perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
TUGAS AKHIR
ANALISIS FAKTOR PENENTU LOKASI AMAN PADA KAWASAN TERLANDA TSUNAMI TAHUN 2006 DI KABUPATEN CILACAP
Diajukan Sebagai Syarat untuk Mencapai Jenjang Strata-1 Perencanaan Wilayah dan Kota
Disusun Oleh : PUTRI WARDIASTAMA I0608008
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2012
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id PENGESAHAN
ANALISIS FAKTOR PENENTU LOKASI AMAN PADA KAWASAN TERLANDA TSUNAMI TAHUN 2006 DI KABUPATEN CILACAP
Putri Wardiastama I 0608008
Menyetujui, Surakarta, Juli 2012 Pembimbing I
Pembimbing II
Ir. Soedwiwahjono, MT NIP. 19620306 199003 1 001
Istijabatul Aliyah, ST, MT NIP. 19690923 199702 2 001
Mengesahkan, Ketua Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik
Ketua Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota
Dr. Ir. Mohamad Muqoffa, MT NIP. 19620610 199103 1 001
Ir. Galing Yudana, MT NIP. 19620129 198703 1 002
Pembantu Dekan I Fakultas Teknik
Kusno Adi Sambodo, ST, MT, Ph.D commit to user 1 002 NIP. 19691026 199503
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Bencana tsunami yang melanda Kabupaten Cilacap tahun 2006 silam mendorong perlunya dilakukan langkah mitigasi sesuai dengan arahan Undang-Undang No.24 Tahun 2007 yang menyebutkan bahwa daerah yang ditetapkan sebagai daerah rawan bencana harus melakukan upaya penanggulangan bencana. Peraturan perundangan tersebut juga diperkuat oleh UndangUndang No.27 tahun 2007 serta PP No.64 Tahun 2010. Upaya mitigasi yang ditekankan disini adalah mitigasi non struktural, dimana di dalam mitigasi non struktural tersebut terdapat beberapa tahapan yang harus dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Cilacap. Dari beberapa langkah tersebut, salah satu langkah yang belum dilakukan oleh Pemkab Cilacap adalah penyusunan peraturan dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Pesisir. Karena muatan dari RTBL terdiri dari beberapa hal maka topik difokuskan pada muatan peruntukan lahan. Untuk dapat menjadikan penelitian ini sebagai input muatan peruntukan lahan pada RTBL Kawasan pesisir, maka perlu dilakukan analisis terkait karakteristik tsunami tahun 2006 yang meliputi karakteristik run up dan innudation dikaitkan dengan karakteristik penggunaan lahan kawasan pesisir di area terlanda tsunami di Cilacap yang terdiri dari karakteristik fisik lingkungan, ekosistem laut, jenis penggunaan lahan serta karakteristik masyarakat. Dengan melihat keterkaitan diantara kedua karakter khusus di daerah terlanda tsunami Cilacap tahun 2006 tersebut diharapkan mampu diperoleh faktor penentu lokasi aman dari bencana tsunami. Pendekatan yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah pendekatan deduktif. Penelitian ini dideduksi dari teori yang telah dikumpulkan sebelumnya. Dalam hal ini teori yang digunakan adalah teori terkait bencana tsunami dan teori terkait penggunaan lahan kawasan pesisir perkotaan. Teknik analisis yang digunakan dalam melakukan penelitian ini mencakup teknik analisis deskriptif yang digunakan dalam menjabarkan karakteristik bencana tsunami Cilacap tahun 2006 maupun karakteristik penggunaan lahan area terlanda tsunami Kabupaten Cilacap tahun 2006. Selanjutnya dilakukan analisis korelasi diantara kedua karakteristik tersebut. Analisis korelasi dilakukan pada masing-masing zona terlanda yang di dalam penelitian ini meliputi tigabelas zona. Namun, sebelum dilakukan analisis korelasi terlebih dahulu dilakukan pembagian area aman dan tidak aman berdasarkan dampak tsunami yang ditimbulkan tahun 2006 silam. Sehingga analisis korelasi dilakukan pada area aman dan area tidak aman dengan menggunakan teknik analisisi korelasi Spearman’s. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang searah antara karakteristik bencana tsunami dengan karakteristik penggunaan lahan. Korelasi tersebut dapat dilihat sebagai berikut : (1) semakin rendah kelerengan suatu daerah pesisir maka akan sangat peka terhadap ketinggian serta jarak landaan gelombang tsunami, (2) semakin rendah topografi suatu daerah pesisir maka akan sangat peka terhadap ketinggian gelombang tsunami, (3) jenis penggunaan lahan yang tidak teratur akan menyebabkan terjadinya turbulensi gelombang tsumai sehingga gelombang tsunami akan menyebar ke dalam daratan, (4) karakteristik fisik lingkungan akan sangat peka terhadap ketinggian dan jarak landaan tsunami jika mempunyai bentuk datar memanjang dan berpasir. Dengan melihat hasil penelitian bencana tsunami dengan penggunaan lahan daerah terlanda tsunami tahun 2006 silam maka perlu dilakukan zonasi ulang penggunaan lahan agar lebih terstruktur serta perlu dilakukan upaya perencanaan teknis terkait bangunan yang diletakkan pada tapak yang lebih tinggi maupun pembuatan batu-batu di tepi pantai yang berguna sebagai pelambat arus gelombang tsunami. Kata Kunci : Tsunami, Penggunaan Lahan, RTBL commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT The existence of the tsunami that struck Cilacap in the last 2006 prompted the government to carry out mitigation measures in accordance with the directives of Act No.24 of 2007, which states that areas designated as disaster-prone areas have to do disaster relief efforts. The legislation also strengthened by the Act No.27 of 2007 and Government Regulation No.64 of 2010. Mitigation measures that emphasized in here is the non-structural mitigation, which in the non-structural mitigation, there are several steps that must be done by Cilacap Government. Of these steps, one step is not performed by Cilacap government, that is drafting legislation and Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL). Because RTBL contain many aspects, the topic focused on land use topic. To be able to make this research as an input topic of land use in the Coastal Zone RTBL, needs to analyze the characteristics of the tsunami in 2006, which includes the run-up and innudation characteristics associated with characteristics of coastal land use in areas devastated by the tsunami in Cilacap. Characteristics of land use consists the physical characteristics of the environment, marine ecosystem, types of land use and community characteristics. By looking at the relationship between the two characters in the devastated area in 2006 Cilacap’s tsunami is expected to obtain the location determinants of safe of the tsunami disaster. The approach used in this research is deductive approach. This research is deduced from the theory that has been collected previously. In this case the theory is related to tsunami and urban coastal areas land use. Analytical techniques used in conducting this research includes descriptive analysis techniques, that techniques used in describing the characteristics of 2006 Cilacap’s tsunami and land use characteristics of area devastated by 2006 tsunami. Then perform a correlation analysis between two characteristics. Correlation analysis performed on each of the devastated zone, in this study includes thirteen zones. Before perform correlation analysis, this research divide area into safe and unsafe areas based on 2006 tsunami. The correlation analysis performed on the safe area and unsafe area by using Spearman's correlation analysis. The results showed that there is a direct correlation between the characteristics of tsunami with land use characteristics. The correlation can be seen as follows: (1) the lower the slope of a coastal area it will be very sensitive to height and distance of tsunami waves, (2) the lower topographic of a coastal area it will be very sensitive to the height of tsunami waves, (3) unstructured land use will result turbulence in tsunami wave so that tsunami waves will spread to the mainland (4) the physical characteristics environment will be very sensitive to the height and distance of tsunami if it has forms of elongated flat and sandy. By looking at the research result, it is necessary to do rezoning of land use to be more structured, do a technical planning related to the building that placed in higher site, and making artificial rocks on the beach in order to slow down tsunami waves. Keyword : Tsunami, Land Use, RTBL
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat yang telah diberikanNya, sehingga Tugas Akhir dengan judul “Analisis Faktor Penentu Lokasi Aman Pada Kawasan Terlanda Tsunami Tahun 2006 Pada Kabupaten Cilacap” dapat diselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1.
Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat, kesehatan, rizky dan nikmat-Nya.
2.
Kedua Orang tua tercinta yang selalu menyertai dengan doa dan dukungan baik secara moril maupun materil.
3.
Dr. Ir. Mohamad
Muqoffa, MT, selaku Ketua Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret. 4.
Ir. Galing Yudana, MT, selaku Ketua Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret.
5.
Ir. Soedwiwahjono, MT, selaku pembimbing pertama yang telah banyak meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan serta arahan dalam penyusunan tugas akhir ini.
6.
Istijabatul Aliyah, ST, MT, selaku pembimbing kedua yang telah memberikan banyak masukan dalam penyusunan tugas akhir ini.
7.
Ir. Winny Astuti, M.Sc, Ph.d, selaku penguji pertama yang telah banyak memberi masukan yang membangun pada tersusunnya tugas akhir ini.
8.
Rr. Ratri W, ST, MT, selaku penguji kedua yang telah banyak memberi masukan yang membangun pada tersusunnya tugas akhir ini.
9.
Isti Andini, ST, MT, yang telah banyak membantu Penulis melakukan penyusunan tugas akhir ini serta selalu memberikan support kepada Penulis.
10. Hamzah Syafroedin, ST, MM, selaku Kepala Bidang Prasarana dan Pengembangan Wilayah Bappeda Kabupaten Cilacap . 11. Bapak Herman selaku Sekretaris BPBD Cilacap yang sangat membantu dalam hal perijinan dan pencarian data. 12. Bapak Kun selaku Kabid Mitigasi BPBD Cilacap yang telah memberi arahan, bimbingan serta kemudahan dalam mencari data-data yang dibutuhkan. 13. BMKG Cilacap yang telah memberi kemudahan dalam mengakses data yang dibutuhkan. 14. Dr.-Ing.Widjo Kongko, selaku Kepala Bidang Proses dan Teknik Lingkungan BPPT commit to user Yogyakarta yang telah memberi banyak informasi dan data yang dibutuhkan di dalam penelitian ini. v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15. Ibu Cici, Bapak Agus dan Bapak Arif selaku staf Bidang Prasarana dan Pengembangan Wilayah yang senantiasa memberi kemudahan dalam pencarian data. 16. Para karyawana Bidang Prasarana dan Pengembangan Wilayah Bappeda Cilacap yang senantiasa membantu dalam memberikan perijinan. 17. Bapak Kelik yang bekerja di Dinas Perhubungan Cilacap yang telah membantu dalam pencarian data. 18. Keluarga Riyan Ilham yang bersedia memberi tumpangan hidup selama dilakukannya proses pencarian data serta banyak memberi bantuan dalam banyak hal terkait tugas akhir ini. 19. Adryan Aji yang selalu memberikan support dan bantuan serta selalu siaga di dalam proses penyusunan tugas akhir ini. 20. Didit “Madrid” Puryanto, Yuli Nurhidayah, Tole Alfi, Ayu Naimma, Lolita, Adit, Gian Wicakso, Ramdhan Hendardi, Kenya Giovani, Anita Briana, Pramudya, Nursita yang selalu memberi dukungan di saat Penulis merasa putus asa. 21. Anisa Febrina, Intan Savira, Amallia Ardana, Elyta Rahmi, Cinandhi Nurmega, Irma Febrianti yang selalu memberi support, semangat dan sandaran kepada Penulis. 22. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu. Terima kasih atas bantuannya, semoga Allah SWT membalas kebaikan kalian. Akhir kata, penulis memohon maaf apabila terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan Tugas Akhir ini. Kritik dan saran sangat diharapkan untuk hasil yang lebih baik di kemudian hari. Semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.
Surakarta,
Juli 2012
Penulis
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman Cover .................................................................................................................................. i Lembar Pengesahan ........................................................................................................... ii Abstrak ............................................................................................................................... iii Abstract ............................................................................................................................... iv Kata Pengantar .................................................................................................................. v Daftar Isi ............................................................................................................................ vii Daftar Tabel ....................................................................................................................... ix Daftar Gambar................................................................................................................... xi Daftar Peta ......................................................................................................................... xiii Daftar Lampiran ................................................................................................................ xiv BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang .............................................................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................... 4 1.3 Tujuan dan Sasaran Penelitian ...................................................................................... 4 1.3.1 Tujuan .............................................................................................................. 4 1.3.2 Sasaran ............................................................................................................. 4 1.4 Keluaran Penelitian ...................................................................................................... 5 1.5 Manfaat Penelitian ....................................................................................................... 5 1.5.1 Manfaat Praktis .............................................................................................. 5 1.5.2 Manfaat Teoritis ............................................................................................. 5 1.6 Ruang Lingkup ............................................................................................................. 5 1.6.1 Ruang Lingkup Spasial ................................................................................... 5 1.6.2 Ruang Lingkup Substansi ................................................................................ 6 1.7 Posisi Penelitian ............................................................................................................ 6 1.8 Kerangka Pikir ............................................................................................................. 8 BAB II KAJIAN LITERATUR ......................................................................................... 9 2.1 Bencana Tsunami ....................................................................................................... 9 2.2 Korelasi Muatan Teori Karakteristik Tsunami ............................................................ 15 2.3 Penggunaan Lahan Kawasan Pesisir Perkotaan di Indonesia ....................................... 15 2.3.1 Pengertian Kawasan Pesisir ............................................................................... 15 2.3.2 Karakteristik Kawasan Pesisir ............................................................................ 16 2.3.3 Jenis Penggunaan Lahan Kawasan Pesisir ........................................................... 18 2.4 Karakteristik Masyarakat Kawasan Pesisir di Indonesia............................................... 20 2.4.1 Klasifikasi Masyarakat ............................................................................... 20 2.4.2 Karakteristik Masyarakat .............................................................................. 21 2.5 Korelasi Muatan Teori Penggunaan Lahan Kawasan Pesisir ........................................ 22 2.6 Korelasi Bencana Tsunami Dengan Penggunaan Lahan Kawasan Pesisir..................... 22 2.6.1 Kepekaan Tsunami Terhadap Kelerengan Pantai ................................................ 22 2.6.2 Kepekaan Tsunami Terhadap Kekasaran Pantai .................................................. 23 2.6.3 Kriteria Penggunaan Lahan Agar Aman dari Bencana Tsunami ......................... 23 2.7 Pemanfaatan Lahan Tepi Pantai ................................................................................... 28 2.8 Kerangka Teori ........................................................................................................ 31 BAB III METODE PENELITIAN .................................................................................... 32 3.1 Pendekatan Penelitian ..................................................................................................32 3.2 Jenis Penelitian ........................................................................................................ 32 commit to user 3.3 Variabel Penelitian ...................................................................................................... 33 3.4 Kerangka Analisis ....................................................................................................... 34 3.5 Metode Penelitian........................................................................................................ 35 vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3.5.1 Kebutuhan Data .................................................................................................35 3.5.2 Pengumpulan Data ............................................................................................. 35 3.6 Teknik Sampling ........................................................................................................ 39 3.6.1 Populasi ........................................................................................................ 39 3.6.2 Sampel ........................................................................................................ 39 3.7 Teknik Analisis ........................................................................................................ 44 BAB IV KOMPILASI DATA ............................................................................................ 47 4.1 Gambaran Umum Daerah Rawan Bencana Tsunami Kab. Cilacap ............................... 47 4.2 Karakteristik Bencana Tsunami di Kab. Cilacap Tahun 2006....................................... 50 4.2.1 Penyebab Tsunami Cilacap Tahun 2006............................................................. 50 4.2.2 Karakteristik Run up Tsunami Cilacap Tahun 2006 ........................................... 52 4.2.3 Karakteristik Innudation Tsunami Cilacap Tahun 2006...................................... 55 4.2.4 Run up dan Innudation Tiap Zona Terlanda di Kab.Cilacap ............................... 57 4.3 Karakteristik Penggunaan Lahan Daerah Rawan Tsunami Tahun 2006 ........................ 65 4.3.1 Karakteristik Topografi dan Kelerengan ............................................................ 65 4.3.2 Karakteristik Fisik Lingkungan Bentuk Pantai ................................................... 69 4.3.3 Karakteristik Kondisi Ekosistem ........................................................................ 72 4.3.4 Karakteristik Jenis Penggunaan Lahan ............................................................... 73 4.3.5 Karakteristik Sosial Masyarakat ........................................................................ 89 4.4 Dampak Tsunami ........................................................................................................ 89 BAB V PEMBAHASAN .................................................................................................... 92 5.1 Analisis Dampak Area Terlanda Tsunami Cilacap Tahun 2006 ................................... 92 5.2 Analisis Karakteristik Tsunami di Aera Terlanda Cilacap Th 2006 .............................. 95 5.2.1 Analisis Run up Tsunami di Area Terlanda Cilacap Th 2006 .............................. 95 5.2.2 Analisis Innudation Tsunami di Area Terlanda Cilacap Th 2006 ........................ 96 5.3 Analisis Karakteristik Penggunaan Lahan Area Terlanda Tsunami di Cilacap Tahun 2006 .................................................................................................97 5.3.1 Analisis Topografi dan Kelerengan Area Terlanda Kab. Cilacap ......................... 97 5.3.2 Analisis Karakteristik Fisik Lingkungan Area Terlanda Kab. Cilacap .................. 99 5.3.3 Analisis Karakteristik Ekosistem Area Terlanda Kab. Cilacap ............................. 100 5.3.4 Analisis Jenis Penggunaan Lahan Area Terlanda Tsunami Th.2006..................... 101 5.3.5 Analisis Karakteristik Masyarakat Pesisir dalam Penggunaan Lahan ................... 102 5.4 Analisis Korelasi Karakteristik Tsunami dan Penggunaan Lahan di AreaTerlanda Cilacap Tahun 2006 ................................................................................ 104 5.5 Sintesa Perumusan Faktor Penentu Lokasi Aman dari Tsunami ..................................... 107 BAB VI PENUTUP ........................................................................................................ 110 6.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 110 6.2 Saran ........................................................................................................ 111 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 112 DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................................... 115
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1.1 Posisi Penelitian ..................................................................................................7 Tabel 2.1 Skala Intensitas Kerusakan Run up ...................................................................... 13 Tabel 2.2 Korelasi Ketinggian, Intensitas dan Kelas Tsunami .............................................. 14 Tabel 2.3 Peringkat Landaan (Run up) ................................................................................ 14 Tabel 2.4 Klasifikasi Tsunami Berdasarkam Jarak Limpasan .............................................. 15 Tabel 2.5 Klasifikasi Masyarakat ........................................................................................ 20 Tabel 2.6 Kelerengan Pantai ................................................................................................ 22 Tabel 2.7 Kekasaran Pantai .................................................................................................23 Tabel 2.8 Struktur Bangunan Aman dari Tsunami ................................................................ 24 Tabel 3.1 Variabel dan Indikator Terpilih ............................................................................. 33 Tabel 3.2 Analisis dan Kebutuhan Data ............................................................................... 37 Tabel 3.3 Iterasi dan Jumlah Sampel .................................................................................... 41 Tabel 3.4 Sampel Kelompok Terpaan Tsunami .................................................................... 41 Tabel 3.5 Sampel Tiap Morfologi......................................................................................... 42 Tabel 3.6 Arah Analisis Korelasi.......................................................................................... 46 Tabel 4.1 Luasan Terlanda Tsunami Cilacap Tahun 2006..................................................... 48 Tabel 4.2 Data Run up Tsunami Pada Juli 2006 Kabupaten Cilacap ..................................... 52 Tabel 4.3 Data Innudation Tsunami Pada Juli 2006 Kab. Cilacap ........................................ 55 Tabel 4.4 Topografi Daerah Rawan Bencana Tsunami Kab. Cilacap .................................... 66 Tabel 4.5 Kelerengan Daerah Rawan Bencana Tsunami Kab. Cilacap ..................................66 Tabel 4.6 Morfologi Pantai Zona Terlanda Tsunami 2006 .................................................... 70 Tabel 4.7 Penggunaan Lahan Daerah Terlanda Tsunami 2006 .............................................. 73 Tabel 4.8 Penggunaan Lahan Zona 1 .................................................................................... 75 Tabel 4.9 Penggunaan Lahan Zona 2 .................................................................................... 76 Tabel 4.10 Penggunaan Lahan Zona 3 .................................................................................. 77 Tabel 4.11 Penggunaan Lahan Zona 4 .................................................................................. 78 Tabel 4.12 Penggunaan Lahan Zona 5 .................................................................................. 79 Tabel 4.13 Penggunaan Lahan Zona 6 .................................................................................. 80 Tabel 4.14 Penggunaan Lahan Zona 7 .................................................................................. 81 Tabel 4.15 Penggunaan Lahan Zona 8 .................................................................................. 82 Tabel 4.16 Penggunaan Lahan Zona 9 .................................................................................. 83 Tabel 4.17 Penggunaan Lahan Zona 10 ................................................................................ 84 Tabel 4.18 Penggunaan Lahan Zona 11 ................................................................................ 85 Tabel 4.19 Penggunaan Lahan Zona 12 ................................................................................ 86 Tabel 4.20 Penggunaan Lahan Zona 13 ................................................................................ 87 Tabel 4.21 Korban Jiwa Tsunami Cilacap Tahun 2006 ......................................................... 90 Tabel 5.1 Pembagian Area Terdampak ................................................................................. 92 Tabel 5.2 Pembagian Area Terdampak dan Luasannya ......................................................... 95 Tabel 5.3 Teori dan Skoring Ketinggian Run up ................................................................... 95 Tabel 5.4 Karakteristik Run up AreaAman ........................................................................... 95 Tabel 5.5 Karakteristik Run up Area Tidak Aman ................................................................ 95 Tabel 5.6 Klasifikasi dan Skoring Tsunami Berdasarkan Jarak Limpasan ............................. 96 Tabel 5.7 Karakteristik Innudation Area Aman .................................................................... 96 Tabel 5.8 Karakteristik Innudation Area Tidak Aman .......................................................... 97 Tabel 5.9 Asumsi Skoring Topografi Area Terlanda............................................................. 97 to user Tabel 5.10 Asumsi Skoring Kelerengancommit Pantai ..................................................................... 98 Tabel 5.11 Karakteristik Ketinggian Area Aman ..................................................................98 Tabel 5.12 Karakteristik Ketinggian Area Tidak Aman ........................................................ 98 ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 5.13 Karakteriktik Kelerengan Area Aman .................................................................98 Tabel 5.14 Karakteristik Kelerengan Area Tidak Aman ....................................................... 98 Tabel 5.15 Asumsi Skoring Kekasaran Pantai ..................................................................... 99 Tabel 5.16 Karakteristik Fisik Lingkungan Area Aman ........................................................ 99 Tabel 5.17 Karakteristik Fisik Lingkungan Area Tidak Aman .............................................. 99 Tabel 5.18 Karakteristik Ekosistem Laut Area Aman ........................................................... 100 Tabel 5.19 Karakteristik Ekosistem Laut Area Tidak Aman ................................................. 100 Tabel 5.20 Skoring Penggunaan Lahan Berdasarakan Luasan .............................................. 101 Tabel 5.21 Karakteristik Jenis Penggunaan Lahan Area Aman ............................................. 101 Tabel 5.22 Karakteristik Jenis Penggunaan Lahan Area Tidak Aman ................................... 101 Tabel 5.23 Perbandingan Penggunaan Lahan ...................................................................... 102 Tabel 5.24 Rangkuman Interpretasi Korelasi Spearman’s ..................................................... 105
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1.1 Lokus Penelitian .............................................................................................. 6 Gambar 1.2 Kerangka Pikir .................................................................................................8 Gambar 2.1 Karakteristik Penjalaran Tsunami...................................................................... 10 Gambar 2.2 Proses Tsunami Akibat Gerakan Tanah ............................................................. 11 Gambar 2.3 Simulasi Gelombang Akibat Letusan Gunung Api ............................................ 12 Gambar 2.4 Proses Longsoran .............................................................................................. 12 Gambar 2.5 Ilustrasi Meteor Jatuh ke Bumi.......................................................................... 12 Gambar 2.6 Batas-Batas Fisik Wilayah Pesisir ..................................................................... 16 Gambar 2.7 Konsep Teoritis Pentaan Ruang Kota Pesisir ..................................................... 23 Gambar 2.8 Permukiman Aman Dengan Barier Vegetasi Pantai ........................................... 25 Gambar 2.9 Permukiman Aman Dengan Tembok Penahan................................................... 26 Gambar 2.10 Perkampungan Aman Dengan Pola Sejajar ..................................................... 26 Gambar 2.11 Perkampungan Tidan Aman Dengan Pola Tidak Beraturan ............................. 26 Gambar 2.12 Pantai Berbentuk Teluk Kurang Baik untuk Permukiman ................................ 26 Gambar 2.13 Pantai Lurus Aman Dengan Perlindungan Vegetasi Pantai .............................. 27 Gambar 2.14 Kerangka Teori ............................................................................................... 31 Gambar 3.1Kerangka Analisis .............................................................................................. 34 Gambar 3.2 Daerah Populasi ................................................................................................ 39 Gambar 3.3 Daerah Sampel ..................................................................................................42 Gambar 4.1 Peta Kunci Daerah Rawan Bencana Tsunami Kab. Cilacap ............................... 48 Gambar 4.2 Run up dan Innudation Zona 1 .......................................................................... 57 Gambar 4.3 Run up dan Innudation Zona 2 .......................................................................... 58 Gambar 4.4 Run up dan Innudation Zona 3 .......................................................................... 58 Gambar 4.5 Run up dan Innudation Zona 4 .......................................................................... 59 Gambar 4.6 Run up dan Innudation Zona 5 .......................................................................... 60 Gambar 4.7 Run up dan Innudation Zona 6 .......................................................................... 60 Gambar 4.8 Run up dan Innudation Zona 7 .......................................................................... 61 Gambar 4.9 Run up dan Innudation Zona 8 .......................................................................... 62 Gambar 4.10 Run up dan Innudation Zona 9 ........................................................................ 62 Gambar 4.11 Run up dan Innudation Zona 10 ...................................................................... 63 Gambar 4.12 Run up dan Innudation Zona 11 ...................................................................... 64 Gambar 4.13 Run up dan Innudation Zona 12 ...................................................................... 64 Gambar 4.14 Run up dan Innudation Zona 13 ...................................................................... 65 Gambar 4.15 Morfologi Pantai Kabupaten Cilacap .............................................................. 69 Gambar 4.16 Hutan Mangrove Segara Anakan ..................................................................... 72 Gambar 4.17 Peta Penggunaan Lahan Zona 1....................................................................... 75 Gambar 4.18 Peta Penggunaan Lahan Zona 2....................................................................... 76 Gambar 4.19 Peta Penggunaan Lahan Zona 3....................................................................... 77 Gambar 4.20 Peta Penggunaan Lahan Zona 4....................................................................... 78 Gambar 4.21 Peta Penggunaan Lahan Zona 5....................................................................... 79 Gambar 4.22 Peta Penggunaan Lahan Zona 6....................................................................... 80 Gambar 4.23 Peta Penggunaan Lahan Zona 7....................................................................... 81 Gambar 4.24 Peta Penggunaan Lahan Zona 8....................................................................... 82 Gambar 4.25 Peta Penggunaan Lahan Zona 9....................................................................... 83 Gambar 4.26 Peta Penggunaan Lahan Zona 10 ..................................................................... 84 commit to user Gambar 4.27 Peta Penggunaan Lahan Zona 11 ..................................................................... 85 Gambar 4.28 Peta Penggunaan Lahan Zona 12 ..................................................................... 86 Gambar 4.29 Peta Penggunaan Lahan Zona 13 ..................................................................... 87 xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.30 Kondisi Pantai Widarapayung Saat Terkena Tsunami tahun 2006 ................... 90 Gambar 4.31 Kondisi Pantai Muara Kaliyasa ...................................................................... 91 Gambar 4.32 Rekaman Gelombang di Satu Sisi PLTU Mertasinga....................................... 91 Gambar 5.1 Proporsi Alasan Memilih Tempat Tinggal ......................................................... 103 Gambar 5.2 Pemahaman Bencana Tsunami .......................................................................... 104 Gambar 5.3 Hasil SPSS Korelasi Area Aman ....................................................................... 105 Gambar 5.4 Hasil SPSS Korelasi Area Tidak Aman ............................................................. 106
