PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENGEMBANGAN KEBIASAAN MEMBACA PEMAHAMAN MAHASISWA SEMESTER VI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA TAHUN AKADEMIK 2015/ 2016
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh: Rosendi Galih Susani NIM: 121224109
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENGEMBANGAN KEBIASAAN MEMBACA PEMAHAMAN MAHASISWA SEMESTER VI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA TAHUN AKADEMIK 2015/ 2016
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh: Rosendi Galih Susani NIM: 121224109
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016 i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTTO
Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberikan kelegaan kepadamu. (Matius 11:28-30)
Jangan menangisi masa lalu, berjuanglah untuk masa kini dengan segala tantangan-tantangannya. (Paus Fransiskus)
Keberhasilan studi seseorang sangat ditentukan oleh kemauan dan kemampuan membacanya. (Nurgiyantoro)
Selalu bersyukur, berusaha, dan berdoa atas apa yang dirasakan, diperoleh, dan dialami. (Penulis)
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERSEMBAHAN
Dengan penuh kasih dan rasa syukur serta ucapan terima kasih, skripsi ini saya persembahkan kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu menemani dalam segala kondisi, mengabulkan permohonan, dan memberikan kasih sayang berlimbah. 2. Keluarga tercinta, Bapak Drs. YB. Sugiman, Ibu FM. Endang Siti Suwarningsih, S.Pd., Kakak Dionysius Dedi Purwitahardi S.E., Angela Yantini, Yakob Jati Yulianto, S.IP., dan alm. keponakan tercinta Bryan Oscar Subrata.
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 8 September 2016 Yang membuat pernyataan,
Rosendi Galih Susani NIM 121224109
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama
: Rosendi Galih Susani
Nomor Induk Mahasiswa
: 121224109
Demi kepentingan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta karya ilmiah saya yang berjudul: PENGEMBANGAN KEBIASAAN MEMBACA PEMAHAMAN MAHASISWA SEMESTER VI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA TAHUN AKADEMIK 2015/2016 Dengan demikian, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta, 8 September 2016 Yang menyatakan,
Rosendi Galih Susani
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK Susani, Rosendi Galih. 2016. Pengembangan Kebiasaan Membaca Pemahaman Mahasiswa Semester VI Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta Tahun Akademik 2015/2016.Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini mengkaji tentang pengembangan kebiasaan membaca pemahaman mahasiswa semester VI Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta tahun akademik 2015/2016 berdasarkan hasil angket analisis kebutuhan pengembangan kebiasaan membaca pemahaman, hasil analisis faktor membaca pemahaman, dan hasil tes kemampuan membaca pemahaman. Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan kebiasaan membaca pemahaman mahasiswa semester VI Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta tahun akademik 2015/2016 yang dikemas dalam modul pembelajaran. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian pengembangan. Penelitian dilakukan terhadap 48 mahasiswa semester VI kelas G dan H Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta tahun akademik 2015/2016. Peneliti melakukan tahap awal penelitian pengembangan dengan mengumpulkan data dari angket analisis kebutuhan kebiasaan membaca pemahaman, faktor membaca pemahaman mahasiswa, dan hasil tes kemampuan membaca pemahaman. Peneliti menggunakan data tersebut sebagai dasar untuk mengembangkan kebiasaan membaca pemahaman mahasiswa. Kebiasaan membaca pemahaman yang dikembangkan kemudian dimuat dalam produk berupa modul pembelajaran sebagai hasil akhir dari penelitian ini. Desain produk yang berupa modul pembelajaran divalidasi dosen ahli untuk dinilai tingkat kelayakannya sebelum dilakukan ujicoba. Setelah modul dinilai layak kemudian dilakukan uji coba terhadap kelompok terbatas. Berdasarkan validasi tersebut peneliti melakukan revisi modul pembelajaran membaca pemahaman. Hasil uji coba kemudian dievaluasi untuk melihat keefektifan modul pembelajaran membaca pemahaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor membaca dapat dikategorikan ke dalam faktor internal dan faktor eksternal. Tes kemampuan membaca pemahaman berada pada kategori cukup dengan nilai rata-rata 22,52. Peneliti kemudian mengembangkan kebiasaan membaca pemahaman berdasarkan hasil data tersebut. Pengembangan kebiasaan membaca memiliki langkah-langkah yang perlu dicapai yaitu (1) menumbuhkan rasa ingin tahu, (2) memiliki minat dan motivasi untuk membaca, (3) memilih jenis bacaan yang sesuai dengan kebutuhan, (4) atur waktu dan ciptakan lingkungan yang kondusif untuk membaca, (5) membuat jam wajib baca dengan Gerakan Cinta Buku dan Hari Buku, (6) menentukan teknik membaca yang tepat, (7) menumbuhkan kegemaran untuk menulis.Hasil dari pengembangan kebiasaan membaca kemudian dikemas dalam modulMenumbuhkan Kebiasaan Membaca.Pengembangan kebiasaan membaca pemahaman diharapkan dapat mengembangkan kebiasaan membaca dan kemampuan membaca pemahaman mahasiswa semester VI kelas G dan H Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta tahun akademik 2015/2016. Kata Kunci: Pengembangan, Kebiasaan, Membaca Pemahaman
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT Susani,Rosendi Galih. 2016. Developing Reading ComprehensionHabit of 6thStudents of Indonesian Language and Literature Education Study Program of Ahmad Dahlan University Yogyakarta Academic Year 2015/2016.Thesis. Yogyakarta: Indonesian Language and Literature Education Study Program, Faculty of Teacher Training and Education. Sanata Dharma University. This research studiesthe development of reading comprehension habit of semester VI students of Indonesian Language and LiteratureEducation Study Program of Ahmad Dahlan University in Yogyakarta academic year 2015/2016 based on the result of the needs analysis questionnaire of reading comprehension habit development, the analysis result of reading factors, and the test result of reading comprehension ability. The purpose of this research is to develop reading comprehension habit of Class G and H of semester VI students of Indonesian Language and Literature Education Study Program of Ahmad Dahlan University in Yogyakarta academic year 2015/2016which is packed in a form of learning module. This research used research and development method. The research was conducted to 48 semester VI students who belonged to Class G and H of Indonesian Language and Literature Education Study Program of Ahmad Dahlan University in Yogyakarta academic year2015/2016. The researcher conductedthe first stage of research and development by collecting the data from the needs analysis questionnaire of reading comprehension habit, students’ readingcomprehensionfactors, and the test result of reading comprehension ability. The researcher used the data as a basis to develop students’ reading comprehension habit. The habit of reading comprehension, which was being developed,was packed in the form of learning module as the final result of this research. Product design which was in the form of learning module had been validated by expert lecturers to be assessed based on its level of worthiness before it was tested. Once the module was considered worthy,it was tested to a limited group. According to the validation, the researcherrevisedthe reading comprehension learning module. Then, the result of the trial was evaluated to see the effectiveness of reading comprehension learning module. The result of the research shows that reading factors can be categorized into internal and external factor. Theresult of reading comprehension ability test was considered fairwith the average value of 22,52. Then, the researcher developed reading comprehension habit based on the result of the data. The development of reading comprehension habit had several steps which needed to be achieved namely (1) raising curiosity, (2) having interest and motivation to read, (3) choosing the type of textsin accordance with the needs, (4)setting the time and creating a conducive environment to read, (5) setting compulsory reading time with Gerakan Cinta Buku and Hari Buku, (6) deciding the proper reading techniques, and (7) raising passion to write. The result of the development of reading habitwas packed intoMenumbuhkan Kebiasaan Membaca module. The development of reading comprehension habit was expected to increase reading habit and reading comprehension ability ofClass G and H of semester VI students of Indonesian Language and Literature Education Study Program of Ahmad Dahlan University in Yogyakarta academic year2015/2016. Keywords: Development, Habit, Reading Comprehension
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kasih yang telah memberikan berkat dan rahmatNya sehingga skripsi yang berjudul Pengembangan
Kebiasaan
Membaca
Pemahaman
Mahasiswa
Semester
VIProgram Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta Tahun Akademik 2015/2016dapat penulis selesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa skripsi ini berhasil diselesaikan karena doa, bimbingan, nasihat, dukungan, bantuan, dan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu,dengan rendah hati penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 2. P. Kuswandono, Ph.D., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 3. Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 4. Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum., selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 5. Prof. Dr. Pranowo, M.Pd.,selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan motivasi kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. 6. Dra. Triwati Rahayu, M.Hum., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta dan Roni Sulistiyono, S.Pd., M.Pd., selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta yang telah mengizinkan peneliti untuk melakukan penelitian. 7. Septina Krismawati, S.S., M.A., yang telah bersedia menjadi validator untuk menilai produk hasil dari penelitian ini. x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8. Robertus Marsidiq, selaku karyawan sekretariat Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia yang memberikan pelayanan administratif kepada penulis dalam menyelesaikan berbagai urusan administrasi akademik. 9. Mahasiswa semester VI kelas G dan H Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia,
Universitas
Ahmad
Dahlan
Yogyakarta
tahun
akademik2015/2016 yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian i ni . 10. Kedua orang tuaku,Bapak Drs. YB. Sugiman dan Ibu FM. Endang Siti Suwarningsih, S.Pd. yang selalu menjadi teman belajar dan memberi dukungan dalam bentuk doa serta motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. 11. Ketiga kakakku Dionysius Dedi Purwitahardi, S.E., Angela Yantini, dan Yakob Jati Yulianto, S.IP., yang selalu memberikan semangat kepada penulis beserta alm. keponakan Bryan Oscar Subrata. 12. Rm. Marselinus Dapawole Pr., yang telah memberikan bantuan dalam bentuk nasihat dan doa kepada penulis. 13. Teman-teman tim peneliti Agatha Regina Pratiwi, Debby Maharani, dan Shinta Prabowati. 14. Teman-teman Paduan Suara Mahasiswa Cantus Firmus Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, staff guru Indonesian Language and Culture Intensive Course(ILCIC) LBUSD, dan tim PMB dan Promosi Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kepercayaan, kesempatan, dan pengalaman kepada penulis. 15. Semua pihak yang belum disebutkan yang turut membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas kehadiran dan bantuan semua pihak yang telah memberikan pengalaman luar biasa kepada penulis.
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca sebagai referensi untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan.
Yogyakarta, 8 September 2016
Rosendi Galih Susani
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ...................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .........................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN .....................................................................
iii
MOTTO ......................................................................................................
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ......................................................
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK ...................................
vii
ABSTRAK...................................................................................................
viii
ABSTRACT..................................................................................................
ix
KATA PENGANTAR .................................................................................
x
DAFTAR ISI ..............................................................................................
xiii
DAFTAR TABEL .......................................................................................
xvi
DAFTAR SKEMA ...................................................................................... xviii DAFTAR BAGAN ......................................................................................
xix
DAFTAR DIAGRAM .................................................................................
xx
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
xxi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................
1
1.1 Latar Belakang Penelitian ...................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................
6
1.3 Tujuan Penelitian ...............................................................................
7
1.4 Spesifikasi Produk yang Diharapkan...................................................
7
1.5 Manfaat Penelitian .............................................................................
8
1.6 Batasan Istilah ...................................................................................
10
1.7 Sistematika Penulisan .........................................................................
10
BAB II: LANDASAN TEORI ....................................................................
12
2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan .....................................................
12
2.2 Kajian Teori .......................................................................................
14
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2.2.1 Pengertian Membaca Pemahaman ............................................
14
2.2.2 Tujuan Membaca Pemahaman ..................................................
17
2.2.3 Faktor-faktor Membaca Pemahaman .........................................
18
2.2.4 Tingkat Kemampuan Membaca Pemahaman .............................
22
2.2.5 Jenis-jenis Strategi Pembelajaran Membaca Pemahaman ..........
24
2.2.6 Kebiasaan Membaca Pemahaman .............................................
27
2.2.7 Modul Pembelajaran .................................................................
30
2.3 Kerangka Berpikir ............................................................................
32
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN .................................................
37
3.1 Jenis Penelitian.................................................................................
37
3.2 Model Pengembangan ......................................................................
38
3.3 Subjek Penelitian..............................................................................
40
3.4 Teknik Pengumpulan Data ...............................................................
40
3.5 Instrumen Penelitian.........................................................................
45
3.6 Uji Instrumen ...................................................................................
48
3.7 Teknik Analisis Data Penelitian .......................................................
52
3.8 Uji Coba Terpakai ...........................................................................
61
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...........................
62
4.1 Deskripsi Pelaksanaan Penelitian .....................................................
62
4.2 Analisis Data Penelitian ...................................................................
65
4.2.1 Analisis Data Observasi ..........................................................
65
4.2.2 Analisis Data Analisis Kebutuhan Pengembangan Kebiasaan Membaca Pemahaman............................................................
69
4.2.3 Analisis Faktor Membaca Pemahaman ...................................
91
4.2.4 Analisis Tes Kemampuan Membaca Pemahaman ................... 130 4.2.5 Analisis Data Wawancara ...................................................... 147 4.3. Pengembangan Kebiasaan Membaca Pemahaman ........................... 152 4.4 Deskripsi Produk .............................................................................. 162 4.5 Data Validasi dan Revisi Produk ...................................................... 165
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.6 Pembahasan ..................................................................................... 178 4.7 Tahap-tahap Pengembangan Modul Kebiasaan Membaca Pemahaman.................................................... 185 BAB V: PENUTUP ..................................................................................... 193 5.1 Kesimpulan Penelitian...................................................................... 193 5.2 Implikasi .......................................................................................... 195 5.3 Keterbatasan Penelitian .................................................................... 196 5.4Saran-saran ....................................................................................... 196 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 199 LAMPIRAN ................................................................................................ 202 DOKUMENTASI PENELITIAN ............................................................... 307
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Pernyataan Positif dan Negatif Skala Likert ...................................
53
Tabel 3.2 Kategori Skala Likert ....................................................................
53
Tabel 3.3 Kategori Analisis Kebutuhan Kebiasaan Membaca dan Faktor Membaca ...........................................................................
55
Tabel 3.4 Penentuan Kriteria dengan Penghitungan Persentase untuk Skala Empat ......................................................................
58
Tabel 3.5 Konversi Nilai Skala Lima untuk Validasi dan Uji Coba Produk ........................................................................
59
Tabel 3.6 Kriteria Skor Skala Lima untuk Validasi dan Uji Coba Produk ........................................................................
61
Tabel 4.1 Format Skala Tiga .........................................................................
70
Tabel 4.2 Kesenangan untuk Membaca .........................................................
71
Tabel 4.3 Keinginan untuk Membaca ............................................................
73
Tabel 4.4 Jenis Bacaan ..................................................................................
77
Tabel 4.5 Kesempatan untuk Membaca .........................................................
80
Tabel 4.6 Rutinitas Membaca ........................................................................
83
Tabel 4.7 Manfaat Membaca Buku ...............................................................
88
Tabel 4.8 Format Skala Tiga .........................................................................
92
Tabel 4.9 Faktor Motivasi .............................................................................
93
Tabel 4.10 Faktor Sikap dan Minat ...............................................................
97
Tabel 4.11 Faktor Kebiasaan ......................................................................... 100 Tabel 4.12 Faktor Kondisi Emosi .................................................................. 102 Tabel 4.13 Faktor Cara Membaca ................................................................. 105 Tabel 4.14 Faktor Pengetahuan yang Dimiliki Sebelumnya ........................... 109 Tabel 4.15 Faktor Ketertarikan terhadap Bacaan dan Manfaat ....................... 113 Tabel 4.16 Faktor Intelegensi ........................................................................ 116 Tabel 4.17 Faktor Kesulitan Bacaan ............................................................. 118
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 4.18 Faktor Latar Belakang Sosial Ekonomi Keluarga ......................... 119 Tabel 4.19 Faktor Suasana Lingkungan dan Waktu ....................................... 121 Tabel 4.20 Faktor Teks ................................................................................. 123 Tabel 4.21 Faktor Kuatnya Pengaruh Budaya Lisan ...................................... 125 Tabel 4.22 Faktor Kuatnya Pengaruh Televisi ............................................... 126 Tabel 4.23 Indeks Tingkat Kesulitan ............................................................. 131 Tabel 4.24 Hasil Indeks Tingkat Kesulitan .................................................... 131 Tabel 4.25 Aspek Menangkap Arti Kata/Istilah ............................................. 134 Tabel 4.26 Aspek Menangkap Makna Tersurat ............................................. 135 Tabel 4.27 Aspek Menangkap Makna Tersirat .............................................. 137 Tabel 4.28 Aspek Menarik Kesimpulan Isi Bacaan ....................................... 139 Tabel 4.29 Aspek Memprediksi Maksud Penulis ........................................... 141 Tabel 4.30 Aspek Mengevaluasi Bacaan ....................................................... 145 Tabel 4.32 Hasil Validasi Aspek Kelayakan Penyajian oleh Dosen Ahli ................................................................................. 166 Tabel 4.33 Hasil Validasi Aspek Kelayakan Materi oleh Dosen Ahli ................................................................................. 168 Tabel 4.34 Hasil Validasi Aspek Bahasa oleh Dosen Ahli ............................. 170 Tabel 4.35 Hasil Revisi Aspek Kelayakan Penyajian..................................... 172 Tabel 4.36 Hasil Revisi Aspek Kelayakan Materi ......................................... 172 Tabel 4.37 Hasil Revisi Aspek Kelayakan Bahasa ........................................ 173 Tabel 4.38 Hasil Uji Coba terhadap Mahasiswa Pada Aspek Kelayakan Penyajian ................................................................. 174 Tabel 4.39 Hasil Uji Coba terhadap Mahasiswa Pada Aspek Kelayakan Materi ....................................................................... 176 Tabel 4.40 Hasil Uji Coba terhadap Mahasiswa Pada Aspek Kelayakan Bahasa .................................................................... 177
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR SKEMA 2.1 Kerangka Berpikir............................................................................... 36
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR BAGAN Bagan 3.1 Tahap-tahap Metode Research and Development (R&D)..............
xix
40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR DIAGRAM 4.1 Diagaram Pie Hasil Tes Kemampuan Membaca Pemahaman .................. 133
xx
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Surat Izin Penelitian ................................................................... 203 Lampiran 2 Presensi Tes Membaca Pemahaman kelas G dan H .................... 204 Lampiran 3 Kisi-kisi Instrumen Penelitian .................................................... 208 Lampiran 4 Instrumen Hasil Observasi ......................................................... 212 Lampiran 5 Data Hasil Observasi .................................................................. 213 Lampiran 6 Angket Analisis Kebutuhan Pengembangan Kebiasaan Membaca Pemahaman .............................................. 216 Lampiran 7 Angket Analisis Kebutuhan Pengembangan Kebiasaan Membaca Pemahaman Mahasiswa ............................. 220 Lampiran 8 Hasil Perhitungan Analisis Kebutuhan Pengembangan Kebiasaan Membaca Pemahaman ............................................... 224 Lampiran 9 Angket Faktor Membaca Pemahaman ........................................ 226 Lampiran 10 Angket Faktor Membaca Pemahaman Mahasiswa .................... 233 Lampiran 11 Hasil Perhitungan Angket Faktor Membaca Pemahaman.......... 240 Lampiran 12 Instrumen Tes Kemampuan Membaca Pemahaman .................. 243 Lampiran 13 Tes Kemampuan Membaca Pemahaman Mahasiswa ................ 258 Lampiran 14 Hasil Perhitungan Nilai Tes Kemampuan Membaca Pemahaman ........................................................................... 269 Lampiran 15 Kunci Jawaban Tes Kemampuan Membaca Pemahaman .......... 271 Lampiran 16 Perhitungan Indeks Tingkat Kesulitan ...................................... 272 Lampiran 17 Reliabilitas Tes Kemampuan Membaca Pemahaman ................ 274 Lampiran 18 Instrumen Wawancara .............................................................. 290 Lampiran 19 Transkrip Wawancara .............................................................. 291 Lampiran 20 Surat Permohonan Validasi Modul oleh Dosen Ahli ................. 293 Lampiran 21 Instrumen Validasi Produk ....................................................... 294 Lampiran 22 Hasil Penilaian Validasi Produk oleh Dosen ............................. 298 Lampiran 23 Instrumen Uji Coba Produk ...................................................... 302 Lampiran 24 Hasil Penilaian Uji Coba Produk Mahasiswa ............................ 304
xxi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi tujuh hal, yaitu (1) latar belakang penelitian, (2) rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) spesifikasi produk yang diharapkan, (5) manfaat penelitian, (6) batasan istilah, dan (7) sistematika penyajian.
1.1
Latar Belakang Penelitian Membaca merupakan salah satu dari empat aspek keterampilan berbahasa.
Kegiatan membaca bertujuan untuk memperoleh informasi dan pengetahuan tentang segala hal. Seseorang yang dapat menguasai keterampilan membaca dengan baik akan membantunya menjadi pribadi yang dapat berpikir secara runtut, menguasai logika dengan tepat, cepat, dan matang, serta mampu berpikir kritis. Melihat hal tersebut, sebaiknya keterampilan membaca perlu mendapatkan perhatian khusus. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Tampubolon (2008: 4) yang mengatakan bahwa membaca merupakan salah satu kemampuan yang harus dibina dan dikembangkan. Atas dasar tersebut, sebaiknya kemampuan membaca harus dibina dan ditingkatkan agar menjadi sebuah kebiasaan yang dapat tumbuh dalam diri seseorang. Membaca dalam pengertian yang luas menjadi proses awal bagi manusia untuk memahami, berpikir, dan memutuskan sikap dan perilakunya (Nuriadi, 2008: 30). Aktivitas membaca menjadi kegiatan yang tidak asing lagi untuk dilakukan meskipun tingkat kebiasaan (habits) membaca setiap orang berbeda-beda. Kegiatan
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2
membaca sebaiknya dibiasakan sejak dini, karena kemampuan membaca tidak terjadi secara otomatis dan harus didahului oleh kebiasaan membaca yang merupakan wujud dari minat baca. Sebaliknya, kegiatan membaca dikatakan otomatis, apabila seseorang yang memiliki kebiasaan membaca akan memiliki keinginan untuk membaca. Seseorang yang sudah mempunyai kebiasaan membaca tidak terlepas dari latihan secara terus-menerus dalam jangka waktu yang relatif lama. Kebiasaan membaca dapat terjadi jika situasi dan kondisi seperti waktu, tempat, dan jenis bacaan juga dapat terpenuhi. Upaya menumbuhkan minat baca yang akan menjadi kebiasaan membaca menjadi lebih mudah dan efektif apabila dilakukan sejak dini. Seseorang yang terbiasa membaca buku akan terasah pola pikirnya sehingga dapat menumbuhkan pemahaman yang lebih baik lagi. Usaha pembentukan kebiasaan membaca mempunyai dua aspek yang perlu diperhatikan, yaitu minat dan keterampilan membaca (Tampubolon, 2008: 227). Minat yaitu perpaduan antara keinginan, kemauan, dan motivasi. Keterampilan membaca yang dimaksud adalah keterampilan mata dan penguasaan teknik-teknik membaca. Kalau minat tidak berkembang, maka kebiasaan membaca tentu tidak akan berkembang. Oleh karena itu, diperlukan usaha-usaha untuk menumbuhkan kebiasaan membaca dengan meningkatkan minat dan keterampilan membaca. Seseorang yang memiliki kebiasaan membaca yang tinggi akan memiliki kemampuan untuk memahami isi bacaan dengan lebih baik. Kemampuan membaca seseorang sangat ditentukan oleh tingkat keseringan (frekuensi) dan panjang pendeknya waktu (durasi) untuk membaca. Seseorang yang memiliki kebiasaan membaca yang tinggi akan mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang tinggi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3
pula jika dibandingkan dengan seseorang yang kebiasaan membacanya rendah. Hal tersebut dapat diartikan bahwa semakin sering dan banyak waktu untuk membaca, kemungkinan besar seseorang akan memiliki tingkat kemampuan yang tinggi dan semakin mudah dalam memahami isi bacaan. Tingkat keseringan membaca yang tumbuh akan membuat seseorang memiliki kebiasaan membaca. Di Indonesia, kenyataan memperlihatkan bahwa kebiasaan membaca masih kurang diminati di kalangan pelajar. Hal tersebut dibuktikan dengan fakta yang dipaparkan dalam salah satu berita bahwa, “Anak Indonesia ternyata paling malas membaca buku. Salah satu indikatornya, Indonesia menduduki peringkat kedua terbawah survei minat baca yang dilakukan The Programme for International Student Assessment” (news.okezone.com diakses pada 12 Oktober 2015). Selanjutnya, survei dari Organization for Economic Cooperative and Development (OECD) tahun 2009 menyebutkan pula bahwa kemampuan membaca masyarakat di
Indonesia
berada
pada
posisi
57
dari
62
negara
anggotanya
(http://www.perpustakaan.depkeu.go.id diakses pada 27 September 2015). Kemampuan membaca masyarakat Indonesia masih jauh dari yang diharapkan. Survei dari United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO) juga memaparkan tentang rendahnya minat baca dibuktikan dengan indeks membaca masyarakat Indonesia hanya 0,001. Hal tersebut memperlihatkan bahwa dari seribu penduduk, hanya ada satu orang yang masih memiliki minat baca tinggi (kompasiana.com. diakses pada 15 Oktober 2015).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4
Keadaan tersebut membuka pandangan bahwa minat baca di Indonesia sangat memprihatinkan dan mengakibatkan kondisi membaca di kalangan pelajar berdampak pada rendahnya kebiasaan membaca. Rendahnya kebiasaan membaca yang dimiliki mahasiswa dari data di atas, memperlihatkan bahwa membaca belum menjadi budaya baca di kalangan pelajar. Padahal, budaya baca menjadi salah satu langkah untuk memajukan bangsa ini melalui kemampuan membaca pemahaman. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Haras dalam Maria (2015: 1) yang memaparkan bahwa seorang politikus asal Amerika Serikat bernama Horian mengatakan bahwa “If we want to be a super power we must have individuals with much higher levels of literacy”. Artinya jika kita menginginkan menjadi bangsa yang kuat dan adidaya, kita harus memiliki lebih banyak anggota masyarakat yang memiliki kemampuan tinggi dalam literasi atau baca tulis. Hasil dari data penelitian dalam survei di atas menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia belum sampai pada tahap atau tingkatan membaca pemahaman. Di kalangan pelajar, khususnya mahasiswa di jenjang perguruan tinggi mungkin masih memiliki banyak kelemahan dalam membaca pemahaman. Oleh karena itu, penelitian ini akan mengambil subjek penelitian dari mahasiswa semester VI Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta tahun akademik 2015/2016. Tujuan peneliti memilih mahasiswa dari Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia karena mahasiswa tersebut pada nantinya akan menjadi calon guru bahasa Indonesia. Sebaiknya, calon guru bahasa Indonesia mampu memiliki kemampuan membaca pemahaman yang lebih baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5
Berdasarkan hasil observasi proses perkuliahan pada tanggal 14 April 2016 di ruang 404 Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta menunjukkan kurangnya pemahaman dalam diri mahasiswa. Dosen bertanya kepada mahasiswa ketika mengawali proses perkuliahan berkaitan dengan materi perkuliahan yang diberikan di pertemuan sebelumnya, tetapi ternyata hanya terdapat beberapa mahasiswa yang bisa menjawab pertanyaan dari dosen. Hal tersebut memperlihatkan bahwa kurangnya pemahaman mahasiswa dapat disebabkan oleh kebiasaan membaca yang minim dilakukan oleh mahasiswa. Permasalahan dari berbagai survei dan kondisi di atas belum memperlihatkan sebuah solusi karena selama ini kebiasaan membaca dan teori kemampuan membaca pemahaman belum diterapkan dengan baik, sehingga harapan tidak sesuai dengan kenyataan. Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini karena ingin mengembangkan kebiasaan membaca pemahaman yang efektif bagi mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Peneliti menganggap permasalahan ini penting untuk dilakukan agar solusi dari permasalahan tersebut dapat ditemukan karena selama ini kebiasaan membaca dan kemampuan membaca pemahaman yang dimiliki oleh mahasiswa masih sangat memprihatinkan. Dampak negatif yang timbul apabila masalah ini tidak segera diteliti dan dicari solusinya akan berdampak pada sikap mahasiswa yang kesulitan dalam menumbuhkan kebiasaan membaca pada dirinya. Sebaliknya, apabila peneliti dapat menemukan solusi dari permasalahan ini dampak positif yang dapat dirasakan adalah mahasiswa dapat menumbuhkan dan mengembangkan kebiasaan membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6
pemahaman pada dirinya dengan lebih baik. Mahasiswa diharapkan dapat memiliki kemampuan memahami isi bacaan yang lebih baik setelah memiliki kebiasaan membaca yang telah tumbuh dalam dirinya. Berdasarkan uraian di atas, maka diperlukan upaya untuk mengembangkan kebiasaan membaca pemahaman bagi mahasiswa khususnya mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian yang berjudul Pengembangan Kebiasaan Membaca Pemahaman Mahasiswa Semester VI Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta Tahun Akademik 2015/2016.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apa saja faktor-faktor yang memengaruhi membaca pemahaman mahasiswa semester VI kelas G dan H Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta tahun akademik 2015/2016? 2. Bagaimana tingkat kemampuan membaca pemahaman mahasiswa semester VI kelas G dan H Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta tahun akademik 2015/2016? 3. Bagaimana pengembangan kebiasaan membaca melalui kemampuan membaca pemahaman bagi mahasiswa semester VI kelas G dan H Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta tahun akademik 2015/2016?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan faktor-faktor yang memengaruhi membaca pemahaman mahasiswa semester VI kelas G dan H Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta tahun akademik 2015/2016. 2. Mendeskripsikan tingkat kemampuan membaca pemahaman mahasiswa semester VI kelas G dan H Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta tahun akademik 2015/2016. 3. Menemukan pengembangan kebiasaan membaca melalui kemampuan membaca pemahaman bagi mahasiswa semester VI kelas G dan H Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta tahun akademik 2015/2016.
1.4 Spesifikasi Produk yang Diharapkan Penelitian pengembangan ini bertujuan untuk menghasilkan produk yang berupa modul pengembangan kebiasaan membaca untuk mahasiswa semester VI Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Spesifikasi dalam modul ini yaitu, (1) standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pembelajaran, (2) uraian materi, (3) tugas, latihan soal, dan refleksi, serta (4) kunci jawaban.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8
1.5 Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan di atas, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis. 1. Manfaat Teoritis Setelah mengetahui hasil analisis kebutuhan pengembangan kebiasaan membaca pemahaman, faktor membaca pemahaman, dan tingkat kemampuan membaca pemahaman mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra dan Sastra Indonesia, peneliti dapat memberikan sumbangan kajian teori baru untuk menghasilkan kajian teori dalam bidang membaca pemahaman, khususnya mengenai pengembangan kebiasaan membaca pemahaman bagi mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan pembaca dalam hal mengembangkan
kebiasaan
membaca
berdasarkan
analisis
kebutuhan
pengembangan kebiasaan membaca pemahaman, faktor membaca pemahaman, dan tes kemampuan membaca pemahaman yang dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman. Secara khusus, manfaat praktis juga dapat dirasakan bagi pihak-pihak tertentu, yaitu: a. Bagi Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi mengenai faktorfaktor yang memengaruhi kemampuan membaca pemahaman mahasiswa dan mengetahui tingkat membaca pemahaman yang dimiliki mahasiswa. Selanjutnya,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9
mahasiswa dapat meningkatkan faktor positif yang dapat mendukung kegiatan membaca dan mengatasi faktor yang mengganggu kegiatan membaca. Hasil penelitian ini akan memberikan langkah-langkah yang digunakan mahasiswa untuk menumbuhkan dan mengembangkan kebiasaan membaca sehingga mahasiswa dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman. b. Bagi Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dalam melaksanakan tugas mengajar. Selain itu, hasil penelitian dan pengembangan ini dapat membuat pengajar untuk selalu kreatif dan inovatif dalam merancang pengembangan bahan pembelajaran sehingga dapat meningkatkan profesionalisme dalam kegiatan mengajar. c. Bagi Peneliti Lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan inspirasi bagi peneliti lain apabila topik yang akan diteliti memiliki hubungan yang sama. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai bahan referensi yang berkaitan dengan kebiasaan membaca dan kemampuan membaca pemahaman sehingga pengembangan kebiasaan membaca pemahaman dapat dikembangkan menjadi lebih baik lagi. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai bahan komparasi pada penelitian sejenis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10
d. Bagi Dunia Pendidikan Penelitian ini dapat menjadi masukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dalam upaya peningkatan perbaikan keterampilan pengembangan kebiasaan membaca pemahaman. Penelitian dapat menjadi sarana sebagai pedoman untuk memberikan andil dalam meningkatkan hasil belajar.
1.6 Batasan Istilah 1. Pengembangan Pengembangan adalah suatu proses secara sistematis dan logis untuk mempelajari masalah-masalah pengajaran agar mendapatkan pemecahan yang teruji validitasnya dan praktis bisa dilaksanakan (Elly dalam Gafur 1980: 21). 2. Kebiasaan Kebiasaan adalah kegiatan atau sikap, baik fisik maupun mental, yang telah membudaya dalam suatu masyarakat (Tampubolon, 2008: 227). 3. Membaca Pemahaman Membaca pemahaman adalah suatu proses pemerolehan makna yang secara aktif melibatkan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki oleh pembaca serta dihubungkan dengan isi bacaan (Somadayo, 2011: 10).
1.7 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan merupakan gambaran umum mengenai isi seluruh pembahasan penelitian. Sistematika penulisan bertujuan untuk memudahkan pembaca dalam mengikuti alur pembahasan yang terdapat dalam skripsi. Skripsi ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11
terdiri dari V bab, yaitu (I) pendahuluan, (II) landasan teori, (III) metodologi penelitian, (IV) hasil penelitian dan pembahasan, serta (V) penutup. Pada bab I berisi latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, spesifikasi produk yang diharapkan, manfaat penelitian, batasan istilah, dan sistematika penulisan. Pada bab II memaparkan landasan teori yang terdiri dari penelitian terdahulu yang relevan, teori yang relevan dengan penelitian, dan kerangka berpikir. Kemudian pada bab III memaparkan metodologi penelitian yang berisi jenis penelitian, model pengembangan, subjek penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, uji instrumen, teknik analisis data penelitian, dan uji coba terpakai. Selanjutnya, pada bab IV berisi pembahasan yang terdiri
dari
deskripsi
pelaksanaan
penelitian,
analisis
data
penelitian,
pengembangan kebiasaan membaca pemahaman, deskripsi produk, data validasi dan revisi produk, serta pembahasan. Pada bab V terdiri dari kesimpulan hasil penelitian, implikasi, keterbatasan penelitian dan saran-saran. Pada bagian akhir skripsi ini terdiri dari daftar pustaka dan lampiran hasil data penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II LANDASAN TEORI Bab ini berisi tentang tiga hal, yaitu (1) penelitian terdahulu yang relevan, (2) kajian teori, dan (3) kerangka berpikir. Penelitian terdahulu yang relevan berisi tentang penelitian terdahulu sejenis yang dilakukan oleh peneliti lain. Kajian teori yang menjadi landasan teori dalam penelitian ini berisi tentang teori-teori membaca membaca pemahaman, dan modul pembelajaran. Kerangka berpikir memudahkan peneliti untuk melihat alur penelitian pengembangan dengan jelas.
2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan Pada umumnya setiap penelitian memiliki acuan atau pedoman sebagai dasar untuk melakukan penelitian. Acuan ini digunakan sebagai referensi untuk mengadakan suatu penelitian. Peneliti menemukan dua penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilakukan peneliti. Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Dewi Purnamasari (2008) mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta, dengan judul “Hubungan antara Kebiasaan Membaca dengan Pemahaman Bacaan Siswa Kelas VIII SMP di Kecamatan Kalasan Sleman”. Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) mendeskripsikan tingkat kebiasaan membaca siswa kelas VIII SMP di Kecamatan Kalasan Sleman; (2) mendeskripsikan tingkat pemahaman bacaan siswa kelas VIII SMP di Kecamatan Kalasan Sleman; dan (3) menjelaskan hubungan antara kebiasaan membaca dengan pemahaman bacaan siswa kelas VIII SMP di Kecamatan Kalasan Sleman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) kebiasaan
12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13
membaca siswa kelas VIII SMP di Kecamatan Kalasan Sleman berkategori sedang dengan frekuensi 217 (77,8%); (2) pemahaman bacaan siswa kelas VIII SMP di Kecamatan Kalasan Sleman berkategori sedang dengan frekuensi 149 (57%); dan (3) terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan membaca dengan pemahaman bacaan siswa kelas VIII SMP di Kecamatan Kalasan Sleman, yaitu sebesar 1,85% pada taraf koefisiensi 1%. Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Maria Dwi Rianti (2015) mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, dengan judul “Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Pemahaman Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Pemahaman pada Mahasiswa Semester VI Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta Tahun Ajaran 2015. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan strategi pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Satra Indonesia semester VI Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor membaca dinyatakan tinggi. Hal tersebut dibuktikan dengan perolehan persentase dari hasil klasifikasi tiap indikator sebesar 70,70%. Tes kemampuan membaca pemahaman mahasiswa berada pada kategori membaca pemahaman cukup. Hal tersebut dibuktikan dengan nilai rata-rata mahasiswa yaitu 18,11. Penelitian yang dilakukan peneliti memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian terdahulu. Relevansi kedua penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu sama-sama mengkaji tentang kebiasaan membaca dan kemampuan membaca pemahaman. Namun, perbedaan penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14
tersebut dengan penelitian ini terletak pada jenis penelitian dan responden. Penelitian pertama menggunakan jenis penelitian ex post facto dengan analisis korelasional dan subjek penelitian yaitu siswa kelas VIII SMP di Kecamatan Kalasan Sleman. Penelitian kedua menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan subjek penelitian yaitu mahasiswa semester VI Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta tahun ajaran 2015. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian dan pengembangan atau Research and Developmen (R&D). Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester VI kelas G dan H Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, tahun akademik 2015/2016.
2.2 Kajian Teori Pada subbab ini peneliti akan memaparkan beberapa teori yang digunakan untuk mendukung penelitian ini. Teori-teori tersebut yaitu pengertian membaca pemahaman, tujuan membaca pemahaman, faktor-faktor membaca pemahaman, tingkat kemampuan membaca pemahaman, jenis-jenis strategi membaca pemahaman, kebiasaan membaca pemahaman, dan modul pembelajaran. Berikut ini akan dijelaskan mengenai teori-teori tersebut.
2.2.1 Pengertian Membaca Pemahaman Membaca dapat dikatakan sebagai proses mendapatkan informasi yang terkandung di dalam teks bacaan dan memperoleh pemahaman atas bacaan tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15
Membaca jenis ini dapat dikatakan sebagai membaca pemahaman. Membaca pemahaman merupakan dua kegiatan yang berurutan yaitu membaca dan pemahaman. Kegiatan membaca melibatkan tiga hal yaitu pembaca, teks, dan interaksi pembaca dengan bacaan atau teks (Calfee dalam Sunarti, 1988: 2). Membaca pemahaman menjadi proses membaca yang sungguh-sungguh dilakukan pembaca untuk memperoleh informasi, pesan, dan makna yang terkandung dalam sebuah bacaan. Proses ini akan melibatkan dua keterampilan dasar membaca yaitu keterampilan mengenali lambang bahasa tulis dalam teks dan keterampilan kognitif untuk memaknai informasi dan pesan yang terkandung dalam teks tersebut. Berbicara tentang membaca pemahaman, para ahli sepakat bahwa skemata pembaca menjadi penentu keberhasilan membaca pemahaman (Yunus, 2012: 60). Skemata adalah gambaran psikologis pembaca ketika melakukan kegiatan membaca berupa pengetahuan atau pengalaman yang sudah diperoleh pembaca. Pembaca yang sudah memiliki skemata dari bacaan yang telah dipilih akan lebih mudah memahami bahan bacaan. Dengan demikian, pemahaman terhadap bahan bacaan tidak bergantung pada yang terdapat dalam bahan bacaan saja, tetapi juga bergantung pada pengetahuan sebelumnya yang telah dimiliki pembaca. Proses seperti ini yang akan membuat pembaca secara aktif membangun pemahamannya. Rubin dalam Somadayo (2011: 7), juga memberikan penjelasan bahwa membaca pemahaman adalah proses intelektual yang kompleks yang mencakup dua kemampuan utama, yaitu penguasaan makna kata dan kemampuan berpikir tentang konsep verbal. Maksud dari proses intelektual yang kompleks adalah pembaca dari yang belum mempunyai pengetahuan dapat memiliki pemikiran yang cerdas,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16
berakal, berpikir jernih ketika harus memahami bahan bacaan yang rumit. Dalam hal ini, pembaca secara aktif dapat menanggapi dengan mengungkapkan bunyi tulisan dan bahasa yang digunakan oleh penulis. Dari proses tersebut, pembaca diharapkan dapat mengungkapkan makna yang terkandung di dalam teks, serta makna yang ingin disampaikan penulis. Selanjutnya, Smith dalam Somadayo (2011: 9) juga memberikan penjelasan bahwa membaca pemahaman adalah suatu kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh pembaca untuk menghubungkan informasi baru dengan informasi lama dengan maksud untuk mendapatkan pengetahuan baru. Pengetahuan yang sebelumnya dimiliki pembaca disimpan dalam kerangka skemata. Kerangka tersebut dikelompokkan berdasarkan klasifikasi tertentu. Ketika membaca, kerangka tersebut akan terbuka untuk diisi dengan pengetahuan baru yang dalam skemata belum tersedia celah pikiran untuk menampungnya. Berdasarkan penjelasan dan pendapat para ahli di atas, peneliti dapat membuat kesimpulan bahwa membaca pemahaman yaitu kegiatan membaca yang dilakukan untuk memahami isi bacaan secara mendalam sehingga pembaca dapat menemukan berbagai informasi dari bahan bacaan. Membaca pemahaman merupakan suatu proses untuk menemukan makna yang melibatkan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki pembaca. Proses tersebut juga dihubungkan dengan isi bacaan. Secara ringkas, terdapat tiga hal pokok dalam membaca pemahaman yaitu (1) pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki pembaca tentang suatu topik, (2) pembaca dapat menghubungkan pengetahuan dan pengalaman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17
dengan bahan bacaan, dan (3) pembaca memperoleh informasi sesuai dengan pandangan yang mereka miliki.
2.2.2 Tujuan Membaca Pemahaman Tujuan utama membaca pemahaman adalah memperoleh pemahaman. Membaca pemahaman adalah kegiatan membaca yang berusaha memahami isi bacaan secara menyeluruh. Hal tersebut didukung dengan pendapat Anderson dalam Somadayo (2011: 12) yang menyatakan bahwa membaca pemahaman memiliki tujuan untuk memahami isi bacaan dalam teks. Tujuan tersebut antara lain: 1. membaca untuk memperoleh rincian-rincian dan fakta-fakta, 2. membaca untuk mendapatkan ide pokok, 3. membaca untuk mendapatkan urutan organisasi teks, 4. membaca untuk mendapatkan kesimpulan, 5. membaca untuk mendapatkan klasifikasi, dan 6. membaca untuk membuat perbandingan atau pertentangan. Pendapat Anderson tersebut dapat dipahami bahwa dalam membaca pemahaman selain mendapatkan informasi yang dibutuhkan, pembaca juga dapat menganalisis tentang tata bahasa yang digunakan penulis. Hal tersebut juga akan berhubungan dengan pengalaman dari pembaca dengan makna yang terkandung di dalam suatu tulisan. Pendapat Anderson juga didukung oleh Tarigan dalam Soedarso (2011: 2) bahwa tujuan membaca pemahaman adalah mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang disediakan oleh pembaca berdasarkan teks
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18
bacaan. Nutall dalam Soedarso (2011: 11) juga menyatakan bahwa tujuan membaca merupakan bagian dari proses membaca pemahaman. Pembaca memperoleh pesan atau makna dari teks yang dibaca. Pesan atau makna tersebut dapat berupa informasi, pengetahuan, dan bahkan ungkapan pesan senang atau sedih.
2.2.3 Faktor-faktor Membaca Pemahaman Membaca pemahaman dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Lamb dan Arnol dalam Soedarso (2011: 27) menyatakan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi membaca pemahaman adalah faktor lingkungan, intelektual, psikologis, dan fisiologis. Faktor tersebut mencakup kesehatan fisik, pertimbangan biologis, dan jenis kelamin. Adapun penjelasan faktor-faktor tersebut sebagai berikut. 1. Faktor Lingkungan Faktor lingkungan dipengaruhi oleh latar belakang dan pengalaman seseorang serta sosial ekonomi. Hal tersebut dapat berkaitan dengan pengetahuan yang telah dimiliki pembaca sebelumnya dan pengalaman yang telah diperoleh. Apabila seseorang yang melakukan kegiatan membaca dengan rutin mungkin saja mempunyai waktu luang untuk membaca dan ketersediannya buku bacaan. Selain itu, latar belakang dan pengalaman anak di rumah dapat membentuk pribadi, sikap, nilai, dan kemampuan bahasa anak. Kondisi lingkungan di rumah juga memengaruhi pribadi dan penyesuaian diri seseorang dalam masyarakat. Faktor sosial ekonomi orang tua dan lingkungan tempat tinggal menjadi faktor pembentukan lingkungan belajar seseorang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19
2. Faktor Intelektual Faktor intelektual yang dimaksud adalah metode mengajar guru dan prosedur kemampuan guru dan siswa. Keberhasilan seseorang dalam memahami bacaan mungkin saja disebabkan oleh cara mengajar guru dan kemampuan siswa dalam menangkap pengetahuan yang diperoleh. 3. Faktor Psikologis Faktor psikologis mencakup (a) motivasi, (b) minat, (c) dan kematangan sosial, emosi, dan penyesuaian diri. Adapun penjelasan cakupan psikologis sebagai berikut. a. Motivasi Motivasi merupakan sejumlah proses, yang bersifat internal, atau eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dan persistensi dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu (Gray dalam Winardi 2008: 31). Motivasi dapat dikatakan sebagai daya penggerak dalam diri seseorang yang menimbulkan keinginan untuk belajar. Seseorang yang sudah memiliki motivasi yang tinggi juga akan memiliki keinginan yang tinggi pula untuk membaca. b. Minat Seseorang yang berminat terhadap suatu aktivitas akan memerhatikan aktivitas itu secara konsisten dengan rasa senang. Slameto (2010: 180) menyatakan bahwa minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat menumbuhkan adanya hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20
c. Kematangan Sosial, Emosi, dan Penyesuaian Diri Rahim (2007: 29) menjelaskan bahwa terdapat tiga aspek kematangan emosi dan sosio yaitu stabilitas emosi, kepercayaan diri, dan kemampuan berpartisipasi kelompok. Seseorang harus dapat mengontrol emosi pada dirinya. Biasanya seseorang yang mudah marah, menangis, dan bereaksi secara berlebihan ketika menjalani hidupnya akan berpengaruh pada kesulitan ketika sedang melakukan kegiatan membaca. Berbeda dengan seseorang yang lebih mudah mengontrol emosinya, mereka akan lebih mudah memusatkan perhatiannya pada bahan bacaan sehingga memungkinkan terjadinya kemampuan untuk memahami bacaan. 4. Faktor Fisiologis Faktor fisiologis mencakup kesehatan fisik dan pertimbangan neurologis. Beberapa ahli mengemukakan bahwa kondisi fisik dan keterbelakangan neurologis merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan anak gagal dalam meningkatkan kemampuan membaca pemahaman. Kesehatan fisik yang kurang stabil dapat memengaruhi keadaan membaca seseorang karena cara membaca yang dipilih akan berbeda ketika dalam keadaan yang lebih stabil (sehat). Pembaca yang memiliki kesehatan fisik yang kurang stabil akan memilih cara membaca dengan membaringkan badannya. Hal tersebut akan mengakibatkan konsentrasi pembaca dalam menangkap pemahaman kurang maksimal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21
Somadayo (2011: 30) juga berpendapat bahwa faktor-faktor yang dapat memengaruhi proses membaca pemahaman sebagai berikut. a. Tingkat intelegensi, dua orang yang berbeda IQ-nya sudah pasti akan berbeda hasil dan kemampuan membacanya. b. Kemampuan berbahasa, apabila pembaca menghadapi bahan bacaan yang bahasanya tidak pernah didengar membuatnya memiliki keterbatasan kosakata sehingga akan membuat sulit dalam memahami bahan bacaan. c. Sikap dan minat, sikap biasanya ditunjukkan oleh rasa senang atau tidak senang, sedangkan minat merupakan keadaan dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu. d. Keadaan bacaan yang berkenaan dengan tingkat kesulitan yang dikupas, aspek perwajahan, atau desain halaman buku, besar kecilnya huruf dan sejenisnya bisa memengaruhi proses membaca. e. Kebiasaan membaca, kebiasaan yang dimaksud adalah apakah seseorang mempunyai tradisi membaca atau tidak, atau banyak waktu dan kesempatan yang disediakan seseorang sebagai sebuah kebutuhan. f. Pengetahuan tentang cara membaca, misalnya dalam menentukan ide pokok secara cepat, menangkap kata-kata kunci secara cepat, dan sebagainya. g. Latar belakang sosial, ekonomi dan budaya. Pembaca akan kesulitan dalam menangkap isi bacaan jika bacaan yang dibacanya kurang sesuai dengan latar sosial, ekonomi, dan budaya yang dimilikinya. Pembaca perlu menyesuaikan diri ketika membaca apabila latar belakang sosial, ekonomi dan budaya berbeda dengan dirinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22
h. Emosi, keadaan emosi yang berubah akan memengaruhi membaca seseorang. i. Pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki sebelumnya. Berdasarkan faktor-faktor di atas ada banyak faktor yang memengaruhi kemampuan
membaca
pemahaman
seseorang.
Peneliti
kemudian
mengklasifikasikan faktor-faktor tersebut ke dalam dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri pembaca. Faktor internal meliputi faktor motivasi, faktor sikap dan minat, faktor kebiasaan membaca, faktor kondisi emosi, faktor cara membaca, pengetahuan yang dimiliki sebelumnya, faktor ketertarikan terhadap bacaan, serta faktor integensi. Faktor eksternal berbeda dengan faktor internal. Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar pembaca. Faktor eksternal meliputi faktor kesulitan bacaan, faktor latar belakang sosial ekonomi keluarga, faktor suasana lingkungan dan waktu, faktor teks, faktor pengaruh budaya lisan, serta faktor kuatnya pengaruh televisi.
2.2.4
Tingkat Kemampuan Membaca Pemahaman Membaca
pemahaman
memiliki
tingkatan
yang
meliputi
(1)
mengidentifikasi arti kata/istilah, (2) menangkap makna tersurat dan tersirat, (3) menyimpulkan, (4) memprediksi, (5) mengevaluasi (Anderson dalam Tarigan 1986: 12). Nuriadi (2008: 57) menjelaskan bahwa membaca pemahaman memiliki tiga tipe kemampuan membaca yaitu (1) kemampuan membaca literal; kemampuan pembaca mengenal dan menangkap bahan bacaan yang tertera secara tersurat (eksplisit), (2) kemampuan membaca kritis; kemampuan pembaca mengolah bahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23
bacaan secara kritis untuk menemukan keseluruhan makna bacaan, baik tersurat maupun tersirat, dan (3) kemampuan membaca kreatif; pembaca tidak hanya menangkap makna tersurat, makna antarbaris, dan makna dibalik baris, tetapi juga mampu secara kreatif menerapkan hasil membacanya untuk kepentingan seharihari. Kemampuan membaca pemahaman berdasarkan tingkatan kognitif dalam taksonomi Bloom juga dijelaskan oleh Nurgiyantoro dalam Suyatmi (1988: 10) seperti di bawah ini. a. Kemampuan membaca tingkat ingatan, bertujuan agar pembaca dapat menyebutkan fakta, definisi, atau konsep yang terdapat dalam wacana. b. Kemampuan membaca tingkat pemahaman, bertujuan agar pembaca dapat mencari hubungan antarhal, mencari perbedaan-perbedaan yang terdapat dalam wacana yang dibacanya. c. Kemampuan membaca tingkat penerapan, bertujuan agar pembaca dapat menerapkan pemahamannya pada situasi atau hal lain yang saling berhubungan. d. Kemampuan membaca tingkat analisis, bertujuan agar pembaca dapat menganalisis informasi tertentu yang terdapat dalam wacana, mengenali, mengidentifikasi, atau memberikan informasi. e. Kemampuan membaca tingkat sintesis, bertujuan agar pembaca dapat menghubungkan antara konsep, masalah, dan pendapat yang terdapat dalam wacana.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24
f. Kemampuan membaca tingkat evaluasi, bertujuan agar pembaca dapat memberikan penilaian yang berkaitan dengan wacana yang dibacanya.
Berdasarkan tingkatan kemampuan membaca pemahaman di atas, tingkatan kemampuan membaca pemahaman yang digunakan dalam penelitian ini yaitu (1) menangkap arti kata/istilah, (2) menangkap makna tersurat, (3) menangkap makna tersirat, (4) menarik kesimpulan isi bacaan, (5) memprediksi maksud penulis, dan (6) mengevaluasi bacaan.
