SOSIOLOGI U N T U K MASJARAKAT INDONESIA
PUSTAKA S A R D JA N A N o. 8
■ r c n . B r . y ^B A S S A N
S H A D IL Y
SOSIOLOGI U N TU K MASJARAKAT INDONESIA
: 8. Feb 1958
N o . U ru j
N ® . r t q i i ____
Copyright by- Jojosan Pmbangunan 1952
oUh: i)B tr - I Vnu>> njahQrt0
KATA PENGANTAR-' Buku ini disusun selama ditawan di Bubutan Sura baja, jaitu kurang Iebih selama enam. bulan sedjak tgl. 17 Desember 1948 dengan berdjala.inja aksi polisionil pemerintah Belanda jang kedua, dan asalnja dimaksudkan untuk diadjarkan pada para tawanan guna menambah pengetahuan umum. Sekeluarnja penulis dari tawanan itu dan dengan datangnja Sdr. R. Kafraw i sebagai wakil Republik di Surabaja pada tahun 1949, manuscript ini dipasrahkan kepadanja untuk dikeluarkan oleh Kantor Penerangan di D jo k ja sebagai ..persembahan dan pembaktian” kepada R .I., tetapi oleh karena kuatir tidak terurus dengan baik, karena kesibukan pemerintah D jo k ja pada waktu itu, manuscript itu diminta kembali u.ituk dikeluarkan sendiri, untuk mana telah didapatkan persetudjuan dari dokter M anap, pada saat itu Kepala D jaw atan Penerangan di Surabaja. Berbagaibagai halangan antara lain kesukaran2 tentang kertas daa m eningkatnja harga menggagalkan penerbitannja sam.a sekali, dan achirnja manuscript tersebut ada pada tangan Jajasan Pem bangunan jang bersedia un tuk menerbitkan,iija. Sistim penjusunan buku ini didasarkan keoada bu ku ..Sociologi" karangan D r P. E n d t (1931), jang buat bagian terbesar m e nggunakai pula karangan Leopold von W ie se sebagai bahan. D ju g a banjak tjontoh2 jang dikutip dari buku D r P. E n dt tersebut. Disamping itu saja pakai terutama ..Sociologie” djilid I dan II karangan Spencer, jang diterdjem-ahkan kedalam bahasa Perantjis. M u n g k in banjak sekali terdapat kekurangan, teruta ma dalam soal bahasa, jang memang mendjadi rintangan umum bagi penulis2 dalam bahasa Indonesia, jang dengan terbitnja buku ini diandjurkari untuk didjauh5
kan sedapat m ungkin dan bahasa Indonesia selandjutnja mendapat perhatian dan pem eliharaan fang lebih pantas sebagai bahasa kebangsaan jan g telah merdeka. Selandjutnja saja utjapkan terima kasih pa d a Pcnerbit Jajasan Pcm bangunan atas pertim bangan2 jan g diberikannja dan atas usahanja u n tu k m enerbitkan buku ini. Djakarta, Oktober 1951 H assan Shadily. KATA PEN G A N T A R U n tu k T jetakan Kedua. D alam tjetakan kedua ini d iadakan beberapa perubahan mengenai beberapa kata2. Tam bahan jang agak penting ialah pada halam an 40. halaman 51 dan 60. Perubahan itu m engenai (4) tjara mempeladjari pethubungan dan (5) rentjana penjelidikan scusiologi jang saja irasa m endjadi lebih djelas untuk dipeladjari dan untuk m ember^ dasar jang lebih baru guna peladjaran selandjutnja jang lebih dalam. Rentjana penjelidikan sebagai saja uraij f j 1. / tu, a^a]ah jang kini umum dipeladjari dan didjalankan teristimewa dinegeri A m erika Serikat jang dalam soal Research (P enjelidikan) m em ang diakui termadju, sehingga djuga ahli2 sosiologi dari E ropah anja atang keparguruan tingqi negeri in i u ntuk mempeladjari soal tersebut. S aja jakin b ahw a d ju g a inegeri i a peladjaran dan penjelidikan sem atjam itu dapat dikerdjakan sekalipun dalam perm ulaannja Kanja dengan tjara jang lebih sederhana. S edikitnja pengumpulan bahan- telah dapat dim ulai supaja dapat m em pe lad ja rim a sja rak a t kita dengan lebih sempurna dan teratur. D em ikian itu saja rasa terpenting teristimewa
kepada Pem erintah d a n kepada badan- sosial la in n ja u n tu k d a p a t s e d ik itnja m em bim bing m asjarakat kita kepada kesem purnaan m engatasi sedapat m u n g k in segala b entrokan d an pe rtje ktjo kan, kem iskinan dan penderitaan lain n ja , ja n g saja ja k in d a p a t d ih in d ark a n a ta u p u n d itip isk an k a la u kita sem ua m engetahui apa jang harus k ita k e rd ja k an d an ap a ja n g harus kita hiridarkan bersama. H a la m a n 51 d an 60 h a n ja m em baw a tam b a h a n mengenai keadaan di A m e rik a S erikat jan g saja rasa perlu d im u atk a n u n tu k m e n d ja d i lebih djelas b ag i pem batja b ag a im a n a m e m b atjan ja soal2 itu dinegeri ja n g bers angkutan d im ana saja sendiri kebetulan m e n d a p a t kesem patan u n tu k m engertiaja. D ju g a ad a tam b a h a n sedikit p a d a h a la m a n 200 m engenai R . A . K a rtin i ja n g saja rasa perlu diperingatkan dan disebut sebagai tjo n to h ja n g terbaik dalam m e ng uraikan perbaikan m asjarakat.
N e w Y o rk , 7 D ju n i 1953.
H a s s a n S h a d ily
V IS I
BUKU Halaman
K A T A P E N G A N T A R ..................................................................
5
K A T A P E N G A N T A R U N T U K T J E T A K A N K E D U A ...
6
I. S O S IO L O G I D A N A R T IN J A ......................................... M aksud sosiologi 11; Sosiologi sebagai pengetahuan 12; Sosiologi bergerak merdeka 13; Sosiologi berbeda men urut__bangsa dan daerahnja 14; Sosiologi dan fikiran manusia, 15; SosioToai dan _djalannja zaman 15; Menetfrpkan dalil 21; Sedjarah dan sosiologi 22; Sosiologi d an golongan 22; G olongan dan Proses Sosial 23; Gcmcinschaft dan Gesellschaft 24; Tim bulnja sosiologi dan asal perkataannja 25.
11
II. M A N U S IA D A N M A S J A R A K A T ................................ Definisi masjarakat 28; Definisi masjarakat pro dan kontra 28; M asjarakat dan matjamnja 29; A sal masjarakat 30; M asjarakat menurut pandangan biologis 33; Teori atomistis atau individualistis 34.
2$
III.
B A H A S A D A N P E L A D J A R A N S O S IO L O G I .........
35
Bahasa sebagai pengantar Sosiologi 35; Bahasa In d o nesia dan Sosiologi 36. IV . P R O S E S M A S J A R A K A T D A N P E N J E L ID IK A N S O S IO L O G I .......................................................................... Proses masjarakat 39; V o n W iese dan Peladjaran Perhubungan 40; Pembagian Proses M asjarakat 41; Tjara mempcladjari Perhubungan 42; Rentjana Penjelidikan Sosiologi 43. V.
T E R P E N T J IL D A N B E R T E M A N ............................... Terpentjil atau Tcrsendiri 48; H idup Berteman 49; Derita Karena H idup Bersama 50. V I. T E R P E N T J IL , B E R G A B U N G , B E R P IS A H .............. § I Keadaan golongan sebelum pergabungan 56; Terpentjil, mengasingkan diri, bermusuhan 56. § 2 Keadaan peralihan 57; O rang mulai mentjari kontak 57.
39
4S
55 | U
O
§ 3 § 4 § 5 § 6
H alam an Proses jang mendahului pergabungan 59; Membolehkan, membiarkan $9; Berkompromi 60. Proses psrgabungan 60; Dekat-mendekati 60; Mcnjesuaikan diri 62; Persamoan 73; Kerdja sama 74. Proses memisah 82; Persaingan 83; Oposisi S5. Proses tjampuran 87.
V II. P R O S E S S O S IA L JA N G A S L I .....................................
89
§ 1 Diferensiasi atau pemisahan 89; Terdjadi perbedaan 90; Menguasai dan mengabdi 92; Seleksi. pilihan atau saringan 97; Individuasi dan pengasingan 119. §
2
§ 3
Integrasi atau pengikatan 120; Persamaan atau uniformitet 120; T unduk kepada golongan 120; Kesosialan dan usaha sosial 125. Proses menghantjur 128; Pendapat Bertrand Rus sell tentang perang 128; Pengisapan atau pemerasan 130; Korupsi, pilih kasih, mengambil suap dan sebagainja 133; Formalisme, mementingkan bangun luar 134; Bertjorak perniagaan 134; Sikap radikal 135; Merautar haluan 135; Pengangguran 136.
§ 4
V III.
Proses membangun 137; Terbentuknja lembaga 137; Profesionalisme 138; Kebebasan atau keamanan karena perimbangan 139; Kemadjuan dan kemunduran 142; Nafsu membangun 143. T E O R I G O L O N G A N ...................................................
146
§ 1 Golongan pasangan 147; Pembagian 147; Sepasang laki-isteri 148.
IX .
5
2
Golongan Iuar-sifat perseorangan 149; Himpunan besar 149; Himpunan ketiil 149; Golongan dalam arti sempit (Gruppe) 153.
^
3
? ° !° 7 4 n ^ u^ an Perseorangan 175;**Golongan gaib 1/5; Golongan berupa lentjana, dan sebagamja 194.
B E B E R A P A P E N JA K IT M A S JA R A K A T ................
197
J ierdK' i atan. ^ ^ K - i s k i n a n 2 0 1 ; Sifat, turunan dan 206 ann^a ' Tidak sempurna fikiran dan gila X.
10
PENUTUP
........................................................................
20?
BA B I
J
S O S IO L O G I D A N A R T IN J A 1.
M A K S U D S O S IO L O G I.
Sosiologi adalah ilmu jang mempeladjari hidup ber**"^' sama dalam, masjarakat, dan menjelidiki tenaga kekua- « tan jang menguasai kehidupan itu. & la meliputi djuga ilm u2 masjarakat lainnja seperti ekonomi, peladjaran hukum dsb. Sebagai ilmu ia baharu terbentuk pada abad ke 19 dengan nama jang berasal dari A ugust Comte (1798-1857) untuk menun- } djukkan sosiologi sebagai ilmu masjarakat itu. .Oleh karena tiada perkataan lain jang lebih tepat kiranja, maka umum telah mengambil nama sosiologi ini untuk paham tersebut. Sosiologi (socius-berteman, bersama, berserikat) adalah bermaksud im tuk mengerti kedja- ( dian2 dalam masjarakat dan selandjutnja dengan f pengertian itu untuk dapat berusaha mendatangkan J perbaikan dalam kehidupan bersama. „ H ingga kini tiada suatu definisi jang tepat diberikan bagi ilmu sosiologi ini. In i tidak lain melainkan menundjukkan, bahwa sosiologi ini memang sangat muda dan sedang diusahakan untuk dapat ditegaskan sebagai ilmu. Karena kalau sesuatu telah mendjadi ilmu maka definisi tentang ilmu itu mudah diberikan. J Sosiologi mempeladjari kehidupan dalam masjarakat, mempeladjari segala keadaan dan perhubungan manusia hidup bersama. Baiklah kita mengikuti ilmu ini dalam rabaan terhadap definisinja, menurut ahli2 sosiologi dalam pendapatnja masing2. Ellw ood: Sosiologi adalah pengetahuan jang menguraikan perhubungan manusia dan golongannja, asal dan kemadjuannja, bentuk dan kewadjibannja. Ratzenhofer: Sosiologi adalah pengetahuan tentang 11
perhubungan manusia dengan kew adjibannja untuk menjelidiki dasar dan terdjadinja evolusi sosial, dan kemakmuran umum bagi anggauta2nja. Spencer. M aksud sosiologi ialah mempeladjari tumbuh, bangun, dan kewadjiban masjarakat. Selandjutnja dalam buku ini terutama kita akan memperhatikaa bentuk masjarakat dan tenaga-kekuatan masjarakat itu jang mempengaruhi tum buh dan hidupnja masjarakat tersebut. 2.
S O S IO L O G I S E B A G A I P E N G E T A H U A N
( IL M U ) .'
Kedjadian2 dalam masjarakat, jang seolah-olah diluar perhitungan manusia menentang peradaban ataupun menjimpang dari tudjuan peraturan masjarakat selalu mendorong manusia jang berfikir untuk mengerti dan djika dapat menguasai kedjadian2 ini, pertama dengan m.aksud untuk mendjadikan mereka sedapat mungkin berguna bagi manusia. Kehendak untuk mengerti itu selalu m endjadikan manusia berfikir untuk mendapat djaw aban tentang kedjadian2 tersebut, apapula kalau tem jata bahw a djawaban itu tak sanggup diberikan berdasar adat, P ela d ja r a n agama ataupun susunan negara. kersama, hidup dalam masjarakat selalu menghadapkan manusia dengan kedjadian dan pengalaman jang memaksa akan djaw abannja, sehingga kehidupan dalam masjarakat mendjadi pokok fikiran ac i fikir sedjak dahulu kala, baik ditim ur maupun dinegeri barat. M ula2nja djawaban tentang soal masjarakat ini masih apat didasarkan kepada adat-istiadat, peradaban atau pun peladjaran kenegaraan jang berlaku djuqa pada masjarakat itu O leh karena tiadanja pemisahan dengan arti dan ilmu ^ lainnja itu, maka dengan sendirinja ilmu masjarakat ta dapat dipelihara sebagai ilmu jang ter12
sendiri, artinja sebagai suatu ilmu dengan lapangan dan tudjuannja sendiri. 3.
S O S IO L O G I B E R G E R A K M E R D E K A .,
Djikalau lambat-laun dalam susunan negara terdapat bentrokan antara pemerintah dan tumbuhnja masjara kat didalam negara itu, maka ta’ dapat pula paham negara dan paham masjarakat ini dipersatukan dan dikenal hanja sebagai suatu paham sadja. Sosiologi atau ilmu masjarakat, jang bergerak dan hidup karena tenaga sendiri, dengan soal- dan kesukaran2 sendiri, ta' boleh tidak harus dipisahkan dari ilmu kenegaraan dan ilmu2 jang mengenai kehidupan manusia lainnja. Demikian kita mengetahui bahwa pada zaman purbakala pertama adalah ilmu filsafat jang dipandang seba gai pengetahuan umum. D an kalau -sesudah beberapa abad orang telah m,emikirkan tentang ilmu falak dan soal kemanusiaan jang praktis, maka baharu Plato (429-347 s .M .) dan Aristoteles (384-322 s.M .) di Junani jang memberi dasar jang sistimatis bagi ilmu filsafat dan bagi ilmu pengetahuan selandjutnja, dasar mana achim ja mempunjai pengaruh jang kekal bagi fikiran barat. Baharu beberapa abad sesudah itu timbullah bebe rapa ilmu jang lalu memisahkan diri dari ilmu filsafat umum. P ada abad ke 17 ilmu alarn mendjadi ilmu jang merdeka, pada abad ke 18 ilmu ekonomi, sedangkan ilmu masjarakat atau sosiologi baharu terkenal sebagai ilmu sedjak permulaan abad ke 19. Kebutuhan untuk memisahkan sosiologi dari pada ilmu2 lainnja ini lebih2 tampak dan terasa pada masa revolusi dalam abad 18 di Eropah, jang mendapat puntjak kehebatannja dalam revolusi Perantjis, sedangkan Inggeris, berdasarkan kepada perasaan akan kenjataan ilmu masjarakat ini telah l.k. 100 tahun lebih dahulu mengalami perubahan 13
sosial dan politiknja dalam revolusi jan g tidak berdarah, Iazim disebut ,,glorious revolution” . W a la u p u n T im ur telah d jug a m em antjarkan tjahajan ja dalam ilmu filsafat dan ilm u pengetahuan lain nja, dan kita mengenai Konfut-se, M engtse dan sebagainja dalam abad -sebelum M asehi, pun d ju g a m engenai Ibn Rusjid, Ib n Sina, Ib n K aldun serta U m a r Q a y a m dari dunia Islam, maka oleh karena terpeliharaaja fikiran jang berdasar filsafat Junani itulah jan g telah mempengaruhi Eropah selama 3000 tahun, pengaruh m ana selama 250 tahun achir2 ini telah meluas diseluruh dunia. P endapat barat, jang berdasar paham kemerdekaan dari Junani, paham kerapian dari R u m d an paham serta sentimen kemanusiaan dari N eg ara2 kristen telah membawa kita kepada abad ke 18 dan perm ulaan abad ke 19, jang telah mengenai perkembangan paham 2 tersebut tadi. K ini kita telah sam pai kepada zam an dim ana masjarakat sedapat m ungkin diatur, agar d ap at memenuhi kebutuhan2nja sendiri, w alau p un a d a n ja perang dan revolusi jang mentjegah kem adjuan dan mendjauhkan masjarakat tetap m enundjukkan b ah w a tjorak dan gerak merdeka dari tiap2 m asjarakat itu tak akan mengenai pengendaliannja. 4'
BERBE° A
DAERAHNJA. v
M ENURUT
BANGSA
sec^ arak berbeda ba$i tiap
DAN
bangsa
padaa bUa h as id ° f^ J k^ raasjarakatan. )^<3 tidak lain dari sama lain T - 12 n 9sa itu *nasing2nja berbeda satu me“ d e k T \ M a ? , maSjarakat adaIah h *duP dan sosiologi um um a d a la h u r ln t m ' ’ m , aka, km l tu 9as b a 9 ‘' umum berlaku bagi m a s fc rL a t ?P ^ SUr2 jan 9 dapat memenuhi p a n g g iu j, 14
tertjantum dalam definisi tadi, ialah m engenai bentuk d an tenaga2 m asjarakat jan g bersangkutan itu. 5.
S O S I O L O G I D A N F I K IR A N M A N U S I A . J
D a la m m asjarakat jan g tum buh itu d ju g a fikiran m.anusia m endapat k e m adjuannja. D im a n a ilm u alam a s a l n j a m e n djad i dasar segala ilm u, m aka kemudian dengan perhatian kepada ilm u kebudajaan dan sedjarah, ilm u in ila h d jug a jang memberi pa n d a n g a n baru dalam sosiologi. F ik iran m anusia adalah suatu kekuatan jang bergerak sendiri, m entjari d an m endapat d ja la n untuk me.igerti dunia d alam soal jang masih gelap. D alam m em perhatikan soal2 kehidupan dalam. m asjarakat kita akan ketahui, bahw a tenaga alam tid a k dapat menundukkan fikiran m anusia, bahkan sebaliknja. karena tidaklah kita selalu m elihat bahw a m anusia ini selama sedjarah berdjalan berusaha dan bertindak u ntuk dapat m engatasi kekeruhan m asjarakatnja? 6.
S O S IO L O G I D A N D JA L A N N JA Z A M A N .
T a d i telah dikatakan bahw a terpentjilnja sosiologi sebagai ilm u dengan lapang an dan tu d ju a n n ja sendiri ialah sedjak abad ke 19, terutam a sesudah revolusi Perantjis, sedangkan fikiran menegenai soal kehidupan m asjarakat sama usianja dengan fikiran manusia sen diri, artinja: sudah sedjak d ah ulu kala. S oal2 tentang kem asjarakatan jang dipertimbangkan sedjak dahulukala itu terutam a mengenai ethiek, ialah persoalan untuk m eninggikan achlak m anusia dalam kehidupan bersama, pertanjaan d ju g a jang m enudju kepada perhubungan serta bentuk2 dalam kehidupan bersama, jang tim bul dari persoalan tersebut tadi. D em ikian P lato, seorang ahli fikir bangsa Junani, dalam (U to p ia ” n ja m enggam barkan negara idam annja, jang iebih dari pada bagi perseorangan m elindungi dan memenuhi kebutuhan bagi manusia seluruhnja dalam 15
masjarakat perihal kebaikan achlak dan peradaban, pun djuga dalam mendjaga dan mempertahankan keadilan. Pandangan Plato jang demikian itu harus kita fikirkan dengan mengingat keadaan masjarakat dan negara Junani pada zaman itu, jang mulai tam pak kegugurannja karena sifat perseorangan jang sedang meradjalela. Demikian djuga Aristoteles dalam „P oliteia” n ja menguraikan tentang bentuk negara, jang sekirania m**menuhi kebutuhan manusia dalam peradabannja, jang hanja akan dapat perkembangannja dalam masjarau-.w, artinja dalam negara sebagai ;d uiraikan bentuknja itu. Ia berpendapat bahwa segala bentuk negara adalah baik, asal sadja memadjukan serta m eninggikan dan bukan merendahkari atau menghalangi deradjat perada ban dan deradjat kebathinan anggauta2nja. Djikalau Junani berada dibaw ah kekuasaan R um , maka lalu terdapat zaman peralihan, dim ana kita dapat menjaksikan, bahwa bukan kebudajaan R um tetani kebudajaan Junani jang menguasai dunia fikir dengan tentu sadja- pembawaan dan tam bahan2 karena sitat kerapian dari fikiran R um itu. Dalam aliran ini maka Thomas A quino (1225-1274), Epicurus (341-270 s.M .) dan pengikut2nja, jang memungkiri adanja pertalian jang terdjadi dengan sendirinja diantara manusia satu sama lain. P eladjarannja bersifat perseorangan, jang memandang bahw a masjarakat dan negara itu terdjadi oleh karena pentjarian untung belakabagi tiap2 anggauta, dan negara itu terdjadi han ja oleh karena kehendak manusia untuk tidak merugikan satu sama lain. Lain pula dari pada pendapat Cicero pada zaman itu djuga, jang mengakui, bahw a manusia mi menurut kehendak alam memang ada suatu bersama S° S
meman9 dipastikan
untuk
hidup
Cicero mendasarkan peladjaran hukum nja kepada ukum alam jang berlaku buat manusia seluruhnja, 16
bukan buat seorang sadja dan bukan pula buat suatu negara. K alau kita m engindjak abad pertengahan maka aaalah geredja, jang pada zam an itu m,eliputi seluruh m asjarakat Kristen dalam peladjaran katolik, ja.ig m endjadi pelindung dan pengikat kekuasaan serta kebudajaan. D a la m ilm u filsafatnja kita membagikan m istik dan scholastik. M is tik jang menguraikan memperha^'kan soal2 kebatinan dan perhubungan ketuhanan, sedangkan scholastik adalah ilm u jang meng"raikan dan m enjelenggaraka.i peladjaran geredja setiara dan berdasar ilm u pengetahuan. D a la m scho1astik ini terasa perigaruh peladjaran Aristoteles. janq dinoa d idjadik an salah* -suatu dasarnja. Pasti bahw a dengan dem ikian segala ketachjulan ditjoba un tuk dihilangkan dengan kejakinan pula bahw a kepertjajaan dalam iqama akan mendalam bilam ana ia dapat didasarkan kepada akal jang sehat. D alam aliran ini maka T hom as A qu in o (1225-1274), seorang pendeta dan ahli pikir, adalah pecintis djalan. P endapatnja ialah bahw a manusia dengan kehendak alam dipastikan u ntuk h id u p dalam nenara. agar dapat hidup dalam dunia ini. N egara dan hidup bersama ini sama2 berdasar hukum alam. ISflaksud negara ialah mentiipta dan memelihara seqala apa janq baik dan mendjadikan kebaikan bagi manusia. N egara mengurus keduniaan sedangkan tudinan manusia iang lebih luhur akan terdapat dalam kebahagiaan igam a jang diberikan m asja rakat geredja. D alam hal ini negara harus tunduk kepada geredja. D isam ping pendapat jang mendasarkan pengetahuan 1 kepada igama, maka d alam abad pertengahan itu kita dapat djuga aliran jang menghendaki supaja pengeta huan didasarkan pada pengalam an dan kenjataan jang terdapat dalam kehidupan sehari-hari. D engan demikian maka lambat-Iaun terdapat kerenggangan dan pertikaian 17
antara radja^ diseluruh Eropah dengan Paus di Rom a, kepada siapa selama kekuasaan geredja ini radja- tadi tunduk. Lambat-laun sifat perpisahan ini terdapat djuga dalam kebangsaan, .dimana orang mulai mementingkan negeri atau bangsanja lebih dulu dalam mempertahankan kepentingannja itu. D juga tidak sedikit pengaruh jang terdapat oleh karena perdjalanan kaum Keristen Eropah barat, selatan dan utara ke Byzantium (Konstantinopel) dengan maksud untuk mengusir kaum. Islam dari sana. D isini mereka mengenai dan menghargai ilmu dan kebudajaan timur jang sedang mendapat puntjak pantjarannja dalam peladjaran2 Islam. Pandangan2*baru seolah-olah membuka fikiran mereka kepada .djalan baru dalam pandangan hidupnja. bahan2 baru bagi ilmu ukur, falaq dsb.-nja pun djuga tidak sedikit bagi lapangan filsafat umum, jang diterima dengan sebaik-baiknja oleh dunia barat itu. Djuga dunia perdagangan de.igan perdjalanan kenegeri-negeri baru ini mendapat kem adjuannja. Perasaan merdeka dalam pandangan hidup dan tjara memikir bergandengan timbulnja dengan perasaan ke bangsaan sebagai tersebut diatas tadi. Italia kini adalah negeri dimana pada zaman itu kebudajaan klassiek (j.i. kebudajaan Junani dan R um ) ”?n kebudajaan ^eristen bertemu dan berkembang. i j i ? dalam. pembukaan negeri Byzantium itu pula adalah Italia jang mendjadi pintu gerbanq .dan empat pertemuan untuk barat dan timur, segalania itu dengan disokong oleh perusahaan bank jang sanqat j ”? 9* kematJ]uannja dalam perdagangan. Rasa kemerdekaan ini tidak sedikit mempsrtebalkan sifat perse orangan sehingga tidak mengherankan kalau persoalan masjarakat kim senngkali diselesaikan dengan perkelahian jang hebat diantara kota2 dan diantara penauduk masing2 kota itu sendiri. 18
Orang mentjari djalan dan rintisan baru dalam filsafat dan pandangan hidup dengan kehendak menjelidiki lebih dalam tentang keadaan alam dan tentang hukum dan negara, dengan menghidupkan kembali ilmu2 jang telah terkenal sedjak zaman Rum dan Junani. Zam an peiikembangan itulah jang mengenalkan diri sebagai zaman Renaissance, jang mulai dari Italia membunjikan zaman baru bagi kebudajaan dan kemasjarakatan di Eropah lainnja. Dengan pertjetakan buku jang ter dapat pada tahun 1450 maka pendapats baru ini dapat disiarkan dengan tjepat dan luas diseluruh Eropah. D alam soal kenegaraan pada zaman itu maka Machiaveli (1469-1527) mewakili pendapat baru. Ia melihat kenjataan dan melepaskan diri dari pandangan keigamaan peradaban. Ia adalah pengikut dan pembela pandangan politik jang berdasar kekuasaan. Pusat fikirannja ialah negara kebangsaan, fikiran mana sebenarnja telah mendapat benihnja pada aliran2 perseorangan dan kemerdekaan fikiran. sebagai tersebut diatas. D juga ia menjukai pemisahan antara geredja dan negara. Igama dan kenegaraan harus dipisahkan. Bukan lagi atas dasar igama tetapi atas dasar kebang saan dan keinsjafan akan kebangsaan itu. negara ini harus berdiri. Seorang Radja jang tegas dan tegak berdiri dengan kekuasaannja harus memperkuatkan neqara itu untuk mana segala tjara dalam usahanja dioandanq baik. Machiavelli adalah seorang realis, artinja seorang jang hanja bertindak atas kenjataan. dan tidak suka kepada pandangan atau uraian jang t'dak berguria. Pandangan2 itu terdapat dalam bukunja janq bernama „II Principe". Selandjutnja perlu diketahui. bahwa peladjaran dan pendapatnja bertjorak menipu dan menghasut, jang olehnja dibolehkan asal sadja bagi tertiiptanja tjita2 negara kebangsaan. Dem ikian maka kalau aliran Renaissance ini memantjar keseluruh Eropah dengan Italia sebagai pusatnja. 19
maka. den? an t ^ b u h n ja ' kebangsaan baqi masino;; negeri tidak dapat pula ilmu masjarakat dan keneqaraan ditmdjau dari suatu sudut jang umum. T e rpaksakita
t
:=
a r d,n f i- b a n g l, sidja k S g ” “ T d ^ Y ^ da" Pertadjam daripada keadaan seberflrnH a t j Upun a9ak kadangS mendjadi kebaikar / “ apat mana kerugian bagi pandangan masjarakTt • mendJadi Dengan mempeladjari nant „ UmU“ ngenai kemasjarakatan dari ahli fiki .'“ 9 me-pandanqan kit* t»?>u j tilcir barat ini maka
V
w*
^ 4V:xzTi:vkat
9
“»***£
bahwa tidak segala 'k e a d a a n d T ' ^ menSetahui dengan mata barat. Memana an\ 3pat diukur ]ang bertjorak pengetoh “ 8it 9l ^ , 9 ^ 3 pandangan mendjadi h n t j i ^ X u t /alam 9‘ ^ Han'a
bersifat "kebarata^i
° ^ 9 ^ “^ " s '^ ^ t u d 'S
kiiah Peladjara n 2 baraj ? ”u Pada umumtija, ter! k. a buang sedjauh-djauhnia ^ inilah i™ g ha™ “ “ setahui, b a h i a X - ^ n - tidakkafa9 du™
20
1 barat da'am keduj
niaannja selalu m.entjari perimbangannja dengan pandangan keigamaan jang sebenarnja ;djuga berasal timur? D an tidakkah djuga peladjaran Islam jang telah membawa sum bangannja dalam ilmu ukur, ilmu tabib, ilmu falaq dan .sebagainja pada permulaan abad pertengahan dengan pembukaan sekolah2 tinggiaja di Spanjol dan Byzantium? Bukankah ilm u2 jang berasal timur itulah pula jang memperkokoh barat dalam ilmu2 pengetahuan lainnja, jang kini hanja diketahui sebagai ilmu Barat sadja? Kalau barat tidak sega.i untuk mengakui keluhuran timur dalam Jcebathinan dan ilm.u2nja, maka djuga timur harus mempergunakan kesempatan untuk mempeldjari barat dengan ilmu serta pengalamannja, dalam segala lapangan, pun djuga dalam soal masja rakat dan pandangannja. Bertambah pula oleh karena perhubungan internasional pada abad sekarang ini tidak mengenai batas negeri, dan aliran di Eropah menjangkutkan dan mempengaruhi keadaan di A sia dan sebaliknja, sehingga pandangan umum dalam masjarakat terutama jang berdasar pengetahuan berlaku baik bagi negeri barat dan timur, m ungkin dengan ha'nja perbedaan dalam hebat-tidaknja pengaruh itu berdjalan. Demikian maka pendapat2 baru dan pembukaan negeri2 baru bagi perhubungan dan perniagaan inter nasional ta’ sedikit mempengaruhi kehidupan dalam masjarakat pada abad pertengahan dan abad2 berikutnja. Kemadjuan industri, perniagaan dan lalu lintas, timbulnja golongan2 jang kaja dan miskin, kesemuanja ini mendorong manusia bertindak untuk mentjari tjara hidup jang lebih tepat agar dapat mentjapai kehidupan jang sempurna. „ * 7.
M E N E T A P K A N D A L IL .V
^ 9
1^
^
Lain dari pada dalam ilm,u alam, ilmu hukum dsb.nja dengan ketegasan hukum2nja (,dalil-dalilnja), pun d ju ga lain daripada ilmu ekonomi sebagai satu2nja ilmu
sosial dalam urusan kebutuhan kebendaan d engan d a lil2 ekonominja, m aka sosiologi tidak m em entingkan penentuan dalil. w alaupun idalam m asjarakat tid a k kurang kedjadian2 jang dapat diukur dengan p a n d a n g a n u m um , jang karena tetapnja d ap at d ipand ang sebagai dalil. M a k lu m lah sosiologi tidak berm aksud u n tu k m engikat atau mengembalikan kedjadian itu kepada u k u ra n tadi, m elainkan bertudjuan un tuk m elihat 4 a n m engerti kedjad ian itu dalam kenjataannja d an dalam pertalian jang ada diantaranja dengan tergantung kepada pengaruh sekitarnja itu pula. 8.
S E D J A R A H D A N S O S IO L O G I.
Sosiologi adalah lain dari pada ilm u sedjarah jan g melihat kedjadian2 bangsa ,dan d u nia in i berturut2 dalam gerakannja, dan m entjari pertalian antara ke dja dian jang penting dalam sedjarah itu. Sosiologi m elihat kedjadian2 itu dalam w aktu bersamaan. U n tu k peladjaran sosiologi pandangan dan pengetahuan sedjarah ini memberi penerangan terhadap keadaan dan tu m b u hn ja masjarakat -sehingga ia se-olah2 m e n djad i b um b u jan g se-baik2nja bagi peladjaran sosiologi. D ju g a , mempeladjari sedjarah sesuatu negara atau sesuatu bangsa pasti mendatangkan pengertian m engenai tum buh atau kekekalan, perpetjahan ataupun keruntuhan sesuatu kebiasaan, adat, lembaga dan sem atjam nja jan g menguasai, mempengaruhi ataupun m endatangkan sesuatu tjorak istimewa kepada m asjarakat itu. D e n g a n demiian itu dengan sendirinja pengertian tentang masjarakat itu lebih m udah tertjapai, dan ram alan akan pertum buhan masjarakat itu pasti lebih m u d ah d ju g a 1 en u nja jang um um nja tak d jau h dari kebenarannja. 9.
S O S IO L O G I D A N G O L O N G A N .
Sosiologi mendasarkan peladjarannja kepada h id u p bersama, dalam mana manusia satu sama lain mempu22
n ja i pertalian. atau pengaruh kebatinan. D alam kehidu pan ini, berdasar penjelidikan jang njata dilihat dan dipeladjari perhubungan antara manusia dan manusia, antara m anusia dan golongan manusia dan antara go longan dengan golongan. 1.0.
G O L O N G A N D A N P R O S E S S O S IA L .
A d a n ja golongan itu lebih terasa dalam pengakuan dan penghargaan um um terhadap agama, hak dan hukum , bahasa, kebangsaan, adat dan sebagainja, jang tidak lain m elainkan w u d ju d golongan2 itu sendiri. A rtin ja ialah bahw a paham2 itu tidak lain melainkan hasil dan akibat golongan2. Sebagai hasil penjelidikan maka akan terdapat, bahw a golongan itu sendiri tidak lain melainkan akibat adanja tenaga2 sosial jang bersifat mengikat dan melepaskan, demikian menjebabkan proses-sosial jang memberi tjorak hidup kepada masjarakat. O le h karena proses2 ini kita melihat tumbuh dan terhapusnja golongan masjarakat, terdjadi dan hilangnja keluarga, negara dan perkumpulan2, baik perkumpulan ekonomi maupun politik, olah raga dan sebagainja. Kesemuanja jang kita dapat pandaag dengan paham masjarakat umum. A liran jang lebih modern menentang pandangan sematjam itu jang se-olah2 melihat masjarakat ini sebagai djum lah dari adanja orang2 dan adanja bentuk2 golongan itu bersama. M e nurut mereka masjarakat ini adalah fiktif dan hanja terdapat dalam gambaran sadja, dan djuga tidak dapat ditundjukkan dengan njata sebagaimana kalau kita m enundjukkan suatu gedung umpamanja. Dengan demikian oleh aliran modern Ini hendak dikemukakan, bahwa dalam sosiologi bukan peladjaran tentang bentuk masjarakat jang harus dipentingkan, melainkan tenaga2 dan proses2 jang ter djadi didalam nja sadja.
“ • g e m e in s c h a f t d a n g e s e l l s c h a f t . menurat^bentuk d'3 dapatl t)ara Pembagian masjarakat S r a n S k, t a S mat’f ^ l a- D aIa” soal ini perlu 1855 iano dalam*11! P iaran dari Tonnies (lahir te rk m a l“ a l £ S° Siol° 9i di D )e™ a “ sanSat nTa Gemdnschaft ^ ^ ! \ t'?V.tan,a da,am buku' pada 1887, tetapi jano b a h ^ s c h a f t jang dikeluarkan tahun 19i2 daV ” e 9Sudahr„ l T ? pen9a™ haJa da]a» bahwa dalam m a s j a r f k a t ^ ^ e n d a p a t ngan jang selalu te„ta„g-m£aentang hidup^dim an^orang^ m endlpa't'n^' f h "
^
9o1° '
persekutuan
seluas-luasnja. A d a t dan hak ^ i r t ? K dalam 3rti }an9
tanah adalah unsur ia™ ♦£
f?
k , bersama terha’dap
Sebagai tjontoh dapat k i t a ^ a T 9 G em einschaft. diantara an ggauta2n ja p P?t J ” ikata« didesa jang men7ebabkal ™ ^ £rat da* k k a l , persekutuan hidup itu hania P , rasaan satu, sehingga
™ « u.badan j a n ^ p
^
^ n * f ? e r dt L 7 hkt pt Z ; atau Gememschaft. didesa umpamania dup‘ Dalam lahirnja berada disana, suk” din' H 93^ 3 sedjak r ,f ei}9an desanja, Dalam L- U dialami bersaGesellschait anggauta2 nia ” PeA ongsia„ hidup atau orang asfag t e r Z ^ ^ n «
perekonom.an lainn,,. 24
^
dagang dan kumpulan saudagar> jang hanja
bergerak u n tu k m e n tjari u n tu n g , a d a la h p e rw ak ilan n ja. M a k a d jik a la u kita m elihat sed jarah m a sjarakat kita, kita a k an berkesim pulan pula, b a h w a d ari desa dan k a m p u n g ja n g a m an d a n sed jahte ra tim b u l G esellschaft ja n g b e rtjo rak m o d e rn d a n bersifat perseorangan itu. D a r i pe rekonom ian ru m ah d a n desa akan tim b ul pereko no m ian d a g a n g , dari sifat b e rtjo tjo k tan am tiba ke p a d a a la m pe rin d u strian , pe n de k k a ta d a ri G e m e in schaft k e p a d a G e se llsch aft, sebagai telah d ib u k tik a n sed jarah B a ra t d an , terutam a dikota-kota sed ikit b a n ja k telah d ju g a d ip e rlih a tk a n oleh negeri kita. D im a n a a d a t d an kebiasaan ja n g m e n g a tu r m a sjarak a t desa, m a k a la lu h u k u m d an p o litik ja n g lebih luas ja n g men g e m u d ik a n n e g a ra k edalam d a n keluar. Ig a m a ja n g tim b u l dari perasaan m anu sia sebagai tjip ta a n alam d alam perasaan ja n g m e n d a la m , d ig a n ti a ta u d iru b ah h e n d a k n ja d e n g a n ilm u p e n g e ta h u an ja n g tim b u l d a ri fik iran berdasar pe n g alam an , k e n ja ta a n d an perse o rangan. O le h karen a sifat perseorangan.-.-ini m aka achlaq d a la m k e h id u p a n bersam a te ran tja m , p u n pu la p e rd am aia n serta k e am an an , d jik a tid a k pe rtalia n d alam G e m e in sc h a ft d ipe rteg ak k an ke m b ali d en g a n m e n d jam in p e m e liharaan te rhad ap ig a m a d a n k e b u d a ja a n n ja . D e m ik ia n d im a n a k ita m e n g etah u i, b a h w a G e se ll schaft berasal d a ri G e m e in schaft, d a n m e n d a p a t keduad u a n ja in i b e rte n tang an , m a k a d ju g a k ita harus ach irnja m e n g ak u i b a h w # k e a d a a n m o d e rn .d a n , perseorangan ja n g te rd a p a t d a la m G e se llsch aft h a n ja a k a n dap at p e rim b a n g a n n ja d alam a d a t d a n k e b u d a ja a n , d an ber d asar k o k o h atas pe rsatuan d a n pe rtalia n d alam G e m einschaft, sebagai te rd a p a t tjip ta a n n ja d alam keluarga, ig a m a d a n seb ag ain ja. 12.
T IM B U L N J A S O S I O L O G I D A N A S A L P E R K A T A A N N J A .
E m p irism e , ja itu p e la d ja ra n ja n g m e n d ja d ik a n pen je lid ik a n d a n p e n g a la m a n sebagai sum ber penjelidi-
kan dan pengalam an sebagai sumber pengetahuan dengan membuang tachjul dan segala apa jan g tak berdasarkan akal dan pengalam an jang njata, pada abad pertengahan m endjadi dasar fikiran di Inggeris dan E ropah Barat lainnja. Bilam ana ia m ulai m em antjarkan pengaruhnja di Italia, maka di Inggerislah ia telah mendaoat lapangan untuk dapat tum buh dengan suburnja. P ad a zaman itu d jug a dunia pengetahuan mengenal Francis Bacon di Inqgcris pada tahun 1561-1628, ahli politik dan filsafat. Ialah jang berpendapat u n tu k me" nguasai segala ilmu agar dapat d jug a menguasai dunia. U n tu k beladjar ilmu haruslah lebih d ah u lu terdapat suatu susunan jang teratur, susunan -setjara s istim itis dalam ilmu alam, biologi, psychologi, tatanegara dan sebagainja. Suatu pendapat dan suatu susunan fikiran dan rentjana pekerdja dalam du.ija ilm u jang m enguasai dan memberi tuntunan selama 300 tah u n berikutnja. Pengalaman jang njata serta p e n je lid ik a i jang rapi hendaknja mendjadi dasar pekerdjaan m enjusun itu. Demikian maka bagi kita tidak asing pula, kalau kita melihat A ugust Com te (1798-1857) di P erantjis d e ig a n pendapat2nja terhadap ilmu-sosiologi ini, dari siapa sebenamja perkataan sosiologi itu berasal. Dengan perkataan sosiologi ini ia bermaksud m engadakan tindjauan antara ilm u2 jang ada setjara sistimatis. P enje lidikan jang njata berdasarkan kenjataan, pengalam an. statistik dan sebagainja, u n tu k m entjapai ilm u jang positio, ialah ilmu jang tidak hanja berisi ang an2 sadja. Dem ikian maka tjita2 dan and juran Bacon di Inggeris 200 tahun jang Ialu seolah-olah dapat b u ah n ja dengan susunan sistimatis itu dalam ilm u filsafat, ilm u alam , ilmu biologi dsb-nja, dengan m asing2 lapangannja tegas terpisah satu sama lain. M a k a lambat-laun dengan pem bagian2 itu dapatlah orang lebih terang mengetahui maksud dan tudjuan satu2nja ilmu, sehingga kepesatan da.i kem adjuannja dapat m udah tertjapai.
a
D engan berkias kepada susunan dalam ilm u2 lainnja itu. maka ilm u kemasjarakatanpun dapat ditetapkan lapangan dan m aksudnja, pu.i d jug a dapat dipsladjari setjara sistimatis ( = setjara sosiologis!) menurut pan dangan Com te tadi. S elandjutnja Spencer, Diirkheim , V ierkandt, W u n d t, V o .i W ie se dsb.nja atas penjelidikan dan pengetahuan nja m asing2 telah membentangkan pendapat^nja dalam buku2 tentang filsafat sosiologi dan sebagainja. G ustav Schmoller (1880) memperbedakan ekonomi da.i sosiologi dan berpendapat bahw a ekonomi adalah suatu bagian dari ilmu masjarakat jang lebih luas, j.i. jang dinam ai sosiologi. Ekonom i m empsladjari bagian , keduniaan dan kebutuhan keduniaan sedanqkan sosio- V Iogi mempeladjari kebathinan. djiw a dan bentuk ma- I sjarakat. Ekonom i sebagai ilmu sosial diuraikan per- ' tama dalam buku A d a m Sm ith jang bernama ,,An inquiry to the nature and causes of the wealth of nations", (1776) (suatu penjelidikan tentang sifat dan sebab2 kelcajaan bangsa). D alam buku ini masjarakat dipandang sebagai suatu kesatuan ja i g merdeka, jang hidup sendiri dengan kebutuhan dan kekajaannja.
B A B II
M A N U S IA D A N M A S JA R A K A T W a la u p u n beberapa ahli sosiologi berpendapat, bahwa oleh karena masjarakat ini adalah suatu barang jang gaib, fiktif dan hanja ada dalam gam baran sadja sehingga ia ta’ dapat ditentukan dengan m enentukan waktu daa tempatnja, maka oleh karena segala k e d ja dian masjarakat ini terdjadi dalam m asjarakat sendiri, sebagian dari mereka tidak keberatan u n tu k memberi definisi masjarakat sebagai berikut: 1
D E F IN IS I M A S JA R A K A T .
M asjarakat adalah golongan besar atau ketjil terdiri dari beberapa manusia, jang dengan atau karena sendirinja bertalian setjara golongan dan pengaruhmempengaruhi satu sama lain. 2.
D E F IN IS I M A S JA R A K A T P R O D A N K O N T R A .
Pengaruh daa pertalian kebathinan jang terdjadi dengan sendirinja disini m endjadi unsur jang sine qua non (jang harus ada) bagi masjarakat. M asjarakat bukannja ada dengan hanja m endjum lahkan adanja orang2 sadja, diantara mereka harus ada pertalian satu sama lain. D ua tjontoh jang berikut hendaknja memberi penerangan seperlunja: a. D i Benares pada suatu tempat terdapat beberapa orang fakir; siang-malam mereka hidup bersama mendjalankan sengsara. Mereka tidur diatas tikar berduri, berpuasa dan hanja makan djika ada orang datang memberinja. W a la u p u n mereka ini hidup pada suatu tempat jang sama, tetapi mereka ini hanja hidup sendiri2 dan tiada mengadakan perhubungan satu sama 28
lain. Kehidupan jang demikian itu tak dapat dinamakan masjarakat sebagai menurut definisi tadi. b. Di-tengah2 pegunungan terdapat suatu tempat dimana 3 a 4 keluarga hidup berumah masing2. W a la u pun satu2nja rumah itu djauh letaknja dari jang lain anggauta2 keluarga itu sering datang berkumpul; jang seorang pandai m engadji dan pandai djuga tentang soal igama, jang lain pandai membuat alat2 rumah, seorang lagi bertjotjok tanam, sedangkan ja n g keempat selalu bersedia untuk turun kekota mengurus keperluan ber sama. D engan demikian mereka ini selalu butuh-membutuhi, dan djuga pengaruh-mempengaruhi dalam tindakannja masing2 dalam p e rg a u la m ja itu. W a la u p u n hanja sedikit pengaruhnja dan rum ahnjapun djauh letaknja satu sama Iain, maka hidup mereka bersama itu memenuhi sjarat masjarakat. Sebagai dikatakan maka aliran modern menaruh keberatan terhadap definisi ini dan mengatakan bahwa masjarakat hanja terdapat dalam, gambaran sadja. M enurut mereka masjarakat tidak dapat dilihat menurut waktu dan tempat sebagaimana kita melihat suatu barang jang konkrit dengan mata kepala. Dengan demikian mereka keberatan kalau hanja memperhatikan masjarakat ini dalam bentuknja. Mereka lebih suka mengutamakan proses kemasjarakatan jang memberi hidup kepada kehidupan bersama itu. Pemihak definisi jang pertama setudju sekali dengan perhatian itu , tetapi mereka memberi definisi itu tidak Iain melainkan untuk m endjadikan peladjaran sosiologi lebih njata, sehingga lebih m udah dipeladjarinja. 3.
M A S J A R A K A T D A N M A T JA M N JA .
M asjarakat adalah suatu kesatuan jang sejalu berobah, jang hidup karena proses masjarakat jang menjebabkan perobahan itu. D alam zaman biasa masjarakat 29
mengenal kehidupan jang teratur dan am an, disebabkan oleh karena pengorbanan sebagian kem erdekaan dari anggauta2nja, baik- dengan paksa m aupun sukarela. Pengorbanan disini dimaksudkan m enahan n afsu atau kehendak seweiang-wenang, un tuk m engutam akan kepentingan dan keamanan bersama. D e n g a n paksa berarti tunduk keoada hukum 2 jang telah ditetapkan (negara, dsb.); dengan sukarela berarti m e iu ru t adat dan berdasarkan keinsjafan akan persaudaraan dalam kehidupan bersama itu (desa berdasarkan adat d sb .). T jara terbentuknja masjarakat m endatangkan pembagian dalam: a. masjarakat paksaai, um pam anja negara, sjarakat tawanan ditempat taw anan dsb.nja. b.
m a
masjarakat merdeka jang terbagi pula dalam :
(a) masjarakat alam (natur) j.i. jang terdjadi dengan sendirinja: gerombolan (horde) atau suku (stam ), jang bertalian karena darah atau keturunan, umumnja jang masih sederhana sekali kebudajaannja. (b) masjarakat kultur, terdiri karena kepentingan keduniaan atau kepertjajaan (keigam aan), j.i. antara Iain kongsi perekoiomian, koperasi, geredja dan sebagainja. 4.
A S A L M A S JA R A K A T .
