TUGAS BESAR TERSTRUKTUR PRODUCTION PLANNING AND INVENTORY CONTROL Dosen Pengampu : Ika Atsari Dewi, STP, MP
Nama 1. M. Anugerah Huse
2. Ita Winda Sari H
NIM 0911030031
11510030011106 3
3. Grico M Simangunson 11510030011106 g 7
Disusun Oleh : Kelompok 3 Foto Nama
NIM
5. Rengganis Fitriyani 11510030111102 9
7 6. Karina Meidayanti
7. Reny Nurul Utami
11510030111103 1
11510030111103 7
4. Niken Yulia A. J 11510030111100 3
KELAS C JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2013
Foto
BAB I PROFIL PERUSAHAAN 1. Profil PT. Indo Jaya 1) Gambaran Umum PT. Indo Jaya PT. Indo Jaya merupakan pabrik yang bergerak dalam perakitan barang elektronik khususnya setrika. Perusahaan ini terletak di Jl. Pahlawan no. 10, Surabaya Jawa Timur, no. Telpon (031) 1299005, fax (031) 1299005. 2) Sejarah Berdiri Perusahaan PT. Indo Jaya merupakan perusahaan swasta yang bergerak di bidang elektronik. Pabrik ini didirikan oleh 7 pengusaha yang berasal dari Universitas Brawijaya pada tanggal 6 Mei 2010. Luas areal pabrik perakitan setrika ini adalah 5 Ha. 3) Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan a. Visi PT. Indo Jaya Menjadi perusahaan elektronika kelas dunia dengan mengutamakan kepuasan konsumen dan menjunjung tinggi kepercayaan mitra kerja perusahaan b. Misi Pabrik Perakitan Setrika PT. Indo Jaya Meningkatkan stakeholder melalui inovasi produk elektronika khususnya setrika serta menjadi penyedia produk setrika inovasi baru berbasis jejaring yang mendunia yang terdepan c. Tujuan Pabrik Perakitan Setrika Mengembangkan teknologi khususnya setrika yang inovatif untuk menciptakan pasar baru 4) Struktur Organisasi Perusahaan Untuk struktur organisasi dari perusahaan PT INDO JAYA sama seperti perusahaan pada umumnya. Yaitu direktur utama atau general manager, kemudian para manager bagian atau manader divisi, lalu supervisor dan staff. Deskripsi Struktur Organisasi 1. General Manager Wewenang Menetapkan kebijakan strategis perusahaan sebagaimana dituangkan dalam rencana jangka panjang, rencana kerja, anggaran perusahaan, dan rencana operasional lainnya. Tugas a. Merencanakan, membina, dan mengembangkan efektivitas dan efisiensi organisasi perusahaan sesuai dengan kebutuhanya. b. Memelihara dan mengelolah kekayaan perusahaan berdasarkan prinsip, peraturan, dan ketentuan yang berlaku. 2. Sekretaris Wewenang Bertanggung jawab atas penyusunan dan pengaturan agenda kerja general manager.
3.
4.
5.
6.
7.
Tugas Mencatat dan menyampaikan data-data perusahaan kepada general manager, baik yang berhubungan dengan administrasi maupun suratsurat penting perusahaan. Bagian Keuangan Wewenang Bertanggung jawab dan mengawasi atas penggunaan dana perusahaan. Tugas a. Mengkoordinasi tugas-tugas karyawan. b. Melaksananya tertib administrasi yang berhubungan dengan system dan prosedur akuntansi. Manager Produksi Wewenang Membimbing dan mengawasi para kepala bagian yang menjadi bawahannya. Tugas a. Bertanggung jawab atas kegiatan produksi secara keseluruhan. b. Mengatur keseimbangan antara investasi dan produksi. c. Melaksanakan instruksi general menager. Manager SDM Wewenang Bertanggung jawab atas barang-barang (investaris) perusahaan. Tugas a. Bertanggung jawab tentang penyediaan tenaga kerja, pengembangan karir, dan kesejahteraan karyawan. b. Bertanggung jawab terhadap terlaksananya tertib administrasi yang menyangkut surat-surat atau dokumentasi perusahaan. Manager Penjualan Wewenang Mengkooardinir serta bertanggung jab atas seluruh kegiatan pemasaran, promosi, pengelolahan pasar (baik ke pengecer maupun ke konsumen) dan warehouse yang ada. Tugas Merumuskan serta menetapkan kebijakan strategis dan opersi bagian pemasaran sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Manager Hubungan Publik Wewenang Membela produk yang menghadapi masalah public. Tugas a. Membantu peluncuran produk baru. b. Membangun minat terhadap suatu katagori produk. c. Mempengaruhi kelompok sasaran tertentu.
2. Deskripsi Produk Setrika antistress merupakan suatu produk terobosan baru. Seperti yang kita ketahui kegiatan menyetrika merupakan kegiatan yang rutin kita kerjakan. Maka tidak dapat dipungkiri kita akan merasa bosan pada saat menyetrika, tidak hanya bosan tetapi juga merasa lelah. Sehingga kita menciptakan produk terobosan baru yaitu “Setrika Antistress”. Dimana setrika ini memiliki empat fungsi yaitu untuk menyetrika, memasak air, memanggang roti dan dibagian ekor terdapat mp3 playernya. Setrika ini memiliki tiga bagian (bagian penyetrika, pemasak air, pemanggang roti, dan Mp3 player). Setiap elemen dari setrika ini dapat digunakan empat-empatnya, namun jika pemakai hanya memerlukan sebagian dari elemennya, dapat melepas bagian lain yang tidak digunakan karena untuk setiap bagian kecuali mp3 dapat dilepas. Jika pemakai menggunakan keempat elemen sekaligus, tidak akan menambah daya yang dibutuhkan karena jberasal dari energi panas setrikanya. Komponen tambahan : a. Toaster (alat pemanggang) Toaster adalah suatu alat pemanggang yang menggunakan energy listrik kemudian dirubah menjadi energy panas. Biasanya toaster digunakan untuk memanggang roti untuk sarapan di pagi hari. b. Pemasak Air Di sini pemasak air adalah suatu komponen yang diberikan pada setrika serba bisa ini yang berguna untuk memasak air tapi dalam kapasitas volume 250 ml (seukuran gelas
kecil). Yang terletak pada bagian tengah setrika. Energi panas yang dihasilkan untuk memasak air adalah energy listrik yang dirubah menjadi panas sehingga dapat memanaskan air pada suhu hingga mencapai 100 derajat celcius. c. MP3 MP3 adalah suatu alat kecanggihan pada masa kini yang dapat digunakan untuk mendengarkan musik. Seiring dengan bertambahnya teknologi, sekarang telah ada MP3 mini sehingga tidak memboroskan tempat, ringan, dan mudah dibawa. Suatu terobosan baru bahwa di setrika serba bisa ini dipasang alat MP3 sehingga pada saat konsumen sedang menyetrika, mereka dapat juga mendengarkan musik untuk menghilangkan kejenuhan. MP3 ini terletak pada bagian belakang setrika.
