INDONESIA MOUNTAIN MAGAZINE
No. 8 / 2012
HEADLINE
Ultralight Hiking Diminati, Produsen Gear Menjamur MOUNTAINEER
Ine Febriyanti
Antara Gunung, Film dan Seni
MOUNTAIN ROUTE
Gunung Prahu & Gunung Pakuwaja EXPEDITION NEWS
MIMPI ITU DIMULAI DARI DENALI
FOREWORD
INDONESIA MOUNTAIN MAGAZINE
EDITORS
Salam Mountaineer, Satu tahun peringatan hari jadinya Mountmag sudah berlalu, tak terasa sudah setahun semenjak terbitnya edisi pertama pada bulan Maret 2011 lalu. Memang tak mudah mewujudkan sebuah karya yang hanya berdasarkan idealisme, namun kami tetap berusaha menampilkan yang terbaik sesuai komitmen kami kepada para pembaca setia Mountmag dimana saja berada. Untuk edisi kali ini kami akui sangat terlambat hadir di hadapan anda, karena beberapa faktor yang membuat terjadinya keterlambatan ini. Namun kami berharap para pembaca setia kami tetap menunggu dengan sabar. Pada edisi kali ini kembali kami mengangkat topik Ultralight Hiking sebagai Headline kami, yaitu maraknya para produsen memproduksi peralatan ultralight yang ringan dan ringkas, ini seiring dengan kecendrungan para pendaki dewasa ini yang lebih mementingkan sisi bobot sebuat perlengkapan dan kwalitasnya, dan ini dimungkinkan karena perkembangan teknologi yang pesat telah menghasilkan material bahan baku peralatan pendakian gunung yang ringan dan kuat. Untuk rubrik Mountaineer kali ini kami menampilkan sosok pendaki perempuan yang datang dari kalangan artis perfileman Indonesia, selain itu seperti biasa pada rubrik Mountain News kami menampilkan beberapa berita mengenai dunia mountaineering, termasuk berita SAR pesawat Sukhoi di gunung Salak yang langsung diliput ditempat kejadian oleh salah seorang redaksi kami yaitu Harley B Shasta. Harapan kami khalayak mountaineering di Indonesia semakin maju dan kegiatan ini semakin berkembang, untuk itu dukungan dari teman-teman Mountaineer sangat kami harapkan, silahkan kirimkan saran-saran anda lewat surat pembaca di alamat
[email protected] juga untuk artikel dan foto bisa anda kirimkan ke redaksi mountmag lewat
[email protected]
Redaksi
Hendri Agustin M Anwar S Harley B Sastha Tuti Widiastuti
SALES
Account Excetive Tuti Widiastuti Development Advisor Kamser Lumbanradja
DESIGN
Ankayama Puteri
PHOTOGRAPHER
Wahyu Widhi
WEBSITE DEVELOPMENT Richard E. Paul email:
[email protected] website: www.mountmag.com twitter: @mountmag e-magazine MountMag terbit setiap dua bulan sekali Resiko dan Tanggung Jawab: Pembaca MountMag diingatkan bahwa kegiatan mendaki gunung beresiko terjadinya kecelakaan yang menyebabkan cacat bahkan kematian. Pelaku kegiatan ini harus mengerti dan menerima kemungkinan akan resiko serta bertanggungjawab terhadap aksi dan keterlibatannya dalam kegiatan ini. MountMag tidak bertanggungjawab terhadap resiko ini. Para pelaku sangat disarankan untuk selalu memperhatikan safety standart dalam kegiatan pendakian gunung atau mountaineering ini. DILARANG MENGUTIP ATAU MEMPERBANYAK SEBAGIAN ATAU SELURUH ISI MAJALAH INI TANPA IZIN TERTULIS DARI MOUNTMAG.
foto cover :
CONTENTS
1
21
AIN NEWS MOUNT Ekspedisi Khatulistiwa DImulai
HEADLINE
Wamen Wafat di Tambora Gunung Lokon Meletus Jambore AVTECH GATNAS OANC Pendakian Bersama MountMag Float2Nature
MOUNTAINEER
13
INE FEBRIYANTI
STUFF
17
Makalu ALPSDREAM 700 Petzl-NAO Headlamp Tenda Sea to Summit Ransel Kamera Lowepro
Ultralight Hiking Mulai Digemari 25 JOURNAL : Gunung Prahu & Gunung Pakuwaja 29 Mountain Skill 32 Mountain Route : Gunung Pulosari 34 Tips & Trik 35 Review Buku 37 Expedition News: Mimpi Itu Dimulai di Puncak Denali 41 Gallery : Kembang Gunung
MOUNTAIN NEWS
EKPEDISI KHATULISTIWA DIMULAI Teks Anwar | Foto Google
TNI
AD pada awal April lalu memulai kegiatan yang disebut
Ekspedisi Khatulistiwa 2012. Bertempat di Kalimantan, ekspedisi ini diikuti oleh peserta dari militer dan umum. Rinciannya adalah 212 anggota Kopassus, 45 (Kostrad), 96 (Raider), 39 (Marinir TNI AL), 50 (Paskhas TNI AU), 10 (Dittopad), 8 (Penerbad), 11 (Disiarahad), 1 (Dispenad), 1 (Pusiarah TNI), 48 (Mahasiswa dan Mahasiswi), 8 (Menwa), 3 (Wanadri), dan 2 (Wartawan).
WAKIL MENTERI WAFAT DI GUNUNG TAMBORA Teks Anwar | Foto Antara, Google
Dunia
pendakian gunung Indonesia mendapat kabar duka
setelah wafatnya Wakil Menteri ESDM Wijajono Partowidagdo saat Tujuan ekspedisi antara lain untuk mewujudkan rasa kecintaan
melakukan pendakian Gunung Tambora, Nusa Tenggara Barat,
pada Tanah Air, dan rasa peduli terhadap kelestarian alam
pada Sabtu (21/4) sekitar pukul 15.00 WITA
di daerah perbatasan dan pedalaman Kalimantan. Ekspedisi
evakuasi dari puncak gunung. Diduga meninggalnya Wamen akibat
Khatulistiwa 2012 meliputi jelajah perbatasan yang dilakukan
kecapaian setelah melakukan pendakian hingga ke bukit Tambora.
ketika dilakukan
oleh timsus sepanjang 2.004 kilometer, mulai dari Tanjung Datu di Provinsi Kalbar hingga Pulau Sebatik di Provinsi Kaltim. Sedangkan tim jelajah Ralasuntai (rawa laut sungai dan pantai) penjelajahannya mulai dari Pontianak di Provinsi Kalbar sampai dengan Nunukan sepanjang kurang lebih 4.000 km dan jelajah Subkorwil sesuai wilayah. Hal unik dari ekspedisi ini antara lain menemukan batu raksasa berbentuk mangkok di sekitar Tanjung Datu, Desa Temajok, Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas. Batu yang mirip dengan mangkok ini memiliki panjang lebih kurang 30 meter dan tinggi 15 meter. Batu ini terbentuk karena hasil pengendapan selama ribuan tahun. Tim juga mendatangi Batu Bejulang dan goa yang berada tepat
Widjajono semasa hidupnya telah mendaki kurang lebih 40 gunung
di atas punggung Bukit Tanjung Datu. Di goa ini ada ruangan-
baik di dalam maupun luar negeri. Lelaki murah senyum kelahiran 16
ruangan yang terbentuk oleh tumpukan batu pasir yang kemudian
September 1951 itu, meninggalkan seorang istri dan seorang anak
menjadi tempat habitat walet. Goa ini berada pada elevasi ± 420
perempuan. Widjajono dikenal sebagai sosok pejabat yang rendah
mdpl yang berada di sisi barat dari Tanjung Datu.
hati dan unik karena tetap berambut gondrong.
Tim ekspedisi juga menangkap tujuh orang pencuri penyu
Sebelum ke Tambora, almarhum sempat mendaki Gunung Klabat
yang mengambil penyu dan telor penyu di Pantai Camar Bulan,
di Minahasa Utara, ketika mengisi waktu luang kunjungan kerja di
Sambas, Kalimantan Barat. Terdapat tiga endemik penyu di
Manado 23 Maret lalu. Wamen mendaki gunung Klabat bersama tim
Kalimantan Barat yakni, Penyu Belimbing, Penyu Hijau, dan
Mapala Unsrat dan organisasi Pendakian Perempuan Peduli Lupus
Penyu Sisik. (Anwar/Berbagai sumber)
(P3L).(Anwar/Berbagai sumber)
1
Indonesia Mountain Magazine
sadel Gunung Salak yang menjadi bagian jurang Ciapus. Area tebing punggungan sadel yang menjadi titik crash berada tidak jauh dari Puncak Salak 1. Melihat posisi tersebut, Jum’at pagi (11/5/2012), redaksi MountMag bersama-sama dengan beberapa orang dari Paskhas 467 Atang Sanjaya, melakukan perjalanan darat melalui jalur pendakian Cimelati. Setelah melakukan pendakian sekitar 3,5 jam, kami tiba di Puncak Salak 1 pukul setengah sebelas siang. Sebagian anggota tim SAR Gabungan juga sudah tiba di puncak setelah melakukan perjalanan darat sehari sebelumnya melalui AFP Photo / Indonesian Air Force.
Cipelang, Cijeruk dan Pasir Pogor. Evakuasi para korban dilakukan siang hari itu juga. Kondisi
EVAKUASI KORBAN JATUHNYA PESAWAT SUKHOI SUPERJET-100 DI GUNUNG SALAK
medan yang curam dan tipis cukup menyulitkan proses evakuasi. Secara estafet para korban di angkut dengan menggunakan tali karmantel. Pos Kendali Utama SAR Sukhoi dipusatkan di Desa Cipelang, Kec. Cijeruk, Bogor. Sedangkan Pos Murbei, Cimelati, Sukabumi,
Teks Harley | Foto AFP Photo / Indonesia Air Force
menjadi Pos Pendukung SAR Sukhoi, dikarenakan ini menjadi Berita hilangnya pesawat Sukhoi Superjet-100, Rabu (9/5/2012),
jalur terpendek menuju Puncak Salak 1 yang dapat dilalui melalui
di kawasan Gunung Salak, menjadi berita yang menggemparkan.
jalur darat.
Tidak hanya di Indonesia saja, namun juga dunia Internasional.
Areal Puncak Salak 1 sedikit diperluas dan diratakan untuk
Terutama
dikarenakan
dijadikan heliped. Hal ini dilakukan untuk memudahkan dan
menyangkut nama besar Sukhoi yang merupakan salah satu
dunia
penerbangan.
Hal
tersebut
mempercepat proses evakuasi korban serta dukungan logistik
produsen pesawat besar di dunia.
dan kebutuhan anggota tim SAR Gabungan. Korban jatuhnya
Pesawat tersebut hilang di kawasan Gunung Salak bersama
pesawat Sukhoi rata-rata ditemukan dalam keadaan yang tidak
dengan penumpang beserta awaknya yang berjumlah 45 orang
utuh. Hal ini disebabkan karena meledaknya pesawat. Badan
saat sedang melakukan joy flight. Sepuluh diantaranya merupakan
pesawat pecah. Sebagian puing tersebar
warga negara asing. Menurut Direktur Eksekutif Komite Disaster
punggungan hingga hampir ke dasar jurang. Hal serupa juga
Victim Identification (DVI) Indonesia, Kombes Pol. Anton Castilani
terjadi pada para korban.
di Bandara Halim Perdanakusumah Jakarta, Jumat (11/5/2012),
Selain evakuasi para korban, seabagian anggota Tim SAR
10 warga Negara asing tersebut teridiri dari 8 orang Rusia, 1
Gabungan lainnya juga mencari black box atau kotak hitam yang
orang Amerika dan 1 orang Perancis.
menyimpan rekaman jejak penerbangan pesawat dan percakapan
Tim SAR Gabungan yang terdiri dari Basarnas, BNPB, TNI
pilot serta co-pilot.
