PROSEDUR KENAIKAN PANGKAT JABATAN FUNGSIONAL PENELITI PEGAWAI NEGERI SIPIL PADA BALAI PENELITIAN TEKNOLOGI KEHUTANAN PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI KOTA SURAKARTA
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Sebutan Vokasi Ahli Madya (A. Md) Dalam Bidang Manajemen Administrasi
Oleh : LINGGA INDRIANA D1513059
PROGRAM STUDI DIPLOMA III MANAJEMEN ADMINISTRASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2016
i
ii
iii
PERNYATAAN Nama
: Lingga Indriana
NIM
: D1513059
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir berjudul “ Prosedur Kenaikan Pangkat Jabatan Fungsional Peneliti Pegawai Negeri Sipil Pada Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Kota Surakarta “ adalah betul-betul karya sendiri, hal-hal yang bukan karya saya, dalam tugas akhir tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tugas akhir dan gelar yang saya peroleh dari tugas akhir tersebut.
Surakarta, 13 Mei 2016 Yang Membuat Pernyataan,
Lingga Indriana
iv
MOTTO
“Ambilah kebaikan dari apa yang dikatakan, jangan melihat siapa yang mengatakannya” ( Nabi Muhammad SAW) “Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orangorang yang diberi ilmu beberapa derajat” (Qs.Al-Mujadalah:11) “Ilmu pengetahuan tanpa agama adalah cacat dan agama tanpa ilmu pengetahuan adalah buta” (Albert Einstein) “Ada 7 hal yang mengahncurkan kita: kekayaan tanpa kerja keras, kesenangan tanpa kesadaran, pengetahuan tanpa karakter, bisnis tanpa moralitas, ilmu pengetahuan tanpa kemanusiaan, ibadah tanpa pengorbanan, dan politik tanpa prinsip” (Mahatma Gandhi)
v
PERSEMBAHAN Dengan segala kerendahan hati, karya ini dipersembahkan untuk :
1. Orang tua yang tiada henti selalu berdoa, memberikan nasehat, semangat, cinta, kasih dan sayang yang berlimpah serta memberikan biaya pendidikan ini agar saya dapat berjuang dalam meraih cita-cita. 2. Kakakku yang aku sayangi. 3. Keluarga besar, sahabat-sahabat di UNS dan teman-teman yang selalu memberikan dukungan dan bantuannya selama ini.
vi
KATA PENGANTAR Alhamdulillah, Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul “Prosedur Kenaikan Pangkat Jabatan Fungsional Peneliti Pegawai Negeri Sipil Pada Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Kota Surakarta” dengan baik. Tugas akhir yang penulis susun ini merupakan persyaratan dalam memperoleh sebutan Vocation Ahli Madya Program Studi Diploma III Manajemen Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. Selama penulisan ini, penulis telah menerima bantuan, bimbingan dan petunjuk yang sangat besar manfaatnya yang berasal dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Sri Wahyudi, S.Sos,.M,Si selaku pembimbing penyusun Tugas Akhir atas bimbingan dan pengarahan dalam penulisan Tugas Akhir ini. 2. Bapak Drs. Is Hadri Utomo, M.Si selaku penguji Tugas Akhir. 3. Bapak Drs. Ali, M.Si selaku Ketua Program Diploma III Manajemen Administrasi dan Pembimbing Akademik. 4.
Ibu Prof. Dr. Ismi Dwi Astuti Nurhaeni, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
5. Bapak Dr. Nur Sumedi, S.Pi, M.P selaku Kepala Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai yang telah mengizinkan penulis melakukan magang. pembimbing penyusun tugas. 6. Ibu Ir. Kus Wardani, M.Pd selaku Kepala Sub Bagian Tata Usaha yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam pelaksanaan magang. 7. Ibu Henie Eka Widianingsih, S.Sos., M.H selaku pengelola SIMPEG dan DUK yang telah membantu penulis dalam mendapatkan informasi dan sumber data yang diperlukan sehingga terselesainya Tugas Akhir ini.
vii
8. Seluruh staf-staf dan pegawai lainnya pada Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. 9. Ibu dan Bapak yang selama ini telah menyayangiku, merawatku, mendidikku, dan selalu memberikan semangat, dukungan serta doa. 10. Untuk kakakku yang selama ini telah banyak membantuku dan mendukungku mulai dari awal kuliah hingga terselesainya kuliah ini. 11. Teman-teman
jurusan
Manajemen
Administrasi
angkatan
2013,
terimakasih atas persahabatannya selama ini. 12. Untuk sahabat-sahabatku Ika, Sandra, Yessi, Yuni, terimakasih atas persahabatan yang kita jalin dan telah memberi kenangan-kenangan indah selama ini. 13. Untuk sahabat-sahabat di desaku Rohana, Antok, Santok, Arif, Erni, Putri, dan Winda yang selama ini mendukungku. 14. Untuk semua yang telah membantu penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terimakasih untuk semuanya.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Laporan Tugas Akhir ini masih terdapat kesalahan dan jauh dari kata sempurna, baik dari cara penulisan, materi yang disampaikan, maupun bahasa yang digunakan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan Laporan Tugas Akhir ini agar lebih baik lagi. Disamping itu penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan khususnya bagi majunya ilmu manajemen di sekitar kita.
Surakarta, 13 Mei 2016
Penulis
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................. .................i PERSETUJUAN ……….…………………………………. .................. ................ii PENGESAHAN ……….…………………………………… ................ ..............iii PERNYATAAN ..................................................................................................... iv MOTTO................................................................................................................... v PERSEMBAHAN .................................................................................................. vi KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix DAFTAR BAGAN................................................................................................. xi DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiii ABSTRAK ........................................................................................................... xiv BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1 B. Perumusan Masalah ....................................................................................... 8 C. Tujuan Pengamatan ........................................................................................ 8 D. Manfaat Pengamatan ...................................................................................... 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN METODE PENGAMATAN .................. 10 A. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................... 10 1.
Prosedur .................................................................................................. 10
2.
Kenaikan Pangkat ................................................................................... 15
3.
Jabatan Fungsional Peneliti .................................................................... 23
4.
Pegawai Negeri Sipil .............................................................................. 27
B. METODE PENGAMATAN ........................................................................ 29 1.
Lokasi Pengamatan................................................................................. 29
2.
Jenis Pengamatan.................................................................................... 30
3.
Penentuan Sampel dan Sumber Data ...................................................... 30
4.
Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 33
5.
Teknik Analisis Data .............................................................................. 34 ix
BAB III DESKRIPSI INSTANSI ......................................................................... 37 A. Sejarah Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai ........................................................................................................... 37 B. Visi dan Misi Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai ............................................................................................... 39 C. Tugas Pokok dan Fungsi .............................................................................. 40 D. Struktur Organisasi Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai ................................................................................... 41 E. Sumber Daya Manusia ................................................................................. 55 F. Sarana dan Prasarana Kerja Pegawai Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Kota Surakarta ..................................... 59 BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENGAMATAN ................................. 62 A. Analisis Masalah .......................................................................................... 62 B. Prosedur Yang Diterapkan Dalam Kenaikan Pangkat Jabatan Fungsional Peneliti Pegawai Negeri Sipil....................................................................... 63 C. Kendala Yang Dihadapi Dalam Pelaksanaan Kenaikan Pangkat Jabatan Fungsional Peneliti ....................................................................................... 74 D. Cara Mengatasi Kendala Yang Dihadapi Dalam Pelaksanaan Kenaikan Pangkat Jabatan Fungsional Peneliti ............................................................ 76 BAB V PENUTUP ................................................................................................ 79 A. Kesimpulan .................................................................................................. 79 B. Saran............................................................................................................. 80 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 82 LAMPIRAN .......................................................................................................... 84
x
DAFTAR BAGAN
1. Bagan 2.1 Skema Model Analisa Interaktif ...................................................... 35 2. Bagan 3.1 Struktur Organisasi Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Kota Surakarta ........................................................42
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Jenjang Pangkat dan Golongan ............................................................. 22 Tabel 3.1 Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin .................................................... 55 Tabel 3.2 Pegawai Berdasarkan Umur .................................................................. 56 Tabel 3.3 Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan............................................ 57 Tabel 3.4 Pegawai Berdasarkan Golongan ........................................................... 58 Tabel 3.5 Pegawai Berdasarkan Jabatan Fungsional Peneliti ............................... 58 Tabel 3.6 Sarana dan Prasarana Kerja Pegawai .................................................... 59 Tabel 4.1 Jenjang Jabatan, Pangkat, Golongan Ruang dan Angka Kredit ............ 65 Tabel 4.2 Daftar Usul Penetapan Angka Kredit.................................................... 67 Tabel 4.3 Penetapan Angka Kredit ....................................................................... 71
xii
DAFTAR LAMPIRAN 1. Kartu Pegawai 2. Ijazah Terakhir PNS 3. Contoh Sertifikat Pendidikan dan Pelatihan 4. Contoh Surat Keputusan Kenaikan Jabatan Fungsional Peneliti 5. Contoh Surat Keputusan Kenaikan Pangkat Jabatan Fungsional Peneliti 6. Contoh Surat
Keputusan Pengangkatan Kembali
Dalam Jabatan
Fungsional Peneliti 7. Contoh Surat Pengangkatan Pertama Dalam Jabatan Fungsional Peneliti 8. Daftar Nama Pegawai Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Kota Surakarta 9. Contoh Penetapan Angka Kredit Jabatan Fungsional Peneliti 10. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Magang 11. Surat Tugas 12. Formulir Penilaian Magang 13. Formulir Monitoring Magang 14. Formulir Presensi Magang
xiii
ABSTRAK Lingga Indriana, D1513059, PROSEDUR KENAIKAN PANGKAT JABATAN FUNGSIONAL PENELITI PEGAWAI NEGERI SIPIL PADA BALAI PENELITIAN TEKNOLOGI KEHUTANAN PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI KOTA SURAKARTA, Program Studi Manajemen Administrasi, Program Diploma III, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Sebelas Maret, 2016, 81 halaman. Pegawai Negeri Sipil merupakan unsur penting dalam menjalankan kegiatan pemerintahan karena Pegawai Negeri Sipil adalah unsur Aparatur Negara, Abdi Negara, dan Abdi Masyarakat yang dengan penuh kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara, dan Pemerintah menyelenggarakan tugas pemerintahan dan pembangungan. Untuk dapat mewujudkan Pegawai Negeri yang mempunyai dedikasi tinggi dan berkualifikasi baik maka diperlukan adanya pembinaan guna menjamin penyelenggaraan tugas pemerintahan secara berdaya guna dan berhasil guna. Pembinaan Pegawai Negeri ini dilaksanakan berdasarkan sistim karier dan sistim prestasi kerja seperti pemberian kenaikan pangkat, kenaikan jabatan dan pemberian izin tugas belajar bagi Pegawai Negeri yang memenuhi syarat yang telah ditentukan. Pelaksanaan pengamatan ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif yaitu dengan menggambarkan pelaksanaan Prosedur Kenaikan Pangkat Jabatan Fungsional Peneliti Pegawai Negeri Sipil pada Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Kota Surakarta yang dituangkan dalam bentuk kalimat-kalimat. Sumber data yang diperoleh berdasarkan dari narasumber yaitu pegawai bagian Tata Usaha yang mengurusi proses Administrasi Kepegawaian (informan), dokumen-dokumen yang diperoleh dari Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Kota Surakarta peristiwa atau aktivitas. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah Observasi berperan aktif (Pengamatan), Interview (Wawancara), dan Mengkaji dokumen serta arsip. Berdasarkan hasil analisis pengamatan yang dilakukan diperoleh bahwa Prosedur Kenaikan Pangkat Jabatan Fungsional Peneliti Pegawai Negeri Sipil pada Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Kota Surakarta adalah Kepala Sub Bagian Tata Usaha mendata lowongan yang tersedia yang dibantu oleh pengelola SIMPEG dan DUK, kemudain berdasarkan data lowongan tersebut diinformasikan kepada pegawai yang bersangkutan untuk dapat mengajukan. Adapun kesimpulan dari tugas akhir ini yaitu dalam pelaksanaan Prosedur Kenaikan Pangkat Jabatan Fungsional Peneliti pada Balai Penelitian Kota Surakarta dilaksanakan pada 2 (dua) periode dalam 1 (satu) tahun yaitu periode bulan April dan Oktober. Untuk dapat dinaikkan pangkatnya selain memenuhi persyaratan umum juga harus mengumpulkan angka kredit yang diperoleh dari hasil penelitian. xiv
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Organisasi merupakan sarana kegiatan orang-orang dalam usaha mencapai tujuan. Untuk melaksanakan dan mencapai suatu tujuan tersebut, maka diperlukan sumber daya manusia. Sumber daya manusia adalah aset atau unsur yang paling penting diantara unsur-unsur yang ada dalam organisasi lainnya, hal ini karena sumber daya manusia mempengaruhi ekeftivitas dan efisiensi organisasi dan sumber daya manusia merupakan pengeluaran pokok organisasi dalam menjalankan tugasnya. Baik atau tidaknya pelaksanaan kegiatan organisasi sangat tergantung pada sumber daya manusianya yaitu para
pegawainya.
Apabila
kualitas
kinerja
pegawainya
baik
maka
kemungkinan pula bahwa instansi atau suatu organisasi tersebut juga baik dan apabila kualitas kinerja pegawai tersebut buruk maka kurang baik atau buruk pula instansi atau organisasi tersebut. Dalam kehidupan organisasi sumber daya manusia merupakan modal dan faktor terpenting. Manusia merupakan pelaksana dari seluruh aktivitas organisasi, karena manusia satu-satunya sumber utama organisasi yang tidak bisa digantikan oleh teknologi apapun. Bagaimanapun baiknya suatu organisasi, lengkapnya fasilitas dan sarana kerja tidak akan mempunyai arti tanpa adanya manusia yang mengatur, memelihara dan menggunakannya. Dari hal tersebut tidak bisa disangkal bahwa perhatian utama harus diberikan pada aspek manusia, karena seperti yang telah kita ketahui bahwa manusia merupakan unsur terpenting dalam seluruh proses administrasi dan manajemen. Pegawai Negeri Sipil adalah unsur Aparatur Negara, Abdi Negara, dan Abdi Masyarakat yang dengan penuh kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Pemerintah menyelenggarakan tugas pemerintahan dan pembangunan dalam
2
rangka usaha mencapai tujuan Nasional. Pegawai Negeri Sipil sebagai sumber daya manusia dalam organisasi pemerintahan yang menjalankan tugas-tugas negara demi kemajuan suatu bangsa dalam mencapai tujuan nasional harus mempunyai komitmen yang tinggi dan bertanggung jawab atas tugasnya serta berlaku jujur dalam segala hal. Tujuan Nasional hanya dapat dicapai melalui pembangunan nasional yang direncanakan dengan terarah dan realistis serta dilaksanakan secara bertahap, bersungguh-sungguh, berdaya guna, dan berhasil guna. Untuk mewujudkan Pegawai Negeri sebagai maksud yang diatas maka Pegawai Negeri perlu dibina dengan sebaik-baiknya atas dasar sistem karier dan sistem prestasi kerja. Sistem karier adalah suatu sistem kepegawaian, dimana untuk pengangkatan pertama didasarkan atas kecakapan yang bersangkutan, sedang dalam pengembangannya lebih lanjut, masa kerja, kesetiaan, pengabdian dan syarat-syarat obyektif lainnya juga menentukan. Sistem prestasi kerja adalah suatu sistem kepegawaian, dimana pengangkatan seseorang untuk menduduki sesuatu jabatan atau untuk naik pangkat didasarkan atas kecakapan dan prestasi yang dicapai oleh pegawai yang diangkat. Kecakapan tersebut harus dibuktikan dengan lulus dalam ujian dinas dan prestasi dibuktikan secara nyata. Sistem prestasi kerja tidak memberikan pengharapan terhadap masa kerja. Dari hal tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk melakukan pembinaan terhadap Pegawai Negeri
bukan hanya melakukan
dengan sistem karier dan bukan pula hanya sistem prestasi kerja, tetapi dalam melakukan pembinaan harus menggunakan perpaduan antara sistem karier dan sistem prestasi kerja, sehingga dengan demikian unsur-unsur yang baik dari sistem karier dan sistem prestasi kerja dapat dipadukan secara serasi. Dalam PP (Peraturan Pemerintah) Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil yang dimaksud dengan PNS yang perlu mengikuti Diklat Fungsional adalah PNS yang telah di evaluasi oleh Pejabat Pembina Kepegawaian dengan memperhatikan pertimbangan Baperjakat dan Tim Seleksi Diklat Instansi. PNS yang telah
3
memenuhi persyaratan kompetensi jabatan fungsional tertentu dapat diberikan sertifikat sesuai dengan pedoman yang ditetapkan oleh Instansi Pembina dan Instansi Pengendali. Pegawai Negeri Sipil fungsional peneliti yang mengikuti Pendidikan dan Pelatihan fungsional di bidang penelitian dan pengembangan akan memperoleh Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan (STTPP) atau Sertifikat. Pendidikan dan Pelatihan yang dimaksud adalah Pendidikan dan Pelatihan teknis yang berkaitan dengan kegiatan penelitian dan pengembangan yang sesuai dengan bidang disiplin ilmunya, seperti metode penelitian, pengelolaan penelitian dan pengembangan, penulisan atau penyuntingan karya tulis ilmiah, teknis penggunaan peralatan penelitian dan pengembangan. Selain itu, pembinaan Pegawai Negeri Sipil diciptakan suatu sistem pengangkatan pegawai dalam suatu jabatan fungsional, sesuai dengan PP Nomor 12 Tahun 2002. Kenaikan pangkat pilihan diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang : a. Menduduki jabatan struktural atau jabatan fungsional tertentu, b. Menduduki jabatan tertentu yang pengangkatannya ditetapkan dengan Keputusan Presiden, c. Menunjukkan prestasi kerja luar biasa baiknya, d. Menemukan penemuan baru yang bermanfaat bagi Negara, e. Diangkat menjadi pejabat Negara, f. Memperoleh Surat Tanda Tamat Belajar/Ijazah, g. Melaksanakan tugas belajar dan sebelumnya menduduki jabatan struktural atau jabatan fungsional tertentu, h. Telah selesai mengikuti dan lulus tugas belajar, i. Dipekerjakan atau diperbantukan secara penuh di luar instansi induknya yang diangkat dalam jabatan pimpinan yang telah ditetapkan persamaan eselonnya atau jabatan fungsional tertentu. Pegawai Negeri Sipil yang menduduki jabatan fungsional tertentu dapat dinaikkan pangkatnya setiap kali setingkat lebih tinggi, apabila : a. Sekurang-kurangnya telah 2 (dua) tahun dalam pangkat terakhir, b. Telah memenuhi angka kredit yang ditentukan,
