KEBUTUHAN INFORMASI MASYARAKAT DESA HUTAN KABUPATEN PEKALONGAN
Skripsi Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan
Oleh: NAFSIL MUTMA’INAH NIM. A2D009061
PROGRAM STUDI S1 ILMU PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2013
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Nafsil Mutma’inah
NIM
: A2D009061
Jurusan
: S1 Ilmu Perpustakaan
Dengan sesungguhnya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Kebutuhan Informasi Masyarakat Desa Hutan Kabupaten Pekalongan” adalah benar-benar karya ilmiah saya sendiri, bukanlah hasil plagiat karya ilmiah orang lain, baik sebagian maupun keseluruhan, dan semua kutipan yang ada di skripsi ini telah saya sebutkan sumber aslinya berdasarkan tata cara penulisan kutipan yang lazim pada karya ilmiah.
Semarang, 06 September 2013 Yang menyatakan,
Nafsil Mutma’inah NIM. A2D009061
ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN Motto Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya (QS. An-Najm [53]: 39)
Persembahan 1. Ibu dan bapak serta kelurga tercinta Kel.Rochan dan Jazriyah. 2. Pendidik umat yang tak pernah berhenti berjuang demi tegaknya kebenaran. 3. Pejuang Literasi Indonesia
iii
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul “Kebutuhan Informasi Masyarakat Desa Hutan Kabupaten Pekalongan” telah disetujui oleh Dosen Pembimbing untuk diajukan ke sidang Panitia Ujian Skripsi pada :
Hari
: Jumat
Tanggal
: 6 September 2013
Disetujui oleh, Dosen Pembimbing
Dra. Sri Ati, M.Si. NIP 195305021979012001
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah diuji oleh Panitia Ujian Skripsi pada tanggal 20 September 2013.
Ketua Penguji,
Endang Fatmawati, M.Si. NIP. 132314562
Anggota I,
Heriyanto, S.Sos., M.IM. NIP. 197704082010121001
Anggota II
Dra. Sri Ati, M.Si. NIP. 195305021979012001
v
PRAKATA Puji syukur atas rahmat, inayah, dan hidayah Allah SWT kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Kebutuhan Informasi Masyarakat Desa Hutan Kabupaten Pekalongan.” Skripsi ini terselesaikan atas bantuan berbagai pihak, baik bantuan materi maupun motivasi dalam penyusunanya. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. Agus Maladi Irianto, MA. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro. 2. Ibu Dra. Sri Ati, M.Si. selaku Ketua Progam Studi S1 Ilmu Perpustakaan Fakultas
Ilmu
Budaya
Universitas
Diponegoro
sekaligus
dosen
pembimbing yang selalu memberikan bimbingan, petunjuk, arahan, nasihat dan saran-saran dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik; 3. Dosen
Penguji,
ibu
Endang
Fatmawati,
M.Si.
dan
bapak
Heriyanto, S.Sos., M.IM, atas kritik dan saran untuk perbaikan karya ini; 4. Bapak Drs. Hermintoyo, M.Pd. selaku Dosen Wali, terimakasih telah memberi bimbingan dan bantuan dalam penulisan skripsi ini; 5. Ibu Jazriyah dan bapak Rochan orang tua yang tidak berhenti memberikan dukungan doa dan materi; 6. Bapak Margono selaku mandor hutan, Tirtonadi dan Imam Nur Huda selaku pengurus sekretariatan Paguyuban Lembaga Masyarakat Desa Hutan di bidang P3MDH yang telah membantu perolehan data penelitian.
vi
7. Kepada Kakak-kakak dan keponakanku tercinta yang tidak pernah lelah memberikan motivasi dalam penyelesaian skripsi. 8. Seluruh teman-teman Mantiqoh Undip, khususnya teman-teman Rumah Binaan Darut Taghir dan Ar-Roya. 9. Teman-teman 7 Dwarft yang telah menemani dalam proses penelitian bersama penulis; 10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Kritik dan saran selalu penulis nantikan untuk perbaikan karya pada generasi berikutnya. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi penulis, praktisi dan pemerhati perpustakaan khususnya dan bagi pembaca.
Semarang, 06 September 2013
Penulis
vii
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “Kebutuhan Informasi Masyarakat Desa Hutan Kabupaten Pekalongan.” Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui informasi yang dibutuhkan masyarakat Desa Hutan Kabupaten Pekalongan dari segi subyek, sumber, jenis, bentuk, kegunaan, tujuan dan manfaat penggunaan informasi serta hal-hal yang melatarbelakangi maupun mempengaruhi kebutuhan informasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif berjenis deskriptif studi kasus. Adapun informan dalam penelitian ini merupakan masyarakat petani hutan yang tergabung dalam Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH). Informan ditentukan secara acak menggunakan teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Sedangkan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif menurut Bogdan & Biklen. Penelitian ini menghasilkan temuan bahwa keinginan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas Sumber Daya Manusia mendorong masyarakat Desa Hutan Kabupaten Pekalongan membutuhkan informasi yang terbagi dalam tiga hal. Pertama, tentang peningkatan kesejahteraan ekonomi, seperti lowongan pekerjaan, usaha, perkembangan harga komoditas hutan, program pemberdayaan masyarakat, budidaya dibidang pertanian, peternakan dan kehutanan. Kedua, informasi yang berkaitan dengan permasalahan pekerjaan maupun kehidupan sehari hari, seperti: keselamatan kerja, kebijakan dan pengelolaan sumber air bersih. Ketiga, informasi yang terkait minat masyarakat, seperti: kesehatan, tanaman obat, olah raga dan agama (Islam). Informasi tersebut lebih dubutuhkan dalam bentuk tercetak maupun pemberitahuan langsung (sosialisasi), sebab jenis informasi lisan mendominasi kebutuhan masyarakat.
Kata kunci: kebutuhan informasi, Masyarakat Desa Hutan Kabupaten Pekalongan
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i PERNYATAAN ................................................................................................ ii MOTTO DAN PERSEMBAHAN ..................................................................... iii HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... iv HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ v PRAKATA ......................................................................................................... vi ABSTRAK ......................................................................................................... viii DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xii
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1 1.2 Rumusan dan Batasan Masalah .................................................................. 5 1.3 Tujuan ......................................................................................................... 6 1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 6 1.5 Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 7 1.6 Kerangka Pikir ............................................................................................ 8 1.7 Batasan Istilah ............................................................................................ 9
BAB II. TINJAUAN LITERATUR 2.1. Informasi .................................................................................................... 11 2.1.1 Bentuk Informasi ................................................................................. 12 2.1.2 Jenis-Jenis Informasi ............................................................................ 13 2.2. Kebutuhan Informasi ................................................................................. 15 2.3. Masyarakat Desa Hutan .............................................................................. 19 2.4. Penelitian Sebelumnya ................................................................................ 22
ix
BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Desain dan Jenis Penelitian ........................................................................ 26 3.2. Objek dan Subjek Penelitian ...................................................................... 27 3.2.1 Informan ............................................................................................ 28 3.3. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................................... 29 3.4. Jenis dan Sumber Data ............................................................................... 29 3.5. Pengumpulan Data ...................................................................................... 30 3.6. Variabel dan Indikator Penelitian ............................................................... 32 3.7. Pengolahan dan Analisis Data.................................................................... 32 3.7.1 Analisis Data ..................................................................................... 33
BAB IV. GAMBARAN UMUM MASYARAKAT DESA HUTAN KABUPATEN PEKALONGAN 4.1. Pengelolaan Hutan untuk Kesejahteraan Masyarakat ................................ 35 4.2. Upaya Pemberdayaan Masyarakat Desa Hutan .......................................... 37 4.3. Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Kabupaten Pekalongan ........ 39 4.4. Paguyuban Lembaga Masyarakat Desa Hutan Kabupaten Pekalongan...... 40 4.4.1 Visi Misi Paguyuban LMDH KPH Pekalongan Timur .................... 40 4.4.2 Tujuan Paguyuban LMDH KPH Pekalongan Timur ........................ 41 4.4.3 Pengurus Paguyuban LMDH KPH Pekalongan Timur .................... 42 4.4.5 Kegiatan Paguyuban LMDH KPH Pekalongan Timur ..................... 43
BAB V. ANALISIS HASIL PENELITIAN 5.1. Latar Belakang Kebutuhan Informasi ......................................................... 44 5.2. Subyek Informasi ......................................................................................... 48 5.3 Sumber Informasi ......................................................................................... 51 5.4 Jenis Informasi ............................................................................................. 53 5.5 Bentuk Informasi ......................................................................................... 56 5.6 Kegunaan Informasi ..................................................................................... 58 5.7 Manfaat Penggunaan Informasi ................................................................... 60 5.8 Tujuan Penggunaan Informasi ..................................................................... 62 x
5.9
Pengaruh Latar Belakang Pendidikan dengan Kebutuhan Informasi ........ 64
5.10 Pengaruh Lingkungan Tempat Tinggal dengan Kebutuhan Informasi ...... 67 5.11 Kendala ...................................................................................................... 68
BAB VI. PENUTUP 6.1 Simpulan ...................................................................................................... 71 6.2 Saran ............................................................................................................ 73
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 75
DAFTAR TABEL Tabel 4.1 Tabel Pengurus Paguyuban LMDH KPH Pekalongan Timur ............ 42 Tabel 5.1 Daftar Tingkat pendidikan Informan ................................................ 65
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Alur Kerangka Pikir .......................................................................... 8
xi
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
Kisi-Kisi Wawancara ........................................................... 78
LAMPIRAN 2
Daftar Informan ................................................................... 79
LAMPIRAN 3
Reduksi Data Hasil Wawancara ........................................... 80
LAMPIRAN 4
Dokumentasi Kegiatan dan Kondisi Lingkungan Masyarakat Desa Hutan Kabupaten Pekalongan ..................................... 90
LAMPIRAN 5
Data Persebaran LMDH Kabupaten Pekalongan ................. 92
LAMPIRAN 6
Matriks Bimbingan dan Konsultasi Penulisan Skripsi ......... 94
LAMPIRAN 7
Biodata Penulis ..................................................................... 96
xii
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Menurut Suebu (dalam Mustofa, 2011:2), hutan mempunyai peranan penting dan strategis sebagai aset dan modal suatu bangsa. Ia memaparkan hal tersebut terutama dalam 3 aspek yakni: ekonomi, sosial kemasyarakatan dan lingkungan. Dalam aspek sosial kemasyarakatan, hutan merupakan sumber penghidupan yang telah membentuk tradisi dan budaya. Sementara dari aspek lingkungan, hutan mempunyai fungsi hidrologis (pengatur tata air), penahan erosi dan berfungsi sebagai paru-paru dunia serta sebagai habitat keanekaragaman hayati. Akan tetapi keberadaan hutan Indonesia justru tidak mampu dikelola secara maksimal. Kekayaan sumber daya hutan yang dimiliki Indonesia ternyata tidak mampu memberikan kesejahteraan masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Alfitri (2006:30) menyebutkan bahwa Indonesia merupakan salah satu Negara yang memiliki hutan tropis terbesar di dunia setelah Brazil. Akan tetapi Wollenberg (2004:2) dalam majalah Governance Brief memberitakan bahwa masyarakat yang tinggal di hutan merupakan kelompok termiskin terbesar di Indonesia. Menurut Brown dalam Wollenberg (2004:2), sekitar 48,8 juta penduduk tinggal pada lahan hutan Negara dan 10,2 juta diantaranya terkategori miskin.
1
2
Lokasi masyarakat di pedesaan yang jauh dari perkotaan dengan keterbatasan fasilitas transportasi, teknologi dan sarana komunikasi semakin memperparah kondisi masyarakat Desa Hutan. Hal ini seperti yang disampaikan Zulaifah (2006:14) dalam tesisnya: “kehidupan masyarakat sekitar hutan justru termarginalisasi di tengah melimpahnya sumberdaya hasil hutan. Banyaknya tindak perusakan hutan seperti penyerobotan lahan hutan, kebakaran hutan, dan illegal logging merupakan suatu indikasi bahwa sebenarnya banyak pihak (diluar masyarakat desa sekitar hutan) yang ingin mengambil manfaat dari keberadaan hutan (Zulaifah, 2006:14). Dengan demikian perlu ada perhatian dalam upaya peningkatan kesadaran, pengetahuan dan kualitas kehidupan masyarakat ‘Desa Hutan’. Terlebih menurut Mustofa (2011) selama ini isu kerusakan hutan sering dikaitkan dengan sejumlah penduduk sekitar hutan yang mengalami kesulitan ekonomi, sehingga mereka melakukan penebangan hutan secara liar. Perhatian pemerintah terhadap kondisi masyarakat ‘Desa Hutan’ di Indonesia dituangkan dalam Peraturan Menteri No. P.49/Menhut-II/2008 tentang Hutan Desa. Kebijakan ini dilakukan dalam rangka melibatkan masyarakat di sekitar hutan untuk berpartisipasi mewujudkan pengelolaan hutan yang adil dan lestari sekaligus meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan mereka. Sepulau Jawa kebijakan tersebut dilaksanakan melalui Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM). Melalui keputusan nomor 136/kpts/Dir/2001, Perum Perhutani berupaya mengubah pengelolaan sumber daya hutan dari sentralistik menjadi kolaboratif terutama dengan masyarakat disekitar hutan. Sistem ini, oleh pemerintah provinsi Jawa Tengah juga
3
dijadikan sebagai dasar SK Gubernur Jawa Tengah No. 24 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM). Peranan aktif masyarakat dalam memelihara kelestarian hutan menjadi hal yang sangat penting dalam konservasi hutan (Alfitri dalam Mustofa, 2011:7). Dengan demikian, agar hutan tetap terjaga dibentuklah Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH). Menurut Mustofa (2011:9) LMDH merupakan organisasi yang bersifat independen dan berperan penting sebagai penghubung antara pihak Perhutani dan masyarakat desa serta menjadi solusi dari penjarahan hutan. LMDH juga mempunyai peranan strategis dalam memberikan pemahaman bagi masyarakat tentang hutan dan kelangsungan masyarakat di sekitarnya. Lembaga yang beranggotakan masyarakat setempat ini menjadi alternatif bagi mereka untuk berpartisipasi dalam pengamanan dan penyelamatan hutan, sekaligus untuk meningkatkan kesadaran, pengetahuan, serta kesejahteraan mereka. Sebagai upaya peningkatan kualitas kehidupan masyarakat hutan, seluruh LMDH di Kabupaten Pekalongan yang termasuk dalam Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Pekalongan Timur mendirikan paguyuban LMDH yang menaungi seluruh LMDH di KPH Pekalongan Timur. Berbagai pelatihan dan kegiatan pembelajaran pendidikan non formal diselenggarakan oleh Paguyuban LMDH kepada masyarakat Desa hutan melalui divisi Pusat Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa Hutan (P3MDH). Berbagai Taman Baca Masyarakat juga dirintis sebagai sarana pemenuhan kebutuhan informasi masyarakat dalam upaya peningkatan kualitas kehidupan mereka.
4
Hal tersebut menunjukan pentingnya keberadaan dan ketersediaan informasi dalam kehidupan masyarakat ‘Desa Hutan’. Hal ini diperkuat oleh pendapat Leach (1999:71) bahwa informasi diakui sebagai sebuah faktor penting dalam proses perkembangan. Masyarakat
yang
ingin
mempertahankan
dan
mengembangkan
kelangsungan hidupnya, sadar maupun tidak mereka selalu membutuhkan informasi. Informasi ini dapat digunakan untuk menyelesaikan segala permasalahan hidup mereka. Seperti yang diutarakan Baruchson-Arbib (2006:83) bahwa ”People need accessible information in order to solve problem in their everyday lives”. Hal ini juga ditegaskan oleh Yusup (2010:79) yang menyatakan tidak ada seorang pun yang tidak membutuhkan informasi, apapun jenis pekerjaannya. Kebutuhan masyarakat akan informasi tidak terbatas dalam kehidupan pribadi masyarakat sebagai individu, tetapi juga masyarakat sebagai bagian dari kelompok atau komunitas. Mazie dan Ghelfi (dalam Leach,1999:71) berpendapat bahwa “informasi dapat dilihat sebagai sebuah sumber kritis bagi seseorang maupun komunitas baik di wilayah pedesaan maupun perkotan”. Dengan demikian dapat diketahui bahwa informasi dibutuhkan dalam setiap lini kehidupan. Bahkan Leach (1999:71) menegaskan ketiadaan ketersediaan informasi meskipun dalam konteks pedesaan tetap menjadi sebuah permasalahan. Masyarakat Desa Hutan sebagai bagian dari “rural contexts” atau bagian dari wilayah pedesaan juga sangat membutuhkan keberadaan informasi,
5
terutama yang terkait dengan permasalahan hidup mereka. Apalagi, proses pembinaan menuju peningkatan kualitas hidup yang sedang dirintis masyarakat berpengaruh pada peningkatan kebutuhan informasi mereka. Bahkan kebutuhan tersebut harus terpenuhi secara maksimal. Selain itu, Yusup (2010:80) menegaskan bahwa informasi menjadi bahan atau bahkan komoditas yang sangat unggul dalam pola kehidupan manusia, terutama di zaman sekarang yang peradabannya semakin kompleks. Agar pemenuhan kebutuhan informasi ini tepat sasaran, diperlukan kajian terhadap kebutuhan informasi masyarakat Desa Hutan. Oleh karena itu, peneliti merasa perlu melakukan penelitian untuk mengkaji kebutuhan informasi masyarakat Desa Hutan khususnya di Kabupaten Pekalongan.
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan, maka dapat dirumuskan bahwa yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah informasi apa saja yang dibutuhkan masyarakat Desa Hutan. 1.2.1. Batasan Masalah Masyarakat Desa Hutan terdiri dari beragam elemen. Mulai dari anakanak hingga orang dewasa dengan berbagai latar belakang pekerjaan. Untuk memfokuskan penelitian ini, maka masyarakat yang akan dikaji kebutuhan informasinya yaitu mereka yang menjadi anggota LMDH atau lebih dikenal dengan anggota penyadap dan petani hutan. Hal ini dianggap lebih utama karena para anggota LMDH selain merupakan masyarakat setempat, mereka
6
juga dianggap mengetahui permasalahan yang terjadi di lingkungannya dan berpartisipasi dalam mawujudkan kehidupan masyarakat hutan menjadi lebih baik.
1.3. Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memahami kebutuhan informasi masyarakat Desa Hutan di kabupaten Pekalongan, sehingga diketahui informasi yang dibutuhkan masyarakat dari aspek subyek, sumber, jenis, bentuk, dan kegunaan, tujuan dan manfaat penggunaan informasi. Selain itu, juga dapat diketahui hal-hal yang melatarbelakangi munculnya kebutuhan tersebut serta faktor yang mempengaruhi kebutuhan informasi masyarakat Desa Hutan.
1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini secara umum dapat dimanfaatkan sebagai salah satu rujukan untuk melakukan pengkajian terhadap pemakai potensial (Potencial User) maupun pemakai aktual (actual User) serta untuk mengetahui informasi yang dibutuhkan masyarakat Desa Hutan. Secara khusus manfaat penelitian dapat dijabarkan sebagai berikut: 1.4.1. Bagi Peneliti 1. Dapat mengetahui bagaimana cara melakukan kajian terhadap pemakai serta penyelesaian persoalan yang dihadapi di tempat penelitian;
7
2. Hasil penelitian dapat digunakan peneliti untuk memahami informasi yang dibutuhkan masyarakat Desa Hutan di kabupaten Pekalongan.
