Uji Aktivitas Ekstrak Daun Dewandaru dan Daun Keladi Tikus Terhadap Pemotongan DNA (Peni Indrayudha dan kawan kawan)
UJI AKTIVITAS EKSTRAK DAUN DEWANDARU DAN DAUN KELADI TIKUS TERHADAP PEMOTONGAN DNA SUPERKOIL UNTAI GANDA Peni Indrayudha1), Abdul Rosyid Thoyib Wijaya1), dan Susi Iravati2) 1)
Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta 2) Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada
ABSTRACT Keladi tikus (Typhonium flagelliforme (Lodd) BL) is used traditionally as anti cancer and anti virus. Dewandaru (Eugenia uniflora Linn) have known to have antibacterial activity. This experiment was aim to examine whether the extract of Eugenia uniflora Linn and Typhonium flagelliforme (lodd) BL leaves contain protein which had activity to cut double helix supercoiled DNA. The experiment was conduct by incubating DNA plasmid (pUC18) with protein isolated from Eugenia uniflora Linn and Typhonium flagelliforme (lodd) BL leaves extract at room temperature for 1 hour. Crude extracts were made by extraction in 0.14 M NaCl-5 mM sodium phosphate buffer pH 7,2. Extract were considered to have RIPs activity when it was able to cut double helix supercoiled DNA to linear nick circular form. Electrophoretogram was observed under ultraviolet light. Result showed that Typhonium flagelliforme (Lodd) BL) leaves extract contain protein which had activity to cut double helix supercoiled DNA to linear nick circular form. While Eugenia uniflora Linn leaves extract gave negative result. Keywords: RIPs, crude extract, supercoiled DNA, Typhonium flagelliforme (Lodd) BL, Eugenia uniflora Linn
ABSTRAK Tanaman keladi tikus (Typhonium flagelliforme (Lodd) BL) digunakan sebagai antikanker dan antivirus. Tanaman dewandaru (Eugenia uniflora Linn) telah diketahui memiliki aktivitas antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ekstak gubal daun dewandaru (Eugenia uniflora Linn) dan daun keladi tikus (Typhonium flagelliforme (lodd) BL) mengandung protein yang mampu memotong DNA superkoil untai ganda. Penelitian ini dilakukan dengan cara menginkubasikan DNA plasmid (pUC18) dengan sejumlah protein dari ekstrak gubal daun Eugenia uniflora Linn dan daun Typhonium flagelliforme (Lodd) BL) pada suhu kamar selama 1 jam. Ekstrak gubal daun dibuat dengan ektraksi daun dalam buffer natrium fosfat 5Mm yang mengandung NaCl 0,14 M Ph 7,2. Ekstrak akan memiliki aktivitas RIPs jika mampu memotong DNA superkoil untai ganda menjadi bentuk nick circular dan linier. Hasil elektroforesis dilihat di bawah sinar UV. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak gubal daun keladi tikus (Typhonium flagelliforme (Lodd) BL) mengandung protein yang mampu memotong DNA superkoil untai ganda menjadi bentuk nick circular dan linier seperti pada RIPs. Sedangkan ekstrak gubal daun dewandaru (Eugenia uniflora Linn) tidak menunjukkan kemampuan memotong DNA superkoil untai ganda menjadi bentuk nick circular dan linier. Kata kunci: RIPs, ekstrak gubal, DNA superkoil, Typhonium flagelliforme (Lodd) BL, Eugenia uniflora Linn
63
Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 3 No.2 Juli 2006: 63 – 70
