1
UJI TOKSISITAS dan AKTIVITAS ANTIOKSIDAN MINUMAN JELLY DAUN MANGKOKAN (Nothopanax Scutellarium Merr.).
Yuliandra Sari1, Sri Wardatun2,3, Mira Miranti1 Program Studi Farmasi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pakuan-Bogor
Abstrak Tanaman mangkokan (Nothopanax Scutellarium Merr.) memiliki kemampuan sebagai antioksidan. Penelitian ini bertujuan mengetahui toksisitas dan aktivitas antioksidan minuman jelly daun mangkokan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daun mangkokan (+) mengandung saponin dan flavonoid sedangkan toksisitas daun mangkokan didapatkan hasil 18620 ppm (tidak toksik). Setelah itu, pada uji hedonik/ kesukaan panelis didapatkan hasil yaitu (1:30), aktivitas antioksidan minuman jelly daun mangkokan didapatkan hasil 0,048 kali AEAC dan uji mutu meliputi uji pH dengan hasil 7, uji serat kasar didapatkan hasil 0,3387% dan uji TPC didapatkan hasil 3,8 log cfu/ml. Kata kunci: Daun Mangkokan (Nothopanax Scutellarium Merr.), Toksisitas, Antioksidan PENDAHULUAN Tanaman mangkokan (Nothopanax scutellarium Merr.) merupakan tanaman khas daerah tropis yang mudah tumbuh dan tersebar di seluruh Indonesia, tetapi belum dimanfaatkan secara maksimal dalam kehidupan. Di Indonesia tanaman ini sering ditanam sebagai tanaman hias dan pagar hidup. Tanaman mangkokan juga banyak digunakan sebagai lalapan, urapan, dan dibuat sayur. Menurut Dalimartha (1999), daun mangkokan mengandung kalsium oksalat, peroksidase, amygdalin, fosfor, besi, lemak, protein, vitamin A, B1, C, saponin, dan flavonoid. Jenis flavonoid yang terkandung di dalam daun mangkokan dapat berfungsi sebagai antioksidan.
Antioksidan adalah suatu senyawa yang berpotensi sebagai penangkal bahaya radikal bebas dengan memberikan satu atau lebih elektron sehingga dapat menghambat reaksi oksidasi dan mencegah terbentuknya radikal bebas. Radikal bebas merupakan suatu senyawa asing yang masuk ke dalam tubuh yang merusak sistem imunitas akibat berbagai proses kimia yang kompleks. Penyebabnya adalah polutan lingkungan, radiasi zat-zat kimia, racun, dan makanan cepat saji yang digoreng pada suhu tinggi. Jika jumlahnya berlebih, akan memicu efek patologis, keadaan ini dapat dicegah oleh senyawa antioksidan. Kajian Noer (2010) menunjukkan tren utama industri
2
pangan saat ini mengarah kepada suatu konsep “Healthy, Fuctional, Satisfied Foods” hal ini didukung oleh adanya konsumsi produk yang di klaim sebagai produk pangan fungsional. Pangan fungsional merupakan pangan yang mempunyai efek fisiologis bagi tubuh dan dapat meningkatkan kondisi umum dari tubuh, mengurangi resiko terhadap suatu penyakit, bahkan dapat digunakan untuk menyembuhkan beberapa penyakit (Siro et al. 2008). Salah satu bentuk pangan fungsional modern yang dapat dikembangkan saat ini adalah minuman jelly. Minuman jelly merupakan minuman yang memiliki konsistensi gel yang lemah, sehingga memudahkan untuk disedot (Ferizal, 2005). Keunggulan dari minuman jelly bukan hanya sekedar minuman, tetapi memiliki fungsi fisiologis bagi kesehatan jika ditambahkan dengan bahan – bahan yang memiliki fungsi