2.2.5 Jenis-jenis Strategi Pembelajaran Membaca Pemahaman Strategi pembelajaran membaca pemahaman pada dasarnya menjadi pedoman untuk menentukan langkah-langkah bagi seseorang ketika membaca. Hal tersebut dilakukan agar pembaca dapat memahami dan memperoleh makna dari teks yang dibacanya. Peneliti memilih beberapa macam-macam strategi pembelajaran yaitu MURDER, KWL, dan PORPE. Di bawah ini akan dijelaskan setiap jenis-jenis strategi pembelajaran. a. Strategi MURDER Strategi MURDER terdiri dari: 1) Mood, yang diperlukan untuk menciptakan suasana hati yang positif terhadap materi yang akan dipelajari, 2) Understand, pembaca perlu memahami bahan bacaan untuk menemukan informasi yang dibutuhkan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25
3) Recall, pembaca perlu mengulangi materi yang pernah dibaca dengan cara meringkas, 4) Digest, pembaca perlu menelaah dan mencari informasi yang belum dipahami melalui berbagai cara, 5) Expand, pembaca perlu mengembangkan materi yang telah dibaca untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, 6) Review, pembaca perlu mempelajari kembali materi yang pernah dipelajari agar semakin mengingat isi bahan bacaan. (http://id.scribd.com/doc/ diakses pada 13 Oktober 2015 pukul 15:30). b. Strategi KWL Stategi KWL merupakan singkatan dari What I Know (apa yang saya ketahui), What I Want to Learned (apa yang saya pelajari), dan What I Learned (apa yang telah saya pelajari). Strategi ini menekankan pada pentingnya latar belakang pengetahuan pembaca. Rahim (2007: 41) menjelaskan strategi KWL sebagai berikut. 1) Langkah What I Know, meliputi (a) membimbing mahasiswa menyampaikan ide-ide tentang topik bacaan yang akan dibaca, (b) mencatat tentang topik yang akan dibaca, (c) mengatur diskusi tentang ide-ide yang diajukan mahasiswa, dan (d) memberikan penyelesaian contoh mengenai kategori ide. 2) Langkah What I Want to Learn, meliputi (a) membimbing mahasiswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan topik bacaan, dan (b) membimbing mahasiswa untuk membuat skala prioritas tentang pertanyaan-pertanyaan yang benar-benar mereka inginkan jawabannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26
3) Langkah What I Learned, meliputi dosen membimbing mahasiswa menuliskan kembali apa yang telah dibaca dengan bahasanya sendiri. c. Strategi PORPE Strategi PORPE merupakan singkatan dari Predict, Organize, Rehearse, Practice, dan Evaluate. Strategi ini menekankan pada pemahaman dalam merancang, memantau, dan mengevaluasi materi bacaan yang dipelajar. Yunus (2012: 97) menjelaskan strategi PORPE sebagai berikut. 1) Predict, dalam tahap ini pembaca akan belajar untuk membuat prediksi dari isi bahan bacaan. Pembaca hendaknya memiliki prediksi untuk menyintesis dan mengevaluasi materi bacaan, bukan pertanyaan-pertanyaan berpikir tingkat rendah, seperti mengingat. Pembaca akan belajar mengenai bahasa yang digunakan dalam menyusun pertanyaan-pertanyaan esai, misalkan jelaskan, bandingkan, pertentangkan, dan kritisi. 2) Organize, pembaca harus mengorganisasi informasi utama yang akan merupakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan esai yang telah diprediksi. Pembaca harus meringkas dan menyintesis materi bacaan sebagai upaya untuk memaknai keseluruhan bacaan. Pembaca dapat membuat kerangka jawaban dengan kata-kata mereka sendiri atau membuat suatu peta konsep. 3) Rehearse, pembaca diminta menyimpan gagasan-gagasan utama, contohcontoh, dan keseluruhan ringkasan isi bacaan dalam ingatan mereka. 4) Practice, pembaca dapat menguji hasil belajar mereka dengan menuliskan secara rinci hal-hal yang telah diutarakan secara lisan pada langkah sebelumnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27
5) Evaluate,
pembaca
mulai
mengevaluasi
kualitas
jawaban-jawaban
pertanyaan esai yang telah mereka tulis pada langkah sebelumnya. Pembaca diharapkan mengevaluasi jawaban mereka dengan memantau apakah mereka perlu mengulang langkah-langkah sebelumnya atau tidak.
2.2.6
Kebiasaan Membaca Pemahaman
1. Pengertian Kebiasaan Membaca Pemahaman Suatu kegiatan atau sikap yang bersifat fisik maupun mental yang telah tumbuh dalam diri seseorang, bisa dikatakan bahwa hal tersebut sudah menjadi kebiasaan. Berkaitan dengan proses belajar, pembiasaan juga meliputi pengurangan perilaku yang tidak diperlukan. Dari proses pengurangan tersebut, muncul suatu pola tingkah laku baru yang relatif menetap dan otomatis. Selanjutnya, Witherington dalam Dewi (2008: 22) mengartikan kebiasaan (habit) sebagai “An acquired way of acting which is persistent, uniform, and fairly automatic.” Pernyataan tersebut memiliki maksud bahwa kebiasaan merupakan cara bertindak melalui belajar secara berulang-ulang dan pada akhirnya menjadi menetap dan bersifat otomatis. Pernyataan Witherington sejalan dengan Tampubolon (1990: 227) yang menyatakan bahwa kebiasaan adalah kegiatan atau sikap, baik fisik maupun mental, yang telah membudaya dalam suatu masyarakat. Suatu kebiasaan tidak dapat terbentuk dalam waktu yang singkat. Pembentukan menjadi proses perkembangan yang membutuhkan waktu relatif lama. Waktu, faktor keinginanan, minat, dan motivasi menjadi pendukung utama dalam menumbuhkan kebiasaan. Motivasi juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28
menjadi hal yang memperkuat keinginan dan kemauan dalam menumbuhkan kebiasaan. Terbentuknya kebiasaan juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Meskipun seseorang yang sudah mempunyai keinginan dan motivasi, ternyata situasi lingkungan yang kurang mendukung akan menjadi penghalang dalam membentuk kebiasaan. Seseorang yang ingin menguasai topik tertentu harus menumbuhkan keinginan untuk mempelajari materi tersebut. Apabila hal itu sudah dilaksanakan, sebaiknya untuk seterusnya dapat dilaksanakan secara teratur sehingga pada akhirnya kegiatan itu sudah melekat pada dirinya. Hubungan antara kebiasaan dan membaca adalah membaca menjadi kegiatan yang melibatkan fisik dan mental yang berkembang menjadi suatu kebiasaan. Tampubolon (1990: 228) mengatakan bahwa usaha pembentukan kebiasaan membaca mempunyai dua aspek yang perlu diperhatikan yaitu minat dan keterampilan membaca. Minat yaitu perpaduan antara keinginan, kemauan, dan motivasi, sedangkan keterampilan membaca melibatkan keterampilan mata dan penguasaan teknik-teknik membaca. Jika minat kurang berkembang, maka bisa dipastikan bahwa kebiasaan membaca juga kurang berkembang. Namun bisa juga terjadi bahwa minat membaca yang sudah berkembang, namun keterampilan membaca yang dilakukan kurang efisien dan tidak berkembang. Sutarno dalam Ratih (2011: 39) mengatakan bahwa kebiasaan membaca dapat dijadikan landasan bagi perkembangan budaya baca. Budaya baca dapat dibentuk dari kebiasaan membaca yang baik. Maka kebiasaan membaca seharusnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29
dapat dijadikan kegiatan sehari-hari agar pembaca dapat memiliki pemikiran yang cerdas dan kritis. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kebiasaan membaca adalah kegiatan membaca yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan sehari-hari dan telah melekat pada diri seseorang. Untuk membentuk kebiasaan membaca yang efisien perlu adanya minat yang baik dan keterampilan membaca yang efisien. Pembaca yang ingin menumbuhkan kebiasaan membaca dengan lebih baik lagi hendaknya mengembangkan minat dan keterampilan membaca secara maksimal. Kebiasaan membaca menjadi kegiatan membaca yang dilakukan seseorang secara otomatis, terencana, dan dilaksanakan dalam waktu yang berkelanjutan. Tujuan yang ingin dicapai ketika seseorang memiliki kebiasaan membaca adalah ingin lebih memahami dan memaknai isi bahan bacaan. Situasi dan kondisi seperti waktu, tempat, dan jenis bacaan menjadi salah satu pendukung tumbuhnya kebiasaan membaca. 2. Aspek-Aspek Kebiasaan Membaca Pemahaman Setiap mahasiswa dapat mengembangkan kebiasaan dalam membaca melalui banyak aspek dan latihan yang berulang-ulang. Setyaningsih dalam Putra (2006: 22) menyatakan bahwa ada beberapa aspek yang harus dipertimbangkan berkaitan dengan kebiasaan membaca, yaitu (a) frekuensi membaca, (b) intensitas membaca, (c) minat membaca, (d) tujuan membaca, (e) strategi membaca, (f) tingkat bacaan, (g) jenis bacaan, (h) lingkungan sosial, dan (i) fasilitas. Tampubolon (1990: 227) mengklasifikasikan aspek yang berkaitan dengan membaca ialah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30
waktu, keinginan dan kemauan, motivasi, dan lingkungan. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, aspek yang harus diketahui tentang kebiasaan membaca mahasiswa, yaitu waktu, keinginan, motivasi, dan lingkungan. 2.2.7 Modul Pembelajaran 1. Pengertian Modul Modul adalah kegiatan program belajar-mengajar yang dapat dipelajari oleh murid dengan bantuan yang minimal dari guru pembimbing, meliputi perencanaan tujuan yang akan dicapai secara jelas, penyediaan materi pelajaran, alat yang dibutuhkan, serta alat untuk penilai, mengukur keberhasilan murid dalam penyelesaian pelajaran (KBBI 208: 924). Sudjana (2007: 132) juga menjelaskan bahwa modul adalah paket program pembelajaran yang terdiri dari komponenkomponen yang berisi tujuan belajar, bahan pelajaran, metode belajar, alat atau media, serta sumber belajar dan sistem evaluasinya. Dalam buku Buku Pedoman Umum Pengembangan Bahan Ajar yang diterbitkan oleh diknas, melalui Andi (2012: 104) modul diartikan sebagai buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik dapat belajar secara mandiri tanpa adanya bimbingan dari guru. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa modul adalah bahan ajar yang dapat digunakan pelajar untuk belajar secara mandiri. Modul dibuat untuk satuan kompetensi mata pelajaran yang dirancang untuk mencapai tujuan belajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31
2. Fungsi Modul Modul pembelajaran dikembangkan dan digunakan untuk membantu proses pembelajaran. Andi (2012: 107) menjelaskan beberapa fungsi modul sebagai berikut. a. Bahan ajar mandiri. Artinya modul sebagai bahan ajar dapat digunakan secara mandiri oleh peserta didik tanpa menggunakan bantuan dari pengajar. b. Pengganti fungsi pendidik. Modul sebaiknya mampu menjelaskan materi pelajaran menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh peserta didik. Modul dapat digunakan sebagai pengganti pengajar dalam proses pembelajaran. c. Sebagai alat evaluasi. Peserta didik yang menggunakan modul diharapkan mampu mengukur kemampuan diri sendiri terhadap materi yang dipelajarinya. d. Sebagai bahan rujukan bagi peserta didik. Modul memiliki fungsi sebagai bahan rujukan peserta didik karena peserta didik diharapkan mampu menguasai materi yang terdapat dalam modul. 3. Karakteristik Modul Modul membantu peserta didik dalam melakukan proses belajarnya. Prastowo (2010: 110) menjelaskan beberapa karakteristik modul yaitu, (a) dirancang untuk sistem pembelajaran mandiri; (b) merupakan program pembelajaran yang utuh dan sistematis; (c) mengandung tujuan, bahan atau kegiatan, dan evaluasi; (d) disajikan secara komunikatif (dua arah) sehingga dapat diupayakan untuk mengganti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32
beberapa peran pengajar, (e) cakupan bahasa terfokus dan terukur, serta (f) mementingkan aktivitas belajar pemakai. Vembriarto dalam Andi (2010: 110) menjelaskan lima karakteristik modul. Pertama, modul merupakan unit (paket) pengajaran terkecil dan lengkap. Kedua, modul memuat rangkaian kegiatan belajar yang direncanakan dan sistematis. Ketiga, modul memuat tujuan belajar (pengajaran) yang dirumuskan secara eksplisit dan spesifik. Keempat, modul memungkinkan siswa belajar sendiri (independent), karena modul membuat bahan yang bersifat self-instructional. Kelima, modul adalah realisasi pengakuan perbedaan individual, yakni salah satu perwujudan pengajaran individual. Berdasarkan karakteristik di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik modul secara umum memiliki petunjuk penggunaan yang jelas, terdapat tujuan belajar, mampu mengakomodasi gaya belajar siswa, dan membantu peserta didik dalam mengevaluasi proses belajar secara mandiri.
2.3 Kerangka Berpikir Pengembangan kebiasaan membaca pemahaman mahasiswa semester VI Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta tahun akademik 2015/2016, disusun dengan dasar kerangka berpikir sebagai berikut. Pertama, peneliti mengumpulkan data dari responden yaitu mahasiswa semester VI kelas G dan H Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta tahun akademik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33
2015/ 2016 dengan melakukan observasi, memberikan angket analisis kebutuhan pengembangan kebiasaan membaca pemahaman, angket faktor membaca pemahaman, melakukan tes kemampuan membaca pemahaman mahasiswa, dan melakukan wawancara kepada mahasiswa. Observasi dilakukan untuk mengetahui situasi proses perkuliahan yang melibatkan dosen dan mahasiswa. Angket analisis kebutuhan pengembangan kebiasaan membaca pemahaman berisi pernyataanpernyataan mengenai kebiasaan membaca pemahaman mahasiswa. Angket faktor membaca pemahaman berisi tentang pernyataan-pernyataan mengenai faktorfaktor yang memengaruhi tinggi atau rendahnya kegiatan membaca mahasiswa. Tes kemampuan membaca pemahaman berisi soal pilihan ganda untuk mengukur tingkat kemampuan membaca mahasiswa. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan kepada beberapa mahasiswa yang memiliki nilai tinggi dalam tes kemampuan membaca pemahaman. Kedua, setelah peneliti mendapatkan informasi dari observasi, hasil angket analisis kebutuhan pengembangan kebiasaan membaca pemahaman, angket faktor membaca pemahaman, tes kemampuan membaca pemahaman, dan wawancara, peneliti mencari korelasi terhadap data tersebut. Secara khusus, hal tersebut dilakukan untuk mengetahui analisis kebutuhan pengembangan kebiasaan membaca
pemahaman,
faktor-faktor
kemampuan
membaca
pemahaman
mahasiswa berkaitan dengan tinggi atau rendahnya kemampuan membaca pemahaman mereka. Selanjutnya, data dari hasil analisis kebutuhan pengembangan kebiasaan membaca pemahaman, faktor membaca dan tes kemampuan membaca,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34
peneliti dapat menemukan pengembangan kebiasaan membaca pemahaman mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Pengembangan kebiasaan membaca pemahaman dapat dilakukan dengan cara mencari teori yang mendukung untuk membuat materi dan menambahkan hasil analisis data yang pada nantinya akan menghasilkan produk berupa modul. Angket analisis pengembangan kebiasaan membaca pemahaman mahasiswa dianalisis lebih dalam sehingga terdapat 6 indikator yang mendukung pengembangan kebiasaan membaca pemahaman mahasiswa. Setelah peneliti mengetahui indikator tersebut kemudian peneliti mengklasifikasikan subindikator menurut 6 indikator yang telah ada. Angket faktor membaca pemahaman juga dianalisis menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebut kemudian dianalisis lebih dalam sehingga terdapat 14 indikator yang mendukung faktor internal dan eksternal. Setelah
peneliti
mengetahui
indikator
tersebut
kemudian
peneliti
mengklasifikasikan subindikator menurut 14 indikator yang telah ada. Analisis subindikator (pernyataan) dari angket analisis kebutuhan pengembangan kebiasaan membaca pemahaman dan angket faktor membaca pemahaman tersebut sesuai dengan teori skala likert. Dalam skala likert diketahui terdapat pernyataan positif dan negatif. Subindikator kemudian dianalisis menurut pernyataan positif dan pernyataan negatif. Tes kemampuan membaca pemahaman digunakan untuk mengukur tingkat pemahaman mahasiswa terhadap suatu bacaan. Tes tersebut dianalisis dengan menggunakan indeks tingkat kesulitan untuk mengetahui butir soal yang layak dan tidak layak. Layak tidaknya sebuah butir soal ditentukan dari soal tersebut tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35
terlalu sulit dan tidak terlalu mudah untuk dikerjakan oleh mahasiswa. Setelah menentukan indeks tingkat kesulitan butir soal kemudian dikaitkan dengan enam aspek kemampuan membaca pemahaman. Enam aspek tersebut yaitu menangkap arti kata/istilah, menangkap makna tersurat, menangkap makna tersirat, menarik kesimpulan isi bacaan, memprediksi maksud penulis, dan mengevaluasi bacaan. Keenam aspek tersebut dianalisis agar dapat mengetahui tingkat keberhasilan mahasiswa dalam mencapai keenam aspek tersebut. Ketiga, pengembangan produk yang berupa modul pengembangan kebiasaan membaca pemahaman. Modul akan dikembangkan berdasarkan hasil observasi, angket analisis kebutuhan pengembangan kebiasaan membaca pemahaman, angket faktor membaca pemahaman, hasil tes kemampuan membaca pemahaman, dan wawancara. Setelah produk selesai dibuat, peneliti melakukan penilaian kelayakan modul kepada dosen ahli sebelum diberikan kepada mahasiswa untuk diuji cobakan. Hasil penilaian produk tersebut menjadi pedoman bagi peneliti untuk melakukan revisi apabila terdapat kekurangan dari modul tersebut. Setelah peneliti melakukan revisi modul maka peneliti dapat melakukan uji coba produk kepada lima mahasiswa yang sudah dipilih melalui tahap seleksi. Sejumlah mahasiswa yang dipilih peneliti untuk menjadi responden guna menguji keefektivan modul tersebut dapat mewakili keseluruhan jumlah respoden. Modul pengembangan kebiasaan membaca pemahaman diharapkan dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman mahasiswa sebagai langkah untuk pengembangkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36
kebiasaan membaca pemahaman mahasiswa. Secara ringkas, kerangka berpikir dapat dilihat pada skema berikut ini. Skema 2.1 Kerangka Berpikir Kebiasaan Membaca Pemahaman
Analisis Kebutuhan
Analisis
Pengembangan
Faktor Membaca
Kebiasaan Membaca Pemahaman
Pengembangan Kebiasaan Membaca Pemahaman Mahasiswa
Tes Kemampuan Membaca Pemahaman
Modul Pengembangan Kebiasaan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini peneliti memaparkan mengenai delapan hal yaitu, (1) jenis penelitian, (2) model pengembangan, (3) subjek penelitian, (4) teknik pengumpulan data, (5) instrumen penelitian, (6) uji instrumen, (7) teknik analisis data penelitian, dan (8) uji coba terpakai. Delapan hal tersebut akan diuraikan sebagai berikut.
3.1 Jenis Penelitian Peneliti berupaya mencari jawaban, solusi, dan bukti dari masalah dalam penelitian ini dengan menentukan dan merancang desain penelitian dan pengembangan. Jenis penelitian dan pengembangan ini sering disebut dengan Research and Development atau yang lebih dikenal dengan R&D. Borg dan Gall dalam Zainal (2011: 127) mengemukakan “Research and development is a powerful strategy for improving practice. It is a process used to develop and validate educational product.” Hal tersebut dimaksudkan bahwa penelitian dan pengembangan adalah sebuah strategi yang efektif untuk meningkatkan pelaksanaan penelitian. Penelitian dan pengembangan adalah sebuah proses yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan. Produk tersebut dapat berupa perangkat keras seperti modul yang bermanfaat bagi dunia pendidikan. Wina (2013: 136) menjelaskan tahap-tahap penelitian pengembangan, yaitu (1) memunculkan ide/gagasan awal dan melaksanakan studi pendahuluan, (2) pengembangan produk, (3) melakukan uji coba, dan (4) uji validasi dan desiminasi.
37
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38
Borg dan Gall dalam Nana Syaodih Sukmadinata (2007: 169) menjabarkan prosedur pengembangan langkah-langkah untuk menghasilkan suatu produk pembelajaran, yaitu (1) penelitian dan pengumpulan data yang meliputi pengukuran kebutuhan, studi literatur, penelitian dalam skala kecil, (2) perencanaan dan pengembangan produk, (3) pengembangan draf produk, (4) uji coba awal produk, selama uji coba diadakan pengamatan dan pengedaran angket, (5) merevisi hasil uji coba yaitu memperbaiki atau menyempurnakan hasil uji coba, (6) uji coba produk yang telah disempurnakan, (7) penyempurnaan produk yang telah disempurnakan, (8) pengujian produk yang telah disempurnakan, (9) penyempurnaan produk akhir, (10) diseminasi dan implementasi. Penelitian dan pengembangan Research and Development (R&D) ini peneliti ingin menghasilkan produk dan menguji keefektifan produk yang berupa modul pembelajaran membaca pemahaman yang secara khusus membahas tentang pengembangan kebiasaan membaca pemahaman bagi mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
3.2 Model Pengembangan Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model pengembangan penelitian dan pengembangan. Metode penelitian dan pengembangan biasanya digunakan oleh peneliti lain untuk menghasilkan produk dan menguji keefektifan produk yang dihasilkan. Peneliti ingin menghasilkan produk yang berupa modul pengembangan kebiasaan membaca pemahaman bagi mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Peneliti kemudian menggunakan penelitian yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39
bersifat analisis kebutuhan untuk menguji keefektifan produk. Produk yang dihasilkan oleh peneliti diharapkan dapat berguna bagi mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Sugiyono (2010: 409) menjelaskan ada sepuluh tahap-tahap penelitian R&D. Tahapan-tahapan tersebut yaitu (1) merumuskan potensi dan masalah, (2) mengumpulkan informasi, (3) mendesain produk, (4) memvalidasi desain produk kepada ahli, (5) melakukan perbaikan desain produk, (6) melakukan uji coba produk, (7) merevisi produk, (8) melakukan uji coba pemakaian dalam lingkup yang lebih luas, (9) merevisi produk lagi, dan (10) melakukan pembuatan produk secara masal. Berdasarkan langkah-langkah penelitian dan pengembangan dari Sugiyono, peneliti hanya melakukan penelitian sampai tahap yang keenam. Alasan peneliti melakukan penelitian sampai tahap yang ketujuh adalah karena keterbatasan waktu dan biaya. Maka peneliti melakukan penelitian dengan melakukan tahapan penelitian yaitu (1) merumuskan potensi dan masalah, (2) pengumpulan data dengan mengumpulkan informasi dan melakukan penelitian untuk menganalisis kebutuhan mahasiswa terkait metode pembelajaran, (3) mendesain produk awal berdasarkan kebutuhan, (4) mengajukan desain produk kepada ahli agar dinilai dan divalidasi, (5) melakukan perbaikan desain produk berdasarkan masukan dari dosen ahli, dan (6) melakukan uji coba produk pada kelompok terbatas, kemudian melakukan perbaikan produk setelah diujicobakan pada kelompok terbatas, dan selanjutnya produksi produk sesuai kebutuhan. Secara lebih ringkas, peneliti membuat bagan seperti di bawah ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40
Bagan 3.1 Tahap-tahap Metode Research and Development (R&D) Tahap I: Merumuskan potensi dan masalah
Tahap II: Pengumpulan Data Tahap III: Desain Produk
Tahap IV: Validasi Desain Produk Tahap V: Revisi Desain Produk
Tahap VI: Uji Coba Produk, Revisi, dan Produksi Produk
3.3 Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah mahasiswa semester VI kelas G dan H Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, tahun akademik 2015/2016. Mahasiswa sebagai sumber data memberikan data berupa 1) analisis kebutuhan pengembangan kebiasaan membaca pemahaman, 2) faktor yang memengaruhi tingkat kemampuan membaca pemahaman mahasiswa, dan 3) tingkat kemampuan membaca pemahaman yang dimiliki mahasiswa.
3.4 Teknik Pengumpulan Data Peneliti mengumpulkan informasi dengan mencari dan mengolahnya secara objektif sesuai dengan analisis kebutuhan pengembangan kebiasaan membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41
pemahaman, faktor membaca pemahaman, dan tes kemampuan membaca pemahaman. Pengumpulan dan pengolahan data tersebut dilakukan sesuai dengan jenis data yang diperoleh. Peneliti menggunakan teknik tes dan teknik nontes untuk mengumpulkan data pada penelitian pengembangan kebiasaan membaca melalui kemampuan membaca pemahaman.
3.4.1 Teknik Tes Tes adalah suatu teknik pengukuran yang di dalamnya terdapat berbagai pertanyaan, pernyataan, atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh responden (Zainal, 2011: 226). Arikunto dalam Sunendar dan Iskandarwassid, (2008: 179) menjelaskan bahwa tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk memperoleh data-data atau keterangan-keterangan yang diinginkan tentang seseorang, dengan cara yang boleh dikatakan tepat dan cepat. Tes “hanyalah” merupakan salah satu cara untuk mendapatkan informasi (kemampuan) tentang responden (Nurgiyantoro (2010: 6). Berdasarkan pernyataan dari para ahli di atas, maka peneliti berpendapat bahwa tes merupakan alat atau instrumen pengumpulan data paling utama yang digunakan dalam penelitian ini. Peneliti menggunakan teknik tes dalam penelitian ini untuk mengukur tingkat kemampuan membaca pemahaman. Tes dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan berupa soal-soal objektif berjumlah 40 butir soal yang memiliki materi membaca pemahaman. Teknik tes dalam penelitian ini mencakup 6 aspek membaca pemahaman yaitu, (1) menangkap arti kata/istilah, (2) menangkap makna tersurat, (3) menangkap makna tersirat, (4) menarik kesimpulan isi bacaan, (5) memprediksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42
maksud penulis, dan (6) mengevaluasi bacaan. Kisi-kisi soal tes kemampuan membaca pemahaman dapat dilihat pada lampiran 3 tabel 3.4. 3.4.2 Teknik Nontes Teknik nontes merupakan alat penilaian yang dipergunakan untuk mendapatkan informasi tentang keadaan peserta didik tanpa melalui tes dengan alat tes (Nurgiyantoro 2010: 90). Peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan teknik nontes berupa kegiatan observasi, penyebaran angket (kuesioner), dan wawancara. Teknik nontes digunakan untuk memperoleh informasi hasil belajar dan informasi mengenai kebutuhan mahasiswa yang berkaitan dengan kebiasaan membaca pemahaman mahasiswa. a. Observasi Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan jalan pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu (Zainal, 2011: 231). Peneliti melakukan pengamatan melalui cara observasi langsung, yaitu observasi yang dilakukan secara langsung terhadap objek yang diteliti. Peneliti melakukan pengamatan ketika proses perkuliahan sedang berlangsung yang diikuti oleh dosen dan mahasiswa semester VI kelas G dan H Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta tahun akademik 2015/2016. Peneliti melakukan observasi dengan mempersiapkan lembar observasi dalam penelitian ini sebagai pedoman untuk memperoleh data dengan mencatat proses perkuliahan yang sedang berlangsung. Peneliti mengamati dan mencatat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43
gejala-gejala atau ciri-ciri yang muncul dalam pengamatan sesuai dengan daftar lembar observasi. Rambu-rambu observasi dapat dilihat pada lampiran 3 tabel 3.1.
b. Angket Angket adalah instrumen penelitian yang berisi serangkaian pertanyaan atau pernyataan untuk menjaring data atau informasi yang harus dijawab responden secara bebas sesuai dengan pendapatnya (Zainal, 2011: 228). Dalam hal ini, angket yang dibuat oleh peneliti yaitu, (1) angket analisis kebutuhan berupa analisis kebutuhan pengembangan kebiasaan membaca pemahaman dan faktor membaca pemahaman, serta (2) lembar uji validasi dan uji coba produk. 1. Angket Kebutuhan Peneliti menggunakan angket analisis kebutuhan pengembangan kebiasaan membaca pemahaman dan faktor membaca pemahaman untuk memperoleh data sebagai bahan pengembangan kebiasaan membaca pemahaman mahasiswa. Peneliti akan memberikan angket kepada mahasiswa semester VI kelas G dan H Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta tahun akademik 2015/2016.
Kisi-kisi angket analisis kebutuhan
pengembangan kebiasaan membaca pemahaman dapat dilihat pada lampiran 3 tabel 3.2 dan kisi-kisi angket faktor membaca pemahaman dapat dilihat pada kampiran 3 tabel 3.3. 2. Lembar Uji Validasi dan Uji Coba Produk Lembar uji validasi berupa penilaian modul pengembangan kebiasaan membaca pemahaman yang diberikan kepada dosen mata kuliah membaca. Angket
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44
uji validasi akan membantu peneliti menemukan kelebihan dan kelemahan modul pengembangan kebiasaan membaca pemahaman yang telah dibuat. Lembar uji validasi ini akan diberikan kepada ahli yaitu dosen mata kuliah membaca. Dosen akan memberikan penilaian terhadap produk yang dihasilkan peneliti berdasarkan tiga aspek penilaian, yaitu (1) aspek penyajian, (2) aspek kelayakan materi modul, dan (3) aspek bahasa. Kisi-kisi dalam lembar uji validasi dapat dilihat pada lampiran 3 tabel 3.6. Lembar uji coba produk berupa penilaian modul pengembangan kebiasaan membaca pemahaman diberikan kepada mahasiswa sebagai pengguna modul. Angket uji coba produk akan membantu peneliti menemukan kelebihan dan kelemahan modul pengembangan kebiasaan membaca pemahaman yang telah dibuat. Lembar uji coba produk akan diberikan 5 mahasiswa sebagai perwakilan dari keseluruhan jumlah responden. Mahasiswa akan memberikan penilaian terhadap produk yang dihasilkan peneliti berdasarkan tiga aspek penilaian, yaitu (1) aspek penyajian, (2) aspek kelayakan materi modul, dan (3) aspek bahasa. Kisi-kisi lembar uji coba produk dapat dilihat pada lampiran 3 tabel 3.7.
c. Wawancara Wawancara (interview) merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui percakapan dan tanya-jawab, baik langsung maupun tidak langsung dengan responden untuk mencapai tujuan tertentu (Zainal 2011: 233). Peneliti melakukan wawancara langsung kepada orang yang diwawancarai tanpa melalui perantara. Peneliti melakukan teknik wawancara yang ditujukan kepada mahasiswa semester
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45
VI kelas G dan H Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta tahun akademik 2015/2016 yang mendapatkan nilai tes kemampuan membaca pemahaman yang tinggi terkait dan faktor membaca pemahaman mahasiswa yang bersangkutan. Rambu-rambu wawancara dapat dilihat pada lampiran 3 tabel 3.5.
3.5 Instrumen Penelitian Instrumen adalah alat yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan mudah (Arikunto, 2006: 134). Instrumen dalam penelitian ini yaitu tes dan nontes. Instrumen tes yang diberikan kepada mahasiswa yaitu tes membaca pemahaman untuk mengetahui kemampuan membaca pemahaman mahasiswa. Instrumen nontes terdiri dari observasi, angket (kuesioner), dan wawancara yang diberikan kepada mahasiswa.
3.5.1
Instrumen Tes Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes kemampuan membaca
pemahaman berupa pertanyaan-pertanyaan dari bacaan yang memiliki 6 aspek membaca pemahaman. Instrumen tes kemampuan membaca pemahaman terdapat pada lampiran 12.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46
3.5.2 Instrumen Non Tes Instrumen nontes berupa observasi, angket (kuesioner), dan wawancara. Instrumen nontes berupa observasi digunakan sebagai alat untuk mengamati keterlibatan sikap dosen dan mahasiswa dalam melaksanakan proses perkuliahan. Instrumen nontes berupa angket (kuesioner) digunakan untuk mengetahui (1) analisis kebutuhan pengembangan kebiasaan membaca mahasiswa terkait modul pengembangan kebiasaan membaca pemahaman, (2) faktor yang memengaruhi kemampuan membaca pemahaman mahasiswa, (3) hasil validasi ahli modul pengembangan kebiasaan membaca pemahaman oleh dosen ahli, dan (4) hasil uji coba produk berupa modul pengembangan kebiasaan membaca pemahaman oleh mahasiswa. Instrumen nontes berupa wawancara digunakan untuk mengetahui faktor membaca dominan yang dimiliki mahasiswa.
a. Lembar Observasi Observasi merupakan cara untuk mendapatkan informasi dengan cara mengamati objek secara cermat dan terencana (Nurgiyantoro, 2010: 93). Instrumen observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui perilaku dan aktivitas dosen serta mahasiswa dalam proses perkuliahan yang sedang berlangsung. Instrumen observasi yang akan digunakan untuk mengobservasi proses perkuliahan di dalam kelas terdapat pada lembar lampiran 4.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47
b. Lembar Angket Lembar angket merupakan instrumen penelitian yang berisi serangkaian pertanyaan atau pernyataan untuk menjaring data atau informasi yang harus dijawab responden secara bebas sesuai dengan pendapatnya (Zainal, 2011: 228). Instrumen berupa angket kebutuhan yang terdiri dari angket analisis kebutuhan pengembangan kebiasaan membaca pemahaman, faktor membaca pemahaman, angket penilaian validasi produk oleh dosen ahli, dan angket penilaian uji coba produk oleh mahasiswa. 1. Angket Kebutuhan Peneliti menggunakan angket kebutuhan untuk memperoleh informasi dari mahasiswa semester VI kelas G dan H Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta tahun akademik 2015/2016 tentang kebutuhan produk berupa modul pengembangan kebiasaan membaca pemahaman. Angket kebutuhan berupa analisis kebutuhan pengembangan kebiasaan membaca pemahaman dan faktor-faktor yang memengaruhi membaca pemahaman mahasiswa. Data yang diperoleh dari analisis kebutuhan digunakan sebagai pedoman untuk merancang dan menyusun modul pengembangan kebiasaan membaca pemahaman. Angket kebutuhan berupa faktor membaca digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi membaca pemahaman. Instrumen angket kebutuhan mahasiswa terhadap kebutuhan modul pengembangan kebiasaan membaca dapat dilihat pada lampiran 6 instrumen angket faktor membaca pemahaman dapat dilihat pada lampiran 9.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48
2. Angket Penilaian Validasi Produk dan Uji Coba Produk Peneliti menggunakan angket penilaian validasi produk sebagai alat untuk menilai kualitas modul pengembangan kebiasaan membaca pemahaman. Angket penilaian produk pengembangan ditujukan kepada ahli yaitu dosen mata kuliah membaca intensif Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia. Peneliti juga memberikan penilaian produk kepada mahasiswa secara terbatas setelah melakukan ujicoba terhadap produk. Instrumen penilaian produk validasi ahli dapat dilihat pada lampiran 21 dan instrumen penilaian uji coba produk mahasiswa pada lampiran 23.
c. Lembar Wawancara Lembar wawancara digunakan untuk memperoleh data langsung dari mahasiswa semester VI kelas G dan H Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta tahun akademik 2015/2016 yang memperoleh nilai tinggi dari tes kemampuan membaca pemahaman. Instrumen yang akan digunakan untuk melakukan wawancara kepada mahasiswa yang memperoleh nilai tertinggi terdapat pada lembar lampiran 18.
3.6 Uji Instrumen Uji coba instrumen terhadap subjek penelitian dilakukan peneliti untuk mengetahui sesuatu yang perlu dipersiapkan apakah dalam mengumpulkan data penelitian benar-benar mengukur apa yang hendak diukur. Tujuannya adalah untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49
menguji validitas dan reliabilitas. Instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting, yaitu valid dan reliabel.
3.6.1 Uji Validitas Instrumen Validitas berkaitan dengan permasalahan apakah instrumen yang dimaksudkan untuk mengukur suatu tes memang dapat mengukur secara tepat sesuatu yang akan diukur tersebut. Secara teknis, pengujian validitas konstruk dan validitas isi dapat dibantu dengan menggunakan kisi-kisi instrumen. Dalam kisikisi terdapat variabel yang diteliti, indikator sebagai tolok ukur dan nomor butir (item) pertanyaan atau pernyataan yang telah dijabarkan dari indikator. Kisi-kisi instrumen akan membantu pengujian validitas dengan mudah dan sistematis. Penelitian ini memiliki instrumen yang diujikan, yaitu instrumen tes dan nontes. Instrumen tes yaitu tes kemampuan membaca pemahaman mahasiswa. Instrumen nontes yaitu observasi, angket analisis kebutuhan pengembangan kebiasaan membaca pemahaman, angket faktor membaca pemahaman, dan wawancara. Kelayakan instrumen tes kemampuan membaca pemahaman menggunakan validitas isi. Kelayakan instrumen nontes menggunakan validitas konstruk. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen itu mempunyai kesahihan, butir-butir pernyataan yang telah disusun terlebih dahulu ditelaah dan dinyatakan baik. Penelaah dilakukan oleh orang yang berkompeten di bidang yang bersangkutan atau orang yang ahli (expert judgement), dalam hal ini yaitu ahli membaca yang sudah memiliki pengetahuan dan pengalaman di bidang membaca.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50
Instrumen analisis kebutuhan pengembangan kebiasaan membaca pemahaman dari 50 butir pernyataan, ada beberapa butir pernyataan yang harus direvisi, yaitu butir pernyataan nomor 2, 5, 9, 15, dan 23. Instrumen angket faktor membaca dari 100 pernyataan, ada beberapa butir pernyataan yang harus direvisi, yaitu butir pernyataan nomor 83, 84, 85, 86, 94, dan 95. Butir pernyataan dalam nomor tersebut harus direvisi karena diksi kurang tepat. Instrumen observasi dan wawancara tidak melakukan revisi karena sudah sesuai dengan kebutuhan. Setelah dilakukan revisi, instrumen dinyatakan layak digunakan untuk mengambil data.
3.6.2
Uji Reliabilitas Instrumen Uji coba tingkat reliabilitas instrumen tes membaca pemahaman
menggunakan menggunakan program Anatest V4. Semakin besar koefisien yang diperoleh, menunjukkan bahwa instrumen yang diuji semakin tinggi tingkat kepercayaannya. Koefisien 1,0 berarti instrumen itu benar-benar sempurna. Nilai reliabilitas instrumen yang diperoleh diinterpretasikan dengan indeks korelasi menurut Arikunto (2010: 319) sebagai berikut. Antara 0,800 sampai dengan 1,000= Sangat Tinggi Antara 0,600 sampai dengan 0,800= Tinggi Antara 0,400 sampai dengan 0,600= Sedang Antara 0,200 sampai dengan 0,400= Rendah Antara 0,000 sampai dengan 0,200= Sangat Rendah Peneliti melakukan uji reliabilitas instrumen setelah pengambilan data karena izin penelitian dan keterbatasan waktu yang diberikan peneliti untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51
melakukan penelitian. Realibitas analisis kebutuhan pengembangan kebiasaan membaca pemahaman dan reliabitas faktor membaca menggunakan uji coba terpakai. Peneliti hanya mencari reliabilitas tes membaca pemahaman dapat dilihat pada lampiran 17.
3.6.3 Analisis Butir Soal Alat ukur yang baik dapat dikatakan jika instrumen didukung oleh butirbutir pertanyaan yang baik. Kualitas dan keefektivan setiap butir pertanyaan yang dimaksud diperlukan kerja analisis butir pertanyaan. Analisis butir soal dilakukan untuk mengetahui tingkat efektivitas setiap butir yang meliputi besar kecilnya indeks tingkat kesulitan (ITK) dan indeks daya beda (IDB). Sebuah tes dinyatakan reliabel melalui teknik pengujian analisis butir-butir pada soal. Peneliti menentukan baik dan buruknya item dengan ITK dan IDB. Tingkat kesulitan merupakan pernyataan tentang seberapa mudah atau butir soal bagi peserta didik yang dikenai pengukuran. ITK menunjukkan seberapa mudah atau sulit suatu butir soal bagi peserta tes yang diuji (Nurgiyantoro, 2010: 211). ITK sering berubah-ubah karena hal tersebut dipengaruhi oleh tingkat kemampuan peserta uji yang diukur. Jika peserta uji rata-rata tinggi kemampuannya, ITK menjadi tinggi, sedang jika peserta uji lebih rendah kemampuannya, ITK menjadi rendah. Daya beda butir pertanyaan merupakan suatu pernyataan tentang seberapa besar daya sebuah butir soal dapat membedakan kemampuan antara peserta kelompok tinggi dan kelompok rendah (Nurgiyantoro, 2010: 211). Sebuah butir soal yang baik adalah yang mempunyai daya untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52
membedakan kemampuan antara peserta uji kedua kelompok tersebut. Untuk mengetahui hal tersebut dilakukan analisis butir soal dengan menggunakan program Anatest V4 yang terdapat pada lampiran 17.
3.7 Teknik Analisis Data Penelitian Analisis data bertujuan untuk mengubah data mentah dari hal pengukuran menjadi data yang lebih halus sehingga memberi arah untuk pengkajian lebih lanjut (Sudjana, 1989: 128). Berikut ini, deskripsi teknik analisis data yang dilakukan peneliti untuk mendeskripskan hasil observasi, analisis kebutuhan pengembangan kebiasaan membaca pemahaman, faktor membaca pemahaman, tingkat hasil tes kemampuan membaca pemahaman mahasiswa, wawancara, dan penilaian produk.
3.7.1
Teknik Analisis Data Observasi Data observasi diperoleh dari hasil observasi ketika dosen dan mahasiswa
melaksanakan proses perkuliahan. Data observasi dianalisis dengan menuliskan kegiatan yang terjadi selama proses perkuliahan. Peneliti menggunakan panduan observasi yang dapat mempermudah dalam melaksanakan kegiatan observasi.
3.7.2
Teknik Analisis Data Angket Analisis Kebutuhan Peneliti menggunakan skala likert untuk menganalisis angket analisis
kebutuhan pengembangan kebiasaan membaca pemahaman dan faktor membaca pemahaman. Skala likert adalah skala yang dapat dipergunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang mengenai suatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53
gejala atau fenomena (Sumanto, 2014: 102). Skala likert memiliki dua bentuk pernyataan yaitu bentuk penyataan positif yang berfungsi untuk mengukur sikap positif dan bentuk pernyataan negatif yang berfungsi untuk mengukur sikap negatif objek sikap. Berikut tabel penjelasannya. Tabel 3.1 Pernyataan Positif dan Negatif Skala Likert Pernyataan Positif Sangat Setuju (SS) Setuju (S) Netral (N) Tidak Setuju (TS) Sangat Tidak Setuju (STS)
Skala 5 4 3 2 1
Pernyataan Negatif Sangat Setuju (SS) Setuju (S) Netral (N) Tidak Setuju (TS) Sangat Tidak Setuju (STS)
Skala 1 2 3 4 5
Riduwan (2002: 12) juga menjelaskan bahwa skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Dalam penelitian ini gejala sosial telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut variabel penelitian, dengan menggunakan skala likert. Maka variabel dijabarkan menjadi dimensi. Dimensi akan dijabarkan menjadi subvariabel kemudian subvariabel dijabarkan lagi menjadi indikator-indikator yang dapat diukur. Akhirnya indikator-indikator yang terukur dapat dijadikan titik tolak untuk membuat instrumen yang berupa pernyataan yang dijawab oleh responden. Di bawah ini penjelasan kriteria interpretasi skor. Tabel 3.2 Kategori Skala Likert Rentang Skor 0%-20% 21%-40% 41%-60% 61%-80% 81%-100%
Kriteria Sangat Rendah Rendah Cukup Tinggi Sangat Tinggi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54
Suharso (2009: 44) menjelaskan bahwa dalam skala likert kemungkinan jawaban tidak sekedar “setuju” dan “tidak setuju”, tetapi dibuat lebih banyak kemungkinan jawabannya, yaitu 5= Sangat Setuju (SS), 4= Setuju (S), 3= Tidak Memiliki Pilihan (TMP), 2= Tidak Setuju (TS), dan 1=Sangat Tidak Setuju (STS). Namun dalam penelitian ini, peneliti menggunakan skala liket yang sudah dimodifikasi atau diubah dengan pilihan jawaban, yaitu 3=Setuju (S), 2=Tidak Memiliki Pilihan (TMP), dan 1=TS (Tidak Setuju). Alasan peneliti memodifikasi skala likert agar kriteria dalam analisis kebutuhan yang diperlukan dapat ditemukan dengan lebih mudah. Menghitung skor dalam skala likert dengan cara menghitung jumlah skor mahasiswa untuk satu pernyataan dalam angket analisis kebutuhan pengembangan kebiasaan membaca pemahaman dan angket faktor membaca pemahaman dengan rumus: T x Pn
T = Total jumlah responden yang memilih Pn = Pilihan angka skor Likert Setelah
peneliti
mengetahui
total
skor,
tahap
selanjutnya
adalah
menginterpretasi skor perhitungan. Peneliti perlu menentukan skor ideal (X) dan skor rendah (Y) sebelum melakukan tahap interpretasi skor perhitungan. Berikut rumus menentukan skor ideal (X) dan skor rendah (Y). Skor ideal (X) = skor tertinggi Likert x jumlah responden Skor ideal (Y) = skor terendah Likert x jumlah responden
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55
Peneliti menginterpretasi hasil nilai analisis kebutuhan pengembangan kebiasaan membaca pemahaman dan angket faktor membaca pemahaman mahasiswa menggunakan rumus index %, yaitu:
Index % =
total skor x 100 skor ideal
Sebelum melanjutkan pada langkah menginterpretasi, peneliti harus mengetahui interval dan interpretasi persen agar mengetahui penilaian dengan metode mencari interval skor persen (I). Berikut ini adalah rumus menentukan interval (I). I=
100 jumlah skor Likert
I=
100 = 33,33 3
Setelah mengetahui interval skor, maka peneliti dapat membuat tabel kategori interpretasi berdasarkan analisis kebutuhan pengembangan kebiasaan membaca dan faktor membaca pemahaman sebagai berikut. Tabel 3.3 Kategori Analisis Kebutuhan Kebiasaan Membaca dan Faktor Membaca Pemahaman Rentang Skor 66,8%-100% 33,4%-66,7 0%-33,3%
Kategori Tinggi Cukup Rendah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56
Suharso juga menjelaskan cara mengerjakan skala likert yaitu: 1. Mengumpulkan sejumlah pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. Responden diwajibkan memilih satu dari sejumlah kategori jawaban yang tersedia. Masing-masing jawaban diberi penilaian tertentu (misalnya 1,2, 3). 2. Membuat nilai total untuk setiap responden dengan menjumlah nilai untuk seluruh jawaban. 3. Menilai kekompakan antarpernyataan. Caranya dengan membandingkan jawaban antara dua responden yang mempunyai skor total yang sangat berbeda, tetapi memberikan jawaban yang sama untuk pernyataan tersebut. Pernyataan tersebut dinilai tidak baik, sehingga harus dikeluarkan (tidak digunakan untuk mengukur konsep yang diteliti).
3.7.3
Teknik Analisis Data Tes Kemampuan Membaca Pemahaman Peneliti mengetahui hasil tes kemampuan membaca pemahaman mahasiswa
dengan melakukan penilaian apabila jawaban mahasiswa benar maka diberi skor satu (1) namun apabila jawaban mahasiswa salah diberi skor nol (0). Jumlah jawaban benar dalam satu tes setiap mahasiswa menjadi jumlah nilai keseluruhan. Setelah mengetahui nilai masing-masing mahasiswa, selanjutnya menghitung ratarata (mean) menurut rumus Nurgiyantoro (2012: 219) seperti di bawah ini. 𝑋̅ = Keterangan: ∑n
= Jumlah Skor
∑n N
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57
N
= Jumlah Mahasiswa
𝑋̅
= Nilai rata-rata (mean)
a. Penghitungan rata-rata (mean)
𝑋̅ =
∑n N
Setelah peneliti mengetahui nilai rata-rata mahasiswa, peneliti melakukan perhitungan indeks tingkat kesulitan (ITK) butir soal dengan rumus jawaban benar dibagi jumlah mahasiswa. Adapun rumus ITK (Nurgiyantoro, 2012: 196) sebagai berikut. ITK =
FK N
ITK = Indeks tingkat kesulitan FK = Jumlah jawaban benar N = Jumlah mahasiswa
Semua butir soal dinyatakan layak jika indeks tingkat kesulitannya berkisar antara 0,15-0,85 (Oller dalam Nurgiyantoro, 2012: 195). Akan tetapi, rentangan pada interval tersebut masih terlalu luas, sehingga indeks 0,15-0,85 masih terlihat jelas sulit dan mudah. Maka dari itu, ITK yang dapat ditoleransi adalah berkisar 0,20-0,80. ITK 0-20 adalah butir soal yang berkategori sangat sulit. ITK 0,21-0,40 adalah butir soal yang berkategori sulit. ITK 0,41-0,60 berkategori sedang. ITK 0,61-0,80 berkategori mudah. ITK 0,81-1,00 termasuk dalam kategori sangat mudah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58
b. Penentuan Kriteria dengan Penghitungan Persentase untuk Skala Empat Setelah peneliti mengetahui persentase setiap aspek membaca pemahaman dalam soal tes kemampuan membaca pemahaman, langkah selanjutnya peneliti harus menentukan kriteria dengan penghitungan untuk skala empat. Penghitungan tersebut menggunakan teori Nurgiyantoro (2010: 253) responden dengan persentase. Pada tahap ini, akan dilakukan penghitungan persentase tingkat penguasaan terlebih dahulu, yaitu dengan rumus skor responden : jumlah soal x 100%. Hasil tersebut akan dimasukkan ke dalam interval persentase tingkat penguasaan sesuai dengan hasil yang diperoleh. Tabel 3.4 Penentuan Kriteria dengan Penghitungan Persentase untuk Skala Empat Interval Persentase Tingkat Penguasaan (%) 86-100 76-85 56-74 10-55
Nilai Ubahan Skala Empat 1-4
A-D
4 3 2 1
A B C D
Keterangan
Sangat Baik Baik Sedang Kurang
3.7.4 Teknik Analisis Validasi Produk oleh Dosen Ahli dan Uji Coba Produk oleh Mahasiswa Modul pengembangan kebiasaan membaca pemahaman yang telah dikembangkan kemudian diberikan kepada dosen ahli untuk divalidasi. Validasi dilakukan untuk mengetahui seberapa baik dan layak produk yang dikembangkan untuk digunakan. Setelah melakukan tahap validasi dan revisi, peneliti melakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 59
uji coba produk kepada mahasiswa. Hasil validasi dan uji coba produk kemudian dianalisis menggunakan pedoman penyekoran skala lima menurut Sukardjo (2008:101) sebagai berikut. Tabel. 3.5 Konversi Nilai Skala Lima untuk Validasi dan Uji Coba Produk Interval Skala
Kategori Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang
X > 𝑋𝑖 + 1,80 Sbi 𝑋̅𝑖 + 0,60 SBi < X ≤ 𝑋̅𝑖 + 1,80Sbi 𝑋̅𝑖 - 0,60SBi < X ≤ 𝑋̅𝑖 + 0,60Sbi 𝑋̅𝑖 - 1,80SBi < X ≤ 𝑋̅𝑖 - 0,60 Sbi X ≤ 𝑋̅𝑖 - 1,80 Sbi Keterangan: 1
Rerata Ideal
: 2 (skor maksimal ideal + skor minimal ideal)
Simpangan Baku Ideal
: 6 (skor maksimal ideal + skor minimal ideal)
X
: Skor aktual
1
Berdasarkan rumusan konversi di atas, perhitungan data-data kuantitatif dilakukan untuk memperoleh data kualitatif dengan menerapkan rumus konversi tersebut. Adapun penentuan rumus kualitatif pengembangan ini ditetapkan dengan konversi sebagai berikut. Diketahui: Skor maksimal ideal
:5
Skor minimal ideal
:1
Rerata Ideal
: 2 (5+1) = 3
Simpangan Baku Ideal (SBi)
: 6 (5-1) = 0,67
Dinyatakan:
1
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 60
Interval skor kategori sangat baik, baik, cukup baik, kurang baik, dan sangat kurang baik. Jawaban: Kategori sangat baik
= X > 𝑋̅𝑖 + 1,80SBi = X > 3 + (1,80 . 0,67) = X > 3 + (1,21) = X > 4,21
Kategori baik
= 𝑋̅𝑖 + 0,60Sbi < X ≤ 𝑋̅𝑖 + 1,80SBi = 3 + (0,60 . 0,67) < X ≤ 3 + (1,80 . 0,67) = 3 + (0,40) < X ≤ 3 + (1,21) = 3,40 < X ≤ 4,21
Kategori cukup baik
= 𝑋̅𝑖 - 0,60SBi < X ≤ 𝑋̅𝑖 + 0,60SBi = 3 – (0,60 . 0,67) < X ≤ 3 + (0,60 . 0,67) = 3 – (0,40) < X ≤ 3 + (0,40) = 2,60 < X ≤ 3,40
Kategori kurang baik
= 𝑋̅𝑖 - 1,80SBi < X ≤ 𝑋̅𝑖 - 0,60 SBi = 3 – (1,80 . 0,67) < X ≤ 3 – (0,60 . 0,67) = 3 – (1,20) < X ≤ 3 - (0,40) = 1,80 < X ≤ 2,60
Kategori sangat kurang baik = X ≤ 𝑋̅𝑖 - 1,80 SBi = X ≤ 3 – (1,80 . 0,67) = X ≤ 3 – (1,21) = X ≤ 1,79
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61
Berdasarkan perhitungan tersebut, diperoleh konversi data kuantitatif menjadi data kualitatif skala lima sebagai berikut. Tabel 3.6 Kriteria Skor Skala Lima untuk Validasi dan Uji Coba Produk Interval Skor X > 4,21 3,40 < X 2,60 < X ≤ 3,40 1,80 < X ≤ 2,60 X ≤ 1,79
3.7.5
Kategori Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang
Teknik Analisis Data Wawancara Data wawancara diperoleh dari data hasil wawancara terhadap lima
mahasiswa dengan nilai hasil tes tertinggi. Data wawancara dianalisis dengan cara (1) menulis transkrip hasil wawancara, (2) merangkum hasil transkrip wawancara, (3) menganalisis data dari hasil wawancara untuk menentukan analisis kebutuhan kebiasaan membaca dan faktor membaca.
3.8 Uji Coba Terpakai Uji coba terpakai dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan tersebut benar-benar sahih dan handal (valid dan reliabel) yaitu sejauh mana suatu alat ukur mampu memberikan hasil pengukuran yang konsistensi dalam waktu dan tempat yang berbeda juga untuk melihat sampai mana responden mampu memahami butir-butir pertanyaan. Penelitian ini menggunakan uji coba terpakai, sehingga responden uji coba termasuk dalam penelitian sesungguhnya. Berdasarkan hasil perhitungan ITK itulah diketahui butir soal mana saja yang layak (valid dan reliabel) dan butir soal mana yang tidak digunakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini memaparkan tentang enam hal, yaitu (1) deskripsi pelaksanaan penelitian, (2) analisis data, (3) pengembangan kebiasaan membaca pemahaman, (4) deskripsi produk, (5) data validasi dan revisi produk, serta (6) pembahasan. Keenam hal tersebut akan diuraikan sebagai berikut.
