Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015
UJI PENGARUH INPUT COMPETENCY PROJECT LEADER TERHADAP PROJECT DELAY DI PT. XYZ Neni Tri Widiarti 1) dan Indung Sudarso 2) Program Studi Magister Manajemen Teknologi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Jl. Cokroaminoto 12A, Surabaya, 60264, Indonesia 1)e-mail:
[email protected] 2)e-mail: e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Manajemen proyek adalah aplikasi dari pengetahuan (knowledge), keahlian (skill), tool dan teknik yang diaplikasikan pada aktivitas proyek untuk mencapai tujuan dan persyaratan proyek. Keterlambatan penyelesaian satu proyek akan merubah seluruh penjadwalan proyek di PT. XYZ . Hal ini dikarenakan lokasi kerja berada di Offshore, tingkat bahaya dalam suatu fasilitas dan keterbatasan akomodasi, transportasi dan peralatan emergency di lokasi kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh input competency terhadap keterlambatan pelaksanaan proyek di PT. XYZ dan menilai tingkat kinerja dan tingkat kepentingan input competency Project Leader terhadap tool & technique yang digunakan selama pelaksanaan proyek. Metode yang digunakan adalah regresi logistik untuk mengidentifikasikan input competency yang memiliki pengaruh terhadap keterlambatan proyek. Indikator yang didapatkan dari regresi logistik akan dianalisa dengan kajian teori yang ada dan akan dilakukan survey terhadap pihak operation dan bagian pengendalian proyek di PT. XYZ dengan menggunakan Importance Performance Analysis. Hasil analisis digunakan untuk menentukan langkah perbaikan pelaksanaan proyek di PT. XYZ. Indikator corrective action dan resource management plan terbukti tidak mempengaruhi keterlambatan proyek (project delays). Hal ini dibuktikan melalui regresi logistik bahwa proyek yang sedang berjalan tetap akan mengalami keterlambatan tanpa ada peningkatan input competency dari Project Leader. Kata kunci: Input Competency, Project Delay, Project Leader, Project Management.
PENDAHULUAN Manajemen proyek adalah aplikasi dari pengetahuan (knowledge), kemampuan (skill) , tool dan teknik yang diaplikasikan pada aktivitas proyek untuk mencapai tujuan dan persyaratan proyek. Manajemen proyek terdiri dari aktivitas perencanaan (planning), organizing dan manajemen sumber daya untuk mencapai tujuan dan sasaran proyek. Proyek memiliki target pelaksanaan untuk menciptakan produk atau servis (service). Tantangan yang ditemui dalam manajemen proyek adalah bagaimana mencapai tujuan proyek diantara kendala antara lain lingkup proyek, kualitas, waktu dan anggaran (budget). PT XYZ adalah perusahaan yang bergerak di bidang minyak dan gas bumi dan memiliki area kerja produksi di offshore dan onshore. Perusahaan ini memiliki program untuk melakukan pengendalian proyek dari semua department yang sedang dijalankan di wilayah kerja. Pengendalian ini dilakukan dengan melihat keterbatasan wilayah kerja offshore antara lain proyek dijalankan di platform yang melakukan proses produksi migas , kapasitas akomodasi bagi personal pelaksana proyek, SIMOPS (Simultant Operation), prioritas ISBN : 978-602-70604-1-8 A-25-1
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015
kegiatan, kapasitas peralatan emergency (Liferaft & Life Boat) di Offshore dan optimasi transportasi boat dari Gresik ke Offshore. Proyek yang dijalankan di Offshore berasal dari Dept Drilling, HRSS, HSES, Project Dept, Explorasi dan Exploitasi serta stakeholder. Keterlambatan penyelesaian satu proyek akan merubah proses integrasi penjadwalan kerja offshore yang sudah dijadwalkan. Penelitian ini dimaksudkan untuk meneliti ada tidaknya pengaruh antara input competency Project Leader terhadap keterlambatan proyek (project delay) dan penilaian tingkat kinerja (performance) dan tingkat kepentingan (importance) input competency dari Project Leader di PT.XYZ. Kompetensi merupakan tingkat kemampuan seseorang dalam menyelesaikan tugas berdasarkan tingkat kemampuan seseorang dalam menyelesaikan tugas berdasarkan tingkat pengetahuan, sikap dan ketrampilan. Lima karakteristik yang didefinisikan Spencer and Spencer adalah pengetahuan (knowledge) , kemampuan (skill) dan tiga karakteristik personal. Knowledge dan skill dikategorikan input competency. Karakteristik personal meliputi motivasi (motives), watak (traits) dan konsep diri (self concept) disebut sebagai core competency. Karakteristik pengetahuan (knowledge) adalah informasi yang didapat personal terhadap spesifik area tertentu. Kemampuan (skill) adalah kemampuan untuk melakukan suatu tugas tertentu baik secara fisik dan mental. Karakteristik personal yang terdiri dari motivasi, watak dan konsep diri susah dinilai (Crawford, L,2005)