BAB II JADWAL INDUK PRODUKSI 1. Pengertian, Tujuan, dan Manfaat Penyusunan Jadwal Induk Produksi Menurut Gaspersz (2004), Jadwal induk produksi merupakan suatu pernyataan tentang produksi akhir (termasuk item pengganti dan suku cadang) dari PT. Indo Jaya, untuk memproduksi output berkaitan dengan kuantitas dan periode waktu. Dengan kata lain jadwal induk produksi adalah suatu set perencanaan yang mengidentifikasikan kuantitas dari item tertentu, yang dapat dan akan dibuat oleh suatu perusahaan manufaktur (dalam satuan waktu). Pada dasarnya istilah MPS (Master Production Schedule) adalah jadwal produksi induk yang merupakan hasil dari aktivitas penjadwalan produksi induk. MPS mendisagregasikan dan mengimplementasikan rencana produksi. Pihak perencanaan dan pengendalian produksi harus berhati-hati dalam melakukan perencanaan agar tidak terjadi kekosongan stok akan bahan baku dan produk jadi. Salah satu kesalahan perencanaan yang dilakukan adalah ketidaktersediaan produk jadi di gudang penyimpanan yang memberikan pengaruh negatif pada sistem manufaktur perusahaan. Seperti, ketidakmampuan perusahaan memenuhi permintaan dari konsumen, banyak bahan baku produk yang sudah dipesan dan harus dirakit menjadi produk jadi menumpuk di gudang sehingga menyebabkan biaya penyimpanan meningkat, harga produk menjadi tidak kompetitif, dan penurunan keuntungan. Keberhasilan perencanaan dan pengendalian manufakturing membutuhkan perencanaan produksi yang efektif, agar mampu memenuhi jadwal produksi yang ditetapkan. Aktivitas penjadwalan induk produksi pada dasarnya berkaitan dengan : Bagaimana menyusun dan memperbaharui jadwal induk produksi Memproses transaksi dari MPS Memelihara catatan MPS Mengevaluasi efektivitas dari MPS Memberikan laporan evaluasi dalam periode waktu yang teratur untuk peninjauan ulang
a. b. c. d.
Fungsi jadwal induk produksi adalah : Menjadwalkan produksi dan order pembelian untuk item – item JIP Memberikan input dasar bagi sistem MRP Menjadi dasar bagi penentuan sumber daya (tenaga kerja , waktu, mesin dll) Menjadi dasar dalam membuat janji pengiriman pada konsumen
Tujuan pembuatan jadwal induk produksi oleh PT. Indo Jaya adalah: a. Agar pembuatan produk akhir selesai tepat waktu sesuai dengan yang dijanjikan pada konsumen b. Untuk menghindari kelebihan beban atau kekurangan beban pada fasilitas produksi sehingga kapasitas produksi pemanfaatannya menjadi efisien dan hasilnya biaya produksi rendah.
Untuk mencapai tujuan itu, maka sebelum jadwal induk dibuat, PT. Indo Jaya perlu lebih dulu melihat kembali perkiraaan permintaan konsumen yang akan datang, permintaan kosumen yang sudah masuk, tingkat persedian, beban kerja, dan kapasitas fasilitas yang dimiliki oleh perusahaan dalam setiap minggunya. Dengan mereview kembali jumlah permintaan diharapkan terjadi keseimbangan antara beban kerja dengan kapasitas yang tersedia. 2. Jadwal Induk Produksi PT. Indo jaya PT. Indo Jaya akan memproduksi setrika antistres tiap harinya dengan persediaan awal 10 unit setrika antistres. Data forecast demand dalam 12 periode seperti pada tabel dibawah ini dan Lot produksi sebesar 20 unit. t Dt (unit)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
Dan PT. Indo Jaya memiliki Jadwal induk produksi sebagai berikut: Persediaan Awal = 10 1 2 3 4 5 6 7 8 Lot Produksi = 20 Forecast Demand
9
10
11
12
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
Pesanan Dari Antar Pabrik
-
5
-
15
-
7
-
12
-
10
-
17
Pesanan Dari Pelanggan
-
-
-
-
4
-
-
-
6
-
9
-
10
15
10
25
14
17
10
22
16
20
19
27
Total
Persediaan Awal = 10 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Permintaan
10
15
10
25
14
17
10
22
16
20
19
27
Persediaan awal
10
-
5
15
10
16
19
9
7
11
11
12
Produksi Dibutuhkan (MPS)
-
20
20
20
20
20
-
20
20
20
20
20
Persediaan Akhir
-
5
15
10
16
19
9
7
11
11
12
5
Lot Produksi = 20
3. Uji Kelayakan Menggunakan RCCP (Rough Cut Capacity Planning) RCCP (Rough Cut Capacity Planning) akan mengkonversi MPS menjadi kebutuhankebutuhan kapasitas dan kemudian menentukan apakah MPS tersebut layak dengan keterbatasan kapasitas yang ada. Salah satu teknik dalam RCCP adalah perencanaan kapasitas dengan menggunakan faktor-faktor keseluruhan. Week 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
MPS Model A
5
6
6
9
8
6
0
9
8
5
7
6
MPS Model B
9
4
7
0
0
6
0
0
7
4
0
5
Hours per unit on machine 1
Hours per unit on machine 2
Model A
3
2
Model B
2
1
Machine 1 Load Week 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Due to Model A
15
18
18
27
24
18
0
27
24
15
21
18
Due to Model B
18
8
14
0
0
12
0
0
14
8
0
10
Total Machine 1 Load
33
26
32
27
24
30
0
27
38
23
21
28
Machine 2 Load Week 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Due to Model A
10
12
12
18
16
12
0
18
16
10
14
12
Due to Model B
9
4
7
0
0
6
0
0
7
4
0
5
Total Machine 2 Load
19
16
19
18
16
18
0
18
23
14
14
17
Dalam menguji kelayakan menggunakan RCCP ini: Diasumsikan PT. Indo Jaya beroperasi 6 hari dalam seminggu Terdapat 2 sift kerja setiap hari masing masing selama 6 jam Total tiap hari mesin beroperasi selama 12 jam Selama 1 minggu beroperasi selama 72 jam
BAB III MANAJEMEN PERSEDIAAN 1. Arti Penting Persediaan dan Manajemen Persediaan “PT. Indo Jaya” Persediaan merupakan sesuatu yang dimiliki suatu perusahaan dan dianggap sebagai suatu kekayaan. Adanya persediaan mempunyai peran yang sangat penting dalam suatu operasi bisnis yang dilakukan perusahaan. Adanya hal tersebut maka perusahaan dituntut untuk mampu mengantisipasi keadaan maupun tantangan yang yang mungkin terjadi. Hal yang perlu dilakukan perusahaan yakni dengan membuat manajemen persediaan yang baik dan tersusun rapi secara detail untuk mencapai sasaran akhir yang optimal, dengan meminimasi total biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk penanganan persediaan. Manajemen persediaan berfungsi untuk menentukan jumlah persediaan yang disimpan, berapa banyak yang harus dipesan, dan kapan harus melakukan pemesanan kembali. Manajemen persediaan juga berkaitan dengan manajemen logistik yang juga membahas mengenai gudang, pergerakan (pemindahan) dan penyimpanan. Manajemen persediaan memerlukan perhatian yang penting dari pihak manajemen perusahaan karena manajemen yang buruk dapat menimbulkan masalah baik dalam kegiatan beroperasi maupun dalam bisnis. Persediaan dapat melayani beberapa fungsi yang akan menambahkan fleksibilitas operasi perusahaan. Fungsi persediaan menurut Rangkuti (2007): 1. Fungsi Decuopling, untuk membantu perusahaan agar bisa memenuhi permintaan langganan tanpa tergantung pada supplier 2. Fungsi Economic Lot Sizing, persediaan ini perlu mempertimbangkan penghematan-penghematan (potongan pembelian, biaya pengangkutan per unit lebih murah dan sebagainya) karena perusahaan melakukan pembelian dalam kuantitas yang lebih besar, dibandingkan dengan biaya-biaya yang