4.1 Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan penelitian dilakukan di Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta yang beralamat di Jalan Pramuka No.42, Umbulharjo, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa kelas G dan H semester VI Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia tahun akademik 2015/2016. Jumlah total mahasiswa mahasiswa kelas G dan H adalah 50 mahasiswa, akan tetapi saat pengambilan data hanya 48 mahasiswa yang hadir, sehingga sebanyak 48 mahasiswa tersebut menjadi responden dalam penelitian ini. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari hasil observasi, angket analisis kebutuhan pengembangan kebiasaan membaca pemahaman, angket faktor membaca pemahaman, tes kemampuan membaca pemahaman, wawancara, dan angket penilaian modul. Pengambilan data melalui teknik observasi dan tes kemampuan membaca pemahaman dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 14 April 2016. Pada sesi pertama, peneliti memberikan tes kemampuan membaca pemahaman kepada 62
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 63
mahasiswa. Soal tes terdiri dari 40 butir soal pilihan ganda untuk dikerjakan di kelas dalam waktu satu jam. Pelaksanaan tes kemampuan membaca pemahaman di ruang 404. Pelaksanaan tes kemampuan membaca pemahaman untuk kelas G dilaksanakan pada pukul 09.00-10.00 sedangkan untuk kelas H dilaksanakan pada pukul 11.00-12.00. Pada sesi kedua, peneliti melakukan pengambilan data melalui teknik observasi. Pelaksanaan di kelas G dimulai dari pukul 10.00-11.00 sedangkan untuk kelas H dimulai dari pukul 12.00-13.00. Pengambilan data berlangsung selama satu hari dan membutuhkan waktu 4 jam dengan rincian 2 jam untuk mengerjakan angket tes membaca pemahaman dan 2 jam untuk melakukan observasi. Tes kemampuan membaca pemahaman dan observasi dilaksanakan dalam waktu satu hari karena peneliti hanya mendapatkan izin penelitian pada tanggal tersebut. Selain itu, para mahasiswa semester VI di awal semester mempunyai agenda perkuliahan yaitu magang di sekolah selama 3 minggu dari pertemuan pertama perkuliahan sampai di minggu yang ketiga. Setelah mereka menyelesaikan tugas magang, peneliti membuat kesepakatan bersama dosen pengampu mata kuliah untuk mengambil data di minggu kelima setelah mereka menerima proses perkuliahan di minggu efektif. Namun, setelah pengambilan data mereka sudah memasuki masa ujian tengah semester. Keterbatasan waktu juga sedikit menghambat peneliti untuk melaksanakan penelitian. Pengambilan data berjalan dengan baik dan lancar karena didukung dengan ruang kelas yang memiliki kondisi kelas yang memadai. Mahasiswa dapat menciptakan situasi yang kondusif saat mengerjakan tes kemampuan membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 64
pemahaman dan pada saat pelaksanaan perkuliahan sehingga proses pengambilan data berjalan dengan baik dan lancar. Peneliti juga memberikan angket analisis kebutuhan pengembangan kebiasaan membaca pemahaman yang terdiri dari 50 pernyataan dan angket faktor membaca pemahaman yang terdiri dari 100 pernyataan setelah mahasiswa selesai mengerjakan tes kemampuan membaca pemahaman. Angket analisis kebutuhan pengembangan kebiasaan membaca pemahaman dan faktor membaca pemahaman diberikan kepada mahasiswa untuk dikerjakan di tempat tinggal mahasiswa karena keterbatasan izin dan waktu yang diberikan oleh peneliti dalam melaksanakan penelitian ini. Pengumpulan angket tersebut dilaksanakan pada hari Jumat, 15 April 2016. Peneliti juga melakukan wawancara kepada 2 mahasiswa dari kelas G dan 3 mahasiswa dari kelas H. Peneliti melakukan wawancara kepada mahasiswa yang mendapatkan nilai tes kemampuan membaca pemahaman tinggi sebagai perwakilan dari keseluruhan jumlah responden. Peneliti melakukan wawancara setelah peneliti menganalisis hasil angket analisis kebutuhan pengembangan kebiasaan membaca pemahaman, angket faktor membaca pemahaman, dan tes kemampuan membaca pemahaman. Peneliti melakukan wawancara pada tanggal 3 Mei 2016. Validasi
modul
pengembangan
kebiasaan
membaca
pemahaman
dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 24 Mei 2016. Validasi modul dilakukan oleh dosen mata kuliah membaca intensif Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharama, Yogyakarta yaitu Septina Krismawati,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65
S.S., M.A. Selanjutnya, peneliti melakukan uji coba modul pembelajaran pada hari Senin, tanggal 30 Mei 2016 kepada 5 mahasiswa sebagai perwakilan dari total jumlah responden.
4.2 Analisis Data Pada subbab ini, peneliti akan memaparkan tentang analisis data penelitian yaitu analisis data observasi, analisis data angket analisis kebutuhan pengembangan kebiasaan membaca pemahaman, analisis faktor membaca pemahaman, analisis tes kemampuan membaca pemahaman, analisis hasil wawancara, hasil validasi serta uji coba produk. Berdasarkan hasil analisis data penelitian, peneliti akan menggabungkan dengan kajian teori yang berkaitan dengan teori membaca pemahaman dan kebiasaan membaca sehingga peneliti dapat mengembangkan materi kebiasaan membaca pemahaman yang berupa modul bagi mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Pengembangan modul tersebut sebelumnya sudah divalidasi dan diuji cobakan kepada mahasiswa sehingga peneliti mengetahui kelayakan dan keefektivan modul tersebut. Berikut ini akan dijelaskan analisis dari data yang diperoleh peneliti.
4.2.1 Analisis Data Observasi Data observasi berguna untuk mengetahui kondisi perkuliahan di kelas tempat peneliti melaksanakan penelitian. Peneliti melakukan observasi dengan menggunakan panduan sebagai pedoman untuk mengamati proses perkuliahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 66
yang dilakukan oleh dosen dan mahasiswa. Peneliti melakukan observasi di kelas G dan H pada saat mata kuliah penelitian pendidikan dengan dosen yang bernama Roni Sulistiyono, S.P.d., M.Pd. Kondisi kelas terlihat kondusif karena jumlah mahasiswa sesuai dengan kapasitas ruang kelas. Pada saat mengawali perkuliahan, dosen membuka proses perkuliahan dengan berdoa. Dosen melakukan apersepsi, memberikan motivasi, dan review untuk membuka proses perkuliahan. Dosen juga bertanya kepada mahasiswa berkaitan dengan tugas yang diberikan di pertemuan sebelumnya. Dosen dapat mengetahui pemahaman mahasiswa melalui jawaban yang diberikan mahasiswa. Ternyata, hanya terdapat beberapa mahasiswa yang dapat menjawab pertanyaan dari dosen. Hal ini memperlihatkan bahwa proses pemahaman materi perkuliahan yang mereka terima belum maksimal. Dosen menggunakan pendekatan komunikatif dalam proses perkuliahan. Pendekatan komunikatif bertujuan untuk menciptakan interaksi antara dosen dan mahasiswa dalam proses perkuliahan. Metode yang digunakan adalah ceramah. Hal ini bertujuan untuk memberikan penguatan materi yang disampaikan dosen kepada mahasiswa. Selain itu, dosen juga menggunakan metode diskusi agar mahasiswa dapat terlibat aktif dalam mengikuti proses perkuliahan. Dosen selalu memperhatikan mahasiswa yang aktif ketika sedang mengikuti perkuliahan dengan memberikan timbal balik atas materi yang disampaikan. Karakteristik mahasiswa yang aktif selalu memiliki pemikiran yang kritis dengan bertanya dan memberikan tanggapan atas materi yang disampaikan oleh dosen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 67
Dosen juga memerhatikan sikap mahasiswa yang cenderung pasif dengan mengajukan
pertanyaan
dan
menunjuk
mahasiswa
yang
bersangkutan.
Karakteristik mahasiswa yang cenderung pasif biasanya karena mahasiswa tersebut memiliki tingkat kognitif yang cukup. Mahasiswa yang cenderung pasif juga terlihat malas dan malu untuk bertanya karena tidak memahami materi perkuliahan. Dosen memiliki sikap yang tegas dan berwibawa sehingga dosen dapat mengondisikan kelas agar tercapainya tujuan perkuliahan dengan maksimal. Sikap tegas dan berwibawa yang dimiliki dosen membuat mahasiswa memiliki rasa antusias dan motivasi untuk mengikuti proses perkuliahan. Ketika dosen menjelaskan materi dengan suara yang jelas, mahasiswa dapat memahami materi perkuliahan yang disampaikan dosen dengan baik. Dosen memberikan penjelasan dengan beberapa pengandaian sehingga mahasiswa mempunyai apersepsi. Dosen selalu memberikan kelemahan dan kelebihan pada setiap komponen materi perkuliahan yang diberikan kepada mahasiswa. Dosen juga selalu memberikan koreksi kepada mahasiswa apabila mahasiswa melakukan kekurangan atau kekeliruan dalam memahami materi perkuliahan. Dalam proses perkuliahan mata kuliah penelitian pendidikan, dosen menggunakan bahan ajar berupa contoh proposal skripsi. Bahan ajar tersebut dapat bermanfaat untuk mahasiswa agar semakin memahami materi perkuliahan dan dapat menambah wawasan pengetahuannya. Dosen menggunakan media berupa laptop dan viewer untuk menyampaikan materi perkuliahan. Ketika mengakhiri proses perkuliahan, dosen melakukan evaluasi dari proses dan hasil perkuliahan dengan memberikan kesimpulan. Dosen juga memberikan rencana perkuliahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68
untuk pertemuan selanjutnya dan memberikan motivasi kepada mahasiswa untuk terus belajar. Dosen menutup kegiatan perkuliahan dengan berdoa dan memberi salam penutup. Berdasarkan hasil observasi, proses perkuliahan yang berlangsung mengarahkan mahasiswa untuk menerapkan membaca pemahaman ke dalam proses kegiatan belajarnya. Pada awal proses perkuliahan, terlihat bahwa membaca pemahaman sudah diterapkan oleh mahasiswa ketika dosen memberikan pertanyaan terkait materi di pertemuan sebelumnya. Hal tersebut dilakukan dosen untuk mengetahui tingkat pemahaman yang dimiliki mahasiswa. Melihat kondisi di awal perkuliahan, dosen mengarahkan kepada mahasiswa agar menumbuhkan kebiasaan membaca sehingga mahasiswa mempunyai referensi belajar untuk menambah informasi dan wawasan pengetahuannya. Dosen juga memberikan motivasi kepada mahasiswa untuk membiasakan diri dengan membaca materi dan literatur sebagai sumber belajarnya. Saran dosen tersebut dapat menjadi langkah yang baik agar mahasiswa memiliki minat untuk menumbuhkan kebiasaan membaca pada dirinya. Mahasiswa juga sudah menggunakan strategi membaca pemahaman ketika proses perkuliahan sedang berlangsung. Strategi membaca pemahaman yang dilakukan mahasiswa seperti menggaris bawahi informasi penting yang terdapat dalam buku referensi kemudian merangkum informasi tersebut ke dalam buku catatan dengan bahasa sendiri. Data hasil observasi dapat dilihat pada lampiran 5.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 69
4.2.2 Analisis Data Analisis Kebutuhan Pengembangan Kebiasaan Membaca Pemahaman Angket analisis kebutuhan yang diberikan kepada mahasiswa bertujuan untuk mendapatkan data berkaitan dengan kebutuhan yang diperlukan mahasiswa dalam mengembangkan kebiasaan membaca pemahaman. Angket analisis kebutuhan pengembangan kebiasaan membaca disesuaikan dengan kondisi mahasiswa. Di dalam angket analisis kebutuhan pengembangan kebiasaan membaca pemahaman berkaitan dengan upaya menumbuhkan kebiasaan membaca pemahaman. Angket analisis kebutuhan pengembangan kebiasaan membaca pemahaman berjumlah 50 butir pernyataan. Data angket analisis kebutuhan pengembangan kebiasaan membaca pemahaman dianalisis dengan menggunakan skala liket yang sudah diubah menjadi format skala tiga. Format skala tiga menggunakan rentang skor satu sampai tiga. Rincian format skala tiga yaitu, 3=setuju (S), 2=tidak memiliki pilihan (TMP), dan 1=tidak setuju (TS). Mahasiswa diminta untuk memilih dan mengisi kolom yang telah disediakan dengan tanda centang () sesuai dengan pendapat mahasiswa. Dalam format skala tiga memiliki tiga kategori yaitu kategori rendah, cukup, dan tinggi. Peneliti menentukan kategori tersebut dengan memerhatikan perhitungan interval (I). Perhitungan interval dapat dilakukan dengan rumus 100 dibagi jumlah skor pada skala 3, sehingga peneliti mendapatkan intervalnya menjadi 33,33. Berikut tabel kategori berdasarkan interval skala likert.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 70
Tabel 4.1 Format Skala Tiga Rentang Skor 66,8%-100% 33,4%-66,7% 0%-33,3%
Kategori Tinggi Cukup Rendah
Tabel di atas menjelaskan bahwa mahasiswa yang memiliki kebiasaan membaca pemahaman dengan kategori tinggi apabila rentang skornya berada pada kisaran 66,8%-100%. Mahasiswa yang memiliki kebiasaan membaca pemahaman dengan kategori cukup apabila rentang skronya berada pada kisaran 33,4%-66,7%. Mahasiswa yang memiliki kebiasaan membaca pemahaman dengan kategori rendah apabila rentang skornya berada pada kisaran 0%-33,3%. Peneliti membuat angket analisis kebutuhan pengembangan kebiasaan membaca pemahaman dengan mencakup 6 indikator yang berguna untuk mengembangkan kebiasaan membaca pemahaman mahasiswa. Indikator dalam angket analisis kebutuhan pengembangan kebiasaan membaca pemahaman yaitu, (1) indikator kesenangan untuk membaca, (2) keinginan untuk membaca, (3) jenis bacaan, (4) kesempatan untuk membaca, (5) rutinitas membaca, dan (6) manfaat membaca buku. Berikut penjabaran dari setiap indikator analisis kebutuhan kebiasaan membaca pemahaman. a. Indikator Kesenangan untuk Membaca Kesenangan untuk membaca sering membuat mahasiswa meluangkan waktu untuk membaca. Mahasiswa yang melakukan kegiatan membaca dilandasi dengan rasa senang akan membuat kegiatan membaca menjadi kegiatan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71
mengasyikkan. Terdapat dua subindikator yang termasuk dalam indikator kesenangan untuk membaca, yaitu (1) menemukan hal baru, dan (2) keinginan membaca tentang suatu topik tersalurkan karena tidak penasaran lagi. Berdasarkan hasil angket analisis kebutuhan pengembangan kebiasaan membaca dapat disajikan dalam tabel berikut. Tabel 4.2 Kesenangan untuk Membaca
No.
Subindikator
1.
Saya senang membaca karena saya menemukan hal yang baru. Saya senang ketika keinginan membaca tentang suatu topik tersalurkan karena tidak penasaran lagi.
2.
Rentang Skor 3 2 1 S TS TMP 48
0
0
46
2
0
Berdasarkan tabel 4.2 yang terdiri dari dua subindikator kesenangan untuk membaca dengan jumlah responden 48 mahasiswa, masing-masing subindikator dapat dijelaskan sebagai berikut. Subindikator pertama, “Saya senang membaca karena saya menemukan hal yang baru.” Terdapat 48 mahasiswa memilih setuju, sehingga sebanyak 48 mahasiswa dengan persentase 100% mahasiswa termasuk dalam kategori tinggi dan dipandang sebagai sikap positif, karena mahasiswa memiliki kesadaran bahwa dengan membaca buku akan menemukan hal yang baru. Tidak terdapat mahasiswa yang menyatakan tidak setuju dan tidak memiliki pilihan dalam subindikator ini. Subindikator kedua, “Saya senang ketika keinginan membaca tentang suatu topik tersalurkan karena tidak penasaran lagi.” Terdapat 46 mahasiswa memilih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72
setuju, sehingga sebanyak 46 mahasiswa dengan persentase 95,83% mahasiswa termasuk dalam kategori tinggi dan dipandang sebagai sikap positif, karena mahasiswa memiliki keinginan untuk membaca tentang suatu topik. Akan tetapi, sebanyak 2 mahasiswa memilih tidak setuju, sehingga sebanyak 2 mahasiswa dengan persentase 4,17% mahasiswa termasuk dalam kategori rendah dan dipandang sebagai sikap negatif, karena mahasiswa belum memiliki keinginan untuk membaca tentang suatu topik. Tidak terdapat mahasiswa yang menyatakan tidak memiliki pilihan dalam subindikator ini.
b. Indikator Keinginan untuk Membaca Keinginan untuk membaca sering membuat mahasiswa mempunyai motivasi untuk melakukan kegiatan membaca. Motivasi tersebut dapat menjadi dorongan untuk melakukan kegiatan membaca. Terdapat enam subindikator yang termasuk dalam indikator keinginan untuk membaca, yaitu (1) membaca sangat penting sebagai kebutuhan untuk hidup, (2) mencari jawaban atas suatu masalah melalui membaca dari sumber asli, (3) membaca tanpa adanya paksaan, (4) membaca untuk mengetahui apa, kapan, dan di mana, sesuatu sedang, akan, atau telah terjadi, (5) membaca karena tertarik dengan topik yang terdapat dalam buku, dan (6) jika belum memahami topik dalam suatu bacaan memilih untuk membacanya kembali. Berdasarkan hasil angket analisis pengembangan kebutuhan kebiasaan membaca dapat disajikan dalam tabel berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 73
Tabel 4.3 Keinginan untuk Membaca
No.
Subindikator
1.
Saya menyadari bahwa aktivitas membaca sangat penting sebagai kebutuhan untuk hidup. Saya selalu mencari jawaban atas suatu masalah melalui membaca dari sumber asli. Saya melakukan aktivitas membaca tanpa adanya paksaan. Saya selalu membaca dengan mengakses informasi lewat internet untuk mengetahui apa, kapan, dan di mana, sesuatu sedang, akan, atau telah terjadi sebagaimana yang dilaporkan dalam koran. Saya terus melakukan aktivitas membaca apabila saya semakin tertarik dengan topik yang terdapat dalam buku tersebut. Jika saya belum memahami topik dalam suatu bacaan, saya memilih membacanya kembali.
2. 3. 4.
5.
6.
Rentang Skor 3 2 1 S TS TMP 48 0 0 34
6
8
45
1
2
40
5
3
46
1
1
43
4
1
Berdasarkan tabel 4.3 yang terdiri dari enam subindikator keinginan untuk membaca dengan jumlah responden 48 mahasiswa, masing-masing subindikator dapat dijelaskan sebagai berikut. Subindikator pertama, “Saya menyadari bahwa aktivitas membaca sangat penting sebagai kebutuhan untuk hidup.” Terdapat 48 mahasiswa memilih setuju, sehingga sebanyak 48 mahasiswa dengan persentase 100% mahasiswa termasuk dalam kategori tinggi dan dipandang sebagai sikap positif, karena mahasiswa memiliki kesadaran bahwa membaca sangat penting sebagai kebutuhan untuk hidup. Tidak terdapat mahasiswa yang menyatakan tidak setuju dan tidak memiliki pilihan dalam subindikator ini. Subindikator kedua, “Saya selalu mencari jawaban atas suatu masalah melalui membaca dari sumber asli.” Terdapat 34 mahasiswa memilih setuju,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74
sehingga sebanyak 34 mahasiswa dengan persentase 70,83% mahasiswa termasuk dalam kategori tinggi dan dipandang sebagai sikap positif, karena mahasiswa memiliki keinginan untuk mencari jawaban atas suatu masalah melalui membaca dari sumber asli. Akan tetapi, sebanyak 6 mahasiswa memilih tidak setuju, sehingga sebanyak 6 mahasiswa dengan persentase 12,5% mahasiswa termasuk dalam kategori rendah, dan dipandang sebagai sikap negatif, karena mahasiswa belum memiliki keinginan untuk mencari jawaban atas suatu masalah melalui membaca dari sumber asli. Selanjutnya, sebanyak 8 mahasiswa tidak memiliki pilihan atau 16,67% mahasiswa dikategorikan rendah dan tidak memiliki jawaban. Subindikator ketiga, “Saya melakukan aktivitas membaca tanpa adanya paksaan.” Terdapat 45 mahasiswa memilih setuju, sehingga sebanyak 45 mahasiswa dengan persentase 93,75% mahasiswa termasuk dalam kategori tinggi dan dipandang sebagai sikap positif, karena mahasiswa memiliki kesadaran melakukan aktivitas membaca tanpa adanya paksaan orang lain. Akan tetapi, sebanyak 1 mahasiswa memilih tidak setuju, sehingga sebanyak 1 mahasiswa dengan persentase 2,08% mahasiswa termasuk dalam kategori rendah, dan dipandang sebagai sikap negatif, karena mahasiswa belum memiliki kesadaran melakukan aktivitas membaca. Selanjutnya, sebanyak 2 mahasiswa tidak memiliki pilihan atau 4,17% mahasiswa dikategorikan rendah dan tidak memiliki jawaban. Subindikator keempat, “Saya selalu membaca dengan mengakses informasi lewat internet untuk mengetahui apa, kapan, dan di mana, sesuatu sedang, akan, atau telah terjadi sebagaimana yang dilaporkan dalam koran.” Terdapat 40 mahasiswa memilih setuju, sehingga sebanyak 40 mahasiswa dengan persentase
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75
83,33% mahasiswa termasuk dalam kategori tinggi dan dipandang sebagai sikap positif, karena mahasiswa memiliki kesadaran membaca untuk mengetahui apa, kapan, dan di mana, sesuatu sedang, akan, atau telah terjadi. Akan tetapi, sebanyak 5 mahasiswa memilih tidak setuju, sehingga sebanyak 5 mahasiswa dengan persentase 10,42% mahasiswa termasuk dalam kategori rendah, dan dipandang sebagai sikap negatif, karena mahasiswa belum memiliki kesadaran membaca untuk mengetahui apa, kapan, dan di mana, sesuatu sedang, akan, atau telah terjadi. Selanjutnya, sebanyak 3 mahasiswa tidak memiliki pilihan atau 6,25% mahasiswa dikategorikan rendah dan tidak memiliki jawaban. Subindikator kelima, “Saya terus melakukan aktivitas membaca apabila saya semakin tertarik dengan topik yang terdapat dalam buku tersebut.” Terdapat 46 mahasiswa memilih setuju, sehingga sebanyak 46 mahasiswa dengan persentase 95,84% mahasiswa termasuk dalam kategori tinggi dan dipandang sebagai sikap positif, karena mahasiswa memiliki kesadaran membaca apabila semakin tertarik dengan topik yang terdapat dalam buku tersebut. Akan tetapi, sebanyak 1 mahasiswa memilih tidak setuju, sehingga sebanyak 1 mahasiswa dengan persentase 2,08% mahasiswa termasuk dalam kategori rendah, dan dipandang sebagai sikap negatif, karena mahasiswa belum memiliki kesadaran membaca apabila semakin tertarik dengan topik yang terdapat dalam buku tersebut. Selanjutnya sebanyak 1 mahasiswa tidak memiliki pilihan atau 2,08% mahasiswa dikategorikan rendah dan tidak memiliki jawaban. Subindikator keenam, “Jika saya belum memahami topik dalam suatu bacaan, saya memilih membacanya kembali. Terdapat 43 mahasiswa memilih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76
setuju, sehingga sebanyak 43 mahasiswa dengan persentase 89,59% mahasiswa termasuk dalam kategori tinggi dan dipandang sebagai sikap positif, karena mahasiswa memiliki kesadaran jika belum memahami topik dalam suatu bacaan, akan memilih membacanya kembali. Akan tetapi, sebanyak 4 mahasiswa memilih tidak setuju, sehingga sebanyak 4 mahasiswa dengan persentase 8,33% mahasiswa termasuk dalam kategori rendah, dan dipandang sebagai sikap negatif, karena mahasiswa belum memiliki kesadaran jika belum memahami topik dalam suatu bacaan, akan memilih membacanya kembali. Selanjutnya, sebanyak 1 mahasiswa tidak memiliki pilihan atau 2,08% mahasiswa dikategorikan rendah dan tidak memiliki jawaban.
c. Indikator Jenis Bacaan Jenis bacaan sering membuat mahasiswa mempunyai rasa ketertarikan terhadap bacaan dan manfaatnya. Semakin menarik jenis bacaan yang dibaca akan semakin menumbuhkan kebiasaan membaca. Terdapat enam subindikator yang termasuk dalam indikator jenis bacaan, yaitu (1) membaca buku mata kuliah karena sesuai dengan bahan belajar yang dibutuhkan, (2) membaca surat kabar karena tidak mau tertinggal berita yang menjadi topik pembicaraan di masyarakat umum, (3) membaca opini di majalah karena bacaan opini sifatnya menghibur, dan (4) membaca novel karena ingin mengetahui gaya cerita pengarang. Berdasarkan hasil angket analisis kebutuhan pengembangan kebiasaan membaca dapat disajikan dalam tabel berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77
Tabel 4.4 Jenis Bacaan
No.
Subindikator
1.
Saya suka membaca buku mata kuliah karena sesuai dengan bahan belajar yang saya butuhkan. Saya suka membaca ensiklopedia untuk menambah pengetahuan dan informasi. Saya suka membaca surat kabar karena saya tidak mau tertinggal berita yang menjadi topik pembicaraan di masyarakat umum. Saya suka membaca opini di majalah karena bacaan opini sifatnya menghibur.
2. 3.
4.
3 S 28
Rentang Skor 2 1 TS TMP 13 7
36
2
10
34
7
7
32
8
8
Berdasarkan tabel 4.4 yang terdiri dari empat subindikator jenis bacaan dengan jumlah responden 48 mahasiswa, masing-masing subindikator dapat dijelaskan sebagai berikut. Subindikator pertama, “Saya suka membaca buku mata kuliah karena sesuai dengan bahan belajar yang saya butuhkan.” Terdapat 28 mahasiswa memilih setuju, sehingga sebanyak 28 mahasiswa dengan persentase 58,33% mahasiswa termasuk dalam kategori cukup dan dipandang sebagai sikap positif, karena mahasiswa memiliki kesadaran membaca buku mata kuliah yang sesuai dengan bahan belajar yang dibutuhkan. Akan tetapi, sebanyak 13 mahasiswa memilih tidak setuju, sehingga sebanyak 13 mahasiswa dengan persentase 27,08% mahasiswa termasuk dalam kategori rendah, dan dipandang sebagai sikap negatif, karena mahasiswa belum memiliki kesadaran membaca buku mata kuliah. Selanjutnya, sebanyak 7 mahasiswa tidak memiliki pilihan atau 14,59% mahasiswa dikategorikan rendah dan tidak memiliki jawaban.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 78
Subindikator kedua, “Saya suka membaca ensiklopedia untuk menambah pengetahuan dan informasi.” Terdapat 36 mahasiswa memilih setuju, sehingga sebanyak 36 mahasiswa dengan persentase 75% mahasiswa termasuk dalam kategori tinggi dan dipandang sebagai sikap positif, karena mahasiswa memiliki kesadaran membaca ensiklopedia untuk menambah pengetahuan dan informasi. Akan tetapi, sebanyak 2 mahasiswa memilih tidak setuju, sehingga sebanyak 2 mahasiswa dengan persentase 4,17% mahasiswa termasuk dalam kategori rendah, dan dipandang sebagai sikap negatif, karena mahasiswa belum memiliki kesadaran membaca ensiklopedia. Selanjutnya, sebanyak 10 mahasiswa tidak memiliki pilihan atau 20,83% mahasiswa dikategorikan rendah dan tidak memiliki jawaban. Subindikator ketiga, “Saya suka membaca surat kabar karena saya tidak mau tertinggal berita yang menjadi topik pembicaraan di masyarakat umum.” Terdapat 34 mahasiswa memilih setuju, sehingga sebanyak 34 mahasiswa dengan persentase 70,84% mahasiswa termasuk dalam kategori tinggi dan dipandang sebagai sikap positif, karena mahasiswa memiliki kesadaran membaca surat kabar karena dan tidak mau tertinggal berita yang menjadi topik pembicaraan di masyarakat umum. Akan tetapi, sebanyak 7 mahasiswa memilih tidak setuju, sehingga sebanyak 7 mahasiswa dengan persentase 14,58% mahasiswa termasuk dalam kategori rendah, dan dipandang sebagai sikap negatif, karena mahasiswa belum memiliki kesadaran membaca membaca surat kabar. Selanjutnya, sebanyak 7 mahasiswa tidak memiliki pilihan atau 14,58% mahasiswa dikategorikan rendah dan tidak memiliki jawaban.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79
Subindikator keempat, “Saya suka membaca opini di majalah karena bacaan opini sifatnya menghibur.” Terdapat 32 mahasiswa memilih setuju, sehingga sebanyak 32 mahasiswa dengan persentase 66,66% mahasiswa termasuk dalam kategori cukup dan dipandang sebagai sikap positif, karena mahasiswa memiliki kesadaran membaca opini di majalah. Akan tetapi, sebanyak 8 mahasiswa memilih tidak setuju, sehingga sebanyak 8 mahasiswa dengan persentase 16,67% mahasiswa termasuk dalam kategori rendah, dan dipandang sebagai sikap negatif, karena mahasiswa belum memiliki kesadaran membaca opini di majalah. Selanjutnya, sebanyak 8 mahasiswa tidak memiliki pilihan atau 16,67% mahasiswa dikategorikan rendah dan tidak memiliki jawaban.
d. Indikator Kesempatan untuk Membaca Kesempatan untuk membaca membuat mahasiswa memiliki waktu untuk membaca. Semakin banyak kesempatan yang diperoleh mahasiswa untuk membaca maka akan semakin tinggi pula kebiasaan membaca yang mereka miliki. Terdapat lima subindikator yang termasuk dalam indikator kesempatan untuk membaca, yaitu (1) lebih banyak memiliki kesempatan membaca di malam hari, (2) membaca di manapun tempatnya, dan di waktu kapanpun, (3) membawa buku bacaan ketika sedang pergi, (4) jika mempunyai waktu luang, selalu menyempatkan waktu untuk membaca buku, dan (5) sering mengunjungi perpustakaan untuk membaca. Berdasarkan hasil angket analisis kebutuhan pengembangan kebiasaan membaca dapat disajikan dalam tabel berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 80
Tabel 4.5 Kesempatan untuk Membaca
No.
Subindikator
1.
Saya memiliki lebih banyak kesempatan untuk membaca di malam hari. Saya bisa membaca di manapun tempatnya, dan di waktu kapanpun. Saya selalu membawa buku bacaan ketika sedang pergi. Jika saya mempunyai waktu luang, saya selalu menyempatkan waktu untuk membaca buku seperti novel. Saya sering mengunjungi perpustakaan untuk membaca.
2. 3. 4.
5.
Rentang Skor 3 2 1 S TS TMP 36 8 4 27
16
5
15
24
9
33
9
6
30
9
9
Berdasarkan tabel 4.5 yang terdiri dari lima subindikator kesempatan untuk membaca dengan jumlah responden 48 mahasiswa, masing-masing subindikator dapat dijelaskan sebagai berikut. Subindikator pertama, “Saya memiliki lebih banyak kesempatan untuk membaca di malam hari.” Terdapat 36 mahasiswa memilih setuju, sehingga sebanyak 36 mahasiswa dengan persentase 75% mahasiswa termasuk dalam kategori tinggi dan dipandang sebagai sikap positif, karena mahasiswa memiliki lebih banyak kesempatan untuk membaca di malam hari. Akan tetapi, sebanyak 8 mahasiswa memilih tidak setuju, sehingga sebanyak 8 mahasiswa dengan persentase 16,67% mahasiswa termasuk dalam kategori rendah, dan dipandang sebagai sikap negatif, karena mahasiswa belum memiliki lebih banyak kesempatan untuk membaca di malam. Selanjutnya, sebanyak 4 mahasiswa tidak memiliki pilihan atau 8,33% mahasiswa dikategorikan rendah dan tidak memiliki jawaban.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 81
Subindikator kedua, “Saya bisa membaca di manapun tempatnya, dan di waktu kapanpun.” Terdapat 27 mahasiswa memilih setuju, sehingga sebanyak 27 mahasiswa dengan persentase 56,25% mahasiswa termasuk dalam kategori cukup dan dipandang sebagai sikap positif, karena mahasiswa dapat membaca di manapun tempatnya, dan di waktu kapanpun. Akan tetapi, sebanyak 16 mahasiswa memilih tidak setuju, sehingga sebanyak 16 mahasiswa dengan persentase 33,33% mahasiswa termasuk dalam kategori rendah, dan dipandang sebagai sikap negatif, karena mahasiswa belum dapat membaca di manapun tempatnya, dan di waktu kapanpun. Selanjutnya, sebanyak 5 mahasiswa tidak memiliki pilihan atau 10,42% mahasiswa dikategorikan rendah dan tidak memiliki jawaban. Subindikator ketiga, “Saya selalu membawa buku bacaan ketika sedang pergi.” Terdapat 15 mahasiswa memilih setuju, sehingga sebanyak 15 mahasiswa dengan persentase 31,25% mahasiswa termasuk dalam kategori rendah dan dipandang sebagai sikap positif, karena mahasiswa membawa buku bacaan ketika sedang pergi. Akan tetapi, sebanyak 24 mahasiswa memilih tidak setuju, sehingga sebanyak 24 mahasiswa dengan persentase 50% mahasiswa termasuk dalam kategori cukup dan dipandang sebagai sikap negatif, karena mahasiswa belum dapat membawa buku bacaan ketika sedang pergi. Selanjutnya, sebanyak 9 mahasiswa tidak memiliki pilihan atau 18,75% mahasiswa dikategorikan rendah dan tidak memiliki jawaban. Subindikator keempat, “Jika saya mempunyai waktu luang, saya selalu menyempatkan waktu untuk membaca buku seperti novel.” Terdapat 33 mahasiswa memilih setuju, sehingga sebanyak 33 mahasiswa dengan persentase 68,75%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 82
mahasiswa termasuk dalam kategori tinggi dan dipandang sebagai sikap positif, karena ketika mahasiswa mempunyai waktu luang selalu menyempatkan diri untuk membaca buku. Akan tetapi, sebanyak 9 mahasiswa memilih tidak setuju, sehingga sebanyak 9 mahasiswa dengan persentase 18,75% mahasiswa termasuk dalam kategori rendah dan dipandang sebagai sikap negatif, karena mahasiswa belum mempunyai waktu luang dan menyempatkan diri untuk membaca buku. Selanjutnya, sebanyak 6 mahasiswa tidak memiliki pilihan atau 12,5% mahasiswa dikategorikan rendah dan tidak memiliki jawaban. Subindikator kelima, “Saya sering mengunjungi perpustakaan untuk membaca”. Terdapat 30 mahasiswa memilih setuju, sehingga sebanyak 30 mahasiswa dengan persentase 62,5% mahasiswa termasuk dalam kategori cukup dan dipandang sebagai sikap positif, karena mahasiswa sudah memiliki kesadaran mengunjungi perpustakaan untuk membaca. Akan tetapi, sebanyak 9 mahasiswa memilih tidak setuju, sehingga sebanyak 9 mahasiswa dengan persentase 18,75% mahasiswa termasuk dalam kategori rendah dan dipandang sebagai sikap negatif, karena mahasiswa belum memiliki kesadaran mengunjungi perpustakaan untuk membaca. Selanjutnya, sebanyak 9 mahasiswa tidak memiliki pilihan atau 18,75% mahasiswa dikategorikan rendah dan tidak memiliki jawaban.
e. Indikator Rutinitas Membaca Rutinitas membaca dapat membuat mahasiswa memiliki jadwal kegiatan membaca secara teratur. Semakin rutin kegiatan membaca yang dimiliki mahasiswa maka akan semakin tinggi pula kebiasaan membaca yang tumbuh dalam diri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 83
mereka. Terdapat lima subindikator yang termasuk dalam indikator rutinitas membaca, yaitu (1) memiliki jadwal membaca secara teratur di setiap hari, (2) memiliki bacaan rutin setiap minggu, (3) memiliki target untuk membaca beberapa buku dalam sebulan, (4) menyempatkan untuk membaca minimal 10 menit di setiap pagi, (5) mempersiapkan buku-buku yang akan saya baca di tempat yang mudah dijangkau, (6) selalu menggunakan strategi tertentu ketika melakukan aktivitas membaca buku, serta (7) menghubungkan kata demi kata dan menghubungkan makna dengan pengetahuan yang dimiliki ketika tidak memahami informasi yang diperoleh. Berdasarkan hasil angket analisis kebutuhan pengembangan kebiasaan membaca dapat disajikan dalam tabel berikut. Tabel 4.6 Rutinitas Membaca
No.
Subindikator
1.
Saya memiliki jadwal membaca secara teratur di setiap hari. Saya selalu memiliki bacaan rutin setiap minggu. Saya memiliki target untuk membaca beberapa buku dalam sebulan. Saya selalu menyempatkan untuk membaca minimal 10 menit di setiap pagi. Saya mempersiapkan buku-buku yang akan saya baca di tempat yang mudah dijangkau. Saya selalu menggunakan strategi tertentu ketika melakukan aktivitas membaca buku. Saya selalu menghubungkan kata demi kata dan menghubungkan makna dengan pengetahuan yang dimiliki ketika saya tidak memahami informasi yang diperoleh.
2. 3. 4. 5. 6. 7.
Rentang Skor 3 2 1 S TS TMP 13 21 14 19 22
16 16
13 10
25
11
12
38
5
5
32
10
6
35
9
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 84
Berdasarkan tabel 4.6 yang terdiri dari tujuh subindikator rutinitas membaca dengan jumlah responden 48 mahasiswa, masing-masing subindikator dapat dijelaskan sebagai berikut. Subindikator pertama, “Saya memiliki jadwal membaca secara teratur di setiap hari”. Terdapat 13 mahasiswa memilih setuju, sehingga sebanyak 13 mahasiswa dengan persentase 27,08% mahasiswa termasuk dalam kategori rendah dan dipandang sebagai sikap positif, karena mahasiswa memiliki kesadaran untuk membuat jadwal membaca secara teratur di setiap hari. Akan tetapi, sebanyak 21 mahasiswa memilih tidak setuju, sehingga sebanyak 21 mahasiswa dengan persentase 43,75% mahasiswa termasuk dalam kategori cukup dan dipandang sebagai sikap negatif, karena mahasiswa belum memiliki kesadaran untuk membuat jadwal membaca secara teratur di setiap hari. Selanjutnya, sebanyak 14 mahasiswa tidak memiliki pilihan atau 29,17% mahasiswa dikategorikan rendah dan tidak memiliki jawaban. Subindikator kedua, “Saya selalu memiliki bacaan rutin setiap minggu.” Terdapat 19 mahasiswa memilih setuju, sehingga sebanyak 19 mahasiswa dengan persentase 39,58% mahasiswa termasuk dalam kategori cukup dan dipandang sebagai sikap positif, karena mahasiswa memiliki kesadaran untuk bacaan rutin setiap minggu. Akan tetapi, sebanyak 16 mahasiswa memilih tidak setuju, sehingga sebanyak 16 mahasiswa dengan persentase 33,34% mahasiswa termasuk dalam kategori cukup dan dipandang sebagai sikap negatif, karena mahasiswa belum memiliki bacaan rutin setiap minggu Selanjutnya, sebanyak 13 mahasiswa tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 85
memiliki pilihan atau 27,08% mahasiswa dikategorikan rendah dan tidak memiliki jawaban. Subindikator ketiga, “Saya memiliki target untuk membaca beberapa buku dalam sebulan.” Terdapat 22 mahasiswa memilih setuju, sehingga sebanyak 22 mahasiswa dengan persentase 45,83% mahasiswa termasuk dalam kategori cukup dan dipandang sebagai sikap positif, karena mahasiswa memiliki target untuk membaca beberapa buku dalam sebulan. Akan tetapi, sebanyak 16 mahasiswa memilih tidak setuju, sehingga sebanyak 16 mahasiswa dengan persentase 33,34% mahasiswa termasuk dalam kategori cukup dan dipandang sebagai sikap negatif, karena mahasiswa belum memiliki target untuk membaca beberapa buku dalam sebulan. Selanjutnya, sebanyak 10 mahasiswa tidak memiliki pilihan atau 20,83% mahasiswa dikategorikan rendah dan tidak memiliki jawaban. Subindikator keempat, “Saya selalu menyempatkan untuk membaca minimal 10 menit di setiap pagi.” Terdapat 25 mahasiswa memilih setuju, sehingga sebanyak 25 mahasiswa dengan persentase 52,08% mahasiswa termasuk dalam kategori cukup dan dipandang sebagai sikap positif, karena mahasiswa memiliki kesadaran untuk menyempatkan membaca minimal 10 menit di setiap pagi. Akan tetapi, sebanyak 11 mahasiswa memilih tidak setuju, sehingga sebanyak 11 mahasiswa dengan persentase 22,92% mahasiswa termasuk dalam kategori rendah dan dipandang sebagai sikap negatif, karena mahasiswa belum memiliki kesadaran untuk menyempatkan membaca minimal 10 menit di setiap pagi. Selanjutnya, sebanyak 12 mahasiswa tidak memiliki pilihan atau 25% mahasiswa dikategorikan rendah dan tidak memiliki jawaban.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 86
Subindikator kelima, “Saya mempersiapkan buku-buku yang akan saya baca di tempat yang mudah dijangkau.” Terdapat 38 mahasiswa memilih setuju, sehingga sebanyak 38 mahasiswa dengan persentase 79,18% mahasiswa termasuk dalam kategori tinggi dan dipandang sebagai sikap positif, karena mahasiswa memiliki kesadaran untuk mempersiapkan buku-buku yang akan dibaca di tempat yang mudah dijangkau. Akan tetapi, sebanyak 5 mahasiswa memilih tidak setuju, sehingga sebanyak 5 mahasiswa dengan persentase 10,41% mahasiswa termasuk dalam kategori rendah dan dipandang sebagai sikap negatif, karena mahasiswa belum memiliki kesadaran untuk mempersiapkan buku-buku yang akan dibaca di tempat yang mudah dijangkau. Selanjutnya, sebanyak 5 mahasiswa tidak memiliki pilihan atau 10,41% mahasiswa dikategorikan rendah dan tidak memiliki jawaban. Subindikator keenam, “Saya selalu menggunakan strategi tertentu ketika melakukan aktivitas membaca buku.” Terdapat 32 mahasiswa memilih setuju, sehingga sebanyak 32 mahasiswa dengan persentase 66,67% mahasiswa termasuk dalam kategori cukup dan dipandang sebagai sikap positif, karena mahasiswa sudah menggunakan strategi tertentu ketika melakukan aktivitas membaca buku. Akan tetapi, sebanyak 10 mahasiswa memilih tidak setuju, sehingga sebanyak 10 mahasiswa dengan persentase 20,83% mahasiswa termasuk dalam kategori rendah dan dipandang sebagai sikap negatif, karena mahasiswa belum menggunakan strategi tertentu ketika melakukan aktivitas membaca buku. Selanjutnya, sebanyak 6 mahasiswa tidak memiliki pilihan atau 12,5% mahasiswa dikategorikan rendah dan tidak memiliki jawaban.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 87
Subindikator ketujuh, “Saya selalu menghubungkan kata demi kata dan menghubungkan makna dengan pengetahuan yang dimiliki ketika saya tidak memahami informasi yang diperoleh.” Terdapat 35 mahasiswa memilih setuju, sehingga sebanyak 35 mahasiswa dengan persentase 72,92% mahasiswa selalu menghubungkan kata demi kata dan menghubungkan makna dengan pengetahuan yang dimiliki ketika tidak memahami informasi yang diperoleh. Akan tetapi, sebanyak 9 mahasiswa memilih tidak setuju, sehingga sebanyak 9 mahasiswa dengan persentase 18,75% mahasiswa termasuk dalam kategori rendah dan dipandang sebagai sikap negatif, karena mahasiswa belum menghubungkan kata demi kata dan menghubungkan makna dengan pengetahuan yang dimiliki ketika tidak memahami informasi yang diperoleh. Selanjutnya, sebanyak 4 mahasiswa tidak memiliki pilihan atau 8,33% mahasiswa dikategorikan rendah dan tidak memiliki jawaban.
f. Indikator Manfaat Membaca Buku Manfaat dari membaca buku membuat mahasiswa mendapatkan keuntungan dari kegiatan membacanya. Semakin banyak buku yang dibaca, mahasiswa akan semakin merasakan manfaat dari membaca buku sebagai kebutuhan hidupnya. Terdapat empat subindikator yang termasuk dalam indikator manfaat membaca buku, yaitu (1) menerapkan hasil membaca dalam menjalani kehidupan sehari-hari, (2) berpengaruh pada kemampuan menangkap informasi yang diperoleh, (3) membuka cakrawala untuk berpikir kritis dan sistematis, dan (4) meningkatkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 88
intelektualitas dalam memecahkan masalah. Berdasarkan hasil angket analisis kebutuhan pengembangan kebiasaan membaca dapat disajikan dalam tabel berikut. Tabel 4.7 Manfaat Membaca Buku
No.
Subindikator
1.
Saya selalu menerapkan hasil membaca dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Jika saya mempunyai banyak waktu untuk membaca akan berpengaruh pada kemampuan saya dalam menangkap informasi yang diperoleh. Aktivitas membaca yang saya lakukan dapat membuka cakrawala untuk berpikir kritis dan sistematis. Aktivitas membaca yang saya lakukan dapat meningkatkan intelektualitas dalam memecahkan masalah.
2.
3.
4.
Rentang Skor 3 2 1 S TS TMP 33 8 7 43
1
4
44
0
4
40
5
3
Berdasarkan tabel 4.7 yang terdiri dari empat subindikator manfaat membaca buku dengan jumlah responden 48 mahasiswa, masing-masing subindikator dapat dijelaskan sebagai berikut. Subindikator pertama, “Saya selalu menerapkan hasil membaca dalam menjalani kehidupan sehari-hari.” Terdapat 33 mahasiswa memilih setuju, sehingga sebanyak 33 mahasiswa dengan persentase 68,75% mahasiswa termasuk dalam kategori tinggi dan dipandang sebagai sikap positif, karena mahasiswa memiliki kesadaran untuk menerapkan hasil membaca dalam menjalani kehidupan seharihari. Akan tetapi, sebanyak 8 mahasiswa memilih tidak setuju, sehingga sebanyak 8 mahasiswa dengan persentase 16,67% mahasiswa termasuk dalam kategori rendah dan dipandang sebagai sikap negatif, karena mahasiswa belum memiliki kesadaran untuk menerapkan hasil membaca dalam menjalani kehidupan sehari-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 89
hari. Selanjutnya, sebanyak 7 mahasiswa tidak memiliki pilihan atau 14,58% mahasiswa dikategorikan rendah dan tidak memiliki jawaban. Subindikator kedua, “Jika saya mempunyai banyak waktu untuk membaca akan berpengaruh pada kemampuan saya dalam menangkap informasi yang diperoleh.” Terdapat 43 mahasiswa memilih setuju, sehingga sebanyak 43 mahasiswa dengan persentase 89,58% mahasiswa termasuk dalam kategori tinggi dan dipandang sebagai sikap positif, karena mahasiswa memiliki kesadaran bahwa membaca akan berpengaruh pada kemampuan dalam menangkap informasi yang diperoleh. Akan tetapi, sebanyak 1 mahasiswa memilih tidak setuju, sehingga sebanyak 1 mahasiswa dengan persentase 2,08% mahasiswa termasuk dalam kategori rendah dan dipandang sebagai sikap negatif, karena mahasiswa belum memiliki kesadaran bahwa membaca akan berpengaruh pada kemampuan dalam menangkap informasi yang diperoleh. Selanjutnya, sebanyak 4 mahasiswa tidak memiliki pilihan atau 8,34% mahasiswa dikategorikan rendah dan tidak memiliki jawaban. Subindikator ketiga, “Aktivitas membaca yang saya lakukan dapat membuka cakrawala untuk berpikir kritis dan sistematis.” Terdapat 44 mahasiswa memilih setuju, sehingga sebanyak 44 mahasiswa dengan persentase 91,67% mahasiswa termasuk dalam kategori tinggi dan dipandang sebagai sikap positif, karena mahasiswa memiliki kesadaran bahwa membaca dapat membuka cakrawala untuk berpikir kritis dan sistematis. Akan tetapi, sebanyak 4 mahasiswa memilih tidak memiliki pilihan, sehingga sebanyak 4 mahasiswa dengan persentase 8,33% mahasiswa termasuk dalam kategori rendah dan dipandang sebagai sikap negatif,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 90
karena mahasiswa belum memiliki kesadaran bahwa membaca dapat membuka cakrawala untuk berpikir kritis dan sistematis. Tidak terdapat mahasiswa yang menyatakan tidak setuju dalam subindikator ini. Subindikator keempat, “Aktivitas membaca yang saya lakukan dapat meningkatkan intelektualitas dalam memecahkan masalah.” Terdapat 40 mahasiswa memilih setuju, sehingga sebanyak 40 mahasiswa dengan persentase 83,33% mahasiswa termasuk dalam kategori tinggi dan dipandang sebagai sikap positif, karena mahasiswa memiliki
kesadaran bahwa membaca
dapat
meningkatkan intelektualitas dalam memecahkan masalah. Akan tetapi, sebanyak 5 mahasiswa memilih tidak memiliki pilihan, sehingga sebanyak 5 mahasiswa dengan persentase 10,42% mahasiswa termasuk dalam kategori rendah dan dipandang sebagai sikap negatif, karena mahasiswa belum memiliki kesadaran bahwa membaca dapat meningkatkan intelektualitas dalam memecahkan masalah. Selanjutnya, sebanyak 3 mahasiswa tidak memiliki pilihan atau 6,25% mahasiswa dikategorikan rendah dan tidak memiliki jawaban. Berdasarkan hasil penjabaran angket analisis kebutuhan pengembangan kebiasaan membaca pemahaman di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa mahasiswa sudah mulai menumbuhkan kebiasaan membaca dalam diri mereka. Angket analisis kebutuhan pengembangan kebiasaan membaca di atas berisi langkah-langkah sebagai upaya menumbuhkan kebiasaan membaca dalam diri mahasiswa. Peneliti menyimpulkan hasil analisis kebutuhan pengembangan kebiasaan membaca diperlukan perhitungan dengan rumus indeks %. Rumus tersebut yaitu skor total dibagi skor ideal dikali 100. Hasil perhitungan angket
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 91
analisis kebutuhan pengembangan kebiasaan membaca pemahaman yaitu 6055/7200x100%=84,1%.
Hasil
perhitungan
angket
analisis
kebutuhan
pengembangan kebiasaan membaca pemahaman dapat dilihat pada lampiran 8. Berdasarkan hasil penelitian di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa kebiasaan membaca yang telah tumbuh dalam diri mahasiswa semester VI Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta masuk dalam kategori tinggi. Angket analisis yang telah dijabarkan peneliti akan digunakan untuk mengembangkan kebiasaan membaca yang sesuai dengan kebutuhan mahasiswa.
4.2.3 Analisis Faktor Membaca Pemahaman Angket faktor membaca pemahaman merupakan instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang faktor yang memengaruhi membaca pemahaman mahasiswa semester VI kelas G dan H Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, tahun akademik 2015/2016. Angket faktor membaca pemahaman terdiri dari 100 butir pernyataan (subindikator) yang memaparkan faktor-faktor yang memengaruhi kemampuan membaca pemahaman. Faktor membaca pemahaman dikategorikan menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Data angket faktor membaca pemahaman dianalisis dengan menggunakan skala liket yang sudah diubah menjadi format skala tiga. Format skala tiga menggunakan rentang skor satu sampai tiga. Rincian format skala tiga yaitu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 92
3=setuju (S), 2=tidak memiliki pilihan (TMP), dan 1=tidak setuju (TS). Mahasiswa diminta untuk memilih dan mengisi kolom yang telah disediakan dengan tanda centang () sesuai dengan pendapat mahasiswa. Dalam format skala tiga memiliki tiga kategori yaitu kategori rendah, cukup, dan tinggi. Peneliti menentukan kategori tersebut dengan memerhatikan perhitungan interval (I). Perhitungan interval dapat dilakukan dengan rumus 100 dibagi jumlah skor pada skala 3, sehingga peneliti mendapatkan intervalnya menjadi 33,33. Berikut tabel kategori berdasarkan interval skala likert. Tabel 4.8 Format Skala Tiga Rentang Skor 66,8%-100% 33,4%-66,7% 0%-33,3%
Kategori Tinggi Cukup Rendah
Tabel di atas menjelaskan bahwa mahasiswa yang memiliki faktor membaca dengan kategori tinggi apabila rentang skor berada pada kisaran 66,8%-100%. Mahasiswa yang memiliki faktor membaca dengan kategori cukup apabila rentang skor berada pada kisaran 33,4%-66,7%. Mahasiswa yang memiliki faktor membaca dengan kategori rendah apabila rentang skor berada pada kisaran 0%-33,3%. Berdasarkan kategori di atas, analisis faktor yang memengaruhi kemampuan membaca pemahaman dapat dianalisis sebagai berikut. 4.2.3.1 Analisis Faktor Internal Membaca Pemahaman Faktor internal kemampuan membaca pemahaman adalah faktor yang ada dalam diri seseorang mengenai kegiatan membaca. Faktor ini dapat memengarungi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 93
kemampuan membaca. Faktor internal kemampuan membaca pemahaman yaitu (a) faktor motivasi, (b) faktor sikap dan minat, (c) faktor kebiasaan, (d) faktor kondisi emosi, (e) faktor cara membaca, (f) faktor pengetahuan yang dimiliki sebelumnya, (g) faktor ketertarikan terhadap bacaan dan manfaat, dan (h) faktor intelegensi. Analisis faktor internal dapat dideskripsikan sebagai berikut. a. Faktor Motivasi Faktor motivasi adalah dorongan seseorang untuk melakukan suatu tindakan. Berkaitan dengan angket penelitian, berbagai dorongan untuk melakukan suatu tindakan dapat dilihat melalui subindikator seperti (1) dorongan untuk membaca setiap akan menempuh ujian tengah semester atau akhir semester, (2) dorongan untuk membaca hanya tertuju pada bacaan-bacaan hiburan, (3) dorongan menyelesaikan tugas secara tepat waktu, (4) dorongan untuk mencapai prestasi setinggi-tingginya dengan cara rajin membaca, dan (5) dorongan untuk mendapat pujian dari dosen atau teman. Berdasarkan hasil angket faktor yang memengaruhi membaca pemahaman dapat disajikan dalam tabel berikut. Tabel 4.9 Faktor Motivasi
No.
Subindikator
1.
Jika akan menempuh ujian tengah semester atau akhir semester, dorongan membaca saya sangat kuat. Dalam keseharian, dorongan membaca saya hanya tertuju pada bacaan-bacaan hiburan. Jika diberi tugas membaca oleh dosen, saya berusaha menyelesaikannya tepat waktu. Selama perkuliahan, saya ingin mencapai prestasi setinggi-tingginya dengan cara rajin membaca.
2. 3. 4.
Rentang Skor 3 2 1 S TS TMP 45 3 0 30
15
3
33
9
6
34
6
8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 94
No.
Subindikator
5.
Jika berhasil menyelesaikan tugas membaca, saya merasa dihargai jika mendapat pujian dari dosen atau teman.
