UJI PERBEDAAN KADAR LAKTOSA PADA SUSU SAPI FRIES HOLLAND DAN SUSU KAMBING ETAWA DI KEC. AMPELGADING, KAB. MALANG Oleh Evy Ratnasari Ekawati Prodi Analis Kesehatan-FIKes-Univ.Maarif Hasyim Latif Sidoarjo ABSTRAK Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui perbedaan kadar laktosa pada sususapi fries hollan dan susu kambing etawa. Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 15 Mei 2014 sampai 15 Juni 2014, di Laboratorium Akademi Analis Kesehatan Malang. Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan dengan memisah kancasein,albumin dan air (H20) darisusu, kemudian hasil yang diperoleh berupa Kristal danditimbangmenggunakantimbangan neracaanalitik. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 6 susu segar sapi fries holland dan 6 susu segar kambing etawa.sampel didapatkan dari Kecamatan Pakis, Kelurahan Bunut Wetan, Dusun Borosawal, Kabupaten Malang.Data yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis dengan ujiIndependent t-test (α < 0,05) untuk mengetahui perbedaan kadar laktosa pada susu sapi fries holland dan susu kambing etawa. Didapatkan rata-rata laktosa pada susu sapi fries holland 0,02367 dan rata-rata pada laktosa pada susu kambing etawa 0,05733.Hasil ujiIndependent t-test didapatkan nilai yang signifikan sebesar 0,002 (α < 0,05) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara susu kambing etawa dengan susu sapi fries holland. Kata kunci : Susu Kambing Etawa, Susu Sapi Fries Holland,Laktosa PENDAHULUAN Susu merupakan makanan yang hampir sempurna ditinjau dari kandungan gizinya dan merupakan makanan alami satu-satunya bagi makhluk menyusui yang baru dilahirkan. Kambing, domba, kerbau, sapi, kelinci, ikan paus, anjing laut, dan mamalia menghasilkan susu dan menyusui anak-anaknya sampai batas waktu tertentu. Begitu pula dengan manusia, air susu ibu merupakan satu-satunya makanan tunggal (single food) yang paling sempurna untuk bayi sampai usia empat bulan. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa bayi yang hanya diberi air susu ibu selama tiga bulan pertama dijamin dapat tumbuh sehat. Secara alamiah yang dimaksud susu adalah hasil pemerahan kambing sapi atau hewan mamalia lain yang dapat dimakan atau digunakan sebagai bahan makanan yang aman dan menyehatkan. Komposisi utama susu adalah air, lemak, protein, laktosa, dan mineral (Astawan, 2004). Susu sapi perah merupakan salah satu bahan pangan yang sangat penting dalam mencukupi kebutuhan gizi masyarakat, karena susu bernilai gizi tinggi dan mempunyai komposisi zat gizi lengkap dengan perbandingan gizi yang sempurna, sehingga mempunyai nilai yang sangat startegis(Anggraeni et al., 2001). Susu kambing Etawa merupakan susu yang dihasilkan oleh kambing peranakan Etawah. Susu kambing memiliki protein terbaik setelah telur dan hampir setara dengan Air Susu Ibu (ASI) (Manik, 2006). Susu murni adalah susu yang diperoleh dari hasil pemerahan dan belum mendapat perlakuan, dan susu murni yang belum mengalami proses pemanasan disebut susu segar (Dirkeswan, 1983). Susu merupakan sumber energi karena mengandung
17
