TUTURAN EMOSIONAL MASYARAKAT DI PASAR DESA API-API, KECAMATAN WONOKERTO, KABUPATEN PEKALONGAN: SUATU KAJIAN PRAGMATIS Hadi Sumarto, Inayatul Ulya (Prodi PBI FKIP-Universitas Pekalongan) Abstrak Bahasa secara pragmatik memiliki tingkatan emosi. Keberkaitan antara tuturan bahasa dengan tingkat emosi penutur lebih dikarenakan oleh kebutuhan penutur dalam menguatkan maksud tertentu yang ingin disampaikan serta situasi tindak tutur. Menjadi menarik jika hal tersebut diteliti, terutama pada tindak tutur masyarakat di Pasar Desa Api-api, Kecamatan Wonokerto, Kabupaten Pekalongan. Penelitian ini mengkaji semua tuturan emosi dalam Bahasa Indonesia yang digunakan oleh para penutur tuturan emosi. Instrumen penelitian adalah peneliti sendiri. Tehnik pengumpulan data adalah tehnik simak dan tehnik catat. Tehnik analisis data adalah deskriptif kualitatif dan kategorisasi. Hasil penelitian: (1) Terdapat 16 pernyataan, 2 perintah, dan 2 pertanyaan dalam tindak tutur lokusi; (2) tindak tutur ilokusi terkejut 2 kali, kesal 7 kali, kecewa 2 kali, gugup 1 kali, terkejut dan marah 1 kali, kecewa dan kesal 1kali, kesal dan kecewa 2 kali, kesal dan marah 2 kali, kesal dan gugup 1 kali, kesal dan malu 1 kali; (3) Tindak tutur perlokusi dengan efek positif 11 kali, efek negatif 7 kali, dan efek netral 2 kali. (4) Faktorfaktor yang mempengaruhi penggunaan tuturan emosional adalah faktor psikologis, sosial, dan pendidikan. Kata Kunci: Tuturan emosional, Kajian Pragmatis
atau laporan pemahaman bahasa.
PENDAHULUAN Bahasa yang dihasilkan oleh
Searle, seperti yang dikutip oleh
menjadi
Wijaya (1996:17) mengemukakan
pencerminan pribadi, derajat sikap,
bahwa secara pragmatis setidaknya
watak
ada
seseorang
akan atau
selalu karakter
mental
tiga
jenis
tindakan
yang
spiritualnya. Oleh karena itu, bahasa
diwujudkan oleh seorang penutur,
dipandang sebagai identitas yang
yaitu tindak lokusi (locutionary act),
nyata bagi penutur-penuturnya. Kata
tindak ilokusi (ilocutionary act), dan
atau bahasa yang digunakan oleh
tindak
seseorang dalam berturtur disebut
act). Pada peristiwa bahasa, penutur
dengan istilah pragmatik. Levinson
terkadang
(dalam
1990:33)
menuturkan tuturan emosi karena
pragmatik
tidak dapat mengontrol emosinya.
sebagai telaah mengenai hubungan
Hal ini sangat menarik untuk dikaji.
antara bahasa dan konteks yang
Tempat
merupakan dasar bagi suatu catatan
probabilitas
memberikan
Tarigan, batasan
perlokusi
(perlocutionary
secara
yang tinggi
spontanitas
mempunyai terjadinya
peristiwa tutur adalah pasar, karena
Desa
tempat tersebut merupakan tempat
Wonokerto, Kabupaten Pekalongan.
transaksi antara penjual dan pembeli
Sampel yang diambil adalah 20
sekaligus
tuturan emosional dalam bahasa
sebagai
tempat
Api-api,
Kecamatan
berkumpulnya banyak orang dengan
Indonesia
latar
tehnik random sampling. Penelitian
belakang
yang
berbeda.
dengan
menggunakan
akan
dilaksanakan pada bulan Januari s.d.
berupa bentuk-
Mei 2011. Instrumen utama dalam
bentuk tuturan atau ujaran yang
penelitian ini adalah peneliti sendiri.
bersifat emosional.