1.4.2. Bagi Perpustakaan 1. Sebagai Penyedia jasa Informasi, perpustakaan dapat berpartisipasi dalam mendukung program pemerintah dengan menyediakan informasi yang dibutuhkan dan tepat bagi masyarakat Desa Hutan, melalui perpustakaan keliling maupun penyediaan koleksi di taman baca masyarakat. 2. Dapat melakukan tugasnya dalam meningkatkan minat baca masyarakat dan mewujudkan “Life Long Learning” dalam masyarakat secara merata.
1.4.3 Bagi Masyarakat Desa Hutan 1. Hasil penelitian dapat menjadi rujukan bagi pemerintah melalui perpustakaan untuk memenuhi kebutuhan informasi masyarakat. 2. Ketersediaan informasi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dapat memudahkan aktivitas masyarakat dalam mencapai tujuan.
1.5 Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah hutan kabupaten Pekalongan Jawa Tengah yang tercakup dalam peta pangkuan hutan Pekalongan Timur dan
8
difokuskan pada daerah di sekitar Sekretariat P3MDH Paninggaran sebagai bagian (divisi) bidang pendidikan dan pengembangan masyarakat dari LMDH kabupaten Pekalongan. Kegiatan penelitian dilakukan selama 41 hari sejak 3 Juli 2013 hingga 13 Agustus 2013.
1.6 Kerangka Pikir Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam diagram berikut: Kenyataan atau Kondisi Sekarang (pengetahuan yang dimiliki)
Harapan atau pengetahuan yang diinginkan
GAP/ Kesenjangan
1. Lingkungan Sosial 2. Pekerjaan 3. Pendidikan 4. Usia
Kebutuhan informasi
• Subyek • Sumber • Jenis • Bentuk • Kegunaan • Tujuan yang ingin dicapai • Manfaat penggunaan informasi
Gambar 1. Alur Kerangka Pikir Terjadinya suatu kebutuhan menurut Yusup (2010: 83) jika terdapat kesenjangan antara harapan dan kenyataan, antara kondisi seharusnya dengan kondisi nyata sekarang. Kebutuhan informasi terjadi karena keadaan tidak
9
menentu yang timbul akibat terjadinya kesenjangan (gap) dalam diri manusia antara pengetahuan yang dimiliki dengan pengetahuan yang dibutuhkannya (Belkin dalam Suwanto, 1997:19). Kebutuhan ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, Lin dan Garvey (dalam Laloo, 2002: 14) menemukan bahwa faktor paling penting yang mempengaruhi kebutuhan informasi adalah jenis pekerjaan seseorang, sedangkan faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan informasi termasuk faktor sosial, politik, ekonomi dan kebijakan. Sedangkan Belkin (dalam Suwanto, 1997:19) menganggap bahwa kebutuhan informasi dapat dipengaruhi oleh bermacam-macam sebab, antara lain: latar belakang sosial budaya, pendidikan dan tujuan dalam diri manusia tersebut, serta lingkungan sosialnya.
1.7 Batasan Istilah Fokus peneliti dalam pembahasan masalah dibatasi hanya pada kajian kebutuhan informasi pada masyarakat Desa Hutan di kabupaten Pekalongan. Desa Hutan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah desa yang berada di bawah pembinaan P3MDH kabupaten Pekalongan yang berpusat di kecamatan Kajen dan Paninggaran. Masyarakat yang dikaji dalam penelitian ini hanya dibatasi pada penduduk desa dibawah pembinaan LMDH di kabupaten Pekalongan yang menjadi bagian dari wilayah peta pangkuan hutan Pekalongan Timur. Kebutuhan informasi yang dikaji dalam penelitian ini adalah informasi yang digunakan masyarakat Desa Hutan di kabupaten Pekalongan untuk
10
berinteraksi terhadap lingkungannya, seperti: subyek, sumber, jenis, bentuk, kegunaan, tujuan dan manfaat penggunaan informasi.
11
BAB II TINJAUAN LITERATUR
2.1 . Informasi “Informasi memegang peranan yang semakin besar dalam perkembangan ilmu pengetahuan (dalam arti luas)” (Sulistyo-Basuki, 2004:398). Dalam hal ini, informasi berbeda dengan pengetahuan, seperti yang disampaikan Machlup (dalam Case, 2002: 61) yang menitikberatkan bahwa informasi diperoleh karena diberitahu, sedangkan pengetahuan dapat diperoleh melalui berpikir. Sedangkan menurut Yusup (2010:5) bahwa informasi ini lahir karena adanya suatu peristiwa atau kejadian, apapun jenis kejadiannya. Jika kejadian yang dilihat atau diamati seseorang, kemudian orang tersebut memberitahu baik secara lisan maupun tertulis kepada orang lain, maka apa yang disampaikan itu disebut informasi. Informasi merupakan komoditi internasional, sehingga penggunaan informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan masalah yang menjadi perhatian dan keprihatinan kegiatan nasional dan internasional (SulistyoBasuki, 1992:224). Bahkan Yusup (2010:80) menambahkan semakin kompleks peradaban zaman, informasi menjadi bahan komoditas yang sangat unggul dalam pola kehidupan manusia, tanpa informasi manusia tidak dapat berperan banyak dengan lingkungannya. Hal ini ditegaskan Mehombu (dalam Leach, 1999: 71) bahwa informasi kini telah diterima sebagai faktor penting dalam pengembangan beberapa masyarakat secara terus-menerus. Sebab,
11
12
informasi dapat menurunkan ketidakpastian dan meningkatkan kesadaran akan kemungkinan tindakan untuk memecahkan permasalahan. Selain itu, Sulistiyo-Basuki dalam bukunya “Pengantar Dokumentasi” (2004:393) juga menjelaskan pentingnya penggunaan informasi meliputi semua aspek, yakni semua bahasan tentang dokumen primer, dokumen skunder dan tersier, teknik temu balik informasi serta media dan fasilitas yang digunakan untuk mencapai tujuan bersama penggunaan informasi seefisien mungkin, tercakup di dalamnya. Tidak hanya itu saja, Durrance dan Pettigrew (dalam BruchsonArbib, 2006: 83) memberikan fungsi lain terhadap informasi yang dapat membantu mengatasi permasalahan dari aktivitas dan fasilitas partisipasi masyarakat dalam kehidupan sehari-hari dengan memberikan informasi tersebut kepada masyarakat dan organisasi secara bersamaan. Banyak penulis telah mencoba untuk membuat sebuah definisi umum dari informasi. Wulandari (2007:15) dalam ‘Materi Pokok Dasar-dasar Informasi’ mendefinisikan Informasi sebagai sekumpulan hasil olahan data yang telah dibentuk ke dalam format tertentu yang bermanfaat dan mempunyai nilai untuk digunakan dalam pembuatan keputusan bagi pengguna atau pemakainya. Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan terdapat beragam bentuk informasi.
2.1.1 Bentuk Informasi Informasi yang dijadikan rujukan para pemakai dapat diketegorikan menjadi beberapa bentuk. Menurut Widyawan (2011) dalam artikel yang
13
berjudul ‘Sumber Informasi Referensi’ mengatakan beberapa bentuk sumber referensi yakni bentuk tercetak (buku, majalah, Koran, ensiklopedia dan lainlain), bentuk micro, format elektronik (seperti CD-ROM), dan dokumen yang dapat diakses melalui internet. Sehingga dalam penelitian ini juga akan dikaji kebutuhan informasi masyarakat Desa Hutan dari segi bentuk informasinya. Sehingga dapat diketahui informasi dalam bentuk apa saja yang dibutuhkan masyarakat. Pentingnya suatu informasi bagi sebagian orang, memunculkan beberapa alasan yang mendorong mereka untuk merekam infromasi. Sehingga dari hal ini kita mengenal beragam jenis Informasi.
2.1.2 Jenis-Jenis Informasi Yusup (2010:5) mengelompokkan informasi menjadi dua jenis: 1. Informasi Lisan Informasi ini jumlahnya banyak dan sulit diukur dan dibuktikan sehingga pusat informasi seperti perpustakaan tidak mengolah informasi jenis ini. 2. Informasi Terekam Informasi terekam dibedakan antara yang ilmiah dan tidak ilmiah. Informasi tidak ilmiah adalah informasi yang biasa dan tersedia dimanapun. Akan tetapi informasi jenis ini dapat berubah menjadi luar biasa apabila berhubungan dengan peristiwa besar atau sejarah, misalnya informasi meninggalnya seseorang. Sedangkan informasi
14
ilmiah merupakan informasi terekam yang dirancang secara khusus atau bisa dimanfaatkan untuk kepentingan ilmiah. Selanjutnya Yusup (2010: 8) membagi informasi menjadi: 1.) Informasi primer: informasi yang dikeluarkan pertama kali dari sumbernya secara lengkap dan asli. 2.) Informasi Sekunder : informasi yang bertujuan untuk membuka informasi primer. 3.) Informasi Tersier : keterangan atau tulisan dari sumber tertentu yang dapat digunakan untuk mengetahui atau menelusuri sumbersumber informasi sekunder. Selain itu, Wulandari (2007: 64) menegaskan makin berkembangnya suatu organisasi berarti semakin banyak organisasi tersebut memerlukan informasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Yusup (2010:11) bahwa fungsi informasi dapat berkembang sesuai dengan bidang garapan yang disentuhnya. Selain itu Yusup (2010:11) juga menjelaskan fungsi utama informasi yaitu sebagai data dan fakta yang sanggup membuktikan adanya suatu kebenaran, sebagai penjelas hal-hal yang sebelumnya masih meragukan, sebagai prediksi untuk peristiwa-peristiwa yang mungkin akan terjadi di masa yang akan datang. Dengan
kata
lain,
seseorang
membutuhkan
informasi
untuk
menyelesaikan permasalahan kehidupannya setiap hari. Penyebaran informasi ini akan berlangsung efektif ketika informasi yang tersedia sesuai dengan yang dibutuhkan masyarakat. “The effective of information services that meet
15
the needs and aspirations of citizens, decision-makers and life long learners is a long standing goal of the information professions”(William,2008:63). Berdasarkan beberapa hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa informasi merupakan segala hal yang merepresentasikan setiap kegiatan manusia, terekam dan disebarluaskan untuk memudahkan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga, informasi menjadi suatu bagian terpenting dan tidak terlepas dalam aktivitas masyarakat.
2.2 . Kebutuhan Informasi Kebutuhan informasi terjadi karena keadaan tidak menentu yang timbul akibat terjadinya kesenjangan (gap) dalam diri manusia antara pengetahuan yang dimiliki dengan yang dibutuhkannya. Pemakai akan mencari informasi untuk memenuhi kebutuhannya tersebut (Belkin dalam Suwanto, 1997:19). Sedangkan menurut Yusup (2010:83) kebutuhan terjadi karena kesenjangan antara harapan dan kenyataan, antara yang seharusnya dengan kondisi nyata sekarang dan dari adanya informasi yang datang menerpa orang yang bersangkutan. Selain itu Krech, Crutchfiled, dan Ballachey (dalam Yusup, 2010:82)
berpendapat
bahwa
timbulnya
kebutuhan
seseorang
tetap
dipengaruhi oleh kondisi fisiologis, situasi dan kognisinya. Sementara itu Laloo (2002:15) menyatakan “Ketika kebutuhan dirasakan untuk hal apa saja, seringkali orang mengambil tindakan untuk memenuhi kebutuhannya,” termasuk di dalamnya kebutuhan seseorang akan informasi.
16
Sulistyo-Basuki (2004: 393) mendefinisikan kebutuhan informasi sebagai informasi yang diinginkan seseorang untuk pekerjaan, penelitian, kepuasan rohaniah, pendidikan dan lain-lain. Jika, kebutuhan ini tidak terpenuhi, dapat menghambat aktivitas seseorang. Karena menurut Wilson (dalam kartika, 2012:17) kebutuhan informasi bukan hanya kebutuhan fundamental seperti kebutuhan transportasi atau kebutuhan pangan, tetapi lebih dari kebutuhan kedua yang lebih penting dimana muncul kebutuhan utama. Dengan demikian perlu melakukan tindakan pemenuhan kebutuhan informasi ini. Tylor (dalam Pendit, 2008) berpendapat bahwa kebutuhan informasi merupakan sesuatu yang rumit sebab gabungan dari karakteristik personal dan psikologis yang sulit diungkapkan. Kebutuhan ini seringkali samar-samar dan dapat tersembunyi dibawah alam sadar. Tylor (dalam Pendit, 2008) selanjutnya menjelaskan sebelum sebuah kebutuhan terwujud secara pasti, ada tingkatan yang dilalui oleh pemikiran manusia, antara lain: 1. Visceral need, yaitu tingkatan ketika kebutuhan informasi belum sungguhsungguh dikenali sebagai kebutuhan, sebab belum dapat dikaitkan dengan pengalaman seseorang dalam hidupnya. 2. Concious need, yaitu ketika seseorang mulai mereka-reka apa yang sesungguhnya mereka butuhkan. 3. Formalized need, yaitu ketika seseorang mulai secara lebih jelas dan terpadu dapat mengenali kebutuhan informasinya, dan mungkin disaat inilah ia baru dapat menyatakan kebutuhannya kepada orang lain.
17
4. Compromised
need,
ketika
seseorang
mengubah-ubah
rumusan
kebutuhannya karena mengantisipasi, atau bereaksi terhadap kondisi tertentu. Yusup (2010:82) mengemukakan kebutuhan seseorang khususnya yang dihadapkan dengan berbagai media penampung informasi (sumber-sumber informasi) seperti yang di usulkan oleh Katz, Gurevitch, dan Hass sebagai berikut: 1. Kebutuhan kognitif. Kebutuhan ini berkaitan erat dengan kebutuhan untuk memperkuat atau menambah informasi, pengetahuan, dan pemahaman seseorang akan lingkungannya. 2. Kebutuhan afektif. Kebutuhan ini dikaitkan dengan penguatan estetis, hal yang dapat menyenangkan, dan pengalaman-pengalaman emosional. 3. Kebutuhan integrasi personal. Ini sering dikaitkan dengan penguatan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas, dan status individu. 4. Kebutuhan integrasi sosial. Kebutuhan ini dikaitkan dengan penguatan hubungan dengan keluarga, teman, dan orang lain di dunia. 5. Kebutuhan berkhayal. Ini dikaitkan dengan kebutuhan-kebutuhan untuk melarikan diri, melepaskan ketegangan, dan hasrat untuk mencari hiburan atau pengalihan. Kebutuhan informasi sangat tergantung pada kondisi dan situasi yang dialami seseorang. Sehingga untuk meneliti kebutuhan informasi, saracevic (dalam pendit, 2008) menyarankan untuk memperhatikan beberapa faktor. Faktor tersebut seperti: persepsi seseorang terhadap masalah yang sedang
18
dihadapi,
rencana
seseorang
dalam
penggunaan
informasi,
kondisi
pengetahuan seseorang yang relevan dengan kebutuhannya, dan dugaan seseorang tentang ketersediaan informasi yang dibutuhkan. Tague (dalam Laloo, 2002:14) membagi kebutuhan informasi seseorang dalam beberapa tipe. Tipe tersebut antara lain: 1. Social or pragmatic the following information needs- required for coping day-to-day life. 2. Recreation information needs 3. Professional information needs 4. Educational Information needs Selain kategori tersebut dapat di kategorikan pada tipe : success needs -for employment opportunities, self improvement Specialised Information needs- for the physically handicapped, emotionally disturbed, geographically isolated, etc. Laloo dalam bukunya “Information Needs, Information Seeking behavior and Users” membagi warganegara ke dalam kelompok berdasarkan macam aktivitasnya antara lain: 1. Profesionals. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah mereka yang menjalani pelatihan dalam periode waktu tertentu pada sebuah bidang khusus. 2. Semi-professionals.
Kelompok
ini
termasuk
seseorang
yang
berhubungan aktif pada beberapa bidang. Orang dalam kelompok ini
19
dapat bekerja pada beberapa jenis pekerjaan professional tapi tanpa pengetahuan, kemampuan dan keputusan. 3. Non-professionals. Setiap orang yang tidak terkategori kedalam kelompok professionals dan semi-professionals Kebutuhan informasi merupakan bagian dari konsep sentral perilaku informasi (Information Behavior) selain pencarian (seeking) dan penggunaan (Using) informasi. Seiring perkembangan waktu, kebutuhan khalayak dunia tidak lagi sekedar fakta yang akurat dan aktual, melainkan pula penyajian yang cepat lebih dari itu, mereka menginginkan pula ragam informasi dari seluruh penjuru pada waktu yang bersamaan Ibnu (dalam Murniatmo:1997).
2.3 . Masyarakat Desa Hutan Informasi menurut Dervin (dalam Suwanto,1997:19) dapat digunakan untuk beragam keperluan, beberapa diantaranya adalah keperluan untuk mendapatkan skill (kemampuan atau ketrampilan) dan agar mulai dapat belajar serta membuat situasi lebih baik. Upaya menjadikan kondisi Masyarakat Pedesaan terpencil menjadi lebih baik dilakukan beragam program peningkatan kualitas hidup mereka, termasuk masyarakat Desa Hutan di Indonesia. Beberapa program tersebut biasanya dilakukan melalui proses pelatihan maupun pemberdayaan yang dilaksanakan lembaga pemerintah dan non-pemerintah yang melibatkan proses transfer informasi didalamnya. Hal itu dilakukan karena kondisi masyarakat Desa Hutan secara umum yang sangat memprihatinkan.
20
Masyarakat Desa Hutan merupakan masyarakat yang mendiami wilayah yang berada di sekitar atau di dalam hutan dan mata pencaharian atau pekerjaan
masyarakatnya
tergantung
pada
interaksi
terhadap
hutan
(Awang,2008:15). Istilah ‘Desa Hutan’ ini mulai dikenal sejak dicetuskannya program pengelolaan hutan bersama masyarakat oleh Perum Perhutani sejak 2001. Program ini diadakan sebagai program pengentasan kemiskinan sekaligus penyelenggaraan perubahan kebijakan FAO sejak tahun 1978 di Jakarta, dengan tema hutan untuk kesejahteraan masyarakat. Program pengentasan kemiskinan dan kesejahteraan masyarakat tersebut sangat diperlukan. Hal ini disebabkan masyarakat yang tinggal di hutan di Indonesia merupakan salah satu kelompok miskin terbesar di Indonesia, bahkan masyarakat yang tinggal di hutan cenderung miskin secara menahun (Wollenberg, 2004:2). Padahal sumber daya yang diperoleh dari kawasan hutan Indonesia sangat berlimpah. Mulai dari hasil panen pulp sebagai bahan baku pembuatan kertas, potensi volume kayu dan rotan dalam jumlah banyak dan potensi sumberdaya lainnya seperti bahan pertambangan, seharusnya mampu memberikan kesejahteraan bagi masyarakat sekitar hutan. Tetapi, faktanya kehidupan masyarakat disekitar hutan justru semakin termarginalkan (Zulaifah,2006:14). Zulaifah (2006: 14-15) dalam tesisnya juga mengungkapkan bahwa pertumbuhan
penduduk
yang
semakin
tinggi
di
daerah
pedesaan
menyebabkan berbagai dampak negatif, antara lain lahan pertanian yang makin menyempit akibat bagi waris maupun akibat alih fungsi lahan, tidak
21
tersedianya lapangan pekerjaan lain yang layak bagi angkatan kerja penduduk pedesaan, serta makin sulitnya untuk memperoleh pemenuhan kebutuhan pokok seperti sandang, pangan dan perumahan. Mundurnya kondisi masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan hutan mendorong Pemerintah melalui Kementrian Kehutanan untuk mengeluarkan Peraturan Menteri No. P.49/Menhut-II/2008 tentang Hutan Desa. Kebijakan ini dilakukan dalam rangka melibatkan masyarakat di sekitar hutan untuk mewujudkan pengelolaan hutan yang adil dan lestari sekaligus meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan mereka. Salah satu kegiatan untuk mencapai tujuan kebijakan tersebut adalah dengan pemberian pembinaan pada masyarakat di sekitar hutan. Saat ini pembinaan mulai dilaksanakan di beberapa wilayah hutan Indonesia khususnya di pulau Jawa, termasuk pembinaan pada masyarakat Desa Hutan Peta Pangkuan Hutan Pekalongan Timur yang dilakukan oleh LMDH setempat maupun dari Dinas terkait. Wilayah Kabupaten Pekalongan Selatan masih banyak masyarakat yang belum terlayani pendidikannya dengan baik, dari sejumlah + 21.846 jiwa yang merupakan penduduk dari 10 Desa, 2 kecamatan: kajen dan paninggaran. Dari usia paud 2.176 anak belum terlayani + 1.500 anak, usia SMP 1.156 anak belum terlayani + 250 anak, usia SMU 1.192 anak belum terlayani + 400 anak (paguyubanlmdh.blogspot.com). Sementara kesempatan untuk mengakses pendidikan formal sudah tidak mampu lagi dinikmati. Kesempatan lain yang masih memungkinkan untuk diraih adalah apabila di lingkungan terdekat dapat didirikan dan dikembangkan Lembaga Pendidikan
22
Non Formal (Paguyuban LMDH, 2011). Oleh karena itu, LMDH Kabupaten Pekalongan mengadakan P3MDH atau dengan istilah lain Agroforestry Learning Center untuk membina dan memberdayakan masyarakatnya.
