perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
TUGAS AKHIR
STUDI KETERSEDIAAN LOKASI PERUMAHAN KAWASAN PERKOTAAN SRAGEN TAHUN 2028
Diajukan Sebagai Syarat Untuk Mencapai Jenjang Strata-1 Perencanaan Wilayah dan Kota
Disusun Oleh: VELLISSA ANDREVA R I 0606044
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN STUDI KETERSEDIAAN LOKASI PERUMAHAN KAWASAN PERKOTAAN SRAGEN TAHUN 2028 Disusun Oleh: VELLISSA ANDREVA R I0606044
Menyetujui, Surakarta, 29 Juli 2010 Dosen Pembimbing Tugas Akhir Pembimbing 1 Pembimbing 2
Murtanti Jani Rahayu, ST, MT NIP. 19720117 200003 2 001
Ir. Winny Astuti, M.Sc, Ph.D NIP. 19640711 199103 2 001
Mengesahkan, Ketua Jurusan Arsitektur
Ketua Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota
Ir. Hardiyati, M.T. NIP. 19561209 198601 2 001
Ir. Galing Yudana, M.T. NIP. 19620129 198703 1 002
Pembantu Dekan I
Ir. Nugroho Djarwanti, M. T. 19561112 198403 2 007
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK commitSEBELAS to user MARET UNIVERSITAS SURAKARTA 2010
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
STUDI KETERSEDIAAN LOKASI PERUMAHAN KAWASAN PERKOTAAN SRAGEN TAHUN 2028 Vellissa Andreva R NIM. I0606044 Seiring berjalannya waktu jumlah penduduk di Kawasan Perkotaan Sragen terus bertambah begitu pula kebutuhan akan lahan perumahannya, akan tetapi ketersediaan lahan tetap tak berubah. Oleh sebab itu dilakukan studi guna mengetahui ketersediaan lokasi perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen di tahun 2028 dengan memperhatikan kesesuaian lokasi perumahan serta kebijakan yang berlaku di kawasan tersebut. Analisis untuk mengetahui kesesuaian lokasi perumahan dilakukan dengan metode superimpose (ovelay) peta terhadap aspek fisik, aksesibilitas, ketersediaan sarana dasar, dan ketersediaan sarana perekonomian. Hasil analisis di-overlay dengan rencana penggunaan lahan menurut RDTR Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2009-2028 menunjukan lokasi yang sangat sesuai dan sesuai untuk dijadikan perumahan hingga tahun 2028 seluas 562,07 Ha, Dengan analisis proyeksi penduduk, penghitungan kebutuhan jumlah rumah, dan penghitungan kebutuhan luas lahan perumahan diperoleh jumlah kebutuhan lahan permukiman di Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028 seluas 69,37 Ha. Dengan membandingkan jumlah kebutuhan dan ketersediaan maka didapatkan bahwa hingga tahun 2028 lahan perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen masih sangat luas ketrsediaannya.
Kata kunci : superimpose, GIS, lokasi perumahan, kebutuhan rumah commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat dan karuniaNya sehingga laporan Tugas Akhir dengan judul “STUDI KETERSEDIAAN LOKASI PERUMAHAN KAWASAN PERKOTAAN SRAGEN TAHUN 2028” dapat terselesaikan. Selesainya laporan ini tak luput dari bantuan berbagai pihak yang selama ini telah banyak membantu dan mendukung penulis dalam pengerjaan laporan ini. Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada banyak pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini. : 1.
Ibu Ir. Hardiyati, MT selaku Ketua Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret.
2.
Bapak Ir. Galing Yudana, MT selaku Ketua Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret.
3.
Ibu Murtanti Jani Rahayu, ST, MT selaku pembimbing pertama Tugas Akhir, terima kasih atas bimbingan, masukan, nasehat, dan perhatian yang selama ini telah diberikan.
4.
Ibu Ir. Winny Astuti, M.Sc, Ph.D selaku pembimbing kedua Tugas Akhir yang telah banyak memberikan bimbingan dalam penyelesaian Laporan Tugas Akhir
5.
Ibu Istijabatul Aliyah, ST. MT, selaku Penguji sidang Tugas Akhir.
6.
Bapak Ir.Agus Sanyoto, selaku Penguji sidang Tugas Akhir.
7.
Ir. Ismanto, MM selaku Kepala Bidang Fisik dan Prasarana Wilayah BAPPEDA Kabupaten Sragen.
8.
Muhammad Vino dan Ning Setyowati sebagai semangat utama dalam
9.
menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini. commit to user Ovi Andreva Ningrum dan Ino Ilma Gilang P, terima kasih atas doa dan dukungan kalian. iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10. Arwin Bagus Dewangga, terima kasih atas bantuan dan dukungan dalam menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini 11. Arum Ardianti, Tyas Yuwono, dan Aga Kristianing Jati, terima kasih atas berbagai cerita suka dan duka yang kalian hadirkan selama ini. 12. Dwinta Nori Fitria, Fatmawati Nurul Handayani Kusuma Wardani, Ferry Agrianto, dan Zaini Musthofa, terima kasih atas bantuan dan semangat kalian selama ini. 13. Bg524, terima kasih karena telah menjadi inspirasi dan selalu menemani penulis saat pengerjaan laporan Tugas Akhir. 14. Untuk teman-teman PWK angkatan 2006 dan banyak pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah banyak membantu penulis dalam banyak hal, terima kasih atas bantuannya.
Surakarta, Juli 2010
Penulis
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK STUDI KETERSEDIAAN LOKASI PERMUKIMAN KAWASAN PERKOTAAN SRAGEN TAHUN 2020
Kawasan Perkotaan Sragen merupakan ibu kota kabupaten yang menjadi pusat pemerintahan dan pusat perdagangan dan jasa. Kawasan ini terdiri dari 12 kelurahan dan satu desa. Seiring berjalannya waktu jumlah penduduk di kawasan tersebut terus bertambah begitu pula kebutuhan akan lahan permukimannya, akan tetapi ketersediaan lahan tetap tak berubah. Oleh sebab itu dilakukan studi guna mengetahui ketersediaan lokasi permukiman di Kawasan Perkotaan Sragen di tahun 2020 dengan memperhatikan kesesuaian lokasi permukiman serta kebijakan yang berlaku di kawasan tersebut Lokasi suatu permukiman dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain aspek fisik, aksesibilitas, ketersediaan sarana dasar, dan ketersedian sarana perekonomian. Dengan memperhatikan faktor-faktor tersebut dicari lokasi yang sangat sesuai untuk dijadikan permukiman. Selain memperhatikan faktor-faktor tersebut, kesesuaian lokasi permukiman juga mempertimbangkan keberadaan kawasan lindung serta kerawanan bencana dan polusi. Suatu permukiman tak dapat didirikan begitu saja diatas suatu lahan tanpa memperoleh ijin dari pemerintah, oleh sebab itu kesesuaian lahan terhadap perencanaan Kawasan Perkotaan Sragen sangat penting untuk mendapat legalitas lahan. Ketersediaan lahan Kawasan Perkotaan Sragen di tahun 2028 diperoleh dari membandingkan ketersediaan lahan permukiman hingga tahun 2028 dengan kebutuhan lahan permukiman di tahun tersebut Analisis untuk mengetahui kesesuaian lokasi permukiman menurut berbagai aspek dilakukan dengan metode superimpose (overlay) peta dari aspek fisik, aksesibilitas, ketersediaan sarana dasar, ketersediaan sarana perekonomian,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
keberadaan kawasan lindung, serta kawasan rawan bencana dan polusi. Dari hasil analisis diperoleh bahwa 87,35 % lahan di Kawasan Perkotaan Sragen sangat sesuai untuk dijadikan permukiman, akan tetapi jika melihat kondisi eksistingnya, lokasi-lokasi yang sesuai tersebut fungsinya didominasi oleh sawah irigasi teknis. Oleh sebab itu hasil analisis kesesuaian di overlay dengan rencana penggunaan lahan menurut RDTR Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2009-2028. Berdasarkan hasil analisis lokasi yang sangat sesuai dan sesuai untuk dijadikan permukiman hingga tahun 2028 seluas 562,07 Ha, lokasi tersebut tersebar di seluruh kelurahan kecuali Kelurahan Sragen Tengah. Kelurahan yang paling banyak memiliki ketersediaan lahan permukiman adalah Kelurahan Nglorog, dan yang paling sedikit adalah Desa Tangkil Jumlah kebutuhan lahan permukiman hingga tahun 2020 dicari dengan melihat pertambahan penduduk Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2009 hingga tahun 2020. Untuk mencari jumlah kebutuhan rumah maka dicari pertambahan jumlah penduduk hingga tahun 2020 yaitu sejumlah 12.427 jiwa. Dengan membagi jumlah penduduk dengan jumlah rata-rata anggota keluarga maka diperoleh jumlah KK di tahun 2028. Kebutuhan rumah dicari dengan menggunakan asumsi bahwa satu keluarga menghuni satu unit rumah. Berdasarkan hasil analisis, jumlah kebutuhan rumah di Kawasan Perkotaan Sragen hingga tahun 2020 adalah 2128 unit rumah. Jumlah tersebut merupakan akumulasi dari total jumlah rumah dari kebutuhan rumah untuk keluarga pra sejahtera sebesar 431 unit, keluarga sejahtera I sebesar 315 unit, keluarga sejahtera II sebesar 662 unit, keluarga sejahtera III 714 unit, serta keluarga sejahtera III+ sejumlah 43 unit. Luas kavling minimum untuk tiap kelompok KK berbeda-beda tergantung tingkat kesejahteraannya. Dengan mengkalikan luas minimum kavling dan jumlah KK maka diperoleh kebutuhan luas lahan permukiman di Kawasan Perkotaan Sragen di tahun 2028 adalah 69,37 Ha.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dengan melihat angka ketersediaan yaitu 562,07 Ha dengan angka kebutuhan lahan yaitu 69,37 Ha dapat diketahui bahwa di tahun 2020 Kawasan Perkotaan Sragen masih memiliki ketersediaan lahan yang sangat luas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Menurut Undang Undang No.4 Tahun 1992 perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan. Suatu kawasan perumahan yang ‘ideal’ diharapkan mempertimbangkan beberapa
hal
yang
berdasarkan
kepada
pengertian
dan
prinsip-prinsip
pengembangan perumahan berikut ini : 1. Perumahan merupakan bagian dari lingkungan hidup yang sebaiknya berada di luar kawasan lindung baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan hunian yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana 2. Perumahan pada dasarnya merupakan bagian dari suatu permukiman. Kawasan permukiman sendiri adalah bagian dari komponen kota yang mempunyai keterkaitan fungsional dengan aktivitas kota lainnya. Oleh karena itu, untuk mencapai peran yang optimal dalam pengembangan perumahan dan permukiman sebaiknya mengacu pada Renana Tata Ruang Wilayah Kota (RTRW) Suatu perumahan tidak hanya terdiri dari kumpulan rumah tetapi juga terdiri dari berbagai prasarana pendukung serta manusia sebagai masyarakat yang tinggal di dalam perumahan tersebut. Oleh sebab itu lokasi suatu perumahan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang dapat mendukung keberadaan masyarakat dalam
commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
perumahan tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi lokasi perumahan tersebut menyebabkan keterbatasan persediaan lokasi perumahan di suatu wilayah karena tidak semua lokasi sesuai untuk dijadikan perumahan. Untuk menunjukan lokasi-lokasi perumahan tersebut dibutuhkan instrumen visualisasi yaitu berupa peta-peta yang menggambarkan letak berbagai bentuk rupa bumi di Kawasan Perkotaan Sragen. Geographic Information System merupakan sebuah perangkat lunak yang mampu menganalisa berbagai faktor spasial yang mempengaruhi lokasi suatu perumahan dengan menggunakan input data berupa peta dasar dan berbagai data pendukung. Dengan menggunakan bantuan perangkat tersebut dianalisis berbagai faktor yang mempengaruhi lokasi perumahan. Kawasan Perkotaan Sragen merupakan wilayah di Kabupaten Sragen yang merupakan ibu kota kabupaten dimana pusat pemerintahan dan pusat perdagangan berada. Kawasan ini memiliki dokumen perencanaan yang mengatur penggunaan lahan didalamnya selama 20 tahun kedepan. Dokumen tersebut adalah Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2009-2028. Guna memperoleh lokasi perumahan yang ideal maka selain memperhatikan berbagai faktor pengaruhnya, lokasi perumahan juga harus sesuai dengan rencana penggunaan lahan kawasan perumahan yang ada didalam dokumen rencana tersebut. Kebutuhan lahan atas perumahan akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk di Kawasan Perkotaan Sragen sementara lahan yang tersedia baik untuk perumahan maupun fasilitas lain tidak bertambah. Untuk dapat memenuhi kebutuhan perumahan di suatu daerah maka proyeksi kebutuhan jumlah rumah serta luas lahan perumahan pada masa yang akan datang harus
commit to user 2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
diperhatikan sehingga kebutuhan perumahan dapat terpenuhi. Dengan melihat ketersediaan lahan saat ini serta melihat kebutuhan lahan suatu wilayah di masa yang akan datang maka dapat dilihat ketersediaan lokasi perumahan di suatu wilayah di masa yang akan datang yang sesuai dengan berbagai faktor yang mempengaruhi lokasi perumahan. Oleh karena itu, dilakukan studi ketersediaan lokasi perumahan Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028 untuk mengetahui sebaran lokasi dan luas lahan perumahan yang tersedia di Kawasan Perkotaan Sragen pada tahun 2028. Penghitungan ketersediaan lokasi ini memperhatikan berbagai faktor yang mempengaruhi lokasi dan memiliki legalitas lahan.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana sebaran lokasi perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028 ? 2. Seberapa besar ketersediaan luas lahan perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028 ?
commit to user 3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Tujuan Dan Sasaran 1.
Tujuan a.
Tersusunnya peta kesesuaian lokasi perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen berdasarkan indikator-indikator yang mempengaruhi lokasi perumahan serta sesuai dengan RDTRK Perkotaan Sragen tahun 20092028 dengan menggunakan Geographic Information System.
b. Diperolehnya angka luasan ketersediaan lahan perumahan Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028.
2.
Sasaran a. Menyusun peta kesesuaian lokasi untuk perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen saat ini berdasarkan indikator yang digunakan, yaitu aspek fisik, aksesibilitas, sarana dasar, dan sarana perekonomian. b. Menyusun peta kesesuaian lokasi perumahan berdasarkan rencana penggunaan lahan perumahan dalam RDTR Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2009-2028. c. Menyusun proyeksi penduduk Kawasan Perkotaan Sragen berdasarkan kelompok KK (berdasarkan tingkat kesejahteraan) hingga tahun 2028. d. Menghitung kebutuhan luas lahan perumahan Kawasan Perkotaan Sragen pada tahun 2028 per kelompok KK. e. Menghitung luas ketersediaan lokasi perumahan per kelurahan di Kawasan Perkotaan Sragen pada tahun 2028. f. Merekomendasikan arah pengembangan lokasi perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen.
commit to user 4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D. Ruang Lingkup Studi 1.
Ruang Lingkup Wilayah Ruang lingkup wilayah penelitian yaitu Kawasan Perkotaan Sragen yang merupakan Ibukota Kabupaten Sragen dengan delineasi kota berdasarkan RUTRK no 7 tahun 2005 tentang batas wilayah Kawasan Perkotaan Sragen. Secara keseluruhan Kawasan Perkotaan Sragen terdiri dari 13 kelurahan dengan luas total 4256 Hektar. Kelurahan dan desa yang termasuk di dalam Kawasan Perkotaan Sragen adalah yang memiliki karakteristik kekotaan baik fisik maupun non fisik serta morfologinya, antara lain : Kelurahan Sidoharjo, Kelurahan Jetak, Kelurahan Sine, Kelurahan Sragen Wetan, Kelurahan Sragen Tengah, Kelurahan Sragen Kulon, Kelurahan Karangtengah, Kelurahan Nglorog, Kelurahan Puro, Kelurahan Kroyo, Kelurahan Plumbungan, Kelurahan Pilangsari, dan sebagian Desa Tangkil.
2.
Ruang Lingkup Materi Dalam menentukan kesesuaian lokasi perumahan digunakan berbagai indikator yang dapat menentukan tingkat kesesuaian suatu lokasi perumahan. Indikator yang digunakan dalam penenlitian ini dibatasi pada aspek fisik, aksesibilitas, sarana dasar, dan sarana ekonomi. Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan analisis spasial sebagai metode utama untuk mencapai tujuan penelitian, sehingga simpulan kesesuaian lokasi perumahan akan diambil berdasarkan hasil analisis spasial dengan metode superimpose dari berbagai indikator yang telah ditentukan.
commit to user 5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dalam studi ini kebutuhan lahan perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028 merupakan lahan yang dibutuhkan untuk membangun perumahan baru, dimana lahan perumahan baru tersebut tiap kavlingya terdiri dari bangunan rumah dan pekarangan. Kebutuhan lahan di perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028 hanya berupa angka luasan lahan. Kebutuhan lahan tersebut merupakan kebutuhan lahan perumahan potensial, yaitu kebutuhan lahan perumahan tanpa meninjau affordability masyarakat. Hasil studi ini dibatasi pada angka kecukupan dan ketersediaan lahan perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen pada tahun 2028 di setiap tingkat kelurahan.
E. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dapat dicapai dari penelitian ini adalah : 1.
Manfaat Akademis a. Memberi kontribusi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi, khususnya di bidang perencanaan lokasi perumahan b. Menambah pengetahuan mengenai faktor-faktor apa saja yang menjadi pertimbangan dalam penentuan lokasi perumahan
2.
Manfaat Praktis bagi Pemerintah Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi pertimbangan dan masukan bagi pemerintah Kabupaten Sragen dalam penentuan lokasi perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen, sehingga lokasi-lokasi perumahan yang akan didirikan memperhatikan faktor fisik dasar, memiliki aksesibilitas yang baik, terlayani oleh berbagai sarana dasar, serta sesuai dengan perencanaan yang ada sehingga memiliki legalitas dalam pembangunannya
commit to user 6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
F. Metodologi Sub bab ini akan membahas tentang tahapan penelitian, metode pengambilan data dan metode analisis yang akan dilakukan. 1.
Tahapan Persiapan a.