tersebut. Keunggulan – keunggulan ini telah mendorong peneliti untuk mengembangkan minuman jelly daun mangkokan sebagai sumber antioksidan. Saat ini sediaan daun mangkokan yang beredar di pasaran baru sebatas kosmetik dan belum dikembangkan ke arah pangan. Sebelum pengembangan ke arah pangan harus dilakukan uji toksisitas akut terlebih dahulu. Uji toksisitas akut pada daun mangkokan sangat penting untuk mengukur karakteristik toksik dari suatu bahan kimia. Uji ini dapat memberikan informasi tentang bahaya pada kesehatan manusia yang berasal dari bahan kimia yang terpapar dalam tubuh pada waktu pendek melalui jalur oral. Brine Shrimp Lethality
Test (BSLT) merupakan salahsatu metode uji toksisitas yang banyak digunakan dalam penelusuran senyawa bioaktif yang bersifat toksik dari bahan alam. Apabila uji toksisitas akut sari daun mangkokan memenuhi syarat, selanjutnya pada penelitian ini akan dikembangkan formulasi minuman jelly daun mangkokan dengan jumlah sari daun mangkokan berdasarkan pada uji aktivitas antioksidan, dan sediaan akan diujikan terhadap daya terima panelis terutama rasa maupun bau dari sari daun mangkokan. Penelitian ini bertujuan mengetahui toksisitas dari daun mangkokan, mendapatkan formula terbaik minuman jelly daun mangkokan dan mengetahui aktivitas antioksidan minuman jelly daun mangkokan. METODE PENELITIAN Alat dan Bahan Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah daun mangkokan, gula pasir, karagenan, telur Artemia salina Leach, DPPH, Vitamin C, metanol, aqua destilata, eter, asam asetat, asam sulfat pekat, alkohol klorhidrat (campuran HCl 3% dan etanol 96% 1:1), amil alkohol, asam klorida (HCl) 2N, pereaksi Mayer, Bouchardat, Dragendroff, Besi klorida (FeCl3) 1%, gelatin 1%, dll Alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain alat-alat gelas, neraca analitik, spektrofotometer, plat, oven, hot plate, cawan krus, tanur, moisture balance, pH meter, aquarium, dll.
3
METODE 1. Pembuatan Sari Daun Sebanyak 500 g daun mangkokan segar dicuci bersih dan dilakukan sortasi basah, kemudian diblansir selama 45 detik - 1 menit pada suhu 1000C. Setelah itu, daun yang telah disortir akan diblender dengan pelarut air sebanyak 1 L, disaring dengan kain batis dan hasilnya disimpan dalam wadah tertutup rapat. 2.
Berat Jenis Sari Daun Mangkokan Timbang piknometer kosong sebelum digunakan setelah itu masukkan sari daun kedalam piknometer sampai penuh. Lalu timbang kembali pikno yang telah berisi sari daun dan hitung menggunakan rumus : Bj = pikno isi–pikno kosong x 100% 25 ml 3. Uji Fitokimia (Rajendra, 2011) 3.1 Uji Flavonoid Terdapat tiga metode yang digunakan untuk uji flavonoid. Pertama, beberapa tetes FeCl3 1% ke dalam beberapa bagian larutan ekstrak. Warna hijau kehitaman menunjukkan adanya flavonoid. Kedua, beberapa tetes larutan asam asetat 10% ditambahkan ke dalam beberapa bagian ekstrak. Endapan kuning menandakan adanya flavonoid. Ketiga, sejumlah ekstrak dilarutkan dalam metanol, lalu ditambahkan sedikit serbuk Mg dan 1 mL HCl pekat dari sisi tabung. Terbentuknya warna jingga menunjukkan adanya flavonoid.