2.4 . Penelitian Sebelumnya Kajian terhadap kebutuhan informasi pengguna telah banyak dilakukan. Akan tetapi sedikit sekali yang meneliti tentang kebutuhan informasi masyarakat pedesaan dengan lingkungan khusus. Penelitian sebelumnya yang menjadi acuan penelitian ini antara lain sebagai berikut: 2.4.1
Penelitian yang dilakukan Yusop, dkk (2012) tentang kebutuhan informasi masyarakat pedesaan di Malaysia. Penelitian ini mengkaji tentang kebutuhan informasi pada masyarakat pedesaan di Malaysia. Dalam jurnal penelitian tersebut dipaparkan bahwa kebutuhan informasi masyarakat pedesaan dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori yakni: dalam hubungan dengan kegiatan ekonomi dan dalam hubungan dengan kehidupan sehari-hari. Serta ditemukan kebutuhan informasi yang paling umum diperlukan masyarakat pedesaan Malaysia yang terbagi dalam empat sektor (mereka yang bekerja pada sektor kelapa sawit, padi, karet dan perikanan) antara lain: IT, Bisnis, Pendidikan, Peluang Karir. Sedangkan yang paling dibutuhkan adalah informasi tentang politik dan hiburan.
23
2.4.2
Penelitian yang dilakukan Suwanto (1997), Studi tentang kebutuhan dan perilaku pencarian informasi dosen
Fakultas
Kedokteran UNDIP dan UNISSULA Semarang. Penelitian ini bertujuan menganalisis kebutuhan dan pencarian informasi dosen fakultas kedokteran kedua universitas tersebut serta hubungannya dengan latar belakang pendidikan dan tujuan penggunaan informasinya. Dari penelitian ini
diperoleh hasil
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dalam hal kebutuhan jenis informasi ditinjau dari segi latar belakang pendidikan dosen. Sedangakan dalam media informasi, sumber informasi dan strategi pencarian serta cara perolehan informasi tidak terdapat perbedaan.
2.4.3
Penelitian yang dilakukan Kartika (2012) tentang kebutuhan dan perilaku pencarian informasi para peneliti di Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (MKRI). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebutuhan dan perilaku pencarian informasi yang dilakukan oleh peneliti di MKRI serta mengetahui kendala yang dihadapi peneliti dalam melakukan pencarian informasi untuk memenuhi kebutuhan informasi. Hasilnya, kebutuhan informasi peneliti dilakukan dalam membantu hakim konstitusi membuat kajian, telaah maupun resume terhadap perkara yang ada. Mereka mencari informasi dengan cara yang
24
beragam dengan tema dan subyek yang hampir sama tetapi mereka mendapatkan pengetahuan yang berbeda-beda. Perilaku pencarian informasi
yang
dilakukan
oleh
peneliti
sebagian
besar
menggunakan sumber informasi yang ada di MKRI, sedangkan kendala yang dihadapi sebagian besar disebabkan oleh banyaknya perkara yang ada di MKRI dan ketersediaan koleksi di perpustakaan yang masih kurang mendukung peneliti dalam membuat kajian terhadap perkara.
2.4.4
Penelitian yang dilakukan Tugirin (2012) berjudul ‘Kebutuhan dan Pencarian Informasi oleh Mahasiswa yang Menjadi Anggota Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Undip’. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebutuhan dan pencarian informasi oleh mahasiswa di Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Semarang. Dari penelitian ini diketahui bahwa kebutuhan informasi dapat diamati melalui tujuan dan pencarian informasi oleh mahasiswa. Penelitian tersebut juga memaparkan bahwa tujuan mahasiswa untuk membuat atau menyelesaikan tugas akhir dan untuk menyelesaikan tugas yang diberikan dosen. Kebutuhan informasi tersebut sesuai dengan permasalahan yang sedang dihadapi mahasiswa.
Beberapa kajian kebutuhan informasi tersebut lebih banyak difokuskan pada lingkungan atau lembaga yang didalamnya terdapat perpustakaan
25
sebagai sumber informasi. Meskipun kajian terhadap kebutuhan informasi masyarakat pedesaan pernah dilakukan, penelitian tersebut belum secara spesifik membahas kebutuhan informasi masyarakat desa yang tinggal diwilayah khusus dan hanya kebutuhan informasi secara umum yang dikaji. Oleh karena itu, perbedaan penelitian ini dengan kajian yang pernah dilakukan adalah penelitian ini lebih ditujukan kepada masyarakat desa yang menempati wilayah khusus yaitu disekitar hutan dengan akses terhadap sumber informasi sangat terbatas. Penelitian ini juga mengkaji kebutuhan informasi dari segi bentuk, sumber, jenis yang dibutuhkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan informasinya.
26
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian “Desain penelitian atau rancangan penelitian adalah strategi untuk memperoleh
data
yang
dipergunakan
untuk
menguji
hipotesa”
(Sandjaja,2006:105). Desain ini dapat digunakan untuk menentukan pengaturan latar belakang penelitian agar diperoleh data yang dibutuhkan. Penulis dalam penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif berjenis deskriptif dengan bentuk studi kasus. Menurut Sulistyo Basuki (2006:78) penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bertujuan memperoleh gambaran seutuhnya mengenai suatu hal menurut pandangan manusia yang diteliti, sehingga berkaitan dengan persepsi, ide, pendapat atau kepercayaan, yang tidak dapat diukur dengan angka. Sedangkan Moleong (2010:6) menegaskan bahwa penelitian kualitatif bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian. Sedangkan Sulistyo-Basuki (2006:111) berpendapat “penelitian jenis ini berkaitan dengan pengumpulan data tentang pengulangan atau kejadian peristiwa atau masalah dalam berbagai situasi lingkungan”. Penulis memilih jenis penelitian deskriptif studi kasus karena kegiatan ini bertujuan hanya untuk memahami secara mendalam dan menggambarkan kondisi kebutuhan informasi di Desa Hutan kabupaten Pekalongan yang bersifat khusus. Seperti yang dijelaskan Sulistyo-Basuki (2006: 113) bahwa 26
27
studi kasus merupakan kajian mendalam tentang peristiwa, lingkungan, dan situasi tertentu yang memungkinkan mengungkapkan atau memahami suatu hal. Selain itu, studi kasus dapat dilakukan terhadap fenomena yang berjulat dari perorangan, kelompok, dan situasi obyek material serta menghasilkan penelitian yang bersifat khusus. Perlunya kebutuhan informasi masyarakat tersebut untuk dikaji karena adanya pembinaan untuk pengelolaan hutan secara
optimal
sebagai
pemicu
meningkatnya
kebutuhan
informasi
masyarakat. Selain itu, perlu adanya sumber informasi yang tepat untuk mencapai tujuan kebijakan Pemerintah tentang Hutan Desa.
3.2. Obyek Dan Subyek Penelitian Obyek dalam penelitian ini adalah kebutuhan informasi sedangkan subyek penelitian adalah masyarakat Desa Hutan di kabupaten Pekalongan. Masyarakat Desa Hutan yang menjadi subyek penelitian ini terbagi dalam 127 desa yang terdapat di sekitar Peta Pangkuan Hutan Pekalongan Timur yang meliputi: sedikit daerah kabupaten Batang dan Pemalang dan seluruh daerah hutan di kabupaten Pekalongan. Khusus masyarakat Desa Hutan yang berada di wilayah kabupaten Pekalongan berjumlah 61 desa. Beberapa desa tersebut tersebar dalam 12 Kecamatan, meliputi: kecamatan Kesesi, Kajen, Lebakbarang, Paninggaran, Karanganyar, Petungkriyono, Talun, Kandangserang, Doro, Kajen, Bojong dan Karangdadap.
28
3.2.1. Informan Jenis penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi dan sampel, tetapi menggunakan istilah informan untuk memberikan informasi secara akurat mengenai hal yang diteliti. Penelitian ini menggunakan informan sebagai sumber penggalian data. Informan dipilih berdasarkan teknik purposive sampling. Teknik ini memungkinkan peneliti menentukan informan berdasarkan kriteria yang ditentukan oleh peneliti sesuai tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian. Kriteria tersebut seperti: paham dan menguasai topik yang diteliti, mudah untuk ditemui, memiliki akses yang besar untuk mengetahui kondisi lingkungannya, komunikatif, tidak mempunyai tujuan atau kepentingan tertentu dalam penelitian sehingga dapat diperoleh informasi yang obyektif serta bersedia memberikan informasi. Ketentuan tersebut dapat memudahkan penulis dalam melakukan penelitian sehingga tujuan penelitian dapat terpenuhi. Sedangkan jumlah informan dalam penelitian kualitatif tidak ditentukan secara spesifik, data dari informan dianggap cukup jika telah mampu menjawab tujuan penelitian. Dalam penelitian ini, penulis memutuskan informan yang tepat untuk memperoleh data tentang kebutuhan informasi yaitu dengan mendapatkan data langsung dari warga yang menjadi anggota LMDH di kabupaten Pekalongan sehingga data kebutuhan informasi masyarakat tidak bersiat obyektif dan personal, tetapi mampu mewakili kebutuhan masyarakat Desa Hutan. Pemilihan informan ini juga mempertimbangkan rekomendasi dari pihak P3MDH yang lokasinya menjadi secretariat paguyuban LMDH KPH
29
Pekalongan Timur serta melibatkan ketua LMDH yang dianggap mengetahui kondisi masing-masing wilayahnya.
3.3. Tempat Dan Waktu Penelitian Fokus terhadap masalah yang dikaji harus dilakukan peneliti untuk menjamin keakuratan hasil penelitian. Sehingga untuk fokus terhadap kajian, peneliti melakukan penelitian kepada masyarakat yang menjadi anggota LMDH di wilayah kabupaten Pekalongan yang termasuk bagian wilayah peta pangkuan Hutan Pekalongan Timur. Observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran langsung kondisi masyarakat Desa Hutan dengan beragam aktivitas dan program yang dilaksanakan. Agar data yang diperoleh dan analisis dapat dilakukan secara maksimal, penelitian akan dilakukan selama lebih dari satu bulan sejak 3 Juli hingga 13 Agustus 2013.
3.4. Jenis Dan Sumber Data Data dalam penelitian ini dapat diperoleh dengan beragam jenis dan sumber yang dapat dijabarkan sebagai berikut: 3.4.1. Jenis Data Penelitian ini menggunakan jenis data kualitatif. Jenis data kualitatif jika data tidak dalam bentuk numerik tetapi lebih dapat berupa kata-kata, teks, foto, video, rekaman suara dan sebagainya. Data Kualitatif dapat diperoleh melalui berbagai macam teknik pengumpulan data. Misalnya, wawancara, analisis dokumen, diskusi terfokus, atau observasi yang telah
30
dituangkan dalam catatan lapangan (tanskrip). Sedangkan data berbentuk gambar dapat diperoleh melalui pemotretan atau rekaman video. 3.4.2. Sumber Data Sumber yang biasa digunakan dibagi menjadi dua, sumber primer dan sumber skunder. 3.4.2.1. Sumber Data Primer Sumber primer informasi adalah sumber yang merupakan bagian dari atau langsung berhubungan dengan dengan peristiwa/kejadian yang dikaji. Sumber data ini dapat diperoleh dari informan melalui observasi dan wawancara mendalam. 3.4.2.2. Sumber Data Sekunder Sumber skunder informasi pada umumnya bukti yang berada satu langkah atau lebih dari peristiwa yang sesungguhnya. Dengan kata lain, data yang diperoleh dalam bentuk dokumen-dokumen yang telah ada yang dapat mendukung data primer. Misalnya: buku, ensiklopedi dan dokumen lain yang dapat menunjang penelitian.
3.5. Pengumpulan Data Data di lapangan dapat diperoleh dengan beberbagai teknik atau metode, antara lain: 3.5.1 Observasi Peneliti dalam penlitian ini menggunakan jenis observasi tak terstruktur.
31
Pada jenis ini peneliti mempersiapkan pencatatannya secermat mungkin menyangkut perilaku yang akan berlangsung tanpa mempradesain kategori khusus dari perilaku atau membatasi observasi hanya pada jenis perilaku. (Sulistyo,2006: 150). Sedangkan dari segi penempatan posisi peneliti, peneitian ini menggunakan observasi partisipan terbuka. Sulistyo-basuki (2006: 151) menjelaskan bahwa observasi partisipan terbuka berarti subyek yang diteliti mengetahui bahwa mereka sedang diamat-amati. Metode ini dipilih karena melibatkan peneliti kedalam situasi yang dilakukan subyek penelitian atau dengan kata lain peneliti hadir di tengah-tengah subyek penelitian yang sedang diamati. 3.5.2 Dokumetasi Metode ini digunakan untuk memperoleh data yang tercatat atau terkam
dalam
kegiatan
masyarakat
Desa
Hutan
yang
terdokumentasikan. Peneliti menelusuri berbagai macam dokumen antara lain buku, majalah, notulen rapat, peraturan-peraturan dan sumber informasi lain. 3.5.3 Wawancara “Wawancara adalah suatu tanya jawab secara tatap muka yang dilakukan oleh pewawancara dengan orang yang diwawancarai untuk memperoleh informasi yang diberikan” (Sandjaja,2006: 145). Dalam penelitian ini penulis menggunakan wawancara mendalam tak terstruktur untuk memperoleh data yang dibutuhkan. Wawancara tak terstruktur artinya wawancara dilakukan tidak berurutan tetapi tetap
32
menggunakan pedoman. Sedangkan mendalam (Depth Interview) sering digunakan untuk menggali semua atribut responden atau informan sedalam mungkin. Selain dilakukan dengan tatap muka, wawancara dapat dilakukan berkali-kali sehingga peneliti dapat memperoleh informasi yang dibutuhkan.
3.6 . Variabel Dan Indikator Penelitian Variabel penelitian pada dasarnya adalah sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, sehingga diperoleh informasi
tentang
hal
tersebut
kemudian
ditarik
kesimpulannya
(Sugiyono,2009:38). Variable dalam penelitian ini adalah kebutuhan informasi. Variabel tersebut kemudian dibagi kedalam beberapa indikator. Indikator kebutuhan informasi terdiri dari: jenis, bentuk, subyek, tujuan, manfaat informasi. Sedangkan hal-hal yang dapat mempengaruhi kebutuhan informasi juga menjadi indikator dalam penelitian ini, seperti: lingkungan dan latar belakang pendidikan masyarakat.
3.7 . Pengolahan Dan Analisis Data Pengolahan data dilakukan setelah peneliti menyelesaikan seluruh rangkaian kegiatan penelitian dari observasi hingga pengumpulan data (Aedi, 2010:2). Menurut Suyanto dan Sutinah (dalam Sasmita, 2012: 41) pengolahan data dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan cara
33
mengklasifikasi atau mengkategorikan data berdasarkan beberapa tema sesuai fokus penelitiannya. Moleong (2010: 147) memaparkan peneliti kualitatif mengenal adanya analisis data di lapangan walaupun analisis data secara intensif barulah dilakukan sesudah ia kembali ke rumah. Sehingga pengolahan data dalam penelitian kualitatif dilakukan setelah penelitian selesai dilaksanakan baik dilapangan maupun tidak dan dilakukan sebelum analisis data dilakukan. Pengolahan data ini diperlukan untuk editing, seperti: mengkoreksi atau melakukan pengecekan yang dapat dilakukan ditempat, memberikan tanda atau kode untuk kategori yang sama sebelum dianalisis dan dikelompokkan dengan cara yang teliti dan teratur.
3.7.1 Analisis Data Analisis data kualitatif menurut Bogdan & Biklen dalam Moleong (2010:248) yaitu: Upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Moleong (2010:248) Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode analisis data kualitatif yang telah dirumuskan Moleong (2010:288). Metode ini menjelaskan proses analisis data yang mencakup:
34
a. Reduksi data I. Identifikasi satuan (unit). Pada mulanya diidentifikasikan adanya satuan yaitu bagian terkecil yang ditemukan dalam data yang memiliki makna bila dikaitkan dengan fokus dan masalah penelitian. II. Membuat koding. Membuat koding berarti memberikan kode pada setiap ‘satuan’, agar tetap dapat ditelusuri data/satuannya, sumber asalnya. b. Kategorisasi I. Menyusun kategori. Kategorisasi adalah upaya memilah-milah setiap satuan ke dalam bagian-bagian yang memiliki kesamaan. II. Setiap kategori diberi nama yang disebut ‘label’. c. Sintesisasi I.
Mensistesis berarti mencari kaitan antara satu kategori dengan kategori lainnya
II. Kaitan satu kategori dengan kategori lainnya diberi nama/ label lagi. Analisis data dilakukan dengan cara deskriptif, membandingkan hasil wawancara dengan tinjauan dan hasil verifikasi dari pihak pengurus P3MDH yang menjadi secretariat LMDH KPH Pekalongan Timur dan dari pihak Perhutani yang mengetahui kondisi obyek penelitian.