timbul karena besarnya persediaan (biaya sewa gudang, investasi, risiko, dan sebagainya) 3. Fungsi antisipasi, untuk mengantisipasi dan mengadakan permintaan musiman (seasonal inventories), menghadapi ketidakpastian jangka waktu pengiriman dan untuk menyediakan persediaan pengamanan (safety stock) Sesuai fungsi persediaan di atas, maka persediaan di PT. Indo Jaya juga memfungsikan persediaan untuk bisa memenuhi permintaan langganan tanpa harus tergantung kepada supplier, yakni dengan memproduksi produk dengan porsi lebih namun masih dalam jumlah wajar sesuai dengan pertimbangan agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Kemudian untuk menghilangkan adanya risiko apabila material yang dipesan tidak sesuai kriteria sehingga harus dikembalikan. Selain itu juga sebagai bahan pertimbangan dalam penghematan-penghematan (potongan pembelian, biaya pengangkutan per unit lebih murah dan sebagainya) karena perusahaan melakukan pembelian dalam kuantitas yang lebih besar, dibandingkan dengan biaya-biaya yang timbul karena besarnya persediaan (biaya sewa gudang, investasi, risiko, dan sebagainya). Fungsi lainnya yakni untuk mengantisipasi adanya
ketidakpastian permintaan musiman dan pengadaannya, kemusian menghadapi ketidakpastian jangka waktu pengiriman serta untuk menyediakan persediaan pengemanan. Persediaan ini juga digunakan untuk menghilangkan risiko kenaikan harga barang atau inflasi serta pemberian potongan kuantitas dalam jumlah pembelian tertentu. 2. Jenis-jenis Persediaaan “PT. Indo Jaya” Dalam perusahaan kami, ada 2 persediaan yang diterapkan yakni persediaan bahan setengah jadi karena perusahaan kami melakukan perakitan elemen-elemen dalam pembuatan produk. Kemudian persediaan yang kedua yakni persediaan barang jadi, jadi perusahaan melakukan penyimpanan produk jadi sebagai persediaan pengaman untuk mengantisipasi adanya permintaan yang tak terduga. Persediaan bahan setengah jadi Persediaan ini berupa elemen-elemen yang kemudian akan dirakit menjadi setrika, bahan-bahan tersebut diantaranya besi, alumunium, plastik (isolator) dan komponen penyusun lainnya. Komponen-komponen dari setrika ini yakni lempengan besi setrika (plat) yang berada pada bagian bawah setrika berbentuk datar, elemen pemanas berupa lilitan kawat yang dililitkan pada asbes. Kemudian alumunium berbentuk box sebagai pemanggang (dudukan roti), tombol pengatur suhu dan pengangkat roti berupa isolator tahan panas. Selanjutnya plastik sebagai isolator sekaligus body dari setrika, dengan sedikit ruang di bagian belakang sebagai ruang untuk Memori Card dan Sounds Sistem pada sistem MP3. Selanjutnya kabel berbahan karet yang dililiti kain (isolator). Persediaan ini perlu dilakukan untuk memenuhi permintaan dan persediaan barang jadi karena proses produksi hanya dilakukan selama 5 hari kerja dengan 8 jam perharinya, sehingga dalam setahun ada 260 hari kerja. Persediaan barang jadi Persediaan barang jadi berupa setrika yang telah di kemas dengan berat setrika 2 kg dan kemasan 350 gram. Persediaan barang jadi akan menghabiskan biaya penyimpanan di dalam gudang. 3. Model perhitungan EOQ Dalam pengelolaan persediaan secara continuous, digunakan model EOQ untuk menentukan persediaan yang optimal. EOQ merupakan kuantitas persediaan yang optimal atau yang menyebabkan biaya persediaan mencapai titik terendah. Model EOQ adalah suatu rumusan untuk menentukan kuantitas pesanan yang akan meminimumkan biaya persediaan. EOQ adalah teknik permintaan/ pemesanan barang yang optimal dengan biaya inventori serendah mungkin. Jumlah biaya yang ditekan serendah mungkin adalah carrying cost (biaya penyimpanan) dan ordering cost (biaya pemesanan). Dalam perhitungan dan pengendalian inventori sehubungan dengan EOQ model, variasinya tergantung dari keadaan supply dan demand-nya. Variasi ini bisa meliputi saat stock-out, keadaan kebutuhan tetap, kebutuhan kapasitas lebih, ada masa
tenggang (waktu penundaan antara saat pemesanan dengan saat penerimaan), kebutuhan tidak tetap, potongan harga dan juga ketika ada aliran produk yang berkelanjutan (Yunarto, 2005). “PT. Indo Jaya” adalah sebuah perusahaan setrika (anti stress) baru yang bertempat di kota Surabaya, berencana akan memasarkan produknya ke berbagai kota. Rincian EOQ untuk setiap item barang yang harus dipesan: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Pelat bawah (besi) 1040 unit/ tahun Body bagian bawah setrika (alumunium) 1040 unit/ tahun Dudukan roti (alumunium) 1040 unit/ tahun Body bagian atas setrika (plastik) 1040 unit/ tahun Kawat lilitan 2080 meter/ tahun Asbes 12 lembar (ukuran 1x1 meter)/ tahun Memori Card 1040 unit/ tahun Sounds Sistem mini 1040 unit/ tahun Kabel yang dililiti kain 1040 meter/ tahun
Misalkan diketahui permintaan tahunan sebesar 1040 buah setrika. Jumlah unit per pesanan biasanya adalah 150 unit dengan biaya pemesanan $ 5/pesanan. Biaya penyimpanan per unit pertahun $ 0,50 dan lead time 1 minggu. PT. Indo Jaya memiliki 260 hari kerja dalam setahun. Dari data perusahaan diatas maka dapat dilakukan perhitungan EOQ seperti berikut: Diketahui: D = 1040 unit S = $ 4/pesanan H = $ 0,50 L = 3 Minggu $ = Rp9000 Jumlah hari kerja setahun = 260 hari Penyelesaian: 1. Pelat bawah (besi) 1040 unit/ tahun EOQ (Q*) = = √2. 1040. 4 = 128,9 129 unit H
0,50
Reorder point (ROP) d=
D
Jumlah hari kerja dalam setahun = 1040 260 = 4 unit ROP = dL = 4. 3 = 12 unit
Jumlah pesanan yang diperkirakan per tahun (N) N= D = 1040 = 8,06 9 pesanan/tahun Q* 129 Waktu antar pemesanan (T) T = N = 260 9 = 28,9 Total biaya
= = = = =
29 hari
[(Q/2) x H] + [(D/Q) x S] [(129/2) x 0,50] + [(1040/129) x4] (32,25) + (32,25) $ 64,5 Rp580.500,-
2. Body bagian bawah setrika (alumunium) 1040 unit/ tahun EOQ (Q*) = = √2. 1040. 4 = 128,9 129 unit H
0,50
Reorder point (ROP) d=
D
Jumlah hari kerja dalam setahun = 1040 260 = 4 unit ROP = dL = 4. 3 = 12 unit Jumlah pesanan yang diperkirakan per tahun (N) N= D = 1040 = 8,06 9 pesanan/tahun Q*
129
Waktu antar pemesanan (T) T = N = 260 9 = 28,9 Total biaya
29 hari
= [(Q/2) x H] + [(D/Q) x S] = [(129/2) x 0,50] + [(1040/129) x4]
= (32,25) + (32,25) = $ 64,5 = Rp580.500,3.Dudukan roti (alumunium) 1040 unit/ tahun EOQ (Q*) = = √2. 1040. 4 = 128,9 H
129 unit
0,50
Reorder point (ROP) d=
D
Jumlah hari kerja dalam setahun = 1040 260 = 4 unit ROP = dL = 4. 3 = 12 unit Jumlah pesanan yang diperkirakan per tahun (N) N= D = 1040 = 8,06 9 pesanan/tahun Q*
129
Waktu antar pemesanan (T) T = N = 260 9 = 28,9 Total biaya
= = = = =
29 hari
[(Q/2) x H] + [(D/Q) x S] [(129/2) x 0,50] + [(1040/129) x4] (32,25) + (32,25) $ 64,5 Rp580.500,-
4. Body bagian atas setrika (plastik) 1040 unit/ tahun EOQ (Q*) = = √2. 1040. 4 = 128,9 129 unit H
0,50
Reorder point (ROP) d=
D
Jumlah hari kerja dalam setahun = 1040 260
= 4 unit ROP = dL = 4. 3 = 12 unit Jumlah pesanan yang diperkirakan per tahun (N) N= D = 1040 = 8,06 9 pesanan/tahun Q*
