U NIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PR AKTEK KERJA PROFESI APOTEK ER DI APOTEK ATRIKA JALAN KAR TINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUS AT PERIODE 4 FEBRUARI–1 MARET 2013 DAN 1–24 MEI 2013
LAPORAN PR AKTEK KERJA PROFESI APOTEK ER
CYNTIANI, S.Farm 1206312914
ANGKATAN LXX
FAKULTAS MATE MATIKA DAN ILMU PENGETAHU AN ALAM PROGRAM PROF ESI APOTEKER – DEPARTEMEN FARMASI DEPOK JUNI 2012
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
U NIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PR AKTEK KERJA PROFESI APOTEK ER DI APOTEK ATRIKA JALAN KAR TINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUS AT PERIODE 4 FEBRUARI–1 MARET 2013 DAN 1–24 MEI 2013
LAPORAN PR AKTEK KERJA PROFESI APOTEK ER
Diajukan sebaga i salah satu syarat untuk memperoleh gelar profesi Apoteker
CYNTIANI, S.Farm 1206312914
ANGKATAN LXX
FAKULTAS MATE MATIKA DAN ILMU PENGETAHU AN ALAM PROGRAM PROF ESI APOTEKER – DEPARTEMEN FARMASI DEPOK JUNI 2012
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
HALAMAN PENGESAHAN Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan oleh : Nama
: Cyntiani
NPM\
: 1206312914
Program Studi
: Apoteker-Fakultas Farmasi UI
Judul Laporan
: Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Atrika Jalan Kartini Raya No. 34 Jakarta Pusat Periode 4 Februari-1Maret dan 1Mei-24Mei 2013
Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Apoteker pada Program Studi Apoteker, Fakultas Farmasi, Universitas Indonesia.
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Sang Hyang Adi Buddha, Tuhan Yang Maha Esa, para Buddha dan semua objek perlindungan sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Atrika pada periode 10 April – 10 Mei 2010. Penyusunan laporan PKPA ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, dengan segala kerendahan hati, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Harmita, Apt., selaku Apoteker Pengelola Apotek (APA) Apotek Atrika dan Ketua Program Profesi Apoteker Departemen Farmasi FMIPA UI atas bimbingan dan masukkannya. 2. Dra. Juheini, Apt., M.Si. selaku pembimbing dari Departemen Farmasi. 3. Bapak Winardi Hendrayanta selaku Pemilik Sarana Apotek (PSA). 4. Dr. Yahdiana Harahap, MS., Apt., selaku Ketua Departemen Farmasi UI. 5. Dr. Nelly Dhevita Leswara, Apt., selaku Sekretaris Program profesi Apoteker Departemen Farmasi FMIPA UI. 6. Seluruh karyawan di Apotek Atrika (Bu Meta, Kak Shinta, Ci Ira, Mba Mimin, Mba Dina, Mba Ponah, Mba Feby, Mba Nita) atas pengarahan dan bantuan yang telah diberikan selama praktek kerja profesi dan penyusunan laporan ini.
7. Seluruh karyawan dan staf Departemen Farmasi, FMIPA, UI. 8. Orang tua penulis yang telah memberikan dukungan baik secara moral dan material kepada penulis selama pendidikan Profesi Apoteker. 9. Dwi Nurlita, Giovanni Fileas, dan Kathie Angelina serta seluruh rekan – rekan mahasiswa Apoteker yang telah memberikan masukan dan dukungan. Penulis menyadari masih terdapat ketidaksempurnaan dalam penulisan laporan PKPA ini. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan penyusunan laporan lain dimasa mendatang. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kesejahteraan banyak orang. Depok, Juni 2010 Penulis iii
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI LAPORAN PRAKTEK KERJA UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Cyntiani
NPM
: 1206312914
Program Studi : Apoteker Fakultas
: Farmasi
Jenis karya
: Karya Akhir
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Nonexclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 4 FEBRUARI–1 MARET 2013 DAN 1–24 MEI 2013
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif
ini
Universitas
Indonesia
berhak
menyimpan,
mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di : Depok Pada tanggal : 29 Juli 2013
Yang menyatakan
( Cyntiani )
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………….ii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii DAFTAR ISI................................................................................................... iv DAFTAR GAMBAR ........................................................................................v DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... vi 1. PENDAHULUAN ........................................................................................1 1.1 Latar Belakang.........................................................................................1 1.2 Tujuan .....................................................................................................2 2. TINJAUAN UMUM APOTEK ...................................................................3 2.1 Definisi Apotek .......................................................................................3 2.2 Tugas dan Fungsi Apotek.........................................................................3 2.3 Persyaratan Apotek ..................................................................................4 2.4 Persyaratan Apoteker Pengelola Apotek ...................................................5 2.5 Tata Cara Perizinan Apotek .....................................................................6 2.6 Tenaga Kerja Apotek ...............................................................................7 2.7 Pengelolaan Apotek .................................................................................9 2.8 Sediaan Farmasi di Apotek ....................................................................14 2.9 Pencabutan Surat Izin Apotek ................................................................21 3. TINJAUAN KHUSUS APOTEK ATRIKA ..............................................23 3.1 Sejarah dan Lokasi .................................................................................23 3.2 Tata Ruang ............................................................................................23 3.3 Struktur Organisasi ................................................................................24 3.4 Tugas dan Fungsi Jabatan ......................................................................24 3.5 Kegiatan di Apotek Atrika .....................................................................26 4. PEMBAHASAN ........................................................................................33 5. KESIMPULAN ..........................................................................................39 5.1 Kesimpulan............................................................................................39 5.2 Saran .....................................................................................................39 DAFTAR REFERENSI .................................................................................40
iv
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Logo Golongan Obat ...............................................................14 Gambar 2.2. Tanda Peringatan Obat Bebas Terbatas ....................................16
v
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Peta Lokasi Apotek Atrika .......................................................41 Lampiran 2. Denah Apotek Atrika ...............................................................42 Lampiran 3. Struktur Organisasi Apotek Atrika ...........................................43 Lampiran 4. Alur Penyerahan Resep............................................................44 Lampiran 5. Format Surat Pesanan Khusus Narkotika .................................45 Lampiran 6. Format Laporan Penggunaan Narkotika ...................................46 Lampiran 7. Format Surat Pesanan Khusus Psikotropika .............................47 Lampiran 8. Format Laporan Penggunaan Psikotropika ...............................48 Lampiran 9. Salinan Resep Apotek Atrika ...................................................51 Lampiran 10. Etiket Apotek Atrika ..............................................................52
vi
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang Pembangunan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia merupakan salah satu aspek atau unsur penting dari pembangunan nasional, terutama dalam menghadapi era pasar bebas pada tahun 2010. Salah satu faktor penting yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia sebagai modal pembangunan adalah pengembangan dan pembangunan di bidang kesehatan. Pengembangan dan pembangunan di bidang kesehatan dilaksanakan melalui berbagai upaya kesehatan, dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif). Upaya kesehatan ini perlu dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh dan berkesinambungan, untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Sarana pelayanan kefarmasian yang memiliki peran penting dalam pelaksanaan upaya kesehatan adalah apotek. Apotek merupakan tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian, penyaluran sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan, serta tempat pengabdian apoteker. Pekerjaan kefarmasian yang dilakukan di apotek mencakup pengadaan obat, pengamanan dan pengendalian mutu obat, pengelolaan obat, penyimpanan dan distribusi obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional. Sediaan farmasi mencakup obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetik, sedangkan perbekalan kesehatan adalah semua bahan, selain obat, dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. Sebagai sarana pelayanan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, apotek memerlukan tenaga atau sumber daya manusia yang memiliki pengetahuan dan keahlian di bidang farmasi. Tenaga kesehatan yang bertugas di apotek adalah apoteker dan tenaga teknis kefarmasian seperti, asisten apoteker, sarjana farmasi, analis farmasi, dan ahli madya farmasi. Pemerintah Republik Indonesia telah
1
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
Universitas Indonesia
2
menetapkan bahwa hanya apoteker yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan apotek dan dapat memperoleh Surat Izin Apotek (SIA). Apotek juga merupakan suatu bentuk usaha perdagangan yang bertujuan memperoleh keuntungan atau profit untuk mempertahankan kelangsungan apotek. Akan tetapi, komoditas apotek merupakan sediaan farmasi yang dapat mempengaruhi kondisi kesehatan manusia. Berdasarkan kedua aspek tersebut (aspek bisnis dan aspek kefarmasian), maka Apoteker Pengelola Apotek (APA) harus memiliki pengetahuan dan kemampuan mengelola apotek sedemikian rupa sehingga dapat melayani kebutuhan perbekalan farmasi dan informasi obat dengan baik serta memperoleh keuntungan. Dengan demikian, keberadaan apotek serta penggunaan sediaan farmasi yang tepat, aman, dan rasional oleh masyarakat akan tetap terjamin. Agar mahasiswa calon apoteker dapat melihat, memahami dan mempelajari secara langsung peran, tugas dan tanggung jawab dari seorang apoteker dalam memberikan pelayanan kefarmasian kepada masyarakat dan mengelola apotek, maka diselenggarakanlah Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek, salah satunya di Apotek Atrika, Jalan Kartini Raya nomor 34, Jakarta Pusat.
1. 2 Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Atrika bertujuan agar calon apoteker dapat memahami tugas pokok, fungsi dan peran Apoteker di sebuah apotek serta memberikan kesempatan untuk beradaptasi dengan iklim kerja kefarmasian sebenarnya di apotek.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
BAB 2 TINJAUAN UMUM APOTEK
2.1 Definisi Apotek Berdasarkan
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
No.1027/Menkes/SK/IX/2004 dan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1332/Menkes/ SK/X/2002, apotek merupakan suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Sediaan farmasi yang dimaksud adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika, sedangkan perbekalan kesehatan adalah semua bahan selain obat dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. Peraturan Pemerintah nomor 51 tahun 2009 memberikan perluasan definisi apotek sebagai sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker. Berdassarkan Peraturan Pemerintah nomor 51 tahun 2009, pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Pelaksanaan pekerjaan kefarmasian meliputi (PP No. 51, 2009): a. pengadaan sediaan farmasi. b. produksi sediaan farmasi. c. distribusi atau penyaluran sediaan farmasi. d. pelayanan sediaan farmasi.
2.2 Tugas dan Fungsi Apotek Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 25 tahun 1980, apotek memiliki tugas dan fungsi sebagai: a. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan.
3
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
Universitas Indonesia
4
b. Sarana farmasi yang telah melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran dan penyerahan obat atau bahan obat. c. Sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang diperlukan masyarakat secara luas dan merata.
2.3 Persyaratan Apotek Peraturan Menteri Kesehatan no. 922/Menkes/PER/X/1993 menyebutkan bahwa persyaratan yang harus dipenuhi oleh apotek adalah sebagai berikut:
a. Untuk mendapatkan izin apotek, apoteker, atau apoteker yang bekerja sama dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan tempat, perlengkapan, termasuk sediaan farmasi dan perbekalan farmasi lainnya yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain. b. Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan komoditi lainnya diluar sediaan farmasi. c. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lainnya diluar sediaan farmasi. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1027/Menkes/SK/IX/2004, disebutkan bahwa: a. Sarana apotek berlokasi pada daerah yang dengan mudah dikenali oleh masyarakat. b. Pada halaman terdapat papan petunjuk yang dengan jelas tertulis kata apotek.
c. Apotek harus dapat dengan mudah diakses oleh anggota masyarakat. d. Pelayanan produk kefarmasian diberikan pada tempat yang terpisah dari aktivitas pelayanan dan penjualan produk lainnya, hal ini berguna untuk menunjukkan integritas dan kualitas produk serta mengurangi resiko kesalahan penyerahan. e. Masyarakat harus diberi akses secara langsung dan mudah oleh apoteker untuk memperoleh informasi dan konseling. f. Lingkungan apotek harus dijaga kebersihannya, bebas dari hewan pengerat, serangga. g. Apotek memiliki suplai listrik yang konstan, terutama untuk lemari pedingin.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
5
Ruangan atau fasilitas yang harus dimiliki oleh apotek berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1027 /Menkes /SK /IX/2004: a. Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien. b. Tempat untuk menampilkan informasi bagi pasien, termasuk penempatan brosur/materi informasi. c. Ruangan tertutup untuk konseling bagi pasien yang dilengkapi dengan meja dan kursi serta lemari untuk menyimpan catatan medikasi pasien. d. Ruang racikan. e. Tempat pencucian alat. Peralatan apotek harus tertata rapi, lengkap dengan rak-rak penyimpanan obat dan barang-barang lain yang tersusun dengan rapi, terlindung dari debu, kelembaban dan cahaya yang berlebihan, serta diletakkan pada kondisi ruangan dengan temperatur yang telah ditetapkan.
2.4 Persyaratan Apoteker Pengelola Apotek Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker (PP No. 51, 2009). Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1332/Menkes/SK/X/2002, seorang Apoteker Pengelola Apotek harus memenuhi kualifikasi sebagai berikut (Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
No.
