 3 Manajer usaha Rutin harian 1 Sarjana (S1) 4 Kepala produksi Rutin harian 1 Diploma (D3) Kapala keuangan dan 5 Rutin harian 1 Diploma (D3) administrasi 6 Kepala pemasaran Rutin harian 1 Diploma (D3) 7 Produksi minyak bekatul: a. Stabilisasi Rutin harian 2 SMK Kimia b. Ekstraksi Rutin harian 3 SMK Kimia c. Purifikasi Rutin harian 3 SMK Kimia d. Pengemasan Rutin harian 2 SMA sederajat 8 Staf keuangan dan administrasi Rutin harian 1 SMK Akuntansi 9 Staf pemasaran Rutin harian 1 SMA sederajat Total 20 Pada awal pendirian usaha ini, jumlah sumber daya manusia diperkirakan membutuhkan sebanyak 20 orang, yang semuanya adalah pekerja tetap. Sedikitnya tenaga kerja usaha pengolahan ini karena usaha ini dibantu dengan tenaga mesin, jadi untuk awal usaha tidak banyak membutuhkan tenaga kerja. Untuk kedepannya, setelah usaha ini berjalan, tidak menutup kemungkinan usaha ini akan melakukan perubahan komposisi tenaga kerja ataupun melakukan rotasi kerja. Deskripsi dan Spesifikasi Kerja 1. Rapat Umum Anggota (RUA) Deskripsi: Pemegang kekuasaan tertinggi dalam organisasi koperasi. 2. Pengurus Koperasi (ketua, sekretaris dan bendahara) Deskripsi: Menjalankan dan mengurus segala macam kegiatan kegiatan koperasi. Spesifikasi kerja ketua koperasi:
38
a.
Mengendalikan seluruh kegiatan koperasi
b.
Memimpin dan mengontrol jalannya organisasi dan perusahaan koperasi c. Memimpin Rapat Anggota Tahunan (RAT) dan menyampaikan pertanggungjawaban kepada anggota. d. Mengambil keputusan yang dianggap penting bagi kelancaran kegiatan koperasi. Spesifikasi kerja sekretaris koperasi: a. Melakukan kegiatan surat-menyurat dan ketatausahaan koperasi. b. Melakukan pencatatan tentang kemajuan yang terjadi pada koperasi. c. Membuat pendataan koperasi. Spesifikasi kerja bendahara koperasi: a. Merencanakan anggaran belanja dan pendapatan koperasi. Memelihara semua b. harta kekayaan koperasi. c. Melakukan pembukuan transaksi koperasi. 3. Pengawas Koperasi Deskripsi: Melaksanakan pengawasan dan pemeriksaan terhadap pelaksanaan kebijakan koperasi. Spesifikasi kerja: a. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijaksanaan pengurus menyangkut pengelolaan koperasi. b. Meneliti segala catatan harta dan kekayaan koperasi. c. Membuat laporan tertulis tentang hasil pengawasan. 4. Manajer Usaha Deskripsi: Mengawasi dan mengatur keseluruhan fungsi dan kelancaran kegiatan usaha. Spesifikasi kerja: a. Melakukan pengawasan dan pelaksanan bagian pemasaran, keuangan dan administrasi serta kegiatan produksi yang meliputi pengadaan dan ketersediaan bahan baku, kualitas bahan baku, pemeliharaan dan pengawasan mesin-mesin, kelancaran distribusi produk serta penelitian dan pengembangan produk agar mampu menghasilkan produk sesuai dengan keinginan konsumen sasaran. b. Menentukan harga jual dan jumlah produksi minyak bekatul. 5. Kepala Pemasaran Deskripsi: Mengelola dan melakukan pengawasan pada seluruh lingkup kegiatan pemasaran.
39
Spesifikasi kerja: a. Mencari peluang-peluang dan bauran pemasaran seperti, pengorganisasian kegiatan-kegiatan promosi, penjualan dan kerja sama dengan mitra usaha. b. Membuat laporan transaksi penjualan dan pembelian produk. 6. Kepala Keuangan dan Administrasi Deskripsi: Melakukan pengawasan dan bertanggungjawab atas seluruh kegiatan keuangan dan administrasi. Spesifikasi kerja: a. Membuat penyusunan anggaran perusahaan. b. Menyusun kebutuhan perlengkapan perusahaan c. Menyusun kontrak kerjasama dengan industri d. Membuat laporan keuangan bulanan dan tahunan. e. Membuat laporan pajak bulanan dan tahunan f. Mengatur pembuatan strategi harga. 7. Kepala Produksi Deskripsi: Bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan produksi. Spesifikasi kerja: a. Mengontrol jalannya kegiatan produksi. b. Melakukan pengawasan terhadap kegiatan pengolahan. c. Melakukan pengawasan terhadap kegiatan penyimpanan produk. d. Melakukan kegiatan pendistribusian produk. 8. Staf Pemasaran Deskripsi: bertanggung jawab terhadap kegiatan pemasaran produk. Spesifikasi kerja: a. Melakukan pemasaran produk dan kegiatan promosi. b. Melaksanakan strategi pemasaran yang telah ditetapkan. 9. Staf Keuangan dan Administrasi Deskripsi: Melaksanakan dan mengawasi kegiatan pencatatan administrasi kantor dan operasional perusahaan. Spesifikasi kerja: a. Mengontrol dan pelaporan kewajiban pembayaran pajak perusahaan. b. Mengelola kegiatan pencatatan keuangan dan pengelolaan keuangan perusahaan. c. Menerima tamu perusahaan. 10. Tenaga Kerja Produksi Deskripsi: Melakukan pengolahan bahan baku dari proses awal sampai proses akhir produksi. Spesifikasi kerja: a. Melakukan penyortiran bahan baku b. Melakukan stabilisasi bekatul c. Melakukan ekstraksi bekatul d. Melakukan penyaringan dan purifikasi minyak bekatul
40
e.
Melakukan pengemasan dan pengepakan minyak bekatul.