(Marinir, Kopasus, Paskhas, Garuda), Polri, PMI, FPTI, Organisasi
Pada hari ke sepuluh, Jum’at (18/5/2012), proses evakuasi
Pencinta Alam, Air Putih dan beberapa organisasi social serta
secara resmi ditutup. Hujan yang mulai turun terus menerus
masyarakat langsung bergerak untuk melakukan pencarian.
dan kelembaban yang semakin tinggi membuat kondisi medan
Seperti diketahui, Gunung Salak merupakan gunung yang
semakin memburuk. Proses penyebaran virus penyakit disekitar
mempunyai beberapa puncak. Pungunggan-punggungan curam
lokasi kejadian juga sangat tinggi.
dan tipis yang membentuk sadel menjadi penghubung antara
Menurut
puncak-puncak tersebut. Medan pendakiannya yang bervariasi
Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung bahwa di lokasi jatuhnya
serta banyaknya lembahan-lembahan dan karakteristik hutannya
pesawat Sukhoi telah terjadi proses pembusukan dari jenazah.
yang rapat, menjadikan Gunung Salak sebagai tempat latihan
Dalam proses pembusukan ini akan mengeluarkan gas dan
berbagai organisasi penggiat alam bebas maupun Tentara
menghasilkan bakteri yang berbahaya.
Nasional Indonesia (TNI).
‘’Bakteri ini terlalu banyak membuat bahaya bagi para evakuator
Heli Super Puma Basarnas, berhasil melihat dari udara serpihan
(orang yang melakukan evakuasi, red). Juga para ekuavator ini
pesawat Suhkoi di salah satu tebing Gunung Salak, Kamis
tidak menyadari dan tidak merasakan bila mengalami luka-
(10/5/2012). Kemudian, Jum’at (11/5/2012), melalui jalur darat
luka kecil pada bagian tubuhnya, padahal ini sangat berbahaya
anggota Tim SAR Gabungan berhasil mencapai lokasi jatuhnya
terkena bakteri,’’ jelas Chandra di Pos Pendukung SAR Sukhoi,
pesawat yang berada pada punggung tebing salah satu jalur
Cimelati, Sukabumi.
dokter
Chandra
dari
Fakultas
mulai dari tebing
Kedokteran
Indonesia Mountain Magazine
(FK)
2
MOUNTAIN NEWS
GATHERING NASIONAL 2 OANC Teks Anwar | Foto Anwar
Kelompok
pendaki yang tergabung dalam Outdoor Adventure
and Nature Club (OANC) telah mengadakan gathering nasional di Kaliurang, Yogyakarta, pada 19-20 Mei lalu. Para peserta datang dari berbagai daerah seperti Jakarta, Bogor, Yogyakarta, Semarang, Surabaya hingga Palembang dan lainnya. Sebagai bagian dari forum Kaskus, OANC menyelenggarakan gathering untuk ajang pertemuan sekaligus berbagi ilmu. Peserta misalnya kali ini saling berbagi tentang materi Search and Rescue, teknik membaca peta dan teknik penggunaan perangkat GPS. Di akhir gathering, diadakan pengundian doorprize di mana peserta dapat memperoleh berbagai perangkat outdoor yang didapat dari para sponsor dan donatur gathering. Gathering ini merupakan kelanjutan dari gathering pertama yang berlangsung di Kareumbi, Bandung, di tahun 2011. Selanjutnya OANC berencana mengadakan gathering nasional selanjutnya di Jawa Timur pada tahun depan. (War)
3
Indonesia Mountain Magazine
JAMBORE AVTECH DI GUNUNG GEDE
Teks Anwar | Foto Anwar
Produsen perangkat outdoor dan kegiatan petualangan Avtech
pendakian gunung. Misalnya soal bagaimana cara mengemas
menyelenggarakan jambore pencinta alam sekaligus aksi bersih
barang dalam ransel, perlengkapan penting ketika mendaki, cara
dan pendakian bersama di Gunung Gede-Pangrango pada 25-27
survival, teknik menggunakan kompas, sampai pengetahuan
Mei lalu. Bertema ‘adventure never dies’, kegiatan ini berlangsung
dasar tentang ular.
meriah dan diikuti lebih dari 800 peserta. Kegiatan dimulai sejak Sabtu pagi setelah dilakukan upacara Manajemen Avtech menyebut tema tersebut dipilih sebagai
singkat. Sambutan dari pihak Taman Nasional Gunung Gede-
bentuk komitmen dan upayanya dalam memberikan kontribusi
Pangrango berisi apresiasi terhadap kegiatan jambore dan aksi
dan penghargaan kepada pencinta alam Indonesia, terutama
bersih yang diselenggarakan Avtech tersebut.
pelanggan dan pengguna setia produk Avtech. Pendakian menuju alun-alun Suryakencana Gunung Gede Peserta datang dari berbagai daerah, mulai dari Jakarta,
berlangsung lancar. Peserta satu demi satu menempuh jalur yang
Bogor hingga Palembang. Mereka berkumpul sejak Jumat
cukup terjal dan tiba di alun-alun pada sore hari. Selanjutnya
dan berkemah di camping ground Gunung Putri. Dibagi dalam
tenda didirikan di lokasi yang ditetapkan panitia dan peserta pun
sejumlah kelompok dengan kaos berbeda warna, peserta saling
dapat beristirahat.
berkenalan dan mendapat kawan baru. Mereka pun mendapat buklet yang berisi informasi dan pengetahuan tentang peraturan
Esok harinya peserta jambore mengikuti acara diskusi dan talk-
pendakian, kode etik pencinta alam, hingga tips ringan tentang
show yang menghadirkan sejumlah penggiat alam terbuka. Topik
Indonesia Mountain Magazine
4
MOUNTAIN NEWS
yang disampaikan terutama berkaitan dengan pelestarian alam, khususnya di kawasan Gunung Gede-Pangrango. Para pembicara menekankan keprihatinan atas mulai rusak dan tercemarnya alam di kawasan tersebut. Diharapkan peserta, yang datang dari sejumlah organisasi sekolah hingga kampus dan umum, dapat segera berpartisipasi menjaga kebersihan dan kelestarian alam Gunung Gede-Pangrango dan gunung-gunung lainnya. Dalam sesi tanya-jawab pun tercermin keinginan peserta agar materi pelestarian alam tersebut dapat lebih disebarluaskan lagi melalui bentuk forum yang lebih besar. Acara makin meriah setelah kemudian dilakukan undian doorprize. Peserta berkesempatan mendapatkan sejumlah hadiah berupa souvenir, diskon pembelian hingga aneka perangkat pendakian gunung. Kegiatan di alun-alun Suryakencana usai menjelang tengah hari. Peserta melakukan aksi bersih di sekitar alun-alun sebelum kemudian meneruskan pendakian menuju puncak Gunung Gede dan kemudian melakukan aksi bersih kembali saat turun melalui jalur Cibodas. Respon peserta terhadap jambore Avtech cukup positif dan berharap dapat mengikuti kegiatan selanjutnya. “Mudahmudahan Avtech pun dapat memperluas kegiatan ini dengan lokasi di Sumatera dan lainnya,” kata Obi, seorang peserta jambore yang datang dari Palembang, Sumatera Selatan. (War)
5
Indonesia Mountain Magazine
Indonesia Mountain Magazine
6
MOUNTAIN NEWS
PENDAKIAN BERSAMA Ajang Silatarahim Redaksi dan Pembaca
7
Indonesia Mountain Magazine
Teks Harley | Foto Anwar
Indonesia Mountain Magazine
8
MOUNTAIN NEWS
Dalam rangka hari jadi e-magazine MountMag ke satu yang jatuh
Keesokan harinya, setelah adzan Subuh, beberapa peserta
tanggal 31 Maret 2012 lalu, redaksi mengadakan acara yang
melanjutkan pendakian untuk summit attack. Sebagian lainnya
bertajuuk Pendakian Bersama MountMag, 2-3 Juni 2012, Taman
mendaki menuju puncak saat mentari pagi sudah bersinar
Nasional Gn Gede - Pangrango, Jawa Barat.
sempurna. Summit attack ke Puncak Gn. Gede sendiri bukan menjadi acara utama dari Pendakian Bersama MountMag 2012
Pendakian Bersama MountMag 2012, juga diselenggarakan
ini. Namun, tetap menjadi bagian dari acara dan dibebaskan
dalam rangka mempertemukan para redaksi MountMag dengan
kepada masing-masing peserta yang ingin melakukannya.
para pembacanya. Sekaligus untuk mendengarkan langsung kritik, pendapat dan saran-saran dari pembaca MountMag.
Setelah makan pagi, sekitar pukul 09.00 WIB, acara utama dimulai. Dari redaksi menceritakan secara singkat sejarah berdirinya
Pendakian sendiri dimulai dari pintu masuk Gunung Putri.dengan
e-magazine MountMag. Kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya
jumlah peserta 100 orang. Ilham Ramadhan Syamilfidin, dengan
jawab serta saran, pendapat dan kritik dari para peserta.
usia 10 tahun, menjadi peserta termuda. Hari Sabtu, 2 Juni, pukul 08.30 WIB pendakian dimulai.
Setelah ditutup dengan doa bersama, menjelang pukul sebelas siang, semua peserta kembali bersama-sama turun dari Alun-
Sebelum sore, semua peserta telah tiba di Alun-Alun Barat
Alun Suryakencana menuju pintu masuk Gunung Putri.
Suryakencana. Setelah semua mendirikan tenda, para peserta memasak dan bercengkerama satu sama lain.
Seluruh
anggota
redaksi
mengucapkan
terima
kasih
kepada teman-teman, para pembaca setia MountMag atas Menjelang malam, kabut mulai dan berganti rintik-rintik hujan.
keikutsertaannya dalam Pendakian Bersama MountMag 2012.
Lepas pukul Sembilan malam, cuaca mulai cerah. Bintang-bintang
Tentu saja atas dukungannya selama ini hingga tanpa terasa
dan bulan mulai menampakkan sinarnya. Namun, sebagian
MountMag telah mamasuki usia yang pertama. Sampai ketemu
peserta sudah terlelap tidur setelah makan malam. Sedangkan
di event-event MountMag berikutnya. Kritik dan saran serta
sebagian peserta lainnya masih asyik berbagi cerita pengalaman
pendapat yang membangun selalu kami tunggu.
pendakian masing-masing.
9
Indonesia Mountain Magazine
Indonesia Mountain Magazine
10
MOUNTAIN NEWS
Teks Harley | Foto Dok. Float2Nature
Kolaborasi Apik Antara Musik, Budaya, Petualangan, Alam dan Peduli Lingkungan
Suasana
Telaga Cebong, kaki Gunung Sikunir, Dataran Tinggi
Malam itu merupakan hari pertama even yang bertajuk
Dieng, Sabtu malam, 9 Juni 2012 nampak berbeda. Setelah
Float2Nature. Music, landscape dan treecare. Itulah tema yang
diguyur hujan selama dua hari berturut-turut, malam itu cuaca
di usung dalam acara yang merupakan hasil kolaborasi Lembah
sangat cerah. Namun, yang nampak mencolok adalah puluhan
Pelangi, Float dan Picnic Holic. Sebagaimana tema dari even
tenda yang berjajar apik di pinggir telaga dan berhadapan
tersebut, Float2Nature diselenggarakan untuk memperkenalkan
langsung dengan panggung music.
alam Indonesia dengan cara yang unik. Menonton pertunjukkan
musik sambil menikmati suasana alam yang jauh dari hiruk
disughkan panorama cantik landscape pegunungan Dieng dari
pikuk kota besar. Melihat tampilan seni dan budaya masyarakat
puncak Gunung Sikunir. Trekking sekitar setengah jam dari areal
setempat serta penanaman pohon disalah satu kawasan Dieng
di Telaga Cebong terbayar. Walaupun sunrise pagi itu kurang
belakangan ini sering terkena bencana longsor. Sekitar pukul
sempurna karena tertutup sedikit awan, namun pemandangan
sembilan malam, setelah seluruh peserta tiba di lokasi acara,
indah yang disajikan dari puncak membuat kagum para peserta.
diantara dinginnya angin pegunungan serta naungan bintan-
Usai dari Gunung Sikunir, para peserta melanjutkan perjalanan
bintang, alunan musik Float mulai menghanyutkan para peserta
dengan mengunjungi beberapa areal wisata di Dataran Tinggi
Float2Nature. Perjalanan panjang dari Jakarta yang mereka
Dieng, seperti kawasan Candi Arjuno, Kawah Sikidang, Telaga
lalui sebelumnya seolah sirna tersihir oleh alunan suara merdu
Warna dan menyaksikan pertunjukkan seni dan budaya asli
sang vokalis serta permainan musik para personilnya. Lagu
Dieng, Tarian Lengger. Tarian asli Dieng yang mempunyai unsur
Sementara dan Pulang adalah sebagian dari lagu yang semakin
magis dan berusia ratusan tahun. Gerak tari para penarinya
menghanyutkan para peserta dalam balutan magis kesunyian
benar-benar memukau para peserta. Arsitektur keindahan
Dataran Tinggi Dieng. Pertunjukkan musik Float yang berlangsung
bangunan candi-candi di Komplek Candi Dieng menjadi pertanda
sekitar satu jam tersebut terlihat benar-benar membius para
berakhirnya acara yang berlansung dua hari ini. Float2Nature.
peserta. Pagi hari, Minggu, 10 Juni 2012, para pserta kembali
Music, landscape dan treecare.