129
Waktu antar pemesanan (T) T = N = 260 9 = 28,9 Total biaya
= = = = =
29 hari
[(Q/2) x H] + [(D/Q) x S] [(129/2) x 0,50] + [(1040/129) x4] (32,25) + (32,25) $ 64,5 Rp580.500,-
5. Kawat lilitan 2080 meter/ tahun EOQ (Q*) = = √2. 2080. 4 = 182,4 H
183 unit
0,50
Reorder point (ROP) d=
D
Jumlah hari kerja dalam setahun = 2080 260 = 8 unit ROP = dL = 8. 3 = 24 unit Jumlah pesanan yang diperkirakan per tahun (N) N= D = 2080 = 11,4 12 pesanan/tahun Q*
183
Waktu antar pemesanan (T) T = N = 260 12 = 21,7
22 hari
Total biaya
= = = = =
[(Q/2) x H] + [(D/Q) x S] [(183/2) x 0,50] + [(2080/183) x4] (45,75) + (45,46) $ 91,21 Rp820.890,-
6. Asbes 12 lembar (ukuran 1x1 meter)/ tahun EOQ (Q*) = = √2. 12. 4 = 13,9 14 unit H
0,50
Reorder point (ROP) d=
D
Jumlah hari kerja dalam setahun = 12 260 = 0,05 unit ROP = dL = 0,05. 3 = 0,15 1 unit Jumlah pesanan yang diperkirakan per tahun (N) N= D = 12 = 0,86 1 pesanan/tahun Q* 14 Waktu antar pemesanan (T) T = N = 260 1 = 260 Total biaya
= = = = =
260 hari
[(Q/2) x H] + [(D/Q) x S] [(14/2) x 0,50] + [(12/14) x4] (3,5) + (3,4) $ 6,9 Rp62.100,-
7. Memori Card 1040 unit/ tahun EOQ (Q*) = = √2. 1040. 4 = 128,9 H
129 unit
0,50
Reorder point (ROP) d=
D
Jumlah hari kerja dalam setahun
= 1040 260 = 4 unit ROP = dL = 4. 3 = 12 unit Jumlah pesanan yang diperkirakan per tahun (N) N= D = 1040 = 8,06 9 pesanan/tahun Q*
129
Waktu antar pemesanan (T) T = N = 260 9 = 28,9 Total biaya
= = = = =
29 hari
[(Q/2) x H] + [(D/Q) x S] [(129/2) x 0,50] + [(1040/129) x4] (32,25) + (32,25) $ 64,5 Rp580.500,-
8. Sounds Sistem mini 1040 unit/ tahun EOQ (Q*) = = √2. 1040. 4 = 128,9 H
129 unit
0,50
Reorder point (ROP) d=
D
Jumlah hari kerja dalam setahun = 1040 260 = 4 unit ROP = dL = 4. 3 = 12 unit Jumlah pesanan yang diperkirakan per tahun (N) N= D = 1040 = 8,06 9 pesanan/tahun Q*
129
Waktu antar pemesanan (T) T = N
= 260 9 = 28,9 Total biaya
= = = = =
29 hari
[(Q/2) x H] + [(D/Q) x S] [(129/2) x 0,50] + [(1040/129) x4] (32,25) + (32,25) $ 64,5 Rp580.500,-
9. Kabel yang dililiti kain 1040 meter/ tahun EOQ (Q*) =
= √2. 1040. 4 = 128,9 H
129 unit
0,50
Reorder point (ROP) d= D Jumlah hari kerja dalam setahun = 1040 260 = 4 unit ROP = dL = 4. 3 = 12 unit Jumlah pesanan yang diperkirakan per tahun (N) N = D = 1040 = 8,06 9 pesanan/tahun Q*
129
Waktu antar pemesanan (T) T = N = 260 9 = 28,9 Total biaya
= = = = =
29 hari [(Q/2) x H] + [(D/Q) x S] [(129/2) x 0,50] + [(1040/129) x4] (32,25) + (32,25) $ 64,5 Rp580.500,-
Jadi untuk mencapai nilai yang ekonomis untuk item barang dengan permintaan 1040 unit/ tahun, PT. Indo Jaya harus memesan 129 unit produk dengan total biaya pemesanan sebesar Rp580.500. Produk tersebut dipesan sebanyak 9 kali selama setahun. PT. Indo Jaya harus memesan pada saat persediaan di gudang tersisa 12 unit. Kemudian untuk item barang dengan permintaan 2080 unit/ tahun, PT. Indo Jaya harus memesan 183 unit dengan total biaya pemesanan Rp820.890. Produk tersebut dipesan sebanyak 12 kali selama setahun. PT. Indo Jaya harus memesan pada saat persediaan di gudang tersisa 24 unit. Adapun untuk asbes, jumlah ekonomis pemesanan adalah 14 unit, dipesan setelah tersisa 1 unit di gudang. Total biaya pemesanan adalah RP62.100 selama setahun dan dipesan sebanyak sekali dalam setahun.
BAB IV ABC INVENTORY CLASSIFICATION ABC Analysis membantu mengurangi distorsi yang disebabkan oleh alokasi biaya tradisional. ABC juga memberikan pandangan yang jelas tentang bagaimana komposisi perbedaan produk, jasa dan aktivitas perusahaan yang memberikan kontribusi sampai lini yang paling dasar dalam jangka pendek. Manfaat utama ABC untuk perusahaan adalah: 1. ABC menyajikan biaya produk yang lebih akurat dan informatif yang mengarahkan kepada profitabilitas produk yang lebih akurat dan kepada strategi yang lebih baik tentang penentuan harga jual, lini produk, pasar dan pengeluaran modal 2. ABC menyajikan pengukuran yang lebih akurat tentang biaya yang dipicu oleh adanya aktivitas , hal ini dapat membantu manajemen untuk meningkatkan produk value dan proses value dengan membuat keuputusan yang lebih baik dan membantu proyekproyek peningkatan value 3. ABC membantu memudahkan manajer memberikan informasi tentang biaya relevan untuk mengambil keputusan bisnis. Category item-item Persediaan yang ada dalam Perusahaan: Item Pelat bawah (besi)
Persediaan
Biaya Per unit (Rp)
1040
35000
Body bagian bawah setrika (alumunium)
1040
30000
Dudukan roti (alumunium)
1040
33000
Body bagian atas (plastik)
1040
15000
Kawat lilitan
2080
6000
Asbes
12
26000
Memory card
1040
5000
Sounds system
1040
10000
Total
8332
160000
Perhitungan Analisis ABC Inventory Cost Annual Kode Item (unit) (unit) Spend (Rp) Pelat bawah 1 1040 35000 36.400.000 (besi) Dudukan roti 3 1040 33000 34.320.000 (alumunium) Body bagian 2 bawah setrika 1040 30000 31.200.000 (alumunium) Body bagian 4 1040 15000 15.600.000 atas (plastik) 5 Kawat lilitan 2080 6000 12.480.000 8 Sounds system 1040 10000 10.400.000 7 Memory card 1040 5000 5.200.000 6 Asbes 12 26000 312.000 Total 8332 160000 145.912.000
Percentage Cumulative (%) Category 36400000
24,95
A
70720000
48,47
A
101920000
69,85
B
117520000
80,54
B
130000000 140400000 145600000 145912000
89,09 96,22 99,79 100,00
B C C C
1. Item yang termasuk dalam katagori A dengan persentasi ≤50% adalah Pelat bawah (besi) dan dudukan roti (alumunium) 2. Item yang termasuk dalam katagori B dengan persentasi 51% ≤ X ≤ 85% adalah body bagian bawah setrika, body bagian atas, dan kawat lilitan 3. Item yang termasuk dalam katagori C dengan persentasi 86% ≤ X ≤ 100% adalah sounds system, memory card, dan asbes
BAB V DISKON KUANTITAS 1. Pengertian Diskon Kuantitas Menurut Herjanto dalam bukunya Manajemen Operasi (2008), banyak penjual melakukan strategi penjualan dengan memberikan harga yang bervariasi sesuai dengan jumlah yang dibeli. Semakin besar volume pembelian semakin rendah harga barang per unit. Strategi ini disebut penjualan dengan diskon kuantitas. Untuk menentukan pesanan yang optimal dapat digunakan model persediaan dengan diskon kuantitas. Biaya total persediaan dalam model ini merupakan jumlah dari biaya pemesanan, biaya penyimpanan, dan biaya pembelian barang. Hal ini berbeda dengan biaya total pembelian dan nilainya selalu sama. Pada kasus ini, harga barang bervariasi tergantung dari jumlah setiap pesanan, sehingga biaya pembelian barangpun bervariasi. 2. Diskon Kuantitas PT. Indo Jaya Untuk meningkatkan penjualan, PT. Indo Jaya menawarkan diskon kuantitas bagi pelanggannya. Diskon kuantitas berarti pengurangan harga untuk sebuah barang jika dibeli dalam kuantitas besar. Berikut perhitungan daftar diskon kuantitas yang terdapat dalam PT. Indo jaya yang diambil dari klasifikasi ABC pada kelas A menggunakan persediaan data : Angka Diskon 1 2 3 4