Rentang Skor 3 2 1 S TS TMP 24 18 6
Berdasarkan tabel 4.9 yang terdiri dari lima subindikator faktor motivasi, dengan jumlah responden 48 mahasiswa, masing-masing subindikator dapat dijelaskan sebagai berikut. Subindikator pertama, “Jika akan menempuh ujian tengah semester atau akhir semester, dorongan membaca saya sangat kuat”. Terdapat 45 mahasiswa memilih setuju, sehingga sebanyak 45 mahasiswa dengan persentase 93,75% mahasiswa termasuk dalam kategori tinggi dan dipandang sebagai sikap positif, karena mahasiswa memiliki kesadaran ketika akan menempuh ujian tengah semester atau akhir semester, dorongan membaca sangat kuat. Akan tetapi, sebanyak 3 mahasiswa memilih tidak setuju, sehingga sebanyak 3 mahasiswa atau 6,25% mahasiswa termasuk dalam kategori rendah dan dipandang sebagai sikap negatif, karena mahasiswa belum memiliki kesadaran ketika akan menempuh ujian tengah semester atau akhir semester, dorongan membaca sangat kuat. Tidak terdapat mahasiswa yang menyatakan tidak memiliki pilihan dalam subindikator ini. Subindikator kedua, “Dalam keseharian, dorongan membaca saya hanya tertuju pada bacaan-bacaan hiburan.” Terdapat 30 mahasiswa memilih setuju, sehingga sebanyak 30 mahasiswa dengan persentase 62,5% mahasiswa termasuk dalam kategori cukup dan dipandang sebagai sikap negatif, karena mahasiswa belum memiliki dorongan yang tinggi untuk membaca bacaan-bacaan ilmu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 95
pengetahuan. Sebanyak 15 mahasiswa memilih tidak setuju, sehingga sebanyak 15 mahasiswa atau 31,25% mahasiswa termasuk dalam kategori rendah dan dipandang sebagai sikap positif, karena mahasiswa memiliki dorongan yang tinggi untuk membaca bacaan-bacaan ilmu pengetahuan. Selanjutnya, sebanyak 3 mahasiswa tidak memiliki pilihan atau 6,25% mahasiswa dikategorikan rendah dan tidak memiliki jawaban. Subindikator ketiga, “Jika diberi tugas membaca oleh dosen, saya berusaha menyelesaikannya tepat waktu.” Terdapat 33 mahasiswa memilih setuju, sehingga sebanyak 33 mahasiswa dengan persentase 68,75% mahasiswa termasuk dalam kategori tinggi dan dipandang sebagai sikap positif, karena mahasiswa memiliki kesadaran untuk menyelesaikan tugas membaca secara tepat waktu. Akan tetapi, sebanyak 9 mahasiswa memilih tidak setuju, sehingga sebanyak 9 mahasiswa atau 18,75% mahasiswa termasuk dalam kategori rendah dan dipandang sebagai sikap negatif, karena mahasiswa belum memiliki kesadaran untuk menyelesaikan tugas membaca secara tepat waktu. Selanjutnya, sebanyak 6 mahasiswa tidak memiliki pilihan atau 12,5% mahasiswa dikategorikan rendah dan tidak memiliki jawaban. Subindikator keempat, “Selama perkuliahan, saya ingin mencapai prestasi setinggi-tingginya dengan cara rajin membaca”. Terdapat 34 mahasiswa memilih setuju, sehingga sebanyak 34 mahasiswa dengan persentase 70,83% mahasiswa termasuk dalam kategori tinggi dan dipandang sebagai sikap positif, karena mahasiswa memiliki kesadaran untuk mencapai prestasi setinggi-tingginya dengan cara rajin membaca. Akan tetapi, sebanyak 6 mahasiswa memilih tidak setuju, sehingga sebanyak 6 mahasiswa atau 12,5% mahasiswa termasuk dalam kategori
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 96
rendah dan dipandang sebagai sikap negatif, karena mahasiswa belum memiliki kesadaran untuk mencapai prestasi setinggi-tingginya dengan cara rajin membaca. Selanjutnya, sebanyak 8 mahasiswa tidak memiliki pilihan atau 16, 67% mahasiswa dikategorikan rendah dan tidak memiliki jawaban. Subindikator kelima, “Jika berhasil menyelesaikan tugas membaca, saya merasa dihargai jika mendapat pujian dari dosen atau teman.” Terdapat 24 mahasiswa memilih setuju, sehingga sebanyak 24 mahasiswa dengan persentase 50% mahasiswa termasuk dalam kategori cukup dan dipandang sebagai sikap negatif, karena mahasiswa belum memiliki kesadaran untuk menyelesaikan tugas membaca. Sebanyak 18 mahasiswa memilih tidak setuju, sehingga sebanyak 18 mahasiswa atau 37,5% mahasiswa termasuk dalam kategori cukup dan dipandang sebagai sikap positif, karena mahasiswa memiliki kesadaran untuk menyelesaikan tugas membaca. Selanjutnya, sebanyak 6 mahasiswa tidak memiliki pilihan atau 12,5% mahasiswa dikategorikan rendah dan tidak memiliki jawaban.
b. Faktor Sikap dan Minat Minat adalah keinginan atau kesadaran yang ada dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu atas kesadaran diri sendiri. Berkaitan dengan angket penelitian, berbagai keinginan yang tumbuh dalam diri mahasiswa untuk melakukan suatu tindakan sesuai dengan niatnya dapat dilihat melalui subindikator seperti (1) mencari jawaban atas suatu masalah melalui membaca, (2) meminjam buku untuk dibaca, jika ada teman memiliki buku baru, (3) lebih suka membaca sendiri sumber informasi
daripada
mengikuti
pendapat
orang
lain,
(4)
berkeinginan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 97
mengungkapkan gagasan hasil membaca secara tertulis dalam bentuk artikel, makalah, atau bentuk lain, dan (5) membaca kembali bacaan yang pernah dibaca untuk menyegarkan ingatan. Berdasarkan hasil angket faktor yang memengaruhi membaca pemahaman dapat disajikan dalam tabel berikut. Tabel 4.10 Faktor sikap dan minat
No.
Subindikator
1.
Saya ingin mencari jawaban atas suatu masalah melalui membaca. Jika teman memiliki buku baru, saya meminjam untuk dibaca. Saya lebih suka membaca sendiri sumber informasi daripada mengikuti pendapat orang lain. Setelah membaca, saya berkeinginan mengungkapkan gagasan hasil membaca secara tertulis dalam bentuk artikel, makalah, atau bentuk lain. Saya ingin membaca kembali bacaan yang pernah saya baca untuk menyegarkan ingatan.
2. 3.
4.
5.
Rentang Skor 3 2 1 S TS TMP 42 3 3 28
9
11
37
7
4
20
16
12
42
4
2
Berdasarkan tabel 4.10 yang terdiri dari lima subindikator faktor sikap dan minat, dengan jumlah responden 48 mahasiswa, masing-masing subindikator dapat dijelaskan sebagai berikut. Subindikator pertama, “Saya ingin mencari jawaban atas suatu masalah melalui membaca.” Terdapat 42 mahasiswa memilih setuju, sehingga sebanyak 42 mahasiswa dengan persentase 87,5% mahasiswa termasuk dalam kategori tinggi dan dipandang sebagai sikap positif, karena mahasiswa memiliki kesadaran untuk mencari jawaban atas suatu masalah melalui membaca. Akan tetapi, sebanyak 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 98
mahasiswa memilih tidak setuju, sehingga sebanyak 3 mahasiswa atau 6,25% mahasiswa termasuk dalam kategori rendah dan dipandang sebagai sikap negatif, karena mahasiswa belum memiliki kesadaran untuk mencari jawaban atas suatu masalah melalui membaca. Selanjutnya, sebanyak 3 mahasiswa tidak memiliki pilihan atau 6,25% mahasiswa dikategorikan rendah dan tidak memiliki jawaban. Subindikator kedua, “Jika teman memiliki buku baru, saya meminjam untuk dibaca.” Terdapat 28 mahasiswa memilih setuju, sehingga sebanyak 28 mahasiswa dengan persentase 58,33% mahasiswa termasuk dalam kategori cukup dan dipandang sebagai sikap positif, karena mahasiswa ingin meminjam buku jika ada teman yang memiliki buku baru. Akan tetapi, sebanyak 9 mahasiswa memilih tidak setuju, sehingga sebanyak 9 mahasiswa atau 18,75% mahasiswa termasuk dalam kategori rendah dan dipandang sebagai sikap negatif, karena mahasiswa tidak ingin meminjam buku jika ada teman yang memiliki buku baru. Selanjutnya, sebanyak 11 mahasiswa tidak memiliki pilihan atau 22,92% responden dikategorikan rendah dan tidak memiliki jawaban. Subindikator ketiga, “Saya lebih suka membaca sendiri sumber informasi daripada mengikuti pendapat orang lain.” Terdapat 37 mahasiswa memilih setuju, sehingga sebanyak 37 mahasiswa dengan persentase 77,08% mahasiswa termasuk dalam kategori tinggi dan dipandang sebagai sikap positif, karena mahasiswa memiliki kesadaran untuk membaca sendiri sumber informasi daripada mengikuti pendapat orang lain. Akan tetapi, sebanyak 7 mahasiswa memilih tidak setuju, sehingga sebanyak 7 mahasiswa atau 14,58% mahasiswa termasuk dalam kategori rendah dan dipandang sebagai sikap negatif, karena mahasiswa belum memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 99
kesadaran untuk membaca sendiri sumber informasi daripada mengikuti pendapat orang lain. Selanjutnya, sebanyak 4 mahasiswa tidak memiliki pilihan atau 8,34% mahasiswa dikategorikan rendah dan tidak memiliki jawaban. Subindikator
keempat,
“Setelah
membaca,
saya
berkeinginan
mengungkapkan gagasan hasil membaca secara tertulis dalam bentuk artikel, makalah, atau bentuk lain.” Terdapat 20 mahasiswa memilih setuju, sehingga sebanyak 20 responden dengan persentase 41,67% responden termasuk dalam kategori cukup dan dipandang sebagai sikap positif, karena mahasiswa memiliki kesadaran setelah membaca ingin mengungkapkan gagasan hasil membaca secara tertulis dalam bentuk artikel, makalah, atau bentuk lain. Akan tetapi, sebanyak 16 mahasiswa memilih tidak setuju, sehingga sebanyak 16 mahasiswa atau 33,33% mahasiswa termasuk dalam kategori rendah dan dipandang sebagai sikap negatif, karena
mahasiswa
belum
memiliki
kesadaran
setelah
membaca
ingin
mengungkapkan gagasan hasil membaca secara tertulis dalam bentuk artikel, makalah, atau bentuk lain. Selanjutnya, sebanyak 12 mahasiswa tidak memiliki pilihan atau 25% mahasiswa dikategorikan rendah dan tidak memiliki jawaban. Subindikator kelima, “Saya ingin membaca kembali bacaan yang pernah saya baca untuk menyegarkan ingatan.” Terdapat 42 mahasiswa memilih setuju, sehingga sebanyak 42 mahasiswa dengan persentase 87,5% mahasiswa termasuk dalam kategori tinggi dan dipandang sebagai sikap positif, karena mahasiswa memiliki kesadaran membaca kembali bacaan yang pernah dibaca untuk menyegarkan ingatan. Akan tetapi, sebanyak 4 mahasiswa memilih tidak setuju, sehingga sebanyak 4 mahasiswa atau 8,33% mahasiswa termasuk dalam kategori
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 100
rendah dan dipandang sebagai sikap negatif, karena mahasiswa belum memiliki kesadaran membaca kembali bacaan yang pernah dibaca untuk menyegarkan ingatan. Selanjutnya, sebanyak 2 mahasiswa tidak memiliki pilihan atau 4,17% mahasiswa dikategorikan rendah dan tidak memiliki jawaban.
c. Faktor Kebiasaan Faktor kebiasaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara berulangulang. Kebiasaan membaca menjadi bagian dari faktor internal yang memengaruhi kemampuan membaca pemahaman dalam diri mahasiswa. Berikut beberapa subindikator kebiasaan membaca yaitu (1) selalu menyusun jadwal teratur untuk membaca setiap hari, dan (2) selalu menyiapkan buku-buku yang aka dibaca di tempat yang mudah dijangkau. Berdasarkan hasil angket faktor yang memengaruhi membaca pemahaman dapat disajikan dalam tabel berikut. Tabel 4.11 Faktor Kebiasaan
No.
Subindikator
1.
Saya menyusun jadwal teratur untuk membaca setiap hari. Buku-buku yang akan saya baca, saya siapkan di tempat yang mudah saya jangkau.
2.
Rentang Skor 3 2 1 S TS TMP 10 24 14 44
2
2
Berdasarkan tabel 4.11 yang terdiri dari dua subindikator faktor kebiasaan, dengan jumlah responden 48 mahasiswa, masing-masing subindikator dapat dijelaskan sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 101
Subindikator pertama, “Saya menyusun jadwal teratur untuk membaca setiap hari.” Terdapat 10 mahasiswa memilih setuju, sehingga sebanyak 10 mahasiswa dengan persentase 20,83% mahasiswa termasuk dalam kategori rendah dan dipandang sebagai sikap positif, karena mahasiswa sudah memiliki kesadaran untuk menyusun jadwal teratur untuk membaca setiap hari. Akan tetapi, sebanyak 24 mahasiswa memilih tidak setuju, sehingga sebanyak 24 mahasiswa atau 50% mahasiswa termasuk dalam kategori cukup dan dipandang sebagai sikap negatif, karena mahasiswa belum memiliki kesadaran menyusun jadwal secara teratur untuk membaca setiap hari. Selanjutnya, sebanyak 14 mahasiswa tidak memiliki pilihan atau 29,17% mahasiswa dikategorikan rendah dan tidak memiliki jawaban. Subindikator kedua, “Buku-buku yang akan saya baca, saya siapkan di tempat yang mudah saya jangkau.” Terdapat 44 mahasiswa memilih setuju, sehingga sebanyak 44 mahasiswa dengan persentase 91,67% mahasiswa termasuk dalam kategori tinggi dan dipandang sebagai sikap positif, karena mahasiswa sudah memiliki kesadaran untuk menyiapkan buku-buku yang akan dibaca, di tempat yang mudah dijangkau. Akan tetapi, sebanyak 2 mahasiswa memilih tidak setuju, sehingga sebanyak 2 mahasiswa atau 4,17% mahasiswa termasuk dalam kategori rendah dan dipandang sebagai sikap negatif, karena mahasiswa belum memiliki kesadaran untuk menyiapkan buku-buku yang akan dibaca, di tempat yang mudah dijangkau. Selanjutnya, sebanyak 2 mahasiswa tidak memiliki pilihan atau 4,16% mahasiswa dikategorikan rendah dan tidak memiliki jawaban.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 102
d. Faktor Kondisi Emosi Faktor kondisi emosi memengaruhi kemampuan membaca pemahaman seseorang. Hal ini terlihat ketika kondisi emosi akan membuat pembaca sulit berkonsentrasi dalam memahami bahan bacaan yang sedang dibaca. Berkaitan dengan angket penelitian, berbagai dorongan untuk melakukan sesuatu tindakan dapat dilihat melalui subindikator seperti (1) merasa bangga jika hasil membaca yang saya lakukan dapat dipresentasikan di kelas dan mendapat kritik serta masukan dari dosen, (2) merasa puas jika dapat menyelesaikan tugas secara maksimal, dan (3) dengan rajin membaca, tidak terbersit sedikitpun untuk mengungguli teman-teman saya. Berdasarkan hasil angket faktor yang memengaruhi membaca pemahaman dapat disajikan dalam tabel berikut. Tabel 4.12 Faktor Kondisi Emosi
No.
Subindikator
1.
Setelah selesai membaca, saya merasa bangga jika hasil membaca yang saya lakukan dipresentasikan di kelas mendapat kritik dan masukan dari dosen. Saya merasa puas jika dapat menyelesaikan secara maksimal tugas yang diberikan kepada saya. Selama perkuliahan dengan rajin membaca, tidak terbersit sedikitpun untuk mengungguli temanteman saya.
2. 3.
Rentang Skor 3 2 1 S TS TMP 38 6 4
45
2
1
29
16
3
Berdasarkan tabel 4.12 yang terdiri dari tiga subindikator faktor kondisi emosi dengan jumlah responden 48 mahasiswa, masing-masing subindikator dapat dijelaskan sebagai berikut. Subindikator pertama, “Setelah selesai membaca, saya merasa bangga jika hasil membaca yang saya lakukan dipresentasikan di kelas mendapat kritik dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 103
masukan dari dosen. Terdapat 38 mahasiswa memilih setuju, sehingga sebanyak 38 mahasiswa dengan persentase 79,17% mahasiswa termasuk dalam kategori tinggi dan dipandang sebagai sikap positif, karena mahasiswa memiliki kesadaran setelah selesai membaca, merasa bangga jika hasil membaca yang dilakukan dipresentasikan di kelas mendapat kritik dan masukan dari dosen. Sebanyak 6 mahasiswa memilih tidak setuju, sehingga sebanyak 6 mahasiswa atau 12,5% mahasiswa termasuk dalam kategori rendah dan dipandang sebagai sikap negatif, karena mahasiswa sudah memiliki kesadaran setelah selesai membaca, merasa bangga jika hasil membaca yang dilakukan dipresentasikan di kelas mendapat kritik dan masukan dari dosen. Selanjutnya, sebanyak 4 mahasiswa tidak memiliki pilihan atau 8,33% mahasiswa dikategorikan rendah dan tidak memiliki jawaban. Subindikator kedua, “Saya merasa puas jika dapat menyelesaikan secara maksimal tugas yang diberikan kepada saya.” Terdapat 45 mahasiswa memilih setuju, sehingga sebanyak 45 mahasiswa dengan persentase 93,75% mahasiswa termasuk dalam kategori tinggi dan dipandang sebagai sikap positif, karena mahasiswa merasa puas jika dapat menyelesaikan tugas secara maksimal. Akan tetapi, sebanyak 2 mahasiswa memilih tidak setuju, sehingga sebanyak 2 mahasiswa atau 4,17% mahasiswa termasuk dalam kategori rendah dan dipandang sebagai sikap negatif, karena mahasiswa belum merasa puas jika dapat menyelesaikan tugas secara maksimal. Selanjutnya, sebanyak 1 mahasiswa tidak memiliki pilihan atau 2,08% mahasiswa dikategorikan rendah dan tidak memiliki jawaban.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 104
Subindikator ketiga, “Selama perkuliahan dengan rajin membaca, tidak terbersit sedikitpun untuk mengungguli teman-teman saya.” Terdapat 29 mahasiswa memilih setuju, sehingga sebanyak 29 mahasiswa dengan persentase 60,42% mahasiswa termasuk dalam kategori cukup dan dipandang sebagai sikap positif, karena mahasiswa sudah memiliki kesadaran untuk rajin membaca, meskipun tidak terbersit sedikitpun mengungguli teman-temannya. Akan tetapi, sebanyak 16 mahasiswa memilih tidak setuju, sehingga sebanyak 3 mahasiswa atau 33,33% mahasiswa termasuk dalam kategori rendah dan dipandang sebagai sikap negatif, karena mahasiswa belum memiliki kesadaran untuk rajin membaca, meskipun tidak terbersit sedikitpun mengungguli teman-temannya. Selanjutnya, sebanyak 3 mahasiswa tidak memiliki pilihan atau 6,25% mahasiswa dikategorikan rendah dan tidak memiliki jawaban.
e. Faktor Cara Membaca Faktor cara membaca memengaruhi kemampuan membaca pemahaman seseorang. Hal ini terlihat ketika cara membaca yang salah dapat membuat pembaca sulit untuk memahami bahan bacaan yang sedang dibaca. Berkaitan dengan angket penelitian, berbagai dorongan untuk melakukan sesuatu tindakan dapat dilihat melalui subindikator seperti (1) membuat ringkasan isi bacaan sambil membaca, (2) membuat pertanyaan berdasarkan isi bacaan yang dibaca untuk memahami isi bacaan, (3) cukup mengingat-ingat isinya saja untuk memahami isi bacaan, (4) merumuskan dengan bahasa saya sendiri agar memahami isi bacaan, (5) membuat skema gagasan setiap kali membaca untuk mempermudah memahami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 105
isi bacaan. Berdasarkan hasil angket faktor yang memengaruhi membaca pemahaman dapat disajikan dalam tabel berikut. Tabel 4.13 Faktor Cara Membaca
No.
Subindikator
1.
Sambil membaca, saya membuat ringkasan isi bacaan. Untuk memahami isi bacaan, saya membuat pertanyaan berdasarkan isi bacaan yang saya baca. Agar memahami isi bacaan, saya cukup mengingat-ingat isinya saja. Agar memahami isi bacaan, saya merumuskan dengan bahasa saya sendiri. Untuk mempermudah memahami isi bacaan, saya membuat skema gagasan setiap kali membaca. Dengan memahami berbagai teknik membaca, ternyata sangat membantu mempermudah memahami isi bacaan.
2.
3. 4. 5. 6.
Rentang Skor 3 2 1 S TS TMP 23 14 11 24
13
11
31
11
6
39
2
7
19
17
12
44
3
1
Berdasarkan tabel 4.13 yang terdiri dari enam subindikator faktor cara membaca, dengan jumlah responden 48 mahasiswa, masing-masing subindikator dapat dijelaskan sebagai berikut. Subindikator pertama, “Sambil membaca, saya membuat ringkasan isi bacaan.” Terdapat 23 mahasiswa memilih setuju, sehingga sebanyak 23 mahasiswa dengan persentase 47,92% mahasiswa termasuk dalam kategori cukup dan dipandang sebagai sikap positif, karena mahasiswa sudah memiliki kesadaran untuk membuat ringkasan isi bacaan. Akan tetapi, sebanyak 14 mahasiswa memilih tidak setuju, sehingga sebanyak 14 mahasiswa atau 29,17% mahasiswa termasuk dalam kategori rendah dan dipandang sebagai sikap negatif, karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 106
mahasiswa belum memiliki kesadaran untuk membuat ringkasan isi bacaan. Selanjutnya, sebanyak 11 mahasiswa tidak memiliki pilihan atau 22,91% mahasiswa dikategorikan rendah dan tidak memiliki jawaban. Subindikator kedua, “Untuk memahami isi bacaan, saya membuat pertanyaan berdasarkan isi bacaan yang saya baca.” Terdapat 24 mahasiswa memilih setuju, sehingga sebanyak 24 mahasiswa dengan persentase 50% mahasiswa termasuk dalam kategori cukup dan dipandang sebagai sikap positif, karena mahasiswa sudah memiliki kesadaran membuat pertanyaan berdasarkan isi bacaan yang dibaca untuk memahami isi bacaan. Akan tetapi, sebanyak 13 mahasiswa memilih tidak setuju, sehingga sebanyak 13 mahasiswa atau 27,08% mahasiswa termasuk dalam kategori rendah dan dipandang sebagai sikap negatif, karena mahasiswa belum memiliki kesadaran membuat pertanyaan berdasarkan isi bacaan yang dibaca untuk memahami isi bacaan. Selanjutnya, sebanyak 11 mahasiswa tidak memiliki pilihan atau 22,92% mahasiswa dikategorikan rendah dan tidak memiliki jawaban. Subindikator ketiga, “Agar memahami isi bacaan, saya cukup mengingat-ingat isinya saja.” Terdapat 31 mahasiswa memilih setuju, sehingga sebanyak 31 mahasiswa dengan persentase 64,58% mahasiswa termasuk dalam kategori cukup dan dipandang sebagai sikap negatif, karena mahasiswa masih memahami bacaan dengan mengingat-ingat isinya saja. Sebanyak 11 mahasiswa memilih tidak setuju, sehingga sebanyak 11 mahasiswa atau 22,92% mahasiswa termasuk dalam kategori rendah dan dipandang sebagai positif, karena mahasiswa sudah memiliki kesadaran bahwa memahami bacaan tidak hanya dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 107
mengingat-ingat isinya saja. Selanjutnya, sebanyak 6 mahasiswa tidak memiliki pilihan atau 12,5% mahasiswa dikategorikan rendah dan tidak memiliki jawaban. Subindikator keempat, “Agar memahami isi bacaan, saya merumuskan dengan bahasa saya sendiri.” Terdapat 39 mahasiswa memilih setuju, sehingga sebanyak 39 mahasiswa dengan persentase 81,25% mahasiswa termasuk dalam kategori tinggi dan dipandang sebagai sikap positif, karena mahasiswa sudah memiliki kesadaran untuk merumuskan dengan bahasa sendiri agar memahami isi bacaan. Akan tetapi, sebanyak 2 mahasiswa memilih tidak setuju, sehingga sebanyak 2 mahasiswa atau 4,17% mahasiswa termasuk dalam kategori rendah dan dipandang sebagai sikap negatif, karena mahasiswa belum memiliki kesadaran untuk merumuskan dengan bahasa sendiri agar memahami isi bacaan. Selanjutnya, sebanyak 7 mahasiswa tidak memiliki pilihan atau 14,58% mahasiswa dikategorikan rendah dan tidak memiliki jawaban. Subindikator kelima, “Untuk mempermudah memahami isi bacaan, saya membuat skema gagasan setiap kali membaca.” Terdapat 19 mahasiswa memilih setuju, sehingga sebanyak 19 mahasiswa dengan persentase 39,58% mahasiswa termasuk dalam kategori cukup dan dipandang sebagai sikap positif, karena mahasiswa sudah memiliki kesadaran membuat skema gagasan setiap kali membaca untuk mempermudah memahami isi bacaan. Akan tetapi, sebanyak 17 mahasiswa memilih tidak setuju, sehingga sebanyak 17 mahasiswa atau 35,42% mahasiswa termasuk dalam kategori cukup dan dipandang sebagai sikap negatif, karena mahasiswa belum memiliki kesadaran membuat skema gagasan setiap kali membaca untuk mempermudah memahami isi bacaan. Selanjutnya, sebanyak 12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 108
mahasiswa tidak memiliki pilihan atau 25% mahasiswa dikategorikan rendah dan tidak memiliki jawaban. Subindikator keenam, “Dengan memahami berbagai teknik membaca, ternyata sangat membantu mempermudah memahami isi bacaan.” Terdapat 44 mahasiswa memilih setuju, sehingga sebanyak 44 mahasiswa dengan persentase 91,67% mahasiswa termasuk dalam kategori tinggi dan dipandang sebagai sikap positif, karena mahasiswa sudah memiliki kesadaran dengan memahami berbagai teknik membaca, dapat membantu mempermudah memahami isi bacaan. Akan tetapi, sebanyak 3 mahasiswa memilih tidak setuju, sehingga sebanyak 3 mahasiswa atau 6,25% mahasiswa termasuk dalam kategori rendah dan dipandang sebagai sikap negatif, karena mahasiswa belum memiliki kesadaran dengan memahami berbagai teknik membaca, dapat membantu mempermudah memahami isi bacaan. Selanjutnya, sebanyak 1 mahasiswa tidak memiliki pilihan atau 2,08% mahasiswa dikategorikan rendah dan tidak memiliki jawaban.
f. Faktor Pengetahuan yang Dimiliki Sebelumnya Pengalaman yang dimiliki sebelumnya dan pengetahuan seseorang dapat memengaruhi tingkat membaca pemahaman orang tersebut, sehingga faktor internal tersebut berperan besar dalam kemampuan membaca pemahaman seseorang. Berkaitan dengan angket penelitian, berbagai dorongan untuk melakukan suatu tindakan dapat dilihat melalui subindikator seperti (1) mencari jawaban atas suatu masalah melalui membaca, (2) jika ada pendapat ahli yang dikutip dalam suatu artikel, buku, atau hasil penelitian ingin melacak sumber
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 109
aslinya agar dapat memahami secara lebih komprehensif, (3) dengan rajin membaca, kemampuan berbicara menjadi baik, (4) melalui membaca mampu berpikir lebih kritis ketika memberi tanggapan terhadap pendapat orang lain, (5) merasa tidak puas dengan bacaan yang telah dibaca sebelum membandingkan dengan bacaan lain, (6) merujuk pada bacaan setiap berargumentasi dengan orang lain, dan (7) tidak mudah percaya dengan pendapat orang lain sebelum membaca sendiri sumber aslinya. Berdasarkan hasil angket faktor yang memengaruhi membaca pemahaman dapat disajikan dalam tabel berikut. Tabel 4.14 Faktor Pengetahuan yang Dimiliki Sebelumnya No.
Subindikator
1.
Jika ada pendapat ahli yang dikutip dalam suatu artikel, buku, atau hasil penelitian, saya ingin melacak sumber aslinya agar dapat memahami secara lebih komprehensif. Dengan rajin membaca, kemampuan berbicara saya menjadi baik. Melalui membaca, saya mampu berpikir lebih kritis ketika memberi tanggapan terhadap pendapat orang lain. Saya merasa tidak puas dengan bacaan yang telah saya baca sebelum membandingkan dengan bacaan lain. Saya ingin merujuk pada bacaan setiap berargumentasi dengan orang lain. Saya tidak mudah percaya dengan pendapat orang lain sebelum membaca sendiri sumber aslinya.
2. 3.
4.
5. 6.
Rentang Skor 3 2 1 S TS TMP 20 18 10
44
2
2
44
3
1
26
13
9
31
11
6
34
9
5
Berdasarkan tabel 4.14 yang terdiri dari enam subindikator faktor pengetahuan yang dimiliki sebelumnya, dengan jumlah responden 48 mahasiswa, masing-masing subindikator dapat dijelaskan sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 110
Subindikator pertama, “Jika ada pendapat ahli yang dikutip dalam suatu artikel, buku, atau hasil penelitian, saya ingin melacak sumber aslinya agar dapat memahami secara lebih komprehensif. Terdapat 20 mahasiswa memilih setuju, sehingga sebanyak 20 mahasiswa dengan persentase 41,67% mahasiswa termasuk dalam kategori cukup dan dipandang sebagai sikap positif, karena mahasiswa sudah memiliki kesadaran jika ada pendapat ahli yang dikutip dalam suatu artikel, buku, atau hasil penelitian, ingin melacak sumber aslinya agar dapat memahami secara lebih komprehensif. Akan tetapi, sebanyak 18 mahasiswa memilih tidak setuju, sehingga sebanyak 18 mahasiswa atau 37,5% mahasiswa termasuk dalam kategori cukup dan dipandang sebagai sikap negatif, karena mahasiswa belum memiliki kesadaran jika ada pendapat ahli yang dikutip dalam suatu artikel, buku, atau hasil penelitian, ingin melacak sumber aslinya agar dapat memahami secara lebih komprehensif. Selanjutnya, sebanyak 10 mahasiswa tidak memiliki pilihan atau 20,83% mahasiswa dikategorikan rendah dan tidak memiliki jawaban. Subindikator kedua, “Dengan rajin membaca, kemampuan berbicara saya menjadi baik.” Terdapat 44 mahasiswa memilih setuju, sehingga sebanyak 44 mahasiswa dengan persentase 91,66% mahasiswa termasuk dalam kategori tinggi dan dipandang sebagai sikap positif, karena mahasiswa sudah memiliki kesadaran untuk rajin membaca, agar kemampuan berbicara menjadi baik. Akan tetapi, sebanyak 2 mahasiswa memilih tidak setuju, sehingga sebanyak 2 mahasiswa atau 4,17% mahasiswa termasuk dalam kategori rendah dan dipandang sebagai sikap negatif, karena mahasiswa belum memiliki kesadaran untuk rajin membaca, agar kemampuan berbicara menjadi baik. Selanjutnya, sebanyak 2 mahasiswa tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 111
memiliki pilihan atau 4,17% mahasiswa dikategorikan rendah dan tidak memiliki jawaban. Subindikator ketiga, “Melalui membaca, saya mampu berpikir lebih kritis ketika memberi tanggapan terhadap pendapat orang lain.” Terdapat 44 mahasiswa memilih setuju, sehingga sebanyak 44 mahasiswa dengan persentase 91,67% mahasiswa termasuk dalam kategori tinggi dan dipandang sebagai sikap positif, karena mahasiswa sudah memiliki kesadaran bahwa melalui membaca dapat berpikir lebih kritis ketika memberi tanggapan terhadap pendapat orang lain. Akan tetapi, sebanyak 3 mahasiswa memilih tidak setuju, sehingga sebanyak 3 mahasiswa atau 6,25% mahasiswa termasuk dalam kategori rendah dan dipandang sebagai sikap negatif, karena mahasiswa belum memiliki kesadaran bahwa melalui membaca dapat berpikir lebih kritis ketika memberi tanggapan terhadap pendapat orang lain. Selanjutnya, sebanyak 1 mahasiswa tidak memiliki pilihan atau 2,08% mahasiswa dikategorikan rendah dan tidak memiliki jawaban. Subindikator keempat, “Saya merasa tidak puas dengan bacaan yang telah saya baca sebelum membandingkan dengan bacaan lain. Terdapat 26 mahasiswa memilih setuju, sehingga sebanyak 26 mahasiswa dengan persentase 54,17% mahasiswa termasuk dalam kategori cukup dan dipandang sebagai sikap positif, karena mahasiswa merasa tidak puas dengan bacaan yang telah dibaca sebelum membandingkan dengan bacaan lain. Akan tetapi, sebanyak 13 mahasiswa memilih tidak setuju, sehingga sebanyak 13 mahasiswa atau 27,08% mahasiswa termasuk dalam kategori rendah dan dipandang sebagai sikap negatif, karena mahasiswa belum memiliki kesadaran untuk membandingkan bacaan yang telah dibaca dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 112
bacaan yang lain. Selanjutnya, sebanyak 9 mahasiswa tidak memiliki pilihan atau 18,75% mahasiswa dikategorikan rendah dan tidak memiliki jawaban. Subindikator kelima, “Saya ingin merujuk pada bacaan setiap berargumentasi dengan orang lain.” Terdapat 31 mahasiswa memilih setuju, sehingga sebanyak 31 mahasiswa dengan persentase 64,58% mahasiswa termasuk dalam kategori cukup dan dipandang sebagai sikap positif, karena mahasiswa sudah memiliki kesadaran untuk merujuk pada bacaan setiap berargumentasi dengan orang lain. Akan tetapi, sebanyak 11 mahasiswa memilih tidak setuju, sehingga sebanyak 11 mahasiswa atau 22,92% mahasiswa termasuk dalam kategori rendah dan dipandang sebagai sikap negatif, karena mahasiswa belum memiliki kesadaran untuk merujuk pada bacaan setiap berargumentasi dengan orang lain. Selanjutnya, sebanyak 6 mahasiswa tidak memiliki pilihan atau 12,5% mahasiswa dikategorikan rendah dan tidak memiliki jawaban. Subindikator keenam, “Saya tidak mudah percaya dengan pendapat orang lain sebelum membaca sendiri sumber aslinya.” Terdapat 34 mahasiswa memilih setuju, sehingga sebanyak 34 mahasiswa dengan persentase 70,83% mahasiswa termasuk dalam kategori tinggi dan dipandang sebagai sikap positif, karena mahasiswa sudah memiliki kesadaran untuk tidak mudah percaya dengan pendapat orang lain sebelum membaca sendiri sumber aslinya. Akan tetapi, sebanyak 9 mahasiswa memilih tidak setuju, sehingga sebanyak 9 mahasiswa atau 18,75% mahasiswa termasuk dalam kategori rendah dan dipandang sebagai sikap negatif, karena mahasiswa belum membaca sumber asli ketika ingin mencari kebenaran dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 113
pendapat orang lain. Selanjutnya, sebanyak 5 mahasiswa tidak memiliki pilihan atau 10,42% mahasiswa dikategorikan rendah dan tidak memiliki jawaban.
g. Faktor Ketertarikan terhadap Bacaan dan Manfaat Tidak semua buku dianggap menarik dan memiliki manfaat untuk dibaca. Indikator ketertarikan terhadap bacaan dan kebermanfaatan bagi pembaca, ternyata memengaruhi kemampuan membaca seseorang. Tetapi, pada dasarnya semua buku pasti bermanfaat bagi manusia. Berikut ada tiga subindikator dari faktor ketertarikan terhadap bacaan dan manfaat bagi pembaca, yaitu (1) membaca bacaan yang menarik meskipun tidak berkaitan dengan bidang yang dipelajari, (2) berusaha membaca untuk memahami isi bacaan meskipun sulit memahami isi bacaan yang berkaitan dengan bidang ilmu yang dipelajari, (3) menyadari bahwa membaca merupakan kebutuhan pokok bagi seorang mahasiswa jika ingin memiliki wawasan dan pengetahuan luas. Berdasarkan hasil angket faktor yang memengaruhi membaca pemahaman dapat disajikan dalam tabel berikut. Tabel 4.15 Faktor Ketertarikan terhadap Bacaan dan Manfaat
No.
Subindikator
1.
Meskipun tidak berkaitan dengan bidang yang saya pelajari, jika bacaan itu menarik, saya membacanya. Sesulit apapun isi dalam bacaan, jika berkaitan dengan bidang ilmu yang saya pelajari, saya akan berusaha sampai dapat memahami isi bacaan. Saya menyadari bahwa membaca merupakan kebutuhan pokok bagi seorang mahasiswa jika ingin memiliki wawasan dan pengetahuan luas.
2.
3.
Rentang Skor 3 2 1 S TS TMP 43 4 1
40
3
5
46
2
0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 114
Berdasarkan tabel 4.15 yang terdiri dari tiga subindikator faktor ketertarikan terhadap bacaan dan manfaat, dengan jumlah responden 48 mahasiswa, masing-masing subindikator dapat dijelaskan sebagai berikut. Subindikator pertama, “Meskipun tidak berkaitan dengan bidang yang saya pelajari, jika bacaan itu menarik, saya membacanya. Terdapat 43 mahasiswa memilih setuju, sehingga sebanyak 43 mahasiswa dengan persentase 89,58% mahasiswa termasuk dalam kategori tinggi dan dipandang sebagai sikap positif, karena mahasiswa memiliki kesadaran untuk membaca bacaan yang menarik meskipun tidak berkaitan dengan bidang yang dipelajari. Akan tetapi, sebanyak 4 mahasiswa memilih tidak setuju, sehingga sebanyak 4 mahasiswa atau 8,34% mahasiswa termasuk dalam kategori rendah dan dipandang sebagai sikap negatif, karena mahasiswa belum memiliki kesadaran bahwa untuk membaca bacaan yang menarik meskipun tidak berkaitan dengan bidang yang dipelajari. Selanjutnya, sebanyak 1 mahasiswa tidak memiliki pilihan atau 2,08% mahasiswa dikategorikan rendah dan tidak memiliki jawaban. Subindikator kedua, “Sesulit apapun isi dalam bacaan, jika berkaitan dengan bidang ilmu yang saya pelajari, saya akan berusaha sampai dapat memahami isi bacaan.” Terdapat 40 mahasiswa memilih setuju, sehingga sebanyak 40 mahasiswa dengan persentase 83,33% mahasiswa termasuk dalam kategori tinggi dan dipandang sebagai sikap positif, karena mahasiswa memiliki kesadaran untuk berusaha sampai dapat memahami isi bacaan meskipun sesulit apapun isi dalam bacaan. Akan tetapi, sebanyak 3 mahasiswa memilih tidak setuju, sehingga sebanyak 3 mahasiswa atau 6,25% mahasiswa termasuk dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 115
kategori rendah dan dipandang sebagai sikap negatif, karena mahasiswa belum memiliki kesadaran untuk berusaha sampai dapat memahami isi bacaan meskipun sesulit apapun isi dalam bacaan. Selanjutnya, sebanyak 5 mahasiswa tidak memiliki pilihan atau 10,42% mahasiswa dikategorikan rendah dan tidak memiliki jawaban. Subindikator ketiga, “Saya menyadari bahwa membaca merupakan kebutuhan pokok bagi seorang mahasiswa jika ingin memiliki wawasan dan pengetahuan luas.” Terdapat 46 mahasiswa memilih setuju, sehingga sebanyak 46 mahasiswa dengan persentase 95,83% mahasiswa termasuk dalam kategori tinggi dan dipandang sebagai sikap positif, karena mahasiswa memiliki kesadaran untuk membaca sebagai kebutuhan pokok bagi seorang mahasiswa jika ingin memiliki wawasan dan pengetahuan luas. Akan tetapi, sebanyak 2 mahasiswa memilih tidak setuju, sehingga sebanyak 2 mahasiswa atau 4,17% mahasiswa termasuk dalam kategori rendah dan dipandang sebagai sikap negatif, karena mahasiswa belum memiliki kesadaran untuk membaca sebagai kebutuhan pokok bagi seorang mahasiswa jika ingin memiliki wawasan dan pengetahuan luas. Tidak terdapat mahasiswa yang menyatakan tidak memiliki pilihan dalam subindikator ini. h. Faktor Intelegensi Tingkat intelegensi setiap orang tentu berbeda-beda. Seseorang yang memiliki kemampuan intelegensi yang tinggi, dapat memahami suatu bacaan walaupun dengan membacanya sekali. Akan tetapi, ada pula orang yang memiliki tingkat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 116
intelegensi rendah, sehingga harus membaca berulang-ulang bacaan yang sama untuk memahami isi bacaan tersebut. Berkaitan dengan angket penelitian, berbagai dorongan untuk melakukan suatu tindakan dapat dilihat melalui indikator seperti tingkat intelegensi tidak begitu penting, jika tekun dan rajin membaca pasti dapat memahami isi bacaan. Berdasarkan hasil angket faktor yang memengaruhi membaca pemahaman dapat disajikan dalam tabel berikut. Tabel 4.16 Faktor Intelegensi
No.
Subindikator
1.
Tingkat intelegensi tidak begitu penting, jika tekun dan rajin membaca pasti dapat memahami isi bacaan.
Rentang Skor 3 2 1 S TS TMP 36 7 5
Berdasarkan tabel 4.16 yang terdiri dari satu subindikator faktor intelegensi, dengan jumlah responden 48 mahasiswa, masing-masing subindikator dapat dijelaskan sebagai berikut. Subindikator pertama, “Tingkat intelegensi tidak begitu penting, jika tekun dan rajin membaca pasti dapat memahami isi bacaan.” Terdapat 36 mahasiswa memilih setuju sehingga sebanyak 36 mahasiswa dengan persentase 75% mahasiswa termasuk dalam kategori tinggi dan dipandang sebagai sikap positif, karena mahasiswa memiliki kesadaran tingkat intelegensi tidak begitu penting, jika tekun dan rajin membaca pasti dapat memahami isi bacaan. Akan tetapi, sebanyak 7 mahasiswa memilih tidak setuju, sehingga sebanyak 7 mahasiswa atau 14,58% mahasiswa termasuk dalam kategori rendah dan dipandang sebagai sikap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 117
negatif, karena mahasiswa belum memiliki kesadaran tingkat intelegensi tidak begitu penting, jika tekun dan rajin membaca pasti dapat memahami isi bacaan. Selanjutnya, sebanyak 5 mahasiswa tidak memiliki pilihan atau 10,42% mahasiswa dikategorikan rendah dan tidak memiliki jawaban.
4.2.3.2 Analisis Faktor Eksternal Kemampuan Membaca Pemahaman Faktor eksternal membaca adalah faktor yang memengaruhi membaca pemahaman dan berasal dari luar diri seseorang. Faktor ekternal yang dominan memengaruhi kmampuan membaca adalah (a) faktor kesulitan bacaan, (b) faktor latar belakang sosial ekonomi keluarga, (c) faktor suasana lingkungan dan waktu, (d) faktor teks, (e) faktor kuatnya pengaruh budaya lisan, dan (f) faktor kuatnya pengaruh televisi. Analisis faktor eksternal dapat dideskripsikan sebagai berikut. a. Faktor Kesulitan Bacaan Faktor kesulitan bacaan dialami pembaca ketika bacaan tidak berkaitan dengan bidang yang dipelajarinya. Hal tersebut dapat membuat mahasiswa mengalami kesulitan dalam memahami isinya. Berkaitan dengan angket penelitian, terdapat dua subindikator faktor kesulitan bacaan yaitu (1) bacaan yang tidak berkaitan dengan bidang yang dipelajari sering mengalami kesulitan untuk memahami isinya dan (2) meskipun berkaitan dengan bidang ilmu yang dipelajari, kadang-kadang mengalami kesulitan untuk memahami isi bacaan. Berdasarkan hasil angket faktor yang memengaruhi membaca pemahaman dapat disajikan dalam tabel berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 118
Tabel 4.17 Faktor Kesulitan Bacaan
No.
Subindikator
1.
Bacaan yang tidak berkaitan dengan bidang yang saya pelajari, saya sering mengalami kesulitan untuk memahami isinya. Meskipun berkaitan dengan bidang ilmu yang saya pelajari, kadang-kadang saya mengalami kesulitan untuk memahami isi bacaan.
2.
Rentang Skor 3 2 1 S TS TMP 31 14 3
39
6
3
Berdasarkan tabel 4.17 yang terdiri dari dua subindikator faktor kesulitan, dengan
jumlah responden 48 mahasiswa, masing-masing subindikator dapat
dijelaskan sebagai berikut. Subindikator pertama, “Bacaan yang tidak berkaitan dengan bidang yang saya pelajari, saya sering mengalami kesulitan untuk memahami isinya.” Terdapat 31 mahasiswa memilih setuju, sehingga sebanyak 31 mahasiswa dengan persentase 64,58% mahasiswa termasuk dalam kategori cukup dan dipandang sebagai sikap negatif, karena mahasiswa mengalami kesulitan untuk memahami isi bacaan meskipun tidak berkaitan dengan bidang yang dipelajarinya. Akan tetapi, sebanyak 14 mahasiswa memilih tidak setuju, sehingga sebanyak 14 mahasiswa atau 29,17% mahasiswa termasuk dalam kategori rendah dan dipandang sebagai sikap positif, karena mahasiswa tidak memiliki kesulitan untuk memahami bacaan yang tidak berkaitan dengan bidang yang dipelajari. Selanjutnya, sebanyak 3 mahasiswa tidak memiliki pilihan atau 6,25% mahasiswa dikategorikan rendah dan tidak memiliki jawaban. Subindikator kedua, “Meskipun berkaitan dengan bidang ilmu yang saya pelajari, kadang-kadang saya mengalami kesulitan untuk memahami isi bacaan.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 119
Terdapat 39 mahasiswa memilih setuju, sehingga sebanyak 39 mahasiswa dengan persentase 81,25% mahasiswa termasuk dalam kategori tinggi dan dipandang sebagai sikap negatif, karena meskipun berkaitan dengan bidang ilmu yang dipelajari, mahasiswa seharusnya tidak mengalami kesulitan dalam memahami isi bacaan. Akan tetapi, sebanyak 6 mahasiswa memilih tidak setuju, sehingga sebanyak 6 mahasiswa atau 12,5% mahasiswa termasuk dalam kategori rendah dan dipandang sebagai sikap positif, karena mahasiswa tidak mengalami kesulitan ketika memahami isi bacaan yang berkaitan dengan bidang ilmu yang dipelajari. Selanjutnya, sebanyak 3 mahasiswa tidak memiliki pilihan atau 6,25% mahasiswa dikategorikan rendah dan tidak memiliki jawaban.
b. Faktor Latar Belakang Sosial Ekonomi Keluarga Faktor latar belakang sosial ekonomi keluarga merupakan faktor eksternal yang memengaruhi membaca pemahaman seseorang. Berkaitan dengan angket penelitian, terdapat dua subindikator faktor latar belakang sosial ekonomi keluarga, yaitu (1) tidak pernah mengalami kesulitan untuk memperoleh bahan bacaan yang dibutuhkan, dan (2) gelisah di saat ingin membaca tetapi tidak tersedia bahan bacaan. Berdasarkan hasil angket faktor yang memengaruhi membaca pemahaman dapat disajikan dalam tabel berikut. Tabel 4.18 Faktor Latar Belakang Sosial Ekonomi Keluarga
No.
Subindikator
1.
Saya tidak pernah mengalami kesulitan untuk memperoleh bahan bacaan yang saya butuhkan.
3 S 10
Rentang Skor 2 1 TS TMP 32 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 120
No.
Subindikator
2.
Saya merasa gelisah di saat ingin membaca tetapi tidak tersedia bahan bacaan.
3 S 31
Rentang Skor 2 1 TS TMP 9 8
Berdasarkan tabel 4.18 yang terdiri dari dua subindikator faktor latar belakang sosial ekonomi keluarga, dengan jumlah responden 48 mahasiswa, masing-masing subindikator dapat dijelaskan sebagai berikut. Subindikator pertama, “Saya tidak pernah mengalami kesulitan untuk memperoleh bahan bacaan yang saya butuhkan”. Terdapat 10 mahasiswa memilih setuju, sehingga sebanyak 10 mahasiswa dengan persentase 20,83% mahasiswa termasuk dalam kategori rendah dan dipandang sebagai sikap positif, karena mahasiswa tidak pernah mengalami kesulitan untuk memperoleh bahan bacaan. Akan tetapi, sebanyak 32 mahasiswa memilih tidak setuju, sehingga sebanyak 32 mahasiswa atau 66,67% mahasiswa termasuk dalam kategori cukup dan dipandang sebagai sikap negatif, karena mahasiswa mengalami kesulitan dalam memperoleh bahan bacaan. Selanjutnya, sebanyak 6 mahasiswa tidak memiliki pilihan atau 12,5% mahasiswa dikategorikan rendah dan tidak memiliki jawaban. Subindikator kedua, “Saya merasa gelisah di saat ingin membaca tetapi tidak tersedia bahan bacaan.” Terdapat 31 mahasiswa memilih setuju, sehingga sebanyak 31 mahasiswa dengan persentase 64,58% mahasiswa termasuk dalam kategori cukup dan dipandang sebagai sikap positif, karena mahasiswa tidak gelisah di saat ingin membaca tetapi tidak tersedia bahan bacaan. Akan tetapi, sebanyak 9 mahasiswa memilih tidak setuju, sehingga sebanyak 9 mahasiswa atau 18,75% mahasiswa termasuk dalam kategori rendah dan dipandang sebagai sikap negatif,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 121
karena mahasiswa gelisah di saat ingin membaca tetapi tidak tersedia bahan bacaan. Selanjutnya, sebanyak 8 mahasiswa tidak memiliki pilihan atau 16,67% mahasiswa dikategorikan rendah dan tidak memiliki jawaban.
c. Faktor Suasana Lingkungan dan Waktu Suasana lingkungan dan waktu merupakan faktor eksternal yang dapat memengaruhi membaca pemahaman seseorang. Membaca di tempat yang tenang dan nyaman akan mendukung dan memudahkan pembaca untuk memahami isi bacaan. Sebaliknya, jika membaca di tempat yang berisik dan ramai membuat pembaca sulit untuk memahami isi bacaan. Berkaitan dengan angket penelitian, terdapat dua subindikator faktor suasana lingkungan dan waktu yaitu (1) pergi ke perpustakaan untuk membaca jika ada masalah yang perlu diselesaikan, dan (2) jadwal membaca sering terganggu, jika tiba-tiba ada orang yang datang bertamu. Berdasarkan hasil angket faktor yang memengaruhi membaca pemahaman dapat disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 4.19 Faktor Suasana Lingkungan dan Waktu
No.
Subindikator
1.
Saya ke perpustakaan untuk membaca jika ada masalah yang perlu diselesaikan. Jadwal membaca saya sering terganggu, jika tiba-tiba ada orang yang datang bertamu.
2.
Rentang Skor 3 2 1 S TS TMP 38 9 1 44
3
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 122
Berdasarkan tabel 4.19 yang terdiri dari dua subindikator faktor suasana lingkungan dan waktu dengan jumlah responden 48 mahasiswa, masing-masing subindikator dapat dijelaskan sebagai berikut. Subindikator pertama, “Saya ke perpustakaan untuk membaca jika ada masalah yang perlu diselesaikan.” Terdapat
38 mahasiswa memilih setuju, sehingga
sebanyak 38 mahasiswa dengan persentase 79,17% mahasiswa termasuk dalam kategori tinggi dan dipandang sebagai sikap positif, karena mahasiswa pergi ke perpustakaan untuk membaca jika ada masalah yang perlu diselesaikan. Akan tetapi, sebanyak 9 mahasiswa memilih tidak setuju, sehingga sebanyak 9 mahasiswa atau 18,75% mahasiswa termasuk dalam kategori rendah dan dipandang sebagai sikap negatif, karena mahasiswa tidak pergi ke perpustakaan untuk membaca jika ada masalah yang perlu diselesaikan. Selanjutnya, sebanyak 1 mahasiswa tidak memiliki pilihan atau 2,08% mahasiswa dikategorikan rendah dan tidak memiliki jawaban. Subindikator kedua, “Jadwal membaca saya sering terganggu, jika tiba-tiba ada orang yang datang bertamu.” Terdapat 44 mahasiswa memilih setuju, sehingga sebanyak 44 mahasiswa dengan persentase 91,67% mahasiswa termasuk dalam kategori tinggi dan dipandang sebagai sikap positif, karena mahasiswa memiliki kesadaran jadwal membaca sering terganggu, jika tiba-tiba ada orang yang datang bertamu. Akan tetapi, sebanyak 3 mahasiswa memilih tidak setuju, sehingga sebanyak 3 mahasiswa atau 6,25% mahasiswa termasuk dalam kategori rendah dan dipandang sebagai sikap negatif, karena mahasiswa belum memiliki kesadaran jadwal membaca sering terganggu, jika tiba-tiba ada orang yang datang bertamu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 123
Selanjutnya, sebanyak 1 mahasiswa tidak memiliki pilihan atau 2,08% mahasiswa dikategorikan rendah dan tidak memiliki jawaban.
d. Faktor Teks Teks adalah salah satu faktor eksternal yang memengaruhi pemahaman dalam kegiatan membaca. Berkaitan dengan angket penelitian, terdapat tiga subindikator faktor teks yaitu (1) kata-kata asing, (2) kalimat yang panjang, dan (3) struktur teks yang tidak sistematis. Berdasarkan hasil angket faktor yang memengaruhi membaca pemahaman dapat disajikan dalam tabel berikut. Tabel 4.20 Faktor Teks
No.
Subindikator
1.
Ketika membaca, kesulitan yang saya hadapi adalah kata-kata yang tidak saya ketahui artinya. Kalimat yang terlalu panjang mempersulit saya untuk memahami isi bacaan. Struktur teks yang tidak sistematis sering mempersulit pemahaman isi bacaan.
2. 3.
Rentang Skor 3 2 1 S TS TMP 38 7 3 25
20
3
42
5
1
Berdasarkan tabel 4.20 yang terdiri dari tiga subindikator faktor teks dengan jumlah responden 48 mahasiswa, masing-masing subindikator dapat dijelaskan sebagai berikut. Subindikator pertama, “Ketika membaca, kesulitan yang saya hadapi adalah kata-kata yang tidak saya ketahui artinya.” Terdapat 38 mahasiswa memilih setuju, sehingga sebanyak 38 mahasiswa dengan persentase 79,17% mahasiswa termasuk dalam kategori tinggi dan dipandang sebagai sikap positif, karena mahasiswa tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 124
mengalami kesulitan meskipun terdapat kata-kata asing. Akan tetapi, sebanyak 7 mahasiswa memilih tidak setuju, sehingga sebanyak 7 mahasiswa atau 14,58% mahasiswa termasuk dalam kategori rendah dan dipandang sebagai sikap negatif, karena mahasiswa mengalami kesulitan dengan teks asing yang mengakibatkan kesulitan memahami isi bacaan. Selanjutnya, sebanyak 3 mahasiswa tidak memiliki pilihan atau 6,25% mahasiswa dikategorikan rendah dan tidak memiliki jawaban. Subindikator kedua, “Kalimat yang terlalu panjang mempersulit saya untuk memahami isi bacaan.” Terdapat 25 mahasiswa memilih setuju, sehingga sebanyak 25 mahasiswa dengan persentase 52,08% mahasiswa termasuk dalam kategori cukup dan dipandang sebagai sikap negatif, kalimat yang panjang masih memengaruhi pemahaman mahasiswa terhadap bahan yang dibacanya. Sebanyak 20 mahasiswa memilih tidak setuju, sehingga sebanyak 20 mahasiswa atau 41,67% mahasiswa termasuk dalam kategori cukup dan dipandang sebagai sikap positif, karena kalimat yang panjang tidak memengaruhi pemahaman mahasiswa terhadap bahan yang dibacanya. Selanjutnya, sebanyak 3 mahasiswa tidak memiliki pilihan atau 6,25% mahasiswa dikategorikan rendah dan tidak memiliki jawaban. Subindikator ketiga, “Struktur teks yang tidak sistematis sering mempersulit pemahaman isi bacaan.” Terdapat
42 mahasiswa memilih setuju, sehingga
sebanyak 42 mahasiswa dengan persentase 87,5% mahasiswa termasuk dalam kategori tinggi dan dipandang sebagai sikap negatif, karena mahasiswa pesimis tentang keterbacaaan teks yang akan menghambat pemahaman mengenai bacaan. Akan tetapi, sebanyak 5 mahasiswa memilih tidak setuju, sehingga sebanyak 5 mahasiswa atau 10,42% mahasiswa termasuk dalam kategori rendah dan dipandang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 125
sebagai sikap positif, karena mahasiswa optimis tingkat keterbacaan teks yang terlalu sulit tidak terlalu menghambat pemahaman bacaan. Selanjutnya, sebanyak 1 mahasiswa tidak memiliki pilihan atau 2,08% mahasiswa dikategorikan rendah dan tidak memiliki jawaban. e. Faktor Kuatnya Pengaruh Budaya Lisan Budaya lisan di lingkungan masyarakat masih kuat, sehingga memengaruhi kegiatan membaca seseorang untuk memahami isi bacaan. Berkaitan dengan angket penelitian, terdapat subindikator faktor masih kuatnya pengaruh budaya lisan seperti kuatnya pengaruh bahasa lisan, sering mempersulit pemahaman isi bacaan. Berdasarkan hasil angket faktor yang memengaruhi membaca pemahaman dapat disajikan dalam tabel berikut. Tabel 4.21 Faktor Kuatnya Pengaruh Budaya Lisan
No.