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR PETA Halaman Peta 1 Daerah Terlanda Tsunami Kabupaten Cilacap Tahun 2006 ........................................ 49 Peta 2 Titik Gempa Daerah Rawan Bencana Tsunami Kab. Cilacap Th. 2006 ...................... 51 Peta 3 Titik Run up Daerah Rawan Bencana Tsunami Kab. Cilacap Th. 2006 ...................... 54 Peta 4 Titik Innudation Daerah Rawan Bencana Tsunami Kab. Cilacap Th. 2006 ................ 56 Peta 5 Topografi Daerah Rawan Bencana Tsunami Kabupaten Cilacap ................................ 67 Peta 6 Kelerengan Daerah Rawan Bencana Tsunami Kabupaten Cilacap ............................. 68 Peta 7 Morfologi Pantai Daerah Rawan Bencana Tsunami Kabupaten Cilacap ..................... 71 Peta 8 Penggunaan Lahan Daerah Rawan Bencana Tsunami Kab.Cilacap Th 2006 .............. 88 Peta 9 Area Terdampak Tsunami Cilacap Tahun 2006 ......................................................... 94
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1 Populasi Delapan Kecamatan Daerah Rawan Tsunami di Kab. Cilacap ............. 115 Lampiran 2 Identifikasi Populasi Kelurahan Terlanda di Kab. Cilacap .................................116 Lampiran 3 Identifikasi Populasi Kelurahan Tidak Terlanda di Kab.Cilacap ........................ 117 Lampiran 4 Identifikasi Sampel Kelurahan Terlanda di Kab.Cilacap .................................... 118 Lampiran 5 Identifikasi Sampel Kelurahan Tidak Terlanda di Kab.Cilacap .......................... 119 Lampiran 6 Lembar Kuisioner dan wawancara ..................................................................... 120 Lampiran 7 Skoring Karakter Sosial Kemasyarakatan Pesisir Cilacap ..................................125 Lampiran 8 Koordinat Run up Tsunami Cilacap Tahun 2006 ............................................... 130 Lampiran 9 Koordinat Innudation Tsunami Cilacap Tahun 2006 ......................................... 132 Lampiran 10 Perhitungan Spearman’s Area Aman ............................................................... 134 Lampiran 11 Perhitungan Spearman’s Area Tidak Aman .................................................... 137
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki keunikan tersendiri, hal tersebut dikarenakan busur kepulauan Indonesia terbentuk dari interaksi tiga lempeng yaitu lempeng Samudra Hindia, Pasifik dan Eurasia. Dengan keberadaan ketiga lempeng yang terdapat di wilayah Indonesia tersebut maka Indonesia selain mempunyai potensi sumber daya mineral serta sumber daya energi juga mempunyai ancaman bencana yaitu bencana geologi. Bencana geologi yang membayangi wilayah Indonesia tersebut adalah letusan gunung berapi, gempa bumi dan tsunami, namun secara khusus akan dibahas terkait dengan bencana tsunami yang merupakan tema terpilih mengingat wilayah Indonesia yang sebagian besar berbatasan dengan laut. Menurut Sudrajat dalam Zakaria (1996) terdapat enam kelompok wilayah di Indonesia yang termasuk ke dalam pesisir rawan tsunami, seperti kelompok pantai barat Sumatra dan Selatan Jawa, kelompok pantai NTB, kelompok pantai Laut Banda, kelompok pantai Sulawesi Utara dan Maluku Utara, kelompok pantai barat Sulawesi dan pantai timur Kalimanan Timur serta pantai di Irian Utara. Banyaknya wilayah Indonesia yang termasuk ke dalam pesisir rawan tsunami tersebut disebabkan letak Indonesia di daerah rawan bahaya tsunami di Kawasan Pasifik. Begitu juga yang terjadi di Kabupaten Cilacap, dimana wilayah ini merupakan salah satu daerah yang berisko tinggi terhadap bahaya tsunami di Indonesia. Salah satu peristiwa tsunami di masa lalu yang menimpa Kabupaten Cilacap atau lebih dikenal dengan Bencana Tsunami Pangandaran terjadi pada 17 Juli 2006, dimana tsunami tersebut diawali dengan gempa bumi. Meski tsunami yang terjadi di Kabupaten Cilacap pada tahun 2006 silam tidak sebesar seperti tsunami di Aceh, namun dampak yang ditimbulkan ternyata juga tidak kecil, yaitu berupa korban sumber daya manusia yang menewaskan 160 jiwa di 14 kecamatan, kerusakan sumber daya alam yaitu berupa kerusakan pantai serta kerusakan infrastruktur yaitu rusaknya dermaga-dermaga nelayan (sumber : hasil wawancara penduduk). Dengan melihat dampak dari bencana tsunami di Kabupaten Cilacap tersebut maka sesuai dengan Undang-Undang No 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana maka setiap daerah wajib melakukan upaya penanggulangan bencana. Upaya penanggulangan commit to user bencana (Hamzah Latief, 2007) terdiri dari upaya pra dan pasca bencana, namun didalam 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pembahasan kali ini akan ditekankan pada pra bencana karena dengan upaya kesiapan yang matang dalam menghadapi bencana diharapkan dampak yang timbul saat bencana terjadi dapat diminimalisir. Upaya pra bencana yang akan dikupas adalah upaya mitigasi, karena upaya mitigasi lebih bersifat tegas dan sudah diatur dalam peraturan perundangan. Mitigasi menurut UndangUndang No.27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil mempunyai arti sebagai upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik secara struktur atau fisik melalui pembangunan fisik alami dan/atau buatan maupun non struktural atau nonfisik melalui penongkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana di wilayah pesisir atau pulau-pulau kecil. Upaya mitigasi sendiri sesuai dengan PP No. 64 Tahun 2010 tentang
Mitigasi Bencana di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil terbagi
menjadi dua, mitigasi struktural dan non struktural. Sementara itu untuk bagian penyusunan tata ruang pada mitigasi non struktural didetailkan kedalam
tiga tahap proses penataan ruang (sesuai dengan Operasional
Program Penanganan Bencana Alam Bidang Penataan Ruang), yaitu tahapan perencanaan, pemanfaatan ruang serta tahap pengendalian pemanfaatan ruang. Ketiga tahapan tersebut harus dilaksanakan secara menyeluruh dan tidak sepotong-potong untuk mengurangi resiko bencana yang terdapat pada suatu daerah rawan bencana tertentu. Dengan melihat upaya mitigasi non struktural (tahapan proses penataan ruang pada daerah rawan bencana) terkait penyusunan tata ruang kawasan rawan bencana tsunami secara normatif dengan upaya mitigasi yang sudah dilakukan Pemerintah Kabupaten Cilacap, maka penelitian akan menyorot pada upaya-upaya yang belum dilakukan Kabupaten Cilacap serta memiliki nilai kemendesakan tinggi. Hal tersebut dilakukan untuk mendorong terwujudnya upaya mitigasi bencana tsunami secara keseluruhan di Kabupaten Cilacap pada umumnya serta pada daerah terlanda tsunami pada khususnya. Daerah yang dianggap rawan bencana tsunami tersebut telah ditetapkan pada RTRW Kabupaten Cilacap yaitu terdiri dari delapan kecamatan, Nusawungu, Binangun, Adipala, Kasugihan, Cilacap Utara, Cilacap Tengah, Cilacap Selatan dan Kampung Laut. Salah satu upaya yang belum dilakukan adalah Penyusunan Peraturan dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL). Dimana penyusunan peraturan dan RTBL dianggap penting dan harus segera diwujudkan, hal tersebut dikarenakadengan adanya rencana yang mendetail pada kawasan pesisir rawan bencana tsunami diharapkan segala Peruntukan
lahan yang terdapat di kawasan pesisir dapat terminimalisir dari resiko commit to user bencana tsunami yang dapat terjadi pada sewaktu-waktu. Oleh sebab itu, penelitian ini akan diarahkan pada tahap persiapan dalam mewujudkan peyusunan peraturan dan 2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
rencana tata bangunan dan lingkungan di kawasan pesisir rawan bencana Kabupaten Cilacap. Dari uraian topik yaitu upaya persiapan dalam mewujudkan penyusunan peraturan dan RTBL, maka dapat dikaji secara mendalam lagi untuk memperoleh rumusan masalah dari topik tersebut. Dengan melihat komponen pokok didalam pembahsan RTBL yang terdiri dari : 1. Struktur peruntukan lahan 2. Intensitas pemanfaatan lahan 3. Tata bangunan 4. Sistem sirkulasi dan jalur pwnghubung 5. Sistem ruang terbuka dan tata hijau 6. Tata kualitas lingkungan 7. Sistem prasaranan dan utilitas lingkungan Dari tujuh poin yang dapat dijadikan sebagai alternatif penelitian, terpilih poin pertama yaitu struktur Peruntukan lahan. Hal tersebut dikarenakan struktur Peruntukan lahan merupakan satu komponen yang mendasari komponen lainnya serta bersifat non struktural. Terkait untuk merekomendasikan tersusunnya Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan khususnya untuk komponen struktur Peruntukan lahan maka akan dilakukan penelitian yang berhubungan dengan penggunaan lahan di kawasan pesisir yang akan dikorelasikan dengan histori bencana tsunami yang permah melanda Cilacap. Penggunaan lahan dalam arti ruang merupakan cerminan dari produk aktivitas ekonomi masyarakat serta interaksi secara ruang dan waktu. Dinamika perubahan penggunaan lahan sangat dipengaruhi oleh faktor manusia seperti pertumbuhan penduduk (jumlah dan distribusinya), pertumbuhan ekonomi dan juga dipengaruhi oleh faktor fisik seperti topografi, jenis tanah dan iklim (Skole dan Tucker dalam Rais, 2004: 157). Menurut Dahuri et al (2001:122) kegiatan pembangunan yang dilakukan di kawasan pesisir meliputi pembangunan kawasan permukiman, kegiatan industri, kegiatan rekreasi dan pariwisata bahari serta konservasi hutan. Mengingat sangat beragamnya penggunaan lahan kawasan pesisir maka perlu dilakukan pengidentifikasian penggunaan lahan yang terdapat di daerah rawan bencana tsunami Kabupaten Cilacap. Penelitian ini akan difokuskan pada upaya pengidentifikasian tata guna lahan yang aman dikaitkan dengan bencana tsunami yang pernah melanda Kabupaten Cilacap tahun 2006 silam. Sehingga dari hasil penelitian akan diperoleh sutau hubungan yang menunjukkan faktor-faktor commit to user yang berpengaruh pada pentepan lokasi aman di daerah terlanda bencana tsunami Kabupaten Cilacap pada tahun 2006. 3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1.2 Rumusan Masalah Dengan melihat latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang dapat diangkat dari penelitian ini adalah “Apa saja faktor yang mempengaruhi penetapan lokasi aman pada daerah terlanda tsunami di Kabupaten Cilacap pada tahun 2006?” 1.3 Tujuan dan Sasaran Penelitian 1.3.1 Tujuan Tujuan dari penelitian ini dapat dijabarkan seperti berikut ini : 1. Mengidentifikasikan karakteristik tsunami yang terjadi di Kabupaten Cilacap tahun 2006 2. Mengidentifikasi karakteristik penggunaan lahan di kawasan terlanda bencana tsunami Kabupaten Cilacap sesuai dengan aktivitas yang telah berkembang pada tahun 2006 3. Mengkorelasikan karakter bencana tsunami pada tahun 2006 dengan penggunaan lahan daerah terlanda tsunami tahun 2006 untuk mengetahui komposisi faktor penentuan lokasi aman 1.3.2 Sasaran Sasaran dari penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Teridentifikasinya karakteristik run up tsunami di Kabupaten Cilacap pada tahun 2006 2. Teridentifikasinya karakteristik jarak landaan (innudation) tsunami di Kabupaten Cilacap pada tahun 2006 3. Teridentifikasinya karakteristik fisik lingkungan (bentuk pantai) kawasan pesisir di Kabupaten Cilacap 4. Teridentifikasinya karakteristik ekosistem kawasan pesisir di Kabupaten Cilacap pada tahun 2006 5. Teridentifikasinya jenis penggunaan lahan di kawasan pesisir pada Kabupaten Cilacap pada tahun 2006 6. Teridentifikasinya karakteristik masyarakat kawasan pesisir di Kabupaten Cilacap 7. Analisis korelasi faktor penentuan lokasi aman pada daerah terlanda tsunami di kawasan pesisir Kabupaten Cilacap 8. Merumuskan faktor yang menentukan lokasi aman pada daerah terlanda commit to userCilacap tsunami di kawasan pesisir Kabupaten
4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1.4 Keluaran Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu memberi hasil yang objektif terkait dengan hubungan antara penggunaan lahan daerah terlanda dengan karakteristik bencana tsunami yang melanda Kabupaten Cilacap pada tahun 2006, lebih spesifiknya adalah dapat diketahui faktor penentu lokasi aman pada daerah terlanda bencana tsunami di kawasan pesisir Cilacap sehingga nantinya hasil dari penelitian ini dapat dijadikan input dalam penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Pesisir Rawan Bencana Tsunami khususnya muatan Peruntukan Lahan. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1
Manfaat Praktis 1.
Dengan adanya penelitian dapat diketahui tentang karakter tsunami yang melanda kawasan pesisir di Kabupaten Cilacap
2.
Dengan adanya penelitian dapat diketahui tentang karakter penggunaan lahan pada kawasan terlanda bencana tsunami
3.
Dengan adanya penelitian dapat diketahui faktor penentu lokasi aman pada kawasan terlanda bencana tsunami
4.
Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai input dalam menetapkan peraturan dan rencana tata bangunan lingkungan yang sesuai diterapkan di daerah pesisir rawan bencana tsunami khususnya dalam komponen struktur peruntukan lahannya
1.5.2
Manfaat Teoritis 1.
Diperoleh pengetahuan baru terkait karakteristik tsunami yang beragam dari berbagai teori kebencanaan
2.
Diperoleh pengetahuan baru mengenai penggunaan lahan pada daerah pesisir yang mempunyai ancaman bahaya tsunami
3.
Diperoleh pengetahuan tentang korelasi karakteristik tsunami dengan karakteristik penggunaan lahan sehingga didapat faktor penentu lokasi aman pada daerah pesisir yang rawan bencana tsunami
1.6 Ruang Lingkup Penelitian 1.6.1
Ruang Lingkup Spasial Ruang lingkup penelitian adalah daerah terlanda bencana tsunami di Kabupaten Cilacap karena fokus penelitian commit adalah to user faktor lokasi aman pada lokasi rawan bencana tsunami (daerah terlanda tsunami) di Cilacap. Dimana daerah rawan 5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bencana tsunami pada Kabupaten Cilacap terdiri dari delapan kecamatan yaitu Nusawungu, Binangun, Adipala, Kasugihan, Cilacap Utara, Cilacap Tengah, Cilacap Selatan dan Kampung Laut. Unit analisis yang akan digunakan dalam pembahasan penelitian ini adalah per zona daerah terlanda. Pengurutan zona akan dilakukan dimulai dari perhitungan zona paling timur.
Sumber : RTRW Kabupaten Cilacap Tahun 2011-2031
Gambar 1.1 Lokus Penelitian 1.6.2
Ruang Lingkup Substansi Aspek yang dikaji adalah aspek faktor yang menyebabkan daerah rawan bencana tsunami di Cilacap dalam kondisi aman. Kajian faktor penentu lokasi tersebut aman didapat dari kajian karakteristik bencana tsunami yang melanda Cilacap dikaitkan dengan penggunaan lahan yang terkena tsunami di daerah rawan tersebut.
Dimana karakteristik bencana tsunami yang sesuai teori dari
operasional penataan ruang terdiri dari karakter penyebab, batimetri, run up dan inundation. Maka pada penelitian ini karakter tsunami dibatasi pada karakter run up dan inundation, mengingat penyebab yang ditimbulkan hanya satu yaitu gempa bumi serta karakter batimetri yang tidak berpengaruh pada gelombang tsunami. 1.7 Posisi Penelitian Penelitian terkait korelasi antara penggunaan lahan kawasan pesisir dengan karakter bencana alam khususnya bencana tsunami untuk mengetahui faktor penentu lokasi aman commit to user pada daerah rawan bencana sangatlah kompleks dan mendetail. Beberapa penelitian 6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
terkait dengan aspek penggunaan lahan dan bencana tsunami dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 1.1 Posisi Penelitian No 1
2
Nama Peneliti Johannes Hanzen Saruksuk
Paula Issabel Baun
Tahun 2006
Judul Konsep Jaringan Jalan Pada Kota Yang Rawan Bencana Gempa dan Tsunami (Studi Kasus Kota Sibolga)
2008
Kajian Pengembangan Pemanfaatan Ruang Terbangun di Kawasan Pesisir Kota Kupang
Aspek Memuat konsep jaringan jalan yang sudah menerapkan upaya mitigasi sebagai respon terhadap adanya ancaman bencana gempa dan tsunami di Kota Sibolga. Di dalam penelitian akan dikaji kondisi eksisting jaringan jalan yang telah ada lalu dibandingkan dengan konsep yang telah diberi pendekatan mitigasi yaitu sudah memperhatikan pentingnya jalur evakuasi. Penelitian tersebut berisi kajian pembangunan pemanfaatan ruang terbanun di kawasan pesisir Kota Kupang berdasarkan aspek fisik kawasan pesisir, aspek sosial ekonomi serta aspek kebijakan tata ruang kawasan pesisir Kota Kupang.
Sumber : Hasil Pengolahan Penulis, 2012
Beberapa hal mendasar yang mengenai keaslian penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Topik : Upaya Persiapan Penyusunan RTBL Kawasan Rawan Bencana Tsunami di Cilacap khususnya muatan struktur Peruntukan lahan 2. Lokasi : Kawasan Pesisir Kabupaten Cilacap yang di dalam RTRW Kab. Cilacap Th.2011-2031 ditetapkan sebagai daerah rawan bencana tsunami (daerah terlanda yang terdiri dari delapan kecamatan yaitu Kecamatan Adipala, Binangun, Nusawungu, Kesugihan, Cilacap Utara, Cilacap Tengah, Cilacap Selatan dan Kecamatan Kampung Laut. Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya belum ada yang mempunyai lokus dan fokus yang sama dengan penelitian yang Penulis lakukan, sehingga penelitian ini dapat dijamin keasliannya.
commit to user
7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1.8 Kerangka Pikir Isu Mitigasi Bencana Tsunami 1. Tsunami bencana laten 2. Banyak daerah belum siap menghadapi bencana ini 3. Belum terdapat perencanaan yang komprehensif terkait bencana tsunami Fenomena 1. Cilacap sebagai salah satu kabupaten yang rawan bencana tsunami 2. Dampak yang ditimbulkan pada tsunami sebelumnya cukup besar, melanda 14 kecamatan dan 8 kecamatan ditetapkan sebagai daerah rawan 3. Kabupaten Cilacap belum mempunyai rencana kawasan rawan bencana tsunami 4. Perlu upaya kajian terkait tsunami dan penggunaan lahan sebagai input pembuatan rencana khusus rawan bencana khususnya RTBL
Normatif 1. UU No.24 Tahun 2007 Setiap daerah wajib melakukan upaya penanggulangan bencana 2. UU No. 27 Tahun 2007 perlu adanya upaya mitigasi bencana 3. PP No.64 Tahun 2010 mitigasi non struktural sebagai domain perencanaan (difokuskan pada pra bencana) 4. Tahapan perencanaan pra bencana sesuai dengan Operasional Program Penanganan Bencana menyebut perlu adanya RTBL (khususnya muatan struktur Peruntukan lahan)
Rumusan Masalah Apa saja faktor yang mempengaruhi penetapan lokasi aman pada daerah terlanda tsunami di Kabupaten Cilacap pada tahun 2006? Tujuan 1. Mengidentifikasikan karakteristik tsunami yang terjadi di Kabupaten Cilacap tahun 2006 2. Mengidentifikasi karakter penggunaan lahan di kawasan terlanda bencana tsunami Kabupaten Cilacap tahun 2006 3. Mengkorelasikan karakter tsunami tahun 2006 dengan penggunaan lahan daerah terlanda tahun 2006 untuk mengetahui faktor penentuan lokasi aman
Teori Karakteristik Tsunami
Data Lapangan
(penyebab tsunami, karakter run up, karakter innudation)
Histori karakter tsunami di Cilacap tahun 2006
Teori Karakter Penggunaan Lahan Kawasan Pesisir (karakter fisik kawasan pesisir, karakter ekosistem kawasan pesisir, penggunaan lahan kawasan pesisitr, penggunaan lahan yang aman kawasan pesisir, karakter masyarakat kawasan pesisir)
Data Lapangan Karakter penggunaan lahan kawasan pesisir rawan bencana tsunami di Kabupaten Cilacap tahun 2006
Analisis Korelasi Dengan menganalisis hasil identifikasi karakter tsunami dihubungkan dengan analisis identifikasi karakter penggunaan lahan kawasan pesisir rawan tsunami Cilacap
Analisis Deskripsi Karakteristik Masyarakat Dengan menganalisis hasil identifikasi karakteristik masyarakat pesisir Kabupaten Cilacap terkait dengan latar belakang penggunaan lahan serta pemahaman terkait dengan bencana tsunami tahun 2006 silam
Kesimpulan Didapat suatu susunan korelasi antara bencana tsunami dengan penggunaan lahan sehingga didapat faktor-faktor penentu lokasi aman di area commit to user terlanda tsunami di Cialcap
Gambar 1.2 Kerangka Pikir 8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II KAJIAN LITERATUR
2.1
Bencana Tsunami Secara geologi, gugusan kepulauan Indonesia merupakan pertemuan lempeng-lempeng besar yang saling berinteraksi. Bergesernya lempeng besar beserta lempeng yang lebih kecil (Lempeng Laut Filipina dan Lempeng Laut Cina) menyebabkan tatanan tektonik kepulauan Indonesia menjadi rumit. Busur kepulauan Indonesia terbentuk dari interaksi tiga lempeng, yaitu Samudra Indonesia, Pasifik dan Eurasia. Batas ketiga lempeng tersebut digambarkan oleh zona kegempaan aktif, yang merupakan zona kegempaan geologi. Katili dan Tjia (dalam Zulfiadi Zakaria, 2004) mengelompokkan neotektonik Indonesia menjadi tiga tipe berdasarkan pengangkatan dan penurunan, pelengkungan, perlipatan dan patahan. Aktivitas neotektik berkaitan dengan pergerakan lempeng-lempeng kulit bumi, salah satu indikasinya ditandai dengan pergerakan sesar-sesar aktif atau sesar tua yang aktif kembali. Daerah yang berhubungan dengan aktivitas tektonik merupakan daerah berpotensi bencana. Kebencanaan geologi yang berhubungan dengan aktivitas tektonik serta melanda Indonesia adalah gempa tektonik dan volcano, tsunami dan letusan gunung berapi. Tsunami berkaitan dengan perubahan perubahan bentuk yang terjadi tiba-tiba pada lantai laut, karena gempa bumi (diikuti degan perubahan bentuk dasar laut khsusunya terjadinya patahan/sesar, letusan gunung api ataupun longsoran di dasar laut). Indonesia terletak pada daerah yang rawan bencana tsunami di Kawasan Pasifik. Berdasarkan analisis tektonik, pantai-pantai yang rawan terhadap bencana tsunami di Indonesia dapat dibagi menjadi enam kelompok berdasarkan sifat-sifat tektonik daerah yang bersangkutan (Sudrajat, 1996), yaitu Kelompok Pantai Barat Sumatra dan Selatan Jawa, Kelompok Pantai Nusa Tenggara Barat, Kelompok Pantai di sekitar Laut Banda, Kelompok Pantai di Sulawesi Utara dan Maluku bagian Utara, Kelompok Pantai di Selat Makasar yaitu pantai barat Sulawesi dan pantai timur Kalimantan Timur dan Kelompok Pantai di Irian bagian Utara. Menurut teori tsunami, Tsunami adalah rangkaian gelombang panjang yang terbentuk akibat adanya gangguan hebat pada kolomtoair di lautan. Sementara itu, menurut Nanang commit user Dalil, tsunami adalah gelombang yang terjadi karena gempa bumi atau letusan gunung 9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
api di laut. Berbeda dengan gelombang yang diakibatkan angin yang hanya menggerakkan air laut bagian atas, pada tsunami seluruh kolam air dari permukaan sampai dasar bergerak dalam segala arah. Serta menurut Buku Menghadapi Tsunami, tsunami merupakan serangkaian gelombang tinggi yang disebabkan oleh perpindahan sejumlah besar air laut secara tiba-tiba. Saat gelombang tsunami menjalar ke perairah lebih dangkal, tsunami mengalami shoaling (efek pendangkalan) dan
refraksi
(pembelokan) . Akibat efek pendangkalan, tsunami akan mengalami pembesaran dan perlambatan.
Sumber : pantai-kelautan.blogspot.com
Gambar 2.1 Karakteristik Penjalaran Tsunami Ketika tsunami tiba di daerah pantai, bentuk gelombang dapat berupa gelombang raksasa takpecah atau berupa dinding air raksasa dengan buih-buih di atasnya yang diikuti dengan tumpahan air bah (bores) . Penjalaran tsunami di daratan berubah menjadi aliran yang kompleks dimana gelombang pecah menimbulkan turbulensi yang bercampur dengan topografi dan material-material terhanyutkan (debris). Berdasarkan arah vertikal, limpasan tsunami (run up) didefinisikan sebagai jarak elevasi maksimum di atas muka laut yang tercapai oleh air bah. Pada arah horisontal, jarak dari limpasan ini disebut jarak rendaman (innudation distance). Jadi dapat disimpulkan tsunami adalah salah satu bencana geologi berupa rangkaian gelombang dengan kekuatan yang relatif besar, dimana bencana tersebut disebabkan oleh adanya gerakan di dalam laut, baik yang disebabkan oleh gempa, gunung api bawah laut, tanah longsor bawah laut, meteor yang jatuh di bawah laut ataupun tanah pesisir yang longsor ke dalam laut. Semakin besar kekuatan tsunami yang melanda daratan, maka semakin besar perubahan tata ruang pada daerah terlanda. Disamping kekuatan tsunami, struktur penggunaan commit lahan to useryang tidak terencana dengan baik akan berkolerasi positif terhadap kerusakan di daerah terlanda (Operasional Program 10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penanganan Bencana Alam Bidang Penataan Ruang). Berikut akan dijabarkan penyebab tsunami menurut Hamzah Latief dalam presentasi bahan kuliah di ITB (2007) : 1) Gempa bumi. Pada umumnya, gempa bumi adalah penyebab utama terjadinya tsunami. Gempa bumi yang dapat menimbulkan tsunami adalah yang memiliki ciriciri sebagai berikut ini : a) Sesar berada di bawah laut serta Sesar vertikal dan terangkat beberapa meter b) Sesar aktif menimbulkan gempa dengan luas displacement lebih dari ratusan ribu kilometer persegi c) Gempa bumi berkekuatan 6 SR dan Kedalaman epicenter gempa <40 km
Sumber : Hamzah Latief, 2007
Gambar 2.2 Proses Tsunami Akibat Gerakan Tanah Gempa bumi merupakan sumber terbanyak penyebab terjadinya tsunami yaitu sebesar 72%. Pergerakkan yang tiba-tiba dari dasar laut menyebabkan seluruh kolom air (perumpaan laut) terhentak dan menjalarkan energinya dalam bentuk pergerakan muka air ke segala arah di lautan lepas. Kejadian tsunami yang disebabkan oleh gempa bumi di laut tergantung pada beberapa faktor, yaitu kedalaman pusat gempa, kekuatan gempa dan kedalaman air di atas episetrum. 2) Erupsi vulkanik atau letusan gunung berapi. Letusan gunung berapi juga dapat menimbulkan terjadinya tsunami, khususnya letusan gunung berapi bawah laut. Hal tersebut disebabkan letusan gunung berapi bawah laut dapat mengganggu kesetimbangan badan air, menimbulkan pergerakan vertikal dasar laut. commit to user
11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sumber : Hamzah Latief, 2007
Gambar 2.3 Simulasi Gelombang Akibat Letusan Gunung Berapi (searah jarum jam) 3) Longsor yang terjadi di dasar laut. Longsoran tersebut dapat menimbulkan tsunami karena beberapa alasan sebagai berikut : a) Luncuran apisan tanah di sekitar pantai atau di bawah dasar laut dalam jumlah besar menimbulkan tidak adanya kesetimbangan air b) Penambahan volume sedimen kedalam badan air menimbulkan pergerakan vertikal
Sumber : Hamzah Latief, 2007
Gambar 2.4 Proses Longsoran 4) Terjangan benda langit (meteor). Terjangan benda langit dapat menimbulkan tsunami, hal tersebut pernah terjadi pada 56 tahun yang lalu di sekitar lautan Caribia, Meksiko dengan diameter meteor kurang lebih 10 km.
commit to user
Sumber : Hamzah Latief, 2007
Gambar 2.5 Ilustrasi Meteor Jatuh ke Bumi 12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Selain itu juga akan dijelaskan terkait karakteristik gelombang tsunami di perairan pantai menurut Operasional Program Penanganan Bencana Alam Bidang Penataan Ruang sebagai berikut : 1) Run Up (Tinggi Landaan) Tinggi rendahnya landasan merupakan indikator penting terkait bencana tsunami. Oleh karena itu dibutuhkan informasi sejauh mana hubungan antara landasan tsunami dengan sjala kerugian. Imamura dan Iida (dalam Immamura, 2001) telah mempelajari hubungan antara ketinggian gelombang tsunami dan skala kerugian yang ditimbulkannya. Dimana didaalm teori tersebut disebutkan terdapat enam kelas efek tsunami berkisar dari 0-5 yang merupakan deskripsi dari kerusakan atau kehancuran yang ditimbulkan dari ketinggian tsunami tertentu. Selanjutnya skala tersebut di korelasikan dengan skala intensitas baru yang telah berkembang di Amerika Utara dan Eropa. Dimana masing-masing skala memuat tiga point utama yaitu : a) efek pada manusia b) efek pada objek c) kerusakan pada bangunan Tabel 2.1 Skala Intensitas No 1
Skala I
2
II
Scareely felt
3
III
Weak
4
5
IV
V
Kelas Not felt
Largely observed
Strong
a) b) c) a) b) c) a) b) c) a) b) c) a) b)
6
VI
Slightly damaging
7
VII
Damaging
c) a) b) c) a) b) c)
Parameter tidak terasa bahkan dalam keadaan yang paling tidak menguntungkan tidak ada efek tidak merusak dirasakan oleh sedikit orang yang sedang melakukan perjalanan dengan kapal tidak ada efek tidak merusak dirasakan oleh kebanyakan orang di kapal pada kapal kecil serta diamati oleh beberapa orang di pantai tidak ada efek tidak merusak dirasakan oleh semua orang di dalam kapal kecil dan oleh sedikit orang di kapal besar serta diamati oleh kebanyakan orang di pantai beberapa kapal kecil menepi ke darat tidak merusak dirasakan oleh semua orang pada kapal besar dan diamati oleh semua orang di pantai, serta terdapat beberapa orang ketakutan dan berlari ke tempat yang lebih tinggi banyak kapal kecil yang bergerak ke darat dan beberapa mengalami kecelakaan di laut karena terkena gelombang terjadi banjir di sekitar pantai banyak orang ketakutan dan berlairan ke tempat yang lebih tinggi banyak kapal menepi ke darat dan kecelakaan kapal banyak terjadi kerusakan dan banjir melanda sekitar pantai dan bangunan tepi pantai kebanyakan orang mengalami ketakutan dan mencoba menyelamatkan diri ke tempat yang lebih tinggi terdapat banyak kecelakaan laut serta kapal-kapal besar mulai berusaha menepi ke darat commit to user kerusakan bangunan di sekitar pantai mulai banyak
13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lanjutan Tabel 2. 1 No 8
Skala VIII
Kelas Heavily damaging
a) b)
9
IX
Destructive
10
X
Very destructive
c) a) b) c) a) b)
11
XI
Devastating
c) a) b)
12
XII
Completely devastating
c) a) b) c)
Parameter semua orang menyelamatkan diri ke tempat yang lebih tinggi dan sedikit orang mulai hanyut terkena gelombang banyak kapal yang rusak dan hanyut, serta pantai mulai erosi dan kotor akibat gelombang tsunami banyak bangunan hancur dan hanyut oleh gelombang tsunami banyak orang yang hanyut terbawa gelombang banyak kapal kecil hanyut dan kapal besar terbawa gelombang ke darat, serta terjadi erosi dan kerusakan pantai dalam lingkup yang luas kerusakan bangunan di sekitar pantai semakin banyak terjadi kepanikan pada lingkungan masyarakat karena semakin banyaknya orang yang hanyut banyak terjadi kerusakan bangunan di darat karena diterjang oleh kapal-kapal besar yang hanyut terbawa gelombang ke darat. Selain itu, banyak terjadi kehancuran lingkungan akibat adanya tumpahan minyak dari berbagai industri yang diterjang gelombang tsunami kerusakan bangunan sangat parah dan semakin meluas Garis kehidupan terganggu, banyak terjadi kerusakan di daratan akibat banyaknya material laut yang menghantam seluruh bangunan di daratan Banyak bangunan rusak parah dan hanyut terbawa gelombang tsunami Tidak terdapat bangunan yang tersisa, semua rusak dan hanyut terbawa gelombang
Sumber : Papadopoulus, G., and F. Imamura, “A proposal for a new tsunami intensity scale,” International Tsunami Symposium Proceedings, Session 5, Number 5-1, Seattle, 2001.