35
BAB IV GAMBARAN UMUM DESA HUTAN KABUPATEN PEKALONGAN
4.1. Pengelolaan Hutan untuk Kesejahteraan Masyarakat Kondisi masyarakat desa semakin terpuruk terutama masyarakat desa yang tinggal di sekitar hutan Indonesia. Hal ini dialami sejak krisis moneter yang terjadi sejak pertengahan tahun 1997 dan masih berkepanjangan hingga saat ini (www.dephut.go.id). Rata-rata pertumbuhan ekonomi yang semakin menurun, dan laju inflasi yang melonjak mencapai 39,63% pada juli 1998. Sehingga yang muncul bukan hanya dampak ekonomi, namun juga dampak kerawanan sosial, penurunan kesehatan dan endemi penyakit, pencemaran lingkungan, kejahatan dan sebagainya. Bahkan penjarahan yang terjadi tidak hanya dipertokoan tetapi juga telah terjadi penjarahan hasil hutan maupun perkebunan di beberapa daerah. Masyarakat pedesaan yang tinggal di sekitar hutan sering disebut dengan istilah Desa Hutan. Hal ini seperti yang didefinisikan Awang (2008:15) bahwa masyarakat Desa Hutan merupakan masyarakat yang mendiami wilayah yang berada di sekitar atau di dalam hutan dan mata pencahariaan/ pekerjaannya tergantung pada interaksi terhadap hutan. Tidak meratanya pembangunan infrastruktur masyarakat Desa Hutan dan
kurangnya
perhatian
dari
pemerintah
semakin
memperburuk
kesejahteraan mereka. Minimnya sarana transportasi, komunikasi dan sarana 35
36
pendidikan menjadikan masyarakat yang tinggal di kawasan Desa Hutan semakin terpinggirkan. Terlebih lagi banyak pihak diluar masyarakat sekitar hutan yang menginginkan kekayaan hasil hutan. Menyikapi keadaan yang ada saat ini, pihak kehutanan Jawa Tengah berpegang kepada konsep visi pembangunan kehutanan dan perkebunan, yakni: pengelolaan sumber daya kehutanan dan perkebunan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, berdasarkan
ekosistem
berkembangnya
kapasitas
dan
keanekaragamannya,
keberdayaan
masyarakat,
yang
menjamin
terselenggaranya
distribusi manfaat hutan dan kebun yang berkeadilan, efisiensi dan berkelanjutan serta tahan terhadap akibat perubahan eksternal melalui mekanisme pengelolaan yang partisipatif, terpadu, transparan dan dapat dipertanggungjawabkan. Pelaksanakan visi tersebut diperlukan landasan pembangunan yang bersifat fundamental yaitu pendekatan konsep hutan dan kebun untuk kesejahteraan rakyat (forest and estate crops for people). Konsep ini diarahkan pada optimalisasi fungsi kawasan hutan dan kebun baik dalam konteks ekonomi, sosial dan budaya serta pengintegrasiannya dalam aspek fungsi ekologi, khususnya fungsi lindung dan konservasi keanekaragaman hayati dan ekosistemnya. Beberapa upaya lain yang telah dilaksanakan dalam rangka peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat Desa hutan dan sekitar hutan adalah kegiatan Pembinaan Masyarakat Desa Hutan (PMDH), oleh Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah berupa: pembinaan Kelompok Tani Hutan (KTH), Kredit
37
pembinaan Usaha Kecil, dan Koperasi (PUKK), serta Kredit Usaha Tani, Konservasi Daerah Aliran Sungai (KUK-DAS) dan Kredit Usaha Hutan Rakyat (KUHR), di beberapa Kabupaten yang dilaksanakan oleh Unit Pelaksana Teknis Kanwil Dephutbun Provinsi Jawa Tengah (BRLKT V). Kegiatan tersebut telah banyak memberikan manfaat bagi masyarakat desa sekitar hutan dalam meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan.
4.2. Upaya-upaya Pemberdayaan Masyarakat Desa Hutan Upaya ini dilakukan oleh perum perhutani Unit 1 Jawa Tengah sejak 1972. Beberapa kegiatan terbagi dalam beberapa periode, antara lain; 4.2.1. Masa Paradigma Lama (1972-2000) Kegiatan dalam waktu ini terbagi menjadi: 1. Kerjasama Mantri Lurah (Prosperity Approach) Dilaksanakan sejak 1972 sampai dengan 1981, bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup rakyat desa dan memantapkan kualitas lingkungan hidup. 2. Pembinaan Masyarakat Desa Hutan (PMDH) Dilaksanakan mulai 1982 sampai dengan
2000, sebagai
penyempurnaan program Prosperity Approach, secara garis besar meliputi kegiatan di dalam dan di luar kawasan hutan.
38
4.2.2. Paradigma Baru (2001- Sekarang) Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) dilakukan dalam periode ini. PHBM merupakan suatu sistem pengelolaan Sumber Daya Hutan (SDH) yang dilakukan bersama oleh Perhutani dan Masyarakat Desa Hutan atau Perhutani dan Masyarakat Desa Hutan dengan pihak yang berkepentingan (stakeholder) dengan jiwa berbagi, sehingga kepentingan bersama untuk mencapai keberlanjutan fungsi dan manfaat SDH dapat diwujudkan secara optimal dan professional sesuai Keputusan Dewan Pengawas Perhutani Nomor 136/KPTS/Dir/2001. Secara garis besar, kegiatan PHBM terbagi menjadi kegiatan dalam dan luar kawasan hutan. Kegiatan dalam kawasan hutan meliputi: kegiatan pengusahaan hutan, usaha produktif berbasis lahan, usaha produktif berbasis bukan lahan (seperti: pemanfaatan sumber air, wisata alam dan sebagainya). Sedangkan kegiatan diluar kawasan hutan meliputi: Pengembangan hutan rakyat (berbasis lahan) dengan sharing atau bagi hasil dan kegiatan berbasis bukan lahan, misalnya: aneka usaha kehutanan, industri pengolahan hasil hutan dan lain-lain. Sebagai penghubung antara pihak Perhutani dengan masyarakat Desa Hutan dalam kegiatan PHBM, maka dibantu oleh Lembaga Swadaya
Masyarakat
dibentuklah
lembaga
independen
yang
beranggotakan masyarakat desa setempat untuk memberikan solusi
39
atas penjarahan hutan yang sering disebut sebagai Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH).
4.3. Lembaga Maysarakat Desa Hutan (LMDH) Kabupaten Pekalongan Sistem PHBM yang dicangankan oleh Perum Perhutani sejak 2001, membuka kesempatan bagi masyarakat Desa Hutan untuk terlibat aktif dalam pengelolaan hutan. Keterlibatan aktif ini dimulai dari terjalinnya kerjasama pengelolaan hutan antara Perhutani dengan LMDH. LMDH merupakan lembaga lokal yang berdiri atas prakarsa warga yang difasilitasi oleh desa setempat. Lembaga ini dibentuk sebagai penghubung antara masyarakat Desa Hutan dengan pihak Perhutani maupun pihak lain yang berkepentingan dalam program pemberdayaan dan pengelolaan sumberdaya hutan. Kabupaten pekalongan memiliki 61 LMDH yang tersebar dalam wilayah hutan seluas 28.501,24 Ha. Wilayah ini meliputi 12 kecamatan, antara lain: Kecamatan Paninggaran, Kesesi, Kajen, Lebakbarang, Petungkriyono, Karanganyar,
Talun,
Kandangserang,
Doro,
Kajen,
Bojong
dan
Karangdadap. Sedangkan tabel perserbaran LMDH Kabupaten Pekalongan dapat dilihat di lampiran.
40
4.4. Paguyuban Lembaga Masyarakat Desa Hutan Kabupaten Pekalongan Dalam upaya mewadahi kelembagaan antar LMDH, bersama komponen lain seperti Lembaga Swadaya Masyarakat, Dinas Kehutanan dan Perum Perhutani KPH Pekalongan Timur pada tahun 2006 membentuk Paguyuban LMDH yang diberi nama Paguyuban LMDH ”Unggul Lestari” KPH Pekalongan Timur. Menyadari keberadaannya sebagai organisasi yang menaungi seluruh LMDH di KPH Pekalongan Timur, Paguyuban LMDH melakukan upayaupaya advokasi dan fasilitasi terhadap hak-hak masyarakat Desa Hutan. Upaya-upaya tersebut diwujudkan dalam beberapa kegiatan praktis dibidang pendidikan dan pemberdayaan masyarakat. Paguyuban LMDH KPH Pekalongan Timur mempunyai luas hutan pangkuan 26.000 Ha, yang tersebar di 3 wilayah kabupaten; Pekalongan, Batang dan Pemalang. Mempunyai jumlah anggota sebanyak 116 LMDH, terbagi dalam 7 BKPH antara lain : BKPH Bawang, BKPH Bandar, BKPH Doro, BKPH Karanganyar, BKPH Paninggaran, BKPH Kesesi, BKPH Randudongkal. 4.4.1
Visi dan Misi Paguyuban LMDH KPH Pekalongan Timur Agar tetap berjalan pada tujuan yang telah direncanakan lembaga, maka Paguyuban LMDH “Unggul Lestari” KPH Pekalongan Timur merumuskan Visi dan Misi sebagai landasan kegiatannya.
41
Visi dari Paguyuban ini adalah “Menjadi Paguyuban Lembaga Masyarakat Desa Hutan yang mengakar dan mandiri, mampu menggugah dan berperan nyata dalam pemberdayaan masyarakat, pembangunan desa dan pelestarian Sumber Daya Hutan dalam semagat kebersamaan.” Sedangkan Misi dari paguyuban LMDH “Unggul Lestari” yaitu “Mendorong gerakan pemberdayaan masyarakat Desa Hutan secara terpadu dan mendukung proses-proses penguatan dan pengembangan kelembagaan LMDH melalui pembelajaran bersama, pengelolaan hutan lestari, pengelolaan data dan informasi, penguatan kapasitas, pengembangan usaha, dan jejaring kemitraan.” 4.4.2
Tujuan Paguyuban LMDH KPH Pekalongan Timur Paguyuban LMDH “Unggul Lestari” KPH Pekalongan Timur telah merumuskan
arahan
yang
jelas
dalam
setiap
kegiatan
keorganisasiannya. Hal itu tampak jelas dari tujuan paguyuban yang dirumuskan sebagai berikut: 1. meningkatkan kualitas sumberdaya masyarakat Desa hutan; 2. Mempelopori pengembangan pengelolaan sumberdaya hutan bersama masyarakat; 3. Membangun dan memperkuat pangkalan data yang mampu merekam seluruh aktifitas LMDH;
42
4. Memfasilitasi arus pertukaran energi (pengetahuan, pengalaman, ketrampilan, dan lain-lain) antar LMDH dan antara LMDH dengan Stakeholders lain; 5. Mengembangkan usaha kecil dan membangun jejaring usaha antar LMDH dan antara LMDH dengan dunia usaha; 6. Mendorong upaya penguatan LMDH; 7. Mengkampanyekan pembangunan Desa Hutan. 4.4.3
Pengurus Paguyuban LMDH KPH Pekalongan Timur Pengurus Paguyuban LMDH “Unggul Lestari” KPH Pekalongan Timur dapat dijabarkan sebagai berikut: Tabel 4.1 Daftar Pengurus Paguyuban LMDH KPH Pekalongan Timur
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21.
Nama Masyhudi Sa'an, S.Ag Kasturi Murtadho, S.Ag Imam Nur Huda Tirtonadi Senapi Carim Roni Abidin Mustofa, S.Pd Aji Sapto Prayitno, S.Pd Wanuri Katiowadi Sudiarto Suwito Dul Ajiz, A.Md Hadi Purnomo, S.Hut Tri Agustriani Agus Susilo Casliyah Teguh Iman Santosa Agus Budianto
Jabatan Organisasi Ketua LMDH Amongwono Wakil Ketua LMDH Wono Aji Sekretaris I LMDH Rowo Mas Sekretaris II TPM KPH Pekalongan Timur Bendahara LMDH Wono Asri Bendahara II LMDH Sidomukti Sie SDM LMDH Sendang Lestari Sie SDM LMDH Rowomas Sie SDM LSM Komuniti Forestri Sie SDM P3MDH Sie Humas LMDH Wonomulyo Sie Humas LMDH Wana Mulia Sie Humas LMDH Damarwulan Sie Humas LMDH Wono Lestari Sie Organisasi PPL Bakorluh Dishut Sie Organisasi TPM Timur Pekalongan Timur Sie Organisasi KPH Pekalongan Timur Sie Organisasi LMDH Wono Mulia Sie PPDH LMDH Rimbamulya Sie PPDH LMDH Sidomakmur Sie PPDH LMDH Morodadi
43
4.4.5
Kegiatan Pagyuban LMDH KPH Pekalongan Timur Kegiatan Paguyuban LMDH sudah melakukan kegiatan praktis di bidang pemberdayaan masyarakat dan bidang pendidikan, antara lain; Gerakan Pemberantasan Buta Aksara (GERAK MESRA) Pada tahap pemberantasan ini, sekitar 1260 masyarakat Desa hutan telah dinyatakan melek aksara dengan memperoleh surat keterangan melek aksara (SUKMA I). Selain itu kegiatan yang dilakukan langsung oleh LMDH juga memberikan kontribusi pembelajaran pengetahuan dan pengalaman bagi LMDH lain. Beberapa kegiatan yang pernah diselenggarakan Paguyuban LMDH “Unggul Lestari” KPH Pekalongan Timur, antara lain: 1. Sistem Pengguliran Sapi dan Pengelolaan Wisata Outbond LMDH Wono Asri. 2. Praktek Pembuatan Jamu
& Tanaman Obat LMDH Among
Wono. 3. Pendidikan Paket B LMDH Wana Mulya. 4. Pengelolaan Wisata Masyarakat LMDH Argo Tirto. 5. Pelatihan Internet Sehat.
44
BAB V HASIL PENELITIAN
Hasil pengumpulan data tentang kebutuhan Informasi Masyarakat Desa Hutan kabupaten Pekalongan yang dilakukan melalui observasi, studi dokumentasi dan wawancara akan dibahas dalam bab ini. Kemudian dianalisis menggunakan metode analisis data kualitatif tetap dengan teknik deskriptif dalam membahas kebutuhan informasi masyarakat Desa Hutan di kabupaten Pekalongan. Mulai dari tahap reduksi, kategorisasi dan diakhiri dengan mengkaitkan satu kategori dengan kategori lainnya untuk ditarik kesimpulan. Kebutuhan informasi sangat dipengaruhi oleh kondisi dan situasi yang dialami seseorang, seperti kondisi permasalahan yang dihadapi, lingkungan tempat tinggal, dan latar belakang pendidikan. Sehingga dalam mengkaji kebutuhan informasi penting untuk memperhatikan beberapa faktor tersebut.
5.1 Latar Belakang Kebutuhan Informasi Permasalahan yang dihadapi seseorang dapat mempengaruhi informasi yang dibutuhkan. Hampir seluruh masyarakat yang tinggal disekitar hutan menghabiskan keseharian mereka untuk bekerja di hutan dan ladang pertanian. Kebutuhan ekonomi yang semakin meningkat mendorong masyarakat untuk mendapatkan penghasilan tambahan selain menyadap getah pohon, mereka juga mengolah kebun atau ladang pertanian. Sehingga
44
45
masyarakat disibukan dengan aktivitas di wilayah mereka sendiri. Sedikit dari mereka yang berinteraksi dengan dunia luar wilayah Desa Hutan. Kemampuan komunikasi masyarakat Desa Hutan dengan dunia luar menjadi berkurang karena jarangnya interaksi atau aktivitas di luar wilayah mereka. Hal inilah yang menjadikan sumber daya masyarakat Desa Hutan masih rendah. Oleh karena itu, informasi menjadi suatu komoditas yang sangat diperlukan masyarakat ditengah situasi yang dialami Desa Hutan saat ini. Secara keseluruhan, kondisi perekonomian yang tidak menentu serta banyaknya masyarakat Desa Hutan yang hidup dibawah angka kesejahteraan menjadi faktor utama masyarakat membutuhkan informasi. Dorongan untuk meningkatan kesejahteraan karena kebutuhan masyarakat akan peningkatan pendapatan, hasil produksi getah, kehidupan yang lebih maju, lowongan pekerjaan tambahan, keinginan untuk berbagi informasi dengan kelompok/ komunitas dalam pekerjaan atau program pembinaan yang ditujukan untuk mereka. Seperti yang disampaikan informan bernama Slamet. Dia menjelaskan bahwa “Informasi sangat diperlukan bagi masyarakat karena SDMnya masih rendah, selain itu ya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Disini banyak komunitas-komunitas karena banyak sampingan dan program bantuan untuk petani hutan. jadi ada kelompok tenak, kelompok tani, petani kopi dan sebagainya. Kegiatan warga itu untuk berbagi informasi sehingga informasi sebenarnya sangat dibutuhkan” Penjelasan tersebut menunjukan banyak warga yang memiliki beberapa pekerjaan sampingan selain bekerja dihutan dan banyak program bantuan
46
pemberdayaan dari pemerintah. Sehingga dari kondisi tersebut muncul banyak kelompok atau komunitas dilingkungan mereka. Misalnya, kelompok tani, kelompok petani kopi, kelompok ternak. Dengan adanya komunitas tersebut masyarakat membutuhkan informasi untuk saling berbagi. Sehingga informasi ditengah-tengah masyarakat Desa Hutan sebenarnya sangat dibutuhkan. Selain faktor kesejahteraan, keinginan untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) masyarakat Desa Hutan juga berpengaruh terhadap kebutuhan informasi. Informasi yang dapat meningkatkan sumber daya manusia masyarakat Desa Hutan dibutuhkan karena didasarkan pada fakta bahwa kondisi rendahnya SDM menyebabkan masyarakat mengalami kesulitan dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya. Seperti permasalahan krisis air bersih yang sering dihadapi warga disekitar hutan dan termasuk kesulitan dalam mengakses kebijakan yang ditujukan untuk mereka. Sebagai contoh, hasil wawancara kepada salah satu informan bernama Sunarto: “Masyarakat disini rata-rata Penyadap, bekerja dihutan dan banyak resikonya. Kalau disini yang lanjut usia, sakit atau meninggal seharusnya dapat santunan, ternyata tidak ada apa-apa. Padahal sudah ada undang-undangnya, semacam jamsostek atau sejenisnya seharusnya ada, tapi katanya sudah diusulkan ke pusat tetap saja. Kalau ingin mengusulkan harus kemana tidak tahu. Makanya informasi itu sangat penting bagi masyarakat, informasi yang terkait itu sangat diperlukan.” Dari penuturan tersebut dapat diketahui permasalahan bahwa mereka belum mendapatkan jaminan keselamatan kerja. Padahal, banyak resiko yang akan mereka hadapi selama bekerja di hutan. Sedangkan kemampuan mereka masih kurang untuk mengakses kebijakan tentang hal itu. Sehingga mereka
47
tidak mengetahui bagaimana cara yang harus mereka tempuh ketika mengalami kecelakaan kerja dan sebagainya selama menjadi anggota penyadap. Keinginan untuk meningkatkan sumber daya manusia menjadi kebutuhan yang dianggap penting bagi masyarakat demi terjaminnya hak mereka. Sehingga informasi yang digunakan untuk peningkatan SDM itu sangat diperlukan. Seperti yang disampaikan informan bernama Wahidi: “Ya informasi bagi penyadap itu penting, penyadap itu kan sama saja seperti petani. Kesejahteraannya tidak menentu, SDM masyarkatnya rendah. Punya pekerjaan banyak tapi hasilnya jarang, perlu informasi dari mana saja.” Dari pernyataan tersebut, dapat diketahui bagaimana keinginan untuk meningkatkan sumber daya manusia di lingkungan mereka. Selain itu, pendapatan yang tidak menentu menjadikan mereka membutuhkan informasi apa saja dan dari mana saja agar dapat digunakan untuk peningkatan kesejahteraan. Pembahasan tentang latar belakang kebutuhan informasi ini, dapat disimpulkan bahwa ada dua kondisi yang mendorong masyarakat sangat membutuhkan informasi. Pertama, kondisi kesejahteraan masyarakat yang ingin ditingkatkan. Hal ini karena kebutuhan masyarakat akan peningkatan pendapatan, hasil produksi getah, kehidupan yang lebih maju, lowongan pekerjaan tambahan, banyaknya kelompok/komunitas dalam pekerjaan yang digunakan untuk berbagi informasi. Kedua, rendahnya sumber daya manusia Desa Hutan yang juga perlu ditingkatkan. Hal ini karena untuk memudahkan dalam menghadapi permasalahan dalam pekerjaan maupun dalam kehidupan
48
sehari-hari. Seperti krisis air bersih yang sering melanda wilayah Desa Hutan dan ketidakmampuan mengakses kebijakan yang ditujukan untuk mereka dalam rangka jaminan atas keselamatan pekerja hutan.
