PENENTUAN AKTIVITAS EKSTRAK DAUN TUMBUHAN Melochia umbellata (Houtt.) Stapf var. Degrabrata K. (PALIASA) TERHADAP Malassezia furfur DAN Candida albicans Karmila, Nunuk Hariani Soekamto, Hanapi usman Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar
ABSTRAK Penentuan aktivitas antijamur terhadap Malassezia furfur dan Candida albicans dari ekstrak daun tumbuhan Melochia umbellata serta isolasi metabolit sekunder telah dilakukan. Ekstraksi dan isolasi dilakukan dengan maserasi menggunakan pelarut metanol, kemudian dipartisi dengan n-heksan, kloroform dan etil asetat. Proses fraksinasi terhadap ekstrak kloroform menghasilkan senyawa steroid berdasarkan data spektroskopi UV-Vis, IR dan uji Liebermann-Burchard. Hasil uji antijamur pada ekstrak n-heksan, kloroform, etil asetat, dan metanol pada konsentrasi 1250 ppm, 2500 ppm, 5000 ppm, dan 10000 ppm memiliki nilai MIC 1,25 mg/mL. Zona hambat terbesar dimiliki oleh ekstrak n-heksan yakni 12,05 mm terhadap Malassezia furfur dan 19,70 mm terhadap Candida albicans. Sedangkan ekstrak air pada konsentrasi 25%, 50%, 75%, dan 100% v/v tidak mampu menghambat pertumbuhan jamur. Kata kunci: antijamur, Melochia umbellata, MIC, steroid.
ABSTRACT The determination of antifungal activity against Candida albicans and Malassezia furfur from Melochia umbellate leaves extract and the isolation of plant secondary metabolites have been done. The extraction and isolation were done by maceration using methanol solvent, and then partitioned with n-hexane, chloroform and ethyl acetate. The fractionation process of the chloroform extract of steroid compounds produced by UV-Vis spectroscopy, IR and Liebermann-Burchard test. The result of antifungal on n-hexane, chloroform, ethyl acetate, and methanol extracts at the concentration of 1250 ppm, 2500 ppm, 5000 ppm, and 10000 ppm with the MIC 1,25 mg/mL. The biggest resistant belong to n-heksan extracts was 12,05 mm against Malassezia furfur and 19,70 mm against Candida albicans. While the water extract was use the concentration of 25%, 50%, 75%, and 100% v/v not able to inhibit the growth of fungi. Keywords: antifungal, Melochia umbellate, MIC, steroid.
PENDAHULUAN Indonesia memiliki sumberdaya alam yang sangat melimpah dan beranekaragam. Potensi sumberdaya alam yang ada di Indonesia memiliki sumbangsih yang cukup besar terhadap
kekayaan sumber daya alam dunia yakni mencapai rata-rata 13%, meliputi: bakteri dan ganggang biru 300 jenis, jamur 12.000 jenis, hewan 410.000 jenis, tumbuhtumbuhan 29.550 jenis dan 1.000 jenis
diantaranya telah diketahui dan dimanfaatkan untuk bahan baku jamu dan obat [16] Tumbuhan famili Malvaceae telah lama dikenal dan dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai obat tradisional, misalnya Melochia chamaedrys dengan nama lokal douradinha, tersebar di Amerika Selatan (Shouther Brazil, Argentina dan Uruguay) dan di Rio Grande do Sul (Brazil), digunakan untuk mengobati berbagai penyakit seperti kanker dan hipertensi[4]. M. tomentosa digunakan sebagai obat tradisional oleh penduduk Curacao untuk mengobati kanker dan bagian akar digunakan untuk mengurangi pembengkakan[8]. Daun Sterculia africana yang digunakan sebagai obat kejangkejang[5]. Tumbuhan Kleinhovia hospita Linn yang dikenal dengan sebutan paliasa oleh masyarakat Sulawesi Selatan digunakan untuk mengobati penyakit kudis, hepatitis, kolesterol, dan hipertensi[6]. Melochia umbellata yang dikenal dengan sebutan wonolita oleh masyarakat Buton digunakan untuk mengobati gatal-gatal dan kudis[15]. Klasifikasi tumbuhan Melochia umbellata (Houtt.) Stapf var. degrabrata K. [13] : Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Superdivision : Spermatophyta Division : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Subkelas : Dilleniidae Order : Malvales Family : Malvaceae Genus : Melochia Species :Melochia umbellata (Houtt) stapf var. Degrabrata K.