Upah dan Gaji Penentuan upah dan gaji disesuaikan dengan jabatan dan tanggung jawab kerja yang dibebankan. Asumsi kenaikan gaji pada tahun ke dua. Rincian upah dan gaji usaha pembuatan minyak bekatul dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 8 Rincian penentuan upah dan gaji No Uraian Gaji (Rp)/bulan 3 500 000 1 Manajer Usaha 2 Kepala Produksi 2 500 000 3 Kepala keuangan dan administrasi 2 500 000 4 Kepala pemasaran 2 500 000 5 Staf produksi (10 orang) 2 000 000 6 Staf keuangan dan administrasi 2 000 000 7 Staf pemasaran 2 000 000 35 000 000 Total Rencana Kemitraan Rencana kemitraan dalam usaha pembuatan minyak bekatul akan dilakukan berdasarkan pendekatan wirakoperasi dimana seorang pengusaha menjalin kerjasama dengan berbagai pihak khususnya petani dan penggiling padi untuk menghasilkan kesejahteraan bersama. Bentuk kerjasama yang dilakukan berupa kerjasama vertikal antara petani dan penggiling tersebut dengan koperasi. Petani dan pengiling mitra adalah pemasok bahan baku, sedangkan pengusaha adalah seorang wirakopersi yang menciptakan usaha ini serta berkreasi dan berinovasi untuk kelanjutan usaha pengolahan bekatul ini. Kebiasaan petani di Karawang yang sampai saat ini masih dilakukan adalah menjual seluruh gabah kepada tengkulak atau penggiling, sehingga hasil samping penggilingan padi tidak menjadi milik petani tetapi milik tengkulak atau penggiling dan keuntungan petani hanya dari berasnya saja. Penggiling juga tidak melakukan pengolahan lebih lanjut hasil samping penggilingan padinya, hanya menjual langsung bekatul kepada penadah bekatul. Oleh karena itu perlu melibatkan pihak penggiling untuk memperoleh sekam atau bekatul. Sehingga kemitraan yang dijalin akan melibatkan para petani dan penggiling sebagai pemasok bahan baku. Dengan adanya seorang wirakoperasi, maka petani dan penggiling dapat digabungkan dengan cara membuat sebuah unit usaha pengolahan bekatul. Petani akan menjual gabah kepada koperasi tetapi dibayar oleh penggiling mitra, selanjutnya gabah digiling di penggilingan mitra untuk mendapatkan bekatul, bekatul tersebut kemudian diolah oleh koperasi menggunakan teknologi pembuatan minyak bekatul. Melaui kerjasama secara wirakoperasi diharapkan pendapatan petani dan penggiling akan bertambah serta kesejahteraan akan meningkat. Konsep kerjasama yang dijalin adalah petani sebagai pemasok bahan baku ke koperasi, koperasi berupa penentuan ketetapan bagi hasil dari keuntungan yang
41
diperoleh perusahaan atas penjualan produk. Petani memperoleh 10%, penggiling 20%, wirakoperasi 10%, desa 5%, dan investor 25%. Ketetapan tersebut didasarkan pada kesepakatan dengan para petani dan penggiling mitra. Bentuk kerjasama yang dijalin antara koperasi dan petani merupakan kerjasama kooperatif yang diikat atas dasar keanggotaan koperasi. Koperasi menjunjung tinggi nilai etis koperasi yaitu kejujuran, keterbukaan, tanggung jawab dan kepedulian sosial untuk kemajuan bersama. Kerjasama yang terjalin pada usaha pengolahan bekatul akan membentuk suatu hubungan antar pihak yang terkait, seperti petani dan penggiling, koperasi, wirakoperasi, desa dan industri. Hubungan antar pihak tersebut dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9 Matriks hubungan antara pihak yang terkait Petani dan Penggiling
Petani dan Penggiling
CE menggagas ide dan menginisiasi kemitraan Wirakoperas dengan petani i (CE) dan penggiling sebagai penyedia bahan baku Koperasi sebagai lembaga usaha yang Koperasi mengolah bekatul dari petani dan penggiling Desa Desa pelindung dan
Wirakoperasi (CE) CE menggagas ide dan menginisiasi kemitraan dengan petani dan penggiling sebagai penyedia bahan baku
Koperasi Koperasi sebagai lembaga usaha yang mengolah bekatul dari petani dan penggiling
CE menginisiasi koperasi dan melakukan pendampinga n terhadap koperasi
CE menginisiasi koperasi dan melakukan pendampinga n terhadap koperasi CE bermitra dengan desa
Membantu mengawasi
Desa Desa pelindung dan pembina kegiatan, petani berkontribusi dalam promosi dan pengembanga n desa
Industri Pasar bagi petani dan penggiling yang bermitra
CE bermitra dengan desa dalam melakukan pembinaan dan pengawasan usaha
Penghubun g anatara koperasi dengan industri
Membantu mengawasi program yang dijalankan menjadi koperasi
Mitra usaha
Sentra lokasi
42
Industri
pembina kegiatan, petani berkontribusi dalam promosi dan pengembanga n desa Pasar bagi petani dan penggiling yang bermitra
dalam melakukan pembinaan dan pengawasan usaha
program yang dijalankan menjadi koperasi
Penghubung anatara koperasi dengan industri
Mitra usaha
penyedia bahan baku
Sentra lokasi penyedia bahan baku
Analisis Risiko Bisnis pembuatan minyak bekatul tentu akan menghadapi beberapa risiko usaha yang dapat mempengaruhi hasil usaha tersebut. Risiko-risiko yang kemungkinan akan terjadi antara lain sebagai berikut. 1.
Perubahan kondisi politik Rencana bisnis pembuatan minyak bekatul ini akan dipasarkan (ekspor) ke luar negeri, apabila terjadi perubahan kondisi politik di negara Indonesia dalam menjaga hubungan dengan negara lain (negara tujuan ekspor), maka akan mempengaruhi pelaksanaan kegiatan produksi dan pemasarannya, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kinerja perusahaan dan pendapatan.
2.
Perubahan kondisi ekonomi Memburuknya kondisi perekonomian baik lokal, nasional maupun internasional akan berakibat kurang baik terhadap dunia usaha. Salah satu risiko dari perubahan kondisi ekonomi adalah risiko nilai tukar mata uang asing. Usaha pembuatan minyak bekatul yang berorientasi ekspor, sehingga apabila nilai mata uang domestik menguat akan menimbulkan kerugian. Hal yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya kerugian akibat nilai tukar mata uang yaitu hedging. Hedging merupakan kegiatan lindung nilai, maka perusahaan harus menjual produk dengan harga diatas harga yang diprediksi.
3.
Perubahan kondisi sosial budaya Perubahan gaya hidup masyarakat merupakan salah satu risiko dari perubahan kondisi sosial budaya. Wujud dari risiko ini adalah perubahan gaya hidup masyarakat yaitu gaya hidup sehat dan gaya hidup konsumsi meningkat. Sehingga apabila gaya hidup sehat meningkat, maka pembelian produk yang terkait dengan kesehatan atau minyak bekatul ini akan meningkat.
4.
Pasokan bahan baku terhambat Bahan baku minyak bekatul adalah dari bekatul padi. Produksi padi yang bersifat musiman akan berpengaruh terhadap pasokan bahan baku. Untuk
43
mengurangi risiko terhambatnya pasokan bahan baku dengan memperluas cakupan penyediaan bahan baku atau menambah jumlah petani dan penggiling mitra di daerah lain. 5.
Perubahan harga jual Risiko harga merupakan risiko yang bersumber dari eksternal. Risiko ini terjadi akibat adanya fluktuasi harga pada harga jual produk. Untuk mengurangi risiko ini dengan cara membuat kontrak harga dengan pihak perusahaan, sehingga naik turunnya harga di pasar tidak akan mempengaruhi harga jual produk.
6.
Masuknya kompetitor Masuknya kompetitor dalam usaha merupakan kondisi yang tidak dapat dihindari. Untuk mengurangi dampak masuknya kompetitor perusahaan harus memiliki strategi dan inovasi baru agar usaha terus berjalan dengan baik.
7.
Perubahan teknologi Peningkatan kualitas dan kuantitas produksi dipengaruhi oleh teknologi yang semakin pesat. Apabila perusahaan kurang memanfaatkan perkembangan teknologi, maka secara tidak langsung akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas produksi, yang akhirnya akan kalah dalam bersaing di pemasaran.
8.
Risiko sumberdaya Sumberdaya manusia diperlukan dalam setiap usaha. Peraturan baku atau SOP yang memuat kewajiban dan hak hak karyawannya diperlukan untuk mengantisipasi peluang terjadinya kesalahpahaman antara pihak manajemen dengan para karyawannya.
9.
Risiko kualitas, kuantitas, dan kontinuitas input Ketidakpastian kualitas, kuantitas, dan kontinuitas input adalah risiko bermitra dengan petani.
