P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
Uji Aktivitas Hepatoprotektor Ekstrak Daun Sukun (Artocarpus altilis (Parkinson) Fosberg) terhadap Kerusakan Hati yang Diinduksi CCl4 (Hepatoprotective
activity of Breadfruit Leaf Extract (Parkinson) Fosberg) against CCl4 -Induced Liver Damage)
(Artocarpus
altilis
Sri Oktavia1*; & Cylia Willa Pebriandini1; Helmi Arifin2 1SekolahTinggi 2Fakultas
Ilmu Farmasi (STIFARM) Padang Farmasi Universitas Andalas, Padang
Corresponding email:
[email protected] ABSTRAK Daun dan kulit pohon sukun banyak digunakan dalam pengobatan tradisional. Daunnya digunakan oleh masyarakat untuk mengobati penyakit liver dan penyakit kronis lain seperti hepatitis, jantung dan ginjal. Penelitian ini dilakukan untuk melihat aktivitas hepatoprotektor ekstrak daun sukun terhadap kerusakan hati yang diinduksi oleh CCl 4 pada mencit putih jantan dengan parameter penetapan aktivitas SGOT dan SGPT. Aktivitas hepatoprotektor dilihat berdasarkan variasi dosis ekstrak daun sukun (dosis 125 mg/kgBB, 250 mg/kgBB, dan 500mg/kgBB) dan lama waktu pemberian ekstrak (14, 21 dan 28 hari). Hasil penetapan aktivitas SGOT dan SGPT menunjukkan bahwa ekstrak daun sukun dosis 500mg/kgBB dapat menurunkan rata-rata aktivitas SGOT dan SGPT terbesar dengan persentase penurunan aktivitas sebesar 62,73% dan 60,22%. Berdasarkan lama waktu pemberian, penurunan aktivitas terbesar diperlihatkan pada pemberian ekstrak selama 28 hari. Dapat disimpulkan bahwa terjadi penurunan aktivitas SGOT dan SGPT seiring dengan peningkatan dosis dan lama waktu pemberian ekstrak daun sukun. Kata Kunci: daun sukun, hepatoprotektor, CCl4 PENDAHULUAN
itu juga daun sukun dapat menetralkan racun
Tanaman sukun termasuk kedalam genus Artocarpus dan spesiesnya Artocarpus altilis. Daun
sukun
dilaporkan
memiliki
dalam makanan (Puspasari, et al., 2014). Penelitian
sebelumnya
telah
banyak
membuktikan bahwa ekstrak kulit batang
kegunaan karena kandungan senyawa-senyawa
Artocarpus sp bermanfaat pada pigmentasi kulit
berkhasiat dalam tanaman tersebut seperti
karena adanya antioksidan golongan flavonoid
saponin, polifenol, tanin, asam hidrosianat,
yang berfungsi sebagai inhibitor tirosinase pada
asetilkolin, riboflavin dan flavonoid (Abdassah,
kulit (Supriyanti, 2009). Beberapa penelitian
et al., 2009). Daun sukun banyak dimanfaatkan
terhadap aktivitas hepatoprotektor ekstrak
untuk mengobati penyakit liver, hepatitis, sakit
etanol daun sukun juga telah dilakukan dengan
gigi, pembesaran limpa, jantung, ginjal, dan
metode induksi parasetamol (Ramdhiani, 2012)
infeksi kulit seperti gatal dan infeksi kulit. Selain
dan metode induksi CCl4 dalam bentuk infusa
77
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
daun sukun dengan parameter aktivitas alanin
evaporator
transferase
(Precisa®),
dan
kadar
peroksida
lipid
(Mardiyah, 2010).
(Ika®),
timbangan
analitik
timbangan hewan (Ohaus®),
fotometer klinikal (Microlab 300), sentrifus
Hati merupakan pusat metabolisme
(DKC 1008T), pipet tetes, gelas ukur (Iwaki®),
tubuh dengan kapasitas cadangan yang besar,
pipa kapiler, tabung reaksi (Iwaki®), lumpang,
karena itu kerusakan sel hati secara klinis baru
stamfer, kaca arloji, gunting, kapas, vial.