Subindikator
1.
Masih kuatnya pengaruh bahasa lisan dalam hidup saya, sering mempersulit pemahaman isi bacaan.
Rentang Skor 3 2 1 S TS TMP 17 25 6
Berdasarkan tabel 4.21 yang terdiri dari satu subindikator faktor masih kuatnya pengaruh budaya lisan, dengan jumlah responden 48 mahasiswa, subindikator dapat dijelaskan sebagai berikut. Subindikator pertama, “Masih kuatnya pengaruh bahasa lisan dalam hidup saya, sering mempersulit pemahaman isi bacaan.” Terdapat 17 mahasiswa memilih setuju, sehingga sebanyak 17 mahasiswa dengan persentase 35,42% mahasiswa termasuk dalam kategori cukup dan dipandang sebagai sikap negatif, karena masih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 126
kuatnya pengaruh bahasa lisan dalam hidup mahasiswa, sering mempersulit pemahaman isi bacaan. Sebanyak 25 mahasiswa memilih tidak setuju, sehingga sebanyak 25 mahasiswa atau 52,08% mahasiswa termasuk dalam kategori cukup dan dipandang sebagai sikap positif, meskipun masih kuatnya pengaruh bahasa lisan dalam hidup mahasiswa, tidak mempersulit pemahaman isi bacaan. Selanjutnya, sebanyak 6 mahasiswa tidak memiliki pilihan atau 12,5% mahasiswa dikategorikan rendah dan tidak memiliki jawaban.
f. Faktor Kuatnya Pengaruh Televisi Faktor kuatnya pengaruh televisi dapat dilihat dari kecanggihan dan pesatnya dunia teknologi, khususnya televisi. Acara televisi yang semakin menarik menjadi salah satu faktor eksternal yang dapat memengaruhi kegiatan membaca pemahaman. Berkaitan dengan angket penelitian, terdapat subindikator kuatnya pengaruh televisi seperti jika acara televisi menarik, kegiatan membaca ditinggalkan terlebih dahulu untuk menonton acara televisi. Berdasarkan hasil angket faktor yang memengaruhi membaca pemahaman dapat disajikan dalam tabel berikut. Tabel 4.22 Faktor Kuatnya Pengaruh Televisi
No. 1.
Subindikator Jika acara televisi menarik, kegiatan membaca saya tinggalkan terlebih dahulu untuk menonton acara televisi.
Rentang Skor 3 2 1 S TS TMP 33
10
5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 127
Berdasarkan tabel 4.22 yang terdiri dari satu subindikator faktor kuatnya pengaruh televisi dengan
jumlah responden 48 mahasiswa, masing-masing
subindikator dapat dijelaskan sebagai berikut. Indikator
pertama, “Jika acara televisi menarik, kegiatan membaca saya
tinggalkan terlebih dahulu untuk menonton acara televisi.” Terdapat 33 mahasiswa memilih setuju, sehingga sebanyak 33 mahasiswa dengan persentase 68,75% mahasiswa termasuk dalam kategori tinggi dan dipandang sebagai sikap negatif, karena mahasiswa akan meninggalkan kegiatan membaca jika acara televisi menarik. Sebanyak 10 mahasiswa memilih tidak setuju, sehingga sebanyak 10 mahasiswa atau 20,83% mahasiswa termasuk dalam kategori rendah dan dipandang sebagai sikap positif, karena mahasiswa tidak akan meninggalkan kegiatan membaca meskipun acara televisi menarik. Selanjutnya, sebanyak 5 mahasiswa tidak memiliki pilihan atau 10,42% mahasiswa dikategorikan rendah dan tidak memiliki jawaban. Hasil tabulasi angket faktor yang memengaruhi membaca pemahaman di atas telah menunjukkan faktor-faktor yang terdapat dalam diri mahasiswa ketika melakukan kegiatan membaca. Peneliti mentabulasikan skor dari setiap pilihan yang telah dipilih oleh mahasiswa. Berdasarkan tabulasi skor yang telah diperoleh, peneliti dapat mengetahui faktor internal dan faktor eksternal yang memengaruhi membaca pemahaman. Faktor internal dominan yang dimiliki oleh mahasiswa yaitu faktor motivasi, faktor sikap dan minat, faktor pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki sebelumnya, serta faktor suasana lingkungan dan waktu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 128
Pertama, mahasiswa memiliki faktor motivasi ketika melakukan kegiatan membaca pemahaman. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan bukti seperti mahasiswa ingin mencapai prestasi setinggi-tingginya dengan cara rajin membaca. Hal tersebut diperkuat dengan bukti bahwa mahasiswa merasa puas jika dapat menyelesaikan tugas yang diberikan dosen dengan tepat waktu dan maksimal. Kedua, mahasiswa memiliki sikap dan minat yang tinggi ketika melakukan kegiatan membaca pemahaman. Mahasiswa dapat menghadapi masalah dengan mencari jawaban atas suatu masalah melalui membaca. Terlihat pula situasi yang memperlihatkan bahwa mahasiswa ingin membaca kembali bacaan yang pernah dibaca untuk menyengarkan ingatan. Kondisi emosi mahasiswa terlihat baik ketika mahasiswa merasa puas jika dapat menyelesaikan tugas yang diberikan dosen secara maksimal. Tugas tersebut diselesaikan dengan memahami isi bacaan dengan merumuskan bahasa sendiri. Hal tersebut juga memperlihatkan bahwa faktor cara membaca mahasiswa terlihat baik. Ketiga, faktor membaca yang dimiliki mahasiswa mempunyai kategori baik tidak terlepas dari pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya. Hal tersebut dapat membantu mahasiswa dalam memahami isi bacaan. Ketertarikan mahasiswa terhadap bacaan juga diperlihatkan mahasiswa ketika mahasiswa memiliki kesadaran bahwa membaca merupakan salah satu kebutuhan pokok yang harus dilakukan untuk mendapatkan wawasan yang luas. Apabila mahasiswa memiliki masalah maka mereka akan pergi ke perpustakaan untuk membaca. Keempat, faktor suasana lingkungan dan waktu turut memengaruhi faktor membaca mahasiswa yang tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 129
Peneliti juga menemukan faktor membaca mahasiswa yang berkategori dominan eksternal. Faktor eskternal yang memengaruhi membaca pemahaman mahasiswa yaitu faktor teks dan faktor kuatnya pengaruh televisi. Pertama, faktor teks terlihat dari mahasiswa yang memperlihatkan cara belajar mahasiswa yang memahami isi bacaan dengan mengingat-ingat saja. Dampak dari cara belajar tersebut membuat mahasiswa sering kesulitan dalam memahami isi bacaan karena ada kata-kata asing yang belum diketahui artinya. Kedua, faktor pengaruh televisi terlihat dari kemajuan dan teknologi di zaman ini yang memperlihatkan bahwa adanya acara televisi yang menarik serta kehadiran alat komunikasi seperti gadget, membuat mahasiswa lebih tertarik mengisi waktu luangnya untuk menikmati hiburan dalam alat tersebut daripada hanya membaca buku. Peneliti memperkuat kategori faktor membaca pemahaman dengan melakukan penghitungan total skor dengan rumus jumlah responden yang memilih (T) dikalikan dengan pilihan angka skor likert (Pn). Maka ditemukan total skor 11445. Setelah total skor diketahui, peneliti melanjutkan mencari skor ideal dan skor rendah. Penghitungan skor ideal dengan cara jumlah seluruh responden dikalikan 3, sehingga 3x48=144x100=14.400. Jadi skor idealnya sebesar 14.400. penghitungan skor rendah dengan cara jumlah seluruh responden dikalikan 1, sehingga 1x48=48x100=4800. Jadi diketahui skor rendahnya sebesar 4800. Tahap selanjutnya, peneliti mulai menginterpretasikan hasil angket tersebut namun terlebih dahulu peneliti perlu melakukan penghitungan indeks %. Penghitungan indeks % dengan rumus total skor:skor ideal x 100% = 11445 : 14.400 x 100% =79,48%. Hasil perhitungan angket faktor membaca pemahaman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 130
dapat dilihat pada lampiran 11. Berdasarkan hasil penghitungan di atas berkaitan dengan faktor yang memengaruhi kemampuan membaca pemahaman menunjukkan sikap mahasiswa terhadap kegiatan membaca masuk dalam kategori tinggi.
4.2.4 Analisis Data Tes Kemampuan Membaca Pemahaman Tes
kemampuan
membaca
pemahaman
yang
digunakan
dalam
pengumpulan data berupa tes objektif atau pilihan ganda. Tes kemampuan membaca pemahaman digunakan untuk mengukur tingkat kognitif mahasiswa dalam memahami isi bacaan. Mahasiswa diharapkan dapat memilih jawaban yang tepat untuk setiap pertanyaan yang terdapat di dalam tes kemampuan membaca pemahaman. Tes kemampuan membaca pemahaman berjumlah 40 butir pertanyaan. Teks yang digunakan dalam tes ini diambil dari beberapa penggalan paragraf yang bersumber dari surat kabar. Mahasiswa diharapkan mampu menjawab pertanyaan yang berupa penggalan paragraf yang bersumber dari surat kabar tersebut. Pertanyaan yang harus dijawab oleh mahasiswa, yaitu (1) menangkap arti kata arti/istilah, (2) kemampuan menangkap makna tersurat, (3) kemampuan menangkap makna tersirat, (4) kemampuan menarik kesimpulan isi bacaan, (5) kemampuan memprediksi maksud penulis, dan (6) kemampuan mengevaluasi bacaan. Tes membaca pemahaman berupa tes objektif dan hanya mempunyai satu jawaban yang benar. Oleh karena itu, penilaian tes objektif adalah jawaban benar mendapat skor satu (1), sedangkan untuk jawaban salah mendapatkan skor nol (0).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 131
Kemudian jumlah benar dalam satu tes untuk setiap mahasiswa menjadi nilai keseluruhan dalam tes kemampuan membaca pemahaman. Sebelum membahas tentang analisis tes kemampuan membaca pemahaman, peneliti akan memaparkan hasil perhitungan indeks tingkat kesulitan untuk mengetahui layak atau tidak layaknya butir soal. Maka dari itu, di bawah ini akan dipaparkan tabel indikator sulit, sedang, dan mudah. Tabel 4.23 Tabel Indeks Tingkat Kesulitan Kategori Sangat Sulit Sulit Sedang Mudah Sangat Mudah
Rentang Indeks 0-0,20 0,21-0,40 0,41-0,60 0,61-0,80 0,81-1,00
Setelah dilakukan perhitungan indeks tingkat kesulitan, maka peneliti mendapatkan butir-butir soal yang layak dan tidak layak seperti pada tabel di bawah ini: Tabel 4.24 Hasil Indeks Tingkat Kesulitan Kategori Sulit
Sedang
Mudah
Butir Soal 7,13, 24, 28, 33, 34, dan 35 8 4, 5, 6, 9, 10, 18, 19, 21, 22, 23, 25, 26, 32, 36, 37, 38, dan 39. 1, 3, 12, 14, 15, 17, 20, 27, 29, dan 31 2, 11, 16, 30, dan 40
Keterangan Layak Tidak Layak Layak
Layak Tidak Layak
Tabel 4.24 menunjukan bahwa terdapat 34 butir soal dianggap layak dan 6 butir soal dianggap tidak layak. Oller (Nurgiantoro, 2012: 195) mengatakan bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 132
soal yang dianggap layak adalah soal dengan rentangan skala 0,15-0,80, namun skala tersebut masih dianggap sulit. Peneliti memutuskan untuk memilih tingkat kesulitan soal yaitu soal yang dianggap layak adalah soal dengan rentang 0,21-0,80. Butir soal yang berada dalam kategori sangat sulit adalah butir soal nomor 8. Butir soal yang mempunyai kategori sangat mudah adalah 2, 11, 16, 30, dan 39. Hal tersebut menunjukan bahwa terdapat 6 butir soal termasuk dalam kategori tidak layak, dan 34 butir soal dinyatakan layak. Butir soal berkategori sulit dan memiliki kelayakan terdapat pada nomor 7, 13, 24, 28, 33, 34, dan 35. Kesulitan tersebut dibuktikan dengan terdapat mahasiswa berjumlah 231 dari jumlah total 336 mahasiswa tidak dapat menjawab dengan benar ketujuh butir soal tersebut. Soal nomor 8 dikatakan tidak layak karena masuk dalam kategori sangat sulit karena terdapat 42 mahasiswa dari jumlah total 48 orang mahasiswa yang tidak dapat menjawab dengan benar butir soal tersebut. Butir soal berkategori sedang dan memiliki kelayakan terdapat pada nomor 4, 5, 6, 9, 10, 18, 19, 21, 22, 23, 25, 26, 32, 36, 37, 38, dan 39. Sejumlah 414 mahasiswa menjawab butir soal dengan benar dan sebanyak 402 mahasiswa salah memilih jawaban dalam menjawab butir soal tersebut. Hal yang diharapkan sebenarnya jumlah total jawaban mencapai 816 mahasiswa. Butir soal mudah dengan kategori layak terdapat pada nomor 1, 3, 12, 14, 15, 17, 20, 27, 29, dan 31. Terdapat 344 mahasiswa yang dapat menjawab butir soal tersebut dengan mudah meskipun 136 mahasiswa menjawab salah dalam butir soal tersebut. Butir soal yang tidak layak dan masuk ke dalam kategori sangat mudah terdapat pada nomor 2, 11,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 133
16, 30, dan 40. Terdapat 213 mahasiswa dari jumlah total 240 orang mahasiswa yang dapat menjawab dengan benar lima butir soal tersebut. Data di atas dapat menunjukan indeks tingkat kesulitan tes kemampuan membaca pemahaman mahasiswa semester VI kelas G dan H Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta masuk dalam kategori sedang/cukup. Peneliti menganalisis soal tes yang dianggap layak ke dalam aspek membaca pemahaman setelah mengetahui ITK dari soal tes tersebut. Peneliti menentukan aspek membaca pemahaman yaitu, mendefinisikan arti kata/istilah, menangkap makna tersurat, menangkap makna tersirat, menarik kesimpulan isi bacaan, memprediksi maksud penulis, dan mengevaluasi bacaan. Peneliti juga membuat diagram untuk menjelaskan keenam aspek yang terdapat dalam tes kemampuan membaca pemahaman. Tujuan peneliti membuat diagram tersebut untuk mengetahui jumlah mahasiswa yang menjawab pertanyaan dengan benar dalam setiap aspek. Jumlah mahasiswa yang menjawab benar tersebut dilakukan dengan mengalikan jumlah mahasiswa dengan jumlah butir soal tiap aspek. 4.1 Diagram Pie Hasil Tes Kemampuan Membaca Pemahaman Hasil Tes Kemampuan Membaca Pemahaman Aspek Menangkap Arti/Isilah
89 28 82
Aspek Menangkap Makna Tersurat
122 343
Aspek Menangkap Makna Tersirat Aspek Menarik Kesimpulan
221
Aspek Memprediksi Maksud Penulis Aspek Mengevaluasi Bacaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 134
a. Menangkap Arti Kata/Istilah Aspek membaca pemahaman yang pertama adalah aspek menangkap arti kata/istilah. Dalam aspek ini, mahasiswa diharapkan mampu mengetahui definisi dari kata/istilah. Berikut tabel dan penjelasan mengenai aspek menangkap arti kata/istilah dalam soal tes kemampuan membaca pemahaman. Tabel 4.25 Aspek Menangkap Arti Kata/Istilah Aspek
Menangkap Arti Kata/Istilah Total
No. Soal
Jumlah Jawaban Benar
Persentase
Jumlah Jawaban Salah
Persentase
1
38
79,17%
10
20,83%
Jumlah Responden
48
1
38
79,17%
10
20,83%
48
Sebanyak 48 mahasiswa mengikuti tes kemampuan membaca pemahaman yang berjumlah 40 butir soal. Tes kemampuan membaca pemahaman tersebut berbentuk pilihan ganda yang mengandung 6 aspek kemampuan membaca pemahaman. Terdapat 2 butir soal menangkap arti kata/istilah, yaitu butir soal nomor 1 dan 2. Tetapi soal nomor 2 tidak layak, maka peneliti hanya akan menganalisis pada butir soal nomor 1. Pada butir soal nomor 1 mahasiswa yang berhasil menjawab soal dengan benar ada 38 mahasiswa dengan persentase 79,17% sedangkan mahasiswa yang memilih jawaban salah sejumlah 10 mahasiswa dengan persentase 20,83%. Berdasarkan data di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa mahasiswa dapat menangkap arti kata/istilah. Hal tersebut dibuktikan dengan jumlah mahasiswa yang menjawab benar lebih banyak yaitu sebesar 38 mahasiswa dari jumlah total 48 mahasiswa dengan persentase 79,17% sedangkan mahasiswa yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 135
menjawab salah berjumlah 10 mahasiswa dengan persentase 20,83%. Maka dapat disimpulkan bahwa mahasiswa dapat menangkap arti kata/istilah.
b. Menangkap Makna Tersurat Aspek membaca pemahaman yang kedua adalah aspek menangkap makna tersurat. Dalam hal ini, mahasiswa diharapkan mampu mengetahui makna yang kelihatan dalam bacaan. Berikut tabel dan penjelasan mengenai aspek menangkap makna tersurat dalam soal tes kemampuan membaca pemahaman. Tabel 4.26 Aspek Menangkap Makna Tersurat Aspek
No. Soal
Jumlah Jawaban Benar
Persentase
Jumlah Jawaban Salah
Persentase
Menangkap Makna Tersurat
4 7
23 10
47,92% 20,83%
25 38
52,08% 79,17%
Total
Jumlah Responden
48 19 22 4
23 26 82
47,92% 54,17% 42,71%
25 22 110
52,08% 45,83% 57,29%
192
Sebanyak 48 responden yang mengikuti tes kemampuan membaca pemahaman dengan jumlah 40 butir soal. Tes kemampuan membaca pemahaman tersebut berbentuk pilihan ganda yang mengandung 6 aspek kemampuan membaca pemahaman. Terdapat terdapat 5 butir soal menangkap makna tersurat yaitu butir soal nomor 4, 7, 8, 19, dan 22. Tetapi, soal nomor 8 dianggap tidak layak karena sangat sulit. Maka, peneliti hanya akan menganalisis butir soal nomor 4, 7, 19, dan 22.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 136
Pada butir soal nomor 4, responden yang berhasil menjawab soal dengan benar ada 23 mahasiswa dengan persentase 47,92% sedangkan responden yang memilih jawaban salah sejumlah 25 mahasiswa dengan persentase 52,08%. Kemudian pada butir soal nomor 7, responden yang berhasil menjawab soal dengan benar ada 10 mahasiswa dengan persentase 20,83% sedangkan responden yang memilih jawaban salah sejumlah 38 mahasiswa dengan persentase 79,17%. Selanjutnya, pada butir soal nomor 19, responden yang berhasil menjawab soal dengan benar ada 23 mahasiswa dengan persentase 47,92% sedangkan responden yang memilih jawaban salah sejumlah 25 mahasiswa dengan persentase 52,08%. Soal terakhir menangkap makna tersurat terdapat pada butir soal nomor 22, ditemukan bahwa responden yang berhasil menjawab soal dengan benar ada 26 mahasiswa dengan persentase 54,17% sedangkan responden yang memilih jawaban salah sejumlah 22 mahasiswa dengan persentase 45,83%. Berdasarkan data di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa kemampuan mahasiswa dalam menangkap makna tersurat masih rendah. Hal tersebut dibuktikan dengan jumlah mahasiswa yang menjawab salah lebih besar dari pada mahasiswa yang memilih jawaban benar. Total mahasiswa sejumlah 192, tetapi mahasiswa yang menjawab benar hanya 82 mahasiswa dengan persentase 42,71% dan mahasiswa yang menjawab salah sebesar 110 mahasiswa dengan persentase 57,29%. c. Menangkap Makna Tersirat Aspek ketiga adalah aspek menangkap makna tersirat. Dalam hal ini, mahasiswa mampu mengetahui makna yang tidak kelihatan dalam bacaan. Berikut tabel dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 137
penjelasan mengenai aspek menangkap makna tersirat dalam soal tes kemampuan membaca pemahaman. Tabel 4.27 Aspek Menangkap Makna Tersirat
Aspek
No. Soal
Jumlah Jawaban Benar
Persentase
Jumlah Jawaban Salah
Persentase
Menangkap Makna Tersirat
5 20 23 28 34 35 6
21 36 20 11 16 18 122
43,75% 75% 41,67% 22,92% 33,33% 37,5% 42,37%
27 12 28 37 32 30 166
56,25% 25% 58,33% 77,08% 66,67% 62,5% 57,63%
Total
Jumlah Responden
48
288
Sebanyak 48 responden yang mengikuti tes kemampuan membaca pemahaman dengan jumlah 40 butir soal. Tes kemampuan membaca pemahaman tersebut berbentuk pilihan ganda yang mengandung 6 aspek kemampuan membaca pemahaman. Terdapat terdapat 6 butir soal menangkap makna tersurat yaitu butir soal nomor 5, 20, 23, 28, 34, dan 35. Pada butir soal nomor 5, responden yang berhasil menjawab soal dengan benar ada 21 mahasiswa dengan persentase 43,75% sedangkan responden yang memilih jawaban salah sejumlah 27 mahasiswa dengan persentase 56,25%. Pada butir soal nomor 20, responden yang berhasil menjawab soal dengan benar ada 36 mahasiswa dengan persentase 75% sedangkan responden yang memilih jawaban salah sejumlah 12 mahasiswa dengan persentase 25%. Kemudian, pada butir soal nomor 23, responden yang berhasil menjawab soal dengan benar ada 20 mahasiswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 138
dengan persentase 41,67% sedangkan responden yang memilih jawaban salah sejumlah 28 mahasiswa dengan persentase 58,33%. Pada butir soal nomor 28, responden yang berhasil menjawab soal dengan benar ada 11 mahasiswa dengan persentase 22,92% sedangkan responden yang memilih jawaban salah sejumlah 37 mahasiswa dengan persentase 77,08%. Kemudian pada butir soal nomor 34, responden yang berhasil menjawab soal dengan benar ada 16 mahasiswa dengan persentase 33,33% sedangkan responden yang memilih jawaban salah sejumlah 32 mahasiswa dengan persentase 66,67%. Selanjutnya, pada butir soal nomor 35, responden yang berhasil menjawab soal dengan benar ada 18 mahasiswa dengan persentase 33,33% sedangkan responden yang memilih jawaban salah sejumlah 32 mahasiswa dengan persentase 62,5%. Berdasarkan data di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa kemampuan mahasiswa dalam menangkap makna tersirat masih rendah. Hal tersebut dibuktikan dengan jumlah mahasiswa yang menjawab salah lebih besar dari pada mahasiswa yang memilih jawaban benar. Total mahasiswa sejumlah 288, tetapi mahasiswa yang menjawab benar hanya 122 mahasiswa dengan persentase 42,37% dan mahasiswa yang menjawab salah sebesar 166 mahasiswa dengan persentase 57,63%.
d. Menarik Kesimpulan Isi Bacaan Aspek membaca pemahaman yang keempat adalah menarik kesimpulan isi bacaan. Dalam hal ini, mahasiswa mampu memberikan kesimpulan terhadap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 139
bacaan yang dibacanya. Hal ini sangat berhubungan dengan pemahaman mahasiswa terhadap bacaan. Jika mahasiswa tidak memahami bacaan dengan baik maka mahasiswa tersebut tidak dapat menarik kesimpulan terhadap bacaan yang dibacanya. Berikut tabel dan penjelasan mengenai aspek menarik kesimpulan isi bacaan dalam soal tes kemampuan membaca pemahaman. Tabel 4.28 Menarik Kesimpulan Isi Bacaan Aspek
No. Soal
Jumlah Jawaban Benar
Persentase
Jumlah Jawaban Salah
Persentase
Menarik Kesimpulan Isi Bacaan
9 12 15 18 21 31 36 38 8
20 32 32 25 28 36 20 28 221
41,67% 66,67% 66,67% 52,08% 58,33% 75% 41,67% 58,33% 57,55%
28 16 16 23 20 12 28 20 163
58,33% 33,33% 33,33% 47,92% 41,67% 25% 58,33% 41,67% 42,45%
Total
Jumlah Responden
48
384
Sebanyak 48 responden yang mengikuti tes kemampuan membaca pemahaman dengan jumlah 40 butir soal. Tes kemampuan membaca pemahaman tersebut berbentuk pilihan ganda yang mengandung 6 aspek kemampuan membaca pemahaman. Terdapat terdapat 8 butir soal menarik kesimpulan isi bacaan yaitu butir soal nomor 9, 12, 15, 18, 21, 31, 36, dan 38. Pada butir soal nomor 9, responden yang berhasil menjawab soal dengan benar ada 20 mahasiswa dengan persentase 41,67% sedangkan responden yang memilih jawaban salah sejumlah 28 dengan persentase 58,33%. Butir soal nomor 12, responden yang berhasil menjawab soal dengan benar ada 32 mahasiswa dengan persentase 66,67%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 140
sedangkan responden yang memilih jawaban salah sejumlah 16 dengan persentase 33,33%. Butir soal nomor 15, responden yang berhasil menjawab soal dengan benar ada 32 mahasiswa dengan persentase 66,67% sedangkan responden yang memilih jawaban salah sejumlah 16 dengan persentase 33,33%. Butir soal nomor 18, responden yang berhasil menjawab soal dengan benar ada 25 mahasiswa dengan persentase 52,08% sedangkan responden yang memilih jawaban salah sejumlah 23 dengan persentase 47,92%. Butir soal nomor 21, responden yang berhasil menjawab soal dengan benar ada 28 mahasiswa dengan persentase 58,33% sedangkan responden yang memilih jawaban salah sejumlah 20 dengan persentase 41,67%. Butir soal nomor 31, responden yang berhasil menjawab soal dengan benar ada 36 mahasiswa dengan persentase 75% sedangkan responden yang memilih jawaban salah sejumlah 12 dengan persentase 25%. Butir soal nomor 36, responden yang berhasil menjawab soal dengan benar ada 20 mahasiswa dengan persentase 41,67% sedangkan responden yang memilih jawaban salah sejumlah 28 dengan persentase 58,33%. Butir soal terakhir menarik kesimpulan isi bacaan terdapat pada nomor 38, responden yang berhasil menjawab soal dengan benar ada 28 mahasiswa dengan persentase 58,33% sedangkan responden yang memilih jawaban salah sejumlah 20 dengan persentase 41,67%. Berdasarkan data di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa mahasiswa mampu menarik kesimpulan isi bacaan dengan baik. Hal tersebut dibuktikan dengan jumlah mahasiswa yang menjawab benar lebih besar dari pada mahasiswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 141
yang memilih jawaban salah. Total mahasiswa sejumlah 384, mahasiswa yang menjawab benar 221 mahasiswa dengan persentase 57,55% dan mahasiswa yang menjawab salah sebesar 163 mahasiswa dengan persentase 42,45%. e. Memprediksi Maksud Penulis Aspek membaca pemahaman yang kelima adalah memprediksi maksud penulis. Memprediksi merupakan kegiatan memperkirakan segala sesuatu yang akan terjadi. Dalam hal ini, memprediksi yang dimaksud pembaca mampu menentukan atau memperkirakan apa maksud dari penulis ketika seseorang sudah menyelesaikan membaca sebuah teks. Mahasiswa harus mampu meramalkan maksud yang ingin disampaikan oleh penulis. Aspek ini termasuk aspek yang sulit karena aspek ini menuntut mahasiswa harus mengetahui maksud penulis yang tidak tertera dalam bacaan. Hal ini sangat membutuhkan pemahaman yang tinggi akan bacaan sehingga mahasiswa dapat menjawab pertanyaan dengan aspek ini. Berikut tabel dan penjelasan mengenai aspek memprediksi maksud penulis dalam soal tes kemampuan membaca pemahaman. Tabel 4.29 Aspek Memprediksi Maksud Penulis Aspek
No. Soal
Jumlah Jawaban Benar
Persentase
Jumlah Jawaban Salah
Persentase
Memprediksi Maksud Penulis
3 6 10
32 29 28
66,67% 60,42% 58,33%
16 19 20
33,33% 39,58% 41,67%
13
19
39,58%
29
60,42%
17 24
37 14
77,08% 29,17%
11 34
22,92% 70,83%
Jumlah Responden
48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 142
Aspek
Total
No. Soal
Jumlah Jawaban Benar
Persentase
Jumlah Jawaban Salah
Persentase
25 27 29
27 36 31
56,25% 75% 64,58%
21 12 17
43,75% 25% 35,42%
32 33 37 39
29 17 21 23
60,42% 35,42% 43,75% 47,92%
19 31 27 25
39,58% 64,58% 56,25% 52,08%
13
343
54,96%
281
45,04%
Jumlah Responden
624
Sebanyak 48 responden yang mengikuti tes kemampuan membaca pemahaman dengan jumlah 40 butir soal. Tes kemampuan membaca pemahaman tersebut berbentuk pilihan ganda yang mengandung 6 aspek kemampuan membaca pemahaman. Terdapat terdapat 17 butir soal memprediksi maksud penulis yaitu butir soal nomor 3, 6, 10, 11, 13, 16, 17, 24, 25, 27, 29, 30, 32, 33, 37, 39, dan 40. Tetapi, butir soal nomor 11, 16, 30, dan 40 dianggap tidak layak. Maka peneliti hanya menganalisis butir soal yang layak yaitu nomor 3, 6, 10, 16, 17, 24, 25, 27, 29, 32, 33, 37, dan 39. Butir soal nomor 3, responden yang berhasil menjawab soal dengan benar ada 32 mahasiswa dengan persentase 66,67% sedangkan responden yang memilih jawaban salah sejumlah 16 dengan persentase 33,33%. Butir soal nomor 6, responden yang berhasil menjawab soal dengan benar ada 29 mahasiswa dengan persentase 60,42% sedangkan responden yang memilih jawaban salah sejumlah 19 dengan persentase 39,58%. Selanjutnya, pada butir soal nomor 10, responden yang berhasil menjawab soal dengan benar ada 28 mahasiswa dengan persentase 58,33%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 143
sedangkan responden yang memilih jawaban salah sejumlah 20 dengan persentase 41,67%. Butir soal nomor 13, responden yang berhasil menjawab soal dengan benar ada 19 mahasiswa dengan persentase 39,58% sedangkan responden yang memilih jawaban salah sejumlah 29 dengan persentase 60,42%. Butir soal nomor 17, responden yang berhasil menjawab soal dengan benar ada 37 mahasiswa dengan persentase 77,08% sedangkan responden yang memilih jawaban salah sejumlah 11 dengan persentase 22,92%. Selanjutnya, butir soal nomor 24, responden yang berhasil menjawab soal dengan benar ada 14 mahasiswa dengan persentase 29,17% sedangkan responden yang memilih jawaban salah sejumlah 34 dengan persentase 70,83%. Butir soal nomor 25, responden yang berhasil menjawab soal dengan benar ada 27 mahasiswa dengan persentase 56,25% sedangkan responden yang memilih jawaban salah sejumlah 21 dengan persentase 43,75%. Butir soal nomor 27, responden yang berhasil menjawab soal dengan benar ada 36 mahasiswa dengan persentase 75% sedangkan responden yang memilih jawaban salah sejumlah 12 dengan persentase 25%. Butir soal nomor 29, responden yang berhasil menjawab soal dengan benar ada 31 mahasiswa dengan persentase 64,58% sedangkan responden yang memilih jawaban salah sejumlah 17 dengan persentase 35,42%. Butir soal nomor 32, responden yang berhasil menjawab soal dengan benar ada 29 mahasiswa dengan persentase 60,42% sedangkan responden yang memilih jawaban salah sejumlah 19 dengan persentase 39,58%. Butir soal nomor 33,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 144
responden yang berhasil menjawab soal dengan benar ada 17 mahasiswa dengan persentase 35,42% sedangkan responden yang memilih jawaban salah sejumlah 31 dengan persentase 64,58%. Butir soal nomor 37, responden yang berhasil menjawab soal dengan benar ada 21 mahasiswa dengan persentase 43,75% sedangkan responden yang memilih jawaban salah sejumlah 27 dengan persentase 56,25%. Butir soal terakhir terdapat pada nomor 39, responden yang berhasil menjawab soal dengan benar ada 23 mahasiswa dengan persentase 47,92% sedangkan responden yang memilih jawaban salah sejumlah 25 dengan persentase 52,08%. Berdasarkan data di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa mahasiswa mampu memprediksi maksud penulis dengan baik. Hal tersebut dibuktikan dengan jumlah mahasiswa yang menjawab benar lebih besar dari pada mahasiswa yang memilih jawaban salah. Total mahasiswa sejumlah 624, mahasiswa yang menjawab benar 343 mahasiswa dengan persentase 54,96% dan mahasiswa yang menjawab salah sebesar 281 mahasiswa dengan persentase 45,04%.
f. Mengevaluasi Bacaan Aspek membaca pemahaman yang keenam adalah mengevaluasi bacaan. Mengevaluasi adalah kegiatan memberikan penilaian terhadap sesuatu, dalam hal ini seseorang diharapkan mampu memberikan penilaian atas bacaan yang dibacanya baik dari segi kelebihan dan kekurangan isi bacaan. Mahasiswa harus mampu mengevaluasi bacaan baik dari segi kelemahan bacaan, kelebihan bacaan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 145
penyampaian kritik, dan memberikan saran untuk tulisan yang lebih baik. Mahasiswa yang mampu mengevaluasi bacaan dengan baik nantinya akan dapat membuat sebuah tulisan yang baik mengenai bacaan yang telah dibacanya. Berikut tabel dan penjelasan mengenai aspek mengevaluasi bacaan dalam soal tes kemampuan membaca pemahaman. Tabel 4.30 Aspek Mengevaluasi Bacaan Aspek
Mengevaluasi Bacaan
Total
No. Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Soal Jawaban Jawaban Responden Benar Salah
14 15 26 3
34 32 23 89
70,83% 66,67% 47,92% 61,81%
14 16 25 55
29,17% 33,33% 52,08% 38,19%
48 144
Sebanyak 48 responden yang mengikuti tes kemampuan membaca pemahaman dengan jumlah 40 butir soal. Tes kemampuan membaca pemahaman tersebut berbentuk pilihan ganda yang mengandung 6 aspek kemampuan membaca pemahaman. Terdapat terdapat 2 butir soal mengevaluasi bacaan yaitu butir soal nomor 14 dan 26. Pada butir soal nomor 14 mahasiswa yang berhasil menjawab soal dengan benar ada 34 mahasiswa dengan persentase 70,83% sedangkan mahasiswa yang memilih jawaban salah sejumlah 14 mahasiswa dengan persentase 29,17%. Kemudian pada butir soal nomor 15, mahasiswa yang berhasil menjawab soal dengan benar ada 32 mahasiswa dengan persentase 66,67% sedangkan mahasiswa yang memilih jawaban salah sejumlah 16 mahasiswa dengan persentase 33,33%. Soal terakhir mengevaluasi bacaan terdapat pada nomor 26, mahasiswa yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 146
berhasil menjawab soal dengan benar ada 23 mahasiswa dengan persentase 47,92% sedangkan mahasiswa yang memilih jawaban salah sejumlah 25 mahasiswa dengan persentase 52,08%. Berdasarkan data di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa mahasiswa mampu mengevaluasi bacaan dengan baik. Hal tersebut dibuktikan dengan jumlah mahasiswa yang menjawab benar lebih besar dari pada mahasiswa yang memilih jawaban salah. Total mahasiswa sejumlah 144, mahasiswa yang menjawab benar 89 mahasiswa dengan persentase 61,81% dan mahasiswa yang menjawab salah sebesar 55 mahasiswa dengan persentase 38,19%. Peneliti dapat memberikan kesimpulan tentang hasil perhitungan 6 aspek membaca pemahaman, bahwa mahasiswa semester VI kelas G dan H Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta tahun akademik 2015/2016 mampu memahami 4 aspek membaca pemahaman yaitu menangkap arti kata/istilah (79,17%), menarik kesimpulan (57,55%), memprediksi maksud penulis (54,96%), dan mengevaluasi isi bacaan (61,81%). Kemampuan membaca pemahaman dalam 4 aspek tersebut dapat menjadi kekuatan bagi mahasiswa untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman menjadi lebih baik lagi. Tetapi masih terdapat dua aspek membaca pemahaman yang belum dapat dipahami oleh mahasiswa yaitu menangkap makna tersurat (42,71%) dan menangkap makna tersirat (42,37%). Hasil perhitungan menjelaskan bahwa nilai rata-rata yang dimiliki mahasiswa yaitu 22,52. Maka, rata-rata tingkat kemampuan membaca pemahaman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 147
mahasiswa semester VI kelas G dan H Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta memiliki kategori cukup. Hasil perhitungan tes kemampuan membaca pemahaman ini tidak selaras dengan hasil angket faktor membaca yang berkategori tinggi. Hasil perhitungan nilai rata-rata dapat dilihat pada lampiran 14.
4.2.5 Analisis Data Wawancara Subbab ini membahas hasil wawancara mahasiswa dari 2 mahasiswa kelas G dan 3 mahasiswa dari kelas H semester VI Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta tahun akademik 2015/2016. Wawancara dilakukan dengan tujuan mongonfirmasi hasil data angket faktor membaca dan hasil tes kemampuan membaca pemahaman. Tidak hanya itu, tujuan dari dilakukannya wawancara juga untuk mengetahui kebiasaan membaca yang sudah diterapkan dalam diri mahasiswa sehingga peneliti dapat mengembangkan kebiasaan membaca yang tepat agar mahasiswa memiliki kemampuan membaca pemahaman yang lebih baik. Peneliti melakukan wawancara pada tanggal 3 Mei 2016. Persiapan yang dilakukan peneliti sebelum melakukan wawancara yaitu peneliti mengetahui terlebih dahulu hasil tes kemampuan membaca pemahaman dan hasil angket faktor kemampuan membaca pemahaman. Hasil dari data tes dan faktor membaca akan menjadi pedoman wawancara bagi peneliti. Hal tersebut juga digunakan untuk menyeleksi jumlah mahasiswa yang akan diwawancarai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 148
Mahasiswa yang memiliki hasil tes kemampuan membaca pemahaman yang tinggi merupakan kategori mahasiswa yang diwawancarai karena mahasiswa yang memiliki nilai tes kemampuan membaca yang tinggi juga memiliki pemahaman yang tinggi dari faktor membaca. Peneliti menyeleksi 5 mahasiswa yang memiliki nilai tertinggi berkisar 27 sampai dengan 28. Kelima mahasiswa tersebut yaitu Karunia Rahmawati, M. Masykuri, Debi Widya, Siti Muhimmatush, dan Wahyu Purnomo. Pertanyaan dalam wawancara berkaitan kebiasaan membaca dan faktor membaca pemahaman mahasiswa. Pertama, mengenai minat untuk melakukan kegiatan membaca. Terdapat mahasiswa yang sudah memiliki minat membaca sejak masuk sekolah dasar. Minat membaca tersebut dapat tumbuh tergantung dari berbagai jenis bacaan. Selain itu, motivasi dari orangtua juga memengaruhi mahasiswa melakukan kegiatan membaca. Mahasiswa memiliki minat membaca apabila kondisi emosi mendukung untuk melakukan kegiatan membaca. Biasanya minat membaca tinggi pada saat mahasiswa sedang menempuh ujian. Minat membaca mahasiswa juga tumbuh ketika mengisi waktu luang karena mahasiswa membutuhkan informasi dan referensi belajar. Kedua, mengenai kualitas minat baca yang berpengaruh pada prestasi belajar mahasiswa. Kualitas minat baca berpengaruh pada prestasi belajar mahasiswa. Mahasiswa menyadari bahwa prestasi yang baik tentu akan dapat diraih dengan membaca, karena manfaat dari membaca akan membuat seseorang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 149
mendapatkan informasi dan semakin menambah ilmu pengetahuan yang sudah dimiliki. Mahasiswa juga mendapat manfaat dari kegiatan membaca karena bertambahnya wawasan membuat mahasiswa tidak mengalami kesulitan ketika mengerjakan tugas dan ujian. Banyaknya kosakata yang diperoleh mahasiswa ketika membaca juga memengaruhi proses pemahaman mereka. Ketiga, mengenai motivasi yang dapat mendorong diri mahasiswa untuk membaca. Mahasiswa memiliki motivasi yang dapat mendorong diri mereka untuk membaca ketika mereka memiliki rasa ingin tahu yang tinggi tentang suatu bahan bacaan dan ingin menambah wawasan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan bidang yang digelutinya maupun dalam bidang yang tidak berhubungan dengan bidang yang digelutinya. Mahasiswa juga memiliki motivasi untuk membaca karena ingin mendapatkan prestasi belajar yang baik sehingga mendapatkan hasil belajar yang maksimal. Terdapat pula mahasiswa yang memiliki motivasi membaca karena
ingin
memperbanyak
kosakata.
Mahasiswa
menyadari
bahwa
memperbanyak kosakata akan mempermudah dalam memahami bahan bacaan. Keempat, mengenai faktor internal yang dapat memengaruhi kemampuan membaca mahasiswa. Faktor internal yang memengaruhi kemampuan membaca mahasiswa yaitu motivasi, kondisi emosi, serta faktor ketertarikan terhadap bacaan dan manfaat. Motivasi dapat tumbuh ketika melakukan kegiatan membaca karena dorongan dari hati. Kegiatan membaca dapat membuat seseorang menjadi cerdas. Mahasiswa yang memiliki keinginan untuk menjadi seseorang yang cerdas dan berprestasi dapat diraih dengan membaca. Ketika membaca, kondisi emosi yang baik akan memengaruhi pemahaman mahasiswa. Mahasiswa menyadari jika bahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 150
bacaan sesuai dengan bidang yang digelutinya, bahasa dalam informasi dari bahan bacaan tersebut tidak sulit untuk dipahami. Kelima, mengenai faktor eksternal yang dapat memengaruhi kemampuan membaca mahasiswa. Faktor eksternal yang memengaruhi kemampuan membaca mahasiswa yaitu suasana lingkungan dan waktu. Mahasiswa menyadari bahwa suasana lingkungan yang gaduh dan tidak kondusif sangat memengaruhi mahasiswa dalam memahami bahan bacaan. Selain itu, pemilihan waktu yang baik akan memengaruhi kondisi emosi yang berkaitan dengan pemahaman mahasiswa. Mahasiswa juga perlu mengelola waktu dengan baik sehingga mahasiswa memiliki kesempatan untuk membaca. Suasana lingkungan dan waktu yang tepat ketika membaca akan memengaruhi kondisi emosi mahasiswa. Apabila kondisi emosi sedang baik, maka kemampuan membaca juga baik. Keenam, mengenai faktor paling dominan di antara faktor internal dan faktor eksternal yang memengaruhi kemampuan membaca pemahaman mahasiswa. Mahasiswa menyadari bahwa faktor internal dan faktor eksternal saling memengaruhi ketika sedang membaca. Faktor internal yang paling dominan yaitu faktor motivasi, faktor kondisi emosi, serta faktor ketertarikan terhadap bacaan dan manfaat karena hal tersebut sangat memengaruhi mahasiswa dalam menumbuhkan minat dalam membaca. Faktor eksternal paling dominan yang memengaruhi membaca pemahaman yaitu berkaitan dengan kesulitan bacaan dalam teks karena apabila sedang membaca kemudian mengalami kesulitan terhadap bahan bacaan akan memengaruhi proses pemahaman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 151
Ketujuh, mengenai kebiasaan membaca yang dimiliki mahasiswa. Terdapat mahasiswa yang sudah memiliki kebiasaan membaca yang baik. Kebiasaan membaca tersebut sudah tumbuh sejak kecil. Awalnya mahasiswa hanya membaca jenis bacaan yang sifatnya menghibur kemudian memiliki dorongan untuk mengetahui lebih dalam lagi mengenai informasi yang diinginkan dan dibutuhkan. Mahasiswa juga memiliki kebiasaan membaca apabila keadaan emosi selalu dalam keadaan baik. Jenis bacaan juga memengaruhi kebiasaan membaca yang dimiliki mahasiswa. Namun terdapat pula beberapa mahasiswa yang belum memiliki kebiasaan membaca yang tinggi. Mahasiswa kurang bisa mengendalikan kondisi emosi karena banyaknya kegiatan non akademik. Mahasiswa juga kurang menyediakan waktu khusus untuk membaca. Mahasiswa berusaha untuk melatih diri agar memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dalam memahami informasi dalam bahan bacaan. Hal tersebut dilakukan untuk menambah semangat dalam melakukan kegiatan membaca. Ketika sedang menghadapi ujian, mahasiswa akan lebih serius lagi dalam membaca. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap lima mahasiswa tersebut, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa minat, motivasi, dan kebiasaan membaca cukup tinggi. Kegiatan membaca belum sepenuhnya menjadi kebiasaan dalam diri mahasiswa. Mahasiswa mencoba untuk melakukan kegiatan membaca agar memiliki kebiasaan membaca yang dapat menumbuhkan budaya baca dalam dirinya. Mahasiswa menyadari bahwa sampai saat ini, kegiatan membaca sangat penting untuk menambah wawasan yang lebih dalam lagi. Tetapi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 152
kenyataannya kebiasaan membaca belum diterapkan dengan baik dalam diri mahasiswa. Salah satu bukti transkrip wawancara dapat dilihat pada lampiran 19.
4.3. Pengembangan Kebiasaan Membaca Pemahaman Berdasarkan hasil angket analisis kebutuhan pengembangan kebiasaan membaca pemahaman, peneliti dapat mengetahui bahwa langkah-langkah kebiasaan membaca mahasiswa tergolong dalam kategori tinggi. Mahasiswa telah menerapkan langkah-langkah tertentu ketika melakukan kegiatan membaca untuk mencapai tujuan membaca yang telah dibuat. Meskipun kategori langkah-langkah kebiasaan membaca pemahaman mahasiswa masuk dalam kategori tinggi, tetapi masih terdapat kelemahan-kelemahan yang dimiliki mahasiswa. Mahasiswa kurang menerapkan langkah-langkah kebiasaan membaca dengan baik. Hal tersebut terlihat dari jenis bacaan seperti buku ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan mata kuliah kurang menjadi perhatian mahasiswa. Mahasiswa lebih memilih mencari referensi bacaan lewat internet. Terlihat pula kondisi mahasiswa yang kurang bisa membaca di manapun tempatnya dan di waktu kapanpun sehingga hal ini menghambat mahasiswa untuk membaca karena mereka tidak bisa melakukan kegiatan membaca di waktu dan tempat yang kurang kondusif. Mahasiswa juga jarang membawa buku bacaan ketika sedang pergi karena mereka jarang mengisi waktu luang dengan membaca ketika sedang pergi. Kelemahan pada kebiasaan membaca mahasiswa juga terlihat dari jadwal membaca yang kurang teratur di setiap hari. Bahkan mahasiswa juga kurang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 153
memiliki bacaan rutin setiap minggu, sehingga target untuk membaca beberapa buku dalam sebulan juga kurang tercapai. Kebiasaan sederhana seperti menyempatkan untuk membaca minimal 10 menit di setiap pagi menjadi hal yang sulit dilakukan. Hasil analisis angket faktor membaca pemahaman mahasiswa termasuk dalam kategori tinggi. Berdasarkan angket faktor membaca, peneliti dapat mengetahui faktor internal dan faktor eksternal yang memengaruhi kegiatan membaca pemahaman mahasiswa. Meskipun faktor membaca mahasiswa termasuk dalam kategori tinggi namun terdapat beberapa faktor yang dianalisis oleh peneliti menjadi penghambat melakukan kegiatan membaca. Faktor tersebut seperti dorongan membaca mahasiswa sangat kuat jika akan menempuh ujian tengah semester atau akhir semester. Hal tersebut memperlihatkan bahwa mahasiswa melakukan kegiatan membaca pada saat ujian saja. Dalam keseharian, mahasiswa membaca hanya tertuju pada bacaan yang sifatnya menghibur. Mahasiswa membaca buku agar mendapat pujian dari dosen atau teman. Hal tersebut memperlihatkan bahwa dorongan membaca buku bukan atas kesadaran diri sendiri tetapi karena ada alasan dari faktor eksternal. Apabila mahasiswa menemukan pendapat ahli yang dikutip dalam suatu artikel, buku, atau hasil penelitian, keinginan mereka cukup rendah untuk melacak sumber asli. Padahal, jika hal tersebut mereka lakukan, mereka dapat memahami secara lebih komprehensif tentang suatu informasi. Mahasiswa mengalami kesulitan untuk memahami isi bacaan meskipun bacaan tersebut berkaitan dengan bidang ilmu yang dipelajari. Pemahaman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 154
mahasiswa yang cukup terlihat dari pemahaman isi bacaan dilakukan dengan cara mengingat-ingat isinya saja. Mahasiswa juga mengalami kesulitan ketika menemukan kata-kata yang tidak diketahui artinya. Kalimat yang panjang dan struktur teks yang tidak sistematis juga mempersulit mahasiswa dalam memahami isi bacaan. Hal tersebut dapat terjadi karena mereka kurang memiliki kebiasaan membaca yang rutin sehingga mereka mengalami kesulitan untuk memahami bacaan yang panjang. Keadaan tersebut juga didukung dengan masih kuatnya pengaruh bahasa lisan di lingkungan mahasiswa sering mempersulit pemahaman isi bacaan. Di sisi lain, mahasiswa juga memiliki kelebihan yang dapat dinilai sebagai sikap positif seperti mahasiswa akan berusaha menyelesaikan tugas membaca yang diberikan oleh dosen dengan tepat waktu. Hal tersebut dilakukan mahasiswa karena mahasiswa ingin mencapai prestasi setinggi-tingginya dengan rajin membaca. Mahasiswa juga memiliki kesadaran yang cukup tinggi meskipun dalam hal pelaksanaan membaca kurang menjadi kebutuhan pokok bagi seorang mahasiswa jika ingin memiliki wawasan dan pengetahuan yang luas. Keinginan mahasiswa cukup tinggi untuk mencari jawaban atas suatu masalah melalui membaca karena mahasiswa lebih suka membaca sendiri sumber informasi daripada mengikuti pendapat orang lain. Teknik membaca juga membantu mempermudah mahasiswa untuk memahami isi bacaan. Keadaan di atas,
juga didukung dengan keinginan mahasiswa untuk
membaca kembali bacaan yang pernah dibaca untuk menyegarkan ingatan sehingga mahasiswa dapat mengungkapkan gagasan hasil membaca secara tertulis dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 155
bentuk artikel, makalah, atau bentuk lain. Keberadaan buku yang dibutuhkan oleh mahasiswa juga sudah disiapkan di tempat terjangkau sehingga mahasiswa tidak kesulitan dalam mencari sumber referensi. Mahasiswa juga memiliki kesadaran untuk pergi ke perpustakaan. Mahasiswa juga mampu berpikir kritis ketika memberi tanggapan terhadap pendapat orang lain. Pengembangan kebiasaan membaca yang akan dikembangkan peneliti akan menutup kekurangan-kekurangan yang dimiliki mahasiswa dan meningkatkan sikap positif yang telah dimiliki sebelumnya. Hasil tes kemampuan membaca pemahaman mahasiswa kelas G dan H semester VI Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta tahun akademik 2015/2016 termasuk ke dalam kategori cukup. Tes kemampuan membaca pemahaman memiliki enam aspek. Aspek-aspek dalam tes kemampuan membaca pemahaman yaitu aspek menangkap arti kata/istilah, menangkap makna tersurat, menangkap makna tersirat, menarik kesimpulan isi bacaan, memprediksi maksud penulis, dan mengevaluasi bacaan. Dari hasil tersebut, mahasiswa sudah mampu memahami empat aspek yaitu menangkap arti kata/istilah, menarik kesimpulan isi bacaan, memprediksi maksud penulis, dan mengevaluasi bacaan. Keempat aspek tersebut menjadi kekuatan bagi mahasiswa untuk mengasah kemampuan membaca pemahaman agar semakin meningkat. Terdapat pula dua aspek yang menghambat mahasiswa yaitu aspek menangkap maksud tersurat dan menangkap makna tersirat. Hal tersebut menjadi kelemahan bagi mahasiswa yang perlu diperbaiki.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 156
Terjadi ketidakselarasan antara angket faktor membaca pemahaman dan hasil tes kemampuan membaca pemahaman mahasiswa. Angket faktor membaca pemahaman menunjukkan pada kategori tinggi, sedangkan hasil tes kemampuan membaca pemahaman mahasiswa termasuk dalam kategori cukup. Kedua hasil tersebut akan digabungkan dengan hasil angket analisis kebutuhan pengembangan kebiasaan membaca pemahaman sehingga menghasilkan langkah-langkah yang mampu
menumbuhkan
kebiasaan
membaca
pemahaman
mahasiswa.