3.2 Uji Alkaloid Sebanyak 0,5 g ekstrak dilarutkan dalam 10 mL asam alkohol, dididihkan dan disaring. Sebanyak 5 mL filtrat ditambahkan 2 mL larutan ammonia dan 5 mL kloroform lalu dikocok kuat. Lapisan kloroform yang terbentuk diekstrak dengan 10 mL asam asetat lalu dibagi menjadi tiga bagian: 1) Uji Dragendroff (kalium bismuth nitrat): beberapa tetes larutan dragendrof ditambahkan ke dalam larutan kloroform, endapan coklat menunjukkan adanya alkaloid 2) Uji Mayer (kalium merkuri iodida): beberapa tetes pereaksi mayer ditambahkan ke larutan kloroform, endapan putih kekuningan menunjukkan adanya alkaloid. 3) Uji Wagner (kalium iodida): beberapa tetes pereaksi wagner ditambahkan ke larutan kloroform. Endapan coklat menunjukkan adanya alkaloid. 3.3 Uji Tanin 1) Sebanyak 0,5 g ekstrak dididihkan dalam 10 mL air dalam tabung reaksi, lalu difiltrat. Ditambahkan beberapa tetes FeCl3 0,1%. Hasil positifnya adalah warna hijau kecoklatan atau biru-hitam 2) Sebanyak 0,5 g ekstrak yang diperiksa dimasukkan ke dalam tabung reaksi dilarutkan dengan sedikit aquadest kemudian dipanaskan di atas penangas air lalu diteteskan dengan larutan gelatin 1% dalam NaCl 10%. Hasil positif ditandai dengan terbentuknya endapan putih
4
3.4 Uji Saponin Uji sabun: ke dalam 0,5 gram ekstrak ditambahkan 5 mL aquadest dalam tabung reaksi. Larutan dikocok kuat dan diamati adanya buih yang stabil. Ditambahkan 3 tetes minyak zaitun ke dalam buih dan dikocok kuat sampai teramati emulsi yang stabil. 3.5
Uji Toksisitas dan Aktivitas Antioksidan Sari Daun Mangkokan (Harmita, 2005) 3.5.1 Penetasan Telur Artemia Penetasan telur dilakukan pada wadah bening seperti gelas kimia atau toples yang diberi bahan plastik, negatif film, atau kaca dengan menggunakan media air laut (brine = saline). Wadah penetasan dibagi menjadi dua bagian terang dan gelap oleh suatu sekat berlubang. Bagian gelap digunakan untuk meletakkan telur yang akan ditetaskan. Sekat berlubang menjadi jalan bagi larva yang telah lahir untuk bergerak secara alamiah ke arah terang. Selama penetasan diberi penerangan dengan cahaya lampu pijar atau neon 40-60 watt agar suhu penetasan 25-30˚C tetap terjaga. Sebagai media penetasan telur digunakan air laut buatan dengan kadar garam (NaCl) 15 g/L. Kadar oksigen yang dibutuhkan selama penetasan harus lebih dari 3 mg/L, sehingga media air laut buatan harus diberi udara, baik dengan aerator, kompressor, maupun blower. Dalam waktu 24-36 jam biasanya telur-telur sudah menetas menjadi larva yang disebut nauplii. Nauplii aktif yang telah berumur 48 jam digunakan sebagai hewan uji dalam penelitian.
3.5.2
Prosedur Uji Toksisitas dengan Metode BSLT Larutan stok sampel dibuat dengan konsentrasi 500 mg sari daun dalam 100 mL aquadest, lalu dibuat serangkaian konsentrasi sebesar 10, 100, 500, dan 1000 µg/mL ke dalam vial-vial. Untuk kontrol negatif (blanko) diberi perlakuan sama seperti larutan uji tetapi tanpa sari daun dan setiap dosis dibuat lima replikasi. Sari daun dimasukan ke dalam vial dan dilarutkan ke dalam air laut secukupnya, dipindahkan larva udang 10 ekor ke masingmasing vial yang telah berisi senyawa uji dan ditambahkan air laut sampai volume 5 mL. Ke dalam setiap vial dimasukan satu tetes suspensi ragi (0,6 mg/mL) sebagai makananya. Pengamatan dilakukan 24 jam dan tingkat toksisitas ditentukan dalam menghitung jumlah larva yang mati. Hasil dibandingkan dengan kontrol negatif. % larva =