Tahap persiapan studi, yang meliputi: 1) Penentuan topik
analisis spasial lokasi perumahan sebagai topik
utama dalam penelitian. 2) Penentuan obyek permasalahan yaitu bagaimana ketersediaan lokasi perumahan Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028. 3) Penentuan ruang lingkup materi dan wilayah studi. 4) Penentuan aspek-aspek yang yang akan dikaji dalam studi ketersediaan lokasi perumahan Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028. b. Tahap studi pustaka 1) Pengumpulan teori-teori yang berkaitan dengan indikator-indikator yang mempengaruhi lokasi perumahan, analisis spasial menggunakan
Geographic
Information
System,
proyeksi
penduduk,
dan
penghitungan kebutuhan rumah. 2) Pengumpulan kebijakan terkait perumahan dan RDTR Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2009-2028. 3) Pengumpulan studi-studi yang berkaitan dengan penggunaan
Geographic Information System dalam penentuan lokasi perumahan.
commit to user 7
perpustakaan.uns.ac.id
2.
digilib.uns.ac.id
Pendekatan Studi Metode pendekatan yang digunakan dalam studi ini adalah metode analisis deskriptif, yaitu metode yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejelas mungkin tanpa perlakuan terhadap obyek yang diteliti (Kountur 2005 dalam Siska Amelia, 2007 ). Analisis yang digunakan dalam penelitian ini mencakup analisis kuantitatif dan analisis kualitatif. Analisis kuantitatif dilakukan untuk menganalisis data-data kuantitatif terkait indikator penentu lokasi perumahan serta data kependudukan. Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis berbagai informasi kebijakan dan informasi pendukung terkait penentuan lokasi perumahan. Indikator yang digunakan untuk menentukan lokasi perumahan dalam penelitian ini ditentukan dengan melihat teori faktor penentu lokasi perumahan serta mempertimbangkan persyaratan prioritas lokasi perumahan yang ditetapkan oleh Badan Litbang Departemen Pekerjaan Umum dalam Tata Cara Pemilihan Lokasi Prioritas Untuk Pengembangan Perumahan dan Permukiman di Kawasan Perkotaan. Indikator yang digunakan dalam studi ini antara lain :
commit to user 8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 1.1 Indikator Penentu Lokasi perumahan dalam Penelitian No 1
Aspek Fisik
Indikator Bebas Kawasan Lindung
Bebas Polusi dan Bencana
Jenis Tanah
Ketinggian Lahan Kemiringan Lahan
Kondisi Air Tanah
2
3
Sarana dan Prasarana
Ekonomi
Aksesibilitas
Ketersediaan Sarana Pendidikan Ketersediaan Sarana Kesehatan Ketersediaan Sarana Perekonomian
Keterangan Lokasi perumahan harus bebas dari kawasan lindung sehingga karena kawasan lindung merupakan kawasan yang tak boleh dibangun Lokasi perumahan harus bebas dari polusi dan tidak berada di kawasan rawan bencana demi kenyamanan dan keamanan lokasi Jenis tanah akan mempengaruhi kepekaan terhadap erosi. Indikator ini untuk mengetahui kelayakan tanah untuk ditanami konstruksi. Ketinggian lahan akan mempengaruhi iklim dan suhu di lokasi perumahan Kemiringan akan mempengaruhi biaya pembangunan, semakin terjal maka biaya yang dikeluarkan untuk rekayasa lahan semakin besar juga. Tiap kemiringan lahan memiliki kesesuaian penggunaan yang berbeda-beda Dengan melihat kondisi air tanah dapat dilihat ketersediaan (supply) air bersih untuk masyarakat. Untuk mengetahui kemudahan jangkauan lokasi perumahan terhadap jalan arteri dan kolektor serta antara lokasi perumahan dengan moda transportasi umum Menentukan keterjangkauan sarana pendidikan dan kesehatan ke lokasi perumahan Untuk mengetahui keterjangkauan fasilitas perdagangan dari lokasi perumahan
commit to user 9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Indikator-indikator tersebut sebagian besar berupa data spasial (peta) yang berasal dari berbagai sumber yang berbeda. Penyeragaman skala peta serta digitasi peta menjadi peta digital diperlukan agar peta dapat dianalisis. Penelitian ini menggunakan peta dasar berupa peta administrasi Kawasan Perkotaan Sragen yang di ambil dari peta administrasi Kabupaten Sragen dalam RTRW Kabupaten Sragen tahun 2008-2028 dengan skala peta 1:40.000. 3.
Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi ke lapangan, menyebarkan kuesioner, serta pengumpulan data terkait wilayah maupun substansi studi melalui berbagai referensi dan regulasi. a.
Pengumpulan Data Primer 1) Observasi Data primer dicari dengan cara pengamatan secara langsung kondisi fisik, ekonomi, maupun sosial yang ada di Kawasan Perkotaan Sragen. Observasi dilakukan selain untuk mendapat data primer juga untuk mencocokan dan melengkapi data sekunder yang didapat dari instansi. 2) Penyebaran Kuesioner Dalam studi ini kuesioner yang dibuat digunakan untuk mengetahui tingkat kepentingan beberapa indikator dalam pemilihan lokasi perumahan,
tingkat
kepentingan
tersebut
digunakan
untuk
pembobotan pada proses analisis.
commit to user 10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tidak semua indikator dapat dimasukan dalam kuesioner karena tidak semua indikator dimengerti oleh masyarakat. Indikator yang dimuat dalam kuesioner hanya indikator yang digunakan masyarakat sebagai pertimbangan dalam menentukan lokasi perumahan antara lain : ketersediaan air bersih, aksesibilitas, keterjangkauan sarana pendidikan, keterjangkauan sarana kesehatan, dan keterjangkauan sarana perekonomian Penyebaran kuesioner dilakukan pada masyarakat di Kawasan Perkotaan Sragen dengan metode random sampling (sampel acak) dimana semua orang yang tinggal atau menghuni rumah di Kawasan Perkotaan Sragen dapat dijadikan sampel. Jumlah sampel dalam studi ini diambil berdasarkan perhitungan dengan rumus formulasi Solvin yang sering digunakan dalam penelitian masyarakat : Rumus 1.1 Penghitungan Jumlah sampel dengan Metode Solvin
®=
+ 1
Dimana: n
= Jumlah sampel
N
= Jumlah populasi
d
= Derajad kecermatan
commit to user 11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dengan menggunakan rumus diatas maka dapat dicari jumlah responden yang dapat dijadikan sampel di Kawasan Perkotaan Sragen dengan memasukan jumlah penduduk pada tahun 2009 yaitu sejumlah 99.235 jiwa serta dengan mengambil derajad tingkat kecermatan sebesar 90 % maka : ®=
99235 (99235 0,1 ) + 1
® = 99, 89987 ® = 100
Dari perhitungan tersebut maka ditetapkan bahwa jumlah sampel yang diambil dalam studi ini adalah 100 jiwa. Sampel diambil merata dari seluruh kelurahan di Kawasan Perkotaan Sragen. Jumlah sampel yang diambil di tiap kelurahan didapatkan dengan membagi jumlah sampel total dengan jumlah kelurahan yaitu 7 atau 8 sampel per kelurahan. b. Pengumpulan Data Sekunder Data sekunder yang dicari antara lain terkait dengan data-data instansional lokasi studi serta terkait dengan kebijakan tentang perumahan dan permukiman di Kawasan Perkotaan Sragen. Data-data instansional yang dicari yaitu data yang tak bisa didapatkan peneliti dari observasi lapangan.
commit to user 12
perpustakaan.uns.ac.id
c.
digilib.uns.ac.id
Kebutuhan Data Kebutuhan data merupakan data yang dibutuhkan untuk menyelesaikan penelitian ini. Data-data yang diperlukan terkait dengan indikatorindikator penentu lokasi perumahan, data sosial kependudukan, serta kebijakan terkait perumahan dan permukiman di Kawasan Perkotaan Sragen. Kebutuhan data tersebut diperinci sebagai berikut : Tabel 1.2 Kebutuhan, Jenis, dan Sumber Data
No 1
2
Aspek Fisik
Sarana dan Prasarana
Data yang dibutuhkan Lokasi Kawasan Lindung
Jenis Data Peta dan Deskripsi
Data Sekunder
Bebas Polusi dan Bencana
Peta dan Deskripsi
Observasi dan Data Sekunder
Jenis Tanah
Peta dan Deskripsi
Data Sekunder
Ketinggian Lahan
Peta dan Deskripsi
Data Sekunder
Kelerengan
Peta dan Deskripsi
Data Sekunder
Kondisi Air Tanah
Peta dan Deskripsi Peta dan Deskripsi
Observasi
Aksesibilitas
Ketersediaan Sarana Pendidikan Ketersediaan Sarana Kesehatan
Sumber Data
Observasi dan Data Sekunder
Peta, Tabel, Observasi dan Deskripsi Peta, Tabel, Observasi dan Deskripsi
Instansi BAPPEDA Kabupaten Sragen BAPPEDA Kabupaten Sragen BAPPEDA Kabupaten Sragen BAPPEDA Kabupaten Sragen BAPPEDA Kabupaten Sragen BAPPEDA Kabupaten Sragen -
commit to user 13
perpustakaan.uns.ac.id
3
Ekonomi
4
Permukim an
5
4
Sosial Kependud ukan
Kebijakan
digilib.uns.ac.id
Ketersediaan Sarana Perekonomian Persebaran perumahan eksisting Rencana kawasan perumahan berdasarkan RDTRK Perkotaan Sragen tahun 2009-2028 Jumlah penduduk Kawasan Perkotaan Sragen periode 2004-2009
Peta, Tabel, Data Sekunder dan Deskripsi dan Observasi Lapangan Peta, Tabel, Data Sekunder dan Deskripsi
Tabel, dan Deskripsi
Data Sekunder
Jumlah KK berdasarkan kesejahteraan tahun 2009
Tabel, dan Deskripsi
Data Sekunder
Persepsi masyarakat tentang tingkat kepentingan beberapa indikator Revisi RTRW Kabupaten Sragen Tahun 2009-2029 RDTR Kawasan Perkotaan Sragen Tahun 2009-2028
Tabel
Kuesioner
Dokumen
Data Sekunder
Dokumen
Data Sekunder
Peta, Tabel, Data Sekunder dan Deskripsi
BAPPEDA Kabupaten Sragen BAPPEDA Kabupaten Sragen BAPPEDA Kabupaten Sragen
Kecamatan Sragen, Sidoharjo, Ngampal, serta Karangmalang Badan KB Pemberda yaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Sragen -
BAPPEDA Kabupaten Sragen BAPPEDA Kabupaten Sragen
commit to user 14
perpustakaan.uns.ac.id
4.
digilib.uns.ac.id
Kerangka Pikir Kawasan Perkotaan Sragen merupakan ibu kota kabupaten yang menjadi pusat pemerintahan dan pusat perdagangan dan jasa. Semakin berjalannya waktu jumlah penduduk akan terus bertambah begitu pula kebutuhan lahan perumahannya. Perumahan yang ideal merupakan perumahan yang berada diluar kawasan lindung, dilengkapi oleh berbagai sarana dan prasarana, serta mengacu pada Rencana Tata Ruang Kota. Dengan melihat latar belakang tersebut maka dilakukan studi untuk mengetahui ketersediaan lahan di Kawasan Perkotaan Sragen pada tahun 2028 dengan memperhatikan indikator-indikator penentu lokasi perumahan serta kesesuaiannya dengan RDTR yang diacu di Kawasan Perkotaan Sragen saat ini. Dengan melihat kesesuaian lokasi untuk perumahan serta rencana kawasan perumahan maka dapat diketahui luas kawasan perumahan yang tersedia di Kawasan Perkotaan Sragen hingga tahun 2028. Berdasarkan proyeksi penduduk hingga tahun 2028 maka dapat diketahui pertambahan jumlah penduduk di Kawasan Perkotaan Sragen dalam jangka waktu 20 tahun. Dengan menggunakan beberapa asumsi, maka dari pertambahan jumlah penduduk tersebut dapat diketahui jumlah rumah baru yang dibutuhkan hingga tahun tersebut. Dari angka jumlah rumah yang dibutuhkan maka juga dapat diketahui luas lahan perumahan potensial yang dibutuhkan Kawasan Perkotaan Sragen di tahun 2028. Dengan membandingkan angka ketersediaan lahan di Kawasn Perkotaan Sragen dan angka kebutuhan lahan perumahan ditahun 2028 maka didapat ketersediaan lahan perumahan di kawasan tersebut pada tahun 2028. Berikut merupakan bagan alir kerangka pemikiran dalan studi :
commit to user 15
perpustakaan.uns.ac.id
Perumahan
digilib.uns.ac.id
KAWASAN PERKOTAAN SRAGEN
Penduduk
Pertumbuhan
Fisik Dasar Aksesibilitas Prasarana Dasar
Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan Sragen Tahun 2009-2028
Sarana Dasar
Penduduk
Meningkatnya Kebutuhan Jumlah Rumah Kawasan Perkotaan
Analisis Menggunakan GIS
Kesesuaian Lokasi untuk Perumahan
Asumsi
Rencana Penggunaan Lahan Perumahan
Ketersediaan Lokasi Perumahan berdasarkan RDTRK Perkotaan Sragen Tahun 2009-2028
Meningkatnya Kebutuhan Lahan Permukiman Kota Sragen
Kebutuhan Lahan Perumahan tahun 2028
Ketersediaan Lokasi Perumahan tahun 2028 di Kawasan Perkotaan Sragen
Gambar 1.1 Bagan Alir Kerangka Pikir
commit to user 16
5.
Teknik Analisa Setelah data-data terstrukturkan maka dilakukan tahap analisa yaitu pengolahan data dengan menggunakan metode-metode tertentu guna mencapai tujuan penelitian. Terdapat beberapa tahapan analisa yang dilakukan dalam penelitian ini, berikut adalah kerangka analisa studi :
Peta Fisik Dasar
Analisis Kesesuaian
Peta Kesesuaian
Lokasi Perumahan
Lokasi
Peta Aksesibilitas
dengan Overlay Peta
Perumahan
Rencana Peruntukan Lahan Perumahan RDTR Kawasan Perkotaan Sragen 2009-2028
Peta Sarana Dasar Ketersediaan Lahan
Peta Sarana Ekonomi
Perumahan Kawasan Perkotaan Sragen
KETERSEDIAAN LOKASI PERUMAHAN KAWASAN
Analisis Proyeksi
Analisis Kebutuhan
Jumlah Penduduk
Rumah Kawasan
Kawasan Perkotaan
Perkotaan Sragen
Sragen Tahun 2028
tahun 2028
PERKOTAAN Analisis Kebutuhan Lahan Perumahan Kawasan
SRAGEN TAHUN 2028
Perkotaan Sragen tahun 2028
Gambar 1.2 Kerangka Analisa 17
perpustakaan.uns.ac.id
a.
digilib.uns.ac.id
Analisis Kesesuaian Lokasi Perumahan Untuk menentukan lokasi perumahan harus dilalui beberapa tahap, yaitu: 1) Mengumpulkan peta tematik eksisting dari tiap indikator yang mempengaruhi penentuan lokasi perumahan 2) Melakukan analisis tingkat kesesuaian untuk lokasi perumahan bagi tiap indikator dengan metode analisis pengharkatan. Metode pengharkatan merupakan suatu cara menilai potensial lahan dengan memberi harkat pada setiap parameter lahan tersebut. Terdapat dua macam teknik pengharkatan dalam studi kesesuaian lahan yaitu : a)
Teknik penjumlahan/pengurangan
b) Teknik pengkalian/pembagian Studi ini menggunakan teknik analisis pengharkatan dengan cara menjumlah harkat yang telah ditentukan. Harkat yang digunakan memiliki range dari 1-5 dengan tingkat kesesuaian masingmasing. Tabel 1.3 Tingkat Kesesuaian Harkat No 1 2 3 4 5
Tingkat Kesesuaian Sangat Sesuai Sesuai Cukup Sesuai Kurang Sesuai Tidak Sesuai
Harkat 5 4 3 2 1
3) Penentuan bobot untuk menentukan tingkat kepentingan tiap indikator didasarkan pada teori dan pendapat masyarakat. Bobot yang dimiliki tiap indikator akan berbeda beda karena tingkat kepentingannya tidak sama, semakin penting indikator dalam commit to user 18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menentukan lokasi perumahan maka semakin tinggi pula bobotnya. Penentuan bobot bagi indiakator aspek fisik dasar antara lain : ketinggian lahan, kelerengan, dan jenis tanah diambil dari berbagai teori yang ada. Sedangkan bobot terkait pemilihan lokasi perumahan oleh masyarakat diperoleh dari penjaringan informasi dengan kuesioner yang berisi isian tingkat kepentingan beberapa indikator-indikator (kuesioner dapat dilihat dalam lampiran). Tabel 1.4 Bobot Tingkat Kepentingan No 1 2 3 4 5
Tingkat Kepentingan Sangat Penting Penting Cukup Penting Kurang Penting Tidak Penting
Bobot 5 4 3 2 1
4) Melakukan analisa terhadap masing-masing peta tematik dengan menggunakan analisa superimpose (overlay) dan melakukan
skoring. Analisa superimpose ini merupakan suatu teknik analisis dengan cara meng-overlay data yang berupa peta dengan menggunakan perangkat lunak Geographic Information System. Skoring digunakan untuk mengetahui tingkat kesesuaian lokasi perumahan. Skor tiap indikator didapat dengan mengkalikan harkat dan bobot. 5) Melakukan analisis peta hasil overlay terhadap indikatorindikator lain yang mempengaruhi dalam penentuan lokasi perumahan hingga didapat satu peta yang menunjukan kawasan yang sesuai untuk dijadikan lokasi perumahan
commit to user 19
perpustakaan.uns.ac.id
b.
digilib.uns.ac.id
Analisis Kesesuaian Lokasi Perumahan dengan RDTRK Perkotaan Sragen tahun 2009-2028 Analisis ini dilakukan dengan cara meng-overlay peta hasil analisis lokasi perumahan dengan peta rencana tata guna lahan RDTR Kawasan Perkotaan Sragen 2009-2028. Dari analisis ini didapatkan peta lokasi perumahan yang telah sesuai dengan RDTRK, dimana lokasi yang sesuai dengan RDTRK dianggap sebagai lokasi yang legal untuk dijadikan perumahan.
Peta Kesesuaian Lokasi
Overlay
Perumahan berdasar indikator penentu lokasi perumahan
Peta Rencana Peruntukan Permukiman Kawasan
Intersection
Perkotaan Sragen
Peta Ketersediaan Lokasi Perumahan Kawasan Perkotaan Sragen
Gambar 1.3 Bagan Analisis Kesesuaian Lokasi perumahan dengan RDTR Kawasan Perkotaan Sragen
commit to user 20
perpustakaan.uns.ac.id
c.
digilib.uns.ac.id
Analis Proyeksi Jumlah Penduduk Analisis proyeksi jumlah penduduk dilakukan untuk memperkirakan jumlah penduduk di Kawasan Perkotaan Sragen pada tahun 2028. Peghitungan
jumlah
penduduk
tersebut
dlakukan
dengan
menggunakan metode geometrik sebagai berikut : Rumus 1.2 Penghitungan Proyeksi Penduduk dengan Metode Geometrik
Pt = Po . (1+r)t Pt
= Jumlah penduduk tahun ke-t
Po
= Jumlah penduduk tahun ke - 0
r
= Rata-rata tingkat pertumbuhan penduduk per tahun
t
= Tahun proyeksi
Hasil penghitungan jumlah penduduk hingga tahun 2028 akan digunakan untuk menghitung pertambahan jumlah penduduk dari tahun 2009 hingga tahun 2028. Dengan asumsi prosentase jumlah KK tidak berubah di tiap tahunnya, hasil dari pertambahan penduduk tersebut dikalikan dengan prosentase KK per tingkat kesejahteraan tahun 2009 sehingga akan diperoleh jumlah KK per tingkat kesejahteraan di tahun 2028. Jumlah KK tersebut kemudian akan digunakan untuk mencari jumlah kebutuhan rumah di Kawasan Perkotaan Sragen di tahun 2028
commit to user 21
perpustakaan.uns.ac.id
d.