laktosa dan lemak, sumber zat pembangun karena mengandung protein dan mineral serta sebagai bahan-bahan pembantu proses metabolisme seperti mineral dan vitamin. Secara kimiawi susu normal mempunyai susunan sebagai berikut: air (87,20%), lemak (3,70%), protein (3,50%), laktosa (4,90%), dan mineral (0,07%) (Sumudhita, 1989). Protein hewani merupakan zat makanan yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan akan protein hewani semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya taraf hidup manusia. Untuk memenuhi kebutuhan protein hewani, salah satu bahan pangan asal ternak yang dapat digunakan adalah susu. Susu merupakan bahan makanan yang istimewa bagi manusia karena kelezatan dan komposisinya yang ideal selain itu susu mengandung semua zat yang dibutuhkan oleh tubuh, semua zat makanan yang terkandung didalam susu mudah dicerna dan dimanfaatkan oleh tubuh (Ressang dan Nasution, 1982). Menurut Webb dan Whittler (1970), laktosa merupakan karbohidrat utama yang terdapat di dalam susu mammalia, Laktosa adalah disakarida yang terdiri dari glukosa dan galaktosa. Laktosa hanya terdapat pada sel-sel kelenjar mamma pada masa menyusui(Mayes PA, 1990). Menurut Suhendar dkk (2008) Komposisi rata-rata susu sapi terdiri dari: Air 83,3 %, protein 3,2%, lemak 4,3 %, karbohidrat 3,5 %, kalium 4,3 mg/100 gr, kalsium 143,3 mg/ 100 gr,fosfor 60 mg/100 gr, besi 1,7 mg/100 gr, vitamin A, SI 130, Vitamin B1 0,3 mg/100 grdan vitamin C 1 mg/100 gr. Lemak tersusun dari trigliresida yang merupakan gabungan gliserol dan asam-asam lemak. Dalam lemak susu terdapat 60-75% lemak yang bersifat jenuh, 25-30% lemak yang bersifat tak jenuh dan sekitar 4% merupakan asam lemak polyunsaturated. Komponen mikro lemak susu antara lain adalah fosfolipid, sterol, tokoferol (vitamin E), karoten, serta vitamin A dan D. Kadar laktosa di dalam air susu adalah 6,2% dan ditemukan dalam keadaan larut. Laktosa terbentuk dari dua komponen gula yaitu glukosa dan galaktosa. Kadar laktosa dalam air susu dapat dirusak oleh beberapa jenis kuman pembentuk asam susu. Pemberian laktosa atau susu dapat menyebabkan diare atau gangguan-gangguan perut bagi orang yang tidak tahan terhadap laktosa. Hal ini disebabkan kurangnya enzim lactase dalam mukosa usus. Komposisi air susu dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jenis ternak dan keturunannya (hereditas), bulan laktasi, umur ternak, peradangan pada ambing, pakan ternak, lingkungan dan prosedur pemerahan susu. Lebih kentalnya susu dibandingkan air adalah karena banyaknya bahan kering yang terdapat didalamnya, seperti lemak, protein, karbohidrat, vitamin, dan mineral (Saleh, 2004). Berdasarkan uraian diatas peneliti ingin mengetahui perbedaan kandungan laktosa pada susu sapi peras dan susu kambing etawa. Susu adalah hasil pemerahan dari ternak sapi perah atau dari ternak menyusui lainnya yang diperah secara kontinyu dan komponen-komponennya tidak dikurangi dan tidak ditambahkan bahan-bahan lain. Susu bernilai gizi tinggi dan dapat digunakan sebagai makanan manusia segala umur, sehingga susu merupakan makanan yang dapat dikatakan sempurna. Dewasa ini di negara-negara yang sudah maju maupun di negaranegara yang sedang berkembang ,sapi perah merupakan sumber utama penghasil susu yang mempunyai nilai gizi tinggi. Walaupun ada pula susu yang dihasilkan oleh ternak lain misalnya kerbau, kambing, kuda dan domba, akan tetapi penggunaannya dimasyarakat tidaklah sepopuler susu sapi perah (Anonim, 2010). Susu sebagian besar digunakan sebagai produk pangan. Dipandang dari segi gizi, susu merupakan makanan yang hampir sempurna dan merupakan makanan alamiah bagi makhluk menyusui yang baru lahir, di mana susu merupakan satu-satunya sumber makanan pemberi ke-hidupan segera sesudah kelahiran. Susu didefinisikan sebagai sekresi dari kelenjar susu makhluk yang menyusui anaknya. Sumber susu untuk kegunaan
18
