UJI TOKSISITAS EKSTRAK DAUN JELATANG Laportea sinuata Blume TERHADAP LARVA NYAMUK Aedes aegipty TOXICITY TEST OF NETTLE LEAF Laportea sinuata EXTRACT TO MOSQUITO LARVA OF Aedes aegypti. Bayu Afnovandra Perdana*, Andri Prima Putra* dan Angelia Primanisa** *)Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Andalas **)Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Andalas ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh toksisitas ekstrak daun jelatang Laportea sinuata terhadap larva nyamuk Aedes aegypti. Metoda yang digunakan adalah metoda eksperimental dan analisis probit. Pada ekstrak daun jelatang terdeteksi senyawa flavonoid, fenolik, alkaloid, saponin dan steroid. Pada uji kematian larva didapatkan kematian larva terbanyak pada konsentrasi 1000 ppm (100 %). Setelah dilakukan analisis probit didapatkan nilai LC50 ekstrak sebesar 724,43 ppm. Berdasarkan nilai LC50 tersebut dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun jelatang toksik terhadap larva nyamuk Ae. aegypti. Pada pengamatan uji toksik ditemukan sebagian larva mengalami molting pada konsentrasi 200-1000 ppm. Kata kunci: Toksisitas, analisis probit, ekstrak daun jelatang dan larva nyamuk. ABSTRACT This investigation to find out toxicity influence of nettle leaf (Laportea sinuata) extract to mosquito larva of Aedes aegypti. The method was done by using experimental method and probit analysis. Nettle leaf extract contained flavonoid, fenolic, alkaloid, saponin and steroid compuond. The higest mortality of mosquito larva was found in 1000 ppm extract concentrations. With probit analysis was found LC50 value about 3090,29 ppm. Based on LC50 value was concluded nettle leaf ectract is not toxic to mosquito larva Ae. aegypti. At the toxicity test investigation was found the mosquito was through molting in 200-1000 ppm concentration. Key word: Toxicity, probit analysis, leaf nettle extract and mosquito larva. Pengendalian terhadap penyakit DBD dan
PENDAHULUAN
nyamuk Ae. agypti sudah banyak dilakukan, baik Nyamuk Aedes aegypti adalah vektor primer penyakit
Demam
Berdarah
Dengue
(DBD)
(Djunaedi D., 2006). Jumlah kasus penyakit DBD semakin
hari
meningkatnya
semakin populasi
meningkat nyamuk
Ae.
seiring aegypti.
Menurut sumber Kompas (2013) Hasil Riskesdas 2007 menunjukkan, DBD
menjadi penyebab
kematian nomor 5 pada balita setelah diare, pneumonia,
dan
meningitis,
dengan
jumlah
dari segi vaksin pengobatan penyakit DBD hingga pengendalian
jumlah
populasi
nyamuk.
Pengendalian dari segi jumlah populasi lebih penting. Menurut WHO (2004), untuk saat ini belum
ada
obat
dan
direkomendasikan pencegahan
vaksin
untuk
penyakit
dari
pilihan
yang
pengobatan
dan
nyamuk
tersebut,
sehingga satu-satunya upaya yang diandalkan adalah pengendalian kepadatan spesies tersebut.
kematian 6,8 persen. Jumlah kasus DBD di Indonesia saat ini mencapai sekitar 160 ribu per
Pengendalian
yang
paling
banyak
tahun sedangkan di dunia rata-rata ada sekitar
dilakukan adalah menggunakan insektisida, baik
925.896 setiap tahunnya.
insektisida alami maupun sintetis. Insektisida alami
kurang baik digunakan karena bahan kimia yang
tubuhnya. Hidup di dalam dan di sekitar rumah,
terkandung
dan
juga ditemukan di tempat umum. Nyamuk betina
daun
aktif menggigit (menghisap) darah pada pagi hari
jelatang sangat baik digunakan untuk insektisida
sampai sore hari. Nyamuk jantan biasa menghisap
alami. Zat-zat toksik yang ada pada kandungan
sari bunga/tumbuhan yang mengandung gula.
jelatang dimungkinkan dapat membunuh beberapa
Umur nyamuk Ae. aegypti rata-rata 2 minggu,
hama serangga yang tidak menguntungkan bagi
tetapi sebagian diantaranya dapat hidup 2-3 bulan
manusia, terutama larva nyamuk Ae. aegipty.