Dengan mengetahui kematian larva Artemia salina, kemudian dicari angka probit melalui tabel dan dibuat persamaan garis : Dimana: X = log konsentrasi, dan Y = Angka probit Y = Bx + A
5
3.6
Minuman Jelly Daun Mangkokan 3.6.1 Formulasi Proses formulasi terdiri dari beberapa tahap yaitu penentuan konsentrasi daun segar dan air untuk menghilangkan bau khas dari daun mangkokan. Sebanyak 30 gram daun mangkokan yang telah dicuci bersih, diblansir, kemudian diblender dengan 900 ml air, kemudian disaring. Filtrat lalu ditambahkan gula pasir, perisa melon, karagenan, kalium sitrat, dan natrium benzoat. Minuman jelly kemudian dipanaskan dengan suhu 70oC sambil diaduk hingga larut, setelah mendidih angkat dan sisihkan. Minuman jelly yang telah matang dapat dimasukkan ke dalam cup yang sebelumnya telah disterilkan dengan merebus kemasan dalam air panas. 3.6.2 Analisis Daya Terima panelis Analisis daya terima minuman jelly dilakukan dengan cara uji organoleptik dengan metode uji hedonik (kesukaan). Penilaian dilakukan terhadap lima parameter yaitu warna, aroma, tekstur dan rasa dengan 20 panelis dan diminta untuk memberikan meliputi: (1) suka dan (2) tidak suka. Pengujian dilakukan dengan menggunakan kuesioner. 3.6.3 Uji Mutu 3.6.3.1 Uji pH Cara kerja alat ini adalah dengan cara mencelupkan ke dalam larutan yang akan diukur (kira-kira
kedalaman 5 cm) dan secara otomatis alat bekerja mengukur. Pada saat pertama dicelupkan angka yang ditunjukkan oleh display masih berubah-ubah, tunggulah kira-kira 23 menit sampai angka digital stabil. Sebelum sampel dimasukkan, dicelupkan dulu ke buffer pH 4 dan pH 7. Pada setiap pergantian larutan, harus dicuci dahulu lalu keringkan dengan kain bersih. 3.6.3.2
Uji Serat Secara Gravimetri (SNI 01-28911992) Ditimbang 2 gram minuman jelly daun mangkokan, dibebaskan lemaknya dengan cara ekstraksi dengan cara soxlet atau dengan cara mengaduk, dienaptuangkan sebanyak 3 kali lalu dikeringkan dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 500 ml. Ditambahkan 50 ml larutan H2SO4 1, 25%, kemudian didihkan selama 30 menit dengan menggunakan pendingin. Ditambahkan 50 ml NaOH 3,25% dan didihkan lagi selama 30 menit. Dalam keadaan panas, disaring dengan corong yang berisi kertas saring yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya. Endapan yang terdapat pada kertas saring dicuci berturutturut dengan H2SO4 1,25% panas, air panas dan etanol 96%. Kertas saring beserta isinya diangkat, dimasukkan ke dalam kotak timbang yang telah diketahui bobotnya,
6
dikeringkan pada suhu 1050 C, didinginkan dan ditimbang sampai bobot tetap. Perhitungan : ket :w = bobot cuplikan, dalam gram w1= bobot abu, dalam gram w2=bobot endapan kertas saring a. serat kasar ≤ 1% % serat kasar = W x 100% W2 b. serat kasar > 1% % serat kasar = W - W1 x 100% W2 3.6.3.3 Uji total plate count (TPC) (Fardiaz, 1989) - Penyiapan larutan pengencer (NaCl Fisiologis) dilakukan dengan memasukkan sebanyak 90 ml ke dalam 4 tabung reaksi steril (pengenceran 10-2 hingga 10-5). - masukan 1 ml sampel ke dalam larutan pengencer 10-1. - Pengenceran hingga tingkat pengenceran 10-5 untuk minuman jelly daun mangkokan. - Dimasukan sampel dari dua pengenceran tertinggi ke dalam cawan petri secara duplo. - Dimasukan media agar yang digunakan adalah PCA steril kedalam keempat cawan petri yang telah berisi sampel sebanyak 10-15 ml. - Medium dibekukan. - Cawan petri dalam keadaan terbungkus dan terbalik pada kisaran suhu 35±20 C selama 2-3 hari di dalam inkubator. - Perhitungan jumlah koloni dengan menggunakan perhitungan Standar Plate Count (SPC). Rumus : koloni per ml = jumlah koloni x 1 Faktor pengenceran