Bermatjam-matjam, penjelidikan didjalankan, untuk mendapat djawaban tentang asal m asjarakat, tetapi tiada suatupun jang dapat ditegaskan be.iar, semua pendapat hanja merupakan kira2 dan pandangan sadja. ■ °.ran9 berkesimpulan, bahwa m anusia ini tidak dapat hidup seorang diri, hidup dalam gua atau dipulau sunji umpamanja. Selalu ia akan tertarik ke pada hidup berama dalam masjarakat, karena: 30
a. hasrat jang berdasar naluri (kehendak jang diluar pengawasan akal) untuk memelihara keturunan, untuk mem punjai anak, kehendak mana akan memaksa ia me.itjari isteri sehingga masjarakat keluarga terbentuk. b. kelemahan manusia selalu mendesak ia untuk mentjari kekuatan bersama, jang terdapat dalam berserikat dengan orang lain, sehingga berlindung bersamasama, da.i dapat pula mengedjar kebutuhan kehidupan sehari-hari dengan tenaga bersama. Sedjak lahirnja sebagai baji manusia telah tampak dalam kelemahannja, kebutuhan untuk pzrlindungan dari ibu-bapak selalu diharapkannja, demikian pula perli.idungan keluarga itu sendiri terhadap bahaja jang mengantjam, dari luar. D em ikian keluarga terdjadi, dan selandjutnja suku bangsa, bangsa dan sebagainja. c. Aristoteles berpendapat, bahw a manusia ini adalah zoon politikon, j.i. machluk sosial jang harija m enjukai hidup bergolongan, atau sedikitnja mentjari teman untuk hidup bersama, lebih suka daripada hidup tersendiri. Berhubung djuga dengan pendapat ini boleh kita me.igingat fikiran D arw in jang seolah-olah diperkuat olehnja. M anusia jang dikatakan satu keturunan dengan kera tentu sadja terdapat hidup. bergolongan, karena ternjata sekali bahw a kera dan sebangsanja selalu terdapat hidup dalam bergolongan. D ju g a hewan2 jang lebih rendah tjara hidupnja seperti burung, akan, dan lainnja telah terdapat dalam. golongan. Selandjutnja adalah kerdja sama, pertolongan, pendjagaan dan pembalasan bersama terdapat dalam gerombolan semut, kera, gadjah dsb. (Tiersosiologi ■ — D r F. Alverdes), dimana bukan akal tetapi naluri jang mendjadikan me reka bersatu. Sedikit sekali kira.ija kekeliruan, djika 31
manusia jang masih sederhana tjara hidup d an fikirannja dipersamakan aturan hidupnja dengan hew an2 ini. A rtinja mereka mengadakan hidup bersama dengan ta ’ memikir untung-rugi lebih dahulu m enurut prinsip ekonomi umpamanja, jang selalu terdapat pada m anusia modern. d. Lain daripada Aristoteles maka Bergson (lahir 1895) berpendapat, bahwa manusia ini hidup bersama bukan oleh karena persamaannja, melainkan oleh karena perbedaan jang terdapat dalam sifat, kedudukan dan sebagainja, demikian oleh karena pendapat ini berdasar kepada peladjaran dialektika, jang mentjoba melihat kebenaran dalam kenjataannja dengan mengadakan perbedaan dan perbandingan. M e nu ru t Bergson kenjataan hidup baharu terasa dengan perbedaan antara manusia masing2 itu dalam kehidupan bergolongan. Pendapat Aristoteles jang telah kuno itu tidak bertentangan dengan pendapat Bergson jang bersifat mcfdern, kedua2nja dapat diakui kebenaran dasar fikirannja, kalau kita mengetahui bahwa golongan sosial ini bergerak atas proses assosiasi, integrasi dan differensiasi atau dengan singkatnja atas proses mengikat dan memisah. Berdasarkan adat, sifat meniru dsb. perasaan .solidaritet dalam golongan keluarga, suku bangsa, negara dan seterusnja akan mendjadi kuat dan luas, ikatan mana berlebih kuatnja dalam menghadapi bahaja. D engan meluasnja pertalian dari keluarga kepada suku bangsa, negara dsb. maka pertalian dalam ikatan jang terketjil akan lebih lemah terasanja. Baik djuga diperhatikan bahwa ikatan solider ini berlainan sifatnja kedalam dan keluar; jang kedalam merupakan ikatan diantara anggauta2nja, sedangkan ikatan ini keluar, artinja terhadap lain golongan, sering terdapat bermusuhan (memetjah, selalu bermusuhan: Ratzenhofer, V o n W ie s e ). 32
i •t
Ikatan kebangsaan jang meliputi golongan2 itu semuanja, melemahkan ikatan dalam tiap golongan tetapi sebaliknja djuga menghilangkan permusuhan antara golongan masing2, malahan mengikat mereka bersama mendjadi persatuan jang lebih luas itu. Dem ikian djuga igama jang bersifat meliputi bang sa2, dapat kiranja mempersatukan manusia segala bangsa untuk keamanan seluruh dunia, djika sekiranja tiap2 manusia benar2 memperhatikan andjuran' persa tuan pendapat dalam igama itu, dan tidak selalu mengemukakan kepentingan sendiri dan kepentingan bangsa atau igam anja masing2 belaka. T ipisnja rasa kebangsaan akan diganti dengan tebaln ja persaudaraan sedunia, jang dalam teori dan pertimbangannja dengan sendirinja akan melenjapkan pertjektjokan antara bangsa seperti telah tjukup dibuktikan perang dunia kesatu dan kedua. 5.
M A S J A R A K A T M E N U R U T P A N D A N G A N B IO L O G IS .
Penjakit peladjaran sosiologi-organis (j.i. peladjaran sosiologi jang memandang masjarakat ini sebagai suatu badan jang hidup, tak berbeda daripada hewan dan manusia, dalam buku ini djuga disebut sosiologi-biologis) dalam chususnja mempersamakan masjarakat dengan suatu organisme itu, melihat masjarakat sebagai suatu barang jang hidup, jang mempunjai djantung (peme rintah!) beranggauta dan berurat sjaraf (telegrap dan telepon) dsb. M asjarakat dapat sakit (endemi. pandemi, epidemi) sebagai djuga tubuh manusia dapat menderita sakit. Ia mem punjai djuga nafsu dan mengenal djuga perdjuangan hidupnja sebagai seekor hewan dalam, kehidupan jang merdeka. ,.Struggle for life” dan ..survival of the fittest” adalah utjapan2 berdasar ke pada persamaan antara hewan dengan masjarakat ini. Sebagai djuga dalam biologi mereka dengan demikian 33
j/
mentjoba mendapatkan pandangan2 jang tertentu dalam peladjaran sosiologi. M em ang ada beberapa hal jang tjo tjo k dengan persamaan ini, tetapi masih lebih b an ja k jan g m enentang а.i.: a. bahwa manusia jang berakal dan berfikir, jan g dipandang sebagai suatu sel dalam organisme m asja rakat itu, tidak dapat dipersamakan dengan sel dalam organisme hewan. M anusia berbeda-beda sifat dan fikirannja satu sama lain, sedangkan sel hew an satu sama jang lain serupa baik dalam bentuk m aupun s ifa t2nja. b. segala rintangan atau pertentangan dalam tubuh biologi mendatangkan sakit, sedangkan pertentangan dalam masjarakat, um pam anja perdebatan dalam parlemen jang bertudjuan memperbaiki negara, seringkali mendatangkan kebaikan bagi negara seluruhnja. б.
T E O R I A T O M IS T IS A T A U
IN D IV ID U A L IS T S .
Mereka jang m enjetudjui teori organis ini adalah oleh karena mereka lebih suka m enganggap masjarakat dipeladjari dari sudut golongan jang hidup, jan g dinamis, demikian itu bertentangan dengan teori atomistis atau individualistis, jang mengatakan bahw a dalam masjarakat hanja terdapat perseorangan, jang m asing2 berdin sendiri dengan tiada .perhubungan satu sama ain. eori atomistis ini mendatangkan sifat statis dalam peladjarannja, karena dengan demikian maka han ja perseorangan jang dipentingkan, sehingga orang seolaholah membuta terhadap proses-sosial dan pengaruhnja dalam masjarakat, sebagai w udjud hidup bersama setjara golongan. ^
34
B A B III
B A H A S A D A N P E L A D J A R A N S O S IO L O G I 1.
BAHASA
SEBAGAI
PENGANTAR
P E L A D JA R A N
S O S IO L O G I.
Dalam, mempeladjari perhubungan2 dan kedjadian2 dalam masjarakat kita menggunakan kata2. Dengan kata2 ini kita membatasi dan mempertadjam paham masjarakat dalam masing2 artinja. D engan tumbuhnja masjarakat maka bertambah djuga djum lah dan djenis kata2 itu, -sehingga untuk mengertikan kedjadian masjarakat itu, ta’ lain ketjuali dengan memahamkan arti kata2 itu. D alam masjarakat jang beradab kita mendapat arti kata2 jang tegas terpisah satu sama lain. Beberapa achli sosiologi mulai dengan penjelidikan dan pengumpulan kata2 itu. Jang terkenal antara lain ialah: a. E m ile W axw eiler, jang m ulai menjusun segala paham sosiologi dan segala kata2 jang berhubungan dengan sosiologi sebagai tambahan dalam bukunja ..Esquesse d'une Sociologie” . K ata2 ini disusun menurut abdjat dengan tiada pendjelasan jang lebih penting pula. b. Robert Miechels mentjoba membuat ..Handworterbuch der Soziologie', tetapi dengan perang dunia I usaha ini tidak dapat diteruskan karena bersifat internasional jang membutuhkan sokongan tenaga dari ahli2 sosiologi sedunia. U saha ini rupanja hingga sekarang tiada jang meneruskannja. c. Leopold von W iese (1867) membuat ,,Tabel der Beziehungen” , j . i . ’ daftar dari segala perkataan jang berhubungan dengan relasi antara sesama manusia baik setjara perseorangan m aupun setjara golongan. V o n W ie se adalah profesor sekolah tinggi di Keulen (Djer35
man) dan dengan m urid2nja ia m engum pulkan perkataan2 ini dari kamus2 D jerm an jang ada. D a la m ,,Handworterbuch der Soziologie” 1931 terdapat pe rkataan2 ini jang sangat banjak sekali dipe rg unakannja d alam lapangan sosiologi. 2.
B A H A S A IN D O N E S IA
D A N S O S IO L O G I.
Selain daripada kenjataan, bahw a sosiologi dinegeri kita sebagai ilmu tidak diperhatikan, dalam, prakteknja ia hanja terlihat dalam tindakan2 sosial dari pemerintah. Lain daripada di-negeri2 merdeka •lainnja, m aka kita ketahui bahwa untuk mempeladjari ,,Ilm u b arat” kita hingga kini mempergunakan bahasa asing, terutam a b a hasa Belanda, atau kalau dalam keigamaan m em perguna kan bahasa Arab. Ini jang menjebabkan, bahw a bahasa kita sebagai bahasa pengantar sangat terdesak d alam pe~ makaiannja. Lambat laun dari abad keabad tertanam lah kepertjajaan, bahw a bahasa kita tidak dapat dipergunakan sebagai bahasa pengantar untuk mentjari ilmUi dan kedua. ialah bahwa seolah-olah segala ilm u baqi kita. baik ilmu keduniaan maupun ilmu ketuhanan han ja dapat tertjapai dengan menembus dinding bahasa asinq itu. Ini sungguh merugikan baik bagi bahasa kita sendiri maupun bagi kebangsaan kita. Sering kali oleh karena kesukaran bagi kita dalam memahamkan bahasa asinq itu lebih dahulu. maka kebuntuan memikir sudah terdapat dalam lapangan bahasa itu sendiri sebelum kita sampai kepada lapangan ilmu jang dimaksudkan. Dinegeri merdeka hal ini tidak mendjadi soal. Bahasa kebangsaan mendjadi alat pengantar dalam segala ilmu, sehingga ilmu itu dapat terkenal langsung kepada fJlraSa^ ^ eban9saan- Dengan demikian ilmu itu dapat as ipe a jari sedalam-dalamnja, dan d jug a seluasJuasnja artmja dapat ditjapai djuga oleh segala lapisan masjara a , jang tidak terhalang oleh bahasa asing itu. 36
D em ikian djuga kita ketahui, bahw a A rab, Mesir, Inggeris, D jepang dan negeri^ lain nja mendapatkan ilm u2 pengetahuan, tehnik dsb. dengan bahasanja sendiri. Segala buku2 dari negeri asing terdapat terdjem ahannja dalam bahasa negeri itu sendiri. H an ja bahasa kebangsaan sendirilah jang dapat mewudjudkan fikiran bangsa sebenar-benarnja, dan hanja bahasa itu pula jang dapat m endjadi perantaraan untuk segala ilmu bagi seluruh bangsa. M em peladjari bahasa asing adalah untuk meninggikan deradjat dan kekajaan bahasa kita sendiri, dan sekali-kali bukan untuk merendahkan ataupun untuk mendesak bahasa kebangsaan itu sehingga tak terpakai dengan edjekan pula jang sering kali tak ketinggalan dinegeri kita ini, bahwa bahasa Indonesia ini miskin dan kurang memuaskan untuk dunia ilmijah. Sjukur sekali bahwa lambat laun perasaan menghina jang terpengaruh oleh prasangka ini m endjadi tipis, apa pula kalau sedjak perang dunia kedua kita ,,terpaksa” mempergunakan bahasa kita itu sebagai resmi, dan ternjata bahw a kemiskinan bahasa bukan terdapat dalam bahasanja, melainkan dalam bangsanja jang tidak suka, bahkan merasa hina untuk mempergunakan dan memelihara bahasanja itu. Sebagai bahasa kebudajaan bahasa Indonesia tidak kurang kekajaannja, 'sebagai telah dibuktikan beberapa kamus . St. H arahap, St. T. A li Sjahbana, dan banjak pula lainnja telah banjak sekali djasanja dengan menjusun kata2 dalam kamus dan karangannja jang boleh kita pergunakan dalambahasa kita seterusnja. D ju g a dunia perguruan lambat laun telah dapat membuktikan bahwa peladjaran ilmijah dapat sempurna djuga dengan mempergunakan bahasa kita itu. Selandjutnja kalau kita semuanja tetap giat mempeladjarinja dan buku2 segala pengetahuan terdapat dalam bahasa Indonesia, maka kemerdekaan berfikir
tidak lain, melainkan akan m enghadapi kesem purnaan, dan akan menghilangkan rasa ketjil hati bangsa In d o nesia akan pemakaian bahasanja itu. M ungkin kelak kalau zaman telah m em bolehkan, maka terutama sekali dalam lapangan sosiologi in i kita akan dapat menjusun kata2 Indonesia, sedikitnja u ntuk ikut membimbing kearah susunan fikiran jang tepat dengan kata2 jang tepat pula. Bahasa Indonesia dinegeri kita harus m e n djad i bahasa kesatuan, bahasa pengikat kebangsaan jang um um dikenal oleh segala anak bangsanja, sebagai bahasa lainnja bagi bangsa itu masing2. W a la u p u n ad a bahasa daerah dan matjam2 dialek, sebagai bahasa D ja w a , Sunda dan M adura dinegeri kita, maka bahasa Indonesialah jang akan mem.enuhi sjarat sebagai bahasa kebang saan untuk negeri kita. Ind ia mengenal k.l. 400 m atjam bahasa daerah, pun djuga negeri Belanda, Inggeris, Amerika dan sebagainja, tetapi bahasa kebangsaan bagi mereka ialah U rdu, bahasa Belanda, bahasa Inggeris dan sebagainja. Dengan bahasa kita sendiri dunia pengetahuan harus terbuka bagi segala golongan, jang sudah harus tahu membatja dan menulis akibat kewadjiban beladjar nanti, dan akibat keinsjafan kemerdekaan bangsa, jang mengadjak segala anggautanja kepada kem adjuan Pada permulaan dan djuga dalam buku ini, oleh karena bagi penulis sendiri bahasa Indonesia ini masih sukar, maka tidak boleh tidak pemakaian beberapa kata bahasa asing harus dipergunakan. Pergantian denqan bahasa sendiri selalu diutamakan.
38
BA B IV
PROSES
M A S JA R A K A T
DAN
P E N J E L ID IK A N
S O S IO L O G I I.
P R O S E S M A S JA R A K A T .
T ia p tindakan manusia dalam kehidupan bersama menjebabkan hubungan baharu jang bersifat kekal atau pun sementara. Perhubungan itu adalah mengikat atau pun mentjeraikan. M asjarakat tersusun dari golongan dan berbagai-bagai organisasi, jang oleh manusia dalam dunia modern ini harus dialami. G olongan keluarga didesa jang bertjorak sederhana dan bersandar adat, organisasi dan golongan ekonomi; sosial dan politik; pun djuga perhimpunan olah raga dan kebudajaan dikota, jang harus dialam i oleh tiap anggauta m asjara kat zaman sekarang ini, K ita hendak bermain bola, harus dulu m endjadi anggauta perkumpulan itu, hendak menarik betjak harus m,elaporkan dulu kepada perhim punan betjak; dan kalau hendak beladjar menari lebih m udah dan murah untuk m endjadi anggauta dahulu dari perkumpulan kesenian dan sebagainja. D a n kalau kita hendak berdjualan dipasar maka kotapradja akan me narik padjaknja sebagai ganti bagi djasa kotapradja itu jang telah menjediakan pasar dan bertanggung-djawab atas keamanan dalam pasar itu. D ju g a tidak boleh mendirikan rumah dengan tidak seizin pemerintah umpam anja, karena peraturan ini achirnja untuk kebaikan umum, jang oleh pemerintah hak dan kemerdekaannja dipertanggungkan. Selandjutnja djika seseorang keluar dari suatu golo ngan atau perhimpunan, maka dilain tempat atau dilain waktu ia harus pula memasuki lingkungan atau pun lapangan golongan lain. Perpisahan disini menjebabkan perhubungan disana dengan lain orang. perkumpulan atau keluarga. 39
D r. P. E n d t menjamakan terdjadinja h u b u n g a n itu dengan hubungan antara anak2 tjatu r d alam perm ainan tjatur. D iatas papan tjatur itu terdapat disini P ion, K uda dan Ster berikatan dalam m endjaga atau menjerang, disana terdapat lagi satu Benteng bertalian dengan dua Pion seorang diri. T iap perpindahan dari a n a k 2 tjatur itu menjebabkan terlepasnja mereka dari suatu perikatan daripada golongan mereka, dan m e ngad akan perikatan dengan suatu perpindahan m e n djad i bertalian satu sama lain dan sebagainja. 2.
V O N W IE S E D A N A D JA R A N P E R H U B U N G A N .
V o n W ie se (lahir 1867) m enjebut peladjaran sosiologinja: A djara n perhubungan antara m anusia dan manusia. A djara n ini dipisahkan dengan tegas dari ilmu2 mengenai kemasjarakatan lain nja sebagai ilm u ekonomi, hukum, tata negara dan lainnja. Perhubungan antara m anusia2 ini adalah buah dari proses masjarakat jang m enundjukkan rapat-renggangnja pertalian, djauh dekatnja djarak antara seorang dengan jang lain, antara golongan dengan golongan dan sebagainja. D ju g a V o n W ie se memperhatikan tem pat dimana perhubungan atau proses sosial itu terdjadi, pun djuga membitjarakan ,,Gebilde" (golongan) seba gai tertjantum dalam arti persekutuan hidup (G e m e in schaft dsb. , negara, bangsa dan lain2 daripada arti golongan sadja. V o n W ie se m endjalankan penjelidikan dan adjarannja setjara analise dan sinthese, j.i. memetjah-metjah dahulu keadaan dan kedjadian m asjarakat itu untuk mempersatukan mereka kembali; dengan mana dapat tertjapai pengertian jang lebih djelas dan tepat. Selandjutnja V o n W iese mengadakan empat m atjam hubungan, jaitu: (3 > hubungan jang sesungguhnja. j.i. hubungan d i mana motief { — alasan atas mana suatu tindakan 40
diam bil) dan penjelenggaraan atau tindakan bersatu padu, artinja tidak bertentangan. b. hubungan jang tidak sungguh, j.i. hubungan dim ana motief dan tindakan bertentangan. c. hubungan terbuka, ialah hubungan jang tidak ketutupan hubungan lain, atau tiada terdapat hubungan lain jang disembunjikan. d.. hubungan berkedok, j.i. hubungan jang sifatnja tidak tegas karena tertutup dengan adanja hubuilgan lain, sehingga menghiraukan maksud hubungan jang sebenarnja. 3.
P E M B A G IA N P R O S E S M A S J A R A K A T .
A liran baru dalam sosiologi jang dalam adjarannja lebih memperhatikan proses masjarakat daripada bentuk masjarakat, selandjutnja membagikan p roses m asjarakat itu sebagai berikut: a. Proses mengikat, (asosiatif, integratif). j.i. mendekati, ikat-mengikat, bersatu dsb. fb/~, Proses memisah, (disosiatif, differensiatif), j.i. bertjerai, berpisahan, hidup m asing2 dsb. <^cS Proses tjam puran atau pertengahan, jang tidak dapat dengan tegas dimasukkan dalam a atau b dan kadang2 djuga berisi arti a dan b. Pem bagian ini berdasar kenjataan jang selalu menundjukkan diri dalam tiap2 proses masjarakat dalam kehidupan sehari-hari. D ju g a oleh karena sifat biologis maka manusia ini selalu terdapat dalam, keadaan berteman atau mengasingkan diri, m endjauhi ataupun mendekati sesama manusianja, bertjektjokan ataupun hidup aman dsb. sehingga gerak-geriknja selalu dapat dibatja dalam dua pembagian tersebut diatas atau setidak-tidaknja dalam bagian jang ketiga. 41
1.
T JA R A M E M P E L A D J A R I P E R H U B U N G A N .
Pembagian perhubungan dim uka tadi h a n ja m engenai garis besar sadja. D alam kehidupan se-hari2 kita lebih tepat mempergunakan kata2 jang m enundjukkan h u b u n g an itu jang um um nja terbagi dalam arti mengikat, m entjeraikan ataupun dalam arti antara keduanja itu sebagai telah diuraikan dimuka. Pula telah d jug a diuraikan tenaga sosial jang menjebabkan hubungan sosial itu. U m p a m anja sadja dalam soal kontak sebagai perm ulaan per hubungan, dimana njata, bahw a perkenalan dapat menghilangkan, atau sedikitnja menipiskan prasangka. Dalam mempeladjari hubungan atau tenaga jang menjebabkan hubungan itu sebaiknja kita perhatikan: a. pembagian jang lebih teliti dari 3 m atjam h u b u n g an itu tadi (mengikat, mentjeraikan, dan jang berada diantaranja), sehingga tenaga jang satu tegas terpisah dari jang lain. b. diperhatikan, apakah benar bahw a tenaga jang dipeladjari (diselidiki) itu jang menjebabkan hu b u ngan atau proses masjarakat jang hendak diketahui itu. Umpamanja: -pendidikan keigamaan memperkokoh rasa persaudaraan- disini dapat diselidiki: _ 1- pendidikan keigamaan- menurut igama apa?: Islam, Keristen, H in du atau lainnja. ~ ^ieJ ? .^ ara,n tentang a P a jang dim aksudkan denqan pendidikan keigamaan itu. 2. apakah jang dimaksudkan dengan rasa persaudaraan disini? Pentmg djuga dalam penjelidikan ini diketahui: matjam golongan penduduk terhadap m ana penjehdikan itu didjalankan. c. sikap objektip tidak berat sebelah, terhindar dari segala prasangka. Penjelidikan memang seharusnja 42
didjalankan semata-mata setjara ilmijah, ialah terlepas dari segala sentimen dan sebagainja dan melulu dengan memperhatikan segala apa jang terdjadi sebagai dittod jaunja itu. D ju g a tidak boleh orang memperkokohkan persangkaan seperti um pam anja tersebut diatas tadi (-pendidikan keigam.aan meraperkokoh persaudaraan-) kalau penjelidikan m enjatakan sebaliknja. O ran g harus bersedia un tuk merobah persangkaan itu, kalau tem jata um pam anja bahw a pendidikan keigamaan bukan memperkokoh bahkan merusak persaudaraan, andaikata karena ternjata bahw a dalam kam pung itu terdapat pengikut beberapa igama, dan jang seorang membentji jang lain kalau pendidikan keigamaan itu saling mengkafirkan. 5.
R E N T J A N A P E N JE L ID IK A N S O S IO L O G I.
Lam bat laun, sesudah sosiologi dapat ditegaskan dengan njata sebagai ilmu dengan lapangannja sendiri, makn penjelidikan dalam lapangan itu b an jak pula didjalankan. D i Perantjis, D jerm an dan achim ja dinegeri Am erika Serikat bagian penjelidikan jang disebut Research Study m engambil tempat tersendiri dan meminta perhatian istimewa pula untuk dipeladjari sebagai ilmu jang disebut ,.Research M e th o d ” dan ,.Research Science” . Di-tiap2 perguruan tinggi bagian Penjelidikan ini mendjadi b a g ia i jang terpenting dalam Departemen Sosiologi dan Filsafat dan hasil penjelidikan itu tak sedikit m endjadi pedoman bagi Pemerintah dalam usaha2 sosialnja,„ bagi kaum dagang dan perusahaan dalam Penjelidikan Pasar {M arket Research), iklan2 urusan personil dan sebagainja. D ju g a dalam mentjapai pengertian intemasional maka peladjaran Sosiologi dan 43
Anthropologi tak sedikit m em pergunakan hasil2 penje lidikan ini. Bagaimana penjelidikan sosiologi u m u m n ja harus didjalankan untuk memenuhi sjarat2 ilm ijah itu? Jahoda-Deutch dan Cook dalam ,.Research M ethods in Social Relations” m enjatakan bahw a biasanja dalam lapuran tentang penjelidikan jang telah selesai djika diumumkan dalam harian atau m adjallah, kurang lebih akan terdiri dari: a. penetapan maksud penjelidikan jang dapat dibatja dalam uraian m asalah itu. b. uraian singkat tentang tjara akan dikerdjakan.
um um nja
penjelidikan
jang
c. tjara mengum pulkan data {j.i. keterangan dan tjatetan2 mengenai soal itu). d. uraian hasil2 penjelidikan. e. kesimpulan (konklusi) dan uraian pendjelasan (interpretasi).
Uraian a: Umumnja uraian jang tegas mengenai m asalah jang akan diselidiki itu seriagkali dianggap terpentinq dalam proses penjelidikan. Pembatasan maksud dan pendjelasannja itu selain memudahkan d jalan nja penjelidikan kosan
men9hematkan w aktu dan perong-
Uraian b: Ilmu penjelidikan sosial kini telah menem,ukan dan mempergunakan berbagai2 sistim dan teknik untuk memudahkan tjara penjelidikan itu. Sistim atis,'objektip, berdasar kenjataan untuk memenuhi sifat ilmijah. M e nurut sifatnja, penjelidikan itu um um nja dibaqi dalam 3 matjam: 44
1. penjelidikan jang m e n g u r a i k a n masalah itu untuk diselidiki lebih landjut. 2. penjelidikan jang d i a g n o s t i k untuk mempeladjari sifat2 istimewa dari sesuatu kedjadian, dan djika dapat m endatangkan perbaikannja. 3. penjelidikan eks.perimentil, j.i. penjelidikan de ngan mempergunakan pertjobaan2, untuk mengetahui benar tidaknja sesuatu persangkaan (hypothese). U m pam anja dalam persangkaan benar tidaknja ,,kenaikan penghasilan menjebabkan bertambahnja djum lah penduduk desa A naik h a d ji” , kita akan menjelidiki 3 matjam faktor: a. b. c.
kenaikan penghasilan kenaikan djum lah naik hadji perhubungan antara a dan b. T ak adakah suatu faktor lain jang menjebabkan b itu? Penjelidikan eksperimentil disini um pam anja didja lankan, dengan pertanjaan, benarkah djika penghasilan naik orang memikirkan lebih dulu untuk naik hadji? M u n g k in ada sebab lain, fikirkan sadja pada zaman pendudukan Belanda dim ana telah m endjadi mata propaganda bagi pemerintah Belanda untuk mengandjurkan naik hadji bagi penduduk, atau andjuran dari M ekkah sendiri bagi siapa kenaikan hadji men d jadi sumber penghasilan jang tak sedikit artinja. D jug a provokasi tentang datangnja hari kiamat tak lama lagi menakutkan penduduk desa dan kenaikan naik hadji mendjadi dorongan untuk merasa terhindar nanti dari ,,'siksaan diachirat” ... sekalipun penghasilan mereka ternjata tak berapa berbeda dari semula dan perongkosan mereka ternjata didapatkan dengan pendjualan harta benda, sawah dan tegalannja ataupun ... dengan djalan berhutang. Penjelidikan eksperimentil disini memang dapat dipersamakan dengan penjelidikan laboratorium bagi
45
i i r h " I ak a r d 1 S a lJ r \ eba9ain,ia SekaliPun sebab disini dikendalikan, tak s e m u d a T c e n f l^ t maS)'arakat sukar laboratorium itu. penjelidikan dalam kamar
Uraian c: l a i ° d e n g t r PUlkan den9an be™ at^
djalan antara
1- menjaksikan (observasi).
distaiTanTdimSdkMlalah m e”
akSikan'
Han,'a
jang tertentu b e r i a t r T ' f a" de,n9” SUatU unsur jang dipeladjari itu T ia r a 'n h “ men9erti mi banjak sekali diperqunakai observaSi sematjam pologi, dimana seoranqan&ronnl lapan3an anthrohidup sesuatu suku banqsa iann memPelad)ari tjara hana dalam kehidupan® d i C C r ? ^ m^ h sederd - k sik an dalam k ^ d u ^ t w . ta^ itu ttip i,aPL Jan^ mereka bitiarakan e , pe^adjari tenmereka berikan atau pertiaialra f se-hari2[ artf2 :a _ gapan dan persangkaannja P3da adat2" K ang-
djawab d“ ganWtu L a r ? q'2qUestlonnaire). u e s tio n n lintf Piu) dan tan)'a" Meng-mterpiu orann'
«
5t r dsp„
s
S
' S
t e
s
H
S
s
a
s
: ;
andjuran atau prasangka susi“ S 9ertl dan tidak berisi 46 P ^ ta n ja a n jang me-
nurut hiaksud penjelidikan mengenai masalah jang sedang diselidiki itu, dan sebagainja. \ | 3. D ata djuga dapat dikumpulkan dari bahan2 jang telah ada, umpamanja: a. statistik, antara lain: 'statistik djum lah penduduk. . statistik djumlah kematian, kelahiran, pernikahan dsb., jang biasanja disusun oleh Kantor Statistik. b. dokume.i2 perseorangan berupa buku harian, riwajat hidup, -surat2 dan sematjamnja jang semuanja dapat menambah pendjelasan kepada masalah jang dise lidiki itu. Buku2 jang sekiranja perlu dipeladjari mengenai teknik penjelidikan sebagai terutama didjalankan di Amerika Serikat ialah antara lain: 1. Research M ethods in Social Relations oleh Marie Jahoda, M orton Deutsch and Steward W . Cook. 2. Pauline Young: Scientific Social Surveys and Research. 3. Lundberg: Social Research. 4.
John Grey Peatme.i: Descriptive and Sampling Sta tistics dan banjak pula lainnja. „
47
)
BAB V
T E R P E N T J IL D A N B E R T E M A N 1.
T E R P E N T JIL A T A U T E R S E N D IR I.
D alam sosiologi kata terpentjil berarti: merasa ke~ hilangan suatu hubungan jang diharapkan dengan orang lain, kehilangan hubungan jang disukai. D engan ini dapat ditafsirkan bahw a rasa terpentjil terdapat djuga dalam w aktu berada di-tengah2 orang banjak, tetapi orang2 itu tidak sesuai pendidikan^Jgam a, golongan dan sebagainja. U m um nja djika seseorang sedjak ketjilnja berada dikota, dan salah suatu keadaan memaksa ia pindah kedesa, maka tidak m udah ia merasa berteman ditengahtengah orang desa itu. Ia akan selalu merasa terpentjil hingga pada saatnja ia dapat nienjesuaikan diri dikalangan orang2 desa itu, T jara menghukum sering didasarkan atas rasa ter pentjil ini. Betapa beratnja penderitaan seorang hukum an kalau mendapat hukuman sel, dalam mana ia tertutup seorang diri, siang-malam tiada kawan untuk bertjakaptjakap. Sebaliknja djuga dapat terdjadi, kalau seorang terpeladjar lebih baik memilih hukum an sel, karena ia tahu dengan siapa ia akan membagi kam,ar d jik a tidak diselnja. Baginja lebih baik memilih sunji seorang diri dalam sel daripada berada, ditengah-tengah pembunuh dan pendjahat jang tidak berperasaan kemanusiaan dan tidak mengenai peradaban itu, atau jang berbeda pan dangan hidupnja. Dengan tersendiri ia akan d ap at memikirkan hal2n ja sendiri dengan tiada terganggu oleh oleh orang lain itu jang tidak dapat mengerti atau menghargai keadaannja itu. D ju g a dapat dibatja, bahwa dalam kenjataan terpentjil tidak orang merasa tersendiri, um pam anja 48
<$.
sadja djika ia mendapat keteguhan batin dalam keiga maan, dapat menulis buku kenang2an dsb. T epat benar pendapat dua orang ahli pikir dalam hal ini ialah: Goethe: D alam sunji bakat dilahirkan, dalam kehidup an d u n ia ramai tim bullah tabiat. Rilke: H a n ja bagi jang terpentjil diturunkan ilham. B anjak pula pendapat2 orang pandai dan ahli pikir tentang sunji dan pengaruhnja terhadap batin *dan kehidupan manusia, jang tidak usah diuraikan semua disini. Selandjutnja bagi jang m endjalankan hukum an ada lah perbedaan rasa antara terpentjil untuk seumur hidup dengan terpentjil lama ataupun sementara, dimana suatu harapan untuk merdeka kembali tak sedikit meringankan beban hukum an itu. D ju g a penerimaan tentang keadaan terpentjil ini berbeda bagi seorang terpeladjar dan jang tidak, seba gai diuraikan tadi. Seorang terpeladjar akan selalu mengetahui bagaim ana ia akan menpergunakan waktun ja itu. Selandjutnja ta' dapat djuga dipastikan bahwa orang jang suka hidup tersendiri tidak suka bersosial, karena tidakkah sering kali seorang pendeta atau kijai dalam mementjilkan diri itu mentjari suatu djalan atau ilmu untuk kebahagiaan masjarakatnja? 2.
H ID U P B E R T E M A N .
A pakah gerangan jang menjebabkan manusia ini um um nja lebih suka hidup berteman? Beberapa ahli sosiologi telah mengadakan penjelidikannja dan antara lain mereka berpendapat, bahw a hidup berteman itu adalah oleh karena: n alu rj, ialah kehendak jang menggerakkan tiap manusia dan hewan lainnja lepas dari perhitungan akal. 40
Kehendak ini tim bul dengan sen d irinja teristimewa dalam w aktu bah aja dan m anusia m entjari keselam atan badan. A ntara lain kita mengenai: n aluri m e larikan diri, mengusir (m endjauhkan sesuatu dari d irin ja sendiri) ingin mengetahui, keinginan berkelahi, m em bela atau mempertahankan diri, keinginan beranak, kehendak bersatu, keinginan memiliki, kehendak m e m b an g u n dsb. Karena perasaan badan: panas, d in g in , la p a r dsb. jang akan membawa m anusia kepada go lo ngan m anusia dim ana api, m akanan dsb.-nja m u d ah terdapat. ( f O karena perhitungan un tuk m entjapaj sesuatu keuntungah, biasanja dalam perekonom lan b ag i m anusia jang telah m adju tjara h id u pn ja. Lihat djuga Bab I I pasal 4 tentang asal m asjarakat, jang selandjutnja dapat dipertim bangkan sebagai 'sebab2 manusia hidup bergolongan. Dalam tjontoh a ternjata bah w a kata berteman b ukan sadja berarti aman ataupun persaudaraan. D a la m kita menguraikan naluri berkelahi um pam anja kita menggam,barkan seseorang jang mentjari Iaw an n ja { = tema.inja) untuk berkelahi atau bertanding kekuatannja. Ia se-olah2 merasakan suatu dorongan, suatu n aluri «n tu k memperlihatkan kelebihannja itu jan g harus diakui oleh orang lain dengan adanja pertandingan
3.
D E R IT A K A R E N A H ID U P B E R S A M A .
Kalau manusia telah hidup bersama, m aka biasanja lalu terdjadi tindakan bersama, baik dalam arti mengerdjakan maupun dalam arti m endjauhi sesuatu tinakan. batu kerdja sama, tetapi d jug a suatu keadaan tenkat, karena keadaan tidak merdeka akibat h id up bersama itu. H id u p tergantung kepada kehendak ber sama ini timbul dari perhatian terhadap kepentingan
orang Iain dalam hidup bersama itu. M asjarakat jang beradab mengenai ikatan2 ini dalam adat-istiadat dan peradabannja, sedangkan masjarakat hukum mengenai soal itu dalam peraturan hukum nja. W a la u p u n keadaan tidak merdeka dalam hidup ber sama itu tidak selalu memperkenalkan diri sebagai suatu keadaan jang ditjela, tetapi beberapa ahli sosiologi se lalu merasakan paham derita didalam nja. A d a pula jang mengira bahwa unsur derita itulah jang mendatangkan sebab2 segala kesukaran hidup bersama; ada pula jang menjatakan, bahwa derita merupakan pendorong terkuat kepada manusia jang selalu berdjoang untuk melepaskan diri dari tiap2 rintangan dalam hidupnja. Pasti bahw a penderitaan ini memang suatu soal jang penting artinja dalam sosiologi, tetapi ada kalanja berat sebelah djika soal masjarakat ditindjau dari sudut itu sadja. Selandjutnja pandangan sosiologi itu akan bertjorak gelap karenanja, ibarat pandangan dunia dengan katja mata hitam. G olongan jang mementingkan soal penderitaan seba gai pokok sosiologi selandjutnja mengadakan pembagi an sebagai berikut: a. penderitaan karena pembawaan alam, b. penderitaan karena susunan masjarakat, c. penderitaan karena dirinja sendiri. D alam memikirkan usaha untuk memberantas pende ritaan itu V o n W ie se berpendapat untuk memperbaiki lapangan dimana penderitaan itu terdapat, demikian umpamanja dalam a: menguasai tenaga alam, dan b: mengadakan peraturan sosial jang bersifat memberan tas dan memperbaiki, dalam c: menebalkan kebatinan um pam anja dengan djalan keigamaan, atau pendidik an umum berdasar akal dan perhitungan jang mendatangkan kepertjajaan pada diri sendiri. 51
D alam dunia modern dan dunia tehnik sekarang ini kita kebanjakan mendapatkan kenjataan, b ah w a m anu sia telah banjak berhasil untuk menguasai tenaga alam, jang pada m ulanja sangat ditakuti karena derita dan kerusakan jang disebabkannja. K in i air sungai atau laut jang buas telah dapat dibendung sehingga orang tidak usah takut akan bandjir, sedangkan air sungai telah pula mendatangkan terang karena dipergunakan sebagai tenaga penggerak listerik di A m erika, D je p a n g , negeri Swiss pun djuga dinegeri kita sendiri. S e lan d ju tn ja pengairan merupakan satu2nja m anfaat (d an bu kan tjelaka ataupun derita) karena adanja sungai dan seba gainja. Demikian djuga petir telah dapat dikuasai. sedangkan keahlian tentang gunung api telah d juga dapat menghalangi letusan gunung jang d ah ulu n ja mendatangkan derita jang ta' ternilai hebatnja. Ilm u kini telah dapat menguasai beberapa tenaga alam, sehingga um um nja derita karena pem baw aan alam ini sudah banjak jang dapat dihindarkannja. T a ’ usah pula diuraikan, bahwa lahirnja penerangan listrik telah mengusir dunia petang waktu malam, jang tidak sedikit mengekang manusia dalam perasaan takut, sehingga raenimbulkan berbagai-bagai tachjul dan chilaf, jang mempertebalkan penderitaan karena rasa takut jang telah mendjadi pedoman dalam djedjak hid u p n ja itu. H al jang terbelakang ini (c) adalah jang selalu oleh dunia timur lebih dipentingkan dari pada dunia barat. Eropah selalu terdapat dalam geraknja u ntuk memper baiki lapangan masjarakat (keduniaan) (b ), sedangkan Asia lebih banjak mementingkan kebatinan (c ). Perhatikanlah sadja peladjaran dari Buddha, Islam, pun d juq a Keristen jang pada hakekatnja berasal timur, O le h pela djaran2 itu selalu diusahakannja agar dapat manusia ini mengatasi penderitaan dengan m eninggikan kebatin an, menguasai hawa nafsu dsb. Sebenarnja memang benar sekali kalau dikatakan 52
bahw a derita ini adalah suatu unsur jang membawa m a nusia kepada kebesara,n. Perhatikanlah sadja utjapan2 ahli fikir dan filsafat jang dibawah ini: H-eget: T indakan jang besar artinja timbul dari keduka-tjitaan jang dalam. Semakin tinggi alam manusia meningkat dalam kemadjua,nnja. semakin besar djuga penderitaannja. M usset: T iada jang mendjadikan kita luhur ketjuali dukatjita. Beaudelaive: Berterima kasih kita kepada T uhan jang te la h . mengurniakan kita penderitaan, kare,na penderitaan inilah jang m entjutji kita dari kotor. W a la u p u n kita selalu berusaha meringankan derita, tidak djuga dapat dikatakan, bahwa dengan habisnja derita lenjaplah djuga dukatjita ataupun suburlah kiranja kehidupan bersama. Karena dalam hidup ini kita memang mengenai perimbangan antara petang dan terang, siang dan malam, pun d jug a duka dan suka. Ke~-satu2nja tiada dapat dirasakan m anfaatnja djika perimbangan dan perbandingan tiada dirasakan djuga. Selandjutnja maka dalam haw a jang kita isap untuk hidup itu sendiri tidak melulu terdapat oxygenium ( O 2 ) jang memberi hidup, tetapi djuga terdapat stikstof ( N ) jang membawa binasa djika diisap sendirian sadja. Gas stikstof ini terdapat 79% dalam hawa jang kita biasa isap sehari-hari. T ernjata, bahwa antara dua bagian haw a itu djuga telah tertjapai perimbangannja dalam mengimbangkan hidup bagi segala machluk didunia ini. D alam hal ini perlu djuga kita memperhatikan ke hidupan Buddha, jang sebenarnja oleh karena derita dunia sekitarnja itu mendapat desakan untuk memikirkan djalan guna melenjapkan derita dunia itu. Sedjak ketjilnja Siddharta itu (Siddharta ialah nama pertama dari B uddha) oleh ibunja (M a y a ) diusahakan untuk didjauhkan dari derita. Istana jang indah dibuatkan baginja, dimana ia sehari-hari dikelilingi suka dan ria. 53
Tetapi pada suatu hari, bagaim anapun d ju g a keras pendjagaan bagi Siddharta, ia m e n dju m pai seorang pengemis, seorang tua, se^r^ng sakit dan beberapa orang jang niembawa m ajat; empat m atjam gam baran derita jang ada dimuka bumi. Soal ini jan g selandjutnja bagi Buddha memberi pokok un tuk diatasinja, jang achirnja m.embawa ia kepada tingkatan B u d d h a dalam peladjarannja. Peladjaran Buddha, jang asli, sebagai memikirkan soal derita itu, bertitik berat pa d a filsafah, bahwa: segala derita adalah akibat nafsu; dengan menghilangkan nafsu itu, m aka d jug a derita akan lenjap. M enguasai nafsu berarti pula menguasai derita diri sendiri dan berbuat amal adalah untuk m engusir derita dari sesama m achluknja. Perlu diketahui kiranja bahw a pemeluk agama B uddha ialah: T iongkok, D je p an g , Burma, Siam, Ceylon dan N ep al kesemuanja berdjumlah ± 450.000.000 djiwa.
54
BAB V I ✓
T E R P E N T J IL . B E R G A B U N G . B E R P IS A H T a d i telah diterangkan tentang keadaan terpentjil daa berteman dalam Bab V , tindjauan mana terutama berlaku terhadap diri perseorangan. D alam bab ini dan berikutnja (hingga bab X I I ) kita akan menguraikan proses2 dari sebelum penggabungan hingga kepada proses memisah dan proses penjampuran. D isini akan dilihat perhubungan antara manusia dan manusia, pun d juga antara manusia dan golongan dan sebaliknja. Proses2 jang akan dibitjarakan ini berlaku djuga diantara manusia sadja, artinja tidak dalam golongan. Lain sekali daripada proses2 jang akan diterangkan dalam bab X I I I (proses masjarakat jang asli), jang hanja dapat berlaku djika ada golongan. U n tu k memudahkan peladjaran. maka baiklah kiranja kita m enjadjikan suatu bagian, sehingga mendapat gambaran. jang terang tentang djalannja peladjaran itu. D engan bagian ini kita akan mengikuti gerak suatu golongan jang berada dalam terpentjil, selandjutnja dengan kebutuhannja untuk mentjari perhubungan. maka golongan itu akan bertindak mentjari kontak dengan golongan lain sebagainja. D ju g a kita akan menindjau pertalian dan perasaan anggauta2 golongan dengan m endjalani proses2 jang disusun setjara sistimatis, setingkat demi setingkat. H endaknja selalu diperhatikan, bahw a susunan ini hanja dibuat untuk memudahkan tindjauan dan peladjaran sadja, jang sekiranja dapat menjumbang mendapat pengertian jang lebih djelas tentang keadaan dalam masjarakat jang sesungguhnja. Baga,n itu adalah sebagai berikut: 1. Keadaan golongan sebelum pergabungan: Terpentjil. M engasingkan diri, Bermusuhan. 55
2.
Keadaan peralihan. O ran g (H u b u n g a n ).
m ulai m entjari kontak
3.
Proses jang raendahului pergabungan. a. M em bolehkan, M em biarkan, b. Berkompromi.
4.
Proses pergabungan. a. Dekat-mendekati b. M enfesuaikan diri _ c. Persamaan d. Kerdja sama.-*
5.
Proses memisah a. Persaingan b. Oposisi c. K onflik (pertikaian).
6.
Proses T jam puran (P ertengahan).
§ 1. Keadaan golongan sebelum pergabungan. T E R P E N T J IL , M E N G A S I N G K A N D IR I, B E R M U S U H A N .
T jobalah kita melihat suatu golongan manusia jang masih hidup bersahadja dalam keadaan hidup terpentjil. D alam peladjaran etnografie (ialah peladjaran jang menguraikan adat istiadat dan tjara h id u p golo ngan jang hidup sederhana) kita akan melihat bahw a mereka itu um um nja bersifat bermusuhan terhadap se9a ^ aPa jang bukan dari golongannja. H a ti bentji dan dendam, d iliputi segala matjam prasangka, terhadap segale apa jang asing, artinja jang beradat lain, selalu terdapat didalam nja. Pembalasan sekampung terhadap seseorang dari kampung lain, atau terhadap kam punq itu seluruhnja raenundjukkan pertalian dan rasa solidair dalam kam pung itu, dim ana tiap2 anggauta merasa bertanggung djaw ab untuk m ew akilinja terhadap dunia luar. 56
Bukan karena soal ekonomi dalam arti ikut makan m ilik golongan. itu, tetapi karena adat, sepak terdjang dan pendirian jang lain, jang mendjadikan ,.orang baru” itu terasing atau dimusuhi oleh gerombolan jang ter pentjil itu. Sikap j a n g d e m i k i a n i n i , w a l a u p u n s a n g a t t i p is , d j u g a m a s ih
t e r d a p a t d a la m
m a s ja r a k a t ja n g
te la h
d ik a ta k a n
m a d j u , u m u m n j a d i- k o t a 2 , a t a u id i s u a t u b a g i a n k o t a b e s a x d e n g a n p e n d u d u k n ja ja n g w arna p u tih
t e r d i r i d a r i b a n g S a k u l i t ber-
terhadap seorang atau suatu keluarga a ta u
b e r k u lit
s e b a lik n ja .
§ 2. Keadaan peralihan. O R A N G M U L A I M E N T JA R I K O N T A K .
K ontak dan selandjutnja hubungan jang rapat menghilangkan atau menipiskan dinding ketjurigaan jang menghalangi kerdja sama dan pergabungan selandjut nja. D engan kontak ini orang atau golongan telah mulai mentjari dan mengadakan perhubungan dengan dunia luar. K ontak atau hubungan hanja menghilangkan sebagian sadja dari keadaan terpentjil. A d a kalanja bahwa orang ta’ merasakan keadaan terpentjil itu, artinja tidak merasa bahwa ia dalam ke adaan terpentjil. Keadaan itu baharu dirasakan dengan adanja kontak tersebut. Perhatikan sadja keradjaan Djepang, jang pada tahun 1853 telah dibuka kembali oleh Commodore Perry dengan kedatangannja dipelabuhan U raga dekat Tokio. Pembukaan ini mengachirkan D jepang dalam keadaan terpentjil jang telah berdjalan 200 tahun lamanja. Baharu sedjak itu Djepang merasakan keadaan jang terpentjil itu karena djuga mengetahui bahw a keadaan itu telah melambatkan ia dalam kem adjuannja. Bagi Amerika Serikatpun sikap 57
mementjilkan diri dalam hubungan internasional, j.i. jang lazim disebut isolasionisme ternjata tidak selalu membawa keuntungan bagi keadaan negerinja. Isola sionisme, sebagai umum m endjadi sikap dasar dari goloagan Republiken, sebagai diperbedakan daripada golongan Demokrat jang um um nja lebih liberal, menghendaki supaja pemerintah lebih baik memperhatikan urusan negeri dulu daripada mentjam puri urusan inter nasional, apapula bila telah ternjata, bahw a pertjampuran tangan itu tidak memberi keuntungan langsung bagi negara. (Drang tak m udah lupa pada zam an Presiden Republiken H oover pada tahua 1928-1932 dan zaman depressi (malaise), jang sekalipun mengam uk diseluruh dunia masih terasa sebagai akibat pemerintah Republiken itu, jang mendjadikan tekanan jang hebat dalam perekoaomian Amerika. Pengangguran dan rasa putus asa terderita oleh kaum buruh, m endatangkan hasil pemilihan Presiden Roosevelt dari kaum Dem okrat jang disamping mengadakan ,.social •security” bagi kaum buruh dalam masa tua dan sematjamnja, djuga memelihara perhubungan luar negeri dengan lebih terbuka daripada semula. Dinegeri kitapun, keadaan terpentjil dari sesuatu golongan mendatangkan keadaan dim ana adat terlihat sangat kuat dipeliharanja, Perhubungan lalu lintas, perdagangan dan sematjamnja telah membuka golongan atau daerah2 itu kepada pergaulan umum. D alam haJ ini pesawat radio, kedatangan pegawai dinas penerangan dan pendidikan, latihan^ dari w akil2 sesuatu desa dikota dsb. tak sedikit membuka keadaan terpentjil itu kepada aliran umum, sebaliknja menipiskan adat istiadat itu. Demikian terbukalah daerah atau golongan itu kepada pendidikan dan kemadjuaa dalam menerim,a aliran dan fikiran baru. I
§
t.