4
c. Setiap unsur penilaian prestasi kerja sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 2 (dua) tahun terakhir. Pengembangan Pegawai Negeri Sipil dapat dilakukan melalui Promosi, Diklat, Mutasi. Dalam hal ini yang akan dibahas hanya mengenai promosi. Promosi pada dasarnya merupakan peningkatan jabatan maupun pangkat dan juga termasuk pengembangan pegawai karena dapat memotivasi Pegawai Negeri Sipil untuk lebih meningkatkan kemampuan dan prestasi kerjanya. Promosi dapat didasarkan atas dua pertimbangan. Pertama kecakapan yang penilaian pegawai dilakukan melalui pengamatan oleh atasan yang bersangkutan dan dengan cara menguji pada saat tertentu, sehingga diperoleh sekumpulan nilai yang bisa menjadi pertimbangan dalam menentukan promosi dan yang kedua masa kerjanya yaitu masa kerja pegawai secara terus menerus dalam suatu organisasi atau semakin lama masa kerja pegawai menjadi pertimbangan
dalam
menentukan
promosi
karena
semakin
banyak
pengalaman kerja yang dimiliki. Dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor : KEP/128/M.PAN/9/2004 tentang Jabatan Fungsional Peneliti dan Angka Kreditnya yang dimaksud dengan peneliti adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan
dan
teknologi
pada
satuan
organisasi
penelitian
dan
pengembangan (litbang) instansi pemerintah. Jabatan fungsional peneliti merupakan jabatan karir Pegawai Negeri Sipil yang memungkinkan untuk mencapai jenjang pangkat atau golongan sampai dengan Pembina Utama IV/e sesuai dengan jabatan yang diduduki berdasarkan angka kredit yang dimiliki. Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan peneliti, ditetapkan dengan keputusan pejabat yang berwenang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Untuk dapat diangkat dalam jabatan peneliti seorang Pegawai Negeri Sipil harus memenuhi angka kredit kumulatif minimal yang ditentukan. Penilaian angka kredit Jabatan Fungsional Peneliti dibedakan menjadi dua unsur, yaitu unsur utama
5
dan unsur penunjang. Unsur utama yang digunakan untuk penilaian angka kredit
Jabatan
Fungsional
Peneliti
adalah
pendidikan,
penelitian,
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, diseminasi pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi, pembinaan kader peneliti, dan penghargaan ilmiah dan penugasan untuk memimpin unit kerja litbang sedangkan unsur penunjang untuk menilai angka kredit Jabatan Fungsional Peneliti adalah penunjang tugas peneliti. Unsur penunjang tugas peneliti diperoleh melalui kegiatan pemasyarakatn iptek, keikutsertaan dalam kegiatan ilmiah, pembinaan kader nonpeneliti, perolehan penghargaan atau tanda jasa, dan perolehan gelar kesarjanaan lain. Pangkat bagi Pegawai Negeri Sipil merupakan kedudukan yang menunjukkan tingkat seorang Pegawai Negeri Sipil dalam rangkaian susunan kepegawaian dan digunakan sebagai dasar penggajian. Kenaikan pangkat merupakan penghargaan kepada Pegawai Negeri Sipil yang dengan tekun, penuh pengabdian melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya. Karena kenaikan pangkat adalah penghargaan kepada Pegawai Negeri Sipil yang telah mengabdi dengan tekun dalam melaksanakan tugas sehari-hari maka sudah sepantasnya diberikan kenaikan pangkat kepadanya. Sudah seharusnya atasan memperhatikan nasib Pegawai Negeri Sipil yang menjadi bawahannya, sebab kenaikan pangkat adalah satu-satunya harapan untuk menaikkan gaji dalam situasi promosi jabatan sudah tidak memungkinkan lagi. Pegawai yang telah melaksanakan tugas dengan sebaikbaiknya mempunyai hak untuk memperoleh imbalan dari pimpinan antara lain dalam bentuk kenaikan pangkat, penghargaan dan lainnya. Tidak sulit membayangkan bahwa setiap pegawai di manapun selalu mendambakan kemajuan dalam kehidupan kekaryaannya, artinya setiap orang ingin meniti karier sedemikian rupa sehingga selama masa aktifnya berkarya, ia menduduki jabatan dan pangkat yang lebih tinggi yang berarti memikul tanggung jawab yang lebih besar dan penghasilan yang semakin besar pula. Kenaikan pangkat di dalam kepegawaian digunakan sebagai salah satu usaha pemerintah untuk dapat memicu peningkatan prestasi kerja para
6
Pegawai Negeri Sipil yang pada akhirnya akan menghasilkan kinerja pegawai yang baik pula. Dengan adanya kenaikan pangkat, maka diharapkan para pegawai tersebut akan berlomba-lomba untuk melaksanakan pekerjaannya dengan sebaik-baiknya dan menghasilkan hasil kerja yang baik pula. Para pegawai tersebut diharapkan memiliki kedisiplinan yang tinggi dan semangat kerja yang tinggi pula dalam melaksanakan tugas-tugas mereka. Karena dengan menghasilkan kinerja yang baik, maka pegawai tersebut akan mendapatkan kesempatan untuk diberikan kenaikan pangkat kepadanya. Pasal 33 Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2000 tentang Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil menyebutkan bahwa Pegawai Negeri Sipil yang berpangkat rendah tidak membawahi Pegawai Negeri Sipil yang berpangkat lebih tinggi, kecuali membawahi Pegawai Negeri Sipil yang menduduki jabatan fungsional tertentu. Perpindahan ke instansi lain mungkin dapat menyelesaikan masalah yang ada namun dalam keadaan yang seperti ini belum tentu para pegawai tersebut bersedia dipindahkan dengan alasannya masing-masing. Mungkin masalah tempat instansi baru yang jaraknya cukup jauh. Selain itu, terdapat ketentuan lain yang termuat dalam Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil yang menyebutkan bahwa yang menetapkan
kenaikan pangkat Pegawai Negeri Sipil pusat
maupun daerah untuk menjadi Pembina Utama Muda golongan ruang IV/c, Pembina Utama Madya golongan ruang IV/d, dan Pembina Utama golongan ruang IV/e adalah Presiden setelah mendapatkan pertimbangan dari Kepala Badan Kepegawaian Negara. Kenaikan pangkat tersebut harus diajukan secara tertulis kepada Presiden , oleh : 1. Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat dan Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Propinsi, dan 2. Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Kabupaten/Kota melalui Gubernur.
7
Pengajuan pangkat tersebut tembusannya disampaikan kepada Kepala Badan Kepegawaian Daerah dengan prosedur yang panjang, sehingga tidak sedikit Pegawai Negeri Sipil yang enggan mengurusnya. Belum lagi menunggu hasilnya yang memakan waktu yang cukup lama karena prosesnya yang lama. Oleh karena itu maka diperlukan adanya prosedur yang tetap dalam kenaikan pangkat agar pelaksanaan kenaikan pangkat dapat berjalan dengan baik, efektif dan efisien. Dengan adanya prosedur yang tetap atau baku maka diharapkan Pegawai Negeri Sipil yang akan mengajukan kenaikan pangkat dapat mempersiapkan segala sesuatu yang telah dipersyaratkan jauh hari sebelum periode kenaikan pangkat. Kenaikan pangkat dilakukan dalam 2 periode dalam satu tahun yaitu untuk periode pertama pada bulan April dan periode kedua dilaksanakan pada bulan Oktober, kegiatan ini dilaksanakan secara rutin setiap tahun. Namun untuk kebutuhan promosi atau kenaikan pangkat fungsional peneliti yang dilakukan di Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Kota Surakarta tergantung pada tiap pegawai fungsional peneliti dalam penetapan angka kreditnya, apabila pegawai telah memenuhi persyaratan yang sudah ditetapkan dan memiliki angka kredit mencapai yang telah ditentukan maka pegawai tersebut dapat mengajukan kenaikan pangkat fungsional peneliti. Untuk mendapatkan angka kredit maka peneliti harus membuat karya tulis ilmiah yang terbit dalam bentuk buku, majalah ilmiah internasional, majalah ilmiah nasional terakreditasi, dan prosiding pertemuan ilmiah internasional. Pembuatan karya tulis ilmiah tersebut dapat dilakukan oleh semua jenjang hanya saja setiap hasil satuan kegiatan tersebut mempunyai penetapan angka kredit yang berbeda-beda. Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas maka penulis mengambil Laporan Tugas Akhir dengan judul “PROSEDUR KENAIKAN PANGKAT JABATAN FUNGSIONAL PENELITI PEGAWAI NEGERI SIPIL PADA BALAI PENELITIAN TEKNOLOGI KEHUTANAN PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI KOTA SURAKARTA”.
8
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis dapat mengambil beberapa masalah yang berkaitan dengan bidang kepegawaian, antara lain : 1. Bagaimana Prosedur Kenaikan Pangkat Jabatan Fungsional Peneliti Pegawai Negeri Sipil Pada Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Kota Surakarta ? 2. Apa saja kendala atau hambatan dalam Prosedur Kenaikan Pangkat Jabatan Fungsional Peneliti tersebut ? 3. Bagaimana cara mengatasi kendala atau hambatan tersebut ?
C. Tujuan Pengamatan Adapun tujuan pengamatan ini adalah sebagai berikut : a. Tujuan Operasional 1. Untuk mengetahui
prosedur kenaikan pangkat jabatan fungsional
peneliti Pegawai Negeri Sipil pada Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Kota Surakarta. 2. Untuk mengetahui mengenai apa saja kendala atau hambatan dalam prosedur kenaikan pangkat jabatan fungsional peneliti. 3. Untuk mengetahui cara mengatasi kendala atau hambatan dalam prosedur kenaikan pangkat jabatan fungsional peneliti. b. Tujuan Fungsional Pengamatan ini bertujuan agar hasilnya dapat bermanfaat dan berguna bagi semua pihak yang berkepentingan, bagi para pembaca maupun Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Kota Surakarta sendiri baik sebagai masukan, pengetahuan dan bahan pertimbangan dalam melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan kepegawaian.
9
c. Tujuan Individual Untuk memenuhi syarat dalam memperoleh sebutan Ahli Madya pada Program Diploma III Manajemen Administrasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
D. Manfaat Pengamatan Penulis berharap bahwa dengan penyusunan Laporan Tugas Akhir ini akan dapat memberikan manfaat bagi semua kalangan yang telah membaca Laporan Tugas Akhir ini. 1. Bagi Penulis Pribadi Dapat mendalami masalah Kenaikan Pangkat Fungsional peneliti Pegawai Negeri Sipil pada Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Kota Surakarta. 2. Bagi Instansi Sebagai masukan bagi instansi khususnya pada Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Kota Surakarta dalam meningkatkan pelaksanaan kegiatan kenaikan pangkat fungsional peneliti Pegawai Negeri Sipil. 3. Bagi Masyarakat Umum dan Pihak Lain : a. Dapat memperluas wawasan dan pengetahuan masyarakat tentang pelaksanaan kegiatan kenaikan pangkat jabatan fungsional peneliti Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Kota Surakarta. b. Dapat menciptakan suatu transparansi atau keterbukaan antara instansi dan masyarakat agar tercipta suasana yang kondusif. c. Dapat dipakai sebagai landasan untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan lebih lanjut yang ada hubungannya dengan penelitian ini.
10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN METODE PENGAMATAN
A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Prosedur a. Pengertian Prosedur Kegiatan administrasi kantor mempunyai pola kerja yang baik yang menunjang pencapaian tujuan organisasi, dengan didukung oleh pencatatan tertulis mengenai langkah-langkah yang harus dilakukan dalam mencapai tujuan yang dibuat sebelumnya. Prosedur perkantoran adalah urutan langkah-langkah melakukan suatu pekerjaan, berhubungan dengan apa yang dilakukan, bagaimana melakukannya, bilamana melakukannya, dimana melakukannya dan siapa yang melakukannya (Moekijat, dalam Ida Nuraida hal 43). Prosedur merupakan bagian dari klasifikasi perencanaan eksekutif dimana perencanaan eksekutif atau perencanaan manajemen di buat oleh pimpinan organisasi dan perencanaan eksekutif diperlukan untuk menentukan prosedur pelaksanaan rencana, yakni petunjuk pelaksanaan yang bersifat direktif dan juga bersifat diskriptif karena dapat membantu pelaksanaan koordinasi dengan jalan menyediakan petunjuk tindakan pada pegawai pada saat situasi yang berulang-ulang muncul. Prosedur bisa didokumentasikan atau tidak, tergantung dengan kebutuhan dari setiap organisasi atau perusahaan. Prosedur yang didokumentasikan disebut dengan prosedur tertulis. Biasanya prosedur jenis ini mempunyai aturan formal yang harus dipatuhi. Aturan-aturan tersebut antara lain : a. Struktur, maksud, dan ruang lingkup suatu kegiatan. b. Siapa yang bertanggungjawab menerapkan prosedur. c. Acuan atau dokumen terkait.
11
d. Proses atau tahapan kegiatan yang perlu dilakukan, bagaimana melakukan, dan dimana akan dilakukan. e. Bahan, alat, dan dokumen yang digunakan. f. Dokumentasi dan rekaman. g. Lampiran. h. Informasi pengendalian.
Prosedur mengindikasikan rangkaian aktivitas, tugas-tugas, langkahlangkah, keputusan-keputusan, perhitungan-perhitungan dan proses-proses yang dijalankan melalui serangkaian pekerjaan yang menghasilkan suatu tujuan yang diinginkan dan sebuah prosedur biasanya mengakibatkan sebuah perubahan menjadi lebih baik dan tertata lebih rapi. Berikut terdapat pengertian prosedur menurut para ahli : 1. Prosedur menurut MC Maryati (2008 : 43) “ prosedur adalah serangkaian dari tahapan-tahapan atau urutan langkah-langkah yang saling terkait dalam menyelesaikan suatu pekerjaan “. 2. Louis A. Allen (dalam buku Drs. A.S Moenir hal 110) mengatakan bahwa suatu prosedur ialah suatu metode yang dinormalisasikan untuk melakukan pekerjaan yang telah diperinci. 3. Harold Koontz, Cryil O’Donnell, Heiz Weihrich (1989:124) memberikan pendapat tentang pengertian prosedur sebagai berikut : “ prosedur adalah rencana yang menetapkan suatu metode penanganan yang dibutuhkan untuk aktivitas-aktivitas yang akan datang. Merupakan pedoman untuk bertindak, bukan untuk berfikir dan menguraikan cara yang tepat untuk menyelesaikan suatu kegiatan tertentu. Prosedur merupakan urut-urutan kronologis dari tindakan yang dibutuhkan “. Berdasarkan pengertian prosedur menurut para ahli diatas dan juga aturan formal prosedur tertulis, penulis dapat menyimpulkan bahwa prosedur bisa diartikan sebagai tata cara atau urutan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan urutan waktu dan pola kerja yang tetap dan telah ditentukan. Untuk mengendalikan pelaksanaan kerja agar efisiensi
12
perusahaan tercapai dengan baik dibutuhkan sebuah petunjuk tentang prosedur kerja. Selain hal tersebut dapat disimpulkan pula bahwa prosedur merupakan : 1. Metode-metode yang dibutuhkan untuk menangani aktivitas-aktivitas yang akan datang. 2. Urutan aktivitas untuk mencapai tujuan tertentu. 3. Pedoman untuk bertindak. Menurut Moekijat (dalam Ida Nuraida hal 44), istilah metode menunjukkan cara pelaksanaan pekerjaan atas suatu tugas yang terdiri atas satu atau lebih kegiatan yang bersifat tulis menulis oleh seorang pegawai. Dengan demikian, serangkaian metode yang disatukan akan membentuk suatu prosedur. Dalam bukunya A.S Moenir (1983:117) terdapat dua jenis prosedur yaitu : 1. Prosedur umum Prosedur umum adalah prosedur-prosedur yang menyangkut bidang pekerjaan yang bersifat umum (general) dan berlaku secara nasional yang menjadi tanggungjawab manajer atas, yaitu : a. Bidang keuangan : prosedur permintaan, uang, prosedur pembayaran melalui beban tetap dan UUDP (APBN), prosedur transfer uang, prosedur penggunaan devisa, prosedur pembayaran luar negeri dan lainlain. b. Bidang kepegawaian, baik Pegawai Negeri Sipil maupun Pegawai Negeri Angkatan Bersenjata. c. Bidang pengadaan barang pemerintah, pemborongan pekerjaan, pembelian barang melalui tender. d. Bidang pemeliharaan kesehatan Pegawai Negeri dan anggota Angkatan Bersenjata. e. Bidang export dan import barang-barang berbagai golongan.
13
f. Bidang keimigrasian. 2. Prosedur khusus Prosedur khusus adalah prosedur yang dibuat dan hanya berlaku secara lokal untuk lingkungan tertentu yang menjadi tanggungjawab manajer ditempat tersebut. Sebuah organisasi atau perusahaan yang bekerja dengan mengikuti prosedur yang berlaku akan mendapatkan hasil maksimal pada setiap pekerjaannya. Prosedur memang harus direncanakan agar dalam setiap langkahnya tidak mengalami kekeliruan. b. Karakteristik Prosedur Dalam bukunya Mulyadi (2001:6) terdapat beberapa karakteristik prosedur. Berikut ini adalah beberapa karakteristik prosedur, diantaranya adalah sebagai berikut : a. Prosedur menunjang tercapainya suatu organisasi. b. Prosedur mampu menciptakan adanya pengawasan yang baik dan menggunakan biaya yang seminimal mungkin. c. Prosedur
menunjukkan
adanya
penetapan
keputusan
dan
tanggungjawab. d. Prosedur menunjukkan urutan-urutan yang logis dan sederhana. e. Menunjukkan tidak adanya keterlambatan atau hambatan. f. Adanya suatu pedoman kerja yang harus diikuti oleh anggota-anggota organisasi. g. Mencegah terjadinya penyimpangan. h. Membantu efisiensi, efektivitas, dan produktivitas kerja dari suatu unit organisasi. c. Manfaat Prosedur Dalam bukunya Ida Nuraida (2008:36-37) menjelaskan bahwa prosedur yang ditulis sangat bermanfaat bagi manajerial maupun level nonmanajerial dalam melaksanakan fungsi manajemen dibagian masingmasing sebagai berikut :
14
a) Planning-controlling 1. Mempermudah pencapaian tujuan. 2. Merencanakan dengan seksama tentang besarnya beban kerja yang optimal bagi masing-masing pegawai. 3. Terhindar dari pemborosan atau memudahkan penghematan biaya. 4. Mempermudah pengawasan mengenai apa yang seharusnya dilakukan dan yang sulit dilakukan, apakah pelaksanaan pekerjaan sudah sesuai dengan prosedur atau belum. Apabila belum, perlu diketahui
penyebabnya
sebagai
bahan
masukan
untuk
mempertimbangkan apakah perlu dilakukan tindakan koreksi terhadap pelaksanaan atau revisi terhadap prosedur. Dengan adanya prosedur yang telah dibakukan, kita dapat menyampaikan proses umpan balik yang konstruktif. b) Organizing 1. Mendapatkan instruksi kerja yang dapat dimengerti oleh bawahan, mengenai hal-hal berikut : a. Tanggungjawab setiap prosedur pada masing-masing bagian, terutama sekali pada saat melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan bagian-bagian lain. b. Proses menyelesaikan suatu pekerjaan. 2. Dihubungkan dengan alat-alat yang mendukung pekerjaan kantor serta dokumen-dokumen kantor yang diperlukan. 3. Mengakibatkan arus pekerjaan kantor menjadi lebih lancer dan baik, serta menciptakan konsistensi kerja. c) Staffing-leading 1. Membantu atasan dalam memberikan pelatihan atau dasar-dasar instruksi kerja bagi pegawai baru dan pegawai lama. Prosedur mempermudah orientasi bagi pegawai baru. Sementara bagi pegawai lama, pelatihan juga diperlukan apabila pegawai lama harus menyesuaikan diri dengan metode dan teknologi baru atau mendapat tugas baru yang masih asing sama sekali sehingga dapat
15
terbiasa dengan prosedur yang baku dalam suatu pekerjaan yang rutin di kantor, yang berisi tentang cara kerja dan kaitannya dengan tugas lain. 2. Atasan perlu mengadakan penyuluhan bagi bawahan yang bekerja tidak sesuai dengan prosedur. Penyebabnya harus diketahui dan atasan dapat member pengarahan yang dapat memotivasi pegawai agar mau memberikan kontribusi maksimal bagi kantor. 3. Mempermudah pemberian penilaian terhadap bawahan. d) Coordination 1. Menciptakan koordinasi yang harmonis bagi setiap departemen dan antar departemen. 2. Menetapkan dan membedakan prosedur yang rutin dan prosedur yang independen. Sumber : 2. Kenaikan Pangkat a. Dasar Hukum Kenaikan Pangkat Dalam pelaksanaan prosedur kenaikan pangkat terdapat dasar hukumnya yaitu : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2000 tentang Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2002. 3. Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 12 Tahun 2002 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2000 tentang Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2002.
