TUGAS AKHIR PENENTUAN KEBUTUHAN MATERIAL UNTUK PEMBUATAN SUNBLOCK DENGAN METODE MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S1)
Disusun Oleh : Nama
: DYAH AYU WIDOWATI
NIM
: 41605110004
Jurusan
: Teknik Industri
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2009
LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PENENTUAN KEBUTUHAN MATERIAL UNTUK PEMBUATAN SUNBLOCK DENGAN METODE MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)
Disusun Oleh : Nama
: Dyah Ayu Widowati
NIM
: 41605110004
Jurusan
: Teknik Industri
Mengetahui Pembimbing
( Ir. Muhammad Kholil, MT )
Koordinator TA/Kaprodi
( Ir. Muhammad Kholil, MT )
ABSTRACT
In This Time Indonesia while encounter to challenge and regional opportunity and global in all trade area and one of in industry area. On that score, the corporate claimed to obtain the operation more effective and efficient in encounter competition with the same corporate. PT. Immortal must be able suppress some minimal level of production cost. Each corporate own the same objective, that is acquire profit because profit form prior determine viability and that a certain corporate developing. In order to getting this objective, one of the manner with suppress cost raw material supply. Supply is good or materials to full fill storage, will be used for production process. The supply influences an operational cost. If supply management is not good, it will reduce the company’s profit. Many companies have a problem on their supply, they some time oversupply or even undersupply. These condition will increase the production cost. Therefore, the supply management is needed to analyze and to find out an optimum inventory level. The requirement plan of the material is done with Material Requirement Planning (MRP) methode which form material strategic proactive. The Material Requirement Planning (MRP) observe to the future and identify material that will be required, set up, appropriate source, for placement appropriate and in good time. The first application with to do estimates the total request for production in the future. The Least Square, Quadratic, Moving Average and exponential smoothing is applied for the demand forecasting. By knowing the master production schedule, Bill of material, cost structure and inventory, and then to do compare supply planning cost with use the technique lot sizing Period Order Quantity (POQ), Lot-For-Lot (LFL), Least Unit Cost (LUC), Economic Order Quantity (EOQ). EOQ applied at PT. Immortal, and the of the four methode eligible minimum cost. The smallest expense found from lot size Least Unit Cost (LUC) that is Rp 5.204.940 Key Words : MRP, Lot Sizing, Supply, Forecasting, Sunblock
[ii]
ABSTRAKSI
Dewasa ini Indonesia sedang menghadapi tantangan dan peluang regional dan global di segala bidang usaha dan salah satunya di bidang industri. Oleh sebab itu, perusahaan dituntut untuk dapat beroperasi lebih efektif dan efisien dalam menghadapi persaingan dengan perusahaan sejenis. PT. Immortal harus mampu menekan biaya produksi seminimal mungkin. Setiap perusahaan memiliki tujuan yang sama, yaitu memperoleh laba karena laba merupakan penentu utama kelangsungan hidup dan berkembangnya suatu perusahaan. Untuk mencapai tujuan ini, salah satu cara dengan menekan biaya persediaan bahan baku. Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan, yang akan digunakan dalam proses produksi. Persediaan berpengaruh terhadap besarnya biaya operasi, sehingga kesalahan dalam mengelola persediaan akan mengurangi keuntungan. Perusahaan sering kali mengalami masalah persediaan, diantaranya persediaan terlalu banyak atau bahkan terjadi kekurangan. Kedua kondisi tersebut mengakibatkan timbulnya biaya yang besar. Oleh karena itu diperlukan manajemen persediaan untuk menganalisa tingkat persediaan yang optimum. Perencanaan kebutuhan material dilakukan dengan metode MRP yang merupakan strategi material proaktif. MRP melihat ke masa depan dan mengidentifikasi material yang akan diperlukan, jumlahnya, sumber yang tepat, untuk penempatan yang tepat dan pada waktu yang tepat. Penerapannya diawali dengan melakukan peramalan akan jumlah permintaan / produksi untuk waktu yang akan datang. Peramalan tersebut diolah dengan menggunakan metode Least Square, Quadratic, Moving Average dan exponential smoothing. Dengan mengetahui jadwal induk produksi (Master Production Schedule), struktur produk, daftar kebutuhan bahan dan status inventori, kemudian dilakukan perbandingan biaya perencanaan persediaan dengan menggunakan teknik lot sizing antara lain Period Order Quantity (POQ), Lot-For-Lot (LFL), Least Unit Cost (LUC), Economic Order Quantity (EOQ). Metode Econimic Order Quantity ini diterapkan di PT. Immortal, dan dari ke empat metode tersebut dipilih metode yang menghasilkan biaya paling minimum. Dari analisa yang dilakukan, teknik lot size Least Unit Cost (LUC) menghasilkan biaya total persediaan yang terendah yaitu Rp 5.204.940
Kata Kunci : MRP, Lot Sizing, Persediaan, Peramalan, Sunblock
[i]
DAFTAR ISI
Lembar Judul Lembar Pernyataan Lembar Persetujuan Lembar Pengesahan Abstraksi
i
Abstract
ii
Kata Pengantar
iii
Daftar Isi
v
Daftar Gambar
ix
Daftar Tabel
x
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.1. Latar Belakang
1
1.2. Rumusan Masalah
3
1.3. Batasan Masalah
3
1.4. Tujuan Penulisan
3
1.5. Metodologi Penulisan
3
1.6. Sistematika Penulisan
4
LANDASAN TEORI
6
2.1. Sistem Manufacturing Modern
6
BAB II
2.1.1.
Konsep Deming tentang Sistem Industri
6
Manufacturing Modern 2.1.2.
Konsep Dasar Sistem Produksi
2.2. Konsep Dasar Manajemen Permintaan
7 9
2.2.1.
Jenis – Jenis Peramalan
2.2.2.
Pola Data Peramalan
12
2.2.3.
Metode Peramalan
14
[v]
9
2.2.4.
Analisa Kesalahan Peramalan
2.3. Perencanaan Produksi (Agregat) Dan Kebutuhan Sumber
18 19
Daya (Heuristic Approach) 2.3.1.
Perencanaan Produksi (Agregat)
20
2.3.2.
Perencanaan Kebutuhan Sumber Daya
22
2.4. Penjadwalan Produksi Induk (Master Product Scheduling
24
– MPS) 2.4.1.
Beberapa Pertimbangan Dalam Mendesain MPS
25
2.4.2.
Teknik Penyusunan MPS
26
2.5. Permintaan Independen Model Deterministik
28
2.5.1.
Persediaan (Inventory)
28
2.5.2.
Model Persediaan Deterministik
28
2.5.3.
Tipe Persediaan
29
2.5.4.
Fungsi Persediaan
30
2.5.5.
Empat Faktor Fungsi Arti Penting Persediaan
30
2.5.6.
Biaya dalam Persediaan
31
2.5.7.
Tujuan Manajemen Persediaan
33
2.5.8.
Sistem Pemesanan Jumlah Tetap
33
2.6. Pengertian dan Perkembangan MRP
36
2.6.1
Model Persediaan Dependen
37
2.6.2.
Teknik Permintaan Dependen
38
2.6.3.
Persyaratan Agar Model Persediaan Dependen
38
Efektif 2.6.4.
Manfaat MRP
40
2.6.5.
Struktur MRP
40
2.6.6.
Manajemen MRP
41
2.6.7.
Teknik Lot Sizing
43
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
45
3.1.
Studi Pendahuluan
45
3.1.1
46
Studi Lapangan
[vi]
3.1.2.
Studi Pustaka
46
3.2.
Identifikasi Masalah
47
3.3.
Tujuan Penelitian
47
3.4.
Pokok Permasalahan
48
3.5.
Pengumpulan Data
49
3.6.
Pengolahan Data
50
3.7.
Hasil Dan Analisis
50
3.8.
Kesimpulan Dan Saran
51
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
53
4.1.
Profil Perusahaan
53
4.2.
Pengumpulan Data Bahan Baku Sunblock
54
4.2.1.
Data Permintaan
54
4.2.1.1. Peramalan Permintaan
55
4.2.1.2. Peramalan dan Pengukuran Error
55
Peramalan dari Metode Peramalan Least Square 4.2.1.3. Peramalan dan Pengukuran Error
57
Peramalan dari Metode Peramalan Quadratic 4.2.1.4. Peramalan dan Pengukuran Error
59
Peramalan dari Metode Peramalan Moving Average 4.2.1.5. Peramalan dan Pengukuran Error
60
Peramalan dari Metode Peramalan Exponential
4.3.
4.2.2.
Jadwal Induk Produksi
65
4.2.3.
Struktur Produk dan Bill of Material
65
4.2.4.
Struktur Biaya
67
4.2.5
Status Inventori
67
Pengolahan Data
68
[vii]
4.3.1.
Perhitungan Menggunakan Metode POQ
68
4.3.2.
Perhitungan Menggunakan Metode Lot for Lot
71
4.3.3.
Perhitungan Menggunakan Metode Least Unit
73
Cost 4.3.4.
Perhitungan Menggunakan Metode Economic
78
Order Quantity
BAB V
ANALISA PEMBAHASAN 5.1.
Analisa Total Biaya Pemesanan dan Penyimpanan Dengan
82 82
Menggunakan Metode POQ, Lot For Lot, Least Unit Cost, EOQ (metode yang digunakan pada perusahaan)
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1.
Kesimpulan
86
6.2.
Saran
87
Daftar Pustaka Lampiran
[viii]
DAFTAR TABEL Tabel
2.1.
Informasi yang diperlukan untuk perencanaan produksi
20
Tabel
2.2.
Master Production Schedule (MPS)
27
Tabel
4.1.
Permintaan kosmetik jenis sunblock ukuran 1 Kg
54
Tabel
4.2.
Perhitungan peramalan permintaan metode least square
55
Tabel
4.3.
56
Tabel
4.4.
Perhitungan analisis kesalahan peramalan metode least square Perhitungan peramalan permintaan metode quadratic
Tabel
4.5.
Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel
Perhitungan analisis kesalahan peramalan metode quadratic 4.6. Perhitungan peramalan permintaan metode moving average 4.7. Perhitungan analisis kesalahan peramalan metode Moving Average 4 bulanan 4.8. Perhitungan analisis kesalahan peramalan metode Moving Average 5 bulanan 4.9. Perhitungan peramalan permintaan metode Exponential Smoothing 4.10. Perhitungan analisis kesalahan peramalan metode Exponential Smoothing dengan α = 0,8 4.11. Perhitungan analisis kesalahan peramalan metode Exponential Smoothing dengan α = 0,9 4.12. Metode dan akurasi hasil peramalan jenis kosmetik 1 Kg.
57 58 59 59 60 61 61 62 63
Tabel
4.13. Hasil perhitungan peta Moving Range untuk memverifikasi peramalan Kosmetik Jenis Sunblock ukuran 1 Kg dengan metode least square/linear 4.14. Hasil perhitungan peramalan Kosmetik Jenis Sunblock ukuran 1 Kg dengan metode least square 4.15. Jadwal Induk Produksi Sunblock 1 Kg
65
Tabel
4.16. Bill Of Material
66
Tabel
4.17. Kebutuhan Total Bahan Baku Sunblock 1 Kg
66
Tabel
4.18. Data Pengadaan Material
67
Tabel
4.19. Perencanaan Pemesanan Base Cream
69
Tabel
4.20. Perencanaan Pemesanan OMC
69
Tabel
4.21. Perencanaan Pemesanan Vitamin E
70
Tabel
4.22. Perencanaan Pemesanan Titan Dioxide
70
Tabel
Tabel
[x]
63 64
Tabel
4.23. Perencanaan Pemesanan Base Cream
71
Tabel
4.24. Perencanaan Pemesanan OMC
72
Tabel
4.25. Perencanaan Pemesanan Vitamin E
72
Tabel
4.26. Perencanaan Pemesanan Titan Dioxide
73
Tabel
4.27. Perencanaan Pemesanan Base Cream
74
Tabel
4.28. Perhitungan Base Cream Metode LUC
74
Tabel
4.29. Perencanaan Pemesanan OMC
75
Tabel
4.30. Perhitungan OMC Metode LUC
75
Tabel
4.31. Perencanaan Pemesanan Vitamin E
76
Tabel
4.32. Perhitungan Vitamin E Metode LUC
76
Tabel
4.33. Perencanaan Pemesanan Titan Dioxide
77
Tabel
4.34. Perhitungan Titan Dioxide Metode LUC
77
Tabel
4.35. Perencanaan Pemesanan Base Cream
78
Tabel
4.36. Perencanaan Pemesanan OMC
79
Tabel
4.37. Perencanaan Pemesanan Vitamin E
79
Tabel
4.38. Perencanaan Pemesanan Titan Dioxide
80
Tabel
80
Tabel
4.39. Paket Penawaran Discount 4.40. Perhitungan biaya total persediaan
81
Tabel
5.1.
82
Tabel
5.2.
Tabel
5.3.
Tabel
5.4.
Tabel
5.5.
Total Biaya Pemesanan dan Penyimpanan Dengan Menggunakan Metode POQ Total Biaya Pemesanan dan Penyimpanan Dengan Menggunakan Metode Lot For Lot Total Biaya Pemesanan dan Penyimpanan Dengan Menggunakan Metode Least Unit Cost Total Biaya Pemesanan dan Penyimpanan Dengan Menggunakan Metode EOQ EOQ dan Total cost Pada Incremental Discount
[xi]
82 83 83 84
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1.
Roda Deming dalam system industri Modern
6
Gambar 2.2.
Skema Sistem Produksi
8
Gambar 2.3.
Pola Data Horizontal
12
Gambar 2.4.
Pola Data Musiman
13
Gambar 2.5.
Pola Data Siklis
13
Gambar 2.6.
Pola Data Trend
13
Gambar 2.7.
Metode Peramalan
14
Gambar 2.8.
Hierarki Perencanaan Prioritas dan Kapasitas
19
Gambar 2.9.
Model EOQ
33
Gambar 2.10. Struktur Sistem MRP
41
Gambar 3.1.
Metodologi Penelitian
52
Gambar 4.1.
Permintaan kosmetik jenis sunblock ukuran 12,5 g
55
Gambar 4.2.
Peta moving range untuk peramalan least square
64
Gambar 4.3.
Grafik peramalan Sunblock 1 Kg dengan metode least square
65
Gambar 4.4.
Struktur produk sunblock 1 Kg
65
[ix]
BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Dewasa ini Indonesia sedang menghadapi tantangan dan peluang
regional maupun global di segala bidang usaha dan salah satunya di bidang industri kosmetik. Oleh sebab itu, perusahaan dituntut untuk dapat beroperasi lebih efektif dan efisien dalam menghadapi persaingan dengan perusahaan sejenis. Setiap perusahaan memiliki tujuan yang sama, yaitu memperoleh laba karena laba merupakan penentu utama kelangsungan hidup dan berkembangnya suatu perusahaan. Untuk mencapai tujuan ini, salah satu hal yang berpengaruh yaitu total biaya produksi pada suatu jenis biaya persediaan bahan baku. Manajemen Persediaan yang baik merupakan salah satu faktor keberhasilan suatu perusahaan manufacturing untuk melayani kebutuhan pabrik dan konsumen dalam menghasilkan suatu produk yang berkualitas dan tepat waktu. Permasalahan tidak tepatnya waktu kedatangan bahan baku yang telah dijadwalkan perusahaan dapat membuat suatu kepanikan apabila stock persediaan bahan baku habis, sementara order telah harus dipenuhi. Sebaiknya kelebihan persediaan menimbulkan biaya UNIVERSITAS MERCUBUANA
1
BAB I PENDAHULUAN
tambahan seperti biaya keamanan, biaya gudang, resiko penyusutan, yang sering kali perusahaan kurang mempertimbangkannya. Untuk efisiensi biaya persediaan, maka perlu ditentukan perencanaan dan pengendalian bahan baku yang baik dan tepat. Perencanaan dan pengendalian bahan baku dapat dikatakan baik jika persediaan yang ada mampu mencukupi kebutuhan produksi dan memiliki tingkat biaya persediaan yang minimum. Sistem MRP merupakan strategi material proaktif. MRP melihat ke masa depan dan mengidentifikasi material yang akan diperlukan, jumlahnya, sumber yang tepat, untuk penempatan yang tepat dan pada waktu yang tepat. Dengan adanya perencanaan dan penjadwalan kebutuhan persediaan material yang tepat maka perusahaan diharapkan dapat mengoptimalkan persediaan yang secara tidak langsung juga akan meminimalkan biaya persediaan (inventory cost). Sistem MRP sangat membantu dalam perencanaan produksi untuk merencanakan kebutuhan bahan baku dengan waktu pemesanan yang tepat sehingga dapat meningkatkan efisiensi biaya. P.T Immortal merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang industri kosmetik, dimana dalam melakukan aktifitas produksinya perusahaan ini berproduksi berdasarkan pesanan dari konsumen (Job Order). Produksi kosmetik sunblock ini membutuhkan bahan baku material seperti Base Cream, Niacinamide, dll. Dalam hal ini, bahan baku jika disimpan terlalu lama maka bahan baku tersebut dapat rusak dan menurun kualitasnya sehingga jika masih digunakan untuk memproduksi hasilnya tidak maksimal atau kurang baik.