3.
P ro se s ja n g
m e n d a h u lu i p e r g a b u n g a n .
MEMBOLEHKAN DAN MEMBIARKAN.
Dalam berikutnja, sesudah kontak tadi terdapat ma sjarakat golongan itu dalam keadaan membolehkan dan membiarkan perhubungan itu. Sifat permusuhan telah ta’ terdapat pula dan orang tidak bersikap mengetjam atau mentjela. D isini lambat laun terlihat, bahwa sikap membiarkan itu mendjadi suatu kenjataan sosial. Sikap membiarkan harus dapat dipisahkan dari pada bersimpati, dim ana orang lebih djauh daripada membiarkan masih belum mengandung arti kompromi dimana tertjantum arti: telah membuang sebagian sikap jang mempertahankan pendirian masing2. Dalam keadaan ini terlihat sikap kalah-mengalah dalam dekatmendekati itu, untuk m entjapai kompromi. D alam perhubungan dan keadaan membiarkan itu kita mengenai sikap atau peraturan sosial jang disebut membiarkan, membolehkan dengan diam2, tidak men tjela dan sebagainja. Sangat rapat berhubungan dengan toleransi ini ada lah prinsip liberalisme, jang mengandung djuga arti membiarkan. M em biarkan, djuga terhadap lawannja, jang sedang mempertahankan diri dalam usaha permusuhannja sekalipun. D alam hal ini memang terdapat suatu kegandjilan dalam paham liberalisme jaag sesungguhnja, karena kalau seorang liberalis tetap membiarkan, maka itu berarti menjokong lawannja, dan kalau ia tidak membiarkan law annja jang sedang menentang itu, maka itu berarti tidak konsekwen kepada prinsipnja (jang harus membolehkan itu). Liberal dengan demikian berarti m embolehkai, tidak mentjela, luas pandangan dalam politik dan igama. Inggeris sangat terkenal dengan politik liberalnja, artinja didalam negeri.ija sendiri terhadap bangsa Inggeris sesudah 59
abad pertengahan j.i. sesudah Bacon dan sesudah ..glorious revolution", empirisme dsb.-nja. Selandjutnja kita mengetahui sikap atau p olitik jang berdasar toleransi terhadap agama-agama d ari sesuatu negeri, pun djuga sikap toleransi agam a ja n g besar2 seperti Islam, Keristen, Jahudi. peladjaran B u d d h a dsb.nja, terhadap satu sama lain sesama agam anja, artinja djika kita memperhatikan peladjaran--nja ja n g asli dimana kata permusuhan tidak terdapat da,n selalu didjauhi. 2.
B E R K O M P R O M I.
Kompromi adalah seringkali suatu akibat permusjawaratan dimana kedua pihak telah bersedia untuk dekat-mendekati. Kompromi seolah-olah m.embuka djalan bagi kedua belah pihak itu un tuk memasuki proses. Diatas telah dikatakan bahw a dengan berkompromi kita telah membuang sebagian dari sikap mempertahankan diri itu. Sedikit pula berbeda dengan pengorbanan, dimana terdapat bahw a korban lebih besar daripada hasil. w alaupun jang m endjadi tudjuan dari pengorbanan itu ialah hasil itu sendiri. Selandjutnja kompromi dan dekatmendekati dalam proses pergabungan (lihat bab X a) itu selalu tutup-menutupi dalam arti dan prosesnja.
. § 4. Proses pergabungan. 1.
D E K A T - M E N D E K A T I.
Beberapa perbuatan jang termasuk dalam proses dekat-mendekati ini ialah: memberi, berterima kasih, menghormati dsb.-nja. U n tu k mendapat pendjelasan jang lebih terang tentang proses dekat-mendekati itu baiklah kiranja kalau kita mengambil suatu tjontoh, um pam anja sadja: per buatan memberi.
60
D alam tindakan memberi ini kita mendapatkan 2 matjam tindakan; jang kesatu ialah aksi memberi dan jang kedua ialah reaksi terhadap pemberian itu jang baik berupa menerima maupun menolak, O leh karena kini dibitjarakan keadaan dekat-mendekati, maka jang kita pentingkan disini reaksi menerima itu. K ini untuk m endjadikan proses dekat-mendekati itu berhasil baik serta kekal, sangat sekali tergantung ke pada tjara penerimaan itu. D alam hal ini Simmel antara lain mengatakan: ,,'T jara penerimaan jang menggambarkan rasa terima kasih, -ataupun tidak, se-olah2 penerima itu memang meng-harap2kan barang itu, atau menggambarkan barang itu se-olah2 dengan ta' tersangka, memperlihatkan gembira ataupun ketjewa, memperlihatkan hormat ataupun penghinaan; kesemuanja itu mempengaruhi pemberi itu dalam sikap dan tinda kan selandjutnja, sehingga tindakan memberi ini akan berakibat mendekatkan atau m endjauhkan” . Tja«ra menerima jang sopan dimana rasa terima kasih dan kegirangan tertjantum didalam nja menggirangkan pemberi, w alaupan ia tidak m)engharapkan utjapan terima kasih itu, adalah suatu ..pertundjukan” pula jang dinegeri E ropah mendjadi adat. Lain dari ditimur, dimana rasa gembira ini um um nja tersimpan dalam perasaan sadja. D alam hal ini timur biasanja mempertundjukkan rasa terima kasih itu dengan djawaban-pemberian berupa barang lain kepada pemberi itu. Pendek kata walaupun tjaranja m ungkin berbeda, rasa terima kasih dan sikap menghargai terhadap pemberian itu selalu harus ada untuk menentukan proses dekat-mendekati jang' kekal.
61
2. MENJESUAIKAN DIRI.
a. P andangan Umum. D alam kata .dekat-mendekati belum teirmasuk arti meleburkan diri dalam pergabungan. D a la m kata menjesuaikan diri orang telah meleburkan diri dalam pergabungan. D ju g a arti sama atau arti sederadjat hingga pada suatu tingkatan adalah suatu sjarat bagi proses menjelaraskan diri ini. U m um nja adalah pihak jang lebih lemah jan g menjelaraskan diri kepada jang lebih kuat, sehingga seringkali arti kata ini mendekati arti penaklukan, w alaupun penjelarasan ini sering d ju g a terdjadi dalam suasana aman dan persahabatan. D ju g a tid a k selalu dapat dikatakan bahw a kekuatan sendjata dap at mengalahkan atau menjelaraskan sesuatu adat atau kebudajaan pihak jang meaang, bahkan ada k a la nja bahw a jang menang itu memanggil atau m enjelaraskan diri kepada kebudajaan pihak jang d ikalahkan itu. Perhatikan keradjaan R u m dalam menguasai negeri Junani dimana kebudajaan Junani tetap hidup dan dihargai ............... •• mempengaruhi kebudajaan R u m itu. lerutam a dalam biologi (ilmu binatang dan tum buh2an) proses menjelaraskan diri ini sangat m endapat perhatian Binatang jang hidup harus m enjesuaikan diri epa a e i ingnja, dan oleh karenanja m aka anggauta2 badan jang terbanjak dipergunakan dapat tum buh lebih sempurna aripada anggauta badan jang tid a k sering iperguna an, emikian ini adalah pendapat pengikut2 pandangan biologis dalam ilmu sosiologi ,d juga jang memandang ini tidak lain daripada tubuh binatanq itu. dengan anggauta masjarakat (m anusia) sebagai sel-nja.
H erbert Spencer (1820-1903) seorang Inggeris adalah seorang pengikut sosiologi-organis ini; ia mendasarkan peladjaran sosiologmja kepada ilmu biologi dan menga62
dakan pandangan2nja dengan berkias kepada penjelidi kan jang djuga didjalankannja dalam dunia hewan. D engan demikian ia berpendapat, bahwa tudjuan hidup bagi tiap2 manusia ialah menjesuaikan diri kepada pang* gilan hidup dalam masjarakat sekitarnja, jang selalu m enghadapi perbaikan dan kemadjuannja dengan djalan evolusi.
b.
Spencer dan soal menjesuaikan diri.
Sebagai djuga Comte maka Spencer-pun mendasarkan sosiologinja kepada pandangan biologi walaupun tjara merierangkan dan pendiriannja berbeda. Bertambah pula oleh karena ilmu biologi sedjak Comte lebih m endapat kepesatannja, buah penjelidikan jang lama dan teliti. Kepesatan ini ta' sedikit mempengaruhi dunia fikir. A ntara lain dari pendapat2 baru itu ialah: A . Peladjaran Descensi dari Lamarck (1809). jang mengatakan bahw a sifat manusia ini adalah akibat keadaan jang telah lama mempengaruhi bangsa itu, sehingga sifat itu mendjadi sifat keturunannja. B. Teori Seleksi dari D arw in (1859), jang menga takan bahwa, keadaan alam membuang segala apa jang tidak terpakai, dan memperkuatkan segala apa jang berguna. Selandjutnja maka dalam dunia hewan ter dapat, bahw a segala apa jang kuat akan menang dalam menempuh hidup. dan segala apa jang lemah akan binasa. C . M endapatkan adanja sel. D ju g a tidak sedikit faedahnja bagi peladjaran biologi kalau telah didapatkan, bahw a tubuh hewan dan tumbuh2an ini terdiri dari organisme jang lembut-ketjil, jang hanja dapat dilihat dengan mikroskop. Organisme ini disebut sel. la bersama sifat dan bentuknja, dan memberi rupa dan sifat kepada binatang atau tum buh2an itu menurut tjorak jang terkuat, jang terdapat dalam sel2 itu. 63 S
1 Spcncer dalam tcori sosiologinja sangat dipengaruhi oleh pendapat ini. Ia antara lain m em persam akan ma* sjarakat in i dengan suatu organism e d en g a n m anusia sebagai sel-nja, dan m engadakan p a n d a n g a n 'selandjut n ja berdasar perbandingan itu. P en d ap at b io lo g i dan tjara penjelidikannja itu m em pengaruhi d u n ia filsafat. psychologi dan sebagai pa d a zam an itu, sehingga pertalian jang lebih kekal antara ilm u2 itu dengan sosiologi m udah terdapat. Spencer s e lan d ju tn ja berpen dapat. bahw a sosiologi adalah psychologi jan g di praktekkan dan mendapat w u d ju d n ja d alam ethik dan peradaban jang terdapat dalam m asjarakat itu. Peladjaran Spencer dikuasai oleh gerak evolusi, jang disini dipandang sebagai suatu tenaga jang menggerakkan proses memisah (differensiasi, memperbedabedakan) dan proses m engikat (integrasi, persatuan). Tenaga ini membawa suatu kesamaan jang tid a k tertentu dan jang tertjerai-berai kepada kesatuan jang bertalian, terdiri dari bagian2 jang tidak sama. D e n g a n proses evolusi ini terbawalah bagian2 jang tertjerai-berai itu kepada kesatuan, klompokan ataupun gerom bolan. baik sempurna kemadjuan, perbaikan dan sebagainja. Evolusi terdjadi karena pembentukan, pembagian dan perpisahan sel i ar[g merupakan kesatuan itu. D a ri keadaan jan g tertjerai-berai inilah terdjadi, d jug a dengan evolusi: gerombolan, suku bangsa, bangsa, negara d an sebagai n ja ... dengan ketentuan pula achirnja b ah w a oleh karena gerak evolusi itu m elandjutkan ombak-gerakannja, segala kesatuan negara, klompok, pun djuga kesatuan tenaga sinar matahari dan susunan la in n ja akan berkurang tenaga kesatuannja, sehingga akan terdapat dalam keruntuhan dan demikian seterusnja, entah dalam beberapa d juta tahun kemudiannja. Teristimewa dalam peladjaran sosiologi m aka evolusi m i berarti tum buh m enudju kepada keadaan jang sempurna, kem adjuan, perbaikan dan -sebagainja. E volusi 64
•
disini bertjorak optimistis, artinja selalu bertjorak kem adjuan, perbaikan, kemerdekaan dsb.nja. D alam suatu organisme, dimana sel2 tadi itu merupakan kesatuan, maka sifat sel2 itulah jang mendjadi sifat kesatuan pula. U n tu k mengerti dan memperbaiki kesatuan itu orang lebih dulu harus mengerti dalam memperbaiki sel2 itu masing2. D im ana dalam masjara kat ini manusia dipandang sama dengan sel dalam tubuh organisme itu, maka perbaikan w atak serta sifat manusia itulah jang akan merabawa kebaikan bagi 'm asjarakat dsb. S elandjutnja maka kemadjuan itu akan pula tertjapai dengan memberantas rintangan2 kemadjuan tersebut. Pemberantasan ini akan berlaku dengan sendirinja, ialah dengan proses menjelaraskan diri kepada masjarakat dan kem adjuannja itu. Dengan demikian maka akan teirdapat, bahwa mereka jang dapat menjelaraskan diri kepada kem adjuan ini akan dapat mengatasi perdjuangan hidup, sedangkan jang tidak dapat akan binasa. Dengan demikian akan terdapat masjarakat jang terbaik. dim ana anggauta2nja telah terpilih karena udjian hidup itu. ..Struggle for life" (perdjoangan hidup) dan ,.survival of the fittest" (hidupnja golongan jang terkuat) adalah suatu w udjud tenaga evolusi dalam masja rakat jang Spencer gambarkan itu. In i jang mendorong manusia dalam masjarakatnja. supaja dapat selaras dengan sekitarnja baik dalam politik, industri maupun lainnja. D isini akan terlihat bahwa kehidupan dalam masjarakat selalu mendorong anggautanja kepada sikap untuk menjelaraskan diri kepada panggilan hidup jang berdasar kemadjuan masjarakat itu. D ju g a dapat dibatja bahwa pertama jang penting untuk mempertahankan kehidupan jang teratur itu ialah mempertahankan sjarat2 masjarakat jang sehat, dan mengadjak angauta2nja untuk dapat menjelaraskan diri kepadanja dengan sikap liberal, artinja dengan tiada paksaan.
v
65
M enurut Spencer pemerintah dalam sosial-politiknja harus memperhatikan pandangan ini. N e g a ra dengan peraturannja harus m endjaga supaja rak jat dalam masjarakatnja dapat hidup merdeka dalam memperdjuangkan hidupnja jang bersandar kepada penjelarasan diri itu. T iap anggauta harus m endjalankan kewadjibannja masing2 dengan tiada m enghalang-halangi orang Iain. M asjarakat harus m erupakan suatu t-jiptaan alam jang berdasar merdeka. Gerak evolusi tiada boleh dihalangi karena peraturan pemerintah. Spencer tidak setudju sekali dengan peraturan sosial jang bertudjuan m eliadungi pihak jang lemah, jang dengan demikian seolahs m endapat persetudjuan dalam tjara hidupnja jang bersandar kepada kem enanqan mereka jang kuat itu. Jang lemah, artinja jan g tidak dapat menjesuaikan diri kepada kem adjuan m asjarakat karena kelemahan, keteledoran dsb., hendak n ja binasa sadja sehingga akan tinggal mereka jang terkuat (the attest) guna kebaikan masjarakat itu sendiri. Selandjutnja pendapat Spencer ialah b ahw a peraturan jang terbaik dalam pemerintah negara ialah pera uran Jang tertjipta dengan penuh perhatian terhadap tenaga kekuatan jang menguasai kem asjarakatan itu, dengan lam kata berdasar pengetahuan sosiologi, psy chologi, biologi dan filsafat. Lady friary c. Pandangan Spencer, P ro dan K ontra. -i^r0 Contra terhadap teori biologis ini telah diuraikan dengan singkat dalam Bab I I pasal 5 (M asjarakat menurut pandangan biologis). Perbandingan antara manusia dan sel tidak dapat disetudjui, karena manusia ini berakal dan ia bertindak berdasar 3 I* • U ri-3111^ ar,*Pat^a se^ )a n g hanja hidup berdasar naluri sad,a Karena adanja akal itu, maka berlain-lain pula kehendak dan dengan demikian sifat-dari tiap2 manusia. Selandjutnja diantara hewan dan manusia
66
sendiri banjak sekali bedanja jang menentukan lain tjorak dalam masjarakat manusia dan masjarakat hewan. M anusia mengenai akal dan sebagai salah suatu pembaw aan akal itu mem punjai kebudajaan dan peradaban, jang disamping sifat biologinja (kehewanannja) tidak sedikit pengaruh dalam pertalian dan pergaulan hidup. T etapi w alaupun teori ini kini telah tidak begitu diperhatikan, pada zaman Spencer adalah ia suatu buah fikiran dan penjelidikan jang besar sekali artinja. D unia liberalis Inggeris pada w aktu itu sangat menjukai supaja pemerintah ta’ terlalu banjak merintangi masjarakatnja. Sebaiknja ia membiarkan masjarakat itu untuk hidup merdeka memenuhi djalan evolusi dan dengan proses menjelaraskan diri kepada panggilan kemadjuannja. D i Amerika Serikat pandangan Spencer ini diterimanja dengan baik sekali dan mempengaruhi pandangan hidup umum hingga pada zaman W illia m James j.i. pada awal abad dua puluh ini. Gelom bang immigran, j.i. orang2 pindahan jang datang berangsur-angsur kenegeri baru sedjak perte ngahan abad ke-17 hingga permulaan abad ke-20 uraumnja terdiri dari mereka jang meninggalkan benua Eropah untuk mentjari kemerdekaan dalam kehidupan baru. M ereka melepaskan diri dari perkekangan jang mereka alami dinegeri asalnja itu, baik perkekangan berupa peraturan pemerintah feodal ataupun berupa peraturan2 masjarakat jang berkelas, dimana tuan tanah, m adjikan perusahaan2 atau keturunan „ aristokrasi (bangsaw an) berkuasa dan bagi rakjat biasa hanja sedikit terdapat kemungkinan untuk mentjapai per baikan nasib. Negeri baru, kaja dan luas tersedia untuk segala siapa jang datang dan suka bekerdja. Kekajaan dianggapnja sebagai hasil usaha itu dan kemiskinan adalah akibat pemalas dan jang lemah. Pemerintah diharapkan mendjadi pelindung kekajaan itu. „Laissez faire” sebagai pedoman bagi kaum Physio67
krat di Perantjis dulu, dan kebebasan sebagai terkenal di Inggeris dalam dunia liberalis diharap kan untuk didjalankan oleh pemerintah terhadap ra k ja tn ja. U ang modal, jang asalnja dimiliki perseorangan, d an achim ja dengan meluasnja perindustrian dim iliki orang banjak jang merupakan perseroan itu (corporation), tetap diperlindungi .oleh pemerintah dan m endapat kebebasan untuk diperkembangkan dalam usaha2 seperti kereta api, listerik, telepon dan telegrap, jang um um nja dinegeri lain dimiliki pemerintah. A gam apun tak sedikit m enjum bang pendapat ini terhadap kekajaan. ..B ukannja karena k aja harta ditjela peladjaran Protestan” . demikian tulisan M a x W eber dalam ,.Protestant E th ic ", „m elainkan karena kekajaan itu mendatangkan kemalasan. S ifa t malas hendaknja dihukum dan ditjela. Salvation atau pembebasan (dari siksa) hanja dapat tertjapai dengan kerdja eras un u mentjapai hasil kemenangan, m entjapai i ^)aan jang bukan untuk dipakai jang m endatangkan dosa. melainkan untuk meninggikan deradjat kehidupan umum . M e nd jad i pemalas kalau telah kaja dan hidup untuk menurut, nafsunja sadja se-mata2 harus didjauhkan karena kekajaan itu. Salvation, pembebasan ataupun berkah m enurut Laski dalam bukunja ..American Democracy” bagi bangsa A m enka ialah: kebebasan, sifat perseorangan, demokrasi dan sukses (berhasil dalam usahanja). Jack LonnaS ^ ^uga ti(*ak asing bagi negeri kita, pada tahun sebelum perang mendasarkan segala tulisannja kepada pandangan Spencer ini pada aw al abad dua P ^ u , m i* ergulatan untuk hidup, binasa bagi jang emah, pandangan Darw in dan sematjamnja tersebar diseluruh negeri dengan tulisan2n ja itu H a n ja soal diantara jang kuat dan jang lemah, * " . f 1??, ® Ja,n 9 benar atau salah, jang beradab atau tidak , demikian pandangan Theodore Dreiser, 68
penulis sematjam Jack London itu. ..Kelemahan, itulah tragedi A m erika” , pendapat Clyde G riffith dalam bukun ja ,,A n A m erican tragedy". P an d an g an 2 itu semuanja menggambarkan djiwa m asjarakat frontier (tapal batas) pada zaman itu, dimana orang2 hanja dapat mempertjajakan diri kepada kekuatannja masing2 untuk hidup, menebang hutan, membuka tanah dan sematjamnja. W illia m , James dalam pandangan setjara filsafatnja jang dinam ai ..practicalisus” dan achim ja terkenal se~ bagai ,.pragmatism” itu, mengambil djalan tengah antara pandangan Spencer jang berdasar pandangan hidup jang keras, jang tak kenal kasih, serta pandangan Hegel jang idealistis jang membolehkan tachjul dan mendjauhkan ilmijah. W illia m James dalam menentukan panda ngan filsafatnja itu tidak memilih satu diantara dua ini. melainkan mengambil apa jang baik dari kedua2nja: kesetiaan kepada kenjataan dan kepertjajaan kepada keluhuran manusia dan keigamaan, rasionalisme jang tidak membuang melainkan memperhatikan djuga adanja duka dan suka jang 'selalu mengawasi bathin ma nusia. Filsafat jang dipopulerkan, untuk diikuti oleh semua orang di Am erika Serikat dalam kehidupan se-hari2nja, jang m udah tampak dalam sifat praktis dan rasional dari mereka, kekajaan jang tidak ditjela oleh agama, bahkan diperlindungi, -sifat individualis jang mentjolok mata -selama tiap seseorang memelihara dirinja sendiri dan tak melanggar hak orang lain...
d.
M enjesuaikan diri kepada millieu.
D iatas telah diuraikan dengan djelas tentang menjelaraskan diri kepada zaman. baik dengan aktif maupun dengan seleksi. D alam pembitjaraan sehari-hari orang sering mentjampur-adukkan antara zaman dan millieu, j.i. daerah lingkungan, antara waktu dan tempat, dengan tiada 69
m eajalahi pendapat atau peladjaran sosiologi. Baharu dengan pendapat seorang penulis P erantjis ja n g bernama H ippolyte Taine, jang menetapkan suatu teorimillieu, maka arti daerah lingkungan m anusia itu men dapat arti jang penting sekali. Teori ini berpendapat. bafrwa buke^ff.pula turunan jang menetapkan sifat2 manusia, mef. alam lingkungannja j.i. millieu. dim ana m a n u s ia 'itu hid u p . Teori ini sangat mempengaruhi dunia pengarang pada zaman itu, a.i. Emile Z o la jan g lalu memberi gambaran2 tentang bermatjam-matjam, m illieu dengan karangannja: ,,N ana dalam dunia k u pu 2 m alam , ,,la Terre ( = tanah) di kalangan petani, ’T A r g e a t” ( = u a n g ) untuk menggambarkan dunia b ank dsb. e.
Teori M illieu dan Historis-Materialisme. Material-determinisme.
Teori millieu menggambarkan pengaruh m illieu itu se agai meliputi lahir daa batin manusia, sedangkan teori histons materialisme dari Karl M a rx m enundjukkan dunia perekonomian teristimewa sebagai penqaruh ba.gi manusia dan fikirannja. K arl M a rx 1818-1883) dengan pengaruh penulis2 daa ahli fxkir seperti Hegel, Saint Sim on, Feuerbach dan lainnja, berkesimpulan, bahwa derita d u nia ini i a am melainkan disebabkan oleh karena adanja pertentangan jang selalu bergolak diantara golongan2 ka,a dan miskin. D engan Frederich Engels ia menge^ luarkan M anifest Komunis (1848). B uah fikiran tertjantum dalam buku „D as K apital” jang telah bcsar sekali pengaruhnja dikalangan buruh, dan d juga dalam sosial-politik negeri2 diseluruh dunia untuk m entjapai kesedaran kaum buruh itu. Historis materialisme dalam peladjarannja menundjukkan, bahwa sifat dan w atak manusia ini ditetapkan 70
^
oleh keadaan perekonomiannja. Selandjutnja dikatakan, bahwa keadaan perekonomian atau keadaan keduniaan itu adalah buah pembagian faktor2 produksi, artinja tjara pembagian bekerdja dalam usaha, jang menimbulkan hubungan .ekonomi jang menetapkan dasar hidup bersama. Perikfdungan ekonomi itu dipeagaruhi oleh perbedaan ,.peC, ^ a s ” dan „jang ditindas” , ialah akibat pembagian faktor produksi itu sendiri. T ia p masjarakat bersandar kepada perbedaan ini, sedangkan sedjarah ta' lain melainkan menjatakan pertentangan antara dua golongan tersebut. lebih2 pada zaman kepesatan dunia perindustrian. T iap perusahaan m endatangkan keadaan jang mempergantungkan kaum proletariat (ialah mereka jang hanja mempunjai tenaga bekerdja sadja) kepada mereka jang menguasai alat2produksi. T jara produksi itu dinamai kapitalistis, djika alat2 produksi tersebut ada ditangan (dim iliki) orang partikelir. ..Penindasan” terhadap kaum plotetariat (buruh) dinegeri kapitalis ini terdapat oleh karena kaum kapitalis tidak memberi upah jang sebenamja. Karena menurut M arx, jang memberi harga kepada suatu barang ialah lam anja tenaga buruh jang dipergunakan untuk menghasilkan barang itu. Seorang buruh sendiri membutuhkan uang untuk memelihara tenaga itu, sehingga upah jang harus diperolehnja sedikitnja harus m entjukupi pengeluaran untuk dapat hidup dengan m entjukupi pemeliharaan itu. Kalau untuk mendapat bahan guna pemeliharaan hidup itu hanja dibutuhkan 4 djam bekerdja umpamanja, maka 4 djam atau 5 djam ketinggalannja dalam 8 atau 10 djam bekerdja seharinja dalam paberik dipungut keuntungannja oleh madjikannja itu. In i jang disebut ..pengisapan” . berdasar kepada pendapat. bahwa jang membawa harga kepada suatu barang hanja tenaga buruh tadi. 7’eori konsentrasi selandjutnja memusatkan perusahaan kepada paberik atau perusahaan jang mempunjai alat terbaik. se^ang71
kan teori akumulasi mempergunakan keuntungan jang berkelebihan itu (jang sebenarnja m ilik buruh dengan djam bekerdja jang lebih itu) un tuk m eluaskan sajap perusahaan tadi, sehingga kekuasaan perekonomian makin meningkat dan terletak dalam beberapa tangan kapitalis sadja. In i jang menjebabkan m eningkatnja kekuasaan kapitalis, dan pada sebel^hnja meluaskan buruh dalam djum lahnja dengan kesengsaraannja jang lebih mendalam. O le h karena pemerintah negeri kapitalis itu tadi, bahkan pemerintahan ada d itangan mereka sendiri. maka ta boleh tidak buruh harus lebih dahulu merampas kekuasaan pemerintah untuk merebut kernbali hak milik atas produksi itu. In i jang m enundjukkan sifat revolusioner dari M arx . D iktatur b u ru h selandjutnja akan mengatur pemerintahan sesudah perebutan kekuasaan itu, jang akan menghilangkan kiranja pengisapan jang menjebabkan sengsara dunia. Lam bat laun kalau penghidupan telah teratur, maka pemerintah buruh akan mengachiri tugas pemerintahnja, jang tidak dibutuhkan lagi karena pertentangan antara bourgeoisi dan proletariat telah dihapuskan. Bukan lagi pemerintahan terhadap manusia melainkan pemerintah (peraturan) erhadap barang materi, keduniaan) jang akan berlangsung. M asjarakat dengan demikian akan memerintah sendiri. Karl M arx dalam teorinja itu memperlihatkan sifat material-determinisme, ialah kepastian un tuk melihat keadaan masjarakat dari sudut materi sadja. D a la m era se e a nja itu ia melupakan dan m engabaikan penghargaan moreel, penghargaan achlaq dalam peradaban, agama dan sebagainja. Sosialisme jang revolusioner sebagai dipeladjari M arx mi tidak berpengaruh dalam negeri2 liberal sepert! Inggens, dimana gerakan sosial dan perhim punan t V^ 1U'Sj dan P ^ g e ra k a n n ja telah • 100 tahun Jebih dahulu d a r i p a d a t e o r i M a r x . P e r 72
tikaian sosial untuk mentjapai perbaikan nasib buruh diselenggarakan didewan perwakilan dalam negeri2 liberal seperti Inggeris dan Iain^nja itu. H a n ja di Rusia. dim ana buruh baharu timbul pada abad X X ini. dalam pergolakan masjarakat dan politiknja mendapat benih dari fikiran Eropah barat dan terutama sekali dari peladjaran M arx dan Engels. Tetapi w alaupun demikian ta' sedikit teori ini mem pengaruhi gerakan buruh dan sosial-politik pemerintah diseluruh dunia. Selandjutnja memang benar sekali bahw a gedung politik dan sosial ini hanja dapat ber diri tegak diatas dasar perekonomian jang teguh. D unia tidak djauh mempersoalkan bagaimana sebenarnja pengaruh ekonomi ini terhadap achlaq dan w atak ma- ' nusia dalam kebudajaan dsb.nja, tetapi, telah diambil kenjataan bahwa kemiskinan lebih baik didjauhkan untuk dapat m entjapai masjarakat jang lebih sehat. Kesehatan dalam perekonomian akan mendatangkan millieu jang membawa manfaat bagi pembentukan tabiat dan kebudajaan bangsa jang terpudji. 3.
PERSAM AAN.
Persamaan adalah tingkat ketiga dalam proses pergabungan jang lebih djauh pula daripada menjesuaikan diri (b ), dan sangat mendekati tingkat keempat ialah kerdja sama (d ) dalam pasal berikut ini. Kalau dalam menjesuaikan diri masih terdapat sisa2 sifat masa ter pentjil, maka tingkat persamaan telah memperlihatkan terlepas dari ..pertalian” itu, sehingga orang berada dalam keadaan untuk meleburkan diri 4alam kerdja sama dengan sama rendah ataupun sama tingginja. Persamaan atau mempersamakan diri dalam sesuatu keadaan dari kedua belah pihak adalah salah suatu sjarat untuk mentjapai kerdja sam.a jang sesungguhnja. D jikalau jang sebelah merasa lebih tinggi daripada 73
jang lain, atau sebalikaja d ju g a merasa lebih rendah dari pihak Iain itu, m aka b ukan kerdja sam a ja n g akan tertjapai melainkan perhubungan lain, ja n g baik merupakan kekuasaan, perbudakan atau la in n ja ja n g u m p a m anja terdapat antara m adjik an d an p e g a w a in ja atau antara gusti (sidhi, m a d jik a n) dan b u d a k n ja . 4.
KERDJA SAMA. a.
T afsir kerdja sama d a n m atjam nja.
Kerdja sama atau kooperasi adalah proses penghabisa.a dalam pergabungan. Proses ini s e lan d ju tn ja menund juk k an suatu golongan dalam, h id u p d an geraknja sebagai suatu badan dengan golongan Iain ja n g digabu.igi itu. D e n gan tertjapainja pergabungan itu baharulah golongan itu dapat bergerak sebagai suatu b ad a n sosial, karena dengan bergolongan ini b u k an berqolon g an nja jang m endjadi tu dju an m elainkan tind akan bersama sebagai golongan itu, sehingga golon g an itu merupakan suatu badan jang bertenaga d an berdjiw a sendiri. M em persatukan tenaga2 jang biasanja sebelum pergabungan itu bergerak sendiri2 , itulah ja n q mendjadikan tudjuan kerdja sama atau kooperasi itu. W a l a u pun disini belum terdapat peleburan m utlak (se lu ruh n ja ) d a n tenaga2 itu, persatuan kehendaJc perseorangan dan gerombolan telah harus tertjapai. Senngkah terdapat bahw a kerdja sama itu b u kan melulu buah fikiran sehat ataupun buah pe rh itungan keuntungan lebih dulu. U m pa m a nja sadja sudah be berapa kali terdapat perkawinan jang m engetjew akan, w alaupun akibatnja itu telah lebih d ahulu dap at dibajangkan atau diperhitungkan. D ju g a gabungan perniagaan sering terdapat dasarnja bukan dalam pertim bangan untung-rugi, tetapi karena lain2 hal. um pam anja: karena kaw an dengan siapa orang hendak bergabung telah 74
mempunjai nama dan kedudukan jang terhormat, atau karena peri-kemanusiaan, perdjuangan dsb. D ju g a keadaan alam sekitarnja, aliran zaman dsb.n ja mempengaruhi orang bertindak sehingga ahli fikir sebagai Spinoza dan lainnja dapat menentukan dalam Hilsafatnja, bahw a manusia ini sebenarnja ada dalam suatu pengaruh (alajn) jang seolah-olah tidak membolehkan ia bertindak atas dasar fikiran dan pertimbangan sendiri jang leluasa, pendapat mana bagi orang jang beragama tiada lain melainkan memperkuatkan bahwa pada achirnja T uhanlah jang menetapkan, sekalipun manusia jang memperhitung-hitungkan! M a tja m kerdja sama jang patut kita ketahui adalah antara lain: A . a. Kerdja sama dengan sengadja. b. Kerdja sama dengan tidak sengadja. B. a. Kerdja sama dengan paksa. b. Kerdja sama dengan suka rela. b.
Kerdja sama dengan tidak sengadja.
Ross dan V o n W ie se mengadakan pembagian A dalam penjelidikannja, selandjutnja mereka menjatakan, bahw a bahasa, adat, dongengan kuno dsb.nja adalah buah kerdja sama jang tidak sengadja ini. O leh karena kerdja sama jang tidak sengadja ini maka dongengan atau adat kuno itu dipelihara dari bapak keanak. D juga dalam bahasa, kita mendapat pemeliharaan jang tidak sengadja pada asalnja, tetapi lambat laun djika golongan itu m endjadi m adju dan peladjaran bahasa mendjadi suatu ilmu jang sekiranja meninggikan deradjat bangsa dan kebudajaan, maka dalam soal bahasa itupun kita akan mendapat kerdja sama dengan sengadja. Mempergunakan dan mempeladjari bahasa sebagai pengantar dalam segala ilmu kini berdasar kepada keinsjafan untuk m adju dan berderadjat tinggi sebagai suatu bangsa. 75
c.
M e niru dan teori Tarde.
H asrat m enirupun termasuk bagian. k e rd ja sama sebagai djuga suka tunduk, suka m enerim a tam u, suka menolong, beristeri dan sebagainja. Tarde, seorang sosioloog bangsa P erantjis (18431904) adalah salah seorang jang m em perhatikan soal meniru ini. T arde dengan penjelidikannja m enguraikan pendapat dalam b ukunja ,,Lois de lim ita tio n ” 1895 ( = hukum m eniru), dan m engatakan b ah w a m asjara kat ini adalah buah pengaruh hasrat m eniru sadja. D alam memperhatikan sedjarah um p am an ja ia menjatakan pembagian dalam dua golongan, j.i. golongan jang m endapatkan fikiran baru (in v en to r), d an golongan meniru jang terdiri dari bagian terbesar. T erpeliharanja bahasa, agama. tjerita kuno, adat-istiadat d sb .n ja turuntcmurun tidak lain melainkan oleh karena sifat m eniru mi. Jang imaksudkan disini ialah m eniru d engan tidak sengadja. meniru jang seolah-olah tim bul dari batin lap orang sendiri, sesudah m elihat dan m engetahui aV j 1™ itu* T arde menjatak a n b ah w a bukan j. ? f m dunia ilm u terdapat soal m eniru ini, tetapi h ir ? 3 ™ ! pendaPat2 ba™ dalam kehidupan sehariI l . j mru Ja n 9 asalnja Iuaran sadja, tetapi jan g sphanai mci\dalam sehingga m e n d ja d i kekal, sebagai kita dapatkan dalam mode, adat kebiasaan dsb.
d.
M o d e dan Afieniru.
lp*K^hanUS^ s^ a^u ™ engandung nafsu u n tu k merasa n ,r m 9 -f ? / Pada ° ran9 Iain ' dan dengan ini mem^ K k ,n Slfa^ n V V a n 9 dirasakan melebihi itu. N a fs u A* P1 3 sumber M o d e sebagai terutam a n lr W * A1 rantj'is ( P a ris) dan jan g m e ndapat perhatian dan pem runja diseluruh dunia. Sebelum mode h L fP ^ scluruhnJa - mode lain ja n g lebih baru telah tertjipta, demikian seterusnja dengan tiada 76
putusnja, seolah-olah w anita jang terbawa oleh arus mode ini terpengaruh oleh perasaan supaja djangan terlambat, karena kalau terlambat ia ,,ta terhitung dalam m asjarakatnja. M ereka ta’ akan puas hidup kalau ketangkasan mengikuti mode ini ta’ dapat diwudjudkan, karena inilah satu2nja djalan jang akan mendjadi ia termasuk golongan jang dipandang, jang termodem. e.
P endidikan dan meniru.
D ju g a dalam pendidikan kita mendapat proses meniru. D a la m kita memperhatikan penghidupan rakjat dan massa, maka tepatlah sekali kalau profesor Embden memperhatikan supaja orang ini dapat meniru baik2. Segala kesalahan dalam meniru hendaknja didjauhkan sedapat m ungkin. N egeri D jepang dalam soal meniru ini, terutama dalam bagian teknik, dapat dikatakan ham pir sempurna dalam tiruannja. bahkan hasilnja ada jang lebih baik dari tjontohnja. Perindustrian, perobatan, pendidikan dsb.nja telah dapat mengetjap buah meniru jang sangat d jitu itu, agaknja menutupi tjelaan terhadapnja sebagai suatu negeri jang hanja tahu meniru sadja, dan belum pernah mem punjai fikiran asli sendiri. Sajang sekali bahw a ketangkasan meniru ini disertai sifat sombong, sehingga membawa ia kepada perang dunia jang baru lalu, jang m endatangkan kehantjuran dan kerusakan bagi negeri dan bangsa D jepang, tetapi jang djuga memperlihatkan kepada kita bahwa sendjata tiruan D jepang d jug a ada kalanja mengantjam keamanan dunia. D alam pendidikan, um um nja meniru inilah jang m endjadi tenaga dan pendorong jang berarti. M u rid 2 asalnja meniru gurunja sebagai jang diharapkan dengan pendidikannja, pun djuga meniru tjontoh2 jang tertjantum dalam buku, dimana kehidupan pemimpin, ahli pikir dsb.nja diuraikan. Pendidikan menurut sistim D alto n dan Montessori ¥
77
disekolah rendah berkehendak u n tu k 'scbanjak m u n g k in dilepaskan dari pengaruh m eniru itu; s e b aik n ja kalau m urid2 itu setidak-tidaknja dibiarkan m em ilih a pa jang akan ditiru m enurut kehendak mereka sendiri. W a la u p u n dari proses meniru, karena kini b u k an g uru ja n g ditiru melainkan tjontoh dari buku2 jan g d ip e la d ja ri atau dibatja itu. [-
T aklid d an M e niru.
D jik a la u kita m em peladjari tjara m em eluk agam a Islam di Indonesia, terutam a didesa d an d ia n ta ra golongan* jang tidak terpengaruh p e n did ik an dan fikiran jang bertjorak modern, maka akan ternjata b a h w a m eniru Pad a seseorang ata u p u n pa d a kiai didesa tau kam pongnja adalah suatu unsur jan g k u a t sekali. ^ inif ^ rudaSar Pada P ^ a m 9 ta k lid dalam iann can *■' l^ m endjadi m ata pertjektjokan m odem unt, -antara aliran ortod°x d an aliran modern, untuk ditenm a atau dibuangnja. ini
m aL f
” “ j clidiki ^ b ih dalam tentang soal taklid
t e r is tim e ^ d im a ^ a L b ^ T — berabad-abad berdialan d i n ^ I m.e” a n g sudah d ju g a A rab, M esir dan Persia 9 ’ terutam a di d e J a a n ^ t i S ^ daIam ^ “ eneri^ a baik. artin ja atau Mndakan memp“ Soalkan salah-benarnja, u tja p a n aaam a lata d ,) a" 9 berkua=a d alam h u k um s— h L n d n P l a ld itih a d ’ ' a n 3 berarti berusaha hukum L n ” f-P ^ a ar‘ V ja n 9 benar d ari sum ber2 kepada akal f ^ e" 9 an berpegangan serta berkias N n a u lu n o i 9 \ehat- T erm a^ k pada m u d jta h id f ^ ng b c d d )'tih a d . ialah ulam a^ nabi M u ham m ad U hi? " a k J ‘ abad «™ dah n J r ^ u??am m ad- la n 9 tju k u p pandai d an ta d ja m d alam penjelidikannja untuk mem buat hukum dengan b e b S menurut tafsirannja sendiri berdasar Q u ra n dan S u a n a h . 78
hukum m ana ditaati oleh kaum M uslim in berikutnja hingga sekarang ini. Term asuk golongan ini ialah empat Im am , jang telah membentuk madhab2nja sendiri: 1. Im am M o ham m ad Ibn Idris al S jafii (150 Hidjrah atau 767 M asehi) jang lama -sekali mendjadi Mahaguru di B agdad dan Mesir. 2. Im am A b u H an ifah , w afat pada 150 H id jrah atau 767 M asehi, terutama terkenal di T urki dan Hindustani. 3. Im am M a lik Ibn A nas, w afat pada 179 H idjrah atau 795 M asehi, seorang ulama sangat terkenal di M edina. 4. Im am A hm ad Ibn H am bal, w afat 241 H idjrah atau 855, jang m em punjai pengikut tersedikit dari empat Im am ini. D ju g a ulam a2 jang tertua dalam m adhab2 jang terbentuk ini disebut m udjtahid, w alaupun dalam menafsirkan hukum 2 mereka banjak berdasar pada hukumjang telah ditetapkan oleh m adhab2 itu. Golongan itu disebut M adh ab - M ud jtahid . Disam piag itu ada pula golongan ahli tafsir jang mempertimbangkan pendapat2 jang bertentangan satu sama lain, berdasar pendapat sendiri jang bebas. Sesudah itu ada pula ulama dan lainnja dianggap berkuasa oleh golongan ortodox untuk menafsirkan hukum langsung dari Q u ra n dan Sunnah menjimpang dari m ud jtahid 2 tersebut diatas ini, dan pendapat me reka ialah, bahwa semua pengikut agama Islam, dari abad keabad hingga sekarang, terikat pada jang dite tapkan oleh m udjtahid itu tadi, dan mereka lainnja jang bertaklid itu, dinamai mukallid. Teristimewa dalam adanja perselisihan, aliran modern berpendapat, bahwa djika golongan terpaksa diharuskan bertaklid, taklid itu harus berdasar idjm a'ulam a, ialah persetudjuan diantara ulam a2 jang terkenal pada suatu masa. M enurut pan dangan aliran ortodox ini taklid berlaku baik bagi ulama 79
m aupun bukan, dan kadang2 diharapkan dari ulama untuk paham akan kebenaran id jtih a d dari m u d jtahid nja itu. Pengikut2 W a h a b i, pun d ju g a aliran2 jan g membela Islam modern, membuang taklid, d an m enghendaki idjtihat jang tidak terbatas, dan dalam tafsiran2 paham Islam mereka lebih bebas pula daripada a h li fikh, j.i. m udjtahid jang dulu2. T urki dan M esir term asuk aliran termodern ini. D alam perselisihan2 antara aliran N a h d a tu l U lam a dan M oham m adiah di Indonesia sebelum perang kita melihat, jang kesatu teguh memperkokohkan ja.ng kuno, bertaklid kepada ulam a2 ;dengan begitu sadja, sedangkan.,?.n,?1kedua-Ja n 9 bersifat agak modern m enghendaki penjelidikan lebih dulu pada salah benar, b id ’ah tidak nja ulama dan m udjtahidnja itu, m e ndahulukan idjtihad dan sedapat m ungkin m endjauhi taklid. berdasar kepada andjuran dalam A1 Q u ra n sendiri u n tu k m em akai akal M lR O £ir|ai?n\Unj mengerti kekajaan serta hukum alam ; ’ y u y ,dai} Jan9 mentjela mereka jan g buta dan tuh ,ang tidak dapat mengerti (2:773), pendek kata n
^ n9n nidiUrkan kepada idi tihat J'ang sehat itu / k 9iC Van de Islam oleh M a u la n a M o h a m mad A hR).e Dim ana agama Islam dinegeri kita ini ham pir melipu l se uru penduduknja, dan ia diterim anja dengan pertjampuran sisa2 agama H in d u dan B u d d ha, maka pantaslah ia disehdiki sungguh2 oleh ulam a2 dan golo ngan jang lebih tahu dalam soal agama, agar ia diterima a am en u jang murni, sedikitnja tak m engham batkan kemadjuan masjarakat. Bertaklid, djika sekiranja masih djuga didjalankannja, hendaknja d jang an berarti mengekor sadja, tetapi pertama harus berdasar benar2 kepada kenjataan kebenaran jang ditiru atau jang diikuti itu, sesudah memikirkan masuk akal ataupun tidak. membawa faedah ataupun tidak. Kalau sesudah perang ini aliran agama lebih banjak 80
mentja.oipuri politik, dan adanja Kementerian Agama raempersatukan aliran^ itu, maka paham dan -soal taklid terdesak kebelakang. Selandjutnja, tersebarnja pendidi kan umum didesa-desa dengan sendirinja akan menipiskan sifat mengekor, jang dengan adanja salah paham tentang taklid seolah-olah dalam sebagiannja dibolehkan oleh agama. A chirnja pengetahuan umum akan mendatangkan demokrasi dalam memikirkan agama dan masjarakat berdasar idjtihad jang sehat itu. (lihat djuga: D r. T h. W . Juynboll: H andbuch des Islamitischen Gesetzes. D r. C. Snouck Hurgronje: Verspreide Geschriften).
g. Keributan ( Paniek) dan meniru. T ak berbeda dengan mode sebagai suatu akibat me niru jang m endjalar diluaran d an meluas dengan tjepatnja itu, Tarde menguraikan tentang suasana paniek, ialah suasana keributan jang mendadak, jang ta’ tersangka-sangka sebelumnja. Sebagai tjontoh gambarkanlah sadja suasana didalam ruangan bioskop, kalau film sedang diputar, dan teriakai* orang tiba2 memperdengarkan: ..Kebakaran” , dan diantara penonton terlihat seorang lari kepintu. Ratusan orang m engikuti dia dengan ta' mempersoalkan pandjang lebar betul tidaknja kedjadian itu. M eniru, mengikuti dengan ta' terpikir ini jang sering menjebabkan ketjelakaan dalam suasana paniek itu. D alam hal ini sebaiknja kalau orang tetap tenang, dan keluar dengan teratur. djangan berdesak-desak. H a n ja dengan ketenangan suatu paniek dan segala akibatnja dapat diatasi atau dihindarkan sama sekali.
h. P ro dan K ontra teori Tarde. T a ’ berbeda dengan teori2 lainnja, sebagai umpamanja teori pertentangan klas Karl M arx, teori organis dan se bagainja, maka djuga teori Tarde ini berat sebelah kare81
na melihat segala-galanja dari satu sud u t sadja, dan djuga menarik kesimpulan dengan p a n d a n g a n itu. Berat sebelah ini -sangat pula terasa d alam teori tentang masjarakat-golongan, jang bag inja tid a k lain melainkan golongan orang2, jang hidup bersama dengan pertalian tiru-meniru. Tetapi w alau p un dem ikian, m aka tidak sedikit djuga pengaruh dan m anfaat tin d ja u a n ini, karena kini soal meniru telah m endapat g iliran n ja untuk diakui, bahwa meniru in i adalah tenaga m asjarakat jang tidak sedikit pengaruhnja dalam peladjaran sosiologi.
§ 5. Proses memisah. K ini kita telah tiba kepada pem bitjaraan tentang proses memisah. U n tu k djelasnja, m aka d ju g a disini kita akan membitjarakan pem bagian dari permulaan proses sehingga pada proses jang sebenarnja, sebagai djuga telah kita lihat dalam pem bitjaraan proses per gabungan. Pembagian proses memisah ini adalah seba gai berikut: a.
persaingan,
b. c.
oposisi (pertentangan). konflik (perselisihan).
Dalam pergaulan hidup ini dari abad keabad t e r d a p a t a w a proses mengikat dan memisah ini selalu bertjampuran. susul-menjusul, pun djuga tentang menentangi. Proses jang mana lebih banjak terdjadi pada suatu zaman tidak dapat dikatakan, pun d jug a tidak dapat dikatakan proses mana jang terbaik bagi suatu zaman. D alam hal m i V o n W ie se berpendapat, bahw a tiap zaman mempunjai perim bangannja antara perseoranqan dan golongan dan antara proses memisah dan mengikat. Dengan memperhatikan ini orang dapat m udah menjaa an. a w a oleh karena setianja terhadap suatu aliran dalam zam annja mudah sekali orang m entjela apa jang telah lampau, dengan seolah-olah m elupakan pula. 82
bahw a apa jang dipudji- pudji ‘sekarang, besok mungkin ditjela karena sudah tidak disetudjui lagi. K alau kita um um nja mengatakan, bahwa berorganisasi atau bergolongan ini adalah sebagai obat untuk mentjapai m asjarakat jang -sehat, maka tjara dan maksud berorganisasi itu harus m endapat perhatian pula. Tjara jang bersifat paksaan dan tudjuan jang bersifat merusak achlaq, peradaban, agam a dsb. ta’ dapat dimasukkan dalam organisasi jang dianggap bermanfaat bagi kesehatan m asjarakat pada umum nja. 1.