16
b. Pengertian Kenaikan Pangkat Menurut PP Nomor 99 Tahun 2000 Pangkat adalah kedudukan yang menunjukkan tingkat seseorang PNS berdasarkan jabatannya dalam rangkaian susunan kepegawaian dan digunakan sebagai dasar penggajian. Dari hal tersebut mengandung makna bahwa pangkat merupakan kedudukan yang dimiliki oleh seorang Pegawai Negeri Sipil dalam menduduki suatu jabatan, mempunyai tingkat yang berbeda dengan Pegawai Negeri Sipil lainnya dan dalam susunan kepegawaian pangkat menjadi dasar penggajian, dengan demikian besar kecilnya gaji yang diterima pegawai tergantung pada pangkat yang dimilikinya sesuai dengan skala gaji yang berlaku. Setelah menguraikan mengenai pengertian pangkat, selanjutnya penulis akan menguraikan mengenai kenaikan pangkat. Dalam PP No 99 Tahun 2000 Kenaikan Pangkat adalah penghargaan yang diberikan atas prestasi kerja dan pengabdian Pegawai Negeri Sipil terhadap negara. Dalam hal ini kenaikan pangkat merupakan promosi untuk Pegawai Negeri Sipil guna mendorong dan menciptakan pegawai yang mempunyai etos kerja yang tinggi dan berprestasi, karena promosi ini juga merupakan reward yang diberikan kepada pegawai yang berprestasi untuk memangku tanggungjawab yang lebih besar, berupa kenaikan pangkat atau jabatan. Promosi kenaikan pangkat Pegawai Negeri Sipil ditetapkan pada tanggal 1 April dan 1 Oktober tiap tahun, kecuali untuk beberapa jenis kenaikan pangkat yang ditetapkan berlakunya secara khusus. c. Jenis-jenis Kenaikan Pangkat Jenis-jenis kenaikan pangkat seperti diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2002 adalah sebagai berikut : 1. Kenaikan Pangkat Reguler Kenaikan pangkat reguler diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang :
17
a. Melaksanakan tugas belajar dan sebelumnya tidak menduduki jabatan structural atau jabatan fungsional tertentu. b. Dipekerjakan atau diperbantukan secara penuh diluar instansi induk dan tidak menduduki jabatan pimpinan yang telah ditetapkan persamaan eselonnya atau jabatan fungsional tertentu. Kenaikan
pangkat
reguler
diberikan
sepanjang
tidak
melampaui pangkat atasan langsungnya. Kenaikan pangkat reguler dapat diberikan setingkat lebih tinggi apabila : a. Sekurang-kurangnya telah 4 (empat) tahun dalam pengkat terakhir. b. Setiap unsur penilaian prestasi kerja sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 2 (dua) tahun terakhir. Kenaikan pangkat reguler ini tidak diberikan secara terusmenerus kepada Pegawai Negeri Sipil, akan tetapi sangat dipengaruhi oleh jenjang pendidikan Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan. Kenaikan pangkat reguler Pegawai Negeri Sipil diberikan sampai dengan : a. Pengatur Muda, golongan ruang II/a bagi yang memiliki Surat Tanda Tamat Belajar Sekolah Dasar. b. Pengatur, golongan ruang II/c bagi yang memiliki Surat Tanda Tamat Belajar Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. c. Pengatur Tingkat I, golongan ruang II/d bagi yang memiliki Surat Tanda Tamat Belajar Sekolah Lanjutan Kejuruan Tingkat Pertama. d. Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b bagi yang memiliki Surat Tanda Tamat Belajar Sekolah Lanjutan Tingkat Atas, Sekolah Lanjutan Kejuruan Tingkat Atas 3 (tiga) tahun, Sekolah Lanjutan Kejuruan Tingkat Atas 4 (empat) tahun, Ijazah Diploma I, atau Ijazah Diploma II.
18
e. Penata, golongan ruang III/c bagi yang memiliki Ijazah Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa, Ijazah Diploma III, Ijazah Sarjana Muda, Ijazah Akademi atau Ijazah Bakaloreat. f. Penata Tingkat I, golongan ruang III/d bagi yang memiliki Ijazah Sarjana (S1) atau Ijazah Diploma IV. g. Pembina, golongan ruang IV/a bagi yang memiliki Ijazah Dokter, Ijazah Apoteker dan Ijazah Magister (S2) atau Ijazah lain yang setara. h. Pembina Tingkat I, golongan ruang IV/b bagi yang memiliki Ijazah Doktor (S3). 2. Kenaikan Pangkat Pilihan Kenaikan pangkat pilihan adalah kenaikan pangkat yang diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang memangku jabatan struktural atau jabatan fungsional atau jabatan tertentu yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu yang pengangkatannya ditetapkan dengan Keputusan Presiden diberikan dalam jenjang pangkat yang ditentukan untuk jabatan yang bersangkutan. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2002 tentang kenaikan pangkat Pegawai Negeri Sipil menjelaskan bahwa kenaikan pangkat pilihan diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang : a. Menduduki jabatan struktural atau jabatan fungsional tertentu. b. Menduduki jabatan tertentu yang pengangkatannya ditetapkan dengan Keputusan Presiden. c. Menunjukkan prestasi kerja luar biasa baiknya. d. Menemukan penemuan baru yang bermanfaat bagi Negara. e. Diangkat menjadi pejabat Negara. f. Memperoleh Surat Tanda Tamat Belajar atau Ijazah. g. Melaksanakan tugas belajar dan sebelumnya menduduki jabatan struktural atau jabatan fungsional tertentu. h. Telah selesai mengikuti dan lulus tugas belajar.
19
i. Dipekerjakan atau diperbantukan secara penuh di luar instansi induknya yang diangkat dalam jabatan pimpinan yang telah ditetapkan persamaan eselonnya atau jabatan fungsional tertentu. Pegawai Negeri Sipil yang menduduki jabatan struktural, dan pangkatnya masih satu tingkat di bawah jenjang pangkat terendah yang ditentukan untuk jabatan itu,
dapat dinaikkan pangkatnya
setingkat lebih tinggi dengan ketentuan sebagai berikut : a. Telah 1 (satu) tahun dalam pangkat yang dimilikinya. b. Sekurang-kurangnya telah 1 (satu) tahun dalam jabatan struktural yang didudukinya. c. Setiap unsur penilaian prestasi kerja sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 2 (dua) tahun terakhir. Pegawai Negeri Sipil yang menduduki jabatan fungsional tertentu, dapat dinaikkan pangkatnya setiap kali setingkat lebih tinggi, apabila : a. Sekurang-kurangnya telah 2 (dua) tahun dalam pangkat terakhir. b. Telah memenuhi angka kredit yang ditentukan. c. Setiap unsur penilaian prestasi kerja sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 2 (dua) tahun terakhir. Ketentuan mengenai angka kredit untuk kenaikan pangkat pilihan bagi PNS yang menduduki jabatan fungsional tertentu ditetapkan oleh Menteri yang bertanggungjawab dibidang pendayagunaan aparatur negara dengan memperhatikan usul dari pejabat Pembina Kepegawaian yang bersangkutan setelah mendapatkan pertimbangan teknis kepala BKN. 3. Kenaikan Pangkat Istimewa Kenaikan pangkat istimewa adalah kenaikan pangkat yang diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang menunjukkan prestasi luar biasa baiknya, atau menemukan penemuan baru yang bermanfaat bagi negara.
20
4. Kenaikan Pangkat Anumerta Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 99 Tahun 2000, Pegawai Negeri Sipil yang dinyatakan tewas diberikan kenaikan pangkat anumerta setingkat lebih tinggi. 5. Kenaikan Pangkat Pengabdian Kenaikan pangkat pengabdian adalah kenaikan pangkat yang diberikan pada Pegawai Negeri Sipil yang akan diberhentikan dengan hormat dengan hak pensiun karena mencapai batas usia pensiun, dapat diberikan kenaikan pangkat pengabdian setingkat lebih tinggi. Kenaikan pangkat pengabdian ini diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil, apabila: a. Memiliki masa bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil selama : a) Sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) tahun secara terus menerus dan sekurang-kurangnya telah 1 (satu) bulan dalam pangkat terakhir. b) Sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) tahun secara terus menerus dan sekurang-kurangnya telah 1 (satu) tahun dalam pangkat terakhir. c) Sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun secara terus menerus dan sekurang-kurangnya telah 2 (dua) tahun dalam pangkat terakhir. b. Setiap unsur penilaian prestasi kerja sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 1 (satu) tahun terakhir. c. Tidak pernah dijatuhi hukuman disiplin tingkat sedang atau berat dalam 1 (satu) tahun terakhir. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2000 Pasal 30 Angka (1), Pegawai Negeri Sipil yang berpangkat Pengatur Tingkat I golongan ruang II/d dan Penata Tingkat I golongan ruang III/d, untuk dapat dinaikkan pangkatnya setingkat lebih tinggi disamping harus memenuhi syarat yang ditentukan harus pula lulus ujian dinas, kecuali ketentuan lain
21
dalam Peraturan Pemerintah atau ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Dalam ujian dinas terdapat dua tingkatan, yaitu : 1. Ujian dinas tingkat I untuk kenaikan pengkat dari Pengatur Tingkat I golongan ruang II/d menjadi Penata Muda golongan ruang III/a. 2. Ujian dinas tingkat II untuk kenaikan pangkat dari Penata Tingkat I golongan ruang III/d menjadi Pembina golongan ruang IV/a. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2002 terdapat pengecualian dari ujian dinas bagi Pegawai Negeri Sipil yang : 1. Akan diberikan kenaikan pangkat karena telah menunjukkan prestasi kerja yang luar biasa baiknya. 2. Akan diberikan kenaikan pangkat karena menemukan penemuan baru yang bermanfaat bagi negara. 3. Diberikan kenaikan pangkat pengabdian karena : a. Mencapai batas usia pensiun. b. Dinyatakan cacat karena dinas dan tidak dapat bekerja lagi dalam semua jabatan negeri oleh Tim Penguji Kesehatan. 4. Telah memperoleh : a. Ijazah Sarjana atau Diploma IV untuk ujian dinas Tingkat I. b. Ijazah Dokter, Ijazah Apoteker, Magister, dan Ijazah lain yang setara atau Doktor untuk ujian dinas Tingkat II. d. Jenjang Kenaikan Pangkat Sistem kepegawaian di Indonesia dibedakan atas empat golongan kepangkatan dan masing-masing golongan kepangkatan tersebut dibagi atas beberapa ruang. Empat golongan kepangkatan pegawai mulai dari pangkat rendah sampai yang tertinggi antara lain : 1. Golongan I dibagi atas ruang a, b, c, dan d. 2. Golongan II dibagi atas ruang a, b, c, dan d. 3. Golongan III dibagi atas ruang a, b, c, dan d. 4. Golongan IV dibagi atas ruang a, b, c, d, dan e.
22
Sementara itu dikenal pula untuk pegawai yang menduduki jabatan struktural digolongkan melalui sistem eselonisasi. Ada empat eselon bagi pejabat struktural yaitu : 1. Eselon I merupakan eselon tertinggi dalam jabatan struktural Pegawai Negeri Sipil seperti jabatan Sekretaris Jenderal, Direktorat Jenderal, Inspektorat Jenderal suatu departemen pemerintah. 2. Eselon II merupakan jabatan struktural yang berada dibawah pejabat eselon I, seperti Kepala Biro, Direktur, Kepala Pusat. 3. Eselon III merupakan jabatan struktural yang berada dbawah eselon II, seperti Kepala Bagian, Kepala Bidang, Kepala sub Direktorat. 4. Eselon IV merupakan jabatan struktural yang terendah dibawah eselon III, seperti Kepala sub Bagian, Kepala sub Bidang, Kepala Seksi. Dibawah ini matriks jenjang pangkat dan golongan ruang dalam lingkungan Pegawai Negeri Sipil. Tabel 2.1 Tabel Jenjang Pangkat dan Golongan sesuai PP Nomor 99 Tahun 2000 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.
Pangkat Juru Muda Juru Muda Tingkat I Juru Juru Tingkat I Pengatur Muda Pengatur Muda Tingkat I Pengatur Pengatur Tingkat I Penata Muda Penata Muda Tingkat I Penata Penata Tingkat I Pembina Pembina Tingkat I Pembina Utama Muda Pembina Utama Madya Pembina Utama
Golongan I I I I II II II II III III III III IV IV IV IV IV
Ruang A B C D A B C D A B C D A B C D E
23
Sumber : Lampiran PP 99 Tahun 2000 3. Jabatan Fungsional Peneliti Jabatan fungsional adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggungjawab, wewenang dan hak seseorang Pegawai Negeri Sipil dalam suatu satuan organisasi yang dalam pelaksanaann tugasnya didasarkan pada keahlian dan keterampilan tertentu serta bersifat mandiri. Peneliti
adalah
Pegawai
Negeri
Sipil
yang
diberi
tugas,
tanggungjawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada satuan organisasi penelitian dan pengembangan (Litbang) instansi pemerintah. Penelitian adalah kegiatan yang dilakukan menurut kaidah dan metode ilmiah secara sistematis untuk memperoleh informasi, data dan keterangan yang berkaitan dengan pemahaman dan pembuktian kebenaran atau ketidakbenaran suatu asumsi dan hipotesis di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta menarik kesimpulan ilmiah bagi keperluan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Jabatan fungsional peneliti merupakan jabatan fungsional keahlian, karena jabatan fungsional peneliti merupakan jabatan karir Pegawai Negeri Sipil yang memungkinkan untuk mencapai jenjang pangkat atau golongan sampai dengan Pembina Utama IV/e sesuai dengan jabatan yang diduduki berdasarkan angka kredit yang dimiliki. Angka kredit merupakan nilai dari tiap butir kegiatan atau akumulasi nilai butir-butir kegiatan yang harus dicapai oleh peneliti dan digunakan sebagai salah satu syarat untuk pengangkatan dan kenaikan jabatan atau kenaikan pangkat Pegawai Negeri Sipil. Dengan
terbitnya
Keputusan
Menpan
Nomor
:
KEP/128/M.PAN/9/2004, terdapat beberapa hal yang perlu dipahami secara mendalam oleh semua pihak yang terkait dengan pelaksanaan dan pengelolaan jabatan fungsional peneliti, hal tersebut antara lain :
24
1. Perubahan jenjang jabatan dari sembilan menjadi empat jenjang. 2. Prosentase angka kredit yang sebelumnya terdiri dari > 70% unsur utama dan < 30% unsur penunjang menjadi > 80% unsur utama dan 20% unsur penunjang. 3. Angka kredit yang dapat dinilai dari unsur utama yang semula terdiri dari tiga unsur yaitu Pendidikan, Penelitian dan Pemacuan Teknologi menjadi enam unsur yaitu Pendidikan, Penelitian, Pengembangan Iptek, Diseminasi Pemnfaatan Iptek, Pembinaan Kader Peneliti, serta Penghargaan Ilmiah dan mendapat penugasan untuk memimpin unit kerja Litbang. 4. Pembebasan sementara jabatan peneliti yang sebelumnya tidak diberi batas waktu menjadi terbatas hanya satu tahun. 5. Masa berlaku setiap jenjang jabatan fungsional peneliti mengalami perubahan dari 4 tahun menjadi 5 tahun. Dalam menduduki jabatan fungsional peneliti terdapat pedoman penilaian untuk menentukan apakah seseorang Pegawai Negeri Sipil tersebut berhak menjadi peneliti atau tidak, pedoman penilaian tersebut antara lain : 1. Pendidikan Dalam menduduki jabatan fungsional peneliti seseorang Pegawai Negeri Sipil harus mempunyai pendidikan sekolah dan memperoleh ijazah atau gelar. Ijazah yang diakui adalah ijazah yang dikeluarkan oleh Perguruan Tinggi Negeri atau Swasta yang telah memperoleh pengesahan atau akreditasi dari Departemen yang berwenang. Ijazah yang diajukan pertama kali untuk menduduki jabatan fungsional peneliti diserahkan sepenuhnya kepada instansi pengusul untuk kesesuaian latar belakang pendidikan dengan bidang kepakarannya. Setelah menduduki jabatan fungsional peneliti, ijazah yang diajukan harus sesuai dengan bidang kepakarannya. Pendidikan tidak bergelar dinilai sebagai pelatihan, penataran atau kursus ilmiah. Post-Doc,
25
scientist exchange, joint research dianggap sebagai pendidikan dan pelatihan sesuai dengan jumlah jam kerja yang dipersyaratkan. Selain pendidikan sekolah dan memperoleh ijazah atau gelar, seseorang yang menduduki jabatan fungsional peneliti harus mempunyai Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan di bidang penelitian dan pengembangan. Diklat yang dimaksud adalah diklat teknis yang berkaitan dengan kegiatan penelitian dan pengembangan yang sesuai dengan bidang disiplin ilmunya, antara lain : metode penelitian, pengelolaan penelitian dan pengembangan, penulisan atau penyuntingan karya tulis ilmiah, teknis penggunaan peralatan penelitian dan pengembangan. Contoh ijazah dan Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan di bidang penelitian dan pengembangan (terlampir). 2. Penelitian Pegawai Negeri Sipil dengan jabatan fungsional peneliti harus melakukan penelitian untuk mengumpulkan angka kreditnya. Karya Tulis Ilmiah yang ditulis dalam bentuk makalah oleh lebih dari seorang maka pembagian angka kreditnya ditetapkan 60% bagi penulis utama dan 40% untuk penulis kedua. Jika Karya Tulis Ilmiah ditulis oleh 3 orang pembagian angka kreditnya 50% untuk penulis pertama, dan masing-masing 25% untuk penulis kedua dan ketiga. Karya Tulis Ilmiah baik hasil penelitian maupun hasil pemikiran atau tinjauan ilmiah diberi angka kredit yang sama dan Karya Tulis Ilmiah yang diterbitkan dalam jurnal internasional nilainya lebih tinggi dibanding jurnal nasional. 3. Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Hasil Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang dilakukan oleh lebih dari satu orang (Tim) maka penilaian didasarkan kepada kontribusi masing-masing anggota dan dibuktikan dengan surat pernyataan berkontribusi yang ditandatangani oleh semua anggota. Pengusulan penilaian untuk unsur ini harus disertai dengan pembuktian
26
atau surat keterangan dari Dewan Pakar yang membidangi bidang iptek termaksud. Dewan Pakar dapat dibentuk atau ditunjuk oleh instasni pembina jabatan fungsional peneliti (LIPI). 4. Diseminasi Pemanfaatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Peneliti harus mempunyai bidang kepakaran yang sama dengan Iptek yang didiseminasikannya. Ketidaksesuaian bidang kepakaran dengan diseminasi pemanfaatan Iptek akan mendapat nilai angka kredit 60% dari
nilai seharusnya dan peneliti pertama yang telah
mampu menyusun buku pegangan untuk perguruan tinggi, sekolah, diklat, penyuluhan dan sebagainya diberikan angka kredit yang sama besar dengan ketentuan yang ada. 5. Pembinaan Kader Peneliti Bimbingan
merupakan
proses
transfer
pengetahuan
dan
keterampilan dari seseorang kepada orang lain melalui serangkaian kegiatan penelitian dan pengembangan dan kegiatan lain yang tidak dapat dipisahkan. Jenjang jabatan fungsional pembimbing minimal setingkat lebih tinggi dari yang dibimbing, bukti bimbingan bisa berupa laporan hasil penelitian, resume buku, Karya Tulis Ilmiah. 6. Penghargaan Ilmiah dan Penugasan untuk memimpin unit kerja Litbang Lembaga Penelitian dan Pengembangan adalah lembaga yang melaksanakan penelitian dan pengembangan, misalnya LIPI, Batan, Lapan, dan Badan Litbang dibawah Departemen. Penghargaan ilmiah yang diberikan dapat berupa tanda jasa atas prestasi dalam kegiatan ilmiah pada tingkat internasional maupun nasional, memperoleh gelar kehormatan akademis pada tingkat internasional maupun nasional, dan memimpin unit litbang setara dengan eselon I, II, III, dan IV. 7. Penunjang Tugas Peneliti Unsur penunjang tugas peneliti adalah angka kredit komulatif yang dikumpulkan maksimal sebesar 20% untuk melengkapi unsur utama, unsur penunjang tugas peneliti dapat diperoleh melalui kegiatan
27
pemasyarakatan iptek, keikutsertaan dalam kegiatan ilmiah, pembinaan kader non peneliti, perolehan penghargaan atau tanda jasa dan perolehan gelar kesarjanaan lainnya.