Indonesia Mountain Magazine
12
MOUNTAINEER
Ine Febriyanti Antara Gunung, Film, dan Seni Teks Harley | Foto Dok. Ine Febriyanti
Mungkin
tidak banyak orang yang tahu jika artis cantik Ine
Bagaimana awal mula Anda mengenal kegiatan pendakian
Febriyanti yang biasanya kita lihat di layar kaca atau layar lebar
gunung dan sejak kapan?
adalah juga seorang pendaki gunung. Bahkan ia tidak sungkan-
Sejak kecil, saya dekat dengan alam. Ayah saya sering mengajak
sungkan untuk makan cacing saat mengikuti jungle survival.
saya berjalan kaki menyusuri sawah dan hutan kecil ketika kami
Seperti apa sosok wanita cantik yang baru saja meluncurkan film
tinggal di pulau Bali. Saat kelas 1 SMA, saya ikut kelompok
terbarunya “Tuhan Pada Jam 10 Malam”. Film yang skenario
pecinta alam di sekolah. Di sana saya belajar banyak tentang
dan disutradarai sendiri olehnya. Bagaimana aktifitas mendaki
pendakian. Ikut jungle survival selama seminggu, dan paling tidak
gunung berpengaruh dalam dunia film yang selama ini dia geluti.
dua minggu sekali mendaki gunung.
Berikut petikan wawancara online, redaksi MountMag, Harley B. Sastha, belum lama ini.
13
Indonesia Mountain Magazine
yang menerpa wajah kita saat berjalan menyusuri hutan dengan pemandangan yang indah. Herannya, pada saat pendakian kadang saya menyesal dan mengutuk diri. Betapa bodohnya saya meninggalkan kasur yang empuk di rumah, dan membayangkan berleha leha di sofa kesayangan pada saat lelah menanjak track berat yang tak sampai sampai. Tapi begitu sudah kembali turun di kaki gunung, saya sudah rindu ingin naik lagi ke puncak. Lucu. Bisa ceritakan kepada para pembaca MountMag salah satu pengalaman mendaki gunung yang paling tidak bisa Anda lupakan hingga kini? Saat mengikuti jungle survival di kelompok pecinta alam sekolah di bangku kelas 1 SMA. Ketika itu kami harus membuat tenda sendiri dengan bivak, hanya membawa pisau multifungsi, paraffin dan garam. Memakan tumbuh-tumbuhan yang bisa dimakan, bahkan saya makan cacing putih yang dipanggang dan ternyata rasanya lezat. Hahaha…dan sepulang dari jungle survival itu, selama 5 tahun berturut2 saya tidak pernah sakit bahkan terserang flu sekalipun. Dari sana saya tahu, ternyata beberapa tumbuh2an di gunung enak disantap meskipun cuma digarami. Kalau tidak salah, Anda kenal dengan suami saat mendaki gunung? Kalau boleh cerita sedikit dong mba. Sekitar tahun 1996 saya mendaki gunung Ceremai. Pada saat saya turun dan hampir mencapai kaki gunung, saya bertemu Apa yang membuat Anda kemudian akhirnya terkesan
sekelompok
dengan aktifitas mendaki gunung dan akhirnya terus aktif
Karena perbekalan saya masih banyak, saya dan teman-teman
mendaki hingga kini?
membagi perbekalan kepada salah seorang pendaki bernama
Awalnya adalah kebersamaan yang luar biasa menyenangkan
Yudi Datau. Kami berkenalan dan mengobrol. Tadak lama. Lalu
bersama kawan kawan. Saya ingat dulu ketika SMA, kami
kami melanjutkan perjalanan masing masing. Sekitar dua bulan
selalu menyetop truk di jalan dan ikut truk tumpangan sampai
kemudian, saya terlibat syuting di sebuah drama serial yang
ke tempat terdekat lokasi pendakian yang dilewati truk itu.
diproduksi Mira Lesmana. Saya kaget, ternyata kameramennya
Berjalan kaki menyusuri pematang sawah sambil menyanyikan
adalah orang yang pernah saya temui di gunung Ceremai. Kami
lagu favorit bersama, tinggal di rumah penduduk dan mengenal
bersahabat. Dan di tahun 2003 selang 7 tahun setelah pertemuan
kebiasaan penduduk setempat, dan merasakan sejuknya udara
di gunung Ceremai itu, kami menikah.
pendaki
yang
sepertinya
minim
Indonesia Mountain Magazine
perbekalan.
14
MOUNTAINEER
Menurut Anda, apa arti pendakian gunung dan hubungannya
Semakin banyak orang yang menghargai dan dekat dengan alam,
dengan aktifitas kita sehari-hari?
saya yakin alam pun akan semakin baik dan dekat dengan kita.
Banyak hal penting yang saya dapatkan dari mendaki gunung bagi
Semakin harmonislah bumi ini. Saya bahkan membiasakan anak2
kehidupan . Ketika mendaki gunung, kita selalu belajar bagaimana
saya mulai dekat dengan alam sejak mereka kecil. Ketika liburan,
berlaku sederhana. Artinya, belajar bersikap efisien. Seorang
mereka selalu kami ajak ke tempat perkemahan dan ikut berjalan
pendaki hanya membawa peralatan pokok untuk bertahan hidup.
dengan track yang tidak terlalu berat. Di sekolah alam tempat
Menggunakan fasilitas yang perlu saja . Hal itu terbawa dalam
mereka belajar pun setiap tahun diadakan perjalanan alam seperti
kehidupan sehari hari. Kita tidak perlu hidup bermewah mewah
menyusur pantai atau melakukan pendakian sejak murid kelas 2
dan bisa bahagia dengan kesederhanaan , menghargai apa
SD. Alam adalah tempat terbaik untuk belajar.
yang kita miliki . Kita pun sangat mudah menumbuhkan empati terhadap lingkungan dan sesama manusia . Selain itu, dulu saya
Apakah kegiatan mendaki gunung turut serta mempengaruhi
sering berfikir, di gunung saja kami bisa bertahan hidup apalagi
aktitas dunia film yang Anda jalani?
di kota yang kondisinya jauh lebih nyaman dengan fasilitas yang
Dalam karir saya berkesenian, saya merasa kecintaan saya
serba ada. Alam juga memberikan energi yang tak terhingga.
terhadap gunung sangat mendukung dan berpengaruh. Meskipun
Ketika pulang dari pendakian, saya selalu merasa baterai saya
saya belum pernah membuat film atau terlibat dalam cerita
penuh dan siap melakukan hal hal positif dalam hidup.
tentang pendakian dan alam , akan tetapi, mental, semangat dan usaha saya dalam memulai dan menyelesaikan apa yang saya
Beberapa tahun belakangan kegiatan mendaki gunung
buat di dunia seni sama dengan semangat dan tanggung jawab
semakin berkembang dan sudah tidak dimonopoli lagi
saya ketika mendaki gunung.
oleh organisasi pencinta alam kampus maupun sekolah. Kini banyak dari mereka yang melakukan aktifitas ini dari
Kapan nih mba Ine membuat film dengan latar belakang
kalangan umum termasuk pegawai kantoran, pejabat bahkan
aktifitas mendaki gunung?
pengusaha. Apa pendapat Anda melihat hal tersebut?
Saya yakin suatu saat nanti.
Manusia modern sekarang semakin yakin bahwa yang terbaik adalah ‘back to nature’. Tentunya ini sangat positif sekali.
15
Indonesia Mountain Magazine
Apa saran dan harapan Anda untuk kemajuan pendakian
Ceritakan juga kepada para para pembaca MountMag
gunung di Indonesia?
beberapa pengalaman pendakian gunung yang pernah Anda
Terakhir saya mendaki gunung Gede tahun lalu, saya miris melihat
daki?
banyaknya perubahan. Edelweiss di suryakencana tak sebanyak
Saya sudah mendaki Cermei , Papandayan , Salak , dan Gede.
dulu, Kandang badak jorok , sampah dimana mana, coretan2 liar
Dari semua gunung saya sangat suka mendaki Gede. Tracknya
tak terkendali. Dulu, saat saya di SMA, pendaki gunung sangat
sangat variatif. Dan banyak macam tumbuhan yang beda juga
tertib. Bahkan kami selalu pulang membawa sekarung sampah
alun alun suryakencana nya yang terbentang dan selalu saya
yang kami pungut sepanjang jalan. Saya berharap , ada sangsi
rindukan. Saya tidak pernah bosan mendaki Gede.
yang tegas pada pendaki tak bertanggung jawab itu.
Indonesia Mountain Magazine
16
STUFF
MAKALU ALPSDREAM 700 Memutuskan untuk bermalam dan menginap di gunung sudah pasti anda juga sudah memikirkan bagaimana agar anda bisa tidur dengan nyaman dan lelap disana, dan agar semua bisa terlaksana pasti anda akan membutuhkan perlengkapan pendukung untuk melewati malam yang dingin di gunung. Salah satunya adalah Sleeping Bag, MountMag kali ini berkesempatan untuk mereview sebuah sleeping bag dari produk lokal dari merek Makalu. Saat sleeping bag ini diterima di meja redaksi Mountmag tampak penampilan packingan dari sleeping bag ini sangat menyakinkan lengkap dengan speksifikasinya yang tertera pada kantung packingan. Ukuran packingannya cukup kecil dan ringan, berbahan isolasi Dacron dengan double layer, membuat sleeping bag dengan type mummy ini tampil dengan menarik. Hasil try out yang dilakukan Mountmag terhadap sleeping bag ini di Plawangan Sembalun, menunjukan sleeping bag ini memang hanya nyaman dipakai pada gunung dengan suhu diatas dari 15° C. dibawah dari suhu tersebut sleeping bag ini tidak memadai lagi melindungi pemakainya dari udara dingin. Namun bagi perjalanan untuk gunung-gunung yang tidak terlalu tinggi dan bersuhu tidak terlalu dingin sleeping bag ini cocok sekali dipakai, dan juga bobotnya yang ringan dan packingan yang kecil membuat sleeping bag ini bisa digunakan untuk perjalanan ultralight hiking ke gunung-gunung bersuhu setara dengan kemampuan isolasi sleeping bag ini.