P E R S A IN G A N .
a.
Persaingan dan pembagiannja.
Persaingan adalah proses jang m enundjukkan penga ruh tentang-menentang antara perseorangan atau antara golongan dalam mengedjar tudjuan jang sama. L apangan persaingaa dalam sosiologi lebih luas dari pada lapangan persaingan dalam ekonomi. D a la m perekonomian kita dapati persaingan leluasa dan persaingan jang tidak leluasa. Persaingan leluasa um pam anja kita dapatkan dalam aliran Physiokrat jang bersifat liberal, jang menghendaki supaja manusia hidup leluasa bersandar kepada hukum alam jang merdeka dan tidak m enjukai pertjam puraa tangan pemerintah jang merintangi kehidupan merdeka itu. D iantara jang menentang aliran ini kita dapati aliran Merkantilisme jang m enjukai pertjampuran pemerintah dalam dunia perekonomian. Sebagai tjontoh persaingan jang tidak leluasa dapatlah kiranja kita m enundjukkan dalam dunia pembangunan sekarang iai. Pemerintah um pam anja dapat m enundjuk kan beberapa perusahaan pemborong. dan hanja diantara mereka itu diadakan persaingan dengan turun-menurunkan harga pembangunan. Pemerintah achirnja dapat m enuadjukkan salah suatu dari mereka jang memadju-
83
kan harga jang terendah, u ntuk m engerdjakan pem^ bangunan itu. D iantara pem.borong itu d ap at djuga terdjadi suatu kerdja sama, um pam anja dengan mene tapkan harga jang terendah, dibaw ah harga m ana ta’ dibolehkan salah seorang dari pemborong itu menerima pekerdjaan tersebut. Ross mengadakan pembagian persaingan, pembagian mana disandarkan kepada kekuatan tenaga persaingan itu. Tenaga ini berobah menurut: a.
kemerdekaan perseorangan,
b.
perobahan sosial,
c.
baik-buruknja tjara pem ilihan (tjara seleksi).
Seleksi dengan sjarat, seum pam anja dalam, lowongan pekerdjaan, sebenarnja memperketjil persaingan diantara orang* j ang melamar. Seringkali pemerintah berusaha untuk memperketjil persaingan in i untuk mendjauhi pertengkaran, perselisihan, dsb.-nja tetapi seringkali djuga persaingan itu berachir dengan kom promi. D u m a perekonomian kerapkali m enqalam i per saingan jang berachir dengan berdirinja suatu trust, pool, dsb.-nja, dalam mana kongsi* atau saudaqar* perseorangan meleburkan tenaga untuk bekerdja sam.a mentjari keuntungan, b.
Persaingan dan Pendidikan.
Dalam definisi persaingan sebagai tersebut diatas maka djuga termasuk: perlombaan disekolah u n t u k mentjapai angka2 jang tinggi. D ju g a dalam ber-bagai2 permainan setjara golongan dapat dirasakan ada tidakn ja unsur persaingan ini; achli. pendidikan sangat berhati-hati dalam memilih dan menetapkan matjam permainan bagi muridnja. H endaknja sifat persainqan dalam mengedjar keuntungan didjauhkan untuk menghindari pertikaian. 84
2.
OPOSISI (MENENTANG, MEMBANTAH).
a.
Sebab 2 oposisi.
Penjelidikan sosiologi mengenai sebab oposisi antara lain berpendapat bahwa: A.
dan
tjorak
oposisi didahului oleh perasaan bentji. In i lebih tepat dinamai oposisi-sentimen.
B. dalam oposisi-parlemen , w alaupun sifat bentji tidak ada, orang mengadakan oposisi hanja oleh karena merasa terdesak. C . sifat menentang terdapat sebagai penjakit. Beroposisi karena perasaan gembira dengan perbuatan menentang itu. V ie rk an d t berpendapat, bahw a nafsu untuk selalu menentang itu dapat dipersamakan dengan nafsu m akan, tidur, minum dsb. ^Born-kickers'’ kata M a c C auly terhadap orang jang selalu menentang, bukan un tuk m entjapai akibat jang baik, tetapi hanja un tuk menentang itu sadja.
b.
Pembagian Oposisi.
Oposisi mentirut m atjam nja ada jang membagi sebagai berikut:
A.
Oposisi keturunan.
Buku2 tjeritera telah banjak sekali menguraikan ten tang perbantahan anak dengan ajahnja. A h li sastra sering melihat suatu konflik dalam oposisi ini karena hebatnja pertentangan antara kedua belah fihak ini. Bapak jang selalu diliputi sajang terhadap anaknja, tetapi anak jang menganggap ajahnja itu bersifat kolot, sehingga ta' dapat menjetudjui melainkan menentang tindakan bapaknja jang dianggap tidak memenuhi panggilan zaman jang telah lebih modern daripada zaman aja h n ja masih muda itu. Suatu oposisi dalam pendirian 85
dan pandangan hidup jang selalu tim bul dalam kalbu sianak terhadap orang tuanja, w alaupun ini tidak akan menghilangkan rasa sajang dan tjin ta d jik a masih ada dalam hati si anak terhadap orang tuan ja itu.
B.
Oposisi sekse (suam i-isteci).
Sebagai tjontoh kita dapat d ju g a m engambil pertentangan antara suami-isteri. Telah banjak sekali karangan2 jang menguraikan tentang pertentangan ini. T abiat dan pandangan serta pengharapan h id u p jang berlainan sering m endjadi sebab oposisi ini, w alaupun asmara jang berkobar-kobar sebelum m.asa perkawinan pada m ulanja mendesak soal itu kebelakang. C.
Oposisi parlemen.
Tentang soal ini telah banjak diuraikan dimuka. D isini jang harus diperhatikan ialah bahw a oposisi ini bukan oposisi karena penjakit, w alaupun seringkali terdapat anggauta parlemen beroposisi un tuk menampilkan diri kemuka. Oposisi atau membantah disini dmumnja ditudjukan untuk mentjapai lebih b an jak kemanfaatan bagi negara dan rakjatnja, m embentangkan keberatan dan m eagadjukan rentjana dan pendapat sendiri, sebagai dikehendaki oleh partai dan golongan jang diwakilinja. Oposisi jang memang diharapkan oleh parlemen untuk memenuhi dasar demokratis. D a lam sistim pemerintahan parlemen di Inggeris um pa manja, kita melihat ketua dari partai oposisi digadji 2000 pond sterling satu tahunnja oleh pemerintah dari keuangan umum, suatu hal jang ta' akan dapat diimpikan dinegeri totaliter atau diktatoris ( W . A . Robson: ..The British System of Government” ).
D.
Konflik (persaingan, pertikaian).
T jontoh2 jang lebih njata ialah: perang, pemberontakan, revolusi dsb.nja, jang sangat berlainan pertini-
b angannja daripada pembunuhan, perampokan maupun pentjurian. D isini bukan kebuasan atau sifat tamak jang m endjadi tenaga penggeraknja, melainkan tjita2 jang luhur, jang bertjorak kesutjian. Sutji dari pihak penjerang, karena perasaan w adjib untuk mendjalankan tjita2 itu, luhur pula tindakan pihak jang diserang untuk membela kebangsaan d aa negerinja. Sifat sulji ini ta ’ terdapat dalam perang pendjadjahan, sekalipun dikatakan, bahwa pihak pendjadjah dalam tindakannja m engaaggap dirinja bertanggung djaw ab untuk memadjukan bangsa jang didjadjah itu, karena dasar pen d jad jah dim anapun djuga ta' luput daripada keuntu ngan bagi diri dan negerinja. Pertaajaan tentang pengaruh perang terhadap ma sjarakat akan didjaw ab oleh filsafat-sosial, bukan oleh sosiologi sendiri. Soal itu dapat dibitjarakan sebagai soal sosial kalau perhitungan untung-rugi dalam pe rang itu dapat dipersoalkan. U m um nja djuga hal ini ta' dapat dipersoalkan dengan tegas, karena dalam pe rang dunia ke I dan ke II umpamanja, ta' dapat ditetapkan siapa jang menang kalau dilihat dari sudut untung rugi. Jang pasti ialah bahwa perang ini selalu merugikan baik jang kalah maupun jang menang. H anja perang jang tangkas daa tjepat membawa kemenangan jang m enguntungkan. U n tu k memperdalam soal ini baiklah kiranja orang membatja buku2 tentang sosiologi perang, antara lain jang sangat terkenal ialah ,,Die Soziologie des Krieges” (1929) karangan Prof. Steinmets, jang disekolah M iliter Akademi Keradjaan di D jepang hingga 1945 mendapat perhatian istimewa.
§ 6. Proses tjampuran. Jang dimaksudkan dengan proses tjampuran ini ialah proses jang tidak dapat dengan tegas dikatakan termasuk kepada proses memisah atau proses mengga87
bung. Proses ini kadang2 berisi sifat kedua-duanja itu. Beberapa tjontoh kiranja akan mendjelaskan uraian itu: a. mengetjam (k ritik ), lazim dikenal sebagai merusak, memisah, m endjatuhkan, tetapi djuga kita mengenai kritik jang m embangun atau mempersatukan, artinja disamping mentjela dan mengupas, d ju g a memberi djalan jang sepantasnja u ntuk diikuti. b. proses dalam debating-club, jang bermaksud untuk m entjapai hasil jang tersehat dalam seni pengetahuan dsb.-nja dalam sifatnja bertjorak pertentangan, tetapi dalam sesungguhnja bertudjuan membangun.
c.
Friendly-game dan dasar fair-play dalam olah raga, jang dalam sifatnja djuga m enundjukkan tentang-menentang, tetapi jang sebenarnja dengan mejnelihara sportmanship jang sehat mengekalkan pertalian antara sesama kumpulan olah-raganja, dengan kenal-mengenal dan harga-menghargai dalam permainan itu. D a n demikian selandjutnja.
88
_ J
w ».
BAB v n P R O S E S S O S IA L J A N G A S L I
§ 1. Differensiasi atau Pemisahan. D alam pembagian jang sudah2 kita membitjarakan tenaga sosial, jang berakibat proses2 masjarakat jang mengikat m aupun jang memisah. Proses2 ini terdapat dalam perhubungan antara manusia, baik didalam m aupun dengan tiadanja golongan. D alam bab V I I dan selandjutnja ini pembitjaraan tentang proses ma sjarakat akan diteruskan kini dalam perhubungan dim ana bentuk golongan harus ada tertjantum. Tegasnja, proses2 ini. jang kita sebutkan sebagai proses sosial asli tidak dapat terdjadi diluar golongan manusia. Ia hanja terdapat dalam perhubungan manusia dan ma nusia dalam golongan. suku bangsa, golongan2 masja rakat dan lain2nja. U n tu k djelas dan mudahnja, dalam uraian ini kita akan mengikuti daftar pembagian V o n W iese. Kita melihat pembagian2 ini sebagai berikut: A. B.
Differensiasi atau pemisahan, Integrasi atau pengikatan,
C . M erusak, D . M em bangun. D alam A dan B terdapat tenaga pemisah dan pengikat. P un djuga tenaga ini terdapat dalam C dan D , w alaupun akibat C dan D berlainan daripada akibat A dan B sebagaimana akan ternjata dalam uraian berikutnja. W a la u p u n dengan mudah kita mengadakan pemba gian antara proses memisah dan proses membangun' ini, dalam kenjataan sebenarnja ta’ dapat kita menundjuk kan dengan tegas dim ana golongan itu mulai berkum89
d a L ^ d ft^ V ,? berpisah' Garis i a n 3 n ja ta ta Proses me“ ± Uf /-1' tah k a? ,lebih baniak terdapat Hinqqa ta’ H memisah ini tjampur-mentjampuri t ” 9d9aaPa f ian3 lebih kuat dan C gga A.
l a i n -
D i u 9 a
Differensiasi atau pemisahan,
IT' ' 7 /rkdaia* nl'alp«b“ d a T t ba9i3n daIa,n Pr°ses “ i: I I IV
IV .
^ f " 9^ dan me'’ 3abdi. Tnd M atau pilihan (saringan). Individuasi atau pengasingan.
TERDJADINJA PERBEDAAN.
Umum. kan m an u sia ^in ^V n i- aan9m^ en9.e nai sifat dan keduduini tidak sama. ' “ 3* manusia ini sama, b. manusia jang kesatu menmnqk^i tabiat dan bakat
meni ebeIah, karena P *be d aan tentang
kebangsaan, golongan dsb nH 5U? d ju 9a perbedaan an dengan adanja sifat m a n u s i a kata bertentan9 ' b e r b e d a it u .
m a n u s ia ja n g
m em ang
te r d a p a t
D juga fang kedua aqaknia u t k3j karena kalau hukum 5 ahaJa Ul*tuk diterima perbedaan antara manusia ini ^ memastikan j USahaUntukmen9hilanqkanpf d<^ 9an sendirinja perbedaan itu akan m e n e n ta.l u fau raemPerketjiIkan jang tersusun atas kebenaran fe„£Uf ? ? alam itu tadi' Sosiologi mendjauhi dan meLh, nj’ata* dan Semf am itu- Ia tidak snkl? dan membuang teori2 fano . penjelidikan seterusnja. ekiranja 90
menj e' kenjataan, menghalangi
Sematjam teori jang menjebelah sebagai itu kita dapati dalam ekonomi, j.i. ,dalam dalil2 Malthus jang mengenai bertam bahnja penduduk. M althus me£9a " kan bahwa bahan m akanan lebih kurang bertambahnja daripada naiknja djum lah penduduk. ,.Tetapi , pen ap Malthus, ,,kalau kesukaran telah mening a , ™ kemakmuran itu akan kembali pula, karena mi en j Perang, penjakit kelaparan dsb.nja, akan “ emP kan djum lah penduduk itu dengan sendiri . an , kalau teori sematjam itu oleh Thomas Car y Cr , , dsb. dinam ai ,,ilmu petang” , karena sifat menj Pada nasib janq terdapat didalamnja, , .r t Sosiologi dalam menjelidiki berbeda- e a” ] ^ Manusia ini, memadjukan pertanjaan jang pe g Perhatikan, ialah: „T idakkah usaha jang menudju pada Persamaan itu bertentangan dengan kema ;u rakat itu sendiri?” ., , AikataKarena w alaupun persaingan ini ^ bai£ an bahwa £an terpudji, tetapi djuga tidak dap perlombaan kemadjuan masjarakat sedikit banja nersainq®M usia jang mengedjar kefflad>u“ d“ d9aak merugikan . asal sadja bersifat s e h a t d a jkian disini
M a s ja r a k a t, o ran g
perbedaan
kepada
s u a tu
ja n g
p e re b u ta n
seo a
-
^ rP u d ji. S e la n d ju tn ja a d a la h hf * . ^ a s in g s o r a n g it u ja n g m e m b e ri h id u p r a k a t k ita .
Lain kiranja i ?9a , dim ana ehendak dan daripada nafsu •
^
d a la m
da
-a
kepada
™ W kan
^ s if a t m a s ja -
, . m a s ja r a k a t
djika kita ,melj ^ mbarkan sama uinur. manusia ini diga hidup ter^ePas sifatnja, dan '®e? . ^ agjarakat dunia ini! jang kita kenal dimasjaraKa
Dem okrasi dan perbedaan, Demokrasi dalam berusaha mentjapai persama
.
91
tiap manusia, pada um u m n ja sekali-kali ta ’ akan djuga melenjapkan beda sifat2 m anusia sebagai diuraikan tadi. Demokrasi ini m engedjar persamaan terhadap hukum , persamaan politik (pem ilihan dsb.) dan ekonom i (pernbagian) dsb.nja, bukan berkehe.ndak u n tu k melenjapkan sifat manusia semata-mata. S elandjutnja soal perbedaan ini masih lebih banjak mem.butuhkan penjelidikan karena kenjataan demokrasi dengan tudjuan persam aannja masih b a n ja k sekali membuktikan perbedaan2 jang tidak diharapkan. Berobahnja, lebih tepat: tum buhnja akal m anusia dan tjorak masjarakat dim ana ia hidup mempersukar penjelidikan untuk menetapkan dalam hal m ana m anusia ini berbeda dan dalam h a l m ana ia m endapat persamaannja. II.
M E N G U A S A I D A N M E N G A B D I.
1.
Umum.
Sepandjang masa proses menguasai dan mengabdi m i terdapat dengan kekalnja. Suatu golongan sosial dikuasai oleh jang lain, sedangkan d alam golongan itu sendiri terdapat proses jang demikian itu berdjalan diantara anggauta^nja. Ross sangat dekat kepada kebenaran, kalau ia memperhatikan soal ini sebagai suatu tenaga jan g terpenting dalam sedjarah. Karena tidakkah sedjarah' ini menunjukkan diri sebagai pertalian dari abad keabad karena adanja proses menguasai dan mengabdi itu? Sedjarah djuga jang telah memperlihat proses tersebut dalam seribu satu djenisnja. Oppenheimer berpendapat, bahw a segala kekerasan achirnja mendjelma dalam kekuasaan jang berupa suatu pengaruh atas mereka jang menerima kekerasan atau paksaan itu. M achiavelli, C alvijn dan penulis2 lainnja jang hendak membenarkan suatu kekuasaan jang kuat dipusatkan
dalam suatu tangan, berpendapat bahwa kekuasaan ini adalah suatu sjarat jang harus ada untuk mentjegah kedengkian manusia. Kekuasaan dipergunakan untuk mentjegah kedengkian seseorang terhadap lainnja, kekuasaan untuk melaksanakan hukum sesuatu negeri jang berdasar keadilan. 2.
Pem bagian proses menguasai-mengabdi. O le h M a x W eber proses ini dibagi seperti berikut:
a.
Jang bersifat rasionil.
D isini terdapat lebih banjak tunduk kepada peraturan, bukan kepada perseorangan. Proses jang terdapat dalam burokrasi, jang mengemukakan hukum dan peraturan2 jang telah ditetapkan dengan tiada mempersoalkan lagi tepat-tidaknja, karena telah diketahui dan dipertimbangkan lebih dahulu, bahw a peraturan itu membawa kewadjiban bagi jang diperintah, tetapi djuga pertanggungandjaw ab pemerintah terhadap jang diperintah itu. b.
Jang bersifat tradisionil.
O ran g dapat melihat pertalian ini sedjak zaman kuno, j.i. sedjak zaman radja, dimana ,,orang ketjil" melihat dengan horm atnja terhadap radjanja. D ju g a golongan2 keluarga radja, golongan ksatrija dsb. mendapat penghormatan itu karena terhitung famili radja, terutama dalam zaman feodal. Proses ini masih terdapat disana sini dinegeri kita dimana adat kuno masih ada. Kemadjuan pendidikan rakjat merenggangkan pertalian ini. H a k memerintah harus berdasar dan harus mendapat kekekalannja dalam rasa hormat dari rakjat ini terhadap pemerintah. H a n ja kebersihan dan keadilan dalam m endjalankan pemerintahan jang akan mendatangkan d jug a kekekalan pemerintah untuk mendjalankan kekuasaan jang bersandar hak itu.
c.
Proses jang bersifat charismatis.
Pim pinan jang berisi charisma2 sudah m e n d jad i sifat beberapa orang dalam perkum pulan politik, ekonomi, agama, pendidikan m aupun lainnja. M ereka ta ’ segan2 untuk memperlihatkan tenaga jang charismatis. O rang sematjam itu m enganggap dirin ja berkew adjiban untuk memberi pim pinan, dan pertjaja bah w a kum pulannja akan tunduk kepada pim pinan itu. K a d a n g 2 a n d ju ra n 2nja itu berhasil, kadang2 tidak, tergantung pada suasana dan tjara m engandjurkannja. 3.
Pem bagian menurut Ross. Ross membagi proses ini dalam delapan m atjam :
a. Kekuasaan orang tua terhadap anaknja. b. Kekuasaan kaum tua terhadap golongan muda umumnja. c. Kekuasaan lelaki terhadap isterinja. d. Kekuasaan lelaki terhadap perempuan um um nja. f £ e, asaan pradjurit terhadap buruh. f. Kekuasaan orang kaja terhadap orang miskin. g' i ™ 113'53311 sekutu )a n 9 kuat terhadap sekutu jang k* menj133^ 11
J'ang
menang
terhadap
jang
Pembagian ini perlu diketahui untuk m em udahkan penjelidikan dalam soal ini. D engan m em akai pemba gian m i umpamanja dapatlah kita membagi-bagikan soa jang akan diselidiki itu, sehingga pem andanqan jang terang pasti tertjapai. Pasti sadja bahw a pembagian Iain tentu ada. U m pam anja sadja kita dapat menjelidiki perhubungan seorang anak terhadap orang tuanja diberbagai negeri, menjelidiki kekekalannja bersandar adat, agam a dan lainnja. 94
D a n bagaim ana perhubungan orang tua terhadap pemuda umumnja? D isini djuga supaja djangan dilupakan, bahw a pemerintah negeri mengambil peraturan kenaikan pangkat dan gadji berdasar prinsip tua-muda itu dan menganggap banjaknja tahun dinas sebagai dasar untuk kenaikan pangkat dan gadji itu, jang sebagai kita ketahui telah mendjadi salah satu sifat birokrasi. 1 H a k perempuan bagaimanakah? Bagaimanakah hak w anita um um nja terhadap hak lelaki dalam hidup ber sama, dalam politik dan lainnja? Berobahnja zaman sering membawa perobahan2 jang penting sekali dalam hal ini. K alau Islam diturunkan, maka ia memberi kedudukan jang pantas dan terhormat dimasjarakat, bagi kaum w anita terutama dinegeri Arab. W a n ita bukan lagi untuk dipendam hidup2 atau didjual oleh ajahnja sebagai budak. Mereka kini sebagai ibu bangsa harus dihormati dan diberi hak hidup serta pendidikan jang tidak kurang daripada hak lelaki. Lahirnja ibu K artini membawa zaman baru bagi perem puan Indonesia umumnja. D ari petang menudju terang, dari djam an kolot m enudju kemadjuan sudah mendjadi bukti dan w udjud tjita2 ibu Kartini ini merintis djalan untuk kemadjuan w anita Indonesia umumnja. D em ikian djuga bagi D jepang adalah kedatangan tentara pendudukah Amerika membawa demokrasi terutama kepada w anita Djepang. Mereka bukan lagi dianggap sebagai suatu barang jang hidup, dengan tiada hak milik dalam perkawinan dan waris, pun djuga dengan tiada hak suara dalam politik dan pimpinan masjarakatnja. D a ri mereka hanja diambil tenaga pekerdja dengan sjarat2 jang menghinakan. ^ ‘f an demokrasi jang dibawa oleh Djenderal M ac A rthur telah melenjapkan zaman petang itu, W a n ita di Djepang kini mendapat waris, bolch memilih bakal lakinja dengan djalan menolak kalau ia tidak disukai. Pertjeraian dapat 95
didatangkan dengan permintaan w anita, djika terdapat lakinja tidak memenuhi kewadjiban .rumah tangganja. D a n jang terpenting sekali ialah bahw a w anita dapat mengambil suara dalam politik, dan hak memilih dalam pemilihaa badan2 perwakilan. Demikian selandjutnja, aliran zaman membawa bukan sadja kerugian pada jang satu tetapi djuga ke untungan pada jang lain. D em ikian djuga dalam zaman sekarang ini kita melihat berkurangnja rasa hormat sianak terhadap orang tuanja, m ungkin oleh karena rasa perseorangan bergerak m adju dengan m eningkatnja pendidikan. Tetapi kalau dengan merosotnja pendidikan akibat perang ini masih terdapat kekurangan hormat terhadap orang tua kita, maka ini tidak lain melainkan karena merosotnja achlaq pada umumnja. Penjelidikan selandjutnja dalam soal 2 tersebut diatas dalam dunia sesudah perang ini, pasti membawa buah S k c ta h S
151 peladjaran2 San9 berfaedah untuk
Soal budak dalam perhubungan mengabdi dan menguasai pada zaman sekarang ini telah boleh dikatakan tidak ada lagi didunia jang beradab. K etjuali tentunja tawa? an P f ^ n g di Siberia dan lain nja jang t , ra asan dan hanja dikerdjakan u n tu k kebutuhan pemerintah jang bersangkutan itu. D i Indonesia sendiri umpamanja kita sebelum perang mendapat suatu soal sosiologi jang penting artinja dalam p nje i i an, j . i . soal kuli-kontrak dan poenale-sanctie. sebagai „setengah b u d a k ” dimana dapat djelas terlihat, bahwa kuli 2 dari D ja w a jang telah menandatangani ko.ntrak un tuk bekerdja didaerah Seberang (Sum atra) itu, seolah-olah telah men jua dirinja selama kontrak itu. Ia dihu k u m ( sanctie poenal) kalau ^ r d a p a t meninggalkan pekerdjaannja. H ukum an m i didjatuhkan oleh almarhum pemerintah 96
H in d ia
B e la n d a
u n tu k
m e l i n d u n g i k e p e n t in g a n 2
o nd e r-
n e m in g a s in g .
III.
SELEKSI, PILIHAN ATAU SARINGAN.
1.
U m um . U n tu k
m em udahkan
d iu la n g i p u la
p e la d ja r a n
in i
b a ik la h
d ir i” d a la m B a b V I , § 4 p a s a l 2 b . S p e n c e r d a n D a r w in m e n e ra n g k a n b a h w a h id u p
dengan
t u m b u h 2a n h id u p n ja . ja n g
k ir a n ja
p a s a l . . S p e n c e r ” -dan s o a l . . m e n j e s u a i k a n
a n ak - b e ra n a k
d is e b a b k a n M e re k a
o le h
ja n g
d ari
s e g a la
karena
k e k e k a ia n
hew an
dan
k e k u a ta n
te n a g a
le m a h a k a n b in a s a d a n
m ereka
k u a t d a p a t m e n g a ta s i k e s u k a ra n d a n u d jia n h id u p
dengan
m e n je s u a ik a n d ir i k e p a d a p a n g g ila n
zam an dan
a k a n te r p ilih u n t u k h id u p d e n g a n k e t u r u n a n n ja . P e n d a p a t d a la m d u n ia h e w a n s e m a tja m it u d ik ia s k a n d ju g a kepada
m a s ja r a k a t
sebagai
s u a tu
h id u p ,
..d a lil”
ja n g
m e m p e r k e n a lk a n
m a s ja r a k a t,
ja n g
d in
m e n g a ta k a n ,
b a h w a h a n ja m e r e k a ja n g d a p a t m e n je la r a s k a n d in d a a m p e r e k o n o m ia n n ja , a r t in ja h a n ja m e r e k a ja n g k u a t d a la m p e r e k o n o m ia n n ja M e re k a
ja n g
dapat
le m a h
s e b a g a i d ju g a
h id u p
akan
d a la m
h ila n g
k ita k e ta h u i d a la m
m a s ja r a k a t
dengan
te o ri M a lt h u s m e n g e
n a i k e le b ih a n d ju m la h p e n d u d u k . A p a k a h p e r lu p e m e r in ta h d e n g a n m e n o lo n g p ih a k s o s i o l o g i - o r g a n is : m a t ja m a la m .
it u
s e h in g g a
s e le k s i
ja n g
m e r in t a n g i 'u m u m
p e ra tu ra n
b e r d ja la n k e m a d ju a n
pada zam an
te o r i it u . ja n g hew an,
b e rte n ta n g a n
(p e r s a r in g a n )
d ju a n .
a t u r a n 2 s o s ia ln ja
ja n g l e m a h it u ? M e n u r u t p e n g i k u t t i d a k , b a h k a n p e r t o l o n g a n s o s i a l se-
d ia n g g a p
S e le k s i
s e m a tja m
dengan it u .
dengan
bergerak
it u
kem a
m e n g h a la n g i
s e n d ir in ja ,
D e m ik ia n
d ja la n n ja
m e n u d ju dan
m aka
b e ra rti
pendapat
S p e n c e r i t u s a n g a t d i p e n g a r u h l o le h
d ia n g g a p b e r la k u b a ik d a la m
m aupun
it u .
s e n d m n ja ,
d a la m
m a s ja r a k a t
m a n u s ia .
m a s ja r a k a t Pendapat
ini sangat lama sekali disetudjui oleh p a n d a n g a n ramai, jang lalu m emahamkan arti^ ,,struggle for life ” , ,.survival of the fittest” dsb.nja, u n tu k dikenal d alam m asjarakat hidup. O ra n g lalu m enganggap biasa d an memenuhi hukum alam kalau berpandapat. bah w a m asjarakat ini melulu disediakan u ntuk mereka jan g bertenaga hidup jang kuat, jang bervitalitet. P aham seleksi, jang berasal biologis itu, sangat besar sekali pengaruhnja dalam peladjaran sosiologi, teristi mewa pada achir abad kesembilan belas d jik a paham 2 jang terdapat dalam penjelidikan2 biologi memberi kiasan (analogi) umum dalam pa n d a n g a n filsafat, psychologi dan dalam sosiologi sendiri. 2.
Seleksi dalam kenjataannja.
Kehidupan sehari-hari tjukup m em perlihatkan adanja dengan pengakuan kita pu la terhadap adanja re n d a h ^ P f e* a ^ j^ k a t a n {lapisa,a) jan g tin g g i dan adalah til ? i , JUan s°sial-politik tiap pemerintah j^ UP kalau ditudjukan u ntuk m emperketjilkan menurnt ! f rpi'S ahan an£ara 9 oIonga.i 2 in i, dem ikian qn
a
^
d a*
Seleksi biologis.
f a n a ^ f p t ii^ ^ 313? i SUatV s^ eksi- jang m em punjai alam manusia ian*3 ,UIJia mahlulc sePerti hew an dan karena ^ n i f 16119^ 1 han tju r dan binasa* Kematian lemah tn h Jlf V UmumnJa m enjapu mereka jang kenjataan ,ang istimewa ,ang seringkali membuktikan 98
diri, ialah kematian karena adjal jang ta' memilih jang kuat atau jang lemah, jang tua atau jang m uda). b.
Seleksi ketjakapan, seleksi ekonomi.
A ntara lain kita disini mengenai ketjakapan naik kelas bagi murid2 jang memang benar2 akibat ketja kapan beladjar. Kita masih ingat betapa beratnja bagi simurid untuk mengedjar peladjaran, lebih2 kalau m enghadapi udjian, sehingga kenaikan klas benar merupakan hasil seleksi ketjakapan. Seleksi-ekonomi, jang sesungguhnja mempertundjukkan adanja sifat perseorangan menggerakkan. ketjaka pan untuk mentjari dan mendapat keuntungan dalam perekonomian, jang kemenangannja berakibat kehidupan jang sempurna dalam dunia jang bersifat materialises itu, sedangkan kekalahannja (jang lemah) menghadapi kesengsaraan. Kekajaan dunia ini mendjadikan djuga orang sedikit banjak berkuasa kepada akibat seleksibiologis, dan djuga ada kalanja terhadap seleksi-kriminil. Karena um pam anja djika dalam seleksi-biologis kita mengenai penularan penjakit (epidemi dan lainnja) sehingga orang biasa hampir dengan pasti menghadapi binasanja, maka jang kaja dapat memelihara diri dengan mengongkosi pemeliharaan jang sempurna, sehingga dapat mengatasi antjam an penjakit itu. P un djuga dalam seleksi-kriminil, djika um pam anja sikaja djuga tersangkut dalam perkara jang sebenarnja akan membawa dia kepada pendjara, karena kekuasaan uangnja memungkinkan ia mempunjai pokrol sehingga ia dapat bebas dari hukum an. Z am a n korupsi mudah sekali memperlihatkan kekuasaan ini! _ Prof. Embden dalam bermatjam-matjam penjelidikannja, menjatakan, bahw a seleksi-ekonomi lebih mudah tertjapai bagi mereka jang tidak begitu terpudji dalam achlak dan w ataknja. Kemenangan dalam perdjuangan perekonomian tidak selalu bergandengan dengan keting-
99
gian w atak dan kebatinan, m alahan sering terbukti, bahw a mereka jang pandai jang berpendirian dan jang terpudji w ataknja selalu terdesak kepodjok, sehingga mereka hidup sangat sederhana sadja. K e n jataan jang demikian ini sangat terang pula kita alam i d alam zaman jang masih keruh karena pergolakan dap at m empergu nakan kesempatan dan sering kali mereka ta' beqitu mementingka.n prin-sip dan pendirian dalam mengumpulkan kekajaan itu. Betapa m udahnja um p am an ja baqi mereka jang ta berpendxrian politik kepada zam an per djuangan dapat Iekas m endjadi kaja! M ereka ta' mem entingkan kepada siapa mereka m endjual baranqnja, asal uang masuk sadja, teristimewa dalam perdagangan sendjata gelap dalam masa perang atau pemberontakan c.
Seteksi bakat.
a n ! L T ™ r. l elekSi' ba,kat ini kita “ aksudkan pembaqian karena bakat3 d.aPat ^ j e l e n g g a r a k a n kepandaian dalam d m i terutama sekali kita dapatkan seam an Z , T ” ’ sehin99a m e n d a p a t k a n g o lo n g a n s e n im a n d a n
d.
g o lo n g a n ja n g
bukan
s e n im a n .
Seleksi ktiminil.
d a p a T d ta a ^ k k atau ’ a n ?, ” e,an99ar m aka orang Jana tid a k 5U,k k“ kepend) f P e n g a s i n g a n ini terhadap jang tidak dihukum seolah-olah m endatanokan rasa S n K tin9I al diam dalam masi arakatn j a, jang telah dibersihkan d a n pendjahat2n ja. D iatas dalam a S a L r D e n d i a m j a i l ' .k e k a ' a a n d a P a t m e n g h i n d a r k a n m e m b a ia r m l 1^ t U, sf ,a ° ' eh k a r e n a d a p a t n ja m e m b a ja r p o k r o l u n t u k .p e m b e la a n . te ta p i o le h k a r e n a kem am puan
S 100
,a n g
tid a k b u tu h
ofeehm?anparSim iSkin
kepada
p e n tju r ia n
um pa-
to b a W a kalau ia
^
e.
Seleksi politik.
In i sebenarnja sangat dekat menjerupai seleksi-kriminil, karena jang dimaksudkan disini ialah seleksi dengan penangkapan setjara besar2an, jang dikerdjakan oleh pihak jang telah menang merebut kekuasaan pemerintah, terhadap pengikut2 pihak jang kalah. Seleksi sematjam, ini banjak sekali terdapat dimanamana dalam sedjarah. D ju g a dunia pergolakan sesudah perang dunia kedua ini, baik di Eropah maupun di Asia, memperlihatkan hebatnja seleksi-politik ini berdjalan dengan penangkapan2 dan pembunuhan2,
f.
Seleksi-kebatinan.
O le h karena seleksi-kebatinan (w atak) ini berasal dari teori Nietzsche, maka sebaiknja kalau kita xnembitjarakan djuga Nietzsche dan peladjarannja dalam hal itu. Nietzsche (Iahir 1844) dalam filsafatnja mengadakan pembagian diantara manusia ini dengan berdasar adanja Uebermensch, ialah mereka jang oleh karena kekuataa kebatinan jang berdasar keberanian dan kekerasan, berlainan daripada orang2 lainnja. Ia menjamakan ke hidupan ini sebagai suatu gunung jang tinggi, jang didaki orang. M a k in tinggi orang mendakinja, makin sedikit djum lah orang, sehingga dapat sampai kepuntjak ialah mereka jang kuat dan tahan udji. M ereka itulah Uebermensch, sedangkan jang lemah djatuh ditengah djalan. Nietzsche adalah pengikut teori Darw in, dan pada waktu itu sangat terpengaruh oleh kehidupan Bismarck, panglim a perang dan diplomat Djerman jang termasjhui sebelum perang dunia kesatu, jang dengan kekuasaan dan ketangkasan ketentaraannja telah dapat mempersatukan D jerm an, jang sedang berada dalam perpetjahan. Ia melihat dalam kekuatan, kekerasan itu suatu 101
sjarat untuk m eninggikan deradjat, bukan bagi segala manusia, tetapi bagi suatu golongan atau perseorangan. In i jang menjebabkan peladjaran Nietzsche itu bersifat peribadi (perseorangan). Nietzsche m enggam barkan Uebermensch sebagai tudjuan hidup manusia, j.i. orang atau orang2 jang terpilih, timbul dari tengah2 orang banjak (ra k ja t), jang terdapat karena latihan dan pen didikan jang istimewa. D alam tindjauan jang demikian itu adalah perkawinan ini suatu tindakan hidup untuk m endatangkan turunan jang lebih tinggi pula deradjatnja. B ukan perkawinan jang bersifat serampangan karena nafsu dan tjin ta jang membuta. Perkaw inan jang akan terdjadi sesudah kemenangan terhadap diri sendiri telah tertjapai. dan dengan kejakinan terhadap kepastian un tuk m ena^q itu. T idak tjukup kalau hanja kepandaian sadja. D arah turunan, darah bangsawan diikuti dengan latihan jang keras tak mengenai pajah, latihan iang berdisiplin. Tenaga, kepandaian dan angkuh karena ketinggian deradjat menimbulkan Uebermensch. B aik m enurut teori ini adalah segala apa jang menjukai dan bertudjuan kekuasaan, segala apa jang berani. D jelek dan tertjela adalah segala apa jang lemah. Lemah adalah mereka jang tidak tahan kesukaran dan derita. M ereka lekas mengalah dan lekas putus asa dalam segala perdjuangannja. Keras terutama terhadap dirinja sendiri. itulah dasar teori Uebermensch. Sebagai terkenal maka H itler dalam tiara2nja adalah pengikut Nietzsche pada zaman N azi-D jerm an. Ingatlah sadja kepada seleksi-bangsa Arier dan jang bukan, golongan Hitler-Jugend dsb.nja. T indakan pembersihan terhadap bangsa Jahudi di D jerm an oleh Pemerintah Hitler, jang menganggap, bahwa darah dan w atak Jahudi telah mengotorkan bangsa dan djiw a Djerm an. D ju g a dalam kehidupan sehari-hari ini kita melihat golongan2 jang tersendiri (exclusivisme) w alaupun 102
maksudnja djauh berlainan dari apa jang telah diuraikan diatas, dan seringkali tidak ditudjukan untuk mengasingkan diri sebagai golongan dari golongan. lain, tetapi pada um um nja untuk mentjapai kebutuhan jang sama baik lahir m aupun batin, Golongan pegawai, pun djuga golongan terpeladjar lainnja, umumnja mengadakan golongan2 sendiri, jang seolah-olah tertutup untuk golongan lain. M ereka jang bukan 'anggauta go longan itu um um nja tidak merasa ,,dirumahnja sendiri” kalau berada dalam gerombolan itu. 3.
Sum ber , tjara d a n w udjud Seleksi.
Sebagai sumber jang mendatangkan seleksi a.i. kita ketahui: adanja bangsawan, buruh, madjikan dan golo ngan serta lapisan2 lainnja. Selandjutnja ialah perka w inan dalam golongan sendiri, mode, kekajaan dan kemiskinan. T jara atau sebab jang mendjadikan adanja seleksi itu ialah: meninggikan dan merendahkan, meagadakan golongan2, memberi djam inan istimewa dalam pemba gian, um pam anja distribusi A , B I, B I I dsb.nja jang kita kenal didaerah pendudukan Belanda dizaman perdjuangan. Jang memperlihatkan adanja atau w udjudnja seleksi itu ialah: pertentangan antara golongan2, perbedaan, rasa dihina dsb.nja, jang dalam politik kolonial memang sengadja dihidupkan untuk melemahkan djiwa dan kedudukan jang didjajah. 4.
Rahasia dan seleksi.
D ju g a rahasia, jang hanja diketahui oleh suatu pihak, menjebabkan suatu perbedaan antara satu sama lain golongan. U m pam anja sedja dalam agama H in du di India dan dalam abad pertengahan di Eropah, dikalangan pendeta2 Kristen orang mengadakan perbedaan antara ahli dan orang luar diantara pengikut2 agama itu. 103
Rahasia U panishad dan rahasia In d jil seolah-olah hanja boleh diketahui oleh ahli2 itu, orang luar h a n ja dapat m engetahuinja dengan perantaraan mereka. O le h karena rahasia in i terdjadilah lam bat laun golongan a h li2 jang berkuasa atas pengikut2 lainnja jang terikat karena taatnja kepada agama itu, asalnja dalam lapangan agama, tetapi kemudian d jug a dalam lapangan kedu niaan. D ju g a dalam kalangan Islam, terutama dikalangan kijai2 didesa, terdjadi pembedaan karena rahasia agama ini. O ran g desa jang um um nja mengambil tjontoh mudah sekali mengekor dalam taklidnja, dan m enganggap bahw a kijai sadjalah jang berhak u ntuk mengetahui seluk-beluknja Q u ra n dan agam a sehingga golongan kijai mendapat kedudukan dan pengaruh jang istimewa dalam masjarakatnja. L ihat Bab V I , § 4 tentang ,.Taklid dan lvA.eairu , dim ana soal taklid didesa2 dengan sengad ja atau tidak oleh kijai2 jang beraliran kolot dipertahankan untuk memperkekalkan kekuasaan dan pengaruh mereka didesanja bersandar kepada ,,'rahasia” peladja ran Islam, jang hanja diketahui oleh mereka, dan kepada siapa orang diharapkan bertaklid. Pun djuga Krishna M urti, jang oleh pengikut2nja dianggap mempunjai hubungan rahasia dengan dunia roh, mendapat penghormatan dan kepertjajaannja berdasar kepada anggapan itu. Bukan sadja dalam kalangan agama dan kepertjajaan, tetapi djuga dalam kehidupan sehari-hari dalam peker djaan dan pergaulan, sering terdjadi perbedaan dan golongan2 jang disebabkan oleh ,,rahasia” , jan g hanja diketahui oleh suatu pihak. 5.
Bahasa dan Seleksi.
■^danl a 9°^on9an tm ggi dan rendah, berpangkat dan tidak, bangsawan dan petani, m enimbulkan d ju g a per bedaan dalam bahasa. Terutama sekali dalam bahasa daerah kita, j.i. D jaw a, Sunda, M a d u ra , Bali, dsb.nja. 104
perbedaan golongan2 ini sangat terasanja. U m um nja kita mengenai ngoko, madio dan kromo inggil. N goko dipergunakan oleh mereka jang ,,lebih tinggi karena turunan, pangkat atau ada kalanja... karena ia orang kota, dalam pembitjaraannja terhadap orang ketjil dan orang desa umumnja. Karena adat jang masih tebal terpelihara, maka ,,orang ketjil" itu sudah merasa sepantasnja untuk memberi djawabannja dalam kromo inggil. D alam madio sering kali terlihat sifat demokrasi, karena ia dipakai oleh jang menanja dan jang mendjaw ab kalau kedua-duanja baharu berkenalan, atau kalau mereka menganggap sama tinggi deradjatnja. Berhubung dengan pandangan ini baik djuga kita mempertimbangkan pandangan D r. Brandes dalam pe njelidikan tentang bahasa D jaw a daiam. pembagian tiga matjam tingkatan itu. Ia berpendapat bahwa kromo dan kromo inggil menurut pandangan jang berdasar pengetahuan dan penjelidikan, dalam sebagian telah njata bahwa: # (a ) w alaupun dalam kromo itu terdapat banjak siiat tradisionil, achirnja hanja merupakan suatu keadaan jang tidak sehat, bagi keindahan bahasa asli, (b ) Kromo itu hanja luaran sadja berdasar bahasa D jaw a, (c) kromo itu hanja buatan sadja, timbul dari suatu ,,kesombongan sifat guru” (pedante schoolmeesterij), lam bat laun djuga diambil oleh D jaw a seluruhnja, dan achirnja dianggap lebih baik daripada ngoko, jang se benarnja sebagai bahasa asli lebih sehat dan tepat me nurut tindjauan keahlian bahasa. Dem ikian maka djuga dari sudut penjelidikan bahasa pembagian dalam tingkatan ini telah mendapat tjelaannja. D alam hal ini dapat dipahamkan,. bahwa bahasa In donesia dengan mudah sekali mendatangkan persatuan dan persamaan sebagai bahasa kebangsaan, berbeda sekali um pam anja daripada bahasa2 daerah itu, jang 105
selainnja perbedaan antara k alang an sendiri, d jug a m endjadi perbedaan dan pembatasan antara orang2 dari daerah2 itu m asing2. O ra n g S u n d a akan tetap mempertahankan ke-Sundaannja, orang D ja w a keD ja w a a n n ja dan dem ikian selandjutnja, sehingga kiran ja persatuan sebagai suatu bangsa Indonesia sukar tertjapai. Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan ke bangsaan m endapat ketentuannja karena: pertama, tidak mengenai perbedaan tingkat dan golongan, w alaupun kesoDanan tetap tinggi terpelihara. K edua m udah dipeladjari oleh segala putera Indonesia, lain daripada bahasa daerah itu m asing2 bagi mereka jang bu kan dari daerah itu sendiri. 6.
D istinksi dan seleksi.