4. Pegawai Negeri Sipil a. Pengertian Pegawai Negeri Sipil Dalam UU No 43 tahun 1999 tentang Pokok Kepegawaian menyatakan Pegawai Negeri Sipil adalah setiap warga Negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang telah memenuhi syarat yang telah ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri atau diserahi tugas Negara lainnya dan digaji berdasarkan perundang-undangan yang berlaku. Pegawai Negeri Sipil bukan saja dilihat dan diperlakukan sebagai Aparatur Negara tetapi juga harus dilihat dan diperlakukan sebagai Warga Negara. Hal ini mengandung pengertian bahwa dalam melaksanakan pembinaan, hendaknya sejauh mungkin diusahakan adanya keserasian antara kepentingan dinas dengan kepentingan Pegawai Negeri Sipil sebagai perorangan, dengan ketentuan bahwa apabila ada perbedaan antara kepentingan dinas dan kepentingan Pegawai Negeri Sipil secara perorangan, maka kepentingan dinas yang harus diutamakan. Rumusan kedudukan Pegawai Negeri Sipil tersebut bertolak dari
pokok pikiran, bahwa Pemerintah tidak hanya
menjalankan fungsi umum pemerintahan, tetapi juga harus mampu melaksanakan
fungsi
pembangunan,
dengan
kata
lain
bahwa
Pemerintah bukan hanya menyelenggarakan tertib pemerintahan tetapi juga harus mampu menggerakkan dan memperlancar pembangunan untuk kepentingan rakyat banyak. Pembinaan Pegawai Negeri Sipil perlu diatur secara menyeluruh yaitu dengan pengaturan pembinaan yang seragam bagi segenap Pegawai Negeri Sipil, baik Pegawai Negeri Sipil Pusat maupun Pegawai Negeri Sipil Daerah. Dengan adanya keseragaman pembinaan
28
sebagai tersebut diatas, maka disamping memudahkan penyelenggaraan pembinaan, dapat pula diselenggarakan keseragaman perlakuan dan jaminan kepastian hukum bagi segenap Pegawai Negeri Sipil. b. Jenis Pegawai Negeri Sipil Pegawai Negeri Sipil dibedakan menjadi 2 jenis yaitu : 1.
Pegawai Negeri Sipil Pusat Pegawai Negeri Sipil Pusat adalah mereka yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut : a. Gajinya dibebankan APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) dan bekerja pada Departemen, Lembaga Pemerintahan Non Departemen, Kesekretariatan Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara, dan Instansi Vertikal Daerah Kepaniteraan Pengadilan. b. Bekerja pada perusahaan jawatan. c. Diperbantukan atau dipekerjakan pada Daerah Otonom. d. Berdasarkan suatu peraturan perundangan diperbantukan atau dipekerjakan pada badan lain, seperti Perusahaan Umum, Yayasan,dan lain-lain. e. Menyelenggarakan tugas negara lainnya, seperti : hakim pada Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi.
2.
Pegawai Negeri Sipil Daerah Pegawai Negeri Sipil Daerah adalah Pegawai Negeri Sipil daerah/Provinsi/Kota yang gajinya dibebankan pada APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) dan bekerja pada Pemerintah Daerah atau dipekerjakan diluar Instansi Induknya. Pegawai Negeri lain yang ditetapkan dengan PP (Peraturan Pemerintah). Berdasarkan hal-hal tertentu seperti sumber penggajian dan sebagainya dapat dimasukkan kategori Pegawai Negeri Sipil seperti :
29
a. Pegawai perusahaan umum dan Perusahaan Negara yang belum dialihkan bentuknya. b. Pegawai lokal pada perwakilan RI di luar Negeri. c. Pegawai harian dan lepas. d. Pensiunan dan Purnawirawan. e. Pegawai dengan Ikatan dinas untuk waktu terbatas. f. Kepala kelurahan dan anggota-anggota perangkat kelurahan, Pegawai bulanan disamping pensiunan.
B. METODE PENGAMATAN Metode
pengamatan
merupakan
cara
yang
dilakukan
untuk
mendapatkan data dan tujuan tertentu. Penentuan metode pengamatan merupakan hal yang penting dalam pengamatan tersebut, karena dengan metode pengamatan dapat dilihat bagaimana cara menguji kebenaran suatu ilmu dan teori yang ada. 1. Lokasi Pengamatan Lokasi pengamatan merupakan tempat dimana pengamatan dilaksanakan dan tempat diperolehnya sejumlah data yang dibutuhkan dari masalah yang akan diamati. Hal tersebut dilakukan untuk memperoleh informasi didalam usaha untuk menyatakan suatu kebenaran data. Pengamatan ini dilaksanakan di Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Kota Surakarta yang berlokasi di Jl. Jend. A. Yani, Pabelan, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo. Dalam metode ini, penulis melaksanakan pengamatan dengan alasan untuk mengetahui prosedur kenaikan pangkat untuk jabatan fungsional peneliti pada Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Kota Surakarta. Dengan adanya kenaikan pangkat ini maka seorang Pegawai Negeri Sipil dengan jabatan fungsional peneliti akan lebih giat melakukan suatu hal penemuan terbaru atau melakukan penelitian yang dituliskan dalam Karya Tulis Ilmiah dan dari hasil tersebut maka dikumpulkan
30
angka kredit untuk dapat mengajukan kenaikan pangkat, karena kenaikan pangkat ini merupakan bentuk apresiasi atas prestasi Pegawai Negeri Sipil. 2.
Jenis Pengamatan Jenis pengamatan ini merupakan pengamatan deskriptif kualitatif yaitu pengamatan tentang data yang dikumpulkan dan dinyatakan dalam bentuk kata-kata dan gambar, kata-kata disusun dalam kalimat, misalnya kalimat hasil wawancara antara peneliti dengan informan. Data yang dikumpulkan secara sistematis mengenai fakta-fakta yang ada dengan diikuti teori yang mendukung dan dapat dipertanggungjawabkan. Jenis pengamatan yang digunakan ini adalah pengamatan deskriptif dengan menggunakan observasi. Pengamatan deskriptif dapat diartikan sebagai proses pemecahan masalah yang diselidiki dengan melukiskan keadaan subyek dan obyek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang terlihat dan bagaimana adanya. Dalam penelitian ini, aktivitas yang terjadi di lapangan adalah mendiskripsikan mengenai Prosedur Kenaikan Pangkat Jabatan Fungsional Peneliti Pegawai Negeri Sipil di Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Kota Surakarta.
3.
Penentuan Sampel dan Sumber Data a. Purposive Sampling Dalam penelitian kualitatif, teknik cuplikan yang terbaik bagi usaha generalisasi adalah teknik acak (random sampling), yang bisa digunakan dalam penelitian atas dasar karakteristik sumber data atau kondisi yang lain. Dalam penelitian kualitatif, cuplikan yang diambil lebih bersifat selektif. Peneliti mendasarkan pada kaitan landasan teori yang digunakan, keingintahuan pribadi, karakteristik empiris yang dihadapi dan sebagainya. b. Sumber Data Pemahaman mengenai berbagai macam sumber data merupakan bagian yang sangat penting bagi peneliti karena ketepatan memilih dan
31
menentukan jenis sumber data akan menentukan ketepatan dan kekayaan data atau informasi yang diperoleh. Data tidak akan bisa diperoleh tanpa adanya sumber data. Betapapun menariknya suatu permasalahan atau topik penelitian, bila sumber datanya tidak tersedia, maka ia tidak akan mempunyai arti karena tidak akan bisa diteliti dan dipahami. Menurut H.B Sutopo (2002:49-54) “Dalam penelitian kualitatif sumber datanya dapat berupa informan, peristiwa atau aktivitas, tempat atau lokasi, beragam gambar, rekaman, dokumen dan arsip.” Berdasarkan uraian tersebut maka sumber data yang digunakan penulis : a. Narasumber (informan) Dalam penelitian kualitatif posisi sumber data manusia (narasumber) sangat penting perannya sebagai individu yang memiliki informasinya. Peneliti dan narasumber memiliki posisi yang sama, dan narasumber bukan sekedar memberikan tanggapan pada yang diminta peneliti, tetapi ia bisa lebih memilih kearah dan selera dalam menyajikan informasi yang ia miliki. Adapun informan atau orang yang memberikan informasi dalam penyelesaian Tugas Akhir ini adalah Pengelola SIMPEG dan DUK Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan DAS dan semua pegawai yang tergabung dalam bagian tersebut. b. Peristiwa atau aktivitas Data atau informasi yang dikumpulkan dari peristiwa atau aktivitas yang dilakukan oleh penulis dalam pelaksanaan magang (On The Job Training) di lingkungan Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Kota Surakarta sebagai sumber data yang berkaitan dengan sasaran pengamatan. Peristiwa atau aktivitas berkaitan dengan kegiatan administrasi khususnya administrasi kepegawaian yang sangat beragam seperti melakukan entri data pegawai yang mendapatkan Satya Lencana Karya Satya dalam komputer, melakukan pengarsipan berkas-berkas, penyusunan data
PUPNS,
dan
membuat
Surat
Keterangan
Penghentian
32
Pembayaran pegawai pensiun. Dari berbagai peristiwa, baik yang terjadi secara sengaja ataupun tidak, aktivitas rutin yang berulang atau yang hanya satu kali terjadi, aktivitas yang formal ataupun yang tidak formal, dan juga yang tertutup ataupun yang terbuka untuk bisa diamati oleh siapapun. c. Tempat atau Lokasi Tempat atau lokasi yang berkaitan dengan sasaran atau permasalahan penelitian juga merupakan salah satu jenis sumber data yang dapat dimanfaatkan oleh peneliti. Dari pemahaman lokasi dan lingkungannya peneliti bisa secara cermat mencoba mengkaji dan secara kritis menarik kemungkinan simpulan yang berkaitan dengan permasalahan pengamatan. Misalnya pengamatan secara cermat mengenai kondisi dan kelengkapan alat atau benda di lokasi tersebut. Tempat atau lokasi dari pengamatan
penulis ini adalah di Balai
Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Kota Surakarta yang berlokasi di Jl. Jend. A. Yani, Pabelan, Kartasura, Sukoharjo. d. Dokumen dan Arsip Dokumen dan arisp merupakan bahan tertulis yang bergayutan dengan suatu peristiwa atau aktivitas tertentu. Dokumen dan arsip tersebut merupakan rekaman tertulis (tetapi juga berupa gambar atau benda peninggalan yang berkaitan dengan suatu aktivitas atau peristiwa tertentu). Banyak peristiwa yang telah lama terjadi dapat diamati dan dipahami atas dasar kajian dari dokumen dan arsip-arsip baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk memperoleh data dapat dilakukan dengan cara membaca, mempelajari buku-buku, peraturan-peraturan, arsip-arsip serta dokumen-dokumen yang ada pada Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai yang berhubungan dengan masalah prosedur kenaikan pangkat jabatan fungsional peneliti. Dengan adanya dokumen dan arsip juga dapat untuk memperkuat pengamatan penulis, tetapi
33
dokumen dan arsip belum tentu asli dalam isi kebenarannya, maka penulis harus meneliti dahulu keaslian dari isi dokumen tersebut agar dapat memperkuat dalam pengamatan Tugas Akhir. Dalam mengkaji dokumen, pengamat sebaiknya tidak hanya mencatat apa yang tertulis, tetapi juga berusaha menggali dan menangkap maknanya yang tersirat dari dokumen tersebut. 4.
Teknik Pengumpulan Data Kecermatan dalam memilih dan menyusun serta mengmpulkan data ini sangat dipengaruhi oleh obyektivitas hasil pengamatan. Adapun metode yang digunakan oleh penulis dalam usaha untuk memperoleh data tersebut adalah : a. Wawancara Wawancara merupakan pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya secara langsung dari narasumber. Menurut HB. Sutopo (2002: 58) untuk mengumpulkan informasi diperlukan teknik wawancara, yang dalam penelitian kualitatif khususnya dilakukan wawancara mendalam. Wawancara mendalam ini dapat dilakukan pada waktu dan konteks yang paling dianggap paling tepat guna mendapatkan data yang rinci, jujur dan mendalam. Penulis telah melakukan tanya jawab langsung terhadap rekan-rekan yang bersangkutan pada bagian administrasi kepegawaian seputar masalah yang berkaitan dengan topik permasalahan yang penulis pilih guna menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini selama penulis melakukan On The Job Training (OJT). Wawancara lebih mendalam dilakukan dengan pengelola SIMPEG dan DUK yaitu Ibu Henie Eka Widianingsih, pertanyaan yang diajukan juga yang berkaitan dengan proses kenaikan pangkat, berikut kutipan hasil wawancara tersebut : “ Dalam proses kenaikan pangkat antara reguler dan fungsional terdapat perbedaan yaitu reguler kenaikan pangkatnya selalu berjalan secara otomatis dalam waktu 4 tahun sekali sedangkan fungsional kenaikan pangkatnya
34
berdasarkan angka kredit yang di dapat dari hasil penelitian dan kenaikan pangkat ini paling cepat dalam waktu 2 tahun, dan selama 1 semester paling tidak mengumpulkan sebanyak 15 angka kredit yang diusulkan ke Tim Penilai “. b. Observasi Observasi adalah cara pengumpulan data dengan mengamati, mendengarkan, mencatat, dan melihat secara langsung kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh pegawai pada instansi tersebut. Penulis menggunakan observasi langsung, dimana dalam observasi langsung ini penulis dapat memahami proses atau berkas persyaratan dalam mengajukan kenaikan pangkat jabatan fungsional peneliti. c. Dokumen Teknik ini merupakan suatu proses pengumpulan data dan informasi secara lengkap, yang mana diperoleh dari dokumen-dokumen dan arsip-arsip resmi yang berkaitan dengan pengamatan yang dilakukan di Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan Daerah aliran Sungai. 5.
Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam pengamatan ini adalah analisis model interaktif. Menurut HB. Sutopo, 2002 : 91 – 93 dalam model ini ada tiga komponen analisis yaitu reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan dilakukan dengan bentuk interaktif dengan proses pengumpulan data sebagai siklus. Ketiga kegiatan dalam analisis model interaktif dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Reduksi Data Menurut HB. Sutopo (2002: 91) reduksi data merupakan komponen pertama dalam analisis yang merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan dan abstraksi. Proses ini berlangsung terus menerus sepanjang pelaksanaan penelitian. Artinya, reduksi data sudah berlangsung sejak peneliti mengambil keputusan tentang kerangka kerja
35
konseptual,
melakukan
pemilihan
kasus,
menyusun
pertanyaan
penelitian dan juga waktu menentukan cara pengumpulan data yang akan digunakan. b. Sajian Data Menurut HB. Sutopo (2002: 92) sajian data merupakan suatu rakitan organisasi informasi, deskripsi dalam bentuk narasi yang memungkinkan simpulan penelitian dapat dilakukan. Sajian data ini harus mengacu pada rumusan masalah yang telah dirumuskan sebagai pernyataan penelitian, sehingga narasi yang tersaji merupakan deskripsi mengenai kondisi yang rinci untuk menceritakan dan menjawab setiap permasalahan yang ada. c. Penarikan Simpulan dan Verifikasi Simpulan perlu diverifikasi agar cukup mantap dan benar-benar bisa dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu perlu dilakukan aktivitas pengulangan untuk tujuan pemantapan, penelusuran data kembali dengan cepat, mungkin sebagai akibat pikiran kedua yang timbul melintas pada peneliti pada waktu menulis sajian data dengan melihat kembali sebentar pada catatan lapangan. Verifikasi juga dapat berupa kegiatan yang dilakukan dengan lebih mengembangkan ketelitian. Bagan 2.1 Skema Model Analisa Interaktif Pengumpulan data
Reduksi data
Sajian data
Penarikan simpulan / verifikasi
Sumber : H.B Sutopo (2002:96)
36
Reduksi data dan sajian data harus disusun pada waktu penulis sudah mendapatkan unit data dari sejumlah unit yang diperlukan dalam penelitian.pada waktu pengumpulan data sudah berakhir, penulis mulai melakukan usaha untuk menarik kesimpulan dan verifikasinya berdasarkan semua hal yang terdapat dalam reduksi maupun sajian datanya. Bila simpulan dirasa kurang mantap karena kurangnya rumusan dalam reduksi dan sajian datanya, maka penulis wajib kembali melakukan kegiatan pengumpulan data. Dalam hal ini tampak bahwa penelitian kualitatif prosesnya berlangsung dalam bentuk siklus. Dari bagan dan penjelasan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam menganalisa suatu data diperlukan hubungan yang saling terkait antara sajian data, penarikan simpulan dan reduksi data. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal maka diperlukan ketelitian dalam pengumpulan data.