komersial yang paling umum di negara-negara seperti Australia, Inggris, dan Amerika adalah sapi, akan tetapi di negara-negara lain digunakan ternak-ternak lain, seperti domba dan kambing di Itali dan Perancis, kerbau di Asia dan Mesir. Selama berabad-abad sapi selalu dipilih untuk produksi susu yang tinggi, sehingga sekarang sapi perah adalah salah satu penghasil susu yang paling efisien. Dalam kenyataannya seekor sapi perah yang baik akan menghasilkan sekitar 5.000 liter susu per tahun (kira-kira sepuluh kali berat badannya sendiri) (Buckle et al., 1987). Susu merupakan sumber energi karena mengandung laktosa dan lemak, sumber zat pembangun karena mengandung protein dan mineral serta sebagai bahan-bahan pembantu proses metabolisme seperti mineral dan vitamin. Secara kimiawi susu normal mempunyai susunan sebagai berikut: air (87,20%), lemak (3,70%), protein (3,50%), laktosa (4,90%), dan mineral (0,07%) (Sumudhita, 1989). Susu kambing merupakan cairan putih berasal dari binatang ternak ruminansia berjenis kambing perah yang diproduksi oleh kelenjar susu dari hewan mamalia betina. Susu diproduksi oleh kambing betina setelah beranak atau disebut masa laktasi. Salah satu kelebihan susu kambing adalah kandungan gizinya relatif lebih lengkap dan seimbang. Sedangkan menurut Saleh (2004), susu yang baik adalah susu yang mengandung jumlah bakteri sedikit, tidak mengandung spora mikroba patogen, bersih yaitu tidak mengandung debu atau kotoran lainnya dan mempunyai cita rasa flavour yang baik. Komponen komponen yang penting dalam air susu adalah protein, lemak, vitamin, mineral, laktosa serta enzim-enzim dan beberapa mikroba (Lampert, 1980). Susu merupakan produk pangan yang menjadi sumber utama pemenuhan kebutuhan kalsium (Ca) tubuh (Syarifah, 2007). Komposisi air susu dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jenis ternak dan keturunannya (hereditas), bulan laktasi, umur ternak, peradangan pada ambing, pakan ternak, lingkungan dan prosedur pemerahan susu. Lebih kentalnya susu dibandingkan air adalah karena banyaknya bahan kering yang terdapat didalamnya, seperti lemak, protein, karbohidrat, vitamin, dan mineral. Viskositas susu juga bisa dipengaruhi antara lain yaitu tercemar oleh kuman-kuman coli yang menyebabkan susu berlendir karena alat yang tidak bersih dan susu lebih encer kemungkinan adanya penambahan sejumlah air kedalam susu (Saleh, 2004). Pemanfaatan kambing di Indonesia baru terbatas sebagai penghasil daging, sedangkan sebagai penghasil susu masih sedikit. Kambing yang umumnya dipelihara adalah kambing Peranakan Etawah (PE), karena kambing ini merupakan salah satu jenis kambing yang menghasilkan susu untuk memenuhi kebutuhan protein hewani. Jenis kambing PE merupakan jenis kambing yang memiliki produktivitas tinggi dan daya tahan yang lebih baik. Kambing PE banyak dipelihara oleh masyarakat di Indonesia dan tersebar luas diseluruh wilayah pedesaan karena mempunyai kemampuan untuk beradaptasi dan mempertahankan diri terhadap lingkungan yang kurang baik (Davendra dan Burns, 1994). Kandungan protein susu kambing relatif lebih tinggi, yaitu 4,3% dibanding susu sapi 3% (Sunarlim, 1992). Pada waktu susu berada di dalam ambing ternak yang sehat atau berada beberapa saat setelah keluar, susu merupakan suatu bahan murni, hygienis, bernilai gizi tinggi, dan mengandung sedikit bakteri yang berasal dari ambing, atau boleh dikatakan susu masih steril, bau dan rasanya tidak berubah dan tidak berbahaya untuk diminum. Setelah beberapa lama berada di luar, susu sangat peka terhadap pencemaran bakteri karena di dalam susu terkandung semua zat yang disukai oleh bakteri seperti protein, mineral, karbohidrat, lemak, dan vitamin sehingga susunan dan keadaannya akan berubah (Suardana dan Swacita, 2004).