Pengembangan kebiasaan membaca yang baru bertujuan untuk menumbuhkan kebiasaan membaca pemahaman mahasiswa yang berguna untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam membaca pemahaman. Pengembangan kebiasaan membaca pemahaman yang dikembangkan merupakan gabungan dari berbagai macam langkah-langkah yang sudah ada sebelumnya. Langkah-langkah kebiasaan membaca tersebut disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi mahasiswa yang sudah diketahui. Peneliti berharap langkahlangkah kebiasaan membaca yang baru dapat menjadi solusi untuk mengurangi kelemahan mahasiswa dalam kegiatan membaca dan meningkatkan kemampuan membaca menjadi lebih tinggi serta menumbuhkan kebiasaan membaca pemahaman. Pengembangan kebiasaan membaca pemahaman ini memiliki tujuh langkah yang dapat diterapkan mahasiswa pada saat melakukan kegiatan membaca pemahaman. Langkah-langkah tersebut bertujuan agar mahasiswa dapat menumbuhkan kebiasaan membaca pemahaman. Selain itu, tujuan dari langkah ini agar mahasiswa lebih memahami 6 aspek membaca pemahaman yaitu menemukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 157
arti kata/istilah, menangkap makna tersurat, menangkap makna tersirat, menarik kesimpulan, membuat prediksi, dan mengevaluasi bacaan. Kebiasaan membaca pemahaman yang dikembangkan dalam penelitian ini berguna untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman mahasiswa menjadi lebih baik lagi. Langkah-langkah yang terdapat dalam kebiasaan membaca pemahaman yaitu: 1. Menumbuhkan rasa ingin tahu yang tinggi Alasan mahasiswa ingin mengetahui informasi tentang suatu topik karena mereka ingin menambah wawasan ilmu pengetahuan berkaitan dengan bidang yang digelutinya maupun dalam bidang yang tidak berhubungan dengan bidang yang digelutinya. Mahasiswa yang sudah memiliki rasa ingin tahu yang tinggi pasti memiliki semangat untuk membaca buku. Ketika mahasiswa menemukan pendapat ahli yang dikutip dalam suatu artikel, buku, atau hasil penelitian, mahasiswa dapat melacak sumber asli untuk menemukan jawaban seperti yang dibutuhkan. Apabila mahasiswa melakukan hal tersebut, selain dapat memahami secara lebih komprehensif tentang suatu informasi, mereka juga dapat melatih kebiasaan membaca secara perlahan-lahan. 2. Memiliki minat dan membangun motivasi untuk membaca Mahasiswa yang ingin menumbuhkan minat baca perlu memiliki niat yang tulus untuk membaca. Penyediaan buku bacaan yang memadai, baik dari segi kuantitas judul buku maupun kualitas buku di perpustakaan dapat menumbuhkan minat seseorang untuk membaca buku. Setelah memiliki minat membaca, kemudian bangunlah motivasi membaca.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 158
Membangun motivasi saat membaca harus dimulai dari dalam diri sendiri. Tanamkan pada diri sendiri bahwa membaca merupakan suatu kebutuhan. Mahasiswa yang sudah memiliki motivasi akan menimbulkan rasa antusiasme terhadap pentingnya membaca buku. Mahasiswa yang sudah memiliki minat dan motivasi membaca akan berpengaruh pada prestasi belajarnya. Prestasi yang baik tentu tidak terlepas dari informasi akan pengetahuan yang dimilikinya karena kegiatan membaca yang telah dilakukannya. 3. Pilih jenis bacaan yang sesuai dengan kebutuhan Sebelum membaca, sebaiknya mahasiswa perlu memilih bacaan dengan memperhatikan bahwa topik yang mereka terima dari buku sesudah dibaca akan memberikan manfaat dan tidak merugikan. Bahan bacaan yang dipilih diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya. Pemilihan bahan bacaan yang tepat akan membuat mahasiswa tertarik untuk membaca buku. Selain itu, mahasiswa akan memiliki manfaat setelah membaca buku. Mahasiswa dapat memilih bahan bacaan yang sesuai dengan bidang yang digelutinya, karena bahasa dalam informasi dari bahan bacaan tersebut mungkin tidak sulit untuk dipahami. Apabila mahasiswa mengalami kesulitan ketika sedang membaca buku dan menemukan kata-kata yang tidak diketahui artinya, maka langkah yang tepat adalah mahasiswa dapat mencatat kata-kata tersebut lalu mencarinya di dalam kamus. Keadaan tersebut akan menuntun mahasiswa untuk membaca referensi buku yang lain. Hal tersebut dapat menumbuhkan kebiasaan membaca mahasiswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 159
Mencari rekomendasikan buku menjadi salah satu cara yang efektif untuk membangkitkan kebiasaan membaca. Rekomendasi buku dapat diperoleh dari orang terdekat. Meminta pendapat atau rekomendasi buku dari seseorang yang sudah membaca akan membangkitkan semangat untuk menumbuhkan kebiasaan membaca yang mulai menurun. Mahasiswa dapat memiliki manfaat dari mencari rekomendasi buku untuk mengetahui isi buku secara langsung. 4.
Atur waktu dan ciptakan lingkungan yang kondusif untuk membaca Mahasiswa yang ingin meningkatkan kualitas dan kemajuan pribadinya perlu
mengatur waktu untuk membaca buku dengan baik. Pemilihan waktu untuk membaca dapat ditentukan pada pagi, siang, sore, atau malam hari. Mahasiswa perlu mengelola waktu dengan baik sehingga memiliki kesempatan untuk membaca. Keberhasilan membaca tidak ditentukan dengan waktu lama yang dibutuhkan ketika membaca melainkan keefektifan dan keefisiennya. Lebih baik sebentar, tetapi sering dan berkelanjutan, daripada hanya sesekali menyempatkan waktu untuk membaca. Mengatur waktu yang tepat untuk membaca dapat dilakukan dengan menggunakan waktu yang santai atau pada saat memiliki semangat yang tinggi untuk membaca sehingga dengan mudah otak dapat memusatkan konsentrasi pada saat membaca. Mahasiswa yang ingin menumbuhkan kebiasaan membaca yang baik perlu memiliki komitmen sebagai salah satu upaya untuk memiliki sikap disiplin diri. Hal tersebut dapat dilakukan dengan membaca materi bacaan yang mudah dan menarik setidaknya setengah jam setiap hari. Kemudian waktu membaca dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 160
ditingkatkan dan selanjutnya bahan-bahan bacaan dapat diganti dengan jenis bacaan yang lain sesuai dengan kebutuhan pembaca. Apabila disiplin waktu untuk membaca sudah dimiliki, maka kebiasaan membaca yang baik juga akan melekat pada diri mahasiswa. Mahasiswa juga perlu menyadari bahwa ketika membaca dilakukan dengan suasana hati yang senang maka kegiatan membaca dapat menjadi hal yang mengasyikkan. Mahasiswa dapat menciptakan lingkungan yang kondusif ketika membaca agar terciptanya suasana yang diharapkan. Suasana yang nyaman untuk membaca akan membuat mahasiswa semakin tertarik dengan kegiatan membacanya. Mahasiswa yang ingin memiliki suasana yang nyaman ketika sedang membaca, perlu mengendalikan diri sehingga dapat mengatur kondisi emosi dengan lebih baik. Kondisi emosi dapat memengaruhi pemahaman mahasiswa dalam menangkap informasi yang diterima pada saat membaca. Apabila mahasiswa dapat menciptakan lingkungan kondusif maka kebiasaan membaca dengan sendirinya dapat tumbuh dalam diri mahasiswa. 5. Membuat Jam Wajib Baca dengan Gerakan Cinta Buku dan Hari Buku Mahasiswa dapat membuat kegiatan bagi dirinya untuk mewujudkan sikap yang baik dalam menumbuhkan kebiasaan membaca. Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan adalah dengan mengatur jadwal dalam seminggu atau sebulan untuk membuat Gerakan Cinta Buku. Kegiatan ini dimaksudkan agar mahasiswa yang ingin memiliki kebiasaan membaca yang baik dapat mempunyai rasa suka pada buku. Jangan sampai berpikir ketika melihat buku yang tebal pikiran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 161
langsung terbawa pada beban yang harus ditempuh ketika membaca buku. Hal lain yang dapat dilakukan adalah selalu menyempatkan membaca minimal 10 menit di setiap pagi atau membaca buku sebelum tidur, dan mahasiswa dapat membawa buku bacaan untuk mengisi waktu luang dengan membaca ketika sedang pergi. Buku-buku yang akan dibaca hendaknya disiapkan di tempat yang mudah dijangkau. Kegiatan lain yang dapat dilakukan oleh mahasiswa dengan mengatur jadwal rutin untuk melaksanakan kegiatan Hari Buku. Hari Buku dilaksanakan dengan tujuan agar mahasiswa mempunyai jadwal membaca secara teratur di setiap hari. Alangkah baiknya ketika dalam membuat jadwal harian ini mahasiswa juga membuat target yang harus dilakukan pada saat membaca buku. Mahasiswa dapat membuat daftar buku-buku yang belum atau sudah dibaca agar ketika membutuhkan sumber bacaan yang terkait dengan topik tertentu dapat menemukannya dengan mudah. Gerakan Cinta Buku dan Hari Buku dapat dilakukan dengan membuat komitmen pada diri sendiri sebagai salah satu langkah terwujudnya kebiasaan membaca dalam diri mahasiswa. Kedua kegiatan tersebut dapat mendorong mahasiswa untuk melakukan kegiatan membaca, sehingga mahasiswa tidak hanya membaca pada saat ujian tengah semester atau akhir semester saja. 6. Tentukan teknik membaca yang tepat Teknik membaca membantu mahasiswa untuk melakukan kegiatan membaca dan mehamami isi bacaan dengan mudah. Ketika mahasiswa sudah menemukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 162
teknik yang dikuasai dalam memahami isi bacaan, maka dengan mudah mahasiswa dapat memiliki waktu membaca secara rutin. Mahasiswa yang sudah mempunyai teknik membaca dapat dipastikan hal tersebut dapat membuatnya memiliki keinginan untuk membaca buku.
7. Tumbuhkan kegemaran untuk menulis Mahasiswa yang memiliki kegemaran untuk menulis pasti harus membaca banyak buku referensi. Hal tersebut bertujuan untuk mendapatkan informasi dari materi yang akan dijadikan topik ketika menulis. Banyaknya sumber informasi yang dimiliki akan membuat materi untuk menulis menjadi semakin baik. Kegemaran untuk menulis dapat menjadi langkah yang baik untuk menumbuhkan kebiasaan membaca dan mengembangkan budaya baca dalam diri mahasiswa. Peneliti membuat pengembangan kebiasaan membaca pemahaman dengan mempertimbangkan beberapa aspek seperti kebutuhan mahasiswa dalam melakukan kegiatan membaca, situasi dan kondisi, dan sumber belajar yang digunakan.
4.4 Deskripsi Produk Di awal penelitian, peneliti memilih materi membaca pemahaman yang secara khusus peneliti ingin mengembangkan kebiasaan membaca pemahaman bagi mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Selanjutnya, materi tersebut diimplementasikan ke dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar. Setelah menyusun standar kompetensi dan kompetensi dasar dilanjutkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 163
dengan membuat indikator kemudian mengumpulkan materi dari angket analisis kebutuhan pengembangan kebiasaan membaca pemahaman, angket faktor membaca pemahaman, hasil tes kemampuan membaca pemahaman, dan beberapa materi lain berkaitan dengan kebiasaan membaca yang akan digunakan dalam menyusun modul pengembangan kebiasaan membaca. Tahap terakhir, setelah peneliti menemukan semua materi yang diperoleh, peneliti membuat modul pembelajaran yang berkaitan dan sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar.
4.4.1 Standar Kompetensi Standar Kompetensi merupakan deskripsi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai setelah mahasiswa mempelajari topik mata kuliah.
4.4.2 Kompetensi Dasar Kompetensi dasar adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap minimal yang harus dicapai oleh mahasiswa untuk menunjukkan bahwa mahasiswa telah menguasai standar kompetensi yang telah ditetapkan. Kompetensi dasar merupakan penjabaran dari standar kompetensi.
4.4.3 Indikator Indikator merupakan penanda tercapainya kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur dengan mencakup aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik mahasiswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 164
dan mata kuliah kemudian dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan dapat diamati.
4.4.4 Modul Pembelajaran a. Sampul Halaman Depan Sampul halaman depan modul pembelajaran, terdapat judul modul, nama penyusunan modul pembelajaran, dan ilustrasi gambar mengenai materi yang terdapat di dalam modul. Peneliti mengembangkan modul pembelajaran yang berjudul Menumbuhkan Kebiasaan Membaca: Upaya Membangun Budaya Baca di Indonesia.
b. Isi Bagian isi terdiri dari 159 halaman. Lembar awal modul terdapat standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator. Selanjutnya pada lembar berikutnya terdapat materi yang sesuai dengan topik, tugas, latihan, dan refleksi.
c. Daftar Pustaka dan Daftar Laman Bagian daftar pustaka dan daftar laman berisi daftar referensi dan sumber informasi yang digunakan dalam menyusun modul. Tahap terakhir pada proses pembuatan modul adalah menyajikan produk yang telah divalidasi. Penyajian produk pembelajaran melalui proses cetak berbentuk buku teks.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 165
4.5 Data Validasi dan Revisi Produk Produk yang sudah dikembangkan oleh peneliti kemudian diberikan kepada dosen ahli membaca. Dosen ahli membaca untuk validasi produk yaitu dosen mata kuliah intensif Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Validasi dilakukan untuk mengetahui kualitas produk yang dikembangkan agar dapat digunakan oleh mahasiswa. Pada subbab ini peneliti akan memaparkan data validasi oleh dosen ahli, penilaian uji coba mahasiswa, dan revisi produk
4.5.1 Deskripsi Data Validasi Dosen Ahli Penilaian dilakukan pada tanggal 24 Mei 2016 oleh Septina Krismawati, S.S., M.A. Aspek yang dinilai dari modul pembelajaran meliputi (1) aspek penyajian, (2) aspek kelayakan materi modul, dan (3) aspek bahasa. Validasi dari dosen ahli dilakukan satu kali, yaitu penilaian produk sebagai validasi produk. Berdasarkan hasil penilaian, peneliti menyempurnakan produk dengan merevisi produk tersebut. Berikut ini hasil validasi modul pengembangan kebiasaaan membaca . a. Aspek Kelayakan Penyajian Aspek kelayakan penyajian adalah aspek modul pembelajaran yang berkaitan dengan (1) kesesuaian modul dengan tema, (2) kemenarikan judul dalam modul, (3) pemilihan huruf dan warna sesuai dengan kebutuhan materi, (4) pemilihan gambar pada sampul modul, (5) komponen yang disajikan secara sistematis, dan (6) kesesuaian ukuran serta tebal modul. Dosen memberikan rata-rata skor 4 dan memiliki kategori “Baik”. Analisis kelayakan penyajian modul pengembangan kebiasaan membaca dilakukan untuk mengetahui tingkat kelayakan penyajian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 166
modul pengembangan kebiasaan membaca yang dikembangkan. Hasil validasi aspek kelayakan penyajian oleh dosen ahli dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.32 Hasil Validasi Aspek Kelayakan Penyajian oleh Dosen Ahli No.
Aspek Penilaian
Indikator Penilaian
Rentang Skor
Kritik dan Saran
1 2 3 4 5 1.
Penyajian modul a. Kesesuaian “Menumbuhkan modul Kebiasaan dengan tema. Membaca” b. Kemenarikan judul dalam modul.
c. Pemilihan huruf dan warna sesuai dengan kebutuhan materi. d. Pemilihan gambar pada sampul modul.
e. Setiap komponen disajikan secara sistematis. f. Kesesuaian ukuran dan tebal modul.
Judul kurang menggambarkan isi buku. Lebih baik jika ditambahkan subjudul yang menerangkan judul tersebut. Misalnya: Menumbuhkan Kebiasaan Membaca: Upaya Membangun Budaya Baca di Indonesia. Warna dasar sampul masih standar. Mungkin bisa dibuat gradasi warna yang lebih menarik.
Gambar pertama tidak terlalu menampakkan aktivitas membaca. Lebih kepada aktivitas mengerjakan soal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 167
No.
Aspek Penilaian
Indikator Penilaian
Rentang Skor
Kritik dan Saran
1 2 3 4 5 Jumlah Rata-rata skor Kategori
24 4 Baik
Berdasarkan tabel di atas, hasil validasi aspek penyajian modul pengembangan kebiasaan membaca oleh dosen ahli dapat disimpulkan bahwa validasi memperoleh rata-rata skor 4 dengan kategori “Baik”. Analisis kelayakan penyajian modul pengembangan kebiasaan membaca dilakukan untuk mengetahui tingkat kelayakan penyajian modul pengembangan kebiasaan membaca. b. Aspek kelayakan materi Aspek kelayakan materi modul adalah aspek modul pembelajaran yang berkaitan dengan (1) materi dalam modul sesuai dan mendukung sebagai referensi bahan perkuliahan, (2) materi dalam modul menarik dan sesuai dengan kebutuhan mahasiswa, (3) sistematika urutan materi, (4) kesesuaian materi judul dan subjudul, (5) kelengkapan, kedalaman, dan kejelasan materi, (6) kesesuaian materi dengan contoh, (7) kesesuaian evaluasi dengan materi dalam modul, (8) kesesuaian evaluasi dengan tingkat pemahaman mahasiswa, (9) pemilihan gambar/foto sesuai dengan materi, dan (10) keefektifan modul mendukung sebagai referensi bahan perkuliahan. Dosen memberikan rata-rata skor 4,7 memiliki kategori “Sangat Baik”. Analisis kelayakan penyajian modul pengembangan kebiasaan membaca dilakukan untuk mengetahui tingkat kelayakan materi modul pengembangan kebiasaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 168
membaca yang dikembangkan. Hasil validasi aspek kelayakan materi oleh dosen ahli dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.33 Hasil Validasi Aspek Kelayakan Materi oleh Dosen Ahli No.
Aspek Penilaian
Indikator Penilaian
Rentang Skor
1 2.
Materi modul “Menumbuhkan Kebiasaan Membaca”
a. Materi dalam modul sesuai dan mendukung sebagai referensi bahan perkuliahan. b. Materi dalam modul menarik dan sesuai dengan kebutuhan mahasiswa.
c. Sistematika urutan materi. d. Kesesuaian materi dengan judul dan subjudul. e. Kelengkapan, kedalaman, dan kejelasan materi. f. Kesesuaian materi dengan contoh. g. Kesesuaian evaluasi dengan materi dalam modul.
Kritik dan Saran
2 3 4 5
Materi dalam modul sebenarnya menarik. Akan lebih baik jika ditambah ilustrasi-ilustrasi sehingga tidak membuat bosan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 169
No.
Aspek Penilaian
Indikator Penilaian
Rentang Skor
1 h. Kesesuaian evaluasi dengan tingkat pemahaman mahasiswa. i. Pemilihan gambar/foto sesuai dengan materi. j. Keefektifan modul mendukung sebagai referensi bahan perkuliahan.
Jumlah Rata-rata skor Kategori
Kritik dan Saran
2 3 4 5
47 4,7 Sangat Baik
Berdasarkan tabel di atas, hasil validasi aspek materi modul pengembangan kebiasaan membaca oleh dosen ahli dapat disimpulkan bahwa validasi memperoleh rata-rata skor 4,7 memiliki kategori “Sangat Baik”. Analisis kelayakan materi modul pengembangan kebiasaan membaca dilakukan untuk mengetahui tingkat kelayakan materi modul pengembangan kebiasaan membaca yang dikembangkan.
c. Aspek Kelayakan Bahasa Aspek kelayakan bahasa dalam materi modul adalah aspek modul pembelajaran yang berkaitan dengan (1) pemilihan bahasa dalam modul mudah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 170
dipahami dan sesuai dengan jenjang kognitif mahasiswa, (2) keefektivan kalimat yang digunakan dalam modul mudah dipahamai pembaca, dan (3) penggunaan tanda baca, diksi, dan kalimat sesuai dengan ejaan yang disempurnakan (EYD). Dosen memberikan rata-rata skor 3,4 memiliki kategori “Baik”. Analisis kelayakan penyajian modul pengembangan kebiasaan membaca dilakukan untuk mengetahui tingkat kelayakan bahasa modul pengembangan kebiasaan membaca yang dikembangkan. Hasil validasi aspek bahasa oleh dosen ahli dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.34 Hasil Validasi Aspek Bahasa oleh Dosen Ahli No.
Aspek Penilaian
3.
Bahasa dalam modul “Menumbuhkan Kebiasaa Membaca”
Indikator Penilaian
a. Pemilihan bahasa dalam modul mudah dipahami dan sesuai dengan jenjang kognitif mahasiswa. b. Keefektivan kalimat yang digunakan dalam modul mudah dipahami pembaca. c. Penggunaan tanda baca, diksi, dan kalimat sesuai dengan ejaan yang disempurnakan (EYD).
Rentang Skor 1 2 3 4 5
Kritik dan Saran
Masih banyak kesalahan terkait penggunaan ejaan. Perlu diteliti dan diperbaiki lagi.
Jumlah
10
Rata-Rata Skor
3,33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 171
Kategori
Cukup
Berdasarkan tabel di atas, hasil validasi aspek bahasa modul pengembangan kebiasaan membaca oleh dosen ahli dapat disimpulkan bahwa validasi memperoleh rata-rata skor 3,33 dengan kategori “Cukup”. Analisis kelayakan bahasa modul pengembangan kebiasaan membaca dilakukan untuk mengetahui tingkat kelayakan bahasa modul pengembangan kebiasaan membaca yang dikembangkan. Berdasarkan hasil penilaian validasi dosen ahli di atas, peneliti dapat membuat kesimpulan bahwa kelayakan materi modul pengembangan kebiasaan membaca memperoleh rata-rata skor 4,7 dan memiliki kategori “Sangat Baik”. Analisis kelayakan penyajian modul dilakukan untuk mengetahui tingkat kelayakan kemenarikan dalam penyajian modul pengembangan kebiasaan membaca.
4.5.2 Revisi Produk Produk berupa modul pengembangan kebiasaan membaca yang sudah divalidasi melalui diskusi dengan dosen ahli membaca dapat digunakan peneliti untuk mengetahui kelemahan dalam produk tersebut. Peneliti melakukan perbaikan untuk mengurangi kelemahan yang terdapat dalam produk tersebut. Perbaikan akan dilakukan dengan cara menambahkan atau mengurangi beberapa bagian yang dianggap kurang relevan dengan materi modul pengembangan kebiasaan membaca. Revisi produk oleh dosen ahli dilakukan satu kali validasi. Berdasarkan hasil validasi tersebut, peneliti memperoleh masukan dan saran perbaikan oleh ahli materi. Berikut ini beberapa hal yang harus direvisi untuk memperbaiki modul pengembangan kebiasaan membaca.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 172
a. Revisi Aspek Kelayakan Penyajian Peneliti mendapat penilaian dalam aspek kelayakan penyajian modul pengembangan kebiasaan membaca dari dosen ahli. Secara lebih rinci, revisi aspek kelayakan penyajian modul pengembangan kebiasaan membaca dapat dilihat dalam tabel berikut ini. Tabel 4.35 Hasil Revisi Aspek Kelayakan Penyajian No. Sebelum Revisi 1. Kemenarikan judul dalam materi belum menggambarkan isi buku. Judul modul Menumbuhkan Kebiasaan Mahasiswa masih terlalu umum. 2. Pemilihan warna sampul masih standar seharusnya gradasi warna dapat dibuat lebih menarik lagi.
Setelah Revisi Penambahan subjudul dalam modul menjadi Menumbuhkan Kebiasaan Mahasiswa: Upaya Membangun Budaya Baca di Indonesia.
3.
Mengubah gambar pertama yang awalnya gambar berupa aktivitas mengerjakan soal menjadi gambar dua orang dan satu orang yang sedang melakukan aktivitas membaca buku.
Pemilihan gambar pada sampul modul pada gambar pertama tidak terlalu menampakkan aktivitas membaca, tetapi lebih kepada aktivitas mengerjakan soal.
Mengganti desain warna sampul yang masih standar dengan desain yang lebih menarik lagi.
b. Revisi Aspek Kelayakan Materi Peneliti mendapat penilaian dalam aspek kelayakan materi modul pengembangan kebiasaan membaca dari dosen ahli. Secara lebih rinci, revisi aspek kelayakan materi modul pengembangan kebiasaan membaca dapat dilihat dalam tabel berikut ini. Tabel 4.36 Hasil Revisi Aspek Kelayakan Materi No. Sebelum Revisi Setelah Revisi 1. Materi dalam modul sebenarnya Menambahkan ilustrasi berupa menarik tetapi membuat pembaca bagan, tabel, skema, dan gambar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 173
No.
Sebelum Revisi menjadi bosan. Hal tersebut dikarenakan ada beberapa bagian yang membuat pembaca menjadi bosan. Terdapat pula halaman materi yang berisi tulisan penuh
Setelah Revisi dalam modul. Ilustrasi dalam modul dapat membantu pembaca untuk memahami isi materi serta dapat menarik perhatian pembaca.
. c. Revisi Aspek Kelayakan Bahasa Peneliti mendapat penilaian dalam aspek kelayakan bahasa modul pengembangan kebiasaan membaca dari dosen ahli. Secara lebih rinci, revisi aspek kelayakan bahasa modul pengembagan kebiasaan membaca dapat dilihat dalam tabel berikut ini. Tabel 4.37 Hasil Revisi Aspek Kelayakan Bahasa No. Sebelum Revisi 1. Banyak kesalahan penggunaan ejaan.
Setelah Revisi terkait Memperbaiki dalam menggunakan tanda baca, diksi, dan kalimat yang sesuai dengan ejaan yang disempurnakan (EYD).
4.5.3 Uji Coba Produk Setelah produk pembelajaran direvisi dan dinilai oleh ahli materi, tahap akhir dari penelitian pengembangan ini adalah melakukan uji coba produk yang dikembangkan kepada mahasiswa secara terbatas. Uji coba ini dilakukan untuk mengimplementasikan materi membaca pemahaman menggunakan modul pengembangan kebiasaan membaca dan mendapatkan penilaian yang berupa tanggapan dan respon mahasiswa yang menjadi pengguna modul pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 174
Penilaian mahasiswa terhadap uji coba modul pengembangan kebiasaan membaca mencakup (1) aspek penyajian, (2) aspek materi, dan (3) aspek bahasa. Uji coba dilakukan kepada mahasiswa dengan subjek penelitian yang sama, yaitu 5 mahasiswa semester VI Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Mahasiswa dari kelas kelas G berjumlah 2 orang sedangkan mahasiswa dari kelas H berjumlah 3 orang. Pemilihan perwakilan mahasiswa ditentukan secara acak. Adapun hasil penilaian siswa adalah sebagai berikut. a. Aspek Kelayakan Penyajian Hasil uji coba terbatas pada kelima mahasiswa dalam hal aspek penyajian dalam modul pengembangan kebiasaan membaca memperoleh rata-rata skor 4,13 dengan kategori “Sangat Baik”. Mahasiswa memberikan saran bahwa sebaiknya memperbaiki desain sampul halaman agar lebih menarik. Selain itu, mahasiswa juga memberikan saran untuk lebih memperhatikan dalam memilih warna dan jenis kertas. Hasil uji coba terhadap mahasiswa pada aspek kelayakan penyajian modul pengembangan kebiasaan membaca dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.38 Hasil Uji Coba terhadap Mahasiswa Pada Aspek Kelayakan Penyajian Modul Pengembangan Kebiasaan Membaca Nama Mahasiswa
Indikator 1 2 3
Masykuri 4 3 Karunia 4 4 Debi 4 5 Hima 4 5 Wahyu 4 5 Rata-rata Penilaian
4 3 4 4 5
Jumlah
Rata-rata
Kategori
11 11 13 13 14 12,4
3,67 3,67 4,33 4,33 4,67 4,13
Baik Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 175
Keterangan: 1. Saya senang menggunakan modul ini. 2. Pemilihan huruf dan warna dalam modul “Menumbuhkan Kebiasaan Membaca” mudah dibaca dan jelas. 3. Tampilan modul “Menumbuhkan Kebiasaan Membaca” menarik perhatian.
Berdasarkan hasil uji coba terbatas pada kelima mahasiswa dalam hal aspek penyajian dalam modul pengembangan kebiasaan membaca memperoleh rata-rata skor 4,13 dengan kategori “Sangat Baik”. Mahasiswa memberikan saran bahwa sebaiknya memperbaiki desain sampul halaman agar lebih menarik. Selain itu, mahasiswa juga memberikan saran untuk lebih memperhatikan dalam memilih warna dan jenis kertas.
b. Aspek Kelayakan Materi Hasil uji coba terbatas pada kelima mahasiswa, aspek materi dalam modul pengembangan kebiasaan membaca memperoleh rata-rata skor 4,4 dengan kategori “Sangat Baik”. Mahasiswa memberikan saran bahwa sebaiknya memperbaiki desain sampul halaman agar lebih menarik. Selain itu, mahasiswa juga memberikan saran untuk lebih memperhatikan dalam memilih warna dan jenis kertas. Hasil uji coba terhadap mahasiswa pada aspek kelayakan materi modul pengembangan kebiasaan membaca dapat dilihat pada tabel berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 176
Tabel 4.39 Hasil Uji Coba terhadap Mahasiswa Pada Aspek Kelayakan Materi Modul Pengembangan Kebiasaan Membaca
Nama Mahasiswa
Indikator
1 2 3 Masykuri 4 5 5 Karunia 4 4 4 Debi 5 5 4 Hima 4 5 4 Wahyu 5 4 5 Rata-rata Penilaian
4 5 4 5 4 4
5 4 4 4 4 5
Jumlah
Rata-rata
Kategori
23 20 23 21 23 22
4,6 4 4,6 4,2 4,6 4,4
Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik
Keterangan: 1. Saya tertarik dengan materi di dalam modul “Menumbuhkan Kebiasaan Membaca” sebagai bahan referensi untuk kuliah. 2. Saya mudah memahami materi dalam modul “Menumbuhkan Kebiasaan Membaca”. 3. Modul “Menumbuhkan Kebiasaan Membaca” memiliki banyak manfaat untuk bahan belajar bagi mahasiswa. 4. Setelah saya membaca modul “Menumbuhkan Kebiasaan Membaca” saya terinspirasi untuk menumbuhkan kebiasaan membaa dalam diri saya sendiri. 5. Modul “Menumbuhkan Kebiasaan Membaca” berkaitan dengan tema membaca pemahaman yang selama ini saya perlukan untuk mengetahui kiatkiat menumbuhkan kebiasaan membaca.
Berdasarkan hasil uji coba terbatas pada kelima mahasiswa, aspek materi dalam modul pengembangan kebiasaan membaca memperoleh rata-rata skor 4,4 dengan kategori “Sangat Baik”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 177
c.
Aspek Kelayakan Bahasa Berdasarkan hasil uji coba terbatas pada kelima mahasiswa, aspek bahasa dalam
modul pengembangan kebiasaan membaca memperoleh rata-rata skor 4,3 dengan kategori “Sangat Baik”. Hasil uji coba terhadap mahasiswa pada aspek kelayakan bahasa modul pengembangan kebiasaan membaca dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.40 Hasil Uji Coba terhadap Mahasiswa Pada Aspek Kelayakan Bahasa Modul Pengembangan Kebiasaan Membaca
Nama Mahasiswa
Indikator
1 Masykuri 5 Karunia 4 Debi 5 Hima 4 Wahyu 4 Rata-rata Penilaian
2 4 4 4 4 5
Jumlah
Rata-rata
%
Kategori
9 8 9 8 9 8,6
4,5 4 4,5 4 4,5 4,3
90% 80% 90% 80% 90% 86%
Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik
Keterangan Indikator: 1. Petunjuk dan penggunaan modul “Menumbuhkan Kebiasaan Membaca” mudah dipahami dan digunakan. 2. Bahasa yang digunakan dalam modul “Menumbuhkan Kebiasaan Membaca” mudah dipahami.
Berdasarkan hasil uji coba terbatas pada kelima mahasiswa, aspek bahasa dalam modul pengembangan kebiasaan membaca memperoleh rata-rata skor 4,3 dengan kategori “Sangat Baik”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 178
4.6 Pembahasan Penelitian berjudul Pengembangan Kebiasaan Membaca Pemahaman Mahasiswa Semester VI Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta Tahun Akademik 2015/2016 ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan mengembangkan kebiasaan membaca pemahaman mahasiswa semester VI Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta tahun akademik 2015/2016 berdasarkan hasil analisis kebutuhan pengembangan kebiasaan membaca pemahaman, faktorfaktor yang memengaruhi kemampuan membaca mahasiswa, dan tingkat kemampuan membaca pemahaman mahasiswa yang diperoleh melalui angket analisis kebutuhan pengembangan kebiasaan membaca pemahaman, faktor membaca, dan tes kemampuan membaca pemahaman. Peneliti menggunakan angket analisis kebutuhan kebiasaan membaca pemahaman yang berguna untuk mengetahui kebutuhan yang diperlukan mahasiswa dalam mengembangkan kebiasaan membaca pemahaman sehingga dapat memperkuat langkah-langkah kebiasaan membaca pemahaman yang akan dikembangkan. Berdasarkan tiga data tersebut diharapkan mampu menghasilkan kebiasaan membaca pemahaman yang dapat mencapai tujuan membaca mahasiswa.
4.6.1 Faktor-faktor yang Memengaruhi Membaca Mahasiswa Sebelum
mengetahui
tingkat
kemampuan
membaca
pemahaman
mahasiswa, peneliti memberikan angket faktor membaca untuk mengukur faktor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 179
yang memengaruhi kegiatan membaca pemahaman mahasiswa. Angket faktor tersebut mencakup faktor internal dan faktor eksternal yang dimiliki oleh mahasiswa ketika sedang membaca. Angket faktor tersebut berisi 100 butir pernyataan yang terdiri dari indikator 8 faktor internal dan 6 faktor eksternal. Dalam indikator tersebut, terdapat pernyataan positif dan negatif. Pernyataan positif mendukung
kemampuan
membaca
pemahaman
dan
pernyataan
negatif
menghambat kemampuan membaca pemahaman. Pengolahan data angket faktor dengan menggunakan teori skala likert yang telah dimodifikasi. Terdapat 3 skala yaitu setuju, tidak setuju, dan tidak memiliki pilihan. Skor dalam setiap pilihan yaitu skor (3) untuk pilihan setuju, skor (2) untuk pilihan tidak mempunyai pilihan, dan skor (1) untuk pilihan tidak setuju. Peneliti kemudian mentabulasikan skor dari setiap pilihan yang telah dipilih oleh mahasiswa. Berdasarkan tabulasi skor yang telah diperoleh, peneliti dapat mengetahui faktor internal dan faktor eksternal yang memengaruhi membaca pemahaman. Faktor internal dominan yang dimiliki oleh mahasiswa yaitu faktor motivasi, faktor sikap dan minat, faktor pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki sebelumnya, serta faktor suasana lingkungan dan waktu. Pertama, mahasiswa memiliki faktor motivasi ketika melakukan kegiatan membaca pemahaman. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan bukti seperti mahasiswa ingin mencapai prestasi setinggi-tingginya dengan cara rajin membaca. Hal tersebut diperkuat dengan bukti bahwa mahasiswa merasa puas jika dapat menyelesaikan tugas yang diberikan dosen dengan tepat waktu dan maksimal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 180
Kedua, mahasiswa memiliki sikap dan minat yang tinggi ketika melakukan kegiatan membaca pemahaman. Mahasiswa dapat menghadapi masalah dengan mencari jawaban atas suatu masalah melalui membaca. Terlihat pula situasi yang memperlihatkan bahwa mahasiswa ingin membaca kembali bacaan yang pernah dibaca untuk menyengarkan ingatan. Kondisi emosi mahasiswa terlihat baik ketika mahasiswa merasa puas jika dapat menyelesaikan tugas yang diberikan dosen secara maksimal. Tugas tersebut diselesaikan dengan memahami isi bacaan dengan merumuskan bahasa sendiri. Hal tersebut juga memperlihatkan bahwa faktor cara membaca mahasiswa terlihat baik. Ketiga, faktor membaca yang dimiliki mahasiswa mempunyai kategori baik tidak terlepas dari pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya. Hal tersebut dapat membantu mahasiswa dalam memahami isi bacaan. Ketertarikan mahasiswa terhadap bacaan juga diperlihatkan mahasiswa ketika mahasiswa memiliki kesadaran bahwa membaca merupakan salah satu kebutuhan pokok yang harus dilakukan untuk mendapatkan wawasan yang luas. Apabila mahasiswa memiliki masalah maka mereka akan pergi ke perpustakaan untuk membaca. Keempat, faktor suasana lingkungan dan waktu turut memengaruhi faktor membaca mahasiswa yang tinggi. Peneliti juga menemukan faktor eskternal membaca dominan yang dimiliki mahasiswa. Faktor eksternal dominan yang memengaruhi membaca pemahaman mahasiswa yaitu faktor teks dan faktor kuatnya pengaruh televisi. Pertama, faktor teks terlihat dari mahasiswa yang memperlihatkan cara belajar mahasiswa yang memahami isi bacaan dengan mengingat-ingat saja. Dampak dari cara belajar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 181
tersebut membuat mahasiswa sering kesulitan dalam memahami isi bacaan karena ada kata-kata asing yang belum diketahui artinya. Kedua, faktor kuatnya pengaruh televisi terlihat dari kemajuan dan teknologi di zaman ini yang memperlihatkan bahwa adanya acara televisi yang menarik serta kehadiran alat komunikasi seperti gadget, membuat mahasiswa lebih tertarik mengisi waktu luangnya untuk menikmati hiburan pada alat tersebut daripada hanya membaca buku. Peneliti memperkuat penentuan hasil kategori faktor membaca pemahaman tersebut dengan menghitung skor total angket faktor membaca pemahaman. Peneliti mendapatkan skor total angket faktor kemampuan membaca pemahman dengan cara menjumlahkan keseluruhan skor yang terdapat dalam setiap pernyataan. Peneliti mendapatkan kesimpulan hasil angket faktor membaca pemahaman dengan menggunakan perhitungan rumus index %. Rumus tersebut yaitu skor total dibagi skor ideal dikali 100. Hasil perhitungan angket faktor kemampuan membaca yaitu 11445:14.400x100%=79,48%. Dari data persentase yang sudah diperoleh, peneliti dapat membuat kesimpulan bahwa faktor membaca mahasiswa termasuk dalam kategori tinggi.
4.6.2
Tingkat Kemampuan Membaca Pemahaman Mahasiswa Peneliti menggunakan tes kemampuan membaca pemahaman untuk
mengukur tingkat kognitif dan kemampuan membaca pemahaman mahasiswa. Tes kemampuan membaca pemahaman mencakup 6 aspek membaca pemahaman yaitu aspek menangkap arti kata/istilah, menangkap makna tersurat, menangkap makna tersirat, memprediksi maksud penulis, dan mengevaluasi isi bacaan. Berdasarkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 182
aspek tersebut peneliti dapat mengetahui kelemahan dan kekuatan yang dimiliki mahasiswa dalam setiap aspek yang diujikan. Tes menggunakan tes objektif yang berupa tes pilihan ganda yang berjumlah 40 butir soal. Peneliti mengetahui hasil tes dilakukan dengan memberi jawaban benar dengan skor (1) dan jawaban salah diberi skor (0). Jumlah benar dalam satu tes merupakan nilai keseluruhan yang diperoleh mahasiswa. Langkah selanjutnya yaitu mencari nilai rata-rata yang diperoleh dengan cara jumlah skor (1081) dibagi dengan jumlah mahasiswa (48) dan diketahui rata-ratanya adalah 22,52. Rata-rata responden harus mencapai nilai 30 sampai 40 untuk mencapai kategori yang baik/tinggi. Kemampuan membaca pemahaman mahasiswa yang kurang terlihat dari tingkat pemahaman mahasiswa dalam aspek menangkap makna tersurat dan makna tersirat yang masih kurang dalam diri mahasiswa. Kemampuan mahasiswa dalam hal menangkap makna tersurat dan tersirat memang masih kurang, akan tetapi mahasiswa memiliki kemampuan untuk menangkap arti kata/istilah, menangkap kesimpulan isi bacaan, memprediksi maksud penulis, dan mengevaluasi bacaan. Kemampuan tersebut terlihat dari jawaban benar yang dimiliki mahasiswa lebih banyak daripada jawaban salah. Hasil tes menunjukkan bahwa kemampuan membaca pemahaman mahasiswa dikatakan cukup. Hal tersebut tidak sesuai dengan faktor membaca mahasiswa yang masuk dalam kategori tinggi. Hasil tes yang tidak maksimal dipengaruhi oleh pemahaman mahasiswa yang minimal. Kondisi tersebut tidak terlepas dari tingkat kebiasaan membaca mahasiswa yang tidak memiliki jadwal secara teratur untuk membaca. Motivasi membaca mahasiswa juga hanya terlihat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 183
ketika akan menempuh ujian saja. Membaca belum menjadi kebutuhan pokok yang perlu mereka laksanakan. Kondisi emosi dan ketertarikan yang lebih tinggi dengan kehadiran alat teknologi membuat mahasiswa tidak memiliki rutinitas untuk membaca buku. Faktor tersebut ternyata memengaruhi kemampuan membaca pemahaman mahasiswa. Mahasiswa belum mampu menemukan langkah yang sesuai dengan kebutuhan belajarnya.
Peneliti
berpendapat
bahwa untuk
meningkatkan
kemampuan membaca pemahaman mahasiswa dibutuhkan langkah untuk menumbuhkan kebiasaan membaca pemahaman. Berdasarkan teori yang sudah ada dengan memerhatikan kebutuhan dan kondisi mahasiswa.
4.6.3
Pengembangan Kebiasaan Membaca Pemahaman Peneliti menemukan adanya ketidaksesuaian antara faktor membaca
pemahaman yang termasuk dalam kategori tinggi dengan hasil tes kemampuan membaca pemahaman yang termasuk dalam kategori cukup. Hal tersebut menunjukkan bahwa mahasiswa memerlukan langkah agar dapat membaca dengan lebih baik. Langkah tersebut berguna untuk meningkatkan kebiasaan dan kemampuan membaca pemahaman. Peneliti memberikan solusi untuk memecahkan masalah tersebut dengan menggunakan angket analisis kebutuhan pengembangan kebiasaan membaca pemahaman sehingga dapat mengetahui kebutuhan mahasiswa dalam memberikan langkah kebiasaan membaca yang akan dikembangkan. Peneliti mengembangkan kebiasaan membaca pemahaman berdasarkan ketidaksesuaian yang telah dijabarkan di atas. Peneliti mengembangkan kebiasaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 184
membaca pemahaman berdasarkan data-data dari hasil analisis angket kebutuhan pengembangan kebiasaan membaca pemahaman, hasil analisis angket faktor membaca pemahaman, dan hasil tes kemampuan membaca pemahaman. Pengembangan yang dilakukan peneliti dari hasil data tersebut merupakan cara peneliti untuk menemukan langkah-langkah menumbuhkan kebiasaan membaca mahasiswa. Berikut penjabaran langkah kebiasaan yang telah disusun dan dikembangkan berdasarkan kondisi dan kebutuhan mahasiswa. Pengembangan kebiasaan membaca ini memiliki tujuh langkah yang dapat diterapkan mahasiswa pada saat melakukan kegiatan membaca pemahaman. Langkah ini juga bertujuan agar mahasiswa lebih memahami enam aspek membaca pemahaman yaitu menemukan arti kata/istilah, menangkap makna tersurat, menangkap makna tersirat, menarik kesimpulan, membuat prediksi, dan mengevaluasi bacaan sehingga mahasiswa dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman. Langkah-langkah yang terdapat dalam pengembangan kebiasaan membaca yaitu (1) menumbuhkan rasa ingin tahu yang tinggi, (2) memiliki minat dan membangun motivasi untuk membaca, (3) pilih jenis bacaan yang sesuai dengan kebutuhan, (4) atur waktu dan ciptakan lingkungan yang kondusif untuk membaca, (5) membuat jam wajib baca dengan Gerakan Cinta Buku dan Hari Buku (6) tentukan teknik membaca yang tepat, dan (7) tumbuhkan kegemaran untuk menulis. Peneliti membuat pengembangan kebiasaan membaca pemahaman dengan mempertimbangkan beberapa aspek seperti kebutuhan mahasiswa dalam melakukan beberapa langkah untuk membaca, situasi dan kondisi mahasiswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 185
Pengembangan
kebiasaan
membaca
pemahaman
mahasiswa
yang
telah
dikembangkan akan menghasilkan produk berupa modul.
4.7 Tahap-tahap Pengembangan Modul Kebiasaan Membaca Pemahaman Modul pengembangan kebiasaan membaca pemahaman mempunyai tujuh tahap pengembangan, yaitu merumuskan potensi dan masalah, pengumpulan data, desain produk, validasi desain produk, revisi produk, uji coba produk, dan produksi produk sesuai dengan kebutuhan. 4.7.1 Merumuskan Potensi dan Masalah Penelitian ini dilakukan karena peneliti menemukan masalah yang sudah dijelaskan dalam latar belakang penelitian. Peneliti menemukan masalah dalam bidang pendidikan yang secara khusus mengenai pengembangan kebiasaan membaca pemahaman Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di perguruan tinggi. Peneliti menemukan potensi dalam kurikulum mata kuliah membaca intensif di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Kemudian peneliti menemukan pula potensi yang dapat menjadi sumber data penelitian yaitu informasi dari dosen mata kuliah membaca yang memiliki wawasan tentang teori pentingnya membaca pemahaman dan pentingnya kebiasaan membaca di kalangan mahasiswa. Selanjutnya, potensi yang telah ditemukan akan dikembangkan oleh peneliti agar tidak menjadi masalah secara berkelanjutan. Peneliti juga menemukan masalah pada mahasiswa yang belum memahami bacaan dengan benar dan tepat. Subjek penelitian yang dipilih oleh peneliti adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 186
mahasiswa semester VI kelas G dan H Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta tahun akademik 2015/2016. Alasan peneliti memilih mahasiswa VI Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia karena peneliti ingin mengetahui tingkat kemampuan dan pemahaman mahasiswa, setelah mahasiswa tersebut mendapatkan mata kuliah membaca intensif pada semester II. Peneliti ingin menemukan langkah untuk melakukan pengembangan kebiasaan membaca pemahaman berdasarkan analisis kebutuhan pengembangan kebiasaan membaca pemahaman, faktor membaca pemahaman dan hasil tes kemampuan membaca pemahaman. Peneliti akan menggunakan data yang diperoleh dari analisis kebutuhan pengembangan kebiasaan membaca pemahaman, faktor membaca pemahaman, dan hasil tes kemampuan membaca pemahaman sebagai bahan untuk pengembangan kebiasaan membaca pemahaman mahasiswa. Peneliti akan berusaha untuk mencari solusi dari masalah yang ditemukan agar tidak terjadi penyimpangan antara sesuatu yang diharapkan dengan kenyataan yang terjadi. Hal tersebut dilakukan agar mahasiswa dapat lebih memahami materi dari proses perkuliahan. Data yang telah diperoleh peneliti melalui berbagai analisis kebutuhan yang telah dipaparkan di atas akan berguna untuk merancang modul yang efektif dengan membahas pengembangan kebiasaan membaca pemahaman mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 187
4.7.2 Pengumpulan Data Peneliti mengumpulkan informasi dengan mencari informasi dan mengolahnya secara objektif sesuai dengan analisis kebutuhan pengembangan kebiasaan membaca pemahaman, faktor membaca pemahaman, dan tes kemampuan membaca pemahaman. Hasil perhitungan angket analisis kebutuhan pengembangan kebiasaan membaca pemahaman yaitu 84,1%. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut peneliti dapat menyimpulkan bahwa mahasiswa sudah menumbuhkan kebiasaan membaca dan langkah-langkah menumbuhkan kebiasaan membaca yang diterapkan mahasiswa semester VI kelas G dan H Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta masuk dalam kategori tinggi. Peneliti akan menjabarkan angket analisis kebutuhan tersebut untuk mengembangkan kebiasaan membaca membaca pemahaman yang sesuai dengan kebutuhan mahasiswa. Hasil faktor yang memengaruhi kemampuan membaca pemahaman dengan dengan persentase 79,48%, memiliki kategori tinggi. Peneliti dapat menjabarkan indikator yang memuat pernyataan positif sebagai pendukung dalam menumbuhkan kebiasaan membaca. Pernyataan negatif juga dapat dijabarkan sebagai langkah untuk menghindari faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya kebiasaan membaca. Peneliti menggunakan teknik tes dalam penelitian ini untuk mengukur tingkat kemampuan membaca pemahaman. Tes tersebut diberikan kepada mahasiswa semester VI setelah mahasiswa tersebut mempelajari materi membaca pemahaman pada semester II. Tes dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 188
berupa soal-soal objektif berjumlah 40 butir soal yang memiliki materi membaca pemahaman. Teknik tes dalam penelitian ini mencakup 6 aspek membaca pemahaman yaitu, (1) menangkap arti kata/istilah, (2) menangkap makna tersurat, (3) menangkap makna tersirat, (4) menarik kesimpulan isi bacaan, (5) memprediksi maksud penulis, dan (6) mengevaluasi bacaan. Hasil tes kemampuan membaca pemahaman dengan persentase 22,52 tergolong cukup. Aspek kemampuan membaca pemahaman yang tinggi dan rendah pada diri mahasiswa dapat menjadi kekuatan sebagai langkah untuk mencari cara agar kebiasaan membaca ketika menemukan kemudahan dan kesulitan dapat dicari solusinya. Peneliti juga mendapatkan informasi dari hasil observasi. Peneliti melakukan pengamatan melalui cara observasi langsung, yaitu observasi yang dilakukan secara langsung terhadap objek yang diteliti. Peneliti melakukan pengamatan ketika proses perkuliahan sedang berlangsung yang diikuti oleh dosen dan mahasiswa semester VI kelas G dan H Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta tahun akademik 2015/2016. Peneliti melakukan observasi dengan mempersiapkan lembar observasi dalam penelitian ini sebagai pedoman untuk memperoleh data dengan mencatat proses perkuliahan yang sedang berlangsung. Peneliti mengamati dan mencatat gejala-gejala atau ciri-ciri yang muncul dalam pengamatan sesuai dengan daftar lembar observasi. Peneliti mendapatkan informasi yang lebih dalam ketika melakukan wawancara langsung kepada responden. Peneliti melakukan wawancara yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 189
ditujukan kepada mahasiswa semester VI kelas G dan H Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta tahun akademik 2015/2016 yang mendapatkan nilai tes kemampuan membaca pemahaman yang tinggi terkait dan faktor membaca pemahaman mahasiswa yang bersangkutan.
4.7.3 Desain Produk Produk yang dihasilkan dalam bidang pendidikan melalui penelitian R&D ini diharapkan mampu meningkatkan produktivitas pendidikan dengan menghasilkan modul. Hasil akhir dari penelitian dan pengembangan ini adalah desain produk baru berupa modul yang berjudul Menumbuhkan Kebiasaan Membaca: Upaya Membangun Budaya Baca di Indonesia. Desain pengembangan kebiasaan membaca melalui kemampuan membaca pemahaman mempunyai spesifikasi yang utama yaitu menciptakan langkah-langkah belajar untuk mengembangkan kebiasaan membaca melalui metode pembelajaran keterampilan membaca pemahaman. Kebiasaan membaca melalui metode pembelajaran keterampilan membaca pemahaman adalah sebuah metode baru yang dikembangkan dari metode-metode pembelajaran bahasa yang sudah ada. Peneliti berharap bahwa produk yang berupa modul ini dapat memberikan langkah-langkah kebiasaan membaca pemahaman. Peneliti menggunakan metode baru yang disesuaikan dengan tingkat kognitif mahasiswa. Hal tersebut dilakukan agar mahasiswa dapat memahami materi yang terdapat dalam modul pengembangan kebiasaan membaca.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 190
Peneliti menentukan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pembelajaran. Setelah menentukan ketercapaian yang diharapkan dalam penggunaan modul, peneliti menguraikan materi yang akan dibahas dalam modul tersebut. Terdapat enam materi pokok dalam modul yaitu, (1) membaca pemahaman, (2) faktor-faktor membaca pemahaman, (3) kebiasaan membaca, (4) budaya lisan dan budaya tulis, (5) strategi membaca pemahaman, dan (6) membentuk kebiasaan membaca sebagai budaya baca. Materi tersebut juga dijabarkan lagi ke dalam subbab yang sesuai dengan materi modul. Peneliti juga membuat tugas, latihan soal, dan refleksi, untuk mengukur pemahaman mahasiswa dalam menggunakan modul tersebut. Peneliti juga memberikan kunci jawaban untuk mengontrol jawaban mahasiswa dan mengukur ketepatan mahasiswa dalam menjawab berbagai latihan soal tersebut.
4.7.4 Validasi Desain Validasi desain menjadi proses kegiatan untuk menilai apakah rancangan produk dalam penggunaan produk baru secara rasional akan lebih efektif dari produk yang lama atau tidak. Peneliti melakukan validasi produk dengan bertemu dosen mata kuliah membaca yang sudah mempunyai pengalaman untuk memberikan penilaian produk baru. Validasi desain dilakukan oleh dosen mata kuliah intensif, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta yaitu Septina Krismawati, S.S., M.A. Peneliti juga memberikan lembar uji validasi berupa penilaian modul pengembangan kebiasaan membaca pemahaman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 191
Angket uji validasi akan membantu peneliti menemukan kelebihan dan kelemahan modul pengembangan kebiasaan membaca pemahaman yang telah dibuat. Dosen memberikan penilaian terhadap produk yang dihasilkan peneliti berdasarkan tiga aspek penilaian, yaitu (1) aspek penyajian, (2) aspek kelayakan materi modul, dan (3) aspek bahasa. Berdasarkan hasil penilaian validasi dosen ahli di atas, peneliti dapat membuat kesimpulan bahwa kelayakan materi modul pengembangan kebiasaan membaca memperoleh rata-rata skor 4,7 dan memiliki kategori “Sangat Baik”. Analisis kelayakan penyajian modul dilakukan untuk mengetahui tingkat kelayakan kemenarikan dalam penyajian modul pengembangan kebiasaan membaca pemahaman.
4.7.5 Revisi Desain Produk berupa modul pengembangan kebiasaan membaca pemahaman yang berjudul Menumbuhkan Kebiasaan Membaca: Upaya Membangun Budaya Membaca di Indonesia yang sudah divalidasi melalui diskusi dengan dosen ahli mata kuliah membaca intensif dapat digunakan peneliti untuk mengetahui kualitas produk tersebut. Peneliti memperbaiki kekurangan yang terdapat dalam produk tersebut. Perbaikan dilakukan dengan cara menambahkan atau mengurangi beberapa bagian yang dianggap kurang relevan dengan materi modul pengembangan kebiasaan membaca. Peneliti melakukan revisi produk dengan satu kali validasi oleh dosen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 192
4.7.6 Uji Coba Produk Desain produk berupa modul pengembangan kebiasaan membaca yang berjudul Menumbuhkan Kebiasaan Membaca: Upaya Membangun Budaya Baca di Indonesia yang sudah divalidasi oleh dosen ahli dan sudah direvisi oleh peneliti dapat diuji cobakan. Peneliti melakukan uji coba produk kepada kelompok terbatas. Peneliti menentukan lima mahasiswa yang dapat mewakili dari keseluruhan jumlah subjek penelitian. Uji coba produk dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan informasi tentang keefektifan produk baru yang telah dihasilkan oleh peneliti. Peneliti juga memberikan lembar uji coba produk berupa penilaian modul pengembangan kebiasaan membaca pemahaman yang diberikan kepada mahasiswa sebagai pengguna modul. Angket uji coba produk akan membantu peneliti menemukan kelebihan dan kelemahan modul pengembangan kebiasaan membaca pemahaman yang telah dibuat. Lembar uji coba produk akan diberikan 5 mahasiswa sebagai perwakilan dari keseluruhan jumlah responden. Mahasiswa akan memberikan penilaian terhadap produk yang dihasilkan peneliti berdasarkan tiga aspek penilaian, yaitu (1) aspek penyajian, (2) aspek kelayakan materi modul, dan (3) aspek bahasa. Setelah melakukan tahap merumuskan potensi dan masalah, pengumpulan data, mendesain produk, validasi desain produk, revisi produk, dan uji coba produk, tahap terakhir yang dilakukan peneliti adalah memproduksi produk. Peneliti melakukan produksi produk sesuai kebutuhan. Produksi produk akan menghasilkan modul berbentuk buku teks.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V PENUTUP Pada bab ini memaparkan tentang tiga hal, yaitu (1) kesimpulan penelitian, (2) implikasi, (3) keterbatasan penelitian dan (4) saran-saran penelitian.