Gambar 1. Crawford’s Integrated Model of Competence Manager proyek adalah seseorang yang ditunjuk dan dipercaya oleh perusahaan atau sponsor proyek untuk memimpin, merencanakan dan mengendalikan proyek. Istilah Manager Proyek dengan berbagai variannya misalnya Project Director, Project Control, Project Leader, Team Leader dan Pimpinan Proyek. Karakteristik seorang PM yang baik harus dilihat tiga unsur yakni 1. Memiliki pengetahuan tentang manajemen proyek (knowledge) antara lain manajemen integrasi proyek (project integration management), manajemen ruang lingkup (project scope management), manajemen waktu proyek (project time management), manajemen biaya proyek (project cost management), manajemen mutu proyek (project quality management), manajemen SDM proyek (project resource management), manajemen komunikasi proyek (project communication management), manajemen risiko proyek ISBN : 978-602-70604-1-8 A-25-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015
(project risk management), manajemen pembelian proyek (project procurement management), manajemen pemangku kepentingan (project stakeholder management) 2. Mampu menerapkan pengetahuan manajemen proyek (performance) 3. Memiliki sifat,tingkah laku (personality) termasuk jiwa kepemimpinan,jiwa motivator, kemampuan berkomunikasi, kemamuan membangun tim, jujur dan menyukai tantangan baru (Mulyoto,D.P., &Kurniali,S, 2013) Kinerja waktu proyek dapat dibedakan menjadi kinerja waktu yang baik yang berarti waktu yang cepat ataupun kinerja waktu yang buruk berarti waktu yang terlambat. Kinerja yang buruk dalam proyek konstruksi masih sering mengiringi pelaksanaan proyek di Indonesia. Keterlambatan proyek menyebabkan kerugian bagi berbagai pihak dalam proyek itu sendiri yaitu pemilik proyek, konsultan,kontraktor dan sub kontraktor. Adapun faktor yang mempengarui keterlambatan proyek konstruksi dapat dikategorikan ke dalam faktor internal dan eksternal. Faktor eksternal proyek meliputi faktor yang biasanya di luar kendali tim proyek seperti kondisi cuaca yang merugikan,kondisi lapangan yang tidak bisa diramalkan,fluktuasi pasar dan perubahan peraturan. Sedangkan faktor internal proyek konstruksi melibatkan masalah relationship diantara pelaku dalam proyek itu sendiri Keterlambatan proyek menyebabkan kerugian bagi berbagai pihak proyek seperti pemilik proyek, konsultan, kontraktor dan sub kontraktor. Faktor yang mempengaruhi keterlambatan proyek dikategorikan menjadi faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal meliputi faktor di luar kendali tim proyek seperti cuaca, kondisi lapangan yang tidak bisa diramalkan dan perubahan peraturan. Faktor internal melibatkan masalah internal antara pelaku dalam proyek itu sendiri (Nugrahaning.,2013). METODE Dalam penelitian ini akan dicari hubungan pengaruh variabel bebas/independent (X) terhadap variabel terikat/dependent (Y) dengan menggunakan metode regresi logistik. Yang menjadi variabel bebas knowledge dan skill. Sedangkan yang menjadi variabel terikat adalah project delays. Regresi logistik digunakan karena data dependen yang digunakan menggunakan skala biner yaitu 0 dan 1. Proyek yang tidak mengalami keterlambatan diberi nilai 1 dan proyek yang mengalami keterlambatan diberi nilai 0. Informasi tentang kinerja proyek didapat dari kuisioner yang diisi Project Leader. Indikator input competency yang diperkirakan mempengaruhi keterlambatan proyek akan dilihat pengaruhnya dari pengisian pertanyaan penggunaan indikator input competency. Penilaian tingkat kinerja (performance) dan tingkat kepentingan (importance) input competency dari Project Leader menggunakan Importance Performance Analysis. Kuisioner untuk Importance Performance Analysis diberikan kepada yang merupakan pihak yang menjadi user dari Project Leader yaitu Production Authority seperti Head dan Superintendent sebagai pemilik lokasi kerja dan Project Management Office (PMO) sebagai pihak yang mengendalikan perencanaan dan penjadwalan kerja di seluruh wilayah kerja Offshore.