Menurut
Dengan
demikian,
memperoleh data
Penelitian
peneliti
ini
mengkaji
Nasution
(1988:
55)
instrumen penelitian yang berupa
bagaimana tuturan emosional yang
manusia
digunakan masyarakat di Pasar Desa
pertimbangan bahwa peneliti sebagai
Api-Api,
instrumen mempunyai ciri-ciri yang
Kecamatan
Kabupaten
Wonokerto,
Pekalongan
dan
dapat
berangkat
mendukung
dari
pelaksanaan
bagaimana implikasi faktor-faktor
penelitian, yaitu peka terhadap segala
yang
penggunaan
stimulus
masyarakat
diperkirakannya,
mempengaruhi
tuturan
emosional
dari
lingkungan
yang
bermakna
atau
tersebut. Tujuan dari penelitian ini
tidak bagi peneliti. Data diperoleh
untuk memperoleh deskripsi tuturan
melalui teknik simak sebagai teknik
emosional masyarakat di Pasar Desa
dasar dan teknik catat sebagai teknik
Api-Api,
kelanjutan. Kemudian data tersebut
Kecamatan
Wonokerto,
Kabupaten
Pekalongan
dan
menemukan
faktor-faktor
yang
di analisis dengan menggunakan teknik
yang
bersifat
mempengaruhi penggunaan tuturan
kualitatif,
emosional tersebut.
ketegorisasi.
METODE PENELITIAN
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan populasi
kualitatif pengguna
dengan ungkapan
emosional yang terdapat di pasar
strategi
deskriptif-
heuristik,
dan
Tindak Tutur Tuturan Emosional Masyarakat Pasar Desa Api-Api Hasil
penelitian
yeng
menunjukkan deskripsi tindak tutur
tuturan
emosi
dalam
bahasa
adalah sebagai berikut.
Indonesia di pasar Desa Api-Api Tabel: Identifikasi Ungkapan Emosional dalam Bahasa Indonesia di Pasar Desa Api-Api, Kecamatan Wonokerto, Kabupaten Pekalongan berdasarkan Konteks No
*PB
Tuturan Emosional
Konteks
06.00
1a
ih, mahal banget! Kemarin saya beli dua puluh lima, kok!
2
06.05
1b
Wah, buat modal aja ndak cukup!
3
06.10
1c
Ya sudah! Ndak punya duit kok nawar-nawar!
4
06.15
2
Bau nya nggak sedap!
5
06.18
3
Waduh…Pahit banget!
6
06.45
4
Ayo Bu! Lama banget!
06.20
5a
ayo cepat, banyak yang ngantri!
8
06.23
5b
Aduh! Panas! Sialan!
9
06.40
6
Ini lho mba, kok melayani pembeli lain!
Di lapak penjual pakaian, dua orang perempuan menawar pakaian anak kepada seorang pedagang laki-laki yang sedang sibuk menata dagangannya. Di lapak penjual pakaian, dua orang perempuan menawar pakaian anak kepada seorang pedagang laki-laki yang sedang sibuk menata dagangannya. Di lapak penjual pakaian, dua orang perempuan menawar pakaian anak kepada seorang pedagang laki-laki yang sedang sibuk menata dagangannya. Dua orang penjual jajan tradisional membicarakan bau sampah sampah yang tidak sedap karena sudah tiga hari tidak dibuang. Didekat gerobak penjual jamu, seorang Ibu pembeli jamu kaget saat meminum jamunya, rasa jamu tersebut terlalu pahit, tidak seperti biasanya. Seorang anak yang ikut belanja Ibunya ke pasar merasa kesal karena kelamaan menunggu membeli kelapa. Di tempat penjual lauk pauk seorang penjual tangan nya terkena panci panas karena buru-buru melayani pembeli. Di tempat penjual lauk pauk seorang penjual tangan nya terkena panci panas karena buru-buru melayani pembeli. Di lapak penjual ayam potong, seorang pembeli membeli sekilo ayam, ketika dia akan membayar dan memberikan uang nya kepada penjual, penjual melayani pembeli
1
7
Tanggal
Waktu
1 April
10 April
10
07,05
7
Ah, pelit!
11
07.34
8
07. 15
9a
Wong dah nawarnawar kok ndak jadi! Yah…, dah ngga ada!
13
07.25
9b
Bukan yang ini, mba sih, tadi kelamaan!
