Kelompok V
TUGAS KELOMPOK MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
PENYUSUN:
SATRIYO MUSTIKANING PRAJURIT ( NIM.: 131312142 ) ANIS PURWANINGSIH ( NIM.: 131312176 ) SUMARTININGSIH ( NIM.: 131312179 ) TUKIJO ( NIM. : 131312160 ) MA RUF NUR AHMAD ( NIM. : 131312… )
Page
1
Yogyakarta,
Studi Kasus Pancasila – Pendidikan Pancasila-AN2013-UWMY
Kelompok V
PENDIDIKAN YANG MERATA UNTUK SELURUH ANAK INDONESIA
Keadilan merupakan kondisi yang sangat indah dan menyenangkan. Banyak orang yang menuntut tentang keadilan, bahkan dalam berbagai hal mereka selalu ingin diperlakukan adil, khususnya hak-hak sebagai warga Negara Indonesia. Misalnya mendapatkan hak yang sama dalam perlakuan hukum, dalam mendapatkan fasilitas kesehatan, dalam
memperoleh
pendidikan, dalam mendapatkan pekerjaan, dsb. Dengan perhatian pemerintah yang serius terhadap rakyatnya diharapkan akan terjadi hubungan timbal balik yang sangat menguntungkan, sehingga akan tercipta masyarakat adil dan makmur untuk kemajuan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kondisi masyarakat yang makmur akan berdampak positif kepada pertumbuhan ekonomi suatu Negara. Dan Negara yang maju pasti memiliki aturan-aturan yang bepihak kepada rakyatnya dalam meraih kehidupan yang layak. Menjadi bangsa yang maju tentu menjadi cita-cita setiap Negara di dunia. Tidak bisa dipungkiri
maju
atau
tidaknya
suatu
Negara
sangat
dipengaruhi
oleh
faktor
pendidikan.Pendidikan mampu mencetak Sumber Daya Manusia yang memiliki kualitas dalam berbagai segi intelegensi , skill, maupun spiritual. Namun, apabila pendidikan suatu Negara mengalami kegagalan tentunya tidak akan tercapai kemajuan itu. Sementara itu Indonesia hingga
Page
2
kini masih kesulitan menerapkan pendidikan yang layak bagi generasi bangsa secara merata tanpa membedakan suku, ras , agama dan wilayah. Sehingga pendidikan di Indonesia bisa dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa terkecuali.
Studi Kasus Pancasila – Pendidikan Pancasila-AN2013-UWMY
Kelompok V
Kita bisa melihat tayangan televisi atau bahkan ada yang mengetahui sendiri masalah ketertinggalan pembangunan sekolah di beberapa daerah. Dari mulai gedung sekolah yang telah lapuk, fasilitas sekolah yang tidak memadai, bahkan sama sekali belum tersentuh pembangunan. Dari sisi teknologi pun masih banyak sekolah-sekolah di daerah pelosok yang belum mengenal komputer apalagi untuk mengakses internet. Sekolah bisa bertahan saja sudah luar biasa, yang penting ada kegiatan proses belajar mengajar setiap harinya itu sudah cukup. Hal ini sebagai masukan kepada pemerintah supaya lebih memperhatikan lagi kondisi sekolah-sekolah di tingkat daerah. Sementara di kota-kota besar sekolah berkembang dengan pesat, dengan ditandai berdirinya gedung-gedung sekolah yang megah, lengkap dengan segala fasilitas akademis maupun non akademis. Fasilitas Akademis yang baik bisa dilihat dari kelengkapan ruang belajar atau kelas yang nyaman, ruang laboratorium, ruang perpustakaan, ruang multimedia, dsb.fasilitas non akademis bisa dilihat dari kegiatan diluar jam proses belajar mengajar yaitu kegiatan ekstrakulikuler. Kegiatan ini tidak kalah pentingnya dengan pendidikan akademis. Dengan diselenggarakan kegiatan ekstrakulikuler ini, akan banyak dihasilkan potensi-potensi anak dalam hal olah bakat,seperti menyanyi, olah raga, bersosialisasi dengan teman maupun masyarakat, belajar berorganisasi, dan sebagainya. Di jaman yang semakin maju ini, ternyata masih ada juga masyarakat Indonesia yang belum mendapatkan perhatian secara merata khusunya dalam hal pendidikan. Masih banyak kita temui anak-anak yang belum mendapatkan kesempatan belajar di sekolah seperti anak-anak pada umumnya. Mereka yang seharusnya berada di sekolah untuk belajar, pada waktu yang bersamaan mereka berdiri di pinggir jalan atau di persimpangan jalan untuk mendapatkan uang dari belas kasihan orang lain. Ini menjadi permasalahan yang krusial untuk pemerintah dalam menciptakan generasi muda yang berintelektual dan berkarakter Banyak faktor yang menyebabkan masih ada anak-anak Indonesia yang putus sekolah bahkan sama sekali belum mendapatkan kesempatan merasakan bangku sekolah. Masalah ekonomi menjadi alasan utama mengapa anak tidak bersekolah, disusul kurangnya tingkat kesadaran akan pentingnya pendidikan. Di sisi lain ada orang tua yang melarang anaknya