PENDAHULUAN Ribosom Inactivating Proteins (RIPs) adalah protein dengan aktivitas RNA N-glikosidase yang dapat mendepurinasi rRNA mamalia, eukariot, dan ribosom bakteri [1]. RIPs terdistribusi pada tanaman tingkat tinggi [2] dan kebanyakan spesies yang mengandung RIPs dari klas Angiospermae, baik monokotil maupun dikotil. RIPs dapat dijumpai di berbagai organ dan jaringan tumbuhan, meliputi biji, buah segar, akar, daun, getah dan batang [3]. RIPs dapat dibagi dalam dua grup yaitu RIPs tipe I (Holo-RIPs) dengan rantai polipeptida tunggal dan berat molekulnya berkisar 30 kDA dan mempunyai aktivitas RNA NGlykosidase, imunosupresive, sitotoksik, abortifacient, antiviral, antiHIV dan pemotongan DNA superkoil untai ganda. RIPs tipe I (two-chain) terdiri dari dua polipeptida pendek yang dihubungkan oleh ikatan nonkovalen, berat molekulnya berkisar 30 kDA, mempunyai aktivitas RNA N-Glykosidase, [4]. RIPs tipe II (Chimero RIPs) dengan berat molekulnya berkisar 60 kDA, merupakan protein yang terdiri dari 2 rantai polipeptida, yaitu rantai A dan B yang dihubungkan dengan ikatan disulfida. Aktivtias biologinya sebagai RNA N-Glykosidase, sitotoksik dan pemotongan DNA superkoil [5]. Di samping RIPs tipe 2, dikenal pula suatu RIPs JIP60 dengan 60 kDa yang terdapat di dalam jewawut (Hordeum vulgare) dikenal dengan RIPs tipe III [6]. Dewandaru (Eugenia uniflora Linn) mengandung saponin, flavonoid, tanin dan terpenoid [7]. Pengujian terhadap aktivitasnya sebagai antimikroba terhadap Escherichia coli dengan nilai KBM 1 mg/ml dan nilai KHM 0,03125 mg/ml, terhadap Staphyloccocus aureus dengan nilai KBM 0,0625 mg/ml dan nilai KHM 64
0,0312 mg/ml dan terhadap Shigella dysentriae dengan nilai KBM 1 mg/ml dan nilai KHM 0,25 mg/ml. Pada hasil KLT dan bioautografi ekstrak methanol menunjukkan kandungan flavonoid dan terpenoid [8]. Nilai KHM yang sangat kecil ini menunjukkan potensi Dewandaru sebagai tanaman obat sehingga diteliti kemungkinan keberadaan RIPnya. Tanaman keladi tikus (Typhonium flagelliforme Lodd) BL) merupakan tanaman liar, mirip gulma yang banyak ditemui di pinggir sawah. Menurut Chan dari University Sains Malaysia (USM), ekstrak keladi tikus akan lebih efektif bila dalam kondisi segar. Hasil penelitian lainnya juga menyebutkan bahwa ekstrak dari akar juga efektif untuk kanker prostat. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Lam Siew Hong di USM menyebutkan bahwa terjadi peningkatan aktivitas antibakteri dalam darah ikan lele [9]. Pengujian ekstrak akar, umbi, daun, dari Typhonium flageliforme (Lodd) BL) terhadap aktivitas sitotoksik pada sel leukaemia P388 menggunakan metode MTT assay menunjukkan bahwa: akar dan umbi ekstrak kloroform memiliki IC50= 6,0 µg/ml, ekstrak hexan memiliki IC50= 15,0 µg/ml, daun dengan ekstrak kloroform memiliki IC50= 8,0 µg/ml, ekstrak hexan memiliki IC50= 65,0 µg/ml. Analisis dengan NMR dan HPIC menunjukkan kandungan asam amino arginin (0,874 %) dan triptopan (0,800 %) [10]. Pengujian terhadap aktivitas sitotoksik yang telah dilakukan masih terbatas pada penggunaan ekstrak hexan dan kloroform dalam metode penyarian. Berdasarkan hal tersebut di atas maka dilakukan penelitian untuk mengetahui kemungkinan keberadaan RIPs dalam ekstrak gubal kedua tanaman tersebut dengan