5.2 Subyek Informasi Subyek informasi yang dibutuhkan masyarakat sangat beragam. Setelah sebelumnya diketahui latar belakang kebutuhan informasi masyarakat Desa Hutan, maka setidaknya hal ini berpengaruh terhadap subyek informasi yang dibutuhkan. Dorongan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup dan sumber daya manusia di Desa hutan akan menghasilkan topik-topik tertentu yang menjadi isi atau content dari sebuah informasi. Topik inilah yang kemudian disebut sebagai subyek. Pada umumnya informasi yang dibutuhkan masyarakat Desa Hutan berkaitan dengan peningkatan kesejahteraan atau perekonomian. Dari informasi tentang peningkatan kesejahteraan ekonomi ini dapat melahirkan beberapa subyek yang dibutuhkan masyarakat Desa Hutan. Beberapa masyarakat beranggapan informasi tentang usaha, lowongan pekerjaan, perkembangan harga hasil komoditas hutan dan program pemberdayaan masyarakat seperti pemberian bantuan modal, dapat membantu mereka menambah penghasilan. Selain itu, juga dibutuhkan subyek informasi tentang budidaya di bidang pertanian, perkebunan, dan kehutanan (termasuk cara mengkawinkan tanaman dan memperoleh hasil yang unggul, dan cara
49
mengatasi penyakit tanaman), maupun peternakan. Hal ini seperti yang disampaikan informan bernama Slamet; “Kalau disini yang belum pernah ada itu tentang perikanan, cara budidaya perikanan dengan terpal. Karena kalau buat kolam asli itu butuh modal banyak. Jadi informasi ternak ikan yang mudah itu caranya bagaimana. Selain itu yang saat ini juga dibutuhkan tentang budidaya kopi, seperti bagaimana cara mengkawinkan tanaman kopi sehingga dihasilkan biji kopi yang unggul.” Dari penuturan tersebut diketahui bahwa budidaya ikan dan kopi juga dibutuhkan dalam peningkatan pendapatan. Misalnya dengan mengetahui cara mengawinkan tanaman kopi, hasil yang akan dipanen bagus. Hasil biji kopi yang unggul tentu meningkatkan harga jual yang otomatis dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Selain peningkatan kesejahteraan, informasi yang dibutuhkan masyarakat Desa Hutan berhubungan dengan kebutuhan untuk mengakses informasi tentang kebijakan dari Dinas yang berhubungan dengan pekerjaan mereka terutama dalam masalah keselamatan, keamanan dan fasilitas kerja. Bahkan Caslani menjelaskan bahwa jaminan ketika sakit menjadi kebutuhan vital bagi para penyadap, sehingga informasi tentang keselamatan kerja sangat dibutuhkan. Selain subyek informasi tersebut, masyarakat Desa Hutan membutuhkan subyek informasi tentang sistim irigasi atau tata kelola air untuk mencegah krisis air bersih. Informasi tentang sistim irigasi dan tata kelola air bersih dibutuhkan karena adanya permasalahan yang sering dihadapi masyarakat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Desa Hutan. Sebagai contoh hasil
50
wawancara yang dilakukan kepada informan bernama Wahidi, dia menyatakan; “Ya kalau saya pribadi selain tentang budidaya kopi, kalau bisa ada informasi sistem irigasi, tata kelola air agar penggunaan dari sumber air itu merata atau secara bergilir. Butuh pengaturan tentang itu. Sehingga tidak ada krisis lagi” Sedangkan siswoyo menjelaskan; “Informasi tentang masalah yang sedang dihadapi dalam pekerjaan dan keluarga, kalau saat ini karena kondisi sulit air, ya butuh informasi bagaimana cara menambah sumber air bersih untuk daerah dataran tinggi seperti disini.” Kedua penjelasan tersebut jelas menunjukan adanya permasalahan yang dihadapi masyarakat di Desa Hutan yakni krisis air bersih. Bagaimana sumber air bersih baru dapat ditemukan dan dapat digunakan masyarakat secara
merata.
Sehingga
permasalahan
yang
dihadapi
masyarakat
berpengaruh terhadap subyek informasi yang dibutuhkan masyarakat. Hanya sedikit sekali warga yang membutuhkan informasi terkait Hobi atau kesukaan mereka. Seperti kebutuhan informasi akan kesehatan, tanaman obat, olahraga dan tentang agama (Islam). Dengan demikian Subyek informasi yang dibutuhkan masyarakat Desa Hutan kabupaten Pekalongan di bagi menjadi tiga. Pertama, informasi yang berkaitan dengan kebutuhan peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat. Dari informasi tersebut melahirkan beberapa subyek informasi antara lain: informasi tentang usaha, lowongan pekerjaan, perkembangan harga hasil komoditas hutan dan program pemberdayaan masyarakat seperti pemberian bantuan modal, budidaya di bidang pertanian, perkebunan, dan kehutanan
51
(termasuk cara mengkawinkan tanaman dan memperoleh hasil yang unggul, dan cara mengatasi penyakit tanaman), maupun peternakan. Kedua, subyek subyek informasi yang berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi masyarakat baik dalam pekerjaan maupun kebutuhan hidup setiap hari, meliputi : tentang keselamatan kerja, kebijakan dalam pertanian maupun kehutanan dan sistim pengelolaan sumber air bersih atau sistim irigasi. Ketiga, selain kedua subyek tersebut yang menjadi hobby atau kesukaan masyarakat, seperti kesehatan, tanaman obat, olahraga dan tentang agama (Islam).
5.3 Sumber Informasi Sumber informasi merupakan penyedia sekumpulan informasi yang telah dikelompokkan berdasarkan masing-masing kategori. Kesibukan masyarakat Desa Hutan yang banyak menghabiskan waktunya untuk bekerja di hutan dan di ladang, membatasi mereka untuk berinteraksi dengan dunia luar maupun sumber
informasi.
Sebagian
besar
masyarakat
Desa
Hutan
hanya
memanfaatkan orang-orang di sekitarnya untuk memperoleh informasi baik yang berkepentingan dengan pekerjaan maupun kehidupan sehari-hari. Masyarakat mencari informasi yang dibutuhkan kepada Mandor atau Mantri sebagai perwakilan dari pihak perhutani yang terlibat secara langsung dengan pekerjaan mereka. Selain mereka dianggap mengetahui permasalahan dalam pekerjaan, keduanya merupakan pihak yang berinteraksi langsung dengan para penyadap yang bekerja di hutan. Masyarakat juga memperoleh
52
informasi dari perangkat desa, ketua RT dan dari masing-masing ketua kelompok atau komunitas. Informasi juga terkadang diterima dari guru sekolah yang berada di lingkungan desa. Sedikit sekali masyarkat yang memanfaatkan sumber informasi, seperti majalah, perpustakaan atau taman baca masyarakat, maupun website. Walaupun tidak dalam jumlah banyak, ada beberapa masyarakat Desa Hutan
yang
memanfaatkan
perpustakaan
keliling
sebagai
sumber
informasinya. Sebagai contoh, hasil wawancara dengan informan yang bernama Basuki, dia menceritakan “Pinjam buku di perpustakaan keliling. Kadang ya pinjam ke istri saya, karena istri saya yang meminjam di perpustakaan keliling.” Meski tidak banyak memiliki waktu untuk ke perpustakaan, keinginan untuk mendapatkan informasi dari buku bacaan tetap mampu dipenuhi dengan meminjam saudara atau orang lain yang meminjam buku di perpustakaan keliling. Masyarakat tidak banyak memanfaatkan sumber informasi karena mereka merasa kesulitan memperoleh informasi yang tidak disampaikan secara langsung. Sebagai contoh, hasil wawancara terhadap informan yang bernama Sunarto tentang sumber informasi
yang digunakan untuk
memperoleh informasi, dia mengatakan “Dari perhutani, pak mandor, pak mantri dan sebagainya. kalau dari buku susah untuk memperoleh informasi langsung.” Dari penuturan tersebut, dapat kita ketahui bahwa masyarakat merasa kesulitan untuk mendapatkan informasi dari sumber terekam seperti
53
buku. Sehingga sumber informasi seperti perpustakaan atau taman baca masyarakat yang sudah ada disekitar mereka tidak banyak dimanfaatkan. Rendahnya SDM dan keterbatasan interaksi masyarakat dengan sumber informasi menjadikan masyarakat merasa tidak mampu mencari informasi sendiri. Hal ini dijelaskan oleh informan yang bernama Slamet: “Ya dari ketua kelompoknya masing-masing. Bisa Kadus bisa juga warga biasa. Tapi kalau yang diberi ilmunya dipakai sendiri ya masyarakat jadi buntung, tidak ada yang bisa di gugu. Saya tidak bisa mencari informasi itu sendiri, kalau dari TV hanya selingan dan tidak setiap hari.” Penuturan
tersebut
menunjukan
bahwa
masyarakat
masih
sangat
mengandalkan orang lain sebagai sumber informasi mereka. perkembangan teknologi seperti adanya telepon genggam, televisi meskipun sudah mereka pergunakan dalam kehidupan sehari-hari akan tetapi tidak banyak dimanfaatkan untuk mengakses informasi. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa sumber informasi seperti perpustakaan, taman baca masyarakat dan sumber informasi lainnya belum banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Hutan kabupaten Pekalongan. Mereka masih mengandalkan lingkungan sekitarnya untuk memperoleh informasi. Hanya sedikit sekali yang memanfaatkan informasi terekam seperti buku dan majalah, apalagi perpustakaan.
5.4 Jenis Informasi Sebagian besar masyarakat Desa hutan terbiasa mendapatkan informasi secara lisan. Sumber daya manusia Desa Hutan yang masih rendah
54
menjadikan masyarakat lebih mudah menerima dan memahami informasi yang disampaikan secara langsung daripada informasi terekam. Sehingga masyarakat lebih banyak mencari informasi yang disampaikan secara langsung. Jenis informasi yang dibutuhkan masyarakat Desa Hutan yaitu jenis informasi lisan. Meskipun informasi lisan ini sulit diukur dan sumber informasi seperti ini tidak dikelola perpustakaan, masyarakat tetap lebih membutuhkan jenis informasi lisan karena mereka merasa kesulitan untuk memperoleh infomasi dari sumber terekam khususnya terkait subyek yang mereka butuhkan. Mereka membutuhkan bimbingan penjelasan secara langsung dan melihat secara langsung penerapannya. Seperti yang dijelaskan oleh informan yang bernama Slamet; “Diberikan ilmunya secara langsung, kemudian dipraktikkan dan dibimbing sampai panen. Ibaratnya misalkan memberi bibit ya ada yang mengajari cara menanam sampai panen, jadi masyarakat itu mengerti ilmunya kalau belum tahu ilmunya kemudian ada bantuan bibit kemudian terserah yang penting sudah ditanam ya percuma, padahal masyarakat disini tidak pernah tahu tentang cara mengawinkan, ada batasan usia, ya susah.” Dari penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa masyarakat membutuhkan bimbingan secara langsung, atau terlebih dahulu diberi ilmunya. Hanya sebagian kecil dari masyarakat Desa Hutan yang membutuhkan jenis informasi terekam. Adapula yang menggangap informasi terekam penting, tetapi tidak dibutuhkan. Rendahnya sumber daya manusia di Desa Hutan dan terbatasnya interaksi masyarakat dengan sumber informasi menjadikan mereka tetap menganggap penting informasi terekam tetapi tidak
55
merasa membutuhkannya. Hal itu disebabkan kurangnya kemampuan untuk memperoleh informasi langsung dari sumber terekam. Seperti disampaikan oleh informan yang bernama Sunarto “Kalau dari buku itu tidak bisa untuk mencari informasi langsung, saya butuhnya langsung informasi secara lisan, langsung
seperti
sosialisasi
atau
penyuluhan.”
Penuturan
tersebut
membuktikan bahwa masyarakat lebih membutuhkan informasi atau pengetahuan secara langsung seperti melalui sosialisasi atau penyuluhan. Sedangkan jika melalui buku (informasi terekam), mereka merasa tidak dapat secara cepat memperoleh informasi yang dibutuhkan. Hal ini menunjukan pemahaman masyarakat Desa Hutan terhadap pentingnya sumber informasi terekam (buku, majalah, Koran, CD-ROM dan sebagainya), sekaligus rendahnya kemampuan dan kemauan mereka dalam mengakses informasi terekam. Beberapa penjelasan tersebut menunjukan bahwa jenis informasi lisan masih mendominasi kebutuhan masyarakat Desa Hutan. Hanya sedikit dari mereka yang memanfaatkan sumber terekam. Adapula yang mempunyai pemahaman jenis informasi terekam penting, akan tetapi mereka tidak mempunyai kemampuan untuk mendapatkan informasi yang mereka butuhkan dari sumber terekam itu. Sehingga, tidak sedikit pula yang menganggap sumber informasi terekam meskipun penting tetapi tidak dibutuhkan.
56
5.5 Bentuk Informasi Bentuk sumber informasi referensi menurut Widyawan (2011) ada empat macam, yakni berbentuk tercetak (buku, majalah, Koran, ensiklopedia dan lain-lain), bentuk micro, format elektronik (seperti CD-ROM) dan dokumen yang dapat diakses melalui internet. Jika telah diketahui pada subbab sebelumnya bahwa banyak masyarakat yang menganggap sumber informasi terekam penting, tetapi mereka tidak membutuhkannya. Kurangnya kemampuan dan kemauan memperoleh informasi melalui sumber terekam menjadi penyebab utama ketidakbutuhan akan jenis maupun bentuk informasi. Sebagian masyarakat Desa Hutan membutuhkan sosialisasi atau pemberitahuan langsung sebagai bentuk informasi untuk mereka. Seperti yang disampaikan informan bernama Datu yang menyatakan bahwa masyarakat membutuhkan sosialisasi karena kalau mencari informasi dari buku penting untuk anak sekolah, tapi kalau untuk orang tua sulit. Secara keseluruhan masyarakat Desa Hutan membutuhkan bentuk informasi yang lebih bersifat visual atau lisan dan praktis. Informasi yang mereka terima dengan melihat dan mempraktikkan langsung. Sehingga keberadaan buku panduan dalam kegiatan pertanian atau budidaya dan sebagainya dibutuhkan oleh masyarakat Desa Hutan untuk memudahkan mereka. Kebutuhan informasi berbentuk buku panduan ini dibutuhkan masyarakat biasanya setelah mereka mengikuti pelatihan atau penyuluhan. Sebagai
57
contoh: hasil wawancara dengan informan yang bernama Wahidi yang mengatakan bahwa dia membutuhkan informasi dalam bentuk penyuluhan yang lebih detail. Agar informasi yang diterima mudah diingat, masyarakat dibekali dengan buku panduan setelah mengikuti penyuluhan. Wahidi menyayangkan informasi yang seperti itu belum pernah ia terima. Dari hal ini dapat diketahui keberadaan informasi bentuk tercetak sebenarnya dibutuhkan sebagai pengingat atau temu balik informasi jika dibutuhkan kembali. Hal ini seperti yang dikatakan oleh informan bernama Slamet; “Kalau informasi langsung bisa cepat lupa, makanya harus dibekali buku panduan, tapi kalau disini belum ada. Di daerah lain mungkin sudah ada paling kita hanya bisa lihat, kalau dipinjam untuk dibawa pulang pasti tidak boleh. Buku panduan itu penting berhubung tidak ada ya kita butuh melihat langsung untuk tahu ilmunya.” Dari penjelasan tersebut, dapat diketahui bahwa masyarakat menyadari informasi secara lisan sangat rentan untuk cepat dilupakan sehingga dibutuhkan buku panduan yang berfungsi sebagai pengingat dan petunjuk bagi mereka. Meski merasa kesulitan, ada pula masyarakat yang membutuhkan informasi tercetak seperti buku bacaan dan majalah. Rendahnya SDM Desa Hutan membatasi mereka untuk mendapatkan informasi lebih banyak. Informan yang bernama Turijo memaparkan “Orang sini itu tidak mau membaca, anak-anak justru yang suka meminjam buku saya. Paling saya cari informasi dari buku bacaan dan majalah.” Penuturan itu menunjukan bahwa kemauan masyarakat yang masih rendah membuat mereka tidak dapat menggali informasi lebih banyak dari informasi berbentuk tercetak, elektronik
58
maupun informasi yang dapat diakses melalui internet. Padahal fasilitas untuk mengakses semua bentuk informasi itu sangat mudah ditemukan di Desa Hutan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa informasi yang dibutuhkan masyarakat Desa Hutan merupakan bentuk informasi tercetak seperti buku panduan, buku bacaan dan majalah. Mereka yang mengalami kesulitan untuk memahami dan memperoleh informasi dari sumber terekam lebih membutuhkan sosialisasi atau pemberitahuan langsung.
5.6 Kegunaan Informasi Rencana seseorang dalam penggungaan informasi perlu diperhatikan dalam meneliti kebutuhan informasi. Sebab, kebutuhan informasi sangat dipengaruhi oleh kondisi dan situasi yang sedang dialami seseorang. Oleh karena itu, setelah di awal pembahasan digambarkan kondisi maupun situasi yang melatarbelakangi kebutuhan informasi masyarakat Desa Hutan, dan subyek informasi yang dibutuhkan dapat diketahui rencana penggunaan informasi yang dibutuhkan mereka. Penggunaan informasi bagi masyarakat Desa Hutan lebih cenderung untuk dipraktikkan secara langsung, baik untuk meningkatkan produksi hasil maupun untuk memenuhi kebutuhan dalam pekerjaan. Penggunaan informasi untuk meningkatkan produksi hasil dapat dicontohkan dari hasil wawancara terhadap informan yang bernama Slamet , dia mengatakan; “Kalau sudah menyerap ilmunya ya untuk dipraktikan. yang saya lihat itu memang hasil panennya bagus, memuaskan. Tiap
59
orang bisa sampai 15 juta, itu yang kelompoknya sudah berjalan. Jadi penghasilannya lumayan.” Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa peningkatan produksi hasil diperoleh dengan mengetahui ilmunya. Selain itu, ada pula yang menggunakan informasi sebagai solusi untuk permasalahan yang dihadapi. Menggunakan
informasi
sebagai
solusi
terjadi
karena
adanya
permasalahan yang sedang dihadapi oleh masyarakat. Sebagai contoh, dari hasil wawancara terhadap informan yang bernama Sunarto yang mengatakan “Untuk solusi permasalahan tiap muasyawarah anggota masyarakat dan untuk dimanfaatkan.” Dari penuturan tersebut, dapat dipahami bahwa penggunaan informasi sebagai solusi sesuai dengan latar belakang yang dialami seseorang dan subyek infomasi yang dibutuhkan. Selain untuk dipraktikan dan dijadikan solusi, tidak sedikit pula masyarakat Desa Hutan yang menggunakan informasi sekedar untuk menambah wawasan. Bahkan untuk berbagi terhadap sesama, informasi digunakan masyarakat untuk memenuhi keinginan menjadikan kehidupan yang lebih baik untuk keluarga dan lingkungannya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa informasi yang dibutuhkan masyarakat digunakan untuk dipraktikkan atau diterapkan. Selain informasi tersebut diterapkan untuk diri sendiri, seperti: meningkatkan produksi hasil, memenuhi kebutuhan, juga untuk menambah wawasan. Selain itu, informasi digunakan masyarakat Desa Hutan sebagai solusi atas permasalahan yang dihadapinnya, dengan berbagi terhadap sesama untuk kehidupan yang lebih baik.