3.7
Uji Aktivitas Antioksidan (Kubo et al, 2002) 3.7.1 Persiapan Larutan Pereaksi Larutan DPPH 1mM Ditimbang tepat 39,432 mg serbuk DPPH, kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL dan ditambahkan metanol hingga batas lalu dihomogenkan (labu ukur sudah dilapisi alumunium foil). Larutan Blangko Dipipet sebanyak 1 mL larutan DPPH 1 mM, ditambahkan metanol sampai 10 mL, kemudian dihomogenkan. Larutan blangko diinkubasi pada suhu kamar selama 20 menit. Larutan standar induk vitamin C 1000 ppm Ditimbang tepat 100 mg vitamin C, dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL. dan dilarutkan dengan metanol sampai batas (1000 ppm). 3.7.2 Pembuatan Deret Larutan Standar Vitamin C (Kontrol Positif) Dipipet sebanyak 2,5 mL larutan standar induk 1000 ppm kemudian tepatkan dengan metahol sampai tanda batas 25 ml lalu dihomogenkan. Ditambahkan 1 mL DPPH 1 mM, kemudian didiamkan selama waktu optimum pada suhu kamar. Larutan deret vitamin C dibuat dalam beberapa konsentrasi, yaitu 25, 50, 100, 200 dan 400 ppm. Pada masing-masing labu ditambahkan 1 mL larutan DPPH 1 mM, lalu dihomogenkan dan didiamkan selama waktu optimum pada suhu kamar.
7
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Daun Mangkokan 4.1.1 Sari Daun Mangkokan Hasil dari 500 g daun mangkokan segar yang telah diblansir dan ditambahkan 1 L air atau (1:2) setelah itu diblender dan disaring sehingga diidapatkan sari daun segar. Pembuatan sari daun mangkokan ini untuk pengujian pada berat jenis, fitokimia dan toksisitas. 4.1.2
Berat Jenis Sari Daun Mangkokan Hasil berat jenis sari daun mangkokan dihitung berdasarkan perbandingan relatif antara massa jenis zat dengan massa jenis air murni. Air murni memiliki massa
jenis 1 g/cm3. Hasil yang diperoleh adalah 0,996 g/ml sari daun mangkokan sehingga didapatkan hasil 25 ml artinya dapat dikatakan bahwa 1 gram sari daun~1 ml sari daun mangkokan. 4.2
Fitokimia Uji fitokimia bertujuan untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder dari sari daun mangkokan secara kualitatif terutama pada senyawa-senyawa antioksidan khususnya, seperti flavonoid. Tabel . Hasil Uji Fitokimia
Flavonoid
Identifikasi Senyawa
Alkaloid
3.7.3 Pembuatan Larutan Uji 1. Larutan buffer asetat 100 Mm (pH 5,5) sebanyak 1,5 ml masukkan ke dalam tabung reaksi. 2. Kemudian tambahkan 2,8 ml etanol dan 0,1 ml senyawa radikal bebas DPPH (1,1-diphenyl-2picryl hydrazyl) 3 mM dalam methanol lalu divortex. 3. Sebanyak 0,05 ml minuman jelly daun mangkokan dimasukkan ke dalam tabung reaksi divortex dan diinkubasi suhu kamar selama 20 menit. 4. Absorbansi dibaca pada λ 517 nm. 5. Penurunan absorbansi pada larutan yang berisi sampel menunjukkan adanya aktivitas antioksidan. 6. Sebagai standar digunakan asam askorbat dengan konsentrasi 25, 50, 100, 200, dan 400 ug/ml dengan menggunakan rumus AEAC (Ascorbic acid Equivalen Antioxidant Capacity), (Kubo, et al, 2002).