dapat diketahui jika sudah lanjut. Kerusakan pada sel hati yang sedang berlangsung dapat
Bahan
diketahui dengan mengukur parameter fungsi
Bahan yang digunakan adalah daun
berupa zat dalam peredaran darah yang
sukun segar, alkohol 70% (PT. Brataco), paraffin
dibentuk
liquidum (PT. Brataco), plat KLT Silica gel
oleh sel hati yang rusak
atau
mengalami nekrosis (Widmann, 1995). Gangguan peningkatan berupa
hati
aktivitas
SGPT
ditandai serum
dengan
transaminase
Glutamic
(Merck),
Natrium
carboxy
reagen SGOT dan SGPT (Dyasis®). Penyiapan Simplisia Daun Sukun
Transaminase) dan SGOT (Serum Glutamic
Daun sukun segar diambil
Transaminase),
methyl
cellulose (Na-CMC) (PT. Brataco), air suling, dan
Piruvic
Oxaloacetic
(Serum
GF254
secara
laktat
manual sebanyak 4,9kg menggunakan galah.
dehidrogenase, serta bilirubin serum. Kadar
Lalu disortasi untuk memilih daun sukun
SGPT dalam serum menjadi petunjuk yang lebih
dengan kualitas
sensitif ke arah kerusakan hati karena sangat
yang tidak diperlukan dibuang. Daun sukun
sedikit kondisi selain hati yang berpengaruh
dicuci dan dikering anginkan. Setelah kering
pada kadar SGPT dalam serum (Widmann,
daun sukun dihaluskan menggunakan blender
1995). Karbon tetraklorida (CCl4) merupakan
dan disaring untuk mendapatkan serbuk daun
xenobiotik
sukun.
yang
lazim
digunakan
untuk
yang baik kemudian bagian
menginduksi peroksidasi lipid dan keracunan. Metabolit reaktif CCl4 dalam tubuh dapat menimbulkan kematian sel termasuk sel hati.
Pembuatan Ekstrak Kental Daun Sukun Ekstrak
dibuat
dengan
cara
Berdasarkan uraian diatas serta didukung
mengeringkan 4,9 kg daun sukun segar dengan
penelitian yang sebelumnya maka penelitian ini
cara dikering anginkan, kemudian didapatkan
dilakukan untuk mengetahui aktivitas ekstrak
simplisia kering yang dihaluskan. Dari proses ini
etanol daun sukun sebagai antioksidan yang
didapatkan simplisia sebanyak serbuk daun
potensial untuk melindungi hati mencit putih
sukun didapatkan 520 g, kemudian diambil 500
jantan dari kerusakan yang disebabkan oleh
g dan dibagi menjadi 4 bagian yang masing-
induksi CCL4 dengan mengukur aktivitas SGPT
masingnya sebanyak 125 g. Kemudian masukan
dan SGOT.
masing-masing bagian serbuk simplisia kering ke dalam empat botol reagen yang gelap,
METODE PENELITIAN
tambahkan 1.250 mL pelarut (etanol 70%).
Alat
Rendam selama 6 jam pertama sambil sekaliPeralatan
yang
digunakan
dalam
kali diaduk, kemudian diamkan selama 18 jam
penelitian antara lain botol maserasi, rotary
pada temperatur ruangan (kamar). Pisahkan 78
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
maserat dengan cara filtrasi menggunakan kain
Perencanaan Dosis Uji
flanel, ulangi proses penyarian sebanyak dua
Dosis sediaan uji diberikan pada hewan
kali dengan jenis dan jumlah pelarut yang sama
percobaan adalah 125 mg/kg BB, 250 mg/kg BB,
(remaserasi).
maserat
500 mg/kg BB yang diberikan secara oral.
kemudian dipekatkan dengan rotary evaporator
Sediaan uji dibuat dengan mensuspensikan
sampai didapatkan ekstrak kental lalu hitung
ekstrak dalam Na.CMC
randemen (Departemen Kesehatan Republik
yang disuspensikan sesuai dengan dosis yang
Indonesia, 2000).
ditetapkan.
Karakterisasi Ekstrak
Perlakuan Terhadap Hewan Uji
Kumpulkan
Ekstrak
yang
semua
diperoleh
dilakukan
1.
0,5%. Jumlah ekstrak
Kelompok hewan percobaan 45 ekor dibagi
karakterisasi berupa karakterisasi non spesifik
menjadi 5 kelompok terdiri dari kelompok
dan
kontrol
spesifik.