Gambar 1. M. umbellata (Houtt.) Stapf var. degrabrata K
Penelitian terhadap beberapa ekstrak tumbuhan famili Malvaceae, telah menghasilkan senyawa-senyawa yang berpotensi sebagai antijamur. Senyawasenyawa golongan steroid (Gambar 2) yaitu stigmasterol glikosida (stigmast-5,22-dien3-o-α-D-glukopiranosa) (1) dari akar Abroma augusta Linn yang aktif terhadap jamur Trichophytan scoeleini (patogen pada manusia) dan Microsporum canis (patogen pada hewan) [9]. Daucosterol (2) dan β-sitosterol (3) telah berhasil diisolasi dari akar Helicteres isora yang aktif terhadap jamur Aspergillus niger dan Candida albicans[14].
H H
H
H
H
OH
(3)
(1) H3C
H3C
CH3
CH3 CH3 CH3
O OH
H
O HO OH OH
(2) Gambar 2. Struktur senyawa steroid dari Abroma augusta dan Helicteres isora
Beberapa senyawa turunan flavonoid (Gambar 3) yaitu isoflavan (2hidroksi maackianin) telah diisolasi dari ekstrak akar Hildegardia barteri memiliki aktivitas antijamur terhadap Candida albicans. Quercetin-3,7-o-α-L dirhamnosid (4) dan kaempferol-3,7-o- α-L dirhamnosid
(5) memiliki aktivitas antijamur terhadap Candida albicans pada konsentrasi 1,0 mg/mL[12]. OH
OH
CH3
HO CH3
OH HO
HO OH
OH
Gambar
O
O O
O
O
OH
O
OH
OH
O CH3
O
HO
O HO
OH
HO
CH3
O OH
HO
(4)
(5)
Gambar 3. Struktur senyawa flavonoid dari Hildergardia barteri
Senyawa golongan alkaloid (Gambar 4) yaitu frangulanin (4), waltherion A (5), dan alkaloid golongan quinolinon telah diisolasi dari daun Melochia odorata yang terbukti dapat menghambat pertumbuhan berbagai jenis jamur yang patogen pada manusia[1]. Senyawa golongan fenolik diisolasi dari ekstrak metanol Chromolaena odorata memiliki aktivitas antimikroba terhadap Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Xanthomonas vesicatoria, Ralstonia solanacearum dengan nilai MIC sebesar 0,35-4,0 mg/mL [12]. O
O
O OMe
HO O HN
O
Struktur senyawa stigmastadien-3β-ol)
stigmasterol
(5,22
O
O OH
5.
NH
Berdasarkan fakta bahwa kajian ilmiah mengenai khasiat daun M. umbellata (Houtt) Stapf var. degrabrata K sebagai obat antijamur masih kurang, maka telah dilakukan penelitian untuk mengetahui aktivitas antijamur terhadap ekstrak daun tumbuhan M. umbellata Stapf var. Degrabrata K. dan kandungan metabolit sekundernya. METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai Februari 2014 dengan tempat penelitian di Laboratorium Kimia Organik, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dan Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makassar.
MeO
HN
N
O
H (11) (5)
(12)
(4) Gambar 4. Struktur senyawa alkaloid dari Melochia
Pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya terhadap kayu akar Melochia umbellata (Houtt) Stapf var. degrabrata K, berhasil diisolasi senyawa turunan sterol (Gambar 5) yaitu stigmasterol (5,22-stigmastadien-3β-ol) (6) dari fraksi n-heksan yang aktif terhadap jamur Aspergillus niger dengan diameter zona hambat sebesar 13,03 mm pada konsentrasi 50 µg/mL[10].