UNIVERSITAS MERCUBUANA
2
BAB I PENDAHULUAN
1.2.
Rumusan Masalah Material Requirement Planning (MRP) merupakan metode untuk
melakukan perencanaan kebutuhan bahan baku sunblock. Untuk itu dalam tugas akhir ini akan dibahas bagaimana penerapan sistem perencanaan kebutuhan material pada teknik lot sizing dapat memberikan biaya total yang optimal pada pembuatan sunblock. 1.3.
Batasan Masalah Batasan masalah pada tugas akhir ini adalah : 1.
Jadwal Induk Produksi diperoleh dari peramalan permintaan
2.
Konsep manajemen MRP
3.
Membandingkan beberapa teknik lot sizing pada MRP
4.
Biaya total yang akan dihitung adalah biaya pemesanan dan biaya penyimpanan
1.4.
Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk mencari jumlah
pesanan yang optimal berdasarkan biaya pesan dan biaya simpan dengan teknik lot sizing. 1.5.
Metodologi Penulisan Metode yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah : 1.
Studi literatur, dengan mengumpulkan referensi mengenai kebutuhan material yang dibahas.
UNIVERSITAS MERCUBUANA
3
BAB I PENDAHULUAN
2.
Observasi, dengan melakukan diskusi pembahasan masalah baik dengan pembimbing maupun dengan orang yang berkompeten pada kasus ini.
1.6.
Sistematika Penulisan Untuk memberikan gambaran umum yang sistematis dan dapat
memperjelas isi dari laporan, maka penulis membagi laporan ini dalam enam bab dan setiap bab terdiri dari beberapa sub bagian. Penjelasan singkat mengenai masing-masing bab adalah sebagai berikut: BAB I
PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penulisan, metodologi penelitian dan sistematika penulisan tugas akhir ini.
BAB II
LANDASAN TEORI Bab ini menjelaskan uraian mengenai konsep, teori dan rumusan yang menunjang dalam pemecahan masalah.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN Menjelaskan cara pengambilan data dan pengolahan data dengan menggunakan alat-alat analisis yang ada.
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Bab ini berisi data-data yang diperlukan dan pengolahannya untuk menerapkan sistem material requirement planning yang tepat.
UNIVERSITAS MERCUBUANA
4
BAB I PENDAHULUAN
BAB V
ANALISA PEMBAHASAN Bab ini menguraikan tentang penganalisaan data-data yang telah
diperoleh
dan
dibuat
langkah-langkah
penyelesaiannya BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini menjelaskan kesimpulan yang dapat diambil dan saran yang dapat diberikan untuk perbaikan dimasa yang akan datang
UNIVERSITAS MERCUBUANA
5
BAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI
2.1.
Sistem Manufacturing Modern
2.1.1.
Konsep Deming tentang Sistem Industri Manufacturing Modern Dr. William Edwards Deming, seorang guru manajemen kualitas dr.
Amerika Serikat menggambarkan suatu konsep sistem industri yang populer dengan nama Roda Deming (Deming’s Wheel) yaitu :
Tahap Kedua : Desain Produk Sesuai Keinginan Pasar (Konsumen)
Tahap Ketiga : Proses Produksi Secara Efektif dan Efisien Sesuai Desain Produk
Tahap Pertama : Riset Pasar Untuk Mengetahui Keinginan Pasar (Konsumen)
Tahap Keempat : Pemasaran Produk dengan Pelayanan Purna Jual yang Baik
Gambar 2.1. Roda Deming dalam sistem industri Modern
UNIVERSITAS MERCUBUANA
6
BAB II LANDASAN TEORI
Dari Roda Deming tampak bahwa berdasarkan informasi tentang keinginan konsumen (pasar) yang diperoleh dari riset pasar yang komprehensif, selanjutnya didesain produk sesuai dengan keinginan pasar tersebut. Desain produk menerapkan model dan spesifikasi yang harus diikuti bagian produksi, dimana bagian produksi harus meningkatkan efisiensi dari proses dan kualitas produk, agar di peroleh produk-produk berkualitas sesuai dengan desain yang telah ditetapkan berdasarkan keinginan pasar itu, dengan biaya yang serendah mungkin. Hal ini dapat dicapai dengan menghilangkan pemborosan (waste) yang terjadi dalam proses produksi tersebut, melalui perencanaan dan pengendalian proses produksi. Selanjutnya hasil produksi tersebut didistribusikan ke konsumen melalui bagian pemasaran, dengan harga yang kompetitif. Setiap bagian dalam organsiasi industri modern harus mendukung bagian desain, produksi dan pemasaran dalam meningkatkan kualitas kepada konsumen.
2.1.2.
Konsep Dasar Sistem Produksi Produksi adalah bidang yang terus berkembang selaras dengan
perkembangan teknologi (Continous improvemnet) dimana produksi memiliki suatu jalinan hubungan timbal-balik yang sangat erat dengan tekhnologi. Dalam sistem produksi modern terjadi suatu proses transformasi nilai tambah yang mengubah input menjadi output yang dapat dijual dengan harga kompetitif di pasar. Proses transformasi nilai tambah dari input menjadi output dalam sistem produksi modern, selalu melibatkan komponen struktur dan fungsional. Komponen struktural yang membentuk sistem produksi terdiri dari : bahan (material), mesin dan peralatan, tenaga kerja, modal, energi, informasi, UNIVERSITAS MERCUBUANA
7
BAB II LANDASAN TEORI
tanah, dan lain-lain. Sedangkan komponen/elemen fungsional terdiri dari : supervisi, perencanaan, pengendalian, kordinasi, dan kepemimpinan, yang kesemuanya berkaitan dengan manajemen dan organisasi. Suatu sistem produksi selalu berada dalam lingkungan, sehingga aspek-aspek lingkungan seperti perkembangan tekhnologi, sosial dan ekonomi, serta kebijakan pemerintah akan sangat mempengaruhi keberadaan sistem produksi itu. Secara skematis sederhana, sistem produksi dapat digambarkan sebagai berikut : LINGKUNGAN
INPUT - Tenaga kerja - Modal - Material - Energi - Tanah - Informasi - Manajerial
PROSES
OUTPUT
PROSES TRANSFORMASI NILAI TAMBAH
PRODUK (Barang dan/atau Jasa)
Umpan Balik Untuk Pengendalian Input, Proses, dan Teknologi
Gambar 2.2. Skema Sistem Produksi
Di dalam sistem produksi terdapat 2 jenis aliran yang perlu dipertimbangkan yaitu aliran material dan aliran informasi. Aliran material terjadi apabila material dipindahkan dari satu tugas ke tugas berikutnya, atau dari beberapa tangan ke tempat penyimpanan, atau sebaliknya.
UNIVERSITAS MERCUBUANA
8
BAB II LANDASAN TEORI
2.2.
Konsep Dasar Manajemen Permintaan Pada
dasarnya
manajemen
permintaan
(demand
management)
didefinisikan sebagai suatu fungsi pengelolaan dari semua permintaan produk untuk menjamin bahwa penyusun jadwal induk (master scheduler) mengetahui dan menyadari semua permintaan produk itu. Manajemen permintaan akan menjaring informasi yang berkaitan dengan peramalan (forecasting), order entry, order promising, branch warehouse requirements, pesanan antarpabrik (interplant orders), dan kebutuhan untuk service parts, seperti : suku cadang untuk pemeliharaan
peralatan
keperluan-keperluan
untuk
bagian
riset
dan
pengembangan produk dan lain-lain. Secara garis besar aktivitas-aktivitas dalam manajemen permintaan dapat dikategorikan ke dalam dua aktivitas utama, yaitu : (1) pelayanan pesanan (order service) bersifat pasti (certain), dan (2) peramalan (forecasting) bersifat tidak pasti (uncertain).
2.2.1.
Jenis-Jenis Peramalan Jenis peramalan dapat dibedakan dari beberapa segi, tergantung dari cara
melihatnya. 1.
Peramalan Berdasarkan Penyusunannya a. Peramalan Subjektif Peramalan berdasarkan perasaan atau intuisi dari orang-orang yang menyusunnya, dalam hal ini pandangan judgment orang yang menyusun sangat menentukan baik atau tidaknya hasil peramalan. b. Peramalan Objektif
UNIVERSITAS MERCUBUANA
9
BAB II LANDASAN TEORI
Peramalan berdasarkan data yang relevan pada masa lalu, dengan menggunakan teknik-teknik dan metode-metode dalam penganalisaan data tersebut. 2.
Peramalan Berdasarkan Jangka Waktu a. Peramalan Jangka Panjang (Long-Term Forecast) Peramalan ini dibutuhkan untuk merencanakan hal-hal umum mengenai suatu organisasi untuk jangka panjang. Peramalan dilakukan untuk penyusunan hasil ramalan dengan jangka waktu tiga tahun atau lebih. Hal ini merupakan faktor utama bagi manajemen puncak untuk mengambil keputusan mengenai perencanaan kapasitas, penelitian dan pengembangan produk dan pasar serta membuat studi kelayakan pabrik untuk perluasan perusahaan bisnis. Metode-metode yang digunakan untuk peramalan jangka panjang : -
Metode Deret Waktu (Time Series)
-
Metode Regresi
b. Peramalan Jangka Menengah (Middle-Term Forecast) Peramalan ini digunakan untuk merencanakan strategi oleh manajemen menengah dan manajemen tingkat pertama untuk memenuhi kebutuhan di masa mendatang dan membuat keputusan untuk perencanaan produksi, anggaran produksi serta menganalisa berbagai macam rencana operasi. Peramalan dilakukan untuk penyusunan hasil ramalan dengan jangka waktu tiga bulan hingga tiga tahun. c. Peramalan Jangka Pendek (Short-Term Forecast)
UNIVERSITAS MERCUBUANA
10
BAB II LANDASAN TEORI
Peramalan ini digunakan untuk merencanakan pembelian, menentukan persediaan dan penjadwalan produksi. Peramalan dilakukan untuk penyusunan hasil ramalan dengan jangka waktu yang kurang dari satu bulan hingga satu tahun. Metode-metode yang digunakan pada peramalan jangka pendek :
3.
-
Metode Perataan (Average)
-
Metode Pemulusan (Smoothing)
Peramalan Berdasarkan Sifat Peramalan a. Peramalan Teknik Kualitatif Peramalan teknik kualitatif digunakan terutama jika data masa lalu tidak tersedia atau tidak diandalkan untuk memperkirakan permintaan mendatang seperti ketika perusahaan akan memperkenalkan atau melempar produk baru ke pasar dan peramalan tidak memerlukan data yang serupa seperti pada peramalan teknik kuantitatif. Peramalan ini terutama digunakan untuk peramalan jangka panjang dan dilakukan dengan menggunakan judgement, pengetahuan, pendapat pribadi, pendapat ahli, penelitian pasar dan pengalaman dari orang yang melakukannya. b. Peramalan Teknik Kuantitatif Peramalan teknik kuantitatif adalah peramalan yang didasarkan atas data kuantitatif masa lalu. Hasil peramalan ini tergantung pada metode yang digunakan dalam peramalannya, karena dengan metode yang
UNIVERSITAS MERCUBUANA
11
BAB II LANDASAN TEORI
berbeda akan menghasilkan hasil yang berbeda. Peramalan teknik kuantitatif dapat diterapkan bila terdapat tiga kondisi berikut : -
Tersedia informasi masa lalu dan mengenai kondisi yang lain,
-
Informasi tersebut dapat dikuantitatifkan dalam data numerik,
-
Dapat diasumsikan bahwa beberapa aspek pola masa lalu akan terus berlanjut di masa mendatang atau dengan pola masa mendatang merupakan kelanjutan pola masa lalu.
2.2.2. -
Pola Data Peramalan
Pola Horizontal Terjadi bilamana nilai data berfluktuasi di sekitar nilai rata-rata yang konstan.
Deret seperti itu, stationer terhadap nilai rata-ratanya.
Gambar 2.3. Pola Data Horizontal
-
Pola Musiman Terjadi bilamana deret dipengaruhi oleh faktor musiman,seperti kuartal tahun
tertentu, bulanan, harian pada minggu tertentu.
UNIVERSITAS MERCUBUANA
12
BAB II LANDASAN TEORI
Gambar 2.4. Pola Data Musiman
-
Pola Siklis Terjadi bilamana datanya dipengaruhi oleh fluktuasi ekonomi jangka panjang
seperti yang berhubugan dengan siklus bisnis.
Gambar 2.5. Pola Data Siklis
-
Pola Trend Terjadi bilamana terdapat kenaikan atau penurunan sekuler jangka panjang
dalam data.
Gambar 2.6. Pola Data Trend
UNIVERSITAS MERCUBUANA
13
BAB II LANDASAN TEORI
2.2.3.
Metode Peramalan
Gambar 2.7. Metode Peramalan
Pada dasarnya, metode kuantitatif yang digunakan dalam prakiraan dapat dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu metode serial waktu dan metode kausal. Dalam penulisan ini menggunakan metode time series, karena dalam melakukan peramalan, penulis tidak menggunakan factor luar/variable bebas (seperti harga, diskon dan lain-lain) untuk mendapatkan hasil peramalan, melainkan hanya dengan menggunakan data permintaan dan variable waktu. Dalam metode time series penulis menggunakan metode linear, metode quadratic, metode moving average, dan metode exponential smoothing. Berdasarkan data dan grafik permintaan (dapat dilihat dalam bab 4), metode yang penulis gunakan berdasarkan kecenderungan (Trend) dan musiman (Seasonal), karena untuk pola data konstan pada data permintaan yang penulis dapatkan tidak horizontal sepenuhnya (konstan) melainkan data permintaannya bersifat fluktuatif, untuk pola data permintaan yang penulis dapat tidak menunjukkan pola data yang bersifat cyclical karena cyclical terjadi bilamana datanya dipengaruhi oleh fluktuasi ekonomi jangka panjang yang berhubungan dengan siklus bisnis.