60
5.7 Manfaat Penggunaan Informasi Setiap aktivitas termasuk dalam menggunakan informasi, dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu manfaat. Setelah pada bab sebelumnya sudah dijelaskan tentang kegunaan informasi. Maka manfaat yang diperoleh dari penggunaan informasi tersebut oleh masyarakat Desa Hutan dapat diketahui dan selanjutnya dibahas dalam subbab ini. Masyarkat Desa Hutan menggunakan informasi untuk memperoleh pengetahuan tentang hal-hal baik untuk kemudian dapat mereka terapkan demi perbaikan kehidupan mereka. Penggunaan informasi juga dimanfaatkan masyarakat untuk memudahkan setiap aktivitas karena dengan mengetahui informasi, mereka mengetahui solusi dari persoalan yang dihadapi. Sebagai contoh, hasil wawancara terhadap terhadap informan yang bernama Sunarto yang mengatakan Aktivitas sehari-hari menjadi mudah, karena tahu solusinya Dengan mengetahui hal-hal tersebut, masyarakat dapat dengan mudah menentukan keputusan yang akan diambil. Informasi dapat dimanfaatkan masyarakat untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi sehingga memudahkan mereka. Sebagai contoh, hasil wawancara terhadap informan yang bernama Siswoyo yang menyatakan “Aktivitas sehari-hari menjadi mudah, karena tahu solusinya.” Dari penuturan tersebut dapat diketahui bahwa manfaat dari penggunaan informasi tentang cara mencari sumber air bersih, dapat dimanfaatkan untuk
61
mengetahui solusi permasalahan krisis air di daerah mereka sehingga aktivitas setiap hari menjadi mudah. Manfaat penggunaan informasi dalam menyelesaikan permasalahan pekerjaan dapat dilihat dari penjelasan hasil wawancara beberapa informan bahwa masyarakat dapat meningkatkan kualitas getah, mengetahui cara mengatasi penyakit yang menyerang tanaman dalam lahan pertanian atau perkebunan mereka, dan dapat meningkatkan jumlah getah hasil menyadap pohon. Sedangkan bagi masyarakat yang mengalami kesulitan untuk mendapatkan kepastian jaminan keselamatan kerja serta fasilitas peralatan kerja, keberadaan informasi yang dibutuhkan menjadikan beban kerja mereka menjadi lebih berkurang sehingga dapat memaksimalkan hasil kerja. Adapula penggunaan informasi pada masyarakat Desa Hutan bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Bahkan informasi dimanfaatkan sebagai penyemangat dalam bekerja. Hal ini seperti yang dialami informan bernama Caridi, yang mengatakan “Kalau tahu informasinya dapat menambah semangat dalam bekerja.” Sedangkan
Basuki menjelaskan
“Wawasan menjadi bertambah, tau cara bekerja yang baik, dan informasi sehari-hari agar tetap sehat.” Berdasarakan penuturan kedua informan tersebut bahwa dengan mengetahui informasi yang dibutuhkan khususnya dalam peningkatan kesejahteraan, masyarakat akan lebih semangat dalam bekerja. Selain itu, wawasan yang dimiliki menjadi bertambah sehingga dapat bekerja lebih baik.
62
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penjelasan diatas bahwa penggunaan informasi bagi masyarakat Desa Hutan bermanfaat untuk mengambil hal-hal positif, dapat bekerja dengan baik, memudahkan setiap beban maupun persoalan dan tercukupinya kebutuhan atau menunjang perekonomian.
Selain
itu,
penggunaan
informasi
bermanfaat
untuk
menambah wawasan dan pengetahuan bahkan dapat menambah semangat dalam bekerja.
5.8 Tujuan Penggunaan Informasi Masyarakat Desa Hutan dalam menggunakan dan memanfaatkan informasi secara umum bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan hidup mereka. Peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat dilakaukan dengan meningkatkan pedapatan, kualitas hasil produksi getah serta kemampuan mengatasi masalah penyakit tanaman untuk menyelamatkan ladang pertanian mereka. Secara keseluruhan hal tersebut ditujukan untuk meningkatkan perekonomian warga. Sebagai contoh, hasil wawancara terhadap informan bernama Caridi yang menyebutkan bahwa tujuan untuk menggunakan informasi dimaksudkan untuk meningkatkan hasil getah yang disadap sehingga dapat menambah penghasilan. Dari hal itu dapat diketahui bahwa masyarakat menginginkan peningkatan penghasilan dalam rangka meningkatkan perekonomian mereka. hal senada juga disampaikan informan bernama Karim yang menjelaskaan
63
bahwa ia menggunakan informasi agar dapat mengetahui penyakit tanaman sehingga berpengaruh dalam peningkatan hasil produksi Selain tujuan penggunaan informasi dalam rangka peningkatan kesejahteraan hidup, ada juga masyarakat yang menggunakan informasi untuk menemukan solusi. Sehingga tidak ada permasalahan yang sama terjadi diwilayahnya. Tujuan meningkatkan kemampuan mengakses setiap kebijakan untuk kehidupan lebih terjamin ada karena beberapa masyarakat Desa Hutan tidak mendapatkan jaminan keselamatan kerja maupun bantuan fasilitas kerja yang seharusnya menjadi hak mereka, menjadi bagian dari tujuan penggunaan informasi ini. Seperti, hasil wawancara terhadap informan yang bernama Sunarto yang mengatakan “Agar kebijakan dari dinas terkait mampu diakses dan
dipahami
oleh
masyarakat.
Sehingga
masyarakat
terjamin
kehidupannya.” Dari pernyataan tersebut dapat bahwa tujuan informasi yang dibutuhkan masyarakat agar kebijakan dari Dinas terkait mampu diakses oleh masyarkat
untuk
kemudian
dipahami.
Sehingga
masyarakat
dapat
memperoleh haknya dan terjamin kehidupannya. Penggunaan informasi juga dapat dimanfaatkan untuk mencapai tujuan dalam memperoleh kehidupan masa depan yang lebih baik. Sebagai Contoh hasil wawancara terhadap informan yang bernama Turijo: “Ya harapannya kalau saya mengetahui informasinya kemudian saya tahu mana yang baik mana yang tidak, yang baik saya amalkan ke keluarga kemudian bisa meningkatkan kesejahteraan ya semoga anak saya bisa sekolah tinggi dan bisa bekerja dibidang kesehatan, anak saya perempuan masih kecil saya ingin dia jadi bidan, karena disini belum ada. Saya membutuhkan informasi untuk meningkatkan kesejahteraan, juga tentang agama karena saya ingin mencari rejeki yang halal.”
64
Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa informasi digunakan dengan tujuan untuk memberikan masa depan yang lebih baik untuk keluarga terutama generasi penerusnya. Dengan mengetahui apa saja hal-hal baik yang dapat digunakan untuk memberikan arahan pada anggota keluarga. Selain itu informasi ini tentu saja digunakan untuk peningkatan kesejahteraan dan ketentraman dengan mencari rejeki yang halal sesuai tujuan hidupnya. Dengan demikian, kesimpulan yang dapat diperoleh bahwa penggunaan informasi masyarakat Desa Hutan secara umum bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan
hidup
mereka,
mulai
dari
peningkatan
pendapatan,
meningkatakan produksi dan kualitas hasil pekerjaan mereka sebagai petani hutan. Tetapi, tidak sedikit pula yang mempunyai tujuan penggunaan informasi sebagai solusi dari pemasalahan yang dihadapi untuk memudahkan dan memberkan kehidupan lebih terjamin.
5.9 Pengaruh Latar Belakang Pendidikan dengan Kebutuhan Informasi Dilihat dari kondisi latar belakang pendidikan masyarakat Desa Hutan, kabupaten Pekalongan, sedikit sekali dari mereka yang memiliki pendidikan setingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Sederajat. Terlebih mereka yang bekerja dan menggantungkan pendapatannya dengan memanfaatkan sumber daya hutan. Hanya penduduk usia muda yang saat ini mulai menyelesaikan pendidikannya hingga SMA atau sederajat. Akan tetapi,
65
sebagian besar dari mereka lebih memilih merantau, dan sedikit yang bersedia bekerja dengan memanfaatkan sumber daya hutan. Sebagian besar Desa Hutan kabupaten Pekalongan hanya memiliki Sekolah Dasar, sedikit sekali yang tersedia Sekolah Menengah Pertama maupun Sekolah Menengah Atas. Warga harus menempuh jarak yang cukup jauh untuk belajar di sekolah SMA secara formal. Faktor inilah yang sedikit mempengaruhi rendahnya tingkat pendidikan masyarakat di Desa Hutan khususnya untuk generasi menengah ke atas. Sehingga dalam meneliti kebutuhan informasi masyarakat yang tinggal di desa sekitar hutan dan memanfaatkan hasil hutan untuk mencukupi kebutuhan kehidupannya, sedikit sekali menemukan mereka yang memiliki pendidikan tinggi. Hanya dua dari 11 informan yang menempuh pendidikan hingga SMA atau sederajad, salah satunya memiliki ijazah paket C. Hal ini dapat dilihat dari tabel berikut ini: Tabel.5.10.1 Tingkat pendidikan informan No.
Nama Informan
Tingkat Pendidikan
1.
Turijo
Paket C
2.
Basuki
SMA
3.
Sunarto
SD
4.
Datu
SD
5.
Caridi
SD
6.
Siswoyo
SD
7.
Karim
SD
8.
Yatim
SD
9.
Caslani
SD
10.
Slamet
SD
11.
Wahidi
SD
66
Pada pembahasan tinjauan teori bahwa saracevic (dalam pendit 2008) menyarankan dalam meneliti kebutuhan informasi untuk memperhatikan kondisi pengetahuan seseorang yang relevan dengan dengan kebutuhannya. Berdasarkan hasil wawancara kepada 11 informan diketahui tingkat pendidikan mempengaruhi kebutuhan informasi seseorang. Hal ini terlihat dari, hasil wawancara kepada informan terhadap subyek, jenis, bentuk informasi yang dibutuhkan. Informan bernama Turijo memaparkan “Inginnya kalau ada informasi apapun ya langsung disampaikan, ya tentang usaha, atau misalnya ada program apa, saya ingin tahu, mungkin yang belum saya tahu. Kalau bisa program yang ada kaitannya dengan lowongan pekerjaan, untuk meningkatkan kesejahteraan. Warga disini kebanyakan butuh informasi tentang peningkatan ekonomi keluarga, kalau saya sering beli buku biasanya tentang dunia islam, koleksi saya kebanyakan majalah Ummi, Tarbawi, Hidayah dan yang terbaru “7 Keajaiban Rezeki”. Kalau ekonomi relatif, sedangkan tentang islam saya membutuhkan.” Penjelasan tersebut menunjukkan bahwa selain membutuhkan informasi tentang usaha, lowongan pekerjaan dan informasi untuk peningkatan kesejahteraan, ia membutuhkan informasi tentang dunia islam, bahkan Turijo sudah terbiasa menggunakan sumber informasi buku bacaan dan majalah dan perpustakaan, dan kadang membeli buku unntuk dikoleksi sendiri. Selain itu, dia membutuhkan informasi jenis lisan dan terekam dan lebih membutuhkan bentuk informasi tercetak seperti buku dan majalah, seperti yang disampaikan saat di wawancara “Orang sini itu tidak mau membaca, anak-anak justru yang suka meminjam buku saya. Paling saya cari informasi dari buku bacaan dan majalah.”
67
Sedangkan Informan bernama Basuki menuturkan selain informasi tentang pekerjaan, dia membutuhkan informasi yang ia sukai yakni tentang tanaman obat, olah raga dan apapun yang berkaitan dengan kesehatan. Selain itu ia membutuhkan informasi terekam dan bentuk informasi tercetak seperti buku bacaan. Berbeda dengan informan lainnya yang tidak membutuhkan informasi lain selain yang berkaitan dengan permasalahan pekerjaan maupun kehidupan sehari-hari. Hal ini jelas menunjukan pengaruh tingkat pendidikan dengan kebutuhan informasi. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa Tingkat pendidikan seseorang mempengaruhi informasi yang dibutuhkan terutama dari segi subyek, jenis dan bentuk informasi. dan kesadaran akan pentingnya sumber informasi bagi masyarakat di sekitar hutan.
5.10 Pengaruh Lingkungan Tempat Tinggal dengan Kebutuhan Informasi Wilayah desa yang berada di sekitar hutan KPH Pekalongan Timur, menjadikan jarak antar perkampungan warga satu dengan lainnya terpisahkan oleh hutan yang luas. Sehingga meskipun berada dalam satu desa, jarak antara dukuh satu dengan dukuh lainnya berkilo-kilo meter, bahkan dapat dimungkinkan pula terpisah oleh hutan. Berdasarkan hasil wawancara dan survei yang dilakukan dapat diketahui bahwa perbedaan wilayah tempat tinggal tidak banyak
68
mempengaruhi kebutuhan informasi. Selain sumber informasi seperti perpustakaan keliling, taman baca masyarakat berada di wilayah-wilayah strategis seperti di lingkungan Sekolah, Balai Desa tempat masyarakat sering berkunjung atau menjadi tujuan masyarakat, permasalahan yang dihadapi masyarakat sekitar hutan juga hampir sama, yakni berkaitan dengan permasalahan sehari-hari dan pekerjaan. Peneliti tidak menemukan jawaban lain dari pertanyaan-pertanyan yang diajukan seputar kebutuhan informasi. Baik masyarakat itu tinggal di lokasi yang strategis, dekat dengan pusat pemerintahan desa, sekolah, pariwisata maupun jalan raya tidak terdapat perbedaan dari informasi yang dibutuhkan dan permasalahan yang dihadapi. Hal ini menyimpulkan bahwa lingkungan tempat tinggal tidak mempengaruhi informasi yang dibutuhkan masyarakat Desa Hutan Kabupaten Pekalongan.
5.11 Kendala Pemenuhan kebutuhan informasi bagi masyarakat Desa Hutan tentu akan mendapatkan beberapa hambatan atau kendala. Seperti rendahnya kualitas SDM disertai dengan kurangnya kemauan atau inisiatif masyarakat Desa Hutan menjadikan mereka kurang mampu mengakses informasi yang mereka butuhkan. Sebagai contoh, hasil wawancara yang dilakukan oleh informan yang bernama Turijo, dia mengatakan “Tidak ada sebenarnya, disini Taman Baca Masyarakat juga sudah ada. Lagi-lagi hanya masalah SDM petani hutan itu masih rendah dan kemauannya kurang.” Dari pernyataan tersebut
69
justru semakin menegaskan, seharusnya tidak ada kendala serius yang dihadapi, karena ditengah-tengah mereka sudah ada sumber informasi seperti Taman Bacaan Masyarakat (TBM), hanya saja masalah SDM petani hutan yang masih kurang. Beberapa kendala lain yang dikemukakan oleh masyarakat Desa Hutan dalam memenuhi kebutuhan informasinya yakni kurangnya waktu bagi masyarakat untuk mencari informasi ataupun membaca. Seperti yang disampaikan informan bernama wahidi dari hasil wawancara, dia mengatakan “Tidak sempatnya itu, petani hutan biasanya pekerjaannya banyak tapi penghasilan sangat jarang sekali.” Banyak menghabiskan waktu bekerja di hutan, ditambah dengan banyaknya pekerjaan tambahan yang dilakukan para petani hutan, menghambat masyarakat dapat meluangkan waktu untuk membaca atau berkunjung ke perpustakaan keliling demi memenuhi kebutuhan informasinya. Jadwal kunjungan perpustakaan keliling yang tidak diketahui secara jelas atau tanpa diinformasikan kepada masyarakat, sumber informasi yang jauh dari tempat tinggal mereka, serta kebingungan yang dialami kerena pemikiran masyarakat Desa Hutan belum mampu memahami bahasa yang digunakan dalam sumber informasi terekam menjadi kendala lain dalam pemenuhan kebutuhan infomasi. Selain itu, ketersediaan informasi dalam bentuk dan subyek yang dibutuhkan belum terpenuhi. Hal ini karena Taman Baca Masyarakat yang ada dilingkungan Desa Hutan lebih banyak memberikan koleksi untuk anak-anak, dan tidak ada penambahan koleksi. Sehingga
70
masyarakat merasa sulit dan tidak mampu mencari sendiri informasi yang dibutuhkan. Aspek biaya juga menjadi kendala dalam pemenuhan kebutuhan informasi masyarakat Desa Hutan. Beberapa penjelasan tersebut mengantarkan pada kesimpulan bahwa hambatan atau kendala yang dihadapi masyarakat Desa Hutan dalam memenuhi kebutuhan informasi mereka antara lain: rendahnya SDM dan kurangnya kemampuan masyarakat, keterbatasan masyarakat akan waktu dan biaya untuk mengakses informasi, belum terpenuhinya informasi yang dibutuhkan baik subyek maupun bentuknya, ketidaktahuan jadwal kunjungan perpustakaan keliling, sumber informasi yang jauh lokasinya dan pemikiran yang belum mampu menjangkau bahasa sumber informasi terekam.
71
BAB VI PENUTUP
6.1. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis tentang kebutuhan informasi masyarakat Desa Hutan kabupaten Pekalongan yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan bahwa terdapat dua kondisi utama yang melatarbelakangi kebutuhan informasi masyarakat, yaitu kesejahteraan masyarakat yang perlu ditingkatkan dan SDM Desa Hutan yang masih rendah. Sehingga diketahui kebutuhan informasi masyarakat secara rinci sebagai berikut: 1. Subyek kebutuhan informasi Masyarakat Desa Hutan dibagi menjadi 3 kelompok. Pertama, informasi yang berkaitan dengan kebutuhan peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat, seperti: informasi tentang usaha, lowongan pekerjaan, perkembangan harga hasil komoditas hutan, program pemberdayaan masyarakat (pemberian modal), budidaya di bidang pertanian, perkebunan, dan kehutanan maupun peternakan. Kedua, informasi yang berkaitan dengan permasalahan pekerjaan maupun kebutuhan hidup setiap hari (keselamatan kerja, kebijakan dalam pertanian maupun kehutanan dan sistim pengelolaan sumber air bersih atau sistim irigasi). Ketiga, informasi yang menjadi hobby atau minat masyarakat, seperti kesehatan, tanaman obat, olahraga dan tentang agama (Islam). 71
72
2. Sumber informasi masyarakat Desa Hutan di Kabupaten Pekalongan masih
mengandalkan
masyarakat
lingkungan
sekitarnya
untuk
memperoleh informasi. Sedikit sekali yang memanfaatkan informasi terekam seperti buku dan majalah, maupun perpustakaan dan taman baca masyarakat. 3. Jenis informasi lisan masih mendominasi kebutuhan masyarakat Desa Hutan kabupaten Pekalongan. Sebagian menganggap jenis informasi terekam penting, tetapi tidak mampu mendapatkan informasi yang dibutuhkan dari sumber terekam, sehingga tidak membutuhkannya. Hanya sedikit dari masyarakat yang membutuhkan informasi terekam. 4. Bentuk informasi yang dibutuhkan masyarakat Desa Hutan kabupaten Pekalongan yaitu bentuk informasi tercetak seperti buku panduan, buku bacaan dan majalah serta sosialisasi atau pemberitahuan langsung hanya bagi yang mengalami kesulitan untuk memahami informasi terekam. 5. Kegunaan informasi bagi masyarakat Desa Hutan kabupaten Pekalongan untuk dipraktikkan atau diterapkan bagi diri sendiri (meningkatkan produksi hasil, memenuhi kebutuhan juga untuk menambah wawasan), dan untuk solusi atas permasalahan. 6. Informasi bagi masyarakat Desa Hutan bermanfaat untuk memperoleh hal-hal positif, semangat dalam bekerja, memudahkan aktivitas setiap hari, tercukupinya kebutuhan dan menambah wawasan. 7. Tujuan penggunaan informasi bagi masyarakat Desa Hutan kabupaten pekalongan untuk peningkatan kesejahteraan hidup, dari peningkatan
73
pendapatan, meningkatkan produksi dan kualitas hasil pekerjaan mereka sebagai petani hutan, serta solusi pemasalahan untuk memudahkan dan memberkan kehidupan menjadi lebih terjamin. Kebutuhan informasi tersebut dipengaruhi oleh tingkat pendidikan seseorang terutama dari segi subyek, jenis dan bentuk informasi serta kesadaran akan pentingnya sumber informasi bagi masyarakat di sekitar hutan. Sedangkan Lingkungan tempat tinggal tidak mempengaruhi kebutuhan informasi masyarakat Desa Hutan. Kendala yang dihadapi masyarakat Desa Hutan kabupaten Pekalongan dalam memenuhi kebutuhan informasi antara lain: rendahnya SDM dan kemampuan mengakses informasi karena keterbatasan waktu dan biaya, belum terpenuhinya informasi yang dibutuhkan baik subyek maupun bentuknya, lokasi sumber informasi yang jauh dan ketidaktahuan jadwal kunjungan perpustakaan keliling, dan kesulitan menjangkau bahasa informasi terekam.