Rencana Keuangan Asumsi Keuangan 1. Modal awal usaha berasal dari Angel Investment Network Indonesia (ANGIN) yang merupakan program Global Entrepreneurship Program Indonesia (GEPI) dengan fokus pada pertumbuhan startup tahap awal melalui pendanaan dan mentoring. 2. Dana awal dari Angel Investment Network Indonesia (ANGIN) adalah dalam bentuk ekuitas, tidak ada kewajiban bunga dan/atau agunan. 3. Jangka waktu pengembalian dana investasi adalah 4 tahun. 4. Investor menerima pembagian hasil sebesar 25% selama 4 tahun. 5. Umur bisnis selama 10 tahun yang diasumsikan menurut umur masa teknis mesin.
44
6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
14. 15. 16.
17. 18. 19. 20.
Bangunan berdiri diatas tanah seluas 1000m² dengan harga tanah di Cilamaya, Karawang adalah Rp1 500 000/m². Umur teknis bangunan adalah 20 tahun dengan nilai sisa 50% dari nilai awal. Harga mesin produksi diperoleh dari www.cebcl.info. Nilai sisa mesin dan peralatan adalah 10% dari nilai awal pembelian Proyek dimulai pada tahun ke-0 untuk melakukan persiapan, sedangkan produksi dan penjualan pertama dimulai pada tahun ke-1. Gaji tenaga kerja disesuaikan dengan jabatan dan tanggung jawab. Peningkatan gaji dilakukan pada tahun ketiga. Tarif harga listrik PLN per tanggal 1 Juli 2014 adalah Rp1 240 per kWh (lampiran 6). Jumlah hari kerja per tahun adalah 240 hari dengan asumsi dalam 1 minggu terdapat 5 hari kerja, 1 bulan terdapat 4 minggu, dan 1 tahun terdapat 12 bulan. Perbandingan bekatul dengan pelarut adalah 1:1 yaitu dari bekatul 1 kg untuk ekstraksi pelarutnya juga sebanyak 1 kg. Dalam proses penggilingan padi menghasilkan bekatul dengan rendemen sebesar 10%. Dibutuhkan bekatul segar sebanyak 6.25 kg untuk menghasilkan 1 liter minyak bekatul (rendemen 16%) dan sisa ekstraksi minyak bekatul dijual untuk pakan ternak. Selain menjual minyak bekatul, koperasi juga menjual ampas bekatul sisa ekstraksi dengan harga jual Rp2 000 per kilogram. Discount rate yang digunakan adalah sebesar 7.5% yang mengacu kepada tingkat suku bunga pinjaman Bank Indonesia. Perhitungan biaya penyusutan menggunakan metode garis lurus. Harga minyak bekatul diasumsikan sama sampai tahun ke sepuluh.
Biaya Investasi Biaya investasi merupakan biaya yang diperlukan untuk memulai kegiatan usaha sebagai investasi awal usaha. Biaya investasi tetap merupakan biaya yang dikeluarkan dalam pengadaan harga tetap dan biaya lain yang berkaitan dengan pembangunan pabrik sampai pabrik siap beroperasi. Biaya investasi tetap untuk usaha pembuatan minyak bekatul meliputi tanah, bangunan, fasilitas penunjang, mesin dan peralatan produksi, biaya pengujian, dan surat perizinan. Investasi yang digunakan dalam usaha ini memiliki umur teknis yang berbeda, yaitu 10 tahun untuk mesin produksi dan 20 tahun untuk bangunan Tabel 10 menunjukan biaya investasi awal usaha pembuatan minyak bekatul di Kecamatan Cilamaya Kebupaten Karawang. Tabel 10 Biaya investasi usaha pembuatan minyak bekatul padi No. Komponen Biaya Jumlah Biaya 1 Bangunan dan Infrastuktur 2 577 000 000 2 Alat produksi 187 610 000 3 Alat dan Furniture Perkantoran 40 691 000 3 Perizinan Usaha 47 000 000
45
5 Pengujian pembuatan minyak bekatul 4 Sosialisasi ke Petani selama 1 bulan Total
20 000 000 50 000 000 2 922 301 000
Total biaya investasi yang dikeluarkan dalam usaha pembuatan minyak bekatul padi sebesar Rp2 922 301 000. Rincian biaya investasi dapat dilihat pada Lampiran 7. Biaya investasi yang dikeluarkan akan mengalami penyusutan setiap tahunnya. Besaran biaya penyusutan dipengaruhi oleh berapa lama umur ekonomis dari barang tersebut. Perhitungan nilai penyusutan setiap tahunnya menggunakan metode garis lurus yang dihitung dengan cara harga beli aset dikurangi dengan nilai sisa hasil pengurangan kedua nilai tersebut lalu dibagi umur teknis, nilai sisa ditentukan dengan proporsi sepuluh persen dari nilai awal pembalian barang. Biaya penyusutan dari investasi awal usaha pembuatan minyak bekatul padi di akhir tahun proyek adalah Rp52 190 980 dan nilai sisa sebesar Rp558 265 600. Rincian biaya penyusutan dapat dilihat pada Lampiran 8.
Biaya Operasional Biaya operasional merupakan semua biaya yang diperlukan untuk kegiatan produksi. Biaya operasional terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya selaras dengan prekembangan produksi. Bahan baku yang digunakan adalah bekatul yang diperoleh dari petani dan penggiling mitra. Bahan baku pendukung yang digunakan adalah etanol untuk proses ekstraksi. Besaran kebutuhan etanol selaras dengan besaran bahan baku yang akan diolah. Kebutuhan lainnya adalah botol untuk pengemasan dan solar untuk mesin pengolahan. Biaya variabel tahun kesepuluh adalah Rp22 107 840 000. Rincian biaya variabel dapat dilihat pada Tabel 11.
No 1 2 3 4
Tabel 11 Biaya variabel usaha pembuatan minyak bekatul tahun ke-10 harga Biaya biaya/ bulan Jumlah Biaya (Rp jumlah satuan / Variabel (Rp 000) 000) satuan Bekatul 5 000 kg 2.5 250 000 3 000 000 Etanol 5 000 kg 13 1 560 000 18 720 000 Botol utk 800 buah 3 28 800 345 600 pengemasan Solar mesin 16 liter 11 3.520 42.240 Total 22 107 840
Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak dipengaruhi oleh perkembangan jumlah produksi. Biaya tetap tahun pertama adalah sebesar Rp600 438 094 dan biaya tetap tahun kesepuluh adalah Rp716 057 671. Perbedaan jumlah biaya tetap pada tahun ke-1 dan ke-2-10 adalah karena adanya kenaikan gaji karyawan sebesar Rp500 000/orang dan biaya listrik. Rincian biaya tetap dapat dilihat pada Tabel 12.