Alat dan bahan Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas, gunting, destilator, rotari evaporator, corong, corong pisah, corong Buchner, timbangan digital, perangkat destilasi Vigreux, kromatografi kolom vakum (KKV),kromatografi kolom gravitasi (KKG), mikropipet, penyaring kristal, wadah penetesan, alat KLT (chambers, pipa kapiler, pensil, cutter, dan mistar), dan lampu UV. Sementara untuk analisis spektrometri digunakan spektrometri IR dengan varian FTIR 8501 Shimadzu dan spektrometri UV-VIS 200D+. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun segar dan serbuk daun tumbuhan M. umbellata (Houtt.) Stapf var. Degrabrata K., metanol teknis, n-heksan teknis, kloroform p.a, etil asetat
teknis, aseton teknis, plat KLT, silika gel 60 (Merk, no. katalog 7733), silika gel 60 (Merk, no. katalog 7734), silika gel 60 (Merk, no. katalog 7730), larutan serium sulfat Ce(SO4)2 2% dalam H2SO4 2 N, kertas saring, kertas whatmann 42, dimetilsulfoksid (DMSO), jamur Malassezia furfur, canesten (kontrol positif jamur Malassezia furfur), jamur Candida albicans, nistatin (kontrol positif jamur Candida albicans), media Muller Hintan Agar (MHA), media Sabaround Dextrose Agar (SDA), dan akuades. Pengumpulan Bahan Tumbuhan Daun tumbuhan M. umbellata (Houtt.) Stapf var. Degrabrata K. dikumpulkan pada bulan Juni 2013 yang diperoleh dari daerah Abdullah Daeng Sirua, Makassar, Sulawesi Selatan. Tumbuhan ini diidentifikasi oleh Herbarium Bogoriense, Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi, LIPI Bogor dengan nomor spesimen BO-1912171. Sampel yang sudah diambil dicuci kemudian dikeringkan dan selanjutnya digiling, sehingga diperoleh serbuk daun. Isolasi Sebanyak 1 kg serbuk kering daun tumbuhan M. umbellata (Houtt.) Stapf var. Degrabrata K. dimaserasi dengan metanol selama 1 x 24 jam sebanyak 5 kali. Maserat kemudian dipekatkan untuk memisahkan pelarut metanol, lalu dipartisi dengan pelarut n-heksan. Ekstrak metanol hasil partisi n-heksan kemudian dipartisi lebih lanjut dengan pelarut kloroform dan etil asetat. Pengambilan ekstrak air dilakukan langsung dari sampel daun tumbuhan M. umbellata (Houtt.) Stapf var. Degrabrata K. yang dididihkan sampai air berkurang menjadi setengah dari keadaan awal, kemudian disaring. Ekstrak n-heksan, kloroform, etil asetat, metanol, dan air yang diperoleh kemudian diuji aktivitas antijamurnya. Ekstrak yang berpotensi sebagai antijamur selanjutnya difraksinasi melalui KKV dan KKG menggunakan eluen yang sesuai
berdasarkan analisis kromatogram menghasilkan 9 fraksi utama (A-I).Pada fraksi F selanjutnya difraksinasi kembali menghasilkan 6 fraksi utama (Ax-Fx). Fraksi Fx dikristal/direkritalisasi menghasilkan senyawa murni . Uji golongan senyawa selain dilakukan terhadap senyawa hasil isolasi juga dilakukan terhadap ekstrak n-heksan, kloroform, etil asetat, dan metanol daun tumbuhan M. umbellata (Houtt.) Stapf var. Degrabrata K. Elusidasi struktur senyawa dilakukan berdasarkan analisis data spektroskopi UV-Vis dan spektroskopi IR. Uji Antijamur Uji antijamur dilakukan pada esktrak n-heksan, kloroform, etil asetat, dan metanol pada konsentrasi 1250 ppm, 2500 ppm, 5000 ppm, dan 10000 ppm. Sedangkan untuk ekstrak air digunakan konsentrasi 25%, 50%, 75%, dan 100% v/v. Ekstrak yang telah ditentukan konsentrasinya dimasukkan kedalam pencadang yang telah berisi medium dan jamur uji. Selanjutnya jamur diinkubasi pada suhu 37 oC selama 1x24 jam. Penentuan aktivitas antijamur didasarkan pada hasil pengukuran zona hambat yang terbentuk disekitar pencadang. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan jangka sorong. Data yang diperoleh kemudian dicatat untuk selanjutnya dianalisis [11]. HASIL DAN PEMBAHASAN Ekstraksi Partisi ekstrak metanol dengan pelarut n-heksan, kloroform, dan etil asetat menghasilkan ekstrak dengan berat 11,0981 g, 8,6033 g, dan 8,2447 g secara berturutturut. Selanjutnya dilakukan uji golongan senyawa terhadap senyawa hasil isolasi dan ekstrak daun tumbuhan M. umbellata seperti yang terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil uji senyawa dan ekstrak daun tumbuhanMelochia umbellata (Houtt.) Stapf. var degrabrata K.