6.2. Saran Berdasarkan simpulan di atas, maka peneliti mengajukan beberapa saran yang dapat direkomendasikan untuk perbaikan dalam pemenuhan kebutuhan informasi masyarakat Desa Hutan Kabupaten Pekalongan sebagai berikut: 1. Perpustakaan Umum Kabupaten Pekalongan melalui perpustakaan keliling selain memberikan layanan baca dan sirkulasi kepada masyarakat, sebaiknya juga menjalin kerjasama dengan pihak desa atau taman baca
74
masyarakat setempat untuk mengadakan pendidikan pemakai tingkat dasar dalam rangka meningkatkan kemampuan dan motivasi masyarakat Desa Hutan agar mengakses informasi dan memanfaatkan perpustakaan sebagai sumber informasi. 2. Memaksimalkan fungsi Taman Baca Masyarakat (TBM) di sekitar wilayah Desa Hutan sebagai solusi sumber informasi bagi masyarakat dengan memaksimalkan layanan dan penyediaan koleksi yang dibutuhkan. 3. Penelitian ini merupakan kegiatan penelitian pertama dan hanya fokus terhadap kebutuhan informasi, sehingga sangat diperlukan penelitian lanjutan terutama dalam hal perilaku pencarian informasi dan kajian terhadap ketersediaan informasi bagi masyarakat Desa Hutan Kabupaten Pekalongan.
75
DAFTAR PUSTAKA
Aedi, Nur. 2010. “Pengolahan dan Analisis Data Hasil Penelitian. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia”. http://file.upi.edu/ Direktori/ DUAL-MODES/PENELITIAN_PENDIDIKAN/BBM_8.pdf [20 Juni 2013] Alfitri. 2005. “Model Perhutanan Sosial Berbasis Partisipasi Masyarakat Pada Program Konservasi Hutan Tanaman Nasional Kerinci Seblat (TNKS)”. Indonesian Journal for SUSTAINABLE FUTURE, 1(2), Desember 29-42. Awang, San Afri dkk. 2008. Panduan Pemberdayaan Lembaga Masyarakat ‘Desa Hutan’ (LMDH). Yogyakarta: Fakultas Kehutanan UGM. Baruchson-Arbib, Shifra, dkk. 2006. “Community Information Needs of the Urban Population in Israel”. LIBRI: international Journal of Libraries and Information Servces, Vol. 56. http://www.librijournal.org/ [ 7 Maret 2013] Case, Donald O. 2002. Looking For Information: A Survey of Research on information Seeking, Needs, and Behavior. California: Academic Press. Kartika, Widyana Dewi. 2012. “Kebutuhan dan perilaku pencarian Informasi Peneliti: Studi Kasus di Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia.” Skripsi Sarjana Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro. Semarang. Kementerian Kehutanan. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.49/MenhutII/2008 tentang Hutan Desa.2008.(Jakarta: Biro Hukum dan Organisasi) Laloo, Bikika Tariang. 2002. Information Needs, Information Seeking Behaviour and Users. New Delhi: Ess Ess Publications Leach, Athol. 1999. “The Provision of Information to Adults in Rural KwaZuluNatal, South Africa, by Non-Govermental Organizations”. LIBRI: international Journal of Libraries and Information Servces, 49. http://www.librijournal.org/ [ 7 Maret 2013] Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi).Bandung: Remaja Rosdakarya
75
76
Murniatmo, Gatut, dkk. 1997. Dampak Globalisasi Informasi Terhadap Kehidupan Sosial budaya masyarakat di daerah istimewa Yogyakarta. Jakarta: Proyek pengkajian BNP Mustofa, Moh. Solehatul. 2011. “Perilaku Masyarakat Desa Hutan dalam Memanfaatkan Lahan dibawah Tegakan”. JURNAL KOMUNITAS: http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/komunitas, 3(1), (2011) I-II. Paguyuban LMDH. “Pusat Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa hutan (P3MDH)”. Rev. 25 April 2011 http://paguyubanlmdh.blogspot.com /2011/04/pusat-pendidikan-dan-pemberdayaan.html [ 19 September 2012] Pendit, Putu Laxman. 2008. “Informasi: Dibutuhkan, Diinginkan, Diperlukan”. http://iperpin.wordpress.com/2008/10/11/informasi-dibutuhkan-diinginkandiperlukan/?blogsub=confirming#subscribe-blog [ 9 Oktober 2012] Sandjaja, B. dan Albertus Heriyanto. 2006. Panduan Penelitian. Jakarta: Prestasi Pustakarya. Sasmita, Hernada Argha. 2012. ”Alur komunikasi Organisasi di UPT Perpustkaan Universitas Katolik Soegijapranata Semarang,” Skripsi Sarjana Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro. Semarang. Sulistyo-Basuki. 1992. Teknik dan Jasa Dokumentasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama . 2004. Pengantar Dokumentasi. Bandung: Rekayasa Sains . 2006.Metode Penelitian. Jakarta: Werdatama Widya Sastra
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian R&D.Bandung: Alfabeta.
Kuantitatif
dan
Kualitatif,
dan
Suwanto, Sri Ati. 1997. “Kebutuhan dan Perilaku Pencarian Informasi Dosen Fakultas Kedokteran UNDIP dan UNISSULA Semarang”. Tesis Magister Universitas Indonesia. Tugirin. 2012. “Kebutuhan dan Pencarian Informasi oleh Mahasiswa yang Menjadi Anggota Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Undip.” Skripsi Sarjana Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro. Semarang.
77
Widyawan, Rosa. 2011. ‘Sumber Informasi referensi.’ http://irsreference.blogspot.com/2011/10/sumber-informasi-referensi.html [ 3 Mei 2013] Wollenberg, eva; dkk. “Why are forest areas relevant to reducing proverty in Indonesia.” Governance Brief: forest and Governance program, Desember 2004: 1-4. Wulandari, Florentina Ratih. 2007. Materi Pokok Dasar-dasar Informasi. Jakarta: Universitas Terbuka. Yusop, Nor Iadah, dkk. 2013. “Information Needs of Rural Communities”. The Journal of Community Informatics. 9 (1) Error! Hyperlink reference not valid. [19 April 2013]. Yusup, Pawid M. 2010. Teori & Praktik Penelusuran Informasi: Information retrieval.Jakarta: Kencana Prenada media Group Zulaifah, Siti. 2006. “Pemanfaatan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat untuk Pengembangan Kawasan hutan Regaloh di Kabupaten Pati Jawa Tengah.”Tesis Magister, Universitas Diponegoro. Semarang.
LAMPIRAN 1 Kisi-Kisi Wawaancara Beberapa pertanyaan diajukan ke informan merupakan pengembangan dari kisi-kisi wawancara berikut: 1. Pentingnya informasi bagi Maasyarakat Desa Hutan. 2. Informasi yang dibutuhkan (subyek). 3. Kegunaan informasi yang dibutuhkan. 4. Sumber mendapat informasi. 5. Jenis dan bentuk informasi yang diperoleh. 6. Informasi lain yang dibutuhkan. 7. Manfaat yang diperoleh setelah mendapat informasi. 8. Tujuan pemanfaatan informasi. 9. Terpenuhi atau tidak informasi-informasi yang diperlukan. 10. Kendala memperoleh informasi yang dibutuhkan. 11. Latar belakang pendidikan yang pernah ditempuh. 12. Kondisi lingkungan tempat tinggal.
78
LAMPIRAN 2 Profil Informan Beberapa informan yang terlibat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: No.
Nama
Tingkat Pendidikan
Tanggal Diwawancara
1.
Turijo
Paket C
3 Juni 2013
2.
Basuki
SMA
3 Juni 2013
3.
Sunarto
SD
4 Juni 2013
4.
Datu
SD
7 juni 2013
5.
Caridi
SD
7 Juni 2013
6.
Siswoyo
SD
7 Juni 2013
7.
Karim
SD
7 Juni 2013
8.
Yatim
SD
7 Juni 2013
9.
Caslani
SD
13 Juni 2013
10.
Slamet
SD
13 Agustus 2013
11.
Wahidi
SD
13 Agustus 2013
Seluruh informan tersebut merupakan anggota LMDH atau yang lebih dikenal sebagai anggota penyadap dan petani yang menanam pada lahan perhutani.
79
LAMPIRAN 3 Hasil Reduksi Data Hasil Wawancara Kepada Informan 1.
Latarbelakang Kebutuhan Informasi
Pertanyaan
Informan
Jawaban
Analisis
Mengapa informasi sangat penting bagi anda dan masyarakat?
Turijo
informasi itu diperlukan untuk meningkatakan kesejahteraan, seperti saya, dirumah baru lima tahun, dulu merantau di Jakarta. Dirumah itu jadi pingin tahu pekerjaan apa yang bisa menghidupi keluarga dan tidak perlu balik ke Jakarta lagi. Disini kalau rajin sebenarnya jadi penyadap bisa berhasil karena kerjanya hanya setengah hari, kalau siang sudah dirumah, santai dan bisa untuk kerja yang lain. Kalau masyarakat disini lagi-lagi karena SDMnya. Yang jelas informasi itu untuk meningkatkan kesejahteraan, biar lebih maju. Masyarakat disini rata-rata Penyadap, bekerja dihutan dan banyak resikonya.kalau disini yang lanjut usia, sakit atau meninggal seharusnya dapat santunan, ternyata tidak ada apa-apa. Padahal sudah ada undang-undangnya, semacam jamsostek atau sejenisnya seharusnya ada, tapi katanya sudah diusulkan ke pusat tetap saja. Kalau ingin mengusulkan harus kemana tidak tahu. Makanya informasi itu sangat penting bagi masyarakat, informasi yang terkait itu sangat diperlukan. Ya untuk meningkatkan kesejahteraan. Ya kalau tau informasi kan pendapatan bisa bertambah Informasi itu dapat mempermudah masyarakat, dari persoalan yang dihadapi keluarga atau pekerjaan. Informasi itu penting, apalagi kita sebagai penyadap, saat ini semua harga naik, sehingga butuh tambahan untuk mencukupi
Kebutuhan informasi dilatarbelakangi karena kondisi masyarakat yang menginginkan peningkatan kesejahteraan dan kondisi rendahnya kualitas SDM masyarakat. Kondisi yang menginginkan peningkatan kesejahteraan karena kebutuhan masyarakat akan peningkatan pendapatan, hasil produksi getah, kehidupan yang lebih maju, lowongan pekerjaan tambahan, banyaknya kelompok/ komunitas dalam pekerjaan yang digunakan untuk berbagi informasi, Sedangkan rendahnya SDM karena kebutuhan akan kemudahan atas persoalan yang dihadapi termasuk ketidakmampuandalam mengakses kebijakan yang ditujukan untuk mereka.
Basuki
Sunarto
Datu Caridi Siswoyo
Karim
80
kebutuhan. Yatin
Caslani
Slamet
Wahidi
2.
Informasi itu penting karena kesejahteraan masyarakat yang masih sangat rendah. Perlu ada peningkatan. Butuh peningkatan hasil getah berkualitas dan karena tidak adanya jamian yang pasti bagi keselamatan warga Informasi sangat diperlukan bagi masyarakat karena SDMnya masih rendah, selain itu ya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Disini banyak komunitas-komunitas karena banyak sampingan dan program bantuan untuk petani hutan.jadi ada kelompok tenak, kelompok tani, petani kopi dsb. Kegiatan warga itu untuk berbagi informasi sehingga informasi sebenarnya sangat dibutuhkan Ya informasi bagi penyadap itu penting, penyadap itu kan sama saja seperti petani. Kesejahteraannya tidak menentu, SDM masyarkatnya rendah. Punya pekerjaan banyak tapi hasilnya jarang, perlu informasi dari mana saja.
Subyek Informasi
Pertanyaan
Informan
Jawaban
Analisis
Informasi yang paling dibutuhkan itu tentang apa saja?
Turijo
Inginnya kalau ada informasi apapun ya langsung disampaikan, ya tentang usaha, atau misalnya ada program apa, saya ingin tahu, mungkin yang belum saya tahu. Kalau bisa program yang ada kaitannya dengan lowongan pekerjaan, untuk meningkatkan kesejahteraan. Warga disini kebanyakan butuh informasi tentang peningkatan ekonomi keluarga, kalau saya sering beli buku biasanya tentang dunia islam, koleksi saya kebanyakan majalah Ummi, Tarbawi, Hidayah dan yang terbaru “7 Keajaiban Rezeki”. Kalau ekonomi relatif, sedangkan
Informasi yang dibutuhkan masyarakat desa hutan sangat beragam, secara umum dibutuhkan subyek yang berkaitan tentangkegiatan peningkatan kesejahteraan, misalnya: usaha (interpreneur)peningkatanekonomi keluarga, lowongan pekerjaan, budidaya di bidang pertanian, perkebunan maupun ternak (budidaya ikan, budidaya kopi) termasuk cara mengkawinkan tanaman dan memperoleh hasil yang unggul dan perkembangan harga hasil komoditas hutan (getah). Kemudian, subyek yang berkaitan dengan kebijakan yang ditujukan pada masyarakat desa hutan baik dari pemerintah
81
Basuki
Sunarto
Datu
Caridi Siswoyo
Karim
Yatin
Caslani
Slamet
tentang islam saya membutuhkan. Tentang tanaman obat dan juga informasi pekerjaan yang dapat meningkatkan kesejahteraan. Selain itusaya juga suka olah raga, informasi tentang itu menurutsaya juga penting, pokonya yang memberikan manfaat untuk kesehatan. Tentang keselamatan kerja karena anggota penyadap belum ada jaminan keselamatan dan kesehatan, selain itu juga tentang pertanian. Kalau orang sini kehidupan sehari-hari sudah ada beras tidak memperhatikan yang lainnya, masalah kesehatan juga diperlukan, karena jaminan keselamatan dan bantuan dari pemerintah tidak merata. Ya tentang ekonomi, biasanya untuk program pemberian modal atau bantuan yang butuh kesepakatan warga, juga tentang pertanian karena saya merawat pertanian. Ya yang butuh itu informasi tentang harga getah saja Informasi tentang masalah yang sedang dihadapi dalam pekerjaan dan keluarga, kalau saat ini karena kondisi sulit air, ya butuh informasi bagaimana cara menambah sumber air bersih untuk daerah dataran tinggi seperti disini. Tentang pertanian, bagaimana cara mengatasi penyakit tanaman. Yang dibutuhkan informasi tentang meminta hak fasilitas alat kerja yang memadai dari perhutani, harga getah dan cara pembibitan dan kesepakatan. Tentang keselamatan kerja, jaminan ketika sakit misalnya, itu yang paling vital menurut saya, juga informasi yang menunjang perekonomian masyarakat Kalau disini yang belum pernah ada itu tentang perikanan, cara budidaya perikanan dengan terpal. Karena kalau buat kolam asli itu butuh modal banyak. Jadi
82
maupun instansi tempat mereka bekerja (perhutani). Misalnya: masalah fasilitas kerja, keselamatan kerja dan bantuan program pemberdayaan masyarakat. Sedangkan dibidang lain yaitu: dunia islam, tanaman obat, kesehatan, olaahraga, sistim irigasi atau tata kelola air.
Wahidi
3.
informasi ternak ikan yang mudah itu caranya bagaimana. Selain itu yang saat ini juga dibutuhkan tentang budidaya kopi, seperti bagaimana cara mengkawinkan tanaman kopi sehingga dihasilkan biji kopi yang unggul. Ya kalau saya pribadi selain tentang budidaya kopi, kalau bisa ada informasi sistem irigasi, tata kelola air agar penggunaan dari sumber air itu merata atau secara bergilir. Butuh pengaturan tentang itu. Sehingga tidak ada krisis lagi
Sumber Informasi
Pertanyaan
Informan
Jawaban
Analisis
Darimana Sumber untuk mendapatkan informasi?
Turijo
Informasi yang sering diterima masyarakat adalah pemberitahuan langsung, baik dari masyarakat desa maupun dari pihakpihak yang berkaitan dengan kegiatan mereka baik dibidang pekerjaan maupun kehidupan sehari-hari. Seperti dari pak RT, pak mandor (perhutani) dan perangkat desa. Hanya berberapa yang mencari informasi dari sumber terekam seperti buku bacaan, majalah, dan buku panduan. Karena merasa kesulitan ketika dari sumber terekam.
Datu
Kalau saya belajar menjadi penyadap, dari orang tua, ikut ke hutan dan dengan melihat saja sudah bisa. Kalau informasi program-program biasanya dari LMDH kalau tidak ya dari teman (misalnya info tentang paket C), terus dari radio, dari desa yang sifatnya hanya menginformasikan saja disini juga ada perkumpulan warga dari pertemuan rutin, informasi itu biasanya disampaikan. Kalau saya kadang beli buku sendiri, saya sudah punya buku banyak, ya kebanyakan majalah. Tapi kadang dari guru SMP atau SD menyampaikan informasi kepada masyarakat yang ditemuinya. Pinjem buku di perpustakaan keliling. Kadang ya pinjam ke istri saya, karena istri saya yang meminjam di perpustakaan keliling. Dari perhutani, pak mandor, pak mantri dsb. kalau dari buku susah untuk memperoleh informasi langsung Dari tetangga, dari perhutani.
Caridi
Dari mandor setiap setoran.
Siswoyo
Dari mulut ke mulut.
Basuki
Sunarto
83
Karim
Diberi tahu tetangga
Yatin
Dari perhutani langsung, atau dari pak rt. Dari perhutani, dari pak mandor, sama paling dari tetangga. Ya dari ketua kelompoknya masing-masing. Bisa Kadus bisa juga warga biasa. Tapi kalau yang diberi ilmunya dipakai sendiri ya masyarakat jadi bunting, tidak ada yang bisa di gugu. Saya tidak bisa mencari informasi itu sendiri, kalau dari TV hanya selingan dan tidak setiap hari. Dari para kaur, perangkat desa dan dari kelompok, serta langsung dari pak mandor
Caslani Slamet
Wahidi
4.
Jenis Informasi
Pertanyaan
Informan
Jawaban
Analisis
Jenis informasi yang dibutuhkan?
Turijo
Ya informasinya disampaikan secara langsung, secara lisan, kalau istilah jawanya ‘gethok tular’ atau dari mulut ke mulut. Kadang dari buku, tetapi saya baca masih bingung, perlu sering diulang. Pamikiran saya mungkin belum sampai. Bahasanya terlalu berat. Dari buku yang selama ini biasa saya gunakan, kalau yang berhubungan dengan pekerjaan sebagai penyadap paling dari pak mandor. Kalau dari buku itu tidak bisa untuk mencari informasi langsung, saya butuhnya langsung informasi secara lisan,. Langsung sepeti sosialisasi atau penyuluhan. Sebenarnya buku panduan itu penting, tapi tidak terlalu dibutuhkan, lebih baik bimbingan langsung Lisan
Sebagian besar masyarakat desa hutan masih membutuhkan jenis informasi lisan, mereka masih merasa kesulitan untuk memperoleh infomasi dari sumber terekam khususnya terkait subyek yang mereka butuhkan. Mereka membutuhkan penjelasan secara langsung dan melihat secara langsung penerapannya. Hanya sebagian kecil yang membutuhkan informasi terekam.