ISBN : 978-602-70604-1-8 A-25-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015
Model penelitian dapat dilihat pada Gambar 2 di bawah.
Gambar 2. Model Penelitian Populasi Project Leader adalah Project Leader yang sedang menjalankan proyek di offshore dari Department Field Engineering & Integrity, Field Operation, HRSS, HSES , ISBP dan Project Dept. Pertanyaan menggunakan 5 poin Skala Likert, nilai 1 merepresentasikan responden “Tidak Pernah” hingga nilai 5 yang berarti responden “Selalu”. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian main survey didapatkan populasi sebanyak 40 responden Project Leader dengan karakteristik sebagai berikut:
Gambar 3. Grafik Pengalaman Kerja Project Leader ISBN : 978-602-70604-1-8 A-25-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015
Gambar 4. Profil Proyek Project Leader Gambar 5. Profil Training dari Project Leader Penilaian kelayakan model regresi didapatkan dengan uji Hosmer and Lemeshow Tabel 1. Uji Hosmer and Lemeshow Hosmer and Lemeshow Test Step
Chi-square
1
df
.000
Sig. 8
1.000
H0 : Tidak ada perbedaan yang nyata antara indikator yang diprediksi dengan indikator yang diamati H1 : Ada perbedaan yang nyata antara indikator yang diprediksi dengan indikator yang diamati Karena nilai probabilitas lebih dari 0,05 maka H0 diterima. Hal ini berarti model regresi binary layak dipakai untuk analisa selanjutnya karena tidak ada perbedaan yang nyata antara klasifikasi yang diprediksi dengan yang diamati. Penilaian keseluruhan model didapatkan dengan melihat nilai Nilai -2 Log Likelihood dari block 0 dan block 1 adalah sama sebesar 52,925. Penelitian dilanjutkan dengan melihat indikator yang signifikan yaitu nilai sig < 0,05. indikator tersebut adalah : 1. X1_vii_b yaitu indikator resource management plan – komitmen dari pihak internal dan eksternal 2. X1_X_a yaitu corrective action Model regresi akan diulang lagi dengan hanya menggunakan indikator resource management plan dan corrective action sebagai variabel independen. Penilaian kelayakan model regresi didapatkan dari Uji Hosmer and Lemeshow Test model regresi kedua Tabel 2. Uji Hosmer and Lemeshow Chi-square 2.063
df
Sig. 4
.724
Terlihat nilai probabilitas adalah 0,724 >0,05. Hal ini berarti model regresi binary logistik ini dapat dipakai untuk analisa berikutnya. Penilaian keseluruhan model didapatkan dengan melihat nilai Nilai -2 Log Likelihood dari block 0 dan block 1 adalah sama sebesar 52,925. Pengujian koefisien regresi yang didapatkan sebagai berikut:
ISBN : 978-602-70604-1-8 A-25-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015
Tabel 3. Variables in Equation
Koefisien regresi resource management plan – komitmen internal dan eksternal tidak signifikan mempengaruhi kinerja waktu proyek karena nilai > 0,05. Koefisien regresi corrective action tidak signifikan mempengaruhi kinerja waktu proyek karena nilai > 0,05 Persamaan regresi binari model ke-2 dituliskan sebagai berikut : Proyek = -9,410 + 1,014 X1_vii_b + 1,166 X1_x_a dengan : X1_vii_b : resource management plan – komitmen internal dan eksternal X1_x_a : corrective action Penafsiran dan prediksi dari persamaan diatas adalah : - Jika tidak ada peningkatan input competency dari indikator resource management plan dan corrective action pelaksanaan proyek akan tetap mengalami keterlambatan - Koefisien sebesar 2,757 menyatakan bahwa setiap perubahan 1 tingkat nilai pengukuran sikap pada komitmen internal dan eksternal dalam manajemen sumberdaya maka akan meningkatkan peluang proyek menjadi tepat waktu sebesar 2,757 kali - Koefisien sebesar 