37
BAB III DESKRIPSI INSTANSI
A. Sejarah Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan DAS merupakan organisasi yang berada dibawah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang mempunyai tugas melaksanakan penelitian di bidang hutan dan konservasi alam, hutan tanaman, hasil hutan, sosial budaya, ekonomi dan lingkungan kehutanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan dengan wilayah kerja seluruh Indonesia. Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan DAS didirikan karena kesalahan pengelolaan sumber daya alam terutama vegetasi, tanah, dan air di wilayah daerah aliran sungai yang mengakibatkan kemerosotan mutu dan daya dukung sumber daya alam setempat dan kerugian lain di wilayah hilirnya. Pada tahun 1966 pernah terjadi banjir besar Sungai Bengawan Solo yang telah menggenangi Kota Solo, kejadian ini menyadarkan akan pentingnya upaya konservasi tanah dan air melalui suatu sistem pengelolaan daerah aliran sungai (DAS). Upaya penanganan wilayah DAS dimulai dengan dibentuknya Proyek Penghijauan Departemen Pertanian 001 tahun 1969 pada skala operasional yang luas. Sementara itu, dalam memformulasikan sistem pengelolaan DAS pada tahun 1972 dilakukan kerjasama antara Organisasi Pangan Dunia (FAO, UN) dengan pemerintah Indonesia yang diwujudkan dalam proyek “ Upper Solo Watershed Management and Upland Development Project “. Kegiatan uji coba pengelolaan DAS terus dikembangkan melalui organisasi proyek yang kemudian disebut Proyek Pusat Pengembangan Pengelolalaan DAS (Proyek P3DAS)
yang ditetapkan dengan keputusan Menteri
Pertanian No.
261/Kpts/Um/4/1979 tanggal 7 April 1979. Mengingat begitu pentingnya tugas-tugas Proyek P3 DAS, maka organisasi proyek diubah menjadi lembaga struktural melalui Keputusan Menteri Kehutanan No. 098/Kpts-II/1984 dengan nama Balai Teknologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BTPDAS) dan
38
merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan (Ditjen RRL), Departemen Kehutanan. BTPDAS yang banyak bergerak di bidang uji coba, pengkajian, dan pengembangan teknologi pengelolaan DAS, dialihkan kedudukannya dari UPT Ditjen RRL menjadi UPT Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan (Balitbanghut), sesuai Keputusan Menteri Kehutanan No. 171/Kpts-II/1992 tanggal 12 November 1992, menyusul dibentuk BTPDAS Ujung Pandang dengan wilayah kerja Kawasan Timur Indonesia (KTI), dengan demikian wilayah kerja BTPDAS Surakarta hanya mencakup Kawasan Barat Indonesia (KBI). Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia No. 6178/Kpts-II/2002 tanggal 10 Juni 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, maka BTPDAS Surakarta berubah nama menjadi Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BP2TPDAS) dengan wilayah kerja Indonesia Bagian Barat. Disadari bahwa tantangan dan permasalahan pembangunan kehutanan saat ini dan masa yang akan datang semakin komplek dan berat. Permasalahan pembangunan kehutanan antara lain penurunan Sumber Daya Hutan baik kualitas, maupun luasannya serta kemiskinan masyarakat di sekitar kawasan hutan. Degradasi Sumber Daya Hutan telah mengakibatkan terjadinya bencana lingkungan seperti banjir, tanah longsor dan kekeringan di beberapa wilayah Daerah Aliran Sungai di Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan adanya suatu penelitian untuk menghasilkan teknologi yang tepat dan sesuai dengan karakteristik lingkungan. Oleh karena itu, dalam upaya menyesuaikan misi organisasi, meningkatkan kualitas, produktivitas, dan pelestarian fungsi hutan serta peningkatan daya guna pelaksanaan penelitian kehutanan dilakukan penyempurnaan organisasi Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Indonesia Bagian Barat (BP2TPDAS IBB) menjadi Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Solo yang ditetapkan melalui Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.39/Menhut-II/2006.
39
Mempertimbangkan tuntutan pelayanan kepada pengguna yang semakin meningkat tentang hasil penelitian bidang teknologi pengelolaan DAS, serta dukungan para pihak untuk meningkatkan peran Litbang Kehutanan, maka pimpinan memutuskan untuk melakukan reorganisasi kembali UPT lingkup Badan Litbang Kehutanan menjadi dua kategori, yaitu UPT yang bersifat umum dan UPT yang melaksanakan tugas khusus, antara lain UPT di Surakarta. Peraturan Menteri Kehutanan No. 31/Menhut-II/2011 tanggal 20 April 2011, maka BPK Solo berubah kembali menjadi Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPTKPDAS), yang bertugas melaksanakan penelitian dibidang teknologi kehutanan pengelolaan daerah aliran sungai dengan wilayah kerja seluruh Indonesia.
B. Visi dan Misi Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai a. Visi Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPTKPDAS) Kota Surakarta adalah sebagai penyedia Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) di bidang teknologi kehutanan pengelolaan daerah aliran sungai terpadu dan berfungsi optimal (pemanfaatan hasil-hasilnya untuk mendukung kelestarian hutan secara ekologi,
ekonomi
dan
sosial
untuk
peningkatan
kesejahteraan
masyarakat). b. Misi Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPTKPDAS) Kota Surakarta adalah sebagai berikut : 1. Menyelenggarakan penelitian di bidang teknologi kehutanan PDAS. 2. Menyelenggarakan diseminasi dan komunikasi hasil Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) di bidang teknologi kehutanan pengelolaan DAS. 3. Menyelenggarakan kegiatan pendukung kelitbangan di bidang teknologi kehutanan pengelolaan DAS.
40
C. Tugas Pokok dan Fungsi Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai adalah unit pelaksana teknis di bidang penelitian teknologi kehutanan pengelolaan daerah aliran sungai yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Balai Penelitian ini mempunyai tugas melaksanakan penelitian di bidang teknologi kehutanan pengelolaan daerah aliran sungai sesuai peraturan perundangundangan dengan wilayah kerja seluruh Indonesia. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana telah tercantum diatas, Balai Penelitian Teknologi
Kehutanan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
menyelenggarakan fungsi sebagai berikut : 1. Penyusunan rencana, program dan anggaran penelitian di bidang teknologi kehutanan pengelolaan daerah aliran sungai. 2. Pelaksanaan penelitian dan kerja sama penelitian di bidang teknologi kehutanan pengelolaan daerah aliran sungai. 3. Pelaksanaan pelayanan data dan informasi serta ilmu pengetahuan dan teknologi, hasil-hasil penelitian di bidang teknologi kehutanan pengelolaan daerah aliran sungai. 4. Pelaksanaan pengelolaan sarana dan prasarana penelitian lingkup Balai. 5. Pelaksanaan pengelolaan hutan penelitian yang menjadi yang menjadi tanggungjawab Balai. 6. Pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan pelaporan penelitian di bidang teknologi kehutanan pengelolaan daerah aliran sungai. 7. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Balai. Selain melaksanakan tugas pokok dan fungsinya Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai juga mempunyai tujuan dan sasaran kerja yang akan dicapai yaitu : 1. Tujuan a. Meningkatkan ketersediaan hasil penelitian di bidang teknologi kehutanan pengelolaan DAS (PDAS).
41
b. Meningkatkan kemanfaatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) di bidang teknologi kehutanan PDAS. c. Memantapkan unsur pendukung kelitbangan di bidang teknologi kehutanan PDAS. 2. Sasaran a. Tercapainya luaran hasil penelitian di bidang teknologi kehutanan PDAS sebanyak 100%. b. Tercapainya kemanfaatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di bidang teknologi kehutanan PDAS minimal 60%. c. Terfasilitasinya
perencanaan,
pelaksanaan,
evaluasi,
pelaporan,
komunikasi hasil litbang, serta optimalnya dukungan kelembagaan, pendanaan, SDM dan sarana prasarana litbang.
D. Struktur Organisasi Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Suatu organisasi baik swasta maupun instansi pemerintahan pasti mempunyai struktur organisasi, ini dimaksudkan untuk membagi tugas atau pekerjaan sehingga akan terlihat jelas mengenai tugas dan fungsi masingmasing bagian dan kepada siapa bagian-bagian tersebut di pertanggung jawabkan dalam pelaksanaan pekerjaan yang telah dilakukannya.
42
Bagan 3.1 Bagan Struktur Organisasi Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Kota Surakarta Kepala Balai Dr. Nur Sumedi, S.Pi., M.P
Kepala Sub Bagian Tata Usaha Ir. Kus Wardani. M.Pd
Sub Bagian Keuangan dan Kelengkapan
Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
Kepala Seksi Data Informasi dan Kerjasama
Kepala Seksi Sarana Penelitian
Kepala Seksi Program dan Evaluasi
Ir. Salamah Retnowati, M.Si
Ir. Agus Munawar, M.P
Dadang Maszaeni, ST,.M.P
Seksi Data, Informasi, dan Diseminasi
Seksi Kerjasama, KHDTK, dan Pengembangan
Seksi Pengelola KHDTK / Hutan Penelitian
Seksi Pengelola Sarpras dan Laboratorium
Seksi Program dan Anggaran
Kelompok Peneliti ( Kelti ) Ketua Kelti Sosial Ekonomi
Ketua Kelti Hidrologi
Ketua Kelti Lahan dan Vegetasi
Dr.rer.agr.Evi Irawan, SP,. M.Sc
Dr. Agung Budi Supangat, S.Hut,.MT
Agung Wahyu Nugroho, S.Hut,.M.Sc
Seksi Evaluasi dan Pelaporan
43
Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Kota Surakarta terdiri atas : 1. Kepala Balai Yang memiliki tugas dan tanggung jawab : a. Merencanakan kegiatan Balai Penelitian serta menetapkan target yang akan dicapai sebagai acuan pelaksanaan tugas. b. Mengkoordinasikan kegiatan Balai Penelitian untuk mencapai sinkronisasi pelaksanaan tugas. c. Membimbing, membina dan menilai pelaksanaan tugas bawahan sebagai upaya peningkatan karir dan bahan penentuan konditenya. d. Membagi tugas kepada bawahan sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing. e. Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan Balai Penelitian sebagai bahan perencanaan kegiatan. f. Memeriksa pelaksanaan kegiatan di bidang program dan evaluasi, sarana penelitian, kerjasama penelitian, pengelolaan KHDTK, evaluasi dan pelaporan, ketatausahaan serta kegiatan penelitian di bidang hutan dan konservasi alam, hutan tanaman, hasil hutan, sosial budaya, ekonomi dan lingkungan kehutanan. g. Mengoreksi dan memperbaiki konsep yang berkaitan dengan perencanaan dan evaluasi, kerjasama penelitian, pengelolaan KHDTK, publikasi dan diseminasi, tata usaha dan rumah tangga serta penelitian dan pengembangan. h. Melakukan pembinaan kepada masing-masing unit kerja lingkup Balai Penelitian sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing. i. Melaporkan kegiatan Balai serta menyampaikan informasi dan saran yang berkaitan dengan tugas dan fungsi Balai sebagai bahan evaluasi. j. Melaksanakan tugas lain berdasarkan perintah atasan.
44
2. Kepala Sub Bagian Tata Usaha Yang memiliki tugas dan tanggung jawab : a. Merencanakan rincian kegiatan dan jadwal pelaksanaan tugas pada Sub bagian Tata Usaha. b. Membagi dan memberikan petunjuk pelaksanaan tugas kepada bawahan dibidang tata usaha. c. Membimbing dan menilai pelaksanaan tugas bawahan. d. Mempelajari dan menindaklanjuti disposisi dan isi surat yang berkaitan dengan kegiatan Sub bagian Tata Usaha. e. Memeriksa
pelaksanaan
tugas
bawahan
dan
mengikuti
perkembangannya. f. Mengoreksi konsep yang berkaitan dengan surat keluar, usulan mutasi pegawai, kenaikan gaji berkala, usulan kebutuhan tenaga kerja, pendidikan dan pelatihan, penggajian pegawai, usulan kebutuhan dan penghapusan perlengkapan agar diperoleh hasil yang lebih baik untuk diajukan kepada atasan. g. Menyusun konsep tanggapan yang berkaitan dengan kegiatan tata usaha. h. Menyusun laporan kegiatan di bidang tata usaha. i. Melaksanakan tugas-tugas lain sesuai perintah atasan. Sub bagian Tata Usaha terdiri dari : a. Bendahara Tugas dan tanggung jawab : 1. Menerima data anggaran dan membuat serta menandatangani surat permintaan pembayaran atau SPP. 2. Mengajukan SPP kepada pimpinan untuk ditandatangani dan menyerahkan ke KPPN. 3. Mengurus dan menerima SPMU atau SPM Giro dari KPPN. 4. Menyetorkan dan menyelesaikan SPM Giro ke Bank Negara.
45
5. Menerima, membukukan dan menyimpan uang dari Bank, tagihan dari luar. 6. Membukukan penerimaan uang SPMU atau SPM Giro. 7. Menyimpan uang dan surat berharga lainnya. 8. Menerima surat permintaan uang muka dan pembayaran dan memeriksanya untuk mengecek kebenarannya. 9. Mengajukan
tagihan
kepada
pimpinan
untuk
persetujuan
pembayaran. 10. Membayar uang muka dan tagihan. 11. Melakukan pemotongan PPH dn PPN dan menyetorkannya ke kas Negara. 12. Membuat surat pengantar kepada KPPN untuk suatu pembayaran beban tetap atau LS. 13. Menerima, mencatat dan menyetorkan penerimaan pajak dan non pajak. 14. Melaksanakan tugas lain atas perintah atasan baik lisan maupun tertulis. b. Verifikator Keuangan Tugas dan tanggung jawab : 1. Mempelajari disposisi dan isi surat serta petunjuk teknik verifikasi anggaran kegiatan lingkup Balai Penelitian sebagai dasar pelaksanaan kerja. 2. Menyiapkan kartu kendali anggaran untuk pencatatan data anggaran, penyaluran anggaran dan pertanggungjawaban anggaran berdasar jenis anggaran. 3. Melakukan konsultasi dengan unit kerja atau instansi terkait untuk melengkapi informasi mengenai verifikasi dan pembukuan Negara. 4. Meneliti dan memeriksa keabsahan SPJ lingkup Balai Penelitian Kehutanan Solo yang diterima dengan mencocokannya dengan anggaran yang tersedia dalam DIPA, dan RK, penyaluran anggaran, serta peraturan keuanganyang berlaku sebagai bahan
46
penyusuran konsep Nota Hasil Penelitian dan Penyerahan (NHPP) SPJ. 5. Mencatat data anggaran yang tersedia, penyaluran anggaran data SPJ yang telah disahkan untuk tiap kegiatan lingkup Balai Penelitian Kehutanan Solo berdasarkan tolok ukur, kegiatan dan jenis pengeluaran. 6. Menyusun konsep NHPP-SPJ sebagai bahan masukan bagi atasan. 7. Memberikan layanan data dan informasi yang berkaitan dengan verifikasi anggaran Balai Penelitian Kehutanan Solo kepada pihak yang memerlukan atas perintah atasan. 8. Mengarsipkan SPJ lingkup Balai Penelitian Kehutanan Solo dengan cara menyimpannya, sehingga memudahkan diperoleh kembali apabila diperlukan. 9. Melaksanakan pembukuan anggaran tiap kegiatan ke dalam kartu pengawasan anggaran. 10. Melaksanakan tugas lain yang berkaitan dengan pemverifikasi dan pembukuan anggaran sesuai dengan perintah atasan. c. Penata Usaha Umum Tugas dan tanggung jawab : 1. Menerima dan memeriksa konsep naskah yang akan diketik atas perintah atasan. 2. Menyiapkan perlengkapan mesin ketik atau komputer dan perlengkapan lain untuk memudahkan pelaksanaan pengetikan. 3. Mengetik konsep surat, laporan atau naskah dengan baik sesuai pedoman pengetikan. 4. Mengoreksi hasil ketikan dan memperbaiki kembali apabila terjadi kesalahan ketik. 5. Merawat mesin ketik dan komputer dengan baik agar terhindar dari kerusakan serta melaporkan kepada atasan apabila mengalami kerusakan.
47
6. Menyerahkan hasil ketikan yang telah dikoreksi atau diperbaiki kepada atasan. 7. Mengurus daftar hadir pegawai lingkup Balai sebagai bahan pembinaan dan penilaian kedisiplinan pegawai. 8. Menyiapkan alat tulis kantor lingkup Balai sesuai dengan kebutuhan. d. Pengelola BMN dan Barang Persediaan Tugas dan tanggung jawab : 1. Menghimpun, mencatat data usulan kebutuhan barang persediaan lingkup Balai sebagai bahan penyusunan rencana kebutuhan barang milik negara. 2. Menginventarisasi barang milik negara lingkup Balai yang rusak atau hilang untuk diusulkan perbaikan atau perawatannya dan penghapusannya. 3. Menerima dan mencatat penerimaan barang milik negara, serta alat tulis kantor lingkup Balai Penelitian Kehutanan Solo pada buku pencatatan. 4. Memberikan nomor masing-masing barang milik negara sesuai peraturan yang berlaku. 5. Melaporkan adanya kerusakan dan atau kehilangan barang milik negara sesuai peraturan yang berlaku. 6. Mengatur dan membuat jadwal penggunaan ruang rapat, serta mencatat penggunaan barang persediaan. 7. Mencatat atau mengetik Daftar Inventaris Ruangan (DIR) dan ditempelkan
di
masing-masing
ruangan
beserta
penanggungjawabnya. 8. Mengolah data dengan menabulasi dan merekapitulasi data barang milik negara sebagai bahan penyusunan laporan mutasi barang triwulan dan tahunan. 9. Menyimpan barang persediaan dengan tertib dan rapi agar terhindar dari kemungkinan kerusakan dan kehilangan.
48
e. Pengelola SIMPEG dan DUK Tugas dan tanggung jawab : 1. Mengentri data absensi sidik jari ke komputer dan di cek ulang sesuai absensi manual yang telah disediakan. 2. Mencatat pegawai yang tidak hadir sesuai dengan keterangan pegawai yang bersangkutan pada buku absensi manual untuk sinkronisasi dengan bendahara pengeluaran. 3. Membuat penjadwalan atas penyelesaian seluruh rangkaian kegiatan naik pangkat per periode (April dan Oktober). 4. Membuat data statistik atas pegawai yang naik pangkat untuk setiap periode. 5. Mencatat dan mengendalikan seluruh perubahan data kenaikan pangkat. 6. Mempersiapkan berkas-berkas yang akan mendapatkan mutasi setiap periode. 7. Menggandakan berkas sesuai ketentuan untuk satuan kerja lingkup Balai Penelitian Kota Surakarta. 8. Meneliti kelengkapan berkas administrasi kenaikan pangkat sebelum dikirim ke biro kepegawaian. 9. Membuat catatan masing-masing data KARPEG, KARSI/KARSU, TASPEN, dan Askes (untuk satuan kerja setempat) dalam buku induk kepegawaian atau aplikasi SIMPEG. 10. Mempersiapkan arsip atau bahan-bahan yang diperlukan (KGB tahun sebelumnya/SK pangkat terakhir. 11. Melakukan inventarisasi terhadap data perorangan pegawai dalam buku induk pegawai dan aplikasi SIMPEG. 12. Mencatat setiap perubahan baru atas masing-masing pegawai ke dalam buku induk atau aplikasi SIMPEG.