Kuantitas Diskon 1 - 79 80 - 99 100 - 119 120 - lebih
Diskon (%) Tidak ada diskon 4 5 6
Harga Diskon (p) Rp 200.000,Rp 190.000,Rp 175.000,Rp 170.000,-
Biaya normal untuk setrika antistres adalah Rp 200.000 . Untuk pesanan diantara 80 99 unit, biaya unitnya turun menjadi Rp 190.000; untuk pesanan diantara 100 - 119 unit, biaya unitnya turun menjadi Rp 175.000; untuk pesanan 120 unit atau lebih, biaya unitnya turun menjadi Rp 170.000. Diketahui Pada PT. Indo Jaya, permintaan tahunannya sebesar 120 unit. Lebih lanjut lagi, biaya pemesanan adalah Rp 150.000 per pesanan. Ongkos membawa persediaan, sebagai persen dari biaya, I, adalah 20% atau 0,2. Menghitung nilai Q* untuk setiap diskon :
Q*1 =
=
= 30 unit setrika per pesanan
Q*2 =
=
= 31 unit setrika per pesanan
Q*3 =
=
Q*4 =
= 32 unit setrika per pesanan
=
= 33 unit setrika per pesanan
Menyesuaikan ke atas nilai-nilai Q* yang berada di bawah rentang diskon yang diizinkan. Karena Q*1 berada diantara 1 sampai 79, tidak diperlukan penyesuaian. Karena Q*2 berada dibawah rentang yang diizinkan dari 80 sampai 99, diperlukan penyesuaian menjadi 80 unit. Hal yang sama berlaku untuk Q*3, diperlukan penyesuaian menjadi 100 unit, dan berlaku juga untuk Q*4, diperlukan penyesuaian menjadi 120 unit. Maka: Q*1 = 30 Q*2 = 80 Q*3 = 100 Q*4 = 120 Menggunakan persamaan biaya total dan menghitung biaya total untuksetiap kuantitas pesanan.
Angka Diskon 1 2 3 4
Harga Satuan (Rp) 200.000 190.000 175.000 170.000
Kuantitas Pesanan 30 80 100 120
Biaya Produk Tahunan (Rp) 24.000.000 22.800.000 21.000.000 20.400.000
Biaya Biaya Pemesanan Penyimpanan Tahunan Tahunan (Rp) (Rp) 600.000 600.000 580.645 589.000 562.500 560.000 545.454 561.000
Total (Rp)
25.200.000 23.969.645 22.122.500 21.506.454
Dari keempat angka diskon kuantitas maka dipilih kuantitas pesanan dengan biaya total paling rendah yakni 120 unit setrika akan meminimalkan biaya totalnya.
BAB VI PERSEDIAAN PROBABILISTIK
Model persediaan probabilistik Model persediaan probabilistik adalah suatu mekanisme dalam pembuatan serangkaian kebijakan yang memonitor tingkat persediaan, menentukan persediaan pengaman, kapan persediaan harus diisi, dan kuantitas pemesanan. Dalam kenyataan, kebijakan-kebijakan tersebut dipengaruhi oleh beberapa kendala antara lain kapasitas gudang dan modal, adanya unsur ketidakpastian (probabilistik) dalam permintaan (demand) atau waktu tunggu (lead time), serta akibat dari barang pesanan konsumen yang tidak tersedia (out of stock) yaitu terjadinya kasus backorder dan lost sales (Khoiroh, 2008). Sedangkan menurut Elsayed (1985), model persediaan probabilistik merupakan persediaan model dimana ukuran permintaan dalam satu periode bersifat acak, disamping itu pada model persediaan probabilistik timbul suatu persediaan pengaman (safety stock) yang digunakan untuk mengantisipasi fluktuasi permintaan atau fluktuasi pemenuhan bahan baku dalam jangka waktu tertentu.
Persediaan pengaman (safety stock) Persediaan pengaman adalah persediaan minimum yang harus selalu ada dan selalu siap tersedia didalam gudang yang dimaksudkan untuk mengantisipasi bila sewaktu-waktu perusahaan mengalami kekurangan bahan baku dasar sehingga proses produksi dapat berjalan dengan lancar. Diadakannya suatu persediaan pengaman bagi perusahaan kami agar apabila perusahaan mengalami kekurangan bahan baku, atau keterlambatan datangnya bahan baku yang dibeli oleh perusahaan. Karena berdasarkan pengertian persediaan pengaman (Safety Stock) sendiri menurut Freddy Rangkuty (2004:10) adalah persediaan tambahan yang diadakan untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan (Stock Out). Dengan adanya persediaan pengaman maka proses produksi dalam perusahaan akan dapat berjalan tanpa adanya gangguan kehabisan bahan baku, walaupun bahan baku yang dibeli perusahaan kami terlambat dari waktu yang diperhitungkan. Persediaan pengaman ini akan diselenggarakan dalam suatu jumlah tertentu, dimana jumlah ini merupakan suatu jumlah tetap didalam suatu periode yang telah ditentukan sebelumnya. Terdapat 3 item dalam persediaan probabilistik, diantaranya: 1. Permintaan variabel dan waktu tunggu konstan Permintaan harian rata-rata unit setrika pada perusahaan PT. Indo Jaya adalah 11 unit, dengan standar deviasi 3 unit. Ditetapkan bahwa lead timenya adalah 3 hari dan risiko kekurangan persediaan yang diperbolehkan 5%, sehingga tingkat pelayanan yang dimungkinkan adalah 95 %. Maka, dari tabel kurva normal, nilai Z-nya adalah sebesar 1,64. ROP = (permintaan harian rata-rata x waktu tunggu dalam hari) + ZσdLT Dimana σdLT = standar deviasi dari permintaan selama waktu tunggu = σd
ROP
= (11 x 3) + 1,64 (3)
= 33 + 8,5217 = 41,52 ≈ 42 unit setrika Persediaan pengaman (SS) = 42 – 11 = 31 unit setrika 2. Waktu tunggu variabel dan permintaan konstan Perusahaan Setrika PT. Indo Jaya menjual sekitar 9 unit setrika per hari (kuantitas yang hampir konstan). Waktu tunggu untuk pengantaran setrika terdistribusi normal dengan waktu rerata 3 hari dan standar deviasi 2 hari. Ditentukan tingkat pelayanannya 95%. ROP = (permintaan harian x waktu tunggu rata-rata dalam hari) + Z (permintaan harian) x σLT Dimana σLT = standar deviasi dari waktu tunggu dalam hari ROP
= (9 x 3) + 1,64 (15) (2) = 27 + 49,2 = 76,2 ≈ 73 unit Persediaan pengaman (SS) = 73 – 9 = 64 unit 3. Permintaan dan waktu tunggu variabel Penjualan setrika pada PT. Indo Jaya rata-rata sekitar 11 Unit per hari, mengikuti distribusi normal dengan standar deviasi 3 unit. Setrika yang dipesan dari distributor, waktu tunggunya terdistribusi normal dengan rata-rata 5 hari dan standar deviasi 2 hari. Ditentukan tingkat pelayanannya 95%. ROP = (permintaan harian rata-rata x waktu tunggu rata-rata) + ZσdLT Dimana σd = standar deviasi dari permintaan per hari σLT = standar deviasi waktu tunggu dalam hari dan σdLT = σdLT
= = =
ROP
= 23
= (11 x 5) + 1,64 σdLT = 100 + 1,64 (23) = 100 + 37,72 = 137,72 ≈ 138 unit
Persediaan pengaman (SS) = 138 – 11 = 127 bungkus
BAB VII MATERIAL REQUIREMENT PLANNING Ketersediaan bahan baku dengan jumlah dan waktu yang tepat akan mendukung kelancaran dan ketepatan. proses dan waktu produksi. Ketepatan produksi akan dapat memenuhi kebutuhan dan kepuasan konsumen. MRP bertujuan untuk mengetahui waktu dan kuantitas bahan baku yang harus tersedia dalam satu periode tertentu untuk memperlancar proses produksi. Sehingga akan diketahui berapakah jumlah bahan baku yang harus diproduksi oleh bagian bahan baku pada perusahaan ini agar bahan baku tersebut dapat tersedia dengan jumlah dan waktu yang tepat. Penjadwalan dengan metode MRP mempertimbangkan komponen dan produk secara keseluruhan sehingga akan membantu perusahaan dalam menentukan due date pengiriman kepada pelanggan dengan lebih akurat. Penerapan MRP di perusahaan memungkinkan perusahaan untuk lebih baik dalam penggunaan dan pengaturan waktu.