5.1 Kesimpulan Penelitian Berdasarkan hasil analisis data penelitian pengembangan dan pembahasan, peneliti dapat mengambil beberapa kesimpulan. Pertama, faktor-faktor yang memengaruhi membaca pemahaman mahasiswa kelas G dan H semester VI Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta tahun akademik 2015/2016 dikategorikan ke dalam faktor internal dan eksternal. Faktor internal dominan yang dimiliki oleh mahasiswa yaitu faktor motivasi, faktor sikap dan minat, faktor pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki sebelumnya, serta faktor suasana lingkungan dan waktu. Peneliti juga menemukan faktor eskternal membaca dominan yang dimiliki mahasiswa. Faktor eksternal dominan yang memengaruhi membaca pemahaman mahasiswa yaitu faktor teks dan faktor kuatnya pengaruh televisi. Kedua, kemampuan membaca pemahaman mahasiswa kelas G dan H semester VI Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta tahun akademik 2015/2016 termasuk dalam kategori cukup. Hasil tersebut didapat dan ditemukan dari nilai rata-rata tes kemampuan membaca pemahaman mahasiswa sebesar 22,52. Mahasiswa kurang mampu 193
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 194
memahami aspek menangkap makna tersurat dan menangkap makna tersirat. Tetapi, mahasiswa sudah memiliki kemampuan dalam menangkap arti kata/istilah, menarik kesimpulan isi bacaan, memprediksi maksud penulis, dan mengevaluasi bacaan. Ketiga, berdasarkan hasil dari angket faktor-faktor yang memengaruhi membaca pemahaman dan tes kemampuan membaca pemahaman peneliti dapat membuat kesimpulan bahwa hasil angket faktor-faktor yang memengaruhi membaca pemahaman termasuk tinggi memperlihatkan adanya ketidaksesuaian dengan hasil tes kemampuan membaca pemahaman yang termasuk dalam kategori cukup. Maka dari itu, peneliti memberikan langkah-langkah sebagai upaya pengembangan
kebiasaan
membaca
pemahaman
yang
berguna
untuk
menumbuhkan kebiasaan membaca dan meningkatkan kemampuan membaca pemahaman. Pengembangan kebiasaan membaca pemahaman juga didukung oleh hasil angket analisis kebutuhan pengembangan kebiasaan membaca pemahaman. Pengembangan kebiasaan membaca pemahaman tersebut sebagai berikut. 1. Mahasiswa diharapkan dapat menumbuhkan rasa ingin tahu yang tinggi. 2. Mahasiswa diharapkan memiliki minat dan membangun motivasi untuk membaca. 3. Mahasiswa seharusnya memilih jenis bacaan yang sesuai dengan kebutuhan. 4. Mahasiswa diharapkan dapat mengatur waktu dan menciptakan lingkungan yang kondusif untuk membaca. 5. Mahasiswa diharapkan membuat jam wajib baca dengan Gerakan Cinta Buku dan Hari Buku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 195
6. Mahasiswa seharusnya dapat menentukan teknik membaca yang tepat. 7. Mahasiswa diharapkan dapat menumbuhkan
kegemaran untuk menulis.
Langkah-langkah menumbuhkan kebiasaan membaca pemahaman di atas, diharapkan dapat mendukung pengembangan kebiasaan membaca pemahaman dan meningkatkan kemampuan membaca pemahaman mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
5.2 Implikasi Produk yang berupa modul pengembangan kebiasaan membaca pemahaman dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran membaca pemahaman bagi mahasiswa semester VI kelas G dan H Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta tahun akademik 2015/2016 karena pengembangan kebiasaan membaca pemahaman dilakukan berdasarkan hasil analisis kebutuhan mahasiswa semester VI kelas G dan H Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta tahun akademik 2015/2016. Apabila modul pengembangan kebiasaan membaca tersebut akan digunakan di universitas lain, pengguna modul harus memperhatikan beberapa hal berikut. 1. Pengguna modul harus memerhatikan kesesuaian modul pengembangan kebiasaan membaca dengan tujuan dan materi pembelajaran yang dibutuhkan. 2. Pengguna harus memastikan kesesuaian modul pengembangan kebiasaan membaca dengan tingkat kognitif mahasiswa karena modul dikembangkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 196
berdasarkan
analisis
kebutuhan
pengembangan
kebiasaan
membaca
pemahaman bagi mahasiswa semester VI kelas G dan H Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta tahun akademik 2015/2016.
5.3 Keterbatasan Penelitian Produk yang sudah dikembangkan memiliki beberapa keterbatasan sebagai berikut. 1. Produk yang sudah dikembangkan berfokus pada keterampilan membaca pemahaman dan terbatas hanya menggunakan standar kompetensi yang disesuaikan dengan analisis kebutuhan mahasiswa semester VI Kelas G dan H Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta tahun akademik 2015/2016. 2. Produk yang sudah dikembangkan lebih banyak berfokus pada aspek kognitif dan belum memperlihatkan pemahaman yang lebih rinci tentang keterampilan menumbuhkan kebiasaan membaca.
5.4 Saran-saran Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan di atas, peneliti memberikan saran yang ditujukan kepada (1) dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, (2) mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, dan (3) peneliti lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 197
1. Bagi Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Dosen sebaiknya memperhatikan kemampuan membaca pemahaman mahasiswa karena dari hasil data penelitian menunjukkan bahwa kemampuan membaca pemahaman mahasiswa semester VI kelas G dan H berada pada kategori cukup. Hal tersebut memperlihatkan kondisi yang memprihatinkan karena membaca pemahaman sudah dipelajari sejak semester II. Dosen dapat memberikan langkah-langkah untuk menumbuhkan kebiasaan membaca pada mahasiswa dengan memberikan tugas membaca dan membuat esai mengenai sebuah topik sejak dari semester awal. Langkah-langkah tersebut dimaksudkan untuk membentuk kebiasaan membaca mahasiswa yang menuntut pemahaman tingkat tinggi. Dosen dapat menerapkan pengembangan kebiasaan membaca pemahaman yang telah dihasilkan dari penelitian untuk menumbuhkan kebiasaan membaca pada diri mahasiswa. Upaya tersebut dapat membentuk kebiasaan membaca sehingga mahasiswa mampu menangkap 6 aspek yang terdapat dalam membaca pemahaman. 2. Bagi Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Mahasiswa diharapkan dapat memiliki kesadaran yang tinggi terhadap pentingnya membaca sehingga jiwa kebahasaan dan daya juang dalam menumbuhkan rasa bahasa dapat melekat pada dirinya. Mahasiswa harus memiliki rasa yakin dan percaya bahwa dengan membaca akan menambah ilmu pengetahuan, wawasan, dan kemampuan kebahasaan. Mahasiswa dapat meningkatkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 198
kemampuan membaca pemahaman dengan menerapkan langkah-langkah kebiasaan membaca pemahaman. Mahasiswa perlu memiliki kesadaran untuk menumbuhkan minat membaca. Mahasiswa sebaiknya mencoba membiasakan diri untuk membuat jadwal untuk membaca, dan menentukan target yang ingin dicapai sehingga kegiatan membaca yang dilakukan memiliki tujuan 3. Bagi Peneliti Lain Bagi peneliti yang hendak melanjutkan penelitian ini, penelitian ini dapat menjadi informasi atau masukan terbaru mengenai penelitian membaca, sehingga penelitian yang berkaitan dengan kebiasaan membaca dan kemampuan membaca pemahaman dapat dilanjutkan dan diperbaharui. Berbagai pengembangan kebiasaan membaca pemahaman sebagai upaya menumbuhkan kebiasaan membaca dan kemampuan membaca pemahaman perlu dievaluasi dan dicari inovasinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA Abidin, Yunus. 2012. Pembelajaran Membaca Berbasis Pendidikan Karakter. Bandung: Refika Aditama. Arifin, Zainal. 2011. Penelitian Pendidikan. (Metode dan Paradigma Baru). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Bina Aksara. . . 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka Cipta. Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Dewi, Ratih Puspita. 2011. Pengaruh Minat, Kebiasaan Membaca Buku Perpustakaan, dan Lingkungan Keluarga terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas X di SMK Negeri 1 Wonosobo Tahun Ajaran 2011/2012. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang. Gafur, Abdul. 1980. Disain Instruksional. Solo: Tiga Serangkai. http://id.scribd.com/doc/ diakses pada 13 Oktober 2015 pukul 15:30. http://kompasiana.com/html. Diakses pada Kamis, 15 Oktober 2015, pukul 11:09. http://www.perpustakaan.depkeu.go.id/DefaultPrg.asp?in=Detailnews&IdNews=4 42. Diakses pada Minggu, 27 September 2015, pukul 15:00. http://news.okezone.com/read/2015/03/25/65/1124236/anak-indonesiapalingmalas-baca-buku. Diakses pada Senin, 12 Oktober 2015, pukul 10:30. Iskandarwassid, dan Dadang Sunendar. 2008. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Penelitian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi. Yogyakarta: BPFE. .2012. Penilaian Pembelajaran Bahasa. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta. Nuriadi. 2008. Teknik Jitu menjadi Pembaca Terampil. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Prastowo, Andi. 2012. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta: Diva Press. Purnamasari, Dewi. 2008. “Hubungan antara Kebiasaan Membaca dengan Pemahaman Bacaan Siswa Kelas VII SMP di Kecamatan Kalasan Sleman.” Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Negeri Yogyakarta.
199
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 200
Putra, Dona Aji Kurnia. 2006. “Hubungan antara Kebiasaan Membaca dan Kecepatan Membaca dengan Pemahaman Bacaan Siswa Kelas II SMP Negeri di Kecamatan Depok, Sleman, Yogyakarta.” Skripsi.. Yogyakarta: FBS UNY. Rahim, Farida. 2007. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara. Rianti, Maria Dwi. 2015. “Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Pemahaman Berdasarkan Faktor Membaca Pemahaman pada Mahasiswa Semester VI Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta Tahun Ajaran 2015.” Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma. Riduwan. 2002. Skala Pengukuran Variabel-variabel. Bandung: Alfabeta. Sanjaya, Wina. 2013. Penelitian Pendidikan: Jenis, Metode, dan Prosedur. Jakarta: Kencana. Slameto. 2010. Belajar & Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Somadayo, Samsu. 2011. Strategi dan Teknik Pembelajaran Membaca. Yogyakarta: Graha Ilmu. Sudjana, Nana, dan Ibrahim. 1989. Penelitian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru. Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. 2007. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Argesindo. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta. Suharso, Puguh. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif untuk Bisnis: Pendekatan Filosofi dan Praktis. Jakarta: Indeks. Sukardjo. 2008. Kumpulan Materi Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Sumanto. 2014. Teori dan Aplikasi Metode Penelitian. Yogyakarta: CAPS. (Center of Academic Publishing Service). Sunarti. 1988. Membaca Pemahaman dan Faktor-Faktor yang Menentukan Keberhasilannya. Sukoharjo: Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Veteran. Suyatmi. 1998. Membaca Pemahaman dan Pengajarannya. Sukoharjo: Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Veteran. Tampubolon, DP. 1990. Kemampuan Membaca (Teknik Membaca Efektif dan Efisien). Bandung: Angkasa. .2008. Kemampuan Membaca: Edisi Revisi. Bandung: Angkasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 201
Tarigan, Henry Guntur. 1986. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Winardi, J. 2008. Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen. Jakarta: Rajawali Pers.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 202
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 1 Surat Izin Penelitian
203
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 204 Lampiran 2 Presensi Tes Membaca Pemahaman Kelas G dan H
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 205 Lampiran 2 Presensi Tes Membaca Pemahaman Kelas G dan H
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 206 Lampiran 2 Presensi Tes Membaca Pemahaman Kelas G dan H
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 207 Lampiran 2 Presensi Tes Membaca Pemahaman Kelas G dan H
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 3 Kisi-kisi Instrumen Penelitian
208
Tabel 3.1 Rambu-rambu Observasi No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Aspek yang Diamati Apakah yang dilakukan dosen pada saat mengawali perkuliahan (apersepsi, motivasi, dan review)? Apakah pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang digunakan oleh dosen dalam menyampaikan materi perkuliahan ? Bagaimana sikap dosen dalam menyikapi mahasiswa yang aktif dalam perkuliahan (kritis memberi tanggapan dan aktif bertanya)? Bagaimana sikap dosen dalam menyikapi mahasiswa yang cenderung pasif (rendahnya kognitif, malu, malas, tidak paham) dalam perkuliahan? Bagaimana sikap dosen dalam mengondisikan kelas agar tujuan perkuliahan tercapai? Bahan ajar atau media apa yang digunakan dosen dalam menyampaikan materi perkuliahan ? Apakah dosen memberikan evaluasi dari proses dan hasil perkuliahan? Apakah yang dilakukan dosen ketika mengakhiri perkuliahan? (memberikan tugas, salam, motivasi) Apakah dosen pernah memaparkan /menyinggung/ mengarahkan mengenai kiat-kiat menumbuhkan budaya baca? Apakah dalam perkuliahan dosen sudah membiasakan mahasiswa menggunakan literatur dan banyak materi? Apakah mahasiswa sudah menggunakan strategi (menggaris bawahi, merangkum,dll) membaca pemahaman ketika perkuliahan berlangsung? Tabel 3.2 Kisi-kisi Angket Analisis Kebutuhan Pengembangan Kebiasaan Membaca Pemahaman
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Indikator Kesenangan untuk Membaca Keinginan untuk Membaca Jenis Bacaan Kesempatan untuk Membaca Rutinitas Membaca Manfaat Membaca Buku
Jumlah 2 6 4 5 7 4
No. Subindikator 1, 4 5, 6, 8, 10, 12, 14 16, 17, 18, 19 23, 24, 25, 26, 28 28, 29, 30, 32, 33, 35, 38 40, 41, 44, 47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 3 Kisi-kisi Instrumen Penelitian
209
Tabel 3.3 Kisi-kisi Angket Faktor Membaca Pemahaman
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Indikator
Jumlah
Faktor Internal Faktor Motivasi 5 Faktor Sikap dan minat 5 Faktor Kebiasaan 2 Faktor Kondisi Emosi 3 Faktor Cara Membaca 6 Faktor Pengetahuan yang Dimiliki 7 Sebelumnya Faktor Ketertarikan terhadap Bacaan 3 dan Manfaat Faktor Intelegensi 1 Faktor Eksternal Faktor Kesulitan Bacaan 2 Faktor Latar Belakang Sosial Ekonomi 2 Keluarga Faktor Suasana Lingkungan dan 2 Waktu Faktor Teks 3 Faktor Masih Kuatnya Pengaruh 1 Budaya Lisan Faktor Kuatnya Pengaruh Televisi 361
No. Subindikator 1, 2, 76, 91, 95 43, 64, 69, 71, 72 9, 10 85, 87, 90 12, 59, 60, 61, 62, 63 54, 55, 58, 67, 74, 75 18, 25, 40 21 24, 26 27, 38 37, 49 22, 23, 35 34 36
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 3 Kisi-kisi Instrumen Penelitian
210
Tabel 3.4 Kisi-kisi Tes Kemampuan Membaca Pemahaman
No. Butir-butir Pertanyaan 1. Menangkap arti kata/istilah
2.
3.
4.
5.
6.
Jumlah 2
Indikator Mahasiswa mampu menemukan arti kata/istilah Menangkap makna 5 Mahasiswa tersurat mampu menentukan makna tersurat Menangkap makna 6 Mahasiswa tersirat mampu menentukan makna tersirat Menarik kesimpulan isi 7 Mahasiswa bacaan mampu menarik kesimpulan isi bacaan Memprediksi maksud 17 Mahasiswa penulis mampu memprediksi maksud penulis Mengevaluasi bacaan 3 Mahasiswa mampu menentukan evaluasi pada bacaan Tabel 3.5 Rambu-rambu Wawancara
Butir Soal 1, 2
4, 7, 8, 19, 22
5, 20, 23, 28, 34, 35
9, 12, 18, 21, 31, 36, 38
3, 6, 10, 11, 13, 16, 17, 24, 25, 27, 29, 30, 32, 33, 37, 39, 40 14, 15, 26
No. Aspek yang Ditanyakan 1. Berkaitan dengan minat mahasiswa untuk melakukan membaca agar mencapai prestasi yang baik. 2. Berkaitan dengan motivasi yang mendorong mahasiswa untuk membaca. 3. Berkaitan dengan faktor internal dan eksternal yang memengaruhi kemampuan membaca pemahaman. 4. Berkaitan dengan kebiasaan membaca yang dimiliki mahasiswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 3 Kisi-kisi Instrumen Penelitian
211
Tabel 3.6 Kisi-kisi Penilaian Produk Validasi Ahli No. Aspek yang Dinilai 1. Penyajian modul 2. Materi modul 3. Bahasa dalam modul
Jumlah 6 10 3
Tabel 3.7 Kisi-kisi Penilaian Uji Coba Produk Mahasiswa No. Aspek yang Dinilai 1. Penyajian modul 2. Materi modul 3. Bahasa dalam modul
Jumlah 3 5 2
No Pernyataan 1, 3, 4 2, 6, 8, 9, 10 5, 7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 212 Lampiran 4
Panduan Observasi Proses Perkuliahan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta Hari, tanggal observasi
:
Waktu
:
Tempat
:
No. 1. 2.
3.
4.
5. 6. 7. 8.
9.
10. 11.
Aspek yang Diamati Apakah yang dilakukan dosen pada saat mengawali perkuliahan (apersepsi, motivasi, dan review)? Apakah pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang digunakan oleh dosen dalam menyampaikan materi perkuliahan ? Bagaimana sikap dosen dalam menyikapi mahasiswa yang aktif dalam perkuliahan (kritis memberi tanggapan dan aktif bertanya)? Bagaimana sikap dosen dalam menyikapi mahasiswa yang cenderung pasif (rendahnya kognitif, malu, malas, tidak paham) dalam perkuliahan? Bagaimana sikap dosen dalam mengondisikan kelas agar tujuan perkuliahan tercapai? Bahan ajar atau media apa yang digunakan dosen dalam menyampaikan materi perkuliahan ? Apakah dosen memberikan evaluasi dari proses dan hasil perkuliahan? Apakah yang dilakukan dosen ketika mengakhiri perkuliahan? (memberikan tugas, salam, motivasi) Apakah dosen pernah memaparkan /menyinggung/ mengarahkan mengenai kiat-kiat menumbuhkan budaya baca? Apakah dalam perkuliahan dosen sudah membiasakan mahasiswa menggunakan literatur dan banyak materi? Apakah mahasiswa sudah menggunakan strategi (menggaris bawahi, merangkum,dll) membaca pemahaman ketika perkuliahan berlangsung?
Catatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 213 Lampiran 5
Panduan Observasi Proses Perkuliahan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
Hari, tanggal observasi
: 14 April 2016
Waktu
: 10.00-11.00 (Kelas G) 12.00-13.00 (Kelas H)
Tempat
No. 1.
: Ruang 404
Aspek yang Diamati Apakah yang dilakukan dosen pada saat mengawali perkuliahan (apersepsi, motivasi, dan review)?
2.
Apakah pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang digunakan oleh dosen dalam menyampaikan materi perkuliahan ?
3.
Bagaimana sikap dosen dalam menyikapi mahasiswa yang aktif dalam perkuliahan (kritis memberi tanggapan dan aktif bertanya)?
4.
Bagaimana sikap dosen dalam menyikapi mahasiswa yang cenderung pasif (rendahnya kognitif,
Catatan Dosen membuka proses perkuliahan dengan berdoa. Dosen juga bertanya kepada mahasiswa berkaitan dengan tugas yang diberikan di pertemuan sebelumnya. Dosen dapat mengecek pemahaman mahasiswa melalui jawaban yang diberikan mahasiswa. Dosen menggunakan pendekatan komunikatif dalam proses perkulian. Pendekatan komunikatif bertujuan agar tercipta interaksi antara dosen dan mahasiswa dalam proses perkuliahan. Metode yang digunakan adalah ceramah. Hal ini bertujuan untuk memberikan penguatan materi yang disampaikan dosen kepada mahasiswa. Selain itu, dosen juga menggunakan metode diskusi agar mahasiswa dapat terlibat aktif dalam mengikuti proses perkuliahan. Sikap dosen dalam menyikapi mahasiswa yang aktif ketika sedang mengikuti perkuliahan adalah memberikan timbal balik atas materi yang disampaikan. Biasanya mahasiswa yang aktif selalu bertanya dan kritis dalam memberikan tanggapan atas materi yang disampaikan oleh dosen.
Sikap dosen dalam menyikapi mahasiswa yang cenderung pasif yaitu dengan bertanya dan menunjuk langsung kepada mahasiswa yang bersangkutan. Biasanya mahasiswa yang cenderung pasif seperti rendahnya kognitif mahasiswa, kemudian ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 214 Lampiran 5
No.
5.
Aspek yang Diamati malu, malas, tidak paham) dalam perkuliahan? Bagaimana sikap dosen dalam mengondisikan kelas agar tujuan perkuliahan tercapai?
6.
Bahan ajar atau media apa yang digunakan dosen dalam menyampaikan materi perkuliahan ?
7.
Apakah dosen memberikan evaluasi dari proses dan hasil perkuliahan? Apakah yang dilakukan dosen ketika mengakhiri perkuliahan? (memberikan tugas, salam, motivasi) Apakah dosen pernah memaparkan /menyinggung/ mengarahkan mengenai kiat-kiat menumbuhkan budaya baca? Apakah dalam perkuliahan dosen sudah membiasakan mahasiswa menggunakan literatur
8.
9.
10.
Catatan mahasiswa yang malu dan malas bertanya bahkan tidak memahami materi perkuliahan. Sikap dosen dalam mengondisikan kelas agar tujuan perkuliahan dapat tercapai dengan cara sikap tegas dan berwibawa yang dimiliki dosen sehingga mahasiswa memiliki rasa antusias dalam mengikuti proses perkuliahan. Selain itu, dosen menjelaskan materi dengan suara jelas sehingga mahasiswa dengan mudah dapat memahami materi perkuliahan yang disampaikan oleh dosen. Dosen memberikan penjelasan dengan beberapa pengandaian sehingga mahasiswa mempunyai apersepsi. Dosen juga selalu memberikan koreksi kepada mahasiswa apabila mahasiswa melakukan kekurangan atau kekeliruan dalam memahami materi perkuliahan. Dosen selalu memberikan kelemahan dan kelebihan setiap materi perkuliahan yang diberikan oleh mahasiswa. Dosen menggunakan bahan ajar berupa contoh proposal skripsi. Bahan ajar tersebut dapat membuat mahasiswa semakin memahami materi perkuliahan serta dapat menambah wawasan pengetahuannya. Dosen juga menggunakan laptop dan viewer sebagai media untuk menyampaikan Dosen melakukan evaluasi dari proses dan hasil perkuliahan dengan memberikan kesimpulan.
Ketika mengakhiri perkuliahan dosen memberikan rencana perkuliahan di pertemuan selanjutnya. Dosen juga memberikan motivasi kepada mahasiswa untuk terus belajar. Dosen menutup kegiatan materi perkuliahan dengan berdoa dan memberi salam penutup. Dosen mengarahkan kepada mahasiswa agar menumbuhkan kebiasaan membaca sehingga mahasiswa mempunyai referensi belajar untuk menambah informasi dan wawasan pengetahuan.
Dosen sudah membiasakan mahasiswa dengan mengarahkan agar mahasiswa banyak menggunakan materi dan literatur sebagai sumber belajarnya. Saran dosen tersebut akan membuat mahasiswa untuk menumbuhkan kebiasaan membaca pada dirinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 215 Lampiran 5
No. 11.
Aspek yang Diamati dan banyak materi? Apakah mahasiswa sudah menggunakan strategi (menggaris bawahi, merangkum,dll) membaca pemahaman ketika perkuliahan berlangsung?
Catatan Mahasiswa sudah menggunakan strategi membaca pemahaman ketika perkuliahan berlangsung. Strategi membaca pemahaman yang dilakukan mahasiswa seperti menggaris bawahi informasi yang penting kemudian merangkumnya ke dalam buku catatan dengan bahasa sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 216 Lampiran 6 Angket Analisis Kebutuhan Pengembangan Kebiasaan Membaca Pemahaman
Mrican, Tromol Pos 29 Yogyakarta 55002,Telp.: 0274-513301 – ext. 1405,Fax.: 0274-562383,e-mail:
[email protected] 0274-562383
ANGKET ANALISIS KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KEBIASAAN MEMBACA PEMAHAMAN MAHASISWA DAN PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN Nama Mahasiswa
: _________________________________
Semester
: _________________________________
Nama PT
: _________________________________
Jurusan/ Prodi
: _________________________________
Petunjuk: 1. Di bawah ini adalah instrumen angket analisis kebutuhan pengembangan kebiasaan membaca pemahaman mahasiswa dan pengembangan modul pembelajaran membaca pemahaman. 2. Berilah tanda centang (√) pada pilihan jawaban, S = SETUJU, TS = TIDAK SETUJU, TMP= TIDAK MEMILIKI PILIHAN sesuai dengan pendapat Anda. 3. Jawaban ditulis di lembar angket, setelah selesai dikumpulkan kembali kepada petugas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 217 Lampiran 6 Angket Analisis Kebutuhan Pengembangan Kebiasaan Membaca Pemahaman
No.
Jawaban
Pernyataan S
1.
Saya senang membaca karena saya menemukan hal yang baru.
2.
Jika saya berada di sebuah mall, saya pasti menyempatkan waktu untuk mengunjungi toko buku. Saya merasa rugi jika waktu senggang saya tersita begitu saja tanpa membaca. Saya senang ketika keinginan membaca tentang suatu topik tersalurkan karena saya tidak penasaran lagi. Saya menyadari bahwa aktivitas membaca sangat penting sebagai kebutuhan untuk hidup. Saya selalu mencari jawaban atas suatu masalah melalui membaca dari sumber asli. Saya lebih memahami informasi yang terdapat dalam buku yang dibaca ketika saya memiliki tujuan tertentu untuk membaca buku. Saya melakukan aktivitas membaca tanpa adanya paksaan.
3. 4. 5. 6. 7.
8. 9. 10.
11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18.
Saya melakukan aktivitas membaca karena berpikir bahwa orang pintar banyak membaca buku. Saya selalu membaca dengan mengakses informasi lewat internet untuk mengetahui apa, kapan, dan di mana, sesuatu sedang, akan, atau telah terjadi sebagaimana yang dilaporkan dalam koran. Jika saya melihat buku, saya langsung tertarik membacanya. Saya terus melakukan aktivitas membaca apabila saya semakin tertarik dengan topik yang terdapat dalam buku tersebut. Saya tidak akan melanjutkan membaca buku yang topiknya kurang menarik. Jika saya belum memahami topik dalam suatu bacaan, saya memilih membacanya kembali. Jika saya sakit kesempatan membaca saya akan berkurang. Saya suka membaca buku mata kuliah karena sesuai dengan bahan belajar yang saya butuhkan. Saya suka membaca ensiklopedia untuk menambah pengetahuan dan informasi. Saya suka membaca surat kabar karena saya tidak mau tertinggal berita yang menjadi topik pembicaraan di masyarakat umum.
TS
TMP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 218 Lampiran 6 Angket Analisis Kebutuhan Pengembangan Kebiasaan Membaca Pemahaman
No.
Jawaban
Pernyataan S
19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26.
Saya suka membaca opini di majalah karena bacaan opini sifatnya menghibur. Saya suka membaca novel karena ingin mengetahui gaya cerita pengarang. Saya suka membaca artikel di internet karena lebih mudah diakses daripada membaca koran. Saya melakukan aktivitas membaca buku perkuliahan ketika mendekati masa ujian. Saya memiliki lebih banyak kesempatan untuk membaca di malam hari. Saya bisa membaca di manapun tempatnya, dan di waktu kapanpun. Saya selalu membawa buku bacaan ketika sedang pergi.
27.
Jika saya mempunyai waktu luang, saya selalu menyempatkan waktu untuk membaca buku seperti novel. Saya sering mengunjungi perpustakaan untuk membaca.
28.
Saya memiliki jadwal membaca secara teratur di setiap hari.
29.
Saya selalu memiliki bacaan rutin setiap minggu.
30.
Saya memiliki target untuk membaca beberapa buku dalam sebulan. Saya selalu membaca buku sebelum tidur.
31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38.
Saya selalu menyempatkan untuk membaca minimal 10 menit di setiap pagi. Saya mempersiapkan buku-buku yang akan saya baca di tempat yang mudah dijangkau. Saya selalu mendaftar buku-buku yang belum atau sudah dibaca. Saya selalu menggunakan strategi tertentu ketika melakukan aktivitas membaca buku. Saya selalu membuat kata kunci untuk mengingat beberapa topik yang susah dipahami. Saya selalu membuat visualisasi (konsep, peta pemikiran) ketika saya tidak memahami informasi yang diperoleh. Saya selalu menghubungkan kata demi kata dan menghubungkan makna dengan pengetahuan yang dimiliki ketika saya belum memahami informasi yang diperoleh.
TS
TMP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 219 Lampiran 6 Angket Analisis Kebutuhan Pengembangan Kebiasaan Membaca Pemahaman
No.
Jawaban
Pernyataan S
39. 40. 41.
42.
43.
44. 45. 46. 47. 48. 49.
50.
Saya selalu membandingkan buku satu dengan buku lainnya yang memiliki topik yang sama. Saya selalu menerapkan hasil membaca dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Jika saya mempunyai banyak waktu untuk membaca akan berpengaruh pada kemampuan saya dalam menangkap informasi yang diperoleh. Aktivitas membaca sangat penting bagi saya karena dapat menambah informasi, memperdalam pengetahuan, dan meningkatkan kecerdasan. Aktivitas membaca yang saya lakukan membuat saya semakin memperbanyak kosakata dan memahami istilah yang tidak saya tahu. Aktivitas membaca yang saya lakukan dapat membuka cakrawala untuk berpikir kritis dan sistematis. Aktivitas membaca yang saya lakukan membuat saya semakin kreatif dan inovatif. Aktivitas membaca yang saya lakukan dapat meningkatkan kemampuan dan prestasi belajar. Aktivitas membaca yang saya lakukan dapat meningkatkan intelektualitas, dalam memecahkan suatu masalah. Aktivitas membaca yang saya lakukan dapat menghubungkan informasi baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki. Pengetahuan dan pengalaman yang saya miliki, mempunyai peran besar untuk membantu mempermudah memahami isi bacaan yang saya baca. Setelah saya membaca buku, informasi yang saya dapatkan kira-kira dapat bertahan minimal 6 bulan.
TS
TMP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 220 Lampiran 7 Angket Analisis Kebutuhan Pengembangan Kebiasaan Membaca Mahasiswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 221 Lampiran 7 Angket Analisis Kebutuhan Pengembangan Kebiasaan Membaca Mahasiswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 222 Lampiran 7 Angket Analisis Kebutuhan Pengembangan Kebiasaan Membaca Mahasiswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 223 Lampiran 7 Angket Analisis Kebutuhan Pengembangan Kebiasaan Membaca Mahasiswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 224 Lampiran 8 Hasil Perhitungan Analisis Kebutuhan Pengembangan Kebiasaan Membaca Pemahaman Subindikator 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42.
Skala Likert S TMP TS 48 0 0 30 10 8 29 7 12 46 0 2 48 0 0 34 8 6 44 2 2 45 2 1 36 6 6 40 3 5 21 16 11 46 1 1 26 9 13 43 1 4 37 3 8 28 7 13 36 10 2 34 7 7 32 8 8 43 3 2 42 1 5 32 5 11 36 4 8 27 5 16 15 9 24 33 6 9 30 9 9 13 14 21 19 13 16 22 10 16 11 13 24 25 12 11 38 5 5 21 8 19 32 6 10 30 9 9 29 6 13 35 4 9 25 9 14 33 7 8 43 4 1 46 1 1
Jumlah Responden 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48
3 144 90 87 138 144 102 132 135 108 120 63 138 78 129 111 84 108 102 96 129 126 96 108 81 45 99 90 39 57 66 33 75 114 63 96 90 87 105 75 99 129 138
Skor 2 0 20 14 0 0 16 4 4 12 6 32 2 18 2 6 14 20 14 16 6 2 10 8 10 18 12 18 28 26 20 26 24 10 16 12 18 12 8 18 14 8 2
1 0 8 12 2 0 6 2 1 6 5 11 1 13 4 8 13 2 7 8 2 5 11 8 16 24 9 9 21 16 16 24 11 5 19 10 9 13 9 14 8 1 1
Total Skor 144 118 113 140 144 124 138 140 126 131 106 141 109 135 125 111 130 123 120 137 133 117 124 107 87 120 117 88 99 102 83 110 129 98 118 117 112 122 107 121 138 141
SS
STS
144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144
48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 225 Lampiran 8 Hasil Perhitungan Analisis Kebutuhan Pengembangan Kebiasaan Membaca Pemahaman Subindikator 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50.
Skala Likert Jumlah Skor S TMP TS Responden 3 2 42 3 3 48 126 6 44 4 0 48 132 8 38 5 5 48 114 10 38 5 5 48 114 10 40 3 5 48 120 6 41 3 4 48 123 6 45 0 3 48 135 0 9 19 20 48 27 28 Jumlah 5040 600 6055/7200x100%=84,1 %(tinggi)
1 3 0 5 5 5 4 3 20 415
Total Skor 135 140 129 129 131 133 138 75 6055
SS
STS
144 48 144 48 144 48 144 48 144 48 144 48 144 48 144 48 7200 2400
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 226 Lampiran 9 Angket Faktor Membaca Pemahaman
Mrican, Tromol Pos 29 Yogyakarta 55002,Telp.: 0274-513301 – ext. 1405,Fax.: 0274-562383,e-mail:
[email protected] 0274-562383
Nama Mahasiswa
: _________________________________
Semester
: _________________________________
Nama PT
: _________________________________
Jurusan/ Prodi
: _________________________________
Petunjuk: 1. Di bawah ini adalah instrumen faktor yang mempengaruhi membaca pemahaman. 2. Berilah tanda centang (√) pada pilihan jawaban, S=SETUJU, TS=TIDAK SETUJU, TMP=TIDAK MEMILIKI PILIHAN sesuai dengan pendapat Anda. 3. Jawaban ditulis di lembar angket, setelah selesai dikumpulkan kembali kepada petugas.
Instrumen Faktor Membaca Pemahaman No.
Pernyataan
1.
Jika akan menempuh ujian tengah semester atau akhir semester, dorongan membaca saya sangat kuat. Dalam keseharian, dorongan membaca saya hanya tertuju pada bacaan-bacaan hiburan. Saya membaca bukan karena dorongan orang lain tetapi tumbuh dari kesadaran sendiri. Jika perasaan sedang enak, saya mudah sekali memahami isi bacaan yang saya baca. Jika kondisi perasaan sedang galau, saya sulit sekali memahami isi bacaan yang saya baca.
Jawaban S
2. 3. 4. 5.
TS
TMP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 227 Lampiran 9 Angket Faktor Membaca Pemahaman
No.
Jawaban
Pernyataan S
6.
Kegiatan membaca saya lakukan hanya jika akan ada ujian.
7. 8.
Membaca sudah menjadi kebutuhan hidup saya yang tidak dapat saya tinggalkan. Saya memiliki kecenderungan untuk membaca setiap hari.
9.
Saya menyusun jadwal teratur untuk membaca setiap hari.
10.
Buku-buku yang akan saya baca, saya siapkan di tempat yang mudah saya jangkau. Pengetahuan atau pengalaman yang sudah saya miliki berperan besar untuk membantu mempermudah pemahaman isi bacaan yang saya baca. Dengan memahami berbagai teknik membaca, ternyata sangat membantu mempermudah memahami isi bacaan. Saya hanya membaca jenis bacaan yang saya anggap menarik untuk dibaca. Bacaan apa pun jika berkaitan dengan bidang ilmu yang saya pelajari, saya ingin membacanya. Bacaan yang diberitahukan oleh teman karena menarik isinya, saya ingin membacanya. Saya membaca bacaan yang bermanfaat secara langsung dan mendukung perkuliahan saya. Jika tidak berkaitan dengan bidang yang saya pelajari, meskipun bacaan itu menarik, saya tidak membacanya. Meskipun tidak berkaitan dengan bidang yang saya pelajari, jika bacaan itu menarik, saya membacanya. Jika kondisi kesehatan tidak baik, saya sulit berkonsentrasi dalam membaca. Kalau menghadapi ujian, meskipun kondisi kesehatan tidak baik saya tetap membacanya. Tingkat intelegensi tidak begitu penting, jika tekun dan rajin membaca pasti dapat memahami isi bacaan. Ketika membaca, kesulitan yang saya hadapi adalah kata-kata yang tidak saya ketahui artinya. Kalimat yang terlalu panjang mempersulit saya untuk memahami isi bacaan. Bacaan yang tidak berkaitan dengan bidang yang saya pelajari, saya sering mengalami kesulitan untuk memahami isinya.
11.
12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24.
TS
TMP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 228 Lampiran 9 Angket Faktor Membaca Pemahaman
No.
Jawaban
Pernyataan S
25.
26.
27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40.
Sesulit apapun isi dalam bacaan, jika berkaitan dengan bidang ilmu yang saya pelajari, saya akan berusaha sampai dapat memahami isi bacaan. Meskipun berkaitan dengan bidang ilmu yang saya pelajari, kadang-kadang saya mengalami kesulitan untuk memahami isi bacaan. Saya tidak pernah mengalami kesulitan untuk memperoleh bahan bacaan yang saya butuhkan. Karena penghasilan orang tua terbatas, bacaan yang sebenarnya saya butuhkan tidak saya peroleh dengan mudah. Meskipun pendapatan orang tua terbatas, kalau untuk membeli buku, saya selalu diberi uang untuk membelinya. Lingkungan rumah tangga saya atau tempat saya tinggal sangat nyaman untuk membaca. Lingkungan masyarakat tempat saya tinggal sangat kondusif untuk membaca. Tingkat keterbacaan yang terlalu sulit sering menghambat pemahaman isi bacaan. Teks yang terlalu banyak kata-kata asing sering mempersulit pemahaman isi bacaan. Masih kuatnya pengaruh bahasa lisan dalam hidup saya, sering mempersulit pemahaman isi bacaan. Struktur teks yang tidak sistematis sering mempersulit pemahaman isi bacaan. Jika acara televisi menarik, kegiatan membaca saya tinggalkan terlebih dahulu untuk menonton acara televisi. Jadwal membaca saya sering terganggu, jika tiba-tiba ada orang yang datang bertamu. Saya merasa gelisah di saat ingin membaca tetapi tidak tersedia bahan bacaan. Jika ada permasalahan yang tidak dapat diselesaikan, saya mesti mencari jawaban melalui membaca. Saya menyadari bahwa membaca merupakan kebutuhan pokok bagi seorang mahasiswa jika ingin memiliki wawasan dan
TS
TMP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 229 Lampiran 9 Angket Faktor Membaca Pemahaman
No.
Jawaban
Pernyataan S
41. 42. 43. 44.
45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57.
pengetahuan luas. Saya merasa ingin membaca bacaan apa pun setiap hari. Saya merasa ingin memperoleh bahan bacaan yang dapat dibaca setiap hari. Saya ingin mencari jawaban atas suatu masalah melalui membaca. Saya sangat respek kepada orang lain yang memberi jawaban atas suatu pertanyaan dengan menyebut sumber yang pernah dibacanya. Saya merasa masih ada yang kurang jika belum membaca sebelum istirahat. Saya membawa bahan bacaan ke mana pun pergi. Saya merasa aneh jika bepergian tetapi tidak membawa bahan bacaan. Saya merasa bahwa membaca adalah cara terbaik untuk menambah pengetahuan. Saya ke perpustakaan untuk membaca jika ada masalah yang perlu diselesaikan. Saya ke toko buku untuk membeli bacaan jika di rumah saya tidak memiliki atau tidak tersedia di perpustakaan pribadi. Pada suatu saat, saya bercita-cita memiliki koleksi perpustakaan pribadi yang lengkap di rumah. Saya berpikir, daripada untuk membeli pakaian lebih baik untuk membeli buku. Saya merasa perlu mendiskusikan dengan teman mengenai isi bacaan yang telah saya baca. Saya merasa tidak puas dengan bacaan yang telah saya baca sebelum membandingkan dengan bacaan lain. Saya ingin merujuk pada bacaan setiap berargumentasi dengan orang lain. Saya mengonfirmasi gagasan orang lain melalui bacaan yang relevan. Saya memberi informasi kepada teman jika ada bacaan baru
TS
TMP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 230 Lampiran 9 Angket Faktor Membaca Pemahaman
No.
Jawaban
Pernyataan S
58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67.
68. 69. 70. 71.
72. 73. 74.
yang menarik untuk dibaca. Saya tidak mudah percaya dengan pendapat orang lain sebelum membaca sendiri sumber aslinya. Sambil membaca, saya membuat ringkasan isi bacaan. Untuk memahami isi bacaan, saya membuat pertanyaan berdasarkan isi bacaan yang saya baca. Agar memahami isi bacaan, saya cukup mengingat-ingat isinya saja. Agar memahami isi bacaan, saya merumuskan dengan bahasa saya sendiri. Untuk mempermudah memahami isi bacaan, saya membuat skema gagasan setiap kali membaca. Jika teman memiliki buku baru, saya meminjam untuk dibaca. Jika teman memiliki buku baru, saya berusaha untuk memilikinya agar dapat membaca setiap saat. Jika ada teman yang memiliki buku baru, saya ingin mengajak untuk mendiskusikan isinya. Jika ada pendapat ahli yang dikutip dalam suatu artikel, buku, atau hasil penelitian, saya ingin melacak sumber aslinya agar dapat memahami secara lebih komprehensif. Untuk mendapat informasi baru, saya mencarinya melalui internet. Saya lebih suka membaca sendiri sumber informasi daripada mengikuti pendapat orang lain. Jika ada buku yang baru terbit, saya ingin membelinya. Setelah membaca, saya berkeinginan mengungkapkan gagasan hasil membaca secara tertulis dalam bentuk artikel, makalah, atau bentuk lain. Saya ingin membaca kembali bacaan yang pernah saya baca untuk menyegarkan ingatan. Saya ingin mengetahui perkembangan sesuatu yang pernah terjadi melalui membaca. Dengan rajin membaca, kemampuan berbicara saya menjadi
TS
TMP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 231 Lampiran 9 Angket Faktor Membaca Pemahaman
No.
Jawaban
Pernyataan S
75. 76. 77. 78. 79. 80. 81. 82.
83.
84.
85.
86.
87. 88.
baik. Melalui membaca, saya mampu berpikir lebih kritis ketika memberi tanggapan terhadap pendapat orang lain. Jika diberi tugas membaca oleh dosen, saya berusaha menyelesaikannya tepat waktu. Jika diberi tugas membaca oleh dosen, saya selesaikan setelah tugas-tugas lain saya kerjakan. Jika diberi tugas membaca oleh dosen, saya sesegera mungkin mencari bahan dan segera membacanya. Jika diberi tugas membaca oleh dosen, saya mencari bahan bacaan setelah tugas lain saya selesaikan. Dalam keseharian, saya selalu menentukan target yang jelas untuk melakukan kegiatan membaca. Target membaca yang saya inginkan tidak pernah saya tentukan ketika membaca. Dalam setiap perkuliahan, saya membaca literatur dari berbagai sumber yang menantang untuk menguasai ilmu melebihi temanteman saya. Setelah selesai membaca, saya merasa bangga jika hasil membaca yang saya lakukan dipresentasikan di kelas mendapat kritik dan masukan dari teman. Setelah selesai membaca, saya merasa kecewa jika hasil membaca yang saya lakukan dipresentasikan di kelas mendapat kritik dan masukan dari teman. Setelah selesai membaca, saya merasa bangga jika hasil membaca yang saya lakukan dipresentasikan di kelas mendapat kritik dan masukan dari dosen. Setelah selesai membaca, saya merasa kecewa jika hasil membaca yang saya lakukan dipresentasikan di kelas mendapat kritik dan masukan dari dosen. Saya merasa puas jika dapat menyelesaikan secara maksimal tugas yang diberikan kepada saya. Saya sangat kecewa jika tugas yang diberikan kepada saya tidak dapat saya selesaikan secara maksimal.
TS
TMP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 232 Lampiran 9 Angket Faktor Membaca Pemahaman
No.
Jawaban
Pernyataan S
89. 90. 91. 92.
93. 94. 95. 96.
Selama perkuliahan dengan rajin membaca, saya sangat puas jika prestasi saya dapat mengungguli teman-teman. Selama perkuliahan dengan rajin membaca, tidak terbersit sedikitpun untuk mengungguli teman-teman saya. Selama perkuliahan, saya ingin mencapai prestasi setinggitingginya dengan cara rajin membaca. Saya merasa sangat kecewa jika tidak mampu mencapai prestasi kuliah setinggi-tingginya melalui kegiatan membaca literatur yang ditunjuk oleh dosen. Kebutuhan hidup yang berhubungan dengan kebutuhan ilmu pengetahuan dapat dipenuhi melalui membaca. Kebutuhan hidup yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan tidak selalu dapat dipenuhi hanya melalui membaca. Jika berhasil menyelesaikan tugas membaca, saya merasa dihargai jika mendapat pujian dari dosen atau teman. Jika berhasil menyelesaikan tugas membaca, saya tidak pernah mengharapkan pujian dari dosen atau teman kuliah.
97.
Saya sangat mengharapkan bonus nilai dari dosen pada akhir semester jika tugas membaca (misalnya meringkas buku), dapat saya selesaikan dengan baik. 98. Saya tidak pernah mengharapkan bonus nilai dari dosen meskipun saya mampu meringkas isi bacaan yang ditugaskan karena keberhasilan yang saya capai sudah merupakan bonus tersendiri bagi saya. 99. Saya mengharapkan ada perhatian dari dosen atau teman kuliah jika saya mampu menyelesaikan tugas yang saya kerjakan. 100. Saya tidak pernah mengharapkan ada perhatian dari dosen atau teman kuliah jika saya mampu menyelesaikan tugas yang saya kerjakan.
TERIMA KASIH
TS
TMP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 10 Angket Faktor Membaca Pemahaman Mahasiswa 233
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 10 Angket Faktor Membaca Pemahaman Mahasiswa 234
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 10 Angket Faktor Membaca Pemahaman Mahasiswa 235
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 10 Angket Faktor Membaca Pemahaman Mahasiswa 236
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 10 Angket Faktor Membaca Pemahaman Mahasiswa 237
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 10 Angket Faktor Membaca Pemahaman Mahasiswa 238
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 10 Angket Faktor Membaca Pemahaman Mahasiswa 239
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 240 Lampiran 11 Hasil Perhitungan Analisis Faktor Membaca Pemahaman Mahasiswa
No.
Skala Likert
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33.
S TMP TS 45 0 3 30 3 15 43 2 3 45 1 2 32 1 15 7 2 39 31 10 7 32 4 12 10 14 24 44 2 2 47 1 0 44 1 3 27 1 20 34 5 9 37 2 9 42 1 5 7 1 40 43 1 4 42 2 4 38 1 9 36 5 7 38 3 7 25 3 20 31 3 14 40 5 3 39 3 6 10 6 32 16 9 23 37 6 5 38 3 7 36 4 8 36 4 8 37 3 8
Skor
Jumlah Responden
48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48
3 135 30 129 135 32 7 93 96 30 132 141 132 27 102 111 126 7 129 126 114 108 114 25 93 120 117 30 16 111 114 108 108 111
2 0 6 4 2 2 4 20 8 28 4 2 2 2 10 4 2 2 2 4 2 10 6 6 6 10 6 12 18 12 6 8 8 6
1 3 45 3 2 45 117 7 12 24 2 0 3 60 9 9 5 120 4 4 9 7 7 60 14 3 6 32 69 5 7 8 8 8
Total
SS
STS
Skor 138 81 136 139 79 128 120 116 82 138 143 137 89 121 124 133 129 135 134 125 125 127 91 113 133 129 74 103 128 127 124 124 125
144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144
48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 241 Lampiran 11 Hasil Perhitungan Analisis Faktor Membaca Pemahaman Mahasiswa
34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69.
17 42 33 44 31 35 46 36 36 42 46 20 14 9 47 38 28 40 22 40 26 31 32 41 34 23 24 31 39 19 28 16 30 20 43 37
6 1 5 1 8 6 0 7 7 3 1 13 8 11 0 1 11 4 14 4 9 6 9 4 5 11 11 6 7 12 11 9 8 10 0 4
25 5 10 3 9 7 2 5 5 3 1 15 26 28 1 9 9 4 12 4 13 11 7 3 9 14 13 11 2 17 9 23 10 18 5 7
48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48
17 126 33 132 93 105 138 108 108 126 138 60 42 27 141 114 84 120 66 120 78 93 96 123 102 69 72 31 117 57 84 48 90 60 129 111
12 2 10 2 16 12 0 14 14 6 2 26 16 22 0 2 22 8 28 8 18 12 18 8 10 22 22 12 14 24 22 18 16 20 0 8
75 5 30 3 9 7 2 5 5 3 1 15 26 28 1 9 9 4 12 4 13 11 7 3 9 14 13 33 2 17 9 23 10 18 5 7
104 133 73 137 118 124 140 127 127 135 141 101 84 77 142 125 115 132 106 132 109 116 121 134 121 105 107 76 133 98 115 89 116 98 134 126
144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144
48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 242 Lampiran 11 Hasil Perhitungan Analisis Faktor Membaca Pemahaman Mahasiswa
70. 71. 72. 73. 74. 75. 76. 77. 78. 79. 80. 81. 82. 83. 84. 85. 86. 87. 88. 89. 90. 91. 92. 93. 94. 95. 96. 97. 98. 99. 100.
18 20 42 43 44 44 33 24 36 24 20 33 21 29 7 38 5 45 34 33 29 34 29 42 28 24 27 27 21 13 24
10 12 2 0 2 1 6 6 5 8 12 5 10 6 8 4 4 1 0 5 3 8 9 2 4 6 9 10 9 11 8
20 16 4 5 2 3 9 18 7 16 16 10 17 13 33 6 39 2 14 10 16 6 10 4 16 18 12 11 18 24 16
Jumlah
48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48
54 60 126 129 132 132 99 24 108 24 60 33 63 87 7 38 15 135 102 99 87 102 87 126 28 24 81 27 63 13 72
20 24 4 0 4 2 12 12 10 16 24 10 20 12 16 8 8 2 0 10 6 16 18 4 8 12 18 20 18 22 16
20 16 4 5 2 3 9 54 7 48 16 30 17 13 99 18 39 2 14 10 16 6 10 4 48 54 12 33 18 72 16
94 100 134 134 138 137 120 90 125 88 100 73 100 112 122 64 62 139 116 119 109 124 115 134 84 90 111 80 99 107 104
144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144
48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48
8504 1062 1879 11445 14400 4800
11445:14400x100%=79,48% (tinggi)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 243 Lampiran 12 Instrumen Tes Membaca Pemahaman
Mrican, Tromol Pos 29 Yogyakarta 55002,Telp.: 0274-513301 – ext. 1405,Fax.: 0274-562383,e-mail:
[email protected] 0274-562383
TES KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN Nama Mahasiswa
: _________________________________
Semester
: _________________________________
Nama PT
: _________________________________
Jurusan/ Prodi
: _________________________________
PETUNJUK PENGERJAAN a. Setiap soal disusun berdasarkan penggalan teks non fiksi. b. Bacalah setiap penggalan teks dengan saksama agar dapat menjawab pertanyaan dengan sebaik-baiknya. c. Berilah tanda silang (X) pada huruf A, B, C, D, atau E jawaban yang Anda anggap paling tepat. Paragraf di bawah ini sebagai dasar untuk menjawab pertanyaan nomor 1 s.d. 5 1) “Penundaan terbang bisa terjadi karena banyak alasan. Pesawat Alaska Airlines terpaksa menunda penerbangan Los Angeles-Portland, Sabtu lalu, garagara ada penumpang yang digigit kalajengking. Juru bicara maskapai itu Cole Cosgrove, Minggu (15/2), menjelaskan, penumpang perempuan itu telah ditangani staff medis. Penumpang ini terkena sengatan di lengannya. “Tak seorang pun ketakutan, termasuk perempuan yang tersengat kalajengking. Awak pesawat telah melakukan tugas dengan baik, demikian pula pilot,” katanya sebagaimana dikutip CNN. 2) Gara-gara insiden ini, pesawat harus kembali lagi ke terminal. Perempuan yang kena sengatan menjalani pemeriksaan kesehatan dan mendapat pengobatan. Tidak diketahui dari mana asal kalajengking itu. Namun, sebelum tiba di Los Angeles, pesawat itu terbang dari Los Cabos, Mexico. Ternyata kala jengking pun ingin merasakan perjalanan udara. (Kompas: Selasa, 17 Februari 2015) 1. Arti kata “staff” dalam penggalan paragraf di atas adalah …. A. Anggota B. Bagian C. Petugas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 244 Lampiran 12 Instrumen Tes Membaca Pemahaman D. Bidang E. Devisi 2. Arti kata “insiden” dalam paragraf di atas adalah .... A. Permasalahan B. Perbuatan C. Peristiwa D. Aktifitas E. Perkara
3.
Pikiran utama dalam paragraf kedua di atas adalah …. A. Gara-gara insiden ini, pesawat harus kembali lagi ke terminal. B. Perempuan yang kena sengatan menjalani pemeriksaan kesehatan dan mendapat pengobatan. C. Tidak diketahui dari mana asal kalajengking itu. D. Namun, sebelum tiba di Los Angeles, pesawat itu terbang dari Los Cabos, Mexico. Ternyata kalajengking pun ingin merasakan perjalanan udara. E. Kalajengking memang suka menggigit perempuan.
4.
