TUGAS AKHIR
STMIK AMIKOM Yogyakarta DISUSUN OLEH
Nama
: Badiyatul Praja Prihana
NIM
: 11.11.4659
Kelompok
:C
Kelas
:11-S1-TI-01
Pengampu
: Drs. Tahajudin Sudibyo
“PRAKTEK ABORSI DIMATA SILA KEDUA”
BAB I PENDAHULUAN A. ABSTRAKSI Pada dasarnya pengetahuan tentang nilai-nilai yang terkandung dalam sila Kemanusiaan yang Adil dan beradab sering disalah pengertiankan hanya sebagai sebuah sila perikemanusiaan yaitu yang berarti cinta dan kasih kepada sesama manusia. Dalam perikemanusiaan hanya khusus hubungan antar manusia saja, tidak dibicarakan tentang hubungan manusia menghadapi dirinya sendiri dan hubungan manusia dengan Tuhannya. Secara nyata aborsi telah ada sejak zaman purba kala, namun sungguh memalukan kiranya ketika di jaman ini, ketika adat sejak jaman purbakala masih dipakai. Pada dasarnya pengetahuan tentang aborsi merupakan faktor penting dalam menentukan sikap penolakan remaja putri terhadap aborsi. Tingginya pengetahuan tentang aborsi akan memungkinkan remaja menolak aborsi. Oleh karena itu perlu kiranya dilakukan penelitian guna melihat hubungan antara pengetahuan tentang aborsi dengan sikap prolife pada remaja putri.
B. LATAR BELAKANG Sila kedua Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab adalah sila yang sering hanya di nyatakan dengan rumusan perikemanusiaan yang sebenarnya pengertianya berbeda dengan bunyi dari sila kedua itu sendiri, perikemanusiaan disamakan dengan humanisme yang diartikan, cinta dan kasih kepada sesama manusia. Dalam perikemanusiaan hanya khusus hubungan antar manusia saja, tidak dibicarakan tentang hubungan manusia menghadapi dirinya sendiri dan hubungan manusia dengan Tuhannya. Pengertian lain tentang perikemanusiaan yang lebih terperinci adalah perikemanusiaan berarti pengakuan akan persamaan antara manusia, yakni persamaan kesempatan untuk mengembangkan hidup
masing-masing menurut temperamen, karakter dan bakat diri sendiri, kesempatan untuk menumbuhkan segala kemungkinan yang baik-baik sehingga mendekati cita-cita perikemanusiaan seperti yang ditunjukan dalam istilah kebenaran, kebaikan, dan keindahan. Kaitanya dengan masalah yang diuraikan disini yaitu aborsi, adalah sangat bertentangan terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam sila Kemanusiaan yang adil dan beradab, dimana seiring berkembangnya jaman, seketika itu pula seakanakan manusia semakin dan ingin lebih merasa bebas melakukan apa yang mereka sukai, hingga mereka lupa akan apa itu sebuah batasan. Indonesia adalah negara yang mempunyai pancasila yang dijadikan sebagai falsafah hidup, di mana di situ ada aturan-aturan, dan batasan-batasan yang seharusnya tidak dilampaui, namun dalamkenyataanya praktek aborsi yang begitu sangat bertentangan pada nilai-nilai pancasila marak berkembang liar, bahkan seakan sudah menjadi hal yang biasa saja. C. RUMUSAN MASALAH Bagaimanakah sikap kita sebagai manusia yang hidup di Indonesia yaitu bangsa yang mempunyai batasan-batasan yang diatur dalam nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila, apakah aborsi akan tetap terus hidup dan semakin marak dibangsa kita yang berpancasila ini. Lalu siapakah yang bertanggung jawab ketika pelanggaran ini terus terjadi, kemudian langkah apa yang seharusnya dilakukan.