Empat Langkah Utama Sistem Material Requirements Planning (MRP) Sistem MRP memiliki empat langkah utama yang selanjutnya keempat langkah ini harus ditetapkan satu per satu pada periode perencanaan dan pada setiap item. Prosedur ini dapat dilakukan secara manual bila jumlah item yang terlibat dalam produksi relatif sedikit. Suatu program diperlukan bila jumlah item sangat banyak. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut (Baroto, 2002). 1. Netting Merupakan suatu proses perhitungan kebutuhan bersih yang biasany merupakan selisih antara kebutuhan kotor dengan persediaan di tangan dan yang sedang diproses (dipesan). 2. Lotting Merupakan suatu proses untuk menentukan besarnya jumlah pesanan optimal untuk setiap item secara individual berdasarkan pada hasil perhitungan kebutuhan bersih yang telah dilakukan. Beberapa teknik diarahkan untuk menyeimbangkan ongkos set up dan ongkos simpan. Ada juga teknik yang sederhana yang memakai jumlah pemesanan tetap atau periode pemesanan tetap. 3. Off Setting Merupakan salah satu langkah pada MRP untuk menentukan saat yang tepat untuk rencana pemesanan dalam memenuhi kebutuhan bersih. Rencana pemesanan didapat dengan cara V-3 menggabungkan saat awal tersedianya lot size yang diinginkan dengan besarnya waktu ancang. Waktu ancang ini sama dengan besarnya waktu saat barang mulai dipesan atau diproduksisampai barang tersebut siap untuk dipakai. 4. Explosion aitu proses perhitungan kebutuhan kotor untuk tingkat yang lebih bawah didasarkan atas rencana pesanan. Dalam proses explosion ini, data mengenai struktur produk sangat memegang peranan, karena atas dasar struktur produk inilah
proses explosion akan berjalan dan dapat menentukan ke arah komponen mana yang harus diexplosion. Bill Of Material (BOM) Permintaan untuk produk A sebesar 10 unit untuk dipenuhi dalam 7 minggu. Setiap unit A memerlukan 1 unit B dan 1 unit C dan 1 unit D. Setiap unit B memerlukan 1 unit E dan 1 unit F dan 1 unit G. Selain itu, Sedangkan unit C memerlukan 2 unit H dan 1 unit G. Selain itu, unit D memerlukan 1 unit I dan 1 unit J. Maka Permintaan untuk produk B, C, D, E, F dan G sangat dependent terhadap permintaan untuk produk A.
Keterangan A : Setrika Anti Stres B : Setrika C : Toaster D : MP3 E : Kabel F : Pelat Bawah G : Tombol pengetur suhu dan pengangkat roti H : Dudukan Roti I : Soun Sistem J : Memori Card
Struktur produk berfase waktu No. Barang 1 A 2 B 3 C 4 D 5 E 6 F 7 G 8 H 9 I 10 J
Lead Time (dalam minggu) 1 2 1 2 2 3 1 2 1 2
Minggu
Rencana Kebutuhan Bruto Barang
Waktu Tunggu
Minggu 1
2
3
4
5
6
7 10
A
1
10
B
10
2
10
1
10
2
10
C 10
D 10
E
10
2
10
3
10
1
10
F 10
G 10
G
1
10 10 20
H
2
20
I
10
1
10
2
10
J 10
Rencana Kebutuhan Netto Barang Persediaan A 5 B 2 C 5 D 6 E 5 F 3 G 8 H 15 I 5 J 4
Waktu Tunggu 1 2 1 2 2 3 1 2 1 2
Barang A Minggu Barang
1
2
3
4
5
6
7
Kebutuhan Netto Penerimaan Terjadwal Proyeksi Persediaan di Tangan Kebutuhan Netto
10
5
5
5
5
5
5
5
5
Penerimaan Pesanan Terencana Pengiriman Pesanan Terencana
5
5
Barang B Minggu Barang
1
2
3
4
5
Kebutuhan Netto Penerimaan Terjadwal Proyeksi Persediaan di Tangan Kebutuhan Netto Penerimaan Pesanan Terencana Pengiriman Pesanan Terencana
6 10
2
2
2
2
2
2
8 8
8
7
Barang C Minggu Barang
1
2
3
4
5
Kebutuhan Netto Penerimaan Terjadwal Proyeksi Persediaan di Tangan Kebutuhan Netto
6
7
10
5
5
5
5
5
5
Penerimaan Pesanan Terencana Pengiriman Pesanan Terencana
5
5
Barang D Minggu Barang
1
2
3
Kebutuhan Netto Penerimaan Terjadwal Proyeksi Persediaan di Tangan Kebutuhan Netto Penerimaan Pesanan Terencana Pengiriman Pesanan Terencana
4 10
6
6
6
6
4 4
4
5
6
7
Barang E Minggu Barang
1
2
3
Kebutuhan Netto Penerimaan Terjadwal Proyeksi Persediaan di Tangan Kebutuhan Netto
4
5
6
7
5
6
7
10
5
5
5
5
5
Penerimaan Pesanan Terencana Pengiriman Pesanan Terencana
5
5
Barang F Minggu Barang
1
2
3
4
Kebutuhan Netto Penerimaan Terjadwal Proyeksi Persediaan di Tangan Kebutuhan Netto Penerimaan Pesanan Terencana Pengiriman Pesanan Terencana
10
3
3
3
3
3
7 7
7
Barang G Barang
Minggu 1
2
3
4
5
Kebutuhan Netto Penerimaan Terjadwal Proyeksi Persediaan di Tangan Kebutuhan Netto
6
7
6
7
10
8
8
8
8
10
Penerimaan Pesanan Terencana Pengiriman Pesanan Terencana
10
10
Barang H Barang 1 Kebutuhan Netto Penerimaan Jadwal Proyeksi Persediaan di tangan Kebutuhan Netto Penerimaan Pesanan Terencana Pengiriman Pesanan Terencana
2
Minggu 4
3
5 20
15
15
15
5
15
15 5
Barang G Minggu 4 10
Barang 1 Kebutuhan Netto Penerimaan Jadwal Proyeksi Persediaan di tangan Kebutuhan Netto Penerimaan Pesanan Terencana Pengiriman Pesanan Terencana
2
8
3
8
8
5
6
7
5
6
7
8 2 2
2
Barang I Barang
Minggu 1
2
3
4
Kebutuhan Netto Penerimaan Terjadwal Proyeksi Persediaan di Tangan Kebutuhan Netto Penerimaan Pesanan Terencana Pengiriman Pesanan Terencana
10
5
5
5
5
5 5
5
Barang J Minggu Barang
1
2
3
4
Kebutuhan Netto Penerimaan Terjadwal Proyeksi Persediaan di Tangan Kebutuhan Netto Penerimaan Pesanan Terencana Pengiriman Pesanan Terencana
5 10
4
4
4
4
6 6
6
6
7
BAB VIII JUST IN TIME Just in time (JIT) adalah suatu sistem yang mengharuskan subrakitan-subrakitan dan komponen-komponen diproduksi dalam lot-lot produksi yang sangat kecil dan dikirimkan ke tahapan proses berikutnya tepat pada saat dibutuhkan. Just in time adalah filosofi perusahaan yang berorientasi ke arah penghapusan limbah di seluruh operasi dan meningkatkan hasil bahan baku. Dengan cara ini, kelebihan persediaan akan dapat dieliminasi dan biaya-biaya dikurangi. Sasaran akhir dari JIT adalah memberikan pelayanan yang lebih baik kepada pelanggan dengan memberikan tingkat kualitas pelayanan yang lebih baik. JIT memberian sejumlah konsep produksi yaitu (Bateman, 2008) : Menghilangkan limbah. Menghilangkan seluruh limbah dari proses produksi termasuk limbah waktu, orang, mesin, ruang, dan bahan baku Kualitas yang sempurna. Memproduksi bagianbagian yang sempurna bahkan ketika ukuran-ukuran lot dikurangi Pengurangan waktu siklus. Menyelesaikan seluruh proses manufaktur secara lebih cepat. Keterlibatan karyawan. Dalam