DETAIL SPESIFIKASI Makalu AlpsDream 700
Teks Hendri Foto Hendri
Berat dalam keadaan di packing : 500gram Comfort temperature 15° C Tipe mummy Filling: 300g/m2 dacron double layer
Ukuran panjang 210cm Ukuran lebar kaki 55cm Ukuran lebar kepala 80cm UkuraN packing: 22 cm x 13cm
STUFF
Tahun 2012 ini beberapa peralatan baru di lepas oleh berbagai merek terkemuka dalam peralatan pendakian gunung, berikut Mountmag mengulas tiga diantaranya:
Petzl – NAO Headlamp
Petzl telah mengeluarkan produk headlamp baru yang akan sangat mungkin mengubah jalannya teknologi headlamp. Produk baru tersebut yaitu NAO Reactive Lighting Headlamp yang bekerja dengan mengubah kecerahan berdasarkan aktivitas dan cahaya yang tersedia. NAO (diucapkan “now”) memiliki dua LED daya tinggi dan sensor cahaya diatur dalam pola segitiga. Sensor mengukur dan menganalisis lingkungan dan memantulkan cahaya dan kemudian mengirimkan info untuk chip yang mengubah kecerahan lampu. Apa ini benar-benar berarti bahwa ketika Anda
melihat dari peta ke jalan setapak, lampu akan lebih cerah, dan saat Anda menyinari dari jalan setapak kembali ke peta, Anda tidak akan silau, dan Anda tidak harus menyesuaikan cahaya di antara keduanya. Untuk mengatasi ini, USB-yang bisa mencharger baterai disediakan dengan disertai software sehingga Anda dapat mengubah intensitas cahaya headlamp ini melalui komputer Anda terlebih dahulu agar sesuai dengan kebutuhan anda. Berat: 187 g, dengan harga pasar: $ 175, dan baru tersedia dipasaran pada Juli 2012. Sumber: http://www.petzl.com
Tenda Minimalis dari Sea to Summit
Ketika sebuah perusahaan mulai mengukur tenda dalam hitungan gram, bukan kilogram, Anda akan tahu istilah “ultralight” telah mencapai sebuah dunia baru. Seperti halnya dengan dua produk shelter baru dari merek Sea to Summit. Tenda solo satu orang ini terbuat dari bahan tahan air / bernapas yang tipis bernama pertex, beratnya hanya 625 gram – itu sudah termasuk poles nya! Selain itu juga tersedia untuk kapasitas dua orang dengan berat hanya 846 gram beserta poles nya. Sebagai bonus: tenda ini juga
bisa didirikan dengan hanya menggunakan trekking poles, dan ini membuat anda bisa meninggalkan poles/frame nya dirumah dan mengurangi beberapa gram beratnya. Tenda ini di bandrol $ 429 (Solo) dan $ 499 (Duo). Dan telah tersedia dipasaran mulai bulan Maret 2012 kemarin. Sumber: http://www.seatosummit.com
Indonesia Mountain Magazine
18
STUFF
Ransel Camera Lowepro Flipside Sport
Lowepro Flipside Sport adalah contoh yang bagus dari generasi baru perusahaan ransel yang berteknologi tinggi. Ransel camera Flipside berkapasitas 15 liter beratnya hanya 2,4 pon, memiliki jenis suspensi yang umumnya Anda lihat pada technical daypacks, dan melindungi peralatan kamera lebih baik dibandingkan model sebelumnya. Fitur utamanya adalah kompartemen kamera yang
dapat dilepas dengan penutup rain cover nilon, memungkinkan Anda untuk menangani peralatan kamera tanpa mengekspos ke udara lembab atau hujan. Juga, hidrasi pack terletak di sisi paket dan jauh dari peralatan kamera anda yang sensitif. Harga Eceranadalah : $ 150 Sumber: http://www.lowepro.com
Konfirmasi Perihal Jalur Baru di Sisi Selatan Gunung Binaya – Pulau Seram Maluku Setelah mountmag edisi 2 menurunkan artikel liputan mengenai jalur baru dari sisi selatan gunung Binaya yang melalui akses masuknya dari Desa Piliana yang di rintis oleh saya dan temanteman dari komunitas highcamp. Baru-baru ini ada kabar yang beredar bahwasa nya jalur tersebut sudah ada semenjak Operation Raleigh (OR) tahun 1987. Saya sebagai penulis dan salah seorang yang menjalani dan merencanakan pendakian pendataan serta pembukaanan jalur pada bulan April 2011 dan kemudian dimuat pada majalah online mountmag edisi kedua bulan Juni 2011 tersebut ingin menjelaskan sbb: Sebelum menjalankan pendakian tersebut saya sudah bertanyatanya sama Bang David Agustinus Teak atau yang dikenal juga dengan panggilan akrap Opa David, mengenai jalur-jalur pendakian di gunung Binaya karena beliau adalah salah seorang Staff Officer sewaktu OR dilaksanakan disana pada tahun 1987. Saya mendapat info bahwa sisi selatan lebih cepat waktu tempuhnya, Bang David menyarankan untuk lewat desa Saunulu karena dulu disana adalah basecampnya OR dan selain itu ada teman bang David disana yang sudah jadi Bapa Raja (Kepala Kampung). Setelah mendapat info dari Bang David, saya menghubungi pihak Taman Nasional Manusela dengan Bapak Jumrin Said dan dari beliau lah saya mendapat data bahwa menurut info dari penduduk desa Piliana, gunung Binaya bisa di tempuh dari desa Piliana, dan belum pernah ada pendaki yang mendaki dari sana. Jalur tersebut adalah jalur penduduk untuk mencari kupu-kupu serta anggrek hutan dan bisa ditembuskan kepuncak Binaya, keterangan ini pun diperkuat oleh Bapak Raja Piliana sewaktu saya menanyakan hal tersebut saat sudah berada di Piliana. Kemudian saya dan temanteman membuka rute tersebut serta mendokumentasikannya untuk dipublishnya di majalah online mountmag dengan header sebagai jalur baru di sisi selatan Binaya. Namun akhir-akhir ini beredar kabar bahwa ada pihak yang keberatan jalur tersebut di klaim sebagai jalur baru yang dirintis oleh kami. Maka saya sebagai penulis artikel tersebut mengklarifikasi kepada pihak Taman Nasional Manusela dengan bapak Jumrin Said dan beliau menyakini belum ada data dan informasi jalur yang dimiliki oleh taman nasional yang mengindikasikan adanya rute pendakian dari desa Piliana, hanya yang pernah ada dari Desa Saunulu hasil dari kegiatan OR. Kemudian saya mengklarifikasi kembali mengenai hal ini kepada Bang David Agustinus Teak, dari beliau saya mendapatkan jawaban bawah semasa kegiatan OR dimana beliau waktu itu menjabat sebagai Staff Officer, memang ada beberapa jalur
tembus untuk mencapai kawasan pegunungan Binaya dari sisi selatan salah satunya memang ada di desa Piliana, namun jalur tersebut hanyalah jalur untuk penelitian kala kegiatan tersebut dilaksanakan dan tidak pernah dipublikasikan sebagai jalur resmi. Hingga saat saya dan teman-teman membuka kembali jalur tersebut tidak ada data resmi yang mengindikasikan jalur tersebut ada. Setelah berdiskusi dan mendengar detail cerita Bang David bahwa dulu waktu OR pernah dibuat jalur untuk jalur tembus para peneliti dan evakuasi yang melewati Gunung Murkele Kecil dan Gunung Murkele Besar, ada sedikit perbedaan dengan jalur yang saya dan teman-teman buka pada bulan April 2011 yaitu melewati Gunung Manukupa dan Gunung Bintang tidak melewati Gunung Murkele kecil dan Besar, namun akses awal sama dari desa Piliana. Berdasarkan hal tersebut diatas saya sebagai penulis dan juga sebagai ketua rombongan perjalanan pembukaan jalur Piliana tersebut dengan ini memutuskan untuk meralat artikel yang sudah saya tulis pada majalah Mountmag edisi 2 bulan Juni 2011 yang menyatakan bahwa kami membuka jalur baru dari Desa Piliana, yang berada di sisi selatan pegunungan Binaya pada bulan April 2011, dan menggantinya menjadi kami membuka ulang jalur tembus yang pernah dibuat untuk operasional OR tahun 1987 untuk keperluan operasional operasi tersebut kala itu, namun tidak pernah dipublish untuk jalur umum, baru kami kelompok pendaki umum yang melewatinya dan mendatanya secara lengkap pada bulan April 2011. Demikian klarisifikasi ini saya buat, dan saya atas nama pribadi dan juga sebagai Editor in-chief dari majalah online Mountmag meminta maaf pada pihak-pihak yang merasa di rugikan karena artikel yang saya tulis tersebut. Tidak ada niat kami untuk menyabot jalur pendakian dari OR, niat kami hanya semata membuka jalur yang lebih mudah dan lebih pendek dari pada jalur yang ada sekarang yaitu dari Kanikeh dan jalur yang sudah kami buka ulang ini juga sebulan setelah saya publikasikan datanya telah di coba oleh teman-teman dari Mapala UI, (Dody, Agam Napitupulu, Adi Seno, dkk) selain mereka juga ada satu orang pendaki solo yaitu Ricky Rambu Anarki yang telah mencoba rute pendakian Piliana ini. Sekali lagi mohon maaf dan terima kasih atas koreksinya meskipun koreksi hal ini tidak disampaikan langsung kepada saya oleh pengkoreksi nya, namun saya sangat berterima kasih. Bagi teman-teman yang berminat mencoba jalur ini silahkan hubungi saya atau Pihak Taman Nasional untuk mendapatkan waypoint GPS nya. Redaksi
Indonesia Mountain Magazine
20
HEADLINE
Ultralight Hiking Diminati, Produsen Gear Menjamur Dari semula untuk pemakaian pribadi, barang-barang ultralight kemudian diproduksi dalam jumlah lebih besar karena banyak penggemarnya.
Teks Anwar | Foto HikingInFindland.com
Tren hiking kini mulai diramaikan dengan style ultralight hiking
memang bukan hanya pendaki, tapi juga seorang desainer gear
yang mengandalkan peralatan serba ringan. Ini terutama terjadi
yang handal. Bahkan dialah yang membuat ‘friend’ yaitu sebuah
di Amerika dan Eropa. Mereka yang biasanya membawa barang-
alat pembantu dalam olahraga panjat tebing. Dari hasil penjualan
barang berat merasa senang dengan style tersebut.
hak paten ‘friend’, Jardine dan istrinya bisa memuaskan hasrat bertualang ke penjuru dunia.
Di sisi lain, ultralight hiking ikut memunculkan merek-merek peralatan baru. Pembuatnya umumnya adalah produsen kecil
Belakangan hubungan Jardine dengan pasangan Coupunas tidak
yang khusus membidik pasar tersebut. Walaupun tidak dipungkiri
mesra lagi akibat perbedaan pandangan soal bisnis. Akhirnya
kalau produsen-produsen besar pun sekarang sudah mulai
Go Lite berhenti memasarkan ransel hasil desain Jardine dan
melirik segmen ultralight hiking.
merancang ransel sendiri yang kemudian populer yakni tipe Go Lite Jam. Selain itu masih ada seri Peak, Breeze dan lainnya.
Seorang pendaki yang boleh dibilang pionir dalam ultralight hiking adalah Ray Jardine. Karena pertemanannya dengan
Namun dunia ultralight hiking sendiri sekarang menyayangkan
pasangan pendaki lainnya bernama Kim dan Demetri Coupunas,
langkah Go Lite yang dianggap melenceng dari kaedah
yang juga senang membuat ransel, maka muncullah kemudian
pembuatan barang-barang outdoor yang ringan. Go Lite dinilai
gear bermerek Go Lite di tahun 1998. Boleh dibilang Go Lite
terlalu mengikuti kemauan pasar mainstream sehingga membuat
adalah yang memulai munculnya ransel, sleeping bag maupun
ransel yang bobot kosongnya lebih berat ketimbang buatannya
aneka peralatan ultralight hiking lainnya di Amerika. Desain
yang dulu. Bahkan ada yang menyindir Go Lite dengan sebutan
ransel Go Lite diambil dari rancangan Jardine. Maklum, Jardine
Go Heavy. Orang-orang kemudian lebih melirik produsen gear
21
Indonesia Mountain Magazine
FOREWORD
Finlandia. Merek ransel lainnya yang populer adalah Six Moon Design hasil karya Ron Moak. Pria ini sudah hiking sejak akhir 1960an. Dia memutuskan berkarir sebagai pembuat barang-barang outdoor setelah menyelesaikan petualangannya menyusuri jalur Appalachian Trail sejauh 700 mil di tahun 1997 dan Pacific Crest Trail yang lebih panjang sejauh 2.600 mil di tahun 2000. “Sebenarnya saya tidak mau berkompetisi melawan produsen besar. Kami masing-masing memiliki jualannya sendiri. Saya lihat ada produsen besar yang mencoba menjiplak barang buatan produsen ultralight. Tapi barang jiplakan itu biasanya tidak bertahan lama di pasar,” tutur Moak di situs yang sama. Sementara itu, Tarptent merupakan nama yang populer di kecil yang tetap konsisten di segmen ultralight. Sebut saja
segmen tenda. Menurut pembuatnya, Henry Shires, tenda itu
misalnya produsen barang merek Gossamer Gear. Pendirinya
sama seperti gear ultralight lainnya yaitu berawal dari kreasi
adalah Glen van Peski. Dia awalnya seorang hiker yang tertarik
pribadi. Melalui promosi dari mulut ke mulut, makin banyak
membuat ransel sendiri. Lama-kelamaan orang tertarik dengan
yang mengetahui dan memesan Tarptent hingga akhirnya Shires
ranselnya itu.