Basuki
Sunarto
Datu
Caridi Siswoyo Karim Yatin Caslani
Pemberitahuan secara lisan Lisan
atau
langsung
Lisan dari pak RT, buku penting tapi tidak terlalu butuh Dari perhutani, secara langsung
84
Slamet
Wahidi
5.
Diberikan ilmunya secara langsung, kemudian dipraktikkan dan dibimbing sampai panen. Ibaratnya misalkan member bibit ya ada yang mengajari cara menanam sampai panen, jadi masyarakat itu mengerti ilmunya kalau belum tahu ilmua kemudian ada bantuan bibit kemudian terserah yang penting sudah ditanam ya percuma, padahal masyarakat disini tidak pernah tahu tentang cara mengawinkan, ada batasan usia, ya susah. Disini butuh penyuluhan lebih detail, ya jenis informasi yang disampaikan secara langsung.
Bentuk Informasi Pertanyaan
Informan
Jawaban
Analisis
Bentuk informasi seperti apa yang anda butuhkan?
Turijo
Orang sini itu tidak mau membaca, anak-anak justru yang suka meminjam buku saya. Paling saya cari informasi dari buku bacaan dan majalah. Buku bacaan.
Sebagian masyarakat desa hutan membutuhkan informasi berbentuk tercetak. Bentuk informasi tercetak yang dibutuhkan antara lain informasi bersifat praktis, seperti buku panduan. Ada pula yang membutuhkan informasi tercetak lainnya seperti buku bacaan dan majalah. Sedangkan sebagian masyarakat lainnya menganggap informasi tercetak susah untuk memperoleh informasi, sehingga mereka lebih membutuhkan sosialisasi atau penyuluhan untuk memenuhi kebutuhan informasi mereka. Mereka merasa susah dan kurang cepat memperoleh infomasi dari sumber tercetak, hanya anak-anak sekolah
Basuki Sunarto
Datu
Caridi Siswoyo
Karim
Yatin Caslani
Kalau buku-buku itu tidak bisa untuk mencari informasi saya butuhnya langsung seperti sosialisasi. Sosialisasi ya dibutuhkan, kalau informasi dari buku biasanya anak-anak, kalau orang tua sudah susah Kabar langsung, setiap setoran dapat info dari pak mandor Kalau dari buku tidak begitu dibutuhkan, susah untuk orang tua. Sudah tua jadi sudah susah untuk mendapatkan informasi, kalau gak diberi tahu. Kalau untuk buku, penting tapi tidak terlalu butuh. kalau dari buku itu ya sudah susah. dari pada baca, lihat berita TV lebih cepet informasinya, kalau untuk yang
85
Slamet
Wahidi
6.
sudah berkeluarga untuk ilmu pengetahuan kurang berminat. Kalau informasi langsung bisa cepet lupa,makanya harus dibekali buku panduan, tapi kalau disini belum ada. Di daerah lain mungkin sudah ada paling kita hanya bisa lihat, kalau dipinjam untuk dibawa pulang pasti tidak boleh. Buku panduan itu penting berhubung tidak ada ya kita butuh melihat langsung untuk tahu ilmunya. Yang dibutuhkan itu penyuluhan lebih detail, setelah itu diberi buku panduan, tapi sayangnya jarang ada penyuluhan apalagi buku panduan.
yang mereka anggap membutuhkan buku.
Kegunaan Informasi
Pertanyaan
Informan
Jawaban
Analisis
Informasi yang dibutuhkan tersebut rencananya akan digunakan untuk apa saja?
Turijo
Datu
Ya, informasi itu saya gunakan misalnya saya amalkan pada yang lain, ya bisa saya sampaikan ke keluarga. Misalnya begini, saya bekerja jadi penyadap saya berharap anak saya tidak jadi penyadap seperti bapaknya, karena penyadap itu pekerjaan kasar. Hanya sekedar informasi saja, untuk menambah wawasan. Untuk solusi permasalahan tiap muasyawarah anggota masyarakat dan untuk dimanfaatkan Untuk peningkatan produksi hasil
Caridi
Untuk menambah wawasan
Siswoyo
Solusi dari permasalahan yang dihadapi
Karim
Ya untuk dipraktikkan
Penggunaan informasi bagi masyarakat desa hutan lebih cenderung untuk dipraktikkan secara langsung. Baik dipraktikan untuk meningkatkan produksi hasil maupunmemenuhi kebutuhan dalam bekerja. Selain itu, informasi dapat digunakan sebagai solusi untuk permasalahan yang dihadapi atau sekedar untuk menambah wawasan saja.
Yatin
Misal informasi kebijakan bantuan ya dapat memenuhi apa yang dibutuhkan dalam bekerja. Untuk mendapatkan jaminan pasti atas ketidakjelasan dalam masalah kerja. Menambah wawasan Kalau sudah menyerap ilmunya ya untuk dipraktikan.yang saya lihat itu memang hasil panennya bagus, memuaskan. Tiap orang bisa sampai 15 juta, itu yang kelompoknya sudah berjalan. Jadi
Basuki Sunarto
Caslani
Slamet
86
penghasilannya lumayan. Wahidi
7.
Untuk dipraktikan supaya tidak mudah lupa.
Manfaat Penggunaan Informasi
Pertanyaan
Informan
Jawaban
Analisis
Apa manfaat yang diperoleh dalam mengguna kan informasi tersebut?
Turijo
Dari buku itu biasanya ada sisi negative dan sisi positifnya, jadi saya tahu mana yang baik dan mana yang tidak, kalau yang baik ya bisa saya praktikkan atau saya terapkan. Wawasan menjadi bertambah, tau cara bekerja yang baik, dan informasi seharihari agar tetap sehat. Untuk meringankan beban yang dirasa sulit, kalau informasi bisa cepat diterima itu sangat memudahkan. Peningkatan ekonomi dan pendapatan, tercukupi kebutuhan keluarga. Kalau tahu informasinya dapat menambahsemangat dalam bekerja Aktivitas sehari-hari menjadi mudah, karena tahu solusinya Dengan mengetahui ilmunya produksi tanaman memuaskan sehingga pendapatan akan meningkat. Beban kerja semakin ringan dengan tunjangan fasilitas kerja, sehingga tidak perlu mengurangi pendapatan yang sedikit untuk membeli peralatan sendiri. Mengetahui perkembangan berita setiapharinya terutama di luar lingkungannya, mengetahui cara memproduksi getah berkualitas. Kalau tahu cara menghasilkan getah banyak ya, bisa mencukupi tidak hanya kebutuhan sehari-hari tetapi juga kebutuhan besar lain. Dapat menunjang perekonomian dan bisa memperoleh hasil pertanian kualitas unggul
penggunaan informasi bagi masyarakat desa hutan bermanfaat untuk mengambil hal-hal positif, dapat bekerja dengan baik, memudahkan setiap beban maupun persoalan dan tercukupinya kebutuhan atau menunjang perekonomian. Selain itu, penggunaan informasi bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan bahkan dapat menambah semangat dalam bekerja.
Basuki
Sunarto
Datu Caridi Siswoyo Karim
Yatin
Caslani
Slamet
Wahidi
8.
Tujuan Penggunaan Informasi
Pertanyaan
Informan
Jawaban
Analisis
Apa tujuan anda untuk memanfaat kan
Turijo
Ya harapannya kalau saya mengetahui informasinya kemudian saya tahu mana yang baik mana yang tidak, yang baik saya amalkan ke keluarga kemudian bisa
Masyarakat desa hutan dalam menggunakan dan memanfaatkan informasi secara umum
87
informasi tersebut?
Basuki Sunarto
Datu Caridi Siswoyo
Karim
Yatin Caslani Slamet Wahidi
9.
meningkatkan kesejahteraan ya semoga anak saya bisa sekolah tinggi dan bisa bekerja dibidang kesehatan, anak saya perempuan masih kecil saya ingin dia jadi bidan, karena disini belum ada. Saya membutuhkan informasi untuk meningkatkan kesejahteraan, juga tentang agama karena saya ingin mencari rejeki yang halal. Untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga. Agar kebijakan dari dinas terkait mampu diakses dan dipahami oleh masyarakat. Sehingga masyarakat terjamin kehidupannya. Peninggkatan perekonomian, khususnya pertanian. Untuk meningkatkan hasil sadapan sehingga penghasilan juga bertambah. Agar tidak ada lagi krisis air sehingga aktivitas sehari-hari menjadi lancar, kehidupan juga menjadi tenang. Mengetahui cara mengatasi penyakit tanaman. Sehingga ada peningkatkan produksi Beban kerja berkurang dan memaksimalkan hasil kerja. Untuk Meningkatkan perekonomian keluarga Dapat menghasilkan getah kualitas tinggi sehingga meningkatkan perekonomian dibidang perairan/ irigasi dilingkungan semakin lancar, agar tidak ada krisis air lagi.
bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan hidup mereka, mulai dari peningkatan pendapatan, meningkatkan kualitas getah yang diproduksi, dan mampu mengatasi masalah penyakit tanaman yang kesemuanya ditujukan untuk meningkatkan perekonomian mereka. Selain itu masyarakat menggunaan informasi untuk menemukan solusi sehingga tidak ada lagi permasalahan yang sama. dengan maksud untuk memudahkan dan memberikan kehidupan lebih terjamin.
Kendala
Pertanyaan
Informan
Jawaban
Analisis
Kendala apa saja yang dihadapi dalam mengakses informasi yang dibutuhkan?
Turijo
Tidak ada sebenarnya, disini Taman Baca Masyarakat juga sudah ada. Lagilagi hanya masalah SDM petani hutan itu masih rendah dan kemauannya kurang. Kendala saya hanya kurang waktu saja untuk mencari ilmu lebih banyak, karena kan penyadap itu menghabiskan waktunya banyak di hutan Belum terpenuhi informasinya. Orangorang disini rata-rata penyadap, kalau kerja banyak dihutan banyak resiko sehingga kurang terjamin keselamatannya, selain itu juga masalah biaya.
Rendahnya kualitas SDM disertai dengan kurangnya kemauan atau inisiatif warga menjadikan mereka kurang mampu mengakses informasi yang mereka butuhkan. Kendala yang ditemukan antara lain: kesibukan, faktor biaya, sumber informasi yang jauh serta ketersediaan informasi yang dibutuhkan belum ada ditambah dengan
Basuki
Sunarto
88
Datu
Kesibukan dan kemauan yang kurang.
Caridi
Biaya tidak ada.
Siswoyo Karim
Sumber informasi jauh, dan sibuk bekerja. Bingung dan tidak tahu
Yatin
Sibuk bekerja
Caslani
Pikirannya berbeda pandangan, sibuk bekerja. Tidak mampu mencari sendiri, bingung, Tidak sempatnya itu, petani hutan biasanya pekerjaannya banyak tapi penghasilan sangat jarang sekali.
Slamet Wahidi
89
kemauan yang kurang sehinggamenjadikan mereka bingung dan kesulitan dalam menjangkau bahasa informasi terekam yang pada akhirnya menjadikan masyarakat merasa tidak mampu mencari sendiri informasi yang diperlukan.
LAMPIRAN 4 Dokumentasi Kegiatan dan Kondisi Lingkungan Masyarakat Desa Hutan Kabupaten Pekalongan
Gambar 1 Penyetoran Getah Pohon Pinus (03 Juli 2013)
Gambar 3.Sekretariatan Paguyuban LMDH KPH Pekalongan Timur ( 04 Juli 2013)
Gambar 2.Menimbang Getah Hasil Penyadapan (03 Juli 2013)
Gambar 4. TBM ‘Jendela Dunia’ di LMDH Wonoasri ( 04 Juli 2013)
90
Gambar 5.Koleksi TBM ‘Jendela Dunia’ (04 Juli 2013)
Gambar 7.Pengumpulan Getah ( 13 Agustus 2013 )
Gambar 6. Kegiatan di Tempat Pengumpulan Getah ( 13 Agustus 2013)
Gambar 8. Rumah Penduduk (13 Agustus 2013)
Gambar 9. Rumah Penduduk
Gambar 10. Kandang ternak salah satu warga Desa Hutan (05 Juli 2013)
(13 Agustus 2013)
91
LMDH
2 Windusari Singo Wongso Jampang Sari Wana Makmur Durian Makmur Sumber Rejeki Tlogo Mulyo Wana Mulya Wana Dadi Hutan Mulya Wana Reksa Wana Lestari Sido Makmur Sumber Rejeki Wana Bhakti Bina Karya Sido Mulyo Abdi Karya Wana Usaha Wana Lestari Among Wono Wono Lestari Wana Sari Cakra Dharma Rimba Buana Mega Rimba Argo Tirto Wana Lestari Argo Mulyo
No.
1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
LAMPIRAN 5
3 Brondong Tambaksari Pringsurat Kapundutan Rogoselo Lemahabang Gumelem Tlogopakis Jolotigo Lemahabang Gumelem Paninggaran Winduaji Winduaji Winduaji Kandangserang Paninggaran Paninggaran Sigugur Pringsurat Tambaksari Pringsurat Lebakbarang Tlogopakis Tlogopakis Tlogopakis Tlogopakis Gumelem Jolotigo
RPH 4 Kesesi Kesesi Kesesi Karanganyar Karanganyar Doro Doro Doro Doro Doro Doro Paninggaran Paninggaran Paninggaran Paninggaran Paninggaran Paninggaran Paninggaran Paninggaran Kesesi Kesesi Kesesi Karanganyar Doro Doro Doro Doro Doro Doro
BKPH 5 Windurejo Kutorojo Pringsurat Sidomulyo Lolong Kayupuring Tlogohendro Tlogopakis Mesoyi Lemahabang Yosorejo Botosari Lambanggelun Werdi Kaliboja Wangkelang Tenogo Bedagung Sukoharjo Brengkolang Tambakroto Gutomo Kutorembet Kasimpar Songgodadi Simego Curugmuncar Gumelem Jolotigo
Desa 6 Kesesi Kajen Kajen Lebakbarang Karanganyar Petungkriyono Petungkriyono Petungkriyono Talun Doro Petungkriyono Paninggaran Paninggaran Paninggaran Paninggaran Kandangserang Paninggaran Paninggaran Kandangserang Kajen Kajen Karanganyar Lebakbarang Petungkriyono Petungkriyono Petungkriyono Petungkriyono Petungkriyono Talun
Kecamatan
Data Persebaran LMDH Kabupaten Pekalongan
7 Pekalongan Pekalongan Pekalongan Pekalongan Pekalongan Pekalongan Pekalongan Pekalongan Pekalongan Pekalongan Pekalongan Pekalongan Pekalongan Pekalongan Pekalongan Pekalongan Pekalongan Pekalongan Pekalongan Pekalongan Pekalongan Pekalongan Pekalongan Pekalongan Pekalongan Pekalongan Pekalongan Pekalongan Pekalongan
Kabupaten
Luas Petak Pangkuan (Ha) 8 735,31 637,95 354,00 542,89 467,94 1.179,82 920,72 1.228,02 387,57 722,35 228,89 562,30 953,37 129,47 206,73 535,42 1.082,05 681,44 410,98 30,10 168,72 174,82 824,40 83,80 70,46 515,30 115,50 400,75 318,37
92
30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61
Wana Sari Jolotigo Sekar Wangi Jolotigo Ciwi Tali Paninggaran Argo Lestari Paninggaran Sido Makmur Paninggaran Karya Mukti Paninggaran Rimba Tani Sigugur Wana Makmur Sigugur Rowo Mas Kandangserang Wono Asri Pringsurat Rimba Mulya Brondong Wana ManunggalBrondong Sendang Lestari Brondong Wana Jaya Pakuluran Wono Rejo Kapundutan Wono Sari Kapundutan Wono Mulyo Kapundutan Argo Mulia Rogoselo Wono Bulubekti Lebakbarang Lestari Sigugur Harapan Bangsa Sigugur Suka Maju Sigugur Jaya Lestari Sigugur Ronggowarsito Sigugur Lohjinawi Sigugur Wana Bhakti Kandangserang Wonojoyo Tambaksari Rancang KenconoPakuluran Moro Dadi Lebakbarang Wono Giri Roso Kapundutan Wana Makmur Rogoselo Wono Sido Dadi Kapundutan
Doro Doro Paninggaran Paninggaran Paninggaran Paninggaran Paninggaran Paninggaran Paninggaran Kesesi Kesesi Kesesi Kesesi Karanganyar Karanganyar Karanganyar Karanganyar Karanganyar Karanganyar Paninggaran Paninggaran Paninggaran Paninggaran Paninggaran Paninggaran Paninggaran Kesesi Karanganyar Karanganyar Karanganyar Karanganyar Karanganyar
Kedungkebo Kaligawe Lumeneng Domiyang Kaliombo Winduaji Bodas Garungwiyoro Lambur Linggoasri Ujungnegoro Bukur Tajur Tembelanggunung Kapundutan Timbangsari Pamutuh Bantarkulon Lebakbarang Bojongkoneng Natagiwang Krandegan Tangerang Sawangan Bubak Luragung Kalijoyo Sidoarjo Mendolo Depok Pungangan Wonosido
Karangdadap Karangdadap Paninggaran Paninggaran Paninggaran Paninggaran Kandangserang Kandangserang Kandangserang Kajen Kesesi Bojong Kandangserang Lebakbarang Lebakbarang Lebakbarang Lebakbarang Lebakbarang Lebakbarang Kandangserang Paninggaran Paninggaran Paninggaran Paninggaran Kandangserang Kandangserang Kajen Doro Lebakbarang Lebakbarang Doro Lebakbarang
Pekalongan Pekalongan Pekalongan Pekalongan Pekalongan Pekalongan Pekalongan Pekalongan Pekalongan Pekalongan Pekalongan Pekalongan Pekalongan Pekalongan Pekalongan Pekalongan Pekalongan Pekalongan Pekalongan Pekalongan Pekalongan Pekalongan Pekalongan Pekalongan Pekalongan Pekalongan Pekalongan Pekalongan Pekalongan Pekalongan Pekalongan Pekalongan 51,80 66,10 601,70 187,50 140,00 164,69 391,20 406,50 230,70 2.380,50 673,25 92,00 178,28 978,81 472,30 181,50 395,88 272,30 1.453,20 191,70 158,00 227,50 26,30 136,20 244,11 139,10 93,40 809,64 719,92 445,80 1.025,10 296,82 28.501,24
93
94
LAMPIRAN 6 MATRIK BIMBINGAN DAN KONSULTASI PENULISAN SKRIPSI
95
96
LAMPIRAN 7
BIODATA PENULIS
Nama
: Nafsil Mutma’inah
Tempat/tanggal lahir : Pekalongan, 02 Agustus 1991 Alamat
: Pekajangan 7/61 RT 5 RW 2 Kedungwuni Kabupaten Pekalongan 51172 Jawa Tengah
Pendidikan Formal : JENJANG TK SD SMP SMA
NAMA SEKOLAH
NAMA KOTA
TK Aisiyah Pekajangan SD 03 Muhammadiyah Pekajangan SMP Muhammadiyah Pekajangan SMA Negeri 1 Kedungwuni
Pekalongan Pekalongan Pekalongan Pekalongan
TH MASUK 1996 1997 2003 2006
TH LULUS 1997 2003 2006 2009
Pengalaman Berorganisasi NAMA ORGANISASI Kharisma FIB Undip Riset Club FIB Undip An-Nisa Immaro Undip Muslimah Hizbut-Tahrir Indonesia
KEDUDUKAN DALAM ORGANISASI
NAMA KOTA
TAHUN
Sekretaris Departemen Syiar Anggota Bidang Kaderisasi Nisa Anggota
Semarang Semarang Semarang Semarang
2011 2011 2009-Sekarang 2013