Ekstrak Alkaloid n-heksan Kloroform + Etil asetat Metanol + Senyawa Hasil isolasi
Uji Fitokimia Flavonoid Steroid Terpenoid + + + + + + -
Fenolik -
Saponin + + + + -
Isolasi Ekstrak kloroform sebanyak 8,6033 g difraksinasi melalui kromatografi kolom vakum (KKV) menghasilkan 28 fraksi dan digabung menjadi 9 fraksi utama (fraksi A-I) (Gambar 6). Gambar 8. Kromatogram senyawa hasil isolasi, (a) [nheksan: etil asetat (9:1)]; (b) [n-heksan: kloroform: aseton (8,5:0,5:1)]; (c) etil asetat: aseton (9,5:0,5)] Gambar 6. Kromatogram ekstrak kloroform, (a) hasil fraksinasi KKV;(b) fraksinasi gabungan
Fraksi F sebanyak 1,4742 g difraksinasi lebih lanjut dengan kromatgrafi kolom gravitasi (KKG) menghasilkan 40 fraksi yang digabung menjadi 6 fraksi utama (Ax-Fx) (Gambar 7). Kristal berwarna putih terbentuk pada fraksi Fx dengan berat 0,07 mg, selanjutnya di rekristalisasi menghasilkan senyawa murni berdasarkan analisis kromatogram pada 3 sistem eluen yang memperlihatkan noda tunggal berwarna orange yang tampak pada saat pemanasan(Gambar 8).
Analisis Data Spektroskopi Senyawa Steroid Panjang gelombang maksimum senyawa hasil isolasi yang terukur pada spektrometri UV-Vis sebesar 283,20 nm dengan absorbansi 0,110 mengindikasi bahwa senyawa ini memiliki ikatan rangkap terkonjugasi yang cukup panjang.
Gambar 9. Spektrum UV-Vis senyawa hasil isolasi
Gambar 7. Kromatogram fraksi FG (a) hasil fraksinasi KKG; (b) fraksinasi gabungan
Data spektroskopi IR senyawa hasil isolasi memperlihatkan adanya gugus OH bebas pada daerah 3448,72 cm-1 yang didukung dengan munculnya serapan tajam pada daerah 3600 cm-1, gugus C=O pada daerah 1743,65 cm-1, gugus C=C pada
daerah 1643,35 cm-1, gugus CH2-CH3 bending pada daerah 1460,11 dan 1392,31 cm-1, gugus CH alifatik pada daerah 2954,95; 2924,09; 2854,65 cm-1. Data-data ini menguatkan perkiraan bahwa senyawa hasil isolasi termasuk senyawa golongan steroid yang mengandung banyak ikatan CH alifatik.
Gambar 10. Spektrum IR senyawa hasil isolasi
Berdasarkan uji LiebermannBurchard, analisis data spektroskopi UV-Vis dan IR, diduga bahwa senyawa hasil isolasi adalah senyawa golongan steroid yang memiliki rantai samping dengan ikatan rangkap terkonjugasi. Kerangka steroid dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11. Struktur senyawa steroid
Uji Aktivitas Antijamur Pengujian aktivitas antijamur pada masing-masing ekstrak daun tumbuhan Melochia umbellata (Houtt.) Stapf. var degrabrata K. dilakukan untuk menentukan pengaruh ekstrak n-heksan, kloroform, etil asetat, metanol, dan esktrak air terhadap pertumbuhan jamur Malassezia furfur dan jamur Candida albicans. Hasil uji antijamur dapat dilihat pada Tabel 2, 3, dan 4.