19
Laktosa pertama kali diisolasi pada tahun 1633 oleh Bartolettu cara evaporasi whey (Holsinger, 1988).Laktosa, β galacotse 1,4 glukosa merupakan komposisi gula pada susu mammalia yang unik. Laktosa merupakan disakarida yang terdiri dari glukosa dan galaktosa (Solomons, 2002). Laktosa merupakan sumber energi yang memasok hampir setengah dari keseluruhan kalori yag terdapat pada susu (35-45%). Selain itu, laktosa juga diperlukan untuk absorbsi kalsium. Hasil hidrolisa laktosa yang berupa galaktosa, adalah senyawa yang penting untuk pembentukan sebrosida. Serebrosida ini penting untuk perkembangan fan fungsi otak. Galaktosa juga dapat dibentuk oleh tubuh dari glukosa di hati. Karena itu keberadaan laktosa sebagai karbohidrat utama yang terdapat di susu mammalia, termasuk ASI, merupakan hal yang unik dan penting (Sinuhaji, 2006). Laktosa hanya dibuat di sel-sel kelenjar mamma pada masa menyusui melalui reaksi antara glukosa dan galaktosa uridin difosfat dengan bantuan lactose synthetase. Kadar laktosa dalam susu sangat bervariasi antara satu mammalia dengan yang lain. ASI mengandung 7% laktosa, sedangkan susu sapi hanya mengandung 4% (Sinuhaji, 2006). Laktosa atau gula susu terlarut dalam susu sebanyak 4,8% dan memberikan rasa manis pada susu.Laktosa normal hanya terdapat dalam susu, yaitu semacam disakarida yang dibuat dari glukosa dari bahan makanannya.Kegunaan laktosa bagi badan adalah sama dengan karbohidrat lainnya, tetapi masih harus dipecah dulu menjadi glukosa dan galaktosa oleh enzim laktase dari alat pencernaan (Suwadi Sinduredjo,1996). Laktosa merupakan sumber energi yang memasok hampir setengah keseluruhan kalori susu (35-45%). Disamping itu laktosa juga penting untuk absorpsi kalsium.Galaktosa yang merupakan hasil hidrolisa laktosa, merupakan senyawa yang penting untuk perkembangan fungsi otak.Galaktosa ini juga dapat dibentuk oleh tubuh (dihati)dari bahan lain yaitu glukosa.Laktosa sebagai karbohidrat utama yang terdapat di susu mammalia,termasuk ASI. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif, yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara deskriptif(Notoatmodjo dan soekidjo,2005). Penelitian ini dilakukan secara kuantitatif. Dalam hal ini peneliti ingin mengetahui kandungan laktosa pada susu sapi Fries Holland dan susu kambing Etawa. Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti. Yang menjadi populasi dalam penelitian adalah susu kambing etawa dan susu sapi Fries Holand yang dijual di Kota Malang. Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, soekidjo,2005).Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 6 sampel untuk susu sapi Fries Holand dan 6 sampel untuk kambing etawa yang diambil dari Kecamatan Pakis, Kelurahan Bunut wetan, Dusun Borosawal,Kabupaten Malang. Penelitian dilakukan di Laboratorium Akademi Analis Kesehatan Malang. Untuk mengetahui perbedaan kadar laktosa pada susu sapi Fries Holland dan susu kambing Etawa menggunakan uji t tidak berpasangan(independent t test). Alat – Alat dan Bahan yang doigankan sebagai beikut Alat; Gelas ukur, Corong, Pengaduk kaca, Kertas saring, Termometer, Batu didih, Erlenmeyer, Bunsen, Pipet tetes dan Beaker glas Bahan; Susu Sapi Perah, Susu kambing Etawa, Asam asetat glasial q.s, CaCO3 08 g, Etanol 95 % 57,8 ml dan Aquadest q.s.
20
Prosedur Pemeriksaan Laktosa dalam bidang kefarmasian sering digunakan untuk zat tambahan (pengisi) atau sebagai pemanis dalam suatu sediaan. Laktosa dapat diisolasi dari susu kambing etawa dan susu sapi perah. Pada praktikum isolasi laktosa, ukur susu segar sebanyak 100 ml dengan menggunakan gelas ukur.panaskan susu segar dengan suhu konstan 40o C sambil kita aduk dengan termometer sebagai pengganti pengaduk, agar kita dapat mengetahui suhu pemanasan. Karena kita memanaskan memakai api bunsen, hal yang perlu diperhatikan adalah kenaikan suhu yang sangat cepat. Oleh karena itu, kita harus waspada terhadap kenaikan suhu yang sangat cepat ini. Suhu konstan 40o C ini adalah suhu yang paling ideal untuk mengendapkan casein. Jika kita memanaskan diatas 40o C, maka endapan casein yang terbentuk menjadi tidak stabil karena mudah terurai menjadi asam amino lain. Jika memanaskan dibawah 40o C, maka endapan casein yang terbentuk tidak sempurna. Setelah suhu mencapai 40o C, segera tambahkan asam asetat encer sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai casein mangendap sempurna. Asam asetat encer ini kita buat dari asam asetet glasial (bukan asam asetat anhidrid!) dan air dengan perbandingan 1 :10. Tujuan dari penambahan asam asetat ini adalah untuk mengendapkan casein. Cara kita mengetahui casein sudah mengendap sempurna atau belum, yaitu kita tambahkan asam asetat encer sampai tidak ada lagi casein yang menggumpal. Kalau sudah tidak ada casein yang menggumpal, penambahan asam asetat kita hentikan. Jika kita menambahkan asam asetat encer terlalu berlebihan, laktosa akan terhidrolisis menjadi galaktosa dan glukosa. Jika kita terlalu sedikit menambahkan asam asetat encer (casein belum mengendap semua), maka laktosa yang terbentuk hasilnya kurang baik. Larutan tersebut disaring dengan corong yang kita beri kapas dan kertas saring pada bagian dalamnya, lalu kita tampung filtratnya di erlenmeyer. Filtrat tersebut ditambahkan 0,8 gram CaCO3 dan batu didih. Tujuan penambahan CaCO3 di sini adalah untuk pengendapan casein (endapan Ca albumin). Setelah itu dipanaskan selama 10 menit sambil diaduk. Tujuan pemanasan ini adalah karena garam albumin (Ca albumin) memiliki kelarutan yang rendah pada suhu tinggi. Serta tujuan penambahan batu didih dan pengadukan adalah supaya tidak terjadi bumping. Setelah 10 menit pemanasan, segera saring panas dengan corong dan kertas saring. Filtrat hasil penyaringan, kita uapkan sampai 12 ml. Sebaiknya kita uapkan dengan menggunakan gelas piala besar, karena luas permukaan cairan sebanding dengan penguapan (semakin luas permukaan cairan, semakin cepat waktu penguapan kita). Tujuan dari pemanasan ini adalah untuk menghilangkan H20 sehingga nantinya filtrat yang kita peroleh lebih pekat. Sebelum penguapan, kita tambahkan dulu batu didih di dalam beaker glass dan kita aduk selama pemanasan berlangsung. Tujuan dari pengadukan ini adalah untuk mencegah terjadinya bumping, karamelisasi, dan supaya pemanasan merata. Setelah kita mendapat 10 ml filtrat, tambahkan ethanol 95% sebanyak 57,8 ml. Tambahkan etanol dalam keadaan api sudah mati, karena etanol mempunyai sifat mudah terbakar. Tujuan penambahan etanol adalah sebagai pelarut. Dipilih etanol karena etanol merupakan pelarut yang dapat mengendapkan laktosa. Kemudian saring dengan menggunakan corong yang telah diisi kapas dan dilapisi kertas saring, sampai diperoleh filtrat yang jernih. Kekeruhan sebelum penyaringan dapat terjadi oleh karena adanya protein yang belum mengendap. Kita tampung di dalam botol hasil 150 ml, kemudian ditutup dengan kertas saring yang dilubang-lubangi. Tujuan ditutup oleh aluminium foil yang dilubang-lubangi supaya etanol yang berlebih dapat menguap. Kita diamkan selama 3 hari. Kemudian kita saring dengan menggunakan corong dankertas saring. Keringkan
21
laktosa didalam desikator. Proses pengeringan ini tidak dilakukan di dalam oven karena suhu di dalam oven relatif tinggi yang dapat menyebabkan laktosa terkaramelisasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan kadar laktosa yang terkandung didalam susu sapi Fries Holand dan didalam susu kambing etawa dengan sampel susu segar dan masing masing menggunakan 6 sampel, yang diperoleh dari Kecamatan Pakis, Kelurahan Bunut Wetan, dusun Borosawal, Kabupaten Malang dan penelitian dilakukan di Laboratorium Akademi Analis Kesehatan Malang.
Tabel 1.kandungan laktosa pada susu sapi fries holland dan susu kambing etawa.
NO 1 2 3 4 5 6
Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Sampel 4 Sampel 5 Sampel6
Kandungan Laktosa /100ml Sapi Fries Holland Kambing Etawa 0,015 g 0,036 g 0,023 g 0,079 g 0,024 g 0,053 g 0,038 g 0,048 g 0,025 g 0,078 g 0,017 g 0,050 g
Kadar Laktosa
Kadar Laktosa Pada Susu Sapi fries holland dan Susu Kambing Etawa 0.1 0.08 0.06 0.04 0.02 0
KAMBING SAPI
Sampel
Gambar 1 Kadar laktosa pada susu sapi perah dan susu kambing etawa. Dari tabel 1 dan Grafik 1diketahui bahwa kadar laktosa pada susu kambing etawa lebih besar pada susu sapi perah. Mula –mula dilakukan uji normalitas pada data penelitian yang diperoleh untuk mengetahui apakah sebarannya normal atau tidak. Normalitas sebaran data diketahui dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk karena jumlah subjek < 50 sampel. Tabel 2 Uji Normalitas data Shapiro-Wilk untuk kadar laktosa pada susu sapi fries holland dan pada susu kambing etawa.