FeCl3 1% Asam Asetat Metanol Dragendor f Wagner Mayer
Saponin Tanin
Parameter Hijau kehitaman Endapan Kuning Jingga Endapan coklat Endapan coklat Endapan putih Terbentuk emulsi Endapan putih
Sari Daun + + + + +
Hasil fitokimia pada daun mangkokan adalah (+) positif mengandung flavonoid, tanin dan saponin ini ditunjukkan dengan adanya warna merah jingga pada identifikasi senyawa flavonoid dan adanya emulsi yang stabil pada identifikasi senyawa saponin. Sedangkan, pada identifikasi senyawa alkaloid tidak menunjukkan
8
adanyan endapan bewarna coklat dan putih. 4.3
Toksisitas toksisitas yang menggunakan Artemia Salina sebagai hewan coba dan menggunakan metode BSLT untuk mengetahui efek toksik dari bahan alam. Didapatkan hasil 18620 ppm, ini berarti bahwa sari daun mangkokan tidak memiliki efek toksik sama sekali dan aman digunakan untuk pembuatan minuman jelly daun mangkokan. 4.4
Minuman Jelly Daun Mangkokan 4.4.1 formulasi Minuman jelly adalah minuman ringan berbentuk gel terbuat dari sari daun atau buah dengan penambahan karagenan, gula, kalium sitrat, flavor melon dan pengawet. Seperti yang kita ketahui bahwa minuman jelly memiliki sifat fisik penting yaitu kekentalan, elastisitas, plastisitas serta kelenturan dan kekenyalan. Oleh sebab itu, pada pembuatan minuman jelly dari sari daun mangkokan ini akan dibuat formulasi dari daun segar dan air yang digunakan agar didapatkan minuman jelly yang diharapkan. Minuman jelly dari sari daun mangkokan ini dibuat dari formulasi antara daun mangkokan segar dengan air yaitu (1:1) , (1:2), (1:5), (1:10), (1:!5), (1:20), (1:25), dan (1:30). Hasil yang didapat dan dianggap memenuhi syarat dari sifat fisik minuman jelly ini adalah (1:30) karena pada formulasi ini didapatkan tekstur minuman jelly yang sesuai dengan minuman jelly yang ada di pasaran.
Gambar 2: minuman jelly daun mangkokan 4.4.2
Hedonik Uji hedonik minuman jelly daun mangkokan 3,3% atau (1:30) dengan 4 parameter yaitu warna, aroma, tekstur, dan rasa didapatkan hasil 20 panelis suka dengan minuman jelly daun mangkokan. 4.4.3 Mutu Sediaan 4.4.3.1 pH Nilai pH minuman jelly daun mangkokan adalah 7. Hal ini berarti bahwa minuman jelly daun mangkokan termasuk ke dalam kelompok netral. Menurut (Glicksman, 1983) karagenan akan stabil pada pH 7 atau lebih, penurunan pH menyebabkan penurunan stabilitas khususnya pada suhu tinggi dan hidrolisis polimer pada karagenan yang mengakibatkan kehilangan viskositas dan kemampuan untuk membentuk gel 4.4.3.2 Serat kasar Hasil yang diperoleh dari minuman jelly daun mangkokan adalah 0,3387% serat kasar. Uji serat ini bertujuan untuk memisahkan serat kasar dan bahan lain agar diketahui kadar serat yang terkandung dalam minuman jelly daun mangkokan.
9
4.4.3.3 Total Plate Count (TPC) Pada uji total plate count (TPC) terhadap minuman jelly daun mangkokan didapatkan hasil 3,8 log cfu/ml, ini berarti tidak melebihi batas maksimum atau aman untuk dikonsumsi sesuai dengan SNI 106019-1999 yaitu 4 log cfu/ml batas maksimum yang diperbolehkan.
yang lebih baik lagi agar dapat diterima oleh konsumen.
4.5
Barlow SM. 1990. Toxicological aspect of antioxidants used as food additives. London : Elsevier.