14
07. 45
10
pilihkan jangan yang pecah-pecah!
15
08.00
11
Waduh Bu, kok diinjak-injak!
06.10
12a
Sudah apa?
06.15
12b
Mbayar apa?
12
16
17
17 April
24 April
lain, pembeli yang hendak membayar menjadi marah karena penjual tidak langsung melayani nya sampai selesai. Seorang penjual sayuran sedang menimbang, pembeli tersebut menambahkan cabe ke dalam timbangan nya, namun penjual mengeluarkan nya kembali karena harga cabe masih mahal. Seorang pembeli pisang bertanyatanya berapa harga pisang, tapi dia tidak jadi membeli Di lapak penjual aksesoris. Ada dua orang perempuan yang berjalan dengan tergesa-gesa ke kios pekaian. Mereka berdua sebelum ke kios pakaian, salah satu diantara mereka ada yang naksir ikat rambut. Karena kelamaan di kios pakaian, ikat rambut yang dilihatnya tadi sudah dibeli orang lain. Di lapak penjual aksesoris. Ada dua orang perempuan yang berjalan dengan tergesa-gesa ke kios pekaian. Mereka berdua sebelum ke kios pakaian, salah satu diantara mereka ada yang naksir ikat rambut. Karena kelamaan di kios pakaian, ikat rambut yang dilihatnya tadi sudah dibeli orang lain. Di lapak penjual rempeyek, dengan terburu-buru, seorang Ibu membeli 10 rempeyek dan meminta kepada penjual untuk memilihkannya yang bagus. Di kios penjual ikan, seorang pembeli menawar ikan, saat memilih ikan, dia tidak sengaja menginjak ikan, si penjual langsung menegurnya. Di tempat pelelengan ikan, seorang laki-laki akan menbayar ikan, ternyata ikan tersebut sudah dibeli orang lain Di tempat pelelengan ikan, seorang laki-laki akan menbayar ikan, ternyata ikan tersebut sudah dibeli
18
06.20
12c
Wong sudah dibayar orang kok! Malu aku!
19
07.10
13a
Awas lho!
20
07.20
13b
Itu, dah berantakin CD tapi nggak beli!
orang lain Di tempat pelelengan ikan, seorang laki-laki akan menbayar ikan, ternyata ikan tersebut sudah dibeli orang lain Di lapak penjual CD, ada seorang calon pembeli yang sudah melihatlihat CD tapi tidak jadi membeli. Di lapak penjual CD, ada seorang calon pembeli yang sudah melihatlihat CD tapi tidak jadi membeli.
*PB: Peristiwa Bahasa a. Bentuk Tuturan Tindak Tutur Lokusi dan Ilokusi Bentuk
tuturan
tindak
tutur
lokusi dan ilokusi dikategorikan
Terkejut,
secara
umun
diartikan dengan kaget atau terperanjat. 2) Lokusi dan ilokusi kesal
ke dalam tiga kelompok, yaitu:
Ilokusi
1) Bentuk Tuturan Pernyataan
frekuansi yang paling tinggi,
kesal
mempunyai
Tuturan pernyataan terdapat
yakni 7 kali. Ilokusi kesal ini
pada peristiwa bahasa: 1a, 1b,
dapat
1c, 2, 3, 4, 5, 6, 7b, 8, 9a, 9b,
perasaan yang sebal, kecewa
11, 12c, 13a dan 13b.
bercampur jengkel dan tidak
2) Bentuk Tuturan Perintah
suka. Tindak tutur tersebut
Tuturan
perintah
hanya
diartikan
terdapat
pada
dengan
peristiwa
terdapat pada peristiwa bahasa 5a
bahasa 1b, 2a, 2b, 4, 6, 12a
dan 10.
dan 12b.
3) Bentuk Tuturan Pertanyaan Tuturan pernyataan terdapat
3) Lokusi dan ilokusi kecewa
pada peristiwa bahasa 12a dan 12b.