46
Tabel 12 Biaya tetap usaha pembuatan minyak bekatul pada tahun 10 Biaya Per Komponen Biaya Jumlah Tahun 10 bulan Lampu 20 300 000 3 600 000 Biaya listrik 1 3 334 658 40 015 891 Biaya pemasaran 1 500 000 6 000 000 Biaya perawatan mesin 1 301 900 3 622 800 Biaya sewa host website 1 50 000 600 000 Biaya administrasi perkantoran (ATK/BHP) 1 300 000 3 600 000 Sarung tangan dan masker 200 160 000 1 920 000 Biaya pelatiahan karyawan 500 000 6 000 000 Biaya pengangkutan input 1 1 000 000 12 000 000 Biaya pengiriman output Solar, tol, parkir 1 600 000 7 200 000 FOB (kontainer 20 feet) 1 1 500 000 18 000 000 Karantina 1 384 000 4 608 000 Biaya lain lain 1 2 500 000 30 000 000 Supir 1 850 000 10 200 000 Tenaga Kerja: Manajer usaha 1 4 000.000 48 000 000 Kepala produksi 1 3 000 000 36 000 000 Kepala keuangan dan administrasi 1 3 000 000 36 000 000 Kepala pemasaran 1 3 000 000 36 000 000 Staf produksi 10 25 000 000 300 000 000 Staf keuangan 1 2 500 000 30 000 000 Staf pemasaran 1 2 500 000 30 000 000 PBB 1 500.000 Biaya penyusutan 52 190 980 Total Biaya Tetap 55 280 558 716 057 671
Modal Awal Modal awal yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha pembuatan minyak bekatul terdiri dari biaya investasi awal, biaya tetap dan biaya variabel pada tahun pertama sebesar Rp3 650 446 593. Rincian modal awal yang diperlukan dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13 Rincian modal awal usaha Uraian Jumlah (Rp) Biaya Investasi 2 992 301 000 Biaya Variabel (bulan pertama) 682 500 000 Biaya Tetap (bulan pertama) 45 645 593 Total
3 650 446 593
47
Harga Pokok Produksi Harga pokok produksi dari produk diperoleh dengan cara membagi biaya total dengan jumlah produksi. Harga pokok produksi untuk minyak bekatul dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14 Harga pokok produksi Uraian Tahun 1 Tahun 2 9 705 000 000 22 107 840 000 BiayaVariabel 600 438 094 716 057 671 Biaya Tetap 10 305 438 094 22 823 897 671 Biaya Operasional 96 960 192 000 Jumlah Produksi (liter) 106 285 118 874 HPP
Penerimaan dan Hasil Produksi Manfaat merupakan seluruh penerimaan yang diperoleh dari usaha pembuatan minyak bekatul padi setiap periodenya. Manfaat yang diperoleh dari hasil penjualan minyak bekatul dan ampas bekatul pada tahun pertama sebesar Rp11 242 512 000. Jumlah ini terdiri dari penerimaan dengan jumlah penjualan 87 264 liter minyak bekatul dan 42 420 kg ampas bekatul. Hal ini diasumsikan karena usaha pembuatan minyak bekatul ini masih dalam proses pengenalan atau masih dalam proses trial and error. Asumsi produk gagal pada tahun pertama adalah 10%. Rincian penerimaan dapat dilihat pada lampiran 4.
Break Event Point Break Even Point atau titik impas merupakan titik dimana total biaya produksi sama dengan penerimaan. Perhitungan titik impas pada usaha pembuatan minyak bekatul di tahun pertama dan kedua dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15 BEP minyak bekatul Uraian Jumlah Tahun 1 Jumlah Tahun 2 TC 10 305 438 094 22 823 897 671 TR 11 242 512 000 24 451 200 000 BEP Unit 26 212 91 159 BEP Rp 4 390 490 918 7 471 523 509 Pada tahun pertama BEP atau titik impas tercapai saat penjualan produk sebanyak 26 212 liter minyak bekatul atau memperoleh penerimaan sebesar Rp4 390 490 918. Pada tahun selanjutnya BEP tercapai saat penjualan produk sebanyak 91 159 liter minyak bekatul atau memperoleh penerimaan sebesar Rp7 471 523 509.
48
Proyeksi Kriteria Investasi Kriteria kelayakan usaha pembuatan minyak bekatul dapat dilihat dari kriteria Net Present Value (NPV), Net B/C, I B/C, Internal Rate of Return (IRR), Payback Period (PP). Perhitungan laporan arus kas dapat dilihat pada lampiran 9. Rincian kriteria kelayakan investasi usaha dapat dilihar pada Tabel 16. Tabel 16 Kriteria kelayakan investasi Kriteria kelayakan Batas kelayakan Hasil Umur bisnis 10 tahun 7.5% Discount rate Rp5 771 920 329 NPV >0 56% IRR > Discount rate 3 Net B/C >1 1.04 Gross B/C >1 3.11 PP < Umur bisnis a. Net Present Value (NPV) Net Present Value merupakan selisih antara present value benefit dengan present value biaya. Net Present Value (NPV) usaha pembuatan minyak bekatul dengan tingkat suku bunga 7.5% adalah sebesar Rp5 771 920 329. NPV menunjukkan nilai positif, sehingga usaha ini layak didirikan. b. Internal Rate of Return (IRR) IRR merupakan penilaian terhadap besarnya pengembalian bisnis terhadap investasi yang ditanamkan. Nilai IRR untuk usaha pembuatan minyak bekatul adalah 56% Nilai ini lebih tinggi dari tingkat suku bunga yaitu 7.5% sehingga usaha ini dinyatakan layak untuk didirikan. c. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio) Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) merupakan perbandingan antara keuntungan yang diperoleh terhadap biaya yang dikeluarkan. Suatu bisnis dinyatakan layak untuk dilaksanakan jika Net B/C >1. Nilai Net B/C untuk usaha pembuatan minyak bekatul adalah sebesar 3 sehingga bisnis dinyatakan layak. d. Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C Ratio) Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C) merupakan penilaian untuk melihat pengaruh tambahan biaya terhadap tambahan manfaat yang diterima. Nilai Gross B/C untuk usaha minyak bekatul adalah 1.04. Diperoleh nilai Gross B/C ≥1 sehingga bisnis dinyatakan layak. e. Payback period Payback period merupakan penilaian waktu yang dibutuhkan untuk pengembalian investasi awal dengan tingkat pengembalian tertentu. Hasil perhitungan periode pengembalian menunjukkan bahwa usaha dapat mengembalikan modal dalam jangka waktu 3 tahun 11 bulan. Hal ini berarti usaha pembuatan minyak bekatul dinyatakan layak untuk didirikan karena waktu pengembalian modal lebih cepat dibandingkan dengan umur proyek.
49
Proyeksi Laba Rugi Proyeksi laporan laba rugi usaha pembuatan minyak bekatul ini pada tahun pertama dan kedua belum mendapatkan keuntungan sehingga bagi hasil belum dibagikan. Keuntungan diperoleh pada tahun ke-3 yaitu sebesar Rp1 498 778 386. Persentase bagi hasil petani padi 10% sebesar Rp149 877 839, penggiling padi 20% sebesar Rp299 755 677, desa 3 % sebesar Rp44 963 352, wirakoperasi 5% sebesar Rp74 938 919 dan investor 25% sebesar Rp374 694 596. Perhitungan laba rugi dapat dilihat pada Lampiran 7.