1332/Menkes/SK/X/2002, 2002): a. Ijazah telah terdaftar pada Departemen Kesehatan Republik Indonesia. b. Telah mengucapkan sumpah atau janji sebagai Apoteker. c. Memiliki Surat Izin Kerja (SIK) dari Menteri Kesehatan Republik Indonesia. d. Memenuhi syarat-syarat kesehatan fisik dan mental untuk melaksanakan tugasnya sebagai Apoteker. e. Tidak bekerja di suatu perusahaan farmasi secara penuh dan tidakmenjadi Apoteker Pengelola Apotek di apotek lain.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
6
2.5 Tata Cara Perizinan Apotek Surat Izin Apotek (SIA) adalah surat izin yang diberikan oleh Menteri Kesehatan RI kepada Apoteker atau Apoteker yang bekerjasama dengan Pemilik Sarana Apotek untuk membuka apotek di suatu tempat tertentu (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1332/Menkes/SK/X/2002, 2002). Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek adalah sebagai berikut (Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
No.
1332/Menkes/SK/X/2002, 2002): a. Permohonan izin apotek diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan contoh formulir model APT-1. b. Dengan
menggunakan
formulir
APT-2
Kepala
Dinas
Kesehatan
Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah menerima permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai POM untuk melaksanakan pemeriksaan setempat terhadap kesiapan apotek untuk melakukan kegiatan. c. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM selambatlambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan hasil pemeriksaan setempat dengan menggunakan contoh formulir APT-3. d. Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan (3) tidak dilaksanakan, apoteker pemohon dapat membuat surat pernyataan siap melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Propinsi dengan menggunakan contoh formulir model APT-4. e. Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud ayat (3), atau pernyataan dimaksud ayat (4) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan Surat Izin Apotek dengan menggunakan contoh formulir model APT-5. f. Dalam hal hasil pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM dimaksud ayat (3) masih belum memenuhi syarat Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam waktu 12 (dua belas) hari
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
7
kerja mengeluarkan Surat Penundaan dengan menggunakan contoh formulir model APT-6. g. Terhadap Surat Penundaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (6), apoteker diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi selambat-lambatnya dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal Surat Penundaan. h. Terhadap permohonan izin apotek yang ternyata tidak memenuhi persyaratan dimaksud pasal 5 dan atau pasal 6, atau lokasi apotek tidak sesuai dengan permohonan, maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam jangka waktu selambat-lambatnya 12 (dua belas) hari kerja wajib mengeluarkan Surat Penolakan disertai alasannya menggunakan contoh formulir APT-7.
2.6 Tenaga Kerja Apotek Tenaga kefarmasian adalah tenaga yang melakukan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri dari apoteker dan tenaga teknis kefarmasian. Tenaga teknis kefarmasian adalah tenaga yang membantu apoteker dalam menjalani pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas sarjana farmasi, ahli madya farmasi, analis farmasi, dan tenaga menengah farmasi/asisten apoteker (PP No.51, 2009). Tenaga pendukung untuk menjamin lancarnya kegiatan pelayanan kefarmasian di suatu apotek, antara lain:
2.6.1 Apoteker Pengelola Apotek (APA) Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
No.
1332/Menkes/SK/X/2002 memberikan definisi apoteker pengelola apotek adalah apoteker yang telah diberi Surat Izin Apotek. Apoteker Pengelola Apotek bertanggung jawab penuh terhadap semua kegiatan yang berlangsung di apotek, juga bertanggung jawab kepada pemilik modal (jika bekerja sama dengan pemilik sarana apotek). Tugas dan Kewajiban apoteker di apotek adalah sebagai berikut: a. Memimpin seluruh kegiatan apotek, baik kegiatan teknis maupun nonteknis kefarmasian sesuai dengan ketentuan maupun perundangan yang berlaku.
b. Mengatur, melaksanakan dan mengawasi administrasi. Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
8
c. Mengusahakan agar apotek yang dipimpinnya dapat memberikan hasil yang optimal sesuai dengan rencana kerja dengan cara meningkatkan omset, mengadakan pembelian yang sah dan penekanan biaya serendah mungkin.
d. Melakukan pengembangan apotek.
Seorang Apoteker Pengelola Apotek dapat dibantu oleh (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1332/Menkes/SK/X/2002, 2002):
a. Apoteker Pendamping, yakni apoteker yang bekerja di apotek selain APA dan/atau menggantikan APA pada jam-jam tertentu pada hari buka apotek. b. Apoteker Pengganti adalah apoteker yang menggantikan APA jika APA berhalangan hadir selama lebih dari tiga bulan secara terus-menerus, telah memiliki Surat Izin Kerja (SIK) dan tidak bertindak sebagai APA di tempat lain.
2.6.2 Asisten Apoteker Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1332/Menkes/SK/ X/2002 mendefinisikan asisten apoteker merupakan mereka yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai asisten apoteker.
2.6.3 Juru resep (teknisi farmasi) Seorang yang membantu Asisten Apoteker dalam menyiapkan (meracik) obat menurut resep disebut juru resep. Kemudian resep beserta obat tersebut diperiksa oleh asisten apoteker.
2.6.4 Kasir Petugas yang mencatat penerimaan dan pengeluaran uang yang dilengkapi dengan kuitansi, nota, tanda setoran dan lain-lain disebut kasir.
2.6.5 Pegawai administrasi/tata usaha Seseorang yang bertugas membantu apoteker dalam kegiatan administrasi seperti membuat laporan harian yang meliputi pencatatan penjualan tunai dan Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
9
kredit, pencatatan pembelian, mengurus gaji, pajak, izin, asuransi dan lain-lain disebuyt pegawai administrasi/tata usaha.
2.7 Pengelolaan Apotek Kegiatan ini dilakukan oleh apoteker untuk memenuhi tugas dan fungsi pelayanan apotek. Pengelolaan apotek dapat dibedakan atas pengelolaan teknis farmasi dan non teknis farmasi. Sebagai pengelola teknis farmasi, Apoteker Pengelola Apotek bertanggung jawab mengawasi pelayanan resep, mengawasi mutu obat yang dijual, memberikan pelayanan informasi obat dan membuat laporan mengenai penggunaan obat-obat khusus (narkotika, psikotropika). Adapun sebagai pengelola non teknis farmasi, seorang Apoteker Pengelola Apotek bertanggung jawab terhadap semua kegiatan administrasi, keuangan, dan bidang lain yang berhubungan dengan apotek . Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1027/Menkes/SK/IX/2004, apotek harus dikelola oleh seorang apoteker yang profesional. Dalam mengelola apotek, apoteker senantiasa harus memiliki kemampuan menyediakan dan memberikan pelayanan yang baik, mengambil keputusan yang tepat, kemampuan berkomunikasi antar profesi, menempatkan diri sebagai pimpinan dalam situasi multidisipliner, kemampuan mengelola sumber daya manusia secara efektif, selalu belajar sepanjang karier, dan membantu memberi pendidikan dan peluang untuk meningkatkan pengetahuan. Pengelolaan
apotek
menurut
Peraturan
Menteri
Kesehatan
No.
922/Menkes/Per/X/1993 meliputi: a. Pembuatan, pengelolaan, peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, penyimpanan, dan penyerahan obat dan bahan obat. b. Pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan penyerahan perbekalan farmasi lainnya. c. Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi.
Pengelolaan persediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya berdasarkan
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
No.
1027/Menkes/SK/IX/2004 meliputi perencanaan, pengadaan, penyimpanan dan Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
10
pelayanan. Pengeluaran obat memakai sistem FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expire First Out).
2.7.1 Perencanaan Kegiatan perencanaan meliputi penyusunan rencana keperluan yang tepat, mencegah terjadinya kekurangan dan sedapat mungkin mencegah terjadinya kelebihan perbekalan farmasi yang tersimpan lama dalam gudang serta meningkatkan penggunaan perbekalan farmasi. Pengelolaan perbekalan farmasi yang beragam memerlukan suatu perencanaan yang dilakukan secara cermat sehingga pengelolaan dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat perencanaan pengadaan perbekalan farmasi yaitu: pola penyakit, daya beli masyarakat, dan budaya masyarakat.
2.7.2 Pengadaan Penentu utama terhadap tersedianya obat dan total biaya kesehatan adalah pengadaan perbekalan farmasi yang efektif. Untuk meningkatkan pelayanan yang efektif dan efisien kepada pasien maka pengadaan yang meliputi pengendalian, keamanan, dan jaminan mutu perbekalan tersebut harus diterapkan sebaik mungkin. Prinsip pengadaan tidak hanya sekedar membeli barang, tetapi juga mengandung pengertian meminta kerja sama pemasok dalam menyediakan barang yang diperlukan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengadaan antara lain: a. Harus sesuai dengan keperluan yang direncanakan sebelumnya. b. Harus sesuai dengan kemampuan atau kondisi keuangan yang ada. c. Sistem atau cara pengadaannya harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2.7.3 Penyimpanan Tata cara penyimpanan perbekalan farmasi dan penataannya disesuaikan dengan ketentuan peraturan yang berlaku dan sifat obat serta bentuk perbekalannya. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam penyimpanan perbekalan farmasi diantaranya :
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
11
a. Obat/bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Ketika isi harus dipindahkan ke dalam wadah lain (pengecualian), maka harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah baru yang memuat sekurang-kurangnya nomor batch dan tanggal kadaluarsa.
b. Semua bahan obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai untuk menjamin kestabilan bahan. c. Penataan perbekalan farmasi perlu memperhatikan peraturan yang berlaku dan kemudahan dalam melakukan kegiatan pelayanan dan estetika. d. Penataan sedemikan rupa pada desain lemari yang menjamin higienitas, yakni kebersihan dan keamanan perbekalan farmasi senantiasa terjaga.
2.7.4 Pelayanan di apotek Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/Menkes/Per/X/1993, pelayanan apotek meliputi: a. Apotek wajib melayani resep dokter, dokter gigi, dan dokter hewan. Pelayanan resep ini sepenuhnya dilakukan atas tanggung jawab APA sesuai dengan tanggung jawab dan keahlian profesinya yang dilandasi pada kepentingan masyarakat. b. Apoteker tidak diizinkan mengganti obat generik yang ditulis dalam resep dengan obat paten. c. Apabila pasien tidak mampu menebus obat yang diresepkan, Apoteker wajib berkonsultasi dengan dokter penulis resep untuk pemilihan obat yang tepat.
d. Apoteker wajib memberikan informasi yang berkaitan dengan penggunaan obat secara tepat, aman dan rasional atas permintaan masyarakat. e. Apabila Apoteker menganggap bahwa dalam resep terdapat kekeliruan atau penulisan resep yang tidak tepat, Apoteker harus memberitahukan kepada dokter penulis resep. Bila dokter tetap pada pendiriannya, dokter wajib menyatakan secara tertulis atau membubuhkan tanda tangan di atas resep.
f. Salinan resep harus ditandatangani oleh Apoteker. g. Resep harus dirahasiakan dan disimpan di apotek dengan baik dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
12
h. Resep dan salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis atau yang merawat penderita, penderita yang bersangkutan, petugas kesehatan atau petugas lainnya yang berwenang menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. i. Apoteker Pengelola Apotek, Apoteker Pendamping, atau Apoteker Pengganti diizinkan menjual obat keras tanpa resep dokter yang dinyatakan sebagai Daftar Obat Wajib Apotek (DOWA), yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. j. Apabila Apoteker Pengelola Apotek berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka apotek, Apoteker Pengelola Apotek dapat menunjuk Apoteker Pendamping. k. Apabila Apoteker Pengelola Apotek dan Apoteker Pendamping karena halhal tertentu berhalangan melakukan tugasnya, Apoteker Pengelola Apotek dapat menunjuk Apoteker Pengganti dan harus dilaporkan kepada Kepala Kantor Wilayah dengan tembusan kepada kepala Balai Pemeriksaan Obat dan Makanan setempat. l. Apoteker Pengelola Apotek turut bertanggungjawab atas pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh Apoteker Pendamping, Apoteker Pengganti di dalam pengelolaan Apotek. m. Apoteker Pengelola Apotek dapat dibantu oleh Asisten Apoteker dalam pelaksanaan pengelolaan apotek. n. Asisten Apoteker melakukan pekerjaan kefarmasian di apotek dibawah pengawasan Apoteker.
Berdasarkan
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
No.