Uji aktivitas antijamur terhadap Malassezia furfur dan Candida albicans pada ekstrak n-heksan, kloroform, etil asetat, dan metanol memperlihatkan adanya zona hambat yang terbentuk di sekitar pencadang pada semua konsentrasi yang digunakan, dengan nilai MIC 1,25 mg/mL. Berdasarkan nilai MIC diperoleh ekstrak n-heksan sebagai ekstrak yang memiliki zona hambat terbesar yakni 12,05 mm terhadap Malassezia furfur dan 19,70 mm terhadap Candida albicans. Hasil uji antijamur terhadap Malassezia furfur memperlihatkan zona hambat terbesar pada masing-masing ekstrak sebesar 12,40 mm, 12,20 mm, 13,70 mm, dan 12,80 mm pada konsentrasi 10000 ppm secara berturut-turut. Zona hambat tersebut tidak jauh berbeda dengan zona hambat pada kontrol positif canesten yakni 13,60 mm, 14,00 mm, 13,70 mm, dan 13,90 mm, sedangkan kontrol negatif DMSO untuk semua ekstrak adalah 7 mm. Hasil uji antijamur terhadap Candida albicans memperlihatkan hasil yang sama seperti pada Malassezia furfur yakni zona hambat terbesar ditunjukkan pada konsentrasi 10000 ppm dengan diameter zona hambat sebesar 22,40 mm, 20,40 mm, 20, 80 mm, dan 16,80 mm pada masing-masing ekstrak. Zona hambat pada kontrol positif nistatin tidak jauh berbeda dengan zona hambat pada masing-masing ekstrak yakni 23,80 mm, 22,60 mm, 21,40 mm, dan 18,80 mm. Namun pada kontrol negatif DMSO memperlihatkan adanya zona hambat yang terbentuk yakni 17,20 mm,14,00 mm, 16,00 mm, dan 12,00 mm. Penggunaan DMSO sebagai kontrol negatif dan sebagai pelarut ternyata berpengaruh terhadap daya hambat pertumbuhan jamur Candida albicans. Hal ini dapat terlihat pada terbentuknya zona hambat disekitar pencadang yang berisi DMSO. Namun zona hambat yang terbentuk memiliki diameter zona lebih kecil jika dibandingkan dengan konsentrasi ekstrak. Ini dapat diasumsikan bahwa jamur Candida albicans memiliki sensitivitas yang cukup besar terhadap DMSO jika
dibandingkan dengan jamur Malassezia furfur. Tabel 2. Hasil uji antijamur ekstrak n-heksan, kloroform, etil asetat, dan ekstrak metanol daun tumbuhan Melochia umbellata (Houtt.) Stapf Var. degrabrata K. terhadap Malassezia furfur Ekstrak n-heksan Kloroform Etil asetat Metanol
Diamater Zona Hambat (mm) 1250 ppm 2500 ppm 12,05 12,20 10,70 11,30 12,00 13,00 11,70 12,40
5000 ppm 10000 ppm KP(+) KN (-) 12,40 12,40 13,60 7 12,00 12,20 14,00 7 13,00 13,70 13,70 7 12,60 12,80 13,90 7
Ket: Kontrol positif (KP) = Canesten Kontrol negatif (KN) = DMSO
Gambar 12. Uji antijamur terhadap Malassezia furfur dari ekstrak n-heksan (a), ekstrak kloroform (b), ekstrak etil asetat (c), dan ekstrak metanol (d).
Tabel 3. Hasil uji antijamur ekstrak n-heksan, kloroform, etil asetat, dan ekstrak metanol daun tumbuhan Melochia umbellata (Houtt.) Stapf Var. degrabrata K. terhadap Candida albicans Ekstrak n-heksan Kloroform Etil asetat Metanol
Diameter Zona Hambat (mm) 1250 ppm 2500 ppm 5000 ppm 10000 ppm KP(+) 19,70 20,20 21,00 22,40 23,80 19,00 19,30 19,40 20,40 22,60 18,80 19,60 19,90 20,80 21,40 13,80 15,00 16,00 16,80 18,80
KN (-) 17,20 14,00 16,00 12,00
Ket: Kontrol positif (KP) = Nistatin Kontrol negatif (KN) = DMSO
Gambar 13. Uji antijamur terhadap jamur Candida albicans dari ekstrak n-heksan (a), ekstrak kloroform (b), ekstrak etil asetat (c), dan ekstrak metanol (d).