(Anggraeni, 2010).
sulit
menyebabkan
didegradasi
pencemaran.
di
alam
Pemanfaatan
Untuk mengetahui efek zat-zat toksik untuk bio insektisida alami diperlukan penelitian uji toksisitas
B. Jelatang Laportea sinuata
dan daya bunuh ekstrak daun jelatang Laportea
Laportea sinuata memiliki sinonim Dendrocnite
sinuata Blume, Chew.
sinuata atau Urtica sinuata. Laportea sinuata memiliki vern name yang bermacam-macam.
TINJAUAN PUSTAKA
Pulus, Kemaduh dan Latang atau Jelatang. Vern name tersebut umumnya menunjukkan beberapa
A. Nyamuk Aedes aegypti
spesies dari famili Urticaceae yang memiliki Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus dengue penyebab penyakit demam berdarah.
Selain
dengue,
Ae.
aegypti
juga
rambut gatal. Di beberapa daerah,
Laportea
sinuata sering dipersamakan dengan Laportea stimulans (Anonim, 2011).
merupakan pembawa virus demam kuning (yellow fever) dan chikunguya. Penyebaran jenis ini sangat
METODOLOGI PENELITIAN
luas, meliputi hampir semua daerah tropis di seluruh dunia. Ae. aegypti merupakan pembawa utama (primary vector) dan bersama Ae. albopictus menciptakan siklus persebaran dengue di desa-desa
Penelitian ini dilakukan dengan metoda sebagai berikut: Pengambilan Sampel Daun jelatang L. sinuata diambil di daerah
dan perkotaan (Anggraeni, 2011).
Timbulun, Kec. Sangir, Kab. Solok Selatan, Nyamuk Ae. Aegypti betina menghisap darah manusia setiap 2 hari. Setelah menghisap darah, nyamuk
ini
akan
mencari
tempat
hinggap
sebanyak 5kg untuk diekstraksi dan fraksinasi. Kemudian sampel di identifikasi di Herbarium ANDA Universitas Andalas.
(beristirahat). Biasanya di tempat yang agak gelap dan lembab. Setelah masa istirahat selesai, nyamuk
Ekstraksi daun jelatang
itu akan meletakkan telurnya pada dinding bak
Daun jelatang yang telah dicuci, dirajang halus.
mandi /WC, tempayan, drum, kaleng, ban bekas,
Masukkan ke dalam botol maserasi dan rendam
dan lain-lain. Biasanya sedikit di atas permukaan
dalam larutan methanol. Dan biarkan hingga dua
air. Selanjutnya nyamuk akan mencari mangsanya
hingga tiga hari. Saring larutan metan, lakukan
(menghisap darah) lagi dan seterusnya (Depkes RI,
hingga 3 kali. Setelah didapatkan larutan ekstrak,
2007).
lakukan pengentalan dengan metoda destilasi.
Adapun ciri morfologi dari nyamuk Ae. Aegypti yaitu nyamuk Ae. aegypti berwarna hitam dengan belang-belang
(loreng)
putih
pada
seluruh
Pemeriksaan Kandungan Metabolit Sekunder Pemeriksaan
kandungan
metabolit
sekunder
dilakukan terhadap ekstrak kental metanol.
Senyawa yang diuji adalah flavonoid, fenolik,
nyamuk. Dari pengujian yang dilakukan didapatkan
alkaloid, saponin dan steroid.
hasil sebagai berikut: Tabel 2. Hasil uji toksisitas ekstrak daun jelatang
Uji Toksisitas Ekstrak Daun Jelatang. Ekstrak
methanol
daun
jelatang
L. sinuata terhadap larva nyamuk.
dibuatkan
konsentrasinya menjadi 1000 ppm, 500 ppm, 250
No Konsentrasi ulangan (ppm)
Persentase
Rerata%
mortalitas
mortalitas
ppm, 200 ppm, 100 ppm. Setiap larutan dibuatkan
terkoreksi
3 kali pengulangan. Masing-masing konsentrasi larutan diujikan ke larva nyamuk.