Ilokusi kecewa terjadi pada
b. Tindak Ilokusi
PB 7 dan 9a. Ilokusi kecewa
Tutur
Lokusi
dan
disebabkan tidak terwujudnya
1) Lokusi dan ilokusi terkejut Ilokusi sebanyak
terkejut 2
kali,
muncul yakni
terdapat dalam PB 1a dan 3.
keinginan
seperti
yang
diharapkan, tidak berhasil, gagal
dalam
sebagainya.
usaha,
dan
dengan perasaan yang sebal,
4) Lokusi dan ilokusi gugup Ilokusi
gugup
pada
saat
disebabkan mengerjakan
sebuah kegiatan, pelaku juga
kecewa bercampur jengkel dan tidak suka. 7) Lokusi dan ilokusi kesal dan
hendak mengerjakan kegiatan
kecewa
yang
Pada PB 8 dan 13b penutur
lain.
Ilokusi
gugup
selain
hanya terjadi pada PB 10. 5) Lokusi dan ilokusi terkejut
merasa
kesal
juga
merasa kecewa. Ilokusi kesal
dan marah
dapat
Ilokusi terkejut dilontarkan
perasaan yang sebal, kecewa
oleh penutur karena penutur
bercampur jengkel dan tidak
tidak menduga sesuatu akan
suka.
terjadi,
sedangkan
ilokusi
kecewa
marah
dilontarkan
karena
terwujudnya
sesuatu
yang
tidak
seperti
diartikan
dengan
Sedangkan
ilokusi
disebabkan
tidak
keinginan
yang
diharapkan,
diharapkan terjadi. Dari data
tidak berhasil, gagal dalam
yang diperoleh, hanya ada
usaha, dan sebagainya.
satu
lokusi
dan
ilokusi
8) Lokusi dan ilokusi kesal dan
terkejut dan marah, yaitu
marah
pada PB 5b.
Pada PB 11 dan 13a penutur
6) Lokusi dan ilokusi kecewa
selain
merasa
kesal
juga
dan kesal
merasa marah. Ilokusi kesal
Pada PB 9b, penutur selain
dapat
merasa kecewa juga merasa
perasaan yang sebal, kecewa
kesal.
bercampur jengkel dan tidak
Ilokusi
kecewa
diartikan
dengan
disebabkan tidak terwujudnya
suka.
Sedangkan
ilokusi
keinginan
marah
dilontarkan
karena
seperti
yang
diharapkan, tidak berhasil,
sesuatu
gagal
diharapkan terjadi.
dalam
sebagainya.
usaha,
dan
Sedangkan
ilokusi kesal dapat diartikan
yang
tidak
9) Lokusi dan ilokusi kesal dan gugup
c. Tindak Tutur Perlokusi 1) Efek Positif
Lokusi dan ilokusi kesal dan
Efek
gugup hanya terjadi pada PB
tanggapan
5a,
oleh
selain
merasa
kesal,
positif
terjadi
yang
lawan
jika
dilakukan
tutur
sesuai
penutur juga gugup. Lokusi
dengan keinginan penutur.
dan
dapat
Efek positif muncul sebanyak
perasaan
11 kali, yaitu pada PB 1a, 1b,
kecewa
2, 5a, 9a, 10, 11, 12a, 12b,
ilokusi
kesal
diartikan
dengan
yang
sebal,
bercampur jengkel dan tidak
13a dan 13b.
suka. Sedangkan lokusi dan
2) Efek Negatif
ilokusi
gugup
pada
saat
disebabkan
Efek
negatif
terjadi
jika
mengerjakan
respon atau tanggapan yang
sebuah kegiatan, pelaku juga
diterima oleh lawan tutur
hendak mengerjakan kegiatan
tidak sesuai dengan harapan
yang lain.
atau keinginan penutur atau
10) Lokusi dan ilokusi kesal dan
jika lawan tutur hanya diam
malu
dan tidak mempedulikan apa
Ilokusi dan lokusi kesal dan
yang dikatakan oleh penutur.
malu hanya terjadi pada PB
Efek
12c. Selain merasa kesal,
sebanyak 7 kali, yakni pada
penutur juga merasa malu.
PB 1c, 3, 4, 6, 7, 8, dan 9b.
