TUGAS KULIAH PANCASILA PENERAPAN AGAMA ISLAM DARI BERBAGAI ASPEK DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT
Disusun oleh : Nama
: Rindang Saputra Dalimunthe
Kelas
: 09 S1TI 08
NIM
: 09.11.3088
Kelompok
:C
P. studi/Jurusan
: S1 Teknik Informatika
Dosen
: Drs. Tahajuddin Sudibyo
STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011/2012
ABSTRAKSI Makalah ini membahas tentang bagaimana agama islam diterapkan dalam bermasyarakat di Indonesia yang berdasarkan asas Pancasila yang sudah ditetapkan dalam sila pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Makalah ini pula membuktikan bahwasanya manusia sebagai mahluk social sangat membutuhkan agama, karena Agama adalah suatu kebutuhan asasi yang kebetulan saya khususkan dalam pembahasan kali ini adalah agama islam. Disini juga menafikan semua prasangka buruk tentang islam, karena islam adalah agama yang cinta perdamaian, agama universal, mampu membentuk masyarakat.
LATAR BELAKANG Dalam hal pemecahan soal-soal hidup yang bersifat materiil diakui bahwa bekal akal cukup mampu memberikan jalan keluar, tetapi manusia tidak hanya memerlukan egi materiil, segi spiritual juga penting, malahan bagi orang yang sampai pada tingkat lebih sempurna, segi spiritual lebih penting lagi. Sehubungan dengan ini orang-orang mulai mencari suatu pegangan hidup. Segala gejala yang timbul disana, menunjukan bahwa manusia, mencapai segala kebutuhan hidup (bersifat materiil) masih merasakan suatu hajat yang penting yang harus dipenuhi, yaitu tujuan hidup dan pegangan dalam hidup. Pegangan hidup yang dicari itu sesungguhnya adalah agama, yang akan memberi petunjuk kepada manusia, apa fungsi dan tujuan hidupnya didunia ini. Oleh karena itu, sesungguhnya kapanoun manusia hidup dan dimanapun ia berada, agama tetap merupakan kebutuhan asasi. Di abad modern sekarang ini pun agama tetap diperlukan. Bahkan lebih jauh manusia mencapai kemajuan lebih terasa perlunya agama. Dengan tanpa agama, segala kemajuan bukannya akan memberikan kebahagiaan kepada manusia, akan tetapi malah akan membinasakan manusia.
RUMUSAN MASALAH Islam adalah agama universal, dalam rangka menjalankan fungsi dan mencapai tujuan hidupnya, manusia telah di anugerahi Tuhan dengan berbagai bekal, seperti naluri (instinct) , pancaindera, akal dan lingkungan hidup untuk dikelola dan dimanfaatkan. Islam memandang manusia berasal dari satu diri (QS. 4:1) yang kemudian berkembang menjadi suku-suku dan bangsa-bangsa (QS. 49:13). Baik dilihat dari asal manusia yang satu diri itu maupun setelah ia berkembang biak memenuhi bumi, manusia seyogyanya tidak membeda-bedakan sesamanya dengan dalil apa pun, seperti karena perbedaan keturunan, ras, suku, bangsa, agama dan sebagainya. Tuhan sebagai pencipta syari’ah yang berasal dari bahasa arab yang berarti “jalan yang diikuti”. Kata syari’ah secara harfiah berarti “jalan menuju sumber air” . Syari’ah bukan hanya jalan untuk mencapai keridhaan Allah, melainkan juga jalan yang dipercayai seluruh ummat islam sebagai jalan petunjuk Allah Yang Maha Pencipta melalui utusanNya, Rasulullah Muhammad SAW. Persoalan perubahan dan kontinunitas di Asia Tenggara selama 15 tahun terakhir ini telah merupakan pokok perselisihan ilmiah yang agak hangat. Namun bagian terbesar dari faktor-faktor untuk menentukan pokok permasalahantersebut secara tepat saying sekali tidak ada. Masalah ini lenih banyak merupakan bahan rabaan yang ditunjang oleh bukti yang kadang-kadang lemah sekali.