Jika skala intesitas tsunami di atas dikorelasikan dengan ketinggian tsunami serta efek kelas tsunami maka akan didapat tabel korelasi sebagai berikut (Shuto dalam Immamura, 2001 ). Tabel 2.2 Korelasi Ketinggian, Intensitas dan Kelas Tsunami No Skala Intensitas H (m) i (kelas) 1 I–V < 1.0 0 2 VI 2.0 1 3 VII – VIII 4.0 2 4 IX – X 8.0 3 5 XI 16.0 4 6 XII 32.0 5 Sumber : Papadopoulus, G., and F. Imamura, “A proposal for a new tsunami intensity scale,” International Tsunami Symposium Proceedings, Session 5, Number 5-1, Seattle, 2001
Berdasarkan teori Imamura yang telah disesuaikan dengan landaan maksimum di pesisir selatan Pulau Jawa yaitu yang hanya berkisar 21 meter maka dapat dibuat peringkat landaan sebagai berikut (dalam tabel). Tabel 2.3 Peringkat Landaan (Run up) No 1 2
Kelas Rendah Sedang
Ketinggian Landaan <2m 2–6m
Skala Kerugian Kerusakan di kawasan pantai dan kapal Kerusakan dan korban jiwa di suatu daerah tertentu 3 Tinggi >6 - commit 12, 5 m to userKerusakan sepanjang pantai lebih dari 400 meter 4 Tinggi Sekali >12,5 - 21 m Kerusakan yang sangat parah Sumber : Oki Oktariadi, 2009 14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Innudation (Landaan) Sementara untuk daerah terpaan akan dijelaskan melalui tabel klasifikasi kriteria tsunami berdasarkan jarak limpasan (innudation) berdasar dari adaptasi teori pada jurnal ilmiahterkait dengan bencana tsunami. Dimana jarak limpasan akan terbagi dalam beberapa kategori seperti di bawah ini : Tabel 2.4 Klasifikasi Tsunami Berdasar Jarak Limpasan Classification of Coast
Open Coast Zone
Estuary Zone
Upland Zone
Description of the Coast Relatively in the lower position with reference to the MSL Coasts neighbouring a river mouth/tidal ilet/creek an similar other coastal features Coasts which are comparatively elevated will above the MSL
Tsunami Hazard Category (Based on Innudation Extent (in M)) Over High Medium Low >400
301-400
201-300
0-200
>750
501-750
251-500
0-250
>300
201-300
101-200
0-100
Sumber : Tsunami Impacts On Morphology Of Beaches Along South Kerala Coast, West Coast Of India. K. A. Abdul Rasheed, V. Kesava Das, C. Revichandran, P. R. Vijayan And Tony J. Thottam. National Institute Of Oceanography, Kochi, Kerala, India -Science Of Tsunami Hazards The International Journal Of The Tsunami Society Volume 24 Number 1 Published Electronically 2006
2.2
Korelasi Muatan Teori Karakteristik Tsunami Terdapat keterkaitan antar masing-masing indikator dari karakteristik tsunami yang telah diulas pada pada bagian sebelumnya. Penyebab tsunami yang paling sering terjadi di Indonesi adalah berasal dari gempa bumi bawah laut, semakin besar kekuatan gempanya maka kerusakan yang ditimbulkan akan semakin besar pula. Begitu pula jika hal tersebut dikaitkan dengan run up dan innudation dari tsunami. Semakin besar kekuatan gempa yang memicu terjadinya tsunami, maka akan semakin tinggi ombak yang dihasilkan serta semakin luas jarak landaannya.
2.3
Penggunaan Lahan Kawasan Pesisir Perkotaan 2.3.1 Pengertian Kawasan Pesisir Pemahaman mengenai definisi dan karakteristik terkait kawasan pesisir sangatlah penting, hal tersebut dikarenakan kawasan pesisir merupakan suatu komponen penting dari penelitian ini. Oleh sebab itu diperlukan pemahaman yang mendalam terkait kawasan pesisir, baik dari definisi maupun karakteristik yang terlingkupi dari kawasan pesisir tersebut. Berikut ini adalah definisi dari beberapa sumber mengenai wilayah pesisir. commit to user
15
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Menurut Ketchum dalam Kay dan Alder (1999: 2) “ The band of dry land adjancent ocean space (water dan submerged land) in wich terrestrial processes and land uses directly affect oceanic processes and uses, and vice versa”. Diartikan bahwa wilayah pesisir adalah wilayah yang merupakan tanda atau batasan wilayah daratan dan wilayah perairan yang mana proses kegiatan atau aktivitas bumi dan penggunaan lahan masih mempengaruhi proses dan fungsi kelautan. Sementara itu, pengertian wilayah pesisir menurut kesepakatan terakhir internasional adalah merupakan wilayah peralihan antara laut dan daratan, ke arah darat mencakup daerah yang masih terkena pengaruh percikan air laut atau pasang surut, dan ke arah laut meliputi daerah paparan benua (continental shelf) (Beatley et al, dalam Dahuri, dkk, 2001: 9). Menurut UU No. 27 Tahun 2007 tentang batasan wilayah pesisir, kearah daratan mencakup wilayah administrasi daratan dan kearah perairan laut sejauh 12 (dua belas) mil laut diukur dari garis pantai ke arah laut lepas dan/atau kearah perairan kepulauan.
Sumber : Brahtz dalam Supriharyono (2002: 2)
Gambar 2.6 Batas-Batas Fisik Wilayah Pesisir Dari pengertian-pengertian di atas dapat di tarik suatu kesimpulan bahwa wilayah pesisir merupakan wilayah yang secara nyata tidak jelas batasannya, karena wilayah pesisir merupakan perpaduan antara daratan dan lautan. Hal ini menunjukan garis batas nyata wilayah pesisir tidak ada. Batas wilayah pesisir hanyalah garis khayalan yang letaknya ditentukan oleh kondisi dan situasi setempat. 2.3.2 Karakteristik Kawasan Pesisir 1) Karakteristik Fisik Lingkungan Karakter fisik lingkungan kawasan pesisir dapat ditunjukkan dari karakteristik commit to karakteristik user pantainya. Secara geomorfologi, pantai secara umum (Hantoro, 2004) adalah sebagai berikut : 16
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a) Pantai curam singkapan batuan Jenis pantai ini umumnya ditemukan di pesisir yang menghadap ke laut lepas dan merupakan bagian jalur tunjaman/tumbukan, berupa pantai curam singkapan batu volkanik, terobosan, malihan atau sedimen. b) Pantai landai atau dataran Pesisir datar hingga landai menempati bagian mintakat kraton stabil atau cekungan belakang. Pembentukan pantai dikendalikan oleh proses eksogen cuaca. c) Pantai dataran endapan lumpur Estuari lebar menandai muara dengan tutupan tebal bakau. Bagian pesisir dalam ditandai dataran rawa atau lahan basah. Sedimentasi kuat terjadi di perairan bila di hulu mengalami erosi. Progradasi pantai atau pembentukan delta sangat lazim. Kompaksi sedimen diiringi penurunan permukaan tanah, sementara air tanah tawar sulit ditemukan. d) Pantai dengan bukit atau paparan pasir Pantai menghadap perairan bergelombang dan angin kuat dengan asupan sedimen sungai cukup, umumnya membentuk rataan dan perbukitan pasir. e) Pantai lurus dan panjang dari pesisir datar Pantai tepian samudra dengan agitasi kuat gelombang serta memiliki sejumlah muara kecil berjajar padanya dengan asupan sedimen, dapat membentuk garis lurus dan panjang pantai berpasir. f) Pantai teluk dataran tebing karang Bentang pantai ini ditemukan di berbagai mintakat berbeda, yaitu di jalur tumbukan/tunjaman, jalur volkanik, pulau-pulau sisa tinggian di paparan tepi kontinen, jalur busur luar atau jalur tektonik geser. Terjalnya tebing pantai dan kuatnya agitasi gelombang meniadakan peluang terumbu karang tumbuh, demikian halnya dengan bakau. Tutupan tumbuhan masih mampu tumbuh di lapukan batuan, terutama di kawasan dengan curah hujan memadai. g) Pantai erosi Jenis pantai seperti ini terdapat dibeberapa tempat yang menghadap perairan dengan agitasi gelombang kuat. h) Pantai akresi
commit to user Proses akresi terjadi di pesisir yang menerima asupan sedimen lebih dari jumlah yang kemudian dierosi oleh laut. Akresi pantai oleh sedimen halus 17
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sering diikuti tumbuhnya bakau yang berfungsi kemudian sebagai penguat endapan baru dari erosi atau longsor. 2) Karakteristik Ekosistem Disamping karakteristik pantai, karakteristik fisik kawasan pesisir tidak bisa dilepaskan dari karakteristik ekosistem di kawasan pesisir itu sendiri. Ekosistem di perairan laut dangkal pada umumnya terdiri dari
terumbu
karang, padang lamun, dan hutan mangrove yang pada dasarnya kesemuanya tersebut dilindungi oleh Undang-Undang No.4/1982 dan UU No. 5/1990. Berikut akan dijabarkan secara detail ekosistem yang berada di sekitar kawasan pesisir : a) Ekosistem Estuaria Estuaria adalah perairan yang semi tertutup yang berhubungan bebas dengan laut, sehingga air laut dengan salinitas tinggi dapat bercampur dengan air tawar (Pritchard dalam Supriharyono, 2002: 12). b) Ekosistem Mangrove/ Komunitas Hutan Bakau Kata mangrove mempunyai dua arti, pertama sebagai komunitas, yaitu komunitas atau masyarakat tumbuhan atau hutan yang tahan terhadap kadar garam/salinitas (pasang-surut air laut), dan kedua sebagai individu spesies (Macnae dalam Supriharyono, 2007: 40). c) Ekosistem Padang Lamun Padang lamun (seagrass beds) juga merupakan salah satu ekosistem yang terletak di daerah pesisir atau perairan laut dangkal. Keunikan dari tumbuhan lamun dari tumbuhan laut lainnya adalah adanya perakaran yang ekstensif dan sistem rhizome. Karena tipe perakaran ini menyebabkan daun-daun tumbuhan lamun menjadi lebat, dan ini besar manfaatnya dalam menopang keproduktifan ekosistem padang lamun (Supriharyono, 2007: 72). d) Ekosistem Terumbu Karang Terumbu karang (coral reefs) merupakan masyarakat organisme yang hidup di dasar perairan dan berupa bentukan batuan kapur (CaCO3) yang cukup kuat menahan gaya gelombang laut (Dawes dalam Supriharyono, 2002: 62). 2.3.3 Jenis Penggunaan Lahan Kawasan Pesisir commit to user Kawasan pesisir yang merupakan perpaduan antara wilayah daratan dan lautan serta mempunyai potensi pengembangan yang besar tidak lepas dari pemanfaatan 18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ruang yang dilakukan oleh berbagai pihak. Pemanfaatan ruang tersebut membentuk blok-blok penggunaan lahan tertentu sesuai dengan tingkat kepentingan masing-masing pihak. Dinamika perubahan penggunaan lahan sangat dipengaruhi oleh faktor manusia seperti pertumbuhan penduduk (jumlah dan distribusinya), pertumbuhan ekonomi dan juga dipengaruhi oleh
faktor fisik
seperti topografi, jenis tanah dan iklim (Skole dan Tucker dalam Rais, 2004: 157). Key dan Alder (1999:25) membagi penggunaan lahan pesisir menjadi beberapa fungsi, yaitu akan dijabarkan sebagai berikut : 1) Eksploitasi sumber daya (perikanan, hutan dan pertambangan) Sumber daya pesisir yang dapat diperbaharui adalah eksploitasi primer dalam sektor perikanan komersial, penghidupan dan rekreasi perikanan serta industri budidaya air. Sedangkan yang dapat tidak diperbaharui adalah minyak dan pertambangan. 2) Infrastruktur (transportasi, pelabuhan dan pertahanan) Pembangunan infrastruktur utama di pesisir meliputi : pelabuhan sungai dan laut, fasilitas yang mendukung untuk operasional dan sistem transportasi yang bermacam-macam, jalan dan jembatan serta instalasi pertahanan. 3) Pariwisata dan rekreasi Berkembangnya pariwisata merupakan sumber potensial bagi pendapatan negara karena potensi pariwisata banyak menarik turis untuk berkunjung sehingga dalam pengembangannya memerlukan faktor-faktor pariwisata secara langsung berdampak pada penggunaan lahan. 4) Konservasi alam dan perlindungan sumber daya alam Hanya sedikit sumber daya alam di pesisir yang dikembangkan untuk melindungi kawasan pesisir tersebut (konservasi area sedikit) Selain itu masih terdapat kegiatan pembangunan yang banyak dilakukan di kawasan pesisir. Menurut Dahuri et al (2001:122) kegiatan pembangunan yang dilakukan di kawasan pesisir adalah sebagai berikut : 1) Pembangunan kawasan permukiman Pembangunan kawasan permukiman di pesisir pantai sejalan dengan meningkatnya kebutuhan penduduk akan fasilitas tempat tinggal. 2) Kegiatan industri Kawasan industri haruslah mempunyai luas yang cukup dan diletakkan pada commit to user zona yang sesuai untuk menghindari lingkungan sekeliling menjadi buruk. 19
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3) Kegiatan rekreasi dan pariwisata bahari Hal ini sekaligus bertujuan untuk menciptakan kawasan lindung bagi biota yang hidup pada ekosistem laut dalam cakupan pesisir. 4) Konservasi hutan menjadi lahan pertambakan tanpa memperhatikan terganggunya fungsi ekologis hutan mangrove terhadap lingkungan fisik biologi. 2.4
Karakteristik Masyarakat Kawasan Pesisir di Indonesia Berdasarkan pendapat Nikijuluw dalam Dietriech (2001) “Masyarakat pesisir itu sendiri dapat didefinisikan sebagai kelompok orang atau suatu komunitas yang tinggal di daerah pesisir dan sumber kehidupan perekonomiannya bergantung secara langsung pada pemanfaatan sumberdaya laut dan pesisir”. Mereka terdiri dari nelayan pemilik, buruh nelayan, pembudidaya ikan dan organisme laut lainnya, pedagang ikan, pengolah ikan, supplier faktor sarana produksi perikanan. Dalam bidang non-perikanan, masyarakat pesisir bisa terdiri dari penjual jasa transportasi dan lain-lain. Setiap komunitas memiliki karakteristik kebudayaan yang berbeda-beda. Untuk memperjelas perbedaan masyarakat pesisir dengan yang lain, maka akan dijelaskan pada bagian berikutnya mengenai matriks masyarakat berdasarkan unsure pengikat sosial sosial yang terjadi pada suatu komunitas. 2.4.1 Klasifikasi Masyarakat Tabel 2.5 Klasifikasi Masyakarat
Unsur Pengikat Sosial Pusat orientasi Sarana interaksi Aktivitas interaksi Kesinambungan Identitas Lokasi Adat, norma Organisasi Pimpiman
Kerumunan Dasar Tidak ada Mungkin ada Tidak ada Tidak ada Tidak relevan
Golongan Sosial Mungkin ada Mungkin ada Mungkin ada Dasar Mungkin ada Mungkin ada
Jaringan Sosial Ada Dasar Dasar Mungkin ada Mungkin ada Mungkin ada
Tidak ada Dasar Mungkin ada Tidak ada Tidak ada Mungkin ada Mungkin ada Tidak ada Mungkin ada Sumber : Koentjaraningrat dalam Dietriech, 2001
Kelompok Sosial Ada Ada Ada Ada Dasr Mungkin ada Dasar Tidak ada Dasar
Himpunan
Komunitas
Ada Ada Ada Ada Dasar Mungkin ada Dasar Dasar Ada
Ada Ada Ada Ada Dasar Dasar Dasar Ada Ada
Berdasarkan klasifikasi di atas, merujuk pada pendapat Redfield maka karakteristik sosial masyarakat pesisir berada pada setiap komunitas. Namun, kebanyakan masyarakat pesisir merupakan tipe komunitas desa petani dan desa terisolasi. Desa terisolasi diantaranya para nelayan yang tidak punya akses dan commit to user hanya mengabdikan dirinya kepada sumber laut. 20
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Karakteristik masyarakat pesisir berbeda dengan karakterisik masyarakat agraris atau petani. Dari segi penghasilan, petani mempunyai pendapatan yang dapat dikontrol karena pola panen yang terkontrol sehingga hasil pangan atau ternak yang mereka miliki dapat ditentukan untuk mencapai hasil pendapatan yang mereka inginkan. Berbeda halnya dengan masyarakat pesisir yang mata pencahariannya didominasi dengan nelayan. Nelayan bergelut dengan laut untuk mendapatkan penghasilan, maka pendapatan yang mereka inginkan tidak bisa dikontrol. 2.4.2 Karakteristik Masyarakat Terkait dengan posisi sosial nelayan, pada umumnya, nelayan bergolong kasta rendah. Hal tersebut didasari dari mayoritas nelayan yang hanya mengenyam pendidikan tingkat rendah serta kondisi perekonomian dengan kelas menengah ke bawah. Secara sosiologis, masyarakat pesisir memiliki ciri yang khas dalam hal struktur sosial yaitu kuatnya hubungan antara patron dan klien dalam hubungan pasar pada usaha perikanan. “Patron memberikan bantuan berupa modal kepada klien. Hal tersebut merupakan taktik bagi patron untuk mengikat klien dengan utangnya sehingga bisnis tetap berjalan” (Satria dalam Dietriech, 2001). Dari masalah utang piutang tersebut sering terjadi konflik, namun konflik yang mendominasi adalah persaingan antar nelayan dalam memperebutkan sumberdaya ikan yang jumlahnya terbatas. Jika dirinci secara lebih dalam maka karakteristik masyarakat pesisir menurut kondisi ekonomi, sosial dan budayanya adalah sebagai berikut (anonim, 2008) : 1) Masyarakat pesisir beranggapan bahwa pantai merupakan suatu tempat yang mempunyai keunggulan lokasi yang dapa menjadi pusat pertumbuhan ekonomi 2) Masyarakat pesisir mempunyai kegiatan sosial-ekonomi yang berorientasi ke darat dan laut 3) Rata-rata masyarakat pesisir termasuk dalam golongan ekonomi lemah dengan latar belakang pendidikan relatif terbatas 4) Pengetahuan akan lingkungan sehat cenderung masih kurang, terjadi kebiasaan “tidak sadar lingkungan” serta cenderung kurang memperhatikan bahaya dan resiko 5) Terdapat masyarakat yang secara tradisi terbiasa hidup (bahkan tidak dapat commit to user dipisahkan) di atas air 21
perpustakaan.uns.ac.id 2.5
digilib.uns.ac.id
Korelasi Muatan Teori Penggunaan Lahan Kawasan Pesisir Hubungan antar indikator yang termuat dalam teori penggunaan lahan kawasan pesisir dapat diuraikan sebagai berikut. Kondisi politik, ekonomi, sosial kemasyarakat di kawasan pesisir sangat dipengaruhi oleh kondisi pantai dan ekosistemnya. Ekosistem dan kondisi pantai yang mendukung timbulnya aktivitas akan memancing adanya aktivitas-aktivitas yang membutuhkan ruang di sekitar kawasan pantai. Adanya aktivitas-aktivitas tersebut nantinya akan menimbulkan penggunaan lahan tertentu di kawasan pesisir tersebut. Dan nantinya penggunaan lahan tertentu tersebut akan kembali berdampak pada lingkungan sekitar di kawasan pesisir. Dari uraian tersebut dapat dilihat hubungan erat antara indikator-indikator yang termuat didalam teori penggunaan lahan kawasan pesisir.
2.6
Korelasi Karakteristik Bencana Tsunami Dengan Penggunaan Lahan Kawasan Pesisir 2.6.1 Kepekaan Tsunami Terhadap Kelerengan Pantai Menurut Shuto (1993), jarak jangkauan tsunami ke daratan sangat ditentukan oleh terjal-landainya morfologi pantai. Pada pantai yang terjal, tsunami tidak akan terlalu jauh mencapai daratan karena tertahan dan dipantulkan kembali oleh tebing pantai. Sementara di pantai yang landai, landaan tsunami dapat menerjang sampai beberapa kilometer masuk ke daratan. Berdasarkan pemahaman tersebut di atas, maka kelerengan pantai menurut USDA-NRCS (1986) dapat diklasifikasikan seperti berikut : Tabel 2.6 Kelerengan Pantai No Jenis Kelerengan Pantai 1 Sangat curam 2 Curam 3 Agak curam 4 Landai 5 Datar Sumber : USDA-NRCS, 1986
Kepekaan Terhadap Tsunami Tidak peka Kurang peka Agak peka Peka Sangat peka
Selain itu terdapat oknfigurasi tipe pantai yang berkorelasi dengan jenis impasan gelombang tsunami. Yaitu sebagai berikut : a) Tipe teluk (shape) akan mengalami amplifikasi/peningkatan energi gelombang berlipat ganda b) Tipe tanjung akan mengalami reduksi energi gelombang c) Single island dan akan mengalami impasan dari samping commit to user
22
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2.6.2 Kepekaan Tsunami Terhadap Kekasaran Pantai Ditinjau dari sudut pandang geomorfologi, keberadaan material permukaan dapat menunjukkan tingkat kekasaran pantai. Dampak positif kekasaran pantai adalah semakin padu material permukaan akan semakin besar energi tsunami yang teredam, sedangkan dampak negatifnya adalah semakin lepas material permukaan akan semakin besar kerusakan sarana dan prasarana berikut kehilangan jiwa manusia. USDA-NRCS (1986) mengklasifikasikan kekasaran pantai seperti berkut : Tabel 2.7 Kekasaran Pantai No Jenis Kekasaran Pantai 1 Batuan beku 2 Batu karang di teluk-teluk pantai 3 Beting karang 4 Rawa 5 Pasir memanjang Sumber : USDA-NRCS, 1986
Kepekaan Terhadap Tsunami Tidak peka Kurang peka Agak peka Peka Sangat peka
2.6.3 Kriteria Penggunaan Lahan di Kawasan Pesisir Agar Aman dari Bencana Tsunami Secara umum, penggunaan lahan pada kawasan pesisir dapat aman jika pada suatu kawasan sudah terdapat beberapa pengaturan yang telah disosialisasikan dalam buku Operasional Program Penanganan Bencana Alam Bidang Penataan Ruang dan buku Menghadapi Bencana Tsunami yang disusun oleh Masyarakat Lingkungan Binaan untuk Komisi Darurat Kemanusiaan Nagroe Aceh Darussalam dan Sumatra Utara. Karakteristik lokasi aman di kawasan pesisir rawan bencana tsunami disusun berdasarkan Konsep Teoritis Penataan Ruang Kota Pesisir di Wilayah Bahaya Tsunami. Dimana didalam konsep tersebut dapat dilihat struktur penggunaan lahan yang aman pada daerah pesisir rawan bencana.
commit to user
Sumber : Operasional Prgrm. Penanganan Bencana Alam Bidang Penataan Ruang
Gambar 2.7 Konsep Teoritis Penataan Ruang Kota Pesisir 23
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berikut akan diterangkan terkait infrastruktur pendukung penggunaan lahan yang aman sesuai dengan konsep di atas : 1) Terdapat pengembangan sistem informasi, monitoring dan peringatan dini di kawasan pesisir 2) Terdapat sistem pertahanan pantai, dimana terdapat tiga kondisi yang merupakan sistem pertahanan pantai yaitu : a) Kehadiran tebing tinggi pantai b) Rataan depan pantai (shore platform) c) Jalur vegetasi pantai nipah dan magrove di sepanjang pantai 3) Terdapat sistem penanggulangan dampak tsunami seperti berikut : a) Pemberian sistim tanggul (dike) tepi pantai untuk bangunan tepi pantai yang bernilai penting seperti pelabuhan. b) Pada pantai teluk yang berbentuk kantong yang menyempit ke arah darat, jarak bangunan di darat dari garis pantai harus cukup jauh (lebih dari 200 meter) untuk mencegah amplifikasi energi dan ketinggian gelombang yang mencapai pantai dan dataran pantai. c) Terdapat tanggul pematang di dataran pantai yang cukup tinggi, dan berlapis dengan jarak antar tanggul yang cukup lebar. 4) Terdapat jalur evakuasi berdasarkan peta microzoning kawasan rawan bencana tsunami. 5) Terdapat tempat-tempat perlindungan (shelter), dapat berupa daerah perbukitan atau bangunan tinggi (bertingkat) yang dirancang tahan terhadap gelombang Tsunami. Bangunan ini dapat berfungsi sebagai tempat evakuasi/perlindungan penduduk selama adanya bencana Tsunami dan gelombang pasang. 6) Selain itu, bangunan-bangunan pada tiap penggunaan lahan seharusnya menggunakan empat teknik bangunan agar terkena dampak paling kecil dari sapuan gelombang tsunami (dijelaskan dalam tabel). Tabel 2.8 Struktur Bangunan Aman dari Tsunami No 1
Gambar
Jenis Keterangan Struktur untuk Penempatan bangunan dan infrastruktur di bagian menghindari tapak yang tinggi atau menaikkan struktur di atas tsunami ketinggian terpaan tsunami atau memperkuat podium (tempat berpijaknya bangunan) akan membuat bangunan aman dari terpaan tsunami.