memutuskan lebih serius sebagai produsen. “Dulu, saya sama sekali tidak tahu soal desain. Saya tidak bisa memakai program Computer Aided Design (CAD). Setelah bisnis makin maju, barulah saya bisa membeli komputer yang lebih canggih,” ungkapnya. Tarptent terkenal karena termasuk yang mempelopori pemakaian bahan silnylon untuk tenda. Bahan ini ringan namun cukup kuat. Kelemahannya antara lain cukup licin, terutama jika dipakai di alas tenda. Adapun tendatenda ultralight yang lebih modern kebanyakan makin banyak yang beralih ke bahan lain yaitu cuben karena lebih ringan lagi. Sedangkan merek Katabatic Gear kini populer untuk segmen
Sekarang Gossamer Gear memproduksi aneka barang, mulai dari ransel hingga trekking pole dan tenda. Ranselnya diberi nama unik seperti Murmur, Gorilla, dan Mariposa. Tahun 2012 ini van Peski meluncurkan varian baru dari ransel-ransel tadi dengan desain lebih menarik dan bahan yang lebih kuat. “Awalnya ransel saya adalah produksi rumahan. Yang membuatnya itu istri saya sendiri dan dibantu beberapa tetangga. Pemesan bisa memilih bahan dan warna sesuai selera. Lama-kelamaan yang berminat semakin banyak. Karena kewalahan, akhirnya saya ketemu pabrik di Seattle yang bisa membuatkannya,” kata Glen van Peski saat diwawancarai Hiking in Finland, sebuah
sleeping bag dan quilt. Pembuatnya, Aaron Martray, memulai
situs ultralight hiking terkenal yang dikelola Hendrik Morkel asal
eksperimen pembuatan quilt untuk menghasilkan jenis sleeping
Indonesia Mountain Magazine
22
HEADLINE
bag yang lebih ringan. Quilt adalah sebutan untuk sleeping bag yang sengaja tidak memiliki alas. Alasannya, bagian bawah sleeping bag biasanya tertindih oleh tubuh sehingga tidak menghasilkan insulasi maksimal. Biasanya juga tidak memiliki bagian penutup kepala. Agar tidak dingin di bawah tubuh, quilt selalu dipasangkan dengan sleeping pad. Meskipun produknya cukup populer, Martray menilai ultralight hiking tidak akan menjadi sesuatu kegiatan mainstream dan diminati banyak orang. Dia memperkirakan barang outdoor ringan akan selalu ada namun para pendaki kebanyakan akan terus menggunakan gear yang serba berat. Bahkan terakhir muncul Tenkara yakni produsen alat pancing
lebih menekuni hiking. Locus Gear kini khusus membuat shelter
serba ringan. Pencetusnya adalah Daniel Galhardo. Ide alat
yang berbentuk piramid dari bahan cuben atau silnylon.
pancingnya didapat ketika dia berkunjung ke Jepang. Setelah kembali ke Amerika Serikat, Galhardo mempopulerkan Tenkara.
Bagaimana dengan di Indonesia? Sayang sekali tren ultralight hiking agaknya belum terlalu menjadi perhatian para produsen
Kalangan perempuan tidak mau kalah. Judy Gross misalnya
outdoor gear. Minim sekali peralatan di segmen tersebut.
memproduksi tenda ultralight dengan merek LightHeart Gear.
Eiger memang mengeluarkan sebuah backpack ringan tapi
Kegemarannya menjahit mendorong dia untuk mengembangkan
desainnya kurang memuaskan. Mudah-mudahan di masa depan
bisnis peralatan hiking. Judy tidak puas dengan tenda miliknya
akan bermunculan produsen gear di Indonesia yang mampu
yang dianggap terlalu berat dan dari situlah muncul keinginan
memuaskan kebutuhan para pencinta ultralight hiking. (Anwar)
membuat tenda yang lebih ringan lagi.
DAFTAR MERK
ULTRALIGHT GEARS: - Aarn Designs
- Jacks R Better
- Alpinlite Gear
- Katabatic Gear
- AntiGravity Gear
- Locus Gear
- Bear Paw Tents
- Mountain Laurel Designs
- Bush Buddy
- Revelate Designs
- Elemental Horizons
- Rivendell Mountain Works
- EnLIGHTened equipment
- Six Moon Designs
- Fast Packing
- Tarptent
- Four Dog Stove
- Tenkara USA
- Hyperlight Mountain Gear
- TheStickPick
Tren ultralight hiking juga masuk ke Asia. Jepang merupakan
- Go Lite
- Trail Designs
salah satu pasar potensial untuk gear tersebut. Karena itu juga
- Gossamer Gear
- ULA Equipment
bermunculan produsen asli Jepang yang membuat barang-
- GooseFeet
- Ultralight Outdoor Gear
barang outdoor yang ringan. Jotaro Yoshida misalnya membuat
- Hennesy Hammocks
- Warbonnet Outdoors
peralatan bermerek Locus Gear. Awalnya dia adalah pebisnis biasa yang akhirnya memutuskan keluar dari dunia komersil dan
23
Indonesia Mountain Magazine
JOURNAL
Teks & Foto Harley
Melihat Panorama Dieng yang Sebenarnya
Dari Gunung Prahu dan Gunung Pakuwaja Dataran Tinggi Dieng (Dieng Plateau), nama yang sudah tidak
Gunung Prahu dan gunung Pakuwaja.
asing lagi di kalangan para pelancong lokal maupun asing.
Pendakiannya yang relatif singkat menuju puncaknya yaitu
Namun, Dieng bukan hanya Telaga Warna, Komplek Candi
sekitar 2-3 jam dengan berjalan santai membuat keduanya wajib
Dieng atau Arjuna, Kawah Sikidang, Gunung Sikunir ataupun
untuk disambangi. Kedua-duanya menawarkan panorama
anak-anak berambut gembel. Karena Dieng masih banyak
dataran tinggi dieng yang berbeda dan menakjubkan.
menyimpan berjuta pesonanya yang belum tereksplor. Seperti
Panorama dieng yang sebenarnya.
25
Indonesia Mountain Magazine
Jum’at, 2 Juni 2011, saya bersama delapan orang teman
menjadi titik awal perjalanan kami menuju gunung Prahu.
kembali mengunjungi Dieng. Namun, kali ini kami akan mengunjungi dua tempat yang jarang sekali di datangi para
Sekitar pukul 13.30 WIB, perjalanan kami mulai menuju
wisatawan. Kami akan mendaki gunung Prahu – puncak
belakang terminal Dieng atau belakang Hotel dan Restoran
tertinggi Dieng dan gunung Pakuwaja – gunung yang di
Bu Jono. Setelah berjalan sekitar lima menit melalui anak
tengah-tengahnya terdapat batu besar menjulang tinggi seperti
tangga di sisi rumah penduduk dan menyusuri jalan beraspal,
paku. Panorama keindahan Dieng Plateau dan kawasan
kemudian kami memasuki ladang kentang dan sayur penduduk.
sekitarnya dari kedua puncak gunung ini akan memukau siapa
Para petani masih terlihat sibuk dengan ladangnya saat kami
saja yang melihatnya.
melaluinya. Sekitar 15 menit kemudian kami memasuki batas ladang yang ditandai dengan papan petunjuk milik perum
Gunung Prahu – Puncak Tertinggi Dieng
perhutani.
Sebelum Dzuhur minibus yang kami carter dari Wonosobo tiba di terminal Dieng. Hotel dan Restoran Bu Jono yang terletak
Kami berjalan melalui jalan setapak diantara semak dan ilalang
di sisi terminal menjadi tempat persinggahan awal kami. Disini
dengan sedikit hutan. Setelah berjalan sekitar 30 menit, kami
kami makan siang dan menyiapkan kembali perlengkapan
berisitirahat sejenak pada dataran yang cukup lapang dan
serta perbekalan untuk pendakian. Tempat ini pula yang
teduh. Dari tempat ini terlihat Dieng, lembah dan punggungan
Indonesia Mountain Magazine
26
JOURNAL
puncak Gunung Prahu yang memanjang. Hutan di sepanjang
cuaca cukup cerah sehingga kami dapat melihat Dieng di malam
punggungan yang kami lalui memang tidak lebat. Namun,
hari dari ketinggian. Kerlap-kerlip cahaya lampu dan Kawah
panorama disekitarnya benar-benar indah. Sekitar pukul 15.05
Sikidang begitu memesona. Sedangkan di sisi dari Gunung
WIB, kami tiba di Tugu Batas Kab. Wonosobo dan Kab. Batang,
Prahu tidak kalau indahnya. Di kejauhan terlihat kerlap-kerlip
Jawa Tengah.
lampu Kota Kendal dan Semarang bagaikan ribuan kunangkunang.
Selepas tugu perbatasan, jalan setapak semakin menanjak dan hutan sedikit lebih banyak dari sebelumnya. Mendekati puncak
Bukit Teletubies
pertama atau puncak menara, kawasan Dieng semakin terlihat
Sekitar pukul tujuh pagi, kami bergegas meneruskan perjalanan
kecil. Tepat pukul. 15.45 WIB, kami tiba di Puncak Menara.
menyusuri Bukit Teletubies menuju Puncak Patak Banteng. Pagi
Pada puncak dengan ketinggian sekitar 2.575 meter ini terdapat
yang cerah saat itu membuat Bukit Teletubies terlihat sangat
bangunan dan beberapa menara repeater radio komunikasi.
indah dan memesona. Bukit nampak hijau dengan aneka bunga yang berwarna-warni. Sepanjang perjalanan kami benar-benar
Setelah beristirahat sejenak tempat ini, kemudian kami melanjutkan perjalanan melipir melalui sisi bangungan dan menara yang paling akhir. Kemudian kami berjalan menyusuri punggungan menuju Puncak Gunung Prahu dengan lembah di kiri dan kanan. Sesekali kabut menutupi jarak pandang kami. Panoraman sepanjang punggungan sungguh menakjubkan. Jauh di bawah lembah kanan, kawasan Dieng terlihat begitu kecil. Sedang di sisi kiri lembahan hijau berbalut kabut. Tidak sampai setengah jam kemudian atau setelah melalui tanjakan dengan beberapa batuan, kami tiba di puncak tertinggi Gunung Prahu dengan ketinggian sekitar 2.612 meter. Pada areal yang luasnya dapat menampung 3-4 tenda inilah kami akan bermalam. Selesai mendirikan tenda, sekitar pukul 17.25 WIB, kabut mulai tersingkap. Terlihatlah samar-samat oleh kami keindahan Bukit Teletubies dengan latar belakang Gunung Sundoro dan
seperti terhipnotis. Panorama Dieng Plateau benar-benar terlihat
Gunung Sumbing. Sedangkan disisi lain, warna kemerahan
berbeda dari sini.
matahari terbenam menyembul diantara awan. Sungguh sebuah pemandangan yang menakjubkan.
Tidak heran jika berjuta pesona yang ditawarkan Bukit Teletubis membuat salah seroang diantara kami, Yanti, langsung
Kami merasa benar-benar beruntung. Sekitar pukul tujuh malam,
27
Indonesia Mountain Magazine
merebahkan tubuhnya diantara padang sabana dan aneka
warna bunga Aster yang sedang mekar. Bunga Aster tersebut
Plateau menjadi teman sepanjang perjalanan turun. Setelah
nyaris memenuhi seluruh bukit. Beberapa bunga berukuran
melalui hutan pinus, ladang penduduk, tepat pukul sebelas siang
sedikit lebih besar dan beberapa batang pohon yang hanya
kami tiba di ujung Desa Patak Banteng, persis di sisi Jalan Raya
tumbuh sedikit membuat Bukit Teletubies semakin indah.
Dieng.
Seekor Sigung yang tertidur di atas rerumputan menarik perhatian kami. Hewan tersebut nampak tertidur pulas, seolah
Gunung Pakuwaja – Paku Pulau Jawa
tidak terusik dengan kehadiran kami.
Setelah dari turun dari Gunung Prahu, kami terlebih dulu makan siang di penginapan Bu Djono sambil kembali menambah
Sekitar pukul 08.30 WIB, kami tiba di areal Puncak Patak
perbekalan pendakian ke Gunung Pakuwaja. Sebelum pukul tiga
Banteng. Tugu Batas Kab. Wonosobo dan Kab. Kendal menjadi
sore, dengan menggunakan mobil bak terbuka kami menuju titik
pertanda puncaknya. Cuaca yang cerah saat itu membuat kami
awal pendakian yang dikenal oleh penduduk setempat dengan
dapat bebas lepas melihat gunung-gunung disekitar Gunung
nama pengeboran. Lokasi pengeboran gas ini letaknya tidak
Prahu terlihat jelas dari sini. Sungguh panorama yang sangat
jauh dari kawasan wisata Telaga Warna dan Dieng Plateau Teater
indah.