Karakterisasi
spesifik
yang
dilakukan yaitu susut pengeringan, kadar abu total,dan kadar abu tidak larut asam, sedangkan untuk
karakterisasi
spesifik,
negatif,
kontrol
positif,
dosis
125mg/KgBB, 250mg/KgBB, 500mg/KgBB. 2.
dilakukan
Pada hari ke 1-7 a.
Kelompok I dan II diberikan Na CMC
pemeriksaan organoleptis, kadar senyawa yang
0,5% volume pemberian 0,2 ml / 20 g
larut dalam air dan kadar senyawa yang larut
BB.
dalam etanol (Departemen Kesehatan Republik
b.
Indonesia (2000).
Kelompok III, IV, dan V diberikan ekstrak etanol daun sukun sesuai dengan masing–masing perlakuan.
Pemeriksaan Fitokimia Pemeriksaan
3. fitokimia
Hari ke 8 kelompok II, III, IV dan V diberi
dilakukan
CCl4 30% dalam paraffin liquid sebagai
terhadap ekstrak yang telah di karakterisasi.
penginduksi kerusakan sel hati (3 mL CCl 4 +
Pemeriksaan yang dilakukan yaitu pemeriksaan
7 mL paraffin
alkaloid, flavonoid, steroid, tannin dan saponin
4.
(Departemen kesehatan Republik Indonesia, 1995).
Pemberian
0,2 mL/20g BB).
dengan
dosis
yang
sesuai
dilanjutkan dari hari ke 9 sampai hari ke 29. 5.
Data SGOT dan SGPT diperiksa pada hari ke 15, 22 dan 29.
Penyiapan hewan uji Hewan
yang
digunakan
dalam
penelitian ini adalah mencit putih jantan yang sehat berumur 2-3 bulan dengan berat badan 20-30
gram
sebanyak
45
ekor.
Hewan
Pengukuran Aktivitas SGPT dan SGOT Pada Hewan Uji Pengukuran dilakukan dengan metode fotometrik
dengan
mencampurkan
sampel
diaklimatisasi selama 7 hari sebelum perlakuan.
serum dengan reagen. Reagen SGPT dan SGOT
Hewan dinyatakan sehat apabila selisih berat
yang digunakan adalah kit reagen produksi
sebelum dan sesudah di adaptasikan tidak lebih
(Dyasis®) dimana serum darah dan reagen
dari 10% dan secara visual menunjukkan
SGPT/SGOT dicampur pada temperatur ruangan
perilaku normal (Thomson, 1985).
(18-300C). Serum darah diambil sebanyak 100 µL, kemudian ditambahkan reagen sebanyak 79
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
1ml campur dengan baik, setelah satu menit di
Kemudian aktivitas SGPT SGOT dapat dihitung
ukur kenaikan serapan setiap menit selama tiga
dengan rumus:
menit
pada
panjang
gelombang
340nm.
Aktivitas SGOT/SGPT (U/L) = ΔA/menit x F A/menit
= (Abs Test 2 - Abs Test 1)+( Abs Test 3-Abs test 1) 2 Keterangan: Abs Test 1
: Absorban sampel yang di ukur menit pertama
Abs Test 2
: Absorban sampel yang di ukur menit kedua
Abs Test 3
: Absorban sampel yang di ukur menit ketiga
ΔA/menit
: Perubahan aktivitas rata- rata per menit
F
: Faktor (1745)
Larutan pereaksi SGOT dan SGPT yang terdiri
Ekstrak etanol daun sukun terlebih dahulu di
dari:
karakterisasi, dan pemeriksaan fitokimia. Dari
1.
Larutan pereaksi SGOT yang terdiri dari:
karakterisasi
nonspesifik
yang
dilakukan
a. Reagen 1:
didapatkan susut pengeringan 8,141%, kadar
TRIS buffer pH 7,65
110 mmol/L
abu total 4,57%, dan kadar larut asam 2,74%.
L-aspartat
320 mmol/L
Tujuan mengetahui susut pengeringan adalah
MHD (malat dehidrogenase) ≥800 U/L
memberikan
LHD (laktat dehidrogenase) ≥ 1200 U/L
tentang besarnya senyawa yang hilang pada
b. Reagen II:
proses
2-Oksoglutarat
65 mmol/L
NADH 1 mmol/L
batasan
pengeringan.
maksimal
(rentang)
Karakterisasi
spesifik
diperoleh warna ekstrak yang hijau kehitaman, rasa pahit, bau aromatis dan konsistensi kental. Sedangkan kadar senyawa larut air 13,893%
2.