1027/Menkes/SK/IX/2004, 2004 standar pelayanan kefarmasian di apotek adalah meliputi: 2.7.4.1 Pelayanan Resep a. Skrining resep Apoteker melakukan skrining resep yang meliputi, persyaratan administratif (nama, SIP dan alamat dokter; tanggal penulisan resep; tanda tangan/paraf dokter penulis resep; nama, alamat, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien; nama Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
13
obat, potensi, dosis dan jumlah yang diminta; cara pemakaian yang jelas serta informasi lainnya yang diperlukan); kesesuaian farmaseti (bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian); pertimbangan klinis (adanya alergi, efek samping, interaksi, serta kesesuaian dosis,durasi, jumlah obat, dan lain-lain. b. Penyiapan Obat Hal-hal yang diperhatikan dalam penyiapan obat adalah peracikan (kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas dan memberikan etiket pada wadah) dengan suatu prosedur tetap memperhatikan dosis, jenis dan jumlah obat serta penulisan etiket yang benar, etiket harus jelas dan dapat dibaca, obat dikemas dengan rapi dalam kemasan yang cocok sehingga terjaga kualitasnya, dan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep. Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker disertai dengan pemberian informasi obat kepada pasien dan tenaga kesehatan. Informasi obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi. Apoteker juga harus memberikan konseling mengenai sediaan farmasi, pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau salah penggunaan sediaan farmasi atau perbekalan farmasi lainnya. Setelah obat diserahkan oleh apoteker kepada pasien maka apoteker harus melaksanakan pemantauan penggunaan obat dan konseling berkelanjutan terutama untuk penderita penyakit tertentu seperti kardiovaskular, diabetes, TBC, asma, dan penyakit kronis lainnya.
2.7.4.2 Promosi dan Edukasi Dalam
kegiatan ini apoteker dapat
berperan dalam
penyebaran
leaflet/brosur, poster, penyuluhan dan lain-lainnya.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
14
2.7.4.3 Pelayanan reside nsial (Home Care) Apoteker diharap kan juga dapat melakukan pelayanan kefarm asian yang bersifat kunjungan ru mah, khususnya untuk geriatri dan pasie n dengan pengobatan penyakit kronis lainnya Untuk kegiatan ini apoteker harus membuat catatan berupa catatan pengobatan.
2.8 Sediaan Farmasi d i Apotek Menurut Peratur an Menteri Kesehatan Republik Indon esia No. 922/Menkes/PER/X/199 3 perbekalan farmasi adalah obat, bahan obat, obat asli Indonesia (obat tradisio nal), bahan obat asli Indonesia (bahan obat t radisional), alat kesehatan dan kosmetika. Obat merupakan satu di antara sediaan farmasi yang dapat ditemui di apotek. Obat adalah suatu zat yang diguna kan untuk diagnosis, pengobatan, peringanan, penyembuhan atau pencegahan pen yakit pada manusia atau hewan. Obat-obat yang beredar di Indonesia, digolon gkan oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan ke dalam 5 (lima) kategori, yakni obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras, obat golongan psikotropika, dan obat golongan narkotika. Penggolongan ini dimaksudkan untuk me mudahkan pengawasan terhadap peredaran dan pemakaian obat-obat tersebut. Setiap golongan obat diberi tan da pada kemasan yang terlihat.
Log o
Golongan Obat Obat Bebas
Obat Bebas Terbatas
Obat Keras
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
15
(Gambar 2.1 sambungan) Golongan Narkotika
Gambar 2.1. Logo Golongan Obat
2.8.1 Obat OTC Obat-obat yang dapat diperoleh tanpa resep dokter adalah obat OTC (Over The Counter). Obat OTC terdiri dari : 2.8.1.1 Obat bebas Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep dokter (Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas, 2006). Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah lingkaran hijau dengan garis tepi
®
berwarna hitam (Gambar 2.1). Contoh obat bebas adalah Promag ,
®
Norit , dll. 2.8.1.2 Obat bebas terbatas Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda peringatan (Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas, 2006). Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam (Gambar 2.1). Komposisi obat bebas terbatas mengandung bahan yang relatif toksik, sehingga dalam wadah atau kemasannya perlu dicantumkan tanda peringatan (P No.1 – P No.6) dan penyerahannya harus dalam bungkus aslinya. Tanda peringatan tersebut berwarna hitam dengan ukuran panjang 5 cm dan lebar 2 cm (atau disesuaikan dengan kemasannya) dan diberi tulisan peringatan penggunaannya dengan huruf berwarna putih (Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas, 2006).
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
16
®
®
®
®
Contoh: Bevizil , Vermox
Contoh: Visine , Nizoral
Contoh: Dulcolax
®
Contoh: Minosep
®
Contoh: Rokok asma
®
Contoh: Anusol
Gambar 2.2. Tanda Peringatan Obat Bebas Terbatas
2.8.2 Obat Ethical Obat yang hanya dapat diperoleh dengan mempergunakan resep dokter disebut ethical, termasuk di dalamnya obat keras, obat golongan psikotropika dan obat golongan narkotika. 2.8.2.1 Obat Keras Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep dokter (Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas, 2006). Kemasan obat keras ditandai dengan lingkaran yang di dalamnya terdapat huruf K yang menyentuh tepi lingkaran yang berwarna hitam dengan latar warna merah. Obatobat yang masuk ke dalam golongan ini antara lain obat jantung, antihipertensi, antihipotensi, obat diabetes, hormon, antibiotika, beberapa obat ulkus lambung dan semua obat injeksi.
2.8.2.2 Obat Golongan Psikotropika Pengertian psikotropika menurut UU No. 5 tahun 1997 adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
17
pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Ruang lingkup pengaturan psikotropika dalam UU No. 5 tahun 1997 adalah segala yang berhubungan dengan psikotropika yang mempunyai potensi mengakibatkan ketergantungan. Tujuan dari pengaturan psikotropika adalah untuk menjamin ketersediaan psikotropika guna kepentingan pelayanan kesehatan dan ilmu pengetahuan, mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika dan memberantas peredaran gelap psikotropika. Psikotropika dibedakan ke dalam 4 golongan, yakni: a. Psikotropika golongan I, yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak dapat digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi amat kuat dalam mengakibatkan ketrergantungan, misalnya ekstasi, LSD, meskalin dan psilosibin. b. Psikotropika golongan II, yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi yang kuat dalam mengakibatkan ketergantungan, misalnya amfetamin, metamfetamin dan metilfenidat. c. Psikotropika golongan III, yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang dalam mengakibatkan ketergantungan, misalnya amobarbital, siklobarbital, dan luminal. d. Psikotropika golongan IV, yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan dalam mengakibatkan ketergantungan, misalnya derivat diazepam.
Secara garis besar, kegiatan pengelolaan psikotropika di apotek meliputi pemesanan, penyimpanan, pelaporan, pelayanan dan pemusnahan (UU No.5, 1997): a. Pemesanan psikotropika Obat-obat golongan psikotropika dipesan apotek dari Pedagang Besar Farmasi (PBF), dengan menggunakan surat pesanan (SP) psikotropika 3 (tiga) rangkap dan ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek yang dilengkapi Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
18
nomor SIK dari apoteker dan stempel apotek. Satu surat pesanan dapat digunakan untuk beberapa jenis psikotropika. b. Penyimpanan psikotropika Obat-obatan golongan psikotropika ini cenderung disalahgunakan sehingga disarankan agar menyimpan obat-obatan tersebut dalam suatu rak atau lemari khusus. c. Pelaporan psikotropika Apotek wajib membuat dan menyimpan catatan kegiatan yang berhubungan dengan psikotropika dan melaporkan kepada Suku Dinas Pelayanan Kesehatan (Sudin Yankes) setempat setiap satu bulan sekali, paling lambat tanggal 10, dengan tembusan Balai Besar POM DKI Jakarta dan arsip.
d. Pemusnahan Psikotropika Pada pemusnahan psikotropika, apoteker wajib membuat berita acara dan disaksikan oleh pejabat yang ditunjuk dalam tujuh hari setelah mendapat kepastian. Menurut pasal 53 UU No. 5 tahun 1997, pemusnahan psikotropika dilakukan apabila berkaitan dengan tindak pidana, psikotropika yang diproduksi tidak memenuhi standar dan persyaratan bahan baku yang berlaku, kadaluarsa, serta tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan atau pengembangan ilmu pengetahuan
2.8.2.3 Obat Golongan Narkotika Pengertian narkotika menurut Undang-Undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan. Kemasan obat narkotika ditandai dengan lingkaran yang di dalamnya terdapat palang berwarna merah (Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas, 2006). Narkotika dibedakan ke dalam 3 golongan yaitu: Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
19
a. Narkotika golongan I, yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak dapat digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi yang sangat tinggi untuk menngakibatkan ketergantungan, misalnya opium, kokain, dan ganja. b. Narkotika golongan II, yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi, dan atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi untuk mengakibatkan ketergantungan, misalnya morfin dan petidin. c. Narkotika golongan III, yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan untuk menimbulkan ketergantungan, misalnya kodein. UU No. 35 tahun 2009 telah mengatur tata cara ekspor-impor, produk, penanaman, peredaran, penyediaan, penyimpanan dan penggunaan narkotika, untuk mencegah dan menanggulangi bahaya-bahaya yang ditimbulkan oleh efek samping penggunaan dan penyalahgunaan, memulihkan kembali penderita kecanduan narkotika, serta untuk memberantas peredaran gelap narkotika. Secara garis besar pengelolaan narkotika di apotek meliputi pemesanan, penyimpanan, pelaporan, pelayanan dan pemusnahan. a. Pemesanan Narkotika Kegiatan ini dilakukan ke PBF Kimia Farma dengan menggunakan surat pesanan narkotika empat (empat) rangkap yang ditandatangani oleh APA, dilengkapi nomor SIK dan stempel apotek. Satu lembar surat pesanan hanya digunakan untuk memesan satu macam narkotika.
b. Penyimpanan Narkotika Di dalam Permenkes No. 28/Menkes/Per/1987 pasal 5 dan 6 dijelaskan bahwa apotek harus memiliki tempat khusus untuk menyimpan narkotika, yang memenuhi persyaratan sebagai berikut (PERMENKES No. 28/Menkes/Per/I/1978, 1998): harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat; harus mempunyai kunci ganda yang berlainan; lemari dibagi dua sekat, masing-masing dengan kunci yang berlainan. Bagian pertama digunakan untuk menyimpan Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
20
morfin, petidin dan garam-garamnya serta persediaan narkotika, sedangkan bagian kedua digunakan untuk penyimpanan narkotika lainnya yang digunakan sehari-hari; lemari khusus tersebut berupa lemari dengan ukuran lebih kurang 40 x 80 x 100 cm dan harus dibuat pada tembok atau lantai; lemari khusus tidak dipergunakan untuk menyimpan bahan lain selain narkotika, kecuali ditentukan oleh Menteri Kesehatan; anak kunci lemari khusus harus dikuasai oleh pegawai yang diberi kuasa; lemari khusus harus ditempatkan di tempat yang aman dan yang tidak diketahui oleh umum. c. Pelayanan Resep yang mengandung Narkotika Menurut UU No. 35 tahun 2009, disebutkan bahwa narkotika hanya dapat diserahkan kepada pasien untuk pengobatan penyakit berdasarkan resep dokter. Selain itu, berdasarkan Surat Edaran Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan (sekarang Badan POM) No. 336/E/SE/1997 disebutkan bahwa apotek dilarang melayani salinan resep yang mengandung narkotika. Untuk resep narkotika yang baru dilayani sebagian atau belum sama sekali, apotek boleh membuat salinan resep tetapi salinan resep tersebut hanya boleh dilayani oleh apotek yang menyimpan resep asli. Salinan resep dari narkotika dengan tulisan iter tidak boleh dilayani sama sekali. Oleh karena itu dokter tidak boleh menambahkan tulisan iter pada resep-resep yang mengandung narkotika.
d. Pelaporan Narkotika Undang-undang No. 22 tahun 1997 pasal 11 ayat 2, menyatakan bahwa importir, eksportir, pabrik obat, pabrik farmasi, PBF, apotek, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter dan lembaga ilmu pengetahuan wajib membuat, menyampaikan, dan menyimpan laporan berkala mengenai pemasukan dan atau pengeluaran narkotika yang ada dalam penguasaannya. Apotek berkewajiban menyusun dan mengirimkan laporan bulanan yang ditandatangani oleh APA dengan mencantumkan nomor SIK, SIA, nama jelas dan stempel apotek. Laporan tersebut terdiri dari laporan penggunaan bahan baku narkotika, laporan penggunaan sediaan jadi narkotika, dan laporan khusus pengunaan morfin, petidin, dan derivatnya. Laporan penggunaan narkotika ini harus dilaporkan setiap Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
21
bulan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya yang ditujukan kepada Suku Dinas Pelayanan Kesehatan setempat dengan tembusan Balai Besar POM dan berkas untuk disimpan sebagai arsip. Contoh format pelaporan narkotika dan psikotropika dapat dilihat pada Lampiran 6 dan Lampiran 8. e. Pemusnahan Narkotika Sesuai dengan Permenkes RI No. 28/Menkes/Per/I/1978 pasal 9 mengenai pemusnahan narkotika, Apoteker Pengelola Apotek dapat memusnahkan narkotika yang rusak, kadaluarsa, atau tidak memenuhi syarat untuk digunakan dalam pelayanan kesehatan dan atau untuk pengembangan Ilmu Pengetahuan. Pemusnahan narkotika dilakukan dengan pembuatan berita acara yang sekurangkurangnya memuat: tempat dan waktu (jam, hari, bulan, dan tahun); nama pemegang izin khusus, APA atau dokter pemilik narkotika; nama, jenis, dan jumlah narkotika yang dimusnahkan; cara pemusnahan; tanda tangan dan identitas lengkap penanggung jawab apotek dan saksi-saksi pemusnahan. Berita acara pemusnahan narkotika tersebut dikirimkan kepada Suku Dinas Pelayanan Kesehatan setempat dengan tembusan kepada Balai Besar POM setempat.