Tabel 4. Hasil uji antijamur ekstrak air daun tumbuhan Melochia umbellata (Houtt.) Stapf Var. degrabrata K. terhadap Malassezia furfur dan Candida albicans Jenis Jamur Malassezia furfur Candida albicans
Diameter Zona Hambat (mm) 50 % 75 % 100 % KP (+) 7 7 7 8,4 7 7 7 19,2
25 % 7 7
KN (-) 7 12,4
Gambar 14. Uji antijamur Malassezia furfur (a) dan Candida albicans (b) pada ekstrak air Data diatas diplot dalam diagram sehingga diperoleh zona hambat dari setiap konsentrasi untuk masing-masing ekstrak daun tumbuhan Melochia umbellata (Houtt.) Stapf. var degrabrata K yang disertai dengan kontrol positif dan negatif sebagai pembanding seperti yang terlihat pada Gambar 15, 16, dan 17.
Zona Hambat (mm)
Diagram Zona Hambat Jamur Malassezia furfur 15 10
Ekstrak n-Heksan
5
Ekstrak Kloroform
0
Ekstrak Etil asetat 1250
2500
5000 10000
KP
KN
Ekstrak Metanol
Konsentrasi (ppm)
Gambar 15. Diagram zona hambat ekstrak daun Melochia umbellata (Houtt.) Stapf. var degrabrata K. terhadap jamur Malassezia furfur
Zona Hambat (mm)
Diagram Zona Hambat Jamur Candida albcans 25 20 15
Ekstrak n-Heksan
10
Ekstrak Kloroform
5
Ekstrak Etil asetat
0
Ekstrak Metanol 1250
2500
5000 10000
KP
KN
Konsentrasi (ppm)
Gambar 16. Diagram zona hambat ekstrak daun Melochia umbellata (Houtt.) Stapf. var degrabrata K. terhadap jamur Candida albicans
Zona Hambat (mm)
Diagram Zona Hambat Ekstrak Air 20 15 10
Malassezia furfur
5
Candida albicans
0 25%
50%
75%
100%
KP
KN
Konsentrasi (%)
Gambar 17. Diagram zona hambat ekstrak air daun Melochia umbellata (Houtt.) Stapf. var degrabrata K. terhadap jamur Malassezia furfur dan Candida albicans Menurut Baumamm [2] dan Jacob dan Hershler[7], DMSO dapat digunakan sebagai pelarut dan sebagai bahan obat. Sebagai bahan obat, DMSO memilki efek anti inflamasi, analgetik, dan antioksidan. DMSO juga sangat potensial dalam meningkatkan efek obat antikanker dan membantu penetrasi/transportasi obat lewat membran untuk beberapa jenis obat. Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Damayanti dan Yuwono (2013) [3], penggunaan DMSO dalam
berbagai konsentrasi dapat meningkatkan kenaikan koefisien difusi dalam penetrasi teofilin melalui membran sel. Pengujian ekstrak air terhadap jamur Malassezia furfur dan Candida albicans tidak mempelihatkan adanya zona hambat yang terbentuk disekitar pencadang. Namun pada kontrol negatif (DMSO) terhadap jamur Candida albicans memperlihatkan terbentuknya zona hambat sebesar 12,40 mm. Ini dapat diasumsikan bahwa ekstrak air dengan
penambahan DMSO sebagai pelarut dapat menyebabkan penurunan aktivitas antijamur terhadap Candida albicans. Berdasarkan hasil uji antijamur tersebut diperoleh ekstrak n-heksan, kloroform, etil asetat, dan metanol mampu menghambat pertumbuhan jamur Malassezia furfur dan Candida albicans sedangkan ekstrak air tidak mampu menghambat pertumbuhan jamur. KESIMPULAN Senyawa golongan steroid telah berhasil diisolasi dari ekstrak kloroform daun tumbuhan Melochia umbellata (Houtt.) Stapf. var degrabrata K. yang berpotensi sebagai antijamur. Ekstrak n-heksan, kloroform, etil asetat, dan ekstrak metanol pada konsentrasi 1250 ppm, 2500 ppm, 5000 ppm, dan 10000 ppm mampu menghambat pertumbuhan jamur Malassezia furfur dan jamur Candida albicans