UNIVERSITAS MERCUBUANA
14
BAB II LANDASAN TEORI
Untuk pola data kecenderungan (Trend) penulis menggunakan regresi sederhana yaitu Linear/Least Square dan regresi berganda yaitu Quadratic dengan variabel waktu. -
Metode Linear Menghitung metode Linear dilakukan dengan persamaan : Y' = a + b.t Nilai a dan b diperoleh dari : n. (Σt.Y) – ΣY. Σt b =
a =
n. Σt 2 – (Σt) 2
ΣY
b.Σt
n
n
Dimana : Y' = Permintaan periode ket
= Waktu
n = Periode -
Metode Quadratic Menghitung metode Quadratic dilakukan dengan persamaan : Y' = a + b.t + c.t2 Nilai a, b dan c diperoleh dari : γ = (Σt 2) – n.Σt 4
2 2 θ = Σt . ΣY – n.Σt .Y
τ = Σt. ΣY – n.Σt .Y
β = (Σt) 2 – n.Σt2
α = Σt. Σt2 – n.Σt 3
b =
γ. τ - θ. α γ. β - α2
UNIVERSITAS MERCUBUANA
15
BAB II LANDASAN TEORI
c=
θ - b. α γ
a = ΣY n
b.Σt
c.Σt2
n
n
Untuk pola data musiman (seasonal) penulis menggunakan metode Moving Average, dan Exponential Smoothing. -
Metode Moving Average Untuk metode Moving Average penulis tidak menggunakan pembobotan pada setiap periode. Jadi untuk metode Moving Average penulis menggunakan metode Moving Average sederhana (linear). Untuk lebih jelasnya mengenai pengertian dan rumus mengenai Moving Average sederhana dapat dilihat seperti berikut : Pada Moving Average sederhana prakiraan didasarkan pada proyeksi serial data yang dimuluskan dengan rata-rata bergerak. Satu set data (N periode terakhir) dicari rata-ratanya, selanjutnya dipakai sebagai prakiraan untuk periode berikutnya. Istilah rata-rata bergerak digunakan karena setiap diperoleh observasi (data aktual) baru maka rata-rata yang baru dapat dihitung dengan mengeluarkan atau meninggalkan data periode yang terlama dan memasukkan data periode yang terbaru (terakhir). Rata-rata yang baru ini kemudian dipakai sebagai prakiraan untuk periode yang akan datang, dan seterusnya. Serial data yang digunakan jumlahnya selalu tetap dan termasuk periode terakhir. Menghitung metode Moving Average dilakukan dengan persamaan :
UNIVERSITAS MERCUBUANA
16
BAB II LANDASAN TEORI
HP(i+1) = Al(i) = x(i) + x (i-1) + …. + x(i-n+1) / n Dimana HP(i+1) = harga peramalan untuk waktu (i+1) Al(i) = moving average dari waktu (i) x(i) = harga actual pada waktu (i) n -
= jumlah periode yang dilibatkan
Metode Exponential Smoothing (Pemulusan Eksponensial) Metode pemulusan eksponensial (Exponential Smoothing) mencoba untuk mengurangi ketidakteraturan musiman dari data yang ada dengan memberikan bobot / timbangan kepada data yang bertambah secara eksponensial. Perlu diperhatikan dalam penggunaan metode ini bahwa periode pertama dari peramalan ini bila tidak tersedia atau tidak terdapat hasil atau nilai ramalan sebelumnya, pemecahan masalah ini dapat dilakukan dengan menggunakan nilai data yang pertama sebagai ramalan yang pertama. Meskipun metode pemulusan eksponensial ini sederhana, namun metode ini pun mempunyai masalah. Salah satunya adalah dalam menemukan nilai bobot (α) yang optimal. Optimasi tersebut harus dapat meminimalkan kesalahan, tetapi masalahnya tidak semudah mencari ratarata, karena rata-rata menghasilkan minimalisasi pada setiap kali dilakukan perhitungan rata-rata dari sekelompok angka. Dalam pemulusan eksponensial,
untuk mendapatkan
besarnya nilai
α
yang dapat
meminimalkan kesalahan ditentukan dengan cara coba dan salah atau trial and error. Menghitung metode Exponential Smoothing dilakukan dengan persamaan :
UNIVERSITAS MERCUBUANA
17
BAB II LANDASAN TEORI
Ft+1 = αDt + (1- α)Ft F = forecast D = actual demand α = smoothing constant
2.2.4.
Analisa Kesalahan Peramalan Pada umumnya setiap metode peramalan hanya merupakan sebuah alat
yang digunakan untuk meramalkan keadaan yang akan datang memiliki penyimpangan atau kesalahan dari keadaan aslinya, baik penyimpangannya besar atau kecil. Oleh karena itu ada baiknya bila penulis memakai lebih dari satu metode peramalan dalam meramalkan permintaan dimasa yang akan datang, sehingga kita bisa membandingkan hasil yang diperoleh oleh setiap metode peramalan. Metode peramalan yang memiliki penyimpangan paling kecil yang kita pilih, karena semakin kecil penyimpangan yang diberikan metode peramalan tersebut, memberikan hasil yang mendekati keadaan yang sebenarnya. Berikut adalah analisa kesalahan peramalan dengan menggunakan beberapa ukuran statistik, antara lain : 1. Rata-rata Deviasi Mutlak (Mean Absolute Deviation = MAD) MAD = Σ
Y - Y' n
Dimana : Y
= Permintaan aktual pada periode – t
Y' = Peramalan permintaan pada periode – t n
= Jumlah periode peramalan yang terlibat
UNIVERSITAS MERCUBUANA
18
BAB II LANDASAN TEORI
2. Rata-rata Kuadrat Kesalahan (Mean Square Error = MSE) MSE = Σ (At - Ft)2 / n 3. Rata-rata Kesalahan Peramalan (Mean Forecast Error = MFE) MFE = Σ (At - Ft) / n 4. Standar Estimate Of Error (SEE) SEE = √ Σ Y - Y' / n 5. Rata-rata Persentase Kesalahan Absolut (Mean Absolute Percentage Error = MAPE) MAPE = (100/n) Σ At -
2.3.
Ft At
Perencanaan Produksi (Agregat) Dan Kebutuhan Sumber Daya (Heuristic Approach)
Gambar 2.8. Hierarki Perencanaan Prioritas dan Kapasitas
UNIVERSITAS MERCUBUANA
19
BAB II LANDASAN TEORI
2.3.1.
Perencanaan Produksi (Agregat) Pada dasarnya perencanaan produksi merupakan suatu proses penetapan
tingkat output manufakturing secara keseluruhan guna memenuhi tingkat penjualan yang direncanakan dan inventori yang diinginkan. Proses perencanaan produksi dilakukan melalui 4 langkah utama, sebagai berikut : 1.
Mengumpulkan data yang relevan dengan perencanaan produksi. Beberapa informasi yang dibutuhkan adalah : Sales forecast yang bersifat tidak pasti dan pesanan-pesanan (order) yang bersifat pasti selama periode waktu tertentu. Selanjutnya perlu diperhatikan backlog (pesanan) yang telah diterima pada waktu lalu namun belum dikirim, kuantitas produksi di waktu lalu yang masih kurang dan harus diproduksi, dan lain-lain.
2.
Mengembangkan data yang relevan menjadi informasi yang teratur (Tabel 2.1.). Tabel 2.1. Informasi yang diperlukan untuk perencanaan produksi No
Deskripsi
Periode Waktu (bulan) 0
1
Ramalan penjualan
2
Pesanan (orders)
3
Permintaan Total = (1) + (2)
4
Rencana produksi
5
Inventori
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Keterangan Periode 0 adalah periode lalu, informasi yang berkaitan dengan inventori awal yang ada di tempatkan pada periode 0. Total permintaan
UNIVERSITAS MERCUBUANA
20
BAB II LANDASAN TEORI
merupakan kuantitas yang dibutuhkan pada periode waktu tertentu, dan rencana produksi harus mengacu pada informasi ini.
3.
Menentukan kapasitas produksi, berkaitan dengan sumber-sumber daya yang ada.
4.
Melakukan partnership meeting, yang membicarakan isu-isu penting /khusus, performansi perusahaan berkaitan dengan pelayanan pelanggan, isu bisnis dan keuangan, laporan dari masing-masing departemen, diskusi tentang produk baru, masalah dalam proses produksi, kualitas, biaya produksi, penetapan harga, pembelian bahan baku, performansi pemasok material dan lain-lain.
Rencana produksi harus mengacu pada permintaan total, sehingga formula umum untuk rencana produksi adalah :
Rencana Produksi + (Total Permintaan – Inventory Awal) + Inventori Akhir
Pada dasarnya dalam sistem MRP terdapat tiga alternatif strategi perencanaan, produksi, yaitu : level method, chase strategy, dan compromise strategy.
- Level methode yaitu metode perencanaan produksi yang mempunyai distribusi merata dalam produksi, yang mempertahankan tingkat kestabilan produksi dan menggunakan
UNIVERSITAS MERCUBUANA
21
BAB II LANDASAN TEORI
inventori yang bervariasi untuk mengakumulasi output apabila terjadi kelebihan permintaan total.
- Chase strategy yaitu metode perencanaan produksi yang mempertahankan tingkat kestabilan inmvestori, sementara produksi bervariasi mengikuti permintaan total.
- Compromise Strategy merupakan kompromi antara kedua metode perencanaan produksi diatur. Metode ini yang selalu dipilih dalam sistem MRP.
2.3.2.
Perencanaan Kebutuhan Sumber Daya Disebut juga Resource Requirement Planning (RRP), Merupakan suatu
proses yang mengevaluasi rencana produksi guna menentukan sumber daya jangka panjang seperti tenaga kerja dan lainnya. Perencanaan kebutuhan sumber daya dapat dilakukan melalui 5 langkah berikut : a.
Memperoleh rencana produksi
b.
Menentukan struktur produk
c.
Menemukan bill of resourcess, melalui formula sebagai berikut : Rata-rata waktu assembly = Proporsi Product Mix x jam standart Assembly per unit
UNIVERSITAS MERCUBUANA
22
BAB II LANDASAN TEORI
Bill of resourcess tergantung pada struktur produk yang telah ditetapkan dan juga tergantung pada tingkat penyusunan dari sumber-sumber daya kritis (misalnya tenaga kerja).
d.
Menghitung kebutuhan sumber daya total. Dalam langkah ini, perlu di identifikasi kekurangan sumber daya.
e.
Mengevaluasi rencana yang telah dilakukan dalam langkah ini, setiap rencana dievaluasi performansinya, berkaitan dengan biaya dan tingkat efisiensi, karena setiap rencana membutuhkan tingkat inventori maupun penggunaan tenaga kerja yang berbeda. Berdasarkan evaluasi diketahui bahwa setiap rencana mempunyai keunggulan dan kekurangan. Dalam situasi ini dapat mempertimbangkan beberapa alternatif lain. misalnya penggunaan outsourcing (sumber-sumber daya dari pemasok), melakukan overtime (lembur) atau meningkatkan produksi pada periode dimana terdapat kebutuhan kapasitas.
Apabila perencanaan produksi dan perencanaan kebutuhan sumber daya pada level tertinggi, dalam hirarki perencanaan prioritas dan perencanaan kapasitas ini telah dapat diselesaikan, maka langkah selanjutnya yaitu penjadwalan produksi induk.
UNIVERSITAS MERCUBUANA
23
BAB II LANDASAN TEORI
2.4.
Penjadwalan Produksi Induk (Master Product Scheduling – MPS) Pada dasarnya jadwal produksi induk merupakan suatu pernyataan
tentang produk akhir dari suatu perusahaan industri manufaktur yang merencanakan memproduksi output berkaitan dengan kuantitas dan periode waktu. MPS mendisagregasikan dan mengimplementasikan rencana produksi.
Penjadwalan produksi induk, pada dasarnya berkaitan dengan aktivitas melakukan fungsi utama, berikut :
a. Menyediakan atau memberikan input utama kepada sistem perencanaan kebutuhan material dan kapasitas, merupakan aktivitas perencanaan lebel 3 dalam meraraki perencanaan prioritas dan perencanaan kapasitas pada sistem MRP.
b. Menjadwalkan pesanan-pesanan produksi dan pembelian untuk item.
c. Memberikan landasan untuk penentuan kebutuhan sumber daya dan kapasitas.
d. Memberikan basis untuk pembuatan janji tentang penyerahan produk, kepada pelanggan.
Sebagai suatu aktivitas proses, penjadwalan produksi induks (MPS) membutuhkan lima input utama (Tabel 2.2.) yaitu sebagai berikut :
a. Data permintaan total, yang berkaitan dengan ramalan penjualan (sales forecaste) dan pesanan-pesanan (order).
UNIVERSITAS MERCUBUANA
24
BAB II LANDASAN TEORI
b. Status inventori, berkaitan dengan informasi tentang on hand investory, stock yang dialokasikan untuk pengunaan tertentu, pesanan produksi dan pembelian yang dikeluarkan.
c. Perencanaan produksi menentukan tingkat produksi, inventori dan sumber daya lainnya.
d. Data perencanaan, berkaiatan dengan aturan-aturan tentang lot sizing, safety stock dan waktu tunggu (lead time), dari masing-masing item shrinkage factor.
2.4.1.
Beberapa Pertimbangan Dalam Mendesain MPS.
Dalam mendesain MPS, beberapa faktor utama yang menentukan proses penjadwalan produksi induk (MPS) adalah :
a. Lingkungan manufacturing
Lingkungan manufacturing yang umum dipertimbangkan adalah make to stock, make to order, dan assemble to order.
b. Struktur product atau bill of material (BOM)
Struktur produk selalu ditampilkan dalam bentuk gambar (chart format). Struktur produk yaitu cara komponen-komponen bergabung kedalam suatu produk selama proces manufacturing.
UNIVERSITAS MERCUBUANA
25
BAB II LANDASAN TEORI
Bahan baku Membuat – dikonversikan kedalam Þ sub assemblies Þ Assemlies Þ produk akhir komponen-komponen – Fabriksi
c. Horizon perencanaan, waktu tunggu produk dan production time fencees.
-
Horizon perencanaan harus sama dengan banyaknya periode dikalikan panjang dari setiap periode (H = L x N, dimana H = Horizon, L = lenght of periode, N = Number of periode)
-
Waktu tunggu produksi, yaitu lama waktu menunggu sejak penempatan pesanan sampai memproleh pesanan tersebut. Waktu tunggu berkaitan dengan waktu menunggu di proses, bergerak /berpindah, antri, set up, dan run time untuk setiap komponen yang diproduksi.
-
Time fences yaitu sebagai suatu kebijakan atau petunjuk yang ditetapkan untuk mencatat dimana (dalam zona waktu) terdapat berbagai keterbatasan atau perubahan dalam prosedur operasi, manufakturing. Time fences yang paling umum dikenal adalah Deman Time Fences (DTF) pada waktu final assembly dan Planning Time Fences (PTF) yang diterapkan pada waktu tunggu kumulatif.
2.4.2. Teknik Penyusunan MPS
Penyusunan MPS dikemukakan dalam contoh sederhana dibawah ini.
UNIVERSITAS MERCUBUANA
26
BAB II LANDASAN TEORI
Master Production Schedule (MPS)
Lot size : Demand Time Fence : Safety stock : Planning Time Fence Tabel 2.2. Master Production Schedule (MPS) Lead time : On hand :
Time Periods (Weeks) 1
2
3
4
5
6
Sales plan Actual orders Projected Available Balances (PAB) Available to Promise (ATP) Comulative ATP MPS
Keterangan :
-
Demmand Time Fence (DTF) : Adalah periode mendatang dari MPS, dimana perubahan-perubahan dari MPS tidak diijinkan, karena akan menimbulkan kerugian biaya yang besar akibat ketidaksesuaian atau kekacauan jadwal.
-
Planning Time Fence (PTF) yaitu periode mendatang dari MPS dimana dalam periode ini perubahan terhadap MPS di evaluasi.
-
Time periode : banyaknya waktu yang ditampilkan
UNIVERSITAS MERCUBUANA
27
BAB II LANDASAN TEORI
-
Projected Available Balances (PAB), yang menunjukkan status inventory yang diproyeksikan pada akhir setiap perode waktu dalam horizon perencanaan MPS.
-
Avalilable To Promise (ATP), memberikan informasi tentang berapa banyak produk tertentu yang dijadwalkan pada periode waktu itu tersedia untuk pesanan pelanggan, sehingga berdasarkan informasi ini bagian pemasaran dapat membuat janji yang tepat kepada pelanggan.
-
Master production schedule (MPS), merupakan jadwal produksi atau manufakturing yang diantisipasi untuk item tertentu.
2.5.
Permintaan Independen Model Deterministik
2.5.1.
Persediaan (Inventory) Manajemen persediaan yang baik merupakan hal yang sangat penting
bagi suatu perusahaan. Pada satu sisi, pengurangan biaya persediaan dengan cara menurunkan tingkat persediaan dapat dilakukan perusahaan, tetapi pada sisi lainnya, konsumen akan tidak puas apabila suatu produk stocknya habis. Oleh karena itu keseimbangan antara investasi persediaan dan tingkat pelayanan kepada konsumen harus dapat dicapai.
2.5.2.
-
Model Persediaan Deterministik
Digunakan untuk item permintaan yang bersifat independent, baik dalam arti dibeli melalui vendor atau diproduksi sendiri
UNIVERSITAS MERCUBUANA
28
BAB II LANDASAN TEORI
-
Informasi yang dibutuhkan : - Permintaan - Biaya persediaan - Lead time
-
Dalam model ini, semua parameter dan variabel diketahui dan dapat dikalkulasi dengan pasti (bukan probabilistik).
2.5.3. 1.
Tipe Persediaan
Persediaan alat kantor (supplies) Adalah persediaan yang diperlukan dalm menjalankan fungsi organisasi dan tidak menjadi bagian dari produk akhir Contoh : Pensil, kertas, tinta, disket, cutte dan semua alat fasilitas kantor.
2.