Analisis
digilib.uns.ac.id
Kebutuhan
Jumlah
Rumah
serta
Kebutuhan
Lahan
Perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen Tahun 2028 Dalam menghitung kebutuhan rumah perlu dilakukan beberapa tahapan. Tahapan-tahapan tersebut adalah : 1) Penetapan Asumsi Jumlah Anggota Keluarga dalam Satu Unit Rumah Dalam studi ini digunakan asumsi bahwa : Setiap satu keluarga menempati satu unit rumah. Asumsi tersebut digunakan untuk menetapkan jumlah kebutuhan rumah berdasarkan jumlah pertambahan penduduk di Kawasan Perkotaan Sragen di tahun 2028. Jumlah penghuni rumah rata-rata tiap rumah merupakan jumlah rata-rata anggota setiap KK , dimana jumlah anggota tiap KK didapat dengan membandingkan jumlah penduduk dengan jumlah KK di tiap kelurahan, sehingga jumlah rata-rata penghuni berbeda di tiap kelurahan. 2) Penetapan Standar Minimum Luas Kavling untuk Satu Unit Rumah Standar luas kavling ditentukan berdasarkan tingkat kesejahteraan keluarga, berikut luas kavling minimum tiap golongan KK : Tabel 1.5 Luas Minimum Kavling Berdasarkan Tingkat Kesejahteraan Kelompok Kepadatan Rendah
Menengah Tinggi
Tingkat Kesejteraan KK Pra-KS KS-I KS-II KS-III KS-III+
Luas Kavling (m²) 120 120 150 250 500
Sumber : RTRW Depok dalam Rizky Abdillah Utama, 2002
commit to user 22
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3) Menghitung Jumlah Kebutuhan Rumah serta Kebutuhan Lahan Perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen pada Tahun 2028 Kebutuhan rumah di Kawasan Perkotaan Sragen pada tahun 2028 merupakan jumlah rumah yang harus disediakan di Kawasan Perkotaan Sragen pada tahun 2028 berdasarkan pertambahan jumlah penduduk hingga tahun tersebut. Dengan mengunakan asumsi setiap keluarga menempati satu unit rumah maka jumlah rumah di Kawasan perkotaan Sragen di tahun 2028 dapat dicari dengan menggunakan rumus : Rumus 1.3 Jumlah Kebutuhan Rumah Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028 mȊ Ǣt nene =
ž Ǣt neng − ž Ǣt nee žum
Keterangan : KR = Jumlah kebutuhan rumah (unit) JP
= Jumlah penduduk (jiwa)
JAK = Jumlah anggota rata-rata keluarga dalam satu unit rumah (jiwa) Setelah mendapatkan jumlah kebutuhan rumah di tahun 2028 maka dicari
kebutuhan
luas
lahan
perumahan
dengan
menggunakan standar luas kavling minimum yang telah dijelaskan sebelumnya. Luas kebutuhan lahan ini dicari per kelurahan serta per tingkatan kesejahteraan dengan menggunakan rumus : Rumus 1.4 Luas Kebutuhan Lahan Perumahan mƻ = mȊ Ǣat
neng m
commit to user
23
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Keterangan : KL
= Luas kebutuhan lahan perumahan (Ha)
KR = Jumlah kebutuhan rumah (unit) KM = Luas kavling minimum satu unit rumah (m²)
e.
Analisis Ketersediaan Lokasi Perumahan Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028 Analisis ini dilakukan dengan membandingkan luas lahan yang sesuai untuk dijadikan perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen berdasarkan analisis ketersediaan lahan dengan luas kebutuhan lahan perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028. Luas perumahan yang
Kebutuhan lahan perumahan Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028
sesuai dengan semua Aspek dan RDTRK Perkotaan Sragen tahun 2009-2028
Ketersediaan lokasi perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028
Gambar 1.4 Bagan Analisis Ketersediaan Lokasi Perumahan Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028
commit to user 24
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
G. Sistematika Pembahasan Tahap 1 Pendahuluan Merupakan tahap penyusunan latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran, ruang lingkup studi, manfaat, serta metodologi yang akan digunakan dalam penelitian Tahap 2 Tinjauan Teori Tahap pengumpulan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut terdiri dari definisi kota, definisi perumahan dan permukimn, teori pertumbuhan penduduk, teori kebutuhan permukiman, faktor pengaruh lokasi perumahan, penggunaan Geographic Information System dalam analisa data, serta kebijakan terkait penentuan lokasi perumahan Tahap 3 Kajian Obyek Pada tahap ini data-data mengenai gambaran umum wilayah studi dikumpulkan, disusun, dan disistematikakan untuk dijadikan bahan analisis. Data yang disajikan yaitu indikator-indikator yang digunakan untuk menentukan lokasi perumahan yang terdiri dari data letak dan batas administratif, ketinggian lahan, kelerengan, jenis tanah, kondisi air tanah, tata guna lahan, rencana dan eksisting perumahan, kondisi jalan, kondisi sarana
pendidikan,
kondisi
sarana
kesehatan,
kondisi
sarana
perekonomian, serta data kependudukan Kawasan Perkotaan Sragen. Tahap 4 Analisa Data Pada tahap ini data-data yang telah disusun dianalisa guna mendapatkan ketersediaan lokasi perumahan Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028. Analisa yang dilakukan dalam tahap ini antara lain : analisis ksesuaian lokasi
perumahan
berdasarkan
indikator
menggunakan
metode
superimpose dengan bantuan software Geographic Information System, analisis kesesuaian lokasi perumahan dengan RDTRK Perkotaan Sragen tahun 2009-2028, proyeksi commit penduduk Kawasan Perkotaan Sragen tahun to user 25
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2028, analisis kebutuhan rumah dan lahan perumahan pada tahun 2028, dan analisis ketersediaan lokasi perumahan Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028. Tahap 5 Kesimpulan dan Rekomendasi Tahap ini merupakan penarikan kesimpulan dari hasil analisa, antara lain ketersediaan lokasi perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen, kebutuhan lokasi perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028, dan ketersediaan lokasi perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028. Rekomendasi yang diberikan antara lain rekomendasi arahan lokasi perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen, rekomendasi terhadap studi, serta rekomendasi untuk studi lanjutan.
commit to user 26
PENDAHULUAN Latar Belakang · Kawasan Perkotaan Sragen sebagai ibu kota Kabupaten Sragen
KOMPILASI
DATA
Jumlah Penduduk Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2005-2009
· Meningkatnya jumlah kebutuhan rumah seiring peningkatan jumlah penduduk hingga tahun 2028
Jumlah KK berdasar tingkat kesejahteraan tahun 2009
ANALISA Analisis Proyeksi Penduduk Tahun 2028
Analisis Kebutuhan Jumlah Rumah Tahun 2028
· Kebutuhan lahan perumahan di tahun 2028
Tujuan · Tersusunnya peta kesesuaian lokasi perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen berdasarkan indikator-indikator yang mempengaruhi lokasi perumahan serta sesuai dengan perencanaan dengan menggunakan GIS · Tersusunnya luasan ketersediaan lahan permukiman Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028
Rumusan Masalah · Bagaimana sebaran lokasi perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028 ? · Seberapa besar ketersediaan lokasi perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028 ?
Rencana Penggunaan Lahan Perumahan dalam RDTR Kawasan Perkotaan Sragen Tahun 2009-2028
KESIMPULAN
Analisis Kebutuhan Lahan
Luas Kebutuhan Lahan Perumahan Kawasan Perkotaan Sragen Tahun 2028
Perumahan tahun 2028
Analisis Kesesuaian Lokasi Perumahan dengan RDTR Kawasan Perkotaan Sragen
Ketersediaan Lokasi perumahan Kawasan Perkotaan Sragen Tahun 2028
Tahun 2009-2028 Peta Fisik Dasar Peta Aksesibilitas Peta Sarana Dasar
Ketersediaan Lokasi perumahan Kota Sragen Analisis Kesesuaian Lokasi perumahan Menggunakan Metode Superimpose
Peta Sarana Ekonomi
Tingkat Kepentingan tiap indikator bagi masyarakat
Gambar 1.5 Diagram Alir Studi
27
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
28
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN PUSTAKA STUDI KETERSEDIAAN LOKASI PERUMAHAN KAWASAN PERKOTAAN SRAGEN TAHUN 2028 Pada bab ini akan dibahas mengenai teori-teori serta peraturan yang digunakan sebagai landasan dalam studi. Teori teori tersebut antara lain batasan pengertian kota, pengertian perumahan dan permukiman, faktor pertimbangan dan persyaratan umum dalam pemilihan lokasi perumahan, sosial kependudukan, dan Geographic Information System dalam penentuan lokasi permukiman.
A. Pengertian Kota Istilah perkotaan adalah istilah yang digunakan untuk menunjukan area tertentu yang berasosiasi dengan kewenangan pengaturan wilayah oleh pemerintah kota. Daerah perkotaan adalah daerah yang dibatasi oleh batasbatas yuridis administratif yang berada dalam suatu kewenangan pemerintah kota. Konsekwensi spasialnya adalah apapun bentuk dan ekspresi keruangan yang ada di dalam batas-batas administratif yang telah ditetapkan sebagai perkotaan tersebut adalah daerah perkotaan. Atau dengan kata lain dapat diungkapkan walaupun beberapa bagian wilayah pemerintah kota tersebut masih berupa daerah kedesaan atau bersifat kedesaan dalam arti fisik, sosial, ekonomi, maupun kutural apabila berada dalam batas yuridis administrasi pemerintah kota merupakan daerah perkotaan (Hadi Sabari Yunus, 2006) Kota didefinisikan sebagai sebuah permukiman yang relatif besar, padat, dan permanen yang terdiri dari kelompok individu–individu yang heterogen to user dari segi sosial, sedangkan kota commit dalam arti modern terbentuk bukan dari segi 28
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ciri morfologis tertentu melainkan dari fungsi khususnya, yaitu menyusun dan menciptakan ruang-ruang efektif melalui pengorganisasian berdasarkan hierarki–hierarki tertentu (Rapoport dalam Markus, 1999: 5). Kota secara umum dapat didefinisikan sebagai tempat tinggal dan tempat bekerja bagi sebagian penduduk dunia, tempat yang dapat memberikan peluang dan harapan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik bagi sekelompok orang, dan tempat yang menarik penduduk dari pinggiran kota dari waktu ke waktu (Wilsher dalam Branch, 1996:7). Dalam konteks pemerintah daerah yang dilaksanakan di Indonesia terdapat dua macam kota: 1.
Kota Ibukota Kabupaten Pada umumnya suatu Kota Ibukota Kabupaten itu terencana dan hampir seimbang dengan metropolitan karena hampir semua aspek kehidupan dan fungsinya relatif sama. Perbedaannya dalam hal kemampuan dan kualitas dari sektor yang ada. Sektor yang ada masih tergantung dengan daerah hinterland.
2.
Kota Ibukota Kecamatan Kota
Ibukota
Kecamatan
merupakan
suatu
kota
yang
baru
berkembang dan tergantung pada potensi dan kehidupan perkotaan yang mendukung pertumbuhan dan perkembangannya sebagai suatu perubahan struktur kehidupan masyarakat dari agraris ke nonagraris dengan diawali perkembangan pada sektor perdagangan yang didukung sektor agraris dari
hinterland. Tumbuh dan berkembangnya suatu kota kecamatan selain didukung oleh potensi yang terdapat di kota tersebut juga lokasi kota yang menguntungkan. commit to user
29
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Pengertian Perumahan dan Permukiman Menurut Undang Undang No.4 Tahun 1992 pengertian rumah, perumahan dan permukiman adalah sebagai berikut: 1.
Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga
2.
Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan.
3.
Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.
4.
Satuan lingkungan permukiman adalah kawasan perumahan dalam berbagai bentuk dan ukuran dengan penataan tanah dan ruang prasarana dan sarana lingkungan yang teratur. Sedangkan menurut Silas (1996: 6) rumah adalah bagian yang utuh dari
permukiman dan bukan semata – mata hasil fisik yang sekali jadi. Perumahan bukan kata benda melainkan merupakan suatu kata kerja yang berupa proses berlanjut dan terkait dengan mobilitas sosial ekonomi penghuninya. Bermukim pada hakikatnya adalah hidup bersama, dan untuk itu fungsi rumah dalam kehidupan adalah sebagai tempat tinggal dalam suatu lingkungan yang mempunyai prasarana dan sarana yang diperlukan oleh manusia dalam memasyarakatkan diri. Rumah merupakan suatu gejala struktural yang bentuk dan organisasinya sangat dipengaruhi oleh lingkungan budaya yang dimilikinya, serta erat hubunganya dengan kehidupan penghuninya (Rapoport, 1969:77) makna commit to user status penghuninya, manusia simbolisme dan fungsi akan mencerminkan
30
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sebagai penghuni, rumah, budaya serta lingkunganya merupakan satu kesatuan yang erat (Rapoport, 1969:47), sehingga rumah sebagai lingkungan binaan merupakan refleksi dari kekuatan sosial budaya seperti kepercayaan, hubungan keluarga, organisasi sosial serta interaksi sosial antar individu. Hubungan penghuni dengan rumahnya merupakan hubungan saling ketergantungan (transactional interdependency), yaitu manusia mempengaruhi rumah dan sebaliknya rumah mempengaruhi penghuninya. Rumah bukan hanya sebagai sarana kehidupan semata, tetapi lebih merupakan suatu proses bermukim, yaitu kehadiran manusia sebagai penghuni dalam menciptakan ruang hidup dalam rumah dan lingkungan sekitarnya. Nilai-nilai
seutuhnya
menempati
tempat
yang
utama
dalam
proses
perancangan rumah, sehingga perilaku penghuni, keinginan serta kebutuhan penghuni merupakan hal yang sangat menentukan kualitas dan bentuk rumah serta lingkunganya (Fischer Bell, 1976 dalam Trilistyo, 1998:12). Kebutuhan perumahan terus meningkat seiring pertumbuhan penduduk. Jenis kebutuhan akan perumahan dapat dilihat dari jenis permintaannya, antar lain : 1. Permintaan berdasarkan
Potensial, jumlah
yaitu
semata-mata
penduduk
yang
meninjau
memerlukan
permintaan
rumah
tanpa
memperhatikan kemampuan untuk mendapatkannya. 2. Permintaan efektif, yaitu besarnya permintaan potensial yang diikuti dengan
peninjauan
afoordability
penduduk
terhadap
pemenuhan
kebutuhan rumahnya, yang tercermin dalam alokasi pendapatan di sektor perumahan
commit to user
31
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Faktor Pertimbangan dan Persyaratan Umum dalam Pemilihan Lokasi Perumahan 1.
Faktor Pertimbangan dalam Pemilihan Lokasi Perumahan a.
Aksesibilitas Transportasi menuju tempat kerja, pusat kota, pusat perbelanjaan, sekolah, tempat ibadah, dan tempat rekreasi merupakan pertimbangan utama dalam menentukan pemilihan serta pengembangan lokasi perumahan. Lokasi perumahan harus mempertimbangkan aksesibilitas lokal maupun regional. Aksesibilitas lokasi permukiman harus dievalusi terhadap lokasi tempat kerja dan pusat perdagangan, atau pada masa yang lalu sering diartikan sebagai jarak lokasi perumahan menuju ke pusat kota. Perumahan harus aksesibel terhadap jalan lingkungan maupun jalan arteri. Pengembangan lokasi perumahan yang memiliki akses terbatas harus diimbangi dengan investasi untuk pengembangan jalan menunju lokasi perumahan tersebut.
b. Penggunaan Lahan 1) Penggunaan Historis Contoh tujuan dari penggunaan lahan historis yaitu untuk mengetahui apakah di masa yang lalu lokasi perumahan terkontaminasi terhadap bahan kimia berbahaya sehingga pembangunan lokasi perumahan dapat dipertanggungjawabkan. Guna mempertanggungkjawabkan pembangunan suatu lokasi perumahan maka dapat dilakukan investigasi lokasi secara mendalam terhadap lokasi dan sekitarnya sebelum lokasi tersebut dibeli lahannya untuk dibangun menjadi perumahan baru. Usaha dan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan survey commit to user terhadap penggunaan historis harus proporsional dengan level
32
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
resiko. Apabila dalam sejarahnya suatu lokasi digunakan untuk pertanian maka survey yang dilakukan hanya sepintas saja. Berbeda apabila dalam sejarahnya suatu lokasi digunakan untuk aktivitas industri, diperlukan penelitian dan tes terhadap lahan untuk menentukan kemungkinan kontaminasi lahan. Pengembang lokasi perumahan harus sadar bahwa tak semua aktivitas historis suatu lokasi merupakan hal yang negatif bagi pengembangan perumahan. 2) Penggunaan Saat Ini Pengembangan
suatu
lokasi
perumahan
juga
harus
memperhatikan penggunaan lahan eksisting. Pengembangan lokasi diatas lahan yang tak berkonflik akan menaikan pemasukan (bagi developer). Penggunaan lahan eksisting dimana dalam pengembangan
lokasi
perumahan
membutuhkan
relokasi,
meningkatkan kerusakan lingkungan, serta menurunkan estetika kawasan menyebabkan penurunan kemanfaatan pengembangan lokasi perumahan. 3) Penggunaan Sekitar Pengembangan lokasi perumahan kebanyakan menginginkan lokasi yang berdekatan dengan open space dan fasilitas komunal misalnya taman, area rekreasi, museum, dan perpustakaan. 4) Penggunaan Bermasalah Penggunaan lahan utama yang mungkin bermasalah dengan pengembangan perumahan baru antara lain : rel kereta api, dekat dengan
pengembangan
area
komersial,
kawasan
yang
penggunaannya sebagai industrial berbahaya, lingkungan yang commitpart to user buruk, pengembangan -lokasi perumahan yang buruk,
33
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kawasan bandara, jalan tol yang memiliki kemacetan dan arus yang tinggi, dan lokasi-lokasi yang memiliki kebisingan tinggi. Dalam
pengembangannya,
perumahan
juga
harus
mempertimbangkan apakah lokasinya terlalu dekat dengan lahan bermasalah. Kedekatan dengan tangki penyimpanan gas, minyak, dan material flammable (mudah terbakar) lainnya harus dihindari. Selain itu lokasi perumahan juga harus menghindari kawasan rawan banjir dan gempa bumi. Secara umum kecocokan lokasi untuk dijadikan perumahan dapat diukur melalui tingkat peningkatan arus lalu lintas, kebisingan, polusi, dan disharmoni visual yang menyebabkan degradasi lingkungan perumahan. c.
Bentuk Permukaan Bumi Pengembangan optimal suatu lokasi tergantung dari pengembangan yang dijalankan serta besarnya ukuran pasar. Bentuk fisik suatu lokasi mempengaruhi tipe produk (rumah) yang dihasilkan, susunan rumah, dan fungsi pendukung. Pilihan desain bertambah benyak seiring dengan cepatnya peningkatan luas.
d. Karakter Fisik Karakter fisik merupakan faktor yang peling memepengaruhi dalam pemilihan
lokasi
perumahan.