Hasil Rencana Bisnis Berbasis Wirakoperasi Potensi bekatul padi dapat dioptimalkan dengan cara mengolahnya menjadi minyak bekatul. Melalui usaha bersama atau dengan usaha berbasis wirakoperasi, petani di Karawang dapat meningkatkan pendapatan dengan bergabung di koperasi menjalankan usaha pembuatan minyak bekatul. Usaha pembuatan minyak bekatul padi yang berbadan usaha koperasi akan memproduksi minyak bekatul padi dengan berlabelkan “Oryzanol Sativa” dan dilengkapi label perizinan lainnya. Keunggulan produk ini adalah sebagai minyak sehat yang dapat menurunkan kolesterol, menghambat waktu menopause, mencegah kardiovaskuler dan kanker. Rencana pemasaran minyak bekatul padi akan dipasarkan di United Arab Emirates dengan harga 10.25 USD. Berdasarkan hasil perhitungan kelayakan finansial untuk usaha pembuatan minyak bekatul dengan umur bisnis selama 10 tahun memiliki keuntungan bersih yang berbeda setiap tahunnya. Berdasarkan analisis kriteria investasi, NPV usaha ini sebesar Rp5 771 920 329; IRR mencapai 56 persen; Net B/C 3; dan PP selama 3.11 tahun, sehingga dapat disimpulkan bahwa usaha pembuatan minyak bekatul layak direalisasikan. Usaha pembuatan minyak bekatul dengan konsep wirakoperasi menghasilkan keuntungan yang dapat dibagi tidak hanya untuk satu orang, tetapi keuntungan dirasakan juga oleh petani dan penggiling mitra. Pembagian keuntungan dengan cara bagi hasil. Bagi hasil diberikan kepada 4 pihak yang terdiri dari petani, penggiling, wirakoperasi, dan desa. Adanya bagi hasil dari keuntungan usaha ini memberikan peningkatkan pendapatan bagi petani dan penggiling padi. Terdapat perbedaan usaha dengan adanya seorang wirakoperasi dan tanpa wirakoperasi terlihat pada pemanfaatan dan pengolahan bekatul, sistem jual, pasar. Perbedaan hasil dengan pendekatan tanpa wirakoperasi dan dengan wirakoperasi dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17 Perbedaan pendekatan tanpa wirakoperasi dan dengan wirakoperasi Uraian Tanpa Wirakoperasi Dengan Wirakoperasi Pemanfaatan Hanya untuk pakan Bekatul dapat diolah menjadi dan minyak bekatul yang mempunyai pengolahan harga tinggi Bekatul Sistem jual Petani jual bersih kepada Petani jual gabah ke koperasi
50
tengkulak (beras dan hasil samping penggilingan milik tengkulak).
Pasar
Tidak ada kepastian pasar, karena tidak ada kontrak antara koperasi dengan industri pasar tujuan.
dimana nantinya keuntungan hasil jual produk dari hasil samping penggilingan padi akan didapatkan petani sesuai dengan kesepakatan bagi hasil dengan koperasi Ada kepastian pasar, karena ada kontrak kesepakatan antara koperasi dan industri.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1.
2.
Ketersediaan bekatul yang melimpah di Karawang dapat dioptimalkan dengan mengolahnya menjadi minyak bekatul. Kebutuhan pasar luar negeri maupun domestik akan produk ini cukup tinggi. Gaya hidup sehat masyarakat menengah keatas mempengaruhi permintaan minyak bekatul. Pasar luar negeri khusunya United Arab Emirates membutuhkan produk minyak bekatul ini. Harga jual bekatul yang rendah membuka peluang bagi bisnis pembuatan minyak bekatul untuk meningkatkan nilai tambah komoditas ini. Usaha pembuatan minyak bekatul dengan konsep wirakoperasi layak untuk direalisasikan dilihat dari hasil analisis non finansial dan finansial. Adanya peran wirakoperasi dalam usaha pembuatan minyak bekatul meningkatkan skala ekonomi dilihat dari penerimaan yang dihasilkan dari usaha pembuatan minyak bekatul. Penerimaan usaha pembuatan minyak bekatul padi pada tahun pertama sebesar Rp11 242 512 000. Wirakoperasi juga membantu membuka pasar baru dengan cara mengekspor minyak bekatul ke United arab Emirates. Selain itu usaha pembuatan minyak bekatul yang berskala industri meningktakan penggunaan teknologi serta dengan usaha bersama akan meningkatkan kesejahteraan petani.
Saran Saran yang dapat diberikan setelah dilakukan penelitian rencana bisnis pembuatan minyak bekatul padi berbasi wirakoperasi di Kecamatan Cilamaya Kabupaten Kawarang adalah diperlukan adanya sosialisasi kepada petani dan penggiling padi yang tergabung dalam gabungan kelompok tani di Karawang terkait potensi pasar minyak bekatul padi serta segera lakukan usaha pembuatan minyak bekatul padi untuk mendapatkan peluang ekspor.
DAFTAR PUSTAKA
51
Baga LM. 2003. Peran Wirakoperasi dalam Pengembangan Sistem Agribisnis. Makalah Seminar [Internet]. [pusat Studi Asia Tenggara Universitas Frankfurt am Main, 5 Juli 2003]. Bogor (ID): FEM. Hlm 8-22; [diunduh 2014 Februari 12]. Tersedia pada: http://www.geocities.ws/mma5ugm/ PeranWirakoperasi DlmAgribisnis.pdf. Baga LM,Yanuar R, Feryanto WK, Aziz KH. 2009. Diktat Perkuliahan Koperasi dan Kelembagaan Agribisnis. Bogor (ID): Departemen Agribisnis IPB. Baga LM. 2011. Profil dan Peran Wirakoperasi dalam Pengembangan Agribisnis Prosiding Makalah Seminar Penelitian Unggulan Departemen Agribisnis IPB [Internet]. [Bogor, 7 dan 14 Desember 2011]. Bogor (ID): FEM. [diacu 2014 Februari 12]. Tersedia pada: http://repository.ipb.ac.id/bitstream/ 123456789/65350/11.pdf?sequence=1 Baga LM dan Firdaus M. 2011. Peran Co-operative Entrepreneur Dalam Pengembangan Program OVOP Dan Pembiayaan Pertanian Berbasis Tanaman, Kasus Belimbing di Kota Depok, di dalam Baga LM, Fariyanti A, Jahri S Kewirausahaaan dan Daya Saing Agribisnis. Bogor (ID): Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Bogadenta A. 2013. The Secret Business Plan. Jogjakarta (ID): Laksana. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Produksi Padi Daerah Jawa Barat [Internet]. [diacu 2014 September 18]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id. [BPS] Badan Pusat statistik Jawa Barat. 2011. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi Sawah (GKG) di Jawa Barat [Internet]. [diacu 2014 September 18]. Tersedia pada: http://www.bpsjawabarat.go.id. Damayanthi E, Lilik Kustiyah, Khalid M, Farizal H. 2010. Aktivitas antioksidan bekatul lebih tinggi daripada jus tomat dan penurunan aktivitas antioksidan serum setelah intervensi minuman kaya antioksidan. Journal of Nutrition and Food 5(3): 205-210. Damayanthi E, Listyorini DI. 2006. Pemanfaatan tepung bekatul rendah lemak pada pembuatan keripik simulasi. Jurnal Gizi dan Pangan 1(2): 34-44. [Ditjen Tanaman Pangan] Direktorat Jendral Tanaman Pangan. 2013. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Padi di Indonesia Tahun 2012 [Internet]. [Diacu 2014 September 18]. Tersedia pada: http://www.deptan.go.id. Fajrian H. 2013. Peran Wirakoperasi dalam Pengembangan Agribisnis Tanaman Hias di CV. Bunga Indah Farm Kabupaten Sukabumi [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Hadipernata M. 2007. Mengolah Dedak Menjadi Minyak (Rice Bran Oil). Warta Penelitian dan Pengembangan; 2007 Vol 29 No 4; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. Harris AAB. 2008. Rancang Bangun Business Plan Model Untuk Agroindustri Paprika [skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor. [KEMENTAN] Kementerian Pertanian. 2014. Laporan Evaluasi Program Kegiatan dan Anggaran Kementerian Pertanian Tahun 2013. Nirmala LC. 2012. Pengaruh intervensi minuman emulsi ready to drink minyak bekatul-cokelat terhadap profil lipid plasma mahasiswa obes [skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.. Nurcholis M, Zubaidah E. 2011. Evaluasi in vivo efek sinbiotik bekatul terfermentasi bakteri asam laktat probiotik (Lactobacillus plantarum B2 dan Lactobacillus casei). Jurnal Teknologi Hasil Pertanian 12(1): 58-67.