Persediaan bahan baku (raw material) Item yang dibeli dari para supplier untuk digunakan sebagia input dalam proses produksi. Bahan baku ini ditransformasikan atau dikonversi menjadi barang akhir Contoh : teh kering, gandum, lembaran baja, kayu, papan, cat, pernis, CPO.
3.
Persediaan barang dalam proses (in-process goods) Bagian dari produk akhir, tetapi masih dalam proses pengerjaan, karena masih menunggu item yang lain untuk diproses. Contoh : pintu mobil, kaca spion, gagang telpon.
UNIVERSITAS MERCUBUANA
29
BAB II LANDASAN TEORI
4.
Persediaan barang jadi (finisheed goods) Persediaan produk akhir yang siap untuk dijual, didistribusikan atau disimpan. Contoh : sepatu, mainan, boneka, mobil, motor.
2.5.4. -
Fungsi Persediaan
Persediaan timbul diakibatkan oleh tidak sinkronnya permintaan dengan persediaan dan waktu yang digunakan untuk memproses bahan baku.
-
Untuk menjaga keseimbangan permintaan dengan persediaan bahan baku dan waktu proses diperlukan persediaan.
-
Untuk hedging terhadap inflasi dan perubahan harga.
-
Untuk memperoleh keuntungan dari potongankuantitas, karena membeli dalam jumlah banyak biasanya ada diskon.
2.5.5. 1.
Empat Faktor Fungsi Arti Penting Persediaan
Faktor waktu - Menyangkut lamanya proses produksi dan distribusi sebelum barang jadi sampai kepada konsumen. - Waktu diperlukan untuk membuat skedul produksi, memotong bahan baku, pengiriman bahan baku, pengawasan bahan baku, produksi dan pengiriman barang jadi ke pedagang besar atau konsumen. - Persediaan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan selama waktu tunggu (lead time).
UNIVERSITAS MERCUBUANA
30
BAB II LANDASAN TEORI
2.
Faktor ketidakpastian waktu datang - Faktor ketidakpastian datang dari suplier menyebabkan perusahaan
memerlukan persediaan agar tidak menghambat proses produksi maupun keterlambatan pengiriman kepada konsumen. - Ketidakpastian mengharuskan perusahaan membuat jadwal operasi lebih teliti pada setiap level. 3.
Faktor ketidakpastian penggunaan dalam pabrik - Disebabkan oleh kesalahan dalam peramalan permintaan, kerusakan mesin, keterlambatan operasi, bahan cacat, dam berbagai kondisi lainnya. - Persediaan dilakukan untuk mengantisipasi ketidaktepatan peramalan maupun akibat lainnya tersebut.
4.
Faktor Ekonomis - Adanya keinginan perusahaan untuk mendapatkan alternatif biaya rendah dalam memproduksi atau membeli item dengan menentukan jumlah yang paling ekonomis.
2.5.6. 1.
Biaya dalam Persediaan
Biaya Pembelian Adalah harga per unit apabila item dibeli dari pihak luar, atau biaya produksi per unit apabila diproduksi dalam perusahaan. Biaya per unit akan selalu menjadi bagian dari biaya item persediaan. Untuk pembelian item dari luar, biaya per unit adalah harga beli ditambah biaya pengangkutan. Untuk item yang diproduksi di dalam perusahaan, biaya per unit adalah termasuk biaya tenaga kerja, bahan baku dan biaya overhead pabrik.
UNIVERSITAS MERCUBUANA
31
BAB II LANDASAN TEORI
2.
Biaya Pemesanan Adalah biaya yang berasal dari pembelian pesanan dari suplier atau biaya persiapan (setup cost) apabila item diproduksi di dalam perusahaan. Biaya ini disumsikan tidak akan berubah secara langsung dengan jumlah pemesanan. Contoh : biaya membuat daftar permintan, menganalisis suplier, membuat pesanan pembelian, penerimaan bahan, inspeksi bahan dan pelaksanaan proses transaksi. Sedangkan biaya persiapan dapat berupa biaya akibat perubahan proses produksi, persiapan sebelum proses produksi.
3.
Biaya Simpan Biaya yang dikeluarkan atas investasi dalam persediaan dan pemeliharaan maupun investasi sarana fisik untuk menyimpan persediaan. Biaya simpan dapat berupa biaya modal, pajak, asuransi, pemindahan persediaan, keusangan dan semua biaya yang dikeluarkan untuk memelihara persediaan.
4.
Biaya Kekurangan Persediaan Konsekuensi ekonomis atas kekurangan dari luar maupun dari dalam perusahaan. Kekurangan dari luar terjadi apabila pesanan konsumen tidak dapat dipenuhi. Sedangkan kekurangan dari dalam terjadi apabila departemen tidak dapat memenuhi kebutuhan departemen yang lain. Biaya kekurangan dari luar dapat berupa biaya backorder, biaya kehilangan kesepatan penjualan dan biaya kehilangan kesempatan menerima keuntungan
UNIVERSITAS MERCUBUANA
32
BAB II LANDASAN TEORI
2.5.7.
Tujuan Manajemen Persediaan Meminimumkan biaya, oleh karena itu, perusahaan perlu mengadakan
analisis untuk menentukan tingkat persediaan yang dapat meminimumkan biaya atau paling ekonomis. 2.5.8.
Sistem Pemesanan Jumlah Tetap
1. EOQ Model Jumlah pemesanan yang dapat meminimumkan total biaya persediaan ialah Economic Order Quantity (EOQ). Dua pertanyaan mendasar dalam persediaan adalah berapa yang harus dipesan dan kapan harus memesan? Dengan menggunakan asumsi model EOQ maka dapat ditentukan kebutuhan bahan baku yang relatif tetap dan terus-menerus, tenggang waktu pemesanan dapat ditentukan dan relatif tetap, tidak diperkenankan adanya kekurangan persediaan, artinya setelah kebutuhan dan tenggang waktu dapat ditentukan secara pasti berarti kebutuhan persediaan dapat dihindari, pemesanan datang sekaligus dan akan menambah persediaan, struktur biaya tidak berubah, biaya pemesanan atau pesiapan sama tanpa memperhatikan jumlah yang dipesan, Kapasitas gudang dan modal cukup untuk menampung dan membeli pesanan, pembelian adalah satu jenis item.
Inventory
Q
B
a
b
c
d
e
f
T im e
Gambar 2.9. Model EOQ UNIVERSITAS MERCUBUANA
33
BAB II LANDASAN TEORI
- Q = lot size
- Q/2 = average inventory
- ac = ce = interval between order
-
- B = Reorder point
ab = cd = ef = lead time
- Q adalah jumlah pembelian dan ketika pesanan diterima jumlah persediaan sama dengan Q - Dengan tingkat penggunaan tetap, persediaan akan habis dalam waktu tertentu dan ketika persediaan hanya tinggal sebanyak kebutuhan selama tenggang waktu pemesanan kembali (reorder point) harus dilakukan - Garis vertikal menunjukkan penerimaan pesanan ketika persediaan nol, dengan demikian rata-rata persediaan adalah (Q+0)/2 atau Q/2.
Rumus Total Cost (Q)
TC(Q) PR
CR HQ Q 2
Economic Order Quantity (EOQ)
Q*
2RC 2RC H PT
2. Economic Production Quantity (EPQ) Model EPQ adalah jumlah produksi yang meminimumkan total biaya persediaan. Model EPQ dapat menggunakan model EOQ dengan mengganti biaya
UNIVERSITAS MERCUBUANA
34
BAB II LANDASAN TEORI
pembelian dengan biaya produksi dan biaya pemesanan diganti dengan biaya persiapan (set-up cost). Total Biaya EPQ
TC
Q*
PR
RC HQ * ( p r ) Q* 2p
when Q*
2 ( R )( C )( p ) EPQ ( H )( p r )
p = rata-rata produksi r = rata-rata permintaan 3.
Quantity Discount Model Untuk meningkatkan penjualan, banyak perusahaan menawarkan potongan
harga kepada para pelanggannya, semakin banyak jumlah yang dibeli akan mendapatkan potongan harga semakin besar. Dengan demikian perusahaan yang membutuhkan bahan baku akan menghadapi penawaran dari banyak pemasok yang biasanya dalam paket paket tertentu dimana harga per unit produk yang ditawarkan bervariasi sesuai potongan harga yang diberikan. Dalam menentukan pilihan mana yang paling tepat adalah mempertimbangkan biaya persediaan total yang paling kecil diantara alternatif yang ada.
Biaya Persediaan total = Biaya Pemesanan + Biaya Penyimpanan + Biaya Produk = D/Q .S + QH/2 + PD
UNIVERSITAS MERCUBUANA
35
BAB II LANDASAN TEORI
Dimana: Q = Jumlah unit yang dipesan
D = Permintaan tahunan dalam satuan
S = Biaya Pemesanan per pesanan
P = Harga per unit
H = Biaya Penyimpanan per unit per tahun
2.6.
Pengertian dan Perkembangan MRP MRP selalu berkembang sesuai dengan tuntutan perkembangan teknologi
dan tuntutan terhadap sistem perusahaan maka sampai saat ini MRP dibagi menjadi 4 bagian dan tidak tertutup kemungkinan untuk masa yang akan datang. Keempat bagian tersebut adalah : 1.
Material Requirment Planning (MRP) dapat didefenisikan sebagai suatu teknik atau set prosedur yang sistematis dalam penentuan kuantitas serta waktu dalam proses pengendalian kebutuhan bahan terhadap komponenkomponen permintaan yang saling bergantungan. (Dependent demand items).
2.
Material Requirment Planning II (MRPII), Oliver Wight dan George Plossl, partner konsultan, diakui oleh orang yang melakukan perluasan konsep MRP atas area manufactur, sehingga MRP dapat mencakup area-area perusahaan lain. Hasil perluasan konsep tersebut dinamakan MRP II, dan arti dari singkatan tersebut berubah menjadi Manufacturing resource planning (Perencanaan Sumber Manufactur).
3.
Material Requirment Planning III (MRP III), proses ini diperluas didalam tingkat akurasi peramalan permintaan, penggunaan secara tepat dan baik
UNIVERSITAS MERCUBUANA
36
BAB II LANDASAN TEORI
peramalan permintaan (forecast Demand), akan dapat secara otomatis dan tepat melakukan perubahan terhadap Master Production Schedule. Dan apabila juga Master Production Schedule telah penuh atau tidak dapat lagi melakukan Work Order maka system MRP III ini dapat melakukan rekomendasi terhadap permintaan. 4.
Material Requirment Planning 9000 (MRP 9000), MRP 9000 sudah merupakan tawaran yang benar-benar merupakan system yang lengkap dan terintegrasi dengan system management manufacturing. Kemampuan sistem MRP 9000 didalam manufacturing, termasuk juga Inventory, penjualan, perencanaan, Pembuatan, dan Pembelian dengan mengunakan General Ledger, dan sebuah Administrasi, dan Executive Information System (EIS) secara graphical dalam membuat sebuah keputusan untuk permasalahan manufacture.
2.6.1
Model Persediaan Dependen Permintaan dependen berarti permintaan suatu produk berkaitan dengan
permintaan untuk produk lainnya. Permintaan untuk produk bersifat dependen terjadi bila hubungan antar produk dapat ditentukan. Misalnya, bagi produsen mobil permintaan ban mobil dan radiator tergantung produksi mobil itu sendiri. Oleh karenanya bila manajemen telah membuat peramalan tentang permintaan barang jadi, maka jumlah yang diperlukan akan setiap komponen dapat dihitung, karena komponen semuanya bersifat dependen.
UNIVERSITAS MERCUBUANA
37
BAB II LANDASAN TEORI
2.6.2.
Teknik Permintaan Dependen Apabila dalam permintaan independen digunakan model persediaan
seperti konsep EOQ (Economic Order Quantity), POQ (Production Order Quantity)
dan
Quantity
Discount,
maka
dalam
permintaan
dependen
menggunakan teknik yang dikenal dengan MRP (Material Requirement Planning).
2.6.3.
Persyaratan Agar Model Persediaan Dependen Efektif Model Inventory Dependen atau lebih dikenal dengan MRP akan
menjadi efektif, mensyaratkan manajer operasi harus mengetahui: a.
MPS (Master Production Schedule), pengertiannya adalah pembuatan jadwal secara terperinci tentang apa material atau komponen apa yang harus tersedia untuk membuat suatu produk ? Jadwal harus mengikuti rencana produksi yang telah ditentukan untuk semua output dalam suatu satuan waktu tertentu, yang didalamnya sudah termasuk variasi input, rencana keuangan, permintaan konsumen, kapabilitas rekayasa, fluktuasi persediaan, kinerja pemasok dan pertimbangan lainnya. Jadwal utama dapat diwujudkan dalam: - Produk akhir yang proses produksinya berkelanjutan (memproduksi agar dapat menyimpan. - Pesanan konsumen dalam perusahaan yang menggunakan job shop. - Modul dalam perusahaan yang proses produksinya berulang.
b.
BOM (Bill Of Material), adalah sebuah daftar jumlah komponen, campuran bahan, dan bahan baku yang diperlukan untuk membuat suatu produk. Bill
UNIVERSITAS MERCUBUANA
38
BAB II LANDASAN TEORI
Of Material tidak hanya menspesifikasikan produksi, tapi juga berguna untuk pembebanan biaya, dan dapat dipakai sebagai daftar bahan yang harus dikeluarkan untuk karyawan produksi atau perakitan. Bill Of Material digunakan dengan cara ini, biasanya dinamakan daftar pilih. Adapun jenis BOM adalah: - Modular Bills yaitu bill o f material yang dapat diatur di seputar modul produk, modul merupakan komponen yang dapat diproduksi dan dirakit menjadi satu unit produk. - Planning Bills dan Phanton Bills. Bill untuk perencanaan diciptakan agar dapat menugaskan induk buatan kepada bill of materialnya. Sedangkan Phantom Bill adalah bill of material untuk komponen, biasanaya sub-sub perakitan yang hanya ada untuk sementara waktu. - Low-level coding atas suatu bahan dalam bill of material diperlukan apabila ada produk yang serupa supaya dapat membedakannya diberikan kode. c.
Ketersediaan Persediaan, berapa stok yang ada ? Berbagai pengetahuan mengenai apa yang ada dalam persediaan merupakan hasil dari manajemen persediaan yang baik, Karen ahal ini sangat diperlukan dalam system MRP sehingga akurasinya sangat menentukan keberhasilan MRP.
d.
Order pembelian yang sudah jatuh waktu. Pada saat pesanan pembelian dibuat, catatan mengenai pesanan-pesanan itu dan tanggal pengiriman
UNIVERSITAS MERCUBUANA
39
BAB II LANDASAN TEORI
terjadwal harus tersedia di bagian produksi sehingga pelaksanaan MRP dapat efektif. e.
Lead times, berapa lama waktu untuk mendapatkan komponen. Oleh karena itu manajemen harus menentukan kapan produk diperlukan, sehingga dapat menentukan waktu pembelian, produksi dan perakitan.
2.6.4.
Manfaat MRP Permintaan dependen membuat penjadwalan dan perencanaan persediaan
menjadi kompleks, sekaligus menguntungkan. Beberapa manfaat MRP adalah: 1. Peningkatan pelayanan dan kepuasan konsumen. 2. Peningkatan pemanfaatan fasilitas dan tenaga kerja. 3. Perencanaan dan penjadwalan persediaan yang lebih baik. 4. Tanggapan yang lebih cepat terhadap perubahan dan pergeseran pasar. 5. Tingkat persediaan menururn tanpa menguranipelayana kepada konsumen.
2.6.5.
Struktur MRP Kebanyakan sistem MRP terkomputerisasi, analisisnya bersifat langsung
dan serupa antara sistem terkomputerisasi satu dengan lainnya, yang mana strukturnya terlihat pada gambar berikut:
UNIVERSITAS MERCUBUANA
40
BAB II LANDASAN TEORI
Gambar 2.10. Struktur Sistem MRP
2.6.6
Manajemen MRP Rencana kebutuhan bahan baku bersifat tidak statis. Karena system MRP
semakin terintegrasi dengan konsep JIT maka dibahas dua hal yaitu: 1.