2.9 Pencabutan Surat Izin Apotek Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1332/Menkes/SK/X/2002, Kepala Dinas Kesehatan dapat mencabut Surat Izin Apotek (SIA) apabila: a. Apoteker sudah tidak lagi memenuhi syarat sebagai APA. b. Apoteker tidak memenuhi kewajiban dalam pelayanan kefarmasian. c. APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari 2 tahun secara terus-menerus.
d. Terjadi pelanggaran terhadap Undang-Undang No. 22 tahun 1997 tentang Narkotika (sekarang UU No. 35 tahun 2009), Undang-undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika, Undang-undang No 23 tahun 1992 tentang Kesehatan atau ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya. e. Surat Izin Kerja (SIK) Apoteker Pengelola Apotek dicabut. f. Pemilik Sarana Apotek terbukti terlibat dalam pelanggaran perundangundangan di bidang obat. Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
22
g. Apotek tidak lagi memenuhi persyaratan sebagai apotek.
Menurut Peraturan Pemerintah nomor 51 tahun 2009, pelaksanaan pencabutan izin apotek dilakukan setelah dikeluarkan: a. Peringatan secara tertulis kepada Apoteker Pengelola Apotek sebanyak tiga kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing dua bulan dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-12. b. Pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-lamanya enam bulan sejak dikeluarkannya penetapan pembekuan kegiatan di apotek dengan mengunakan contoh Formulir Model APT-13.
Keputusan pencabutan Surat Izin Apotek dilakukan oleh Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota
kepada
Apoteker
Pengelola
Apotek
dengan
menggunakan contoh Formulir Model APT-15 dan tembusan disampaikan kepada Menteri Kesehatan dan Kepala Dinas Kesehatan Propinsi serta Kepala Balai POM setempat. Apabila surat izin apotek tersebut dicabut, APA atau Apoteker Pengganti wajib mengamankan perbekalan farmasi yang dilakukan dengan cara:
a. Seluruh persediaan narkotika, obat keras tertentu dan obat lainnya serta seluruh resep yang tersedia di apotek diinventarisasi b. Narkotika, psikotropika, dan resep harus dimasukkan dalam tempat yang tertutup dan terkunci. c. Apoteker Pengelola Apotek wajib melapor secara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau petugas yang diberi wewenang tentang penghentian kegiatan disertai laporan inventarisasi yang dimaksud di atas.
Pembekuan izin apotek dapat dicairkan kembali apabila apotek tersebut telah membuktikan memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dengan menggunakan contoh Formulir APT-14. Pencairan izin apotek dilakukan setelah menerima laporan pemeriksaan dari tim pemeriksaan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
BAB 3 TINJAUAN KHUSUS APOTEK ATRIKA
3. 1 Sejarah dan Lokasi Apotek Atrika didirikan pada tanggal 21 juli 2001 dengan Apoteker Pengelola Apotek Dr. Harmita, Apt dan SIA: 1387.01/KANWIL/SIA/01/0. Apotek Atrika menggunakan sarana milik Bapak Winardi Hendrayanta. Pada tanggal 26 Juli 2008, Apotek Atrika pindah lokasi sehingga SIA yang diperoleh berubah menjadi SIA: 1.11.0226.2009.4.04/08/08. Apotek Atrika terletak di Jalan Kartini Raya No. 34, Jakarta Pusat (Lampiran 1). Daerah ini merupakan kawasan pemukiman penduduk (kompleks perumahan) yang mudah dijangkau oleh kendaraan dan dilalui oleh angkutan umum serta merupakan jalan dua arah dengan badan jalan yang tidak terlalu lebar.
3. 2 Tata Ruang Apotek Atrika memiliki halaman yang dapat digunakan sebagai tempat parkir. Bangunan Apotek Atrika terbagi menjadi dua, yaitu ruang depan, dan ruang dalam. Ruang depan terdiri atas ruang tunggu, kasir, tempat penerimaan resep sekaligus tempat penyerahan obat, dan etalase untuk obat bebas (OTC). Ruang dalam terdiri atas ruang racik yang dikelilingi lemari untuk obat ethical, kamar mandi, dan tempat pencucian atau wastafel (Lampiran 2). Penyusunan obat di Apotek Atrika dilakukan berdasarkan susunan abjad dan disesuaikan berdasarkan jenis sediaannya. Sediaan yang terdapat di Apotek Atrika dibagi menjadi tiga jenis, yaitu sediaan oral padat (tablet, kapsul), sediaan oral cair (sirup, suspensi), dan sediaan topikal (salep, krim, suppositoria, obat tetes, dll). Selain itu, juga terdapat lemari terpisah untuk menyimpan obat generik, obat golongan narkotika, psikotropika, dan obat yang telah mendekati waktu kadaluarsa.
23
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
Universitas Indonesia
24
3. 3 Struktur Organisasi Apotek Atrika memiliki 14 tenaga kerja, terdiri atas tenaga teknis farmasi, dan tenaga non-teknis farmasi. Tenaga teknis farmasi terdiri dari Apoteker Pengelola Apotek sebagai pimpinan, dua orang apoteker pendamping, seorang asisten apoteker, dan seorang juru resep. Tenaga non-teknis farmasi terdiri dari tenaga keuangan dan kasir, yang dilaksanakan oleh dua orang, serta dua orang pesuruh, dan lima orang kurir. Tenaga kerja Apotek Atrika bekerja secara bergantian berdasarkan jam kerja yang telah dibagi menjadi tiga shift, yaitu shift I pukul 08.00 – 14.00, shift II pukul 14.00 – 21.00, dan shift III pukul 21.00 – 22.00. Apotek Atrika buka dari Senin – Jumat mulai pukul 08.00 sampai 22.00 WIB, hari Sabtu pukul 08.00 – 17.00, sedangkan hari Minggu dan hari libur nasional tutup.
3. 4 Tugas dan Fungsi Jabatan Setiap jabatan di Apotek Atrika memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut:
3.4.1 Apoteker Pengelola Apotek (APA) Tugas dan tanggung jawab APA adalah sebagai berikut: a. Bertanggung jawab terhadap informasi obat dan perbekalan farmasi kepada masyarakat luas. b. Bertanggung jawab atas kelancaran, pengamanan, dan penggunaan uang di apotek. c. Bertanggung jawab terhadap kelancaran administrasi dan penyimpanan dokumen penting. d. Bertanggung jawab dalam merencanakan pengadaan barang, mengawasi segala aktivitas di apotek, termasuk pemeliharaan dan pengamanannya.
3.4.2 Apoteker Pendamping Tugas dan tanggung jawab Apoteker Pendamping adalah: a. Melaksanakan tugas dan tanggung jawab Apoteker Pengelola Apotek ketika Apoteker Pengelola Apotek sedang tidak berada di tempat. b. Menjamin penyampaian informasi obat kepada pasien. Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
25
c. Memeriksa kebenaran obat yang akan diserahkan kepada pasien meliputi bentuk sediaan obat, jumlah obat, nama obat, nama pasien, dan cara pakainya.
3.4.3 Asisten Apoteker (AA) Tugas dan kewajiban Asisten Apoteker adalah sebagai berikut: a. Mengatur, mengontrol, dan menyusun obat pada tempat penyimpanan obat di ruang peracikan. b. Melayani permintaan obat bebas dan resep dokter, mulai dari penerimaan resep, menyiapkan obat, meracik, menulis etiket, mengemas, sampai dengan penyerahan obat. c. Membuat salinan resep dan kuitansi bila diperlukan. d. Mencatat dan menghitung bon penjualan kredit untuk resep-resep kredit.
3.4.4 Juru Resep Tugas dan kewajiban juru resep adalah sebagai berikut: a. Membantu tugas Asisten Apoteker dalam penyediaan/pembuatan obat jadi maupun obat racikan. b. Menyiapkan dan membersihkan alat-alat peracikan serta melaporkan hasil sediaan yang telah jadi kepada Asisten Apoteker. c. Membuat obat-obat racikan standar (aanmaak) di bawah pengawasan Asisten Apoteker.
3.4.5 Kasir Tugas dan tanggung jawab kasir adalah sebagai berikut: a. Menerima pembayaran tunai maupun dengan kartu kredit. b. Menerima barang masuk. c. Memberi harga untuk resep-resep yang masuk. d. Melayani penjualan obat bebas dan bebas terbatas. e. Mencatat, menghitung, dan menyimpan uang hasil penjualan. f. Menyetor uang hasil penjualan ke bagian keuangan. g. Bertanggung jawab terhadap kesesuaian uang yang masuk dengan penjualan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
26
3.4.6 Keuangan Tugas dan kewajiban fungsi keuangan adalah sebagai berikut: a. Bertanggung jawab terhadap kondisi aliran kas yang terjadi. b. Menerima uang yang disetor oleh kurir dan penjualan obat tunai, baik obat bebas dan bebas terbatas maupun penjualan obat dengan resep. c. Mengeluarkan uang yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan operasional apotek, seperti listrik dan telepon. d. Menyimpan bukti pembayaran dan pembelian barang, serta bukti pertukaran faktur dengan Perusahaan Besar Farmasi (PBF).
3.4.7 Pesuruh Tugas dan tanggung jawab pesuruh adalah sebagai berikut: a. Menjaga kebersihan apotek. b. Menjamin kerapian apotek. c. Membantu petugas apotek lain yang memerlukan bantuan non-teknis kefarmasian.
3.4.8 Kurir Tugas dari seorang kurir adalah sebagai berikut: a. Mengantar obat dan sediaan farmasi untuk pelayanan pesan antar. b. Menjamin obat yang tepat sampai kepada pasien yang tepat. c. Menerima uang hasil pembayaran obat.
3.5. Kegiatan di Apotek Atrika Kegiatan yang dilakukan di Apotek Atrika dikelompokkan menjadi dua bidang, yaitu kegiatan di bidang teknis kefarmasian dan kegiatan non-teknis kefarmasian.
3.5.1 Kegiatan Teknis Kefarmasian 3.5.1.1. Pengelolaan
perbekalan
farmasi a. Pengadaan barang
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
27
Apotek Atrika melakukan pengadaan perbekalan farmasi apabila barang sudah menipis atau hampir habis. Kegiatan pengadaan ini dilakukan setiap hari. Pembelian dilakukan oleh Apoteker Pendamping atau Asisten Apoteker yang bertanggung jawab langsung kepada APA. Surat pesanan perbekalan farmasi ditandatangani oleh Apoteker Pendamping atau Asisten Apoteker. b. Penerimaan barang Barang yang diterima berdasarkan surat pesanan dan faktur diperiksa oleh Asisten Apoteker, baik kuantitas, maupun kualitas (tanggal kadaluarsa, keadaan fisik barang, kode produksi/batch, dan lain-lain). Apabila barang yang diterima sesuai dengan surat pesanan, maka petugas selanjutnya menandatangani dan memberi stempel apotek pada faktur. Selanjutnya, faktur asli diserahkan kembali ke PBF dan salinan faktur disimpan di apotek. Pembelian dicatat dalam buku pembelian yang berisi tanggal pembelian, nama PBF, barang yang diterima, tanggal kadaluarsa, potongan harga (discount), dan harga. Jumlah barang yang diterima kemudian ditambahkan ke dalam kartu stok.
c. Penyimpanan barang Barang – barang disimpan berdasarkan bentuk sediaan obat menurut abjad, baik untuk obat dengan resep, maupun untuk obat bebas. Obat disusun berdasarkan sistem FEFO (First Expired First Out), di mana obat yang memiliki tanggal kadaluarsa terlebih dahulu diletakkan di bagian yang paling depan dan/atau paling atas, agar yang terlebih dahulu mencapai batas kadaluarsa keluar terlebih dahulu. Selain itu, terdapat juga lemari khusus untuk menyimpan barang-barang yang mendekati waktu kadaluarsa. Penyimpanan narkotika dilakukan di lemari khusus yang menempel di dinding dan kunci lemari tersebut disimpan oleh Apoteker Pendamping.
d. Pengeluaran barang Apotek Atrika melakukan pengeluaran barang dengan sistem FEFO (First Expired First Out), yaitu barang yang dikeluarkan terlebih dahulu adalah barang yang memiliki batas kadaluarsa lebih awal. Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
28
e. Pembuatan aanmaak Aanmaak adalah obat-obat yang dibuat oleh juru resep dibawah pengawasan apoteker berdasarkan resep-resep standar dalam buku resmi untuk dijual bebas ataupun berdasarkan resep dokter. Beberapa sediaan standar yang dibuat di Apotek Atrika adalah minyak kayu putih, minyak telon, lysol, obat batuk putih, obat batuk hitam, obat biang keringat, rivanol, salicyl spiritus, dan bedak salisilat. Aanmaak ini ditempatkan di rak obat bebas dan disusun berdasarkan abjad.