PENDEKATAN 1. Historis Kontinunitas dan perubahan dalam islam di Indonesia. Beberapa aspek mengenai kepulauan Indonesia telah menentukan apa yang boleh dinamakan irama dari perubahan dan kontinunitas ini. Sebagian besar hal ini hanya pada letak geografisnya. Berada diantara teluk parsi dan laut cina selatan, Indonesia senantiasa merupakan persimpangan arus perdagangan dan lalu lintas dunia dan sekali-sekali dari peperangan. Faktor letak geografis ini terkait dengan beberapa factor ekonomi seperti rempah-rempah bagi benua eropa abad pertengahan, pada abad-abad kemudia export gula, tembakau dan kopi, dan pada abad ke-20 ini, bauksit, karet alam dan minyak bumi. Akan tetapi pada titik ini ketidak seimbangan antara pulau-pulai kembali memainkan peranan utama dibagian-bagian Indonesia dimana pengaruh india tidak (lagi) besar-yaitu boleh dikatakan seluruh wilayah di luar mataram yang sebenarnya-agama islam merasuk secara agak mendalam, dan agak cepat. Di Mataram sendiri agama islam keadaannya jauh lebih ruwet dan hingga sekarang sebagian daripadanya belum terang. Untuk memperlihatkan arti politik sekarang dari kesumbang ini dalam proses peng-islaman, harus dipelajari peta pemilihan umum tahun 1955 di Indonesia dan di lihat di mana Masyumi (partai islam yang paling
dinamis
semenjak
revolusi)
mencapai
kemenangan-kemenangan
gemilang. Dengan jalan meletakkan keunggulan-keunggulan Masyumi pada peta sejarah
ethis
Indonesia,
ditemukan
bahwa
daerah-daerah ini
rata-rata
bersesuaian dengan daerah yang paling sedikit dimasuki agama hindu-budha. Sebaliknya di daerah-daerah pulau jawa yang jelas-jelas terkena pengaruh India, Masyumi tidak mendapat kemenangan, berlawanan dengan dugaan sebagian besar ahli sejarah serta ahli politik.
2. Sosiologis Fungsi dan tujuan hidup manusia, yang serba sedikit keterangannya telah dikemukakan terdahulu, adalah dijelaskan oleh agama bukan penemuan akal.
Agama justru datang karena ternyata bekal-bekal yang dilimpahkan kepada manusia itu tidak cukup mampu menemukan apa perlunya ia dilahirkan ke dunia ini. Agama diturunkan untuk mengatur hidup manusia, meluruskan dan mengandalikan akal yang bersifat bebas. Kebebasan akal tanpa kendali, bukan saja menyebabkan manusia lupa diri, melainkan juga akan membawa ia ke jurang kesesatan, mengingkari tuhan, tidak percaya kepada yang gaib dan berbagai akibat negative lainnya. Kesemuanya itu nanti akan berakibat merugikan manusia itu sendiri. Tuhan mengj=hendaki manusia beruntung dalam hidupnya, karena itu ia turunkan aturan hidup berupa agama. Seperti halnya naluri, pancaindera, dan akal, agama berfungsi sebagai hidayah (petunjuk agar manusia mendapat tujuan hidupnya). Yang istimewa pada agama, ialah wawasannya lebih luas. Ada hal-hal yang kadang tak terjangkau oleh rasio dikemukakan oleh agama. Akan tetapi pada hakikatnya tidak ada ajaran agama (yang benar) bertentangan dengan akal, oleh karena agama itu sendiri diturunkan hanya kepada orang-orang yang berakal.
3.