MRP Dinamis Jika terjadi perubahan bill of material dengan cara merubah rancangan,
jadwal dan proses produksi, maka system MRP berubah yaitu pada saat perubahan terhadap MPS (Master Production Schedule). Tanpa menghiraukan penyebab perubahan, model MRP dapat dimanipulasi untuk merefleksikan perubahan yang terjadi sehingga jadwal dapat diperbaharui. Perubahan seringkali terjadi secara berkala yang biasa disebut sistem nervousness yang dapat menimbulkan bencana di bagian pembelian dan produksi. Oleh karena itu konsekuensinya karyawan di bagian
operasional
diharapkan
dapat
mengurangi
ervousness
dengan
mengevaluasi kebutuhan dan pengaruh perubahan sebelum membatalkan permintaan ke bagian lain. Untuk membatasi sistem nervousness, tersedia dua alat yaitu: Pagar waktu (Time fences) dan Pegging.
UNIVERSITAS MERCUBUANA
41
BAB II LANDASAN TEORI
2.
MRP dan JIT MRP dapat dinyatakan sebagai teknik perencanaan dan penjadwalan,
sedangkan JIT dapat dinyatakan sebagai cara menggerakkan bahan baku secara cepat. Kedua konsep tersebut dapat diintegrasikan secara efektif dengan melalui: 1.
Tahap pertama, paket MRP dikurangi misalnya yang semula mingguan menjadi harian atau jam-jaman. Paket dalam hal ini diartikan sebagai unit waktu dalam sistem MRP.
2.
Tahap kedua, rencana penerimaan yang merupakan bagian rencana pemesanan perusahaan dalam system MRP dikomunikasikan melalui perakitan untuk tujuan produksi secara berurutan.
3.
Tahap ketiga, pergerakan persediaan di pabrik berdasarkan JIT.
4.
Tahap keempat, setelah produksi selesai, dipindahkan ke persediaan seperti biasa. Penerimaan produk ini menurunkan jumlah yang dibutuhakan untuk rencana pemesanan selanjutnya pada system MRP.
5.
Tahap terakhir menggunakan back flush yang berarti menggunakan bill ogf material untuk mengurangi persediaan, berdasarkan pada penyelesaian produksi suatu produk. Penggabungan MRP dan JIT menghasilkan jadwal utama yang baik dan
gambaran kebutuhan yang akurat dari system MRP dan penurunan persediaan barang dalam proses. Meski demikian, penggunaan system MRP dengan paket kecil saja sudah bisa sangat efektif dalam mengurangi persediaan.
UNIVERSITAS MERCUBUANA
42
BAB II LANDASAN TEORI
2.6.7.
Teknik Lot Sizing Tujuan dari sistem MRP adalah menghasilkan unit unit pada saat
dibutuhkan, tanpa stock pengaman dan tanpa antisipasi pesanan mendatang berikutya. Prosedur demikian konsisten dengan asas ukuran lot yang kecil, rutin, persediaan rendah dan permintaan dependen. Akan tetapi apabila biaya pemesanannya signifikan atau manajemen tidak dapat menerapkan falsafah JIT maka lot standar bisa jadi merupakan teknik yang berbiaya banyak. Berikut kita bahas beberapa teknik penentuan ukuran lot yaitu: 1.
Lot for lot Penentuan lot ini digunakan untuk memproduksi sejumlah yang diperlukan, dan dapat pula untuk menentukan biaya. Contoh : Jika lead time 2, ongkos set up $ 5.75, dan ongkos simpan $ 0.05, maka: Periode GR SR POH PORec PORel
0
0
1 12 12 0
2 15 15 0
9
17
3 9
4 17
5 8
6 10
7 16
8 7
9 11
0 9 8
0 17 10
0 8 16
0 10 7
0 16 11
0 7
0 11
Ongkos set up
: 9 x $ 5.75
= $ 51.75
Ongkos simpan
:
=0
Ongkos total
2.
+
= $ 51.75
EOQ (Economic Order Quantity) Seperti model yang digunakan dalam persediaan independent, maka cara ini lebih disukai apabila permintaannya relative independent dan konstan.
UNIVERSITAS MERCUBUANA
43
BAB II LANDASAN TEORI
3.
Part Period Balancing Merupakan pendekatan yang lebih dimanis dalam menyeimbangkan biaya pemasangan dan penahanan. Cara ini menggunakan informasi tambahan dengan mengubah ukuran lot agar tercermin.
4.
Period Order Quantity (POQ) Pendekatan menggunakan konsep jumlah pemesanan ekonomis agar dapat dipakai pada periode bersifat permintaan diskrit, teknik ini dilandasi oleh metode EOQ. Dengan mengambil dasar perhitungan pada metode pesanan ekonomis maka akan diperoleh besarnya jumlah pesanan yang harus dilakukan dan interval periode pemesanannya adalah setahun.
5.
Fixed Periode Requirment (FPR) Pendekatan menggunakan konsep ukuran lot dengan Periode tetap, dimana pesanan dilakukan berdasarkan periode waktu tertentu saja. Besarnya jumlah pesanan tidak didasarkan oleh ramalan tetapi dengan cara menggunakan penjumlahan kebutuhan bersih pada interval pemesanan dalam beberapa periode yang ditentukan.
6.
Least Unit Cost (LUC) Pendekatan menggunakan konsep pemesanan dengan ongkos unit perkecil, dimana jumlah pemesanan ataupun interval pemesanan dapat bervariasi. Keputusan untuk pemesanan didasarkan : ((ongkos perunit terkecil = (ongkos pesan perunit) + (ongkos simpan perunit)).
UNIVERSITAS MERCUBUANA
44
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian merupakan langkah-langkah berupa tahapan kegiatan dalam suatu penelitian. Metodologi penelitian berfungsi untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang diambil secara sistematis dan logis, dan memberikan arah yang jelas mengenai tahapan penyelesaian masalah. Agar penelitian dapat berjalan secara terarah dan teratur, maka diperlukan tahapan-tahapan yang harus ditempuh untuk mendapatkan usaha ke arah perbaikan.
3.1.
Studi Pendahuluan Sebelum melakukan suatu penelitian terlebih dahulu dilakukan studi
pendahuluan untuk mengetahui gambaran umum tentang tema yang akan diangkat dan juga kondisi umum perusahaan. Tema yang diangkat dalam penelitian mengenai usaha membandingkan metode lot sizing pada MRP untuk mengetahui metode mana yang cocok untuk PT. Immortal sehingga biaya persediaan dapat diminimalkan. UNIVERSITAS MERCUBUANA
45
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1.1.
Studi Lapangan Dengan melihat langsung keadaan perusahaan serta kegiatan-kegiatan
yang ada pada bagian material. Dalam langkah ini pula dicari permasalahan yang sedang dialami oleh perusahaan, khususnya bagian material dan PPIC serta mencari data dan fakta-fakta secara visual tentang akar penyebab dan yang melatarbelakangi kemungkinan timbulnya masalah pada bagian material.
3.1.2.
Studi Pustaka Pada tahapan ini, penelitian diarahkan untuk menemukan teori, referensi
dan literatur yang berhubungan serta menunjang kegiatan penelitian. Studi pustaka dilakukan untuk jadi landasan berfikir dalam melakukan penelitian untuk menyelesaikan permasalahan yang telah diidentifikasi, disertai dengan landasan teori yang kuat yang didukung referensi dan literatur untuk dapat prioritas penyelesaian yang tepat bagi perusahaan. Pengendalian persediaan bahan baku dalam mengopimalkan biaya produksi, merupakan suatu usaha yang seharusnya dilakukan perusahaan untuk dapat memaksimalkan profit. Yang pada akhirnya ditujukan sebagai masukkan kepada perusahaan untuk meningkatkan kinerjanya. Studi pustaka dilakukan untuk mengetahui metode-metode lot sizing yang akan dibandingkan untuk pemecahan masalah yang paling tepat dan merupakan prioritas penyelesaian masalah. Dalam hal ini alat pemecahan masalah yang digunakan yaitu Economic Order Quantity (EOQ), Period Order Quantity
UNIVERSITAS MERCUBUANA
46
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
(POQ), Lot-For-Lot, Fixed Periode Requirements (FPR). Untuk meminimalkan biaya penyimpanan bahan baku sunblock dan produksi tepat waktu. 3.2.
Identifikasi Masalah Persaingan industri di saat ini semakin bertambah ketat, untuk dapat
bertahan dan berhasil dalam persaingan yang sangat tajam tersebut, perusahaan harus memfokuskan kegiatannya kepada hal yang berorientasi pada tujuan perusahaan. Memaksimalkan profit dengan peningkatan pendapatan atau menurunkan biaya produksi merupakan salah satu tujuan utama yang ingin dicapai perusahaan. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh PT. Immortal adalah dengan melakukan manajemen persediaan yang tepat terhadap bahan baku utamanya sehingga biaya persediaan dapat diminimalisasi. 3.3.
Tujuan Penelitian Penelitian mengenai persediaan bahan baku sunblock di PT. Immortal
bertujuan untuk : 1.
Membandingkan teknik lot sizing pada MRP sehingga tercapai perencanaan persediaan bahan baku dengan tepat waktu dan biaya persediaan yang minimum.
2.
Dengan perencanaan ini diharapkan perusahaan dapat melihat dan membandingkan teknik mana yang sesuai dengan perusahaan tersebut.
UNIVERSITAS MERCUBUANA
47
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.4.
Pokok Permasalahan Pengendalian persediaan bahan baku sunblock dalam mengurangi biaya
produksi merupakan permasalahan yang diangkat pada penelitian tugas akhir ini. Persediaan adalah sangat penting artinya bagi suatu perusahaan manufaktur karena berfungsi menghubungkan antara operasi yang berurutan dalam pembuatan suatu barang dan menyampaikannya kepada konsumen. Hal ini berarti, dengan adanya persediaan memungkinkan terlaksananya operasi produksi, karena faktor waktu antara operasi itu dapat diminimumkan atau dihilangkan sama sekali. Sehingga diharapkan agar bahan baku yang dibutuhkan itu hendaknya datang tepat waktu sehingga dapat menjamin kelancaran proses produksi dan meminimalisasi biaya persediaan. Dengan sistem MRP manajemen persediaan akan jauh lebih baik dan efisien. MRP Merupakan sistem yang dirancang secara khusus untuk situasi permintaan bergelombang, yang secara tipikal karena permintaan tersebut Dependent. Oleh karena itu tujuan sistem MRP adalah menjamin tersedianya material, item atau komponen pada saat dibutuhkan untuk memenuhi jadwal produksi, dan menjamin tersedianya produk jadi bagi konsumen, menjaga tingkat persediaan Gudang pada kondisi minimum, merencanakan aktivitas penjadwalan dan aktivitas pembelian. Agar semua tujuan itu tercapai penulis akan membandingkan metode lotsizing dalam MRP agar dapat mengetahui metode apa yang cocok untuk PT. Immortal. Dengan metode itu juga perusahaan dapat pula meminimumkan biaya persediaan.
UNIVERSITAS MERCUBUANA
48
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.5.
Pengumpulan Data Dalam melakukan penelitian, data yang digunakan terdiri dari dua jenis,
yaitu data primer dan data sekunder. 1.
Data Primer Merupakan data dan informasi yang didapat secara langsung dari sumber
yang seharusnya diamati dan dicatat untuk pertama kalinya, dimana untuk memperoleh data primer terdapat dua cara yaitu : a. Survey (interview) Yaitu mengumpulkan data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung pada pembimbing atau operator. b. Observasi Yaitu pengambilan data dengan cara mengamati dan mencatat secara langsung pada objek penelitian dan pengamatan. Observasi lapangan digunakan untuk memperoleh informasi mengenai perusahaan itu sendiri dengan segala potensi yang dimilikinya, selain juga untuk memberikan pemahaman yaitu tentang bahan-bahan produksi yang digunakan. 2.
Data Sekunder Merupakan data dan informasi yang didapat secara tidak langsung, antara
lain :
UNIVERSITAS MERCUBUANA
49
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
a. Laporan perusahaan b. Literatur c. Kajian dokumen d. Brosur dan buku-buku yang ada di perpustakaan perusahaan Data sekunder diperoleh dengan studi pustaka dan studi perusahaan yang merupakan studi dari data, laporan atau dokumen perusahaan yang terdapat di perusahaan. 3.6.
Pengolahan Data Pada pengolahan data dilakukan perhitungan terhadap data yang telah
diperoleh. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan 4 metode lot sizing yaitu Period Order Quantity (POQ), Lot-For-Lot (LFL), Least Unit Cost (LUC), Economic Order Quantity (EOQ). Melalui data primer dan sekunder yang diperoleh, maka sudah dapat dilakukan perhitungan kebutuhan bahan dan waktu pemesanan dengan system MRP dan juga menghitung biaya persediaan. 3.7.
Hasil Dan Analisis Setelah data-data yang didapatkan telah melalui proses pengolahan maka
dilakukan penganalisaan apa saja kekurangan-kekurangan yang dimiliki perusahaan bukan itu saja tetapi juga penganalisaan perhitungan yang penulis lakukan apa sudah cukup baik untuk perusahaan. UNIVERSITAS MERCUBUANA
50
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.8.
Kesimpulan Dan Saran Kesimpulan yang ada dibuat berdasarkan rangkuman dari hasil
pengolahan data, sedangkan saran dibuat atas dasar analisa dari rencana perbaikan yang diusulkan.
UNIVERSITAS MERCUBUANA
51
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Mulai
Studi Pendahuluan
Studi Pustaka
Studi Lapangan
Identifikasi Masalah
Tujuan Penelitian Pokok Permasalahan
Pengumpulan Data Data Yang Diperlukan : Jadwal Induk Produksi (JIP), Struktur produk dan Bill of material (BOM), Struktur Biaya, Inventory Status
Pengolahan Data Perhitungan dengan teknik : Period Order Quantity (POQ), Lot-for-Lot (LFL), Least Unit Cost (LUC), Economic Order Quantity (EOQ)
Hasil Dan Analisis
Kesimpulan Dan Saran
Selesai
Gambar 3.1 Metodologi Penelitian
UNIVERSITAS MERCUBUANA
52
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1.
Profil Perusahaan PT. Immortal Cosmedika Indonesia merupakan perusahaan kosmetik
dengan bahan baku yang berkualitas farmasi (Pharmaceutical Grade) serta bahan aktif yang mempunyai manfaat dan fungsi yang telah teruji secara klinis baik in vivo atau in vitro yang bergerak dalam bidang contract manufacturer, berdiri pada tahun 2000 yang terletak di Jl. Singgalang No. 11 Depok. Dengan berkembangnya operasional bisnis dan bertambahnya produk serta jumlah pesanan yang meningkat maka, pada tahun 2004 PT. Immortal Cosmedika Indonesia menyewa tanah beserta bangunannya yang berada pada lokasi di Jl. Lapangan Tembak No. 1A, Cibubur dimana seluruh aktivitas perusahaan berjalan sesuai dengan kebijakan pemerintah yang ada. Untuk dapat tetap bersaing dengan menjaga kualitas produknya maka, Pada tahun 2008 PT. Immortal Cosmedika Indonesia memiliki pabrik yang terletak di suatu kawasan industri daerah Cimanggis tepatnya lokasi baru di Jl.
UNIVERSITAS MERCUBUANA
53
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Pekapuran, Cimanggis, Depok yang lebih luas serta didirikan pula sebuah pabrik farmasi untuk memenuhi kebutuhan pasar.
4.2.
Pengumpulan Data Bahan Baku Sunblock Dalam perhitungan pengendalian persediaan yang menggunakan MRP
yang perencanaanya diawali dengan melakukan peramalan akan jumlah permintaan / produksi untuk waktu yang akan datang. Dengan mengetahui jadwal induk produksi (MPS), struktur produk, daftar kebutuhan bahan dan status inventori, kemudian dilakukan perbandingan biaya perencanaan persediaan.
4.2.1.
Data Permintaan Dalam meramalkan permintaan kosmetik jenis sunblock data yang
diambil adalah ukuran 1 Kg. Perhitungan peramalan permintaan yaitu dengan rentang waktu 12 bulan. Berikut adalah data permintaan kosmetik jenis sunblock ukuran 1 Kg : Tabel 4.1. Permintaan kosmetik jenis sunblock ukuran 1 Kg
Periode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Bulan 2007/2008 Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni
Demand 8 11 12 5 8 12 6 7 11 12 4 4
Sumber : PT. Immortal
UNIVERSITAS MERCUBUANA
54
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Gambar 4.1. Permintaan kosmetik jenis sunblock ukuran 1 Kg
4.2.1.1. Peramalan Permintaan Peramalan permintaan untuk periode yang akan datang menggunakan metode Least Square, quadratic, moving average, exponential smoothing.