JIT, keterlibatan karyawan merupakan pusat dari keberhasilan para pekerja bertanggung jawab atas keputusan-keputusan produksi. Proses manufaktur yang memberikan nilai tambah. Hanya melakukan hal-hal yang menambah nilai pada produk jadi. Penemuan masalah dan pencegahan agar tidak terulang lagi. Pencegahan dari kesalahan atau kegagalan adalah komponen penting dari JIT. Just-in-time (JIT) adalah pendekatan berkelanjutan dan penyelesaian masalah secara paksa yang berfokus pada keluaran dan pengurangan penggunaan persediaan. Menurut Simamora (2003) dalam bukunya Akuntansi Manajemen, Just In Time adalah suatu keseluruhan filosofi operasi manajemen dimana segenap sumber daya, termasuk bahan baku dan suku cadang, personalia, dan fasilitas dipakai sebatas dibutuhkan. Tujuannya adalah untuk mengangkat produktifitas dan mengurangi pemborosan. Just In Time didasarkan pada konsep arus produksi yang berkelanjutan dan mensyaratkan setiap bagian proses produksi bekerja sama dengan komponen-komponen lainnya. Tenaga kerja langsung dalam lingkungan Just In Time dipertangguh dengan perluasan tanggung jawab yang berkontribusi pada pemangkasan pemborosan biaya tenaga kerja, ruang dan waktu produksi. Metode produksi Just In time mensyaratkan tidak adanya persediaan bahan baku karena bahan baku dan suku cadang dijadwalkan untuk sampai ke pabrik dari pemasok hanya pada saat dibutuhkan saja. Just In Time didasarkan pada konsep arus produksi yang berkelanjutan dan mensyaratkan setiap bagian proses produksi bekerja sama dengan komponen-komponen lainnya. Tenaga kerja langsung dalam lingkungan Just In Time dipertangguh dengan perluasan tanggung jawab yang berkontribusi pada pemangkasan pemborosan biaya tenaga kerja, ruang dan waktu produksi. Perusahaan-perusahaan pabrikasi menyimpan tiga jenis persediaan yaitu bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi. Persediaan-persediaan ini dirancang untuk bertindak sebagai pemenuhan pasokan sehingga kegiatan-kegiatan perusahaan tetap dapat
berjalan. Persediaan-persediaan ini dirancang untuk bertindak sebagai penyangga sehingga kegiatan-kegiatan perusahaan tetap dapat berjalan mulus walaupun para pemasok terlambat melakukan pengiriman atau bilamana sebuah departemen tidak mampu beroperasi selama beberapa waktu karena sesuatu atau hal lainnya. Namun penyimpanan persediaan-persediaan itu sudah barang tentu memakan biaya besar. Sistem Just In Time merupakan upaya untuk mengurangi atau menghilangkan persedian. Perusahaan yang mengadopsi system Just In Time ke proses produksinya harus merancang kembali fasilitas - fasilitas pabrikasinya dan kejadian-kejadian yang memicu proses. Pada perusahaan ini, perusahaan memproduksi setrika anti-stress mengusahakan dalam memaksimalkan Just In Time. Terdapat beberapa hal teknik dalam Just In Time yang diperhatikan, yaitu pemasokan bahan, tata letak peralatan dan mesin, persedian bahan, penjadwalan, pemeliharaan preventif, kualitas produksi, pemberdayaan pekerja, dan komitmen perusahaan. Teknik-teknik ini merupakan faktor-faktor dalam mencapai suksesnya Just in Time, sehingga tidak timbulnya pemborosan atau disfungsi bahan yang masuk untuk diproduksi sesuai dengan jadwal induk produksi. Tindakan yang harus dipersiapkan perusahaan untuk menerapkan JIT adalah sebagai berikut: 1. Suplier (pemasok) Perusahaan harus memiliki satu atau lebih pemasok. Dimana pemasok ini didasarkan skala prioritas yang disesuaikan dengan kondisi permintaan pada saat itu. Pemasok merupakan operator dalam menyediakan kebutuhan bahan produksi. Pemasok akan menyuplai bahan-bahan produksi untuk menghasil setrika anti stress yang sesuai dengan standar mutu yang diinginkan. Bahan-bahan produksi yang dibutuhkan contohnya, seperti mesin pencetakan alat, mesin bubut, alat MP3, alat generator panas, headset speaker, wadah pemanggan dan pemanasan air sertai rangkairangkain alat yang sesuai dibutuhkan. Bahan dan alat yang dibutuhkan disuplai sesuai jadwal induk produksi yang didalamnya terdapat perencanaan keperluan material. Bahan dan alat dikirim dengan syarat kualitas yang bermutu tinggi sehingga tidak memperoleh bahan-bahan yang rusak atau tidak sesuai dengan standar kualitas bahan ketika pada proses pengiriman. Bahan dan alat akan diuji dan diseleksi di area tempat pengerjaan, sehingga memperoleh informasi mengenai kondisi bahan dan alat. Pengiriman dalam menyuplai dengan tepat waktu ke area kerja yang ditujukan dimana pada saat bahan dan alat dibutuhkan. Untuk pencapaian ini, sangat diperlukan hubungan pemasok sangat mendukung dan difasiltasi agar tidak terjadi kesalahan dan kegagalan komunikasi, memperoleh informasi-informasi penting untuk dipertimbangkan, serta menyampaikan informasi penting kepada pemasok . Contohnya, terjadinya perubahaan dalam permintaan kebutuhan atau waktu yang dibutuhkan. Teknik ini bertujuan untuk mengurangi aktifitas yang tidak perlu serta tidak diberlakukannya sistem safety stock serta menjaga kualitas alat dan bahan. 2. Penjadwalan Penjadwalan produksi harus diatur secara sistematis dan tertata rapi. Penjadwalan produksi harus dapat menginformasikan komponen yang dibutuhkan untuk proses produksi, selain itu juga agar dapat digunakan sebagai bahan informasi