Faktanya,
pengembangan
lokasi
perumahan memperhatikan kemiringan lahan, jenis tanah, geologi, hidrologi, dan keterbatasan fisik lain.
commit to user
34
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dalam Classic Dessain with Nature, Ian McHag menyarankan serangkaian topik yang harus dianaliasis antara lain : 1) Iklim Iklim menentukan derajad tipe tanah, vegetasi, kemiringan, dan keadaan alam suatu daerah. Lokasi yang paling sesuai untuk dikembangkan
sebagai
perumahan
adalah
yang
memiliki
microclimate (iklim mikro) yang baik, pencahayaan yang cukup, dan terlindung dari kabut dan angin. 2) Geologi Pentingnya geologi dalam pengembangan lokasi perumahan terkait dengan gerakan tanah yang terjadi di permukaan bumi. Gerakan tanah tersebut terbagi menjadi menjadi dua yaitu : gerakan tanah yang disebabkan oleh gerakan internal (gempa bumi) dan gerakan tanah yang disebabkan oleh gerakan permukaan (tanah longsor). Fenomena yang paling dikenal adalah gempa bumi atau gerakan tektonik. Gempa bumi tak dapat dicegah dengan cara apapun, meskipun
telah
dikembangkan
berbagai
teknik
untuk
memprediksi datangnya gempa. Guna mengurangi kerusakan dan korban jwa akibat gempa maka pengembangan lokasi perumahan harus menghindari sesar aktif yang mungkin dapat bergerak. Gerakan permukaan antara lain : tanah longsor, jatuhan batu, banjir bandang. Kebanyakan gerakan permukaan disebabkan oleh pengabaian kondisi alam oleh manusia saat bekerja.
commit to user
35
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3) Topografi Topografi merupakan penentu utama dalam pemilihan lokasi karena topografi mempengaruhi tipe dan biaya pembangunan, mengontrol banyaknya run-off, menambah variasi lanskap, dan mempengaruhi tipe hewan dan tumbuhan. 4) Hidrologi Air adalah salah satu faktor paling utama dalam menentukan lokasi perumahan. Sumber air dapat dikatogorikan menjadi air permukaan dan air bawah tanah. Kedua sumber air tersebut sangat mempengaruhi pengembangan lokasi perumahan. Dalam pengembangan perumahan, lokasi harus memiliki drainase alami yang baik. Suplai air tanah murni untuk perumahan bisa didapat dari air tanah yang mengalir dekat dengan permukaan tanah. 5) Jenis Tanah Tanah yang baik untuk lokasi perumahan yaitu tanah yang memiliki kedalaman lebih dari lima kaki, dan cukup tembus terhadap air, bebas dari bencana dan banjir periodik, dan memiliki kemiringan rendah. Tanah yang baik juga harus memiliki kadar lempung yang rendah, karena lempung akan menggembung jika musim hujan dan mengkerut jika musim kemarau sehingga tak baik untuk konstruksi karena konstruksi akan mudah rusak. 6) Vegetasi 7) Kehidupan Satwa Liar
commit to user
36
perpustakaan.uns.ac.id
e.
digilib.uns.ac.id
Utilitas dan Layanan Umum 1) Air Suatu lokasi perumahan harus terhubung dengan sistem suplai air publik. Koneksi air juga harus memperhatikan penggunaan air bagi fungsi lain. Semakin banyak rumah yang dibangun maka semakin banyak suplai air yang dibutuhkan. Air juga digunakan untuk irigasi dan pemadam kebakaran. 2) Pembuangan Saluran pembuangan merupakan alternatif terbaik untuk sistem pembuangan dalam suatu lokasi perumahan. Terdapat dua solusi dalam sistem pembuangan : secara pribadi maupun komunal. Apabila secara komunal tak mungkin dilakukan maka harus dikembangkan sistem pembuangan pribadi (sistem pembuangan skala kecil) 3) Sampah Padat Pengelolaan sampah padat ditangani oleh agensi tertentu yang bertugas mengambil sampah padat. Pengambilan tersebut sebisa mungkin tidak terlambat atau tertunda. Pengambilan sampah menggunakan pembayaran berupa taksiran pajak yang mungkin digunakan dalam pembangunan perumahan di masa yang akan datang baik secara individual maupun lewat asosiasi penghuni. 4) Listrik dan Gas Layanan listrik dan gas biasanya dipegang oleh perusahaan di daerah masing-masing. Dalam pengembangan perumahan baru sebaiknya developer bekerjasaman dengan perusahaan penyedia listrik dan gas untuk mensuplai kebutuhan perumahan tersebut. commit to user
37
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5) Layanan Keamanan Layanan keamanan termasuk keberadaan polisi dan pemadam kebakaran yang mana sebagian besar sudah tersedia di dalam mayarakat. Pengembangan lokasi perumahan harus memasukan kantor polisi dalam daerah pembangunannya. Pengembangan lokasi perumahan yang lebih besar bahkan harus menambahkan kantor
polisi
dan
pemadam
kebakaran
baru
dalam
perencanaannya. 6) Sistem Komunikasi Semua lokasi perumahan baru harus terlayani oleh jaringan telefon, dan di metropolitan area perumahan harus dilengkapi dengan TV kabel. 7) Pendidikan Pengembangan lokasi perumahan baru harus memperhatikan keterjangkauannnya terhadap akses pendidikan (sekolah) yang ada. Idealnya, sekolah dasar dapat dicapai dengan jalan kaki dari lokasi perumahan.
2.
Persyaratan Umum Lokasi Perumahan dan Permukiman Berdasarkan Tata cara pemilihan lokasi prioritas untuk pengembangan perumahan dan permukiman di kawasan perkotaan (Badan Litbang DPU) disebutkan bahwa lokasi kawasan perumahan harus sesuai dengan rencana peruntukan lahan yang diatur dalam Rencana Tata Ruang Wilayah setempat atau dokumen perencanaan tata ruang lainnya yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah setempat, atau memenuhi persyaratan sebagai berikut: commit to user
38
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a.
Tidak berada pada kawasan lindung,
b.
Bebas dari pencemaran air, udara, dan gangguan suara atau gangguan lainnya, baik yang ditimbulkan sumber daya buatan manusia maupun sumber daya alam seperti banjir, tanah longsor, tsunami,
c.
Ketinggian lahan kurang dari 1.000 meter di atas permukaan air laut (MDPL),
d.
Kemiringan lahan tidak melebihi 15 %, dengan ketentuan: 1) Tanpa rekayasa untuk kawasan yang terletak pada lahan bermorfologi datarlandai dengan kemiringan 0-8%, 2) Diperlukan rekayasa teknis untuk lahan dengan kemiringan 815%.
e.
Pada kota-kota yang mempunyai bandar udara, tidak menggangu jalur penerbangan pesawat,
f.
Kondisi sarana-prasarana memadai,
g.
Dekat dengan pusat-pusat kegiatan dan pelayanan kota,
h. Bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah, keterkaitan antara lokasi perumahan dengan pusat-pusat kegiatan (tempat kerja) dan pelayanan kota akan mempunyai implikasi ekonomi. Jarak yang relatif jauh akan berpengaruh banyak terhadap pengeluaran biaya transport dibandingkan seluruh pengeluaran rutin keluarga. Hal ini akan menimbulkan tambahan beban terhadap penghuninya, sehingga mempengaruhi kemampuannya untuk mengalokasikan sebagian penghasilannya untuk perumahan (Dwelling Expenditure).
commit to user
39
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D. Sosial Kependudukan 1.
Proyeksi Penduduk Pertambahan penduduk dalam suatu wilayah perkotaan selalu diikuti oleh peningkatan kebutuhan ruang. Kota sebagai perwujudan geografis selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Dua faktor utama yang sangat berperan adalah faktor penduduk (demografis) dan aspek-aspek kependudukan (Yunus, 1987). Dari segi demografi yang paling penting adalah segi kuantitas. Aspek kependudukan seperti aspek politik, sosial, ekonomi, dan teknologi juga selalu mengalami perubahan. Kuantitas dan kualitas kegiatannya selalu meningkat sejalan dengan pertambahan penduduk perkotaan, sehingga ruang sebagai wadah kegiatan tersebut selalu meningkat sejalan dengan pertambahan penduduk perkotaan, sehingga ruang sebagai wadah kegiatan tersebut selalu mengalami peningkatan. Proyeksi pertumbuhan penduduk yaitu memperkirakan jumlah penduduk pada masa yang akan datang. Perhitungan jumlah dan perkembangan jumlah penduduk dapat dilakukan dengan metode geometrik, sehingga dapat diketahui angka pertumbuhan penduduk yang lebih akurat dan berapa jumlah penduduk pada tahun yang direncanakan.
2.
Definisi Keluarga Sejahtera Berdasarkan Pasal 1 ayat 10 UU no.10 tahun 1992, definisi keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri atau suami istri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya. Keluarga sejatera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan commit to user materi yang layak, bertaqwa kepada Tuhan YME, memiliki hubungan
40
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang serasi, selaras, dan seimbang antara anggota keluarga dengan masyarakat dan lingkungan. Keluarga Pra Sejahtera adalah keluarga-keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasar (basic needs) secara minimal seperti pangan, sandang, papan, kesehatan, dan pendidikan. Keluarga Sejahtera I adalah keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologis (sosio psychological needs) seperti kebutuhan ibadah, makan protein hewani, pakaian, ruang interaksi keluarga, berpenghasilan, bisa baca tulis dan KB. Keluarga Sejahtera II adalah keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar dan sosial psikologis tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan pengembangannya (development needs) seperti tabungan, interaksi keluarga, informasi, kegiatan kemasyarakatan, dan mampu memperoleh informasi. Keluarga Sejahtera III adalah keluarga-keluarga yang dapat memenuhi kebutuhan dasar dan sosial psikologis, dan kebutuhan pengembangannya tetapi belum dapat memberikan sumbangan dalam bentuk material dan keuangan, serta berperan aktif sebagai pengurus lembaga kemasyarakatan. Keluarga Sejahtera III+
adalah keluarga-keluarga yang dapat
memenuhi kebutuhan dasar dan sosial psikologis, dan kebutuhan pengembangannya dan dapat pula memberikan sumbangan yang nyata dan berkelanjutan dalam masyarakat.
commit to user
41
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
E. Geographic Information System dalam Penentuan Lokasi Permukiman
Geographic
Information
System
dirancang
untuk
memadukan
komputerisasi pemetaan tingkat tinggi, dengan kemampuan pengelolaan database secara luas (Catanase, Snyder, 1988: 153). Semua data yang dianalisis sebagian besar berupa data spasial dalam bentuk peta tematik. Untuk itu dalam lanjutan analisis data dilakukan dengan menggunakan
tools Geographic
Information System dalam bentuk analisis tumpang-susun (overlay). Selanjutya dalam studi ini tumpangsusun disebut sebagai overlay. Analisis overlay dilakukan dengan melakukan pengharkatan atau pembobotan berdasarkan kriteria yang disyaratkan secara teoritis, menyangkut analisis penentuan lokasi perumahan. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan peta, beberapa hal terkait SIG dalam menentukan lokasi perumahan antara lain :
1.
Pengertian Peta Tematik Peta Tematik adalah peta yang mempelihatkan data secara kualitatif dan atau kuantitatif pada unsur-unsur yang spesifik. Unsur-unsur tersebut ada hubungannya dengan detail-detail topografi (T. Lukman Aziz dan Ridwan Rachman, 1977). Tema tersebut disajikan dalam bermacammacam bentuk yang berhubungan dengan unsur asli dari muka bumi atau unsur-unsur
buatan
manusia.
Peta
tematik
kadang-kadang
juga
memperlihatkan situasi atau keadaan sebenarnya. Jenis Informasi Geospasial Tematik terdiri dari peta tematik dasar, peta tematik analisis, dan peta tematik sintesis. a)
Peta Tematik Dasar adalah peta yang berisi satu tema tertentu yang menyajikan informasi dasar muka bumi, baik fisik maupun hasil commit to user budidaya manusia, serta merupakan fenomena muka bumi tunggal. 42
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Data untuk penyusunan peta tematik dasar dapat diperoleh dari hasil survey lapangan, interpretasi citra penginderaan jauh, dan data statistik. Peta tematik dasar bersifat terbuka dan dibuat oleh instansi pemerintah yang mempunyai otoritas pada tema tersebut. b) Peta Tematik Analisis adalah peta yang berisi suatu tema tertentu hasil dari proses analisis dan transformasi dari suatu peta tematik dasar c) Peta Tematik Sintesis adalah peta yang berisi suatu tema tertentu hasil proses sintesis (penggabungan) dari peta tematik dasar, dan atau peta tematik analisis. Satuan pemetaan baru pada peta tematik sintesis diperoleh dari penggabungan
dua atau lebih peta masukan
(Sukwardjono, 1990; Sinaga, 1986). Informasi Geospasial Tematik yang akan berkekuatan hukum adalah informasi yang memuat batas wilayah yang menunjukkan hak dan/atau kewajiban pihak tertentu di dalam wilayah yang ditentukan oleh batas tersebut. Misalnya peta yang menggambarkan izin pertambangan atau pengelolaan hutan yang dikeluarkan instansi terkait. Pada setiap peta Rupa Bumi Indonesia (RBI), gambar garis batas selalu diberi disclaimer (“Peta ini bukan merupakan referensi resmi batas-batas internasional maupun nasional”). Banyak orang sering tidak membaca disclaimer ini, dan peta RBI menjadi awal dari persengketaan antar daerah. Pengguna peta tentunya menginginkan agar disclaimer ini dihapus, dengan cara semua garis batas yang digambar di atas peta diberi kejelasan status hukumnya, dan ini mendorong agar semakin banyak data batas wilayah yang telah memiliki kepastian hokum.
commit to user
43
perpustakaan.uns.ac.id
2.
digilib.uns.ac.id
Digitasi Peta, Check Plot, dan Editing Digitasi dilakukan untuk memperoleh data digital dari data sekunder yang berupa peta manual (hardcopy). Dalam pelaksanaan digitasi peta untuk memperoleh data digital dilakukan dengan metode sebagai berikut: a.
Metode Digitasi Digitasi pada dasarnya adalah memindahkan data/informasi yang ada pada peta manual menjadi suatu peta digital. Ada dua metode yang dikenal dalam metode digitasi on screen dilakukan dengan cara: 1) Peta manual sekunder di-scan sehingga menjadi gambar (image) dengan resolusi yang cukup untuk keperluan digitasi, data hasil
scanning disimpan dalam format yang dapat dibaca oleh perangkat lunak untuk digitasi (*.JPG), 2) Proses digitasi dilakukan dengan perangkat lunak Geographic
Information System dengan cara meng import data image kemudian dilakukan digitasi unsur-unsur image yang ada dengan mengelompokkannya ke dalam layer. b. Check Plot
Check plot dilakukan untuk memeriksa kebenaran hasil digitasi. Pemeriksaan kebenaran ini dilakukan dengan membandingkan peta asli (hardcopy) dengan hasil cetak peta digitasi c.
Editing Peta Maksud editing adalah memeriksa kelengkapan peta hasil digitasi atas dasar peta sumber yang digunakan serta kesinambungan unsur peta yang bersebelahan. Tindak lanjut dari pemeriksaan tersebut adalah melengkapi unsur yang belum didigitasi, membetulkan hasil digitasi yang tidak sempurna dan mendigitasi ulang unsur-unsur yang commit to user posisinya bergeser dari posisi unsur yang seharusnya.
44
perpustakaan.uns.ac.id
3.
digilib.uns.ac.id
Kemampuan, Fungsi Analisis Spasial, dan Fungsi Analisis Atribut dalam
Geographic Information System a.
Kemampuan Geographic Information System Kemampuan-kemampuan
yang
dapat
dilakukan
menggunakan
Kemampuan Geographic Information System antara lain : 1) Mengumpulkan dan mengumpulkan data geografi (spasial dan atribut). 2) Mengintegrasikan data geografi (spasial dan atribut). 3) Memeriksa, meng-update (meng-edit) data geografi (spasial dan atribut). 4) Menyimpan dan memanggil kembali data geografi (spasial dan atribut). 5) Merepresentasikan atau menampilkan data geografi (spasial dan atribut). 6) Mengelola data geografi (spasial dan atribut). 7) Memanipulasi data geografi (spasial dan atribut). 8) Menganalisa data geografi (spasial dan atribut). 9) Menghasilkan keluaran (output) data geografi dalam bentukbentuk ; peta tematik (view dan layout), tabel, grafik (chat), laporan (report), dan lainnya baik dalam bentuk hardcopy maupun softcopy. b. Fungsi Analisis Dalam Geographic Information System secara umum terdapat dua jenis fungsi analisis; fungsi analisis spasial dan fungsi analisis atribut (basis data atribut). Fungsi analisis atribut terdiri dari operasi dasar sistem pengelolaan commit basis data dan perluasannya : to user
45
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1) Operasi basis data mencakup : a)
Membuat basis data baru (create database).
b) Menghapus basis data (drop database). c) Membuat tabel basis data (create table). d) Menghapus tabel basis data (drop table). e) Mengisi dan menyisipkan data (record) ke dalam tabel (insert). f)
Membaca dan mencari data (field and record) dari tabel basis data (seek, find, research, retrieve).
g) Mengubah dan meng-edit data yang terdapat didalam table basisdata (update, edit). h) Menghapus dari table basisdata (delete, zap, pack). i)
Membuat indeks untuk tiap basisdata.
2) Fungsi analisis spasial terdiri dari : a) Klasifikasi (reclassify) : Fungsi ini mengklasifikasikan atau mengklasifikasikan kembali suatu data spasial (atau atribut) menjadi data spasial yang baru dan menggunakan kriteria tertentu.
Misalnya
dengan
menggunakan
data
spasial
ketinggian permukaan bumi (topografi), dapat diturunkan data spasial kemiringan atau gradien permukaan bumi yang dinyatakan dalam prosentase nilai-nilai kemiringan. Prosentase nilai-nilai kemiringan ini dapat diklasifikasikan hingga menjadi data spasial baru yang dapat digunakan untuk merancang perencanaan pengembangan suatu wilayah. Adapun contoh kriteria yang digunakan adalah 0-14 % untuk permukiman, 1529 % untuk pertanian dan perkebunan, 30-44 % untuk hutan user produksi, dan 45commit % ke to atas untuk hutan lindung dan taman
46
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
nasional. Contoh lain dari manfaat analisis spasial ini adalah untuk mendapatkan data spasial kesuburan tanah dari data spasial kadar air atau kedalaman air tanah, kedalaman efektif, dan sebagainya. b) Net Work (jaringan) : fungsi ini merujuk data spasial titik-titik
(point) atau garis-garis (lines) sebagai suatu jaringan yang tak terpisahkan. Fungsi ini sering digunakan di dalam bidangbidang transportasi dan utilitas. c) Overlay : fungsi ini menghasilkan data spasial baru dari minimal dua data spasial yang menjadi masukannya. d) Buffering : fungsi ini akan membentuk data spasial yang baru yang berupa poligon atau zona dengan jarak tertentu dari data spasial yang menjadi masukannya. Data spasial titik akan menghasilkan data spasial baru yang berupa lingkaran yang mengelilingi titik tersebut. Untuk data spasial garis akan menghasilkan data spasial baru yang berupa poligon yang melingkupi data garis tersebut. Demikian pula untuk data spasial poligon, akan menghasilkan data spasial baru yang berupa poligon-poligon yang lebih besar dan konsentris
4.
Metode Analisis Superimpose (Overlay) Analisis superimpose merupakan teknik analisis dengan cara meng-
overlay peta. Dari analisis ini akan dapat diketahui kondisi suatu wilayah berdasarkan data dan informasi yang ada
Superimpose
dilakukan
dengan
memanfaatkan
Geographic
Information System yang merupakan software berformat data vektor. commit to user Hasil superimpose terhadap data parameter yang berperan dapat
47
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dimunculkan atau dikonversikan dalam bentuk grafis yang mewakili data spasial. Tahap-tahap
yang
dilakukan
dalam
analisis
dengan
teknik
superimpose adalah sebagai berikut: a.
Input data, yaitu mengubah data dari format manual berupa lembaran peta dan data lainnya ke dalam format penyimpanan data digital.
b. Editing dan pengaturan struktur data dalam format penyimpanan yang sesuai. c.
Analisis data dengan teknik superimpose (overlay).
d. Pengaturan output data layout. e.
5.
Pencetakan data output.
Sistem Pengharkatan Metode pengharkatan merupakan suatu cara menilai potensial lahan
dengan memberi harkat pada setiap indikator penentu lokasi. Terdapat dua macam teknik pengharkatan dalam studi kesesuaian lahan yaitu : a.