dengan nilai MIC 1,25 mg/mL. Zona hambat terbesar dimiliki oleh ekstrak n-heksan yakni 12,05 mm terhadap Malassezia furfur dan 19,70 mm terhadap Candida albicans. Sedangkan ekstrak air tidak mampu menghambat pertumbuhan jamur. DAFTAR PUSTAKA [1] Arif, T., dkk, 2009, Natural ProductsAntifungal Agents Derived from Plants, Journal Of Asian Natural Products Research, 11 (7), 621-638. [2] Baumann, 2002, Cosmetic Dermatology Principles and Practice, 119, McRraw-Hill Companiec, New York. [3] Damayanti, R.A., dan Yuwono, T., 2013, Dimetilsulfoksid Sebagai Enhancer Transpor Transdermal
Teofilin Sediaan Gel, Jurnal Ilmiah Kefarmasian, 3(1), 61-69. [4] Dias, G.C.D., Gressler, V., Hoenzel, S.C.S.M., Silva, U.F., Dalcol, I.I., and Morel, A.K., 2007, Constituents of The Roots of Melochia chamaedrys, Phytochemistry, 68, 668-672. [5] Hamza, O.J.M., Beukel, C.J.P.V.D.B., Matee, M.I.N., Moshi, M.J., Mikx, F.H.M., Selemani, H.O., Mawambo, Z.H., Ven, A.J.A.M.V.D., dan Verweji, P.E., 2006, Antifungal Activity of Same Tazmanian Plants Used Traditionally for The Treatment of Fugal Infection, Ethnopharmacology, 108(1), 124132. [6] Herlina, 1993, Pengaruh Infus Daun Kayu Paliasa (Kleinhovia hospita Linn) terhadap Transport Aktif Glukosa pada Usus Halus Marmut, Skripsi tidak diterbitkan, Jurusan Farmasi, FMIPA UNHAS, Makassar. [7] Jacob, and Herschler, 1983, Pharmacology of DMSO, DMSO Beckground Literature, diakses pada 26/02/2014, 12:45, http://www.dmso. org/articles/ information/herschler.htm. [8] Kapadia, G.J., Shukla, Y.N., Morton, J.F., and Lloyd A., 1977, New Cyclopetide Alkaloids from Melochia tomentosa, Phytochemistry, 16(9), 1431-1433. [9] Khan, T., Ahmad, W., Bashir, S., Zafar, I., Bashir, A., Manzoor, A., Nisarullah, Arfan, M., dan Farzana, S., 2003, Biological and Pharmacological Properties of Abroma augusta Linn, Seed Oil, Pakistan Journal of Biological Sciences, 6(13). [10] Ridhay, A., Noor, A., Soekamto. N.H., dan Harlim Tjodi, 2009, Senyawa Turunan Sterol Antijamur Dari Kayu Akar Melochia umbellata (Houtt) Stapf Varitas Degrabrata,
Jurusan Kimia, Program Pascasarjana, Universitas Hasanuddin, Makassar. [11]Soeratri, W., Yuliani, R.D., Ifansyah. N., Isnaeni, 2005, Aktivitas Antifungal Krim Minyak Atsiri Lengkuas Alpinia galangal (L.) Swartz Terhadap Candida albicans, Majalah Farmasi Airlangga, 5 (1). [12] Sukanya, S.L., Sudisha, J., Prakash, H.S., and Fathima, S., 2011, Isolation and Characteristization of Antimicrobial Compound from Chromolaena odorata, Journal of Phytology, 3(10), 26-32. [13] USDA-NRCS, 2000, Classification for Melochia umbellata, (online), (http://plant.Usda.gov/java/classificati onservlet?source=display&classid=K LHO), diakses tanggal 17 Mei 2012. [14] Venkatesh, S., Reddy, G.D., Madhava, R., and Lakshman, M., 2009, Antidiabetic Activity of Helicteres isora Root, Phytochemistry. [16] Windadri, F.I., Rahayu, M., Uji, T., dan Rustiami, H., 2006, Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Bahan Obat oleh Masyarakat Lokal Suku Muna di Kecamatan Wakarumba, Kabupaten Muna, Sulawesi Utara, Biodiversitas, 7(4), 333-339. [17] Zuhud, E.A.M., 1989, Strategi Pelestarian dan Pemanfaatan Keanekaragaman Hayati Tumbuhan Obat Indonesia, Media Konservasi, II(4),1-7.