22
Kelompok perlakuan Kadar Laktosa
Shapiro-Wilk .000 .160
Pada tabel 2 diketahui bahwa nilai p yang didapatkandari uji normalitas ShapiroWilk adalah 0,160, nilai ini lebih besar dari 0,05 ( p > 0,05). Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa sebaran data terdistribusi normal. Hasil uji independent t-test dapat dilihat pada tabel lampiran. Nilai p dari hasil uji independent t-test adalah 0,002 (p<0,05). Nilai p yang kurang dari 0,05 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara susu kambing etawa dengan susu sappi perah, dengan begitu dapat diambil kesimpulan bahwa Kadar laktosa pada susu kambing etawa lebih besar dibandingkan Kadar laktosa pada susu sapi perah. Pembahasan Susu murni adalah susu yang diperoleh dari hasil pemerahan dan belum mendapat perlakuan, serta susu yang belum mengalami proses pemanasan disebut susu segar (Dirkeswan, 1983).Komposisi air susu dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jenis ternak dan keturunannya (hereditas), bulan laktasi, umur ternak, peradangan pada ambing, pakan ternak, lingkungan dan prosedur pemerahan susu. Lebih kentalnya susu dibandingkan air adalah karena banyaknya bahan kering yang terdapat didalamnya, seperti lemak, protein, karbohidrat, vitamin, dan mineral(Saleh, 2004). Kerusakan air susu terjadi apabila telah disimpan dalam kurun waktu yang melebihi batas. Kerusakan susu dapat disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut,pertumbuhan dan aktifitas bakteri, aktifitas enzim, pemanasan atau pendinginan, parasit,serangga, tikus, sinar, udara dan lama penyimpanan, serta faktor-faktor yangmempengaruhi pencemaran bakteri dalam susu misalnya faktor penyakit dan faktorperlakuan seperti: alat yang digunakan tidak steril dan pemberian pakan kambing yangkurang bersih (Ressang dan Nasution, 1998). Dari data hasil penelitian yang dilakukan di laboratorium Akademi Analis Kesehatan Malang tentang “Uji Perbedaan Kadar Laktosa Pada Susu Kambing Etawa dan Susu Sapifriesh holland”.Pada penelitian ini digunakan sampel susu segar yang diperoleh dari Kecamatan Pakis, Kelurahan Bunut Wetan, Dusun Borosawal,Kabupaten Malang.Tujuan penelitian tersebut adalah untuk melihat perbedaan kadar laktosa yang terkandung didalam susu sapi perah dan susu kambing etawa/100ml. Dari tabel 4.2 diketahui bahwa pada 12 sampel yaitu yang terdiri dari 6susu kambing etawa dan 6 susu sapi perah, didapatkan rata-rata kadar laktosa pada susu kambing etawa adalah 0,05733 dan rata-rata kadar laktosa pada susu sapi perah adalah 0,02367. Sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata kadar laktosa pada susu kambing etawa lebih besar dibandingkan dengan susu sapi perah.Hasil analisisi data independent ttest yang dapat dilihat pada tabel menunjukan nilai p 0,002 (p < 0,05) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kadar laktosa pada susu kambing etawa dan susu sapi perah. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Edelsten dan Van den Berg (1988) yang menyatakan bahwa laktosa dalam susu sapi sebanyak 4,7% dan pada susu kambing sebanyak 4,8%. Sedangkan menurut Maheswary dan Rony(2008) laktosa untuk setiap 100ml pada susu sapi adalah 4,8g dan dalam susu kambing sebanyak 4,7g dan menurut Suwadi Sindurejo (1996) laktosa yang terkandung dalam susu sapi sebanyak 4,95% dan laktosa dalam susu kambing adalah 4,23%. Berdasarkan teori teori tersebut bahwa susu sapi mempunyai kandungan laktosa yang lebih banyak dibandingkan dengan laktosa dalam susu kambing, sedangkan dalam
23
penelitian yang saya lakukan menunjukka nilai laktosa dalam susu kambing lebih banyak. Dalam hal ini banyak faktor yang mempengaruhi produksi susu. MenurutPhalepi (2004) menyatakan bahwa produksi susu dipengaruhi mutu genetik, umur induk, ukuran dimensi ambing, bobot hidup, lama laktasi, tata laksana yang diberlakukan pada ternak (perkandangan, pakan, dan kesehatan), kondisi iklim setempat, daya adaptasi ternak, dan aktivitas pemerahan. Produksi susu dipengaruhi oleh jumlah sel sekretori di dalam jaringan ambing, aktivitas sel sekretori dalam melakukan sintesis susu dan ketersediaan substrat untuk disintesa menjadi susu. Sintesis susu dilakukan oleh sel–sel sekretori pada kelenjar susu dengan menggunakan nutrisi dari bahan pakan yang dikonsumsi (Manalu et al. 2000). Dalam penelitian ini, peneliti hanya menggunakan 12 sampel yang terdiri dari 6 sampel untuk susu sapi friesh holland dan 6 sampel untuk susu kambing etawa, dan dari satu sumber penjual susu yaitu dari Kecamatan Pakis, Kelurahan Bunut wetan, Dusun Borosawal,Kabupaten Malang.Komposisi yang terkandung didalam susu adalah air, lemak, protein, laktosa, dan mineral. Penelitian yang dilakukan ini hanya meneliti laktosa pada susu sapi friesh holland dan susu kambing etawa.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kadar laktosa pada susu kambing etawa dengan susu sapi perah. Kadar laktosa pada kambing etawa lebih besar daripada kadar laktosa pada susu sapi Fries Holland. Saran 1. Sebaiknya dilanjutkan penelitian dengan sampel yang lebih banyak dengan metode penelitian yang berbeda. 2. Bagi masyarakat yang membutuhkan laktosa lebih banyak, sebaiknya lebih memilih mengkonsumsi susu kambing etawa karena memiliki kadar laktosa yang tinggi. 3. Sebaiknya dilakukan penelitian dengan sampel yang lebih banyak dan dari sumber penjual susu yang lebih banyak pula. 4. Dapat dilakukan penelitian kandungan didalam susu selain laktosa DAFTAR PUSTAKA Aksi Agraris Kanisius (AAK). 1980. Beternak Sapi Perah. Yogyakarta. Adi Sudono, Rosdiana.R.F,dan Setiawan.B.S. 2003. Beternak Sapi Perah secara Intensif. Cet-1. Jakarta : Agro Media Pustaka. Anggraeni, A., K. Diwiyanto, L. Praharni, A. Soleh dan C. Talib. 2001. Evaluasi mutu genetiksapi perah induk FH didaerah sentra produksi susu. Prosiding Hasil Penelitian bagian proyek “Rekayasa Teknologi Pertanian/ARMP II”. Bogor: Puslibangnak. Anonim. 2012. Manfaat Susu Sapi Perah Dan http://massaidi.blogspot.com/2011/01/manfaat-susu-sapi-dankandungannya.html. Diakses tanggal 15 juli 2014.
Kandungannya.