Teknik penjumlahan/pengurangan.
b. Teknik pengkalian/pembagian.
commit to user
48
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV ANALISA KETERSDIAAN LOKASI PERUMAHAN DI KAWASAN PERKOTAAN SRAGEN TAHUN 2028 Analisis data merupakan pengolahan data-data yang telah diperoleh dengan menggunakan metode tertentu guna mencapai tujuan studi. Dalam studi ini terdapat beberapa tahapan analisa untuk mencapai tujuan tersebut. Analisis pertama yang dilakukan adalah analisis kesesuaian lokasi perumahan, analisis ini dilakukan untuk mengetahui lokasi mana saja yang sesuai untuk dijadikan perumahan. Kemudian hasil analisis tersebut disesuaikan dengan peruntukan lahan perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen sesuai dengan RDTR Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2009-2028 untuk mengetahui lokasi mana saja yang legal apabila akan dibangun menjadi perumahan. Dengan memperhatikan pertambahan jumlah penduduk hingga tahun 2028 maka dapat dianalisis kebutuhan jumlah rumah di hingga tahun tersebut. Dengan membandingkan luas lokasi yang sesuai dan kebutuhan lahan perumahan di tahun 2028 maka didapat ketersediaan lokasi perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen
A. Analisis Kesesuaian Lokasi Perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen Saat Ini Analisis Kesesuaian Lokasi Perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen merupakan analisis yang bertujuan untuk memperoleh lokasi yang sesuai untuk perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen dengan memperhatikan berbagai indikator penentu lokasi perumahan yang telah ditetapkan commit to user
100
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sebelumnya. Indikator-indikator tersebut terdiri dari aspek fisik dasar, aksesibilitas, ketersediaan sarana dasar, dan sarana ekonomi. Metode yang digunakan dalam analisis ini yaitu metode superimpose
(overlay) peta-peta serta pengharkatan untuk mendapatkan lokasi yang sesuai untuk dijadikan lokasi perumahan. Analisis Kesesuaian Lokasi Perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen ini menggunakan peta dasar berupa Peta Administrasi Kabupaten Sragen yang diambil dari Revisi RTRW Kabupaten Sragen tahun 2009-2029 dalam skala 1 : 40.000. Dari peta dasar tersebut di olah menjadi kesatuan Kawasan Perkotaan Sragen yang terdiri dari Kelurahan Jetak, Kelurahan Sidoharjo, Kelurahan Sine, Kelurahan Karangtengah, Kelurahan Sragen Wetan, Kelurahan Sragen Tengah, Kelurahan Sragen Wetan, Kelurahan Nglorog, Kelurahan Puro, Kelurahan Kroyo, dan sebagian Desa Tangkil. Berbagai data yang didapat dipetakan menggunakan software Arc Map 9.3 dengan cara digitasi sehingga seluruh data menjadi data spasial berupa peta digital dengan skala yang sama. Karena data-data yang diperoleh berasal dari sumber yang berbeda-beda maka data-data tersebut di-overlay dengan peta dasar tersebut agar dapat dianalisis dengan cara meng-overlay peta satu dengan yang lainnya Setiap peta mempunyai data atribut berupa tabel yang berisi informasi mengenai peta tersebut. Dalam studi ini tiap-tiap peta diberi data atribut berupa skor yang merupakan perkalian antara harkat dan bobot. Harkat mewakili tingkat kesesuaian terhadap lokasi perumahan sedangkan bobot merupakan tingkat kepentingan indikator, pembobotan tiap indikator diambil dari berbagai referensi dan berdasarkan kuesioner yang telah disebarkan pada masyarakat Kawasan Perkotaan Sragen. commit to user
101
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Overlay dilakukan secara bertahap untuk menghindari akumulasi kesalahan dalam scoring data atribut peta. Hasil overlay baru kemudian diberi skor baru yang merupakan penjumlahan antara skor peta satu dengan peta yang lain. Skor dari tiap overlay di jumlahkan hingga mendapatkan skor akumulatif untuk dijadikan acuan kesesuaian hasil overlay
terhadap
kesesuaian lokasi perumahan. Tabel kesesuaian skor serta penghitungan penjumlahan skor tiap overlay dapat dilihat dalam lampiran. Berikut merupakan tahapan overlay peta untuk mendapatkan peta kesesuaian lokasi perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen :
commit to user
102
Aksesibilitas (B)
Aspek Fisik (A)
Peta Ketinggian Lahan
Peta
Peta Jenis
Kelerengan
Tanah
Peta klasifikasi kemudahan mencapai Jalan
Peta Kedalaman Muka Air Tanah
Overlay dan Skoring
Overlay dan Skoring
intersection
intersection
PETA ADMINISTRASI KAWASAN PERKOTAAN SRAGEN
intersection
Peta Lokasi Perumahan yang sesuai dengan
Peta Lokasi Perumahan yang sesuai dengan Indikator Aspek Fisik
Indikator Aspek Fisik dan Aksesibilitas
Sarana Perekonomian
Sarana Dasar (C)
Sarana
Faslitas
Pendidikan
Kesehatan
Overlay dan Skoring intersection
Fasilitas Perdagangan dan Jasa
Overlay dan Skoring intersection
Peta Lokasi Perumahan yang sesuai dengan dengan Indikator Aspek Fisik, Aksesibilitas, dan Sarana Dasar
Peta Lokasi Perumahan yang sesuai dengan Indikator Aspek Fisik, Aksesibilitas, Sarana Dasar, dan Sarana Perekonomian intersection
= Bobot
Peta Lokasi Perumahan yang sesuai dengan semua Indikator
intersection
Peta Kawasan Lindung
intersection
Peta Kerawanan Bencana
Gambar 4.1 Bagan Proses Overlay 103
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Analisis Syarat Fisik Dasar Analisis ini bertujuan untuk mengetahui lokasi yang sesuai untuk dijadikan perumahan berdasarkan aspek fisik dasarnya. Indikatorindikator yang digunakan dalam analisis fisik dasar ini antara lain : ketinggian lahan, kelerengan, jenis tanah, dan kedalaman muka air tanah. Tiap indikator akan di-overlay satu persatu hingga menghasilkan peta kesesuaian lokasi perumahan berdasarkan aspek fisik a.
Analisis Overlay 1 (overlay peta ketinggian lahan dan peta kelerengan) Proses overlay pertama yaitu antara peta ketinggian lahan dan peta kelerengan lahan, dengan melakukan intersect antara kedua peta ini dihasilkan peta overlay 1. Peta ini memuat lokasi di Kawasan Perkotaan Sragen yang sesuai untuk dijadikan perumahan berdasarkan syarat kelerengan dan ketinggian lahan. 1) Analisis Kelerengan Lahan Kemiringan lahan merupakan salah satu faktor sangat penting dalam menentukan arahan penggunaan lahan sebagai perumahan, karena kemiringan lahan sangat terkait dengan keamanaan bangunan rumah terhadap bahaya longsor serta efisiensi biaya konstruksi
pembangunan
rumah.
Berdasarkan
tingkat
kepentingan tersebut bobot indikator kelerengan lahan adalah 5 yang berarti sangat penting. Analisis
kelerengan
lahan
dilakukan
untuk
mengetahui
kesesuaian lokasi perumahan berdasarkan tingkat kemiringan lahannya. Semakin datar kemiringan lahan maka tingkat kesesuaian lokasi sebagai perumahan juga akan semakin tinggi, commit to user
104
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
demikian juga sebaliknya semakin terjal kemiringan lahan maka lokasi tersebut semakin tidak sesuai untuk perumahan. Untuk menganalisa kemiringan lahan maka kemiringan lahan diklasifikasikan dan diberi harkat pada tiap tingkatan kelerengan lahan. Tabel 4.1 Skor Kemiringan Lereng No 1 2 3 4 5
Besar Sudut Lereng (%) 0-2 2-8 8 - 21 21 - < 40 > 40
Kriteria
Bobot
Harkat
Skor
Datar Landai Miring Terjal Sangat Terjal
5 5 5 5 5
5 4 3 2 1
25 20 15 10 5
Sumber : Sutikno ( 1991 )
Mengacu data dari Bappeda Kabupaten Sragen tahun 2009 dapat diketahui bahwa seluruh kawasan Perkotaan Sragen memiliki kemiringan lereng sebesar 0-2 %. Lahan dengan kemiringan ini termasuk dalam kategori bertopografi datar, sangat sesuai untuk dikembangkan menjadi areal perumahan dan pertanian, akan tetapi sebagian areal berpotensi terhadap genangan banjir dan sebagian berpotensi terhadap drainase yang buruk. Dengan melihat kriteria tingkat kesesuaian berdasarkan harkatnya maka kemiringan lereng seluruh Kawasan Perkotaan Sragen termasuk sangat sesuai untuk dijadikan lokasi perumahan karena memiliki lereng yang datar. Kemiringan lahan yang datar memiliki tingkat run-off yang rendah sehingga perumahan sangat aman terhadap bahaya longsor. Lereng yang datar juga dapat memudahkan pembangunan sarana dan prasarana pendukung kawasan perumahan. commit to user
105
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Selain itu pada lahan dengan kemiringan datar, rumah dapat di bangun dengan konstruksi sederhana dan memiliki biaya konstruksi pembangunan yang lebih murah karena tidak memodifikasi site. Hasil pengamatan dilapangan juga memperlihatkan bahwa seluruh Kawasan Perkotaan Sragen berada pada lokasi dengan kemiringan lahan yang datar. Kondisi ini terlihat oleh bangunanbangunan rumah yang menggunakan konstruksi yang sederhana serta pola perumahan yang menyebar dan tidak terpusat pada kawasan tertentu sebagai implikasi dari kondisi topografi. 2) Analisis Ketinggian Lahan Faktor ketinggian lahan untuk kawasan perumahan tidak ada ketentuan yang mensyaratkan sepanjang tidak menggangu keseimbangan lingkungan (Sugiharto, 2001). Ketinggian lahan mempunyai kaitan erat dengan keseimbangan lingkungan. Semakin tinggi suatu kawasan akan semakin memiliki kecenderungan yang
besar
untuk mempengaruhi wilayah
dibawahnya. Faktor ketinggian lahan merupakan faktor yang cukup penting dalam menentukan lokasi suatu perumahan sehingga bobot yang diberikan untuk indikator ini adalah 3. Harkat ketinggian lahan diberikan berdasarkan bahwa semakin tinggi ketinggian suatu lahan maka semakin kurang sesuai untuk dijadikan lokasi perumahan.
commit to user
106
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.2 Skor Ketinggian Lahan No
Ketinggian Lahan (m dpl) 0-600 600-800 800-1000 1000-1200 > 1200
1 2 3 4 5
Bobot
Harkat
Skor
3 3 3 3 3
5 4 3 2 1
15 12 9 8 3
Sumber : Siska Amelia, 2007
Mengacu pada harkat ketinggian lahan, maka seluruh Kawasan Perkotaan Sragen sangat sesuai untuk dijadikan perumahan karena ketinggian lahan di Kawasan Perkotaan Sragen seluruhnya berada kurang dari 600 meter diatas permukaan laut. Kawasan Perkotaan Sragen memiliki ketinggian lahan yang sama di seluruh wilayahnya, ketinggian tersebut tak tergolong dalam kriteria kawasan lindung untuk kawasan bawahnya sehingga bila dilihat dari ketinggiannya perumahan dapat didirikan di seluruh kawasan. Berdasarkan hasil analisis kelerengan lahan dan ketinggian lahan selanjutnya dilakukan analisis overlay untuk mendapatkan peta kesesuaian lokasi perumahan. Hasil overlay pertama didapat peta dengan skor 1 (lihat lampiran 4), yaitu skor hasil penjumlahan antara skor ketinggian lahan dan skor kelerengan. Dari penghitungan skor tersebut hanya didapat satu skor akhir yang menunjukan seluruh Kawasan Perkotaan Sragen tergolong sangat sesuai untuk dijadikan lokasi
perumahan.
Hasil
penghitungan
menunjukan
bahwa
berdasarkan kelerengan dan ketinggian lahannya seluruh Kawasan Perkotaan Sragen termasuk dalam kriteria sangat sesuai untuk dijadikan perumahan.
commit to user
107
Peta 4.1 Peta Overlay 1
108
perpustakaan.uns.ac.id
b.
digilib.uns.ac.id
Analisis Overlay 2 (overlay peta overlay 1 dan peta jenis tanah) Peta overlay 2 merupakan hasil overlay peta overlay 1 (ketinggian lahan dan kelerengan) terhadap peta jenis tanah. Peta overlay 2 akan menunjukan kesesuaian lokasi perumahan berdasarkan ketinggian, kelerengan, serta jenis tanah di Kawasan Perkotaan Sragen. Penentuan lokasi perumahan perlu memperhatikan jenis tanah guna mengetahui kepekaan tanah terhadap erosi. Kepekaan erosi jenis tanah berpengaruh terhadap kelayakan tanah tersebut untuk didirikan bangunan di atasnya. Kelayakan suatu jenis tanah untuk ditanami pondasi ditentukan oleh kepekaan jenis tanah tersebut terhadap erosi. Semakin peka jenis tanah tersebut terhadap erosi maka semakin tak layak ditanami pondasi karena akan mempercepat laju erosi, dimana apabila laju erosi cepat akan membahayakan ekosistem yang ada di lingkungannya termasuk manusia, serta akan menimbulkan kerugian material yang cukup besar. Berikut merupakan tingkat kepekaan tiap jenis tanah : Tabel 4.3 Tingkat Kepekaan Jenis Tanah
No
1 2 3 4 5
Jenis Tanah
Tingkat Kepekaan terhadap erosi Aluvial, tanah clay, planosol, hidromorf kelabu, lateris air Tidak peka tanah Latosol Kurang peka Brown forest soil, non calcic brown dan mediteran Agak peka Andosol, laterit, grumosol, podsol dan podsolik Peka Regosol, litosol, organosol dan renzina Sangat peka
Sumber: SK Menteri No. 837/KPTS/11/UM/VIII/1981, tentang Kesesuaian Lahan Budidaya
commit to user
109
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Terdapat beberapa jenis tanah yang ada di Kawasan Perkotaan Sragen dinana tiap jenis tanah tersebut memiliki karakteristik kepekaan yang berbeda-beda. Dengan memperhatikan tingkat kepekaannya maka dapat ditentukan harkat tiap jenis tanah, dimana semakin peka jenis tanah tersebut maka semakin tidak sesuai untuk dijadikan lokasi perumahan. Tabel 4.4 Skor Jenis Tanah No 1 2 3
4 5
Jenis Tanah Aluvial Kelabu Litosol Coklat Asosiasi Grumosol Kelabu Tua dan Mediteran Coklat Grumosol Kelabu Grumosol Kelabu Tua
Kepekaan Tidak Peka Kurang Peka Agak Peka
Bobot 4 4 4
Harkat 5 4 3
Skor 20 16 12
Peka
4
2
8
Peka
4
2
8
Sumber: SK Menteri No. 837/KPTS/11/UM/VIII/1981, tentang Kesesuaian Lahan Budidaya, dengan penyesuaian
Jika hanya melihat jenis tanahnya saja sebagian besar Kawasan Perkotaan Sragen tergolong tak sesuai untuk dijadikan perumahan, karena sebagian besar tanahnya merupakan tanah grumosol kelabu yang memiliki kepekaan tinggi. Akan tetapi dengan melihat kesesuaian kelerengan dan ketinggian lahan maka dari proses overlay 2 didapatkan skor yang merupakan akumulasi dari skor ketinggian, kelerengan, dan jenis tanah (skor dan tingkat kesesuaian dapat dilihat dalam lampiran 2 dan 4). Skor tersebut menunjukan adanya dua kategori kesesuaian lokasi perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen yaitu sesuai dan sangat sesuai. commit to user
110
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lokasi yang sesuai untuk dijadikan perumahan tersebar di seluruh Keluarahan Kroyo, dan Kelurahan Sragen Kulon, serta sebagian Kelurahan Sine,, Kelurahan Sidoharjo, Kelurahan Jetak, Kelurahan Sragen Tengah, dan Kelurahan Pilangsari. Selain itu juga tersebar di sebagian kecil Kelurahan Plumbungan, Kelurahan Karangtengah dan Desa Tangkil. Penggunaan lahan di kawasan yang tergolong sesuai didominasi oleh bangunan baik perumahan maupun fungsi lain, sedang sebagian kecil memiliki guna lahan sebagai sawah. Lokasi yang sangat sesuai untuk dijadikan perumahan tersebar di sebagian kecil kelurahan Sidoharjo, Kelurahan Jetak, Kelurahan Puro, Kelurahan Sine, dan sebagian besar Kelurahan Sragen Wetan, Kelurahan Nglorog, dan Kelurahan Karengtengah. Lokasi yang tergolong dalam kriteria sangat sesuai tersebut bila dilihat kondisi eksistingnya mayoritas merupakan lahan sawah dan sebagian merupakan lahan terbangun.
commit to user
111
Peta 4.2 Peta Overlay 2
112
perpustakaan.uns.ac.id
c.
digilib.uns.ac.id
Analisis Overlay 3 (overlay peta overlay 2 dan peta kedalaman muka air tanah) Air merupakan salah satu elemen dasar yang sangat dibutuhkan manusia untuk bertahan hidup. Dalam perkembangannya, perumahan selalu mendekati sumber air untuk dapat mensuplai kebutuhan penghuninya. Sumber air yang bisa dimanfaatkan oleh manusia adalah air permukaan dan air tanah. Air permukaan dapat berupa sungai dan danau, sedangkan air tanah mengalir antara lapisan kedap air bawah tanah yang memiliki kedalaman yang berbeda-beda di tiap daerah. Sumber air permukaan di Kawasan Perkotaan Sragen berupa embung dan sungai, akan tetapi kondisi sungai yang keruh tak dapat dimanfaatkan sebagai air untuk konsumsi sehari-hari. Sumber air utama yang digunakan di Kawasan Perkotaan Sragen merupakan air tanah, baik yang diambil melalui pompa maupun langganan PDAM. Air tanah yang terdapat di Kawasan Perkotaan Sragen merupakan air tanah dangkal atau air tanah tidak tertekan. Masyarakat dengan mudah mengakses air tanah karena kedalamannya relatif dangkal dengan kondisi air yang masih sangat jernih. Bobot yang diberikan untuk indikator ini adalah 5 yang berarti sangat penting. Bobot tersebut didasarkan pada angket yang disebar pada masyarakat Kawasan Perkotaan Sragen. Dari angket tersebut didapatkan bahwa akses terhadap ketersediaan air merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan lokasi perumahan. Berikut prosentase tingkat kepentingan akses terhadap air bersih :
commit to user
113
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.5 Prosentase Tingkat Kepentingan Akses Terhadap Air Bersih No 1 2 3 4 5
Tingkat Kepentingan Sangat Penting Penting Cukup Penting Kurang Penting Tidak Penting Jumlah
Bobot 5 4 3 2 1
Prosentase (%) 98 2 0 0 0 100
Sumber : Hasil Kuesioner, 2010
Tingkat Kepentingan Akses Terhadap Air Bersih Penting 2%
Sangat Penting 98%
Gambar 4.2 Diagram Tingkat Kepentingan Indikator Kedalaman Muka Air Tanah
Pada studi ini indikator yang digunakan adalah kedalaman muka air tanah, semakin dangkal kedalaman air tanah maka semakin mudah pula akses untuk mendapatkan air tanah sehingga harkat yang diberikan kepada indikator ini didasarkan pada kedalamnnya. Tabel 4.6 Skor Kedalaman Muka Air Tanah Kedalaman MAT(m) <7 7-14 15-25 26-50 > 50
Sumber : Sutikno, 1991
Bobot 5 5 5 5 5 commit to user
Harkat 5 4 3 2 1
Skor 25 20 15 10 5
114
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Peta overlay 3 merupakan peta yang menunjukan kesesuaian lokasi perumahan berdasarkan seluruh aspek fisik yaitu ketinggian lahan, kelerengan, jenis tanah, dan kedalaman muka air tanah. Hasil overlay antara peta overlay 2 dan peta kedalaman air tanah menunjukan bahwa sebagian besar Kawasan Perkotaan Sragen memiliki kriteria sangat sesuai untuk dijadikan lokasi perumahan, terutama kawasan kota bagian utara. Hal ini karena semakin ke selatan semakin tinggi lahannya, sehingga semakin dalam muka air tanahnya. Dengan melihat hasil peta overlay 3 maka dapat disimpulkan bahwa berdasarkan aspek fisik seluruh Kawasan perkotaan Sragen tergolong sesuai dan sangat sesuai untuk dijadikan perumahan. Kawasan ini memiliki tinggi lahan yang sesuai berdasarkan kriteria dari Badan Litbang DPU, memiliki kelerengan yang datar dimana mudah mendirikan berbagai bangunan serta sarana dan prasarananya, memiliki kepekaan tanah yang cukup baik sehingga aman dari bahaya erosi, dan memiliki supplai air yang baik karena air tanahnya dangkal dengan kualitas air yang masih sangat baik.
commit to user
115
Peta 4.3 Peta Overlay 3
116
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Analisis Aksesibilitas (Overlay 4) Analisis aksesibilitas digunakan untuk mengetahui kemudahan akses suatu
lokasi perumahan
terhadap
jalan
utama
dan
kemudahan
mendapatkan angkutan umum. Peta aksesibilitas diperoleh dari peta dasar jaringan jalan dan status jalan di Kabupaten Sragen. Jaringan jalan yang dianalisis adalah jaringan jalan yang dilewati oleh angkutan umum. Penggunaan lahan yang dilewati angkutan umum tersebut merupakan pusat-pusat kegiatan tingkat lokal maupun setingkat kabupaten misal kantor pemerintahan, sekolah, tempat perbelanjaan, daerah pemukiman, rumah sakit dengan area coverage sekitar 400 meter (5 menit berjalan kaki) sampai dengan 800 meter (Risdiyanto 2002, dalam Siska Amelia 2007) Bobot yang diberikan pada indikator aksesibilitas adalah 4 yang berarti penting. Bobot ini diberikan berdasarkan persepsi masyarakat terhadap pentingnya
aksesibilitas
dalam
menentukan
lokasi
perumahan.