untuk pemasok agar dapat menyediakan bahan baku produksi. Penjadwalan produksi merupakan jadwal induk yang disesuaikan untuk memenuhi permintaan konsumen dan perancanaan produksi yang telah ditargetkan. Penjadwalan ini sangat dipengaruhi oleh kebutuhan pelanggan, sehingga adanya informasi-informasi yang lebih bersifat dinamis dalam suatu perusahaan. Perusahan akan menginformasikan ke pemasok bahan dan alat agar dipasok sesuai dengan kebutuhan yang dibutuhkan. Teknik ini sangat mendukung sistem JIT. Teknik penjadwalan ini juga dapat rancangan penanggalan kegiatan produksi yang mendukung dalam melakukan pengurangan ukuran lot. Karena untuk melakukan pengukuran lot tergantung terhadap waktu yang tersedia. Teknik ini juga mampu dalam meminimasikan produk setengah jadi, dimana sebagian produk tidak dapat diselesaikan terhadap standar waktu operasi kerja. 3. Persediaan (lot) Ukuran lot dibuat seminimal mungkin sehingga tidak memerlukan ruang penyimpanan yang besar dan dapat mengurangi holding cost. Persediaan bahan merupakan aktifitas alternatif dalam memenuhi permintaan produksi. Perusahaan ini, melakukan teknik persediaan disaat dimana kebutuhan produksi bertambah secara tibatiba. Persediaan ini lebih bersifat berjaga-jaga dalam mengatasi dinamika kebutuhan produksi. Persedian ini tidak sama dengan penyimpanaan. Teknik persediaan ini adalah menambah atau melebihkan kebutuhan yang tersedia untuk menutupi perubahan dan masalah internal produksi yang terjadi. Namun persedian ini dipenuhi pada saat kebutuhan dibutuhkan atau bersifat just in time, sehingga memperkecil penyimpanan persediaan. Untuk mengurangi persediaan, digunakan ukuran lot yang kecil. Ukuran lot yang kecil ini ialah mengurangi kapasitas produksi dalam sekali produksi dengan memfraksimasikan aktifitas proses produksi (memperbanyak aktifitas produksi). Dengan kondisi ini, permintaan persediaan akan lebih kecil tetapi intensitas pengiriman persediaan akan lebih banyak. 4. Komitmen Komitmen yang dibentuk antara perusahaan, pemasok, dan pekerja yang diwujudkan dalam kualitas produksi yang baik, pemberdayaan pekerja dan pemilihan pemasok berkualitas. Teknik ini adalah bagian inti dari perencanaan yang digunakan sebagai alat patokan untuk menjaga stabilitas kegiatan produksi untuk mencapai target yang diinginkan. Komitmen ini lebih bersifat abstraktif dalam perusahaan produksi strika anti-stress. Pihak yang berperan dalam mencapai komitmen ini adalah pihak manejemen , pekerja dan pemasok. Ketiga pelaku tersebut adalah operator-operator yang bertanggung jawab dalam mencapai komitmen yang diinginkan. Pada perusahaan produksi anti-stress ini, bagian pekerja yang membuat komitmen perusahaan adalah pihak manajemen. Pihak manajemen ini berkerja secara keseluruhan pada perusahaan dan memperhatikan kondisi masa lampau, sekarang , serta masa depan perusahaan. Sehingga dari hal tersebut, manajemen akan membuat suatu keputusan yang bersifat ramalan. Sedangkan pada pekerja, komitmenkomitmennya ialah penanggungjawaban atas kegiatan operasi. Pada pemasok, komitmen yang ditanggungjawabi adalah kualitas serta ketepatan proses pengiriman.
5. Tata letak Tata letak merupakan desain dan penempatan suatu alat dan bahan produksi yang telah disesuaikan dan dirancang agar lebih efisien dan efektif. Perancangan tata letak perusahaan ini disesuaikan denga standar operasi procedur perusahaan. Alat dan bahan seperti mesin dan lain-lain ditata serta diurutkan sesuai procedur kerja dengan jarak yang efisien sehingga tidak minimbulkan waktu dan gerakan-gerakan kerja yang inefektif. Penataan letak ini dirancang juga agar memanfaat lahan yang tersedia seoptimal mungkin sehingga tidak adanya pemborosan tempat yang digunakan. Selain itu, dalam memilih alat-alat mesin , perusahaan mengunakan alternatif mesin yang memliki multifungsi dan bersifat fleksibel terhadap lingkungan yang tersedia. Hal ini, perusahaan bertujuan menggunakan lahan yang optimal dengan lahan yang terbatas (penggunaan persediaan). 6. Pemeliharaan preventif Pemeliharaan preventif maksudnya pemilharaan yang tujuannya bersifat mencegah masalah atau kegagalan. Pemeliharaan preventif ini dilakukan pada saat kegiatan pre-produksi, proses operasi peroduksi, sampai ke pasca produksi. Namun yang diutamakan pada proses produksi terutama adalah fasilitas-fasilitas produksi, seperti perbaikan mesin, suku cadang mesin dan lain-lain. Hal ini tidak terlepas dari pekerja ahli atau operator dalam melakukan pemeliharaan. Dalam melakukan pemeliharaan ini dilakukan bersifat rutinitas dan terjadwal. Hal ini untuk menambah daya tahan mesin. 7. Kualitas Produksi Kualitas produksi merutpakan standar mutu suatu kegiatan produksi. Kuliatas produksi ini dipantau melalului hasil produk yang diperoleh, kegiatan operasi produksi yang dilakukan serta bagian mengenai pemsokan bahan atau alat yang disuplai. Kualitas dalam proses produksi adalah kesesuain langkah-langkah prosedur terhadap standar operasi prosedur. Sedangkan, ketika penyuplaian barang, kulitas yang disasarkan kepada pemasok terhadap bahan yang dibutuhkan. Sehingga, pemasok menjamin barang dengan kualitas yang baik dengan waktu yang tepat dan ke area sasaran yang tepat. 8. Pemberdayaan pekerja Pembedayaan pekerja adalah suatu strategi untuk mengoptimalkan sumber daya yang terdapat dalam perusahaan produksi strika anti-stress. Pemberdayaan pekerja dilakukann dengan menambah jam lembur kerja apabila memiliki permintaan yang lebih besar. Untuk memperbesar produktivitas, pemberdayaan juga dapat dilakukan dengan pelatihan, insentif, dan program yang membangun lainya. Sehingga, dengan program ini, menghasil kan pekerja ahli, berprodukitivitas tinggi, dan berkurangnya waktu-waktu yang bersifat inefektif. Orientasi pada pekerjaan juga harus dilakukan agar lebih terklasifikasi dan dapat memastikan fleksibilitas pekerja. Dengan mengurangi pemborosan yang dalam hal ini adalah pengeluaran yang tidak perlu. Dan juga dapat diartikan sebagai investasi dalm bentuk berlebih maka perusahaan sudah siap untuk m,elakukan just in time. Dengan menggunakan teknik kanban sebagai pendukung. Dimana aplikasi penggunaan kanban disempurnakan secara berkala.
DAFTAR PUSTAKA Bateman S, Thomas dan Snell A Scott. 2008. Manajemen, Edisi 7. Jakarta: Salemba Empat. Gaspersz, Vincent. 2004. Production Planning and Inventory Control. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Herjanto, Eddy. 2008. Manajemen Operasi. Jakarta : Grasindo. Rangkuti, Freddy. 2007. Manajemen Persediaan: Aplikasi di Bidang Bisnis. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Simamora, Henri. 2003. Akuntansi Manajemen. Jakarta : Salemba Empat. Yunarto, H.I, dan Santika, M.G, 2005. Inventory Management. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.