Larutan pereaksi SGPT yang terdiri dari:
dan kadar senyawa larut etanol 16,270%. Dari
a. Reagen I:
pemeriksaan fitokimia diperoleh bahwa ekstrak
TRIS buffer pH 7,15
140 mmol/L
etanol daun sukun mengandung flavonoid,
L-alanin
700 mmol/L
steroid,
b. Reagen II:
saponin
tetapi
tidak
mengandung alkaloid.
2-Oksaloasetat NAD
tannin,
85 mmol/L
(Nicotinamid
Dinukleotida)
Adenin
1 mmol/L
HASIL DAN DISKUSI Ekstrak daun sukun dibuat dengan cara maserasi menggunakan etanol 70%. Persentase randemen ekstrak yang didapat yaitu 7,055 %.
Pada penelitian ini, karbon tetraklorida digunakan sebagai induktor kerusakan hati. Dalam
retikulum
endoplasma
hati,
CCl4
dimetabolisme oleh sitokrom P450 2E1 (CYP 2E1) menjadi triklorometil (CCl3). Triklorometil dengan oksigen akan membentuk triklorometil peroksil (CCl3O2) yang dapat menyerang lipid
80
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
membran
retikulum
kecepatan
yang
endoplasmik
dengan
Penelitian ini dilakukan dengan membagi
bebas
hewan percobaan menjadi lima kelompok.
triklorometil. Selanjutnya, triklorometil peroksil
Kelima kelompok tersebut yaitu kelompok
menyebabkan
sehingga
kontrol positif, kontrol negatif, dosis 125
mengganggu homeostasis Ca2+, dan akhirnya
mg/kgBB, 250 mg/kgBB dan 500mg/kgBB. Pada
dapat menyebabkan kematian sel (Panjaitan
hari 1-7 kelompok kontrol positif dan negatif
&Masriani, 2014). Antioksidan yang terdiri dari
hanya diberikan Na.CMC
flavonoid, alkaloid dan saponin menunjukan
kelompok dosis diberikan ekstrak etanol daun
aktivitas antioksidatif menyebabkan peroksida
sukun sesuai dengan dosis masing-masing
lipid yang ditimbulkan oleh radikal bebas
perlakuan. Induksi CCL4 diberikan pada hari ke
berkurang, sehingga fungsi membran sel tetap
8 terhadap semua kelompok kecuali kelompok
terjaga (Hodgons & Levi, 2000). Antioksidan
kontrol negatif. Pemberian ekstrak etanol daun
yang
terhadap
sukun sebelum induksi bertujuan untuk melihat
diinduksi CCl4 juga berefek dengan mekanisme
apakah daun sukun tersebut dapat mencegah
menurunkan lactate dehydrogenase (LDH),
terjadinya
glutamate
Pemeriksaan
melebihi
peroksidasi
bersifat
radikal lipid
hepatoprotektif
oxalate
transaminase
(GOT),
malondialdehyde (MDA), superoxide dismutase
dilakukan
kerusakan aktivitas
pada
hari
0,5% sedangkan
hati
hewan
SGPT
dan
ke
15,22
uji. SGOT
dan
29.
(SOD) dan glutathione peroxidase (GSH-Px) (Yin, 2011). Tabel 1. Aktivitas SGPT rata-rata berdasarkan dosis dan lama pemberian ekstrak daun sukun Aktivitas SGPT rata-rata (U/L) pada hari
Kelompok
Ke-15
Ke-22
Ke-29
Kontrol Negatif
37,1760 ± 2,4461
34,8960 ± 1,9779
35,3653 ± 1,1166
Kontrol Positif
146,0373 ± 7,6641
159,2320 ± 3,3470
167,8240 ± 2,2848
Dosis 125 mg/kg BB
125,3093 ± 2,0705
115,9360 ± 2,8566
106,4267 ± 2,2515
Dosis 250 mg/kg BB
98,4213 ± 1,1819
95,1970 ± 1,6558
88,9067 ± 7,4405
Dosis 500 mg/kg BB
76,0000 ± 2,9486
65,0167 ± 4,8409
47,1707 ± 3,2320
Pada hari ke-15 setelah induksi CCl4, kelompok
pada mencit dapat menimbulkan kerusakan hati
kontrol negatif memiliki aktivitas SGPT dan
yang ditandai dengan peningkatan aktivitas
SGOT lebih rendah jika dibandingkan dengan
SGPT dan SGOT. Data aktivitas dianalisis dengan
kelompok
menggunakan uji anova dan dilanjutkan dengan
kontrol
positif.