3.5.1.2. Pengelolaan narkotika a. Pengadaan narkotika
Pemesanan narkotika harus dilakukan dengan menggunakan surat pesanan khusus narkotika. Pembelian narkotika hanya dapat dilakukan pada PBF Kimia Farma. Dalam satu lembar surat pesanan, hanya boleh tercantum satu jenis narkotika, dan perlu mencantumkan jumlah stok terakhir. Surat pesanan narkotika harus ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek dengan mencantumkan nama jelas, nomor SIA dan SIK/SP, serta nama, alamat, dan stempel apotek. Surat pesanan dibuat rangkap empat, untuk arsip apotek satu lembar, untuk Suku Dinas Kesehatan Jakarta Pusat satu lembar, untuk Balai POM satu lembar, dan untuk arsip apotek satu lembar. Penerimaan narkotika dilakukan oleh Apoteker Pendamping atau Asisten Apoteker yang memiliki SIK dan bukti penerimaannya diterima dan disimpan oleh Apoteker Pengelola Apotek. b. Penyimpanan narkotika Penyimpanannya dilakukan di dalam lemari khusus yang menempel di dinding dan kuncinya dipegang oleh Apoteker Pendamping. c. Pelayanan narkotika Pelayanan resep yang mengandung narkotika harus berdasarkan resep asli yang belum pernah dilayani atau salinan resep yang dibuat oleh Apotek Atrika yang jumlah obatnya belum diberikan seluruhnya, atau belum pernah diberikan Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
29
kepada pasien. Setiap pengeluaran narkotika harus dicatat di kartu stok dan diperiksa kesesuaian jumlahnya. Resep yang mengandung narkotika harus digaris merah, dan disimpan terpisah dari resep lain. d. Pelaporan penggunaan narkotika Laporan penggunaan narkotika dibuat setiap bulan dan dikirim ke instansi yang berwenang paling lambat setiap tanggal 10 setiap bulannya dengan tembusan kepada Balai Besar POM dan untuk arsip.
3.5.1.3. Pengelolaan Psikotropika a. Pengadaan psikotropika Pemesanan psikotropika dilakukan dengan menggunakan surat pesanan psikotropik (berbeda dengan surat pesanan narkotika) yang ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek. Dalam satu surat pesanan, boleh dicantumkan beberapa jenis psikotropika, dan tidak perlu mencantumkan jumlah stok terakhir.
b. Penyimpanan psikotropika Penyimpanan psikotropika di Apotek Atrika dilakukan pada lemari khusus dan kunci dipegang oleh Apoteker Pendamping. c. Pelayanan psikotropika Pelayanan resep prikotropika diserahkan atas dasar resep dokter dan salinan resep yang dibuat Apotek Atrika maupun apotek lain. Resep yang mengandung psikotropika disimpan terpisah dari resep lain. d. Pelaporan psikotropika Laporan penggunaan psikotropika dibuat setiap bulan dan dikirimkan ke Suku Dinas Pelayanan Kesehatan Jakarta Pusat paling lambat setiap tanggal 10 setiap bulannya dengan tembusan kepada balai Besar POM dan untuk arsip.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
30
3.5.1.4. Pelayanan apotek Apotek Atrika melakukan pelayanan resep dan pelayanan obat bebas dan komoditi lain di luar sediaan farmasi. Pelayanan resep dilakukan dengan sistem pembayaran tunai dan kredit. a. Pelayanan obat dengan resep Asisten Apoteker menerima resep dari pasien, kemudian diperiksa kelengkapan obat dan kelengkapan resepnya dan diberi harga berdasarkan harga yang terdapat pada komputer kasir. Apabila resep berasal dari dokter untuk dipakai sendiri atau pada keadaan tertentu lainnya, harga yang telah dihitung kemudian dikurangi diskon sejumlah yang ditentukan. Pasien lalu membayar harga obat yang disetujui di kasir dan kasir mencatat alamat dan nomor telepon pasien. Resep dibawa ke bagian peracikan untuk dikerjakan oleh asisten apoteker dan juru resep, Setelah semua bahan dalam resep ditimbang, maka resep segera dikerjakan. Resep yang telah selesai dikerjakan dan diberi etiket diperiksa oleh Apoteker atau Asisten Apoteker lalu kemudian diserahkan kepada pasien. Apoteker atau Asisten Apoteker yang menyerahkan obat menyampaikan informasi yang berkaitan dengan obat tersebut. Setiap tahapan pengerjaan resep di Apotek Atrika harus diparaf pada kolom HTKP (Harga, Timbang, Kemas, Penyerahan) sesuai pekerjaan yang dilakukan oleh asisten apoteker, juru resep, maupun apoteker. Hal ini dilakukan untuk menelusuri kesalahan dalam pengerjaan resep. Resep yang telah selesai dikumpulkan berdasarkan nomor urut resep per hari dan dicatat dalam buku resep. Pelayanan resep secara tunai sama dengan pelayanan resep secara kredit, tetapi untuk pelayanan resep secara kredit, kuitansi pembayarannya tidak diserahkan ke pasien tetapi disimpan untuk dilakukan penagihan pada awal bulan berikutnya. Tata cara pelayanan resep narkotika dan psikotropika sama dengan pelayanan resep obat keras lainnya tetapi pada pelayanan resep yang mengandung narkotika diberi label HTKP dengan warna berbeda dan dikumpulkan terpisah dari resep lainnya.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
31
b. Pelayanan / penjualan bebas Apotek Atrika melakukan penjualan bebas berupa penjualan obat tanpa menggunakan resep dokter (obat bebas, obat bebas terbatas, dan obat wajib apotek) dan penjualan sediaan lain di luar obat-obatan. Pembayarannya dilakukan di kasir secara tunai kemudian barang dan struk pembayaran diserahkan kepada pembeli.
3.5.2 Kegiatan Non-teknis Kefarmasian Kegiatan non-teknis kefarmasian di Apotek Atrika berupa kegiatan administrasi
personalia,
administrasi
umum,
administrasi
penjualan,
administrasi pembelian, administrasi pajak, administrasi pergudangan, dan administrasi piutang. 3.5.2.1. Administrasi personalia Apotek Atrika melakukan administrasi personalia yang berkaitan dengan semua hal mengenai urusan pegawai yang meliputi absensi, gaji, hak cuti, dan fasilitas lain yang berhubungan dengan pegawai. 3.5.2.2. Administrasi umum Apotek Atrika melakukan administrasi umum yang meliputi laporan penggunaan bahan baku dan sediaan jadi narkotika, laporan penggunaan psikotropika dan segala hal yang berhubungan dengan urusan administrasi. 3.5.2.3. Administrasi penjualan Apotek Atrika melakukan kegiatan administrasi penjualan dengan melakukan pencatatan terhadap semua penjualan resep dan penjualan bebas secara tunai. Selain itu juga dilakukan pengaturan terhadap penentuan harga jual yang dimasukkan ke dalam buku daftar harga jual yang dijadikan sebagai acuan. Apabila terdapat perubahan harga, maka harga yang tertera pada buku harga jual akan diubah.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
32
3.5.2.4. Administrasi pembelian Apotek Atrika melakukan kegiatan administrasi pembelian dengan melakukan pencatatan terhadap semua pembelian di buku pembelian, pengumpulan faktur-faktur berdasarkan debitur. Tanggal tukar faktur yang ditentukan oleh Apotek Atrika adalah setiap tanggal 5 dan 15, sedangkan tanggal pembayaran akan ditentukan pada tanggal tukar faktur. Tanggal pembayaran biasanya jatuh pada tanggal 13 dan 14 setiap bulannya. 3.5.2.5. Administrasi pajak Apotek Atrika melakukan administrasi pajak dengan melakukan pencatatan dan pengumpulan faktur pajak serta menghitung jumlah pajak yang harus dibayarkan oleh apotek. Selain itu, kegiatan administrasi pajak juga menangani pajak lain yang harus dibayarkan oleh apotek, seperti pajak reklame.
3.5.2.6. Administrasi pergudangan Apotek Atrika melakukan administrasi pergudangan dengan melakukan pencatatan pemasukan dan pengeluaran obat menggunakan kartu stok yang tersedia untuk masing-masing obat sehingga dapat diketahui sisa persediaan. 3.5.2.7. Administrasi piutang Pengumpulan kuitansi piutang dilakukan terhadap penjualan secara kredit kepada suatu badan sosial dan melakukan pencatatan apabila telah dilunasi.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
BAB 4 PEMBAHASAN
Apotek Atrika adalah sebuah apotek yang terletak di Jalan Kartini Raya nomor 34, Jakarta Pusat. Apotek ini merupakan hasil kerja sama antara Dr. Harmita, Apt., sebagai apoteker pengelola apotek (APA) dan Bapak Winardi Hendrayanta sebagai pemilik sarana apotek (PSA) dan telah beroperasi selama hampir 9 tahun, terhitung sejak didirikan pada 21 Juli 2001. Saat ini, Apotek Atrika memiliki tiga cabang yang terletak di daerah Kuningan, Mangga dua, dan Pantai Indah Kapuk, yang kegiatannya dikoordinasikan oleh Apotek Atrika yang terletak di Jalan Kartini Raya sebagai pusatnya. Apotek Atrika terletak disamping jalan dua arah dan dekat dengan pemukiman penduduk yang cukup padat, serta dekat dengan beberapa praktek dokter, mulai dari dokter umum, dokter gigi, dokter spesialis (spesialis anak, spesialis kulit dan kelamin), hingga dokter hewan bahkan juga dekat dengan pedagang besar farmasi (PBF) Stimec. Di samping lokasi yang strategis ini, letak Apotek Atrika ini juga cukup jauh dari apotek pesaing dan cukup berjauhan. Apotek Atrika memiliki papan nama penunjuk keberadaan apotek yang cukup jelas dengan warna mencolok dan halaman yang cukup luas sehingga dapat digunakan sebagai tempat parkir dengan kapasitas sebuah mobil dan beberapa sepeda motor. Apotek Atrika memiliki bangunan dengan ukuran sekitar 7 x 7,2 meter persegi dan terbagi menjadi dua ruangan. Ruang depan apotek digunakan sebagai ruang tunggu, counter untuk penjualan obat OTC dan perbekalan lainnya, penerimaan resep, penyerahan obat, dan kasir. Ruang tunggu Apotek Atrika dilengkapi 5 tempat duduk, pendingin ruangan, dan siaran radio untuk meningkatkan kenyamanan pelanggan. Ruang tunggu ini selalu dijaga kebersihannya. Ruang depan dan ruang belakang dibatasi oleh dinding pembatas dan pintu yang selalu tertutup sehingga pelanggan tidak dapat melihat dan memasuki ruang belakang. Ruang belakang digunakan sebagai ruang racik dan ruang kerja dengan luas yang cukup untuk pekerjaan meracik. Ruang belakang/ ruang racik juga 33
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
Universitas Indonesia
34
dilengkapi pendingin ruangan untuk menjamin stabilitas obat selama penyimpanan dan kenyamanan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya. Ruang racik Apotek Atrika memiliki tata letak dimana meja racik terletak di tengah ruangan yang dikelilingi oleh lemari/ rak penyimpanan obat ethical sehingga pengerjaan resep menjadi lebih cepat. Pada ruang racik juga terdapat meja kerja di sudut ruangan agar tidak mengganggu pekerjaan meracik serta toilet untuk karyawan yang dilengkapi dengan wastafel pada bagian depan yang dapat digunakan sebagai tempat pencucian alat. Denah ruangan Apotek Atrika secara umum dapat dilihat pada Lampiran 2. Proses pengadaan barang di Apotek Atrika dilakukan melalui pembelian secara kredit, dengan memperhatikan arus barang (slow moving atau fast moving) dan arus uang. Pemesanan dilakukan setiap hari sehingga perputaran barang lebih cepat dan dapat mencegah adanya stok mati atau obat yang kadaluarsa (akibat terlalu lama disimpan) sehingga penyebab kerugian apotek dapat ditekan. Pemesanan yang dilakukan setiap hari didukung oleh lokasi apotek yang berdekatan dengan PBF sehingga lead time yang diperlukan umumnya kurang dari satu hari. Setiap pagi atau malam hari, dilakukan stok opname untuk mengetahui jenis persediaan obat yang mulai menipis dan mencegah stock out. Jenis-jenis obat yang akan dipesan tersebut lalu disusun berdasarkan PBF yang menyediakan obat-obat tersebut, untuk mempermudah pemesanan dan melakukan pemilihan PBF. Pemilihan PBF umumnya dilakukan apabila suatu obat tersedia pada lebih dari satu PBF dan dasar pemilihan yang diterapkan adalah faktor harga, misalnya besarnya diskon yang diberikan. Selain melalui pembelian kredit, barang di Apotek Atrika juga berasal dari titipan atau konsinyasi. Sistem yang dilakukan adalah apotek akan menerima komisi apabila barang tersebut terjual atau barang tersebut boleh dikembalikan apabila tidak laku terjual hingga batas waktu yang disepakati atau batas kadaluarsa barang tersebut. Barang-barang yang dititipkan umumnya merupakan sediaan herbal dan produk kesehatan lain. Pemesanan biasanya dilakukan melalui telepon atau melalui medical representative yang setiap hari berkunjung ke apotek. Pada saat barang yang dipesan datang, dilakukan pemeriksaan kesesuaian jenis dan jumlah barang antara barang yang diserahkan dengan yang tertera pada faktur dan surat pesanan (SP). Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