52
Nurmalina R, Sarianti T, Karyadi A. 2010. Studi Kelayakan Bisnis. Bogor (ID): Departemen Agribisnis FEM-IPB. Karawang Dalam Angka 2013. 2013. Karawang (ID). Bappeda Kabupaten Karawang Kuriyan R, N. Gopinath, Mario Vaz, Anura V. Kurpad. 2005. Use of rice bran oil in patients with hyperlipidaemia. The National Medical Journal of India 18(6): 292-296. Kustiyah L Damayanthi E, Farizal H. 2013. Pengembangan Produk Minuman Sari Buah Tomat dan Bekatul sebagai Minuman Fungsional. Makalah poster disajikan pada Seminar Nasioanl PATPI. Jember 26-28 Agustus. Kusum R, Bommayya H, Fayaz PP, Ramachandran HD. 2011. Palm oil and rice bran oil: Current status and future prospects. Int. J. Plant Physiol. Biochem 3(8): 125-132. Rangkuti F. 2006. Business Plan: Teknik Membuat Perencanaan Bisnis dan Analisis Kasus. Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka Utama Sarbini D, Rahmawaty S, Kurnia P. 2009. Uji fisik, organoleptik, dan kandungan zat gizi biskuit tempe-bekatul dengan fortifikasi Fe dan Zn untuk anak kurang gizi. Jurnal Penelitian Sains dan Teknologi 10(1): 41-49. Solihin I. 2007. Memahami Business Plan. Jakarta (ID): Salemba Empat. Sugano M, Tsuji E. 1997. Rice bran oil and cholesterol metabolism. J. Nutr. 127: 521-524. Tahira R, Ata R, Muhammad AB. 2007. Characterization of Rice Bran Oil. Oilseeds Research Institute. (45)3: 225-230 Umar H. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta (ID): PT Penerbit Gramedia Pustaka Utama. Wibisnono CW. 2009. Kajian Penentuan Kondisi Optimum Ekstraksi Minyak Dedak [skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor. Wibowo MI. 2011. Rencana Bisnis Industri Manisan Stroberi [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Wirawati CU, Nirmagustina DE. 2009. Studi in vivo produk sereal dari tepung bekatul dan tepung ubi jalar sebagai pangan fungsional. Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian 14(2): 142-147. Zuhra CF. 2006. Etanolisis minyak dedak padi yang diekstraksi secara perendaman. Jurnal Sains Kimia 10(1): 1-3.
53
53
LAMPIRAN Lampiran 1 Karakteristik responden Desa Pasirukem No
Nama
Luas Umur Panen Lahan (tahun) (ton) (Ha)
Status Petani
Pendidikan
1 Taswin 2 Abdul Halim 3 Kasum
46 42 55
1.07 1.4 1
7.49 pemilik penggarap SLTA 9.8 pemilik penggarap SLTA 7 pemilik penggarap SMP
4 Supandi
60
0.3
2.1 pemilik penggarap SLTA
5 6 7 8
42 48 40 55
1.5 1 4 1.4
10.5 pemilik penggarap 7 pemilik penggarap 28 pemilik penggarap 9.8 penyewa
9 Muhidin
39
2.5
17.5 pemilik penggarap SLTA
10 Aep Saifullah
34
1.4
Muri Nasidin Sehu Ahmad Zaini
PT SLTA PT SLTA
9.8 pemilik penggarap PT
11 Abdul Razak 42 5 35 pemilik penggarap SLTA 12 Sarifudin 55 1 7 pemilik penggarap SLTA 13 Mahfudin 62 12 84 pemilik penggarap SD Total Luas Lahan 33.57 234.99
Kelompok Jabatan Tani/Gapoktan
Opini Terhadap Kepemilikan Pengadaan Penggilingan Usaha Padi
Sri Sakti Sri Bumi Sri Sakti
Ketua sangat setuju Ketua sangat setuju Anggota sangat setuju
Tidak Ya Tidak
Sri Muncul
Ketua
sangat setuju
Tidak
Srikaya Sri Rezeki Mekar Tani Mekar Tani
Anggota sangat setuju Anggota sangat setuju Ketua sangat setuju Anggota Setuju
Ya Tidak Tidak Tidak
Sri Mulya
Ketua
sangat setuju
Tidak
Sri Jaya
Ketua
Setuju
Tidak
Sri Muncul Sri Muncul Sri Muncul
Anggota Setuju Anggota Setuju Anggota Setuju
Tidak Tidak Tidak
Penghasilan Diluar Bertani Padi bekerja di desa
menyewakan jasa angkutan distributor pupuk
penggilingan sekam penggilingan sekam, matrial dan showroom mobil beternak ikan dan bekerja di desa beternak ikan berdagang ayam
53
54 54
Lampiran 2 Karakteristik responden Desa Rawagempol No
Nama
Luas Umur Panen Lahan (tahun) (ton) (Ha)
Status Petani
Pendidikan
1 Rosada 2 Usman 3 Mulyani Nata 4 Muhammad Nur Yasin 5 Yasin Abdul Karim 6 Cawa 7 Dursin (Jak) 8 Rudi Hartono 9 Darman 10 Satori 11 Udin Sarifudin 12 Udi 13 Rasja 14 Yusuf 15 Anang Nur Aziz 16 Tarsiwan
44 44 49 28 41 51 38 36 55 53 48 56 74 48 38 65
2 40 3 2 20 2 1 1 3.5 7 8 7 2 3.5 1 2.5
14 pemilik penggarap 280 pemilik penggarap 21 pemilik penggarap 14 pemilik penggarap 140 pemilik penggarap 14 pemilik penggarap 7 pemilik penggarap 7 pemilik penggarap 24.5 pemilik penggarap 49 pemilik penggarap 56 pemilik penggarap 49 pemilik penggarap 14 pemilik penggarap 24.5 pemilik penggarap 7 pemilik penggarap 17.5 pemilik penggarap
SLTA SLTA SD SLTA SMP SLTA SLTA SLTA SD SD SLTA SLTA SD SLTA SMP SD
17 Kartim
60
1.5
10.5 pemilik penggarap SMP
18 Walim 19 Ahmad Kasan Total Luas Lahan
34 58
3 21 pemilik penggarap SMP 0.7 4.9 pemilik penggarap SMP 110.7 774.9
Sri Gebang Jaya Bina Sejahtera Sri Agung Sri Jaya 2 Sri Jaya 2 Sri Merta 2 Sri Jaya 1 Sri Jaya 2 Sri Gebang Jaya Sri Gebang Jaya
Opini Terhadap Jabatan Pengadaan Usaha ketua sangat setuju anggota sangat setuju sangat setuju sangat setuju ketua kurang setuju sangat setuju sekretaris sangat setuju sekretaris sangat setuju sekretaris sangat setuju sekretaris Setuju ketua sangat setuju ketua sangat setuju ketua sangat setuju anggota setuju anggota sangat setuju bendahara sangat setuju
Sri Merta
anggota
sangat setuju Tidak
Sri Sakti Sri Agung
ketua ketua
Setuju Tidak sangat setuju Tidak
Kelompok Tani/Gapoktan Sri Gebang Jaya Sri Gebang Jaya
Sri Merta
Kepemilikan Penggilingan Padi Tidak Ya Ya Ya Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
Penghasilan Diluar Bertani Padi pemilik warung dan bekerja di desa penggilingan sekam pemilik bengkel motor konveksi dan toko baju bertani pepaya calina pembuat terasi pegawai pabrik pemilik counter HP jamur merang penjual pakaian beternak itik beternak ikan karyawan penggiling padi menyewakan sound system dan service elektronik beternak ikan
55
Lampiran 3 Jumlah suplai bekatul gabungan Hasil Samping Desa Pasirukem Desa Rawagempol Jumlah (ton) Penggilingan Padi (ton) (ton) Sekam 70.497 232.47 302.967 Bekatul 23.499 77.49 100.989 Menir 117495 38.745 117 533.745 Catatan: Rendemen beras 55% Rendemen sekam 30% Rendemen bekatul 10% Rendemen menir 5%
Lampiran 4 Penjualan produk Jenis Produk Penjualan Rice Bran Oil Penjualan Ampas Bekatul Jumlah
Harga Jual @ Liter 123 000 2 000
Jumlah produksi per hari (liter) 364 2 121 2 485
Jumlah produksi per bulan (liter) 7 272 42 420 49 692
Jumlah produksi per tahun (liter) 87 264 254 520 341 784
Pendapatan (Rp) Per hari 44 722 800 4 242 000 48 964 800
Per bulan 894 456 000 84 840 000 979 296 000
tahun 1
tahun 2-10
10 733 472 000 509 040 000 11 242 512 000
22 435 200 000 2.016 000 000 24 451 200 000
55
56
53
Lampiran 5 Layout tempat usaha pengolahan minyak bekatul Gudang
Tempat Purifikasi
Mushola
Kantor Administrasi dan perlengkapannya.