commit to user
24
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lanjutan Tabel 2.8 No Gambar 2
3
4
Jenis Keterangan Struktur untuk Arus dari gelombang tsunami akan mengalami memperlambat perlambatan jika di sekitar penggunaan lahan arus terdapat elemen yang dapat berfungsi sebagai pelambat arus, dimana elemen-elemen tersebut terdiri dari hutan buatan yang dirancang khusus, saluran air, kontur tanah serta jalur hijau. Upaya memperlambat arus gelombang dapat mengurangi daya hancur dari tsunami. Struktur untuk Gelombang tsunami akan mengalami pembelokkan membelokkan air jika pada suatu kawasan pesisir sudah terdapat penggunaan tembok-tembok bersudut dan saluran jalannya aliran air pada tiap bangunan di masingmasing penggunaan lahan, sehingga daya hancur tsunami juga dapat terminimalisir, karena air mengalir pada “aliran” yang sengaja telah dibentuk. Struktur untuk Gelombang tsunami juga dapat ditahan sementara menghambat sehingga gelombang tidak menerjang kawasan terpaan tsunami pesisir yang tseharusnya terlanda. Meski diketahui, upaya menahan hanyalah upaya sementara yang dapat mengakibatkan peningkatan tinggi gelombang balik atau mengarahkan tenaga gelombang ke daerah lain.Gelombang tsunami dapat tertahan tidak melanda suatu penggunaan lahan tertentu di sekitar kawasan pesisir jika pada kawasan tersebut sudah mempunyai struktur penahan yang kokoh seperti tembok, terasering (penataan gundukan/tanah curam berbentuk anak tangga) atau jalur hijau, struktur parkir dan konstruksi lain yang kokoh dapat menahan kekuatan gelombang. Sumber : Menghadapi Bencana, 2005
Secara khususnya akan dibahas terkait kondisi aman pada masing-masing penggunaan lahan di kawasan pesisir rawan bencana tsunami seperti berikut ini : 1) Permukiman Suatu permukiman yang aman apabila dalam pembangunya sudah memikirkan struktur dan penempatan lokasi pada topografi yang dianggap aman, yaitu di atas batas ketinggian genangan air jika tsunami menerjang. Berikut merupakan beberapa struktur permukiman aman yang terletak di pesisir pantai.
commit to user Sumber : Operasional Prg. Penanganan Bencana Alam Bid. Penataan Ruang
Gambar 2.8 Permukiman Aman Dengan Barier Vegetasi Pantai 25
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sumber : Operasional Prg. Penanganan Bencana Alam Bid. Penataan Ruang
Gambar 2.9 Permukiman Aman Dengan Tembok Penahan
Sumber : Operasional Prg. Penanganan Bencana Alam Bid. Penataan Ruang
Gambar 2.10 Perkampungan Aman Dengan Pola Sejajar
Sumber : Operasional Prg. Penanganan Bencana Alam Bid. Penataan Ruang
Gambar 2.11 Perkampungan Tidak Aman Dengan Pola Tidak Beraturan
commit to user Sumber : Operasional Prg. Penanganan Bencana Alam Bid. Penataan Ruang
Gambar 2.12 Pantai Berbentuk Teluk Kurang Baik Untuk Permukiman 26
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sumber : Operasional Prg. Penanganan Bencana Alam Bid. Penataan Ruang
Gambar 2.13 Pantai Lurus Aman Dengan Perlindungan Vegetasi Pantai 2) Lingkungan Binaan Baru dan Subdivisi Sementara itu, struktur lingkungan binaan baru dan subdivisi yang aman dari bencana tsunami harus memenuhi kriteria sebagai berikut : a) Adanya jarak ruang yang maksimum antar bangunan. b) Adanya upaya meninggikan bangunan di atas batas ketinggian terpaan banjir. c) Menempatkan rumah-rumah di belakang hutan pengontrol tsunami atau bangunan-bangunan yang besar dan kuat. d) Menempatkan jalan-jalan akses utama di luar area banjir, dan jalan-jalan akses penunjang tegak lurus dengan tepi laut. 3) Bangunan Hotel Bertingkat Tinggi Daerah pesisir yang sudah sangat berkembang sektor pariwisatanya pasti akan terbangun banyak bangunan hotel bertingkat tinggi sebagai penunjang pariwasata tersebut. Pengembangan hotel bertingkat tinggi serta resort pada kawasan pesisir yang rawan bencana tsunami agar dapat meminimalisir kerusakan harus mencontoh struktur ruang dan bangunan dari bangunan hotel di Hawaii. Dimana rangka bangunan hotel merupakan rangka beton yang kuat, dan dibangun di atas tanah yang sudah diteliti kestabilannya. Selain itu, bagian yang rendah pada bangunan-bangunan ini dapat dirancang untuk area publik seperti lobi dan fungsi-fungsi penunjang bagi ruangan-ruangan di atasnya, seperti perparkiran. Bangunan-bangunan ini didesain untuk menahan gangguan tsunami dan gempa. Selain itu, pemanfaatan lahan untuk bangunan hotel dan resort juga harus menyediakan ruang terbuka dan hutan tsunami yang berfungsi sebagai daerah penghambat gelombang commit to usertsunami.
27
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4) Komunitas Komersial dan Industri Menguatkan dan memperluas struktur pelabuhan dapat membantu melindungi wilayah komersial yang berdekatan. Tergantung pada besarnya tsunami, pecahan gelombang pada saat pasang naik dapat mengakibatkan banjir dan struktur tersebut menjadi tidak efektif. Struktur bangunan yang kuat dan berlokasi di atas ambang batas banjir dari tsunami merupakan kriteria aman dari komunitas bangunan komersial dan industri di kawasan pesisir. Melindungi bangunan komersial dan fasilitas industri dengan tembok dan penjangkaran yang kuat dapat membantu. Meskipun demikian, menempatkan penggunaan strategi jenis-jenis ini di luar wilayah terpaan adalah teknik penanggulangan yang paling efektif. 2.7
Pemanfaatan Lahan Tepi Pantai Berikut akan dipaparkan terkait ketentuan umum penggunaan lahan pada kawasan tepi air perkotaan sesuai dengan Pedoman Pemanfaatan Ruang Tepi Pantai di Kawasan Perkotaan. 1) Kawasan Lindung Kawasan lindung atau konservasi meliputi kawasan bergambut, kawasan sempadan pantai, kawasan pantai berhutan bakau, dan kawasan rawan bencana. Pengaturan pemanfaatan ruang pada kawasan lindung tersebut secara umum terdiri dari dua yaitu sebagai berikut : Ditetapkan di dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten dan Kota sebagai kawasan lindung; Kegiatan budidaya terbatas diijinkan dengan syarat tidak mengganggu fungsi lindung kawasan. Hal khusus yang membedakan pengaturan pemanfaatan ruang di kawasan lindung tersebut di atas adalah fungsi masing-masing kawasan serta letaknya yang harus berada di sisi terkuar dari kawasan pesisir. a) Kawasan Bergambut Kawasan bergambut berfungsi sebagai penambat air karena kemampuan mengikat air yang sangat tinggi, pencegah banjir dengan mengabsorbsi air yang datang, habitat flora dan fauna tertentu serta pembentuk ekosistem yang khas. commit to user
28
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b) Kawasan Sempadan Pantai Sempadan pantai berfungsi sebagai pengatur iklim, sumber plasma nutfah serta benteng wilayah daratan dari pengaruh negatif dinamika laut ataupun bencana kelautan. c)
Kawasan Pantai Berhutan Bakau Kawasan pantai berhutan bakau berfungsi sebagai sumber bahan organik, habitat berbagai hewan aquatik bernilai ekonomis tinggi, pelindung garis pantai dari abrasi, penahan intrusi air laut serta sebagai barier jika terjadi gelombang tinggi akibat dinamika laut ataupun kebencanaan.
2) Kawasan Budidaya Kawasan budidaya meliputi kawasan perumahan, kawasan industri, kawasan perdagangan dan jasa, kawasan pariwisata, serta kawasan pelabuhan. Faktor utama yang harus dipertimbangkan dalam pemanfaatan ruang kawasan budidaya adalah kawasan tersebut telah ditetapkan di dalam RTRW kabupaten dan Kota sebagai kawasan budidaya. a) Kawasan perumahan Kawasan perumahan mempunyai fungsi utama sebagai tempat tinggal atau hunian yang dilengkapi dengan prasaranan dan sarana lingkungan. Kriteria pemanfaatan ruang kawasan perumahan adalah:
Tersedia sumber air yang cukup, sistem drainase yang baik dan sistem pengolahan sampah yang baik
Tersedia aksesibilitas yang baik ke pusat-pusat kegiatan maupun sarana publik
Terhindar dari bahaya abrasi pantai
Lebar garis sempadan 30-100 meter dari titik pasang tertinggi
b) Kawasan industri Kawasan industri merupakan kawasan untuk kegiatan industri pengolahan yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana penunjang dan memiliki kriteria pemanfaatan ruang sebagai berikut :
Penggunaan lahan disesuaikan dengan ketentuan/peraturan yang berlaku
Tersedia akses ke pusat pelayanan niaga dan pelayanan pelabuhan
Tersedia sistem pengelolaan limbah dan drainase yang baik
Luas lahan disesuaikan dengan jenis industrinya commit to user Membatasi penggunaan air tanah untuk mencegah intrusi air laut
Lebar garis sempadan pantai 100-300 meter dari titik pasang tertinggi 29
perpustakaan.uns.ac.id c)
digilib.uns.ac.id
Kawasan perdagangan dan Jasa Kawasan perdagangan dan jasa merupakan tempat pusat kegiatan perdagangan dan jasa dengan kriteri pemanfaatan ruang sebagai berikut :
Tersedia aksesibilitas yang memadai dan dapat menjangkau pusat pelayanan niaga (pasar), pelayanan pelabuhan dan kawasan industri terkait
Tersedia saranan dan prasana (utilitas)
Pencemaran bahan buangan kapal harus diminimalkan
Lebar garis sempadan pantai 100-300 metrer dari titik pasang tertinggi
d) Kawasan Pariwisata Kawasan pariwisata merupakan kawasan yang disediakan untuk memenuhi kebutuhan kegiatan pariwisata dengan kriteria pemanfaatan ruang sebagai berikut :
Tersedia sarana dan prasarana serta aksesibilitas yang tinggi ke pusat pelayanan niaga dan kesehatan
Pengaturan pemakaian air tanah yang disesuaikan dengan kapasits ketersediaan air tanah dan waktu yang dibutuhkan untuk pengisian kembali
e)
Lebar garis sempadan pantai 100-300 meetr dari titik pasang tertinggi
Kawasan Pelabuhan Kawasan pelabuhan terdiri atas daratan dan perairan di sekitarnya tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turun penumpang, bongkar muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran, kegiatan penunjang pelabuhan dan antar moda transportasi. Pemanfaatan ruang kawasan pelabuhan mempunyai kriteria sebagai berikut :
Tersedia aksesibilitas yang tinggi ke pusat pelayanan distribusi barang dan penumpang
Penataan letak pusat-pusat pelayanan harus efisien dan efektif
Tersedia sistem pengolahan limbah
Pengawasan terhadap tingkat sedimentasi yang berpengaruh terhadap kedalaman laut terutama di sekitar dermaga dan akses keluar masuk kapal
Pengembangan teknologi yang menunjang aktivitas pelabuhan untuk mengantisipasi perubahan iklim yang berpengaruh terhadap fluktuasi pasang-surut, tinggi gelombang laut dan kesecapatan arus laut
Pengendalian pemanfaatan ruang kawasan di sekitar pelabuhan untuk commit to user menjamin ketersediaan lahan untuk 30
perpustakaan.uns.ac.id 2.8
digilib.uns.ac.id
Kerangka Teori Faktor Penetu Lokasi Aman Pada Daerah Terlanda Tsunami Cilacap Pada Tahun 2006
Teori Karakteristik Tsunami
Teori Penggunaan Lahan Kawasan Pesisir
1. Pemahaman Kebencanaan Geologi (Zakaria,2004) 2. Pengertian dan Penyebab tsunami (Hamzah Latief, 2007) 3. Karakter Run up tsunami (teori Imamura, 2001 ; USDA-NRCS, 1986 ; Oki Oktariadi, 2009) 4. Karakter Innudation tsunami (Journal Of The Tsunami Society Volume 24 Number 1 Published Electronically 2006)
1. Pengertian kawasan pesisir (Brahtz dalam Supriharyono, 2002: 2; Sorenson dan Mc. Creary dalam Clark (1996: 1); Ketchum dalam Kay dan Alder, 1999: 2; Beatley et al, dalam Dahuri, dkk , 2001: 9; Suprihayono, 2007: 14; UU No. 27 Tahun 2007) 2. Karakteristik bentuk pantai kawasan pesisir (Hantoro, 2004) 3. Karakteristik ekosistem kawasan pesisir (UU No.4/1982 dan UU No. 5/1990; Pritchard dalam Supriharyono, 2002: 12; Macnae dalam Supriharyono, 2007: 40; Supriharyono, 2007: 72; Dawes dalam Supriharyono, 2002: 62) 4. Jenis Penggunaan lahan kawasan pesisir (Skole dan Tucker dalam Rais, 2004: 157; Key dan Alder , 1998:25; Dahuri et al, 2001:122 ; Suprijanto, 2008: 295) 5. Karaktersitik masyarakat pesisir (Dietriech, 2001 ; Koentjaraningrat dalam Dietriech, 2001 ; Satria, 2002; anonim, 2008)
Korelasi Guna Lahan dan Karakter Tsunami untuk menentukan Lokasi Aman Kawasan Pesisir dari Bencana Tsunami
Kepekaan tsunami berdasarkan kelerengan pantai (USDA-NRCS, 1986)
Kepekaan tsunami berdasarkan kekasaran pantai (Operasional Program Penanganan Bencana Alam Bidang Penataan Ruang, 2007; USDA-NRCS, 1986)
Kriteria penggunaan lahan yang aman pada kawasan pesisir rawan bencana tsunami (buku Operasional Program Penanganan Bencana Alam Bidang Penataan Ruang 2007 dan buku Menghadapi Bencana Tsunami disusun oleh Masy. Lingk. Binaan untuk Komisi Darurat Kemanusiaan NAD dan Sumut 2005)
Gambar 2.14 Kerangka Teori commit to user
31
32
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
Menurut Nazir (2003: 1), metode penelitian merupakan satu kesatuan sistem dalam penelitian yang terdiri dari prosedur dan teknik yang perlu dilakukan dalam suatu penelitian. Prosedur memberikan kepada peneliti urut-urutan pekerjaan yang harus dilakukan dalam suatu penelitian, sedangkan teknik penelitian memberikan alat-alat ukur apa yang diperlukan dalam melaksanakan suatu penelitian. 3.1
Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang akan dipakai penulis dalam melakukan penelitian terkait pencarian faktor penentu lokasi aman pada daerah rawan bencana tsunami di Kabupaten Cilacap adalah pendekatan kuantitaif, dengan menggunakan jenis penelitian korelasi. Pendekatan kuantitaif merupakan suatu pendekatan yang bertujuan untuk membuat deskripsi objektif tentang fenomena terbatas dan menentukan apakah fenomena dapat dikontrol melalui beberapa intervensi1. Pendekatan kuantitatif tersebut dipilih karena tujuan penelitian yang akan dilakukan yaitu untuk mengetahui korelasi antara karakteristik bencana tsunami dengan penggunaan lahan pada Kabupaten Cilacap pada tahun 2006, tujuan penelitian yang mengarah pada korelasi lebih ke arah perhitungan statistik dengan menggunakan program aplikasi tertentu. Tujuan penelitian tersebut mengarah pada objetivitas, berusaha memelihara pandangan, biases dari pengaruh pengumpulan data dan analisis proses serta melibatkan interaksi minimal dan jika interaksi diperlukan (wawancara) diperlukan maka berusaha dibakukan prosesnya, hal tersebut merupakan salah satu cirri dari pendekatan kuantitatif. Selain itu, pendekatan yang digunakan di dalam teori ini adalah pendekatan deduktif dimana penelitian ini dideduksi dari teori tentang apa yang akan diamati, dalam hal ini teori terkait bencana tsunami dan penggunaan lahan.
3.2
Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif, hal ini dikarenakan pada penelitian ini, Penulis bermaksud menggali lebih dalam karakteristik hubungan antara bencana tsunami dengan penggunaan lahan pada kawasan pesisir sehingga diketahui faktor penentu lokasi aman pada daerah rawan
1
commit to user
Dr. Ir. Masyuri, MP dan Drs. Zainuddin, MA “ Metode Penelitian : Pendekatan Praktis dan Aplikatif”.2008. Hal. 14
32
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bencana tsunami. Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya (Sukma Dinata dalam Masyuri dan Zainuddin, 2008). Penelitian deskriptif
merupakan
penelitian
yang
berusaha
mendeskripsikan
dan
menginterpretasikan sesuatu, misalnyakondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi, atau tentang kecendrungan yang tengah berlangsung. 3.3
Variabel Penelitian Variabel penelitian merupakan suatu konsep yang mempunyai nilai berubah-ubah atau tidak tetap. Variabel dapat juga diartikan sebagai konsep dalam bentuk konkret atau operasional. Guna mengoperasionalkannya maka variabel perlu diperjelas dengan parameter atau indikator-indikatornya. Berdasarkan pengertian variabel di atas maka variabel dari penelitian ini adalah sebagai berikut : Tabel 3.1 Varibel dan Indikator Terpilih No 1
Variabel Karakteristik bencana tsunami
2
Karakteristik penggunaan lahan di kawasan pesisir
1. 2. 1. 2. 3. 4.
Indikator Karakter run up tsunami Karakter innudation tsunami Karakteristik fisik lingkungan (bentuk pantai) kawasan pesisir Karakteristik ekosistem kawasan pesisir Jenis guna lahan kawasan pesisir Karakteristik masyarakat pesisir terhadap penentuan penggunaan lahan kawasan pesisir
Sumber : Hasil Pengolahan Penulis, 2012
Unit analisis dari tiap indikator pada masing-masing variabel adalah pada tiap zona terlanda tsunami di Kabupaten Cilacap. Zona-zona tersebut nantinya akan dilakukan pengurutan pembahasan dimulai dari daerah terlanda ujung timur sampai ke barat.
commit to user
33
perpustakaan.uns.ac.id 3.4
digilib.uns.ac.id
Kerangka Analisis
INPUT Karakteristik bencana tsunami
Karakteristik penggunaan lahan kawasan pesisir
PROSES
OUTPUT
Analisis Karakteristik bencana tsunami Membandingkan teori dengan histori tsunami Cilacap 2006 : a) Karakter run up tsunami b) Karakter innudation tsunami
Identifikasi Karakteristik bencana tsunami
Analisis Karakteristik penggunaan lahan kawasan pesisir Membandingkan teori dengan histori eksisting penggunaan lahan daerah rawan bencana tsunami Cilacap : a) Karakteristik fisik lingkungan b) Karakteristik ekosistem kawasan pesisir c) Jenis penggunaan lahan kawasan pesisir d) Karakteristik masyarakat pesisir dalam menentukan penggunaan lahannya
Identifikasi Karakteristik penggunaan lahan kawasan pesisir
Analisis Korelasi karakteristik bencana tsunami dengan penggunaan lahan kawasan pesisir (kepekaan tsunami berdasar kelerengan dan kekasaran pantai serta penggunaan lahan aman dari tsunami)
Sintesa perumusan faktor-faktor penentu lokasi aman dari bencana tsunami
Gambar 3.1 Kerangka Analisis
commit to user
34
Komposisi faktor yang saling berkolerasi dalam penetuan lokasi aman pada kawasan pesisir daerah rawan bencana tsunami Kabupaten Cilacap
Rumusan faktor penetu lokasi aman dari bencana tsunami
perpustakaan.uns.ac.id 3.5
digilib.uns.ac.id
Metode Penelitian 3.5.1
Kebutuhan Data Di dalam penelitian ini kebutuhan data yang digunakan untuk menunjang analisis terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara observasi lapangan, wawancara serta kuisioner. Sementara data sekunder diperoleh dari data yang berasal dari instansional dan literatur.
3.5.2
Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data primer merupakan pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti secara langsung kepada objek penelitian di lapangan, baik melalui pengamatan (observasi) langsung maupun wawancara (interview) serta penyebaran angket/kuisioner, sedangkan pengumpulan data sekunder dilakukan peneliti dengan cara tidak langsung ke objek penelitian tetapi melalui penelitian terhadap dokumen-dokumen yang berkaitan dengan objek penelitian (Singarimbum, 1995). Berikut akan dijelaskan secara lebih lengkap terkait dengan data primer dan data sekunder : 1) Data primer Pengumpulan data primer yang akan dilakukan dalam penelitian
ini
meliputi 3 (tiga) cara : a) Observasi lapangan Manfaatnya peneliti akan lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi sosial, memperoleh pengalaman langsung, melihat hal-hal yang kurang atau tidak di amati orang lain, menemukan hal-hal yang sedianya tidak akan terungkap oleh responden dan di luar persepsi responden dan tidak hanya mengumpulkan daya yang kaya tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi dan merasakan suasana situasi sosial yang diteliti (Sugiyono dalam Johannes Hanzen Saruksuk, 2006). Pengamatan langsung dalam penelitian ini ditujukan untuk mengamati dan mendokumentasikan kondisi eksisting kawasan pesisir rawan bencana tsunami Kabupaten Cilacap baik dari segi penggunaan lahannya, karakter masyarakat, dampak tsunami pada tahun 2006 silam serta karakteristik bentuk pantainya. b) Wawancara Wawancara yang ditujukan pada institusi yang terkait pengelolaan commit to user bencana tsunami maupun badan perencanaan di Kabupaten Cilacap guna 35
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mengetahui histori tsunami pada tahun 2006 serta mengetahui perubahan kondisi tata guna lahan eksisting pasca bencana. c) Kuesioner Kuisioner digunakan untuk memperoleh data maupun informasi dengan cara menyebarkan kuesioner ke masyarakat yang bermukim pada kawasan pesisir rawan bencana tsunami Kabupaten Cilacap, terkait dengan data aktivitas masyarakat pesisir dalam penggunaan lahan pesisir, histori tsunami di masa lalu serta pemahaman masyarakat terkait dengan bencana tsunami. 2) Data sekunder Pengumpulan data sekunder dilakukan dalam 2 (dua) cara yaitu sebagai berikut : a) Instansi Data instansi merupakan sumber data utama dalam penelitian ini, karena penelitian ini dilakukan pada fenomena yang terjadi pada tahun 2006 silam. Data-data yang diperoleh dari instansi tersebut adalah dokumen historis bencana tsunami pada tahun 2006 silam, dokumen kondisi geologi Kabupaten Cilacap, dokumen dan peta penggunaan lahan pada tahun 2006, jumlah penduduk pada daerah yang rawan bencana tsunami, peta tingkat kerawanan bencana tsunami pada tahun 2006 silam, peta topografi dan kelerengan Kabupaten Cilacap, peta jenis tanah Kabupaten Cilacap serta dokumen ekosistem di kawasan pesisir Cilacap pada tahun 2006 silam. Data-data instansi tersebut dapat didapat pada Bappeda Cilacap, BPBD Cilacap, Dinas Kelautan Cilacap serta BPBT Yogyakarta. b) Literatur Data literature digunakan untuk mengelompokkan data yang didapat dari lapangan maupun instansi sehingga lebih mudah dipahami. Literature yang digunakan adalah yang terkait dengan pembagian morfologi pantai serta pengelompokkan beberapa karakter tsunami.
commit to user
36
Tabel 3.2 Analisis dan Kebutuhan Data Cara Memperoleh Data No
Sasaran
Analisis
Variabel
Indikator
Kebutuhan Data Q
1
2
3
4
Identifikasi karakteristik run up tsunami Identifikasi jarak landaan (innudation) tsunami
Identifikasi karakter fisik (bentuk pantai) kawasan pesisir
Identifikasi karakteristik ekosistem kawasan pesisir
Analisis Identifikasi Karakteristik Bencana Tsunami
Analisis Identifikasi Karakteristik Penggunaan Lahan Kawasan Pesisir
Karakteristik bencana tsunami
karakteristik penggunaan lahan kawasan pesisir
karakteristik run up tsunami pada titik terlanda jarak landaan (innudation) tsunami pada titik yang terlanda karakter fisik (bentuk pantai) kawasan pesisir
karakteristik ekosistem kawasan pesisir
5
6
Identifikasi jenis penggunaan lahan di kawasan pesisir
Identifikasi karakteristik masyarakat pesisir
Analisis Identifikasi Karakteristik Penggunaan Lahan Kawasan Pesisir
karakteristik penggunaan lahan kawasan pesisir
jenis penggunaan lahan di kawasan pesisir
karakteristik masyarakat pesisir
Dokumen histori bencana BPBD Dokumen histori bencana BPPT Peta histori tsunami 2006 Dokumen histori bencana BPBD Dokumen histori bencana BPPT Peta histori tsunami 2006 Kondisi kawasan pesisir Kabupaten Cilacap Dokumen kelautan Dokumen terkait asal tutupan lahan kawasan pesisir Peta kelautan Peta topografi Peta Jenis Tanah Dokumen kelautan Dokumen lingkungan hidup Peta lingkungan hidup Informasi terkait berbagai jenis ekosistem dari masyarakat dan tokoh institusi Dokumen RTRW Kabupaten Cilacap Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Cilacap Peta Rencana Peruntukkan Lahan Kabupaten Cilacap Kondisi di Lapangan Penggunaan Lahan di kawasan pesisir Aktivitas masyarakat pesisir Pemahaman Masyarakat Pesisir Terhadap Bencana Bentuk sosialisasi mitigasi bencana kepada masyarakat pesisir
37
Primer W O
Sekunder L I
Sumber
-
√
-
√
√
1. 2. 3.
-
√
√
√
√
4. 5. 6.
-
-
√
√
√
√
√
√
√
√
-
√
√
√
√
√
-
√
-
-
7.
Bappeda Cilacap BPBD Cilacap Dinas Kelautan Cilacap BMKG Cilacap BPPT Yogyakarta Masyarakat Pesisir Daerah Rawan Bencana Tsunami Kabupaten Cilacap Daerah Pesisir rawan bencana tsunami Kabupaten Cilacap
Lanjutan Tabel 3.2 Kebutuhan Data No
7
Sasaran
Analisis
Analisis korelasi penentu faktor-faktor aman pada kawasan pesisir rawan bencana tsunami
Analisis Korelasi Karakteristik Bencana Tsunami dengan Penggunaan Lahan Kawasan Pesisir kepekaan tsunami berdasarkan kelerengan pantai
Variabel
Indikator
Input dari hasil analisis karakteristik tsunami dan penggunaan lahan kawasan pesisir -
kepekaan tsunami berdasarkan kekasaran pantai
penggunaan lahan yang aman dari bencana tsunami di kawasan pesisir
Peta Zonasi Kerawanan Bencana Tsunami Peta Topografi Dokumen histori tsunami tahun 2006 Peta Zonasi Kerawanan Bencana Tsunami Peta tutupan tanah Dokumen histori tsunami tahun 2006
Peta Zonasi Kerawanan Bencana Tsunami Peta Penggunaan Lahan Sebaran Bangunan dan jalur evakuasi Dokumen histori tsunami tahun 2006 Aktivitas masyarakat
Q (Quisioner) ; W (Wawancara) ; O (Observasi) ; L (Literatur) ; I (Instansi) Sumber : Hasil Pengolahan Penulis, 2012
38
Primer
Sekunder
Q
W
O
L
I
-
-
-
-
-
-
√
√
√
√
-
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Sumber
1. Bappeda Cilacap 2. BPBD Cilacap 3. Dinas Kelautan Cilacap 4. BMKG Cilacap 5. BPPT Yogyakarta 6. Masyarakat Pesisir Daerah Rawan Bencana Tsunami Kabupaten Cilacap 7. Daerah Pesisir rawan bencana tsunami Kabupaten Cilacap
perpustakaan.uns.ac.id 3.6
digilib.uns.ac.id
Teknik Sampling 3.6.1 Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek atau objek dengan kualitas dan karakteristik tertentu ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulan. Dalam hal ini populasi berkenaan dengan data bukan pada orangnya atau bendanya (Nazir, 2003: 327). Populasi yang termasuk ke dalam penelitian ini adalah seluruh seluruh masyarakat pesisir yang tergolong kedalam tipe morofologi pantai tertentu, yaitu penduduk yang terdapat pada delapan kecamatan yang ditetapkan sebagai daerah rawan bencana tsunami Kecamatan Adipala, Binangun, Nusawungu, Kesugihan, Kampung Laut, Cilacap Utara, Cilacap Tengah dan Cilacap Selatan. Dari populasi tersebut, diharapkan diperoleh data terkait dengan karakteristik masyarakat pesisir dalam penggunaan lahan di sekitar pantai serta pemahaman masyarakat terkait bencana tsunami pada tahun 2006 silam. Total penduduk yang terdiri dari delapan kecamatan tersebut berjumlah 566.671 jiwa.