35
Apabila barang yang datang, faktur, dan SP telah sesuai, maka faktur diberi tanggal dan nomor urut, stempel apotek serta ditandatangani. Faktur umumnya terdiri atas 4 rangkap, dua lembar pertama akan diambil kembali oleh PBF dan dua lembar berikutnya akan diserahkan pada pihak apotek, sedangkan surat pesanan terdiri atas 2 rangkap, yaitu lembar putih yang diserahkan pada PBF dan lembar merah untuk arsip apotek. Setelah serah terima faktur dan SP, dilakukan pula pemeriksaan fisik, kemudian nomor batch dan tanggal kadaluarsanya. Setelah pemeriksaan barang selesai, dilakukan pencatatan atau pemindahan data pada faktur serta peletakkan barang pada lemari penyimpanan obat sesuai tempatnya. Pencatatan barang yang datang dilakukan pada buku pembelian, buku hutang, dan kartu stok. Berdasarkan jenis sediaannya, kartu stok dibedakan menjadi 3 warna untuk mempermudah penelusuran, yaitu kartu stok putih untuk sediaan oral padat, kartu stok merah untuk sediaan oral cair, dan kartu stok hijau untuk sediaan topikal. Pengelolaan barang atau obat pada Apotek Atrika dilakukan dengan menyimpan obat pada lemari yang terbuat dari kayu dengan pintu kaca sehingga barang atau obat dapat terlihat dengan jelas. Barang-barang dalam Apotek Atrika disusun berdasarkan jenis (OTC atau ethical), bentuk sediaan, dan abjad. Obat OTC diletakkan pada etalase di ruang depan, sedangkan obat ethical diletakkan di dalam lemari pada ruang racik. Penyusunan lalu dibedakan berdasarkan bentuk sediaan, yaitu sediaan oral padat, sediaan oral cair, dan sediaan topikal. Setelah digolongkan, barang-barang tersebut disusun berdasarkan abjad dari bagian atas lemari hingga ke bagian bawah lemari. Obat-obat generik ditempatkan pada lemari tersendiri di dalam ruang racik dan beberapa obat yang sering digunakan dalam obat racikan, seperti teofilin dan klorfeniramin maleat (CTM), juga memiliki tempat khusus di meja racik sehingga dapat mempermudah pekerjaan meracik obat. Pengelolaan, termasuk pengadaan dan penjualan, obat-obat golongan narkotika dan psikotropika di Apotek Atrika telah dilakukan secara khusus, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pemesanan obat golongan narkotika dan psikotropika dilakukan dengan menggunakan surat pesanan khusus yang diisi dan ditandatangani oleh APA Lampiran 5 dan 7. Penerimaan obat Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
36
golongan narkotika dan psikotropika juga dilakukan oleh APA atau asisten penanggung jawab apotek. Pembayaran obat golongan narkotika dilakukan langsung pada saat obat datang. Penyimpanan obat golongan narkotika dan psikotropika dilakukan pada lemari khusus yang terbuat dari bahan yang kuat (kayu), terkunci, serta menempel pada dinding sehingga sulit atau tidak dapat dipindah-pindahkan. Obat-obat yang akan kadaluarsa dalam waktu tiga hingga enam bulan ke depan ditempatkan secara terpisah, dikelompokkan sesuai bulan kadaluarsa, dan dilakukan pencatatan pada buku khusus “obat yang akan expired” agar diketahui. Obat-obat tersebut akan didahulukan untuk dijual atau dipersiapkan untuk dikembalikan kepada PBF. Pada lemari obat dari obat yang akan kadaluarsa diberi catatan untuk mengingatkan agar jika terdapat permintaan terhadap obat tersebut maka obat yang akan kadaluarsa diserahkan terlebih dahulu. Jika obat yang akan kadaluarsa sudah terjual atau dikembalikan pada PBF, maka statusnya akan dicatat pada buku khusus “obat yang akan expired.” Namun, jika obat-obat tersebut tidak terjual atau tidak dapt dikembalikan ke PBF hingga batas kadaluarsanya, maka obat-obat tersebut akan dimusnahkan. Untuk mengurangi kerugian akibat obat-obat yang kadaluarsa, penjualan atau pengeluaran barang atau obat di Apotek Atrika dilakukan dengan menggunakan sistem FEFO (First Expired First Out). Hal ini dilakukan dengan menyusun barang yang tanggal kadaluarsanya lebih cepat diletakkan pada bagian depan atau bagian atas tumpukan obat sehingga akan diambil dahulu. Pengeluaran barang atau obat pada Apotek Atrika dapat terjadi karena pembelian, baik pembelian dengan resep maupun pembelian untuk swamedikasi, dan pengiriman barang atau obat ke cabang Apotek Atrika sesuai permintaan. Setiap pengeluaran barang atau obat, baik karena pembelian maupun karena pengiriman, dicatat pada kartu stok dan buku yang sesuai dengan jenis pengeluaran, yaitu buku catatan resep, buku penjualan bebas, dan buku pengiriman.
Pelayanan resep pada Apotek Atrika dilakukan mulai dari penerimaan resep, pemberian harga, penimbangan/peracikan, pengemasan, koreksi, hingga penyerahan obat. Pelayanan ini dilakukan berdasarkan HTKP (Harga, Timbang, Kemas, dan Penyerahan) sehingga mempermudah pengawasan dan pengendalian Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
37
terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi setiap bagian pengerjaan. Resep yang ditebus pada awalnya akan ditempeli dengan kertas kecil berisi tabel HTKP disertai kolom paraf. Resep yang mengandung narkotika diberikan label HTKP berwarna kuning sedangkan resep non narkotika diberi label HTKP berwarna putih. Hal ini dilakukan agar mempermudah penelusuran resep. Obat yang ditebus melalui resep diberi harga dan nomor resep lalu kasir akan menandatangani kolom H. Resep ini lalu diserahkan ke ruang racik untuk disiapkan. Setelah obat disiapkan, obat akan diserahkan pada pasien. Pada kertas HTKP, setiap orang yang melakukan salah satu fungsi HTKP harus menandatangani pada huruf yang ia lakukan fungsinya. Pelayanan resep di Apotek Atrika sudah dilakukan dengan baik. Semua resep yang sudah diterima, disimpan per hari berdasarkan nomor urut resep. Pengeluaran obat-obatan yang diresepkan, dilakukan pencatatan informasi mengenai tanggal pembuatan resep, nomor resep, nama obat, dan jumlah obat yang diberikan dalam buku catatan resep. Resep-resep tersebut akan disimpan selama 3 tahun. Setelah itu, dilakukan pemusnahan resep dengan membuat berita acara yang selanjutnya dilaporkan kepada Suku Dinas Kesehatan Jakarta Pusat.
Obat golongan narkotika dan psikotropika hanya dapat diserahkan berdasarkan resep asli dari dokter lalu obat yang diserahkan dicatat pada buku pengeluaran obat narkotika dan psikotropika. Resep yang mengandung obat golongan narkotika dan psikotropika tidak boleh diulang dan apabila tidak ditebus semua, maka sisa obat yang belum diambil hanya dapat diambil pada apotek yang sama. Obat golongan narkotika pada resep diberi garis bawah merah dan disimpan secara terpisah dengan resep lain. Hal ini dilakukan untuk memudahkan dalam pembuatan laporan. Apotek Atrika melakukan pelaporan penggunaan obat golongan narkotika dan psikotropika kepada Suku Dinas Kesehatan Jakarta Pusat setiap periode, yakni setiap bulan, baik untuk obat golongan narkotika maupun golongan psikotropika. Pelaporan narkotika dan psikotropika dilakukan sebelum tanggal 10. Dalam rangka meningkatkan pelayanan, Apotek Atrika menjalin hubungan baik dengan apotek pesaing dan dengan dokter, seperti dr. Freddy S. Hardjoko, Sp. KK. Hubungan dengan apotek pesaing dapat menguntungkan apotek karena bila obat yang diminta pasien tidak tersedia, maka apotek dapat membeli obat tersebut Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
38
dari apotek pesaing. Kecepatan dan ketepatan pelayanan resep juga selalu ditingkatkan. Pelayanan informasi obat bagi pasien telah terlaksana cukup baik karena apoteker yang selalu berada di apotek. Administrasi dan manajerial dalam hal pencatatan obat juga telah dilakukan secara terkomputerisasi. Sistem ini menggunakan program khusus yang mencatat pembelian, persediaan, dan penjualan barang-barang di apotek beserta keterangan dari barang-barang tersebut. Sistem ini berguna dalam mengintegrasikan infromasi mengenai arus barang apotek, termasuk dalam hal pengeluaran barang karena sistem ini terhubung langsung dengan kasir. Selain itu, sistem ini juga dapat memberi peringatan mengenai obat yang akan kadaluarsa. Akan tetapi, program yang digunakan masih memiliki kekurangan karena terkadang terjadi kegagalan pelaksanaan fungsi tertentu sehingga masih harus disempurnakan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
BAB 5 KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan a. Apotek
adalah
sarana
pelayanan
kefarmasian
komunitas
tempat
dilakukannya praktek kefarmasian oleh apoteker b. Apoteker pada apotek memiliki fungsi manajerial dan profesional dimana apoteker harus memimpin apotek sekaligus melayani pasien. c. Tugas dan tanggung jawab apoteker serta sistem manajemen dan administrasi di Apotek Atrika telah dilaksanakan dengan baik karena berbagai kegiatan teknis kefarmasian dan non-teknis kefarmasian di Apotek Atrika telah berjalan dengan baik.
5.2 Saran a. Agar pekerjaan karyawan tidak saling tumpang tindih, maka Apotek Atrika hendaknya membuat dan melaksanakan prosedur standar operasi sehingga sistem manajerialnya lebih rapih dan efisien. b. Agar pasien lebih tahu dan mengerti cara penggunaan obat yang baik dan benar, maka Apotek Atrika dapat meningkatkan pemberian informasi obat kepada pasien. c. Agar tidak terjadi kegagalan fungsi, Apotek Atrika hendaknya terus memperbaiki program komputer untuk perapotekkannya sehingga pencatatan dengan komputerisasi tidak mengalami hambatan. d. Untuk terus meningkatkan pendapatan, maka Apotek Atrika hendaknya terus menurus melakukan perbaikan – perbaikan di segala bidang.
39
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
Universitas Indonesia
40
DAFTAR REFERENSI
Anonim. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009. Anonim. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1332/Menkes/SK/X/2002 Tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 922/Menkes/Per/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izi Apotek. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2002. Anonim. Peraturan Pemerintah No.25 tahun 1980 tentang Apotek. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1980. Anonim. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 922/Menkes/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1993. Anonim. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004. Anonim. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 919/Menkes/Per/X/1993. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1993. Anonim. Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006. Anonim. Undang-undang No.5 tahun 1997 tentang Psikotropika. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1997. Anonim. Undang-undang No.35 tahun 2009 tentang Narkotika. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009. Anonim. Peraturan Menteri Kesehatan No. 28/Menkes/Per/I/1978 tentang Tata Cara Penyimpanan Narkotika. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1997.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
41
Lampiran 1. Peta Lokasi Apotek Atrika
Keterangan: Apotek Atrika, Jalan Kartini Raya Nomor 34, Jakarta Pusat
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
42
Lampiran 2. Denah Apotek Atrika
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
43
Lampiran 3. Struktur Organisasi Apotek Atrika
Apoteker Pengelola Apotek (APA)
Apoteker Pendamping
Asisten Apoteker
Pemilik Sarana Apotek
Juru Resep
Kasir
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
44
Lampiran 4. Alur Penyerahan Resep
P e n e r im a a nresep
R e s e p K r e d it
ResepTunai
P e m e r ik s a a n k e le n g k a p a n a d m in is t r a s i
P e m b e r ia n H a r g a
P a s ie n m e n d a p a t n omorresepdanmem b a y a r d i k a s ir
P a s ie n m e n d a p a t n omorurutresep
B a g ia n P e r a c ik a n
ObatJadi
O b a t R a c ik a n
P e m b e r ia n e t ik e t d a n s a lin a n r e s e p
P e m e r ik s a a n k e s e s u a ia n o b a t
Penyerahanobat
O b a t d it e r im a p a s ie n
R e s e p d is im p a n o le h p e tu g a s
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
45
Lampiran 5. Format Surat Pesanan Khusus Narkotika
Rayon No. S.P.