Uji Aktivitas Ekstrak Daun Dewandaru dan Daun Keladi Tikus Terhadap Pemotongan DNA (Peni Indrayudha dan kawan kawan)
menguji kemampuan ekstrak gubalnya dalam memotong DNA superkoil untai ganda secara in vitro. Cara ini dipilih karena metodanya sederhana dan aktivitas tersebut dimiliki oleh RIPs baik tipe I maupun tipe II. METODOLOGI PENELITIAN Bahan ekstrak Daun dewandaru (Eugenia uniflora Linn) dengan warna hijau tua berumur sedang diperoleh dari BPTO (Balai Penelitian Tanaman Obat) Tawangmangu. Daun keladi tikus (Typhonium flagelliforme (lodd) BL) dengan warna hijau tua berumur sedang diperoleh dari Desa Kenteng, Kecamatan Ngadirejo, Kartasura. Daun Mirabilis jalapa L jenis bunga berwarna merah yang berasal dari Desa Kenteng, Kecamatan Ngadirejo, Kartasura, DNA plasmid pUC 18 berasal dari Laboratorium Rekayasa Genetika, Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Escherichia coli galur DH5α berasal dari Laboratorium Rekayasa Genetika, Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Medium Luria Bertani (LB).LB cair-ampisilin terdiri dari: tripton 1% (b/v) (Oxoid), ekstrak yeast 0,5% (b/v) (Oxoid), natrium klorida 1% (b/v) (Merck), aquabides sampai volume yang dikehendaki, standacilin 50 µg/ml (Boicheme). LB padat-ampisilin dibuat dengan penambahan agar (oxoid) 1,5% (b/v) pada LB cair. Bahan isolasi DNA plasmid Larutan lisis I: glukosa 50 mM (Merck), tris klorida 25 mM pH 8,0 (Sigma), EDTA 10 mM pH 8,0 (Sigma), aquadest. Larutan lisis II: NaOH 0,2 N (Merck), Na dodesil sulfat 1% PH 7,0 (Sigma). Larutan
lisis III: Kalium asetat 5 M, pH 4,8, 60 ml (Merck), asam asetat glasial 11,5 ml, aquabidest 28,5 ml. Larutan TE, pH 8,0: Tris klorida 10 mM, pH 7,4 (Sigma) dan EDTA (etilendiamin tetraasetat) 1 mM (Sigma). Larutan pengekstraksi: fenol, kloroform, 0,01 M Tris klorida pH 7,5. Larutan pengendap dan pencuci: etanol 96%, etanol 70%. Bahan transformasi plasmid: kalsium klorida 50 mM (Merck). Bahan elektroforesis gel agarosa Agarosa 0,8 % (b/v) (Sigma).Bufer TBE (1x): Tris borat 0,889 mM (Sigma), EDTA 0,2 mM, pH 8,0 (Merck), etidium bromid 0, 25 μg/ml (Sigma), bufer pemuat (loading buffer): silen sianol 0,25% (Sigma), biru bromfenol 0,25% (Sigma) dan gliserol 30% (Merck). Dapar untuk ekstraksi protein daun E. uniflora Linn: Natrium fosfat 5mM pH 7,2 (NaH2 PO4 dan Na2H PO4) (Merck) yang mengandung NaCl 0,14 M (Merck). Dapar untuk uji aktivitas pemotongan DNA superkoil, dapar TMN: Tris klorida 50 mM pH 8,0 (Sigma), Magnesium klorida 10 mM (Merck) dan Natrium klorida 100 mM (Merck). Alat Peralatan gelas, autoclave, high speed refrigerated centrifuge, elektroforesis (Biomed E-6000), pipet mikro (Gilson), timbangan analitik (Libra-Shimadzu EB-330), pH meter (Electrofac merrohm), penangas air, mesin vorteks (Genei 2), spekrofotometer UV (Backman), kuvet, tip kuning, tip biru, tabung ependorf (Biorad), pembakar Bunsen, incubator thermostat, lampu Ultra Violet (Biorrad), ose, lemari pendingin, magnet strirer, incubator orbital sheker, foto Polaroid (Biorad).