BAB II PENDEKATAN HISTORIS DAN PEMBAHASAN MASALAH
A. PENDEKATAN HISTORIS Aborsi, telah ada dalam sejarah kehidupan manusia sejak beberapa millennium yang lalu. Suku zaman purba harus berpindah tempat secara cepat dan wanita-wanita yang tengah hamil dapat memperlambat perjalanan mereka. Dengan melakukan siksaan pada bagian abdomen wanita dan kemudian di teruskan dengan mengendarai kuda secara cepat dan berlebihan dapat mengakibatkan janin lahir secara premature. Bayi ini biasanya kemudian di bunuh atau di tinggalkan begitu saja, bahkan beberapa ibu juga ikut kesakitan hingga menghadapi kematian karena proses kelahiran ini. Saat ini aborsi jauh lebih aman bagi para wanita tapi tetap mengakibatkan kematian bagi si bayi. Pada kebudayaan lainnya pertanyaan mengenai legalitas aborsi banyak di perdebatkan. Kehidupan yang belum lahir dilihat sama seperti kehidupan mereka yang telah terlahir. Pada budaya zaman dulu aborsi adalah hal yang sangat logis dan tidak perlu penjelasan non-moral. Beberapa ratus dan ribu tahun yang lalu tidak ada tes kehamilan dan peralatan lainnya untuk mengenali aborsi pada masamasa awal kehamilan. Pada saat aborsi di lakukan, bayinya terlahir secara premature namun masih tetap hidup. Proses aborsinya akan di selesaikan dengan membunuh bayi yang telah terlahir. Metode aborsi modern mulai muncul pada abad ke 19. Pada tahun 1859, American medical Association secara diam-diam mengeluarkan sebuah resolusi yang berbunyi “ melakukan aborsi, pada setiap tahap pembuahan dapat diterima apabila di perlukan untuk menyelamatkan kehidupan si ibu ataupun si anak.” Aborsi terus dilakukan dengan beberapa istilah yang berbeda, dan pada tahun 1900 sekitar 1 dari 6 wanita amerika yang hamil diperkirakan pernah melakukan aborsi. Bagaimanapun juga di bawah tekanan para pemimpin masyarakat aborsi
menjadi tidak dapat di terima dan hukum menjadi kasar melawan praktik aborsi. Di beberapa wilayah di dunia, seperti di kekaisaran china, aborsi terus di lakukan dan secara luas di kenal oleh masyarakat, begitu pula di wilayah ini pembunuhan terhadap bayi terus berlangsung. Hingga pertengahan abad ke 20 tidak ada yang secara serius menentang bahwa bayi yang belum lahir dapat di anggap sebagai anak. Sebuah kelompok seperti National Abortion and Reproductive Rights Action League di Amerika mengatakan bahwa bayi yang belum lahir tidak bias di anggap hidup. Hal inilah yang kemudian meningkatkan jumlah praktik aborsi illegal di akhir tahun 1960an. NARAL mengatakan bahwa aborsi tidak menyakiti si janin, dan dengan melegalkan aborsi maka angka kekerasan terhadap anak, aborsi illegal dan kehamilan remaja dapat menurun secara tajam. Pada tahun 1973 Supreme Court mengeluarkan keputusan Roe vs. Wade, melawan hukum anti-aborsi di seluruh amerika serikat. Beberapa yang lainnya kemudian mengikuti, mendesak, mengembangkan dan menyeimbangkan hak-hak unuk hidup dan atau untuk memilih. Banyak Negara yang melewati berbagai proses hokum untuk tetap melindungi kehidupan anak yang belum lahir, namun walaubagaimanapun aborsi tetap legal. Sejak di legalkan, justru tindak kekerasan terhadap anak, aborsi illegal dan kehamilan remaja malah makin meningkat. Issu aborsi internasional yang terjadi adalah di china. Tingkat aborsi anak-anak wanita sangat tinggi. Dan sebagaimana trend sejarah sebelumnya, hal ini menandakan tingginya tingkat pembunuhan bayi yang