Antioksidan Adanya aktivitas antioksidan sediaan minuman jelly daun mangkokan didapatkan hasil 0,048 AEAC. ini berarti pada minuman jelly daun mangkokan memiliki aktivitas antioksidan yang kecil. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Uji mutu sediaan minuman jelly daun mangkokan didapatkan nilai pH 7, serat kasar 0,3387% dan total plate count (TPC) 3,8 log cfu/ml. 2. Pada sediaan jelly daun mangkokan tidak memiliki efek toksik dilihat dari hasil yang didapat adalah LD50 18620 ppm. 3. Aktivitas antioksidan minuman jelly daun mangkokan adalah 0,048 AEAC. 5.2
Saran Perlu dilakukan uji lanjutan yaitu uji viskositas, stabilitas, dan mutu organoleptik, pada minuman jelly daun mangkokan selama penyimpanan agar didapatkan sediaan minuman jelly daun mangkokan yang tidak gampang rusak dan dilakukan pengemasan
DAFTAR PUSTAKA Amic D, Beslo D, Trinajstic N, Davidovic. 2003. Structure-Radical Scavenging Activity Relationships of Flavonoids. Croatia Chem Acta 76(1): 55-61.
Buckle KA, Edwards RA, Fleet GH, Wooton M. 1987. Ilmu Pangan. Purnomo H, Adiono, penerjemah. Jakarta: Universitas Indonesia. Dalimartha S, Soedibyo M. 1999. Awet Muda Dengan Tumbuhan Obat dan Diet Suplemen. Jakarta: Trubus Agriwidya. Darmansjah, I. 1995. Dasar Toksikologi dalam Ganiswara, S. G., (Ed.), Farmakologi dan Terapi. 762-766. Jakarta: Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Fardiaz S. 1989. Hidrokoloid. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi.Institut Pertanian Bogor. Ferizal S. 2005. Formulasi jelly drink dari campuran sari buah dan sari sayuran. [skripsi]. Bogor: Departemen Teknologi Pangan dan Gizi,
10
Fakultas TeknologiPertanian, Institut Pertanian Bogor. Glicksman 1983. Food Hydrocoloid. Vol II. CRC press, Inc. Florida. Hanani E, Abdul M, Ryany S. 2005. Identifikasi Senyawa Antioksidan dalam Spons Callyspongia sp dari Kepulauan Seribu.Majalah Ilmu Kefarmasian 2:127133. Hayuning, PR. 2008. Pengujian Toksisitas Akut Ekstrak Buah Merah secara Invitro. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Indriani H dan Suminarsih E. 1999. Budidaya, Pengolahan, dan Pemasaran RumputLaut. Jakarta: Penebar Swadaya Kikuzaki H, Nakatani N. 1993. Antioxidant effects of some ginger constituents. J Food Sci 58: 1407-1410. Meyer LH. 1982. Food Chemistry. Connecticut: AVI Publishing Mosquera OM, Correa YM, Buitrago DC, Nino J. 2007. Antioxidant activity of twenty five plants from Colombian biodiversity. Mem Inst Oswaldo Cruz 102 (5): 631-634. Niken W. 2010.Pengukuran aktivitas antioksidan dengan metode CUPRAC, DPPH dan FRAP serta korelasinya dengan fenol dan flavonoid pada enam tanaman. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Noer Hendry. 2006. Foods for Digestive Health: Tren Utama Industri Pangan. http://www.foodreview.biz/lo gin/preview.php. Rajendra CE et al. 2011. Phytochemical Screening of The Rhizoma of Kaempferia Galanga. International Journal of Pharmacognosy and Phytochemical Research. 3(3): 61-63. Siro I, Kapolna E, Kapolna B, Lugasi A. 2008. Functional food.Product development, marketing and consumer acceptance A review.Journal of Appetite. 51: 456-467. Soekarto 1990.Penilaian Organoleptik. Jakarta: Angkasa Bhatara Karya. Sulaeman A. 1990. Bahan Tambahan Makanan (Food Additives) Jenis dan Petunjuk Penggunaannya.[Diktat].Bog or : Fakultas Pertanian, Institut Sunarni, T. 2005. Aktivitas antioksidan penangkap radikal bebas beberapa kecambah pari Biji tanaman familia pupliomaceae.Jurnal farmasi Indonesia 2001 :5361 Winarno FG, TS Rahayu. 1994. Bahan Tambahan untuk Makanan dan Kontaminan. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Pertanian Bogor.
11
Winarsi H. 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Yogyakarta: Kanisius.