65
Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 3 No.2 Juli 2006: 63 – 70
Cara kerja Determinasi tanaman: Determinasi tanaman dilakukan dengan mencocokkan keadaan morfologi tanaman berdasarkan kunci determinasi menggunakan literatur untuk memastikan identitas tanaman dan menghindari kesalahan dalam pengambilan tanaman. Pembuatan ekstrak gubal: Daun dewandaru (Eugenia uniflora Linn), keladi tikus (Typhonium flagelliforme (lodd) BL ) dan Mirabilis jalapa L dipetik segar, dicuci bersih, dan dibuang bagian tulang daunnya, kemudian ditimbang lalu dipotongpotong sampai ukuran kecil dan ditempatkan pada mortir steril, ditumbuk halus, setelah itu diekstraksi dengan natriun klorida 0,14 M pada suhu 40 C dalam buffer natrium fosfat 5mM pH 7,2, selanjutnya ekstrak diperas menggunakan filter sablon ukuran kecil, cairan yang diperoleh disentrifus dingin dengan kecepatan 10.000 rpm selama 2 menit. Supernatan yang diperoleh merupakan ekstrak gubal kemudian disimpan pada suhu 40 C. Pengukuran kadar protein ekstrak gubal dengan metode spektrofotometri uv: Kadar protein dalam sampel ekstrak gubal diukur serapannya dalam dapar natrium fosfat 5 mM dengan spektrofotometer UV pada panjang gelombang 280 nm dan 260 nm. Kadar protein dihitung menggunakan rumus: Kadar protein (mg/ml) = A280 x faktor koreksi x faktor pengenceran (Layne,1957). Pembuatan Sel Kompeten E. coli DH5α: Suspensi E. coli DH5α sebanyak 100 μl ditumbuhkan dalam 5 ml medium LB cair. Kemudian diinkubasi dalam incubator orbital 66
shaker semalam pada suhu 370 C. Selanjutnya 1ml cuplikan kultur tersebut disubkulturkan kembali dalam 50 ml medium LB-cair dan diinkubasi pada 370 C selama 3-4 jam, yaitu saat mencapai pertengahan fase eksponensial (kepadatan 5x106-2x107 sel/ml (OD600= 0,6)). Kultur yang didapat disentrifuse 4.000 rpm, 40C selama 5 menit, buang supernatannya, pelet disuspensikan dalam 0,1M CaCl2 yang telah didinginkan dalam es sebanyak 0,2 x volume kultur awal. Letakkan di atas es selama 5 menit dan segera di sentrifuse 4000 rpm selama 10 menit. Supernatan dibuang dengan hati-hati. Pelet yang diperoleh dicuci dengan 0,1M CaCl2 yang telah didinginkan dalam es sebanyak 0,04 x volume kultur awal dan didiamkan dalam es selama 30 menit (Sambrook et al, 1989). Transformasi DNA Plasmid pUC 18 pada E. coli DH5α: Suspensi E. coli kompeten sebanyak 200 μl dimasukkan dalam tabung ependorf steril. Selanjutnya diletakkan dalam es selama 5 menit, Tambahkan DNA plasmid pUC 18 (sejumlah 50 ng dalam volume 10 μl) pada masingmasing tabung. Campur isinya dengan menggoyang tabung secara perlahan-lahan. Kemudian didiamkan dalam es selama 30 menit. Selanjutnya dilakukan kejutan panas (heat shock) pada suhu 420 C selama 90 detik, tabung jangan digoyang dan segera dimasukkan kembali ke dalam es selama 1-2 menit, kemudian ditambahkan 800 μ1 medium LB cair. Campur perlahan-lahan dengan membolak-balik tabung 5-10 kali. Inkubasi pada 370 C selama 45 menit. Suspensi sebanyak 200 µl ditebarkan pada media LB padat yang mengandung antibiotik ampisilin. Ratakan cairan agar memenuhi seluruh permukaan media, kemudian