Yuridis Tidak ada kelompok masyarakat yang mengetahui secara paripurna mengenai pengetahuan yang diperlukan untuk memberikan petunjuk jalan bagi hidup dan kehidupan manusia. Menurut Sayyid Qutb bahwa manusia itu telah dipersatukan dengan kesia-siaan dan angan-angan kosong melompong. Apabila mereka mengemban tugas tertentu, sesungguhnya mereka tidak mengetahui apapun yang mereka lakukan karena sesungguhnya bukan yang menjadi keahlian mereka dan juga bukan yang mereka ketahui. Maka apabila mereka itu menuntut hak dan wewenang milik Allah, sesungguhnya perbuatan itu merupakan dosa besar dan kejahatan yang tidak dapat diampuni. Banyak ayat yang tersebar dalam al-Qur’an yang memerintahkan agar kaum muslimin berlaku adil. Secara terus-terusan tanpa bosan-bosannya., Allah memerintahkan kepada Rasul-Nya untuk melakukan tiga perintah yang ditunjukan untuk menegakan keadilan dan menunjukan kepada seluruh umat
manusia agar menuju jalan petunjuk keselamatan. Firman Allah dalam surat AlHadid (57) ayat 25 : Sesunguhnya kami telah mengutus Rasul-rasul kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata. Dan telah kami turunkan bersama mereka al-kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat merasakan keadilan itu. Ada tiga hal yang disebutkan dalam kandungan ayat diatas. Tiga hal yang dimaksudkan adalah al-kitab, timbangan dan kekuasaan. Tiga hal ini merupakan lambang untuk mengendalikan kehidupan masyarakat. Wahyu. Mengandung perintah untuk berbuat baik dan melarang melakukan perbuatan jahat; keadilan yang memberikan sesuatu kepada setiap orang sesuai dengan haknya; dan kekuasaan hokum yang kuat yang mampu memberikan sanksi-sanksi kepada para pelaku tindakan kejahatan.
PEMBAHASAN Terbentuknya masyarakat sering dipertanyakan sejak kapan ia bermula. Teori ilmu beranggapan; semenjak manusia lahir di permukaan bumi ini. Yang dikatakan manusia adalah mahluk yang memiliki akal dan struktur tangan yang sempurna. Akal berpikir membentuk dan menerima menjadi pengetahuan. Tangan sebagai alat pemegang, manjadi alat kerja pertama mewujudkan apa yang dipikirkan. Kerja sama antara otak dan tangan, antara pikiran dan kerja membentuk kebudayaan. Budi meningkatkan pengetahuan menjadi ilmu. Tangan meningkatkan ketukangan (teknik) menjadi teknologi. Dengan terbentuknya kebudayaan terbentuklah masyarakat. Bilakah itu? Diperbandingkan dengan usia planet yang didiami manusia ini, usia masyarakat belum nereti apa-apa. Umur bumi sudah 3.350.000.000 tahun. Baru sejuta terakhir ada kehidupan masyarakat di bumi. Sebelumnya tidak ada (Gazalba, 1976:52). Ada tiga penemuan pertama kebudayaan yang penting dan sampai sekarang mengontrol kehidupan masyarakat. Ketiga unsur itu ialah sebagai berikut : 1.
Bahasa Bahasa memungkinkan manusia membentuk hubungan rohaniah. Secara
jasmaniah warga masyarakat terpisah antara satu dengan lainnya tetapi secara rohaniah mereka berhubungan. Tanpa hubungan rohaniah masyarakat tidak terbentuk. Dengan bahasa si A menyampaikan apa yang ada dalam dirinya kepada si B. tanpa saluran itu si B tidak akan tahu apa-apa yang dipikirkan,dirasakan, diinginkan dan dialami oleh si A. dengan adanya bahasa maka terjadilah interaksi antara seseorang dengan orang lain atau kelompok dengan kelompok lainnya. Dengan interaksi timbulah kerja sama dan kehidupan bersama antara kelompok pribadi itu, sehingga terbentuklah masyarakat. Betapa pentingnya? Jawabannya mudah. Coba bayangkan apa yang akan terjadi apabila bahasa itu tidak ada. Masyarakat akan lenyap dan manusia akan jatuh setingkat hewan.
2.
Api `
Api member manusia energy. Dengan apai ia dapat memasak melunakan
bahan makanan. Hewan memakan makanan yang mentah sedangkan manusia memakan makanan yang sudah dimasak. Api memeberikan energy teknik. Tenaga manusia yang sangat terbatas menjadi tanpa batas oleh energy kerja itu. Apabila tidak ada tenaga api yang dalam bentuk modernnya menjadi uap, listrik, dan atom apa yang akan terjadi? Kita akan hidup seperti nenek moyang kita ribuan tahun yang lalu. 3.