1
Penghitungan Persen Kematian Nyamuk
1
0
0
2
0
(Kontrol)
3
0
1
10
2
0
3
0
1
15
Pengamatan larva nyamuk yang mati dilakukan selama 24 jam. Setelah didapatkan persentase
2
100
mortalitas larva nyamuk pada masing-masing ulangan,
dilakukan
perhitungan
persentase
2
0
mortalitas terkoreksi. Kemudian dicari nilai
3
0
probit
1
25
2
0
3
5
1
45
2
5
3
10
1
100
2
100
3
100
(probability
unit)
untuk
3
200
mortalitas
terkoreksi yang didapatkan. Kemudian dicari nilai
4
250
LC50. HASIL DAN PEMBAHASAN
5
500
Pada ekstraksi sampel daun segar Laportea sinuata 1.086,6 gr didapatkan hasil berupa ekstrak kental metanol 104,4 gr. Ekstrak kental methanol tersebut
6
1000
dilakukan uji kandungan metabolit sekunder. Pada tahap uji kandungan metabolit sekunder didapatkan
Probit
-
-
3,33
3,12
5
3,26
10
3,72
20
4,16
100
12
Berdasarkan tabel uji kematian larva nyamuk diatas (Tabel 2.) dapat dicari nilai LC50 dari ekstrak
hasil sebagai berikut:
tersebut dengan kurva analisis probit berikut: Tabel 1. Hasil uji senyawa metabolit sekunder
Kurva Analisis Probit
ekstrak jelatang Senyawa yang diuji
15
Keterangan
1
Flavonoid
+
2
Fenolik
+
3
Alkaloid
+
4
Saponin
+
5
Terpenoid
-
6
Steroid
+
Keterangan: + terdeteksi. - tidak terdeteksi. Setelah dilakukan uji senyawa metabolit sekunder dilakukan uji toksisitas ekstrak terhadap larva
Nilai Probit
No
10 5 0 2
2,3 2,39 2,96 3 Log konsentrasi
Grafik 1. Kurva analisis Probit ekstrak jelatang. Pada grafik tersebut didapatkan persamaan kurva: y = 1,866x – 0,346
Maka disubstitusikan nilai y = 5 (Karena 5
menyebabkan larva molting (berganti kulit) yang
mewakili 50% nilai probit atau 50% kematian larva
ditemukan pada konsentrasi 200-1000 ppm. Pada
nyamuk).
pengamatan perlakuan juga ditemukan lalat buah
5 = 1,866x – 0,346
yang bertelur di dalam larutan ekstrak pada
x = 2,86
konsentrasi 500-1000 ppm. Larva molting dan lalat
maka antilog (x) = 10
2,86
= 724,43 ppm.
buah yang bertelur dipengaruhi oleh hormon.
Berdasarkan perhitungan diatas didapatkan
Ekstrak jelatang tersebut memiliki senyawa yang
nilai LC50 dari konsentrasi ekstrak jelatang adalah
mempengaruhi
proses
molting
dan
724,43 ppm. Nilai tersebut menunjukkan bahwa
atraktan pada insekta yang akan bertelur.
senyawa
ekstrak daun jelatang tersebut memiliki sifat toksik.
Pada daun jelatang segar terdapat senyawa
Menurut Meyer, et al (1982) suatu ekstrak
yang menyebabkan rasa gatal. Rasa gatal tersebut
dianggap toksik apabila memiliki nilai LC50 < 1000
dikarenakan mengandung asam format, lendir,
ppm, sedangkan untuk senyawa murni dikatakan
garam mineral, amonia dan asam karbonat.
toksik apabila nilai LC50 < 200 ppm. Hasil uji
Senyawa yang menyebabkan gatal ini akan larut
ekstrak jelatang tersebut toksik.
pada ekstrak. Sifat gatal pada ekstrak daun jelatang
Sifat toksik yang terdapat pada ekstrak daun
hilang.