Makna tersurat yang terdapat dalam keseluruhan paragraf di atas adalah …. A. Penumpang yang tersengat kalajengking telah ditangani staff medis. B. Gara-gara ada penumpang yang digigit kalajengking, pesawat Alaska Airlines terpaksa kembali ke terminal. C. Gara-gara ada penumpang pesawat yang digigit kalajengking, penerbanagan Los Angeles–Portland tertunda. D. Sebelum tiba di Los Angeles, pesawat itu terbang dari Los Cabos, Mexico. E. Pemberitahuan juru bicara maskapai Alaska Airlines tentang adanya penumpang yang digigit kala jengking. 5. Makna tersirat yang terdapat dalam keseluruhan paragraf di atas adalah …. A. Gara-gara ada kalajengking yang menyengat salah seorang penumpangnya, pesawat Alaska Airlines terpaksa menunda penerbangan. B. Gara-gara ada petugas yang tidak jeli dalam memeriksa kondisi pesawat, menyebabkan penerbangan dapat terganggu. C. Tidak diketahui dari mana asal kalajengking yang berada di dalam pesawat. D. Tidak ada penumpang yang ketakutan karena insiden tersebut, termasuk perempuan yang tersengat kalajengking. E. Pesawat Alaska Airlines terpaksa menunda penerbangan Los AngelesPortland karena ada penumpang yang tersengat kalajengking. 6. Pernyataan di bawah ini yang merupakan penerapan teori adalah …. A. Berdasarkan Undang-undang Dasar 1945 pasal 28 berbunyi bahwa “Bahasa negara adalah bahasa Indonesia”. Oleh karena itu, bahasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 245 Lampiran 12 Instrumen Tes Membaca Pemahaman
B.
C. D. E.
pengantar pendidikan untuk seluruh rakyat Indonesia wajib menggunakan bahasa Indonesia. Belum banyak warga negara Indonesia yang memahami arti penting Bhinneka Tunggal Ika maka kadang-kadang hanya karena perbedaan afiliasi politik tega bermusuhan dengan bangsa sendiri. Tindak pidana korupsi adalah kejahatan yang sangat merugikan bangsa dan negara. Udara di Yogyakarta jauh berbeda dari udara di Malang karena ketinggian DPL juga berbeda. Seorang vegetarian hanya mengonsumsi sayur-sayuran dan selalu menghindari daging.
7. Makna tersurat dari pernyataan di bawah ini merupakan penerapan teori secara benar untuk memecahkan masalah .… A. Kalimat “Semua orang diperkotaan menginginkan disediakan taman bermain untuk anak-anak”. Penggunaan “di” pada “diperkotaan” dan “dibangunkan” adalah awalan. B. Kalimat “Dalam perkembangan perekonomian Indonesia selalu terhambat oleh naik turunnya harga minyak dunia”. Struktur kalimat tersebut menyalahi pola kalimat bahasa Indonesia karena tidak ada subjek kalimat. C. Kalimat “Seorang pengemudi becak sering melanggar aturan lalu lintas dengan alasan jalan menaik”. Struktur kalimat tersebut menyalahi pola kalimat bahasa Indonesia karena tidak ada subjek kalimat. D. Kalimat “Permasalahan yang dihadapi para petani di pedesaan adalah sering tidak tersedianya pupuk pada masa tanam”. Struktur kalimat tersebut menyalahi pola kalimat bahasa Indonesia karena tidak ada predikat. E. “Ringan sama dijinjing, berat sama dipikul” adalah peribahasa yang berarti berat ringannya beban tergantung banyak sedikitnya orang yang membawa. Paragraf berikut sebagai dasar untuk menjawab pertanyaan nomor 8 s.d 9 “Pendidikan karakter merupakan terobosan dalam dunia pendidikan untuk membentuk mental dan kepribadian anak. Mereka adalah calon pewaris sah masa depan bangsa. Jika mental dan kepribadian mereka tidak ditempa sedini mungkin, tidak mustahil di masa depan akan terus terjadi berbagai penyimpangan yang melanggar aturan, seperti korupsi, ketidak disiplinan, dan tidak bertanggungjawab. Oleh karena itu, peranan guru sangat besar untuk menanamkan pendidikan karakter melalui setiap mata pelajaran. Namun, untuk melaksanakan pendidikan karakter tidaklah mudah. Kurikulum sekolah yang berubah-ubah tidak selalu memasukkan pendidikan karakter sebagai mata pelajaran”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 246 Lampiran 12 Instrumen Tes Membaca Pemahaman 8. Makna tersurat pada paragraf di atas adalah …. A. Jika mental dan kepribadian anak tidak ditempa sedini mungkin, di masa depan akan terus terjadi berbagai penyimpangan yang melanggar aturan, seperti korupsi, ketidak disiplinan, dan tidak bertanggungjawab. B. Hubungan pendidikan karakter dengan peranan guru mata pelajaran. C. Peranan guru sangat besar untuk menanamkan pendidikan karakter melalui setiap mata pelajaran agar tidak terjadi penyimpangan aturan di masa-masa mendatang. D. Pendidikan karakter merupakan terobosan dalam dunia pendidikan untuk membentuk mental dan kepribadian anak. E. Untuk melaksanakan pendidikan karakter tidaklah mudah. Kurikulum sekolah yang berubah-ubah tidak selalu memasukkan pendidikan karakter sebagai mata pelajaran. 9. Paragraf di atas dapat disimpulkan sebagai berikut. A. (1) Pendidikan karakter perlu diberikan sedini mungkin, (2) Pendidikan karakter untuk menghindari penyimpangan aturan, (3) Pentingnya pendidikan karakter bagi anak, (4) Peranan guru sangat penting dalam pendidikan karakter. B. Pendidikan karakter sangat penting bagi anak untuk menghindari penyimpangan aturan di masa-masa yang akan datang. C. (1) Pentingnya pendidikan karakter bagi anak, (2) Pendidikan karakter perlu diberikan sedini mungkin, (3) Pendidikan karakter untuk menghindari penyimpangan aturan, (4) Peranan guru sangat penting dalam pendidikan karakter. D. Pentingnya peranan pendidikan karakter bagi anak agar tidak terjadi penyimpangan aturan di masa datang. E. Peranan guru sangat penting dalam memberikan pendidikan karakter melalui setiap mata pelajaran. Penggalan teks di bawah ini sebagai dasar untuk menjawab soal nomor 10 s.d. 13 ` Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Iskandar Zulkarnain mengatakan maraknya perburuan batu mulia di sekitar daerah Sungai Luk Ulo mengancam kelestarian lingkungan dan situs batuan purbakala Karang Sambung. Kegiatan penambangan harus dilakukan terencana dan matang agar tidak merusak batuan purba yang berusia jutaan tahun. Menurut Iskandar pihaknya tak ingin melarang kegiatan penambangan yang dilakukan oleh masyarakat. “Persoalannya masyarakat butuh. Kalaupun mau menambang, maka harus dilakukan perencanaan,” ujarnya kemarin. 10. Pernyataan yang tepat untuk menganalisis suatu masalah dalam teks di atas adalah …. A. Kepala LIPI memprihatinkan perburuan batu mulia sungai Luk Ulo, Karang Sambung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 247 Lampiran 12 Instrumen Tes Membaca Pemahaman B. Kegiatan penambangan batu mulia di Luk Ulo, Karang Sambung harus dilakukan terencana dan matang agar tidak merusak cagar alam batuan berusia jutaan tahun. C. Agar situs batuan Luk Ulo, Karang Sambung tidak rusak, kegiatan penambangan harus dilakukan melalui perencanaan. D. Batu mulia di Luk Olo, Karang sambung bernilai tinggi. E. Kepala LIPI tidak ingin melarang kegiatan penambangan yang dilakukan oleh masyarakat. 11. Informasi yang perlu dikumpulkan untuk menyelesaikan masalah dalam paragraf di atas adalah …. A. Penambangan batuan purba di sungai Luk Ulo, Karang Sambung perlu dihentikan. B. (1) Pernyataan Kepala LIPI, (2) Perburuan batu mulia di sungai Luk Ulo, (3) Masyarakat membutuhkan, (4) Perburuan perlu perencanaan. C. (1) Situs batuan purbakala perlu dilestarikan, (2) Sungai Luk Ulo banyak menyimpan batu akik, (3) Penambangan harus dilarang. D. Masyarakat membutuhkan penambangan batu akik di sungai Luk Ulo sebagai sumber penghidupan. E. Situs purbakala di Luk Ulo sudah berusia jutaan tahun. 12. Berdasarkan informasi yang terdapat dalam paragraf di atas, pemecahan masalahnya adalah …. A. Penambangan batu mulia di sungai Luk Ulo, Karang Sambung tidak perlu dilarang tetapi perlu perencanaan yang matang agar tidak merusak pelestarian cagar alam batuan berusia jutaan tahun. B. Pernyataan Kepala LIPI membuat masyarakat menjadi tenang. C. Batu mulia di sungai Luk Ulo sudah berusia jutaan tahun. D. Pihaknya tak ingin melarang kegiatan penambangan yang dilakukan oleh masyarakat. “Persoalannya masyarakat butuh. Kalaupun mau menambang, maka harus dilakukan perencanaan”. E. Kegiatan penambangan harus dilakukan terencana dan matang agar tidak merusak batuan purba berusia jutaan tahun. 13. Setelah membaca paragraf di atas, prediksi yang mungkin terjadi adalah …. A. Situs batuan purbakala Karang Sambung akan rusak. B. Jika situs purbakala tidak dijaga dengan baik, ada kemungkinan situs-situs di tempat lain juga akan dirusak untuk kepentingan sesaat. C. Akan semakin banyak yang terjangkit demam batu akik. D. Masyarakat akan semakin sadar perlunya pelestarian cagar budaya. E. Penambangan pasir di hulu sungai Luk Ulo perlu dihentikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 248 Lampiran 12 Instrumen Tes Membaca Pemahaman Penggalan teks berikut sebagai dasar untuk menjawab pertanyaan no. 14 s.d. 15 Seorang ibu mengeluh sering dianggap pelit oleh tetangganya ketika menanyakan kepada anaknya perihal uang seratus perak yang diberikannya tadi pagi. Bukan hanya itu saja, suaminya juga sering mengatakan dia terlalu teliti saat menanyai anaknya tentang alokasi uang yang diberikannya itu. "Tetangga saya sering bilang saya pelit karena bertanya terus pada anak saya tentang uang yang saya berikan. Maksud saya bukan karena pelit, tetapi untuk mengetahui apakah yang dilakukan anak saya benar atau tidak,'' terang si ibu saat menjelaskan perilakunya itu. 14. Jika dievaluasi dari pemakaian bahasa Indonesia, paragraf pertama di atas kurang efektif karena ..... A. Isinya hanya berupa keluh kesah seorang Ibu tentang anaknya. B. Pemakaian akhiran “-nya” pada paragraf pertama kurang efektif karena diulang berkali-kali. C. Ibu hanya ingin “curhat” melalui tulisannya. D. Kalimat pertama terlalu panjang. E. Kalimat pertama terjadi elipsis subjek pada anak kalimat. 15. Berdasarkan isinya, kedua paragraf di atas masih cukup informatif karena …. A. Mempermasalahkan uang seratus perak. B. Setiap keluarga memiliki cara sendiri-sendiri dalam mendidik anak. C. Anaknya agar tidak suka minta uang terus. D. Tetangga dan suaminya memang rewel. E. Ingin menjelaskan alasan mengapa dia melakukan hal seperti itu. 16. “Pemberantasan korupsi bukan hanya tanggung jawab KPK dan POLRI”. Pernyataan yang sejalan dengan kalimat di atas adalah …. A. Korupsi tidak mungkin dapat diberantas jika moral manusianya sudah terlanjur terjangkit virus korupsi. B. Politisi yang duduk di lembaga legislatif juga banyak yang terlibat korupsi. C. Pencegahan korupsi sulit dilakukan selama oknum-oknum di KPK, POLRI, Kejaksaan, dan Kehakiman belum bersih dari koruptor. D. Pemberantasaan korupsi dapat juga dilakukan melalui keluarga, masyarakat, dan sekolah. E. Pencegahan korupsi dapat dilakukan sejak anak masih duduk di bangku sekolah. 17. “Jika ada seseorang yang melakukan korupsi, orang pertama yang harus dihukum atas tindakan korupsi adalah orang tua sang koruptor. Benih koruptor itu sudah disebar 20-25 tahun yang lalu oleh kedua orang tuanya”. Pernyataan di atas sejalan dengan pernyataan di bawah ini, KECUALI ....
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 249 Lampiran 12 Instrumen Tes Membaca Pemahaman A. Peranan keluarga sangat penting untuk melakukan pencegahan tindak pidana korupsi. B. Orang tua ikut bertanggungjawab terhadap korupsi yang dilakukan oleh anak-anak mereka. C. Pelaku korupsi adalah produk dari pendidikan yang terjadi di dalam keluarga. D. Benih korupsi sudah disebar sejak 20 – 25 tahun yang lalu. E. Tindakan korupsi ibarat penghisap ganja, sekali melakukan dan merasakan nikmatnya, mereka akan kecanduan. 18. “Seandainya kedua orang tua selalu peduli terhadap perilaku jujur, disiplin, dan bertanggung jawab terhadap perilaku anak, tidak akan ada keluarga yang melahirkan koruptor”. Pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa .... A. Agar tidak menjadi koruptor, orang tua harus menanamkan perilaku jujur, disiplin, dan tanggung jawab kepada anak melalui keluarga. B. Perhatian terhadap pendidikan kejujuran, kedisiplinan, dan penanaman rasa tannggungjawab akan dapat mencegah perilaku korupsi. C. Untuk mencegah perilaku korupsi, peranan orang tua untuk menanamkan perilaku jujur, disiplin, dan tanggung jawab. D. Sumber utama lahirnya koruptor adalah keluarga. E. Masyarakat ikut ambil andil melahirkan terjadinya korupsi. Paragraf di bawah ini sebagai dasar untuk menjawab pertanyaan nomor 19 s.d. 21 Seorang ibu mengeluh sering dianggap pelit oleh tetangganya ketika menanyakan kepada anaknya perihal uang seratus perak yang diberikannya tadi pagi. Bukan hanya itu saja, suaminya juga sering mengatakan dia terlalu teliti saat menanyai anaknya tentang alokasi uang yang diberikannya itu. "Tetangga saya sering bilang saya pelit karena bertanya terus pada anak saya tentang uang yang saya berikan. Maksud saya bukan karena pelit, tetapi untuk mengetahui apakah yang dilakukan anak saya benar atau tidak,'' terang si ibu saat menjelaskan perilakunya itu. 19. Makna tersurat dalam paragraf pertama di atas adalah …. A. Ibu lain terlalu bawel karena ikut mengurus urusan rumah tangga orang lain. B. Suaminya tidak memahami maksud istrinya. C. Seorang Ibu bercerita karena ada Ibu lain, dan juga suaminya menuduh bahwa Ibu itu terlalu pelit karena menanyakan uang seratus perak yang diberikan kepada anaknya tadi pagi. D. Ibu memang pelit karena hanya uang seratus perak diminta mempertanggungjawabkan. E. Seorang Ibu harus mendidik anak sejak dini agar anak belajar bertanggungjawab.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 250 Lampiran 12 Instrumen Tes Membaca Pemahaman
20. Makna tersirat dari kedua paragraf di atas adalah …. A. Hakikat pendidikan anti korupsi. B. Ibu mendidik anak sejak dini agar kelak dapat bertanggungjawab terhadap kepercayaan yang diberikan kepadanya. C. Mendidik anak untuk bertanggungjawab tidak harus sampai hal-hal sekecil itu. D. Ibu ingin memberi penjelasan kepada semua orang, apakah tindakan anaknya benar atau salah. E. Ibu tidak senang jika urusan rumah tangganya dicampuri oleh orang lain. 21. Berdasarkan keseluruhan isi paragraf di atas dapat disimpulkan bahwa …. A. Menumbuhkan sikap tanggungjawab dapat dimulai sejak kecil. B. Setiap orang harus mengurusi rumah tangga sendiri tanpa harus dicampuri oleh keluarga lain. C. Orang tua harus memberi kesempatan kepada anak agar belajar bertanggungjawab. D. Pada hakikatnya pendidikan anti korupsi harus diberikan sedini mungkin mulai dari hal-hal kecil, seperti uang jajan seratus perak pun harus dipertanggungjawabkan oleh anak kepada ibunya. E. Orang tua tidak boleh terlalu banyak bicara tentang uang saku yang sudah diberikan kepada anaknya. Penggalan teks berikut sebagai dasar untuk menjawab pertanyaan nomor 22 s.d. 23 ……………………………………………………………………………… . "Pak Arsyad bilang akan membongkar borok MK. Ini yang saya tunggu. Sejak dulu kalau ada orang bermasalah di sini selalu bilang akan dibongkar, tapi tidak pernah ada sampai sekarang. Saya tunggu, bongkarlah, kalau perlu bawa traktor, apa kesalahan MK?" ujarnya saat menggelar jumpa pers di kantornya kemarin. 22. Makna tersurat dari paragraf di atas adalah …. A. Mahfud menunggu bukti ancaman Arsyad. B. Pak Arsyad bilang akan membongkar borok MK. C. Mahfud tidak takut diancam Pak Arsyad. D. Penjelasan Mahfud ketika ditemui di depan gedung MK. E. Banyak orang telah membongkar borok MK . 23. Makna tersirat dari paragraf di atas adalah …. A. MK merupakan lembaga tempat pencari keadilan bagi siapa pun. B. Mahfud tidak takut terhadap ancaman Arsyad mantan anak buahnya yang akan membongkar borok MK. C. Pak Arsyad akan membeberkan masalah-masalah dari tubuh MK kepada khalayak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 251 Lampiran 12 Instrumen Tes Membaca Pemahaman D. Mahfud menantang kesungguhan ancaman Arsyad. E. Arsyad adalah pelaku pemalsuan dan penggelapan surat MK ke KPU untuk sengketa hasil pemilu di daerah pemilihan Sulawesi Selatan dalam Panja Mafia Pemilu DPR. Paragraf di bawah ini digunakan untuk menjawab pertanyaan nomor 24 s.d 26. Pemakaian bahasa dalam masyarakat ada yang santun dan ada yang tidak santun. Fenomena demikian akan terus terjadi dalam masyarakat seperti halnya pemakaian kaidah-kaidah lain, seperti kaidah bahasa yang baik dan kaidah bahasa yang benar. Mengapa demikian? Ada beberapa alasan, antara lain (a) tidak semua orang memahami kaidah kesantunan, (b) ada yang memahami kaidah tetapi tidak mahir menggunakan kaidah kesantunan, (c) ada yang mahir menggunakan kaidah kesantunan dalam berbahasa tetapi tidak mengetahui bahwa yang digunakan adalah kaidah kesantunan, (d) tidak memahami kaidah kesantunan dan tidak mahir berbahasa secara santun. 24. Berdasarkan paragraf di atas, “Fenomena ketidaksantunan pemakaian bahasa akan terus terjadi seperti halnya pemakaian bahasa yang baik dan benar”. Jika dilihat dari fakta yang ada pernyataan tersebut membuktikan bahwa …. A. Fenomena tersebut merupakan fakta yang dapat ditemukan di dalam masyarakat sampai kapan pun. B. Kemampuan berbahasa secara santun harus terus disosialisasikan kepada seluruh masyarakat. C. Banyak orang yang tidak mengetahui kaidah berbahasa secara santun tetapi ketika berbahasa justru santun. D. Banyak orang yang mengetahui kaidah berbahasa secara santun tetapi ketika berbahasa justru tidak santun. E. Banyak orang yang tidak memahami kaidah kesantunan dan tidak mahir berbahasa secara santun. 25. Berdasarkan paragraf di atas, terlihat perbedaan secara jelas antara fakta, data, dan opini. Yang merupakan fakta dalam paragraf tersebut adalah …. A. Kemampuan berbahasa secara santun harus terus disosialisasikan kepada masyarakat. B. Banyak warga masyarakat yang belum mampu berbahasa secara baik, benar,dan santun. C. Kaidah bahasa santun berbeda dengan kaidah bahasa yang baik dan benar. D. Setiap orang yang mampu berbahasa secara benar pasti mampu berbahasa secara santun. E. Fenomena pemakaian bahasa yang santun maupun tidak santun akan semakin berkurang di dalam masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 252 Lampiran 12 Instrumen Tes Membaca Pemahaman 26. Kalimat yang tidak efektif dalam paragraf di atas adalah ….. A. Pemakaian bahasa dalam masyarakat ada yang santun dan ada yang tidak santun. B. Fenomena demikian akan terus terjadi dalam masyarakat seperti halnya pemakaian kaidah-kaidah lain, seperti kaidah bahasa yang baik dan kaidah bahasa yang benar. C. Tidak semua orang memahami kaidah kesantunan. D. Ada yang memahami kaidah tetapi tidak mahir menggunakan kaidah kesantunan. E. Ada yang mahir menggunakan kaidah kesantunan dalam berbahasa tetapi tidak mengetahui bahwa yang digunakan adalah kaidah kesantunan. 27. Pernyataan di bawah ini merupakan penciptaan konsep baru berdasarkan konsep yang sudah ada sebelumnya. A. Candi Prambanan dibuat pada zaman dinasti Syailendra. B. Menulis cerpen berdasarkan tema yang sudah ditentukan sebelumnya. C. Pak Sigit memahat patung Dewi Syiwa berdasarkan patung yang ada di candi Prambanan. D. Pak Bondan memang mahir membatik menggunakan kain sutera. E. Lagu Indonesia Raya diciptakan oleh WR Supratman. 28. Makna tersirat dari pernyataan berikut merupakan usaha memanipulasi keadaan yang sebenarnya ke dalam keadaan yang diinginkan. A. Keripik singkong yang diolah secara modern dapat meningkatkan nilai tambah secara ekonomi. B. Proses pengolahan keripik singkong yang dilakukan secara manual membutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak. C. Untuk dapat membuat keripik singkong yang baik dibutuhkan kualitas singkong bermutu tinggi. D. Produksi keripik singkong sedang booming seperti perdagangan batu akik. E. Pengrajin keripik di Wedi Klaten terampil membuat keripik singkong rasa emping mlinjo. Penggalan teks di bawah ini sebagai dasar untuk menjawab pertanyaan nomor 29 s.d. 30. Perdagangan narkoba tidak hanya membahayakan generasi muda tetapi juga menjadi ancaman bagi keselamatan negara. Columbia merupakan salah satu contoh negara yang dikendalikan oleh pedagang narkoba sehingga seakan-akan di dalam negara ada dua pemerintahan yang berkuasa. Negara Columbia hampir tidak mampu memberantas peredaran narkoba karena konglomerat di Columbia sudah mampu menguasai tokoh-tokoh politik yang duduk di parlemen maupun di pemerintahan. Jika Indonesia tidak ingin menjadi negara seperti Columbia, masyarakat perlu mendukung pemerintah untuk menerapkan hukuman mati bagi pedagang narkoba.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 253 Lampiran 12 Instrumen Tes Membaca Pemahaman Apa lagi, akhir-akhir ini perdagangan narkoba di Indonesia tidak hanya melibatkan pedagang domestik tetapi sudah merambah ke pedagang internasional. 29. Setelah membaca teks di atas, prediksi yang mungkin terjadi adalah …. A. Pemerintah akan semakin tegas dalam menindak pedagang dan pengedar narkoba di Indonesia. B. Perdagangan narkoba di Indonesia bukan hanya melibatkan pedagang domestik tetapi juga pedagang internasional. C. Ancaman bahaya narkoba sudah merambah ke generasi muda termasuk anak-anak sekolah. D. Pemerintah perlu dukungan semua pihak untuk memberantas peredaran narkoba. E. Columbia merupakan contoh negara yang dikuasai oleh pedagang narkoba. 30. Jika pemerintah Indonesia bersikap tegas, dapat diprediksi bahwa perdagangan dan peredaran narkoba …. A. dapat berkurang karena pedagang narkoba akan berpikir dua tiga kali untuk mengedarkan narkoba di Indonesia. B. tetap berkembang karena mereka melihat keuntungan yang sangat besar dari perdagangan narkoba. C. dimusuhui oleh seluruh rakyat Indonesia. D. terus terjadi dengan mencari celah yang mungkin dilakukan untuk menyelundupkan narkoba. E. beralih ke bisnis kelontong atau barang-barang lain yang tidak dilarang oleh pemerintah Indonesia. Penggalan teks berikut untuk menjawab pertanyaan soal nomor 31. Pemakaian bahasa dalam masyarakat ada yang santun dan ada yang tidak santun. Fenomena demikian akan terus terjadi dalam masyarakat seperti halnya pemakaian kaidah-kaidah lain, seperti kaidah bahasa yang baik dan kaidah bahasa yang benar. Mengapa demikian? Ada beberapa alasan, antara lain (a) tidak semua orang memahami kaidah kesantunan, (b) ada yang memahami kaidah tetapi tidak mahir menggunakan kaidah kesantunan, (c) ada yang mahir menggunakan kaidah kesantunan dalam berbahasa tetapi tidak mengetahui bahwa yang digunakan adalah kaidah kesantunan, (d) tidak memahami kaidah kesantunan dan tidak mahir berbahasa secara santun. 31. Pokok masalah yang dibahas dalam penggalan teks di atas adalah …. A. Kondisi pemakaian bahasa dalam masyarakat. B. Alasan mengapa seseorang tidak berbahasa santun. C. Kesantunan berbahasa dan faktor-faktor penyebab kesantunan. D. Perbedaan bahasa yang baik dan benar dengan bahasa yang santun. E. Banyak orang yang belum mahir berbahasa secara santun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 254 Lampiran 12 Instrumen Tes Membaca Pemahaman Paragraf di bawah ini dipakai sebagai dasar untuk menjawab pertanyaan nomor 32 s.d 35. Pengurus Ikatan Alumni Universitas Indonesia, Alumni Institut Pertanian Bogor dan Alumni Institut Teknologi Bandung mendatangi Markas Besar Polri di Jakarta, kemarin. Rombongan akademikus yang terdiri atas 50 orang yang dipimpin anggota tim independen sekaligus pengurus Ikatan Alumni UI, Imam Prasodjo, tersebut diterima Wakil Kepala Polri Komisaris Jenderal Badrodin Haiti, Kepala Badan Reserse Kriminal Mabes Polri Komisaris Jenderal Budi Waseso, dan pejabat lainnya. Imam meminta jaminan agar mereka tak dijadikan tersangka karena sikap yang diambilnya. “Kemarin kami membela KPK, tapi ada ingatan lama, jangan-jangan kami calon tersangka,” kata Imam. Dalam kesempatan itu, pakar hukum tata Negara dari Universitas Indonusa Esa Unggul, Refly Harun, mengaku tertawa ketika mendengar Polri menetapkan Bambang Widjoyanto sebagai tersangka karena menggelar briefing terhadap saksi. “Kasus BW very-very ordninary,” ujar Refly. Refly juga menyoroti kasus yang menjerat Ketua KPK Abraham Samad, yang menjadi tersangka karena memasukkan nama orang di kartu keluarganya untuk membuat paspor. Budi Waseso mengatakan penetapan tersangka terhadap dua pimpinan KPK itu sebatas menanggapi aduan masyarakat. “Jadi bukan serta-merta saya mentersangkakan. Itu ada penyelidikan,” kata Budi. Koran Tempo, halaman 2, (Senin, 23 Februari 2015). 32. Pikiran utama dalam paragraf pertama di atas adalah …. A. Rombongan diterima Wakil Kepala Polri Komisaris Jenderal Badrodin Haiti, Kepala Badan Reserse Kriminal Mabes Polri Komisaris Jenderal Budi Waseso, dan pejabat lainnya. B. Pengurus Ikatan Alumni Universitas Indonesia, Alumni Institut Pertanian Bogor dan Alumni Institut Teknologi Bandung mendatangi Markas Besar Polri di Jakarta, kemarin. C. Rombongan akademikus yang terdiri atas 50 orang yang dipimpin anggota tim independen sekaligus pengurus Ikatan Alumni UI, Imam Prasodjo, tersebut diterima Wakil Kepala Polri Komisaris Jenderal Badrodin Haiti, Kepala Badan Reserse Kriminal Mabes Polri Komisaris Jenderal Budi Waseso, dan pejabat lainnya. D. Imam meminta jaminan agar mereka tak dijadikan tersangka karena sikap yang diambilnya. E. “Kemarin kami membela KPK, tapi ada ingatan lama, jangan-jangan kami calon tersangka,” kata Imam. 33. Pikiran utama dalam paragraf kedua di atas adalah …. A. Budi Waseso mengatakan penetapan tersangka terhadap dua pimpinan KPK itu sebatas menanggapi aduan masyarakat. B. Refly juga menyoroti kasus yang menjerat Ketua KPK Abraham Samad, yang menjadi tersangka karena memasukkan nama orang di kartu keluarganya untuk membuat paspor.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 255 Lampiran 12 Instrumen Tes Membaca Pemahaman C. Dalam kesempatan itu, pakar hukum tata Negara dari Universitas Indonusa Esa Unggul, Refly Harun, mengaku tertawa ketika mendengar Polri menetapkan Bambang Widjoyanto sebagai tersangka karena menggelar briefing terhadap saksi. D. “Jadi bukan serta-merta saya mentersangkakan. Itu ada penyelidikan,” kata Budi. E. Refly menyindir POLRI ketika menetapkan Bambang Widjoyanto sebagai tersangka karena menggelar briefing terhadap saksi. “Kasus BW very-very ordninary,”. 34. Makna tersirat pada paragraf pertama di atas adalah …. A. Mereka tidak ingin dijadikan tersangka oleh POLRI karena membela KPK. B. Kedatangan ikatan alumni UI, IPB, dan ITB ke POLRI. C. Pengurus Ikatan Alumni beberapa perguruan tinggi mendatangi Markas Besar Polri di Jakarta untuk meminta jaminan agar mereka tidak dijadikan tersangka karena sikap yang diambilnya. D. Mereka tidak mau dijadikan tersangka karena selama ini membela KPK. E. Rombongan yang terdiri atas 50 orang yang dipimpin Imam Prasaja itu diterima Wakapolri Badrudin Haiti. 35. Makna tersirat pada paragraf kedua di atas adalah …. A. Pakar hukum tata Negara dari Universitas Indonusa Esa Unggul, Refly Harun, menyoroti penetapan Bambang Widjoyanto dan Ketua KPK Abraham Samad sebagai tersangka. B. Bambang Widjoyanto dan Abraham Samad ditetapkan sebagai tersangka untuk dua kasus yang berbeda. C. Permohonan pendukung KPK untuk tidak dijadikan sebagai tersangka. D. Budi Waseso mengatakan penetapan tersangka terhadap dua pimpinan KPK itu sebatas menanggapi aduan masyarakat. E. “Jadi bukan serta-merta saya mentersangkakan. Itu ada penyelidikan,” kata Budi.
Penggalan teks di bawah ini sebagai dasar untuk menjawab soal nomor 36 s.d. 37. "Gejala kerusakan ginjal pada tahap dini biasanya tidak ada keluhan yang khas. Gejalanya, paling merasa tidak enak badan tetapi tidak ada kan yang kalau badannya lemas dia bilang 'barangkali saya sakit ginjal', paling bilangnya kecapekan," ujar dr Ginova dalam acara diskusi di Plaza Central, Sudirman, Jakarta Selatan, seperti ditulis pada Jumat (27/2/2015). Hipertensi dikatakan oleh dr Ginova biasanya membutuhkan waktu sampai 10 tahun untuk membuat kerusakan pada ginjal yang jika tidak disadari dan ditangani maka besar kemungkinan ginjal mengalami kegagalan. Pasien yang mengalami gagal ginjal hanya punya dua pilihan, seumur hidupnya melakukan cuci darah atau transplantasi ginjal baru. dr Ginova mengatakan selain hipertensi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 256 Lampiran 12 Instrumen Tes Membaca Pemahaman penyakit diabetes juga perlu diwaspadai sebagai penyebab gagal ginjal. Jika seseorang memiliki kondisi hipertensi dan diabetes dalam waktu yang lama maka risiko ginjal alami kegagalan juga semakin besar. 36. Paragraf di atas dapat disimpulkan sebagai berikut......... A. Kerusakan ginjal disebabkan gaya hidup yang kurang olahraga dan hidup terlalu stres. B. Gejala gagal ginjal hanya merasa tidak enak badan dan mengatakan karena kecapekan. C. Pasien yang gagal ginjal hanya punya dua pilihan, cuci darah seumur hidup atau transplantasi ginjal baru. D. Kerusakan gagal ginjal tidak ada keluhan khas dan membutuhkan waktu cukup lama untuk dapat dideteksi bagi penderita hipertensi dan gula darah. E. Setiap penderita hipertensi dan gula darah sangat berpotensi mengalami gagal ginjal. 37. Prediksi yang mungkin dapat dibuat oleh pembaca setelah membaca teks di atas adalah... A. Jika seseorang mengalami gagal ginjal, mereka harus cuci darah seumur hidup. B. Minum obat apa pun harus dikonsultasikan kepada dokter. C. Pembaca akan berhati-hati mengonsumsi obat-obatan yang dapat membahayakan ginjal. D. Lebih baik menderita hipertensi dari pada harus gagal ginjal. E. Pengidap hipertensi dan gula darah tidak mau lagi minum obat. Penggalan teks di bawah ini sebagai dasar untuk menjawab soal nomor 38 s.d. 39 Seorang guru yang hanya dapat memberi contoh tetapi tidak dapat menjadi contoh bagaikan “nandur gedhang awoh pakel, ngomong gampang nglakoni angel” (menanam pisang berbuah pakel, bicaranya mudah tetapi melaksanakannya sukar). Itulah potret sebagian besar guru di Indonesia. Banyak guru bahasa Indonesia yang biasa mengajarkan menulis tetapi dirinya sendiri belum pernah menulis, baik berupa artikel, cerpen, atau bahkan buku ajar. Guru harus terus dikembangkan kompetensinya. Namun, jika mau jujur, pemerintah menghadapi kendala. Banyak guru yang sebenarnya tidak memenuhi syarat menjadi guru. Mereka memilih jurusan keguruan setelah ditolak di jurusan lain. Akibatnya, output keguruan banyak yang tidak memiliki daya kreasi dan inovasi. 38. Kesimpulan yang dapat ditarik dari teks di atas adalah …. A. Jika menginginkan siswa berjiwa kreatif dan inovatif, guru harus terus dikembangkan kompetensinya agar profesional sehingga mampu menjadi contoh bagi siswanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 257 Lampiran 12 Instrumen Tes Membaca Pemahaman B. Memberi contoh bagi siswa jauh lebih mudah dari pada memberi contoh. C. Memberi contoh dan menjadi contoh sama pentingnya bagi guru. D. Banyak guru yang sebenarnya tidak memiliki jiwa guru tetapi terpaksa harus menjadi guru karena tidak ada pilihan lain. E. Menjadi guru yang profesional bukan masalah sederhana. 39. Penggalan teks di atas jika dianalisis, sebenarnya “banyak guru yang tidak profesional, karena banyak guru yang tidak memiliki jiwa guru”. Opsi yang dapat dilakukan adalah …. A. Melakukan seleksi secara lebih ketat bagi calon mahasiswa yang akan masuk ke jurusan keguruan agar dapat dididik menjadi guru profesional. B. Pemerintah harus terus-menerus memberikan pelatihan kepada guru yang bertugas di sekolah. C. Mahasiswa yang tidak memiliki jiwa guru lebih baik memilih jurusan lain. D. Mahasiswa yang sudah memilih jurusan keguruan harus mengubah paradigma berpikirnya. E. PTS yang tidak selektif dalam memilih mahasiswa perlu diberi teguran agar tidak merugikan anak didik di masa mendatang. 40. “Sesuai dengan perubahan paradigma modern, pembelajaran harus berfokus pada pembelajar. Interaksi perkuliahan tidak lagi dilakukan searah dengan metode ceramah, tetapi harus interaktif antara dosen dengan mahasiswa”. Berdasarkan pernyataan tersebut, jika diaplikasikan dalam praktik perkuliahan, model pembelajaran yang tepat adalah …. A. Membiarkan mahasiswa belajar sendiri, sementara dosen cukup menunggu pertanyaan dari mahasiswa. B. Metode perkuliahan harus bersifat interaktif, seperti metode yang kooperatif berdasarkan pokok masalah tertentu yang ditentukan oleh dosen. C. Dosen memberi tugas kepada mahasiswa untuk membaca literatur sebanyak-banyaknya. D. Pemberian materi melalui internet agar mahasiswa aktif mencari sendiri, sehingga menumbuhkan kemandirian mahasiswa. E. Mahasiswa harus selalu mempersiapkan pertanyaan yang akan diajukan kepada dosen sebelum perkuliahan berlangsung. ======= TERIMAKASIH ======
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 258 Lampiran 13 Tes Kemampuan Membaca Pemahaman Mahasiswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 259 Lampiran 13 Tes Kemampuan Membaca Pemahaman Mahasiswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 260 Lampiran 13 Tes Kemampuan Membaca Pemahaman Mahasiswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 261 Lampiran 13 Tes Kemampuan Membaca Pemahaman Mahasiswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 262 Lampiran 13 Tes Kemampuan Membaca Pemahaman Mahasiswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 263 Lampiran 13 Tes Kemampuan Membaca Pemahaman Mahasiswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 264 Lampiran 13 Tes Kemampuan Membaca Pemahaman Mahasiswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 265 Lampiran 13 Tes Kemampuan Membaca Pemahaman Mahasiswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 266 Lampiran 13 Tes Kemampuan Membaca Pemahaman Mahasiswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 267 Lampiran 13 Tes Kemampuan Membaca Pemahaman Mahasiswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 268 Lampiran 13 Tes Kemampuan Membaca Pemahaman Mahasiswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 269 Lampiran 14
HASIL PERHITUNGAN NILAI TES KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN No.
Nama
Skor
Persentase (%)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40.
Faniya Syaiful A Reyhani Izzata Arif Nur H Okky Andestia B Sopianti Roy Arga T.W. Adhitia Rahmawati Putri Fitria N Isma Rizki S. M. Masykuri I. Patnawati Wulandari Destiana Prajayanti Anggita Widya W. Marwah Ulwatunnisa Ayub Eka Silvia Jumratul Wuska Nurul Hikmah Pratiwi Budi S. Indra Cipta W. Karunia Rahmawati H. Muarifah Astuti. Upi Nur Latifah. Sindy Verika L.T. Bebryana Ratri. Herlina Eka P.S. Siti Muhimmatush S. Debi Widya D.P. Ari Trian K. Erna Nur M. Anditya Dwi P. Wiji Suci N.A.Y Ilham Endarto Dian Utami Yogi Liandi Heni Widiastuti Ika Setianingsih Kukuh Prasetyo H. Nanang Setiawan Wahyu Purnomo
23 23 26 22 20
57,5 57,5 65 55 50
22 20 24 27 25 27 23 26 17 18 21 19 27 17 28 25 20 20 24 26 28 27 18 21 25 17 14 26 19 19 23 17 25 27
Nilai Ubahan (A-D)
C C C D D Tidak Masuk 55 D 50 D 60 C 67,5 C 62,5 C 67,5 C 57,5 C 65 C 42,5 D 45 D 52,5 D 47,5 D 67,5 C 42,5 D 70 C 62,5 C 50 D 50 D 60 C 65 C 70 C 67,5 C 45 D 52,5 D 62,5 D 42,5 D 35 D 65 C 47,5 D 47,5 D 57,5 C 42,5 D 62,5 C 67,5 C
Keterangan
Sedang Sedang Sedang Kurang Kurang Kurang Kurang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Kurang Kurang Kurang Kurang Sedang Kurang Sedang Sedang Kurang Kurang Sedang Sedang Sedang Sedang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Sedang Kurang Kurang Sedang Kurang Sedang Sedang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 270 Lampiran 14
No.
41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50.
Nama
Wiji Lestari Puthut Triangga Puthut Sujatmoko Sapti Puji L. Dewi Nuranisya Roni Rosdiana Suhaimi Ema Audia Wahyu Pratiwi Sameeya Che-Uma Jumlah Skor Rata-rata
Skor
Persentase (%)
24 27 23 27 20 25 16
60 67,5 57,5 67,5 50 62,5 40
24 19 1081 22,52
Nilai Ubahan (A-D)
Keterangan
C C C C D C D Tidak Masuk 60 C 47,5 D Rendah/Kurang
Sedang Sedang Sedang Sedang Kurang Sedang Kurang Sedang Kurang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 271 Lampiran 15
Kunci Jawaban Tes Kemampuan Membaca Pemahaman 1. C
11. B
21. D
31. A
2. C
12. A
22. B
32. B
3. A
13. B
23. D
33. C
4. C
14. B
24. A
34. C
5. B
15. E
25. B
35. A
6. A
16. D
26. B
36. D
7. B
17. E
27. C
37. C
8. C
18. A
28. E
38. A
9. C
19. C
29. A
39. A
10. B
20. B
30. A
40. B
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 16
272
PERHITUNGAN INDEKS TINGKAT KESULITAN
No. 1.
Nilai 38
Hasil 0,79
Kategori Mudah
Predikat Layak
2.
45
0,93
Mudah
Tidak Layak
3.
32
0,66
Mudah
Layak
4.
23
0,47
Sedang
Layak
5.
21
0,43
Sedang
layak
6.
29
0,60
Sedang
Layak
7.
10
0,20
Sulit
Layak
8.
6
0,12
Sulit
Tidak Layak
9.
20
0,41
Sedang
Layak
10.
28
0,58
Sedang
Layak
11.
41
0,85
Mudah
Tidak Layak
12.
32
0,66
Mudah
Layak
13.
19
0,39
Sulit
Layak
14.
34
0,70
Mudah
Layak
15.
32
0,66
Mudah
Layak
16.
39
0,81
Mudah
Tidak Layak
17.
37
0,77
Mudah
Layak
18.
25
0,52
Sedang
Layak
19.
23
0,47
Sedang
Layak
20.
36
0,75
Mudah
Layak
21.
28
0,58
Sedang
Layak
22.
26
0,54
Sedang
Layak
23.
20
0,41
Sedang
Layak
24.
14
0,29
Sulit
Layak
25.
27
0,56
Sedang
Layak
26.
23
0,47
Sedang
Layak
27.
36
0,75
Mudah
Layak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 16
273
No. 28.
Nilai 11
Hasil 0,22
Kategori Sulit
Predikat Layak
29.
31
0,64
Mudah
Layak
30.
45
0,93
Mudah
Tidak Layak
31.
36
0,75
Mudah
Layak
32.
29
0,60
Sedang
Layak
33.
17
0,35
Sulit
Layak
34.
16
0,33
Sulit
Layak
35.
18
0,37
Sulit
Layak
36.
20
0,41
Sedang
Layak
37.
21
0,43
Sedang
Layak
38.
28
0,58
Sedang
Layak
39.
23
0,47
Sedang
Layak
40.
43
0,89
Mudah
Tidak Layak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 18
290
Mrican, Tromol Pos 29 Yogyakarta 55002,Telp.: 0274-513301 – ext. 1405,Fax.: 0274 562383, email:
[email protected] 0274-562383
PEDOMAN WAWANCARA Terhadap mahasiswa semester VI Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Ahmah Dahlan Yogyakarta dengan nilai hasil tes tertinggi Nama Mahasiswa
:
No. Pertanyaan 1. Kapan Anda berminat untuk melakukan kegiatan membaca? 2. Apakah dengan kualitas minat baca yang Anda miliki memengaruhi prestasi belajar Anda selama ini? 3. Motivasi apa yang dapat mendorong diri Anda untuk membaca? 4. Apa saja faktor internal yang dapat memengaruhi kemampuan membaca Anda? 5. Apa saja faktor eksternal yang dapat memengaruhi kemampuan membaca Anda? 6. Manakah yang paling dominan di antara faktor internal dan faktor eksternal yang memengaruhi kemampuan membaca pemahaman Anda? 7. Seperti apakah kebiasaan baca yang Anda miliki? Apakah kegiatan membaca itu sudah menjadi budaya dalam diri Anda sehingga menjadi suatu kebiasaan yang tidak dapat ditinggalkan?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 19
291
Mrican, Tromol Pos 29 Yogyakarta 55002,Telp.: 0274-513301 – ext. 1405,Fax.: 0274-562383,e-mail:
[email protected] 0274-562383
PEDOMAN WAWANCARA Terhadap mahasiswa semester VI Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Ahmah Dahlan Yogyakarta dengan nilai hasil tes tertinggi Nama Mahasiswa
: Siti Muhimmatush S.
NIM
: 1300003180
No. Pertanyaan 1. Kapan Anda berminat untuk melakukan kegiatan membaca?
2.
3.
4.
5.
Jawaban Minat membaca sudah tumbuh dari kecil dari membaca untuk hiburan maupun membaca untuk menghadapi persoalan sekolah. Minat baca tumbuh karena paksaan dari orangtua yang mengarahkan agar memiliki minat baca yang tinggi. Apakah dengan kualitas Minat baca yang sudah dimiliki sangat minat baca yang Anda memengaruhi prestasi belajar. Prestasi yang baik miliki memengaruhi tentu akan dapat diraih dengan membaca, karena prestasi belajar Anda manfaat dari membaca akan membuat kita tahu selama ini? dan menambah ilmu pengetahuan yang sudah kita miliki. Motivasi apa yang dapat Motivasi membaca yang dimiliki sehingga mendorong diri Anda menumbuhkan diri untuk membaca adalah untuk membaca? memiliki rasa ingin tahu dan menambah ilmu saja. Apa saja faktor internal Faktor internal yang memengaruhi kemampuan yang dapat memengaruhi membaca adalah motivasi (dorongan dari hati), kemampuan membaca karena dengan membaca akan membuat pintar. Anda? Memiliki kesadaran bahwa untuk menjadi pintar dan berprestasi bisa diatasi dengan membaca. Apa saja faktor eksternal Faktor eksternal yang memengaruhi kemampuan yang dapat memengaruhi membaca adalah lingkungan dan waktu. kemampuan membaca Lingkungan dan waktu sangat memngaruhi Anda? kemampuan memahami apa yang kita baca, dengan waktu yang tepat akan memengaruhi mood
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 19
No.
6.
7.
Pertanyaan
Manakah yang paling dominan di antara faktor internal dan faktor eksternal yang memengaruhi kemampuan membaca pemahaman Anda? Seperti apakah kebiasaan baca yang Anda miliki? Apakah kegiatan membaca itu sudah menjadi budaya dalam diri Anda sehingga menjadi suatu kebiasaan yang tidak dapat ditinggalkan?
292
Jawaban kita untuk membaca. Hidup di lingkungan yang baik atau buruk juga sangat memengaruhi kemampuan membaca. Lingkungan dan waktu yang tepat akan memengaruhi mood. Apabila mood bagus, maka kemampuan membaca juga bagus, begitu juga sebaliknya. Faktor internal paling dominan memengaruhi kemampuan membaca pemahaman
Dulu selalu rutin melakukan kegiatan membaca, tetapi setelah menjadi mahasiswi tidak selalu mempunyai waktu untuk membaca, apalagi mood juga memengaruhi kegiatan membaca saya. Berbeda dengan ujian, saya akan lebih serius dalam melakukan kegiatan membaca. Kegiatan membaca belum menjadi budaya dalam diri saya, karena saya melakukan kegiatan membaca berdasarkan mood, tetapi ada kalanya waktu melakukan kegiatan membaca dengan serius. Biasanya lebih membaca bacaan yang sifatnya menghibur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 293 Lampiran 20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 294 Lampiran 21
PENILAIAN DOSEN MATA KULIAH MEMBACA
Identitas: Nama Dosen
: Ibu Septina Krismawati, S.S., M.A.
Nama PT
: Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Petunjuk: 1. Peneliti memohon kepada Ibu Septina Krismawati S.S., M.A., untuk memberikan penilaian pada setiap komponen dalam modul dengan cara membubuhkan tanda cek (√) pada rentang skor penilaian yang dianggap tepat. Adapun rentang skor penilaian modul sebagai berikut. 1 = sangat kurang baik/sangat kurang tepat/ sangat kurang sesuai, 2 = kurang baik/ kurang tepat/ kurang sesuai, 3 = cukup baik/ cukup tepat/ cukup sesuai, 4 = baik/ tepat/ sesuai, 5= sangat baik/ sangat tepat/ sangat sesuai. 2. Peneliti memohon kepada Ibu Septina Krismawati S.S., M.A., untuk memberikan kritik dan saran agar peneliti dapat memperbaiki modul “Menumbuhkan Kebiasaan Membaca” apabila masih terdapat kekurangan dalam modul yang telah disusun oleh peneliti. No. Aspek Penilaian Indikator Rentang Skor Kritik dan Saran Penilaian 1 2 3 4 5 1.
Penyajian modul “Menumbuhkan Kebiasaan Membaca”
a. Kesesuaian modul dengan tema. b. Kemenarikan judul dalam modul. c. Pemilihan huruf dan warna sesuai dengan kebutuhan materi. d. Pemilihan gambar pada sampul modul. e. Setiap komponen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 295 Lampiran 21
No.
Aspek Penilaian
Indikator Penilaian
f.
2.
Materi modul “Menumbuhkan Kebiasaan Membaca”
a.
b.
c. d.
disajikan secara sistematis. Kesesuaian ukuran dan tebal modul. Materi dalam modul sesuai dan mendukung sebagai referensi bahan perkuliahan. Materi dalam modul menarik dan sesuai dengan kebutuhan mahasiswa. Sistematika urutan materi. Kesesuaian materi dengan judul dan subjudul.
e. Kelengkapan, kedalaman, dan kejelasan materi. f. Kesesuaian materi dengan contoh. g. Kesesuaian evaluasi dengan materi dalam modul. h. Kesesuaian evaluasi dengan tingkat pemahaman mahasiswa. i. Pemilihan gambar/foto
Rentang Skor 1 2 3 4 5
Kritik dan Saran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 296 Lampiran 21
No.
Aspek Penilaian
Indikator Penilaian sesuai dengan materi. j. Keefektifan modul mendukung sebagai referensi bahan perkuliahan.
3.
Bahasa dalam modul “Menumbuhkan Kebiasaa Membaca”
a. Pemilihan bahasa dalam modul mudah dipahami dan sesuai dengan jenjang kognitif mahasiswa. b. Keefektivan kalimat yang dugunakan dalam modul mudah dipahami pembaca. c. Penggunaan tanda baca, diksi, dan kalimat sesuai dengan ejaan yang disempurnakan (EYD).
Rentang Skor 1 2 3 4 5
Kritik dan Saran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 297 Lampiran 21
Komentar dan Saran Perbaikan ............................................................................................................................... ............................................................................................................................... ............................................................................................................................... Kesimpulan Modul pembelajaran yang dikembangkan dinyatakan: 1. Layak untuk digunakan tanpa revisi, 2. Layak untuk digunakan dengan revisi sesuai saran, 3. Tidak layak digunakan. Yogyakarta, 24 Mei 2016 Dosen Mata Kuliah Membaca
Septina Krismawati, S.S., M.A.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 298 Lampiran 22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 299 Lampiran 22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 300 Lampiran 22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 301 Lampiran 22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 302 Lampiran 23
Penilaian Mahasiswa terhadap Uji Coba Modul “Menumbuhkan Kebiasaan Membaca” Identitas Nama Mahasiswa
:
Semester dan Kelas
:
Nama PT
:
Petunjuk Peneliti memohon kepada responden untuk memberikan penilaian terhadap kualitas modul “Menumbuhkan Kebiasaan Membaca” dengan cara membubuhkan tanda centang (√) pada pada rentang skor penilaian sesuai pendapat responden. Adapun rentang skor penilaian modul sebagai berikut. Keterangan: 1 = sangat kurang baik/sangat kurang tepat/ sangat kurang sesuai 2 = kurang baik/ kurang tepat/ kurang sesuai 3 = cukup baik/ cukup tepat/ cukup sesuai 4 = baik/ tepat/ sesuai 5= sangat baik/ sangat tepat/ sangat sesuai Skala Penilaian Kritik dan Saran No. Aspek yang Dinilai 1 2 3 4 5 1.
2.
3.
4.
5.
Saya senang menggunakan modul “Menumbuhkan Kebiasaan Membaca”. Saya tertarik dengan materi di dalam modul “Menumbuhkan Kebiasaan Membaca” sebagai bahan referensi untuk kuliah”. Pemilihan huruf dan warna dalam modul “Menumbuhkan Kebiasaan Membaca” mudah dibaca dan jelas. Tampilan modul “Menumbuhkan Kebiasaan Membaca” menarik perhatian. Petunjuk dan penggunaan modul “Menumbuhkan Kebiasaan Membaca” mudah dipahami dan digunakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 303 Lampiran 23
6.
Saya mudah memahami materi dalam modul “Menumbuhkan Kebiasaan Membaca”. 7. Bahasa yang digunakan dalam modul “Menumbuhkan Kebiasaan Membaca” mudah dipahami. 8. Modul “Menumbuhkan Kebiasaan Membaca” memiliki banyak manfaat untuk bahan belajar bagi mahasiswa. 9. Setelah saya membaca modul “Menumbuhkan Kebiasaan Membaca” saya terinspirasi untuk menumbuhkan kebiasaan membaca dalam diri saya sendiri. 10. Modul “Menumbuhkan Kebiasaan Membaca” berkaitan dengan tema membaca pemahaman yang selama ini saya perlukan untuk mengetahui kiatkiat menumbuhkan kebiasaan membaca. Komentar dan Saran Perbaikan .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... ................................................................................................................................... Kesimpulan Modul “Menumbuhkan Kebiasaan Membaca” yang dikembangkan dinyatakan: 1. 2. 3.
Sangat bagus digunakan dalam pembelajaran membaca pemahaman Cukup bagus digunakan dalam pembelajaran membaca pemahaman Kurang bagus digunakan dalam pembelajaran membaca pemahaman Yogyakarta,25 Mei 2016 Mahasiswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 24
304
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 24
305
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 24
306
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 307
DOKUMENTASI PENELITIAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 308
Gambar 1: Mahasiswa mengerjakan tes kemampuan membaca pemahaman
Gambar 2: Observasi proses perkuliahan mahasiswa dan dosen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 309
Gambar 3: Uji Coba Produk oleh Mahasiswi
Gambar 4: Penilaian Produk oleh Mahasiswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BIODATA PENULIS
Rosendi Galih Susani, lahir di Kulon Progo, 24 April 1994. Pada tahun 1999 sampai 2000 penulis masuk pendidikan di Taman Kanak-kanak Sang Timur, Kenteng, Kembang, Nanggulan, Kulon Progo. Pada tahun 2000 melanjutkan pendidikan di SD Kanisius Kenteng, Kembang, Nanggulan, Kulon Progo, dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun 2006, penulis melanjutkan pendidikan di SMP Pangudi Luhur Moyudan, Sleman, dan lulus pada tahun 2009. Kemudian, pada tahun 2009 penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 11 Yogyakarta dan lulus pada tahun 2012. Selanjutnya, pada tahun 2012 penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Jurusan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, dan lulus pada tahun 2016. Penyelesaian tugas akhir untuk mendapatkan gelar S1 ditempuh melalui jalur skripsi dengan judul Pengembangan Kebiasaan Membaca Pemahaman Mahasiswa Semester VI Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta Tahun Akademik 2015/2016.