3,210 menyatakan bahwa setiap perubahan 1 tingkat nilai pengukuran sikap pada indikator corrective action maka akan meningkatkan peluang proyek menjadi tepat waktu sebesar 3,210 kali - Koefisien indikator komitmen internal dan eksternal dalam manajemen sumberdaya dan corrective action ini berpengaruh tidak signifikan Penilaian tingkat kinerja (performance) dan tingkat kepentingan (importance) input competency dari Project Leader di PT.XYZ adalah sebagai berikut: Tabel 4. Mean Indikator IPA Indikator Document Project Assumption Schedule Project Control Resource Management Plan Project Status Corrective Action Change Control
Mean Performance
Mean Importance
2,91 2,45 2,73 3,18 2,73 2,82 2,73
3,64 4,00 3,82 4,00 4,36 3,73 3,82
ISBN : 978-602-70604-1-8 A-25-6
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015
Gambar 1. Kuadran Importance Performance Analysis KESIMPULAN DAN SARAN Penelitian ini menunjukkan tingkat pengaruh dari variabel dan indikator input competency terhadap adalah tidak signifikan pada keterlambatan proyek. Indikator corrective action dan resource management plan terbukti tidak mempengaruhi keterlambatan proyek (project delays). Hal ini dibuktikan melalui regresi logistik bahwa proyek yang sedang berjalan tetap akan mengalami keterlambatan tanpa ada peningkatan input competency dari Project Leader yang menjalankan proyek tersebut. Dalam diagram Importance Performance Analysis , indikator resource management plan masuk ke dalam kuadran “pertahankan kinerja” yang memiliki nilai kepentingan (importance) yang tinggi namun indikator ini tidak mempengaruhi terhadap keterlambatan proyek dalam regresi logistik. Corrective action masuk kedalam kuadran “ cenderung berlebihan” karena tidak diidentifikasikan sebagai indikator yang memiliki nilai kepentingan (importance) bagi user proyek dan indikator ini tidak mempengaruhi terhadap keterlambatan proyek dalam regresi logistik. Penelitian ini masih dalam tahap penegmbangan, oleh karena itu perlu adanya penelitian lebih lanjut dengan beberapa saran yang dianjurkan diantaranya melakukan penelitian dengan melihat pengaruh beberapa fakta berikut pada keterlambatan proyek di PT. XYZ. antara lain: 1. Pemilihan vendor / kontraktor dalam penggunaan indikator supply chain management mengacu pada PTK 007 Revisi II – Pengadaan pada kegiatan usaha migas. 2. Referensi jam kerja efektif yang berbeda dengan proyek di onshore. Perbedaannya adalah membutuhkan waktu mobilisasi dari living quarter ke lokasi proyek, jadwal operasional boat yang sudah dioptimasi, adanya prosedur HSE – kebutuhan toolbox meeting dan safety inspection yang harus dipenuhi selama jam kerja pelaksanaan proyek. ISBN : 978-602-70604-1-8 A-25-7
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015
3. Karakteristik tempat (lokasi proyek, tempat penyimpanan material/bahan, akses ke lokasi proyek dan kebutuhan ruang kerja) DAFTAR PUSTAKA Crawford,
L,
(2005),"Senior
management
perceptions
of
project
management
competence",International Journal of Project Management,Vol.23, hal. 7-16. Institute, P. M, (2002), Project Manager Competency Development (PMCD) Framework,Four Campus Boulevard, Newtown Square USA. Mulyoto, D. P., & Kurniali, S, (2013), Super Project Manager- Tip dan Trik menmahami PMBOK Guide 5th Edition, Gramedia,Jakarta. Nugrahaning. (2013), Pengaruh relationship management terhadap kinerja waktu konstruksi, Tesis MMT, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. Santoso, S, (2014), Statistik Multivariat Konsep dan Aplikasi dengan SPSS, Gramedia, Jakarta
ISBN : 978-602-70604-1-8 A-25-8