Sumber : RTRW Kabupaten Cilacap Tahun 2011-2031
Gambar 3.2 Daerah Populasi 3.6.2 Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Pendapat lain mengatakan bahwa sampel adalah wakil dari populasi yang dipergunakan untuk menentukan sifat serta ciri yang dikehendaki dari populasi (Nazir, 2003: 325). Penetapan sampel penelitian ini ditempuh melalui teknik area user pada daerah besar kemudian dibagi sampling, dimana populasicommit yang to berada
39
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menjadi daerah-daerah kecil yang jelas batas-batasanya (Bungin dalam Johanes Hansen Saruksuk, 2006). Penentuan sampel pada penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan data terkait dengan karakteristik masyarakat pesisir serta mereview kondisi pada saat terjadi bencana tsunami pada tahun 2006 silam di Kabupaten Cilacap. Dalam penelitian ini akan digunakan teknik sampling probability dimana teknik tersebut memberikan peluang sama bagi setiap unsur anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Jenis probability sampling yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah jenis multiphase sampling, dimana terdapat beberapa tahapan dalam pengambilan sampel. Tahap pertama yang akan dilakukan dalam menentukan sampel adalah dengan mengelompokkan kelurahan-kelurahan di delapan Kecamatan yang terdapat di Kabupaten Cilacap ke dalam dua kelompok besar yaitu daerah yang terkena tsunami dan daerah yang tidak terkena tsunami. Pengelompokkan ini didasarkan pada pencapaian aspek penelitian yaitu faktor penentu lokasi aman di daerah rawan bencana tsunami. Dari hasil pengelompokkan maka didapat jumlah sampel total pada daerah terlanda yaitu 318.938 jiwa, sementara jumlah sampel daerah tidak terlanda yaitu 247.733 jiwa. Setelah diketahui jumlah per bagian maka besarnya ukuran sampel dapat dicari dengan jenis ukuran sampel untuk pengujian kebermaknaan hubungan2. Pemakaian formula jenis sampel tersebut didasarkan pada metode analisis yang akan dipakai yaitu metode korelasi atau kebermaknaan hubungan, sehingga formula sampel yang dirasa paling sesuai dengan jenis analisis yang akan dilaksanakan pada penelititan ini adalah formula ini. Berikut rumusan formula sampel berjenis kebermaknaan hubungan : 𝑛=
(𝑍1−𝛼 + 𝑍1−𝛽 )2 +3 𝑈𝑝2
Dimana : 𝑈𝑝1 =
1 1+𝜌 ln ( ) 2 1−𝜌
1 1+𝜌 𝜌 ln ( )+ 2 1−𝜌 2(𝑛 − 1) Up merupakan iterasi dan dilakukan perhitungan sampai terjadi keseimbangan 𝑈𝑝2 =
perhitungan untuk mengetahui jumlah n (ukuran sampel). Semetara rho commit to user 2
Drs. Ating Somantri dan Sambas Ali Muhidin, S.Pd. “ Aplikasi Statistika Dalam Penelitian”.2011. Hal. 96
40
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
merupakan perkiranan koefisien korelasi antara variabel X dan Y (diambil dari koefisien korelasi terkecil, apabila tidak diketahui disarankan 0, 30) dan untuk nilai alfa dan beta jika tidak diketahui dianggap sebagai 0, 05. Sehingga diperoleh konstanta Zx dimana nilai dari konstanta tersebut dapat dilihat dalam tabel Z (Sample Sizea For Detecting a Statistically Significant Correlation Coeficient). Operasi rumus di atas adalah iteratif (dioperasikan ulang sampai diperoleh n yang stabil/ konvergen). Dengan menggunakan formula rumus di atas maka didapat hasil perhitungan sebagai berikut ini : Tabel 3.3 Iterasi dan Jumlah Sampel Iterasi
Jumlah Sampel
Up1
0,30952
n1
163,3968
up2
0,310443
n2
162,4438
up3
0,311372
n3
161,4937
up4
0,312307
n4
160,5465
up5
0,313247
n5
159,6022
up6
0,314193
n6
158,6608
up7
0,315144
n7
157,7224
up8
0,316101
n8
156,7868
up9
0,317064
n9
155,8542
up10
0,318033
n10
154,9245
up11
0,319007
n11
153,9977
up12
0,319988
n12
153,0739
up13
0,320974
n13
152,1529
up14
0,321967
n14
151,2349
up15
0,322965
n15
150,3198
up16
0,32397
n16
149,4076
up17
0,32498
n17
148,4983
up18
0,325997
n18
147,592
up19
0,327021
n19
146,6885
up20
0,32805
n20
145,788
Sumber : Hasil Perhitungan Penulis, 2012
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa jumlah ukuran sampel adalah 145,788 yang setara dengan 146 responden. 1. Nkelompok = (jumlah penduduk per kelompok tsunami) (jumlah penduduk Total)
X Sampel total (n)
Tabel 3.4 Sampel Kelompok Terpaan Tsunami Jumlah Sampel sampel terkena tsunami sampel yg tidak kena tsunami
82 64
Sumber Perhitungan Penulis, 2012 commit: Hasil to user
41
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Setelah diketahui Nkelompok maka dapat dilanjutkan dengan meghitung Nkelurahan dengan rumus proporsional yang sama tetapi dikalikan dengan jumlah sampel masing-masing kelompok sehingga didapat hasil sampel untuk masing-masing kelurahan. Setelah diketahui jumlah sampel per kelurahan dengan dua pengelompokkan utama yaitu berdasarkan daerah terpaan tsunami. Maka masing-masing responden tersebut akan dibagi lagi ke dalam 7 tipe pantai. Karena penelitian ini juga akan menyangkut data kawasan pesisir. Pengelompokkan morfologi pantai tersebut dilakukan dengan menzonasi wilayah penelitian berdasarkan topografi daerahnya serta jenis pantai yang terdapat di kawasan pesisir. Klasifikasi topografi tersebut adalah sebagai berikut : 1. Datar
: 0-2%
2. Landai
: 2-5%
3. Agak Curam : 5-15% 4. Curam
: 15-40%
Sumber : Hasil Pengolahan Penulis, 2012
Gambar 3.3 Daerah Sampel Setelah itu responden pada tiap kelompok akan didistribusikan kedalam tujuh tipe morfologi pantai tersebut sehingga didapat hasil pendistribusian sebagai berikut : Tabel 3.5 Sampel Tiap Morfologi Kecamatan
Identifikasi Tsunami
Binangun
Terkena Tsunami
Datar Kelurahan dan Lurus Jumlah Widarapayung kl 1 commit Sidayu 1 Widarapayung Wt 1 Sidaurip 1 Pegubugan Kulon 1
Datar dan Teluk Jumlah to user -
42
Landai dan Lurus Jumlah -
Morfologi Pantai Agak Agak Curam dan Curam dan Lurus Teluk Jumlah Jumlah -
Curam dan Lurus Jumlah -
Curam dan Teluk Jumlah -
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lanjutan Tabel 3.5 Kecamatan
Identifikasi Tsunami Terkena Tsunami
Binangun
Tidak Terkena Tsunami
Terkena Tsunami
Kesugihan Tidak terkena tsunami
Terkena Tsunami
Adipala
Tidak Terkena Tsunami
Terkena Tsunami
Nusawungu Tidak Terkena Tsunami
Terkena Tsunami Cilacap Utara Cilacap Tengah
Tidak Terkena Tsunami Terkena Tsunami
Kelurahan
Pagubugan Karang Nangka Kemojing Pesawahan Pesuruhan Alangamba Binangun Bangkal Jepara Wetan Jepara Kulon Kepudang Jati Menganti Karangkandri Slarang Kalisabuk Kesugihan Kidhul Kesugihan Kuripan Kidul Kuripan Jangrana Planjan Dondong Ciwuni Karangjengkol Keleng Pasanggrahan Bulupayung Welahan Wetan Adiraja Adireja Wetan Adireja Kulon Adipala Gombolharjo Bunton Karanganyar Wlahar Karangbenda Pedasong Dlempangpasir Penggalang Karangsari Kalikudi Doplang Karang Tawang Karang Pakis Banjarsari Jetis Banjareja Kedung Benda Klumprit Karangsembung Purwadadi Nusawangkal Karangputat Banjarwaru Danasri Danasri Kidul Nusawungu Danasri Lor Sikanco Mertasinga Kebon Manis Gumilir Karang Talun Tritih Kulon Kutawaru Lomanis
Datar dan Lurus Jumlah 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 3 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 3 3 commit 3 2 -
Datar dan Teluk Jumlah to user 3 1
43
Landai dan Lurus Jumlah 2 2 1 2 -
Morfologi Pantai Agak Agak Curam dan Curam dan Lurus Teluk Jumlah Jumlah 2 1 1 1 -
Curam dan Lurus Jumlah 1 1 1 1 1 1 1 -
Curam dan Teluk Jumlah -
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lanjutan Tabel 3.5 Kecamatan
Identifikasi Tsunami
Cilacap Tengah
Terkena Tsunami
Cilacap Selatan
Kampung Laut
Kelurahan
Donan Sidanegara Gunungsimping Tambakreja Tegalreja Terkena Tsunami Sidakaya Cilacap Tegal Kamulyan Ujunggagak Ujunggalang Terkena Tsunami Klaces Panikel Total Responden 146
Datar dan Lurus Jumlah 84
Datar dan Teluk Jumlah 6 7 4 4 3 3 4 4 1 1 1 1 43
Landai dan Lurus Jumlah 7
Morfologi Pantai Agak Agak Curam dan Curam dan Lurus Teluk Jumlah Jumlah 2 4 2
Curam dan Lurus Jumlah 7
Sumber : Hasil Pengolahan Penulis, 2012
Daerah yang termasuk kedalam kelompok morofologi pantai tersebut adalah daerah yang pada kolom sisi kanannya terisi angka (0-9). Sementara daerah yang kolom sisi kanannya berupa kosongan menunjukkan daerah tersebut bukan termasuk kedalam kelompok morfologi tersebut. Pada sampel akhir ini terdapat satu daerah yang tidak mempunyai responden. Hal tersebut dikarenakan daerah tersebur merupakan kawasan hutan dan rutan (Pulau Nusakambangan). 3.7
Teknik Analisis Teknik analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri dari empat teknik analisis utama yiatu teknik analisis identifikasi karakteristik bencana tsunami Cilacap tahun 2006, analisis identifikasi karakteristik penggunaan lahan daerah terlanda tsunami Cilacap tahun 2006, analisis keterkaitan serta sintesa analisis. Sebelum dilakukan analisis tersebut, nantinya akan dilakukan pengelompokan area aman dan tidak aman berdasarkan dampak yang ditimbulkan pada tiap zona terlanda. Berikut akan dijelaskan terkait dengan teknik analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini : 1. Analisis Karakteristik Bencana Tsunami di Cilacap Tahun 2006 Analisis karakteristik bencana tsunami yang terjad di Cilacap pada tahun 2006 silam dilakukan dengan cara mengolah data histori tsunami terkait data run up dan innudation tsunami pada tahun 2006 silam. berikut secara lebih rinci akan dijelaskan pada point di bawah ini : a. Data run up yang nantinya akan dianalisis dengan disesuaikan terhadap teori kerusakan run up berdasarkan ketinggian dan skala kerugiannya b. Data innudation yang nantinya akan dianalisis dengan disesuaikan terhadap to user jarak landaan teori skala kerugian pada commit masing-masing
44
Curam dan Teluk Jumlah 0 0
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kesemua data tersebut nantinya akan disajikan dalam bentuk penjabaran deskriptif serta diperjelas dalam bentuk tabel sehingga dapat diketahui uraian terkait karakteristik bencana tsunami pada tahun 2006 silam. 2. Analisis Karakteristik Penggunaan Lahan di Daerah Terlanda Tsunami Cilacap Tahun 2006 Analisis karakteristik penggunaan lahan kawasan pesisir dilakukan dengan melakukan pengolahan terkait data-data penggunaan lahan di kawasan pesisir pada tahun 2006 silam. Pengolahan data tersebut melingkupi data-data sebagai berikut : a. Data karakteristik fisik lingkungan, yaitu menganalisis karakteristik topografi dan kelerengan serta bentuk fisik pantai pada kawasan pesisir disesuiakan dengan teori karakteristik fisik lingkungan kawasan pesisir yang ada b. Data karakteristik ekosistem yaitu dengan melakukan deskripsi ekosistem yang terdapat di kawasan pesisir pada tahun 2006 disesuaikan dengan teori ekosistem kelautan kawasan pesisir c. Data jenis penggunaan lahan kawasan pesisir Cilacap pada tahun 2006 yaitu dengan melihat kecenderungan penggunaan lahan pada kawasan pesisir dengan melihat teori penggunaan lahan kawasan pesisir d. Data karakteristik masyarakat di kawasan pesisir dalam hal kecenderungan menggunakan lahan serta pemahamannya dalam kaitannya tsunami Selanjutnya data-data tersebut akan diolah secara deskriptif sehingga diketahui karakteristik penggunaan lahan di kawasan pesisir Cilacap pada tahun 2006 silam. pengolahan secara deskriptif akan dilengkapi dengan tabel dan peta sehingga uraian akan lebih jelas maknanya. 3. Analisis keterkaitan karakteristik bencana tsunami dengan penggunaan lahan daerah terlanda tsunami di Kabupaten Cilacap pada tahun 2006 Analisis keterkaitan karakteristik bencana tsunami dengan penggunaan lahan daerah terlanda tsunami di Kabupaten Cilacap pada tahun 2006 dilakukan dengan teknik analisis korelasi. Korelasi merupakan teknik analisis yang termasuk dalam salah satu teknik pengukuran asosiasi / hubungan (measures of association). Analisis korelasi yang digunakan pada penelitian ini mengacu pada penelitian nonparametrik karena belum pernah ada penelitian sebelumnya yang membahas masalah yang sama yaitu mencari hubungan antara karakter bencana tsunami dengan karakter penggunaan lahan. Dengan melihat data dari kedua variable yaitu commit to user data dari variable penggunaan lahan serta data dari karakter bencana, sehingga terdapat dua jenis data yaitu data ordinal yang berasal dari kedua jenis karakteristik 45
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tersebut. Oleh sebab itu, sebelum dilakukan analisis, maka akan dilakukan konversi data nominal maupun interval dari penggunaan lahan ke bentuk data ordinal dengan berdasarkan teori tingkat kepekaan tsunami berdasarkan kelerengan maupun jenis penggunaan lahannya. Sehingga pada saat dilakukan analisis sudah terjadi kesamaan jenis data yang dapat memudahkan proses analisis korelasi dengan hasil yang objektif. Tabel 3.6 Arah Analisis Korelasi Penggunaan Lahan
Bencana Tsunami
Jenis lahan
penggunaan
Karakteristik Fisik Lingkungan
Topografi
Kelerengan
Run up
Dilakukan korelasi
Dilakukan korelasi
Dilakukan korelasi
Dilakukan korelasi
Innudation
Dilakukan korelasi
Dilakukan korelasi
Dilakukan korelasi
Dilakukan korelasi
Sumber : Hasil Pengolahan Penulis, 2012
Analisis korelasi tersebut dilakukan pada kedua area yaitu area aman dan area tidak aman berdasarkan dampak tsunami yang ditimbulkan pada tahun 2006 silam. Setelah dilakukan analisis korelasi tersebut, maka analisis juga akan diperkuat secara deskriptif terkait indikator karakteristik masyarakat kawasan pesisir dalam menentukan penggunaan lahannya serta pemahaman masyarakat pesisir terkait bencana tsunami pada tahun 2006 silam dari hasil kuisioner dan akan dilakukan penjelasan terkait ekosistemnya. 4. Sintesa Perumusan Faktor Penentu Lokasi Aman Setelah dilakukan analisis korelasi di antara karakteristik yang melekat pada masing-masing area (area aman dan tidak aman), maka dilanjutkan dengan sintesa perumusan faktor penentu lokasi aman di daerah terlanda tsunami Cilacap pada tahun 2006 silam. Sintesa ini dilakukan dengan melakukan deskripsi pada masingmasing faktor sesuai dengan urutan mulai dari faktor paling berkolerasi dilihat dari koefisien korelasinya.
commit to user
46
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV KOMPILASI DATA
4.1
Gambaran Umum Daerah Rawan Bencana Tsunami di Kabupaten Cilacap Kabupaten Cilacap secara geografis berada di antara 108º4’30”-109º30’30” BT dan 7º30”-7º45’20” LS dengan luas 225.360, 840 Ha (termasuk Pulau Nusakambangan) serta secara administratif letaknya berbatasan dengan : 1. Sebelah timur
: Kabupaten Kebumen dan Banyumas
2. Sebelah selatan
: Samudra Hindia
3. Sebelah barat
: Kabupaten Ciamis dan Kuningan
4. Sebelah utara
: Kabupaten Brebes
Secara administratif, wilayah Kabupaten Cilacap terdiri dari 23 wilayah kecamatan serta 280 desa/kelurahan. Kecamatan-kecamatan yang terlingkup dalam wilayah Kabupaten Cilacap meliputi : 1. Kecamatan Dayeuhluhur
13. Kecamatan Jeruklegi
2. Kecamatan Wanareja
14. Kecamatan Kesugihan
3. Kecamatan Majenang
15. Kecamatan Adipala
4. Kecamatan Cimanggu
16. Kecamatan Maos
5. Kecamatan Karangpucung
17. Kecamatan Sampang
6. Kecamatan Cipari
18. Kecamatan Kroya
7. Kecamatan Sidareja
19. Kecamatan Binangun
8. Kecamatan Kedungreja
20. Kecamatan Nusawungu
9. Kecamatan Patimuan
21. Kecamatan Cilacap Selatan
10. Kecamatan Bantarsari
22. Kecamatan Cilacap Tengah
11. Kecamatan Kawunganten
23. Kecamatan Cilacap Utara
12. Kecamatan Gandrungmangu Dari 23 Kecamatan yang terdapat di Kabupaten Cilacap, ditetapkan delapan kecamatan sebagai daerah rawan bencana tsunami. Penetapan daerah rawan bencana tsunami tersebut tertuang di dalam RTRW Kabupaten Cilacap 2011-2031. Penetapan tersebut didasarkan pada terlandanya daerah-daerah tersebut pada tsunami tahun 2006 silam. Namun, pada kenyataannya, setelah dilakukan pengecekan di lapangan maupun dari data yang dimiliki oleh instansi lain yaitu BPPT dari delapan kecamatan tersebut hanya to user atau daerah rawan tsunami. enam kecamatan yang merupakancommit daerah terlanda
47
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dimana kawasan rawan tsunami ini berada pada daerah-daerah sepanjang pantai timur Cilacap dengan luasan kurang lebih 5.856 hektar yaitu dari Kecamatan Nusawungu sampai dengan Kecamatan Cilacap Selatan. Wilayah Kabupaten Cilacap yang ditetapkan sebagai kawasan rawan bencana tsunami meliputi : 1. Kecamatan Nusawangu 2. Kecamatan Binangun; 3. Kecamatan Adipala; 4. Kecamatan Kesugihan; 5. Kecamatan Cilacap Utara; 6. Kecamatan Cilacap Selatan.
Sumber : Survey Primer Penulis dan Data BPPT, 2012
Gambar 4. 1 Peta Kunci Daerah Rawan Bencana Tsunami di Kabupaten Cilacap Berikut akan dijabarkan terkait luasan masing-masing desa di masing-masing kecamatan di Kabupaten Cilacap yang terlanda tsunami pada tahun 2006 silam. Daerah terlanda tersebut dibahas dengan unit analisis zona dengan urutan dari ujung timur ke barat. Tabel 4.1 Luasan Daerah Terlanda Tsunami Cilacap Tahun 2006 Kecamatan Nusawungu Binangun
Adipala Kesugihan Cilacap Utara Cilacap Selatan
Desa Jetis Sidaurip Widarapayung Wetan Widarapayung Kulon Sidayu Karangbenda Bunton Karangkandri Menganti Mertasinga Tegalkamulyan commit to user Cilacap Tambakreja
Sumber : BPPT Yogyakarta 48
Zona Zona 1 Zona 2 Zona 3 Zona 4 Zona 5 Zona 6 Zona 7 Zona 8 Zona 9 Zona 10 Zona 11 Zona 12 Zona 13
Luas m2 1.648.318,83 63.940,810 117.355,76 1.174.171,69 459.698,10 1.643.019,28 5.173.726,70 2.363.750,58 1.937.660,97 947.929,53 1.601.447,57 261.331,76 1.038.219,54
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PETA LUASAN TERLANDA
commit to user
49
perpustakaan.uns.ac.id 4.2
digilib.uns.ac.id
Karakteristik Bencana Tsunami di Kabupaten Cilacap Tahun 2006 4.2.1
Penyebab Tsunami Cilacap Tahun 2006 Karakteristik tsunami yang paling mendasar adalah penyebab tsunami itu sendiri. Begitu juga yang terjadi pada bencana tsunami di Kabupaten Cilacap pada 17 Juli 2006 silam. Bencana tsunami Cilacap pada tahun 2006 tersebut disebabkan oleh gempa bumi di laut. Menurut pencatatan Pusat Gempa Nasional selama bulan Juli 2006 terjadi 27 kali gempa yang dirasakan di wilayah Indonesia. Pusat gempa umumnya terjadi di laut dengan kekuatan gempa yang bervariasi yaitu antara 3,0 SR sampai dengan 6,8 SR. Lokasi gempa 33% terjadi di sekitar Sumatra, 41% terjadi di sekitar Jawa, 11% terjadi di sekitar laut Maluku dan 15% terjadi di sekitar Nusa Tenggara. Gempa terbesar terjadi pada tanggal 17 Juli 2006 dengan pusat gempa sekitar 282 km barat daya Cilacap dan berakibat menimbulkan gelombang tsunami. Sampai dengan akhir Juli 2006 tercatat delapan kali gempa bumi susulan, dimana frekuesi gempa susulan semakin jarang dan kekuatan gempa bumi susulan cenderun g melemah. Berikut akan dipaparkan tabel rekapan terjadinya gempa bumi selama bulan Juli yang terjadi sekitar Jawa : Gempa yang menimbulkan tsunami di Kabupaten Cilacap adalah gempa yang yang mempunyai kekuatan 6,8 SR pada kedalaman 33 Km, sementara untuk gempa lain yang bersumber di sekitar perairan Samudra Hindia dan berada di kawasan Pangandaran sampai Cilacap tidak menimbulkan tsunami karena gempa-gempa
tersebut
tidak
menimbulkan
sesar
vertikal,
sehingga
pengaruhnya hanya berupa goyangan di daratan saja ( sumber : BPBD Cilacap). Gempa 6,8 SR tersebut dapat menimbulkan tsunami karena mempunyai ciriciri sebagai berikut : a. Sesar berada di bawah laut b. Sesar vertikal dan terangkat beberapa meter c. Gempa bumi dengan minimal berkekuatan 6 SR d. Kedalaman epicenter gempa <40 km
Namun dari sumber lain yaitu dari BPBD Cilacap menyebutkan besar gempa yang terjadi di Cilacap pada Juli 2006 silam adalah 7,7 SR.
commit to user
50
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PETA GEMPA BUMI
commit to user
51
perpustakaan.uns.ac.id 4.2.2
digilib.uns.ac.id
Karakteristik Run Up Tsunami Cilacap Tahun 2006 Menurut survey Tim Posko Gempa Stasiun BMG Jawa Tengan dan DIY serta berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi DIY
yaitu dengan berdasarkan pada peninjauan lapangan yang
dilakukan langsung oleh kedua tim tersebut serta berdasarkan pada laporan masyarakat menunjukkan bahwa tinggi gelombang tsunami yang terjadi di Cilacap pada Juli 2006 silam berkisar antara 1-20 meter. Berikut akan dipaparkan data run up dalam bentuk tabel dan peta yang terdapat di Kabupaten Cilacap. Tabel 4. 2 Data Run Up Tsunami Pada Juli 2006 di Kabupaten Cilacap Kecamatan
Binangun
Kesugihan
Adipala
Nusawungu Cilacap Utara
Cilacap Selatan
Lokasi Widarapayung, Binangun Widarapayung kulon, Binangun Pantai Widarapayung, Binangun Widarapayung Wetan, Binangun Widarapayung Wetan, Binangun Widarapayung Wetan, Binangun Widarapayung Wetan, Binangun Widarapayung Wetan, Binangun Widarapayung Wetan, Binangun Widarapayung Wetan, Binangun Widarapayung Wetan, Binangun Widarapayung Wetan, Binangun Widarapayung kulon, Binangun Sidaurip, Binangun Sidayu, Binangun Sidayu, Binangun Sidayu, Binangun Menganti , Kesugihan Menganti, Kesugihan Menganti, Kesugihan Menganti, Kesugihan Menganti, Kesugihan Menganti, Kesugihan Menganti, Kesugihan Karangkandri, Kesugihan Karangkandri, Kesugihan Karangkadri, Kesugihan Karangkadri, Kesugiham Karangkadri, Kesugihan Karangkadri, Kesugihan Bunton, Adipala Bunton, Adipala Bunton, Adipala Bunton, Adipala Bunton, Adipala Bunton, Adipala Pantai Bunton, Adipala Jetis, Nusawungu Mertasinga, Cilacap Utara Cilacap, Cilacap Selatan Cilacap, Cilacap Selatan Cilacap, Cilacap Selatan Cilacap, Cilacap Selatan commit to user Cilacap, Cilacap Selatan Cilacap, Cilacap Selatan Cilacap, Cilacap Selatan
52
Ketinggian Run up (Meter) 6.4 6.7 3.7 1.2 1 1.7 3.5 3.5 5.9 2.7 6.5 6.7 5.2 3.9 5.4 5.1 4 1.5 1.3 5.1 4 4 5 2.2 1.4 5 3.3 4.3 3.5 6.2 1.9 5.7 5.7 3.3 2.4 5 0.7 1.5 3.1 1 2 2.4 2.3 2.6 2.7 2.8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lanjutan Tabel 4.2 Kecamatan
Cilacap Selatan
Lokasi Tegalkamulyan, Cilacap Selatan Tegalkamulyan, Cilacap Selatan Nusakambangan Permisan Nusakambangan Permisan Nusakambangan Permisan Nusakambangan Permisan Nusakambangan Permisan Nusakambangan Permisan Nusakambangan Permisan Nusakambangan Permisan Nusakambangan Permisan Nusakambangan Permisan Nusakambangan Permisan Nusakambangan Permisan Nusakambangan Permisan
Ketinggian Run up (Meter) 2.6 3.3 10.7 10.7 11.1 10.3 12.1 8.2 8.8 13.3 16.1 14.8 20.9 15.1 18.4
Sumber : Data Tesis South Java Tsunami Model Using Highly Resolved Data And Probable Tsunamigenic Source Tahun 2011 oleh Dr.-Ing. Widjo Kongko
commit to user
53
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PETA RUN UP
commit to user
54
perpustakaan.uns.ac.id 4.2.3
digilib.uns.ac.id
Karakteristik Innudation Tsunami Cilacap Tahun 2006 Innudation atau jarak landaan tsunami di Kabupaten Cilacap pada tahun 2006 berkisar dari range terendah 15 meter dari bibir pantai sampai range tertinggi 700 meter dari bibir pantai. Berikut akan dipaparkan data jarak landaan tsunami yang terjadi di daerah rawan bencana tsunami Kabupaten Cilacap pada Juli 2006 silam. Tabel 4. 3 Data Innudation Tsunami Pada Juli 2006 di Kabupaten Cilacap Kecamatan
Binangun
Kesugihan
Adipala
Nusawungu Cilacap Utara
Cilacap Selatan
Lokasi Widarapayung, Binangun Widarapayung kulon, Binangun Pantai Widarapayung, Binangun Widarapayung Wetan, Binangun Widarapayung Wetan, Binangun Widarapayung Wetan, Binangun Widarapayung Wetan, Binangun Widarapayung kulon, Binangun Sidaurip, Binangun Sidayu, Binangun Menganti, Kesugihan Menganti , Kesugihan Menganti, Kesugihan Menganti, Kesugihan Menganti, Kesugihan Menganti , Kesugihan Menganti, Kesugihan Karangkandri, Kesugihan Karangkandri, Kesugihan Karangkadri, Kesugihan Karangkadri, Kesugihan Karangkadri, Kesugiham Karangkadri, Kesugihan Bunton, Adipala Bunton, Adipala Bunton, Adipala Bunton, Adipala Pantai Bunton, Adipala Jetis, Nusawungu Mertasinga, Cilacap Utara Cilacap, Cilacap Selatan Cilacap, Cilacap Selatan Cilacap, Cilacap Selatan Cilacap, Cilacap Selatan Tegalkamulyan, Cilacap Selatan Tegalkamulyan, Cilacap Selatan Nusakambangan Permisan Nusakambangan Permisan Nusakambangan Permisan Nusakambangan Permisan Nusakambangan Permisan Nusakambangan Permisan Nusakambangan Permisan Nusakambangan Permisan Nusakambangan Permisan Nusakambangan Permisan Nusakambangan Permisan Nusakambangan Permisan commit toPermisan user Nusakambangan
Jarak Landaan (Meter) 200 127 73 97 97 182 226 181 111 87 86 300 94 94 295 295 295 295 300 20 74 31 35 150 700 460 457 296 100 55 15 26 22 111 23 81 38 53 95 106 76 65 44 42 52 427 209 401 65
Sumber : Data Tesis South Java Tsunami Model Using Highly Resolved Data And Probable Tsunamigenic Source Tahun 2011 oleh Dr.-Ing. Widjo Kongko 55
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Peta Inudasi
commit to user
56
perpustakaan.uns.ac.id 4.2.4
digilib.uns.ac.id
Run Up dan Innudation Tiap Zona Terlanda di Kab. Cilacap Dimana untuk mempermudah pembahasan akan dilakukan pemberian notasi pada tiap daerah terlanda agar tidak terjadi kerenacuan. Berikut akan dijabarkan notasi-notasinyadalam bentuk unit analisis per zona terlanda : 1. Zona 1 sebagai daerah terlanda di Kelurahan Jetis, Kecamatan Nusawungu Mempunyai ketinggian run up yang berkisar pada angka 1,5 meter. Sementara itu, jarak landaan gelombang tsunami yang menerpa Zona ini pada tahun 2006 silam adalah 100 meter dari garis pantai. Berikut dapat dilihat pada gambar peta di bawah ini.