D a la m pasal mode telah d jug a disebut tentang nafsu distinksi, ialah nafsu un tuk membedakan diri daripada n ' kehendak untuk memperlihatkan beda itu. O leh karena nafsu distinksi ini orang dengan sungguh hati bertindak, jang sekiranja ia sendiri akan ketawa karena kegandjilan tindakan itu, djika ia m enindjau kembali dengan melepaskan diri daripada nafsu itu. I idakkah kita mudah ketawa kalau m elihat seorang kopral umpamanja, terutama pada zaman kolonial, jang w aktu dinasnja m endapat bintang dan sekarang didesa kemana djuga ia pergi ta’ lupa m enggantungkan bintang itu dan membitjarakan djasa2 jang sudah lam pau? D ju g a sering kita merasa heran kalau melihat upatjara peneri maan tanda2 djasa kepada orang2 jang berpangkat dan um um nja dikatakan telah m adju. Betapa sungguh dan penuh chidm at mereka mendengarkan tam bur berbunji atau pidato2 jang berapi-api. Sebentar kita memikirkan upatjara jang demikian itu dinegeri Papua atau ditengah benua A frika. A g a k n ja maksud dan tu dju an upatjara sama djuga dalam kechidm atannja. Jang berbeda ialah 106
daerah Iingkungannja, karena jang satu dinamai madju dan beradab, sedangkan jang lain dinamai sederhana dan buas. D juga jang berbeda disini ialah tanda2 distinksi. M asjarakat jang beradab menghendaki bintang dengan beslit djasanja, masjarakat jang masih buas menghendaki tanda jang lebih tegas, j.i. a.i. batu kepala manusia jang telah dibinasakan, atau kuku matjan jang telah dibunuh. Lebih banjak tanda distinksi lebih tinggi pula penghargaan masjarakat terhadapnja.- Tanda distinksi ini jang pemberiannja didasarkan kepada ada nja nafsu manusia sebagai tersebut diatas tidak sedikit menjebabkan dan memperkokoh adanja tingkatan dan golongan2. Tetapi w alaupun demikian, pemberian tanda djasa2 ini ta ’ dapat tidak harus diselenggarakan pula selama hidup bersama (masjarakat) ini berdjaiaa dan mendapat djiwa hidupnja dari nafsu2 manusia itu. Djikalau dalam masjarakat hidup kedjahatan dihukum, maka djuga sepantasnja untuk memberi tanda terima kasih atau tanda djasa kepada mereka jang berbuat baik dan jang selalu meaghormat peraturan negeri. Tanda ini harus berupa suatu barang jang dapat dilihat dan m udah diperhatikan. D r. P. E n d t dalam bukunja ..Sosiologie” dalam soal ini menguraikan pendirian umum Belanda totok jang ada didaerah pendjadjahannja. Mereka walaupun um um nja dinegeri Belanda sendiri tidak termasuk golonga.i jang ..terpilih", selalu hendak memperlihatkan ..kelebihannja” daripada penduduk asli. D alam hal ini mereka mendapat persaingannja dengan Belanda Indo, jang sebaliknja oleh Belanda totok -selalu diperolokkan, dan dianggap tidak lebih {bahkan lebih rendah) dari pada penduduk asli. D a n w alaupun Indo jang ajahnja bangsa barat menurut hukum termasuk bangsa Eropah (lain daripada Inggeris, jang menganggap half-cast sebagai penduduk asli). dalam kehidupan sehari-hari Indo merasa terdesak dan w alaupun mereka sebagian 107
banjak berbahasa satu dengan totok, mereka merasakan perbedaan sedjauh langit dan bum i dalam perhatian pemerintah Belanda terhadap nasibnja. Terlebih pula bangsa D jepang jang datang menduduki Indonesia semasa perang. D e n gan kedok „saudara tua; Djepang-Indonesia sama-sama" dsb.nja, mereka achirnja bukan memperlihatkan ,,kelebihan" itu sadja. tetapi d jug a memaksa supaja orang m engakui kelebihan itu dengan tunduk kepala kearah negeri D jepang, menghormat lebih dulu kepada saudara tua dsb.nja. H am pir tiap bangsa D jepang, jang dinegerinja m ungkin han ja tukang gosok sepatu atau petani biasa sadja, didaerah pendudukan m inta dihormat sebagai pengakuan terhadap sifat dan kedudukan bangsanja jang ,,kelebihan” itu. l a*n pula sikap tentara pendudukan Amerika di D jepang, jang w alaupun sebagai tentara jang menang dapat -segera menghilangkan sikap angkuh dan kelebihan daripada bangsa D jepang sendiri, sekalipun mereka ini dalam sedjarah tiada lain melainkan dikenal sebagai pembuka djalan bagi kemadjuan D jepang k.l. 100 tahun jang lalu- H a l ini m ungkin adalah d jug a karena tudjuan pendudukan itu untuk memperlihatkan sifat pembebasan dalain politik demokrasi dari segala tindakan dan tekanan, baik dari luar maupun dari dalam negeri sendiri. A ta u m ungkin djuga oleh karena D jep an g dibutuhkan untuk menghadapi Russia oleh Amerika. D a la m hal ini sekalipun, ataupun lepas dari pandangan politik, sifat kelebihan 'sebagai kebangsaan m alahan lebih2 terlihat pada orang D jepang sendiri terhadap anggauta2 tentara pendudukan, terutama sekali terhadap anggauta tentara Amerika, diantara mana memang masih b an jak sekali jang buta huruf, suatu kekurangan jang di D jepang sendiri sudah tidak dikenal pula. D ju g a lam bat laun bangsa D jepang, dalam keadaan kalah perang sekalipun, membolehkan diri untuk merasa lebih ting g i pula dari
108
bangsa Amerika dalam kebudajaannja, w alaupun pada 2 September 1945 pada gentjatan sendjata jang ditandatangani dikapal M issouri di Tokio, mereka harus mengakui tuduhan2 terhadap golongan pemimpin tentara D jepang, jang telah memperkosa sedjarah dan kebu dajaan D jepang untuk mentjapai tjita2 mereka berperang. D ju g a pada saat itu terpaksa Djepang harus ingat kepada peristiwa datangnja Commodore Perry dipelabuhan U raga kira2 seabad jang lampau untuk membuka D jepang bagi kemadjuan dan perdagangan. dunia dengan terpantjangnja bendera pusaka Amerika, dulu berkibar dikapal Perry itu, kini menghiasi dinding kapal M issouri kearah mana utusan D jepang menghadap dalam menanda-tangani gentjatan sendjata itu. D a la m rasa kelebihannja itu D jepang lupa kepada pengalaman bangsa A sia lainnja selama pendudukan D jepang jang baru lalu, jang merasa keheranan melihat tentara Amerika bersikap ramah-tamah dan tidak angkuh terhadap orang2 Djepang. Sikap tenang itu. selain: daripada m ungkin akibat maksud pendudukan pada um um nja sebagai diuraikan tadi, adalah djuga pembawalingkungan hidup kemadjuan teknik dan sifat perse orangan jang tidak memperdulikan tingkah laku orang lain, selama tindakan2 itu tidak menggangu hak2 orang lain. Sementara itu pada bangsa Amerika, pada umum nja diseberang dan akibat perang, tiada terlihat perbe daan antara Negro dan kulit putih, jang di Amerika sendiri telah mendjadi tjelaan jang mentjolok mata bagi demokrasi Amerika. Soal rasa kelebihan inilah jang mungkin akan mempertjepat tentara pendudukan meninggalkan Djepang, karena dengan rasa itu terpendam kekal dalam hatinja, orang D jepang tak segan untuk mengambil hati bangsa Amerika, sekalipun tjaranja agak menghinakan bagi bangsa D jepang seluruhnja. Rasa melebihi bangsa lain ini hanja dapat berkembang pula dengan pembebasan 1091
bulat dari negeri D jep an g sendiri. Selaras dengan ini perang ketiga diharapkan petjahnja dengan D jep an g dipihak Amerika, sebagai tanda terima kasih kepada ..kebaikan" Am erika itu, dan pula sebagai tan d a kekalnja kebudajaan D jepang dengan m enghidupkan pula pem udjaan terhadap djasa2 djenderal N o g i dan laksamana T ogo dalam membuktikan kelebihan bangsa D jepang daripada bangsa R us pada perang D jep an g Russia pada tahun 1904. Larangan2 untuk m enghilangkan pem udjaan kuil2 dan leluhur2 D jepang jang berdjasa pada tanah air, oleh D jepang hanja diterima baik selama pendudukan, dan tak m udah hilangnja karena telah meresap sebagai tiang keagamaan jang telah beratusan tahun berdjalan. P a d a um um nja, zaman pendudukan A m erika itu bagi D jepang tak menghilangkan rasa melebihi bangsa2 lain jang ,.tidak berkebudajaan sekuat bangsa D je p a n g itu", bahkan hanja mendjadi peringatan untuk bertindak lebih k I h m dengan mendjauhi segala m atjam keD ju g a dalam melihat keadaan2 dan pendapat berbagai-bagai suku bangsa dinegeri kita sendiri, kita umpamanja dengan mudah merasakan adanja perasaan melebihi suku bangsa jang lain, um pam anja sadja orang U 'aw a J. engah teristimewa orang Solo dan D jo k ja , jang merasa lebih beradab daripada suku bangsa lainnja di D jaw a bersandar kepada terpeliharanja -sisa2 kebu dajaan H in d u dsb. Tetapi djuga bangsa M a d u ra umpamanja, sekalipun mereka tak terkenal dalam sisa kebudajaan apapun djuga, masih ada sadja jan g dibangga-banggakannja, kadang2 karena adanja sifat golongan dan lingkungan petani ditanah jan g kurus, seperti hemat, radjin-bekerdja dsb., tetapi ada kalanja djuga jang sengadja ditjari-tjari dalam memperlihatkan sifat kelebihan itu. Sistim memperadu-dombakan suku^ bangsa satu sampai lain dari pemerintah kolonial mem-
110
pergunakan adanja perasaan ini, sehingga sukar terdapat kesedaran diantara suku2 bangsa jang ada di Indonesia untuk bersatu, sekalipun pada umumnja perasaan per bedaan itu mengenai kebudajaan daerah. Perasaan kelebihan sematjam ini pada umumnja hanja terdapat pada lapisan rakjat biasa jang masih hidup dalam lingkungannja sendiri, tidak terkenal pula pada lapisan jang terpeladjar jang telah mengatasi suku kebangsaannja dan telah memandang dan merasakan suatu bangsa dan negara untuk diutamakan lebih dulu. 7.
S ifa t bangsa, seleksi dan teori milieu.
B anjak sekali orang mempersoalkan tentang sifat bangsa2 ini, tetapi hingga kini sedikit sekali orang mengetahuinja, melainkan terlihat suatu ketentuan, bahwa sifat bangsa2 jang turun-temurun itu pada um um nja mempengaruhi watak kebangsaan, sedangkan adanja sifat2 jang berbeda-beda itu sebagian banjak telah menetapkan sedjarah .dalam djalan dan tjoraknja. A p a jang sebenarnja mendatangkan sifat bangsa itu ta dapat dengan tegas dikatakan; proses seleksi telah djuga tentu membawa pengaruh dan bagiannja. Disamping itu tidak luput djuga kiranja, kalau kita memperhatikan teori-millieu terhadap sifat bangsa ini. Dapatkah sifat suatu bangsa berobah, djika millieu atau alam sekitarnja berobah? D apatkah orang Inggeris berobah sifat kalau ia sedjak ketjilnja ada dinegeri Tiongkok umpa manja? Ketegasan tidak dapat dengan pasti dikatakan, orang masih menjelidiki soal ini dan belum sampai kepada ketentuan jang njata hingga kini. Tetapi untuk mendapat pertimbangan dalam hal ini baiklah kiranja kita melihat hal2 jang dibawah ini: Kebanjakan dari singkeh jang datang dari Tiongkok ke Indonesia dinegerinja bertjotjok tanam. Kebanjakan oleh karena mereka ini ..kalah” dalam seleksi-ekonomi dinegerinja, maka mereka terpaksa meninggalkan negeri
111
dan tanahnja, jang sebagai petani sangat .ditjintainja. D i Indonesia sifat tani itu m endjelma m endjadi sifat t,bussines-man" jang sangat tjerdik-tjerdas serta hemat, sehingga dalam waktu jang singkat telah m endjadi se orang hartawan. Pada um um nja adalah bangsa A m erika sendiri terdiri dari bermatjam-matjam bangsa. T a n a h dan suasana Amerika, jang merupakan milieu jang tersendiri didunia ini, mentjiptakan sifat bangsa A m erika jang berlainan •dari sifat bangsa2 asli itu masing2. N egeri pengharapan, negeri dari segala kemungkinan, negeri dim ana orang dapat mengedjar kemadjuan dengan pertjaja kepada tenaga sendirilah jang membawa tjorak istimewa dalam sedjarah dan masjarakat Am erika itu. Selandjutnja maka tetap tidak terdjaw ab apakah iang mendjadi penggerak bagi achli2 fikir, achli pendapats baru dan pemimpin2 sosial lainnja jan q terkenal se agai. Aristoteles, Plato, St. Thom as van Aquino, Dante, Shakespeare, Calderon, N ew ton, Leibnits, C o lumbus, Pasteur, Um ar Q aiyam , Im am S jafii dan lainn ja. A pakah disini sifat ataukah sekitar, w atak ataukah alam kelilingnja jang mendjadi tenaga dan pimpinan mereka dalam pendapat2 dan fikirannja? K ita tidak dapat dengan tegas mengetahuinja. K etjuali suatu hal, ja m , bahwa manusia ini adalah suatu pribadi jang mer ska, jang mempunjai hak perseorangan, jang dapat membawanja kepada suatu kemenangan, dim ana orang lain w alaupun mempunjai sifat keturunan jang lebih sehat dan alam keliling jang lebih bahagia mendapat kekalahan dan mentjapai tudjuannja. T idakkah disini kemurahan Tuhan jang selalu menjediakan pertolongan j^ t u k segala manusia, asal sadja ia mau berusaha. berkehendak jang baik dan kerdja sama untuk memberinja sifat jang terpudji dan mendjadikannja suatu bangsa jang mulia? M u n g k in kita dianggap bersentimen kalau berpendapat jang demikian ini, kalau tidak Shakespeare,
seorang pudjangga dan ahli filsafat Inggeris jang telah banjak menguraikan duka dan suka, pengharapan dan takut, kehendak dan kemalasan manusia, tidak djuga berkata ......... kita ini dibuat sedjenis dengan impian, dan kehidupan kita jang pendek itu dikelilingi dengan ketiduran....... In i jang menundjukkan, bahwa manu sia dalam hidupnja menguasai alam sekitar dan demi kian djuga menguasai nasibnja. sama sadja dengan suatu impian jang didatangkan kebanjakan dengan 'fikiran manusia sendiri....... 5. M ilie u sebagai:tenaga seleksi jang menetapkan sifat. a,
D aerah lingkungan dan kehidupan masjarakat. D alam Bab V I , § 4 telah diuraikan sedikit tentang milieu dan soal menjesuaikan d in kcpadanja. Berhubung dengan pentingnja soal milieu (daerah lingkungan) .dalam mempeladjari manusia dan kema djuan masjarakat, maka soal ini hendaknja mendapat perhatian jang lebih luas pula. Paham milieu sangat memudahkan pengertian dalam penjelidikan dan peladjaran2 tentang ethnologi, anthropologi (ilm u matjam2 dan sifat manusia), sedjarah kemasjarakatan, adat2 dan sebagainja, sehingga men datangkan ilmu dan penjelidikan dalam lapangan baru jang disebut: anthropo-geografi, jang maksudnja mempeladjari keadaan manusia menurut keadaan alam kelilingnja. Keadaan manusia menurut keadaan politik dan sekitarnja, pun djuga ilmu tentang djenis kebang saan .sebagai ditetapkan oleh tanah, iklim, pantai laut atau pegunungan dan keadaan alam lainnja termasuk dalam lapangan anthropo-geografi tersebut. S ifat turunan dan sifat jang disebabkan oleh milieu ini kadang2 dapat tegas dibedakan, dan antara lain dapat d jug a kita menamakan subjektif kepada jang kesatu dan objektif kepada jang kedua, dalam kita menindjau sebab2 um pam anja dalam pengangguran. 113
pelanggaran dan kedjahatan, kem iskinan d an sebagai nja. Sebagai disebut .dimuka m aka m ilieu in i m endapat penuh perhatiannja sedjak H ip p o ly te T aine mengembangkan pendapat dan teorinja
b.
Pem bagian milieu dan pengaruh sebenarnja.
* T ^ ntara k*ta dapat membagi m ilieu in i dalam: Milieu-alam, ialah jang mengenai tanah, iklim, kea-
daan daerah dsb. Telah banjak sekali buku jang menguraikan tentang pengaruh milieu ini terhadap tabiat manusia dan tjara manusia hidup. Milieu-mamisia djuga dikatakan milieu-kebatinan, ialah meliputi orang, baik laki2, perempuan, maupun anak2, jang kita kenal sedari ketjilnja, jang telah sedikit banjak mempengaruhi kita dalam tabiat, tingkah laku dan kehidupan sehari-hari pada umumnja. M au tidak mau orang2 ini telah mengelilingi kita sehingga selalu mempengaruhi karena perhubungan dalam waktu duka dan tjita bertahun-tahun turut-menurut. Kadang2 pengaruh ini disebut pengaruh milieu-kebatinan, karena ia menjebabkan ..semangat golongan” akibat adanja suggesti (andjuran2), imitasi (meniru), perhubungan dsb.nja, pengaruh2 jang menjebabkan ..pendapat um um ”, tradisi, adat mereka dsb. Sebenarnja, memang ta' dapat dipungkiri, bahwa djuga mereka jang menganggap dirinja berdjiwa merdeka, masih banjak djuga dikalahkan oleh pengaruh2 jang halus dari milieu-manusia atau milieu-kebatiaan ini, dan dengan tidak diketahui dalam tindakan mereka telah terpengaruh oleh milieunja itu. Selandjutnja sebagai akibat milieu-alam kita dapat memperbandingkan kehidupan, adat dan kebiasaan um pam anja antara penduduk nelajan dipesisir dengan kaum petani dipegunungan, pun djuga antara penduduk negeri dingin dan penduduk negeri panas dsb. Keberatan terhadap teori2 jang memberatkan milieu ini bagi kebudajaan dan kehidupan masjarakat telah diuraikan dim uka............. berat sebelah kalau lalu dika takan, bahw a milieu-alam inilah faktor jang berpengaruh m utlak terhadap sifat manusia, karena ia hanja merupakan satu2nja faktor jang berpengaruh itu. M u n g k in ia sangat penting, tetapi ia bukan semuanja dalam satu keadaan; karena faktor2 lainnja, seperti keturunan, naluri dsb. harus dipertimbangkan djuga. Sedikitnja faktor ekonomi, biologi dan kebatinan sama 115
pentingnja dengan keadaan a la m ” . (D o w , Grove Sam uel and W e sly , E d g a r B. ..Social-problem of today” ). W ils o n D . W a llis dalam ,,A n Intro d u ction to A n thropology” m engatakan, bah w a .......... reaksi beberapa kebudajaan tidak sama, w alau p un berada d alam sema tjam milieu-alam, karena 'reaksi terhadap m ilieu alam ini tidak begitu tergantung kepada sifat m ilieu, lebih banjak ia bergantung kepada sifat kebu d ajaan itu 'sen diri jang mem pengaruhi alam sekitarnja itu ........ Selan d jutn ja kita m endapatkan serangan professor T od d dalam b u k u n ja ,.Theories o f Sosial Progress” terhadap pendapat Buckle,. M ontesquieu, T a in e dan lain n ja jang menetapkan milieu-alam sebagai faktor jang terpenting terhadap sifat d an ke hid u pan manusia. a antara lain mengatakan: .......... m enurut M ontesquieu panas (iklim.) m enjebabkan m anusia dan bangsa ini pemalas. Buckle m enjetudjui pendapat in i d an m enga takan, bahw a semangat bekerdja dan kesenantiasaan jang mempengaruhi tenaga buruh ini sam a sekali ber9 a£tu ng kepada pengaruh iklim. T etapi beberapa tama an panas akan m engakibatkan suatu keadaan jang sama dengan beberapa kekurangan panas ini, sehingga U ) orang Swis dan N orw egia (negeri d in g in ), w alau pun berbeda dalam beberapa hal, sama dengan bangsa bpanjol dan Portugis (negeri panas) d alam sifat ketidak-senantiasaan dan sifat m alasnja. In i sangat menjim pangi kebenarannja, karena bangsa2 jan g tersebut itu sama sekali bukan pemalas, sedangkan beberapa golongan Portugis bersifat radjin dan hem at!” . D ju g a T o d d m embantah pendapat jang mengatakan, bahw a iklim m i bertanggung-djaw ab terhadap kema d juan sastera, seni dsb. Ia berpendapat bahw a, m ungkin benar kalau langit Junani jang selalu terang tju a tja itu m enjebabkan berkem bangnja sastera dan filsafat Junani j‘ang m asjhur sekali dalam zaman purbakala itu, jang 116
m ungkin menjebabkan djuga watak dan tabiat kebang saan jang tiada bandingannja selama sedjarah ini. Tetapi bagaimanakah bangsa Junani, M asedonia dan T urki pada zaman sekarang, jang m.asih hidup dibawah lanqit jang sama itu djuga, tetapi jang tidak pula memperlihatkan kesenian dan kebudajaan jang melebihi bangsa Iain2n ja?....... c.
Pengaruh milieu-sosial, mitieu-kebudajaan dsb. Lain pula agaknja djika kita memperhatikan penga ruh milieu dalam kehidupan sehari-harinja. Betapa pentingnja pengaruh perumahan jang baik kepada tabiat dan sifat kanak2 sudah ta' dapat dipersoalkan lagi. Dalam hal ini prof. Good dalam bukunja ,.Sociology and E ducation" mengatakan: ,,Kebiasaan memusatkan fikiran, ketegasan berfikir, kemerdekaan pendapat dsb. dalam, tahun2 ini sebagian banjak mendapat ketegasannja sebagai kebiasaan dalam bahasa, sepak terdjang, igama serta peradaban. D an djikalau keluarga dapat memadjukan kebiasaan jang demikian ini dengan pim pinan dan pendidikan jang se-baik2nja dan setjepattjepatnja terhadap gerak-gerik kanak2, maka karena kebiasaan jang baik itu pendidikan sekolah akan mudah mendapat hasil jang baik". Sebaliknja perumahan dan kehidupan keluarga jang men lerita dan berada dalam kesukaran. Ia kebanjakan mendjadi sumber kedjahatan, pengatjau masjarakat dsb. Prof. Sutherland menguraikan perumahan jang demikian Itu, pun djuga persahabatan atau perhubungan dengan golongan atau teman2 jang tertjela tingkah-laku dan tabiatnja, bioskop dsb., sebagai sum ber kedjahatan tersebut. Penjelidikan sosial antara lain menjatakan bahwa pelatjuran timbul dari keadaan perumahan dan kehidupan jang serba kekurangan itu. Salah suatu dari milieu-kebudajaan {kebudajaanmasjarakat) ialah: demokrasi. jang telah memberi kepada
kita kemerdekaan berfikir, kesempatan u n tu k mendapat pekerdjaan dan pangkat jang sesuai dengan kepandaian dan pendidikan bagi segala golongan, kerdja sama dan persatuan terutama dalam keadaan b ah aja bagi nusa dan bangsa dsb. Selandjutnja dalam negeri kita sendiri kita melihat ber-matjam2 daerah dengan pertahanan kebudajaan dan adat-istiadatnja m asing2, jang satu lebih mendalam pengaruhnja dalam kehidupan sehari-harinja daripada jang lain. K ita melihat Solo dan D jo k ja dengan tradisi2 sedjak zaman keradjaan M ataram dengan peradaban jang meresap dalam masjarakat D ja w a T e ngah umumnja; sebaliknja terlihat kehidupan di D ja w a Timur um pam anja dengan tjorak jang bersifat luaran m ungkin suatu pembawa sifat perdagangan. Dem ikian djuga kalau kita um pam anja membandingkan keadaan di E ropah dan Am erika pada umum nja. D i Eropah kita melihat adanja tradisi jang tersimpan sedjak zaman kuno meresap dalam kehidupan seharihari ditiap desa. U d ju d ini mudah terlihat dalam tjiptaan keseniaan dan kebudajaan, jang di A m erika sukar mendapat tjiptaan seni tari dan gamelan dilain tempat dinegeri kita dari pada di Solo dan D jo k ja um pam anja, ditilik dari soal seni jang m engandung arti klassik dsb.nja. Prof. Leighton dalam ,.The Individual and the Social O rder” mengatakan berhubung dengan soal ini, bahwa timbulnja ahli filsafat, ahli ilmu dsb. di Skotland, ketjuali karena akibat milieu-kepandaian dan pendidikan, teristimewa sekali disebabkan karena penghormatan terhadap soal2 tradisi dan 'soal2 jang mengenai ilm u ini. Pengaruh dan kehalusan kebudajaan ini mendalami kehidupan seluruhnja, sebagai djuga pengaruh kebudajaan-mesin Amerika memberi tjorak kepada masjarakat Amerika seluruhnja. 118
IV. 1NDIVIDUASI DAN PENGASINGAN. Tibalah kita kepada pembitjaraan bagian keempat dan penghabisan dari proses differensiasi atau pemisahan. Seringkali kita melihat dalam golongan adanja orang2 atau adanja kumpulan orang jang mengasingkan diri atau jang diasingkan dengan sebab2nja masing2. Pengasingan jang demikian itu dapat melemahkan golongan jang ditinggalkan tetapi dapat djuga memperkuatnja, tergantung dari mana sudut proses itu dipandang. M elemahkan kalau pengasingan itu terdiri dari tenaga2 jang terbaik, dan dapat memperkuatkan pengasingan itu kalau jaag diasingkan itu terdiri dari anasir2 jang mengatjau atau merusak keamanan ma sjarakat. Pendapat jang terbelakang itu adalah umumnja pendapat pihak jang berkuasa atas gerombo/an itu, dan umumnja berdjalan dalam politik pembersihan (seleksi politik), baik di Eropah maupun dinegeri kita sendiri. sebagai kita alami teristiraewa dalam phase terachir zaman kolonial dinegeri kita di-daerah2 pendudukan Belanda. j.i. diaatara 1946-1948. Dalam masa jang lampau kita mengenai hak eksorbitant dari GubernurDjenderal Hindia-Belanda terhadap mereka jang dianggap mengantjam kekuasaan pemerintah, j.i. hak istimewa jang mengenai pembuangan. sebagai hak ekstemii (membuang, dan menempatkan seorang buangan disuatu tempat, um um nja di D ig u l), internic (ialah menahan. baik ditempatnja sendiri, dalam pendjara atau ditempat tahanan), ekspellasi, pembuangan jang tidak memboleh kan datang pada suatu tempat, tetapi membolehkan berdiam dimana sadja, asalkan bukan .ditempat jang tidak diperbolehkan itu. M asa perdjoangan dan pergolakan politik um um nja mengenai proses interniran jang ta’ terhenti-henti baik diluar maupun didalam negeri. D juga kita dapat melihat kolonisasi dari sudut ini, 119
dimana kita melihat beberapa orang atau segolongan orang meninggalkan desanja untuk pergi kolonisasi ke umatera, Borneo dan lainnja. Individuasi sematjam ini selalu diandjurkan untuk mengurangi sesaknja penduduk dan karena disini selalu terlihat perbaikan bagi jang meninggalkan dan bagi jang ditinggalkan. Jang menjeerang akan menghadapi tanah baru dan segala ks' mungkinan akan kekajaan dan kehidupan janq sempurna.. J ng ltinggalkan akan lebih luas mendapat tanah pertamannja. § 2. baaten9 p Si
Inte g rasi a ta u p e n g ik atan. Pr° SeS pen9ikata" kita bagi dalam 3
1- PERSAMAAN ATAU UNIFORMITET. ku?timd a r i n l t ihat b3hWa Pr° Ses P ^g ab u n g an ada lebih g e r o m b o l T t E T * P?misahan. maka kita melihat maan, atau i a n a „ ■b“ ? “ ak dalam proses persa' sama rata dan ™Umn,a dikatakan suatu uniform ity, dengan dua djalan:
r3Sa'
PerSamaa"
ini
Persamaan dengan sendirinja dengan djalan me' p e r a tM a n " ia n r ^ atn, ‘ ! kanan
s°sial
jang
berupa
Uniformitet dalam aol " ° k h PemimPin g ° lon9an; satuan dalam qolonn ,on9an atau suatu tjorak p ^ " s - tu 2'
a-
tin d a k a n 9 b e r Z a . ,a n 9
™ N D U K K EpA M
S el^
d i^ n ja
m e m u d a h k a 11
GOLONGAN.
Umum.
|an9 serupa d e n q tn ^n ^ SekaI* akan terlihat kedjadian2 93nproses melaraskan diri. D a la * 120
sekelompok seperti binatang umpamanja kita melihat semua anggauta tunduk kepada satu pimpinan, pun djuga kepada ..peraturan” golongan itu. D juga manusia dalam hidupnja harus tunduk kepada peraturan2 golongan dalam mana ia hidup itu. D an sebagaimana djuga dimuka telah diuraikan, maka baik dalam masjarakat sederhana maupun dalam masjarakat modern orang ini hidup dalam golongan, jang berupa organisasi, baik Politik, ekonomi, olah raga dsb., sedangkan negara dan Pemerintah serta undang2nja ta’ lain melainkan suatu badan atau golongan jang berkuasa terhadap anggauta n,a*
. i. . K a lau m anusia in i m eninggalkan golongannja sen in, (u m p am an ja m e nin ggalkan keluarga, atau teman n |ay« maka ia dengan pasti akan memasuki golongan Jain d»lain tem pat. H a m p ir tiada dapat dikatakan 1a hidup seorang d iri d alam d unia ini. t , a „ a cflan d e n g a n m em asuki itu, maka ia akui nacia 9ol°ngan itu terhadap dirinja, ia tund P ta 9° o ngan itu u n tu k dap at diterima sebagai golongan itu. D a la m hal in i V ie rk a n d t menga akan bahwa kekuasaan itu . tid ak bersandar, tctsapi 1 rasa horm at, ja n g m em ang telah ada ^ n u sia. K aren a k9alau ia berasal ^ asan: ^ ^ l l taW d an b uk an rasa horm at dari anggauta terh P ^ lo n g a n akan m e n d jad i a k i b a t n j a . “ “ nq 'Ihat si a n a k dalam tu n d u k n ja terhadap k e l u a i oraJ 3
terhadap adatnja, pradjurit terhadap djiwa D alamSbma'sajara k at suku-bangsa ian 9 eiidapat upatjara-pem asukan a t a u dalam g o lo n g an itu, u n tu k menen
sj fat tunduk U patiara
"ggauta2 terhadap adat dan kebi asa3 P^ raP'ontjoan” ini (initiation-cerelony) ber I . g' ^ ^ Pa hari Iam anja dalam mana pemu beratnja. ^ a n mendapat latihan atau udjian jang seberat-ber
U djian ini sering bersifat kedjam dan meminta penderitaan dan rasa tahan udji daripada pem uda2 bakal anggauta itu. M aksudnja tidak lain melainkan untuk mentjapai perasaan sama rata sama rasa dalam golongan dn rasa tunduk kepada golongan itu. Prof. Lowie a.!menggambarkan tjara plontjoan ini di pulau Andaman jdalam bukunja ,.Primitive Society” j i tentang ..taboe' Ujegahan) terhadap beberapa makanan dalam upatjara dan iatihan itu. Kalau pemuda baik laki2 maupun telal? ment^aPai um«r sebelas tahun maka dih n w ll, senprf r K e r a la
3 , berpuasa’ T m akanan
« k ™ 9
ja n g
m ana m ereka tidak lezat b a g i mereka
m a d u ’ d a g in 9
b a b i’ d a n
l a i 'i n i 3 '
henU kJ menetaPkan bilamana mereka dapat mengb e s a r t" puf sf nJa - sesudah mana diadakan upatjara dalam m a s ^ k a ^ m ^ 3311-, SelS 9 ai ™ 9gauta dewasa WeiD Hebrirlo* ^ relc-a ltu- Disalah suatu pulau a1 salah suatu anana9? 311/ 3 U itu diPukuli dahulu ole*1 diri denqan bprn *1 & u-3’ Untu^ mana ia menjamarkaf1 tjam.buk ia b-r achirnja memukuli SI3pa ]a,19 ada d id Jalan f " Ka^ u jan T T em nk n r 9311 Se.ri a» 9 9 auta 2 baru maka kerusakan to i_1j*” 1 terdir* dari beberapa oran$ djadi. n terhadaP ^ ilik orang sering kali * * ' de^ a nmin” 9tetaDimwr? Sa hcran
melihat
tiara®
Jfn^
lupakan bahwa iM ksud^tf ^ dem ikian tid a k boleh untuk m entjapai nprc^f ^ ltu ^ d a k lain m elaink rakatnja, untuk nnln ^ kelarasan d alam an 9gauta t i h adPap rasa tu n d u k sefl*J kesatuan dalam b L f i k golongan. Dalam ma*i ? m e n g a la i
J i tU' m e ntia Pai SU*tu bertlnc*ak sebagai sua
J iit ia t io n - r it e s '’ a t a ” 0 ^ ™
k to
d )U 3 3
dalam masuk pertain* m J . ? Plont)oan in i terutao1 m endjadi anqqauta K j™ d ,adl m ahasisw a, atau nggauta beberapa perkum pulan ja n g u m u * '
nja bersifat rahasia. Bolehlah kiranja kita gambarkan keleluasan tjalon mahasiswa ini dalam zaman plontjo— nja untuk bertindak dan berbuat hal2 jang dalam masa biasa bersifat menghina atau ,,mendjengkelkan orang Iain, tetapi jang pada masa itu tidak lain melainKan mendatangkan tertawa dan gelak sadja. V ierkandt selandjutnja mengadakan pembagian hasrat tunduk ini dalam: hasrat tunduk pada sesama manusi , Hasrat tunduk manusia terhadap Tuhan. hasrat tundu Manusia terhadap golongan. b-
Pengawasan dan Patokan Sosial.
Bagaim.anakah tjara golongan ---tuan mendataagkan dan untuk memperkekalkan pers dalam golongan itu? Pertama ialah adanja tenaga pus iang terdapat dalam tiap^ batin manusia. ^ arcna “J ™ lni adalah machluk sosial, jang ^ n j u k a i dan meinpe^ W u n g i kesosialan. Tetapi disia“ pl” 9 !.eraturan tidak manusia jang tidak suka tunduk kcPada £ , sebaqaiJ k a m j g h i g a l persatuan, adat “ b nJa- U ntuk mereka itu penting sekali ada j p g Sosial. jang oleh ahli sosiologi umum dis Control’\ f e n a g a ini tidak lain ^ la in k a n p e t a t u ^ Proses* dan akibatnja dalam ^ ana ^ L a d a patokan2 ^ m p e rs a tu k a n anggauta2nja tunduk P itu iam. ^asjarakat kepentingan bersama. P-^n9 pendidikan, ^ laun tertjipta dalam bentuk hukum, penai !9®nia, adat, upatjara dsb. „A,,Au\
masjarakat ta’ usah diuraikan pula. P e la d ja ra n igama mengadjak anggauta masjarakat u ntuk berbuat baik, an mendjauhi segala matjam kedjahatan, mengadjak manusia ini berbuat amal bagi sesama m anusianja jang se ang menderita dsb.nja. Kepertjajaan igam a telah memberi kekuatan batin dalam segala m atjam persatuan i an_ Perdi ° angan, mengiagat orang u ntuk mengabdi nusfanja
paksaan ianq salat, T
mereka ian' S V
n
gan kebaikan terhadap sesama ma-
? egeH mem p u n ja i p e n g a rn h n ja dalam ' w alauP™ pengaw asan itu berupa ant)a“ a,n h ukum an
en9an
t*ada
te rhadap mereka
pemberian
n a 9 n T " 9 \d3hkan h u k u ”
anugerah
bag1
« “ ■ L a ia daripada
mengetahui s o r a a ^ l ^ neraka bagi jang berdosa dan jang selalu menna 3 ^ tu:Jduk k^pada perintah Tuhantunduk kepada 1^ i ^ asi sa^ah-benar itu. sehingga rasa sendirinj3 dari batin Tiinta k ? n T m^ V mbul den9an t u n d u k i a n q le b ih ^ T u h a n m e n d a t a n g k a n ras3 h u k u m a iJ “ 9 g ^ lhpaT an d a l a i n daripada takut terhacW
bangsaan dan nersat-.. Umu?m ia* Keinsjafan akan ke akan mendatanqkan ^ ebagai suatu bangsa dJj^ negara jang denqan s ^ dan kePatuhan terhadap 9aan aka* melihat p e a g h f Pendapat « * £ ? - 2 se9ala u n d a n g ^ sembojans telah s&rina di’ and]uran2 sosial, pun djufj orang kepada suatu fiki per9unakan untuk m engadj Terutama pendidikan w * i?itau tindakan. ... djalan dalam kebenaran * D a l *eIf ‘b seba9ai pemuda untuk mendiarl- aIam sekolah kita * e?a t . sebaik-baiknja. P rof T v J j an9gauta masjarakat dikan sosial ini b ennak«iJ pendapat’ bahw a p en solider dan kerdia sama a Untuk m endatangkan f3 . mendatangkan p e m j ^ n \ bukan ^k a li- k ali unW gress ), p rof. C o m m it ' ‘th e o rie s of Social F f° selandjutnja m engandjur^3
k e s o s ia la n d a la m . f i k i r a n d a n t i n d a k a n d a l a m p e n d i d i k a n .
Pada achir2 ini adalah termasuk rentjana pendidikan pemerintah untuk mengadakan dan mementingkan djuga Peladjaran iqama dalam sekolah, w a l a u p u n peladjaran ini tidak diw adjibkan. Sungguh suatu tindakan jang terpudji karena ini pasti membawa sumbangannja 9 me.itjapai -rasa aman dan tenang dalam batin agi anggauta masjarakat, jang umumnja s e i 2 hahwa penkeduniaan, asal sadja diperhatikan benarl~»Vipn didikan agama itu mendjauhi penanaman beaih keoen tjian atau permusuhan terhadap lain agama atau golongan. J a:
KESOSIALAN DAN USAHA SOSIAL. S ifat kesosialan jang d ” lunJ * perseorangan kini terdapat sebagai sir
golongan ^
dalam usaha untuk kePe" ting® "'* a sosial dapat lebih kebenaran. Kesosialan dan us kepentingan £g u h digerakkan dengan perkumpulan dsb. ^ s a m a, tjita2 kebangsaan, % a^ ' % J d]aan amal, me^ Usaha sosial sering J L at peraturan2 sosial ^gumpulkan derma, pendidikan r J - ^ perbaikan P e m e r in t a h j a n g m e n g e n a i PerlJa* jong, k o le k t iv is m e . Pah buruh dan lainnja, gotong-rojo g sosialisme, sosialisasi, kom” msl* j _ SumUmnja berdasar Usaha sosial pemerintah pa , antara golongan saha untuk dapat mengatasi per segala kesukaran 50sial jang um um nja mendjadi sufflber sega dan Pertjektjokan dalam masjarakat.
b' K olektivism e, Komunisrne. Sosiahsme. . * o lektivisme adalah tata n 9 bertudjuan untuk bersama-sama m ^o d u ksi. . . aj aiau lebih djauh Komunisme dalam asal artinja sadja hendak pula daripada kolektivisme: ia bukan sad, • 105
^ I n iki-a/f i Pr° M ksi bersama, tetapi djuga hendak baQir ,ai atas hasil produksi, sehinqga pe®" alat n r J ^ 9-f ma r1ta daPat didjalankan. Hasil dan h a iia diki Sl ^ arifs ada pada tangan golongan dan tidak seoranoan 0leh kf Um kaPitali* Sebagai m ilik perSosiali<;me aPat dalam m asjarakat kapitalis. ganti kata k a£ sosialisasi lambat laun telah meng' tangan11; ^
“
Lkh V,Sme “ U: ^
Praduksi ada P8*
tudjuan” s m ialfaa ^ ^ melihat arfi komunis: mentjapai dengan revolus, h , t " 93" kek^ a n se-idjata, I* m e ram pas kekuasap ^ S e r in g k a li
kua
s o s ia lis m e in i s m e.
Ini
sam a
a
s e r ta
d ik t a t u r
b u r u h n ja
u n tu k
p e ^ c r i n t a h i a n g s e d a n g b e r d ja la n t l ^
T
^
P « s a n g k ia n
bahw a
s e L l ^ r r f V u 3U n9 a n n i a d e n g a n M a r x i S '
-elihat s o s ia lis m e t s e b lo a ^ 3^ . 3153 ^ ^ ^ rakan. Bolehlah kirani j i 1 ° r* atau sebagai per9f Inggeris, dimaaa Z ll dalam 1hal ini k« a melihat kepada tahun lebih dahuh. A?- SOj iallsme telah beberapa ra«s rakan sosialisme d is h iM ^ 3 pe*adJaran M arx . Perge' «enghcndak kemadjuan sedikit) berdasar k e n S ™ fiemperhatikan p e n q a W ,berdasar teori dan tHta2
P£r9erakan buruh ^ S™ evolusi <sedikit d j " kemu” 9kinan denga* tidak sekali-kali haflj8
P ula terdapat bahw a n !tu kebanjakan a ^ a h Z kenal diantaranja ialah Rnh
j auh d a rip a d a kenjataan-
^ ^
3° sia,i^ di I n g g * * ' ^ era'isme- Ja n 9 tZ*'
Peladjarannja bukan k e n a d ^ en- Ja n 9 mendasark3* sebagai teori M arx tefan• f pertentangan antara k d a kepada pertentangan sesatf3 manusia. D juqa Chart;* - k a n buruh sosial jancT (183°-1850) adalah perg*' Parlemen berdasar d e m o k r ^ 119 jar t j ^ n j a daia** pengaruhnja dengan m erebutk’ / j ” d^Uga memPer 1 i u* f a,n daripada itu ada n. . dudukan dalam pajrlemelJ Fabian society jang b e ru B ^ i* perkurnP“ lan jang disebuj Untuk memasukkan paha*11 i Zn
sosialisme ini dengan tjara pengetahuan kedalam perkumpulan dan pergerakan lainnja. Penjebaran madjallah, surat kabar, buku2, pun djuga tjeramah2 adalah tjara untuk maksud itu. AnggautaS jang terkenal dalam gerakan sosialisme-intelektuil ini antara lain ialah Annie Besant. Bernard Shaw dsb.nja. D juga Independent Labour Party (Partai Buruh Merdeka jang didinkan pada tahun 1893 jang mendahului Labour Party jang sekarang ini djauh sekali daripada sifat revolusioner dari M arx , w alaupun tjara pergerakannja sering a i berapi-api D iu q a adanja sosialisme jang berdasar Keristen m endjauhkan tjorak sosialisme mi- daripada Marx, jang hanja beragama pada dan dalam revo usio s°sialismenja itu sendiri. c- Gotong-rojong. , Rasa dan pertalian kesosialan banjak sekaH terdapat H i h teguh dan terpelihara didesa daripada d.kota_ Kolektivisme terlihat dalam ikatan goton£hrojong, ang telah mendjadi adat masjarakatnja 1 u. )< ^ ^ n d a k membuat rumah umpamanja, h e n d a k “ “ ana « a u memungut hasil ladangnja maka ke d ja ja m a jkngan tolong-menolong telah dianggap ^ ° r a n g desa lainnja jang datang menoongw a fneilgharapkan upah, karena 13 sendiri telah m e n g ^ ^ ui bahwa ia akan ditolong djuga ji ^ csa ^endirikan rumah dsb. Dalam waktu pan !ang menolong itu adatnja menerima b a w o r ia P be™pa barang panen itu sendiri beberapa bagian b "iaknja. D i Tora'dja banjak seka i |ang mem punjai beberapa patjol un , :ang ^ semua sebenarnja suatu wudjud !?endalam sekali. M a k in sederhana t)ara ^ ldm^udjudkan JJy makin mendalam rasa persatuan , g lfi dalam kolektivisme. ini tidak Selandjutnja rasa kesosialan jang
mana nra*1311? '3 ^ l 93?. Pandan9an teori seleksi, diuntuk danaf , ,^ rus h&rdjoang dan berkedjar-kedjaran dalam ^
diU« t o ”
§ 3.
Proses menghantjur.
PENDAPAT BERTRAND RUSSELL TENTANG PERANG. banaun dan membann
bab *ni dan proses meffl^erikutnja masing2 bersifat memisah
b S a ta te d a ^ T ^ bagai jang
^
^
haSiln^
“ “ 9** ~
proses meiTqhanff?i £ eran9 dan ^evolusi sebagai suatu sukar pula paham sosio?A ^ tapi karena luas dan uja, maka soal itu Via 91^3ng a terpendam didalaffl' dengan mempergunakan Pe,rhatian tersendiri dapat 2 jang . sil penjelidikan dan p e£' dinegeri kita buku 2 b a r ,i^ Un9 telah banjak mengal1'1 achir peranq sudah k, ,an9 men^ n a i soal itu, karena alasan2 dan djalannia memPersoalkan lebih hangat Antara lain bolehlah kiMn® ^ dapat Bertrand Ru
barU Iam Pa u menqem.ukakan p ^ '
di ahirkan pada tahun M 7? ? 9 ahIi filsafat Inggf ! ^ ini t e r u t a m a s e b e lu m ^ t e r k e a a l d a I a m ab% kesatu mengenai nerarm a n sesudah perang ditflIf satu2nja djalan untuk m revolusi. Sosialisasi adalaf dalam politik maupun kesukaran2 ini baik adalah sebab keqontiann ° ? 1‘ mi*ik perseoranga*1 dapat, bahwa hak milik fr!! I Se1 l andjutnja ia berpe*1" kekerasan. Sebagai tionfok £ erasal dari pentjurian da11 galian emas di Afrika gambarkannja tjara pen0' suatu perampasan dim«i,lmana terlihat dengan teranS dengan sebidang tanah ian„ V I * dunia' T idak J t u mengambil tanah l a in 9 , aPatkan maka penggaJ ain* dan demikian selandjutnja sek arang
1oo
terbawa oleh hawa nafsu dan tamak jang tak mengenai pembatasannja. D jeleknja ialah bahwa perampasan jang demikian itu dilindungi oleh pemerintah (Inggeris) jang bersedia untuk mengangkat sendjata bilamana a a jang menjeranq milik itu. Sebaiknja kiranja kalau hak m ilik itu dikuasai oleh koperasi dan perkumpulan perusahaan (sosialisasi). Selandjutnja adalah permusjawaratan jang akan membawa kita kepada kebenaran, s e h in g g a P kiranja mengatasi segala k e s u k a r a n hidup jang s , sedang bertimbun itu. P e r m u s ja w a r a t a n a k a n mentjegah k ita daripada kesempitan paham ja n g mu a kita kepada sendjata; bentji dan perang um um ajetrm bul dari pendapat jang keras karena kes,smpaban;paham. dan djuga timbul dari pendinan jang fana • kaan berbitjara dan berfikir akan ” ™ df3tan9k" " terang d a l l ^ ketenjhan, hanja berarti untuk memah Mentjari ilmu harus dangkan dalam peladjaran • tenang dan mendatangkan pendinan jang P ^ ladjar daripada tidak ragu2. Beda orang jang terpeladjar lebih jang terpeladjar ialah, bahwa J g terpeladjar keras dan keburu-buru. sedangkan jang sangat tenang dalam per un memang keliru. Ini dan mengakui kekehruann a ’ pendidikan rakjat ^endaknja harus mendjadi tudj .p nu(jjU kepada umum, agar mereka semuanja dapat menu , masjarakat jang aman dan 'tenang b e ro b a h n ja k e a d a a ii W a t a k kita d ap at d ir o b a U m p a m a n ja s a d ja dengan sosial d a n tu d ju a n pendidikan. P terhadap seni.
Pendidikan k iL dapat » e” X d j X a akan » - dia“h ' kebudajaan dsb.nja, jan g se ^duniaan jang bersifat kan m anusia
darip ada nafsu
tamak. Sikap lapang
,
sesama manusia
‘ ^ ^ t o i a n umum. W a ta k
dan golo n gan harus m endjadi P
pendidikan mulai
long- terpudji itu harus “ rdapat d d a m P ^ disekolah rendah h in gga sekolah
gg
lebih berkuasa dalam pengendalian perang, revolusi, buku hukum ^ nia jin a a
nafsu
daripada
aina terHhat maka Pendapat ini sangat baikS
tjegahnja
?
^
i ‘T r eD tiapai h a S iln ia k a r e n a P e r a a 9 dunia 1 “ eniUSUl d e " 9 a n soal* ja n g bdum
^
tentan9 set>ab2 dan bagaim ana men'
p d m k ni b Rusps1 td a h ban*ak menulis bukJu2 tanqkan nlfU p a perang dunia kesatu ia di' professPor Hi r ? l rmi ah d a * dischors sebagai m e m n e rd iu a n i bnd,3e karena be™ kaP ’JsimpatT k e p a la a^ er,damaian Sedunia' A chir" J a ia bM' sesudah pe-iindim la .ls™e' t e t a P i menolak komunisnie - mp e X T g t nUanenrl t Rus-a’ da» sekarang ia tetap S ^W d iu tn fa malfa j ' f ^ternasional. bersifat menqha-iti, , pend>elasan tentang proses2 jang ?£“ berikut ini lebih mengerti kedita w *1 Pemandangan untuk Pada umu ' n t , S° al ‘ r sebut tedi. tjektjokan, perselisih?3” 3 h banjak terdaPat Pcf" persatuan. pergabunaan’ i penJlsahan dsb.nja daripada han alau Peleburan g o lo n q a n f ukunan- maka keruntu9 9 akan mendjadi akibatnja' J e n g is a p a n
p e m e RASAN;
kerasan diutjapkan
^ ata tersebut agak ke-
Pada penulis, sedangkan Pkat lahl belum terken ■ ^mum dalam pergaulfn sehari I ^ telah lazim dipaw umum. Jang dimaksudkan ,4 daiam masjarakat jalah pengambilan keuntunna j 93” Pengisapan disin* kekuasaannja terhadap o r a n ^ 1 93n memPergunakan p if m keadaan lebih Ip Paham ini sangat Iuas a J ^
v aj 3u 9 ° l° n 9an ianfl daripadanja.
ia da>a™ m e n d n C ,a:Kden9an m udah f t ’ j a I akan n ba, j.i. mendjalankan
pindjaman uang untuk orang2 jang sedang dalam kesukaran dengan bunga jang luar dari mustinja. Fun djuga dalam sistim ..ngidjon” umumnja di Djawa Tengah (K e d u ), dimana pak tani mendjual dengan harga murah hasil tani jang akan dipungut jang pa a __ waktu itu masih menghidjau disawah. Pendjualan terpaksa didjalankan, untuk m e n - P uang guna mengatasi waktu patjeklik, j .i . w ak tu d a la mana padi belum dapat dipungut dan P^sediaan uang sudah hampir tidak ada atau sudah hab.s U a n g disim d ib u t u h k a n u n t u k d im a k a n d a n ^ Soal i n i t e n t u s u d a h m e n d a p a t
t u k Lmfc m b a ,a r n lf,a X ; p e r h a t i a n penuh d a n
P e m e r in t a h a n H in d ia B e l a n d a s e b e lu m Pe ran 9 \ ^ u s a h a p e m b e r a n t a s a n t e la h b a n j a k : f a e d a h n j a L u m b u n g d e s a s e b a g a i l a z i m t e r k e n a l d i D jaw a T . m u r a n t a r a
Iain mentjegah P e m f r a s T / n n 9 So a i3 pengisapan lainnja D alam hal ini dan dalam herdialan dengan f la lu terdapat bahwa proses « » b e rd ja la ^ ^ berkedok,
s e h i n g g a s i f a t p e n g is > P
a ta u te ra s a . D a la m ° la h
hendak
d a la m
m e n o lo n g
k e su k aran
.
a n g .s e o lah~
- d a la m
p in d ja m a n
s o a l r .b a it u .
°
®e s a “ \ Ump
t e r d a p a t d a la m
T j in a - a t a u A r a b - m i n d r i n g P e m b a S w a k t u j a n g l a m a s e k a li. d e n g a n p P a s a r a n s e d i k i t d e m i s e d ik it , s e r in g m am akai
tja ta ta n ,
s e h in g g a
JJra n h
p
25 atau 50 s e , kadang* * >
2
dengan b e lu m
m aka bunga
d a n k a l a u b u n g a it u d ip e r h i t u n g
500 a 6 0 0 %
sudah
mendjadi
b ia s a .
. D e m ik ian d ju g a di K edu d )“ f X d a ta n g
a ia r a n tia p h a r i d e n g a n tid a k ^ b erapa k e t i n g g a la n . U a n g
> ang te la h d ib a j a r d a n b e r a p a *0 r u p ia h u m p a m a n ja d ib a ja r
lunas2
b erada
d id e s a - d e s a
u n tu k
me
.