sudah lahir. Issue lainnya adalah mengenai Partial Birth Abortions, yaitu suatutelah terminology aborsi dimana bayi tersebut di lahirkan terlebih dahulu baru kemudian di bunuh. Beberapa Negara telah melarang Partial Birth Abortions dan beberapa di antaranya telah di gulingkan oleh pengadilan. Hokum nasional mengenai pelarangan terhadap telah di keluarkan oleh kongres dan di veto oleh presiden Clinton pada beberapa kesempatan. Induced abortion dapat di telaah hingga ke zaman purba dahulu. Ada bukti yang menguatkan bahwa dalam sejarah kehamilan banyak di akhiri melalui beberapa metode termasuk dengan meminum bahan-bahan herba yang dapat
menggugurkan kandungan, menggunakan bahan tajam, melakukan tekanan dan pemijatan pada bagian abdomen dan teknik-teknik lainnya. Sumpah hipokrates, pernyataan utama pada etika medis untuk dokter atau tabib pada masa hipokrates pada zaman yunani kuno, melarang tabib untuk menolong atau membantu melakukan aborsi dengan memasukan alat yang dapat mencegah kehamilan. Soranus, seorang tabib yunani pada abad ke 2 menyebutkan dalam satu hasil karyanya, Gynaecology bahwa beberapa wanita yang mengharapkan untuk dapat mencegah atau menggagalkan kehamilannya harus aktif mengikuti latihan olahraga, berjungkir balik dengan enerjik, mengangkat beban yang berat dan menegndarai binatang yang aktif. Ia juga menuliskan resep bahan-bahan herbal, pessary, dan bloodletting, namun tidak menyarankan untuk menggunakan benda-bend tajam untuk merangsang terjadinya keguguran untuk menghindari resiko terjadinya perforasi pada organ tubuh lain. Selain menggunakannya
sebagai
kontrasepsi,
orang-orang
yunani
kuno
juga
menggunakan silphium untuk abortifacient/melakukan aborsi pada janin yang di kandung. Selain itu, tansy dan pennyroyal adalah salah satu contoh bahan herbal berbahaya yang dapat memberikan efek berbahaya, sehingga seringkali di pakai untuk mengakhiri kehamilan. Pada abad ke 20, Soviet Union (1919), Nazi Germany (1935) danSweden (1938) adalah beberapa Negara yang pertamakali melegalkan aborsi. B. PEMBAHASAN MASALAH Zaman globalisasi membuat nilai–nilai moral yang ada dalam masyarakat menjadi semakin berkurang. Pergaulan menjadi semakin bebas sehingga melanggar batas-batas nilai moral dan agama. Hubungan seks yang seharusnya hanya boleh dilakukan dalam ikatan perkawinan sudah dianggap wajar dalam status berpacaran. Pergaulan remaja membuat kekhawatiran tersendiri bagi orang tua karena tak jarang mereka sering terjerumus dalam perbuatan menyesatkan Remaja
yang
sudah
berkembang kematangan seksualnya,
jika kurang
mendapatkan pengarahan akan dapat mudah terjebak dalam masalah. Masalah yang dimaksud dalam hal ini terutama dapat terjadi apabila remaja tidak dapat mengendalikan perilakunya, pada dasarnya di sinilah fungsi pancasila agar bisa
mengendalikan perilaku remaja, namun kurang menjiwainya remaja akan nilainilai pancasila, mengakibatkan perilaku yang tidak ada kontrol, seperti melakukan hubungan seks di luar nikah, hubungan seks bebas, melakukan aborsi bagi remaja putri dan melakukan tindak perkosaan. Berbicara mengenai aborsi akan menimbulkan berbagai tanggapan dan penilaian yang berbeda-beda pada masing-masing individu karena adanya perbedaan pengetahuan dari diri mereka sehingga sikap yang ditimbulkannya pun berbeda. Sarwono (1989) menyatakan mempertahankan kegadisan merupakan hal yang paling utama sebelum pernikahan karena kegadisan pada wanita sering dilambangkan sebagai “mahkota” atau “tanda kesucian” atau “tanda kesetiaan” pada suami. Hilangnya kegadisan bisa menimbulkan depresi pada wanita yang bersangkutan. Terlebih lagi bila menimbulkan kehamilan. Penelitian yang dilakukan oleh Armiwulan mengungkapkan bahwa ada hubungan negatif antara pengetahuan tentang aborsi dengan tingkat aborsi. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan tentang aborsi maka tingkat aborsi akan semakin rendah. Cukup atau tidaknya pengetahuan tentang aborsi yang dimiliki seseorang tidak terlepas dari pengaruh lingkungan sosial. Seksolog dan androlog Pangkahila menyatakan bahwa kondisi lingkungan sosial yang berkembang sangat pesat mengakibatkan terjadinya perubahan pola hidup masyarakat yaitu berkembang luasnya pergaulan bebas yang tidak dibarengi pengetahuan tentang aborsi yang benar. Menurut Pangkahila pengetahuan tentang aborsi dapat diperoleh remaja dari 2 sumber yaitu formal dan nonformal. Dari segi formal remaja memperoleh pengetahuan tentang aborsi melalui program-program pendidikan mengenai aborsi seperti penyuluhan, seminar, dan lain-lain. Dari segi nonformal remaja memperoleh pengetahuan tentang aborsi dari teman, orang tua, dan media massa. Sikap orang tua yang sering menabukan pertanyaan remaja tentang risiko aborsi membuat remaja tidak mempunyai pengetahuan yang cukup tentang aborsi. Orang tua cenderung “negative thinking” bila remaja bertanya mengenai aborsi. Timbul rasa takut pada orang tua bahwa dengan memberikan pengetahuan tentang aborsi justru akan mendorong remaja putri untuk melakukan hubungan seksual pranikah yang dapat mendorong ke arah terjadinya aborsi.
Penelitian yang dilakukan BKKBN pada tahun 2002 menyebutkan bahwa 70% remaja mendapat pengetahuan tentang aborsi dari teman dan media massa, sedangkan 30% lainnya mendiskusikan masalah aborsi dengan orang tua atau pihak-pihak yang tidak berkompetensi. Hal tersebut menunjukkan bahwa masih banyak remaja yang memiliki pengetahuan tentang aborsi yang rendah dan pada akhirnya ia akan melakukan tindakan yang berbahaya bagi dirinya sendiri. Sebagai contoh, seorang yang mengalami masalah kehamilan diluar nikah apabila ia tidak memiliki pengetahuan tentang aborsi, ia akan cenderung memilih melakukan aborsi. Perubahan sikap dan persepsi remaja terhadap masalah seks menciptakan sikap sosial baru di kalangan remaja untuk melegalkan aborsi. Seharusnya remaja putri diberi bimbingan dari lingkungan yang kecil yaitu keluarga supaya remaja terhindar dari perilaku seksual pranikah yang memungkinkan bisa menyebabkan terjadinya kehamilan. Salah satu cara untuk menghindari hal tersebut adalah remaja harus mempunyai pengetahuan tentang aborsi.
BAB III KESIMPULAN Pada dasarnya pancasila lah yang seharusnya membatasi perilaku-perilaku yang seharusnya dan tidak seharusnya dilakukan oleh orang berkebangsaan indonesia yang mempunyai falsafah hidup berpancasila, namun sasaran yang pasif akan pentingnya menjiwai apa itu pancasila yang dijadikan sebagai media pembatas, menjadikan pancasila seakan-akan tidak bernilai harganya, dan ketika hal ini terjadi maka pengarahan dan pengetahuan lah yang bertindak layaknya pancasila.
REFERENSI
Notonagoro, 1974, Pancasila Dasar Falsafah Negara, Jakarta: CV Pantjuran Tudjuh.
Bakry, Noor, 2007, Orientasi Filsafat Pancasila.Yogyakarta : Penebit liberty.