49
f. Pramu Kantor Tugas dan tanggung jawab : 1. Membuka ruangan kerja pada pagi hari dan menutup ruangan kantor setelah jam kerja berakhir. 2. Membersihkan perangkat kerja seperti meja kantor, kursi dan rak buku agar siap pakai. 3. Membersihkan lantai ruangan kerja agar diperoleh tempat kerja yang nyaman. 4. Menyiapkan perangkat kerja yang akan dipakai agar pelaksanaan kerja dapat berjalan lancar. 5. Membuang limbah kerja seperti kertas, karbon ke tempat yang telah ditentukan. 6. Menyediakan minum untuk pegawai serta menyiapkan konsumsi bagi rapat-rapat atas perintah atasan. g. Pramu Acara Tugas dan tanggung jawab : 1. Menerima, memeriksa dan mencatat surat masuk dan keluar pada buku agenda surat masuk dan keluar. 2. Memberi lembar disposisi pada surat masuk untuk disampaikan kepada pimpinan. 3. Menyerahkan surat yang telah didisposisi oleh pimpinan ke Sug bagian tata usaha untuk didistribusikan dan diselesaikan sesuai arahan disposisi. 4. Mengarsip surat, naskah, dokumen yang bersifat khusus secara rapi sesuai tata kearsipan agar memudahkan pencarian apabila diperlukan. 5. Mencatat dan menyusun jadwal kegiatan pimpinan pada buku agenda dan papan tulis yang telah tersedia serta mengingatkan apabila pimpinan lupa. 6. Melakukan konsultasi dengan pihak yang terkait untuk mencari informasi tentang data yang diperlukan atas perintah pimpinan.
50
7. Menyiapkan alat tulis kantor dan perlengkapan lainnya untuk keperluan kerja pimpinan sesuai kebutuhan. 8. Menyiapkan surat-surat perjalanan dinas serta kelengkapan lain bilamana pimpinan akan melakukan perjalanan dinas luar. 9. Menyiapkan bahan rapat dan kelengkapan lain yang diperlukan bagi pimpinan dalam rangka menghadiri rapat. h. Pengemudi Tugas dan tanggung jawab : 1. Mempersiapkan, memeriksa, mengecek keadaan mesin, bahan bakar, minyak pelumas, air accu, peralatan dan perlengkapan kendaraan dinas agar dapat diketahui kondisi mesin dari kesiapan kendaraan untuk dipergunakan. 2. Membersihkan
kendaraan
dinas
sebelum
dan
sesudah
dipergunakan, agar dapat terpelihara kebersihannya dengan baik. 3. Melaporkan keadaan dan kondisi kendaraan dinas dengan baik dan penuh rasa tanggung jawab sesuai perintah dan petunjuk dari atasan. 4. Segera
melaporkan apabila
terjadi kerusakan mesin atau
kehilangan peralatan atau kelengkapan kendaraan dinas kepada atasan. 5. Menyimpan dengan baik peralatan dan perlengkapan kendaraan dinas agar terjamin keamanannya. 3. Seksi Program dan Evaluasi Seksi program dan Evaluasi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan rencana, program dan anggaran penyiapan pemantauan dan evaluasi serta penyusunan pelaporan pelaksanaan kegiatan penelitian di bidang teknologi kehutanan pengelolaan daerah aliran sungai.
51
4. Seksi Sarana Penelitian Seksi Sarana Penelitian mempunyai tugas melakukan pengelolaan sarana
dan prasarana
penelitian termasuk hutan penelitian dan
laboratorium, pengelolaan perpustakaan, dan dukungan administrasi pengajuan dan pelaksanaan perlindungan hak hasil penelitian di bidang teknologi kehutanan pengelolaan daerah aliran sungai. 5. Seksi Data, Informasi dan Kerja Sama Seksi Data, Informasi dan Kerja Sama mempunyai tugas melakukan pengelolaan data dan informasi hasil-hasil penelitian, penyebarluasan data dan informasi hasil-hasil penelitian, penyiapan dan pelaksanaan kerja sama serta pemantauan dan evaluasi kerja sama penelitian di bidang teknologi kehutanan pengelolaan daerah aliran sungai. 6. Jabatan Fungsional Peneliti Jabatan Fungsional Peneliti terdiri dari 4 (empat) susunan, yaitu : a. Peneliti Pertama Tugas dan tanggung jawab : 1. Melaksanakan kegiatan dan membuat laporan penelitian dan pengembangan Iptek sesuai dengan bidang penelitian dan kepakarannya di bawah bimbingan dan pembinaan. 2. Menyusun karya tulis ilmiah hasil penelitian dan pengembangan atau hasil pemikiran ilmiah. 3. Mengikuti secara aktif perkembangan ilmiah pada taraf nasional dan
internasional
sesuai
dengan
bidang
penelitian
dan
kepakarannya. 4. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan keahlian yang berhubungan dengan tugas dan fungsinya sesuai dengan bidang penelitian dan kepakarannya. b. Peneliti Muda Tugas dan tanggung jawab : 1. Menyiapkan bahan program rencana kegiatan litbang.
52
2. Melaksanakan kegiatan dan membuat laporan penelitian dan pengembangan iptek, sesuai bidang penelitian dan kepakarannya dengan memperhatikan issue-issue nasional atau internasional dan kebutuhan pasar yang mendukung pelaksanaan pembangunan berkelanjutan. 3. Menyusun
karya
tulis
ilmiah
hasil
penelitian
dan
pengembangannya atau hasil pemikiran ilmiah. 4. Menyebarluaskan
hasil
penelitiannya
dengan
sasaran
agar
menghasilkan manfaat langsung maupun tidak langsung dengan tugas dan fungsinya. 5. Mengikuti secara aktif perkembangan ilmiah pada taraf nasional dan
internasional
kepakarannya
sesuai
dengan
bidang
penelitian
dan
dengan diskusi mencari informasi, menghadiri
seminar, pelatihan, dan lokakarya. 6. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan keahlian yang berhubungan dengan tugas dan fungsinya sesuai dengan bidang penelitian dan kepakarannya. c. Peneliti Madya Tugas dan tanggung jawab : 1. Membuat program rencana kegiatan litbang. 2. Melaksanakan kegiatan penelitian dan pengembangan dari penelitian dan mengevaluasi hasil pengembangan penelitian atau hasil pemikiran ilmiah. 3. Merumuskan konsep usulan kebijaksanaan nasional yang akan diterapkan. 4. Menyusun
karya
tulis
ilmiah,
dan
menerbitkan
serta
menyebarluaskan hasil penelitian atau pengembangan iptek sesuai bidang penelitian dan kepakarannya dengan memperhatikan issueissue nasional atau internasional dan kebutuhan pasar yang mendukung pelaksanaan pengembangan berkelanjutan.
53
5. Mengarahkan, membimbing dan membina pejabat peneliti dibawahnya
dalam
pelaksanaan
kegiatan
penelitian
dan
pengembangan iptek sesuai bidang penelitian dan kepakarannya dengan memperhatikan issue-issue nasional atau internasional dan kebutuhan pasar yang mendukung pelaksanaan pembangunan berkelanjutan. 6. Menyebarluaskan
hasil
penelitiannya
dengan
sasaran
agar
menghasilkan manfaat langsung maupun maupun tidak langsung dengan tugas dan fungsinya. 7. Mengikuti secara aktif perkembangan ilmiah pada taraf nasional dan
internasional
sesuai
dengan
bidang
penelitian
dan
kepakarannya dengan diskusi mencari informasi, menghadiri seminar, pelatihan, dan lokakarya. 8. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan keahlian yang berhubungan dengan tugas dan fungsinya sesuai dengan bidang penelitian dan kepakarannya. d. Peneliti Utama Tugas dan tanggung jawab : 1. Membuat program rencana kegiatan litbang. 2. Melaksanakan kegiatan penelitian dan pengembangan dan/atau pemikiran ilmiah. 3. Mengevaluasi hasil pengembangan penelitian atau pemikiran ilmiah. 4. Merumuskan konsep usulan kebijaksanaan nasional yang akan diterapkan. 5. Menyusun
karya
tulis
ilmiah,
dan
menerbitkan
serta
menyebarluaskan hasil penelitian dan pengembangan iptek sesuai bidang penelitian dan kepakarannya dengan memperhatikan issueissue nasional atau internasional dan kebutuhan pasar yang mendukung pelaksanaan pengembangan berkelanjutan.
54
6. Mengarahkan, membimbing dan membina pejabat peneliti dibawahnya
dalam
pelaksanaan
kegiatan
penelitian
dan
pengembangan iptek sesuai bidang penelitian dan kepakarannya dengan memperhatikan issue-issue nasional atau internasional dan kebutuhan pasar yang mendukung pelaksanaan pembangunan berkelanjutan. 7. Memupuk perkembangan kehidupan ilmiah pada taraf nasional dan internasional. 8. Menyebarluaskan
hasil
penelitiannya
dengan
sasaran
agar
menghasilkan manfaat langsung maupun tidak langsung dengan tugas dan fungsinya. 9. Mengikuti secara aktif perkembangan ilmiah pada taraf nasional dan
internasional
sesuai
dengan
bidang
penelitian
dan
kepakarannya dengan diskusi mencari informasi, menghadiri seminar, pelatihan, dan lokakarya. 10. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan keahlian yang berhubungan dengan tugas dan fungsinya sesuai dengan bidang penelitian dan kepakarannya.
Dari uraian tugas dan tanggung jawab pegawai jabatan fungsional peneliti tersebut dapat terlihat jelas bahwa tugas antara Peneliti Pertama, Peneliti Muda, Peneliti Madya dan Peneliti Utama terdapat perbedaan, semakin tinggi jabatan yang dimiliki maka semakin besar pula tugas dan tanggung jawabnya serta jumlah angka kredit yang didapat juga akan semakin banyak, selain itu hasil karya atau hasil penelitian yang dilakukan oleh Peneliti Utama terbit dalam bentuk buku dan jurnal ilmiah internasional dan membuat karya tulis terbit dalam bentuk prosiding pertemuan ilmiah internasional.
55
E. Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor yang sangat penting bahkan tidak dapat dilepaskan dari sebuah organisasi. Pegawai yang bekerja pada Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Kota Surakarta terdiri dari berbagai karakteristik yang berbeda, baik dari jenis kelamin, tingkat pendidikan maupun dari segi usia dan golongan. Adapun sumber daya manusia yang dimaksud adalah sebagai berikut : 1. Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin Adapun pegawai berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 3.1 Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin No. 1. 2.
Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Presentase (%) Laki-laki 60 70,6 Perempuan 25 29,4 Jumlah 85 100.00 Sumber Data : BPTKPDAS Kota Surakarta Tahun 2015
Berdasarkan pada tabel 3.1 terlihat jelas bahwa pegawai berdasarkan jenis kelamin terdiri dari jenis kelamin laki-laki 60 orang (70,6%) dan pegawai berjenis kelamin perempuan berjumlah 25 orang (29,4%) dari hal tersebut yang paling dominan adalah pegawai berjenis kelamin laki-laki. Hal ini menunjukkan bahwa pegawai yang bekerja di Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai didominasi oleh laki-laki karena banyak peneliti yang berjenis kelamin laki-laki selain itu juga memiliki tanggung jawab kerja yang lebih banyak. 2. Pegawai Berdasarkan Umur Pegawai yang bekerja pada Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Kota Surakarta terdiri dari tingkat usia yang berbeda. Berdasarkan data yang diperoleh, pegawai berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
56
Tabel 3.2 Pegawai Berdasarkan Umur No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Umur Jumlah (Orang) 20 – 25 Tahun 3 26 – 30 Tahun 4 31 – 35 Tahun 23 36 – 40 Tahun 11 41 – 45 Tahun 11 46 ke atas 33 Jumlah 85 Sumber Data : BPTKPDAS Kota Surakarta Tahun 2015
Presentase (%) 3,52 4,71 27,05 12,95 12,95 38,82 100.00
Berdasarkan pada tabel 3.2 terlihat jelas bahwa pegawai menurut usia 46 ke atas merupakan pegawai terbanyak yaitu berjumlah 33 orang (38,82%) diantara pegawai berdasarkan usia yang lainnya dan hal ini dapat dilihat pula bahwa dalam tahun 2016 dan tahun 2017 akan banyak sekali pegawai yang pensiun, pegawai berdasarkan umur 31-35 tahun berjumlah 23 orang (27,05%), pegawai dengan usia 36-40 tahun dan usia 41-45 tahun berjumlah 11 orang (12,95%), pegawai berdasarkan usia 26-30 tahun berjumlah 4 orang (4,71%) dan pegawai berdasarkan usia 20-25 tahun merupakan pegawai yang paling sedikit yaitu hanya berjumlah 3 orang (3,52%). Dari hal tersebut menunjukkan bahwa pegawai yang mampu bekerja secara produktif adalah pegawai dari usia 20 tahun sampai 45 tahun, selain usia tersebut dalam usia 46 tahun ke atas juga terdapat pegawai yang masih produktif namun hanya beberapa orang diantara jumlah keseluruhan. 3. Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pegawai yang bekerja pada Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Kota Surakarta berasal dari tingkat pendidikan yang berbeda, yaitu dapat dilihat dari tabel di bawah ini :
57
Tabel 3.3 Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Presentase (%) SD 2 2,35 SMA 24 28,23 Diploma III 4 4,71 Strata I/S1 23 27,05 Strata II/S2 26 30,6 Strata III/S3 6 7,06 Jumlah 85 100.00 Sumber Data : BPTKPDAS Kota Surakarta Tahun 2015
Berdasarkan pada tabel 3.3 terlihat jelas bahwa pegawai dengan tingkat pendidikan Strata II/S2 berjumlah 26 orang (30,6%), pegawai berdasarkan tingkat pendidikan SMA berjumlah 24 orang (28,82%), pegawai berdasarkan tingkat pendidikan Strata I/S1 berjumlah 23 orang (27,05%), pegawai berdasarkan tingkat pendidikan Strata III/S3 berjumlah 6 orang (7,06%), pegawai berdasarkan tingkat pendidikan Diploma III berjumlah 4 orang (4,71%), dan pegawai berdasarkan tingkat pendidikan SD merupakan pegawai yang paling sedikit yaitu berjumlah 2 orang (2,35%). Dari data tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa Sumber Daya Manusia pada Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Kota Surakarta sudah termasuk baik dan seimbang karena pegawai yang bekerja di Balai Penelitian ini sudah sesuai dengan disiplin ilmu masing-masing dengan kata lain bahwa pada Balai Penelitian ini didominasi pegawai dengan gelar Sarjana Kehutanan. 4. Pegawai Berdasarkan Golongan Pegawai Negeri Sipil yang bekerja pada Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Kota Surakarta terdiri dari berbagai golongan. Adapun pegawai berdasarkan golongan juga dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
58
Tabel 3.4 Pegawai Berdasarkan Golongan No. 1. 2. 3. 4.
Golongan Jumlah (Orang) Presentase (%) IV/a – IV/e 16 18,82 III/a – III/d 52 61,18 II/a – II/d 16 18,82 I/a – I/d 1 1,18 Jumlah 85 100.00 Sumber Data : BPTKPDAS Kota Surakarta Tahun 2015
Berdasarkan pada tabel 3.4 terlihat jelas bahwa pegawai berdasarkan golongan, terdiri dari golongan III/a-III/d berjumlah 52 orang (61,18%), pegawai berdasarkan golongan IV/a-IV/e dan golongan II/a-II/d mempunyai jumlah yang sama yaitu 16 orang (18,82%), dan pegawai berdasarkan golongan I/a-I/d hanya terdapat 1 orang (1,18%). Dari data yang diperoleh maka dapat dikatakan bahwa pegawai berdasarkan golongan III/a-III/d merupakan golongan yang paling banyak dan rata-rata sudah baik untuk mendukung ke arah profesionalisme kerja. 5. Pegawai Berdasarkan Jabatan Fungsional Peneliti Adapun pegawai berdasarkan jabatan fungsional peneliti juga dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 3.5 Pegawai Berdasarkan Jabatan Fungsional Peneliti No. 1. 2. 3. 4.
Jabatan/TMT Jumlah (Orang) Presentase (%) Peneliti Pertama 8 26,7 Peneliti Muda 9 30 Peneliti Madya 11 36,7 Peneliti Utama 2 6,6 Jumlah 30 100.00 Sumber Data : BPTKPDAS Kota Surakarta Tahun 2015 Berdasarkan pada tabel 3.5 terlihat jelas bahwa pegawai berdasarkan jabatan fungsional peneliti, terdiri dari Peneliti Pertama berjumlah 8 orang
59
(26,7%), Peneliti Muda berjumlah 9 orang (30%), Peneliti Madya berjumlah 11 orang (36,7%), dan Peneliti Utama berjumlah 2 orang (6,6%). Dari data yang diperoleh maka dapat dikatakan bahwa pegawai berdasarkan jabatan fungsional peneliti yang menduduki jabatan Peneliti Madya merupakan jabatan yang paling banyak dalam Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Kota Surakarta dan yang paling sedikit adalah Peneliti Utama. Hal ini karena beban tugas Peneliti Utama amatlah besar, selain itu hasil penelitian atau karya Peneliti Utama terbit dalam bentuk buku dan jurnal ilmiah internasional sehingga masih sedikit pegawai yang menduduki jabatan Peneliti Utama.
F. Sarana dan Prasarana Kerja Pegawai Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Kota Surakarta Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Kota Surakarta mempunyai gedung dan bangunan kantor seluas 1.600 m2. Untuk kenyamanan pegawai dalam melaksanakan tugas sehari-hari serta menjaga keawetan bangunan maka perlu adanya pemeliharaan gedung dan bangunan. Untuk mendukung kerja pegawai agar hasil pekerjaannya maksimal dan dicapai sesuai tujuan yang telah ditetapkan maka perlu tersedianya fasilitas kerja yakni sarana dan prasarana kerja pegawai yang memadai. Sesuai dengan data yang diperoleh maka sarana dan prasarana kerja pegawai pada Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Kota Surakarta dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 3.6 Sarana dan Prasarana Kerja Pegawai No. 1. 2. 3. 4. 5.
Nama Barang Sarana dan Prasarana Sepeda Motor Pick Up Electrical Discharge Meja dorong saji Global positioning system
Jumlah 11 Unit 2 Unit 1 Buah 1 Unit 1 Buah
60
6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46.