Agama Manusia bersahaja dahulu ketika pada awal pembentukan pengetahuan, menghadapi alam dan peristiwa-peristiwa alam dalam kehidupan dengan penuh tanda Tanya. Mana yang tak terjawab olehpengetahuan mereka yang dangkal mereka pulangkan pada hal-hal yang gaib. Maka alam dan kehidupan penuh akan hal yang gaib. Filsafat yang bersahaja membawa kepercayaan pada mitos-mitos. Mitologi dipandang oleh ilmu sebagai pernyataan pertama agama. Inilah merupakan awal agama budaya. Apa yang tak terjawab oleh pengetahuan mereka yang dangkal, dipulangkan pada agama, antara lain adalah hidup mati, keraguan dan ketakutan dalam menghadapi berbagai peristiwa, harapan setelah meninggalkan dunia ini. Tanpa agama manusia terdampar pada kehidupan jasmaniah saja, tanpa kehidupan rohaniah lenyap tempat tegak etika dan moral serta kepercayaan kehidupan
di seberang kubur. Maka makna manusia tidak begitu jauh
bedanya dari hewan. Manusia jadi hewan modern karena memiliki kebudayaan material modern.
KESIMPULAN DAN SARAN Kebudayaan islam ialah cara berpikir dan cara merasa takwa, dan menyatakan diri dari seluruh segi kehidupan sekelompok manusia, yang membentuk masyarakat dalam suatu ruang dan suatu waktu. Sedang masyarakat islam adalah sekelompok manusia di mana hidup terjaring kebudayaan islam, yang diamalakan oleh kelompok itu sebagai kebudayaannya kelompok itu bekerja sama hidup berdasarkan prinsip-prinsip al-Qur’an dan as-Sunnah dalam tiap segi kehidupan. Agama membentuk takwa, yang menjadi pangkal kebudayaan. Dalam kehidupan tiap awal gerak berawal dari agama, berujung kepada kebudayaan. Tiap laku pekerjaan yang berdasarkan agama islam. Selalu mengandung makna : karena Allah, untuk manusia. Tiap-tiap yang dikerjakan karena Allah masuk dalam lapangan ibadah. Dengan demikian kebudayaan yang berpangkal pada agama, tiap tindakan dalam bidang-bidang kebudayaan yang dikerjakan oleh takwa adalah ibadah (dalam pengertian luas). Terjadilah integrasi antara agama dan kebudayaan. Karena itu pula terjadi kekaburan batasan antara agama dengan kebudayaan, disamping mengaburkan antara kebudayaan dan agama. Karena tindakan kebudayaan itu juga ibadah, sedangkan
ibadah diidentikan dengan agama maka perkawinan, pewarisan, dan
mencari rezeki yang halal, menolak riba, jihad dan sebagainya yang sesungguhnya merupakan unsur kebudayaan, dipandang sebagai unsur-unsur agama juga. Karena itulah agama dapat dibedakan dengan kebudayaan tetapi tidak dapat dipisahkan. Kedua itu membentuk kesatuan, menjalankan fungsinya mewujudkan salam bagi manusia: kebudayaan untuk salam di dunia dan agama untuk salam di akhirat. (disamping dalam rohaniah didunia). Kelompok orang yang kehidupannya dalam hubungan manusia dan manusia berasaskan kebudayaan islam, itulah yang disebut masyarakat islam. Tetapi kelompok orang yang hanya kehidupannya dalam hubungan antara manusia dan tuhan saja yang berdasarkan islam, menurut pandangan ilmiah tidak mungkin diistilahkan dengan masyarakat islam, melainkan orang-orang islam. Orang-orangnya islam karena mereka mengakui dan atau mengamalkan agama islam. Tetapi masyarakatnya bukan islam, karena kebudayaan islam ( yang mengatur hubungan antara manusia ) tidak terwujud dalam masyarakat islam.
REFERENSI -
HD, Kaelany. Islam & Aspek-Aspek Kemasyarakatan Edisi Kedua, Bumi Aksara.
-
I, Doi, Rahman, A. Karakteristik Hukum Islam & Perkawinan, Srigunting Divisi Buku Saku Raja Grafindo Persada, Jakarta.
-
J, Benda, Harry. Wertherm,F.W. Geertz, Clifford. Johns, A.H. T, Siegel, James. Islam Di Indonesia, Tinta mas Indonesia, Jakarta.