4.2.1.2. Peramalan dan Pengukuran Error Peramalan dari Metode Peramalan Least Square
Peramalan dengan Least Square ditunjukkan Tabel 4.2 dan pengukuran error-nya ditunjukkan Tabel 4.3.
Tabel 4.2. Perhitungan peramalan permintaan metode least square
Bulan
1
Juli
8
8
1
2
Agustus
11
22
4
9,68
3
September
12
36
9
9,.38
4
Oktober
5
20
16
9,08
5
November
8
40
25
8,78
6
Desember
12
72
36
8,48
7
Januari
6
42
49
8,.18
8
Februari
7
56
64
7,88
9
Maret
11
99
81
7,58
10
April
12
120
100
7,28
11
Mei
4
44
121
6,98
12
Juni
4
48
144
6,68
100
607
650
78
UNIVERSITAS MERCUBUANA
Demand Y
t2
Periode t
t.Y
Y’ 9,98
55
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Jadi persamaannya adalah Y’ = 10,28 + (-0,30.t)
Tabel 4.3. Perhitungan analisis kesalahan peramalan metode least square Y
Y'
Y-Y'
I Y-Y' I
( Y - Y' )2
I Y-Y'/Y I
8
9,98
-1,98
1,98
3,9204
25
11
9,68
1,32
1,32
1,7424
12
12
9,38
2,62
2,62
6,8644
22
5
9,08
4,08
4,08
16,6464
82
8
8,78
-0,78
0,78
0,6084
10
12
8,48
3,52
3,52
12,3904
29
6
8,18
2,18
2,18
4,7524
36
7
7,88
-0,88
0,88
0,7744
13
11
7,58
3,42
3,42
11,6964
31
12
7,28
4,72
4,72
22,2784
39
4
6,98
-2,98
2,98
8,8804
75
4
6,68
-2,68
2,68
7,1824
67
12,56
31,16
97,7368
440,10
MAD = 31,16 / 12 = 2,59
MSE = 97,7368 / 12 = 8,14
MFE = 12,56 / 12 = 1,05
SEE = √ 97,7368 / 12 = 2,85
MAPE = 440,10 / 12 = 36,68
UNIVERSITAS MERCUBUANA
56
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.2.1.3. Peramalan dan Pengukuran Error Peramalan dari Metode Peramalan Quadratic
Peramalan dengan Quadratic ditunjukkan Tabel 4.4 dan pengukuran errornya ditunjukkan Tabel 4.5.
Tabel 4.4. Perhitungan peramalan permintaan metode quadratic Demand
t2
T3
Periode
Bulan
1
Juli
8
1
2
Agustus
11
3
September
12
4
Oktober
5 6
T4
t2.Y
t.Y
1
1
8
4
8
16
9
27
81
5
16
64
November
8
25
Desember
12
7
Januari
8
Februari
9
Y' 8
19,22
22
44
14,64
36
108
10,84
256
20
80
7,82
125
625
40
200
5,58
36
216
1.296
72
432
4,12
6
49
343
2.401
42
294
3,44
7
64
512
4.096
56
448
3,54
Maret
11
81
729
6.561
99
891
4,42
10
April
12
100
1.000
10.000
120
1200
6,08
11
Mei
4
121
1.331
14.641
44
484
8,52
12
Juni
4
144
1.728
20.736
48
576
11,74
100
650
6.084
60.710
607
4765
99,96
78
γ = (Σt 2) 2 – n.Σt 4
= - 306.020
τ = Σt. ΣY – n.Σt .Y
= 516
α = Σt. Σt2 – n.Σt 3
= - 22308
θ = Σt2. ΣY – n.Σt2 .Y = 7820 β = (Σt) 2 – n.Σt2
UNIVERSITAS MERCUBUANA
= - 1716
57
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
a = ΣY/n – b. Σt/n – c. Σt2/n = 100/12 – (-5,75) x 78 /12 – (0,39)(650)/12 = 24,58 Jadi persamaannya adalah Y’ = 24,58 + (-5,75).t + 0,39.t2 Tabel 4.5. Perhitungan analisis kesalahan peramalan metode quadratic Y
Y'
Y-Y'
I Y-Y' I
( Y - Y' )2
I Y-Y'/Y I
8
19,22
-11,22
11,22
125,89
140
11
14,64
-3,64
3,64
13,25
33
12
10,84
1,16
1,16
1,35
10
5
7,82
-2,82
2,82
7,95
56
8
5,58
2,42
2,42
5,86
30
12
4,12
7,88
7,88
62,09
66
6
3,44
2,56
2,56
6,55
43
7
3,54
3,46
3,46
11,97
49
11
4,42
6,58
6,58
43,29
60
12
6,08
5,92
5,92
35,05
49
4
8,52
-4,52
4,52
20,43
113
4
11,74
-7,74
7,74
59,91
194
0,04
59,92
393,59
843,07
MAD = 59,92 / 12 = 4,99
MFE = 0,04 / 12
= 0,0033
MSE = 393,59 / 12 = 32,79
SEE = √ 393,59 / 12 = 5,73
MAPE = 843,07/12 = 70,26
UNIVERSITAS MERCUBUANA
58
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.2.1.4. Peramalan dan Pengukuran Error Peramalan dari Metode Peramalan Moving Average
Peramalan dengan Moving Average 4 bulanan dan 5 bulanan ditunjukkan Tabel 4.6 dan pengukuran error-nya ditunjukkan Tabel 4.7 dan Tabel 4.8. Tabel 4.6. Perhitungan peramalan permintaan metode moving average Bulan
Demand
MA
MA
Forecast
5 bulan
4 bulan Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni
8 11 12 5 8 12 6 7 11 12 4 4 100
9,00 9,00 9,25 7,75 8,25 9,00 9,00 8,50 7,75
9,00 9,00 9,25 7,75 8,25 9,00 9,00 8,50
Forecast
8,80 9,60 8,60 7,60 8,80 9,60 8,00 7,60
8,80 9,60 8,60 7,60 8,80 9,60 8,00
Tabel 4.7. Perhitungan analisis kesalahan peramalan metode Moving Average 4 bulanan Y
Y'
Y-Y'
I Y-Y' I
( Y - Y' )2
I Y-Y'/Y I
8 11 12 5 8 12
9,00 9,00
-1,00 3,00
1,00 3,00
1,00 9,00
13 25
6 7
9,25 7,75
-3,25 -0,75
3,25 0,75
10,56 0,56
54 11
11
8,25
2,75
2,75
7,56
25
12
9,00
3,00
3,00
9,00
25
4 4
9,00 8,50
-5,00 -4,50
5,00 4,50
25,00 20,25
125 113
-5,75
23,25
82,94
389,88
UNIVERSITAS MERCUBUANA
59
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
MAD = 23,25 / 8 = 2,91
MFE = -5,75 / 8 = -0,72
MSE = 82,94 / 8 = 10,37
SEE = √ 82,94 / 8 = 3,22
MAPE = 389,88/8 = 48,74
Tabel 4.8. Perhitungan analisis kesalahan peramalan metode Moving Average 5 bulanan Y
Y'
Y-Y'
I Y-Y' I
( Y - Y' )2
I Y-Y'/Y I
8 11 12 5 8 12
8,80
3,20
3,20
10,24
27
6 7
9,60 8,60
-3,60 -1,60
3,60 1,60
12,96 2,56
60 23
11
7,60
3,40
3,40
11,56
31
12 4
8,80 9,60
3,20 -5,60
3,20 5,60
10,24 31,36
27 140
4
8,00
-4,00 -5,00
4,00 24,60
16,00 94,92
100 407,10
MAD = 24,60 / 7 = 3,51
MFE = -5,00 / 7 = -0,71
MSE = 94,92 / 7 = 13,56
SEE = √ 94,92 / 7 = 3,68
MAPE = 407,10 / 7 = 58,16
4.2.1.5. Peramalan dan Pengukuran Error Peramalan dari Metode Peramalan Exponential Peramalan dengan Exponential α = 0.8 dan α = 0.9 ditunjukkan Tabel 4.9 dan pengukuran error-nya ditunjukkan Tabel 4.10 dan Tabel 4.11.
UNIVERSITAS MERCUBUANA
60
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Tabel 4.9. Perhitungan peramalan permintaan metode Exponential Smoothing Bulan
Demand
α
α
0,8
0,9
Juli
8
Agustus
11
8,00
8,00
September
12
10,40
10,70
Oktober
5
11,68
11,87
November
8
6,34
5,69
Desember
12
7,67
7,77
Januari
6
11,13
11,58
Februari
7
7,03
6,56
Maret
11
7,01
6,96
April
12
10,20
10,60
Mei
4
11,64
11,86
Juni
4
5,53
4,79
100
Ft+1 = αDt + (1- α)Ft Tabel 4.10. Perhitungan analisis kesalahan peramalan metode Exponential Smoothing dengan α = 0,8
Y
Y'
Y-Y'
I Y-Y' I
( Y - Y' )2
I Y-Y'/Y I
8 11
8,00
3,00
3,00
9,00
27
12 5
10,40 11,68
1,60 -6,68
1,60 6,68
2,56 44,62
13 134
8
6,34
1,66
1,66
2,77
21
12 6
7,67 11,13
4,33 -5,13
4,33 5,13
18,77 26,35
36 86
7 11
7,03 7,01
-0,03 3,99
0,03 3,99
0,00 15,96
0 36
12 4
10,20 11,64
1,80 -7,64
1,80 7,64
3,24 58,37
15 191
4
5,53
-1,53 -4,62
1,53 37,40
2,33 183,98
38 597,56
UNIVERSITAS MERCUBUANA
61
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
MAD = 37,40 / 11 = 3,39
MFE = -4,62 / 11 = -0,42
MSE = 183,98 / 11 = 16,73
SEE = √183,98 / 11 = 4,09
MAPE = 597,56/11 = 54,32
Tabel 4.11. Perhitungan analisis kesalahan peramalan metode Exponential Smoothing dengan α = 0,9 Y
Y'
Y-Y'
I Y-Y' I
( Y - Y' )2
I Y-Y'/Y I
8 11 12
8,00 10,70
3,00 1,30
3,00 1,30
9,00 1,69
27 11
5
11,87
8 12
5,69 7,77
-6,87
6,87
47,20
137
2,31 4,23
2,31 4,23
5,35 17,90
29 35
6 7
11,58 6,56
-5,58 0,44
5,58 0,44
31,10 0,20
93 6
11 12
6,96 10,60
4,04 1,40
4,04 1,40
16,36 1,97
37 12
4 4
11,86 4,79
-7,86 -0,79
7,86 0,79
61,77 0,62
196 20
-4,36
37,83
193,16
603,55
MAD = 37, 83 / 11 = 3,44
MFE = -4,36 / 11 = -0,39
MSE = 193,16 / 11 = 17,56
SEE = √193,16 / 11 = 4,19
MAPE = 603,55 / 11 = 54,87
UNIVERSITAS MERCUBUANA
62
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Tabel 4.12. Metode dan akurasi hasil peramalan jenis kosmetik 1 Kg.
Jenis Kosmetik
1 Kg
Akurasi Hasil Peramalan
Linear
Quadratic
Metode Peramalan Moving Average 4 bulanan
MAD
2,59
MSE MFE
Exponential Smoothing
5 bulanan
α = 0,8
α = 0,9
4,99
2,91
3,51
3,39
3,44
8,14
32,79
10,37
13,56
16,73
17,56
1,05
0,0033
-0,72
-0,71
-0,42
-0,39
SEE
2,85
5,73
3,22
3,68
4,09
4,19
MAPE
36,68
70,26
48,74
58,16
54,32
54,87
Dari Tabel 4.12. menunjukkan bahwa metode Linear merupakan metode peramalan yang paling baik diantara yang lainnya setelah diverifikasi dengan peta moving range pada tabel 4.13.
Tabel 4.13. Hasil perhitungan peta Moving Range untuk memverifikasi peramalan Kosmetik Jenis Sunblock ukuran 1 Kg dengan metode least square/linear
Bulan
Periode
Juli
1
Peramalan
Permintaan
d'-d
Moving Range
(d')
(d)
10
8
2
-
Agustus
2
10
11
-1
3
September
3
9
12
-3
1
Oktober
4
9
5
4
7
November
5
9
8
1
3
Desember
6
8
12
-4
4
Januari
7
8
6
2
6
Februari
8
8
7
1
1
Maret
9
8
11
-3
4
April
10
7
12
-5
1
Mei
11
7
4
3
8
Juni
MR = 39/11 = 4
UNIVERSITAS MERCUBUANA
12
7
4
3
0
78
100
100
0
39
UCL = 4 x 2,66 = 10,64
LCL = - 10,64
63
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Gambar 4.2. Peta moving range untuk peramalan least square
Sehingga dari analisis metode peramalan yang akan digunakan untuk meramalkan permintaan kosmetik jenis sunblock pada periode yang akan datang sebagai berikut :
Tabel 4.14. Hasil perhitungan peramalan Kosmetik Jenis Sunblock ukuran 1 Kg dengan metode least square Periode
Demand 2007/2008
Forecast 2008/2009
Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni
8 11 12 5 8 12 6 7 11 12 4 4
10 10 9 9 9 8 8 8 8 7 7 7
UNIVERSITAS MERCUBUANA
64
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
14
Permintaan Sunblock
12 10 8
Data Aktual Ramalan
6 4 2
Juni
Mei
Apr
Mar
Feb
Jan
Des
Nov
Okt
Sept
Agts
Juli
0
Bulan
Gambar 4.3. Grafik peramalan Sunblock 1 Kg dengan metode least square
4.2.2.
Jadwal Induk Produksi Tabel 4.15. Jadwal Induk Produksi Sunblock 1 Kg Deskripsi : Sunblock 1 Kg
Uraian
OH :0 Periode (month)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Kebutuhan bruto
10
10
9
9
9
8
8
8
8
7
7
7
4.2.3.
Struktur Produk dan Bill Of Material (BOM) Sunblock 1 Kg
OMC
Base Cream
Vitamin E
Titan Dioxide
Sumber : PT. Immortal Gambar 4.4. Struktur produk sunblock 1 Kg
UNIVERSITAS MERCUBUANA
65
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Tabel 4.16. Bill Of Material Level
Deskripsi
Unit
Yield
0
Sunblock 1 Kg
Kg
-
1
Base Cream
Kg
942
1
OMC
Kg
35
1
Vitamin E
Kg
50
1
Titan Dioxide
Kg
15
Sumber : PT. Immortal
Kebutuhan total bahan baku untuk semua mutu sunblock 1 Kg dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.17. Kebutuhan Total Bahan Baku Sunblock 1 Kg Periode
Base Cream (Kg)
OMC (Kg)
Vitamin E (Kg)
Titan Dioxide (Kg)
Jul
9.420
350
500
150
Agts
9.420
350
500
150
Sept
8.478
315
450
135
Okt
8.478
315
450
135
Nov
8.478
315
450
135
Des
7.536
280
400
120
Jan
7.536
280
400
120
Feb
7.536
280
400
120
Mar
7.536
280
400
120
Apr
6.594
245
350
105
Mei
6.594
245
350
105
Jun
6.594
245
350
105
Total
94.200
3.500
5.000
1.500
UNIVERSITAS MERCUBUANA
66
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.2.4.
Struktur Biaya Untuk memulai perhitungan MRP tentunya harus diketahui juga biaya-
biaya yang dikeluarkan dalam pengendalian persediaan yang dilakukan oleh perusahaan, adapun struktur biayanya adalah biaya pemesanan dan biaya penyimpanan, ditunjukkan oleh tabel 4.18 sebagai berikut. Tabel 4.18. Data Pengadaan Material Nama Item
Satuan
Biaya Pesan (Rp/Item)
Base Cream
Kg
221.500,00
440.000,00
220
OMC
Kg
173.000,00
295.000,00
148
Vitamin E
Kg
83.500,00
150.000,00
75
Titan Dioxide
Kg
128.000,00
232.000,00
116
Biaya Pembelian (Rp/Sat/Item)
Biaya Simpan (Rp/Sat/bulan)
Sumber : PT. Immortal
4.2.4.
Status Inventory Status inventory menunjukkan informasi detail mengenai level, lead time
dan kuantitas dari tiap item dalam persediaan, dalam pemesanan dan merasa terikat dengan penggunaan dalam penggunaan periode waktu. Namun PT. Immortal setiap kebutuhan bahan dipesan sesuai dengan kebutuhan produksi sehingga tidak ada bahan baku berlebih yang bisa digunakan untuk produksi berikutnya. Untuk lead time pemesanan bahan baku yaitu 1 minggu.