Uji Aktivitas Ekstrak Daun Dewandaru dan Daun Keladi Tikus Terhadap Pemotongan DNA (Peni Indrayudha dan kawan kawan)
diinkubasi 370 C selama 24 jam (Sambrook et al, 1989). Isolasi DNA Plasmid pUC 18: Koloni E. coli yang mengandung pUC 18 ditumbuhkan dalam 50 ml medium LB cair-ampisilin pada suhu 370 C semalam dalam incubator orbital shaker. Kultur tersebut dituang kedalam ependorf steril lalu disentrifugasi 12.000 rpm, 370 C selama 10 menit, kemudian supernatan dibuang. Pelet disuspensikan dalam 100 μl buffer lisis I dingin divortek dan dibiarkan di dalam es selama 5 menit. Selanjutnya ditambahkan 200 μl larutan lisis II dan dicampur dengan membolak-balik tabung lima kali, lalu dibiarkan dalam es selama 5 menit. Setelah itu ditambahkan 150 μl larutan netralisasi (lisis III), divortek dan dibiarkan dalam es selama 5 menit. Suspensi disentrifugasi 12.000 rpm, 10 menit, supernatan diambil dengan mikro pipet dipindahkan dalam tabung ependorf baru yang steril, selanjutnya supernatan diekstraksi dengan fenol kloroform sama banyak, divortek dan disentrifugasi 12000 rpm selama 10 menit. Fase paling atas dipisahkan dalam tabung ependorf baru dan steril kemudian ditambahkan natrium asetat 3 M sepersepuluh kali volume dan alkohol absolut dua kali volume, selanjutnya disimpan pada -200 C selama 1 jam. Tahapan dilanjutkan dengan sentrifugasi pada kecepatan 12.000 rpm selama 10 menit. Supernatan yang diperoleh dibuang kemudian dicuci dengan 1ml etanol 70 % dan disentrifugasi 12000 rpm selama 15 menit. Supernatan yang diperoleh dibuang, pelet dikeringkan pada 370 C, kemudian dilarutkan dalam 20 μl buffer TE 1x dan disimpan pada suhu 40 C semalam (Sambrook et al, 1989).
Uji Aktivitas Pemotongan DNA Superkoil oleh Ekstrak Gubal: Tiga μl DNA plasmid pUC 18 dicampur dengan 1 µl buffer TMN dan diinkubasi dengan ekstrak gubal daun bunga pukul empat, dewandaru dan keladi tikus dalam satu seri kadar protein yang meningkat hingga volume akhir 10 μl. Kemudian diinkubasi pada temperatur kamar (300 C) selama 1 jam. Pada akhir reaksi ditambah 2 µl buffer pemuat, kemudian dielektroforesis pada gel agarosa yang sudah mengandung pewarna etidium bromid, menggunakan buffer TBE. Elektroforesis dilakukan pada 50 volt hingga kurang lebih tiga perempat panjang gel. Identifikasi dilakukan dengan sinar ultra violet. Analisis Data Data yang diperoleh dari hasil uji aktivitas ekstrak gubal dianalisa secara kualitatif. Aktivitas pemotongan DNA superkoil ditentukan dengan mengamati 3 kriteria yakni: penipisan DNA superkoil, penebalan DNA nick circular serta terbentuknya DNA liner. Diamati pula perbedaan pola penipisan DNA superkoil serta penebalan DNA nick circular dan pembentukan DNA linier pada pita DNA hasil elektroforesis dibawah lampu UV. Uji dikatakan positif apabila pada hasil digest ekstrak terjadi pola penipisan DNA superkoil dan penebalan nick circular pada kadar rendah, sedangkan pada kadar yang lebih tinggi akan muncul pita DNA linier yang makin menebal. HASIL DAN PEMBAHASAN Kadar Protein Ekstrak Kadar protein masing-masing ekstrak gubal disajikan dalam tabel 1 berikut ini. 67
Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 3 No.2 Juli 2006: 63 – 70
Tabel 1 Kadar protein ekstrak gubal
1
Daun Tanaman
Pengen ceran
Kadar Protein (mg/ml)
2 3
Eugenia uniflora L
200 x
66, 721
4
Thyphonium flageliforme (Lodd) BL
200 x
53,562
Isolasi DNA Plasmid pUC 18 Elektroforetogram DNA plasmid pUC hasil isolasi DNA disajikan dalam gambar 1 . Pita 1 yang terlihat lebih tipis merupakan fragmen kromosom DNA. Pita 2 yang terlihat agak tebal merupakan bentuk nick circular yang bemigrasi lebih lambat karena bentuk yang kurang kompak dan terbuka. Pita 3 yang terlihat lebih tebal merupakan bentuk superkoil yang bermigrasi lebih cepat karena bentuknya yang kompak (bentuk lilitan atau superkoil) sehingga mudah menembus pori-pori agarosa. 4 merupakan RNA. Aktivitas Pemotongan DNA Superkoil oleh Ekstrak Uji aktivitas ekstrak gubal terhadap DNA superkoil dilakukan dengan cara menginkubasi 3 µl plasmid pUC 18 hasil isolasi dengan ekstrak gubal yang mengandung sejumlah protein tertentu. Pada penelitian ini digunakan ekstrak gubal daun Eugenia uniflora Linn dan daun Typhonium flagelliforme (Lodd) BL dengan jumlah protein 10 mg/μl, 20 mg/μl, 30 mg/μl, 40 mg/μl, 50 mg/μl. Sebagai kontrol positif digunakan ekstrak gubal daun Mirabilis jalapa L dengan jumlah protein 10 mg/μl yang sudah terbukti mengandung RIPs (Barbieri et al, 1993).
68
Gambar 1. Elektroforegram DNA plasmid pUC 18 utuh Pita 1 adalah fragmen kromosom DNA, Pita 2 adalah pita DNA plasmid bentuk nick circular, Pita 3 adalah pita DNA plasmid bentuk superkoil, Pita 4 adalah RNA.
Gambar 2 memperlihatkan bahwa pada DNA plasmid pUC 18 yang digunakan masih terdapat fragmen kromosom DNA dan RNA. Hal ini dikarenakan belum dilakukannya proses pemurnian terhadap DNA plasmid (Protease, RNAse). Untuk mencermati adanya aktivitas pemotongan terhadap DNA superkoil, selain memperhatikan pita plasmid sebagai kontrol negatif juga dilihat perubahan elektrogram dari plasmid yang diberi perlakuan dengan ekstrak gubal daun Mirabilis jalapa L sebagai kontrol positif. Pita-pita DNA yang muncul berbeda dengan kontrol (-), yakni terlihat adanya penebalan pitapita DNA linier dan penipisan pita DNA nick circular. Selanjutnya plasmid dengan perlakuan 10 mg protein ekstrak gubal daun Eugenia uniflora Linn tidak menunjukkan pola perubahan pada pita DNA superkoil, kemunculan pita DNA linier dan penipisan DNA nick circular. Hal itu juga terjadi pada perlakuan 20 mg/μl, 30 mg/μl, 40 mg/μl, 50 mg/μl. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak gubal daun Eugenia uniflora Linn tidak mempunyai aktivitas terhadap pemotongan DNA superkoil.