Kesal
dapat
diartikan
negatif
ini
muncul
3) Efek Netral
perasaan yang sebal, kecewa
Efek ini terjadi pada PB 5b
bercampur jengkel dan tidak
dan 12c. Efek tanpa respon
suka.
ini terjadi jika suatu tuturan
Sedangkan
Perasaan
malu adalah perasaan dimana
tidak
seseorang
tidak
manusia lain sebagai lawan
senang, rendah, dan hina
tutur yang semestinya dapat
karena berbuat sesuatu yang
memberikan
salah atau kurang baik.
tanggapan
merasa
ditujukan
respon atau
kepada
atau bahkan
ditujukan
untuk
dirinya
sendiri.
mendukung
Faktor-faktoryang Mempengaruhi Munculnya Tuturan Emosional dalam Bahasa Indonesia di Pasar Desa Api-api
Faktor ini memuat masalah kecerdasan emosi dan tingkah laku ekspresi
Kecerdasan
jiwa
emosi
seseorang.
dititikberatkan
pada kemampuan untuk mengenali perasaan sendiri dan orang lain, termasuk di dalamnya kemampuan mengelola emosi sendiri dengan baik. Kecakapan emosi merupakan kecakapan
seseorang
dalam
cepat dalam menghadapi situasi yang mengesalkan hatinya, apakah dia akan menuturkan emosinya secara ataukah
akan
menahan
Interaksi sosial merupakan proses saling berhubungan dan saling manusia,
baik
maupun
kelompok
individu
atau
antar
individu dengan kelompok. Jadi, tindak tutur yang terjadi sangat dipengaruhi oleh bagaimana sikap penutur dalam berhadapan dengan lawan tuturnya. Dasar hubungan interaksi
yang
menjadi
baik
penentu
juga
akan
kesuksesan
seseorang dalam berkomunikasi. Lingkungan dalam
tuturan
Indonesia
ini
emosi terjadi
komunikasi berbahasa di
Lapak
pedagang pakaian (PB 1a, 1b, dan 1c), pedagang jajanan tradisional (PB kelapa (PB 4), pedagang lauk-pauk
b. Faktor Sosial Faktor
sosial
menjadi
di dua,
sini yakni
interaksi dan lingkungan. Faktor sosial interksi dititikberatkan pada action atau tindakan dan hubungan dengan lawan tutur. Faktor sosial lingkungan
sebagai
2), pedagang jamu (PB 3), pedagang
emosinya.
dibedakan
tuturan
emosi.
menentukan suatu pilihan secara
negatif
munculnya
mempengaruhi yang terjadi antar
a. Faktor Psikologis
atau
terjadinya peristiwa bahasa yang
dititikberatkan
pada
lingkungan atau tempat di sekitar
(PB 5a dan 5b), pedagang ayam potong (PB 6), pedagang sayuran (PB 7), pedagang pisang (PB 8), pedagang aksesoris (PB 9), pedagang rempeyek (PB 10), pedagang ikan (PB 11), tempat pelelangan ikan (PB 12a, 12b, dan 12c), dan pedagang CD (PB 13a dan 13b).
c. Faktor Pendidikan
sama dan prinsip kesopanan. Dari pengamatan
semua PB tersebut, tuturan-tuturan
yang dilakukan oleh peneliti, faktor
emosi yang muncul adalah karena
pendidikan
dapat
tidak adanya kesadaran dari setiap
diidentifikansi secara pasti. Penutur
peserta tindak tutur untuk mengatur
dari
tersebut
tindakan-tindakannya, menggunakan
terdiri dari para pedagang di pasar
bahasa dengan baik dan menghargai
yang berusia antara 35 sampai
lawan tuturnya.
Berdasarkan formal
tuturan
tidak
emosional
Penyimpangan pada tuturan-
dengan 60 tahun, pembeli (laki-laki dewasa, perempuan dewasa, gadis,
tuturan
emosi
tersebut
terutama
dan anak-anak).
adalah terhadap prinsip kesopanan.
Pada umunya pedagang di
Para pengguna tuturannemosi tidak
pasar mengenyam pendidikan formal
mematuhi maksim kebijaksanaan,
hanya sampai pada tingkatan SMP
penerimaan, kemurahan, kerendahan
ataupun
hati, kecocokan dan kesimpatian.