Kebanyakan masyarakat tidak mengganggap keterjangkauan terhadap angkutan umum sebagai faktor yang sangat penting dalam menentukan lokasi
perumahan,
hal
ini
karena
sebagian
besar
masyarakat
menggantungkan mobilitas mereka pada kendaraan pribadi, sehingga meskipun lokasi perumahan mereka cukup jauh dari jalan arteri maupun kolektor hal itu tak menjadi masalah bagi mereka.
commit to user
117
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.7 Prosentase Tingkat Kepentingan Aksesibilitas No 1 2 3 4 5
Tingkat Kepentingan Sangat Penting Penting Cukup Penting Kurang Penting Tidak Penting Jumlah
Bobot 5 4 3 2 1
Prosentase (%) 37 52 11 0 0 100
Sumber : Hasil Kuesioner, 2010
Tingkat Kepentingan Aksesibilitas Cukup Penting 11%
Sangat Penting 37%
Penting 52%
Gambar 4.3 Diagram Tingkat Kepentingan Indikator Aksesibilitas Metode analisis yang digunakan untuk menganalisis area coverage tersebut adalah metode buffering terhadap peta jaringan jalan di Kawasan Perkotaan Sragen. Dalam peta tersebut area coverage dikelompokkan menjadi tiga, yaitu : Tabel 4.8 Skor Aksesibilitas Area coverage Bobot area coverage 400 meter; 4 area coverage 800 meter; 4 area coverage > 1200 meter 4
Harkat 5 4 2
Skor 25 20 10
Sumber : Risdiyanto dalam Siska Amelia 2007, dengan penyesuaian
Dari hasil analisis buffering terhadap jaringan jalan arteri dan kolektor di Kawasan Perkotaan Sragen didapat bahwa seluruh Kawasan Perkotaan commit to user
118
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sragen dapat mengakses jalan-jalan tersebut, hanya saja keterjangkauannya berbeda-beda. Jika melihat kondisi eksistingnya, kebanyakan pusat-pusat kegiatan berada di sepanjang jalan arteri dan kolektor, terutama di sepanjang Jalan Sukowati yang merupakan jalan utama di Kawasan Perkotaan Sragen. Pusat-pusat kegiatan tersebut terkonsentrasi makin padat di Kelurahan Sragen Kulon, Sragen Tengah, dan Sragen Kulon, menyebabkan pola keruangan di Kawasan Perkotaan Sragen berkembang menjadi bentuk pita (ribbon). Berdasarkan syarat aspek fisik dan syarat aksesibilitas, lokasi-lokasi yang sangat sesuai untuk dijadikan perumahan tersebar di seluruh kawasan Kelurahan Sidoharjo, Kelurahan Sine, Kelurahan Sragen Kulon, Kelurahan Sragen Wetan, Kelurahan Sragen Tengah, Kelurahan Tangkil, dan Kelurahan Nglorog, serta sebagian besar Kelurahan Jetak, Kelurahan Plumbungan,
Kelurahan
Karangtengah
dan
Kelurahan
Pilangsari.
Sedangkan yang sesuai hanya di sebagian Kelurahan Plumbungan, Kelurahan Jetak, Kelurahan Pilangsari, dan Kelurahan Karangtengah, sebagian besar Kelurahan Puro, dan seluruh bagian Kelurahan Kroyo Berdasarkan analisis overlay 4 didapat
bahwa lokasi yang sangat
sesuai terkonsentrasi di sekitar Jalan Sukowati yang membelah tengah kawasan kota. Jika melihat kondisi eksistingnya, kawasan tersebut telah banyak digunakan untuk perdagangan dan jasa serta kantor pemerintahan. Hampir seluruh lokasi di Kawasan Perkotaan Sragen dapat terjangkau oleh angkutan umum sehingga meski tak mempunyai kendaraan pribadi masyarakat bisa menggunakan kendaraan umum untuk mobilitasnya
commit to user
119
Peta 4.4 Peta Aksesibilitas 120
Peta 4.5 Peta Overlay 3 121
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Analisis Syarat Sarana Dasar a.
Analisis Overlay
5 (overlay peta overlay 4 dan peta jangkauan
layanan pendidikan) Sarana pendidikan merupakan salah satu sarana penting untuk menentukan lokasi perumahan. Analisis keterjangkauan sarana pendidikan merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui keterjangkauan suatu lokasi perumahan terhadap sarana pendidikan. Dalam analisis ini diasumsikan bahwa lokasi yang terjangkau oleh jangkauan sarana pendidikan berarti sangat sesuai untuk di jadikan lokasi perumahan sedangkan yang tak terjangkau dianggap kurang sesuai. Analisis keterjangkauan terhadap sarana pendidikan dilakukan terhadap tiga jenis sarana pendidikan yaitu sarana pendidikan setingkat SD, setingkat SMP, dan setingkat SMA. Analisis ini dilakukan dengan metode buffering. Coverage area tiap jenis sarana pendidikan ditentukan berdasarkan SNI 03-1733-2004 tentang tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan berikut ini : Tabel 4.8 Radius Pencapaian Sarana Pendidikan No 1 2 3 4
Jenis Sarana Taman Kanak-kanak (TK) Sekolah Dasar (SD) Sekolah Menengah Pertama (SMP) Sekolah Menengah Atas (SMU)
Radius Pencapaian 500 m 1000 m 1000 m 3000 m
Sumber : SNI 03-1733-2004 Tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan
Bobot yang diberikan untuk indikator ketersediaan sarana pendidikan adalah 4 atau penting karena berdasarkan persepsi masyarakat jarak mencapai sarana pendidikan bukan hal utama untuk menentukan commit to user
122
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
lokasi perumahan, mereka lebih mementingkan kualitas suatu sarana pendidikan dibandingkan jaraknya. Tabel 4.9 Prosentase Tingkat Kepentingan Keterjangkauan Sarana Pendidikan No 1 2 3 4 5
Tingkat Kepentingan Sangat Penting Penting Cukup Penting Kurang Penting Tidak Penting Jumlah
Bobot 5 4 3 2 1
Sumber : Hasil Kuesioner, 2010
Prosentase (%) 14 64 22 0 0 100
Tingkat KepentinganKeterjangkauan Sarana Pendidikan Sangat Penting 14%
Cukup Penting 22%
Penting 64%
Gambar 4.4 Diagram Tingkat Kepentingan Indikator Keterjangkauan Sarana Pendidikan
Harkat yang diberikan pada analisis ini berdasarkan pertimbangan apakah suatu lokasi terlayani sarana pendidikan atau tidak. Lokasi yang terlayani sarana pendidikan diberi harkat 5 atau sangat sesuai, sedangkan yang tak terlayani diberi harkat 2 atau kurang sesuai. Harkat terlayani diberikan pada lokasi-lokasi yang terlayani salah satu
to user maupun ketiga sarana commit pendidikan tersebut. Harkat yang diberikan
123
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pada lokasi yang tak terlayani menggunakan harkat 2 atau cukup karena dianggap bahwa meskipun area tersebut tak terlayani tetapi masyarakatnya masih bisa mendapatkan layanan pendidikan di lokasi lain karena aksesibilitas di Kawasan Perkotaan Sragen menunjukan seluruh kawasan dapat menjangkau transportasi umum yang ada. Tabel 4.10 Skor Keterjangkauan Sarana Pendidikan Keterjangkauan Bobot Harkat Skor Terjangkau 4 5 20 Tidak Terjangkau 4 2 8 Hasil buffering menunjukan bahwa hampir seluruh Kawasan Perkotaan Sragen terlayani sarana SD karena sarana ini tersebar hampir di seluruh kawasan. Untuk sarana pendidikan setingkat SMP lokasi-lokasi yang terlayani masih sangat terbatas karena penyebaran SMP yang tidak merata. SMP di Kawasan Perkotaan Sragen terkonsentrasi di pusat kota sehingga banyak area coverage yang berkumpul di pusat kota dan banyak lokasi di pinggiran yang tak terlayani. Sedangkan sarana pendidikan setingkat SMA hampir seluruh kawasan perkotaan Sragen terlayani, meskipun terdapat sebagian kecil yang tak terlayani tetapi banyak coverage area yang bertumpukan satu sama lain sehingga lokasi-lokasi yang tak terlayani tersebut masih dapat dilayani oleh SMA yang berada di Kawasan Perkotaan Sragen Berdasarkan overlay peta overlay 4 dengan peta keterjangkauan sarana pendidikan didapat dua kritera lokasi perumahan. Lokasi yang sangat sesuai terkonsentrasi di tengah kota karena sarana pendidikan baik setingkat SD, SMP, maupun SMA terkonsentrasi di tengah kota. Lokasi yang sesuai kebanyakan tersebar di pinggiran kota dimana commit to user lokasi tersebut tak terjangkau oleh sarana pendidikan. 124
Peta 4.6 Peta Keterjangkauan SD
125
Peta 4.7 Peta Keterjangkauan SMP
126
Peta 4.8 Keterjangkauan SMA
127
Peta 4.9 Peta Overlay 5
128
perpustakaan.uns.ac.id
b.
digilib.uns.ac.id
Analisis Overlay 6 (overlay peta overlay
5 dan peta jangkauan
layanan kesehatan) Penentuan lokasi perumahan harus memperhatikan keberadaan sarana kesehatan karena sarana kesehatan memiliki fungsi memberikan pelayanan kesehatan masyarakat, serta memiliki peran yang sangat strategis
dalam
mempercepat
peningkatan
derajat
kesehatan
masyarakat sekaligus untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk Analisis ketersediaan sarana kesehatan digunakan untuk mengetahui apakah lokasi perumahan dijangkau sarana kesehatan yang ada di Kawasan Perkotaan Sragen. Metode yang digunakan pada analisis ini sama dengan metode yang digunakan dalam analisis keterjangkauan sarana pendidikan yaitu dengan metode buffering. Coverage area dalam analisis ini ditentukan berdasarkan SNI 03-1733-2004 tentang tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan berikut : Tabel 4.11 Radius Jangkauan Sarana Kesehatan No 1 2
Jenis Srana BKIA / Klinik Bersalin Puskesmas dan Balai Pengobatan
Jangkauan Pelayanan 4000 m 3000 m
Sumber : SNI 03-1733-2004 Tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan
Bobot yang diberikan diambil dari persepsi masyarakat tentang tingkat kepentingan jarak antara lokasi perumahan terhadap sarana kesehatan. Dari hasil survey didapatkan bahwa masyarakat memang menganggap penting jarak, tetapi yang terpenting bagi masyarakat adalah kualitas sarana kesehatan tersebut, meskipun jaraknya jauh dari perumahan mereka tetap lebih memilih sarana kesehatan yang kualitasnya baik. commit to user
129
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.12 Prosentase Tingkat Kepentingan Keterjangkauan Sarana Kesehatan No 1 2 3 4 5
Tingkat Kepentingan Sangat Penting Penting Cukup Penting Kurang Penting Tidak Penting Jumlah
Bobot 5 4 3 2 1
Prosentase (%) 16 67 17 0 0 100
Sumber : Hasil Kuesioner, 2010
Tingkat Kepentingan Keterjangkauan Sarana Kesehatan Cukup Penting 17%
Sangat Penting 16%
Penting 67%
Gambar 4.5 Diagram Tingkat Kepentingan Indikator Tingkat Keterjangkauan Sarana Kesehatan Sarana kesehatan yang dianalisis adalah puskesmas dan rumah sakit karena merupakan sarana kesehatan utama dan mudah dijangkau oleh masyarakat. Dalam SNI 03-1733-2004 tidak terdapat area jangkauan untuk rumah sakit, oleh karena itu jangkauan untuk rumah sakit diasumsikan sama dengan jangkauan BKIA atau klinik bersalin yaitu sejauh 4000 m. Analisis keterjangkauan sarana kesehatan dilakukan dengan cara yang sama dengan analisis sarana pendidikan yaitu dengan memberi harkat 5 pada lokasi yang terlayani dan harkat 2 pada lokasi yang tak commit to user
130
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
terlayani. Lokasi yang terlayani merupakan lokasi-lokasi yang masuk dalam area coverage baik puskesmas maupun rumah sakit. Tabel 4.13 Skor Keterjangkauan Sarana Kesehatan Keterjangkauan Bobot Harkat Terjangkau 4 5 Tidak Terjangkau 4 2
Skor 20 8
Dari hasil buffering dapat dilihat bahwa hampir seluruh Kawasan Perkotaan Sragen terlayani oleh sarana kesehatan baik rumah sakit maupun puskesmas, yang tak terlayani oleh kedua sarana kesehatan ini hanya sebagian kecil lokasi di Kelurahan Karangtengah bagian utara Berdasarkan hasil overlay 6 didapatkan tiga kriteria keseuaian lokasi perumahan yaitu sangat sesuai, sesuai, dan cukup sesuai. Lokasi yang sesuai tersebar hampir di seluruh Kawasan Perkotaan Sragen yaitu seluruh Kelurahan Sidoharjo, Kelurahan Sragen Kulon, Kelurahan Sragen Tengah, Kelurahan Sragen Wetan, Kelurahan Kroyo, Kelurahan Nglorog, Desa Tangkil, dan sebagian besar Kelurahan Karangtengah bagian selatan. Lokasi yang sesuai terdapat di sebagian Kelurahan Karangtengah bagian utara, Kelurahan Puro, Kelurahan Plumbungan, Kelurahan Pilangsari, Kelurahan Jetak, dan Kelurahan Sine. Lokasi yang cukup sesuai terdapat di sebagian kecil ujung utara Kelurahan Karengtengah.
commit to user
131
Peta 4.10 Peta Keterjangkauan Puskesmas
132
Peta 4.11 Peta Keterjangkauan Rumah Sakit
133
Peta 4.12 Peta Overlay 6
134
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Analisis Syarat Sarana Ekonomi (overlay 7)
Overlay 7 merupakan analisis keterjangkaua lokasi perumahan terhadap sarana perekonomian. Dari analisis ini didapat peta kesesuaian lokasiterhadap aspek fisik, aksesibilitas, sarana dasar, dan sarana ekonomi. Analisis terhadap sarana perekonomian dilakukan dengan cara
buffering terhadap titik-titik yang merupakan lokasi pertokoan yang melayani tingkat kota maupun kecamatan. Coverage area dari pertokoanpertokoan tersebut ditentukan berdasarkan jangkauan pelayanan sarana perdagangan dan niaga dalam SNI 03-1733-2004 Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan berikut : Tabel 4.14 Radius Jangkauan Sarana Perekonomian No 1 2
Jenis Srana
Jangkauan Pelayanan 300 m 2000 m
Toko/Warung Pertokoan
Sumber : SNI 03-1733-2004 Tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan
Bobot yang diberikan untuk sarana perekonomian adalah 4 atau penting, dimana bobot ini diambil dari persepsi masyarakat terhadap tingkat kepentingan keterjangkauan lokasi perumahan terhadap sarana perekonomian Tabel 4.15 Prosentase Tingkat Kepentingan Keterjangkauan Sarana Perekonomian No 1 2 3 4 5
Tingkat Kepentingan Sangat Penting Penting Cukup Penting Kurang Penting Tidak Penting Jumlah
Bobot 5 4 3 2 1
Sumber : Hasil Kuesioner, 2010
Prosentase (%) 13 75 12 0 0 100
commit to user
135
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tingkat Kepentingan Sarana Perekonomian Cukup Penting 12%
Sangat Penting 13%
Penting 75%
Gambar 4.6 Diagram Tingkat Kepentingan Indikator Keterjangkauan Sarana Perekonomian
Metode analisis yang dilakukan sama dengan analisis keterjangkauan sarana pendidikan dan sarana kesehatan yaitu memberi harkat 5 pada lokasi yang terjangkau dan harkat 2 pada lokasi yang tak terkangkau. Tabel 4.16 Skor Keterjangkauan Sarana Perekonomian Keterjangkauan Bobot Harkat Skor Terjangkau 4 5 20 Tidak Terjangkau 4 2 8 Dari hasil analisis keterjangkauan sarana perekonomian didapat bahwa hampir seluruh Kawasan Perkotaan Sragen terlayani oleh pertokoan kecuali sebagian kecil Kelurahan Karangtengah bagian utara serta sebagian kecil Kelurahan Puro bagian selatan. Hasil overlay 7 menunjukan bahwa terdapat tiga kriteria kesesuaian lokasi perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen. Lokasi yang sangat sesuai untuk lokasi perumahan tersebar di seluruh bagian Kelurahan Sidoharjo,
to user Kelurahan Sine, Kelurahancommit Sragen Kulon, Kelurahan Sragen Tengah, 136
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kelurahan Nglorog, Kelurahan Kroyo, Kelurahan Puro, dan Desa Tangkil, serta sebagian besar Kelurahan Plumbungan, Kelurahan Karangtengah, Kelurahan Pilangsari, dan Kelurahan Jetak. Lokasi yang sesuai unuk dijadikan perumahan tersebar di sebagian kecil Kelurahan Jetak bagian timur, sebagian besar Kelurahan Karangtengah bagian utara, sebagian kecil kelurahan Pilangsari dan Kelurahan Plumbungan. Lokasi yang cukup sesuai untuk lokasi perumahan terdapat di sebagian kecil Kelurahan Karangtengah bagian utara. Bila dilihat dari kondisi eksistingnya lokasi-lokasi yang sangat sesuai untuk dijadikan lokasi perumahan berdasarkan analisis memiliki berbagai macam penggunaan lahan. Lokasi-lokasi tersebut banyak yang berupa perdagangan dan jasa serta banyak juga yang merupakan sawah. Lokasilokasi perumahan eksisting yang ada di Kawasan Perkotaan Sragen sebagian besar menempati lahan yang tingkat kesesuaiannya sangat sesuai. Lokasi-lokasi yang sesuai dan kurang sesuai untuk dijadikan lokasi perumahan kebanyakan penggunaan lahan eksistingnya berupa sawah dan RTH.
commit to user
137
Peta 4.13 Peta Ketrjangkauan Sarana Perekonomian
138
Peta 4.14 Peta Overlay 7
139
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Analisis Kerawanan Bencana (overlay 8) Analisis overlay 8 bertujuan untuk mengetahui apakah lokasi-lokasi yang sangat sesuai hingga kurang sesuai hasil analisis overlay 7 memiliki kerawanan terhadap bencana dan polusi. Analisis ini dilakukan dengan cara meng-overlay peta overlay 7 dengan peta kerawanan terhadap bencana dan polusi. Dalam analisis ini tidak terdapat harkat serta bobot, lokasi yang rawan bencana langsung dianggap tak sesuai dijadikan lokasi perumahan. Lokasi rawan bencana banjir di Kawasan Perkotaan Sragen terdapat di sepanjang 30 m di sekitar Sungai Mungkung, dengan melakukan buffering terhadap Sungai Mungkung maka di dapat kawasan rawan bencana banjir. Lokasi yang rawan polusi udara, polusi air, dan polusi suara yang sangat komplek adalah kawasan di sekitar Pabrik Gula Mojo yang terdapat di Kelurahan Sragen Kulon sehingga lokasi di sekitar PG Mojo tidak sesuai untuk di jadikan plokasi perumahan.