Hal
ini
disebabkan
oleh
perubahan
jelatang disebabkan karena jelatang memiliki
komposisi kimia dari senyawa tersebut setelah
senyawa steroid. Pada penelitian Sukandar (2007)
menjadi ekstrak. Sifat senyawa gatal yang hilang
didapatkan bahwa hasil skrining fitokimia pada
tersebut aman jika diaplikasikan untuk manusia
ekstrak
karena tidak gatal.
etil
menunjukkan
Pandanus senyawa
amaryllifolius steroid
yang
juga positif,
sedangkan senyawa terpenoid, alkaloid, flavonoid,
KESIMPULAN DAN SARAN
saponin dan senyawa lain tidak terdeteksi pada
Kesimpulan
ekstrak
Berdasarkan uraian dari pembahasan diatas dapat
tersebut.
Hasil
pengujian
toksisitas
ekstraknya menunjukkan bahwa ekstrak tersebut
diambil kesimpulan sebagai berikut:
toksik terhadap hewan uji (nilai LC50 = 288,4). Hal
1.
Ekstrak
daun
jelatang
Laportea
sinuata
ini berarti steroid pada P. Amaryllifolius memiliki
mempunyai nilai LC50 sebesar 724,43 ppm dan
sifat toksik yang sama dengan jelatang L. sinuata.
toksik terhadap larva nyamuk Aedes aegypti.
Pada penelitian lainnya yang dilakukan Tanti
Ekstrak daun jelatang mengakibatkan larva
(2009) terhadap ekstrak daun jelatang didapatkan
nyamuk Ae. Aegypti mengalami molting pada
hasil bahwa ekstrak jelatang tersebut dapat
konsentrasi 200-1000 ppm ekstrak dan juga
menghambat perkembangan mikro-fungi Candida
memiliki sifat aktraktan terhadap lalat buah dan
albicans. Senyawa pada ekstrak daun jelatang
merangsangnya untuk bertelur dalam larutan
dapat menyebabkan toksik pada larva nyamuk dan
ekstrak.
fungi. Sifat toksik ini dapat digunakan sebagai agen pengendalian terhadap kedua hama tersebut.
senyawa flavonoid, fenolik, alkaloid, saponin
Pada pengamatan uji toksisitas ekstrak daun jelatang beberapa
terhadap pengaruh
larva
nyamuk
ekstrak
didapatkan
lainnya.
2. Ekstrak daun jelatang L. Sinuata mengandung
dan steroid. Saran
Selain
Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya meneliti
mengakibatkan efek letal pada larva ekstrak juga
kandungan fitosteroid yang terdapat pada ekstrak
jelatang L. Sinuata, karena kandungan fitosteroid pada ekstrak ini lebih potensial.
DAFTAR PUSTAKA Djunaedi, D. 2006. Demam Berdarah Dengue (DBD)
Epidemiologi,
Patogenesis,
Imunopatologi,
Diagnosis
dan
Penatalaksanaannya. UMM Press. Malang. Kompas. 2013. Atasi DBD, Indonesia Bisa Mencontoh
Singapura.
Diakses
dari
http://health.kompas.com/read/2013/06/30/16 51016/Atasi.DBD.Indonesia.Bisa.Mencontoh. Singapura pada 02 Oktober 2013. Sumarmo. 1998. Demam Berdarah (Dengue) pada Anak. UI Press. Jakarta. Tanti. 2010. Assesment of Antimicrobial and Antioxidant Activities of Dendrocnite sinuata (Blume) Chew Leaves- A Medicinal Plant Used by Ethnic Communities of North East India. IJNPR Vol. 1 (1) : 17-21. CSIR. North East India. Wakhyulianto. 2005. Uji Daya Bunuh Ekstrak Cabai Rawit ( Capsicum frutescens L) terhadap Nyamuk Aedes aegypti. Skripsi. F. Olahraga. IKM. UNNES. WHO. 2007. Panduan Lengkap Pencegahan dan Pengendlian Dengue dan Demam Berdarah. Palupi, W (ed.). EGC. Jakarta.