Taman
Parkir Tempat Stabilisasi
Pintu masuk
Tempat Ekstraksi
Lampiran 6 Asumsi biaya listrik tahun ke-2-10 Jumlah Pemakaian No Uraian Watt Unit Jam Hari watt kWh 1 Rotatory dryer 2 200 1 8 20 366 520 367 2 Screw oil press 7 500 1 8 20 1 200 000 1 200 3 Vacuum oil filter 2 200 1 8 20 352 000 352 4 Frame type oil filter 2 200 1 8 20 352 000 352 5 Mesin pengemasan 370 1 8 20 59 200 59 6 Lampu 20 10 10 20 40 000 40 7 Mesin air 125 1 8 20 20 000 20 8 AC 400 2 8 20 128 000 128 9 Komputer PC 240 4 8 20 153 600 154 10 Printer 11 2 8 20 3 520 4 11 Telepon 30 1 8 20 4 800 5 60 1 8 12 Faximile 20 9 600 10 Total 2 689 Total Biaya (jumlah watt x jumlah kWh) 3 334 658 *Tarif dasar listrik tahun 2014 sebesar Rp1 210 per kWh
56
54
Lampiran 7 Rincian biaya investasi No
Komponen biaya
Satuan Jumlah
1 Bangunan dan Infrastruktur a. Tanah m2 b. Bangunan (sistem paket) c. Layout manufaktur d. Kanopi set 2 Alat Produksi a. Rotatory dryer unit b. Screw oil press unit c. Vacuum oil filter unit d. Frame type oil filter unit e. Mesin pengemasan unit f. Sarung tangan kain pasang g. Sarung tangan karet pasang h. Timbangan 100 kg unit i. Timbangan 5 kg unit j. Baskom unit k. Tempat sampah (240liter) unit l. Kotak P3K (22x11x6cm) unit Alat dan Furniture 3 Perkantoran a. Komputer PC unit b. Printer (print, scan, copy) unit c. Lemari besi arsip unit d. Laci besi arsip (4 laci) unit e. Meja computer unit f. Meja kantor unit g. Kursi kantor unit h. Telepon unit i. Faximile unit j. AC unit k. Sofa kantor unit l. Papan tulis (90x120cm) unit m. Meja tamu unit n. Tempat sampah (30 liter) unit 4 Perizinan Usaha a. Pembuatan SIUP dan NPWP b. Pembuatan akte pendirian koperasi c. Pembuatan SITU m2
Biaya (Rp 000) Harga satuan Jumlah biaya
1000
1 500
1 1
1 000 6 000
1 500 000 1 070 000 1 000 6 000
1 1 1 1 1 10 10 1 5 10 5 3
45 150 51 330 36 390 43 710 4 560 30 9 2 750 475 35 100 35
45 150 51 330 36 390 43 710 4 560 300 90 2 750 2 375 350 500 105
4 2 1 2 4 5 5 1 1 2 1 1 1 3
3 000 1 200 2 800 2 000 1 200 475 350 216 1 400 2 500 3 000 250 400 100
12 000 2 400 2 800 4 000 4 800 2 375 1 750 216 1 400 5 000 3 000 250 400 300
1 000
1 000
15 000 5
15 000 5 000
1 000
55
d. Biaya sertifikasi produk e. Biaya pengujian f. Perizinan BPOM g. Sosialisasi ke Petani selama 1 bulan setiap awal tahun Total Investasi
20 000 20 000
20 000 20 000 6 000
50 000
50 000 2 922 301
56
Lampiran 8 Rincian biaya penyusutan No
Komponen Biaya
Satuan
1 Bangunan dan Infrastruktur a. Bangunan b. Kanopi set 2 Alat Produksi a. Rotatory dryer unit b. Screw oil press unit c. Vacuum oil filter unit d. Frame type oil filter unit e. Mesin pengemasan unit f. Sarung tangan kain pasang g. Sarung tangan karet pasang h. Timbangan 100 kg unit i. Timbangan 5 kg unit j. Baskom unit k. Tempat sampah (240liter) unit l. Kotak P3K (22x11x6cm) unit Alat dan Furniture 3 Perkantoran a. Komputer PC unit b. Printer (print, scan, copy) unit c. Lemari besi arsip unit d. Laci besi arsip (4 laci) unit e. Meja computer unit f. Meja kantor unit g. Kursi kantor unit h. Telepon unit i. Faximile unit j. AC unit k. Sofa kantor unit l. Papan tulis (90x120cm) unit m. Meja tamu unit n. Tempat sampah (30 liter) unit Total Penyusutan
Umur Ekonomis (Tahun)
Jumlah Nilai Sisa Biaya (Rp 000) (Rp 000)
20 1 070 000 5 6 000
Biaya Penyusutan (Rp 000)
535 000 600
26 750 1 080 4 063.5 4 619.7 3 275.1 3 933.9 410.4 150 45 495 427.5 70 100 52.5
10 10 10 10 10 2 2 5 5 5 5 2
45 150 51 330 36 390 43 710 4 560 300 90 2 750 2 375 350 500 105
4 515 5 133 3 639 4 371 456
5 5 10 10 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
12 000 2 400 2 800 4 000 4 800 2 375 1 750 216 1 400 5 000 3 000 250 400 300
1 200 240 280 400 480 237.5 175 21.6 140 500 300 25 40
275 237.5
558 265.6
2 160 432 252 360 864 427.5 315 38.9 252 900 540 45 72 60 52 191
1
Lampiran 9 Arus kas Tahun No
Uraian Komponen 0
I
Inflow
a b c d
Minyak bekatul padi Ampas bekatul Nilai sisa Modal pembiayaan TOTAL INFLOW Outflow Total investasi Total biaya variabel Total biaya tetap Total biaya operasional Angsuran pembiayaan Pajak penghasilan Bagi hasil; Investor (25%) TOTAL OUTFLOW Saldo usaha koperasi (net benefit) DF (7.5%) PV pertahun PV manfaat PV biaya Net B/C NPV IRR gross B/C Payback period
II a
d c d e III
IV V VI VII VIII
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
-
10 733 472 000 509 040 000 3 650 446 593 14 892 958 593
22 435 200 000 2 016 000 000 24 451 200 000
22 435 200 000 2 016 000 000 24 451 200 000
22 435 200 000 2 016 000 000 24 451 200 000
22 435 200 000 2 016 000 000 24 451 200 000
22 435 200 000 2 016 000 000 24 451 200 000
22 435 200 000 2 016 000 000 24 451 200 000
22 435 200 000 2 016 000 000 24451 200 000
22 435 200 000 2 016 000 000 24 451 200 000
22 435 200 000 2 016 000 000 558 265 600 25 009 465 600
2 922 301 000 2 922 301 000
50 000 000 9 705 000 000 548 247 114 10 253 247 114 730 089 319 112 425 120 51 746 147 11 197 507 699
50 495 000 22 107 840 000 663 866 691 22 771 706 691 1 095 133 978 244 512 000 133 042 088 24 294 889 757