Hal
ini
dapat
disimpulkan bahwa pemberian CCl4 30% v/v
uji Duncan.
81
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
Gambar 1. Diagram batang aktivitas SGPT berdasarkan dosis dan lama pemberian. Berdasarkan uji lanjut Duncan terhadap
hepatoprotektor ekstrak etanol daun sukun juga
aktivitas SGPT diketahui bahwa ketiga dosis
dipengaruhi lama pemberian ekstrak. Aktivitas
ekstrak daun sukun memberi efek yang berbeda
SGPT hari ke 22 menurun dibandingkan dengan
nyata terhadap aktivitas SGPT. Pemberian
hari ke 15 tetapi tidak signifikan. Penurunan
ekstrak dosis 125& 250 mg/kg BB sudah
aktivitas bermakna terjadi pada hari ke 29.
menunjukkan penurunan aktivitas SGPT secara
Persentase penurunan aktivitas SGPT diperoleh
signifikan. Namun, penurunan aktivitas SGPT
dengan membandingkan aktivitas kelompok
terbesar ditunjukkan pada dosis 500 mg/kg BB.
dosis
Hal ini terjadi karena terjadinya peningkatan
Penurunan tertinggi terdapat pada kelompok
efek
dosis
hepatoprotektor
seiring
dengan
meningkatnya dosis ekstrak. Dari diagram diatas
juga
terlihat
bahwa
dengan
kelompok
500mg/kgBB
kontrol
dengan
positif.
persentase
penurunan 62,73%.
aktivitas
Tabel 2. Aktivitas SGOT rata-rata berdasarkan dosis dan lama pemberian ekstrak daun sukun. Kelompok
Aktivitas SGOT rata-rata (U/L) pada hari Ke-15
Ke-22
Ke-29
Kontrol Negatif
30,6180 ± 1,1337
31,7413 ± 1,0650
32,0283 ± 0,8385
Kontrol Positif
153,666 ± 3,5043
164,7667 ± 5,8649
188,208 ± 8,4841
Dosis 125 mg/kg BB
127,409 ± 2,0510
121,7307 ± 2,7074
107,4893 ± 1,8910
Dosis 250 mg/kg BB
96,2393 ± 3,3603
92,3006 ± 2,4658
91,4893 ± 1,3017
Dosis 500 mg/kg BB
74,2226 ± 4,1385
68,0690 ± 3,9921
46,4886 ± 1,8961
Pada
penelitian
sebagai
indikator
mengenali adanya penyakit pada hati yang
kerusakan hati adalah kadar enzim SGPT. Enzim
bersifat akut. Hal ini disebabkan hepatosit yang
SGPT merupakan indikator yang sensitif dalam
rusak atau mati akan melepaskan enzim SGPT
82
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
ke dalam aliran darah (Chopra, 2001). Enzim
otot jantung, otot rangka, ginjal, pankreas, otak,
SGPT merupakan enzim yang lebih dipercaya
sel darah merah, dan sel darah putih. Dengan
dibandingkan
menentukan
demikian, jika hanya terjadi peningkatan SGOT
kerusakan sel hati. Hal ini disebabkan SGPT
maka dapat saja yang mengalami kerusakan
banyak ditemukan terutama di hati sedangkan
adalah sel-sel organ lainnya yang mengandung
SGOT dapat ditemukan selain di hati, seperti di
SGOT (Sari et al. 2008).
SGOT
dalam
Gambar 2. Diagram batang aktivitas SGOT. Aktivitas SGOT juga ditentukan pada
KESIMPULAN
hari ke-15, 22 dan 29. Hasilnya diketahui bahwa
Dari penelitian yang telah dilakukan
ketiga dosis ekstrak etanol daun sukun memberi
diperoleh kesimpulan bahwa ekstrak daun
efek yang berbeda terhadap aktivitas SGOT.
sukun
Pemberian ekstrak dosis 125& 250 mg/kg BB
karena dapat menurunkan aktivitas SGOT SGPT
sudah menunjukkan penurunan aktivitas SGOT
pada mencit putih jantan yang diinduksi karbon
secara signifikan. Namun, penurunan aktivitas
tetraklorida (CCl4) dengan dosis yang efektif
SGOT terbesar juga ditunjukkan pada dosis 500
adalah dosis 500 mg/kg BB, dengan lama
mg/kg
pemberian selama 29 hari.