Sumber : Data Tesis South Java Tsunami Model Using Highly Resolved Data And Probable Tsunamigenic Source Tahun 2011 oleh Dr.-Ing. Widjo Kongko
Gambar 4.2 Titik Run Up dan Innudation Zona 1 2. Zona 2 sebagai daerah terlanda di Kelurahan Sidaurip, Kecamatan Binangun Zona 2 yang terletak di Kelurahan Sidaurip mempunyai rata-rata ketinggian run up 3,9 meter. Dimana luasan daerah terlanda tergolong cukup kecil. Sedangkan jarak landaan dari Zona 2 adalah berkisar 111 meter dari garis pantai. Berikut dapat dilihat pada gambar peta di bawah ini.
commit to user
57
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sumber : Data Tesis South Java Tsunami Model Using Highly Resolved Data And Probable Tsunamigenic Source Tahun 2011 oleh Dr.-Ing. Widjo Kongko
Gambar 4.3 Run Up dan Innudation Zona 2 3. Zona 3 sebagai daerah terlanda di Kelurahan Widarapayung Wetan, Kecamatan Binangun Zona 3 yang terletak di Kelurahan Widarapayung Wetan mempunyai ketinggian run up yang cukup beragam. Yaitu dari ketinggian 1 meter hingga ketinggian run up 6,7 meter. Dimana terdapat juga data run up di perairannya yaitu 3,7 meter. Ketinggian run up yang beragam ini dikarenakan Zona ini tergolong ke dalam zona ekstrem run up (sumber : hasil wawancara dengan BPPT Jogjakarta). Sementara itu, untuk jarak landaan dari Zona 3 adalah dari 97-226 meter dari garis pantai. Berikut dapat dilihat pada gambar peta di bawah ini.
commit to user Sumber : Data Tesis South Java Tsunami Model Using Highly Resolved Data And Probable Tsunamigenic Source Tahun 2011 oleh Dr.-Ing. Widjo Kongko
Gambar 4.4 Run Up dan Innudation Zona 3 58
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Zona 4 sebagai daerah terlanda di Kelurahan Sidayu, Kecamatan Binangun Ketinggian run up pada Zona 4 yang terdapat di sebagian kawasan pesisir Kelurahan Sidayu berkisar antara 4-5,5 meter. Sementara untuk jarak landaan Zona 4 yaitu 87 meter dari garis pantai. Berikut dapat dilihat dari gambar peta di bawah ini.
Sumber : Data Tesis South Java Tsunami Model Using Highly Resolved Data And Probable Tsunamigenic Source Tahun 2011 oleh Dr.-Ing. Widjo Kongko
Gambar 4.5 Run Up dan Innudation Zona 4 5. Zona 5 sebagai daerah terlanda di Kelurahan Widarapayung Kulon, Kecamatan Binangun Ketinggian dari run up di wilayah ini berada pada kisaran 3,7-6,7 meter. Ketinggian run up di Zona ini juga tergolong tinggi dan beragam, hal tersebut dikarenakan Zona ini juga tergolong ke dalam estreme run up. Sementara itu, untuk jarak landaan pada Zona ini berada pada kisaran 127181 meter dari garis pantai. Berikut dapat dilihat secara lebih jelas pada gambar peta di bawah ini.
commit to user
59
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sumber : Data Tesis South Java Tsunami Model Using Highly Resolved Data And Probable Tsunamigenic Source Tahun 2011 oleh Dr.-Ing. Widjo Kongko
Gambar 4.6 Run Up dan Innudation Zona 5 6. Zona 6 sebagai daerah terlanda di Kelurahan Karangbenda, Kecamatan Adipala Zona 6 mempunyai ketinggian run up rata-rata 3,5 meter. Daerah terlanda dari Zona ini cukup luas yaitu di kawasan pesisir di Kelurahan Karangbenda. Sementara itu untuk jarak landaan pada Zona 6 adalah 35 meter dari garis pantai. Berikut dapat dilihat pada gambar peta di bawah ini.
Sumber : Data Tesis South Java Tsunami Model Using Highly Resolved Data And Probable Tsunamigenic Source Tahun 2011 oleh Dr.-Ing. Widjo Kongko
Gambar 4.7 Run Up dan Innudation Zona 6 commit to user
60
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7. Zona 7 sebagai daerah terlanda di Kelurahan Bunton, Kecamatan Adipala Zona 7 juga tergolong pada daerah ekstrem run up karena beragamnya ketinggian run up di wilayah ini. Ketinggian minimum run up pada Zona ini adalah 0,7 meter sedangkan ketinggian maksimum run up pada Zona ini adalah 5,7 meter. Untuk data jarak landaan gelombang tsunami pada Zona ini adalah berkisar 150-700 meter dari garis pantai. Berikut dapat dilihat pada gambar peta di bawah ini.
Sumber : Data Tesis South Java Tsunami Model Using Highly Resolved Data And Probable Tsunamigenic Source Tahun 2011 oleh Dr.-Ing. Widjo Kongko
Gambar 4.8 Run Up dan Innudation Zona 7 8. Zona 8 sebagai daerah terlanda di Kelurahan Karangkandri, Kecamatan Kesugihan Zona 8 mempunyai ketinggian run up yang cukup beragam. Ketinggian minimum run up di Zona 8 adalah 1,4 meter. Sedangkan ketinggian maksimumnya adalah 6,2 meter. Di samping itu, data terkait jarak landaan gelombang tsunami yang menerpa Zona ini yaitu antara 20-300 meter dari garis pantai. Berikut dapat dilihat pada gambar peta di bawah ini.
commit to user
61
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sumber : Data Tesis South Java Tsunami Model Using Highly Resolved Data And Probable Tsunamigenic Source Tahun 2011 oleh Dr.-Ing. Widjo Kongko
Gambar 4.9 Run Up dan Innudation Zona 8 9. Zona 9 sebagai daerah terlanda di Kelurahan Menganti, Kecamatan Kesugihan Ketinggian run up pada Zona 9 juga beragam seperti Zona 8. Ketinggian minimum run up pada Zona 9 adalah 1,5 meter. Sementara itu untuk ketinggian maksimum run up pada Zona 9 adalah 5,1 meter. Di samping itu untuk data jarak landaan gelombang tsunami yang menerpa Zona 9 mempunyai range jarak 94-295 meter dari garis pantai. Berikut dapat dilihat pada gambar peta di bawah ini.
Sumber : Data Tesis South Java Tsunami Model Using Highly Resolved Data And Probable Tsunamigenic Source Tahun 2011 oleh Dr.-Ing. Widjo Kongko
Gambar 4.10 to Run Up dan Innudation Zona 9 commit user
62
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10. Zona 10 sebagai daerah terlanda di Kelurahan Mertasinga, Kecamatan Cilacap Utara Zona 10 merupakan satu Zona kecil yang termasuk ke dalam pesisir Kelurahan Cilacap Utara. Ketinggian run up di Zona 10 rata-rata mempunyai tinggi gelombang tsunami 3,1 meter. Sedangkan untuk jarak landaan gelombang tsunami yang menerpa Zona ini mempunyai jarak dari garis pantai sekitar 55 meter. Berikut dapat dilihat dari gambar peta di bawah ini.
Sumber : Data Tesis South Java Tsunami Model Using Highly Resolved Data And Probable Tsunamigenic Source Tahun 2011 oleh Dr.-Ing. Widjo Kongko
Gambar 4.11 Run Up dan Innudation Zona 10 11. Zona 11 sebagai daerah terlanda di Kelurahan Tegalkamulyan, Kecamatan Cilacap Selatan Zona 11 tergolong Zona terlanda yang letaknya menyebar. Berikut ketinggian minimum run up di Zona 11 yaitu 2,6 sementara ketinggian maksimumnya adalah 3,3 meter. Sementara itu untuk jarak landaan gelombang tsunami yang menerpa Zona 11 mempunyai jarak yang berkisar dari 23-81 meter. Berikut dapat dilihat dalam gambar peta di bawah ini.
commit to user
63
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sumber : Data Tesis South Java Tsunami Model Using Highly Resolved Data And Probable Tsunamigenic Source Tahun 2011 oleh Dr.-Ing. Widjo Kongko
Gambar 4.12 Run Up dan Innudation Zona 11 12. Zona 12 sebagai daerah terlanda di Kelurahan Cilacap, Kecamatan Cilacap Selatan Zona 12 mempunyai ketinggian yang relatif rendah di banding dengan Zona-Zona lainnya. Ketinggian run up di Zona 12 mempunyai range antara 1-2,8 meter. Sementara untuk jarak landaan tsunami yang menerpa pada tahun 2006 silam di wilayah ini mempunyai range antara 15-111 meter dari garis pantai. Berikut dapat dijelaskan dalam gambar peta dbawah ini.
Sumber : Data Tesis South Java Tsunami Model Using Highly Resolved Data And Probable Tsunamigenic Source Tahun 2011 oleh Dr.-Ing. Widjo Kongko
Gambar 4.13 Run Up dan Innudation Zona 12 commit to user
64
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13. Zona 13 sebagai daerah terlanda di Kelurahan Tambakreja, Kecamatan Cilacap Selatan Letak Zona 13 adalah di Pulau Nusakambangan. Ketinggian run up yang dihasilkan oleh gelombang tsunami pada tahun 2006 silam cukup tinggi yaitu berkisar antara 8,2-20,9 meter. Sementara itu, untuk jarak landaan pada Zona 13 yaitu dari range 38-407 meter dari garis pantai.
Sumber : Data Tesis South Java Tsunami Model Using Highly Resolved Data And Probable Tsunamigenic Source Tahun 2011 oleh Dr.-Ing. Widjo Kongko
Gambar 4.14 Run Up dan Innudation Zona 13 4.3
Karakteristik Penggunaan Lahan di Daerah Rawan Bencana Tsunami Pada Tahun 2006 4.3.1
Karakteristik Topografi dan Kelerengan Area Terlanda Tsunami Secara umum kondisi topografi Kabupaten Cilacap ke arah tenggara terbagi menjadi dua kawasan bentang alam, di bagian utara berupa pegunungan dan bagian selatan berupa dataran miring landai ke arah baratdaya – selatan, berelevasi kurang dari 100 meter dpl dan berbatasan dengan pantai Segara Anakan. Bagian paling timur berupa dataran dan di bagian selatan berbatasan langsung dengan Samudera Hindia. Sementara untuk karakteristik topografi pada daerah rawan bencana tsunami rata-rata memiliki ketinggian 0-100 meter, karena wilayah rawan bencana tsunami yang berada di pesisir Samudra Hindia. Ketinggian antara 200-300 meter terdapat di wilayah perbukitan di Nusakambangan serta ketinggian antara 200-300 meter terdapat di wilayah Kesugihan bagian utara. Kondisi ketinggian hasil pengukuran di tempat commit to user tertentu di daerah rawan bencana tsunami Kabupaten Cilacap secara rinci dapat dilihat pada peta di bawah ini. 65
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4. 4 Topografi Daerah Rawan Bencana Tsunami di Kabupaten Cilacap Desa/Kelurahan
Zona
Topografi (meter DPL)
Jetis Zona 1 Sidaurp Zona 2 Widarapayung Wetan Zona 3 Sidayu Zona 4 Widarapayung Kulon Zona 5 Karangbenda Zona 6 Bunton Zona 7 Karangkandri Zona 8 Menganti Zona 9 Mertasinga Zona 10 Tegalkamulyan Zona 11 Cilacap Zona 12 Tambakreja Zona 13 Sumber : RTRW Kabupaten Cilacap Tahun 2010-2031
0 0 0 0 0 0 0 0 100 0 0 0 200
Selain itu, kondisi kelerengan yang terdapat di daerah rawan bencana tsunami Kabupaten Cilacap (delapan kecamatan) terbagi ke dalam 4 kelas yaitu kelerengan 0-2%, 2-5%, 5-15% serta 25-40%. Dimana mayoritas wilayah pesisir mempunyai kelerengan antara 0-2%. Tabel 4. 5 Kelerengan Daerah Rawan Bencana Tsunami di Kabupaten Cilacap Desa/Kelurahan Zona Kelerengan Jetis Zona 1 0-2% Sidaurp Zona 2 0-2% Widarapayung Wetan Zona 3 0-2% Sidayu Zona 4 0-2% Widarapayung Kulon Zona 5 0-2% Karangbenda Zona 6 0-2% Bunton Zona 7 0-2% Karangkandri Zona 8 0-2% Menganti Zona 9 0-2% Mertasinga Zona 10 0-2% Tegalkamulyan Zona 11 0-2% Cilacap Zona 12 0-2% Tambakreja Zona 13 5-15% Sumber : RTRW Kabupaten Cilacap Tahun 2010-2031
commit to user
66
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Peta topografi
commit to user
67
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Peta kelerengan
commit to user
68
perpustakaan.uns.ac.id 4.3.2
digilib.uns.ac.id
Karakteristik Fisik Lingkungan Bentuk Pantai Bentuk pantai di daerah rawan bencana tsunami Cilacap jika dibandingkan dengan teori morfologi pantai (Hantoro, 2004) serta berdasarkan kelerengan daerah rawan bencana tsunami yang diklasifikasikan sebagai berikut : 1.
Datar
: 0-2%
2.
Landai
: 2-5%
3.
Agak Curam
: 5-15%
4.
Curam
: 15-40%
Sumber : Hasil Pengolahan Penulis, 2012
Gambar 4. 15 Morfologi Pantai Kabupaten Cilacap Maka didapat hasil morfologi pantai di daerah rawan bencana tsunami Cilacap yaitu ke dalam tujuh kriteria sebagai berikut : 1. Datar dan Lurus : morfologi datar dan lurus hampir dominan terdapat di pesisir Kabupaten Cilacap, karena memang pada dasarnya mayoritas pantai di Cilacap berupa hamparan pasir yang memanjang dengan ketinggian yang sangat flat (datar). 2. Datar dan Teluk dengan tebing karang : morfologi kedua yang juga dominan di daerah pesisir Kabupaten Cilacap adalah morfologi datar dan teluk dengan tebing karang. Morfologi ini terdapat di sisi barat Kabupaten Cilacap. 3. Landai dan Lurus : morfologi landai dan lurus pada dasarnya hampir sama dengan morfologi datar dan lurus, yaitu mempunyai bentuk pantai commit to user terhampar memanjang, namun yang membedakan adalah kelerengannya
69
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang lebih tinggi yaitu 2%-5%. Daerah yang termasuk ke dalam morfologi ini adalah Kuripan Kidul, Kuripan, Jangrana, Tritih Kulon 2. 4. Agak Curam dan Lurus : hampir sama dengan morfologi landai dan lurus, morfologi ini juga mempunyai bentuk pantai berupa hamparan pantai yang memanjang namun kelerengannya berbeda yaitu berkisar 5%-15%. 5. Agak Curam dan Teluk : morfologi ini mempunyai bentuk pantai berupa teluk dengan adannya paparan bukit karang serta memiliki kelerengan antara 5%-15%. 6. Curam dan Lurus : morfologi curam dan lurus terdapat pada bagian atas pesisir dimana kelerengan daerahnya berkisar 15%-40%. 7. Curam dan Teluk : morfologi curam dan teluk pada dasarnya hampir sama dengan morfologi agak curam dan teluk yaitu memiliki bentuk pantai teluk dengan adanya paparan karang. Perbedaan diantara kedua morfologi tersbeut adalah pada kisaran kelerengan, dimana kelerengan pada morfologi ini lebih tinggi yaitu berkisar 15%-40%. Sementara itu untuk Zona yang terlanda tsunami pada tahun 2006 silam mempunyai bentuk karakteristik fisik sebagai berikut : Tabel 4.6 Morfologi Pantai Zona Terlanda Tsunami 2006 Desa/Kelurahan Jetis Sidaurp Widarapayung Wetan Sidayu Widarapayung Kulon Karangbenda Bunton Karangkandri Menganti Mertasinga
Zona Zona 1 Zona 2 Zona 3 Zona 4 Zona 5 Zona 6 Zona 7 Zona 8 Zona 9 Zona 10
Tegalkamulyan
Zona 11
Cilacap
Zona 12
Tambakreja
Zona 13
Morfologi Pantai
Datar dan lurus, karena Zona terlanda ini berada kelerengan 02% dan mempunyai bentuk pantai yang memanjang terbuka dengan hamparan pasirnya.
Datar dan teluk, karena Zona terlanda ini mempunyai kelerengan 0-2% serta mempunyai bentuk pantai yang membentuk teluk serta terdapat beberapa karang.
Agak curam dan teluk, karena Zona ini mempunyai kelengen 515% serta mempunyai bentuk pantai yang membentuk teluk meski kecil serta terdapat karangkarang di sepanjang commit to user pantainya.
Sumber : Hasil Pengolahan Penulis, 2012 70
Foto Udara
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PETA MORFOLOGI PANTAI
commit to user
71
perpustakaan.uns.ac.id 4.3.3
digilib.uns.ac.id
Karakteristik Kondisi Ekosistem Ekosistem yang terdapat di kawasan pesisir rawan bencana tsunami Kabupaten Cilacap terdiri dari ekosistem estuaria serta ekosistem mangrove. Ekosistem tersebut tidak terletak di sepanjang pesisir dikarenakan pesisir Cilacap berbatasan langsung laut sehingga tidak menunjang terhadap keberlangsungan hidup ekosistem kedua tumbuhan tersebut. 1. Ekosistem Estuaria Segara Anakan merupakan perairan estuaria semi tertutup yang terketak di sebelah barat selatan Kabupaten Cilacap, perairan ini merupakan muara beberapa sungai besar yang berhulu di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Kondisi estuaria semi tertutup perairan Segara Anakan diakibatkan oleh adanya Pulau Nusakambangan yang berfungsi sebagai barier antara perairan
tersebut
dengan
Samudra
Hindia,
hanya
saja
efek
hidrooceonografi Samudra Hindia masih berpengaruh di perairan Segara Anakan. 2. Ekosistem Mangrove Keberadaaan Segara Anakan yang masih dipengaruhi pasang surut dari Samudra Hindia serta suplai air tawar dari berbagai sungai besar, mengakibatkan kawasan ini merupakan wilayah habitat tumbuhnya spesies mangrove, yang membenruk kawasan hutan. Hutan mangrove di sekitar perairan Segara Anakan, merupakan hutan mangrove yang cukup luas akan tetapi terus mengalami tekanan akibat penebangan kayu untuk keperluan ekonomi dan konversi menjadi lahan pertanian, pertambakan serta permukiman.
Luas
hutan
mangrove
pada
tahun
66.004.690,390 m2.
Sumber commit : Dinas Perikanan to user dan Kelautan, 2012
Gambar 4.16 Hutan Mangrove Segara Anakan 72
2006
adalah
perpustakaan.uns.ac.id 4.3.4
digilib.uns.ac.id
Karakteristik Jenis Penggunaan Lahan Penggunaan lahan daerah rawan bencana tsunami di Kabupaten Cilacap pada tahun 2006 sangatlah beragam. Meski wilayah tersebut merupakan wilayah pesisir yang seharusnya mempunyai jenis penggunaan lahan yang terbatas, namun keadaan tersebut tidak berlaku bagi kawasan pesisir di Cilacap. Hal tersebut dikarenakan sejak tahun 1990-an kepemilikan kawasan pesisir Cilacap menjadi konflik antara pihak Bappeda Cilacap dengan Badan Pertahanan dan Keamanan di Cilacap, dan pada akhirnya kepemilikan seluruh kawasan pesisir yaitu wilayah pantai pasir sampai dengan jarak 200 meter dari garis pantai berada di bawah kekuasaan Badan Pertahanan dan Keamanan Kabupaten Cilacap. Pemberian ijin dan pengendalian perkembangan wilayah pesisir oleh pihak Bappeda Cilacap sebagai badan perencanaan tertinggi di Cilacap menjadi sangat terbatas, karena semua perijinan penggunaan lahan kawasan pesisir bukan menjadi kewenangan pihak Bappeda melainkan menjadi kewenangan Badan Pertahanan dan Keamanan Kabupaten Cilacap. Penggunaan lahan yang sebetulnya penting namun pada tahun 2006 jumlahnya masih terbatas adalah daerah RTH (kebun) berupa pohon kelapa di daerah pesisir. Penggunaan lahan pohon kelapa tersebut sangat berpengaruh dalam meredam gelombang tsunami yang terjadi di Cilacap. Tabel 4. 7 Penggunaan Lahan Daerah Terlanda Tsunami 2006 Desa/Kelurahan Jetis
Sidaurip
Widarapayung Wetan
Sidayu
Widarapayung Kulon
Widarapayung Kulon Karangbenda
Zona Zona 1
Jenis Penggunaan Lahan Kebun Permukiman Sawah tadah hujan Tegal Zona 2 Kebun Pasir Sawah tadah hujan Zona 3 Kebun Pasir Sawah tadah hujan Zona 4 Pasir Pasir pantai Permukiman Sawah tadah hujan Tegalan Zona 5 Pasir pantai Permukiman Sawah irigasi Zona 5 Sawah tadah hujan Tegalan Zona 6 Hutan commit to Permukiman user Rumput Sawah irigasi Semak
73
Luas (m2) 29.235,08 258.925,68 124.825,87 1.235.320,26 53.977,52 8.814,09 1.149,20 24.081,66 6.324,51 86.949,59 663,26 2,10 2.401,56 280.757,65 175.873,53 83,35 15.972,52 204.308,61 640.661,79 312.914,84 93.940,76 168.608,86 590.725,40 735.808,24 30.901,95
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lanjutan Tabel 4.7 Desa/Kelurahan Bunton
Zona Zona 7
Karangkandri
Zona 8
Menganti
Zona 9
Mertasinga
Zona 10
Tegalkamulyan
Zona 11
Cilacap
Zona 12
Tambakreja
Zona 13
Tambakreja
Zona 13
Jenis Penggunaan Lahan Kebun Permukiman Rawa Rumput Sawah irigasi Permukiman Rawa Rumput Sawah irigasi Empang Gedung Permukiman Rumput Sawah irigasi Gedung Kebun Permukiman Sawah irigas Empang Gedung Kebun Permukiman Rumput Sawah irigasi Kebun Permukiman Rumput Gedung Gedung Hutan Kebun Permukiman Rumput Sawah irigasi Semak
Luas (m2) 477.967,35 159.237,44 403.898,14 1.270.484,07 2.713.231,80 219.167,35 306.972,58 133.673,80 1.703.936,85 49.709,67 3.377,41 97.756,42 108.484,52 1.678.321,42 1.439,86 5.918,48 18.105,13 922.461,66 34.157,16 13.105,36 35.855,32 398.888,29 498.478,12 620.603,24 22.789,71 35.696,03 202.078,81 236,60 2.552,54 62.289,24 116.044,91 148.580,63 90.070,53 116.077,96 364.516,23
Sumber : Data Dokumen Bappeda Tahun 2006dan Survey Lapangan
Berikut akan dijelaskan penggunaan lahan pada masing-masing Zona sebagai daerah terlanda tsunami pada tahun 2006 silam. 1. Penggunaan Lahan Zona 1 Penggunaan lahan pada Zona 1 di tahun 2006 (atau pada saat terjadinya tsunami) adalah kebun, permukiman, sawah tadah hujan dan tegalan. Penggunaan lahan yang dominan pada saat terjadinya bencana tsunami adalah tegalan. Dimana penggunaan lahan tegalan yang terdapat di kawasan pesisir adalah berupa palawija. Berikut beberapa dokumentasi penggunan lahan di Zona 1. commit to user
74
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Tabel 4.8 Penggunaan Lahan Zona 1 Penggunaan Lahan Kebun kelapa yang dulunya terhempas oleh gelombang tsunami, untuk saat ini masih tetepa dipertahankan dan ditingkatkan jumlahnya guna sebagai barier hijau tepi pantai.
Dokumentasi
Permukiman yang dulunya terkena tsunami kini masih tetap berfungsi sebagai permukiman
Tegalan yang dulu terkena tsunami sampai saat ini masih tetap sebagai tegalan
Sumber : Hasil Pengolahan Penulis, 2012
Sumber : Data Dokumen Bappeda Tahun 2006dan Survey Lapangan
Gambar 4.17 Peta Penggunaan Lahan Zona 1
commit to user
75
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Penggunaan Lahan Zona 2 Penggunaan lahan pada daerah terlanda kedua yaitu menerpa pesisir di Desa Sidaurip terdiri dari penggunaan lahan kebun, pasir dan sawah tadah hujan. Dimana penggunaan lahan yang paling terdampak adalah kebun pohon kelapa. Berikut secara lebih jelasnya dapat dilihat dari beberapa dokumentasi serta peta penggunaan lahan pada Zona 2. Tabel 4.9 Penggunaan Lahan Zona 2 Penggunaan Lahan Pasir pantai yang terletak di Zona 2 dulunya terlanda oleh gelombang tsunami dan kini sudah mampu bangkit dan menjadi tempat wisata pantai kembali
Dokumentasi
Kebun ini dulunya terlanda tsunami dan kini lahan tersebut masih dimanfaatkan sebagai Zona perkebunan
Sawah tadah hujan ini terletak di pinggir jalan Zona 2, dulunya sawah tersebut tergenang oleh air laut yang terbawa sampai darat, Sumber : Hasil Pengolahan Penulis, 2012
commit to user Sumber : Data Dokumen Bappeda Tahun 2006dan Survey Lapangan
Gambar 4.18 Peta Penggunaan Lahan Zona 2 76
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Penggunaan Lahan Zona 3 Penggunaan lahan yang terdapat di Zona 3 terdiri dari kebun, pasir serta sawah tadah hujan. Penggunaan lahan yang terdapat pada Zona 3 hampir sama dengan penggunaan lahan yang terdapat di Zona 1. Penggunaan lahan yang mempunyai luasan terbesar akibat terlanda tsunami adalah penggunaan lahan sawah tadah hujan. Berikut secara lebih jelasnya akan dijelaskan melalui beberapa dokumentasi dan peta penggunaan lahan pada Zona 3. Tabel 4.10 Penggunaan Lahan Zona 3 Penggunaan Lahan Penggunaan lahan sebagai pasir pantai dulunya terlanda, mengingat pantai yang letaknya berbatasan langsung dengan lautan Samudra Hindia.
Dokumentasi
Penggunaan lahan pada Zona 3 ini dulunya sebagai sawah tadah hujan dan terlanda genangan air. Namun, sekarang penggunaan lahan berubah-ubah, yaitu pada saat kemarau sawah tadah hujan tersebut berubah menjadi tegalan. (dokumentasi disamping diambil dari arsip Bapak Dr.Ing. Widjo Kongko) Sumber : Hasil Pengolahan Penulis, 2012
Sumber : Data Dokumen commitBappeda to user Tahun 2006dan Survey Lapangan
Gambar 4.19 Peta Penggunaan Lahan Zona 3
77
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Penggunaan Lahan Zona 4 Penggunaan lahan pada Zona 4 meliputi pasir pantai, permukiman, sawah tadah hujan dan tegalan. Dimana penggunaan lahan terlanda terluas adalah sawah tadah hujan. Namun, sifat landaan hanya menggenangi saja. Berikut akan dijelaskan melalui beberapa dokumentasi serta gambar peta penggunaan lahan di Zona 4. Tabel 4.11 Penggunaan Lahan Zona 4 Penggunaan Lahan Sawah tadah hujan yang dulunya tergenang oleh ai laut yang terbawa gelombang tsunami, saat ini pun masih sebagai sawah tadah hujan.
Dokumentasi
Permukiman yang dulu tergenang air laut yang terbawa tsunami, saat ini pun masih sebagai permukiman dengan kepadatan sedang.