UNIVERSITAS MERCUBUANA
67
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.3.
Pengolahan Data Setelah data dikumpulkan telah mencukupi maka langkah selanjutnya
ialah pengolahan data, pada kesempatan kali ini penulis memperhitungkan pengolahan data seperti perhitungan tabel berikut ini.
4.3.1.
Perhitungan Menggunakan Metode POQ Teknik POQ ini, interval pemesanan ditentukan dengan suatu
perhitungan yang didasarkan pada perhitungan EOQ klasik yang telah dimodifikasi sehingga dapat digunakan pada permintaan yang berperiode diskrit. Interval pemesanan tersebut ditentukan sebagai berikut : -
N = EOQ / Rata-rata permintaan
-
EOQ = √2CR/H
Sebelumnya diketahui : - Biaya Pesan (C) - Total Permintaan (R) - Biaya Simpan (H) -
Base Cream
EOQ = √2CR/H = √2x221.500x94.200/220 = 13.773 N = 13.773 / 94.200/12 = 1.75 dibulatkan 2 periode
-
OMC
EOQ = √2CR/H = √2x173.000x3.500/148 = 2.861 N = 2.861 / 3.500/12 = 9.81 dibulatkan 10 periode
-
Vitamin E
EOQ = √2CR/H = √2x83.500x5.000/75 = 3.337 N = 3.337 / 5.000/12 = 8.01 dibulatkan 9 periode
-
Titan Dioxide
EOQ = √2CR/H = √2x128.000x1.500/116 = 1.819 N = 1.819 / 1.500/12 = 14,5 dibulatkan 15 periode
UNIVERSITAS MERCUBUANA
68
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Tabel 4.19. Perencanaan Pemesanan Base Cream Kode Item : Base Cream ; Lot Size : POQ ; Lead Time : 1 Periode
Total
Uraian 0 Gross Requirements Scheduled Receipts On Hand Net Requirements Planned Order Receipts Planned Order Release
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
9.420
9.420
8.478
8.478
8.478
7.536
7.536
7.536
7.536
6.594
6.594
6.594
94.200
9.420
0
8.478
0
7.536
0
7.536
0
6.594
0
6.594
0
46.158
9.420
9.420
8.478
8.478
8.478
7.536
7.536
7.536
7.536
6.594
6.594
6.594
94.200
18.840 18.840
16.956 16.956
16.014 16.014
15.072 15.072
14.130 14.130
13.188
94.200
13.188
94.200
Biaya Simpan = 46.158 x Rp 220 = Rp 10.154.760 Biaya Pesan
= 6 x Rp 221.500
= Rp
Biaya Total Persediaan
1.329.000
+
= Rp 11.483.760
Tabel 4.20. Perencanaan Pemesanan OMC Kode Item : OMC ; Lot Size : POQ ; Lead Time : 1 Periode
Total
Uraian 0 Gross Requirements Scheduled Receipts On Hand Net Requirements Planned Order Receipts Planned Order Release
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
350
350
315
315
315
280
280
280
280
245
245
245
3.500
2660
2310
1995
1680
1365
1085
805
525
245
0
2765
2520
17.955
350
350
315
315
315
280
280
280
280
245
245
245
3.500
3010
3010
3010
3010
Biaya Simpan = 17.955 x Rp 148
= Rp 2.657.340
Biaya Pesan
= Rp
= 2 x Rp 173.000
Biaya Total Persediaan
UNIVERSITAS MERCUBUANA
346.000
6.020 6.020
+
= Rp 3.003.340
69
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Tabel 4.21. Perencanaan Pemesanan Vitamin E Kode Item : Vitamin E ; Lot Size : POQ ; Lead Time : 1 Periode
Total
Uraian 0 Gross Requirements Scheduled Receipts On Hand Net Requirements Planned Order Receipts Planned Order Release
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
500
500
450
450
450
400
400
400
400
350
350
350
5.000
3.450
2.950
2.500
2.050
1.600
1.200
800
400
0
3.600
3.250
2.900
24.700
500
500
450
450
450
400
400
400
400
350
350
350
5.000
3.950
3.950
3.950
7.900
3.950
Biaya Simpan = 24.700 x Rp 75
= Rp 1.852.500
Biaya Pesan
= Rp
= 2 x Rp 83.500
Biaya Total Persediaan
167.000
7.900
+
= Rp 2.019.500
Tabel 4.22. Perencanaan Pemesanan Titan Dioxide
Kode Item : Titan Dioxide ; Lot Size : POQ ; Lead Time : 1 Periode
Total
Uraian 0 Gross Requirements Scheduled Receipts On Hand Net Requirements Planned Order Receipts Planned Order Release
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
150
150
135
135
135
120
120
120
120
105
105
105
1.500
1.350
1.200
1.065
930
795
675
555
435
315
210
105
0
7.635
150
150
135
135
135
120
120
120
120
105
105
105
1.500
1.500
1.500
1.500
1.500
Biaya Simpan = 7.635 x Rp 116
= Rp
885.660
Biaya Pesan
= Rp
128.000
= 1 x Rp 128.000
Biaya Total Persediaan
UNIVERSITAS MERCUBUANA
+
= Rp 1.013.660
70
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.3.2.
Perhitungan Menggunakan Metode Lot For Lot Teknik ini adalah teknik lot zizing yang paling sederhana dan paling
mudah dimengerti. Pada teknik ini pemenuhan kebutuhan bersih dilakukan di setiap periode yang dibutuhkan, sedangkan besar ukuran pemesanan adalah sama dengan kebutuhan bersih yang harus dipenuhi pada periode yang bersangkutan. Pendekatan ini memperkecil biaya penyimpanan dan biasanya untuk “purchase item” yang mahal dan setiap item dengan tingkat permintaan yang tidak berkesinambungan tinggi. -
Biaya Pemesanan = (Berapa kali rencana pemesanan) x (Biaya pemesanan)
-
Biaya Penyimpanan = (Total persediaan bahan baku yang disimpan x Biaya penyimpanan)
-
Biaya Total = (Biaya pemesanan) + (Biaya penyimpanan)
Tabel 4.23. Perencanaan Pemesanan Base Cream Kode Item : Base Cream ; Lot Size : LFL ; Lead Time : 1 Periode
Total
Uraian 0 Gross Requirements Scheduled Receipts On Hand Net Requirements Planned Order Receipts Planned Order Release
9.420
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
9.420
9.420
8.478
8.478
8.478
7.536
7.536
7.536
7.536
6.594
6.594
6.594
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
9.420
9.420
8.478
8.478
8.478
7.536
7.536
7.536
7.536
6.594
6.594
6.594
94.200
9.420
9.420
8.478
8.478
8.478
7.536
7.536
7.536
7.536
6.594
6.594
6.594
94.200
9.420
8.478
8.478
8.478
7.536
7.536
7.536
7.536
6.594
6.594
6.594
Biaya Simpan = 0 x Rp 116
= Rp 0
Biaya Pesan
= Rp 2.658.000
= 12 x Rp 221.500
Biaya Total Persediaan
UNIVERSITAS MERCUBUANA
+
= Rp 2.658.000 71
94.200
-
94.200
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Tabel 4.24. Perencanaan Pemesanan OMC Kode Item : OMC ; Lot Size : LFL ; Lead Time : 1 Periode
Total
Uraian 0 Gross Requirements Scheduled Receipts On Hand Net Requirements Planned Order Receipts Planned Order Release
350
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
350
350
315
315
315
280
280
280
280
245
245
245
3.500
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
-
350
350
315
315
315
280
280
280
280
245
245
245
3.500
350
350
315
315
315
280
280
280
280
245
245
245
3.500
350
315
315
315
280
280
280
280
245
245
245
Biaya Simpan = 0 x Rp 148
= Rp 0
Biaya Pesan
= Rp 2.076.000
= 12 x Rp 173.000
Biaya Total Persediaan
3.500
+
= Rp 2.076.000
Tabel 4.25. Perencanaan Pemesanan Vitamin E Kode Item : Vitamin E ; Lot Size : LFL ; Lead Time : 1 Periode
Total
Uraian 0 Gross Requirements Scheduled Receipts On Hand Net Requirements Planned Order Receipts Planned Order Release
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
500
500
450
450
450
400
400
400
400
350
350
350
0
500
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
5.000
0
-
500
500
450
450
450
400
400
400
400
350
350
350
5.000
500
500
450
450
450
400
400
400
400
350
350
350
5.000
500
450
450
450
400
400
400
400
350
350
350
Biaya Simpan = 0 x Rp 148
= Rp 0
Biaya Pesan
= Rp 1.002.000
= 12 x Rp 83.500
Biaya Total Persediaan
UNIVERSITAS MERCUBUANA
5.000
+
= Rp 1.002.000
72
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Tabel 4.26. Perencanaan Pemesanan Titan Dioxide Kode Item : Titan Dioxide ; Lot Size : LFL ; Lead Time : 1 Periode
Total
Uraian 0 Gross Requirements Scheduled Receipts On Hand Net Requirements Planned Order Receipts Planned Order Release
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
150
150
135
135
135
120
120
120
120
105
105
105
0
150
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
-
150
150
135
135
135
120
120
120
120
105
105
105
1.500
150
150
135
135
135
120
120
120
120
105
105
105
1.500
150
135
135
135
120
120
120
120
105
105
105
Biaya Simpan = 0 x Rp 148
= Rp 0
Biaya Pesan
= Rp 1.536.000
= 12 x Rp 128.000
Biaya Total Persediaan
4.3.3.
0
1.500
1.500
+
= Rp 1.536.000
Perhitungan Menggunakan Metode Least Unit Cost Pendekatan menggunakan konsep pemesanan dengan ongkos unit
perkecil, dimana jumlah pemesanan ataupun interval pemesanan dapat bervariasi. Keputusan untuk pemesanan didasarkan : ((ongkos perunit terkecil = (ongkos pesan perunit) + (ongkos simpan perunit)).
UNIVERSITAS MERCUBUANA
73
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Tabel 4.27. Perencanaan Pemesanan Base Cream Kode Item : Base Cream ; Lot Size : LUC ; Lead Time : 1 Periode
Total
Uraian 0 Gross Requirements Scheduled Receipts On Hand Net Requirements Planned Order Receipts Planned Order Release
9.420
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
9.420
9.420
8.478
8.478
8.478
7.536
7.536
7.536
7.536
6.594
6.594
6.594
94.200
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
9.420
9.420
8.478
8.478
8.478
7.536
7.536
7.536
7.536
6.594
6.594
6.594
94.200
9.420
9.420
8.478
8.478
8.478
7.536
7.536
7.536
7.536
6.594
6.594
6.594
94.200
9.420
8.478
8.478
8.478
7.536
7.536
7.536
7.536
6.594
6.594
6.594
Biaya Simpan = 0
= Rp 0
Biaya Pesan
= Rp 2.658.000
= 12 x Rp 221.500
Biaya Total Persediaan
94.200
+
= Rp 2.658.000
Tabel 4.28. Perhitungan Base Cream Metode LUC Periode
Jumlah order
Ongkos set up
ongkos simpan
Ongkos total
Ongkos per unit
1
9420
221500
0
221500
23.51
2
9420
221500
0
221500
23.51
3
8478
221500
0
221500
26.13
4
8478
221500
0
221500
26.13
5
8478
221500
0
221500
26.13
6
7536
221500
0
221500
29.39
7
7536
221500
0
221500
29.39
8
7536
221500
0
221500
29.39
9
7536
221500
0
221500
29.39
10
6594
221500
0
221500
33.59
11
6594
221500
0
221500
33.59
12
6594
221500
0
221500
33.59
UNIVERSITAS MERCUBUANA
74
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Tabel 4.29. Perencanaan Pemesanan OMC
Kode Item : OMC ; Lot Size : LUC ; Lead Time : 1 Periode
Total
Uraian 0 Gross Requirements Scheduled Receipts On Hand Net Requirements Planned Order Receipts Planned Order Release
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
350
350
315
315
315
280
280
280
280
245
245
245
3.500
665
315
0
595
280
0
560
280
0
490
245
0
3.430
350
350
315
315
315
280
280
280
280
245
245
245
3.500
1.015
910
1.015
840
910
735
840
Biaya Simpan = 3.430 x Rp 148
= Rp 507.640
Biaya Pesan
= Rp 692.000
= 4 x Rp 173.000
Biaya Total Persediaan
3.500
735
3.500
+
= Rp 1.199.640
Tabel 4.30. Perhitungan OMC Metode LUC Periode
Jumlah order
Ongkos set up
1
350
173.000
Ongkos simpan 0
Ongkos total
Ongkos per unit
173.000
494,29
1-2
700
173.000
350 x 148 = 51.800
224.800
321,14
1-3
1.015
173.000
51800 + (315 x 296) = 145.040
318.040
313,34
1-4
1.330
173.000
145040+ (315 x 444) = 284.900
457.900
344,29
4
315
173.000
0
173.000
549,21
4-5
630
173.000
315 x 148 = 46.620
219.620
348,60
4-6
910
173.000
46620 + (280 x 296) = 129.500
302.500
332,42
4-7
1.190
173.000
129500 + (280 x 444) = 253.820
426.820
358,67
7
280
173.000
0
173.000
617,86
7-8
560
173.000
280 x 148 = 41.440
214.440
382,93 353,95
7-9
840
173.000
41440 + (280 x 296) = 124.320
297.320
7 - 10
1.085
173.000
124320 + (245 x 444) = 233.100
406.100
374,29
10
245
173.000
0
173.000
706,12
10 - 11
490
173.000
245 x 148 = 36.260
209.260
427,06
10 - 12
735
173.000
36260 + (245 x 296) = 108.780
281.780
383,37
UNIVERSITAS MERCUBUANA
75
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Tabel 4.31. Perencanaan Pemesanan Vitamin E
Kode Item : Vitamin E ; Lot Size : LUC ; Lead Time : 1 Periode
Total
Uraian 0 Gross Requirements Scheduled Receipts On Hand Net Requirements Planned Order Receipts Planned Order Release
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
500
500
450
450
450
400
400
400
400
350
350
350
5.000
500
0
450
0
400
0
400
0
700
350
0
0
2.800
500
500
450
450
450
400
400
400
400
350
350
350
5.000
350
5.000
1000 1.000
900 900
850 850
800 800
Biaya Simpan = 2.800 x Rp 75
= Rp 210.000
Biaya Pesan
= Rp 501.000
= 6 x Rp 83.500
Biaya Total Persediaan
1.100 1.100
350
5.000
+
= Rp 711.000
Tabel 4.32. Perhitungan Vitamin E Metode LUC Periode
Jumlah order
Ongkos set up
Ongkos total
Ongkos per unit
1
500
83.500
0
ongkos Simpan
83.500
167,00
1-2
1.000
83.500
500 x 75 = 37500
121.000
121,00
1-3
1.450
83.500
37500 + (450 x 150) = 105000
188.500
130,00
3
450
83.500
0
83.500
185,56
3-4
900
83.500
450 x 75 = 33750
117.250
130,28
3-5
1.350
83.500
33750 + (450 x 150) =101250
184.750
136,85
5
450
83.500
0
83.500
185,56
5-6
850
83.500
400 x 75 = 30000
113.500
133,53
5-7
1.250
83.500
30000 + (400 x 150) = 90000
173.500
138,80
7
400
83.500
0
83.500
208,75
7-8
800
83.500
400 x 75 = 30000
113.500
141,88
7-9
1.200
83.500
30000 + (400 x 150) = 90000
173.500
144,58
9
400
83.500
0
83.500
208,75
9 - 10
750
83.500
350 x 75 = 26250
109.750
146,33
9 - 11
1.100
83.500
26250 + (350 x 150) = 78750
162.250
147,50
9 - 12
1.450
83.500
78750+(350 x 225) = 157500
241.000
166,21
UNIVERSITAS MERCUBUANA
76
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Tabel 4.33. Perencanaan Pemesanan Titan Dioxide
Kode Item : Titan Dioxide ; Lot Size : LUC ; Lead Time : 1 Periode
Total
Uraian 0 Gross Requirements Scheduled Receipts On Hand Net Requirements Planned Order Receipts Planned Order Release
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
150
150
135
135
135
120
120
120
120
105
105
105
1.500
420
270
135
0
360
240
120
0
315
210
105
0
2.175
150
150
135
135
135
120
120
120
120
105
105
105
1.500
570
495
570
495
= Rp 252.300
Biaya Pesan
= Rp 384.000
Biaya Total Persediaan
1.500
435
Biaya Simpan = 2.175 x Rp 116 = 3 x Rp 128.000
435
1.500
+
= Rp 636.300
Tabel 4.34. Perhitungan Titan Dioxide Metode LUC Periode
Jumlah order
Ongkos set up
Ongkos Simpan
1
150
128.000
0
1-2
300
128.000
150 x 116 = 17400
1-3
435
128.000
17400 + (135 x 232) = 48720
1-4
570
128.000
48720+ (135 x 348) = 95700
1-5
705
128.000
95700+ (135 x 464) = 158340
5
135
128.000
0
5-6
255
128.000
120 x 116 = 13920
5-7
375
128.000
13920 + (120 x 232) = 41760
5-8
495
128.000
41760 + (120 x 348)= 83520
5-9
615
128.000
83520 + (120 x 464)= 139200
9
120
128.000
0
9 - 10
225
128.000
105 x 116 = 12180
9 - 11
330
128.000
12180 + (105 x 232) = 36540
9 - 12
435
128.000
UNIVERSITAS MERCUBUANA
36540 + (105 x 348)= 73080
Ongkos total 128.000
Ongkos per unit 853,33
145.400
484,67
176.720
406,25
223.700
392,46
286.340
406,16
128.000
948,15
141.920
556,55
169.760
452,69
211.520
427,31
267.200
434,47
128.000
1.066,67
140.180
623,02
164.540
498,61
201.080
462,25
77
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.3.4.