BB.
Berdasarkan
lama
pemberian
memiliki
aktivitas
hepatoprotektor
ekstrak, aktivitas SGOT hari ke 22 menurun
Dari hasil uji statistik ANOVA dua arah
dibandingkan dengan hari ke 15 tetapi tidak
dimana nilai signifikansi untuk aktivitas SGPT
signifikan.
bermakna
dan SGOT (p< 0,05). Hal ini berarti pemberian
terjadi pada hari ke 29. Persentase penurunan
ekstrak daun dengan lama waktu pemberian
aktivitas
dengan
memberikan pengaruh terhadap penurunan
dosis
aktivitas SGPT dan SGOT pada mencit yang
Penurunan SGOT
membandingkan
aktivitas diperoleh
aktivitas
kelompok
dengan kelompok kontrol positif. Penurunan tertinggi
terdapat
pada
kelompok
diinduksi CCl4.
dosis
500mg/kgBB dengan persentase penurunan 60,22%.
83
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
DAFTAR PUSTAKA Abdassah, M., Sumiwi, S.A. & Hendrayana, J. (2009). Formulasi Ekstrak Daun Sukun (Artocarpus altilis (Parkins.) Fosberg) dengan Basis Gel Sebagai Antiinflamasi.JFI. 4, 199-209. Chopra, S. 2001. The Liver Book: A Comprehensive Guide to Diagnosis, Treatment, and Recovery. New York: Pocket Books, Simon & Schuster, Inc. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1995). Materia Medika Indonesia (Edisi 6). Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. (Edisi 1). Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat Dan Makanan. Hodgons, E. & Levi P. E. (2000). A Text Book of Modern Toxicology. (2nd ed). USA: McGraw-Hill Companies Inc. Mardhiyah. 2010. Efek Hepatoprotektor Infusa Daun Sukun (Artocarpus altilis) pada Tikus yang Diinduksi Karbon Tetraklorida (CCl4) dengan Indikator Kadar SGPT.(Skripsi). Bandung: Universitas Padjajaran. Panjaitan, R.G.P & Masriani. (2014). Gangguan Fungsi Hati Induk Bunting Akibat Pemberian Tetraklorida. Pontianak.JKH.8(2),98-100. Puspasari, R.K., Supriyanti, F.M.T. & Sholihin, H. (2014). Studi Aktivitas Antibakteri dari Ekstrak Daun Sukun
(Artocarpus Altilis) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Pseudomonas aeruginosa. JSTK. 13(1), 107-117. Ramdhiani,S.H. 2012.Uji Aktivitas Hepatoprotektor Ekstrak Daun Sukun (Artocarpus Altilis (Parkins.) Fosberg) Pada Tikus Dengan Metode Induksi Parasetamol.(Skripsi). Bandung: Universitas Padjajaran. Sari,W., Indrawan, L. & Djing O,G. 2008. Care Yourself, Hepatitis. Depok: Penebar Plus Supriyanti, F.M.T. (2009). Pemanfaatan Senyawa Bioaktif dari Ekstrak Kulit Batang Artocarpus sp Sebagai Inhibitor Tirosinase pada Pigmentasi Kulit. JPMIPA. 5(2), 96-106. Thomson, E. B. (1985). Drug and Bioscreening Fundamentals of Drug Evalution Tecnique In Pharmachology. New York. Graceway publishing Co. Inc. Widmann, F. K. (1995). Tinjauan Klinis atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium. (Edisi 9). Penerjemah: Siti Budina Kresno, Ganda Soebrata, J. Latu. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Yin, G., Cao, L., Jeney, G., Nakao, M. (2001). Hepatoprotective and antioxidant effects of Hibiscus sabdariffa extract against carbon tetrachlorideinduced hepatocyte damage in Cyprinus carpio. In Vitro Cell Develop Biol - Animal Volume 47, Issue 1, 10-15.
84