(DPT). Sosok Gunung
Setelah melewati DPT, kami disuguhkan pemandangan menarik
Sundoro nampak
saat menuju pengeboran. Selain Telaga Warna, nampak batuan
terlihat besar
andesit bertebaran seperti menempel di bukit-bukit sisi jalan
seperti melindungi
makadam atau berbatu yang kami lalui. Beberapa batuan
saudaranya Gunung
berukuran besar lainnya nampak unik dengan pepohonan yang
Sumbing yang
tumbuh diatasnya.
menyembul disisinya. Disisi lain Gunung
Kami memulai pendakian dari pengeboran lewat pukul tiga
Ungaran, Telomoyo,
sore. Sekitar 10 menit awal pendakian jalur yang kami lalui
Lawu, Merbabu dan
landai melalui ladang penduduk yang tertata apik dengan batu-
Merapi dengan asap
batuan. Inilah salah satu hal yang menarik. Berbeda dengan
putih sulfataranya
gunung-gunung lainnya yang masuk kawasan dieng, di Gunung
yang membumbung.
Pakuwaja banyak berserakan batuan andesit. Menurut informasi
Gunung Slamet dan
yang saya peroleh, komplek candi Arjuno di bangun dari batu-
Gunung Ciremai hanya terlihat kecil puncaknya dikejauhan.
batu andesit yang berasal dari Gunung Pakuwaja. Kemudian
Panorama bukit dan lembahan di sekitar puncak Patak Banteng
jalan setapak mulai menanjak melalui sedikit hutan. Selebihnya
semakin mempercantik panorama pagi itu. Kemudian kami turun
rerumputan, ilalang dan ladang penduduk. Namun, disisi lain
menuju Desa Patak Banteng. Walau jalur ini relative lebih curam,
pesona kawasan dieng plateau menjadi teman sepanjang
namun pemandangan yang disajikan tidak kalah indahnya.
pendakian.
Telaga warna, Kawah Sikidang, ladang, dan di kawasan Dieng
Setelah menempuh pendakian sekitar satu jam, sebuah
Indonesia Mountain Magazine
28
JOURNAL
pemandangan unik dihadapan kami. Batu berukuran besar seperti menhir kokoh berdiri menjulang di membelah kawah Gunung Pakuwaja menjadi dua danau kering dengan hamparan rumput hijau. Gunung Sundoro yang sesekali menampakkan puncaknya semakin mempercantik suasana sore itu. Penasaran dengan bentuk dan sebuah lubang yang terlihat pada batu besar tersebut, kami turun melalui jalan setapak yang menghubungkan batu dengan sisi kawah. Ternyata lubang selebar tubuh orang dewasa tersebut merupakan tempat penduduk menaruh sesajian.
Kemudian kami kembali ke jalur semula dan melanjutkan
Panas Bumi Dieng. Sungguh pemandangan yang menakjubkan.
pendakian memutari kawah menuju titik tertinggi gunung
Kami benar-benar dapat melihat dengan lepas panorama
Pakuwaja. Tidak sampai setengah jam waktu yang kami
disekitarnya.
butuhkan untuk mencapai puncak gunung dengan ketinggian 2.413 meter ini. Sepanjang perjalanan tersebut kami disuguhkan
Sekitar pukul setengah enam pagi, kami sudah bersiap-siap
panorama indah menjelang senja sekitarnya. Telaga Cebong
menanti matahari pagi muncul di ufuk timur. Panorama sunrise
yang dikelilingi bukit-bukit ladang dan desa sembungan terlihat
dari puncak gunung Pakuwaja tidak kalah menariknya dari
sempurna dari atas. Gunung Sundoro dengan lembah dan
gunung Sikunir, tetangganya. Walaupun saat itu sempat tertutup
desa-desa kakinya di sisi lain. Sedang di kiri kami tampak kawah
sedikit awan, namun warna kemerahan sang mentari perlahan
gunung Pakuwaja dengan batu tegaknya yang khas.
samar menerangi gunung Sundoro, Merapi dan Merbabu. Hingga pancaran sempurnan menerangi seluruh dataran tinggi
Pesona Puncak Gunung Pakuwaja
Dieng.
Sepertinya halnya di gunung Prahu, bermalam di puncak gunung Pakuwaja pun tidak kalah indahnya. Kami dapat melihat
Pesona dataran tinggi Dieng memang sepertinya tidak akan
dataran tinggi dieng dari sisi yang berbeda dari sini. Jajaran
pernah habis. Masih banyak tempat-tempat lain disana dengan
puncak-puncak Dieng Plateau terlihat nyaris sempurna. Nampak
berbagai panoramanya. Sepertinya gunung Prahu dan gunung
dikejauhan Kawasan wisata Telaga Warna, Kawah Sikidang,
Pakuwaja. Salah satu tempat terbaik untuk melihat Dieng
Komplek Candi Dieng dan Komplek Pembangkit Listrik Tenaga
Plateau yang sesungguhnya.
1
Indonesia Mountain Magazine
MOUNTAIN SKILL
BIVAK ALAM Sebelum
Anda
dihadapkan
pada
situasi
Teks Hendri | Foto Google survival
yang
Lokasi bivak alam yang tidak cocok:
mengharuskan anda untuk berimprovisasi membangun tempat perlindungan atau bivak alam di alam bebas, pastikan terlebih
• Lokasi yang terlalu dekat dengan sumber air, ini mungkin
dahulu Anda untuk berlatih membangun berbagai jenis bivak
akan membuat Anda menjadi bermasalah dengan serangga
alam, sehingga Anda akan siap bila keadaan darurat tersebut
yang umumnya banyak terdapat didekat sumber air.
muncul dihadapan Anda. Jenis bivak alam yang bisa Anda
• Dipinggir sungai merupakan ancaman yang konstan untuk
bangun akan sangat tergantung pada peralatan yang Anda
keselamatan. Jika hujan lebat di perbukitan dekat hulu sungai,
bawa, dan pada medan dan iklim dimana anda berada. Namun,
akan dengan mudah menyebabkan terjadinya banjir bandang.
ada pedoman umum yang dapat diterapkan untuk setiap situasi
Hindari dasar sungai kering.
di alam bebas. Mengetahui teknik untuk membuat tempat
• Hindari lokasi yang berbatuan longgar, pohon mati atau
berlindung sederhana dari cuaca dan angin adalah bagian yang
tumbuhan yang berpotensi jatuh menimpa tempat perlindungan
penting dari kelangsungan hidup Anda di alam bebas.
atau bivak Anda. • Hindari lokasi tanah yang rendah, seperti jurang dan lembah
Membangun bivak alam untuk bertahan hidup adalah prioritas
sempit, karena kemungkinan akan lembab dan selain itu daerah
yang mutlak saat Anda menghadapi situasi survival di alam
ini mengumpulkan udara dingin di malam hari dan akan lebih
bebas dengan cuaca yang tidak bisa diperkirakan. Sebuah
dingin dari pada punggungan yang lebih tinggi di sekitarnya.
tempat perlindungan yang baik harus mampu melindungi Anda
Di sisi lain, puncak-puncak gunung juga terbuka terhadap
dari cuaca dan cukup nyaman untuk beristirahat dan tidur.
kemungkinan terkena angin karena posisinya lebih tinggi.
Tanpa adanya perlindungan dari cuaca yang dingin dan buruk,
Daerah terbaik untuk mencari perlindungan adalah diantara
kebanyakan orang tidak akan dapat bertahan hidup lama, hanya
kedua posisi tersebut.
dalam kurun waktu yang tak lebih dari beberapa jam. Carilah formasi alam yang dapat memberikan tempat berlindung Sebelum memulai membangun sebuah bivak alam perhatikan
untuk mendirikan bivak. Contohnya termasuk gua, celah-celah
beberapa hal berikut ini:
batu dan pohon-pohon besar yang menggantung rendah atau sudah rubuh. Tapi terlebih dahulu pastikan tempat-tempat
• Jika bisa pilihlah permukaan tanah yang kering, serta berdrainase baik dan cukup datar. • Pilihlah lokasi yang berjarak cukup nyaman untuk lokasi air dan memiliki persediaan kayu bakar. • Pilihlah lokasi yang memiliki bahan material untuk membangun bivak alam Anda • Pilihlah lokasi yang memberikan perlindungan terhadap angin kencang. • Jika situasi anda dalam keadaan tersesat atau hilang dan
tersebut tidak mendatangkan bahaya kepada Anda, cek terlebih dahulu goa-goa akan kemungkinan dihuni oleh binatang dan pastikan dalam keadaan aman untuk anda tempati. Jika tidak ada pembentukan alami yang tersedia untuk dijadikan tempat berlindung, Anda akan perlu untuk membangunnya sendiri. Bangunlah bivak alam Anda cukup besar untuk mengakomodasi Anda, terutama sekali di daerah pegunungan yang beriklim dingin, jangan terlalu besar karena anda harus menghangatkannya untuk ditempati.
orang-orang mungkin sedang mencari Anda, pastikan bivak alam yang Anda bangun gampang terlihat dan ditemukan.
Indonesia Mountain Magazine
30
MOUNTAIN SKILL
Membangun Bivak Alam
daun kering, pakis kering, cabang-cabang cemara, atau rumput. Gunakan apa pun yang dapat Anda temukan. Setelah
Bivak alam adalah contoh dari sebuah tempat perlindungan untuk
cukup semuanya, setidaknya tertutup atasnya, Anda perlu
bertahan hidup di alam bebas. Sebuah pondok yang terbuat
menempatkan lapisan kecil, sebuah ranting kecil di atas
puing-puing dan tumpukan daun-daun kering, cabang-cabang
bagian luar bivak untuk mencegah semua isolasi
pohon dan apa pun yang ada di sekitar lokasi tersebut. Jika dilakukan dengan benar, maka ada cukup ruang di bawahnya
Anda terbang tertiup angin. • Tergantung pada seberapa tebal lapisan isolasi bivak Anda,
untuk Anda berbaring dengan nyaman dan tentu saja dengan
dan material bivak yang digunakan cukup kering, maka bivak
masih bernapas. Perlu waktu sekitar 1-2 jam untuk membangun
tersebut bisa membuat orang kering dan hangat di suhu yang
sebuah bivak alam, jadi jangan menunggu sampai hari gelap untuk mulai membangunnya.
dingin. • Tempatkan 30 cm lapisan dedaunan di dalam bivak. Cobalah untuk memilih daun-daun kering yang aman sebagai alas tidur
Berikut salah satu contoh berimprovisasi membangun sebuah bivak alam:
Anda. Panas tubuh anda bisa hilang dengan sangat cepat jika tidur di atas tanah. • Pada pintu masuk bivak, tumpuklah material isolasi yang
• Carilah sebuah batang yang kokoh dan panjang sekitar 1,5
dapat Anda tarik ulur dari dalam bivak untuk menutup pintu
hingga 2 kali tinggi badan Anda. Ini akan menjadi penunjang
masuk atau buatlah pintu masuknya. Tempatkanlah pintu
utama bivak Anda. Pilihan lain adalah untuk mencari pohon
masuk jauh dari arah datangnya angin. Angin dan hujan yang
tumbang yang sesuai untuk membangun bivak. Carilah
bertiup langsung ke arah atau ke pintu masuk dari bivak akan
sesuatu yang bisa untuk menahan balok utama bivak dari
menyebabkan bivak kehilangan kehangatannya.
tanah. Sebuah batu, tunggul, pohon dengan cabang-cabang,
• Anda dapat membuat pintu dengan mengumpulkan ranting-
atau apapun cukup kuat dapat digunakan untuk menahannya.
ranting seukuran jari tangan dan menganyamnya ke dalam
Tingginya harus sedikit lebih tinggi dari anda saat duduk.
pola grid. Buatlah dua grid dan tempatkan dedaunan kering
Buatlah bivak Anda cukup besar untuk mengakomodasi
atau rumput kering ditengahnya. Kemudian ikat jadikan satu
Anda, terutama di iklim dingin, karena Anda akan harus
dan Andapun memiliki pintu yang terisolasi.
menghangatkannya dengan panas tubuh anda sendiri. • Sandarkan kayu kecil pada kedua sisi balok utama anda di
Dengan memahami dan sering melatih kemampuan Anda, maka
sekitar 45 derajat untuk membuat kerangka dari bivak.
dengan sendirinya saat anda berhadapan dengan situasi survival/
Letakkan secara berdekatan dan penuhi sekitarnya dengan
darurat Anda akan lebih cepat bereaksi tanpa membuang waktu
cabang-cabang yang lebih kecil.
berharga Anda. Ingat waktu adalah hidup Anda saat Anda berada
• Tutupi kerangka bivak ini dengan material seperti daun-
31
Indonesia Mountain Magazine
disituasi yang darurat di alam bebas.