commit to user
140
Peta 4.15 Peta Overlay 8
141
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6. Analisis bebas Kawasan Lindung (overlay 9) Bebas kawasan lindung merupakan salah satu syarat yang ditetapkan dalam Badan Litbang Departemen Pekerjaan Umum dalam tata cara pemilihan
lokasi prioritas
untuk pengembangan perumahan
dan
permukiman di kawasan perkotaan. Kawasan lindung yang berada di Kawasan Perkotaan Sragen berupa hutan kota, sempadan sungai, dan sempadan embung. Kawasan lindung tersebut ditetapkan dalam RDTR Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2009-2028. Analisis bebas terhadap kawasan lindung dilakukan dengan metode yang sama dengan analisis overlay 8. Kawasan lindung tidak diberikan harkat serta bobot, lokasi dimana kawasan lindung berada dianggap tidak sesuai untuk dijadikan perumahan. Dari hasil analisis tersebut didapatkan bahwa terdapat lokasi dengan kriteria sangat sesuai, sesuai, cukup sesuai, dan tidak sesuai untuk dijadikan lokasi perumahan. Lokasi-lokasi hasil analisis overlay 9 merupakan hasil analisis final dari kesesuaian lokasi perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen. Hasil analisis ini akan dijadikan dasar untuk analisis kesesuaian dengan RDTRK Kawasan Perkotaan Sragen .
commit to user
142
Peta 4.16 Peta Overlay 9
143
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Analisis Kesesuaian Lokasi Perumahan dengan RDTR Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2009-2028 Melihat hasil analisis tentang kesesuaian lahan perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen didapat bahwa lahan yang sangat sesuai dijadikan perumahan tersebar hampir di seluruh kawasan. Kesesuaian didominasi oleh kriteria sangat sesuai sehingga sepintas lokasi yang dapat dijadikan perumahan sangat luas, akan tetapi bila melihat kondisi eksisting lokasi-lokasi tersebut meskipun berdasarkan analisis hasilnya sangat sesuai namun karena kebanyakan lahan sudah terbangun, dan sebagian besar lahan yang belum terbangun merupakan lahan sawah dan hanya sedikit yang berupa lahan kering, maka lokasi yang dapat dijadikan perumahan baru sangat terbatas karena lahan sawah merupakan kawasan lindung yang tak dapat dikonversi menjadi guna lahan lain. Oleh sebab itu, perlu dilihat kebijakan yang ada di Kawasan Perkotaan Sragen tentang lokasi perumahan. Kebijakan terkait perumahan tersebut yaitu rencana penggunaan lahan sebagai perumahan yang terdapat di RDTRK Perkotaan Sragen tahun 2009-2028. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui apakah peta kesesuaian lokasi perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen (Peta overlay 9) sudah sesuai dengan rencana lokasi perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen berdasarkan peta rencana pola ruang RDTRK Perkotaan Sragen. Dengan meng-overlay peta kesesuaian lokasi perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen (peta overlay 9) dengan peta rencana perumahan maka akan didapat lokasi-lokasi yang legal untuk dijadikan perumahan karena telah sesuai dan mengikuti rencana pola ruang yang ada di kawasan tersebut. Dengan mengikuti rencana tata ruang maka apabila lokasi hasil analisis akan dijadikan perumahan di kemudian hari tak akan terjadi masalah penyalahgunaan fungsi lahan. commit to user
144
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.17 Luas Lokasi Perumahan sesuai RDTR Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2009-2028 No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Kelurahan
Sine Sragen Kulon Sragen Tengah Sragen Wetan Tangkil Nglorog Karangtengah Kroyo Puro Plumbungan Sidoharjo Jetak Pilangsari Jumlah
-
Luas Cukup Sesuai -
13,47
-
-
-
1,77
0,80 140,06 40,67 53,54 68,15 108,74 5,08 4,72 88,15 560,08
0,09 0,09 1,81 1,99
-
-
0,17 9,93 0,12 5,85 0,91 1,41 3,11 34,17
Sangat Sesuai 33,35 3,35 -
Sesuai
Sumber : Hasil Analisis, tahun 2010
Kurang Sesuai -
Tidak Sesuai 3,98 6,92
Dari hasil analisis Kelurahan Nglorog merupakan Kelurahan yang memiliki lokasi perumahan yang paling luas dengan angka mencapai 133,04 Ha. Perumahan di kelurahan ini memiliki kesesuaian lahan sangat sesuai untuk dijadikan perumahan karena lokasinya yang dekat dengan kota, dekat dengan berbagai fasilitas yang ada, serta memiliki aksesibilitas tinggi karena dilewat jalan utama yaitu Jalan Raya Sukowati. Desa Tangkil memiliki luas lokasi perumahan yang sangat kecil yaitu hanya 0,8 Ha yang terletak di bagian utara desa. Desa Tangkil merupakan satusatunya desa di Kawasan Perkotaan Sragen, letak desa ini berada di ujung utara kawasan sehingga banyak lokasi yang tidak terjangkau oleh beberapa sarana dasar. Sebagian besar desa ini berupa sawah irigasi teknis yang sangat commit to user
145
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berpotensi dijadikan lumbung padi kabupaten sehingga alokasi lahan yang direncanakan sebagai perumahan yang ada di desa ini sangat sedikit. Tidak adanya lahan yang dapat untuk dibangun menjadi perumahan baru menyebabkan lokasi perumahan baru tidak terdapat di Kelurahan Sragen Tengah. Di kelurahan ini penggunaan lahannya sudah sangat padat, baik untuk perdagangan jasa, pemerintahan, maupun untuk perumahan karena letaknya yang berada di pusat kota. Lokasi yang direncanakan sebagai kawasan perumahan kebanyakan berada di kawasan kota bagian selatan, hal ini didukung oleh perkembangan kota yang mengarah ke selatan. Hingga saat ini terdapat beberapa perumahan yang semuanya di bangun di kawasan kota bagian selatan, hal ini menyebabkan kawasan selatan semakin ramai dan semakin berkembang. Perkembangan kearah selatan tersebut didukung dengan munculnya pusat-pusat kegiatan baru di kawasan kota bagian selatan terutama jalan kolektor di Kelurahan Kroyo. Di jalan tersebut tumbuh berbagai pusat layanan antara lain : SPBU, mini market, apotek, konter, rumah makan, serta warnet. Perkembangan perumahan di daerah utara kurang pesat karena lahan di Kabupaten Sragen semakin keutara semakin kurang bagus, lahannya tandus, kering, serta air tanahnya semakin dalam sehingga perumahan diarahkan untuk dibangun di kawasan selatan kota. Hampir seluruh lokasi perumahan baru saat ini berupa sawah irigasi teknis yang seharusnya tak dapat dikonversi menjadi guna lahan lain, tetapi dalam rencananya sawah tersebut dikonversi menjadi perumahan. Pemerintah memang mengalokasikan lahan perumahan meskipun saat ini masih berupa sawah karena pertumbuhan penduduk tak dapat dihindarkan sementara Kawasan Perkotaan Sragen sangat sedikit memiliki lahan kering sehingga commit to user rencana perumahan harus mengorbankan sawah irigasi. Konversi tersebut
146
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dilakukan karena angka konversinya termasuk kecil serta karena sawah di Kabupaten Sragen masih cukup luas untuk memenuhi kebutuhan pangan kabupaten dan wilayah sekitanya. Berdasarkan analisis terdapat lahan yang direncanakan sebagai perumahan dalam RDTRK ternyata tidak sesuai untuk dijadikan lokasi perumahan. Lokasilokasi yang tak sesuai tersebut kebanyakan berupa sempadan sungai serta daerah yang rawan banjir. Berikut merupakan peta persebaran lokasi yang sesuai untuk dijadikan perumahan berdasar analisis serta sesuai dengan rencana perumahan RDTRK Perkotaan Sragen tahun 2009-2028 :
commit to user
147
Peta 4.17 Ketersediaan Lokasi Perumahan Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028
148
perpustakaan.uns.ac.id
C.
digilib.uns.ac.id
Proyeksi Jumlah Penduduk Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028 Analisis proyeksi penduduk merupakan analisis yang digunakan untuk
memperkirakan jumlah penduduk Kawasan Perkotaan Sragen pada tahun 2028. Analisis ini digunakan sebagai dasar penentuan jumlah rumah yang dibutuhkan oleh penduduk di Kawasan Perkotaan Sragen pada tahun 2028. Metode yang digunakan untuk menghitung jumlah penduduk Kawasan Perkotaan Sragen pada tahun 2028 adalah metode geometrik, sehingga dapat diketahui angka pertumbuhan penduduk yang lebih akurat dan berapa jumlah penduduk pada tahun yang direncanakan. Metode ini menggunakan rumus geometrik (lihat rumus 1.2) Dengan melihat data jumlah penduduk Kawasan Perkotaan Sragen selama lima tahun terakhir maka dapat ditentukan angka pertumbuhan penduduknya (lihat tabel 3.12) Secara umum jumlah penduduk di Kawasan Perkotaan Sragen terus mengalami peningkatan dengan rata-rata pertumbuhan 0,006%. Rata rata angka pertumbuhan tiap kelurahan sangat beragam, bahkan masih ada kelurahan yang pertumbuhannya negatif. Pertumbuhan penduduk tertinggi dimiliki oleh Desa Tangkil dengan angka 0,016 % sedangkan pertumbuhan yang terendah dengan angka -0,006 % dimiliki oleh Kelurahan Sragen Kulon. Pertumbuhan penduduk negatif tertinggi dimiliki oleh Kelurahan Sragen Kulon, dimana kelurahan ini merupakan salah satu kelrahan yang terletak di tengah kota. Penurunan jumlah penduduk dari tahun ke tahun kemungkinan dipengaruhi oleh telah padatnya kawasan tersebut sehingga kecenderungan yang ada masyarakat malah memilih keluar dari kawasan tersebut. Dalam analisis proyeksi ini digunakan rata-rata pertumbuhan keseluruhan karena terdapat beberapa kelurahan dengan pertumbuhan negatif sehingga commit to user proyeksi penduduk yang akan didapat jumlahnya lebih sedikit dari saat ini.
149
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Karena angka pertumbuhan negatif tidak dapat digunakan untuk menghitung pertambahan penduduk maka pada studi ini digunakan asumsi bahwa kelurahan yang memiliki pertumbuhan penduduk negatif akan diproyeksikan dengan angka pertumbuhan yang sangat kecil yaitu 0,001, dimana angka tersebut digunakan untuk mengantisipasi apabila pertumbuhan penduduk di tahun-tahun berikutnya akan meningkat.
commit to user
150
Tabel 4.18 Proyeksi Jumlah Penduduk Kawasan Perkotaan Sragen Tahun 2011-2028 Tahun
Kelurahan 2011 Sine Sragen Kulon Sragen Tengah Sragen Wetan Nglorog Karangtengah Tangkil Puro Plumbungan Kroyo Jetak Sidoharjo Pilangsari Jumlah
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025
2026
2027
2028
5763
5878
5937
5997
6056
6117
6178
6240
6302
6365
6429
6493
6558
6624
6690
6757
6825
15555
15586
15602
15617
15633
15649
15664
15680
15696
15711
15727
15743
15758
15774
15790
15806
15822
7777
7792
7800
7808
7815
7823
7831
7839
7847
7855
7863
7870
7878
7886
7894
7902
7910
14798
15036
15156
15277
15399
15523
15647
15772
15898
16025
16154
16283
16413
16544
16677
16810
16945
6295
6307
6313
6320
6326
6332
6339
6345
6351
6358
6364
6371
6377
6383
6390
6396
6402
5408
5484
5522
5561
5600
5639
5679
5718
5758
5799
5839
5880
5921
5963
6004
6046
6089
4935
5094
5176
5343
5428
5515
5603
5693
5784
5877
5971
6066
6163
6262
6362
6464
9026
9262
9383
5259 9505
9628
9754
9880
10009
10139
10271
10404
10539
10676
10815
10956
11098
11243
7423
7647
7762
7878
7996
8116
8238
8362
8487
8614
8744
8875
9008
9143
9280
9419
9561
8874
8945
8980
9016
9052
9089
9125
9162
9198
9235
9272
9309
9346
9384
9421
9459
9497
6118
6143
6155
6167
6180
6192
6205
6217
6229
6242
6254
6267
6279
6292
6305
6317
6330
3968
4048
4088
4129
4171
4212
4254
4297
4340
4383
4427
4471
4516
4561
4607
4653
4700
4562
4571
4576
4580
4585
4590
4594
4599
4603
4608
4613
4617
4622
4626
4631
4636
4640
100501
101794
102451
103115
103786
104464
105150
105842
106543
107251
107966
108689
109420
110160
110907
111662
112425
Sumber : Hasil Analisis, tahun 2010
151
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari hasil perhitungan proyeksi penduduk dari tahun 2009-2028 dapat dilihat bahwa pertumbuhan penduduk di Kawasan Perkotaan Sragen tidak bertambah secara sigifikan. Pertambahan jumlah penduduk total dalam waktu dua puluh tahun hanya mencapai angka 12.427 jiwa saja, termasuk angka yang sangat kecil untuk ukuran sebuah kota. Berdasarkan proyeksi jumlah penduduk tersebut akan dihitung jumlah kebutuhan rumah di Kawasan Perkotaan Sragen di tahun 2028 berdasarkan tingkat kesejahteraan masyarakatnya. D. Analisis Kebutuhan Jumlah Rumah serta Kebutuhan Lahan Perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen di tahun 2028 Analisis ini bertujuan untuk mengetahui jumlah rumah yang harus disediakan di Kawasan Perkotaan Sragen di tahun 2028. Dengan mengetahui jumlah kebutuhan rumah maka dapat diketahui jumlah kebutuhan lahan dengan cara mangalikan jumlah kebutuhan rumah dengan standar minimal luas satu rumah berdasarkan tingkat kesejahteraan. Jumlah kebutuhan rumah dicari dengan menggunakan asumsi bahwa satu kepala keluarga menghuni satu unit rumah. Dengan menggunakan asumsi tersebut maka dapat dicari jumlah kebutuhan rumah di tiap kelurahan pada tahun 2028 (lihat rumus 1.3). Berikut hasil penghitungan total kebutuhan rumah tiap kelurahan Kawasan Perkotaan Sragen di tahun 2028 :
commit to user
152
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.19 Kebutuhan Jumlah Rumah di Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028 No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Kelurahan
Jumlah Penduduk 2009 (Jiwa) Sine 5649 Sragen Kulon 15524 Sragen Tengah 7761 Sragen Wetan 14564 Nglorog 6282 Karang Tengah 5333 Tangkil 4781 Puro 8796 Plumbungan 7205 Kroyo 8803 Jetak 6094 Sidoharjo 3890 Pilangsari 4553 Jumlah 99235
Jumlah Penduduk 2028 (Jiwa)
Pertambahan Jumlah Penduduk
Ratarata anggota
Kebutuhan Jumlah Rumah
1176 298 149 2381 120 756 1683 1447 2356 694 236 810 87
3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3
392 99 37 595 40 252 561 816 785 173 79 270 29 4128
6825 15822 7910 16945 6402 6089 6464 11243 9561 9497 6330 4700 4640 112425
12427
Sumber : Hasil analisis, tahun 2010
Dari hasil penghitungan diperoleh jumlah kebutuhan rumah total di Kawasan Perkotaan Sragen di tahun 2028 adalah sejumlah 4.128 unit. Kelurahan Puro memiliki kebutuhan rumah paling tinggi yaitu 816 unit, sedangkan kebutuhan yang terendah dimiliki kelurahan pilangsari yaitu 29 unit rumah, hal ini dikerenakan pertumbuhan penduduk di Kelurahan Pilangsari yang terus menurun di tahun 2005-2009 sehingga kebutuhan rumahnya sngat sedikit. Secara keseluruhan kebutuhan jumlah rumah di Kawasan Perkotaan Sragen tidak cukup tinggi, sebanding dengan angka perumbuhan penduduknya yang tak cukup tinggi.
commit to user
153
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan hitungan kebutuhan rumah maka dihitung jumlah kebutuhan lahan perumahan ditiap kelurahan berdasarkan penggolongan keluarga sejahtera di tahun 2028. Penghitungan ini dilakukan dengan cara mengkalikan jumlah kebutuhan rumah di tahun 2028 dengan proporsi jumlah KK berdasarkan kesejahteraannya di tahun 2009 (proporsi tiap kelompok KK dapat dilihat dalam lampiran 3). Berikut hasil penghitungan kebutuhan jumlah rumah tiap kelompok KK: Tabel 4.20 Kebutuhan Jumlah Rumah di Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028 Berdasarkan Tingkat Kesejahteraan Kelurahan Sine Sragen Kulon Sragen Tengah Sragen Wetan Nglorog Karang Tengah Tangkil Puro Plumbungan Kroyo Jetak Sidoharjo Pilangsari Jumlah
Pra KS (unit) 85 11 6 79 5 44 67 189 108 28 35 107 13 776
KS I (unit) 35 14 7 73 4 46 174 97 106 32 6 42 5 641
KS II (unit) 142 29 9 220 6 85 177 343 220 49 24 74 8 1384
KS III (unit) 128 43 15 208 24 75 136 176 329 59 13 44 4 1254
KS III+ (unit) 1 3 1 15 1 2 7 11 22 5 1 3 0 74
Jumlah (unit) 392 99 37 595 40 252 561 816 785 173 79 270 29 4128
Sumber : Hasil analisis, tahun 2010
Dengan mengetahui jumlah kebutuhan rumah tiap kelompok KK di tahun 2028 maka didapat pula luas kebutuhan lahan perumahan dengan mengkalikan jumlah kebutuhan terebut dengan luas kavling perumahan minimum untuk tiap golongan KK. (lihat tabel 1.5) Berikut merupakan rincian jumlah kebutuhan lahan per kelurahan di commit to user Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028 : 154
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.21 Luas kebutuhan lahan perumahan Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028 Kelurahan Sine Sragen Kulon Sragen Tengah Sragen Wetan Nglorog Karang Tengah Tangkil Puro Plumbungan Kroyo Jetak Sidoharjo Pilangsari Jumlah
Pra KS (Ha) 1,02 0,13 0,07 0,96 0,07 0,54 0,82 2,27 1,31 0,35 0,42 1,28 0,16 9,40
KS I (Ha) 0,42 0,17 0,10 0,88 0,05 0,56 2,09 1,18 1,27 0,40 0,08 0,50 0,06 7,75
KS II (Ha) 1,72 0,35 0,11 2,64 0,08 1,02 2,14 4,12 2,64 0,59 0,29 0,89 0,10 16,67
KS III KS III+ (Ha) (Ha) 3,23 0,10 1,08 0,20 0,38 0,05 5,20 0,80 0,63 0,05 1,88 0,10 3,40 0,40 4,43 0,60 8,25 1,15 1,48 0,30 0,35 0,05 1,13 0,20 0,10 0,05 31,50 4,05
Jumlah (Ha) 6,48 1,92 0,70 10,48 0,88 4,10 8,84 12,59 14,62 3,11 1,19 4,00 0,46 69,37
Sumber : Hasil analisis, tahun 2010
Dari hasil penghitungan maka didapat bahwa total jumlah kebutuhan lahan perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen hingga tahun 2028 adalah 69,37 Ha. Merupakan angka yang sangat kecil untuk kebutuhan selama dua puluh tahun. Kebutuhan lahan tertinggi yaitu di Kelurahan Puro, sebesar 12,59 Ha, serta yang terendah di Kelurahan Pilangsari dengan luas 0,46 Ha
E.
Analisis Ketersediaan Lokasi Perumahan Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028 Analisis ketersediaan lahan ini bertujuan untuk mengetahui apakah luas
lahan yang sangat sesuai untuk lokasi perumahan berdasarkan analisis dan peruntukan lahan yang direncanakan di Kawasan Perkotaan Sragen berdasarkan RDTRK Perkotaan Sragen tahun 2009-2028 dapat memenuhi kebutuhan lahan perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen pada tahun 2028. Analisis ini hanya membandingkan luas to lahannya commit user saja tanpa bisa dipetakan.