Thermohygrometer (alat ukur universal) Psycometer Barometer logam Picnometer Bor sample tanah Rak-rak penyimpanan Alat pengukur curah hujan Alat pengukur temperature Mesin ketik manual Langewagon (18-27 inci) Lemari besi atau metal Lemari kayu Rak besi Rak kayu Filling Cabinet Besi Filling Cabinet Kayu Brandkas Compact rolling Tabung pemadam api Camera control television system Alat penghancur kertas Mesin absensi Overhead projector LCD Projector/infocus Mesin Fogging Meja kerja besi/metal Meja kerja kayu Kursi besi/metal Kursi kayu Meja rapat Lemari es AC window AC split Unit power supply Handy cam Compas geologi Altimeter (peralatan studio pemetaan/ukur tanah) Gps Receiver Laser disc Telephone Facsimile Water level recorder
1 Buah 1 Buah 1 Buah 1 Buah 1 Buah 1 Buah 20 Buah 1 Buah 2 Buah 72 Buah 59 Buah 23 Buah 21 Buah 38 Buah 2 Buah 4 Buah 4 Buah 8 Buah 10 Buah 3 Buah 1 Buah 1 Buah 4 Buah 1 Buah 2 Buah 140 Buah 415 Buah 21 Buah 34 Buah 4 Buah 4 Buah 34 Buah 49 Buah 3 Buah 4 Buah 7 Buah 10 Buah 3 Buah 2 Buah 5 Buah 75 Buah
61
47. Water Current meter (alat laboratorium hidrokimia) 48. Analytical balance (alat laboratorium mekanika) 49. Centrifuge (alat laboratorium umum) 50. Flame fotometer 51. Weather station 52. Ph meter digital 53. Local area network 54. P.c unit 55. Laptop 56. Note book 57. Scanner 58. Monitor 59. Printer 60. Plotter 61. Lux meter 62. Tensiometer (alat laboratorium pertanian) 63. Kipas angin 64. Meja komputer 65. Mobil Dinas Sumber Data : BPTKPDAS Kota Surakarta Tahun 2015
59 Buah 2 Buah 1 Buah 2 Buah 1 Buah 7 Buah 7 Buah 74 Buah 21 Buah 8 Buah 5 Buah 1 Buah 48 Buah 3 Buah 3 Buah 2 Buah 26 Buah 22 Buah 8 Unit
Berdasarkan dari tabel 3.6 di atas maka terlihat jelas bahwa sarana dan prasarana kerja pegawai sangat lengkap dan memadai sehingga hal ini akan memudahkan pegawai dalam mengerjakan tugas-tugasnya, selain dalam tabel tersebut masih banyak lagi sarana dan prasarana pegawai namun penulis tidak memasukkan semua ke dalam Laporan Tugas Akhir ini, setiap ruangan memiliki perangkat sarana dan prasarana sesuai kebutuhan masing-masing pegawai.
62
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENGAMATAN
A. Analisis Masalah Organisasi merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan, oleh sebab itu organisasi harus selalu disesuaikan dengan perkembangan tugas pokok dalam mencapai tujuan. Pegawai Negeri Sipil merupakan pelaksana organisasi pemerintahan berdasarkan peraturan perundang-undangan. Dalam melaksanakan peraturan perundang-undangan, pada umumnya Pegawai Negeri Sipil diberikan tugas kedinasan untuk dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Pemberian tugas kedinasan tersebut merupakan kepercayaan dari atasan yang berwenang dengan harapan bahwa tugas tersebut akan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Dalam era globalisasi yang sarat dengan tantangan, persaingan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta untuk mencapai efektifitas dan efisiensi dalam penyelenggaraan tugas pemerintahan, tidak ada alternatif lain kecuali peningkatan kualitas profesionalisme Pegawai Negeri Sipil yang memiliki keunggulan kompetitif dan memegang teguh etika birokrasi dalam memberikan pelayanan yang sesuai dengan tingkat kepuasan dan keinginan masyarakat. Untuk meningkatkan profesionalisme Pegawai Negeri Sipil dan mewujudkan Pegawai Negeri Sipil yang berkualifikasi baik dan berdedikasi tinggi bagi negara, maka perlu adanya pembinaan bagi Pegawai Negeri Sipil dengan sebaik-baiknya, pembinaan tersebut dapat dilakukan berdasarkan sistem jenjang karir dan sistem prestasi kerja seperti pemberian kenaikan pangkat sehingga Pegawai Negeri Sipil dapat bekerja dengan baik. Kenaikan pangkat diberikan kepada Pegawai negeri Sipil sebagai bentuk penghargaan atas prestasi kerja dan pengabdian pegawai, maka sudah seharusnya kenaikan pangkat dilakukan secara cepat, tepat, akurat, dan transparan. Dalam pelaksanaan kenaikan pangkat Pegawai Negeri
63
Sipil perlu ditetapkan adanya prosedur kenaikan pangkat yang tertib, agar dalam pelaksanaannya dapat dilakukan seefektif mungkin sehingga akan tercipta suasana yang kondusif. Berdasarkan pengamatan yang diperoleh penulis, pelaksanaan kenaikan pangkat Pegawai Negeri Sipil dilaksanakan dalam 2 (dua) periode dalam 1 (satu) tahun yaitu pada bulan April dan bulan Oktober. Dari pengamatan yang dilakukan oleh penulis, sesuai dengan data yang telah terkumpul selanjutnya akan dibahas mengenai urutan prosedur kenaikan pangkat yang dilakukan di Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPTKPDAS) Kota Surakarta, terutama prosedur kenaikan pangkat Jabatan Fungsional Peneliti.
B. Prosedur Yang Diterapkan Dalam Kenaikan Pangkat Jabatan Fungsional Peneliti Pegawai Negeri Sipil Dalam sistem pembinaan karier yang sehat selalu ada pengkaitan yang erat antara jabatan dan pangkat, artinya seorang Pegawai Negeri Sipil yang ditunjuk menduduki suatu jabatan haruslah mempunyai pangkat yang sesuai untuk jabatan tersebut. Seorang Pegawai Negeri Sipil yang akan dinaikkan pangkatnya yang menduduki jabatan fungsional kelompok peneliti seperti Peneliti Sosial Ekonomi, Peneliti Hidrologi, dan Peneliti Lahan dan Vegetasi harus memenuhi semua persyaratan yang ditentukan. Adapun berkas persyaratan kenaikan pangkat Jabatan Fungsional Peneliti tersebut antara lain : a. Salinan atau foto copy sah keputusan pengangkatan dalam jabatan terakhir yang dilegalisir pejabat berwenang. b. Salinan atau foto copy sah keputusan dalam pangkat terakhir yang dilegalisir pejabat berwenang. c. Foto copy sah daftar penilaian prestasi kerja/SKP dalam 2 (dua) tahun terakhir. d. Foto copy sah Karpeg. e. Asli penetapan angka kredit dari Ketua LIPI.
64
f. Telah memperoleh angka kredit yang dipersyaratkan untuk kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi pada tahun pertama dalam masa jabatan yang didudukinya, pada tahun berikutnya yang bersangkutan tetap harus mengumpulkan angka kredit minimal 20% dari unsur utama. Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan Peneliti, ditetapkan dengan keputusan pejabat yang berwenang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Untuk dapat diangkat dalam jabatan Peneliti seorang Pegawai Negeri Sipil harus memenuhi angka kredit kumulatif minimal yang ditentukan. Pegawai Negeri Sipil yang diangkat pertama kali dalam jabatan fungsional peneliti harus memenuhi syarat : a. Berijazah serendah-rendahnya Sarjana (Strata 1) atau Diploma IV sesuai dengan kualifikasi yang ditentukan. b. Serendah-rendahnya menduduki pangkat Penata Muda golongan ruang III/a. c. Telah mengikuti dan lulus pendidikan dan pelatihan fungsional jabatan Peneliti. d. Setiap unsur pelaksanaan pekerjaan sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 1 (satu) tahun terakhir. Pengangkatan peneliti yang termaksud diatas adalah pengangkatan yang dilakukan melalui pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) untuk mengisi lowongan formasi jabatan peneliti. Jenjang pangkat untuk masing-masing jabatan peneliti adalah jenjang pangkat dan jabatan berdasarkan jumlah angka kredit yang dimiliki untuk masing-masing jenjang jabatan. Kenaikan dalam jenjang jabatan fungsional yang lebih tinggi disamping diwajibkan memenuhi angka kredit yang telah ditetapkan juga harus memenuhi persyaratan sebagaimana yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Penentuan jenjang jabatan peneliti dilakukan berdasarkan penetapan angka kredit oleh pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit.
65
Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dari jabatan lain ke dalam jabatan fungsional Peneliti atau perpindahan antar jabatan, dapat dipertimbangkan dengan ketentuan selain memenuhi syarat yang telah ditetapkan Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan berusia setinggi-tingginya 45 (empat puluh lima) tahun dan sekurang-kurangnya berijazah Pasca Sarjana (Strata 2). Dikecualikan dari ketentuan usia setinggi-tingginya 45 (emat puluh lima) tahun adalah Pegawai Negeri Sipil yang menduduki jabatan fungsional serumpun dengan jabatan Peneliti yang ditetapkan oleh Kepala LIPI selaku Pimpinan Instansi Pembina Jabatan Peneliti. Tabel 4.1 Tabel Jenjang Jabatan, Pangkat, Golongan Ruang dan Angka Kredit Sesuai Peraturan Kepala LIPI No. 2 Tahun 2014 Golongan
Angka
Ruang
Kredit
Penata Muda
III/a
100
Penata Muda Tk. I
III/b
150
Penata
III/c
200
Penata Tk. I
III/d
300
Pembina
IV/a
400
Pembina Tk. I
IV/b
550
Pembina Utama Muda
IV/c
700
Pembina Utama Madya
IV/d
850
Pembina Utama
IV/e
1050
Jenjang Jabatan Peneliti Pertama
Peneliti Muda
Peneliti Madya
Peneliti Utama
Pangkat
Sumber : http://Perka-LIPI-N0-2-Tahun-2014-tentang-Juknis-JFP.pdf Dalam pelaksanaan prosedur kenaikan pangkat, kelompok peneliti seperti Peneliti Sosial Ekonomi, Peneliti Hidrologi, dan Peneliti Lahan dan Vegetasi mengajukan Usulan Penilaian Angka Kredit terlebih dahulu. Usul penilaian dan penetapan angka kredit Peneliti disampaikan setelah menurut perhitungan sementara Peneliti yang bersangkutan, jumlah angka
66
kredit yang disyaratkan untuk kenaikan jabatan/pangkat setingkat lebih tinggi telah dipenuhi dan dibuat sesuai dengan jenjang jabatannya. 1. Usul penilaian dan penetapan angka kredit Peneliti diajukan kepada Kepala LIPI oleh Kepala Badan/Pusat Penelitian dan pengembangan dan wajib melampirkan : a. Hasil kegiatan penelitian dan bukti-bukti fisiknya yang disahkan oleh pejabat yang berwenang serendah-rendahnya oleh pejabat eselon II. b. Hasil kegiatan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan bukti-bukti fisiknya yang disahkan oleh pejabat yang berwenang serendah-rendahnya oleh pejabat eselon II. c. Hasil kegiatan diseminasi pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi dan bukti-bukti fisiknya, yang disahkan oleh pejabat yang berwenang serendah-rendahnya oleh pejabat eselon II. d. Hasil kegiatan pembinaan kader peneliti dan bukti-bukti fisiknya, yang disahkan oleh pejabat yang berwenang serendah-rendahnya oleh pejabat eselon II. e. Hasil kegiatan penunjang tugas peneliti dan bukti-bukti fisiknya yang disahkan oleh pejabat yang berwenang. f. Foto copy atau salinan sah ijazah atau penghargaan lainnya. g. SKP tahun terakhir dan legalisir pejabat yang berwenang. h. Foto copy keputusan jabatan peneliti terakhir, bagi PNS yang telah atau pernah menduduki jabatan peneliti yang dilegalisir pejabat yang berwenang. i. Foto copy keputusan pembebasan sementara bagi PNS yang pernah dibebaskan sementara dari jabatan peneliti, yang dilegalisir pejabat yang berwenang.
67
Tabel 4.2 Tabel Daftar Usul Penetapan Angka Kredit Nomor : INSTANSI :
MASA PENILAIAN Bulan………s/d bulan……..Tahun
I
KETERANGAN PERORANGAN
1
Nama
2
NIP
3
Nomor Seri Kartu Pegawai
4
Tempat dan Tanggal Lahir
5
Jenis Kelamin
6
Pendidikan yang Diperhitungkan Angka Kreditnya
7
Jabatan Peneliti/TMT
8
Masa Kerja Golongan Lama
9
Masa Kerja Golongan Baru
10
Unit Kerja
II NO
UNSUR YANG DINILAI UNSUR, SUB UNSUR DAN BUTIR KEGIATAN
ANGKA KREDIT MENURUT INSTANSI PENGUSUL
LAMA
I
UNSUR UTAMA
1.
PENDIDIKAN A. Pendidikan sekolah dan memperoleh ijazah/gelar 1. 2. 3.
Doktor (S3) Pascasarjana / S2 Sarjana (S1) / Diploma IV
B. Pendidikan dan Pelatihan fungsional Peneliti serta memperoleh surat tanda tamat pendidikan dan pelatihan 1.
Lamanya lebih dari 960 jam
BARU
JUMLAH
TIM PENILAI
LAMA
BARU
JUMLAH
68
II
2. Lamanya antara 841-960 jam 3. Lamanya antara 481-840 jam 4. Lamanya antara 161-480 jam 5. Lamanya antara 81-160 jam 6. Lamanya kurang dari 80 jam PENELITIAN A. Karya tulis ilmiah hasil penelitian atau hasil pemikiran ilmiah yang telah diterbitkan 1.
Membuat karya tulis ilmiah terbit dalam bentuk buku, penerbit internasional
2.
Membuat karya tulis ilmiah terbit dalam bentuk buku, penerbit nasional
3.
Membuat karya tulis ilmiah, bagian dari buku, penerbit internasional
4.
Membuat karya tulis ilmiah, bagian dari buku, penerbit nasional
5.
Membuat karya tulis ilmiah terbit dalam jurnal ilmiah internasional
6.
Membuat karya tulis ilmiah terbit dalam jurnal ilmiah nasional
7.
Membuat karya tulis ilmiah terbit dalam prosiding pertemuan ilmiah internasional
8.
Membuat karya tulis ilmiah terbit dalam prosiding pertemuan ilmiah nasional
9.
Membuat karya tulis ilmiah dalam majalah ilmiah nasional tidak terakreditasi
10. Membuat makalah/komunikasi pendek hasil penelitian atau hasil pemikiran ilmiah, terbit dalam majalah ilmiah terakreditasi 11. Membuat makalah/komunikasi pendek hasil penelitian atau hasil pemikiran ilmiah, terbit dalam majalah ilmiah tidak terakreditasi B. Karya tulis ilmiah hasil penelitian dan pengembangan atau tinjauan/ulasan, tidak/belum diterbitkan, makalah disampaikan
69
dalam pertemuan ilmiah Membuat karya tulis ilmiah hasil penelitian atau pemikiran yang tidak/belum dipublikasikan, berupa makalah yang diajukan dalam pertemuan ilmiah organisasi penelitian yang diikuti oleh minimal tiga instansi, dan tersimpan di perpustakaan lembaga penelitian dan pengembangan III
PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI A. Pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi Penciptaan prototype, desain, pilot project, alat pertanian dan produk yang sudah dimanfaatkan oleh masyarakat B. Paten ilmu pengetahuan dan teknologi Membuat/menghasilkan paten yang sudah termasuk dalam daftar paten yang disetujui
IV
DISEMINASI PEMANFAATAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI A. Buku pelajaran sekolah atau buku penyuluhan/tulisan popular B. Penyusunan makalah iptek dalam rangka memasyarakatkan hasil penelitian dalam buku/majalah ilmiah tidak terakreditasi/majalah semi popular
V
PEMBINAAN KADER PENELITI Memimpin kelompok penelitian
VI
PENUNJANG TUGAS PENELITI A. Pemasyarakatan ilmu pengetahuan dan teknologi B. Keikutsertaan dalam kegiatan ilmiah C. Pembinaan kader ilmiah D. Perolehan piagam kehormatan E. Perolehan gelar kesarjanaan lainnya
JUMLAH I s/d VI
70
2. Penilaian dan penetapan angka kredit untuk kenaikan pangkat dilakukan selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum periode kenaikan pangkat sebagai berikut : a. Untuk kenaikan pangkat periode April, angka kredit ditetapkan selambat-lambatnya pada bulan Januari tahun yang bersangkutan. b. Untuk kenaikan pangkat periode Oktober, angka kredit ditetapkan selambat-lambatnya pada bulan Juli tahun yang bersangkutan. 3. Penilaian dan penetapan angka kredit. a.
Peneliti atau calon peneliti menyampaikan DUPAK beserta lampiran persyaratan dan bukti fisik kepada pimpinan unit kerja atau satuan organisasi untuk diteliti kelengkapannya dan kebenarannya.
b.
Pimpinan unit kerja atau satuan organisasi selanjutnya meneruskan DUPAK yang diajukan oleh peneliti atau calon peneliti kepada Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan untuk diteruskan kepada Tim Penilai Peneliti Instansi (TP2I) tim penilai ini untuk peneliti pertama dan peneliti muda sedangkan untuk tim penilai peneliti madya dan peneliti utama adalah Tim Penilai Peneliti Pusat (TP3).
c.
Selanjutnya Kepala Badan atau Kepala Pusat Riset menyampaikan DUPAK peneliti pertama sampai dengan peneliti utama kepada Ketua LIPI.
d.
Realisasi penetapan angka kredit yang akan disampaikan kepada peneliti atau calon peneliti sesuai prosedur yang berlaku.
71
Tabel 4.3 Tabel Penetapan Angka Kredit Nomor :
/
/
/
Masa Penilaian : ………………… s/d ………………….. Instansi : I
II
KETERANGAN PERORANGAN 1.
Nama
2.
NIP
3.
Nomor Seri KARPEG
4.
Tempat dan Tanggal Lahir
5.
Jenis Kelamin
6.
Pendidikan yang diperhitungkan angka kreditnya
7.
Jabatan Peneliti / TMT
8.
Masa kerja golongan lama
9.
Masa kerja golongan baru
10.
Unit Kerja
PENETAPAN ANGKA KREDIT 1.
UNSUR UTAMA A
1) Pendidikan Formal 2) Pendidikan dan Pelatihan dan mendapat Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan (STTPP) 3) Pendidikan dan Pelatihan Pra Jabatan
B
Penelitian
C
Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
D
Diseminasi Pemanfaatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Pembinaan Kader Peneliti
E F
Penghargaan ilmiah dan penugasan untuk memimpin unit kerja Litbang Jumlah Unsur Utama 2.
UNSUR PENUNJANG PENELITI Penunjang Tugas Peneliti Jumlah Unsur Penunjang Jumlah Unsur Utama dan Unsur Penunjang
III
DAPAT DIPERTIMBANGKAN UNTUK DINAIKKAN DALAM JABATAN…………. / PANGKAT……….. / TMT………….