MOUNTAIN ROUTE
Gunung Pulosari Teks & Foto Hendri
Tak banyak pendaki yang melirik gunung ini, gunung yang berada di Kabupaten Pandenglang provinsi Banten ini berketinggian 1.346 m dari permukaan laut. Tidak begitu tinggi memang namun keunikan dan pemandangan indah dari puncak nya tidak kalah dengan gunung lainnya. Untuk mencapai puncak gunung ini biasanya di mulai dari desa Cilentung, yang bisa dicapai dengan kendaraan bermotor, gunung eksotis ini sangat cocok untuk didaki diakhir pekan, berikut detail transportasi dan rute pendakiannya.
Alur transportasi: • Terminal Kali Deres – Mengger. Naik bus jurusan Labuan dan turun di pertigaan Mengger, ongkos Rp.20.000 • Mengger – Cilentung Carter angkot warna Hitam dari pertigaan Mengger hingga
Rute Pendakian
ke gerbang pendakian di desa Cilentung, sewa carter angkot
• Gerbang pendakian Cilentung – Curug Putri
Rp.60.000
Jalan setapak yang rapi dengan susunan batako mulai dari awal
MOUNTAIN ROUTE
gerbang hingga melewati pondok pertama, kemudian dilanjutkan
waktu tempuh dari Curug Putri hingga ke kawah kurang lebih
dengan jalur setapak tanah yang sangat jelas. Melewati kebon
1.5 jam hingga 2 jam. Saata memasuki daerah kawah kita akan
kopi bercampur coklat. Gerbang pendakian berketinggian 501
menemukan sekelompok tumbuhan pandan hutan raksasa.
m dpl. Di lokasi air terjun ada sebuah pondok peristirahatan, air
Kawah gunung Pulosari aktif mengeluarkan asap belerang, dan
terjun Curug Putri berada di ketinggian 753 m dpl, waktu tempuh
selalu ramai dengan pengunjung di akhir pekan. Lokasi
dari gerbang hingga ke Curug Putri ini hanya 1 jam
camping cukup luas di daerah kawah ini. Hanya saja di lokasi kawah tidak ada sumber air jadi jika hendak camping disini
• Curug Putri – Kawah
harus membawa bekal air dari Curug Putri. Kawah ini berada
Jalur pendakian dari mendaki kearah kanan sebelum mendekati
diketinggian 1.072 m dpl.
air terjun, jalan setapaknya jelas dan keadaan jalur cuup menanjak,
• Kawah – Puncak Pulosari Jalur pendakian normal menuju puncak yang dikenal dengan nama Puncak Ki Manik dengan ketinggian 1.346 m dari permukaan laut dan berada disebelah kanan jika kita menghadap ke kawah. Awal tanjakan cukup curam dan kemudian berubah landai dan terus menajak tajam lagi. Kondisi hutan cukup rapat. Lama waktu pendakian dari kawah hingga puncak adalah sekitar 2 hingga 2.5 jam, jalur normal ini melipiri pungguan sebelah kanan terus saat mendekati daerah puncak kemudian berbelok kekiri. Dikawasan puncak sendiri tidak begitu luas, ada beberapa tempat datar yang bisa memuat dua tenda untuk masing-masingnya. Ditumbuhi oleh semak-semak. Saat sampai di undakan persis dibawah puncak utama, ada jalur sumber air di sebelah kanan turun tidak jauh kebawah. Kondisi puncak tidak begitu luas, cukup untuk memuat 3 tenda. Pemandangan bisa lepas diarahkan ke berbagai arah, namun yang memukau adalah pemandangan kearah selat sunda dimana terlihat gunung Anak Krakatau beserta pulau Sertung dan pulau Sebesi. Menikmati sunset dari puncak Gunung Pulosari tidak akan mengecewakan.
TIPS & TRIK
Aneka Tips Untuk Pendaki Teks & Foto Anwar Petualang asal Amerika Serikat, Andrew Skurka, belum lama
dan bagian belakang sepatu. Kalau jari tidak bisa masuk berarti
ini mendapat penghargaan Adventurer of the Year dari majalah
sepatu itu kurang pas ukurannya dan akibatnya nanti kuku-kuku
Outside dan National Geographic Adventure serta penghargaan
jari kaki akan sakit karena terdesak oleh bagian depan sepatu.
Person of the Year dari majalah Backpacker. Ini didapatnya
Kemudian ikat tali sepatu dan coba gerak-gerakkan kaki kita.
setelah menuntaskan pengembaraan yang panjang, termasuk
Sepatu yang ukurannya pas akan menjaga gerakan kaki kita dan
yang terakhir yaitu menempuh jarak 4.700 mil dalam Ekspedisi
kaki tidak akan mudah bergeser-geser. Lalu gerak-gerakkan ibu
Alaska-Yukon.
jari kaki. Ibu jari harus bisa bergerak bebas tapi juga tidak terlalu longgar sehingga telapak bisa bergeser-geser ke samping.
Berikut adalah sejumlah tips dan trick yang dibagikan Skurka dalam buku terbarunya yang berjudul The Ultimate Hiker’s Gear Guide.
Bagaimana cara memilih lokasi kemah yang baik Carilah lahan yang datar, dekat dengan sumber air atau pohon untuk kayu bakar, jangan pilih yang terlalu dekat dengan jalur pendakian agar tidak mengganggu pendaki lain, jangan juga
Bagaimana cara hiking dengan cepat Untuk meningkatkan jumlah jarak yang bisa ditempuh saat hiking, ada pilihan mempercepat langkah atau mengurangi berat beban.
memilih di jalur yang tempat binatang lalu-lalang, sebisa mungkin
Tapi sebetulnya rahasianya adalah memperbanyak waktu hiking.
tidak berkemah di dasar lembah karena biasanya udaranya akan
Caranya antara lain dengan berlatih dulu sebelum hiking. Latihan
lebih dingin. Jangan juga memilih lokasi yang kemungkinan akan
jogging ringan dapat membantu otot-otot kaki untuk siap berjalan
terkena banjir bandang, sambaran petir, longsoran batu dan
lebih jauh. Kemudian berlatih untuk lebih efisien. Misalnya dengan
bahaya lainnya.
menyiapkan peralatan dan perbekalan sebaik mungkin sehingga waktu kita di camp tidak terbuang percuma dan dapat segera
Bagaimana cara memakai trekking pole
memulai pendakian. Lalu mulailah mendaki sepagi mungkin dan baru akhiri pendakian setelah mulai malam. Jadi akan lebih
Waktu kita pakai, sudut siku kita harus membentuk sudut 90
banyak jarak yang bisa kita tempuh dalam satu hari.
derajat. Kalau melintasi kawasan yang terbuka atau pantai, gunakan
Bagaimana cara memilih sepatu hiking baru
tongkat
yang
ukurannya
lebih
panjang.
Kalau
menghadapi tanjakan, daripada memperpendek ukuran tongkat, lebih baik tetap pakai tongkat yang panjang tapi pegang tongkat
Pertama, gunakan kaos kaki yang akan kita pakai untuk mendaki.
di bagian tengahnya.
Pakai sepatu, terus coba masukkan jari telunjuk di antara tumit
Indonesia Mountain Magazine
34
REVIEW
Panduan Bagi Para Pendaki
Judul buku : Panduan Pendakian Gunung di Jawa Penulis: Joko Glemboh Puriadi dan Kodama Shigeru Penerbit: Yayasan Bijak Alam Tropika, 2003
Belajar Membaca Peta dan Kompas
Judul buku : Panduan Pendakian Gunung di Jawa Penulis: Joko Glemboh Puriadi dan Kodama Shigeru Penerbit: Yayasan Bijak Alam Tropika, 2003
Buku ini memuat petunjuk pendakian untuk sejumlah gunung di
Sekarang makin banyak pendaki yang sudah menggunakan
Pulau Jawa, mulai dari Gunung Gede-Pangrango sampai Gunung
perangkat Global Positioning System (GPS). Namun sebetulnya
Raung. Disertai juga dengan peta topografi beberapa gunung
kemampuan untuk membaca peta dan menggunakan kompas
tersebut.
tetap penting. Buku ini memberi petunjuk dasar kepada pembaca untuk menguasai dua hal tersebut.
Penulisnya yaitu Joko Glemboh Puriadi adalah seorang petugas Kehutanan yang kemudian bertemu dengan Kodama Shigeru
Dimulai dengan pengenalan singkat mengenai sejarah peta,
sebagai seorang ahli geologi dari Universitas Meiji Jepang di
buku ini berlanjut dengan petunjuk soal peta topografi. Mulai dari
tahun 1987. Keduanya kemudian membukukan perjalanan
keterangan tentang tanda yang biasa terdapat di peta hingga
pendakian dalam sebuah buku di tahun 1990 sebelum kemudian
cara membawa dan menggunakan kompas.
diterbitkan ulang. Pada bagian akhir disampaikan soal petunjuk di alam terbuka Dalam buku ini akan ditemui petunjuk umum tentang data sebuah
yang bisa dipakai jika tidak membawa kompas, serta alat-
gunung, shelter-shelter yang ada, jalur pendakian sampai ke soal
alat tambahan seperti altimeter, protactor dan lainnya. Meski
perizinan dan lainnya. Pada bagian depan, ditulis dalam Bahasa
pembahasannya singkat, buku ini cukup memberi informasi bagi
Indonesia dan kemudian dilanjutkan dengan petunjuk pendakian
mereka yang ingin mulai belajar membaca peta topografi dan
dalam Bahasa Inggris di akhir buku.
menggunakan kompas. (Anwar)
Buku ini memuat banyak informasi yang berguna namun kemungkinan telah sulit dicari di toko-toko buku. Kekurangan lainnya adalah buku ini dicetak hitam-putih sehingga tidak ada foto gunung yang berwarna. (Anwar)
35
Indonesia Mountain Magazine
REVIEW
Mengenang Legenda
Judul buku: Catatan Sahabat Sang Alam Editor: Rudy Badil Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia, 2010
Buku ini memuat sejumlah tulisan yang dibuat oleh Norman Edwin dan sempat dimuat di sejumlah harian dan majalah. Rekan-rekannya kemudian mengumpulkan tulisan-tulisan itu dan menjadikannya sebuah buku yang cukup tebal. Norman Edwin sendiri adalah seorang pendaki gunung yang terkenal di Indonesia. Berbagai gunung, baik di dalam maupun di luar negeri, telah didakinya. Dia juga aktif dalam penelusuran gua, arung jeram, penelitian arkeologi, hingga kegiatan SAR. Yang membedakannya dari pendaki lain adalah kemampuan Norman untuk menulis aktivitasnya itu secara baik. Saya sendiri masih tetap ingat dengan artikel-artikel yang ditulis Norman, meski sudah belasan tahun lalu, karena metode penulisan dan gaya bahasanya yang bagus. Indonesia kehilangan asetnya di bidang pendakian gunung ketika Norman Edwin meninggal di Gunung Aconcagua, bersama rekan satu timnya Didiek Samsu, pada tahun 1992. Tidak hanya dari sisi pendakian saja, tapi juga rasanya belum ada yang bisa menulis artikel pendakian sebaik dirinya. Bagi yang ingin mengenang atau mengenal lebih jauh seorang Norman Edwin, baik sekali untuk membaca buku ini. (Anwar)
EXPEDITION NEWS
Teks & Foto Anwar
MIMPI ITU BERMULA DI PUNCAK DENALI Dia kini dikenal sebagai seorang seven summitter. Orang yang pernah mencapai tujuh puncak gunung tertinggi di tujuh dunia. Erik Weihenmayer memulai prestasinya itu dari atap Amerika, Gunung Denali atau McKinley. Dan dia juga seorang tuna netra.