SMA,
meneruskan ditingkatan
mereka
pada
tidak
pendidikan
perguruan
KESIMPULAN Penjelasan ilokusi terhadap
tinggi.
pembeli
berbagai
kalangan
masyarakat
dengan
beragam
tingkatan
lokusi akan menjadi analisis terbaca
pendidikan. Tingkatan pendidikan
dan terpahami dengan baik manakala
seseorang
konteks
sangat
berasal
dari
lokusi tidak selalu mendapat efek
Sedangkan
mempengaruhi
orang tersebut dalam berbahasa.
perlokusi
Semua tuturan emosi dalam Indonesia yang terjadi pada 13 konteks, dengan
yaitu dari PB 1a sampai 13b
mengalami
penyimpangan terhadap prinsip kerja
sejalan.
peristiwa
Analisis
dapat
diamati
secara utuh. Hal ini menyebabkan tindak
Prinsip Konversasi tuturan Emosional dalam Bahasa Indonesia di Pasar Desa Api-Api
yang
ilokusi
berkaitan
menjadi
dengan
nilai
lebih daripada
dengan makna tuturan itu sendiri. Tema-tema semuanya
di
memiliki
atas
tidak
keseragaman
tindak tutur, khususnya dalam tindak perlokusinya. Ada yang memiliki efek perlokusi yang sejalan dengan
maksud penutur atau efek positif, ada
lawan bicaranya, sehingga akan
yang tidak sejalan dengan maksud
tercipta percakapan yang baik
penutur atau efek negatif, ada yang
dan memberikan efek positif bagi
tidak mengharap efek atau efek
kedua belah pihak.
netral. Tuturan-tuturan emosi yang
b. Sebagai pengajaran etika dan
banyak dilontarkan oleh para penutur
moral,
umumnya dipengaruhi oleh faktor
emosi
psikologis, faktor sosial, dan faktor
mencairkan atau mengakrabkan
pendidikan.
hubungan antara penutur dan
Implikasi
lawan
Implikasi dari hasil penelitian
jika
mengungkapkan
digunakan
tuturan
untuk
tuturnya,
hendaknya
emosi
tersebut
ini dalam bidang pendidikan adalah
dikemukakan dengan cara santai
sebagai berikut:
dan dengan mimik yang ramah.
a. Melalui yang
pembelajaran baik
dan
mengungkapkan
emosi
bahasa
c. Hasil penelitian ini dapat turut
benar,
menjadi
alat
tidak
pembaca
untuk
kendali tidak
bagi terlalu
hanya dipandang sebagai sesuatu
mudah
yang tidak baik semata, namun
tuturan emosi dalam situasi yang
tuturan-tuturan emosi tersebut
cenderung sulit terkontrol. Jika
dapat dijadikan sebagai bahan
secara terpaksa harus memaki,
kajian kebahasaan yang cukup
maka
menarik. Bagaimana pelajar /
mempelajari situasi dan kondisi
mahasiswa dapat belajar untuk
dengan lebih teliti, agar tuturan
mempelajari suatu situasi tertentu
emosi kita tidak akan membawa
dan bagaimana mereka dapat
akibat yang buruk bagi semua
belajar mengamati keadaan jiwa
pihak.
DAFTAR PUSTAKA Goleman, D. 2001. Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
menggunakan
sebaiknya
kita
tuturan-
dapat
Leech, Geofrey. 1983. Principles of Pragmatics. London: Longman.
Levinson, Stephen Pragmatics. Longman.
C.
1983. London:
Mahmud, M.D. 1989. Psikologi: Suatu Pengantar. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. Moleong, L.J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nasution , S. 1988. Metodologi Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito. Pateda, M. 1990. Sosiolinguistik. Bandung: Angkasa. Ramlan, M. 1987. Sintaksis. Yogyakarta: CV Karyono. Sarwono, S.W. 1976. Pengantar Umum Psikologi. Jakarta: Bulan Bintang. ___________. 1991. Berkenalan dengan Aliran-Aliran dan Tokoh-tokoh Psikologi. Jakarta: Bulan Bintang. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. Tarigan, H.G. 1985. Pengantar Sintaksis. Bandung: Angkasa. _________. 1990. Pragmatik. Angkasa.
Pengantar Bandung:
Wardaugh, R. 1993. An Introduction to Sociolinguistics. Oxford: Basil Blackwell.
Wijana, I.D.P. 1996. Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi Offset.