Uji Aktivitas Ekstrak Daun Dewandaru dan Daun Keladi Tikus Terhadap Pemotongan DNA (Peni Indrayudha dan kawan kawan)
Ekstrak gubal daun Eugenia uniflora Linn (mg/μl) (-)
(+)
10
20
30
40
Ekstrak gubal daun T. flagelliforme (Lodd) BL (mg/μl)
50
10
20
30
40
50 1
2 3 4
Gambar 2. Kontrol (-) (plasmid pUC 18 tanpa pemberian ekstrak. Kontrol (+) pUC 18 setelah pemberian 10 mg/μl potein ekstrak gubal daun Mirabilis jalapa L 1). pita DNA nick circular, 2). Pita DNA linier, 3). Pita DNA superkoil, 4). Pita RNA Pada elektroforegram dengan perlakuan 10 mg/μl ekstrak gubal daun Typhonium flagelliforme (Lodd) BL sudah menunjukkan penipisan pita DNA superkoil, penipisan pita DNA nick sirkular dan kemunculan pita DNA linier namun masih sangat tipis. Perlakuan 20 mg/μl menujukkan penipisan pita DNA superkoil, penipisan pita DNA nick circular dan pita DNA linier yang tipis. Begitu pula pada perlakuan 30 mg/μl, 40 mg/μl, 50 mg/μl menujukkan penipisan pita DNA superkoil, penebalan pita DNA nick circular dan pita DNA linier agak menebal dari sebelumnya. Dari hasil penelitian diketahui bahwa ekstrak gubal daun keladi tikus (Typhonium flagelliforme (Lodd) BL) mempunyai kemampuan dalam memotong DNA superkoil untai ganda menjadi bentuk nick circular dan linier seperti yang dimiliki oleh RIPs. Sedangkan ekstrak gubal daun dewandaru (Eugenia uniflora Linn) tidak menunjukkan kemampuan
memotong DNA superkoil untai ganda menjadi bentuk nick circular dan linier. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah: 1. Ekstrak gubal daun keladi tikus (Typhonium flagelliforme (Lodd) BL) mengandung protein yang mempunyai kemampuan seperti RIPs yakni: kemampuan dalam memotong DNA superkoil untai ganda menjadi bentuk nick sirculer dan linier. 2. Ekstrak gubal daun dewandaru (Eugenia uniflora Linn) tidak menunjukkan kemampuan memotong DNA superkoil untai ganda menjadi bentuk nick sirculer dan linier. Adapun saran yang dapat diberikan adalah perlu dilakukan pemurnian terhadap ekstrak guba untuk memastikan bahwa protein yang mempunyai aktivitas memotong 69
Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 3 No.2 Juli 2006: 63 – 70
DNA superkoil pada tanaman keladi tikus (Typhonium flagelliforme (Lodd) BL) benar-benar RIPs. DAFTAR PUSTAKA 1. Stipe F, Barbieri L, Battelli M. G. Soria M, Lappi D. A, 1992, RibosomeInactivating Proteins from Plants Present Status and Future Prospects. Bio. Technology vol 10 April 1992. 2. Stipe F, Barbieri L, Battelli M. G. Soria M, Lappi D. A, 1992, RibosomeInactivating Proteins from Plants Present Status and Future Prospects. Bio. Technology vol 10 April 1992. 3. Reinbothe, S., Reinbothe, C., Lehmann, J., Becker, W., Apel, K., Parthier, B. 1994, Jip60, a Methyl Jasmonate-Induced RibosomeInactivating Protein Involved in Plant Stress Reactions. Proc. Natl. Acad. Sci. USA 91, 7012-7016.
70
4. Khotimah, D.S. K, 2004, Uji Aktivitas Antimikroba pada Ekstrak Daun Dewandaru (E. uniflora) terhadap Escherichia coli, Staphylococcus aureus dan Shigella dysentriae serta Profil KLT dan Bioautografi, skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta. 5. Anonim, 2000, 10 Kiat Hidup Sehat Tanpa Obat (Online), (www.mahkotadewa.com/infoaktual/k eladi.htm, diakses 11 Desemberr 2004). 6. Choo, CY1, Chan K L, Sam T. W. Hitotsuyanagi Y, Takeya K , 2001, The Cytotoxicity of Typhonium flagelliforme (Araceae) (Online), J Ethnopharmacol 2001 May; 15 (3) 260-2 (www.ncbi.nlm.gov, diakses 16 Desember 2004).