: :
Model N.9 Lembar ke 1/2/3/4
SURAT PESANAN NARKOTIKA Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : ............................................................................................. Jabatan : ............................................................................................. Alamat rumah : ............................................................................................. Mengajukan pesanan narkotika kepada : Nama distributor : ............................................................................................. Alamat & No. Telp : ............................................................................................. ............................................................................................. Sebagai berikut : ............................................................................................. Narkotika tersebut akan dipergunakan untuk keperluan Apotek
Lembaga
.............................................................................................................................
STOK AKHIR ...............................
Pemesan,
( ) No. S.I.K.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
46
Lampiran 6. Format Laporan Penggunaan Narkotika
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
47
Lampiran 7. Format Surat Pesanan Khusus Psikotropika
Nomor
:
SURAT PESANAN PSIKOTROPIKA Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : ............................................................................................. Jabatan : ............................................................................................. Alamat rumah : ............................................................................................. Mengajukan pesanan narkotika kepada : Nama distributor : ............................................................................................. Alamat & No. Telp : ............................................................................................. Jenis PSIKOTROPIKA sebagai berikut: .............................................................................................................................................. ..............................................................................................................................................
Untuk keperluan Apotek Nama Alamat
: ............................................................................................. : .............................................................................................
Penanggung Jawab,
(
)
No. S.I.K.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
48
Lampiran 8. Format Laporan Penggunaan Psikotropika
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
49
(Lampiran 8. lanjutan)
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
50
(Lampiran 8. lanjutan)
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
51
Lampiran 9. Salinan Resep Apotek Atrika
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
52
Lampiran 10. Etiket Apotek Atrika
Etiket Obat Dalam
Etiket Obat Luar
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
REKAPITULASI DAN ANALISIS PERESEPAN OBAT PEMUTIH KULIT (HIDROQUINON) DI APOTEK ATRIKA JL.KARTINI RAYA NO.34 A PERIODE JULI - DESEMBER 2012
TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
CYNTIANI, S.Farm. 1206312914
ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK JUNI 2013
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
BAB 1 PENDAHULUAN 10.
Latar Belakang Kulit merupakan organ terluar dan terluas dari tubuh manusia yang berperan penting sebagai pertahanan terhadap bakteri, virus dan agen-agen toksik lainnya serta berbagai macam gangguan dan rangsangan luar. Salah satu faktor yang dapat merusak kulit adalah paparan sinar UV. Paparan sinar UV dalam waktu yang lama dengan frekuensi yang sering dapat menyebabkan gangguan pada kulit. Sinar UV dapat meningkatkan sintesis melanin di kulit dan menyebabkan hiperpigmentasi. Hiperpigmentasi merupakan suatu gangguan pada pigmen kulit wajah yang terjadi karena adanya peningkatan proses melanogenesis yang dapat menyebabkan penggelapan warna kulit. Selain itu peningkatan sintesis melanin secara lokal atau tidak merata dapat menyebabkan pigmentasi lokal atau noda hitam pada bagian tertentu dari wajah (Cayce, McMichael & Feldman, 2004). Cara yang dapat dilakukan untuk mencegah atau menghambat pembentukan melanin
adalah
melakukan penghambatan aktivitas
tirosinase (Lloyd, Jenna & Kammer, 2011). Tirosinase merupakan enzim yang berperan dalam pembentukan pigmen kulit dari seseorang karena terlibat dalam proses melanogenesis. Tirosinase pada jaringan kulit diaktivasi oleh radiasi sinar UV matahari sehingga mempercepat produksi melanin. Penghambatan pada aktivitas tirosinase memberikan efek yang menguntungkan pada beberapa individu, terutama pada kalangan wanita muda
karena
dengan
adanya
penghambatan
tirosinase
akan
meningkatkan kecerahan kulit dengan mengurangi efek penggelapan kulit (Djajadisastra, 2003). Hidrokuinon merupakan salah satu bahan kimia yang memiliki efek dalam menghambat tirosinase dan biasa digunakan sebagai kosmetik pencerah kulit. Oleh karena kulit merupakan bagian terluar dari tubuh yang terlihat, maka manusia berlomba-lomba untuk memberikan yang terbaik
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
1
Universitas Indonesia
bagi kulitnya agar tetap terlihat menarik. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan menggunakan kosmetik. Kosmetik berasal dari bahasa Yunani yaitu kosmein yang berarti berhias. Kosmetik dapat terbuat dari bahan alam maupun sintetis dengan tujuan untuk meningkatkan kecantikan (Wasitaatmadja, 1997). Definisi Kosmetik menurut Kemenkes No. 445/Menkes/Permenkes/1998 adalah:“Kosmetik adalah sediaan atau panduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luat badan (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampakan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau
badan
tetapi
menyembuhkan
suatu
tidak
dimaksudkan
penyakit”
untuk
(Tranggono
dan
mengobati Latifah,
atau 2007).
Teknologi kosmetik saat ini telah berkembang pesat sehingga berbagai cara untuk memperindah kulit lebih mudah dilakukan.
e.
Tujuan Penyusunan laporan tugas khusus Praktek Kerja Profesi Apoteker ini bertujuan untuk: 1.2.1.Mengetahui
jenis obat pemutih
kulit
yang
paling banyak
diresepkan oleh dokter kepada pasien berdasarkan resep yang diterima Apotek Atrika selama periode Juli-Desember 2012 1.2.2.Mengkaji peresepan obat untuk pemutih kulit yang diterima Apotek Atrika selama periode Juli-Desember 2012 dari sisi kerasionalan resep, interaksi obat, dan pemberian informasi.
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
1
Universitas Indonesia
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kulit 2.1.1. Struktur Kulit Kulit merupakan selimut yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan dari luar. Fungsi perlindungan terjadi melalui sejumlah mekanisme biologis, seperti pembentukan lapisan tanduk secara terusmenerus, respirasi dan pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan keringat, dan pembentukan melanin untuk melindungi kulit dari bahaya sinar ultraviolet matahari, sebagai peraba dan perasa, serta pertahanan terhadap tekanan dan infeksi dari luar. Luas permukaan kulit sekitar 2 m2 dengan berat 10 kg jika dengan lemak atau 4 kg jika tanpa lemak (Tranggono & Latifah, 2007). Kulit manusia terdiri atas tiga lapisan, yaitu lapisan epidermis, lapisan dermis dan lapisan subkutan. Lapisan epidermis dibentuk dari beberapa lapisan sel dengan ketebalan 0,1-1 mm dan berbeda-beda pada tiap bagian tubuh. Dari luar ke dalam lapisan epidermis terdiri dari lapisan tanduk (stratum corneum), lapisan jernih (stratum lucidum), lapisan berbutir-butir (stratum granulosum), lapisan malphigi (stratum spinosum) dan lapisan basal(stratum germinativum). Lapisan tanduk terdiri dari beberapa lapis sel yang pipih, mati, tidak memiliki inti, tidak mengalami proses metabolisme, tidak berwarna dan sangat sedikit mengandung air. Lapisan jernih merupakan lapisan yang tipis, jernih, mengandung eleidin, dan lapisan ini terlihat jelas pada telapak tangan dan telapak kaki. Pada lapisan berbutir-butir tersusun oleh sel-sel keratinosit yang berbentuk poligonal, berbutir kasar dan berinti mengkerut. Lapisan malphigi memiliki sel yang berbentuk kubus dan seperti berduri. Intinya besar dan oval. Setiap sel berisi filamen-filamen kecil yang terdiri atas serabut protein. Sedangkan pada lapisan basal juga terdapat sel-sel melanosit yang tidak mengalami keratinisasi dan berfungsi membentuk pigmen melanin (Tranggono & Latifah, 2007).
Pada lapisan kedua atau lapisan dermis memiliki ketebalan yang lebih daripada epidermis. Terbentuk oleh jaringan elastik dan fibrosa padat dengan
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
1
Universitas Indonesia
elemen selular, kelenjar dan rambut sebagai adneksa kulit. Lapisan ini terdiri atas pars papilaris, bagian yang menonjol ke dalam epidermis berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah, dan pars retikularis, bagian bawah dermis yang berhubungan dengan lapisan subkutan. Terdiri atas serabut penunjang kolagen, elasrin dan retikulin (Wasitaatmadja, 1997). Lapisan subkutan merupakan lapisan paling dalam dari kulit. Merupakan kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya. Sel lemak merupakan sel bulat, besar, dengan inti terdesak ke pinggir karena sitoplasma lemak yang bertambah. Tidak ada garis tegas yang memisahkan dermis dan subkutan (Wasitaatmadja, 1997)
2.1.2. Fisiologi Kulit Kulit memiliki fungsi yang cukup vital bagi tubuh kita, beberapa fungsi kulit diantaranya (Wasitaatmadja, 1997): b. Fungsi proteksi Kulit melindungi bagian dalam tubuh manusia terhadap gangguan fisik maupun mekanik, misalnya tekanan, gesekan, tarikan, gangguan kimiawi, seperti zat-zat kimia iritan (lisol, karbol, asam atau basa kuat lainnya), gangguan panas atau dingin, gangguan sinar radiasi atau sinar ultraviolet, gangguan kuman, jamur, bakteri, atau virus. Gangguan fisik dan mekanik ditanggulangi dengan adanya bantalan subkutis, tebalnya lapisan kulit, dan serabut penunjang yang berfungsi sebagai pelindung bagian luar tubuh. Gangguan sinar ultra violet diatasi dengan sel melanin yang menyerap sebagian sinar tersebut. Gangguan kimia ditanggulangi dengan adanya lemak permukaan kulit yang berasal dari kelenjar palit kulit yang mempunyai pH 5-6,5.
b. Fungsi absorbsi Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan, maupun benda padat. Tetapi cairan yang mudah menguap lebih mungkin mudah diserap kulit, begitu pula zat yang larut dalam minyak. Kemampuan absorbsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban udara, metabolisme, dan jenis pembawa zat yang menempel di kulit.
c. Fungsi ekskresi
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
1
Universitas Indonesia
Kelenjar-kelenjar pada kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna atau sisa metabolisme dalam tubuh misalnya NaCl, urea, asam urat, ammonia, dan sedikit lemak. Sebum yang diproduksi kelenjar palit kulit melindungi kulit dan menahan penguapan yang berlebihan sehingga kulit tidak menjadi kering. d. Fungsi pengindra (sensori) Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis. Badan ruffini yang terletak di dermis menerima rangsangan dingin dan rangsangan panas yang diperankan oleh badan Krause. Badan taktil meissner yang terletak di papil dermis menerima rangsangan rabaan. Demikian pula badan Merkel-Renvier yang terletak di epidermis.
e. Fungsi pengaturan suhu tubuh (termoregulasi) Kulit melakukan peran ini dengan cara mengeluarkan keringat dan mengerutkan otot dinding pembuluh darah kulit. Pada suhu tubuh yang meningkat, kelenjar kulit mengeluarkan banyak keringat ke permukaan kulit dan dengan penguapan keringat tersebut terbuang pula panas tubuh. Mekanisme termoregulasi ini diatur oleh sistem saraf simpatis yang mengeluarkan zat perantara asetilkolin. f. Fungsi pembentukan pigmen (melanogenesis) Sel pembentuk pigmen kulit (melanosit) terletak di lapisan basal epidermis. Sel ini berasal dari rigi saraf, jumlahnya 1:10 dari sel basal. Jumlah melanosit serta jumlah dan besarnya melanin yang terbentuk menentukan warna kulit. Pajanan sinar matahari mempengaruhi produksi melanin. Bila pajanan bertambah, produksi melanin akan meningkat.
g. Fungsi keratinisasi Keratinisasi dimulai dari sel basal yang kuboid, bermitosis ke atas berubah bentuk menjadi lebih poligonal yaitu sel spinosum, terangkat ke atas menjadi lebih gepeng, dan bergranula menjadi sel granulosum. Kemudian sel tersebut terangkat keatas lebih gepeng, dan granula serta intinya hilang dan akhirnya sampai di permukaan kulit menjadi sel mati, protoplasmanya mengering menjadi keras, gepeng, tanpa inti yang disebut sel tanduk. Proses ini berlangsung terus-menerus dan berguna untuk fungsi rehabilitasi kulit agar dapat melaksanakan fungsinya dengan baik.
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
1
Universitas Indonesia
h. Fungsi produksi vitamin D Kulit juga dapat membuat vitamin D dari bahan baku 7dihidroksikolesterol dengan bantuan
sinar matahari.
Namun
produksi ini masih lebih rendah dari kebutuhan tubuh akan vitamin D dari luar makanan.
2.2. BLEACHING (KOSMETIKA PEMUTIH KULIT) 2.2.1. Definisi Pemutih Kulit Pemutih kulit adalah produk yang mengandung bahan aktif yang dapat menekan atau menghambat melanin yang sudah terbentuk sehingga akan memberikan warna kulit yang lebih putih. d.
Mekanisme Pemutih Kulit Menghambat produksi melanin dalam melanosit Mengurangi jumlah melanin yang sudah terbentuk dalam melanosit
Merangsang ekskresi melanin dalam epidermis Menghambat enzim tyrosinase Memutus rantai oksidasi, mereduksi dopaquinon kembali menjadi DOPA Merupakan racun selektif terhadap melanosit Kompetitif inhibitor dengan DOPA
e.