50 000 000 22 107 840 000 663 866 691 22 771 706 691 1 095 133 978 244 512 000 133 042 088 24 294 394 757
50 495 000 22 107 840 000 663 866 691 22 771 706 691 730 089 319 244 512 000 224 303 253 24 021 106 262
95 866 000 22 107 840 000 663 866 691 22 771 706 691 244 512 000 23 112 084 691
50 495 000 22 107 840 000 663 866 691 22 771 706 691 244 512 000 23 066 713 691
50 000 000 22 107 840 000 663 866 691 22 771 706 691 244 512 000 23 066 218 691
50 495 000 22 107 840 000 663 866 691 22 771 706 691 244 512 000 23 066 713 691
50 000 000 22 107 840 000 663 866 691 22 771 706 691 244 512 000 23 066 218 691
50 495 000 22 107 840 000 663 866 691 22 771 706 691 244 512 000 23 066 713 691
(2 922 301 000)
3 695 450 894
156 310 243
156 805 243
430 093 738
1 339 115 309
1 384 486 309
1 384 981 309
1 384 486 309
1 384 981 309
1 942 751 909
1 (2 922 301 000) 2 922 301 000 3 5 771 920 329 56% 1.04 3
0. 9302 3 437 628 738 13 853 914 970 10 416 286 232
0.8653 135 260 351 21 158 420 768 21 023 160 417
0.8050 126 222 038 19 682.251 877 19 556 029 839
0.7488 322 054 419 18 309 071 514 17 987 017 095
0.6966 932 772 328 17 031 694 431 16 098 922 103
0.6480 897 093 851 15 843 436 680 14 946 342 829
0.6028 834 804 272 14 738 080 633 13 903 276 361
0.5607 776 284 565 13 709 842 449 12 933 557 884
0.5216 722 383 361 12 753 341 813 12 030 958 452
0.4852 942 611 430 12 134 440 859 11 191 829 429
2
Lampiran 10 Laporan laba rugi Uraian Komponen
Tahun 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
10 733 472 000
22 435 200 000
22 435 200 000
22 435 200 000
22 435 200 000
22 435 200 000
22 435 200 000
22 435 200 000
22 435 200 000
22 435 200 000
509 040 000 11 242 512 000 9 705 000 000 548 247 114
2 016 000 000 24 451 200 000 22 107 840 000 663 866 691
2 016 000 000 24 451 200 000 22 107 840 000 663 866 691
2 016 000 000 24 451 200 000 22 107 840 000 663 866 691
2 016 000 000 24 451 200 000 22 107 840 000 663 866 691
2 016 000 000 24 451 200 000 22 107 840 000 663 866 691
2 016 000 000 24 451 200 000 22 107 840 000 663 866 691
2 016 000 000 24 451 200 000 22 107 840 000 663 866 691
2 016 000 000 24 451 200 000 22 107 840 000 663 866 691
2 016 000 000 24 451 200 000 22 107 840 000 663 866 691
10 253 247 114
22 771 706 691
22 771 706 691
22 771 706 691
22 771 706 691
22 771 706 691
22 771 706 691
22 771 706 691
22 771 706 691
22 771 706 691
Laba kotor
937 073 906
1 627 302 329
1 627 302 329
1 627 302 329
1 627 302 329
1 627 302 329
1 627 302 329
1 627 302 329
1 627 302 329
1 627 302 329
Angsuran pembiayaan laba sebelum pajak (EBIT) pajak penghasilan PPn (0%) Investor (25%) Saldo Usaha
730 089 319
1 095 133 978
1 095 133 978
730 089 319
-
-
-
-
-
-
206 984 589
532 168 351
532 168 351
897 213 010
1 627 302 329
1 627 302 329
1 627 302 329
1 627 302 329
1 627 302 329
1 627 302 329
112 425 120 51 746 147 42 813 321
244 512 000 133 042 088 287 656 351
244 512 000 133 042 088 287 656 351
244 512 000 224 303 253 652 701 010
244 512 000 1 382 790 329
244 512 000 1 382 790 329
244 512 000 1 382 790 329
244 512 000 1 382 790 329
244 512 000 1 382 790 329
244 512 000 1 382 790 329
Petani (10%)
4 281 332
28 765 635
28 765 635
65 270 101
138 279 033
138 279 033
138 279 033
138 279 033
138 279 033
138 279 033
Penggiling (20%)
8 562 664
57 531 270
57 531 270
130 540 202
276 558 066
276 558 066
276 558 066
276 558 066
276 558 066
276 558 066
Wirakoperasi (10%)
4 281 332
28 765 635
28 765 635
65 270 101
138 279 033
138 279 033
138 279 033
138 279 033
138 279 033
138 279 033
Penjualan minyak bekatul Penjualan bekatul Total penerimaan Total biaya variabel Total biaya tetap Total biaya operasional
Bagi hasil
Desa (5%)
2 140 666
14 382 818
14 382 818
32 635 051
69 139 516
69 139 516
69 139 516
69 139 516
69 139 516
69 139 516
laba bersih
23 547 326
158 210 993
158 210 993
358 985 556
760 534 681
760 534 681
760 534 681
760 534 681
760 534 681
760 534 681
3
53
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 15 Februari 1990. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Dede Sobirin (Alm) dan Ibu Herher Syaifatul Kh. Pendidikan formal penulis dimulai dari pendidikan Sekolah Dasar di SDN Sukaresmi III Garut (1995-2001), penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama di MTS Ar-Rohmah Bandung (2001-2004), Pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMAN 19 Garut (2004-2007). Penulus melanjutkan pendidikan Diploma 3 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI) di Program Keahlian Akuntansi, Direktorat Program Diploma, Institut Pertanian Bogor (2007-2010). Setelah lulus Program Diploma, penulis bekerja di CARE LPPM IPB sebagai staf keuangan (2011-sekarang). Pada tahun 2012 penulis melanjutkan jenjang pendidikannya sebagai mahasiswa di Program Alih Jenis Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di organisasi kemahasiswaan. Penulis merupakan salah satu pengurus Faster Alih Jenis Agribisnis IPB periode 2012-2013.