T io n g h o a
mkan9 uangnja keJ
d
P a d a o r a n g ta n i ja n g s e d a n g kesu m a s ih m e n g h i d j a u s e b a g a i 9 a ° H d ju r a g a n t a d i ja n g la lu
a fl p a d i ja n g
p anen J • d id ju a j
. d ip u n g u t
dengan
harga
sehari-lifl!'?93 kepada Petani sendiri untuk dimakan lainkan in99a akibat proses ini tak Iain me-
s ." £ e s z l ; W
i-”
S
.2 3
maksud untuk sekallpun’ sedikit banjak berpolitik peaduduk mj ! ? rgunaIcai1 kelemahan sosial dan tenaga buruh hal ^ I* 9, meni ebabkan murahnja untunqan baai 1 ? na tak Iain melainkan berarti kedjalankan atas das^r perusahaannJa J'a n 9 di" tidak mengabaikan r*konon|lan barat. In i dengan 9 uh 2 datang untuk membf mef a J'a n 9 memang sungnarnja, tetapi maksud Ha Wa kem adjuan dengan sebeumunxnja tak lain melainkan r pendi adi ahan pada tersebut diatas tadi ( D r p p S1j at “« n g is a p sebagai 202). • c
kehendak untuk mengisap uasaan atas m ana pengisapan
Selandjutnja A terdapat dimana-mamf K a - ^ j ^ an ^ahw a pengisapan ®aupun jang terpeladjar1 ,d m kaIan9an jang rendah dupannja maupun iann « Vj l° 9 ma’sib sederhana kehi' selandjutnja, bahwa fano f den9an P ^ e ^ n muka lebih pandai dan i u-ifT a i ar dan Jan9 terketerpeladjar. sehingqa m I r I ,US d ariPa d a ja n g tidak galannjal 99 mereka seIaIu m engliadap{ kega-
V on W iese sela d* dan golongan manusia meiVatakan bahwa orang2 dan wataknja terhadan anjak berbeda tentang sif^t orang terdapat janq tiu k n '“n,9isf pan ini. T id ak banjak kan keuntungan baq hT di untuk laIu m e lu p f lapisan terdapat tindakan sendiri- D alam segal3 3,1 erdasar nafsu untuk m e * '
pergunakan kekuasaan supaja menarik keuntungan jang sebesar-besarnja. 3. KORUPSI, PILIH KASIH, MENGAMBIL SUAP, dsb. Z am an sesudah perang dunia kedua ini terkenal kepada kita sebagai zaman korupsi, terutama didaerah republik dahulu sebagai negara muda dengan penjakit kanak2nja, tetapi djuga didaerah-daerah lamaja, seba gai seringkali terlihat dengan djatuhnja hukuman Pengadilan negeri baik diluar, maupun didalam negeri. D a la m zam an korupsi kita mengenai per ataa” sebagai koneksi, pilih kasih dsb.nja. Koneksi berarti p erhubungaa dengan 'seorang a.Jau P“ kumP ^ a?ni ter? m em bawa keuntungan. P ilih kasih, dalam m kenal d engan nam a t.s.t. (tahu sama tahu terhadap seorang kaw an , famili atau anggauta sesuatug Per* P^laa ja n g disukai karena perhubungan, atau djuga Pilih kasih terhadap seseorang karena su^p m endahulukan ia daripada orang lain M engedjar sesuatu keuntungan. K e d ja d ia n 2 sem atjam itu semakiin *n ^ j a W enm gkatnja kekeruhan politik dan 9 , t„ jara n gan 2 s’ehingga orang d ih a r u s k a n ^ ^ tu k m ^n d ap a ^ kan surat id zin lebih d ah ulu d a n jang berwaaj Perdjalanan, pe nqan gk utan dan P“ ? ambl'a" dis0® ^ n sebagainja. T ia p instansi jang d.l.w a harus r°ng dengan suap untuk memberi 1 zin i • ,
Korupsi
adalah
sebagai djuga
suatu
tanda -enudju
sifat tidak djudjur, p
bersifat m em buang-buang, kem.iskman ]
^ * n j8 H a n ja pem erintah jan g tegas* ®ehat, d im a n a rakjat terdjam in t a n n ja d a p a t m enghilangkan pen) fentu d engan disertai kepeartjajaan da
k^rurituhan
g
mcningjcat g
• kebutusegalaaja penghargaan p 9
rakjat terhadap pem erintahnja jang gung-djawab atas segala tindakannja. 4.
berani
bertang-
F O R M A L IS M E . M E M E N T IN G K A N B A N G U N A N LUARAN.
Formalisme djuga terkenal sebagai penjakit m asja rakat membawa golongan kepada keruntnhan. D alam mengedjar suatu tudjuan. sifat formalisme mementingkan tjorak atau bangun luaran sadja jang biasanja tertjela karena kelebihan2n ja. D ju g a sembojan2 jang ko-song dan tak berdasar kenjataan berisi a nd ju ran 2 kepada perbuatan atau tindakan jang tidak dapat dipertanggung-djawabkan. Lambat-laun tu d ju an golo ngan dilupakan, tjara usaha kini m endjadi maksud kumpulan. Kini golongan terlihat merebut pengaruhdalam kalangan pemuda, kuatir didahului oleh perkumpulan lain. „Pem.uda harapan bangsa” , adalah sembojan jang lalu mendjadi umum mengakibatkan d jug a pemuda2 tertarik dalam pergerakan dan kum pulan2. Terhadap hal ini pemerintah selajaknja bersifat tenang dengan penuh kepertjajaan terhadap tentara dan polisinja. D ju g a bersandar kepada kenjataan bahwa enga.i pergerakan2 ini baik dalam kepanduan maupun lainnja, terlihat tjinta bangsa dalam n ja n jia n 2 kebang saan dan sembojan- jang berdasar perdjuangan untuk kemadjuan negara, suatu kenjataan, jang oleh peme rintah harus diperhatikan dan dipergunakan untuk menjelamatkan diri dan negara. 5.
B E R T JO R A K P E R N IA G A A N .
G olongan djuga menghadapi keruntuhannja djika sifat perhubungan jang asli berobah dan bertjorak perniagaan akibat pentjarian keuntungan jang m akin hari makin kuatnja. D alam kesenian um pam anja deradjat kesenian akan hilang, kesenian ukiran Bali dan Kota
134
Gede (D jo k ja) akan rendah harganja kalau barang2 itu dibuatnja untuk perniagaan dan bukan lagi untuk mewudjudkan perasaan seni. A pa pula kalau usaha itu merupakan massa-produksi untuk melajani permintaan2 perabeli. Hasil tangan dengan lambang keseniannja jang menggambarkan ketinggian kebudajaan hidup bersama kini tak berbeda dengap hasil pabrik. D jug a dalam, olah raga dan politik kita lihat tjorak perniagaan ini djika umpamanja dalam olah raga se orang pemain tertarik keperkumpulan lain karena terbajangnja keuntungan didalamnja. D alam lapangan politik pun orang tidak asing dengan sifat ini, terutama dalam kampanje pilihan anggauta parlemen. dimana kekuatan uang dan beaja propaganda telah mendjadikan seorang terpilih jang pasti memihak golongan jang mengeluarkan beaja itu. Terutama Amerika mengenai sifat perniagaan ini baik dalam olah iraga maupun dalam politik sebagai tersebut tadi. 6.
S IK A P RAD1K AL.
Sikap radikal umumnja berarti mempertahankan prinsip golongan, tidak perduli akan pihak lainnja. Sikap jang dem.ikian ini dalam zaman revolusi umumnja bersifat terlalu kiri. Pertimbangan dibelakang prinsip partai didahulukan. D alam umumnja sikap ini mendatangkan sifat provinsialisme, chauvinisme (tjinta tanah air jang berlebihlebihan), sifat fanatik dsb. dimana pendirian membela daerah, pihak atau badan diutamakan lebih dulu. Bahwa sikap jang demikian ini menimbulkan konflik, perang dsb. sudah sering ternjata. 7.
M E M U T A R HALUAN.
D engan paham ini kita maksudkan proses perhubu ngan dalam suatu golongan jang merobah haluan dari135
pada jang dim aksudkan semula. Proses ini sering kita tjampur-adukkan dengan proses bertjorak perniagaan dalam arti perobahan halu an nja itu. W a la u p u n proses memutar haluan lebih lua-s pula. H a lu a n golongan jang disini berobah, dan bukan bangun atau n am an ja jang masih tetap asal itu. A n tara lain sebagai tjontoh ialah: Nihilism e, sebagai terutama terkenal di R ussia pada zaman revolu-si 1917, bermaksud u n tu k mengadakan perobahan dan perbaikan dengan lebih d ahulu merusak apa jang ada. Bukan kerusakannja itu jang dim aksud kan, tetapi hasil proses dan pem bangunan sesudah kerusakan itu. P raktik m enjatakan bahw a tjara dan maksud itu lalu m endjadi satu, sehingga kini mendjadi maksud dan tudjuan Nihilisme. N ihilism e sebagai suatu partai revolusioner di Russia banjak d jug a pengikutnja pada zaman revolusi Russia itu. D ju g a geredja Katholik pada zaman pertengahan mengenai keruntuhannja akibat sifat ini, kalau dipentingkan bukan lagi pengabdian terhadap T u h a n tetapi perebutan kekuasaan politik dan pemerintahan guna kedudukan geredja itu sendiri diseluruh E ropah. Radja jang ada dibawah kekuasaannja menentang geredja itu, penentangan mana disokong oleh anggauta qeredja itu sendin sebagai Luther, Calvijn, Z w in g li, dsb. dengan pendapatSnja jang bersifat merobah (reform ), artinja* mengembahkan geredja itu pada sifat asal dengan memoersihkan segala apa jang tertjela. 8.
PENGANGGURAN.
Pengangguran berakibat djelek sekali baik terhadap perseorangan maupun terhadap m asjarakat umumnja. la merendahkan tingkatan hidup, merusak achlak ke luarga, dan sering djuga memaksa ibu untuk bekerdja kasar untuk kepentingan orang lain karena upah jang 136
dibutuhkan itu. Lambat laun ia menjebabkan kekatjauan politik dan ketidak amanan, karena djikalau orang tiada mempunjai pekerdjaan dan penghasilan maka mudah sekali mendjadi umpan fikiran2 jang tidak2. Soal pengangguran ini terutama mengantjam negeri2 industri jang nasibnja selalu bergantung kepada konsumsi internasional, naik turun harga dsb. Pengaruh itu djuga bagi negeri kita sangat terasa karena pendjualan bahan mentah kepada negeri2 industri itu, pun djuga oleh karena persangkutannja dalam perhubungan dan perekonomian dunia. Tetapi oleh karena memang rendahnja tingkatan kehidupan dan kekajaan negeri kita pada umumnja, pun djuga oleh karena sifat bertjotjok taaam maka pengangguran tidak begitu terasa seperti di Eropah. D alam hal ini berbagai-bagai usaha dan penjelidikan oleh pemerintah jang bersangkutan telah didjalankan. Prof. J. W . Scott (inggeris) telah berpendapat untuk m engandjurkan supaja tiap2 buruh mempunjai kebon2 jang disediakan oleh pabrik untuk menanam bahan m akanan guna kepentingan sendiri. D ju g a ia menegaskan kepentingan pendidikan sekolah dimana kanak2 jang kelak akan mendjadi buruh atau madjikan dapat diinsjafkan benar akan kesosialan dan supaja djauh dari sifat tamak. (,.Unemployment: A suggested policy” oleh A . C. Black). § 4. 1.
Proses membangun.
T E R B E N T U K N JA L E M B A G A .
K ini kita akan melihat proses2 membangun. ialah proses dalam mana perhubungan2 jang asalnja hanja terkenal sebagai kebiasaan dipersatukan dalam suatu bentuk. Kebiasaan jang lalu mendjadi adat dan dari adat ini timbul lembaga jang lebih tegas pula bentuknja. D alam sosiologi arti lembaga ialah suatu paham
137
jang kekal bentuknja dan jang oleh golongan dipergunakan untuk menandakan suatu hubungan jang dianggap sjah diantara anggauta2nja. Sebagai tjoatoh lemaga a. . ialah: perkawinari, jang berasal dari perhubu^ ngan laki-isteri, keluarga sebagai bentuk hubungan u l ara.,°1ran9 tua daa anak2n ja, wakaf sebagai bentuk hak m,hk untuk kepentingan bersama. nl an ,Utn)a dapat djuga kita sebutkan adat2 jang sedlrh* golongan, terutama dalam m asjarakat r a t l t A ! an9at keras dipertahankan, dan pelanggakera un f Um jA antara lain: larangan sutH atau t Ken9m1)'a1k SUatu daerah i an9 dikatakan “1 I ‘ “ ah, SUatu Pert*uatan jang dilarang. k 2 T a d T ? kekekala“ ia berturut-turut ialah: lo n g an ), w alauni. ei? j 9 a' formasi, (pembentukan g°' dikatakan. P okoknia3 i a l " ^ k ^ 5 ’a " 9 tegaS t3'
dengan lembaga in ialah h ? i™3 )ang dimaksudkan Pada kebiasaan dan k ia" 9 ,ebih kuat dar" hargaannja dan mo i dalam pemakaian dan peng' Demikian ini untiX ™ ?. t1 i n9katan sebelum formasi. lem.baga lebih kekal l . j U J kan bentuknja, walaupun hidupnja daripada formasi. 2.
P R O F E S S IO N A L IS M S .
mengukur s e q a la ^ a ^ , ^ kcmadj ua” teknik ini kita djuga dalam perhuhim e? 9an harga uang. Demikian b e rd a s a r p e r i- k ^ a n u s ia
^
b^ a n ja
d ik e r d ja k a n
* * . kini t e r d a p T r j “ t: ‘ aU karena ke’p e ntin g an Pa-
pembajarannja. Pengurus jang meadap3t Banjak tentana <snal «. i . sal proses menghantjur * R dibiti arakan dalam P3" 7 11- § 3, 5) d L n ^ d i u g ^ d r , ^ (bab dapat permainan karena ,?= lkalangan olah raga ter' Perniagaan" kita melihat s o a p j ' 3® pasal ''Bert,’l ra! tni dari s u d u t k e r u n t u h a n 1Ifi
b a g i p e r k u m p u la n o la h r a g a it u s e d a n g k a n d a la m in i
k ita
m e lih a t
d im a n a
s u a tu
p e m a in 2
p e r ta lia n n ja
p e m b e n tu k a n ,
p r o f e s s io n a l
s a tu
sam a
la in
o r g a n is a s i,
ta d i
m erasakan
( a h li2 )
karena
pasal
s u a tu
p e m b a ja r a n
d a la m
KARENA
PERIM -
k e a h l i a n n j a it u . 3.
KEBEBASAN
ATAU
KEAMANAN
BANGAN.
3.
Umum.
K e b e b a s a n ja n g b e r a r ti k e a m a n a n d a la m te r d a p a t b ila m a n a t e r tja p a i p e r im b a n g a n a n ta r a te n a g j a n g b e r t j e k t j o k a n s a t u s a m a la in . T ia p g o lo n g a n m a n u s ia m e m p u n ja i n a u r i u n je la m a tk a n m e n g a ta si
d ir i d a n
s a la h
b e n tro k a n
ja n g
s a tu u s a h a
k a r e ^ a h
m engganggu
p
i
itu. D ju g a masjarakat sendiripun adah3h P“ dJ n a lu r i
b ersam a
am anan
h id u p .
u n tu k
m e n tja p a i
S e r in g k a li
e se a m
te rd a p a t
in t a h
bahw a
Pe“ c ” ™
n e g e ri a ta u d a e r a h b e r tin d a k k e ras u n tu k “ * * 9 k a n k e a m a n a n . M a s ja r a k a t d ia n tja m d a n d i a k ngan
k e k e d ja m .a n
baagan
tid a k
m e m a k a i k e k e ra sa n
te r tja p a i
dan
p e m b e ro n ta k a n
a ta u
sen)
dc_ ^
. P
kef ^ 2 'u d k a n ;
b u k a n b e r a r ti k e a m a n a n ja n g d i ‘t u t i d a k l a m a l a g i a k a n m e n d j e l m a
k e S ta n
„ n A ia d i m en J
k e k a tja u a n .
V ierkandt berpendapat bahwa d a t a
m e n t j a p a i p e r i m b a n g a n , o r a n g le b ih k a n h a s r a t t u n d u k d a r ip a d a m e m p e rg u
aan
"
..c a h a
s u a tu u n tu k
k e k e rasan. peng-
Hasrat tunduk dari a n g g a u t a ^ T n % ng W g aan te rh a d a p P em ^ m ta l? b id ja k s a n a dan a d il. M em bm a jn e m a n g te r d a p a t p a d a ™ a n u ^ a t a n g a d a l a h u m u m n j a l e b i h b id ) P e r k o s a s i f a t i t u d e n g a n d e m ik i a n
hasrat toa s *
tu n d u k J3 n g d a b in a -
d a r ip a d a m em * D e n g a n kekeJ • d end am d an
fa s a n b u k a n n ja k e a m a n a n te ta p i k e b e n tjia n te r ta n a m d a la m m a s ja r a k a t,
m udah ja n g
i -an
mendatangkan revolusi atau pemberontakan umum bilamana waktunja telah tiba. D jan g an pula manusia j^i erkekang dalam, masjarakatnja jang menurut ja buatan m anusia belaka. M anusia harus w afat • * UPu ™erdeka didalam nja dengan sifat dan mPTnn^rfn§ • bena r 2 terpelihara. Pemerintah harus diadi rn*1^ fUn£,i f eg apa Jaa 9 baik dan bukan menajadi permtang baginja. d ar^M o ^c Ieqislatif { dan
’j as P °htica” dalam tata negara den9an pemisahan antara badan
k e h a k ta a
baqai
d ,u r
?
f
U a d a n E >2 ) - e k s e k u t i f ( p e n j e l e n g g a r a )
^ rS a i\d a r
C h e c k s 9a n d b a la n c e s
bangan).
unfur ffl±
kePa da
ft?
nam a
p e r im b a n g a n
i n i se-
I n g a e r is n ja :
th e o r y
Daiances (teon pengawasan dan penm-
^ ’2 i ai erP! ndapat’ bahwa “ Sab usah3
tidak seratus perspn
an tena9a2 masjarakat walaupun
- n t j e g a h k e d j a d i a n , j r n g l f d ^ d i h a ^ n " 311' ^
'
K* 2 r atiSme ^
r ia n
ja n g
ta k
s i i k a ^ 113'
k^ i u z n . k e p a t ^a
k ita
sebagai
p e n d ir
kuno. Sudah barana ^ t mudah melepaskan adat lebih banjak terdana? A i” U bWa konservatisme i*11 jang belum boleh H -w 3?1 masi arakat sederhana atau masjarakat modem T ? takan m adju daripada dalad bangan dan keani^nf den9an sendirinja perim" masjarakat janq terse W banjak terdapat dala® Zaman kemadju Pertama itu. konservatisme, 7 a n ^ tidak menjukaJ bahwa dimana kemaHiH?3 ? e^ u ter^hat kepada kit® sana adat kuno mendjadi EroPa h ) datang di' konservatisme dan modern Selandjutnja diantara hhan mana jang baik da dapat diadakan pemi" tisme w a la u p u n tera-sa * u*ana jan9 tidak- K o nserva^ sebagai rintangan untuk ke" 140 a
madjuan sering mendatangkan rasa aman. D an pula djika kemadjuan telah datang untuk meng apus an konservatisme apakah jang akan mendjadi pengganti ..pengukur dan pelindung penghargaan jang ^ m b e r . pegangan untuk kehidupan jang aman dan beradab dalam masjarakat ini? Z am a n k e m a d j u a n m e m b a w a u ta m a
d a la m
soal
e k o n o m i.
. s if a t p e r s e o r a n g a n t e r S ifa t
P e r^ ° i a n ^
s e o la h - o la h m e n g is a p « « 9 a l a k e m a n t o t o W a p u n tu k
d ir i s e n d ir i.
B e rg an d e n g an
den9
o r a n g a n i n i k i t a m e n g e n a i r a s io n a lis m e 1
m e nq-
L aoionqan
h ila n g k a n a t a u m e n ip is k a n p e r ta lia n an d a n k e p e n tin g a n b e r s a m a ; p e n g o r b a n a n b e rsam a
u n tu k u n tu k
golongan m e n d j a d i t i p i s o le h k a r e n a n ja , s e b a g a i t e r d a p ^ dalam m a s j a r a k a t m o d e r n , w a l a u p u n za: m.u p 9’ zaman g e n i n g l a i n n j a s e r in g m e n e b a l k a n r a s a pe,rsa t itu kembali. O leh karena tiptoaja kolektif ini. akibat sifat iang radikal, jang makin menm91^ i A sat seringkali Periadustrian, maka k e r u n t u h ^ - g j i p p ^ . ^ ge„ dapat dibuktikan dengan m jg W raIg \ v jN ^Jj|^crj asar baliknja masjarakat jang ^ T ^^ra k v N ie b a g a i adat dan sifat k o n s e r v a t i^ ^ |tj ela Solongan sekalipun dala -* karena kelambatan sosialr Selajaknja dan sebagai d e ialah agama, dan ba Perasaan segolongan jang d a la m m a s ja r a k a t ja n g ^ ^ ^ s H B ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ u k u n j a k ita m e m a h a m k a n fik ir a n ja n g -■ Renungan In d o n e s ia " ja n g m e n g e kurang
le b ih b e r p a h a m :
k e b a ra ta n ,
te ta p i
d ja n g a n
. d ju g
k a ik n ja d ite n g a h - t e n g a h ja n g s e k ir a n ja m e n d ja d i k e b a i h e r a n b a g i k ita , b a h w a a n d ju r a n
d ja n g a n
iaiu
t e r la lu
k e tim u r a n ,
se~
c ra m b il s e g a la a p a 9
" D j u g a tid a k ^ m e n g u ra n g i u n tu K m y
k e l a h ir a n b e r d a s a r p e n d a p a t M a l t h u s
it u
a d a la h
s a tu * '
Ic in ia t a t ,r a s io n ^ is m e d a n k e m a d j u a n . L a i n d a r i p a d a • if an a l a n i d e s a , d i m a n a o r a n g t a k m e m p e r s o a lk a n k e m ak r^ b a n ia k a
v
i ^
* “" g a
reni 1
b a h k a n s e b a lik n ja m e n g u k u r k e p a d a d j u m l a h d j i w a , j . i . m a k in
nj ? ’ makin makmur dan terpudji, ka~
m a s in g *
d i t u 'r u n k a "
d a k u n f n / U tn ja d
j u
g
s e q a la
a
v' a j a u PJm
' t i d
b aran n
a
m a n u s ia
i
k
K
tiap
bagi
in i s e la lu
m a n u s ia berk e he n -
m e Iih a t s e g a la a p a j a n g b a ru ,
u n S k ir i b a h w a r a s a t a k u t te r h a d a p
R a s a ta k u t k ^ n a r f™
ltU , j u g a
m e n d ja d i
s ifa t
m a n u s ia .
konservatisme d j u ^ ' K n ^ 11 inUah ^ terdaPat d ?.la? karena hasil dh’ onservatisme bukannja terdjadi kepada ja n ' karena perasaan L t n k set* dalam konservatisme Ca itu terdapat sifat statis p e r o b a h a n " 3™
.
kZ b aru,
^ }Uga ba9i segala kemadjuan.
: : '
T ,
y
AN m ■ kem ™
AZ
a n .
m a ^ c a ^ c it ^ , t e h , S U a tu b a r a n g
b a r u h a s il p e n d a p a t
benar ..Kemadjuan z a m ^ ^ f .............. meningkat sendifin^a ^ k a -kita d*l ?5an9 ini ............Dengan daan
a n ta & - p e rb u a ta n
k
”1
la lu j a n g k i n i t e la h t e r m / ^ 9 p a k a i la g i d e n g a n a d a m a ' ^ m? k a t e k n ik « d*k
d a la m
haM w hi
d id ja d ik a n d ip e r s o a lk a n
£ a m endapat k b u a ta n b a r u itu
n
m engadakan berapa
. m odeI k un o
. Pel
'u k n
an ltu
dan
ja n g
t a k te r'
L!a t a u b a r u i t u . D e m i k i a n
i
Wa
s e ^ n .
e j L & n’ “ T hp^ ^ a tf
p e rbe -
ta h u n
u kuran
k e m a d ju a n
-m an,
dengan
a P * k a h m a n u s i a s e l u r u h rf u P U n t i d a k , d e n g a n P&"
optimistis berpendapat b U
1 D arw in i an9 bersif3t
k e p a d a p e r b a ik a n b a q i m e ^ t p e r ° b a h a n s e la lu m e n u d ju b « ang
s e g a la
b erpe ngaruh
apa
d a la m
j a „ a ^ M ® t ia ” 9 ta n 9 k a s m e m ik i t ‘k ir k a n
dan
m e® '
, b e r 9 u n a - s e la n d ju tn ja k e m a d j u a n i t u t a d i.
A da kalanja kemadjuan ini dapat diukur dengan mengadakan pertimbangan2 dan kenjataan2 antara jang baik dan jang tidak. Tetapi umumnja ia l a h kemadjuan ini tidak mempunjai ukuran sendiri, s e h in g g a ta apa kenjataan, b a h w a kemadjuan b a g i jang satu e:r a i •! k e m u n d u r a n b a g i jang lain. Z a m a n , k e b a n g s a a n d s b menentukan perbedaan dalam memberi ar 1 eP _ kemadjuan s e l a n d j u t n j a . Karena kalau kemadjuan m , berarti mendalam.nja sifat perseorangan dan rasionalis*me, jang berakibat pemisahan dan kelemahan bag1 g longan. tidakkah ini sebenamja suatu kemunduran. Dan demikian djuga sebaliknja. Konservafsme jan £k are n a keteguhannja kepada jang lama dan o e dianggap suatu rintangan bagi kemadjuan J * a h k n , a memperteguhkan s i f a t golongan, artinJa P t kan persatuan. Tidakkah jang dem ik*n >tu kemadjuan d a n b u k a n k e m u n d u r a n a u Persatuan dalam golongan jang bertam.bah kekal kaBangaanimana selandjutnja, kalau kita «ndjau tera‘ jang ^ n g a t teguh itu, diperbandmgkan cleng beri!andar ®asih lebih banjak mengharga. sifat koleK b ik adat, agama dan lainnja? Jang ” a“ kah >“ j>ud7 k e dari kedua matjam itu dipertim bangkan dan s u d u ^ ^ amanan, baik mengenai lahir maupur. bat, _ erdjuangan nja bahwa orang j a n g telah 'a . ^ kembali kedesa hidupnja dalam suatu kota menghe n tetapi dimana seal hidup bukan bers.fat F ,e rd „ » a n g a n .^.P bersifat penerimaan rachmat dan T rah dan bertawakkal........... . j. untuk meDalam sosiologi memang pe 9 j iri tentang “ gadakan penjelidikan dan tindjauan tersendir soal kemadjuan ini. 5- N A F S U M E M B A N G U N .
D alam
menindjau
sedjarah
.
tentang
scsiolog.
mpmKa11161 atj ^ Wa manusia ini selalu bernafsu untuk diri Hari^Un’ , en? an beberapa terketjualinja, jang terpersatuaiwf;^ 3 ?e^ u merintangi dan menentang iT Z f P ^ ^ j y a n untuk pembangunan. nihilisme da!!193 3 ketahui. bahwa d jug a dengaD jang mendjadi sekaliPun' bukan kerusakan ....... pembangunan9 se“ & f e kan d a ^h a ^ H n 1193 revolu'si kita melihat kerusa-harapan ialah u n t * ! ^ 33 ,apa J*an9 bersifat kuno, tetapi pula ah Untuk membangun atas dasar jang baru m a s ja ^ k a r t ^ n 119 umum sekali bahw a dalaffl impi-impikan zama n a ’ 0ran9 lebih banjak meng' l'an9 masih niala *1 emaS *an9 telab lampau, zaman dan kebahaqiaannia - n9 ,n Pia karena kemakmuran kan kembalinia nar^*an® sek‘ranja tak dapat diharap' daripada melihat k e m u k ^ d p Sekaran9 Lebih suka hadapi zaman nerhaika den9an usaha untuk meng' 2aZ a m i3n9 telah lamPaun itu°ran9
merenun9kan
akan
vatif-dibuang, a g a ^ d a n a f 11611^ 1' 1 SUpa,a sikaP kons0r'* a)iran untuk madju iann™ ma?Jarakat ikut serta dalam sikap konservatif ini 9, nudJu Perbaikan. Membuang pcrintang segala raen9bantju.rkan tenaga pembangunan baru. ,u an ’ menudju .djuga kepada baginja. T jobalah kita^rnoV?* berarti djuga kekekala11 manja Batu tjandi dan £ * ^ eadaan di Bali umP3' menjebabkan ahli ukir u n h it ,ang Iekas hanVUf ngunana itu p emb . 1ltuk membaharui selalu ba' kepandaian itu. Lain u m n f lni bera*ti memeliha*8. «kir dipulau D jaw a Z ^ n}a den9a n keadaan sen* 13 berasal sama. Selain a U.PUi1 menurut sedjarahnja mematikan seni ukir d ip u laT n adanJa iang aipuiau D ,aw a itu, maka pertam3
ia l a h b a h a n te r a s a n ja
ja n g
le b ih
k e b u tu h a n
k e k a l ja n g
bagi
m e n d a t a n g k a n tia d a
o ran g
D ja w a
u n tu k
s e la lu
m e m b a h a r u i d a n m e n g u l a n g i k e s e n ia n it u , s e h in g g a s e n i it u
la m b a t
tja n d i h a n ja
la u n
B o ro b ud ur, m e rupakan
k e h id u p a n n ja
m a ti
dengan
P eram b anaa m onum en
.s e b a q a i
seni
s e n d ir in j a . dan
s a d ja bagi
P e r h a tik a n
la in n ja
dengan
tis
m a s ja r a k a t
jangkmi a
j iw a
sekarang.
S e o r a n g a h li s e n i b e r a a m a M a r in e t t i d i It a lia p a d a ta h u n 1910
m engum um kan
kuno
b a ik n ja
1.
dengan
d ih a n t ju r k a n
b e r a n i, s a d ja ,
ba w a
asi
m a k s u d n ja
ia
seni •
M e m b e r i h a s r a t m e m b a n g u n b a g i s e m m a n u n tu k
o ie m b u a t j a n g b a h a r u . 2. S u p a ja o r a n g tid a k
h a n ja
... m e m u d jx - m u d ji
j a n g l a m p a u d e n g a j i k e s e n i a n n j a f h i n 99® P e r h a tia n t jip t a a n b a h a r u j a a 0 tid a k k u n r n g M u n g k in M a r in e t t i d a p a t d ju g a r a e m b u k t ik a n k e b e n a r a n t h e o r in j a k e l a k ^
°
pe.r a n g ®
in i j a n g t e l a h m e n d a t a n g k a n u m u m n ja . S e d ja r a h a k a n ^ Ja , w a l a u p u n r a s a s a ja n g k e p a
’ J
t e la h d ih a n t ju r 9
k a n i t u t a k m u d a h d a p a t d ia t a s i.
145
BAB V III
TEORI GOLON GAN Dalam peladjaran tentang proses masjarakat telah d iu r a ik a n
p a n d ja n g
m a s ja r a k a t K in i
ja n g
dengan
le b a r te n ta n g
d is e b a b k a n
m e n je la m i
perhubung an
o le h
g o lo n g a n 2
d a la m
te n a g a 2
m a s ja r a k a t.
dalam
m a s ja r a k a t,
i . " ju d a h la h k ir a n ja k ita m e m p e la d ja r i „ d jiw a ' m a s j a r a k a t j a n g m e m b e r i h i d u p k e p a d a n j a . D j i w a mas ja r a k a t
m e n g g e ra k k a n
s ia r a W la in
^ rena ud ?
9aa
p r 0 ses2
Pe rh u b u n 9an
k e m a s ja r a k a ta n
d ia n t a r a
a n g g a u ta ^
Pe n9 a ru h - m e m p e n g a ru h i
s a tu
ja n g
a#' sam a
iana t e r S " " , ? ? 11 mana diPen9a™hi oleh kedjadian io n L n A v j " “ asiarakat itu sendiri. D jiw a gokepada baik f-’rl V UP ataupun tidak, tergantung nja itu Kekal H |a ? erhubun9an diantM a anggauta*' lama Wa t UDi lS,m berarH kala” golongan itu hidup k u m p u la n
ia n a
j - j 9 9 ,a U t a n , a
te la h
b e r g a n t i - g a n t i . P er"
daa sekarana ^ lkan Pada tahun 1889 umpamanja walaupun a n q q ^ fa disebutkan kekal hidupnja Banjak sedik* ■ j- ,ai59 asli telah berganti sem ^; teba] tipisnia rasa^a an99auta mempengaruh1 Umumnja banasa ia i ^ kehormatan anggautanl hati terhadan ha ^ ^ djum jahnja merasa kety1 dapat m S d f o l- n 9na , ]an9 ^ besar' “ hingga tidak hadap banqsa lain . ^ f n sifat kebangsaannja ter hannja, sekalirm 1 U’ ,uah terhadap negeri djadj3' iang m e S f a h 1 ,nC9Cri k b ih besar daripada negf* Belanda sebelum' pw anq ^ India"}n 9 £>eris, I ndoneSl3 Sebaliknia A f 9> K on9°-BeIgia. dsb. rasa bangga kire^a ke"933 T ion9ho^ Ja n 9 selalu %Q djuta d ju m la h n ja ‘itu s e k a fiD ^ 311 ban9San)a j angt da' k e a d a a n tafia,, u i a “ P u n n e g e r i n j a t e r d a p a t ekonom in,? bers f U 3 ^ u - dan keadaan sosial' oersirat stat.s didalam pandangan bang** la m
lain. Kebanggaan kebudajaan bangsa Tionghoa djuga mengenai kebudajaannja jang lebih tua daripada ke budajaan lainnja, sehingga Tiongkok memandang negeri2 lainnja rendah, baik dalam kebudajaan maupun dalam tatanegara. Dem ikian djuga bangsa Indonesia, walaupun tidak lalu diharuskan untuk merasa bangga, seharusnja merasa insjaf akan 'kebesaran djumlah keanggautaannja itu (70 djuta) untuk memperdalam rasa kebangsaan. Disini hanja persatuan sebagai suatu bangsa jang dibutuhkan untuk mewudjudkan sifat bangsa jang kekai dan terhormat, sehingga sama tinggi deradjatnja dengan bangsa2 lainnja diseluruh dunia. U n tu k m udahnja dalam peladjaran dan penjelidikan kita bagi golongan itu dalam: A.
golongan pasangan (laki-isteri dll.)
B- golongan luar sifat perseorangan: 1. massa, atau himpunan besar 3.' C-
sempit ( golongan jang asli).
golongan bukan perseorangan: 2.
golongan ^ r u p a
lentjana
(lambang): pandji
D e t: 9Pi t hgiad:b;ni
„ ^ djumlah orang sadja jang ^n g an . Paham golongan djuga fLicok atau jang tjdaknja anggauta2 tidak didjadikan P sama sekali tidak diperhitungkan lagi.
§ '■
1,
G o lo n g a n
P asangan.
P E M B A G IA N .
Pembagian pasangan menuru Sebagai berikut:
Von
W ie s e
, , , a d a la h
147
a.
Pasangan jang sesungguhnja: (a) pasangan menurut sekse: laki-isteri. (b) pasangan menurut keturunan: ajah-anak. (c) pasangan persahabatan
b.
Pasangan jang tidak-sungguh: hakim — terdakwa; opsir — pradjurit dsb.
Keterangan: karenl31?! b disebutkan „pasangan jang tidak-sungguh". baqai kphaV^11*3 j sosi°^09i memandang hakim setentaraan c*?311 °Psir atau pradjurit sebagai keberqolonaan6^ 1" 3 per^ ubungan tak dapat dianggap bergolongan pasangan sebagai dimaksud disini. 2- S E P A S A N G L A K I- IS T E R I.
m e n g a n d u n g ^ a r t ^ la a o ^ !^ pemba9ian ini sebetulnja karena sifat perseoranaan Uraian golongan umuffl, tetap tidak begitu b e r o b a h n ^ 99311^ masing2 ^ °gan tak terdanat HmJi . J1Wa sebagai satu golo membawa sifat2 n amnja. Laki-isteri seolah-olaj* dikatakan adania m -,1 3 karenanja belum dapa golongan. Kekal rA ? n ? an, Perkawinan jang b e rd ji^3 kepada hanja Irg an tu flfl disesuaikan ataupun tidak!
a sendiri, jang dap
banjak d itin d ja ^ m a s f n ^ m 31” ^ an99auta2nia leb£ seorangaa oleh «>1vak menurut w atak dan sifat p cT. disebut djuqa oolnrma mana 9olongan pasangan in) sosiologi Pandangan teT h ^df0! 31! ? 3!1' w ala“ Pun d ala* nja keluarga ini ta’ horl, kedudukan dan pentifl9 bersama. D juqa ta’ h 1^ j 9 sebagai him punan hidup ahli sosiologi di p A f! 3. diabaikan, bahw a beberapa y t^erantjis, Amerika Serikat dsb.nj9
memandang perbaikan keluarga dan anggauta2nja ini sebagai tindakan pertama untuk memperbaiki masjara kat seluruhnja, baik dalam achlak maupun dalam keniadjuan umum. § 2.
G olongan luar-sifat-perseoran.gan.
Kita mengadakan pembagian golongan ini dalam tiga matjam (Iihat pembagian diatas) dengan maksud untuk dapat membeda-bedakan satu sama lain dengan lebih tegas. D alam klompokan umum dan klompokan ketjil kita melihat perhubungan jang lebih renggang. 1- M assa (him punan besar) dan 2. H im pu n an ketjil. a-
Umum.
K alau kita m elihat disalah satu kota besar ditempat ra m a i, d i S u r a b a ja u m p a m a n ja d i T u n d ju n g a n , d i
J
J
J^alioboro, di D jakarta Pasar Baru dsb., pagi atau sore banjak orang berdjalan kian kemari masing* dengan ^ p e n tin g a n dan fikirannja sendiri, dengan tiada per hubungan atau pertalian satu sama lain. [engah2 klompokan umum itu ada beberapa or g hhat kepada suatu djurusan seolah-olah tertank per hatiannja dengan suatu kedjadian entah aPa* .. Satu dua orang lainnja berhenti djuga a timbul Perhatian oleh karenanja. D a l a m hati mereka timbuJ Pertanjaan: ,.apakah gerangan 1 1u ' . H im punan ketjil jang terdiri o le h karen®“ J.
-tu men. . tuk
kati arti golongan dan seolah-olah m erupakanbentu
P ^tengahan
antara massa dan golongan dalam art,
^ P e r ta lia n dalam himpunan ketjil tidak begitu-apat. ran g 2 jang datang melihat d^ 9 a" ^ s k a n perdjalanannja, kalau telah nj aPa jang terdjadi.
bahwa tiada
149
Lain pula akibatnja, djika andaikata seorang agen polisi bertindak dengan kekerasan terhadap himpunan ketjil itu, Ia memukul dan menjepak him punan itu untuk mengusirnja, m,enganggap him punan itu sebagai suatu badan. Dengan sendirinja kini dalam him punan terdapat pertalian jang erat dari semula. O ran g berteriak • memprotes polisi itu, merupakan suatu badan dalam menghadapi pengusiran itu. Mereka merasa bersatu nasib, merupakan suatu badan untuk membela diri. ojarat untuk himpunan ketjil sebagai diuraikan iniialah suatu tempat dimana orang2 terdapat dalam bcrbagai sifat, kepentingan dsb., djadi bukan didesa. imana pertalian golongan selalu terasa, tetapi dikota dimana orang^ terdapat beraneka w arna sifat dan tjamnja^ b-
D i _Kote dan Desa.
d id ia lan ^^«a an® ^ nc^ ut usianja, dilanggar dokar serentak af 9 desa lainnja jang melihat it" nja ada i l l 9 menoI° ? 9 n )a, ada jang’ mengikat lukaiang m e S ^ T 11" 11 d iu™ ra™ t desa dan ada k e rL a h n ia n T nja Untuk membawa Pak A ® 1” diperintah ,e™ranf i u " bertindak dengan tidak usal> kenal pada P a k ^ ^ & Jj'eml3eri pertolongannja karen3 talian seqol o ^ dan ° ‘eh karena kekaIn’3 I n dikota 2 * 8“ dldesa itu. lain daripada keadaan T j o n t o h t " , r v atu tidak mengenai jang I * * ’ Sidin idafah t ^ akan » “ a mbah p e n d j e l a ^ P ada s u a t h a r i S ®
d
T
^
P ak
A m In
dan oleh karena u dikota. M a la n g sekali nas* j L telah dUabrak l l T 9 be^ a ti- h a ti ag a k n ja , S id * orang janq datann m " a d ja tu h dan lu k a 2- B a n )3
a tftU X 150
^ ar
u 5 ‘5 S S 3 W ?
t e r li h a t b e b e r a p a lo a g a n n ja .
Ada
o ran g ja n g
la in n ja
m e n ju m b a n g k a n
m e m a n g g il d o k te r a d a
pe rto -
p u la ja n g
m e m a n g g i l p o lis i. J a n g l a i n b u b a r d e m ik i a n s a d j a k a l a u t e la h t e r n j a t a b a h w a j a n g d i t o n t o n ,,t i d a k m e m u a s k a n S ifa t
s e g o lo n g a n
d id e s a
m erupakan
k e s a tu a n
.
d a la m
t i n d a k a n , l a i n d a r i p a d a d i k o t a d i m a n a p e r t a l ia n g o lo n g a n d id e s a m e r u p a k a n pada ada
d ik o ta
k e s a tu a n
d im a n a
s e h in g g a
d a la m
p e r t a l ia n
tin d a k a n
's o s ia l
tin d a k a n , la in
g o lo n g a n ja n g
h a m p ir
tim b u l
d a r i t id a k
d ari
rasa
s e g o l o n g a n s u k a r d j u g a d ih a r a p k a n n j a .
c-
Penonton bioskop, penonton sepak-bola dsb.
Sama dengan himpunan manusia^^. tengah-tengah massa karena perhaUj£Hj|| hal sebagai terlihat dalam tjon^jfC JtW ij kita kenal perhatian jang Penonton2 bioskop, sepak bol Matjam Iapisan dengan berfc tertarik karena kepentingan ^ tontonan itu. Demikian djuga n9undjun gi tjeramah, pertandii Ada mew a
d ju g a
se h in q a a
<*•
k a la n ja
te r h a d a p
o ran g
seorang
s e o la h - o la h
ada
m<
p e m .a u
__
p e r t a l ia i.
jang , u
H im punan bersentim e,, M asa pembevontakan dan revoifusi. S e la n d ju tn ja massa dan him punan lcetjil ™ tak ^
J p is a h k a n
dengan
te g a s .
B a ta s
ja n 9
tl rt-Pb n t d ia t a s
J u g a , ketjuali suatu kenjataan sebagai t m e bahw a h im p u n a n ketjil itu tim bul d a n mass,* d m d ^ g a ^W a
ia
telah
memperlihatkan
J
e?n°
J
ak
d e n g a n s u a tu tin d a k a n b e rs a m a . j ; -n t a r a o r a n q 2 t e r d a p a t d a l a m m a s s a s e b a g a i t e r n j a t a d ia n t a r a o r a n g
151
semuanja jang berkelujuran di T u n dju ng an tadi, satu sama lain dengan tiada saling memperhatikan. Ketjuali dalam soal massa-aksir dim ana sebetulnja terlihat tindakan himpunan ketjil jang meluas pada massa. Sebaiknja kalau kita perhatikan rapat raksasa atau demonstrasi menentang pemerintah um pam anja di" orang berkumpul untuk menjatakan perasaan tidak setudju terhadap suatu tindakannja. O ran g jang datan<J itu bukan terdiri dari anggauta suatu partai, tetapi dari bermatjam-matjam, aliran dsb. Seorang tampil kemuka sebagai „pemimpin dan mempengaruhi klompokan dengan andjuran2nja jang m.engadjak kepada suatu tindakan. Him punan jang demikian itu m udah mendjel' makan suatu aksi, jang seringkali tidak dapat dipcf" tanggung-djawabkan, mengamuk, merusak, menghantjuf T n n l T ' ; PemimPift" tadi mudah mempengaruhi him;
Demtam„ S sn T a
rU5a^ ' dan d’ika ia tangkas maka sifat T
l
Ini umum ■ ruhi ma a n X f ' I
^ Pa,d a n ia a c h irn ’ a d !a k u i d ’ u 9 a Un]
, ^°r
ia a kan dilupakan begitu sadj32aman revolusi jang mempen9a meliPuti a " 9 9™ ta m asjaraka'
ketHl r ! f ™ 9?3 bett)orak dan bersentimen himpUnan lo n o a n a tl ,an9 membutuhi tindakan setjara seg°' kan9 l r ‘aUt hT PUnan ^etjiI untuk niewudjudkan tind*' di pSanH? membangun, sebagai telah kita kei>a> djuqa d ^ S n r l ami masa revolusinja, di Moskou. P«* Buna Tnmn J a T 3an Pedstw a bendera dan za^aO
T TT
oung lo m o pada tahun 1945
U
halarn ^ B™ dala™ bukunja , . f * dan modus™ J men9atakan tentang kelomP°ka* s e b a g JtZ r " ia (t)ara tindak- n ja ) antara ta-
C row d
«u bagaimana d ^ f c ^ a 152
I
t a b ia t ,
p e k e r d ja a n
pakan
s u a tu
. m ereka d ik a n
d s b .,
h im p u n a n
d jik a s e k a li m e r e k a
it u
i n i m e n d a p a t f i k i r a n s e g o lo n g a n , j a n g m ereka
d a r ip a d a
d jik a
in i
m eru
t e r s e b u t t a d i , m a k a s e o la h - o la h
m ,e m ik ir ,
o r a n g 2 it u
b e r tin d a k b erada
dan
d a la m
m e n d ja -
m e r a s a la in keadaan
te r
s e n d ir i. D i s i n i t a m p a k s u a t u k e n j a t a a n b a h w a a d a s if a t dan
perasaan
tid a k h in g g a dan
ja n g
m e rupakan h im p u n a n
s ifa t
tid a k
s u a tu ja n g
i s t im e w a
te r w u d ju d
h im p u n a n d e m ik i a n
ja n g
a n d a ik a ta
m ereka
p s y c h o lo g ie
it u ,
se
it u m e m p u n j a i b e n t u k
te rb e n tu k
d a ri
a n a s ir 2
ja n g
b e r a n e k a t j o r a k d a n s i f a t n j a , m a s in g 2 b e r b e d a d a r i p a d a sif a t h i m p u n a n
ja n g
b a r u t e r t j i p t a it u .
3- G O L O N G A N D A L A M A R T I S E M P IT (G R U P P E ).
a*
Umum. D jik a
d iban d ing k an dengan him punan maka dalam
Solongan (G ruppe) jang dim aksudkan disini kita akan M e n d a p a t:
*
(a )
k e k e k a la n
ja n g
(M
lebih b an ja k djum lah anggautanja.
(c )
tid a k
b e g it u
le b ih la m a h id u p n ja .
te r g a n tu n g
kepada
d a ta n g
p e r g i n ja
a n g g a u t a 2n j a .
D efinisi golongan. Berdasar kepada tiga kenjataan jang b I la«9 hampir selalu terdapat dalam 9 °l°n0®” ' “ aka ^ -apa A sosiologi telah “ S . *at tentanq arti golongan itu dalam oeoe h A -l- kita kenal definisi berasal dan V o n W iese ,ang ^engatakan sebagai berikut: m3ifc,,dkan perhub D engan Griippe (goiongan) i a berkumpul dan ungan2 orang2 jang demikian J ianqqap bersatu bersatu sehingga orang2 itu dapat diangg p 9°longan.
D engan ta k a n
paham
d ju g a
ja n g
d e m ik ia n
bahw a
in i k ita
k e b a n g s a a n
d a la m n ja : k e b a n g s a a n r a h l e b i h la m a .
a d a la h
g o lo n g a n
d a p a t m engate r m a s u k ja n g
di-
b e r s e d ja -
Dalam himpunan kita masih melihat djum lah orang berkumpul. D alam paham golongan djum lah orang2 sudah tidak begitu terasa, terutama pula dalam gol°' ngan bukan perseorangan (C ) sebagai dalam golongan gaib ( C M ) dan golongan berupa lentjana (C-2) di man3 orang tidak memperhitungkan pula ada tidaknja orang2 sebagai anggauta jang tertjantum didalam nja. c.
Sifat kekal dan tersusun dalam golongan. S if a t a i n i s e la lu k i t a
d ju m p a i d a la m
q o lo n g a n
d a la m
m e m p e r b e d a k a n ia d e n g a n h im p u n a n .
(1)
Sifat k e k a l .
s a , ! i k ^ ™ l Se0ran? P“ d)an99a Junani. telah mefflFf kekal w ak ? " 9^ mi dengan suatu P °h ° « !a n 9 hidUP K ekeW PUn ,daUn nja b ^ 9 anti-ganti. lonqan ih r 5! gan berbcda menurut matjam 9°' erd.ad, t l n9an,'perdialanan' *alah golongan S a n t , ? Pe,rdialanan (naik hadji. perdjalana’
m a M a m ’ kelu'L 9 3 k i t a m e I ih a t k e k e k a l a n i n i m e n u ^ n i a r e m n ^ rw i , a n 9 t e r u t a m a d a l a m t j a r a p e r k a w i n ^ '
tidakn ia P n ^ atka? ,Pe r W a a n n ia ^ m e l ih a t
la k i
.
™ m ah orana f
ar9 a
n - ,an9
m o dern
b ah aru
sifat u m p a m a n ja
ka™
m e n in g g a l^
sudah perkawinan !tu nD e n a erU7 h f " " 3 I
dert**
semua dan orang tuanja telah meni-^9
dunia. D alam keluarga perajahan (patriarchaat), dimana sesudah perkawinan si-isteri berumah tangga dirumah suaminja, maka kekekalan keluarga dapat terpelihara, sebagai kita melihat dalam keluarga zaman dahulu (Rum, funani, H indu, Indonesia dsb.) dan dalam beberapa keluarga masjarakat, jang sederhana dimana keluarga mendjadi pusat masjarakatnja. Keturunan laki2 sangat dihargai dalam memelihara hukum, agama dan djuga ,')emudjaan nenek mojangnja, sedangkan isteri, kanak2, budak dan lainnja merupakan anggauta pengikut dalam masjarakat. Isteri mengikuti atau diantarkan kerumah iang lelaki dalam perkawinan sebagai kita lihat di Djepang, Tiongkok dsb. (2)
Sifat
t e r-s u s u n.