mesin pencari nafkah yang seharusnya itu merupakan tugas pokok orang tua. Ekonomi yang
Page
3
bersekolah serta mengharuskan anaknya untuk bekerja, bahkan sampai anak dijadikan sebagai
Studi Kasus Pancasila – Pendidikan Pancasila-AN2013-UWMY
Kelompok V
lemah memang menjadi kendala terbesar dalam terwujudnya pendidikan yang berhasil dan merata. Gaya hidup yang mereka alami sejak anak-anak dengan melihat apa yang dikerjakan orang tuanya dan situasi lingkungan yang ada akan membuat pengaruh tersendiri terhadap perkembangan cara berfikir anak. Pengaruh-pengaruh yang tidak baik akan mudah terserap dipikiran anak-anak, yang efeknya akan tercermin melalui tingkah laku dan pola hidup seharihari. Peran orang tua yang semestinya bertanggung jawab terhadap penghidupan yang layak dan pendidikan yang baik untuk sang anak pun terlupakan, seolah-olah tertutupi oleh keadaan ekonomi yang serba kurangan.Bagi mereka kehidupan ini terlalu keras,apalagi ditambah untuk memikirkan bangku sekolah, sudah tak terfikirkan lagi. Kurangnya tingkat kesadaran akan pentingnya pendidikan menjadi alasan mengapa banyak anak-anak di negara ini yang memilih tidak bersekolah. Ini didasari kurangnya lapangan pekerjaan bagi masyarakat sehingga banyak orang tua yang tidak mampu membiayai sekolah anaknya. Ada pula anggapan bahwa sekolah tidak penting,buat apa sekolah kalau ujungnya menjadi pengangguran juga karena begitu sulitnya mencari pekerjaan, selain itu banyak juga yang beranggapan bahwa kalau wanita pada akhirnya hanya akan menjadi istri atau ibu rumah tangga,yang tugasnya mengurus pekerjaan di rumah dan tidak semestinya seorang wanita bekerja atau berkarir di luar rumah. Jauh dari pemikiran mereka untuk meningkatkan wawasan pendidikan dan cara meraih kesejahteraan melalui pendidikan yang berimbas pada kemajuan bangsa Indonesia yang cerdas dan bermartabat. Dengan pergaulan yang tidak terdidik dengan baik pasti akan membawa pengaruh yang buruk dalam pembentukan karakter anak tersebut. Hal ini yang begitu kontras, seperti yang kita tahu bahwa anak-anak ini adalah generasi penerus bangsa Indonesia. Lalu apa jadinya Indonesia nanti jika banyak anak-anak yang putus sekolah? Solusi persoalan ini tidak akan lepas dari peran pemerintah dalam pembangunan infrastruktur yang merata dan penanganan masalah kemiskinan di Indonesia.Berdasarkan Pancasila, Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia ,pemerintah memiliki tanggung jawab penuh terhadap pendidikan yang adil dan merata. Pemerintah sebaiknya meninjau kembali
Page
4
sejauh mana pemerataan pembangunan sekolah yang ada di Indonesia terutama daerah-daerah yang terpencil. Sehingga proses belajar mengajar pun bisa terlaksana dengan baik.Dengan program sekolah gratis, beasiswa prestasi, beasiswa keluarga tidak mampu menjadi langkah yang Studi Kasus Pancasila – Pendidikan Pancasila-AN2013-UWMY
Kelompok V
baik untuk menyelamatkan generasi muda dalam hal mendapatkan kesempatan menempuh pendidikan. Pemerintah harus gencar memberikan penyuluhan keterampilan sebagai bekal usaha guna meningkatkan perekonomian yang mandiri. Setelah kemampuan ekonomi keluarga sudah membaik diharapkan tidak ada lagi anak putus sekolah, yang ada sikap orang tua yang selalu mendukung anaknya untuk bersekolah. Melalui dukungan dan perhatian dari orang tua kepada anak mereka maka akan tercipta rasa senang, nyaman dalam mengikuti proses belajar mengajar. Karena pendidikan menjadi kunci
Page
5
dari kemajuan suatu Negara, maka seluruh anak Indonesia harus bersekolah.
Studi Kasus Pancasila – Pendidikan Pancasila-AN2013-UWMY