Bahan Aktif Pemutih Kulit
2.2.3.1. Bahan aktif pemutih kulit untuk pengobatan a. Senyawa Merkuri dan Bismuth Senyawa merkuri merupakan bahan aktif pemutih pertama yang dianggap paling efektif pada masa lalu karena kemampuannya dalam pengelupasan epidermis kulit. Karena sifatnya yang sangat toksik
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
1
Universitas Indonesia
senyawa ini tidak diizinkan lagi untuk dipakai dalam kosmetika. Merkuri dari krim pemutih dalam penggunaan jangka panjang akan menyebabkan penumpukan pada organ tubuh (akumulasi). Merkuri digunakan sebagai skin bleaching dan melanocyt cytotoxic dalam bentuk garam klorida, alumunium klorida atau merkuri oksida.
b. Hidroquinon Hidroquinon adalah bahan yang banyak digunakan dalam sediaan kosmetika pemutih. Penggunaannya dalam kosmetika diizinkan hanya maksimum 2%, karena konsentrasi yang lebih tinggi akan menyebabkan kulit merah dan mudah terbakar. Kelemahan dari bahan ini yaitu akan memberikan efek mudah hitam kembali (rebound phenomenon) dengan adanya paparan sinar matahari.
Gambar 13. Struktur Hidrokuinon
c. Kombinasi Hidroquinon, Asam retinoat, dan Kortikosteroid Pada saat ini, kosmetika dengan kandungan kombinasi bahan ini terdapat banyak di pasaran karena memberi efek instan dimana sebenarnya produk ini hanya untuk perawatan hiperpigmentasi khusus. Penggunaan yang terus-menerus dan tidak terkontrol akan menyebabkan penipisan kulit dan warna merah muda pada kulit. Bila pemakaian dihentikan, kulit kembali ke keadaan semula atau menjadi rusak dan warna kulit tidak rata.
2.2.3.2. Bahan aktif pemutih kulit yang aman untuk kosmetika a.
Asam Askorbat ( Vitamin C ) dan Derivat
Termasuk bahan yang aman dan merupakan suatu anti oksidan kuat yang dapat menekan reaksi oksidasi dalam sintesa melanin. Selain itu
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
1
Universitas Indonesia
asam askorbat juga berperan dalam menstimulasi pembentukan jaringan kolagen kulit. Dengan pertimbangan kestabilan bahan, maka bentuk magnesium askorbilfofat lebih banyak digunakan pada sediaan kosmetika. b. Arbutin Arbutin merupakan salah satu bahan aktif yang bekerja menghambat aktifitas tironase lebih kuat dari hidroquinon, melalui
persaingan
dengan
DOPA
pada
rangkaian
pembentukan melanin. Arbutin tidak menimbulkan efek toksik. c. Ekstrak Licorice Bahan ini bekerja dengan menghambat enzim tirosinase sehingga mengurangi terbentuknya melanin. d. Ekstrak Camomile Bahan ini bekerja dengan menghambat melanogenesis karena pengaruh UV matahari. e. Ekstrak Mulberry Ekstrak Mulberry merupakan ekstrak yang diperoleh dari akar paper mulberry. Ekstrak ini mengandung oxyresveratrol sebagai komponen bahan aktif. Ekstrak mulberry bekerja menghambat aktifitas tirosinase.
f.
Ekstrak Teh Hijau
Ekstrak teh hijau diperoleh dari ekstrak Theae sinensis. Bekerja menghambat
pelepasan
melanosom
dari
melanosit
ke
keratinosit dan mengurangi aktifitas tirosinase. 2.2.4. Efek Samping Pemutih Kulit Bahan-bahan pemutih kulit mempunyai beberapa efek samping, antara
lain
kemerahan
pada
kulit,
iritasi,
eritema,
alergi
kulit,
telangiektasis, kulit menipis, striae, Rebound phenomenon.
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
1
Universitas Indonesia
BAB 4 PEMBAHASAN Pada pelaksanaan PKPA di apotek Atrika, dilakukan penelusuran dan pengkajian terhadap resep-resep yang ditujukan untuk penggunaan terapi pemutih kulit selama periode Juli-Desember 2012. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengetahui profil peresepannya,termasuk untuk mengetahui obat yang paling sering diresepkan dan paling banyak terjual di apotek Atrika. Berdasarkan hasil penelusuran resep selama PKPA di Apotek Atrika, diketahui bahwa total resep yang diterima atau dilayani selama bulan Juli hingga bulan Desember 2012 berjumlah 1194 lembar resep, sedangkan jumlah resep yang ditujukkan untuk terapi pemutih kulit berjumlah 34 lembar resep atau 2,85% dari jumlah keseluruhan resep yang diterima selama periode tersebut. Jumlah resep terbanyak untuk terapi pemutih kulit selama periode Juli hingga Desember 2012 adalah pada bulan Juli dan Oktober 2012 dengan jumlah resep masingmasing sebanyak tujuh lembar dan enam lembar.
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
1
Universitas Indonesia
4.1. Penyelesaian Kasus Resep Dipilih resep yang diterima atau dilayani oleh Apotek Atrika pada tanggal 6 Desember 2008. Pasien bernama Nn. A. Beliau memeriksakan dirinya ke dokter spesialis kulit dan kelamin pada tanggal 6 Desember 2008 dan dokter memberikan resep kombinasi yang berisi : Tracne ® Digunakan pada kulit pada malam hari Interquin ®
Parasol®
Digunakan pada kulit pada pagi hari
4.1.1. Penulisan Ulang Resep Dokter
Dr.Freddy S. Hardjoko, Sp.KK Spesialis penyakit kulit dan kelamin DS.0517/P-20-03/0491 Jakarta, 6 Desember 2008 R/
Tracne 0,05%
1
Interquin cream
1
Mf. SUE malam R/
Parasol cream
1
SUE pagi Pro : Nn. A Umur : 22 tahun
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
1
Universitas Indonesia
4.1.2. Data Obat 4.1.2.1. Tracne 0,05% krim Komposisi: Tiap gram krim mengandung tretinoin 0,5 mg Khasiat: meskipun mekanisme kerja tretinoin belum diketahui secara tepat, tetapi bukti-bukti menyatakan bahwa tretinoin topikal dapat mengurangi daya lekat sel-sel epithelium folikel yang disertai pengurangan bentuk-bentuk mikrokomedo. Tretinoin merangsang aktivitas mitosis dan mengganti sel epitel folikel dengan yang baru, yang berakibat mendorong komedo.
Indikasi: untuk pengobatan topikal pada acne vulgaris, pengurangan komedo, papula dan pustule. Kontraindikasi: hentikan penggunaan obat ini bila terjadi hipersensitivitas terhadap salah satu komponen. Efek samping: kulit orang-orang tertentu yang sangat sensitif, mungkin dapat menjadi merah melepuh atau edema. Bila hal ini terjadi, pengobatan harus dihentikan sampai integritas kulit menjadi putih kembali atau harus disesuaikan pada tingkat yang dapat diterima oleh pasien. Interaksi obat: sediaan-sediaan yang mengandung sulfur, resorcinol,dan asam salisilat. Aturan pakai: digunakan secara topikal sekali sehari sebelum tidur. Pakailah secukupnya pada daerah lesi acne. 4.1.2.2. Interquin Komposisi: tiap gram krim mengandung 50mg hidroquinon. Khasiat: pemakaian hidroquinon secara topikal menghasilkan efek pemutihan kulit yang reversible karena penghambatan oksidasi enzimatik tirosin.
Indikasi: untuk memutihkan kulit secara berangsur-angsur dari kondisi hiperpigmentasi. Kontraindikasi: penderita yang sensitif atau alergi terhadap produk ini.
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
1
Universitas Indonesia
Efek samping: bila terjadi reaksi hipersensitivitas, hentikan pemakaian krim ini.
Aturan pakai: hanya dioleskan pada noda-noda hitam, tidak untuk seluruh wajah. Gunakan hanya pada malam hari. Pada siang hari gunakan sunblock atau pelindung sinar matahari untuk mencegah kulit yang telah memutih menjadi hitam. 4.1.2.3. Parasol Krim Kegunaan: krim pelindung terhadap sinar matahari yang mengandung aloe leaf extract dan vitamin E , bekerja melindungi kulit dari pengaruh buruk sinar matahari sekaligus merawat kelembapan kulit agar tetap lembut, halus, dan tidak kering. Cara pemakaian: sebelum bepergian keluar kena sinar matahari, oleskan krim pada bagian kulit yang akan dilindungi. Hilangkan krim pada waktu malam hari dengan menggunakan air/sabun. Perhatian:
- hipersensitivitas dengan produk ini
-
Hindari kontak dengan mata atau mulut
-
Jangan terlalu lama terpapar sinar matahari walaupun sudah menggunakan tabir surya
4.1.3.Kerasionalan Resep Apabila melihat keseluruhan isi resep dapat disimpulkan bahwa Nn. A mengalami masalah kulit berupa komedo/jerawat dan kulit kusam. Hal tersebut dikarenakan dokter meresepkan Tracne, Interquin, dan Parasol kepada wanita tersebut. Tracne yang diresepkan oleh dokter mungkin dimaksudkan untuk mengatasi jerawat dan komedo yang dialami pasien. Interquin yang diresepkan dimaksudkan untuk mencerahkan kulit pasien dan menghilangkan bekas-bekas jerawat. Oleh karena itu, obat- obat tersebut dapat dikombinasikan agar hasil yang dicapai lebih maksimal. Parasol krim yang ditambahkan pada resep tersebut dimaksudkan untuk melindungi kulit dari sinar matahari saat pasien bepergian keluar. Pemberian Parasol mungkin dimaksudkan sebagai terapi tambahan untuk mengatasi jerawat yang mungkin dapat bertambah akibat paparan sinar matahari.
Informasi yang dapat diberitahukan kepada pasien adalah waktu penggunaan masing-masing obat, seperti racikan Tracne dengan Interquin
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
1
Universitas Indonesia
digunakan pada waktu malam hari, sedangkan Parasol krim digunakan pada waktu pagi hari sebagai sunblock. Sedapat mungkin pasien dianjurkan untuk tidak menggaruk-garuk kulit yang mengalami masalah karena dapat menyebabkan iritasi akibat tangan/kuku yang kotor. Pada alergi ringan dapat diberikan kompres dingin untuk meredakan gejala. Bagi pasien yang memiliki kulit sensitif dan mudah teriritasi dianjurkan untuk menggunakan kosmetik yang hipoalergenik. Selain itu, pasien juga perlu diberitahukan tentang kemungkinan efek samping yang terjadi selama pemgobatan agar tidak terkejut dan dapat segera diambil tindakan penanggulangannya.
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1
Kesimpulan Berdasarkan hasil pengkajian resep, dapat disimpulkan bahwa:
5.1.1. Berdasarkan resep yang diterima Apotek Atrika selama periode Juli hingga Desember 2012, resep yang ditujukan untuk terapi pemutih kulit di Apotek Atrika sebanyak 38 lembar resep obat pemutih kulit dengan terapi kombinasi. Obat untuk terapi pemutih kulit yang paling banyak diresepkan oleh dokter dengan terapi kombinasi adalah produk yang mengandung hidroquinon. 5.1.2. Berdasarkan resep pilihan yang terkait terapi pemutih kulit yang dilayani Apotek Atrika disimpulkan bahwa resep tersebut rasional. Pemberian informasi mengenai obat saat penyerahan obat kepada pasien juga telah dilakukan dengan baik di Apotek Atrika. Hal tersebut dikarenakan penyerahan obat yang dilakukan selalu disertai dengan pemberian informasi mengenai cara pemakaian obat, efek samping dan interaksi yang mungkin terjadi terkait penggunaan obat.
5.2
Saran Apoteker yang melaksanakan kegiatan konseling harus memiliki pemahaman yang baik dalam aspek farmakoterapi obat maupun teknik berkomunikasi dengan pasien.
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
DAFTAR ACUAN 1. Sukandar, E. Y., Retnosari A., Joseph I.S., I. K. Adnyana, A.Adji P.S., Kusnandar. (2008). Isofarmakoterapi. Jakarta : PT. ISFI Penerbitan. 2. Barel, A.O., M. Paye dan H.I. Maibach. (2009). Handbook of Cosmetic Science and Technology 3rd Edition. New York: Informa Healthcare.
3. Burgess, C.M. (2005). Cosmetic Dermatology. Jerman: SpringerVerlag Berlin Heidelberg. 4. Departemen
Kesehatan
Republik
Indonesia.
(1995).
Farmakope
Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
5. Tranggono, R.I., dan F. Latifah. (2007). Buku Pegangan Ilmu Kosmetik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 6. Wasitaatmadja, S.M. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: UI Press. 7. Mitsui, T. 1996. New Cosmetics Science. Amsterdam: Elsevier Science B.V.
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013
Laporan praktek…., Cyntiani, FF, 2013