O leh karena sifat tersusun dan teratur dalam golon9an ini, maka golongan dapat memperlihatkan wuJ u d n ja djuga dalam salah suatu perkawinan, jang dapat dianqqap mewakili golongan itu. Delegasi terdiri dari beberapa orang, dapat djuga terdiri dari seorang dengan membawa pertanggungan djawab atas segala perbuatannja terhadap golongan itu‘ • u . p egawai adalah djuga sebagai suatu alat pemennta )ang terutama harus menjesuaikan diri pada a irai\ Pe.idirian pemerintah dalam politiknja. Dalam tin aJa ia terikat kepada pertanggungan djawab ter^ ^ h a d a p pengeluaran uang. Lain d a r i p a d a z a m a n ^fP o le o n umpamanja dimana pegawai nf ger‘ ,, f sebagai suatu bagian dari „alat pemerin a , * ntung-rugi dalam segala tindakannja a , , . £egara, dan sebagai pegawai sendiri ia , j kesalahan dalam segala tindakannja dalam met dj D iuga sJorang radja harus menjesuaikan din ^ P ^ * rakjatnja. jang sebaliknja menganggapnj 1^5
lambang dan sebagai penelenggara kekuasaan pemerin tah. R adja adalah untuk rakjat dan bukan rakjat untuk radja, sebagai kita umumnja melihat dalam abad pertengahan pada zaman keradjaan absolut dan pada zaman feodal, dimana pertanggungan radja terhadap golongan rakjat atau kebangsaan tidak ada. d.
A sal golongan.
Vierkandt dalam hal ini berpendapat: ......... disanasini terdiri golongan tetapi masih tiada dapat dikatakan terdirinja suatu golongan sebagai suatu m asjarakat....... ”♦ riendaknja dalam uraian itu djelas bahw a jang kita saksikan dalam kehidupan sehari-hari ialah berdirinja golongan2, sedangkan berdirinja masjarakat tak dapat kita katakan dengan tegas. Sol°ngan ini terdiri oleh karena: k lt L v n l modprn
U AmanUf a\]an^ mendjelma dalam bentuk L SU bangsa dsb. D alam masjarakat
tuk b io lo g t d a ib L
* . ’i .
,a
ihat keIuar9a sadja sebagai ben-
i kibat, Pf imban9an antara pengaruh kebatii>«»
s ,i5 ” r k
p’ d'
p a S A s a l M , Untf Pendjelasan baiklah Pasal. Asal M asjarakat bab II pasal 4. e'
P^wbagian golongan. Golongan dapat kita bagi menurut:
156
d iu l* * '
1. 2.
luas-sempitnja; tjara terbentuknja: a. golongan natur, jang terdiri dengan sendirinja: keluarga, suku bangsa dsb. b. golongan jang dibuat manusia, dimana termasuk segala kumpulan2 sosial, ekonomi dsb. Berdasar kepada pembagian jang kedua ini kita mendapatkan pembagian jang dikemukakan oleh Tonnies ialah sebaqai telah diuraikan dimuka dalam bab 1 pasal 12. (b). Perhatian: D alam uraian jang sudah2 itu kita mengetahui bahwa apa jang diterangkan bagi masjarakat djuga dikemuka kan dalam keterangan bagi golongan. In i adalah oleh karena jan q dimaksudkan dengan golongan kita melihat bentuk, sedangkan dalam uraian masjarakat kita ®elihat proses jang sedang berdjalan didalamnja w a laupun perbedaan ini kadang2 djuga tidak dapat ditegaskan dengan njata. Selandjutnja dengan menerangkan w«djud dan sifat golongan kita mentjoba mendekati Paham masjarakat jang sungguh luas dan s u k a r uraianfl'a itu. Selandjutnja kita ingat pada pendapat \'ierkandt, janq menqatakan bahwa walaupun kita dispamelihat terbentuknja golongan belum d^ at ^ dikatakan bahwa jang terbentuk itu adalah masjar k dalam paham umum. ^
D jiw a golongan. Tiap2 anaaauta qolongan mempunjai tjita an an9an2 terhadap golongan jang berbeda-b*^a “ enurut Perseorangan masing2. Kesatuan pen ap J ^ dari sebagian besar anggauta itu tc” tanS 9 ^ d a P golongan merupakan d j i w a golongan dan senng d^ 9 a terwudjud sebagai tjita* golongan itu. 157
D jiw a golongan jang demikian itu tiada terdapat dalam gglongan jang bertugas untuk menjelesaikan salah suatu pekerdjaan jang tertentu, um pam anja panitia penjelidik keuangan. panitia penolong korban perang, panitia tiga negara (jang mengawasi perselisihan Indonesia-Belanda) dsb. S ifat hidup sebagai djiw a dan tjita2 gologan tiada terdapat didalam nja. Tindakan golongan tim bul dari kehendak bersama jang seringkali sebagian merupakan perlaksanaan dari djiw a golongan itu. Lain pula dalam perkumpulan koperasi, dimana djiw a golongan ham pir tidak ada atau hanja terdapat sangat tipis sekali. U m pam anja sadja dalam membagi keuntungan. anggauta2 lebih suka memikirkan untuk menerima keuntungan itu sadja guna dipergunakan sendiri daripada memikirkan untuk mempula11113^ 11 keuntungan itu b a9‘ kepentingan perkumD ju g a biasanja terdapat bahw a djiw a golongan mempertundjukkan diri dalam tindakan untuk menjelamatkan perkumpulan atau mempertahankan hak2 perkumpulan terhadap perkumpulan2 lainnja. D jiw a golongan memperlihatkan persatuan jang erat terutama bilamana golongan menghadapi bahaja. D ju g a dalam hal ini per kumpulan koperasi berbeda dengan perkum pulan lain nja. Disini kita um um nja melihat pembubaran dari kumpulan koperasi tersebut, djika sekiranja keadaan. mewudjudkan bahaja atau kerugian bagi anggauta2nja. Ini jang menjebabkan peraturan pemerintah bagi kumpulan2 koperasi untuk menetapkan pertanggungandjawab jang tetap berdjalan sedikitnja setahun sesudah keluar sebagai anggauta terhadap segala tindakan jang mengenai keuangan. Selandjutnja djiw a perkumpulan dan kehendak bersama dalam, golongan selalu terdapat isi-mengisi, dan tjampur-mentjampuri dan tak dapat dipisahkan satu sama lain.
158
g.
Rasa H id u p dan Hasrat H id up Golongan.
R a s a hidup golongan sangat orapat bergandengan dengan djiw a golongan sebagai diuraikan diatas, Sjarat untuk menjatakan adanja rasa hidup ini ialah: 1. 2.
persatuan jang njata. Pembedaan jang tegas dengan golongan2 lain.
Kedua sarat ini dapat lebih tegas dilaksanakan dengan adanja pandji2, uniform, hidup bersama dalam asrama, nanjian golongan, kerdja sama dan sebagainja. Rasa hidup ini tumbuh kearah angan2 perasaan dan kehendak golongan. Dalam beberapa hal ia dapat di persamakan dengan nafsu distinksi jang terdapat dalam tiap2 manusia. Rasa hidup ini mendatangkan h a s r a t hidup jang terdapat sebagai kehendak golongan bersama jang istimewa. Ia mewudjudkan diri dalam: 1.
N afsu untuk mempertaharfkan diri.
N afsu ini dapat berkembang dengan sempuma bilamana suasana sukarela meliputi golongan, dan nafsu ini dihidupkan bilamana golongan dapat membuktikan buah golongan jang njata jang berupa kesenangan da lam perkumpulan musik, berupa kesehatan dalam per kumpulan olahraga, pertanggungan jang njata dalam assuransi, perkumpulan bank, d.s.b. Suasana paksaan akan melenjapkan nafsu untuk mempertahankan hidup, sehingga golongan akan lenjap sendiri bilamana paksaan ini tidak dihapuskan. 2.
N afsu untuk memperluas lapangan hidup.
N afsu ini terdapat dalam perkumpulan2 atau kongsi2 ekonomi dalam usaha melebarkan perhubungan, meluas kan daerah pembuangan hasil perusahaan, dan menam159
bah atau mempertinggi tekniknja. Perluasan ini dapat idjalankan dalam suasana aman dengan perdamaiant umpamanja dengan memperbaiki nama dan hasil pabrik. menjesuaikan hasil itu kepada permintaan dan kehendak pem e i dsb., tetapi dapat djuga perluasan ini didjalan" kan dengan kekerasan sendjata, um pam anja dengan pendjadjahan daerah untuk pembuangan hasil pabrik atau untuk pengambilan hasil tanah atau tambang engan harga murah. Perlawanan dari penduduk asli untuk mengusir pendjadjah itu selalu mendatangkan kebutuhan bagi jang mendjadjah untuk memperkekal d M ^ h a n n ja
h•
^
dasar
kekuasaan
p e m e r in t a h
Kekuatan hasrat hidup.
hidun 9olongan terdapat lebih kuat dari pada menohendak a" 9fai1' Golon9an oleh karenanja selalu menaind^M, ® “ P ^b u a tan jang luhur, dengan tak mengmdahkan pengorbanan djiw a Suatu p e r b u a ta n T J a Z t r K r l° n* an itU ^ da rasa banPgga, * * kan puas bani m^nan9an sesudah perang mendatanfl iana m e n a n a ^ 9 * * * 9 * ban9sa atau pula djumlah m f s? ” djutnja tak terpikir atau teras DaIamJ^ tT io L n 513
T
di T io n9kok dsb. jang sangj*
pula berapa djiwa ma®
" ° ra? 9 tidak mcmPcrsoS mk
li.S b S 'S h J S umpamanja dalam „
J » » ].ng ata? basrat hidup suatu aga®‘ *
kerelaan nabi Ibrahim t Ik m e ntgdoarb h an kan puteranj* an j0 lorahim Tu n tu
1
dengan memotong lehernja, karena diperintah oleh Allah. Demikian djuga pemimpin2 perang Djepang mengetahui betapa kuat hasrat hidup kebangsaan Depang terasa oleh bangsa Djepang umumnja sehingga mudah sekali mereka meminta pengorbanan djiwa untuk kepentinqan perang, ,,untuk menjelenggarakan tjita io d jo dan kawan2nja’\kata negeri2 Serikat jang berdemokrasi, tetapi menurut kejakinan bangsa Djepang adalah....... „untuk bangsa dan nenek mojang . i.
R engam h djumlah dan kwalitet anggauta terhadap
hasrat hidup. D jum lah dan kwalitet anggauta golongan mempe ngaruhi hasrat hidup golongan itu. Vierkandt menga kan. bahwa golongan itu sebagai bangsa menasa terantjam dalam hasrat hidupnja dengan berkurang ) kelahiran. , , _ _ (>PSelandjutnja adalah tergantung kepada imatjam per kumpulan untuk memperhatikan lebih dahu J ataupun kwalitet anggauta^nja. PeFkumP,U^ nJ pi° § jaran tudjuan untuk meninggikan kepandaian dan p J memperhatikan lebih banjak kwahte , se g ^ kumpulan politik, buruh dan lainnja menjukai ban, anggauta untuk kuatnja perkumpulan. /•
Batas optimum. Jang dimaksudkan dengan batas
golongan ialah djumlah an£9? Zan?.annannia. rombolan itu untuk mentjapai Perkc“ , , 9 t,erobah terBatas ini sangat dinamis. artinja selah b e r o ^ ^ 9antung kepada matjam perhubu 9 terdapat dalam golongan itu, pun Pada tudjuan golongan itu sen . Japkan batas adalah * ^ £ 9 hasil-tidaknja perkumpulan xtu keJaK.
terqantung ke^ mengetahui ga» menge161
tahui tudjuan perkumpulan itu kita selalu harus mempertnnbangkan apakah djum lah anggauta tidak kebac iu T nu atauPu n t ^ k u ra n g a n ? D ju g a harus ditindjau u agaimanakah sifat perhubungan antara anggauta2 nV T mnja? M u “ 9kin terdapat kurang sehat sehingga perttaikan sangat dibutuhkan. s e d i ^ i ^ Ulan at^ U 9olon9an tid a k bertam bah kuat besar HJcp ,en9an h a n ja k n ja an g g au ta. D ju m la h jang Dolitik Ha r 31 su,sunan Ja n 9 haik dalam perkum pulan s e b a lik m a ^ 5? m endatangkan k u a tn ja perkum pulan,
SuTa . a ' l h U f SUnan “ dak baik m udah sekali angkumnulan is j ‘itU bertjerai-berai. Selandjutnja perkan pengawasin^seh'1 )Um,ah an9gautanja memudah' kumpulan. sel™ 39a mendatangkan baiknja perk ' D » r g V h ‘X m im p in
J iw 'a h
anggau ta.
seorang pe n jn m ta" te' al1 kita ketabui betapa mudah terharu & Pm ” ? P “ 9aruhi him punan itu. R as3 himpunan iana k > Senj™ ei\ m udah terdapat dalam perkumpulan dan Zapata oran92nja. D ju g a dalani soal itu. orang harus mem.perhatikan djumlahnja ia ^ dan Penden9ar Jan9 ,nang. Dalam p i d a t o n i l Jf ra den 9 an terang dan tebahasa, semboian a if Perkataan2 harus disertai prl' zaman dan djiwa n J v ' ^ “i9 kiran)a tepat mengen31 dipahamkan, diutiank UmP j Perkataan jang mudah mudah sekaii memn dengan te9as dan teran9' Lain keadaannia pendengar2 itu. r*n membutuhkan nr ■ if;u ketjil. D isini h a ^ 1' alasan jang njata buka3” ] ,"an® a^ ak ^en9kap berdas3* luaran sadja ' ^ ^ Pid*to* jang hanja bersife* °leh karena kata 2 i a ^ a*anJ P ^ a to n ja m.udah d ita n g k 3?
Jang scderhana. sembojan jang tePat-
gambaran jang mengenai hidup dan fikiran rakjat sehari-hari didasarkan pada parasaan petani dengan dunia wajang dan persembahannja, kesemuanja itu diliputi denqan h a r a p a n 2, dulu dengan kemerdekaan bangsa Indonesia, kini dan selama Irian belum tertjapai dengan pemasukan Irian pada Republik Indonesia. H arapan jang dinanti-nantikan. jang selalu dimsjafkan kepada rakjat, sehingga rakjat seluruhnja seolah-olah terikat kepada tjita^ itu. terikat djuga dengan rasa terharu kepada pidatonja itu. Lain pula pidato W a k il Presiden Mohammad Hatta jang tidak dimaksudkan untuk mempengaruhi massa. tetapi jang ditudjukan kepada pendengar ,ang leb.h dalam pertimbangannja.
I
T enaga pimpinan dan golongan.
W a la u p u n ada aliran jang longan tidak membutuhkan p.mp.nan itu bersama dapat memimpin golonganu‘tu dengan tiadanja P*raP^na^ ’ ? ^ igru”a^ a kekuasaan dan persatuann).a. Pulan politik pimpinan mi haru Politik baik di Timur maupun d. Barat adanja pemimpin^ itu jang k p ^ *ja selalu mendjadi w udjud nia P
Pn
dalam perkumSedjarah partai memperlihatkan m, ^ djuangan, tuntutan tjita=
•“ i s . » « . . » r u s r 5 i . £ “ r »tu hidup dan berti^dak, ^ ^ t" 0i0ngan dengan tiada rapa ahli so~iologi berpe p ^ ^ ketCgasannja sePimpinan ini tiada dapat nemimpin tidak mekagai golongan. Soal haru® dJj tudjuan persamatentang sifat demokrasi f empe J amakan sifat* annja tidak berroaksud u ^ ^ Selandjutnja manusia jang jne” angnlb/ nilhi sifat demokrasi terdapat Peirimbangan untuk memen • nin jtu pergantian dengan selalu bergantin|a pemimpm P
mana menghilangkan sifat absolut bahkan lebih banjak memberi kesempatan bagi suara rakjaf um um nja untuk diperdengarkan. Pemimpin adalah seorang jang dapat berfikir untuk go ongan. Pemimpin jang dapat mempengaruhi golo,ang sebaliknja djuga tunduk kepada Kehendak dan keputusan golongan. In i janq dimaksudkan pemimpin dalam paham demokrasi. Fengakuan terhadap pemimpinnja berakibat sikap l ag lebih tunduk dari golongan kepadanja. V o n Wiese o fZ ir T ! oranaan , !
j
nni,a sela»d ju tn ja berpendapat, bahwa “ lu terdaPat dalam tangan perse'
djuga dalama™ atuUbaangsaan1, 9° lon9an' * eIuar3a' PU” b a k ^ antfdakn Lai, adu ' f
-Sifat2
Pemimpim
in i
k .b
ber-
gurau (nglutjon)3 l e t i ! ^ ? 3" tidak banjak b % peraturan daripadk b t J , banJak berpegang kepada tangkas, bernaham r1a j S pemandangan. Beram dan patan janq baik dpi " j * memPer9unakan kesemdiri « J d £
Ln
longan itu
D ai
"
t
n
f
s
k t ‘T a
ln d a k a n n i a - P e r t ja ja
kepada
tudjuan jang benar dari g°
“
1 ,I“
“
^
lidiki kehidupan h P« 2P bersam a* U " t u k itu ia m enje' dan terwelu ian a i^ lain k e h id u p an kam bing tenaga p ^ * 9 fh id up dalam golongan. T entang ia tidak setudiu don 30 3rS f iT1 ia m engatakan: b a h ^ a ngan kam binq hamo?3” pat b ah w a d a la m seg°l0'
d ^ jang ^ b a n ja k U mimpin.
^ S£ekor beti" a i an9 Ufunannja jang m endjadi P
D juga umumnja orang pertja ja , b a W a da]am golong-
an manusia ini jang mendjadi pemimpin ialah seorang jang terpandai dan jang paling tjakap. Scott tidak pertjaja tentang ini ,dan ia berpendapat, bahwa baik dalam golongan orang maupun dalam golongan binatang sifat pemimpin hanja didasarkan pada suatu sifat, j.i.: ketangkasan untuk memberi ,,upah . Sebagai tjontoh D r. Scott mengemukakan pimpinan seekor ibu-kambing terhadap anaknja. Ia memanggil anaknja dengan suara keras. Sudah biasa bahwa anak itu mendatangi induknja dengan terus menetek, dengan perkataan lain: dengan terus menerima upah. Kalau ia mendjadi besar ia mendapat upah itu berupa perm dungan dan pertolongan. Lambat laun anak kambing itu mengetahui, bahwa mengikuti induk ada djuga hasilnja. Ia dengan demikian mengakui pimpinan in u , w alaupun si ibu ini tidak tjakap dalam pinannja itu. U ntuk membuktikan itu Dr. Scott meng ambil pertiobaan sebagai berikut. . f 2 D iantara kandang dan ladang diadakannja r‘ntanSa" jang sangat sukar, dengan djalanan* )a“ 9 bunt“ “ s“n s
™
»
' S r s s s $
s
i s
datangkan induk-kambing e a am tkan djaian djuga disangkanja ia tak dap menjaksikan, lang benar. Sangat g.rang sekaUJ bahwa kini walaupun sang ^ bukan angk Pemimpin karena lebih tahu a J terdapat ia selalu kambing jang memberi pimpm . dJalana jang Mengikuti induknja, djuga dalam g Saiah-
l „Vfikan
sifat membabi-buta
/ .r io ” . . . k «
-
x
dari ibunja, Scott tiap hari member, air susu
' a
t s
Kepada anak kambing itu. Sesudah lampau beberapa minggu ia memperdekatkan ibunja kepada anak itu. Tetapi apakah jang terdjadi? Bukan kepada induk, tetapi kepada D r. Scott anak kambing itu datang melompat-lompat untuk mentjari upah air susu itu (Don Romero: Wereldspiegel Juni 1948 N o. 9). Bahwa tjontoh sematjam itu um um nja hanja terdapat pada dunia hewan sadja, jang um um nja bergerak hanja oerdasarkan naluri, sedikit sekali berfikir dan bepertiffl" bangan, pasti tak dapat dibantah, w alaupun kekuatan e enarannja dalam kehidupan golongan manusia jang sederhana masih dapat djuga dipersalahkan, kadang2 dengan berlainan uraian tentang alasannja. k a iT
u
u m Pa m a n ia
ada
seo rang
h a d ii
ja n g
kareniTa9 , viPt n9ar!Jh besar dan banjak p e n g iku t^ja pun ia um„ a bersed<:kah kepada fakir miskin, sekabmaka “ S am an,a terke" aI den9ki Pada anak bininja, untuk sekln ” ° ran3 desa kepadanja itu bukan kebanjakai X r t rima T h den9an sedekah itu, te»P> diandjurkan okh aaarr a sangat d ip u d ji dan kijai desa iarm sebagai diadjarkan o\eb seluruhnja. mendJadi pimpinan batin bagi desa iW hatkan9 p a d T n ? 113!' di/ emPat ta» a n a n dapat m e m p e ^ mengikat para p e n ^ im ”^ k a ja ^ D a r i
ma" a pemberian UpaH
ada seorang terkenal sebagai orang
tidak S a berqauTde„Plhak taW M an s“ diri ada K ia berdjalan seronn j 0an oran3 >tu, karena chabarn) nia ia mendaoat kct"® 311 Ua" 9 amal dari mana aS8-a «u adalah keka)aa™ ia. w alaupun tertahan»J« jang biasanja tjukuD me ng republikein jang tule
—
-i k
dapat ,,pelaan” ang mentuti piring, membersihkan papan tempat tidur dari kutu2 dsb. semata-mata karena harapan upah sisa makanan, sekalipun djiwa merdeka dan hak sama ditempat tawanan mendjadi tjorak lstibahwa banjak lainnja pula jang suka mendjadi pelajan, 3000 anggauta itu, sehingga tak ada perbedaan antara kaja dan miskin, terpeladjar atau tidak dsb Ternjata bahwa banjak lainnja pula jang suka mendjadi pelajan, dan tertahannja hanja karena malu dan takut pada lain nja. Ternjata djuga. bahwa jang melajam karena upah itu termasuk golongan jang terbelakang a.am P®1* dikan d an pengertiannja, golongan pemu a ari dipegunungan djauh dari pendidikan dan Selain dari harapan upah ini ia merasa sajang melihat seorang „R aden" mentjutji pm ng dan ompreng. G olongan jang terpeladjar dan mereka jang mendengar dan mengerti akan keada“ n “ k a t makanannja narnja itu, sama sekali tak suka menue itu, sekalipun antara m.=re^ kiriman sama sekali dan r
31^
terpaksa makan Golongan ini ■■
terdapat hidup mewah ditawanan. Jang untung ialah
k a n b
dan si b j a W untuk
makan b e r ^ s a ^ ™ - £ ^ m e n g a n g g a p seal |ang mungkin tak bcrala, , . ;anq mereka sendiri tak Jtu urusan perseorangan b a senasib dalam boleh mentjampuri, pula karena ter derita bersama dalam djiwa bebas dan tuduhan p d ip e r t a n g g u n g - d ja w a b k a n , o
h upah g
dapat mudah teman2 karib ^ kedudukan. d a n
■m bagi d in n ja s“ dir‘ kka u dokterpemimpin olah kehormatan sebagai paK g :tu raga dsb. dalam masjarakat tawanan .tu.
m.
Perasaan golongan dan perseorangan.
Beberapa ahli sosiologi berpendapat, bahw a dengan menghadapkan manusia dan masjarakat maka mudah sekali untuk m,emahamkan perhubungan dan proses2 la £9 terdjadi diantaranja. Pendapat ini kurang tepat sekali, karena masjarakat sangat luas artinja, pun djuga “ kti£, sehingga penjelidikan setjara jang telah didjalankan dengan mempeladjari tiap2 bagian lebih banjak memenuhi pengharapan untuk mengerti soal itu. Diantara pembagian dan paham2 itu adalah bentuk dan paham golongan jang terpenting. U m pam anja kita mengatakan . M asjarakat Islam" maka jang dimaksudkan ialah kehidupan sehari-hari dalam qolongan jang rakaT uu" ^
P
f
,“ “ 8 Islam ditempat itu
Masja-
ano ‘ w “i lal“ berarti a9ama d ala“ art‘ bahwa aah}Va,aUpUn tentu sadja tak dapat dimungkifl. ar dim ana9™ ™ !1 ^
1 Isiam —
p iki ran
,men9emukakan pertanjaan hingg3
pendapat p e ^ T
L n ^
karena teori iano9 klta saksikan keberatannjadari teori b i n W muemPersamakan itu adalah berasa Spencer jana kita kenal djuga dalam teon tubuh b’inatana j ” andan9 cmasjarakat ini sebagai suatu nja. Keberatan ■ 09311 ? a*su hid up dan perdjuangan' ialah, bahwa m a rm ^ tef^.esar dalam perbandingan j ngan merdeka A* af alah machluk jang berpikir i l l b S S s ; ? , ; • £ ? d .j.» ‘T
'
b" “
“ d
■nenindTauesff9ar L eberatan kedua kita kemukakan dalan> ’ P^seorangan dan golongan jni ialah.
bahwa kesatuan djiwa dan kehendak dalam golongan itu terbentuk dari bermatjam-matjam kesatuan jang tidak sama rintangan2 dan perbedaannja; lain daripada kesatuan djiw a seseorang manusia terhadap hasrat dan J1D is im p in g kenjataan bahwa golongan itu meniang menghilangkan sebagian kemerdekaan sehingga golongan seolah-olah ke„ untuk mengakui kekuasaannja, tidak sc 1 i J g tentuan bahwa oleh karena adanja; golongan ■ itu « fat manusia jang terpendam dapat dipehhara u Jjlinaoleh chalajak ramai. Bcrapa banjak kungan keluarganja hanja terkena se ag P k tang..alim” , dalam golongan dapat kasan bennusik atau bersjair, se a£ 3 ntuk menjemgolongan itulah jang akan ^ ^ a p a^ padanja. Empat hal purnakan bakat sem ) 9 1>rt,atikan dalam perbedaan dibawah ini baik I"W perasaan golongan denga:“ amh-mempengaruhi. selandjutnja terdapat pengaruh-mempeny 1.
Perasaan golongan bertentangan dengan perasaan
perseorangan.
keoada masjarakat jang berd" « "
golongannja itu.
dari pefasaan
2. Perasaan Perscoran5 k" an ini umumnja terdapat golongan.. H a l jang d hana umpamanja sadja dalam masjarakat jang memikirkan dirinja terseorang D a ja k jang tak dapat m lepas dari masi araka^ auntuk masjarakatnja dan sebaD jiw a dirinja adalah aol0nqan seolah-olah terliknja. D jiw a dan Perasaa* ? ban hidup dalam masjaw udjud dalam adat dan P anggautanja harus rakat itu, terhadap ®a n a ,ala9m masjarakat modern, tunduk. Lain daripada daiam
dimana anggauta2 sebaliknja selalu mentjoba melepaskan diri dari masjarakatnja itu.
untuk
3. Perasaan golongan dipergunakan oleh perasaan perseorangan. D juga hal ini terutama m udah terdapat dalam masjarakat jang masih sederhana. Kepala goJT ? j merasa dalam batinnja, bahw a golongan adalah dia sendiri. D ju g a dalam keradjaan m utlak dalam mempergunakan golongan untuk kepentinqan sendiri im mempergunakan dasar ini, jang sebenarnja tidak dapat . , r an99Ua9-djawabkan. U m pam anja sadja dalam f a n a m a n |,
S
’ r a d i a P e r a n t i>s d a l a m a b a d ke-18.
a d a i r j T ,an9 berbunii: E tat c'est m o f (Negara adalah Sa,a). ,ang berarti bahw a ialah jang terkuasa. sama b M d a m p L 9° l0^ a," dan perseorangan bergerak soal ini sudah k a *C an\masJarakat jang sederhana d T m ^ W T , haDlPn d O *X * kat aT. 1-1:1111 aanpada keadaan d ai*^ - s ja ra k a t m o d e ^ a / a " r a k munalf' T , imana si^at perseorangan bergerak pun d“em^ an9m a, 6 ? 3S dari d ’ iwa flolongan. W alaU ' seolah-olah ^amp at modern dan sifat perseoranga11 membawa mereka ^ k e ^ H antara dua .sifat A* *epada Proses menjesuaikan
Selandjutnja maka dal*
mentiari d >alan ^ a n kesempurnaan. Pertalian *ni terdapat d Ju 9a
W \
pengaruh-mempengaruh ■
Perasaan perasaan segolonoan seqolonaan ma?i,mj Sja at mo.de™ modern sek s.ekaI‘P“^ P Aa masa peranq dan hah daPat tegas dibuktikan pa
^ *-
■ k . J i ' a s . i r s s : d,n penonton dan
penjelenggara dalam golongan-
bagai ( S ir a i^ n ^ d h ir E 111311! dan SUsunan golongan bagian golongan dalam ****** ^ 170
I.
Pembagian pertama dalam: 1. tenaga pimpinan, j.i. jang memikir dan mem beri djalan bagi golongan, baik terletak dalam suatu tangan ataupun dalam beberapa orang. 2.
golongan pengikut, jang bertaklid atau jang
dipengaruhi. II.
Pembagian kedua dalam: 1, Penonton. 2. Penjelenggara, j.i. jang menjelenggarakan sa ah satu tindakan dalam golongan.
Tentang pembagian kesatu (I) telah diuraikan dimu kar dengan p a n d ^ n g le b a , yDengan ^ka pandjang Jebar. eny«n
SSebagai S L tjontoh p= fbolehlah E fk iJ v
sbaru2r ixji ,tcr„
berikut ini, j.i. suatu adat Ia°9 Denduduk Bali masih larang oleh pemerintah. dala sebagai dahuiu dalam tertanam. J.i. tentang .. Sendiri dilarang djuga terkenal di India, jang terkenal dengan sedjak tahun 1829. A d ^ J a , u7 J ) rnenghendaki nama Msetia (j-i- setia iakinja jang telah meseorang isteri untuk mengii u itu siisteri akan nmggal. Betul bahwa deng (sjorga), tetapi mengikuti Iakinja Ian9sung .sebaqai penonton menghentain daripada itu golongan 9 Isteri tadi daki supaja adat jang demi i sebagai penjelengjang telah kehilangan Jiri untuk terdjun ke9ara ad at harus A i Z z a h suaminja. Adat dalam api jang telah mem a ar j scjantj|utn|a adalah 'aenghendaki jang demikian i , mcmpertahankan adat 9olongan sebagai penonton j g °
171
itu jang sekiranja akan berdjalan hingqa sekarang djika pemerintah tidak melarangnja. Selandjutnja akan dapat djuga diak u i bahw a bukan kekerasan jang pertama mendjadi pendorong adat itu. Kasa terantjam, rasa seolah-olah suatu kekerasan dari fni°av,9a.n i2 terdjadi djika ia m elanggar adat itu D a la m i U ^ ,tertanam dalam hati penjelenggara itu. „ .. *Jnia ian9 beradab, kekerasan bersendi kekualebih beralasa men *e^ma dalam peraturan hukum j an9 a o b n ^ i a k dalam golongan sebagai penonton dan S e S S , T t Peni elenggara ini dapat melepaskan dan perasTan
^
“ eUhat datl -em perhatikan sifat
dan tindakan g o l D n ^ T 93"
SEba9ai
daSar
kehenda
Penonton sebagai penulis sedjarah. berperang atau ^radia2" 3*12 maka bukan tentara jao0 s e d j a r a h , t e r k e t iu a l i H i 13* 9!. “ e m e r i n t a h seo rang d j e n d r a
1
a
b a r u 2 in i d je n d r a l dengan buku Kena m a n n ja
S6p
m enqenai
“ 2
ja n g
m e n u jis
b e b e ra P a h a l' ™ i s a b i a ■? , 1S enh° w e r ' te ^a b
P « a n g d u U keduaan2
m e n t e r i ' s c b a ?^| d a n C h u r c h ‘1
m e n u lis
P ^ " 9
p e n g a l® '
^
ukur tentang*1Sa|:ahn!KUtn,a ,an9 seIalu m endjadi pen9' rah, dengan me; Qa^ r arnia tindakan )a n 3 tersedja' pembatja2nja dapat diakui ^ “ .‘ ‘“ ^ a ^ n j a >aI>9 Vierkandt selandim-n- u ab atau benarnja. ran dan peraturan peradaban13'211''31331' bahw3 P acnaan dunia ini tak lain ,a n 9 menu d ju kesemPu dibuat Oleh penonto penonton^ bnja ^ a i n k a n oleh karena n 2 ,ang memperhatikan kedjadian2
itu dengan bertjita-tjita perbaikan, walaupun penjelenggara selalu terbawa oleh kekeliruan jang telah mendjadi sifat manusia itu. Inilah djuga jang menjebabkan bahwa tjita2 peradaban dan kebatinaa selalu lebi . pada apa jang dapat diperbuat atau jang dapat iertjapa oleh manusia sebagai penjelenggara dalam hidup ber sama. M u d a h bertjita-tjita tinggi tetapi lebih sukar u n tu k
p.
m e n je le n g g a r a k a n n ja .
Perseorangan dan golongan pengaruh-mempengaruhi. 1.
M unduc karena golongan?
Sering kita .nendengar bahwa j - d j a ^ ^ a n
dan
kepandaian dapat diturun_^n so£.ojoog Gustav Le Pendapat ini berasal dan v ierkandt dan Simmel, Bon jang sangat ditent g bersifat perseorangan a.i. o l e h k a r e n a pendapat 9 keuntungan jang dan berat s e b e \ t u dengan adanja harus dipungut oleh p teraantunq kepada pergolongan. Sebenarnja a ® pertjampuran dalam seorangan itu untuk ^ * 9ta 99untUngkah. Sifat pemimsesuatu golongan itu rug membawa golongan itu pin dan ketangkasannja saiah satu perimbangan kepada kemadjuan adaian ^ ^ daripada ini untuk menentang pen ikan maka golongan seringsebagai dirauka telah ketjakapan anggautanja jang kali membawa bakat at > d perkembangannja. terpendam, kepada k ^ a d ju a n .ta p Pertimbangkanlah diuga Pe mejnadjukan seni sastra sud untuk mempeladj —-.-bina dan membangunkan dsb. Disini sifat golongan m anggauta2nja jang sebagai kepandaian2 jang a P n dikenal orang untuk berperseorangan tidak m 9 ada]ah pemimpin k e m b a n g . S e la n d ju tn j j 9
jang aktif dan tjakap jang akan membanqun bakat^ jang terpendam.
M engukur kepada ja ng terendah?
2.
T UmUm dalam berpidato, memberi uraian asc, ialah bahwa pidato atau uraian itu harus ditudjuta ^r t terbawah sekali dalam golongan tenitu Pe.e^ an untuk dapat memasukkan pahamnja disehidT ?rm d iang demikian itu tidak dapat S im ie l T 1° ■Y ierkandt I'ang mengatakan bahwa m o n o D lh , V ” " aIiStiS dan selan d ju tnja bersifat janq dana/ SH \ren1 sebenarni a untuk memberi uraian suat!u tinqkatai^ k m ^ ^ 9 ° '° n 9an ^ k a n ^ a,U Iongan t a f m e L ^ P " w 3", iM s dibutuhkan dari goberi djalan kepada hati d “ berPidato ia n 9 mem' kata2 janq mudau j . f ? n rasa gerombolan, dengan dengan uraian d a n 1* an^ ap' terang diutjapkan, dan mendjadi sarat d f ” ,an3 masuk akal Janfl daPat itu. ,arat dan uku™ pengertian bag! golongan ruh pidato atau^urai^11^? men9a djarkan, bahwa penga' iang lebih erat b e r d a ^ terUtama mengenai pertalian dengan sendirinja tidak Ko P^rasaan segolongan jang kepandaian. Simmel A* 9 u ten k at kepada tingkat manusia itu sebaaai gan Pendapatnja tadi melihat longan, sedanqkfn f^.rse,ora" 9 an jang tidak bergomanusia ini selalu L V lf kandt berpendapat bahwa golongannja. UP an berfikir dalam dan dengan 3-
Objektivitet d aiam ^
oifat
obiektif
?
mengatasi suasana9° ,° n9an menJebabkan ia dap*1 berpandangan luas i_ ° bj ektif berarti djuga tidak terpenqaruh olf»h terbawa oleh sentimen dan rangan sifat obiektif i.perasaan perseorangan. Kekuoojektif djuga terdapat dalam p a r le m ^ 174
dimana rapat pleno sering merupakan dan bersifat golongan jang bersentimen karena terpenganuh oleh pleno sering terdapat membuta, karena tidak be s kalau Goethe mengatakan bahwa suara bulat d a m pleno sering terdapat membuta, karena tidak bersifat objektif dan parlemen hanja terpengaruh sadja, “ h-ngga menjebabkan sesuatu hal diterima, jang djika d>selid dengan tjara panitia ad hoc ( = suatu hal itu sadja) mudah atau pasti ditola j . § 3.
G olongan bukan-perseorangan.
Jang dimaksudkan dengan f lon9a" ^ t u k a n 'l a q i o rin gan dalam pasal ini ialah flok®9“ J*»9 ^ ^ dapat dilihat dengan a a n j a ^ ^ ,ongan pasangan, sebagai telah kita JiM , iuar-5 ifat-persegolongan P“ se" a^ “ terbagi dalam himpunan dan orangan, sebagai djuga terD y Gruppe (9 olon9an artl' Saes^hP\erlihat adanja djumlah D alam himpunan maslh *?a“ Ueadaan lebih samar. orang2, hal mana, wala^ Gruppe. Dalam golongan djuga terdapat dalam pah dimaksudkan dalam bukan-perseorangan se 9 ^ ik a n golongan gaib, pun pasal ini kita a k a n meimp<er dkan dengan lentjana, djuga golongan gaib jang d n ini disebut lentjana jang s e la n d ju tn ja dalam p atau lambang sadja. 1.
Golongan Gaib.
a'
U m um * , kita maksudkan bentuk go~ Dengan golongan g paham sadja. Bentuk longan sebagai hasil h P negara, kebangsaan, sematjam ini anta*\ a persUrat kabaran, ilmu pengetasegala matjam again.a, P kapitalisme, demokrasi, huan, komunisme, so
175
lapisan sosial dan lainnja. G olongan berupa anggauta2 tidak terlihat pula, w alaupun dalam paham kebangsaan umpamanja masih dapat ditundjukkan orang2 jang termasuk didalamnja. b.
A sal dan kekalnja .
, _ iX ° n ^\ eSe, berPendapat, bahwa golongan gaib ceiah sedjak dahulu kala terdapat, w alaupun dengan melangkahnja zaman djenisnja bertambah. fir 9 ja^ 9 bera9ama* asal agam a ini berdasar firman Tuhan (Islam ) dsb. ataupun (d ari d o n g e n g a n diutnia A l l
.SUtii <Shint°- H in du , B udha dsb.). U b^rdasar ilmu pengetahuan. Selan“ m tjo b a menjelidiki dan menerangkan
djuga9 b ahla" i f f sosiol°3 i mempersaksikan sedikit, serinqkali^d engf n Pelan2, sedikit deffl' disengadja Pada a r t ? 3,f } idak diketahui ataupun tidak d ib e n t iin ^ achirnja kedjadian itu disukai, artinja dan Iagu 2 lainnja U h f h D em ikianIah mUS demikian d u T a d J 33i hasiI atau buah 9 ° lon9an' dipertahankan ti a 9a™a. dsb. jang selandjutnja sebagai wudiud rU emurun karena lalu dianggap harapkan dsb la n o golongan itu. ’
tjita2’ ^ h id u P makin meluas dengan tumbuhnja
haru^l0dfsamp9aa ib b” ^ 2m “ 9andui'9 n«ai kebatinan janS dipasrahkan keDadanin j 9olongan turun-temurunkekuasaan golonqan itu t ” 93*1 kePerti aJaan bah,%j itu untuk dipakai col akan mempertahankan nil*1 dak turunan bertanaan1311!? ’ ^ ,ata disini bahw a keheO" menjelenggarakan n i l ^ f " '^ a^ ab untuk m elindungi dan selandjutnja ^el^ekalan n 1 *nan tadi, s e d a n g ^ naluri manusia untnL u ^ on9an dipertanggungkan oleh V on D alan, $ h a £ untuk memnertaLnU P ’ bahwa Seredja ini bermaksud mempertahankan persatuan dan kejakinan dalam
agama dan masjarakatnja, untuk disediakan bagi keturunan dengan pengharapan supaja didjalankan setjara janq sudah*. Dengan uraian ini njata pula bahwa geredja dan agama lainnja tidak dimaksudkan untu perseorangan sadja tetapi sebagai suatu mi i i bersama untuk dipertahankan kekekalannja. G olongan gaib sebagai diuraikan diatas mudah sekali mempengaruhi anggauta^nja dalam i ira tidaknia hidupnja dengan tiada memperhatikan ada u d akn a tradisi. baru lamanja golongan itu fcradisi dsb ^ m o k r a 3* Komunisme, Kepanduan dsb memperluaskan pengaruhnja bukan sa j atau bagi kebangsaan jang mendapatnja, bahkan dise luruh dunia dan meliputi -segala bangsa. c.
Sebab kekekalan. Selandjutnja golongan
sengadja ataupun tldak' golongan gaib ini. Pendjagaan
ike^runannjia^dengan tersebut dapat kita bagi terseo v
dalam tiga matjam: (a)
dengan kekuasaan.
D isini kita melihat golongan terhadap anggauta2nja, kek djadi kekuasaan golongan, , , kewadjiban an ggauta nja akan lebih mendapat 3 rasa hormat dan peng golongan. Perasaan h o r m babkan oleh karena keadiian golongan itu dalam tindakannja.
paham hak dan kan Kekuasaan ini diika ia berdasarkan terhadap penghargaan ini disedan kebidjaksanaan
(b , seildirinja djika ia G olongan akan le■J P ta2n ja, atau bilamana ia tidak dibutuhkan oleh angg Jebjh ta kas memeterdesak oleh golongan lain ja g 1 77
nuhi kebutuhan anggauta2n ja dalam kepentingan jang
(c)
Konservatisme.
,e h ^ fi„ kenaI kon„ser™ tism e ini dalam dua sifatnja, jang teaa* U Se? n ^ tidak dapat djuga dipisahkan dengan ke~atpu ialah: sifat sengadja, dim ana kita memnprliv11) ^ 91151116 mend)auIli apa jang baru untuk tidak spnrr^-a n *a ma * Jang kedua ialah: stfat sebaoai J 3’ . ^al mana konservatisme (dikenal " a d T a n t ^ r 3131 ^
StatiS’ ’ a” 9 melambatkan ke-
"ganiajadn q tni ! n rtleth kf rena Pengaruh dan sifat goiogauta^nja, maka I ! i " mSa terharu terhadap anggaib ini. P u n dju selaeka. '^ n e r im a adanja golongan tjita2 serta penoharanar, -J Ja olel1 karena kepentingan golongan d i d a l a m a ^an? diantara a n g g a u t a dengan tiada senqadfa” terh®daP golongan itu maka golongan itu. mereka ikut serta memperkekal Negara. Djikalau orana 2 f«>i-sU orang 2 ]ajn Untuk men99abungkan idiri dengan diuga dinamai peradahmbangkan kem adjuan jang lazi& atau bentuk sosial ?a? . n \ maka bukan lagi keluarga rakat itu. Untuk dapat mengurus masja jang teratur, janq berm*? j mendapatkan golongan giaan seluruh annna. + 9 untuk mendjaga kebaha' setjara politik, denqan ^ .G olon9an jang teratur namai: negara. mempunjai daerahnja sendiri kita (a)
Sifat Negara.
Berbagaj-baqai no a penghargaan terhadan aP? te^a^ diutjapkan tentang terhadap kekuasaan nP 1 ne9ara- terutama djuga Pemermtahnja. Schelling meinper' J 78
tahankan pendapat, bahwa negara ini adalah instansi jang sempurna dan mutlak untuk mendjalankan kekua saan penuh terhadap anggauta2nja. Hegel pertjaja bahwa negara ini adalah „Tuhan” sendiri jang mengatur segala kebaikan dan kedjelekan dalam hidup sehari-hari. Sebaliknia kita dapati paham sosialis jang radikal seperti Karl M arx dan Engels jang mengadjak untuk membuang sama sekali segala kekuasaan Negara walaupun dalam tjara untuk mentjapai tudjuan itu mereka berbeda. Plato berpendapat bahwa negara ini adalah Pel^ d“n 9 segala tjita2 jana berachlak tinggi d a n anggauta nja. Aristoteles selandjutnja berpendapat bahwa manusia ini sebagai machluk sosial hanja dapat berkembang dalam ” M e lfh a f pendapat2 jang ^ r a n e k a warna itu, bark djuga kita mengerti tentang kewadjiban- dan Pe“ r“ l an neqara Pertama ialah bahwa negara m. timbul ,dan kehendak manusia sendiri dalam usahanja^ untuk mentjari kebahagiaan bersama, dan r terdesak sama mendjauhi kesukaran Penderitaan^ Ia erdesak untuk ment apai keadaan jang d7 > kl,a" . f . ^ f ^ k t r d j a memastikan kepentingan lah.r untuk kesempurnaan achlak^ dan >jongan sesama mentjapai ini maka ia membu P carlia untuk manusia. T idak tjukup kalau hanja>keluarga s a ^ a u n tu k memenuhi kebahagiaan a.n 99 d antjaman dari karena jang manusia lamnja tiaaK mem , i aria; nenielenqaahanja berdjumlah s e d i l ^ d a ^ k s u d itu. Dalam hal ini raan jang menudjui kep ,seIandjutnja mengurus negaralah ;ang dibutuhka , ] y umumnja.
giaan anggauta2nja.
da" —
diukan
k e b a h a '
(b)
Merdeka untuk memitih matjam pemerintahnja.
M atjam pemerintah menetapkan pembagian kekuasaan, ouJcan sekali-kali menentukan maksud atau tudjuan pemerintah. Bukan karena m atjam pemerintah tetapi rena ja-ra pemerintahan, jang menentang hukum dan Keadilan alam, pun djuga jang tidak merupakan per . f .n gan dalam Pembagiannja itu, jang mendatangkan m pnH ^Uani at sebelah dan perselisihan, jang mudab mendatangkan kekeruhan masjarakat m ulai dari perpemerintah®an
hin" a
demokrasi keSluasa'n
pada
keiakina^ A
monarchi ^ r i n g ^ be s i f cflri terdapat dalam repubhk.
reVolusi
terhadaP
selandjutnja, daPat bers*
bahwa
dari S£9ala
diabaik3n Z* keleluasaan jang sering
k e b % T a V edaen ar a / da,Iah ter9antung kepada s if* jang lebih m e n n l ? •: dak bangsa itu sendiri. milih matiam !o ■ * si/ at2nJa sendiri itu untuk bagi negeri lain u ^ u lT tahnJa- Ini tidak menghalang* rintah neqeri untuk memPerin9atkan sesuatu pe&c" dalam men" untuk m e n d f a ad’ akan kePada ^ sehingga Iambaf la ^ , ak~nja sebagai w arga nega?3, berupa9 ^ " d lT n ^ pula ^ J“ 9 ekstff Pergunakan untuk m enahl dan lainn>a jang djalan dekat-mendekati gkan ketidak adilan, tetap demokrasi dalam l i ’i .^ang um pam anja merobah robah autokrasi dalaP J*3n® berkonstitusi, atau ®c' dimana rakjat ikut it^ monarcb i jang ber-undang2 dasar, demi selanqkah Hi a ngawas> pemerintahan. Selangkah sama l a i n l i d a o a t / ^ ^ ^ berbeda satu hanja nama radja L n n« dckati sehin99a achiC“i ! nam.a presiden sadja jang mC tan
djadi perbedaan jang masih ketinggalan dalam bentuk monarchi dan republik. (c)
S jarat pembentukan Negara.
A pakah sjarat bagi suatu golongan untuk berhak diakui sebagai negara? Sjarat* itu menurut pandangan ilmu sosiologi ialah: 1. golongan bangsa jang berkesatuan hidupnja dengan sedjarah bersama sebagai suatu kebangsaan. 2. Kebangsaan itu be,hasrat untuk bersama-sama membela dan mempertahankan milik e uni milik kebatinannja untuk mempergunakan kekuasaan, ataupun kekerasan send,a 3.
Daerah jang ditempati.
bangsa dan negara. (d)
N egara Belanda dan Republik Indonesia.