Sumber : Hasil Pengolahan Penulis, 2012
Sumber : Data Dokumen Bappeda Tahun 2006dan Survey Lapangan
Gambar 4.20 Peta Penggunaan Lahan Zona 4
commit to user
78
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Penggunaan Lahan Zona 5 Penggunaan lahan pada Zona 5 terdiri dari pasir pantai, permukiman, sawah irigasi, sawah tadah hujan serta tegalan. Dimana penggunaan terendam terluas adalah pada sawah tadah hujan serta pada tegalan. Berikut akan lebih dijelaskan mealui beberapa dokumentasi penggunaan lahan serta gambar peta penggunaan lahan Zona 5. Tabel 4.12 Penggunaan Lahan Zona 5 Penggunaan Lahan Pasir pantai di sekitar pantai widarapayung yang terkena hempasan gelombang tsunami sekarang sudah pulih dan bergerak kembali di bidang pariwisata pantai
Dokumentasi
Permukiman di sekitar kawasan pantai yang dahulu terkena gelombang tsunami dan rusak, kini telah dirubah menjadi permukiman yang tanggap bahaya bencana tsunami Sumber : Hasil Pengolahan Penulis, 2012
Sumber : Data Dokumen Bappeda Tahun 2006dan Survey Lapangan
Gambar 4.21 Peta Penggunaan Lahan Zona 5
commit to user
79
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6. Penggunaan Lahan Zona 6 Penggunaan lahan yang terdapat di Zona 6 adalah hutan, permukiman, rumput, semak dan sawah irigasi. Di mana penggunaan lahan terlanda terluas adalah sawah irigasi dan padang rumput. Berikut akan dijelaskan melalui beberapa dokumentasi dan gambar peta penggunaan lahan pada zona 6. Tabel 4.13 Penggunaan Lahan Zona 6 Penggunaan Lahan Sawah irigasi di samping pada saat terjadi tsunami tahun 2006 silam tergenang oleh air laut yang terbawa gelombang.
Dokumentasi
Padang rumput di sekitar pantai yang dulunya terlanda tsunami pada tahun 2006 silam.
Sumber : Hasil Pengolahan Penulis, 2012
Sumber : Data Dokumen Bappeda Tahun 2006dan Survey Lapangan
Gambar 4.22 Peta Penggunaan Lahan Zona 6 commit to user
80
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7. Penggunaan Lahan Zona 7 Penggunaan lahan pada zona 7 terdiri dari kebun, permukiman, padang rumput dan semak, rawa serta sawah irigasi. Penggunaan lahan yeng mempunyai luasan besar saat terlanda gelombang tsunami adalah sawah irigasi dan padang rumput si sekitar kawasan pantai. Berikut akan dijelaskan dalam beberapa dokumentasi serta gambar peta penggunaan lahan pada zona 7. Tabel 4.14 Penggunaan Lahan Zona 7 Penggunaan Lahan Permukiman tepi pantai zona 7 ini dulunya terlanda oleh tsunami. Dan saat ini pun penggunaan lahan pada zona ini tetap untuk permukiman.
Dokumentasi
Padang rumput di sekitar zona 7 ini dulunya terkena gelombang tsunami.
Sumber : Hasil Pengolahan Penulis, 2012
Sumber : Data Dokumen Bappeda Tahun 2006dan Survey Lapangan
Gambar 4.23 Peta Penggunaan Lahan Zona 7 commit to user
81
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8. Penggunaan Lahan Zona 8 Penggunaan lahan pada zona 8 terdiri dari permukiman, rawa, rumput dan sawah irigasi. Dari keempat jenis penggunaan lahan pada zona terlanda tsunami kedelapan, penggunaan lahan yang terluas terkena gelombang tsunami adalah sawah irigasi. Berikut akan lebih jelas dapat dilihat melalui beberapa dokumentasi terkait penggunaan lahan di zona 8 serta gambar peta penggunaan lahan zona 8. Tabel 4.15 Penggunaan Lahan Zona 8 Penggunaan Lahan Permukiman tepi pantai ini dulunya juga tergenang oleh gelombang tsunami.
Dokumentasi
Sawah irigasi ini dulunya juga terendam oleh gelombang tsunami.
Sumber : Hasil Pengolahan Penulis, 2012
Sumber : Data Dokumen Bappeda Tahun 2006dan Survey Lapangan
Gambar 4.24 Peta Penggunaan Lahan Zona 8
commit to user
82
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9. Penggunaan Lahan Zona 9 Penggunaan lahan pada zona 9 terdiri dari empang, gedung, permukiman, rumput serta sawah irigasi. Penggunaan lahan yang terlanda paling luas adalah sawah irigasi. Berikut akan dijelaskan beberapa dokumentasi terkait penggunaan lahan dan gambar peta penggunaan lahan pada zona 9. Tabel 4.16 Penggunaan Lahan Zona 9 Penggunaan Lahan Sawah irigasi ini pada saat terjadi tsunami pada tahun 2006 silam terendam oleh air laut.
Dokumentasi
Gedung ini adalah salah satu gedung di zona 9 yang tergenang oleh air laut dari tsunami.
Salah satu pantai di zona 9 yang pada tahun 2006 silam terkena tsunami.
Sumber : Hasil Pengolahan Penulis, 2012
commit to user
Sumber : Data Dokumen Bappeda Tahun 2006dan Survey Lapangan
Gambar 4.25 Peta Penggunaan Lahan Zona 9 83
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10. Penggunaan Lahan Zona 10 Penggunaan lahan yang terdapat di zona 10 terdiri dari gedung, kebun, permukiman serta sawah irigasi. Dimana luasan terbesar untuk penggunaan lahan yang terlanda tsunami pada tahun 2006 silam adalah persawahan irigasi. Berikut akan dijelaskan terkait beberapa dokumentasi serta gambar peta penggunaan lahan di zona 10. Tabel 4.17 Penggunaan Lahan Zona 10 Penggunaan Lahan Sawah irigasi ini terletak di sebelah selatan dari gedung PLTU Mertasinga. Sawah ini pada tahun 2006 silam terendam oleh air bah dari gelombang tsunami.
Dokumentasi
Gedung ini adalah salah satu gedung di zona 9 yang tergenang oleh air laut dari tsunami. Gedung ini adalah gedung PLTU Mertasinga, dimana bagian gedung yang terkena tsunami hanyalah bagian selasar yang berbatasan langsung dengan laut. (gambar Gedung PLTU kedua diambil dari LIPPI)
Sumber : Hasil Pengolahan Penulis, 2012
Sumber : Data Dokumen Bappeda Tahun 2006dan Survey Lapangan
Gambar 4.26 Peta Penggunaan Lahan Zona 10 commit to user
84
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11. Penggunaan Lahan Zona 11 Penggunaan lahan pada zona 11 terdiri dari empang, gedung, permukiman, rumput serta sawah irigasi. Dimana penggunaan lahan terluas yang terlanda dari bencana tsunami 2006 silam adalah sawah irigasi, disusul oleh padang rumput dan permukiman. Berikut akan dijelaskan melalui beberapa dokumentasi serta gambar peta penggunaan lahan pada zona 11. Tabel 4.18 Penggunaan Lahan Zona 11 Penggunaan Lahan Empang ini dulunya juga tersapu oleh gelombang tsunami. Dan sekarang telah pulih dan dimanfaatkan kembali sebagai empang oleh warga sekitar.
Dokumentasi
Permukiman nelayan tersebut padatsunami pada tahun 2006 silam juga tergenang oleh luapan sungai yang langsung bermuara ke laut.
Sumber : Hasil Pengolahan Penulis, 2012
Sumber : Data Dokumen Bappeda Tahun 2006dan Survey Lapangan
Gambar 4.27 Peta Penggunaan Lahan Zona 11 commit to user
85
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12. Penggunaan Lahan Zona 12 Penggunaan lahan pada zona 12 terdiri dari kebun, permukiman, rumput serta gedung. Dimana penggunaan lahan terlanda terluas pada zona ini adalah padang rumput. Berikut akan dijelaskan melalui beberapa dokumentasi serta gambar peta penggunaan lahan pada zona 12. Tabel 4.19 Penggunaan Lahan Zona 12 Penggunaan Lahan Rumput-rumput tersbeut pada tahun 2006 silam tergenang oleh genangan air laut yang terbawa oleh gelombang tsunami.
Dokumentasi
Bangunan dermaga in ipada tahun 2006 silam sempat terkena gelombang tsunami.
Sumber : Hasil Pengolahan Penulis, 2012
Sumber : Data Dokumen Bappeda Tahun 2006 dan Survey Lapangan
Gambar 4.28 Peta Penggunaan Lahan Zona 12
commit to user
86
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13. Penggunaan Lahan Zona 13 Penggunaan lahan pada zona 13 terdiri dari gedung, hutan, kebun, permukiman, rumput, sawah irigasi dan semak. Dari penggunaan lahan tersebut, penggunaan lahan yang mempunyai luasan terbesar adalah semak. Berikut akan dijelaskan melalui beberapa dokumentasi dan gambar penggunaan lahan zona 13. Tabel 4.20 Penggunaan Lahan Zona 13 Penggunaan Lahan Dokumentasi di samping menunjukkan kebun kelapa yang berdekatan dengan pantai yang diterjang oleh gelombang tsunami tahun 2006 silam. (gambar tersebut merupakan salah satu dokumentasi dari Dr.-Ing. Widjo Kongko) Semak tersebut pada tahun 2006 terkena gelombang tsunami.
Dokumentasi
Salah satu pantai pada zona 13 dengan tebing-tebing karang di sekitarnya pada tahun 2006 silam juga terkena gelombang tsunami
Sumber : Hasil Pengolahan Penulis, 2012
commit to user Sumber : Data Dokumen Bappeda Tahun 2006dan Survey Lapangan
Gambar 4.29 Peta Penggunaan Lahan Zona 13 87
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PETA PENGGUNAAN LAHAN
commit to user
88
perpustakaan.uns.ac.id 4.3.5
digilib.uns.ac.id
Karaktersitik Sosial Masyarakat Karakter sosial masyarakat kawasan pesisir daerah rawan bencana tsunami di Cilacap dapat diketahui dari hasil skoring kuisioner dengan Likert, yang dilakukan pada wilayah pesisir yang terkena tsunami maupun yang tidak terkena tsunami pada ketujuh morfologi bentuk pantainya. Hasil skoring terkait dengan keadaan bermukim serta pemahaman tsunami pada tahun 2006. Secara garis besar baik pada daerah yang terkena gelombang tsunami maupun yang tidak terkena gelombang tsunami. Maka dapat disimpulkan bahwa masyarakat pesisir baik pada daerahyang terlanda tsunami maupun tidak terlanda pada dasarnya melakukan aktivitas di sekitar kawasan pesisir dengan melihat berbagai kepentingan dan potensi. 1. Masyarakat pesisir melakukan kegiatan bermukim di sekitar pantai pada dasarnya terdiri dari 3 alasan mayoritas dari hasil skoring yaitu karena memang rumah tersebut merupakan warisan orang tua, selanjutnya adalah alasan kedekatan dengan mata pencaharian dan yang terakhir dikarenakan akibat terkena penggusuran oleh pertamina serta tanah di pesisir memiliki nilai ekonomi yang terjangkau 2. Masyarakat pesisir melakukan aktivitas ekonomi di sekitar kawasan pesisir dengan melihat potensi yang dimiliki di pesisir serta sudah adanya aktivitas tersebit sejak lama. Hal tersebut dapat dilihat dengan adanya aktivitas pertambakan,
perdagangan ikan,
serta pertambangan pantai yang
keseuamnya merupakan potensi alam yang terus mereka gali sebagai sumber mata pencaharian. Sementara itu, jika dilihat dari penggunaan lahan masyarakat pesisir serta dilihat dari hasil skoring terkait dengan pemahaman masyarakat terkait bencana tsunami maka dapat digeneralisasikan bahwa masyarakat pesisir mayoritas udah mengetahui apa yang dimaksud tsunami namun mereka belum memahami cara menyelamatkan diri karena pada tahun 2006 diakui belum terdapat upaya sosialisasi tsunami oleh Pemerintah Kabupaten Cilacap 4.4
. Dampak Tsunami Dampak bencana tsunami yang terjadi di Kabupaten Cilacap pada Juli 2006 silam cukup besar. Karena dampak yang ditimbulkan selain korban jiwa juga terdapat beberapa commit maupun to user kerusakan lingkungan. Berikut akan kerusakan baik kerusakan infrastruktur
89
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dipaparkan dampak yang dihasilkan dari bencana tsunami tahun 2006 silam bersumber dari data rekapan Bappeda dan BPBD Kabupaten Cilacap. 1.
Terhadap Sumber Daya Manusia Dengan adanya bencana tsunami pada tahun 2006 silam maka menimbulkan beberapa korban jiwa di wilayah kampung tepi laut Cilacap, yaitu 160 korban jiwa di 14 kecamatan. Selain itu, masyarakat pesisir Cilacap sempat merasakan trauma untuk melaut karena masih dibayangi oleh bencana tsunami. Tabel 4. 21 Korban Jiwa Tsunami Cilacap Tahun 2006 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
Kecamatan Binangun Sampang Adipala Nusawungu Cilacap Selatan Kesugihan Cilacap Tengah Kp. Laut Maos Jeruklegi Bantarsari Dayeuhluhur Patimuan Wanareja Jumlah
Jumlah 60 3 53 7 18 1 6 3 1 1 2 2 1 1 160
Sumber : Dokumen Rekapan Bappeda Cilacap Tahun 2006
2.
Terhadap Sumber Daya Alam Pada saat bencana tsunami tahun 2006 silam, bagian yang paling banyak mengalami kerusakan adalah bagian wisata pantai, karena mayoritas wilayah di Cilacap hanya terlanda wilayah wisata pantainya. Pantai yang mengalami kerusakan terparah adalah Pantai Permisan di Nusakambangan, Pantai Bunton di Adipala serta Pantai Widarapayung di Binangun. Selain kerusakan pantai, beberapa titik pertambangan bijih besi yang terletak di pesisir Adipala ke timur juga terkena gelombang tsunami.
commit to user Sumber : Dokumentasi BPBD Cilacap Tahun 2006
Gambar 4.30 Kondisi Pantai Widarapayung Saat Terkena Tsunami Tahun 2006 90
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sumber : Dokumentasi BPBD Cilacap Tahun 2006
Gambar 4.31 Kondisi Pantai Muara Kaliyasa 3.
Terhadap Infrastruktur Kerusakan infrastruktur dapat dilihat dari rusaknya sebagian dermaga-dermaga nelayan disekitar pantai, rumah-rumah penduduk yang terletak di sekitar pantai yaitu di daerah Widarapayung Kecamatan Binangun, jaringan jalan disekitar pantai serta halaman depan PLTU yang terletak di Mertasinga. Kerusakan infrastruktur ini tentunya memberi kerugian material sebesar Rp 34.876.490,00.
Sumber : Data Tesis South Java Tsunami Model Using Highly Resolved Data And Probable Tsunamigenic Source Tahun 2011 oleh Dr.-Ing. Widjo Kongko
Gambar 4. 32 Rekaman Gelombang di Satu Sisi PLTU Mertasinga
commit to user
91
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V PEMBAHASAN
5.1
Analisis Dampak Area Terlanda Tsunami Cilacap Tahun 2006 Sebelum masuk ke dalam analisis terkait karakteristik tsunami dan penggunaan lahan serta analisis korelasi diantara keduanya, maka akan dilakukan analisis pembagian area terlanda berdasarkan dampak tsunami yang ditimbulkan pada tahun 2006 silam. Hal ini dilakukan agar hasil analisis untuk memperoleh faktor penentu lokasi aman pada daerah rawan bencana tsunami dapat dicapai secara lebih objektif. Dari hasil wawancara serta hasil dokumentasi beberapa instansi terkait dengan dampak yang ditimbulkan pada saat tsunami Cilacap tahun 2006 yang lalu maka dapat diperoleh dua area utama yaitu area aman dan area tidak aman. Area aman merupakan asumsi dari area yang mengalami kerusakan tidak begitu parah sedangkan area tidak aman diasumsikan area yang memiliki tingkat kerusakan parah. Kerusakan parah dan tidak parah didasarkan pada jumlah korban jiwa serta kondisi kerusakan infrastruktur. Berikut akan dijelaskan melalui tabel di bawah ini. Tabel 5.1 Pembagian Area Terdampak Area Aman
Area Tidak Aman Pengelompokkan area tidak aman didasarkan pada kerusakan yang parah dari zona terlanda tsunami di Cilacap tahun 2006 silam. Jika berlandaskan hal tersebut maka area tidak aman akan meliputi zona 1,2,3,4,5,6,7 dimana secara Pengelompokkan area aman didasarkan keseluruhan area tersebut memakan korban yang cukup pada daerah terlanda yang memiliki banyak serta menimbulkan kerusakan yang cukup parah kerusakan yang tidak begitu parah, seperti dibandingkan area sebelumnya. Jumlah korban yang hanya tergenang dan tidak menimbulkan dihasilkan dari bencana tsunami pada area ini totalnya kerusakan yang berarti serta mempunyai adalah 124 jiwa. Sementara itu, pada area ini juga terdapat karakter tsunami yang dapat dikategorikan beberapa kerusakan pada perkebunan yaitu dengan mayoritas rendah. Jika menilik dari alasan rusaknya area perkebunan di beberapa zona karena banyak tersebut maka zona 8,9,10,11,12,13 pohon yang hanyut terbawa arus, kerusakan rumah akibat merupakan area aman. Hal tersebut terbawa arus sehingga menyebabkan harus diganti dengan dikarenakan korban jiwa yang dihasilkan rumah panggung tanggap tsunami yang berjumlah 14 unit dari area ini berjumlah 36 korban jiwa serta di zona 5 (Sekitar Pantai Widarapayung). Kerusakan tidak terdapat kerusakan bangunan yang infrastruktur yang lebih parah dari area sebelumnya karena berarti, hal tersebut dapat dilihat dari ketinggian gelombang pada area ini cukup besar dari area Bangunan PLTU yang hanya terkena sebelumnya yaitu melipuri kerusakan jaringan jalan di bagian selasarnya saja, serta rumah-rumah sekitar area pantai, yaitu hampir semua jaringan jalan pada yang hanya tergenang saja. (sumber : Hasil zona 1-7, kerusakan jembatan yang berjumlah 15 unit yang wawancara dengan pihak BPBD Cilacap menyebar pada zona 1-zona 7. Dengan adanya kerusakan dan BPPT Jogjakarta) infrastruktur, perumahan serta korban jiwa yang lebih banyak serta tingkat kerusakan yang lebih besar maka area ini diasumsikan area tidak aman. (sumber : Hasil commit to user wawancara dengan pihak BPBD Cilacap dan BPPT Jogjakarta) 92
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lanjutan Tabel 5.1 Area Aman
Area Tidak Aman
Sumber : Hasil Pengolahan Penulis, 2012
commit to user
93
Peta area terdampak
94
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari data di atas maka dapat dibuat dua pengelompokkan area pada daerah terlanda terkait kerusakan parah dan kerusakan tidak parah. Kerusakan parah dapat diasumsikan sebagai daerah tidak aman dan kerusakan tidak parah diasumsikan sebagai daerah aman. Berikut akan dipaparkan pembagiannya : Tabel 5.2 Pembagian Area Terdampak dan Luasannya Area Aman Kelurahan Zona Karangkandri Zona 8 Menganti Zona 9 Mertasinga Zona 10 Tegalkamulyan Zona 11 Cilacap Zona 12 Tambakreja Zona 13
Luasan 2.363.750,58 1.937.660,97 947.929,53 1.601.447,57 261.331,76 1.038.219,54
Area Tidak Aman Kelurahan Zona Jetis Zona 1 Sidaurip Zona 2 Widarapayung Wetan Zona 3 Sidayu Zona 4 Widarapyung Kulon Zona 5 Karangbenda Zona 6 Bunton Zona 7
Luasan 1.648.318,83 63.940,810 117.355,76 459.698,10 1.174.171,69 1.643.019,28 5.173.726,70
Sumber : Hasil Analisis Penulis, 2012
5.2
Analisis Karakteristik Tsunami di Area Terlanda Cilacap Tahun 2006 5.2.1 Analisis Run up Tsunami di Area Terlanda Cilacap Th. 2006 Analisis run up akan dilakukan dengan membandingkan run up dari fenomena bencana tsunami tahun 2006 silam dengan teori terkait run up yang telah dibahas pada bagian sebelumnya. Berikut akan lebih dijelaskan melalui tabel di bawah ini. Tabel 5.3 Teori dan Skoring Ketinggian Run up No 1 2 3 4
Kelas Rendah Sedang Tinggi Tinggi Sekali
Ketinggian Landaan <2m 2–6m >6 - 12, 5 m >12,5 - 21 m
Asumsi Skoring 1 2 3 4
Sumber : Oki Oktariadi, 2009
Tabel 5.4 Karakteristik Run up Area Aman Area Aman Zona Run up Zona 8 3,3 m Zona 9 1,5 m Zona 10 3,1 m Zona 11 3,3 m Zona 12 2,8 m Zona 13 20,9 m
Kelurahan Karangkandri Menganti Mertasinga Tegalkamulyan Cilacap Tambakreja
Skoring 2 1 2 2 2 4
Sumber : Hasil Analisis Penulis, 2012
Tabel 5.5 Karakteristik Run up Area Tidak Aman Area Tidak Aman Kelurahan Zona Run up Jetis Zona 1 1,5 m Sidaurip Zona 2 3,9 m Widarapayung Wt Zona 3 3,6 m Sidayu Zona 4 5,4 m Widarapyung Kl Zona 5 6,7 m Karangbenda Zona 6 3,5 m commit to user Bunton Zona 7 5,7 m
Sumber : Hasil Analisis Penulis, 2012 95
Skoring 1 2 2 2 3 2 2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Karakteristik run up pada ketigabelas zona di area terlanda tsunami baik pada area aman maupun area tidak aman sangat beragam. Pada area aman yaitu pada zona 8,9,10,11,12 dan zona 13 ketinggian run up yang menerpa area tersebut yaitu mulai dari 1,5 meter yaitu pada zona 9, serta sampai dengan ketinggian maksimum yaitu 20,9 meter yang melanda zona 13. Dari fakta di atas, jika dibandingkan dengan teori run up maka didapat skoring yang menunjukkan hubungan ketinggian dengan kelas kerusakannya. Sehingga didapat hasil, bahwa rata-rata ketinggian run up yang terjadi di area terlanda baik dalam area aman maupun tidak aman mempunyai ketinggian gelombang tsunami yang berkisar antara 2-6 meter yang tergolong dalam kelas sedang. 5.2.2
Analisis Innudation Tsunami di Cilacap Tahn 2006 Analisis innudation akan membandingkan antara fenomena innudation tsunami pada tahun 2006 silam dengan teori innudation yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya. Berikut akan dijelaskan dalam tabel di bawah ini. Tabel 5.6 Klasifikasi dan Skoring Tsunami Berdasar Jarak Limpasan
Classification of Coast
Description of the Coast
Tsunami Hazard Category (Based on Innudation Extent (in M)) Over High Medium Low
Open Coast Zone
Relatively in the lower position with reference to the MSL
>400
301-400
201-300
Skoring 4 3 2 Sumber : Tsunami Impacts On Morphology Of Beaches Along South Kerala Coast, West Coast Of India. K. A. Abdul Rasheed, V. Kesava Das, C. Revichandran, P. R. Vijayan And Tony J. Thottam. National Institute Of Oceanography, Kochi, Kerala, India -Science Of Tsunami Hazards The International Journal Of The Tsunami Society Volume 24 Number 1 Published Electronically 2006
Tabel 5.7 Karakteristik Innudation Area Aman Area Aman Kelurahan Zona Innudation Karangkandri Zona 8 300 m Menganti Zona 9 295 m Mertasinga Zona 10 55 m Tegalkamulyan Zona 11 81 m Cilacap Zona 12 111 m Tambakreja Zona 13 427 m Sumber : Hasil Analisis Penulis, 2012
commit to user
96
Skoring 3 2 1 1 1 4
0-200 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Tabel 5.8 Karakteristik Innudation Area Tidak Aman Area Tidak Aman Kelurahan Zona Innudation Jetis Zona 1 100 m Sidaurip Zona 2 111 m Widarapayung Wt Zona 3 226 m Sidayu Zona 4 87 m Widarapyung Kl Zona 5 200 m Karangbenda Zona 6 35 m Bunton Zona 7 457 m Sumber : Hasil Analisis Penulis, 2012
Skoring 1 1 2 1 1 1 4
Dari data di atas, maka dapat diuraikan bahwa jarak landaan gelombang tsunami yang menerpa zona terlanda di Kabupaten Cilacap tahun 2006 sangat beragam. Jarak landaan terjauh gelombang tsunami pada area aman 427 meter dari garis pantai di zona 13. Sementara itu, jarak landaan terjauh pada area tidak aman yaitu 457 meter dari garis pantai di zona 7. Fenomena jarak landaan gelombang tsunami pada area terlanda tersebut jika dihubungkan dengan teori jarak landaan maka dapat disimpulkan bahwa ratarata jarak landaan gelombang tsunami di Kabupaten Cilacap adalah berada pada kisaran 0-200 meter dari garis pantai atau pada kelas rendah., namun terdapat beberapa titik yang mempunyai landaan sangat tinggi yaitu lebih dari 400 meter yakni di zona 7 dan zona 13. 5.3
Analisis Karakteristik Penggunaan Lahan Area Terlanda di Cilacap Tahun 2006 5.3.1
Analisis Topografi dan Kelerengan Area Terlanda Tsunami Tahun 2006 di Kabupaten Cilacap Analisis topografi dan kelerengan dilakukan dengan mengaitkan tingkat topografi dan kelerengan dengan kepekaan terhadap tsunami. Analisis ini akan menggunakan panduan teori yang sama karena pada dasarnya topografi dan kelerengan mempunyai basis yang sama yaitu menunjukkan daerah-daerah yang mempunyai perbedaan ketinggian. Berikut akan dijelaskan dalam teori serta fenomena di lapangan. Tabel 5.9 Asumsi Skoring Topografi Area Terlanda No Jenis Kelerengan Pantai Ketinggian di Cilacap 1 Tinggi 300 2 Agak tinggi 200 3 Rendah 100 4 Sangat rendah 0 Sumber : Hasil Analisis Penulis, 2012
commit to user
97
Skoring 1 2 3 4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Tabel 5.10 Asumsi Skoring Kelerengan Pantai
No Jenis Kelerengan Pantai 1 Curam 2 Agak curam 3 Landai 4 Datar Sumber : USDA-NRCS, 1986
Kepekaan Terhadap Tsunami Kurang peka Agak peka Peka Sangat peka
Kelerengan di Cilacap 15-40 5-15 2-5 0-2
Tabel 5.11 Karakteristik Ketinggian Area Aman Area Aman Kelurahan Zona Ketinggian Karangkandri Zona 8 0 Menganti Zona 9 100 Mertasinga Zona 10 0 Tegalkamulyan Zona 11 0 Cilacap Zona 12 0 Tambakreja Zona 13 200 Sumber : Hasil Analisis Penulis, 2012
Skoring 4 3 4 4 4 2
Tabel 5.12 Karakteristik Ketinggian Area Tidak Aman Area Tidak Aman Kelurahan Zona Ketinggian Jetis Zona 1 0 Sidaurip Zona 2 0 Widarapayung Wt Zona 3 0 Sidayu Zona 4 0 Widarapyung Kl Zona 5 0 Karangbenda Zona 6 0 Bunton Zona 7 0 Sumber : Hasil Analisis Penulis, 2012
Skoring 4 4 4 4 4 4 4
Tabel 5.13 Karakteristik Kelerengan Area Aman Area Aman Kelurahan Zona Kelerengan Karangkandri Zona 8 0-2% Menganti Zona 9 0-2% Mertasinga Zona 10 0-2% Tegalkamulyan Zona 11 0-2% Cilacap Zona 12 0-2% Tambakreja Zona 13 5-15% Sumber : Hasil Analisis Penulis, 2012
Skoring 4 4 4 4 4 2
Tabel 5.14 Karakteristik Kelerengan Area Tidak Aman Area Tidak Aman Kelurahan Zona Kelerengan Jetis Zona 1 0-2% Sidaurip Zona 2 0-2% Widarapayung Wt Zona 3 0-2% Sidayu Zona 4 0-2% Widarapyung Kl Zona 5 0-2% Karangbenda Zona 6 0-2% Bunton Zona 7 0-2% commit to user Sumber : Hasil Analisis Penulis, 2012
98
Skoring 4 4 4 4 4 4 4
Skoring 1 2 3 4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Area terlanda tsunami Cilacap pada tahun 2006 silam mempunyai karakteristik topografi yang hampir sama di semua zona, yaitu mempunyai topografi yang rendah sehingga kelerengan yang dihasilkan pun juga tidak begitu tinggi. Terdapat dua zona yang memiliki ketiggian yang berbeda yaitu pada zona 9 mempunyai ketinggian 100 meter DPL serta zona 13 mempunyai ketinggian 300 meter DPL. Selain itu, karakteristik kelerengan pada dua area terlanda tsunami mayoritas berada pada kelerengan 0-2% , hanya terdapat satu zona yang mempunyai kelerengan 5-15% yaitu pada zona 13. Hasil perbandingan antara teori dengan fenomena yang ada menyebutkan bahwa hampir semua wilayah pada ketigabelas zona mempunyai kelas respon sangat peka terhadap gelombang tsunami. Hal tersebut didasari hampir semua zona berada pada ketinggian dan kelerengan kelas rendah. 5.3.2
Analisis Karakteristik Fisik Lingkungan Area Terlanda Kab. Cilacap Analisis karakteristik fisik lingkungan dilakukan dengan membandingan bentuk karakteristik fisik lingkungan pada area terlanda dengan teori yang ada. Berikut akan dijelaskan secara lebih detail ke dalam tabel-tabel di bawah ini. Tabel 5.15 Asumsi Skoring Kekasaran Pantai No Jenis Kekasaran Pantai 1 Batu karang di teluk-teluk pantai 2 Tebing karang 3 Rawa 4 Pasir memanjang Sumber : USDA-NRCS, 1986
Kepekaan Terhadap Tsunami Kurang peka Agak peka Peka Sangat peka
Skoring 1 2 3 4