Perhitungan Menggunakan Metode Perusahaan Pada metode perusahaan penentuan untuk ukuran lot (kwantitas
pemesanan) berdasarkan ukuran jumlah pemesanan yang ekonomis. EOQ = √ 2CR/H Sebelumnya diketahui : Biaya Pesan (C) Permintaan (R)
: Rp 221.500,: 94.200
Biaya simpan (H) : Rp 220
- Base Cream : EOQ = √ 2CR/H = √ 2x221.500x94.200 / 220 = 13.773 - OMC
: EOQ = √ 2CR/H = √ 2x173.000x3.500 / 148 = 2.861
- Vitamin E
: EOQ = √ 2CR/H = √ 2x83.500x5.000 / 75 = 3.337
- Titan Dioxide : EOQ = √ 2CR/H = √ 2x128.000x1.500 / 116 = 1.819
Tabel 4.35. Perencanaan Pemesanan Base Cream Kode Item : Base Cream ; Lot Size : EOQ ; Lead Time : 1 Periode
Total
Uraian 0 Gross Requirements Scheduled Receipts On Hand Net Requirements Planned Order Receipts Planned Order Release
13.773
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
9.420
9.420
8.478
8.478
8.478
7.536
7.536
7.536
7.536
6.594
6.594
6.594
94.200
4.353
8.706
228
5.523
10.818
3.282
9.519
1.983
8.220
1.626
8.805
2,.211
65.274
9.420
9.420
8.478
8.478
8.478
7.536
7.536
7.536
7.536
6.594
6.594
6.594
94.200
13.773
13.773
13.773
13.773
13.773
13.773
13.773
13.773 13.773
Biaya Simpan = 65.274 x Rp 220
= Rp 14.360.280
Biaya Pesan
= Rp 1.550.500
= 7 x Rp 221.500
Biaya Total Persediaan
UNIVERSITAS MERCUBUANA
13.773 13.773
13.773 13.773
96.411 96.411
+
= Rp 15.910.780
78
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Tabel 4.36. Perencanaan Pemesanan OMC Kode Item : OMC ; Lot Size : EOQ ; Lead Time : 1 Periode
Total
Uraian 0 Gross Requirements Scheduled Receipts On Hand Net Requirements Planned Order Receipts Planned Order Release
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
350
350
315
315
315
280
280
280
280
245
245
245
3.500
2.511
2.161
1.846
1.531
1.216
936
656
376
96
2.712
2.467
2.222
18.730
350
350
315
315
315
280
280
280
280
245
245
245
3.500
2.861
5.722
2.861
2.861
5.722
2.861
Biaya Simpan = 18.730 x Rp 148
= Rp 2.772.040
Biaya Pesan
= Rp
= 2 x Rp 173.000
Biaya Total Persediaan
346.000
+
= Rp 3.118.040
Tabel 4.37. Perencanaan Pemesanan Vitamin E
Kode Item : Vitamin E ; Lot Size : EOQ ; Lead Time : 1 Periode
Total
Uraian 0 Gross Requirements Scheduled Receipts On Hand Net Requirements Planned Order Receipts Planned Order Release
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
500
500
450
450
450
400
400
400
400
350
350
350
5.000
2.837
2.337
1.887
1.437
987
587
187
3.124
2.724
2.374
2.024
1.674
22.179
500
500
450
450
450
400
400
400
400
350
350
350
5.000
3.337
3.337
3.337
6.674
3.337
Biaya Simpan = 22.179 x Rp 75
= Rp 1.663.425
Biaya Pesan
= Rp
= 2 x Rp 83.500
Biaya Total Persediaan
UNIVERSITAS MERCUBUANA
167.000
6.674
+
= Rp 1.830.425
79
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Tabel 4.38. Perencanaan Pemesanan Titan Dioxide Kode Item : Vitamin E ; Lot Size : EOQ ; Lead Time : 1 Periode
Total
Uraian 0 Gross Requirements Scheduled Receipts On Hand Net Requirements Planned Order Receipts Planned Order Release
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
150
150
135
135
135
120
120
120
120
105
105
105
1.500
1.669
1.519
1.384
1.249
1.114
994
874
754
634
529
424
319
11.463
150
150
135
135
135
120
120
120
120
105
105
105
1.500
1819
1.819
1.819
1.819
Biaya Simpan = 11.463 x Rp 116
= Rp 1.329.708
Biaya Pesan
= Rp
= 1 x Rp 128.000
Biaya Total Persediaan
128.000
+
= Rp 1.457.708
- Perhitungan Menggunakan Model Quantity Discount Untuk meningkatkan penjualan, banyak perusahaan menawarkan potongan harga kepada para pelanggannya, semakin banyak jumlah yang dibeli akan mendapatkan potongan harga semakin besar. Karena jumlah kebutuhan bahan baku base cream lebih banyak dibanding bahan baku lainnya, maka dengan demikian perusahaan biasanya memakai model quantity discount yang diberikan kepada pemasok. Tabel 4.39. Paket Penawaran Discount PAKET A B C
Jumlah Pembelian 1 – 9999 10000 – 59999 60000 – lebih
Harga/Unit (Rp) 150 125 100
Biaya pemesanan per pesanan (S) = Rp 15.000 Permintaan tahunan dalam satuan (D) = 94200
UNIVERSITAS MERCUBUANA
80
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Biaya penyimpanan dari harga bahan per unit per tahun (I) = 20 % QA* = √ 2DS/IP = √ 2 x 94.200 x 15000 / 0.2 x 150 = 9706 QB* = √ 2DS/IP = √ 2 x 94.200 x 15000 / 0.2 x 125 = 10632 QC* = √ 2DS/IP = √ 2 x 94.200 x 15000 / 0.2 x 100 = 11887 Tabel 4.40. Perhitungan biaya total persediaan
PAKET
P Harga/Unit (Rp)
A B C
150 125 100
Q Jumlah unit yang dipesan 9706 10632 60000
Biaya pemesanan = D/Q . S
Biaya Penyimpanan = Q.I.P/2
Biaya produk = PD
Biaya total persediaan
145.580 132.900 23550
145.590 132.900 600.000
14.130.000 11.775.000 9.420.000
14.421.170 12.040.800 10.043.550
Yang biaya total persediaan terendah adalah Q = 60.000 unit, sehingga paket C yang dipilih karena menghasilkan biaya paling optimal.
UNIVERSITAS MERCUBUANA
81
BAB V ANALISA PEMBAHASAN
BAB V ANALISA PEMBAHASAN
Pada bab sebelumnya telah dilakukan pengolahan data-data yang dikumpulkan untuk pembuatan perencanaan kebutuhan material (MRP). Kemudian dalam bab ini berisikan analisa berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan. 5.1.
Analisa Total Biaya Pemesanan dan Penyimpanan Dengan Menggunakan Metode POQ, Lot For Lot, Least Unit Cost, EOQ (metode yang digunakan pada perusahaan). Perencanan kebutuhan material (MRP) memerlukan inputan yaitu jadwal
induk produksi (Master Production Schedule), Status Persediaan dan Struktur Produk (Bill of Material). Model persediaan yang digunakan dalam pengolahan data adalah : 1.
POQ (Period Order Quantity)
2.
Lot For Lot (LFL)
3.
Least Unit Cost (LUC)
UNIVERSITAS MERCUBUANA
82
BAB V ANALISA PEMBAHASAN
4.
EOQ (Economic Order Quantity) Metode EOQ ini diterapkan di PT. Immortal, dan dari perhitungan
pengendalian persediaan bahan baku dengan menggunakan ke empat metode lot sizing tersebut, didapatkan hasil-hasil sebagai berikut :
Tabel 5.1. Total Biaya Pemesanan dan Penyimpanan Dengan Menggunakan Metode POQ Period Order Quantity Nama Komponen Base Cream
Biaya Penyimpanan (H) Rp 10.154.760
Biaya Pemesanan (C) Rp 1.329.000
Rp 11.483.760
OMC
Rp 2.657.340
Rp
346.000
Rp 3.003.340
Vitamin E
Rp 1.852.500
Rp
167.000
Rp 2.019.500
Titan Dioxide
Rp
Rp
128.000
Rp 1.013.660
Total
Rp 15.550.260
Rp 1.970.000
Rp 17.520.260
885.660
H+C
Tabel 5.2. Total Biaya Pemesanan dan Penyimpanan Dengan Menggunakan Metode Lot For Lot Lot For Lot Nama Komponen Base Cream
Biaya Penyimpanan (H) Rp -
Biaya Pemesanan (C) Rp 2.658.000
Rp 2.658.000
OMC
Rp
-
Rp 2.076.000
Rp 2.076.000
Vitamin E
Rp
-
Rp 1.002.000
Rp 1.002.000
Titan Dioxide
Rp
-
Rp 1.536.000
Rp 1.536.000
Total
Rp
-
Rp 7.272.000
Rp 7.272.000
UNIVERSITAS MERCUBUANA
H+C
83
BAB V ANALISA PEMBAHASAN
Tabel 5.3. Total Biaya Pemesanan dan Penyimpanan Dengan Menggunakan Metode Least Unit Cost Least Unit Cost Nama Komponen Base Cream
Biaya Penyimpanan (H) Rp -
Biaya Pemesanan (C) Rp 2.658.000
H+C Rp 2.658.000
OMC
Rp 507.640
Rp
692.000
Rp 1.199.640
Vitamin E
Rp 210.000
Rp
501.000
Rp
711.000
Titan Dioxide
Rp 252.300
Rp
384.000
Rp
636.300
Total
Rp 969.940
Rp 4.235.000
Rp 5.204.940
Tabel 5.4. Total Biaya Pemesanan dan Penyimpanan Dengan Menggunakan Metode EOQ Economic Order Quantity Nama Komponen Base Cream
Biaya Penyimpanan (H) Rp 14.360.280
Biaya Pemesanan (C) Rp 1.550.500
Rp 15.910.780
OMC
Rp
2.772.040
Rp
346.000
Rp
3.118.040
Vitamin E
Rp
1.663.425
Rp
167.000
Rp
1.830.425
Titan Dioxide
Rp
1.329.708
Rp
128.000
Rp
1.457.708
Total
Rp 20.125.453
Rp 2.191.500
H+C
Rp 22.316.953
Tabel 5.5. EOQ dan Total cost Pada Incremental Discount Model Quantity Discount untuk Base Cream
PAKET A B C
Biaya Pemesanan (Rp) 145.580 132.900 23550
UNIVERSITAS MERCUBUANA
Biaya Penyimpanan (Rp) 145.590 132.900 600.000
Biaya produk (Rp) 14.130.000 11.775.000 9.420.000
Biaya total persediaan (Rp) 14.421.170 12.040.800 10.043.550
84
BAB V ANALISA PEMBAHASAN
Dari Keempat metode tersebut didapatkan nilai-nilai total biaya persediaan untuk masing-masing teknik, dan yang memiliki total biaya persediaan terendah yaitu dengan menggunakan teknik lot sizing least Unit Cost (LUC) dengan jumlah biaya persediaannya yaitu Rp 5.204.940. Dan untuk metode yang menghasilkan biaya tertinggi yaitu Economic Order Quantity (EOQ) sebesar Rp 22.316.953. Perusahaan juga sudah menerapkan model quantity discount yang menghasilkan biaya persediaan sebesar Rp 10.043.550. Biaya dengan model ini masih lebih besar dibandingkan dengan metode LUC karena dalam model quantity discount adanya suatu biaya produk dimana permintaan berpengaruh terhadap harga. Bila permintaan lebih besar harga dan discount yang diberikan juga akan lebih besar. Selain itu biaya inventory yang bersifat variabel adalah biaya yang berubah-ubah karena adanya perubahan jumlah inventory yang ada di dalam gudang. Biaya tersebut akan naik bila meningkatkan jumlah persediaan yang disimpan, dan berkurang bila mengurangi jumlah persediaan yang disimpan.
UNIVERSITAS MERCUBUANA
85
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan uraian dan pembahasan yang telah dilakukan pada pengolahan data dan analisa, maka penulis mencoba untuk membuat kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah dilakukan penulis di PT. Immortal yang mengenai sistem perencanaan kebutuhan material (MRP) pada produk sunblock. 6.1.
Kesimpulan Dari analisa mengenai sistem pengadaan bahan baku di PT. Immortal
dengan mengimplementasikan metode MRP maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1.
Dari hasil perbandingan antara metode lot sizing POQ menghasilkan total biaya Rp 17.520.260, metode Lot for Lot mengasilkan total biaya Rp 7.272.000, metode Least Unit Cost menghasilkan total biaya Rp 5.204.940 dan metode Economic Order Quantity menghasilkan total biaya Rp 22.316.953. Metode Quantity Discount menghasilkan total biaya Rp 10.043.550
UNIVERSITAS MERCUBUANA
86
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
2.
Metode yang direkomendasikan untuk digunakan adalah metode Least Unit Cost (LUC) karena menghasilkan biaya total persediaan yang paling rendah.
6.2.
Saran Berikut ini beberapa saran yang dapat diambil untuk menjadikan suatu
masukan bagi perusahaan dan menjadi bahan petimbangan untuk memperbaiki sistem persediaan yang lebih baik lagi di perusahaan dan untuk proses kelancaran produksi : 1.
Berdasarkan analisa pemecahan masalah, perusahaan diharapkan bisa menerapkan metode LUC (Least Unit Cost) untuk meminimisasi biaya total persediaan dan dapat melakukan rencana pesan bahan baku secara optimal.
2.
Sebaiknya perusahaan memperhatikan sistem yang sedang berjalan selama ini karena dengan berjalannya waktu tentu sebuah sistem memerlukan perbaikan sesuai dengan berkembangnya perindustrian di Indonesia.
3.
Untuk pengoptimalan biaya produksi sebaiknya bukan hanya di persediaan saja akan tetapi di bagian – bagian lainnya yang memungkinkan untuk dioptimalkan.
UNIVERSITAS MERCUBUANA
87
DAFTAR PUSTAKA
Gaspersz, Vincent. 1998. “Production Planning and Inventory Control – Berdasarkan
Pendekatan Sistem Terintegrasi MRP II dan JIT Menuju
Manufakturing 21”. Jakarta : Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama.
Herjanto, Eddy. 1999. Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi ke-2. Jakarta : Grasindo.
Dilworth, James B. 1992. “Operation Management : Design, Planning, and Control For Manufacturing and Services”. Mc Graw Hill.
Almahdy, Indra. 2007. Modul Kuliah Production Planning and Control (PPC). Jakarta : Fakultas Teknologi Industri Universitas Mercubuana.
Wibowo, Ari Budi. 2008. Modul Kuliah Sistem Produksi. Jakarta : Fakultas Teknologi Industri Universitas Mercubuana.
Kusuma, Hendra. “Manajemen Produksi” Perencanaan dan Pengendalian Produksi, Edisi Kedua, Andi, Yogyakarta, 2001.