Prof. Kranenburg dalam ^ tita n inegara Belanda m e n g ata:u - H alam neqeri. Pembelaan kan pembelaan keluar dan S11dah sedjak dahulu terhadap air laut da\ t X n T a bend^ngan galangan^ kala menjebabkan terbe * ^iperhatikan lebih dsb. sehingga urusan p 9 an uelas pendidikan. dan dahulu. D alam abad ^ semb ^ T a l jang ber-turut* dalam abad kedua-pulu t “ neqara ini lambat laun dibentuknja. Dengan c r ^ dan bcrdjenis pula djuga urusan negara mend) pembagian2nja. n (>n11blik Indonesia, sebagai PcmcDem ikian djuga Rcpiiblifc fflcrcbl|t daerahnja rintah Nasional Ind ? neS’3' _ ada bulan Agustus 1945, kembali dari tangan kekalahannja kepada Sesetelah D jepang men,ataKan
1XI
k u tu ,
p e rn ja ta a n
m ana
m u la2
d is e m b u n jik a n
oleh
angsa Djepang jang ada di Indonesia. Perebutan ini ea te rd ja d i d e n g a n p e n u m p a h a n d a r a h d a n rib u a n pem u a b a n g s a Indonesia te la h te w a s dalam p e re b u ta n itu d a n d a la m m e m p e rte g a k k a n n e g a r a m u d a itu selan,IU ePu b lik b e r p e n d a p a t, b a h w a p e m e rin ta h Hinia^ e a n a a lm a r h u m te la h m e n je r a h k a n d a e ra h IndopadaJ pcmerinCah D jepang d e n g a n tia d a perd ja n d j.a n p a d a ta h u n 1942 b u la n M aret, s e h in g g a
b S l? , t pem erintah H in d is B e la n d a tidak sia If-Pt; erb aP daerah d a n p e m erintahan IndoneIn tW c il ^ en9an P ^ e b u ta n d ari ta n g a n bangsa balikan h S6j ,,a n 9 “ m um n ja tid a k a k a n mengemsadia PpnP W ‘t t3n9an b a n 9sa B e land a d e n g a n begitu S d l T t l i k m£raAa m end a Pat so k o n g an d alam hal
MuW
Sa
bangsas e n d ir i
F 1C Ch3rter dan
dala™ persetudjuan
b e r h a k m ^ T i ! 945’ J*an9 m en9a ta k a n - bahw a ia n n
A'
k e s a n q a u n a n n i 1SU
l. ■
P e m e r in ta h
i’ i
S ad’a
daPat
k e b a n g s a a n n ja m e m p e r lih a tk a n
itu. Neqara b a ™ ^ " A memPUnjai pemerintah sendiri tahanannia b a it , gan tangkas membentuk perjanq ada fP1Yla +a a ™ maupun keluar dengan alatdan 300 tahun a n sisa2 ^ tahun pemerintah D jepang Djikalau qolonna pemenntah pendjadjahan Belanda'. di Indonesia A ^ pemermtah Belanda datang kembali Jnggeris untuk In H ^ 11 .men9lkuti tentara pendudukan Djepanq dari <; ° nesia- jang bertugas u ntuk melutjuti dari bangsa Indonp^ insiden bendera d ; T
T
maka P ^ la w a n a n sendjata 9* hebatn>a - dim ulai dengan
pendirian
b a h ta Pihak Belanda tetap ^
In d o n e s ia
berdasarT en
In d o n e s ia
s e b a lik n ia
T ,
H ■
u i* * " 9
berhak
S e b e lu m
P 6™
9’
Pt f a
musuhan jang akan didjalankan. Pihak Belanda menganqqap Republik itu sebagai tjiptaan Djepang dan tidak mengakui hak pemerintah dan kekuasaannja sehingga tiba Naskah Linggardjati pada tahun 1947. dalam mana pemerintah Republik diakui didaerah Djaw a, Sum&tera dan M adura; seterusnja negeri Belanda dan Negara Republik Indonesia berdjandji untuk kerdja sama^ atas dasar sama tinggi dan sederadjat ^ l a m pembentukan Negara Indonesia Serikat ) f n9 m« d e k a dan berdaulat^ janq akan meliputi daerah H india Belanda dahulu seluruhnja. Suatu perdjandjian kerdja w jang okh Republik Indonesia dengan keadaan terdjep j . hanja dirasakan sebagai paksaan belaka kepada ^
css
kemerdekaan jang akan i . f-rMQn1‘a dalam perdjuangan nasioI?a , S Renublik tjepat sekali Kedalam kita m elihatb ah w a rakjat, mengedjar kelambatannja D iuga perindustrian mendjaga kesehatan rakjat dsb. U juga P ^ sangat diperhatikan. walaupun se9ala fa ) ^ djadi dalam keadaan ^ ^ ^ “djuga meruntuhngan dari pihak Belanda j g terserang penjakit kan Republik. jang d an d a ! ^ “ r an gse£ aIiknja korupsi dan kekatjauan. ^ ’ J u k mendjaoleh bangsa Belanda d j a" demikian Dr. van lankan aksi polis.cmlnj • ” akan_ „kekatjauan dan M o o k pada tahun 194/ blik tidak bertenaga korupsi im jang menjLinqqardjati” . Pun djuga untuk memenuhi n* s mendapat alasannja kurangaksi polisionil JanS Uu kini bukan lagi Linggardjati lebih kepada sangkaa . ^ bukan lag, penjakit tetapi persetudjuan Kcnviie. didjadikan Sebab untuk D jepang tetapi menuduh Republik
ah banw
ia tidak bertenaga untuk 101
mengurus urusannja sendiri itu, w alaupun pemberontakan komunis di M adiu n 1949 dengan tjepat dipadamkan oleh tentara Republik sendiri. Sedjarah jang objektif telah membuktikan, bahwa Belanda tetap terdesak dalam m.empertahankan politik Kolomalnja ini dimuka mata internasional, sekalipun kekuatan sendjata mereka telah menghasilkan pendudukan jang lebih luas didaerah Republik, janq telah diakui sendiri oleh Belanda semula. Selandjutnja, kalau kita melihat perdjuangan bangsa hidonesia seluruhnja terhadap kolonial Belanda ini. iatilr3 \ T1 pa bangsa Indonesia untuk dipersakebangSakat i a w S a terP“ 3a™h oleh perdjuangan ................... negara ini memang adalah ’ i besar terVi A pab am golongan gaib jang berpengaruh End? Sosinl? jang telah <* I? 1
dan PeraSaan M anusia” ( D r P. a aman 310). Berdjuta-djuta orang
dan bangsan^aa baiekn9R rf anJ
Sian
b angsa
A u s tr a lia , K a n a d a , A f r ik a S e la ta n
seberang l a u T a n ^ a l m ^ e 36” 1111' ? t.UntUk b e r k e la h i d i'
p
,
perang telah memanggilnja.
mi
ia la h , bah™
sifat kebangsaan
jang serentak ternjata dii£=9f >’U J’ang terPendamj kepada Derdtii«n«. f tana^ air telah memanggil mengenardTuoa t v
^
dan tanah air9 d i n ^ r 3'53"
W na
b an 9sa
M anda
1383 l i in ta terhadaP iad,'a
Spanjol, Peyantik § rinJ? sendiri selama pendudukan mereka menqer 1 * D ,erm an' ma^a m udah djuga inembimbing Indonesia k ? ei! f h?r9ai sifat kebangsaan Mereka gembar-gemborka/d ? kem^ rdekaannja scba9a‘ penjerangannja terhadan t> * Propagandanja semasa dalam tindakan kt>mTt Republik, dan selandjutnja tmdakan kemihterannja tidak akan terbawa oleh 184
rasa bentji dan dendam terhadap bangsa Djepang, jang lalu ditudjukan kepada bangsa Indonesia >t“ V ierkandt dalam ..Gesellschaftlehre bahwa tenaga sifat kebangsaan dalam negara.modern adalah sebagai penebus rasai sego da)am tipis dalam masjarakat moder • daDat menqesoal perdjuanga.n “ n^uk ^ X ^ a l a m bukunja „Pour mukakan pendapat D e m a r q . d j u g a mereka creer la Paix' ^ ^ ^ a n b a ^ ^ k da jang um um nja memihak p ^ beradg dalam perdjuangan kebangsaan, j bahaja", pendapat ^ ^ tuduhan, bahwa perdjua g timbul dari perasaan ben ji
“ s iL tis
"ruh
_TT1k(>rcjhkan kita dari “ “ K T k a U bukan banqsa lain, metaIc akan
i . .*
- a s s = »•
besar terhadap “ 9 ^ * “ >■ ^ ^ n j a jang masehi dsb. mcngc? nHlv fflelawan musuhnja. meliwati batas ne9erip aki t a n . jang beragama Islam, Berdirinja negeri Fakista b d -antara Jahudi terpisah dari India. P^fa* 9 , - q masih hangat untuk dan A rab dsb. adalah sangat besar itu. m enundjukkan P e n g a .J L a n s i n g k a t diuraikan dalam W a la u p u n asal affania dengan,smg ^ uramn pasal ,,Asal dan kekekalmeJ ekat pada pengertian berikut ini akan e 1 g g0l0ngan gaib da am tentang kekuatan aga -kut2n ja. , Pengaruhnja terh.a Pj : L afkan kehidupan .dan kea(k a” D isini tidak akan d ‘“ ra“ “ a- iainnja, jang melihat nabi2 dan pembentiiik- 9 suatu barang ,ang dan menerima agama bukan^ 9 ?erak ,ang membosankan, >9 djiwa dan tubuhhidup dan jang menggetarkan
nja. ita akan menindjau soal ini dari sudut manusia lasa, dalam ikatan kebatinannja terhadap agama ini, Se^ ^!}n *ka^an tampaknja sebagai sifat meniru sadja dan jang mendapat kekekalannja hanja karena telah mendjadi adat golongan itu. enjelidikan menjatakan, bahw a agam a hanja terdapat pada manusia sadja, dan tidak pada dunia hewan. • xapat ? elePaskan diri dari pengaruh alam d tc lt l a - La'\ df ipada manusia Ja n g berfikir, jang alam f n" an? rkan serta dapat raengerti alam diluar suatu n£r9a a9ama sangat djuga bertjorak denaan Sf V 1311 manusia' ataupun sedikitnja bertalian ( I 7 2 4 l l8 0 4 T nfatm^ “ Sia' sekaliP ™ Im anuel Kant Daam Kau • dapat m enjetudjui pendapat itu. ketuhanan d a ^ l- untuk mentjegah agar supaja soal ilmu nennpf £ eagamaan tidak diterangkan berdasar daerah filsafat^Si',, Kant , membedakan dengan tegas keaqamaan i,9 c-i r S3r ^ mu daripada daerah dasar fikiran c\a ^ f^ at meliputi pengetahuan berd ae S h k e a m a t W * * 3" rasa **■ kenjataan, dan indra itu iana t a ^ ? 11^ sega*a aPa i an9 diluar rabaan demikian, s e k a l i df pat didasaA a n ilm u . W a la u p u n njata seb'aaai da^ ** -i dapat didasarkan pada jang hadapi suatu f t itU' dala” a9a">a ^ a «“ ” 9 ' Pertjaan Ta “ aneh “ kaIisuatu ke' diluar u r 4 n a w m f 3 ^ . ,e l? li tentang susunan alam djiwa, kehidupan sesudah13' ^ e,n 9ertian tentang Tuhan. soal ilmu pula hnlra matl dst. itu sama sekali bukan rasa berdasar ’rahaan S° j dapat dibuktikan dengan Pun begitu” , demikian^Ka karan9 ’ an9 n Jata* -W a la .u *: arti janq tertentn A i seterusnja, „ia mempunjai dalam kesusilaan dsb3"31” tmdakan kita- memberi arfcl filsafat, kesusilaaiTd ? ltj*?mpur' adukan dengan Ilmu, hati sanubari mamic- S i, mendapat bibitnja dalam nubar, manusia .sebagai suatu fntuisi. suatu ikatan
dengan Ketuhanan, suatu asal jang melah.rkan 1sepertj Jaan k e p a d a suatu hal jang tak dapat^dmra.kan semua nja dalam suatu pertalian jang kekal dengan dj.wa alam iann mutlalc
’
. denqan l u h a n .
" ' t ent ang9 ^
t j —
selandjutnja menjatakan ba ™ terletak dalam w ahju J‘> S d engan
perantaraan
rasu
tja ^
agama
Jn kan oIeh T uhan dan sikap manusia
] '
D alam tinqkatan
terhadap w ahju itu ialah m e m p e r ^ a , D a l a m ^ agama jang masih dalam keadaan alam a u jang adjaib jang dapat. akal dan perasaan, ke J terlihat dalam agama- jang tin q qi.
Bagi
orang
•
jang
.
atau tanda* diterima dengan 1 kadang* djuga takan berderadjat lebih •
_
beragam *
Kaik
Kristen,
Islam.
a](an kebenaran
Buddha maupun ^ su(j ah bukan soal lagi, dan agama dan adanja T uh dengan merasakannja kejakinan mendjadi maki 91 mcmpersatukannja djiwa susunan alam jang ter susunan itu. Kenjataan dan rasa keagamaannj J:uuktikan dengan: adanja T uhan antara lair* d ‘b" da J alnja. 1. 2.
tertjiptanja alam ) g teratur dan tersusunnja alam
tuan a d a n ja jan g mengatur.
dengan ketenbaik dan tertjela,
3? adanTaSp e n ^ u n hukum jang mutlak dsb. m enundjukkan adanja penj diterangkan A d a n ja bermatjam-m^jam ag kan wahju itu dengan alasan, bahwa Tuhan m o[eh ka a dengan berbagai-bag! manusia berlainan tjar
anja wahju itu satu kar untuk mengatakan
s a m a la in . S e l a n d j u t n j a a d a l a h ^
^
agama jang mana ja g U n tu k memastikan . t u j e b ^ ^ tudjuan dan hasil p
m ana
jan g salah^
^ita melihat kep dikehendakinja, .jang
dari sudut sosiologi akan dipandang terpudji djika mempertanggungkan kebebasan berfikir dan menghir3Sa ta^ ut dan bimbang dalam menghadapi kehidupan, dan menghindarkan segala rasa kebentjian dan permusuhan dalam masjarakat. Disini umpamanja tampak djuga ketinggian deradjat agama slam dengan kewadjiban pada segala pengikutnja untuk mempertjajai segala rasul dan nabi Allah ^ , M uham inad, termasuk djuga nabi Isa, n 1 1 Uj & beserta w ahju2 jang disampaikan oleh On"? 3 Perbedaan satu sama lain (al dan •sebaliknja akan memperlihatIt t n 'a ? I ■i hanJ a9ama apapun sadja djika mempeladjarkan tjelaan dan hinaan terhadap agam a lain. padaenpeTqikuta2nimeK9abaiikan pen9aruh agam a ini kejang mengmgbatin dalam 3n’ menerangkan adanja pertalian Freud ( i7 5 6 l3?9m3ac tU ataS dasar J“ 9 ^ . Sigmund agama adalah umPamanja. berpendapat bahwa dan diuaa t i 3931 w udj ud keinginan dan hasrat. golongan F e u e r b a c h Sebag3i f * dasar ketakutan t u ^ en9!ra- bahwa keagamaan berdapat dikalahka ?rhadap kekuatan alam, jang dikira pun d e m fk "! u !,n9an tfadakan keagamaan. W alaugolongan iana daSar, P ^ M i k a n ilmu sekalipun djuga9menqhadanen91(n 9kf ri adan>a T u h a " ini maSih hingga ternaksa pet“ ndj uk2 berdasar kenjataan, se' kin?9daL»Pakrb u rn n9,akUi adanja T u han itU' SekaliPUn Hukum alam, kebenaran ‘a l, Umpamani a dengan namaKekekalan r„> * iJang'm utlak, idee dsb. gaib, diuraikan baqai>naaIam a§ ama sebagai 9ol° n 9a*j tumbuhnja, tetap akan hr ,Uga tentan9 asf L taan jana dalam n®l a ■ djalan sebagai suatu kenja begitu sadja. pelad>aran sosiologi tak boleh diabaikafl 188
f. /.
A d a t. v-iudi. A d a t sebagai hasil kehendak kolektif dari golongan memouniai djuqa sifat normatif, ialah sifat jang meng ikat^ karena seolah-olah ada hukumar sesuatu pelanggaran, walaupun hu u d t p d jad i alasan pertama untuk memenuhi suatu adat Pu djuga hukuman ini tidak pernah tertuhs sebaga, dapat dalam buku hukum, negara.
m„ndiadi
golongan dan keturunan seterusnja. g.
Kesusilaan, achlak atau moral.
',
Kesusilaan mengikat an99®U^ h 9°io n g a n , dan menpak terdjang jang diha“ ^ ndiharapkan. Sifat normatif djauhi segala apa jang sebaqai penonton jang ini dipertahakan oleh go 9 . a dan memutuskan
E rsS S &
ir s .S 'S
antj'am, keamanan orang am. (a)
Kesusilaan-semut.
^
semut, dimana
K ita mengenai terhadap a n g g a u t a S n j a golongan mengena kesusdaan t ^ P . , ^ T ha_ sendiri, dan kesusilaan ter £ ersifat persatuan dan dap anggauta2nja sendm terhadap dunia luar ia persaudaraan jang kcl*? .-erang. Kesusilaan jang b&rsifat mengantjam qolongan sendiri, kesus hanja memikirkan se a ^ sematjam ini selan j laan jang b e r s i f a t perseo 9 ialisme dan> kolonja kita kenal dalan> ^ t e T n t u n g a n dan keka.aan nialisme. dimana
golongan sendiri jang diperhatikan. D alam dunia politik sifat sematjam ini kita kenal sebagai: (b)
Kesusilaan-kekuasaan.
Kesusilaan atau kesusilaan-kekuasaan sebagai kesusilaan politik sebenarnja bukanlah peradaban jang artinja jang kita maksudkan sebagai hasil kehidupan bersama. M ak a dari itu peradaban kekuasaan mi ^ebih banjak terasa sebagai kesusilaan penjelenggara,' disini berupa seorang diplomat, duta, politikus. djenderal dsb. terhadap luar negeri. Tetapi melihat pengaruh peradaban-kekuasaan dan sebagainja terhadap anggauta golongan umum nja. tidak dapat dikatakan melainkan kenjataan, bahwa achlak iaU me,lputl Perasaan seluruh golongan. Karena siapakah n ^ ? H W P\ ^ en^an9kal- bahwa oleh karena kekuasaan banana V ne9eTi djadjahan, atau terhadap negeri d a t;fn I- U 1 r w a r n a P a d a u m u m n j a , j a n g l a l u m end a t a n g k a n p e r a s a a n k e le b ih a n t e r h a d a p p e n d u d u k a sli,
serfn9 (c)
kesusilaan-golongan.
d a l ^ T a ^ " .9 ?lon9ai? in i. ialah peradaban jang asli Sebaqai'kesuS‘l° 091-S ai Jang diuraikan diatas tadi. n g a n f u n g t j i t a ^ r e r r k 56™ 9 d iM tik a n « ° ^ - o l a h
nja ia a d a k l I Pe"- kema™ siaan. D alam arti sebenarangan2 M ud b e ta UP ^ “ gan. hasil tjita2 dan lo n q a n
se h a ffn '
m a’
JHn9
d ip e r ta h a n k a n
o le h
go"
- f nal s'ebagai kesu^taan*8“ S‘!aan' kekuasaan, jang terke' kita mengenai kesusilaanJolongan-penjelenggara maka laan-golongan-penonton 9 0,19311 tal sebagai keS“ S‘' dalam hal ini kita melihat suatu kerdja sama.
190
suatu proses pengaruh-mempengaruh. antara dua kesu silaan ini. A ntara lain kita melihat bahwa kekuasaan janq terdapat dengan kesusilaan-kekuasaan terhad p dunia luar oleh dan didalam golongan dengan kesusilaan-golongannja D ju g a ^ to u ^ zaman perang kita sering me . neniesebagai penonton menetapkan siasa , jankan perang lenggara dimedan perang dalam m J Denonton itu kekuasaannja, sekalipun golongan s^ 9^ aPke.3° n digaris belum pernah melihat medan ^ belakang seringkali mene ap an datanqkan persedan perang, sehingga scrj^9 ** tentara sebagai kita Hsihan paham d iantara ra 1 dunja kesatu diDjerman kenal terutama pada per g da]am ang dan Rusia dan jang d,uga t.dak asing dunia kedua. A.
Pedbahasa. sembojan, * 6 .
karena
D ju g a peribahasa, semboja, sesuatu paham benilangnja dalam — d^ sudkan. Karena kata itu terhadap tudjuan jaing <\ dan jang berkali* jang tepat, jang berisi dan_tadj ^ d a tkan diulangi itu dia bersifat no>m ^ p cribahasa, djuga dalam adat, Peradaba” : * 9endapat lcegemarannja sembojan dan seDiat)am" ,L bangsaan baik dalam waktu dalam meningkatnja rasa ^ b a n g da]am keadaan Pembangunan j an9 masa perdjuangan umum bahaja perang ataupun dalam m ^ , nja. Gerakan keb an9sa pengaruh jang mema.”J tak sedikit mem,pC,f 9“ anqgauta2nja. Dalam arak an daripadanja terhadap angg' a(;aupun menjambut demonstrasi » “ entan9 C a n g k a n sembojan dan pensuatu kedjadian jang ukkan guna dan penga _ bahasa sering “ en“ a ' t qgambarkan rasa menjerah. Peribahasa umumnj nasibnja dsb. se menerima keadaan ^
sembojan sering berapi m engadjak kepada perobahan, tindakan, revolusi dan sematjamnja. i.
N janjian Kebangsaan.
N janjian kebangsaan bersifat normatif, jang ta' ku rang kuatnja daripada arti negara, agama, adat dan lainnja jang telah kita kenal itu. T ia p negara mempunjai njanjian kebangsaannja jang m engandung tjita2 Ifg luhtir, mengandung djuga djasa2 kebangsaan sedjak dahulu kala, untuk selandjutnja diserahkan kepada (keturunan) kebangsaan itu 'sebagai m ilik kebangsaan. Tiap njanjian mendatangkan rasa terharu kepada anggauta kebangsaan itu, dan m enjanjikannja itu tidak lain melainkan disertai dengan rasa horm at dan taatnja. belanda mengenai ..W ilhelm us” , Perantjis „la Marseil lais e Inggeris „G od save the K in g ” dan demikian selandjutnja, jang dinjanjikan dim ana ada golongan kebangsaan itu hidup, terutama dinegeri asing, dimana d alam n^
gsaan Iebih2 terasa meluasnja dan men-
« ? ,U^ a j ban9SaJ!ndonesia mengenai njanjian kebang" saan " n ° n*sia Raja” dimana terdengar tjita2 kebang*; sekliiU! . U j j m£i f 3311 dan Persatuan. N janjian in* banoqa lambang persatuan dan kemerdekaan p e S a a n I h 11® 13 diPerdengarkan dalam tiap2 banosa T„H ? Sau nJ ian9 r£Srai diseluruh dunia dim ana bangsa Indonesia hidup bersama. /•
Ga/a dalam kesenian.
m e n u m s u a i3 Btijl J'an9 tertentu dalam kesenian lannja dalam T atau aliran JanS diakui keungg"' Gaja menoikaf ^ 1 j men9andung unsur jang normati . salah satu modpl Qpa ? suatu bentuk ataupun matjainseolah-olah u£ tuk memenuhi sjarat kesenian. jan9 tiada qaia iSU3tU aturan hukum-Seni dcnf*2 9 ) mendatangkan suatu hasil jang seolah-olak 192
ja ^ ^ ti^ ^ e r u ^ u s tf^ ib a r a r s u a t^ m a s la r a k a r ja n g ^ a ^ a u ang tidak terusub neraturan hukumnja. karena tiada peradaban P , qaib umumnjaSt a t di«?B pertahankan kekekalan itu terdjad, dengan.
mem'
(a) rasionil artin>a ^ ^ M ^ i r i ’ mudah diketahui. leknja, dimana proses melaraskan < a seo,ah. olah untuk sifat sosial jang melambatkan D ju g a dalam olah raga ^
i r ,1 5 " ^ " golongan dan
k.
Lapisan. D alam uraian
" . . seba. ®en^ “ ukul bola tennis
" s / s satu sama lain,
^ rk„ka sering terdengar
;baqian / : £ dalam r s £“ as> » a'- a!“ ^ r’t ssukar “ " untuk “ b“menundjukkan “ T Sebenarnja adalah amat sebab paham dengan tegas ..sesua'l“ p d paham golongan tida laoisan ini lain pu'a danpaa;a p ditundjukkan I S kepada dengan tertentu. menundjukkan-
UmUmn’a
(1) keadaan senasib. D engan paham ini kita mengenal lapisan jang terendah, j,i. lapisan pengemis. lapisan rakjat djembel dsb. (2) persamaan batin ataupun kepandaian: lapisan terpeladjar dsb. L a p i s a n ini meliputi djum lah j a n g lu a s , s e h in g g a apa juga dikatakan bahwa masjarakat ini terdiri dari e erapa apisan. T iap 2 anggauta lapisan merasa bahwa am anggauta masjarakat termasuk dalam salah suatu
f c
n
ST*
tUrUnan’ Pekerdjaan
d e ^ o a n h 1 J,apisan ini daP « dipersamakan terpelad9a r °d fb n 3 ^ ngan: Q ^ o n g a n tani, kalangan GOLONGAN BERUPA LENTJANA, PANDJI, DSB. agama,’ k T m p r ^ e n ta r a ^ b 111^ ; ^ ^ 11 , 9° lon9a n ' paham ' ruhnja terhadap p e n q fk u is ^ 1193/ £ esar Sekali Pf ngB: lebih mendalam nula i bahkan pengaruh mi sendiri. Beribu bahlr vPaj a pen9aruh golongan itu ke1iUta >'a" 9 ] eIah djunq tinqoi afanm, keluarganja untuk mendjunl it j a 3n a ^ a“ P“ - ” ^ ,a b e n d e n, pa n d ji atau jang telah sobeka dan tidak h f*amn)’a: Sepotong kain sebatanq tiana af-an u_ i berharga diikatkan kepada merah putih biru, putih Hp U' ,ren5 w arna merah putih, telah mengadjak dan ^ undaran merah ditengah, kepada pengorbanan a n S9autania untuk tanah air dsb i ah air’ berdJuang sabit dan bintanq ' dia^a ° n9 hid )au dengan bulan Islam hingga k ^ 0^ a ? , teIah ™ n u n tu n tentara diikat berupa palanoTelah dj * - dua bat£m9 kai“ jang meneguhkan penqikut”^ " ^ f 3” a9am£* KriSte” tahan udji dalam seoala r, j • dalam persatuan jang am segala penderitaan terutama dibawah 1O/f
tuntunan dan siksaan radja Rum dsb. dan dalam usaha memperluaskan agama ini selandjutnja. Lentjana suatu perkumpulan atau paham mendjadi ientjana persatuan jang kekal antara anggauta®nja itu. Suatu kompi tentara dimedan perang jang kehilangan pandji2nja mudah bingung dan kehilangan persatuannja sehingga ta' dapat lama menghadapi serangan musuh. Sebaliknja suatu kompi walaupun telah ber )erai herai karena serangan musuh, masih dapat pula dipersatukan dan diperkuatkan bgtinnja dibawah pandji
p u d ,a
sebaga. d ^ a
u m p a m a n ja
m asih
a rti
* P
po
^
b e n d e ra
J
b e r b e d - P o tret m
J
hormatan sadja bukan F jang terdapat dalam D alam kehidupan sehari
H in o m a r u
m e m p u n ja i peng-
u
...
tau bendera. sering melihat hiran dsb jang tidak
upatjara P ^ T ^ a W u ^ t i a r a ^ jang bersifat lentjana. Iuput dari tanda- atau tja ^ 9 ^ ^ kjta ing D ju g a dalam
-
^
1
m a t ja m p o k o k fl a. p a t u n g , t j a n d , c IsK m
dewa, atau m enggam bar a
^ gg^
b a r k a n b e n t u k s u a tu g a ib d e n g a n
maksud untuk lebih mendekati kepada kedewaan dan kepertjajaan itu. b. tata tjara keagamaan, menurut tjara2 seorang nabi atau pembentuk agama atau kepertjajaan itu, jang bagi pengikut2n j a berarti untuk lebih mendekati tjita^ agama jang dimaksudkan itu.
196
BAB IX B E B E R A P A P E N J A K IT M A S JA R A K A T Dim uka telah diuraikan tentang proses jang menghantjurkan persatuan dalam golongan, proses mana sebenarnja ditindjau dari sudut tenaga ” ^ ,a ra k a t ang
= S rt= .
3 1.
S
S
3 ?
r
. £
i £
H
S
2
KEDIAHATAN.
Kedjahatan adalah mengadjak perbaikan kebahagiaan golongan. mendatangkan keam an an dan k b ^ g karunja per. U m um nja manusia dilahir „ mempert,m. timbangan, suatu rasa p 9 -ang buruk. Jang djelek bangkan apa jang bai e]a dan jang mengantjam ialah segala apa lan9 . . . bersama, jang baik ialah persatuan atau keamanan hidup menjuburkan atau sedisegala apa jang terpuJ n 1 u keamanan. Berdasar pada kitnja jang tidak “ “ 9 0 ^ 9 ^ , hukum adat sebagai rasa pengetahuan >n> “ ak untuk menghukum segala pendapat golongan beics® .jam. adat mana da am
r . ,£ ,z “ !
»
‘1
ngan m adjunja masjarakat bertambah djuga peraturan* S m;-uSf m99,a kadan92 tindakan jang dahulunja tidak dihukum, kmi terlihat sebagai suatu pelanggaran j ' ? Un b]eI,un? dapat dikatakan kedjahatan. W a la u p u n demikian oleh karena kewadjiban masjarakat jang mefcarL m i penambahan peraturan2 tidak dapat ditjegah, S T r a n ? 9^ ® ; - ? 1311 b a W a den9an bertambahnja baik wpla 1 U' ^ d u p a n dan keamanan bertambah itu bertambah1 P e r a t ^ l a b ^ fpeIan" ar2 Peraturan diawaci A* tn hntas um pam anja, jang I X m o t 83” f m“ 9kin ban)ak membawa pengekeSelamatan 6rJan9l'ap, tetapi dengan demikian
S
; X
■***«
bagi penduduk
)an^ s e s u n ^ A elan9-9ar,an; itu kita meliha‘ kedjahatan® ita d i f e ' ,A ked).ahf tan terhadap hak* manudiri. hak terhadap" S a t a n t d h 'dUP' ’i f j , membela agama dll. Disini adalah 1, a u**1’ Pendidikan. dan melindunqi hak9 ini a ^ewadjiban masj arakat untuk oleh a n g g ^ t a U ^ den9an pe* uh keleluasaan terhadan h*V2 £ iltU se9aIa antjam an dan diahatan. b a ^ X f S a Jarakat » f a t P jang -dSb- m adju jang sederhana. a.
^ maupun
Sebab2nja.
mengetahui sebab k e ^L h a ta n ta ited h fjid,alankan untuk
*
*
te n ta ^ e tb " k
perseorangan p e n d ja h a M t ^ kesehatan, watak dan fikirann'ja (b) 198
?
£
:
^
,3ng terdaPat dalam sedj arahnja
se6a6 jan g objectif ialah jang terdapat diluar
perseorangan pendjahat itu: pendidikan, keadaan rumah tangga dan segala apa lainnja jang mengehlmgi 1a dan lahir hingga wafatnja. ad (a) Diantara sebab2 subjektif dalam kedjahatan kita boleh menjebutkan pertama, se9al,a..in1at,am . 9^ quan fikiran, jang oleh sebagian achli knmmmolog
karena kehilangan anggapan djahac tcrn*
P un
. i t.
selandjutnja a a
k a la u
k ita
m e lih a t
sebab -ang
suka minum tuak ini 9 Islam sangat disubjektif, mengurangi tjela, karena d “ 9“ u ^ ”hadap rasa tentang baik dan penahan nafsunja, , fjkiran ,segaia keberanian dan i ’: » t
“
■ '• * '
objektif jang terPent '1* ^ £ 2 jang menetapkan kelak keluarga ini terdjadi pengaruh ^ 9 mendjadi d asa sifat dan w atak anak- ka h2 ini a.l. ialah. sebagai anggauta kesenangan, kesehatan penghasilan, makanan, ’ tangga Umumn,a jang pun djuga pendjagaan r ^ persatuan dan baik atau tertjela; keadaan ^ da]am rumah kekuasaannja. Jang J ang miskin ^ la h rasa ^ jang kaja, maupun rumah « £ fflatjam kett)ahatan. agam aan jang
mernjey
^
Selandjutnja adalah tetangga, persahabatan dan perkedjahatainn,a *a° 9 men,ebabkan djauh atau datangnja b.
Tindakan memperbaiki.
M asjarakat menghukum dengan denda, pendjara. juga .dengan hukum mati terhadap kedjahatan, hukuman mana berkurang kerasnja dengan melangkahnja masjarakat kepada kemadjuan. mumn)a masjarakat modern ini dianggap telah mengalami empat tingkatan terhadap djatuhnja hukum , j.i.: an
dpnn^^L- .^ ^ k a t a n Perbalasan jang sama beratnja dengan kedjahatan jang telah didjalankan itu. m e n tie n ^ t‘n pka.t f n rePresi’ dengan maksud untuk dikerdiaka ? andjutnja supaja kedjahatan itu tidak ini seolah" 1 t 9Ij J ? ra” 9 lain- Pengaruh hukuman dTannan L 3 dltudjukan terhadap masjarakat agar ajangan melanggar peraturan itu. perbaiki datam^3*”311 re*°rniasi’ ialah tingkatan memrehabilitasi d im a ^ a ^ , aran9 in i- umum disebutkan diperingati' supaia aturan itu dihukum dan kesempatan selai^H ^ a 9ai^ berbuat dem ikian pula, dan ia n g baik d ik e m u d ia V ra n n fa 6
d a p 3 t HidUP
i an9 bersifat prevenHf1 Sebeluf n ’ a- tingkatan pendjahat melainkan m*>l- j an bersifat menghukum sampai dilanggar atau dia'ann*91 ,m as’ arakat a 3ar tidak djuga seqala ana ; n 99u > dengan m enghilangkan usah diutaikan nula h K m to ' eb? bkan kedjahatan. T idak bersifat preventif t e r h a d ^ % ladjaran agama terutama dengan mudah djuga danat T k^d jahatan- sehingga peladjaran agam.a mendiaHi j| atakan bahw a dimana kedjahatan sangat b e r k ir a n n ^ ke h id u Pan m asjarakat erkUrang dan sangat tip isn ja.
2.
k e m is k in a n
.
K em iskinan sangat penting sekali sebagai soal ma sjarakat, h ingga pantas sekali kalau beberapa ahli sosiologi ja n g xnenjukai kem adjuan berpendapat bahwa m e n g hilan g k an kemiskinan dari masjarakat adalah tu d ju a n segala usaha kesosialan. S e la n d ju tn ja b an jak sekali dipersoalkan tentang ke-
m iskinan ini, jaitu:
.
o f P opulation T hom as Robert
^ adalah seorang ekonoomberpendapat bahw a penduduk
politikus l n a V e r ' \ l T L <0 u n djuga penduduk negeri* Ing geris pada w a ^ ‘ “J C n u i u t d L t- u k u r sedangL t h a ^ r p X d lk s i bertambah menurut deret-h.tung ialah sebagai b e rik u t tam bah penduduk. 1, A
•
16 32, 64 dsb. ^ ^ 6 7 dsb.
tambah hasil P r0^ ^ „ ' raduduk jang keras ini O leh karena bertambah ^ Pduksi tidak menusedangkan bertambalmi3 h P kekbihan penduduk rutinja maka past, “ d ^ a h ^ mendatangkan kem.sk m a )a _p e ta k a , b a n d jir , penjakit M a i thus ialah Peranj ^ dj di imbangan terhadap kelemenular dsb selalu men j M betpendapat. bihan penduduk mi- ScUn J 1 ^ fc ^ men,
M a lt h tetapj f e ^ n j a ' b a n j a k ' i u g a p e n g ikutnja, t P
)an9 -
nentang dan membuktikan bahwa teori itu berarti ..pembunuhan bangsa . Selandutnja golongan jang menentang teori M althus ini mengatakan, bahw a tiada enar kalau dikatakan bahwa tam bahnja bahan makanan dan hasil produksi tidak bersamaan naiknja dengan bertambahnja penduduk. Karena dengan bertambahnja mesin dan tjara produksi baru, pembukaan tanah, pemakaian rabuk jang melipat-gandakan hasil bumi dan ebagainja dapatlah kiranja mentjukupi segala kebul i
afn ^ ahf n P“ duduk' ^ a l sadja pembagian jang | didjalankan. Selandjutnja pengendalian kelahiran
dan D r F W nia cor) i
T* ? ? kesehatan D r Sutherland ay l° r ) bagi kebangsaan dan keturunan-
jang demfcian" d a k iatambeal T
n*ai1 a93ma menghukum tindakan ‘ 1 ° ? M al,thus ini tidak dapat disetudjui
p e n d u d u rs X g a tS ^ ^
bajarannia untuk np-t™ tidak tjukup mendapat Hidup s e l " “ Pe,kerd!aa“ ia sehingga ia tak dapat sebenarnia untuk hi manusia- K euntungan jang T e n ta n ^ L la h b ” ,ambil ° leh ka^ ka^italis. “
han dimuka-
lebih S kat
tid a k
f
f
i
t
k e m i s t i ^ ta atj ^ f ebab ^
b e r aa n q q u n a a H a / a m u t e r h a d a p
b a n d jir d a n g e m p a b u m i d i n n e r ! ^ d e m ik ia n
d ju g a
m e rusak
panen
?n?
h u d ja n ja n q
9
l
e
sedans
b
a 7
m ana
e m ik ia n f
d
k ita
m a s Ja r a " m e Iih a t
^
h
M , a n 9 's a m a
n g ada diladang,
Sek
sehingga
penduduk kehilangan bahan makanan untuk setahun lamanja. W a la u p u n dalam keadaan ,angdem ikian m Palana M erah telah memberi pertolongan seperlunja, L m i ^ n a n umumnja mudah sekali mendjadi a k ib a t,a (b)
S ifa fi subjektif
2.
ket>eIaka“ kdala^ qr auntuk bekerdja, .sehingga
tid a k
m em ungkm kan
ialah jang terletak pada orang
ia 9J
rnoiarat
dengan demikian keluarga djatuh 3.
minuman, »
terutama
‘
” 9 mendatangkan kemis-
'^ " u m
kar“ a har9a minU“ an
’'an49 *"membuang-buang. ^ j s k i n a ^ oleh karena pengeluaran ja pakaian tidak setimpal de“ 9a
s r * ’£
Djepang
,
perkakas
dipesan dan dibeli, demi-
S “s i
Selandjutnja Pen9a" 9 9” rena badan kurang sehat. djad. kctidak tjakapan .Kie-ktif sebagai akibat sifat subjekti geiuaran perang 2 padjak jang memngkat u Pakan jatang, pu« atau untuk persediaan perang ) ^ 9 ^ . pengungsi atau
a a & n s R S P - '- * - - :;
Pemerintah dalam, memberantas atau mentj&gah ke miskinan ini telah mengeluarkan peraturan2n ja, jang terkenal sebagai peraturan sosial, ialah peraturan jang berhadjat untuk raengangkat golongan miskin d a d kemiskmannja. Peraturan terutama ditudjukan terhadap djam bekerdja, keadaan pabrik, peusiun untuk hari tua, sokongan untuk keluarga, sokongan waktu kebakaran dan ketjelakaan dan sebagainja. 3. SIFAT2 TURUNAN DAN PERBAIKANNJA. m enahflsnnr7 sosio' ° 9i tentu sadja menghendaki untuk kat d a l ? Se93laL Sifat J“ 9 melemahkan masjaraoeniel^Ic & r enghf ? batkan kem adjuannja. Dalam. bfnatanc S k ° 9’ te‘ah ,dapat bahw a sifat djadi sifat t t,ang tcrPudji maupun jang tertjela menb ih w a sfflt ^ rUnan' ° leh Sebab mana d juga fikiran runan , S e L ^ “ mend)adi ketumasjarakat te ,.™ ™ 9.km hendakiah diusahakan supaja “ daTterdM r u t d t 3" a" 39,aU‘ a2 ja n 3 sehat l a c t a t e , . fikirannja. 1 9 i an9 sering sakit dan lemah
“ c m p e rh ^ a ^ k ra e ^ ta n ^ d 1
baik agar supaja mendaoaf * dan baik pula. Sekirania
hldUp ° ran9 harUS
f “ rUnan Ja n 9 keturunan jang sehat
terpudji dalam mata L s T h a t ^ V ^ V ’31199313 kurang walaupun tiinta con,ehatan hendaknja didjauhkan, dalam menentukan l a ^ memP ^ ihatkan kekuasaannja D i s a ^ i n ^ t : ^ ! ; ; 9™ :9; 0 ak^ a 'P-kaw inan. lainnja mengenai kedjahaten I n Peni elidikai\ 2 mengetahui hinaaa Him kemiskinan dsb. dan untuk b u n d l menundjukkan ^eno ’ t * ke‘ UrUnan dari a*ah' dikan Gregor Johann M e n d e ^ f e ? keturunan ini jang banjak d iH ii^ i ? * tentang soal atau penjelidikan s e te ru s n ia ih . C peIad>aran ) itu. D alam penjelidikan 204
keturunan tumbuh2an Mendel sampai pada suatu hukum. janq dinamai „hukum Mendel tentang keturunan jang berobah” , hukum mana dipandang berlaku untuk segala machluk mengenai sifat2 keturunannja. H ukum Mendel terdiri dari 3 dasar:
fidak ter'an?ung pada sifat* kesatuan jang lam. 0
D alam keturunan jang kedua dari pertjampuran
i J masihTerd'apat d « pertama, walaupun jang m^nu^ u . kesatuan jang manapun djuga, jang keturunan jang kesatu. 3.
D alam keturunan jan,>k^
n
"
terdapat pada terdapa i d
a
k
dan terdapat da,am berba9a1'
D alam pertjampu
a 'aU Sifat pad* Teori Mendel ini
ffO i
iemah dikalahkan, dan -bibi
walaupun
dimumkan pada -alma ^ untuk
1866 baru diketemakan tahuan> dan telah mendipergunakan bag._ ilmu p 9 ^ d _ A ik SeUtan. diadi dasar penjelidikan dunia kedua. Rusi Swedia, Djerman sebelu kebangsaan jang bajk dsb. untuk memadjuka ,.hara> walaupun kini pa < dengan keturunan jang P
um um nja telah diutarakan pengertian, bahw a sifat2 manusia terlebih banjak ditetapkan oleh lingkungan kehidupannja. 4.
T I D A K S E M P U R N A F I K I R A N D A N G IL A .
T idak 'sempurna fikiran terdapat dengan kelahiran, j.i. karena salah suatu kekurangan dalam tum buhnja o a , se angkan gila terdapat dalam fikiran seseorang jang asalnja biasa. baik dalam kesehatan badan maupun lf.> i” -3*- i ke^ambatan 'sosial oleh karena penjatmali111 e f i anj sekali diuraikan, pun djuga tentang saha untuk mengurangi keadaan ini telah dibentangran^nTT uraian tentan9 kemiskinan, kekuT "? S1[a t g u n m a n dan sebagainja. peniakif e.m.c^ n fa te^a^ mendjamin mereka jang ditimpa o r a n S it H T SUa,tU temPat >a n S tertentu d im an a °nTd?a„an, n 1PeKhara den
>"e™bav,a orang tidak lekas m e n q a la h k A* J ™ setan untuk lalu kehilanga£ aJhl 3 ,3
206
, ’ sf h m 3ga "a
SEDIK IT PEM A N D A N G A N TERHADAP KESOSIALAN.
ngerdjakan kesos'alan tid 9 Umpamanja sadja mereka akan berhasil dalam . bagi kita merupadalam sedjarah Flore n e e ^ 9 ^ wafctu ;tu perang kan jang tjontoh jang P Krim sedang telah mati atau luka di R u s s sangat merasa terharu jang luka jang tidak ■ t“ Pel'ha” satu2nja nona jang mgm wati pahlawan2 Ingge™ ^ tidak uienjangka-njangka permulaan susunan Pa g
ribuan bangsa Inggeris selatan. Orang"- Inggens i m e n d e n g a r mereka j( dan Florence adalah ^ kan diri untuk meragi ke Krim dengan tindakan itu mendjadi h ki“ te“ diseluruh dunia
r Und& n » a ^ d a n rnLghibur terutama dalam dengan “ “ " T bentjana alam lainnja. m asa p era n g dan Den j ,uhur R A . D ju g a tak akan upa kita kePa“ > ri lnd onesia. K a rtin f (1879-1904, ‘ " P j ^ k u P,Van Duisterms Surat2nja jang terkump“ aharukan bagi pembatja da tot Licht" sungguh ” ^ 9 “ “ difikirkan bahwa tul.sansungguh mengherankan kalau^ 2Q tahun ,ang itu berasal dari seorang 9 , masjarakatnja. telah dalam2 memikirkan kea m e n d j a d i benih tersangka bahwa ^ “ I n d o n e s i a h i n g g a sekar»9 ke m ad juan kaum wamta *. 1 mereka dan « W Han untuk seterusnja, mei p beri kemadjuan dan istiadat jang “ ^
£
9£ tuk kebahagiaan bangsa ,e
-
p e rta n g g u n g a n d ja u a o
ruhnja.
207
M u lailah kita dengan usaha untuk menjumbangkan tenaga dalam, menolong dan memperbaiki sesama ma nusia dalam kampung atau kalangan sendiri, atau de ngan menjumbangkan tenaga dan fikiran dalam usaha bersama untuk amal. D jang an mempunjai pandangan seo ah-olah telah berdjasa dalam kesosialan, dan pula djanganiah 'sekali-kali mempergunakan usaha sosial ini untuk mentjari nama atau keuntungan sendiri. Bekerdjalah karena A llah untuk mentjapai tudjuan sosial jang dimaksudkan itu. ■2‘ a j e9aIf ke"iadi uan masjarakat ini lambat djalannja. A d a t dan kebiasaan kita adalah hasil keturunan daerah Iingkungan jang telah beratus-ratus tahun merasakan pengaruhnja. Ia tidak dapat dirobah dengan S a u l t - t aIam T ktU i3n9 Sin9kat* D i a n 9a* *er' sosial Hal ,a i Pen9^araPan dalam segala tindakan alam T w , J‘an9 Pendek- karena tidakkah djuga memetik b n a U ? ba^w a antara menanam dan nj a? harus berlangsung w aktu beberapa lamam e ld X k a t sedikit rin ta ™
^ e^ ° f iaIan
a
m aupun dari 1 ^ ) a n
ja n g
H alan 9an nja' ^
Sikap su n g g u h ^
tid ak ^
untuk s e d a n l^ m if Selalu pertiai a kepada tjita^ kita ran dan kesenqsaraan’ d f ien9hilan9kan segala kesukapun demikian tidak ada b u S i Ienian dari i bukti bahwa kesukaran itu akan M asjarakat s o r q a t t d a ^ k k a la i kesukaran9> n jang baru telah
r 13!1 Inanusia ini berdjalan. t ^ diduLni a in i’ karef iJ dapat diberantas, maka
segala agama ini telah A’t m em beri tun tun an
P
t.n ja - p ertjajalah bahwa Tuhan
a manusia .dalam m,enghadapi
seqala kesukaran dunia. Pun djuga dengan demikian dengan tunduk kepada perintah Allah dan berbuat baik kepada manusia pastilah bahwa kesukaran hidup, walau pun tidak lalu dihilangkan, akan ringan dirasakan se^ hinqga rasa bahagia mudah terdapat dalam batin. Berfikir bekerdja dan madjulah untuk mengikuti panggilan masjarakat dan zaman, tetapi djuga beragamalah, berbaktilah kepada A llah dan kepada rasa aman dan tenteram dalam hati sanubari kita dl?*n9 ^ “ 9 pcrgolakan zaman betapa djugapun dahsjat adanja.
■i
209
PUSTAK A
SARDJANA
1.
H a ro ld J. Laski — Pengantar Ilm u Politika T jetakan kedua, 105 hal.
2.
A . J. Wisse — Keuangan Negara K ata pengantar dari: M r Sjafruddin Prawiranegara. Bahasa Indonesia dari: Parlindungan Tarip. Tjetakan ke-2 136 hal.
3.
J. B. Bury — Sedjarah Kemerdekaan Berfikir Terdjem ahan: L . M . Sitorus. 232 hal.
4.
Prof. D r J. P. van Aartsen — Ilm u Bum i Ekonom i Bahasa Indonesia dari: A d nan Sjamni. T jetakan kedua. 171 hal.
5.
Singgih Praptodihardjo — Sendi-sendi Indonesia. T jetakan ketiga. 152 hal.
H uk u m
Tanah
di-
6. Prof. D r P. J. B oum an — Ilm u M asjarakat U m um Terdjem ahan: Sujono. Tjetakan ketiga 147 hal. 7
Prof. M r W . A. Bonger — Masalah-masalah Demokrasi Terdjem ahan: L . M . Sitorus. 248 hal.
8. Hassan Shadily —
Sosiologi T jetakan kedua. 212 hal.
9.
U ntuk
Masjarakat Indonesia
Prof. D r A . Tceuw — Pokok dan Tokoh D alam Kesusasteraan Indonesia Baru. i r w ..t Bahasa Indonesia -dari: A ngku R aihul A m ar gelar Datuk Besar. Tjetakan kedua. 253 hal.
10
B e rtra n d Russell — Kekuasaan dan Individu. T e rd je m a h a n : K a m a ru z z a m a n . 127 h al.
11.
M r J. Bierens de H aan — Sosiologi. Perkembangan M etode. Terdjemahan: A d nan Sjarpni. 200 hal.
12.
Prof. M r D r J. Barents — Ilm u Politika. Suatu perkenalan lapangan. Terdjem ahan: L. M . Sitorus. 160 hal.
13.
M r M . V . Polak — Ichtisar h uk u m tatanegara U n i Am erika Serikat. , . Terdjem ahan: M r Soedjono Hardjosoediro. 210 hal.
dan
P E R P U S T A K lM PAKDIiTAS-- EKONOMI U N IV E R S IS A S IN D ON ESIA
\6
j r hay n
Tgl'- K e m b a li
J 2 S E P 1589
*sacra* '- 3 OCT 1985 1 0 0£C m | 8 OCT 1988 I 6 JAM 1390 ^ 9 HQV 138ft
? 8 OCT 1991 t h DEC 1988 & 6 OEc in 2 3 D E C 1988
I 9 J&N 19B9 1 5
'
PENGARANG
_______________ s h « d l l y ,
H asan
JUDUL. TGL.. KEMBALI [ ____________ I
I
NAMA PEMINJAM / MHS. DAN NO. MHS MHS.
:
3 0 1 .0 1
SHA s
Hasssff* S h a d i l y SO S IO L O G I UNTUK MASJAMCAP S IN DON ESIA.
Perpustakaan Ul
01
0-0600051