155
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.22 Kecukupan Lahan di KawasanPerkotaan Sragen tahun2028 No
Kelurahan
1 Sine 2 Sragen Kulon 3 Sragen Tengah 4 Sragen Wetan 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Tangkil Nglorog Karangtengah Kroyo Puro Plumbungan Sidoharjo Jetak Pilangsari Total
Ketersediaan Lahan 33,35 3,35
Kebutuhan Lahan 6,48
0 13,47 0,8 140,06 40,67 53,63 68,24 108,74 5,08 4,72 88,15 562,07
1,92 0,70 10,48 0,88 4,10 8,84 12,59 14,62 3,11 1,19 4,00 0,46 69,37
Keterangan Tercukupi Tercukupi Tak Tercukupi Tercukupi Tak Tercukupi Tercukupi Tercukupi Tercukupi Tercukupi Tercukupi Tercukupi Tercukupi Tercukupi Tercukupi
Sumber : Hasil analisis, tahun 2010
Luas total lahan perumahan yang dibutuhkan Kawasan Perkotaan Sragen di tahun 2028 seluas 69,37 Ha, sedangkan jumlah lahan yang tersedia seluas 562,07 Ha. Dengan membandingkan luasan tersebut maka dapat dilihat bahwa di tahun 2028 lahan perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen masih tersedia dan tercukupi. Kelurahan dengan ketersediaan lahan perumahan yang paling luas merupakan kelurahan Nglorog, akan tetapi jumlah kebutuhan lahan perumahan di tahun 2028 termasuk kecil. Sedangkan Kelurahan Sragen Tengah dan Desa Tangkil lahan perumahannya tak tercukupi. Akan tetapi kekurangan lahan di kedua kelurahan tersebut dapat terpenuhi jika melihat jumlah ketersediaan lahan di kelurahan-kelurahan lain.
commit to user
156
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan studi ketersediaan lokasi perumahan Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028 yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan utama, antara lain : 1.
Indikator yang digunakan dalam menentukan lokasi perumahan di dalam studi ini terdiri dari aspek fisik dasar, aksesibilitas, sarana dasar, dan sarana perekonomian. Setiap indikator memiliki kesesuaian masing-masing untuk dijdikan lokasi perumahan sebagai berikut : Tabel 5.1 Kesesuaian Indikator dalam Penentu Lokasi Perumahan Kawasan Perkotaan Sragen No 1
Aspek Fisik
Indikator
Kesesuaian
Ketinggian Lahan
Kawasan Perkotaan Sragen memiliki ketinggian lahan antara < 100 mdpl di seluruh kawasannya. Ketinggian lahan tersebut tergolong sangat sesuai untuk dijadikan perumahan, sehingga berdasarkan ketinggian lahannya seluruh Kawasan Perkotaan Sragen sangat sesuai untuk dijadikan lokasi perumahan Kelerengan Kelerengan di Kawasan Perkotaan Sragen termasuk dalam kategori datar yaitu 0-2%. Kelerengan yang datar sangat sesuai untuk dijadikan perumahan, sehingga berdasarkan kelerengan lahannya seluruh Kawasan Perkotaan Sragen sangat sesuai untuk lokasi perumahan Jenis Tanah Kawasan Perkotaan Sragen memiliki beberapa jenis tanah antara lain grumosol, alluvial, dan litosol. Jenis tanah tersebut mempengaruhi commit to user kelayakan lahan untuk ditanami konstruksi
157
perpustakaan.uns.ac.id
2
Sarana dan Prasarana
digilib.uns.ac.id
bangunan rumah, kelayakan tersebut terkait dengan tingkat kepekaannya, semakin peka semakin tidak layak untuk didirikan bangunan. Berdasarkan jenis tanahnya sebagian besar lahan di Kawasan Perkotaan Sragen kurang sesuai untuk dijadikan lokasi perumahan, hanya sebagian kecil yang sangat sesuai untuk perumahan. Kedalaman Kedalaman muka air tanah mempengaruhi Muka Air suplai air bersih terhadap perumahan. Semakin Tanah dalam air tanah semakin tak sesuai untuk dijadikan lokasi perumahan. Air tanah di Kawasan Perkotaan Sragen beragam kedalamannya yaitu antara 2-12 m dibawah permukaan tanah. Dilihat dari kedalaman air tanahnya, seluruh Kawasan Perkotaan Sragen sesuai untuk dijadikan lokasi perumahan Kawasan Kawasan rawan bencana dan polusi tidak sesuai Rawan Bencana untuk dijadikan perumahan. Kawasan tersebut dan Polusi adalah kawasan sekitar sungai mungkung karena merupakan kawasan rawan bencana banjir dan kawasan sekitar pabrik gula Mojo karena tercemar baik air, udara, dan suara. Kawasan Kawasan Lindung tidak dapat dijadikan lokasi Lidung perumahan. Kawasan tersebut adalah kawasan sekitar sungai, sekitar embung, dan hutan kota Aksesibilitas Aksesibilitas merupakan kemudahan lokasi perumahan mencapai jalan serta transportasi umum. Hampir seluruh lokasi di Kawasan Perkotaan Sragen dapat mengakses jalan serta moda transportasi umum, sehingga berdasarkan aksesibilitasnya hampir seluruh lokasi di Kawasan Perkotaan Sragen sesuai untuk dijadikan perumahan Ketersediaan Kawasan Perkotaan Sragen memiliki sarana Sarana pendidikan dan sarana kesehatan yang lengkap Pendidikan dimana hampir seluruh wilayahnya terjangkau meskipun terdapat sebagian kecil yang tak Ketersediaan terjangkau. Sarana Sehingga berdasarkan keterjangkauan sarana Kesehatan pendidkan dan kesehatannya hampir seluruh kawasan sangat sesuai untuk dijadikan perumahan commit to user
158
perpustakaan.uns.ac.id
3
Ekonomi
digilib.uns.ac.id
Ketersediaan Sarana Perekonomian
Persebaran pertokoan di Kawasan Perkotaan Sragen cukup merata di seluruh kawasannya menjadikan hampir seluruh kawasan terlayani oleh sarana ekonomi, sehingga berdasarkan ketersediaan sarana ekonominya hampir seluruh kawasan perkotaan Sragen sangat sesuai untuk dijadikan lokasi perumahan
Sumber : Hasil Analisis, tahun 2010
2.
Analisis kesesuaian lokasi perumahan saat ini dilakukan untuk mengetahui lokasi mana saja yang sesuai untuk dijadikan perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen dengan memperhatikan berbagai indikator yang telah ditentukan. Analisis ini menggunakan metode superimpose (overlay) antara peta satu dengan peta lainnya hingga didapatkan peta akhir berupa peta kesesuaian lokasi perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen berdasarkan semua indikator. Dari hasil overlay didapatkan bahwa terdapat empat kriteria keseusian lahan yang terdapat di Kawasan Perkotaan Sragen yaitu sangat sesuai, sesuai, cukup sesuai, dan tidak sesuai untuk dijadikan perumahan. Lokasi yang tergolong sangat sesuai sebesar 87,35 % dari total luas Kawasan Perkotaan Sragen. Berikut simpulan dari tiap overlay :
commit to user
159
perpustakaan.uns.ac.id
No 1
2
3
4
5
6
7
8
digilib.uns.ac.id
Tabel 5.2 Kesesuaian Overlay Lokasi Perumahan Kawasan Perkotaan Sragen Overlay Ksesuaian Overlay 1 Hasil analisis overlay 1 menunjukan berdasarkan (peta kelerengan dengan peta ketinggian) Overlay 2 (peta overlay 1 dengan peta jenis tanah) Overlay 3 (peta overlay 2 dengan peta kedalaman muka air tanah Overlay 4 (peta overlay 3 dengan peta aksesibilitas)
Overlay 5 (peta overlay 4 dengan peta keterjangkauan sarana pendidikan) Overlay 6 (peta overlay 5 dengan peta keterjangkauan sarana kesehatan) Overlay 7 (peta overlay 6 dengan peta keterjangkauan sarana perekonomian) Overlay 8 (peta overlay 7 dengan peta rawan bencana dan polusi)
ketinggian dan kelerengannya seluruh Kawasan Perkotaan Sragen sangat sesuai untuk dijadikan perumahan. Terdapat dua kriteria kesesuaian lokasi perumahan yang dihasilkan dari analisis overlay 2 yaitu sesuai dan sangat sesuai. Lokasi yang sesuai sesuai sebesar 69,3 % dan yang sangat sesuai sebesar 30,7 %. Berdasarkan hasil analisis overlay 3 didapatkan bahwa berdasarkan seluruh aspek fisik terdapat lokasi yang sangat sesuai untuk diadikan perumahan sebesar 76,9 % , sedangkan lokasi yang tergolong sesuai sebesar 23,1 % dari luas total Kawasan Perkotaan Sragen. Analisis overlay 4 menunjukan bahwa berdasarkan aspek fisik dan aksesibilitas, sebesar 70,44 % luas Kawasan Perkotaan Sragen tergolong dalam kriteria sangat sesuai untuk dijadikan lokasi perumahan, sedangkan sisanya yaitu 29,56 % tergolong dalam kriteria sesuai. Dengan mempertimbangkan keterjangkauan terhadap sarana pendidikan maka didapatkan bahwa 86,07 luas wilayah Kawasan Perkotaan Sragen sangat sesuai untuk dijadikan perumahan dan 13,93 % luasannya tergolong dalam kriteria sesuai. Analisis Overlay 6 menunjukan berdasarkan aspek fisik, aksesibilitas, dan sarana dasar terdapat tiga kriteria kesesuaian lokasi perumahan yaitu sangat sesuai seluas 95,09 %, sesuai 4,84 %, dan cukup sesuai sebesar 0,07 %. Analisis overlay 7 menunjukan bahwa hampir seluruh Kawasan Perkotaan Sragen yaitu sebesar 98,18 % tergolong dalam krieteria sangat sesuai untuk dijadikan perumahan. Kawasan yang tergolong sesuai seluas 1,79 %, sedangkan yang tergolong cukup sesuai seluas 0,07 % dari luas total Kawasan Perkotaan Sragen. Dari analisis overlay 8 didapatkan bahwa terdapat kawasan yang tak sesuai untuk dijadikan perumahan yaitu kawasan rawan bencanadan polusi. Secara keseluruhan luas kawasan yang tergolong sangat sesuai sebesar 96,47 %, sesuai commit sebesar to 1,68 user %, cukup sesuai sebesar 0,05 %, dan
160
perpustakaan.uns.ac.id
9
digilib.uns.ac.id
tidak sesuai sebesar 1,80 % dari total luas Kawasan Perkotaan Sragen. Overlay 9 Analisis overlay 9 menunjukan kesesuaian lokasi (peta overlay 8 perumahan berdasarkan seluruh indikator yang digunakan dengan peta dalam studi ini. Terdapat lokasi yang tidak sesuai untuk kawasan lindung) dijadikan perumahan yaitu kawasan lindung. Dari hasil analisis didapatkan bahwa kawasan yang tergolong sangat sesuai dijadikan lokasi perumahan sebesar 87,35 %, tergolong sesuai sebesar 1,11 %, tergolong cukup sesuai sebesar 0,01 %, dan tergolong tidak sesuai sebesar 11,53 %.
Sumber : Hasil Analisis, tahun 2010
3.
Berdasarkan hasil analisis kesesuaian lokasi perumahan didapat bahwa 87,35% luas Kawasan Perkotaan Sragen tergolong dalam kriteria sangat sesuai untuk dijadikan lokasi perumahan, akan tetapi lokasi-lokasi tersebut eksistingnya sebagian besar berupa sawah irigasi teknis. Lahan sawah termasuk lahan yang keberadaannya harus dipertahankan sehingga lahan tersebut tidak dapat diubah menjadi perumahan tanpa melihat kebijakan yang ada. Menurut RDTR Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2009-2028, terdapat beberapa lokasi lahan sawah yang dapat dialihfungsikan menjadi lahan perumahan. Berdasarkan hasil analisis ksesuaian lokasi perumahan dengan RDTR Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2009-2028 didapat lahan yang sangat sesuai dijadikan perumahan adalah seluas 560,08 Ha, dan lahan yang termasuk kategori sesuai 1,99 Ha, sehingga total luas lahan yang dapat dijadikan perumahan hingga tahun 2028 adalah seluas 562,07 Ha. Lahan tersebut tersebar di beberapa kelurahan, kawasan yang paling banyak memiliki lahan perumahan adalah kelurahan Nglorog dengan luas 140,06 Ha, sedangkan kelurahan yang paling sedikit memiliki lahan perumahan yaitu Desa Tangkil yang memiliki lahan untuk dijadikan perumahan hanya seluas 0,80 Ha. Terdapat kelurahan yang sama sekali tak commit to user memiliki lahan perumahan potensial, yaitu kelurahan Sragen Tengah, 161
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
karena di kelurahan ini bangunan sudah sangat padat serta rencana kedepannya kelurahan ini banyak difungsikan untuk perdagangan dan jasa karena merupakan pusat kota. 4.
Berdasarkan hasil analisis proyeksi penduduk dengan pertumbuhan penduduk rata-rata 0,006, didapat bahwa jumlah pertambahan penduduk total di Kawasan Perkotaan Sragen dua puluh tahun tahun dari tahun 2009 hingga tahun 2028 adalah sejumlah 12.427 jiwa. Angka pertambahan tersebut cukup kecil karena pertumbuhan penduduk di Kawasan Perkotaan Sragen tidak terlalu tinggi, bahkan ada pertumbuhan penduduk yang negatif.
5.
Berdasarkan jumlah pertambahan penduduk hingga tahun 2028 diperoleh bahwa total jumlah rumah yang dibutuhkan di Kawasan Perkotaan Sragen di tahun tersebut berjumlah 4.128 unit rumah. Jumlah tersebut merupakan akumulasi dari total jumlah rumah dari kebutuhan rumah untuk keluarga pra sejahtera sebesar 776 unit, keluarga sejahtera I sebesar 641 unit, keluarga sejahtera II sebesar 1.384 unit, keluarga sejahtera III 1.254 unit, serta keluarga sejahtera III+ sejumlah 74 unit.
6.
Total luas lahan perumahan yang dibutuhkan di Kawasan Perkotaan Sragen pada tahun 2028 adalah 69,37 Ha. Bila melihat jumlah ketersediaan lahan perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen hingga tahun 2028 yaitu seluas 562,07 Ha maka kebutuhan lahan perumahan hingga tahun 2028 masih tercukupi, bahkan masih sangat luas ketersediaannya.
commit to user
162
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Rekomendasi 1.
Arahan Pengembangan Lokasi Perumahan Lahan perumahan yang tersedia di Kawasan Perkotaan Sragen hingga tahun 2028 masih sangat luas, sedangkan kebutuhan lahannya tak lebih dari 10% dari luasan yang tersedia, sehingga perlu adanya rekomendasi arahan lokasi prioritas untuk pengembangan kawasan perumahan. Rekomendasi yang peneliti tulis merupakan arahan lokasi berdasarkan arah perkembangan Kota Sragen hingga saat ini serta melihat pada arahan pengembangan perumahan berdasarkan RDTR Kawasan Pekotaan Sragen tahun 2009-2028. Melihat perkembangan saat ini, Kawasan Perkotaan Sragen cenderung berkembang cukup pesat ke arah selatan, yaitu jalan kolektor di Kelurahan Kroyo, yang menghubungkan antara Kelurahan Puro dengan Kelurahan Sragen (pusat kota). Di sepanjang jalan Veteran ini muncul berbagai sarana perdagangan dan jasa baru. Perumahan-perumahan baru yang telah terbangun di Kawasan Perkotaan Sragen terpusat di kawasan kota bagian selatan. Saat ini, perumahan-perumahan tersebut menjadi perumahan yang cukup ramai dan padat, sehingga kawasan kota bagian selatan menjadi lebih ramai dibanding kawasan di utara. Perkembangan perumahan perumahan ini juga yang menyebabkan jalan kolektor di Kelurahan Kroyo tersebut menjadi berkembang cukup pesat. Oleh karena itu, lokasi pengembangan perumahan baru diarahkan ke arah selatan, yaitu di Kelurahan Puro, Kroyo, dan Kelurahan Plumbungan. Selain mengikuti perkembangan kota, dimana akan memudahkan mencapai akses menuju pusat perdagangan, kesehatan, dan pendidikan commit yang to usertelah ditetapkan dalam RDTRK juga akan sesuai dengan arahan
163
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Perkotaan Sragen, yaitu pengembangan perumahan di BWK D. BWK D sendiri terdiri dari Kelurahan Puro, Plumbungan, dan Kroyo. Kawasan ini saat ini juga memiliki kepadatan penduduk yang tak cukup tinggi sehingga dapat dikembangkan untuk dikadikan kawasan perumahan. Dengan memusatkan perkembangan lokasi di ketiga kelurahan tersebut juga akan menyebabkan pola perumahan kota menjadi konsentris mengisi lahan di pinggiran karena kawasan tengah kota telah padat oleh perumahan, perdagangan, pemerintahan, serta fungsi lain. Selain di ketiga kelurahan tersebut, lokasi perkembangan perumahan juga direkomendasikan di Kelurahan Nglorog, dimana kawasan tersebut memiliki kepadatan penduduk yang kurang padat sehingga masih mungkin dikembangkan perumahan. Kelurahan ini juga memiliki ketersediaan lahan perumahan paling tinggi diantara kelurahan lain. Poin utama
yang
menjadikan
kelurahan
ini
dapat
dijadikan
lokasi
perkembangan perumahan prioritas adalah karena letaknya yang dekat dengan pusat kota serta dilewati oleh jalan arteri utama di Kabupaten Sragen, yaitu Jalan Sukowati, sehingga mamiliki aksesibilitas yang tinggi, mudah mendapatkan kendaraan umum serta mudah mencapai berbagai sarana dasar karena di Kelurahan ini terdapat rumah sakit umum, serta memiliki sarana pendidikan dari tingkat TK hingga SMA. Pada RDTR Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2009-2028 disebutkan bahwa pengembangan perumahan juga diarahkan ke BWK A dimana BWK tersebut merupakan Kelurahan Sragen. Berdasarkan analisis, di Kelurahan Sragen Tengah tak terdapat lokasi yang sesuai untuk dijadikan perumahan, selain itu, penggunaan lahan di kelurahan ini sudah sangat padat sehingga perumahan yang dikembangkan di kawasan tersebut commit to user manjadi kurang nyaman untuk ditempati.
164
perpustakaan.uns.ac.id
2.
digilib.uns.ac.id
Rekomendasi Terhadap Hasil Studi Hasil dari studi ini masih memiliki kekurangan dan kelemahan, sehingga sebaiknya dalam studi serupa perlu memperhatikan beberapa hal : a. Indikator yang digunakan dalam studi ini masih sangat umum, belum dibahas faktor penentu yang lebih spesifik misalnya jaringan listrik, saluran sanitasi, jaringan persampahan, dan drainase. b. Studi ini menganalisis kesesuaian lokasi hanya dari segi spasialnya saja, sebaiknya faktor sosial dapat dimasukan dalam studi. c. Dalam menentukan luas kebutuhan rumah digunakan standar kavling dasar yang mengacu pada RTRW kota lain sehingga mungkin kurang sesuai penggunaannya. d. Studi ini menggunakan asumsi tingkat kesejahteraan penduduk dianggap tetap selama 20 tahun, sebaiknya perubahan tingkat kesejahteraan diperhitungkan dalam proyeksi penduduk.
3.
Rekomendasi untuk Studi Lanjutan Studi ini masih memiliki berbagai keterbatasan, baik secara teknis maupun
substantif.
Keterbatasan
tersebut
dapat
menjadi
bahan
pertimbangan studi lanjut. Beberapa rekomandasi untuk studi lanjutan antara lain : a. Indikator untuk menentukan lokasi perumahan bagi masyarakat berdasarkan tingkat kesejahteraan sebaiknya memperhatikan harga tanah sehingga target group untuk alokasi lokasi lebih jelas. b. Dalam menentukan kesesuaian lokasi berdasarkan harga lahan sebaiknya memperhatikan housing affordability
dari tiap target
group. commit to user
165