LAMA
BARU
JUMLAH
72
Jumlah angka kredit kumulatif minimal yang harus dipenuhi oleh setiap Pegawai Negeri Sipil untuk dapat diangkat dalam jabatan atau kenaikan pangkat peneliti dengan ketentuan sebagai berikut : a.
sekurang-kurangnya 80% (delapan puluh persen) angka kredit berasal dari unsur utama.
b.
Sebanyak-banyaknya 20% (dua puluh persen) angka kredit berasal dari unsur penunjang. Disamping ketentuan tersebut, bahwa apabila angka kredit yang berasal dari unsur utama sudah terdiri dari 100% maka sudah dianggap sah untuk memenuhi ketentuan dalam mengumpulkan angka kredit dan dalam unsur penunjang apabila angka kredit diperoleh lebih dari 20% maka ketentuan angka kredit yang dipakai tetap sebanyak 20%. Komposisi jumlah angka kredit unsur utama adalah sekurangkurangnya 60% (enam puluh persen) terdiri dari litbang atau pengembangan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi, kecuali untuk pengangkatan pertama kali sebagai peneliti dalam jenjang jabatan peneliti pertama dan peneliti yang memperoleh angka kredit untuk kenaikan jabatan atau pangkat pada tahun pertama dalam masa jabatan atau pangkat yang didudukinya, pada tahun berikutnya diwajibkan mengumpulkan sekurang-kurangnya 20% (dua puluh persen) angka kredit dari jumlah angka kredit yang dipersyaratkan untuk kenaikan jabatan atau pangkat setingkat lebih tinggi yang berasal dari kegiatan penelitian dan pengembangan.
4. Pejabat yang berwenang menetapkan kenaikan pangkat. a. Presiden untuk kenaikan pangkat menjadi Pembina Utama Muda, IV/c sampai dengan Pembina Utama, IV/e setelah mendapat pertimbangan teknis Kepala BKN. b. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk kenaikan pangkat menjadi Pembina Tk.I, IV/b setelah mendapat persetujuan teknis Kepala BKN.
73
c. Sekretaris Jenderal a.n Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, menetapkan kenaikan pangkat menjadi Pembina, IV/a setelah mendapat persetujuan teknis Kepala BKN. d. Kepala Biro Kepegawaian a.n Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, menetapkan kenaikan pangkat menjadi Penata, III/c sampai dengan Penata Tk.I, III/d setelah mendapat persetujuan teknis Kepala BKN. e. Kepala Bagian Mutasi a.n Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, menetapkan kenaikan pangkat menjadi Penata Muda Tk.I, III/b setelah mendapat persetujuan teknis kepala BKN. 5. Tata cara kenaikan pangkat peneliti : a.
Subbagian Kepegawaian mendata dan merencanakan usulan kenaikan pangkat pada rencana usulan kenaikan pangkat.
b.
Subbagian
Kepegawaian
membuat
pengumuman
yang
isinya
memberitahukan rencana kenaikan pangkat pegawai beserta berkas persyaratan yang dibutuhkan dalam proses usulan kenaikan pangkat. Berkas
tersebut
dikumpulkan
pegawai
kepada
Subbagian
Kepegawaian sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Untuk Peneliti yang telah mengumpulkan angka kredit yang telah ditentukan dapat mengajukan kepada kepegawaian. c.
Subbagian Kepegawaian akan mengoreksi mengenai kelengkapan dan kebenaran berkas usul kenaikan pangkat peneliti.
d.
Subbagian Kepegawaian membuat surat usulan kenaikan pangkat yang ditandatangani oleh pejabat yang berwenang dan ditujukan kepada pihak yang telah ditetapkan sesuai jenjang kenaikan pangkat yang bersangkutan.
e.
Berkas usul kenaikan pangkat peneliti secara hirarki, disampaikan unsur Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui Kepala Biro Kepegawaian.
f.
Kepala Biro Kepegawaian atau Pejabat yang ditunjuk, memproses dan menyampaikan berkas usulan unsur :
74
1. Presiden dengan tembusan Kepala Badan Kepegawaian Negara, untuk usul kenaikan pangkat menjadi Pembina Utama Muda, IV/c sampai dengan Pembina Utama, IV/e. 2. Kepala Badan Kepegawaian Negara untuk usul kenaikan pangkat menjadi Penata Muda Tk.I, III/b sampai dengan Pembina Tk.I, IV/b. g.
Apabila masih terdapat kekurangan berkas yang dipersyaratkan, maka berkas akan disampaikan kembali kepada instansi yang mengajukan agar melengkapi kekurangan berkas.
h.
Apabila berkas sudah lengkap maka pihak yang berwenang yang telah ditunjuk untuk menetapkan kenaikan pangkat yang akan memproses berkas-berkas usul kenaikan pangkat.
i.
Subbagian Kepegawaian memantau proses usulan kenaikan pangkat.
j.
Pihak yang ditunjuk untuk memproses kenaikan pangkat yang akan menerbitkan surat keputusan kenaikan pangkat peneliti yang bersangkutan. Peneliti yang dibebaskan sementara karena tugas belajar lebih dari 6 (enam) bulan dapat dipertimbangkan kenaikan pangkatnya tanpa angka kredit dengan ketentuan : a. Telah 4 (empat) tahun dalam pangkat terakhir. b. Setiap unsur dalam SKP bernilai baik dalam 2 (dua) tahun terakhir. Peneliti Utama setiap 2 tahun sejak menduduki jabatan atau pangkat wajib mengumpulkan sekurang-kurangnya 25 angka kredit dari kegiatam unsur utama.
C. Kendala Yang Dihadapi Dalam Pelaksanaan Kenaikan Pangkat Jabatan Fungsional Peneliti Pada dasarnya setiap orang menganggap tidak ada hambatan dalam pelaksanaan kenaikan pangkat ini, padahal kenyataannya sulit untuk melaksanakannya, karena kenaikan pangkat ini menyangkut pada kepentingan pegawai. Dari pengamatan penulis, dalam melaksanakan
75
prosedur kenaikan pangkat terdapat hambatan-hambatan yang terjadi. Hambatan-hambatan tersebut dapat ditinjau dari : 1. Sumber Daya Manusia Adapun hambatan-hambatan tersebut dapat terjadi karena sumber daya manusia, antara lain : a. Masih banyak pegawai yang belum begitu memahami mengenai berkas dan persyaratan kenaikan pangkat. b. Sering terjadi kesalahan dalam penulisan data pada nota persetujuan. c. Masih terdapat hal-hal yang belum dipahami mengenai ketentuan angka kredit yang digunakan untuk mengajukan usul kenaikan pangkat. d. Kesibukan tim penilai angka kredit karena padatnya jadwal kegiatan penelitian, sehingga memperlambat proses penilaian Daftar Usulan Penetapan Angka Kredit (DUPAK) dan Penetapan Angka Kredit (PAK) peneliti yang akan naik pangkat. 2. Sarana dan Prasarana Sarana dan Prasarana merupakan unsur yang sangat menunjang dalam melaksanakan kegiatan, untuk mengaplikasikan tugas pokok dan fungsi di setiap instansi. Sarana dan prasarana diperlukan untuk memudahkan
suksesnya
program
yang
sudah
direncanakan
sebelumnya. Masih terkait mengenai sarana dan prasarana, dalam proses kenaikan pangkat ini juga terdapat kendala yang ditinjau dari segi sarana dan prasarana, yaitu keterbatasan alokasi formasi jabatan fungsional peneliti dan masih terdapat pegawai yang melakukan proses pencetakan atau fotokopi berkas persyaratan diluar lingkup organisasi hal ini karena organisasi tersebut belum memiliki mesin fotokopi yang dapat digunakan untuk mengkopi berkas dalam jumlah banyak, sehingga apabila terdapat kekurangan berkas persyaratan yang
76
diajukan oleh (pemohon) kenaikan pangkat akan menjadi terhambat karena kurangnya sarana dan prasarana untuk pegawai. 3. Pembiayaan atau Dana Kendala-kendala yang dihadapi selain ditinjau dari segi sumber daya manusia, sarana dan prasarana juga dapat ditinjau dari segi pembiayaan atau dana yang digunakan dalam kaitannya kenaikan pangkat, dalam hal ini masih terdapat pegawai yang mengerjakan suatu penelitian yang diwujudkan dalam prosiding atau majalah dan laporan dalam bentuk lainnya serta seluruh pegawai yang membuat laporan rencana pelaksanaan kegiatan dalam jumlah banyak menggunakan dana pribadi.
D. Cara Mengatasi Kendala Yang Dihadapi Dalam Pelaksanaan Kenaikan Pangkat Jabatan Fungsional Peneliti Telah diketahui bahwa masih terdapat beberapa hal yang dapat menghambat pelaksanaan kenaikan pangkat, oleh kerena itu maka berikut hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi kenaikan pangkat antara lain : 1. Sumber Daya Manusia a. Pegawai diberikan arahan untuk mengumpulkan berkas atau data yang digunakan untuk persyaratan kenaikan pangkat. Apabila masih belum begitu paham bagian kepegawaian memberikan contoh berkas yang dimaksud. b. Sebelum mengadakan penulisan data, sebaiknya pelaksanaan kepegawaian diberikan pelatihan terlebih dahulu serta teknis kepegawaian sehingga akan membantu terlaksananya penulisan data tersebut. c. Perlunya pembinaan terhadap peneliti baru agar dapat memahami mengenai angka kredit yang harus dikumpulkan melalui berbagai penelitian guna melengkapi berkas persyaratan kenaikan pangkat.
77
d. Agar prosedur kenaikan pangkat dapat berjalan dengan lebih baik, maka antara pemohon kenaikan pangkat dengan petugas yang bersangkutan harus terjalin komunikasi yang baik. Hal ini dilakukan agar hambatan-hambatan yang terjadi dapat diatasi. 2. Sarana dan Prasarana Selain dari segi sumber daya manusia seperti hal tersebut penanganan permasalahan mengenai sarana dan prasarana diperlukan adanya penyusunan formasi jabatan peneliti hal ini dimaksdukan untuk mendapatkan jumlah dan susunan jabatan peneliti sesuai dengan beban kerja dalam jangka waktu tertentu dan memungkinkan pencapaian jumlah angka kredit untuk kenaikan pangkat atau jabatan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : a. Menginventarisasi seluruh kegiatan litbang yang mendapatkan penilaian angka kredit. b. Menginventarisasi nilai angka kredit untuk setiap butir kegiatan. Besaran angka kredit tersebut mencerminkan jumlah jam kerja efektif yang diperlukan untuk menyelesaikan setiap output kegiatan. c. Menghitung perkiraan volume output peneliti sesuai jenjang jabatan untuk 5 (lima) tahun yang akan datang. d. Menggunakan jam kerja efektif setahun sebesar 1250 jam (berdasarkan jam kerja dinas 37 jam 30 menit dalam satu minggu dikurangi waktu tambah dan waktu boros). e. Menghitung rata-rata angka kredit per jam untuk setiap jenjang jabatan dengan cara membagi selisih angka kredit untuk naik ke jenjang berikutnya dengan perkalian masa kerja jabatan secara normal peneliti selama 5 tahun dan jumlah jam kerja efektif selama 5 tahun.
78
f. Menghitung waktu efektif penyelesaian per output dengan cara membagi besaran angka kredit untuk setiap output tertentu dengan rata-rata angka kredit per jam. Sebelum diadakannya pengumpulan berkas atau data, sebaiknya diadakan perencanaan terlebih
dahulu
permintaan persyaratan
kenaikan pangkat 1 (satu) bulan sebelumnya, sehingga tidak akan terdapat kekurangan atau kesalahan berkas dan tidak perlu mencetak atau mengkopi ulang, hal ini akan memungkinkan untuk tidak terjadinya keterlambatan dalam pelaksanaan kenaikan pangkat. Selain hal tersebut diperlukan pula pengadaan pembelian mesin fotokopi untuk organisasi tersebut sehingga hal ini akan memudahkan pegawai dalam bekerja dan pekerjaan akan menjadi lebih efektif. 3. Pembiayaan atau Dana Dalam kaitannya dengan kenaikan pangkat untuk mengurangi tingkat pemborosan biaya dengan dana pribadi maka perlu adanya dana yang dialokasikan untuk proses kenaikan pangkat baik hal tersebut yang berkaitan dengan proses selama melakukan penelitian maupun hasil penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan angka kredit.
79
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan pada pembahasan dan hasil pengamatan diatas mengenai Prosedur Kenaikan Pangkat Jabatan Fungsional Peneliti Pegawai Negeri Sipil pada Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Kota Surakarta dapat penulis tarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Prosedur Kenaikan Pangkat Jabatan Fungsional Peneliti Pegawai Negeri Sipil pada Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Kota Surakarta adalah : a. Kenaikan pangkat dilakukan dalam dua periode yaitu pada bulan April dan bulan Oktober dalam 1 (satu) tahun. b. Subbagian Kepegawaian mendata dan merencanakan usulan kenaikan pangkat yang akan ditangani oleh pengelola SIMPEG. c. Pegawai Negeri Sipil Jabatan Fungsional Peneliti yang telah memenuhi angka kredit sesuai kebutuhan mengumpulkan berkas pada Subbagian Kepegawaian. d. Apabila semua berkas sudah lengkap maka berkas akan dikirim ke pihak yang berwenang untuk menentukan kenaikan pangkat pegawai sesuai dengan jenis kenaikan pangkat masing-masing pegawai. 2. Kenaikan
pangkat
untuk
jabatan
fungsional
peneliti
selain
mengumpulkan syarat atau berkas kenaikan pangkat juga harus mengumpulkan angka kredit yang di dapat dari hasil penelitian yang dilakukan, di ajukan untuk dinilai oleh tim penilai angka kredit dan dituangkan dalam Formulir Penetapan Angka Kredit sesuai nilai yang dibutuhkan dalam kenaikan pangkat. 3. Penilaian dan penetapan angka kredit untuk kenaikan pangkat dilakukan selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum periode
80
kenaikan pangkat, yaitu untuk periode April angka kredit ditetapkan selambat-lambatnya pada bulan Januari dan untuk periode Oktober angka kredit yang ditetapkan selambat-lambatnya pada bulan Juli tahun yang bersangkutan. 4. Petunjuk teknis mengenai jabatan fungsional peneliti dan penetapan angka kredit pada dasarnya mengacu pada Keputusan Bersama Kepala Lembaga
Ilmu
Pengetahuan
Indonesia
dan
Kepala
Badan
Kepegawaian Negara Nomor 3719/D/2004 dan Nomor 60 Tahun 2004 dan Peraturan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Nomor 2 Tahun 2014. 5. Seorang Pegawai Negeri Sipil harus dapat memenuhi persyaratan yang telah ditentukan, baik persyaratan dalam Peraturan Pemerintah dan ketentuan yang berlaku, pegawai juga menyerahkan persyaratan dokumen dan apabila terdapat persyaratan yang belum dipenuhi untuk kelengkapan berkas kenaikan pangkat. 6. Kurun waktu 5 (lima) tahun tidak bisa mengumpulkan angka kredit akan diberhentikan sementara dalam jabatan fungsional peneliti, selanjutnya dalam kurun waktu 6 (enam) tahun tidak bisa mengumpulkan angka kredit sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan maka akan diberhentikan tetap dalam jabatan fungsional peneliti dan akan menjadi Pegawai Negeri Sipil non fungsional yaitu menjadi staf. B. Saran Selama penulis berada di instansi magang sering sekali menemui pegawai
yang melakukan kesalahan dalam pengumpulan berkas
persyaratan kenaikan pangkat karena tidak adanya skema alur tetap dalam proses kenaikan pangkat sehingga hal ini dapat menyebabkan kebingungan bagi pegawai dalam proses pengurusan berkas dan kenaikan pangkatnya. Selain itu masih terdapat pegawai yang belum begitu memahami mengenai pengumpulan angka kredit yang diperoleh dari hasil penelitian bagi yang
81
menduduki jabatan fungsional peneliti. Berdasarkan pembahasan dan hasil pengamatan diatas, maka saran yang dapat penulis sampaikan adalah : 1. Pada Subbagian Kepegawaian perlu memberi pembinaan kepada seluruh pegawai pada instansi tersebut agar tidak terjadi lagi kesalahan dalam pengumpulan berkas untuk proses kenaikan pangkat. 2. Memberikan pemahaman pada pegawai yang menduduki jabatan fungsional peneliti mengenai pengumpulan angka kredit yang didapat dari hasil penelitian agar proses kenaikan pangkat tidak terhambat atau terjadi keterlambatan. 3. Perlu adanya informasi yang ditempelkan di Papan Informasi yang berisi tentang persyaratan yang harus dipenuhi dan skema alur prosedur kenaikan pangkat jabatan fungsional peneliti. Demikian kesimpulan dan saran yang penulis kemukakan semoga tugas akhir yang masih jauh dari sempurna ini dapat berguna bagi Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Kota Surakarta pada khususnya dan para pembaca pada umumnya.
82
DAFTAR PUSTAKA 1. Buku Referensi Harold Koontz, Cryil O’Donnell, Heinz Weihrich. 1989. Intisari Manajemen. Jakarta: Bina Aksara. (Penerjemah A.Hasyim Ali). Maryati, MC. 2008. Manajemen Perkantoran Efektif. Yogyakarta : UPPSTIMYKPN. Moenir. A.S. 1983. Tatalaksana (manajemen) Perkantoran dan Penerapannya. Jakarta : Pradnya Paramita. Mulyadi. 2001. Sistem Akuntansi. Jakarta : Salemba Empat Nuraida, Ida. 2008. Manajemen Administrasi Perkantoran. Yogyakarta : Kanisius. Ratminto, Atik Septi Winarsih. 2007. Manajemen Pelayanan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Sutopo, HB. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Sebelas Maret University Press. Thoha, Miftah. 2008. Manajemen Kepegawaian Sipil di Indonesia. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. 2. Undang-undang dan Peraturan-peraturan Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 perubahan atas undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian. Dalam http://www.luk.staff.ugm.ac.id/atur/pns/UU43-1999.pdf. Diakses Pada Tanggal 17 Februari 2016. Peraturan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Peneliti. Dalam http://www.perka.LIPI.NO-2-Tahun-2014-tentang-JuknisJFP.pdf. Diakses Pada Tanggal 17 Februari 2016. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/128/M.PAN/9/2004 Tentang Jabatan Fungsional Peneliti dan Angka Kreditnya. Dalam http://www.kepmenpan2004_128.pdf. Diakses Pada Tanggal 22 Februari 2016.
83
Keputusan Bersama Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 3719/D/2004 dan 60 Tahun 2004 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Peneliti dan Angka Kreditnya. Dalam http://www.Pusbindiklat.lipi.go.id/download.pdf Diakses Pada Tanggal 25 Februari 2016. 3. Sumber-sumber lain Kenaikan Pangkat. Dalam http://kenaikan.pangkat.www.stsi.bdg.ac.id. Diakses Pada Tanggal 16 Februari 2016. Sejarah Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Kota Surakarta. Dalam http://bpksolo.litbang.dephut.go.id/ profil/profil. Diakses Pada Tanggal 10 Maret 2016.
84
LAMPIRAN