Tabel 5.16 Karakteristik Fisik Lingkungan Area Aman Area Aman Kelurahan Zona Bentuk Pantai Karangkandri Zona 8 Datar lurus pasir memanjang Menganti Zona 9 Datar lurus pasir memanjang Mertasinga Zona 10 Datar lurus pasir memanjang Tegalkamulyan Zona 11 Datar teluk berkarang Cilacap Zona 12 Datar teluk berkarang Tambakreja Zona 13 Curam dengan teluk berkarang Sumber : Hasil Analisis Penulis, 2012
Skoring 4 4 4 1 1 1
Tabel 5.17 Karakteristik Fisik Lingkungan Area Terlanda Area Tidak Aman Kelurahan Zona Bentuk Pantai Jetis Zona 1 Datar lurus pasir memanjang Sidaurip Zona 2 Datar lurus pasir memanjang Widarapayung Wt Zona 3 Datar lurus pasir memanjang Sidayu Zona 4 Datar lurus pasir memanjang Widarapyung Kl Zona 5 Datar lurus pasir memanjang Karangbenda Zona 6 Datar lurus pasir memanjang commit to user Bunton Zona 7 Datar lurus pasir memanjang Sumber : Hasil Analisis Penulis, 2012 99
Skoring 4 4 4 4 4 4 4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Fenomena karakteristik fisik lingkungan pada area terlanda yaitu menunjukkan bahwa zona-zona pada area terlanda sebagian besar mempunyai bentuk pantai yang datar lurus memanjang dengan tutupan pantai berupa partikel pasir. Hanya terdapat tiga zona yang memiliki bentuk pantai berbeda. Zona 10 dan 11 mempunyai bentuk pantai teluk berkarang yang datar, sementara itu zona 13 mempunyai bentuk pantai teluk berkarang curam. Dari hasil analisis skoring di atas maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar wilayah terlanda (area aman maupun tidak aman) sangat peka terhadap bencana tsunami karena karakteristik pantainya merupakan pasir memanjang. 5.3.3
Analisis Karakteristik Ekosistem Area Terlanda Kabupaten Cilacap Seperti yang telah dijelaskan pada bagian kompilasi data sebelumnya, ekosistem pantai yang terdapat di area terlanda secara pengamatan di lapangan maupun dari data sekunder tidak diketemukan adanya ekosistem pantai seperti mangrove dan rumput laut di area terlanda. Seluruh ekosistem pantai berpusat di Segara Anakan yang letaknya di bagian dalam Nusakambangan. Hal tersebut mengartikan bahwa keberadaan ekosistem laut berada di luar wilayah penelitian. Di samping itu keberadaan ekosistem yang berada cukup jauh dari wilayah pesisir tidak dapat memberi pengaruh yang berarti terhadap kepekaannya pada terpaan bencana tsunami. Tabel 5.18 Karakteristik Ekositem Laut Area Aman Area Aman Kelurahan Zona Ekosistem Karangkandri Zona 8 Tidak ada Menganti Zona 9 Tidak ada Mertasinga Zona 10 Tidak ada Tegalkamulyan Zona 11 Tidak ada Cilacap Zona 12 Tidak ada Tambakreja Zona 13 Tidak ada Sumber : Hasil Analisis Penulis, 2012
Skoring 0 0 0 0 0 0
Tabel 5.19 Karakteristik Ekosistem Laut Area Tidak Aman Area Tidak Aman Kelurahan Zona Ekosistem Jetis Zona 1 Tidak ada Sidaurip Zona 2 Tidak ada Widarapayung Wt Zona 3 Tidak ada Sidayu Zona 4 Tidak ada Widarapyung Kl Zona 5 Tidak ada Karangbenda Zona 6 Tidak ada Bunton Zona 7 Tidak ada Sumber : Hasil Analisis Penulis, 2012 commit to user
100
Skoring 0 0 0 0 0 0 0
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dengah kondisi di lapangan yang tidak mengindikasikan terdapat ekosistem laut pada area terlanda, maka data terkait area terlanda tidak dapat dimasukkan ke dalam perhitungan analisis korelasi dengan menggunakan program SPSS. 5.3.4
Analisis Jenis Penggunaan Lahan Area Terlanda Tsunami Tahun 2006 Analisis jenis penggunaan lahan area terlanda tsunami pada tahun 2006 silam dilakukan dengan skoring luasan jenis penggunaan lahannya, dari yang paling luas terkena gelombang hingga yang paling sempit. Berikut skoring jenis penggunaan lahan pada 13 zona berdasarkan luasan terbesarnya. Tabel 5.20 Skoring Penggunaan Lahan Berdasarkan Luasan Jenis Penggunaan Lahan Pasir Pantai Permukiman Ruang Terbuka Hijau (kebun, semak, rumput, rawa) Sawah Sumber : Hasil Analisis Penulis, 2012
Luasan Dampak Kecil Sedang Luas Sangat Luas
Skoring 1 2 3 4
Tabel 5.21 Karakteristik Jenis Penggunaan Lahan Area Aman Area Aman Kelurahan Zona TGPL Karangkandri Zona 8 Sawah Menganti Zona 9 Sawah Mertasinga Zona 10 Sawah Tegalkamulyan Zona 11 Sawah Cilacap Zona 12 RTH Tambakreja Zona 13 RTH Sumber : Hasil Analisis Penulis, 2012
Skoring 4 4 4 4 3 3
Tabel 5.22 Karakteristik Jenis Penggunaan Lahan Area Tidak Aman Area Tidak Aman Kelurahan Zona TGPL Jetis Zona 1 Permukiman Sidaurip Zona 2 RTH Widarapayung Wt Zona 3 Sawah Sidayu Zona 4 Sawah Widarapyung Kl Zona 5 Sawah Karangbenda Zona 6 RTH Bunton Zona 7 Sawah Sumber : Hasil Analisis Penulis, 2012
Skoring 2 3 4 4 4 3 4
Selain skoring, juga dilakukan analisis terkait perbandingan struktur penggunaan lahan eksisting dengan struktur penggunaan lahan yang seharusnya terdapat di kawasan pesisir (sesuai dengan Operasional Program Penanganan Bencana Alam Bidang Penataan Ruang). Berikut uraian penjelasannya : commit to user
101
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Tabel 5.23 Perbandingan Penggunaan Lahan
Struktur Penggunaan Lahan Yang Sesuai
Struktur Penggunaan Lahan Yang Sebenarnya
Sumber : Hasil Analisis Penulis, 2012
Dari hasil analisis di atas dapat disimpulkan bahwa jenis penggunaan lahan yang terkena terpaan tsunami terluas adalah sawah baik sawah tadah hujan, sawah irigasi maupun tegalan, sehingga kerugian yang ditimbulkan cukup banyak, mengingat nilai ekonomis dari persawahan sebagai salah satu sumber penghidupan masyarakat terlanda tsunami. Padahal diketahui bahwa sesuai dengan standart pengaturan penggunaan lahan yang dikeluarkan oleh pemerintah, kawasan budidaya seharusnya terletak pada jarak 30-300 meter dari titik pasang tertinggi. Namun, pada kenyataannya, hampir mayoritas semua zona pada area aman maupun tidak aman penggunaan lahan untuk kawasan budidaya letaknya sangat berdekatan dengan titik pasang tertinggi. 5.3.5
Analisis Karakteristik Masyarakat Pesisir Dalam Penggunaan Lahan Seperti yang telah diuraikan pada tahapan kompilasi data dimana telah dilakukan skoring terkait dengan pemahaman masyarakat pesisir terhadap penggunaan lahan di kawasan pesisir maupun terkait dengan pemahaman masyarakat terhadap bencana tsunami pada tahun 2006 silam dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Aktivitas Masyarakat Masyarakat pada umumnya memilih untuk hidup di pesisir dengan dua alasan yang cenderung dominan dari hasil survey yang dilakukan penulis, commit to user yaitu alasan warisan orang tua dan kedekatan dengan tempat bekerja. 102
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Alasan Memilih Tempat Tinggal di Pesisir 6%
warisan orang tua
dekat dengan pekerjaan
42%
52% akobat terkena gusuran pertamina dan tanah pesisir lebih murah
Sumber : Hasil Analisis Penulis, 2012
Gambar 5.1 Proporsi Alasan Memilih Tempat Tinggal Masyarakat pesisir mayoritas bekerja sebagai nelayan ataupun buruh pada tambak-tambak ataupun pertambangan-pertambangan tepi pantai di Cilacap. Alasan itulah yang mendasari mereka memilih untuk tinggal pada daerah pesisir tersebut. Permukiman yang ditempati masyarakat pesisir hanya berjarak >80 meter dari pantai. Jarak yang terlalu dekat dengan garis pantai tersebut jika dikembalikan sesuai dengan peraturan maka akan menunjukkan penyimpangan. Hal tersebut dikarenakan sesuai peraturan pemanfaatan lahan kawasan pesisir perkotaan, kawasan permukiman seminimnya
berjarak 100 meter dari titik pasang tertinggi. Adanya
permukiman yang cenderung kurang sesuai peraturan tersebut dilatar belakangi oleh pemahaman masyarakat yang terbatas serta adanya tumpang tindih pengaturan kawasan pesisir antara pihak Bappeda Cilacap dengan Badan Pertahanan dan Keamanan Cilacap. Kegiatan ekonomi di sekitar wilayah pantai pun amat sangat beragam yaitu terdiri dari perdagangan untuk menunjang wisata pantai, perdagangan ikan, pertambangan serta perkebunan Nipah. Kegiatan perokoniman tersebut berada membaur dengan lingkungan permukiman masyarakat, sehingga jarak kegiatab perekonomian dengan garis pantai juga berada pada kisaran 80 meter dari pantai. Kegiatan ekonomi yang berjarak sangat dekat dengan pantai sesungguhnya sangat berbahaya bagi masyarakat pesisir, mengingat bahaya tsunami yang dapat terjadi sewaktu-waktu. 2. Pemahaman bencana commit tsunamitopada usertahun 2006 Sementara itu, terkait dengan pemahaman masyarakat pesisir serta review bencana tsunami pada tahun 2006 silam. Mayoritas masyarakat pesisir 103
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mengatakan sudah mengetahui terkait bencana tsunami melalui informasi yang didapat dari media pertelevisian, mengingat telah terjadi bencana tsunami di Aceh pada tahun 2004 (dua tahun sebelumnya).
Pemahaman Bencana Tsunami Sebelum Tahun 2006 14% paham terkait tsunami
86%
tidak paham terkait tsunami
Sumber : Hasil Analisis Penulis, 2012
Gambar 5.2 Pemahaman Bencana Tsunami Namun, terkait dengan upaya sosialisasi evakuasi, mayoritas masyarakat pesisir mengaku belum pernah mendapatkan sosialisasi, meski terdapat juga beberapa masyarakat yang mengatakan sudah pernah dilakukan sosialisasi sebelum bencana terjadi. Sosialisasi yang dimaksud oleh beberapa masyarakat tersebut adalah dari pemberitaan media televisi. Upaya penandaan ke daerah yang lebih aman belum dilakukan pada saat terjadi bencana tsunami tahun 2006 silam. Sehingga pada saat bencana tsunami terjadi, mayoritas masyarakat menyebar tidak terarah karena belum adanya penandaan ke arah yang aman.
5.4
Analisis Korelasi Karakteristik Tsunami dan Penggunaan Lahan di Area Terlanda Cilacap Tahun 2006 Setelah dilakukan analisis terkait karakteristik tsunami maupun analisis penggunaan lahan di zona-zona terlanda maka dapat dibuat analisis korelasi antara karakteristik bencana tsunami dengan penggunaan lahan yaitu dengan menggunakan teknik analisis korelasi data ordinal-ordinal, dengan software SPSS 17.0 (analisis korelasi Spearman’s). Setelah dilakukan analisis maka didapat hasil seperti berikut : 1. Analisis Korelasi Pada Area Aman Hasil dari analisis korelasi antara karakteristik bencana tsunami dengan karakteristik commit to user penggunaan lahan pada area terlanda tsunami di Cilacap adalah sebagai berikut :
104
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sumber : Hasil Analisis Penulis, 2012
Gambar 5.3 Hasil SPSS Korelasi Area Aman Dari hasil di atas maka dapat diinterpretasikan bahwa terdapat hubungan keterkaitan searah antara karakteristik bencana tsunami dengan karakteristik penggunaan lahan area terlanda, hal ini dapat dilihat dengan angka korelasi yang positif diantara datadata tersebut. Berikut akan coba diinterpretasikan melalui rangkuman hasil analisis Spearman’s dalam tabel di bawah ini : Tabel 5.24 Rangkuman Interpretasi Korelasi Spearman’s Korelasi Run up-innudation Run up-topografi Run up-kelerengam Run up-karakter fisik lingkungan Run up-jenis penggunaan lahan Innudation-topografi Innudation-kelerengan Innudation-karakter fisik lingkungan
Innudation-jenis penggunaan lahan Topografi-kelerengam Topografi-karakter fisik leingkungan Topografi-jenis penggunaan lahan Kelerengan-karakter fisik lingkungan Kelerengan-jenis penggunaan lahan Karakter fisik lingkungan-jenis penggunaan lahan
Koefisien Korelasi 0,359 0,200 0,775 0,577 0,612 0,718 0,696 -0,104
Arah Korelasi Searah Searah Searah Searah Searah Searah Searah Berlawanan arah
0,220 0,775 0,115 0,367 0,447 0,632 0,707
Searah Searah Searah Searah Searah Searah Searah
Kesimpulan Terdapat korelasi searah Terdapat korelasi searah Terdapat korelasi searah Terdapat korelasi searah Terdapat korelasi searah Terdapat korelasi searah Terdapat korelasi searah Terdapat korelasi yang kurang signifikan dan berlawanan arah Terdapat korelasi searah Terdapat korelasi searah Terdapat korelasi searah Terdapat korelasi searah Terdapat korelasi searah Terdapat korelasi searah Terdapat korelasi searah
Sumber : Hasi Analisis Penulis, 2012
Jika diurutkan sesuai dengan koefisien korelasinya, maka korelasi antara bencana tsunami yaitu dalam hal ini adalah run up dan innudation dengan penggunaan lahan yaitu topografi, kelerengan, bentuk pantai dan jenis penggunaan lahan maka didapat urutan korelasi sebagai berikut : a. Kelerengan kawasan pesisir commit to user b. Topografi kawasan pesisir c. Jenis penggunaan lahan kawasan pesisir 105
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d. Bentuk akarakteristik fisik pantai 2. Analisis Korelasi Pada Area Tidak Aman Pada analisis korelasi area tidak aman tidak dapat dilakukan analisis korelasi dikarenakan data ordinal dari masing-masing variabel konstan sehingga tidak bisa dilakukan proses selanjutnya. Berikut dapat dilihat hasil analisis korelasi Spearman’s dengan menggunakan software SPSS 17.0
Sumber : Hasil Analisis Penulis, 2012
Gambar 5.4 Hasil SPSS Korelasi Area Tidak Aman Karena tidak dapat dilakukannya perhitungan korelasi pada area tidak aman ini maka akan dilakukan analisis deskriptif dengan melihat kecenderungan tipe run up dan innudation di area ini serta dibandingan dengan karakteristik penggunaan lahannya. Jika dilhat dari karakteristik penggunaan lahannya, dapat disimpulkan bahwa area ini memiliki keanekaragaman penggunaan lahan . Hal tersebut dapat dilihat dari jenis penggunaan lahan terlanda tsunami pada tahun 2006 yang terdiri dari sawah, ruang terbuka hijau serta permukiman. Di samping itu wilayah ini mempunyai kelerengan dan topografi yang sangat datar yaitu hanya berada pada 0-2% serta mempunyai jenis pantai yang lurus memanjang. Karaktreristik penggunaan lahan tersebut jika dikaitkan dengan tipe run up dan innudation gelombang tsunami tahun 2006 silam dapat ditarik sebuah korelasi positif. Korelasi tersebut dapat dilihat dari kondisi geografis area yang datar serta bentuk pantai yang memanjang bertutupan pasir maka dikaitkan dengan besar tsunami yang terjadi yaitu dapat dilihat pada run up yang mempunyai ketinggian antara 2-6,7 meter serta jarak landaan yang berkisar 200->400 meter dari garis pantai. Ketinggian run up tsunami dan besarnya jarak landaan juga dapat dikaitkan dengan penggunaan lahan area ini yang memiliki keanekaragaman tinggi serta pola yang kurang terstruktur. Penggunaan commit to lahan user yang sedemikian rupa menyebabkan
106
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
adanya arus turbulensi yang menyebar ke segala arah dengan jarak yang semakin jauh. 5.5
Sintesa Perumusan Faktor Penentu Lokasi Aman dari Tsunami 2006 Setelah dilakukan analisis dengan menggunakan spss 17.0 maka dapat dilanjutkan dengan menyusun faktor penentu lokasi aman dari hasil analisis pada area aman maupun tidak aman, yaitu dengan melihat angka koefisien korelasi
hasil analisis
Spearman’s. 1. Kelerengan Seperti diketahui bahwa zona terlanda tsunami di Kabupaten Cilacap pada tahun 2006 silam mayoritas berada pada kelerengan yang berkisar 0-2%. Kelerengan yang sangat kecil tersebut menyebabkan gelombang tsunami mempunyai kekuatan dan jarak landaan yang cukup besar angkanya. Hal tersebut didasari oleh teori yang menyebutkan bahwa semakin datar kelerengan suatu wilayah maka perambatan gelombang tsunami akan semakin jauh menjalar ke dalam wilayah pesisir. Zona yang paling terlihat hubungan sangat kuat antara antara kelerengan dengan ketinggian run up serta besarnya jarak landaan adalah zona 7 dimana pada kelerengan 0-2% maka ketinggian run up mencapai 5,7 meter (kategori sedang) serta mempunyai jarak landaan mencapai 700 meter (kategori sangat tinggi). 2. Topografi Faktor yang mempengaruhi keamanan dari bencana tsunami yang kedua adalah topografi. Diketahui semakin tinggi suatu wilayah maka semakin kecil dampak yang dihasilkan. Mayoritas area terlanda tsunami di Kabupaten Cilacap pada tahun 2006 silam mempunyai ketinggian yaitu 0 meter DPL. Hanya terdapat beberapa zona yang mempunyai ketinggian 100-200 meter, yaitu di area aman pada zona 9 dan zona 13. Meski pada zona tersebut terlanda tsunami dengan ketinggian yang cukup tinggi namun dampak yang dihasilkan tidak begitu parah. Hal tersebut dikarenakan gelombang tsunami mengalami penyurutan akibat adanya perbedaan ketinggian di sekitar kawasan pesisir. 3. Jenis penggunaan lahan Struktur jenis penggunaan lahan juga berperan penting dalam menciptakan kondisi yang aman pada daerah tepi pantai yang ditetapkan sebagai kawasan rawan bencana tsunami. Jika dilihat dari struktur penggunaan lahan yang sesuai, disebutkan bahwa commit to dan usersawah seharusnya terletak pada bagian kawasan budidaya seperti permukiman dalam dan agak jauh dari garis tepi pantai, yaitu untuk kawasan permukiman 107
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berjarak 30-100 meter dari titik pasang tertinggi (pada saat keadaan gelombang pasang normal), kawasan bangunan industri, pariwisata bahari serta perdagangan dan jasa berjarak 100-300 meter dari titik pasang tertinggi. Namun, pada kenyataannya, penggunaan lahan di kawasan pesisir Cilacap khususnya pada daerah terlanda tsunami, tidak sesuai dengan ketetapan penggunaan lahan yang aman tersebut. Penggunaan lahan pada daerah terlanda tsunami di Cilacap tidak membentuk pola yang teratur sehingga gelombang tsunami mengalami turbulensi. Selain itu, pagar hijau yang terdapat di kawasan pesisir pada tahun 2006 belum terintegrasi dengan baik. Hal tersebut dapat dilihat dengan tidak terdapatnya pagar hijau di beberapa zona seperti zona 1,4,5,8,9 dan zona 10. 4. Karakter fisik pantai Faktor terakhir yang menentukan lokasi aman pada daerah rawan bencana tsunami di Kabupaten Cilacap adalah karakter fisik pantai dimana karakter fisik pantai merupakan gabungan antara bentuk morfologi pantai dengan kondisi geologis pantai. Seperti diketahui bahwa sebagian besar wilayah pantai di daerah terlanda tsunami Cilacap berbentuk pantai memanjang dengan penutup berupa pasir, sementara itu juga terdapat beberapa bagian yang berbentuk cekung dengan partikel penyusun berupa karang yang berada di tepi pantai. Kondisi pertama yaitu berupa pasir memanjang merupakan kondisi yang rentan terhadap gelombang tsunami, karena dengan kondisi yang demikian serta ditunjang dengan penggunaan lahan yang tidak terstruktur akan menyebabkan terjadinya turbulensi pada kawasan tersebut. Kondisi tersebut dapat terlihat pada zona 3,4,5 dan zona 7. Sementara itu, untuk kondisi pantai yang bebentuk cekung dengan karang sebagai partikel penyusunnya mempunyai kecenderungan dalam memecah gelombang, sehingga dampak yang ditimbulkan pun akan semakin kecil. Dengan melihat faktor penentu lokasi aman tersebut maka dapat dilakukan sebuah upaya yang mengarah untuk menciptakan lokasi aman pada daerah terlanda di Kabupaten Cilacap khususnya pada daerah pesisir yang terlanda tsunami pada tahun 2006 silam. Upaya yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Berdasarkan hasil penelitian terkait dengan bencana tsunami dan penggunaan lahan area terlanda tsunami Kabupaten Cilacap, maka dapat dilakukan langkah awal yaitu melakukan zonasi ulang kawasan pesisir Cilacap. Zonasi ulang penggunaan lahan di pesisir Cilacap diharapkan mampu membentuk pola penggunaan lahan yang commit to user terstruktur dengan baik serta aman dari bencana kelautan khususnya bencana tsunami. Pola penggunaan lahan yang aman sesuai dengan Pedoman Pemanfaatan 108
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kawasan Tepi Pantai Perkotaan antara lain memuat ketentuan terkait garis sempadan tiap penggunaan lahan sebagai berikut : a. Penggunaan lahan untuk kawasan lindung seperti untuk hutan bakau serta kawasan bergambut dan perkebunan kelapa harus diletakkan di sepanjang pantai sebagai barier pantai (pagar hijau) b. Penggunaan lahan permukiman mempunyai lebar garis sempadan 30-100 meter dari titik pasang tertinggi dan berbentuk sejajar c. Penggunaan lahan untuk kawasan industri, perdagangan dan jasa serta pariwisata mempunyai lebar garis sempadan 100-300 meter dari titik pasang tertinggi Selain pengaturan zonasi juga perlu dilakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait dengan penggunaan lahan yang aman, karena seperti yang diketahui bahwa masyarakat pesisir umumnya awam akan pemahaman penggunaan lahan yang aman dari bencana. 2. Dengan melihat karakteristik kelerengan, topografi, jenis penggunaan lahan serta karakteristik fisik lingkungan pesisir Cilacap, maka dapat dilakukan upaya perencanaan teknis terkait dengan bangunan-bangunan yang terdapat di kawasan tersebut. Tipe bangunan
panggung merupakan salah satu tipe yang cocok
diterapkan pada kawasan ini, hal tersebut dikarenakan dengan menempatkan bangunan pada bagian tapak yang tinggi di atas ketinggian terpaan tsunami maka akan
membuat bangunan berada pada kondisi yang lebih aman dari terpaan
gelombang tsunami. Selain itu, perlu dibuat elemen yang berfungsi memperlambat gelombang tsunami yaitu berupa batu-batu pemecah gelombang di sepanjang pantai di kawasan pesisir. Hal tersebut berguna sebagai pelambat arus, sehingga dapat mengurangi daya hancur tsunami. Upaya perencanan teknis juga harus memuat pengaturan penandaan serta pengaturan letak-letak shelter tempat evakuasi pada saat terjadi bencana.
commit to user
109
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB VI PENUTUP
6.1
Kesimpulan Bencana tsunami yang melanda Kabupaten Cilacap pada tahun 2006 silam mempunyai karakteristik tersendiri, yaitu mempunyai run up yang relatif sedang namun jarak landaan yang dihasilkan relatif jauh. Selain itu, penggunaan lahan yang terdapat di daerah terlanda tsunami pada tahun 2006 silam juga memiliki karakteristik tertentu, berikut akan dipaparkan ringkasan karakteristiknya : 1. Mempunyai karakteristik run up yang sangat beragam dari zona 1-zona 13 yaitu dari run up rendah setinggi 1 meter sampai run up kelas tinggi sekali mencapai 20 meter yang terletak di zona 13 (Tambakreja, Nusakambangan), namun mayoritas ketinggian run up pada kelas sedang yaitu berkisar 2-6 meter 2. Mempunyai karakteristik innudation yang sangat beragam yaitu dari 15 meter hingga 457 meter yaitu di zona 7 dan 13. Namun, jarak landaan gelombang tsunami Cilacap mayoritas berada pada kelas 0-200 meter dari garis tepi pantai 3. Area terlanda tsunami di Cilacap yang terdiri dari 13 zona mayoritas tergolong ke dalam karakter fisik jenis pantai datar dan memanjang, karena sebagian besar zona mempunyai topografi dan kelerengan yang rendah dan datar (0 DPL dan 0-2%), serta mempunyai jenis pantai memanjang dengan tutupan pasir. Hanya zona 11 yang mempunyai bentuk pantai teluk serta zona 13 yang mempunyai karakter fisik agak curam dan berbentuk teluk karena pada zona 13 mempunyai kelerengan 5-15% 4. Ekosistem laut yang terdapat di Kabupaten Cilacap berada di luar area terlanda, yaitu pada Pulau Nusakambangan arah utara. Letak ekosistem laut yang berada jauh dari garis pantai menyebabkan daerah pesisir tidak mempunyai wilayah perlambatan arus gelombang tsunami. 5. Jenis penggunaan lahan yang terdapat di area terlanda tsunami Kabupaten Cilacap cukup beragam, yaitu terdiri dari ruang terbuka hijau (rumput, semak, dll), pasir, persawahan, tegalan serta permukiman. Pola dari penggunaan lahan pada area terlanda belum membentuk suatu pola yang terstruktur dengan baik. 6. Masyarakat pesisir di area terlanda pada umumnya belum mempunyai pengetahuan yang cukup terkait dengan penggunaan lahan yang aman pada area pesisir, karena commit user orientasi bermukim masyarakat hanyatodidasarkan atas latarbelakang perekonomian. Selain itu, pemahaman mereka terkait dengan kebencanaan tsunami pada tahun 110
perpustakaan.uns.ac.id 2006
silam,
digilib.uns.ac.id masyarakat
mengaku
belum
mengetahui
bagaimana
cara
menyelamatkan diri. Hal tersebut dikarekanan sebelum tahun 2006 belum dilakukan sosialisasi terkait upaya evakuasi oleh Pemerintah Kabupaten Cilacap. 7. Jika dikorelasikan antara karakteristik bencana tsunami Cilacap tahun 2006 silam dengan karakteritik penggunaan lahan area terlanda di Cilacap tahun 2006 silam maka didapat faktor penentu lokasi aman dengan urutan sebagai berikut : a. Kelerengan yang semakin rendah akan sangat peka terhadap ketinggian gelombang tsunami b. Topografi yang rendah akan sangat peka terhadap ketinggian gelombang tsunami c. Jenis penggunaan lahan yang tidak teratur akan menyebabkan terjadinya turbulensi gelombang tsunami, sehingga gelombang tsunami akan menyebar ke dalam daratan d. Karakter fisik lingkungan akan sangat peka terhadap ketinggian dan jarak landaan tsunami jika memiliki karakter datar dan pasir. Semakin datar pantai serta semakin lembut partikel penyusun pantainya maka ketinggian dan jarak landaan tsunami akan semakin besar. Hasil penelitian ini diharapkan mampu dijadikan sebagai bahan masukan terkait muatan peruntukkan lahan pada dokumen Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Pesisir Rawan Bencana Tsunami yang belum tersusun. 6.2
Saran Setelah dilakukan analisis terkait bencana tsunami dengan penggunaan lahan di area terlanda Cilacap tahun 2006 maka disarankan dilakukan zonasi ulang terkait penggunaan lahan kawasan pesisir serta perlu dilakukan upaya perencanaan teknis terkait usaha untuk memperlambat gelombang tsunami. Hasil penelitian ini direkomendasikan untuk dilakukan penelitian lanjutan terkait dengan diupayakannya permodelan. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan input bahan dalam penelitian selanjutnya. Dengan adanya penelitian lanjutan maka tujuan awal penelitian ini sebagai persiapan dalam melakukan penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Pesisir Kabupaten Cilacap khususnya dalam muatan peruntukkan lahan dapat terpenuhi. commit to user
111