Hari itu kami terbang ke Anchorage lalu lanjut naik mobil ke sebuah lapangan terbang kecil di Talkeetna. Muatan barang ratusan kilogram dimasukkan ke sebuah pesawat Cessna. Sepuluh menit kemudian kami mengangkasa, tinggi di atas jajaran pegunungan Alaska Range. Setelah terguncang-guncang oleh angin, pesawat mendarat di Kahiltna Glacier. Suasana sunyi sepi. “Ayo cepat bongkar barang-barang ini,” teriak pemandu kami, Chris Morris. Seorang anggota tim, Ryan, dengan gagah mengangkut banyak ransel sekaligus. Dia memang kuat. Kami lalu menggali es dan meratakannya supaya bisa membangun tenda. Meski buta, saya tetap ikut bekerja keras, tidak dibeda-bedakan dengan yang lain. Cuaca begitu buruk malam itu. Di luar terdengar deru dua helikopter. Mereka berputar-putar mencari seorang pendaki Spanyol yang terjatuh saat turun gunung. Ada juga sekelompok
Di ketinggian 11 ribu kaki, kami kembali tertahan dalam tenda
pendaki Taiwan yang terjebak oleh badai salju.
karena badai mengamuk. Bercerita kesana-kemari sambil
Esok harinya, kami masing-masing menarik kereta salju berisi
makan cemilan menjadi cara menghilangkan rasa bosan.
ransel dan peralatan lain yang bobotnya sampai di atas 30 kg.
Chris misalnya bertutur bagaimana dia pindah ke Alaska
Karena terikat satu sama lain, saya bisa mengikuti pergerakan
dan membangun rumah kayu dengan tangannya sendiri.
kawan di depan. Chris di depan, saya di tengah, dan teman
Petualangannya begitu luar biasa dan saya mengira dia seorang
lainnya Sam di paling belakang. Rekan-rekan lain masuk di
pria yang gagah dengan tubuh tinggi besar. Betapa terkejutnya
tim kedua. Saya melacak jalur dengan ujung trekking pole,
diri saya saat berjabatan tangan denganya karena ternyata Chris
merasakan lobang bekas injakan kaki Chris. Ini berlangsung
bertubuh pendek dan kurus.
berjam-jam.
Akhirnya setelah diamuk badai selama empat hari, kami bisa
Di hari kelima ada berita sedih. Ryan harus turun gunung.
melanjutkan perjalanan mendaki sebuah bukit yang disebut
Dadanya sakit dan itu diduga karena bermasalah dengan
Motorcycle Hill. Sore harinya, kami harus melintasi kawasan
jantungnya. Aku duduk di dekatnya dan dia menangis. “Aku
berbahaya yang dijuluki Windy Corner. Tiga jam total kami harus
sudah lama mimpi ingin naik gunung ini,” ujarnya dengan
terus berjalan sambil diterpa angin yang begitu kencang dan
suara bergetar. “Aku bahkan sudah membuat kalung salib
dingin.
khusus bertulis nama tim kita, HighSights ’95. Semula aku
Ada satu bagian jalur yang lebarnya cuma delapan inci. Kanan-
ingin menanamnya di puncak Denali. Kini aku ingin kau yang
kirinya adalah jurang menganga. Perlahan saya melintasinya
memakainya”. Ryan lalu mengalungkannya di leher itu dan kami
sambil meraba-raba memakai trekking pole. Kemudian di
sama-sama menangis.
satu point angin tiba-tiba berhenti. Bahaya sekarang berganti
37
Indonesia Mountain Magazine
EXPEDITION NEWS
dengan banyaknya lobang di es yang disebut crevasse. Kadang kami harus melintasi lobang yang begitu dalam dengan meniti jembatan es yang kecil dan sempit. Pada ketinggian 14 ribu kaki, kami beristirahat selama satu hari. Cuaca cerah tapi jauh di bawah sana, Kahiltna Glacier tertutup awan tebal. Usai makan siang, Chris bertanya tentang organisasi American Foundation for the Blind yang menjadi sponsor pendakian ini. Saya jelaskan bahwa AFB berusaha melawan anggapan orang tuna netra tidak bisa berbuat apa-apa. “AFB
puncak dibatalkan. Hal sama terjadi lusanya. Angin kencang
sudah membuat poster bergambar orang-orang tuna netra yang
menerpa puncak. Biar tidak bosan, kembali kami banyak
hebat. Ada yang bekerja sebagai pengacara, insinyur, pembawa
mengobrol. Yang mengejutkan adalah ternyata Chris selama ini
acara olahraga. Aku juga muncul di situ sebagai pelatih gulat.”
membawa barang-barang unik di dalam ranselnya. Termasuk
Jelang malam, kami memakai telepon satelit dan menelepon
sebuah layang-layang. Sayang tidak lama kemudian layang-
CNN untuk melaporkan berita singkat. Saya berjanji juga kepada
layang itu hilang ditiup angin.
reporter CNN di ujung telepon untuk melakukan wawancara
Badai memburuk di hari ketiga. Sebentar-sebentar kami harus
setibanya di puncak.
keluar tenda dan menyekop salju yang menumpuk di luar
Perjalanan kian melelahkan setelah itu. Jalur kian terjal dan
tenda. Paling repot adalah ketika harus menerjang angin untuk
saya tidak bisa mengatur ritme nafas dengan baik. Ransel pun
memakai toilet darurat yang terletak beberapa puluh meter dari
terasa seperti tumpukan beton di punggung. Cemas mulai
tenda.
menyelimuti. Saya tidak mau bernasib seperti para pendaki
Memasuki hari ke empat makanan tinggal tiga kotak makaroni
yang memaksakan diri untuk sampai ke puncak Denali untuk
serta beberapa batang coklat. Saya mulai merasa putus asa.
kemudian tewas di perjalanan pulang.
Latihan berat selama ini terasa akan sia-sia. Tapi tidak ada yang
Hari itu berakhir ketika kami tiba dan beristirahat dalam sebuah
bisa kami lakukan selain bertahan di dalam tenda.
goa salju yang sempit dan gelap di ketinggian 16 ribu kaki.
Namun di hari kelima cuaca sedikit membaik. Kami memutuskan
Langit-langit goa itu rendah sehingga kami tidak bisa duduk
segera mendaki sebelum badai datang kembali. Kami berangkat
tegak. Ditambah lagi pakaian yang kami pakai sudah mulai bau
jam enam pagi dan perlahan menerobos tumpukan salju
tidak keruan. Pokoknya saat itu begitu sengsara.
sedalam paha.
Di hari ke-15 kami tiba di ketinggian 17 ribu kaki. Di situ kami
Karena memakai topi tebal dan google, ditambah angin
menemukan sebuah igloo atau rumah salju bekas ekspedisi
menderu-deru, saya merasa seolah terpisah dari dunia luar.
terdahulu. Igloo itu cocok untuk dapur. Kemudian kami bergiliran
Jaket tebal berlapis-lapis mengungkung badan. Meski Chris dan
meratakan salju memakai sekop supaya bisa mendirikan tenda.
Sam hanya berjarak beberapa meter tetapi saya merasa jarak
Cuaca buruk keesokan hari membuat rencana mendaki ke
mereka begitu jauh.
Indonesia Mountain Magazine
38
EXPEDITION NEWS
Kami tiba di kawasan yang disebut Autobahn. Nama ini muncul setelah sekelompok pendaki Jerman tewas terjatuh di tempat tersebut. Kawasan lainnya disebut Orient Express untuk alasan yang mirip. “Kalau kita tidak bisa melewati Autobahn dalam dua jam itu artinya kita terlalu pelan,” tegas Chris. Berjuang sekuat tenaga mendaki tanjakan-tanjakan terjal akhirnya kami mampu melewati Autobahn dalam 1 jam 50 menit. Perlahan saya mulai bisa menemukan ritme berjalan. Harapan untuk sampai puncak kian besar. Akhirnya kami tiba di lapangan es luas yang disebut Football Field. Di sini, 19 hari lalu, seorang pendaki Taiwan dikuburkan. Kami jelas tidak mau berlama-lama di lapangan tersebut. Target selanjutnya adalah Pig Hill, tanjakan terjal terakhir sebelum puncak. Makin dekat puncak, saya merasa makin kuat. Di tengah perjalanan, Chris berhenti dan berkata, “Rasanya kita memang akan bisa tiba di Puncak kawan-kawan,”. Ternyata setelah Pig Hill perjuangan belum selesai. Masih ada sebuah tanjakan terjal yang sempit dengan jurang di kirikanannya. Sebelum melintasinya, Chris lebih dulu mengajak kami berkumpul. “Dengar, di sini kalau satu jatuh maka semua bakal jatuh. Jadi, awas jangan sampai jatuh!”. Saking konsentrasinya meraba salju dengan trekking pole, saya jadi kaget ketika tiba-tiba Chris berkata, “Selamat, kalian sudah sampai di titik tertinggi di Amerika!”. Rasanya aneh bahwa moment itu tidak ada bedanya dengan ketika saya menekuni tanjakan-tanjakan lainnya. Kami berdiri berpelukan di puncak yang tidak terlalu lebar. Lalu kami mengibarkan bendera AFB dan berfoto bersama. Dan ketika itu juga saya mendengar suara pesawat mendekat. Ya, sejam sebelum ke puncak, kami memang mengontak basecamp Annie yang kemudian memberitahu ke keluarga saya. Mereka tengah menunggu di sebuah lapangan terbang kecil di Talkeetna. Di saat saya berdiri di puncak, di dalam pesawat itu ada ayah dan kedua kakak lelaki saya. Ada juga kekasih saya, Ellen. Kami sendiri mengenakan jaket merah yang seragam. Saat pesawat itu melintas, kami berteriak-teriak sambil mengacung-acungkan trekking pole. Saya bertanya kepada Sam, apakah kira-kira keluarga saya itu bisa tahu yang mana diri saya. “Tentu saja,” jawab Sam. “Kamu kan yang mengacungkan trekking pole ke arah yang salah.”
39
Indonesia Mountain Magazine
EXPEDITION NEWS
Kegembiraan kami singkat saja. Chris menyebut cuaca akan memburuk dan kami harus segera turun. Setelah konsentrasi yang begitu penuh dalam menuruni jalur sempit di bawah puncak, kami akhirnya tiba di Autobahn. Perlu 19 hari untuk mendaki Denali dan kini kami menuruninya dalam dua hari. Sebuah perjalanan yang betul-betul melelahkan. Terlebih saat kami tiba di tanjakan terakhir setinggi seribu kaki yang dijuluki Heartbreak Hill. Namun di sini saya mendapat kejutan menyenangkan. Ternyata keluarga saya sudah menunggu di atas tanjakan tersebut. Kami akhirnya tiba dan saling berpelukan. Pesta dilanjutkan di basecamp dengan makanan yang serba enak. Tapi paling lezat adalah kue-kue yang dibawa Ellen. Perjalanan Denali sudah usai tapi masih banyak puncak-puncak lain yang menunggu saya daki. (Diterjemahkan dari buku Touch the Top of the World/War)
Erik Weihenmayer (lahir 23 September 1968) adalah tuna netra pertama yang sampai di puncak Everest pada 25 Mei 2001. Dia juga telah menyelesaikan Seven Summits pada September 2002. Keberhasilannya itu dimuat menjadi berita utama di majalah Time di bulan Juni 2001 dengan judul berita Blind to Failure. Tidak bisa melihat sejak anak-anak, Weihenmayer sukses sebagai pegulat di sekolah menengah. Lalu kuliah di jurusan Bahasa Inggris dan menjadi guru. Dia berhenti mengajar untuk konsentrasi ke dunia pendakian dan menjadi seorang motivator. Tidak hanya mendaki, dia juga mengikuti terjun payung, sepeda jarak jauh, lari marathon, hingga memanjat tebing. Kegiatan terakhir pria yang beristrikan Ellen dan dua anak itu adalah mengikuti kompetisi petualangan Expedition Impossible di tahun 2011.
Indonesia Mountain Magazine
40
GALLERY
Kembang Gunung
Kembang Lawu Wahyu Widhi | Gunung Lawu
41
Indonesia Mountain Magazine
GALLERY
Edelweis Wahyu Widhi | Gunung Papandayan
Susy Susanti | Gunung Manglayang
Indonesia Mountain Magazine
42
GALLERY
Bunga Gunung Kerinci Shelter 2 Eriks Bhulut Setiawan | Gunung Kerinci
Jangan Ditiru, ‘Seorang Pecinta Alam’ Ruli Amrullah
43
Indonesia Mountain Magazine
GALLERY
Dua Sejoli Susy Susanti | Gunung Manglayang
Simply Unique Susy Susanti | Gunung Manglayang
Indonesia Mountain Magazine
44
GALLERY
Hendri Agustin | Gunung Gede
45
Indonesia Mountain Magazine
Hendri Agustin | Gunung Tandike
GALLERY
Hendri Agustin | Gunung Rinjani
Indonesia Mountain Magazine
46