24
Astawan, Made. 2004. Bersahabat dengan Kolesterol. Solo: Tiga Serangkai. Blakely and Bade. 1985. Ilmu Peternakan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Buckle, K.A., R.A Edwards, G.H Fleet, dan M. Wooton. 1987. Ilmu pangan. Jakarta : UI Press. (diterjemahkan oleh Hari Purnomo dan Adiono). Davendra, C. dan M. Burs. 1994. Produksi Kambing di Daerah Tropis. Bandung: ITB. Dirkeswan. 1983. Manual Kesmavet. No. 28/II/1983 Hal; 35-43. Jakarta: Direktorat Kesehatan Hewan, Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian. Edelsten,D. 1988. Composition of milk.In Meat Science and Technology H.R.Cross and A.J. Overby (Eds) p:175-199. Tokyo: Esevier Science Publisher B.V. Amsterdam. Ensminger, M. E. 2002. Sheep and Goat (AnimalAgriculture Series) 6th Ed. Interstate Publishers, Inc., Danvile. Ensminger , M. E. 1980. Dairy Cattle Science. 2 nd Ed Pp 169-443. USA: Interstite printers and Publisher, Inc. Illinois. Ernawani. 1991. Pengaruh Tatalaksana Pemerahan Terhadap Kualitas Susu. Media Peternakan Vol 15: 38-46. Bogor: Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Hadiwiyoto, S. 1983. Pengujian Mutu Susu dan Hasil Olahannya. Liberty. Holsinger, V.H., dkk. 1988. Lactose In Fundamentals of Dairy Chemistry, 3 rd ed p: 279 - 342. New York: Van Nostrand Reinhold. http://cisaruafarm.wordpress.com. bangsa-bangsa-sapi-perah. diakses tanggal 12 Agustus 2014. http://etawakambing.wordpress.com. Diakses tanggal 13 Agustus 2014. Lampert, C.M. 1980. Modern Dairy Product p: 234−255. New York: Publishing, Co. Inc. Maheswari, R.R.A., dan Ronny Rachman Noor. 2008. Perbandingan kandungan nutrisi asi, susu sapi dan susu kambing. Online posting. http://web.ipb.ac.id/~lppm/ID/index.php?view=warta/isinews&id=648.diakses tanggal 12 Maret 2014. Manalu W., W.Y Sumaryadi, Sudjatmogo and A,S. Satyaningtyas. 2000. Effect Of Superovulation Prior to Mating on Milk Production Performane During Lactation In Evves p: 83:477-83. Journal Dairy Sci. Manik, Eko., 2006. Olahan Susu. Bogor: Pusat Unit Pangan dan Gizi, IPB. Masykuri. 2003. Tinjauan komposisi dan sifat-sifat air susu. Semarang: Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro. Notoatmodjo, Soekidjo. 2005 Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
25
Phalepi, M. A. 2004. Performa Kambing Peranakan Etawah (Studi kasus di peternakan Pusat Pertanian dan Pedesaan Swadaya Citarasa). Bogor: Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Ressang, A.A., A.M. Nasution. 1982. Pedoman Mata Pelajaran Ilmu Kesehatan Susu (Milk Hygiene)Edisi 2. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan, IPB. Saleh, E. 2004. Dasar Pengolahan Susu dan Hasil Ikutan Ternak. Program Studi Produksi Ternak. Sumatera Utara: Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Setiawan, A.I. 2002. Beternak Kambing Perah Peternakan Ettawa. Jakarta: Penebar Swadaya. Simatupang, I. 2011. Perbandingan konsentrasi starter biji kefir dan lama inkubasi pada susu kambing dengan susu sapi berpengaruh terhadap kadar asam laktat, alkhohol, protein dan organoleptik. Skripsi program sarjana.Universitas Sumatra Utara Medan. http://repository.usu.ac.id.diakses tanggal 12 Maret 2014. Sinuhaji AB. 2006. Intoleransi laktosa p:39, 4, 424- 429. Majalah kedokteran nusantara. Siregar, S. 1992. Hal 4-88. Sapi Perah, Jenis, teknik Pemeliharaan, dan Analisa Usaha. Jakarta : Cetakan Pertama.Penebar Swadaya. Solomons NW. 2002. Fermentation, fermented foods and lactose intolerance p:50-55. Eur. J. Clin. Nutr. 56, Suppl 4. Suardana, I.W. dan I.B.N. Swacita. 2004. Food Hygiene. Petunjuk Laboratorium. Denpasar: Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana. Suhendar. 2008. Pasca Panen Lalai Kualitas Susu Terbengkalai. Bandung: Institut Mikrobiologi Pangan. Sumudhita, M.W. 1989. Air Susu dan Penanganannya Hal; 1-45. Denpasar: Program Studi Ilmu Produksi Ternak Perah. Fakultas Peternakan Universitas Udayana. Sunarlim, R. dan H. Setiyanto. 2001. Penggunaan Berbagai Tingkat Kadar Lemak Susu Kambing dan Susu Sapi terhadap Mutu dan Citarasa Yoghurt .hlm. 371–378. Pros.Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor : Puslitbang Peternakan, Sunarlim. 1992. Usaha Berternak Kambing Etawah. http://www.smallcrab.com/ Forex/172-usaha-beternak-etawah. Tanggal Akses 16 juli 2014. Syarifah. 2007. “ Suke” Sisi lain kedelai. Bandung: Bandung pikiran rakyat. Tanius, A. dan T. Setiawan. 2005. Beternak Kambing Perah Peranakan Ettawa. Depok: Cetakkan II. Penebar Swadaya. Van den Berg J.C.T 1988. Dairy Technology in the Topics and Subtropics .PUDOC, Wageningen.
26